penggunaan kartun sebagai instrumen diagnosa miskonsepsi...

35
i PENGGUNAAN KARTUN SEBAGAI INSTRUMEN DIAGNOSA MISKONSEPSI TENTANG GAYA-GAYA YANG BEKERJA PADA BENDA DIAM DAN BERGERAK Oleh, Tri Panji Kristi Yudianti NIM: 192009008 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2014

Upload: lenga

Post on 08-Apr-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penggunaan Kartun sebagai Instrumen Diagnosa Miskonsepsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4939/2/T1_192009008_Full... · akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!

i

PENGGUNAAN KARTUN SEBAGAI INSTRUMEN DIAGNOSA

MISKONSEPSI TENTANG GAYA-GAYA YANG BEKERJA PADA

BENDA DIAM DAN BERGERAK

Oleh,

Tri Panji Kristi Yudianti

NIM: 192009008

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan

Matematika guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2014

Page 2: Penggunaan Kartun sebagai Instrumen Diagnosa Miskonsepsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4939/2/T1_192009008_Full... · akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!
Page 3: Penggunaan Kartun sebagai Instrumen Diagnosa Miskonsepsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4939/2/T1_192009008_Full... · akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!
Page 4: Penggunaan Kartun sebagai Instrumen Diagnosa Miskonsepsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4939/2/T1_192009008_Full... · akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!

ii

PENGGUNAAN KARTUN SEBAGAI INSTRUMEN DIAGNOSA

MISKONSEPSI TENTANG GAYA-GAYA YANG BEKERJA PADA

BENDA DIAM DAN BERGERAK

Oleh,

Tri Panji Kristi Yudianti

NIM: 192009008

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan

Matematika guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan

Disetujui oleh,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Ferdy S. Rondonuwu, S.Pd., M.Sc. Dra. Marmi Sudarmi, M.Si.

Diketahui oleh, Disahkan oleh,

Kaprogdi, Dekan,

Dra. Marmi Sudarmi, M. Si. Dr. Suryasatriya Trihandaru, M.Sc.nat.

Fakultas Sains dan Matematika

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

2014

Page 5: Penggunaan Kartun sebagai Instrumen Diagnosa Miskonsepsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4939/2/T1_192009008_Full... · akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!

iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Tri Panji Kristi Yudianti

NIM : 192009008

Program Studi : Pendidikan Fisika

Fakultas : Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:

PENGGUNAAN KARTUN SEBAGAI INSTRUMEN DIAGNOSA

MISKONSEPSI TENTANG GAYA-GAYA YANG BEKERJA PADA

BENDA DIAM DAN BERGERAK

Yang dibimbing oleh:

1. Prof. Dr. Ferdy S. Rondonuwu, S.Pd., M.Sc.

2. Dra. Marmi Sudarmi, M.Si.

adalah benar-benar karya saya.

Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan

atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam

bentuk rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah

sebagai karya saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis atau

sumber aslinya.

Salatiga, 6 Desember 2013

Yang Memberi Pernyataan,

Tri Panji kristi Yudianti

Page 6: Penggunaan Kartun sebagai Instrumen Diagnosa Miskonsepsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4939/2/T1_192009008_Full... · akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang

bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Tri Panji Kristi Yudianti

NIM : 192009002

Program Studi : Pendidikan Fisika

Fakultas : Fakultas Sains dan Matematika

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

UKSW hak bebas royalty non-ekseklusif (non-exclusive royalty free light) atas

karya saya berjudul:

PENGGUNAAN KARTUN SEBAGAI INSTRUMEN DIAGNOSA

MISKONSEPSI TENTANG GAYA-GAYA YANG BEKERJA PADA

BENDA DIAM DAN BERGERAK

beserta perangkat yang ada (jika perlu).

Dengan hak bebas royalty non-ekseklusif ini, UKSW berhak untuk menyimpan,

mengalihmediakan/mengalihformatkan, mengelola, dalam bentuk pengkalan data,

merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan

nama saya sebagai penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga

Pada tanggal : 6 Desember 2013

Yang menyatakan,

Tri Panji Kristi Yudianti

Mengetahui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Ferdy S. Rondonuwu, S.Pd., M.Sc. Dra. Marmi Sudarmi, M.Si.

Page 7: Penggunaan Kartun sebagai Instrumen Diagnosa Miskonsepsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4939/2/T1_192009008_Full... · akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!

v

MOTTO

o Berbahagialah setiap orang yang takut

akan Tuhan, yang hidup menurut jalan

yang ditunjukkan-Nya! (Mzm. 128: 1)

o Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah

tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu

ditinggikan pada waktunya. Serahkan

segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab

ia memelihara kamu. (1 Petrus 5: 6-7)

Page 8: Penggunaan Kartun sebagai Instrumen Diagnosa Miskonsepsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4939/2/T1_192009008_Full... · akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!

vi

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa karena

penulis menyadari bahwa hanya karena kasih karunia-Nya saja penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

Penyusunan Tugas Akhir ini tidak dapat terlepas dari bantuan dan kerjasama

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ferdy S. Rondonuwu, S.Pd., M.Sc., selaku pembimbing I,

terima kasih atas ide-ide yang cemerlang, masukan-masukan yang

berharga, dan diskusi-diskusi yang menarik, terima kasih juga atas

motivasi yang diberikan kepada penulis saat masa-masa sulit sehingga

akhirnya penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini. Selaku dosen,

Bapak selalu mampu membuat perkuliahan menjadi menarik dan

menyenangkan.

2. Ibu Dra. Marmi Sudarmi, M.Si., selaku pembimbing II, terima kasih atas

waktu yang diberikan kepada penulis, masukan-masukan yang berharga,

serta ide-ide cerdik yang membuat hal rumit menjadi sederhana. Kuliah-

kuliah kependidikan dari Ibu Marmi sungguh-sungguh “memukul kepala”,

sehingga penulis menyadari bagaimana cara mendidik dengan benar.

3. Keluarga tercinta (Fy. Yudi Utomo, Rg. Endang Wijiati, St. Agung Dwi

Pramono, Gr. Honorita Yudiati dan keluarga), terima kasih atas doa dan

dukungannya, sehingga penulis mampu menjalani setiap proses studi dan

akhirnya mampu menyelesaikannya. Terima kasih pula atas kekeluargaan

yang hangat dan ceria sehingga memberi kesegaran saat jiwa dilanda

kepenatan.

4. Kepala sekolah, guru mata pelajaran fisika, serta para siswa dari SMA

Kristen Satya Wacana dan SMA N 1 Salatiga yang telah memberikan waktu

dan kesempatan bagi penulis untuk mengadakan penelitian.

5. Dosen-dosen Fisika dan Pendidikan Fisika, terima kasih atas bekal ilmu

pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis.

Page 9: Penggunaan Kartun sebagai Instrumen Diagnosa Miskonsepsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4939/2/T1_192009008_Full... · akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!

vii

6. Mahasiswa Fisika dan Pendidikan Fisika angkatan 2009 yang telah menjadi

rekan kerja, dan teman setia selama masa-masa perkuliahan. Terima kasih

atas kebersamaannya.

7. Teman-teman LK FSM periode 2010-2011 yang mengajari penulis

membangun kerja sama dan berorganisasi.

8. Laboran Fisika UKSW (Pak Tafip, Mas Sigit dan Mas Tri). Terimakasih

atas segala bantuan yang telah diberi. Maaf jika selalu merepotkan dengan

berbagai peralatan yang harus disiapkan saat praktikum.

9. Teman-teman Komunitas Sacra Familia (KSF) yang senantiasa

memberikan siraman rohani yang selalu membawa penulis berpaling

kepada-Nya, Sang Sumber Kehidupan. Kebersamaan kita sungguh-sungguh

berarti. Damai dan segala yang baik selalu besertamu.

10. Pihak-pihak lain yang tidak dapat dituliskan namanya satu persatu yang

turut terlibat dalam penulisan skripsi ini

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan dan

penyelesain skripsi ini. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun untuk hasil yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Apabila dalam penyusunan skripsi ini ada kata-kata yang kurang berkenan di hati

pembaca, penulis mohon maaf. Akhirnya semoga tulisan ini bermanfaat dan

menjadi berkat bagi pembaca khususnya bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Salatiga, 6 Desember 2013

Penulis

Page 10: Penggunaan Kartun sebagai Instrumen Diagnosa Miskonsepsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4939/2/T1_192009008_Full... · akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN iii

LEMBAR HAK BEBAS ROYALTI DAN PUBLIKASI iv

LEMBAR MOTTO v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

ABSTRAK 1

ABSTRACT 2

PENDAHULUAN 3

METODA 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

KESIMPULAN 21

DAFTAR PUSTAKA 21

Page 11: Penggunaan Kartun sebagai Instrumen Diagnosa Miskonsepsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4939/2/T1_192009008_Full... · akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jenis miskonsepsi dan jumlah soal pada kelompok

benda diam

5

Tabel 2 Jenis miskonsepsi dan jumlah soal pada kelompok

benda bergerak

5

Tabel 3 Prosentase jawaban konsisten salah dominan dan

jumlah ragam jawaban konsisten salah lainnya pada

soal bentuk kartun

14

Tabel 4 Prosentase jawaban konsisten salah dominan dan

jumlah ragam jawaban konsisten salah lainnya pada

soal bentuk teks

14

Tabel 5 Miskonsepsi yang ditemukan pada kelompok soal

1.1

16

Tabel 6 Miskonsepsi yang ditemukan pada kelompok soal

1.2

16

Tabel 7 Miskonsepsi yang ditemukan pada kelompok soal

2.1

18

Tabel 8 Miskonsepsi yang ditemukan pada kelompok soal

2.3 dan 2.4

20

Page 12: Penggunaan Kartun sebagai Instrumen Diagnosa Miskonsepsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4939/2/T1_192009008_Full... · akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pola jawaban siswa 10

Gambar 2 Prosentase masing-masing kategori jawaban pada

kelompok soal 1.1

11

Gambar 3 Prosentase masing-masing kategori jawaban pada

kelompok soal 1.2

12

Gambar 4 Prosentase masing-masing kategori jawaban pada

kelompok soal 2.1

12

Gambar 5 Prosentase masing-masing kategori jawaban pada

kelompok soal 2.2

12

Gambar 6 Silinder besi yang terletak di permukaan spon,

cuplikan gambar pada soal bentuk kartun kelompok

1.2

17

Gambar 7 Beruang meluncur dipermukaan es (gesekan

diabaikan). Cuplikan gambar pada soal bentuk

kartun kelompok 2.1

18

Gambar 8 Monyet menekan pegas. Cuplikan gambar pada

soal bentuk kartun kelompok 2.2

19

Gambar 9 Prosentase masing-masing kategori jawaban pada

kelompok soal “kondisi gerak ketika gaya

dihilangkan”.

20

Page 13: Penggunaan Kartun sebagai Instrumen Diagnosa Miskonsepsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4939/2/T1_192009008_Full... · akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!

1

PENGGUNAAN KARTUN SEBAGAI INSTRUMEN DIAGNOSA

MISKONSEPSI TENTANG GAYA-GAYA YANG BEKERJA PADA

BENDA DIAM DAN BERGERAK

Tri P. K. Yudianti1, Marmi Sudarmi

1,2, Ferdy S. Rondonuwu

1,2

1Progam Studi Pendidikan Fisika dan

2Fisika

Fakultas Sains dan Matematika

Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro No. 52-60 Telp. (0298) 7100396 Salatiga 50711

Jawa Tengah - Indonesia

Email: [email protected] Telp. +6285726861104

ABSTRAK

Instrumen yang digunakan untuk mengindentifikasi miskonsepsi pada konsep

gaya dan gerak, umumnya dikembangkan menggunakan teks dan gambar

diagram. Soal bentuk teks sangat membutuhkan kemampuan memahami bacaan.

Keterbatasan memahami bacaan dapat menyebabkan kesalahpahaman dalam

memaknai soal, sehingga resiko yang dapat muncul akibat kesalahpahaman

tersebut adalah inkonsistensi jawaban siswa. Untuk mengurangi resiko ini, soal

perlu diubah ke bentuk yang lebih mudah dipahami, salah satu alternatifnya

adalah bentuk kartun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen

diagnosa miskonsepsi menjadi lebih efektif jika dibuat dalam bentuk kartun. Tipe

soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah pilihan ganda yang disajikan

dalam bentuk kartun dan teks. Soal dalam bentuk kartun dibagikan kepada

sekelompok siswa, dan soal dalam bentuk teks dibagikan sekelompok siswa

lainnya sebagai kelompok kendali. Jawaban dari siswa yang mendapat soal

dalam bentuk kartun dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu: acak, konsisten

salah, dan konsisten benar. Pengelompokan yang sama dilakukan pada jawaban

dari siswa yang mendapat soal dalam bentuk teks. Data yang diperoleh

menunjukkan bahwa dengan bentuk kartun, instrumen diagnosa dapat

menghasilkan jawaban yang lebih konsisten sehingga lebih berfungsi untuk

mengelompokkan siswa ke dalam kategori benar atau miskonsepsi. Selain itu,

dengan soal bentuk kartun, jawaban konsisten salah lebih terkelompok ke jenis

Page 14: Penggunaan Kartun sebagai Instrumen Diagnosa Miskonsepsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4939/2/T1_192009008_Full... · akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!

2

jawaban yang diduga kuat sebagai miskonsepsi, sehingga instrumen diagnosa

lebih mampu mendeteksi miskonsepsi pada siswa. Konsistensi jawaban pada soal

kartun yang lebih tinggi, membuat jawaban-jawaban konsisten salah yang muncul

dengan prosentase kecil lebih mungkin untuk diduga sebagai miskonsepsi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa instrumen diagnosa miskonsepsi

dengan bentuk kartun lebih efektif.

KATA KUNCI: kartun, konsistensi jawaban, miskonsepsi

THE USE OF CARTOON AS AN INSTRUMENT TO DIAGNOSE

MISCONCEPTIONS ABOUT FORCES THAT ACT ON STATIC AND

MOVING OBJECTS

ABSTRACT

The instrument used to identify misconceptions on the concept of force and

motion are generally developed through texts and diagram pictures. Questions

written in a text form require excellent reading comprehension ability. Lacking in

comprehending the text may lead to misunderstandings, which will raise the risk

of having inconsistent answers from the students. To reduce this risk, the

questions need to be changed into another form that can be easily understood by

the students. One of the alternatives suggested is through a cartoon form. This

study aims to determine whether the diagnostic instrument of the misconceptions

become more effective in the form of cartoons. In this study, multiple choices

questions were used and presented in the form of cartoons and texts. The

questions in cartoons form were distributed to a group of students, while the

questions in texts form were distributed to another group of students that acts as a

control group. The answers from the students who got the questions in cartoons

form are divided into three categories; random, consistently incorrect, and

consistently correct. The same grouping was done to the control group’s answers

as well. The data obtained showed that in the form of cartoons, diagnostic

instrument can produce more consistent answers to classify the students better into

the category of corrects or misconceptions. Moreover, with the questions in the

Page 15: Penggunaan Kartun sebagai Instrumen Diagnosa Miskonsepsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4939/2/T1_192009008_Full... · akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!

3

cartoon form, the consistently incorrect answers were more easily clustered into

kinds of answers which are allegedly as misconceptions, therefore diagnostic

instrument is more capable to detect the misconception on the students. The

higher consistency of answers from the questions in the cartoon form made the

consistently incorrect answers that appeared in a lower percentage tends to be

considered as misconceptions. In conclusion, the diagnostic instrument of

misconceptions are more effective in the form of cartoons.

KEY WORDS: cartoon, consistency of answer, misconception

I. PENDAHULUAN

Pada umumnya, soal tes tertulis, termasuk soal tes diagnosa miskonsepsi

menggunakan teks sebagai media utama penyampaian informasi. Dalam konsep

gaya dan gerak, instrumen diagnosa umumnya dikembangkan dengan teks dan

gambar diagram, gambar diagram berfungsi untuk memberikan gambaran ringkas

mengenai informasi dari teks [1-5]. Penyampaian informasi melalui teks

melibatkan aktivitas membaca, oleh karena itu dalam mengerjakan soal berbentuk

teks kemampuan memahami bacaan sangat dibutuhkan. Dalam penelitian

miskonsepsi, konsep-konsep alternatif siswa dapat dilihat dari konsistensi

jawaban [6]. Keterbatasan dalam memahami bacaan dapat menimbulkan

kesalahpahaman dalam memaknai soal yang dapat mempengaruhi konsistensi

siswa dalam menjawab soal. Resiko yang dapat muncul akibat kesalahpahaman

memahami bacaan ini adalah inkonsistensi jawaban dari siswa. Proses

indentifikasi yang dapat menggolongkan siswa ke dalam kategori benar atau

miskonsepsi tidak dapat dilakukan jika jawaban yang muncul tidak konsisten.

Untuk mengurangi resiko munculnya jawaban tidak konsisten, soal perlu diubah

ke bentuk yang lebih mudah dipahami, salah satunya adalah bentuk kartun.

Kartun adalah alat visual yang mengkombinasikan antara gambar karakter yang

dilebih-lebihkan dengan dialog yang berhubungan kejadian sehari-hari [7].

Mengubah soal bentuk teks menjadi soal bentuk kartun merupakan suatu upaya

visualisasi yang bertujuan membantu siswa memahami soal. Memahami teks

Page 16: Penggunaan Kartun sebagai Instrumen Diagnosa Miskonsepsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4939/2/T1_192009008_Full... · akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!

4

merupakan proses menghubungkan informasi yang telah diterima dari teks dengan

informasi yang telah tersimpan dari pengalaman terkait kejadian dalam teks yang

dimiliki pembaca [8]. Pembaca yang memvisualisasikan soal bentuk teks ketika

membaca memperoleh ingatan akan pengalaman yang terkait dengan kejadian

dalam soal [9]. Melalui gambar kartun yang memvisualisasikan kejadian-kejadian

dalam soal, pengalaman siswa terkait kejadian-kejadian dalam soal tersebut

dihadirkan kembali, sehingga siswa dibantu untuk memahami maksud soal

dengan baik. Selain memerlukan pemahaman, mengerjakan soal bentuk teks juga

perlu dilakukan dalam keadaan sadar dan terkontrol [10]. Soal bentuk kartun yang

menonjolkan karakter menarik secara visual [11], sehingga dapat memfokuskan

perhatian siswa dan mengundang siswa untuk berpartisipasi aktif dalam

mengerjakan soal. Soal bentuk kartun yang lebih mudah dipahami dan menarik

secara visual ini dapat membawa siswa ke performa terbaiknya saat mengerjakan

soal, sehingga jawaban yang dihasilkan sungguh-sungguh muncul dari proses

pemikiran yang terstruktur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah

instrumen diagnosa miskonsepsi menjadi lebih efektif jika dibuat dalam bentuk

kartun.

Pada penelitian ini narasi-narasi pada soal teks yang menceritakan suatu kejadian

seluruhnya diubah ke dalam bentuk gambar kartun. Gambar kartun dibuat dengan

menonjolkan karakter atau obyek-obyek yang terlibat dalam sebuah kejadian dan

meminimalkan penggunaan teks. Tipe soal yang digunakan adalah pilihan ganda.

Soal-soal dibuat untuk mencari jenis-jenis miskonsepsi yang terdapat pada

literatur yang kemungkinan dimiliki oleh siswa.

II. METODA

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sampel yang digunakan

adalah 166 siswa SMA yang berasal dari dua sekolah. Sampel tersebut dibagi

menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang mendapat soal bentuk kartun dan

kelompok yang mendapat soal bentuk teks yang berfungsi sebagai kelompok

kendali. Kelompok yang diberi soal bentuk kartun berjumlah 81 siswa,

sedangkan kelompok yang diberi soal bentuk teks berjumlah 85 siswa. Masing-

Page 17: Penggunaan Kartun sebagai Instrumen Diagnosa Miskonsepsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4939/2/T1_192009008_Full... · akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!

5

masing kelompok tersebut berasal dari dua sekolah yang berbeda dengan kualitas

yang hampir sama sehingga kemampuan siswanya hampir setara.

Tipe soal yang digunakan adalah pilihan ganda. Soal-soal yang dibuat digunakan

untuk mengidentifikasi jenis-jenis miskonsepsi tertentu yang ditemukan dalam

literatur. Untuk setiap jenis miskonsepsi terdapat sekelompok soal yang

berjumlah antara 6-17. Soal-soal tersebut memiliki konteks permasalahan yang

sama namun dalam situasi yang berbeda-beda, atau jika situasinya sama, maka

benda-benda yang menjadi obyek pertanyaan dibuat berbeda. Berikut merupakan

tabel jenis miskonsepi beserta jumlah masing-masing soalnya pada kelompok soal

benda diam dan benda bergerak.

Tabel 1. Jenis miskonsepsi dan jumlah soal pada kelompok benda diam

No. Jenis Miskonsepsi Jumlah

soal No. Soal

1.1 Semua benda cenderung bergerak ke tempat

istirahat alamiah pada permukaan bumi.

Sehingga ketika tiba di tanah gaya gravitasi bumi

(Fg) menghilang [12].

11 1-6, 7,10, 12,

14, 16

1.2 Dominance Idea (benda yang terlihat lebih kuat

mengerjakan gaya yang lebih besar) [13]. 11

1, 2, 4, 7-12,

14, 16

1.3 Fg harus lebih besar dari gaya normal (N), jika

tidak benda akan melayang di udara [14]. 14 1-12, 14, 16

1.4 Benda mati tidak dapat mengerjakan gaya. Pada

benda diam N tidak ada [15]. 17 1-16, 18

Tabel 2. Jenis miskonsepsi dan jumlah soal pada kelompok benda bergerak

No. Jenis Miskonsepsi Jumlah

soal

No. Soal

2.1 Gaya sebanding dengan kecepatan [16]. 6 27-29, 32, 34

2.2 Gaya searah dengan kecepatan [17]. 9 17, 19-26

2.3 Benda yang sedang bergerak cenderung berhenti

jika tidak ada gaya yang bekerja padanya [18]. 9 27- 35

2.4 Jika gaya yang bekerja pada benda dihilangkan

maka benda berhenti bergerak [19]. 9 27-35

Page 18: Penggunaan Kartun sebagai Instrumen Diagnosa Miskonsepsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4939/2/T1_192009008_Full... · akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!

6

Terlihat pada tabel bahwa soal-soal tertentu dapat digunakan untuk mencari lebih

dari satu jenis miskonsepsi, hal ini dapat dilakukan karena soal tersebut dapat

memunculkan peluang lebih dari satu miskonsepsi. Contohnya adalah soal-soal

dari kelompok 1.1, kecuali soal no. 3, 5 dan 6, soal-soal tersebut dapat digunakan

untuk mencari miskonsepsi jenis 1.2, dan seluruh soal kelompok 1.1 dan 1.2 dapat

digunakan untuk mencari miskonsepsi 1.3 dan 1.4. Jumlah total soal yang

digunakan dalam penelitan ini ada 35 butir. Agar jawaban yang diperoleh dari

penelitian ini benar-benar mewakili pemikiran masing-masing siswa, maka kelas

perlu dikondisikan agar tidak ada kerja sama antar siswa saat mengerjakan soal.

Untuk itu, urutan kelompok soal dan opsi jawaban dibuat acak sehingga siswa-

siswa yang duduk berdekatan tidak mendapat soal yang sama. Susunan soal pada

tabel 1 merupakan salah satu urutan diantara empat urutan yang ada.

Kelompok soal pada tabel 1 dan 2 disajikan dalam bentuk kartun dan bentuk teks.

Soal bentuk kartun dibuat dengan menggambarkan kejadian-kejadian dalam soal,

sedangkan soal bentuk teks dibuat dengan menarasikan kejadian-kejadian

berdasarkan gambar pada soal kartun ke dalam bentuk teks. Jadi menurut

urutannya, soal bentuk kartun lebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan

pembuatan soal-soal bentuk teks. Soal yang telah disiapkan dibagikan kepada

sampel untuk dikerjakan. Setelah soal selesai dikerjakan, lembar jawab

dikumpulkan. Jawaban dari siswa kemudian dikelompokkan menurut kelompok

soalnya untuk dianalisa.

Analisis data ditujukan untuk melihat perbedaan antara soal bentuk kartun dan

soal bentuk teks yang telah dibuat, serta pengaruhnya terhadap konsistensi

jawaban siswa. Konsistensi jawaban dilihat dari opsi yang dipilih siswa. Jika

opsi yang dipilih siswa membentuk sebuah pola pemikiran yang tetap ketika

diberi permasalahan yang sama namun dalam situasi yang berbeda-beda, atau

ketika situasinya sama, namun obyek yang ditanyakan berbeda, maka siswa

tergolong konsisten. Misalnya dalam sekelompok soal yang menanyakan gaya-

gaya yang bekerja pada benda yang diam di suatu landasan, dan benda yang diam

di tanah setelah jatuh dari landasan. Jika siswa selalu menjawab ada gaya

Page 19: Penggunaan Kartun sebagai Instrumen Diagnosa Miskonsepsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4939/2/T1_192009008_Full... · akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!

7

gravitasi bumi (Fg) dan gaya normal (N) ketika benda masih berada di landasan,

dan selalu menjawab hanya ada N ketika benda sudah diam di tanah, maka

jawaban siswa ini tergolong konsisten. Batas minimal jawaban konsisten pada

masing-masing kelompok soal adalah 60%, jadi jika 60% jawaban siswa pada

satu kelompok soal konsisten, maka jawaban tersebut dianggap konsisten.

Setelah melihat pengaruh soal bentuk kartun dan soal bentuk teks terhadap

jawaban siswa, selanjutnya seluruh jawaban siswa baik dari soal bentuk kartun

maupun soal bentuk teks dikategorikan ke dalam tiga jenis jawaban yaitu

konsisten salah, konsisten benar, dan acak. Konsisten salah merupakan jawaban

yang secara konsisten salah atau tidak sesuai dengan teori, konsisten benar

merupakan jawaban yang secara konsisten benar atau sesuai dengan teori, dan

acak adalah jawaban yang tidak konsisten. Prosentase dari masing-masing jenis

jawaban ditampilkan dalam diagram pie. Dari diagram pie tersebut prosentase

masing-masing jenis jawaban dari soal kartun dan soal teks dapat dibandingkan.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Perbedaan antara soal bentuk teks dan soal bentuk kartun dapat dilihat pada

kejadian-kejadian di bawah ini. Kejadian-kejadian ini merupakan bagian dari soal-

soal kelompok 1.1

Kejadian 1- Soal bentuk teks

Kelereng yang berada di atas kaleng diletakkan di meja. Ketika hembusan angin

mengenai kaleng, kelerengnya jatuh sampai ke kursi, menggilinding dan akhirnya

diam di kursi, sedangkan kaleng menumbuk tepi kursi, kemudian jatuh dan

akhirnya diam di permukaan tanah.

kaleng

kelereng

meja

Permukaan

tanah

kursi

Page 20: Penggunaan Kartun sebagai Instrumen Diagnosa Miskonsepsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4939/2/T1_192009008_Full... · akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!

8

Kejadian 2- Soal bentuk teks

Sebuah kaleng diletakkan di penopang kayu. Setelah karet ketapel ditarik dan

dilepaskan, batu meluncur dan kemudian menumbuk kaleng. Akhirnya batu dan

kaleng tersebut jatuh dan diam di permukaan tanah.

Kejadian 1- Soal bentuk kartun

kaleng batu

ketapel Penopang

kayu

Permukaan tanah

Page 21: Penggunaan Kartun sebagai Instrumen Diagnosa Miskonsepsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4939/2/T1_192009008_Full... · akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!

9

Kejadian 2- Soal bentuk kartun

Perbedaan antara soal bentuk teks dan soal bentuk kartun terletak pada cara

penyampaian informasi ke siswa. Pada soal bentuk teks, penyampaian informasi

menggunakan narasi dan sedikit gambar. Gambar hanya digunakan untuk

mengilustrasikan kejadian di awal cerita, dan dari awal kejadian tersebut siswa

diminta untuk menggambarkan sendiri kejadian selanjutnya dengan mengikuti

narasi pada soal. Sedangkan pada soal bentuk kartun, penyampaian informasi

banyak menggunakan gambar, teks digunakan untuk menyampaikan informasi

dalam bentuk narasi-narasi singkat. Dalam soal bentuk kartun, seluruh kejadian

divisualisasikan melalui gambar, sehingga siswa difasilitasi untuk melihat secara

langsung kejadian-kejadian dalam soal melalui gambar, dengan cara ini siswa

dibantu untuk lebih cepat memahami konteks soal.

Pembuatan gambar pada soal bentuk kartun dan soal bentuk teks juga berbeda.

Pada soal bentuk teks, komponen yang utama adalah narasi soal, oleh karena itu

gambar pada soal bentuk teks hanya berupa sketsa-sketsa yang sederhana.

Sedangkan pada soal bentuk kartun, komponen gambar lebih utama dibandingkan

narasi, karena digunakan sebagai sarana utama penyampaian informasi. Oleh

karena itu gambar harus dibuat seolah-olah berbicara kepada pembaca. Cara yang

digunakan agar gambar seolah-olah berbicara adalah dengan menggambarkan

tanda-tanda yang mencirikan keadaan yang dialami benda. Contohnya adalah

garis-garis angin yang merupakan tanda bahwa benda sedang bergerak, seperti

pada frame 5 dan frame 7 di kejadian 1, di mana garis-garis angin terdapat pada

Page 22: Penggunaan Kartun sebagai Instrumen Diagnosa Miskonsepsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4939/2/T1_192009008_Full... · akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!

10

kaleng, dan frame 4 di kejadian 2, di mana garis-garis angin terdapat pada kaleng

dan batu. Selain itu, agar gambar terlihat menarik, kesan kaku pada gambar harus

dihilangkan, misalnya garis tepi pada setiap obyek gambar dibuat lengkung, atau

dengan menambahkan karakter manusia seperti pada kejadian 2. Pada soal kartun

Narasi-narasi singkat tetap diperlukan untuk mengarahkan siswa pada alur

kejadian.

Pengaruh penggambaran kejadian di atas, baik pada soal bentuk kartun maupun

soal bentuk teks dapat dilihat dari jawaban dua orang siswa di bawah ini. Dari dua

siswa tersebut, satu siswa berasal dari kelompok yang diberi soal bentuk kartun,

dan siswa lainnya berasal dari kelompok yang diberi soal bentuk teks.

(a) (b)

Gambar 1. Pola jawaban siswa. (a) pola jawaban dari soal bentuk kartun, (b) pola

jawaban dari soal bentuk teks. Kotak-kotak berwarna abu-abu gelap merupakan

pola jawaban miskonsepsi 1.1 (tabel 1), dan kotak-kotak berwarna abu-abu terang

merupakan pola jawaban miskonsepsi 1.3. Kotak-kotak yang memiliki dua warna

merupakan opsi jawaban yang dapat digunakan untuk kedua jenis pola

miskonsepsi. Kotak-kotak yang bergaris tepi tebal adalah jawaban siswa. Soal-

soal bertanda bintang (*) merupakan bagian dari soal bernomor.

Page 23: Penggunaan Kartun sebagai Instrumen Diagnosa Miskonsepsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4939/2/T1_192009008_Full... · akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!

11

Berdasarkan gambar 1, terlihat bahwa pada soal bentuk kartun, sebagian besar

jawaban siswa pada mengikuti pola jawaban miskonsepi 1.1, hanya ada dua

nomor (no.12 dan 14) yang tidak mengikuti pola. Sedangkan pada soal bentuk

teks, jawaban siswa tidak mengikuti kedua jenis pola miskonsepsi atau dapat

dikatakan bahwa jawaban siswa acak. Dengan demikian, soal bentuk kartun

menghasilkan jawaban yang lebih konsisten dibandingkan dengan soal bentuk

teks. Jenis miskonsepsi yang muncul dari soal bentuk kartun adalah pemikiran

bahwa ketika sampai di tanah, Fg yang awalnya bekerja pada benda menghilang

(miskonsepsi 1.1 pada tabel 1). Kejadian 1 dan kejadian 2 yang digambarkan di

atas menghasilkan soal no.1-6, sedangkan soal no.7, 10, dan seterusnya dihasilkan

dari kejadian-kejadian yang digambarkan dengan cara yang sama seperti kejadian

1 dan 2.

Berikut merupakan jawaban dari seluruh siswa yang mendapatkan soal bentuk

kartun dan soal bentuk teks, seluruh jawaban dikelompokkan menjadi tiga

kategori, yaitu acak, konsisten salah, dan konsisten benar

(a) (b)

Gambar 2. Prosentase masing-masing kategori jawaban pada kelompok soal 1.1.

(a) soal bentuk teks, dan (b) soal bentuk kartun. A= acak, B= konsisten salah, dan

C= konsisten benar

Page 24: Penggunaan Kartun sebagai Instrumen Diagnosa Miskonsepsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4939/2/T1_192009008_Full... · akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!

12

(a)

(b)

Gambar 3. Prosentase masing-masing kategori jawaban pada kelompok soal 1.2.

(a) soal bentuk teks, dan (b) soal bentuk kartun. A= acak, B= konsisten salah, dan

C= konsisten benar

(a)

(b)

Gambar 4. Prosentase masing-masing kategori jawaban pada kelompok soal 2.1.

(a) soal bentuk teks, dan (b) soal bentuk kartun. A= acak, B= konsisten salah, dan

C= konsisten benar

(a)

(b)

Gambar 5. Prosentase masing-masing kategori jawaban pada kelompok soal 2.2.

(a) soal bentuk teks, dan (b) soal bentuk kartun. A= acak, B= konsisten salah, dan

C= konsisten benar

Page 25: Penggunaan Kartun sebagai Instrumen Diagnosa Miskonsepsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4939/2/T1_192009008_Full... · akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!

13

Gambar-gambar diagram dari 2 sampai 5 menunjukkan bahwa soal bentuk kartun

memiliki jawaban acak yang prosentasenya lebih kecil dibandingkan dengan soal

bentuk teks. Jawaban acak merupakan jawaban tanpa didasari pertimbangan (asal

tebak) sehingga tidak menunjukkan adanya aktivitas berpikir yang terstruktur.

Prosentase jawaban acak pada soal bentuk kartun yang lebih rendah dibandingkan

soal bentuk teks menunjukkan bahwa soal kartun lebih mendorong siswa untuk

berpikir secara terstruktur. Soal dalam bentuk kartun lebih mudah dipahami dan

menarik secara visual sehingga perhatian siswa terfokus untuk mengerjakan soal,

dalam hal inilah kartun memudahkan siswa untuk berpikir secara sistematis

sehingga mampu menjawab pertanyaan secara konsisten.

Berkurangnya jawaban acak menyebabkan prosentase jawaban konsisten

meningkat. Peningkatan dapat terjadi pada jawaban konsisten salah atau jawaban

konsisten benar. Pada soal bentuk kartun (gambar 2 sampai 4) terlihat bahwa

prosentase jawaban konsisten salah dan konsisten benar yang lebih besar

dibandingkan prosentase jawaban konsisten salah dan konsisten benar pada soal

bentuk teks. Pada gambar 5 terlihat bahwa soal bentuk kartun memiliki

prosentase jawaban konsisten salah lebih besar dibandingkan dengan soal bentuk

teks. Dengan karakteristik diagram seperti pada gambar-gambar tersebut, maka

dapat dikatakan bahwa soal bentuk kartun lebih berfungsi untuk mengelompokkan

siswa ke dalam kategori benar atau miskonsepsi.

Terkait dengan peluang jawaban miskonsepsi, pada gambar 2, 3, dan 4, baik pada

diagram dari soal bentuk teks maupun diagram dari soal bentuk kartun terdapat

sejumlah jawaban konsisten salah yang memiliki prosentase kecil. Jawaban-

jawaban konsisten salah tersebut belum dapat diyakini sebagai miskonsepsi

karena prosesentasenya yang kecil dan ragam jawabannya yang banyak.

Sedangkan suatu jawaban konsisten salah berpeluang besar untuk diduga sebagai

miskonsepsi jika jawaban tersebut memiliki prosentase yang besar.

Terlihat pada gambar 2-4 bahwa jawaban konsisten salah yang memiliki

prosentase besar mempengaruhi jumlah ragam jawaban salah konsisten lainnya

Page 26: Penggunaan Kartun sebagai Instrumen Diagnosa Miskonsepsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4939/2/T1_192009008_Full... · akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!

14

yang muncul. Untuk lebih jelasnya, berikut ditampilkan prosentase jawaban

konsisten salah dominan I (jawaban konsisten salah yang prosentasenya terbesar

diantara jawaban konsisten salah lainnya), prosentae jawaban konsisten salah

dominan II (jawaban konsisten salah yang prosentasenya terbesar no.2 setelah

jawaban konsisten salah dominan I), dan jumlah ragam jawaban konsisten salah

pada soal bentuk kartun dan teks. Jika ada dua atau lebih jawaban konsisten salah

dominan yang prosentasenya sama, maka yang ditampilkan adalah salah satu

diantaranya.

Tabel 3. Prosentase jawaban konsisten salah dominan dan jumlah ragam jawaban

konsisten salah lainnya pada soal bentuk kartun.

Kelompok

soal

Jawaban konsisten

salah dominan I

Jawaban konsisten

salah dominan II

Jumlah ragam

jawaban konsisten

salah lainnya

1.1 7,4 % 4,9 % 6

1.2 49,4 % 6,2 % 6

2.1 63,0 % 7,41 % 3

Tabel 4. Prosentase jawaban konsisten salah dominan dan jumlah ragam jawaban

konsisten salah lainnya pada soal bentuk teks.

Kelompok

soal

Jawaban konsisten

salah dominan I

Jawaban konsisten

salah dominan II

Jumlah ragam

jawaban konsisten

salah lainnya

1.1 3,5 % 2,4 % 7

1.2 41,2 % 5,9 % 10

2.1 37,6 % 20,0 % 4

Pada tabel 3 dan 4 terlihat bahwa prosentase jawaban konsisten salah dominan I

dan II pada seluruh kelompok soal bentuk kartun (kecuali kelompok soal 2.1)

lebih besar dibandingkan jawaban konsisten salah dominan yang ada pada soal

bentuk teks. Selain itu, pada soal bentuk kartun, ragam jawaban pada semua

kelompok soal lebih sedikit dibandingkan dengan ragam jawaban pada soal

bentuk teks. Berdasarkan tabel di atas dapat dikatakan bahwa soal bentuk kartun

dapat menghasilkan jawaban konsisten salah dominan dengan prosentase yang

lebih besar, sehingga mengurangi ragam jawaban konsisten salah lainnya yang

Page 27: Penggunaan Kartun sebagai Instrumen Diagnosa Miskonsepsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4939/2/T1_192009008_Full... · akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!

15

memiliki prosentase kecil. Pada soal kelompok 2.1, jawaban konsisten salah

dominan II pada soal bentuk kartun memiliki prosentase yang lebih kecil

dibandingkan jawaban konsisten salah II pada soal bentuk teks. Hal ini terjadi

karena pada kelompok 2.1, jawaban konsisten salah pada soal kartun terpusat

pada jawaban konsisten salah dominan I. Namun fakta tersebut tidak berdampak

pada karakteristik ragam jawaban pada soal bentuk kartun yang lebih sedikit.

Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa jawaban konsisten salah dominan

yang memiliki prosentase besar diduga kuat sebagai miskonsepsi, dan sebaliknya

jawaban konsisten salah lainnya yang memiliki prosentase kecil kurang diyakini

sebagai miskonsepsi. Karakteristik jawaban konsisten salah pada soal kartun

adalah lebih terkelompok ke jenis jawaban yang diduga kuat sebagai miskonsepsi.

Dengan demikian, ragam jawaban yang kurang diyakini sebagai miskonsepsi

berkurang. Dari fakta tersebut dapat dikatakan bahwa soal bentuk kartun lebih

mampu mendeteksi miskonsepsi pada siswa.

Terkait dengan konsistensi, jawaban konsisten salah dengan prosentase kecil yang

muncul dari soal kartun lebih mungkin diduga sebagai miskonsepsi dibandingkan

dengan jawaban konsisten salah yang muncul dari soal teks, karena konsistensi

jawaban pada soal kartun lebih tinggi dibandingkan dengan konsistensi jawaban

pada soal teks.

Uraian jenis jawaban konsisten salah dominan yang ditemukan dalam soal bentuk

kartun, serta prediksi miskonsepsinya dapat dilihat pada tabel berikut.

Miskonsepsi yang terdapat dalam literatur ditandai dengan tanda bintang (*).

Jawaban konsisten salah dominan pada soal bentuk kartun menjadi prioritas untuk

ditampilkan pada tabel karena prosentasenya yang lebih besar dibandingkan

dengan soal bentuk teks. Hampir semua jawaban konsisten salah dominan yang

dipilih dari soal bentuk kartun juga ditemukan pada soal bentuk teks. Pada kolom

jumlah siswa, angka depan merupakan jumlah dari siswa yang diberi soal bentuk

kartun, dan angka belakang merupakan jumlah dari siswa yang diberi soal bentuk

teks.

Page 28: Penggunaan Kartun sebagai Instrumen Diagnosa Miskonsepsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4939/2/T1_192009008_Full... · akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!

16

Tabel 5. Miskonsepsi yang ditemukan pada kelompok soal 1.1

No. Jawaban

Siswa Miskonsepsi Jumlah siswa

1

Gaya gravitasi bumi (Fg)

lebih kecil dari gaya normal

(N), baik saat benda berada di

landasan, maupun saat benda

diam di tanah setelah jatuh

dari landasan

Gaya ke atas dari landasan

yang lebih besar dari gaya

ke bawah diperlukan untuk

menahan kecenderungan

benda yang selalu bergerak

ke bawah

6/2

2

Saat tiba di tanah Fg

menghilang

Setiap benda cenderung

ingin bergerak menuju

tanah, karena tanah adalah

tujuan akhir dari gerak

benda, maka saat tiba di

tanah Fg sudah tidak

diperlukan lagi.*

4/0

Jawaban yang diduga sebagai miskonsepsi 1.3 dan 1.4 juga dapat ditemukan

dengan kelompok soal 1.1 ini. Khusus untuk miskonsepsi 1.4, terdapat tambahan

soal mengenai benda-benda yang diam di landasan yang berupa benda hidup,

seperti telapak tangan dan kepala. Namun jawaban ini hanya ditemukan pada

sedikit siswa, yaitu antara 1 sampa 2 siswa, baik pada soal bentuk teks maupun

soal bentuk kartun. Oleh karena itu jawaban-jawaban tersebut kurang dapat

dipercaya sebagai miskonsepsi.

Tabel 6. Miskonsepsi yang ditemukan pada kelompok soal 1.2

No. Jawaban siswa Miskonsepsi Jumlah siswa

1

Fg lebih besar N, pada

landasan yang berdeformasi

Benda yang terlihat kuat

mengerjakan gaya yang

lebih besar.*

40/35

Page 29: Penggunaan Kartun sebagai Instrumen Diagnosa Miskonsepsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4939/2/T1_192009008_Full... · akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!

17

2

Pada landasan datar Fg lebih

kecil dari N. Pada landasan

berdeformasi Fg lebih besar N

Landasan menahan benda

dengan gaya ke atas yang

lebih besar sampai pada

batas tertentu, jika benda

terlalu kuat, maka

landasan tidak mampu me-

nahan lagi, sehingga

besarnya N menjadi lebih

kecil dari Fg

5/2

Miskonsepsi no.1 pada tabel 6 di atas dialami oleh sebagian besar siswa.

Miskonsepsi tersebut muncul ketika siswa dihadapkan pada situasi berikut

Gambar 6. Silinder besi yang terletak di permukaan spon, cuplikan gambar

pada soal bentuk kartun kelompok 1.2

Gambar 6 di atas jelas menimbulkan kesan bahwa besi lebih kokoh (rigid)

dibandingkan dengan spon yang berada di bawahnya, sehingga memunculkan

miskonsepsi bahwa “benda yang terlihat kokoh mengerjakan gaya yang lebih

besar”. Dalam kasus ini, benda yang kokoh dapat didefinisikan sebagai “yang

kuat”. Jawaban ini merupakan jenis miskonsepsi 1.2 pada tabel 1.

Pada kelompok benda bergerak, dugaan miskonsepsi terhadap jawaban konsisten

adalah sebagai berikut.

Page 30: Penggunaan Kartun sebagai Instrumen Diagnosa Miskonsepsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4939/2/T1_192009008_Full... · akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!

18

Tabel 7. Miskonsepsi yang ditemukan pada kelompok soal 2.1

No. Jawaban siswa Miskonsepsi Jumlah siswa

1

Jika kecepatan (V) konstan,

maka gaya (F) konstan. Jika

V bertambah secara konstan,

maka F bertambah

F sebanding dengan

V.* 51/32

2

Jika V konstan, maka F

berkurang. Jika V bertambah

secara konstan, maka F

bertambah.

Benda yang bergerak

konstan, pada

permukaan licin

sekalipun, lama-lama

akan berhenti, dengan

demikian, gaya pada

benda perlahan-lahan

mengecil.

6/17

Miskonsepsi no.1 pada tabel 7 dialami oleh sejumlah besar siswa. Miskonsepsi

tersebut muncul ketika siswa dihadapkan pada situasi benda bergerak konstan

dan dipercepat seperti pada gambar berikut

Gambar 7. Beruang meluncur dipermukaan es (gesekan diabaikan). Cuplikan

gambar pada soal bentuk kartun kelompok 2.1

Page 31: Penggunaan Kartun sebagai Instrumen Diagnosa Miskonsepsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4939/2/T1_192009008_Full... · akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!

19

Pada gambar 7, terlihat bahwa beruang bergerak di permukaan es yang miring

dengan kecepatan semakin besar, dan ketika mencapai permukaan es yang datar,

kecepatan beruang konstan. Dengan melihat gambar di atas, siswa yang

menyimpan konsep bahwa gaya sebanding dengan kecepatan akan menjawab ada

gaya (F) yang besarnya tetap ketika benda bergerak konstan, dan ada F yang

bertambah ketika benda bergerak dengan percepatan (a) konstan.

Kelompok soal 2.2 menghasilkan satu kemungkinan jawaban miskonsepsi, yaitu

bahwa “gaya selalu searah dengan kecepatan benda” (miskonsepsi 2.2, tabel 2).

Pada soal bentuk kartun, siswa yang mengalami miskonsepsi ini mencapai 57

atau 34,3 % siswa, sedangkan pada soal bentuk teks, siswa yang mengalami

miskonsepsi ini mencapai 54 atau 32,5 % siswa. Miskonsepsi ini muncul ketika

siswa dihadapkan pada situasi berikut.

Gambar 8. Monyet menekan pegas. Cuplikan gambar pada soal bentuk

kartun kelompok 2.2

Berdasarkan gambar 8, siswa yang miskonsepsi berpikir bahwa arah gaya pegas

ke bawah mengikuti arah gerakan pegas. Pada kelompok soal 2.2 terdapat soal

yang menanyakan tentang arah gaya gravitasi pada monyet yang terjun ke bawah

dan terpental ke atas. Siswa yang menjawab benar mengenai arah gaya gravitasi

namun mengalami miskonsepsi ketika diberi kasus serupa dengan gambar 8 tetap

digolongkan sebagai siswa miskonsepsi, karena konsep gaya gravitasi yang

dimilikinya dianggap sebagai hafalan yang tidak melibatkan aktivitas berpikir.

Page 32: Penggunaan Kartun sebagai Instrumen Diagnosa Miskonsepsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4939/2/T1_192009008_Full... · akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!

20

Dari kelompok soal yang telah dibahas, masih ada kelompok soal benda bergerak

yaitu bertujuan untuk mengetahui kondisi gerak setelah gaya yang bekerja pada

benda dihilangkan. Prosentase jawaban dari kelompok soal tersebut dapat dilihat

pada diagram berikut:

(a)

(b)

Gambar 9. Prosentase masing-masing kategori jawaban pada kelompok soal

“kondisi gerak ketika gaya dihilangkan”. (a) soal bentuk teks, dan (b) soal bentuk

kartun. A= acak, B= konsisten salah, dan C= konsisten benar

Diagram di atas menunjukkan bahwa prosentase jawaban acak pada soal bentuk

kartun lebih tinggi dibandingkan prosentase jawaban acak pada soal bentuk teks.

Karakteristik diagram pada kelompok soal ini berkebalikan dengan karakteristik

diagram kelompok soal lainnya. Sehingga kemungkinan untuk kelompok ini,

soal perlu diperbaiki. Jenis jawaban konsisten salah pada soal bentuk teks dan

soal bentuk kartun sama, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8. Miskonsepsi yang ditemukan pada kelompok soal 2.3 dan 2.4

No. Jawaban Siswa Miskonsepsi

1. Pada kondisi tanpa gesekan, ketika

gaya dihilangkan, kecepatan benda

lama-lama berkurang, dan benda

akhirnya berhenti

Benda yang sedang bergerak

cenderung berhenti jika tidak ada

gaya yang bekerja padanya.*

2 Pada kondisi tanpa gesekan, ketika

gaya di-hilangkan benda yang

sedang bergerak akan langsung

berhenti

Gaya menyebabkan benda

bergerak, maka, jika tidak ada

gaya yang bekerja pada benda,

benda tidak lagi bergerak.*

Page 33: Penggunaan Kartun sebagai Instrumen Diagnosa Miskonsepsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4939/2/T1_192009008_Full... · akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!

21

3 Ketika gaya dihilangkan benda

tetap bergerak dengan kecepatan

konstan

Saat gaya yang bekerja pada ben-

da dihilangkan, semakin licin

permukaan bidang sentuh,

semakin lama benda berhenti.

Maka jika bidang sentuh licin

sempurna atau gesekannya

diabaikan, benda akan terus

bergerak walaupun gaya

dihilangkan

Jawaban konsisten pada tabel 8 no. 3 dikategorikan sebagai konsisten salah,

karena sekelompok siswa yang memilih jawaban ini mengalami miskonsepsi F

sebanding V ketika mengerjakan kelompok soal 2.1. Jadi tidak menunjukkan

adanya pemahaman konsep hukum Newton I.

IV. KESIMPULAN

Data yang diperoleh menunjukkan bahwa dengan bentuk kartun, instrumen

diagnosa dapat menghasilkan jawaban yang lebih konsisten sehingga lebih

berfungsi untuk mengelompokkan siswa ke dalam kategori benar atau

miskonsepsi. Selain itu, dengan soal bentuk kartun, jawaban konsisten salah

lebih terkelompok ke jenis jawaban yang diduga kuat sebagai miskonsepsi,

sehingga instrumen diagnosa lebih mampu mendeteksi miskonsepsi pada siswa.

Konsistensi jawaban pada soal kartun yang lebih tinggi, membuat jawaban-

jawaban konsisten salah yang muncul dengan prosentase kecil lebih mungkin

untuk diduga sebagai miskonsepsi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

instrumen diagnosa miskonsepsi dengan bentuk kartun lebih efektif.

V. DAFTAR PUSTAKA

[1] Adam Lark, 2007, Student Misconception in Newtonian Mechanics, Tesis

untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar master

S2, Perguruan tinggi Bowling Green.

Page 34: Penggunaan Kartun sebagai Instrumen Diagnosa Miskonsepsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4939/2/T1_192009008_Full... · akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!

22

[2] Sengül Atasoy dan Ali Riza Akdeniz, 2007, Developing and Applying a

Test Related to Appearing Misconceptions about Newtonian Laws of

Motion: Journal of Turkish Science Education, vol. 4, no.1, 45-59.

[3][6] Antti Savinainen dan Jouni Viiri, 2007, The Force Concept Inventory as A

Measure of Students Conceptual Coherence, International Journal of

Science and Mathematics Education, no. 6, 719-740

[4] Rebecca Rosenblatt dan Andrew F. Heckler, 2011, Systematic study of

student understanding of the relationships between the directions of force,

velocity, and acceleration in one dimension, American Physical Society,

ISSN: 1554-9178, vol. 11, no. 7, 1-20.

[5] Aysegül Saglam-Arslan dan Yasemin Devecioglu, 2010, Student teachers’

levels of understanding and model of understanding about Newton's laws

of motion, Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, vol.11,

no. 7, 1-20.

[7] Sebnem Kandil Ingec, 2008, Use of Concept Cartoon as an Assessment

Tool in Physics Education, Turkey: Department of Physics Education,

Education Faculty, Gazi University, ISSN: 1548-6613, vol. 5, no. 11, 47-

54.

[8][10] Jens Allwood dan Yanhia Abelar, 1984, Lack of Understanding,

Misunderstanding and Language Acquisition, AILA-Conference

[9] http://upv.es/laboluz/books/manuales/oreilly_visualizing_data.pdf,

diunduh pada tanggal 11 Januari 2013, pukul 14:18

[11] Taher Bahrani dan Rahmatollah Soltani. 2011. The pedagogical values of

cartoons. The International Institute for Science, Technology and

Education. ISSN: 2224-5766, vol. 1, no.4, 19-22.

[12][14][15][17][18] E. van den Berg, 1991, Miskonsepsi Fisika dan Remidiasi,

Universitas Kristen Satya Wacana.

[13] Sule Bayraktar, 2007, Misconceptions of Turkish Pre-Service Teachers

about Force and Motion, International Journal of Science and

Mathematics Education, no.7, 273-291.

[16] David Hestenes, Malcolm Wells, dan Gregg Swackhamer, 1992, Force

Concept Inventory, The Physics Teacher. Vol. 30, 141-158

Page 35: Penggunaan Kartun sebagai Instrumen Diagnosa Miskonsepsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4939/2/T1_192009008_Full... · akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!

23

[19] Ihab Obaidat dan Ehab Malkawi, 2009, The Grasp of Physics Concepts of

Motion: Identifying Particular Patterns in Students’ Thingking.

International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning. Vol. 3,

no. 1, 1-17.