penggunaan dan penyimpangan prinsip kesantunan berbahasa...

14
ISBN 98765432 001 1 PROSIDING SEMINAR NASIONAL KE-2 PBSI FIP UTM Bahasa, Sastra, dan Pemuda PENGGUNAAN DAN PENYIMPANGAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA PADA KELOMPOK BALAP LIAR DI WILAYAH MADURA SEBAGAI PROBBELMATIKA BERHABASA DI KALANGAN PEMUDA Ria Kasanova [email protected] ABSTRAK Kesantunan berbahasa adalah suatu cara untuk menyampaikan ungkapan dalam bertutur kata dengan halus, baik dan sopan di dalam komunikasi verbal. Pada hakikatnya kesantunan berbahasa adalah etika kita dalam bersosialisasi di masyarakat dengan penggunaan kata yang baik, sehingga peneliti tertarik dan mengangkat judul Penggunaan dan Penyimpangan Prinsip Kesantunan Berbahasa Pada Kelompok Balap Liar di wilayah Madura dengan rumusan masalah Bagaimana Penggunaan dan Penyimpangan Prinsip Kesantunan Berbahasa Pada Kelompok Balap Liar di Wilayah Madura. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan secara objektif tentang penggunaan dan penyimpangan prinsip kesantunan berbahasa pada kelompok balap liar di wilayah Madura. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena data yang dianalisis berupa data verbal atau kata-kata. Sumber data dalam penelitian ini adalah berupa percakapan anggota kelompok balap liar di kota Pamekasan yang telah disalin atau diubah menjadi bentuk tulisan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik merekam. Teknik analisis yang dilakukan secara deskriptif kualitatif, digunakan untuk mendeskripsikan hasil data tertulis secara terperinci . Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa “Penggunaan dan Penyimpangan Prinsip Kesantunan Berbahasa Pada Kelompok Balap Liar di wilayah Madura berupa: Penggunaan maksim penghargaan, dilakukan oleh anggota atau kelompok balap liar di kota Pamekasan untuk memuji kecepatan motor balap milik pembalap liar lainnya. Penggunaan maksim permufakatan, dilakukan oleh anggota atau kelompok balap liar di kota Pamekasan untuk menyatakan kesetujuannya atau kesepakatannya tentang kecepatan motor milik pembalap liar dan cara memodifikasi motor balap supaya lebih cepat atau kencang larinya. Penyimpangan maksim penghargaan, dilakukan oleh anggota atau kelompok balap liar di kota Pamekasan untuk mencela atau meremehkan kecepatan motor milik pembalap liar. Penyimpangan maksim permufakatan, dilakukan oleh anggota atau kelompok balap liar di kota Pamekasan untuk menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pendapat orang lain tentang kecepatan motor balap milik pembalap liar yang lain. Kata Kunci: Maksim Penghargaan, Maksim Permufakatan PENDAHULUAN Bahasa adalah alat interaksi sosial atau alat komunikasi yang digunakan oleh manusia. Di samping itu manusia dapat juga menggunakan alat lain untuk berkomunikasi, tetapi tampaknya bahasa merupakan alat komunikasi yang paling baik diantara alat komunikasi yang ada. Apalagi bila dibandingkan dengan alat komunikasi yang digunakan hewan. Dalam setiap komunikasi, manusia paling menyampaikan gagasan, maksud, perasaan, pikiran, maupun emosi secara langsung (Chaer, 1995:61)

Upload: vothuan

Post on 08-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGGUNAAN DAN PENYIMPANGAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA ...fkip.unira.ac.id/.../03/...KESANTUNAN-BERBAHASA.pdf · mengekspresikan perasaan dan sikap mengenai keadaan hubungan,

ISBN 98765432 001

1 PROSIDING SEMINAR NASIONAL KE-2 PBSI FIP UTMBahasa, Sastra, dan Pemuda

PENGGUNAAN DAN PENYIMPANGAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASAPADA KELOMPOK BALAP LIAR DI WILAYAH MADURA SEBAGAI

PROBBELMATIKA BERHABASA DI KALANGAN PEMUDA

Ria [email protected]

ABSTRAKKesantunan berbahasa adalah suatu cara untuk menyampaikan ungkapan dalam

bertutur kata dengan halus, baik dan sopan di dalam komunikasi verbal. Pada hakikatnyakesantunan berbahasa adalah etika kita dalam bersosialisasi di masyarakat denganpenggunaan kata yang baik, sehingga peneliti tertarik dan mengangkat judul Penggunaan danPenyimpangan Prinsip Kesantunan Berbahasa Pada Kelompok Balap Liar di wilayahMadura dengan rumusan masalah Bagaimana Penggunaan dan Penyimpangan PrinsipKesantunan Berbahasa Pada Kelompok Balap Liar di Wilayah Madura. Tujuan dalampenelitian ini adalah untuk mendeskripsikan secara objektif tentang penggunaan danpenyimpangan prinsip kesantunan berbahasa pada kelompok balap liar di wilayah Madura.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena data yang dianalisis berupa dataverbal atau kata-kata. Sumber data dalam penelitian ini adalah berupa percakapan anggotakelompok balap liar di kota Pamekasan yang telah disalin atau diubah menjadi bentuk tulisan.Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik merekam.Teknik analisis yang dilakukan secara deskriptif kualitatif, digunakan untukmendeskripsikan hasil data tertulis secara terperinci .

Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa “Penggunaan dan PenyimpanganPrinsip Kesantunan Berbahasa Pada Kelompok Balap Liar di wilayah Madura berupa:Penggunaan maksim penghargaan, dilakukan oleh anggota atau kelompok balap liar di kotaPamekasan untuk memuji kecepatan motor balap milik pembalap liar lainnya. Penggunaanmaksim permufakatan, dilakukan oleh anggota atau kelompok balap liar di kota Pamekasanuntuk menyatakan kesetujuannya atau kesepakatannya tentang kecepatan motor milikpembalap liar dan cara memodifikasi motor balap supaya lebih cepat atau kencang larinya.Penyimpangan maksim penghargaan, dilakukan oleh anggota atau kelompok balap liar dikota Pamekasan untuk mencela atau meremehkan kecepatan motor milik pembalap liar.Penyimpangan maksim permufakatan, dilakukan oleh anggota atau kelompok balap liar dikota Pamekasan untuk menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pendapat orang lain tentangkecepatan motor balap milik pembalap liar yang lain.Kata Kunci: Maksim Penghargaan, Maksim Permufakatan

PENDAHULUANBahasa adalah alat interaksi sosial atau alat komunikasi yang digunakan oleh manusia.

Di samping itu manusia dapat juga menggunakan alat lain untuk berkomunikasi, tetapi

tampaknya bahasa merupakan alat komunikasi yang paling baik diantara alat komunikasi

yang ada. Apalagi bila dibandingkan dengan alat komunikasi yang digunakan hewan. Dalam

setiap komunikasi, manusia paling menyampaikan gagasan, maksud, perasaan, pikiran,

maupun emosi secara langsung (Chaer, 1995:61)

Page 2: PENGGUNAAN DAN PENYIMPANGAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA ...fkip.unira.ac.id/.../03/...KESANTUNAN-BERBAHASA.pdf · mengekspresikan perasaan dan sikap mengenai keadaan hubungan,

ISBN 98765432 001

2 PROSIDING SEMINAR NASIONAL KE-2 PBSI FIP UTMBahasa, Sastra, dan Pemuda

Memang suatu kenyataan bahwa bahasa wajar dimiliki oleh setiap manusia.Dan

kewajaran ini menyebabkan bahasa dianggab sebagai barang sehari-hari.Bahasa merupakan

alat yang paling vital bagi kehidupan manusia.Manusia adalah mahluk individual dan

sekaligus sebagai mahluk sosial, manusia memerlukan alat berupa bahasa. Bahasa merupakan

alat yang ampuh untuk berhubungan dan bekerja sama (Pateda, 1992:04). Salah satu yang

menarik untuk dibicarakan adalah mengenai fenomena bahasa yang ada dalam kajian

pragmatik.

Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis)

dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak

berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya

daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu

sendiri. Pragmatik adalah studi tentang maksud penutur (Yule, 2006:102).

Grice dalam Wijana (1996: 46) mengatakan terkait dengan maksim yang terdapat

dalam prinsip percakapan pada tindak tutur, mencakup dua macam, yaitu prinsip kerja sama

dan prinsip sopan santun. Dalam prinsip kerja sama terdapat empat maksim, yaitu (a) maksim

kuantitas, (b) maksim kualitas, (c) maksim hubungan, (d) maksim cara. Sedangkan maksim

sopan santun terdapat enam kategori maksim di yaitu (a) maksim kebijaksanaan, (b) maksim

kedermawanan, (c) maksim penghargaan, (d) maksim kesederhanaan, (e) maksim

kemufakatan, dan (f) maksim simpati

Salah satu maksim atau prinsip yang terdapat di dalam kajian pragmatik adalah

terdapat kesantunan berbahasa. Kesantunan berbahasa adalah suatu cara untuk

menyampaikan ungkapan dalam bertutur kata dengan halus, baik dan sopan di dalam

komunikasi verbal. Pada hakikatnya kesantunan berbahasa adalah etika kita dalam

bersosialisasi di masyarakat dengan penggunaan, pemilihan kata yang baik dengan

memperhatikan di mana, kapan, kepada siapa, dengan tujuan apa kita berbicara secara santun.

Yule mengatakan bahwa “Kesopanan dalam interaksi dapat didefinisikan sebagai

alat yang digunakan untuk menunjukkan kesadaran tentang wajah orang lain”. Dalam

berkomunikasi, norma-norma itu tampak dari perilaku verbal maupun perilaku nonverbalnya.

Perilaku verbal dalam fungsi imperatif misalnya, terlihat pada bagaimana penutur

mengungkapkan perintah, keharusan, atau larangan melakukan sesuatu kepadamitra tutur.

Sedangkan perilaku nonverbal tampak dari gerak-gerikfisik yang menyertainya.

Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi melalui tanda verbal

atau tata cara berbahasa. Ketika berkomunikasi, kita harus memperhatikan norma-norma

Page 3: PENGGUNAAN DAN PENYIMPANGAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA ...fkip.unira.ac.id/.../03/...KESANTUNAN-BERBAHASA.pdf · mengekspresikan perasaan dan sikap mengenai keadaan hubungan,

ISBN 98765432 001

3 PROSIDING SEMINAR NASIONAL KE-2 PBSI FIP UTMBahasa, Sastra, dan Pemuda

budaya, tidak hanya sekedar menyampaikan suatu ide yang kita pikirkan. Tata cara berbahasa

harus sesuai dengan unsur-unsur budaya yang ada dalam masyarakat. Apabila tata cara

berbahasa seseorang tidak sesuai dengan norma-norma budaya, maka orang itu akan

mendapatkan nilai negatif, misalnya dituduh sebagai orang yang sombong, angkuh, tak acuh,

egois, tidak beradat, bahkan tidak berbudaya. Dalam penilaian kesantunan berbahasa

bagaimana kita bertutur dan dengan siapa kita bertutur.

Teori tindak tutur adalah pandangan yang mempertegas bahwa ungkapan suatu bahasa

dapat dipahami dengan baik apabila dikaitkan dengan situasi konteks terjadinya ungkapan

tersebut. Adapun klasifikasi tindak tutur dengan berdasarkan pada maksud penutur ketika

berbicara, yaitu:Representatif merupakan tindak tutur yang mempunyai fungsi memberitahu

orang-orang mengenai sesuatu. Tindak tutur ini mencakup mempertahankan, meminta,

mengatakan, menyatakan dan melaporkan.Komisif merupakan tindak tutur yang menyatakan

bahwa penutur akan melakukan sesuatu, misalnya janji dan ancaman.Direktif merupakan

tindak tutur yang berfungsi untuk membuat petutur melakukan sesuatu, seperti saran,

permintaan, dan perintah. Ekspresif merupakan tindak tutur yang berfungsi untuk

mengekspresikan perasaan dan sikap mengenai keadaan hubungan, misalnya permintaan

maaf, penyesalan dan ungkapan terima kasih.

Deklaratif merupakan tindak tutur yang menggambarkan perubahan dalam suatu

keadaan hubungan misalnya ketika kita mengundurkan diri dengan mengatakan ’Saya

mengundurkan diri’, memecat seseorang dengan mengatakan ’Anda dipecat’, atau menikahi

seseorang dengan mengatakan ’Saya bersedia’.

Berkenaan dengan kesantunan berbahasa, akhir-akhir ini berita di televisi sedang

hangat-hangatnya membahas tentang kelompok motor (gang motor) yang keberadaannya

sangat meresahkan masyarakat. Banyak orang yang terganggu akibat ulah kelompok motor

tersebut karena kebanyakan dari mereka yang urakan, bahkan tidak beretika di dalam

pergaulannya. Dimungkinkan karena mereka kurang mendapatkan perhatian dari keluarganya

sendiri dan juga akibat pergaulannya yang tidak sehat. Kebanyakan dari mereka masih usia

remaja yang pada umumnya usia remaja tersebut masih pada tingkat kelabilan.

Di beberapa kota di pulau Madura seperti kota Pamekasan dan Sampang juga terdapat

beberapa kelompok motor, yang biasanya berkumpul pada sabtu malam di jalan-jalan kota.

Biasanya mereka melakukan balap liar hanya untuk adu gengsi dan kepopularitasan

kelompoknya masing-masing. Di dalam pergaulannya tidak sedikit dari mereka yang tidak

Page 4: PENGGUNAAN DAN PENYIMPANGAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA ...fkip.unira.ac.id/.../03/...KESANTUNAN-BERBAHASA.pdf · mengekspresikan perasaan dan sikap mengenai keadaan hubungan,

ISBN 98765432 001

4 PROSIDING SEMINAR NASIONAL KE-2 PBSI FIP UTMBahasa, Sastra, dan Pemuda

sopan dalam berkomunikasi dengan orang lain di sekitarnya tanpa memperhatikan prinsip-

prinsip kesantunan berbahasa.

Bahasa yang digunakan di lingkungan balap liar sepeda motor adalah bahasa lisan.

Penutur dan mitra tutur melakukan komunikasi secara langsung sehingga pesan yang

disampaikan persis dengan penutur.Wujud praktis penggunaan bahasa secara lisan dapat

dilihat dalam bertindak tutur. Ada lima aspek yang terlibat dalam kelima aspek tersebut

adalah (1) penutur, (2) mitra tutur, (3) informasi (pesan), (4) bahasa sebagai penyampai

pesan, dan (5) konteks yang melatarbelakangi terjadinya percakapan itu (Ibrahim, 1995: 217).

Maka dari itulah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian kualitatif

lapangan terhadap penggunaan dan penyimpangan prinsip kesantunan berbahasa pada

kelompok balap liar di kota Pamekasan.

Tujuan penelitian ini untuk memperoleh suatu analisis tentang penggunaan maksim

penghargaan, penggunaan maksim permufakatan , penyimpangan maksim penghargaan, dan

penyimpangan maksim permufakatan pada kelompok balap liar di kota Pamekasan.

METODE PENELITIAN

Sebagai upaya mencapai tujuan penelitian, peneliti menggunakan pendekatan

kualitatif dengan menerapkan metode deskriptif. Dalam kajiannya, metode deskriptif

menjelaskan data atau objek secara natural, objektif, faktual (apa adanya). Metode deskriptif

ini digunakan untuk menggambarkan apa adanya hasil dari pengumpulan data yang telah

dilakukan oleh penulis. Metode deskriptif dipilih oleh penulis karena metode ini dapat

memberikan gambaran yang sangat jelas mengenai individu, keadaan bahasa, gejala atau

kelompok tertentu.Data penelitian adalah data kualitatif, yaitu data yang berupa kata-kata

yang berhubungan dengan fokus kajian. Adapun data dalam penelitian ini berupa percakapan

anggota kelompok balap liar di kota Pamekasan dan Sampang yang telah disalin atau diubah

menjadi bentuk tulisan. Sumber data dalam penelitian ini adalah anggota kelompok balap

liar di kota Pamekasan dan Sampang.

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah meliputi (1) teknik pengumpulan

data (2) teknik analisis data. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan

adalah metode simak dan metode cakap. Metode simak memiliki teknik dasar yang berwujud

teknik sadap. Teknik sadap disebut juga sebagai teknik dasar dalam metode simak karena

pada hakekatnya penyimakan diwujudkan dengan penyadapan. Dalam arti, peneliti dalam

upaya mendapatkan data dilakukan dengan menyadap penggunaan dan penyimpangan

Page 5: PENGGUNAAN DAN PENYIMPANGAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA ...fkip.unira.ac.id/.../03/...KESANTUNAN-BERBAHASA.pdf · mengekspresikan perasaan dan sikap mengenai keadaan hubungan,

ISBN 98765432 001

5 PROSIDING SEMINAR NASIONAL KE-2 PBSI FIP UTMBahasa, Sastra, dan Pemuda

kesantunan berbahasa seseorang. Selanjutnya, teknik sadap ini diikuti dengan teknik lanjutan

yang berupa teknik simak libat cakap. Teknik simak libat cakap, peneliti melakukan

penyadapan dengan cara ikut berpartisipasi sambil menyimak, berpartisipasi dalam

pembicaraan, dan menyimak pembicaraan. Dalam hal ini, peneliti terlibat langsung dalam

dialog. Selanjutnya, teknik catat adalah teknik lanjutan yang dilakukan peneliti ketika

menerapkan metode simak dengan teknik lanjutan seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya

Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif,seperti yang

dikembangkan oleh Miller dan Huberman (dalam Moeleong, 2008:249), yaitu menggunakan

analisis model interkatif dengan tiga prosedur antara lain:

a) Reduksi data, yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian, dan penyederhanaan,

pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari hasil pengamatan.

b) Penyajian data yaitu penyajian sekumpulan informasi yang tersusun dan memberikan

kemungkinan untuk mengadakan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Dengan melihat penyajian data, maka peneliti dapat mentranskripkan data hasil rekaman

ke dalam bentuk tulisan, diidentifikasi, diklasifikasikan ke dalam golongan ,dianalisis, dan

kemudian dideskripsikan secara kualitatif.

c) Penarikan kesimpulan atau verifikasi, yaitu penarikan kesimpulam dari apa yang telah

dilakukan.

PEMBAHASAN

Penggunaan Maksim PenghargaanMaksim penghargaan, digunakan seseorang supaya dapat dianggap santun apabila

dalam bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan kepada pihak lain. Dengan maksim

ini, diharapkan agar para peserta tutur tidak saling mengejek, saling mencaci, atau saling

merendahkan pihak lain. Jika penutur memberikan penghargaan kepada orang lain maka

penutur tersebut akan dianggap sopan. Berikut ulasan mengenai fenomena penggunaan

prinsip kesantunan berbahasakhususnya maksim penghargaan pada anggota atau kelompok

balap liar di kota Pamekasan:

Contoh:Ipang : “Kéng bhâ’ mennangngahtangdi’ mon écoba’?”Wawan : “Mennang pagghun bro ta’ la taoh dhibi’ bân ri’-bâri’en sé road race mon

ghârâbnah rowah, pagghun mennang sé bâ’en.”(no.14 baris 19)

Penutur yang bernama Ipang mengatakan“mennang pagghun bro ta’ la taoh dhibi’

bân ri’-bâri’en sé road race mon ghârâbnah rowah”, dengan maksud ingin menghargai

Page 6: PENGGUNAAN DAN PENYIMPANGAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA ...fkip.unira.ac.id/.../03/...KESANTUNAN-BERBAHASA.pdf · mengekspresikan perasaan dan sikap mengenai keadaan hubungan,

ISBN 98765432 001

6 PROSIDING SEMINAR NASIONAL KE-2 PBSI FIP UTMBahasa, Sastra, dan Pemuda

lawan tuturnya serta untuk menjaga keefektifan berkomunikasinya, kemudian ditambah

dengan kalimat “pagghun mennang sé bâ’en”supaya lawan tuturnya itu semakin merasa

dihargai, meskipun kenyataannya belum tentu motor milik temannya itu menang atau lebih

kencang dari motor lainnya.

Contoh:Toriq : “Sé asli meller nga’ rowah la.”Ipang : “Iyâh, enje’ kéng lakar la santa’ ongghu roh kana’, arassah,

séttongnah rowah.” (no.7 baris 20)

Toriq mengatakan pada Ipang kalau pembalap itu memang orang yang nakal atau gila

balap, kemudian Ipang langsung mengatakan “iyâh, enje’ kéng lakar la santa’ ongghu roh

kana’, arassah, séttongnah rowah.” kepada Toriq yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia

adalah “iya, tapi memang kencang sungguhan itu, puas, satunya lagi itu.”. Ucapan Ipang

tersebut dapat dikatakan sebagai penggunaan maksim penghargaan karena Ipang memberikan

penghargaan atau memuji orang lain.

Contoh:Ipang : “Enjâ’ polanah cora’ ta’ patéh santa’ wan.”Wawan : “Apah jhâ’ ya’ burunah din na’-kana’ nga’ réyah kabbhi. Enjâ’

pagghun mennang din bâ’en, dhinah mon anuh roh coba’ dâ’iyâh ma’ léétemmoh rowah, kéng pagghun mennang ko’yakin polanah kan la éobâihkabbhi karbunah so apanah roh?”(no.14 baris 26)

Penutur memuji lawan tuturnya dengan mengatakan“enjâ’ pagghun mennang din

bâ’en”, hal tersebut dilakukan oleh penutur agar lawan tuturnya merasa dihargai, kemudian

penutur kembali memuji atau memotivasi lawan tuturnya dengan dipertegas mengatakan

“kéng pagghun mennang ko’yakin polanah kan la éobâih kabbhi karbunah so apanah roh”,

data di atas jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “tetap menang punya kamu,

dicoba saja biar ketahuan, tapi tetap menang saya yakin karena kan sudah diganti semua

karburator sama apanya itu.”sehinggadengan begitu lawan tuturnya tersebut akan lebih

merasa sangat dihargai. Dengan demikian hal itu bisa dikatakan sebagai penggunaan maksim

penghargaan karena disitu penutur memberikan penghargaan kepada lawan tuturnya.

Penggunaan Maksim Permufakatan

Maksim permufakatan, digunakan oleh para peserta tutur agar dapat saling membina

kecocokan atau kemufakatan di dalam kegiatan bertutur. Apabila terdapat kemufakatan atau

kecocokan antara diri penutur dan mitra tutur dalam kegiatan bertutur, masing-masing dari

Page 7: PENGGUNAAN DAN PENYIMPANGAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA ...fkip.unira.ac.id/.../03/...KESANTUNAN-BERBAHASA.pdf · mengekspresikan perasaan dan sikap mengenai keadaan hubungan,

ISBN 98765432 001

7 PROSIDING SEMINAR NASIONAL KE-2 PBSI FIP UTMBahasa, Sastra, dan Pemuda

mereka dapat dikatakan bersikap santun. Berikut ini adalah contoh penggunaan dari maksim

permufakatan:

Contoh:Ahmad : “Ghun mennang tanjaknah.”Ipang : “Iyâh ghun mennang tanjaknah, apah kéng jokinah roh

so’maso’enta’ taoh ngara.Jhâ wa’ monamunyéh dâ’iyâh bân ta’amonyéhsapédahamonyéh anuh ghilingnah apah messén ro ghilingnahbherrâs.” (no.1 baris 4)

Ipang menganggap si pembalap liar tersebut tidak begitu pintar atau lihai dalam

balapan liar sehingga kalah dengan pembalap liar yang lain dan Ahmad juga mengomentari

motor yang dinaikinya itu, kemudian penutur yang bernama Ipang sependapat dengan

pernyataan Ahmad dengan mengatakan “iyâh ghun mennang tanjaknah apah kéng jokinah

roh so’maso’en ta’ taoh ngara”, jika diartikan dalam bahasa Indonesia yang berarti “iya

hanya menang tanjakannya apa karena pembalapnya memasukkan roda giginya tidak tahu

paling”. Hal itu menunjukkan bahwa Ipang mufakat atau setuju terhadap pernyataan Ahmad

dan itu termasuk dalam penggunaan maksim permufakatan.

Contoh:Ahmad : “Jhâllingaghih sé Véga jih.”Ipang : “O... Iyâh lakar sé Véga réyah sé tandes.” (no. 2 baris 7)

Ahmad menjagokan motor balap Vega yang akan menang balapan, kemudian Ipang

sependapat dengan Ahmad yang menjagokan motor balap Vega itu dengan mengatakan “o...

iyâh lakar sé Véga réyah sé tandes.” yang dalam arti bahasa Indonesianya “o... iya memang

Vega yang ini yang cepat.”. Kesetujuan Ipang terhadap Ahmad menunjukkan bahwa hal

tersebut bisa dikatakan sebagai penggunaan maksim permufakatan.

Contoh:Ahmad : “Véga tanjaknah nyaman.”Ipang : “Iyâh so’-maso’en tandes yâh? Arapah mon nga’ Supra dâ’iyâh

mangkanah satos saghâmé’ ta’ éyangghuy so na’-kana’.”(no.2 baris 11)Ahmad mengatakan kalau motor balap Vega yang dimaksud itu nyaman tanjakannya

kemudian disambut dengan kesetujuan Ipang terhadap perkataan Ahmad yang berarti juga

termasuk dalam penggunaan maksim permufakatan dengan mengatakan “iyâh so’-maso’en

tandes yâh” yang dalam bahasa Indonesianya adalah “iya perpindahan roda giginya cepat

ya”.

Contoh:Ahmad : “Ambet.”Ipang : “Iyâh ta’ bisah jâ’ Honda.”(no. 2 baris 14)

Page 8: PENGGUNAAN DAN PENYIMPANGAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA ...fkip.unira.ac.id/.../03/...KESANTUNAN-BERBAHASA.pdf · mengekspresikan perasaan dan sikap mengenai keadaan hubungan,

ISBN 98765432 001

8 PROSIDING SEMINAR NASIONAL KE-2 PBSI FIP UTMBahasa, Sastra, dan Pemuda

Ipang menanyakan kepada Ahmad kenapa para pembalap tidak menggunakan motor

Supra 125 untuk balapan liar. Ahmad menjawab karena motor tersebut dianggap lamban atau

kurang cepat, jawaban Ahmad tersebut kembali disetujui oleh Ipang dengan mengatakan

“iyâh ta’ bisah jâ’ Honda.” Dalam bahasa Indonesia berarti “iya tidak bisa (tidak mampu)

kalau motor merk Honda.” yang juga termasuk dalam penggunaan maksim permufakatan.

Contoh:Ipang : “Sé dibudih ghi’ buruh wah ghun odi’ ranying pé’?”Tiar : “Iyâh gânteng munyinah ranying.”(no.4 baris 2)

Ipang dan Tiar sedang membicarakan motor balap yang dipakai untuk balapan liar di

jalan Jalmak itu, Ipang mengomentari salah satu motor balap yang dianggapnya memiliki

bunyi kenalpot yang nyaring sehingga pernyataan Ipang tersebut ditanggapi positif atau

disetujui oleh Tiar sebagai lawan tuturnya dengan mengatakan “iyâh gânteng munyinah

ranying.”, dalam bahasa Indonesia berarti “iya ganteng bunyinya nyaring.”. Dengan

demikian Tiar menunjukkan kalau dia memiliki satu pemikiran atau setuju dengan pernyataan

Ipang tersebut. Hal itu termasuk pada penggunaan maksim permufakatan.

Contoh:Ipang : “Nyatanah cé’ terronah sééntarah ka kon tofek ko’ yan

nyongngo’ ka’ Muhni ngessét, sé dâssa’ah panas.”Yayan : “Panas cong jhâu ghâlluh polé.”(no.5 baris 3)

Ipang berkata pada salah satu temannya yang bernama Yayan kalau dia sebenarnya

ingin pergi ke rumah temannya yang bernama Tofek yang di sana dijadikan tempat menyetel

atau menseting motor balap yang akan digunakan untuk kejuaraan road race di kota

Bangkalan oleh saudaranya Tofek tersebut tetapi tidak jadi ke rumah Tofek karena cuaca

pada saat itu panas. Yayan setuju dengan perkataan Ipang dengan mengatakan “panas cong

jhâu ghâlluh polé.”, perkataan Yayan termasuk dalam penggunaan prinsip kesantunan

berbahasa khusunya pada maksim permufakatan. Perkataan Yayan tersebut jika diartikan

dalam bahasa Indonesia yaitu “panas cong lagipula jauh juga”.

Contoh:Wawan : “Sé pandâ’ân jih kan santa’ bro, tekkanan roh jân santa’ roh.”Ipang : “Iyâh apah jhâ’ sé éobâih sé lanjhâng burunah sapédah

dâ’remmah roh.” (no.14 baris 37)

Kalimat yang mengarah pada suatu permufakatan dikatakan oleh penutur kepada

lawan tuturnya. Kalimat “iyâh apah jhâ’ sé éobâih sé lanjhâng burunah sapédah

dâ’remmah roh.”Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “iya apa yang digantiyang panjang larinya motor gimana gitu.”. Pada data di atas termasuk dalam penggunaan

Page 9: PENGGUNAAN DAN PENYIMPANGAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA ...fkip.unira.ac.id/.../03/...KESANTUNAN-BERBAHASA.pdf · mengekspresikan perasaan dan sikap mengenai keadaan hubungan,

ISBN 98765432 001

9 PROSIDING SEMINAR NASIONAL KE-2 PBSI FIP UTMBahasa, Sastra, dan Pemuda

prinsip kesantunan berbahasa khususnya maksim permufakatan dimana disitu terjadi suatukemufakatan.

Penyimpangan Maksim PenghargaanPeserta tutur yang sering mengejek peserta tutur lain di dalam kegiatan bertutur akan

dikatakan sebagai orang yang tidak sopan, dikatakan demikian karena tindakan mengejek

merupakan tindakan yang tidak menghargai orang lain. Hal itu sangat bertentangan dengan

maksim penghargaan. Berikut ini adalah contoh tuturan yang menyimpang dari maksim

penghargaan:

Contoh:Fendra : “Iyâh cong, jhâ’ rowah ana’ân réng soghi.”Fikri : “Soghi apanah cong jhâ’ réng towanah sé laké’ ghun dhâddhih

tanih, réng towanah sé biné’ dhâddhih pembantu neng kon tang kancah.”(no.3baris 6)

Fendra mengatakan bahwa si Yoga tersebut bisa memiliki motor balap yang sangat

cepat itu karena Yoga adalah anak orang kaya. Mendengarkan perkataan Fendra spontan

Fikri mengatakan “soghi apanah cong jhâ’ réng towanah sé laké’ ghun dhâddhih tanih, réng

towanah sé biné’ dhâddhih pembantu neng kon tang kancah.”Dalam bahasa Indonesia yang

berarti “kaya apanya cong orang tuanya yang laki-laki Cuma jadi tani, orang tuanya yang

perempuan jadi pembantu di rumahnya teman saya”. Perkataan Fikri tersebut membuktikan

bahwa dia merendahkan posisi atau harga diri orang lain yang sedang dibicarakannya dengan

lawan tuturnya yang bernama Fendra. Hal itu termasuk dalam penyimpangan prinsip

kesantunan berbahasa khususnya pada maksim penghargaan dimana di dalam maksim

penghargaan seharusnya penutur lebih merendahkan dirinya sendiri dan memberikan

penghargaan kepada orang lain jika ingin dikatakan sopan dalam berbahasa atau berbicara.

Contoh:Ipang : “Maréh maréh kéyah, wa’ wan wak wan santa’ séVéga wan.”Wawan : “Santa’, santa’ apah énga’ rowah bro ghuta’ santa’an din tokang

pentol ghi’ bhuruwân rowah, santa’ mosonah ghâ-oghâ.”(no.6 baris 8)

Pada saat itu ada motor balap yang dianggap cepat atau kencang larinya oleh Ipang

tetapi Wawan tidak setuju dengan Ipang dengan mengatakan “santa’, santa’ apah énga’

rowah bro ghuta’ santa’an din tokang pentol ghi’ bhuruwân rowah, santa’ mosonah ghâ-

oghâ.” kepada Ipang yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia berarti “kencang, kencang

apanya kalau seperti itu bro masih lebih kencang motornya tukang jual pentol barusan itu,

Page 10: PENGGUNAAN DAN PENYIMPANGAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA ...fkip.unira.ac.id/.../03/...KESANTUNAN-BERBAHASA.pdf · mengekspresikan perasaan dan sikap mengenai keadaan hubungan,

ISBN 98765432 001

10 PROSIDING SEMINAR NASIONAL KE-2 PBSI FIP UTMBahasa, Sastra, dan Pemuda

kencang karena musuhnya di bawah standar.”. Hal seperti itu termasuk dalam penyimpangan

maksim penghargaan karena penutur tidak memberikan penghargaan kepada orang lain.

Contoh:Ipang : “Ghârâb êdimmah?”Yayan : “Langsong ka sorbhâjâh, apah can engko’ jih la.”(no.8 baris 8)

Ipang bertanya dimana tempat menseting motornya itu, dengan sigap Yayan langsung

menjawabnya dengan rasa percaya dirinya “langsong ka sorbhâjâh, apah can engko’ jih la.”,

dalam bahasa Indonesia yang berarti “langsung ke Surabaya, saya yang tanggung.”. Ucapan

Yayan tersebut seolah-olah dirinya yang paling paham tentang hal itu dan itu sangat

bertentangan dengan prinsip kesantunan berbahasa khususnya pada maksim penghargaan

dimana dalam maksim penghargaan penutur seharusnya memberikan penghargaan kepada

orang lain dan merendahkan dirinya sendiri di depan lawan tuturnya, maka hal itu dapat

dikatakan sebagai penyimpangan maksim penghargaan.

Contoh:Ipang : “Enjâ’ polanah cora’ ta’ patéh santa’ wan.”Wawan : “Apah jhâ’ ya’ burunah din na’-kana’ nga’ réyah kabbhi. Enjâ’

pagghun mennang din bâ’en, dhinah mon anuh roh coba’ dâ’iyâh ma’ léétemmoh rowah, kéng pagghun mennang ko’yakin polanah kan la éobâihkabbhi karbunah so apanah roh?” (no. 14 baris 26)

Ipang mengatakan kalau motor miliknya tidak begitu kencang larinya sehingga dia

ragu untuk balapan liar, kemudian si Wawan dengan tegasnya mengatakan “apah jhâ’ ya’

burunah din na’-kana’ nga’ réyah kabbhi.” yang arti bahasa Indonesianya adalah “apa ini

larinya punya anak-anak seperti ini semua.”. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai

penyimpangan maksim penghargaan karena penutur tidak memberikan penghargaan kepada

orang lain dan akibatnya dia akan dianggap sebagai orang yang tidak sopan.

Contoh:Ipang : “Iyâh apah jhâ’ sé éobâih sé lanjhâng burunah sapédah

dâ’remmah roh.”Wawan : “Iyâh coba’ ghâlluh! Mennang pagghun. Apah din na’-kana’ ta’

kérah ngobâih nga’ rowanah.”(no. 14 baris 39)

Pada data di atas sangat jelas adanya penyimpangan maksim penghargaan, hal itu

ditunjukkan pada kalimat “apah din na’-kana’ ta’ kérah ngobâih nga’ rowanah.”, yang jika

diartikan menjadi bahasa Indonesia menjadi “apa punya anak-anak tidak mungkin mengganti

itunya.”, dimana disitu tidak adanya pemberian penghargaan kepada orang lain padahal

belum tentu perkataan atau anggapan Wawan itu benar.

Penyimpangan Maksim Permufakatan

Page 11: PENGGUNAAN DAN PENYIMPANGAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA ...fkip.unira.ac.id/.../03/...KESANTUNAN-BERBAHASA.pdf · mengekspresikan perasaan dan sikap mengenai keadaan hubungan,

ISBN 98765432 001

11 PROSIDING SEMINAR NASIONAL KE-2 PBSI FIP UTMBahasa, Sastra, dan Pemuda

Di dalam kegiatan bertutur jika kita tidak menjaga keefektifan berkomunkasi atau

tidak adanya suatu kemufakatan atau kesetujuan antara penutur dengan lawan tutur maka hal

itu menyimpang dari prinsip kesantunan berbahasa khususnya pada maksim permufakatan.

Contoh:Ipang : “Iyâh, bâ’ân noro’ah jih dâgghi’ ka bhângkalan?”Yayan : “Enjâ’ ango’ nyongngo’ah konsér reggae é roma.”(no. 5 baris

10)

Ipang bertanya kepada Yayan apakah dia mau ikut menonton kejuaraan road race di

kota Bangkalan tersebut. Yayan langsung menjawab “enjâ’ ango’ nyongngo’ah konsér

reggae é roma.” jika dalam bahasa Indonesia berarti “tidak mending nonton konser reggae di

rumah”, hal itu menandakan bahwa Yayan menunjukkan ketidaksetujuannya terhadap Ipang

yang berarti termasuk dalam penyimpangan maksim permufakatan.

Contoh:Ipang : “Iyâh lébur mon pas kaduwâh jiyâh, kéng engko’ sér kala King

wan mon pas so Satria.”Wawan : “Kala apah bân jhâ’ ri’-bâri’ân Satria jih jhâu écapo’

King.”(no.6 baris 14)

Ipang beranggapan kalau kedua motor itu diadu balapan motor Satria yang akan

menang atau lebih kencang larinya. Anggapan Ipang tersebut tidak disetujui oleh Wawan

karena dia pernah melihat kedua motor itu diadu motor King lebih kencang larinya

dibandingkan motor Satria, Wawan berkata pada Ipang “kala apah bân jhâ’ ri’-bâri’ân

Satria jih jhâu écapo’ King.” yang bahasa Indonesianya adalah “kalah apanya kemarin Satria

itu jauh ketinggalan diadu dengan King.”.Perkataan Wawan kepada Ipang tersebut dapat

dikatan sebagai penyimpangan maksim permufakatan dimana disitu tidak terjadi

kemufakatan atau kesetujuan antara penutur dengan lawan tuturnya.

Contoh:Dani : “Enjâ’ na’kana’ réh sapah sé dâmabâdâh trék-trégghân malem

jum’at? Hehehe...”Lukman : “Ta’ taoh, ngara polanah mon malem minggu bâdâh polisi

cong.”Dani : “Réken mon pas malem jum’at tadâ’ polisi dâ’iyâh? Pagghun

bâdâh marénah réh cong.” (no. 10 baris 4)Lukman : “Dinah marénah makéh bâdâh polisi jhâ’ buruh cong, nang-

tenang rowah.”Dani : “Enjâ’ dinah engko’ pagghun buruwâh, mi’ nyaréh épéghâ’

polisi.” (no. 10 baris 8)

Dani heran kenapa para kelompok balap liar melakukan balapan liar di malam

jum’at.Menurut Lukman mungin karena kalau malam ju’at tidak ada polisi seperti halnya

Page 12: PENGGUNAAN DAN PENYIMPANGAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA ...fkip.unira.ac.id/.../03/...KESANTUNAN-BERBAHASA.pdf · mengekspresikan perasaan dan sikap mengenai keadaan hubungan,

ISBN 98765432 001

12 PROSIDING SEMINAR NASIONAL KE-2 PBSI FIP UTMBahasa, Sastra, dan Pemuda

pada saat malam minggu yang selalu ada polisi yang berjaga di jalan Kabupaten. Mendengar

ucapan temannya itu Dani langsung mengatakan “réken mon pas malem jum’at tadâ’ polisi

dâ’iyâh? Pagghun bâdâh marénah réh cong.” yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia

berarti “memangnya kalau pas malam jum’at tidak ada polisi?”. Ucapan Dani tersebut

membuktikan kalau dirinya tidak setuju dengan ucapan Lukman temannya itu, hal itu

termasuk dalam penyimpangan maksim permufakatan.Setelah mendengar perkataan Dani,

Lukman menyuruh Dani untuk tidak lari kalau seumpamanya ada polisi yang datang untuk

membubarkan balapan liar, akan tetapi Dani tidak setuju atau tidak sependapat dengan

temannya itu dengan mengatakan “enjâ’ dinah engko’ pagghun buruwâh, mi’ nyaréh

épéghâ’ polisi.” yang arti bahasa Indonesianya “tidak, saya tetap akan lari, tidak mau

ditangkap polisi.”. Ucapan Dani yang demikian termasuk juga dalam penyimpangan maksim

permufakatan dimana disitu tidak adanya kesetujuan atau kemufakatan.

Contoh :Yunus : “Cong pola bâdâ sé melléah tang knalpot.”Erik : “Arapah mi’ éjhuwâllâh?”Yunus : “Terro aobâ’âh cong.”Erik : “Mi’ ta’ taoh éman bân cong, jhâ’ din bâ’ân ghi’ nyaman

réyah.”Yunus : “Lé sajân santa’ rowah cong.”Erik : “Apah rapah cong jhâ’ mon knalpot jiyah ta’ patéh apengaroh

santa’ enjâ’en.” (no. 11 baris 6)

Sore hari mereka sedang membicarakan motor milik salah satu anggota balap liar di

pinggir jalan (eks. Staiun kereta api). Yunus ingin menjual knalpot miliknya karena dia ingin

ganti yang baru supaya lebih kencang motornya tetapi hal itu tidak disetujui oleh temannya

yang bernama Erik yang mengatakan “apah rapah cong jhâ’ mon knalpot jiyah ta’ patéh

apengaroh santa’ enjâ’en.” kepada Yunus yang arti bahasa Indonesianya adalah “apa cong

kalau knalpot itu tidak terlalu berpengaruh kencang tidaknya.”.Ucapan Erik tersebut bisa

dikatakan sebagai penyimpangan maksim permufakatan karena tidak adanya kesetujuan atau

permufakatan antara Erik dan Yunus.

Contoh:Erik : “Iyâh kéyah, engko’ terro melléah sapédah motor kosongan cong

pas eobâ’nah CDI kan pas santa’ cong.”Iqbal : “Ta’ kérah santa’ cong mon ghun éobâih CDI, bhuruh obâih so

karbunah, karbunah jiyah melléaghih karbu kotak pas stang obâih sé rajâ’ânterros blok sé adâ’ bor polé parajâ’ân lobângngah, ella pas santa’ ongghumon paso jiyah cong.” (no. 12 baris 15)

Page 13: PENGGUNAAN DAN PENYIMPANGAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA ...fkip.unira.ac.id/.../03/...KESANTUNAN-BERBAHASA.pdf · mengekspresikan perasaan dan sikap mengenai keadaan hubungan,

ISBN 98765432 001

13 PROSIDING SEMINAR NASIONAL KE-2 PBSI FIP UTMBahasa, Sastra, dan Pemuda

Erik ingin sekali membeli motor bodong atau motor yang tidak memiliki surat-surat

kendaraan karena dia ingin memodifikasi motor tersebut untuk dijadikannya balapan liar

dengan mengganti CDI motor itu, akan tetapi perkataan Erik tersebut tidak disetujui oleh

Iqbal. Iqbal mengatakan “ta’ kérah santa’ cong mon ghun éobâih CDI, bhuruh obâih so

karbunah, karbunah jiyah melléaghih karbu kotak pas stang obâih sé rajâ’ân terros blok sé

adâ’ bor polé parajâ’ân lobângngah, ella pas santa’ ongghu mon paso jiyah cong.”, yang

arti bahasa Indonesianya adalah “tidak mungkin kencang cong kalau hanya diganti CDI,

kecuali diganti sama karburatornya, karburatornya itu belikan karbu kotak kemudian stang

diganti yang lebih besar terus blok depan bor lagi diperbesar lubangnya, kencang larinya

kalau seperti itu cong.”. Pada data di atas jelas kalau terdapat suatu ketidaksetujuan atau tidak

mufakat antara penutur dengan lawan tutur yang berarti itu termasuk dalam penyimpangan

prinsip kesantunan berbahasa khususnya penyimpangan maksim permufakatan.

SIMPULAN

1. Maksim permufakatan balap liar di kota Pamekasan untuk menyatakan kesetujuannya

atau kesepakatannya tentang kecepatan motor milik pembalap liar dan cara

memodifikasi motor balap supaya lebih cepat atau kencang larinya

2. Penyimpangan maksim penghargaan, dilakukan oleh anggota atau kelompok balap

liar di kota Pamekasan untuk mencela atau meremehkan kecepatan motor milik

pembalap liar, merendahkan pembalap liar lainnya dan menyombongkan dirinya

sendiri sehingga seolah-olah dirinya jauh lebih ahli di bidang balapan liar

dibandingkan pembalap liar lainnya.

3. Penyimpangan maksim permufakatan, dilakukan oleh anggota atau kelompok balap

liar di kota Pamekasan untuk menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pendapat

orang lain tentang kecepatan motor balap milik pembalap liar yang lain, cara

memodifikasi motor balap supaya lebih cepat atau kencang larinya dan menolak

ajakan temannya untuk tidak kabur ketika ada aparat polisi yang datang untuk

membubarkan balapan liar.

Page 14: PENGGUNAAN DAN PENYIMPANGAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA ...fkip.unira.ac.id/.../03/...KESANTUNAN-BERBAHASA.pdf · mengekspresikan perasaan dan sikap mengenai keadaan hubungan,

ISBN 98765432 001

14 PROSIDING SEMINAR NASIONAL KE-2 PBSI FIP UTMBahasa, Sastra, dan Pemuda

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul dan Leone. 1995. Agustina. Sosiolinguistik. Jakarta: PT Rineka Cipta

Ibrahim, Abd.Syukur. 1995. Sosiolinguistik. Surabaya: Usaha nasional

Maleong, Lexy J. 2008. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Pateda.Mansoer. 1992. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa

Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogjakarta:Penerbit Andi

Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar