proposal skripsi

84
PROPOSAL SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN BURNOUT SYNDROME PADA PERAWAT KAMAR OPERASI RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO ANNISA WIDHIASTUTI P07120216016 PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN YOGYAKARTA 2019

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROPOSAL SKRIPSI

PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN BURNOUT

SYNDROME PADA PERAWAT KAMAR OPERASI

RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO

ANNISA WIDHIASTUTI

P07120216016

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

YOGYAKARTA

2019

Page 2: PROPOSAL SKRIPSI

i

PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN BURNOUT

SYNDROME PADA PERAWAT KAMAR OPERASI

RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan

Keperawatan

ANNISA WIDHIASTUTI

P07120216016

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

YOGYAKARTA

2019

Page 3: PROPOSAL SKRIPSI

ii

Page 4: PROPOSAL SKRIPSI

iii

Page 5: PROPOSAL SKRIPSI

iv

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Proposal skripsi ini adalah hasil karya penulis sendiri, dan semua sumber baik

yang dikutip maupun dirujuk telah dinyatakan dengan benar.

Nama : Annisa Widhiastuti

NIM : P07120216016

Tanda Tangan :

Tanggal : 8 Desember 2019

Page 6: PROPOSAL SKRIPSI

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang

berjudul “Hubungan Beban Kerja dengan Burnout Syndrome pada Perawat Kamar

Operasi RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro”.

Penulisan proposal skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu

syarat untuk mencapai gelar Sarjana Terapan Keperawatan pada Program Studi

Sarjana Terapan Keperawatan Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes

Yogyakarta. Proposal skripsi ini terwujud atas bimbingan, pengarahan, dan bantuan

dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dan pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Joko Susilo, SKM, M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

2. Bondan Palestin, SKM, M.Kep., Sp.Kom, selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

3. Ns. Maryana, S.Si.T., S.Psi., S.Kep., M.Kep., selaku Ketua Prodi Sarjana

Terapan Keperawatan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk menyusun Proposal Skripsi.

4. Dr. Catur Budi Susilo, S.Pd., S.Kp., M.Kes. selaku Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan Proposal Skripsi ini.

5. Bondan Palestin, SKM, M.Kep., Sp.Kom, selaku Pembimbing II yang telah

memberikan masukan dan bimbingan dalam penyusunan Proposal Skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen beserta staf Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes

Yogyakarta.

7. Kedua orang tua yang telah memberikan doa serta dukungan baik moril

maupun materil.

8. Teman-teman Sarjana Terapan Keperawatan Jurusan Keperawatan Poltekkes

Kemenkes Yogyakarta yang telah memberi semangat dan dukungan.

9. Semua pihak yang turut berkontribusi.

Page 7: PROPOSAL SKRIPSI

vi

Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik semua

pihak yang telah memberi kesempatan, dukungan, dan bantuan dalam

menyelesaikan proposal skripsi ini. Semoga selanjutnya proposal skripsi ini bisa

dilanjutkan untuk penelitian.

Yogyakarta, 2019

Penulis

Page 8: PROPOSAL SKRIPSI

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6

D. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 7

E. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7

F. Keaslian Penelitian ............................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori ...................................................................................... 11

1. Burnout Syndrome ........................................................................... 11

2. Beban Kerja ..................................................................................... 30

B. Kerangka Teori..................................................................................... 43

C. Kerangka Konsep ................................................................................. 44

D. Hipotesis ............................................................................................... 45

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian .................................................................. 46

B. Subyek Penelitian ................................................................................. 46

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan .......................................................... 46

D. Variabel Penelitian ............................................................................... 47

E. Definisi Operasional............................................................................. 48

F. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ................................................... 49

G. Instrumen dan Bahan Penelitian........................................................... 50

H. Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................... 51

I. Prosedur Penelitian............................................................................... 51

J. Manajemen Data .................................................................................. 53

K. Etika Penelitian .................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 59

LAMPIRAN

Page 9: PROPOSAL SKRIPSI

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Teori ................................................................................. 43

Gambar 2.2. Kerangka Konsep ............................................................................. 44

Page 10: PROPOSAL SKRIPSI

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Maslach Burnout Inventory ............................................................. 28

Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 48

Page 11: PROPOSAL SKRIPSI

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Penjelasan untuk mengikuti penelitian (PSP)

Lampiran 2. Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 3. Surat Persetujuan Responden (Informed Consent)

Lampiran 4. Lembar Kuesioner Burnout Syndrome

Lampiran 5. Lembar Kuesioner Beban Kerja Perawat

Lampiran 6. Rencana Anggaran

Lampiran 7. Jadwal Penelitian

Page 12: PROPOSAL SKRIPSI

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Burnout Syndrome merupakan kumpulan dari gejala akibat

kelelahan, baik secara fisik maupun mental sehingga dapat menyebabkan

kurangnya konsentrasi, berkembangnya konsep diri yang negatif, serta

perilaku kerja yang negatif. (Maslach, 2004 dalam Andriani, 2018). Konsep

diri adalah kumpulan keyakinan dan persepsi diri mengenai diri sendiri dan

merupakan kerangka acuan yang memiliki pengaruh yang kuat terhadap

tigkah laku seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam

teori konsep diri yang dikemukakan oleh Carl Rogers (1951) bahwa konsep

diri negatif memiliki arti individu yang memandang dirinya secara rendah,

ditolak, dan individu tersebut juga menjadi kurang bisa menerima dirinya.

Beberapa karakteristik yang menunjukkan seseorang memiliki konsep diri

negatif seperti menjadi sangat sensitif terhadap kritik, suka mengkritik

orang lain, senang akan pujian, merasa tidak disukai orang lain, kurang

berminat dalam kompetisi, cenderung bermasalah dengan lingkungan

sosialnya (Anwar, 2016). Burnout merupakan manifestasi dari

ketidakseimbangan antara tuntutan dengan apa yang harus dilakukan untuk

memenuhi tuntutan tersebut sehingga terjadi penurunan nilai-nilai pribadi,

martabat, dan jiwa individu. Konteks tentang burnout muncul dalam

pelayanan pelanggan (human service) seperti tenaga perawat yang

Page 13: PROPOSAL SKRIPSI

12

12

melibatkan interaksi antar personal dengan pasien atau rekan sejawat yang

mengakibatkan munculnya gejala burnout (Maslach & Leither 1997 dalam

Andriani 2018).

Stressor tinggi yang sering dialami oleh perawat sebagai kondisi

dalam upaya penyelamatan pasien, mengerjakan rutinitas, ruang kerja yang

sumpek, jumlah pasien yang banyak, dan harus bertindak cepat dalam

menangani kebutuhan pasien. Perawat tidak mampu beradaptasi pada

situasi dengan tekanan kerja tinggi dan berlangsung terus-menerus dalam

intensitas tinggi, maka inilah yang disebut dengan burnout (Tawale &

Novita, 2011). Perawat profesional sangat berisiko mengalami burnout

karena terus dituntut untuk memberikan pelayanan yang paripurna kepada

pasien. Fakta menunjukkan bahwa tenaga kesehatan profesional seperti

perawat secaralangsung berinteraksi dengan pasien dalam jangka waktu

yang lama dan terus-menerus dapat menimbulkan terjadinya burnout

(Maslach et al., 2001).

Ketika menjalankan pekerjaannya, seorang perawat tidak hanya

berhadapan dengan pasien yang sedang dirawatnya, tetapi juga dengan

dokter, sesama perawat, keluarga pasien, dan bagian-bagian lain dalam

rumah sakit seperti laboratorium, radiologi, dan sebagainya. Tingkat

interaksi dengan orang lain yang tinggi, beban kerja (workload) yang berat,

menjadi tekanan tersendiri bagi perawat rumah sakit (Saribu, 2012).

Istilah burnout pertama kali dikemukakan oleh Herbert

Freudenberger pada artikel Staff Burnout yang dimuat dalam Journal of

Page 14: PROPOSAL SKRIPSI

13

13

Social Issues tahun 1974 (Umar 2103). Istilah burnout dipakai

Freudenberger untuk menunjukkan adanya stres dan kelelahan luar biasa

yang dialami sukarelawan pada klinik gratis di New York yang bekerja

menangani ketergantungan obat. Konsep dari studi job burnout pada

caregivers diteliti pertama kali oleh Maslach and Leitter (1997). Profesi-

profesi sebagai caregivers seringkali menjadi “korban” dari job burnout

sehubungan dengan hubungan kerja mereka dengan care seekers. Tuntutan

syarat pekerjaan sebagai caregivers adalah memberikan dukungan secara

emosional, fisik, dan intelektual kepada care seekers. Timbulnya burnout

pada caregivers terlihat saat mereka tidak dapat lagi mendapat dukungan,

mengalami kelelahan, dan tidak dapat melakukan pekerjaannya secara

optimal lagi (Umar, 2013).

Maslach dan Jackson (dalam Guilermo et al, 2015) menyebutkan

bahwa istilah burnout digunakan untuk menggambarkan respon terhadap

stres kronis, berhubungan dengan pekerjaan, terdiri dari tiga komponen atau

dimensi yaitu: kelelahan emosional, depersonalisasi, dan prestasi pribadi.

Kelelahan emosional mengacu pada beban kerja berlebihan secara fisik dan

emosional yang dihasilkan dari interaksi dengan rekan kerja dan pengguna

layanan kesehatan. Depersonalisasi adalah pengembangan tanggapan dan

sikap sinis terhadap sesama pekerja dan penerima pelayanan. Pengurangan

prestasi pribadi mengacu pada kecenderungan perawat untuk mengadopsi

konsep diri negatif sebagai konsekuensi dari situasi tidak menguntungkan.

Page 15: PROPOSAL SKRIPSI

14

14

Burnout sebenarnya terbentuk oleh ketidakseimbangan antara

tuntutan pekerjaan dengan kemampuan individu yang keduanya berasal dari

ketidakmampuan menciptakan koping yang efektif terhadap stressor dan

dari perasaan kurangnya penguasaan. Faktor lingkungan kerja yang menjadi

predisposisi burnout diantaranya kondisi kerja yang berbahaya, bekerja

dengan populasi pasien yang sulit, kurangnya dukungan dan sikap saling

menghargai antara teman sejawat, upah kerja, shift kerja, jam kerja yang

panjang, dan kurang mampu mengambil keputusan secara mandiri.

Berdasaran karateristik personal dan kehidupan sosial, perawat yang sudah

menikah, berpengalaman, tingkat pendidikan tinggi, status sosial, dan

memiliki dukungan sosial tidak akan mudah mengalami burnout (Kiekkas,

2010).

Salah satu unit kerja yang memiliki beban kerja yang cukup

kompleks adalah perawat pada ruang operasi. Pada unit tersebut dikatakan

cukup kompleks karena melibatkan aktivitas mental dan fisik perawat dalam

menangani pasien yang dilakukan tindakan operasi. Perawat ruang operasi

dituntut untuk memiliki kemampuan pengetahuan dan konsentrasi yang

tinggi dalam semua aspek perawatan perioperative. (Eriawan, Wantiyah, &

Ardiana, 2013)

Penelitian oleh Rosita (2016) dengan judul “Analisis Beban Kerja

Mental dan Fisik Perawat Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUD Kabupaten

Karanganyar dengan Menggunakan metode NASA-Task Load Index dan

Maslach Burnout Inventory (MBI)”. Hasil analisis data yang diperoleh dari

Page 16: PROPOSAL SKRIPSI

15

15

NASA-TLX menunjukkan bahwa beban mental yang dialami perawat IBS

memiliki rentang kategori tinggi (31%) dan sangat tinggi (69%). Hasil

pengukuran kondisi burnout menggunuakan Maslach Burnout Inventory

menunjukkan perawat IBS rata-rata mengalami burnout pada tingkat rendah

(38%) dan burnout tingkat sedang (62%). Dimana burnout tertinggi dialami

oleh perawat anestesi.

Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2014) dengan judul “Hubungan

Beban Kerja Terhadap Burnout Syndrome Pada Perawat Pelaksana Ruang

Intermediet RSUP Sanglah”. Hasil analisis yang didapatkan adalah terdapat

hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan burnout syndrome

dengan nilai p value sebesar 0,006 (p value<0,05). Selain itu, sebagian

besar responden mengalami beban kerja yang tinggi yaitu 38 orang (71,7%)

dan 15 orang (28,3%) mengalami beban kerja sedang. Hasil cross tabulation

menunjukkan 5 orang (9,5%) responden dengan beban kerja tinggi

mengalami burnout syndrome berat.

Kiekkas (2010) melakukan penelitian dengan judul “Level and

Correlates of Burnout Among Orthopaedic Nurses in Greece” dengan

desain penelitian deskriptif untuk mengetahui tingkatan dan faktor yang

berhubungan dengan burnout syndrome pada perawat ortopedik. Penelitian

ini menunjukkan hasil bahwa burnout syndrome memiliki hubungan yang

signifikan dengan beban kerja perawat (p value=0,005). Kiekkas (2010)

juga menyebutkan beban kerja yang tinggi secara spesifik berpengaruh pada

Page 17: PROPOSAL SKRIPSI

16

16

salah satu dimensi dari burnout syndrome yaitu physical and emotional

exhaustion.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada salah satu perawat

yang bertugas di kamar operasi RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro diketahui

bahwa jumlah perawat yang bertugas di kamar operasi sejumlah 30 orang

terdiri dari perawat bedah dan perawat anestesi. RSUP dr. Soeradji

Tirtonegoro memiliki 11 kamar operasi dan operasi yang dikerjakan bisa

mencapai 30 operasi/hari.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk

mengambil judul penelitian “Hubungan Beban Kerja dengan Burnout

Syndrom pada Perawat Kamar Operasi RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro.”

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara beban kerja

dengan burnout syndrome yang dialami perawat di kamar operasi RSUP dr.

Soeradji Tirtonegoro.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut “Adakah hubangan antara beban kerja

dengan burnout syndrome pada perawat di kamar operasi RSUP dr. Soeradji

Tirtonegoro?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Diketahui hubungan beban kerja dengan burnout syndrome pada

perawat kamar operasi RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro.

Page 18: PROPOSAL SKRIPSI

17

17

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya besar beban kerja perawat khususnya yang bertugas di

kamar operasi RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro.

b. Diketahuinya tingkat burnout syndrome yang dialami perawat

kamar operasi RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro.

c. Diketahuinya hubungan beban kerja dengan burnout syndrome pada

perawat kamar operasi RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini pada keperawatan perioperatif. Subyek

dalam penelitian ini adalah perawat yang bertugas di ruang operasi RSUP

dr. Soeradji Tirtonegoro.

E. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat memperkuat teori tentang

hubungan beban kerja perawat khususnya yang bertugas di kamar

operasi dengan tingkat burnout syndrome.

2. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

a. Instansi RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro

Penelitian ini diharapkan dapat menambah masukan berupa

data mengenai burnout syndrome serta penanganan untuk tetap

menjaga produktivitas perawat dan mencegah kelelahan mental

berlebih yang dapat menimbulkan burnout syndrome.

Page 19: PROPOSAL SKRIPSI

18

18

b. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Dapat menambah bahan bacaan dan referensi terkaitbeban

kerja perawat kamar operasi dan burnout syndrome yang dialami

perawat kamar operasi.

F. Keaslian Penelitian

1. Penelitian oleh Rosita (2016) dengan judul “Analisis Beban Kerja

Mental dan Fisik Perawat Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUD

Kabupaten Karanganyar dengan Menggunakan Metode NASA-Task

Load Index dan Maslach Burnout Inventory (MBI)”. Hasil analisis data

yang diperoleh dari NASA-TLX menunjukkan bahwa beban mental

yang dialami perawat IBS memiliki rentang kategori tinggi (31%) dan

sangat tinggi (69%). Hasil pengukuran kondisi burnout menggunuakan

Maslach Burnout Inventory menunjukkan perawat IBS rata-rata

mengalami burnout pada tingkat rendah (38%) dan burnout tingkat

sedang (62%). Dimana burnout tertinggi dialami oleh perawat yang

menjadi asisten anestesi.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2014) dengan judul “Hubungan

Beban Kerja Terhadap Burnout Syndrome Pada Perawat Pelaksana

Ruang Intermediet RSUP Sanglah”. Hasil analisis yang didapatkan

adalah terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan

burnout syndrome dengan nilai p value sebesar 0,006 (p value<0,05).

Selain itu, sebagian besar responden mengalami beban kerja yang tinggi

Page 20: PROPOSAL SKRIPSI

19

19

yaitu 38 orang (71,7%) dan 15 orang (28,3%) mengalami beban kerja

sedang. Hasil cross tabulation menunjukkan 5 orang (9,5%) responden

dengan beban kerja tinggi mengalami burnout syndrome berat. Rentang

persentase waktu perawat melakukan kegiatan produktif pada beban

kerja berat adalah 83-85%. Hal ini berarti sebanyak 38 orang dari 53

responden mengerjakan kegiatan yang berkaitan dengan pasien lebih

dari 80% selama tiga shift.

3. Penelitian lain yang dilakukan oleh Kiekkas (2010) yang berjudul

“Level and Correlates of Burnout Among Orthopaedic Nurses in

Greece” dengan desain penelitian deskriptif untuk mengetahui tingkatan

dan faktor yang berhubungan dengan burnout syndrome pada perawat

ortopedik. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa burnout syndrome

memiliki hubungan yang signifikan dengan beban kerja perawat (p

value=0,005). Kiekkas (2010) juga menyebutkan beban kerja yang

tinggi secara spesifik berpengaruh pada salah satu dimensi dari burnout

syndrome yaitu physical and emotional exhaustion.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Esti Andarini (2018) dengan judul

“Analisis Faktor Penyebab Burnout Syndrome dan Job Satisfaction

Perawat di Rumah Sakit Petrokimia Gresik” dengan desain penelitian

menggunakan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh perawat yang bekerja di Rumah Sakit Petrokimia Gresik

sebanyak 140 perawat. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa

individual effort factors tidak berpengaruh terhadap burnout syndrome

Page 21: PROPOSAL SKRIPSI

20

20

(p = 0,821; β = -0,020). Sedangkan organizational effort factors (p =

0,00; β = -0,567) dan work environment (p = 0,005; β = -0,223) memiliki

pengaruh terhadap burnout syndrome.

Page 22: PROPOSAL SKRIPSI

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Burnout Syndrome

a. Pengertian

Terdapat beberapa model teori tentang burnout syndrome yang

telah digunakan sebagai dasar penelitian antara lain sebagai berikut:

1) Freudenberger’s Burnout Theory (1974)

Istilah burnout syndrome pertama kali diperkenalkan

oleh seorang psikolog bernama Herbert J. Freudenberger.

Burnout syndrome berdasarkan pengalamannya bersama

para sukarelawan yang bekerja dalam sebuah klinik.

Freudenberger dan beberapa sukarelawan mulai merasaan

penurunan emosional disertai gejala yang saat ini dikenal

sebagai burnout syndrome (Freudenberger, 1974).

Beberapa tanda perilaku dari burnout syndrome yaitu

karyawan mulai mudah marah, mudah menangis, mulai

muncul perilaku mencurigakan diikuti dengan perasaan

bahwa mereka merasa menjadi korban (Freudenberger,

1974).

2) Edelwich dan Brodsky (1980)

Hasil akhir dari proses burnout syndrome berupa

turnover yaitu meliputi antusiasme, stagnasi, frustrasi,

Page 23: PROPOSAL SKRIPSI

12

12

apatis, dan tahap terakhir adalah intervensi. Tahap

intervensi merupakan tahap dimana para karyawan

memutuskan untuk meninggalkan organisasi, beralih dari

pekerjaan dan menyesuaikan tanggung jawab pekerjaan

(Edelwich dan Brodsky, 1980).

3) Cherniss’ Burnout Syndrome Theory (1980)

Burnout syndrome merupakan proses yang terus

berkembang dari waktu ke waktu. Berbeda dengan teori

yang dikemukakan oleh Freudenberger. Burnout syndrome

merupakan suatu proses dimana terjadi suatu perubahan

perilaku negatif sebagai respon terhadap tekanan dan stress

pekerjaan dalam waktu yang berkepanjangan. Seseorang

yang mengalami burnout syndrome akan menjadi

kehilangan semangat atau putus asa, pesimis, melakukan

kesalahan dalam pekerjaan, apatis, mudah marah kepada

pasien atau rekan kerja, tidak mau menerima perubahan

dan kehilangan kreativitas.

Burnout syndrome berbeda dengan stress (Cherniss,

1980). Karyawan yang mengalami burnout syndrome akan

merasa kehilangan motivasi dan putus asa, sedangkan

ketika seseorang mengalami stress maka cenderung

bertindak emosional secara berlebihan (Porter, 2007).

Stress berkepanjangan dapat berpotensi menjadi burnout

Page 24: PROPOSAL SKRIPSI

13

13

syndrome, sedangkan kondisi burnout syndrome yang

dialami oleh seseorang belum tentu disebabkan oleh stress.

4) Maslach and Jackson (1981)

Burnout syndrome merupakan sindrom kelelahan

emosional dan sinisme yang sering kali terjadi pada orang-

orang yang bekerja (Maslach dan Jackson, 1981). Burnout

syndrome yang terjadi merupakan suatu respon terhadap

stressor antar personal terkait dengan pekerjaan (Leiter dan

Maslach, 1988). Burnout syndrome terdiri dari tiga

dimensi yaitu emotional exhaustion (kelelahan emosi),

depersonalization (depersonalisasi), dan personal

accomplishment (capaian diri). Masing-masing dimensi

tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

a) Emotional Exhaustion (Kelelahan Emosional)

Dimensi pertama dalam burnout syndrome

yaitu kelelahan emosional dimana perawat merasa

tidak ingin sepenuhnya memberikan pelayanan

secara psikologis. Ketika perawat merasakan

kelelahan emosional, mereka tetap merasa lelah

meskipun sudah istirahat cukup dan kurang

bersemangat dalam melakukan aktivitas. Perawat

yang mengalami burnout syndrome akan menghindar

Page 25: PROPOSAL SKRIPSI

14

14

atau mengulur waktu jika menghadapi pekerjaan

yang harus melakukan kontak dengan pasien (Leiter

& Maslach, 1988).

Kelelahan emosional ditandai dengan

kelelahan yang berkepanjangan baik secara fisik,

mental, maupun emosional. Ketika pekerja

merasakan kelelahan (exhaustion), mereka

cenderung berperilaku overextended baik secara

emosional maupun fisik, tidak mampu

menyelesaikan masalah mereka, tetap merasa lelah

meski sudah istirahat yang cukup, dan kurang energi

dalam melakukan aktivitas (Leiter & Maslach, 2004).

b) Depersonalization (Depersonalisasi)

Dimensi kedua dalam burnout syndrome

yaitu depersonalisasi yang ditandai dengan sikap

sinis, cenderung menarik diri dari lingkungan kerja.

Dimensi ini disebut dengan depersonalisasi yaitu

memisahkan diri dari orang lain, menunjukkan emosi

yang dingin, menunjukkan reaksi negatif terhadap

perilaku orang lain, misalnya memperlakukan pasien

dengan kurang baik dan mudah marah. Ketika

perawat cenderung dingin, menjaga jarak, cenderung

tidak ingin terlibat dengan lingkungan kerjanya.

Page 26: PROPOSAL SKRIPSI

15

15

Depersonalisasi juga merupakan cara untuk terhindar

dari rasa kecewa. Perilaku negatif seperti ini dapat

memberikan dampak yang serius pada efektifitas

kerja (Leiter & Maslach, 2004).

c) Personal Accomplishment (Capaian Diri)

Dimensi ketiga adalah capaian diri karyawan

yang mengalami penurunan sehingga menunjukkan

perasaan negatif, tidak senang dan kurang puas

terhadap pekerjaannya (Maslach dan Jackson, 1981).

Capaian diri yang menurun juga ditunjukkan dengan

hasil evaluasi diri yang buruk, rendahnya hubungan

antar personal, kehilangan semangat, penurunan

produktivitas, dan kurangnya kemampuan

beradaptasi (Xiaoming et al., 2014). Penurunan

capaian diri juga ditandai dengan perasaan tidak

berdaya, merasa semua tugas yang diberikan berat.

Ketika perawat merasa tidak efektif, mereka

cenderung mengembangkan rasa tidak mampu.

Setiap pekerjaan terasa sulit dan tidak bisa

dikerjakan, rasa percaya diri berkurang. Pekerja

menjadi tidak percaya dan orang lain tidak percaya

dengannya (Leiter & Maslach, 2004).

Page 27: PROPOSAL SKRIPSI

16

16

5) Schaufeli et al. (1996) mengoperasionalisasikan burnout

syndrome sebagai sebuah kapasitas umum dan

mendiskripsikan sebagai konstruk multidimensi yang

terdiri dari kelelahan emosional, sinisme atau

depersonalisasi, dan penurunan prestasi yang terjadi

karena karyawan merasakan emosional yang berlebihan di

tempat kerja, memiliki perasaan negatif terhadap

pekerjaannya, dan memilki perasaan yang kurang

berkompeten terhadap pekerjaan.

6) Maslach & Jackson (2008) menjelaskan bahwa burnout

syndrome sebagai sebuah sindrom kelelahan emosional

dan sinisme yang sering kali terjadi diantara orang-orang

yang bekerja meliputi tiga dimensi yaitu emotional

exhaustion (kelelahan emosional), depersonalization

(depersonalisasi) dan personal accomplishment (capaian

diri).

Kesimpulan dari teori diatas adalah burnout syndrome sebagai

proses perubahan perilaku negatif yang terjadi sebagai respon dari

stress dan tekanan pekerjaan dalam jangka waktu yang lama.

Beberapa teori menyebutkan bahwa istilah burnout dan burnout

syndrome sebenarnya memiliki pengertian dan dimensi yang sama.

Penelitian ini akan menggunakan teori dari Maslach & Jackson

Page 28: PROPOSAL SKRIPSI

17

17

karena lebih detail yaitu meliputi 3 dimensi dalam burnout

syndrome, diantaranya adalah emotional exhaustion (kelelahan

emosional), depersonalization (depersonalisasi), dan personal

accomplishment (capaian diri). Penilaian tingkat burnout syndrome

pada perawat diukur dengan menggunakan MBI (Maslach Burnout

Syndrome Inventory). Maslach dan Jackson (1981) telah

mengembangkan MBI untuk mengetahui burnout syndrome pada

beberapa pekerjaan di pelayanan masyarakat. Penelitian yang

dilakukan oleh Sabbah et al. (2012) tentang pengujian validitas dan

reliabilitas instrumen MBI (Maslach Burnout Syndrome Inventory)

di Lebanon menunjukkan hasil dari pertanyaan dalam instrumen

tersebut serupa dengan MBI versi US. MBI dapat digunakan sebagai

instrumen untuk mengukur burnout syndrome pada perawat di

wilayah yang lebih luas.

b. Faktor yang Mempengaruhi Burnout Syndrome

Burnout syndrome telah menjadi fenomena psikologis yang

cenderung bekerja melawan peningkatan kinerja seseorang,

efektivitas dan keluaran organisasi. Pekerjaan yang penuh tekanan

membutuhkan upaya individu dan organisasi untuk mengatasi

burnout syndrome. Bektas (2013) menyebutkan individual effort

factor dan organizational effort factor merupakan faktor yang

mempengaruhi burnout syndrome. Faktor-faktor tersebut dapat

diidentifikasi sebagai faktor intrinsik dan ekstrinsik. Upaya individu

Page 29: PROPOSAL SKRIPSI

18

18

merupakan faktor intrinsik dan upaya organisasi merupakan faktor

ekstrinsik.

1) Individual effort

a) Berfikir positif

Stres kerja berhubungan negatif dengan efisiensi diri

dan berhubungan positif dengan burnout. Stres kerja menjadi

prediktor dari burnout, dan pada saat yang sama harus

menjadi variabel dependen dari efisiensi diri. Dengan

demikian, berpikir positif dikemukakan menempatkan

tekanan kerja antara faktor sumber daya pribadi dan

konsekuensi burnout (Schwarzer & Hallum, 2008). Selain

mengurangi stres negatif, kenyamanan dan berfikir positif

akan menciptakan nilai dan keseimbangan yang lebih besar

dalam hidup (Bird, 2006).

b) Creative behavior

Berfikir positif menciptakan perilaku yang positif.

Hal ini menjadi pemicu perilaku yang kreatif. Masalah ini

tidak hanya orang yang memiliki tanggung jawab tersendiri

tetapi juga manajer. Bagi para manajer, manajemen stres

mengacu pada perilaku adaptif mengubah aspek lingkungan

atau orang sedemikian rupa sehingga mengurangi respons

stres dan meningkatkan kesehatan organisasi atau individu

(Adhia et al., 2010). Berfikir kreatif dan perilaku yang kreatif

Page 30: PROPOSAL SKRIPSI

19

19

memusatkan perhatian pada kepribadiannya atau

pekerjaannya, sehingga mereka berkonsentrasi pada

tenggung jawab mereka masing-masing (Bektas &

Peresadko, 2013).

c) Determination and Complience

Tekad dan kepatuhan merupakan faktor pendorong

bagi seseorang. Semakin tinggi niat dan patuh, maka

semakin terintegrasi di tempat kerja mereka. Beberapa faktor

yang mempengaruhi tekad dan kepatuhan seseorang, salah

satu faktornya adalah orang-orang yang terikat dalam

kehidupan kerja. Inilah lima alasan mengapa orang lain

memiliki pengaruh saat mereka memiliki kesempatan. Lima

alasan tersebut meliputi: (1) ketidakpedulian, (2) kurangnya

keyakinan, (3) perasaan takut, (4) tingkat percaya diri yang

rendah, (5) kebanggaan (Allan, 2011).

2) Organizational effort

a) Support of Workmates (dukungan rekan kerja)

Dukungan rekan kerja mengurangi burnout

syndrome untuk pekerja. Dukungan terhadap teman dan

kepemimpinan partisipatif secara signifikan mengurangi

kelelahan emosional (Babakus et al., 2011).

Page 31: PROPOSAL SKRIPSI

20

20

b) Managerial Support (dukungan atasan)

Terdapat hubungan yang sangat erat antara dukungan

atasan dengan burnout syndrome (Bektas & Paresadko,

2013). Dukungan dari manajer menawarkan sumber daya

interpersonal yang dapat membantu menciptakan

lingkungan kerja yang mendukung dan memenuhi regulasi

sumber daya terutama untuk karyawan yang mengalami

stres. Suatu penelitian menunjukkan bahwa dukungan dari

atasan terhadap bawahannya dengan memberikan

kepedulian merupakan sumber kunci yang digunakan

karyawan untuk mengatasi disfungsional pekerjaan atau efek

stress pada kinerja dan kesejahteraan karyawan (Chan &

Wan, 2012). Berikut 5 contoh dukungan manajer (Jim &

Finkelstein, 2012) yaitu: (1) pendengar yang baik, (2)

empowerer, (3) mentor, (4) creator, (5) menciptakan suasana

nyaman bagi karyawan.

c) Organizational Atmosphere

Perilaku organisasi timbul dari motivasi intrinsik

termasuk mood yang positif dan kebutuhan akan berprestasi

(Mohanty & Rath, 2012).

Page 32: PROPOSAL SKRIPSI

21

21

3) Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja dapat menentukan kemungkinan

munculnya burnout seperti beban kerja yang berlebihan, konflik

peran, jumlah individu yang harus dilayani, tanggung jawab

yang harus dipikul, pekerjaan rutin yang dilakukan terus-

menerus dan yang bukan rutin, ambiguitas peran, dukungan

sosial dari rekan kerja yang tidak memadai, dukungan sosial dari

atasan tidak memadai, kontrol yang rendah terhadap pekerjaan

dan kurangnya stimulasi dalam pekerjaan. Lingkungan kerja

terbagi menjadi 2 yaitu:

a) Lingkungan kerja fisik

Lingkungan kerja fisik menurut Sedarmayanti (2009)

yaitu semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar

tempat kerja dimana dapat mempengaruhi karyawan baik

secara langsung maupun tidak langsung.

b) Lingkungan kerja non fisik

Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan

yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik

hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama rekan

kerja, ataupun hubungan dengan bawahan. Lingkungan kerja

non fisik merupakan lingkungan kerja yang dapat

membangun suatu iklim dan suasana kerja yang bisa

Page 33: PROPOSAL SKRIPSI

22

22

membangkitkan rasa kekeluargaan untuk mencapai tujuan

bersama (Andarini, 2018).

4) Karakteristik individu

Sumber dari dalam diri individu merupakan salah satu

penyebab timbulnya burnout. Sumber tersebut dapat

digolongkan atas tiga karakteristik yaitu:

a) Faktor demografi

Mengacu pada perbedaan jenis kelamin, status

pernikahan, usia, pendidikan. Berikut penjelasan

mengenai faktor-faktor demografi sebagai berikut:

(1) Jenis kelamin

Menurut Baron dan Byrne (2003)

mendefisinikan jenis kelamin sebagai istilah biologi

berdasarkan perbedaan anatomi dan fisik antara laki-

laki dan perempuan. Peran jenis kelamin umumnya

menjadi faktor penentu burnout dalam pekerjaan.

Ketika laki-laki maupun perempuan bekerja dalam

profesi yang dianggap bersifat feminim atau

maskulin, pekerja dapat mengalami tekanan untuk

menyesuaikan diri (Fatmawati, 2012). Berdasarkan

Maslach, Schaufeli, Leither (2001) seorang wanita

akan mengalami level burnout lebih tinggi dari

seorang laki-laki. Kemudian Sihotang (2004) yang

Page 34: PROPOSAL SKRIPSI

23

23

meneliti tentang burnout dan jenis kelamin

menemukan hasil bahwa terdapat perbedaan burnout

antara pekerja laki-laki dan perempuan. Secara jelas

hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa wanita

memperlihatkan frekuensi lebih besar untuk

mengalami burnout daripada pria. Hal ini disebabkan

karena seringnya wanita merasakan kelelahan

emosional.

(2) Status pernikahan

Menurut Maslach, Schaufeli, Leither (2001)

status pernikahan juga berpengaruh terhadap

timbulnya burnout. Seseorang yang tidak menikah

(yang paling utama yaitu laki-laki) akan lebih mudah

terkena burnout dibandingkan dengan yang sudah

menikah. Seseorang yang single berdasarkan

pengalaman mengalami level burnout yang lebih

tinggi dibandingkan dengan orang yang sudah

bercerai. Menurut Farber dan Maslach dalam

Fatmawati (2012) dibandingkan antara seseorang

yang memiliki anak dan yang tidak memiliki anak,

maka seseorang yang memiliki anak cenderung

mengalami tingkat burnout yang lebih rendah.

Alasannya adalah:

Page 35: PROPOSAL SKRIPSI

24

24

(a) Seseorang yang telah berkeluarga pada

umumnya cenderung berusia lebih tua, stabil dan

matang dalam berpikir.

(b) Keterlibatan dengan keluarga dan anak dapat

mempersiapkan mental seseorang dalam

menghadapi masalah pribadi dan konflik

emosional.

(c) Kasih sayang dan dukungan sosial dari keluarga

dapat membantu seseorang dalam mengatasi

tuntutan emosional dalam pekerjaan. 4)

Seseorang yang telah berkeluarga memiliki

pandangan yang lebih realistis

(3) Pendidikan

Menurut Maslach, Schaufeli, Leither (2001)

menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat

pendidikan maka semakin tinggi level burnout

dibanding pekerja dengan pendidikan yang lebih

rendah. Menurut Maslach dalam Fatmawati (2012)

menyatakan bahwa orang dengan empat tahun kuliah

(sarjana) merupakan yang paling berisiko terkena

burnout, diikuti oleh tingkat pendidikan

pascasarjana. Mereka yang berpendidikan di bawah

sarjana memiliki risiko lebih sedikit, hal ini

Page 36: PROPOSAL SKRIPSI

25

25

dikarenakan beban kerja yang diemban juga tidak

sama.

(4) Masa Kerja

Menurut Siagian (2008) menyatakan bahwa

masa kerja menunjukkan berapa lama seseorang

bekerja pada masing-masing pekerjaan atau jabatan.

Menurut Maslach, Schaufeli, Leither (2001)

menjelaskan bahwa tidak ada lama masa kerja yang

spesifik yang dapat membuat seseorang mengalami

burnout, Namun semakin lama seseorang bekerja

maka semakin berisiko terjadinya burnout.

b) Faktor kepribadian (Locus of Control)

Faktor kepribadian yaitu pada dasarnya merupakan

sebuah karakteristik psikologi dan perilaku yang dimiliki

individu yang lainnya. Salah satunya yaitu locus of

control. Menurut Rotter dalam Triwijayanti (2016) locus

of control mengacu pada keyakinan seseorang dalam

kontrol dirinya dalam peristiwa kehidupan, dan

pemecahan masalah. Locus of control terbagi menjadi

dua yaitu internal locus of control dan eksternal locus of

control. Individu yang percaya pada kemampuan mereka

untuk mempengaruhi hasil diklasifikasikan sebagai

Page 37: PROPOSAL SKRIPSI

26

26

individu yang memiliki locus of control internal.

Individu yang percaya bahwa hasil adalah fungsi dari

kekuatan eksternal diluar kontrol locus of control

eksternal (Phares dalam Triwijayanti, 2016).

c. Gejala burnout syndrome

Freudenberger dan Richelson dalam Sari (2014) menyatakan

bahwa terdapat 11 gejala yang terlihat pada penderita burnout, yaitu:

1) Kelelahan yang merupakan proses kehilangan energi disertai

keletihan.

2) Lari dari kenyataan merupakan alat untuk menyangkal

penderitaan yang dialami

3) Kebosanan dan sinisme, kondisi penderita merasa tidak tertarik

lagi akan kegiatan yang dikerjakannya, bahkan timbul rasa

bosan dan pesimis akan bidang pekerjaan tersebut.

4) Emosional, hal ini dikarenakan selama ini individu mampu

mengerjakan pekerjaannya dengan cepat dengan menurunnya

kemampuan mengerjakan pekerjaan secara cepat, akan

menimbulkan gelombang emosional pada diri sendiri.

5) Merasa yakin akan kemampuan dirinya, selalu menganggap

dirinya sebagai yang terbaik.

6) Merasa tidak dihargai.

7) Disorientasi.

8) Masalah psikosomatis.

Page 38: PROPOSAL SKRIPSI

27

27

9) Curiga tanpa alasan yang jelas

10) Depresi.

11) Penyangkalan kenyataan akan keadaan dirinya sendiri.

d. Dampak burnout syndrome

Burnout syndrome memiliki konsekuensi yang sangat negatif.

Burnout dapat mempengaruhi kesehatan fisik atau mental seseorang,

sehingga menimbulkan gangguan psikosomatik seperti perubahan

mukosa, kelainan kardiorespirasi, sakit kepala, dan lainnya.

Gangguan psikopatologis seperti kecemasan, perilaku obsesif-

kompulsif, depresi, dan kecanduan (Campayo et al., 2016).

1) Fisik (Physical)

Sakit kepala, insomnia, nyeri osteomuskular, kelainan

gastrointestinal, kelainan jantung, kelelahan kronis.

2) Psikologis (Psychological)

a) Perasaan hampa, kelelahan, kegagalan dan ketidakberdayaan

b) Harga diri rendah dan pemenuhan professional

c) Nervousness dan gelisah

d) Kehilangan nilai dan harapan

e) Modifikasi konsep diri

f) Kesulitan berkonsentrasi

g) Toleransi yang rendah akan frustrasi

h) Agresivitas

Page 39: PROPOSAL SKRIPSI

28

28

3) Perilaku (Behavioral)

a) Perilaku adiktif dan penghindaran

b) Ketidakmampuan untuk menjalani kehidupan yang santai

c) Perilaku berisiko tinggi

d) Meningkatkan iritabilitas dan rendahnya kinerja pribadi

e) Disorganisasi

e. Pengukuran Terhadap Burnout

Pengukuran burnout dapat dilakukan dengan beberapa cara

seperti pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Maslach Burnout Inventory

No Alat Ukur

Burnout

Kelebihan Kekurangan

1 The Burnout

Measure (BM)

Digunakan untuk

pengukuran pada

pekerja selain pekerja

sosial.

Hanya satu

dimensi yang

dianalisis yaitu

Individual's

Level of

Exhaustion

(Hardy, dkk.,

1998).

2 The Maslach

Burnout

Inventory

(MBI)

(Dorman,

2003)

(Maslach,

1981)

Terdapat tiga jenis

berdasarkan subjek

yang akan diteliti:

Page 40: PROPOSAL SKRIPSI

29

29

The Maslach

Burnout

Inventory

Educator

Survey (MBI-

ES)

Terdapat tiga dimensi

yang dianalisis yaitu:

a) Emotional

Exhaustion

b) Depersonalization

c) A feeling of low

personal

accomplishment

Hanya dapat

digunakan pada

guru atau yang

berperan dalam

lingkup

pendidikan.

The Maslach

Burnout

Inventory

General Survey

(MBI-GS)

Terdapat tiga dimensi

yang dapat dianalisis

yaitu:

a. Exhaustion

b. Cynicism

c. The Professional

Efficacy (mirip

dengan Personal

Accomplishment)

Hanya dapat

digunakan pada

pekerjaan yang

bersifat umum,

tidak bisa

digunakan pada

pekerja yang

sifatnya

melayani klien.

The Maslach

Burnout

Inventory

Human Service

Survey

(MBIHSS)

Terdapat tiga dmensi

yang dapat dianalisis

yaitu:

1. Emotional

Exhaustion

2. Depersonalization

3. A feeling of low

personal

accomplishment

Hanya

digunakan untuk

pekerjaan yang

melakukan

pelayanan

terhadap klien.

Sumber: Hardy, dkk., Dorman, Maslach dalam Saputri (2017)

MBI sendiri merupakan gold standard untuk mengukur

burnout (Maslach dan Laiter, 2008). Maka dari itu dalam penelitian

ini peneliti menggunakan MBI-HSS karena MBI-HSS digunakan

untuk pekerja yang melakukan pelayanan terhadap klien.

Arezes, dkk., (2016) menyebutkan item-item tersebut ditulis

dalam bentuk pertanyaan tentang perasaan pribadi atau perilaku.

Jawaban dari pertanyaan tersebut dijawab berdasarkan frekuensi

Page 41: PROPOSAL SKRIPSI

30

30

pengalaman pekerja. MBI-HSS ini terdiri dari 21 item pertanyaan

dengan mengelompokkan tiga variabel pertanyaan, yaitu emosional,

depersonalisasi, dan pencapaian personal. (Maslach et al.,

Rothmann dalam Rosita 2016)

Terdapat 21 point pertanyaan pada kuesioner Maslach

Burnout Inventory Human Service Survey (MBI-HSS), secara

general skalanya yaitu mulai dari 1 (satu) artinya "tidak pernah”

hingga 4 (empat) artinya "selalu”. Dalam mengukur burnout dengan

menggunakan MBI-HSS dilakukan dengan menggunakan scoring

pada jumlah seluruh pertanyaan yang ada dalam kuesioner (Maslach

dan Jackson, 1981).

2. Beban Kerja

a. Pengertian

Menurut SNI 7269 (2009) menyatakan bahwa beban kerja

merupakan beban yang dialami oleh tenaga kerja sebagai akibat

pekerjaan yang dilakukan olehnya. Pengaruh beban kerja cukup

dominan terhadap kinerja sumber daya manusia tetapi dapat juga

menimbulkan efek negatif terhadap keselamatan dan kesehatan

tenaga kerja.

b. Beban Kerja Perawat

Menurut Sarwili (2015) beban kerja perawat adaah seluruh

kegiatan atau aktivitas yang dilakukan perawat dengan jenis

Page 42: PROPOSAL SKRIPSI

31

31

pekerjaan dan beratnya pekerjaan yang ditetapkan dalam satuan

waktu tertentu di suatu unit pelayanan keperawatan. Beban kerja

perawat merupakan seluruh kegiatan atau aktivitas yang dilakukan

oleh perawat selama tugas disuatu unit pelayanan keperawatan.

Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Beban kerja

yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat

mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit

akibat kerja (Efendy, 2009). Beban kerja perawat dapat dilihat dari

aspek seperti tugas yang dijalankan berdasarkan fungsi utama dan

fungsi tambahan yang dikerjakan, jumlah pasien yang dirawat per

hari, per bulan dan per tahun, kondisi pasien, rata-rata pasien

dirawat, tindakan langsung dan tidak langsung yang dibutuhkan

pasien, frekuensi masing-masing tindakan yang diperlukan dan rata-

rata waktu yang dibutuhkan dalam melaksanakan tindakan

(Nursalam, 2014).

Menurut Carayon dan Alvarado (2007) beban kerja perawat

mempunyai enam dimensi yaitu:

1) Beban kerja fisik (physical workload)

Beban kerja fisik yang dilakukan oleh perawat buakan

hanya terdiri dari tindakan keperawatan langsung seperti

mengangkat, memindahkan, dan memandikan pasien, tetapi juga

tindakan keparawatan tak langsung seperti mengambil dan

mengirim alat-alat medis kebagian lain, repetisi perjalanan

Page 43: PROPOSAL SKRIPSI

32

32

keunit lain akibat adanya peralatan yang hilang atau tidak

perfungsi, atau bukan perjalanan kebagian yang sangat jauh dari

unit tempat ia berkerja (seperti pusat sterilisasi alat medis atau

ruang rawat lain) yang mana hal ini meningkatkan aktifitas

berjalan (fisik) dari perawat. Selain itu, tatanan ruang secara

ergonomik dan fisik dari ruang seringkali menambah beban

kerja perawat. Keterbatasan luas ruang rawat dan tempat

penyimpanan alat seringkali menimbulkan masalah. Kesibukan

dan keterbatasan waktu menyebabkan banyak perawat lebih

memilih untuk melakukan pekerjaan tersebut sendirian dari pada

meminta bantuan kepada perawat atau tenaga lain.

2) Beban kerja kognitif (cognitive workload)

Beban kerja kognitif berhubungan dengan kebutuhan para

perawat untuk memproses informasi yang sering kali terjadi

dalam waktu singkat. Banyak situasi tertentu yang

mengharuskan perawat mengambil keputusan secara cepat yang

mana ini berarti perawat harus secara cepat pula melakukan

penyesuaian kognitif terhadap pasien sepanjang pasien dirawat,

baik yang terencana (misal perubahan jadwal dinas) maupun

yang tidak terencana (perubahan kondisi pasien secara tiba-tiba).

Selain itu perawat secara terus menerus tetap melakukan tugas-

tugas kognitifnya selama melakukan lainnya (misal pemberian

obat, mengambil alat-alat yang diperlukankan pasien).

Page 44: PROPOSAL SKRIPSI

33

33

3) Tekanan waktu (time pressure)

Tekanan waktu berhubungan dengan hal-hal yang harus

dilakukan secara cepat dan dalam waktu yang sangat terbatas.

Tugas yang dilakukan oleh para perawat sangat banyak, yang

dilakukan sesuai dengan waktu yang bersifat regular atau

kekerapannya (misal memberikan obat, mengkaji, mengukur

hasil, mendokumentasikan). Adanya gangguan pada tugas yang

telah terpola ini menimbulkan peningkatan terhadap waktu yang

ada.

4) Beban kerja emosional (emotional workload)

Beban kerja emosional lazim terjadi pada lingkungan kerja.

Terkadang persepsi perawat dengan keluarga sering kali tidak

sama yang mana hal ini menimbulkan konflik dan masalah.

5) Beban kerja kuantitatif (quantitative workload) dan beban kerja

kualitatif (qualitative workload)

Beban kerja kuantitatif didefinisikan sebagai jumlah

pekerjaan yang dilakukan; sedangkan beban kerja kualitatif

dinyatakan sebagai tingkat kesulitan dari pekerjaan yang

dilakukan. Beban kerja kuantitatif perawat dapat diukur dengan

menggunakan alat pengukur beban kerja berdasarkan tingkat

ketergantungan pasien yang mengukur jumlah pekerjaan yang

dilakukan oleh perawat. Sedangkan beban kerja kualitatif

Page 45: PROPOSAL SKRIPSI

34

34

berhubungan dengan jam kerja (work hours) yaitu jumlah

peningkatan pekerjaan yang dilakukan perawat sesuai dengan

peningkatan jumlah jam kerja.

6) Variasi beban kerja (workload variability)

Variasi beban kerja adalah perubahan beban kerja yang

berkesinambungan pada waktu tertentu. Situasi genting adalah

contoh lain dari variasi beban kerja dimana pada keadaan ini

tiba-tiba beban kerja meningkat sebagai konsekuensi adanya

situasi gawat pada pasien, sehingga mereka harus berkonsentrasi

menghadapi kondisi pasien yang tidak stabil.

Analisa beban kerja perawat dapat dilihat dari aspek-aspek

seperti tugas-tugas yang dijalankan berdasarkan fungsi utama dan

tugas tambahan yang dikerjakan, jumlah pasien yang harus dirawat,

kapasitas kerjanya sesuai dengan pendidikan yang diperoleh, waktu

kerja yang digunakan untuk mengerjakan tugasnya sesuai dengan

jam kerja yang berlangsung setiap hari, serta kelengkapan fasilitas

yang dapat membantu perawat menyelesaikan kerjanya dengan baik

(Syaer, 2010).

c. Keperawatan Perioperatif

Keperawatan perioperatif merupakan proses keperawatan untuk

mengembangkan rencana asuhan secara individual dan

mengkoordinasikan serta memberikan asuhan pada pasien yang

Page 46: PROPOSAL SKRIPSI

35

35

mengalami pembedahan atau prosedur invasif (AORN, 2013).

Menurut Majid (2011) keperawatan perioperatif merupakan istilah

yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi

keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan

pasien. Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang

mencakup tiga tahap dalam suatu proses pembedahan yaitu tahap

pre operasi, tahan intra operasi, dan pasca operasi. Masing-masing

tahap aktivitas atau intervensi keperawatan dan dukungan dari tim

kesehatan lain sebagai satu tim dalam pelayanan pembedahan.

Perawat kamar bedah (operating room nurse) adalah

perawat yang memberikan asuhan keperawatan perioperatif kepada

pasien yang akan mengalami pembedahan yang memiliki standar,

pengetahuan, keputusan, serta keterampilan berdasarkan prinsip-

prinsip keilmuan khususnya kamar bedah (HIPKABI, 2014).

Keperawatan perioperatif dilakukan berdasarkan proses

keperawatan sehingga perawat perlu menetapkan strategi yang

sesuai dengan kebutuhan individu selama periode perioperatif (pre,

intra, dan post operasi) (Muttaqin, 2009).

Perawat kamar bedah bertanggung jawab mengidentifikasi

kebutuhan pasien, menentukan tujuan bersama pasien dan

mengimplementasikan intervensi keperawatan. Selanjutnya,

perawat kamar bedah melakukan kegiatan keperawatan untuk

mencapai hasil akhir pasien yang optimal (HIPKABI, 2012).

Page 47: PROPOSAL SKRIPSI

36

36

Perawat kamar bedah dalam pelayanannya berorientasi pada respon

pasien secara fisik, psikologi spiritual, dan sosial-budaya (AORN,

2013).

Page 48: PROPOSAL SKRIPSI

36

11

d. Tugas Perawat pada Fase Pre Operasi

Keperawatan pre operasi merupakan tahap awal dari

keperawatan perioperatif. Pada tahap ini tugas seorang perawat

dapat memberikan sugesti positif untuk menurunkan kecemasan

pasien menjelang operasi (Majid, 2011). Kegiatan perawat antara

lain, melakukan pengkajian, meminta informed consent, dan

memberikan pendidikan pasien pre operasi.

e. Tugas Perawat pada Fase Intra Operasi

Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk kamar bedah

dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan atau ruang

perawatan intensif (HIPKABI, 2012). Pengkajian yang dilakukan

perawat kamar bedah pada fase intra operatif lebih kompleks dan

harus dilakukan secara cepat dan ringkas agar segera dilakukan

tindakan keperawatan yang sesuai. Kemampuan dalam mengenali

masalah pasien yang bersifat resiko maupun aktualakan didapatkan

berdasarkan pengetahuan dan pengalaman keperawatan.

Implementasi dilaksanakan berdasarkan pada tujuan yang

diprioritaskan, koordinasi seluruh anggota tim operasi, serta

melibatkan tindakan independen dan dependen (Muttaqin, 2009).

Perawat scrub atau di Indonesia juga dikenal sebagai

perawat instrumen merupakan perawat kamar bedah yang memiliki

tanggung jawab terhadap manajemen area operasi dan area steril

Page 49: PROPOSAL SKRIPSI

37

37

pada setiap jenis pembedahan (Muttaqin, 2009). Menurut

Association of Perioperative Registered Nurse (AORN), perawat

scrub bekerja langsung dengan ahli bedah di bidang steril,

operasional instrumen, serta bagian lain yang dibutuhkan selama

prosedur operasi (Litwack, 2009).

Perawat instrumen adalah seorang tenaga pearwat

profesional yang diberikan wewenang dan ditugaskan dalam

pengelolaan alat atau instrumen pembedahan selama tindakan

dilakukan. Optimalisasi dari hasil pembedahan akan sangat

didukung oleh peran perawat instrumen. Beberapa modalitas dan

konsep pengetahuan yang diperlukan perawat instrumen adalah cara

persiapan instrumen berdasaran tindakan operasi, teknik penyerahan

alat, fungsi instrumen dan perlakuan jaringan (HIPKABI, 2012).

Peran dan fungsi perawat instrumen meliputi: melakukan

desinfeksi area pembedahan dan drapping. Mengatur meja steril,

menyiapkan alat jahit, diatermi dan peralatan khusus yang

dibutuhkan untuk pembedahan. Membantu dokter bedah selama

prosedur pembedahan dengan melakukan tindakan-tindakan yang

diperlukan seperti mengantisispasi instrumen yang dibutuhkan, spo,

kasa, drainage, dan peralatan lainnya. Memonitor kondisi pasien

ketika pasien dibawah pengaruh anestesi. Saat luka ditutup perawat

harus mengecek semua peralatan dan material untuk memastikan

bahwa semua jarum, kasa, dan instrumen sudah dihitung lengkap.

Page 50: PROPOSAL SKRIPSI

38

38

Perawat sirkuler adalah perawat profesional yang diberi

wewenang dan tanggung jawab membantu kelancaran tindakan

pembedahan. Peran perawat sirkuler adalah menjadi penghubung

antara area steril dan bagia kamar operasi lainnya. Menjamin

perlengkapan yang dibutuhkan oleh peerawat instrumen merupakan

tugas lain dari perawat sirkuler (Majid, 2011). Tanggung jawab

perawat sirkuler utamanya meliputi memastikan kebersihan, suhu

yang sesuai, kelembaban, pencahayaan, menjaga peralatan tetap

berfungsi dan ketersediaan berbagai material yang dibutuhkan

sebelum, selama, dan sesudah operasi.

Peran dan fungsi perawat sirkulasi meliputi: mempersiapkan

dan mengatur ruang operasi. Melindungi keselamatan dan

kebutuhan pasien dengan memantau aktivitas anggota tim bedah dan

memeriksa kondisi dalam ruang operasi. Memantau praktik asepsis

untuk menghindari pelanggaran teknik aseptis dan mengkoordinasi

perpindahan anggoota tim yang berhubungan dengan tenaga medis,

rontgen, dan petugas laboratorium. Perawat sirkuler juga memantau

kondisi pasien selama operasi untuk menjamin keselamatan pasien.

Perawat anestesi merupakan perawat profesional yang

memiliki wewenang memberikan pelayanan asuhan keperawatan

anestesi kepada pasien perioperatif. Perawat anestesi berperan mulai

dari tahap pra operasi, intra operasi, dan pasca operasi. Pada tahap

pra anestesi, perawat anestesi berperan untuk melakukan sign in

Page 51: PROPOSAL SKRIPSI

39

39

bersama dokter anestesi. Tahap intra operatif, perawat anestesi

bertanggung jawab terhadap kesiapan instrumen anestesi,

manajemen pasien termasuk posisi pasien yang aman bagi aktivitas

anestesi dan efek yang ditimbulkan dari anestesi. Kolaborasi dalam

pemberian anestesi dan penanganan komplikasi akibat anestesia

antara dokter anestesi dan perawat anestesi, adalah hal yang wajib

dilakukan sebagai anggota tim dalam suatu operasi baik dalam

pemberian anestesi lokal, anestesi umum, dan anestesi regional

termasuk spinal anestesi (Majid, 2011)

f. Tugas Perawat pada Fase Paca Operasi

Peran dan fungsi perawat post operative yaitu memonitor

hemodinamik, mempertahankan jalan napas, mempertahankan

ventilasi/oksigenasi, mempertahankan sirkulasi darah,

mengobservasi, keadaan umum, mengobservasi vomitus dan

drainase, memonitor balance cairan, mempertahankan kenyamanan,

dan mencegah risiko cidera.

g. Penghitungan Beban Kerja

1) Teknik work sampling

Langkah-langkah dari teknik ini adalah identifikasi kategori

mayor dan minor aktivitas perawat, analisa hasil observasi, yaitu

frekuensi untuk spesifik kategori sama dengan persen dengan

persen dari total waktuyang digunakan untuk aktivitas.

Page 52: PROPOSAL SKRIPSI

40

40

Pengamatan aktivitas perawat dilakukan dengan mengamati hal-

hal spesifik dari pekerjaan apa yang dilakukan oleh perawat pada

waktu jam kerja, apakah kegiatan perawat berkaitan dengan

fungsi dan tugasnya, proporsi waktu kerja digunakan untuk

kegaiatan produktif atau tidak produktif. Selanjutnya beban

kerja perawat dihubungkan dengan waktu dan jadwal kerja

perawat. Dan hal ini didapatkan dengan melakukan survei terkait

pekerjaan perawat di rumah sakit. Pengukuran work sampling

digunakan untuk mengukur aktivitas pegawai dengan

menghitung waktu yang digunakan untuk bekerja dan waktu

yang tidak digunakan untuk bekerja dalam jam kerja mereka

kemudian disajikan dalam bentuk persentase. (Ilyas dalam

Indriasari, 2017)

2) Subjective Workload Assesment Tecnique (SWAT)

Subjective Workload Assesment Tecnique (SWAT)

dikembangkan oleh Reid (1989) dengan metode penskalaan

conjoint dengan dua tahapan pekerjaan di dalam penggunaan

model SWAT yaitu Scale Development dan Event Rating.

SWAT berbeda dengan pengukuran subjektif lainnya karena

dikembangkan dengan teliti dan berakar pada teori pengukuran

formal, khususnya teori pengukuran conjoint. Terdapat

kelebihan dan kekurangan dari pengukuran beban kerja mental

dengan metode SWAT ini. Kelemahan dari SWAT yaitu

Page 53: PROPOSAL SKRIPSI

41

41

penggunaan kata-kata secara lisan yang berisiko menimbulkan

konotasi yang berbeda setiap individu. (Liu, 2015)

3) Teknik time and motion study atau penelitian waktu dan gerak

Pada teknik ini kita mengamati dan mengamati dengan

cermat tentang kegiatan yang dilakukan oleh personel yang

sedang kita amati. Dengan mengunakan teknik ini bukan hanya

mendapatkan beban kerja pearawat tetapi yang lebih penting

adalah mengetahui dengan baik kualitas kerja perawat.

Pelaksanaan pengamatan untuk pengambilan data ini haruslah

seseorang yang mengetahui secara benar tentang kompetensi

dan fungsi perawat mahir (Indriasari, 2017).

4) Teknik self reporting

Pada teknik ini perawat yang akan diukur beban kerjanya

mencatat sendiri kegiatan yang ditugaskan serta wktu yang

dibutuhkan, yang dilakukan pada jam kerjanya (Swansburg

dalam Indriasari, 2017). Menurut Gillies (1994) sensus pasien

merupakan cara yang umum untuk mengukur beban kerja

keperawatan, tetapi untuk mengetahui secara lebih tepat maka

sensus pasien saja tidak cukup untuk mengukur beban kerja

keperawatan, oleh sebab itu perlu juga diperlihatkan diagnosa

pengobatan pasien, status awal kesehatan pasien, perbedaan

Page 54: PROPOSAL SKRIPSI

42

42

penyakit dan status psikososial karena akan menentukan

kekompleksan dari perawatan yang dibutuhkan.

5) Teknik time study and task frequency

Teknik ini terdiri dari analisa aktivitas keperawatan yang

spsifik dan bagian-bagian dari tugas. Hal ini dapat dilihat secara

individu dari kapan tugas dimulai sampai tugas diselesaikan.

Jumlah waktu yang digunakan untuk aktivitas keperawatan

digambarkan dalam waktu rata-rata. Termasuk waktu yang

digunakan untuk istirahat dan kegiatan pribadi lainnya. Waktu

rata-rata ditambah dengan waktu istirahat dan kegiatan pribadi

lainnya disebut waktu standar. Kegiatan diukur dengan cara

mengalikan frekuensi kegiatan dengan waktu standar. Frekuensi

dari tugas biasanya didiapatkan dari suatu check list dari laporan

individu terkait tugas, keahlian, dan tempat kerja (Ilyas dalam

Indriasari, 2017).

6) Self assesment menggunakan kuesioner tentang beban kerja

perawat yang berisi 13 item pernyataan dengan skor tiap item

1-4. Teknik self assesment ini memberikan hasil subyektif dari

responden perawat yang mejalankan aktivitas dan merasakan

atau tidak adanya beban kerja pada kegiatannya di kamar operasi

(Nursalam, 2011)

Page 55: PROPOSAL SKRIPSI

43

43

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Sawili (2015); Bektas & Peresadko

(2013); Maslach & Jackson (1981);

Carayon & Alvarado (2007).

Seluruh kegiatan atau

aktivitas yang

dilakukan perawat

dengan jenis pekerjaan

dan beratnya pekerjaan

yang ditetapkan dalam

satuan waktu tertentu

di suatu unit pelayanan

keperawatan.

Beban Kerja:

1. Beban kerja fisik (physical

workload)

2. Beban kerja kognitif (cognitive

workload)

3. Tekanan waktu (time pressure)

4. Beban kerja emosional (emotional

workload)

5. Beban kerja kuantitatif (quantitative

workload) dan beban kerja kualitatif

(qualitative workload)

6. Variasi beban kerja (workload

variability)

Burnout Syndrome:

1. Emotional exhaustion

(kelelahan emosional)

2. Depersonalization

(depersonalisasi)

3. Personal

accomplishment

(capaian diri)

Faktor-faktor yang mempengaruhi burnout syndrome

Individual Effort

Factors:

1. Positive thinking

2. Creative

behavior

3. Determination

and complience

Organizational

Effort Factors:

1. Support of

Workmates

2. Managerial

Support

3. Organizational

Atmosphere

Work Environment:

1. Physical

2. Psychological

3. Behavioral

Page 56: PROPOSAL SKRIPSI

44

44

C. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan:

: diteliti

- - - - - - : tidak diteliti

Variabel Bebas:

Beban Kerja

Variabel Terikat:

Burnout Syndrome

Variabe Pengganggu:

Faktor Kepribadian

Page 57: PROPOSAL SKRIPSI

45

45

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis menurut Notoatmodjo (2010) adalah pernyataan jawaban

sementara dari sebuah masalah penelitian, pernyataan atau pertanyaan

sementara tersebut harus diuji apakah benar (diterima) atau salah (ditolak).

Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan, maka hipotesis

dalam penelitian ini adalah:

Ada hubungan antara beban kerja dengan burnout syndrome pada

perawat kamar operasi RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro.

Page 58: PROPOSAL SKRIPSI

46

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non eksperimetal.

Penelitian dilakukan tanpa melakukan intervensi terhadap subyek

penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional (potong

lintang) dimana variabel independen dan variabel dependen diamati dalam

satu waktu (periode) yang sama.

B. Subyek Penelitian

Suharsimi Arikunto (2016) memberi batasan subyek penelitian

sebagai benda, hal atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat,

dan yang di permasalahkan. Dalam sebuah penelitian, subyek penelitian

mempunyai peran yang sangat strategis karena pada subyek penelitian itulah

data tentang variabel yang penelitian amati.

Dalam penelitian ini subyek yang diteliti adalah seluruh perawat

yang bertugas di kamar operasi RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro sejumlah 30

orang yang terdiri atas perawat bedah dan perawat anestesi.

C. Waktu dan Tempat

1. Waktu

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2020.

Page 59: PROPOSAL SKRIPSI

47

2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kamar operasi RSUP dr. Soeradji

Tirtonegoro, Klaten.

D. Variable Penelitian

Variabel mengandung pengertian yaitu ukuran atau ciri yang dimiliki

oleh anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki kelompok

lain. Definisi lain dari variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa

saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya

(Notoadmojo, 2010). Jenis variabel menurut hubungan antara variabel

dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu; variabel bebas (independen), variabel terikat

(dependen), dan variabel perancu (confounding).

1. Variabel Bebas

Variabel bebas (independent variabel) merupakan variabel yang

mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain (Nursalam,

2017). Dalam penelitian ini variabel bebas yang menjadi sebab

perubahan atau timbulnya variabel terikat adalah beban kerja perawat di

kamar operasi.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat (dependent variabel) merupakan suatu variabel

yang nilainya dipengaruhi oleh variabel lainnya (Nursalam, 2017).

Page 60: PROPOSAL SKRIPSI

48

Variabel terikat yang dipengaruhi dalam penelitian ini adalah burnout

syndrome pada perawat di kamar operasi.

3. Variabel pengganggu

Variabel pengganggu (confounding variabel) merupakan suatu

variabel yang nilainya ikut menentukan variabel lain baik secara

langsung maupun tidak langsung (Nursalam, 2017). Variabel

pengganggu dalam penelitian ini adalah faktor kepribadian

E. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi

Operasional

Cara

Pengukuran

Penilaian Skala

Beban

kerja

Seluruh

kegiatan atau

aktivitas yang

dilakukan

perawat selama

bertugas di

suatu unit

pelayanan

keperawatan

diukur

menggunakan

kuesioner yang

disebar oleh

peneliti dan diisi

oleh masing-

Kuesioner Kriteria

1. Ringan: skor

13-32

2. Berat: skor

33-52

(Nursalam,

2011)

Nominal

Page 61: PROPOSAL SKRIPSI

49

masing

responden.

Burnout

syndrome

Suatu proses

dimana terjadi

suatu perubahan

perilaku negatif

sebagai respon

terhadap

tekanan dan

stress pekerjaan

dalam waktu

yang

berkepanjangan

diukur

menggunakan

kuesioner MBI-

HSS yang

disebarkan

kepada

responden oleh

peneliti.

Kuesioner Kriteria:

1. Ringan:

1,00-1,75

2. Sedang:

1,76-3,25

3. Berat: 3,26-

4,00

Ordinal

F. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.

Data primer adalah data yang didapatkan langsung dari responden melalui

kuesioner The Maslach Burnout Inventory Human Service Survey (MBI-

HSS) dan Kuesioner Beban Kerja Perawat adopsi dari Nursalam (2011).

Page 62: PROPOSAL SKRIPSI

50

The Maslach Burnout Inventory Human Service Survey (MBI-HSS)

terdiri atas 21 item pernyataan dengan skor 1 sampai 4. Rentang total skor

yaitu 21-84. Hasil perolehan skor dibagi 4 kemudian dikelompokkan

menjadi 3 kriteria yaitu:

1. Ringan: 1,00-1,75

2. Sedang: 1,76-3,25

3. Berat: 3,26-4,00

Kuesioner beban kerja perawat terdiri dari 13 pernyataan dengan skor

1-4. Total skor dikelompokkan menjadi 2 kriteria yaitu:

1. Ringan: 13-32

2. Berat: 33-52

G. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan

lembar observasi. Penilaian burnout syndrome pada perawat di kamar

operasi menggunakan kuesioner The Maslach Burnout Inventory Human

Service Survey (MBI-HSS) yang disebarkan kepada responden. MBI-HSS

terdiri dari 21 item peryataan. Sebanyak 7 item pernyataan digunakan untuk

mengukur indikator kelelahan emosional, 6 item pernyataan mengukur

indikator depersonalisasi, dan 8 item pernyataan mengukur indikator

capaian diri.

Instrumen penilaian beban kerja perawat menggunakan Kuesioner

Beban Kerja Perawat yang diadopsi dari Nursalam (2011), terdiri dari 13

item pernyataan.

Page 63: PROPOSAL SKRIPSI

51

H. Uji Validitas dan Reabilitas

Validitas instrumen terkait dengan keabsahan hasil pengukuran atau

pengamatan. Validitas Instrumen menjawab dua pernyataan yaitu

(Supriyanto, 2011):

a. Seberapa jauh alat ukur dapat menghasilkan dengan tepat apa yang

akan diukur (relevansi dengan tujuan).

b. Apakah instrumen tersebut sensitif atau spesifik untuk dapat

menunjukkan keadaan atau gejala dari objek atau orang yang

hendak dipelajari (akurasi).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Esti Andriani (2018),

tentang “Analisis Faktor Penyebab Burnout Syndrome dan Job Satisfaction

Perawat dii Rumah Sakit Petrokimia Gresik”, peneliti menggunakan

kuesioner Maslach Burnout Inventory-Human Service Survey sebagai

instrumen untuk mengukur tingkat burnout syndrome pada perawat.

Berdasarkan uji dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment

menunjukkan bahwa hasil pengujian validitas menunjukkan hasil valid

karena nilai p<0,05. Sedangkan hasil uji reabilitas menunjukkan hasil yang

reliabel jika nilai alpha conbach>0,6 dan hasil yang diperoleh dari uji

reabilitas yaitu nilai alpha conbach 0,902 sehingga dinyatakan reliabel.

Instrumen kuesioner beban kerja perawat diadopsi dari Nursalam

(2011).

I. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan

Page 64: PROPOSAL SKRIPSI

52

Setelah proposal sudah diajukan di depan pembimbing dan

dinyatakan lulus, persiapan penelitian dimulai dengan mengurus

surat perizinan mulai surat pengantar permohonan perizinan

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta sampai dengan perizinan ke

bagian diklat RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro, Klaten.

2. Tahap pelaksanaan penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan setelah proses perizinan

penelitian telah selesai. Penelitian dilaksanakan di kamar operasi

RSUP dr. Soeradji Titonegoro, Klaten.

Peneliti menyampaikan maksud dan tujuan penelitian

kepada kepala ruang. Peneliti melakukan pengambilan sampel

sejumlah 30 orang, sesuai dengan jumlah perawat yang bertugas di

kamar operasi yang terdiri dari perawat bedah dan perawat anestesi.

Sebelum pengambilan data, peneliti menjelaskan penelitian yang

akan dilakukan. Peneliti menyampaikan maksud dan tujuan

penelitian dan memberikan lembar persetujuan untuk responden.

Peneliti memberikan lembar kuesioner kepada responden dan

menjelaskan cara pengisiannya. Peneliti mengusahakan lingkungan

yang kondusif agar dalam pengisian kuesioner responden tidak

terganggu dan menyampaikan kontrak waktu 10-15 menit untuk

mengisi kuesioner. Pengisian kuesioner dilaksanakan setelah shift

pagi berakhir agar tidak mengganggu kegiatan pelayanan yang

dilakukan perawat.

Page 65: PROPOSAL SKRIPSI

53

J. Manajemen Data

1. Pengolahan Data

Pengelolaan data pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan program komputer dan secara manual dikutip dari buku

Arikunto (2010), langkah-langkah dalam pengolahan data meliputi:

a. Editing

Tahap ini merupakan tahap kegiatan penyuntingan data yang

telah terkumpul, yaitu dengan cara memeriksa kembali kelengkapan

data. Mengecek identitas responden dan memastikan tidak terdapat

data yang hilang.

b. Coding

Coding dengan memberikan kode angka pada atribut

variabel sehingga akan mempermudah dalam analisis data. Kode

responden dimulai dari angka 1 sampai 30 sesuai jumlah responden.

Kode untuk variabel burnout syndrome yaitu:

1) 1 (satu) artimya “ringan”

2) 2 (dua) artinya “sedang”

3) 3 (tiga) artinya “berat”

Kode untuk variabel beban kerja, yaitu:

1) 1 (satu) artinya “ringan”

2) 2 (dua) artinya “berat”

Page 66: PROPOSAL SKRIPSI

54

c. Entry

Entry dengan memasukkan data dari pengumpulan data ke

dalam komputer untuk diproses. Jawaban dari responden dalam

bentuk kode dimasukkan dalam perangkat lunak SPSS.

d. Cleaning

Cleaning memeriksa kembali data dari responden yang telah

masuk dalam komputer. Mengoreksi jika terdapat kesalahan dalam

memasukkan kode.

e. Tabulating

Tabulating dilakukan ketika masing-masing data sudah

diberi kode, kemudian untuk memudahkan dalam pengelolaannya,

dibuat tabel-tabel seuai penelitian.

2. Analisa Data

a. Analisa univariat

Menurut Notoadmodjo (2010), analisis univariat yaitu

menganalisa variabel-variabel yang ada secara deskriptif dengan

menghitung distribusi frekuensi dan proporsinya dilakukan untuk

mengetahui distribusi frekuensi karakteristik responden meliputi

usia, jenis kelamin, pendidikan, dan stastus pernikahan.

Menggunakan rumus :

P = F

n x 100%

Page 67: PROPOSAL SKRIPSI

55

Keterangan:

P: Proporsi/ jumlah persentase

F: Jumlah responden setiap kategori

n: Jumlah sampel

b. Analisa bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang

diduga atau berkorelasi (Notoadmodjo, 2010). Analisis bivariat

dalam penelitian ini dilakuan untuk mengetahui hubungan antara

beban kerja dengan burnout syndrome pada perawat kamar operasi

RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro. Untuk membuktikan hipotesis

dalam penelitian dengan menggunakankan uji statistik pearson chi-

square.

Persamaan Pearson Chi Square:

x2 =∑(O − E)

2

E

Dengan df (degree of freedom) = (b-1) (k-1)

Keterangan:

x2 = Pearson chi square

O = nilai observasi

E = nilai ekspektasi

b = baris

k = kolom

Page 68: PROPOSAL SKRIPSI

56

K. Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan hal yang penting dalam penelitian kesehatan

karena berhubungan langsung dengan responden sehingga perlu

diperhatikan. Sebagai pertimbangan etika peneliti meyakini bahwa

responden dilindungi, dengan menerapkan empat prinsip utama dalam etika

keperawatan (Notoadmodjo, 2012). Etika dalam penelitian adalah sebagai

berikut:

1. Respect for human

Peneliti menghormati harkat martabat manusia sebagai pribadi yang

memiliki kebebasan berkehendak atau memilih dan bertanggung jawab

secara pribadi terhadap keputusan sendiri. Perhatian responden sangat

diprioritaskan selama proses pengambilan data. Jika calon responden

bersedia mengikuti penelitian maka dapat mendatangani informed

consent.

Subyek penelitian adalah perawat pelaksana yang tidak sedang

dalam kondisi cuti atau sedang pelatihan diluar kota saat pengumpulan

data.

2. Beneficience and non maleficience

Peneliti mengupayakan semaksimal mungkin manfaat sebagai

subyek dan kerugian yang minimal agar tujuan penelitian tercapai.

Peneliti juga memperhatikan beberapa hal yaitu:

Page 69: PROPOSAL SKRIPSI

57

a. Meminimalkan resiko penelitian agar sebanding dengan manfaat

yang diterima dan selama proses pengumpulan data yang dilakukan

tidak menimbulkan kondisi yang beresiko bagi subyek.

b. Desain penelitian telah dirancang sedemikian rupa dengan

memenuhi persyaratan ilmiah dan berdasarkan referensi terkait.

3. Veracity and fidelity

Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk

mengatakan kebenaran. Peneliti akan memberikan informasi yang

sebenar-benarnya tantang beban kerja dan burnout syndrome sehingga

hubungan antara peneliti dan responden dapat terbina dengan baik dan

penelitian dapat berjalan dengan baik sesuai tujuan peneliti. Selain itu,

peneliti juga menjunjung tinggi komitmen yang telah disepakati

bersama dengan responden terkait dengan waktu pelaksanaan dan

ruangan yang digunakan.

Page 70: PROPOSAL SKRIPSI

58

4. Anonimity and confidentiality

Prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang subyek harus dijaga

privasinya. Peneliti harus bisa menjaga kerahasiaan data yang diperoleh

dari responden dan tidak menyampaikan kepada orang lain. Identitas

responden dalam bentuk kode, sedangkan hasil pengukuran hanya

peneliti dan kolektor data yang mengetahui. Selama proses pengolahan

data, analisis, dan publikasi identitas responden tidak diketahui oleh

orang lain. Semua data disimpan selama 2 tahun dan setelah itu

dihancurkan, sedangkan file penelitian akan disimpan di tempat pribadi

peneliti.

5. Justice

Keterlibatan subyek dalam penelitian ini berdasarkan pemilihan

sesuai dengan kriteria, dan semua subyek diperlakukan sama serta adil

pada setiap tahapan penelitian. Peneliti juga bersikap adil dalam

melakukan tiap tahapan penelitian terhadap responden saat

pengumpulan data.

Page 71: PROPOSAL SKRIPSI

59

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, Esti. 2018. Analisis Faktor Penyebab Burnout Syndrome dan Job

Satisfaction Perawat di Rumah Sakit Petrokimia Gresik.

www.journal.lib.unair.ac.id (diakses tanggal 25 Agustus 2019 pukul

16.35).

Anwar, M. Khairul. 2016. Hubungan Antara Konsep Diri dengan Interaksi

Sosial pada Perawat di Rumah Sakit Islam Surakarta.

www.library.ums.ac.id (diakses tanggal 29 November 2019 pukul 13.00).

Apipah, Nur. 2016. Hubungan Beban Kerja dengan Kinerja Perawat di Ruang

Rawat Inap Kelas III RSUD Purbalingga. www.repository.ump.ac.id

(diakses tanggal 24 November pukul 13.30).

Arezes, dkk. 2016. Occupational Safety and Hygiene IV. London: CRC Press.

Bektas, Cetin., Peresadko, Galyna. 2013. Frame of Workplace Guidance How to

Overcome Burnout Syndrome: A Model Suggestion. Social and

Behavioral Sciences. 84. 879-884.

Bird, Jim. 2006. Balance Requires Evolving Skills. 66-69.

Campayo, G.J., Puebla-Guedea, M., Herrera-Mercadal, P., & Daudén, E. 2016.

Burnout Syndrome and Demotivation Among Health Care Personnel.

Managing Stressful Situations: The Importance of Teamwork. Actas

DermoSifiliográficas. 107(5). 400-406.

Carayon & Alvarado. 2007. Workload and Patient Safety Among Critical Care

Nurses. Critical Care Nursing Clinics of North America. 19(2). 121-129.

Efendy F. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik Dalam

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Fatmawati, Ria. 2012. Burnout Staf Perpusatakaan Bagian Layanan di Badan

Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) Provinsi DKI Jakarta.

www.lib.ui.ac.id (diakses tanggal 3 Oktober tahun 2019 pukul 15.20).

Freudenberger, H. J. 1974. Staff Burn-out. Journal of Social Issues. 30(1). 159-

165.

HIPKABI, PP. 2012. Buku Pelatihan Dasar-dasar Bagi Perawat Kamar Bedah.

Jakarta: HIPKABI Press

Ilyas, Y. 2004. Perencanaan SDM Rumah Sakit Teori, Metode, dan Formula.

Jawa Barat: FKM-UI

Page 72: PROPOSAL SKRIPSI

60

Indriasari, J. 2017. Hubungan Beban Kerja Perawat Ruang Operasi dengan

Kejadian Low Back Pain pada Perawat Ruang Operasi di RSUD Kota

Yogyakarta. Yogyakarta: Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Kiekkas, P. 2010. Level and Correlates of Burnout Among Orthopaedic Nurses

in Greece. Journal of Orthopaedic Nursing.29(3). 203-208.

Leiter, M. P., & Maslach, C. (2004). Areas of Worklife: A Structured Approach

to Organizational Predictors of Job Burnout. Research in occupational

stress and well-being, 3, 91-134.

Maslach, C., Schaufeli, W. B., & Leiter, M. P. 2001. Job Burnout: Annual

Review of Psychology. 52(1). 397-422.

Maslach C., dan Laiter M.P. 2008. Early Predictior of Job Burnout and

Engagement. Jurnal of Applied Psychology. 93. 498-512.

Maslach, C., dan Jackson, S.E. 1981. The Measurement of Experienced Burnout.

Jurnal of Occupational Behavior. 2. 99-113.

Majid Abdul, Judha Muhammad, Istianah Ummi. 2011. Keperawatan

Perioperatif. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Notoatmodjo, S. 2015. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan; Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Rosita, Meilani. 2016. Analisis Beban Kerja Mental dan Fisik Perawat Instalasi

Bedah Sentral (IBS) RSUD Kabupaten Karanganyar dengan

Menggunakan Metode NASA-Task Load Index dan Maslach Burnout

Inventory (MBI). Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Sabbah, I. 2012. Burnout Among Lebanese Nurses: Psychometric properties of

the Maslach Burnout Inventory-Human Services Survey (MBI-HS).

Health. 4(9). 644-652.

Sari, Ni Luh Putu Dian Yunita. 2014. Hubungan Beban Kerja Terhadap Burnout

Syndrome pada Perawat Pelaksana Ruang Intermediet RSUP Sanglah.

Jurnal Dunia Kesehatan. 5(2). 87-91.

Sari, Ensan Artha Rusmaya. 2014. Hubungan antara Persepsi Kondisi

Lingkungan kerja dan Persepsi Beban Kerja dengan Burnout.

www.digilib.unisby.ac.id (diakses tanggal 10 Oktober tahun 2019 pukul

20.30).

Page 73: PROPOSAL SKRIPSI

61

Sarwili, Indri. 2015. Hubungan Beban Kerja Pearawat dengan Kejadian Low

Back Pain (LBP) pada Perawat Pdi RSPI Prof. dr. Sulianti Saroso. Jurnal

Ilmu Kperawatan Indonesia. 5(3).

Schaufeli, W.B., dan Buunk, B.P. 1996. Professional Burnout. Handbook of

Work and Health Psychology. Chichester: John Wiley and Sons Ltd.

Standar Nasional Indonesia (SNI). 2009. SNI 7269 2009 Tentang Penilaian

Beban Kerja Berdasarkan Tingkat Kebutuhan Kalori Menurut

Pengeluaran Energi. Jakarta. Badan Standarisasi Nasional.

www.sisni.bsn.go.id (diakses tanggal 3 Oktober tahun 2019 pukul 21.20).

Tawale, Efa Novita., Widjajaning Budi., Gartinia Nurcholis. 2011. Hubungan

Motivasi Kerja Perawat dengan Kecenderungan Mengalami Burnout

pada Perawat di RSUD Serui-Papua. www.journal.unair.ac.id (diakses

pada 27 Agustus pukul 19.00).

Triwijayanti, Renny. 2016. Hubungan Locus of Control dengan Burnout pada

Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.

Xiaoming, Y., Ma, B.J., Chang, C. I & Shieh, C.J. 2014. Effect of Workload on

Burnout and Turnover Intention. Ethno Med. 8(3). 229-237.

Page 74: PROPOSAL SKRIPSI

62

Lampiran 1

PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN (PSP)

Saya, Annisa Widhiastuti mahasiswa prodi Sarjana Terapan Poltekkes

Kemenkes Yogyakarta akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan

Beban Kerja dengan Burnout Syndrome pada Perawat Kamar Operasi RSUP Dr.

Soeradji

Tirtonegoro Klaten”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

beban kerja dengan burnout syndrome pada perawat di kamar operasi.

Tim peneliti mengajak Bapak/Ibu/Saudara untuk dapat ikut serta dalam

penelitian ini. Penelitian ini membutuhkan 30 responden penelitian.

1. Kesukarelaan mengikuti penelitian Bapak/Ibu/Saudara bebas memilih

mengenai keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada paksaan. Bila sudah

memutuskan untuk mengikuti penelitian ini, Bapak/Ibu/Saudara bebas untuk

mengundurkan diri/berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai sanksi apapun.

2. Prosedur penelitian : Apabila Bapak/Ibu/Saudara bersedia berpartisipasi dalam

penelitian ini, Bapak/Ibu/Saudara diminta untuk menandatangani surat

persetujuan. Setelah Bapak/Ibu/Saudara menandantangani surat persetujuan

maka Bapak/Ibu/Saudara akan dicatat sebagai responden yang selanjutnya

bersedia mengisi Kuesioner Maslach Burnout Inventory-Human Service Survey

dan Kuesioner Beban Kerja Perawat selama 10-15 menit.

3. Kewajiban Responden Penelitian: sebagai responden penelitian,

Bapak/Ibu/Saudara berkewajiban mengikuti aturan atau petunjuk penelitian

Page 75: PROPOSAL SKRIPSI

63

seperti yang telah tertulis di atas. Bila ada yang belum jelas Bapak/Ibu/Saudara

dapat menanyakan lebih lanjut pada peneliti.

4. Risiko, efek samping dan penanganannya: penelitian ini tidak mengandung

risiko yang berarti karena peneliti hanya menyebarkan kuisioner kepada

responden.

5. Manfaat: hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang hubungan

beban kerja perawat dengan burnout syndrome pada perawat kamar operasi

RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro.

6. Kerahasiaan: semua informasi yang berkaitan dengan identitas responden akan

dirahasiakan oleh peneliti dan hanya akan diketahui oleh peneliti. Hasil

penelitian akan dipublikasikan tanpa identitas subyek penelitian.

7. Pembiayaan: semua pembiayaan yang terkait dengan peneliti akan ditanggung

oleh peneliti.

8. Informasi tambahan: Bapak/Ibu/Saudara diberikan kesempatan untuk

menanyakan hal yang belum jelas sehubungan dengan penelitian. Bila

sewaktuwaktu membutuhkan penjelasan lebih lanjut, Bapak/Ibu/Saudara dapat

menghubungi peneliti (0857-4297-3237) atas nama Annisa Widhiastuti.

Page 76: PROPOSAL SKRIPSI

64

Lampiran 2

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Yth. Calon Responden

Di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Program Studi

Diploma IV Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta,

nama : Annisa Widhiastuti

NIM : P07120216016

akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Beban Kerja dengan Burnout

Syndrome pada Perawat Kamar Operasi RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro”.

Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi responden.

Kerahasiaan semua informasi akan dijaga dan dipergunakan untuk kepentingan

penelitian. Jika bersedia menjadi reponden dalam penelitian ini, maka saya

memohon kesediaan Ibu/Bapak/Saudara untuk menandatangani lembar

persetujuan yang saya sertakan.

Atas perhatian dan ketersediannya sebagai responden saya ucapkan terima

kasih.

Peneliti,

Annisa Widhiastuti

Page 77: PROPOSAL SKRIPSI

65

Lampiran 3

FORMULIR PERSETUJUAN

UNTUK BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN

Judul Penelitian:

Hubungan Beban Kerja dengan Burnout Syndrome pada Perawat Kamar

Operasi RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Saya (Nama Lengkap):

⚫ Secara suka rela menyetujui bahwa saya terlibat dalam penelitian di atas

⚫ Saya yakin bahwa saya memahami tentang tujuan, proses, dan efek yang

mungkin terjadi pada saya jika terlibat dalam penelitian ini.

⚫ Saya memahami bahwa partisipasi saya dalam penelitian ini bersifat sukarela dan

saya dapat keluar sewaktu-waktu dari penelitian.

⚫ Saya memahami bahwa saya akan menerima salinan dari lembaran pernyataan

informasi dan persetujuan.

Nama dan Tanda tangan

responden.

Tanggal

No. HP

Nama dan Tanda tangan

saksi

Tanggal

Nama dan Tanda tangan

wali (jika diperlukan)

Tanggal

Saya telah menjelaskan penelitian kepada pastisipan yang bertanda tangan diatas dan

saya yakin bahwa responden tersebut paham tentang tujuan, proses, dan efek yang

mungkin terjadi jika dia ikut terlibat dalam penelitian ini.

Nama dan Tanda

tangan peneliti

Annisa Widhiastuti

Tanggal

No. HP

2020

0857-4297-3237

Page 78: PROPOSAL SKRIPSI

66

Lampiran 4

LEMBAR KUESIONER

A. Identitas Responden

1. Nama (inisial) : . . . . . . . . . . . .

2. Jenis Kelamin* : L / P

3. Umur : . . . . . . . . . . . .

4. Status* : Menikah / Belum Menikah

5. Perawat* : Bedah / Anestesi

6. Lama bekerja di kamar operasi :

7. Latar belakang pendidikan terakhir : SPK / D III Keperawatan /

S1-D IV Keperawatan / Lainnya

*coret yang tidak perlu

B. Maslach Burnout Inventory-Human Service Survey (MBI-HSS)

Petunjuk pengisisan:

Berilah tanda centang (√) pada jawaban yang Anda pilih pada kolom yang

tersedia.

Keterangan:

1 : tidak pernah

2 : jarang

3 : sering

4 : selalu

No Pernyataan

Tanggapan

1 2 3 4

A. Kelelahan Emosional

1 Saya merasa pekerjaan ini menguras

emosi

Page 79: PROPOSAL SKRIPSI

67

2 Bekerja dengan orang lain sepanjang hari

membutuhkan usaha yang besar

3 Saya merasa pekerjaan ini membuat lelah

secara fisik dan emosional

4 Saya merasa frustrasi dengan pekerjaan ini

5 Saya merasa terlalu keras dalam bekerja

6 Terlalu banyak bekerja dengan orang

secara langsung membuat saya tertekan

7 Saya merasa putus asa dengan pekerjaan

B. Depersonalisasi

1 Saya merasa menyelesaikan pekerjaan

dengan semena-mena, seolah pasien

adalah obyek

2 Saya merasa setiap pagi lelah karena harus

menghadapi hari untuk bekerja

3 Saya mempunyai kesan bahwa beberapa

rekan kerja membuat saya merasa

bertanggung jawab terhadap masalah yang

terjadi

4 Saya sungguh tidak peduli dengan apa

yang terjadi dengan rekan kerja saya

5 Saya menjadi tidak sensitif/peduli kepada

orang lain ketika saya bekerja

6 Saya takut pekerjaan ini membuat saya

menjadi tidak peduli

C. Capaian Personal

1 Saya tidak mampu menyelesaikan banyak

hal penting dalam pekerjaan

Page 80: PROPOSAL SKRIPSI

68

2 Saya merasa tidak bersemangat dalam

melakukan pekerjaan

3 Saya tidak mudah memahami perasaan

rekan kerja saya

4 Saya tidak mampu mengurus masalah

rekan kerja saya dengan efektif

5 Dalam bekerja saya tidak mampu

mengendalikan emosi dengan tenang

6 Melalui pekerjaan, saya merasa tidak dapat

memberikan pengaruh positif kepada

orang lain

7 Saya tidak mampu menciptakan suasana

yang santai dengan rekan kerja

8 Saya kurang bersemangat meskipun dalam

bekerja saya dekat dengan rekan kerja

Jumlah Skor

*diisi oleh peneliti

Page 81: PROPOSAL SKRIPSI

69

Lampiran 5

C. Kuesioner Beban Kerja Perawat

Petunjuk pengisisan:

Berilah tanda centang (√) pada jawaban yang Anda pilih pada kolom yang

tersedia.

Keterangan:

1. Tidak menjadi beban kerja

2. Beban kerja ringan

3. Beban kerja sedang

4. Beban kerja berat

No Pernyataan 1 2 3 4

1 Melakukan observasi pasien secara ketat

selama jam kerja

2 Banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan

demi keselamatan pasien

3 Beragamnya jenis kegiatan yang haruus

dilakukan demi keselamatan pasien

4 Kontak langsung perawat dengan pasien di

kamar operasi secara terus menurus selama jam

kerja

5 Kurangnya tenaga perawat di kamar operasi

dibanding dengan klien kritis

6 Pengetahuan dan keterampilan yang saya miliki

tidak mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan

di kamar operasi

7 Harapan pimpinan rumah sakit terhadap

pelayanan yang berkualitas

8 Tuntutan keluarga atas keselamatan pasien

Page 82: PROPOSAL SKRIPSI

70

9 Tuntutan mengambil keputusan yang tepat

setiap saat

10 Tanggung jawab dalam melaksanakan tindakan

keperawatan di kamar operasi

11 Setiap saat menghadapi pasien dengan

karakteristik tidak berdaya, koma, dan kondisi

terminal

12 Tugas pemberian obat-obatan yang diberikan

secara intensif

13 Tindakan penyelamatan pasien

Jumlah

*diisi oleh peneliti

Page 83: PROPOSAL SKRIPSI

71

Lampiran 6

RENCANA ANGGARAN PENELITIAN

No. Kegiatan Frekuensi Biaya Total

1 Penyusunan proposal

penelitian 1 Rp150.000,00 Rp150.000,00

2 Seminar proposal

penelitian 1 Rp200.000,00 Rp200.000,00

3 Revisi proposal penelitian 1 Rp150.000,00 Rp150.000,00

4 Izin Penelitian 1 Rp150.000,00 Rp150.000,00

5 Ethical clearance 1 Rp100.000,00 Rp100.000,00

6 Transportasi 20 Rp10.000,00 Rp200.000,00

7 Cinderamata responden 30 Rp10.000,00 Rp300.000,00

8 Laporan penelitian 1 Rp150.000,00 Rp150.000,00

9 Sidang laporan penelitian 1 Rp200.000,00 Rp200.000,00

10 Revisi laporan penelitian

akhir 1 Rp250.000,00 Rp250.000,00

11 Biaya tak terduga 1 Rp200.000,00 Rp200.000,00

Jumlah Rp 2.050.000,00

Page 84: PROPOSAL SKRIPSI

72

Lampiran 7

JADWAL PENELITIAN

No Kegiatan

Waktu

Agu ‘19 Sep ‘19 Okt ‘19 Nov ‘19 Des ‘19 Jan ‘20 Feb ‘20 Mar ‘20 Apr ‘20

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Pengajuan judul

2. Studi pendahuluan

3. Penyusunan

proposal

4. Seminar proposal

5. Revisi proposal

6. Perijinan penelitian

7. Ethical clearance

8. Persiapan

penelitian

9. Pelaksanaan

penelitian

10. Pengolahan data

11. Laporan penelitian

12. Siding skripsi

13. Revisi laporan

skripsi