pestis ida
TRANSCRIPT
Pestisida
Pembasmi hama atau Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak,
memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest ("hama") yang diberi
akhiran cide ("pembasmi"). Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung,
mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu. Pestisida biasanya, tapi tak selalu,
beracun. Dalam bahasa sehari-hari, pestisida seringkali disebut sebagai "racun" tergantung dari
sasarannya.
Gangguan pada tanaman bisa disebabkan oleh faktor abiotik maupun biotik. Faktor abiotik
diantaranya keadaan tanah (struktur tanah, kesuburan tanah, kekurangan unsur hara) ; tata air
(kekurangan, kelebihan, pencemaran air) ; keadaan udara (pencemaran udara) dan faktor iklim.
Gangguan dari faktor abiotik bisa diatasi dengan tindakan pengoreksian atau tidak bisa dikoreksi
dengan penggunaan pestisida. Sedangkan faktor abiotik yang menyebabkan gangguan pada tanaman
atau biasa disebut dengan organisme pengganggu tanaman (OPT). OPT dibagi menjadi 3 kelompok,
yaitu : Hama (serangga, tungau, hewan menyusui, burung dan moluska) ; Penyakit (jamur, bakteri,
virus dan nematoda) dan Gulma (tumbuhan pengganggu). Gangguan yang disebabkan oleh OPT inilah
yang bisa dikendalikan dengan pestisida.
Berdasarkan OPT sasarannya, pestisida dikelompokkan menjadi :
- INSEKTISIDA, digunakan untuk mengendalikan serangga (insec).
- FUNGISIDA, digunakan untuk mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh cendawan
(jamur atau fungi).
- HERBISIDA, digunakan untuk mengendalikan gulma (tumbuhan pengganggu).
- AKARISIDA, digunakan untuk mengendalikan akarina (tungau atau mites).
- MOLUSKISIDA, digunakan untuk mengendalikan hama dari bangsa siput (moluska).
- RODENTISIDA, digunakan untuk mengendalikan hewan pengerat (tikus).
- NAMATISIDA, digunakan untuk mengendalikan nematoda.
- BAKTERISIDA, digunakan untuk mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh bakteri.
- ALGASIDA, digunakan untuk mengendalikan ganggang (algae).
- PILKISIDA, digunakan untuk mengendalikan ikan buas.
- AVISIDA, digunakan untuk meracuni burung perusak hasil pertanian.
- REPELEN, pestisida yang tidak bersifat membunuh, hanya mengusir hama.
- ATRAKTAN, digunakan untuk menarik atau mengumpulkan serangga.
- ZPT, digunakan untuk mengatur pertumbuhan tanaman yang efeknya bisa memacu pertumbuhan
atau menekan pertumbuhan.
- PLANT ACTIVATOR, digunakan untuk meransang timbulnya kekebalan tumbuhan sehingga tahan
terhadap penyakit tertentu.
Cara kerja pestisida dapat dibedakan menjadi :
1. Pestisida Kontak, berarti mempunyai daya bunuh setelah tubuh sasaran terkena pestisida.
2. Pestisida Sistemik, berarti dapat ditranslokasikan ke berbagai bagian tanaman melalui jaringan.
Hama akan mati kalau mengisap cairan tanaman.
3. Pestisida Lambung, berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran memakan pestisida.
4. Pestisida Fumigan, berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran terkena uap atau gas.
Penggunaan Pestisida secara bijaksana adalah penggunaan pestisida yang memperhatikan prinsip 5
(lima) tepat, yaitu :
1. Tepat Sasaran, tentukan jenis tanaman dan hama sasaran yang akan dikendalikan, sebaiknya
tentukan pula unsur-unsur abiotis dan biotis lainnya.
2. Tepat Jenis, setelah diketahui hasil analisis agro ekosistem, maka dapat ditentukan pula jenis
pestisida apa yang harus digunakan, misalnya : untuk hama serangga gunakan insektisida, untuk
tikus gunakan rodentisida. Pilihlah pestisida yang paling tepat diantara sekian banyak pilihan,
misalnya : untuk pengendalian hama ulat grayak pada tanaman kedelai. Berdasarkan Izin dari Menteri
Pertanian tersedia ± 150 nama dagang insektisida. Jangan menggunakan pestisida tidak berlabel,
kecuali pestisida botani racikan sendiri yang dibuat berdasarkan anjuran yang ditetapkan sesuai
pilihan tersebut dengan alat aplikasi yang dimilki atau akan dimilki.
3. Tepat Waktu, waktu pengendalian yang paling tepat harus di tentukan berdasarkan :
a. Stadium rentan dari hama yang menyerang tanaman, misalnya stadium larva instar I, II, dan III.
b. Kepadatan populasi yang paling tepat untuk dikendalikan, lakukan aplikasi pestisida berdasarkan
Ambang Kendali atau Ambang Ekonomi.
c. Kondisi lingkungan, misalnya jangan melakukan aplikasi pestisida pada saat hujan, kecepatan
angin tinggi, cuaca panas terik.
d. Lakukan pengulangan sesuai dengan waktu yang dibutuhkan.
4. Tepat Dosis / Konsentrasi, gunakan konsentrasi/dosis yang sesuai dengan yang dianjurkan oleh
Menteri Pertanian. Untuk itu bacalah label kemasan pestisida. Jangan melakukan aplikasi pestisida
dengan konsentrasi dan dosis yang melebihi atau kurang dari yang dianjurkan, karena dapat
menimbulkan dampak negatif.
5. Tepat Cara, lakukan aplikasi pestisida dengan cara yang sesuai dengan formulasi pestisida dan
anjuran yang ditetapkan.
http://www.tanindo.com/index.php?
option=com_content&view=section&layout=blog&id=9&Itemid=15
Apa Itu Pestisida?
PENDAHULUAN
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang
digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah
sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang
disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya
seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang
dianggap merugikan.
BBagi kehidupan rumah tangga, yang dimaksud hama adalah meliputi semua hewan
yang mengganggu kesejahteraan hidupnya, seperti lalat, nyamuk, kecoak, ngengat,
kumbang, siput, kutu, tungau, ulat, rayap, ganggang serta kehidupan lainnya yang
terbukti mengganggu kesejahteraannya.
Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan
atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman.
Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan
bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititiberatkan untuk
mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang
ekonomi atau ambang kendali.
Di Indonesia untuk keperluan perlindungan tanaman, khususnya untuk pertanian dan
kehutanan pada tahun 2008 hingga kwartal I tercatat 1702 formulasi yang telah
terdaftar dan diizinkan penggunaannya. Sedangkan bahan aktif yang terdaftar telah
mencapai 353 jenis.
Dalam pengendalian hama tanaman secara terpadu, pestisida adalah sebagai
alternatif terakhir. Dan belajar dari pengalaman, Pemerintah saat ini tidak lagi
memberi subsidi terhadap pestisida . Namun kenyataannya di lapangan petani masih
banyak menggunakannya. Menyikapi hal ini, yang terpenting adalah baik pemerintah
maupun swasta terus menerus memberi penyuluhan tentang bagaimana penggunaan
pestisida secara aman dan benar. Aman terhadap diri dan lingkungannya, benar
dalam arti 5 tepat (tepat jenis pestisida, tepat cara aplikasi, tepat sasaran, tepat
waktu, dan tepat takaran).
PERATURAN PEMERINTAH NO. 7 TAHUN 1973
Untuk melindungi keselamatan manusia dan sumber-sumber kekayaan alam
khususnya kekayaan alam hayati, dan supaya pestisida dapat digunakan efektif,
maka peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida diatur dengan Peraturan
Pemerintah No. 7 Tahun 1973. Dalam peraturan tersebut antara lain ditentukan
bahwa:
* tiap pestisida harus didaftarkan kepada Menteri Pertanian melalui Komisi Pestisida
untuk dimintakan izin penggunaannya
* hanya pestisida yang penggunaannya terdaftar dan atau diizinkan oleh Menteri
Pertanian boleh disimpan, diedarkan dan digunakan
* pestisida yang penggunaannya terdaftar dan atau diizinkan oleh Menteri Pertanian
hanya boleh disimpan, diedarkan dan digunakan menurut ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan dalam izin pestisida itu
* tiap pestisida harus diberi label dalam bahasa Indonesia yang berisi keterangan-
keterangan yang dimaksud dalam surat Keputusan Menteri Pertanian No. 429/
Kpts/Mm/1/1973 dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam
pendaftaran dan izin masing-masing pestisida.
Dalam peraturan pemerintah tersebut yang disebut sebagai pestisida adalah semua
zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk:
* memberantas atau mencegah hama atau penyakit yang merusak tanaman, bagian
tanaman atau hasil pertanian
* memberantas gulma
* mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak diinginkan
* mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian tanaman, kecuali
yang tergolong pupuk
* memberantas atau mencegah hama luar pada ternak dan hewan piaraan
* memberantas atau mencegah hama air
* memberantas atau mencegah binatang dan jasad renik dalam rumah tangga
* memberantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada
manusia atau binatang yang dilindungi, dengan penggunaan pada tanaman, tanah
dan air.
Sesuai dengan definisi tersebut di atas maka suatu bahan akan termasuk dalam
pengertian pestisida apabila bahan tersebut dibuat, diedarkan atau disimpan untuk
maksud penggunaan seperti tersebut di atas.
Sedangkan menurut The United States Federal Environmental Pesticide Control Act,
pestisida adalah semua zat atau campuran zat yang khusus untuk memberantas atau
mencegah gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda, cendawan, gulma,
virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama kecuali virus, bakteria atau jasad
renik yang terdapat pada manusia dan binatang lainnya. Atau semua zat atau
campuran zat yang digunakan sebagai pengatur pertumbuhan tanaman atau
pengering tanaman.
PERANAN PESTISIDA
Pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad pengganggu dalam
bidang pertanian saja, namun juga diperlukan dalam bidang kehutanan terutama
untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam bidang kesehatan dan
rumah tangga untuk mengendalikan vektor (penular) penyakit manusia dan binatang
pengganggu kenyamanan lingkungan, dalam bidang perumahan terutama untuk
pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain.
Pada umumnya pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad pengganggu
tersebut adalah racun yang berbahaya, tentu saja dapat mengancam kesehatan
manusia. Untuk itu penggunaan pestisida yang tidak bijaksana jelas akan
menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati dan
lingkungan pada umumnya.
Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama-hama
tanaman. Dalam konsep Pengendalian Terpadu Hama, pestisida berperan sebagai
salah satu komponen pengendalian. Prinsip penggunaannya adalah:
* harus kompatibel dengan komponen pengendalian lain, seperti komponen hayati
* efisien untuk mengendalikan hama tertentu
* meninggalkan residu dalam waktu yang tidak diperlukan
* tidak boleh persistent, jadi harus mudah terurai
* dalam perdagangan (transport, penyimpanan, pengepakan, labeling) harus
memenuhi persyaratan keamanan yang maksimum
* harus tersedia antidote untuk pestisida tersebut
* sejauh mungkin harus aman bagi lingkungan fisik dan biota
* relatif aman bagi pemakai (LD50 dermal dan oral relatif tinggi)
* harga terjangkau bagi petani.
Idealnya teknologi pertanian maju tidak memakai pestisida. Tetapi sampai saat ini
belum ada teknologi yang demikian. Pestisida masih diperlukan, bahkan
penggunaannya semakin meningkat. Pengalaman di Indonesia dalam menggunakan
pestisida untuk program intensifikasi, ternyata pestisida dapat membantu mengatasi
masalah hama padi. Pestisida dengan cepat menurunkan populasi hama, hingga
meluasnya serangan dapat dicegah, dan kehilangan hasil karena hama dapat
ditekan.
Pengalaman di Amerika Latin menunjukkan bahwa dengan menggunakan pestisida
dapat meningkatkan hasil 40 persen pada tanaman coklat. Di Pakistan dengan
menggunakan pestisida dapat menaikkan hasil 33 persen pada tanaman tebu, dan
berdasarkan catatan dari FAO penggunaan pestisida dapat menyelamatkan hasil 50
persen pada tanaman kapas.
Dengan melihat besarnya kehilangan hasil yang dapat diselamatkan berkat
penggunaan pestisida, maka dapat dikatakan bahwa peranan pestisida sangat besar
dan merupakan sarana penting yang sangat diperlukan dalam bidang pertanian.
Usaha intensifikasi pertanian yang dilakukan dengan menerapkan berbagai teknologi
maju seperti penggunaan pupuk, varietas unggul, perbaikan pengairan dan pola
tanam akan menyebabkan perubahan ekosistem yang sering diikuti oleh
meningkatnya problema serangan jasad pengganggu. Demikian pula usaha
ekstensifikasi pertanian dengan membuka lahan pertanian baru, yang berarti
melakukan perombakan ekosistem, sering kali diikuti dengan timbulnya masalah
serangan jasad pengganggu. Dan tampaknya saat ini yang dapat diandalkan untuk
melawan jasad pengganggu tersebut yang paling manjur hanya pestisida. Memang
tersedia cara lainnya, namun tidak mudah untuk dilakukan, kadang-kadang
memerlukan tenaga yang banyak, waktu dan biaya yang besar, hanya dapat
dilakukan dalam kondisi tertentu yang tidak dapat diharapkan efektifitasnya.
Pestisida saat ini masih berperan besar dalam menyelamatkan kehilangan hasil yang
disebabkan oleh jasad pengganggu.
MACAM DAN CONTOH NAMA PESTISIDA
Pestisida dapat digolongkan menjadi bermacam-macam dengan berdasarkan fungsi
dan asal katanya. Penggolongan tersebut disajikan sbb.:
* Akarisida, berasal dari kata akari yang dalam bahasa Yunani berarti tungau atau
kutu. Akarisida sering juga disebut sebagai mitesida. Fungsinya untuk membunuh
tungau atau kutu.
* Algisida, berasal dari kata alga yang dalam bahasa latinnya berarti ganggang laut.
Berfungsi untuk melawan alge.
* Avisida, berasal dari kata avis yang dalam bahasa latinnya berarti burung. Berfungsi
sebagai pembunuh atau zat penolak burung serta pengontrol populasi burung.
* Bakterisida, berasal dari kata latin bacterium atau kata Yunani bacron. Berfungsi
untuk melawan bakteri.
* Fungisida, berasal dari kata latin fungus atau kata Yunani spongos yang berarti
jamur. Berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan.
* Herbisida, berasal dari kata latin herba yang berarti tanaman setahun. Berfungsi
membunuh gulma (tumbuhan pengganggu).
* Insektisida, berasal dari kata latin insectum yang berarti potongan, keratan atau
segmen tubuh. Berfungsi untuk membunuh serangga.
* Larvisida, berasal dari kata Yunani lar. Berfungsi untuk membunuh ulat atau larva.
* Molluksisida, berasal dari kata Yunani molluscus yang berarti berselubung tipis
lembek. Berfungsi untuk membunuh siput.
* Nematisida, berasal dari kata latin nematoda atau bahasa Yunani nema yang berarti
benang. Berfungsi untuk membunuh nematoda (semacam cacing yang hidup di akar).
* Ovisida, berasal dari kata latin ovum yang berarti telur. Berfungsi untuk membunuh
telur.
* Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis berarti kutu, tuma. Berfungsi untuk
membunuh kutu atau tuma.
* Piscisida, berasal dari kata Yunani piscis yang berarti ikan. Berfungsi untuk
membunuh ikan.
* Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodera yang berarti pengerat. Berfungsi untuk
membunuh binatang pengerat, seperti tikus.
* Predisida, berasal dari kata Yunani praeda yang berarti pemangsa. Berfungsi untuk
membunuh pemangsa (predator).
* Silvisida, berasal dari kata latin silva yang berarti hutan. Berfungsi untuk
membunuh pohon.
* Termisida, berasal dari kata Yunani termes yang berarti serangga pelubang daun.
Berfungsi untuk membunuh rayap.
Berikut ini beberapa bahan kimia yang termasuk pestisida, namun namanya tidak
menggunakan akhiran sida:
* Atraktan, zat kimia yang baunya dapat menyebabkan serangga menjadi tertarik.
Sehingga dapat digunakan sebagai penarik serangga dan menangkapnya dengan
perangkap.
* Kemosterilan, zat yang berfungsi untuk mensterilkan serangga atau hewan
bertulang belakang.
* Defoliant, zat yang dipergunakan untuk menggugurkan daun supaya memudahkan
panen, digunakan pada tanaman kapas dan kedelai.
* Desiccant. zat yang digunakan untuk mengeringkan daun atau bagian tanaman
lainnya.
* Disinfektan, zat yang digunakan untuk membasmi atau menginaktifkan
mikroorganisme.
* Zat pengatur tumbuh. Zat yang dapat memperlambat, mempercepat dan
menghentikan pertumbuhan tanaman.
* Repellent, zat yang berfungsi sebagai penolak atau penghalau serangga atau hama
yang lainnya. Contohnya kamper untuk penolak kutu, minyak sereb untuk penolak
nyamuk.
* Sterilan tanah, zat yang berfungsi untuk mensterilkan tanah dari jasad renik atau
biji gulma.
* Pengawet kayu, biasanya digunakan pentaclilorophenol (PCP).
* Stiker, zat yang berguna sebagai perekat pestisida supaya tahan terhadap angin
dan hujan.
* Surfaktan dan agen penyebar, zat untuk meratakan pestisida pada permukaan
daun.
* Inhibitor, zat untuk menekan pertumbuhan batang dan tunas.
* Stimulan tanaman, zat yang berfungsi untuk menguatkan pertumbuhan dan
memastikan terjadinya buah.
FORMULASI PESTISIDA
Pestisida sebelum digunakan harus diformulasi terlebih dahulu. Pestisida dalam
bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat
diformulasi sendiri atau dikirim ke formulator lain. Oleh formulator baru diberi nama.
Berikut ini beberapa formulasi pestisida yang sering dijumpai:
1. Cairan emulsi (emulsifiable concentrates/emulsible concentrates)
Pestisida yang berformulasi cairan emulsi meliputi pestisida yang di belakang nama
dagang diikuti oleb singkatan ES (emulsifiable solution), WSC (water soluble
concentrate). B (emulsifiable) dan S (solution). Biasanya di muka singkatan tersebut
tercantum angka yang menunjukkan besarnya persentase bahan aktif. Bila angka
tersebut lebih dari 90 persen berarti pestisida tersebut tergolong murni. Komposisi
pestisida cair biasanya terdiri dari tiga komponen, yaitu bahan aktif, pelarut serta
bahan perata. Pestisida golongan ini disebut bentuk cairan emulsi karena berupa
cairan pekat yang dapat dicampur dengan air dan akan membentuk emulsi.
2. Butiran (granulars)
Formulasi butiran biasanya hanya digunakan pada bidang pertanian sebagai
insektisida sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu tanam untuk melindungi
tanaman pada umur awal. Komposisi pestisida butiran biasanya terdiri atas bahan
aktif, bahan pembawa yang terdiri atas talek dan kuarsa serta bahan perekat.
Komposisi bahan aktif biasanya berkisar 2-25 persen, dengan ukuran butiran 20-80
mesh. Aplikasi pestisida butiran lebih mudah bila dibanding dengan formulasi lain.
Pestisida formulasi butiran di belakang nama dagang biasanya tercantum singkatan
G atau WDG (water dispersible granule).
3. Debu (dust)
Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas bahan aktif dan zat
pembawa seperti talek. Dalam bidang pertanian pestisida formulasi debu ini kurang
banyak digunakan, karena kurang efisien. Hanya berkisar 10-40 persen saja apabila
pestisida formulasi debu ini diaplikasikan dapat mengenai sasaran (tanaman).
4. Tepung (powder)
Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya terdiri atas bahan aktif dan
bahan pembawa seperti tanah hat atau talek (biasanya 50-75 persen). Untuk
mengenal pestisida formulasi tepung, biasanya di belakang nama dagang tercantum
singkatan WP (wettable powder) atau WSP (water soluble powder).
5. Oli (oil)
Pestisida formulasi oli biasanya dapat dikenal dengan singkatan SCO (solluble
concentrate in oil). Biasanya dicampur dengan larutan minyak seperti xilen, karosen
atau aminoester. Dapat digunakan seperti penyemprotan ULV (ultra low volume)
dengan menggunakan atomizer. Formulasi ini sering digunakan pada tanaman kapas.
6. Fumigansia (fumigant)
Pestisida ini berupa zat kimia yang dapat menghasilkan uap, gas, bau, asap yang
berfungsi untuk membunuh hama. Biasanya digunakan di gudang penyimpanan.
KIMIA PESTISIDA
Pestisida tersusun dan unsur kimia yang jumlahnya tidak kurang dari 105 unsur.
Namun yang sering digunakan sebagai unsur pestisida adalah 21 unsur. Unsur atau
atom yang lebih sering dipakai adalah carbon, hydrogen, oxigen, nitrogen, phosphor,
chlorine dan sulfur. Sedangkan yang berasal dari logam atau semi logam adalah
ferum, cuprum, mercury, zinc dan arsenic.
1. Sifat pestisida
Setiap pestisida mempunyai sifat yang berbeda. Sifat pestisida yang sering
ditemukan adalah daya, toksisitas, rumus empiris, rumus bangun, formulasi, berat
molekul dan titik didih.
2. Tata Nama Pestisida
Pengetahuan pestisida juga meliputi struktur dan cara pemberian nama atau dikenal
dengan tata nama.
3. Cara Kerja Pestisida
* Pestisida kontak, berarti mempunyai daya bunuh setelah tubuh jasad terkena
sasaran.
* Pestisida fumigan, berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran terkena
uap atau gas
* Pestisida sistemik, berarti dapat ditranslokasikan ke berbagai bagian tanaman
melalui jaringan. Hama akan mati kalau mengisap cairan tanaman.
* Pestisida lambung, berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran memakan
pestisida.
CARA PENGGUNAAN PESTISIDA
Cara penggunaan pestisida yang tepat merupakan salah satu faktor yang penting
dalam menentukan keberhasilan pengendalian hama. Walaupun jenis obatnya
manjur, namun karena penggunaannya tidak benar, maka menyebabkan sia-sianya
penyemprotan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida, di
antaranya adalah keadaan angin, suhu udara, kelembapan dan curah hujan. Angin
yang tenang dan stabil akan mengurangi pelayangan partikel pestisida di udara.
Apabila suhu di bagian bawah lebih panas, pestisida akan naik bergerak ke atas.
Demikian pula kelembapan yang tinggi akan mempermudah terjadinya hidrolisis
partikel pestisida yang menyebabkan kurangnya daya racun. Sedang curah hujan
dapat menyebabkan pencucian pestisida, selanjutnya daya kerja pestisida berkurang.
Hal-hal teknis yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida adalah ketepatan
penentuan dosis. Dosis yang terlalu tinggi akan menyebabkan pemborosan pestisida,
di samping merusak lingkungan. Dosis yang terlalu rendah menyebabkan hama
sasaran tidak mati. Di samping berakibat mempercepat timbulnya resistensi.
1. Dosis pestisida
Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang digunakan untuk
mengendalikan hama tiap satuan luas tertentu atau tiap tanaman yang dilakukan
dalam satu kali aplikasi atau lebih. Ada pula yang mengartikan dosis adalah jumlah
pestisida yang telah dicampur atau diencerkan dengan air yang digunakan untuk
menyemprot hama dengan satuan luas tertentu. Dosis bahan aktif adalah jumlah
bahan aktif pestisida yang dibutuhkan untuk keperluan satuan luas atau satuan
volume larutan. Besarnya suatu dosis pestisida biasanya tercantum dalam label
pestisida.
2. Konsentrasi pestisida
Ada tiga macam konsentrasi yang perlu diperhatikan dalam hal penggunaan pestisida
* Konsentrasi bahan aktif, yaitu persentase bahan aktif suatu pestisida dalam larutan
yang sudah dicampur dengan air.
* Konsentrasi formulasi, yaitu banyaknya pestisida dalam cc atau gram setiap liter
air.
* Konsentrasi larutan atau konsentrasi pestisida, yaitu persentase kandungan
pestisida dalam suatu larutan jadi.
3. Alat semprot
Alat untuk aplikasi pestisida terdiri atas bermacam-macam seperti knapsack sprayer
(high volume) biasanya dengan volume larutan konsentrasi sekitar 500 liter. Mist
blower (low volume) biasanya dengan volume larutan konsentrasi sekitar 100 liter.
Dan Atomizer (ultra low volume) biasanya kurang dari 5 liter.
4. Ukuran droplet
Ada bermacam-macam ukuran droplet:
Veri coarse spray
lebih 300 µm
Coarse spray
400-500 µm
Medium spray
250-400 µm
Fine spray
100-250 µm
Mist
50-100 µm
Aerosol
0,1-50 µm
Fog
5-15 µm
5. Ukuran partikel
Ada bermacam-macam ukuran partikel:
Macrogranules
lebih 300 µm
Microgranules
100-300 µm
Coarse dusts
44-100 µm
Fine dusts
kurang 44 µm
Smoke
0,001-0,1 µm
6. Ukuran molekul hanya ada satu macam, yatu kurang 0,001 µm
PETUNJUK PENGGUNAAN PESTISIDA
1. Memilih pestisida
Di pasaran banyak dijual formulasi pestisida yang satu sama lain dapat berbeda
nama dagangnya, walaupun mempunyai bahan aktif yang sama. Untuk memilih
pestisida, pertama yang harus diingat adalah jenis jasad pengganggu yang akan
dikendahikan. Hal tersebut penting karena masing-masing formulasi pestisida hanya
manjur untuk jenis jasad pengganggu tertentu. Maka formulasi pestisida yang dipilih
harus sesuai dengan jasad pengganggu yang akan dikendalikan. Untuk
mempermudah dalam memilih pestisida dapat dibaca pada masing-masing label
yang tercantum dalam setiap pestisida. Dalam label tersebut tercantumjenis-jenis
jasad pengganggu yang dapat dikendahikan. Juga tercantum cara penggunaan dan
bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan.
Untuk menjaga kemanjuran pestisida, maka sebaiknya belilah pestisida yang telah
terdaftar dan diizinkan oleb Departemen Pertanian yang dilengkapi dengan wadah
atau pembungkus asli dan label resmi. Pestisida yang tidak diwadah dan tidak
berlabel tidak dijamin kemanjurannya.
2. Menyimpan pestisida
Pestisida senantiasa harus disimpan dalam keadaan baik, dengan wadah atau
pembungkus asli, tertutup rapat, tidak bocor atau rusak. Sertakan pula label asli
beserta keterangan yang jelas dan lengkap. Dapat disimpan dalam tempat yang
khusus yang dapat dikunci, sehingga anak-anak tidak mungkin menjangkaunya,
demikian pula hewan piaraan atau temak. Jauhkan dari tempat minuman, makanan
dan sumber api. Buatlah ruang yang terkunci tersebut dengan ventilasi yang baik.
Tidak terkena langsung sinar matahari dan ruangan tidak bocor karena air hujan. Hal
tersebut kesemuanya dapat menyebabkan penurunan kemanjuran pestisida.
Untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu pestisida tumpah, maka harus disediakan
air dan sabun ditergent, beserta pasir, kapur, serbuk gergaji atau tanah sebagai
penyerap pestisida. Sediakan pula wadah yang kosong, sewaktu-waktu untuk
mengganti wadah pestisida yang bocor.
3. Menggunakan pestisida
Untuk menggunakan pestisida harus diingat beberapa hal yang harus diperhatikan:
* Pestisida digunakan apabila diperlukan
* Sebaiknya makan dan minum secukupnya sebelum bekerja dengan pestisida
* Harus mengikuti petunjuk yang tercantum dalam label
* Anak-anak tidak diperkenankan menggunakan pestisida, demikian pula wanita
hamil dan orang yang tidak baik kesehatannya
* Apabila terjadi luka, tutuplah luka tersebut, karena pestisida dapat terserap melalui
luka
* Gunakan perlengkapan khusus, pakaian lengan panjang dan kaki, sarung tangan,
sepatu kebun, kacamata, penutup hidung dan rambut dan atribut lain yang
diperlukan
* Hati-hati bekerja dengan pestisida, lebih-lebih pestisida yang konsentrasinya pekat.
Tidak boleh sambil makan dan minum
* Jangan mencium pestisida, karena pestisida sangat berbahaya apabila tercium
* Sebaiknya pada waktu pengenceran atau pencampuran pestisida dilakukan di
tempat terbuka. Gunakan selalu alat-alat yang bersih dan alat khusus
* Dalam mencampur pestisida sesuaikan dengan takaran yang dianjurkan. Jangan
berlebih atau kurang
* Tidak diperkenankan mencampur pestisida lebih dari satu macam, kecuali
dianjurkan
* Jangan menyemprot atau menabur pestisida pada waktu akan turun hujan, cuaca
panas, angin kencang dan arah semprotan atau sebaran berlawanan arah angin. Bila
tidak enak badan berhentilah bekerja dan istirahat secukupnya
* Wadah bekas pestisida harus dirusak atau dibenamkan, dibakar supaya tidak
digunakan oleh orang lain untuk tempat makanan maupun minuman
* Pasanglah tanda peringatan di tempat yang baru diperlakukan dengan pestisida
* Setelah bekerja dengan pestisida, semua peralatan harus dibersihkan, demikian
pula pakaian-pakaian, dan mandilah dengan sabun sebersih mungkin.
PETUNJUK KEAMANAN, PERTOLONGAN PERTAMA PADA KERACUNAN
* Petunjuk Keamanan
o Jangan makan/minum atau merokok pada waktu bekerja.
o Pakailah sarung tangan, pelindung tubuh, topeng muka, gunakan pakaian
berlengan panjang /celana panjang serta jauhkan dari nyala api pada waktu
membuka wadah dan memindahkan pada waktu bekerja
o Sebelum makan, minum atau merokok dan setelah bekerja, cucilah tangan atau
kulit yang terkena insektisida ini dengan air sabun, yang banyak, jangan
menggunakan insektisida ini 10 hari sebelum tanaman dipanen untuk tanaman
pangan.
o Setelah digunakan cucilah dengan air semua peralatan semprot dan pakaian
pelindung jangan mencemari kolam, perairan dan sumber air lainnya dengan
insektisida ini atau wadah bekasnya.
o Simpan insektisida ini secara tertutup rapat di tempat sejuk dan kering, jauh dari
bahan makanan, api, sumber air dan jangkauan anak-anak.
o Rusakkanlah wadah bekasnya, kemudian tanamlah sekurang-kurangnya 0,5 meter
di dalam tanah dan jauh dari sumber air.
* Gejala Dini Keracunan
o Kulit atau mata terasa gatal atau terbakar, pusing, sakit kepala, banyak
menimbulkan keringat, mual, mencret,badan gemetar, pingsan.
o Apabila satu atau lebih gejala tersebut timbul, segera berhenti bekerja, lakukan
tindakan pertolongan pertama dan pergilah ke Puskesmas/dokter terdekat.
* Petunjuk Pertolongan Pertama pada Keracunan
o Tanggalkan pakaian yang terkena insektisida ini.
o Apabila kulit terkena, segera cuci dengan sabun dan air yang banyak.
o Apabila mata terkena, cucilah segera dengan air bersih selama sedikitnya 15 menit.
o Apabila tertelan dan penderita masih sadar, segera usahakan permuntahan dengan
memberikan segelas air hangat yang diberi 1 sendok garam dapur atau dengan cara
menggelitik tenggorokan penderita dengan jari tangan yang bersih sampai cairan
muntahan menjadi jernih.
o Jangan memberi sesuatu melalui mulut kepada penderita yang pingsan/tidak sadar.
o Apabila terhisap segera dibawa ke ruangan yang berudara sejuk/segar, apabila
perlu berikan pernafasan buatan melalui mulut atau dengan pemberian oksigen.
http://www.biotis.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=82%3Aapa-itu-
pastisida&catid=14%3Aberita&Itemid=68
TEKNIK APLIKASI PESTISIDALatar Belakang Pestisida diartikan sebagai obat atau racun yang terbuat dari bahan-bahan atau zat-zat yang telah diformulasikan dalam bentuk beranekaragam yang dapat membunuh atau mengurangi kerugian secara ekonomis pada tanaman budidaya akibat serangan organisme pengganggu tanaman yang meliputi hama, penyakit dan gulma. Formulasi bahan-bahan pestisida yang beredar dipasar digolongkan berdasarkan kemampuan suatu bahan atau zat-zat aktif yang terkandung didalamnya dalam mengendalikan organisme pengganggu tanaman yang digolongkan kedalam 5 golongan, yaitu : 1. Herbisida merupakan kelompok pestisida yang khusus mengandung bahan atau zat-zat yang mampu mengendalikan gulma baik itu gulma rerumputan, teki-tekian, kayu-kayuan, berdaun lebar, dan berdaun sempit 2. Fungisida merupakan kelompok pestisida yang berfungsi untuk mengendalikan serangan jamur dan cendawan penyebab penyakit pada tanaman budidaya 3. Nematisida adalah pestisida yang berfungsi mengendalikan serangan hama dari golongan cacing, ulat dan nematoda. 4. Insektisida merupakan pestisida yang diaplikasikan untuk mengendalikan hama dari golongan insekta seperti semut, serangga, lalat, lebah dll 5. Rodentisida untuk mengendalikan hama tikus. Bentuk formulasi pestisida pada garis besarnya ada 3 macam yang pertama bentuk formulasi cair pekat yang dilambangkan dikemasan dengan huruf “ EC”. Kedua, butiran (granula) dengan lambang
huruf “G” dan yang ketiga bentuk tepung (wartabke powder yang biasanya di lambangkan pada kemasan produk pestisida dengan huruf “W atau WP”. Cara mengaplikasikannya dari setiap bentuk formulasi berbeda namun dapat juga melalui penyemprotan (aplikasi yang paling banyak digunakan) seperti dengan pengenceran. Adapun cara mengaplikasikan pestisida kelapangan dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut :1. Penyemprotan 2. Injeksi 3. Fumigasi 4. Dusting 5. Penaburan Namun pada prinsipnya, apapun cara aplikasinya tetap tujuannya adalah untuk mengendalikan OPT yang harus memeprhatikan penggunaan dosis, jenis OPT yang akan dikendalikan, jenis pestisida yang akan dipakai, kapan waktu pengaplikasiannya, dan cara aplikasi yang akan dipakai juga musti tepat atau yang dikenal dengan istilah 5 T (tepat dosis, tepat jenis pestisida, tepat waktu, tepat cara aplikasi dan tepat OPT yang akan dikendalikan).Pengertian Pestisida Pestisida adalah semua bahan yang dapat mempengaruhi kehidupan organisme kehidupan mikroorganisme, atau pestisida adalah semua bahanbahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad hidup yang mengganggu tumbuhan, temak dan sebagainya yang diusahakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya. Pada dasamya pestisida yang beredar telah daJam bentuk formulasi yaitu campuran antara bahan aktif dengan bahan tambahan. Penambahan bahan tambahan tersebut berguna untuk memudahkan aplikasi, menambah efektifitas, menambah efisiensi dan keamanan dalam aplikasi. Pestisida dapat dikelompokkan berdasarkan jenis sasaran, bentuk fisik, bentuk formulasi, cara kerjanya, cara masuk, golongan senyawa, dan asal (bahan aktif). Bentuk dan Macam Pestisida Berdasarkan jenis sasaran Berdasarkan jenis sasaran, pestisida dapat dikelompokkan menjadi: 1. Insektisida : sasaran dan jenis serangga 2. Akansida 3. Fungisida 4. Nematisida 5. Baktensida 6. Moluskisida 7. Termisida 8. Herbisida 9. Rodentisida : sasaran dari jenis hewan pengerat 10. Piscisida : sasaran dan jenis ikan liar Disamping itu terdapat juga istilah lain yang dapat digabungkan dengan salah satu jenis pestisida di atas seperti jenis Larvisida yang merujuk pada pestisida untuk pengendalian larva yang sebenamya dapat dimasukkan kekelompok insektisida. Demikian juga dengan Termitisida yang merupakan juga Insektisida. Berdasarkan bentuk fisik Berdasarkan bentuk fisiknya pestisida dapat berupa: 1. cair 2. padat 3. aerosol Kalau memperhatikan bentuk fisik pestisida maka dua bentuk fisik yang paling ban yak terdapat di pasaran yaitu bentuk cair dan padat. Berdasarkan bentuk formulasi Berdasarkan bentuk formulasi, pestisida dikelompokkan menjadi : 1. Butiran (G/granul), biasanya pestisida dengan formulasi bentuk ini dapat langsung diaplikasikan tanpa harus diiarutkan terlebih dahulu. 2. Powder (tepung), biasanya harus dilarutkan terlebih dahulu sebelum diaplikasikan. Formulasi bentuk ini membentuk sediaan pestisida berupa suspensi. sehingga sangat diperlukan pengadukan yang terus menerus karena sifat sediaan ini dapat mengendap dan dapat merusak alat aplikasi atau terjadinya penyumbatan pada noze/. Beberapa kode formulasi pestisida yang sejenis artinya akan
menjadi suspensi jika diencerkan dengan air adalah SC, F. dan lain-lain. 3. EC (Emulsifiable I emulsible concentrates). Pestisida dengan formulasi berbentuk EC ini akan membentuk emulsi (seperti susu) pada larutan semprot. Larutan jadi ini tidak memerlukan pengadukan yang terus menerus. Pada umumnya insektisida memiliki formulasi bentuk EC. 4. AS. Pestisida dengan formulasi ini akan membentuk larutan yang homogen setelah dicampurkan dengan air. Biasanya pestisida dengan bentuk formulasi ini adalah dari golongan herbisida. Beberapa kode formulasi lain yang akan menjadi larutan jikadiencerkan dengan air adalah SP, L, WSC, dan lain-lain 5. Beberapa kode formulasi lain yang tidak perlu penambahan air dan dapat diaplasikan lang sung di lapangan seperti baitlumpan atau pelet. Bedasarkan Cara Kerja Berdasarkan cara kerjanya, pestisida dikelompokkan menjadi: 1. Kelompok IGR, mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan 2. Racun syaraf, biasanya mengganggu fungsi syaraf sehingga kematian yang cepat dapat terjadi. Umumnya insektisida yang beredar di pasaran sekarang ini pada umumnya adalah insektisida yang bekerja sebagai racun syaraf seperti golongan organofosfat, karbamat, dan piretroid. 3. Mempengaruhi fungsi enzim.4. Mempengaruhi tingkah laku,dan lain-lain. Berdasarkan cara masuk Berdasarkan cara masuk, pestisida dikelompokkan: 1. Racun kontak, artinya pestisida daJam hal ini senyawa bahan aktif masuk melalui kontak atau masuk ke tubuh serangga melalui dinding tubuh atau kutikula. 2. Racun perut, artinya senyawa bahan aktif masuk ke dalam tubuh serangga melalui proses makan (mulut) dan masuk ke tubuh melalui pencemaan. 3. Racun sistemik, senyawa bahan aktif terserap oleh tanaman lalu ditransportasikan ke seluruh jaringan tanaman. 4. Fumigan, artinya senyawa bahan aktif masuk ke dalam tubuh sasaran melalui sistem pemapasan. Berdasarkan asal bahan aktif Berdasarkan asal bahan aktif, pestisida dapat digolongkan menjadi: 1. Sintetik a. Anorganik : garam-garam beracun seperti arsenat, flourida, tembaga sulfat dan garam merkuri.b. Organikc. Organo khlorin : DDT, SHC, endrin, dieldrin, dll.d. Heterosiklik : Kepone, mirex , dU.e. Organofosfat : klorpirifos, prefonofos, dll.f. Karbamat : earbofuran, SPMC, dU. Dinitrofenol : Dinex, dU.g. Thiosianath. Lain-lain 2. Hasil alam (biopestisida)a. Nikotinoida.b. Piretroida.c. Rotenoida dU. d. Penggunaan pestisida ini sangat luas dalam kehidupan sehari-hari. Pestisida dapat digunakan di lapangan seperti pada sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Di gudang seperti pada komoditi pangan, makanan, arsip, maupun toko. Selain itu penggunaan pestisida juga dapat ditemukan pada tempat-tempat umum seperti hotel, restoran, taman, juga dalam rumah tangga. Apiikasi pestisida ditingkat petani sering dilakukan secara berjadwal yang dikenal dengan sistem kalender dan sistem PHT (Pengendalian Hama Terpadu). Dalam sistem kalender, waktu aplikasi pestisida sudah terjadwal, tanpa melihat apakah populasi hama memang sudah pada tingkat merugikan sehingga diperlukan aplikasi atau masih di bawah ambang ekonomi. Dengan kata lain ada atau tidak ada hama aplikasi tetap dilakukan. Sedangkan aplikasi dengan berlandaskan sistem PHT, aplikasi pestisida dilakukan hanya bila memang terpaksa dilakukan. Pada sistem PHT, monitoring atau pengamatan populasi hama sangat berperan dalam hal menentukan ambang ekonomi untuk pengambilan keputusan dilakukannya pengendalian secara
kimiawi.Prinsip Aplikasi Pestisida Dalam aplikasi pestisida ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan yaitu: 1. Aplikasi pestisida haruslah efisien artinya sesuai dengan kebutuhan. 2. Efektif artinya apfikasi pestisida haruslah tepat sasaran. Keefektifan ini dapat diketahui dengan evaluasi melalui pengamatan setelah aplikasi. Aplikasi berhasil jika populasi OPT menurun setelah dilakukannya aplikasi pestisida. 3. Aman, aplikasi haruslah aman balk bagi pelaku/operator maupun bagi lingkungan. Keamanan ini dapat dilihat atau ditentukan dari cara aplikasi. Efikasi pestisida dilakukan untuk melihat keampuhan suatu produk, biasanya pengujian ini dilakukan terhadap produk pestisida yang akan dijual ke pasaran. Penentuan Keampuahan PestisidaPenentuan keampuhan suatu produk dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: 1. Intrinsik Faktor intrinsik yaitu faktor yang berasal dari dalam produk itu sendiri seperti senyawa, OPT sasaran, dosis, konsentrasi, dan formulasi. 2. Aplikasi Faktor aplikasi diantaranya alat aplikasi, waktu aplikasi, cara aplikasi, cara pencampuran, dan cara penyimpanan. 3. Ekstrinsik Faktor ekstrinsik diantaranya sinar matahari, suhu, hujan, dan angin. Pengelolaan Pestisida dalam PHT dan Perencanaan hingga EvaluasiPengelolaan Pestisida Ada beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pengelolaan pestisida pada pengendalian hama terpadu yaitu: 1. Tahap Perencanaan Pada perencanaan hal-hal yang harus dipematikan sebelum memutuskan tindakan pengendalian secara kimiawi diantaranya: a. Ambang ekonomi yaitu apakah populasi hama atau kerusakan sudah sampai titik merugikansecara ekonomi sehingga harus dilakukan pengendalian. b. Sasaran yaitu Jenis OPT apa yang akan dikendalikan c. Musuh alami yaitu apakah populasi musuh alami masih berperan aktif dalam pengendalian atau sudah tidak mampu lagi menekan populasi hama sehingga pengendalian kimiawi harus dilakukan. d. Cara Kerja yaitu apakah pestisida yang digunakan itu harus yang bersifat sistemik atau bersifat kontak, ini tergantung dan habitat hama dan perilaku makan. Hama yang hidup dalam jaringan tanaman sebaiknya menggunakan insektisida yang bersifat sistemik. 2. Tahap Persiapan Pada tahap ini yang harus diperhatikan adalah: a. penyimpanan b. penentuan dosis dan konsentrasi yang sesuai c. alat aplikasi d. pakaian pelindung e. kondisi kesehatan f. lingkungan Memperhatikan tahap persiapan ini akan sangat membantu dalam keamanan dalam aplikasi Kelengkapan pakaian pelindung harus disiapkan sehingga jika diperlukan pakaian pelindung tersebut telah siap tersedia. Pakaian pelindung yang minimal harus disediakan adalah masker, kaca mata, dan topi. 3. Tahap Aplikasi Pada tahap ini hal-hal yang harus diperhatikan adalah : A. Teknik aplikasi, bagaimana aplikasi pestisida akan dilakukan, apakah melalui penyemprotan, penaburan, pengabutan, infus, atau fumigasi. B. Waktu aplikasi, Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan waktu aplikasi yaitu: a. Tahap perkembangan sasaran; apakah hama sasaran berada pada tahap/fase merusak . b. Tahap pertumbuhan tanaman; ada fase tanaman yang sangan rentan terhadap suatu hama. Apabila terjadi serangan pada saat tersebut akan menyebabkan kerugian . c. Tahap perkembangan musuh alami; apakah musuh alami berada pada tahap yang dapat membantu menekan populasi hama. C. Tingkat kerusakan D. Cuaca E. Organisme bukan sasaran F. Interval sebelum panen; ada beberapa komoditas tertentu yang mengharuskan aplikasi dihentikan menjelang dilakukannya pemanenan. 4. Peliputan 5. Ukuran 6. Distribusi 7. Volume semprot yang akan digunakan.
8. Evaluasi Dalam hal evaluasi, evaluasi keberhasilan apliksi dapat dilihat dan segi: a. Biologi b. Fisik, dan c.Lingkungan TujuanKetepatan Aplikasi Secara garis besar ada dua tujuan dan aplikasi pestisida yaitu pencegahan (preventif) dimana aplikasi dilakukan sebelum terjadinya serangan hama, dan "pengobatan"!kuratif yaitu aplikasi dilakukan setelah terjadinya serangan hama. Sedangakan ketepatan suatu aplikasi dapat dilihat dari : 1. Identifikasi sasaran ( serangga, patogen, gulma) 2. Jenis Pestisida (insektisida, fungisida, herbisida, dll) 3. Dosis/konsentrasi (kebutuhan pestisida) 4. Waktu Aplikasi (cuaca, sinar matahari) 5. Cara Aplikasi (alat aplikasi dan keamanan) Dosis dan Konsentrasi 1. Pengertian dosis dan konsentrasi Dosis (dosage), adalah banyaknya (volume) racun (bahan aktif, walaupun dalam praktek yang dimaksud adalah product formulation yang diaplikasikan pada suatu satuan luas atau volume, misalnya : 1 liter I ha luasan, 100 cc Im3 kayu dst. Oosis pestisida untuk suatu keperluan biasanya tetap, walaupun konsentrasi dapat berubah-ubah. Atau dosis adalah banyaknya racun (biasanya dinyatakan dalam berat, mg) yang diperlukan untuk masuk dalam tubuh organisme dan dapat mematikannya, misalnya lethal dose (LD) dinyatakan dalam mg/kg (mg bah an aktif per kg berat tubuh organisme sasaran). Konsentrasi, adalah perbandingan (persentase, precentage) antara bahan aktif dengan bahan pengencer, pelarut dan/atau pembawa. 2. Arti penting dosis dan konsentarsi Setiap hama atau patogen penyakit memiliki ketahanan yang berbedabeda sehingga dalam aplikasi pestisida, dosis dan konsentrasi yang digunakan akan berbeda beda pula. 3. Akibat kesalahan dosis dan konsentrasi Penggunaan dosis yang tidak tepat misalnya kurang dari dosis anjuran (dosis sub fetha~ tidak akan mematikan OPT, namun ada kemungkinan OPT akan membentuk sistem kekebalan terhadap jenis senyawa tersebut dan akan memicu terjadinya resistensi atau resurgensi. Perhitungan Kebutuhan Pestisida Kebutuhan pestisida untuk pengendalian OPT tergantung dari fase pertumbuhan tanaman atau volume semprot, luas tanaman, dan konsentrasi larutan pestisida yang direkomendasikan (yang biasanya tertera dalam kemasan). Berikut diberikan contoh perhitungan kebutuhan pestisida tersebut: Suatu pertanaman jagung seluas 5 ha memasuki pertumbuhan vegetatif cepat (umur 4 MST), untuk mencegah serangan bulai perlu disemprot dengan fungisida dengan volume semprot 3000 liter per hektar. Fungisida yang akan digunakan adalah Dithane-M45 dengan konsentrasi yang direkomendasikan adalah 2 g per liter dan kapasitas alat semprot 15 liter. Hitunglah kebutuhan fungisida untuk pertanaman jagung 5 hektar tersebut dan berapa kali pengisian alat semprot yang dibutuhkan untuk 5 hektar. Diketahui: Volume semprot (V) = 3000 liter per hektar Konsentrasi (K) = 2 g/l air Kapasitas semprot = 15 liter Ditanya : 1. hitung kebutuhan fungisida perhektar 2. hitung kebutuhan fungisida jika luas lahan 5 hektar 3. hitung berapa kali pengisian semprot jika luas lahan 5 hektar Jawab : 1. Hitung kebutuhan fungisida per hektar dengan cara mengalikan konsentrasi (K) dengan volume semprot (V), yaitu: K x V = 2g/l x 3000 l/ha = 6000 g/ha Jadi pertanaman jagung membutuhkan 6000 g atau 6 kg fungisida per hektar. 2. Untuk luas 5 ha, kalikan hasil yang diperoleh dari langkah pertama (6000 g/ha) dengan luas lahan: 6000 g/ha x 5 ha = 30.000 g atau 30 kg Jadi untuk pertanaman jagung 5 hektar diperlukan fungisida sebanyak 30 kg. 3. jika kapasitas alat semprot 15 liter maka hasilnya diperoleh melalui pengkalian volume semprot dengan luas lahan (3000 l/ha x 5= 15.000l/ha). Setelah itu, bagi hasil perkalian dengan kapasitas semprot untuk mengetahui jumlah pengisian semprot untuk lahan 5 hektar. 15.000l/ha : 15 l = 1000 kali pengisian semprot
Teknik AplikasiDalam aplikasi pestisida ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dan diketahui yang dapat menentukan keberhasilan diantaranya: 1. Strategi pengendalian 2. Tipe pestis ida yang digunakan Dalam aplikasi terutama pemilihan jenis pestisida haruslah sesuai dengan sasarannya, baik dan jenis pestisidanya (insektisida, fungisida, baktensida, dll) maupun dan jenis hama atau patogen sasarannya. 3. Habitat hama Pengetahuan mengenai habitat hama ini sangat dipenukan dalam aplikasi dalam hal ini cara penyemprotan. Ada hama-hama yang berada atau biasa hidup dibagian atas tanaman misalnya permukaan daun, namun ada juga hama yang biasanya hidup di bawah permukaan daun atau bahkan dekat pangkal tanaman. 4. Tingkah laku hama. Ada beberapa hama memiliki penlaku tertentu seperti aktif pada malam, pagi atau sore han sedangkan pada siang han hama ini bersembunyi sehingga sulit ditemukan. Pengetahuan ini berguna untuk menentukan kapan dilakukan aplikasi. Metode Aplikasi 1. Penyemprotan (spraying) Merupakan metode yang paling banyak digunakan. Biasanya digunakan 100-200 liter enceran insektisida perhektar. Paling banyak adalah 1000 liter/ha sedang paling kedl 1 liter/ha seperti dalam ULV. 2. Penaburan, biasanya untuk pestisida yang siap pakai. 3. Penuangan atau penyiraman (pour on) misalnya untuk membunuh sarang (koloni) semut, rayap, serangga tanah di persemaian dsb. 4. Injeksi batang : dengan insektisida sistemik bagi hama batang, daun, penggerek 5. Dipping: perendaman atau pencelupan seperti untuk biji atau benih, kayu. 6. Fumigasi: penguapan, misalnya pada hama gudang atau hama kayu. 7. Impregnasi : metode dengan tekanan (pressure) misalnya dalam pengawetan kayu. Alat dan Parameter Aplikasi Alat aplikasi sangat bervariasi yang tergantung pada : 1. Tipe alat 2. Sumber tenaga Satu hal yang penting untuk dilakukan adalah pemeliharaan alat. Pemeliharaan tidak hanya akan membuat alat aplikasi tahan lama, tapi juga keakuratan dalam aplikasl akan lebih terjamin. Parameter dalam Aplikasi :1. Peliputan 2. Butiran semprot; butiran semprot yang terlalu kedl kurang baik pada saat aplikasi karena akan lebih banyak hilang karena angin. Begitu juga bila butiran semprot terlalu besar, akan teljadi kehilangan karena aliran. 3. Volume semprot 4. Distribusi semprot Evaluasi Ada beberapa parameter yang dapat menentukan keberhasilan dari aplikasi pestis ida diantaranya : 1. Serangan OPT menurun, ini dapat dilihat dan menurunnya luas serangan, intensitas serangan, dan populasi2. Tidak adanya kerusakan pada tanaman balk pada daun maupun pada buah. 3. Keberadaan serangga penyerbuk dan musuh alami. Diharapkan aplikasi pestisida tidak menyebabkan menurunnya populasl serangga penyerbuk dan musuh alami. Pengaruh penggunaan pestisida secara bijaksana Penggunaan pestisida yang tidak tepat dan bijaksana dapat menimbulkan beberapa dampak seperti : 1. Terjadinya resistensi, yaitu berkembangnya hama yang memiliki daya tahan yang tinggi terhadap suatu pestisida yang digunakan. 2. Resurgensi, yaitu meningkatnya populasi hama setelah dilakukannya aplikasi pestisida. Ini terjadi karena kematian musuh alami akibat dari aplikasi pestisida. 3. Ledakan hama sekunder, yaitu meningkatnya populasi hama yang semula bukan merupakan
hama utama. Ini terjadi karena ketiadaan musuh alami akibat aplikasi pestisida. 4. Kematian organisme bukan sa saran yang berguna seperti serangga penyerbuk dan musuh alami sehingga menyebabkan berkurangnya keragaman unsur hayati. 5. Menyebabkan residu pada produk yang membahayakan konsumen. 6. Mengganggu kesehatan manusia, dan 7. Terjadinya pencemaran terhadap lingkungan. Sumber terjadinya Keracunan Ada beberapa sumber atau kegiatan yang menyebabkan keracunan : 1. Pembuatan sediaan pestisida 2. Jumlah pestisida 3. Jenis air 4. Cara pencampuran 5. Alat yang digunakan 6. Waktu aplikasi 7. Pakaian pelindung; biasanya petani tidak menggunakan pakaian pelindung khusus. Keracunan pestisida dapat melalui : a. Kulit. Merupakan keracunan yang paling umum terjadi karena biasanya bagian inl yang kurang dilindungi disamping bagian ini mempunyai luas permukaan yang lebih luas dibanding bagian tubuh lain. Kurangnya alat kelengkapan perlindungan diri merupakan penyebab keracunan yang melalui kulit. Seringkali dilihat bahwa seseorang yang sedang mengaplikasikan pestisida di lapangan hanya mengenakan kaos singlet dan celana pendek. ini sangat berbahaya karena hingga saat ini belum ada teknik yang sang at aman agar pestisida tidak mengenai tubuh pengguna. b. Pemapasan. Aplikasi pestisida yang bekerja secara fumigan merupakan bahaya yang sangat besar, namun demikian aplikasi dalam bentuk cairanpun tidak menutup kemungkinan akan tetap berbahaya. Tidak digunakannya masker akan sangat memungkinkan terjadinya keracunan lewan pemapasannya ini. c. Mulut. Mungkin secara sengaja sanga! jarang terjadi kecuali dalam kondisi tertentu. Namun demikian secara tidak sengaja atau boleh dikatakan akibat kelalaian atau kecerobohan hal inl sering kali terjadi. Pengadukan dengan tangan selain teljadi keracunan melalui kulit juga bisa sebagai penyebab keracunan lewat mulut. Seringkali dimana ketika seseorang sedang bekerja dengan pestisida melakukan aktivitas lain seperti makan, minum dan merokok. d. Mata. Penggunaan kaca mata sangat dianjurkan jika bekerja dengan pestisida karena bahaya akibat perubahan arah angin dan sebagainya sangat mungkin teljadi tiba-tiba dilapangan. Sebab terjadinya Keracunan 1. Pengetahuan tentang pestisida yang minim. Ini seringkali terjadi karena masyarakat menilai bahwa pestisida adalah bahan biasa yang hanya dapat mematikan hama tanaman. Upaya yang sistematis agar mereka menyadari behwa pestisida adalah zat beracun yang sangat mematikan yang dapat mengenai dirinya dan juga orang lain. 2. Kondisi kesehatan. Kadangkala kondisi lemah sangat mendorong terjadinya keracunan. Kondisi lemah memungkinkan seseorang akan kehilangan konsentrasi dalam bekerja sehingga jika berkerja dengan pestisida hal in; akan sangat berbahaya. Kondisi lemah juga akan sangat mendorong keracunan lebih parah jika seseorang terkena pestisida. 3. Kecerobohan. Hal in; sering terjadi di masyarakat karena dapat disebabkan karena ketidaktahuan mereka atau karena mereka merasa sudah biasa dan tidak terjadi apa-apa pada saat terjadi suatu kecelakaan. Hendaknya tetap pestisida dipertakukan secara benar sesuai dengan sifat dan kegunaannya. 4. Kecelakaan. Mungkin kasus yang lain sehingga perlu penanganan yang lebih cermat dan hendaknya dibawa ke dokter jika kecelakaan yang terjadi telah terkategori parah. Gejala-gejala Keracunan Adapun gejala-gejala keracunan adalah lesu dan lekas lelah, sakit kepala, pusing, perut mual, kejang-kejang, muntah-muntah, badan terasa gemetar, pandangan kabur, mengeluarkan air liur bertebihan, kesulitan bernapas, mata terasa gatal, diare, dan pingsan. Tentunya ini sangat tegantung dengan kondisi awal pengguna dan tingkat keracunan yang terjadi.
Pertolongan Pertama Keracunan Pestisida Beberapa teknik pemberian pertolongan atau tips jika terjadi keracunan akibat pestlsida diantaranya : 1. Jika pestisida tertelan, usahakan pemuntahan dan berikan karbon aktif (norit). Selanjutnya bawa ke dokter dan berikan informasi tentang terjadinya keracunan 2. Jika pestisida terkena kulit, bersihkan sesegera mungkin bagian yang terkontaminasi dan gunakan sabun dan bilas berulang-ulang. 3. Jika pestisida terkena mata, cuci segera mata pada air mengalir, tutup mata dengan kain bersih, jika masih terasa sakit, ke dokter. 4. Jika pestisida lewat pemapasan, Jauhi sumber racun, Kendorkan pakaian untuk pemapasan, bila sudah tergolong gawat segera bawa ke dokter
http://wahanapertanian.blogspot.com/2013/08/teknik-aplikasi-pestisida.html