penjaminan mutu laboratorium penguji pesawat sinar …
TRANSCRIPT
55-1
SEMINAR KESELAMATAN NUKLIR
2016
Prosiding Seminar
Keselamatan Nuklir
2016
PENJAMINAN MUTU LABORATORIUM PENGUJI PESAWAT
SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL
MELALUI UJI PROFISIENSI
Endang Kunarsih1, Haendra Subekti
2
1Pusat Pengkajian Sistem Teknologi dan Pengawasan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif -BAPETEN
2 Direktorat Keteknikan dan Kesiapsiagaan Nuklir-BAPETEN
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
PENJAMINAN MUTU LABORATORIUM PENGUJI PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK
DAN INTERVENSIONAL MELALUI UJI PROFISIENSI. Telah dilaksanakan uji profisiensi laboratorium penguji
pesawat sinar-X pada tahun 2015 dalam rangka penjaminan mutu hasil pengujian. Uji profisiensi ini diikuti oleh 14
peserta dari laboratorium yang telah ditunjuk sebagai laboratorium penguji dengan lingkup Radiografi Mobile paling
kurang 1 (satu) tahun. Uji profisiensi dilakukan menggunakan skema partisipasi berurutan dan mengadopsi metode uji
kesesuaian untuk radiografi mobile dengan 8 (delapan) jenis parameter uji. Laboratorium peserta dievaluasi
menggunakan metode En number dan perbedaan persen (percentage difference). Hasil penting yang disajikan antara
lain 77% parameter uji dapat dilakukan oleh peserta dengan hasil memuaskan, 2 dari 8 jenis parameter uji memberikan
hasil tidak memuaskan pada 86% laboratorium peserta. Tindak lanjut terhadap hasil uji profisiensi merupakan bagian
dari peningkatan kompetensi laboratorium penguji untuk menjamin keabsahan hasil pengujian.
Kata kunci: jaminan mutu, uji profisiensi, laboratorium penguji.
ABSTRACT
QUALITY ASSURANCE OF TESTING LABORATORIES FOR X-RAY EQUIPMENT OF INTERVENTIONAL
AND DIAGNOSTIC RADIOLOGICAL BY PROFICIENCY TESTING. Proficiency testing have been conducted for
testing laboratories of X-rays equipment in year 2015 in order to assure the quality of testing results. Proficiency
testing program was attended by 14 participants which is that appointed as a testing laboratory of Mobile Radiography
at least 1 (one) year. Proficiency testing was conducted by sequential participation schemes and adopted methods for
compliace test of mobile radiography with 8 (eight) test parameters. Participant laboratories were evaluated using En
number and percentage difference methods. The important results presented are 77% of test parameters can be carried
out by participants with satisfied results, 2 of 8 kinds of test parameters give unsatisfied results in 86% of the
participants. Follow-up to the results of proficiency testing is a part of improving testing laboratories competence to
ensure validity of test results.
Keywords: quality assurance, proficiency testing, testing laboratories.
SEMINAR KESELAMATAN NUKLIR 2016
55-2
I. PENDAHULUAN
Laboratorium penguji pesawat sinar-X merupakan
laboratorium yang melakukan pengujian pesawat sinar-
X dengan lingkup dan metode yang dipersyaratkan
dalam uji kesesuaian pesawat sinar-X radiologi
diagnostik dan intervensional. Di dalam Peraturan
Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)
Nomor 9 Tahun 2011 tentang Uji Kesesuaian Pesawat
Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional.
Laboratorium penguji ini, yang dikenal dengan istilah
Penguji Berkualifikasi, harus mendapatkan penetapan
dari Kepala BAPETEN sebagai bentuk pemberian
kewenangan untuk melakukan pengujian pesawat
sinar-X di rumah sakit, klinik atau fasilitas kesehatan
lainnya. Di dalam rancangan Peraturan Kepala
BAPETEN yang akan menggantikan Peraturan Kepala
BAPETEN Nomor 9 Tahun 2011, laboratorium penguji
yang dimaksud di atas akan disebut dengan Lembaga
Uji Kesesuaian. Hingga 1 April 2016, BAPETEN telah
memberikan penetapan kepada 27 (dua puluh tujuh)
instansi sebagai laboratorium penguji pesawat sinar-X
radiologi diagnostik dan intervensional sesuai dengan
kriteria yang terdapat pada Peraturan Kepala
BAPETEN Nomor 9 Tahun 2011.
Lingkup pengujian pesawat sinar-X dibedakan
sesuai dengan jenis pesawat sinar-X, yaitu:
1. radiografi umum,
2. radiografi mobile,
3. mamografi,
4. fluoroskopi,
5. CT-scan, dan
6. pesawat gigi.
Untuk tiap lingkup di atas, laboratorium penguji harus
memiliki kompetensi dalam melakukan pengujian
seluruh parameter uji yang diwajibkan olehPeraturan
Kepala BAPETEN Nomor 9 Tahun 2011.
Setelah pengujian dilakukan, laboratorium penguji
pesawat sinar-X harus menyusun laporan pengujian
dan menyampaikannya ke Tim Tenaga Ahli dan
pelanggan.
Laporan pengujian merupakan keluaran (output)
utama dari suatu laboratorium penguji. Indikator
kinerja suatu laboratorium penguji dapat dilihat dari
aspek kuantitas (jumlah laporan) dan aspek kualitas
(tingkat keabsahan atau mutu). Bagi BAPETEN, aspek
kualitas laporan pengujian merupakan aspek yang lebih
penting dibandingkan kuantitas karena memiliki
dampak konsekuensi yang relatif lebih tinggi.
Konsekuensi dalam konteks ini adalah apabila hasil
pengujian menunjukkan indikasi kesalahan, maka
terdapat potensi kesalahan dalam penerbitan Sertifikat
uji kesesuaian dari Tim Tenaga Ahli, dan juga terdapat
potensi kesalahan dalam penerbitan izin pesawat sinar-
X radiologi diagnostik dan intervensional. Hal ini dapat
terjadi karena laporan pengujian menjadi input
terhadap proses penerbitan Sertikat uji kesesuaian, dan
Sertifikat uji kesesuaian menjadi input terhadap proses
penerbitan izin. Tentu saja hal ini juga memiliki
potensi yang merugikan terhadap keselamatan pasien
secara langsung.
Untuk mencegah hal tersebut terjadi, langkah-
langkah penjaminan mutu hasil pengujian harus
diterapkan oleh laboratorium penguji pesawat sinar-X.
SNI ISO/IEC 17025:2008 Persyaratan Umum
Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi
klausul 5.9. menyatakan bahwa laboratorium harus
mempunyai prosedur pengendalian mutu untuk
memantau keabsahan pengujian yang dilakukan.
Penjaminan mutu hasil pengujian dapat dilakukan
melalui kegiatan internal atau eksternal laboratorium
penguji. Penjaminan mutu internal dapat dilakukan
melalui:
a) penggunaan bahan acuan bersertifikat;
b) replika pengujian dengan metode sama atau
berbeda;
c) pengujian ulang barang; dan/atau
d) korelasi hasil untuk karakteristik yang berbeda.
Penjaminan mutu eksternal dilakukan melalui
partisipasi dalam uji banding antar laboratorium atau
program uji profisiensi.
Partisipasi dalam uji profisiensi memang belum
dipersyaratkan untuk laboratorium penguji pesawat
sinar-X dalam peraturan Kepala BAPETEN, namun
BAPETEN menginisiasi penyelenggaraan uji
profisiensi bagi laboratorium penguji pesawat sinar-X
pada tahun 2015. Harapan BAPETEN sebagai
regulator terhadap uji profisiensi adalah hasil pengujian
memiliki keabsahan dan kualitas yang setara antara
laboratorium yang satu dengan laboratorium lainnya
Hasil penting uji profiensi laboratorium penguji
pesawat sinar-X pada tahun 2015 dan peluang
peningkatan terhadap penyelenggaraan uji profisiensi
tahun berikutnya akan dijabarkan dalam makalah ini.
II. METODOLOGI
A. Acuan Normatif
Menurut SNI ISO/IEC 17043:2010 Penilaian
Kesesuaian – Persyaratan Umum Uji Profisiensi, uji
profisinsi adalah evaluasi kinerja peserta terhadap
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya melalui uji
banding antar laboratorium. Uji banding antar
laboratorium adalah pengorganisasian, kinerja, dan
evaluasi pengukuran atau pengujian terhadap obyek
yang sama atau serupa oleh dua atau lebih laboratorium
sesuai dengan kondisi yang ditetapkan. Standar ini
memuat persyaratan manajemen dan teknis sebuah
kegiatan uji profisiensi.
Dalam dokumen KAN-P-06 (2011) KAN Policy on
Proficiency Testing dinyatakan bahwa fungsi utama
dari program uji profisiensi adalah menilai kemampuan
laboratorium untuk melakukan pengujian dan/atau
pengukuran secara kompeten untuk lingkup yang telah
atau akan mendapatkan akreditasi dari Komite
Akreditasi Nasional (KAN). Laboratorium yang
terakreditasi KAN harus berpartisipasi dalam program
uji profisiensi sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam
setahun. Untuk lingkup kalibrasi atau pengujian yang
SEMINAR KESELAMATAN NUKLIR 2016
55-3
terakreditasi, laboratorium harus berpartisipasi dalam
program uji profisiensi setidaknya sekali selama
periode akreditasi (atau sekali dalam empat tahun).
Sebagai salah satu bentuk penjaminan mutu hasil
pengujian, dokumen KAN-G-07 (2008) Pedoman KAN
mengenai Interpretasi ISO/IEC 17025:2005
menekankan bahwa uji profisiensi atau uji banding
antar laboratorium bukan merupakan pengganti
prosedur pengendalian mutu internal tetapi merupakan
suplemen terhadap prosedur pengendalian mutu
internal. Oleh karena itu disamping berpartisipasi
dalam program uji profisiensi atau uji banding,
laboratorium harus memiliki dan
mengimplementasikan prosedur pengendalian mutu
internal untuk memastikan keabsahan hasil uji dan/atau
kalibrasi yang dinyatakan dalam lingkupnya, dengan
memperhatikan volume dan jenis pekerjaan
laboratorium.
B. Ruang Lingkup
Makalah ini membahas evaluasi hasil uji profisiensi
laboratorium penguji pesawat sinar-X dengan obyek uji
pesawat sinar-X mobile yang diselenggarakan oleh
BAPETEN pada tahun 2015.
C. Program Uji Profisiensi
Sebelum melaksanakan kegiatan uji profisiensi,
penyelenggara harus menyiapkan dokumen yang
disyaratkan dalam SNI ISO/IEC 17043:2010. Sebagai
tahap awal telah disusun dokumen Program Uji
Profisiensi sebagai panduan pelaksanaan kegiatan uji
profisiensi.
Skema uji profisiensi yang ditetapkan untuk obyek
uji pesawat sinar-X mobile adalah partisipasi
berurutan, artinya peserta secara bergantian melakukan
pengujian pada pesawat sinar-X yang sama.
Berdasarkan karakteristik pengujian yang dilakukan,
metode evaluasi peserta yang dipilih adalah En
number. Untuk itu, ditetapkan nilai acuan sebagai
pembanding pada tahap evaluasi hasil peserta.
Secara umum tahapan kegiatan uji profisiensi tahun
2015 terdiri atas: informasi kepada peserta, uji
stabilitas obyek uji (artefak), penetapan nilai acuan,
pengujian dan pelaporan oleh peserta, evaluasi hasil
peserta, dan pelaporan evaluasi hasil peserta.
Peserta yang diundang untuk berpartisipasi dalam
uji profisiensi tahun 2015 sebanyak 14 (empat belas)
laboratorium, dengan kriteria bahwa laboratorium
penguji tersebut telah ditunjuk sebagai laboratorium
penguji dengan lingkup Radiografi Mobile paling
kurang 1 (satu) tahun.
D. Uji Stabilitas Obyek Uji
Obyek uji profisiensi adalah contoh, produk,
artefak, bahan acuan, peralatan, standar acuan,
kumpulan data atau informasi lain yang digunakan
untuk uji profisiensi[3].
Obyek uji profisiensi yang digunakan berupa
pesawat sinar-X mobile sebagaimana ditunjukan pada
Gambar 1. Spesifikasi obyek uji secara ringkas antara
lain:
a) Rentang tegangan puncak: 40 – 125 kV;
b) Rentang kuat arus waktu: 0,32 – 250 mAs;
c) Rentang jarak tabung ke image (SID): 420 –
1.895 mm; dan
d) Output (max): 16 kW.
Gambar 1. Obyek Uji
Obyek uji harus dipersiapkan untuk memenuhi
persyaratan homogenitas dan stabilitas. ISO
13528:2015 Statistical Methods for Use in Proficiency
Testing by Interlaboratory Comparison memberikan
prosedur untuk menilai homogenitas dan stabilitas
obyek uji. Dalam uji profisiensi ini, kriteria
homogenitas obyek uji diabaikan mengingat hanya
digunakan satu pesawat sinar-X.
Obyek uji harus dalam kondisi cukup stabil untuk
memastikan tidak akan mengalami perubahan
signifikan selama pelaksanaan uji profisiensi, termasuk
pada saat penyimpanan. Untuk memastikan stabilitas
pesawat sinar-X, dilakukan prosedur uji stabilitas
melalui pengukuran beberapa besaran pesawat sinar-X
sebelum dan setelah periode pengujian. Besaran yang
diukur adalah tegangan dan kerma udara pada bebebera
kondisi seting pesawat sinar-X. Variasi seting yang
digunakan adalah tegangan 50, 70, 90, dan 109 kV dan
kuat arus waktu 10, 20, dan 40 mAs.
Obyek uji dinyatakan stabil apabila perbedaan data
pengukuran obyek uji sebelum dan sesudah tahapan
pengujian oleh seluruh peserta kurang atau sama
dengan 0,3 dari deviasi standar nilai acuan uji
profisiensi, atau dapat dihitung melalui persamaan (1)
berikut ini[7]:
| | (1)
dengan
= rerata pengukuran sebelum pengujian peserta
= rerata pengukuran sesudah pengujian peserta
σpt = deviasi standar uji profisiensi
δE = error maksimum yang diijinkan
Apabila terdapat dugaan bahwa presisi dari
pengukuran yang dilakukan berpotensi untuk
menyebabkan tidak terpenuhinya kriteria stabilitas,
maka kriteria stabilitas dapat diperluas dengan
menambahkan ketidakpastian pada σpt dengan
persamaan (2) berikut ini[7]:
| | √ (2)
SEMINAR KESELAMATAN NUKLIR 2016
55-4
dengan
= rerata pengukuran sebelum pengujian peserta
= rerata pengukuran sesudah pengujian peserta
σpt = deviasi standar uji profisiensi
u(y1) = ketidakpastian bentangan pengukuran
sebelum pengujian peserta
u(y2) = ketidakpastian bentangan pengukuran
sesudah pengujian peserta
Namun demikian referensi[7] menyatakan bahwa
deviasi standar uji profisiensi (σpt) diperoleh dari uji
homogenitas, sehingga persamaan (1) dan persamaan
(2) tidak dapat digunakan. Sebagai alternatif,
digunakant-test dengan tingkat kepercayaan 95% untuk
menilai stabilitas obyek uji menggunakan 2 (dua)
kelompok data, yaitu data pengukuran sebelum dan
sesudah tahapan pengujian peserta, dengan persamaan
(3) berikut
√
(3)
dengan
thitung = nilai t hasil perhitungan
= rerata pengukuran sebelum pengujian peserta
= rerata pengukuran sesudah pengujian peserta
σ1 = deviasi standar pengukuran sebelum pengujian
peserta
σ2 = deviasi standar pengukuran sesudah pengujian
peserta
E. Penentuan Nilai Acuan
Nilai acuan (assigned value) adalah nilai yang
ditetapkan pada sifat tertentu dari obyek uji
profisiensi[3]. Untuk uji profisiensi ini, nilai acuan,
termasuk ketidakpastian bentangan, ditetapkan untuk
setiap parameter pengujian pesawat sinar-X.
Untuk menetapkan nilai acuan, dilakukan prosedur
sebagai berikut:
a) Pengambilan data dilakukan selama 5 (lima) hari
berturut turut sehingga diperoleh 5 (lima) set hasil
pengukuran untuk setiap parameter uji.
b) Metode pengukuran besaran pesawat sinar-X
dilakukan sesuai dengan protokol pengujan dengan
pengulangan sebanyak 5 (lima) kali.
c) Dilakukan pengolahan data sehingga diperoleh
nilai pengukuran dan ketidakpastiannya untuk tiap
parameter uji.
d) Untuk tiap parameter uji, ditetapkan nilai acuan
dengan membandingkan nilai pengukuran yang
diolah sebagaimana pada huruf c dari parameter uji
yang sama. Nilai pengukuran dengan ketidapastian
bentangan yang terkecil ditetapkan sebagai nilai
acuan.
Apabila ketidakpastian nilai acuan cukup besar
dibandingkan kriteria evaluasi kinerja, terdapat potensi
bahwa peserta mendapatkan peringatan atau tindakan
yang tidak disebabkan oleh peserta itu sendiri.
Ketidakpastian nilai acuan harus diinformasikan
kepada peserta.
Namun terdapat kondisi ketidakpastian nilai acuan
yang dapat diabaikan, apabila memenuhi kriteria dalam
persamaan (4) berikut ini
( ) atau ( ) (4)
dengan:
u(xpt) = ketidakpastian bentangan nilai acuan
σpt = deviasi standar uji profisiensi
δE = error maksimum yang diijinkan
F. Protokol dan Parameter Pengujian
Setiap peserta diharuskan menggunakan protokol
pengujian yang ditetapkan penyelenggara uji
profisiensi (BAPETEN). Dokumen protokol pengujian
dan lembar kerja disampaikan kepada peserta 14 hari
kerja sebelum periode pengujian dimulai.
Protokol pengujian dalam uji profisiensi ini
mengadopsi metode uji rutin dalam uji kesesuaian
pesawat sinar-X yang mengacu pada ketentuan dalam
Perka BAPETEN Nomor 9 Tahun 2011 tentang Uji
Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan
Intervensional. Namun untuk tujuan uji profisiensi,
dilakukan modifikasi protokol pengujian yaitu:
a) dilakukan pengulangan pengukuran untuk setiap
variasi seting, dan
b) dilakukan perhitungan ketidakpastian pengukuran
untuk setiap parameter uji.
Dalam uji profisiensi, parameter pengujian
hendaknya dipilih parameter yang kritis atau yang
berdampak pada keselamatan sehingga hasil uji
profisiensi memberikan manfaat jamak bagi pihak
berkepentingan. Oleh karena seluruh parameter
pengujian pesawat sinar-X memiliki dampak penting
terhadap keselamatan, parameter pengujian yang
dipilih meliputi seluruh parameter rutin uji kesesuaian,
yaitu:
a) iluminasi berkas cahaya,
b) kolimasi berkas sinar-X,
c) linearitas keluaran radiasi,
d) reproduksibilitas tegangan dan keluaran radiasi,
e) akurasi tegangan,
f) kualitas berkas sinar-X,
g) informasi dosis pasien, dan
h) kebocoran tabung.
Pengujian dilaksanakan di laboratorium uji
kesesuaian BAPETEN. Untuk mempertahankan
kondisi lingkungan yang sama antar pengujian,
ditetapkan kondisi lingkungan pengujian yaitu suhu (20
± 2)oC dan kelembaban (65 ± 5)%.
Pengujian menggunakan alat ukur dan alat uji milik
masing-masing peserta. Alat ukur dipersyaratkan
memiliki sertifikat kalibrasi yang masih berlaku pada
saat dilakukan pengujian.
G. Evaluasi Peserta
Evaluasi hasil pengujian peserta dilakukan untuk
setiap parameter uji. Apabila terdapat persyaratan yang
tidak dipenuhi oleh peserta sebagaimana dinyatakan
dalam program uji profisiensi dan protokol pengujian,
parameter pengujian dinyatakan tidak dievaluasi.
SEMINAR KESELAMATAN NUKLIR 2016
55-5
Dalam evaluasi ini digunakan 2 (dua) metode yaitu:
1) Bilangan En (En number)
Metode ini digunakanuntuk mengevaluasi semua
parameter uji kecuali kolimasi berkas sinar-X dan
reproduksibilitas.
Persamaan yang digunakan:
22
pti
pti
n
UU
XxE
(5)
dengan:
xi = nilai laboratorium peserta ke-i
Xpt = nilai acuan uji profisiensi
Ui = ketidakpastian bentangan dari
laboratorium peserta ke-i
Upt = ketidakpastian bentangan acuan uji
profisiensi
Kriteria evaluasi:
a) apabila │En│≤ 1, hasil peserta dinyatakan
memuaskan.
b) apabila │En│> 1, hasil peserta dinyatakan
tidak memuaskan.
2) Perbedaan persen (percentage difference)
Metode ini digunakan untuk mengevaluasi
parameter kolimasi berkas sinar-X dan
reproduksibilitas.
Persamaan yang digunakan:
%100)(
xX
XxD
pt
pti
(6)
dengan:
xi = nilai laboratorium peserta ke-i
Xpt = nilai acuan uji profisiensi
Kriteria evaluasi:
a) apabila│D│≤ 200σ/X%, hasil peserta
dinyatakan memuaskan.
b) apabila200σ/X% <│D│< 300σ/X%, peserta
diberikan sinyal “peringatan”.
c) apabila│D│≥ 300σ/X%, peserta diberikan
sinyal “tindakan”.
Apabila hasil evaluasi menyatakan bahwa hasil
pengujian peserta ‘memuaskan’ berarti hasil peserta
masih sesuai dalam rentang nilai acuan. Apabila hasil
peserta berupa ‘tidak memuaskan‘,‘peringatan’ atau
‘tindakan’, peserta harus mengidentifikasi akar
penyebab yang mempengaruhi hasil pengujian.
Penyelenggara uji profisiensi juga melakukan
evaluasi kualitatif terhadap peserta berbasis
implementasi proteksi radiasi dan sistematika
pengujian.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uji Stabilitas
Uji stabilitas dilakukan terhadap pesawat sinar-X
sebagai obyek uji profisiensi. Seting eksposi yang
digunakan adalah 50kV/10mAs, 70kv/20mAs, dan
90kV/40mAs.
Hasil uji stabilitas dinyatakan dalam Tabel 1, Tabel
2, dan Tabel 3. Pada seting 50kV, diperoleh bahwa t-
test <t-table sehingga dua kelompok data sebelum dan
sesudah pengujian tidak memiliki perbedaan yang
signifikan. Hasil yang sama juga ditunjukkan pada
seting 70kV dan 90kV. Berdasarkan data pada ketiga
Tabel tersebut, dapat dinyatakan bahwa obyek uji
memiliki stabilitas yang baik selama periode
pelaksanaan uji profisiensi.
Tabel 1. t-test untuk uji stabilitas pesawat sinar-X pada
seting 50 kV
Parameter Sebelum Sesudah
Rerata 49,65 kV 49,59 kV
Deviasi standar 0,12 kV 0,10 kV
Jumlah data 10 3
t-test 0,41386
t-table 0,65653
Stabilitas
obyek uji
Stabil karena t-test <t-
table
Tabel 2. t-test untuk uji stabilitas pesawat sinar-X pada
seting 70 kV
Parameter Sebelum Sesudah
Rerata 68,67 kV 68,63 kV
Deviasi standar 0,06 kV 0,07 kV
Jumlah data 10 3
t-test 0,40963
t-table 0,65503
Stabilitas
obyek uji
Stabil karena t-test <t-
table
Tabel 3. t-test untuk uji stabilitas pesawat sinar-X pada
seting 90 kV
Parameter Sebelum Sesudah
Rerata 88,71 kV 88,66 kV
Deviasi standar 0,08 kV 0,10 kV
Jumlah data 10 3
t-test 0,37992
t-table 0,64437
Stabilitas
obyek uji
Stabil karena t-test <t-
table Data uji stabilitas juga disajikan dalam bentuk
control chart yang tercantum dalam Lampiran. Control
chart ini akan menjadi baseline untuk obyek uji
maupun alat ukurnya pada uji profisiensi berikutnya.
B. Nilai Acuan
Berdasarkan pengukuran oleh penyelenggara uji
profisiensi dengan kondisi pengujian yang sama
dengan peserta, diperoleh 3 (tiga) set hasil pengujian
untuk tiap parameter uji. Dengan penjelasan
sebagaimana tercantum dalam II.E, nilai acuan uji
profisiensi untuk tiap parameter uji telah ditetapkan
sebagai berikut:
SEMINAR KESELAMATAN NUKLIR 2016
55-6
Tabel 4. Nilai acuan uji profisiensi dan estimasi
ketidakpastian
Parameter Uji Xpt Upt
Iluminasi (lux) 201 15
Linearitas 0,0 1,7
Akurasi 50kV 0,017 0,024
Akurasi 70kV 0,012 0,026
Akurasi 90kV 0,003 0,032
Kualitas berkas
(mmAl) 3,107 0,099
Dosis pasien (mGy) 0,4880 0,0010
Kebocoran
(mGy/jam) 0,382000 0,000019
Tabel 5. Nilai acuan uji profisiensi untuk kolimasi dan
reproduksibilitas
Parameter uji Xpt
Kolimasi (%SID)
∆X 1,48
∆Y 1,58
∆XY 3,07
Reproduksibillitas
Tegangan 0,001
Keluaran 0,001
C. Hasil Uji Profiensi
Berdasarkan metode evaluasi sebagaimana
dijelaskanpada Subbab II.G., secara ringkas hasil
evaluasi terhadap peserta disajikan pada Gambar 2
sampai dengan Gambar 14.
Gambar 2. Nilai acuan dan nilai peserta untuk uji
iluminasi
Gambar 2 diuraikan bahwa evaluasi terhadap hasil uji
iluminasi peserta menunjukkan 8 (delapan) peserta
mampu melakukan pengujian dengan hasil
memuaskan.
Gambar 3. Nilai acuan dan nilai peserta untuk uji
linearitas.
Gambar 3 diuraikan bahwa evaluasi terhadap hasil uji
linearitas peserta menunjukkan seluruh peserta mampu
melakukan pengujian dengan hasil memuaskan.
Gambar 4. Nilai acuan dan nilai peserta untuk uji
akurasi 50kV.
Gambar 4 diuraikan bahwa evaluasi terhadap hasil uji
akurasi 50kV peserta menunjukkan seluruh peserta
mampu melakukan pengujian dengan hasil
memuaskan.
Gambar 5. Nilai acuan dan nilai peserta untuk uji
akurasi 70kV.
Gambar 5 diuraikan bahwa evaluasi terhadap hasil uji
akurasi 70kV peserta menunjukkan seluruh peserta
mampu melakukan pengujian dengan hasil
memuaskan.
SEMINAR KESELAMATAN NUKLIR 2016
55-7
Gambar 6. Nilai acuan dan nilai peserta untuk uji
akurasi 90kV.
Gambar 6 diuraikan bahwa evaluasi terhadap hasil uji
akurasi 90kV peserta menunjukkan 1 (satu) peserta
melakukan pengujian dengan hasil tidak memuaskan.
Gambar 7. Nilai acuan dan nilai peserta untuk uji
kualitas berkas sinar-X
Gambar 7 diuraikan bahwa evaluasi terhadap hasil uji
kualitas berkas sinar-X peserta menunjukkan hanya 4
(empat) peserta yang mampu melakukan pengujian
dengan hasil memuaskan.
Gambar 8. Nilai acuan dan nilai peserta untuk uji dosis.
Gambar 8 diuraikan bahwa evaluasi terhadap hasil uji
dosis peserta menunjukkan hanya 1 (satu) peserta yang
mampu melakukan pengujian dengan hasil
memuaskan.
Gambar 9. Nilai acuan dan nilai peserta untuk uji
kebocoran
Gambar 9 diuraikan bahwa evaluasi terhadap hasil uji
kebocoran peserta menunjukkan hanya 1 (satu) peserta
yang mampu melakukan pengujian dengan hasil
memuaskan.
Gambar 10. Nilai acuan dan nilai peserta untuk uji
reproduksibilitas tegangan
Gambar 10 diuraikan bahwa evaluasi terhadap hasil uji
reproduksibilitas tegangan peserta menunjukkan
seluruh peserta mampu melakukan pengujian dengan
hasil memuaskan.
Gambar 11. Nilai acuan dan nilai peserta untuk uji
reproduksibilitas keluaran radiasi
Gambar 11 diuraikan bahwa evaluasi terhadap hasil uji
reproduksibilitas keluaran radiasi peserta menunjukkan
seluruh peserta mampu melakukan pengujian dengan
hasil memuaskan.
-2,3E+06
-1,8E+06
-1,3E+06
-8,0E+05
-3,0E+05
2,0E+05
7,0E+05
1,2E+06
1,7E+06
2,2E+06
Acuan LP-1 LP-2 LP-3 LP-4 LP-5 LP-6 LP-7 LP-8 LP-9 LP-10 LP-11 LP-12 LP-13 LP-14
Reproduksibilitas Tegangan
CV
D
LAL
LWL
UWL
UAL
-2,5E+04
-2,0E+04
-1,5E+04
-1,0E+04
-5,0E+03
0,0E+00
5,0E+03
1,0E+04
1,5E+04
2,0E+04
2,5E+04
Acuan LP-1 LP-2 LP-3 LP-4 LP-5 LP-6 LP-7 LP-8 LP-9 LP-10 LP-11 LP-12 LP-13 LP-14
Reproduksibilitas Keluaran Radiasi
CV
D
LAL
LWL
UWL
UAL
SEMINAR KESELAMATAN NUKLIR 2016
55-8
Gambar 12. Nilai acuan dan nilai peserta untuk uji
kolimasi X
Gambar 12 diuraikan bahwa evaluasi terhadap hasil uji
kolimasi untuk X dari peserta menunjukkan seluruh
peserta mampu melakukan pengujian dengan hasil
memuaskan.
Gambar 13.Nilai acuan dan nilai peserta untuk uji
kolimasi Y
Gambar 13 diuraikan bahwa evaluasi terhadap hasil uji
kolimasi untuk Y dari peserta menunjukkan seluruh
peserta mampu melakukan pengujian dengan hasil
memuaskan.
Gambar 14. Nilai acuan dan nilai peserta untuk uji
kolimasi XY
Gambar 14 diuraikan bahwa evaluasi terhadap hasil uji
kolimasi untuk XY dari peserta menunjukkan seluruh
peserta mampu melakukan pengujian dengan hasil
memuaskan.
Berdasarkan hasil di atas, parameter uji kualitas
berkas, uji kebocoran dan uji dosis sangat perlu
mendapatkan perhatian. Dalam pelaksanaan evaluasi
terhadap hasil peserta, diidentifikasi beberapa hal yang
menjadi kontributor terjadinya kriteria tidak
memuaskan, antara lain:
a) Ketidakseragaman dalam penerapan metode
pengujian yang dilakukan oleh peserta, antara lain:
1) Pada uji dosis, pengaturan lapangan kolimasi
tidak seragam antar peserta, yaitu luas
lapangan kolimasi 25 x 25 cm2dan luas
lapangan kolimasi seluas area aktif detektor.
2) Pada uji kebocoran, penggunaan Pb tidak
seragam antar peserta, yaitu ada yang
menambahkan Pb untuk menutup kolimator
dan ada yang tidak menambahkan Pb. Selain
itu, untuk surveymeter peserta yang hanya
bisa mengukur laju dosis, ada beberapa
peserta yang tidak melakukan pengambilan
data waktu eksposi.
3) Pada uji kualitas berkas, posisi peletakan filter
Al tidak seragam antar peserta, yaitu filter Al
diletakkan di atas detektor, filter Al
ditempelkan pada kolimator, dan filter Al
diletakkan di atas detektor dengan ketinggian
tertentu (menggunakan penyangga).
Ketidakseragaman dalam praktik penerapan
metode pengujian berdampak terhadap hasil
pengukuran besaran yang juga mempengaruhi
hasil akhir.
b) Ketidaktepatan peserta dalam menentukan nilai
koreksi dari alat ukur dan menghitung nilai
sebenarnya (true value) dari hasil pengukuran. Hal
ini menyebabkan nilai yang dilaporkan dalam
laporan pengujian tidak menggambarkan nilai
sesungguhnya dari besaran ukur atau parameter
uji.
c) Ketidaktelitian peserta dalam membaca, merekam,
menggunakan, dan mengkonversi satuan. Hal ini
menyebabkan hasil pengujian sangat diragukan
keabsahannya.
d) Ketidaktepatan peserta dalam melakukan
perhitungan ketidakpastian pengukuran. Hal ini
menyebabkan hasil yang dilaporkan diragukan
keabsahannya dan dapat mengakibatkan hasil
pengujian tidak memuaskan.
e) Nilai ketidakpastian pengukuran pada nilai acuan
yang relatif kecil.
Sebagai tindak lanjut atas identifikasi penyebab
tersebut di atas, direkomendasikan beberapa hal untuk
peningkatan penyelenggaraan uji profisiensi
berikutnya, antara lain:
1) Pihak penyelenggara uji profisiensi (BAPETEN)
a) Protokol pengujian disusun dengan lebih rinci
dan jelas sehingga tidak ada potensi kesalahan
dalam interpretasi protokol.
b) Workshop bagi peserta diselenggarakan
sebelum pelaksanaan uji profisiensi, dengan
sasaran untuk pengenalan program uji
profisiensi, protokol pengujian dan lembar
kerja uji profisiensi.
c) Kaji ulang terhadap penetapan nilai acuan uji
profisiensi dan metode evaluasi kinerja yang
sesuai. Potensi terbesar sebagai penyebab
SEMINAR KESELAMATAN NUKLIR 2016
55-9
adalah nilai estimasi ketidakpastian yang
relatif kecil.
2) Pihak laboratorium peserta untuk mengidentifikasi
hal-hal yang berpotensi menjadi kontributor
terhadap hasil pengujian yang tidak memuaskan.
Potensi penyebab terbesar terdapat pada penerapan
metode, penggunaan peralatan dan pengolahan
data.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dan pembahasan di atas, dapat
disimpulkan:
1. Uji profisiensi merupakan sarana penjaminan mutu
untuk meningkatkan keabsahan hasil pengujian.
2. Laboratorium yang mampu melakukan pengujian
parameter yang ditetapkan secara memuaskan
sebesar 77%.
3. Parameter kualitas berkas, dosis pasien dan
kebocoran tabung harus dikaji ulang oleh pihak
penyelenggara uji profisiensi dan laboratorium
peserta secara komprehensif.
4. Laboratorium harus mengidentifikasi akar
penyebab dari hasil yang tidak memuaskan dan
mengambil langkah tindakan korektif untuk
meningkatkan keabsahan hasil pengujian.
DAFTAR PUSTAKA
1. Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 9 Tahun 2011
tentang Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiologi
Diagnostik dan Intervensional.
2. SNI ISO/IEC 17025:2008 Persyaratan Umum
Laboratorium Pengujian dan Laboratorium
Kalibrasi.
3. SNI ISO/IEC 17043:2010 Penilaian Kesesuaian –
Persyaratan Umum Uji Profisiensi.
4. KAN-P-06 (2011) KAN Policy on Proficiency
Testing.
5. KAN-G-06 (2008) KAN Guide on Measurement
Assurance.
6. KAN-G-07 (2008) Pedoman KAN mengenai
Interpretasi ISO/IEC 17025:2005.
7. ISO 13528:2015 Statistical Methods for Use in
Proficiency Testing by Interlaboratory Comparison.
8. PUK/DK2N.2/NN.11 Rev. 1 Program Uji
Profisiensi Pengujian Pesawat Sinar-X tahun 2015. 9. IK/DK2N.2/NN.11.01 Rev.0 Protokol Uji
Profisiensi Pengujian Pesawat sinar-X Mobile
tahun 2015. 10. http://ilac.org/signatory-search