penyakit gunung
TRANSCRIPT
-
7/31/2019 penyakit gunung
1/2
PENYAKIT GUNUNG
Suhu udara gunung-gunung di Indonesia berkisar antara 12-7 derajat celcius.
Dengan perlengkapan yang baik, suhu udara seperti ini sebenarnya tidak terlampau
dingin. Tetapi adalah kenyataan, bahwa kematian yang banyak terjadi di gunung
Indonesia disebabkan karena udara yang dingin ini. Penyebabnya tak lain adalah
perlengkapan yang kurang, terutama untuk menahan hujan. Pakaian yang basah dan
badan yang tak terlindung dari angin adalah penyebab utama kecelakaan itu. Pakaian
yang basah mengurangi nilai insulasi (kemampuan menahan panas) sampai 90%.
Di Indonesia kecelakaan yang banyak terjadi adalah exposure (kehilangan
panas badan), terutama disebabkan karena hipotermia (menurunnya suhu badan).
Masalahnya ternyata bukan karena udara gunung yang dingin, tetapi karena badan
yang basah karena hujan. Suhu badan yang menurun hingga 20 derajat Celcius akanmenyebabkan kematian seseorang.
Orang yang terkena hipotermia menunjukkan gejala-gejala : menggigil secara
berlebihan, berbicara kacau, lambat, membuat gerakan-gerakan ngawur, berkurang
ingatan dan berfikir sistematis, jalan sempoyongan dan kaki sering tersandung,
tampak letih sekali, susah berdiri walau baru istirahat dan mengantuk terus.
Apa yang harus kita lakukan bila melihat gejala-gejala tersebut? Pertama,
usahakan agar kita tidak tertidur. Tidur membuat kita kehilangan kesadaran,
sehingga badan tak mau lagi menghangatkan diri. Biarkanlah badan menggigil karena
gerakan ini menghasilkan panas yang setara dengan lari-lari kecil atau dua batangcoklat ukuran sedang yang dimakan setiap jam. Ini adalah usaha secar biologis dari
badan kita untuk tetap mempertahankan suhu badan.
Segeralah memakai pakaian kering. Hindari tempat yang banyak angin. Kalau
mungkin, buatlah api unggun untuk menghangatkan badan. Dirikanlah tenda atau
bivak, lalu masuk ke kantung tidur. Letakkan alas tidur yang kering sebelum
berbaring. Jangan biarkan badan dipengaruhi dinginnya tanah. Usahakan untuk
memasak air dan makanan, terutama yang manis dan mengandung banyak hidrat
arang. tetap bertahan hingga suhu badan normal.
Semakin tinggi suatu daerah, semakin tipis kadar oksigennya. Inimempengaruhi aktivitas seorang pendaki gunung karena hipoksia (kekurangan
oksigen). Kapasitas kerja fisik akan menurun. Memang tidak semua pendaki gunung
akan mengalami hal yang sama, karena pengaruh kekurangaan oksigen itu tergantung
pada masing-masing individu, terutama kesegaran jasmaninya. Ada pendaki gunung
yang sudah terkena pengaruh pada ketinggian 200 meter, tetapi ada yang baru
merasakannya pada ketinggian 4000 meter.
-
7/31/2019 penyakit gunung
2/2
Pendaki yang terkena pengaruh hipoksia akan memperlihatkan gejala-gejala
yang disebut penyakit gunung (mountain sickness). Biasanya gejala ini muncul karena
si pendaki gunung terlalu cepat mencapai suatu ketinggian. Munculnya pun setelah
beberapa jam setelah si pendaki mencapai ketinggian itu. Kumpulan gejala itu adalah
sakit kepala, sesak nafas, tidak nafsu makan, mual, muntah, diare, sakit perut,kemampuan mental dan ketajaman berfikir menurun, badan terasa lemas, perasaan
malas sekali, tidak dapat tidur, tangan dan bibir menjadi biru dan denyut jantung
berdenyut lebih cepat daripada biasanya. Biasanya gejala-gejala ini akan menghilang
setelah beristirahat selama 24 jam sampai 48 jam. Kalau ini tidak berhasil, maka
penanggulangan yang tepat adalah secepatnya turun dan mengurangi ketinggian.
Kalau sudah begitu umumnya gejala-gejala itu akan berkurang setelah turun sekitar
500 atau 600 meter dari kektinggian semula.