penyakit penting tanaman utama

20
TUGAS TERSTRUKTUR PENYAKIT PENTING TANAMAN UTAMA “Penyakit Kentang Nematoda Sista Kuning (NSK)” Oleh: Farah Aulia (A1L013121) Nabilla Hana (A1L013122) M Teguh Dwi Basuki (A1L013124) Heppi Nur Djanati (A1L013127) Samsul Arifin (A1L013130) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Upload: heppinurjanati

Post on 07-Nov-2015

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Penyakit penting pada tanaman utama.tugas tentang nematoda sisita kuning

TRANSCRIPT

TUGAS TERSTRUKTURPENYAKIT PENTING TANAMAN UTAMAPenyakit Kentang Nematoda Sista Kuning (NSK)

Oleh:

Farah Aulia(A1L013121)Nabilla Hana(A1L013122)M Teguh Dwi Basuki(A1L013124)Heppi Nur Djanati(A1L013127)

Samsul Arifin(A1L013130)KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN

AGROTEKNOLOGI

PURWOKERTO

2015I. PENDAHULUAN

Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan bahan pangan yang terpenting ke-4 di dunia setelah gandum, jagung dan beras (Rowe, 1993 dalam Fitriyani, 2009). Kentang mengandung nilai karbohidrat tertinggi kedua setelah serealia (Jatala & Bridge, 1990 dalam Fitriyani, 2009). Di Indonesia, kentang juga merupakan komoditas holtikultura yang penting dan telah menjadi bahan pangan alternatif yang dapat menunjang program diversifikasi pangan.

Salah satu faktor resiko dalam usaha tani kentang sejak di lapangan sampai di penyimpanan adalah adanya serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). OPT yang meresahkan petani kentang pada saat ini adalah Nematoda Sista Kuning (NSK). Tingkat kerusakan yang disebabkan oleh serangan NSK dapat mencapai 50-75 %, dan mengakibatkan penurunan produksi kentang. Sebagai contoh, potensi produksi pada lahan seluas 1,5 ha yang biasanya mencapai 24 ton menjadi 12 ton bahkan tinggal 8 ton (Deptan, 2005 dalam Utamai dkk., 2012). Nematoda Sista Kuning dilaporkan pertama kali ditemukan di Indonesia di dusun Sumber Brantas, Desa Tulung Rejo, Kecamatan Bumi Aji, Kota Batu Malang, Jawa Timur (Mulyadi et al., 2003).

G. rostochiensis termasuk dalam daftar OPT Karantina (OPTK) Kelas A1 (belum ditemukan di dalam negeri) yang ditetapkan Pemerintah untuk dicegah masuknya ke dalam dan tersebarnya di dalam wilayah negara Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 38/Kpts/310/90 Tahun 1990 pada Lampiran IV. sebagai OPTK (asing) baru yang mempunyai potensi menyerang, menetap dan/atau menyebar ke kawasan tertentu perlu dilakukan tindakan darurat pemberantasan melalui program eradikasi/eliminasi dengan tujuan akhir OPT tersebut berhasil dihilangkan.

II. ISI

Klasifikasi

G. rostochiensis dan G. pallida mempunyai klasifikasi sebagai berikut Achrom (2011):

Kingdom: Animalia

Filum

: Nematoda

Ordo

: Tylenchida

Famili

: Heteroderidae

Genus

: Globodera

Dua spesies pada genus Globodera yang merupakan nematoda sista pada kentang adalah dalam Achrom (2011):

1. Globodera rostochiensis (Wollenweber, 1923) Behrens

Sinonim: Heterodera rostochiensis (Wollenweber 1923)

2. Globodera pallida (Stone, 1973) Behrens

Sinonim: Heterodera pallida Stone (Stone, 1973) Heterodera rostochiensis Wollenweber in partim.

Siklus Hidup

Nematoda sista kentang melengkapi siklus hidupnya dalam 30-35 hari (Lisnawita 2007). Reproduksi seksual NSK, jantan menarik perhatian betina dengan feromon seks. Nematoda dapat kawin beberapa kali. Setelah kawin, nematoda betina dapat menghasilkan sekitar 500 telur, kemudian mati dan kutikula betina yang mati membentuk sista. Telur dorman pada sisa tubuh betina yang mati sampai ada stimulus yang tepat untuk menetas (misalnya stimulus kimia dari akar tanaman inang). Telur NSK dapat tetap dalam kondisi dorman dan viable hingga 30 tahun. Pada kondisi dorman, nematoda akan lebih tahan terhadap nematisida (Achrom, 2011). Saat suhu tanah cukup hangat dan terdapat sinyal yang tepat dari tanaman inang, telur akan menetas menjadi juvenile (stadia kedua), keluar dari sista dan berpindah ke dalam akar tanaman inang. Telur menetas di akar tanaman inang (60 80%) dan hanya sekitar 5% menetas di air. Beberapa telur tidak menetas sampai tahun berikutnya. Juvenile akan menembus akar dan mulai memakan akar tanaman. Kortek akar sel tanaman inang merangsang pembentukan sel khusus (sinsitia) yang memindahkan nutrisi ke nematoda. Setelah mulai memakan, juvenile tumbuh dan mengalami tiga kali atau lebih ganti kulit untuk menjadi dewasa. Betina tumbuh dan membulat, menembus akar dan mengeluarkan bagian tubuh posteriornya ke lingkungan eksternal. Juvenile jantan tetap aktif, memakan tanaman inang sampai dewasa hingga mereka akan berhenti makan menjadi vermiform dan mencari betina. Jantan dewasa tidak makan. Jenis kelamin ditentukan oleh persediaan makanan, kebanyakan juvenile berkembang menjadi jantan pada kondisi merugikan dan serangan berat (Achrom, 2011).

Inang dan Sebarannya

Tanaman inang NSK meliputi tanaman dan gulma dari genus Solanum. Tiga tanaman inang yang merupakan tanaman komersial yaitu kentang, tomat dan terong. Akan tetapi kentang adalah tanaman inang yang paling penting. Berdasar informasi dari International Potato Center EPPO, daerah sebar NSK meliputi : G. rostochiensis : Austria, Australia, Algeria, Belgium, Bolivia, Canada, Costa Rica, Chile, Czechoslovakia, Denmark, Estonia, Finland, Germany, Greece, Holland, Hungary, India, Iceland, Israel, Italy, Japan, Mexico, Morocco, New Zealand, Pakistan, Panama, Peru, Philippines, Poland, Portugal, Sri Lanka, Spain, ex-Soviet Union, South Africa, Sweden, United Kingdom, USA, Vancouver Island, Venezuela and Yugoslavia. Sedangkan G. pallida : Austria, Belgium, Croatia, Czechia, Faroe Islands, France, Germany, Greece, Hungary, Iceland, Ireland, Italy, Luxembourg, Malta, Netherlands, Norway, Poland, Portugal, Romania, Spain, Sweden, Switzerland, United Kingdom, Denmark (tahun 2006 dilaporkan dieradikasi), Cyprus, India, Pakistan, Turkey, Algeria, Tunisia, USA, Canada, Panama, Argentina, Bolivia, Chile, Colombia, Ecuador, Falkland Islands, Peru, Venezuela (Achrom, 2011). Nematoda ini sudah menyebar ke beberapa propinsi di Indonesia, diantaranya adalah Sumetera Utara, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat (Mulyadi dkk., 2003). Di daerah Malang serangan G. rostochiensis dapat menurunkan produksi kentang antara 32 71% (Daryanto, 2003).

Siklus Hidup

Nematoda sista kentang melengkapi siklus hidupnya dalam 30-35 hari (Lisnawita 2007). Reproduksi seksual NSK, jantan menarik perhatian betina dengan feromon seks. Nematoda dapat kawin beberapa kali. Setelah kawin, nematoda betina dapat menghasilkan sekitar 500 telur, kemudian mati dan kutikula betina yang mati membentuk sista. Telur dorman pada sisa tubuh betina yang mati sampai ada stimulus yang tepat untuk menetas (misalnya stimulus kimia dari akar tanaman inang). Telur NSK dapat tetap dalam kondisi dorman dan viable hingga 30 tahun. Pada kondisi dorman, nematoda akan lebih tahan terhadap nematisida (Achrom, 2011). Saat suhu tanah cukup hangat dan terdapat sinyal yang tepat dari tanaman inang, telur akan menetas menjadi juvenile (stadia kedua), keluar dari sista dan berpindah ke dalam akar tanaman inang. Telur menetas di akar tanaman inang (60 80%) dan hanya sekitar 5% menetas di air. Beberapa telur tidak menetas sampai tahun berikutnya. Juvenile akan menembus akar dan mulai memakan akar tanaman. Kortek akar sel tanaman inang merangsang pembentukan sel khusus (sinsitia) yang memindahkan nutrisi ke nematoda. Setelah mulai memakan, juvenile tumbuh dan mengalami tiga kali atau lebih ganti kulit untuk menjadi dewasa. Betina tumbuh dan membulat, menembus akar dan mengeluarkan bagian tubuh posteriornya ke lingkungan eksternal. Juvenile jantan tetap aktif, memakan tanaman inang sampai dewasa hingga mereka akan berhenti makan menjadi vermiform dan mencari betina. Jantan dewasa tidak makan. Jenis kelamin ditentukan oleh persediaan makanan, kebanyakan juvenile berkembang menjadi jantan pada kondisi merugikan dan serangan berat (Achrom, 2011).Nematoda Sista Kentang (Globodera rostochiensis Wollenweber) Globodera rostochiensis termasuk ke dalam famili Heteroderidae, ordo Tylenchida, filum Nematoda (Agrios, 1988 dalam Sunarto, 2007). G. rostochiensis merupakan nematode endoparasit yang mampu beradaptasi untuk tetap hidup lama di dalam tanah tanpa tanaman inangnya selama 20-30 tahun (Ferris, 1999 dalam Sunarto, 2007). Nematoda betina berbentuk spheroid, panjang 0,5 0,8 mm. Semua telur tinggal di dalam tanah. Telur brukuran 102 x 42 mikron. Ukuran sista 0,5 0,8 mm. Nematoda jantan panjang 100 um, dan panjang larva 440 460 mikron (Singh & Sitaramaiah, 1994 dalam Sunarto, 2007). Sista berasal dari tubuh G. rostochiensis betina yang membesar dengan kutikula tebal dan keras. Satu sista berisi telur yang berbentuk oval dalam jumlah yang bervariasi antara 200-600 telur (Foot & Wood, 1998). Mai (1977 dalam Sunarto, 2007) dalam Hadisoeganda (1985) dalam (Sunarto, 2007) menyatakan bahwa sista akan mulai tampak jika persediaan makanan sudah habis. G. rostochiensis menyerang kentang, tomat, dan terung. Gejala yang ditimbulkan oleh G. rostochiensis antara lain : menghambat pertumbuhan tanaman, lsyu, tanaman mati, menghambat perkembangan sistem akar, ubi yang terbentuk lebih sedikit, dan mengurangi ukuran ubi (Singh & Sitaramaiah, 1994 dalam Sunarto, 2007).

Siklus hidup G. rostochiensis 5-7 minggu. Perbanyakan nematoda lebih baik jika temperatur tanah 15-21 oC. Hanya satu generasi diproduksi secara normal dalam satu musim tanam. Betina dewasa terdapat dua spesies yang dapat dibedakan oleh warna. G. rostochiensis berwarna kuning (golden yellow), dan G. pallida berwarna putih atau krem. Kedua spesies dapat menyebar melalui ubi bibit dari lahan terinfestasi, dan melalui pergerakan tanah (Singh & Sitaramaiah, 1994 dalam Sunarto, 2007). Larva G.rostochiensis mengalami pergantian kutikula yang pertama di dalam telur, sebelum telur menetas. Apabila G. rostochiensis betina mati, telur-telur yang mengandung embrio tetap berada di dalam tubuh G.rostochiensis betina (Dropkin, 1996). Biasanya telur-telur akan dorman dalam sista sampai ada rangsangan dari akar tanaman inang. Telur dapat bertahan hidup dalam sista selama 30 tahun (Ferris, 1999 dalam Sunarto, 2007) dan dalam keadaan dorman, sista dapat tahan terhadap faktor lingkungan ekstrim, nematisida, dan senyawa kimia tertentu (Spears, 1968 dalam Sunarto, 2007). Telur dalam sista akan menetas jika temperatur tanah mencapai 10 oC. Larva II G. rostochiensis keluar dari sista dan bergerak mancari akar tanaman. Sekitar 60-80 % telur menetas sangatdipengaruhi oleh rangsangan akar tanaman, dan hanya sekitar 5 % telur nematode dapat menetas di dalam air (Ferris, 1999 dalam Sunarto, 2007).

Larva II mengadakan penetrasi secara langsung pada akar primer muda atau bagian ujung meristem dari akar sekunder. Larva akan tumbuh dan menjadi stadium dewasa setelah mengalami tiga kali pergantian kutikula. G. rostochiensis betina muncul pada permukaan akar, bagian kepala dan lehernya masih tetap berada di dalam jaringan akar pada posisi makan dengan menusukkan stiletnya. G. rostochiensis betina keluar dari akar dengan tubuh yang menggelembung, sedangkan yang jantan berbentuk vermiform (cacing) (Ferris, 1999 dalam Sunarto, 2007). nematoda peluka akar Pratylenchus brachyurus pada nilam. Larva II aktif pada temperatur tanah 10 oC, temperatur optimal untuk menginfeksi sekitar 16 oC. Untuk pertumbuhan dan perkembangan G. rostochiensis diperlukan kisaran temperatur optimum antara 15-21 oC, kisaran pH optimum sekitar 5-7, dan kisaran kelembaban optimum sekitar 80-90 % (Mulyadi, 2003). Pengendalian dengan tanaman (Asparagus officinalis).Gejala Serangan

Gejala awal serangan Globodera sp. sulit diketahui, karena nematoda ini menyerang perakaran tanaman. Setelah serangan berada pada tingkatan sedang/parah maka tanaman akan terlihat layu, kemudian menguning dan tumbuh tidak normal (kerdil). Pada serangan yang sangat parah, dapat menyebabkan batang dan daun tanaman mengering dan akhirnya mati. Tanaman yang terserang pada perakarannya terlihat bintil-bintil/benjolan (kutil-basa jawa) berwarna putih kekuningan. Benjolan berdiameter sekitar 0,5 mm. Ada juga yang berwarna coklat keemasan, menandakan nematoda ini telah membentuk sista. Pada tanaman kentang yang terserang NSK daun-daunnya menguning lebih awal, lalu kering dan akhirnya mati karena perakaran terganggu. Jika tanaman tersebut masih dapat bertahan hidup dan dapat menghasilkan umbi maka umbinya berukuran kecil dan jumlahnya sedikit. Gejala serangan NSK dalam areal pertanaman kentang akan terlihat tanaman menguning tidak merata. Penurunan produksi akibat serangan NSK dapat mencapai 70%.Pengendalian Pengendalian hama nematoda sista kuning yang paling banyak dilakukan saat ini adalah menggunakan nematisida kimia. Cara pengendalian nematoda dengan menggunakan nematisida kimiawi dapat menimbulkan dampak negatif berupa keracunan pada manusia dan hewan peliharaan, pencemaran air tanah, serta terbunuhnya organisme bukan sasaran, termasuk musuh alami nematoda seperti jamur dan bakteri (Mustika dan Nuryani, 2006). Salah satu alternatif baru pengendalian nematoda yang ramah lingkungan adalah pemanfaatan bakteri endofit. Li et al. (2002) dalam Utami dkk. (2012) melaporkan bahwa produksi senyawa toksik dalam kultur filtrate dari bakteri endofit Bulkholderia ambifaria berasal dari akar tanaman jagung dapat menghambat penetasan telur dan mobilitas dari larva stadia kedua M. incognita. Harni et al. (2006), juga melaporkan bahwa isolat bakteri endofit dari genera Bacillus sp. mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menekan populasi.

Nematoda Sista Kuning (NSK) merupakan nematoda yang membentuk sista. Pengendalian langsung pada sista cukup sulit karena sista merupakan kondisi dorman NSK (Mulyadi, 2003). Salah satu pengendalian G. rostochiensis adalah memanipulasi lingkungan dengan memberikan bahan organik ke dalam tanah. Penambahan bahan organik ke dalam tanah dapat berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah dan juga menghasilkan senyawa yang toksik terhadap fitonematoda (Lisnawati, 2002). Bahan organik yang berasal dari gulma telah diketahui mempunyai efek fungisida maupun nematisida diantaranya adalah teki (C. rotundus L.), alang-alang (I. Cylindrica Beauv.) dan babadotan (A. conyzoides L.). Ke tiga species tersebut efektif dalam menekan populasi nematoda Meloidogyne sp. pada tanaman tomat (Hersanti dkk., 1999).

Karena nematoda ini sangat sulit untuk dimusnahkan dan memerlukan biaya yang sangat mahal, maka dapat dilakukan upaya pengendalian sebagai berikut:

Tahap pra tanam:

1. Pengolahan lahan yang intensif, pengumpulan sisa-sisa perakaran dan gulma lalu dibakar, lahan dibiarkan terkena sinar matahari langsung.

2. Pemilihan bibit yang telah memperoleh sertifikat sehat (berlabel phitosanitary).

3. Bibit bukan dari daerah/negara endemis (terkena serangan).

4. Pilih varietas yang toleran (Marion, Culpa, Elvira, Gitte, Vevi, Aula, Filli, Miranda, Renema, Alexa, Cordia, Herold, Pirola, Dextra, Granola).

5. Pemilihan lahan yang bebas sista nematoda sista kuning.

6. Menggunakan tanaman perangkap (famili Solanaceae, misal tomat).Tahap pertanaman:

1. Penerapan sistem budidaya tanaman sehat.

2. Pencabutan tanaman sakit

3. Pengamatan tanaman secara rutin/berkala. Jika dijumpai gejala serangan, lakukan pencabutan tanaman secara keseluruhan beserta perakaran dan tanah zona risosfer, kemudian dibakar.

4. Introduksi/penerapan musuh alami berupa agensia hayati: cendawan Verticillium chlamydosporum, Cylindrocarpon destructans, Acremonium strictum, Arthobrotys sp., dan Paecilomyces sp.,dll.

5. Aplikasi nematisida kimia sebagai alternatif sesuai ambang kendali. Dalam mengaplikasikan nematisida, perlu memperhatikan ambang kendali NSK. Ambang pengendalian pada tanaman inang komersial di Jepang adalah 31 sista hidup/100 gr tanah.

Nematisida Fumigan : Fumigasi dengan metil bromida efektif untuk mematikan semua stadium nematoda. Metil bromida termasuk pestisida terbatas, oleh karena itu peng-gunaannya hanya boleh dilakukan oleh operator yang terlatih dan bersertifikat, menggunakan cara dan peralatan khusus. Untuk keperluan ini perlu izin Menteri Pertanian melalui Komisi Pestisida.

Non Fumigan : Nematisida yang terdaftar dan diizinkan untuk NSK belum ada, namun demikian sementara dapat digunakan nematisida yang diizinkan untuk Meloidogyne sp. pada tomat atau kentang, misalnya karbofuran (Furadan 3 G, Petrofur 3 G) etoprofos (Rhocap 10 G), kadusafos (Rugby 10 G), azadirachtin (Nosfoil 8 EC).

Pengolahan tanah sebelum aplikasi nematisida dan cara aplikasi nematisida perlu dilakukan secara baik, agar nematisida dapat bermanfaat bagi akar tanaman untuk menghindari serangan nematoda serta residunya minimum. Cara-cara aplikasi yang direkomendasikan dan sesuai prinsip residu minimum perlu diterapkan. Cara-cara persiapan aplikasi pestisida adalah : Tanah dibajak dan dicangkul sedalam tanah olah (top soil), bongkah-bongkah tanah dihancurkan, sisa tanaman dibongkar, diangkat dan dimusnahkan. Tanah harus diusahakan segembur mungkin. Tanah dipersiapkan seperti persiapan tanam (pematangan pupuk organik, pembuatan guludan dan lainnya). Setelah semua siap, nematisida dapat diaplikasikan sesuai dengan jenis nematisida, cara aplikasi, jenis tanaman, dll.

III. SIMPULANNematoda Sista Kuning merupakan salah satu Nematoda Sista Kentang (NSK), yang secara ilmiah dikenal dengan nama Globodera rostochiensis. Nematoda parasit ini termasuk famili Heteroderidae. Nematoda sista kuning termasuk genus Globodera, yang mempunyai spesialisasi dan sukses menjadi nematoda parasit tanaman sebagai hama pada tanaman pertanian. Siklus hidupnya melalui tahapan stadium telur, larva, dan dewasa berlangsung selama 38 - 48 hari. Daur hidup antara 5-7 minggu tergantung kondisi lingkungan. Tanaman komersial yang diserang dan menjadi inang utama adalah kentang (Solanum tuberosum), tomat (Lycopersicon esculentum), dan terung (S.melongena). Gejala awal serangan Globodera sp. sulit diketahui, karena nematoda ini menyerang perakaran tanaman sehingga tanaman akan terlihat layu, kemudian menguning dan tumbuh tidak normal (kerdil), bahkan batang dan daun tanaman mengering dan akhirnya mati. Pengendalian langsung pada sista cukup sulit karena sista merupakan kondisi dorman NSK (Mulyadi, 2003). Salah satu pengendalian G. rostochiensis adalah memanipulasi lingkungan dengan memberikan bahan organik ke dalam tanah.DAFTAR PUSTAKA

Achrom, Kresnamurti T.K., dan N. D. Handayani. 2011. Analisis Dampak Ekonomi Nematoda Sista Kentang (Globodera rostochiensis (Woll) Behrens dan Globodera pallida (Stone) Behrens). Balai Uji Terap Teknik Dan Metode Karantina Pertanian, Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian, Bekasi.

AIBA, Satosi, 2003. Control of Potato Cyst Nematode. National Agricultural Research Center, JAPAN. Makalah Seminar Sehari Penaggulangan Nematoda Globodera sp. Pada Tanaman Kentang. Jakarta.

Daryanto, MM. 2003. Status Penyebaran dan Kerugian Nematoda Sista Kuning pada Tanaman Kentang. Makalah Lokakarya Sista Kuning. Yogyakarta.Dropkin, V.H., 1996. Pengantar Nematologi Tumbuhan. Terjemahan oleh Supratoyo. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.Fitriyani, Dewi., Mulyadi., Cristanti, Sumardiono, 2009. Mekanisme Ketahanan kentang terhadap Nematoda Sista Kuning. Jurnal HPT Tropika. ISSN 1411-7325. Vol.9 No.1:46-53.

Hamzah, Amir, 2003. Program Tindakan Darurat Penyebaran OPT Karantina, Globodera rostochiensis (Wolienweber) Mulvey & Stone. Makalah Seminar Sehari Penaggulangan Nematoda Globodera sp. Pada Tanaman Kentang. Jakarta

Harni, R., Munif, A., Mustika, I. 2006. Potensi Metode Aplikasi Bakteri Endofit terhadap Perkembangan Nematoda Peluka Akar (Pratylenchus brachhyurus) pada Tanaman Nilam. Jurnal Littri, 12(4), ISSN 0853 8212.

Hersanti, C Nasahi, E Yulia dan A Kurnia. 1999. Serbuk Daun Gulma Organik Cyperus rotundus Linn., Imperata cylindrical Beauv., Ageratum conyzoides Linn. Menekan Perkembangan Nematoda Bengkak Akar (Meloidogyne sp.) pada Tanaman Kentang. J. Agrik, 10(1) : 20-22.Mulyadi, 2003. Pengendalian Nematoda Sista Kuning (Globodera rostochiensis). Makalah Lokakarya Nematoda Sista Kuning, Yogyakarta.

Mulyadi, B. Rahayu, B. Triman, & S. Indarti. 2003. Identifikasi Nematoda Sista Kuning (Globodera rostochiensis) pada Kentang Di Batu, Jawa Timur. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, 9(1): 46-53.

Mulyadi, B, Rahayu, B Triman dan S Indarti. 2003. Survai Keberadaan Nematoda Sista Kuning (Globodera rostochiensis) di Beberapa Sentra Produksi Kentang. Buku Panduan KSIN XVII. Bandung.

Mustika, Ika dan Nuryani, Yang. 2006. Strategi Pengendalian Nematoda Parasit pada Tanaman Nilam. Jurnal Litbang Pertanian, 25(1).

Lisnawita. 2007. Identifikasi, Kajian Biologi dan Ketahanan Tanaman terhadap Nematoda Sista Kentang (Globodera spp.) Indonesia [Disertasi]. Sekolah Passca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.Soeganda, A.W.W., 2003. Pengendalian Terpadu Nematoda Sista Emas (Golden Cyst Nematode Globodera rostochiensis) pada Tanaman Kentang. Makalah Seminar Sehari Penaggulangan Nematoda Globodera sp. Pada Tanaman Kentang. Jakarta.Sunarto, T. 2007. Pengujian Waktu Tanam Asparagus officinalis L. dalam Menekan Perkembangan Nematoda Sista Kentang (Globodera rostochiensis) pada Tanaman Kentang. Laporan Penelitian. Jurusan Hama Dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung.

Utami, U., L. Hariani, dan R. Setyaningrum. 2012 Pengujian Potensi Bakteri Endofit Terhadap Pertumbuhan Populasi Nematoda Sista Kuning (Globodera rostochiensis) pada Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.). Sainstis, Vol. 1 No. 2.