pusat kerajinan tenun di makassar skripsi …
TRANSCRIPT
13
PUSAT KERAJINAN TENUN
DI MAKASSAR
SKRIPSI PERANCANGAN
TUGAS AKHIR- 473D5112
PERIODE I
TAHUN 2013-2014
Oleh :
INRI INDAH RAHAYU
D511 09 280
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
14
PENGESAHAN SKRIPSI PERANCANGAN
PROYEK : TUGAS AKHIR SARJANA TEKNIK ARSITEKTUR
JUDUL : PUSAT KERAJINAN TENUN DI MAKASSAR
PENYUSUN : INRI INDAH RAHAYU
NO. STB : D511 09 280
PERIODE : PERIODE I TAHUN 2013- 2014
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Pembimibing I Pembimbing 2
Ir. H,Muh.Syavir Latief,M.Si Rahmi Amin Ishak,ST.,MT
NIP. 19760314 200212 2 005 NIP. 19531111 198003 1 009
Mengetahui,
Ketua Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Baharuddin Hamzah, ST, M.Arc.Ph.D NIP. 19690308 199512 1 001
KATA PENGANTAR
15
Ucapan puji syukur tak terhingga, penulis panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia- Nya yang telah
dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulisan Skripsi Perancangan ini
dapat diselesaikan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan studi pada
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
Dengan segala keterbatasan waktu, tenaga dan kemampuan yang
penilis miliki meyadarkan penulis bahwa hasil yang dicapai masih jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu, masukan berupa saran dan kritik yang
membangun dari pembaca sangatlah diharapkan guna perbaikan
sekaligus penambahan wawasan, ide dan kreativitas bagi penulis demi
tercapainya suatu kesempurnaan dan dapat menjadi bekal dimasa yang
akan datang.
Pada kesempatan ini penulis memohon maaf bila selama ini penulis
banyak merepotkan dan dengan penuh kerendahan hati penulis
mengucapkan banyak berterima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada :
1. Jesus Christ, my owesome God.
2. Kedua Orang Tua saya tercinta, papa ( Mustamin) dan mama
( Amun S. Mapandin S.Pd ) tercinta serta Keluarga Yang
senantiasa membimbing, menasehati, dan memberi dorongan
moril serta doa tulusnya.
3. Bapak Ir. H. Muh. Syavir Latief, MSi selaku pembimbing I
yang telah membimbing dan mengarahkan dalam
menyelesaikan penulisan ini.
4. Ibu Rahmi Amin Sihak, ST.,MT selaku Pembimbing II yang
telah banyak membimbing, mengarahkan, dan mendorong
moril dalam menyelesaikan penulisan ini.
5. Bapak Baharuddin Hamzah ST,.M.Arch., PhD selaku Ketua
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta Para Staf Akademik Fakultas
Teknik Universitas hasanuddin.
16
7. Buat adik-adik tersayangku (Hendra, Ari, Bela) yang telah
banyak memberikan dorongan baik secara moral dan materil
serta doanya selama ini.
8. Dan tak lupa temanlaikat sahabat seperjuanganku (Citra, Ifa,
Nana, Fah) perjuangan kita tidak berakhir disini cantik, mari
lakukan lebih dari ini. Buat Intan juga. Kami tunggu dipuncak
sukses.
9. Buat Kakak- kakak seStudio Akhir Periode I Th. 2013-2014,
yang telah bersedia direpotkan dan banyak membantu dalam
proses penyelesaian penulisan ini. Terima kasih untuk berbagi
keceriaannya, yang meringankan beban berat dalam proses
yang kita lalui bersama. Tiga bulan sangat singkat untuk
perjuangan manis kita.
10. Teristimewa buat teman-teman terbaik (Arsitektur Angkatan
2009) yang telah banyak membantu dari awal perkuliahan kita.
11. Dan kepada semua pihak yang tidak bisa sebutkan satu
persatu, kalian orang- orang terbaik yang Tuhan izinkan hadir
dihidupku.
Akhirnya semoga penulisan ini dapat bermanfaat untuk semua
pihak dan semoga Tuhan selalu melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya
kepada kita semua. AMIN
Makassar, 12 November 2012
Penulis
Inri Indah Rahayu INRI INDAH RAHAYU
17
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...............................................................
HALAMAN PENGESAHAN .................................................
KATA PENGANTAR .............................................................
DAFTAR ISI ..........................................................................
DAFTAR GAMBAR ...............................................................
DAFTAR TABEL ...................................................................
DAFTAR SKEMA ..................................................................
i
ii
iii
v
x
xii
xiii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................
B. Pengertian Judul ................................................
C. Rumusan Masalah ..............................................
D. Tujuan dan Sasaran Pembahasan ........ ..............
1. Tujuan Pembahasan .....................................
2. Sasaran Pembahasan ....................................
E. Manfaat ........................................................................
1. Manfaat secara subjektif ........................................
2. Manfaat secara objektif .........................................
F. Batasan Pembahasan dan Lingkup Pembahasan .......
1. Batasan Pembahasan ............................................
2. Lingkup Pembahasan ............................................
G. Metode Pembahsan dan Sistematika Pembahasan .....
1. Metode Pembahasan .............................................
2. Sistematika Pembahasan ......................................
1
5
6
7
7
8
8
8
8
8
8
9
10
10
11
BAB II. TINJAUAN UMUM PUSAT KERAJINAN TENUN DI
MAKASSAR
A. Tinjauan Umum Kerajinan Tenun .......................... 13
1. Pengertian Kerajinan ...................................... 13
2. Latar Belakang Timbulnya Kerajinan ............... 13
18
3. Klasifikasi Seni Kerajinan ................................ 14
4. Industri Kerajinan Secara Umum ..................... 15
5. Karakteristik Industri Kerajinan ........................ 15
6. Tinjauan Tenun .............................................. 16
a. Pengertian Dan Sejarah Tenun .................... 16
b. Bahan Baku Kain Tenun .............................. 18
c. Karakteristik Tenun ..................................... 19
d. Tenun Berdasarkan Teknik Pembuatannya .. 19
e. Jenis Tenun Berdasarkan Penggunaannya .. 21
B. Tinjauan Tenun di Indonesia ................................ 21
C. Tinjauan Tenun di Sulawesi Selatan .................... 23
1. Sejarah Perkembangan Tenun Di Sulawesi
Selatan .......................................................... 24
2. Fungsi Dan Peranan Tenun Di Sulawesi
Selatan .......................................................... 25
3. Pakaian Tradisional Sulawesi Selatan ............ 25
4. Bahan Dan Cara Pembuatan Tenun Tenun Di
Sulawesi Selatan ........................................... 25
5. Jenis Kain Tenun Tradisional Di Sulawesi
Selatan .......................................................... 28
6. Nilai- Nilai Tenun Tradisional Sulawesi
Selatan ......................................................... 31
7. Peralatan Tenun Tradisional Sulawesis
Selatan ......................................................... 33
D. Tinjauan Terhadap Pusat Kerajinan Tenun Di
Makassar ............................................................. 35
1. Potensi Pendukung Pengadaan Pusat
Kerajinan Tenun Di Makassar ........................ 35
2. Potensi Penghambat Pengadaan Pusat
Kerajinan Tenun Di Makassar ........................ 41
19
3. Fungsi Dan Peranan Pusat Kerajinan Tenun
Di Makassar .................................................. 43
a. Fungsi Sebagai Pusat Produksi ................... 44
b. Fungsi Sebagai Pusat Edukasi ................... 44
c. Fungsi Sebagai Pusat Promosi ................... 44
d. Fungsi Sebagai Pusat Perdagangan ............ 46
4. Jenis Dan Karakterisitik Kegiatan ................... 47
a. Jenis Kegiatan ............................................. 47
b. Karakterisitik Kegiatan ................................. 48
5. Objek Objek Yang Diwadahi Dalam Pusat
Kerajinan Tenun Di Makassar ......................... 51
6. Unsur- Unsur Pelaku Kegiatan Dalam Pusat
Kerajinan Tenun Di Makassar ........................ 51
7. Hubungan Antar Pelaku Kegiatan .................... 53
8. Pola Kegiatan Pusat Kerajinan Tenun Di
Makassar
55
9. Waktu Kegiatan .............................................. 55
10. ....................................................................... Fasilit
as Pusat Kerajinan Tenun Di Makassar .......... 56
a. Fasikitas Utama........................................... 56
b. Fasikitas Penunjang .................................... 57
11. ....................................................................... Statu
s Dan Hubungan Kelembagaan ....................... 58
12. ....................................................................... Tinjau
an Tentang Dekranasda .................................. 59
a. Pengertian ................................................... 59
b. Kepengurusan ............................................. 60
c. Tujuan ........................................................ 61
E. Studi Banding ....................................................... 65
20
BAB III TINJAUAN KHUSUS PUSAT KERAJINAN TENUN
DI MAKASSAR
A. Gambaran Umum Kota Makassar .......................... 79
1. Fungsi, Peranan dan Kedudukan Kota
Makassar ........................................................ 79
2. Kondisi Fisik Kota Makassar ........................... 80
a. Letak Astronomis dan Administratif .............. 80
b. Keadaan Morfologis dan Geografis .............. 81
c. Keadaan Iklim ............................................. 81
d. Rencana Tata Ruang Kota Makassar .......... 82
e. Kondisi Apresiasi Masyarakat ...................... 88
3. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat ................. 90
B. Analisa Jumlah Pengunjung ................................. 91
BAB IV KESIMPULAN
A. Kesimpulan Umum............................................... 99
B. Kesimpulan Khusus ............................................. 101
BAB V ACUAN PERANCANGAN PUSAT KERAJINAN
TENUN DI MAKASSAR
A. Acuan Perancangan Makro .................................. 108
1. Konsep Penentuan Lokasi ............................. 108
2. Penentuan Pemilihan Site/Tapak ................... 113
3. Pencapaian (accessibility) .............................. 116
4. Sirkulasi ........................................................ 118
5. Zooning ......................................................... 120
6. Konsep Tata Massa ....................................... 121
7. Pembentukan Ruang Luar.............................. 122
8. Orientasi Bangunan ....................................... 123
21
a. Orientasi Terhadap Sinar Matahari ............. 123
b. Oreinetasi Terhadap Angin ......................... 123
c. Naose/ Kebisingan ..................................... 123
d. View (Kualitas Pandangan) ....................... 123
B. Acuan Perancangan Mikro ................................... 124
1. Kebutuhan Ruang .......................................... 124
a. Kelompok Ruang ........................................ 125
b. Zona Ruang .............................................. 131
2. Hubungan dan Organisasi Ruang ................... 132
3. Jenis dan Besaran Ruang ............................... 137
4. Persyaratan Ruang ........................................ 147
a. Sistem Pencahayaan ................................... 147
1) Sistem Pencahayaan Alami ................... 147
2) Sistem Pencahayan Buatan ................... 147
b. Sistem Penghawaan ................................... 149
1) Sistem Penghawaan Alami .................... 149
2) Sistem Penghawaan Buatan .................. 149
c. Sistem Akustik ............................................. 150
5. Struktur Bangunan .......................................... 150
a. Struktur ....................................................... 150
1) Upper Struktur ....................................... 150
2) Super Struktur ....................................... 151
3) Sub Struktur .......................................... 151
b. Modul Struktur ............................................. 151
c. Material ....................................................... 152
6. Sistem Utilitas ................................................. 152
a. Pemipaan (Plumbing) .................................. 152
1) Air Bersih .............................................. 152
2) Air Kotor ................................................ 153
b. Elektrikal ..................................................... 154
c. Sistem Pembuangan Sampah ...................... 155
22
d. Sistem Komunikasi ...................................... 156
1) Komunikasi Internal ............................... 156
2) Komunikasi Eksternal ............................ 157
e. Sirkulasi Dalam Bangunan ........................... 157
f. Pemadam Kebakaran .................................. 158
1) Pencegahan Pasif ................................. 158
2) Pencegahan Aktif .................................. 159
g. Keamanan ................................................... 160
h. Penangkal Petir .......................................... 161
7. Konsep Bentuk dan Penampilan ...................... 161
a. Bentuk Dasar Bangunan ............................. 162
b. Penampilan Bangunan .............................. 162
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
23
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Logo Dekranasda
Gambar 2. Suasana Kawasan Pusat Tekstil Pintu Kecil
Gambar 3. Tampak Depan Kyoto Handicraft center
Gambar 4. Display Kerajinan di Tokyo Handicraft Center
Gambar 5. Display Kerajinan Pada Pusat Kerajinan KenDedes
Gambar 6. Bangunan Istambul Handicraft Center
Gambar 7. Display Kerajinan Pada Istambul Handicraft Center
Gambar 8. Bangunan Craft Cultural Complex
Gambar 9. Display Kerajinan Pada Craft Cultural Complex
Gambar 10. Kawasan Sentra Industri Tenun Saddan Balusu Toraja
Utara
Gambar 11. Poses Membuat Benang dan Menenun
Gambar 12. Kapas, Alat Membuat Benang & Alat Tenun
Tradisoonal
Gambar 13. Retail dan Display Produk Hasil Kerajinan Tenun
Gambar 14. Peta Administratif Kota Makassar
Gambar 15. Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kota Makassar
Gambar 16. Peta Kawasan Terpadu Kota Makassar
Gambar 17. Rekapitulasi Tujuan Wisata Mancanegara Berkunjung
ke
Makassar
Gambar 18. Rekapitulasi Jumlah Pameran/ Eksebisi Per Sektor
Tahun
2012
Gambar 19. Peta BWK Kota Makassar
Gambar 20. Peta Alternatif I Kecamatan Panakukang
Gambar 21. Peta Alternatif II Kecamatan Tamalate
Gambar 22. Peta Alternatif III Kecamatan Ujung Pandang
Gambar 23. Alternatif tapak
Gambar 24. Tapak yang Terpilih dan Existing Condition
24
Gambar 25. Rencana Main Enterence
Gambar 26. Rencana side Enterence
Gambar 27. Output Kondisi Analisis Tapak
Gambar 28. Hubungan ruang Apresiasi dan Komunikasi
Gambar 29. Hubungan Ruang Penunjnag/ Servis
Gambar 30. Sistem Penangkal Petir
25
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Karakteristik Tenun
Tabel 2 Ragam Hias
Tabel 3 Profil Pengrajin Kerajinan Sutera dan Kain
Tabel 4 Komparasi Studi Banding
Tabel 5 Penentuan Fungsi Detail Tata Ruang (DTRK) Kota
Makassar tahun 2011
Tabel 6 Penentuan Fungsi dominan dan fungsi penunjang
Tiap- Tiap Bagian Wilayah Kota (BWK) di Makassar
Tabel 7 Jumlah Penduduk Per Kecamatan
Tabel 8 Banyaknya Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan
Domestik di sulawesi Selatan 2005 – 2010
Tabel 9 Prediksi Pengunjung / Wisatawan Tahun 2012 dan
2021 yang Mengunjungi Pusat Kerajinan Tenun di
Makassar
Tabel 10 Data Event Unggulan Sulawesi Selatan
Tabel 11 Kebutuhan dan Kelompok Ruang
Tabel 12 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Besaran ruang
26
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Struktur Organisasi Pusat Kerajinan
Skema 2. Hubungan antar Pelaku Kegiatan Dalam Pusat
Kerajinan
Skema 3. Pola Kegiatan Dalamam Pisat Kerajinan Tenun
Skema 4. Struktur Organisasi Dewan Kerajinan Nasional
(Dekranas)
Skema 5. Hubungan Antara Pemerintah, Dekranas, dan Pusat
Kerajinan Tenun di Makassar
Skema 6. Sirkulasi Kendaraan
Skema 7. Pola Hubungan Ruang (Makro)
Skema 8. Pola Hubungan Unit Ruang Apresiasi dan Komunikasi
Skema 9. Pola Hubungan Ruang Penunjang/ Servis
Skema 10. Skema Air Bersih
Skema 11. Skema air Kotor
Skema 12. Skema Jaringan Listrik
Skema 13. Skema Sistem Pembuangan Sampah
Skema 14. Skema sistem Komunikasi
27
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara penghasil tekstil yang
memiliki keanekaragaman corak tradisional maupun modern.
Berbagai jenis pakaian yang unik dan spesifik tersebar di sekitar
3.000 pulau besar maupun kecil di nusantara. Puspa ragam jenis
bahan, teknik pengolahan,warna, motif dan komposisi merupakan
ciri tersendiri dari tekstil Indonesia. Sulawesi sebuah pulau dengan
5 provinsi dengan adat budaya yang mentradisi memiliki
keanekaragaman corak tekstil yang khusus di setiap daerah.
Dalam perkembangannya tekstil Indonesia mendapat pengaruh
dari provinsi disekitarnya di Indonesia maupun dan luar negeri,
termasuk dipengaruhi oleh perkembangan pariwisata. Tekstil
sebagai kebutuhan pokok manusia merupakan khas budaya
mengalami perkembangan dari masa ke masa, dan bentuk
sederhana berupa serat kemudian berkembang menjadi benang
dan kain. Di samping itu peralatan yang digunakan juga semakin
berkembang, sesuai dengan teknologi dan tuntutan pada masanya.
Dalam kebudayaan Sulawesi Selatan, kain tenun merupakan salah
satu cerminan adat masyarakat yang sering di gunakan sebagai
salah satu pelengkap acara, terutama dalam acara-acara adat
masyarakat Sulawesi Selatan. Selain itu, kain tenun termasuk
salah satu faktor yang mendukung tiap acara yang di adakan,
terutama pada acara-acara adat masyarakat Sulawesi Selatan.
Corak-corak yang di pergunakan juga terlihat begitu serasi dengan
warna yang di padupadankan, sehingga baik bentuk, warna, garis
dan motif kain tenun itu sendiri terlihat begitu selaras. Masyarakat
Sulawesi begitu identik dengan adat mereka,termasuk dalam
28
penggunaan kain tenunan merupakan hal yang penting, terutama
dalam acara-acara adat masyarakat Sulawesi Selatan.
Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi,
pengetahuan menenun di Sulawesi juga berkembang dengan
ditemukannya alat tenun mesin, sehingga produksi tekstil dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat maupun pasar internasional.
Perkembangan pariwisata yang semakin
pesat juga memberi kemajuan pada sektor industri khususnya Indu
stri tekstil sebagai komoditi ekspor yang berupa kain dan pakaian
jadi.
Jenis-jenis tenun tradisional Indonesia ada bermacam-macam
dan berkembang memiliki ciri khas dan nilai filsalfah tersendiri.
Dalam perkembangannya, motif yang terdapat dalam tekstil
Indonesia mengandung nilai-nilai filosofis yang kental dan setiap
lembaran tekstil yang ada. Motif-motif tersebut dapat diambil dari
lingkungan sekitar tempat mereka hidup maupun dari ceritera
kepahlawanan yang hingga kini masih dipuja oleh masyarakat.
Perbedaan yang paling mendasar adalah penggunaan tenu
Indonesia saat ini tidak lagi dibedakan dari kelas sosial, tapi
dibedakan dari tekstil yang digunakan sehari-hari dan saat upacara
adat. Pakaian sehari-hari menjadikan masyarakat Indonesia tampil
sebagai masyarakat modern, namun tetap menjadikan tradisi
sebagai akar identitas budaya yang dianutnya . Namun demikian tradisi
menenun ini bukannya tidak memiliki ancaman sama sekali. Karena industri
tekstil dewasa ini sudah berkembang dengan pesatnya. Ditambah lagi dengan
gejala globalisasi yang melanda dunia yang berlangsung sejalan dengan
perkembangan teknologi modern, komunikasi dan informasi.
Kemajuan pertekstilan modern dihantar oleh ditemukan dan
dikembangkannya berbagai alat tenun yang lebih baik dan lebih modern, baik
yang bukan mesin (ATBM) maupun yang menggunakan mesin. Alat-alat tenun
modern itu memiliki banyak keunggulan, selain mengurangi penggunaan tenaga
29
manusia, juga jumlah produksinya pun jauh lebih tinggi dibanding tenunan
tradisional. Pada akhirnya tenunan tradisional menjadi tertinggal. Banyak
kemudian penenun tradisional menjadi putus asa karena tidak mampu bersaing
dengan tenunan alat modern. Karena di samping tidak mampu menyaingi
kecepatan alat modern tersebut juga konsumennya semakin berkurang
lantaran harga kain tenunan tradisional relatif lebih mahal dibanding tenunan
modern.
Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, industri tenunan sutra di
Sulawesi Selatan semakin berkembang sejak digunakannya Alat Tenun Bukan
Mesin (ATBM) serta Alat Tenun Mesin (ATM) di daerah tersebut. Dibandingkan
alat tenun Gedongan, kedua peralatan tenun ini dapat menghasilkan tenunan
dengan ukuran dan desain lebih beragam dalam waktu produksi yang lebih
singkat. Sehingga untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi, ATBM dan
ATM memang lebih efektif serta menguntungkan bagi para perajin dan
pengusaha.
Generasi muda, khususnya remaja-remaja putri Indonesia sudah kurang
yang berminat untuk mempelajari tenunan tenun tradisional. Mereka sudah lebih
tertarik pada kegiatan-kegiatan lain yang dianggapnya lebih produktif, misalnya
menjadi pegawai, karyawan atau buruh pabrik atau pekerjaan lain yang lebih
menawarkan upah yang lebih tinggi. Demikian pula dari segi konsumen kain
tenun, mereka kebanyakan mencari kain yang lebih murah dengan kualitas yang
lebih baik yang banyak diproduksi oleh alat tenun modern ATBM misalnya.
Hal ini mengakibatkan masyarakat semakin berorientasi pada
kehidupan praktis sehingga semakin menurun minat masyarakat
Indonesia terhadap pengetahuan akan tenun. Banyak masyarakat
Indonesia yang tidak tahu tekstil tradisional mereka, apalagi cara
membuatnya. Para perajin yang berniat menggeluti pengetahuan
akan tekstil tradisional dengan motif-motif yang mengandung nilai
budaya didalamnya semakin langka. Begitu juga dengan kuantitas
produk tekstil tradisional Indonesia.
30
Gairah pasar tenun sutera Sulawesi Selatan mulai bangkit
kembali dan disiapkan menjadi komoditas unggulan pasar
Internasional yang siap go Internasional. Sutera Sulawesi Selatan
tidak hanya sebatas komoditas andalan di Sulawesi Selatan, tetapi
juga di Indonesia dan dinilai memenuhi standar ekspor. Hal ini
terbukti dengan digelarnya promosi tenun sutera Sulawasi Selatan
di ajang South Sulawesi Silk Day di Jakarta, 22 Desember 2010
dan South Sulawesi Silk Festival Singapura, 23-26 Desember 2010
yang dirangkaikan acara tahunan Food, Wedding and Shopping
Singapore.
Permasalahannya adalah, membawa budaya lokal ke tingkat
internasional hanya akan membahayakan nilai kearifan yang
terkandung dalam budaya itu sendiri, kalau bangsa pemilik
budayanya saja tidak mengenal dan tidak mau mengenal
budayanya sendiri. Nilai yang terkandung dalam tenun jauh dari
sekedar warna, keindahan, serta fashion semata di dalamnya ada
nilai dan sejarah yang terkandung, bukti kehidupan dari bangsa
Indonesia sejak jaman leluhur dan Nusantara. Membawa tenun
atau budaya lain hanya sebagai produk yang diperjual-belikan, tak
membedakan budaya tersebut dengan produk kemasan yang
digunakan hanya sebagai prestis.
Untuk mengantisipasi hal tersebut maka diperlukan suatu
wadah untuk melestarikan, memperagakan, mempertahankan dan
mengembangkan tenun Indonesia khususnya seperti yang
dilakukan oleh negara lain yang sangat menghargai kekayaan
warisan budayanya. Salah satu wadah yang relevan untuk
mendukung usaha ini adalah Pusat Kerajinan Tenun di Makassar.
Pusat Kerajinan Tenun di Makassar mengangkat kosep paket
wisata berupa sentra dalam wujud fasilitas bersama atau kolektif
yang mengangkat fungsi promosi/informasi dan penjualan/
komersial, pendidikan dan pelatihan serta komunikasi dan
31
pengembangan bagi para pengrajin. Fasilitas bersama atau kolektif
ini terintegrasi dengan pengrajin-pengrajin lokal. Ketersediaan
fasilitas bersama atau kolektif yang dilengkapi dengan fasilitas
umum dan penunjang lainnya dengan para pengrajin dapat menjadi
paket wisata dan pengembangan perdagangan di Sulawesi Selatan
umumnya, di Makassar khususnya.
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan perlu adanya
sebuah Perencanaan dan Perancangan Pusat Kerajinan Tenun di
Makassar yang merupakan penataan bangunan dan kawasan
industri tenun dengan kosep paket wisata dan pengembangan
perdagangan, yaitu dengan cara menyediakan fasilitas bersama
dan kolektif yang terintegrasi dengan para pengrajin tenun ATBM
lokal. Sehingga dapat mengkonikasikan kebutuhan kapasitas
ruang, kelengkapan fasilitas, mapun dari segi kualitas arsitekturnya
yang mengangkat cita arsitektur setempat dan menyampaikannya
dengan bahasa baru.
Konsep penekanan bentuk (function follows form) menuntut
perancangan Pusat Kerajinan Tenun di Makasar harus mengacu
pada Tenun dan unsur-unsur pendukung lainnya. Selain itu,
penerapan arsitektur kontemporer dengan konsep techno-artistik
dengan sistem spaceframe dan penggunaan selubung atap dengan
bentuk dan penampilan bangunan futuristik, diharapkan menjadi
satu landmark yang membudayakan seni kerajinan tenun dan jati
diri masyarakat modern.
B. Pengertian Judul
1. Pusat :
Di tengah- tengah
Organisasi yg mengumpulkan, menampung, mengolah, dan
menyajikan (www.wikipedia.com)
32
Suatu tempat atau tempat yang berada ditengah-tengah benar
atau tempat yang menjadi tumpuan segala kegitan, tempat terdapat
atau berlakunya berbagai kegiatan utama atau tertentu. (Kamus
Besar Bahasa Indonesia)
2. Kerajinan :
Kerajinan adalah hal yang berkaitan dengan
buatan tangan atau kegiatan yang berkaitan dengan barang yang
dihasilkan melalui keterampilan tangan (kerajinan tangan).
Kerajinan yang dibuat biasanya terbuat dari berbagai bahan. Dari
kerajinan ini menghasilkan hiasan atau benda seni maupun barang
pakai. Biasanya istilah ini diterapkan untuk cara tradisional dalam
membuat barang-barang.
Kerajinan adalah produk yang dikerjakan sebagian atau
seluruhnya dengan tangan, termasuk segi kebudayaannya yang
merupakan usaha yang dapat dikembangkan sebgai industri
kerajinan dalam upaya meningkatkan kesejahterahan rakyat serta
memelihara, melestarikan, dan mengembangkan budaya bangsa.
(Dekranasda Sulsel)
3. Tenun :
Hasil kerajinan yg berupa bahan (kain) yg dibuat dari benang
(kapas, sutra, dsb) dng cara memasuk-masukkan pakan secara
melintang pada lungsin (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
4. Di :
Preposisi kata depan untuk menandai tempat ( sebagai kata
perangkai) (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
5. Makassar :
Ibu kota Sulawesi Selatan, dalam lingkup regionalnya merupakan
pusat kota- kota kecil di sekitarnya.
Dari pengertian diatas, maka pengertian Pusat Kerajinan Tenun di
Makassar adalah suatu wadah yang menjadi pusat kegiatan kerajinan
tenun yang meliputi produksi, edukasi, promosi dan perdagangan serta
33
kegiatan lain yang menunjang pengembangan seni kerajinan tenun yang
mendukung pelestarian seni dan budaya menenun yang ditempatkan di
ibukota Sulawesi Selatan yaitu kota Makassar.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Non Arsitektural
Bagaimana mewujudkan suatu pusat kerajinan tenun yang
mampu merangkum, menampung, dan mengembangkan
kuantitas dan kualitas jenis tekstil tradisional Indonesia yang
refresentatif sebagai pusat produksi, edukasi, promosi dan
perdagangan ?
2. Arsitektural
a. Bagaimana memilih atau mendapatkan tapak yang sesuai
dengan wadah Pusat Kerajinan Tenun di Makassar dengan
mempertimbangkan aspek-aspek teknis dan non teknis yang
fungsional ?
b. Bagaimana perletakan, ungkapkan desain, ungkapan ruang
bangunan dan sistem penyajian perwadahan setiap fungsi
yang diwadahi sehingga dapat menarik minat para pengunjung
dan orang banyak ?
c. Bagaimana menata sistem sirkulasi diluar bangunan,
pencapaian, di lingkungan site, sirkulasi intra bangunan,
pengkondisian utilitas bangunan, bentuk fisik, pemilihan
material, sistem struktur bangunan dan kesatuan bentuk
dengan lingkungan ?
34
D. Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan
a. Penulisan
Menyusun landasan konsepsual perencanaan sebuah bangunan
yang akan dipergunakan sebagai acuan dalam tahap desain
selanjutnya.
b. Tujuan Perencanaan
1) Menyusun dan mewujudkan suatu rancangan yang mampu
mewadahi kegiatan perangkuman, pelestarian, peragaan,
serta pengembangan wawasan dan pengetahuan
mengenai tekstil Indonesia.
2) Menyediakan sarana produksi, pameran, pelayanan umum,
pelayanan edukasi,promosi dan perdagangan yang aman,
nyaman, kompak, dan menyatu antar fungsinya, sehingga
dapat menunjukkan kualitas tekstil Indonesia yang
dipamerkan didalam bangunan pusat kerajinan tenun ini.
2. Sasaran
Tersusunnya langkah- langkah kegiatan penyusunan
acuan perancangan Pusat Kerajinan Tenun di Makassar
berdasarkan atas sapek- aspek panduan perancangan
(design guide lines aspect).
E. Manfaat
1. Manfaat secara Subyektif
Tersusunnya sebuah Landasan Program Perencanaan
dan Perancangan Arsitektur yang dapat digunakan sebagai
acuan untuk proses perancangan grafis Pusat Kerajinan Tenun
di Makassar.
2. Manfaat secara obyektif
35
Perencanaan dan perancangan Pusat Kerajinan Tenun di
Makassar dengan konsep keterpaduan fasilitas bersama dan
pengrajin- pengrajin lokal secara langsung, sehingga
berpotensi menjadi sebuah paket wisata tenun ATBM, serta
penekanan desain Arsitektur Neo-Vernakular ini diharapkan
dapat menjadi masulan bagi pengembangan Pusat Kerajinan
Tenun di Makassar.
F. Batasan Dan Lingkup Pembahasan
1. Batasan
Pembatasan ini dibatasi pada masalah yang nantinya
diharapkan dapat menghasilkan acuan perencanaan fisik
sesuai tujuan dan sasaran yang akan dicapai.
a) Objek yang akan dibahas disesuaikan dengan kondisi kota
Makassar sebagai lokasi perletakan Pusat Kerajinan Tenun
di Makassar nantinya dengan fungsi dan sifat yang
disesuaikan kondisi social budaya masyarakat Indonesia,
khususnya Sulawesi Selatan.
b) Pusat kerajinan yang direncanakan mewadahi kegiatan
produksi ,edukasi, promosi dan penjualan khusus barang-
barang kerajinan tenun dan tenunan itu sendiri yang
diproduksi dengan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin).
c) Masalah perancangan dibatasi pada masalah arsitektural,
khususnya tata ruang, pensyaratan ruang dan penampilan
bangunan dengan konsep pendekatan arsitektur neo-
vernakular.
d) Perancangan didasarkan pada standar-standar ruang yang
telah dianalisis dan dibahas pada acuan perancangan yang
disesuaikan dalam proses perancangan fisik.
e) Masalah struktur dan utilitas dibatasi pada masalah yang
berkaitan langsung dengan system yang sesuai dengan
36
rancangan bangunan ruang pamer, rung konvensi dan
fasilitas penunjangnya.
2. Lingkup Pembahasan
Pembahasan difokuskan untuk mengungkapkan suatu
wadah sebagai bangunan pusat kerajinan menurut disiplin
ilmu arsitektur serta hal-hal diluar lingkup pemikiran disiplin ilmu
arsitektur yang dianggap berorientasi pada faktor-faktor
perencanaan akan tetap diungkapkan namun tidak secara
mendetail dan dianggap sebagai bahan penunjang
pambahasan.
Adapun yang diungkap sebagai objek pembahasan
adalah :
a) Pembahasan masalah pusat kerajinan secara umum dan tekstil
dalam lingkup lokal secara spesifik.
b) Mengemukakan potensi dan kondisi kebudayaan Indonesia
dalam kaitannya dengan upaya pengadaan pusat kerajinan
tenun sebagai wadah yang dapat mampu merangkum,
menampung, dan mengembangkan kuantitas dan kualitas jenis
tenun tradisional Indonesia yang refresentatif sebagai pusat
produksi,edukasi, promosi, dan penjualan.
c) Melihat pentingnya pengadaan wadah mampu merangkum,
menampung, dan mengembangkan kuantitas dan kualitas jenis
tenun tradisional Indonesia yang menfasilitasi fungi promosi,
penjualan, pendidikan dan pelatihan, seta wadah komunikasi
bagi para pengrajin, dimana fasilitas ini terintegrasi dengan
pengrajin-pengrajin, sehingga dapat menjadi suatu alternatif
wisata belanja dan budaya di kota Makassar, dengan
penerapan konsep paket wisata dan pengembangan
perdagangan, serta penerapan arsitektur noe-vernakular yang
memperhatikan lingkungan sekitar dan budaya setempat.
37
G. Metode Dan Sistematika Pembahasan
1. Metoda pembahasan
Metode yang akan digunakan dalam melakukan pembahasan adalah
metode deskriptif, yaitu dengan melakukan pembahasan
secara bertahap dari masalah yang bersifat makro atau
umum menuju masalah yang bersifat mikro atau lebih
detail. Metode pembahasan dilakukan denagan tahapan :
a) Pengumpulan Deskriptif
Dilakukan dengan mengumpulkan data. Data yang
diperoleh merupakan data yang terdiri dari :
1) Data Primer :
Dilakukan dengan mewawancarai narasumber untuk
mendapatkan informasi.
2) Data Sekunder
Pengumpulan data dilakukakan dengan membedah
literatur-literatur guna pemahaman mendalam
permasalahan mengenai Pusat Kerajinan Tekstil di
Makassar di serta mempelajari buku-buku yang
berkaitan dengan teoti, konsep, standar perencanaan
dan perancanan dalam mewadahi kebutuhan-kebutuhan
akan kepentingan didalamnya.
b) Analisis
Tahap penguraian masalah dengan mengidentifikasi
masalah berdasarkan data-data yang telah terkumpul dan
berdasarkan landasan teori yang ada, sehingga akan
menghasilkan kesimpulan. Seluruh tahapan pembahasan
selalu dilakukan pengevaluasian dan mengalami
feedback control pada setiap bagiannya sehingga data-
data yang belum ditampilkan segera dapaat disiapkan,
38
metode dan penganalisaan dapat diklasifikasi
secepatnya, serta konsep perencanaan dapat dihasilkan
dengan lebih tepat.
c) Sintesis
Hasil dari tahap analisa disusun berupa konsep yang
mendasari perencanaan Pusat Kerajinan Tenun di
Makassar. Kemudian pembahasan lebih lanjut dijabarkan
dalam bentuk desain.
2. Sistematika pembahasan
Sistematika pembahasan disusun sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Pendahuluan yang memaparkan latar
belakang, tujuan dan sasaran pembahasan,
permasalahan, manfaat, lingkup pembahasan,
metode pembahasan, sistematika
pembahasan, dan alur pikir.
BAB II :Tinjauan Umum Pusat Kerajinan Tenun di
Makassar
Penjabaran mengenai tinjuan Kerajinan,
Tinjauan tentang tenun di Sulawesi Selatan,
dan tinjauan tentang Pusat Kerajinan di
Makassar serta studi banding, serta kajian
pustaka lain yang diperlukan.
BAB III : Pusat Kerajinan Tenu di Makassar
Tinjauan mengenai kondisi dan potensi Kota
Makassar secara umum, serta tinjauan Pusat
Kerajinan Tenun di Makassar secara khusus.
BAB IV : Kesimpulan
Merupakan kesimpulan yang didapatkan
berdasarkan tinjauan-tinjauan yang telah
dibuat sebelumnya.
39
BAB V : Acuan Perancangan Pusat Kerajinan Tenun di
Makassar
Merupakan konsep perancangan yang meliputi
konsep makro dan mikro sebagai acuan
perancangan Pusat Kerajinan Tenun di
Makassar.
40
BAB II
TINJAUAN UMUM
PUSAT KERAJINAN TENUN DI MAKASSAR
A. Tinjauan Umum Kerajinan Tenun
1. Pengertian kerajinan
Kerajinan adalah hal yang berkaitan dengan buatan tenun atau
kegiatan yang berkaitan dengan barang yang dihasilkan melalui
keterampilan tenun (kerajinan tenun). Kerajinan yang dibuat
biasanya terbuat dari berbagai bahan. Dari kerajinan ini
menghasilkan hiasan atau benda seni maupun barang pakai.
Biasanya istilah ini diterapkan untuk cara tradisional dalam
membuat barang-barang.
Istilah kerajinan sering dihubungkan dengan “nijverheid”
yaitu suatu istilah yang dibawa oleh orang Belanda pada
waktu menjajah nusantara (kerajinan berasal dari kata „rajin‟
lawan kata dari „malas‟ yang bahasa belandanya
„ijver/nijver‟). Sehingga kesibukan “nijverheid” itu dianggap
kerajinan beserta hasil kegiatannya.
Dalam bahasa Inggris, kerajinan sama dengan “craft”.
Kerajinan tenun: handicraft
2. Latar belakang Timbulnya Kerajinan
Ada 2 faktor penyebab timbulnya kerajinan :
a. Dorongan dari dalam
Dorongan yang bersumber dari kemampuan dan
perkembangan akal, pikiran dan budi manusia dalam
memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidup, sehingga
manusia dapat merencanakan sesuatu.
Dorongan dari dalam menyangkut:
1) Kebutuhan jasmani
41
2) Kebutuhan rohani
b. Dorongan dari luar
Suatu dorongan yang banyak dipengaruhi oleh alam dan
dunia gaib. Dari pengaruh alam tersebut timbullah
dorongan untuk menciptakan sesuatu untuk menolak atau
memanfaatkan pengaruh alam itu.
3. Klasifikasi seni kerajinan ditinjau atas:
a. Medium atau bahan yang digunakan :
1) Kerajinan batu
2) Kerajinan keramik
3) Kerajinan gerabah
4) Kerajinan logam
5) Kerajinan kaca
6) Kerajinan karet
7) Kerajinan plastik
8) Kerajinan dedaunan
9) Kerajinan buah
10) Kerajinan bunga
11) Kerajinan kulit pohon
12) Kerajinan kayu
13) Kerajinan tempurung
14) Kerajinan glugu
15) Kerajinan bambu
16) Kerajinan akar
17) Kerajinan rotan
18) Kerajinan Tenun
19) Kerajinan benang/tali
20) Kerajinan bulu
21) Kerajinan kulit
22) Kerajinan kulit telur
23) Kerajinan kerang
24) Kerajinan tulang
42
b. Proses
1) Pencetakan
2) Pembakaran
3) Pemanasan
4) Pewarnaan
5) Penganyaman
6) Pengukiran
7) Pengguntingan dan penjahitan
8) Penenunan
c. Fungsi
1) Fungsi Praktis
Sebagai pemuas kebutuhan akan keindahan yang dapat
diwujudkan pada semua jenis barang atau benda.
2) Fungsi estetik/ keindahan
Sebagai perwujudan dari ide dan rasa tentang keindahan
yang dibuat secara khususn dengan bahan yang khusus
pula.
4. Industri kerajinan secara umum (Mukerda Dakrenas Sulsel,2009)
Golongan kerajinan merupakan salah satu komponen dari
sektor industri pengolahan yang mempunyai sumbangan yang
sangat besar dalam menciptakan lapangan kerja di Indonesia,
Jumlah unit usaha yang mencapai 960.443 unit usaha yang
menyerap tenaga kerja sebanyak 2.709.869 orang bukti bahwa
industri kerajinan memiliki prospek dalam pengembangannya.
Produktivitas pekerja industri ini pun mengalami peningkatan setiap
tahunnya, meskipun masih banyak terdapat kendala dalam
pengembangannya antara lain pesebaran usaha yang belum
43
merata di seluruh Indonesia ditambah lagi masalah pemasaran,
permodalan, dan pengelolaan yang belum maksimal.
5. Karakteristik industri kerajinan
a. Umum
1) Tersebar diseluruh Indonesia
2) Padat karya, investasi relatif kecil dan menghasilkan nilai
tambah tinggi
3) Menggunakan teknologi sederhana sampai madya; tidak
memerlukan skill yang begitu tinggi
4) Sumber penciptaan usaha baru
5) Memiliki tingkat fleksibilitas tinggi dalam mengantisipasi
dinamika perubahan pasar dan tahap terhadap gejolak krisis
b. Spesifik
1) Produk industri kerajinan berhubungan langsung dengan
SDA terbaharui dan tidak terbaharui
2) Life time circle relative lebih baik dalam produk maupun
desain
6. Tinjauan Tenun
a. Pengertian dan Sejarah Tenun
Menenun/ Tenun adalah proses menjalin helaian
benang sama ada benang kapas atau emas secara
berselang seli sehingga menjadi sehelai kain.
Seperti diketahui pertenunan (pakaian) tradisional
diperkirakan telah dimulai sejak masa Neolitikum
(Prasejarah), dimana ditemukan bukti-bukti adanya
temuan dari benda-benda prasejarah prehistoris yang
umurnya lebih dari 3.000 tahun yang lalu. Bekas-bekas
peninggalan pembuatan pakaian ini ditemukan pada situs
Gilimanuk, Melolo, Sumba Timur, Gunung Wingko,
44
Yogyakarta, dan lain-lain. Di daerah ini ditemukan teraan
(cap) tenunan, alat untuk memintal, kereweng-kereweng
bercap kain tenun dan bahan yang terlihat jelas adanya
tenunan kain terbuat dari kapas.
Pada zaman prasejarah pakaian berfungsi sebagai
pelindung badan dari panas dan dingin, serta gangguan
serangga dan benda-benda tajam. Bahan yang digunakan
masih sangat sederhana, seperti kulit kayu, kulit binatang,
serat, daun-daunan, serta akar tumbuh-tumbuhan. Alat
yang digunakan untuk membuat pakaian berupa alat
pemukul dari bahan kayu atau batu, bentuknya persegi
panjang dan terdapat beberapa garis di tengahnya.
Pembuatan pakaian dari kulit kayu memerlukan
pengalaman dan pengetahuan, setelah dipilih jenis pohon
keras dan mempunyai serat kayu yang panjang,
selanjutnya pohon (kayu) dikuliti, kemudian serat kayu
direndam air agar lunak. Dengan pemukul batu maka kulit
kayu dibentuk menjadi kain. Sisa tradisi pembuatan kain
semacam ini masih ditemukan di daerah Sulawesi Tengah
yang disebut “Fuya” dan di Irian disebut “Capo”.
Pada masa klasik, India, Persia, Cina, Eropa adalah
negara yang banyak memengaruhi kain tenun tradisional
Indonesia. Namun tidak menutup kemungkinan negara-
negara lain seperti Vietnam, Myanmar, Thailand,
Cambodia, dab lain-lain juga ikut mempengaruhinya.
Pengaruh-pengaruh tersebut selain tampak pada ornamen
atau ukiran bangunan, candi, lukisan-lukisan kaca,
nyanyian-nyanyian, dan sebagainya. Pengaruh Cina yang
masih nampak jelas sampai saat ini adalah bentuk
arsitektur Masjid Agung Banten, rancangan bangunan
utama masjid yang beratap tumpuk lima dipercayakan
45
kepada arsitek Cina bernama Cek Ban Cut, sehingga
bangunan tersebut memperlihatkan idiom pagoda Cina,
baik dari bentuk, ekspresi hingga ukirannya. Pengaruh lain
nampak juga pada kain seperti kain bermotif burung
poenix. Penggambaran manusia bahkan binatang kera
pada relief di candi-candi seperti Borobudur dan
Prambanan (adegan Sugriwa-Subali) abad 8-9
digambarkan memakai pakaian.
Dalam prasasti Jawa Kuno dapat ditemukan istilah-
istilah yang memberikan gambaran tentang adanya
pertenunan di masa lalu. Pada prasasti Karang Tengah
berangka tahun 847 (kol. Mus Nas No D 27) terdapat
tulisan “putih hlai 1 (satu) kalambi” artinya kain putih satu
helai dan baju. Pada prasasti “Baru” tahun 1034 M disebut
kata Pawdikan artinya pembatik atau penenun. Pada
prasasti “Cane” tahun 1021 M dan prasasti dari Singosari
tahun 929 M (kol. Mus Nas No 88) terdapat istilah
“makapas” atau madagang kapas. Dalam cerita rakyat
yang ada hubungannya dengan pertenunan adalah cerita
Sang Kuriang, seorang tokoh penting dalam cerita itu yaitu
Dayang Sumbi yang pekerjaannya sehari-hari adalah
menenun. Pembuatan pakaian pada masa lalu dapat
petunjuk pada relief “wanita sedang menenun” yang
dipahatkan pada umpak batu abad 14 dari daerah
Trowulan, sekarang tersimpan di Museum Trowulan, Jatim.
Goncangan di bidang produksi kain tradisional terjadi
pada waktu adanya revolusi pembuatan kain tradisional
pada sekitar tahun 1911, ketika pemerintah Hindia
Belanda mengintrodusir Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).
Alat ini terbuat dari kayu, dimana digunakan torak-torak
yang dihubungkan dengan tali, sehingga apabila salah
46
satu alat tenun digerakkan, maka secara otomatis alat
lainnya akan bergerak. Alat ini hanya dapat untuk
membuat kain sederhana, seperti kain polos, lurik, ikat,
dan sebagainya.
b. Bahan Baku Tenun
Bahan baku Tenun dalah serat, dimana bahan baku serat
dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu :
1) Serat alami : serat yang berasal dari nabati (kapas, goni,
henep, flax), hewani(wol, sutera), serat asbes.
2) Serat buatan : nilon, poliester, rayon, dan sebagainya
c. Karakteristik Tenun
Tabel 1
Karakteristik Tenun
Sifat-sifat Tenun Kerusakan Tenun
Bahan Alami Bahan Buata
n
Lingkungan Cahaya Biotik
Tenunnya terasa
empuk
lebih kuat Kelembaba
n tinggi
Pencemara
n
Jamur
Insekt
a
Baik sebagai isolasi
panas
elastisitas
yang tinggi
Baik sebagai isolasi
panas
stabilitas
terhadappan
as cukup
47
baik
d. Jenis Tenun berdasarkan teknik pembuatannya
1) Tenun sederhana.
Tenun yang dihasilkan dari benang pakan masuk keluar
kedalam benang lungsi dengan ritme yang sama, sehingga
menghasilkan tenun polos tanpa corak atau dengan corak
garis-garis, kotak-kotak sesuai dengan warna dan jenis
benang yang dipakai, sehingga menghasilkan tenunan yang
disebut tenun lurik (garis-garis) atau tenun poleng (kotak-
kotak). Tenun ini banyak dijumpai di daerah Jawa Barat,
Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Sulawesi Tenggara.
2) Tenun ikat lungsi
Tenun ikat lungsi adalah produk tenun dengan desain yang
terjadi dari kumpulan benang lungsi yang dibentangkan pada
alat perentang diikat dengan tali rafia berbagai warna yang
disesuaikan dengan ragam hias dan warna yang diinginkan,
kemudian dicelup. Setelah mengering pada bagian yang
ditandai oleh warna rafia tertentu dibuka ikatannya dan
dicolet dengan warna yang diinginkan, dilakukan seterusnya
pada ikatan warna rafia yang lain dicolet dengan warna-
warna yang diinginkan. Setelah kering, kemudian ditata pada
alat tenun dan ditenun dengan benang pakan warna tertentu
sesuai dengan warna yang diinginkan secara
keseluruhan.Hasil tenun ikat lungsi banyak dijumpai dari
daerah NTB, NTT, Maluku, Kalimantan Timur, Kalimantan
Barat, Sulawesi Barat , Sulawesi Utara, Papua Barat.
3) Tenun ikat pakan
Tenun ikat pakan proses pembuatannya sama dengan tenun
ikat lungsi, tetapi yang diikat adalah kumpulan benang pakan
sesuai dengan ragam hias dan warna yang diinginkan,
48
kemudian ditenun pada bentangan benang lungsi yang
sudah tertata pada alat tenun dengan warna yang yang
diinginkan secara keseluruhan.Hasil tenun ikat pakan banyak
dijumpai dari daerah Bengkulu, Sumatera Selatan, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, Kalimantan
Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tengah.
4) Tenun ikat ganda (ikat lungsi dan pakan)
Kedua teknik tersebut diatas digabungkan dalam proses
penenunannya, sehingga corak akan terbentuk dari
persilangan benang lungsi dan benang pakan yang
bertumpuk pada titik pertemuan corak yang dikehendaki.
Hasil tenun ikat ganda dapat dijumpai dari Bali
(Tenganan),Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara.
5) Tenun songket
Tenun songket adalah tenun dengan teknik menambah
benang pakan sebagai hiasan, yaitu dengan menyisipkan
benang perak, emas, tembaga atau benang warna diatas
benang lungsi. Penempatannya tergantung dari corak yang
diinginkan, ada kalanya penuh dengan berbagai ragam hias,
atau beberapa bagian kain saja dan kadangkala dipadu
dengan teknik ikat. Tenun songket banyak terdapat di daerah
Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu,
Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa
Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur,
Sulawesi Selatan, Maluku Utara. Tenun songket kombinasi
ikat pakan terdapat di daerah Bengkulu tenun Cual),
Sumatera Selatan (tenun Limar).
e. Jenis tenunan berdasarkan penggunaanya
49
1) Kain sarung- mempunyai bagian kepala, badan dan kaki ,
dan dipakai oleh kaum wanita.
2) Kain samping - lebih kecil daripada kain sarung dan ke dua-
dua ujung disambung untuk jadikan kain samping.
3) Kain selendang- kainnya panjang dan mempunyai kepala di
kedua-dua hujungnya. Dijadikan selendang.
4) Kain destar/tanjak/tenggolok-kain dilipat dan diikat serta
dijadikan perhiasan kepala.
5) Kain lepas- tenunan tanpa corak-lebih kecil dari kain bujang
6) Kain kampuh- menjadi kain kelubung atau kain sarung-
selempang bahu untuk lelaki.
B. Tinjauan Tenun di Indonesia
Kepulauan Indonesia terkenal dengan kain dekorasi
seperti batik dan tenun. Masyarakat Sulawesi Selatan
mempunyai keterampilan yang tinggi untuk membuat motif dari
desain Tenunyang unik dan spesifik. Desain dari
TenunIndonesia tidak hanya merefleksikan keanekaragaman
etnik di daerah Sulawesi Selatan sendiri tetapi juga
mengadopsi kultur luar, terutama India dan Cina. Sebagai
tradisi dan alat tukar,TenunIndonesia memiliki nilai yang
penting secara ritual dan dikenakan saatu pacara keagamaan
seperti upacara beranjak dewasa dan pernikahan. Pengaruh
negara luar yang paling besar adalah dari India dan Cina,
selain itu juga Arab dan Islam India, dan nantinya Kristen
Eropa, memberikan pengaruh yang besar bagi TenunSulawesi
Selatan. Yang paling cepat menerima pengaruh ini adalah
penduduk yang tinggal dekat dengan pantai. Sedangkan
penduduk yang tinggal di dataran tinggi mengalami
perkembangan setelah adanya penjajahan Belanda.
Pemerintah mulai mempunyai pabrik lokal sendiri. Banyak
50
desain yang merefleksikan nilai tukar nasional dan
regionalisme, namun tetap memperhatikan simbol kultur dalam
status multikultur.
Setelah masuknya pengaruh dari negara-negara lain
seperti India, Arab, Cina, Eropa tiap-tiap daerah mempunyai
karakteristik tersendiri. Beberapa pusat batik di Jawa masing-
masing mempunyai ciri khas, batik Pekalongan mempunyai
warna cemerlang dengan motif dipengaruhi kebudayaan Cina
dan Eropa. Batik Jogja dan Solo kebanyakan berwarna sogan
coklat. Kain jumputan atau kain pelangi merupakan kain
dengan teknik hias dengan cara mengikat kain pada waktu
akan dicelup ke dalam celupan warna, kemudian setelah
selesai dibuka pada bagian-bagian yang diikat membentuk
lingkaran-lingkaran atau bunga-bunga. Di daerah Solo dan
Jogja kain jumputan dipakai untuk selendang, kemben, ikat
kepala dan ikat pinggang.
Kain ikat ganda disebut juga kain Gringgsing di Bali selain
dianggap mempunyai kekuatan untuk dapat menyembuhkan
penyakit, juga dipakai untuk upacara potong gigi seorang gadis.
Kain rongkong di Toraja dan kain hinggi di Sumba digunakan
untuk upacara kematian. Ragam hias tenun di daerah Pandai
Sikek bersumber dari alam lingkungan sesuai dengan
ungkapan “alam terkambang jadikan guru,” misalnya bentuk
tumpal disebut pucuak rabuang, bentuk pilin ganda disebut itik
pulang patang. Di daerah Batak seorang yang hamil menerima
ulos ni Tondi dari orangtuanya untuk diselendangkan di
bahunya, melambangkan pemindahan kekuatan dari orang
tuanya kepada anaknya. Di Kalimantan kain adat bermotif
naga, burung atau abstraksi dipakai dalam upacara menanam
tanaman agar hasilnya berlimpah ruah. Di Lampung pada
upacara pengangkatan kepala adat dan upacara daur hidup
51
digantungkan kain kapal, sebagai lambang perjalanan hidup
manusia dari lahir sampai meninggal, seperti kapal yang
bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Kain tradisional juga
digunakan sebagai perlengkapan perkawinan atau “antaran”
dari rumah laki-laki ke rumah wanita. Di daerah Bali kain
songket lamak digantungkan di pura dan dipakai untuk upacara
Galungan.
C. Tinjauan Tenun Sulawesi Selatan
Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, industri tenunan
sutra di Sulawesi Selatan Selatan semakin berkembang sejak
digunakannya Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) serta Alat
Tenun Mesin (ATM) di daerah tersebut. Dibandingkan alat
tenun Gedogan, kedua peralatan tenun ini dapat menghasilkan
tenunan dengan ukuran dan desain lebih beragam dalam waktu
produksi yang lebih singkat. Sehingga untuk memenuhi
permintaan pasar yang tinggi, ATBM dan ATM memang lebih
efektif serta menguntungkan bagi para perajin dan pengusaha.
Pada tahun 1995 saja, sebanyak 1.976 unit industri tenunan
sutra Sulawesi Selatan Selatan sudah menggunakan ATM dan
8.676 unit industri menggunakan ATBM.
Namun perkembangan ini ternyata tidak sertamerta
menghilangkan alat tenun Gedogan dari kegiatan pertenunan
sutra Sulawesi Selatan Selatan. Hingga saat ini, di Kabupaten
Wajo⎯sentra utama perajin tenunan sutra Sulawesi Selatan
Selatan⎯masih ditemukan penggunaan alat tenun Gedogan
oleh perajin-perajin setempat. Padahal secara logis, menilik
dari segi produktivitas dan nilai ekonomi, perajin tenunan
Gedogan tentu mengalami kesulitan untuk bersaing dalam
industri pertenunan sutra di daerahnya.
52
Melihat dari latar belakang yang telah diuraikan diatas,
keberadaan tenunan Gedogan saat ini menunjukkan masih
adanya nilai kriya yang kuat pada kegiatan pertenunan sutra di
Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan Selatan. Seperti yang
terlihat pada nilai estetika, nilai teknik, dan nilai pakai tenunan
sutra tradisional Gedogan di Kabupaten tersebut.
1. Sejarah perkembangan Tenun di Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan cukup terkenal dengan hasil tenunannya.
Perkembangan tenun di sulawesi selatan bermulai dari pemakain
benang sutra yang dihias dengan benang perak dan emas pada
abad ke-15 dan 16 M. Diwaktu yang hampir bersamaan,
masyarakat di Imdonesia telah membudidayakan tumbuhan
murbei dan memelihara ulat sutera dengan diawali di Palembang
danmenyusul kemudian di Tajuncu, Sulsel (Sahriah dkk.,
1990/1991)
Ragam hias tenun di Sulawesi Selatan dibuat dengan cara
tradisional, yaitu menggunakan peralatan dari kayu dan pewarna
tradisional. Ragamhias tenun Sulawesi Selatan meliputi tiga
corak, yaitu geometris, antropomorfis (manusia), zoomorfis
(hewan), dan floraistis (tumbuh- tumbuhan). Bentuk berbagai
ragam hias tersebut ada yang mengandung simbol tertentu atau
hanya sekedar hiasan bernilai seni. Keterikatan manusia dengan
alam dan lingkungan menjadi tema dan simbol yang khas dari
tenun Sulawesi Selatan (Sahriah dkk,1990/1991; Abdul Kahar
Wahid, 1988). Tenun Sulsel sebagai salah satu warisan leluhur
masih dijaga kelestariannya sampai saat ini. Para perajin di
pedesaan Sulawesi Selatan masih memproduksi tenun, baik
pakaian keseharian, keperluan upacara adat, atau untuk dijual.
2. Fungsi dan Peranan Tenun di Sulawesi Selatan
53
Secara umum fungsi dan peranan Tenun di Sulawesi
Selatan yaitu :
1) Sebagai pelindung dari suhu, panas dan cuaca.
2) Estetika, keindahan.
3) Etika, untuk mentupi bagian tubuh agar tidak merasa malu.
4) Segi sosial, prestise, susunan tingkatan masyarakat
dijadikan simbol kekayaan, keberadaan, kemampuan, dan
kebanggaan.
5) Segi ekonomi, sebagai alat tukar.
6) Fungsi budaya, untuk dipakai pada upacara adat dan
kegiatan sakral lainnya.
7) Mitos kebudayaan / kepercayaan, ada nilai-nilai yang
sifatnya sakral dan mempunyai kekuatan
berdasarkan kepercayaan.
3. Pakaian Tradisional Sulawesi Selatan
Tenun tradisional di Sulawesi Selatan lebih
merupakan kain yang sederhana. Untuk masyarakat
Sulawesi Selatan kain (tekstil) tradisional mereka mewakili
nilai identitas budayadan religius, dimana jenis
Tenuntertentu memberikan perbedaan kelahiran, umur,
jenis kelamin, status dan kasta. Bahan tenun
tradisional juga digunakan dalam berbagai kegiatan sakral
dan ritual, yang menjadi lambang kebaikan dan kejahatan
yang selalu berimbang.
4. Bahan dan cara pembuatan tenun di Sulawesi Selatan
Bahan baku untuk Tenundi Sulawesi Selatan adalah
kapas, benang katun, benang emas, benang wol, dan
benang sutera. Bahan lain yang disipakan adalah pewarna
tradisional, seperti kesumba (nila) dan daun kabuau untuk
54
warna hitam. Daun kabuau direbus kemudian bahan yang
akan diwarnai dicelupkan kedalam rebusan.
Untuk cara pembuatan, tenun Sulawesi Selatan
umumnya menggunakan dua teknik desain, yaitu pakan
dan lungsi. Dalam perkembangannya, keduanya ditambah
teknik songket. Cara membuatnya dengan menyisipkan
benang tambahan diatas dan dibawah silangan benang
lungsi dan benang pakan sesuai pola corak rgam hias
yang diinginkan. Penambahan beng dilakukan dengan
cara mengangkat atau mencungkil beberapa helai benang
lungsi dan menyisipkan diantara rongga jalinan benang
pakan dan benang lungsi.
Tabel 2
Ragam hias
Ragam
Hias Fungsi Proses pengerjaan
Ragam
hias
geomet
ri
Ditinjau dari
fungsinya
terdiri dari:
pakaian
wanita dan
laki-laki saat
pacara
Pakaian
penari
Hiasan
bangun
antra
Tenun
Polos
(tanpa
ikat)
Sangat sederhana, baik
lungsin maupunpakan tidak
mengalami proses ikat hanya
diwarnai saja dan
dikombinasikan dengan
benang sulam atau benang
emas.
Ragam
hias
flora
Kain
tenun
ikat
tunggal
Proses pengenaan untuk
membentuk motifnya
diterapkan sistem ikat yaitu
denganmengikat benang
pakan dan mengaturbenang
55
disional
pada saat
upacara
pakan pada saat menenun
Ragam
hias
fauna
Kain
tenun
ikat
ganda
Proses pengerjaan dengan
dua ikatan yaitu dengan
mengikat benang pakan dan
benganlungsin, Dalam
menentukan ragam
hiasnya,penenun
memperhatikan pada saat
nganyidan nyuntik. Pada
saat itu kedudukanbenang
lungsin diatur, selanjutnya
pada saatmenenun posisi
benang pakan mulai
diaturserta dipadukan
dengan benang
lungsinhingga terbentuklah
motif yang diinginkan
Ragam
hias
manusi
a
Kain
tenun
songke
t
Proses pengerjaannya dalam
membentuk ragam hias
menerapkan sistem nyuntik.
Benang lungsin dihitung
menurut pembagian sesuai
dengan ragam bias,
kemudiandimasukkan satu
persatu pada serat dengan
cara disuntik.Masing-masing
suntikan dibandul dengan
benang guwunyang diberi
56
tangkai yang bernama
gegilik. Bahan
pakanmempunyai berbagai
macam warna, kemudian
digulung dandimasukkan ke
dalam suatu tempat yang
dinamakanpecoban/coba lalu
dilanjutkan dengan proses
menenun
5. Jenis Kain Tenun Tradisional Sulawesi Selatan
Tenun Sulawesi Selatan terdiri dari beragam jenis, antara
lain:
a. Lipa Wennang (Sarung Benang Kapas)
Berbahan dasar kapas dan ditenun dengan cara tradisional,
berasal dari Kabupaten Bone. Lipa Wennang bercorak
geometris dengan motif kotak-kotak dan umumnya berwarna
hitam atau biru kabur. Pada bagian kepala sarung, terdapat
garis- garis rapat berwarna biru kabur.
b. Lipa Garrusu (Sarung untuk upacara Tradisional)
Berbahan dasar kapas dan ditenun dengan cara tradisional.
Juga dari Kabupaten Bone. Tenun jenis ini bercorak
geometris dengan motif segiempat dan kotak- kotak kecil
berwarna dasar biru tua. Bagian kepala bercorak garis- garis
vertikal agak jarang dengan warna sama.
c. Sekomandi
Berbahan dasar kapas dan ditenun secara tradisional, paling
banyak dihasikan di Kabupaten Mamuju. Tenun jenis ini
bercorak geometris danmotif garis- garis, tumpal, mendaer,
dan swastika dengan warna biru, hitam, krem, dan cokelat.
57
Kedua ujung soekamandi dibuat berumbai dan biasa
digunaakn untuk selimut.
d. Pori Londong
Berbahan dasar kapas dan ditenun secara tradisional
dengan teknik ikat lungsi. Tenun dari Kabupaten Mamuju ini
umumnya bercorak bunga, ketupak, sulur- sulur bunga, dan
segitiga pucuk rebung. Brwarna biru, hitam, dan krem
dengna dasar warna cokelat. Kedua ujung tenun ini dibuat
rumbai dan umumnya digunakan untuk taplak meja
e. Sekeng Sirendeng Sipomande
Berbahan dasar kapas dan ditenun secara tradisional,
Bersal dari Kabupaten Luwu. Ragam hiasnya geometris
garis-garis vertikal dengan pucuk rebung dan belah ketupat.
Warna hitam, biru dan krem dengn dasar cokelat. ujung
tenun ini dibuat rumbai dan umumnya digunakan untuk
taplak meja.
f. Rundung Lolo
Berbahan dasar kapas dan ditenun secara tradisional,
Bersal dari Kabupaten Luwu. Corak ragamhias berupa garis-
garis sejajr dengna pucuk tebung atau gunung berjejer.
Warna hitam, biru dan cokelat kehitaman. Tenuun jenis ini
berfungsi sebgai penutup mayat.
g. Pori Situtu
Berbahan dasar kapas dan ditenun secara tradisional,
Bersal dari Kabupaten Luwu. Corak ragam hias berbentuk
kali dan swastika serta kedua ujung tenun dihiasi pucuk
rebung. Warna cokelta, hitam, dan krem. Kain ini umumnya
difungsikan untuk alas atau tikar dalam pesta adat karena
secara filosofis menyimbolkan pandangn hidup masyarakat
Luwu dalam menjagakesatuan suku.
h. Tenun Toraja
58
Berbahan dasar katun dan ditenun secara tradisional.
Bercorak ragam hias garis- garis sejajar rapat berwarna
kuning, putih, merah, dan cokelat. Kedua ujung kain dibuat
berumbai dan biasanya digunakan untuk sarung saat
upacara adai di Tana Toraja.
i. Pasambo
Berbahan dasar katun dan ditenun secara tradisional.
Bercorak ragam hias teknik songket berupa belah ketupat
dimana bagian tegahnya dipagari garis vertikal dan
horisontal berwarna kuning, putih, di atas warna merah.Kain
ini biasa digunakan untuk taplak meja oleh masyarakat Tana
Toraja.
j. Kain Toraja
Berbahan dasar benang katun dan dibuat secara tradisional.
Bercorak ragam hias teknik ikat berupa belah ketupat.
Warna cokelat, hitam, biru dan krem. Kain ini biasa
digunakan untuk penutup jenazah oleh masyarakat Tana
Toraja.
k. Sarung Sutera Mandar
Berbahan dasar sutera dan ditenun secara tradisional.
Bercorak ragam hias garis vertikal, berwarna kuning, hijau,
merah, benang merah diatas dasar warna cokelat. Pada
bagian kepala sarung, diberi hiasan tangkai bunga dengan
teknik ikat pakan. Kain ini biasanya digunakan saat upacara
adat atau untuk bepergian. Kain ini banyak diproduksi oleh
masyarakat Polmas.
l. Gambara
Berbahan dasar katun dan dibuatt secara tradisional.
Berasal dari bulukumba. Bercorak ragam hias teknik ikat
59
pakan dan lulngsi berupa geometris yang dipadukan degan
bunga- bungan. Pada bagian kepala kian, dihiasi denga
pucuk rebung berhadapan warna merah hati, kuning, putih,
jingga, dan hitam. Gambara dicetak dan tiga jenis ragam
hias berbeda. Kain ini biasanya digunakan untuk penutup
jenazah.
m. Sarung Kajang
Tenun jenis in mirip dengan jenis Lipa Garussu dari
Kabupaten Bone, namun yang ini berasal dari Kabupaten
Kajang Bulukumba.
n. Sarung sutera
Tenun ini berbahan dasar sutera dan ditenun dengan cara
tradisional. Ragam hias dibuat dengan teknik ikat pakan
berupa cobo-cobo (segitiga berjejer) berwarna bitu muda dan
biru tua. Kain ini biasanya digunakan untuk upacara adat di
Kabupaten Goa dan diproduksi dalam berbagai ragam hias
dan corak dari Wajo.
o. Sarung Curak Cinta
Tenun jenis ini berasal dari Kabupten Bantaeng dengna
sarung berbahan dasar katun dan ditenun secra tradisional.
Bergam hias geometri berupa kotak- kotak kecil warna
merah. Kain ini erupakan pakaina perempuan saat upacara
adat.
p. Sarung Samarinda
Tenun ini merupakan produk lain dari Kabupaten Wajo.
Bernah dasar benang katun dan umumnya ditenun secara
tradisional, tenun ini memiliki ragam hias denga bentuk garis-
garis terpadu bunga- bunga dengna teknik ikat paan. Oleh
masyarakt Wajo, kain in biasa digunakan untuk bepergian.
Sarung Samarinda dicetak dalam tiga model dengna ragam
hias yang berbeda.
60
6. Nilai-nilai dari TenunTradisional Sulawesi Selatan
Tenun Sulawesi Selatan tidak hanya berfungsi utama
sebagai sandang untuk perlindunganmanusia terhadap
kondisi luar dan estetika tetapi juga memiliki nilai-nilai
tambahan yang sangat penting dan sakral nilai-nilai itu antara lain
:
1) Pelestarian tradisi.
Tenun Sulaawesi Selatan merupakan peninggalan leluhur
yang berharga. Hingga kini, keberadaan tenun Sulawesi
Selatan masih cukup terjaga. Keterjagaan tenun Sulawesi
Selatan ini juga didukung oleh pelaksanaan upacara adat
yang sering menggunakan kain tenun.
2) Simbol
Nilai ini tercermin dari penggunaan ragam hias yang
oleh masyarakat Sulawesi Selatan untuk
perlambangan sesuatu. Bungan dan bentuk geometris
dipercaya menyimbolkan samangat teretentu dalam
hidup orang Sulawesi Selatan.
3) Nilai Seni
Ragam hias dan tenun sendiri merupakan seni. Tanpa
mempunyai jiwa seni, orang Sulawesi Selatan tidakmungkin
dapat menciptakan kain tenun yang indah dilihat dan
nyaman dipakai.
4) Nilai teknologi
Material yang lahir pertama kali sebagai kain adalah kulit
kayu atau binatang dengan teknik dipukul-pukul dengan alat
pemukul dari batu agar seratnya lebih lembut. Sejalan
dengan perkembangan masyarakat di Sulawesi Selatan dan
di Sulawesi Selatan pada khususnya saat masa perundagian
dimana ditandai dengan kemajuan teknologi yang pesat, kain telah
61
dikenal dan dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari
atausebagai sarana upacara pada saat itu. Pada masa itu
dibuatlah suatu alat tenun untuk membuat kain yang masih
bersifat tradisional yang bercorak khas Sulawesi Selatan.
5) Nilai Ekonomi
Tenun Sulawesi Selatan dibuat tidak hanya untuk konsumsi
pribadi, namun juga untuk dijual. Harga tenun yang berbahan
dasar emas dan sutera dikenal mahal Dengan corak tertentu,
selembar kain tenun Sulawesi Selatan bisa dihargai hingga
jutaan rupiah. Secara ekonomi, hal ini dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Sulawesi Selatan.
6) Nilai Budaya
Kain Sulawesi Selatan juga dipergunakan sebagai lambang
kekayaan, prestise, kepemimpinan, lambang kewibawaan
dan lainnya. Dalamberbagai upacara adat di lingkungan
keluarga hingga meluas ke luar, kain Sulawesi Selatan
sebagai produk TenunSulawesi Selatan terlihat berbagai
bentuk corak dan nilai prestise yangada bila digunakan oleh
orang yang berbeda. Tenuntradisional Sulawesi Selatan juga
dipergunakan dalam seni pertunjukan dimana memberikan
nilai tukar tinggi terhadap kain tradisional Sulawesi Selatan
dalam misi pertukaran budaya ke luar negeri. Penggunaan
TenunSulawesi Selatan sebagai pakaian pertunjukan pun
mempunyai pakem tersendiri dalam kegiatan kesenian
Sulawesi Selatan
7. Peralatan Tenun Tradisional Sulawesi Selatan
1) Alat Tenun Gedogan
62
Alat tenun gedogan adalah alat tenun tradisional
sederhana yang di gerakkan oleh tangan. Alat ini
tersebar di pelosok di pedesaan di Kabupaten Wajo
dan biasanya di gunakan secara turun menurun oleh
para ibu-ibu rumah tangga dan para gadis desa. Hasil
dari alat tenun gedogan lebih banyak dalam bentuk
kerajinan tenun sutera (lipa' sabbe)yang di kenal
dengan kerajinan tenun Sutera rumah tangga.
Bertahannya alat ini hingga sekarang di Bumi
Lamakdukelleng Kabupaten Wajo, karena orang Wajo
meneladani kepiawaian mereka mempertahankan
tradisi secara dinamis yakni membuka diri ke arah
perubahan tetap menjaga ciri khas Bugis Wajo, mereka
bersedia mengadopsi inovasi teknis yang di anggap
berguna, dengan di landasi ketekunan dan pantang
menyerah dengan perhatikan perkembangan pasar dan
permintaan konsumen . Beberapa corak motif dan khas
Wajo dan sarung sutera yang di hasilkan seperti : Bali
are, Balo Renni, Balo kette, cora subbi lobang,
mappagiling, dan pucuk si kadang.
2) Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM)
Alat tenun bukan mesin (ATBM) adalah semua
bentuk perlatan yang dapat membuat kain tenun di
gerakkan oleh tenaga mesin melainkan di gerakkan
secara manual dengan tenaga manusia. ATBM di
sebut juga alat tenun model TIB berasal dari kata “
testile inrichting Bandung “, karena lembaga inilah
yang mula-mula menciptakan alat tenun ini di
Indonesia sejak tahun 1912 .
63
ATBM pertama kali masuk dan di pergunakan di
Kabupaten Wajo pada tahun 1950an dimana pada
awalnya hanya memproduksi kain sarung samarinda.
Seajak tahun 1980an mulai memproduksi sarung
sutera dengan motif balo tettong hingga dalam
perkembangan selanjutnya ATBM bukan saja
memproduksi kain sutera tetapi lebih di kembangkan
dengan memproduksi kain motif testure polos,
selendang, perlengkapan bahan pakian, asesoris
rumah tangga,hotel,kantor dan sebagainya
berdasarkan permintaan pasar dan konsumen.
ATBM yang di lengkapi dengan 3 jenis alat
berdasarkan penggerak gun yang di gunakan dapat di
memproduksi berbagai motif kain, yaitu :
a) ATBM Roll/Kerek (roda gila)yang di lengkapi dua
pedal dan satu Roll dapat menghasilkan kain dengan
motif anyaman polos / plat dan turunannya.
b) ATBM dobbi, menghasilkan kain dengan motif
anyaman plat, keper, satin dan turunannya serta kain
berlapis.
c) ATBM jakart/Jacquard, menghasilkan kain dengan
motif anyaman plat, keper, satin dan turunan serta
jenis kain berlapis dengan variasi yang lebih komplit
di bandingkan ATBM dobbi.
D. Tinjauan Terhadap Pusat Kerajnan Tenun di Makassar
1. Potensi Pendukung Pengadaan Pusat Kerajinan Tenun Di
Makassar
Melihat penjelasan bagian awal pada bab III, terlihat bahwa
Provinsi Sulawesi Selatan memiliki potensi yang besar dalam dunia
64
pertenunan khas tradisional. Namun belum ada tempat yang bisa
mewadahi kegiatan konservasi berbagai kerajinan tenun khas
Sulawesi Selatan. Padahal, ada berbagai macam tenun tradisional
di Sulawesi Selatan dan berkembang menjadi satu nilai lebih
mewakili daerahnya masing-masing.
a. Potensi Daerah
Makassar sebgai suatu ibukota provinsi merupakan suatu pusat
daerah dengan kebudayaan yang berkembang, mulanya
merupakan semangat berkesenian daerah kemudian menjadi
semangat awal bagi kemajuan kerajinan dan kebudayaan secara
keseluruhan. Dalam program pemerintah, Makasar sebgai pintu
gerbang pariwisata Indonesia timur merupakan potensi yang
dapat membuka kesempatan bagi perluasan dan pengembangan
kerajinan.
b. Potensi materi kerajinan tenun
Tenun yang dihasilkan oleh olahan tangan para pegrajin tenun
tradisional memiliki kualitas yang bisa di banggakan.
Pengembangan dari hasil tenun baik berupa kain tenun itu
sendiri maupun barang kerajinan lainnya yang berbahan dasar
kain tenun merupaka suatu potensi besar dari perkembangan
perekonomian daerah dan menjadi daya tarik wisata belanja.
c. Potensi pengrajin tenun
Banyaknya pengrajin tenun yang tersebar di beberapa daerah di
Sulawesi Selatan yang samapai saat ini masih setia melestarikan
tenun yang menjadi budaya daerah dan lahan pencaharian
mereka merupakan suatu potensi yang patut dikembangkan
untuk meningkatkan pendapatan daerah dan melestarikan
budaya menenun warisan nenek moyang turun temurun.
Dibawah ini di perlihatkan sebuah tabel yang menunjukkan profil
beberapa badan usaha kerajinan tenun yang ada di Sulawesi
Selatan.
65
Tabel 3
Profil Pengrajin Kerajinan Tenun Sutera dan Kain
1. Nama Pengrajin/
Perusahaan
: MASITA BORDIR
Nama Pimpinan : Zahbaniar Saleh Kelompok
Kerajinan
: Tenun Sutera dan Kain
Produk : Bordir Sulaman Sutera
Kapasitas Produksi : 40 buah per Bulan untuk setiap produknya Alamat : Jln. Onta Lama No. 96 - Makassar
Telp/ Fax : +62411856902
Mobilephone : - Website : -
email : - Berdiri Sejak : -
Tenaga Kerja : 3 (tiga) orang
2. Nama Pengrajin/ Perusahaan
: IRMA SUTERA
Nama Pimpinan : Imran Ranny
Kelompok Kerajinan
: Tenun Sutera dan Kain
Produk : Cinderamata dari sutera (Dompet sutera, kipas sutera, tempat lipstik, make up, dompet koin)
Kapasitas Produksi : Dompet sutera 30 buah perbulan, kipas sutera 60 buah per bulan, tempat lipstick & make up 60 buah per
bulan, dompet koin 60 buah per bulan
Alamat : Perumnas Tamalate 4 Stp. 15 No. 59 - Makassar Telp/ Fax : +62411862085
Mobilephone : +6281543142654 Website : -
email : -
Berdiri Sejak : - Tenaga Kerja : 8 orang
3. Nama Pengrajin/ Perusahaan
: BORDIR TENRI
Nama Pimpinan : Andi Tenri Sarna
Kelompok Kerajinan
: Tenun Sutera dan Kain
Produk : Bordir Pakaian (Baju, blus, kebaya, ganis & rok) Kapasitas Produksi :
Alamat : Jl. Hertasning Baru Belakang Masjid Hertasning Baru -
Makassar Telp/ Fax : +62411435806
Mobilephone : +628123032757 Website : -
email : -
Berdiri Sejak : -
66
Tenaga Kerja : orang
4. Nama Pengrajin/
Perusahaan
: UD. ARYANI
Nama Pimpinan : H. Muhammad Amir
Kelompok
Kerajinan
: Tenun Sutera dan Kain
Produk : Bordir, Sulaman, Konveksi Pakaian
Kapasitas Produksi : 1.750 lembar per bulan Alamat : Jln. A.R. Dg. Ngunjung III Lr. 2 No. 32 - Makassar
Telp/ Fax : +62411458235 Mobilephone : +6285255346868
Website : -
email : - Berdiri Sejak : -
Tenaga Kerja : 17 orang
5. Nama Pengrajin/ Perusahaan
: KUB DUA PUTRI
Nama Pimpinan : A.Irma Kelompok
Kerajinan
: Tenun Sutera dan Kain
Produk : Bosara
Kapasitas Produksi : 60 lusin Tutup Bosara per bulan, 4 buah Tutup Meja
Makan per bulan Alamat : Jln. Korban 40.000 Lr. 3 A No. 7 - Makassar
Telp/ Fax : - Mobilephone : +628884381550
Website : -
email : - Berdiri Sejak : -
Tenaga Kerja : 7 orang
6. Nama Pengrajin/ Perusahaan
: ARVICO
Nama Pimpinan : A. Rismawati Patawary Kelompok
Kerajinan
: Tenun Sutera dan Kain
Produk : Dompet, Kipas dan Tas
Kapasitas
Produksi
:
Alamat : Jl. Baji Pangasseng No.27 - Makassar
Telp/ Fax : +62411859004 / +62411859004 Mobilephone : +6281524117703
Website : -
email : ris_patawary[at]yahoo.com Berdiri Sejak : -
Tenaga Kerja : orang
67
7. Nama Pengrajin/
Perusahaan
: CITRA KUMALA COLLECTION
Nama Pimpinan : H. A. Baso Makmur
Kelompok Kerajinan
: Tenun Sutera dan Kain
Produk : Bordir Sulaman (Konveksi pakaian & Bordir sulaman)
Kapasitas Produksi : 1000 lembar per bulan Alamat : Jl. Tinumbu Lr. 132 K No. 31 - Makassar
Telp/ Fax : +62411327295 Mobilephone : +628134394023
Website : - email : -
Berdiri Sejak : -
Tenaga Kerja : 6 orang
8. Nama Pengrajin/
Perusahaan
: BORDIR SULAMAN
Nama Pimpinan : Suryani Madjid, SE Kelompok
Kerajinan
: Tenun Sutera dan Kain
Produk : Bordir Sulaman (Kemeja, kebaya, topi, pakaian sekolah,
pakaian olahraga, baju kaos, gamis, badge, logo) Kapasitas Produksi : Rata-rata 1000 per bulan
Alamat : Jl. Abd. Dg. Sirua No. 84 - Makassar
Telp/ Fax : +62411443926 Mobilephone : +6281342622336
Website : - email : -
Berdiri Sejak : -
Tenaga Kerja : 10 orang
9. Nama Pengrajin/
Perusahaan
: UD. CAHAYA LIBUKANG
Nama Pimpinan : H. M. Anwar Thaha Kelompok
Kerajinan
: Tenun Sutera dan Kain
Produk : Bordir Sulaman & konveksi pakaian
Kapasitas Produksi : Alamat : Jl. Barang Lompo No. 29 - Makassar
Telp/ Fax : +62411315977 / +62411315977
Mobilephone : +628124241300 Website : -
email : - Berdiri Sejak : -
Tenaga Kerja : orang
10. Nama Pengrajin/ Perusahaan
: ANGING MAMIRI
68
Nama Pimpinan : Muslimin Abubakar
Kelompok
Kerajinan
: Tenun Sutera dan Kain
Produk : Tas Pesta Sutera, Slop Sutera, Kipas Sutera
Kapasitas Produksi : Tas Pesta Sutera 600 bijii per bulan, Slop Sutera 30 per bulan, Kipas Sutera 700 biji per bulan
Alamat : Jl. Naja Dg. Nai No. 2 - Makassar
Telp/ Fax : +62411457128 Mobilephone : +6281242045671
Website : - email : -
Berdiri Sejak : - Tenaga Kerja : 12 orang
11. Nama Pengrajin/
Perusahaan
: KUB MUSTIKA
Nama Pimpinan : Nuraini
Kelompok
Kerajinan
: Tenun Sutera dan Kain
Produk : Tas Pesta Sutera, Slop Sutera, Kipas Sutera, Aneka
Kerajinan Sutra Kapasitas Produksi : Tas Wanita 300 biji per bulan, Dompet 600 biji per
bulan, Souvenir 400 biji perbulan Alamat : Jl. Perumnas Sudiang Blok L no 31 - Kel.Sudiang Raya -
Makassar
Telp/ Fax : - Mobilephone : +6281343671170
Website : - email : -
Berdiri Sejak : -
Tenaga Kerja : 20 orang
12. Nama Pengrajin/
Perusahaan
: KUB CAHAYA MULIA
Nama Pimpinan : A.Mulyati Kelompok
Kerajinan
: Tenun Sutera dan Kain
Produk : Kerajinan Bordir
Kapasitas Produksi : Alamat : Jl. Mangga Tiga B1 No. 18 (Jl.Paccerakkang) - Makassar
Telp/ Fax : +62411515464
Mobilephone : +6285299092162 Website : -
email : - Berdiri Sejak : -
Tenaga Kerja : orang
d. Potensi kegiatan
69
Berbagai pameran dan pagelan busana yang mengusung tenun
sebgai objeknya telah sering digelar walaupun dalam lingkup
yang tidak begitu besar namun hampir selalu ada untuk
mengenalkan dan mempromosikan tenun Indonesia ke
mastarakat indonesia sendiri dan ke masyarakat dunia.
e. Potensi Wisata
Dengan adanya potensi wisata belanja dan wisata budaya
kerajinan tenun, maka akan menggugah keinginan wisatawan
dalam maupun luar negeri untuk berkunjung ke pusat kerajinan
tenun yang dapat memberikan wawasan menarik mengenai
tenun tradisional Indonesia khususnya Sulawesi Selatan.
f. Potensi Pengunjung, masyarakat peminat tenun
Masyarakat pendukung dan peminat tenun yaitu seperti pembina
tenun, pamong, kolektor, pengrajin dan kaum awam yaitu
masyarakat umum sebagai konsumen termasuk juga pelajar.
Usaha-usaha dan kegiatan pendukung serta tukar menukar
informasi dalam bidang promosi dan pengembangna tenun bagi
peminat kerajinan tenun ini menumbuhkan komunikasi antara
masyarakat dan pengrajin tenun.
Selain itu, besarnya jumlah penduduk memungkinkan
besarnya frekwensi interaksi sosial dan aktivitas sosial, dan
dalam situasi seperti ini pengadaan sebuah pusat kerajinan
tenun sangat diperlukan. Dan sebagai sarana pendidikan akan
dapat menjangkau keseluruhan lapisan masyarakat kota.
g. Potensi tenun di mata dunia
Keindahan kain tradisional Indonesia memang kerap tiada
duanya dan berpotensi menjadi incaran pasar internasional.
Kepala Sub Bidang Promosi Badan Koordinasi Penanaman
Modal Sulsel Devo Khaddafi menyadari betul hal tersebut dapat
terjadi juga pada kain sutera Sulawesi Selatan.Melihat potensi
tersebut, Devo Khadafi berencana untuk memperkenalkan
70
produk sutera ini pada pertemuan masyarakat ASEAN yang
akan diadakan di Bangkok pada 2011. Keyakinan tersebut
didasari dari antusias yang begitu besar didapatkan sutera sulsel
saat dipamerkan di penyelenggaraan South Sulawesi Silk Day di
Jakarta. H al ini dapat menjadi pemicu kreativitas para
perancang juga perajin kain tradisional untuk terus berkarya.
Selain itu, diharapkan dapat juga menyadarkan masyarakat
Indonesia betapa berharganya produk asli Indonesia.
2. Potensi Penghambat Pengadaan Pusat Kerajinan Tenun
Di Makassar
a. Masalah Fasilitas
masih belum berjalannya dengan baik organisasi yang
menghimpun pengusaha persuteraan . Kurangnya fasilitas, baik
yang dimiliki masing- masing badan usaha maupun perorangan
dan lembaga binaan pendidikan kerajinan tenun yang ada
kurang memenuhi kebutuhan para pengrajin dalam
mengembangakan tenun dan kurang memenuhi kebutuhan
,masyarakat akan informasi dan kebutuhan akan tenun itu
sendiri. Misalnya saja bebarapa pengusaha belum bisa
mengembangkan usahanya lebih luas karena kekurangan dana
di sebabkan karena tingkat keyakinan perbankandan lembaga
pembiyaan lainnya unuk mendanai kegiatan persuteraan masih
rendah
b. Masalah Bahan Baku
Sulitnya mendapatkan bahan baku benang yang berkualitas
tinggi utamanya benang produksi lokal sehingga membutuhkan
upaya dari pihak yang berkompeten untuk terus berupaya
mengatasi hal tersebut
c. Masalah Pengenalan dan pembinaan
71
Kurangnya kesadaran masyarakat akan pembinaan pengrajin
tenun didasari oleh kurangnya pengetahuan masyarakat akan
tenun sebagai budaya yang patut dilestarikan dan sebagai
ladang mata pencaharian yang patut dikembangkan. Masih ada
beberapa pengusaha atau pengrajin yang belum konsistensi
mempertahankan kualitas produk yang di hasilkan dan hal-hal
lain yang biasa di jumpai oleh pengusaha atau pengrajin di
bidang lainya. Untuk itu peru dilakukan pembinaan untuk
mengembangkan potensi mereka dan kualitas produk yang para
pengrajin hasilkan. Perlu diadakan suatu kegiatan yang mampu
mengasah dan membina keterampilan menenun masyarakat dan
antusiasme masyarakat terhadap kerajinan tenun ini.
d. Masalah penjiplakan dan pembajakan
Bentuk kerajinan yang merugikan adalah penjiplakan.
Pembajakan karya maupun bentuk- bentuk seni dan kerajinan,
selain merugikan seniman, menjiplak juga dapat merusak
kreatifitas seseorang. Belum adanya upaya maksimmal dalam
perlindungan hak cipta utamanya kreasi motif dan design yang
mengakibat kan kerugian bagi pengrajin yang berorientasi
terhadap bidang tersebut. Kurangnya perhatian masyarakat
terhadapat kebudayaan tenun milik bangsa dapat memberi celah
dan kesempatan pengakuan kebudayaan tenun bangsa kita
sebgai milik bangsa lain.
e. Masalah Pemasaran
Belum tertatanya dengan baik pemasaran produk sutera
utamanya dalam pemasaran luar daerah dan pulau Jawa
sehingga sering menimbulkan persaingan usaha yang tidak
sehat. Belum adanya klasifikasi harga terhadap produk sehingga
dapat menimbulkan persepsi yang keliru terhadap produk tenun
sutera yang di hasilkan.
f. Masalah Kegiatan
72
Masalah kurangnya wadah untuk menfasilitasi berbgai kegiatan
pameran dan pagelaran busana dengan objek tenun, pemberian
informasi, masih dianggap kurang memadai mengingat
kebutuhan akan informasi di dunia bisnis dan pengembangan
dan pelestarian tenun
3. Fungsi dan Peranan Pusat Kerajinan Tenun di Makassar
Pusat Kerajinan Tenun di Makassar ini mempuyai fungsi dan
peranan sebagai suatu yang mampu merangkum,
menampung, dan mengembangkan kuantitas dan kualitas
jenis tenun tradisional Indonesia yang refresentatif sebagai
pusat produksi, edukasi, promosi, dan perdagangan dengan
hakekat fungsional sebagai :
a. Fungsi sebagai pusat produksi
Fungsi Produksi yang turut diwadahi dalam hal ini menyangkut
seluruh aspek produksi tenun yang dilakukan dengan teknik dan
peralatan yang tradisional. Hal ini dilakukan untuk tetap
mendukung fungsi pelestarian budaya tenun tradisional yang ingin
ditunjukkan dan menjadi sasaran utama perwujudan fungsi dari
gedung ini. Selain itu produksi dalam hal ini juga tidak hanya
terbatas pada produksi kain namun juga pada produksi
pengaplikasian kain yang di wujudkan dalam berbagai bentuk
kerajinan kriya lainnya seperti busana dan lain-lain.
b. Fungsi sebagai pusat edukasi
Kegiatan edukasi yang dilakukan, diwujudkan dengan
perwadahan terhadap kegiatan pelatihan keterampilan dalam
menenun yang diharapkan mampu meningkatakan keterampilan
73
masyarakat dan mendukung kreatifitas masyarakat setempat yang
memiliki potensi dan ketertarikan untuk mengetahui proses dan
teknik pembuatan tenunan. Hal yang ingin diraih secara khusus
adalah bertambah dan berkembangnya sumberdaya manusia
yang nantinya dapat mendukung peningkatan proses produksi
tenun tentunya. Tidak lepas dari upaya pelestarian, hal ini juga
diharapkan meningkatkan kecintaan generasi muda pada
khususnya terhadap tenun sebagai salah satu budaya bangsa
yang patut untuk di pertahankan dan dilestarikan.
c. Fungsi sebagai pusat promosi
Kegiatan promosi dalam dunia perdagangan merupakan suatu
kegiatan yang bersifat dinamis. Sebagai fungsi pasar, kegiatan
yang terkait disini adalah kegiatan display produk, tawar –
menawar dan transaksi.
Kegiatan pasar divisualisasikan ke dalam bentuk pameran
berbagai produk kerajinan tenun dan pagelaran busana, sebagai
tempat untuk mendisplay produk kerajinan tenun. Kegiatan tawar-
menawar dimungkinkan untuk dilakukan secara langsung ataupun
tidak langsung melalui media telekomunikasi yang lengkap dan
canggih. Sedangkan untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan
transaksi, tersedia jasa perbankan yang melayani kegiatan
transaksi langsung dengan perusahaan perwakilan yang
bersangkutan. Promosi yang diwadahi dalam fungsi ini sangat
diharapkan nantinya dapat mendukung konsep wisata budaya dan
wisata belanja kerajinan tenun Sulawesi Selatan.
Pusat Kerajinan Tenun sebagai pusat promosi juga
memberikan informasi, memberikan kemudahan melalui fasilitas
yang disediakan bagi kantor atau badan usaha perwakilan dagang
yang bergabung di dalamnya, untuk memperlancar kegiatan
bisnis. Dalam hal ini, wadah tersebut memberikan kemudahan
dalam memperoleh informasi, bagi pihak lokal dan asing,
74
sehingga dapat dimamfaatkan untuk menyusun strategi bisnis
berdasarkan kondisi dan situasi yang tengah berlangsung.
Kegiatan yang menyangkut informasi ini meliputi kegiatan
penerimaan, pengelompokan, pameran, dan transfer informasi .
Adapun fungsi yang mewadahi kegiatan – kegiatan di atas adalah
fungsi kantor dan yang pada dasarnya telah dikenal sebagai
wadah pengolahan informasi, dalam arti luas, ruang pameran,
dan ruang fashion show.
Sebagai pusat dan simpul kegiatan perdagangan, Pusat
Kerajinan Tenun disimbolisasikan sebagai titik kumpul dan titik
sebar, yaitu sebagai wadah yang menampung informasi hasil
produksi (titik kumpul) dari pihak produsen dan mengusahakan
kelancaran pedistribusiannya (titik sebar) ke pihak konsumen.
d. Fungsi sebagai pusat perdagangan
Pusat Kerajinan Tenun sebagai pusat perdagangan
merupakan komunitas bisnis, setiap personilnya harus
berwawasan luas mengenai bidangnya, dalam arti senantiasa
mengikuti perkembangan dunia perdagangan lokal, khususnya
kegiatan industri dan perdagangan yang berkembang di bidang
tekstil, bahkan sampai perdagangan internasional, baik
mengenai pengetahuan tentang pasar potensial yang menjadi
sasaran bisnis, maupun teknologi yang menjadi landasan
kegiatan usahanya, serta hal-hal lain yang berkaitan dengan
dunia bisnis dan perdagangan. kegiatan per-bisnis-an , sehingga
penyediaan fasilitas yang menunjang kegiatan ini perlu di
pertimbangkan yang khususnya mendukung konsep wisata
belanja.
75
Dari fungsi tersebut, terlihat jalinan yang erat dan saling
mendukung antar fungsi satu dengan lainnya. Pusat Kerajinan
Tenun di Makassar bukan hanya sekedar ajang promosi /
pameran yang dilengkapi oleh fasilitas penunjang, melainkan
merupakan suatu kesatuan aktivitas yang kompak secara
berbarengan memajukan kegiatan perekonomian dalam negeri
yang menjangkau pasaran luar negeri.
Secara umum, fungsi dari pusat kerajinan tenun di
Makassar ini adalah:
1) Menigkatkan dan memberdayakan seni kerajinan tenun
yang ada untuk diperkenalkan kepada masyarakat luas
serta kelangsungannya di masa depan.
2) Mempromosikan tenunan yang diharapkan dapat
menigkatkan apresiasi masyarakat terhadap kerajinan
tenun Sulawesi Selatan
3) Wadah interaksi antara pengrajin dengan peminat
kerajinan tenun
4) Sebagai tempat perdagangan barang-barang hasil
kerajinan tenun
5) Sebagai wadah informasi seputar kerajinan tenun khas
Sulawesi Selatan
4. Jenis dan Karakteristik Kegiatan
a. Jenis kegiatan
Kegiatan-kegiatan yang ada pada Pusat Kerajinan Tenun
ini pada dasarnya dikelompokkan dalam tiga bagian, yaitu
:
1) Kegiatan utama
Adalah merupakan kegiatan edukasi berupa pelatihan
keterampilan menenun dan pelatihan pengolahan
76
kerajinan berbahan dasar tenun lainnya, pameran
perdagangan hasil produksi yang menjadi produk
tenun unggulan, baik produk yang berskala kecil
maupun besar.
a) Kegiatan promosi produk, terdiri atas :
Kegiatan display atau pameran
Kegiatan peragaan produk yang sifatnya tidak tetap
Kegitan demonstrasi pembuatan produk baik sebgaian
atau keseluruhan proses
Kegiatan workshop yaitu kegiatan studio bagi
pengunjung, dimana pengunjung dapat mencoba
mempraktekkan pembuatan kerajinan tenun yang
diminati
b) Kegiatan pelatihan dan informasi (edukasi) , terdiri atas:
Kegiatan pelatihan yang dimaksud ditunjukkan untuk dua
pihak antra lain :
Pengrajin berupa pelatihan/ seminar tentang
produksi, pemasaran, penyimpanan dan
pemeliharaan, proses pengiriman.
Pengunjung / peminat kerajinan tentang produk
usaha, desain produk ataupun berupa kelas kursus
singkat kerajianan
Memberikan informasi kepada konsumen tentang
keberadaan dan perkembangan produk kerajinan
menyediakan bahan perbandingan guna meningkatkan
mutu dan daya saing produk kerajinan serta mengolah
data dan mencari informasi tentang produk kerajinan
baik yang sudah ada maupun hasil inovasi baru yang
akan dikembangkan dalam dunia pertenunan.
c) Kegiatan pemasaran/ perdagangan
Melakukan pemasaran berbagai produk kerajinan tenun
77
2) Kegiatan penunjang
Adalah merupakan kegiatan yang secara langsung
menunjang kegiatan utama sebagai pelanyanan jasa,
seperti jasa informasi, seminar, perbankan,
pergudangan, parkir, rekreasi dan kegiatan penunjang
lainnya.
3) Kegiatan pelengkap
Meliputi pengelola atau oerasional dari keseluruhan
kegiatan dan kegiatan servis yang menunjang
berjalannya seluruh kegiatan sesuai fungsi bangunan.
b. Karakteristik kegiatan
Sesuai dengan fungsi wadah yang akan direncanakan,
yaitu Pusat Kerajinan Tenun yang perlu dipertimbangkan
dalam menentukan karakteristik kegiatan tersebut adalah :
1) Merupakan fasilitas pelengkap bagi kegiatan yang
telah ada.
2) Adanya kesinambungan antar masing- masing
kegiatan baik promosi, produksi, edukasi dan
perdagangan yang diwadagi serta adanya kegiatan
yang dapat menghidupkan suasana pada wadah
tersebut.
3) Menguntungkan bagi pengelola, produsen/ pengrajin,
serta konsumen.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut diatas, maka
kegiatan dalam wadah Pusat Kerajinan Tenun ini dapat
diuraikan karakteristik, sebagai berikut :
1) Promosi
a) Pameran tetap
78
Adalah pameran perdagangan yang dipromosi
dengan waktu terus menerus, mengenai hasil
produksi barang-barang berat maupun ringan, baik
yang saat ini sudah diproduksi, sedang diusahakan,
dan yang telah dipasarkan / dihasilkan. Seperti
pameran industri makanan dan minuman, industri
pakaian jadi, industri Tenuntradisional, industri
elektronika dan permesinan, industri kerajinan
meubel (furtniture), dan lain sebagainya.
b) Pameran temporer, yang terdiri atas :
Pameran berkala, yaitu pameran yang diadakan
dalam jangka waktu tertentu atau waktu yang
relatif singkat (misalnya sebulan sekali), disertai
tema tertentu. Merupakan pameran dari produk
yang sudah dikenal dan pameran produk baru
disertai demonstrasi / peragaannya, dimana para
Produsen (perusahaan) berkesempatan
mengadakan pameran produk yang ingin
dipamerkan dengan sistem bergantian
sebagaimana waktu yang telah ditentukan.
Pameran insendentil, yaitu merupakan pameran
yang diadakan waktu-waktu tertentu saja, sesuai
keperluan untuk produk apapun juga yang
memerlukan pemasaran dan promosi lebih luas,
atau dapat juga pameran suatu rencana produk
yang memerlukan penjajakan pasar, seperti
industri otomotif sering mengadakan pameran
untuk memperkenalkan produk terbarunya,
karena pengunjung (konsumen) yang ke
show room resmi relatif kurang diminati.
c) Pameran tahunan (Annual Fair)
79
Adalah pameran yang diadakan setahun sekali,
biasanya berkaitan dengan hari ulang tahun daerah
setempat. Dimana pameran dilakukan secara
serentak / bersama dalam jangka waktu antara satu
minggu sampai satu bulan pelaksanaannya.
d) Peragaan busana
Adalah sebuah bentuk pameran khusus hasil rancangan
busana berbahan tenun
2) Produksi
a) Menenun
Proses menjalin helaian benang sama ada benang
kapas atau emas secara berselang seli sehingga
menjadi sehelai kain.
b) Desain pakain
Proses pembuatan pola pakaian, berbagai konsep
desain rancangan pakaian, proses pengukuran,
pemotongan kain tenun sebagai bahan dasar pakaian/
busana, penjahitan dan finishing.
c) Desain produk kriya
Merupakan proses mendesain dan membuat berbagai
barang kerajinan tenun berbahan dasar tenun lainnya
seperti souvenir, aksesoris dan lain- lain.
3) Edukasi
Merupakan kegiatan pendidikan yang memperkenalkan
budaya menenun dan pelatihan keterampilan
menenun.
4) Perdagangan
Merupakan kegiatan transaksi jual beli berbgaai produk
kerajinan tenun berbahan dasar tenun dan kain tenun
itu sendiri.
80
5. Objek- Objek Yang Diwadahi Dalam Pusat Kerajinan Tenun di
Makassar
Sesuai dengan fungsi bangunan tersebut, maka objek- objek
yang diwadahi dalam pusat kerajinan tenun adalah:
a. Produk- produk kerajinan tenun yang ada dan sedang
berkembang di Sulawesi Selatan tetapi skala prioritas
ditunjukkan untuk produk tenun andalan Sulawesi Selatan.
b. Produk- produk kerajinan tenun luar Sulawesi Selatan.
6. Unsur- Unsur Pelaku Kegiatan Dalam Pusat Kerajinan Tenun Di
Makassar
a. Produsen/ pengusaha
Merupakan para produsen pengusaha atau pengrajin penghasil
berbagai jenis kerajinan tenun
b. Konsumen/ pengunjung
Merupakan publik atau pelaku pasar yang datang kepusat
kerajinan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka
akan prodduk kerajina tenun Sulawesi Selatan yang ada atau
sekedar mencari informasi dan melihat pameran.
Konsumen atau pengunjung terdiri atas :
i. Masyarakat umum
ii. Wisatawan lokal dan mancanegara
iii. Pihak investor dan pengembangan
iv. Konsumen dengna orientasi bisnis, biasanya dari luar
Sulawesi Selatan bahkan luar negeri
c. Pengelola
Merupakkan pihak yang mengelola jalannya aktifitas pada
bangunan Pusat Kerajina Tenun di Makassar, mulai dari direksi
hingga karyawan servis. Sesuai kebutuhan dan memperlancar
koordinasi, maka pihak pengelola terbagi atas
81
Kelompok eksekutif
Terdiri atas :- direktur
-wakil direktur
-pemegang saham
-pengawas
Kelompok managerial dan operasional
Terdiri atas :-bagian promosi
-bagian administrasi dan tata usaha
-bagian humas
-bagian edukasi
Kelompok service
Terdiri atas :-bagian pengiriman
-bagian kelengkapan dan fasilitas
Skema 1
Struktur Organisasi Pusat Kerajinan
PENGAWA
S
DIREKTU
R
PEMEGANG
SAHAM/
INVESTOR
WAKIL
DIREKTUR
SEKERTA
RIS
KA.
BID
HUMA
S
KA.
BID
EDUK
ASI
KA.
BID
ADMINI
STRASI
DAN
KEUANG
AN
KA.
BID
PROM
OSI
KA.
BID
SERVI
S
STAF STAF STAF STAF STAF
82
(Sumber : Asumsi Penulis)
7. Hubungan Antar Pelaku Kegiatan Dalam Pusat Kerajinan
Tenun Di Makassar
a. Hubungan antara pengusaha/ produsen dan pengunjung
Yaitu memberikan informasi mengenai jenis,, kualitas, harga dan
perkembangan hasil produksi, hingga terlaksananya transaksi.
b. Hubungan antara pengunjung dan pengelola
Yaitu pengelola gedung memberikan oonformasi kepada
pengunjung dan konsumen mengenai kegiatan yang
dilaksanakan dalam membangun pusat kerajinan tenun di
Makassar.
c. Hubungan antara pengusaha/ produsen dan pengelola
Pihakpengelola gedung memberikan fasilitas untuk mengadakan
kegiatan promosi produk disertai dengan kemudahan –
kemudahan yang didapat sebagai pemakai juga informasi
mengenai perkembagan bisnis tersebut.
Skema 2
Skema Hubungan Antar Pelaku Dalam Pusat Kerajinan
PENGUNJUNG/
KONSUMEN
PENGUSAHA/
PRODUSEN /
PEGRAJIN
PENGELOLA
Membantu
kegiatan promosi
Informasi
dan
kerjasama Mencari
informasi
Kegiatan
promosi
Informasi Kegiatan Promosi
Kritik
Memberikan Saran Dan Kritik
83
(Sumber: Syahrimayanti, 2003)
8. Pola Kegiatan Pusat Kerajinan Tenun Di Makassar
Berdasarkan pelaku dan jenis kagiatan yang berlangsung di
dalam bangunan ini, maka dapat disusun pola kegiatan
sebagai berikut :
Skema 3
Pola Kegiatan Dalam Pusat Kerajinan Tenun
POLA KEGIATAN
PENGERAJIN PENGUNJUNG PENGELOLA
PUSAT KERAJINAN TENUN
KEG. KERAJINAN KEG. PENUNJANG
KEG. PERKANTORAN
84
(Sumber : asumsi penulis)
9. Waktu Kegiatan
Bangunan Pusat Kerajinan Tenun memiliki waktu – waktu
kegiatan tertentu yang mempertimbangkan:
a. Merupakan bangunan yang memberikan pelayanan umum
sehingga bangunan terbuka untuk umum.
b. Kegiatan promosi, workshop, pameran serta penjualan
dilaksanakan mulai pukul 09.00- 22.00 wita.
c. Kegiatan yang sifatnya temporer seperti seminar, peragaan
busana dan pelatihan dilaksanakan sesuai jadwal yang
disepakati dengan penyelenggara.
d. Kegiatan administrasi dan perkantoran mulai pukul 08.00-16.00
wita.
Berdasarkan hal tersebut diatas penyelenggaraan kegiatan
Pusat Kerajinan Tenun di Makassar ini memiliki durasi waktu
yang berbeda-beda dan untuk memudahkan masyarakat yang
85
ingin menikmati kegiatan dan memenuhi kebutuhan akan produk
kerajinan tenun dalam bangunan ini, maka kegiatan dalam
bangunan ini dimulai pada pukul 09.00 - 22.00 wita.
10. Fasilitas Pusat Kerajinan Tenun di Makassar
a. Fasilitas utama
1) Ruang promosi produk
Berdasarkan jenis kegiatan promosi ruangan ini terbagi atas
- Ruang pameran atau display produk
- Ruang peragaan busana
- Ruang demonstrasi bagi pengrajin
- Ruang workshop bagi pengunjung
Berdasarkan pengguna / pemakai terdapat ruang pamer
temporer merupakan ruangan yang khusus disedikan untuk
even – even tertentu yang sifatnya temporer dan dengan
jumlah peserta yang lebih banyak, dimana ruangan ini dapat
berfungsi sebagai ruang terbuka ataupun plaza jika tidak
digunakan.
2) Ruang perkantoran
Merupakan ruangan yang disediakan bagi pengusaha
atau pengrajin dalam usaha melakukan pelayanan terhadap
konsumen, desainer atau pengunjung serta kemudahan
interaksi dagang antara pengusaha atau pengrajin dengan
konsumen atau pengunjung.
3) Ruang seminar dan pelatihan
Merupakan ruang yang berfungsi sebagai sarana
promosi produk serta pengembangan apresiasi baik dari
produsen sebagai penghasil untuk selalu memperoleh hasil
dan pengetahuan baru sehingga dapat meningkatkan mutu
dan kualitas produk, begitu juga halnya dengan konsumen
sebagai penikmat dan pemakai produk.
86
b. Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang disini lebih cenderung pengunjung dan
pemakai bangunan, adapun fasilitas penunjang meliputi:
1) Pelayanan perbankan dan telekomunikasi
2) Pelayanan sarana hiburan dan rekreasi. Seperti restoran dan
kafe.
Secara garis besar ruang – ruang dalam kerajinan tenun di
Makassar dapat dibagi menjadi :
1) Ruang yang disewakan
a) Ruang display
Untuk kegiatan display atau pameran produk masing
– masing produsen ataupun pengrajin yang terdiri atas
ruang 2 dan 3 dimensi, dimana pembagian berdasarkan
jenis produk yang dipromosikan dan diperdagangkan.
Sedangkan ruang temporer pembagiannya diatur
berdasarkan jumlah peserta yang mengikuti kegiatan
tersebut.
b) Ruang perkantoran
Untuk kegiatan transaksi dagang atau administratif
masing – masing produsen ataupun pengrajin, ruang di
sewakan 1 paket dengan penyewaan ruang display.
c) Ruang workshop dan demonstrasi
Untuk kegiatan interaksi antara pengrajin dan
pengunjung, baik pertunjukan demostrasi membuat
produk oleh pengrajin ataupun pengunjung yang ingin
mencoba pembuatan produk kegiatan yang menikamti.
d) Ruang seminar / pertemuan dan pelatihan
Untuk menampung kegaitan seminar, pertemuan
ataupun kegiatan yang sifatnya pelatihan pengrajin
ataupun masyarakat yang ingin mempelajari kerajianan
tenun Sulawesi Selatan.
87
2) Ruang yang tidak disewakan
1) Ruang pengelola
Ruang bagi pengelola bangunan yang terdiri atas pihak
swasta dan juga perwakilan pemerintah
2) Ruang informasi
Ruang bagi pengunjung untuk mencari informasi
seputar indstri kerajinan baik itu melalui buku ataupun
multimedia.
3) Ruang service
Merupakan ruang menunjang kelancaran kegiatan dalam
pusat kerajinan
11. Status dan hubungan kelembagaan
a. Status kelembagaan
Pusat kerajinan tenun ini adalah milik swasta, pemerintah atau
gabungan usaha patungan antara swasta dan pemerintah
dimana badan usaha yang ditugaskan sebagai pengelola adalah
suatu yayasan atau badan swasta yang bergerak dibidang
kerajinan tenun.
b. Hubungan kelembagaan
Berdasarkan status dan fungsinya, pusat kerajinan tenun di
Makassar mempunyai hubungan dengan kelembagaan dan
instansi- instansi antara lain :
1) Dekranas (Dewan kerajinan Nasional)
Dalam hal ini bentuk hubungan fungisional melalui
kerjasama penelitian, informasi, ataupun pengembangan
kerajinan.
2) Depertemen perindustrian dan perdagangan provinsi
Sulawesi Selatan
88
Hubungan yang menyangkut pengawasan dan pengrajin
yang mendorong pertumbuhan industri kerajinan tenun
Suawesi Selatan.
12. Tinjauan tentang dekranas (Dewan Kerajinan Nasional)
Salah satu lembaga yang berhubungan dengan pelestarian dan
pengembangan kerajinan sebagai salah satu warisan budaya
adalah Dekranas.
Gambar 1
Logo Dewan Kerajinan Nasional (DEKRANAS)
Sumber : http//id.m.wikipedia.org/wiki/Dewan_kerajinan_nasional#
a. Pengertian
Dewan kerajinan nasional (Dekranas) adalah organisasi nirlaba
yang menghimpun pencinta dan peminat seni untuk memayungi
dan mengembangkan usaha tersebut, serta berupaya
meningkatkan kehidupan pelaku bisnisnya, yang sebagian
merupakan kelompok usaha kecil dan menengah (UKM).
b. Kepengurusan
1) Pelindung DEKRANAS adalah Istri Presiden Republik
Indonesia
2) Penasehat DEKRANAS terdiri dari:
Mentri perindustrian, mentri perdagangan, mentri dalam
negeri, mentrikebudayaan dan pariwisata, mentri negara
koperasi dan UKM, dan mentri negara badan usaha milik
negara (BUMN).
3) Dewan pertimbangan terdiri dari:
89
Pakar, wakil- wakil pemerintah dan/ atau pemerintah
daerah, pengusaha dan tokoh masyarakat.
4) Pengurus DEKRANAS terdiri dari :
Ketua umum, ketua harian, para ketua, wakil ketua,
sekertaris jenderal, wakil sekeretaris jenderal, bendahara,
wakil bendahara, dan para koordintor bidang. Dimana ketua
umum DEKRANAS adalah istri wakil presiden R.I.
5) Pengurus DEKRANAS provinsi sekurang- kurangnya terdiri
atas:
Ketua, Ketua harian, wakil ketua, sekertaris, dan
banedahara. Untuk ketua DEKRANAS kabupaten/ kota
adalah istri Bupati/ Walikota.
Skema 4
Struktur Organisasi Dekranas
PENASEHAT
DEWAN
PERTIMBANGAN
DAERAH PIMPINAN
DAERAH
KETUA
WAKIL
KETUA
SEKERTARIS BENDAHARA WAKIL
BENDAHARA
90
f. Tujuan DEKRANAS
1) Menggali, mengembangkan dan melestarikan warisan
budaya bangsa serta membina penemuan dan penggunaan
teknologi baru untuk meningktakan kualitas dalam rangka
memperkokoh jati diri budaya bangsa.
2) Menanamkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
seni kerjainan bagi kehidupan sehari- hari warga negara
Indonesia yang bisa meningkatkan martabat manusia.
3) Memperhatilan dan memperjuangkan kepentingan perajin
dan peminat dengan mendorong semangat kewiraswatawan
mereka.
4) Membantu pemerintah merumuskan kebijksanaan dibidang
industri kerajinan dan program peningkatan kualitas sumber
daya manusia.
5) Memperluas pangsa pasar hasil kerajinan.
Dewan Kerajinan Nasional Sulawesi Selatan sendiri yang didirikan
pada tahun 1980 dengn visi menjadikan industri kerajinan da seni
Sulawesi Selatan sebagai salh satu tulang punggung perekonomian
Sulawesi Selatan dan misi untuk meningkatkan peran serta pengusaha
atau pengrajin industri kerajinan dan seni dalam rangaka mendukung
pengembangan ekonomi kerakyatan Sulawesi Selatan serta
meningkatkan peran serta Dekranasda Sulawesi Selatan melalui
penciptaan iklim industri kerajinan dan seni yang kondusif.
Upaya- upaya yang harus dilakukan DEKRANASDA Sulawesi Selatan
antara lain (Mukerda Dekranas SulSel 2008) :
91
o Mendorong dan meningkatakn daya cipta serta keterampilan
dibidang kerajinan dan seni
o Mendorong dan mengembangkan potensi industri kerajinan
yang dapat menjadi sumber pendapatan masyarakat, sekaligus
membina masyarakat pengrajin menjadi masyarakat yang
produktif
o Meningkatkan kemampuan pengrajin dibidang produksi melalui
pembinaan teknik produksi, peningkatan mutu, peningkatan
desain produk, serta manajemen usaha
o Membina, meningkatakan mempromosikan dan memasarkan
hasil- hasil produk kerajinan
o Melestarian dan mengembangkan warisan budaya bangsa
yang berkaitan dengan seni kerajinan
o Pelindnungan hukum atas karya cipta kerajinan dengan
memfasilitasi pengrajin untuk mendapatkan HAKI meliputi : Hak
Paten dan Merk.
Pokok- pokok progra kerja Dakrenasda Sulawesi Selatan tahun
2008-2013 :
Pengembang sumberdaya manusia
Peningktan kemampuan manajemen
Peningktan penguasaan teknologi
Penigkatan kompetensi kewirausahaan pengrajin
Pengembangn produksi
Pengembangn desain produk bekerjasama dengan perguruan
tinggi, sekolah- sekolah kerajinan, balai litbang, desainer, dll
Pendirian pusat desain kerajinan
Peningkatan kualitas dan kuantitas produk kerajinan melalui
pemberian pelatihan teknologi produksi
Pengembangan sistem informasi dan pemasaran
Partisipasi dalam pameran baik tingkat regional, nasional, dan
internasional
92
Pengembangn pusat promosi dan penjualan barang- barang
kerajinan
Pembuatan brosur/leaflet, website, database Dekranasda
Sulawesi Selatan
Pelestaraian seni dan budaya
Pengembangn produk kerajinan/ cinderamata yang bernuansa
seni dan budaya Sulawesi Selatan
Penerapan motif dan ragam hias etnis, Bugis, Makassar, Toraja
dan Mandar pada produk kerajinan baik tekstil dan non tekstil
Pengembangan kelembagaan dan sumberdaya
Pemantapan organisasi Dekranasda baik propinsi maupun
kabuupaten/ kota
Menjembatani pengusaha/ pengrajin dalam pemanfaatan skim
kredit dari perbankan
Mengusahakana lternatif permodalan dari lembaga nono bank
Pengembangan sistem pembinaan
Mengupayakan kemitraan bapak angkat –mitra usaha
Mengupayakan kemitraan antara pengrajin lokal, regional, dan
nasional.
Mengupayakan dukungan instansi/ lembaga terkait dalam
pengembangan kerajinan dan seni Sulawesi Selatan.
Dilihat dari tinjauan tentang Dekranas secara umum maka konstribusi
dekranas terhadap Pusat Kerajinan Tenun di Makassar adalah turut
mendukung kegiatan dalam Pusat KerajinanTenun di Makassar sebagai
pengawas dan penyedia informasi dan narasumber untuk kegiatan
pengembangan kerajinan tenun Sulawesi Selatan.
Skema 5
Hubungan Antara Pemerintah, Dekranas, Dan Pusat Kerajinan
Tenun Di Makassar
BADAN SWASTA
PENGELOLA
DEKRANAS SWASTA,
PENGUSAHA DAN
INVESTOR
PUSAT
KERAJINAN
HUBUNGAN
LANGSUNG
BISNIS
PENGAWAS
AN
93
E. Studi Banding
1. Pusat Perdagangan Tekstil Jakarta Barat
Pintu Kecil - Gang Burung, Pasar Pagi, Jakarta Barat sebagai
pusat perdagangan tekstil di Jakarta. Setiap harinya tempat ini
sangat ramai sekali dikunjungi pembeli tekstil untuk berbagai
keperluan, yang tentunya di sini penjualan dengan sistem grosir
atau partai. Berbagai merk tekstil, baik buatan lokal atau
mancanegara tersedia disini.
94
Gambar 2
Suasana Kawasan Pusat Tekstil Pintu Kecil
Sumber: www.pusatkerajianpintukecil.com
Pembeli tekstil di sini, biasanya untuk keperluan konveksi
atau untuk reseller yang pembelian dalam jumlah besar,
datangnya dari berbagai daerah di Indonesia, dan pedagang
tekstil di sini menyediakan pengantaran ke tempat dan
pengiriman ke seluruh Indonesia. Jadi, bila Anda ingin berbelanja
tekstil, datang saja ke sini atau hubungi mereka untuk pembelian
dari luar Jakarta. Disini disediakan fasilitas berupa retail -retail
yang bisa disewakan dan dimiliki tiap orang atau badan usaha
untuk menjalankan usahanya dalam berdagang tekstil.
2. Kyoto Handicraft Center (www.kyotohandicraftcenter.com)
Kyoto sebagai kota utama di Jepang, adalah sebuah tujuan wisata
terkenal dunia. Setiap tahun, turus dari belahan bumi yang berbeda
mengunjungi salah satu kota terbesar ini. Kyoto handicraft center adalah
salah satu tujuan wisata turus dari berbagai negara berkunjung untuk
sebuah pengalaman belanja yang menarik. Pusat perbelanjaan ini adalah
salah satu dari 7 gedung bersejarah dan dapat dicapai dengan mudah
yaitu dengan menggunakan kendaraan umum seperti bus dan taksi. Apa y
95
ang membuat bangunan ini spesial bagi turis asing adalah bahwa barang-
barang disana bebas pajak. Jadi semua barang menjadi lebih murah
dibandingkan di tempat lain yang ada di Kyoto.
Gambar 3
Tampak depan Kyoto Handicraft Center
Sumber: www.kyotohandicraftcenter.com
Kyoto Handicraft Center adalah sebuah tempat yang diperuntukkan
untuk mencari suvenir, kerajinan tangan, dan pekerjaan seni. Ditempat i ni
kita dapat menemukan koleksi besar dari kerajinan Jepang, kimono,
suvenir, perhiasan dan keragaman aksesoris. Kita juga dapat menemukan
pameran besar dari kerajinan, setakan kayu, porselin, perhiasan. Turis
dan pembeli dapat pula melihat koleksi yang hebat dari boneka Jepang
yang terkenal di dunia, lukisan dan koleksi lainnya yang unik. Kyoto
Handicraft Center ini dibuka pada jam 10 pagi dan tutup pada jam 6 sore.
Bangunan Kyoto Handicraft Center sendiri terdiri dari 7 lantai yang
dibagi berdasarkan koleksi atau barang yang dipasarkan. Secara umum
bangunan ini tidak hanya menyajikan display kerajinan Jepang, ditempat
ini kita juga dapat melihat pengrajin ahli membuat kerajinan di depan mata
dan juga dapat mencoba keterampilan dalam membuat beberapa
96
kerajinan. Bangunan ini juga dilengkapi fasilitas penunjang seperti
restoran dan kafe juga basement sebagai tempat parkir.
Lanati 1 ditempati oleh perusahaan Uchida Art dan Amita dengam
koleksi antata lain sekat lukis dan mutiara yang dipajang menjadi awal
yang mengesankan dalam mengunjungi Kyoto Handicraft Center.
Gambar 4
Display Kerajianan di Kyoto Handicraft Center
Sumber: www.kyotohandicraftcenter.com
Lantai 2 juga menampilkan teknik lukisan kayu yanng biasa
menjadi pajangan pada rumah – rumah di Jepang , berupa foto yaitu
bingkai lukisanbunga kecil dan lukisan gulung panjang dinding dengan
pemandangan tradisional Jepang.
Lantai 3 dikhususkan untuk salah satu kerajinan Jepang yang
paling cantik, yaitu lukisan. Lantai ini difokuskan untuk lukisan pada kayu
cetakan dan memiliki area dimana anda dapat melihat perajin sedang
bekerja untuk menyelesaikan tahap akhir pada pekerjaannya.
Lantai 4 adalah tempat bagi macam- macam kerajinan ekletik.
Sebenarnya sebagian besar lantai ini diisi oleh perusahaan sutra Kyoto,
perusahaan yag memiliki produk antara lain: syal atau selendang, sapu
tangan, ikat kepala, dan layang- layang, ada juga boneka yang memakai
baju sutra dan merefleksikan nilai kebudayaan Jepang; biasa boneka ini
97
menggambarkan tokoh seorang wanita geisha dan kabuki. Perusahaan ini
telah memproduksi boneka Jepang selama 350 tahun. Di lantai ini,
pengunjung juga dapat melihat pengrajin memberikan sentuhan akhir
pada boneka porselen.
Dilantai 5 diisi oleh perusahaan Amita dan Heian, lantai ini terdiri
dari koleksi kreasi kulit kayu seperti lukisan pemandannan pada kertas
yang terbuat dari kulit kayu pohon mulberry dan pajangan kimono. Lalu
kemudian diisi juga oleh banyak campuran pajangan barang-barang
pecah belah.
Lantai 6 banayk diisi oleh kerjinan yang bermotif, pada area ini
kerajinan dikelompokkan berdasarkanjenisnya. Kelompok pewarnaannya
antara lain pembuatan cetakan kayu, pembuatan boneka, pembuatan
kerajinan tradisional yang diwariskan secara turun temurun.
Lantai 7 menampilkan hasil karya yang didistribusikan oleh
perusahaan amita. Produk- produknya termasuk damar danmutiara. Pada
lantai ini difokuskan pada kotak yang terbuat dari kayu damar dan piring,
danjuga termasuk area kerja bagi perajin, tempat bagi perajin untuk
memeriksa sebuah kotak kayu yang terbuat dari damar.
3. Pusat kerajinan kendedes (www.malangraya.com)
Pusat kerajinan Kendedes terdapat dikecamatan Singosari
kabupaten Malang. Di lokasi ini ada 56 stan yang memamerkan
prduk mulai kerajinan, garmen, alat musik, sepatu, tas, mebeler,
produk alat musik perkusi, kerajinan rotan, bunga kering dari klobot
dan kerajinan kain perca. Setaip stan diisi oleh perajin arau
perusahaan (UMKM) yang memproduksi barang- barang kerajinan
diantaranya Fiola Percussion yang telah mengekspor barangnya
berupa perkusi keluar negeri. Selain Fiola, ada pengrajin lain yang
juga menjadi andalan yakni Misbach Kupu-Kupu, pengrajin tas dari
98
tempurung kelapa, gordin, dan kerajinan perlengkapan tidur seperti
sarung bantal dan seprei.
Gambar 5
Display Kerajinan Pada Pusat Kerajinan Kendedes
Sumber: www.malangraya.com
Beberapa UMKM lain yang menonjol adalah Axixah Florozit,
Cendana Alam Perkusi, San Enloe Kaca Hias, Rahayu jawa Kawentar
Anyaman, Frutindo, Pelangi Craft dan Kayafit. Bentuk promosi ditempat ini
diupayakan melalui etalase yang disediakan juga melalui berbagai event
pameran dan melalui website. Namun, yang menjadi kendala industri ini
adalah belum optimalnya promosi dan skala prioritas masyarakat terhadap
non pangan.
4. Istanbul Handicraft Center (www.IstanbullHandicraftCenter.com)
99
Gambar 6
Bangunan Istanbul Handicraft Center
Sumber : www.IstanbullHandicraftCenter.com
Istanbul Handicraft Center adalah bangunan berlantai enam yang
menghadirkan berbagai jenis kerajinan Turki dengan konsep semarak
dalam penataannya. Dalam hal penyajian barang, mereka menganggap
bahwa kualitas adalah ukuran bagi setiap orang. Oleh karena itu,
mengunjungi tempat ini adalah usaha yang tepat untuk menfapatkam
barang- barang dengan kualitas terbaik. Ini tidak hanya ditunjukkan lewat
komitmen merekadalam menghasilkan barang tetapi juga menyediakan
fasilitas yang membuat pengunjung merasa aman dan nyaman berbelanja
ditempat ini. Fasilitas itu antara lain menyediakan ahli yang dapat
membantu pengunjung dalam berbelanja dan dapat menjelaskan
mengenai barang tersebut secara detail dalam sembilan bahasa yang ia
kuasai. Tidak hanya itu, setiap pembelian barang ditempat ini dilengkapi
degan sertifikat dan asuransi yang dapat menjamin kepuasan pengunjung
dalam berbelanja ditempat ini juga disediakan fasilitas pengiriman yang
bebas dan dapat dipercaya keseluruh pelosok dunia.
100
Gambar 7
Display kerajinan pada Istanbul Handicraft Center
Sumber : www.IstanbullHandicraftCenter.com
Istanbul Handicraft Center menyediakan berbagai macam kerajinan
antara lain karpet yang menjadi produk unggulan kerajinan Turki,
perhiasan, barang-barang dari kulit, dan keramik. Karpet itu sendiri
diproduksi dengan mempertahankan keasliannya berdasarkan tradisi lokal
oleh masyarakat Turki sehingga menjadi produk yang paling dipercaya di
dunia.
5. Craft Cultural Complex (www.cuti.com)
Craft Cultural Compleks berada di kawasan pesisir pantai
utara Langkawi sekitar teluk Yu, waktu tempuh sekitar 30 menit
mengemudi bandara atau 45 menit dari kota Kuah. Kompleks ini
dibangun sekitar tahin 1996 untuk mempromosikan dan memelihara
sejarah budaya manusia dan juga merupakan bangunan yang
mempertunjukkan berbagai macam jenis kerajinan tangan khas
Malaysia sebagai pencerminan perbedaan budaya dan gaya hidup
101
dari masyarakat Malaysia dan multi ras. Itulah sebabnya dalam
kompleks ini juga terdapat museum Royal, Museum Islamic,
museum budaya yang memperlihatkan berbgai macam kerajinan
tangna dari berbgai tempat di Malaysia. Terdapat juga museum
sejarah dan legenda dimanan disini pengunjung dapat mempelajari
legenda dan dongeng tentang Langkawi da Mahsuri.
Gambar 8
Bangunan Craft Cultural Complex
Sumber : www.cuti.com
Craft Cultural Compleks adalah sebuah kompleks yang menawarkan
berbagai kerajinan lokal Malaysia dalam satu atap seperti berbgai
perkakas dari besi, benda tenunan da kain tenun, kerajinan etnik, produk
batik tulis, berbagai barang ukiran ( perak, kuningan dan kayu), keramik
dan aneka kerajinan dari rotan, daun pandan dan menkuang. Di kompleks
ini juga terdapat pusat demo sehingga pengunjung dapat secara langsung
melihat pembuatan sebuah kerajinan oleh pengrajin yang berpengalamn
dan memiliki keterampilan yang tinggi. Uniknya, untuk beberapa barang
tertentu pengunjung dapat memesan sesuai motif yang diinginkan.
102
Gambar 9
Display kerajinan di Craft Cultural Complex
Sumber: www.cuti.com
6. Sentra Tenun Saddan Balusu Toraja Utara
103
Gambar 10
Kawasan Sentra Industri Tenun Saddan Balusu Toraja Utara
Sumber : Hasil Survei Penulis
Saddan Balusu merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang
terletak di kabupaten Toraja Utrara provinsi Sulawesi Selatan. Di objek
wisata ini, kita dapat menemukan jejeran pondok- pondok para pengrajin
tenun dikawasan itu yang membentuk sebuah kelompok usaha dan ada
juga yang berdiri sendiri sebagai usaha mandiri. Dikawasan ini, para
pengrajinmengakku bahwa usaha tenun yang mereka geluti merupakan
budaya turun temurun dari nenek moyang mereka yang patut dilestarikan.
Para remaja didaerah ini juga banyak yang turut berpartisipasi dalam
melestarikan tenun tradisional Toraja ini dengan menjadi pengrajin tenun
di luar jam sekolah mereka.
Tempat ini mendapat kunjungan dari wisatawan mancanegara
dalam jumlah banyak yang datang untuk sekedar menikmati
pemandangan alam yang indah dari aliran sungai saddan sungai
terpanjang di sulawesi Selatan, melihat mengangumi kompleks
tongkonan dan lumbung pada sebagai rumah adat Tana toraja didaerah
ini, mengadakan penelitian kebudayaan tradisional, atau bahkan membeli
souvenir yang disediakan di objek wisata ini.
Pada bulan- bulan tertentu seperti pertengahan tahun hingga akhir
tahun para pengrajin mengaku mendapat keuntungan yang cukup besar
104
dari penjualan kain tenun tradisional mereka dibandingkan dengan bulan-
bulan lainnya., hal ini di picu oleh meningkatnya jumlah wisatawan lokal
maupun mancanegara yang datang berkunjung ke tempat ini.
Adapun harga kain tenun yang dijual berkisar dari harga
Rp.300.000 sampai jutaan rupiah. Hal ini tergantung oleh pola – pola unik
dari motif yang ada kain tenun tersebut, selain itu, ukuran kain juga
mempengaruhi besar kercilnya harga kain tenun tersebut. Selain membeli
dan melihat pajangan berbagai kain tenun hasil kerajinan tangan pengrajin
tradisional ditempat ini, para pengunjung juga bisa melihat langsung
proses menenun atau bahkan cara mengolah benang dari kapas hingga
akhirnya ditenun dan menghasilkan karya seni yang indah dari tangan
para pengrajin tenun ahli ditempat ini.
Gambar 11
Proses Membuat Benang Dan Menenun
Sumber : Hasil Survei Penulis
Para penenun didaerah ini menggunakan alat tenun tradisionala
atau dikenal dengan alat tenun gedongan dan memperoleh bahan baku
berupa kapas dan bahan pewarnaan alami dari perkebunan milik mereka
sendiri, seperti kapas dari pohon kapas yang banyak ditanam oleh
masyarakat sekitar, dan bahan pewarna alami seperti daun tarun dan kulit
pohon belade serta akar mengkudu yang juga diperoleh dari penduduk
sekitar yang menanam tanaman itu. Hal ini membuktikan bahwa
kemurnian budaya tenun alami dan tradisional masyarakat setempat
masih terjaga.
105
Gambar 12
Kapas, Alat Membuat Benang Dan Alat Tenun Tradisional
Sumber : Hasil Survei Penulis
Hasil seni kerajinan tangan yang dapat diperoleh di beberapa retail
yang khusus menjual barang produk hasil kerajinan tangan pengrajin di
objek wisata ini tidak hanya berupa kain tenun saja, melainkan beberapa
barang kerajinan lain yang merupakan hasil olahan dari kain tenun seperti
tas (sepu‟), sarung, taplak meja, selendang, kain horden, sarung bantal,
seperai serta sovenir dan perhiasan.
106
Gambar 13
Retail Dan Display Produk Hasil Kerajinan Tenun
Sumber : Hasil Survei Penulis
Dari segi modal usaha, para pengrajin mengaku tidak bekerjasama
dengan koperasi atau sebagai, mereka menggunakan modal usaha
sendiri dan ada juga yang menjalankan usaha ini sebagai usaha warisan
keluarga yang harus dilanjutkan. Kadang kala mereka juga mendapat
bantuan dana dari pemerintah daerah namun itu tidak rutin dilakukan.
107
Untuk pemasaran hasil kerajinan mereka tidak membawa hasil kerajinan
mereka untuk dijual diluar kawasan ini, namun para pembeli sendiri yang
datang untuk membeli atau memesan langsung dari mereka.
Adapun pesanan yang mereka terima berasal dari berbgai daerah
didalam maupun didalam Provinsi Sulawesi Selatan. Pesanan dari dalam
daerah Tana Toraja sendiri merupakan pesanan yang berasal dari
beberapa instansi pemerintahan yang mewajibkan pegawainya untuk
menggunakan kain tenun toraja sebagai salah satu pakaian dinas harian
mereka. Pesanan lain juga berasal dari dari beberapa kelompok dan
pribadi yang dipesan khusus untuk busana acara adat atau acara pada
kegiatan lain. Untuk kain tenun pesanan dalam jumlah banyak, mereka
mengaku terkadang kewalahan meskipun telah mempekerjakan bahkan
belasan orang pengrajin tenun bila waktu yang diberikan tidak cukup
banyak, hal ini dikarenakan pembuatan sebuah kain tenun saja
membutuhkan waktu minimal 1 minggu, sedangkan peralatan yang
mereka gunakan masih sangat sederhana. Oleh karena itu mereka
terkadang hanya menerima pesanan yang jauh- jauh hari baru akan
digunakan.
108
109
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
PUSAT KERAJINAN TENUN DI MAKASSAR
B. Gambaran Umum Kota Makassar
1. Fungsi, peranan dan kedudukan kota Makassar
Kota Makassar sebagai kota yang sarat akan sejarah terletak di
pesisir pantai mempunyai peranan yang sangat vital, baik yang
sifatnya lokal, regional, nasional dan internasional. Keberadaan
fungsi, peranan dan kedudukan tersebut, menjadikan Kota Makassar
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat dalam
dasawarsa terakhir ini. Terutama semenjak dibukanya jalur-jalur
khusus regional dan internasional, serta dengan dukungan sarana
dan prasarana yang baik sehingga membuat akses dari dan ke
Makassar menjadi lancar. Oleh karena itu, sudah sewajarnya bila
fungsi, peranan dan kedudukan kota Makassar sebagai kota sejarah
dipertegas mengingat kawasan ini mempunyai prospek dan potensi
yang cukup besar untuk dikembangkan, di masa sekarang dan masa
yang akan datang.
Adapun fungsi dan kedudukan Kota Makassar saat ini
adalah (Bappeda, 1999/2000 : 7) :
a. Sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan.
b. Sebagai pusat pemerintahan Tingkat I Sulawesi
Selatan.
c. Pintu gerbang utama Kawasan Indonesia Timur.
d. Pusat pembangunan propinsi Sulawesi Selatan.
e. Pusat perdagangan yang ditunjang oleh lokasi
geografis serta ketersediaan saran dan prasarana
transportasi.
f. Pusat pelayanan sosial di bidang pendidikan tinggi,
kesehatan, rekreasi/hiburan dan budaya.
110
2. Kondisi Fisik Kota Makassar
a. Letak Astronomis dan Administratif
Gambar 14
Peta administratif kota Makassar
Sumber: www.makassar.go.id
Kota Makassar secara administratif merupakan ibukota
Propinsi Sulawesi Selatan yang terletak di pantai barat
pada koordinat 119024‟17,38” Bujur Timur dan 508‟6,19”
Lintang Selatan. Luas wilayah kota Makassar adalah
175,77 km2 atau 0.28% dari luas wilayah Propinsi Sulawesi
Selatan,meliputi 14 Kecamatan dan terbagi atas 143
Kelurahan.
Batas-batas wilayah kota Makassar adalah :
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Maros
111
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa
3) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar
b. Keadaan Morfologis dan Geografis
Kota Makassar terletak didaerah pantai yang memanjang pada
bagian barat dan utara kota yang juga berpotensi perikanan dan
pariwisata. Keberadaan Pusat kerajinan tenun Maritim dalam
Kota ini mempunyai peluang untuk mengembangkan bidang
pariwisata di daerah selain sebagai sarana pendidikan dan
rekreasi. Sedangkan pada daerah dataran rendah mulai dari tepi
pantai sebelah barat dan melebar ke timur sejauh 20 km dan
memanjang dari selatan ke utara, merupakan daerah
pengembangan permukiman, pertokoan, pariwisata,
perkantoran, pendidikan dan pengembangan kawasan industri.
Di kota Makassar juga terdapat 2 (dua) buah sungai, yaitu
Sungai Tallo yang bermuara di utara kota, , dan Sungai
Jeneberang yang melintas dari Kabupaten Gowa dan bermuara
pada bagian selatan kota. Kota Makassar merupakan kota
pesisir yang keadaan wilayahnya datar dan hanya sebagian kecil
dataran tinggi yag terdapat di Kecamatan Biringkanaya. Secara
keseluruhan ketinggian dari permukaan laut untuk wilayah ini
berkisar antara 1-25 meter, derajat kemiringan tanah rata-rata
tanah 0,5 meter kearah barat.
c. Keadaan Iklim
Kota Makassar termasuk daerah yang beriklim tropis, karena
letaknya menghampiri garis khatulistiwa. Keadaan iklim Kota
Makassar secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :
(Sumber data : Biro Pusat Statistik ( BPS ) Tingkat I Sulawesi
Selatan)
1) Kota pesisir dengan keadaan wilayah datar
112
2) Ketinggian wilayah 0-25 m dari permukaan laut
3) Kelembaban udara berkisar antara 82%.
4) Suhu udara berkisar 22°C - 33°C.
5) Curah hujan tahunan rata-rata 325 mm dengan jumlah hari
berkisar 178 hari/tahun.
6) Curah hujan terbesar pada bulan Januari, Februari,
November dan Desember.
7) Arah angin 2100 15‟ Bujur Timur arah Selatan Daya
8) Kecepatan angin rata-rata 4,2 knat.
9) Penyinaran matahari rata-rata 49-33%
10) Temperatur udara sekitar 26,7° - 28,6° C
d. Rencana Tata Ruang Kota Makassar
1) Arah Pengembangan Kota
Arah pengembangan ke timur dan ke selatan
terutama kawasan sepanjang jalan arteri (regional dan kota)
menuju arah Kabupaten Maros dan Gowa mengalami
pengembangan yang cukup pesat. Ini dilakukan berdasarkan
kebutuhan-kebutuhan :
a) Pengembangan kegiatan sosial ekonomi
b) Koordinasi pengembangan wilayah aliran sungai
jeneberang
c) Koordinasi pembangunan antara Kota Makassar dengan
kabupaten-kabupaten yang berbatasan dengannya yang
pada masa yang akan datang mungkin dapat disebut
“Metropolitan Region”. Dan pembangunan dibidang
teknologi dan ilmu pengetahuan.
Selain itu perkembangan Kota Makassar yang
pesat dibuktikan dengan pembangunan sarana-sarana
infrastruktur kota yang menunjang lancarnya aktivitas-
aktivitas masyarakat Kota Makassar sendiri. Terdapat
113
jalan penghubung utama yaitu jalan Tol Reformasi
menghubungkan Pelabuhan Soekarno-Hatta dengan
Bandar Udara Hasanuddin dan wilayah sekitarnya.
Perubahan status Bandar Udara Hasanuddin menjadi
bandara internasional dan pembangunan Air Traffic
Center (ATC) juga merupakan bukti pengakuan
internasional bagi kota Makassar. Serta perencanaan
tiga jalan lingkar yaitu jalan lingkar dalam, jalan lingkar
tengah dan jalan lingkar luar, yang memudahkan jalur
penghubung antara wilayah di Kota Makassar
2) Pola Umum Tata Wilayah Kota Makassar
Sebagai suatu sistem wilayah, maka kota
terbentuk oleh adanya interaksi antara bagian
wi layah kota (BWK) yang mempunyai fungsi
tertentu. Sehubungan dengan perkembangan
kebutuhan lahan untuk kegiatan perkotaan, maka
fungsi existing dari bagian wilayah kota Makassar
dimasa mendatang akan mengaiami perubahan.
Dengan demikian Rencana Tata Guna Lahan
(RTGL) kota Makassar perlu didekati melalui
penentuan fungsi dari tiap-tiap bagian wilayah kota
yang nantinya akan merupakan kerangka bagi pola
tata guna lahan.
Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK)
merupakan penjabaran Kebijakan Dasar Pengembangan
(KDP) fisik kota yang memberikan penjabaran
pengembangan f isik kota secara keseluruhan.
Komponen utama dari RUTRK ini adalah Rencana Tata
Guna Lahan (RTGL). RUTRK dijabarkan dalam
sembilan Bagian Wilayah Kota (BWK) dengan fungsi
114
dominan maupun fungsi penunjang masing-masing
wilayah sesuai dengan Detail Tata Ruang Kota (DTRK)
tahun 1999/2000 - 2009/2010, dapat dilihat dari tabel
berikut :
Tabel 5
Penentuan Fungsi Detail Tata Ruang Kota (DTRK) Kota Makassar
Tahun 2011
N
O DTRK Kecamatan
Luas Area
(Km2)
Fungsi Utama Fungsi Penunjang
115
Sumber : Revisi RUTRW Kota Makassar, 2011
1 A Ujung Tanah 5,94 Pusat
perdagangan perniagaan
- Rekreasi, perhotelan
- Pemerintahan kota - Permukiman - Hutan kota
2 B Ujung Pandang 2,63 Transportasi
laut
- Pariwisata tirta / bahari
- Militer - Permukiman
3 C Tamalate 20,21 Rekreasi
- Perdagangan - Permukiman - Pendidikan tinggi - Transportasi darat - Hutan kota
4 D Rappocini 9,23 Jasa
pelayanan sosial
- Perkantoran - Perdagangan - Permukiman
5 E Panakkukang 17,05 Pusat
perdagangan & jasa sosial
- Permukiman - Perkantoran - Transportasi darat - Ruang terbuka
hijau
6 F Manggala 24,14 Permukiman
- Pariwisata & rekreasi
- Ruang terbuka hijau
- Jasa pelayanan sosial
- Pendidikan tinggi
7 G Tallo 5,83 Pariwisata &
ruang terbuka hijau
- Jasa pelayanan sosial
- Permukiman - Hutan kota
8 H Tamalanrea 31,84 Pendidikan tinggi dan
permukiman
- Jasa pelayanan kesehatan
- Industri - Perdagangan - Jasa sosia & umum
9 I Biringkaaya 48,22 Industri &
permukiman
- Transportasi darat - Militer - Ruang terbuka
hijau & pekuburan
Jumlah 17.576,87
116
Gambar 15
Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kota Makassar
Sumber : Dinas Cipta Karya Kota Makassar 2003
Tabel 6
Penentuan Fungsi Dominan dan Fungsi Penunjang Tiap-
Tiap
Bagian Wilayah Kota (BWK) di Makassar
117
Bagian
Wilayah Kota
( BWK )
Fungsi Dominan dan
Penunjang
( Eksisting )
Fungsi Dominan dan
Penunjang
( Rencana )
A
Pusat perdagangan
(Central Business
District).
Pusat jasa pelayanan
sosial (Civil center).
Pusat perdagangan
(CBD).
Pusat jasa pelayanan
sosial (Civil center).
Pemukiman Pemukiman
B
Pelabuhan
Militer, permukiman,
perdagangan.
Pelabuhan
Jasa pelayanan
sosial
C
Jasa pelayanan sosial
(perkantoran
pemerintah,
pendidikan, hiburan,
peribadatan)
Jasa pelayanan
sosial
Permukiman,
perdagangan Permukiman
D
Jasa pelayanan sosial Jasa pelayanan
sosial
Permukiman Permukiman
E
Pertanian Kawasan rekreasi
Permukiman, rekreasi
pantai Permukiman
F
Permukiman Permukiman
Pertanian
Jasa pelayanan
sosial, terminal,
pertanian.
118
G
Permukiman baru Permukiman
Pertanian Jasa pelayanan
sosial
H
Permukiman baru Permukiman
Pertanian Jasa pelayanan
sosial
I
Permukiman Permukiman
Pertambakan industri Pertambakan, jasa
pelayanan social
J
Pertanian (tambak,
sawah, tegalan)
Pertambakan
Permukiman Permukiman,
industri, terminal
kargo.
K
Pertanian Pendidikan tinggi
Permukiman, industri,
pendidikan tinggi
Permukiman,
industri,
perdagangan
L
Permukiman, industri,
pendidikan tinggi
Permukiman
Permukiman Pertanian,
peternakan,
perdagangan
M
Pertanian (kebun,
sawah)
Permukiman
Permukiman Terminal regional
119
Gambar 16 Peta Kawasan Terpadu Kota Makassar
Sumber: www.makassar.go.id
e. Kondisi Apresiasi Masyarakat
Jika dilihat dari tingkat apresiasi masyarakat Makassar
terhadap kerajinan tenun saat ini, ternyata masih belum banyak
yang menaruh minat/ Hal ini berkaitan dengan kurangnya
pembinaan dan pengembangan seni serta belum tersedianya
sarana yang khusus. Peratian pemerintah dalam hal ini
diharapkan mampu mengembangkan motivasi dan apresiasi
masyarakat terhadap seni dan budaya kerajinan tenun
tradisional masyarakat Sulawesi Selatan sebgaia salah satu
kekayaan budaya lokal yang menjadi tradisi turun- temurub yang
tetap harus dilestarikan dan dikembangkan.
Suatu cara yang dianggap paling tepat untuk merangsang
masyarakat dalam meningkatkan apresiasinya terhadap
kerajinan tenun yaitu dengan cara memberi pemahaman,
120
pendidikan, dan potensi wisata budaya dalam bidang tenun
kepada masyarakat. Contohnya seperti mengadakan workshop
sebagai suatu ajang untuk melatih dan mengajar masyarakat
teknik dan cara menenun, mengadakan pameran dan promosi
hasil kerajinan tenun Sulawesi Selatan sebagai salah satu wisata
budaya dan belanja yang dapat menarik minat wisatawan, dan
membuka potensi pasar untuk perdagangan tenun untuk
memenuhi kebutuhan sandang masyarakat, mendukung
perkembangan mode, dan menjadikan tenun sebgai salah satu
komuditi ekspor sampai ke mancanegara untuk mengenalkan
kepada dunia betapa indahnya tenunan Indonesia.
Gairah pasar tenun sutera Sulawesi Selatan mulai
bangkit kembali dan disiapkan menjadi komoditas
unggulan pasar Internasional yang siap go Internasional.
Sutera Sulawesi Selatan tidak hanya sebatas komoditas
andalan di Sulawesi Selatan, tetapi juga di Indonesia dan
dinilai memenuhi standar ekspor. Hal ini terbukti dengan
digelarnya promosi tenun sutera Sulawasi Selatan di ajang
South Sulawesi Silk Day di Jakarta, 22 Desember 2010
dan South Sulawesi Silk Festival Singapura, 23-26
Desember 2010 yang dirangkaikan acara tahunan Food,
Wedding and Shopping Singapore.
Kepala Sub Bagian Promosi Badan Koordinasi
Penanaman Modal Daerah Sulawesi Selatan, Devo
Khaddafi mengatakan, ajang South Sulawesi Silk Day dan
South Sulawesi Silk Festival Singapura diharapkan dapat
menghidupkan kembali pesona sutera Sulawesi Selatan
dengan mengupas industri ini dari hulu sampai hilir.
Melalui Silk Day di Jakarta dan South Sulawesi Silk di
Singapura, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan
121
merangsang perbaikan kualitas dan produksi tenun sutera
bermutu Internasional.
3. Kondisi sosial budaya masyarakat
Penduduk Kota Makassar untuk tahun 2011 tercatat
sebanyak 1.352.136 jiwa yang terdiri dari 667.681jiwa
penduduk laki-laki dan 684.455jiwa penduduk perempuan.
Sementara itu, jumlah penduduk Kota Makassar tahun 2010
tercatat sebanyak 1.338.663 jiwa. Komposisi penduduk
menurut jenis kelamin dapat ditunjukkan dengan rasio jenis
kelamin. Berdasarkan rata-rata pertumbuhan penduduk dan
tahun 2008-2011 maka prosentase laju pertumbuhan adalah
1,3 % pertahun.
Tabel 7
Jumlah Penduduk per Kecamatan
Kecamatan 2007 2008 2009 2010 2011
Mariso 53.825 54.616 55.431 55.893 56.408
Mamajang 59.533 60.394 61.294 60.221 59.560
Tamalate 150.014 152.197 154.464 155.531 172.506
Rappocini 140.882 142.958 145.090 148.488 152.531
Makassar 81.645 82.907 84.143 83.700 82.478
Ujung Pandang 28.206 28.637 29.064 28.689 27.160
Wajo 34.504 35.011 35.533 31.593 29.693
Bontoala 60.850 61.809 62.731 59.433 54.714
Ujung Tanah 47.723 48.382 49.103 48.145 47.133
Tallo 133.426 135.315 137.333 136.210 135.574
Panakkukang 132.479 134.548 136.555 139.891 142.729
Manggala 97.556 99.008 100.484 101.044 118.191
Biringkanaya 126.839 128.731 130.651 147.670 169.340
Tamalanrea 87.817 89.143 90.473 97.800 104.175
Makassar 1.235.239 1.253.656 1.272.349 1.294.308 1.352.136
122
Sumber : Badan Pusat Statistik Makassar
Dari data tersebut diatas maka dapat diperkirakan
jumlah penduduk pada 1 tahun dan 10 tahun kemudian yaitu
pada tahun 2021 adalah dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Pt = P0 ( 1 + r )n
Dimana :
Pt = Jumlah Penduduk pada tahun 2013
Po = Jumlah Penduduk tahun 2011
r = Prosentase rata-rata pertumbuhan penduduk
yaitu
n = Selisih tahun
Jadi diprediksikan jumlah penduduk pada tahun 2013
adalah P2013 = Po (1 + r ) 2
= 1.352.136 ( 1 + 1,3 % )2
= 1.352.136 ( 1 + 0,013 )2
= 1.387.520 jiwa
Sedangkan prediksi jumlah penduduk pada tahun 2021
adalah :
P2021 = Po (1 + r ) 10
= 1.352.136 ( 1 + 1,3 % )10
= 1.352.136 ( 1 + 0,013 )10
= 1.538.561 jiwa
C. Analisa jumlah penggunjung
Dilihat dari fungsinya sebagai bangunan dengan fungsi sebagai
wadah promosi dan pengembangan kerajinan tenun, maka tinjauan
yang dilakukan adalah melihat industri pariwisata lokal degan segala
123
potensi yang saling mendukung dengan keberadaan Pusat Kerajinan
Tenun di Makassar.
Keberhasilan pembangunan bidang pariwisata di Sulawesi
Selatan dapat diukur, diantaranya dengan melihat jumlah wisatawan
yang mengunjunginya. Namun keberhasilan itu sendiri harus ditunjang
dengan keberhasilan dibidang lain, langsung maupun tidak langsung
berkaitan dengan bidang pariwisata, seperti bidang ekonomi, sosial,
politik, keamanan,dll.
Gambar 17
Rekapitulasi Tujuan Wisatawan Mancanegara Berkunjung Ke Makassar Purpose Of Visit Tahun 2012
Sumber : Data Olahan Disbudpar Kota Makassar
Dari diagram diatas daapt dilihat bahwa jumlah kedatangan
tamu dengan tujuan baik mancanegara maupun nusantara yang
datang di Makassar mencapai presentase tertinggi disusul dengan
tujuan berlibur dan lainnya. Dengan melihat kenyataan tersebut maka
dapat dipastikan kegiatan wisata di Makassar akan terus berkembang,
sehingga dengan hadirnya Pusat Kerajinan Tenun nantinya bisa
menjadi salah satu peluang tujuan wisata dan tujuan bisnis di
Sulawesi Selatan.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
JAN
FEB
MA
R
AP
R
MEI
JUN
JUL
AU
G
SEP
OK
T
NO
V
DEC
26% 23% 27% 24% 19% 19%
34% 33% 29% 24% 24% 33%
45% 39%
39% 46% 48% 47%
50% 45%
41% 41% 44%
36%
17%
17% 13% 9% 13% 15%
5% 6%
13% 15%
16% 8%
13% 20% 20% 21% 20% 19%
11% 16% 17% 20% 16% 23%
LAINNYA
FAMILY
BISNIS
BERLIBUR
124
Untuk memprediksi jumlah wisatawan yang akan datang
berkunjung ke Makassar pada beberapa tahun yang akan datang,
ada beberapa variabel yang harus diketahui, yaitu jumlah wisatawan
tahun terakhir diketahui dan pertumbuhan kunjungan wistawan rata-
rata per tahun, seperti yang telah dikemukakan pada penjelasan
sebelumnya, maka data wisatawan yang akan digunakan adalah data
normal pada tahun 2011.
Tabel 8 Banyaknya Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Domestik
di Sulawesi Selatan, 2005 – 2010 T a h u n
Y e a r
Wisatawan
Nusantara
Wisatawan
Mancanegara
2 0 0 6 1 120 895 22 249
2 0 0 7 1 212 982 24 531
2 0 0 8 2 032 021 31 215
2 0 0 9 2 715 715 35 712
2 0 1 0 3 768 252 42 371
2 0 1 1 4 471 632 51 749
(Sumber : Dinas Kebudayaan dan Parawisata Provinsi Sulawesi Selatan)
Dari data diatas, prosentase peningkatan wisatawan
nusantara 1,38% dan 1,14% untuk wisatawan mancanegara
(Data Dinas Pariwisata Sulawesi Selatan). Sementara itu selain
wisatawan nusantara dan manca negara, wisatawan yang
berasal dari daerah setempat atau daerah yang dekat dengan
tujuan wisata dikategorikan sebagai wisatawan lokal.
Penduduk Kota Makassar untuk tahun 2011 tercatat sebanyak
1.352.136 jiwa dan diprediksikan pada tahun 2013 akan meningkat
hingga 1.387.520 jiwa sesuai perhitungan sebelumnya, ini menjadi
landasan perhitungan jumlah wisatawan lokal.
125
a. Wisatawan Lokal
Diasumsikan prosentase pengunjung pusat
kerajinan tenun adalah 0,1% terhadap penduduk kota
Makassar.
Sehingga pada tahun 2013 pengunjung pusat
kerajinan tenun diprediksikan :
= 0,1 x 1.387.520 jiwa
= 1.388 pengunjung/ tahun
Dan pada tahun 2021 pengunjung pusat kerajinan
tenun diprediksikan :
= 0,1 x 1.538.561 jiwa
= 1.539 pengunjung/tahun
b. Wisatawan Nusantara
Untuk memprediksi jumlah wisatawan
nusantara dapat dihitung berdasarkan jumlah
wisatawan nusantara yang datang pada tahun 2011
adalah 4.471.632 wisatawan nusantara. Maka
prediksi sampai tahun 2013 dan 2021 adalah :
P2013 = P2011( 1 + r )2
= 4.471.632 ( 1 + 0,0138) 2
= 4.595.900 wisatawan
P2021 = P2011( 1 + r )10
= 4.471.632 ( 1 + 0,0138) 10
= 5.128.483 wisatawan
Dari jumlah ini, 0,1 % dari jumlah wisatwan
nusantara tujuan wisata kota Makassar yang
mengunjungi (pusat kerajinan tenun di Makassar
sebanyak (Data Dinas Pariwisata Sulawesi Selatan):
N2013 = 0,1 x 4.595.900
126
= 459.590 pengunjung
N2013/ tahun = 459.590 / tahun
N2021 = 0,1 x 5.128.483
= 512.848 pengunjung
N2021/ tahun = 512.848 / tahun
c. Wisatawan Mancanegara
Untuk memprediksikan jumlah wisatawan
asing dapat dihitung berdasarkan jumlah
wisatawan asing yang datang ke daerah Sulawesi
Selatan pada tahun 2011 adalah 51.749 orang.
Maka prediksi jumlah wisatawan sampai tahun 2013
dan 2021adalah :
P2013 = P2011 ( 1 + r )2
= 51.749 ( 1 + 0,0114) 2
= 52.936 wisatawan
P2021 = P2011 ( 1 + r )10
= 51.749 ( 1 + 0,0114)10
= 57.960 wisatawan
Dari jumlah ini, 0,1 % dari jumlah wisatawan
mancanegara tujuan wisata kota Makassar yang
mengunjungi (pusat kerajinan tenun di Makassar
sebanyak (Data Dinas Pariwisata Sulawesi Selatan):
N2013 = 0,1 x 52.936
= 5.294 pengunjung
N2013/ tahun = 5.294 / tahun
= 441 orang / bulan
Dan pada tahun 2021 adalah :
N2021 = 0,1 x 57.960
= 5.796 pengunjung
N2021/ tahun = 5.796 / tahun
= 483 orang / bulan
127
TABEL 9
Prediksi Pangunjung / wisatawan Tahun 2013 dan Tahun 2021
Yang mengunjungi Pusat Kerajinan Tenun di Makassar
Klasifikasi Pengunjung
Predisksi Pengunjung
(orang/tahun)
2013 2021
1. Wisatawan Lokal
2. Wisatawan Nusantara
3. Wisatawan Mancanegara
1.388
459.590
5.294
1.539
512.848
5.796
Jumlah 466.272 520.237
(Sumber : Analisis Penulis)
Sedangkan ditinjau dari aspek pameran dan festival yang
sering diselenggarakan di Makassar, berdasarkan data olahan
dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Makasaar ,
pelaksanaan pameran biasanya dilakukan satu sampai tiga
bulan sekali dengan sistem Tingkat nasional diikuti peserta
baik dari dalam maupun dari luar pulau Sulawesi dengan
produk yang ditampilkan berbeda – bedatermasuk kelompok
produk ekspor daerah degan cakupan antara lain hasil
agronomi, hasil industri makanan, dan jugahasil industri
kerajinan.
Tabel 10
Data Even Unggulan Sulawesi Selatan
2011 2012 2013
1. Festival barongsai Abarongsai makassar
1. Jazz @fort rotterdam
1. Makassar Kuliner Festival
128
championship cup v 2. Pentas “i lagaligo”
berlabuh di makassar 3. Jazz @fort rotterdam 4. Makassar jazz festival 5. Gelar pangan lokal
nasional 6. Festival budaya dan
bahari “makassar international parachuting accuracy waterlanding and boogie jumping 2011”
7. festival losari 8. Pasar seni wisata 9. International jet ski
championship 10. Festival masyarakat
bahari 11. Tourism and craft
expo 12. Sandeq race 13. Jalan sehat 100 ribu 14. 2
nd indonesia
seaweed forum 15. Festival dragon boat 16. Makassar international
writer 17. Sail indonesia (darwin
– ambon – mks) 18. Femme
2. Festival losari 3. Pasar seni wisata 4. International
dragon boat festival (attended by 12 asean country)
5. Makassar sunset cruise
6. Tallo river tour 7. National barongsai
champ 8. Tallo fun festival 9. Fun city rally 10. Ttm (tedjo travel
mart) 11. Bacary, food
industry, packpro makassar expo 2012
12. Cultural carnaval 13. Makassar tempo
doeloe 14. Kemilau sulawesi 15. Festival ribura‟ne 16. Femme
2. Festival Losari 3.
Makassarfashion For Passion
4. Makassar Sunset Cruise
5. Tallo River Tour 6. National
Barongsai Champ
7. Celebes Travel Mart
8. Pasar Seni Wisata
9. Lomba Foto Sapta Pesona
10. Bacary, Food Industry, Packpro Makassar Expo 2013
11. Makassar Travel Fair
12. Femme
Sumber: Dinas Pariwisata Kota Makassar
Gambar 18
Rekapitulasi Jumlah Pameran/Eksibisi Per Sektor
Tahun 2012
129
Sumber : Data Olahan Disbudpar Kota Makassar
Diagram diatas menunjukkan kuantitas pelaksanaan pameran
paling banyak yang diadakan berada di pertengahan tahun dan
akhir, yang merupakan masa- masa liburan dan bertepatan dengan
waktu kedatangan wisatawan paling banyak sepanjang di sepanjang
tahun. Hal ini juga menunjukkan besarnya peran pemerintah yang
turut memperhatikan peningkatan pariwisata dengan menggelar
banyak pameran dan festifal disusul oleh perusahaan dan beberapa
asosiasi lainnya.
0
10
20
30
JAN
FEB
MA
R
AP
R
MEI
JUN
JUL
AU
G
SEP
OK
T
NO
V
DEC
3 3 4 6 5 5 5 5 6 8 8 11
5 9
8 9 6 6
22
6 8 12
11 12 4
7 7 9 8 9
17
10 12 16
19
28
ASOSIASI : 69PERUSAHAAN : 114PEMERINTAH : 146
130
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dari bab –bab sebelumnya akan Pusat Kerajian
Tenun di Makassar, maka hal-hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut
:
A. Kesimpulan Umum
1. Pusat Kerajinan Tenun di Makassar adalah suatu wadah yang
menjadi pusat kegiatan kerajinan tenun yang meliputi produksi,
edukasi, promosi dan perdagangan serta kegiatan lain yang
menunjang pengembangan seni kerajinan tenun yang mendukung
pelestarian seni dan budaya menenun yang ditempatkan di ibukota
Sulawesi Selatan yaitu kota Makassar.
2. Gagasan pendirian pusat kerajinan tenun di Makassar terutama
ditujukan untuk melestarikan dan mengungkapkan atau
mempromosikan hasil budaya kerajinan menenun suku bangsa
masyarakat Sulawesi Selatan yang merupakan salah satu aspek
dari warisan bangsa. Disamping itu untuk diwariskan kepada
generasi muda serta manfaatnya bagi pengembangan
perekonomian, pendidikan dan kebudayaan serta kepariwisataan.
3. Untuk mencapai pada dasarnya diperlukan adanya strategi
yang mendasar dengan pertimbangan sebagai berikut :
a. Lingkup materi dan pelayanan disesuaikan dengan
potensi yang ada.
b. Sistem peleyanan pusat kerajinan tenun yang efektif
berupa setting materi pameran dan peragaan pusat
kerajinan tenun sesuai dengan sistem orientasi
pendidikan dalam lingkup pelestarian dewasa ini
dengan karakteristik objek yang dilestarikan.
131
c. Pusat kerajinan tenun yang dimaksudkan adalah
dengan lingkup produksi, pendidikan, promosi dan
penjualan tingkat nasional.
4. Latar belakang Pusat Kerajinan Tenun di Makassar :
a. Potensi kerajinan tenun Sulawesi Selatan yang dapat
dikembangkan sebagai daya tarik wisata
b. Untuk mengangkat kembali dan mempopulerkan tenunan
sebagai salah satu tekstil yang tidak kalah menarik dari batik
yang sedang populer saat ini.
c. Tidak sekedar memamerkan tenun Sulawesi Selatan sebagai
kerajinan namun turut mengangkat kembali tenun sebagai salah
satu budaya yang harus tetap dilestarikan agar tidak punah dan
membuat generasi muda untuk kembali mencintai tenun
sebagai salah satu produk kerajinan khas Sulawesi Selatan.
d. Kurangnya tempat yang mewadahi pengenalan terhadap
kerajinan tenun secara langsung dan mendalam
e. Beragamnya jenis kain tenun yang tersebar di berbagai wilayah
Sulawesi Selatan yang dalam pengembangannya
membutuhkan fasilitas yang mewadahi dalam satu kesatuan
yang lebih utuh
5. Tanggapan pengadaan Pusat Kerajinan Tenun di Makassar
berangkat dari hal-hal sebagai berikut :
a. Menjadi sarana konservasi pengembangan tenun tradisional
daerah Sulawesi Selatan secara khusus sebgai salah satu
budaya bangsa.
b. Pusat pengembangan sumberdaya manusia dibidang
pengembangan dan pengkajian seni kerajinan dan budaya
yang mampu mendukung peningkatan ekonomi daerah dari
segi bisnis dan pariwisata.
132
c. Media promosi dan informasi karya kerajinan tenun agar
komunikasi antara pekerja seni kerajinan tenun dan
masyarakat umum dapat terjalin.
d. Sebgai indikator yang jelas bagi pengembangan kualitas
kerajinan tenun masyarakat indonesia khususnya Sulawesi
Selatan.
e. Sarana edukasi-keterampilan sebagai pendidikan non-formal
kepada generasi muda agar mampu mencintai budayanya
dengan ketulusan berkarya.
6. Fungsi Pusat Kerajinan Tenun di Makassar :
a. Meningkatkan dan memberdayakan seni kerajinan tenun yang
ada untuk diperkenalkan kepada masyarakat luas serta
kelangsungannya dimasa depan
b. Mempromosikan tenunan yang diharapkan dapat meningkatkan
apresiasi masyarakat terhadap kerajinan tenun Sulawesi
Selatan
c. Wadah interaksi antara pengrajin dengan peminat kerajinan
tenun
d. Sebagai tempat perdagangan barang-barang hasil kerajinan
tenun
e. Sebagai wadah informasi dan promosi seputar kerajinan tenun
khas Sulawesi Selatan yang dibutuhkan masyarakat
B. Kesimpulan Khusus
Pusat kerajinan tenun merupakan sebuah suatu wadah yang
menjadi pusat penyatuan kegiatan yang berorientasi pada
kerajinan tenun berupa produksi, edukasi, promosi dan
perdagangan hasil kerajinan tenun Sulawesi Selatan yang
133
mendukung pelestarian seni dan budaya menenun yang
berkedudukan di ibukota Sulawesi Selatan yaitu kota Makassar.
1. Falsafah Dasar Pusat Kerajinan Tenun Sulawesi Selatan Di
Makassar
Pusat kerajinan tenun Sulawesi Selatan di Makassar
diadakan dengan dasar untuk mengadakan promosi,
produksi, edukasi, dan penjualan produk kerajinan tenun
dalam rangka pelestarian seni budaya yang mempunyai
nilai penting. Dalam menampilkan produk kerajinan tenun
haruslah terlihat makna kesederhanaan, keterampilan,
keaslian budaya sebagaimana yang terkandung dari benda-
benda tersebut. Kehadiran pusat kerajinan tenun diharapkan
dapat memberi jasa pelayanan kepada publik/pengunjung,
oleh karena itu keinginan, harapan dan pendapat darti publik
harus senantiasa diperhitungkan.
2. Pola Kegiatan Pusat Kerajinan Tenun Di Makassar
Kegiatan dalam pusat kerajinan tenun di makassar
merupakan hubungan yang saling terkait antara pengunjung
dan pengelola terhadap koleksi pusat kerajinan tenun.
Terdapat dua jenis kegiatan secara umum dalam pusat
kerajinan tenun ini yaitu :
a. Kegiatan ke luar
Yakni kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
pelayanan terhadap kegiatan pengunjung antara lain
berupa : pameran dan peragaan, penjualan, edukasi
(penerangan, diskusi dan penyaluran informasi) dan
rekreasi serta yang lainnya.
b. Kegiatan ke dalam
134
Yakni kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
pengelolahan koleksi, pemeliharaan bangunan,
pelayanan pengelola dan yang lainnya. Kegiatan ini
dapat berupa produksi, konservasi, administrasi,
penunjang teknis dan servis pusat kerajinan tenun.
3. Penampilan Pusat Kerajinan Tenun Di Makassar
Penampilan bentuk pusat kerajinan tenun di Makassar
haruslah mencerminkan karakteristik dasar dari pusat
kerajinan tenun yakni melindungi, terbuka, jujur dan
sederhana. Selain itu perlu mempertimbangkan aspek
pengembangan dari seni dan budaya lokal yang berusaha
diterapkan dengan kosep arsitektur neo vernakuler,
keterlibatan pengunjung dan masa depan pusat kerajinan
tenun itu sendiri serta keberadaannya terhadap lingkungan.
Hal ini dapat diwujudkan dengan menampilkan bentuk-
bentuk yang aktraktif, dinamis dan memperhatikan kondisi
kota tempatnya berdiri mencerminkan fungsinya sebgai pusat
kerajinan tenun.
4. Objek-objek yang diwadahi dalam Pusat Kerajinan Tenun di
Makassar :
a. Produk- produk kerajinan tenun yang ada dan sedang
berkembang di Sulawesi Selatan tetapi skala prioritas
ditunjukkan untuk produk tenun andalan Sulawesi Selatan.
b. Produk- produk kerajinan tenun luar Sulawesi Selatan.
5. Jenis- jenis kegiatan dalam Pusat Kerajinan Tenun di Makassar
a. Kegiatan produksi dan promosi produk, terdiri atas:
1) Kegiatan display atau pameran produk
2) Kegiatan peragaan produk yang sifatnya tetap
135
3) Kegiatan demonstrasi pembuatan produk baik sebagian
ataupun keseluruhan proses
4) Kegiatan workshop yaitu kegiatan studio bagi pengunjung,
dimana pengunjung dapat mencoba mempraktekkan
pembuatan kerajinan yang diminati.
b. Kegiatan pelatihan/ edukasi dan informasi, terdiri atas :
1) Kegiatan pelatihan yang dimaksud ditunjukan untuk dua
pihak antara lain :
- Pengrajin berupa pelatihan tentang produksi,
pemasaran, penyimpanan dan pemeliharaan,
proses pengiriman.
- Pengunjung / peminat kerajinan tentang prospek
usaha, desain produk ataupun berupa kelas kursus
dingkat bagaimana menjadi seorang pengrajin tenun
2) Kegiatan seminar baik bagi pengrajin tenun maupun
masyarakat umum
3) Memberikan informasi kepada konsumen tentang
keberadaan dan perkembangan produk kerajinan tenun
4) Menyediakan bahan perbandingan guna meningkatkan
mutu dan daya saing produk kerajinan serta mengolah
data dan mencari informasi tentang produk kerajinan
tenun baik yang sudah ada maupun hasil inovasi baru
yang akan dikembangkan
c. Kegiatan Pemasaran
Melakukan pemasaran produk kerajinan tenun
d. Kegiatan servis
1) Kegiatan pelayanan kebutuhan dalam bagunan
2) Kegiatan operasional bangunan
136
6. Waktu kegiatan dalam bangunan ini dimulai pukul 09.00 wita –
22.00 wita
7. Fasilitas Pusat Kerajinan Tenun di Makassar :
a. Fasilitas utama
1) Ruang promosi Produk
Berdasarkan jenis kegiatan promosi ruangan ini terbagi atas:
- Ruang pamer dan ruang display produk
- Ruang demonstrasi bagi pengrajin
- Ruang workshop bagi pengunjung
Berdasarkan pengguna atau pemakai terdapat pula
ruang pamer temporer merupakan ruangan yang
khusus disediakan untuk event- event tertentu yang
sifatnya temporer dengan jumlah peserta yang lebih
banyak, dimana ruangan ini dapat berfungsi sebagai
ruang terbuka ataupun plaza jika tidak digunakan.
2) Ruang perkantoran
Merupakan ruangan yang disediakan bagi pengusaha atau
pengrajin dalam usaha melakukan pelayanan terhadap
konsumen dan pengunjung serta kemudahan interaksi
dagang antara pengusaha dan pengrajin dengan konsumen
atau pengunjung.
3) Ruang seminar dan pelatihan
Merupakan ruang yang berfungsi sebagai sarana promosi
produk serta pengembangan apresiasi baik dari produsen
sebagai penghasil untuk selallu memperoleh hasil dan
pengetahuan baru sehingga dapat meningkatkan mutu dan
kualitas produknya, begitu juga halanya dengan konsumen
sebagai penikmat dan pemakai produk
b. Fasilitas penunjang
137
Fasilitas penunjang disini lebih cenderung kepada pengunjung
dan pemakai bangunan, adapun fasilitas penunjang meliputi :
1) Pelayanan perbankan dan telekomunikasi
2) Pelayanan sarana hiburan dan rekreasi seperti
restoran dan cafetaria
8. Pembagian ruang- ruang dalam Pusat Kerajinan Tenun di
Makassar dapat dibagi menjadi :
a. Ruang yang disewakan :
1) Ruang display
Untuk kegiatan display atau pameran produk masing-
masing produsen ataupun pengrajin, dimana pembagian
berdasarkan jenis produk yang dipromosikan dan
diperdagangkan.
Sedangkan untuk ruang temporer pembagian diatur
berdasarkan jumlah peserta yang mengikuti kegiatan
tersebut.
2) Ruang perkantoran
Untuk kegiatan transaksi dagang atau kegiatan administratif
masing-masing produsen ataupun pengrajin, ruang ini
disewakan 1 paket dengan penyewaan ruang display
3) Ruang workshop dan demonstrasi
Untuk kegiatan interaksi antara pengrajin dan pengunjung,
baik pertunjukan demonstrasi membuat produk oleh
pengrajin ataupun kegiatan pengunjung yang ingin
mencoba pembuatan produk kerajinan yang diminati.
4) Ruang seminar/ pertemuan dan pelatihan
Untuk menampung kegiatan seminar, pertemuan ataupun
kegiatan yang sifatnya pelatihan baik untuk pengrajin
ataupun untuk masyarakat yang ingin mempelajari
kerajinan tenun Sulawesi Selatan.
b. Ruang tidak disewakan
138
1) Ruang pengelola
Ruang bagi pengelola bangunan yang terdiri atas
pihak swasta dan juga perwakilan pemerintah
2) Ruang informasi
Ruang bagi pengunjung untuk mencari informasi
seputar industri kerajinan tenun baik melalui buku
ataupun peralatan multimedia
3) Ruang servis
Merupakan ruang menunjang kelancaran kegiatan
dalam pusat kerajinan
9. Lokasi Pusat Kerajinan Tenun
Lokasi Pusat Kerajinan Tenun sedapat mungkin berada pada area
publik yang mudah dijangkau dan terdapat situs- situs budaya
yang dapat mendukung fungsi dan kegiatan-kegiatan dalam
banguna dengan dasar pertimbangan sebagai berikut :
a. Sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota ( RUTRK)
Kota Makassar
b. Kawasan disekitarnya meimiliki potensi yang dapat
menjamin akan lebih baik pada masa akan datang.
c. Memiliki sarana dan prasaraan yang baik
d. Mudah dijangkau jalur transportasi darat, laut, dan bandara.
139
BAB V
ACUAN PERANCANGAN
PUSAT KERAJINAN TENUN DI MAKASSAR
D. Acuan Perancangan Makro
1. Konsep Penentuan Lokasi
a. Dasar Pertimbangan
a. Sesuai dengan peruntukan lahan yang ditetapkan dalam
Rencana Umum Tata Ruang Kota Makassar
b. Keadaan lingkungan mendukung keberadaan Pusat
Kerajinan Tenun di Makassar
c. Berpotensi menarik pengunjung
d. Tersedia sarana dan prasarana yang mendukung
e. Keberadaan jalur transportasi yang mendukung keberadaan
bangunan
b. Kriteria
Kriteria pemilihan lokasi diuraikan dengan dasar
pertimbangan sebagai berikut :
1) Lokasi berada dan sesuai dengan RUTRK, yaitu berada
pada daerah dengan fungsi utama rekreasi yang
dilengkapi fungsi penunjang perdagangan, pendidikan,
dan hutan kota.
2) Lokasi merupakan kawasan yang memiliki nilai seni
dan budaya.
3) Lokasi berdekatan dengan faktor-faktor penunjang
keberadaan sebuah pusat kerajinan tenun seperti zona
pendidikan, rekreasi, dan pemukiman penduduk.
4) Mudah terlihat dan mempunyai tingkat pencapaian
yang baik sehingga mudah dijangkau karena didukung
sarana transportasi darat yang menunjang.
5) Aksesbilitas memadai
140
c. Alternatif pemilihan lokasi
Gambar 19
Peta BWK Kota Makassar
Sumber: koleksi Pribadi
141
a. Kecamatan Panakkukang (BWK E).
Merupakan area permukiman yang ditunjang oleh jasa
pelayana sosial, perdagangan dan pendidikan.
Gambar 20 Alternatif 1- Kecamatan Panakukang
Sumber: koleksi Pribadi
Keuntungan :
- Berada di wilayah komersial yang sedang
berkembang.
- Dilalui jalur transportasi umum dengan
mobilitas tinggi.
- Kondisi sarana dan prasarana yang cukup
baik.
- Radius pencapaian yang cukup merata dari
arah permukiman penduduk kota.
- Dekat dengan permukiman kawasan elite.
Kerugian :
- Merupakan kawasan yang banyak dilalui oleh
kendaraan pribadi maupun umum, karena
142
kawasan ini merupakan jembatan bagi banyak
permukiman untuk menuju tempat kerja/bisnis
di kawasan lain, sehingga menyebabkan sering
terjadinya kemacetan lalulintas di berbagai
daerah pada kawasan ini.
b. Kecamatan Tamalate (BWK C)
Merupakan area yang mempunyai fungsi sebagai jasa
pelayanan sosial (perkantoran pemerintahan, pendidikan,
hiburan dan peribadatan. Beberapa potensi yang dimiliki
oleh kecamatan ini antara lain : merupakan area
pengembangan yang mempunyai lahan yang cukup untuk
perencanaan dan pengembangan pusat kerajinan tenun,
mweupakakan kawasan tujuan wisata, telah terdapat sarana
dan prasarana kota dan aksebilitas yang mudah.
Gambar 21 Alternatif 2- Kecamatan Tamalate
Sumber: koleksi Pribadi
c. Kecamatan Ujung Pandang (BWK B)
Berada di bagian barat kota Makassar, berbatasan
lansung dengan selat makassar, fungsi utama
143
kecamatan ini adalah pusat perdagangan dan jasa
sosial. Dan fungsi penunjangnya adalah rekreasi,
pemerintahan kota, permukiman. Lokasi terletak pada
kawasan Kecamatan Ujung Pandang (BWK B), dimana
terdapat benteng Fort Rotterdam sebagai salah satu
saksi sejarah kota Makassar. Kawasan ini merupakan
Kawasan Pusat Kota Lama. Dalam Draft Peraturan
Rencana Kawasan Pariwisata Makassar tahun 2002,
kawasan ini dijadikan sebagai kawasan histori dan
budaya (Cultural and Historic Distric) yang akan
menjadi kawasan wisata fisik. Ada beberapa faktor
pendukung dari rencana tersbut di atas diantaranya :
arsitektur kota lama bangunan kolonial dan kawasan
historis Benteng Fort Rotterdam, Kawasan Multi Etnis
(Chinese, Melayu Arabic),. Saat ini peruntukkan lahan
pada lokasi ini adalah untuk kegiatan pusat bisnis dan
rekreasi serta pemukiman.
Gambar 22
Alternatif 3- Kecamatan Ujung Pandang
Sumber: Koleksi Pribadi
144
Berdasarkan terpenuhi tidaknya kriteria lokasi yang telah
ditentukan dan potensi lokasi yang ada, lokasi yang terpilih
adalah alternatif 02, Kawasan Pariwisata , Kecamatan
Tamalate yang dianggap mendukung keberadaan Pusat
Kerajinan Tenun di Makassar.
2. Konsep Pemilihan Site/ Tapak
a. Dasar pertimbangan
1) Tersedia lahan yang cukup bagi perencanaan dan
pengembangan pusat kerajinan tenun kota saat ini dan yang
akan datang.
2) Perletakan bangunan dapat meningkatkan kualitas dan
merupakan suatu elemen tambahan yang harmonis dengan
lingkungannya.
3) Letak Tapak dapat mempengaruhi produktifitas kegiatan
didalam tapak
4) Kedekatan fasilitas-fasilitas yang terdapat disekitar site baik
yang sejenis maupun sebagai penunjang.
5) Adanya fasilitas penunjang site berupa utilitas kota.
6) Aksebilitas yang mudah
b. Kriteria
1) Kondisi site yang dapat mendukung perencanaan dan
pengembangan pusat kerajinan tenun .
2) Mempunyai ungkapan kebudayaan dengan lingkungn
sekitarnya, sehingga dapat menunjang nilai-nilai bangunan
dan isinya (koleksi).
3) Berada pada lingkungan yang tidak bising dan relatif aman.
4) Terdapat fasilitas/pelayanan sosial sebagai penunjang
aktivitas pusat kerajinan tenun.
145
5) Tersedia jaringan utilitas kota berupa jaringan air bersih,
telpon, listrik.
6) Mudah dijangkau dengan alat transportasi darat dan
kelancaran sirkulasi kendaraan bahkan pada jam – jam
sibuk.
c. Alternatif Tapak
Gambar 23
Alternatif Tapak Sumber: koleksi pribadi
a. Alternatif 1
- Bentuk dan kondisi tapak mendukung
- Lokasi tapak yang tidak berada berada dijalur akses
utama kawasan
- View dari dan keluar tapak kurang mendukung
b. Alternatif 2
- Bentuk dan kondisi tapak mendukung
ALT. 2
ALT. 1
146
- Lokasi tapak yang berada berada dijalur akses
utama kawasan
- View dari dan keluar tapak mendukung
d. Tapak terpilih
Berdasarkan kriteria diatas, maka site yang terpilih adalah
alternative 2 yang berada di sekitar kawasan objek wisata
Benteng Somba opu, tepatnya di depan jalan akses utama
menuju gerbang masuk kawasan benteng Somba Opu.
Gambar 24
Tapak Yang Terpilih dan Existing conditon Sumber: koleksi pribadi
Potensi :
Fisik :
c. Strategis, berada pada jalur masuk benteng Somba Opu
yang banyak dilalui wisatawan maupun penduduk sekitar
d. Tersedia jaringan utilitas kota yang mampu mendukung
jalannya fungsi bangunan nantinya
LAHAN PENGEMBA
NGAN
WATERBOO
M
PERMUKIMAN
SUNGAI
PERMUKIMAN U
KAWASAN
WISATA BENTENG
SOMBA OPU TAPAK TERPILI
H
147
e. Luasan tapak yang ada diperkirakan ± 1.7 Ha dianggap
cukup memenuhi kebutuhan luas lahan yang dibutuhkan
Pusat Kerajinan Tenun
f. Keadaan topografi
Tapak ynag relatif datar dan bentuknya yang dinamis sangat
memungkinkan untuk berbagai alternatif pengembangan
pola tata massa Pusat Kerajinan Tenun
g. Aksesbilitas
Untuk mencapai lokasi ini, bisa diakses dengan berjalan kaki
dari kawasan cagar budaya Benteng Somba Opu itu sendiri
dan bisa dicapai dengan kendaraan roda 2, roda 4 maupun
dengan bus.
- Sekitar 4,7 Km dari Jl. Cendrawasih dan dapat dicapai
dalam waktu ± 8 menit.
- Sekitar 26 Km dari Bandara Internasional Sultan
Hasanuddin dan dapat dicapai dalam waktu ± 34
menit.
- Sekitar 21 Km dari Pelabuhan Soekarno Hatta dan
dapat dicapai dalam waktu ± 21 menit.
Non Fisik :
1) Kondisi sosial budaya masyarakat sekitar merupakan
masyarakat golongan menengah dengan tingkat pendidikan
sedang sehinggga masih diperlukan suaru wadah
pengembangan keterampilan bagi mereka, dan hal ini dapat
diwadahi di Pusat Kerajinan Tenun yang rencananya akan di
letakkan disana
2) Penduduk sekitar lumayan banyak yang tidak memiliki
pekerjaan tetap sehingga sangat diperlukan suatu wadah
baru yang dapat membuka lapangan kerja baru bagi mereka
3. Pencapaian (Accessibilty)
148
a. Main Enterance
Main Enterance adalah pencapaian utama bagi pengunjung
yang difungsikan sebagai jalan masuk dari luar kedalam site.
Adapun persyartan dari main enterance adalah sebagai berikut :
a. Kemungkinan arah datang pengunjung yang terbesar
b. Kemudahan pencapaian ke tapak bangunan
c. Kelancaran arus lalulintas disekitarnya
Pencapaian main enterance dipertimbangkan agar :
1) Main enterance mudah terlihat bagi pengunjung
2) Main enterance dekat dengan arah datangnya pengunjung
3) Main eneterance tidak mengganggu arus lalu lintas
disekitarnya
Berdasarkan pertimbangan dan persyaratan yang ada,
mainenterence yang ingin direncanakan dalam perancangan
Pusat Kerajinan Tenun di Makassar nantinya mengarah ke
arah utara tapak yang langsung berhadapan dengan satu-
satunya jalan yang masuk ke lokasi itu, sehingga
kemungkinan arah datang pengunjung terbesar dipastikan
dari arah.
U
Main enterence
Permukiman
Lahan
Pengembangan
Permukiman Waterboom
Lahan
Pengembangan
149
Arah datangnya pengunjung
Arah pulangnya pengunjung
Gambar 25
Rencana Main Enterence Sumber: Analisa penulis
b. Side Enterance
Side enterance merupakan alternatif pencapaian yang
difungsikan sebagai jalan dari luar kedalam tapak khusus untuk
kendaraan pengelola dan kendaraan pengangkut barang.
Penentuan side enterance dipertimbangkan agar:
a. Kejelasan dan kemudahan arus masuk dan keluar site
b. Mengindari terjadinya sirkulasi silang di dalam site
c. Mempermudah pengawasan (dari segi keamanan)
Gambar 26
Rencana Side Enterence Sumber: Analisa penulis
4. Sirkulasi
Sirkulasi dalam tapak
a. Sirkulasi kendaraan yang terdiri dari :
Side Enterence
U
150
a. Kendaraan penyewa gedung atau karyawan
b. Kendaraan pengunjung
c. Kendaraan umum atau taksi
d. Kendaran barang
Keempat jalur sirkulasi diatas diberikan masing-masing
kejelasan agar sirkulasi pada tapak dapat lancar dan
memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi pemakai.
Sirkulasi kendaraan harus menghindari crossing antara
sirkulasi dalam tapak. Perletakan parkiran yang efisien dan
mudah dijangkau dari pusat kegiatan.
Untuk kendaraan umum seperti taksi atau kendaraan
bermotor lainnya disediakan loading area begitu juga untuk
kendaraan barang, yang tentu saja dengan jakur sirkulasi
berbeda agar tidak menimbulkan crossing. Pemisahan antara
parkiran kendaraan pengunjung dan pengelola juga dilakukan
karena berbedanya tingkat aktivitas dan intensitas waktu mereka
saat berada di Pusat Kerajinan Tenun.
Skema 6
Sirkulasi kendaraan Sumber : Analisi Penulis
b. Sirkulasi pedestrian
Sirkulasi pedestrian diusahakan agar manusiawi dimana
diutamakan kenyamanan dan keamanan bagi pejalan kaki
Pelataran parkir Kendaraan datang
Bangunanan
Penumpang turun
151
misalnya disepanjang pedestrian ditanami pohon pelindung yang
melindungi pejalan kaki dari sengatan sinar matahari, terarah,
jelas, dan sedapat mungkin tidak terjadi sirkulasi silang dengan
sirkulasi kendaraan. Maka disekitar tapak diperlukan tempat
perhentian kendaraan umum untuk mencegah terjadinya
kemacetan dijalan yang bersangkutan.
5. Zoning
Zonasi pada site dilakukan dengan mengelompokkan kegiatan
sesaui dengan jenis dan sifat kegiatan serta disesuaikan dengan
hubungan fungisional dan sifat pelayanan masing-masing
kelompok.
a. Zona Publik
a. Zona ini harus dekat dengan main enterance
b. Meliputi zona parkir kendaraan dan ruang penerimaan/ hall
c. Meliputi zona yang melayani kegiatan utama seperti ruang
pamer, ruang demonstrasi, workshop, pelatihan, ruang
seminar, dan perpustakaan dan kegiatan penunjang (kafe,
restoran, ATM), kegiatan servis berupa mushollah dan
lavatori.
b. Zona semi publik
a. Letaknya diantara zona publik dan zona privat sehingga
termasuk dalam cakupan wilayah peralihan
b. Meliputi ruang registrasi, ruang pengrajin, ruang pengiriman.
c. Zona privat
a. Letaknya jauh dari zona public
b. Meliputi, ruang penyimpanan, ruang pengelola, ruang servis.
Zonasi pada ruang luar bangunan meliputi :
1) Ruang publik atau umum berada dekat enterence dan parkir
152
2) Area parkir terbagi atas 2 bagian yaitu, area parkir depan
sebagai area parkir utama, dan bagian belakang sebagai
pakir penunjang
3) Sedangkan area pelayanan berada pada daerah dengan
tigkat kebisingan rendah
6. Konsep Tata Massa
Berdasarkan tuntutan fungsi dan tema bangunan, maka dipilih
alternatif tata massa tidak lebih dari 1, dengan pertimbangan :
a) Akan memberikan kesan monumental bila terdiri dari
satu massa
b) Bila luas site tidak memungkinkan massa lebih dari
satu
c) Menyatu dengan bangunan sekitarnya, dan dapat
dikembangkan secara vertikal.
d) Memudahkan pengontrolan materi pameran dan
sirkulasi pengunjung.
e) Memberikan keamanan yang lebih terjamin.
f) Pengelompokkan kegiatan dapat dicapai secara
vertikal.
Hal lain yang ingin diwujudkan dengan pemilihan massa
seperti ini adalah bentuk massa mempunyai karakter yang
terbuka dan rekreatif agar dapat menimbulkan pengalaman
menarik bagi pengunjung Pusat Kerajinan Tenun yang dapat
dicapai dengan :
a) Penyatuan bentuk massa dengan ruang luar serta
bangunan yang terkait yang ada disekitarnya.
b) Perletakan fasilitas penunjang yang terarah di dalam
tapak
153
Dalam perencanaan perletakan bangunan Pusat Kerajina
Tenun ini juga harus diperhatikan unsur-unsur penzoningan
untuk mewujudkan :
a) Skala bangunan yang mepunyai tingkat kedudukan yang
sama dalam zona kegiatannya.
b) Perbandingan area terbangun dengan lahan tak
terbangun adalah 40 : 60
c) Memperhatikan peraturan-peraturan yang mengatur
mengenai garis sempadan bangunan.
7. Pembentukan ruang Luar
Penataan ruang luar dalam lingkungan Pusat Kerajinan tenun
dimaksud untuk mengasilkan desain estetis pada kawasan dengan
mempertimbangkan hal –hal sebagai berikut :
Mendukung fungsi bangunan dari segi pengkarakteran
ruang luar
Fungsi sebagai pengarah (sirkulasi), sebagai filter dan
pelindung tehadap polusi
Menjaga peresapan air kedalam tanah serta dapat
mengurangi radiasi matahari.
Untuk mencapai susana yang diinginkan dapat dilakukan
dengan pengolahan sifat tanaman, jenis tanaman dan
elemen ruang luar lainnya.
Adapun elemen pembentuk ruang luar , dapat terdiri dari
:
a. Elemen lunak (soft material)
Meliputi penataan lansekap dan pepohonan untuk fungsi- fungsi
seperti :
Sebagai peneduh, penyaring polusi, dan peredksi suara
bising
154
Sebagai pengarah ditempatkan pada daerah main
enterance, jalan masuk, sirkulasi kendaraan parkir dll.
Sebagai tanaman hias dengan penataan khusus,
misalnya tanaman perdu
Jenis rerumputan sebagai bahan penutup tanah
b. Elemen keras (Hard Material), seperti jalan untuk kendaraan
(aspal, beton, dll), dan perkerasan untuk plaza.
c. Elemen Dekorasi, seperti lampu jalan, lampu taman, sclupture,
air mancur/ kolam dan lain-ain. Elemen dekorasi juga
memberikan identitas tertentu dari suatu tempat.
8. Orientasi Bangunan
a. Orientasi terhadap sinar matahari
1) Dalam hal ini mempengaruhi tata letak unsur bangunan yang
memiliki area landscape yang luas serta pertimbangan
terhadap pemanfaatan sinar matahari yang masuk ke dalam
bangunan.
2) Daerah yang paling banyak menerima sinar matahari dapat
dilindungi dengan penanaman pohon pelindung dan
penggunaan overstek yaitu dari arah timur pada pagi hari
dan adari arah barat pada sore hari
b. Orientasi Terhadap Angin
1) Dalam hal ini mempengaruhi kenyamanan terhadap unit-unit
ruang dalam bangunan.
2) Pemanfaatan arah angin sebagai penghawaan alami
digunakan pada ruang melalui bukaan-bukaan jendela.
c. Noise (Kebisingan)
155
Noise atau kebisingan yang besar dari jalan poros yaitu dari arah
utara tapak, namun demikian pengendalian kebisingan akibat
kendaraan tetap diperlukan karena itu berikut ini adalah
beberapa hal-hal yang dapat dilakukan adalah :
1) Peninggian lantai dasar bangunan
2) Pemanfaatan unsur landscape deperti penanaman vegetasi
sebagai peredam bunyi
3) Membuat jarak lebih kedalam dari muka jalan bangunan.
d. View (Kualitas Pandangan)
Dari kondisi yang ada pada tapak baik ditinjau dari tata guna
lahan maupun pola jalan maka diperoleh arah pandangan yang
baik, yaitu :
1) Pandangan dari luar tapak, yakni pandangan dari jalan dan
arah benteng kawasan wisata Budaya Benteng Somba Opu
itu sendiri
2) Dari dalam tapak adalah pandangan dari tapak kearah luar
tapak
LAHAN
PENGEMBANGA
N
PERMUKIMA
N
Side enterence
Main enterence
LAHAN
PENGEMBANGA
N
U
KAWASAN
WISATA
BENTENG
SOMBA OPU
156
Gambar 27
Output Kondisi Analisis Tapak Sumber: Analisa penulis
E. Acuan Perancangan Mikro
1. Kebutuhan Ruang
Sebagaimana yang telah dibahas pada bab II (aktifitas
pelaku kegiatan dan pengelompokkan kegiatan), dimana
merupakan faktor dari dalam dan faktor dari luar sebagai
salah satu dasar pendekatan untuk menentukan kebutuhan
dan pola hubungan ruang. Adapun dasar pendekatan lainnya
adalah :
1) Kebutuhan pengunjung dalam menikamti pusat
kerajinan tenun kota dengan cara :
a) Apresiasi, menikmati materi-materi koleksi sehingga
mendapatkan cakrawala baru. Oleh karena itu
disediakan beberapa fasilitas yaitu : ruang pameran
tetap, ruang pameran temporer (khusus), ruang
pameran pertunjukan.
b) Komunikasi, mengadakan dialog dengan, nara sumber
dalam hal ini komunikasi tidak hanya berarti mencari
informasi atau pertukaran ide-ide, tetapi secara tidak
langsung juga ada unsur rekreasi. Oleh karena itu
disediakan beberapa fasilitas ruang, yaitu : ruang
ballroom, ruang perpustakaan, edukasi, dan ruang
istirahat.
2) Kebutuhan pengelola dalam melaksanakan aktivitas pusat
kerajinan tenun dari segi administratif. Untuk itu dibutuhkan
ruang yang dapat menunjang terlaksananya kegiatan
WATERBOOM PERMUKIMAN
157
tersebut antara lain : ruang pimpinan, ruang staf, ruang
rapat, dan lain-lain.
3) Kebutuhan ruang yang sifatnya menunjang dan sebagai
pelengkap terselenggaranya kegiatan pusat kerajinan tenun,
dalam hal ini kegiatan yang sifatnya servis baik pengunjung,
pengelola, maupun seniman. Oleh karena itu dibutuhkan
ruang antara lain : ruang penerimaan, ruang
informasi/penitipan, cafetaria, art shop, lavatory, mushallah,
ruang security, gudang, taman, parkir.
b. Kelompok ruang
1) Kelompok ruang apresiasi dan komonikasi :
a) Ruang Apresiasi : ruang pameran tetap(2D dan 3D),
ruang pameran temporer (khusus), ruang pameran
pertunjukan.
b) Ruang komonikasi : ruang administrasi, ballroom, ruang
perpustakaan, ruang edukasi, ruang istirahat.
2) Kelompok ruangKonservasi meliputi : ruang reproduksi,
ruang fumigasi/perawatan, ruang fotografi, ruang mikrofilm,
ruang data, ruang konservasi, ruang studio/bengkel seni,
ruang istirahat.
3) Kelompok ruang penunjang meliputi : Hall, Cafetaria, art
shop, mushallah, gudang, dapur, art shop, ruang security,
informasi dan lainnya.
Tabel 11
Kebutuhan dan Kelompok Ruang
Pelaku Kegiatan 1. Kebutuhan
2. ruang
Kelom
pok
Ruang
158
Pengunjung
Kegiatan Penunjang
Datang
Membeli tiket
Istirahat
Menyimpan
barang bawaan
Informasi
Parkir
Loket tiket
Hall/lobby/foyer
Ruang Penitipan
Rg. Informasi
Penunj
ang/
Publik
Kegiatan Apresiasi
dan Komunikasi :
Mengamati obyek
pameran
Diskusi/ceramah
Membaca buku
Ruang Pameran
tetap, Temporer
dan Rg. Pemeran
pertunjukan
Ballroom
Perpustakaan
Apresi
asi dan
komoni
kasi/
Publik
Kegiatan Pelengkap
Rekreasi/bersantai
Makan/minum
Belanja
cendramata
Buang air kecil/
besar
Taman/hall
Kafetaria
Toko Souvenir
Toilet/Lavatori
Peleng
kap/
Publik
159
Staf
Administras
i
Kepala
pusat
kerajinan
tenun
Staf Tata
Usaha
Staf
Keuangan
Staf
Perencana
an
Staf
Publikasi
Staf Teknis
Administratif
Mengawasi
kegiatan pusat
kerajinan tenun/
bertanggung
jawab tehadap
keseluruhan
aktifitas
Menerima tamu
Menerima laporan
Mengurus
administrasi
Mengurus budget
operasional pusat
kerajinan tenun
Merencanakan
pengembangan
pusat kerajinan
tenun
Melakukan
publikasi dan
penerbitan
Mencari/mengump
ulkan data tentang
benda yang akan
Rg.Kepala Pusat
kerajinan tenun
Rg. Tamu
Rg. Rapat
Rg. Tata Usaha
Gudang Arsip
Rg. Staf
Keuangan
Rg. Staf
Perencanaan
Rg. Penerbitan
Rg. Pusat Data
Area loading
Admins
trasi/
Privat
Admini
strasi/
Semi
Privat
Teknis/
160
Observato
r
Kolektor
Staf
Duplikasi/
Dokument
asi
Register
Koleksi
Desainer
Prevarato
r
Staf
Pelayanan
Umum
Staf
keamanan
dikoleksi
Mengumpulkan
benda-benda
untuk dikoleksi
Melakukan
dokumentasi/dupli
kasi terhadap
benda yang baru
dikumpulkan
Melakukan
pencatatan
terhadap benda-
benda yang sudah
didokumentasikan
Mendesain
barang-barang
koleksi
Melakukan
persiapan
pameran
Membuat alat-alat
pameran
dock
Gudang
Pembagi
Rg. Fotografi
Rg. Registrasi
Studio Desain
Rg. Preservasi
Rg. Pameran
Rg. Penitipan
Privat
Teknis/
Privat
Penunj
ang/
Semi
Publik
161
barang
pengunju
ng
Staf
registrasi
pengunju
ng
Staf
Informasi
Staf
Edukatif
Staf
Perpusta-
kaan
Staf
Pembantu
Umum
Staf
Pelayanan
Bangunan
Staf
Pelayana
Melakukan
pengawasan
terhadap barang
pengunjung dan
menjaga barang
bawaannya
Menjual tiket pada
pengunjung
Memberi
penjelasan pada
pengunjung
Memberi
bimbingan pada
pengunjung
tentang koleksi
pusat kerajinan
tenun
Memberi
pelayanan kepada
pengunjung
berkaitan dengan
buku koleksi
Menyiapkan
barang-barang
yang akan dijual
Rg. Karcis
Rg. Informasi
Rg. Kelas
Rg.
Perpustakaan
Art Shop
Kafetaria
Ballroom
Rg. Persiapan
Servis/
Privat
162
n Umum
Staf
Pemelihar
a-an,
keamanan
dan
kebersiha
n
bangunan
Staf
Pemelihar
a-an dan
Perbaikan
Staf
teknisi
bangunan
Seluruh Staf
Memberi
pelayanan pada
publik
Memberi
pelayanan pada
pihak yang ingin
menggunakan
fasilitas pusat
kerajinan tenun
Menjaga kondisi
bangunan agar
aman dan bersih
Menjaga
keamanan koleksi,
pengunjung dan
pengelola
Memperbaiki
barang-barang
pusat kerajinan
tenun yang rusak
Mengoperasikan
bangunan
Rg. Keamanan
Rg. Monitor
Bengkel
Rg. Monitor
Rg. AHU
Rg. ME
Rg. Chiller
Rg. Pompa
Reservoar
Rg. Sampah
Gudang
Tempat Parkir
Main/side en-
trance/hall/lobby
163
Datang
Masuk ke
bangunan
Sholat
Makan/minum
Membersihkan diri
Istirahat
Mushollah
Pantry
Lavatory/Lounge
c. Zona Ruang
Ruang-ruang pusat kerajinan tenun dikelompokkan dan
dipisahkan berdasarkan:
1) Fungsi dan aktivitasnya.
2) Ketenangan dan keramaian.
Berdasarkan pengelompokkan ruangan di atas, maka
penzoningan ruangan kegiatan pusat kerajinan tenun
adalah, antara lain sebagai berikut :
1) Area publik / umum
Terdiri dari : Bangunan Utama (pameran tetap dan pameran
temporer), Ballroom, keamanan / pos jaga, ticket box dan
penitipan barang, toilet, taman dan tempat parkir.
2) Area semi publik terdiri dari :
Bangunan administrasi (termasuk perpustakaan dan ruang
rapat).
3) Area private :
164
Ruangan ini digunakan untuk hubungan fungsi yang tidak
bisa didatangi oleh publik pada umumnya. Sebagai area
koleksi dituntut beberapa persyaratan khusus, seperti sistem
keamanan yang baik ( baik terhadap kerusakan, kebakaran
dan kriminalitas) maupun dari segi keamanan konstruksi.
Selain itu area ini harus mempunyai akses khusus dan
terletak pada daerah strategis.
Area ini terdiri dari Laboratorium konservasi, studio
preparasi, storage (penyimpanan).
2. Hubungan dan Organisasi Ruang
a. Tujuan
1) Agar tiap unit ruang tidak saling mengganggu.
2) Agar tercipta komunikasi antara unit ruang
3) Kemudahan dalam pencapaian dan operasional kegiatan
b. Dasar pertimbangan
1) Pelaku kegiatan yang meliputi pengunjung, pengelola,
dan koleksi.
2) Aktifitas ruang yang sejenis
3) Intensitas penguunaan ruang
165
Skema 7
Pola Hubungan Ruang (Makro)
Keterangan
Hub. Langsung
Hub. Temporer
Hub. Tak langsung
Apresiasi Administra
si
R.
Penunjang
Entranc
e
Khusus
Komunikasi
Main
Entrance
166
Gambar 28
Hubungan Ruang Apresiasi dan Komunikasi.
Keterangan :
Hub. Langsung
Hub. Tidak langsung
Tidak berhubungan
Apresiasi
R. Pameran tetap
R. Pamer Temporer
Komunikasi
R. Administrasi
R. Perpustakaan
R. Workshop
R. Kelas / studio
R. Ball room
167
Semi Publik
Skema 8
Pola Hubungan Unit Ruang
Apresiasi dan Komunikasi
Privat
P u b l i k
Main Entrance
Keterangan
R. Penunjang
Preservasi
Apresiasi
Konservasi
Administrasi
R. Istirahat
Perpustak.
Edukasii
Ballroom
Entrance
Khusus
Publik
Publik
SemiPublik
168
Gambar 29
Hubungan Ruang Penunjang / Servis
R. Penunjang/
Servis
R. Security
Cafetaria
Mushallah
R. Informasi
Art Shop
Lavatory
Hall
Keterangan :
Hub. Langsung
Hub. Tak Langsung
Hub. Temporer
Skema 9
Pola Hubungan Ruang Penunjang / Servis
Hub. Langsung
Hub. Temporer
Hub. Tak langsung
Main Entrance
Cafetaria
Art Shop
Hall
Lavatory
Mushallah
Informasi
Security
169
Keterangan :
sirkulasi Pengelola / Pengunjung
3. Jenis dan besaran Ruang
Untuk mendapatkan ruang yang didapatkan pada
aktivitas dan peralatan yang digunakan didasarkan pada
pertimbangan :
a. Jumlah pemakai ruang
b. Flow/pergerkan pengunjung dan pengelola
c. Standar-standar luasan pusat kerajinan tenun yang
dikeluarkan oleh direktorat perpusat kerajinan
tenunan
Dasar pertimbangan untuk menentukan besaran ruang
adalah :
a. Besaran ruang dapat ditentukan atas dasar :
1) Macam dan fungsi ruang
2) Jumlah pelaku kegiatan
3) Studi perabot/peralatan yang dibutuhkan
4) Pola gerak statis dan dinamis dari pengunjung
5) Standar besaran ruang yang menjadi
persyaratan
b. Standar ruang yang digunakan adalah :
1) Standar ruang untuk perpusat kerajinan
tenunan
2) Neufert Architects Data, (Jilid I dan II)
3) Studi peralatan dan ruang gerak
4) Pertimbangan-pertimbangan lain yang
digunakan untuk workshop dan laboratorium.
170
Setelah melihat prediksi pengunjung berdasar
analisa demografi Kota Makassar maka didapatkan
besaran ruang sebagai berikut :
Unit ruang apresiasi
a) Ruang pameran tetap
Jumlah obyek 2 dimensi
1). Ukuran kecil : 255 buah
2). Ukuran sedang : 611 buah
3). Ukuran besar : 153 buah
Standar ruang yang dibutuhkan untuk sebuah karya
dua dimensi adalah 3 - 5 m2 luas dinding. (Data Arsitek
Jilid 2 hal. 135).
Jadi, luas lantai untuk karya dua dimensi :
1). Untuk obyek kecil ; 3 x 255 = 765,0 m2
2). Untuk obyek sedang; 4 x 611 = 2.444 m2
3). Untuk obyek besar; 5 x153 = 240,0 m2
Luas lantai = 3.449 m2
Jumlah obyek untuk benda tiga dimensi
1). Ukuran kecil : 763 buah
2). Ukuran sedang : 458 buah
3). Ukuran besar : 305 buah
Standar ruang yang dibutuhkan untuk satu
karya tiga dimensi adalah 6 - 10 m2. (Data Arsitek Jilid
2 hal. 135).
a) Untuk obyek kecil ; 6 x 763 = 4.578 m2
b) Untuk obyek sedang; 8 x 458 = 3.664 m2
c) Untuk obyek besar ; 10 x 305 = 3.050 m2
171
Luas lantai = 11.292 m2
Jadi, luas ruang pameran tetap
(1). Luas lantai 2 dimensi = 3.449 m2
(2). Luas lantai 3 dimensi = 11.292 m2
Jumlah luas = 14.741 m2
(3). Flow sirkulasi 15 % = 2.211 m2
Total luas =16.952 m2
b). Ruang pameran temporer
Untuk ruang pameran temporer luas ruang yang dibutuhkan
adalah 20 % dari luas ruang pameran tetap, jadi :
20 % x 16.952 m2 = 3.390 m2
c). Ruang pameran pertunjukan
Untuk ruang pameran temporer luas ruang yang dibutuhkan
diperkiran adalah 20 % dari luas ruang pameran tetap, jadi :
20 % x 16.952 m2 = 3.390 m2
Ruang komunikasi
a). Ruang administrasi
1). Ruang pimpinan, standar 16 m2 = 16 m2
2). Ruang sekretaris, standar 12 m2/orang = 12 m2
3). Ruang tata usaha (8 orang), standar 9 m2/orang
= 72 m2
4). Ruang kurator (6 orang), standar 9 m2/orang
= 54 m2
5). Ruang staf perencanaan dan pembangunan (4 orang),
standar 9 m2/orang = 36 m2
6). Ruang penerbitan (3 orang) ; = 27 m2
172
7). Ruang rapat (12 orang), standar 2 m2/orang (Data
Arsitek, jilid 2, hal. 13).= 24 m2
8). Gudang arsip, asumsi ; = 20m2
9). Ruang fotografi, asumsi : = 18m2
Total luas = 279 m2
b). Ruang edukasi
1). Ruang Perpustakaan :
a) Administrasi perpustakaan (5 orang)
Standar 9 m2/orang : 9 m2 x 5 = 45 m2
b) Ruang baca (asumsi 30 orang)
Standar : 2,32 m2/pembaca,
Luas lantai 30 x 2,32 m2 = 69,6 m2
c) Ruang koleksi buku
Ratio koleksi sekitar 8 satuan rak (7.200 buku).
Standar 2,7 m2 / satuan rak Luas lantai 8 x 2,7 m2 = 21,6 m2
d) Ruang penyimpanan buku
25 % ruang koleksi buku = 5,4 m2
e) Ruang foto copy = 9 m2
Jumlah = 150.6 m2
Flow sirkulasi 20 % = 30.12 m2
Total = 180.72 m2
2). R. Workshop (4 orang) standar 9m2 = 36m2
3). Kelas/studio (40 orang)
Standar asumsi 1,5 m2/orang : 40 x 1,5 m2 = 60 m2
Flow sirkulasi 20 % = 12 m2
Total = 72 m2
4). Ball room (asumsi 250 orang), Standar 0,92 m2/orang
Kebutuhan ruang 250 x 0,92 m2 = 230 m2
173
Flow sirkulasi 40 % = 54 m2
Total = 284 m2
Rekapitulasi
1). Ruang apresiasi
(a).Ruang pameran tetap = 16.952m2
(b).Ruang pameran temporer = 3.390 m2
(c).Ruang pameran pertunjukan = 3.390 m2
2). Ruang komunikasi
(a).Ruang administrasi = 279m2
(b).Ruang workshop = 36m2
(c).Ruang Studio Desain = 72 m2
(d).Ruang perpustakaan = 180.72 m2
(d).Ruang ball room = 284 m2
Total luas =24.583,72m2
Besaran ruang penunjang/servis
a) Ruang. Penerimaan/hal : diasumsikan pengunjung
sebanyak 441 orang berdasarkan perhitungan
jumlah pengunjung. Standar ruang 1.75 m2/orang.
(Data Arsitek, jilid 1, hal. 12).
Jadi 441 orang x 1.75 m2 =
771,75m2
b) Ruang informasi (2 orang), asumsi ; = 18 m2
c) Ruang loket/tiket (5 orang),asumsi ; = 20 m2
d) uang penitipan (3 orang),asumsi ; = 27 m2
e) Ruang staf keamanan pengunjung
(5 orang), asumsi ; = 20 m2
f) Ruang monitor keamanan (3 orang) ; = 30 m2
g) R. Jasa pengiriman, asumsi = 30 m2
h) Layanan Banking (ATM ) ,asumsi 3 unit
Kebutuhan ruang 3 x 1,50 m2 = 4.5 m2
174
i) Kafetaria, asumsi 50 orang. Standar ruang 1.48-
2.15m2/orang
Kebutuhan ruang 50 x 1.75 m2 = 87.5 m2
Flow sirkulasi 20 % = 7.5 m2
Luas lantai =
105m2
j) Art shop, asumsi ; = 52 m2
k) Mushallah, asumsi 27 orang jamaah. Standar 1.25
m2/orang = 33.75 m2
l) Lavatory : jumlah pengunjung pada waktu padat 441
orang. Asumsi yang menggunakan fasilitas lavatory
60 % = 265 orang. Perbandingan pemakai fasilitas
pria dan wanita 40 % : 60 %.
Standar : : 1 WC untuk 30 orang
: 1 Urinoir untuk 25 orang
: 1 wastafel untuk 50 orang
1) Lavatory pria :
WC : 40 % x 265/30 = 3,53 4
buah
Urinoir : 40 % x 265/25 = 4,24 4 buah
Wastafel : 40 % x 265/50 = 2,12 2 buah
2) Lavatory wanita :
WC : 60 % x 265/30 = 5,29 5
buah
Wastafel : 60 % x 265/50 = 3,18 3
buah
Total kebutuhan : WC = 8 buah
: Urinoir = 4 buah
: wastafel = 5 buah
Total kebutuhan ruang :
175
WC : 8 x 1.8 m2 = 14,4 m2
Urinoir 4 x 0.72 m2 = 2,88 m2
Wastafel 5 x 0.82m2 = 4,1 m2
= 21,38 m2
Flow Sirkulasi 20 % = 4,27 m2
Total luas ruangan = 25,65 m2
k). Lavatory pengelola, asumsi 10 % dari luas ruang
administrasi.
10 % x 261 m2 = 26.1
m2
l). Gudang, asumsi ; = 20
m2
m).Ruang mekanikal elektrikal ; = 44
m2
n). Ruang AHU = 20
m2
o). Bengkel (pertukangan kayu) ; = 24
m2
p). Parkir pengunjung. Jumlah pengunjung terpadat
441 orang, diasumsikan :
1). Pemakai mobil 30% x 441 = 132
org
2). Kendaraan roda dua (motor) 40% x441= 176
org
3). Pemakai bus (rombongan) 30% x 441 = 132
org
Jumlah kendaraan :
176
1). Motor rata-rata 176 orang = 2org/
unit =88
unit
2). Mobil 132 orang (mobil pribadi) = 3org/
unit = 44
unit
3). Mobil 132 orang (Bus)
=20org/unit
= 7
unit
Luas areal parkir :
Standar luas parkir mobil 11.5 m2/unit (Data
Arsitek, jilid 2, hal. 24-25).
Jadi 44 unit x 11.5 m2 = 506
m2
Standar luas parkir bus 38.5 m2/unit.
Jadi 7 unit x 38.5 m2 = 269,5
m2
Standar luas parkir motor 1 m2/unit.
Jadi 88 unit x 1 m2 = 88
m2
Jumlah = 863,5
m2
r). Parkir pengelola dan servis. Kebutuhan parkir
untuk pengelola adalah 35 % dari parkir
pengunjung, maka :
863,5 m2 x 35 % =302,22
m2
Parkir servis, asumsi =
77 m2
177
Jumlah luas parkir
=1.242,72m2
Flow sirkulasi 50 % =621,36
m2
Total luas parkir =
1.864,08m2
Rekapitulasi besaran ruang penunjang/servis :
a). Hall/loby =
771,5m2
b). Ruang informasi =
18m2
c). Ruang tiket/loket =
20m2
d). Ruang penitipan =
27m2
e). Ruang staf keamanan pengunjung =
20m2
f). Ruang monitior keamanan =
30m2
g). Layanan Jasa pengiriman =
30m2
h). Layanan Banking (ATM) = 4,5
m2
i). Kafetaria =
105m2
j). Art shop =
33.7m2
k). Mushallah = 51.m2
178
l). Lavatory =
20m2
m). Gudang =
20m2
n). Ruang mekanikal elektrikal =
44m2
o). Ruang AHU =
20m2
p). Bengkel =
24m2
q). Parkir
=1.864,08m2
Total =3.065,34
m2
Rekapitulasi besaran ruang total Pusat kerajinan
tenun Kota Makassar :
1. Unit ruang apresiasi dan komonikasi
=24.583,72 m2
2. Unit ruang penunjang/servis =
3.065,34 m2
= 27.649,06 m2
Maka luas lantai bangunan yang dibutuhkan :
Luas lantai bangunan =
27.649,06 m2
Asumsi jumlah lantai (4 Lantai) = 27.649,06
m2
= 6.912, 27
m2
179
Luas site (diambil standar building coverage BC
60 % : 40 %).Maka 60 % x 6.912, 27 m2 =
4.147,35 m2
Luas parkir = 1.864,08
m2
Total luas site = 6.011,44
m2
Dibulatkan = 6.000,00
m2 =
0.6 Ha
Tabel 12
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Besaran Ruang
Kebutuhan Ruang Kapasita
s
Luas
1. Ruang apresiasi
a) Ruang pameran tetap
- R. Pamer 2D
Objek ukuran kecil
Objek ukuran sedang
Objek ukuran besar
- R. Pamer 3D
Objek ukuran kecil
Objek ukuran sedang
Objek ukuran besar
Sirkulasi
b) Ruang pameran temporer
c) Ruang pameran pertunjukan
2. Ruang komunikasi
a) Ruang administrasi
- R. Pimpinan
- R. Sekretaris
- R. Tata usaha
- R. Kurator
255 buah
611 buah
153 buah
763 buah
458 buah
305 buah
1 orang
1 orang
8 orang
6 orang
765 m2
2.444m2
240m2
4.578 m2
3.664 m2
3.050 m2
2.211 m2
3.390 m2
3.390 m2
16 m2
12 m2
180
- R.Staf perencanaan dan
pembangunan
- R.Penerbitan
- R.Rapat
- R. Arsip
- R. Fotografi
b) Ruang Edukasi
- Ruang perpustakaan
Administrasi
R.Baca
R. Koleksi buku
R. penyimpanan buku
R. Fotocopy
Sirkulasi
- Ruang workshop
- Ruang Kelas / studio
- Ruang ball room
3. Ruang penunjang / servis
a) R. Penerimaan / Hall
b) R. Informasi
c) R. Tiket / Loket
d) T. Penitipan barang
e) R. Staf keamanan
f) R. Monitor keamanan
g) R. Jasa pengiriman
h) Layanan Banking 9 (ATM)
i) Kafetaria
j) Art shop
k) Mushallah
l) Lavatory pengunjung
m) Lavatory pengelola
n) Gudang
o) R. ME
p) R. AHU
q) Bengkel
r) Parkir pengunjung
4 orang
3 orang
12 orang
5 orang
30orang
8 rak
4 orang
40 orang
250 orang
441 orang
2 orang
5 orang
3 orang
5 orang
3 orang
3 unit
50 orang
27 orang
441 orang
441 orang
72 m2
54 m2
36 m2
27 m2
24 m2
20 m2
18 m2
45 m2
69,6 m2
21,6 m2
5,4 m2
9 m2
30,12 m2
36 m2
72 m2
284 m2
771,75 m2
18 m2
20 m2
27 m2
20 m2
30 m2
30 m2
4,5 m2
105 m2
52 m2
33,75 m2
25,65 m2
26,1 m2
20m2
44m2
20 m2
24 m2
863,5 m2
302,22 m2
181
s) Parkir pengelola
t) Parkir servis
Flow sirkulasi
77 m2
621,36 m2
Jumlah 27.649,06m2
Sumber : Analisi penulis
4. Persyaratan ruang
Persyaratan ruang meliputi :
a. Sistem pencahayaan
Penentuan sistem pencahayaan yang digunakan bertujuan
untuk :
Tercapainya tuntutan pencahayaan untuk tiap
karakteristik kegiatan.
Sebagai unsur pengarah dan memperjelas obyek
Menciptakan efek dekoratif sebagai unsur daya tarik
pada gedung atau ruangan.
1) Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami digunakan dengan
mempertimbangkan kondisi sekitar tapak yang tidak
memiliki penghalang (bangunan berlantai banyak)
dan untuk menghemat pemakaian listrik pada siang
hari. Sistem ini hanya diterapkan pada ruang-ruang
yang berbatasan langsung dengan bagian luar
bangunan dan memerlukan pencahayaan yang
optimal. Untuk itu digunakan standar prosentase
cahaya yang masuk ke ruangan sebesar 30 0/0 dari
luasan lantai. Untuk kenyamanan ruang, maka cahaya
/ sinar matahari diatur sehingga tidak mengganggu
kesehatan, utamanya sinar ultra violet (antara pukul
10.00 s/d 18.00). pencahayaan alami juga digunakan
182
pada zona pelayanan seperti lavatori, tangga darurat
dan lobby lift (core).
2) Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan digunakan bila intesitas
cahaya di luar bangunan sudah tidak memungkinkan
untuk dimanfaatkan (misalnya karena mendung) dan
untuk aktivitas yang berlangsung pada malam hari.
Pencahayaan buatan ini digunakan baik untuk
penerangan di dalam maupun di luar bangunan.
Kuantitas dan kualitas pencahayaan buatan
tergantung pada :
Luas bidang pencahayaan yang diinginkan
Kenyamanan/kesehatan penglihatan mata terhadap
obyek
Efek ruang yang ingin diciptakan
Jenis kegiatan yang berlangsung
Dari kriteria tersebut, maka sustem pencahayaan
buatan yang digunakan adalah :
Pencahayaan langsung
Pencahayaan tidak langsung.
Beberapa jenis penerangan buatan yang dipikih
disesuaikan dengan karakter kegiatan yang
ditampung, misalnya untuk daerah penerangan umum
(selasar, ruang kantor, lift lobby dan lain-lain)
digunakan lampu TL. Down light, spot light, yang
memiliki intensitas pencahayaan yang lebih kecil.
Sedangkan daerah penerangan setempat dan
tambahan digunakan lampu sorot untuk menunjang
ekstensi bangunan dari landscape.
183
Kebutuhan pencahayaan pada beberapa jenis
ruang, diuraikan sebagai berikut :
1) Ruang umum seperti selasar, hall/lobi, dengan
iluminasi 200 lux
2) Ruang terbuka, dengan iluminasi 50 lux
3) Ruang makan (restoran), dengan iluminasi 20-100
lux
4) Ruang display danruang pameran temporer, dengan
iluminasi 1000-2000 lux
5) Ruang kerja, dengan iluminasi minimal 400 lux
6) Toilet, dengan iluminasi 100 lux
b. Sistem penghawaan
Sistem penghawaan pada Pusat Kerajinan Tenun di Makassar
yang direncanakan, menggunakan penghawaan buatan dan
alami.
1) Buatan
Untuk mendapatkan udara bersih yang cukup dengan
temperatur tertentu, yang menimbulkan kenyamanan,
maka digunakan air conditioning (AC). Penggunaan
penghawaan buatan ini diutamakan pada area
perbelanjaan, pengelola dan ruang- ruang lainnya. Sistem
penghawaan buatan yang dipakai adalah sistem
penghawaan terpusat (sentral) didasarkan atas
pertimbangan pada sistem ini, tiap lantai dibutuhkan ruang
untuk mengatur jalannya penghawaan (AC) yaitu Air
Handling Unit (AHU) yang dapat di non-aktifkan apabila
seluruh ruangan tidak digunakan. Selain itu,
menggunakan pula sistem package unit yaitu sistem
pengkondisian udara yang berdiri sendiri dan tidak
membutuhkan ruangan chiller tersendiri.
184
Ruang package lebih luas dari ruang AHU yang
membutuhkan cooling tower. Jadi untuk ruang- ruang
yang digunakn secara kontiniu memakai sistem AC
sentral, sedangkan untuk ruang- ruang yang digunakan
secara insidentil digunakan sistem peckage unit.
2) Alami
Penghawaan alami diterapkan dengan cara membuat
cross ventilation dalam ruangan sehingga udara dalam
ruangan tetap sejuk, karena terjadinya pergantian udara
pergantian udara secara terus-menerus . untuk
menciptakan suatu cross ventilation perlu diperhatikan
perbandingan bukaan yang satu dengan bidang bukaan
dihadapannya atau berlawanan.
c. Akustik
Akustik bertujuan untuk mendapatkan ketenangan dengan jalan
mengeliminasi suara-suara yang tidak diinginkan, terutama untuk
ruang- ruang dengan ketenangan tinggi seperti ruang komputer,
ruang rapat, dan ruang pertemuan, ballroom , ruang pelatihan
dan lain- lain. Maka hal- hal yang dapat dilakukan untuk
menghindari bunyi yang tidak diinginkan yaitu :
1) Penempatan letak ruang yang memperhatikan bunyi yang
keluar dari sumber kebisingan
2) Sistem peredam bunyi yang ditempatkan sedemikian rupa
pada ruangan- ruangan yang menimbulkan kebisingan
3) Menggunakan dinding berganda seperti pada ruang AHU
4) Penggunaan bahan dengan absorbsi yang tinggi seperti
accoustic tile
5) Perencanaan arah bidang dan arah bukaan agar tidak
memantulkan suara
6) Pengaturan elemen-elemen ruang dengan menghindari
bidang sejajar dan bidang cekung.
185
5. Struktur Bangunan
a. Struktur
Perancanaan sistem struktur bangunan meliputi :
1) Upper structure
Merupakan struktur atap dengan penggunaan atap plat
beton dan rangka space frame untuk pengkondisian
bangunan bebas kolom.
2) Super structure, yang terdiri dari :
Super struktur yang digunakan ialah sistem struktur
rangka, yang terdiri dari kolom, balok induk anak
yang memikul plat lantai dalam dua arah. Untuk
ruang pameran yang membutuhkan ruang bebas
kolom digunakan balok pra tegang.
Keuntungan dari gabungan sistem rangka dan balok
prategang tersebut adalah :
a) Dapat memikul beban vertikal dan horisontal
b) Lebih efektif dalam menahan beban walapun biaya
tinggi
3) Sub stucture
Pertimbangan pemakaian sistem sub struktur adalah
:
a) Mampu mendukung beban superstruktur
b) Mampu menetralisir terjadinya beban eksternal
c) Kekuatan daya dukung tanah pada tapak
d) Pada tahap pelaksanaan tidak mengganggu
bangunan di sekitarnya.
Dengan memperhatikan lokasi dan daya dukung
tanah yang cukup baik, maka diterapkan sistem
186
struktur yang digunakan untuk pondasi adalah plat
poer dengan didukung pondasi tiang pancang.
b. Modul struktur
Modul struktur yang digunakan adalah modul 5,00 m dan
kelipatannya untuk ruang pamera, dan perkantoran hal ini
didasarkan pada pertimbangan :
1) Efisiensi dan efektifitas ruang
2) Pola gerak pelaku kegiatan
c. Material
Adapun material yang digunakan untuk komponen struktur
adalah sebagai berikut :
1) Beton bertulang digunakan untuk pondasi, super struktur
yaitu kolom, sloef, beton, ringbalk dan plat lantai.
2) Struktur pengisi dinding menggunakan bahan tembok batu
bata dengan sistem tertutup sehingga tidak terjadi
pengaliran udara dari satu ruang ke ruang lainnya, juga
menggunakan bahan penutup luar yang sebgain
menggunkan kaca, aluminium, dan alucopan.
3) Struktur penutup sebagian menggunakan rangka baja
dengan material penutup tegola dan titanium dan juga
menggunakan plat beton. Material penutup lantai
menggunakan granit dan sebagian keramik.
6. Sistem Utilitas
Sistem jaringan utilitas pada Pusat KerajinaanTenun di Makassar
menggunakan sistem sentralisasi, yaitu memusatkan beberapa
peralatan utama pada suatu daerah dengan menempatkan panel-
panel kontrol.
187
a. Pemipaan (Plumbing)
Sistem pemipaan pada bangunan ditunjukkan bagi penyediaan
air bersih maupun pembuangn air kotor
1) Air Bersih
Sumber air bersih berasal dari PDAM dan sumur bor
yang didistribusikan kereservoir bawah kemudian
didistribusikan lagi melalui pompa (water pump)
yang berada di diluar bangunan ke reservoir atas
yang berada pada top floor bangunan untuk
didistribusikan keseluruh bangunan.
Secara lebih jelas dapat dilihat pada skema berikut :
Skema 10
Skema Distribusi Air Bersih
2) Air Kotor
a) Sistem pembuangan air kotor yang berasal dari air
hujan disalurkan melalui pipa penyaluran dari atap
dan ditampung dalam bak penampungan untuk
digunakan kembali sebagai air kelas dua untuk
kebutuhan penyiraman tanaman (perawatan ruang
luar)
Reservois Atas
Deep Weel
Toilet./Pantry
Tiap Lantai
Sistem Pemadam Kebakaran
Pompa Reservoir Bawah
M PAM
188
b) Untuk air kotor yang berasal dari dapur/pantry dan
floor drain toilet disalurkan terlebih dahulu ke bak
penangkap lemak (grease trap) dan melalui
proses treatment diubah menjadi air baku untuk
keperluan perawatan ruang luar, hydrant dan air
kloset.
c) Untuk air kotor padat yang berasal dari buangan
manusia, dialirkan ke septick tank (diendapkan)
lalu sisa air diolah dengan blower untuk filterisasi
kemudian diendapkan kembali, setelah itu baru
dialirkan ke peresapan dan seterusnya ke riol
kota.
Secara lebih jelas dapat dilihat pada skema
berikut :
Skema 11
Skema Pembuangan Air Kotor
b. Elektrikal
1.) Sistem jaringan listrik
Air Hujan Bak Penampungan
Perawatan ruang luar
Air kotor Pantry, dapur, floor dry
Grease treatment trap
Air baku
Hydrant air kloset
Air Kotor Padat
Septic tank
JP Riol Kota Pengendapan JP
189
Listrik merupakan kebutuhan mutlak dalam pusat
perdagangan bahan bangunan ini sumber daya yang
utama dalam bangunan adalah dari :
a) Perusahaan Listrik Negara (PLN)
Digunakan untuk melayani kebutuhan listrik
seluruh kegiatan bangunan. Untuk distribusi
jaringan ke dalam tak sebaiknya dilakukan melalui
jaringan bawah tanah sehingga tidak mengganggu
visual maupun kegiatan yang ada.
b) Generator
Digunakan sebagai cadangan yang bekerja secara
otomatis apabila aliran listrik dari PLN putus.
Sumber daya ini digunakan untuk melayani bagian-
bagian penting yang menggunakan daya listrik
yaitu sebagian dari penerangan bangunan, pompa-
pompa, exhaust fan, lift dan escalator serta hidrant
peletakan dari generator ini dipertimbangkan
terhadap:
Kebisingan yang terjadi
Kemudahan pemeliharaan
H. Skema 12
I. Skema sistem jaringan listrik
PANEL CONTROL
UTAMA
GARDU DISTRIBUSI
PLN
ATS
GENSET
TRAFO
PANEL CONTROL CABANG
190
c. Sistem pembuangan sampah
Dalam suatu sistem bangunan komersial, kebersihan
merupakan faktor yang sangat penting, karena itu sistem
pembuangan sampah harus diperhatikan dengan baik dan
tidak mengganggu kegiatan yang terjadi.
J. Skema 13
Sistem pembuangan sampah
Pembuangan sampah secara vertikal dilakukan melalui
sharf, sampah-sampah ini ditampung dalam bak sampah untuk
kemudian diangkut ke luar tapak.
Pembuangan sampah secara horizontal melalui
penampungan sementara pada tempat- tempat tertentu
d. Sistem komunikasi
Sistem komunikasi yang digunakan pada bangunan, terdiri
dari :
1) Komunikasi internal
a) Interkom, digunakan untuk komunikasi antar ruangan
dalam gedung
b) Sound system call, digunakan untuk komunikasi 1 arah
untuk pemberitahuan atau panggilan
c) Close Circuit Television (CCTV), monitor kegiatan di
area tertentu dalam bangunan pusat kerajinan tenun
A. SAMPAH
BASAH
B. LIFT
C. PENAMPUNGAN
SEMENTARA
D. TRUK
SAMPAH
E. PEMBUANGA
N
AKHIR
F. SHAFT
SAMPAH
SAMPAH
KERING
191
Skema 14
Sistem Komunikasi
2) Komunikasi eksternal
a) Telepon, sebagai komunikasi 2 arah baik keluar, maupun
kedalam bangunan yang menggunakan jasa perumtel
b) Faksimili
c) PABX (Private Automatic Branch Exchange) sebagai
pengontrol hubungan keluar masuk gedung
e. Sirkulasi dalam Bangunan
Kriteria penentuan sirkulasi dalam bangunan adalah :
Kecepatan pelayanan
Keamanan pemakai
Ketinggian bangunan
Akses ke tujuan yang lebih cepat
Berdasarkan kriteria tersebut maka ditetapkan sirkulasi
dalam bangunan menggunakan :
1) Sirkulasi Vertikal
Telepon Telex Car calling Internet
IDF HDF
PT. Telkom
PABX
Pusat kontrol
Interkom
Speaker
192
Jaringan sirkulasi vertikal yaitu terdiri dari :
a) Tangga
Digunakan pada tempat-tempat umum dan service
serta darurat
b) Escalator
Digunakan untuk pengunjung dan ditempatkan
dibagian tengah- tengah bangunan yang menjadi
pusat sirkulasi vertical agar mudah dijangkau serta
digunakan juga sebagai nilai tambah pada
penampilan bangunan mengingat tangga ini
bergerak terus menerus.
c) Elevator/lift
Dalam hal ini lift diadakan khusus untuk barang
yang melayani pemindahan maupun kegiatan
penunjang lainnya. Yang tidak dapat diakses
langsung oleh pengunjung.
Pencapaian antara lantai menggunakan elevator,
escalator dan tangga (baik tangga utama maupun
tangga darurat).
2) Sirkulasi Horisontal
Sirkulasi horisontal dalam bangunan diarahkan
kepada unit-unit ruang dalam tiap lantai. Aplikasinya
adalah penempatan selasar-selasar yang
mendistribusikan akses sirkulasi ke unit-unit ruang.
Sistem yang digunakan adalah :
Single loaded coridor
Double Loaded coridor
193
f. Pemadam Kebakaran
Bahaya kebakaran merupakan hal yang perlu dihindari,
pencegahan terhadap bahaya kebakaran dilakukan
dengan menyediakan sarana pencegahan kebakaran yang
memadai dan berfungsi dengan baik serta kesiagaan
terhadap kemungkinan kebakaran yang terjadi.
Pencegahan terhadap bahaya kebakaran tersebut
dapat berupa :
1) Pencegahan pasif, yaitu :
a) Tangga kebakaran
Jarak tangga kebakaran dari titik kedalam ruang
efektif maksimal 30 m, ruangan sirkulasi harus
berhubungan langsung dengan tangga, lebar tangga
minimum 1,2 m
b) Pintu kebakaran
Lebar pintu minimum 90 cm, dengan jarak antara
pintu maksimum 30 m, bahkan pintu merupakan
indeks tahan api selama 2 jam dengan bukaan ke
dalam dan menutup secara otomatis.
c) Penerangan darurat
Dapat berupa lampu petunjuk dan penerangan pada
pintu keluar, tangga kebakaran dan pada koridor
dengan menggunakan sumber daya darurat. Sumber
daya listrik darurat ini dapat berupa genset yang
harus bekerja setiap saat untuk penerangan darurat,
springkler, alarm, hydrant, penghisap debu, lift
kebakaran.
194
2) Pencegahan aktif, yaitu :
a) Fire alarm system
Yaitu alat untuk mendeteksi sendiri mungkin adanya
bahaya kebakaran secara otomatis, yang terdiri dari
heat detector, smoke detector dan file detector, dapat
melayani area pelayanan seluas 90 m2 / lantai.
b) Springkler
Alat ini dapat bekerja secara otomatis bila suhu
ruangan mencapai titik tertentu. Luas areal yang
dilayani 25 m2 jarak antara sprinkler 9, media
pemadaman dapat berupa air, gas atau busa khusus.
c) Fire hydrant system
Melayani areal 800 m2/unit, dengan jarak maksimum
30 m. Hydrant dalam bangunan mendapat air dari
reservoir bawah dengan pompa bertekanan tinggi,
sedangkan pipa hydrant di luar bangunan disambung
langsung dengan jaringan PAM.
d) Pemadam api dengan kabut dan bahan kimia untuk
menghindari kerusakan bahan-bahan bangunan yang
mudah terbakar, maka perlu digunakan pemadam
kebakaran dengan kabut kimia, yaitu :
1) Kabut air yang dari sistem penyemprotan berputar
2) Bahan busa cairan
3) Karbondioksida (C02) yang memadamkan api
dengan menggantikan 02
4) Bahan kimia kering, yang dalam keadaan panas
serbuk ini berubah menjadi gas.
Perletakan alat ini pada tempat yang mudah
dicapai dengan jarak antara 20 – 25 m, area
pelayanan mencapai 200 – 250 m.
195
g. Keamanan
1) Untuk daerah yang tidak memerlukan keamanan ketat
dan daerah yang sering dicapai oleh umum digunakan
key management system.
2) Untuk daerah yang memerlukan keamanan ketat
seperti ruang data base, menggunakan kartu akses
(card acces control). Sistem ini bekerja dengan cara
membaca dan memeriksa kartu orang yang akan
masuk ke dalam ruangan.
3) Penggunaan kamera CCTV yang akan merekam
kejadian pada saat lampu dan alarm menyala.
Penempatan kamera tersebut pada lobby utama,
dalam lift, lobby lift, kantor pengelola, ruang pamer,
ruang data base dan pada main entrance.
4) Ruangan khusus, misalnya ruang khasanah pada
bank, ruang datas base, yang membutuhkan
keamanan yang lebih ketat dilengkapi dengan sensor
keamanan pasif. Hal ini dimonitor melalui sustem
keamanan yang dipadukan dengan penerapan dari
CCTV.
h. Penangkal petir
Sistem penangkal petir digunakan pada bangunan
untuk melindungi dari bahaya ledakan dan kebakaran yang
ditimbulkan oleh sambaran petir.
Sistem penangkalan petir terdiri dari :
a) Sistem konvensional, yaitu sistem Faraday dan
sistem Franklin
b) Sistem radio aktif
Pemilihan sistem penangkalan petir dipertimbangkan
terhadap ketinggian bangunan dan segi estetika,
196
utamanya pada penampilan bangunan dan
pemeliharaan.
Sistem penangkalan petir yang umumnya digunakan
adalah sistem Faraday, yang terdiri dari :
(1) Alat penerima setinggi 150 cm pada setiap jarak
20 meter
(2) Kawat mendatar
(3) Pertahanan
K. Gambar 30
Sistem Penangkal Petir
7. Konsep Bentuk dan Penampilan Bangunan
Penampilan pusat kerajinan tenun sangatlah penting artinya,
karena ia akan menunjang fungsi pusat kerajinan tenun, selain itu
juga dapat menjadi suatu kebanggaan bagi masyarakat kota
Makassar dan mengingatkan akan kejayaan kebudayaan tenun
masa lalu Sulawesi Selatan dengan jalan menampilkan karakteristik
yang dapat dengan mudah ditangkap oleh masyarakat umum.
Penampilan pusat kerajinan tenun juga haruslah berorientasi ke
depan sehingga akan senantiasa menjadi daya tarik sepanjang
masa dengan menampilkan suatu corak arsitektur modern
kontemporer untuk menampilkan karakter seni dari bangunan
yang juga diselaraskan dengan keadaan iklim setempat. Hal ini
45 o
Antena 25-90 cm
Elektroda pentanahan
Daerah Perlindun
gan
Terminal Tanah
197
bertujuan untuk memaksimalkan penggunaan potensi yang ada dan
untuk mendukung upaya pelestarian dari benda-benda koleksi.
a. Bentuk Dasar Bangunan
Bentuk dasar bangunan dipertimbangkan terhadap
kriteria-kriteria sebagai berikut :
1) Optimasi pemanfaatan lias lantai sehingga tiap area
yang ada dapat dimanfaatkan.
2) Kemudahan dalam pelaksanaan konstruksi serta
efisiensi waktu pelaksanaan.
3) Kemudahan perawatan bangunan
4) Pemanfaatan setiap area yang disewa secara optimal.
5) Fleksibilitas penataan elemen
6) Mampu memberikan fungsi bangunan sebagai
bangunan komersil serta sifat dan kebutuhan dari
kegiatan yang ditampung.
7) Sesuai dengan kondisi dan bentuk tapak.
8) Memiliki efisiensi yang tinggi terhadap lingkungan.
b. Penampilan Bangunan
1) Berkesan transparan, megah, dinamis, serta memiliki suatu
ciri khusus yang akan menciptakan kesan suatu area wisata
tenun.
2) Disesuaikan dengan ruang luar dan lingkungan yang
terbentuk.
3) Mengambil sudut pandang/view yang terbaik dan potensial
terhadap area tapak.
4) Memiliki aksen yang mengandung unsur tenun yang
dipadukan dengan pengolahan bentuk arsitektur modern.
198
DAFTAR PUSTAKA
Ching, Francis DK, Bentuk Ruang dan Susunannya, diterjahkan
Ir. Paulus Hanoto Adjil, Jakarta: Erlangga, 1985.
Edward T. Hhite, Buku Pedoman Konsep, diterjemahkan oleh Aris
K. Onggodipuro, Bandung: Intermedia
Hendraningsing dkk, Peran, Kesan dan Kesan Bentuk-Bentuk
Arsitektur, Jambatan, Jakarta.
Jules, Frederick, wawasan Prinsip-Prinsip Dasar Bagi
Perancangan Arsitektur, Dalam James C. Snyder dan
Anthony J. Catanese, Pengantar Kepada Arsitektur,
diterjemahkan oleh Onggodipura, Bandung: Intermedia
1984.
WJS. Poerdarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta :
PN. Balai Pustaka, 1975
Neufert Ernst, Data Arsitek, Jilid I dan II, Terjemahan Sjamsu
Amril, Penerbit Erlangga
Rukini, Tenun Tradisional Bugis Makassar, Sulawesi Selatan :
Proyek pembinaan Permuseuman, 1979.
Sahriah dkk, Ragam Hias Tenun Nusantara, Sulawesi Selatan :
Proyek Pembinaan Permuseuman, 1990/1991.
Soufyan dkk, Perancangan dan Pemilihan Sistem Plambing,
Jakarta: Malta Pratindo, 2005.
Wahid , Abdul Kahar, Ragam Hias Sulawesi Selatan,
Disampaikan dalam seramah pembukaan Pameran
Khusus Ragam Hias Tradisional Sulawesi Selatan di
Museum Negeri La Galigo
…………..Kota Makassar dalam angka 2012, BPS Kota Makassar
2012.
…………..Data Ekspor Tenun Sutra HS 9 Angka,
Dep.Perindustrian RI,2007.
http://bpasulsel.org/index.php?option=com_content&view=article&i
d=82&Itemid=75
199
200
201
202
203
204
205
PETA PERSEBARAN PENGRAJIN TENUN DI SUKAWESI SELATAN
Keterangan : Kabupaten Penghasil Tenun di Sulawesi Selatan