poligami

18
POLIGAMI & PANDANGAN ORINTALIS SUBJEK: PENGAJIAN ISLAM NAME: MUHAMMAD IZHAR BIN AZALAN NO MATRIC: 2012003692 SEMESTER: 2

Upload: izhar-azalan

Post on 21-Oct-2015

40 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

poligami dalam islam

TRANSCRIPT

Page 1: Poligami

POLIGAMI & PANDANGAN ORINTALIS

SUBJEK: PENGAJIAN ISLAM

NAME: MUHAMMAD IZHAR BIN AZALAN

NO MATRIC: 2012003692

SEMESTER: 2

Page 2: Poligami

Jenis-jenis perkahwinan:

Poligami adalah perkahwinan lelaki dengan ramai wanita. Ia diamalkan oleh hampir kesemua bangsa di dunia ini. Mereka mengamalkan poligami tanpa had dan batas. Contohnya ada agama di negara China yang membolehkan perkahwinan sehingga 130 orang isteri. Pada syariat Yahudi, poligami dibenarkan tanpa batas dan menurut Islam, poligami hanya dibenarkan sehingga empat orang isteri dengan syarat-syarat yang tertentu.

Poliandri merupakah perkahwinan yang berlaku antara seorang perempuan dengan beberapa orang lelaki (konsep songsang dari poligami). Perkahwinan ini sangat jarang berlaku kecuali di Tibet, orang-orang bukit di India dan masyarakat jahiliah Arab. Contohnya masyarakat Juansuwaris apabila saudara lelaki yang tua mengahwini seorang wanita, wanita itu juga menjadi isteri untuk semua saudara-saudaranya. Amalan ini merujuk kepada kitab Mahabhrata. [3]

Monogami merupakan cara perkahwinan tunggal iaitu perkahwinan antara seorang lelaki dengan seorang perempuan sahaja. Sesetengah agama seperti Kristian mengamalkan perkahwinan jenis ini kerana perkahwinan antara seorang lelaki dan seorang perempuan adalah suci di dalam Tuhan Kristus untuk sepanjang zaman. Oleh kerana itulah penceraian tidak diiktiraf sama sekali (seperti mazhab Katolik).[4]

Adapun islam hanya membenarkan poligami tidak melebihi empat orang dan monogami yakni seorang sahaja,poliandri merupakan hubungan sonsang yang diharmkan dalam islam,justeru itu kepada sesiapa yang berkemamapuan untuk poligami maka hukumnya diharuskan tetapi perlu mematuhi syarat yang ketat seprti berikut:

Syarat poligami:

1.Berkemampuan untuk menanggung nafkah isteri-isteri dan anak-anak

2.Berlaku adil kepada isteri-isteri

3.Adil dalam menyediakan kediaman

4.Adil dalam giliran bermalam

5.Adil dalam musafir

Dalil Al-Quran: “Dan jika kamu takut tidak berlaku adil terhadap perempuan-perempuan yatim(apabila kamu berkahwin dengan mereka), maka berkahwinlah dengan sesiapa yang kamu berkenan dari perempuan-perempuan (lain): Dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu bimbang tidak akan berlaku adil (di antara isteri-isteri kamu) maka (berkahwinlah dengan) seorang sahaja atau (pakailah) hamba-hamba perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat (untuk mencegah) supaya kamu tidak melakukan kezaliman”.

(Surah An-Nisaa’: Ayat 3)[1]

Page 3: Poligami

Mengapa lelaki berpoligami?

untuk kebaikan wanita, disebabkan terhalangnya sebagian wanita dari bernikah. untuk kebaikan laki-laki, supaya manfaat yang ada pada dirinya boleh dikongsikan, yang tidak

mungkin terlaksana kalau hanya mempunyai satu isteri saja. untuk kebaikan ummat, dengan memperbanyak jumlah kaum Muslimin. Karena dengan

banyaknya kaum Muslimin yang terlahir dari perkawinan ini, memungkinkan mereka melawan musuh untuk meninggikan kalimat Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagai yang tertinggi.

Untuk menjaga diri dari melakukan zina.

Kenapa wanita tidak boleh poliandri?

Ketentuan Dari Allah ,karena Allah Ta’ala telah menentukan demikian. Satu jawaban ini sejatinya sudah cukup untuk menjawab pertanyaan tersebut bagi orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya

Lelaki adalah pemimpin keluarga : Islam juga mengatur bahwa lelaki adalah pemimpin rumah tangga. Allah Ta’ala berfirman:

“ ال� ج� اء� ع�ل�ى ق�و�ام�ون� الر� �س� �م�ا الن �ه� ف�ض�ل� ب �ع�ض�ه�م� الل �ع�ض! ع�ل�ى ب �م�ا ب �ف�ق�وا و�ب �ن �ه�م� م�ن� أ م�و�ال� �ح�ات� أ ف�الص�ال

�ات, �ت �ب� ح�اف�ظ�ات, ق�ان �غ�ي �ل �م�ا ل �ه� ح�ف�ظ� ب الل ”“Kaum lelaki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan

sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)” (QS. An Nisaa: 34)

Menjaga kejelasan nasab :dalam Islam, anak dinasabkan kepada ayahnya. Dan masalah nasab ini sangat berat dalam Islam. Sampai mencela nasab dan menasabkan diri kepada selain ayah kandung dikategorikan oleh para ulama sebagai perbuatan dosa besar. Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam bersabda :

�ل�ى اد�ع�ى م�ن� �ر� إ �يه�، غ�ي ب� �م� و�ه�و� أ �ع�ل �ة� ي ن �ج� �ه� ف�ال �ي ام, ع�ل ح�ر�

“Barangsiapa menasabkan diri kepada selain ayah kandungnya, padahal ia tahu ayah kandungnya, maka surga haram baginya” (HR. Bukhari 4326, Muslim 63)

Page 4: Poligami

1 . Jika yang menjadi kekhawatiran adalah percampuran nasab, bukankah sekarang sudah ada test DNA?

Syaikh Abdullah Al Faqih hafizhahullah menjawab pertanyaan ini: ”Poliandri dapat menjadi sebab terjangkitnya berbagai penyakit berbahaya seperti AIDS atau yang lainnya. Selain itu, tidak adanya keteraturan dalam rumah tangga karena tidak adanya patokan nasab dan anak-anak pun menjadi kacau. Adapun pemeriksaan medis yang sebutkan itu (cek DNA), tidak boleh dipastikan 100%. Sehingga tidak boleh menjadi sandaran secara syar’i dalam penetapan nasab atau dalam mengingkarinya”.

2. Kalau lelaki punya keinginan kepada banyak wanita karana alasan nafsu, bukankah wanita juga punya nafsu?

Ibnul Qayyim berkata, “Jika ada yang berkata ‘Mengapa hanya memperhatikan dan mengangkat sisi kaum lelaki saja, serta hanya memenuhi keperluan nafsu lelaki saja sehingga mereka boleh berganti dari istri yang satu kepada istri yang lain sesuai keperluan nafsunya? Padahal wanita juga memiliki panggilan nafsu‘. Kita jawab, wanita itu sebagaimana kebiasaan mereka wajahnya terlindungi oleh cadar dan berada di rumah-rumah mereka, gejolak mereka pun lebih dingin dibanding laki-laki, pergerakan lahir dan batin mereka lebih sedikit dibanding laki-laki, oleh karena itulah lelaki yang diberi kekuatan dan gejolak panas yang merupakan kunci penguasaan nafsu. Itu diberikan kepada lelakidalam jumlah yang lebih besar. Bahkan kaum lelaki pun mendapat dugaan karena hal itu, sedangkan wanita tidak. Sehingga dimutlakkan bagi lelak iberupa banyaknya jumlah pernikahan yang bolehkan (dalam satu waktu) sedangkan wanita tidak. Ini adalah hal yang dikhususkan dan dilebihkan oleh Allah untuk kaum laki-laki. Sebagaimana juga Allah utamakan mereka dalam hal pengembanan risalah, kenabian, khilafah, kerajaan, kepemimpinan hukum, jihad dan hal lainnya.

Allah juga menjadikan lelaki pemimpin bagi wanita, yang berkewajiban menjaga maslahah istrinya dan menjalani berbagai resiko dalam mencari penghidupan istrinya. Mereka menunggang kuda, menjelajah gurun, menghadapi berbagai bencana dan ujian demi kemaslahatan istri. Allah Ta’ala itu Syakuur (Sebaik-baik Pemberi Ganjaran) dan Haliim (Maha Pemurah). Sehingga Allah memberi balasan kepada kaum lelaki berupa kebolehan berpoligami, dan mengganti segala kesusahan mereka itu dengan membolehkan hal-hal yang tidak dibolehkan bagi wanita. Dan anda yang berkata, jika anda membandingkan antara dugaan bagi lelaki berupa lelah-letih, kerja keras, kesusahan yang dialami kaum lelaki demi masalahat istrinya dengan dugaan yang dialami kaum wanita yang berupa kecemburuan, anda akan dapatkan bahwa apa yang dialami kaum lelaki itu jauh lebih besar kadarnya. Inilah salah satu bentuk sempurnanya keadilan, kebijaksanaa dan kasih sayang Allah Ta’ala. Segala puji bagi Allah sebab memang Dialah yang memiliki segala pujian” (I’laamul Muwaqqi’in, 2/65-66)

Page 5: Poligami

3. Nafsu wanita lebih besar dari nafsu lelaki

Karena nafsu wanita lebih besar dari lelaki, maka bagi wanita tidak cukup hanya satu suami. Demikian bunyi salah satu syubhat. Ibnul Qayyim membantah pernyataan ini: “Adapun perkataan seseorang bahwa nafsu wanita lebih besar dari nafsu lelaki, ini tidak benar. Nafsu itu sumbernya dari hawa panas. Hawa lelaki lebih panas dari wanita. Namun wanita, jika ia sendiri, kesepian, dan ia tidak boleh menahan diri dari hal-hal yang berhubungan dengan nafsu dan memuaskan dirinya, maka ia pun dapat ditenggelamkan oleh nafsu sehingga nafsu menguasai dirinya. Ketika tidak ada hal yang dapat menjadi pelampiasan, bahkan disertai perasaan kesepian, maka boleh terjadi apa yang terjadi. Sehingga ketika itu disangkalah bahwa nafsu wanita lebih besar dari laki-laki. Ini tidak benar. Telah dibuktikan bahwa lelaki boleh mencampuri istrinya lalu mencampuri istrinya yang lain dalam satu

waktu.

[ �ان� �ي< ك �ب �ه� ص�ل�ى – الن �ه� الل �ي �م� ع�ل ل �ط�وف� – و�س� �ه� ع�ل�ى ي ائ �س� �لة� ف�ي ن �ي �و�اح�د�ة� الل ال ]

‘Nabi Shallallahu’alaihi Wasalam biasa menggilir istri-istrinya dalam satu malam‘

Bahkan Nabi Yusuf Sulaiman menggilir 90 orang istrinya dalam satu malam. Dan sudah kita ketahui bersama bahwa wanita biasanya hanya memiliki satu kali klimaks. Jika seorang lelaki telah memuaskan seorang wanita, hingga terpenuhi nafsunya, dan hilang nafsunya, wanita tersebut tidak akan meminta yang lain ketika itu. Maka, sifat demikian sesuai dengan hikmah dari takdir Allah dan hikmah ketetapan syariat bagi hamba dan ummat” (I’laamul Muwaqqi’in, 2/66)

Maka dengan sebab-sebab ini jelaslah mengapa agama islam tidak mebenarkan poliandri,meskipun begitu gejala poliandri telah menular dalam masyarakat kita pada hari ini ,kerana beberapa faktor diantaranya

1. Lemahnya iman.2. Kurangnya ilmu agama.3. Mengikuti budaya barat dan eropah yang mengamalkan hak kebebasan.4. Ikut hawa nafsu dan bisikan syaitan.

Justeru sebagai umat islam kita harus menguatkan iman kita dengan mendalami ilmu agama supaya dapat menangkis serangan pemikiran barat yang melampaui batas setrusnya dapat melawan hawa nafsu dan bisikan syaitan.

Pandangan orientalis(sarjana barat) dan golongan fasik yang menentang terhadap poligami dalam islam.

Page 6: Poligami

Sarjana barat merupkan golongan cerdik pandai dari barat keilmuan mereka amat mengagumkan tetapi mereka bukanlah dari agama islam mejoritinya mereka beragama kristian dan ada juga beragama yahudi dan prosten namun ada juga orang islam yang menolak poligami kerana mereka tersalah menafsir al-quran maka menjadi fasiq(masih islam dan prlu taubat). Antara pandangan mereka terhadap poligami ialah:

1. Agama islam agama yang tidak bertamadun kerana mengamalkan poligami.2. Islam agama yang tidak adil dalam soal poligami tidak memberi hak pada isteri.3. Agama islam adalah agama yang dibawa oleh seorang yang gila sex.4. Dalam al-quraan sendiri menegah poligami5. Para penentang poligami menyatakan adanya larangan Nabi Sallolahu ‘alaihi wa sallam

kepada Ali untuk bernikahi anak perempuan Abu Jahl dan mengumpulkannya dengan Fatimah binti Nabi Sallolahu ‘alaihi wa sallam

Para penentang poligami menyatakan, tidak mungkin bagi para suami mampu berbuat adil dikalangan isteri-isteri, dengan dalil firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

Ertinya : “Jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja.” [An-Nisaa`: 3]

Dan Allah telah berfirman :

“Ertinya : Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian” [An-Nisaa`: 129]

6. Para penentang poligami berpendapat, bahwa poligami akan melahirkan banyak persoalan yang mengancam mahligai rumah tangga. Sering timbul masalah. Belum lagi termasuk implikasi bagi perkembangan psikologi anak yang lahir dari pernikahan poligami. Sering mereka merasa kurang diperhatikan, kehausan kasih sayang dan padahnyaa dan menimbulkan maslah sosial secara tidak langsung, kerana dididik dalam suasana yang kerap perselisihan dan peegaduhan.

7. Para penentang poligami mengatakan, Islam, sebagai agama yang diturunkan untuk menegakkan keadilan, sama sekali tidak pernah memerintahkan umatnya berpoligami. Al-Qur'an surat Annisa ayat 3 kerap kali dijadikan dalil pembenar. Padahal, ulama membaca ayat tersebut tidak seragam. Setidaknya ada 3 pendapat menilai ayat trsebut. Pertama, boleh tanpa syarat. Kedua, boleh dengan syarat darurat; dan Ketiga, haram lighairihi. Pendapat ketiga mengisyaratkan bahwa pada asalnya, poligami tidaklah haram. Namun, karena masalaha yang ditimbulkannya luar biasa membawa kemudaratan, maka poligami menjadi haram[17]

Maka inilah jawapan terhadap persoalan mereka (orientalis).

Page 7: Poligami

1. Poligami bukanlah perkara yang baru tetapi sudah beribu tahun berlaku sejak zaman dahulu, sebelum datangnya Rasul tidak terdapat poligami? Zaman empayar rom juga mengamalkan poligami,kerajaan agong dahulu juga amalkan poligami berdasarakan kajian-kajian yang dilakukan oleh pengkaji sejarah poligami telah wujud sejak zaman dahulu lagi seperti dilaporkan dalam Bible, Yajurveda dan tamadun-tamadun awal. Islam hanya menghadkan poligami maksimum hanya empat sahaja sedangkan agama dan tamadun lain tidak pernah menghadkannya. Abraham mempunyai tiga isteri, Solomon mempunyai 700 isteri dan 300 gundik, David mempunyai 99 isteri dilaporkan dalam Bible, manakala Krisna mempunyai 16108 isteri tetapi tak pernah disentuh atau jadi isu tetapi islam menghadkan kepada empat sahaja tiba-tiba jadi isu. Sila rujuk Bible

Maka Sarai memberikan Hagar kepada Abraham untuk dijadiakn isterinya (Act 16;3). Abraham berkahwin lagi dengan seorang perempuan bernama Ketura (Act 25;1). Raja Solomon berkahwin dengan tujuh ratus orang puteri raja dan mempunyaitiga ratus

orang gundik (King 11;3).2. Islam amat menitik beratkan tentang keadilan,keadilan membawa maksud : meletakan

sesuatu betul pada tempatnya” “memberi hak kepada yang berhak” dari sudut zahir atau batin .jika suami tidak berbuat adil pada istri maka boleh minta cerai atas sebeb syar’a antaranya ialah:

Boleh minta cerai jika tidak beri nafkah zahir dan batin. Suami malas kerja semua kerja di lakuakan isteri boleh minta cerai. Suami tidak sentuh (bersetubuh) boleh minta cerai. Suami ada penyakit bahaya boleh isteri minta cerai. Suami kakai pukul boleh minata cerai. Suami suruh buat maksiat boleh minta cerai . Suami halang isteri beribadat boleh minta cerai. Suami tidak balik ke rumah sehingga bebrapa bulan. Suami tidak ada keinginan sex sebab sakit.

isteri tidak dibenarkan minta cerai jika suami kawin lain atau isteri mempunyai perselisihan dengan keluarga mertua lelaki maka sesiapa yang meminta cerai maka Allah menghalang dia dari menghidu bau syurga maka hukum meminta cerai atas sebab ini adalah haram,maka apabila suami kawin lain itu diharuskan oleh syara’a.

3. Setiap perkawinan Rasul sebagai dakwah dan merakamkan perbuatan nabi mengauli isterinya untuk diceritakan kepada orang ramai kerana islam sebegai cara hidup . Dan kita tahu, bahwa selain Aisyah, semua istri rasul itu janda, ada yang tua, lanjut usia, dan beranak banyak. Jadi perkawinan Rasul bukanlah suatu hiburan atau hal yang kepuasan untuk seksnya. Kalau seandainya Rasul poligami karena nafsu seksnya tinggi kenapa harus memilih wanita-wanita seperti itu. Rasulullah mengamalkan poligami adalah untuk memberi perlindungan kepada para perempuan yang sudah tidak bersuami, untuk memperkukuh dan memperluas dakwah Islam seperti perkawinan Beliau dengan Aisyah binti Abubakar dan Hafsah binti Umar yang merupakan anak-anak kawan rapatnya. Rasulullah saw juga menikahi sepupunya Zainab binti Jahsyi, yang sebelumnya sudah kawin dengan anak angkat Beliau, Zayed bin Harithah. Selepas Zayed menceraikan isterinya, Rasulullah mengawini Zainab atas perintah Allah yaitu untuk

Page 8: Poligami

menghalalkan perkawinan dengan bekas isteri anak angkat, yang sebelumnya dianggap terlarang dalam masyarakat jahiliyah (lihat QS. Al-Ahzab: 37). Dan, banyak lagi ketentuan-ketentuan yang lain yang bertujuan untuk melindungi perempuan seperti hak terhadap harta warisan, hak memiliki dan mengatur harta kekayaan sendiri, fasakh, khulu’ (tebus talak), hak diberi mahar, nafkah, dan lain-lain. Maka jelaslah Islam telah mengangkat dan menempatkan perempuan di tempat yang mulia. Bukanlah nabi itu seorang yang gila sex bahkan beliau berkahwin dengan janda kerana ingin mengambil tangugngjawab ini.

nabi tidak berpoligami ketika siti khadijah masih hidup bahkan setelah ummul mukminin wafat barulah baginda berkahwin dengan seorang anak dara yakni siti aisyah dan diikuti oleh yang lain,dalam kes siti aisyah sewaktu bernikah dengan nabis ewaktu umur 6 tahun (ada riwayat kata 7 tahun) dan nabi bersama aisyah ketika umurnya 9 tahun ini kerana itu wajar pada masa itu pernikahan pada waktu itu menunjukan bahawa siti aisyah r.a sudah matang berumah tangga sejak kecil dan merupakan kehebatan islam dalam pembetukan kedewasaan seorang anak tapi alasan ini bukan boleh diterima dengan naif ia memerlukan penilitian yang mendalam kerana bebrapa faktor:

Kerana adat pada masa jahiliyah begitu perkahwinan pada umur muda memang normal dan tidak diprtikaikan oleh para sahabat yang cerdik pandai ketika itu.

Untuk menjaga keturunan dari perang suku yang berlaku. Malahan di negara arab perkara seperti mereupakan adat.

Kesimpulanya orientalis cuba mngelirukan umat islam dengan ideologi mereka untuk menjatuhkan islam justeru itu sebagai umat islam kita harulah berhujah dengan mereka supaya mereka mengerti dan memahami apa yang dibawa oleh agama islam .

Dan ini merupakan jawapan kepada mereka yang masih islam tetapi tidak memahami islam secara keseluruhanya dalam soal poligami.

Pertama.

Para penentang poligami menyatakan adanya larangan Nabi Sallolahu ‘alaihi wa sallam kepada Ali untuk bernikahi anak perempuan Abu Jahl dan mengumpulkannya dengan Fatimah binti Nabi Sallolahu ‘alaihi wa sallam [3].

Dengan menyandarkan kepada larangan Nabi Sallolahu ‘alaihi wa sallam kepada Ali agar tidak mengumpulkan Fathimah dengan anak perempuan Abu Jahl, maka sebagian penentang poligami memberikan komentar dan mengatakan, sesungguhnya Rasulullah Sallolahu 'alaihi wa sallam telah melarang Ali untuk bernikah dengan anak perempuan Abu Jahl dan dikumpulkan bersama Fatimah. Bila Rasulullah Sallolahu ‘alaihi wa sallam sebagai teladan, maka kami melarang para suami bernikahi wanita lain bersama dengan anak-anak perempuan kami, dan kami pun tidak melakukan

Page 9: Poligami

poligami, karena ini termasuk di antara perkara-perkara yang boleh menyakiti orang-tua maupun isteri-isteri kami.

Jawab:

Penyataan dilontarkan oleh merka itu, hakikatnya sudah tertolak dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

“Ertinya : Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi; dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja”.

Dalam ayat ini, Allah Azza wa Jalla membolehkan seorang lelakiuntuk bernikahi wanita lebih dari satu, dan juga memerintahkan untuk bernikahi satu isteri saja bila merasa khawatir tidak mampu berbuat adil. Adapun Rasulullah Sallolahu ‘alaihi wa sallam yang telah melarang Ali memadu Fatimah, beliau Sallolahu ‘alaihi wa sallam sendiri bernikah dengan sembilan isteri, maka ucapan beliau adalah hujjah, demikian juga dengan perbuatannya. Bantahan secara detail, di antaranya terdapat di dalam hadist itu sendiri. Pendapat ini lebih utama, sedangkan yang lainnya merupakan kesimpulan dan pendapat dari para ulama. Berikut adalah penjelasannya.

[1]. Bantahan tersebut telah datang dalam nash hadist tersebut sebagaimana disebutkan dalam sabda Nabi Sallolahu ‘alaihi wa sallam :

“Tidak akan berkumpul putri Nabi Allah dengan anak perempuan musuh Allah selama-lamanya.”

Dalam riwayat Muslim :

“Dalam satu tempat selama-lamanya”.

Dalam riwayat yang lain disebutkan:

“Pada satu lelakiselama-selamanya”.

Maka ini termasuk di antara nikah yang diharamkan, yaitu mengumpulkan antara putri Nabi Sallolahu ‘alaihi wa sallam dengan anak perempuan musuh Allah Subhanahu wa Ta’ala . Demikian pendapat sebagian ulama.

Page 10: Poligami

Ibnu Tiin berkata,"Pendapat yang paling benar dalam membawa makna kisah ini adalah, bahwasanya Nabi Sallolahu ‘alaihi wa sallam mengharamkan kepada Ali, yaitu tidak mengumpulkan putri beliau Sallolahu ‘alaihi wa sallam dengan anak perempuan Abu Jahl karena akan menyakiti beliau, dan menyakiti Nabi hukumnya haram, berdasarkan ijma’. Adapun sabda Nabi Sallolahu ‘alaihi wa sallam : 'Aku tidak mengharamkan perkara yang halal,' maknanya, dia (anak perempuan Abu Jahl) halal baginya kalau saja Fatimah bukan isterinya. Sedangkan mengumpulkan keduanya yang dapat menyakiti Nabi Sallolahu ‘alaihi wa sallam , maka tidak boleh".[4]

Imam Nawawi rahimahullah berpendapat, diharamkan mengumpulkan di antara keduanya dan makna sabda Nabi "Aku tidak mengharamkan perkara yang halal," maksudnya adalah, aku (Nabi) tidak mengatakan sesuatu yang menyelisihi hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jika Allah Subhanahu wa Ta’ala menghalalkan sesuatu, aku tidak akan mengharamkannya. Dan jika Allah mengharamkan sesuatu, aku tidak akan menghalalkannya. Dan aku, juga tidak diam dari pengharaman sesuatu, karena diamku berarti penghalalan sesuatu tersebut. Maka, ini termasuk di antara nikah yang diharamkan, yaitu mengumpulkan antara putri Nabi Sallolahu ‘alaihi wa sallam dengan anak perempuan musuh Allah Subhanhu wa Ta’ala.[5]

[2]. Hadis ini menunjukkan di antara kekhususan Nabi Sallolahu ‘alaihi wa sallam , yaitu putri-putri beliau tidak boleh dimadu.[6]

[3]. Hal ini khusus bagi Fathimah, karana dia telah kehilangan ibunya dan juga saudara-saudara perempuannya, sehingga tidak tersisa lagi orang yang boleh diajak bertukar pikiran atau meringankan beban pikiran, atau untuk menyampaikan rahasia apabila muncul rasa cemburunya [7]. Berbeda dengan isteri-isteri Nabi Sallolahu ‘alaihi wa sallam , karena jika mereka mendapatkan problem semisal di atas, maka mereka boleh mengadu kepada orang yang boleh menyelesaikan masalah tersebut, yaitu suami mereka, yakni Nabi Sallolahu ‘alaihi wa sallam . Ini disebabkan dengan apa yang ada pada beliau Sallolahu ‘alaihi wa sallam , yaitu sifat lemah-lembut, kebaikan hati, menjaga perasaan. Sehingga semua isteri beliau Sallolahu ‘alaihi wa sallam ridha dengan kebaikan akhlak dan seluruh sikap beliau Sallolahu ‘alaihi wa sallam , sehingga jika muncul kecemburuan, maka boleh segera teratasi dalam waktu cepat.

[4]. Sesungguhnya hal itu bukan berarti larangan, akan tetapi maksudnya, Nabi Sallolahu ‘alaihi wa sallam dengan sikap percaya dirinya dan keteguhannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, beliau mengetahui bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala –dan ini termasuk karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada beliau- tidak akan mengumpulkan Fathimah dengan anak perempuan Abu Jahl. Seperti perkataan Sahabat Anas bin Nadhir tatkala saudara perempuannya mematahkan gigi seri seorang wanita, dan Nabi Sallolahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk menegakkan qishash, akan tetapi Anas bin Nadhir berkata: "Apakah engkau hendak mematahkan gigi Rabi'? Tidak! Demi Allah . Engkau tidak mungkin mematahkan giginya, selama-lamanya. Maka keluarga wanita tersebut

Page 11: Poligami

akhirnya mau menerima diyat dan gigi seri milik Rabi’tidak dipatahkan, sehingga berkatalah Rasulullah Sallolahu ‘alaihi wa sallam :

“Ertinya : Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah, kalau dia bersumpah dengan nama Allah, Allah berkenan mengabulkannya” [8]

Kedua.

Para penentang poligami menyatakan, tidak mungkin bagi para suami mampu berbuat adil dikalangan isteri-isteri, dengan dalil firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

Ertinya : “Jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja.”

[An-Nisaa`: 3]

Dan Allah telah berfirman :

“Ertinya : Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian” [An-Nisaa`: 129]

Jawab:

Yang dimaksud dengan “Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil" dalam ayat ini adalah rasa cinta, kecendrungan hati dan hubungan badan. Adapun perkara-perkara yang zahir, seperti tempat tinggal, wang belanja dan waktu bermalam, maka wajib bagi seorang lelakiyang mempunyai isteri lebih dari satu untuk berbuat adil.

Dikatakan oleh Imam Ibnu Taimiyyah: "Tidak boleh mengutamakan salah satu di antara para isteri dalam pembagian. Akan tetapi, bila dia mencintai salah satunya lebih dari yang lainnya, atau berhubungan badan lebih banyak dari yang lainnya, maka ini tidak mengapa. Dalam masalah ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menurunkan ayat-Nya :

“Ertinya : (Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian)” [An-Nisaa` : 129]

" dalam rasa cinta dan perhubungan badan".

Page 12: Poligami

Imam Nawawi dalam kitab Syarah Muslim menjelaskan : "Adapun rasa cinta, beliau Sallolahu ‘alaihi wa sallam lebih mencintai 'Aisyah dibandingkan dengan yang lainnya. Dan kaum Muslimin sepakat, bahwa menyamakan rasa cinta kepada semuanya bukan suatu kewajiban, karena ini diluar kemampuan seseorang kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala menghendakinya. Adapun adil dalam bersikap, maka demikianlah yang diperintahkan".[10]

Imam Ibnu Hajar juga berpendapat dengan pendapat yang sama. Beliau berkata,"Apabila suami memenuhi keperluan , peribadi dan tempat tinggal bagi seluruh isterinya, maka tidak mengapa baginya jika dia melebihkan sebagian lainnya dalam hal kecenderungan hati atau pemberian hadiah.[11]

Dalam masalah keadilan ini, Syaikh Musthafa al Adawi memberikan dua peringatan.

[1]. Menyamakan dalam berhubungan badan meskipun ini tidak wajib akan tetapi disunnahkan untuk berbuat adil dalam hal ini, ini lebih baik, lebih sempurna dan jauh dari sikap berlebih-lebihan dalam kecenderungan hati, sebagaimana yang dikemukakan oleh sejumlah Ulama’. Imam Ibnu Qudaamah dalam kitab beliau “Mughni” mengatakan : Bila memungkinkan menyamakan dalam berhubungan badan maka ini lebih baik, lebih utama dan lebih sesuai dengan makna adil[12]

Dalam kitab al Majmu’ Syarah al Muhadzab disebutkan, dianjurkan bagi suami untuk menyamakan dalam berhubungan badan, karena ini lebih sempurna dalam berbuat adil. Kalau dia tidak melakukannya, maka tidak mengapa. Karena dorongan untuk melakukan hubungan badan adalah nafsu nafsu dan rasa cinta. Dan tidak mungkin menyamakan di antara para isteri. Oleh sebab itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

Ertinya : “Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian”

[An-Nisaa`:129]

Menurut 'Abdullah bin 'Abbas, yaitu dalam hal rasa cinta dan hubungan badan. 'Aisyah sendiri menjelaskan, bahwasanya Rasulullah Sallolahu ‘alaihi wa sallam membagi di antara isteri-isteri beliau dan berbuat adil, kemudian (beliau Sallolahu ‘alaihi wa sallam) berkata: "Ya, Allah. Inilah pembagianku pada isteri-isteriku yang aku miliki, dan janganlah Engkau cela diriku pada apa yang Engkau miliki dan tidak aku miliki," yaitu hati.[13] Dan di bagian lain dikatakan: "Akan tetapi dianjurkan untuk menyamakan di antara para isteri dalam berhungan badan, karena ini yang menjadi tujuan".

Page 13: Poligami

[2]. Seorang suami wajib untuk memenuhi keperluan biologis isterinya, tentunya sesuai dengan kemampuannya. Kalau ia tidak melakukannya, maka dia tidak akan merasa aman dari kerusakan, yang mungkin terjadi pada isterinya, bahkan terkadang dapat menyebabkan permusuhan, kebencian dan perselisihan di antara keduanya.[15]

Ketiga.

Para penentang poligami berpendapat, bahwa poligami j akan melahirkan banyak persoalan yang mengancam mahligai rumah tangga. Sering timbul masalah. Belum lagi termasuk implikasi bagi perkembangan psikologi anak yang lahir dari pernikahan poligami. Sering mereka merasa kurang diperhatikan, kehausan kasih sayang dan padahnyaa dan menimbulkan maslah sosial secara tidak langsung, kerana dididik dalam suasana yang kerap perselisihan dan peegaduhan [16]

Jawab

Pendapat ini harus kita bantah:

Perselisihan yang muncul di antara para isteri merupakan sesuatu yang wajar, tumbuh dari rasa cemburu yang merupakan tabiat wanita . Untuk mengatasi hal tersebut, bergantung kepada kemampuan suami dalam mengatur urusan rumah tangganya, keadilannya terhadap isteri-isterinya, rasa tanggung jawab terhadap keluarganya, demikian juga tawakalnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala

Apabila ini semua sudah dilengkapi, maka akan tegaklah kehidupan keluarganya, diliputi dengan rasa kasih dan sayang di antara anggota keluarganya. kalau tidak lengkapi maka akan hancurlah keluarga tersebut, baik keluarga yang berpoligami ataupun tidak. Kenyataannya dalam kehidupan rumah tangga tempang seperti ini, walaupun bernikahi hanya dengan satu isteri (monogami). Bahkan banyak terjadi pertengkaran, hingga berlakunya penrceraian, dan menyebabkan anak-anak menjadi terbiar dan tidak dipedulikan.

Memang ada benarnya, terkadang pertengkaran menimpa keluarga, orang yang melakukan poligami, tetapi hal ini terjadi karena kurang bertanggung jawabnya suami, dan karena ketidak-adilannya terhadap para isterinya. Ini memerlukan jalan penyelesaian, bukan dengan cara menolak poligami, yang di dalamnya terdapat banyak kebaikan. Perbuatan dan perilaku individu, tidak dijadikan sebagai dalil untuk menolak diperbolehkannya poligami.

Keempat.

Para penentang poligami mengatakan, Islam, sebagai agama yang diturunkan untuk menegakkan keadilan, sama sekali tidak pernah memerintahkan umatnya berpoligami. Al-Qur'an surat Annisa ayat 3 kerap kali dijadikan dalil pembenar. Padahal, ulama membaca ayat tersebut tidak seragam. Setidaknya ada 3 pendapat menilai ayat trsebut. Pertama, boleh tanpa syarat. Kedua, boleh dengan

Page 14: Poligami

syarat darurat; dan Ketiga, haram lighairihi. Pendapat ketiga mengisyaratkan bahwa pada asalnya, poligami tidaklah haram. Namun, karena masalaha yang ditimbulkannya luar biasa membawa kemudaratan, maka poligami menjadi haram[17]

Jawab

Ini merupakan penipuan besar atas agama Allah dan ayat-ayat-Nya. Bagaimana kita katakan bahwa Islam sama sekali tidak pernah memerintahkan umatnya berpoligami? Bagaimana dengan ayat yang telah disebutkan Allah Subhanhu wa Ta’ala , yaitu :

Ertinya : “Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi; dua, tiga atau empat”

[An-Nisaa` : 3]

Para ulama menjelaskan tentang tafsir ayat ini, bahwasanya hukum asal berpoligami adalah boleh. Bahkan sebagian ulama mengatakan perkara ini dianjurkan bagi yang mampu.

Syaikh Mohammad Amin mengatakan dalam kitab tafsir Adwa’ul-Bayan, bahwasanya Islam membolehkan bernikah dengan lebih dari satu isteri, (yaitu) dua, tiga atau empat[18]

Juga Imam Ibnu Katsir, di dalam tafsir beliau tentang ayat ini menyebutkan, nikahilah wanita yang kalian kehendaki selain dari mereka, jika kalian menghendaki dua orang, tiga orang atau empat orang [19]

Demikian juga perintah Nabi Sallolahu ‘alaihi wa sallam : "Nikahilah wanita yang banyak melahirkan anak dan cinta kepada suami. Sesungguhnya aku membanggakan banyaknya kalian di hadapan umat-umat lainnya".[20]

'Abdullah bin 'Abbas juga mengatakan: "berikahlah! Sesungguhnya sebaik-baik umat ini adalah yang paling banyak isterinya".[21]

Maknanya, dengan banyaknya bernikah akan memperbanyakan umat, dan inilah yang menjadi tujuan pernikahan. Para ulama’ menjelaskan, boleh melakukan poligami, dengan syarat harus bersikap adil. Dalam hal ini, adil yang dimaksud adalah dalam perkara yang zhahir; bukan yang batin, seperti rasa cinta, kecenderungan hati, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.

Page 15: Poligami

Adapun perkataan "namun, karena masalah yang ditimbulkan amat luar biasa membawa kemudaratan, maka poligami menjadi haram".

Timbul pertanyaan, apakah sesuatu yang dibolehkan oleh Allah dan banyak membawa kebaikan akan menimbulkan kemudaaratan? Allah lah Yang paling mengetahui tentang kebaikan bagi hamba-hamba-Nya, dan yang paling bijaksana dalam menetapkan hukum-Nya. Maka kalau dalam berpoligami terdapat kekurangan yang disebabkan perilaku sebagian individu, maka tidaklah kemudian disama-ratakan hukumnya. Penilaian yang mengeneralisir ini, sungguh suatu penilian yang sangat keliru.

Demikian sebagian di antara pandangan keliru yang dilemparkan para musuh Islam kepada kaum Muslimin tentang poligami. Sehingga boleh menjadi keraguan di kalangan kaum Muslimin pada umumnya. Dengan demikian, setahap demi setahap keraguan ini boleh menyebabkan penolakan terhadap syari'at Allah secara keseluruhan. Kita berlindung dan memohon pertolongan kepada Allah, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu membimbing kita pada kebenaran. Tetap berpegang teguh dengan al Qur`an dan Sunnah Rasulullah Sallolahu ‘alaihi wa sallam.

Sumber rujukan:

Islam dan poligami[ wikipedia]

Ustaz azhar idrus [you tube: poligami dalam islam]

Dr maza [you tube:poligami dalam islam]

Dr yusuf estet[why aisyah married?]

http://aceh.tribunnews.com/2013/12/20/jaminan-atas-hak-hak-perempuan-dalam-islam

Page 16: Poligami

Fatawa IslamWeb no.112109, http://www.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=FatwaId&Id=112109)

1. Fathul-Bari bi Syarhish-Shahih al Imam Abi Abdillah bin Muhammad bin Ismail al Bukhari, al-Imam al Hafizh Ahmad bin Ali bin Hajar al Ashqalani, Darul Fikr.

2. Al Majmu’ Syarh al Muhadzab, al Imam Abu Zakariya Muhyiddin an-Nawawi, Darul-Fikr.

3. Majmu’ Fatawa, Syaikhul-Islam Ibn Taimiyyah, Maktabah Ibn Taimiyyah.

4. Fiqhu Ta-addudi az-Zaujat, Musthafa al Adawi, Cetakan 1990, Maktabah Ibn Taimiyyah, Qohiroh.

5. Syarh an-Nawawi 'ala Shahih Muslim, al Imam Abu Zakariya Muhyiddin an-Nawawi, Cet. 2 Th. 1392 H, Dar-Ihya’ut-Turats al-Arabi,.

6. Adwa’ul-Bayan, Muhammad al Amin bin Muhammad bin Mukhtar asy-Syingqity, Cet. 1415 H, Darul-Fikr, Beirut,

7. Al Mughni, 'Abdullah bin Ahmad bin Qudamah al Maqdisi, Cet. I Th. 1405H, Darul-Fikr, Beirut.

8. Tafsir al Qur`anul-'Azhim. Imam Ibnu Katsir, Cet. I, Th. 411…… H, Maktabah Dar-Fiha’, Maktabah Darus-Salam.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun X/1428H/2007. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]

__________

Footnotes

[1]. Adhwa’ul Bayan (3/22) karya Syaikh Muhammad Amin Asy-Syinqithi rahimahullah

[2]. Ibid (3/24)

[3]. Hadis diriwayatkan oleh Imam Bukhari (5/2004) dan Imam Muslim (4/1902) dengan lafazh :

“ Rasulullah bersabda dan beliau di atas mimbar : “Bahwasanya keluarga Bani Hasyim bin Mughirah meminta ijin untuk bernikahkan anak perempuan mereka dengan Ali bin Abi Thalib, maka aku tidak mengijjinkannya, aku tidak mengijinkannya, aku tidak mengijinkannya, kecuali bila Ali menceraikan putriku dan bernikahi anak perempaun mereka. Sesungguhnya Fathimah merupakan bagian dariku, meragukanku apa yang meragukannya, menyakitiku apa yang menyakitinya”

[4]. Fathul Bari (9/328)

[5]. Syarhu Muslim (5/313)

[6]. Fathul Bari (9/329)

[7]. Ibid

[8]. Fuqh Ta’adud Az-Zaujat, 127

[9]. Majmu Al-fatawa (32/269)

Page 17: Poligami

[10]. Syarah Muslim (5/297)

[11]. Fathul Bari (9/313)

[12]. Al-Mughni (7/235)

[13]. Al-Majmu Syarah Al-Muhadzab (16/430)

[14]. Ibid (16/433)

[15]. Fiqh Ta’adud Az-Zaujat, hal. 98 dengan beberapa tambahan

[16]. Perkataan Muhammad Abduh seorang tokoh yang controversial dari Mesir, Rasyid Ridha, Tafsir Al-Manar IV, Th. 347-350 dinukil dari situs JIL

[17]. Disampaikan Musdah Mulia, Sekjen ICRP (Indoensian Conference On Religion and Peace), dalam kesempatan tatap muka dengan beberapa wartawan di Jakarta (8/12)

[18]. Adwa’ul Bayan (8/441)

[19]. Tafsir Al-Qur’anul Azhim, Imam Ibnu Katsir (1/598)

[20] Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud no. 2050

[21]. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari no. 5069

[http://almanhaj.or.id/content/2550/slash/0/menepis-kekeliruan-pandangan-terhadap-poligami/]