penjaminan mutu laboratorium penguji pesawat sinar …

9
55-1 SEMINAR KESELAMATAN NUKLIR 2016 Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir 2016 PENJAMINAN MUTU LABORATORIUM PENGUJI PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL MELALUI UJI PROFISIENSI Endang Kunarsih 1 , Haendra Subekti 2 1 Pusat Pengkajian Sistem Teknologi dan Pengawasan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif -BAPETEN 2 Direktorat Keteknikan dan Kesiapsiagaan Nuklir-BAPETEN e-mail: [email protected] ABSTRAK PENJAMINAN MUTU LABORATORIUM PENGUJI PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL MELALUI UJI PROFISIENSI. Telah dilaksanakan uji profisiensi laboratorium penguji pesawat sinar-X pada tahun 2015 dalam rangka penjaminan mutu hasil pengujian. Uji profisiensi ini diikuti oleh 14 peserta dari laboratorium yang telah ditunjuk sebagai laboratorium penguji dengan lingkup Radiografi Mobile paling kurang 1 (satu) tahun. Uji profisiensi dilakukan menggunakan skema partisipasi berurutan dan mengadopsi metode uji kesesuaian untuk radiografi mobile dengan 8 (delapan) jenis parameter uji. Laboratorium peserta dievaluasi menggunakan metode En number dan perbedaan persen (percentage difference). Hasil penting yang disajikan antara lain 77% parameter uji dapat dilakukan oleh peserta dengan hasil memuaskan, 2 dari 8 jenis parameter uji memberikan hasil tidak memuaskan pada 86% laboratorium peserta. Tindak lanjut terhadap hasil uji profisiensi merupakan bagian dari peningkatan kompetensi laboratorium penguji untuk menjamin keabsahan hasil pengujian. Kata kunci: jaminan mutu, uji profisiensi, laboratorium penguji. ABSTRACT QUALITY ASSURANCE OF TESTING LABORATORIES FOR X-RAY EQUIPMENT OF INTERVENTIONAL AND DIAGNOSTIC RADIOLOGICAL BY PROFICIENCY TESTING. Proficiency testing have been conducted for testing laboratories of X-rays equipment in year 2015 in order to assure the quality of testing results. Proficiency testing program was attended by 14 participants which is that appointed as a testing laboratory of Mobile Radiography at least 1 (one) year. Proficiency testing was conducted by sequential participation schemes and adopted methods for compliace test of mobile radiography with 8 (eight) test parameters. Participant laboratories were evaluated using En number and percentage difference methods. The important results presented are 77% of test parameters can be carried out by participants with satisfied results, 2 of 8 kinds of test parameters give unsatisfied results in 86% of the participants. Follow-up to the results of proficiency testing is a part of improving testing laboratories competence to ensure validity of test results. Keywords: quality assurance, proficiency testing, testing laboratories.

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENJAMINAN MUTU LABORATORIUM PENGUJI PESAWAT SINAR …

55-1

SEMINAR KESELAMATAN NUKLIR

2016

Prosiding Seminar

Keselamatan Nuklir

2016

PENJAMINAN MUTU LABORATORIUM PENGUJI PESAWAT

SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL

MELALUI UJI PROFISIENSI

Endang Kunarsih1, Haendra Subekti

2

1Pusat Pengkajian Sistem Teknologi dan Pengawasan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif -BAPETEN

2 Direktorat Keteknikan dan Kesiapsiagaan Nuklir-BAPETEN

e-mail: [email protected]

ABSTRAK

PENJAMINAN MUTU LABORATORIUM PENGUJI PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK

DAN INTERVENSIONAL MELALUI UJI PROFISIENSI. Telah dilaksanakan uji profisiensi laboratorium penguji

pesawat sinar-X pada tahun 2015 dalam rangka penjaminan mutu hasil pengujian. Uji profisiensi ini diikuti oleh 14

peserta dari laboratorium yang telah ditunjuk sebagai laboratorium penguji dengan lingkup Radiografi Mobile paling

kurang 1 (satu) tahun. Uji profisiensi dilakukan menggunakan skema partisipasi berurutan dan mengadopsi metode uji

kesesuaian untuk radiografi mobile dengan 8 (delapan) jenis parameter uji. Laboratorium peserta dievaluasi

menggunakan metode En number dan perbedaan persen (percentage difference). Hasil penting yang disajikan antara

lain 77% parameter uji dapat dilakukan oleh peserta dengan hasil memuaskan, 2 dari 8 jenis parameter uji memberikan

hasil tidak memuaskan pada 86% laboratorium peserta. Tindak lanjut terhadap hasil uji profisiensi merupakan bagian

dari peningkatan kompetensi laboratorium penguji untuk menjamin keabsahan hasil pengujian.

Kata kunci: jaminan mutu, uji profisiensi, laboratorium penguji.

ABSTRACT

QUALITY ASSURANCE OF TESTING LABORATORIES FOR X-RAY EQUIPMENT OF INTERVENTIONAL

AND DIAGNOSTIC RADIOLOGICAL BY PROFICIENCY TESTING. Proficiency testing have been conducted for

testing laboratories of X-rays equipment in year 2015 in order to assure the quality of testing results. Proficiency

testing program was attended by 14 participants which is that appointed as a testing laboratory of Mobile Radiography

at least 1 (one) year. Proficiency testing was conducted by sequential participation schemes and adopted methods for

compliace test of mobile radiography with 8 (eight) test parameters. Participant laboratories were evaluated using En

number and percentage difference methods. The important results presented are 77% of test parameters can be carried

out by participants with satisfied results, 2 of 8 kinds of test parameters give unsatisfied results in 86% of the

participants. Follow-up to the results of proficiency testing is a part of improving testing laboratories competence to

ensure validity of test results.

Keywords: quality assurance, proficiency testing, testing laboratories.

Page 2: PENJAMINAN MUTU LABORATORIUM PENGUJI PESAWAT SINAR …

SEMINAR KESELAMATAN NUKLIR 2016

55-2

I. PENDAHULUAN

Laboratorium penguji pesawat sinar-X merupakan

laboratorium yang melakukan pengujian pesawat sinar-

X dengan lingkup dan metode yang dipersyaratkan

dalam uji kesesuaian pesawat sinar-X radiologi

diagnostik dan intervensional. Di dalam Peraturan

Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)

Nomor 9 Tahun 2011 tentang Uji Kesesuaian Pesawat

Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional.

Laboratorium penguji ini, yang dikenal dengan istilah

Penguji Berkualifikasi, harus mendapatkan penetapan

dari Kepala BAPETEN sebagai bentuk pemberian

kewenangan untuk melakukan pengujian pesawat

sinar-X di rumah sakit, klinik atau fasilitas kesehatan

lainnya. Di dalam rancangan Peraturan Kepala

BAPETEN yang akan menggantikan Peraturan Kepala

BAPETEN Nomor 9 Tahun 2011, laboratorium penguji

yang dimaksud di atas akan disebut dengan Lembaga

Uji Kesesuaian. Hingga 1 April 2016, BAPETEN telah

memberikan penetapan kepada 27 (dua puluh tujuh)

instansi sebagai laboratorium penguji pesawat sinar-X

radiologi diagnostik dan intervensional sesuai dengan

kriteria yang terdapat pada Peraturan Kepala

BAPETEN Nomor 9 Tahun 2011.

Lingkup pengujian pesawat sinar-X dibedakan

sesuai dengan jenis pesawat sinar-X, yaitu:

1. radiografi umum,

2. radiografi mobile,

3. mamografi,

4. fluoroskopi,

5. CT-scan, dan

6. pesawat gigi.

Untuk tiap lingkup di atas, laboratorium penguji harus

memiliki kompetensi dalam melakukan pengujian

seluruh parameter uji yang diwajibkan olehPeraturan

Kepala BAPETEN Nomor 9 Tahun 2011.

Setelah pengujian dilakukan, laboratorium penguji

pesawat sinar-X harus menyusun laporan pengujian

dan menyampaikannya ke Tim Tenaga Ahli dan

pelanggan.

Laporan pengujian merupakan keluaran (output)

utama dari suatu laboratorium penguji. Indikator

kinerja suatu laboratorium penguji dapat dilihat dari

aspek kuantitas (jumlah laporan) dan aspek kualitas

(tingkat keabsahan atau mutu). Bagi BAPETEN, aspek

kualitas laporan pengujian merupakan aspek yang lebih

penting dibandingkan kuantitas karena memiliki

dampak konsekuensi yang relatif lebih tinggi.

Konsekuensi dalam konteks ini adalah apabila hasil

pengujian menunjukkan indikasi kesalahan, maka

terdapat potensi kesalahan dalam penerbitan Sertifikat

uji kesesuaian dari Tim Tenaga Ahli, dan juga terdapat

potensi kesalahan dalam penerbitan izin pesawat sinar-

X radiologi diagnostik dan intervensional. Hal ini dapat

terjadi karena laporan pengujian menjadi input

terhadap proses penerbitan Sertikat uji kesesuaian, dan

Sertifikat uji kesesuaian menjadi input terhadap proses

penerbitan izin. Tentu saja hal ini juga memiliki

potensi yang merugikan terhadap keselamatan pasien

secara langsung.

Untuk mencegah hal tersebut terjadi, langkah-

langkah penjaminan mutu hasil pengujian harus

diterapkan oleh laboratorium penguji pesawat sinar-X.

SNI ISO/IEC 17025:2008 Persyaratan Umum

Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi

klausul 5.9. menyatakan bahwa laboratorium harus

mempunyai prosedur pengendalian mutu untuk

memantau keabsahan pengujian yang dilakukan.

Penjaminan mutu hasil pengujian dapat dilakukan

melalui kegiatan internal atau eksternal laboratorium

penguji. Penjaminan mutu internal dapat dilakukan

melalui:

a) penggunaan bahan acuan bersertifikat;

b) replika pengujian dengan metode sama atau

berbeda;

c) pengujian ulang barang; dan/atau

d) korelasi hasil untuk karakteristik yang berbeda.

Penjaminan mutu eksternal dilakukan melalui

partisipasi dalam uji banding antar laboratorium atau

program uji profisiensi.

Partisipasi dalam uji profisiensi memang belum

dipersyaratkan untuk laboratorium penguji pesawat

sinar-X dalam peraturan Kepala BAPETEN, namun

BAPETEN menginisiasi penyelenggaraan uji

profisiensi bagi laboratorium penguji pesawat sinar-X

pada tahun 2015. Harapan BAPETEN sebagai

regulator terhadap uji profisiensi adalah hasil pengujian

memiliki keabsahan dan kualitas yang setara antara

laboratorium yang satu dengan laboratorium lainnya

Hasil penting uji profiensi laboratorium penguji

pesawat sinar-X pada tahun 2015 dan peluang

peningkatan terhadap penyelenggaraan uji profisiensi

tahun berikutnya akan dijabarkan dalam makalah ini.

II. METODOLOGI

A. Acuan Normatif

Menurut SNI ISO/IEC 17043:2010 Penilaian

Kesesuaian – Persyaratan Umum Uji Profisiensi, uji

profisinsi adalah evaluasi kinerja peserta terhadap

kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya melalui uji

banding antar laboratorium. Uji banding antar

laboratorium adalah pengorganisasian, kinerja, dan

evaluasi pengukuran atau pengujian terhadap obyek

yang sama atau serupa oleh dua atau lebih laboratorium

sesuai dengan kondisi yang ditetapkan. Standar ini

memuat persyaratan manajemen dan teknis sebuah

kegiatan uji profisiensi.

Dalam dokumen KAN-P-06 (2011) KAN Policy on

Proficiency Testing dinyatakan bahwa fungsi utama

dari program uji profisiensi adalah menilai kemampuan

laboratorium untuk melakukan pengujian dan/atau

pengukuran secara kompeten untuk lingkup yang telah

atau akan mendapatkan akreditasi dari Komite

Akreditasi Nasional (KAN). Laboratorium yang

terakreditasi KAN harus berpartisipasi dalam program

uji profisiensi sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam

setahun. Untuk lingkup kalibrasi atau pengujian yang

Page 3: PENJAMINAN MUTU LABORATORIUM PENGUJI PESAWAT SINAR …

SEMINAR KESELAMATAN NUKLIR 2016

55-3

terakreditasi, laboratorium harus berpartisipasi dalam

program uji profisiensi setidaknya sekali selama

periode akreditasi (atau sekali dalam empat tahun).

Sebagai salah satu bentuk penjaminan mutu hasil

pengujian, dokumen KAN-G-07 (2008) Pedoman KAN

mengenai Interpretasi ISO/IEC 17025:2005

menekankan bahwa uji profisiensi atau uji banding

antar laboratorium bukan merupakan pengganti

prosedur pengendalian mutu internal tetapi merupakan

suplemen terhadap prosedur pengendalian mutu

internal. Oleh karena itu disamping berpartisipasi

dalam program uji profisiensi atau uji banding,

laboratorium harus memiliki dan

mengimplementasikan prosedur pengendalian mutu

internal untuk memastikan keabsahan hasil uji dan/atau

kalibrasi yang dinyatakan dalam lingkupnya, dengan

memperhatikan volume dan jenis pekerjaan

laboratorium.

B. Ruang Lingkup

Makalah ini membahas evaluasi hasil uji profisiensi

laboratorium penguji pesawat sinar-X dengan obyek uji

pesawat sinar-X mobile yang diselenggarakan oleh

BAPETEN pada tahun 2015.

C. Program Uji Profisiensi

Sebelum melaksanakan kegiatan uji profisiensi,

penyelenggara harus menyiapkan dokumen yang

disyaratkan dalam SNI ISO/IEC 17043:2010. Sebagai

tahap awal telah disusun dokumen Program Uji

Profisiensi sebagai panduan pelaksanaan kegiatan uji

profisiensi.

Skema uji profisiensi yang ditetapkan untuk obyek

uji pesawat sinar-X mobile adalah partisipasi

berurutan, artinya peserta secara bergantian melakukan

pengujian pada pesawat sinar-X yang sama.

Berdasarkan karakteristik pengujian yang dilakukan,

metode evaluasi peserta yang dipilih adalah En

number. Untuk itu, ditetapkan nilai acuan sebagai

pembanding pada tahap evaluasi hasil peserta.

Secara umum tahapan kegiatan uji profisiensi tahun

2015 terdiri atas: informasi kepada peserta, uji

stabilitas obyek uji (artefak), penetapan nilai acuan,

pengujian dan pelaporan oleh peserta, evaluasi hasil

peserta, dan pelaporan evaluasi hasil peserta.

Peserta yang diundang untuk berpartisipasi dalam

uji profisiensi tahun 2015 sebanyak 14 (empat belas)

laboratorium, dengan kriteria bahwa laboratorium

penguji tersebut telah ditunjuk sebagai laboratorium

penguji dengan lingkup Radiografi Mobile paling

kurang 1 (satu) tahun.

D. Uji Stabilitas Obyek Uji

Obyek uji profisiensi adalah contoh, produk,

artefak, bahan acuan, peralatan, standar acuan,

kumpulan data atau informasi lain yang digunakan

untuk uji profisiensi[3].

Obyek uji profisiensi yang digunakan berupa

pesawat sinar-X mobile sebagaimana ditunjukan pada

Gambar 1. Spesifikasi obyek uji secara ringkas antara

lain:

a) Rentang tegangan puncak: 40 – 125 kV;

b) Rentang kuat arus waktu: 0,32 – 250 mAs;

c) Rentang jarak tabung ke image (SID): 420 –

1.895 mm; dan

d) Output (max): 16 kW.

Gambar 1. Obyek Uji

Obyek uji harus dipersiapkan untuk memenuhi

persyaratan homogenitas dan stabilitas. ISO

13528:2015 Statistical Methods for Use in Proficiency

Testing by Interlaboratory Comparison memberikan

prosedur untuk menilai homogenitas dan stabilitas

obyek uji. Dalam uji profisiensi ini, kriteria

homogenitas obyek uji diabaikan mengingat hanya

digunakan satu pesawat sinar-X.

Obyek uji harus dalam kondisi cukup stabil untuk

memastikan tidak akan mengalami perubahan

signifikan selama pelaksanaan uji profisiensi, termasuk

pada saat penyimpanan. Untuk memastikan stabilitas

pesawat sinar-X, dilakukan prosedur uji stabilitas

melalui pengukuran beberapa besaran pesawat sinar-X

sebelum dan setelah periode pengujian. Besaran yang

diukur adalah tegangan dan kerma udara pada bebebera

kondisi seting pesawat sinar-X. Variasi seting yang

digunakan adalah tegangan 50, 70, 90, dan 109 kV dan

kuat arus waktu 10, 20, dan 40 mAs.

Obyek uji dinyatakan stabil apabila perbedaan data

pengukuran obyek uji sebelum dan sesudah tahapan

pengujian oleh seluruh peserta kurang atau sama

dengan 0,3 dari deviasi standar nilai acuan uji

profisiensi, atau dapat dihitung melalui persamaan (1)

berikut ini[7]:

| | (1)

dengan

= rerata pengukuran sebelum pengujian peserta

= rerata pengukuran sesudah pengujian peserta

σpt = deviasi standar uji profisiensi

δE = error maksimum yang diijinkan

Apabila terdapat dugaan bahwa presisi dari

pengukuran yang dilakukan berpotensi untuk

menyebabkan tidak terpenuhinya kriteria stabilitas,

maka kriteria stabilitas dapat diperluas dengan

menambahkan ketidakpastian pada σpt dengan

persamaan (2) berikut ini[7]:

| | √ (2)

Page 4: PENJAMINAN MUTU LABORATORIUM PENGUJI PESAWAT SINAR …

SEMINAR KESELAMATAN NUKLIR 2016

55-4

dengan

= rerata pengukuran sebelum pengujian peserta

= rerata pengukuran sesudah pengujian peserta

σpt = deviasi standar uji profisiensi

u(y1) = ketidakpastian bentangan pengukuran

sebelum pengujian peserta

u(y2) = ketidakpastian bentangan pengukuran

sesudah pengujian peserta

Namun demikian referensi[7] menyatakan bahwa

deviasi standar uji profisiensi (σpt) diperoleh dari uji

homogenitas, sehingga persamaan (1) dan persamaan

(2) tidak dapat digunakan. Sebagai alternatif,

digunakant-test dengan tingkat kepercayaan 95% untuk

menilai stabilitas obyek uji menggunakan 2 (dua)

kelompok data, yaitu data pengukuran sebelum dan

sesudah tahapan pengujian peserta, dengan persamaan

(3) berikut

(3)

dengan

thitung = nilai t hasil perhitungan

= rerata pengukuran sebelum pengujian peserta

= rerata pengukuran sesudah pengujian peserta

σ1 = deviasi standar pengukuran sebelum pengujian

peserta

σ2 = deviasi standar pengukuran sesudah pengujian

peserta

E. Penentuan Nilai Acuan

Nilai acuan (assigned value) adalah nilai yang

ditetapkan pada sifat tertentu dari obyek uji

profisiensi[3]. Untuk uji profisiensi ini, nilai acuan,

termasuk ketidakpastian bentangan, ditetapkan untuk

setiap parameter pengujian pesawat sinar-X.

Untuk menetapkan nilai acuan, dilakukan prosedur

sebagai berikut:

a) Pengambilan data dilakukan selama 5 (lima) hari

berturut turut sehingga diperoleh 5 (lima) set hasil

pengukuran untuk setiap parameter uji.

b) Metode pengukuran besaran pesawat sinar-X

dilakukan sesuai dengan protokol pengujan dengan

pengulangan sebanyak 5 (lima) kali.

c) Dilakukan pengolahan data sehingga diperoleh

nilai pengukuran dan ketidakpastiannya untuk tiap

parameter uji.

d) Untuk tiap parameter uji, ditetapkan nilai acuan

dengan membandingkan nilai pengukuran yang

diolah sebagaimana pada huruf c dari parameter uji

yang sama. Nilai pengukuran dengan ketidapastian

bentangan yang terkecil ditetapkan sebagai nilai

acuan.

Apabila ketidakpastian nilai acuan cukup besar

dibandingkan kriteria evaluasi kinerja, terdapat potensi

bahwa peserta mendapatkan peringatan atau tindakan

yang tidak disebabkan oleh peserta itu sendiri.

Ketidakpastian nilai acuan harus diinformasikan

kepada peserta.

Namun terdapat kondisi ketidakpastian nilai acuan

yang dapat diabaikan, apabila memenuhi kriteria dalam

persamaan (4) berikut ini

( ) atau ( ) (4)

dengan:

u(xpt) = ketidakpastian bentangan nilai acuan

σpt = deviasi standar uji profisiensi

δE = error maksimum yang diijinkan

F. Protokol dan Parameter Pengujian

Setiap peserta diharuskan menggunakan protokol

pengujian yang ditetapkan penyelenggara uji

profisiensi (BAPETEN). Dokumen protokol pengujian

dan lembar kerja disampaikan kepada peserta 14 hari

kerja sebelum periode pengujian dimulai.

Protokol pengujian dalam uji profisiensi ini

mengadopsi metode uji rutin dalam uji kesesuaian

pesawat sinar-X yang mengacu pada ketentuan dalam

Perka BAPETEN Nomor 9 Tahun 2011 tentang Uji

Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan

Intervensional. Namun untuk tujuan uji profisiensi,

dilakukan modifikasi protokol pengujian yaitu:

a) dilakukan pengulangan pengukuran untuk setiap

variasi seting, dan

b) dilakukan perhitungan ketidakpastian pengukuran

untuk setiap parameter uji.

Dalam uji profisiensi, parameter pengujian

hendaknya dipilih parameter yang kritis atau yang

berdampak pada keselamatan sehingga hasil uji

profisiensi memberikan manfaat jamak bagi pihak

berkepentingan. Oleh karena seluruh parameter

pengujian pesawat sinar-X memiliki dampak penting

terhadap keselamatan, parameter pengujian yang

dipilih meliputi seluruh parameter rutin uji kesesuaian,

yaitu:

a) iluminasi berkas cahaya,

b) kolimasi berkas sinar-X,

c) linearitas keluaran radiasi,

d) reproduksibilitas tegangan dan keluaran radiasi,

e) akurasi tegangan,

f) kualitas berkas sinar-X,

g) informasi dosis pasien, dan

h) kebocoran tabung.

Pengujian dilaksanakan di laboratorium uji

kesesuaian BAPETEN. Untuk mempertahankan

kondisi lingkungan yang sama antar pengujian,

ditetapkan kondisi lingkungan pengujian yaitu suhu (20

± 2)oC dan kelembaban (65 ± 5)%.

Pengujian menggunakan alat ukur dan alat uji milik

masing-masing peserta. Alat ukur dipersyaratkan

memiliki sertifikat kalibrasi yang masih berlaku pada

saat dilakukan pengujian.

G. Evaluasi Peserta

Evaluasi hasil pengujian peserta dilakukan untuk

setiap parameter uji. Apabila terdapat persyaratan yang

tidak dipenuhi oleh peserta sebagaimana dinyatakan

dalam program uji profisiensi dan protokol pengujian,

parameter pengujian dinyatakan tidak dievaluasi.

Page 5: PENJAMINAN MUTU LABORATORIUM PENGUJI PESAWAT SINAR …

SEMINAR KESELAMATAN NUKLIR 2016

55-5

Dalam evaluasi ini digunakan 2 (dua) metode yaitu:

1) Bilangan En (En number)

Metode ini digunakanuntuk mengevaluasi semua

parameter uji kecuali kolimasi berkas sinar-X dan

reproduksibilitas.

Persamaan yang digunakan:

22

pti

pti

n

UU

XxE

(5)

dengan:

xi = nilai laboratorium peserta ke-i

Xpt = nilai acuan uji profisiensi

Ui = ketidakpastian bentangan dari

laboratorium peserta ke-i

Upt = ketidakpastian bentangan acuan uji

profisiensi

Kriteria evaluasi:

a) apabila │En│≤ 1, hasil peserta dinyatakan

memuaskan.

b) apabila │En│> 1, hasil peserta dinyatakan

tidak memuaskan.

2) Perbedaan persen (percentage difference)

Metode ini digunakan untuk mengevaluasi

parameter kolimasi berkas sinar-X dan

reproduksibilitas.

Persamaan yang digunakan:

%100)(

xX

XxD

pt

pti

(6)

dengan:

xi = nilai laboratorium peserta ke-i

Xpt = nilai acuan uji profisiensi

Kriteria evaluasi:

a) apabila│D│≤ 200σ/X%, hasil peserta

dinyatakan memuaskan.

b) apabila200σ/X% <│D│< 300σ/X%, peserta

diberikan sinyal “peringatan”.

c) apabila│D│≥ 300σ/X%, peserta diberikan

sinyal “tindakan”.

Apabila hasil evaluasi menyatakan bahwa hasil

pengujian peserta ‘memuaskan’ berarti hasil peserta

masih sesuai dalam rentang nilai acuan. Apabila hasil

peserta berupa ‘tidak memuaskan‘,‘peringatan’ atau

‘tindakan’, peserta harus mengidentifikasi akar

penyebab yang mempengaruhi hasil pengujian.

Penyelenggara uji profisiensi juga melakukan

evaluasi kualitatif terhadap peserta berbasis

implementasi proteksi radiasi dan sistematika

pengujian.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Uji Stabilitas

Uji stabilitas dilakukan terhadap pesawat sinar-X

sebagai obyek uji profisiensi. Seting eksposi yang

digunakan adalah 50kV/10mAs, 70kv/20mAs, dan

90kV/40mAs.

Hasil uji stabilitas dinyatakan dalam Tabel 1, Tabel

2, dan Tabel 3. Pada seting 50kV, diperoleh bahwa t-

test <t-table sehingga dua kelompok data sebelum dan

sesudah pengujian tidak memiliki perbedaan yang

signifikan. Hasil yang sama juga ditunjukkan pada

seting 70kV dan 90kV. Berdasarkan data pada ketiga

Tabel tersebut, dapat dinyatakan bahwa obyek uji

memiliki stabilitas yang baik selama periode

pelaksanaan uji profisiensi.

Tabel 1. t-test untuk uji stabilitas pesawat sinar-X pada

seting 50 kV

Parameter Sebelum Sesudah

Rerata 49,65 kV 49,59 kV

Deviasi standar 0,12 kV 0,10 kV

Jumlah data 10 3

t-test 0,41386

t-table 0,65653

Stabilitas

obyek uji

Stabil karena t-test <t-

table

Tabel 2. t-test untuk uji stabilitas pesawat sinar-X pada

seting 70 kV

Parameter Sebelum Sesudah

Rerata 68,67 kV 68,63 kV

Deviasi standar 0,06 kV 0,07 kV

Jumlah data 10 3

t-test 0,40963

t-table 0,65503

Stabilitas

obyek uji

Stabil karena t-test <t-

table

Tabel 3. t-test untuk uji stabilitas pesawat sinar-X pada

seting 90 kV

Parameter Sebelum Sesudah

Rerata 88,71 kV 88,66 kV

Deviasi standar 0,08 kV 0,10 kV

Jumlah data 10 3

t-test 0,37992

t-table 0,64437

Stabilitas

obyek uji

Stabil karena t-test <t-

table Data uji stabilitas juga disajikan dalam bentuk

control chart yang tercantum dalam Lampiran. Control

chart ini akan menjadi baseline untuk obyek uji

maupun alat ukurnya pada uji profisiensi berikutnya.

B. Nilai Acuan

Berdasarkan pengukuran oleh penyelenggara uji

profisiensi dengan kondisi pengujian yang sama

dengan peserta, diperoleh 3 (tiga) set hasil pengujian

untuk tiap parameter uji. Dengan penjelasan

sebagaimana tercantum dalam II.E, nilai acuan uji

profisiensi untuk tiap parameter uji telah ditetapkan

sebagai berikut:

Page 6: PENJAMINAN MUTU LABORATORIUM PENGUJI PESAWAT SINAR …

SEMINAR KESELAMATAN NUKLIR 2016

55-6

Tabel 4. Nilai acuan uji profisiensi dan estimasi

ketidakpastian

Parameter Uji Xpt Upt

Iluminasi (lux) 201 15

Linearitas 0,0 1,7

Akurasi 50kV 0,017 0,024

Akurasi 70kV 0,012 0,026

Akurasi 90kV 0,003 0,032

Kualitas berkas

(mmAl) 3,107 0,099

Dosis pasien (mGy) 0,4880 0,0010

Kebocoran

(mGy/jam) 0,382000 0,000019

Tabel 5. Nilai acuan uji profisiensi untuk kolimasi dan

reproduksibilitas

Parameter uji Xpt

Kolimasi (%SID)

∆X 1,48

∆Y 1,58

∆XY 3,07

Reproduksibillitas

Tegangan 0,001

Keluaran 0,001

C. Hasil Uji Profiensi

Berdasarkan metode evaluasi sebagaimana

dijelaskanpada Subbab II.G., secara ringkas hasil

evaluasi terhadap peserta disajikan pada Gambar 2

sampai dengan Gambar 14.

Gambar 2. Nilai acuan dan nilai peserta untuk uji

iluminasi

Gambar 2 diuraikan bahwa evaluasi terhadap hasil uji

iluminasi peserta menunjukkan 8 (delapan) peserta

mampu melakukan pengujian dengan hasil

memuaskan.

Gambar 3. Nilai acuan dan nilai peserta untuk uji

linearitas.

Gambar 3 diuraikan bahwa evaluasi terhadap hasil uji

linearitas peserta menunjukkan seluruh peserta mampu

melakukan pengujian dengan hasil memuaskan.

Gambar 4. Nilai acuan dan nilai peserta untuk uji

akurasi 50kV.

Gambar 4 diuraikan bahwa evaluasi terhadap hasil uji

akurasi 50kV peserta menunjukkan seluruh peserta

mampu melakukan pengujian dengan hasil

memuaskan.

Gambar 5. Nilai acuan dan nilai peserta untuk uji

akurasi 70kV.

Gambar 5 diuraikan bahwa evaluasi terhadap hasil uji

akurasi 70kV peserta menunjukkan seluruh peserta

mampu melakukan pengujian dengan hasil

memuaskan.

Page 7: PENJAMINAN MUTU LABORATORIUM PENGUJI PESAWAT SINAR …

SEMINAR KESELAMATAN NUKLIR 2016

55-7

Gambar 6. Nilai acuan dan nilai peserta untuk uji

akurasi 90kV.

Gambar 6 diuraikan bahwa evaluasi terhadap hasil uji

akurasi 90kV peserta menunjukkan 1 (satu) peserta

melakukan pengujian dengan hasil tidak memuaskan.

Gambar 7. Nilai acuan dan nilai peserta untuk uji

kualitas berkas sinar-X

Gambar 7 diuraikan bahwa evaluasi terhadap hasil uji

kualitas berkas sinar-X peserta menunjukkan hanya 4

(empat) peserta yang mampu melakukan pengujian

dengan hasil memuaskan.

Gambar 8. Nilai acuan dan nilai peserta untuk uji dosis.

Gambar 8 diuraikan bahwa evaluasi terhadap hasil uji

dosis peserta menunjukkan hanya 1 (satu) peserta yang

mampu melakukan pengujian dengan hasil

memuaskan.

Gambar 9. Nilai acuan dan nilai peserta untuk uji

kebocoran

Gambar 9 diuraikan bahwa evaluasi terhadap hasil uji

kebocoran peserta menunjukkan hanya 1 (satu) peserta

yang mampu melakukan pengujian dengan hasil

memuaskan.

Gambar 10. Nilai acuan dan nilai peserta untuk uji

reproduksibilitas tegangan

Gambar 10 diuraikan bahwa evaluasi terhadap hasil uji

reproduksibilitas tegangan peserta menunjukkan

seluruh peserta mampu melakukan pengujian dengan

hasil memuaskan.

Gambar 11. Nilai acuan dan nilai peserta untuk uji

reproduksibilitas keluaran radiasi

Gambar 11 diuraikan bahwa evaluasi terhadap hasil uji

reproduksibilitas keluaran radiasi peserta menunjukkan

seluruh peserta mampu melakukan pengujian dengan

hasil memuaskan.

-2,3E+06

-1,8E+06

-1,3E+06

-8,0E+05

-3,0E+05

2,0E+05

7,0E+05

1,2E+06

1,7E+06

2,2E+06

Acuan LP-1 LP-2 LP-3 LP-4 LP-5 LP-6 LP-7 LP-8 LP-9 LP-10 LP-11 LP-12 LP-13 LP-14

Reproduksibilitas Tegangan

CV

D

LAL

LWL

UWL

UAL

-2,5E+04

-2,0E+04

-1,5E+04

-1,0E+04

-5,0E+03

0,0E+00

5,0E+03

1,0E+04

1,5E+04

2,0E+04

2,5E+04

Acuan LP-1 LP-2 LP-3 LP-4 LP-5 LP-6 LP-7 LP-8 LP-9 LP-10 LP-11 LP-12 LP-13 LP-14

Reproduksibilitas Keluaran Radiasi

CV

D

LAL

LWL

UWL

UAL

Page 8: PENJAMINAN MUTU LABORATORIUM PENGUJI PESAWAT SINAR …

SEMINAR KESELAMATAN NUKLIR 2016

55-8

Gambar 12. Nilai acuan dan nilai peserta untuk uji

kolimasi X

Gambar 12 diuraikan bahwa evaluasi terhadap hasil uji

kolimasi untuk X dari peserta menunjukkan seluruh

peserta mampu melakukan pengujian dengan hasil

memuaskan.

Gambar 13.Nilai acuan dan nilai peserta untuk uji

kolimasi Y

Gambar 13 diuraikan bahwa evaluasi terhadap hasil uji

kolimasi untuk Y dari peserta menunjukkan seluruh

peserta mampu melakukan pengujian dengan hasil

memuaskan.

Gambar 14. Nilai acuan dan nilai peserta untuk uji

kolimasi XY

Gambar 14 diuraikan bahwa evaluasi terhadap hasil uji

kolimasi untuk XY dari peserta menunjukkan seluruh

peserta mampu melakukan pengujian dengan hasil

memuaskan.

Berdasarkan hasil di atas, parameter uji kualitas

berkas, uji kebocoran dan uji dosis sangat perlu

mendapatkan perhatian. Dalam pelaksanaan evaluasi

terhadap hasil peserta, diidentifikasi beberapa hal yang

menjadi kontributor terjadinya kriteria tidak

memuaskan, antara lain:

a) Ketidakseragaman dalam penerapan metode

pengujian yang dilakukan oleh peserta, antara lain:

1) Pada uji dosis, pengaturan lapangan kolimasi

tidak seragam antar peserta, yaitu luas

lapangan kolimasi 25 x 25 cm2dan luas

lapangan kolimasi seluas area aktif detektor.

2) Pada uji kebocoran, penggunaan Pb tidak

seragam antar peserta, yaitu ada yang

menambahkan Pb untuk menutup kolimator

dan ada yang tidak menambahkan Pb. Selain

itu, untuk surveymeter peserta yang hanya

bisa mengukur laju dosis, ada beberapa

peserta yang tidak melakukan pengambilan

data waktu eksposi.

3) Pada uji kualitas berkas, posisi peletakan filter

Al tidak seragam antar peserta, yaitu filter Al

diletakkan di atas detektor, filter Al

ditempelkan pada kolimator, dan filter Al

diletakkan di atas detektor dengan ketinggian

tertentu (menggunakan penyangga).

Ketidakseragaman dalam praktik penerapan

metode pengujian berdampak terhadap hasil

pengukuran besaran yang juga mempengaruhi

hasil akhir.

b) Ketidaktepatan peserta dalam menentukan nilai

koreksi dari alat ukur dan menghitung nilai

sebenarnya (true value) dari hasil pengukuran. Hal

ini menyebabkan nilai yang dilaporkan dalam

laporan pengujian tidak menggambarkan nilai

sesungguhnya dari besaran ukur atau parameter

uji.

c) Ketidaktelitian peserta dalam membaca, merekam,

menggunakan, dan mengkonversi satuan. Hal ini

menyebabkan hasil pengujian sangat diragukan

keabsahannya.

d) Ketidaktepatan peserta dalam melakukan

perhitungan ketidakpastian pengukuran. Hal ini

menyebabkan hasil yang dilaporkan diragukan

keabsahannya dan dapat mengakibatkan hasil

pengujian tidak memuaskan.

e) Nilai ketidakpastian pengukuran pada nilai acuan

yang relatif kecil.

Sebagai tindak lanjut atas identifikasi penyebab

tersebut di atas, direkomendasikan beberapa hal untuk

peningkatan penyelenggaraan uji profisiensi

berikutnya, antara lain:

1) Pihak penyelenggara uji profisiensi (BAPETEN)

a) Protokol pengujian disusun dengan lebih rinci

dan jelas sehingga tidak ada potensi kesalahan

dalam interpretasi protokol.

b) Workshop bagi peserta diselenggarakan

sebelum pelaksanaan uji profisiensi, dengan

sasaran untuk pengenalan program uji

profisiensi, protokol pengujian dan lembar

kerja uji profisiensi.

c) Kaji ulang terhadap penetapan nilai acuan uji

profisiensi dan metode evaluasi kinerja yang

sesuai. Potensi terbesar sebagai penyebab

Page 9: PENJAMINAN MUTU LABORATORIUM PENGUJI PESAWAT SINAR …

SEMINAR KESELAMATAN NUKLIR 2016

55-9

adalah nilai estimasi ketidakpastian yang

relatif kecil.

2) Pihak laboratorium peserta untuk mengidentifikasi

hal-hal yang berpotensi menjadi kontributor

terhadap hasil pengujian yang tidak memuaskan.

Potensi penyebab terbesar terdapat pada penerapan

metode, penggunaan peralatan dan pengolahan

data.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian dan pembahasan di atas, dapat

disimpulkan:

1. Uji profisiensi merupakan sarana penjaminan mutu

untuk meningkatkan keabsahan hasil pengujian.

2. Laboratorium yang mampu melakukan pengujian

parameter yang ditetapkan secara memuaskan

sebesar 77%.

3. Parameter kualitas berkas, dosis pasien dan

kebocoran tabung harus dikaji ulang oleh pihak

penyelenggara uji profisiensi dan laboratorium

peserta secara komprehensif.

4. Laboratorium harus mengidentifikasi akar

penyebab dari hasil yang tidak memuaskan dan

mengambil langkah tindakan korektif untuk

meningkatkan keabsahan hasil pengujian.

DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 9 Tahun 2011

tentang Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiologi

Diagnostik dan Intervensional.

2. SNI ISO/IEC 17025:2008 Persyaratan Umum

Laboratorium Pengujian dan Laboratorium

Kalibrasi.

3. SNI ISO/IEC 17043:2010 Penilaian Kesesuaian –

Persyaratan Umum Uji Profisiensi.

4. KAN-P-06 (2011) KAN Policy on Proficiency

Testing.

5. KAN-G-06 (2008) KAN Guide on Measurement

Assurance.

6. KAN-G-07 (2008) Pedoman KAN mengenai

Interpretasi ISO/IEC 17025:2005.

7. ISO 13528:2015 Statistical Methods for Use in

Proficiency Testing by Interlaboratory Comparison.

8. PUK/DK2N.2/NN.11 Rev. 1 Program Uji

Profisiensi Pengujian Pesawat Sinar-X tahun 2015. 9. IK/DK2N.2/NN.11.01 Rev.0 Protokol Uji

Profisiensi Pengujian Pesawat sinar-X Mobile

tahun 2015. 10. http://ilac.org/signatory-search