peningkatan kemampuan penguasaan …...menggunakan media kardus pada siswa kelas v sd negeri 1...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGUASAAN GERAK DASAR
LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MENGGUNAKAN
MEDIA KARDUS PADA SISWA KELAS V
SD NEGERI 1 WIRASANA
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
SITI SUMARTI
NIM X4711163
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
JULI 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGUASAAN GERAK DASAR
LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MENGGUNAKAN
MEDIA KARDUS PADA SISWA KELAS V
SD NEGERI 1 WIRASANA
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh:
SITI SUMARTI
NIM X4711163
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Jurusan Pendidikan Olahraga Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
JULI 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini.
Nama : Siti Sumarti
NIM : X4711163
Jurusan/Program Studi : JPOK/Penjaskesrek
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENINGKATAN KEMAMPUAN
PENGUASAAN GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK
MENGGUNAKAN MEDIA KARDUS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1
WIRASANA TAHUN PELAJARAN 2011/2012” ini benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan,
Siri Sumarti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh:untuk dipertahankan di hadapan
Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Surakarta, Juli 2012
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Waluyo, M.Or Slamet Widodo, S.Pd. M.Or.
NIP 19660307 199403 1 002 NIP 19711228 200312 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal : Juli 2012
Tim Penguji Skripsi: ( Tanda Tangan)
Ketua : Sri Santoso Sabarini, S.Pd.M.Or ____________________
Sekretaris : Drs. Sugiyoto, M.Pd. ____________________
Anggota I : Drs. Waluyo, M.Or. ____________________
Anggota II : Slamet Widodo, S.Pd.Mor. ____________________
Disahkan oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Siti Sumarti. PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGUASAAN GERAK DASAR
LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA
KARDUS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 WIRASANA TAHUN
PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan penguasaan gerak
dasar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas V SD Negeri 1 Wirasana tahun
pelajaran 2011/2012.
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sumber
data dalam penelitian ini adalah diambil dari seluruh siswa kelas V SD Negeri 1
Wirasana Kecamatan Purbalingga. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD
Negeri 1 Wirasana Kecamatan Purbalingga tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah
19 siswa. Teknik pengumpulan data melalui tes dan pengukuran keterampilan gerak
dasar lompat jauh gaya jongkok dan observasi dari proses kegiatan pembelajaran.
Teknik analisis data yang digunakan adalah secara deskriptif yang didasarkan pada
analisis kualitatif. Prosedur penelitian meliputi perencanaan, pelaksanaan,observasi,
dan refleksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa modifikasi alat berupa kardus dapat
meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas V SD Negeri 1
Wirasana Kecamatan Purbalingga tahun pelajaran 2011/2012. Hasil analisis yang
diperoleh terdapat peningkatan dari kondisi awal, siklus I dan siklus II, pada siklus I
tingkat keaktifan siswa hanya I 69,91%, pada siklus II meningkat menjadi 71,9%.
Tingkat kesenangan pada model pembelajaran lompat jauh gaya jongkok pada siklus I
sebesar 70% dan pada siklus II menjadi 96,7%.
Simpulan dari hasil penelitian tindakan kelas ini adalah bahwa dari jumlah 19
siswa pada kondisi awal sebelum diberi tindakan yang tuntas dalam belajar sebanyak
12 siswa (63%). Pada siklus I yang tuntas dalam belajar sebanyak 16 siswa (84%).
Pada siklus II siswa yang tuntas dalam belajar sebanyak 18 siswa (94%).
Kata kunci: penguasaan gerak dasar, lompat jauh, gaya jongkok, media kardus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Berangkat dengan penuh keyakinan, berjalan dengan penuh keikhlasan,
Istiqomah dalam menghadapi cobaan.
Jadilah seperti karang dilautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah hal
yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, karena hidup hanyalah
sekali. Ingat hanya pada Allah apapun dan dimanapun kita berada kepada Dia-
lah tempat meminta dan memohon.
“Hai orang-orang beriman, jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai penolongmu,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (Al Baqarah : 153)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini kepada
:
Suamiku tercinta yang selalu memberi dorongan dan semangat.
Anak-anaku tersayang
Orang-orang terdekatku yang selalu memberikan motivasi, dan selalu
membantu dan selalu ada untukku Aku…. Terima kasih semoga Allah
selalu bersama kita.
Sahabat-sahabatku yanag selalu bersama-sama dalam suka maupun duka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga dapat terselesaikan penyusunan skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kendala, tetapi dengan bantuan
berbagai pihak yang telah membantu baik secara fisik, psikis, maupun finansial maka
kendala tersebut dapat diatasi bahkan menjadi kekuatan.
Pada kesempatan yang baik ini, peneliti mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Mulyono, MM, Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. H. Sunardi, M.Kes, Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan
Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
4. Drs. Waluyo, M.Or, pembimbing I dan Slamet Widodo, S.Pd.M.Or, pembimbing II
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini..
5. Bapak dan Ibu Dosen JPOK FKIP UNS Surakarta yang secara tulus memberikan
ilmu dan masukan-masukan kepada peneliti.
6. Ibu Sri Susilowati, S.Pd. Kepala SD Negeri 1 Wirasana Kecamatan Purbalingga,
yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian.
7. Ibu Sundari, selaku kolaborator yang telah banyak memberikan masukan.
8. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Peneliti menyadari benar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini
karena memang keterbatasan pengetahuan peneliti. Oleh karena itu tegur sapa dari
pembaca sangat peneliti harapkan sebagai bahan perbaikan pada kesempatan
mendatang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan bagi pembaca.
Surakarta, Juli 2012
Peneliti,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
JUDUL …………………………………………………………………….. i
PENGAJUAN …………………………………………………………….. . ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN…………………………………. iii
PERSETUJUAN …………………………………………………………… iv
PENGESAHAN …………………………………………………………… v
ABSTRAK ………………………………………………………………… vi
MOTTO …………………………………………………………………… vii
PERSEMBAHAN …………………………………………………………. viii
KATA PENGANTAR …………………………………………………….. ix
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… . xi
DAFTAR TABEL ………………………………………………………….. xivi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………………… 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………. 2
C. Tujuan Penelitian …………………………………………… 2
D. Manfaat Penelitian …………………………………………. 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka……….. .......................................................... 4
1. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan…………… 4
2. Pembelajaran…………………………………………….. 6
3. Gerak Dasar…………………………………………….. 13
4. Lompat Jauh …………………………………………….. 14
5. Lompat Jauh Gaya Jongkok…………………………….. 17
6. Media Pembelajaran …………………………………… 17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
7. Modifikasi Sarana Dalam Pembelajaran Penjas…………. 18
B. Kerangka Berpikir .................................................................. 22
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………… 24
1. Tempat Penelitian ……………………………………….. 24
2. Waktu Penelitian ………………………………………… 24
3. Siklus PTK ……………………………………………….. 25
B. Subyek Penelitian …………………………………………. 25
C. Data dan Sumber Data …………………………………….. 25
D. Pengumpulan Data ………………………………………… 25
E. Uji Validitas Data………………………………………….. 26
F. Analisis Data ……………………………………………… 27
G. Indikator Kinerja Penelitian……………………………….. 27
H. Prosedur Penelitian………………………………………….. 27
1. Rancangan Siklus I ……………………………………… 30
2. Rancangan Siklus II …………………………………….. 32
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan………………………………………. 33
B. Deskripsi Hasil Tindakan…………………………………… 34
1. Siklus I …………………………………………………. 34
2. Siklus II ………………………………………………… 39
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus…………………… 44
D. Pembahasan ……………………………………………….. 46
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan ………………………………………………….. 50
B. Implikasi …………………………………………………… 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
C. Saran ………………………………………………………. 51
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 52
LAMPIRAN ………………………………………………………………. 53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
1 Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan………………… 24
2 Teknik dan Alat Pengumpulan Data ………………………… 26
3 Rencana Prosentase Target Pencapaian Siklus ……………… 32
4 Keaktifan Siswa Saat Kegiatan Pembelajaran Siklus I……… 37
5 Hasil Penilaian Lompat Jauh Gaya Jongkok………………… 37
6 Hasil Penilaian Lompat Jauh Gaya Jongkok Siklus I……….. 38
7 Keaktifan Siswa Saat Kegiatan Pembelajaran Siklus I……… 43
8 Hasil Penilaian Lompat Jauh Gaya Jongkok Siklus II……….. 44
9 Hasil Peningkatan Lompat Jauh Gaya Jongkok Dari
Kondisi Awal ke Siklus II ……………………………………. 45
10 Peningkatan Hasil Belajar Dari Siklus I ke Siklus I…………. 45
11 Perbandingan Rencana Prosentase Target Pencapaian Siklus… 46
12 Peningkatan Hasil Belajar Dari Kondisi Awal ke Siklus I…… 46
13 Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 1
Wirasana Kecamatan Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012
Dari Siklus I ke Siklus II…………………………………….. 47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
1 Rangkaian Gerakan Lompat Jauh…………………………… 16
2 Melompat Dengan Rintangan Kardus………………………. 22
3 Alur Kerangka Berpikir……………………………………… 23
4 Desain PTK …………………………………………………. 28
5 Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar dari Siklus I ke II….. 47
6 Grafik Perbandingan Peningkatan Ketuntasan Belajar…….. 48
7 Prosentase Peningkatan Ketuntasan Belajar……………….. 48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran halaman
1 Silabus Pembelajaran …………………………………… 53
2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I……………. 54
3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ………….. 62
4 Hasil Belajar Kognitif Lompat Jauh Gaya Jongkok
Kondisi Awal …………………………………….…….. 70
5 Hasil Belajar Afektif Lompat Jauh Gaya Jongkok
Kondisi Awal …………………………………….…….. 71
6 Hasil Belajar Psikomotor Lompat Jauh Gaya Jongkok
Kondisi Awal …………………………………….…….. 72
7 Rekapitulasi Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok
Kondisi Awal ……………………………………… 73
8 Hasil Belajar Kognitif Lompat Jauh Gaya Jongkok
Siklus I …………………………………….……………. 74
9 Hasil Belajar Afektif Lompat Jauh Gaya Jongkok
Siklus I …………………………………….……………. 75
10 Hasil Belajar Psikomotor Lompat Jauh Gaya Jongkok
Siklus I …………………………………….…………….. 76
11 Rekapitulasi Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok
Siklus I ……………………………………… 77
12 Hasil Belajar Kognitif Lompat Jauh Gaya Jongkok
Siklus II …………………………………….……………. 78
13 Hasil Belajar Afektif Lompat Jauh Gaya Jongkok
Siklus II …………………………………….……………. 79
14 Hasil Belajar Psikomotor Lompat Jauh Gaya Jongkok
Siklus II …………………………………….…………….. 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
15 Rekapitulasi Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok
Siklus II ……………………………………… 81
16 Peningkatan Hasil Belajar dari Kondisi Awal Ke Siklus I 82
17 Peningkatan Hasil Belajar dari Siklus I ke Siklus II……. 83
18 Peningkatan Hasil Belajar dari Kondisi Awal ke Siklus II 84
19 Surat Ijin PKM Mahasiswa PPKHB UNS………………. 85
20 Surat Ijinh Penelitian…………………………………….. 86
21 Surat Keterangan ………………………………………… 87
22 Foto-foto Dokumen Penelitian………………………….. 88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani adalah mata pelajaran untuk melatih kemampuan
psikomotorik yang mulai diajarkan secara formal di sekolah dasar hingga sekolah
menengah atas, sedangkan pendidikan jasmani diarahkan pada tujuan secara keseluruhan
(multilateral) seperti halnya tujuan pendidikan secara umum.
Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan melalui aktifitas jamani dan
sekaligus merupakan proses pendidikan untuk meningkatkan kemampuan jasmani. Oleh
karena itu tujuan yang ingin dicapai melalui pendidikan jasmani juga mencakup
pengembangan individu secara menyeluruh. Artinya, cakupan pendidikan jasmani tidak
hanya terfokus pada aspek fisik saja, melainkan juga aspek mental, emosional, sosial,
dan spiritual.
Kita sadari bersama meski pendidikan itu merupakan investasi besar jangka
panjang yang harus ditata, disiapkan dan diberikan sarana maupun prasarananya dalam
arti modal material yang cukup besar, tetapi sampai saat ini kita masih berkutat pada
permasalahan klasik dalam hal ini yaitu mutu pendidikan.
Terkait dengan mutu pendidikan khususnya pendidikan pada jenjang Sekolah
Dasar (SD) saat ini masih jauh dari apa yang kita harapkan. Pendidikan jasmani sebagai
salah satu disiplin ilmu yang diajarkan di sekolah-sekolah masih sering menemui
persoalan klasik tentang pola-pola mengajar yang bersifat memaksakan kemampuan
siswa yang sebetulnya memiliki keterbatasan, tanpa melihat kondisi fisik dan kejiwaan
siswa SD itu sendiri yang memiliki kecenderungan bermain dan masih ada rasa takut
apabila disuruh melakukan suatu gerakan tanpa ada alat pengaman, akibatnya siswa
kurang memiliki daya tarik untuk mengikuti pelajaran praktik penjas sehingga
mempengaruhi kemampuan atau keterampilan atau prestasi belajar pendidikan jasmani
itu sendiri. Fenomena ini merupakan sebuah masalah akibat kurangnya kemampuan
sebagian guru penjas dalam memainkan peran sebagai guru yang memiliki tuntutan
target kurikulum dan daya serap dan sebagai pendidik yang menggunakan pola-pola
mengajar yang lebih mengedepankan kondisi psikologis siswa yang terkadang memiliki
rasa takut apabila akan melakukan suatu aktifitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Melihat kondisi hasil belajar siswa tersebut beberapa upaya dilakukan salah
satunya adalah pembelajaran dengan menggunakan perlengkapan yang bersifat aman
dan tidak menimbulkan rasa takut bagi siswa. Dengan alat atau perkakas yang aman
diharapkan siswa dapat meningkatkan aktifitas belajarnya, sehingga terjadi proses yang
berkesan dan penguatan terhadap materi yang diberikan di sekolah dengan harapan
siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya.
Dari permasalahan yang dihadapi guru dalam melakukan pembelajaran khususnya
pada materi lompat jauh gaya jongkok, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tindakan kelas (PTK) pada siswa kelas V SD Negeri 1 Wirasana dengan judul
“Peningkatan Kemampuan Penguasaan Teknik Dasar Lompat Jauh Gaya Jongkok
Dengan Menggunakan Media Kardus Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Wirasana
Purbalingga”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka permasalahan yang
menjadi pokok penelitian dapat dirumuskan adalah: “Bagaimanakah penggunaan media
bantu kardus dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar lompat jauh gaya jongkok
siswa kelas V SD Negeri 1 Wirasana tahun pelajaran 2011/2012 ?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang timbul sebagaimana dijelaskan di atas, tujuan
penelitian tindakan kelas ini adalah:
Untuk meningkatkan kemampuan penguasaan gerak dasar lompat jauh gaya
jongkok menggunakan media kardus pada siswa kelas V SD Negeri 1 Wirasana Tahun
Pelajaran 2011/2012..
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Guru penjasorkes SD Negeri 1 Wirasana Kecamatan Purbalingga Kabupaten
Purbalingga
a. Untuk menambah pengalaman dan daya kreatif guru di sekolah dalam
melaksanakan proses pembelajaran dengan menciptakan dan mengembangkan
modifikasi media bantu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
b. Sebagai bahan masukan guru dalam memilih alternatif pembelajaran yang akan
dilakukan.
c. Untuk meningkatkan kinerja guru dalam menjalankan tugasnya secara
professional, terutama dalam mengembangkan media dan alat pembelajaran yang
dimodifikasi.
2. Bagi Siswa kelas V SDN 1 Wirasana
a. Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, meningkatkan aktifitas
dan keberanian siswa dalam proses pembelajaran dan pada akhirnya mampu
meningkatkan hasil belajar siswa.
a. Siswa lebih berminat dan berani untuk belajar teknik dasar lompat jauh gaya
jongkok.
3. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan/saran untuk mengembangkan strategi belajar mengajar
yang tepat dalam rangka untuk meningkatkan kualitas proses dan kualitas hasil
belajar siswa ataupun mutu lulusan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
a. Pengertian
Ruang lingkup Penjasorkes pada umumnya terletak pada pendidikan yang
bertujuan untuk menggerakan dan menggembangkan aspek psikomotor pada siswa,
dan hal ini sangat penting untuk dipahami oleh setiap guru penjasorkes. Pada
dasarnya pengertian penjasorkes sendiri merupakan terjemahan dari physical
education yang digunakan di Amerika.Sedangkan makna dari penjasorkes sendiri
adalah pendidikan mengenai fisik dan mental seseorang. Jadi arti pendidikan disini
adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok dalam
usaha untuk mendewasakan anak melalui pengajaran dan pelatihan. Dengan
demikian penjasorkes adalah suatu proses aktivitas jasmani, yang dirancang dan
disusn secara sistematis,untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan,
meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani, kecerdasan dan pembentukan
watak serta nilai dan sikap yang positif bagi setiap warga negara dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan.
Selanjutnya beberapa pengertian tentang penjasorkes sendiri yang telah
dikemukakan oleh beberapa ahli ternyata belum ada kesepakatan rumusan yang
sama. Meskipun demikian, dari rumusan-rumusan mengenai penjasorkes terdapat
beberapa kesamaan komponen yang terlibat, dan menjadi dasar serta tujuan
pelaksanaan penjasorkes. Berikut pengertian penjas menurut Adang Suherman
(2000 : 22) dalam Murdo Wahono. Bahwa:
”Pengertian pendidikan jasmani dapat dilihat dari dua sudut pandang,
yaitu pandangan tradisional dan pandangan modern, pandangan tradisional
manusia terdiri dari dua komponen utama yang dapat di pilah–pilah yaitu
jasmani dan rohani (dikotomi). Oleh karena itu, pendidikan jasmani diartikan
sebagai proses pendidikan untuk keselarasan antara tumbuhnya badan dan
perkembangan jiwa. Pandangan modern menganggap manusia sebagai satu
kesatuan yang utuh (holistik). Oleh karena itu, pendidikan jasmani adalah
proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan sekaligus merupakan proses
pendidikan untuk meningkatkan kemampuan jasmani”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Selanjutnya pengertian penjasorkes menurut Syarifuddin dan muhadi
(1992 : 04).Bahwa :
”Tujuan umum penjasorkes di sekolah adalah memacu kepada
pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional, dan sosial yang
selaras dalam upaya membentuk dan mengembangkan kemampuan gerak
dasar, menanamkan nilai sikap dan membiasakan hidup sehat, memacu
aktivitas sistem peredaran darah, pencernanaan, pernapasan, dan persyarafan.
Penjasorkes dapat pula menanamkan nilai-nilai disiplin, kerjasama,
sportivitas, tenggang rasa, dapat meningkatkan pengetahuan penjasorkes,
menanamkan kegemaran untuk melakukan aktivitas jasmani”.
Oleh karena itu apabila pembelajaran penjasorkes yang dilaksanakan di
sekolah dapat terorganisir dengan baik, akan dapat memberikan sumbangan yang
sangat berarti dalam pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani yang
harmonis maupun dalam rangka menyiapkan siswa secara fisiologis yang mengarah
kepada usaha-usaha keras berguna untuk meningkatkan kemantapan jasmani dan
rohani dalam membantu mengembangkan kemampuan dan kepribadian yang sangat
besar pengaruhnya terhadap penyesuaian diri di dalam lingkungannya dan
dijelaskan bahwa materi yang disajikan dalam pembelajaran penjasorkes harus
menunjang tujuan dalam pengajaran penjasorkes itu sendiri.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penjasorkes adalah suatu
proses perubahan tingkah laku individu atau kelompok dalam usaha pendewasaan
sikap seseorang, melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang dalam hal ini proses
atau aktivitas gerak jasmani itu sendiri.
b. Tujuan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Tujuan penjasorkesharus berorientasi pada setiap siswa .pendekatn pemecahan
masalah merupakan cara yang baik apabila digunakan dalam pengajaran atau
plajaran pendidikan jasmani.Karena pendekatan ini dapat meningkatkan partisipasi
maksimum,memberikan keleluasasn gerak yang memadai dan meningkatkan
kemungkinan keberhasilan.
Secara umum tujuan pendidikan jasmani menurut Adang Suherman (2000 :
23) dapat di klasifikasikan ke dalam empat kategori,yaitu :
a. perkembangan fisik.Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan
aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan-kekuatan fisik dari berbagai
organ tubuh seseorang (physical fitness).
b. Perkembangan gerak. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan
melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah, sempurna (skillfull).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
c. Perkembangan mental. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berfikir
dengan menginterpretasikan keseluruhan pengetahuan tentang pendidikan
jasmani kedalam lingkungannya sehingga memungkinkan tumbuh dan
berkembangnya pengetahuan, sikap, dan tanggung jawab siswa.
Perkembangan sosial. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa
dalam menyesuaikan diri pad suatu kelompok atau masyarakat.
2. Pembelajaran
a. Definisi Pembelajaran
Istilah pembelajaran berasal dari kata instruktion, menunjuk pada kegiatan,
yaitu bagaimana peserta didik belajar dan peserta didik mengajar atau dapat
dikatakan proses belajar mengajar. Menurut kamus besar bahasa indonesia (2003:
17) pembelajaran adalah ”proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk
hidup belajar”. Sedangkan pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:
297) adalah sebagai berikut: ”pembelajaran adalah kegiatan secara terprogam
dalam disain intruk-sional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang
menekankan pada penyediaan sumber belajar”. Selanjutnya pengertian
pembelajaran menurut Dewi Salma Prawiradilaga (2007: 136) yaitu ”suatu sistem
yang terdiri atas tujuan pembelajaran, kajian isi/materi ajar, strategi pemelajaran
(metode, media, waktu, sistem penyampaian), serta asesmen belajar”.
Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
pengertian pembelajaran yaitu upaya yang direncanakan dan dilakukan untuk
memungkinkan terjadinya kegiatan belajar pada diri warga berguna untuk mencapai
tujuan belajar. Dengan melalui kegiatan pembelajaran, pendekatan pembelajaran
merupakan apek yang sangat penting dan mempunyai hubungan fungsional untuk
mencapai tujuan intruksional. Untuk itu seorang guru atau pelatih harus memilih
atau menentukan pendekatan pembelajaran mana yang sesuai untuk pembelajaran
yang tepat dan dapat memberikan peluang untuk terjadinya proses pembelajaran
secara efektif dalam kegiatan iteraksional. Pembelajaran yang tepat ditentukan
berdasarkan analisis terhadap hal-hal tertentu. Dengan demikian kegiatan
pembelajaran dengan sendirinyaharus memperhatikan fektor-faktor internal dan
eksternal yang merupakan faktor yang penting dalam menentukan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
b. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses mengajar yang dilakukan oleh guru dan
belajar yang dilakukan oleh siswa. Belajar dan mengajar merupakan suatu kegiatan
yang saling berkaitan, yang keduanya tidak dapat dipisahkan dalam proses
pembelajaran.
Belajar merupakan peristiwa atau kejadian yang memberikan pengalaman
belajar bagi siswa atau pembelajar. Yang dimaksud dengan pengalaman belajar,
menurut Rusli Lutan & Adang Suherman (2000:29) adalah, "seperangkat kejadian
yang berisikan aktivitas dan kondisi belajar untuk memberi struktur terhadap
pengalaman siswa dan kejadian tersebut terkait untuk pencapaian tujuan".
Mengajar merupakan aktivitas atau kegiatan yang dilakukan pengajar untuk
memberikan pengalaman kepada siswa selaku pembelajar. Rusli Lutan (1988:381)
menyatakan bahwa, "mengajar adalah seperangkat kegiatan sengaja oleh seseorang
yang memiliki pengetahuan atau keterampilan yang lebih dari pada yang diajar".
Belajar adalah proses perubahan penampilan atau perilaku potensial yang relatif
permanen sebagai hasil dari latihan dan pengalaman masa lalu terhadap situasi tugas
tertentu.
Dari batasan di atas dapat dikemukakan bahwa belajar merupakan proses
perubahan yang terjadi pada diri seseorang sebagai hasil belajar. Keterampilan
gerak merupakan perubahan yang diperoleh dari proses belajar motorik. Schmidt
yang dikutip Rusli Lutan (1988:102) menyatakan bahwa, "belajar motorik adalah
seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang
mengantarkan ke arah perubahan permanen dalam perilaku terampil". Tujuan utama
proses belajar gerak adalah peningkatan keterampilan. Orang dikatakan memiliki
keterampilan jika dirinya terampil melakukan suatu gerakan tertentu dengan baik.
Sugiyanto (1998:289) menyatakan bahwa, "keterampilan gerak dapat diartikan
sebagai kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas gerak tertentu dengan baik.
Semakin baik penguasaan gerak keterampilan, maka pelaksanaannya akan semakin
efisien”.
Keterampilan gerak dapat diartikan sebagai kemampuan untuk melaksanakan
tugas-tugas gerak tertentu dengan baik. Gerakan yang baik adalah gerakan yang
memiliki kriteria efektif dan efisien. Dalam hal ini Rink seperti dikutip Rusli Lutan
& Adang Suherman (2000:56) menyatakan bahwa,
Ada tiga indikator gerak terampil yaitu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
(1) Efektif artinya sesuai dengan produk yang diinginkan dengan kata lain product
oriented.
(2) Efisien artinya sesuai dengan proses yang seharusnya dilakukan dengan kata
lain process oriented.
(3) Adaptif artinya sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan dimana gerak
tersebut dilakukan.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa, pembelajaran
keterampilan merupakan proses yang dilakukan untuk meningkatkan tingkat
efisiensi dan efektifitas dalam melakukan gerak sesuai dengan tujuan yang
diinginkan.
c. Ciri-Ciri Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan menyampaikan informasi
atau pengetahuan dari seorang guru kepada siswa agar terjadi perubahan
pengetahuan atau keterampilan pada diri siswa. Berdasarkan hal tersebut, maka
dalam pembelajaran terdapat ciri-ciri tertentu.
Ciri-ciri pembelajaran pada dasarnya merupakan tanda-tanda upaya guru
mengatur unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran, sehingga dapat mengaktifkan
siswa dalam kegiatan belajar mengajar agar terjadi proses belajar dan tujuan belajar
dapat tercapai. Menurut H. J. Gino dkk, (1998: 36) menyatakan, “Ciri-ciri
pembelajaran terletak pada adanya unsur-unsur dinamis dalam proses belajar siswa
yaitu (1) motivasi belajar, (2) bahan belajar, (3) alat bantu belajar, (4) suasana
belajar dan (5) kondisi subyek belajar”.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, ciri-ciri pembelajaran
terdiri dari lima macam yaitu, motivasi belajar, bahan belajar, suasana belajar dan
kondisi siswa belajar. Ciri-ciri pembelajaran tersebut harus diperhatikan dalam
proses belajar mengajar. Secara singkat ciri-ciri pembelajaran dijelaskan sebagai
berikut:
1) Motivasi Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, bila seorang siswa tidak dapat melakukan
tugas pembelajaran, maka perlu dilakukan upaya untuk menemukan sebab-sebabnya
dan kemudian mendorong siswa tersebut mau melakukan tugas ajar dari guru.
Dengan kata lain siswa tersebut perlu diberi rangsangan agar tumbuh motivasi pada
dirinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Motivasi dapat dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan
kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu dan
bila tidak suka, maka akan berusaha untuk mengelakkan perasaan tidak suka
tersebut. Jadi motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar, tetapi motivasi itu
tumbuh di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat
dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjalin kelangsungan dan memberikan arah
pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat tercapai.
2) Bahan Belajar
Bahan belajar merupakan isi dalam pembelajaran. Bahan atau materi belajar
perlu berorientasi pada tujuan yang akan dicapai siswa dan memperhatikan
karakteristik siswa agar dapat diminati siswa.
Bahan pengajaran merupakan segala informasi yang berupa fakta, prinsip dan
konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain bahan yang
berupa informasi, maka perlu diusahakan isi pengajaran dapat merangsang daya
cipta atau yang bersifat menantang agar menumbuhkan dorongan pada diri siswa
untuk menemukan atau memecahkannya masalah yang dihadapi dalam
pembelajaran.
3) Alat Bantu Belajar
Alat bantu belajar atau media belajar merupakan alat alat yang dapat
membantu siswa belajar untuk mencapai tujuan belajar. Alat bantu pembelajaran
adalah semua alat yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud
menyampaikan pesan dari guru kepada siswa. Guru harus berusaha agar materi yang
disampaikan atau disajikan mampu diserap dengan mudah oleh siswa. Apabila
pengajaran disampikan dengan bantuan alat-alat yang menarik, maka siswa akan
merasa senang dan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
4) Suasana Belajar
Suasana belajar sangat penting dan akan berpengaruh terhadap pencapaian
tujuan pembelajaran. Suasana belajar akan berjalan dengan baik, apabila terjadi
komunikasi dua arah yaitu antara guru dengan siswa. Di samping itu juga, adanya
kegairahan dan kegembiraan belajar. Suasana belajar mengajar akan berglangsung
dengan baik, dan isi pelajaran disesuaikan dengan karakteristik siswa, maka tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
5) Kondisi Siswa yang Belajar
Siswa atau anak memiliki sifat yang unik atau sifat yang berbeda, tetapi juga
memiliki kesamaan yaitu memiliki langkah-langkah perkembangan dan memiliki
potensi yang perlu diaktualisasikan melalui pembelajaran. Dengan kondisi siswa
yang demikian akan dapat berpengaruh pada partisipasi siswa dalam proses belajar.
Untuk itu, kegiatan pengajaran lebih menekankan pada peranan dan partisipasi
siswa bukan peran guru yang dominan, tetapi lebih berperan sebagai fasilitator,
motivator dan sebagai pembimbing.
d. Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Belajar suatu keterampilan adalah sangat kompleks. Belajar membawa suatu
perubahan pada individu yang belajar. Menurut Nasution yang dikutip H.J. Gino
dkk (1998: 51) bahwa, “Perubahan akibat belajar tidak hanya mengenai jumlah
pengetahuan, melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian,
penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala aspek organisme
atau pribadi seseorang”.
Perubahan akibat dari belajar adalah menyeluruh pada diri siswa. Untuk
mencapai perubahan atau peningkatan pada diri siswa, maka dalam proses
pembelajaran harus diterapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Menurut
Dimyati dan Mudjiono (2006: 42) bahwa, “Prinsip-prinsip pembelajaran meliputi
perhatian dan motivasi, keaktifan siswa, keterlibatan langsung, pengulangan,
tantangan, balikan dan penguatan serta perbedaan individual”.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, prinsip-prinsip pembelajaran meliputi
tujuh aspek yaitu perhatian dan motivasi, keterlibatan langsung atau berpengalaman,
pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan serta perbedaan individual. Untuk
mencapai hasil belajar yang optimal, maka prinsip-prinsip pembelajaran tersebut
harus diterapkan dalam pembelajaran dengan baik dan benar. Untuk lebih jelasnya
prinsip-prinsip pembelajaran tersebut diuraikan secara singkat sebagai berikut:
1) Perhatian dan Motivasi Belajar
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Perhatian
terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan
kebutuhan siswa. H.J. Gino dkk. (1998: 52) menyatakan, “Perhatian siswa waktu
belajar akan sangat mempengaruhi hasil belajar. Belajar dengan penuh perhatian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
(konsentrasi) pada materi yang dipelajari akan lebih terkesan lebih mendalam dan
tahan lama pada ingatan”.
Perhatian mempunyai peran penting untuk mencapai hasil belajar yang
optimal. Apabila pelajaran yang diterima siswa dirasakan sebagai kebutuhan, maka
akan membangkitkan motivasi siswa untuk mempelajarinya. Sedangkan yang
dimaksud motivasi menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 42) adalah, “Tenaga
yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang”. Dengan motivasi
belajar yang tinggi, maka siswa akan lebih bersemangat dalam belajar. Belajar yang
dilakukan dengan penuh semangat akan dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
2) Keaktifan Siswa
Dalam kegiatan pembelajaran siswa dituntut untuk selalu aktif dalam
mengikuti proses pembelajaran. Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan
belajarnya secara efektif siswa dituntut untuk atif secara fisik, intelektual dan
emosional. Tanpa ada keaktifan dari siswa, maka tidak akan terjadi proses belajar.
Hal ini sesuai pendapat H.J. Gino dkk. (1998: 52) bahwa, “Dari semua unsur
belajar, boleh dikatakan keaktifan siswalah prinsip yang terpenting, karena belajar
sendiri merupakan suatu kegiatan. Tanpa adanya kegiatan tidak mungkin seorang
belajar”.
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran bermacam-macam bentuknya.
Hal ini sesuai dengan jenis atau masalah yang dipelajari siswa. Menurut S. Nasution
(1988:93) yang dikutip H.J. Gino dkk. (1998: 52) macam-macam keaktifan belajar
siswa antara lain: “Visual activities, oral activities, listening activities, drawing
activities, motor activities, mental activities, emotional activities”.
Keaktifan-keaktifan siswa dalam proses pembelajaran tersebut tidak terpisah
satu dengan lainnya. Misalnya dalam keaktifan motoris terkandung keaktifan mental
dan disertai oleh perasaan tertentu. Dalam setiap pelajaran dapat dilakukan
bermacam-macam keaktifan.
3) Keterlibatan Langsung Siswa
Belajar adalah suatu proses yang terjadi dalam diri siswa. Dalam proses
belajar sangat kompleks. Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan organ-
organ siswa mengubah tingkah lakunya sebagai hasil pengalaman yang
diperolehnya. Dapat dikatakan bahwa, belajar merupakan hasil pengalaman, sebab
pengalaman-pengalaman yang diperoleh itulah yang menentukan kualitas perubahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
tingkah laku siswa. Jadi peristiwa belajar terjadi apabila terjadi perubahan tingkah
laku pada diri siswa.
Belajar adalah tanggungjawab masing-masing siswa, sebab hasil belajar
adalah hasil dari pengalaman yang diperoleh sendiri, bukan pengalaman yang
didapat oleh orang lain. Oleh karena itu, kualitas hasil belajar berbeda-beda antara
siswa satu dengan lainnya tergantung pada pengalaman yang diperoleh dan kondisi
serta kemampuan setiap siswa.
4) Pengulangan Belajar
Salah satu prinsip belajar adalah melakukan pengulangan. Dengan melakukan
pengulangan yang banyak, maka suatu keterampilan atau pengetahuan akan dikuasai
dengan baik. Menurut Davies (1987: 32) yang dikutip Dimyati dan Mudjiono (2006:
52) bahwa, “Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar
secara keseluruhan lebih berarti. Dari pernyataan inilah pengulangan masih
diperlukan dalam kegiatan pembelajaran”. Sedangkan Suharno HP. (1993: 22)
berpendapat, “Untuk mengotomatisasikan penguasaan unsur gerak fisik, teknik,
taktik dan keterampilan yang benar atlet harus melakukan latihan berulang-ulang
dengan frekuensi sebanyak-banyaknya secara kontinyu”.
Mengulang materi pelajaran atau suatu keterampilan adalah sangat penting.
Dengan melakukan pengulangan gerakan secara terus menerus, maka gerakan
keterampilan dapat dikuasai dengan secara otomatis. Suatu keterampilan yang
dikuasai dengan baik, maka gerakan yang dilakukan lebih efektif dan efisien.
5) Tantangan
Tantangan merupakan salah satu bagian yang penting dalam pembelajaran.
Dengan adanya tantangan maka akan memotivasi siswa untuk memecahkan
permasalahan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini sesuai pendapat H.J. Gino dkk
(1998: 54) bahwa, “Materi yang dipelajari oleh siswa harus mempunyai sifat
merangsang atau menantang. Artinya, materi tersebut mengandung banyak masalah-
masalah yang merangsang untuk dipecahkan. Apabila siswa dapat mengatasi
masalah yang dihadapinya, maka ia akan mendapatkan kepuasan”.
Memberikan tantangan dalam proses belajar mengajar adalah sangat penting.
Dengan adanya tantangan yang harus dihadapi atau dipecahkan siswa dalam belajar,
maka siswa akan berusaha semaksimal mungkin untuk memecahkan masalah
tersebut. Jika siswa mampu memecahkan masalah yang dipelajarinya, maka siswa
akan memperoleh kepuasan dan mencapai hasil belajar yang optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
6) Balikan dan Penguatan
Pemberian balikan pada umumnya memberi nilai positif dalam diri siswa,
yaitu mendorong siswa untuk memperbaiki tingkah lakunya dan meningkatkan
usaha belajarnya. Tingkah laku dan usaha belajar serta penampilan siswa yang baik,
diberi balikan dalam bentuk senyuman ataupun kata-kata pujian yang merupakan
penguatan terhadap tingkah laku dan penampilan siswa.
Penguatan (reinforcement) adalah respon terhadap tingkah laku yang dapat
meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Memberi
penguatan dalam kegiatan belajar kelihatannya sederhana sekali, yaitu tanda
persetujuan guru terhadap tingkah laku siswa. Namun demikian, penguatan ini
sangat besar manfaatnya terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
7) Perbedaan Individu
Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan
lainnya. Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut tempo atau kecepatannya
masing-masing. Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa lain akan
membantu siswa menentukan cara belajar serta sasaran belajar bagi dirinya sendiri.
Manfaat pembelajaran akan lebih berarti jika proses pembelajaran yang diterapkan,
direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi masing-
masing siswa. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, maka guru harus
memperhatikan perbedaan setiap individu dan dalam membelajarkannya harus
disesuaikan dengan kemampuan masing-masing individu.
3. Gerak Dasar
a. Hakikat Gerak Dasar
Gerak dasar merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang sejak kecil dari
masa kanak-kanak yang berkembang seiring dengan perkembangan dan
pertumbuhan. Pendapat Aip Syarifuddin dan Muhadi dalam Riza Rahman (1992:24)
bahwa, “Gerak dasar manusia adalah jalan, lari, lompat, dan lempar. Bentuk-bentuk
gerakan dasar tersebut telah dimiliki oleh murid-murid sekolah dasar. Namun yang
menjadi permasalahan sekarang bagaimanakah cara menanamkannya kepada murid-
murid sekolah dasar agar bentuk-bentuk gerakan dasar yang telah dimilikinya dapat
dilakukan dengan benar”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Harrow dalam Furqon (1972:52-54) mengemukakan bahwa gerak dasar adalah
pola-pola gerak inheren yang didasarkan pada gerak-gerak refleks anak, yang timbul
bukan hanya karena latihan, tetapi dapat diperhalus dan diperbaiki melalui latihan.
Pada usia sekolah dasar inilah saatnya harus ditanamkan bagaimana cara
melakukan gerak dasar yang benar sangat penting. Karena pada usia sekolah dasar
masa perkembangan dan pertumbuhan, sehingga kemampuan gerak dasar yang
dimiliki dapat dilakukan dengan benar. Kesalahan dalam melakukan gerak dasar
akan berdampak pada pola gerakan yang salah, sehingga akan berdampak pada
aktivitas-aktivitas geraknya. Upaya untuk meningkatkan kualitas gerak dasar harus
dilakukan latihan dengan baik dan benar.
b. Jenis/Pola Gerak Dasar.
Pola gerak dasar adalah bentuk gerakan-gerakan sederhana yang bisa dibagi
menjadi tiga bentuk gerak sebagai berikut:
1) Gerak lokomotor (gerakan berpindah tempat) dimana bagian tubuh tertentu
bergerak atau berpindah tempat; misalnya jalan, lari, dan loncat.
2) Gerak non-lokomotor (gerakan tidak berpindah tempat) dimana sebagian anggota
tubuh tertentu saja yang digerakkan namun tidak berpindah tempat.
3) Manipulatif, dimana ada sesuatu yang digerakkan, misalnya melempar,
menangkap, menyepak, memukul, dan gerakan lain yang berkaitan dengan
lemparan dan tangkapan sesuatu.
4. Lompat Jauh
a. Hakekat Lompat Jauh
Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dari cabang olahraga atletik.
Lompat jauh menurut Aip Syarifuddin (1992:90) didefinisikan sebagai suatu bentuk
gerakan melompat, mengangkat kaki ke atas ke depan dalam upaya membawa titik
berat badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan
cepat dan dengan jalan melakukan tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak
yang sejauh-jauhnya.
Lompat jauh merupakan suatu gerakan melompat menggunakan tumpuansatu
kaki untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya. Sasaran dan tujuan lompat jauh adalah
untuk mencfapai jarak lompatan sejauh mungkin keseuatu titik pendaratan yaitu di
bak lompat. Jarak lompatan diukur dari papan tolakan sampai batas terdekat dari
letak pendaratan yang dihasilkan oleh bagian tubuh. Menurut Engkos Kosasih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
(1985:67) bahwa yang menjadi tujuan lompat jauh adalah mencapai jarak lompatan
yang sejauh-jauhnya yang mempunyai empat unsure gerakan yaitu: awalan; tolakan;
sikap badan diudara (gaya); dan sikap badan saat pendaratan. Dalam hal yang sama
Yusuf Adisasmita (1992:65) berpendapat bahwa keempat unsur ini merupakan satu
kesatuan, yaiu urutan gerakan lompat yang tidak terputus.
Dalam lompat jauh terdapat beberapa macam gaya yang umum dipergunakan
oleh para pelompat, yaitu: gaya jongkok (tuck), gaya menggantung (hang style) atau
juga disebut gaya lenting, dan gaya jalan diudara (walking in the air).
1) Lompat Jauh Gaya Menggantung
Lompat jauh merupakan salah satu nomor dalam cabang olahraga atletik.
Tujuan lompat jauh ialah melakukan lompatan sejauh mungkin dengan teknik dan
prosedur yang telah ditetapkan. Sementara itu, lompat jauh gaya menggantung
merupakan salah satu gaya dalam nomor lompat.
Pada dasarnya teknik yang dimiliki setiap gaya dalam nomor lompat jauh
sama saja. Namun, perbedaannya terletak saat sikap di udara, seperti lompat jauh
gaya menggantung. Teknik gerakan ini disebut sebagai gaya menggantung karena
sikap tubuh saat berada di udara seperti menggantung atau melenting sehingga gaya
ini juga dikenal sebagai lompat jauh gaya lenting.
Teknik lompat jauh gaya menggantung sama seperti gaya-gaya yang lain,
yaitu awalan, tolakkan, saat berada di udara, pendaratan. Awalan lompat jauh gaya
menggantung dengan cara dilakukan dengan cara lari cepat dari jarak 35-45 meter.
Namun jarak tersebut tidak mutlak, tetapi disesuaikan dengan kemampuan mencapai
kecepatan maksimal setiap pelompat. Tolakkan merupakan upaya untuk
mendapatkan lompatan yang tinggi dan jauh. Teknik ini dilakukan oleh salah satu
kaki yang terkuat. Pada saat posisi di udara, setiap gaya dalam lompat jauh dapat
terlihat, selain itu gaya yang digunakan dapat memengaruhi hasil lompatan. Seperti
gaya berjalan di udara, gaya menggantungpun merupakan gaya yang sering
digunakan oleh para pelompat nasional maupun internasional. Teknik saat di udara
ini, badan harus diusahakan melayang selama mungkin di udara dalam keadaan
seimbang. Pada pelaksanaan pendaratan adalah merupakan upaya mendaratkan
tubuh pada bak pasir. Saat mendarat, pelompat harus melakukan teknik pendaratan
yang baik dan benar. Jika terjadi kesalahan maka akan merugikan pelompat sendiri.
Pendaratan yang baik yaitu ketika jatuh menggunakan kedua kaki dan tangan ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
depan, jangan sampai badan atau tangan jatuh ke belakang karena dapat
membahayakan bagi si pelompat itu sendiri.
b. Pengertian Lompat Jauh
Lompat jauh termasuk bagian nomor lompat dalam cabang olahtaga atletik,
yang secara teknis maupun pelaksanaannya berbeda dengan nomor lompat yang lain
seperti lompat tinggi dan lompat jangkit. Menurut Aip Syarifudin (dalam Adi
Irawan, 2011:6) Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan melompat mengangkat
kaki ke atas ke depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di
udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan cepat dan dengan jalan
melakukan tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.
Gerakan dalam lompat jauh dapat diurutkan mulai dari awalan (approach
run), tumpuan (take off), sikap badan di udara (action in the air), dan pendaratan
(landing).
Keempat unsur di atas tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, karena
keempat unsur gerakan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh, artinya satu
rangkaian gerak yang tidak terputus. Sedangkan dalam lompat jauh dikenal tiga
jenis gaya, yaitu gaya jongkok, gaya berjalan di udara, dan schnepper. Adapun yang
dimaksud gaya dalam lompat jauh adalah sikap tubuh pelompat pada saat melayang
di udara. Lompat jauh sasarannya adalah bak pasir, jarak lompatan diukur dari sisi
dalam papan tolakan sampai batas terdekat dari petak pendaratan yang dihasilkan
yang dihasilkan oleh bagian tubuh.
Gambar 1. Rangkaian gerakan lompat jauh
Sumber: Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Suyatno, 1996:21)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
c. Teknik Dasar Lompat Jauh
Teknik dasar lompat jauh sangat berpengaruh terhadap pencapaian hasil
lompatan. Penguasaan teknik dasar yang baik akan memberikan kontribusi yang
baik terhadap teknik-teknik lanjutan hingga teknik tinggi, karena dengan teknik
yang benar maka akan menghasilkan efektifitas dan efisiensi gerakan untuk
mencapai hasil yang optimal.
Teknik dasar lompat jauh secara sederhana adalah terdiri dari gerakan awalan,
yaitu lari cepat (sprint), tolakkan (take-off), Gaya, yaitu saat melayang di udara
(flight), dan pendaratan (landing). Lompat jauh gaya jongkok berarti pada saat
melayang diudara melakukan sikap jongkok atau jongkok di udara hingga
menjelang pendaratan.
5. Lompat Jauh Gaya Jongkok
Lompat jauh gaya jongkok dan gaya yang lain pada prinsipnya sama,
perbedaannya hanya pada gaya, yaitu sikap tubuh yang dilakukan oleh pelompat
pada saat melayang di udara, jika pelompat saat melayang di udara melakukan
seperti berjalan, maka gaya lompatan tersebut dinamakan gaya jalan di udara (walk
in the air), dan jika pelompat melakukan sikap jongkok saat melayang di udara
maka pelompat tersebut melakukan lompat jauh gaya jongkok, dan jika saat
melayang di udara melakukan sikap menggantung atau melentingkan tubuh, maka
disebut gaya lenting (schnepper). Hal yang penting adalah semua gerakan dari
awalan, tolakan, gaya di udara, dan mendarat harus dilakukan secara berirama atau
ritmis dan harmonis agar mencapai jarak lompatan yang optimal.
6. Media Pembelajaran
Media (bentuk jamak dari kata medium), merupakan kata yang berasal dari
bahasa latin medius, yang secara harfiah berarti “tengah, perantara, atau pengantar”
(arsyad, 2002 dalam Agus Kristiyanto, 1020:126).
Media dalam penelitian ini adalah merupakan sarana pembelajaran yang
digunakan untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang bertujuan untuk
membuat siswa tahu dan bias, media adalah pembawa pesan yang berasal dari suatu
sumber kepada siswa. Pesan yang disampaikan bisa berbentuk ide, pendapat, atau
gagasan dan dapat berbentuk lisan/kata-kata, tulisan (verbal) ataupun non verbal
atau dengan memberikan contoh gerakan atau peragaan. Karena kemampuan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
sangat homogen, maka dari pesan tersebut terkadang siswa ada yang langsung dapat
menerima pesan yang disampaikan guru, tetapi ada pula siswa yang sangat lambat
dalam menerima pesan baik yang berupa tulisan, ucapan, ataupun peragaan.
Kegagalan inilah yang akibatnya menjadi penghambat/ kendala dalam proses
pembelajaran.
7. Modifikasi Sarana Dalam Pembelajaran Penjas
a. Pengertian modifikasi
Modifikasi adalah menganalisa sekaligus mengembangkan materi
pembelajaran dengan cara merununkannya dalam bentuk aktifitas belajar yang
potensial untuk memperlancar siswa dalam proses belajar. Cara ini dimaksudkan
untuk menuntun, mengarahkan, dan membelajarkan siswa dari yang tadinya bisa
menjadi bisa, dari tingkat yang tadinya lebih rendah menjadi memilki tingkat yang
lebih tinggi (Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf, Adang Suherman. 2000:41)
b. Prinsip Pengembangan Modifikasi
Modifikasi adalah salah satu usaha para guru agar pembelajaran
menceerminkan kreatifitas, termasuk didalamnya ”body scaling” atau penyesuaian
dengan ukuran bentuk tubuh siswa yangsedang belajar. Aspek inilah yang harus
dijadikan prinsip utama dalam modifikasi pembelajaran penjas, termasuk
pembelajaran atletik.
Cara-cara guru memodifikasi pembelajaran agar tercermin dari aktifitas
pembelajaran yang diberikan guru dari mulai awal hingga akhir pelajaran. Beberapa
aspek analisa modifikasi ini tidak terlepas dari pengetahuan guru tentang:
a). Tujuan
b). Karakteristik materi
c). Kondisi lingkungan dan
d). Evaluasinya (Yoyo Bahagia et al 2000: 41)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
c. Tujuan Modifikasi
Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan tujuan pembelajaran dari
mulai tujuan yang paling rendah sampai tujuan yang paling tinggi. Modifikasi
tujuan materi ini dapat dilakukan dengan cara membagi tujuan materi ke dalam tiga
komponen, yakni:
1. Tujuan Perluasan
Tujuan perluasan maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih
menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan bentuk
atau wujud keterampilan yang dipelajarinya tanpa memperhatikan aspek efisiensi
dan eefektifitas. Misalnya: siswa mengetahui dan dapat memberikan contoh tolak
dalam nomor tolak peluru. Dalam contohini, tujuan pembelajaran lebih
menekankan agar siswa dapat mengetahui esensi tolak dalam bentuk peragaan ,
dalam kasus ini peragaan tidak erlalu dipermasalahkan apakah tolak itu sudah
dilakukan secara efektif dan efisien atau belum. Yang penting siswa siswa dapat
mengetahui esensi wujud tolak dalam nomor tolak peluru pada cabang olahraga
atletik.
2. Tujuan Penghalusan
Tujuan penghalusan maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih
menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan gerak
secara efisien. Misalnya: siswa mengetahui dan melakukan gerak menolak
dengan sudut tolakan 45°. Dalam contoh ini, tujuan tidak lagi pada level agar
siswa dapat mengetahui esensi gerak menolak (misalnya: menggunakan sudut
yang tepat untuk medapatkan hasil yang baik dan maksimal) melalui peragaan.
3. Tujuan Penerapan
Tujuan penerapan maksudnya adlah tujuan pembelajaran yang lebih menekankan
pada perolehan pengetahuan dan kemampuan tentang efektif tidaknya gerakan
yang dilkakuan melalui pengenalan kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan
tingkat kemampuan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
d. Sarana pembelajaran
1). pengertian sarana pembelajaran tolak peluru
Istilah sarana adalah terjemahan dari ” facylities” yaitu sesuatu yang
dapat digunakan dan dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan. Sedangkan yang
dimaksud dengan sarana olahraga yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan dan
dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan olahraga atau pendidikan
jasmani.sarana olahraga dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:
a. Peralatan (apparatus), adalah sesuatu yang digunakan, contoh: peti lompat,
palang tunggal, palang sejajar, gelang-gelang, kuda-kuda dan lain-lain.
b. Perlengkapan (device), yaitu:
- sesuatu yang melengkapi kebutuhan prasarana, misalnya: net, bendera
untuk tanda, garis batas dan lain-lain.
- Sesuatu yang dapat dimainkan dan dapat dimanipulasi dengan tangan atau
kaki, misalnya: bola raket, pemukul dan lain-lain.
Seperti halnya prasarana olahraga, sarana yang dipakai dalam kegiatan
olahraga dalam masing-masing cabang olahraga memiliki ukuran standart. Akan
tetapi apabila cabang olahraga tersebutdipakai sebagai materi dalam
pembelajaran pendidikan jasmani, sarana yang di gunakan bisa dimodifikasi,
sesuai dengan kondisi sekolah dan karakteristik siswa (Soepartono,2000:6).
Salah satu faktor yang mendorong berlangsungnya proses belajar
mengajar agar sempurna adalah penyediaan sarana pendidikan yang menunjang.
(Suharsimi Arikunto, 1989:82), mengutip pendapat dari TIM
Penyusunnan Pedoman Pembakuan Media Pendidikan dan Kebudayaan,
menerangkan bahwa ”Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan
dalam prosesbelajar, mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak,
agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan lancar, teratur, efektif dan
efisien”.
Media pendidikan merupakan sarana pengajaran yang dapat
dipergunakan untuk membantu tercapainya suatu ujuan. Di dalam dunia
pendidikan, media sebagai suatu alat yang dapat di jangkau oleh panca indra
(terutama penglihatan/pendengaran).
Alat peraga merupakan suatu alat yang dapat dipergunakan untuk
membantu, mempermudah, menjelaskan, bagi guru guna menrangkan suatu
peristiwa, globe, peta dan sebagainya. Alat peraga ini akan memberikan realisme
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
(sesuai dengan kenyataan) kepada yang dijelaskan, diterangkan, yaitu siswa.
Sehingga siswa akan lebih menaruh perhatian atau lebih berminat terhadap
sesuatu yang disampaikan.
Sarana pendidikan jasmani adalah sarana sederhana untuk pelaksanaan
materi pembelajaran pendidikan jasmani tertentu dalam bentuk permainan.
Seringkali di sekolah terdapat alat-alat sederhana yang tidak pernah keluar dari
gudang karena guru tidak dapat memanfaatkannya, misalnya bola plastik, bola
kasti, bola tenis bekas, simpai, gada senam dan lain-lain. Dengan kreasi guru
dapat memanfaatkan alat-alat tersebut dalam pendidikan jasmani.
Selain alat-alat yang disebut diatas, ada alat-alat sederhana lain yang
dapat digunakandan dengan mudah dapat diadakan oleh guru misalnya: kardus,
potongan bambu, ban bekas dan lain-lain. Juga alat-alat yang bisa dibuat sendiri
oleh guru misalnya gawang kecil-kecil, bola berekor dan lain-lain. Contoh alat-
alat yang dapat digunakan untuk melaksakan berbagai materi pelajaran
pendidikan jasmani yaitu: bola tenis bola tangan, bola takraw, bola plastik dan
lain-lain. Dari contoh alat-alat tersebut diharap dapat meyakinkan guru
pendidikan jasmani, bahkan pembelajaran lebih efektif dengan memanfaatkan
alat dan lingkungan seadanya (Soepartono. 2000:3).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sarana pendidikan jasmani
adalah benda-benda yang bergerak maupun yang tidak bergerak, yang berfungsi
sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar.
Dalam penelitian ini media yang digunakan adalah media kardus yang
dimaksud adalah perkakas yang dipasang pada jarak dan tinggi tertentu dan
digunakan sebagai rintangan yang harus dilompati oleh siswa dengan tujuan arah
lompatan dapat diatur membentuk sudut kira-kira 45° dan jika terpaksa siswa gagal
melompati karduspun tidak membahayakan karena sifat kardus adalah lembek atau
lentur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Gambar 2. Melompat Dengan Rintangan Kardus
Sumber: http://grandmall10.wordpress.com/2010/02/06/pengertian-lompat-jauh/
B. Kerangka Berpikir
Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan menggunakan alat bantu
berupa tumpukan kardus merupakan bentuk pembelajaran yang bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan teknik dasar siswa. Dengan alat bantu kardus siswa
diharapkan dapat termotivasi dan lebih memiliki kepercayaan diri dan memiliki
keberanian untuk mencoba melakukan lompatan tanpa ada keraguan.
Dengan menggunakan rintangan berupa kardus, siswa secara tidak sengaja
akan berusaha melewati tantangan sehingga arah lompatan yang diharapkan dapat
terwujud.
Dari dasar pemikiran tersebut, maka penelitian ini mempunyai alur kerangka
pemikiran sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Gambar 3. Alur Kerangka Berpikir
Guru kurang kreatif
dan inovatif
(Belum menggunakan
media bantu kardus)
Yang Diteliti:
Hasil Belajar
Siswa Rendah
Kondisi Awal
Siklus I:
Menggunakan
media bantu
kardus
Menerapkan model
pembelajaran dengan
media bantu kardus
Tindakan
Siklus II:
Menggunakan
media bantu
kardus Kondisi Akhir
Diduga melalui penggunaan
media bantu kardus dapat
meningkatkan hasil belajar
lompat jauh
Siklus III:
Menggunakan
media bantu
kardus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akan dilaksanakan di SD Negeri 1 Wirasana,
Kecamatan Purbalingga, Kabupaten Purbalingga.
2. Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dari bulan April 2012 sampai bulan
Agustus 2012.
Tabel 1. Rincian Kegiatan Waktu Dan Jenis Kegiatan Penelitian
No Rencana Kegiatan Tahun 2012
Apr Mei Jun Jul Ags
1. Persiapan Penelitian
a. Koordinasi peneliti dengan Kepala
Sekolah
b. Diskusi dengan sejawat dan
kolaborator
c. Penyusunan Proposal
d. Menyiapkan perangkat pembelajaran
dan instrumen (lembar observasi)
e. Simulasi pelaksanaan rindakan
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Siklus I
b. Siklus II
3. Analisis Data dan Pelaporan
a. Analisis Data
b. Penyusunan Laporan Skripsi
c. Ujian dan revisi
d. Penggandaan dan Pengumpulan
Laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
3. Siklus PTK
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini direncanakan dalam dua siklus untuk
melihat peningkatan hasil lompat jauh gaya jongkok dalam mata pelajaran
penjasorkes dengan penggunaan media bantu belajar berupa kardus.
B. Subyek Penelitian
Subyek Penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Wirasana Kecamatan
Purbalingga Kabupaten Purbalingga Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012.
C. Data dan Sumber Data
Data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah:
1. Data Primer
Berupa hasil belajar siswa dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok
2. Data Sekunder
Berupa RPP, silabus dan dokumen kelas V SD Negeri 1 Wirasana
Sumber data dalam penelitian ini adalah:
1. Siswa, untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa dalam pembelajaran
lompat jauh gaya jongkok.
2. Siswa, untuk melihat tingkat keberhasilan penggunaan media bantu pembelajaran
dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok.
D. Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data penelitian, dilakukan dengan cara menentukan sumber
data terlebih dahulu, kemudian jenis data, teknik pengumpulan data, dan instrument
yang digunakan. Teknik pengumpulan data secara lengkap adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Tabel 2. Teknik dan alat pengumpulan data
No Sumber
Data Jenis Data
Teknik
Pengumpulan Instrumen
1. Siswa Hasil keterampilan
lompat jauh gaya
jongkok
Tes praktik Lembar tugas
2. Guru Kemampuan melaku-
kan rangkaian gerakan
keterampilan lompat
jauh gaya jongkok
Praktik dan
pengamatan
Melalui lembar
observasi
E. Uji Validitas Data
Validitas adalah ukuran yang menyatakan ketepatan tujuan tes (alat ukur) dan
memenuhi persyaratan pembuatan tes. Validitas tes. Validitas data merupakan jaminan
bagi kemantapan kesimpulan dan tafsir makna sebagai hasil penelitian, jadi validitas
memegang peranan penting dalam pembuatan simpulan dalam suatu penelitian.
Dalam penelitian ini untuk menguji validitas data menggunakan teknik
trianggulasi data yang diperoleh melalui:
1. Analisis
Dilakukan terhadap hasil belajar siswa setelah dilakukan tindakan dalam penelitian
2. Observasi
Untuk mendapatkan data kejadian-kejadian yang muncul pada saat pembelajaran
berlangsung.
3. Guru Pamong
Untuk mendapatkan data kejadian-kejadian yang muncul pada saat pembelajaran
berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
F. Analisis Data
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus
PTK dianalisis secara deskriptif statistik dengan menggunakan teknik prosentase untuk
melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Adapun data tersebut
untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran lompat jauh gaya
jongkok menggunakan media kardus, yang diperoleh melalui pengamatan langsung
dengan menggunakan lembar observasi oleh kolaborator. Hasil pengamatan
dikategorikan dalam klasifikasi skor yang telah ditentukan.
G. Indikator Kinerja Penelitian
Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa
terhadap materi ajar adalah ketuntasan siswa dalam mempelajari materi. Dengan kriteria
siswa yang dinyatakan tuntas belajar jika menguasai materi 70% ke atas atau mendapat
nilai 70.
Untuk mengukur keberhasilan tindakan dalam penelitian maka ditentukan kriteria
keberhasilan. Penelitian dinyatakan berhasil jika 90% dari jumlah siswa mencapai batas
kriteria ketuntasan minimal (KKM)
H. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini
direncanakan dua siklus, apabila belum berhasil akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.
Desain PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah model PTK menurut Agus
Kristiyanto yang menggunakan sistem spiral refleksi yang terdiri dari beberapa siklus.
Dalam model Agus Kristiyanto dijelaskan bahwa di dalam satu siklus atau putaran
terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi
(observing) dan refleksi (reflecting). Adapun desain penelitian tindakan kelas yang
dikemukakan oleh Agus Kristiyanto dapat digambarkan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Gambar 4. Desain PTK dalam Pendidikan Jasmani dan Kepelatihan
Olahraga
Sumber : Penelitian Tindakan Kelas (Agus Kristiyanto, 2010:19)
Jika dicermati, model yang dikemukakan tersebut diatas pada hakikatnya berupa
perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari 4 komponen yaiti:
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keempat komponen yang berupa
untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu pengertian siklus ini
adalah perputaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi.
Gambar di atas tampak bahwa di dalamnya terdapat dua perangkat komponen yang
dapat dikatakan dua siklus. Dalam pelaksanaanya sesungguhnya jumlah siklus sangat
bergantung pada permasalahan yang harus dipecahkan. Apabila permasalahan terkait
dengan materi dan tujuan pembelajaran dengan sendirinya jumlah siklus untuk setiap
mata pelajaran tidak hanya terdiri dari dua siklus, tetapi jauh lebih banyak dari itu,
barangkali lima atau enam siklus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam bentuk siklus, apabila belum
berhasil akan dilanjutkan ke siklus berikutnya. Setiap siklus terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan, observasi, evaluasi dan refleksi. Setiap siklus terdiri dari 1 kali pertemuan,
setiap pertemuannya 2 x 35 menit.
Secara rinci prosedur penelitian sebagai berikut:
a. Rencana yaitu rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki,
meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi. Perencanaan
tindakan yaitu menyusun rencana tindakan dan penelitian tindakan yang akan
dilaksanakan dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok untuk mencapai
tujuan penelitian. Perencanaan tersebut yaitu dengan membuat rencana
pembelajaran yang menggunakan media kardus sebaik mungkin dan dapat
dilaksanakan secara efektif dalam berbagai situasi lapangan. Pada tahap ini juga
dipersiapkan beberapa instrumen penelitian yaitu lembar observasi siswa dan
guru, lembar penilaian, catatan lapangan dan tes hasil belajar/kuis yang
digunakan selama melaksanakan tindakan.
b. Tahap tindakan merupakan tahap apa yang akan dilakukan oleh guru atau peneliti
sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan.
Pelaksanaan tindakan dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang telah dibuat.
Pelaksanaan tindakan ini dilakukan oleh guru sendiri sebagai peneliti, tetapi
dalam proses observasi guru dibantu oleh teman sejawat dengan menggunakan
beberapa alat instrument penelitian yaitu tes perbuatan, lembar observasi, dan
catatan lapangan serta kuis/tes hasil belajar siswa. Pelaksanaan penelitian ini
terdiri dari dua siklus, setiap siklus disajikan dalam dua pertemuan.
c. Observasi yaitu mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang
dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Tahap observasi atau pemantauan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
merupakan upaya mengamati pelaksanaan tindakan. Adapun fungsi pokok
observasi adalah untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan
rencana tindakan dan untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan
sedang berlangsung dapat menghasilkan perubahan yang diinginkan. Observasi
dilakukan untuk mengamati aktivitas perilaku dan keadaan yang berhubungan
dengan pembelajaran.
d. Refleksi yaitu peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau
dampak dari tindakan dari berbagai kriteria. Refleksi adalah kegiatan mengulas
secara kritis tentang perubahan yang terjadi, baik pada siswa, suasana kelas,
maupun peneliti. Refleksi merupakan bagian yang amat penting untuk
memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang
terjadi sebagai akibat adanya tindakan yang dilakukan oleh peneliti. Pada tahap
ini merenungkan kembali apa yang telah dilaksanakan di dalam tindakan.
Apabila hasil dari tindakan tersebut baik, maka tindakan selanjutnya dapat
dilanjutkan, tetapi apabila dalam tindakan itu perlu adanya perbaikan, maka
tindakan tersebut perlu diulangi secara keseluruhan. Dalam tahap refleksi peneliti
mengadakan diskusi dengan observer di setiap akhir tindakan. Diskusi dilakukan
berdasarkan hasil observasi, catatan lapangan. Untuk menyusun tindakan
selanjutnya selain itu juga peneliti merefleksi diri dengan melihat data observasi
apakah kegiatan yang dilakukan telah mengenai sasaran atau belum.
1. Rancangan Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti bersama teman sejawat dan kolaborator menyusun
skenario pembelajaran yang terdiri dari:
1) Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar
yang akan disampaikan siswa dalam pembelajaran penjasorkes.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
2) Membuat rencana pembelajaran dengan mengacu pada tindakan yang
diterapkan dalam PTK, yaitu pembelajaran lompat jauh gaya jongkok.
3) Menyusun instrumen yang digunakan dalam siklus PTK, lembar pengamatan
pembelajaran lompat jauh gaya jongkok.
4) Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran.
5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan
aktivitas pembelajaran di lapangan dengan langkah-langkah kegiatan antara lain
sebagai berikut:
1) Menjelaskan kegiatan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan
media kardus.
2) Melakukan pemanasan
3) Membentuk kelompok dalam pembelajaran
4) Melakukan latihan gerak dasar lompat jauh gaya jongkok, cara melakssanakan
lompat jauh gaya jongkok menggunakan kardus dan cara melakukan lompat
jauh gaya jongkok.
5) Membuat kesimpulan.
6) Penilaian dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung.
7) Melaksanakan pendinginan
c. Pengamatan
Pengamatan tindakan tahap (1) hasil belajar siswa dalam pembelajaran lompat
jauh gaya jongkok menggunakan media pembelajaran (2) kemampuan melakukan
gerak dasar lompat jauh gaya jongkok (3) aktivitas siswa dalam pembelajaran.
d. Tahap Evaluasi (Refleksi)
Refleksi merupakan uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil penelitian
dan refleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang
dilaksanakan serta kriteria dan rencana bagi siklus tindakan berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
2. Rancangan Siklus II
Pada siklus II perencanaan dikaitkan dengan hasil yang telah dicapai pada
tindakan siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut dengan materi
pembelajaran sesuai dengan silabus mata pelajaran penjasorkes. Demikian juga
termasuk perwujudan tahap pelaksanaan, observasi dan interprestasi, dan analisis,
refleksi yang juga mengacu pada siklus sebelumnya.
Persentase indikator pencapaian keberhasilan penelitian pada siklus seperti
tertera pada tabel berikut ini.
Tabel 3. Rencana Persentase Target Pencapaian Siklus
Aspek yang
diukur
Persentase Cara Mengukur
Kondisi
awal
Siklus I Siklus II
Hasil belajar
siswa dalam
pembelajaran
lompat jauh gaya
jongkok
60% 70% 80-90% Dihitung dari jumlah
siswa yang dapat
mencapai ketun-tasan
belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan
kegiatan survei awal untuk mengetahui kondisi sesungguhnya yang ada di lapangan.
Hasil dari kegiatan survey awal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Terbatasnya sarana dan prasarana
Terbatasnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk mendukung suksesnya
proses pembelajaran pada mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan. Hasil survei peneliti membuktikan bahwa sarana dan prasarana untuk
proses pembelajaran penjasorkes masih sangat kurang, baik dalam jenis maupun
jumlahnya sangat tidak sebanding atau belum ideal.
2. Guru kurang kreatif dalam mencari solusi alternatif untuk melengkapi alat dan
sarana pembelajaran yang tidak dimiliki sekolah, padahal sebenarnya bisa dicari atau
dibuat dengan memodifikasi barang atau alat yang ada disekitar kita. Jika hal ini
terus berlanjut maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan efektif.
3. Guru kesulitan dalam menemukan model pembelajaran bermain yang tepat untuk
meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok siswa kelas V SD Negeri 1
Wirasana Kecamatan Purbalingga Kabupaten Purbalingga tahun pelajaran
2011/2012.
Dalam setiap pembelajaran penjasorkes, siswa menunjukkan sikap yang kurang
berminat dan kurang antusias. Siswa tampak bosan dan perhatian tidak sepenuhnya
tertuju pada materi pelajaran karena model permainan yang dilakukan sangat
monoton. Guru sudah mencoba membangkitkan minat siswa dengan cara member
pendekatan secara langsung dan menegur siswa yang kurang memperhatikan
pelajaran, tetapi cara ini belum dapat membangkitkan minat siswa terhadap materi
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
Proses penelitian dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus yang masing-masing siklus
terdiri dari 4 (empat) tahapan, yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan Tindakan, (3)
Observasi dan interprestasi, (4) Analisis dan refleksi.
1. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan I
Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 15
Mei 2012 di SD Negeri 1 Wirasana Kecamatan Purbalingga. Peneliti bersama
kolaborator mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilaksanakan dalam
proses penelitian ini. Setelah disepakati bersama bahwa pelaksanaan tindakan pada
siklus I akan dilaksanakan selama dua kali pertemuan, yaitu pada hari Selasa
tanggal 15 dan 22 Mei 2012. Peneliti bersama-sama dengan kolaborator mengukur
kemampuan awalan, tolakkan, gaya, dan pendaratan pada lompat jauh gaya
jongkok siswa sebagai pretest. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut peneliti
bersama kolaborator merencanakan tindakan I meliputi kegiatan sebagai berikut:
1) Merancang scenario pembelajaran bermain untuk meningkatkan kemampuan
lompat jauh gaya jongkok, yaitu dengan langkah-langkah:
a) Peneliti menjelaskan mengenai materi gerak dasar lompat jauh gaya
jongkok yang akan diajarkan.
b) Peneliti memberikan contoh gerak dasar lompat jauh gaya jongkok dalam
bentuk permainan pada siswa.
c) Peneliti dan siswa melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang
telah dilakukan.
2) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pada materi lompat jauh gaya
jongkok.
3) Bersama dengan kolaborator membuat media yang diperlukan dalam
pembelajaran gerak dasar lompat jauh gaya jongkok, diantaranya adalah
kardus dan bilah bambu.
4) Menyusun instrument penelitian berupa tes dan non tes. Instrumen tes dinilai
dari hasil tes awalan, tes tumpuan/tolakkan, gaya diudara, dan pendaratan.
Sedangkan instrumen non tesdinilai berdasarkan pedoman observasi yang
dilakukan oleh peneliti dengan mengamati aktifitas dan sikap siswa selama
proses pembelajaran berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
b. Pelaksanaan Tindakan I
Pelaksanaan tindakan ini direncanakan berlangsung selama dua kali
pertemuan, yaitu pada hari Selasa tanggal 15 dan 21 Mei 2012 di halaman SD
Negeri 1 Wirasana Kecamatan Purbalingga. Tiap pertemuan dilaksanakan selama 2
x 35 menit. Sesuai dengan skenario pembelajaran pada siklus I ini pembelajaran
dilakukan oleh peneliti dan observer sekaligus melakukan observasi terhadap
proses pembelajaran dan wawancara kepada beberapa siswa setelah pembelajaran
berakhir.
Materi pelaksanaan tindakan I, pada siklus I (Selasa, 15 Mei 2012) ini adalah
penggunaan media sederhana untuk meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya
jongkok.
1) Peneliti membariskan siswa menjadi 2 saf, kemudian presensi, berdoa.
2) Peneliti menjelaskan materi gerak dasar lompat jauh gaya jongkok pada siswa.
3) Peneliti memberikan peregangan dan pemanasan yang berkaitan dengan
gerakan inti, yaitu menitikberatkan pada gerakan pada tungkai.
4) Gerakan pemanasan adalah dimulai dari jogging kemudian lompat katak,
jingkat-jingkat (engklek), standing broad jump.
5) Lari dengan melompati kardus yang ditata tiap 4 langkah, jumlah kardus yang
dilompati sejumlah 4 buah kardus.
6) Memberikan motivasi kepada siswa agar bersemangat dalam melakukan
kegiatan pembelajaran (kegiatan bersifat kompetitif).
7) Di akhir pembelajaran, siswa diberikan koreksi secara umum, sedangkan
koreksi secara khusus (perseorangan) dilakukan setiap siswa melakukan
gerakan yang salah atau kurang sempurna.
c. Observasi dan Interprestasi
Observasi dan interprestasi tindakan I dilakukan selama tindakan I
berlangsung. Pada pertemuan pertama (Selasa, 15 Mei 2012 selama 2 x 35 menit)
peneliti menggunakan media yang sama untuk tujuan meningkatkan keterampilan
atau hasil belajar lompat jauh gaya jongkok, dengan media yang sama diharapkan
siswa masih mengingat kegiatan sebelumnya yang pernah dilakukannya, dan
semua kegiatan harus kompetitif agar siswa lebih termotivasi. Dari kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
tersebut, ditemukan tentang jalannya proses pembelajaran lompat jauh gaya
jongkok dengan media pembelajaran berupa kardus seperti berikut:
1) Sebelum mengajar, peneliti dan kolaborator telah membuat rencana
pembelajaran yang akan dijadikan sebagai pedoman dalam mengajar.
2) Peneliti sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok
dengan benar, yaitu dengan cara mengajar sesuai, jelas, dan terencana. Pada
awal pembelajaran, peneliti dengan sangat jelas mengemukakan bagaimana
menggunakan media pembelajaran sederhana untuk meningkatkan
keterampilan lompat jauh gaya jongkok. Peneliti memberikan gerakan
pemanasan yang berkaitan dengan materi lompat jauh gaya jongkok. Pada
pertemuan pertama (2 x 35 menit) peneliti menjelaskan materi gerak dasar
lompat jauh gaya jongkok dalam bentuk gerakan-gerakan seperti cara
mengambil awalan atau membuat cheqmark atau tanda dimana langkah
awalan dimulai, gerak dasar bertumpu/menolak, dan sikap badan saat
melayang diudara (gaya), dan cara pendaratan (landing). Semua gerakan
diberikan secara bagian per bagian, dan setelah mulai lancar dapat dilakukan
secara keseluruhan. Semua latihan/gerakan diawali dengan contoh dari peneliti
secara berulang-ulang dan jika terjadi kesalahan gerak segera peneliti
memperbaiki secara langsung.
3) Peneliti memberikan motivasi kepada semua siswa agar mau melakukan atau
mencoba tiap gerakan dengan gembira, percaya diri, dan tanpa rasa takut,
Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran diperoleh
informasi atau gambaran tentang motivasi dan aktifitas siswa selama proses
pembelajaran berlangsung, yaitu siswa yang aktif selama kegiatan pembelajaran
berlangsung sebesar 69,05% sedangkan sisanya yang 30,95% kurang
memperhatikan penjelasan dari peneliti. Siswa tersebut bermain sendiri bahkan
cenderung mengganggu teman. Sedangkan posisi peneliti lebih banyak didepan
dan suara peneliti kurang terdengar oleh siswa yang berada di barisan belakang.
Pada saat peneliti memberikan materi, kolaborator yang berlaku sebagai observer
menghitung siswa yang aktif dan yang tidak sera membantu saat penilain.
Aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran lompat jauh gaya jongkok
yang mengikuti secara sangat aktif sebanyak 3 siswa (16%), mengikuti pelajaran
dengan aktif sebanyak 4 siswa (21%), siswa yang mengikuti cukup sebanyak 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
siswa (37%), dan siswa yang mengikuti tetapi kurang aktif sebanyak 5 siswa
(26%).
Lebih jelasnya hasil pengamatan mengenai aktifitas siswa dalam mengikuti
pembelajaran lompat jauh gaya jongkok disajikan dalam bentuk table di bawah ini.
Tabel 4. Keaktifan Siswa Saat Kegiatan Pembelajaran Silkus I
No Kategori ∑ Prosentase
1 Sangat Aktif 3 16%
2 Aktif 4 21%
3 Cukup 7 37%
4 Kurang Aktif 5 26%
∑ 19 100%
Hasil penilaian pada kondisi awal diperoleh hasil bahwa siswa belum ada
yang mampu dalam kategori baik sekali. Dari siswa yang berjumlah 19 baru pada
kategori baik sebanyak 4 siswa (21%), kategori cukup sebanyak 8 siswa (42%),
dan kategori kurang sejumlah 7 siswa (37%).
Untuk lebih jelasnya data hasil penilaian pada siklus I peneliti sajikan dalam
bentuk table di bawah ini:
Tabel 5. Hasil Penilaian Lompat Jauh Gaya Jongkok Kondisi Awal.
No Nilai Kategori Jumlah
Siswa Prosentase
Kriteria
Ketuntasan
1.
2.
3.
4.
> 76
71 – 76
65 – 70
< 65
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
0
4
8
7
0%
21%
42%
37%
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
19 100%
Setelah selesai pembelajaran siswa diwawancarai tentang bagaimanakah
proses pembelajaran yang baru saja dilaksanakan apakah siswa merasa senang
dengan model pembelajaran tersebut, apakah siswa lebih berani melaksanakan
tanpa rasa takut ? apakah sebaliknya siswa merasa bosan dan taku, kemudian siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
juga dimintai pendapat dan diberi pertanyaan hal-hal manakah yang masih
dianggap sulit.
Hasil penilaian pada kegiatan siklus I diperoleh hasil bahwa siswa belum ada
yang mampu dalam kategori baik sekali. Dari siswa yang berjumlah 19 baru pada
kategori baik sebanyak 5 siswa (26%), kategori cukup sebanyak 11 siswa (58%),
dan kategori kurang sejumlah 3 siswa (16%).
Untuk lebih jelasnya data hasil penilaian pada siklus I peneliti sajikan dalam
bentuk table di bawah ini:
Tabel 6. Hasil Penilaian Lompat Jauh Gaya Jongkok Siklus I.
No Nilai Kategori Jumlah
Siswa Prosentase
Kriteria
Ketuntasan
1.
2.
3.
4.
> 76
71 – 76
65 – 70
< 65
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
0
5
11
3
0%
26%
58%
16%
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
19 100%
d. Analisis dan Refleksi Tindakan/Siklus I
Berdasarkan hasil observasi, peneliti melakukan analisis dan refleksi sebagai
berikut:
1) Agar siswa tidak cepat bosan maka siswa sebaiknya diberi permainan yang
berbeda dengan permainan sebelumnya.
2) Untuk menghilangkan rasa keterasingan dengan permainan tersebut maka
peneliti memberikan penjelasan kembali, dan siswa diberitahu bahwa permainan
tersebut adalah merupakan usaha untuk meningkatkan keterampilan lompat jauh
gaya jongkok.
3) Peneliti tidak hanya berdiri di depan saja, tetapi berkeliling sesuai kebutuhan
dan suaranya juga diusahakan lebih nyaring agar terdengar dari semua penjuru
siswa.
4) Peneliti menambah lagi alat atau media yang jumlahnya sebanding dengan
jumlah siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
5) Untuk mendorong siswa agar lebih aktif lagi dalam melakukan pembelajaran,
peneliti dan siswa yang sedang mengamati teman yang sedang melakukan gerak
dasar lompat jauh selalu memberikan reward baik berupa pujian maupun
dengan tepuk tangan.
2. Siklus II
a. Perencanaan Tindakan II
Peneliti bersama kolaborator mengadakan diskusi tentang rencana tindakan/
siklus II bertempat di ruang guru SD Negeri 1 Wirasana Kecamatan Purbalingga.
Dalam diskusi tersebut peneliti mendapatkan masukan dari observer mengenai
kelemahan dan kekuatan selama kegiatan berlangsungnya kegiatan pada siklus I
yang lalu, kemudian untuk mengadakan perbaikan atau penyempurnaan mengenai
hal-hal yang masih dirasa kurang tepat dan merencanakan hal-hal atau tindakan
baru yang sekiranya dapat membantu suksesnya jalannya pembelajaran pada
materi lompat jauh gaya jongkok.
Untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada, akhirnya peneliti bersama
kolaborator mengambil keputusan sebagai berikut:
1) Peneliti dalam memberikan penjelasan harus dengan suara yang lebih nyaring
dan jelas didengan dari berbagai penjuru siswa.
2) Peneliti saat memberikan penjelasan harus disertai dengan contoh-contoh
gerakan dan memberikan contoh harus secara berulang-ulang, dan dapat
memberikan contoh setiap menemukan siswa yang salah atau gagal dalam
melakukan lompat jauh gaya jongkok.
3) Peneliti mengubah posisi berdirinya saat mengajar dengan berpindah-pindah
mendekati siswa yang kurang perhatian dan kurang bersemangat, peneliti
sesekali berada di depan siswa dan kadang berada di belakang dan masuk ke
dalam barisan saat pembelajaran berlangsung.
4) Peneliti memberikan latihan dalam bentuk kompetisi, jadi pada akhir pelajaran
hasil lompat jauh gaya jongkok harus diukur dengan roll meter.
5) Peneliti lebih memberikan motivasi kepada siswa dengan tetap memberikan
semangat saat pembelajaran berlangsung.
6) Peneliti menyiapkan alat lebih banyak sehingga siswa tidak merasa bosan
dalam menunggu giliran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Peneliti selalu memberikan reward kepada siswa yang berhasil melakukan
lompat jauh gaya jongkok dengan baik tetapi tetap memberikan motivasi kepada
siswa yang masih belum berhasil dalam melaksanakan lompat jauh gaya jongkok.
Tahap perencanaan tindakan II meliputi kegiatan sebagai berikut:
a) Peneliti bersama dengan kolaborator merancang skenario pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok, yaitu dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1) Peneliti menjelaskan mengenai materi lompat jauh gaya jongkok yang akan
diajarkan pada hari itu, siswa menyimak.
2) Peneliti memberikan contoh gerakan berulang-ulang, per elemen tentang
lompat jauh gaya jongkok kepada siswa.
3) Peneliti bersama siswa melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran
yang telah dilakukan.
b) Peneliti bersama kolaborator menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) untuk materi yang berkaitan dengan keterampilan lompat jauh gaya
jongkok.
c) Peneliti bersama kolaborator membuat media sederhana yang diperlukan dalam
pembelajaran awalan, tumpuan/tolakkan, gaya di udara, dan pendaratan. Media
dibuat dari kardus, dan bilah bambu.
d) Peneliti bersama kolaborator menyusun instrumen penelitian, yaitu berupa tes
dan non tes. Instrumen tes dinilai dari hasil tes awalan, tes menolak, tes
melayang di udara, dan tes mendarat. Sedangkan instrumen non tes dinilai
berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer dengan mengamati
keaktifan dan sikap siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan/Siklus II
Pelaksanaan tindakan II direncanakan berlangsung selama dua kali
pertemuan, yaitu pada hari Selasa tanggal 29 Mei dan 5 Juni 2012. Masing-masing
pertemuan dilaksanakan selama 2 x 35 menit. Dalam kegiatan ini peneliti
menerapkan solusi yang telah disepakati bersama kolaborator untuk mengatasi
kekurangan yang terjadi pada proses pembelajaran pada siklus I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Sebagaimana skenario pembelajaran pada siklus II ini dilakukan oleh peneliti
dan sekaligus bersama observer untuk mengamati jalannya pembelajaran dan
mewawancarai siswa setelah pembelajaran berakhir.
Materi pelaksanaan tindakan II, pada pertemuan pertama (Selasa, 29 Mei
2012) ini adalah tetap menggunakan media sederhana berupa kardus untuk
meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok sebagai berikut:
1) Peneliti membariskan siswa, presensi, dan memimpin doa
2) Peneliti menjelaskan materi lompat jauh gaya jongkok beserta contoh gerakan,
dimulai dari mengambil awalan, menumpu, melayang diudara, dan mendarat.
3) Peneliti memimpin pemanasan dimulai ndari gerakan yang statis hingga
gerakan yang lebih dinamis. Gerakan pemanasan dititik beratkan pada bagian
tubuh yang dominan digunakan, yaitu pada otot-otot tungkai.
4) Peneliti harus selalu memberikan contoh gerakan yang akan diajarkan dan
berulang-ulang.
5) Memberikan motivasi kepada semua siswa dan selalu memberikan semangat
kepada seluruh siswa baik yang sudah dapat melaksanakan lompat jauh gaya
jongkok dengan baik maupun yang masih kurang baik.
6) Diakhir pertemuan, siswa dibariskan kembali seperti pada waktu awal
pembelajaran, presensi dan berdoa kemudian siswa dibubarkan untuk
mengikuti pelajaran berikutnya.
c. Observasi dan Interprestasi
Peneliti mengajar sekaligus bersama-sama dengan observer untuk mengamati
gerak-gerik siswa selama pembelajaran berlangsung. Kegiatan observasi
dimaksudkan untuk mendeskripsikan apakah kekurangan/kelemahan yang terjadi
pada siklus I sudah dapat diatasi pada kegiatan siklus II ini atau belum. Selama
kegiatan pembelajaran di kelas V SD Negeri 1 Wirasana Kecamatan Purbalingga
observer mengamati jalannya proses pembelajaran dan hasilnya adalah berjalan
dengan baik. Siswa tampak lebih tertib dalam mengikuti pembelajaran. Seperti
pada siklus I, pelaksanaan tindakan II dilaksanakan selama dua kali pertemuan
yaitu pada hari Selasa 29 Mei dan 5 Juni 2012 tiap pertemuan dilaksanakan selama
2 x 35 menit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Pada awal pembelajaran, peneliti mengawali pelajaran dengan memberikan
gerakan pemanasan yang berkaitan dengan materi lompat jauh gaya jongkok.
Peneliti menjelaskan materi lompat jauh gaya jongkok dalam bentuk permainan,
peregangan otot-otot yang sesuai dengan kegiatan inti.
Bersama dengan kolaborator peneliti melakukan observasi dan interprestasi
tindakan II, adapun pelaksanaan tindakan II yaitu : (1) peneliti mengamati proses
pembelajaran gerakan lompat jauh gaya jongkok dengan menggunakan media
kardus pada siswa kelas V SD Negeri 1 Wirasana Kecamatan Purbalingga tahun
pelajaran 2011/2012, (2) sebelum pembelajaran berlangsung peneliti bersama
kolaborator menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tindakan II
sebagai pedoman atau acuan dalam proses pelaksanaan pembelajaran, (3) peneliti
melakukan proses pembelajaran gerakan lompat jauh gaya jongkok, dalam hal ini
peneliti mengacu pada sintaks (alur pembelajaran) pada model pembelajaran, yakni
adanya penjelasan materi, demonstrasi/unjuk kerja contoh, serta pelaksanaan
instruksi secara langsung oleh siswa, (4) bersama dengan kolaborator memberikan
motivasi kepada siswa agar mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
Sebelumnya peneliti bersama kolaborator memberikan contoh gerakan dengan
benar. Siswa dengan semangat melakukan apa yang diperintahkan peneliti.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran diperoleh gambaran
tentang motivasi dan aktifitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung,
yaitu siswa yang senang, bersemangat dan tidak cepat merasa lelah dan bosan. Dari
hasil penilaian siswa yang kurang aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung,
diperoleh penjelasan bahwa diantara mereka ada yang kurang menyukai materi, (5)
peneliti bersama kolaborator dan siswa selalu memberikan applause kepada setiap
penampilan siswa. Peneliti dan kolaborator juga memberikan reward berupa
pujian, seperti kata “nah…. begitu”, “ya bagus”, “contoh si Anu!”, dan lain-lain.
Suasana tampak lebih hidup dengan semangat dan antusiasme siswa yang tinggi,
(6) bersama kolaborator melakukan penilaian melalui lembar observasi, dan tes
kemampuan siswa saat melakukan gerak dasar lompat jauh gaya jongkok dengan
tujuan untuk mengetahui seberapa optimalnya pengaruh modifikasi alat bantu
pembelajaran terhadap hasil belajar lompat jauh gaya jongkok siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Pada saat peneliti memberikan materi pada siklus II, kolaborator yang
berlaku sebagai observer menghitung siswa yang aktif dan yang tidak serta
membantu saat penilain.
Aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran lompat jauh gaya jongkok
yang mengikuti secara sangat aktif sebanyak 6 siswa (32%), mengikuti pelajaran
dengan aktif sebanyak 6 siswa (32%), siswa yang mengikuti cukup sebanyak 5
siswa (26%), dan siswa yang mengikuti tetapi kurang aktif sebanyak 2 siswa
(11%).
Lebih jelasnya hasil pengamatan mengenai aktifitas siswa dalam mengikuti
pembelajaran lompat jauh gaya jongkok disajikan dalam bentuk table di bawah ini.
Tabel 7. Keaktifan Siswa Saat Kegiatan Pembelajaran Silkus I
No Kriteria ∑ Prosentase
1 6 32%
2 6 32%
3 5 25%
4 2 11%
∑ 19 100%
Hasil penilaian pada kegiatan siklus I diperoleh hasil bahwa belum ada siswa
yang masuk dalam kategori baik baik sekali. Dari siswa yang berjumlah 19 baru
pada kategori baik sebanyak 8 siswa (42%), kategori cukup baik sebanyak 9 siswa
(47%), dan kategori cukup sejumlah 1 siswa atau 5%.
Untuk lebih jelasnya data hasil penilaian pada siklus I peneliti sajikan dalam
bentuk table di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Tabel 8. Hasil Penilaian Lompat Jauh Gaya Jongkok Siklus II.
No Nilai Kategori Jumlah
Siswa Prosentase
Kriteria
Ketuntasan
1.
2.
3.
4.
> 76
71 – 76
65 – 70
< 65
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
0
9
9
1
%
47%
47 %
5%
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Belum Tuntas
19 100%
d. Analisis dan Refleksi
Secara umum semua kelemahan yang terjadi pada pembelajaran siklus I
dapat teratasi dengan baik, hal ini terbukti dari hasil observasi dan hasil penilaian
yang telah dilaksanakan pada siklus II ini terdapat peningkatan baik dari
meningkatnya keaktifan siswa maupun dari hasil belajar lompat jauh gaya jongkok
yang telah dilaksanakan pada siklus II ini.
Berhasilnya peneliti dalam membangkitkan semangat siswa untuk mengikuti
pembelajaran pada materi lompat jauh gaya jongkok adalah berkat kerja sama
antara peneliti dengan kolaborator. Peneliti telah berhasil memancing respon siswa
terhadap stimulasi yang telah diberikannya. Siswa tampak lebih ceria dan semangat
dalam melakukan aktifitas pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan baik,
meskipun masih ada beberapa siswa yang masih perlu diberi bimbingan secara
khusus. Peningkatan hasil belajar ini merupakan indikator keberhasilan peneliti
dalam melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan modifikasi alat atau
menggunakan media yang dimodifikasi, dan peningkatan hasil belajar ini dapat
dilihat dari nilai siswa pada tes yang dilakukan dari siklus I sampai siklus II.
C. Deskripsi Data.
Selama pelaksanaan siklus atau tindakan II, maka peneliti melakukan
pengambilan data penelitian. Adapun deskripsi data peningkatan hasil belajar
lompat jauh gaya jongkok dan nilai ketuntasan hasil belajar dengan memodifikasi
alat bantu pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada siswa
kelas V SD Negeri 1 Wirasana Kecamatan Purbalingga tahun pelajaran 2011/2012,
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Tabel 9. Hasil Peningkatan Lompat Jauh Gaya Jongkok dari Kondisi Awal Ke
Siklus I.
Kategori Kondisi Awal Prosentase Siklus I Prosentase
Tuntas 12 63% 16 84%
Belum Tuntas 7 37% 3 16%
∑ 19 100% 19 100%
Tabel 10. Hasil Peningkatan Lompat Jauh Gaya Jongkok Siswa Kelas V SD Negeri
1 Wirasana Tahun Pelajaran 2011/2012 dari Siklus I ke Siklus II.
Kategori Siklus I Prosentase Siklus II Prosentase
Tuntas 16 84% 18 94%
Belum Tuntas 3 16% 1 6%
∑ 19 100% 19 100%
Berdasarkan data peningkatan nilai hasil belajar dari siklus I ke siklus II
menunjukkan, siswa kelas V SD Negeri 1 Wirasana Kecamatan Purbalingga tahun
pelajaran 2011/2012 meningkat sebesar 10% Hal ini menunjukkan bahwa, setelah
diberi tindakan pada siklus II keterampilan gerak dasar lompat jauh gaya jongkok
dan ketuntasan hasil belajar mengalami peningkatan. Penghitungan peningkatan
nilai ketuntasan hasil belajar siklus atau tindakan I ke siklus II terlampir.
Selain dari peningkatan rata-rata nilai siswa, juga dari jumlah siswa yang
tuntas dalam pembelajaran dari siklus I dari 19 siswa, yang tuntas dalam belajar
sejumlah 12 siswa (63%), sedangkan siswa yang masih belum tuntas sebanyak 7
siswa (37%). Pada siklus II dari 19 siswa hanya 1 siswa belum tuntas dalam belajar
atau (5%) tuntas.
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pelaksanaan tindakan II
berlangsung hasil belajar keterampilan siswa dapat diidentifikasi. Telah memenuhi
target dengan capaian berhasil atau tuntas lebih dari target pencapaian yang
diharapkan. Sebagai gambaran dapat dilihat data dalam bentuk tabel dibawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tabel 11. Perbandingan Rencana Prosentase Target Pencapaian Siklus
Aspek Yang Diukur No Kondisi Rencana
Hasil
Yang
Dicapai
Cara Mengukur
Hasil belajar siswa
dalam pembelajaran
lompat jauh gaya
jongkok
1 Awal 60% 59% Dihitung dari jum-
lah siswa yang
dapat mencapai ke
ketuntasan belajar
2 Siklus I 70% 71%%
3 Siklus II 80-90% 94%
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan Siklus II dapat
dinyatakan bahwa telah terjadi peningkatan kualitas pembelajaran (baik dalam
proses maupun hasil pembelajaran) keterampilan rangkaian gerak lompat jauh gaya
jongkok dari siklus I ke siklus II. Hal ini dapat dilihat pada table di bawah ini:
Tabel 12. Peningkatan Hasil Belajar Dari Kondisi Awal ke Siklus I
Nilai Rata Siklus I Nilai Rata-rata Siklus II Peningkatannya
67 67 0 = 0%
Lebih jelasnya berikut ini disajikan grafik perbandingan peningkatan hasil
belajar lompat jauh gaya jongkok siswa kelas V SD Negeri 1 Wirasana Kecamatan
Purbalingga tahun pelajaran 2011/2012 dari siklus I ke Siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Gambar 8. Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar dari Siklus I ke Siklus II
Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa, ketuntasan hasil belajar siswa
kelas V SD Negeri 1 Wirasana Kecamatan Purbalingga tahun pelajaran 2011/2012
tidak mengalami peningkatan, tetapi jumlah siswa yang tuntas mengalami
peningkatan dari 10 siswa menjadi 12 siswa yang tuntas.
Jika dilihat dari peningkatan hasil belajar berdasarkan nilai siswa memang
tidak mengalami peningkatan rata-rata, tetapi jika dilihat dari prosentase ketuntasan
siswa mengalami peningkatan yang cukup signifikan seperti table berikut ini:
Tabel 13. Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 1
Wirasana Kecamatan Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012 dari
Siklus I ke Siklus II.
Tuntas Kondisi Awal Tuntas Siklus I Peningkatannya
12 siswa (59%) 16 siswa (71%) 4 siswa = 21%
Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan grafik perbandingan peningkatan
ketuntasan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok siswa kelas V SD Negeri 1
Wirasana Kecamatan Purbalingga tahun pelajaran 2011/2012 dari Kondisi Awal ke
Siklus II.
67 67
Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Dari Siklus I ke Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Gambar 7. Grafik Perbandingan Peningkatan Ketuntasan Belajar.
Prosentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Wirasana
Kecamatan Purbalingga tahun pelajaran 2011/2012 dari kondisi awal, siklus I, dan
ke siklus II seperti yang disajikan dalam bentuk grafik di bawah ini:
Gambar 8. Prosentase Peningkatan Ketuntasan Belajar
Siklus I 37%
Siklus II 50%
Peningkatan 13%
Grafik Perbandingan Peningkatan Ketuntasan Belajar Dari Siklus I ke Siklus II
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Kondisi Awal, 63
Siklus I, 84 Siklus II, 94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa, kondisi pada tindakan siklus I
ke siklus II siswa kelas V SD Negeri 1 Wirasana Kecamatan Purbalingga tahun
pelajaran 2011/2012 mengalami peningkatan yang sangat signifikan, tindakan pada
siklus I dari 19 siswa yang tuntas dalam belajarnya hanya 12 siswa atau 71%,
kemudian setelah diberi tindakan pada siklus II ternyata peningkatannya sangat
fantastis, yaitu dari 19 siswa yang tuntas dalam belajarnya sebanyak 18 siswa
(94%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Penelitian tindakan kelas (PTK) pada siswa kelas V SD Negeri 1 Wirasana
Kecamatan Purbalingga tahun pelajaran 2011/2012 dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus.
Setiap siklus terdiri atas empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)
observasi dan interprestasi, dan (4) analisis dan refleksi
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah
diungkapkan pada Bab IV, diperoleh simpulan yaitu penggunaan media kardus dapat
mengoptimalkan keterampilan hasil belajar gerak dasar lompat jauh gaya jongkok pada
siswa kelas V SD Negeri 1 Wirasana tahun pelajaran 2011/2012.
Dari hasil analisis yang diperoleh, terdapat peningkatan dari kondisi awal ke
siklus I dank e siklus II, nilai ketuntasan hasil belajar pada kondisi awal hanya
menunjukkan 12 siswa yang tuntas dalam belajar (63%). Siklus I sebanyak 16 siswa
tuntas dalam belajar (84%), dan pada siklus II sebanyak 18 siswa tuntas dalam belajar
(94%).
B. Implikasi
Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa keberhasilan proses
pembelajaran tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut berasal dari pihak
guru maupun siswa serta sekolah yang berupa alat/media pembelajaran yang tersedia.
Kemampuan guru dalam mengembangkan materi, menyampaikan materi,
mengelola kelas, metode yang digunakan dalam proses pembelajaran, serta teknik yang
digunakan guru sebagai sarana untuk menyampaikan materi. Faktor dari siswa yaitu
minat dan motivasi dalam menguikuti proses pembelajaran, ketersediaan alat/media
pembelajaran yang menarik dapat membantu siswa dalam mengikuti pembelajaran,
sehingga akan diperoleh hasil yang optimal.
Penelitian ini juga memberikan deskripsi yang jelas bahwa, dengan penggunaan
media kardus dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi guru yang ingin menggunakan media
yang berupa peralatan yang sederhana, mudah diperoleh, dan murah yang ada di sekitar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
sekolah seperti kardus, karet gelang, bilah-bilah bambu atau yang dapat dibuat sendiri
atau alat lain yang dapat digunakan sebagai media alternatif dalam pembelajaran
penjasorkes. Bagi guru mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan,
hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu alternatif dalam melaksanakan proses
pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan peningkatan hasil belajar gerak dasar
yang efektif dan menarik yang membuat siswa lebih aktif serta menghapus persepsi
siswa mengenai pembelajaran penjasorkes yang pada awalnya membosankan dan
melelahkan menjadi pembelajaran yang menyenangkan.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti menyampaikan saran sebagai
berikut:
1. Bagi siswa kelas V SD Negeri 1 Wirasana tahun pelajaran 2011/2012 hendaknya
terus berusaha untuk meningkatkan keterampilan dalam mengembangkan materi,
meningkatkan disiplin, kerja sama sehingga kualitas pembelajaran yang
dilakukannya dapat terus meningkat seiring dengan peningkatan kemampuan yang
dimilikinya. Selain itu siswa hendaknya mau membuka diri untuk menerima
berbagai bentuk masukan, saran, dan kritik agar dapat memperbaiki kualitas
belajarnya dan mau menggunakan fasilitas yang dapat mendukung kelancaran
proses pembelajaran.
2. Bagi guru penjasorkes apabila mengalami kesulitas dalam pembelajaran gerak
dasar lompat jauh gaya jongkok sebaiknya menggunakan alat bantu pembelajaran
atau menggunakan media kardus, dan menggunakan media lain (alternatif) yang
ada di sekitar sekolah sebagai solusinya.
3. Bagi sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana yang sebanding
dengan jumlah siswa dan melengkapi alat yang diperlukan meskipun alat tersebut
adalah hasil modifikasi guru.