penggunaan metode bcct ( beyond center and · pdf fileperencanaan tindakan, pelaksanaan...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGGUNAAN METODE BCCT ( BEYOND CENTER AND CIRCLE TIME ) BERBASIS
PERMAINAN BERHITUNG PERMULAAN UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERHITUNG MATEMATIKA PADA ANAK USIA DINI
DI KELAS B2 TK RAUDLOTUL ATHFAL
ISLAM IRMAS SUKOHARJO
TAHUN AJARAN 2010/2011
Skripsi
Oleh :
Reni Retnowati
K 5106037
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGGUNAAN METODE BCCT ( BEYOND CENTER AND CIRCLE TIME ) BERBASIS
PERMAINAN BERHITUNG PERMULAAN UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERHITUNG MATEMATIKA PADA ANAK USIA DINI
DI KELAS B2 TK RAUDLOTUL ATHFAL
ISLAM IRMAS SUKOHARJO
TAHUN AJARAN 2010/2011
Oleh :
Reni Retnowati
K 5106037
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Kamis
Tanggal : 30 Juni 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Reni Retnowati. PENGGUNAAN METODE BCCT ( BEYOND CENTER AND
CIRCLE TIME ) BERBASIS PERMAINAN BERHITUNG PERMULAAN
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG MATEMATIKA
PADA ANAK USIA DINI DI KELAS B2 TK RAUDLOTUL ATHFAL ISLAM
IRMAS SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta,
April, 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berhitung
matematika anak usia dini di kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS
Sukoharjo melalui penggunaan metode BCCT ( Beyond Center and Circle Time )
berbasis permainan berhitung permulaan.
Penelitian ini berbentuk Classroom Action Research / Penelitian
Tindakan Kelas merupakan pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama. Penelitian ini berupa kolaborasi atau kerjasama antara peneliti, guru, dan
siswa. Langkah –langkah dalam penelitian ini terdiri dari identifikasi masalah,
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi hasil dan merevisi
perencanaan untuk tahap selanjutnya. Penelitian ini terdiri dari dua siklus, siklus I
terdiri dari tiga pertemuan dan siklus II terdiri dari dua pertemuan. Sumber data
penelitian ini adalah peristiwa proses pembelajaran berhitung Matematika yang
berlangsung di kelas dengan informan (guru dan siswa), serta dokumen. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, tes dan metode
dokumentasi. Untuk menguji validitas data penulis menggunakan triangulasi
teknik dan review informan. Teknis analisis yang digunakan adalah dengan
analisis kritis dan analisis deskriptif. Data kualitatif dianalisis dengan teknik
analisis kritis sedangkan data yang berupa tes diklasifikasikan sebagai data
kuantitatif. Data tersebut dianalisis secara deskriptif, yakni memperlihatkan
pencapaian nilai tes antar siklus dengan indikator pencapaian.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan
metode BCCT ( Beyond Center And Circle Time ) berbasis permainan berhitung
permulaan dapat meningkatkan kemampuan berhitung matematika pada anak
usia dini di kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam Irmas Sukoharjo tahun ajaran
2010/2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Reni Retnowati. THE USAGE OF BCCT METHODE (BEYOND CENTRE
AND CIRCLE TIME) BASED ON THE CALCULATION GAMES TO
ENHANCE THE ABILITY OF MATHEMATIC CALCULATION ON THE
EARLY AGE CHILDREN IN B2 CLASS OF RAUDHATUL ATHFAL ISLAM
IRMAS SUKOHARJO 2010.2011. Thesis, Surakarta: Theacher Training and
Education Faculty Surakarta,. Sebelas Maret University.
The purpose of this research is to increase the ability of mathematic
calculation on the early age children B2 Class of Raudhatul Athfal Islam IRMAS
Sukoharjo through the usage of BCCT method ( Beyond Center and Circle Time )
based on the beginning of calculation games.
This research is Classroom Action Research. This is an observation
toward the teaching activity as an action, which is meant to be created and be
happened in the class together. The research is a collaboration between the
researcher, teacher and the students. The steps in this research consists of problem
identification, action plan, the implementation of the action which is happened in
the class together. The research is a collaboration between teacher, researcher, and
students. The steps in this research consist of problem identification, action plan,
observation, result reflection, and revision of the next planning.The research
consist of two cycles. Cycle 1 consist of three meeting and the cycle II consist of
two meeting. The data source of this research is Mathematics Calculation teaching
process in the class with an respondent (teacher and student), also the documents.
The methods of collecting data is observation method, test and documentation
methods. To examine the data validity, the researcher use the triangulation
technique and respondent review. Analytic technique which is used is critical
analysis and descriptive comparative analytic. The qualitative data is analyzed by
critical analytic. Meanwhile the data form the test will be classified as quantitative
data. Those data will be analyzed descriptively and comparatively. The method is
to description the test mark of two cycle with tha indicator of achievement.
Based on the result we may conclude that the usage of BCCT( Beyond
Center And Circle Time ) based on the on the Calculation Games can Enhance the
ability of Mathematic calculation on the early age children in B2 Class of
Raudhatul Athfal Islam Irmas Sukoharjo 2010/2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
“Hidup adalah proses belajar. Setiap insan hendaklah belajar dari kesalahan
,tanpa kenal putus asa untuk menjadi yang lebih baik”.
“ Sabar adalah separo iman dan keyakinan adalah seluruh keimanan”.
(HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan
Kepada:
1. Ibu dan Bapak tercinta, terima kasih atas doa
tulus dan kasih sayangnya.
2. Suamiku yang senantiasa menyemangati
3. Anakku Nahdan tersayang
4. Kakak dan adik tercinta
5. Bapak dan Ibu Dosen PLB yang telah
banyak memberikan ilmu.
6. Almamater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan untuk memenuhi sebagian
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, motivasi dan bimbingan
dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis
ucapkan terimakasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, yang telah
memberikan izin dalam melakukan penelitian;
2. Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta, Bapak Prof. Dr.rer.nat. Sajidan, M.Si yang telah memberikan
izin dalam melakukan penelitian;
3. Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta, Bapak Drs. Amir Fuady, M.Hum yang telah memberikan izin
dalam melakukan penelitian;
4. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd;
5. Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs.
Gunarhadi, M.Kes;
6. Bapak Drs. Rachmad Djatun, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dalam penyusunan skripsi;
7. Bapak Priyono, S. Pd, M. Si selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dalam penyusunan skripsi;
8. Ibu Rahayu Budi Utami,A.ma.Pd.TK,S.Pd, selaku Kepala Sekolah TK RA Islam
IRMAS Sukoharjo yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian;
9. Ibu Erna dan ibu Endang, selaku guru kelas B2 TK RA Islam IRMAS Sukoharjo
, yang telah banyak membantu, memberikan masukan serta kerjasama dalam
bentuk kolaborasi dengan penulis dalam penelitian ;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
10. Seluruh ibu guru TK RA Islam IRMAS Sukoharjo yang telah ikut memberikan
semangat dan bantuan selama pelaksanaan penelitian;
11. Siswa kelas B2 TK RA Islam IRMAS Sukoharjo yang telah membantu
pelasanaan penelitian;
12. Teman-teman PLB 2006 atas semangat dan dukungan;
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Juni 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PENGAJUAN........................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iv
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................. v
HALAMAN MOTTO ................................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... viii
KATA PENGANTAR ..................................................................... ix
DAFTAR ISI.................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI …… ............................................................. 6
A. Tinjauan Pustaka ................................................................... 6
1. Tinjauan tentang Pendidikan Anak Usia Dini ...................... 6
a. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini.......................... 6
b. Tokoh Pendidikan Usia Dini ......................................... 7
c. Ciri Tahapan Perkembangan Berdasarkan Aspek
Perkembangan Anak Prasekolah ................................... 9
d. Kurikulum untuk Pendidikan Prasekolah ....................... 13
2. Tinjauan tentang BCCT ...................................................... 16
a. Pengertian BCCT .......................................................... 16
b. Tujuan Metode BCCT ................................................... 17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
c. Landasan Pengembangan BCCT ................................... 17
d. Prinsip BCCT ............................................................... 18
e. Pijakan – pijakan dalam Metode BCCT ......................... 19
f. Macam-macam / Tour Sentra dan Efek yang Diharapkan
Implementasi Ilmu Pengetahuan dalam Kegiatan Main . 20
g. Ciri – ciri Kelas yang Menggunakan Metode BCCT ...... 22
h. Kecenderungan Belajar yang Melandasi Metode BCCT 22
3. Tinjauan tentang Permainan Berhitung Permulaan .............. 23
a. Tinjauan Tentang Permainan ......................................... 23
b. Landasan Teori Permainan Berhitung Permulaan ......... 29
c. Metode Permainan Berhitung ........................................ 31
d. Prinsip-prinsip Permainan Berhitung Permulaan ........... 32
e. Ciri-ciri Anak Menyenangi Permainan Berhitung .......... 33
f. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan .................................. 33
g. Pelaksanaan Permainan Berhitung Permulaan ............... 33
4. Tinjauan tentang Matematika ............................................. 35
a. Pengertian Matematika .................................................. 35
b. Tahapan Mempelajari Matematika pada Anak TK ......... 35
c. Konsep Berhitung yang Diperkenalkan untuk Anak TK 36
B. Kerangka Berpikir .................................................................... 38
C. Hipotesis .................................................................................. 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... . 40
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 40
B. Pendekatan Penelitian ............................................................... 41
C. Subjek Penelitian ...................................................................... 43
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 43
E. Sumber Data ............................................................................. 47
F. Uji Validitas Data ..................................................................... 47
G. Teknik Analisis Data ................................................................ 48
H. Indikator Ketercapaian .............................................................. 48
I. Prosedur Penelitian ................................................................... 49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 52
A. Deskripsi Kondisi Awal............................................................ 52
B. Deskripsi Hasil Penelitian ......................................................... 55
1. Siklus I ................................................................................ 55
a. Perencanaan Tindakan Siklus I ........................................ 55
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ........................................ 60
c. Observasi ........................................................................ 66
d. Analisis dan Refleksi ....................................................... 67
2. Siklus II ............................................................................... 68
a. Perencanaan Tindakan Siklus II ....................................... 68
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ....................................... 73
c. Observasi ........................................................................ 78
d. Analisis dan Refleksi ....................................................... 79
C. Pembahasan Hasil penelitian .................................................... 80
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .................................... 87
A. Simpulan .................................................................................. 87
B. Implikasi .................................................................................. 87
C. Saran ........................................................................................ 88
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ................................ 40
Tabel 2 : Kisi-kisi Soal................................................................................. 46
Tabel 3 : Indikator Ketercapaian .................................................................. 49
Tabel 4 : Kemampuan Awal Berhitung Matematika Siswa Kelas B2 TK
Raudlotul Athfal Islam Irmas Sukoharjo Tahun Ajaran 2010 / 2011
Semester Genap…………………………………………………… 52
Tabel 5 : Hasil Observasi Kondisi Awal Keaktifan Siswa ............................ 54
Tabel 6 : Hasil Tes Berhitung Matematika Siklus I ...................................... 64
Tabel 7 : Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus I ...................................... 65
Tabel 8 : Hasil Tes Berhitung Matematika Siklus II ..................................... 76
Tabel 9 : Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus II ..................................... 77
Tabel 10: Peningkatan Nilai Tes Berhitung Matematika Tiap Siklus ............. 83
Tabel 11: Peningkatan Keaktifan Siswa Kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam
Irmas Sukoharjo Tahun Ajaran 2010 / 2011 .................................. 85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 : Contoh Benda Kongkrit ............................................................ 36
Gambar 2 : Contoh Benda Visual ................................................................ 36
Gambar 3 : Contoh Benda Simbol ............................................................... 36
Gambar 4 : Contoh Pengenalan Angka dengan Gambar Bintang ................. 37
Gambar 5 : Contoh Penambahan dan Pengurangan dengan Gambar ............ 38
Gambar 6 : Bagan Kerangka Berpikir Penelitian ......................................... 38
Gambar 7 : Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ......................................... 42
Gambar 8 : Alat dan Bahan untuk Meronce Manik-manik............................. 56
Gambar 9 : Bahan untuk Menempel Beruang Teddy. .................................. 58
Gambar 10: Kubus Bergambar ..................................................................... 59
Gambar 11: Bahan Permainan Klasifikasi Hewan ........................................ 70
Gambar 12 : Alat dan Bahan untuk Membuat Kalung Angka......................... 72
Gambar 13: Grafik Peningkatan Nilai Test Berhitung Matematika Tiap Siklus 84
Gambar 14: Grafik Peningkatan Keaktifan Siswa Kelas B2………………… 86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Satuan Kegiatan Harian Siklus I ............................................ 93
Lampiran 2 : Silabus TK B......................................................................... 99
Lampiran 3 : Kisi-kisi Soal ........................................................................ 100
Lampiran 4 : Soal Pre test / Post Test ......................................................... 101
Lampiran 5 : Lembar Observasi Keaktifan Siswa ....................................... 104
Lampiran 6 : Lembar Observasi Kemampuaan Guru Menjelaskan ............. 105
Lampiran 7 : Lembar Observasi Kemampuan Guru Mengelola Kelas......... 106
Lampiran 8 : Satuan Kegiatan Harian Siklus II ............................................ 107
Lampiran 9 : Dokumentasi Kondisi Awal................................................... 111
Lampiran 10 : Dokumentasi Siklus I ............................................................. 112
Lampiran 11 : Dokumentasi Siklus II ............................................................ 114
Lampiran 12 : Daftar Nama Siswa Kelas TK B2 .......................................... 116
Lampiran 13 : Surat Permohonan Izin Research Kepada Rektor .................... 117
Lampiran 14 : Surat Permohonan Izin Research Kepada Kepala Sekolah ...... 118
Lampiran 15 : Surat Permohonan Izin Menyusun Skripsi .............................. 119
Lampiran 16 : Surat Keputusan Dekan FKIP ................................................. 120
Lampiran 17 : Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian .......................... 121
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses belajar mengajar adalah suatu hal yang sangat penting dalam
dunia pendidikan, sehingga perlu mendapat tempat pertama di semua jenjang
pendidikan. Salah satu pendidikan yang sangat penting yaitu pendidikan anak usia
dini atau pendidikan anak prasekolah, dimana pendidikan anak usia dini itulah
yang akan menjadi pondasi dasar bagi pendidikan anak selanjutnya.
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya yang ditujukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang akan dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut. (UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional )
Menurut Marjory Ebbeck (dalam Hibana S. Rahman,2002:2) pendidikan
anak usia dini adalah pelayanan kepada anak muali lahir sampai umur delapan
tahun.
Pendidikan usia dini menurut Hibana S. Rahman (2002:2) adalah upaya
terencana dan sistematis yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0-
8 tahun dengan tujuan agar anak mampu mengembangkan potensi yang dimiliki
secara optimal
Kesadaran akan pentingnya pendidikan anak usia dini semakin banyak
disadari oleh berbagai fihak. Hasil penelitian menyatakan bahwa usia dini
merupakan perkembangan masa emas ’golden age’ sebab pada masa ini seorang
anak mengalami perkembangan otak yang sangat pesat bahkan mencapai 50 %
dari seluruh perkembangan otak manusia. Otak akan berkembang optimal jika
anak mendapat pengalaman yang menyenangkan. Artinya, secara emosi anak
merasakan aman, nyaman dan menyenangkan. Pengalaman yang dialami anak
pada masa ini akan dibawa seumur hidupnya, maka implikasinya pada pendidikan
usia dini adalah diperlukan langkah tepat sesuai dengan kebutuhan anak dimasa
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
depan. Keberhasilan membina anak sejak dini merupakan kesuksesan bagi masa
depan anak. Sebaliknya kegagalan dalam memberikan pembinaan, pendidikan,
pengasuhan dan perilaku akan merupakan bencana bagi kehidupan anak di masa
yang akan datang
Pendidikan anak usia dini dapat diperoleh melalui jalur pendidikan
formal yang berbentuk taman kanak-kanak yang memberikan pelayanan
pendidikan bagi anak usia 4 – 6 tahun. Di taman kanak-kanak, anak akan dididik
dan dilatih berbagai bidang pengembangan pembisaaan yang meliputi moral,
nilai-nilai agama, sosial, emosional dan kemandirian. Di taman kanak-kanak, anak
juga dididik dengan berbagai bidang pengembangan KBM yang meliputi bahasa,
kognitif, fisik motorik dan seni.
Tujuan program kegiatan belajar anak TK adalah untuk membantu
meletakkan dasar kearah perkembangan sikap pengetahuan, ketrampilan dan daya
cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.
Berdasarkan rumusan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor
0486/U/1992 tentang TK bab II pasal 3 dalam Hibana S Rahman (2002:48)
Salah satu bidang pengembangan KBM di TK yaitu bidang
pengembangan kognitif. Pengembangan kognitif dapat diperloleh melalui
kegiatan berhitung, membilang, mengelompokkan, mengenal bentuk,
membedakan sesuatu dan lain-lain. Berdasarkan pengamatan guru bidang
pengembangan kognitif merupakan salah satu materi yang sulit dipahami oleh
anak. Sebagai seorang guru hendaknya pandai-pandai memilih strategi
pembelajaran yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut.
Pada dasarnya kemampuan akademik yang dikembangkan di TK adalah
membaca, menulis dan berhitung. Pada kenyataannya dari ketiga hal tersebut yang
sulit dipelajari adalah berhitung. Hal ini sesuai dengan pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti ketika menjadi guru kontrak di TK RA Islam IRMAS
Sukoharjo. Banyak siswa yang masih mengalami kesulitan dalam hal berhitung
yang termasuk masih sederhana.
Pada umumnya siswa di TK RA Islam IRMAS Sukoharjo sudah hafal
dalam membilang angka,tetapi mereka akan kesulitan dalam penerapannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Kebanyakan siswa akan kesulitan menghitung benda dan menulis angka yang
dimaksud serta beberapa konsep dalam berhitung lainnya, tak jarang siswa masih
banyak yang keliru. Selain itu mereka juga kesulitan dalam hal penjumlahan
maupun pengurangan.
Metode pembelajaran yang tak sesuai sering kali membuat siswa cepat
bosan. Akibatnya siswa akan malas mengerjakan tugas dan tidak berminat
mengerjakan soal hitungan berikutnya.
Usia dini/pra sekolah merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan
berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya pengembangan ini dapat dilakukan
berbagai cara termasuk melalui permainan berhitung. Permainan berhitung di TK tidak
hanya terkait dengan kemampuan kognitif saja, tetapi juga kesiapan mental sosial dan
emosional, karena itu dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara menarik, bervariasi
dan menyenangkan.
Menurut Elizabeth B. Hurlock (dalam Yuliani Nurani Sugiono (2006 :
2.7) permainan berhitung merupakan bagian dari matematika, diperlukan untuk
menumbuh kembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan juga dasar bagi
pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti
pendidikan dasar.
Bila penyebab kesulitan anak dapat diatasi, maka akan tercipta kondisi
interaktif dan dinamis antara guru dengan anak. Interaksi di dalam pembelajaran
mempunyai arti yang lebih luas, tidak hanya sekedar hubungan guru dan anak
namun berupa hubungan interaktif edukatif. Dalam hal ini bukan hanya sekedar
penyampaian materi pembelajaran melainkan penanaman sikap dan nilai pada
akan yang sedang belajar.
Metode permainan berhitung permulaan ini akan tepat jika dipadukan
dengan metode BCCT ( Beyond Center and Circle Time ). Pendekatan BCCT
mendasarkan pada asumsi bahwa anak belajar melalui bermain dengan benda-
benda dan orang-orang disekitarnya (lingkungan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Menurut Nafik (2008 ) BCCT yaitu konsep belajar dimana guru-guru
menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Menurut Taman Pendidikan Usia Dini (TPAUD)
Cahaya Ilmu Semarang (2008) ada beberapa sentra dalam metode BCCT : sentra
bahan alam, sentra main peran mikro/makro, sentra balok, sentra persiapan,sentra
iman dan taqwa, sentra seni dan kreatifitas, sentra musik dan budaya
Berdasarkan pada latar belakang permasalahan di atas maka dalam
penelitian ini peneliti mengambil judul Penggunaan Metode BCCT ( Beyond
Center and Circle Time ) Berbasis Permainan Berhitung Permulaan Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berhitung Matematika Pada Anak Usia Dini Di
Kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo Tahun Ajaran
2010/2011
B. Rumusan Masalah
Apakah penggunaan metode BCCT ( Beyond Center and Circle Time )
berbasis permainan berhitung permulaan dapat meningkatkan kemampuan
berhitung matematika anak usia dini di kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam
IRMAS Sukoharjo ?
C. Tujuan Penelitian
Untuk meningkatkan kemampuan berhitung matematika anak usia dini di
kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo melalui penggunaan
metode BCCT ( Beyond Center and Circle Time ) berbasis permainan berhitung
permulaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah
bertambahnya reverensi untuk meningkatkan kemampuan berhitung untuk anak
usia dini khususnya usia TK. Selain itu, penelitian ini bisa dijadikan sebagai
dasar dalam melakukan penelitian selanjutnya dengan variabel yang lebih
kompleks.
2. Manfaat Praktis
a. Guru
1) Sebagai gambaran penggunaan metode BCCT ( Beyond Center and
Circle Time ) berbasis permainan berhitung permulaan Untuk
meningkatkan kemampuan berhitung matematika pada anak usia dini di
Kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo Tahun Ajaran
2010/2011, sekaligus memberikan alternatif solusi pada kesulitan
berhitung pada siswa TK.
2) Sebagai salah satu pilihan untuk menerapkan salah satu media
pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik siswa untuk
meningkatkan kemampuan berhitung matematika pada anak usia dini di
kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo.
b. Siswa kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo.
1) Sebagai alternatif metode belajar untuk meningkatkan kemampuan
berhitung matematika siswa.
2) Sebagai salah satu sarana untuk membantu siswa dalam memahami isi
suatu hitungan dalam matematika.
c. Bagi peneliti selanjutnya
1) Sebagai salah satu referensi untuk melakukan kajian-kajian lebih lanjut
mengenai suatu metode pembelajaran berhitung permulaan dengan
metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik
siswa.
2) Menjadi salah satu bahan kajian yang relevan dalam penelitian lanjutan
dengan variabel yang sama, di sekolah dan kondisi yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Pendidikan Anak Usia Dini
a. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan prasekolah/usia dini adalah pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar lingkungan
keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar, yang diselenggarakan di jalur
pendidikan sekolah atau di jalur pendidikan luar sekolah (PP 27/1990).
Pengertian pendidikan anak usia dini atau sering disebut juga pendidikan pra
sekolah telah banyak dikemukakan oleh para ahli yang semuanya itu pada dasarnya
mengandung pengertian yang sama. Di bawah ini dikemukakan beberapa definisi
pendidikan usia dini.
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya yang ditujukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang akan dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut. (UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional )
Menurut Marjory Ebbeck (dalam Hibana S. Rahman,2002:2) pendidikan
anak usia dini adalah pelayanan kepada anak mulai lahir sampai umur delapan
tahun.
Pendidikan usia dini menurut Hibana S. Rahman (2002:2) adalah upaya
terencana dan sistematis yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0-
8 tahun dengan tujuan agar anak mampu mengembangkan potensi yang dimiliki.
Pendidikan anak usia dini menurut Sunarwati (2007) adalah jenjang
pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya
pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang
diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Menurut Grace Anata Irlanari (2009) pendidikan anak usia dini adalah
suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut.
Dari berbagai pendapat dari para ahli penulis dapat mengambil
kesimpulan, pendidikan anak usia dini atau prasekolah adalah jenjang pendidikan
yang ditujukan untuk anak sebelum memasuki sekolah dasar usia nol sampai
enam tahun yang bertujuan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani maupun rohani yang dilaksanakan pada jalur pendidikan formal maupun
non formal.
b. Tokoh Pendidikan Usia Dini
Adapun tokoh pendidikan usia dini menurut Agus Ruslan (2007) dalam
adalah :
1) Martin Luther (1483 - 1546)
Menurut Martin Luther tujuan utama sekolah adalah mengajarkan
agama, dan keluarga merupakan institusi penting dalam pendidikan
anak.
2) Jean - Jacques Rousseau (1712 - 1718)
Bukunya Du de 'education, menggambarkan cara pendidikan anak sejak
lahir hingga remaja. Menurut Rousseau: "Tuhan menciptakan segalanya
dengan baik; adanya campur tangan manusia menjadikannya jahat (God
make every things good; man meddles with them and they become
evil). Rousseau menyarankan "kembali ke alam" atau "back to nature",
dan pendekatan yang bersifat alamiah dalam pendidikan anak yaitu :
"naturalisme". Naturalisme berarti, pendidikan akan diperoleh dari
alam, manusia atau benda, bersifat alamiah sehingga memacu
berkembangnya mutu, seperti kebahagiaan, sportivitas dan rasa ingin
tahu. Dalam prakteknya naturalisme menolak pakaian seragam (dress
code), standarisasi keterampilan dasar yang minimum, dan sangat
mendorong kebebasan anak dalam belajar
3) Johan Heindrich Pestalozzi (1746 - 1827)
Dalam bukunya "Emile" ia sangat terkesan dengan "back to nature". Ia
mengintegrasikan kehidupan rumah, pendidikan vokasional dan
pendidikan baca tulis. Pestalozzi yakin segala bentuk pendidikan adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
melalui panca indra dan melalui pengalamannya potensi untuk
dikembangkan. Belajar yang terbaik adalah mengenal beberapa konsep
dengan panca indra. Ibu adalah seorang pahlawan dalam dunia
pendidikan, yang dilakukannya sejak awal kehidupan anak.
4) Frederich Wilhelm Froebel (1782 - 1852)
Froebel menciptakan "Kindergarten" atau taman kanak-kanak, oleh
karena itu ia dijadikan sebagai "bapak PAUD". Pandangan Froebel
terhadap pendidikan dikaitkan dengan hubungan individu, Tuhan dan
alam. Ia menggunakan taman atau kebun milik anak di Blankenburg
Jerman, sebagai milik anak. Bermain merupakan metode pendidikan
anak dalam "meniru" kehidupan orang dewasa dengan wajar.
Kurikulum PAUD dari Froebel meliputi :
a) Seni dan keahlian dalam konstruksi, melalui permainan lilin dan
tanah liat, balok-balok kayu, menggunting kertas, menganyam,
melipat kertas, meronce dengan benang, menggambar dan
menyulam.
b) Menyanyi dan kegiatan permainan.
c) Bahasa dan Aritmatika.
Menurut Froebel guru bertanggung jawab dalam membimbing,
mengarahkan agar anak menjadi kreatif, dengan kurikulum terencana
dan sistematis.
Guru adalah manajer kelas yang bertanggung jawab dalam
merencanakan, mengorganisasikan, memotivasi, membimbing,
mengawasi dan mengevaluasi proses ataupun hasil belajar. Tanpa
program yang sistematis penyelenggaraan PAUD bisa membahayakan
anak.
5) John Dewey (1859 - 1952)
John Dewey adalah seorang profesor di universitas Chicago dan
Columbia (Amerika). Teori Dewey tentang sekolah adalah
"Progressivism" yang lebih menekankan pada anak didik dan minatnya
daripada mata pelajarannya sendiri. Maka muncullah "Child Centered
Curiculum", dan "Child Centered School". Progresivisme
mempersiapkan anak masa kini dibanding masa depan yang belum
jelas, seperti yang diungkapkan Dewey dalam bukunya "My
Pedagogical Creed", bahwa pendidikan adalah proses dari kehidupan
dan bukan persiapan masa yang akan datang. Aplikasi ide Dewey, anak-
anak banyak berpartisipasi dalam kegiatan fisik, baru peminatan. "
6) Maria Montessori (1870 - 1952)
Sebagai seorang dokter dan antropolog wanita Italy yang pertama, ia
berminat terhadap pendidikan anak terbelakang, yang ternyata
metodenya dapat digunakan pada anak normal. Tahun 1907 ia
mendirikan sekolah "Dei Bambini" atau rumah anak di daerah kumuh di
Roma. Metode Montessori adalah pengembangan kecakapan indrawi
untuk menguasai iptek untuk diorganisasikan dalam pikirannya, dengan
menggunakan peralatan yang didesain khusus. Belajar membaca dan
menulis diajarkan bersamaan. Montessori berpendapat anak usia 2 - 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
tahun paling cepat untuk belajar membaca dan menulis. Kritik terhadap
Montessori adalah karena kurang menekankan pada perkembangan
bahasa dan sosial, kreatifitas, musik dan seni.
7) McMiller Bersaudara
Rachel dan Margaret mendirikan sekolah Nursery yang pertama di
London pada tahun 1911. sekolah ini mementingkan kreatifitas dan
bermain termasuk seni.
8) Jean Piaget (1896 - 1980)
Ilmuwan Swiss ini tertarik pada ilmu pengetahuan proses belajar dan
berfikir, meskipun ia sendiri ahli dalam biologi. Menurut Piaget ada tiga
cara anak mengetahui sesuatu :
Pertama, melalui interaksi sosial,
Kedua, melalui interaksi dengan lingkungan dan pengetahuan fisik,
Ketiga, Logica Mathematical, melalui konstruksi mental.
9) Benjamin Bloom
Bloom (1964) mengamati kecerdasan anak dalam rentang waktu
tertentu, yang menghasilkan taksanomi Bloom. Kecerdasan anak pada
usia 15 tahun merupakan hasil PAUD. Pendapat ini dukung oleh Hunt
yang menyatakan bahwa PAUD memberi dampak pada pengembangan
kecerdasan anak selanjutnya.
10) David Werkart
Metode pengajarannya menggunakan prinsip-prinsip :
a) Memberikan lingkungan yang nyaman,
b) Memberikan dukungan terhadap tingkah laku dan bahasa anak,
c) Membantu anak dalam menentukan pilihan dan keputusan,
d) Membantu anak dalam menyelesaikan masalahnya sendiri dengan
melakukannya sendiri.Werkart mendirikan lembaga High Scope
Education (1989).
c. Ciri Tahapan Perkembangan Berdasarkan Aspek Perkembangan Anak
Prasekolah
1) Perkembangan Jasmani / fisik
Perkembangan fisik menurut Abdul Salim (1993:7) meliputi
a) Perkembangan motorik kasar yaitu gerak yang melibatkan sebagian besar
bagian tubuh, dan biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot –
otot besar, misalnya gerakan melompat dari suatu temapat.
Tahapan perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah
(1) Umur 3-4 tahun
(a) Lari menghindari hambatan
(b) Berjalan di atas garis
(c) Melompat di atas satu kaki
(d) Berdiri di atas satu kaki, selama 5 – 10 detik
(e) Mendorong, menarik, mengemudikan mainan
(f) Mengendarai sepeda roda tiga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
(g) Melompat di atas benda stinggi 15 cm, mendarat dengan dua kaki
bersama.
(h) Melempar bola di atas kepala
(i) Menangkap bola yang dilemparkan kepadanya
(2) Umur 4 -5 tahun
(a) Berjalan mundur dengan tumit berjingkat / jinjit
(b) Lompat ke depan 10 kali tanpa jatuh
(c) Naik turun tangga dengan kaki berganti - ganti
(3) Umur 5 – 6 tahun
(a) Berlari ringan di atas ujung jari kaki/ jinjit
(b) Berjalan di atas papan keseimbangan
(c) Dapat melompat sejauh 20 cm
(d) Main lompat tali dengan kaki berganti - ganti
b) Perkembangan motorik halus yaitu gerakan yang hanya melibatkan bagian
tubuh tertentu saja, dan dilakukan oleh otot –otot kecil sehingga
memerlukan tenaga, namun memerlukan kecermatan dan fungsi koordinasi
yang lebih komplek. Misalnya, menggambar, menulis dll.
Tahapan perkembangan motorik halus anak usia prasekolah
(1) Umur 3-4 tahun
(a) Membuat menara dari balok kecil
(b) Meniru membuat bentuk lingkaran
(c) Meniru garis
(d) Membuat garis silang
(e) Membuat segi empat
(f) Meniru tulisan
(g) Membuat bentuk – bentuk tertentu
(2) Umur 4 -5 tahun
(a) Menggunting kertas, mengikuti garis tanpa putus
(b) Menggambar garis silang
(c) Menggambar segi empat
(3) Umur 5 – 6 tahun
(a) Menggunting bentuk sederhana
(b) Meniru membuat segitiga
(c) Membuat bentuk wajik, segitiga, segi empat
(d) Menulis angka
(e) Memberi warna (berbagai bentuk gambar)
2) Perkembangan Kognitif
Ciri perkembangan kognitif anak usia TK menurut Snowman (dalam
Soemantri Patmonodewo, 2003:35)
a) Anak prasekolah telah terampil dalam berbahasa.
b) Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat,
kesempatan, mengagumi, mengasihi, dan kasih sayang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
3) Perkembangan bahasa
Bagi anak – anak usia prasekolah, tibalah saatnya pertumbuhan dahsyat
dalam bidang bahasa. Perbendaharaan kata meluas dan struktur semantik dan
sintaksis bahasa mereka semakin bertambah rumit. Perubahan dalam bidang
bahasa ini mewakili perkembangan dibidang kemampuam kognitif. Anak – anak
usia 3 tahun memiliki sekitar 900 sampai 1000 kata dan sekitar 90 % dari apa
yang mereka ucapkan dapat dipahami. Anak – ank usia 3 tahun mulai
menggunakan kalimat yang tersusun dengan baik sesuai aturan tata bahsa. Mereka
mulai menggunakan kata ganti orang saya, kau, secar benar. Mereka juga tahu
paling kurang tiga kata depan, biasanya di, di atas dan di bawah.
Pada usia 4 tahun, perkembangan bahasa anak – anak meledak.
Perbendaharaan kata mereka mencakup sekitar 4000 sampai 6000 kata, dan
mereka banyak berbicara dalam kalimat lima sampai enam kata. Bagaimanapun ,
kadang – kadang mereka berusaha mengkomunikasikan lebih daripada yang
mampu dilakukan perbendaharaan kata bagi mereka dan memperluas kata – kata
untuk menciptakan warna baru. (Snow, Burns dan Griffin , 1998 dalam Carol
Seefeldt & Barbara A.Wasik,2008:9).
Bahasa anak usia 5 tahun berkembang terus dan perbendaharaan kata –
kata mereka meluas sampai 5000 ke 8000 kata. Jumlah kata dalam kalimat
bertambah dan struktur kalimat menjadi lebih rumit. Sebagai hasil dari umpan
balik dari orang dewasa, anak –anak usia 5 tahun mulai mengurangi pemakaian
perluasan peraturan atas kata kerja dan bentuk jamak, sering kali mengoreksi
kekeliruan mereka sendiri. Anak – anak usia 5 tahun menjadi semakin pintar
dalam kemampuan mereka mengkomunikasikan gagasan dan perasaan mereka
dengan kata – kaat. (Ninio dan Snow, 1996 dalam Carol Seefeldt & Barbara
A.Wasik.2008)
Dalam membicarakan tentang bahasa terdapat 3 butir yang perlu
dibicarakan, yaitu :
Ada perbedaan antara bahasa dan kemampuan bicara. Bahasa biasanya dipahami
sebagai sistem tata bahasa yang bersifat rumit dan bersifat , sedangkan
kemampuan bicara terdiri dari ungkapan dalam bentuk kata-kata. Walaupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
bahasa dan kemapuan bicara sangat dekat hubungannya, keduanya berbeda.
Perbedaan bahasa dan kemampuan bicara menurut Carol Seefeldt & Barbara
A.Wasik (2008:10) adalah
1) Terdapat dua daerah pertumbuhan bahasa yaitu bahasa yang bersifat
pengertian / reseptif (understanding) dan pernyataan/ ekspresif
(producing). Bahasa pengertian (misalnya mendengarkan dan membaca)
menunjukan untuk anak untuk memahami dan berlaku terhadap
komunikasi yang ditujukan pada anak tersebut. Bahasa ekspresif (bicara
dan tulisan) menunjukan ciptaan bahasa yang dikomunikasikan kepada
orang lain.
2) Komunikasi diri atau bicara dalam hati, juga harus dibahas. Anak akan
berbicara dengan dirinya sendiri apabila berkhayal, pada saat
merencanakan menyelesaikan masalah dan menyerasikan gerakan
mereka.
4) Perkembangan Emosi dan Sosial
Perkembangan emosi berhubungan erat dengan seluruh aspek
perkembangan anak. Anak –anak usia prasekolah mengungkapkan sederetan
emosi dan mampu menggunakan secara serasi ungkapan seperti gila, sedih,
bahagia dan sudah bisa membedakan perasaan – perasaan mereka. Dalam tahun
prasekolah ini, situasi emosi anak –anak sangat bergantung keadaan dan bisa
berubah secepat mereka beralih dari kegiatan satu kegiatan lain.
Menurut Hyson,1994 dalam Dorothy Rich (2008:13) Anak -anak usia
prasekolah mulai mengerti berbagai perasaan berbeda yang mereka alami,
namun sulit mengatur perasaan dan menggunakan ungkapan yang sesuai
untuk melukiskan perasaan itu. Gejolak perasaan sangat berhubungan
dengan peristiwa – peristiwa dan perasaan yang terjadi pada saat itu)”. Anak
– anak usia empat tahun sering lebih menggunakan sarana fisikguna
menyelesaikan konflik ketimbang pakai kata – kata untuk merundingkan
kebutuhan mereka
Perkembangan sosial biasanya dimaksudkan sebagai perkembangan
tingkah laku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan – aturan yang berlaku
di dalam masyarakat di mana anak berada.
Tingkah laku sosialisasi adalah sesuatu yang dipelajari , bukan sekedar
hasil dari kematangan. Perkembangan sosial seorang anak diperoleh selain dari
proses kematngan juga melalui kesempatan belajar dari respons terhadap tingkah
laku anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Masalah sosial dan emosional yang sering muncul pada anak usia sekolah
antara lain menurut Dorothy Rich (2008:15) adalah :
1) Rasa cemas yang berkepanjangan atau takut yang tidak sesuai kenyataan
2) Kecenderungan despresi, permulaan dari sikap apatis dan menghindar dari
orang – orang di lingkungannya.
3) Sikap yang bermusuhan terhadap anak dan orang lain
4) Gangguan tidur, gelisah, mengigau, mimpi buruk.
5) Gangguan makan, misalnya nafsu makan sangat menurun.
Ciri sosial anak prasekolah menurut Snowman(dalam Soemantri
Patmonodewo, 2003:34)
Anak prasekolah biasanya mudah bersoasialisasi dengan orang di sekitarnya.
1) Umumnya anak pada tahap inimemiliki satu atau dua sahabat, tetapi
sahabat ini cepat berganti.
2) Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak terlalu terorganisasi secara
baik, oleh karena itu kelompok tersebut cepat berganti – ganti.
3) Anak yang lebih muda seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang
lebih besar
4) Pola bermain anak prasekolah sangat bervariasi fungsinya sesuai dengan
kelas sosial dan ‘gender’
5) Perselisihan sering terjadi tetapi sebentar kemudian mereka telah berbaik
kembali.
6) Telah menyadari peran jenis kelamin dan sex typing.
Ciri emosional pada anak usia prasekolah menurut Snowman (dalam
Soemantri Patmonodewo,2003:35)
1) Anak TK cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan
terbuka.
2) Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi. Mereka sering kali
memperebutkan perhatian guru.
d. Kurikulum untuk Pendidikan Prasekolah
1) Pengertian kurikulum
Menurut Patmonedewo (2003:56) “kurikulum dalah seluruh usaha /
kegiatan sekolah untuk merangsang anak supaya belajar, baik di dalam maupun di
luar kelas. Anak tidak terbatas belajar dari apa yang diberikan di sekolah saja”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Teori Dewey bahwa “kurikulum bermakna tidak hanya sekedar
penghafalan fakta –fakta yang terpisah tetapi juga suatu keseluruhan yang
dipersatukan diarahkan pertama –tama untuk mengimplementasikan kurikulum
yang direncanakan sekitar unit – unit” (Dewey, 1900 dalam Soemantri
Patmonedewo, 2003:57 ).
Terkait dengan kurikulum sebagai suatu program, dalam Undang –
undang No. 20 Tahun 2003 tantang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan
bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
2) Klasifikasi Kurikulum
Menurut Ali Nugraha (2008,1.6) secara garis besar kurikulum, dapat
diklasifikasikan kedalam dua jenis
a) Kurikulum sebagai program rencana atau harapan
Kurikulum secara ideal memuat rencana berbagai hal dalam sistem
pendidikan , terutama mengenai tujuan atau kompetensi yang diharapkan,
hasil belajar , batasan isi, kegiatan, sistem penilaian, dan pengelolaan
lingkungan belajar.
b) Kurikulum sebagai pengalaman belajar
Merupakan perwujudan dari kurikulum yang direncanakan disebut dengan
kurikulum actual yaitu kegiatannya nyata pada saat terjadinya
pembelajaran baik diselenggarakan di dalam maupun diluar kelas.
Kurikulum sebagai alat pendidikan dapat dikelompokkan kedalam
beberapa fungsi Menurut Ali Nugraha (2008,1.7)):
a) Fungsi kurikulum sebagai Proses Kognitif.
b) Fungsi kurikulum sebagai Proses Aktualisasi Diri
c) Fungsi kurikulum sebagai Proses Rekonstruksi Sosial
d) Fungsi kurikulum sebagai Program Akademik
3) Model Organisasi Pengembangan Kurikulum
Para ahli mengklasifikasikan tiga model atau organisasi pengembangan
kurikulum menurut Ali Nugraha (2008,1.8) yaitu
a) Model kurikulum yang terpisah atau disebut separated subject
curriculum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Model penyusunan atau pengorganisasian bahan atau materi pelajaran
yang didasarkan pada batas yang ketat umtuk masing – masing mata
pelajaran.
b) Model kurikulum yang terkait atau disebut correlated curriculum
Suatu pendekatan penyusunan bahan dengan melihat kaitan antara
beberapa mata pelajaran kemudian digabung menjadi satu bidang.
c) Model kurikulum yang terpadu atau disebut integrated curriculum
Dari segi bahasa, integrasi berasal dari kata integer, yang berarti unit.
Menurut Nasution model integrasi kurikulum mengandung unsur
perpaduan, koordinasi, harmoni, kebulatan dan keseluruhan.
Menurut Kwon Young (2002: volume 4 nomor 2) berpendapat bahwa : “
Traditional early childhood education has emphasized individual children's
interests, free play, firsthand experience, and integrated learning”.
Untuk itulah berikut akan kami sampaikan beberapa subtansi/isi dari
kurikulum pendidikan prasekolah yang penting untuk diperhatikan menurut
Soemantri Patmonedewo (2003:55) di antaranya:
a) Dunia anak adalah bermain
Kuriklum diharapkan mampu merujuk pada prilaku individu untuk
berfikir dan bertindak imajinatifdan penuh daya hayal melalui kegiatan
bermain.
b) Menyentuh segala aspek perkembangan
Kuriklum hendaknya mampu memberi sentuhan empiris sehinga mampu
menyentuh aspek fisik, kognitif, emosi, sosial, dan bahasa anak
c) Menghargai perbedaan individu
Kurikulum hendaknya mampu memberi inspirasi pada pengembangan
sikap anak untuk senantiasa menghargai perbedaan individu.
d) Mengembangkan harga diri
Kurikulum hendaknya mampu mengembangkan harga diri anak dengan
senantiasa merujuk pada kekurangan sekaligus kelebihannya.
e) Non diskrimatif (ras, agama, suku, gender)
Kurikulum hendaknya memberikan ruang yang sama sehingga anak akan
mendapatkan peluang yang luas dalam mengembangkan kegiatan
bermainnya.
f) Melibatkan lingkungan tumbuh anak
Kuriklum hendaknya memberikan porsi baik orang tua, keluarga,
maupun masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam pendidikan maupun
tumbuh kembang anak
g) Bebas tanpa paksaan
Kurikulum hendaknya mampu merangsang anak untuk berani
mengekspresikan dirinya secara bebas tanpa tekanan baik dari pihak guru
maupun orang tua sehingga anak akan menjadi kreatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
h) Aman dan melindungi
Kurikulum hendaknya mampu memberikan alternative tindakan pada
anak sehingga akan merasa bebas dan tidak takut untuk mengebangkan
kreativitasnya.
Kurikulum TK dikembangkan berdasarkan integrated curriculum
(kurikulum terintegrasi) dengan pendekatan tematik. Kurikulum diorganisasikan
melalui suatu topik atau tema. Katz dan Chard (1989) yang dikutip oleh Soemiarti
Patmonodewo (2003) menetapkan kriteria untuk memilih tema yaitu:’’ ada
keterkaitannya, kesempatan untuk menerapkan keterampilan, kemungkinan
adanya sumber, minat guru’’. Bahan-bahan untuk mengembangkan tema Katz dan
Chard (1989) dalam Ali Nugraha (2008,1.24) antara lain ;
a) Lingkungan anak seperti : rumah, keluarga, sekolah, permainan, diri sendiri.
b) Lingkungan : kebun, alat transportasi, pasar, toko, museum.
c) Peristiwa : 17 Agustus, hari Ibu, upacara perkawinan.
d) Tempat : Jalan raya, sungai, tempat bersejarah
e) Waktu : jam, kalender, dan sebagainya.
2. Tinjauan tentang Beyond Center and Circle Time ( BCCT)
a. Pengertian BCCT
Metode dan media yang digunakan dalam suatu kegiatan penddikan sekarang
ini beraneka ragam. Apalagi dalam pendidikan anak usia dini, dimana sebagian
besar kegiatan pembelajaran berpusat pada bermain. Aristoteles (384-322 SM)
berpendapat bahwa “ Anak – anak perlu didorong untuk bermain dengan apa yang
akan mereka nanti”. Bagi anak –anak kegiatan yang menyenangkan adalah
bermain dan bermain. Anak akan lebih mudah mempelajari tentang sebuah
pengetahuan baru melalui permainan. Diantara tokoh yang paling berjasa dalam
meletakkan dasar permainan adalah Plato seorang filosof Yunani kuno. Menurut
Plato (470-390 SM ), “Anak –anak akan lebih mudah mempelajari Aritmatika
dengan cara membagi – bagikan Apel kepada anak –anak. Juga melalui pemberian
alat permainan miniature balok – balok kepada anak usia 3 tahun, pada akhirnya
akan mengentar anak menjadi seorang Ahli Bangunan “.
Maka dikembangkanlah salah satu metode untuk pembelajaran anak usia dini
yaitu metode BCCT (Beyond Center and Circle Time) atau Pendekatan Sentra dan
Saat Lingkaran . BCCT dikembangkan oleh Creative Center for Childhood
Research and Training (CCCRT) Florida, USA dan dilaksanakan di Creative Pre
school Florida, USA selama lebih dari 25 tahun, baik untuk anak normal maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
untuk anak dengan kebutuhan khusus. Menurut Nafik (2008)“BCCT yaitu konsep
belajar dimana guru-guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari”.
Sedangkan menurut Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini (2006) pengertian
BCCT dalam beberapa hal :
1) Pendekatan Sentra dan Lingkaran adalah pendekatan penyelenggaraan
PAUD yang berfokus pada anaka yang dalam proses pembelajarannya
berpusat di sentra main dan saat anak proses pembelajarannya berpusat di
sentra main dan saat anak dalam lingkaran dengan menggunakan 4 jenis
pijakan (scaffolding) untuk mendukung perkembangan anak yaitu,
pijakan lingkungan main, pijakan sebelum main, pijakan selama main,
pijakan setelah main.
2) Pijakan adalah dukungan yang berubah – ubah yang disesuaikan dengan
perkembangan yang disesuaikan dengan perkembanagn yang dicapai
anak yng diberikan sebagai pijakan untuk mencapai perkembanagn yang
lebih tinggi.
3) Sentra main adalah zona atau area main anak yang dilengkapi dengan
seperangkat alat main yng berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang
diperlukan untuk mendukung perkembangan anak.
4) Saat lingkaran adalah saat dimana pendidik (guru/ kader/ pamong) duduk
bersama anak dengan posisi melingkaran untuk memberikan pijakan
kepada anak yang dilakukan sebelum dan sesudah main.
b. Tujuan Metode BCCT
Menuru Nafik (2008) tujuan dari metode BCCT adalah
1) Agar siswa meperoleh pengetahuan dan ketrampilan dari konteks yang
terbatas, sedikit demi sedikit dan dari proses mencoba sendiri.
2) Merangsang seluruh aspek kecerdasan anak ( Multiple Intelligences)
3) Sebagai wahana untuk berfikir kreatif, aktif dan bertanggung jawab.
4) Sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai
anggota masyarakat sekarang dan kelak.
c. Landasan Pengembangan BCCT
Menurut Nafik (2008),landasan filosofi adalah BCCT adalah
“konstruktivisme, yakni filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak
sekedar mnenghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak
mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-
fakta yang terpisah namun mencerminkan ketrampilan yang dapat diterapkan”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
d. Prinsip BCCT
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam metode BCCT.
Menurut Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini (2006) prinsip pendekatan sentra
dan lingkaran adalah :
1) Keseluruhan proses pembelajarannya berlandaskan pada teori dan
pengalaman empirik.
2) Setiap proses pembelajaran harus ditujukan untuk merangsang seluruh
aspek kecerdasan anak (kecerdasan jamak) melalui bermain yang
terencana dan terarah serta dukungan pendidik (guru/ kader/ pamong)
dalam bentuk 4 pijakan
3) Menempatkan penataan lingkungan main sebagai pijakan awal yang
merangsang anak untuk aktif, kreatif, dan terus berpikir menggali
pengalamannya sendiri.
4) Menggunakan standar operasional yang baku dalam proses pembelajaran
5) Mempersyarat pendidik (guru/ kader/ pamong) untuk mengikuti pelatihan
sebelum menerapkan metode ini
6) Melibatkan orang tua dankeluarga sebagai salah satu kesatuan proses
pembelajaran untuk mendukung kegiatan anak di rumah.
Adapun hal –hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanan BCCT di kelas .
Menurut Nafik (2008) adalah sebagai berikut :
1) Kelas dirancang dalam bentuk sentra – sentra missal : Sentra Alam, Sentra
Persiapan Keaksaraan, Sentra Bermain Peran (Makro / Mikro), Sentra
Rancang Bangun / Balok, Sentra Musik & Olah Tubuh, Sentra Seni dan
kreatifitas, Sentra Imtaq, Sentra IT
2) 1 guru bertanggung jawab pada 7 – 12 siswa saja dengan moving class
setiap hari dari satu sentra ke sentra lain.
3) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan
cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan ketrampilan barunya
4) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
5) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
6) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok)
7) Hadirkan : model, sebagai contoh pembelajaran
8) Lakukan pijakan-pijakan
9) Lakukan refleksi diakhir pertemuan
10)Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
Adapun ciri dari metode BCCT adalah
1) Pembelajarannya berpusat pada anak
2) Menempatkan setting lingkungan main sebagai pijakan awal yang penting
3) Memberikan dukungan penuh kepada setiap anak untuk aktif, kreatif, dan
berani mengambil keputusan sendiri
4) Peran guru sebagai fasilitator, motivator, dan evaluator
5) Kegiatan anak berpusat di sentra-sentra main yang berfungsi sebagai pusat
minat
6) Memiliki standar operasional prosedur yang baku
e. Pijakan – pijakan dalam Metode BCCT
Dalam penerapan sebuah metode tidak sembarangan dalam melaksanakannya
tentu ada hal – hal yang diperhatikan. Dalam metode BCCT seorang guru harus
mengikuti pijakan – pijakan sebagai berikut :
1) Pijakan lingkungan
Guru menata lingkungan yang disesuaikan dengan intensitas & densitas
2) Pijakan sebelum bermain
a) Guru meminta para siswa untuk membentuk lingkaran
b) Guru ada diantara para siswa sambil bernyanyi
c) Guru meminta para siswa untuk duduk melingkar
d) Guru meminta para siswa berdo’a bersama
e) Guru menanyakan para siswa kesiapan mendengar cerita dan
memasuki sentra
f) Guru memulai bercerita menggunakan media yang sesuai dengan
tema
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
g) Guru menginformasikan jenis mainan yang ada dan menyampaikan
aturan bermain
h) Guru meminta siswa masuk ke area sentra
3) Pijakan saat bermain
a) Guru mempersiapkan catatan perkembangan siswa
b) Guru mencatat perilaku, kemampuan dan celetukan siswa
c) Guru membantu siswa jika dibutuhkan
d) Guru mengingatkan siswa bila ada yang lupa atau melanggar aturan
4) Pijakan setelah bermain / Recalling
a) Guru meminta siswa untuk membereskan mainan dan alat yang
dipakai
b) Guru meminta siswa menceritakan pengalaman bermainnya sambil
menghitung jumlah kegiatan yang dilakukan
c) Guru menutup kegiatan dengan berdo’a bersama
d) Guru membagikan buku komunikasi sebelum pulang
(Nafik,2008)
f. Macam-macam / Tour Sentra dan Efek yang Diharapkan Implementasi
Ilmu Pengetahuan dalam Kegiatan Main.
Menurut Taman Pendidikan Usia Dini (TPAUD) Cahaya Ilmu Semarang
(2008) ada beberapa sentra dalam metode BCCT :
1) sentra bahan alam
Tempat bermain sambil belajar untuk mengembangkan pengalaman
sensori motor dalam rangka menguatkan tiga jari untuk persiapan menulis,
sekaligus pengenalan sains untuk anak.
Efek yang diharapkan:
Anak dapat terstimulasi aspek motorik halus secara optimal, dan mengenal
sains sejak dini.
2) sentra main peran mikro/makro
Tempat bermain sambil belajar, dimana anak dapat mengembangkan daya
imajinasi dan mengekspresikan perasaan saat ini, kemarin, dan yang akan
datang.Penekanan sentra ini terletak pada alur cerita sehingga anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
terbiasa untuk berfikir secara sistimatis.
Efek yang diharapkan:
Anak dapat bersosialisasi dan berinteraksi dengan teman dan lingkungan
sekitar dan mengembangkan kemampuan berbahasa secara optimal.
3) Sentra balok
Tempat bermain sambil belajar untuk mempresentasikan ide ke dalam
bentuk nyata (bangunan).Di sentra ini anak dapat memainkan balok
dengan perbandingan 1 anak ± 100 balok plus assesoris.
Penekanan sentra ini pada start and finish, di mana anak mengambil balok
sesuai kebutuhan dan mengembalikan dengan mengklasifikasi berdasarkan
bentuk balok
Efek yang diharapkan:
Anak dapat berfikir tipologi, mengenal ruang dan bentuk sehingga dapat
mengembangkan kecerdasan visual spasial secara optimal dan anak dapat
mengenal bentuk – bentuk geometri yang sangat berguna untuk
pengetahuan dasar matematika
4) Sentra persiapan
Tempat bermain sambil belajar untuk mengembangkan pengalaman
keaksaraan.
Di sentra ini anak difasilitasi dengan permainan yang dapat mendukung
pengalaman baca, tulis, hitung dengan cara yang menyenangkan dan anak
dapat memilih kegiatan yang diminati
Efek yang diharapkan:
Anak dapat berpikir teratur, senang membaca, menulis dan menghitung
5) Sentra iman dan taqwa
Tempat bermain sambil belajar untuk mengembangkan kecerdasan jamak
dimana kegiatan main lebih menitik beratkan pada kegiatan keagamaan.Di
sentra ini anak difasilitasi dengan kegiatan bermain yang memfokuskan
pada pembiasaan beribadah dan mengenal huruf hijaiyyah dengan cara
bermain sambil belajar.
Efek yang diharapkan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Tertanamnya perilaku akhlakul karimah, ikhlas, sabar dan senang
menjalankan perintah agama.
6) Sentra seni dan kreatifitas
Tempat bermain sambil belajar yang menitik beratkan pada kemampuan
anak dalam berkreasi.Kegiatan di sentra ini dilaksanakan dalam bentuk
proyek, dimana anak diajak untuk menciptakan kreasi tertentu yang akan
menghasilkan sebuah karya.
Efek yang diharapkan:
Anak dapat berfikir secara kreatif
7) Sentra musik dan budaya
Tempat bermain sambil belajar untuk mengenalkan beragam musik
terutama musik tradisional, dan permainan tradisional dari berbagai
daerah.
Efek yang diharapkan dari sentra ini :anak dapat mengenal nada, birama
dan ritme disamping dapat mengenal keragaman permainan tradisional
yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan
g. Ciri – ciri Kelas yang Menggunakan Metode BCCT
Adapun ciri – ciri kelas yang menggunakan metode BCCT menurut
Nafik,2008 :
1) Terjalin kerjasama, saling menunjang , gembira, belajar dengan bergairah
2) Pembelajaran terintegrasi menggunakan berbagai sumber sehingga siswa
aktif
3) Menyenangkan tidak membosankan dan terjalin sharing dengan teman
4) Para siswa kritis dan guru kreatif
h. Kecenderungan Belajar yang Melandasi Metode BCCT
Suatu metode digunakan dalam suatu proses pembelajaran tentunya ada
hal yang melandasinya. Begitu pula dengan metode BCCT, adapun BCCT
berlandaskan pada berbagai kecenderungan belajar menurut Nafik ,2008 anatara
lain :
1) Belajar tidak sekedar menghafal. siswa harus mengkonstruksikan
pengetahuan di benak mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
2) Anak belajar dari mengalami. anak mencatat sendiri pola-pola bermakna
dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru
3) Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau
proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan ketrampilan yang dapat
diterapkan.
4) Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang
berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
5) Ketrampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas
(sempit), sedikit demi sedikit.
6) Penting bagi siswa tahu untuk apa ia belajar, dan bagaimana ia
menggunakan pengetahuan dan ketrampilan itu.
7) Tugas guru memfasilitasi agar informasi yang baru menjadi bermakna,
memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerpakan
ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan cara
mereka sendiri.
8) Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan
pengetahuan baru mereka. strategi belajar lebih dipentingkan daripada
hasilnya.
3. Tinjauan Tentang Permainan Berhitung Permulaan
a. Tinjauan Tentang Permainan
1) Pengertian Permainan
Jika semua orangtua tahu dan menyadari bahwa aktivitas gerak dan
suara anak (bisa disebut bemain) adalah cara yang paling efektif untuk anak
belajar sesuatu. Sebab, bermain merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi
anak. Lewat permainan, anak akan mengalami rasa bahagia. Dengan perasaan
suka cita itulah syaraf/neuron di otak anak dengan cepat saling berkoneksi untuk
membentuk satu memori baru. Itulah sebabnya mengapa anak-anak dengan
mudah belajar sesuatu melalui permainan.
Menurut Andang Ismail (2006: 15) menuturkan bahwa permainan ada
dua pengertian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Pertama, permainan adalah sebuah aktifitas bermain yang murni mencari
kesenangan tanpa mencari menang atau kalah. Kedua, permainan diartikan
sebagai aktifitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan
dan kepuasan,
Menurut Kimrasil (2009) permainan adalah usaha olah diri (olah pikiran
dan olah fisik) yang sangat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan
motivasi, kinerja, dan prestasi dalam melaksanakan tugas dan kepentingan
organisasi dengan lebih baik namun ditandai pencarian menang kalah.
Menurut Hughes (1999) dalam (Andang Ismail,2006 : 14) bermain
merupakan hal yang berbeda dengan belajar dan bekerja. Suatu kegiatan yang
disebut bermain harus ada lima unsur didalamnya yaitu:
a) Mempunyai tujuan yaitu permainan itu sendiri untuk mendapat
kepuasan.
b) Memilih dengan bebas dan atas kehendak sendiri, tidak ada yang
menyuruh ataupun memaksa.
c) Menyenangkan dan dapat menikmati.
d) Mengkhayal untuk mengembangkan daya imajinatif dan kreativitas.
e) Melakukan secara aktif dan sadar.
Menurut Joan Freeman dan Utami munandar (dalam Andang Ismail,
2006: 16) mendefinisikan permainan sebagai suatu aktifitas yang membantu anak
mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral, dan
emosional.
Menurut beberapa pendapat para ahli tersebut peneliti menyimpulkan
definisi permainan adalah suatu aktifitas yang dilakukan oleh beberapa anak untuk
mencari kesenangan yang dapat membentuk proses kepribadian anak dan
membantu anak mencapai perkembangan fisik, intelektuan, sosial, moral dan
emosional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
2) Karakteristik Permainan
Menurut Hurst ( 1997)dan Curtis ( 1998) dalam Kwon Young (2002:
volume 4 nomor 2) berpendapat bahwa : “In the English preschool, play is an
integral part of the curriculum, founded on the belief that children learn through
self-initiated free play in an exploratory environment “.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Smith, Garvery, Rubin dkk
(dalam Andang Ismail , 2006:20) ada beberapa karakteristik permainan :
a) Dilakukan berdasarkan motivasi intrinsik, maksudnya muncul berdasar
keinginan pribadi serta untuk kepentingan sendiri
b) Perasaan dari orang yang terlibat dalam kegiatan bermain diwarnai oleh
emosi-emosi yang positif
c) Fleksibilitas yang ditandai mudahnya kegiatan beralih dari satu aktivitas
ke aktivitas lain.
d) Lebih menekankan pada proses yang berlangsung dibandingkan hasil
akhir.
e) Bebas memilih, dan cirri ini merupakan elemen yang sangat penting bagi
konsep bermain pada anak-anak kecil.
f) Mempunyai kualitas pura – pura, kegiatan bermain mempunyai kerangka
tertentu yang memisahkannnya dari kehidupan nyata sehari – hari.
3) Jenis – jenis Permainan Anak –anak
Pada dasarnya, semua jenis permainan mempunyai tujuan yang sama
yaitu bermain dengan menyenangkan. Yang membedakan adalah pengaruh atau
efek dari jenis permainan tersebut. Ada dua jenis permainan, yaitu: Permainan
Aktif dan Permainan Pasif. Permainan aktif dan pasif iini hendaknya dilakukan
dengan seimbang. Menurut Nia (2009) adapun pembagian permainan adalah
sebagai berikut:
a) Permainan aktif
(1) Permainan olahraga (sport):
Bagi orang dewas, olah raga bukan lagi menjadi sebuah permainan
tetapi sesuatu yang serius dan kompetitif. Namun bagi anak, olah raga bisa
menjadi satu permainan yang menyenangkan yang mengandung
kesenangan, hiburan, dan bermain, tetapi tidak juga terlepas dari unsur
partisipatif dan keinginan untuk unggul. Dalam permainan olah raga anak
mengembangkan kemampuan kinestetik dan pengembangan motivasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
untuk menunjukkan keungulan dirinya (penekanan bukan pada persaingan
tapi pada kemampuan) memberi kekuatan pada dirinya sendiri serta belajar
mengembangkan diri setiap waktu.
(2) Permainan perkelahian (body contact):
Jenis permainan ini termasuk permainan modern, tapi banyak orang
tua maupun guru memandangnya skeptic dan cemas, ini beralasan dari
efek yang mungkin serius. Permainan ini merupakan jenis permainan
modifikasi yang menuntut keseriusan anak untuk memenuhi kebutuhan
akan kekuasaan. Hal tersebut sehat dan positf bagi anak, berguna untuk
menguji keunggulan dan kekuatan di lingkungan sekitar. Jenis permainan
ini adalah untuk menguji kemampuan dan pemikiran anak dalam dunia
nyata dengan segala akibatnya.
b) Permainan pasif
(1) Permainan mekanis
Seiring perkembangan, jaman dan teknologi memberi pengaruh besar
dalam perkembangan jenis permainan untuk anak. Alat teknologi canggih
seperti komputer bukan lagi milik orang dewasa, tapi telah menjadi barang
biasa buat anak-anak. Berbagai games atau permainan virtual telah
tersedia di dalamnya (computer). Bermain computer tidak sama dengan
bermain bersama teman, anak bermain sendiri dengan kesenangannya.
Sisi negatif permainan mekanis ini adalah kurangnya pembentukan
sikap anak untuk menerima dan memberi (take and give). Anak memegang
kendali penuh atas "teman mainnya" dan "si teman mainnya" akan
melakukan apapun yang diinginkan anak. Kendali penuh ini akan
menimbulkan reaksi serius bila anak menyalurkannya dalam pertemanan
di lingkungan sosialnya. Hal positif anak memiliki keterampilan komputer
yang akan diperlukan anak sebagai sarana hidupnya.
(2) Permainan fantasi
Fantasi merupakan praktik permainan yang khusus dilakukan sendiri.
Anak dapat membentuk dunia sesuai dengan keinginannya
(imaginasi).Sebaiknya, orang tua tidak memaksa anak untuk selalu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
bermain dengan teman-temannya karena akan menciptakan kesan bahwa
bermain sendiri itu salah. Permainan fantasi selain proses kreatif
mengembagkan kemampuan sisi otak kanan, juga untuk pembentukan
kecerdasan interpersonal (salah satu dari delapan kecerdasan teori multiple
intelligence, Howard Garner
4) Manfaat Permainan
Menurut Prof. Joan Freeman dan Prof Utami Munandar (dalam Andang
Ismail, 2006:16) menyebutkan bahwa beberapa Ahli Psikologi dan sosiologi
mengemukakan pandangan mengenai manfaat bermain , yang diantaranya
adalah
a) Sebagai penyalur energi berlebih yang dimiliki anak
b) Sebagai sarana untuk menyiapkan hidupnya kelak dewasa
c) Sebagai pelanjut citra kemanusiaan
d) Untuk membangun energi yang hilang
e) Untuk memperoleh kompensasi atas hal – hal yang tidak diperolehnya.
f) Bermain juga memungkinkan anak melepaskan perasaan – perasaan
dan emosi –emosinya yang dalam realitas tidak dapat diungkapkan.
g) Memberi stimulus pada pembentukan kepribadian
Menurut Mary Frances Hanline (1999: volume 46 nomor 3) berpendapat
bahwa : “ Play gives children opportunities to understand the world, interact
with others, express and control emotions, develop symbolic capabilities,
attempt novel or challenging tasks, solve problems, and practice skills”.
Manfaat permainan menurut Robyn Hromek (2010) adalah
a) Pertama, anak-anak terjaga ketika berhadapan dengan prospek
bermain.Mereka langsung terlibat dalam situasi sosial yang
mengajarkan keterampilan saat mereka sedang bersenang-senang.
Mereka yang akrab dengan unsur-unsur bermain seperti turn-taking,
aturan menjaga, menang, kalah dan kooperasi.
b) Kedua, sementara anak-anak secara aktif terlibat dengan proses bermain
game, tantangan sosial dan emosional muncul saat mendidik ‘atau krisis
terjadi, sehingga memberikan pengalaman belajar bermakna dengan
segera.
c) Ketiga, terapi bermain anak-anak dengan menyediakan lingkungan
yang aman untuk mempraktekkan keterampilan baru. Anak-anak
merasa santai dan arus diskusi mudah dalam pengaturan ini.
d) Keempat, pengamatan klinis dapat dilakukan dan ditarik kesimpulan
tentang anak-anak yang tidak meningkatkan penggunaan keterampilan
prososial setelah pembelajaran ekstra dan pemanduan praktek. Adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
sindrom organik, masalah kesehatan mental atau masalah perlindungan
anak perlu diselidiki.
5) Faktor – faktor yang Mempengaruhi Permainan Anak
Menurut Elizabeth B. Hurlock dalam (Andang Ismail , 2006:43) ada
8 faktor yang dapat mempengaruhi permainan anak :
a) Kesehatan
Anak yang banyak energi akan bermain lebih aktif jika dibandingkan
dengan anak yang kurang energi yang lebih menyukai hiburan saja.
b) Perkembangan motorik
Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik. Apa
saja yang akan dilakukan dan waktu bermainnya bergantung pada
perkembangan motor mereka. Pengendalian motorik yang baik
memungkinkan anak terlibat dalam permainan aktif.
c) Intelegensi
Pada setiap usia anak yang pandai lebih aktif ketimbang anak yang
kurang pandai dan permainan mereka lebih menunjukkan kecerdikan
d) Jenis kelamin
Anak laki – laki bermain lebih kasar ketimbang anak perempuan, dan
lebih menyukai permainan olahraga daripada permainnan lainnya.
e) Lingkungan
Anak dari lingkungan yang buruk kurang bermain daripada anak yang
lainnya. Hal ini disebabkan karena kesehatan yang buruk, kurang
waktu, peralatan, dan ruang yang tidak memadai.
f) Status sosial ekonomi
Anak dari kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi, lebih menyukai
kegiatan yang mahal. Sedangkan mereka yang dari kelompok sosial
ekonomi kalangan bawah, lebih menyukai kegiatan yang tidak mahal.
g) Jumlah waktu bebas
Jumlah waktu bermain terutama tergantung kepada status sosial
ekonomi keluarga. Apabila tugas rumah tangga atau pekerjaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
menghabiskan waktu luang mereka, anak terlalu lelah untuk melakukan
kegiatan yang membutuhkan tenaga yang besar.
h) Peralatan bermain
Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi permainnnya.
Misalnya, dominasi boneka dan binatang buatan mendukung permainan
pura – pura , banyaknya balok, kayu, cat air, dan lilin mendukung
permainan yang sifatnya konstruktif.
b. Landasan Teori Permainan Berhitung Permulaan
Beberapa teori yang mendasari perlunya permainan berhitung di Taman
kanak-kanak menurut Direktorat Pembinaan Taman Kanak Kanak dan Sekolah
Dasar,2007adalah sebagai berikut:
1) Tingkat Perkembangan Mental Anak
Jean Piaget, menyatakan bahwa kegiatan belajar memerlukan kesiapan
dalam diri anak. Artinya belajar sebagai suatu proses membutuhkan aktifitas baik
fisik maupun psikis.selain itu kegiatan belajar pada anak harus disesuaikan dengan
tahap-tahap perkembangan mental anak, karena belajar bagi anak harus keluar
dari anak itu sendiri.
Anak usia TK berada pada tahapan pra-operasional kongkrit yaitu tahap
persiapan kearah pengorganisasian pekerjaan yang kongkrit dan berpikir intuitif
dimana anak mampu mempertimbangkan tentang besar, bentuk dan benda-benda
didasarkan pada interpretasi dan pengalamannya (persepsinya sendiri).
2) Masa Peka Berhitung pada Anak
Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Apabila
anak sudah menunjukan masa peka (kematangan) untuk berhitung, maka orang
tua dan guru di TK harus tanggap, untuk segera memberikan layanan dan
bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi dan tersalurkan dengan
sebaik-baiknya menuju perkembangan kemampuan berhitung yang optimal.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Orborn (1981)
perkembangan intelektual pada anak berkembang sangat pesat pada kurun usia nol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
sampai dangan pra-sekolah (4-6 tahun). Oleh sebab itu, usia pra-sekolah sering
kali disebut sebagai “masa peka belajar”. Pernyataan didukung oleh Benyamin S.
Bloom yang menyatakan bahwa 50% dari potensi intelektual anak sudah
terbentuk usia 4 tahun kemudian mencapai sekitar 80% pada usia 8 tahun.
3) Perkembangan Awal Menentukan Perkembangan Selanjutnya
Hurlock (1993) mengatakan bahwa lima tahun pertama dalam kehidupan
anak merupakan peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya. Piaget juga
mengatakan bahwa untuk meningkatkan perkembangan mental anak ke tahap
yang lebih tinggi dapat dilakukan dengan memperkaya pengalaman anak terutama
pengalaman kongkrit, karena dasar perkembangan mental adalah melalui
pengalaman-pengalaman aktif dengan menggunakan benda-benda di sekitarnya..
Bloom bahkan menyatakan bahwa mempelajari bagaimana belajar (learning to
learn) yang terbentuk pada masa pendidikan TK akan tumbuh menjadi kebiasaan
di tingkat pendidikan selanjutnya.Hal ini bukanlah sekedar proses pelatihan agar
anak mampu membaca, menulis dan berhitung, tetapi merupakan cara belajar.
Permainan berhitung di Taman Kanak-kanak seyogyanya dilakukan
melalui tiga tahapan penguasaan berhitung di jalur matematika yaitu:
a) Penguasaan konsep
Pemahaman dan pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda
dan peristiwa kongkrit, seperti pengenalan warna, bentuk dan menghitung
bilangan.
b) Masa Transisi
Proses berfikir yang merupakan masa peralihan dari pemahaman
kongkrit menuju pengenalan lambang yang abstrak, di mana benda kongkrit itu
masih ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya. Hal ini harus dilakukan
guru secara bertahap sesuai dengan laju dan kecepatan kemampuan anak yang
secara individual berbeda. Misalnya, ketika guru menjelaskan konsep satu
dengan menggunakan benda (satu buah pensil), anak-anak dapat menyebutkan
benda lain yang memiliki konsep sama, sekaligus mengenalkan bentuk
lambang dari angka satu itu.
c) Lambang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Merupakan visualisasi dari berbagai konsep. misalnya lambang 7 untuk
menggambarkan konsep bilangan tujuh, merah untuk menggambarkan konsep
warna, besar untuk menggambarkan konsep ruang, dan persegi empat untuk
menggambarkan konsep bentuk.
c. Metode Permainan Berhitung
Metode yang digunakan oleh guru adalah salah satu kunci pokok di
dalam keberhasilan suatu kegiatan belajar yang dilakukan oleh anak. Pemilihan
metode yang akan digunakan harus relevan dengan tujuan penguasaan konsep,
transisi dan lambang dengan berbagai variasi materi, media dan bentuk kegiatan
yang akan dilakukan. Adapun metode yang dapat digunakan menurut Direktorat
Pembinaan Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar, 2007 antara lain:
1) Metode Bercerita
Adalah cara bertutur kata dan menyampaikan cerita atau memberikan
penerangan kepada anak secara lisan. Jenisnya antara lain, bercerita dengan alat
peraga, tanpa alat peraga, dengan gambar, dan lain-lain.
2) Metode Bercakap-cakap
Adalah salah satu penyampaina bahan pengembangan yang dilaksanakan
melalui bercakap-cakap dalam bentuk tanya jawab antara anak dengan guru, atau
anak dengan anak. Jenisnya antara lain: bercakap-cakap bebas, berdasar-kan
gambar seri, atau berdasarkan tema.
3) Metode Tanya Jawab
Dilaksanakan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
memberi-kan rangsangan agar anak aktif untuk berpikir. Melalui pertanyaan guru,
anak akan berusaha untuk memahaminya dan menemukan jawabannya.
4) Metode Pemberian Tugas
Adalah pemberian kegiatan belajar mengajar dengan memberikan
kesempatan kepada anak untuk melaksanakan tugas yang telah disiapkan oleh
guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
5) Metode Demonstrasi
Adalah suatu cara untuk mempertunjukan atau memperagakan suatu
objek atau proses dari suatu kegiatan atau peristiwa.
6) Metode Eksperimen
Adalah metode kegiatan dengan melakukan suatu percobaan dengan cara
mengamati proses dan hasil dari percobaan tersebut. Berbagai metode yang lain
pada dasarnya dapat digunakan di dalam permainan berhitung. Hal ini disesuaikan
dengan situasi, kondisi dan kebutuhan serta tergantung kepada kreativitas guru.
d. Prinsip-prinsip Permainan Berhitung Permulaan
1) Permainan berhitung diberikan secara bertahap, diawali dengan menghitung
benda-benda atau pengalaman peristiwa kongkrit yang dialami melalui
pengamatan terhadap alam sekitar
2) Pengetahuan dan keterampilan pada permainan berhitung diberikan secara
bertahap menurut tingkat kesukarannya, misalnya dari kongkrit ke abstrak,
mudah ke sukar, dan dari sederhana ke yang lebih kompleks
3) Permainan berhitung akan berhasil jika anak-anak diberi kesempatan
berpartisipasi dan dirangsang untuk menyelesaikan masalah-masalahnya
sendiri
4) Permainan berhitung membutuhkan suasana menyenangkan dan
memberikan rasa aman serta kebebasan bagi anak. Untuk itu diperlukan alat
peraga/media yang sesuai dengan benda sebenarnya (tiruan), menarik dan
bervariasi, mudah digunakan dan tidak membahayakan
5) Bahasa yang digunakan di dalam pengenalan konsep berhitung seyogyanya
bahasa yang sederhana dan jika memungkinkan mengambil contoh yang
terdapat di lingkungan sekitar anak.
6) Dalam permainan berhitung anak dapat dikelompokkan sesuai tahap
penguasa-annya yaitu tahap konsep, masa transisi dan lambang.
7) Dalam mengevaluasi hasil perkembangan anak harus dimulai dari awal
sampai akhir kegiatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
e. Ciri-ciri Anak Menyenangi Permainan Berhitung
Ciri-ciri yang menandai bahwa anak sudah mulai menyenangi permainan
berhitung menurut Direktorat Pembinaan Taman Kanak Kanak dan Sekolah
Dasar,2007 antara lain:
1) Secara spontan telah menunjukan ketertarikan pada aktivitas permainan
berhitung.
2) Anak mulai menyebut urutan bilangan tanpa pemahaman.
3) Anak mulai menghitung benda-benda yang ada di sekitarnya secara
spontan.
4) Anak mulai membanding bandingkan benda-benda dan peristiwa yang ada
di sekitarnya.
5) Anak mulai menjumlah-jumlahkan atau mengurangi angka dan benda-
benda yang ada di sekitarnya tanpa disengaja.
f. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
1) Apabila ada anak yang cepat menyelesaikan tugas yang diberikan guru, hal
ini menunjukkan bahwa anak tersebut telah siap untuk diberikan
permainan berhitung dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi.
2) Apabila anak menunjukan tingkah laku jenuh, diam, acuh tak acuh atau
mengalihkan perhatian pada hal lain, hal ini menunjukan bahwa telah
terjadi kejenuhan
g. Pelaksanaan Permainan Berhitung Permulaan
Kemampuan yang diharapkan dalam permainan berhitung di TK dapat
dilaksanakan melalui penguasaan konsep, transisi dan lambang yang terdapat di
semua jalur metematika, menurut Direktorat Pembinaan Taman Kanak Kanak
dan Sekolah Dasar, 2007 yang meliputi pola, klasifikasi bilangan, ukuran,
geometri, estimasi, dan statistika.
1) Bermain pola
Anak diharapkan dapat mengenal dan menyusun pola-pola yang terdapat
disekitarnya secara berurutan, setelah melihat dua sampai tiga pola yang ditujukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
oleh guru anak mampu membuat urutan pola sendiri sesuai dengan kreativitasnya.
Pelaksanaan bermain pola di kelompok A dan B dimulai dengan menggunakan
pola yang mudah/sederhana untuk selanjutnya pola menjadi yang kompleks.
2) Bermain Klasifikasi
Anak diharapkan dapat mengelompokkan atau memilih benda
berdasarkan jenis, fungsi, warna, bentuk pasangannya sesuai dengan yang
dicontohkan dan tugas yang diberikan oleh guru.
3) Bermain Bilangan
Anak diharapkan mampu mengenal dan memahami konsep bilangan,
transisi dan lambang sesuai dengan jumlah benda-benda pengenalan bentuk
lambang dan dapat mencocokan sesuai dengan lambang bilangan.
4) Bermain Ukuran
Anak Diharapkan dapat mengenal konsep ukuran standard yang bersifat
informal atau alamiah, seperti panjang, besar, tinggi, dan isi melalui alat ukur
alamiah, antara lain jengkal, jari, langkah, tali, tongkat, lidi, dan lain-lain.
5) Bermain Geometri
Anak diharapkan dapat mengenal dan menyebutkan berbagai macam
benda, berdasarkan bentuk geometri dengan cara mengamati benda-bendayang
ada disekitar anak misalnya lingkaran, segitiga, bujur sangkar, segi empat, segi
lima, segi enam, setengah lingkaran, bulat telur (oval).
6) Bermain Estimasi (Memperkirakan)
Anak diharapkan dapat memiliki kemampuan memperkirakan (estimasi)
sesuatu misalnya perkiraan terhadap waktu, luas jumlah ataupun ruang. Selain itu
anak terlatih untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan dihadapi.
7) Bermain Statistika
Anak diharapkan dapat memiliki kemampuan untuk memahami
perbedaan-perbedaan dalam jumlah dan perbandingan dari hasil pengamatan
terhadap suatu objek (dalam bentuk visual)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
4. Tinjauan Tentang Matematika
a. Pengertian Matematika
Menurut Johson dan Myklebust (1967:244) dalam Mulyono
Abdurrahman (1999:252) “Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi
praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan
sedangkan teroritisnya adalah memudahkan berpikir”. Menurut Lerner (1988:430)
dalam Mulyono Abdurrahman (1999:252) mengemukakan bahwa “matematika
disamping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang
memungkinkan manusia memikirkan,mencatat, dan mengkomunikasikan ide
mengenai elemen dan kuantitas”.
Menurut Paling (1982:1) dalam Mulyono Abdurrahman (1999:252)
mengemukakan bahwa matematika adalah suatu cara untuk menemukan
suatu jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia;suatu cara
menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan
ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung dan yang paling
penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat
dan menggunakan hubungan-hubungan.
Dari berbagai pendapat tentang hakikat matematika yang telah
dikemukakan dapat disimpulkan bahwa definisi tradisional yang menyatakan
bahwa matematika sebagai ilmu tentang kuantitas (the science of quantity) atau
ilmu tentang ukuran diskrit dan berlanjut (the science of discrate and continuous)
(Runes,1967:189) dalam dalam Mulyono Abdurrahman (1999:252) telah
ditinggalkan.Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan menunjukkan
bahwa secara kontemporer pandangan tentang hakikat matematika lebih
ditekankan pada metodenya daripada pokok persoalan matematika itu sendiri.
b. Tahapan Mempelajari Matematika pada Anak TK
Matematika merupakan proses yang terus menerus dan anak perlu
tahapan dari yang konkrit ke arah yang abstrak. Tahapan tersebut menurut
Direktorat Pembinaan Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar, 2007 meliputi :
1) Kongkrit : Berikan anak material yang nyata untuk disentuh, dilihat dan
diungkapkan melalui kemampuan verbal anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Contoh: (4 buah bola)
Gambar 1.Contoh Benda Kongkrit
2) Visual : Perlihatkan anak pada gambar-gambar yang mewakili konsep
Contoh: (Kartu bergambar bola berjumlah 4)
Gambar 2.Contoh Benda Visual
3) Simbol : Perkenalkan symbol-simbol yang mewakili konsep
Contoh : = 4
Gambar 3.Contoh Benda Simbol
4) Abstrak: Anak memahami betul konsep 4
Urutan-urutan proses belajar tersebut sangat penting untuk dilakukan
karena anak memerlukan berbagai pengalaman yang nyata dengan benda
yang nyata pula sebelum berlanjut ke visual maupun abstrak.
Berikan dorongan dengan berbagai aktifitas pelatihan, waktu untuk
bereksplorasi, material untuk di manipulatif, penghargaan dan penguatan
c. Konsep Berhitung yang Diperkenalkan untuk Anak TK
Pada anak usia prasekolah, matematika hanya pengalaman dan bukan
penguasaan. Ikutilah konsep yang harus diperkenalkan pada anak dengan dimulai:
1) Korespondensi Satu Satu
Pertama mulailah dengan mencoba-coba membilang dari tingkatan yang
sangat sederhana.
Contoh: satu buku, satu pensil, satu batu, dan seterusnya.
2) Pola
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Pola merupakan kemampuan untuk memunculkan pengaturan sehingga
anak mampu memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk dua
sampai tiga pola yang berurutan.
3) Memilah/menyortir/klasifikasi
Anak belajar klasifikasi materi, pengelompokkan berdasarkan atribut,
bentuk, ukuran, jenis, warna, dan lain-lain.
4) Membilang
Menghafal bilangan merupakan kemampuan mengulang angka-angka yang
akan membantu pemahaman anak tentang arti sebuah angka
Contoh: 1 2 3 4 5 6 7 8……. dst
5) Makna angka dan pengenalannya
Setiap angka memiliki makna dari benda-benda atau simbol-simbol.
Angka dari gambar berikut adalah:
= 3 bintang
Gambar 4.Contoh Pengenalan Angka dengan Gambar Bintang
6) Bentuk
Anak dikenalkan pada bentuk-bentuk yang sama/tidak sama, besar-kecil,
panjang-pendek.
7) Ukuran
Anak perlu pengalaman akan mengukur berat, isi, panjang dengan cara
mengukur langsung sehingga proses menemukan angka dari sebuah obyek.
8) Waktu dan Ruang
Dua hal ini merupakan bagian dari proses kehidupan sehari-hari.
Contoh:
Waktu : 1 hari Ruang: Sempit
2 hari Luas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
9) Penambahan dan pengurangan
Dua hal ini dapat dikenalkan pada anak pra sekolah dengan memanipulasi
benda.
Contoh : Penambahan Pengurangan
♥♥♥♥ ♥♥ ♥♥♥♥♥♥ 4 2 6 ♣♣♣♣♣ ♣♣ ♣♣♣ 5 2 3
Gambar 5.Contoh Penambahan dan Pengurangan dengan Gambar
B. Kerangka Berfikir
Pembelajaran yang kurang tepat di dalam kelas dapat menimbulkan suatu
permasalahan. Maka perlu metode yang menarik minat anak. Salah satu
pengajaran yang membuat anak tertarik adalah anak mengalami sendiri proses
belajar tersebut di mana lingkungan sekoah dirancang dalam bentuk sentra –sentra
misalnya : sentra bahan alam, sentra main peran mikro/makro, sentra balok, sentra
persiapan,sentra iman dan taqwa, sentra seni dan kreatifitas, sentra musik dan
budaya. Metode ini selain menyenangkan juga membantu anak untuk
mengembangkan daya pikirnya. Sehingga diharapkan dengan penggunaan metode
ini perkembangan kognitif anak meningkat.
Agar penelitian lebih jelas maka kerangka pemikirannya adalh sebagai
berikut:
Gambar 6. Bagan Kerangka Berpikir Penelitian
Anak usia dini mengalami hambatan dalam belajar
matematika yang mengakibatkan ketermpilan berhitung
rendah
Pembelajaran matematika dengan menggunakan metode
BCCT berbasis permainan berhitung permulaan.
Kondisi akhir setelah tindakan
Kemampuan siswa dalam berhitung meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
C. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah penggunaan metode
BCCT ( Beyond Center and Circle Time ) berbasis permainan berhitung
permulaan dapat meningkatkan kemampuan berhitung matematika di kelas B2 TK
Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas B2 . TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS
Terletak di Jl. Nangka No 20 Gayam, Sukoharjo.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 20010 / 2011 dimulai dari
persiapan proposal sampai penyusunan laporan, rencananya penelitian ini
membutuhkan waktu lebih kurang selama 6 bulan yakni mulai bulan Januari 2011
sampai dengan bulan Juni 2011. Jadwal penelitian secara rinci dapat dilihat dalam
tabel berikut ini :
Tabel. 1`. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
No Kegiatan
Bulan
Jan Feb Mar April Mei Jun
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4
1 Penyusunan
proposal
2 Skripsi Bab
I,II,III
3 Penyusunan
Instrumen
4 Perijinan
5 Pelaksanaan
penelitian
6 Analisis
data
7 Penyusunan
laporan
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
B. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (classroom action
research). Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang menerapkan
tindakan atau aksi terkendali yang dilakukan dalam bentuk siklus untuk mengatasi
secara langsung masalah-masalah nyata dan spesifik yang muncul dalam
pembelajaran Pada penelitian ini diterapkan solusi yang berusaha untuk memecahkan
permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini melibatkan partisipasi aktif peneliti, guru, dan siswa.
Menurut Kemmis dan Carr, 1986 (dalam Kasihani Kasbolah E.S. 2001:9)
“Penelitian tindakan merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang
dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat social dan bertujuan untuk memperbaiki
pekerjaannya, memahami pekerjaan ini serta situasi di mana pekerjaan ini dilakukan”.
Menurut Ebbut, 1985 (dalam Kasihani Kasbolah E.S. 2001:9) mendefinisikan
“Penelitian tindakan merupakan studi yang sistematis yang dilakukan dalam upaya
memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis
serta refleksi dari tindakan tersebut.
Kemmis dan Mc Taggart, 1982 (dalam Kasihani Kasbolah E.S. 2001: 10)
penelitian tindakan juga digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis di
mana keempat aspek, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi harus
dipahami bukan sebagai langkah-langkah yang statis, terselesaikan dengan
sendirinya, tetapi lebih merupakan momen-momen dalam bentuk spiral yang
terkait dengan perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Dari berbagai pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa penelitian
tindakan kelas adalah penelitian yang memerlukan tindakan untuk menanggulangi
masalah dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan dalam kawasan kelas atau
sekolah dengan tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Karakteristik penelitian tindakan kelas Kasihani Kasbolah E.S.(2001 : 15)
adalah sebagai berikut :
1. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan oleh guru sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
2. Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan praktik factual.
3. Penelitian tindakan kelas adanya tindakan untuk mengatasi masalah yang ada.
Tujuan penelitian tindakan kelas menurut Suyanto dan Hasan (1997) dalam
Kasihani Kasbolah E.S. (2001: 21) :
1. Kualitas praktik pembelajaran di sekolah.
2. Relevansi pendidikan.
3. Mutu hasil pendidikan
4. Efisiensi pengelolaan pendidikan
Prosedur penelitian tindakan kelas mencakup langkah-langkah: (1)
persiapan, (2) studi/ survey awal, (3) pelaksanaan siklus, dan (4) penyusunan laporan.
Prosedur penelitian tindakan kelas secara rinci dapat dilihat pada gambar berikut:
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Gambar 7. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
(Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2006: 74)
Permasalahan
Permasalahan
baru/ hasil
refleksi
Apabila
permasalahan
belum
terselesaikan
Perencanaan
tindakan I
Perencanaan
tindakan II
Refleksi I
Refleksi II
Dilanjutkan ke
siklus berikutnya
Pelaksanaan
tindakan I
Pengamatan/
mengumpulkan data
I
Pelaksanaan
tindakan II
Pengamatan/
mengumpulkan
data II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas B2 TK Raudlotul Athfal
Islam IRMAS tahun ajaran 2010/2011. Siswa kelas ini berjumlah 19 orang yang.
Sebagian dari mereka mengalami kendala dalam berhitung permulaan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian dikumpulkan melalui beberapa tekhnik sebagai berikut:
1. Observasi
Peneliti mengadakan pengamatan terhadap tindakan dengan menggunakan
pedoman observasi.
Sutrisno Hadi( 2007: 151) mengatakan bahwa observasi bisa dikatakan
sebagai pengamatan dan pencatatan dengan fenomena-fenomena yang diselidiki.
Jenis-jenis observasi yang dipakai dalam penelitian Sutrisno Hadi( 2007:
158) yaitu :
a. Observasi partisipan, dalam bentuk observer turut mengambil bagian dalam
perikehidupan dan orang yang diobservasi.
b. Observasi non partisipan, dalam bentuk ini observer tidak turut ambil
bagian secara langsung di dalam kehidupan orang yang diobservasi.
Dalam pelaksanaan siklus, observasi dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan kegiatan pembelajaran berhitung permulaan. Observasi dilakukan di
dalam kelas tanpa mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Observasi terhadap siswa,
difokuskan pada keaktifan siswa dalam belajar dan kesungguhan siswa dalam
menyelesaikan tugas. Sedangkan observasi terhadap guru difokuskan dalam
kemampuan guru dalam menjelaskan dan mengelola kelas
Observasi terhadap keaktifan siswa ada 10 item yang diamati dengan
penilaian 1 : kurang, 2 : sedang, 3 : baik, 4 : baik sekali. Adapun klasifikasinya jika
total nilai 31 – 40 kategori aktif, 20 – 30 kategori kurang aktif ,kurang dari 20
kategori tidak aktif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Observasi kemampuan guru menjelaskan, aspek yang diamati meliputi:
kejelasan, penggunaan contoh/ilustrasi, pengorganisasian, penekanan pada yang
penting, balikan. Skor penilaian 1 : kurang, 2 : sedang, 3 : baik, 4 : baik sekali.
Adapun klasifikasinya jika total nilai 45 – 60 kategori baik, 31 – 44 kategori cukup
,kurang dari 30 kategori kurang.
Observasi kemampuan guru mengelola kelas, aspek yang diamati meliputi:
bersikap tanggap, membagi perhatian, memusatkan perhatian kelompok, menuntut
tanggung jawab, petunjuk yang jelas, memberikan teguran, memberikan penguatan.
Skor penilaian 1 : kurang, 2 : sedang, 3 : baik, 4 : baik sekali. Adapun klasifikasinya
jika total nilai 60 – 80 kategori baik, 59 – 40 kategori cukup ,kurang dari 40 kategori
kurang
Peneliti disini juga bertindak sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran saat
itu, jadi untuk observasi terhadap kemampuan guru dalam menjelaskan dan
mengelola kelas, dibantu oleh guru kelas yang bersangkutan.
2. Metode Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 200) “Metode dokumentasi yaitu
mencari data mengenai hal-hal atau variable yang merupakan catatan,
transkip,buku,suratkabar,majalah,prasasti,notulen rapat,legenda dan sebagainya.
Dokumen bisa memiliki beragam bentuk, dari yang tertulis sederhana
sampai yang lebih lengkap dan kompleks. Dalam penelitian ini dokumen yang akan
dianalisis antara lain : data nilai siswa, SKH yang telah dibuat oleh guru, silabus,
daftar presensi siswa, dan buku induk siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
3. Teknik Tes
Sarwiji Suwandi (2008:68) mengemukakan bahwa, “Pemberian tes
dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh siswa setelah
kegiatan pemberian tindakan. Dengan perkata lain, tes disusun dan dilakukan untuk
mengetahui tingkat perkembangan kemampuan siswa sesuai dengan siklus yang ada”.
Teknik tes ini dilakukan untuk mengetahui perubahan hasil belajar siswa
setelah diadakan pembelajaran berhitung matematika dengan metode BCCT berbasis
permainan berhitung permulaan. Tes yang dipilih adalah tes tertulis Langkah-langkah
yang ditempuh peneliti dalam pengambilan data menggunakan tes adalah dengan
menyiapkan instrumen tes, menilainya, dan mengolah data yang diperoleh. Tes
dilakukan dua kali yakni, tes sebelum dilakukakan tindakan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa dan tes setelah dilakukakan tindakan untuk mengetahui
kemampuan siswa yang telah mengalami perlakuan. Rinciannya jumlah soal 5 butir
berbentuk essay,setiap soal bernilai 20 poin, jadi total nilai jika benar semua adalah
100 poin dapat dirumuskan jumlah jawaban benar x 20.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tabel. 2. Kisi-kisi Soal
Mata
Pelajaran
Tema Konsep Indikator Item
Soal
Bentuk
Soal
Berhitung Binatang Pola Menunjukkan dan
mencari hewan yang
mempunyai bentuk
yang sama
3,2 Essay
Klasifikasi Mengelompokkan
benda dengan
berbagai cara
menurut ciri tertentu
3 Essay
Bilangan Membilang urutan
bilangan 1-10
1,4 Essay
Ukuran Membedakan 2
benda yang sama
jumlahnya ,yang
tidak sama lebih
banyak dan lebih
sedikit
Mengenal perbedaan
panjang pendek
5 Essay
Geometri Membuat bentuk-
bentuk geometri
2 Essay
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
E. Sumber Data
Sumber data penelitian ini antara lain:
1. Peristiwa proses pembelajaran berhitung matematika yang berlangsung di kelas
B2 TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011.
2. Informan , yaitu guru, ,siswa B2 TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo
tahun ajaran 2010/2011
3. Dokumen, data yang dikumpulkan, antara lain: silabus, satuan kegiatan harian
(SKH), hasil tes siswa, serta dukumen lainnya.
F. Uji Validitas Data
Suatau informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa
validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan
sebagai dasra yang kuat dalam menarik kesimpulan.
Uji validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu yakni dicek dengan wawancara mendalam,
observasi partisipatif, dan dokumentasi. Selain itu juga menggunakan review
informan kunci yakni menginformasikan data atau interpretasi temuan kepada
informan kunci sehingga diperoleh kesepakatan antara peneliti dan informan tentang
data tersebut. Hal ini dilakukan melalui kegiatan diskusi setelah kegiatan pengamatan
maupun kajian dokumen. Dalam penelitian ini sebagai pembanding data dicek dengan
observasi partisipasif dan dokumentasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
G. Teknik Analisis Data
Data yang berupa hasil pengamatan atau observasi dan wawancara
diklasifikasikan sebagai data kualitatif. Data ini diinterpretasikan kemudian
dihubungkan dengan data kuantitatif (tes) sebagai dasar untuk mendeskripsikan
keberhasilan pelaksanaan pembelajaran. Data kualitaif dianalisis dengan Teknik
analisis kritis. Teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap
kelemahan dan kelebihan kinerja guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.
Data yang berupa tes diklasifikasikan sebagai data kuantitatif. Data tersebut
dianalisis secara deskriptif yakni memperlihatkan pencapaian nilai tes antar siklus
dengan indikator pencapaian. Analisis dilakukan terhadap nilai yang diperoleh pada
dua siklus yang telah dilakukan. Data yang berupa nilai tes antar siklus tersebut
dibandingkan hingga hasilnya dapat mencapai batas ketercapaian yang telah
ditetapkan.
H. Indikator Ketercapaian
Pada siklus terakhir siswa kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS
Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011 dapat mencapai nilai sesuai dengan indikator
ketercapaian yang telah ditentukan yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Tabel. 3`. Indikator Ketercapaian
No Variabel Indikator Keterangan
1. Ketuntasan belajar siswa
dalam pembelajaran
berhitung.
13 dari 19 siswa
mampu
mendapat nilai
≥ 60.
Siswa mendapatkan nilai ≥ 60.
Kriteria Ketuntasan Minimal.
< 60 = kurang dan belum tuntas
60- 79 = cukup dan tuntas
80-84 = baik dan tuntas
≥ 85 = sempurna dan tuntas
2. Keaktifan siswa dalam
pembelajaran berhitung
13 dari 19 siswa
termasuk dalam
kategori aktif.
Skor 10–20= kurang aktif Skor
21–30 = cukup aktif Skor 31–
40 = aktif
Dengan 10 aspek yang diamati,
dengan penilaian kriteria:
4= Sering,
3= Kadang-kadang,
2= Pernah
1= tidak pernah.
I. Prosedur Penelitian
Untuk memperoleh hasil penelitian yang diharapkan, maka peneliti
menggunakan prosedur penelitian sebagai berikut:
1. Persiapan
Pada tahap ini peneliti berkunjung ke TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS
Sukoharjo dan menemui kepala sekolah. Peneliti meminta ijin kepada kepala sekolah
untuk mengadakan penelitian di sekolah yang beliau ampu. Peneliti meminta ijin
dengan disertai surat ijin penelitian/ research dari Dekan FKIP UNS dilampiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
proposal penelitian. Pada tahap ini peneliti juga menemui guru kelas B2 TK
Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo untuk mempersiapkan kegiatan survei
awal.
2. Studi / Survei Awal
Pada tahap ini peneliti melakukan survei awal pada siswa kelas B2 untuk
mengenal kemampuan siswa dalam proses pembelajaran berhitung matematika.
Survei ini dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran berhitung matematika
dan memeriksa hasil tes sebelum dilakukan tindakan.
3. Pelaksanaan Siklus
Pelaksanaan penelitian ini, mekanisme kerjanya diwujudkan dalam bentuk
siklus, yang setiap siklus mencakup empat kegiatan, yaitu (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan, (3) observasi , dan (4) analisis dan refleksi. Adapun secara rinci empat
tahap pelaksanaan diuraikan sebagai berikut:
a. Perencanaan meliputi kegiatan meninjau silabus dan membuat satuan kegiatan
harian (SKH). Selain itu peneliti juga menyiapkan berbagai sarana yang
diperlukan selama pembelajaran seperti gambar binatang,miniatur binatang,
manik-manik, alat tulis, lembar observasi,dokumentasi dan lain-
lain,mengadakan pre test
b. Pelaksanaan, dilakukan dengan menerapkan pembelajaran menggunakan
metode BCCT yang telah disepakati antara peneliti dengan guru. Peneliti
melaksanakan satuan kegiatan harian (SKH) yang telah dibuat sebelumnya
dengan sistematis.
Adapun skenario pembelajarannya adalah sebagai berikut:
1) Pelaksanaan pembelajaran dibuat santai dan meyenangkan melalui
permainan
2) Peneliti mengatur tempat duduk siswa secara melingkar
3) Peneliti melakukan tanya jawab terlebih dahulu kepada siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
4) Peneliti memberikan pengarahan kepada siswa terlebih dahulu tentang
tugas yang akan diberikan sesuai materi yang ada dalam bentuk permainan.
Permainan yang diberikan adalah meronce manik-manik, menempel
beruang teddy, bermain dadu, bermain pola orang,mengelompokkan
gambar binatang,kalung angka. Dimana satu pertemuan permainan yang
diberikan satu jenis saja.
5) Peneliti membagikan alat dan bahan kemudian siswa
membuat/mengerjakannya sesuai arahan peneliti.
6) Peneliti mengevaluasi hasil kerja/hasil karya siswa.
c. Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas
guru dan siswa). Kegiatan ini diarahkan pada pokok-pokok penting yang telah
ditetapkan pada pedoman observasi. Selain itu, peneliti juga melakukan
wawancara dengan guru dan siswa agar data lebih lengkap dan akurat.
4. Analisis dan refleksi dilakukan oleh peneliti dan guru dengan cara menganalisis
hasil observasi, hasil pekerjaan siswa, serta hasil wawancara. Dengan demikian,
analisis dilakukan terhadap proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan.
5. Tahap Pengamatan
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan pada proses pembelajaran di
setiap siklus yang diterapkan oleh guru. Peneliti mengamati guru dan siswa saat
pembelajaran berhitung permulaan berlangsung.
6. Tahap Pelaporan
Pada tahap ini peneliti menyusun laporan dari semua kegiatan yang telah
dilakukan selama penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal
Kondisi awal siswa kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS
Sukoharjo yang akan dideskripsikan adalah pada kemampuan berhitung dan
keaktifan siswa dalam pembelajaran berhitung matematika. Kemampuan awal
diperoleh dari hasil observasi, pre test, dan hasil wawancara dengan guru kelas
B2. Berikut hasil pre test kemampuan berhitung matematika siswa kelas B2 TK
Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo Tahun Ajaran 2010 / 2011 Semester
Genap
Tabel. 4.Kemampuan Awal Berhitung Matematika Siswa Kelas B2 TK
Raudlotul Athfal Islam Irmas Sukoharjo Tahun Ajaran 2010 / 2011 Semester
Genap.
Nama Siswa Nilai Tes
Tertulis Kategori
Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM)
Pu 30 Kurang Belum
Ir 70 Baik Tuntas
Ab 35 Kurang Belum
Ra 70 Baik Tuntas
Fq 30 Kurang Belum
Fr 50 Kurang Belum
Fz 55 Kurang Belum
Ka 75 Baik Tuntas
La 50 Kurang Belum
Ha 65 Cukup Tuntas
Il 50 Kurang Belum
Ol 55 Kurang Belum
Rf 50 Kurang Belum
Rz 75 Baik Tuntas
Hu 40 Kurang Belum
Sh 40 Kurang Belum
Sya 80 Baik Tuntas
Wi 45 Kurang Belum
Za 55 Kurang Belum
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Nilai dalam tabel 4 tersebut diperoleh dari hasil pre test yang dilakukan
oleh peneliti. Pre test yang dilaksanakan tersebut termasuk tes tertulis. Tes tertulis
ini untuk menguji kemampuan siswa dalam berhitung.
Dari tabel 4 di atas, terdapat ada 6 siswa yang mendapat nilai di atas 65
atau sebesar 31, 58 % dari jumlah siswa secara keseluruhan dan ada 13 siswa
yang mendapat nilai di bawah 55 atau sebesar 68,42 % dari 19 siswa secara
keseluruhan.Bila dianalisis dengan meninjau KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
yang telah ditetapkan untuk berhitung yaitu ≥ 60, ada dari ke 6 siswa yang
mencapai ketuntasan. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa
dalam berhitung matematika adalah 31,58%.
Observasi awal penelitian ini selain meninjau nilai siswa, peneliti juga
melakukan observasi terhadap keaktifan siswa. Dalam tahap observasi ini, peneliti
menggunakan sistem observasi non partisipan. Peneliti tidak terlibat secara
langsung dalam kegiatan belajar mengajar serta mengusahakan sebisa mungkin
untuk tidak mempengaruhi proses alami dari kegiatan belajar mengajar pada hari
itu. Adapun hasil observasi terhadap keaktifan siswa seperti tertuang dalam tabel
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Tabel. 5. Hasil Observasi Kondisi Awal Keaktifan Siswa
Nama Siswa Kondisi
Awal Kategori
Pu 22 Kurang aktif
Ir 31 Aktif
Ab 26 Kurang aktif
Ra 18 Tidak aktif
Fq 18 Tidak aktif
Fr 19 Tidak aktif
Fz 22 Kurang aktif
Ka 31 Aktif
La 25 Kurang aktif
Ha 24 Kurang aktif
Il 31 Aktif
Ol 25 Kurang aktif
Rf 26 Kurang aktif
Rz 25 Kurang aktif
Hu 25 Kurang aktif
Sh 31 Aktif
Sya 32 Aktif
Wi 20 Tidak aktif
Za 19 Tidak aktif
Dari hasil observasi terhadap keaktifan siswa dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia pada tanggal 8 Maret 2011, terdapat 5 siswa dalam kategori
aktif atau sebesar 26,32%, 9 siswa kurang aktif atau sebesar 47,36%, dan 5 siswa
tidak aktif atau sebesar 26,32%. Adapun aspek observasi terhadap keaktifan siswa
tersebut, secara garis besar mencakup perhatian terhadap penjelasan dan perintah
guru serta keaktifan siswa saat proses belajar. Jadi observasi terhadap siswa ini,
harus mulai dipantau sejak pelajaran dimulai sampai pelajaran berakhir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Siklus I
Proses penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing
terdiri dari empat tahapan yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi
dan refleksi. Adapun pelaksanaan dan hasil pada siklus I adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan Tindakan Siklus I
Kegiatan perencanaan ini dilaksanakan pada hari Senin, 7 Maret 2011.
Peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas terkait dengan segala sesuatu yang
berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan di kelas Guru tersebut.
Diskusi ini merupakan tindak lanjut dari diskusi sebelumnya yang dilakukan
peneliti dengan guru kelas saat peneliti menjadi guru kontrak di sekolah tersebut.
Peneliti dan guru kelas mendiskusikan rancangan tindakan yang akan
dilakukan dalam proses penelitian. Dari hasil identifikasi dan penetapan masalah,
peneliti kemudian mengajukan solusi alternatif untuk meningkatkan kemampuan
berhitung matematika siswa berupa penggunaan metode BCCT berbasis
permainan berhitung permulaan . Dalam tahap ini peneliti menunjukkan proposal
penelitian yang akan menjadi bahan acuan lanjutan dalam tahap perencanaan.
Tahap perencanaan tindakan I meliputi kegiatan sebagai berikut:
1) Peneliti dan guru menyusun SKH (Satuan Kegiatan Harian) dengan
materi tema binatang.
2) Peneliti mempersiapkan permainan yang akan digunakan dalam
pembelajaran.
3) Peneliti memberikan deskripsi tentang permainan yang akan digunakan
dalam penelitian kepada Guru kelas agar terjalin sebuah kesamaan
persepsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Kemudian menyepakati skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan
pada tahap tindakan I.
a) Langkah-langkah (skenario) pada pertemuan pertama:
(1) Pijakan Sebelum Bermain
(a) Peneliti dan anak-anak duduk melingkar,peneliti memberi
salam pada anak-anak dan menanyakan kabar mereka.
(b) Peneliti meminta anak-anak untuk memperhatikan siapa saja
yang tidak masuk hari ini.
(c) Peneliti memimpin anak untuk berdoa bersama
(d) Peneliti menyampaikan kepada anak tentang tema hari ini dan
dikaitkan dengan kehidupan anak.
(e) Peneliti memberitahukan kepada anak bahwa hari ini akan
bermain meronce manik-manik.
(f) Peneliti mengenalkan alat yang digunakan untuk permainan
meronce manik-manik yaitu manik-manik, benang , mika
warna-warni berbagai bentuk,gantungan kunci.
Gambar 8. Alat dan Bahan untuk Meronce Manik-manik
(g) Peneliti menjelaskan tentang cara menyusun pola dengan
manik-manik yang dironce, den pola manik bulat dimasukkan
ke benang sebanyak 2 buah, kemudian manik lonjong 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
buah,selanjutnya mika berbagai bentuk dimasukkan 1 buah,
dan seterusnya mengikuti pola dari awal yang terakhit benang
yang tersisa diikat kemudian dimasukkan ke gantungan
kunci.
(h) Peneliti membagikan bahan-bahan permainan
(i) Setelah anak siap untuk main, peneliti mempersilakan anak
untuk main.
(2) Pijakan Saat Bermain
(a) Peneliti berkeliling diantara anak-anak yang bermain
(b) Peneliti memberikan contoh cara main pada anak yang belum
bisa mengerjakannya.
(c) Peneliti memberikan dukungan pernyataan positif tentang
pekerjaan anak.
(d) Peneliti mengamati dan mencatat hal-hal yang dilakukan
siswa
(e) Setelah anak selesai meronce, anak-anak disuruh menghitung
jumlah manik-manik lonjong,bulat,mika berbentuk bunga
,bintang dan lainnya secara bergantian.
(f) Peneliti menilai hasil karya anak-anak
(g) Peneliti menyuruh siswa untuk menggantungkan hasil karya
mereka di tas masing-masing anak.
(3) Pijakan Setelah Bermain
(a) Setelah permainan selesai anak diminta untuk membereskan
sisa-sisa bahan yang tidak terpakai.
(b) Peneliti menutup kegiatan dengan berdo’a bersama
b) Langkah-langkah (skenario) pada pertemuan kedua:
(1) Pijakan Sebelum Bermain
(a) Peneliti dan anak-anak duduk melingkar,peneliti memberi
salam pada anak-anak dan menanyakan kabar mereka.
(b) Peneliti meminta anak-anak untuk memperhatikan siapa saja
yang tidak masuk hari ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
(c) Peneliti memimpin anak untuk berdoa bersama
(d) Peneliti menyampaikan kepada anak tentang tema hari ini dan
dikaitkan dengan kehidupan anak.
(e) Peneliti mengenalkan bahan yang digunakan untuk permainan
menempel beruang teddy yaitu gambar beruang
teddy,lem,gambar baju dan celana dengan berbagai warna
Gambar 9. Bahan untuk Menempel Beruang Teddy
(f) Peneliti menjelaskan tentang cara menempel gambar beruang
teddy yaitu gambar baju dan celana diolesi lem dan ditempel
pada gambar beruang teddy pada tempat yang sesuai.
(g) Peneliti membagikan bahan-bahan permainan
(h) Setelah anak siap untuk main, peneliti mempersilakan anak
untuk main.
(2) Pijakan Saat Bermain
(a) Peneliti berkeliling diantara anak-anak yang bermain
(b) Memberikan contoh cara main pada anak yang belum bisa
mengerjakannya.
(c) Memberikan dukungan pernyataan positif tentang pekerjaan
anak.
(d) Peneliti mengamati dan mencatat hal-hal yang dilakukan
siswa
(e) Setelah anak selesai menempel anak disuruh berdiri dan
memegang gambar masing-masing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
(f) Peneliti menyuruh siswa untuk menghitung gambar beruang
yang memakai baju yang warnanya sama,siswa diminta
menghitung secara bersama-sama dan sendiri-sendiri secara
bergantian.
(3) Pijakan Setelah Bermain
(a) Setelah permainan selesai anak diminta untuk membereskan
sisa-sisa bahan yang tidak terpakai.
(b) Peneliti menutup kegiatan dengan berdo’a bersama
c) Langkah-langkah (skenario) pada pertemuan ketiga:
(1) Pijakan Sebelum Bermain
(a) Peneliti dan anak-anak duduk melingkar,peneliti memberi
salam pada anak-anak dan menanyakan kabar mereka.
(b) Peneliti meminta anak-anak untuk memperhatikan siapa saja
yang tidak masuk hari ini.
(c) Peneliti memimpin anak untuk berdoa bersama
(d) Peneliti menyampaikan kepada anak tentang tema hari ini dan
dikaitkan dengan kehidupan anak.
(e) Peneliti memberitahukan kepada anak bahwa hari ini akan
bermain kubus bergambar
(f) Peneliti mengenalkan bahan dan bentuk yang digunakan
untuk permainan kubus bergambar yaitu dua buah dadu
dengan titik satu sampai enam.
Gambar 10. Kubus Bergambar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
(g) Peneliti menjelaskan tentang cara memainkan dadu yaitu
dengan cara melemparkan dua buah dadu secara bersamaan
dan dilihat berapa titik yang muncul pada masing-masing
dadu.
(h) Setelah anak siap untuk main, peneliti mempersilakan anak
untuk main.
(2) Pijakan Saat Bermain
(a) Peneliti menunjuk anak secara acak untuk bermain dadu
(b) Anak diminta maju ketengah lingkaran dan melempar 2 buah
dadu, anak mengamati jumlah titik yang muncul.
(c) Peneliti memberikan pertanyaan kepada siswa untuk
menjumlahkan dan mengurangkan titik-titik yang muncul.
(d) Peneliti juga memberikan pertanyaan tentang lebih besar,lebih
kecil atau sama pada kedua titik yang muncul.
(e) Memberikan dukungan pernyataan positif tentang pekerjaan
anak
(f) Peneliti mengamati dan mencatat hal-hal yang dilakukan
siswa
(3) Pijakan Setelah Bermain
1) Setelah permainan selesai anak diminta untuk membereskan
alat-alat yang digunakan untuk bermain.
2) Peneliti menutup kegiatan dengan berdo’a bersama
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Siklus I terdiri dari tiga pertemuan di kelas B2, yaitu pada 9,10 dan 11
Maret 2011. Dalam tahap ini dilakukan tindakan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan.
1) Pertemuan pertama
Pelaksanaan pertemuan pertama adalah pada hari Rabu tanggal 9 Maret
2011 fokus pada konsep pola dan membilang angka. Tindakan yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah pelaksanakan pembelajaran berhitung matematika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
dengan menggunakan metode BCCT berbasis permainan berhitung permulaan.
Peneliti berkolaborasi dengan guru, sehingga antara peneliti dan guru memiliki
tugas masing-masing.
Peneliti melaksanakan pembelajaran pembelajaran berhitung matematika
dengan menggunakan metode BCCT berbasis permainan berhitung permulaan
dikelas. Peneliti juga melakukan observasi terhadap keaktifan siswa saat
pembelajaran berlangsung. Guru berperan dalam melakukan observasi terhadap
kemampuan peneliti dalam menjelaskan dan mengelola kelas.
Peneliti dan anak-anak duduk melingkar,peneliti memberi salam pada
anak-anak dan menanyakan kabar mereka. Peneliti memerintahkan pada anak
memperhatikan siapa yang tidak masuk hari ini. Pada tahap pertama peneliti
melakukan apersepsi tentang hal yang berkaitan dengan tema binatang.
Peneliti memberitahukan kepada anak bahwa hari ini akan bermain
meronce manik-manik. Peneliti menerangkan bahan yang digunakan adalah
manik-manik, benang , mika warna-warni berbagai bentuk,gantungan kunci.
Peneliti menjelaskan cara meronce manik-manik terlebih dahulu manik bulat
dimasukkan ke benang sebanyak 2 buah, kemudian manik lonjong 2
buah,selanjutnya mika berbagai bentuk dimasukkan 1 buah, dan seterusnya
mengikuti pola dari awal yang terakhit benang yang tersisa diikat kemudian
dimasukkan ke gantungan kunci.
Peneliti membagikan bahan pada anak, kemudian anak mulai
mengerjakannya sesuai petunjuk. Peneliti memberikan bantuan pada siswa yang
mengalami kesulitan. Peneliti memberikan penguatan yang positif bagi siswa
yang bisa mengerjakannya serta memberikan semangat pada siswa yang belum
bisa melaksanakannya.
Setelah anak selesai meronce, anak-anak disuruh menghitung jumlah
manik-manik lonjong,bulat,mika berbentuk bunga ,bintang dan lainnya secara
bergantian.Peneliti menilai hasil karya anak-anak.Peneliti menyuruh siswa untuk
menggantungkan hasil karya mereka di tas masing-masing anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Setelah permainan selesai anak diminta untuk membereskan sisa-sisa
bahan yang tidak terpakai.Peneliti menutup kegiatan dengan berdo’a bersama.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 10 Maret 2011.
Pertemuan ini merupakan lanjutan dari pertemuan pertama. Fokus dalam
pertemuan ini adalah konsep matematika pada hal klasifikasi dan membilang
angka.
Sesuai dengan SKH yang telah dibuat, peneliti dan anak-anak duduk
melingkar,peneliti memberi salam pada anak-anak dan menanyakan kabar
mereka. Peneliti memerintahkan pada anak memperhatikan siapa yang tidak
masuk hari ini. Pada tahap pertama peneliti melakukan apersepsi tentang hal yang
berkaitan dengan tema binatang.
Peneliti memberitahukan kepada anak bahwa hari ini akan bermain
menempel beruang teddy. Peneliti menerangkan bahan yang digunakan adalah
Peneliti mengenalkan bahan yang digunakan untuk permainan menempel beruang
teddy yaitu gambar beruang teddy,lem,gambar baju dan celana dengan berbagai
warna. Peneliti menjelaskan tentang cara menempel gambar beruang teddy yaitu
gambar baju dan celana diolesi lem dan ditempel pada gambar beruang teddy
pada tempat yang sesuai.
Peneliti membagikan bahan pada anak, kemudian anak mulai
mengerjakannya sesuai petunjuk. Peneliti memberikan bantuan pada siswa yang
mengalami kesulitan. Peneliti memberikan penguatan yang positif bagi siswa
yang bisa mengerjakannya serta memberikan semangat pada siswa yang belum
bisa melaksanakannya.
Setelah anak selesai menempel anak disuruh berdiri dan memegang
gambar masing-masing.Peneliti menyuruh siswa untuk menghitung gambar
beruang yang memakai baju yang warnanya sama,siswa diminta menghitung
secara bersama-sama dan sendiri-sendiri secara bergantian. Setelah permainan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
selesai anak diminta untuk membereskan sisa-sisa bahan yang tidak
terpakai.Peneliti menutup kegiatan dengan berdo’a bersama.
3) Pertemuan ketiga
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 11 Maret 2011.
Pertemuan ini merupakan lanjutan dari pertemuan pertama. Fokus dalam
pertemuan ini adalah konsep matematika pada hal geometri,bilangan
(penjumlahan dan pengurangan) dan ukuran (lebih besar, lebih kecil atau sama).
Peneliti dan anak-anak duduk melingkar,peneliti memberi salam pada
anak-anak dan menanyakan kabar mereka. Peneliti memerintahkan pada anak
memperhatikan siapa yang tidak masuk hari ini. Pada tahap pertama peneliti
melakukan apersepsi tentang hal yang berkaitan dengan tema binatang.
Peneliti memberitahukan kepada anak bahwa hari ini akan bermain kubus
bergambar / dadu. Peneliti mengenalkan bahan dan bentuk yang digunakan untuk
permainan kubus bergambar yaitu dua buah dadu dengan titik satu sampai enam.
Peneliti menjelaskan tentang cara memainkan dadu yaitu dengan cara
melemparkan dua buah dadu secara bersamaan dan dilihat berapa titik yang
muncul pada masing-masing dadu.
Peneliti menunjuk anak secara acak untuk bermain dadu.Anak diminta
maju ketengah lingkaran dan melempar 2 buah dadu, anak mengamati jumlah titik
yang muncul.Peneliti memberikan pertanyaan kepada siswa untuk menjumlahkan
dan mengurangkan titik-titik yang muncul.Peneliti juga memberikan pertanyaan
tentang lebih besar,lebih kecil atau sama pada kedua titik yang muncul.
Setelah permainan selesai anak diminta untuk membereskan alat-alat
yang digunakan untuk bermain.Peneliti menutup kegiatan dengan berdo’a
bersama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
a) Hasil Tes Berhitung Matematika Siklus I
Dari tes yang mengungkap kemampuan berhitung matematika siswa,
yang terdiri dari tes tertulis, hasilnya tertuang dalam tabel 8 berikut:
Tabel. 6. Hasil Tes Berhitung Matematika Siklus I
Nama Siswa Nilai Tes
Tertulis Kategori
Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM)
Pu 40 Kurang Belum
Ir 75 Baik Tuntas
Ab 45 Kurang Belum
Ra 75 Baik Tuntas
Fq 40 Kurang Belum
Fr 60 Cukup Tuntas
Fz 65 Cukup Tuntas
Ka 80 Baik Tuntas
La 55 Kurang Belum
Ha 75 Baik Tuntas
Il 55 Kurang Belum
Ol 60 Cukup Tuntas
Rf 55 Kurang Belum
Rz 80 Baik Tuntas
Hu 50 Kurang Belum
Sh 55 Kurang Belum
Sya 85 Sempurna Tuntas
Wi 55 Kurang Belum
Za 60 Cukup Tuntas
Pada tabel 6 di atas menunjukkan bahwa siswa dengan kategori
sempurna ada 1 anak dari 19 siswa atau sebesar 5,26% ,siswa dengan kategori
baik dalam berhitung matematika ada 5 siswa dari keseluruhan 19 siswa atau
sebesar 26,32%, siswa dalam kategori cukup ada 4 siswa atau sebesar 21,05%,
dan siswa dalam kategori kurang ada 9 siswa atau sebesar 47,37%. Jika meninjau
dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), siswa yang mencapai nilai ≥ 60 atau
tuntas dari KKM ada 10 siswa atau sebesar 52, 63%, sedangkan 9 siswa yang lain
belum tuntas atau sebesar 47,37%. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada
pelaksanaan tindakan siklus 1 ini, terjadi peningkatan kemampuan membaca
pemahaman siswa dari kondisi awal yaitu sebesar 21,05%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
b) Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus I
Berdasarkan observasi peneliti pada pelaksanaan tindakan siklus I,
dengan pengamatan terhadap keaktifan siswa saat pembelajaran berhitung
matematika melalui lembar observasi diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel. 7. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus I
Nama Siswa Siklus I Kategori
Pu 26 Kurang aktif
Ir 32 Aktif
Ab 31 Aktif
Ra 25 Tidak aktif
Fq 26 Tidak aktif
Fr 24 Tidak aktif
Fz 27 Kurang aktif
Ka 31 Aktif
La 32 Aktif
Ha 27 Kurang aktif
Il 31 Aktif
Ol 31 Aktif
Rf 28 Kurang aktif
Rz 32 Aktif
Hu 31 Aktif
Sh 32 Aktif
Sya 34 Aktif
Wi 26 Tidak aktif
Za 25 Tidak aktif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Pada tabel 7 di atas, menunjukkan bahwa siswa dengan kategori aktif
dalam pembelajaran berhitung matematika sebanyak 10 siswa dari keseluruhan 19
siswa atau sebesar 52,63%, sedangkan 4 siswa yang lain dalam kategori kurang
aktif atau sebesar 21,05%,dan 5 siswa dalam kategori tidak aktif atau sebesar
26,32%. Mulai ada peningkatan keaktifan pada pelaksanaan tindakan pada siklus
1 ini jika dibandingkan dengan kondisi awal yang baru mencapai 5 siswa dari
keseluruhan 19 siswa dalam kategori aktif atau sebesar 26,32%. Jadi ada
peningkatan 26,31% dibandingkan dari kondisi awal.
c. Observasi
Tahap pengamatan siklus I dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan yaitu pada tanggal 9,10 dan 11 Mareti 2011. Pada saat pembelajaran
berhitung berlangsung peneliti sebagai partisipan aktif. Mengamati kegiatan
belajar mengajar dari awal sampai akhir dan mencatat hasil siklus I di dalam
kelas. Dikatakan partisipasi aktif, karena peneliti terlibat langsung dalam kegiatan
yang dilakukan oleh anak dalam kegiatan belajar mengajar sebagai guru.
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 9 Maret 2011 dan berlangsung
selama 2x45 menit. Peneliti dan anak-anak duduk melingkar,peneliti memberi
salam pada anak-anak dan menanyakan kabar mereka. Peneliti memerintahkan
pada anak memperhatikan siapa yang tidak masuk hari ini. Pada tahap pertama
peneliti melakukan apersepsi tentang hal yang berkaitan dengan tema binatang.
Peneliti berkolaborasi dengan guru, sehingga antara peneliti dan guru
memiliki tugas masing-masing. Peneliti melaksanakan pembelajaran berhitung
matematika dengan menggunakan metode BCCT berbasis permainan berhitung
permulaan. Peneliti juga melakukan observasi terhadap keaktifan siswa saat
pembelajaran berlangsung. Guru berperan dalam melakukan observasi terhadap
kemampuan peneliti dalam menjelaskan dan mengelola kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar
berhitung matematika pada tindakan 1, diperoleh hasil sebagai berikut:
1) Siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar berjumlah 10 siswa
dari 19 siswa secara keseluruhan
2) Siswa yang kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar berjumlah 4
siswa dari 19 siswa secara keseluruhan.
3) Siswa yang tidak aktif dalam kegiatan belajar mengajar berjumlah 5
siswa dari 19 siswa secara keseluruhan.
4) Peneliti sebagai guru dalam kemampuan menjelaskan mendapat
kategori baik dengan skor 52 dari skor maksimal 60.
5) Peneliti sebagai guru dalam kemampuan mengelola kelas mendapat
kategori baik dengan skor 68 dari skor maksimal 80.
d. Analisis dan Refleksi
Pada tahap refleksi ini diawali dengan poses analisis terlebih dahulu,
peneliti bersama dengan guru kelas mengadakan diskusi terkait pelaksanaan
tindakan 1. Analisis yang dimaksud adalah terhadap hasil observasi, serta hasil
pekerjaan siswa. Secara umum terdapat beberapa kelemahan yang terjadi saat
proses belajar mengajar yaitu:
1) Peneliti belum mampu mengendalikan siswa yang sering berebut
permainan.
2) Peneliti belum mampu mengendalikan siswa yang ramai sendiri.
3) Peneliti terlalu cepat dalam menjelaskan sehingga siswa masih kesulitan
dalam memahaminya.
4) Siswa masih merasa takut dan malu bertanya ketika mengalami kesulitan
Berdasarkan hasil tes berhitung matematika pada siklus I, siswa yang
mencapai ketuntasan minimal ada 10 siswa dari keseluruhan 19 siswa atau sebesar
52,63%. Siswa yang aktif dalam pembelajaran ada 10 siswa dari keseluruhan 19
siswa atau sebesar 52,63%. Jadi, jika ditinjau dari indikator ketercapaian yang
telah ditentukan yaitu 13 dari 19 siswa mendapat nilai ≥ 60 dan 13 dari 19 siswa
aktif dalam pembelajaran, maka pada siklus 1 ini belum berhasil mencapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
indikator ketercapaian. Maka akan diadakan siklus II dengan refleksi sebagai
berikut :
1) Agar siswa lebih antusias dan sungguh-sungguh serta tidak ramai maka
peneliti melakukan kegiatan selingan yang dapat menarik perhatian
misalnya mengajak anak bertepuk dan bernyanyi.
2) Anak-anak dibagi mejadi beberapa kelompok agar anak tidak saling
berebut.
3) Peneliti memberikan penjelasan secara perlahan dan jelas kepada siswa.
4) Siswa diminta menjadi tutor sebaya yaitu mau membantu teman yang
kesulitan agar penguasaan materi meningkat.
5) Siswa dianjurkan untuk tidak malu bertanya baik pada teman , peneliti
maupun guru.
2. Siklus II
a. Perencanaan Tindakan Siklus II
Kegiatan perencanaan ini dimulai pada hari Selasa, 15 Maret 2011.
Perencanan ini sangat berdasar pada refleksi dari siklus1, sehingga diharapkan
segala kekurangan dapat dihindari dalam pelaksanaan siklus 2 ini. Adapun
kegiatan perencanaan adalah mencakup langkah-langkah sebagai berikut:
1) Peneliti dan guru menyusun SKH (Satuan Kegiatan Harian) dengan
materi tema binatang.
2) Peneliti mempersiapkan permainan yang akan digunakan dalam
pembelajaran.
3) Peneliti memberikan deskripsi tentang permainan yang akan digunakan
dalam penelitian kepada Guru kelas agar terjalin sebuah kesamaan
persepsi. Kemudian menyepakati skenario pembelajaran yang akan
dilaksanakan pada tahap tindakan I.
a) Langkah-langkah (skenario) pada pertemuan pertama:
(1) Pijakan Sebelum Bermain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
(a) Peneliti dan anak-anak duduk melingkar,peneliti memberi
salam pada anak-anak dan menanyakan kabar mereka.
(b) Peneliti meminta anak-anak untuk memperhatikan siapa saja
yang tidak masuk hari ini.
(c) Peneliti memimpin anak untuk berdoa bersama
(d) Peneliti menyampaikan kepada anak tentang tema hari ini dan
dikaitkan dengan kehidupan anak
(e) Peneliti memberitahukan kepada anak bahwa hari ini akan
bermain klasifikasi hewan
(f) Peneliti mengenalkan bahan dan bentuk yang digunakan
untuk klasifikasi binatang yaitu kertas asturo dan gambar
berbagai jenis binatang
(g) Peneliti menjelaskan cara permainan,kertas asturo yang sudah
dibuat kotak-kotak yang bertuliskan nama binatang ditempel
didinding, siswa diberi gambar hewan satu anak satu,setiap
anak disuruh maju kedepan dan memasukkan gambar ke
kotak sesuai dengan nama binatang.
(h) Peneliti membagikan gambar kepada anak-anak.
(i) Setelah anak siap untuk main, peneliti mempersilakan anak
untuk main.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Gambar 11. Bahan Permainan Klasifikasi Hewan
(2) Pijakan Saat Bermain
(a) Peneliti menyebutkan satu jenis nama binatang dan anak
diminta mengangkat gambar sesuai yang disebutkan.
(b) Peneliti menunjuk anak yang mengangkat gambar secara acak
dan disuruh untuk memasukkan ke kotak yang sesuai dengan
gambar dan nama binatang. Kemudian seterusnya sampai
semua anak mendapat giliran.
(c) Anak-anak secara bersama-sama menghitung jumlah masing-
masing hewan dan membandingkan jumlah gambar yang
satu dengan yang lain, jumlahnya lebih besar,lebih kecil atau
sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
(d) Peneliti memberikan pertanyaan kepada siswa untuk
menjumlahkan dan mengurangkan jumlah gambar hewan
yang ada .
(e) Memberikan dukungan pernyataan positif tentang pekerjaan
anak
(f) Peneliti mengamati dan mencatat hal-hal yang dilakukan
siswa
(3) Pijakan Setelah Bermain
(a) Setelah permainan selesai anak diminta untuk membereskan
alat-alat yang digunakan untuk bermain.
(b) Peneliti menutup kegiatan dengan berdo’a bersama
b) Langkah-langkah (skenario) pada pertemuan kedua:
(1) Pijakan Sebelum Bermain
(a) Peneliti dan anak-anak duduk melingkar,peneliti memberi
salam pada anak-anak dan menanyakan kabar mereka.
(b) Peneliti meminta anak-anak untuk memperhatikan siapa saja
yang tidak masuk hari ini.
(c) Peneliti memimpin anak untuk berdoa bersama
(d) Peneliti menyampaikan kepada anak tentang tema hari ini dan
dikaitkan dengan kehidupan anak
(e) Peneliti memberitahukan kepada anak bahwa hari ini akan
bermain kalung angka
(f) Peneliti mengenalkan bahan dan bentuk yang digunakan
untuk bermain kalung angka yaitu tali, sedotan berbagai
warna yang sudah dipotong-potong, kertas warna yang
berbentuk lingkaran yang tertulis angka, kertas warna yang
bertulis nama anak.
(g) Peneliti menjelaskan cara membuat kalung angka , kertas
yang bertulis nama dimasukkan terlebih dahulu ke tali,
berikutnya satu buah kertas bernomor dimasukkan ke tali
kemudian diikuti dengan memasukkan tiga buah sedotan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
berbagi warna ke tali, kemudian kertas bernomor sama
dimasukkan dan tiga buah sedotan juga, begitu seterusnya
dengan pola yang sama. Terakhir tali diikat ujung-ujungnya.
Gambar 12. Alat dan Bahan untuk Membuat Kalung Angka
(h) Peneliti membagikan bahan-bahan pada anak-anak. Setiap
anak mendapat angka yang berbeda dan masing-masing angka
yang sama dimiliki oleh dua orang anak.
(i) Setelah anak siap untuk main, peneliti mempersilakan anak
untuk main.
(2) Pijakan Saat Bermain
(a) Peneliti berkeliling diantara anak-anak yang bermain
(b) Memberikan contoh cara main pada anak yang belum bisa
mengerjakannya.
(c) Memberikan dukungan pernyataan positif tentang pekerjaan
anak.
(d) Peneliti mengamati dan mencatat hal-hal yang dilakukan
siswa.
2
2
SYAHDA
RIZAL LAILA
RIFKY
1
4
5
7 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
(e) Setelah anak selesai merangkai, anak disuruh memakai
kalung angka yang telah selesai dibuat.
(f) Anak-anak diminta berbaris kebelakang sesuai dengan urutan
angka 1,2,3,... dan seterusnya.
(3) Pijakan Setelah Bermain
(a) Setelah permainan selesai peneliti menilai hasil karya siswa
(b) Peneliti menutup kegiatan dengan berdo’a bersama
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Siklus II terdiri dari dua pertemuan di kelas B2, yaitu pada 17 dan 18
Maret 2011. Dalam tahap ini dilakukan tindakan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan.
1) Pertemuan pertama
Pelaksanaan pertemuan pertama adalah pada hari Kamis tanggal 17
Maret 2011 fokus pada konsep pola dan bilangan (penjumlahan dan pengurangan)
dan ukuran (lebih besar, lebih kecil atau sama). Tindakan yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah pelaksanakan pembelajaran berhitung matematika dengan
menggunakan metode BCCT berbasis permainan berhitung permulaan. Peneliti
berkolaborasi dengan guru, sehingga antara peneliti dan guru memiliki tugas
masing-masing.
Peneliti melaksanakan pembelajaran pembelajaran berhitung matematika
dengan menggunakan metode BCCT berbasis permainan berhitung permulaan
dikelas. Peneliti juga melakukan observasi terhadap keaktifan siswa saat
pembelajaran berlangsung. Guru berperan dalam melakukan observasi terhadap
kemampuan peneliti dalam menjelaskan dan mengelola kelas.
Peneliti dan anak-anak duduk melingkar,peneliti memberi salam pada
anak-anak dan menanyakan kabar mereka. Peneliti memerintahkan pada anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
memperhatikan siapa yang tidak masuk hari ini. Pada tahap pertama peneliti
melakukan apersepsi tentang hal yang berkaitan dengan tema binatang.
Peneliti memberitahukan kepada anak bahwa hari ini akan bermain
klasifikasi hewan. Peneliti mengenalkan bahan dan bentuk yang digunakan untuk
klasifikasi binatang yaitu kertas asturo dan gambar berbagai jenis
binatang.Peneliti menjelaskan cara permainan,kertas asturo yang sudah dibuat
kotak-kotak yang bertuliskan nama binatang ditempel didinding, siswa diberi
gambar hewan satu anak satu,setiap anak disuruh maju kedepan dan memasukkan
gambar ke kotak sesuai dengan nama binatang.
Peneliti membagikan bahan pada anak. Peneliti menyebutkan satu jenis
nama binatang dan anak diminta mengangkat gambar sesuai yang
disebutkan.Peneliti menunjuk anak yang mengangkat gambar secara acak dan
disuruh untuk memasukkan ke kotak yang sesuai dengan gambar dan nama
binatang. Kemudian seterusnya sampai semua anak mendapat giliran.Anak-anak
secara bersama-sama menghitung jumlah masing-masing hewan dan
membandingkan jumlah gambar yang satu dengan yang lain, jumlahnya lebih
besar,lebih kecil atau sama.Peneliti memberikan pertanyaan kepada siswa untuk
menjumlahkan dan mengurangkan jumlah gambar hewan yang ada .
Peneliti memberikan bantuan pada siswa yang mengalami kesulitan.
Peneliti memberikan penguatan yang positif bagi siswa yang bisa mengerjakannya
serta memberikan semangat pada siswa yang belum bisa melaksanakannya.
Setelah permainan selesai anak diminta untuk membereskan sisa-sisa
bahan yang tidak terpakai.Peneliti menutup kegiatan dengan berdo’a bersama.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 18 Maret 2011.
Pertemuan ini merupakan lanjutan dari pertemuan pertama. Fokus dalam
pertemuan ini adalah konsep matematika pada hal pola dan membilang angka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Sesuai dengan SKH yang telah dibuat, peneliti dan anak-anak duduk
melingkar,peneliti memberi salam pada anak-anak dan menanyakan kabar
mereka. Peneliti memerintahkan pada anak memperhatikan siapa yang tidak
masuk hari ini. Pada tahap pertama peneliti melakukan apersepsi tentang hal yang
berkaitan dengan tema binatang.
Peneliti memberitahukan kepada anak bahwa hari ini akan bermain
kalung angka.Peneliti mengenalkan bahan dan bentuk yang digunakan untuk
bermain kalung angka yaitu tali, sedotan berbagai warna yang sudah dipotong-
potong,kertas warna yang berbentuk lingkaran yang tertulis angka, kertas warna
yang bertulis nama anak.Peneliti menjelaskan cara membuat kalung angka , kertas
yang bertulis nama dimasukkan terlebih dahulu ke tali,berikutnya satu buah kertas
bernomor dimasukkan ke tali kemudian diikuti dengan memasukkan tiga buah
sedotan berbagi warna ke tali, kemudian kertas bernomor sama dimasukkan dan
tiga buah sedotan juga,begitu seterusnya dengan pola yang sama. Terakhir tali
diikat ujung-ujungnya.
Peneliti membagikan bahan-bahan pada anak-anak. Setiap anak
mendapat angka yang berbeda dan masing-masing angka yang sama dimiliki oleh
dua orang anak.Peneliti memberikan bantuan pada siswa yang mengalami
kesulitan. Peneliti memberikan penguatan yang positif bagi siswa yang bisa
mengerjakannya serta memberikan semangat pada siswa yang belum bisa
melaksanakannya. Setelah anak selesai merangkai, anak disuruh memakai kalung
angka yang telah selesai dibuat.Anak-anak diminta berbaris kebelakang sesuai
dengan urutan angka 1,2,3,... dan seterusnya.
Setelah permainan selesai anak diminta untuk membereskan sisa-sisa
bahan yang tidak terpakai.Peneliti menutup kegiatan dengan berdo’a bersama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
a) Hasil Tes Berhitung Matematika Siklus II
Dari tes yang mengungkap kemampuan berhitung matematika siswa, yang
terdiri dari tes tertulis, hasilnya tertuang dalam tabel 8 berikut:
Tabel. 8. Hasil Tes Berhitung Matematika Siklus II
Nama Siswa Nilai Tes
Tertulis Kategori
Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM)
Pu 50 Kurang Belum
Ir 75 Baik Tuntas
Ab 55 Kurang Belum
Ra 80 Baik Tuntas
Fq 55 Kurang Belum
Fr 70 Cukup Tuntas
Fz 75 Cukup Tuntas
Ka 90 Sempurna Tuntas
La 65 Cukup Tuntas
Ha 80 Baik Tuntas
Il 65 Cukup Tuntas
Ol 65 Cukup Tuntas
Rf 70 Cukup Tuntas
Rz 85 Sempurna Tuntas
Hu 55 Kurang Belum
Sh 70 Cukup Tuntas
Sya 90 Sempurna Tuntas
Wi 70 Cukup Tuntas
Za 75 Cukup Tuntas
Pada tabel 6 di atas menunjukkan bahwa siswa dengan kategori
sempurna ada 3 anak dari 19 siswa atau sebesar 15,79% ,siswa dengan kategori
baik dalam berhitung matematika ada 3 siswa dari keseluruhan 19 siswa atau
sebesar 15,79%, siswa dalam kategori cukup ada 9 siswa atau sebesar 47,37%,
dan siswa dalam kategori kurang ada 4 siswa atau sebesar 21,05%. Jika meninjau
dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), siswa yang mencapai nilai ≥ 60 atau
tuntas dari KKM ada 15 siswa atau sebesar 78,95%, sedangkan 4 siswa yang lain
belum tuntas atau sebesar 21,05%. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada
pelaksanaan tindakan siklus II ini, terjadi peningkatan kemampuan membaca
pemahaman siswa dari siklus I yaitu sebesar 26,32%. Jika meninjau dari Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM), siswa yang mencapai nilai ≥ 60 atau tuntas dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
KKM 14 siswa telah mencapai KKM atau 78,95%. Jadi dapat disimpulkan bahwa
pada pelaksanaan tindakan siklus II ini, terjadi peningkatan kemampuan berhitung
matematika dari siklus I yaitu sebesar 26,32%.
b) Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus II
Berdasarkan observasi peneliti pada pelaksanaan tindakan siklus II,
dengan pengamatan terhadap keaktifan siswa saat pembelajaran berhitung
matematika melalui lembar observasi diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel. 9. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus II
Nama Siswa Siklus II Kategori
Pu 29 Kurang aktif
Ir 33 Aktif
Ab 31 Aktif
Ra 29 Kurang aktif
Fq 31 Aktif
Fr 29 Kurang aktif
Fz 31 Aktif
Ka 32 Aktif
La 33 Aktif
Ha 31 Aktif
Il 31 Aktif
Ol 32 Aktif
Rf 31 Aktif
Rz 35 Aktif
Hu 32 Aktif
Sh 34 Aktif
Sya 36 Aktif
Wi 31 Aktif
Za 27 Kurang aktif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Pada tabel 9 di atas, menunjukkan bahwa siswa dengan kategori aktif
dalam pembelajaran berhitung matematika sebanyak 15 siswa dari keseluruhan 19
siswa atau sebesar 78,95%, sedangkan 4 siswa yang lain dalam kategori kurang
aktif atau sebesar 21,05%,. Ada peningkatan keaktifan pada pelaksanaan tindakan
pada siklus II ini jika dibandingkan dengan siklus I yang baru mencapai 10 siswa
dari keseluruhan 19 siswa dalam kategori aktif atau sebesar 52,63%. Jadi ada
peningkatan 26,32% dibandingkan dari siklus I.
Berdasarkan hasil tes berhitung matematika pada siklus II, siswa yang
mencapai ketuntasan minimal ada 15 siswa dari keseluruhan 19 siswa atau sebesar
78,95%, sedangkan siswa yang aktif dalam pembelajaran ada 15 siswa dari
keseluruhan 19 siswa atau sebesar 78,95%. Jadi, jika ditinjau dari indikator
ketercapaian yang telah ditentukan yaitu 13 dari 19 siswa mendapat nilai ≥ 60 dan
13 dari 19 siswa aktif dalam pembelajaran, maka pada siklus II ini telah berhasil
mencapai indikator ketercapaian.
c. Observasi
Tahap pengamatan siklus II dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan yaitu pada tanggal 17 dan 18 Mareti 2011. Pada saat pembelajaran
berhitung berlangsung peneliti sebagai partisipan aktif. Mengamati kegiatan
belajar mengajar dari awal sampai akhir dan mencatat hasil siklus I di dalam
kelas. Dikatakan partisipasi aktif, karena peneliti terlibat langsung dalam kegiatan
yang dilakukan oleh anak dalam kegiatan belajar mengajar sebagai guru.
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari kamis , 18 Maret 2011 dan
berlangsung selama 2x45 menit. Peneliti dan anak-anak duduk melingkar,peneliti
memberi salam pada anak-anak dan menanyakan kabar mereka. Peneliti
memerintahkan pada anak memperhatikan siapa yang tidak masuk hari ini. Pada
tahap pertama peneliti melakukan apersepsi tentang hal yang berkaitan dengan
tema binatang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Peneliti berkolaborasi dengan guru, sehingga antara peneliti dan guru
memiliki tugas masing-masing. Peneliti melaksanakan pembelajaran berhitung
matematika dengan menggunakan metode BCCT berbasis permainan berhitung
permulaan. Peneliti juga melakukan observasi terhadap keaktifan siswa saat
pembelajaran berlangsung. Guru berperan dalam melakukan observasi terhadap
kemampuan peneliti dalam menjelaskan dan mengelola kelas.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar
berhitung matematika pada tindakan II, diperoleh hasil sebagai berikut:
a) Siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar berjumlah 15 siswa
dari 19 siswa secara keseluruhan
b) Siswa yang kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar berjumlah 4
siswa dari 19 siswa secara keseluruhan.
c) Peneliti sebagai guru dalam kemampuan menjelaskan mendapat
kategori baik dengan skor 55 dari skor maksimal 60.
d) Peneliti sebagai guru dalam kemampuan mengelola kelas mendapat
kategori baik dengan skor 70 dari skor maksimal 80.
d. Analisis dan Refleksi
Pada tahap refleksi ini diawali dengan poses analisis terlebih dahulu,
peneliti bersama dengan guru kelas mengadakan diskusi terkait pelaksanaan
tindakan II. Analisis yang dimaksud adalah terhadap hasil observasi, serta hasil
pekerjaan siswa. Secara keseluruhan kegiatan belajar mengajar dengan metode
BCCT berbasis permainan berhitung permulaan berjalan dengan baik.
Kekurangan pada pelaksanaan sebelumnya sudah dapat diatasi.
Berdasarkan hasil tes berhitung matematika pada siklus II, siswa yang
mencapai ketuntasan minimal ada 15 siswa dari keseluruhan 19 siswa atau sebesar
78,95%. Siswa yang aktif dalam pembelajaran ada 15 siswa dari keseluruhan 19
siswa atau sebesar 78,95%. Walaupun masih ada 4 siswa yang belum memenuhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
kategori ketuntasan dan keaktifan, namun jumlah indikator ketercapaian telah
terpenuhi . Jadi, jika ditinjau dari indikator ketercapaian yang telah ditentukan
yaitu 13 dari 19 siswa mendapat nilai ≥ 60 dan 13 dari 19 siswa aktif dalam
pembelajaran, maka pada siklus II ini berhasil mencapai indikator ketercapaian
siswa yang mencapai ketuntasan minimal ada 15 siswa dari keseluruhan 19 siswa
atau sebesar 78,95%. Siswa yang aktif dalam pembelajaran ada 15 siswa dari
keseluruhan 19 siswa atau sebesar 78,95%.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan dalam skripsi ini meliputi penjabaran mengenai peningkatan
kemampuan berhitung matematika serta peningkatan keaktifan siswa saat
pembelajaran berhitung dengan menggunakan metode BCCT berbasis permainan
berhitung permulaan pada anak usia dini di kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam
IRMAS Sukoharjo Tahun Ajaran 2010 / 2011. Penelitian ini dilakukan dalam dua
siklus. Setiap siklus dari empat tahapan yaitu : tahap perencanaan,tahap
pelaksanaan tindakan,tahap observasi dan terakhir refleksi. Sebelum tahapan-
tahapan kegiatan dalam siklus I dan siklus II dmulai, peneliti mengadakan
kegiatan observasi dan pre test untuk memperoleh data empiris yang akan
digunakan sebagai bahan penguat perbandingan perkembangan kemampuan siswa
pada siklus I dan siklus II, selain berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama
menjadi guru kontrak di TK tersebut .Pada siklus I peneliti berperan sebagai guru
dan guru kolaborator berperan sebagai pengamat, segala kegiatan berpusat pada
anak, melalui pijakan-pijakan. Selama pelaksanaan tindakan, ternyata ada masalah
yang perlu dibenahi. Contohnya siswa sering berebut dengan teman, ramai sendiri
untuk menarik perhatian guru. Untuk mengatasi hal itu peneliti membagi anak-
anak dalam kelompok lebih kecil. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Snowman(dalam Soemantri Patmonodewo, 2003:34) bahwa anak prasekolah
biasanya mudah bersoasialisasi dengan orang dalam kelompok bermain cenderung
kecil dan tidak terlalu terorganisasi secara baik, oleh karena itu kelompok tersebut
cepat berganti – ganti. Selain itu dalam pelaksanaan peneliti juga sering
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
memberikan reward pada anak yang bisa melaksanakan kegiatan maupun yang
belum mampu. Semua hal tersebut dilakukan dengan berdasarkan ciri-ciri metode
BCCT menurut Nafik (2008) yaitu:
1. Pembelajarannya berpusat pada anak
2. Menempatkan setting lingkungan main sebagai pijakan awal yang penting
3. Memberikan dukungan penuh kepada setiap anak untuk aktif, kreatif, dan
berani mengambil keputusan sendiri
4. Peran guru sebagai fasilitator, motivator, dan evaluator
5. Kegiatan anak berpusat di sentra-sentra main yang berfungsi sebagai pusat
minat
6. Memiliki standar operasional prosedur yang baku
Siklus II merupakan perbaikan dari pelaksanaan siklus I yang belum
mencapai indikator ketercapaian sekaligus untuk membenahi masalah-masalah
yang muncul pada siklus I. Pada siklus II ini keberhasilan penggunaan metode
BCCT berbasis permainan berhitung permulaan untuk meningkatkan kemampuan
berhitung matematika pada anak usia dini dapat dilihat dari keberhasilan dalam
mencapai indikator ketercapaian. Keberhasilan tersebut dapat diamati berdasarkan
ketercapaian yang telah diperoleh berikut ini :
1. Ketuntasan belajar siswa mencapai 78,95% yaitu 15 siswa dari 19 siswa
mendapatkan nilai di atas 60 dari ketuntasan minimal sebanyak 13 dari 19
siswa mendapat nilai di atas 60 pada indikator ketercapaian.
2. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran mencapai 78,95% yaitu 15
siswa dari 19 siswa dari keaktifan pembelajaran minimal sebanyak 13 dari 19
siswa dengan memperole nilai minimal 31 dari hasil pengamatan dengan
lembar observasi keaktifan siswa telah mencapai indikator ketercapaian.
Berdasarkan pengamatan peneliti ketika menjadi guru kontrak dan
didukung oleh informasi dari guru kelas, kemampuan berhitung sebagian anak
masih rendah. Karena berhitung memerlukan ketelitian yang terkadang untuk
anak usia prasekolah tidak begitu teliti serta sabar dalam berhitung. Akan tetapi
penggunaan metode BCCT berbasis permainan berhitung permulaan membuat
siswa antusias dan semangat untuk belajar berhitung, serta siswa mengalami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
peningkatan dalam hal berhitung Hal ini dikarenakan penerapan metode yang
berupa permainan membuat anak senang dan tidak monoton dapat bervariasi
permainannya. Hal ini sesuai dengan unsur permainan menurut Hughes (1999)
dalam (Andang Ismail,2006 : 14) yaitu menyenangkan dan dapat menikmati
melakukan secara aktif dan sadar. Sesuai juga dengan ciri-ciri yang menandai
bahwa anak sudah mulai menyenangi permainan berhitung menurut Direktorat
Pembinaan Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar,2007 antara lain:
1) Secara spontan telah menunjukan ketertarikan pada aktivitas permainan
berhitung.
2) Anak mulai menyebut urutan bilangan tanpa pemahaman.
3) Anak mulai menghitung benda-benda yang ada di sekitarnya secara
spontan.
4) Anak mulai membanding bandingkan benda-benda dan peristiwa yang ada
di sekitarnya.
5) Anak mulai menjumlah-jumlahkan atau mengurangi angka dan benda-
benda yang ada di sekitarnya tanpa disengaja
Kemampuan anak mengalami peningkatan,dapat dilihat dari nilai post test yang
diberikan.
Secara rinci pembahasan hasil penelitian meliputi penjabaran mengenai
peningkatan kemampuan berhitung matematika serta peningkatan keaktifan siswa
dengan menggunakan metode BCCT berbasis permainan berhitung permulaan
pada anak usia dini di kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo
Tahun Ajaran 2010 / 2011. Pembahasan hasil penelitian dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1. Peningkatan Kemampuan Berhitung Matematika Kelas B2 TK Raudlotul
Athfal Islam Irmas Sukoharjo Tahun Ajaran 2010 / 2011.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa kelas B2 dalam
berhitung matematika mengalami peningkatan setelah mengikuti pembelajaran
dengan menggunakan metode BCCT berbasis permainan berhitung permulaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Peningkatan siswa dapat dilihat pada tabel 10 dan disajikan dalam bentuk grafik
pada gambar 12 berikut ini :
Tabel 10.Peningkatan Nilai Tes Berhitung Matematika Tiap Siklus
Nama Pre Test Post Test
Siklus I
Post Test
Siklus II
Keterangan
Pu 30 40 50 Meningkat
Ir 70 75 75 Meningkat
Ab 35 45 55 Meningkat
Ra 70 75 80 Meningkat
Fq 30 40 55 Meningkat
Fr 50 60 70 Meningkat
Fz 55 65 75 Meningkat
Ka 75 80 90 Meningkat
La 50 55 65 Meningkat
Ha 65 75 80 Meningkat
Il 50 55 65 Meningkat
Ol 55 60 65 Meningkat
Rf 50 55 70 Meningkat
Rz 75 80 85 Meningkat
Hu 40 50 55 Meningkat
Sh 40 55 70 Meningkat
Sya 80 85 90 Meningkat
Wi 45 55 70 Meningkat
Za 55 60 75 Meningkat
% Tuntas 31,58% 52,63% 78,95% Meningkat
% Peningkatan 21,05% 26,32%
Data pada tabel 10 di atas merupakan rekapitulasi hasil tes berhitung
matematika dimulai dari kemampuan awal siswa, siklus I dan siklus II. Pada tabel
tersebut terlihat adanya peningkatan sejak diadakan siklus I dan siklus II. Dari
daftar nilai pre test yang digunakan sebagai acuan dalam penentuan kemampuan
awal, terlihat bahwa dari 19 siswa yang mencapai ketuntasan atau ketuntasan baru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
mencapai 31,58%. Pada hasil tes siklus I, persentase tuntas mencapai 52,63%,
atau terjadi peningkatan 21,05% bila dibandingkan dengan kemampuan awal.
Pada hasil tes siklus II, persentase tuntas sebesar 78,95%, atau terjadi peningkatan
26,32% bila dibandingkan dengan hasil tes siklus I. Bila membandingkan hasil
siklus II dengan kemampuan awal, maka peningkatan hasil adalah sebesar
47,37%.
Grafik pada gambar 12 berikut juga akan menggambarkan adanya
peningkatan nilai tes berhitung matematika kelas B2, sebagai berikut :
Gambar 13. Grafik Peningkatan Nilai Test Berhitung Matematika Tiap Siklus
Grafik di atas merupakan bentuk penyajian lain dari tabel 10. Hanya saja
dengan grafik, diharapkan peningkatan hasil tes dapat terlihat secara jelas. Pada
hasil pre test, persentase tuntas mencapai 31,58%. Pada hasil tes siklus I,
persentase tuntas sebesar 52.63%. Pada hasil tes siklus II, persentase tuntas adalah
sebesar 78,95 %.
Dari tabel 10 dan grafik 12 di atas merupakan bukti adanya peningkatan
kemampuan berhitung Matematika anak usia dini kelas B2 TK Raudlotul Athfal
Islam Irmas Sukoharjo setelah mendapat perlakuan dengan metode BCCT
berbasis permainan berhitung permulaan.
31.58% 52.63% 78.95%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
Peningkatan Nilai Test Berhitung Matematika Tiap
Siklus
Pre Test
Post Test Siklus I
Post Test Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
2. Peningkatan Keaktifan Siswa saat Pembelajaran Berhitung Matematika
Kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam Irmas Sukoharjo Tahun Ajaran
2010 / 2011.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keaktifan siswa kelas B2 dalam
berhitung matematika mengalami peningkatan setelah mengikuti pembelajaran
dengan menggunakan metode BCCT berbasis permainan berhitung permulaan.
Peningkatan siswa dapat dilihat pada tabel 11 dan disajikan dalam bentuk grafik
pada gambar 13 berikut ini :
Tabel 11. Peningkatan Keaktifan Siswa Kelas B2 TK Raudlotul Athfal
Islam Irmas Sukoharjo Tahun Ajaran 2010 / 2011.
Nama Kondisi Awal Siklus I Siklus II Keterangan
Pu 22 26 29 Meningkat
Ir 31 32 33 Meningkat
Ab 26 31 31 Meningkat
Ra 18 25 29 Meningkat
Fq 18 26 31 Meningkat
Fr 19 24 29 Meningkat
Fz 22 27 31 Meningkat
Ka 31 31 32 Meningkat
La 25 32 33 Meningkat
Ha 24 27 31 Meningkat
Il 31 31 31 Meningkat
Ol 25 31 32 Meningkat
Rf 26 28 31 Meningkat
Rz 25 32 35 Meningkat
Hu 25 31 32 Meningkat
Sh 31 32 34 Meningkat
Sya 32 34 36 Meningkat
Wi 20 26 31 Meningkat
Za 19 25 27 Meningkat
% Aktif 26,32% 52,63% 78,95% Meningkat
% Peningkatan 26,31% 26,32%
Data pada tabel 11 di atas merupakan rekapitulasi observasi keaktifan
siswa saat pembelajaran berhitung matematika dimulai dari kondisi awal siswa,
siklus I dan siklus II. Pada tabel tersebut terlihat adanya peningkatan sejak
diadakan siklus I dan siklus II. Pada kondisi awal,presentase keaktifan adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
26,32% . Pada siklus I, persentase keaktifan mencapai 52,63%, atau terjadi
peningkatan 26,63% bila dibandingkan dengan keaktifan awal. Pada hasil tes
siklus II, persentase tuntas sebesar 78,95%, atau terjadi peningkatan 26,32% bila
dibandingkan dengan hasil tes siklus I. Bila membandingkan hasil siklus II
dengan kemampuan awal, maka peningkatan hasil adalah sebesar 47,37%.
Grafik pada gambar 13 berikut juga akan menggambarkan adanya
peningkatan keaktifan siswa kelas B2, sebagai berikut :
Gambar 14. Grafik Peningkatan Keaktifan Siswa Kelas B2
Grafik di atas merupakan bentuk penyajian lain dari tabel 11. Hanya saja
dengan grafik, diharapkan peningkatan hasil tes dapat terlihat secara jelas. Pada
hasil kondisi awal, persentase keaktifan mencapai 26,32%. Pada siklus I,
persentase keaktifan siswa sebesar 52.63%. Pada hasil tes siklus II, persentase
keaktifan siswa adalah sebesar 78,95 %.
Dari tabel 10 dan grafik 12 di atas merupakan bukti adanya peningkatan
keaktifan siswa saat pembelajaran berhitung Matematika kelas B2 TK Raudlotul
Athfal Islam Irmas Sukoharjo setelah mendapat perlakuan dengan metode BCCT
berbasis permainan berhitung permulaan
26.32% 52.63% 78.95%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
Peningkatan Keaktifan Siswa Kelas B2
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa,
penggunaan metode BCCT ( Beyond Center and Circle Time ) berbasis permainan
berhitung permulaan dapat meningkatkan kemampuan berhitung Matematika pada
anak usia dini di kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo Tahun
Ajaran 2010/2011 .
Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya ketercapaian indikator sebagai
berikut :
1. Sebanyak 15 siswa dari 19 siswa mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
untuk mata pelajaran berhitung Matematika di kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam
IRMAS Sukoharjo yaitu memperoleh nilai ≥ 60.
2. Sebanyak 15 siswa dari 19 siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan skor
minimal 31 dari hasil pengamatan dengan lembar observasi keaktifan siswa.
B. Implikasi
Penelitian ini memberikan gambaran bahwa dalam pembelajaran , sangatlah
diperlukan adanya pemikiran yang kreatif dalam memecahkan suatu masalah. Bukan
hanya masalah pada berhitung Matematika saja, namun begitu pula pada
permasalahan lain yang sering terjadi dalam proses belajar mengajar. Salah satu
wujud pemikiran kreatif tersebut dapat berupa penggunaan metode pembelajaran.
Metode terbukti efektif dalam menunjang pembalajaran. Baik pembelajaran eksak,
seperti Matematika dan IPA, ataupun pembelajaran non eksak seperti Bahasa
Indonesia dan IPS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Berkaitan dengan pemilihan media pembelajaran yang diharapkan mampu
meningkatkan kemampuan siswa, upaya yang dilakukan dengan penggunaan metode
BCCT ( Beyond Center and Circle Time ) berbasis permainan berhitung permulaan
membuktikan terjadinya peningkatkan kemampuan berhitung Matematika pada anak
usia dini di kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo Tahun Ajaran
2010/2011 sehingga hal tersebut mempengaruhi kualitas proses dan hasil
pembelajaran. Metode BCCT ( Beyond Center and Circle Time ) berbasis permainan
berhitung permulaan dalam penelitian ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan
untuk menghadirkan metode pembelajaran dalam pembelajaran berhitung. Sehingga
metode ini dapat dijadikan pertimbangan bagi guru yang ingin menyampaikan materi
untuk meningkatkan keaktifan siswa usia dini dalam pembelajaran berhitung
Matematika karena metode ini diaplikasikan dengan permainan sehingga sangat
menarik, serta sesuai dengan perkembangan anak yang sedang gemar melakukan
permainan. Untuk itu metode BCCT ( Beyond Center and Circle Time ) berbasis
permainan berhitung permulaan perlu diterapkan terutama pada pembelajaran
berhitung.
C. Saran
Berkaitan dengan simpulan di atas, maka peneliti dapat mengajukan saran-
saran sebagai berikut :
1. Saran kepada Kepala Sekolah:
a. Dalam upaya pengembangan metode pembelajaran yang efektif dan
menunjang proses belajar mengajar, hendaknya diadakan sosialisasi dan
pembekalan rutin kepada guru.
b. Kepala sekolah sebaiknya memberikan motivasi kepada guru untuk
menggunakan metode BCCT berbasis permainan berhitung permulaan dalam
pelajaran berhitung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
2. Saran kepada Guru:
a. Guru sebaiknya lebih berusaha menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan dan menarik sehingga siswa merasa nyaman dan aktif dalam
mengikuti pembelajaran.
b. Guru sebaiknya mengekfektifkan pembelajaran berhitung dengan metode
BCCT berbasis permainan berhitung permulaan
3. Saran kepada siswa:
a. Siswa hendaknya selalu terlibat secara aktif saat kegiatan belajar mengajar,
sehingga siswa akan terbiasa terlibat aktif saat proses kegiatan belajar
mengajar.
b. Siswa sebaiknya mampu mengekspresikan dirinya dengan berani dengan ikut
berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar yang diadakan oleh guru.
4. Saran kepada Peneliti selanjutnya:
Diharapkan ada penelitian lanjutan yang membahas tentang kaitan metode
BCCT ( Beyond Center and Circle Time ) berbasis permainan berhitung permula
dengan kemampuan berhitung Matematika di sekolah yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Salim.1993.Materi Penyuluhan Stimulasi Perkembangan Motorik Anak Balita
Usia Prasekolah.Surabaya:Universitas Airlangga
----------- ---..2006.Pediatri Dalam Pendidikan Luar Biasa.Dirjen Dikti
Agus Ruslan.31 Mei 2007. Pendidikan Usia Dini yang Baik Landasan Keberhasilan
Pendidikan Masa Depan. http://re-searchengines.com/agusruslan31-5-2.html
Ali Nugroho dkk.2008.Kurikulum dan Bahan Belajar TK.Jakarta:Universitas Terbuka
Amir Ma’ruf.Mei 2009. http://oneareja.blog.friendster.com/2009/05/proposal/
Andang Ismail.2006.Education Games.Yogyakarta:Pilar Media
Badudu Zain.2001.Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Carol Seefeldt & Barbara A.Wasik.2008.Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta :Indeks
Conny R Semiawan.2008.Penerapan Pembelajaran Pada Anak.Jakarta:Indeks
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini.2006.Pedoman Penerapan Pendekatan
“Beyond Centers and Circles Time (BCCT)” (Pendekatan Sentra dan Saat
Lingkaran) dalam Pendidikan Anak Usia Dini).Jakarta:Departemen Pendidikan
Nasional
Direktorat Pembinaan Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar.2007. Pedoman
Pembelajaran Permainan Berhitung Permulaan di Taman Kanak-Kanak
.Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional
Dorothy Rich.2008.Sukses untuk Anak –anak Prasekolah.Jakarta :Indeks
Gino,Suwarni,Suripto,Maryanto,dan Sutijan.2000.Belajar dan Pembelajaran
I.Surakarta:UNS PRESS
Grace Anata Irlanari.2009. http://ganataedu.blogspot.com/2009/02/konsep-dasar-
pendidikanprasekolah.html
Hibana S Rahman.2002.Konsep Dasar Anak Usia Dini.Yogyakarta:PGTKI Press
Kimrasil.2009.(file:///G:/Metode%20Permainan%20dalam%20Pembelajaran%20%20
BELAJAR%20PSIKOLOGI.html)
Kasi Mapenda Karesidenan Surakarta.2009.Lembar Kerja RA/BA/TA Al
Hakim.Surakarta:IGRA
90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Kasihani Kasbolah.2001.Penelitian Tindakan Kelas.Malang:Universitas Negeri
Malang
Kwon Young.2002. International Journal Changing Curriculum for Early Childhood
Education in England volume 4 nomor 2.
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://ecrp.uiuc.edu/v4n2
/kwon.html&ei=awr2TYvxAsfjrAfE1tzgBg&sa=X&oi=translate&ct=result&re
snum=4&ved=0CEMQ7gEwAw&prev=/search%3Fq%3Djournal%2Binternati
onal%2Bcurriculum%2Beducation%2Bplay%2Bgroup%26hl%3Did%26client
%3Dfirefox-a%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26prmd%3Divns
Mary Frances Hanline. 1999. International Journal of Disability, Development and
Education Developing a Preschool Play-based Curriculum volume 46 nomor
3.http://www.informaworld.com/smpp/content~db=all~content=a713671083~fr
m=abslink
Mulyono Abdurrahman.1999.Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan
Belajar.Jakarta:Rineka Cipta
Nia.11 November 2009.Manfaat Bermain Bagi Perkembangan Anak.
file:///G:/manfaat-bermain-bagi-perkembangan-anak.html
Nafik .7 Maret 2008.Sekilas Tentang Metode Pembelajaran dengan Pendekatan
Beyond Centers And Circle Time (BCCT)
http://thenaffschool.wordpress.com/2008/03/07/makanan-apa-bcct-itu/
NN.25 Mei 2008.Aspek Perkembangan Kognitif anak Usia Taman Kanak-kanak
http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/25/aspek-perkembangan-
kognitif-anak-usia-taman-kanak-kanak
Parwoto. tt. Pedoman Pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan (PPL) Program
Studi PGPLB. Jakarta: Depdikbud
Robyn Hromek.2010.Manfaat Terapi Permainan Bagi Anak.
file:///G:/Manfaat%20Permainan%20Bagi%20Anak%20%20BELAJAR%20PSI
KOLOGI.htm
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Setiyo Utoyo. 29 Mei 2009.Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini .
http://toyo-utoy.blogspot.com/2009/05/kognitif-anak-usia-dini.html
Soemantri Patmonodewo.2003.Pendidikan Anak Prasekolah.Jakarta:Rineka Cipta
Suharsimi Arikunto.2002.Metodologi Penelitian.Jakarta:Rineka Cipta
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Bumi Aksara
Sunarwati.2007.http://www.membuatblog.web.id/2010/06/ pendidikan-anak-usia-
dini.html.
Suroyo.2009.Buku Penunjang Pendidikan TK “Cerita”.Klaten:CV Isnu Surya Jaya
Sutrisno Hadi.2007.Metode Reserch.Jakarta:Rineka Cipta
TK RA Islam IRMAS.2008.Silabus Kelompok B Semester 1.Sukoharjo
Tpaud cahaya ilmu.5 Desember 2008.Metode BCCT dalam Pendidikan Paud
http://tpaudcahayailmu.blogspot.com/2008/12/bcct-pendidikan-anak.htmlbh
Yuliani Nurani Sujiono dkk.2006.Metode Pengembangan Kognitif.Jakarta
:Universitas Terbuka