ppt sni03-1732-1989

53
METODE SNI 1732-1989 F Dibuat oleh YAULA STELLAMARIS NIM H2A211015 ANALISA TEBAL PERKERASAN LENTUR

Upload: dyah-pradhitya-hardiani

Post on 22-Oct-2015

53 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Analisa Tebal Perkerasan Lentur

TRANSCRIPT

Page 1: PPT SNI03-1732-1989

METODE SNI 1732-1989 F

Dibuat oleh

YAULA STELLAMARIS

NIM H2A211015

ANALISA TEBALPERKERASAN

LENTUR

Page 2: PPT SNI03-1732-1989

PENDAHULUAN Perkerasan lentur adalah perkerasan dari

agregat yang biasanya diikat dengan bahan pengikat aspal

Fungsi Lapis perkerasan jalan :menerima dan menyebarkan beban lalu lintas tanpa menimbulkan kerusakan yang berarti pada konstruksi jalan

Perlu perencanaan ketebalan, sehingga jalan berfungsi sesuai masa layan yang ditentukan

Page 3: PPT SNI03-1732-1989

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FUNGSI PELAYANAN

Fungsi jalan Kinerja perkerasan Umur rencana Lalu lintas Tanah dasar Kondisi lingkungan Sifat material Bentuk geometrik lapis perkerasan

Page 4: PPT SNI03-1732-1989

SUSUNAN LAPIS PERKERASAN Umumnya meliputi : Lapis permukaan (surface course) Lapis pondasi (base course) Lapis pondasi bawah (sub base course)

Lapis permukaanLapis pondasi

Lapis pondasi bawah

D1

D2

D3

Subgrade

Page 5: PPT SNI03-1732-1989

TYPICAL PAVEMENT STRUCTURE

TYPICAL PAVEMENT STRUCTURE

Page 6: PPT SNI03-1732-1989

HIRARKI JALANHirarki jalan menurut UU no 13/1980 dam

PP no 26/1985, jalan terbagi atas :

Jaringan jalan primer : sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi di tingkat nasional dengan semua simpul jasa distribusi yang kemudian berwujud kota

Jaringan jalan sekunder : sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat dalam kota

Page 7: PPT SNI03-1732-1989

FUNGSI JALANJalan arteri

( melayani angkutan utama)

Jalan kolektor ( melayani angkutan pengumpulan / pembagian )

Jalan lokal ( melayani angkutan setempat )

Page 8: PPT SNI03-1732-1989

SISTEM JARINGAN JALANSistem jaringan primer : Jalan arteri primer Jalan kolektor primer Jalan lokal primer

Sistem jaringan sekunder : Jalan arteri sekunder Jalan kolektor sekunder Jalan lokal sekunder

Hirarki jalan berpengaruh pada tebal perkerasan sehubungan dengan kondisi permukaan jalan

Page 9: PPT SNI03-1732-1989

PARAMETER PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTURa. Umur rencana

adalah jumlah dari tahun mulai saat jalan tersebut dibuka untuk lalu lintas kendaraan sampai saat diperlukannya suatu perbaikan yang bersifat struktural (sampai dengan diperlukannya lapis overlay pada jalan tersebut)

Page 10: PPT SNI03-1732-1989

PARAMETER PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTURb. Angka pertumbuhan lalu lintas

Tebal lapisan perkerasan jalan ditentukan dari jumlah dan beban lalu lintas yang akan melewati jalan tersebut

Volume lalu lintas rencana, yaitu volume lalu lintas yang diperkirakan akan melewati jalan tersebut selama umur rencananya, dapat dihitung berdasarkan data-data tersebut dan dengan mempertimbangkan faktor daya rusak kendaraan (vehicle damage factor) dan pertumbuhan lalu lintas

Jumlah lalu lintas akan bertambah baik pada keseluruhan usia rencana atau pada sebagian masa itu

Angka pertumbuhan ditentukan dari hasil survey

Page 11: PPT SNI03-1732-1989

PARAMETER PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR

c. Lalu lintas

Jumlah jalur dan koefisien distribusi kendaraan (C)

Jalur rencana merupakan salah satu jalur lalu lintas dari suatu ruas jalan raya, yang menampung lalu lintas terbesar

Jika jalan tidak memiliki tanda batas jalur, maka jumlah jalur ditentukan dari lebar perkerasan

Page 12: PPT SNI03-1732-1989

JUMLAH JALUR BERDASARKAN LEBAR PERKERASAN

L < 5,50 15,50 < L < 8,25 28,25 < L < 11,25 3

11,25 < L < 15,00 415,00 < L < 18,75 518,75 < L < 22,00 6

Lebar Perkerasan (m) Jumlah Jalur (n)

Sumber : SNI 1732-1989-F

Page 13: PPT SNI03-1732-1989

KOEFISIEN C

1 arah 2 arah 1 arah 2 arah

1 1,000 1,0002 0,600 0,500 0,700 0,5003 0,400 0,400 0,500 0,4754 0,300 0,4505 0,250 0,4256 0,200 0,400

Kendaraan Ringan (<5 ton) Kendaraan Berat (>5 ton)Jumlah Jalur

Sumber : SNI 1732-1989-F

Page 14: PPT SNI03-1732-1989

PARAMETER PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR

d. Angka Ekivalen (E) beban sumbu kendaraan

4

16.8086.0

P

x

4

16.8

P

Etunggal = Etandem =

P = beban satu sumbu tunggal / ganda dalam kilogram

Page 15: PPT SNI03-1732-1989

Beban Sumbu Angka Ekivalen

Kg Lb Sumbu Tunggal Sumbu Ganda100020003000400050006000700080008160900010000110001200013000140001500016000

220544096614881811023132281543217637180001984122046242512645528660308643306935276

0,00020,00360,01830,05770,14100,29330,54150,93281,00001,47982,25553,30224,67706,44198,644711,418414,7815

-0,00030,00160,00500,01210,02510,04660,07940,08600,12730,19400,28400,40220,55400,74520,98201,2712

Sumber : SNI 1732-1989-F

Page 16: PPT SNI03-1732-1989

PARAMETER PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR

e. Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) dan Lintas Ekivalen

LHR setiap jenis kendaraan ditentukan pada awal umur rencana, dihitung untuk dua arah jalan tanpa median atau masing-masing arah pada jalan dengan median

Lintas ekivalen permulaan (LEP) = Cj x LHRj x Ej Lintas ekivalen akhir (LEA) = Cj x LHRj (l+i)UR x

Ej Lintas ekivalen tengah (LET) = (LEP + LEA)/2 Lintas ekivalen rencana (LER) = LET x (UR/10)

Page 17: PPT SNI03-1732-1989

PARAMETER PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR

f. Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) dan CBR

Menentukan nilai DDT dengan menggunakan rumus hubungan CBR dan DDTDDT = (4,3 log CBR) + 1,7

atau dapat pula menggunakan Grafik korelasi hubungan DDT dan CBR dengan cara menarik garis mendatar dari nilai CBR.

CBR skala log

DDT skala linear

Page 18: PPT SNI03-1732-1989

PARAMETER PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR

g. Faktor Regional (FR)

Pada bagian-bagian jalan tertentu, seperti persimpangan, pemberhentian atau tikungan tajam (R=30m) FR ditambah dengan 0.5.

Pada daerah rawa FR ditambah 1.0.

Page 19: PPT SNI03-1732-1989

PARAMETER PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR

g. Indeks Permukaan

Merupakan nilai kerataan/kehalusan serta kekokohan permukaan yang bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalu lintas yang lewat

IP Kondisi jalan

1,01,52,02,5

Jalan rusak berat, mengganggu lalu lintas kendaraanTingkat pelayanan terendah yang masih mungkin Tingkat pelayanan terendah bagi jalan yang masih mantapPermukaan jalan masih cukup stabil dan baik

Jalan tol IPt = 2.5 artinya pada perencanaan jalan tol diharapkan pada akhir umur rencana kondisi jalan masih cukup baik. Jalan tol tidak boleh IPt < 2.5, karena jalan ini merupakan jalan bebas hambatan.

Page 20: PPT SNI03-1732-1989

INDEKS PERMUKAAN (SERVICEABILITY INDEX)

IPo = indeks permukaan pada awal usia rencana

Tergantung jenis lapis permukaan yang direncanakan atau nilai roughness.

IPt = indeks permukaan pada akhir umur rencana

Tergantung lintas ekivalen rencana dan klasifikasi jalan.

Page 21: PPT SNI03-1732-1989

Jenis Lapis Perkerasan IPoRoughness

(mm/km)

LASTON 4 1000

3,9 – 3,5 > 1000

LASBUTAG3,9 – 3,5 2000

3,4 – 3,0 > 2000

HRA3,9 – 3,5 2000

3,4 – 3,0 > 2000

BURDA 3,9 – 3,5 < 2000

BURTU 3,4 – 3,0 < 2000

LAPEN3,4 – 3,0 3000

2,9 – 2,5 > 3000

LATASBUM 2,9 – 2,5 –

BURAS 2,9 – 2,5 –

LATASIR 2,9 – 2,5 –

JALAN TANAH 2,4 –

JALAN KERIKIL 2,4 –

Indeks Permukaan pada awal umur rencana (IPo)

Alat pengukur Roughness yang dipakai adalah ROUGHNESS NAASRA, dipasang pada kendaraan standar Datsun 1500 Station Wagon, kecepatan 32 km/jam

Page 22: PPT SNI03-1732-1989

Lintas Ekivalen Rencana *)

Klasifikasi Jalan

(LER) Lokal Kolektor Arteri Tol

< 10 1,0 – 1,5 1,5 1,5 – 2,0 –

10 – 100 1,5 1,5 – 2,0 2,0 –

100 – 1000 1,5 – 2,0 2,0 2,0 – 2,5 –

> 1000 – 2,0 – 2,5 2,5 2,5

Indeks Permukaan pada akhir umur rencana (IPt)

Pada proyek-proyek penunjang jalan, jalan murah atau jalan darurat maka IP dapat diambil 1,0.

LER merupakan ekivalen dari beban sumbu standar 8.16 ton

Page 23: PPT SNI03-1732-1989

PARAMETER PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR

i. Koefisien Kekuatan Relatif (a)

ditentukan secara korelasi:-sesuai nilai Marshall / Hveem Test / Hubbard Field / Smith Triaxal (untuk aspal)

-kuat tekan (untuk semen atau kapur)-CBR (untuk bahan lapis pondasi bawah)

Nilai a berkembang sesuai penelitian terhadap bahan itu sendiri

Page 24: PPT SNI03-1732-1989

a1 A2 a3 MS (kg) Kt (kg/cm) CBR (%)

0,40 – – 744 – –0,35 – – 590 – –0,32 – – 454 – –0,30 – – 340 – –0,35 – – 744 – –0,31 – – 590 – –0,28 – – 454 – –0,26 – – 340 – –0,30 – – 340 – – HRA0,26 – – 340 – – Aspal Macadam0,25 – – – – – Lapen (mekanis)0,20 – – – – – Lapen (manual)

– 0,28 – 590 – –– 0,26 – 454 – –– 0,24 – 340 – –– 0,23 – – – – Lapen (mekanis)– 0,19 – – – – Lapen (manual)– 0,15 – – –– 0,13 – – –– 0,15 – – 22 –– 0,13 – – 18 –– 0,14 – – – 100 Batu Pecah (kelas A)– 0,13 – – – 80 Batu Pecah (kelas B)– 0,12 – – – 60 Batu Pecah (kelas C)

– – 0,13 – – 70 Sirtu/pitrun (kelas A)– – 0,12 – – 50 Sirtu/pitrun (kelas B)– – 0,11 – – 30 Sirtu/pitrun (kelas C)– – 0,10 – – 20 Tanah/lempung kepasiran

Lasbutag

Laston Atas

Stab. tanah dengan semen

Stab. tanah dengan kapur

Koefisien Kekuatan Bahan

Jenis Bahan

Laston

Koefisien kekuatan relatif (a)

Page 25: PPT SNI03-1732-1989

PARAMETER PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR

j. Indeks Tebal Perkerasan (ITP)ITP didapat dengan menarik garis pada grafik nomogram yang disediakan pada SNI 1732-1989-FLangkah menggunakan nomogram : Tentukan DDT (korelasi CBR) Tentukan LER (perhitungan) Tarik garis lurus mengenai DDT & LER

sampai ITP Dari ITP disambung dengan FR hingga ITP

Page 26: PPT SNI03-1732-1989

PARAMETER PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTURITP dapat juga dicari menggunakan rumus

Log Wt18 = 9.36 log ((ITP/2.54)+1) - 0.20 + Gt/ ((0.40+(1094/((ITP/2.54)+1)5.19))) + 0.372(DDT - 3)

Dimana:

Wt18 = (LERx365x10xFR)Gt = log (IPo-IPt)/(IPo-1.5)DDT = daya dukung tanah dasar (korelasi dari CBR) FR = faktor regional (0.5 s/d 4)ITP dibagi 2,54 inchi karena pada AASHTO’72 masih menggunakan inchi(Bersumber pada AASHTO ’72)

Page 27: PPT SNI03-1732-1989

PARAMETER PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR

k. Batas-batas minimum tebal lapis perkerasan

ITP Tebal Minimum (cm) Bahan

1. Lapis Permukaan :

< 3,00 5 Lapis pelindung : (Buras/Burtu/Burda)3,00 – 6,70 5 Lapen/Aspal Macadam, HRA, Lasbutag,

Laston.6,71 – 7,49 7,5 Lapen/Aspal Macadam, HRA, Lasbutag,

Laston.7,50 – 9,99 7,5 Lasbutag, Laston.

³ 10,00 10 Laston.

Page 28: PPT SNI03-1732-1989

ITPTebal Minimum

(cm)Bahan

< 3,00 15Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,

stabilisasi tanah dengan kapur.

3,00 – 7,49 20*)Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,

stabilisasi tanah dengan kapur.

10 Laston Atas.

7,50 – 9,99 20Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,

stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi Macadam.

15 Laston Atas.

10 – 12,14 20

Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,

stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi Macadam,

Lapen, Laston Atas.

>12,25 25

Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,

stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi Macadam,

Lapen, Laston Atas.

2. Lapis Pondasi Atas :

3. Lapis Pondasi Bawah :

Untuk setiap nilai ITP bila digunakan pondasi baw ah, tebal minimum adalah 10 cm

Page 29: PPT SNI03-1732-1989

TAHAPAN KONSTRUKSI LANGSUNG

1. Menentukan nilai DDT2. Tentukan umur rencana, dan jenis

material yang digunakan3. Tentukan faktor pertumbuhan lalu

lintas selama masa pelaksanaan dan selama umur rencana (i%)

4. Tentukan faktor regional (FR)5. Tentukan LHR awal dan LHR akhir6. Tentukan faktor distribusi kendaraan

(C), dan angka ekivalen beban sumbu (E)

Page 30: PPT SNI03-1732-1989

TAHAPAN KONSTRUKSI LANGSUNG

7. Tentukan LEP,LEA,LET dan LER8. Tentukan Indeks permukaan awal (Ipo)

dan indeks permukaan akhir (Ipt)9. Tentukan Indeks tebal perkerasan

(ITP) dengan mempergunakan salah satunomogram 1-9, yang sesuai dengan nilal Ipo dan IPt.

10. Tentukan koefisien kekuatan relatif(a) dari setiap jenis lapisan yang dipilih

Page 31: PPT SNI03-1732-1989

TAHAPAN KONSTRUKSI LANGSUNG

11. Tentukan tebal masing-masing lapisan dengan rumus

Untuk tebal lapis permukaan (Dl) sampai dengan ketelitian 0,5 cm, sedangkan untuk lapis dibawahnya merupakan angka bulat.

12. Kontrol apakah tebal masing-masing lapisan memenuhi batas minimum persyaratan dan ITP.

Page 32: PPT SNI03-1732-1989

CONTOH SOAL, UNTUK LALU LINTAS TINGGI

Rencanakan tebal perkerasan untuk jalan 2 jalur, data lalu lintas tahun 1981 seperti di bawah ini, dan umur rencana :a. 10 tahunb. 20 tahunJalan dibuka tahun 1985 (i selama masa pelaksanaan 5%/th). Perkembangan lalu lintas untuk UR l0 tahun = 8%, sedangkan untuk UR 20 tahun = 6%

Page 33: PPT SNI03-1732-1989

PROSEDUR PERANCANGAN

Page 34: PPT SNI03-1732-1989

Data lalu lintas dan bahan perkerasan, adalah :

Jenis kendaraan Jumlah lalu lintasKend Ringan 2 ton 1000 kendBus 8 ton 300 kend. Truk 2 as 13 ton 50 kendTruk 3 as 20 ton 30 kend.Truk 5 as 30 ton L0 kend.LHR 1981 1390 kend./hari/2 jalur

Jenis bahan perkerasan Asbuton (MS 744) al =0,3 5Batupecah(CBR 100)....a21= Õ,14Sirtu (CBR 50) a3 = 0,12

Page 35: PPT SNI03-1732-1989

PENYELESAIANLHR pada awal umur rencana(1985), 1-5%, n

=4Kend. Ringan 2 ton =1000 x (1+0,05)4

= 1215,5 kend.Bus 8 ton =300 x (1+0,05)4

= 364,7 kend.Truk 2 as 13 ton =50 x (1+0,05)4

= 60,8 kend.Truk 3 as 20 ton =10 x (1+0,05)4

= 36,5 kend.Truk 5as 30 ton =10 x (1+0,05)4

=12,2 kend

Page 36: PPT SNI03-1732-1989

LHR PADA TAHUN KE 10 DAN TAHUN KE 20Kend. Ringan 2 ton 1215,5 x (1 +0,08)10 =

2624,2 1215,5 x (1 +0,06)20 = 3898,3Bus 8 ton 364,7x (1 +0,08)10 = 787,4

364,7 x (1 +0,06)20 =Ï 169,6Truk 2 as 13 ton 60,8 x (1 +0,08)10 =

131,3 60,8 x (1 +0,06)20 = 195,0Truk 3 as 20 ton 36,5 x (1 +0,08)10 = 78,8

36,5 x (1 +0,06)20 = 117,1Truk 5 as 30 ton 12,2 x (1 ±0,08)10 = 26,3

12,2 x (1 +0,06)20 = 39,1

Page 37: PPT SNI03-1732-1989

MENENTUKAN E MASING-MASING KENDARAAN

Jenis kendaraan Dist beban sumbu EkivalensiKend. Ringan 2 ton 1 + 1 00002+0,0002 = 0 0004

Bus 8 ton 3+ 5 0,0183 +0,1410 = 0,1593

Truk 2 as 13 ton 5 + 8 0, 1410 + 0,9238 =1,0648

Truk 3 as 20 ton 6 + 14 (D) 0,2923 + 0,7452 = 1,0375

Truk 5 as 30 ton 6+14(D)+5.5 1,0375+2(0,1410)=1,3195

Page 38: PPT SNI03-1732-1989

LINTAS EKIVALEN PERMULAAN (LEP) = CJ X LHRJ X EJ

Jenis Kendaraan Perhitungan LEPKend. Ringan 2 ton 0,5 x 1215,5 x 0,0004

0,243Bus 8 ton 0,5 X 364,7 x 0,1593 29,046Truk 2 as 13 ton 0,5 x60,8 x 1,0648 32,370Truk 3 as 20 ton 0,5 x 1,0375 x 36,5 18,934Truk 5 as 30 ton 0,5 x 12,2 x 1,3 195 8,048

LEP 88,643

Page 39: PPT SNI03-1732-1989

LINTAS EKIVALEN AKHIR (LEA) = CJ X LHRJ (L+I)UR X EJ

Jenis Kendaraan Perhitungan LEAKend. Ringan 2 ton 0,5 x 2524 x 0,0004

0,525Bus 8 ton 0,5 x 787,4 x 0,1593 62,717Truk 2 as 13 ton 0,5 x 131,3 x 1,0648

69,904Truk 3 as 20 ton 0,5 x 78,8 x 1,0375

40,878Truk 5 as 30 ton 0,5 x 26,3 x 1,3195

17,350

LEA10 = 191,373

Page 40: PPT SNI03-1732-1989

LINTAS EKIVALEN AKHIR (LEA) = CJ X LHRJ (L+I)UR X EJ

Jenis Kendaraan Perhitungan LEAKend. Ringan 2 ton 0,5 x 3898,3 x 0,0004

0,780Bus 8 ton 0,5 x 1169,6 x 0,1593

93,159Truk 2 as 13 ton 0,5 x 195,0 x l,0648

103,818Truk 3 as 20 ton 0,5 x 117,l x l,0375

60,746Truk 5 as 30 ton 0,5x39,lx 1,3195

25,794

LEA20 = 248,297

Page 41: PPT SNI03-1732-1989

LINTAS EKIVALEN TENGAH (LET) = (LEP + LEA)/2LET10 = (88,643 + 191,373)/2

= 140LET20 = (88,643 + 248,297)/2

= 186

LINTAS EKIVALEN RENCANA (LER) = LET x (UR/10)LER10 = 140 x (10/10)

= 140LER20 = 186 x (20/10)

= 372

Page 42: PPT SNI03-1732-1989

MENENTUKAN ITPDiketahui :

CBR subgrade = 3,4%DDT = ( 4,3 log 3,4 ) +1,7 = 4Ipt = 2,0 Ipo = 3,9 - 3,5 FR = 1,0

Berdasar data tersebut, didapat di SNI-1732-1989-F untuk menentukan ITP.

LER10 = 140……………. ITP10 = 7,7 LER20 = 372……………. ITP20 = 8,8

Page 43: PPT SNI03-1732-1989

ITP 10 = a1.D1 + a2.D2 + a3.D37,7 = 0,35.D1+0,14x20+0,12x107,7 = 0,35D1+4D1 =10,5 cm

MENENTUKAN ITP UR 10 TH

Untuk tebal pondasi bawah (D3) berdasar SM 1732-1989-F DAFTAR VIII,tebal minimum yang dipersyaratkan adalah 10 cm. Sedangkan untuk lapis pondasi atas 20 cm (batu pecah, ITP 7,5-9,99). Sehingga lapis perkerasan dapat digambarsebagai berikut:

Page 44: PPT SNI03-1732-1989

MENENTUKAN ITP UR 20 TH ITP 20 = a1.D1 + a2JJ2 + a3.D3

8,8 = 0,35.D1 + 0,14 x20 + 0,12 x 108,8 = 0,35D1+4D1 = 13,7=l4cmUntuk tebal pondasi bawah (D3) berdasar SM 1732-1989-F

DAFTAR VIII, tebal minimum yang dipersyaratkan adalah 10 cm. Sedangkan untuk Lapis pondasi atas 2 cm (batu pecah, ITP 7,5-9,99). Sehingga lapis perkerasan dapat digambarsebagai berikut

Page 45: PPT SNI03-1732-1989

Selain dengan susunan konstruksi diatas, alternatif tebal perkerasan dapat dilakukan dengan memaksimumkan lapis pondasi atas

atau memaksimumkan lapis pondasi bawah Hal itu dilakukan dengan menentukan ITP masing masing lapis pondasi

berdasar nilai CBR (ITP2 dan ITP3)

Page 46: PPT SNI03-1732-1989

NOMOGRAM 2

Page 47: PPT SNI03-1732-1989

NOMOGRAM 3

Page 48: PPT SNI03-1732-1989

NOMOGRAM 4

Page 49: PPT SNI03-1732-1989

NOMOGRAM 5

Page 50: PPT SNI03-1732-1989

NOMOGRAM 6

Page 51: PPT SNI03-1732-1989

NOMOGRAM 7

Page 52: PPT SNI03-1732-1989

NOMOGRAM 8

Page 53: PPT SNI03-1732-1989

NOMOGRAM 9