prosiding seminar nasional lahan suboptimal 2015 ... · pdf fileyang mencapai 1 meter, ......

Download Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015 ... · PDF fileyang mencapai 1 meter, ... Hutan adalah suatu wilayah yang memiliki banyak tumbuh-tumbuhan lebat yang ... Histosol (USDA

If you can't read please download the document

Upload: dinhthien

Post on 06-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015

    ISBN: 979-587-580-9

    Potensi Penggunaan Lahan Gambut untuk Pertanian Di Kawasan

    Hutan Produksi Muara Bedak Kecamatan Bayung Lincir

    Kabupaten Musi Banyuasin

    Potency using of Peat Landscape for Agriculture at Muara Medak

    Production Forest Area Bayung Lincir Subdistrict,Musi

    Banyuasin Regency

    Nova Tri Buyana

    1), Muharnawan Jumadi

    1) , Muh. Bambang Prayitno

    1), Bakri

    1)

    Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya *)

    Corresponding author: [email protected]

    ABSTRACT

    This study aims to determine the potential of peat lands for agriculture which can be seen

    through the characteristic landscape of peat in production forests and peat depth, physical and

    chemical properties of peat, hydrology and vegetation conditions in the village of Muara

    Medak Bayung Musi Banyuasin slippy. The survey method used is survey method with the

    observation point based on GPS coordinates with boring observation distance is 1 kilometer,

    then do grouping based on the uniformity of peat in order to get some point representation.

    The results showed peat with a depth of 0-3 meters potential as agricultural land, while the

    depth of more than 3 meters recommended as forest conservation. Maturity peat on the top

    layer is dominated by fibric and at deeper depths is very diverse (fibric, hemik and sapric).

    High pool of river Lalan and its tributaries which reach 1 meter, affect the hydrological

    conditions at the location of the dominant vegetation on the site is an annual tree like meranti

    (Shorea sp), mangosteen (Koompassia malacensis), jelutung (Dyera sp.), Varnish, durian payo

    (Durio sp), and also some lower plants such as red nut.

    Key words : Peat, forest

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi lahan gambut untuk pertanian yang dapat

    diketahui melalui karakteristik gambut pada bentang lahan hutan produksi yang meliputi

    kedalaman gambut, sifat fisik dan kimia gambut, kondisi hidrologi dan kondisi vegetasi di

    Desa Muara Medak Kecamatan Bayung Lincir Kabupaten Musi Banyuasin. Metode survai

    yang digunakan adalah metode survai dengan titik pengamatan berdasarkan koordinat GPS

    dengan jarak pengamatan boring adalah 1 kilometer, kemudian dilakukan pengelompokan

    berdasarkan keseragaman gambut sehingga didapat beberapa titik pewakil. Hasil penelitian

    menunjukkan gambut dengan kedalaman 0 3 meter berpotensi sebagai lahan pertanian,

    sedangkan kedalaman lebih dari 3 meter di rekomendasikan sebagai hutan konservasi.

    Kematangan gambut pada lapisan atas didominasi oleh fibrik dan pada kedalaman lebih dalam

    sangat beragam (fibrik, hemik dan saprik). Tinggi genangan Sungai Lalan dan anak sungainya

    yang mencapai 1 meter, mempengaruhi kondisi hidrologi pada lokasi dengan vegetasi

    dominan pada lokasi tersebut merupakan pohon tahunan seperti meranti (Shorea sp), manggis

    (Koompassia malacensis), jelutung (Dyera sp.), rengas, durian payo (Durio sp), dan juga

    beberapa tanaman lebih rendah seperti pinang merah.

    Kata kunci : Gambut, hutan

    PENDAHULUAN

    Hutan memiliki banyak manfaat untuk manusia, merupakan paru-paru dunia

    sehingga perlu dijaga agar tidak membawa dampak yang buruk di masa kini dan masa datang.

    Hutan adalah suatu wilayah yang memiliki banyak tumbuh-tumbuhan lebat yang

    berisi antara lain pohon, semak, paku-pakuan, rumput, jamur dan lan sebagainya serta

    menempati daerah yang cukup luas.

  • Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015

    ISBN: 979-587-580-9

    Negara kita Indonesia memiliki kawasan hutan yang sangat luas dan beraneka ragam

    jenisnya dengan tingkat kerusakan yang cukup tinggi akibat kebakaran hutan, penebangan liar

    dan lain sebagainya. Menurut Resosudarmo (2003) Luas hutan di Sumatera selama tahun 1985

    1997 telah hilang sekitar 30 %, dan hampir 100% dari kawasan tersebut aslinya tertutup

    hutan, pada tahun 1997 hanya sekitar 35 % Pulau Sumatera yang ditutupi hutan.

    Hutan gambut merupakan hutan hujan tropis berdaun lebar dimana tanah yang

    terendam air mencegah dedaunan dan kayu terdekomposisi sepenuhnya. Seiring waktu berlalu,

    terbentuk lapisan gambut yang bersifat asam. Menurut Radjagukguk (1990) Gambut terbentuk dari bahan organik yang

    terdekomposisi secara anaerobik dimana laju penambahan bahan organik lebih tinggi dari laju

    dekomposisinya. Daerah dataran rendah dan dataran pantai, mula-mula terbentuk gambut

    topogen karena kondisi anaerobik yang dipertahankan oleh tinggi permukaan air sungai, tetapi

    kemudian penumpukkan seresah tanaman yang semakin bertambah menghasilkan

    pembentukkan hamparan gambut ombrogen yang berbentuk kubah (dome), akibat akumulasi

    seresah vegetasi hutan yang berlangsung selama ribuan tahun, sehingga status keharaan rendah

    dan mempunyai kandungan kayu tinggi.

    Tanah gambut merupakan tanah dengan lapisan bahan organik lebih dari 50 cm, dan

    tanah bergambut adalah tanah dengan kedalaman lapisan organik kurang dari 50 cm. Dalam

    padanan tatanama klasifikasi tanah dinyatakan tanah gambut sama dengan Organosol (sistem

    Dudal-Soepraptoharjo) ; Organosol (Pusat Penelitian anah dan Agroklimat) ; Histosol

    (FAO/UNESCO) ; Histosol (USDA Soil Taxonomi) (Hardjowigeno, 1992).

    Jumlah areal gambut di dunia diperkirakan lebih dari 500 juta Ha, sedangkan di

    Indonesia penyebarannya cukup luas, diperkirakan mempunyai cadangan gambut seluas 17

    juta ha. Jumlah tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara yang mempunyai cadangan

    gambut terbesar keempat di dunia setelah Kanada, Rusia dan Amerika Serikat

    (Soepraptohardjo dan Drieesen, 1976).

    Data yang tersedia menyebutkan kira-kira 6,6 juta ha lahan gambut masih terdapat di

    Sumatera dan sekitar 1,5 juta ha berada di Sumatera Selatan, namun demikian hampir seluruh

    lahan tersebut tidak lagi berhutan. Hasil survai dan kajian dari Wetlands International

    Indonesia Programme (WIIP) telah mengidentifikasi adanya sistem hutan rawa gambut yang

    cukup luas di Kabupaten Musi Banyuasin (Wetlands. 2005)

    Hutan rawa gambut di muara medak merupakan sumberdaya utama bagi

    perekonomian masyarakat setempat yang pemanfaatannya perlu diperhatikan karena

    merupakan habitat dan koridor satwa liar antara Taman Nasional Berbak di Jambi dan Taman

    Nasional Sembilang di Sumatera Selatan.perlu dikelola dengan baik sehingga terjamin

    pemanfaatan yang berkelanjutan dan berfungsi sebagai penyangga air dan udara, selain tempat

    hidup beberapa hewan asli Sumatera Selatan.

    Tujuan

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi lahan gambut untuk pertanian

    yang dapat diketahui melalui karakteristik gambut pada bentang lahan hutan produksi yang

    meliputi kedalaman gambut, sifat fisik dan kimia gambut, kondisi hidrologi dan kondisi

    vegetasi di Desa Muara Medak Kecamatan Bayung Lincir Kabupaten Musi Banyuasin.

    BAHAN DAN METODE

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Peta wilayah

    penelitian daerah Kecamatan Bayung Lincir, 2) Sampel tanah, 3) Peta kerja (Foto Citra)

    skala 1 : 100.000, sedangkan alat yang digunakan adalah : 1) GPS, 2) Meteran, 3) Bor gambut,

    4) Munsell Soil Color Charts, 5) Ring sampel, 6) Kompas, 7) Alat-alat yang dipergunakan

    untuk analisis tanah di laboratorium dan 8) Alat tulis.

  • Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015

    ISBN: 979-587-580-9

    Gambar 1. Lokasi Penelitian di Desa Muara Medak Kecamatan Bayung Lincir

    Kabupaten Musi Banyuasin.

    Penelitian menggunakan metode survai dengan titik pengamatan telah ditentukan

    berdasarkan koordinat GPS dengan jarak pengamatan boring adalah 1 kilometer (Gambar 1).

    Pengamatan meliputi :

    1. Pengeboran setiap titik dengan awal pengeboran 50 cm sampai pada lapisan mineral. 2. Sampel tanah gambut diambil pada kedalaman

    - 1 meter pertama (di bawah permukaan tanah) - 1 meter terakhir (diatas batas kedalaman gambut atau diatas tanah) - Masing-masing sampel diambil 1 kg.

    3. Kematangan tanah di lapangan ditentukan melalui sidik cepat, yaitu : a. Bahan Fibrik bila kandungan bahan organik kasar lebih dari 2/3 bagian

    b. Bahan Hemik bila bahan organik dengan tingkat pelapukan kasar

    1/3 2/3 bagian.

    c. Bahan Safriks bila kandungan bahan yaitu : organik kasar kurang dari 1/3 bagian.

    Hasil pengamatan dan pengambilan sampel kemudian dilakukan pengelompokan

    berdasarkan keseragaman gambut sehingga didapat beberapa titik pewakil. Analisis tanah

    dilakukan di Laboratorium Kimia Tanah, Air dan Tanaman Jurusan Tanah Fakultas Pertanian

    Universitas Sriwijaya.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    1. Karakteristik Sifat Kimia Gambut

    Kondisi yang sama untuk sifat kimia pada lokasi penelitian yang dapat di lihat pada

    Tabel 1.

    Tabel 1. Sifat Kimia Gambut Pada Kawasan Hutan Produksi Muara Medak

    No

    .

    Kode

    Sampel

    pH H2O (%)

    C-Organik (%) N Nisbah C/N

    Nilai