95120210 pembuatan pelet ida trichoderma harzianum dengan bahan pembawa campuran tepung ketan putih...

21
PENGENDALIAH HAYATI MENGGUNAKAN PELET BIOFUNGISIDA Trichoderma harzianum Oleh : Nungki Ayuningtyas B1J007017 Diah Tri Utami B1J007027 Izza Dwi Khaerani B1J007065 Nova Prastianti B1J008007 Maman B1J008021 Devi Restiana B1J008008 Adhi Nugroho B1J007085 LAPORAN PRAKTIKUM FITOPATOLOGI

Upload: deni-darmawan

Post on 22-Jun-2015

28 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: 95120210 Pembuatan Pelet Ida Trichoderma Harzianum Dengan Bahan Pembawa Campuran Tepung Ketan Putih Dan Tepung Bawang Putih

PENGENDALIAH HAYATI MENGGUNAKAN PELET BIOFUNGISIDA Trichoderma harzianum

Oleh :

Nungki Ayuningtyas B1J007017Diah Tri Utami B1J007027Izza Dwi Khaerani B1J007065Nova Prastianti B1J008007Maman B1J008021Devi Restiana B1J008008Adhi Nugroho B1J007085

LAPORAN PRAKTIKUM FITOPATOLOGI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO

2010

Page 2: 95120210 Pembuatan Pelet Ida Trichoderma Harzianum Dengan Bahan Pembawa Campuran Tepung Ketan Putih Dan Tepung Bawang Putih

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan pertanian dewasa ini ditekankan pada pertanian berbasis 

agribisnis yang berdaya saing, berkelanjutan dan dilaksanakan secara

terdesentralisasi.  Sejalan dengan hal tersebut, dan semakin meningkatnya

kesejahteraan masyarakat serta kesadaran konsumen akan pentingnya kesehatan,

maka  permintaan akan produk pertanian yang bebas dari  bahan kimia juga terus

meningkat. Pertanian yang ditawarkan dalam hal ini adalah pertanian dengan

input eksternal rendah, yang dikenal dengan konsep pertanian berkelanjutan,

dengan prinsip yang digunakan adalah pemanfaatan interaksi unsur-unsur

agroekosistem, yang merupakan dasar dalam menjamin kondisi tanah yang

mendukung pertumbuhan tanaman, mengoptimalkan ketersediaan unsur hara,

menyeimbangkan arus unsur hara, meminimalkan kerugian akibat radiasi

matahari, udara dan air, meminimalkan serangan hama dan penyakit, serta

memanfaatkan keterpaduan dan sinergi dalam penggunaan sumberdaya genetik

(Reijntjes et al., 1999).

Salah satu unsur agroekosistem dari pertanian berkelanjutan adalah

mikrooganisme yang sudah ada di alam dan dapat dimanfaatkan sebagai agens

hayati, baik berperan dalam pengendalian  patogen tumbuhan  maupun sebagai

dekomposer.  Pengendalian hayati  patogen tumbuhan adalah suatu cara untuk

mengurangi jumlah inokulum patogen atau menekan aktifitas patogen baik aktif

atau dorman dalam menimbulkan penyakit dengan satu atau beberapa organisme

secara alami atau melalui manipulasi lingkungan, inang atau antagonis (Cook dan

Baker 1983).  Dekomposer adalah mikroorganisme yang mempunyai kemampuan

Page 3: 95120210 Pembuatan Pelet Ida Trichoderma Harzianum Dengan Bahan Pembawa Campuran Tepung Ketan Putih Dan Tepung Bawang Putih

dalam mendekomposisikan bahan organik, terutama bahan-bahan alami yang

mengandung selulosa dan lignin yang tinggi.  Salah satu mikroorganisme yang

mempunyai kedua peran tersebut serta pemanfaatannya telah banyak dilaporkan

adalah cendawan antagonis  Trichoderma spp.

Trichoderma harzianum adalah jamur saprofit tanah yang secara alami

merupakan parasit yang menyerang banyak jenis jamur penyebab penyakit

tanaman (spektrum pengendalian luas), jamur tersebut dapat menjadi hiperparasit

pada beberapa jenis jamur penyebab penyakit tanaman, pertumbuhannya sangat

cepat dan tidak menjadi penyakit untuk tanaman tingkat tinggi. Mekanisme

antagonis yang dilakukan adalah berupa persaingan hidup, parasitisme, antibiosis

dan lisis (Trianto dan Gunawan Sumantri, 2003).

T. harzianum merupakan jamur antagonis yang sangat penting untuk

pengendalian hayati. Mekanisme pengendalian T. harzianum yang bersifat

spesifik target, mengkoloni rhizosfer dengan cepat dan melindungi akar dari

serangan jamur patogen, mempercepat pertumbuhan tanaman dan meningkatkan

hasil produksi tanaman, menjadi keunggulan lain sebagai agen pengendali hayati.

Aplikasi dapat dilakukan melalui tanah secara langsung, sebagai jasad antagonis

mudah dibiakkan secara massal, mudah disimpan dalam waktu lama dan dapat

diaplikasikan sebagai seed furrow dalam bentuk tepung atau granular /butiran

(Arwiyanto, 2003).

B. Tujuan

Praktikum kali ini bertujuan untuk menguji aktivitas cendawan antagonis

terhadap cendawan pathogen.

Page 4: 95120210 Pembuatan Pelet Ida Trichoderma Harzianum Dengan Bahan Pembawa Campuran Tepung Ketan Putih Dan Tepung Bawang Putih

II. MATERI DAN METODE

A. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah tabung reaksi, blender, cawan petri,

tabung Erlenmeyer, pipet ukur, pinset, jarum ose, gelas ukur, bor gabus,

hemocytometer, cover glass, beaker glass, pipet tetes, mortar dan pestle, ayakan,

spatula, kertas tissue, kapas, aluminium foil, magnetic stirrer, Laminar Air Flow

(LAF), autoklaf, lampu spiritus, desikator bersilika gel, timbangan analitik dan

oven.

Bahan-bahan yang digunakan adalah tepung ketan putih, tepung bawang

putih, isolat T. harzianum, media PDA, wrapper, akuades, alkohol 70 %, dan

spiritus.

B. Cara Kerja

1. Peremajaan Isolat T. harzianum

Isolat T. harzianum dipindah pada media cawan yang baru kemudian

diinkubasi pada suhu ruangan.

2. Pembuatan inokulum

a. T. harziznum dibiakan pada media miring, diinkubasi pada suhu ruang

sampai pertumbuhannya memenuhi media ± 1 minggu.

b. 10 ml akuades steril dimasukan ke dalam (langkah a), kemudian tabung

tersebut goyang-goyang hingga konidia terlepas dan tercampur ke dalam

akuades (terbentuk suspense konidia T. harzianum).

c. 1 ml suspensi konidia tersebut diambil kemudian dimasukan ke dalam

tabung reaksi berisi 9 ml akuades steril (pengenceran).

Page 5: 95120210 Pembuatan Pelet Ida Trichoderma Harzianum Dengan Bahan Pembawa Campuran Tepung Ketan Putih Dan Tepung Bawang Putih

d. Pengenceran dilakukan hingga diperoleh konsentrasi konidia 108

konidia/ml.

e. Jumlah konidia pada pengenceran dihitung mengunakan haemocytometer

dengan bantuan mikroskop cahaya. Penghitungan jumlah konidia dengan

mengunakan rumus menurut Hadioetomo (1994) sebagai berikut:

∑ konidia = ∑ konidia × 1 × 4 × 106

∑ kotak Fp(108)

Keterangan:

∑ konidia = jumlah konidia dalam 5 kotak sedang

∑ kotak = jumlah 5 kotak sedang

Fp = faktor pengenceran

2,5 x 105 = konstanta

f. Semua tahapan dalam pembuatan inokulum T. harzianum dilakukan

secara aseptis.

3. Pembuatan dan Penyiapan Pelet

a. Tepung beras ketan putih 100 gram dicampur tepung bawang putih 5

gram sebagai antibiotis kemudian dibungkus aluminum foil, selanjutnya

di oven pada suhu 80oC selama 24 jam.

b. Setelah suhu tepung menurun, sebanyak 100 gr dimasukan ke dalam

cawan petri besar berdiameter 14 cm, kemudian ditambahkan 60 ml

akuades steril sampai terbentuk adonan tepung yang tidak lengket di

tangan.

Page 6: 95120210 Pembuatan Pelet Ida Trichoderma Harzianum Dengan Bahan Pembawa Campuran Tepung Ketan Putih Dan Tepung Bawang Putih

c. Suspensi konidia T. harzianum dengan konsentrasi 108 konidia/ml

sebanyak 20 ml dicampurkan dengan tepung kemudian dihomogenkan

agar konidia tersebar merata dalam media.

d. Setelah homogen, tepung dipadatkan sampai ketebalan 1 cm

e. Media tepung yang telah padat kemudian dibor (dibentuk dengan bor

gabus) hingga membentuk pelet berdiameter 1 cm. Butiran pelet

kemudian dikeringkan di dalam oven dengan suhu 40 0C selama 24 jam.

f. Semua tahapan dalam pembuatan dan penyimpanan pelet biofungisida T.

harzianum dilakukan secara aseptis.

4. Uji Viabilitas Pelet Biofungisida T. harzianum.

a. Satu gram pelet biofungisida T. harzianum dengan lama waktu

penyimpanan yang diuji dihaluskan dengan menggunakan mortar dan

pestle secara perlahan.

b. Satu gram pelet yang telah dihaluskan kemudian diencerkan dengan

akuades steril 9 ml sampai 2 atau 3 kali dengan menggunakan prinsip

pengenceran.

c. Pada pengenceran terakhir dihitung jumlah konidia per ml suspensi

dengan menggunakan haemocytometer dan bantuan mikroskop cahaya.

d. Penghitungan jumlah konidia awal dengan mengunakan rumus menurut

Hadioetomo (1994) sebagai berikut:

∑ konidia awal = ∑ konidia × 1 × 4 × 106

∑ kotak Fp(103)

Keterangan:

∑ konidia = jumlah konidia dalam 5 kotak sedang

Page 7: 95120210 Pembuatan Pelet Ida Trichoderma Harzianum Dengan Bahan Pembawa Campuran Tepung Ketan Putih Dan Tepung Bawang Putih

∑ kotak = jumlah 5 kotak sedang

Fp = faktor pengenceran

2,5 x 105 = konstanta.

e. Setelah diketahui jumlah konidia per ml suspensi (jumlah konidia awal)

kemudian diinokulasikan 1 ml suspensi konidia kedalam media PDA.

Inkubasi dilakukan di ruang terbuka pada suhu ± 280C selama 5 hari atau

dihentikan apabila salah satu koloni cendawan telah memenuhi cawan

petri.

f. Penghitungan jumlah konidia akhir dengan mengunakan rumus menurut

Hadioetomo (1994) sebagai berikut:

∑ konidia akhir = ∑ konidia × 1 × 4 × 106

∑ kotak Fp(103)

Keterangan:

∑ konidia = jumlah konidia dalam 5 kotak sedang

∑ kotak = jumlah 5 kotak sedang

Fp = faktor pengenceran

2,5 x 105 = konstanta.

g. Semua tahapan dalm uji viabilitas pelet biofungisida T. harzianum

dilakukan secara aseptis.

Page 8: 95120210 Pembuatan Pelet Ida Trichoderma Harzianum Dengan Bahan Pembawa Campuran Tepung Ketan Putih Dan Tepung Bawang Putih

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Jumlah konidia pada pengenceran

∑ konidia = ∑ konidia × 1 × 4 × 106

∑ kotak Fp(108)

= 6/4 x 1/108 x 4 x106

= 0,06

Jumlah konidia awal

∑ konidia awal = ∑ konidia × 1 × 4 × 106

∑ kotak Fp(103)

= 41/4 x 1/103 x 4 x106

= 41 x 103

Jumlah konidia akhir

∑ konidia awal = ∑ konidia × 1 × 4 × 106

∑ kotak Fp(103)

= 16/4 x 1/103 x 4 x106

= 1,6 x 104

Page 9: 95120210 Pembuatan Pelet Ida Trichoderma Harzianum Dengan Bahan Pembawa Campuran Tepung Ketan Putih Dan Tepung Bawang Putih

Tabel 1. Inokulasi Pelet Trichoderma harzianum

Kel

Dosis

(gram

)

Perlakuan

Hari ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1

0

9 hari

Sebelum

tanam

- - v

5 - - v

2

10 - - v

15 - - - v

3

20 - - - v

25 - - - - v

4 0

2 hr stlh

tanam

- - - v

5 - - - - - - -

5 10 - v

15 - v

6 20 - - - - - - -

25 - - - - - - -

V = mulai menunjukan penyakit

B. Pembahasan

Trichoderma harzianum merupakan salah satu jenis cendawan yang

mampu berperan sebagai pengendali hayati karena mempunyai aktivitas

antagonistik yang tinggi terhadap cendawan patogen tular tanah. Cendawan ini

termasuk jenis cendawan tanah, sehingga sangat mudah didapatkan di berbagai

macam tanah, di permukaan akar berbagai macam tumbuhan, juga dapat diisolasi

dari kayu busuk atau serasah (Suwahyono dan Wahyudi, 2001).

Page 10: 95120210 Pembuatan Pelet Ida Trichoderma Harzianum Dengan Bahan Pembawa Campuran Tepung Ketan Putih Dan Tepung Bawang Putih

Beberapa ciri morfologi jamur T. harzianum sebagai bahan baku

biofungisida tersebut yang menonjol, antara lain koloninya berwarna hijau muda

sampai hijau tua yang memproduksi konidia aseksual berbentuk globus dengan

konidia tersusun seperti buah anggur dan pertumbuhannya cepat (fast grower).

Jamur tersebut merupakan salah satu jenis jamur mikroparasitik, artinya bersifat

parasit terhadap jenis jamur lain dan sifat itulah yang dimanfaatkan sebagai agen

biokontrol terhadap jenis-jenis jamur fitopatogen. Beberapa keuntungan dan

keunggulannya adalah mudah dimonitor dan dapat berkembang biak, sehingga

keberadaannya di lingkungan dapat bertahan lama serta aman bagi lingkungan,

hewan dan manusia lantaran tidak menimbulkan residu kimia berbahaya yang

persisten di dalam tanah. Jamur penyakit mempercepat pertumbuhan tanaman dan

meningkatkan hasil produksi tanaman. Secara ekonomi penggunaan biofungisida

trichodermin dan gliocladin lebih murah dibandingkan dengan fungisida kimiawi.

Mekanisme pengendalian biofungisida itu bersifat spesifik target, sehingga tidak

menimbulkan hilangnya organisme nontarget. Kelebihan lain mampu mengoloni

rhizosfer (daerah perakaran tanaman) dengan cepat dan melindungi akar dari

serangan. Penggunaan jamur antagonis sebagai agen hayati harus dalam bentuk

formulasi yang tepat dengan bahan yang mudah tersedia (Lewis dan Papavizas,

1991).

Menurut Weller dan Cook, (1983) bahwa untuk menstabilkan efektifitas

agensia hayati harus diformulasikan. Beberapa laporan menyebutkan bahwa P.

fluorescens, Gliocladium dan 5 Trichoderma telah diformulasikan dalam bentuk

cair, tepung dan kompos. Perkembangbiakan T. harzianum akan terjadi bila hifa

jamur mengadakan kontak dengan bahan organik seperti kompos, bekatul atau

Page 11: 95120210 Pembuatan Pelet Ida Trichoderma Harzianum Dengan Bahan Pembawa Campuran Tepung Ketan Putih Dan Tepung Bawang Putih

beras jagung. Menurut Bertha Hapsari, (2003) menunjukkan bahwa jamur

menguntungkan tersebut dapat bertahan selama 3 bulan jika disimpan dalam

kulkas atau sebulan di suhu kamar pada medium beras dan jagung yang telah

difermentasi (Trianto dan Sumantri, 2003).

Menurut Kamus Ilmiah (2010) Mekanisme pengendalian jamur patogen

oleh biofungisida Naturalindo secara alamiah dapat dikelompokkan menjadi 3

fenomena dasar, yaitu :

a. Terjadinya kompetisi bahan makanan antara jamur patogen dengan bahan

aktif biofungisida Naturalindo di dalam tanah. Adanya pertumbuhan yang

berjalan begitu cepat dari jamur agensia aktif dari biofungisida

Naturalindo ini akan mendesak pertumbuhan jamur patogen.

b. Mikoparasitisme. Jamur agensia aktif biofungisida Naturalindo merupakan

jamur yang mempunyai sifat mikoparasitik, artinya jamur Trichoderma

tergolong dalam kelompok jamur yang menghambat pertumbuhan jamur

lain melalui mekanisme parasitisme. Mekanisme yang terjadi adalah

bahwa selama pertumbuhan jamur ini di tanah yang berjalan begitu cepat,

jamur ini akan melilit hifa jamur patogen. Bersama dengan pelilitan hifa

tersebut, dia mengeluarkan enzim yang mampu merombak dinding sel hifa

jamur patogen, sehingga jamur patogen mati. Beberapa jenis enzim pelisis

yang telah diketahui dihasilkan adalah enzim kitinase dan b -1,3

glucanase.

c. Antibiosis. Ternyata agensia aktif biofungisida Naturalindo selain

menghasilkan enzim pelisis dinding sel jamur juga menghasilkan senyawa

antibiotik yang termasuk kelompok furanon dapat menghambat

Page 12: 95120210 Pembuatan Pelet Ida Trichoderma Harzianum Dengan Bahan Pembawa Campuran Tepung Ketan Putih Dan Tepung Bawang Putih

pertumbuhan spora dan hifa jamur patogen, diidentifikasikan dengan

rumus kimia 3-(2-hydroxypropyl-4-2-hexadienyl ) -2-(5H)-furanon

Ketiga mekanisme ini berjalan secara simultan dan sekaligus.

Ferreira dan Boley (1992) menambahkan bahwa Sclerotium rolfsii mampu

menginfeksi tanaman jika jumlah miselia yang tumbuh cukup banyak. Untuk

mendukung pertumbuhan miselia secara optimal diperlukan nutrisi yang berasal

dari bahan organic sebab di alam sklerosia atau hifa berdinding tebal biasanya

berasosiasi dengan sisa tanaman atau bertahan hidup sebagai saprofit pada bahan

organik.

Praktikum kali ini pathogen yang diujikan yaitu Sclerotium rolfsii.

Sclerotium rolfsi merupakan salah satu patogen yang menyebabkan penyakit bibit

di beberapa daerah pengembangan kapas di Indonesia. Jamur ini memang banyak

terdapat di daerah tropik maupun sub tropik dan menyerang lebih dari 189 species

tanaman (WATKINS, 1961).

Menurut hasil dapat dilihat gejala yang ditimbulkan oleh pathogen

Sclerotium rolfsii dengan pemberian dosis pellet yang berbeda, perlakuan berbeda

dan layu pada hari yang berbeda-beda pula. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Menurut Wiyono (1994) Trichoderma spp. Merupakan salah satu agen pengendali

hayati yang efektif mengendalikan patogen tular tanah pada berbagai jenis

tanaman seperti Rhizoctonia solani, Pythium aphanidermatum, Fusarium

oxysporum, dan Sclerotium rolfsii. Gejala yang ditimbulkan adalah benih mati

sebelum berkecambah atau muncul ke permukaan tanah atau kecambah

rebah/layu.

Page 13: 95120210 Pembuatan Pelet Ida Trichoderma Harzianum Dengan Bahan Pembawa Campuran Tepung Ketan Putih Dan Tepung Bawang Putih

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Trichoderma harzianum merupakan jamur antagonis yang dapat

digunakan sebagai fungisida hayati.

2. Pada praktikum kali ini Trichoderma harzianum tidak berpengaruh besar

terhadap aktivitas pathogen Sclerotium roflsii

Page 14: 95120210 Pembuatan Pelet Ida Trichoderma Harzianum Dengan Bahan Pembawa Campuran Tepung Ketan Putih Dan Tepung Bawang Putih

DAFTAR PUSTAKA

Arwiyanto, 2000. Pengembangan Agens Hayati untuk Tanaman Hortikultura. Departemen Pertanian Jakarta.

Bertha Hapsari, 2003. Stop Fusarium dengan Trichoderma. Trubus 404- XXX. Hal. (42- 43).

COOK, R.J. and SNYDER, W.C. 1965. Influence of host exudates on growth and survival of germlings of Fusarium solani f. phaseoli in soil. Phytopathology, 55:1021-1025.

Ferreira, S.A. and R.A Boley. 1992. Sclerotium rolfsii. Department of Plant Path,CTAHR. Univ of Hawaii http://www.extento.hawaii.edu/kbase/crop/ Type/s_rolfs.htm.

Kamus ilmiah. 2010. Penggunaan biofungisida pada usaha perkebunan. http ://www. kamusilmiah. com/ teknolog/ penggunaan biofungisida -pada- usaha-perkebunan/

Lewis, J.A. and G.C. Papavizas. 1983. Production of Clamidospores and Conidia by Trichoderma sp. In Liquid and Solid Growth Media. Soil Biology and Biochemistry, 15 (4): 351-357.

Purwantisari, S., Ferniah, R.S., B Raharjo. 2008. Pengendalian Hayati Penyakit Lodoh (Busuk Umbi Kentang) Dengan Agens Hayati Jamur-jamur Antagonis Isolat Lokal. BIOMA, Vol. 10, No. 2, Hal. 13-19

Suwahyono U, dan Wahyudi P, 2001. Trichoderma harzianum dan Aplikasinya: Penelitian dan Pengembangan Agen Pengendali Hayati. Direktorat Teknologi Bioindustri BPPT, Jakarta.

Trianto dan Gunawan Sumantri. 2003. Pengembangan Trichoderma harzianum. Untuk Pengendalian OPT Pangan dan Hortikultura. Makalah. Lab. PHPT Wilayah Semarang.

WATKINS, G.M. 1961. Physiology of Sclerotium rolfsii with emphasis on parasitism. Phytopathology, 51: 110-113.

Wiyono S, 1994. Keefektifan Gliocladium fimbriantum Gilman dan Abbot terhadap Patogen Busuk Batang pada Kedelai dan Toleransinya terhadap Pestisida. Jurnal Bul. HPT. 7 (1): 5–10.

Page 15: 95120210 Pembuatan Pelet Ida Trichoderma Harzianum Dengan Bahan Pembawa Campuran Tepung Ketan Putih Dan Tepung Bawang Putih