pupuk organik eceeng gondok

18

Click here to load reader

Upload: adi-sucandra

Post on 30-Jun-2015

322 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pupuk Organik Eceeng Gondok

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................1BAB 1.........................................................................................................................................2PENDAHULUAN......................................................................................................................2

Latar Belakang.......................................................................................................................2BAB II........................................................................................................................................4PEMBAHASAN........................................................................................................................4

Kompos eceng gondok...........................................................................................................4Alat dan Bahan.......................................................................................................................5Tabel Organisme Yang Membantu Pembuatan Kompos.......................................................7Proses Pengomposan..............................................................................................................8Faktor yang mempengaruhi proses Pengomposan.................................................................9

Rasio C/N...........................................................................................................................9Ukuran Partikel..................................................................................................................9Aerasi.................................................................................................................................9Porositas.............................................................................................................................9Kelembaban (Moisture content).........................................................................................9Temperatur/suhu................................................................................................................9pH.......................................................................................................................................9

Mutu kompos.......................................................................................................................10Manfaat Kompos..................................................................................................................10

Aspek Ekonomi :..............................................................................................................10Aspek Lingkungan :.........................................................................................................10Aspek bagi tanah/tanaman:..............................................................................................10

BAB III.....................................................................................................................................11KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................................11

A. Kesimpulan......................................................................................................................11B. Saran................................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12LAMPIRAN.............................................................................................................................13

1

Page 2: Pupuk Organik Eceeng Gondok

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Orang lebih banyak mengenal tanaman eceng gondok sebagai tumbuhan pengganggu (gulma) diperairan karena pertumbuhannya yang sangat cepat. Awalnya didatangkan ke Indonesia pada tahun 1894 dari Brazil untuk koleksi Kebun Raya Bogor. Ternyata dengan cepat menyebar ke beberapa perairan di Pulau Jawa. Dalam perkembangannya, tanaman keluarga Pontederiaceae ini justru mendatangkan manfaat lain, yaitu sebagai biofilter cemaran logam berat, sebagai bahan kerajinan, dan campuran pakan ternak.

Tetapi dengan pertumbuhannya yang terlalu cepat ini menyebabkan berbagai kerugian. Kondisi merugikan yang timbul sebagai dampak pertumbuhan eceng gondok yang tidak terkendali di antaranya adalah :

a. Meningkatnya evapontranspirasi. b. Menurunnya jumlah cahaya yang masuk kedalam perairan sehingga menyebabkan

menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air (DO : Dissolved Oxygens). c. Mengganggu lalu lintas (transportasi) air, khususnya bagi masyarakat yang

kehidupannya masih tergantung dari sungai seperti di pedalaman Kalimantan dan beberapa daerah lainnya.

d. Meningkatnya habitat bagi vektor penyakit pada manusia. e. Menurunkan nilai estetika lingkungan perairan.

Eceng gondok hidup mengapung bebas bila airnya cukup dalam tetapi berakar di dasar kolam atau rawa jika airnya dangkal. Tingginya sekitar 0,4 - 0,8 meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan aberwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut.

Eceng gondok dapat hidup mengapung bebas di atas permukaan air dan berakar di dasar kolam atau rawa jika airnya dangkal. Kemampuan tanaman inilah yang banyak di gunakan untuk mengolah air buangan, karena dengan aktivitas tanaman ini mampu mengolah air buangan domestic dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Eceng gondok dapat menurunkan kadar BOD, partikel suspensi secara biokimiawi (berlangsung agak lambat) dan mampu menyerap logam-logam berat seperti Cr, Pb, Hg, Cd, Cu, Fe, Mn, Zn dengan baik, kemampuan menyerap logam persatuan berat kering eceng gondok lebih tinggi pada umur muda dari pada umur tua (Widianto dan Suselo, 1977).

2

Page 3: Pupuk Organik Eceeng Gondok

Sebenarnya banyak sekali cara untuk menangani masalah daur hidup eceng gondok yang terlalu cepat pertumbuhannya ini, contohnya dengan cara daur ulang yang bisa menghasilkan KOMPOS alami yang bisa dimanfaatkan oleh para petani dan masyarakat, dengan cara itu pula para petani bisa meminimaliskan penggunaan pupuk anorganik. Karena dengan pupuk anorganik itu bisa membuat kerusakan lingkungan antara lain pencemaran di dalam air dan tanah.

Little (1968) dan Lawrence dalam Moenandir (1990), Haider (1991) serta Sukman dan Yakup (1991), menyebutkan bahwa eceng gondok banyak menimbulkan masalah pencemaran sungai dan waduk, tetapi mempunyai manfaat sebagai berikut :

a. Mempunyai sifat biologis sebagai penyaring air yang tercemar oleh berbagai bahan kimia buatan industri.

b. Sebagai bahan penutup tanah dan kompos dalam kegiatan pertanian dan perkebunan. c. Sebagai sumber gas yang antara lain berupa gas ammonium sulfat, gas hidrogen,

nitrogen dan metan yang dapat diperoleh dengan cara fermentasi. d. Bahan baku pupuk tanaman yang mengandung unsur NPK yang merupakan tiga

unsur utama yang dibutuhkan tanaman. e. Sebagai bahan industri kertas dan papan buatan. f. Sebagai bahan baku karbon aktif.

Tumbuhan ini mempunyai daya regenerasi yang cepat karena potongan-potongan vegetatifnya yang terbawa arus akan terus berkembang menjadi eceng gondok dewasa. Eceng gondok sangat peka terhadap keadaan yang unsur haranya didalam air kurang mencukupi, tetapi responnya terhadap kadar unsur hara yang tinggi juga besar. Proses regenerasi yang cepat dan toleransinya terhadap lingkungan yang cukup besar, menyebabkan eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai pengendali pencemaran lingkungan. (Soerjani, 1975)

Sel-sel akar tanaman umumnya mengandung ion dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari pada medium sekitarnya yang biasanya bermuatan negative. Penyerapan ini melibatkan energi, sebagai konsekuensi dan keberadaannya, kation memperlihatkan adanya kemampuan masuk ke dalam sel secara pasif ke dalam gradient elektrokimia, sedangkan anion harus diangkut secara aktif kedalam sel akar tanaman sesuai dengan keadaan gradient konsentrasi melawan gradient elektrokimia. (Foth, 1991)

Di dalam akar, tanaman biasa melakukan perubahan pH kemudian membentuk suatu zat khelat yang disebut fitosiderofor. Zat inilah yang kemudian mengikat logam kemudian dibawa kedalam sel akar. Agar penyerapan logam meningkat, maka tumbuhan ini membentuk molekul rediktase di membran akar. Sedangkan model tranportasi didalam tubuh tumbuhan adalah logam yang dibawa masuk ke sel akar kemudian ke jaringan pengangkut yaitu xylem dan floem, kebagian tumbuhan lain. Sedangkan lokalisasi logam pada jaringan bertujuan untuk mencegah keracunan logam terhadap sel, maka tanaman akan melakukan detoksofikasi, misalyna menimbun logam kedalam organ tertentu seperti akar.

3

Page 4: Pupuk Organik Eceeng Gondok

BAB II

PEMBAHASAN

Kompos eceng gondok

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan. Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Eceng gondok merupakan salah satu sampah organic. Rata-rata persentase bahan organik sampah mencapai ±80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan yang sesuai.

Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di alam dengan bantuan mikroba maupun biota tanah lainnya. Namun proses pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung lama dan lambat. Untuk mempercepat proses pengomposan ini telah banyak dikembangkan teknologi-teknologi pengomposan. Baik pengomposan dengan teknologi sederhana, sedang, maupun teknologi tinggi. Pada prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan didasarkan pada proses penguraian bahan organic yang terjadi secara alami.

Proses penguraian dioptimalkan sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat berjalan dengan lebih cepat dan efisien. Teknologi pengomposan saat ini menjadi sangat penting artinya terutama untuk mengatasi permasalahan limbah organic, seperti untuk mengatasi masalah eceng gondok yang terlalu cepat pertumbuhannya sehingga bisa menyekat aliran sungai.

Eceng gondok merupakan salah satu jenis tumbuhan yang perkembangbiakan dan pertumbuhannya sangat cepat. Tanaman eceng gondok memiliki klasifikasi sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Suku : Pontederiaceae Marga : Eichhornia Jenis : Eichornia crassipes Solms

Eceng gondok memiliki daya adaptasi yang besar terhadap berbagai macam hal yang ada disekelilingnya dan dapat berkembang biak dengan cepat. Eceng gondok dapat hidup ditanah yang selalu tertutup oleh air yang banyak mengandung makanan. Selain itu daya tahan eceng gondok juga dapat hidup ditanah asam dan tanha yang basah (Anonim, 1996).

4

Page 5: Pupuk Organik Eceeng Gondok

Tanaman ini sebagaimana jenis tanaman air lainnya tidak memiliki batang, jadi hanya terdiri dari daun, tangkai daun, bonggol akar dan akar itu sendiri. Dengan demikian setelah diambil bagian tangkainya, tentu saja akan menghasilkan limbah berupa bagian sisa tanaman yang tidak dioleh lebih lanjut. Bagian tangkai biasanya diambil untuk dimanfaatkan sebagai kerajinan tangan yang dibuat dari bahan baku eceng gondok. Beberapa produk kerajinan yang ada seperti tas tangan, dompet, keranjang dan aneka produk lain tersebut menggunakan tangkai eceng gondok yang dikeringkan untuk dianyam membentuk produk yang diinginkan.

Limbah tanaman eceng gondok ini oleh pengolah di sana, biasanya dibuang kembali ke dalam rawa. Bagian bonggol yang biasanya masih memiliki tunas anakan akan membantu perkembangbiakan tanaman lebih lanjut dan menjadi semakin tidak terkendali. Untuk bagian lain akan mengalami proses pembusukan dan diharapkan oleh masyarakat akan dapat berubah menjadi kompos secara alami di dasar rawa.

Lama waktu untuk pengomposan secara alami ini tidak dapat diperkirakan karena sifatnya alamiah. Kepemilikan lahan sumber kompos juga akan dapat menjadi sumber konflik kalau kapasitas kompos yang tersedia sudah mulai menipis. Di sisi lain aktivitas membiarkan tanaman air membusuk di air seperti ini akan dapat mempercepat proses pendangkalan rawa dengan lebih cepat.

Limbah tanaman eceng gondok ini tetap diharapkan sebagai bahan baku kompos. Akan tetapi proses pengomposan yang dilakukan hendaknya dilakukan di daratan saja dengan diolah secara lebih khusus. Jadi bagian sisa tanaman setelah diambil tangkai daunnya jangan dibuang lagi ke dalam air, melainkan dikumpulkan untuk dijadikan bahan baku kompos. Apabila proses pemotongan dilakukan secara langsung di tengah rawa, maka hendaknya pengumpul juga membawa sekalian bagian sisa tanaman dan tidak dibuang ke dalam rawa.

Proses pengomposan yang dilakukan di darat mestinya akan jauh lebih memudahan dan dapat meningkatkan nilai tambah dari tanaman eceng gondok ini. Proses pengomposan dapat dilakukan dengan menimbun limbah tanaman dalam ukuran lebar 1 meter sepanjang 4-5 meter dengan ketinggian dapat mencapai sekitar 1 meter. Alas tempat pengomposan dapat dari tanah yang diratakan atau lebih baik lagi menggunakan lantai semen dengan kemiringan secukupnya. Tanaman dapat dicacah jika tersedia alat pencacah dengan mesin atau secara manual, karena jika potongan bahan berukuran kecil akan dapat mempercepat proses pengomposan. Proses pengomposan juga dapat dipercepat dengan menggunakan starter bakteri pengurai atau dapat dengan menggunakan EM4. Proses perlakuan pada saat pengomposan dapat dilakukan dengan membolak-balik timbunan stiap seminggu sekali. Sekitar 2-3 bulan maka akan dapat dihasilkan kompos dari limbahan eceng gondok ini.

Alat dan Bahan

Peralatan yang dibutuhkan dalam pengomposan secara aerobik terdiri dari peralatan untuk penanganan bahan dan peralatan perlindungan keselamatan dan kesehatan bagi pekerja. Berikut disajikan peralatan yang digunakan.

1. Wadah atau plastik

5

Page 6: Pupuk Organik Eceeng Gondok

Sebagai tempat atau wadah selama proses pembuatan kompos.

2. Sekop

Alat bantu dalam pengayakan dan tugas-tugas lainnya

3. Garpu/cangkrang

Digunakan untuk membantu proses pembalikan tumpukan bahan dan pemilahan sampah

4. Saringan/ayakan

Digunakan untuk mengayak kompos yang sudah matang agar diperoleh ukuran yang sesuai Ukuran lubang saringan disesuaikan dengan ukuran kompos yang diinginkan Saringan bisa berbentuk papan saring yang dimiringkan atau saringan putar

5. Termometer

Digunakan untuk mengukur suhu tumpukan Pada bagian ujungnya dipasang tali untuk mengulur termometer ke bagian dalam tumpukan

dan menariknya kembali dengan cepat Sebaiknya digunakan termometer alkohol (bukan air raksa) agar tidak mencemari kompos

jika termometer pecah

6. Timbangan

Digunakan untuk mengukur kompos yang akan dikemas sesuai berat yang diinginkan Jenis timbangan dapat disesuaikan dengan kebutuhan penimbangan dan pengemasan

7. Sepatu boot

Digunakan oleh pekerja untuk melindungi kaki selama bekerja agar terhindar dari bahan-bahan berbahaya

8. Sarung tangan

Digunakan oleh pekerja untuk melindungi tangan selama melakukan pemilahan bahan dan untuk kegiatan lain yang memerlukan perlindungan tangan

9. Masker

Digunakan oleh pekerja untuk melindungi pernafasan dari debu dan gas bahan terbang lainnya

6

Page 7: Pupuk Organik Eceeng Gondok

Tabel Organisme Yang Membantu Pembuatan Kompos

Kelompok Organisme Organisme Jumlah/gr kompos

Mikroflora Bakteri; Aktinomicetes; Kapang 109 - 109; 105 108; 104 - 106

Mikrofanuna Protozoa 104 - 105

Makroflora Jamur tingkat tinggi

Makrofauna Cacing tanah, rayap, semut, kutu, dll

Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik maupun anaerobik, dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Aktivator pengomposan yang sudah banyak beredar antara lain PROMI (Promoting Microbes), OrgaDec, SuperDec, ActiComp, BioPos, EM4, Green Phoskko Organic Decomposer dan SUPERFARM (Effective Microorganism)atau menggunakan cacing guna mendapatkan kompos (vermicompost). Setiap aktivator memiliki keunggulan sendiri-sendiri.

Pengomposan secara aerobik paling banyak digunakan, karena mudah dan murah untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit. Dekomposisi bahan dilakukan oleh mikroorganisme di dalam bahan itu sendiri dengan bantuan udara. Sedangkan pengomposan secara anaerobik memanfaatkan mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara dalam mendegradasi bahan organik.

Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan untuk kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya untuk memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi tanah, sehingga produksi tanaman menjadi lebih tinggi. Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat digunakan untuk menguatkan struktur lahan kritis, menggemburkan kembali tanah pertanian, menggemburkan kembali tanah petamanan, sebagai bahan penutup sampah di TPA, eklamasi pantai pasca penambangan, dan sebagai media tanaman, serta mengurangi penggunaan pupuk kimia.

Bahan baku pengomposan adalah semua material organik yang mengandung karbon dan nitrogen, seperti kotoran hewan, sampah hijauan, sampah kota, lumpur cair dan limbah industri pertanian.

Proses Pengomposan

Memahami dengan baik proses pengomposan sangat penting untuk dapat membuat kompos dengan kualitas baik. Proses pengomposan akan segera berlansung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 500-700C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu.

7

Page 8: Pupuk Organik Eceeng Gondok

Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekmposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organic menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30 – 40% dari volume/bobot awal bahan.

Gambar 1. Proses Umum Pengomposan Limbah Padat Organik (dimodifikasi dari Rynk, 1992)

Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan selama proses pengomposan karena akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses aerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S.

Faktor yang mempengaruhi proses Pengomposan

Faktor-faktor yang memperngaruhi proses pengomposan antara lain:

8

Page 9: Pupuk Organik Eceeng Gondok

Rasio C/N Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30: 1 hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lambat.

Ukuran Partikel Aktivitas mikroba berada diantara permukaan area dan udara. Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.

Aerasi Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen(aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh posiritas dan kandungan air bahan(kelembaban). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.

Porositas Porositas adalah ruang diantara partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplay Oksigen untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu.

Kelembaban (Moisture content) Kelembaban memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplay oksigen. Mikrooranisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik tersebut larut di dalam air. Kelembaban 40 - 60 % adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembaban di bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban 15%. Apabila kelembaban lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.

Temperatur/suhu Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 - 60oC menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60oC akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma.

pH Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. pH kotoran ternak umumnya berkisar antara 6.8 hingga 7.4. Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan menyebabkan penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase awal pengomposan. pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral

9

Page 10: Pupuk Organik Eceeng Gondok

Mutu kompos

Kompos yang baik memiliki beberapa ciri sebagai berikut :

Berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah, Tidak larut dalam air, meski sebagian kompos dapat membentuk suspensi, Nisbah C/N sebesar 10 – 20, tergantung dari bahan baku dan derajat humifikasinya,

Manfaat Kompos

Kompos ibarat multivitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.

Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak. Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:

Aspek Ekonomi :

1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah 2. Mengurangi volume/ukuran limbah 3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya

Aspek Lingkungan :

1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah 2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan

Aspek bagi tanah/tanaman:

1. Meningkatkan kesuburan tanah 2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah 3. Meningkatkan kapasitas jerap air tanah 4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah 5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen) 6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman 7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman 8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah

10

Page 11: Pupuk Organik Eceeng Gondok

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan dalam laporan ini, kesimpulan penulis adalah sebagai berikut :

1. Pembuatan pupuk kompos dari eceng gondok dapat ikut mengatasi permasalahan eceng gondok yang mengganggu aliran air dan penyebab pendangkalan sungai. Proses ini tentu saja tidak akan merugikan bagi masyarakat pengumpul tangkai daun dan juga pengumpul kompos, bahkan diharapkan langkah ini akan dapat meningkatkan pendapatan mereka atau menghasilkan mata pencaharian baru.

2. Pada sisi lain kelestarian akan tetap dapat terjaga baik.3. Pembuatan kompos dapat membantu proses penggemburan tanah.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan tersebut saran penulis adalah sebagai berikut :

1. Sebagai penerus bangsa, seorang mahasiswa sebaiknya mampu memanfaatkan sampah organik atau barang lainnya yang tidak berharga menjadi suatu barang yang bernilai ekonomis.

2. Perlunya kerjasama dari para mahasiswa untuk mencanangkan pengolahan eceng gondok menjadi pupuk organic.

11

Page 12: Pupuk Organik Eceeng Gondok

DAFTAR PUSTAKA

Apriadji, Wied Harry. 1989. Memproses Sampah. Seri Teknologi. Cet. keXX11. Penebar Swadaya

Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2004. Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik.

Djuarnani, Nan; Kristian & Setiawan, B.D., 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Kiat Mengatasi permsalahan Praktis. Agromedia Pustaka.

Isroi dan Happy Widiastuti. 2005. Kompos Limbah Padat Organik. Materi disampaikan pada acara pelatihan Pengelolaan Limbah Organik, Dinas KLH Kab. Pemalang, tanggal 29 September 2005, Pemalang, Jawa Tengah

Isroi. 2007. Pengomposan Limbah Kakao. Makalah disampaikan pada acara TOT Prima Tani di Puslit Kopi dan Kakao, JemberJatim, Juni 2007.

Leslie Coperband. 2002. The Art and Science of Composting, A resource for farmers and producers. March 29, 2002. Center for Integrated Agricultur System, University of WisconsinMedison.

Murbandono. 2006. Membuat Kompos. Edisi Revisi. Cet. keXXXII. Penebar Swadaya.

Musnawar, Effi Ismawati. 2006. Seri Agriwawasan. Pupuk Organik. Cet. keIV. PenabarSwadaya.

Purwendro, Setyo & Nurhidayat. 2006. Seri Agritekno. Mengolah Sampah untuk Pupuk & Pestisida Organik. Penebar Swadaya.

Rangarajan, A. and K. Aram. Impac of compost on Soil Borne Disease Incidence in Organic Cropping System. final Report for Toward Sustainability Foundation Granf for Organic Research.

http://www.dephut.go.id

http://www.bppt.go.id

http://uplink.or.id

http://lingkunganku.multiply.com

http://matoa.org

http://www.kimia-lipi.net

http://id.wikipedia.org

12

Page 13: Pupuk Organik Eceeng Gondok

LAMPIRAN

Data pengukuran suhu kompos selama 20 hari

LAPORAN PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI

PUPUK ORGANIK ECENG GONDOK (Eichornia

crassipes)

13

Page 14: Pupuk Organik Eceeng Gondok

OLEH:ADI SUCANDRA

0906114635

JURUSAN AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS RIAU2010 / 2011

14