perkembangan adalah perubahan psikologis sebagai hasil...
TRANSCRIPT
6
BABBABBABBAB IIIIIIII
TINJAUANTINJAUANTINJAUANTINJAUAN PUSTAKAPUSTAKAPUSTAKAPUSTAKA
A.A.A.A. PerkembanganPerkembanganPerkembanganPerkembangan SosialSosialSosialSosial AnakAnakAnakAnak
1.1.1.1. PerkembanganPerkembanganPerkembanganPerkembangan (Development)
Perkembangan adalah perubahan psikologis sebagai hasil dari
proses pemotongan fungsi psikis dan fisik pada diri anak yang ditunjang
oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam kurun waktu tertentu
menuju kedewasaan (Suherman, 2002). Menurut Harlimsyah (2007)
perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi pada diri anak
dilihat dari berbagai aspek antara lain aspek fisik (motorik), emosi, kognitif
dan psikososial (bagaimana anak berinteraksi dengan lingkungan). Aspek
perkembangan anak yang diketahui orang tua yaitu:
a. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik adalah hasil dari perubahan bentuk dan
fungsi dari organisme (Soetjiningsih, 2001). Perkembangan fisik
berkaitan dengan perkembangan gerakan motorik yakni perkembangan
pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara
susunan saraf, otot otak (Harlimsyah, 2007). Perkembangan motorik
meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh
menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota
tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri misalnya
kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga. Sedangkan
7
motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot halus atau
sebagian anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan
belajar dan berlatih, misalnya kemampuan memindahkan benda dari
tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menulis. Perkembangan
motorik kasar dan halus sangat diperlukan anak agar dapat berkembang
optimal. Bedanya perkembangan motorik kasar tergantung kematangan
anak sedangkan perkembangan motorik halus anak bisa dilatih. Anak
yang perkembangannya kurang biasanya disebabkan stimulasi dari
lingkungan yang kurang (Harlimsyah, 2007).
b. Perkembangan Emosi
Perkembangan emosi berhubungan dengan kemampuan
perasaan yang tertanam sejak awal atau dini misalnya orang tua harus
bisa memberikan kehangatan, sehingga anak merasa nyaman dimana
anak akan belajar dari lingkungannya. Pada orang tua yang tak pernah
memberi kehangatan pada anak akan mempengaruhi kemampuan
berinteraksi dengan lingkungan yang berakibat anak bisa merasa takut
mencoba, malu bertemu dengan orang (Harlimsyah, 2007).
Perkembangan emosi seperti aspek lain dari perkembangan
berkaitan dengan umur. Ia harus belajar untuk mengatasi frustasi yang
diuraikan sebagai suatu status yang bisa menimbulkan kekecewaan.
Pengendalian emosi perlu pembelajaran bagaimana mengarahkan
rangsangan yang diterima dan menentukan arah yang harus dijalani.
8
Lingkungan yang baik akan menjamin stabilitas emosional (Sacharin,
1999). Perkembangan emosi anak mempunyai ciri khas dengan proses
gerak maju mundur (Progression and Regression). Orang tua dapat
membantu perkembangan anak melalui berbagai cara. Yang paling
penting adalah kehidupan keluarga yang bahagia dan stabil tanpa
ketegangan serta cara merawat anak yang penuh kesabaran dalam
menghadapi segala macam konfliknya (Suherman, 2002).
c. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif atau proses berfikir adalah proses
menerima, mengolah sampai memahami info yang diterima. Aspeknya
antara lain intelegensi, kemampuan memecahkan masalah serta
kemampuan berfikir logis (Harlimsyah, 2007). Kemampuan ini
berkaitan dengan bahasa dan bisa dilatih sejak anak mulai memahami
kata. Proses pengenalan dilakukan dengan cara bermain. Hambatan
bidang kognitif bisa dilihat dari seberapa cepat atau lambat anak
menangkap informasi yang diberikan, seberapa sulit anak
mengungkapkan pikiran. Keterlambatan seperti ini berkaitan dengan
kapasitas intelektual yang akan menjadi terbatas pula.
d. Perkembangan Psikososial
Perkembangan psikososial dimulai pada kehidupan awal bayi.
Tersenyum dapat dianggap sebagai respon sosial. Pertama kali senyum
timbul sebagai respon terhadap orang asing juga terhadap wajah yang
9
dikenal. Peningkatan pertukaran sosial terjadi secara cepat ketika anak
mulai bicara (Sacharin, 1999). Umur 6 bulan senyuman menjadi lebih
selektif, terutama senyum terhadap ibu, ayah dan saudara kandung.
Anak juga akan malu terhadap orang asing. Antara usia 2 – 3 tahun
anak menunjukkan minat yang nyata untuk melihat anak lain dan
berusaha mengadakan kontak sosial (Hurlock, 1999). Peran orang tua
terhadap anak adalah mengajarkan cara beradaptasi dengan lingkungan.
Hambatan perkembangan sosial membuat anak mengalami kecemasan,
sulit berinteraksi dengan orang yang baru dikenal, bisa juga jadi pemalu
(Harlimsyah, 2007). Sebaliknya orang tua over protektif, anak menjadi
sulit berpisah dengan orang tua, sulit mengajarkan sesuatu sendiri
karena tidak pernah diberi kesempatan.
2.2.2.2. PerkembanganPerkembanganPerkembanganPerkembangan SosialSosialSosialSosial AnakAnakAnakAnak
Pada personal sosial anak terdapat suatu aspek yang saling
berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2001). Tingkah laku sosial diartikan
bagaimana seorang anak bereaksi terhadap orang-orang di sekitarnya,
pengaruh hubungan itu pada dirinya dan penyesuaian dirinya terhadap
lingkungan. Perkembangan sosial misalnya diterima sebagai anggota dalam
masyarakat, biasanya ditolong oleh orang tua dan keluarga. Pada permulaan
pengaruh terbesar adalah dari ibu, tetapi kemudian bertambah banyak orang
dan pengalaman-pengalaman mempengaruhi perilaku pribadi anak-anak.
10
Seluruh anak membutuhkan perasaan aman dan dicintai, bila mereka
diharapkan tumbuh menjadi orang-orang yang beremosi stabil (Suryanah,
1999).
3.3.3.3. UjiUjiUjiUji SkriningSkriningSkriningSkrining PerkembanganPerkembanganPerkembanganPerkembangan dengandengandengandengan MetodeMetodeMetodeMetode DenverDenverDenverDenver IIIIIIII //// DDST (Denver
Development Screening Test)
DDST adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan
perkembangan anak, test ini bukanlah test diagnostik atau test IQ. Denver
dibuat untuk menolong petugas kesehatan menentukan secara dini masalah
penyimpangan perkembangan potensial anak berumur kurang dari enam
tahun. Gambaran uji coba denver ini digunakan untuk menilai :
a. Tingkat perkembangan anak sesuai dengan umurnya.
b. Anak-anak yang tampak sehat berumur diantara 0-6 tahun.
c. Menjaring anak tanpa gejala terhadap kemungkinan adanya kelainan
perkembangan.
d. Memastikan apakah anak dengan persangkaan ada kelainan benar-benar
ada kelainan perkembangan.
e. Melakukan monitor anak-anak dengan resiko terhadap
perkembangannya (misalnya anak dengan masalah perinatal). Denver II
adalah :
1) Bukan tes IQ
2) Bukan peramal kemampuan adaptif atau kemampuan intelektual
(perkembangan) anak di masa mendatang.
11
3) Tidak dibuat untuk menghasilkan diagnosa seperti
ketidakmampuan belajar (learning disability), kesukaran belajar
(korning Disorder), atau gangguan emosional.
4) Tidak untuk substitusi evaluasi diagnostik atau pemeriksaan fisik
namun lebih kearah membandingkan kemampuan perkembangan
seorang anak dengan kemampuan anak lain yang seumur.
4.4.4.4. AlatAlatAlatAlat yangyangyangyang digunakandigunakandigunakandigunakan
Penilaian perkembangan dengan Denver mengunakan alat yaitu :
a. Alat peraga : benang wol, manik-manik, kubus warna merah kuning,
hijau, biru, permainan anak, botol kecil, bola teknis, bel kecil, kertas
dan pensill
b. Lembar formulir DDST
c. Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap :
1) Tahap pertama : secara periodik dilakukan pada semua anak yang
berusia 1 tahun , 2 tahun dan 3 tahun
b) Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya
hambatan perkembangan pada tahap pertama. Kemudian
dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.
5.5.5.5. PenilaianPenilaianPenilaianPenilaian
Dari buku Tumbuh Kembang Anak, Soetjiningsih (1995) tentang
bagaimana melakukan penilaian, apakah lulus (Passed = P), gagal (Fail =
F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan untuk melaksanakan tugas
12
(No Opportunity =N.O). Kemudian ditarik garis kronologis yang
memotong garis horizontal tugas perkembangan pada formulir DDST.
Setelah itu dihitung pada masing-asing sektor, berapa yang P dan berapa
yang F, selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil test diklasifikasikan
dalam : normal, abnormal, meragukan (questionable) dan tidak dapat di
test (untesable) (Soetjiningsih, 2001).
a. Abnormal
1) Bila didapat 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor / lebih
2) Bila dalam satu sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih
keterlambatan PLUS 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan
dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang
berpotongan dengan garis vertikal usia.
b. Meragukan
1) Bila ada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih
2) Bila dalam satu sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan
pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang
berpotongan dengan garis vertikal usia. Tidak dapat di test
3) Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil test menjadi
abnormal atau meragukan.
c. Tidak dapat di test
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hail test menjadi
abnormal aau meragukan.
13
d. Normal
Dalam pelaksanaan skrining dengan DDST ini, umur anak perlu
ditetapkan terlebih dahulu, dengan menggunakan patokan 30 hari
untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun. Bila dalam
perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah dan sama
dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas. Perhitungan umur
adalah sebagai berikut misalnya budi lahir pada tanggal 23 Mei 1992
dari kehamilan yang cukup bulan dan test dilakukan pada tanggal 5
Oktober 1994, maka perhitungannya sebagai berikut:
a. 1994-10-5 (saat test dilakukan)
b. 1992-5-23 (saat Budi lahir)
Umur Budi 2-5-12 = 2 tahun 4 bulan 12 hari, karena 12 hari
adalah lebih kecil dari 15 hari maka, dibulatkan ke bawah
sehingga umur Budi adalah 2 tahun 4 bulan. Kemudian garis umur
ditarik vertikal pada lembar DDST yang memotong kotak-kotak
tugas perkembangan pada ke-4 sektor.
Tugas-tugas yang terletak di sebelah kiri itu, pada umumnya
telah dapat dikerjakan oleh anak-anak seusia Budi, (2 tahun 4
bulan). Apabila Budi gagal mengerjakan tugas tersebut (F), maka
berarti suatu keterlambatan pada tugas tersebut. Bila tugas-tugas
yang gagal dikerjakan itu terletak dalam kotak yang terpotong oleh
garis vertikel umur, maka ini bukan suatu keterlambatan, karena
14
pada kontrol lebih lanjut masih mungkin terdapat perkembangan
lagi. Begitu pula pada kotak-kotak disebelah kanan garis umur.
Panjang ujung kotak sebelah kiri terdapat kode-kode R dan nomor.
Kalau terdapat kode R maka tugas perkembangan cukup
ditanyakan pada orang tuanya, sedangkan bila terdapat kode
nomor maka tugas perkembangan di test sesuai petunjuk
dibaliknya formulir (Soetjiningsih, 2001).
6.6.6.6. Faktor-faktorFaktor-faktorFaktor-faktorFaktor-faktor yangyangyangyang berpengaruhberpengaruhberpengaruhberpengaruh terhadapterhadapterhadapterhadap perkembanganperkembanganperkembanganperkembangan sosialsosialsosialsosial anakanakanakanak
ToodlerToodlerToodlerToodler (1-3(1-3(1-3(1-3 tahun)tahun)tahun)tahun)
Personal sosial anak pra sekolah dipengaruhi oleh dua faktor pokok
yaitu keturunan (genetik) dan lingkungan (biopsikososial). Ada dua faktor
tersebut yang dapat diuraikan menjadi berbagai macam faktor yang secara
khusus dan langsung berpengaruh terhadap tumbuh kembang menurut
Narendra (2002) adalah sebagai berikut:
a. Faktor Keturunan atau Genetik
Pengaruh genetik ini bersifat heredo-konstitusional yang berarti
bahwa bentuk untuk konstitusi seseorang ditentukan oleh faktor
keturunan. Faktor hereditas akan berpengaruh pada cepat pertumbuhan,
kematangan penulangan, gizi, alat seksual dan saraf.
Walaupun konstitusi seseorang ditentukan oleh bakat, namun
faktor lingkungan memberi pengaruh dan sudah mulai berperan sejak
konsepsi, dalam perkembangan embrional intra uterin dan seterusnya.
15
b. Faktor Hormon
Hormon-hormon yang berpengaruh adalah hormon pertumbuhan
(growth hormon,GH) yang merangsang pertumbuhan Epifise dari pusat
tulang paling panjang, tanpa GH anak akan tumbuh dengan lambat dan
kematangan seksualnya terhambat. Pada keadaan Hipopituitarisme
terjadi dengan gejala-gejala anak bertumbuh pendek, anak genetalia
kecil, umur tulang melambat, dan Hipoglikemi berat. Sebaliknya yang
terjadi pada Hiperpituitari, kelainan yang timbul yaitu akromegali yang
disebabkan oleh hipersekresi GH, pertumbuhan linier, gigantisme, serta
hormon kelenjar tiroid yang pengaruhi pertumbuhan
c. Faktor Gizi
Kecukupan pangan yang essensial baik kualitas maupun kuantitas
sangat penting untuk pertumbuhan normal. Pada malnutrisi protein
kalori yang berat terjadi kelambatan pertumbuhan tulang dan maturasi,
kelambatan penyatuan epifise sekitar satu tahun dibandingkan dengan
anak gizi cukup, dan proses pubertas juga terlambat. Banyak zat atau
unsur yang penting untuk pertumbuhan, yaitu yodium, kalsium, fosfor,
magnesium, besi, fluor, bermacam vitamin, misalnya vitamin A, B12, C
dan D dapat mempengaruhi pertumbuhan anak.
d. Faktor Lingkungan
1) Faktor fisik, termasuk sinar matahari, udara segar, sanitasi, polusi,
iklim dan teknologi.
16
2) Lingkungan biologis, termasuk di dalamnya hewan dan tumbuhan;
lingkungan yang sehat; pembuangan sampah dan air limbah rumah
tangga harus baik, halaman rumah yang baik.
3) Lingkungan psikososial, termasuk di dalamnya latar belakang
keluarga, hubungan dalam keluarga, cara anak dibesarkan dan
interaksi dengan masyarakat sekitar.
4) Faktor Sosial Ekonomi
Faktor ekonomi sangat mempengaruhi keadaan sosial keluarga jika
keadaan ini baik maka dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan
pokok keluarga. Dan akan lebih terjamin bagi anggota keluarga
untuk mendapatkan pendidikan yang baik pula.
5) Faktor politik serta keamanan dan pertahanan suatu negara juga
sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak.
6) Faktor lain yang berpengaruh adalah pelayanan kesehatan yang
didapat selama tumbuh kembangnya (Suryanah, 1999).
7.7.7.7. ParameterParameterParameterParameter perkembanganperkembanganperkembanganperkembangan sosialsosialsosialsosial anakanakanakanak ToodlerToodlerToodlerToodler (1-3(1-3(1-3(1-3 tahun)tahun)tahun)tahun)
Pada anak ToodlerToodlerToodlerToodler perkembangan sosial berada pada tern intiative
versus guilt yaitu anak pada umur ini sangat aktif dan banyak bergerak,
dimana anak mulai belajar bermasyarakat. Anak berinisiatif dalam
merencanakan permainan dan melakukannya bersama teman-temannya
tetapi akan timbul rasa bersalah (feeling of guilt), cemas dan takut saat anak
dibatasi aktivitasnya. Menurut soetjiningsih (2001) menyebutkan bahwa
17
perkembangan sosial anak ToodlerToodlerToodlerToodler antara lain : (1) main bola dengan
pemeriksa, (2) menirukan kegiatan, (3) minum dari cangkir, (4) membantu
dirumah, (5) mengunakan sendok atau garpu, (6) membuka pakaian, (7)
menyuapi boneka, (8) memakai baju, (9) gosok gigi tanpa bantuan, (10)
cuci dan mengeringkan tangan, (11) menyebut nama teman, (12) memakai
t-shirt, (13) berpakaian tanpa bantuan, (14) bermain ular tangga atau kartu,
(15) gosok gigi tanpa batuan, (16) mengambil makan (Soetjiningsih, 2001).
8.8.8.8. PengukuranPengukuranPengukuranPengukuran PerkembanganPerkembanganPerkembanganPerkembangan SosialSosialSosialSosial
Perkembangan sosial anak berupa belajar secara bertahap untuk
meningkatkan kemampuan untuk mandiri, bekerja sama dengan orang lain
dan bertanggung jawab terhadap kelompoknya. Suatu skala pengukuran
yang baik untuk perkembangan sosial anak dengan mengunakan alat untuk
mengumpulkan data dengan skala maturitas sosial dari Vineland (Vineland
Social Maturity Scale), dimana alat tes ini mengkategorikan kemampuan
motorik dan perkembangan sosial anak dari lahir sampai dewasa. Pada tes
ini diperlukan jawaban atau informansi yang dapat dipercaya dari orangtua
anak, mengenai perkembangan anaknya mulai dari tahun-tahun pertama
sampai pada tes dilakukan. Kualitas hasil pemeriksaan tergantung pada
kemampuan penguji dan ayah atau ibu yang memberi jawaban. Kegunaan
skala ini adalah tes psikologi anak-anak yang mengalami deviasi
perkembangan (Soetjiningsih, 2001). Skala maturitas sosial dari Vineland
terbagi atas 8 kategori yaitu:
18
a. Self-help general (SHG): eathing and dreassing oneself
Mampu menolong dirinya sendiri yaitu makan dan berpakaian sendiri
b. Self-help eating (SHE) : the child can feed himself
Mampu makan sendiri
c. Self-help dressing (SHD): the child can dress himself
Mampu berpakaian sendiri
d. Self-direction (SD): the child can spend money and assume
responsibilities
Mampu memimpin dirinya sendiri : mengatur keuangannya dan
memikul tanggung jawab sendiri
e. Occupation (O) : the cihild does things for himself, cuts things, uses a
pencil, and transfers objects
Mampu melakukan pekerjaan untuk dirinya, mengunting, menggunakan
pensil, memindahkan benda-benda
f. Communication : the child talks, laughs and reads
Mampu berkomunikasi seperti berbicara tertawa dan membaca
g. Locomotion (L) : the child can move about where he wants to go
Gerakan motorik : anak mampu bergerak kemanapun ia inginkan
h. Socialization (S) : the child seeks the company of others, engages in play
and competes
Mampu bersosialisasi: berteman, terlibat dalam permainan dan
berkompetesi
19
Dari 8 kategori tersebut, kemampuan bersosialisassi dan
berkomunikasi sangat penting bila anak diharapkan mempunyai
kemampuan perkembangan sosial yang normal.
9.9.9.9. ASMAASMAASMAASMA
a.a.a.a. PengertianPengertianPengertianPengertian
Asma adalah proses obstruksi reversibel yang ditandai dengan
peningkatan responsivitas dan inflamasi jalan nafas, terutama jalan
nafas bagian bawah (Wong, 2004). Asma adalah batuk dan atau
wheezing (mengi) timbul secara episodik, kronik (lebih 14 hari),
cenderung malam hari, musiman, adanya faktor pencetus seperti
aktifitas fisik yang bersifat membaik secara spontan atau dengan
pengobatan, serta adanya riwayat asma pada keluarga dan penyakit
lainnya sudah bisa disingkirkan. Penyakit asma yang mempunyai
banyak faktor penyebab dan yang paling sering karena faktor atopi atau
alergi dan berkaitan erat dengan penyakit keturunan. Bila salah satu atau
kedua orang tua, kakek atau nenek anak menderita asma bisa diturunkan
ke anak. Asma adalah penyakit pada pipa saluran nafas di paru. Pipa
saluran nafas bercabang semakin kecil seperti pohon, menghubungkan
rongga hidung & mulut dengan kantung udara. Pipa saluran napas
penderita asma sering mengalami gangguan berupa radang kronik
20
dengan lendir/dahak yang berlebihan, pengkerutan saluran napas,
penebalan otot pipa saluran napas (Depkes RI, 2001).
b.b.b.b. FaktorFaktorFaktorFaktor penyebabpenyebabpenyebabpenyebab
Faktor-faktor penyebab dan pemicu asma antara lain debu
rumah dengan tungaunya, bulu binatang, asap rokok, asap obat nyamuk,
dan lain-lain. Beberapa makanan penyebab alergi makanan seperti susu
sapi, ikan laut, buah-buahan, kacang juga dianggap berpernanan
penyebab asma. Polusi lingkungan berupa peningkatan penetrasi ozon,
sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksid (NOX), partikel buangan diesel,
partikel asal polusi (PM10) dihasilkan oleh industri dan kendaraan
bermotor. Makanan produk industri dengan pewarna buatan (misalnya
tartazine), pengawet (metabisulfit), dan vetsin (monosodium glutamat-
MSG) juga bisa memicu asma. Kondisi lain yang dapat memicu
timbulnya asma adalah aktifitas, penyakit infeksi, emosi atau stres
(Depkes RI, 2008).
c.c.c.c. GejalaGejalaGejalaGejala AsmaAsmaAsmaAsma
Gejala asma di antaranya adalah batuk, sesak dengan bunyi
mengi, sukar bernapas dan rasa berat di dada, lender atau dahak
berlebihan, sukar keluar dan sering batuk kecil atau berdehem. Batuk
biasanya berpanjangan di waktu malam hari atau cuaca sejuk,
pernafasan berbunyi (wheezing), sesak napas, merasakan dada sempit.
Asma pada anak tidak harus sesak atau mengi. Batuk malam hari yang
21
lama dan berulang pada anak harus dicurigai adanya asma pada anak.
Ciri lainnya adalah batuk saat aktivitas (berlari, menangis atau tertawa).
Kriteria berat ringannya penyakit asma ditentukan berdasarkan tipe
dalam kebutuhan terhadap terapi atau obat-obatan. Kriteria menurut
GINA (Global Initiative for Asthma) :
TabelTabelTabelTabel 1.1.1.1. KriteriaKriteriaKriteriaKriteria asmaasmaasmaasma padapadapadapada anakanakanakanak
Gejala/ hari Gejala/malam PEF %
Jarang(Intermittent
Kurang dari 1/ minggu Kurang dari 2/bulan
80% atau lebihRingan(Mild
Lebih dari 1 kali/minggutidak tiap hari
Lebih dari 2/bulan
80% atau lebihSedang
(ModeratelySetiap hari timbul saat
aktifitasLebih dari 1/minggu
60% - 80%Berat(Severe
Persistent)
Berlanjut denganaktifitas terbatas
Sering Di bawah 60%
Sumber : (Depkes, 2001)
d.d.d.d. PenatalaksanaanPenatalaksanaanPenatalaksanaanPenatalaksanaan PencegahanPencegahanPencegahanPencegahan AsmaAsmaAsmaAsma
Penanganan alergi dan asma pada anak haruslah
dilakukan secara benar, paripurna dan berkesinambungan.
Pemberian obat terus menerus bukanlah jalan terbaik dalam
penanganan alergi, tetapi yang paling ideal adalah menghindari
penyebab yang bisa menimbulkan keluhan alergi dan asma
tersebut. Saat ini terapi yang terbaik yang direkomendasikan
adalah kombinasi pengobatan dengan long acting B2 agonis dan
kortikosteroid dalam satu bentuk inhalasi. Long acting B2 agonis
ini berguna untuk menstimulasi adenil siklase intraseluler, enzim
22
yang berguna untuk mengubah ATP menjadi siklik AMP,
peningkatan AMP ini dapat menyebabkan otot polos bronkus
berelaksasi dan menghambat pelepasan mediator hipersensitivitas
yang bersifat segera, terutama sel mast. Sedangkan kortikosteroid
berguna untuk anti inflamasi dengan manghambat aktivasi dari
eosinofil dan menghambat pelepasan mediator inflamasi
selanjutnya.
Pemakaian terapi hirupan pada penderita asma
khususnya pada anak di Indonesia saat ini masih belum banyak
digunakan. Di negara maju terapi ini justru lebih banyak
digunakan karena lebih efektif, lebih aman dan relatif murah
dibandingkan dengan obat minum. Tetapi di Indonesia orang tua
sering menolak kalau sudah diberi anjuran terapi hirupan. Dengan
pengobatan hirupan tersebut dianggap asma anaknya sudah
sangat mengkawatirkan. Tampaknya sosialisasi lebih jauh tentang
penggunaan terapi hirupan pada asma ini harus segera dilakukan.
Bila terdapat riwayat keluarga baik saudara kandung, orangtua,
kakek, nenek atau saudara dekat lainnya yang alergi atau asma.
Atau bila anak sudah terdapat ciri-ciri alergi sejak lahir atau
bahkan bila mungkin deteksi sejak kehamilan maka harus
dilakukan pencegahan sejak dini (Depkes RI, 2008).
23
B.B.B.B. VariabelVariabelVariabelVariabel PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian
Variabel yang dikaji dalam peneliatian ini adalah Veriabel Independen
(bebas) dan Variabel Dependen (terikat).Di dalam penelitian ini variabel yang
perlu didefinisikan meliputi :
1. Perkembangan sosial adalah suatu tugas perkembangan dalam hal
kemampuan penyesuaian diri dengan masyarakat dan perhatian terhadap
kebutuhan yang harus dicapai anak sesuai dengan umur anak berdasarkan
hasil uji skrining perkembangan dengan metode Denver II.
2. Penyakit asma yang terjadi pada responden berupa batuk (mengi) pada
responden timbul secara episodik, kronik (lebih 14 hari), yang cenderung
malam hari, musiman.