pintar bicara , piawai menulis oleh muhammad yakub...

13
Pintar Bicara Piawai Menulis Oleh Muhammad Yakub Yahya Penghulu, imam, khatib, ustadz/konsultan pengajian, trainer, dosen, wartawan, relawan, penulis buku, editor, dan aktivis Disajikan dalam Workshop Jurnalistik untuk Aparatur Kementerian Agama se Aceh 2013, Subbag Inmas (Informasi dan Hubungan Masyarakat) Kanwil Kementerian Agama provinsi Aceh, Selasa Jumat/ 20 23 Agustus 2013/ 13-16 Syawal 1434 H, Suthan Hotel, Banda Aceh

Upload: hadung

Post on 02-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pintar Bicara , Piawai Menulis Oleh Muhammad Yakub Yahyaaceh.kemenag.go.id/file/file/file/ypxs1378365726.pdf · otodidak (belajar, ... Kita yang rajin dengan orang ramai, biasa akan

Pintar Bicara

Piawai Menulis

Oleh

Muhammad Yakub Yahya Penghulu, imam, khatib, ustadz/konsultan pengajian, trainer, dosen, wartawan, relawan, penulis buku, editor, dan aktivis

Disajikan dalam Workshop Jurnalistik untuk Aparatur

Kementerian Agama se Aceh 2013, Subbag Inmas (Informasi dan

Hubungan Masyarakat) Kanwil Kementerian Agama provinsi Aceh,

Selasa –Jumat/ 20 – 23 Agustus 2013/ 13-16 Syawal 1434 H,

Suthan Hotel, Banda Aceh

Page 2: Pintar Bicara , Piawai Menulis Oleh Muhammad Yakub Yahyaaceh.kemenag.go.id/file/file/file/ypxs1378365726.pdf · otodidak (belajar, ... Kita yang rajin dengan orang ramai, biasa akan

A. Muqaddimah • Sajian “cara buat berita”, yang sederhana, beserta

kliping koran yang bisa saya ‘gali’, limeuh, ungki, dari arsip saya berikut ini, hanya pelengkap silaturrahîm di antara kita dalam bulan Syawal 1434 H ini. Mohon maaf lahir dan batin.

• Biodata saya, juga sekadar perbandingan dengan lika-liku kehidupan ikhwân/ akhwât -

-praktisi media, penghubung media, penyuplai berita, dan pengelola web, yang saya hormati dan kagumi semua-- yang tentu juga sangat berwarna-warni, bukan?

• Tujuan dan maksud sesi ini tidak muluk-muluk. Cuma ingin menambah semangat, menyemangati, membahani, dan men-support kita. Untuk bisa lebih aktif menulis, juga bikin news, haba, ‘beurakah’, dalam bingkai berita. Lebih memboboti tulisan yang ada, agar lebih dari sekadar ‘tulisan’. Agar tetap punya arah dan pandangan (visi) dan kiat, taktik dan strategi (misi).

Page 3: Pintar Bicara , Piawai Menulis Oleh Muhammad Yakub Yahyaaceh.kemenag.go.id/file/file/file/ypxs1378365726.pdf · otodidak (belajar, ... Kita yang rajin dengan orang ramai, biasa akan
Page 4: Pintar Bicara , Piawai Menulis Oleh Muhammad Yakub Yahyaaceh.kemenag.go.id/file/file/file/ypxs1378365726.pdf · otodidak (belajar, ... Kita yang rajin dengan orang ramai, biasa akan

C. Sasaran

• Setelah ini, usai acara ini, terbantu kita pembicara atau penulis (komunikator) untuk lebih siap meyampaikan uneg-uneg, pesan, ide, program, masukan, kritikan, atau perasaan. Dengan sistematis, runtut, dan runut, tidak loncat-loncat, latah, dan terkejut-kejut. Buat pendengar atau pembaca (komunikan) dalam level mana, di mana, dan kapan pun. Komunikasi lewat berbagai media: podium, corong mic, surat kabar, media elektronik, majalah dinding (mading), papan pengumunan, brosur, selebaran, atau surat (cinta).

• Tampilan boleh dalam format seminar, loka, meeting, forum ilmiah,

diskusi, khutbah, ceramah, sambutan, atau protokol (MC). Yang disertai dengan tulisan: draft, konsep, atau coret-moret. Baik tampil lewat media elektronik (radio, televisi, multitele, dunia maya (cybernetik)/ situs/web, maupun lewat media cetak (buletin, harian, mingguan, jurnal, tabloid, majalah, serta mading).

Page 5: Pintar Bicara , Piawai Menulis Oleh Muhammad Yakub Yahyaaceh.kemenag.go.id/file/file/file/ypxs1378365726.pdf · otodidak (belajar, ... Kita yang rajin dengan orang ramai, biasa akan

D. Format

Page 6: Pintar Bicara , Piawai Menulis Oleh Muhammad Yakub Yahyaaceh.kemenag.go.id/file/file/file/ypxs1378365726.pdf · otodidak (belajar, ... Kita yang rajin dengan orang ramai, biasa akan

E. K i a t

1. Iqra’ • Kapasitas akademik tidak menjamin produktif menulis.

Atau gelar yang disandang belum tentu bermankan dan menarik hasil karyanya. Sebab sebagian hanya menulis untuk kewajiban kampus belaka. Membaca banyak, prasyarat menulis. Sehingga sebagian penulis yang produktif itu, bukan alumni kampus tertentu, atau tidak sempat diwisuda oleh rektorat. Padahal otak dan hatinya melebihi doktoral dan profesor. Di sini seakan sang otodidak (belajar, membaca sendiri) seakan lebih unggul.

• Padahal seharusnya, “Tugas pendidikan adalah menggantikan pikiran yang kosong dengan pikiran yang terbuka,” ujar Malcolm Forbes. Disambung oleh Finley Peter Dunne. “Kita bisa mengantar orang memasuki universitas, tetapi belum tentu bisa membuatnya berpikir.”

• “Anda tidak mempelajari apa pun, bila Anda hanya bicara,” Lyndon B. Johnson. “Tong kosong nyaring bunyinya.” Simaklah di warung kopi atau kantin misalnya, mana kawan kita sebagai ‘padi berisi’ dan mana yang hanya padé soh.

2. Aktif • Menjaga jarak dengan komunitas tidak akan melahirkan ide dan

solusi atau persoalan hidup. “Kepala dua lebih baik daripada kepala satu.” Kita yang rajin dengan orang ramai, biasa akan ada kompensasi lain yang tak terduga: mudah rezeki, ide banyak, banyak akal, atau banyak kucuran doa.

3. Mulai • Menunda adalah penyakit akut yang menimpa si pemalas. “Hari

kerja pemalas adalah besok, hari ini libur.” Ini laksana tulisan ‘awas hutang’ di pintu toko orang pelit: “Hari ini kontan, besok boleh utang.” Mulai menulis hari ini, begitu ide muncul.

4. Realistis • Hadapi dan terima kenyataan, bahwa kita lemah dan

berkekurangan. Cet langét (utopia) perlu, tapi sadar bahwa kita tetap di bumi. Juga, “Kesempurnaan adalah penyakit yang mematikan.” Sebab tak ada yang sempurna di sini (dunia). Tipologi orang begini sulit maju, karena selalu takut gagal. “Orang jatuh karena berjalan, kita tak melihat orang tersandung karena duduk.”

5. Biasakan • Sebagus apa pun konsep dan resep (kue), jika

tak pernah kita coba dan tekuni, tetap akan tinggal di dalam buku. Kue tak akan masak dan tersajikan dengan menghafal ukuran berapa gram tepung, gula, dan padum boh, boh manok. Tulisan tak akan lahir dengan hanya menghafal, misalnya rumus 5W + 1H (apa, mengapa/kenapa, siapa, kapan/bilamana, di mana, dan bagaimana). Tulisan tak lahir dengan hanya kaya data dan vocab (bahasa).

Page 7: Pintar Bicara , Piawai Menulis Oleh Muhammad Yakub Yahyaaceh.kemenag.go.id/file/file/file/ypxs1378365726.pdf · otodidak (belajar, ... Kita yang rajin dengan orang ramai, biasa akan

F. Bahasa

1. Diksi

• Tulisan apa pun --layaknya kita berbicara-- mestinya kita sajikan dalam tutur yang santun. Enak dibaca dan mengena. Serta berkesan dan efektif. Kritikan merusak misalnya, itu kebanyakan berkesan tidak santun. Perlu memang. Baik dan bijak kita sedikit marah dan mengkritik. “Kritik adalah pujian terselubung,” sebut pepatah. Kita kadang berat memuji, tapi gampang mengkritik.

• Orang yang besar jiwa, lapang dada, akan berterima kasih pada si pengkritik. Andai harus mengritik, memaki, mencela, dan menghujat tentu ada pilihan kata (diksi, diktif) yang, bisa jadi, memuat sinisme. Atau barangkali dengan permainan kata-kata (dialektik akrobatik). Atau mungkin juga dengan kata bersayap (poh sampéng). Atau ungkapan umum, tidak menjurus. Atau hiperbolik, makna terbalik (mafhum mukhalafah). Sehingga pendengar, pembaca, malu tersipu, mengoreksi diri, dan berubah.

• “Orang yang berbicara kepada Anda tentang orang lain disebut penggosip orang yang berbiara kepada Anda tenang dirinya adalah orang yang membosankan; sedangkan orang yang berbicara tentang Anda adalah orang yang cerdas,” kata Lisa Kirk.

• Kata Lord Chesterfield, “Anakku, beginilah cara

membuat orang menyukaimu. Buatlah setiap orang

lebih menyukai dirinya, bahkan sedikit saja, dan aku

berani menjamin bahwa ia akan sangat menyukaimu.”

Semua dimulai dengan kata-kata.

• “Keramahan dalam tutur kata menciptakan percaya

diri, keramahan dalam berpikir menciptakan

kesempurnaan, keramahan dalam memberi melahirkan

kasih,” ujar Lao-Tse .

2. Efektif

• Format disebut ‘satu kalimat’ hari

ini, bukan lagi seperti dulu. Sekarang ‘satu kata’ pun bisa menjadi ‘satu kalimat’. “Kopi!” ini satu kalimat, jika masuk dan menunjuk ke arah pelayan di dapur café.

• Efektiflah, sebab ucapan yang

bertele-tele serta terlalu bersahaja itu pun kurang kita sukai. “Kalau kata-kata yang dipakai berlebihan, mutunya jadi berkurang,” ingat orang Jepang. Kurang latihan dan belum siap ‘main’ juga bagian dari hambatan.

Page 8: Pintar Bicara , Piawai Menulis Oleh Muhammad Yakub Yahyaaceh.kemenag.go.id/file/file/file/ypxs1378365726.pdf · otodidak (belajar, ... Kita yang rajin dengan orang ramai, biasa akan

G. HAMBATAN

Page 9: Pintar Bicara , Piawai Menulis Oleh Muhammad Yakub Yahyaaceh.kemenag.go.id/file/file/file/ypxs1378365726.pdf · otodidak (belajar, ... Kita yang rajin dengan orang ramai, biasa akan

H. Karakter

Paling tidak ada 10 pola hidup pribadi penulis (juga profesi lain) yang dinamis, yaitu:

Rupanya ada sepuluh jurus sukses dalam hidup dan karir kita yang tidak jauh berbeda dengan pola kedinamisan di atas, yaitu:

Page 10: Pintar Bicara , Piawai Menulis Oleh Muhammad Yakub Yahyaaceh.kemenag.go.id/file/file/file/ypxs1378365726.pdf · otodidak (belajar, ... Kita yang rajin dengan orang ramai, biasa akan

I. K h a t i m a h

• Bebarapa kutipan seputar kita yang tercecer dari paparan di atas, kita lengkapi berikut:

“Hindarilah orang-orang yang mencoba mengecilkan ambisi-ambisi Anda. Hanya orang-orang rendah berbuat demikian. Tetapi tokoh-tokoh

besar membuat Anda merasa bahwa Anda juga dapat menjadi besar,” pesan Mark Twain. Ilmu banyak sia-sia jika manfaat sesame kurang kita limpahkan. “Tujuan pendidikan yang paling tinggi bukanlah pengetahuan, melainkan

perbuatan,” ujar Herbert Spencer. Membaca jalan memahami diri dan kehidupan.Apa salah satu tujuan Tuhan bekali untuk kita anugerah akal? “Mengenal diri sendiri adalah

tugas pertama kita,” jawab La Fountaine Fabel. Namun kita terbentur pada misteri kita sendiri. Sebab rupanya, “Musuh utama manusia adalah dirinya sendiri,” begitu kata Anarchasis dari

Persia, 6 abad SM. Jika ingin dekat dan dikenang sesame dan orang banyak, panggillah nama indahnya dan nama aslinya. “Nama seseorang laksana bunyi yang

paling enak didengar dan paling penting dalam bahasa mana pun,” kata pepatah. Menghadapi sumber atau pembaca, rupanya perlu kesabaran dalam mendengar. “Jadilah pendengar yang baik. Gembirakanlah hati orang

untuk membicarakan dirinya sendiri,” ujar Dale Carnage. Apakah kita pendengar yang baik? Di manakah kita tumbuh? “Tuhan tidak pernah menaruh kita di tempat yang terlalu kecil untuk tumbuh,” kata orang bijak. Kita, guru dan

mahasiswa, mesti diberi visi besar. “Kita harus memikirkan hal-hal besar saat kita melakukan hal-hal kecil, sehingga semua perkara kecil berjalan ke arah yang benar,” ramal Alvin Toffler.

Di samping omong (mungkin kosong), tulis dan catatlah ke mana saja kita pergi. Karena, “Sebuah pensil dan impian akan membawa kita ke mana saja,” ajar J. Meyers pada kita. Mengenai peran kita, calon intelektual, ada ungkapan indah Kahlil Gibran begini, “Dari hati seorang wanita yang peka mengalir kebahagiaan manusia, dan dari kebaikan jiwanya yang mulia hadirlah kasih sayang manusia.”

• Dan terakhir, untuk memeriahkan sajian di atas, silakan sahabat baca lima tulisan yang barangkali ada hubungan serius dengan dunia

Anda, anak, media, dan syarita. Tapi pantun Aceh mengajarkan,

Peudéh-peudéh campli awé, leubèh lom peudéh hai campli cina. Ceudah-ceudah ureueng binéh glé, pané ék sabé ngon ureueng kuta. Wallâhu a‘lam. Mohon maaf dan terima kasih. Banda Aceh, 21 Agustus 2013/ 14 Syawal 1434 H

Page 11: Pintar Bicara , Piawai Menulis Oleh Muhammad Yakub Yahyaaceh.kemenag.go.id/file/file/file/ypxs1378365726.pdf · otodidak (belajar, ... Kita yang rajin dengan orang ramai, biasa akan

Riwayat Hidup

Diri

• • ☺Nama : Muhammad Yakub Yahya • ☺Tempat/Tanggal Lahir : Grong-Grong – Meureudu/10 Mei 1973 • ☺Orang Tua : Tgk. H. M. Yahya (almarhum) & Hj. Khadidjah • ☺Isteri : Yuliana A. Gani, S. Si (Guru SMK 5 Telkom Banda Aceh dan guru sempoa) • ☺Putri : 1. Raudhatul Ulya Syariati (16 bulan, hilang 26 Des. 2004) 3. Yusuf Syariati (5 tahun) • 2. Ulya Alifah Syariati (7 tahun)

4. Harun Ar-Rasyid Syariati (3 tahun). • ☺HP/Email : 08126907282/[email protected]

• Pendidikan • Sekolah Dasar (SD) Negeri Beuracan Kecamatan Meureudu – Pidie (tamat 1985) • Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMP) Negeri 2 Meureudu – Pidie (tamat 1988) • Sekolah Menengah Umum (SMA) Negeri Meureudu – Pidie (tamat 1991) • Santri Dayah Darul Falah Masjid Beuracan Kecamatan Meureudu – Pidie/ kini Pijay (1981-1991) • S1 Perbandingan Mazhab/Hukum (SPH) Fakultas Syariah IAIN Ar-Raniry (tamat 1997) • S2 Studi Konsentrasi Pemikiran dalam Islam/Filsafat Islam IAIN Ar-Raniry Banda Aceh, (tamat Nov. 2003). •

• Organisasi & Karir • Senat Mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Ar-Raniry; Staf Departemen Dakwah (1993-1995) • BEMA Pascasarjana (S2) IAIN Ar-Raniry; Ketua Divisi Penerbitan (2000-2002) • Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Banda Aceh; Kader (1993); Pjs Sekretaris Umum Pengurus Koordinator Cabang • (PKC) Aceh (2000-2001); Sekum PKC Aceh (2001) • Ikatan Siswa Kader Dakwah (Iskada) DPW Aceh; Kader (1996) • Yayasan Pendidikan An-Nur (YPN) Banda Aceh; Kader (1996) • Angkatan Muda Satkar (Satuan Karya) Ulama Indonesia (AMSI) Aceh; Kader (1997) • Forum Komunikasi Gabungan Masyarakat Pidie (Fokus Gampi) Banda Aceh; Delegasi Kecamatan (1998) • Forum Ukhuwah Aceh (1997-1998); Kader (1997-1998) • Forum Peduli Hak Asasi Manusia (FP HAM) Aceh; Relawan (1998-2000) • Forum LSM Aceh-YAPPIKA; Relawan/Pemantau Pemilu Independen (1999) • Forum Silaturrahmi Remaja Masjid Banda Aceh; Kader (2000) • Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Banda Aceh; Wadir LPPSDM (1997-2000) • Wakil Katua Lembaga Litbang DPW BKPRMI Aceh (2009-sekarang) • Taman Pengajian al-Qur`an (TPQ) Plus Baiturrahman Banda Aceh; Staf Pengajar, Wali Kelas, Koordinator • TPQ-TQA (1996-2004), Direktur (2005-2008, 2008-2011, 2011-2014) • Pengajian Malam An-Nuur Baiturrahman Banda Aceh; Konsultan Pengajian (1999-sekarang) • DPD Partai Ummat Islam (PUI) Banda Aceh; Wakil Sekretaris (1998-2000); Sekretaris Umum (2000-2002) • DPW Pemuda Partai Ummat Islam (PPUI) Aceh; Wakil Sekretaris (1998-2002) • DPD Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) versi ‘Batu Tulis’; Ketua Dewan Tanfidz Kabupaten Pidie (2002- 2003) • DPW Partai Pelopor NAD; Wakil Ketua V (2003-2004) • Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Banda Aceh; Sekretaris Umum (2000-2003) • Lembaga Pemantau Demokrasi, Pengkajian & Pemberdayaan Masyarakat (LPDP2M); Sekr. Eksekutif (2000-02) • Forum Andalas PMII se Sumatera; Sekretaris Jenderal (2001) • Komunitas Transformasi Lintas Sosial (KATALIS) Wilayah Aceh; Deputy Directur (2000-2003) • Remaja Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh; Ketua Departemen Kemakmuran Masjid (1997-1999) • Sekretaris Umum (1999-2002); Ketua I (2003-2006); Dewan Penasehat/Pengarah (2006-sekarang) • Posko Bantuan Pengungsi Masjid Raya Baiturrahman; Relawan (1999-2000) • Pengurus Hikmad (Himpunan Masy Meuerudu dan Meurah Dua Pijay Banda Aceh), 2009-sekarang; • Fakultas Ushuluddin & Tabiyah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh; Staf Pengajar (sejak 2003) • Fakultas Tarbiyah Universitas Al-Washliyah Aceh; Staf Pengajar (sejak 2007) • Fakultas Tarbiyah Universitas Serambi Mekkah; Staf Pengajar dan pembimbing/penguji skripsi; (sejak 2005) • Pejabat/Tenaga ‘Polisi Syariah’ Wilayatul Hisbah Dinas Syariat Islam Prov. NAD; Sekum (Sept. 2003-Mei 2004) • Penyuluh Lapangan & Penyuluh Terampil Dinas Sosial Provinsi NAD; Trainer (2003-2004). • Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Departemen Agama (sejak 2004); NIP 150 366 600; KUA Kec. Mesjid Raya Aceh • Besar (2005-2011); staf Hukmas dan KUB Kanwil Kemenag Aceh (2011-2013), Staf Subbag Inmas (sejak Maret 2013) • NIP. 197305102005011005; • Dewan Pengawas YAPERA (Yayasan Pembangunan Ekonomi Rakyat) NAD (sejak 2006) • Pengurus DPW NU Aceh (2010-sekarang); • Angkatan Muda IPHI Aceh (2012-sekarang); Pengurus DKMA Aceh (sejak 2012- kini) • Imam Chik Mushalla Nurul Ikhlas dan Imam di Masjid An-Nur, Ie Masen Kayee Adang, Syiah Kuala (2003-2008); • Dewan Imam Mushalla Al-Mukarramah Punge Jurong, Banda Aceh (2009- kini).

Jurnalistik, Karya Tulis, Penerbitan & Pelatihan

• Tabloid Jum‘atan Gema Baturrahman Banda Aceh; Reporter (1997-1999); Sirkulasi (1998); Sekretaris Eksekutif (1998); • Kontributor (1997-sekarang); • Tabloid Dwi Mingguan Karisma; Redaktur (1999); • Buletin Bulanan Pendengar Radio/Arena Persahabatan Asia Klub Anda; Redaksi (1998-2000); Devisi Pemasaran (2000-2002); • Tabloid Bulanan Suara Aceh (dulu Warta Pemda) Humas Setda Aceh; Reporter (1999-2002); • Surat Kabar Mingguan Atjeh Post; Jurnalis (2000-2002); • Tabloid Mingguan Aceh Tribune; Jurnalis (2002); Kontributor (2004); • Majalah Bulanan Sunanggroe (dulu Gema Legislatif) DPRD Aceh; Redaksi (2001-2003); • Majalah KiPRAH Dinas Pendidikan Provinsi NAD; Wakil Redaktur Pelaksana (2003-2004); • Majalah Bulanan & Buletin UKS Dinas Sosial Provinsi NAD; Kontributor (2004); • Koresponde NAD untuk Majalah Hidayah Jakarta (Agustus 2005); • Redaksi, Redpel, Sekred Majalah Santunan Kanwil Kemenag Aceh (sejak Agustus 2008); editor/kontributor web • aceh.kemenag.go.id (sejak 2011); • Freelance opini, kolom, artikel, dan news untuk dimuat di media (harian, tabloid & majalah) lokal dan nasional; antara lain Serambi • Indonesia, Kontras, Aceh Ekspress, Hr Aceh, Rakyat Aceh, Waspada, Republika, Sinar Darussalam, Seureunee Forum LSM Aceh, Muamalah, dan • Ali@nsi Jakarta, serta majalah/jurnal di sejumlah Dinas, Badan, dan Lembaga di Banda Aceh, serta STAI Meulaboh; • Juara II Lomba Karya Tulis Nasional tentang Aceh diadakan oleh ‘Tim Penanganan Khusus DI Aceh dan Papua’ Bappenas Jakarta (2001); • Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah Lustrum VIII (ke 40) Fakultas Syariah IAIN Ar-Raniry (2002); • ­ Tim Penyusun Buku Membangun Jembatan Hati Penerbit Pustaka Pelajar Yogyakarta (2001); • Tim Penyusun Buku Kerukunan Ummat Beragama Penerbit Dinas Syariat Islam NAD (2003); • Tim Penyusun Buku dan Editor Buku Bahan Ceramah HIV/AIDS Penerbit Unicef-Depag (2008), Pengantar Kakanwil Depag; • Juara Harapan II Lomba Karya Tulis Populer di Satker Kebudayaan BRR NAD-Nias (2006); • Trainer dalam pelatihan jurnalistik, manajemen, dan ke-TPQ-an untuk santri, siswa, mahasiswa, ustadz, aktivis, • & umum; serta untuk penyuluh sosial terampil; • Peserta pelbagai pelatihan (diskusi) ke Medan, Padang, Pekanbaru, Jakarta, • Terima kasih. Muhammad Yakub Yahya

Page 12: Pintar Bicara , Piawai Menulis Oleh Muhammad Yakub Yahyaaceh.kemenag.go.id/file/file/file/ypxs1378365726.pdf · otodidak (belajar, ... Kita yang rajin dengan orang ramai, biasa akan

Contoh Berita Kawan-kawan

• Kunker Pertama Kakankemenag Usai Lebaran • Santunan- Takengon. Mengawali hari pertama masuk kerja pascacuti

bersama dalam rangka Hari Raya (Senin, 12/8), Kakankemenag Kabupaten Aceh Tengah bersama jajarannya termasuk Kasi dan para Pengawas Pendidikan Kankemenag melakukan kunker (kunjungan kerja) ke kecamatan yang terimbas gempa awal Juli lalu.

• MTsN Ratawali, madrasah pertama yang dikunjungi rombongan Kakankemenag. Ada kesan mendalam yang diakui Hamdan dan rombongan, saat melihat langsung suasana Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di madrasah itu. Walau dengan kondisi yang serba sederhana, namun guru dan siswa tetap semangat menyelenggarakan KBM di ‘sekolah umat’ itu.

• Dengan kondisi gedung yang rusak parah, KBM di madrasah kebanggaan umat ini berlangsung lancar meski harus terlaksana apa adanya di bangunan sementara itu. “Para siswa tampak antusias mengikuti proses KBM di ruang kelas sementara (KRS) yang dibangun secara darurat,” ujar Haji Hamdan.

• Kakankemenag juga memberikan motivasi kepada para guru dan siswa untuk tetap bangkit. Kondisi yang memprihatinkan akibat gempa, jangan sampai menyurutkan semangat para guru dan siswa di sana dan larut dalam kesedihan. Sebagaimana diketahui bahwa selain madrasah tempat mereka sekolah, rumah para guru dan siswa pun banyak yang rusak.

• Drs. Abd. Rahman, Kepala MTsN Ratawali merasa bahagia dengan kunjungan Kakankemenag itu. “Atas nama keluarga besar MTsN Ratawali kami sangat berterima kasih. Pak kepala banyak memberikan perhatian dan mitivasi kepada kami dan ini sangat berarti bagi kami para guru dan siswa di sini,” ujarnya.

• Kunjungan dilanjutkan MIN Ratawali dan KUA Kute Panang. Kondisi MIS Ratawali tidak berbeda jauh dengan MTsN Ratawali. Demikian juga KUA Kute Panang. “Bangunan KUA yang rusak berat akibat gempa dan tidak bisa digunakan lagi, dengan berbagai pertimbangan sudah kita runtuhkan setelah kita kordinasikan dengan pihak terkait termasuk Kanwil,” kata Kakankemenag. Untuk sementara, layanan masyarakat di KUA Kute Panang, dilaksanakan di rumah penduduk yang disewa. [mahbub fauzie/y]

• Pamitan Amiruddin pada Kemenag Aceh Jaya • Santunan – Calang. Dalam sambutan sekaligus tausiah sebelum berbuka

puas, sore (31/7), yang juga agenda rutin Kankemenag Aceh Jaya dalam rangka menjalin hubungan silatrurrahmi baik dengan jajaran Kankemenag maupun dengan instansi-instansi terkait lainnya, Kakankemenag Aceh Jaya Drs. H. Amiruddin, MA menyampaikan berbagai hal menyangkut pentingnya hubungan silaturrahmi antar sesama baik secara individu maupun secara organisasi.

• Di samping itu, juga ia meminta banyak maaf kepada seluruh jamaah karena ini merupakan buka puasa bersama yang terakhirnya di Kankemenag Aceh Jaya, karena kepindahannya menjadi Kakankemenag Kota Banda Aceh.” Mohon maaf semuanya, terima kasih segalanya,” isyarat Amiruddin, mantan Kepala MAN Model Banda Aceh.

• Sebelumnya (31/7), lewat KMA Menag RI Nomor B.II/3/11173, Drs. H. Amiruddin, MA dilantik menjadi Kakankemenag Kota Banda Aceh menggantikan Drs. Ramlan yang dilantik menjadi Kakankemenag Aceh Singkil dan Kakankemenag Aceh Jaya di isi oleh Drs. H. M. Daud Pakeh. [faizin/humas ajay/y]

• MTsS Beungga Belajar di Gedung Darurat Baru • Santunan- Sigli. Hari pertama belajar pasca Ramadhan dan ‘Idul Fitri 1434 H, dan selanjutnya,

siswa baru dan lama MTsS Beungga nampak bahagia dengan menempati gedung baru. Gedung baru ini dibangun sebagai gedung darurat pasca musibah angin puting beliung yang merobohkan gedung darurat sebelumnya (13/6).

• Masyarakat Gampong Krueng Seukeuk bahu membahu secara bergotong royong membangun gedung ini sehingga terwujud seperti sekarang ini. Dan proses belajar yang selam ini pasca musibah dilangsungkan di meunasah tidak ada lagi.

• Baihaqi, kepala madrasah mengapresiasikan atas bantuan dan sumbangan masyarakat Krueng Seukeuk, berkat kerja sama dan gotong royong yang digalang oleh geuchik gampong, akhirnya ruang belajar daruarat ini bisa digunakan pada tahun pelajan baru, yakni TP 2013/2014. “Hanya Yang Maha Kuasa yang sanggup membalas kebaikannya,” begitu Baihaqi menandaskan kepada Majalah Santunan.

• Geuchik Gampong Krueng Seukeuk, Zulkifli, menyatakan bahwa, “Gedung ini adalah wujud dari kerjasama masyarakat dengan madrasah, walaupun darurat dapat dimanfaatkan dan proses belajar mengajar tidak lagi menjadi kendala, apalagi dengan menggunakan meunasah. Hapannya pemerintah daerah dan kementerian agama melihat dan menaruh perhatian serius, sehingga dalam waktu dekat atau tahun depan semoga gedung permanen dapat dibangun. Tanah seluas 1.325 m persegi telah disediakan masyarakat secara hibbah untuk pembanguan gedung.” [muktasim jailani/y]

Page 13: Pintar Bicara , Piawai Menulis Oleh Muhammad Yakub Yahyaaceh.kemenag.go.id/file/file/file/ypxs1378365726.pdf · otodidak (belajar, ... Kita yang rajin dengan orang ramai, biasa akan

Opini

Damai Itu Indah Rabu, 14 Agustus 2013 09:05 WIB

Share Oleh Muhammad Yakub Yahya

• MARI dengan keceriaan Syawal, senyum dan tulus lebaran di awal bulan baik ini, saling bermurah

senyumlah. Baik hari maupun malam di sini, pada siapa pun, melanggeng selamanya. Amalan selama Ramadhan, semisal shalat berjamaah, salaman usai salam maghrib, juga bisa semakin ramai dan meriah. Selama Ramadhan, bahkan sebelumnya mungkin kita saling menyikut dan menyinggung, menyindir dan menggunjing. Lantas Idul Fitri menyapa. Ajang memaafkan. Baik diminta maupun tidak.

• Selama Ramadhan 1434 Hijriah lalu, memang ada keretakan dan tarik menarik urat saraf antara Jakarta dan Aceh. Soal bendera, yang bersimbol bulan bintang, yang sah-tak sah itu. Esoknya, dalam puasa yang cuacanya memang panas itu, berimbas pula pada penurunan beberapa pucuk ‘bendera Aceh’ itu di beberapa titik. Demonstrasi massa, oleh saudara kita, ke beberapa kantor kepolisian di Aceh pun lumayan seru. Pendiaman atau pendinginan suasana (cooling down) pun, didengungkan sementara, bersamaan dengan tadarusan aneuk nanggroe, di meunasah di Aceh.

• Hari Raya pun tiba. Seakan kita alpa pada yang kecil. Hanya Allah Yang Maha Besar. Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar. Mohon maaf lahir dan batin. Ke mana dan di mana-mana, kita sampaikan dan terima. Termasuk saya. Mohon maaf juga pada siapa pun. Rekan yang kenal saya atau yang belum kenal saya. Sahabat yang saya zalimi atau alpa saya, Anda telah saya zalimi. Baik itu luka moril dan materil. Mungkin juga di waktu mendatang ada yang bakalan terluka. Mohon maaf, dan izin semuanya.

• Terlalu singkat Kepada putra-putri kita, sepanjang jalan belajar mungkin kita ajarkan bahwa hidup ini terlalu singkat untuk mengetahui segalanya, Nak! Belajarlah yang penting-penting saja. Terutama ilmu fardhu ‘ain dan pengenalan Allah. Tentu ilmu lain, di situs mana pun, silakan asal ada saringan dalam diri Ananda. Di universitas mana pun silakan masuk, asal keimanan Ananda sudah mantap untuk itu. Ananda sudah singkat nafas ini, jangan lagi Ananda persingkat dengan berantam dan tawuran di jalanan kehidupan. Jangan kuras waktu lewat nongkrong dan memanas-manasi suasana yang memang sering panas. Sudah cukup, cukup sudah orang tuamu ini. Menguras energi, sesama saudara lain, yang berbeda baju. Soal sejengkal kain, sedepa tanah, dan sehelai daun sejarah.

• Belajarlah, sebab orang bodoh selalu akan terjajah. Hanya orang pintar saja yang tak mudah ditipu. Pun demikian, jangan Ananda belajar untuk menipu orang! Tapi paling tidak untuk membantu orang dan diri Anda, jangan ditipu orang! Orang belajar (banyak membaca) biasa akan bijak, bahkan ‘bijak’ juga menipu orang. Dia akan mudah paham mana kawan dan lawan.

• Kadar malaikat dan setan ada pada masing-masing kita. “Jangan mencintai berlebihan, kelak siapa tahu akan menjadi musuhmu; dan jangan membenci berlebihan, siapa tahu kelak akan menjadi kawanmu,” isyarat Nabi. Merenungi hari ulang tahun MoU Helsinki ke-8, menyongsong musim pencalegan, kita ingin, siapa pun yang akan `kawin’ dengan parpol jalankan secara makruf dan `cerai’ dengan dengan makruf pula, baik di tingkat elite, maupun di level bawahan.

• Kita bersahabat, bersaudara. Kita satu ras, spesies manusia. Dari sepasangan insan, Adam dan Hawa, insan berasal. Memiliki persamaan yang prinsipil dan asasi. Kita semula satu rumah, surga-Nya. Turun ke bumi, cucu Adam harus menempati wilayah demi dinamisasi diri dan alam. Allah Kuasa merancang dan memposisikan kita seragam. Variasi ras dan bahasa, itu tanda Allah Kuasa, untuk kita saling menyapa. Untuk menegakkan persahabatan yang egalitarian, yang dibutuhkan bukan elitisme dan eksklusifisme, tapi inklusif. Seperti pandangan Harits ibn Hisyam dan ‘Athab ibn Usaid yang putih, kepada Bilal bin Rabah yang hitam dan hamba sahaya. Namun Allah memuliakan yang layak mulia dan menghinakan yang patut hina. Terompah Bilal sudah Rasulullah Saw dengar di surga, saat Bilal masih azan di Madinah. Meski hitam, suara dan lafal azannya yang telah Nabi sahkan, kita ulang-ulang.

• Putih dan hitam, merah, putih dan loreng, mari akur saja. Kerukunan sungguh indah, damai itu indah, bukan hanya terpahat di depan Makodam, Makodim, Makoramil, atau di depan gendung aparat. Ia kata nan indah dalam kamus mana pun. Persahabatan yang tulus akan memotong kesedihan menjadi separuh dan melipatduakan kesenangan. Jika kita berjumpa dengan saudara kita yang pelit senyuman, tebarkan sebuah senyuman. Senyuman sama dalam bahasa mana pun. Dunia politik, sosial, dan ekonomi akan lebih cerah bila dilihat dari balik senyuman. Kita kaya dengan membagi, bukan menerima, juga murah senyuman. Persahabatan dan nasionalisme adalah kemampuan elit dan rakyat memberi lebih dari apa yang diminta. Tragedi hidup yang terbesar, bukan binasanya manusia, tapi hilangnya gairah mencintai dan menyapa.

• Jika persahabatan dicederai, sekali dua kali, maafkan. Nasionalisme yang dikebiri, tuntut dan tuntun elite itu kembali, mungkin dengan pemilu dan lewat wakil rakyat. Hukumi ‘penjual’ negara itu dengan cara tak memilihnya lagi, namun tetap memaafkan sekadarnya. Juga pengkhianat amanah itu. Kita yang tak bisa memaafkan akan menghancurkan ‘jembatan’ yang akan kita lalui nanti, bak jembatan di pesisir barat-selatan Aceh yang ambruk saat tsunami itu. Kita memaafkan atas dasar persahabatan, sebab kita ada kekurangan. Kekurangan masing-masing kita akan menyempurnakan program.

• Tipologi unik Sungguh lengkaplan Aceh tanoh pusaka, dengan Suku Aceh, Aneuk Jamee, Alas, Batak, Pakpak, Devayan, Gayo, Haloban, Kluet, Lekon, Singkil, Sigulai, Tamiang, dan lainnya. Sempurnalah Indonesia dengan membiarkan, dengan mengangkat sebagai pembantu dari barat dan timur dengan tipologi yang unik itu. Tidak semarak Nusantara andai dibiarkan mati masyarakat Aceh, Melayu, Batak, Nias, Tanjung, Minang, Kubu, Betawi, Sunda, Karimun, Jawa, Madura, Dayak, Minahasa, Banjar, Bugis, Papua Malanesia, Bali, Bima dan seterusnya. Jadi memilih wakil sesuku itu ada lemahnya, tidak ramai, tidak meriah.

• Orang Aceh di Indonesia, Indian di Amerika, Aborigin di Australia, Arab di gurun sahara, Aria di Jerman, Mongol di Cina, Melayu di Asia, Negro di Afrika, atau Anglo-Saxon di Eropa mesti sama-sama hidup. Dari sekte kecil dan besar, dari ajaran langit dan bumi, dari multiteis/politheis, Budha, Hindu, Zoroaster, Majusi, Shinto, Yahudi, Kristen, dan yang monoteis dalam Islam, berusaha memeriahkan dunia yang sempit ini, dengan keragaman kepiawaiannya.

• Manakala satu jiwa dibunuh tanpa alasan, maka sama dengan menghabiskan semua manusia di bumi. Juga menyelamatkan satu sosok insan di bumi yang ringkih ini sama dengan menyelamatkan seluruh manusia. Jadi pembunuhan, penjajahan, dan rasialis bukan ajaran langit. Jadi, sukuisme elite akan melemahkan nasionalisme kita. Kepentingan sesaat, melirik sisi ekonomis semata, walaupun untuk lima tahunan, itu akan merusak pilar persahabatan nusantara. Akan menyuburkan permusuhan, dan mengajarkan penceraian. Konflik, cerai, dan perang, bukan khusnul khatimah dari persahabatan, dari sebuah koalisi, tapi akhir yang buruk, seusai kita berdamai. Maka banyak membacalah dan dekaplah dalam persahabatan. Damai itu memang indah. Selamat Idul Fitri 1434 H, selamat 8 Tahun MoU Helsinki, dan selamat HUT ke-68 Kemerdekaan RI. Assalamu’alaikum...

• * Muhammad Yakub Yahya, Pengajar di IAIN Ar-Raniry Banda Aceh, dan Staf Humas pada Kanwil Kemenag Aceh. Email: [email protected]

• Berita Terkait: Opini • Aceh ‘Post-Colonial’ • Polemik Bendera; ‘Kompor’ ala DPRA • Damai Aceh; Jangan Ada Dusta di Antara Kita! • Tradisi Berhari Raya di Aceh • Suara Mercon dan Gema Takbir • Editor: bakri • • •