pengenalan penyakit penting tanaman utama di lampung

Upload: wahyukurniawan

Post on 01-Mar-2016

303 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ppt

TRANSCRIPT

PENGENALAN PENYAKIT PENTING TANAMAN UTAMA di LAMPUNG

(Laporan Praktikum Pengendalian Penyakit Tanaman)OlehWahyu Kurniawan1314121186

Kelompok 4

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

2015

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPenyakit merupakan suatu gangguan yang terjadi pada tanaman sehingga tanaman terkena iritasi, dan penyakit ini selalu berasosiasi dengan tanaman dan akhirnya tanaman tidak dapat menjalankan fungsi fisiologisnya serta menimbulkan gejala. Gejala penyakit timbul karena disebabkan adanya interaksi antara patogen dan tanaman inang. Penamaan gejala penyakit dapat didasarkan kepada tanda penyakit, perubahan bentuk, tanaman, pertumbuhan tanaman dan sebagainya.

Terganggunya pertumbuhan tanaman oleh penyakit akan menyebabkan terjadinya perubahan pada tanaman dalam: Bentuk, ukuran, warna, tekstur dan lain-lain. Perubahan tersebut seringkali merupakan gejala yang khas untuk penyakit tertentu. Tetapi adakalanya untuk satu macam penyakit menimbulkan lebih dari satu macam perubahan. Sering kali patogen penyebab penyakit tersebut dapat ditemukan pada jaringan yang terserang (internal) atau pada bagian permukan jaringan (eksternal) dalam bentuk tubuh buah, sclerotium dan sebagainya.Gejala penyakit pada tanaman dapat diketahui apabila kita mengetahui ciri-ciri gejala yang ditimbulkan oleh patogen yang menyerang tanaman. Oleh karena itu dalam praktikum kali ini akan diperkenalkan mengenai beberapa ciri gejala serngan pathogen penyakit pada beberapa spesimen tanaman utama di Lampung.

1.2 TujuanTujuan dari praktikum ini adalah :

1. Mengetahui jenis penyakit penting tanaman utama di Lampung.

2. Mengetahui gejala, biologi, dan cara pengendaliannya.

II. METODOLOGI

2.1 Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan dalam prktikum ini yaitu :

1. Alat tulis.

2. Kertas HVS.

3. Kamera.

Sedangkan bahan yang digunakan yaitu :

1. 8 spesimen tanaman yang terkena penyakit.

2.2 Prosedur kerja

Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu :

1. Diamati dan digambar gejala penyakit tanaman yang ada.

2. Ditulis nama penyakit dan pathogen penyebabnya.

3. Dituliskan biologi dan cara pengendaliannya.III. HASIL DAN PEMBAHASAN3.1 Hasil Pengamatan

Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut :

NoFotoGambarKeterangan

1Penyakit Blast Pada Padi

2Hawar Daun Bakteri

3Busuk Pangkal Batang

4Karat Daun Kopi

5Busuk Buah Kakao.

6Layu Fusarium

7Penyakit Gosong pada Jagung.

8Penyakit Bulai Pada Jagung.

9Layu Bakteri

10Kanker batang Pada Kakao.

11Jamur Akar Putih Pada Tanaman Karet.

12Virus tungro pada Tanaman Padi.

3.2 Pembahasan

Dalam praktikum ini telah diperkenalkan 8 spesimen tanaman penting di Lampung yang terserang penyakit, berikut kedelapan spesimen tanaman dengan gejala serangan pathogen penyakit :

3.2.1 Penyakit Busuk Pangkal Batang Pada Tanaman Kelapa Sawit.

Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang yaitu:

Kingdom: Fungi

Phylum: Basidiomycota

Class

: Basidiomycetes

Subclass: Agaricomycetidae

Order

: Polyporales

Family

: Ganodermataceae

Genus

: Ganoderma

Species : G. Boninense Pat.

Basidiospora berbentuk elips dengan warna keemasan, bagian sisi atas membentuk seperti irisan yang datar agak lengkung, permukaannya terlihat berduri dan kadang terlihat vakuola. Percobaan untuk membentuk basidiokarp pada biakkan murni belum pernah berhasil. Pembiakkan cendawan pada media agar berupa dekstrose, kentang, dan agar malt, membentuk koloni miselia berwarna putih seperti kapas dan pada umur 8 hari atau lebih, maka biakkan mengalami perubahan warna menjadi kuning kecoklatan pada bagian tengahnya (Abadi, 1987). Basidiospora tidak mempunyai kemampuan parasitik yang cukup tetapi mempunyai kemampuan saprofitik untuk mengkoloni substrat dan membangun inokulum yang berpotensi untuk menginfeksi tanaman sehat. Cara penularan utama yang terjadi di lapangan adalah melalui kontak akar pada tanaman sakit (Turner, 1981).Di Indonesia, G. boninense Pat. dapat tumbuh pada pH 3-8.5 dengan temperatur optimal 30oC dan terganggu pertumbuhannya pada suhu 15oC dan 35oC, dan tidak dapat tumbuh pada suhu 40oC. Penyebab busuk pangkal batang pada kelapa sawit berbeda di tiap negara. Di Afrika Selatan, busuk pangkal batang disebabkan oleh G. lucidum Karst. sedangkan di Nigeria disebabkan oleh jamur G. zonatum, G. encidum, G. colossus, dan G. applanatum. Di Malaysia, spesies teridentifikasi sebagai penyebab busuk pangkal batang yaitu G. boninense Pat., sementara G. tornatum hanya ditemukan tumbuh di pedalaman dan dataran tinggi dengan curah hujan tinggi. Di Indonesia, jamur G. boninense Pat. teridentifikasi sebagai spesies jamur yang paling umum menyerang pada tanaman kelapa sawit (Jing, 2007).Gejala ditandai dengan mati dan mengeringnya tanaman dapat terjadi bersamaan dengan adanya serangan rayap. Dapat diasumsikan jika gejala pada daun terlihat, maka setengah batang kelapa sawit telah hancur oleh G. boninense Pat. Pada tanaman belum menghasilkan, saat gejala muncul, tanaman akan mati setelah 7 sampai 12 bulan, sementara tanaman dewasa akan mati setelah 2 tahun. Saat gejala tajuk muncul, biasanya setengah dari jaringan didalam pangkal batang sudah mati oleh G. boninense Pat. Sebagai tambahan, gejala internal yang ditandai dengan busuk pangkal batang muncul. Dalam jaringan yang busuk, luka terlihat dari area berwarna coklat muda diikuti dengan area gelap seperti bayangan pita, yang umumnya disebut zona reaksi resin (Semangun, 2000).

Hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan menghasilkan strategi pengendalian penyakit BPB yang paling menjanjikan yaitu dengan menerapkan pengendalian terpadu yang merupakan kombinasi dari pengendalian hayati yaitu perlakuan bibit dengan jamur antagonis (Trichoderma spp. dan Gliocladium spp.) dan Mikoriza, pemanfaatan tanaman yang toleran terhadap serangan Ganoderma, pembuatan parit isolasi untuk tanaman terinfeksi, dan pemusnahan inokulum dengan cara membongkar tanah dan memusnahkan tunggul-tunggul serta akar-akar tanaman terinfeksi kemudian dibakar (Lizarmi, 2011 ).3.2.2 Penyakit Jamur Akar Putih Pada Tanaman Karet.Penyakit akar putih disebabkan oleh jamur yang lazimnya disebut jamur akar putih (JAP). Nama ilmiah jamur ini adalah R. lignosus (Klotzsch) Imazeki atau R. microporus (Swartz: Fr.)van ov., Poliporus lignosus Klotzsch, meskipun sampai sekarang jamur ini sering dikenal dengan nama Fomes lignosus (Klotzsch) Bres (Semangun, 2000).

Jamur R. microporus dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Fungy

Filum : Basidiomycota

Klas : Basidiomycetes

Ordo : Aphylloporales

Famili : Polyporacceae

Genus : Rigidoporus

Species : Rigidoporus microporus (Swartz:fr.) van Ov. (Alexopoulos , 1996)Gejala serangan JAP pada tanaman karet ditandai dengan adanya perubahan pada warna daun. Daun berwarna hijau kusam, permukaan daun lebih tebal dari yang normal. Setelah itu daun- daun menguning dan rontok. Pada pohon dewasa gugurnya daun, yang disertai dengan matinya ranting menyebabkan pohon mempunyai mahkota yang jarang. Ada kalanya tanaman membentuk bunga/ buah lebih awal (Rahayu, dkk., 2006).

Pada permukaan akar yang sakit terdapat benang-benang miselium jamur (Rizomorf) berwarna putih menjalar di sepanjang akar. Di sini benang-benang meluas atau bercabang seperti jala. Pada ujungnya benang meluas seperti bulu, benang-benang melekat erat pada permukaan akar Kadang-kadang berwarna kekuningan, dalam tanah merah tanahnya dapat kemerahan atau kecokelatan, kulit yang sakit akan busuk dan warnanya cokelat. Kayu dari akar yang baru saja mati tetap keras, berwarna cokelat, kadang-kadang agak kekelabuan. Pada pembusukan yang lebih jauh, kayu berwarna putih atau krem, tetapi padat dan kering, meskipun di tanah basah kayu yang terserang dapat busuk dan hancur (Basuki dan Wisma, 1995).

Penularan jamur akar putih terjadi melalui persinggungan antara akar karet dengan sisa-sisa akar tanaman lama, tunggul-tunggul atau pohon yang sakit. Selain persinggungan, penyebarannya bisa terjadi karena hembusan angin yang membawa spora jamur ini. Spora yang jatuh di tunggul atau sisa kayu akan tumbuh dan membentuk koloni. Kemudian jamur akan merambat ke akar cabang tunggul dan pindah ke akar tanaman di dekatnya melalui pertautan akar. Stum atau bahan tanaman sebagai bibit juga dapat menjadi sebab tersebarnya pnyakit di areal kebun karet (Tim Penulis PS, 1999).

Menurut Semangun (2000) pengendalian dapat dibagi menjadi dua kelompok kegiatan, yaitu: membersihkan sumber infeksi, sebelum dan sesudah penanaman karet dan mencegah meluasnya penyakit dalam kebun.3.2.3 Penyakit Busuk Buah dan Kanker Batang Kakao.

P. palmivora dapat menyerang semua organ atau bagian tanaman, seperti akar, daun, batang, ranting, bantalan bunga, dan buah pada semua tingkatan umur. Tetapi serangan pada buah paling merugikan (Opeke and Gorenz, 1974), terutama serangan buah yang belum matang. P. palmivora dapat menginfeksi seluruh permukaan buah, namun bagian paling rentan adalah pangkal buah. Buah yang telah terinfeksi pathogen akan berwarna cokelat kehitaman pada permukaannya, menjadi busuk basah, dan selanjutnya gejala menyebar menutupi seluruh permukaan buah. Pada bagian yang menghitam akan muncul lapisan berwarna putih bertepung yang merupakan spora jamur sekunder dan terdapat juga sporangium Phytophthora (Semangun, 2000). Penyebaran penyakit P. palmivora dapat melalui air, semut, tikus, tupai, bekicot yang dijumpai di perkebunan kakao. Selama daur hidupnya, P. palmivora menghasilkan beberapa inokulum yang berperan dalam perkembangan penyakit pada kakao, yaitu miselium, sporangium, oospora, dan klamidospora. Sporangium berkecambah secara langsung dengan membentuk pembuluh kecambah, dan tidak langsung dengan membentuk zoospora (Semangun, 2000). Menurut Erwin dan Ribeiro (1996) dalam Rubiyo (2013) Phytophthora memiliki miselium coenocytic tanpa atau sedikit sekat dan di dalam air dapat menghasilkan zoosporangia. Oospora seksual terbentuk secara tunggal dalam oogonium setelah pembuahan oleh inti dari antheridium tersebut. Dinding sel mengandung selulosa mikrofibril dan B-1,3-glukan.

Morfologi P. palmivora yaitu sporangium ovoid dan ellipsoid mempunyai papila yang jelas (Drenth dan Sendall, 2001). Sporangium mempunyai panjang 35-40 m dan lebar 23-28 m, nisbah panjang/lebar 1,4-1,6, ukuran ini bervariasi sesuai dengan medium, inang, umur biakan, lengas dan cahaya. Panjang pedikel 2-10 m. Umumnya di alam sporangium menghasilkan 15-30 spora kembara. Sporangium dapat pula menjadi sporangium sekunder atau konidium (Waterhouse, 1974 dalam Rubiyo, 2013).

Varietas tahan merupakan salah satu cara pengendalian penyakit yang sangat dianjurkan karena ramah lingkungan (Akrofi dan Opoku, 2000 dalam Rubiyo, 2013). Varietas dengan tingkat ketahanan tertentu yang ditemukan di antara bahan tanam yang ada atau yang dihasilkan melalui hibridisasi merupakan cara terbaik untuk mengatasi busuk buah kakao (Muller, 1974 dalam Rubiyo, 2013).3.2.4 Penyakit Layu Fusarium dan Layu Bakteri Pada Tanaman Pisang.

Penyakit ini disebabkan oleh dua jenis pathogen yaitu Bakteri Pseudomonas solanacearum dan jamur Fusarium oxysporium (Swastika,2014).

a. Penyakit Layu Bakteri Kebanyakan gejala mulai tampak pada saat tanaman berbuah, dimana mula-mula satu daun muda berubah warnanya, dan biasanya tulang daun keluar garis coklat kekuningan mengarah ketepi daun. Keadaan ini dapat berlangsung lama sampai buah hamper masak. Selanjutnya daun menguningdan menjadi coklat sangat cepat kurang dari satu minggu. Jika bongol dipotong akan mengeluarkan cairan seperti lender yang berwarna kemerah merahan merupakan oose bakteri. Pada buah yang terinfeksi ruang bagian dalam berisi daging buah penuh cairan lender dan berwarna merah kecoklatan yang mengandung banyak bakteri (Swastika,2014).b. Penyakit Layu Fusarium Penyakit ini umumnya menyerang tanaman pisang yang masih muda umur 5-10 bulan. Gejalanya yang paling khas adalah jika pangkal batang dibelah membujur terlihat adanya garis coklat atau hitam menuju kesemua arah dari bongol sampai kepangkal dan tangkai daun. Akar menjadi hitam dan busuk, tepi daun bawah berwarna kuning tua yang kemudian menjadi coklat dan mongering (Swastika,2014).Pengendalian penyakit ini yaitu dengan cara bercocok tanam yang baik, peraturan, biologi, genetik, dan fisik mekanis (Swastika,2014).

3.2.5 Penyakit Busuk Pangkal Lada.

Jamur P. capsici dapat menyerang semua umur/stadia tanaman, mulai dari pembibitan sampai tanaman produktif. Serangan yang paling membahayakan adalah pada pangkal batang atau akar karena menyebabkan kematian tanaman dengan cepat. Gejala berupa kelayuan tanaman secara mendadak (daun tetap berwarna hijau) akan nampak apabila terjadi serangan patogen pada pangkal batang. Pangkal batang yang terserang menjadi berwarna hitam, pada keadaan lembab akan nampak lendir yang berwarna kebiruan. Serangan pada akar, menyebabkan tanaman layu dan daun-daun menjadi berwarna kuning (Mulya et al., 2003).Penyebaran jamur P. capsici selain oleh air dan angin yang terjadi selama hujan, juga dapat terbawa oleh ternak peliharaan, siput/keong, manusia, alat pertanian bekas dipakai pada tanaman sakit, bahkan dapat terbawa oleh bibit lada sehingga menjadi sumber inokulum bagi daerah pengembangan lada yang baru. Pengendalian dapat dilakukan dengan resistensi tanaman, induksi ketahanan bibit lada, atau dengan cara biologi (Mulya et al., 1986).

3.2.6 Penyakit Bulai dan Gosong Pada Tanaman Jagung.Ada tiga penyebab penyakit gosong pada jagung. Pertama, Ustilago maydis

(DC) Cda. (Syn. Ustilago zeae Ung.). Gejala awal berupa pembengkakan atau gall yang dibungkus dengan jaringan berwarna putih kehijauan sampai putih perak mengkilat. Bagian dalam gall berwarna gelap dan berubah menjadi massa tepung spora berwarna coklat sampai hitam. Gall dapat terjadi pada semua bagian tanaman jagung. Gall pada tongkol apabila sudah mencapai pertumbuhan maksimal dapat mencapai diameter 15 cm. Gall pada daun tetap kecil dengan diameter 0,6-1,2 cm. Apabila bunga jantan terinfeksi, maka semua tongkol pada tanaman tersebut terinfeksi penyakit gosong (wakman,2012).U. maydis. Klamidospora berkecambah pada kondisi yang cocok, menghasilkan sporidia yang dapat dibawa angin atau percikan air sampai pada tanaman jagung muda. Miselium masuk ke jaringan tanaman melalui stomata, luka atau penetrasi langsung melalui dinding sel dan menstimulir sel inangnya untuk membelah Beberapa komponen pengendalian penyakit gosong yang dapat digunakan

adalah varietas tahan, pestisida, rotasi tanaman, dan perlakuan benih (wakman,2012).

Penyebab penyakit bulai di Indonesia ada tiga jenis spesis yaitu Peronosclerospora maydis, P. phillipinensis dan P. sorghi. Gejala khas bulai adalah adanya warna khlorotik memanjang sejajar tulang daun dengan batas yang jelas antara daun sehat. Pada daun permukaan atas dan bawah terdapat warna putih seperti tepung dan ini sangat jelas pada pagi hari. Selanjutnya pertumbuhan tanaman jagung akan terhambat, termasuk pembentukan tongkol, bahkan tongkol tidak terbentuk, daun-daun menggulung dan terpuntir serta bunga jantan berubah menjadi massa daun yang berlebihan (sinartani,2012).Penyebaran dan identifikasi sepsis Peronosclerospora spp. telah diketahui di 20 Kabupaten dan kota di Indonesia (Tabel 1). P. maydid umumnya menyerang tanaman jagung di Pulau Jawa seperti Jawa Timur, Jawa Tengah dan DIY. P.philipinensis banyak menyerang tanaman jagung di Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan sampai Sulawesi Utara, sedangkan p. sorghi banyak ditemukan di Tanah Karo Sumatera Utara dan Batu-Malang (sinartani,2012).Di bawah ini sejumlah upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit bulai di lapangan:

1. Penggunaan varietas tahan seperti jagung hibrida varietas Bima-1, Bima-3, 1. Bima-9, Bima-14 dan Bima-15 serta jagung komposit varietas Lagaligo dan Lamuru.

2. Periode bebas tanaman jagung hal ini dikhususkan kepada daerah-daerah 2. endemik bulai di mana jagung ditanam tidak serempak, sehingga terjadi variasi umur yang menyebabkan keberadaan bulai di lapangan selalu ada, sehingga menjadi sumber inokulum untuk pertanaman jagung berikutnya.

3. Sanitasi lingkungan pertanaman jagung sangat perlu dilakukan oleh karena 3. berbagai jenis rumput-rumputan dapat menjadi inang bulai sehingga menjadi sumber inokulum pertanaman berikutnya.

4. Rotasi tanaman dengan tujuan untuk memutus ketersediaan inokulum bulai 4. dengan menanam tanaman dari bukan sereal.

5. Eradikasi tanaman yang terserang bulai.5.

6. Penggunaan fungisida (b.a. Metalaksil) sebagai perlakuan benih (seed treatment) untuk mencegah terjadinya infeksi bulai lebih awal dengan dosis 2,5 -5,0 g/kg benih (sinartani,2012).3.2.7 Penyakit Hawar daun Bakteri dan Virus Tungro Pada Tanaman Padi.

Penyakit tungro disebabkan oleh virus yang disebut dengan virus tungro padi

(VTP). Virus ini bersifat non persisten, artinya virus tersebut hanya dapat menyerang tanaman dalam masa yang pendek saja. Sudah diketahui bahwa VTP terdiri dari dua bentuk yaitu yang berbentuk batang (RTBV = Rice Tungro Bacciliform Virus) dan virus yang bulat isometri (RTSV = Rice Tungro Spherical Virus). Tanaman yang terserang tungro bisa mengandung kedua virus tersebut namun dapat juga mengandung hanya salah satu saja. VTP tersebut berada dalam jaringan tanaman sakit, terutama dalam jaringan daun (Departemen Pertanian,1986).

Adapun tindakan pengendalian terhadap penyakit karat daun kopi antara lain :

1. Penggunaan varietas tahan atau toleran Varietas tahan merupakan salah satu komponen PHT yang mudah diterapkan,

2. Pengendalian secara biologis

3. Pengendalian secara kultur teknis

4. Pengendalian dengan fungisida

5. Karantina (Semangun, 2000).

Bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae menginfeksi daun padi melalui hidatoda atau luka (Kerr 1980) dalam Nurmasita dkk,2011. Di pembibitan gejala pertama tampak berupa bercak bercak kecil kebasahan pada pinggir daun. Bercak kemudian membesar, daun menguning dan kering dengan cepat. Di pertanaman, gejala awal tampak sebagai garis garis kebasahan kemudian bercak membesar baik lebar maupun panjangya dengan tepi bercak bergelombang dan daun menguning dalam beberapa hari (Nurmasita dkk,2011).

Pengendalian penyakit HDB yang diterapkan oleh BBPOPT Jatisari adalah dengan pemanfaatan bakteri antagonis. Bakteri antagonis tersebut adalah Corynebacterium. Efektifitas Corynebacterium sebagai bakteri antagonis terhadap penyakit HDB nampaknya cukup baik dan corynebacterium menunjukkan penghambatan pada pemunculan gejala awal, penyebaran maupun intensitas serangan (BBPOPT 2007 dalam Nurmasita dkk,2011).

Bakteri antagonis Corynebacterium yang di eksplorasi dari tanaman padi awalnya diduga mempunyai pengaruh buruk, bahkan berperan sebagai bakteri patogen pada beberapa jenis sayuran (Tomat, Cabe Rawit, Sawi, Terong dan Mentimun), akan tetapi setelah diuji dengan inokulasi buatan suntik, siram dan semprot ternyata tidak menyebabkan timbulnya penyakit pada tanaman. Hal ini membuktikan bahwa jenis bakteri ini aman diaplikasikan terhadap penyakit sasaran (Wibowo dalam Banjarnahor 2011 dalam Nurmasita,2011).3.2.8 Penyakit Karat Daun Kopi.

Penyakit karat daun kopi (coffee leaf rust) yang disebabkan oleh jamur Hemileia

vastatrix B. et Br. adalah penyakit kopi paling penting di seluruh dunia, dan merupakan penyakit terpenting pada tanaman kopi arabika di Indonesia. Penyakit ini dapat menyebabkan kehilangan hasil hingga 50% (Haddad et al., 2009).

Sisi bawah daun yang terserang karat menunjukkan adanya bercak-bercak yang semula berwarna kuning muda yang akhirnya akan menjadi kuning tua. Pada bercak terbentuk tepung berwarna jingga cerah (bright orange) yang terdiri atas urediospora jamur. Bercak tua berwarna coklat tua sampai hitam dan mengering, daun akhirnya gugur sehingga pohon menjadi gundul (Semangun, 2000).

Gangguan penyakit ini tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan tanaman, tapi juga

menurunkan hasil biji kopi. Meluasnya bercak pada daun sebagai tanda berkembangnya penyakit, menyebabkan area fotosintesis berkurang secara signifikan yang berdampak pada menurunnya pertumbuhan tanaman. Banyaknya daun yang gugur sebagai gejala lanjut dari penyakit ini menyebabkan jumlah bunga yang terbentuk berkurang, yang berdampak pada turunnya jumlah biji kopi yang dihasilkan (Mahfud, 2012).

Adapun tindakan pengendalian terhadap penyakit karat daun kopi antara lain :

1. Penggunaan varietas tahan atau toleran Varietas tahan merupakan salah satu komponen PHT yang mudah diterapkan,

2. Pengendalian secara biologis

3. Pengendalian secara kultur teknis

4. Pengendalian dengan fungisida

5. Karantina (Semangun, 2000).

IV. KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum ni yaitu :

1. Gejala dan tanda penyakit tanaman tergantung pada jenis patogen yang menyerang tanaman.

2. Penyakit busuk buah kakao dan gosong pada tanaman jagung merupakan penyakit yang sangat familiar di Lampung.3. Pathogen jamur merupakan pathogen yang banyak menyebabkan penyakit pada tanaman utama di Lampung.

DAFTAR PUSTAKAAbadi, A.L. 1987. Biologi (Ganoderma boninense Pat.) Pada Kelapa Sawit (Elaesis

guinensis Jacq.) dan Pengaruh Beberapa Mikroba Tanah Antagonistik Terhadap Pertumbuhannya. Disertasi. IPB. Bogor. 147p.Agrios, G.N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Edisi Ketiga. Penerjemah Busnia, M.Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 467-468p.Alexopoulos, C.J; C.W.Mims & M. Blackwell, 1996. Introdctory Micology 4th edition John Wiley and Sons, New York.869 p.Basuki, dan Wisma, S., 1995. Pengenalan dan Pengendalian Penyakit Akar Putih Pada tanaman Karet, hal: 1-5. dalam Kumpulan Lokakarya Pengendalian Penyakit Penting Tanaman Karet. Sungei Putih.Pusat Penelitian Karet.

Departemen Pertanian Bagian Proyek dan Informasi Pertanian. 1986. Tungro dan

Pengendaliannya. Irian Jaya. Departemen Pertanian Bagian Proyek dan Informasi Pertanian.

Haddad, F., LA. Maffia, ESG. Mizubuti, and H. Teixeira. 2009. Biological Control of Coffee Rust by Antagonistic Bacteria under Field Conditions in Brazil. Biological Control 49 :114-119p.

Jing, C.J. 2007. Kepatogenan (Ganoderma Boninense) Pada Kelapa Sawit Dan Hubungan Biologinya Dengan (Ganoderma spp.) Daripada Perumah Palma Lain. Malaysia. Pusat Pengajian Sains Patologi Tumbuhan, 13-40p.

Lizarmi, E. 2011. Ancaman Penyakit Busuk Pangkal Batang Pada Tanaman Kelapa Sawit. Jakarta. Komisi Perlindungan Tanaman Bahas Strategi Pengendalian OPT Perkebunan Direktorat Jenderal Perkebunan.

Mahfud, MC. 2012. Teknologi dan Strategi Pengendalian Penyakit Karat Daun untuk Meningkatkan Produksi Kopi Nasional. Pengembangan Inovasi Pertanian 5(1) : 44-57p.Mulya, K., Manohara, D. dan Herawati, 1986. Kemungkinan terbawanya (Phytophthora palmivora) oleh setek lada dan penyediaan bibit sehat dengan perlakuan fungisida. Risalah seminar Ilmiah PFI. Gatra Penelitian Penyakit Tumbuhan dalam Pengendalian secara Terpadu.

Mulya, K., Manohara, D. dan Wahyuno, D., 2003. Status penyakit busuk pangkal batang lada di Bangka. Risalah Simposium Nasional Penelitian PHT Perkebunan Rakyat. Bogor, 17-18 September 2002.

Nurmasita Ismail, Luice A. Taulu dan Bahtiar. 2011. POTENSI Corynebacterium SEBAGAI PENGENDALI PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PADA TANAMAN PADI. Sulawesi Utara. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Rahayu, S., Sujatno, dan Pawirosoemardjo, S., 2006. Management Pengendalian Penyakit Jamur Akar Putih pada Tanaman Karet, hal: 258-260, 265. dalam Prosiding Lokakarya Nasional Budidaya Tanaman Karet. Pusat Penelitian Karet, Sungei Putih.RUBIYO dan WIDI AMARIA. 2013. KETAHANAN TANAMAN KAKAO TERHADAP PENYAKIT BUSUK BUAH (Phytophthora palmivora Butl.). Perspektif Vol. 12 No. 1/Juni 2013. Hlm 23-36.

Semangun. H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan Di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 150-161p.Sinartani. 2012. Penyakit Bulai Pada Tanaman Jagung dan Teknik Pengendaliannya. Badan Litbang Pertanian. Edisi 25-31 Januari 2012 No.3441 Tahun XLI.

Swastika, I W. 2014. IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIAN PENYAKIT LAYU PADA PISANG DI KOTA DENPASAR. Denpasar. DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KOTA DENPASAR.Tim Penulis PS, 1999. Karet. Strategi Pemasaran Tahun 2000. Budidaya dan Pengolahan. Jakarta. Penebar swadaya. Hal 128-2331.

Turner, P.D. 1981. Oil palm diseases and disorders. Oxford University Press. Oxford. 280 p.

Wakman W. dan Burhanuddin. 2002. Pengelolaan Penyakit Prapanen Jagung. Maros. Balai Penelitian Tanaman Serealia.