pengelolaan pembagian zakat terhadap 8 ashnaf...

122
PENGELOLAAN PEMBAGIAN ZAKAT TERHADAP 8 ASHNAF PENERIMA ZAKAT DI LEMBAGA AMIL ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH MUHAMMADIYAH (LAZISMU) KOTA SALATIGA SKRIPSI Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: Khoirotun Nisak 21412031 JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017

Upload: dokhue

Post on 30-May-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGELOLAAN PEMBAGIAN ZAKAT TERHADAP 8 ASHNAF PENERIMA ZAKAT DI LEMBAGA AMIL ZAKAT INFAQ DAN

SHADAQAH MUHAMMADIYAH (LAZISMU) KOTA SALATIGA

SKRIPSI

Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

Khoirotun Nisak

21412031

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

MOTTO

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap

diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan

bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu

kerjakan.” (Al-Hasyr:18)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada :

1. Kedua orang tuaku tercinta Bapak H. Muhammad Tohir dan Ibu Hj. Istiqamah yang

senantiasa memeberiku dukungan, semangat, dan do’a atas segalanya.

2. Pengasuh PPTI Al-Falah Salatiga K.H Zoemri RWS (Alm) serta Hj. Lathifah Zoemri

beserta keluarga.

3. Semua kakaku (Umi Mutmainah, Umroh, Syaiful Mujib, Farida Farichah, Irchamuddin,

Ali Chamdani) yang selalu memberiku semangat dalam kuliah dan adik-adikku tercinta

(Ema Nurrofiana, M. Luthfi Hakim)

4. Sahabat-sahabatku tercinta (Masadah, Dwi Astuti, Rahmatul Ummah, Fatikatul Malikah,

Fitrotul Ummah, Ani Maftuchah, Aisyatul Lailiyah, Fitriatuzahro, Titik Iva Mustakimah)

yang selalu memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam mengerjakan skripsi.

5. Almamater IAIN Salatiga dan Fakultas Syariah

6. Teman-teman tercinta S1 Hukum Ekonomi Syariah 2012

7. Keluarga besar Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga.

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kepada Allah SWT, karena berkat limpahan

rahmatNya penelitian ini dapat terselesaikan sesuai dengan yang diharapkan.

Shalawat dan salam selalu penulis panjatkan kehadirat Nabi Muhammad SAW yang telah

membawa umat dari zaman kebodohan ke zaman yang tahu akan ilmu. Semoga selalu

mendapatkan Syafaat dari beliau di dunia maupun diakhirat nanti.

Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Program Studi S1 Hukum

Ekonomi Syariah yang berjudul “PENGELOLAAN PEMBAGIAN ZAKAT TERHADAP 8

ASHNAF PENERIMA ZAKAT DI LEMBAGA AMIL ZAKAT INFAQ DAN

SHADAQAH MUHAMMADIYAH (LAZISMU) KOTA SALATIGA”. Penulis menyadari

bahwa dalam menyelesaikan laporan ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor IAIN Salatiga Dr. Rahmat Hariyadi M.Pd

2. Dekan fakultas syariah Dra. Siti Zumrotun,. M.Ag

3. Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Evi Ariyani S.H,.M.H

4. Pembimbing skripsi Luthfiana Zahriani, S.H,.M.H. yang telah memberikan saran,

pengarahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan sesuai

yang diharapkan.

5. Bapak ibu dosen Fakultas Syariah yang telah memberikan ilmunya selama menempuh

pendidikan S1 Hukum Ekonomi Syariah.

6. Bapak H. Muhammad Tohir dan Ibu Hj. Istiqamah sebagai orang yang bersusah payah

dalam membiayai studi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di IAIN

Salatiga.

7. Kakaku Farida Farichah M. Pd yang selalu memberi segala dukungan.

8. Teman-teman S1 Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2012

Semoga Allah membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang lebih

dari yang mereka berikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna.Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi pembaca

pada umumnya.

Salatiga, 10 Januari 2017

Penulis

ABSTRAK

Nisak, Khoirotun. 2016. Pengelolaan Pembagian Zakat Terhadap 8 Ashnaf Penerima Zakat di Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Salatiga. Skripsi. Fakultas Syari’ah Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga (IAIN). Pembimbing Luthfiana Zahriani S.H. M.H.

Kata Kunci : Pengelolaan Pembagian Zakat, Delapan Ashnaf Penerima Zakat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengelolaan pembagian zakat yang dilakukan oleh LAZISMU Kota Salatiga, untuk mengetahui bagaimana proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakat di LAZISMU Kota Salatiga dan untuk mengetahui bagaimana tinjauan hukum Islam dan Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat terhadap pengelolaan pembagian zakat dan proporsi pembagian zakat di LAZISMU Kota Salatiga.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan metode pengumpulan data, observasi, wawancara dan studi pustaka. Sifat penelitian yakni deskriptif analitik, sehingga tertuju pada pemecahan masalah dengan fakta-fakta yang ada.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat diketahui bahwa: 1)LAZISMU Kota Salatiga sudah membedakan hasil zakat, infak dan shadaqah dalam pengumpulan zakat tetapi dalam pembagian zakat LAZISMU Kota Salatiga menjadikan satu hasil zakat, infak dan shadaqah yang kemudian dana tersebut dibagi kepada empat ashnaf penerima zakat yaitu fakir, miskin, amil dan sabilillah. Dalam pengelolaan pembagian zakat LAZISMU Kota Salatiga belum memenuhi semua delapan ashnaf penerima zakat. 2) Proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakat di LAZISMU Kota Salatiga sudah sesuai dengan apa yang menjadi bagian dari setiap ashnaf. Dengan memberikan jatah kepada fakir miskin 60%, amil sebesar 10% dan sabilillah sebanyak 30%. 3) Dalam melakukan pengelolaan pembagian zakat dan proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakat, LAZISMU Kota Salatiga tidak bertentangan dengan hukum Islam dan Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat tetapi belum memenuhi semua delapan ashnaf penerima zakat. Karna zakat di LAZISMU Kota Salatiga hanya dibagikan kepada empat ashnaf penerima zakat diantaranya yaitu fakir, miskin, amil dan sabilillah.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................................................. ii

PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................................................iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .....................................................................................iv

HALAMAN MOTO........................................................................................................................v

HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................................................vi

KATA PENGANTAR..................................................................................................................vii

ABSTRAK....................................................................................................................................ix

DAFTAR ISI........................................................................................................................……..x

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah............................................................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian................................................................................................................ 6

D. Kegunaan Penelitian........................................................................................................... 7

E. Penegasan Istilah................................................................................................................ 7

F. Tinjauan Pustaka................................................................................................................ 9

G. Metode Penelitian............................................................................................................. 13

H. Sistematika Penulisan....................................................................................................... 18

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT

A. Zakat Menurut Fiqh.......................................................................................................... 20

1. Pengertian Zakat......................................................................................................... 20

2. Sebab, Syarat dan Rukun Zakat.................................................................................. 22

3. Dasar Hukum Zakat.................................................................................................... 26

4. Macam-macam Zakat.................................................................................................. 28

5. Barang-barang Yang Wajib Dizakati......................................................................... 29

6. Pembagian Zakat......................................................................................................... 35

7. Hikmah dan Tujuan Zakat.......................................................................................... 42

8. Penyaluran Zakat........................................................................................................ 46

B. Zakat Menurut UURI No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat……………….... 48

1. Pengertian Zakat......................................................................................................... 49

2. Dasar Hukum Zakat................................................................................................... 49

3. Asas dan Tujuan Zakat................................................................................................ 49

4. Macam-macam Zakat.................................................................................................. 50

5. Pengelolaan Zakat....................................................................................................... 51

6. Pengumpulan, Pendistribusian, Pendayagunaan, dan Pelaporan

Zakat........................................................................................................................... 52

7. Pembinaan dan Pengawasan Zakat............................................................................. 55

BAB III : HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tentang Zakat...................................................................................... 56

1. Sejarah LAZISMU Kota Salatiga .............................................................................. 56

2. Visi dan Misi LAZISMU Kota Salatiga..................................................................... 61

3. Tujuan LAZISMU Kota Salatiga................................................................................ 61

4. Struktur Organisasi LAZISMU Kota Salatiga............................................................ 62

5. Produk Layanan LAZISMU Kota Salatiga................................................................. 63

B. Pengelolaan Pembagian Zakat di LAZISMU Kota Salatiga............................................ 65

C. Proporsi Pembagian Zakat di LAZISMU Kota Salatiga.................................................. 69

BAB IV : PEMBAHASAN

A. Analisis Pengelolaan Pembagian Zakat di LAZISMU Kota Salatiga.............................. 75

B. Analisis Proporsi Pembagian Zakat Terhadap 8 Ashnaf Penerima Zakat di LAZISMU

Kota Salatiga......................................................................................................................78

C. Tinjauan Hukum Islam dan Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan

Zakat Terhadap Pengelolan Pembagian Zakat dan Proporsi Pembagian Zakat di

LAZISMU Kota Salatiga...................................................................................................80

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................................................87

B. Saran..................................................................................................................................88

DAFTAR PUSTAKA

RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN- LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Zakat merupakan salah satu ibadah amaliah yang termasuk dalam

rukun Islam ketiga yang wajib dilaksanakan oleh umat muslim. Secara bahasa

kata zakat sendiri mempunyai arti tumbuh (numuww) dan bertambah

(ziyadah).Sedangkan menurut syara’ zakat berarti hak yang wajib

(dikeluarkan dari) harta (Al-Zuhaily, 1995:82-83). Sedangkan secara istilah

zakat adalah merupakan bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang

Allah SWTmewajibkan kepadapemiliknya, untuk diserahkan kepada yang

berhak menerimanya, dengan persyaratan yangtentu pula (Hafidhuddin,

2002:7).

Zakat bukanlah hanya sebatas urusan hamba dengan Allah SWT

(hablummin-Allah), namun merupakan ibadah yang berkaitan dengan harta

yang perlu diberdayakan secara optimal untuk memperbaiki ekonomi

masyarakat. Oleh karena itu setiap muslim yang mempunyai harta dan

memenuhi syarat-syarat tertentu diwajibkan mengeluarkan zakat untuk

diberikan fakir miskin atau mereka yang berhak dengan syarat-syarat yang

telah ditentukan.

Dalam surah at-Taubah:103 dijelaskan bahwa zakat itu diambil

(dijemput) dari orang-orang yang berkewajiban untuk berzakat (muzzaki)

untuk kemudian diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya

(mustahik). Yang mengambil dan menjemput tersebut adalah para petugas

(‘amil). Imam Qurthubi ketika menafsirkan ayat tersebut ketika menafsirkan

ayat tersebut (at-Taubah:60) menyatakan bahwa ‘amil itu adalah orang-orang

yang ditugaskan (diutus oleh imam/ pemerintah) untuk mengambil,

menuliskan, menghitung dan mencatatkan zakat yang diambilnya dari para

muzzaki kemudian diberikan kepada yang berhak menerimanya

(Hafidhuddin,2002:120).

Rasulullah saw pernah memperkerjakan seorang pemuda dari suku

Asad, yang bernama Ibnu Lutaibah, untuk mengurus urusan zakat Bani

sulaiman. Pernah pula mengutus Ali bin Abi Thalib ke Yaman untuk menjadi

‘amil zakat hingga akhirnya hal demikian telah dilakukan para khulafaurra-

rasidin (Hafidhuddin,2002:120).

Di Indonesia sendiri lembaga pengelola zakat telah mulai dikenal oleh

masyarakat luas dengan lahirlah dua lembaga pengelola zakat diantaranya

yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang telah

diatur pada Undang-undang No 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

Sebagai lembaga yang dibentuk untuk mengatur dan mengelola zakat sudah

seharusnya dalam pelaksanaan sesuai dengan aspek syariah dan aspek

manajerial. Maka dari itu Lembaga Amil Zakat harus manage segala yang

akan dilakukan agar tercapainya cita cita dari lembaga tersebut.

Menurut mazhab Hanbali, zakat adalah hak yang wajib (dikeluarkan)

dari harta yang khusus untuk kelompok yang khusus pula (Al-Zuhaily,

1995:84).Yang dimaksud kelompok khusus adalah delapan kelompok yang

disyariatkan oleh Allah swt yang terdapat dalam Al-qur’an surah at-Taubah

(10): 60:

Artinya:

Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan budak), orang-orang yang beruntung, untuk jalan Allah dan orng-orang yang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS at-Taubah:60).

Adapun dalam pembagiannya mazhab Syafi’i mengatakan, zakat wajib

dikeluarkan kepada delapan kelompok mustahik tersebut dengan dasar ayat

diatas yang menisbatkan bahwa kepemilikan semua zakat oleh kelompok-

kelompok itu dinyatakan dengan pemakaian huruf lam yang dipakai untuk

menyatakan kepemilikan, kemudian masing-masing kelompok memiliki hak

yang sama karena dihubungkan huruf wawu (salah satu kata sandang yang

berarti “dan”) yang menunjukkan kesamaan tindakan. Oleh karena itu semua

bentuk zakat adalah milik semua kelompok itu, dengan hak yang sama (Al-

Zuhaily, 1995:278).

Sedangkan mengenai besarnya para Fuqaha berselisih pendapat

terhadap besaran yang diberikan kepada faqir dan miskin. Mazhab Syafi’i dan

Hanbali mengatakan kita boleh memberikan zakat kepada masing-masing

orang fakir dan miskin sebesar keperluan yang memenuhi semua hajatnya,

atau sekedar memberikan sesuatu yang membuatnya dapat bekerja jika

mereka masih kuat, atau memberi barang-barang yang dapat diperdagangkan

oleh mereka meskipun hal ini memerlukan barang yang cukup banyak

sehingga membuatnya layak untuk melakukan perdagangan. Karna bahwa

sesungguhnya Allah SWT menetapkan zakat untuk mereka agar tercukupi

segala kebutuhannya dan dapat mengubah kondisi mereka kepada yang lebih

baik. Karena tujuan dikeluarkannya zakat adalah untuk mencukupi hajat hidup

orang fakir miskin (Al-Zuhaily:1995:291)

Disamping itu besaran zakat yang diberikan kepada pengurus (‘amil)

zakat, menurut kesepakatan fuqaha ialah sebesar yang diberikan oleh imam

berdasarkan pertimbangannya atas kerja yang telah dilakukan oleh panitia,

zakat atau sebesar biaya transportasi yang diperlukan olehnya selama

mengurus zakat. Akan tetapi, mazhab Hanafi memberika catatan bahwa

pemberian yang diberikan kepada panitia zakat hendaknya tidak melebihi

setengah dari bagian zakat yang telah dipungutnya (Al-Zuhaily:1995:291)

Tapi hal ini masih menjadi keraguan kepada masyarakat apakah

lembaga tersebut sudah mengatur pengelolan pembagian zakat dengan baik

dan bagaimana keadilan proporsi pembagian zakat terhadap delapan

ashnafpenerima zakat, dimana lembaga ‘amil zakat juga termasuk dalam

mustahik zakat yaitu delapan ashnaf yang berhak menerima zakat besar

kemungkinan ‘amil zakat mendapatkan bagian lebih besar diantara tujuh

ashnaf yang berhak menerima zakat tersebut. Dan karena pada hukum Islam

juga belum terdapat dalil yang menjelaskan secara rinci akan proporsi

terhadap delapan ashnaf penerima zakat.

Dengan adanya pernyataan diatas maka dari itu peneliti akan

melakukan penelitian yang berjudul “Pengelolaan Pembagian Zakat

Terhadap Delapan Ashnaf Penerima Zakat di Lembaga Amil Zakat

Infaq dan Shodaqoh Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Salatiga”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan pembagian dan

proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakat apakah

sudah sesuai dengan undang-undang dan hukum Islam.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini secara umum adalah bagaimana

pengelolaan pembagian zakat di LAZISMU yang dirinci sebagai berikut:

1. Bagaimana pengelolaan pembagian zakat yang dilakukan oleh LAZISMU

Kota Salatiga?

2. Bagaimana proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima

zakat di LAZISMU Kota Salatiga?

3. Bagaimana tinjauan hukum Islam dan Undang-undang Nomer 23 tahun

2011 tentang Pengelolaan Zakat terhadap pengelolaan pembagian zakat dan

proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakatdi

LAZISMU Kota Salatiga ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan penelitian yang

hendak dicapai adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengelolaan pembagian zakat yang dilakukan oleh

LAZISMU Kota Salatiga.

2. Untuk mengetahui proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf

penerima zakat di LAZISMU Kota Salatiga.

3. Untuk mengetahui tinjaun hukum Islam dan Undang-undang Nomer 23

tahun 2011 tentang Pengelola Zakat terhadap pengelolaan pembagian zakat

dan proporsi pembagian zakat di LAZISMU Kota Salatiga.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun penelitian atau pembahasan terhadap masalah diatas mempunyai

maksud agar berguna sebagai berikut:

1. Secara teoritis dapat menambah wawasan pengetahuan tentang pengelolaan

pembagian dan proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf

penerima zakat.

2. Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat dipergunakan sebagai

referensi atau landasan dalam hal yang berhubungan dengan pengelolaan

pembagian dan proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf

penerima zakat.

E. Penegasan Istilah

1. Pengelolaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun oleh Tim Penyusun

Kamus Pusat Bahasa pengelolaan mempunyai arti proses, cara, perbuatan

mengelola atau proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan

tenaga orang lain (2007:534).

2. Pembagian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun oleh W. J. S.

Poerwadarminto pembagian mempunyai arti cara (hal, pembuatan dsb)

membagi atau membagikan, hitungan membagi dengan bilangan besar-

besaran (1987:73).

3. Zakat

Secara bahasa kata zakat sendiri mempunyai arti tumbuh (numuww) dan

bertambah (ziyadah).Sedangkan menurut syara’ zakat berarti hak yang

wajib (dikeluarkan dari) harta (Al-Zuhayly, 1995:82-83).Sedangkan

secara istilah zakat adalah merupakan bagian dari harta dengan persyartan

tertentu, yang Allah swt mewajibkan kepada pemiliknya, untuk diserahkan

kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan yang tentu pula

(Hafidhuddin, 2002:7).

4. Delapan Ashnaf Penerima Zakat

Delapan ashnaf penerima zakat (mustahiqq al-zakat) yaitu orang-orang

fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang

dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan budak), orang-orang berhutang,

untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan (Al-

Zuhailyly, 1995: 280).

5. LAZISMU

Lembaga Zakat Infaq dan Sadaqah Muhammadiyyah (LAZISMU) adalah

lembaga zakat tingkat nasional yang berkhidmat dalam pemberdayaan

masyarakat melalui pendayagunaan secara produktif dana zakat, infaq,

shadaqah, wakaf dan dana kedermawaan lainnya baik dari perseorangan,

lembaga, perusahaan dan instansi lainnya.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_Zakat_Infaq_dan_Shadaqah_Muha

mmadiyah diakses pada tanggal 23 septemeber pukul 15.05)

F. Tinjauan Pustaka

Sejauh ini, telah banyak penelitian yang mengkaji pengelolaan

pembagian zakat penelitian yang dilakukan oleh Ancas Sulchantifa pribadi

SH yang berjudul Pelaksanaan Pengelolaan Zakat menurut Undang-Undang

No. 38 tahun 1999 Tentang Pengelolaan dalam penelitian ini lebih

menekankan pada bagaiman pelaksanaan pengelolaan zakat dan kendala-

kendala apa saja yang ditemui BAZ Kota Semarang serta bagaimanakah

upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut dari

hasil penelitian tersebut telah didapat kesimpulan bahwa pelaksanaan zakat di

BAZ Kota Semarang dilakukan dengan cara mengumpulkan zakat yang sudah

terkumpul di UPZ-UPZ yang ada ditiap-tiap instanti, kemudian disetorkan ke

BAZ kota Semarang untuk di distribusikan. Pendistribusian tersebut harus

memenuhi delapan ashnaf.Di BAZ Kota Semarang, pendayagunaan hasil

penerimaan zakat telah sesuai dengan ketentuan agama, yaitu telah memnuhi

delapan ashnaf. Kendala-kendala yang ditemui oleh BAZ kota Semarang

diantarnya kurangnya sosialisai mengenai Undang-Undang Pengelolaan

Zakat. Kurangnya pemahaman zakat pada masyarakat, adanya pembenturan

kepentingan, sikap kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap BAZ Kota

Semarang, keterbatasan dana, kurangnya keteladanan para tokoh

masyarakat/tokoh agama/pejabat pemerintah maupun swasta dalam membayar

zakat di BAZ Kota Semarang dan tidak adanya sanksi yang tegas. Untuk

menanggulangi kendala-kendala tersebut maka BAZ Kota Semarang telah

melakukan upaya-upaya diantaranya dengan mensosialisasikan Undang-

Undang Pengelolaan Zakat, mengadakan penyuluhan kepada masyarakat,

koordinasi dengan masjid-masjid, mengadakan sistem laporan terbuka,

mengadukan usulan kepada Bupati/Walikota untuk memesukkan masalah

zakat ke APBD, kesadaran para tokoh masyarakat/tokoh agama/pejabat

pemerintah maupun swasta untuk membayar zakat di BAZ Kota Semarang,

kesadaran masyarakat dalam membayar zakat(http://www.google.com di

akses pada tanggal 23 september 2016 pukul: 14.00).

Penelitian yang kedua dilaksanakan oleh Faizah Rina yang berjudul

Pelaksanaan dan Pengelolaan Zakat Profesi dalam tinjauan Fiqh dan

Perundang-undangan di Indonesia (Studi di Lazis PT PLN (Persero) APJ

Salatiga).Namun dalam penelitian ini lebih menekankan bagaimana teknik

pelaksanaan zakat profesi di PT PLN (Persero) APJ Salatiga dan bagaimana

pengelolaan dan pendayagunaan zakat profesi oleh Lazis PT PLN (Persero)

APJ Salatiga.dari penelitian ini telah didapat kesimpulan bahwa praktik

penghimpunan zakat diambil dari potongan gaji karyawan sebesar 2,5% dari

gaji bersih setiap bulan yang rata-rata pegawainya telah mencapai nishab

zakat. Hal ini telah sesuai dengan pendapat Yusuf Al-Qardhawi yang

menyatakan bahwa kadar zakat sebesar 2,5% dan diambil tiap bulan. Dalam

pengelolaan zakat profesi Lazis dilakukan bekerja sama bagian sumberdaya

manusia yaitu bagian perol/gaji dengan memotong zakat profesi dari

penghasilannya. Kemudian dana diserahkan kepada Lazis dan ditrisbusikan

sesuai dengan program-program yang sudah ada. Program pendayagunaan

diantanya bantuan dana terhadap proposal-proposal masuk, program

peningkatan mutu dan kualitas SDM terealisasi dengan adanya sekolah SMK

Nurul Barqi khusus jurusan mekatronika, terdapat pula program pelayanan

sosial dan kemanusiaan. Kinerja lazis sudah cukup profesional, zakat profesi

dikelola dengan optimal dan pendistribusiannyapun tepat sasaran.

(https://www.google.com di akses pada tanggal 25 september 2016 pukul:

14.00).

Penelitian yang dilakukan oleh Saifun Nicham yang berjudul

Pembagian Zakat Konsumtif dan Produktif bagi Mustahiq Zakat (Studi Kasus

Pembagian Zakat di Bapelurzam Daerah Kendal).Dalam penelitian ini lebih

menekankan bagaiman pembagian zakat konsumtif dan zakat produktif di

Bapelurzam Kabupaten Kendal dan bagaimana tinjauan hukum Islam

terhadap pembagian zakat di Bapelurzam Kabupaten Kendal.Dan dari

penelitian yang dilaksanakan tersebut mendapat kesimpulan bahwa

pembagian zakat konsumtif di Bapelurzam Kabupaten Kendal kurang

memiliki kesesuaian dengan esensi dari zakat konsumtif itu sendiri,

khususnya dalam aspek penentuan kelompok.Hal itu dapat terjadi karena

dalam pandangan Bapelurzam Kabupaten Kendal zakat konsumtif lebih

ditekankan pada aspek adanya jasa yang telah diberikan oleh orang-orang

yang dimasukkan dalam mustahik zakat. Pembagian zakat produktif secara

ruang lingkup telah memiliki kesesuaian kebutuhan umat islam, yakni dalam

aspek penguatan ekonomi dan penguatan serta peningkatan kualitas sumber

daya umat Islam. Namun dalam prakteknya, pemberian modal usaha dlam

jumlah kecil akan kurang maksimal. Hal itu akan dapat diselesaikan dengan

memberikan modal usaha secara kolektif. Pemberian modal usaha secara

kolektif dengan mendirikan unit usaha yang dikelola secara kolektif akan

lebih mudah memudahkan pengawasan, pelatihan dan juga pengelolaan

keuangan sehingga akan lebih cepat menghasilkan perubahan mustahik

menjadi muzzaki. Dan dalam tinjauan hukum Islam, praktek pembagian zakat

yang dilakukan oleh Bapelurzam Daerah Kendal tidak terkandung

pertentangan dengan nilai Islam.Bahkan sebaliknya praktek yang

dilaksanakan oleh Bapelurzam Daerah Kendal terkandung nilai kritik

membangun demi terciptanya pengelolaan zakat yang maksimal di Kabupaten

Kendal oleh lembaga zakat lainnya.Hal ini jika disandarkan pada perintah

Allah secara tidak langsung termasuk bentuk saling menasehati dalam

kebaikan sebagaimana disebutkan dalam Q.S. al-Ashr ayat 3.

(https://www.google.com di akses pada tanggal 25 september 2016 pukul

14.00).

Dalam penelitian ini penulis memilih obyek penelitian di Lazis

Muhammadiyah Kota Salatiga yang berjudul “Pengelolaan Pembagian

Zakat Terhadap Delapan Ashnaf Penerima Zakat di Lembaga Amil

Zakat Infaq dan Shadaqah (LAZISMU) Kota Salatiga” dengan tujuan

untuk mengetahui bagaimana pengelolaan pembagian zakat dan proporsi

pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakat yang dilakukan oleh

LAZISMU Kota Salatiga.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif yaitu penelitian

dengan mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan

mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia

sekitarnya (Nasution, 2002:5). Peneliti akan ikut serta dalam kegiatan

pengelolaan pembagian zakat di LAZISMU Kota Salatiga.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini penulis hadir dan ikut serta dalam kegiatan

pengelolaan dan pembagian zakat.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di LAZISMU Kota Salatiga.

4. Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber data yang dipakai meliputi sumber data

primer dan sumber data sekunder.

a. Sumber data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek

penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan

data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari

(Azwar, 2001:91). Sumber data primer yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sumber informasiyang berasal dari pengurus

LAZISMU Kota Salatiga.

b. Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak

langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya (Azwar,

2001:91). Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini

diantara dengan menggunakan dokumen-dokumen yang berkaitan

dengan penelitian tentang zakat.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data guna mendapatkan keterangan yang jelas

mengenai obyek yang diteliti, maka penulis menggunakan metode-metode

berikut:

a. Wawancara (interview)

Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan

informan.Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab dalam

hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden

merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal (Gulo,

2002:119).Pada penelitian ini penulis akan mewawancarai pengurus

LAZISMU Kota Salatiga.

b. Pengamatan (Observasi)

Pengamatan (observasi) adalah metode pengumpulan data di mana

peneliti atau kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana yang

mereka saksikan selama penelitian (Gulo, 2002:116). Pada penelitian

ini penulis akan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan

oleh LAZISMU Kota Salatiga.

c. Dokumentasi (library research)

Metode atau teknik dokumenter adalah teknik pengumpulan data

dan informasi melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti.Metode

ini merupakan metode pengumpulan data yang berasal dari sumber

nonmanusia. Dimana dokumen-dokumen yang dikumpulkan

membantu peneliti akan memahami fenomena yang terjadi di lokasi

penelitian dan membantu dalam membuat interpretasi data. Selain itu,

dokumen dan data-data literer dapat membantu dalam menyusun teori

dan melakukan validasi data (Afifuddin, Saebani, 2012:141).

Dalam metode ini penulis menggunakan buku-buku, tulisan yang

berkaitan tentang zakat, perundang-undangan tentang zakat,

penelitian tentang zakat dan dokumen data yang ada di LAZISMU

Kota Salatiga.

6. Analisis Data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis

catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan

pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikan sebagai

temuan bagi orang lain (Muhadjir, 1989:171). Kegiatan analisis data ini

dilakukan dengan menelaah data, menata, membagi menajadi satuan-

satuan sehingga dapat dikelola yang akhirnya dapat ditemukan makna

yang sebenarnya sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan

(Saekan, 2010: 91).

Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan dianalisis secara

kualitatif dengan cara menjelaskan secara jelas dan mendalam.

Mengumpulkan informasi dari pihak LAZISMU Kota Salatiga dan pihak-

pihak yang terkait kemudian akan membandingkan antara informan satu

dengan informan yang lainnya mengenai kevalidan data. Dan dari data

yang diperoleh akan disimpulkan bagaimana pengelolaan pembagian zakat

dan proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakat

yang dilakukan oleh LAZISMU Kota Salatiga.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari

konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (realiblitas) menurut versi

positivisme dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan

pradigmanya sendiri (Moleong, 2011:321) dan untuk mendapatkan data

yang valid diperlukan suatu teknik untuk memeriksa keabsahan data.

Tringulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain dalam membandingkan data hasil pengamatan dengan

data hasil wawancara, membandingkan apa yang dikatakan orang di depan

orang umum dan apa yang dikatakannya secara pribadi, dan

membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan (Moleong, 2011:330).

8. Tahap-tahap penelitian

Tahap-tahap dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, yaitu:

a. Tahap sebelum lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan sebelum

melakukan penelitian seperti penulis menentukan topik penelitian,

mencari informasi tentang pengelolaan pembagian zakat dan proporsi

pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakat di

LAZISMU Kota Salatiga, pembuatan proposal penelitian, menetapkan

fokus penelitian dan sebagainya yang harus dipenuhi sebelum

melakukan penelitian

b. Tahap pekerjaan lapangan yaitu penulis terjun langsung kelapangan

untuk mencari data-data yang diperlukan seperti wawancara kepada

informan, melakukan observasi dan dokumentasi.

c. Tahap analisa data, apabila semua data telah terkumpul dan dirasa

cukup maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data-data tersebut

dan menggambarkan hasil penelitian sehingga bisa memberi arti pada

objek yang diteliti.

d. Tahap penulisan laporan yaitu apabila semua data telah terkumpul dan

dianalisis serta serta dikonsultasiaka kepada pembimbing maka yang

dilakukan penulis selanjutnya adalah menulis hasil penelitian tersebut

sesuai dengan pedeman penulisan yang telah ditentukan.

H. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan hasil laporan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Bab ini isinya meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan

Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan

Istilah, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika

Penulisan

BAB II Tinjaun tentang Zakat

Bab ini merupakan landasan teoritis yang memaparkan tentang

teori-teori tentang zakat. Bab ini berisikan tentang Pengertian

Zakat, Dasar Hukum Zakat, Rukun Zakat dan Syarat Zakat,

Klasifikasi Zakat, dan Mustahik Zakat.

BAB III Hasil Penelitian

Bab ini terdiri dari tiga sub bab yakni Gambaran Umum

LAZISMU Kota Salatiga, Pengelolaan Pembagian Zakat di

Lazis Muhammadiyah Kota Salatiga, Proporsi Pembagian

Zakat Terhadap Delapan Ashnaf Penerima Zakat di LAZISMU

Kota Salatiga.

BAB IV Pembahasan

Bab ini merupakan proses analisis penulis yang terdiri dari tiga

sub bab, yakni Analisis Pengelolaan Pembagian Zakat di

LAZISMU Kota Salatiga, Analisis Proporsi Pembagian Zakat

di LAZISMU Kota Salatiga, Tinjauan Hukum Islam dan

Undang-undang Nomer 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan

Zakat Terhadap Pengelolaan Pembagian Zakat dan Proporsi

Pembagian Zakat di LAZISMU Kota Salatiga.

BAB V Penutup

Bab ini isinya meliputi Kesimpulan dan Saran-saran mengenai

persoalan yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya.

Kemudian pada bagian akhir dari skripasi adalah daftar pustaka dan

lampiran-lampiran.

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT

A. Zakat Menurut Fiqh

1. Pengertian Zakat

Secara etimologi zakat berasal dari kata zaka yang berarti berkah,

tumbuh, bersih, suci, subur dan baik (Inoed dkk, 2005: 8).

Menurut Yusuf Qardawi secara bahasa zakat merupakan kata dasar

(masdar) dari zakat yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik.Sesuatu

ituzaka, berarti tumbuh dan berkembang, dan seorang itu zaka, berarti

orang itu baik (1988: 34).

Para ulama banyak yang mengartikan secara singkat arti zakat dengan

tumbuh atau suci, tetapi yang terkuat menurut Wahidi dan lain-lain, yang

dikutip oleh Yusuf Qardawi dalam Fiqh Zakat, yaitu kata dasar zaka

berarti bertambah dan tumbuh, sehingga bisa dikatakan, tanaman, tanaman

itu zaka, artinya tumbuh, sedangkan tiap sesuatu yang bertambah disebut

zakat artinya bertamabah. Bila satu tanaman tumbuh tanpa cacat, maka

kata zaka disini bersih (Qardawi, 1998:34).

Sedangkan menurut pengertian syara’ zakat mempunyai banyak

pemahaman, diantaranya:

a. Menurut Yusuf al-Qardhawi, zakat adalah sejumlah harta tertentu yang

diwajibkan oleh Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak.

b. Abdurrahman al-Jaziri berpendapat bahwa zakat adalah penyerahan

pemilikan tertentu kepada orang yang berhak menerimanya dengan

syarat- syarat tertentu pula.

c. Muhamad al-Jarjani dalam bukunya al-Ta’rifat mendefinisikan zakat

sebagai suatu kewajiban yang telah ditentukan Allah bagi orang-orang

Islam mengeluarkan sejumlah harta yang dimiliki (Inoed, 2005: 9)

Wahbah Al-Zuhayly (1995: 83) mendefinisikan zakat menurut syara’

adalah sebagai hak yang wajib (dikeluarkan dari) harta.Sedangkan

menurut terminologi para fuqoha zakat adalah sebagai “penunaian” hak

yang wajib yang terdapat harta.Zakat juga dimaksudkan sebagai bagian

harta tertentu dan yang diwajibkan oleh Allah untuk memberikan kepada

orang-oranag fakir.Zakat dinamakan sedekah karena tindakan itu akan

menunjukkan kebenaran (shidq) seorang hamba dalam beribadah dan

melakukan ketentuan kepada Allah swt (Al-Zuhayly, 1995:85).

Jadi zakat merupakan suatu harta yang wajib dikeluarkan oleh

seseorang yang telah dikenakan kewajiban oleh Allah swt untuk diberikan

kepada orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu,

syarat tertentu disini dimaksudkan yaitu kepada delapan ashnaf yang

berhak menerima zakat. Dengan mengeluarkan harta disini dimaksudkan

untuk mendapatkan keberkahan atas harta tersebut dimana harta tersebut

bertujuan untuk menutup kesenjangan sosial antara sikaya dan

simiskindalam masyarakat sehingga terciptalah masyarakat yang damai

dan penuh persaudaraan.

2. Sebab, Syarat dan Rukun Zakat

a. Sebab Zakat

Mazhab Hanafi berpendapat bahwa penyebab zakat ialah adanya

harta milik yang mencapai nishab dan produktif kendatipun

kemampuan produktifitas itu baru berupa perkiraan. Dengan syarat,

pemilikan harta tersebut telah berlangsung satu tahun, yakni tahun

qamariyah bukan tahun syamsyiyah, dan pemiliknya tidak memiliki

utang yang berkaitan dengan hak manusia. Syarat yang lainnya, harta

tersebut melebihi kebutuhan pokoknya (Al-Zuhayly,1995: 95).

Perlu dicatat bahwa sebab dan syarat merupakan tempat

bergantungnya wujud sesuatu. Hanya saja, kepada sebablah kewajiban

disandarkan, lain halnya dengan syarat. Dengan demikian, barang

yang siapa yang hartanya tidak mencapai nishab, dia tidak

berkewajiban mengeluarkan zakat. Tidak ada zakat dalam harta wakaf

karena wakaf tidak ada yang memiliki (Al-Zuhayly,1995: 95).

b. Syarat Zakat

Adapun syarat wajib dan syarat sah zakat diantaranya adalah:

1) Syarat wajib zakat

a) Merdeka

Zakat tidak wajib atas hamba sahaya karena hamba sahaya

tidak memiliki hak milik. Tuannya lah yang memiliki apa yang

ada ditangan hambanya.

b) Islam

Menurut ijma’, zakat tidak wajib atas orang kafir karena zakat

merupakan ibadah mahdhah yang suci sedangkan orang kafir

bukanlah orang yang suci.

c) Baligh dan berakal

Zakat tidak wajib diambil dari harta anak kecil dan orang gila

sebab keduanya tidak termasuk dalam ketentuan orang yang

wajib mengerjakan ibadah seperti shalat dan puasa.

d) Harta yang dikeluarkan adalah harta yang wajib dizakati,

disyaratkan produktif, yakni berkembang sebab salah satu

makna zakat adalah berkembang dan produktifitas tidak

dihasilkan kecuali dari barang-barang yang produktif.

e) Harta yang wajib dizakati telah mencapai nishab atau senilai

dengnnya, maksudnya ialah nisab yang ditentukan oleh

syara’sebagai tanda kayanya seseorang dan kadar-kadar berikut

yang mewajibkannya zakat.

f) Harta yang dizakati adalah milik penuh. Mazhab Hanafi

berpendapat bahwa yang dimaksud harta yang wajib dizakati

ialah harta yang dimiliki secara utuh dan berada di tangan

sendiri yang benar-benar dimiliki atau harta milik yang hak

pengeluarannya berada di tangan seseorang, atau harta yang

dimiliki secara asli.

g) Kepemilikan harta telah mencapai setahun atau telah sampai

pada jangka waktu yang mewajibkan seseorang mengeluarka

zakat misalnya yaitu pada masa panen.

h) Harta tersebut bukan merupakan harta hasil hutang.

Mazhab Hanbali berpendapat bahwa utang mencegah kewajiban

zakat untuk harta-harta yang tak terlihat (maksudnya emas,

perak, uang, dan barang-barang dagangan).

i) Harta yang akan dizakati melebihi kebutuhan pokok.

j) Menurut mazhab Hanafi harta yang wajib dizakati terlepas dari

utang dan kebutuhan pokok sebab orang yang sibuk mencari

harta untuk kedua hal ini sama dengan orang yang tidak

memiliki harta (Al-Zuhayly, 1995: 98-114).

2) Syarat sah zakat

a) Niat

Para fuqaha sepakat bahwa niat merupakan syarat pelaksanaan

zakat. Pendapat ini berdasarkan sabda Nabi saw berikut; “Pada

dasarnya, amalan-amalan itu dikerjakan dengan niat”.

Pelaksanaan zakat termasuk salah satu amalan. Ia merupakan

ibadah seperti halnya salat. Oleh karena itu, ia memerlukan

adanya niat untuk membedakan antara ibadah yang fardu

nafilah.

b) Tamlik (memindahkan kepemilikan harta kepada penerimanya)

Tamlik menjadi syarat sahnya pelaksanaan zakat yakni harta

zakat diberikan kepada mustahiqq. Dengan demikian, seseorang

tidak boleh memberikan makan (kepada mustahiqq), kecuali

dengan jalan tamlik (Al-Zuhayly, 1995:114-117).

c. Rukun Zakat

Rukun zakat ialah mengeluarkan sebagian dari nishab (harta),

dengan melepaskan kepemilikan tehadapnya, menjadikannya sebagai

milik orang fakir, dan menyerahkannya kepadanya atau harta tersebut

diserahkan kepada wakilnya yakni imam atau orang yang bertugas

untuk memungut zakat (Al-Zuhayly, 1995:97-98).

3. Dasar Hukum Zakat

Di dalam al-Quran dan hadist banyak ditemukan dalil-dalil yang

membahas tentang zakat. Kata zakat dalam bentuk ma’rifah (definisi)

disebut tiga puluh kali di dalam al-qur’an, diantaranya dua puluh tujuh

kali disebutkan dalam satu ayat bersama salat, dan hanya satu kali

disebutkan dalam konteks yang sama dengan salat tetapi tidak dalam satu

ayat (Qardawi, 1988:39)

Adapun ayat yang menjelaskan tentang kewajiban berzakat,

diantarannya:

1) Surah Al-Baqarah (1): 43

Artinya:

Dan dirikanlah sholat, tunaikan zakat, dan ruku’ lah beserta orang-orang yang ruku’ (Al-Baqarah: 43) (Depertemen Agama RI, 2008: 7)

Zakat diwajibkan di Madinah pada bulan Syawal tahun kedua

Hijri. Pewajibannya terjadi setelah pewajiban puasa Ramadhan dan

zakat fitrah (Al-Zuhayly,1995:89). Zakat adalah hukumnya wajib bagi

umat muslim yang mampu. Bagi orang yang melaksanakannya akan

mendapat pahala, sedangkan orang yang meninggalkannya akan

mendapat dosa. Zakat juga merupakan rukun islam yang ketiga dan

kedudukannya pun sama dengan rukun Islam yang lain.

2) Surah At-Taubah ayat (11):103

Artinya:

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa buat mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (At-Taubah:11) (Depertemen Agama RI, 2008: 203).

3) Surah Al-Hajj (17):41

Artinya:

(yaitu) orang-orang yang jika Kami beri kedudukan di bumi, mereka melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan menyuruh berbuat yang ma’ruf mencegah yang mungkar, dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.(Al-Hajj:41) (Depertemen Agama RI, 2008: 337).

4) Hadist Rasulullah SAW

االسالعلى مخس : شهادة بىن عن أبن عمررضى الّله عنهماقل رسوول الّله صلى الّله عليه وسلمان االاله االالّلهوان حممدارسوالّلهواقامااصالةوايتاءالزكاةوصومرمضان وحج البيت ملن استطاعاليه سبال

Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda Islam didirikan di atas lima dasar: mengikrarkan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, mendirikan

shalat, menunaikan zakat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan berhaji bagi siapa yang mampu (hadist muttafaq ‘alaih) (Qardawi, 1988: 73)

Adapun dalil berupa ijma’ telah dijelaskan oleh Wahbah Al-

Zuhayly dalam bukunya berjudul Zakat Kajian Berbagai Mazhab yang

menerangkan adanya kesepakatan antara semua (ulama) umat Islam

disemua negara kesepakatan bahwa zakat adalah wajib. Bahkan para

sahabat Nabi saw sepakat untuk memebunuh orang-orang yang enggan

mengeluarkan zakat. Dengan demikian barang siapa mengingkari

kefarduannya, berarti dia kafir atau jika sebelumnya dia merupakan

seorang Muslim yang dibesarkan di daearah Muslim, menurut kalangan

para ulama yaitu murtad. Tetapi barang siapa mengingkari kefarduan

zakat karena tidak tahu, baik karna memeluk Islam maupun karena dia

hidup di daerah yang jauh dari tempat ulama, hendaknya dia diberitahu

tentang hukumnya dan dia tidak dihukumi sebagai orang kafir sebab ia

memiliki uzur (1995: 90-91).

4. Macam-macam Zakat

Sebelum menguraikan lebih lanjut tentang barang-barang yang wajib

dizakati, perlu diperhatikan dua pembagian zakat secara garis besarnya

yaitu Zakat Fitrah dan Zakat Mal:

a. Zakat fitrah adalah kewajiban agama yang merata kepada setiap orang

Islam. Yang harus mengeluarkan zakat fitrah adalah kepala rumah

tangga dengan semua orang yang menjadi tanggungannya. Barang

yang digunakan zakat fitrah adalah makanan pokok yang kita makan

setiap hari. Jumlah yang harus dikeluarkan yaitu minimal sebanyak 2,5

kg atau 3,5 liter dan dpat diganti dengan uang senilai berapa banyak

yang akan kita keluarkan. Pembayaran zakat fitrah pada prinsipnya

mulai 1 Ramadhan sampai sehari sebelum hari raya, tidak boleh

melampaui waktu shalat ied. Hikmah dikeluarkannya zakat fitrah

diantaranya sebagai pembersih atau penyuci bagi orang yang berpuasa

dan zakat fitrah membantu orang miskin, agar mereka dapat makan

dan ikut bergembira di hari raya itu (Daradjat, 1996: 68-72)

b. Zakat mal (harta) adalah zakat yang dikeluarkan untuk menyucikan

harta, apabila harta itu telah memenuhi syarat-syarat wajib zakat.

Zakat mal terbagi menjadi beberapa klasifikasi berdasarkan jenis yang

dimiliki (Djuanda dkk, 2006: 18).

5. Barang-barang Yang Wajib Dizakati

Secara garis besar harta zakat dikelompokkan menjadi dua yaitu hasil

pendapatan dan apa-apa yang tumbuh dan keluar dari bumi (Syarifuddin,

2003: 40-41). Secara ekplisit dalam Al-qur’an yang menjadi wajib zakat

berikut nishabadalah:

a. Emas dan perak

Termasuk katagori emas dan perak adalah mata uang yang berlaku

pada waktu itu di masing-masing negara. Oleh karena itu segala

bentuk penyimpanan uang seperti tabungan, deposito, cek, saham atau

surat berharga lainnya, termasuk kedalam katagori emas dan perak,

sehingga penentuan nishab dan besarnya zakat disetarakan dengan

emas dan perak (Djuanda dkk, 2006: 19).

Menurut Gustian Djuanda, S.E.,M.M dkk, menyebutkan nishab

emas yaitu 20 dinar (85 gram emas murni) dan perak adalah 200

dirham (setara 672 gram perak). Artinya bila seseorang telah memiliki

emas sebesar 20 dinar atau perak 200 dirham dan sudah stahun, ia

telah terkena wajib zakat, yakni sebesar 2,5%. Perhiasan emas atau

yang lain tidak wajib dizakati kecuali selebihnya dari jumlah

maksimal perhiasan yang layak dipakai. Jika layaknya seseorang

memakai perhiasan maksimal 60 gram, yang wajib dizakati hanyalah

perhiasan yang selebihnya dari 60 gram (2006: 25-26).

b. Zakat perdagangan atau perniagaan

Menurut ulama-ulama fikih yang dimaksud harta benda

perdagangan (‘Arudz al-Tijara) adalah semua yang diperuntukkan

untuk dijual selain uang kontan dalam berbagai jenisnya, meliputi alat-

alat, barang-barang, pakaian, makanan, perhiasan dan lain-lain.

Sebagian ulama memberikan batasan tentang harta benda perdagangan

yaitu segala sesuatu yang dibeli atau dijual untuk tujuan memperoleh

keuntungan (Qardawi, 1988:298). Kewajiban zakat perdagangan ini

telah dijelaskan yaitu pada Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 267

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.(Al-Baqarah ayat 267) (Depertemen Agama RI, 2008: 45)

Adapun menurut mazhab Syafi’i, syarat wajib zakat perdagangan

ada enam yaitu:

1) Barang dagangan dimiliki melalui penukaran, seperti dengan

pembelian, bukan melalui hasil warisan.

2) Pedagang berniat melakukan perdagangan sejak dia membeli

barang-barang dagangan, atau masih berada ditempat pembelian.

3) Barang dagangan tidak dimaksudkan sebagai qunyah (yakni,

dimanfaatkan oleh diri sendiri dan tidak diperdagangkan).

4) Mencapai hawl terhitung sejak pemilikan barang dagangan atau

sejak pembelian.

5) Semua barang dagangan tidak menjadi uang yang jumlahnya

kurang dari nishab(Al-Zuhayly, 1995: 163-164).

Menurut Gustian Djuanda, S.E.,M.M dkk dalam bukunya yang

berjudul Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan nishab dari

harta perniagaan, baik yang bergerak dibidang perdagangan, industri,

agroindustri, ataupun jasa, dikelola secara individu maupun badan

usaha yaitu 20 dinar (setara dengan 85 gram emas murni). Artinya jika

suatu badan usaha pada akhir tahun (tutup buku) memiliki kekayaan

(modal kerja dan laba) lebih besar atau setara dengan 85 gram emas

(jika per gram Rp25.000,00 = Rp2.125.000,00, maka ia wajib

mengeluarkan zakat sebesar 2,5 % (2006: 26).

c. Binatang ternak

Adapun hewan ternak yang wajib dizakati antara lain: unta, sapi,

kerbau, kuda (kecuali kuda tunggangan), kambing domba , biri-biri,

kecuali hewan yang diharamkanmenurut agama. Adapun perhitungan

zakatnya sebagai berikut:

1) Sapi kerbau dan kuda

Nishab kerbau dan kuda disetarakan dengan nishab sapi yaitu 30

ekor. Artinya jika seseorang telah memiliki sapi (kerbau/kuda) ia

telah terkena wajib zakat.

2) Kambing/domba

Nishab kambing atau domba adalah 40 ekor, artinya bila seseorang

telah memiliki 40 ekor kambing/domba makaia telah terkena wajib

zakat.

3) Kuda

Untuk kuda tunggangan dan yang dipergunakan tidak dikenakan

zakat, sedangkan kuda yang diperjual-belikan, dianggap sebagai

aset perdagangan, maka termasuk pada zakat perdagangan 2,5%.

Adapun kuda yang diternak dengan maksud investasi, sebagian

ulama mengatakan tidak dikenai zakat. Imam Abu Hanifah

berpendapat dikenai zakat sebesar 1 dinar (4,25 gram emas)

dengan nishab 5 ekor jika kuda Arab, selain kuda Arab 2,5% dari

nilai kuda-kuda tersebut.

4) Unta

Nishab unta adalah 5 ekor, artinya bila seseorang telah memiliki 5

ekor unta, ia terkena kewajiban zakat. Selanjutnya zakat itu

bertambah, jika jumlah unta yang dimilikinya juga bertambah.

5) Ternak unggas (ayam, bebek, burung, dan lain-lain)

Nishab pada ternak unggas dan perikanan tidak diterapkan

berdasarkan jumlah (ekor), sebagaimana halnya sapi, dan kambing.

Akan tetapi dihitung berdasarkan skala usaha. Nishab ternak

unggas dan perikanan adalah setara dengan 20 Dinar (1 dinar=4,25

gram emas murni) atau sama dengan 85 gram emas. Artinya

apabila seorang beternak unggas atau perikanan, dan pada akhir

tahun (tutup buku) ia memiliki kekayaan yang berupa modal kerja

dan keuntungan lebih besar atau setara dengan 85 gram emas

murni, maka ia terkena kewajiban zakat sebesar 2,5% (Djuanda

dkk, 2006: 21-25).

d. Zakat hasil pertanian

Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang

bernilai ekonomis, seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-mayur,

buah-buahan, tanaman hias, dan lain-lain.Adapun nishab hasil

pertanian adalah 5 wasaq atau setara dengan 653 kg (gabah kering).

Hal tersebut berdasarkan riwayat dari Jabir, dari Rasulullah Saw.,

“…tidak wajib bayar kurma yang kurang dari 5 ausuq” (HR Muslim).

Ausuq adalah bentuk jamak (plural) dari wasaq, diman 1 wasaq=60

sha’, sedangkan 1 sha’=2,176 kg, maka 5 wasaq adalah

5*60*2,176=652,8 kg dibulatkan menjadi 653 kg. Kadar untuk zakat

untuk hasil pertanian, yang apabila diari dengan air hujan, atau

sungai/mata air adalah 10%, sedangkan apabila diari dengan

disirami/irigasi, maka zakatnya 5%(Djuanda dkk, 2006: I20-21). Hal

ini sesuai dengan sabda nabi Muhammad saw:

“Apa-apa yang disiram oleh langit (air hujan), harus dikeluarkan sepersepuluhnya sedangkan yang disiram dengan gharb (timba besar) atau daliyah (kincir yang digerakkan oleh air), maka zakatnya adalah seperdua puluh (Al-Zuhayly, 1995: 193).

e. Zakat barang tambang (ma’din) dan barang temuan (rikaz).

Para ulama sepakat menetapkan arti dari ma’din ialah segala yang

dikeluarkan dari bumi yang dijadikan Allah di dalamnya dan berharga,

seperti timah, besi dan sebagainya (Ash-Shiddieqy, 1984: 161).

Sedangkan rikaz adalah harta terpendam dari zaman terdahulu atau

biasa disebut dengan harta karun. Termasuk di dalamnya harta yang

ditemukan dan tidak ada yang mengaku sebagai pemiliknya (Djuanda,

2006: 20).

Menurut imam mazhab Hanafi dan Maliki zakat yang mesti

dikeluarkan dari harta barang tambang ialah seperlima (khumus),

sedangkan menurut mazhab Syafi’i dan Hanbali sebanyak seperempat

puluh. Mengenai zakat yang mesti dikeluarkan dari rikaz (barang

temuan), semua ulama mazhab sepakat bahwa zakatnya seperlima

(khumus). Semua ulama mazhab sepakat bahwa nisab menjadi syarat

dalam harta barang tambang. Tetapi nishab tidak menjadi, nishab

tidak menjadi syarat dalam rikaz (Al-Zuhayly,1995: 147-148).

6. Pembagian Zakat

Dalam al-Qur’an zakat telah dijelasakan secara ringkas bahkan lebih

ringkas lagi seperti halnya salat.Tetapi dalam pembagian belum dijelaskan

secara jelas terhadap kadarnya.Dasar pembagian zakat terdapat pada ayat

yang memerintahkan pembagian zakat sampai delapan golongan, tidaklagi

dua golongan sebagaimana dinyatakan dalam firmannya surah at-Taubah

ayat 60 yang berbunyi:

Artinya:

Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan budak), orang-orang yang beruntung, untuk jalan Allah dan orng-orang yang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS at-Taubah:60) (Depertemen Agama RI, 2008: 9).

Ayat tersebut menisbatkan bahwa kepemilikan semua zakat oleh

kelompok-kelompok itu dinyatakan dengan pemakaian huruf lam yang

dipakai untuk menyatakan kepemilikan, kemudian masing-masing

kelompok memiliki hak yang sama karena dihubungkan huruf wawu

(salah satu kata sandang yang berarti “dan”) yang menunjukkan

kesamaan tindakan. Oleh karena itu semua bentuk zakat adalah milik

semua kelompok itu, dengan hak yang sama (Al-Zuhaily, 1995: 278).

Dengan pernyataan tersebut semua kelompok mempunyai hak sama atas

pembagian zakat dimana delapan golongan penerima zakat telah

dijelaskan dalam surat At-Taubah ayat 60 dengan rincian sebagai berikut:

a. Orang fakir (al-Fuqara)

Menurut mazhab Syafi’i dan Hanbali al-fuqara adalah orang yang

tidak memiliki harta benda dan pekerjaan yang mampu mencukupi

kebutuhannya sehari-hari.Dia tidak memiliki suami, ayah-ibu, dan

keturunan yang dapat membiayainya, baik untuk membeli makanan,

pakaian, maupun tempat tinggal (AL-Zuhaily, 1995: 280).

Menurut buku yang diterbitkan oleh IAIN Raden Intan yang

berjudul Pengelolaan Zakat Mal Bagian Fakir Miskin menyebutkan

bahwa mazhab Syafi’i dan Hanbali berpendapat keadaan fakir lebih

buruk dari pada kondisi miskin, fakir dan miskin adalah dua kelompok

(bukan satu kelompok) yang masing-masing mempunyai eksistensi

tersendiri (1990: 62).

b. Orang miskin

Al-masakin adalah bentuk jama’ dari kata al-miskin.Orang miskin

ialah orang yang memilki pekerjaan, tetapi penghasilannya tidak dapat

dipakai untuk memenuhi hajat hidupnya.Atau dapat diartikan orang

msikin adalah orang yang orang yang memiliki pekerjaan atau mampu

bekerja, tetapi penghasilannya hanya memenuhi lebih dari sebagian

hajat kebutuhannya, tidak mencukupi seluruh hajat hidupnya. Yang

dimaksud cukup ialah dapat memenuhi dapat memenuhi kebutuhan

sehari-harinya , dari sisa terbesar umurnya. Mazhab Hanafi dan Maliki

mengatakan: “Orang miskin itu lebih sengsara daripada orang fakir”

(Al-Zuhayly, 1995: 281-282).

Mazhab Syfi’i dan Hanbali mengatakan;

“Kita boleh memberikan zakat kepada masing-masing orang fakir dan miskin sebesar keperluan yang dapat memenuhi semua hajatnya, atau sekedar memberikan sesuatu yang membuatnya dapat bekerja jika mereka masih kuat, atau memberi barang-barang yang dapat diperdagangkan oleh mereka.

Meskipun untuk kasus yang terakhir ini mereka memerlukan

barang yang cukup banyak sehingga membuatnya layak untuk

melakukan perdagangan.Sesungguhnya Allah swt menetapkan zakat

untuk mereka agar tercukupi segala kebutuhannya dan dapat

mengubah kondisi mereka kepada yang lebih baik karena tujuan

dikeluarkannya zakat ialah untuk menutupi hajat hidup orang fakir

miskin. Oleh karena itu fakir miskin bisa diberi hak yang dapat

mencukupi kebutuhannya selama satu tahun dan imam Malik

berpendapat bahwa boleh saja satu orang diberi bagian sebesar satu

nisab, berdasarkan ijtihad, karena sesungguhnya maksud zakat ialah

agar orang-orang yang fakir bisa menjadi kaya. Hal ini sesuai dengan

hadis Rasulullah saw yang mulia pernah bersabda dalam hadis

Qabishah yang dimuat oleh Muslim yang artinya: “Ketika dia berada

di dalam kesulitan, dia boleh diberi bagian yang mencukupi

kehidupannya” (AL-Zuhayly, 1995: 290).

c. Panitia zakat (Al-Amil)

Panitia zakat adalah orang-orang yang bekerja memungut

zakat.Panitia ini disyariatkan harus memiliki sifat kejujuran dan

menguasai hukum zakat. Yang boleh dikategorikan sebagai panitia

zakat adalah:

1) Orang yang ditugasi mengambil zakat sepersepuluh (al-‘asyir).

2) Penulis (al-kitab).

3) Pembagi zakat untuk para mustahiq-nya

4) Penjaga harta yang dikumpulkan (al-hasyir) (AL-Zuhayly,

1995:282-283).

Tugas ‘amil zakat yaitu melaksanakan pekerjaan pengumpulan

zakat, tugas mereka diantaranya melakukan sensus terhadap orang-

orang wajib zakat.Kemudian menagihnya dari para wajib zakat lalu

menyimpan dan menjaganya, untuk kemudian diserahkan kepada

pengurus pembagi zakat. Imam Nawawi berkata:

“Hendaklah imam dan pelaksana serta orang yang diserahi tugas membagikan zakat, melakukan pencatatan para mustahik serta mengetahui jumlah mereka dan besarnya kebutuhan mereka, sehingga seluruh zakat itu diselesaikan setelah diketahui jumlah zakat itu, agar segera diselesaikan hak mereka dan untuk menjaga terjadinya kerusakan barang yang ada padanya (Qardawi, 1998: 546-547).

Menurut kesepakatan fuqaha besarnya zakat yang diberikan kepada

pengurus (‘amil) zakat yaitu sebesar yang diberikan oleh imam

berdasarkan pertimbangannya atas kerja yang telah dilakukan oleh

panitia, zakat atau sebesar biaya transportasi yang diperlukan olehnya

selama mengurus zakat. Akan tetapi, mazhab Hanafi memberikan

catatan bahwa pemberian yang diberikan kepada panitia zakat

hendaknya tidak melebihi setengah dari bagian zakat yang telah

dipungutnya (Al-Zuhaily:1995:292).

d. Mu’allaf yang dibujuk hatinya

Yang dimaksud dengan golongan muallaf adalah mereka yang

diharapkan kecenderungan hatinya atau keyakinannya dapat bertambah

terhadap Islam, atau terhalangnya niat jahat mereka atas kaum

Muslimin, atau harapan akan adanya kemanfaatan mereka dalam

membela dan menolong kaum Muslimin dari musuh (Qardawi,

1988:563).

Dalam masalah pembagian zakat pada muallaf para ulama

berselisih pendapat tetapi menurut Dr. Yusuf Qardawi menjelaskan

bahwa jumhur ulama mazhab Hanafi berpendapat, bagian untuk

golongan muallaf telah ternasakh, karenanya hilanglah hak mereka

setelah Nabi saw wafat, dan demikian pula sekarang dan pendapat

tersebut dinyatakan sahih dalam al-Bada’I (1988:570).

e. Para budak (riqab)

Yang dimaksud riqab oleh ayat 60 dari surat At-Taubah yaitu

segala mereka yang hendak melepaskan dirinya dari ikatan riqab atau

perbudakan (Ash-Shiddieqy, 1984: 192). Pada ayat tentang sasaran

zakat, Allah berfirman:

“Dan dalam memerdekakan budak belian.” Artinya, bahwa zakat itu antara lain harus dipergunakan untuk memebebaskan budak belian dan menghilangkan segala bentuk perbudakan (Al-Qardawi, 1998: 587).

f. Orang yang memiliki utang (gharim)

Mereka adalah orang-orang yang memiliki utang, baik hutang itu

untuk dirinya sendiri maupun bukan, baik utang itu dipergunakan

untuk hal-hal yang baik maupun untuk melakukan kemaksiatan (Al-

Zuhayly, 1995: 286).Orang yang berutang karena kemaslahatan

dirinya harus diberi bagian sesuai dengan kebutuhannya yaitu

kebutuhannya untuk membayar utang. Dan jika ia diberi bagian, tetapi

tidak dibayarkan pada utangnya, atau orang lain yang membayar,

tetapi bukan dari harta zakat, maka dia harus mengembalikan

bagiannya itu, karena ia sudah tidak memerlukan bagiannya itu

(Qardawi, 1998: 566).

g. Orang yang berjuang di jalan Allah (Fi Sabilillah)

Yang termasuk dalam kelompok ini adalah para pejuang yang

berperang dijalan Allah yang tidak digaji oleh markas komando

mereka karna yang mereka lakukan hanyalah berperang.Menurut

jumhur ulama, orang-orang yang berperang dijalan Allah diberi bagian

zakat agar dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka, meskipun

mereka itu kaya karena sesungguhnya orang-orang berperang itu

adalah untuk kepentingan orang banyak (Al-Zuhayly, 1995: 287-288).

h. Orang yang sedang dalam perjalanan (Ibnus Sabil)

Golongan terakhir yang berhak menerima zakat yaitu golongan

Ibnu sabil yaitu orang-orangyang bepergian (musafir) untuk

melaksanakan suatu hal yang baik (tha’ah) tidak termasuk maksiat

(Al-Zuhayly, 1995: 289).Adapun bagian yang diberikan

kepadakelompok orang yang sedang dalam perjalanan yaitu sebesar

keperluan biaya yang bisa dipakaiuntukkembali ke kampung

halamannya (Al-Zuhayli, 1995: 292).

7. Hikmah dan Tujuan Zakat

Dari dimensi sosial kemasyarakatan, zakat telah memberikan hikmah

yang besar dalam merealisasikan nilai harta umat Islam. Menurut al-

Kasani, seorang fiqh dari Mazhab Hanafi, yang dikutip dari Anwar

Ibrahim, mengatakan bahwa:

“Memberi sepersepuluh kepada orang fakir termasuk mensyukuri nikmat, membuat orang yang lemah menjadi mampu, memberikan kekuatan kepadanya melaksanakan kewajiban-kewajiban”.

Ia juga termasuk mensucikan jiwa dengan berkorban dan

mengeluarkan harta (Inoeddkk, 2005: 20). Secara khusus hikmah zakat

dapat juga dilihat dari beberapa sisi diantaranya yaitu:

a. Bagi para muzzaki (yang memberi)

1) Membersihkan jiwa dari sifat-sifat kikir dan bakhil (tamak)

2) Menanamkan perasaan cinta kasih terhadap golongan yang lemah.

3) Mengembangkan rasa dan semangat kesetakwanan dan kepedulian

sosial.

4) Membersihkan harta dari hak-hak (bagian kecil) para penerima

zakat (mustahik) dan merupakan perintah Allah swt.

5) Menumbuhkan kekayaan si pemilik, jika dalam memberikan zakat,

infak, sedekah tersebut dilandasi rasa tulus dan ikhlas.

6) Terhindar dari ancaman Allah swt dari siksaan yang amat pedih.

b. Bagi para mustahik (penerima)

1) Menghilangkan perasaan sakit hati, iri hati, benci dan dendam

terhadap golongan kaya yang hidup serba cukup dan mewah yang

tidak peduli dengan masyarakat bawah (grass root).

2) Menimbulkan dan menambah rasa syukur serta simpati atas

partisipasi golongan kaya terhadap kaum dhuafa.

3) Menjadi modal kerja untuk berusaha mandiri dan berupaya

mengangkat hidup.

c. Bagi umara (pemerintah)

1) Menunjang keberhasilan pelaksanaan program pembangunan

dalam meningkatkan kesejahteraan umat Islam.

2) Memberikan solusi aktif meretas kecemburuan sosial dikalangan

masyarakat (Inoed dkk, 2005: 20-23).

Tujuan Islam dari diaturnya zakat yang utama yaitu agar manusia lebih

tinggi nilainya daripada harta, sehingga ia menjadi tuannya harta bukan

menjadi budaknya. Dan kepentingan tujuan zakat terhadap si pemberi

sama dengan kepentingannya terhadap si penerima. Dalam al-Quran

tujuan zakat disimpulkan pada dua kalimat yang mengandung aspek yang

banyak dari rahasia-rahasia zakat dan tujuan-tujuan yang agung.Dua

kalimat tersebut diantaranya yaitu tathhir (membersihkan) dan tazhiriah

(mensucikan).Keduanya (tathir dan tazhiriah) meliputi segala bentuk

pembersihan dan pensucian, baik material dan spiritual, bagi pribadi

orang kaya dan jiwanya atau bagi harta dan kekayaanya (Qardawi, 1988:

848).

Dan untuk lebih jelasnya tujuan zakat diantaranya:

a. Zakat mensucikan jiwa dari sifat kikir

Zakat yang dikeluarkan si Muslim semata karena menurut perintah

Allah swt dan mencari ridhaNya, akan mensucikannya dari segala

kotoran.

b. Zakat mendidik berinfak dan memberi

Sebagaimana halnya zakat mensucikan jiwa si muslimdari sifat kikir,

iapun mendidik agar si muslim mempunyai rasa ingin memberi,

menyerahkan dan berinfak.

c. Berakhlak dengan akhlak Allah

Manusia apabila sudah suci dari kikir dan batil, dan sudah siap untuk

memberi dan berinfak, maka naiklah ia dari kotoran sifat kikirnya.

d. Zakat merupakan manifestasi rasa syukur atas nikmat Allah

Sebagaimana dimaklumi, dapat diterima oleh akal, diakui oleh fitrah

manusia, disertai oleh akhlak dan moral serta diperintahkan oleh

agama dan syari’at adalah bahwa pengakuan akan keindahan dan

syukur atas nikmat itu, merupakan sesuatu keharusan.

e. Zakat mengobati hati dari cinta dunia

Zakat dari segi lain, merupakan suatu peringatan terhadap hati akan

kewajibannya kepada tuhannya dan kepada akhirat serta merupakan

obat, agar hati jangan tenggelam kepada kecintaan akan harta dan

kepada dunia secara berlebih-lebihan.

f. Zakat mengembangkan kekayaan batin

Di antara tujuan pensucian jiwa yang dibuktikan oleh zakat, ialah

tumbuh dan berkembangnya kekayaan batin dan perasaan optimisme.

g. Zakat menarik rasa simpati atau cinta

Zakat mengikat antara orang kaya dengan mensyaratkannya, dengan

ikatan yang kuat, penuh dengan kecintaan, persaudaraan dan tolong

menolong.

h. Zakat mensucikan harta

Zakat sebagaimana membersihkan dan mensucikan harta jiwa juga ia

mensucikan dan mengembangkan harta orang kaya.

i. Zakat tidak mensucikan harta yang haram

j. Apabila kita menyatakan bahwa zakat itu mensucikan harta, dan

menjadi sebab bertambah banyak serta bertambah berkahnya harta

maka yang kami maksud adalah harta yang halal, yang sampe ke

tangan pemiliknya melalui cara yang dibenarkan agama.

k. Zakat mengembangkan harta

Zakat setelah hal-hal tersebut di atas, juga mengembangkan dan

memberkahkan harta (Qardawi, 1988: 848-865).

8. Penyaluran Zakat

Zakat yang dikumpulkan oleh lembaga pengelola zakat, harus segera

disalurkan kepada para mustahik sesuai dengan surah at-Taubah ayat 60.

Bentuk penyaluran zakat kepada orang-orang yang berhak menerimanya

menggunakan dua cara:

a. Penyeluran zakat konsumtif

Penyeluran zakat dalam bentuk konsumtif yaitu zakat yang di

salurkan kepada kelompok mustahik untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya seperti makan, tempat tinggal meneruskan perjalanan dan

lain-lain.Fungsi zakat ini adalah bentuk dari fungsi zakat yang

memberikan zakat dalam bentuk konsumtif (Hafidhuddin, 2002:133).

Sebagaimana dinyatakan dalam surah Al-Baqarah: 273 yang berbunyi:

Artinya:

(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah, mereka tidak dapat (berusaha) dimuka bumi, orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kayak arena memelihara diri dari meminta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak.Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui” (Depertemen Agama RI, 2008: 9).

b. Penyaluran zakat produktif

Penyaluran zakat dalam bentuk produktif adalah zakat yang

diberikan kepada fakir miskin dalam bentuk modal usaha atau lainya

yang dapat dikembangkan atau disedekahkan lagi dengan harapan

dapat meningkatkan taraf hidup mustahik dan para mustahik akan bisa

menjadi muzakki (Hafidhuddin, 2002:133).

B. Zakat Menurut UURI No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

Zakat sebagai rukun Islam yang ketiga merupakan kewajiban setiap

muslim yang mampu untuk membayarkan dan diperuntukkan bagi mereka

yang berhak menerimanya. Dengan pengelolaan yang baik, zakat merupakan

sumber dana potensial yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan

kesejahteraan umum bagi seluruh masyarakat.

Melihat dari salah satu tujuan dari zakat yaitu untuk mengentaskan

kemiskinan dan menciptakan kesejahteraan umat maka sangat perlu adanya

pengelolaan zakat secara professional dan bertanggung jawab.Dalam

menciptakan hal tersebut sudah selayaknya peran masyarakat dan pemerinta

sangat dibutuhkan.Kewajiban pemerintah diantaranya yaitu memberikan

perlindungan, pembinaan, pelayanan kepada muzakki, mustahiq, dan

pengelola zakat. Untuk maksud tersebut, perlu adanya undang-undang tentang

pengelolaan zakat yang berasaskan iman dan taqwa dalam rangka

mewujudkan keadilan sosial, kemaslahatan, keterbukaan, dan kepastian

hukum sebagai pengamalan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Undang-undang Pengelolaan Zakat juga mencakup pengelolaan infaq,

shadaqah dengan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan

pengawasan agar menjadi pedoman bagi muzakki dan mustahik, baik

perseorangan, maupun badan hukum dan atau badan usaha

Dengan dibentuknya undang-undang tentang Pengelolaan Zakat, dapat

ditingkatkan kesadaran muzakki untuk menunaikan kewajiban zakat dalam

rangka mensucikan diri terhadap harta yang dimilikinya, mengangkat

mustahiq, dan meningkatkan keprofesionalan pengelola zakat, yang

selamanya untuk mendapatkan ridho Allah.

1. Pengertian Zakat

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 23 tahun 2011

pasal 1 ayat 2 yang dimaksud dengan zakat adalah harta yang wajib

dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan

kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.

2. Dasar Hukum Zakat

Dasar hukum zakat pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomer

23 tahun 2011, terdapat pada pasal 1 ayat 5 yang berbunyi muzakki adalah

seorang muslim atau badan usaha yang berkewajiban menunaikan zakat.

3. Asas dan Tujuan Zakat

Asas dan tujuan zakat pada Undang-Undang Republik Indonesia

Nomer 23 tahun 2011, terdapat pada pasal 2, pasal 5 ayat (1), (2) yang

berbunnyi:

Pasal 2, pengelolaan zakat berasaskan syariat Islam, amanah,

kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas.

Pasal 5 pengelolaan zakat bertujuan:

a. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan

zakat

b. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan

masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.

4. Macam-macam Zakat

Macam-macam zakat yang terdapat pada Undang-Undang Republik

Indonesia Nomer 23 tahun 2011, pasal 4 ayat (1), (2), (4) adalah sebagai

berikut:

a. Zakat meliputi zakat mal dan zakat fitrah.

b. Zakat mal terdiri dari

1) Emas, perak, dan logam mulia lainya

2) Uang dan surat berharga lainya

3) Perniagaan

4) Pertanian, perkebunan, dan kehutanan

5) Peternakan dan perikanan

6) Pertambangan

7) Perindustrian

8) Pendapatan dan jasa

9) Rikaz

c. Syarat dan cara penghitungan zakat mal dan zakat fitrah dilaksanakan

sesuai dengan syariat Islam.

5. Pengelolaan Zakat

Pengelolaan zakat yang terdapat pada Undang-Undang Republik

Indonesia Nomer 23 tahun 2011, pasal 5 ayat (1), (2), dan (3) adalah

sebagai berikut:

a. Untuk melaksanakan pengelolaan zakat, pemerintah membentuk

BAZNAS

b. BAZNAS berkedudukan di ibu kota negara

c. BAZNAS merupakan lembaga pemerintah nonstuktural yang bersifat

mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui mentri.

Adapun penjelasan pengenai BAZNAS yaitu terdapat pada pasal 6

yang bebunyi bahwa BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang

melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional.

BAZNAS dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana pada pasal 6

BAZNAS dibantu oleh LAZ yang dijelaskan pada pasal 17, 18 yaitu:

Menurut pasal 17 menyebutkan untuk membantu BAZNAS dalam

melaksanakan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat,

masyarakat dapat membentuk LAZ.

Peraturan pembentukan LAZ diatur pada pasal 18 pada ayat (1), (2)

yang berbunyi:

a. Pembentukan LAZ wajib mendapat izin Menteri atau pejabat yang

ditunjuk oleh Menteri.

b. Izin hanya diberikan apabila memenuhi persyaratan paling sedikit:

1) Terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola

bidang pendidikan, dakwah, dan sosial.

2) Berbentuk lembaga berbadan hukum.

3) Mendapat rekomendasi dari BAZNAS.

4) Memiliki pengawas syariat.

5) Memiliki kemampuan teknis, administrative, dan keuangan untuk

melaksanakan kegiatannya.

6) Bersifat nirlaba.

7) Memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan

umat.

8) Bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala.

Pada pasal 19 menyebutkan bahwa LAZ wajib melaporkan

pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan, zakat

yang telah diaudit kepada BAZNAS secara berkala.

6. Pengumpulan, Pendistribusian, Pendayagunaan, dan Pelaporan Zakat

a. Pengumpulan

Pengumpulan zakat yang terdapat pada Undang-Undang Republik

Indonesia Nomer 23 tahun 2011, pasal 21 ayat (1), (2), pasal 22, dan

pasal 23 ayat (1), (2) sebagai berikut:

Dalam pasal 21 ayat (1), (2) menyebutkan:

1) Dalam rangka pengumpulan zakat, muzaki melakukan perhitungan,

sendiri atas kewajiban zakatnya.

2) Dalam hal tidak dapat menghitung sendiri kewajiban zakatnya,

muzaki dapat meminta bantuan BAZNAS.

Dalam pasal 22 menyebutkan zakat yang dibayarkan oleh muzaki

kepada BAZNAS atau LAZ dikurangkan dari penghasilan kena

pajak.

Dalam pasal 23 ayat (1), (2) menyebutkan:

1) BAZNAS atau LAZ wajib memberikan bukti setoran zakat

kepada setiap muzaki.

2) Bukti setoran zakat kepada setiap muzaki digunakan sebagai

pengurang penghasilan kena pajak.

b. Pendistribusian

Pendistribusian zakat yang terdapat pada Undang-Undang

Republik Indonesia Nomer 23 tahun 2011, pasal 25, 26 adalah sebagai

berikut:

Pada pasal 25 menyebutkan zakat wajib didistribusikan kepada

mustahik zakat sesuai dengan syariat Islam.

Adapun penjelasan dari pasal 25 diatas adalah sebagai berikut:

Mustahik delapan asnaf ialah fakir, miskin, amil, muallaf, riqab,

gharim,sabilillah, dan ibnussabil yang dalam aplikasinya dapat

meliputi orang-orang yang paling tidak berdaya secara ekonomi,

seperti anak yatim, orang jompo, penyandang cacat, orang yang

menuntut ilmu, pondok pesantren, anak terlantar, orang yang terlilit

utang, pengungsi yang terlantar dan korban bencana alam.

Pada pasal 26 menyebutkan pendistribusian zakat,

sebagaimana dimaksud dalam pasal 25, dilakukan berdasarkan skala

prioritas dengan memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan, dan

kewilayahan.

c. Pendayagunaan

Pendayagunaan zakat yang terdapat pada Undang-Undang

Republik Indonesia Nomer 23 tahun 2011, pasal 27 ayat (1), (2), (3)

adalah sebagai berikut:

1) Zakat dapat didayagunakan untuk usah produktif dalam rangka

penanganan fakir miskin dan peningkatana kualita umat.

2) Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila kebutuhan dasar

mustahik telah terpenuhi.

3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan zakat untuk usah

produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan

Peraturan Mentri.

7. Pembinaan dan Pengawasan Zakat

Pembinaan dan pengwasan zakat yang terdapat pada Undang-Undang

RepublikIndonesia Nomer 23 tahun 2011, pasal 34 ayat (1), (2) adalah

sebagai berikut:

a. Memberi melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap

BAZNAS, BAZNAS provinsi, BAZNAS kabupaten/kota, dan LAZ.

b. Gubernur dan bupati/ walikota melaksanakan pembinaan dan

pengwasan terhadap BAZNAS provinsi, BAZNAS kabupaten/ kota,

dan LAZ sesuai dengan kewenangannya.

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum LAZISMU Kota Salatiga

1. Sejarah LAZISMU Kota Salatiga

LAZISMU adalah Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah nirlaba

tingkat nasional yang yang dibentuk oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah

dengan tugas mengelola dana zakat, infaq dan shadaqah (ZIS)dengan

pemberdayaan masyarakat melalui pendayagunaan secara produktif dana

zakat, infaq, wakaf dan dana kedermawanan lainnya baik dari

perseorangan, lembaga, perusahaan dan instansi lainnya untuk

didayagunakan melalui program-program sosial, pengembangan Sumber

Daya Manusia (SDM) dan berkhidmat dalam pemberdayaan masyarakat

tidak mampu. Sebagai organisasi dakwah Islam, Muhammadiyah

mendirikan berbagai amal usaha sosial seperti panti asuhan bagi anak

yatim piatu dan orang jompo, balai kesehatan dan sekolah yang

dimaksudkan untuk memberdayakan masyarakat dan memberikan

kemudahan pendidikan bagi anak-anak keluarga miskin. Muhammadiyah

memandang perlu adanya upaya untuk menanggulangi kemiskinan dan

mengoptimalkan penggalian dana zakat, infaq dan shadaqah guna

meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berada dibawah kemiskinan

dan kesusahan.

LAZISMU didirikan pada tanggal 14 Juli 2002 yang ditandai dengan

penandatangan deklarasi oleh Prof. Dr. HA. Syafi’i Ma’arif, MA (Buya

Syafi’i) dan selanjutnya dikukuhkan oleh Menteri Agama Replublik

Indonesia sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) dengan

Surat Keputusan Nomer 457 tanggal 21 November 2002.

Latar belakang berdirinya LAZISMU terdiri atas dua faktor.Pertama,

fakta Indonesia yang berselimut dengan kemiskinan yang masih meluas,

kebodohan dan indeks pembangunan manusia yang sangat

rendah.Semuanya berakibat dan sekaligus disebabkan tatanan keadilan

sosial yang lemah.Kedua, zakat diyakini mampu bersumbangsih dalam

mendorong keadilan sosial, pembangunan manusia dan mampu

mengentaskan kemiskinan. Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar

di dunia, Indonesia memiliki potensi zakat, infaq dan wakaf yang terbilang

cukup tinggi. Namun, potensi yang ada belum dapat dikelola dan

didayagunakan secara maksimal sehingga tidak memberi dampak yang

signifikan bagi penyelesaian persoalan yang ada.

Berdirinya LAZISMU dimaksudkan sebagai institusi pengelola zakat

dengan manajemen modern yang dapat menghantarkan zakat menjadi

bagian dari penyelesai masalah (problem solver) sosial masyarakat yang

terus berkembang.Dengan budaya kerja amanah, profesional dan

transparan.

LAZISMU berusaha mengembangkan diri menjadi Lembaga Zakat

terpercaya.Dan seiring waktu, kepercayaan publik semakin

menguat.Dengan spirit kreatifitas dan inovasi, LAZISMU senantiasa

menproduksi program-program pendayagunaan yang mampu menjawab

tantangan perubahan dan problem sosial masyarakat yang berkembang.

Dalam operasional programnya, Lazismu didukung oleh Jaringan

Multi Lini, sebuah jaringan konsolidasi lembaga zakat yang tersebar di

seluruh provinsi (berbasis kabupaten/kota) yang menjadikan program-

program pendayagunaan LAZISMU mampu menjangkau seluruh wilayah

Indonesia secara cepat, terfokus dan tepat sasaran.

Dari latar belakang tersebut, berdirinya lembaga Amil Zakat, Infak dan

Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Slatiga juga tidak terlepas

dari perjuangan organisasi Muhammadiyah yang ada di Kota Salatiga

sebagai induk organisasi kemasyarakatan yang bersifat sosial, dakwah dan

pendidikan. Peran Muhammadiyah dalam mengembangkan potensi

warganya sangatlah besar.Hal ini terlihat melalui kegiatan sosial

kemasyarakatan, yang meliputi sektor pendidikan, dakwah maupun usaha

menciptakan pemberdayaan ekonomi warganya dengan kemandirian.

Berangkat dari kepercayaan masyarakat yang begitu besar terhadap

organisasi Muhammadiyah, maka Muhammadiyah dianggap mampu

untuk menghimpun dana masyarakat (yang meliputi zakat, infak dan

shadaqah) dan menyalurkannya kepada masyarakat yang berhak

menerimanya sesuai syariah. Kemudian dari pemikiran tersebut, pada

tahun 2002 Pimpinan Muhammadiyah Kota Salatiga berinisiatif untuk

mendirikan Lembaga Amil Zakat yang diberi nama Lembaga Amil Zakat

Infak dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Salatiga. Secara

legal formal, berdirinya LAZISMU Kota Salatiga menginduk kepada

LAZIS Muhammadiyah Pusat (PP. Muhammadiyah) sebagai LAZNAS

dengan SK Menteri Agama RI Nomer 457 tanggal 21 November 2002.

Namun secara structural berada di bawah naungan Pimpinan Daerah

Muhammadiyah Kota Salatiga.

Pada awal berdirinya, LAZISMU Kota Salatiga memiliki kantor

sekretariat di SD Muhammadiyah Plus Kota Salatiga, Jalan LMU

Adisucipto No. 13 Salatiga. Antara rentang waktu dari tahun 2002 sampai

dengan tahun 2010 merupakan masa transisi dari berdirinya LAZISMU

Kota Salatiga. Artinya kepengurusan LAZISMU Kota Salatiga, masih

menjadi satu dengan Pengurus Pimpinan Muhammadiyah Kota Salatiga

dan sekarang kantor kesekretariatan bertempat di Jalan Brigjen Sudiarto

Nomer 39 Salatiga.

Dalam pelaksanaan penghimpunan zakat, LAZISMU Kota Salatiga

hanya menerima zakat fitrah, zakat mal/uang, infak, shadaqah, dana

pembangunan, donator tetap dan fidyah. Seiring dengan adanya

kepercayaan masyarakat, maka secara tidak langsung mempengaruhi

program serta kegiatannya yang berusaha untuk memberdayakan

masyarakat sekitar dengan membekali pengetahuan melalui program-

program pendayagunaan zakat untuk kesejahteraan masyarakat. Adapun

program kerja LAZISMU Kota Salatiga sampai sekarang antara lain:

a. Santunan Fakir Miskin

b. Peduli Dhuafa

c. Beasiswa

d. Bantuan Usaha Ekonomi Produktif bagi Dhuafa

e. Bantuan Operasional Taman Pendidikan Al Quran

f. Pesantren Ramadhan

g. Kampung Binaan

h. Santunan Dana Kesehatan Masyarakat

i. Aksi Ramadhan (SantunanSabilillâh, Takjil Gratis, Buka Puasa

Bersama Anak Yatim, Bingkisan Lebaran untuk Dhuafa)

j. Pengajian Ahad Pagi

k. Tanggap Bencana Alam

l. Pengiriman Mubaligh

m. Ambulan Gratis

2. Visi dan Misi LAZISMU Salatiga

a. Visi

1) Visi lengkap

“Terwujudnya optimalisasi potensi dan pengelolaan Zakat, Infaq

dan Shadaqah dengan professional dan amanah untuk

pemberdayaan umat”

2) Visi sebagai Motto

“Mari tunaikan zakat, zakat itu wajib, mulia dan bermanfaat”

b. Misi

1) Optimalisasi kualitas pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS)

yang amanah, professional, dan transparan.

2) Optimalisasi pendayagunaan Zakat, Infaq dan Shadaqah(ZIS) yang

kreatif, inovatif dan produktif.

3) Optimalisasi pelayanan donator.

3. Tujuan LAZISMU Kota Salatiga

a. Membangkitkan motivasi untuk membantu sesama umat muslim

khususnya warga Muhammadiyah yang kurang mampu dari sisi

ekonomi.

b. Meningkatkan kualitas dakwah sosial Muhammadiyah agar lebih

terasa secara riil oleh masyarakat khususnya kaum dhuafa.

c. Menumbuhkan solidaritas gerakan beramal (zakat, infaq dan

Shadaqah) dikalangan warga Muhammadiyah.

d. Memaksimalkan potensi zakat, infaq dan shadaqah warga

Muhammadiyah khususnya dan Umat Islam pada umumnya untuk

dikelola secara professional dan cerdas pemanfaatannya dalam koridor

gerakan dakwah sosial.

e. Melakukan aksi sosial yang tepat sebagaimana visi misi

Muhammadiyah dan LAZISMU di Salatiga.

4. Struktur Organisasi LAZISMU Kota Salatiga

Adapun Struktur Organisasi Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah

Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Salatiga adalah sebagai berikut:

a. Dewan Pertimbangan

1) Prof. Dr. H.M. Muh. Zuhri, M.A

2) Dr. M. Zulfa, M.Ag.

3) Dr. Irfan Helmy, Lc., M.A.

b. Dewan Pengawas

1) H. Miftah Adlu Haq, M.M

2) Drs. H. Machasin

3) Amar Maruf Fakhrudin, S.Pd., M.M

c. Dewan Pelaksana

Ketua : Marijo, S.Pd.I, M.Pd.

Sekretaris : Muttaqin, M.Pd.I

Bendahara : Sholeh Mahfud, A.Ma.

Pentasyaruf : 1) Sutomo, M.Ag.

2) Muttaqin, M.PdI.

3) Agus Sofyan Hidayat, S.Pd., M.Hum.

Penarikan : 1) Fajar Kusyanuardi

2) Suko Wahyudi

3) Agung Setyawan

4) Riyadi, S.Pd.I

5) Kuncoro Broto

5. Produk Layanan LAZISMU Kota Salatiga

Bagi masyarakat yang ingin berpartisipasi mendukung program-

program LAZISMU Kota Salatiga yang meliputi program pendidikan,

dakwah dan sosial ekonomi dapat memilih beberapa produk pilihan antara

lain:

a. Zakat Beasiswa Pendidikan

Program untuk meningkatkan beban biaya sekolah bagi anak-anank

yang tidak mampu dengan sistem donator rutin tiap bulan atau tiap

semester mulai dari pendidikan dasar, menengah maupun tingkat

perguruan tinggi.

b. Zakat Peduli Dhuafa

Program ini untuk membantu meringankan beban biaya hidup bagi

para kaum dhuafa dengan sistem bulanan maupun triwulan.

c. Infak dan Shadaqah

LAZISMU Kota Salatiga juga menerima penyaluran kelebihan rezeki

berupa infak bentuk uang tunai maupun sedekah dalam bentuk lain,

dengan besaran yang tidak ditentukan dan bisa dimanfaatkan untuk

kemaslahatan umat

d. Kurban Berkah

LAZISMU Kota Salatiga dapat menerima dan menyalurkan hewan

kurban yang diprioritaskan pada daerah rawan pangan, rawan bencana

maupun rawan pemurtadan.Dapat diterima dalam bentuk uang tunai

maupun hewan kurban secara langsung.

e. Solidaritas Kemanusiaan

Program untuk meringankan beban saudara kita yang tertimpa musibah

bencana alam seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, dan lain-

lain.Bantuan dapat berupa uang tunai, sembako, pakaian pantas pakai,

obat-obatan, tenaga medis atau pengiriman relawan dilokasi bencana.

f. Zakat Fitrah

LAZISMU Kota Salatiga siap membantu muzakki untuk dapat

menyalurkan zakat fitrah maupun zakat malnya kepada yang berhak

sesuai dengan syariah. Adapun prosedur penghimpunan zakatnya

adalah muzakki dapat secara langsung datang ke kantor LAZISMU

Kota Salatiga di Jalan Brigjen Sudiarto Nomer 39 Salatiga 54714, telp.

(0298) 313552 dan mengisi formulir yang telah di sediakan ataupun

dapat memilih pembayarannya dengan cara:

1) Zakat diambil langsung oleh petugas LAZISMU Kota Salatiga,

dirumah atau dikantor sesuai dengan kehendak muzakki dan

muzakki bisa menentukan sendiri waktu pengambilannya.

2) Melalui transfer ke rekening resmi LAZISMU Kota Salatiga, yaitu

padaBank Muamalat Indonesia (BMI), di nomer rekening:

0104285318 atas nama

LAZISMU Kota Salatiga.

B. Pengelolaan Pembagian Zakat di LAZISMU Kota Salatiga

LAZISMU Kota Salatiga merupakan lembaga zakat, infaq dan shadaqah

nasional dimana dalam kepengurusan, pengurus mempunyai hak penuh dalam

penghimpunan, pengelolaan hingga pembagian zakat. Dalam melakukan

penghimpunan zakat LAZISMU Kota Salatiga melakukan pengumpulan zakat

terhadap seluruh penduduk Kota Salatiga yang terdiri dari kecamatan

Argomulyo, Kecamatan Tingkir, Kecamatan Sidomukti, Kecamatan Sidorejo

I, dan Kecamatan Sidorejo II dengan melakukan pengumpulan zakat

LAZISMU Kota Salatiga mempunyai daftar muzakkitetap yang akan

membayar zakat yang berasal dari empat kecamatan tersebut. Dalam

melakukan penerimaan zakat LAZISMU Kota Salatiga membedakan hasil

zakat, infaq dan shadaqah sedangkan dalam pembagian LAZISMU Kota

Salatiga menggabungkan hasil zakat, infaq dan shadaqah yang berasal dari

Kecamatan Argomulyo, Kecamatan Tingkir, Kecamatan Sidomukti,

Kecamatan Sidorejo I, Kecamatan Sidorejo II. Kemudian ditambah dengan

saldo pada bulan sebelumnya.Fakir, miskin, amil dan sabilillah merupakan

kelompok tetap yang mendapatkan bagian zakat sedangkan selain empat

golongan tersebut yaitu muallaf, para budak, gharim, dan ibnusabil tidak

mendapat bagian dari hasil zakat, infak dan shadaqah yang dihimpun oleh

pengurus LAZISMU Kota Salatiga.

Dasar hukum pelaksanaan pengelolaan pembagian zakat di LAZISMU

Kota Salatiga pada dasarnya bersumber dari satu dalil naqli yang sama yakni

Qur’an surah At-Taubah ayat 60 yang berbunyi:

Artinya:

Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan budak), orang-orang yang beruntung, untuk jalan Allah dan orng-orang yang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS at-Taubah:60).

Dari firman diatas dapat diketahui bahwa zakat tidak harus diberikan

kepada delapan ashnaf tetapi juga bisa diberikan kepada hanya sebagian

ashnaf.Dimana hal ini telah dilakukan oleh LAZISMU Kota Salatiga yang

melakukan pembagian zakat hanya kepada empat kelompok yang berhak

menerima zakat yaitu fakir, miskin, amil, dansabilillah.

Zakat dibagikan setiap akhir bulan dengan rincian bagian fakir miskin

diberikan kepada panti asuhan (panti asuhan Abu Hurairah dan panti asuhan

‘Aisyiah) dengan jumlah Rp 750.000,00/bulan, bantuan biaya hidup 23 dhuafa

dengan jumlah Rp 1.200.000,00/bulan yang setiap orangnya menadapatkan

sebesar Rp 50.000,00. Melalui beasiswa sebesar Rp 5.660.000,00/bulan dan

bantuan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dengan diberikan kepada setiap

proposal yang masuk ke LAZISMU Kota Salatiga. Bagian amil sebesar Rp

1.050.000,00/bulan yang diberikan kepada pegawai penarik zakat sebesar

Rp100.000,00 dan biaya transportasi petugas penarikan zakat. Sabilillah yang

diberikan sebagai bantuan operasional Taman Pendidikan AL-Qur’an (TPQ)

dengan jumlah setiap bulannya yang tidak menentu disesuaikan dengan situasi

dan kondisi.

Hal ini juga berdasarkan pada dalil naqli surat at-Taubah ayat 60. Dalam

dalil tersebut tidak hanya mengandung makna zakat dapat diberikan kepada

delapan golongan tetapi juga terkandung makna bahwa zakat juga dapat

diberikan kepada sebagian ashnaf.Artinya tidak seluruh mustahik di atas

diberikan zakat tetapi dapat juga beberapa mustahik saja yang diberikan zakat.

Hal ini di sampaikan oleh Ketua LAZISMU Kota Salatiga dengan sebab:

1. Untuk mempermudah dalam pengelolaan pembagian zakat.

2. Kelompok yang pasti ada disekitar Kota Salatiga adalah fakir, miskin,

amil dan sabilillah.

3. Fakir, miskin, amil dan sabilillah merupakan golongan paling mudah

dalam mengetahui kritria-kriterianya.

4. Dalam melakukan pembagian zakat di sesuaikan dengan situasi, kondisi

dan kebutuhan yang ada di sekitar Kota Salatiga (Hasil wawancara

dengan Bapak Marijo, Ketua pelaksana pengelolaan zakat LAZISMU

Kota Salatiga, tanggal 27 Oktober 2016).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa dasar pengelolaan

pembagian zakat di LAZISMU Kota Salatiga berpusat pada satu dalil yakni

Qur’an Surah at-Taubah ayat 60. Sedangkan untuk perbedaan pembagian

zakat terhadap empat golongan fakir, miskin, amil dan sabilillah lebih

ditekankan pada penafsiran dalil yang mana dalam tafsiran dalil tersebut,

sebab-sebab mustahik tidak hanya diposisikan sebagai sebab persamaan

bagian tetapijuga di dasarkan pada tujuan untuk menghilangkan aspek dalam

mustahik tersebut dengan berpijak pada kemampuan dan keadaan yang

dimiliki mustahik tersebut.

C. Proporsi Pembagian Zakat di LAZISMU Kota Salatiga

Dalam melaksanakan pengelolaan pembagian dana zakat LAZISMU

Kota Salatiga mempunyai sistem pengelolaan pembagian sendiri dengan cara

yaitu menjadikan satu dana zakat, infaq dan shadaqah. Pelaksana pengelolaan

zakat LAZISMU Kota Salatiga membagi zakat pada setiap akhir bulan

dimana seluruh dana zakat, infaq dan shadaqah yang terkumpul dari muzakki

dengan menambahka saldo yang setiap bulannya kemudian dibagikan kepada

amil, fakir, miskin dan sabilillah pada akhir bulan (Hasil wawancara dengan

Bapak Muttaqin, Sekretaris pelaksana pengelolaan zakat LAZISMU Kota

Salatiga, tanggal 15 November 2016).

Pada tahun 2014 zakat yang terkumpul di LAZISMU Kota Salatiga

dengan menambahkan saldo pada tahun 2013 dengan jumlah Rp

64.204.109,00 kemudian zakat dibagikan dengan rincian sebagai berikut:

(Laporan penerimaan dan pentasrufan zakat, infaq dan shadaqah LAZISMU

(LAZIM) PDM Kota Salatiga peride bulan Januari-Desember 2014)

No Tanggal Saldo+ Jumlah Zakat Pentasyaarufan Zakat

1 30-01-2014 Rp64.204.109,00+Rp13

.254.000=Rp77.458.10

9,00

Fakir miskin Rp7.610.000,00

Amil Rp1.050.000,00

Sabilillah Rp750.000,00

2 28-02-2014 Rp68.403.109+Rp13.01

4.000.00=Rp81.417.10

9,00

Fakir miskin Rp7.610.000,00

Amil Rp1.050.000,00

Sabilillah Rp.0

3 30-03-2014 Rp72.757.109,00+Rp9.

975.000,00=Rp

82.732.109,00

Fakir miskin Rp7.610.000,00

Amil Rp 1.050.000,00

Sablillah Rp 1.870.000,00

4 30-04-2014 Rp72.202.109+Rp10.12

0.000,00=Rp82.322.10

9,00

Fakir miskin Rp 7.610.000,00

Amil Rp 1.050.000,00

Sabilillah Rp 5.259.000,00

5 30-05-2014 Rp68.403.109+Rp10.55

0.000,00=Rp78.953.10

9,00

Fakir miskin Rp 7.610.000,00

Amil Rp 1.050.000,00

Sabilillah Rp.210.000,00

6 30-06-2014 Rp70.083.109,00+Rp10

.560.000,00=Rp80.943.

109,00

Fakir miskin Rp 7.610.000,00

Amil Rp1.050.000,00

Sabilillah Rp.4.500.000,00

7 30-07-2014 Rp67.483.109,00+Rp11

.680.000,00=Rp79.163.

109,00

Fakir miskin Rp 1.950.000,00

Amil Rp 1.050.000,00

Sabilillah Rp 3.2500.000,00

8 30-08-2014 Rp79.163.109+Rp14.23

5.000,00=Rp93.398.10

9,00

Fakir miskin Rp1.950.000,00

Amil Rp 1.050.000,00

Sabilillah Rp 50.000,00

9 30-09-2014 Rp72.928.109,00+Rp10

.215.000,00=Rp83.143.

109,00

Fakir miskinRp16.815.000,00

Amil Rp 1.050.000,00

Sabilillah Rp 3.750.000,00

10 30-10-2014 Rp61.528.109,00+Rp9.

250.000,00=Rp70.778.

109,00

Fakir miskin Rp1.950.000,00

Amil Rp 1.050.000,00

SabilillahRp 415.000,00

11 30-11-2014 Rp67.363.109,00+Rp9.

430.000,00=Rp76.793.

109,00

Fakir miskinRp 1.950.000,00

Amil Rp 1.050.000,00

Sabilillah Rp 415.000,00

12 30-12-2014 Rp73.378.109,00+Rp11

.740.000,00=Rp85.118.

109,00

Fakir miskin Rp6.500.000,00

Amil Rp 1.050.000,00

Sabilillah Rp 1.500.000,00

Dan pada tahun 2015 hasil zakat, infaq dan shadaqah yang terkumpul

di LAZISMU Kota Salatiga dengan saldo bulan Desember Rp 65.609.109,00

kemudian zakat di tasyarufkan kepada empat mustahik dengan rincian:

(Laporan penerimaan dan pentasrufan zakat, infaq dan shadaqah LAZISMU

(LAZIM) PDM Kota Salatiga periode bulan Januari-Desember 2015)

No Tanggal Saldo+Jumlah zakat Pentasyaarufan zakat

1 30-01-2015 Rp65.609.109,00+Rp10

.170.000,00=Rp

73.779.109,00

Fakir miskin Rp 6.500.000,00

Amil Rp 1.050.000,00

Sabilillah Rp 675.000,00

2 30-02-2015 Rp65.609.109,00+Rp10

.170.000,00=Rp

73.779.109,00

Fakir miskin Rp 6.500.000,00

Amil Rp 1.050.000,00

Sabilillah Rp 675.000,00

3 30-03-2015 Rp68.546.109,00+Rp13

.380.000,00=Rp81.926.

Fakir miskin Rp 6.450.000,00

Amil Rp 1.050.000,00

109,00 Sabilillah Rp 4.174.000,00

4 30-04-2015 Rp45.564.100,00+Rp9.

175.000=Rp

54.739.000,00

Fakir miskin Rp 6.450.000,00

Amil Rp 1.050.000,00

Sabilillah Rp 0

5 30-05-2015 Rp47.239.100,00+

Rp13.605.000,00=Rp60

.844.100,00

Fakir miskin Rp 7.435.000,00

Amil Rp 1.050.000,00

Sabilillah Rp 5.650,000,00

6 30-06-2015 Rp50.854.100+Rp6.955

.000,00=Rp

57.809.100,00

Fakir miskin Rp 24.254.000,00

Amil Rp 1.050.000,00

Sabilillah Rp 254.000,00

7 30-07-2015 Rp31.266.100,00+Rp9.

460.000,00=Rp

40.726.100,00

Fakir miskin Rp 2.100.000,00

Amil Rp 1.050.000,00

Sabilillah Rp 178.000,00

8 30-08-2015 Rp44.360.109,00+Rp53

.005.000,00=Rp97.365.

109,00

Fakir miskin Rp 14.752.000,00

Amil Rp 1.050.000,00

Sabilillah Rp 14.450.000

9 30-09-2015 Rp44.360.109,00+Rp6.

090.000,00=Rp50.450.1

09,00

Fakir miskin Rp 14.902.000,00

Amil Rp1.050.000,00

Sabilillah Rp14.450.000,00

10 30-10-2015 Rp20.048.109,00+Rp5.

575.000,00=Rp25.623.1

Fakir miskin Rp 2.100.000,00

Amil Rp 1.050.000,00

D

ari data diatas dapat dilihat bahwa zakat hanya diberikan kepada empat

kelompokashnaf penerima zakat (fakir, miskin, amil dan sabilillah) dengan

rata-rata prosentase tidak lebih dari yaitu fakir miskin 60%, amil 10%

danSabilillah 30% dan pada kasus-kasus tertentu tidak seperti itu.

Menurut data diatas bahwa bagian dari fakir miskin lebih besar daripada

amil dan sabilillah hal ini disebabkan karena:

1. Kota Salatiga merupakan kota yang masih banyaknya penduduk non

muslim maka dana zakat lebih dimayoritaskan sebagai pemberdaya

masyarakat fakir miskin agar fakir miskin tidak goyah imannya dengan

adanya bantuan yang diberikan oleh pengurus gereja.

2. Dengan memberikan bagian lebih besar pada fakir miskin (beasiswa)

diharapkan zakat dapat dijadikan sebagai media pembangunan

09,00 Sabilillah Rp 0

11 30-11-2015 Rp20.048.109,00+Rp6.

005.000,00=Rp26.053.1

09,00

Fakir miskin Rp 2.100.000,00

Amil Rp 1.050.000,00

Sabilillah Rp 0

12

30-12-2015 Rp53.002.825,00+Rp7.

695.000,00=60.697.825

,00

Fakir miskin Rp 3.100.000,00

Amil Rp 700.000,00

Sabilillah Rp 1.317.000,00

produktifitas generasi penerus bangsa dan agama diamana dengan adanya

beasiswa dapat meningkatkansumber daya manusia yang berkualitas yang

akan menjadikan generasi yang produktif.

3. Zakat lebih difungsikan sebagai langkah untuk merubah mustahik menjadi

muzakki (Hasil wawancara dengan Bapak Muttaqin, Sekretaris pelaksana

pengelolaan zakat LAZISMU Kota Salatiga, tanggal 10 November 2016).

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Analisis Pengelolaan Pembagian Zakat di LAZISMU Kota Salatiga

Zakat merupakan suatu harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang

yang dikenakan kewajiban zakatoleh Allah SWT untuk diberikan kepada yang

berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu, syarat tertentu disini

dimaksudkan yaitu kepada delapan ashnaf yang berhak menerima zakat.

Adapun hikmah dan tujuan zakat dapat dilihat dari dua sisi diantaranya

yaitu orang yang mengeluarkan zakat dan untuk orang yang menerima

zakat.Tujuan untuk orang yang mengeluarkan zakat diantaranya untuk

mensucikan jiwa dan harta bendanya sebagaimana yang diperintahkan Allah

SWT.

Sedangkan tujuan zakat dari orang yang menerimanya yaitu lebih

cenderung untuk meningkatkan kemampuan ekonomi dari penerima zakat,

secara tidak langsung zakat memiliki tujuan agar tercapainya pemerataan

ekonomi rakyat.

Menurut hasil penelitian Bab III dalam melakukan pengumpulan zakat

LAZISMU Kota Salatiga sudah membedakan hasil zakat, infaq dan shadaqah

tetapi dalam pengelolaan pembagian zakat dilakukan dengan menjadikan satu

hasil zakat, infaq dan shadaqah yang kemudian dibagikan kepada empat

kelompok mustahik zakat (fakir miskin, amil dan sabilillah).Hal ini dilakukan

oleh LAZISMU Kota Salatiga dengan alasan diantaranya yaitu:

1. Untuk mempermudah dalam melakukan pengelolaan pembagian zakat di

LAZISMU Kota Salatiga.

2. Kelompok yang pasti ada disekitar Kota Salatiga adalah fakir, miskin,

amil dan sabilillah.

3. Fakir, miskin, amil dansabilillah merupakan golongan paling mudah

dalam mengetahui kritria-kriterianya,

4. Dalam melakukan pembagian zakat di sesuaikan dengan situasi, kondisi

dan kebutuhan yang ada di sekitar Kota Salatiga.

Alasan yang diungkapkan oleh LAZISMU Kota Salatiga dalam

pengelolaan pembagian zakat seluruhnya tidak dapat disalahkan namun juga

tidak seluruhnya dapat dibenarkan. Tidak seluruhnya dapat dibenarkan karena

seharusnya pelaksana pengelolaanpembagian zakat LAZISMU Kota Salatiga

harus membedakan hasil zakat, infaq dan shadaqah yang kemudian hasil zakat

dikhususkan untuk kelompok yang berhak menerima zakat yaitu delapan

kelompok ashnafyang berhak menerima zakat (fakir, miskin, amil, muallaf,

sabilillah, budak, gharim dan ibnu sabil). Pendapat penulis ini tidak terlepas

dari pengertian zakat yang disampaikain oleh Wahbah Al-Zuhaily bahwa

zakat merupakan bagian harta tertentu dan yang oleh Allah SWT

untukdiberikan kepada fakir miskin (1995:85) dan pendapat Abdurrahman

diwajibkan al-Jaziri bahwa zakat adalah penyerahan pemilikan tertentu

kepada orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu pula

(Inoed, 2005: 9).

Menurut pendapat penulis dalam melakukan pembagian zakat LAZISMU

Kota Salatiga belum memenuhi semua delapan ashnaf penerima zakat karena

zakat hanya diberikan kepada empat ashnaf penerima zakat (fakir, miskin,

amil, sabilillah).Menurut pendapat penulis sebaiknya LAZISMU Kota

Salatiga membagi zakat kepada delapan ashnaf penerima zakat (Fakir, miskin,

amil, mu’allaf, riqab, gharim, sabilillah dan ibnu sabil) bukan hanya kepada

empat mustahiksaja (fakir, miskin, amil dansabilillah) karena zakat hanyalah

milik kedelapan kelompok tersebut. Pendapat penulis tidak terlepas dari yang

disampaikan Wahbah Al-Zuhaily bahwa dalam surah at-Taubah ayat 60

sebagai dasar pembagian zakat memerintahkan pembagian zakat sampai

delapan golongan, tidak lagi dua golongan (1995: 278).

Tidak semua dapat disalahkan karena dalam keadaan sekarang sangat sulit

untuk mengetahui kelompok muallaf, riqab (para budak), gharim (orang yang

memiliki utang), ibnu sabil (orang yang sedang dalam perjalanan). Menurut

Dr. Yusuf Qardawi bahwa jumhur ulama mazhab Hanafi berpendapat, bagian

untuk golongan muallaftelah ternasakh, dan karenanya hilanglah hak mereka

setelah Nabi SAW wafat, dan demikian pula sekarang dan pendapat tersebut

dinyatakan shahih dalam al-Bada’I (19988:570).

B. Analisis Proporsi Pembagian Zakat Terhadap 8Ashnaf Penerima Zakat

di LAZISMU Kota Salatiga

Zakat merupakan ibadah amaliah yang sebab, syarat dan rukun

pelaksanaannya telah dijelaskan dalam hukum Islam.Dimana zakat hukumnya

wajib bagi setiap umat Islam dan bagi orang yang melaksanakannya akan

mendapat pahala, sedangkan orang yang meninggalkannya akan mendapat

dosa. Telah dijelaskan dalam Surah at-Taubah ayat 60 bahwa golongan yang

berhak menerima zakat adalah orang-orang fakir, orang-orang miskin,

pengurus-pengurus zakat, para mu’allafyang dibujuk hatinya, untuk

(memerdekakan budak), orang-orang yang beruntung, untuk jalan Allah dan

orang-orang yang dalam perjalanan. Dimana dalam surah at-Taubah ayat

60tersebut fakir miskin terdapat pada urutan yang pertama.Hal ini mempunyai

esensi bahwa sesungguhnya Allah SWT menetapkan zakat untuk mereka

(fakir miskin) agar tercukupi segala kebutuhannya dan dapat mengubah

kondisi mereka kepada yang lebih baik karena salah satu tujuan

dikeluarkannya zakat ialah untuk menutupi hajat hidup fakir miskin. Hal ini

dilakukan oleh LAZISMU Kota Salatiga dimana telah dilihat dari hasil

penelitian dalam laporan keuangan LAZISMU Kota Salatiga pada tahun

2014-2015, golongan fakir dan miskin mendapat bagian paling besar diantara

golonganamil dan sabilillah. Dengan rincian rata-rata bagian fakir miskin

60%, amil 10% dan sabilillah 30%.Dengan memberikan bagian 60% kepada

fakir miskin LAZISMU Kota Salatiga mempunyai alasan bahawa Kota

Salatiga merupakan kota yang masih banyaknya penduduk non muslim maka

dana Zakat lebih dimayoritaskan sebagai pemberdaya masyarakat fakir miskin

agar fakir miskin tidak goyah imannya dengan adanya bantuan yang diberikan

oleh pengurus gereja, Dengan memberikan bagian lebih besar pada fakir

miskin (beasiswa) diharapkan zakat dapat dijadikan sebagai media

pembangunan produktifitas generasi penerus bangsa dan agama diamana

dengan adanya beasiswa dapat meningkatkan sumber daya manusia yang

berkualitas yang akan menjadikan generasi yang produktif.

Tetapi menurut penulis dalam melakukan proporsi pembagian zakat pada

fakir miskin sebesar 60%, LAZISMU Kota Salatiga sebaiknya membedakan

bagian pada fakir dan miskinhal ini dikarenakan fakir dan miskin adalah

golongan yang berbeda, hal ini sesuai dengan pendapat mazhab Syafi’i dan

Hanbali yang menyatakan bahwa keadaan fakir lebih buruk dari pada kondisi

miskin, fakir dan miskin adalah dua kelompok (bukan satu kelompok) yang

masing-masing mempunyai eksistensi tersendiri ( IAIN Raden Intan, 1990:

62).

Sedangkan dalam bagian amil sebesar 10% telah sesuai dengan

kesepakatan fuqaha besarnya zakat yang diberikan kepada pengurus (‘amil)

zakat yaitu sebesar yang diberikan oleh imam berdasarkan pertimbangannya

atas kerja yang telah dilakukan oleh panitia, zakat atau sebesar biaya

transportasi yang diperlukan olehnya selama mengurus zakat. Akan tetapi,

mazhab Hanafi memberikan catatan bahwa pemberian yang diberikan kepada

panitia zakat hendaknya tidak melebihi setengah dari bagian zakat yang telah

dipungutnya (Al-Zuhaily:1995:292).

Dan pada bagiansabilillah sebesar 30% diberikan kepada bantuan

operasional Taman Pendidikan Qur’an (TPQ). Menurut pendapat penulis

dilihat dari hasil penelitian pada Bab III telah sesuai dengan apa yang yang

menjadi hak dari sabilillah, karena kelompok yang termasuk dalam sabilillah

adalah para pejuang yang berperang dijalan Allah yang tidak digaji yang

mereka lakukan hanyalah berperang. Menurut jumhur ulama, orang-orang

yang berperang dijalan Allah diberi bagian zakat agar dapat memenuhi

kebutuhan hidup mereka, meskipun mereka itu kaya karena sesungguhnya

orang-orang berperang itu adalah untuk kepentingan orang banyak (Al-

Zuhayly, 1995: 287-288).

C. Tinjauan Hukum Islam dan Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2011

Terhadap Pengelolaan Pembagian Zakat dan Proporsi Terhadap 8

Ashnaf Penerima Zakat di LAZISMU Kota Salatiga

1. Tinjauan hukum Islam terhadap Pengelolaan pembagian zakat dan proporsi

pembagian zakat di LAZISMU Kota Salatiga.

Zakat merupakan elemen ibadah wajib yang menjadi pilar Islam yang

memiliki dimensi dan tujuan ekonomi secara langsung.Akan tetapi tidak

serta merta umat Islam dapat menjadi penerima zakat secara sembarangan.

Ada ketentuan yang telah ditetapkan Allah SWT melalui salah satu firman-

Nya yakni surah At-Taubah ayat 60 yang mengatur siapa saja yang berhak

menerima zakat yang terdiri dari delapan kelompok yakni fakir, miskin,

amil, muallaf, budak, gharim, sabilillah dan ibnusabil. Apabila umat Islam

memenuhi kriteriasalah satu dari kedelapan kelompok tersebut, maka dia

berhak menerima zakat yang memang disediakan sebagai bagian dari hak

kedelapan kelompok tersebut.

Pembagian zakat pada sejarah perkembangannya hingga sekarang

telah mengalami perubahan.Pada awal perkembangan Islam, pemberian

zakat dilakukan hanya kepada dua golongan yaitu fakir miskin.Zakat

digunakan untuk memenuhi kebutuhan fakir miskin.Tetapi sekarang ini,

telah mengalami perkembangan dimana zakat tidak hanya diberikan kepada

fakir miskin saja melainkan kepada delapan ashnaf penerima zakat (fakir,

miskin, amil, muallaf, budak, rikab, gharim, sabilillah) yang sesuai dengan

dalil sebagai dasar pembagian zakat yaitu pada surah at-Taubah ayat

60.Tapi pada LAZISMU Kota Salatiga melakukan pembagian zakat hanya

kepada empat kelompok ashnaf penerima zakat (fakir, miskin,amil, dan

sabilillah). Hal ini telah jelas bahwa pengelolaan pembagian zakat di

LAZISMU Kota Salatigabelum memenuhi semua delapan mustahik zakat,

sesuai dengan dalil yangmemerintahkan pembagian zakat sampai delapan

ashnaf, tidak lagi dua golongan sebagaimana yang dinyatakan dalam

firman-Nya surah at-Taubah ayat 60 yang berbunyi:

Artinya:

Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan budak), orang-orang yang beruntung, untuk jalan Allah dan orng-orang yang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS at-Taubah:60).

Dari ayat diatas telah jelas bahwa dalam pembagian zakat mazhab

Syafi’i mengatakan, zakat wajib dikeluarkan kepada delapan kelompok

mustahik tersebut dengan dasar ayat diatas yang menisbatkan bahwa

kepemilikan semua zakat oleh kelompok-kelompok itu dinyatakan dengan

pemakaian huruf lam yang dipakai untuk menyatakan kepemilikan,

kemudian masing-masing kelompok memiliki hak yang sama karena

dihubungkan huruf wawu (salah satu kata sandang yang berarti “dan”) yang

menunjukkan kesamaan tindakan. Oleh karena itu semua bentuk zakat

adalah milik semua kelompok itu, dengan hak yang sama (Al-Zuhaily,

1995: 278).

2. Tinjauan Undang-Undang Nomer 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat

pada Pengelolaan Pembagian Zakat dan Proporsi Pembagian Zakat

terhadap Delapan Ashnaf penerima zakat di LAZISMU Kota Salatiga.

Undang-Undang Zakat yaitu Undang-undang Nomer 38 Tahun 1999

tentang Pengelolaan Zakat (selanjutnya disebut UUPZ) di sahkan di Jakarta

pada tanggal 23 September 1999 pada masa pemerintahan Presiden

Bacharuddin Jusuf Habibie yang kemudian di perbaiki dengan adanya

Undang-Undang Nomer 23 tahun 2011 tentang Penegelolaan Zakat.

Inilah Undang-undang yang mengatur kaitan antara zakat yang

dibayarkan masyarakat sebagai pelaksana kewajiban beragama dengan

pajak yang dibayarkan kepada negara yang merupakan kewajiban

kenegaraan bagi setiap warga negara.

Sebagai lembaga pertimbangannya adalah bahwa Republik Indonesia

yang menjamin kemerdekaaan tiap-tiap penduduk untuk beribadat menurut

agamanya masing-masing serta kepercayaannya itu, sehingga dalam

penunaian zakat sebagi kewajiban atas umat Islam yang mampu. Hasil

pengumpulan zakat merupakan sumber dana yang potensial bagi upaya

mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Sehingga dapat dikatakan bawa

zakat merupakan pranata keagamaan untuk mewujudkan keadilan sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia dengan memperhatikan rakyat yang kurang

mampu.

Menurut pasal 25, Undang-Undang Repubik Indonesia Nomer 23

tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat menyebutkan zakat wajib

didistribusikan kepada mustahik zakat sesuai dengan syariat Islam. Adapun

penjelasan dari pasal 25 tersebut yang dimaksud mustahik delapan ashnaf

adalah fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim,sabilillah, dan ibnusabil

yang dalam aplikasinya dapat meliputi orang-orang yang paling tidak

berdaya secara ekonomi, seperti anak yatim, orang jompo, penyandang

cacat, orang yang menuntut ilmu, pondok pesantren, anak terlantar, orang

yang terlilit utang, pengungsi yang terlantar dan korban bencana alam.

Menurut penjelasan dari pasal 25 telah jelas bahwa pembagian zakat di

LAZISMU Kota Salatiga belum memenuhi dengan apa yang dimaksud

oleh pasal 25, Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 23 tahun 2011

dimana pada LAZISMU Kota Salatiga membagikan zakat hanya kepada

empat ashnafpenerima zakat yaitu (fakir, miskin, amil dan sabilillah).

Sedangkan menurut pasal 26, Undang-undang Republik Indonesia

Nomer 23 tahun 2011 menyebutkan pendistribusian zakat dilakukan

berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan prinsip pemerataan,

keadilan, dan kewilayahan. Jika dilihat berdasarkan skala prioritas dengan

memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan dan kewilayahan telah jelas

bahwa LAZISMU Kota Salatiga dalam melakukan pembagian zakat sesuai

dengan apa yang dimaksud dengan pasal 26 Undang-Undang Nomer 23

Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Hal ini dibuktikan bahwa dalam

prinsip pemerataan dan kewilayahan LAZISMU Kota Salatiga

membagikan zakat tidak pada satu wilayah tetapi pada beberapa wilayah

diantaranya Klaseman, Blotongan, Togaten, Banjaran, Tegalsari, Bancaan,

Sidomukti, Sidorejo, Argomulyo, Sidomukti, Tinkir, Togaten.

Sedangkanan untuk prinsip keadilan LAZISMU Kota Salatiga melihat dari

sisi kebutuhan dan keadan yang ada di sekitar Kota Salatiga yaitu dengan

memberikan bagian kepada fakir miskin sebesar 60%, amil 10% dan

sabilillah dengan jatah 30%. Dengan bagian fakir miskin lebih banyak dari

golongan yang lainnya hal ini menunjukkan bahwa LAZISMU Kota

Salatiga menerapkan apa yang menjadi tujuan zakat.

Sebagaimana pasal Pasal 5 Undang-Undang Republik Indonesia

Nomer 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat mempunyai tujuan

sebagai berikut:

c. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan

zakat.

d. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan

masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.

Dari penjelasan di atas bahwa pengelolaan pembagian dan proporsi

pembagian zakat di LAZISMU Kota Salatiga sudah sesuai dengan hukum

Islam dan Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2011 tetapipembagiannya

belum memenuhi kepada semuamustahik zakat.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan pada bagian-bagian sebelumnya, maka dapat

disimpulkan:

1. Bahwa pelaksana pengelolaan zakat LAZISMU Kota Salatiga dalam

melakukan pengumpulan zakat sudah membedakan hasil zakat, infak dan

shadaqah tetapi dalam pembagian zakat LAZISMU Kota Salatiga belum

membedakan hasil zakat, infak dan shadaqah. Hal ini dilakukan

LAZISMU Kota Salatiga dengan menggabungkan hasil zakat, infaq dan

shadaqah yang dijadikan satu kemudian dibagi kepada empat kelompok

ashnaf penerima zakat. LAZISMU Kota Salatiga dalam melakukan

pengelolaan pembagian zakat belum memenuhi semua mustahik zakat

karena zakat hanya dibagikan kepada empat ashnaf penerima zakat saja

yaitu fakir, miskin, amil dan sabilillah.

2. Pendistribusian zakat oleh LAZISMU Kota Salatiga dibagikan kepada

empat ashnaf penerima zakat dengan proporsi yaitu yang pertama untuk

fakir dan miskin sebesar 60%, kedua untuk amil dengan jatah 10%

danuntuk sabilillah sebanyak 30%.

3. Pengelolaan pembagian zakat di LAZISMU Kota Salatiga tidak

bertentangan dengan hukum Islam dan Undang-Undang No.23 Tahun

2011 tentang Pengelolaan Zakat tetapi juga belum memenuhi apa yang

menjadi dasar dari hukum Islam dan Undang-undang Nomer 23 tahun

2011 yaitu surah at-Taubah ayat 60. Dimana LAZISMU Kota Salatiga

hanya membagikan zakat kepada empat kelompok penerima zakat yaitu

fakir, miskin, amil dan sabilillah. Padahal mazhab Syafi’I mengatakan,

bahwa zakat wajib dikeluarkan kepada delapan kelompok mustahik dan

dalam surat at-Taubahayat 60 juga menjelaskan bahwa zakat merupakan

hak dari delapan golongan ashnaf yaitu fakir, miskin, amil, muallaf,

budak, gharim, sabilillah, ibnusabil. Dalam surat at-Taubah ayat 60

menisbatkan bahwa kepemilikan semua zakat oleh kelompok-kelompok

itu dinyatakan dengan pemakaian huruf lam yang dipakai untuk

menyatakan kepemilikan, kemudian masing-masing kelompok memiliki

hak yang yang menunjukkan kesamaan tindakan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, maka penulis

menyarankan:

1. Sebaiknya LAZISMU Kota Salatiga melakukan perbaikan terhadap

pengelolaan pembagian zakat dengan membedakan hasil zakat, infak, dan

shadaqah dengan mengkhususkan hasil zakat kepada delapan ashnaf

penerima zakat yaitu fakir, miskin, amil, muallaf, gharim, sabilillah,

budak dan ibnusabil.

2. Diharapkan LAZISMU Kota Salatiga mempunyai dasar pokok proporsi

pembagian zakat untuk menentukan proporsi pembagian zakat terhadap

delapan ashnaf penerima zakat.

3. Diharapkan pelaksana pengelolaan pembagian zakat mempelajar \i dan

memahami betul dengan apa yang dinisbatkan dalam surah at-Taubah ayat

60 dan mempelajari tentang Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2011

tentang Pengelolaan Zakat.

Salatiga, Februari 2017

Penulis

DAFTAR PUSTAKA

Depertemen Agama RI. 2008. Al Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: Diponegoro

Buku

Afifuddin. Saebani dan Beni Ahmad. 2012. Metodelogi Penelitian Kualitatif.

Bandung: Pustaka Setia

Al-Zuhayly, Wahbah. 1995. Zakat Kajian Berbagai Mazhab. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Ash-Shiddieqy, Hasbi. 1984. Pedoman Zakat. Jakarta: PT Bulan Bintang

Azwar, Saifudin. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Daradjat, Zakiah. 1996. Zakat Pembersih Harta dan Jiwa. Jakarta: Ruhama

Djuanda, Gustian dkk. 2006. Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Hafidhuddin, Didin. 2002. Zakat Dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema

Insani

IAIN Raden Intan Lampung. 1990. Pengelolaan Zakat Mal Bagian Fakir Miskin.

Lampung: IAIN Raden Intan.

Inoed, Amiruddin dkk. 2005. Anatomi Fiqh Zakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Moleong, Lexy J. 2011. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Remaja

Rosdakarya

Noeng, Muhadjir 1989. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin

Pustaka Setia

Poerwadarminto. 1987. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Qardawi, Yusuf. 1988. Hukum Zakat. Jakarta: PT Pustaka Litera Antarnusa

S. Nasution. 2002. Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito

Saekan, Mukhamad. 2010. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Kudus: Nora Media

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta:Balai Pustaka

W. Gulo. 2010. Metodelogi Penelitian, Jakarta: PT Grasindo

Undang-undang

Undang-undang Nomer 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

Website

https://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_Zakat_Infaq_dan_Shadaqah_Muhammadiyah

di akses pada tanggal 23 september 2016. pukul 15.05

https://www.google.com/search?q=skripsi+tentang+pengelolaan+pembagian+zakat di

akses pada tanggal 23 september 2016. Pukul 14.00

PANDUAN WAWANCARA

1. Sejak kapan LAZISMU Kota Salatiga berdiri?

2. Apa visi dan misi dari LAZISMU Kota Salaitiga?

3. Bagaimana struktur organisasi pada LAZISMUKota Salatiga?

4. Zakat apajakah yang dikelola oleh lembaga LAZISMU Kota Salatiga?

5. Dari mana saja sumber zakat LAZISMU Kota Salatiga?

6. Bagaimana cara pengelolaan pembagian zakat yang dilakukan oleh LAZISMU Kota Salatiga?

7. Apakah ada sistem proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakat di

LAZISMU Kota Salatiga?

8. Bagaimana proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakat yang dilakukan

LAZISMU Kota Salatiga?

9. Siapa sajakah yang menjadi mustahik dalam LAZISMU Kota Salatiga?

HASIL WAWANCARA

Nama : Marijo S.Pdi. M.Pd

Jabatan : Ketua pelaksana zakat LAZISMU Kota Salatiga

Tanggal : Kamis, 27 Oktober 2016 pada pukul10:20 WIB

NS : Assalamu’alaikum Wr. Wb

MJ : Wa’alaikumsalam Wr. Wb

NS : Maaf pak, mengganggu waktunya sebentar

MJ : Iya ada apa mbak...??silahkan duduk

NS : Saya dari mahasiswi IAIN Salatiga jurusan Syariah prodi Hukum Ekonomi Syariah

akan melakukan penelitian di LAZISMU Kota Salatiga

MJ : Iya tentang apa mbak?

NS : Tentang pengelolaan pembagian zakat dan proporsi pembagian zakat di LAZISMU

Kota Slatiga?

MJ : Surat ijinnya sudah ada mbak?

NS : Iya ada pak,

MJ : Silahkan mbak apa yang mau ditanyakan

NS : Sejak kapan LAZISMU Kota Salatiga berdiri?

MJ : LAZISMU didirikan pada tanggal 14 Juli 2002 yang ditandai dengan penandatangan

deklarasi oleh Prof. Dr. HA. Syafi’i Ma’arif, MA (Buya Syafi’i) dan selanjutnya

dikukuhkan oleh Menteri Agama Replublik Indonesia sebagai Lembaga Amil Zakat

Nasional (LAZNAS) dengan Surat Keputusan Nomer 457 tanggal 21 November 2002

NS : Apa visi dan misi dari LAZISMU Kota Salatiga?

MJ : LAZISMU Kota Salatiga mempunyai visi dan misi diantaranya yaitu :

a. Visi lengkap

“Terwujudnya optimalisasi potensi dan pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah

dengan professional dan amanah untuk pemberdayaan umat”

b. Visi sebagai Motto

“Mari tunaikan zakat, zakat itu wajib, mulia dan bermanfaat”

c. Misi

1) Optimalisasi kualitas pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) yang

amanah, professional, dan transparan.

2) Optimalisasi pendayagunaan Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) yang kreatif,

inovatif dan produktif.

3) Optimalisasi pelayanan donator.

NS : Apa sajakah produk-produk dalam LAZISMU Kota Salatiga?

MJ : Produk-produk LAZISMU Kota Slatiga diantanya:

1. Zakat Beasiswa Pendidikan

Program untuk meningkatkan beban biaya sekolah bagi anak-anank yang tidak

mampu dengan sistem donator rutin tiap bulan atau tiap semester mulai dari

pendidikan dasar, menengah maupun tingkat perguruan tinggi.

2. Zakat Peduli Dhuafa

Program ini untuk membantu meringankan beban biaya hidup bagi para kaum

dhuafa dengan sistem bulanan maupun triwulan.

3. Infak dan Shadaqah

LAZISMU Kota Salatiga juga menerima penyaluran kelebihan rezeki berupa infak

bentuk uang tunai maupun sedekah dalam bentuk lain, dengan besaran yang tidak

ditentukan dan bisa dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat.

4. Kurban Berkah

LAZISMU Kota Salatiga dapat menerima dan menyalurkan hewan kurban yang

diprioritaskan pada daerah rawan pangan, rawan bencana maupun rawan

pemurtadan. Dapat diterima dalam bentuk uang tunai maupun hewan kurban secara

langsung.

5. Solidaritas Kemanusiaan

Program untuk meringankan beban saudara kita yang tertimpa musibah bencana

alam seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, dan lain-lain. Bantuan dapat

berupa uang tunai, sembako, pakaian pantas pakai, obat-obatan, tenaga medis atau

pengiriman relawan dilokasi bencana.

6. Zakat Fitrah

LAZISMU Kota Salatiga siap membantu muzakki untuk dapat menyalurkan zakat

fitrah maupun zakat malnya kepada yang berhak sesuai dengan syariah.

NS : Bagaimana prosedur penghimpunan zakat di LAZISMU Kota Salatiga?

MJ : Biasanya zakat diambil langsung oleh petugas penarik zkat LAZISMU Kota Salatiga,

dirumah atau dikantor sesuai dengan kehendak muzzaki dan muzzaki bisa menentukan

waktu pengambilannya. Atau bisa juga melalui transfer ke rekening resmi LAZISMU

Kota Slatiga yaitu pada Bank Muamalat Indonesia (BMI), di nomer

rekening:0104285318 atas nama LAZISMU Kota Salatiga.

NS : Begini pak, ini kan penelitian yang saya lakukan tentang pengelolaan pembagian zakat.

Yang saya tanyakan Bagaimanakah pelaksanaan pengelolaan pembagian zakat yang

dilakukan oleh LAZISMU Kota Salatiga?

MJ : Oh iya mb, LAZISMU Kota Salatiga kan merupakan Lembaga Amil Zakat Infaq dan

Shadaqah Nasional dimana lembaga pempunyai hak penuh atas penghimpunan,

pengelolaan dan pembagian zakat secara penuh dimana dalam pengumpulan zakat

LAZISMU Kota Salatiga menerima zakat dari empat kecamatan diantaranya yaitu

Kecamatan Argomulyo, Tingkir, Sidomukti, Sidorejo I dan Sidorejo 2 yang dilakukan

setiap bulan. Dana yang dikumpulkan berupa dana zakat, dana infaq dan shadaqoh.

NS : Untuk penerimaan zakat apakah LAZISMU Kota Salatiga sudah membedakan dana

zakat, infaq dan shadaqah pak?

MJ : Sudah mb. Dana yang berasal dari empat kecamatan yang telah di jelaskan di atas

kemudian di jadikan satu dengan membedakan hasil zakat dan hasil infak sama

shadaqah kemudian ifak dan shadaqah dijadikan satu karna zakat kan beda sama infak

dan shadaqah.

NS : Oh iya pak. Untuk pengelolaan pembagiannya bagaimana pak, apakah sudah di bedakan

juga?

MJ : Belum. Untuk pengelolaan pembagian zakat LAZISMU Kota Salatiga dilakukan

dengan cara menjadikan satu dana hasil penerimaan zakat, infak dan shadaqah yang

kemudian dana tersebut dibagikan kepada empat ashnaf penerima zakat yaitu fakir,

miskin, amil dan fisabilillah dengan rincian fakir miskin diberikan melalui Panti

Asuhan (P.A Abu Hurairah dan P. A Aisyah), Bantuan biaya hidup 23 dhuafa dan

beasiswa yang diberikan kepada siswa kurang mampu. Kemudian bagian amil setiap

bulannya telah di cantumkan dalam laporan penerimaan dan pengeluaran zakat

LAZISMU Kota Salatiga.Untuk bagian fisabilillah diberikan dengan pentasyarufan

kepada Taman Pendidikan Qur’an (TPQ).

NS : Mengapa dalam pengelolaan pembagian zakat LAZISMU Kota Salatiga menjadikan

satu dana zakat, infaq dan shadaqah pak?

MJ : Iya untuk mempermudah pengelolaan pembagian zakat mb, tapi mulai sekarang tahun

2016 LAZISMU Kota Salatiga sudah membedakan dana zakat, infaq dan shadaqah.

NS : Mengapa zakat hanya di berikan kepada empat ashnaf pak, kan pada surah at-Taubah

ayat 60 bahwa zakat hanyalah milik delapan ashnaf penerima pak?

MJ : Pada surah at-Taubah ayat 60 yaitu zakat boleh diberikan kepada sebagian ashnaf

penerima zakat tidak harus kesemua delapan ashnaf penerima zakat. Karena kempat

kelompok tersebut (fakir, miskin, amil dan fisabilillah) merupakan kelompok yang pasti

ada di sekitar Kota Salatiga dan paling mudah dalam mengetahui kriteria-kriterianya.

NS : Apakah ada sistem proporsi dalam melakukan pembagian zakat kepada setiap ashnaf?

MJ : Ada mb. Yaitu dengan memberikan jatah 60% kepada fakir miskin, amil sebesar 10%

dan fisabilillah sebanyak 30%

NS : Terima kasih atas waktu dan jawabannya pak. Waalaikumussalam Wr Wb.

MJ : Sama-sama mbak…Wa’alaikumusalam Wr Wb.

Salatiga, 27 Oktober 2016

Informan

Muttaqin S.Pdi. M.Pd.

Nama : Bapak Muttaqin S.Pd.

Jabatan : Sekretaris LAZISMU Kota Salatiga

Tanggal : Selasa, 15 November 2016

NK : Assalamu’alaikum r. Wb

MQ : Wa’alaikumsalam wr. wb

NK : Maaf mas menganggu waktunya sebentar

MQ : Iya ada apa mbak... ??silahkan duduk

NK : Saya ingin tanya-tanya mas

MQ : Iya tentang apa mbak ?

NK : Tentang pengelolaan pembagian zakat di LAZISMU Kota Salatiga pak?

: Bukankah kemarin sudah dijelaskan oleh pak muttaqin

MQ : Iya pak

NK : Silahkan mbak apa yang mau ditanyain

MQ : Bagaimana pengelolaan pembagian zakat di LAZISMU Kota Salatiga?

NK : Dalam melaksanakan pengelolaan pembagian dana zakat LAZISMU Kota

Salatiga mempunyai sistem pengelolaan pembagian sendiri dengan cara yaitu

menjadikan satu dana zakat, infaq dan shadaqah. Pelaksana pengelolaan zakat

LAZISMU Kota Salatiga membagi zakat pada setiap akhir bulan dimana

seluruh dana zakat, infaq dan shadaqah yang terkumpul dari muzakki dengan

menambahka saldo yang setiap bulannya kemudian dibagikan kepada amil,

fakir, miskin dan fisabilillah pada akhir bulan

NK : Kenapa hanya kepada empat ashnaf pak ?

MQ : Karna kelompok yang tetap dan pasti ada di Salatiga empat ashnaf tersebut mb

yaitu fakir, miskin, amil dan fisabilillah.

NK : Dasar apa yang digunakan dalam pengelolaan pembagian zakat di LAZISMU

Kota Salatiga pak?

MQ : Ya sama mb surah at-Taubah ayat 60.

NS : Kan pada surat at-Taubah menisbatkan delapan golongan pak?

MQ : Iya kan tidak harus delapan ashnaf dalam pembagiannya mb, karna yang ada

disekitar Salatiga menurut LAZISMU Kota empat ashnaf.

NS : Oh iyya pak. Untuk bagian fakir miskin kenapa 60% ?

MQ : Iya mb fakir miskin diberi jatah 60% karna begini mb alasannya:

1. Kota Salatiga merupakan kota yang masih banyaknya penduduk non

muslim maka dana Zakat lebih dimayoritaskan sebagai pemberdaya

masyarakat fakir miskin agar fakir miskin tidak goyah imannya dengan

adanya bantuan yang diberikan oleh pengurus gereja.

2. Dengan memberikan bagian lebih besar pada fakir miskin (beasiswa)

diharapkan zakat dapat dijadikan sebagai media pembangunan produktifitas

generasi penerus bangsa dan agama diamana dengan adanya beasiswa dapat

meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas yang akan

menjadikan generasi yang produktif.

3. Zakat lebih difungsikan sebagai langkah untuk merubah mustahik

menjadi muzakki

NS : Sudah cukup pak, terima kasih pak.Wassalamu’alaikum…

MQ : Iya sama-sama mbak.Wa’alaikumsalam Wr. Wb

Salatiga, 15 November 2015

Informan

Muttaqin S.Pd.

DOKUMENTASI

Pembagian beasiswa Bantuan bagi dhuafa

Pembagian bantuan Operasional TPQ Kegiatan penarikan ZIS di ruang kerja dr. Hj.Supartinah, Sp. THT. Oleh petugas Lazis

Wawancara dengan bapak Marijo S.PdI. M.Pd

(Ketua Pelaksana zakat LAZISMU Kota Salatiga)

DAFTAR NILAI SKK

Nama :Khoirotun Nisak Fakultas : Syariah

NIM : 214-12-031 Progdi : Hukum Ekonomi Syari’ah

NO JENIS KEGIATAN WAKTU KEGIATAN

JABATAN NILAI

1. Sertifikat “Orientasi Peserta Akademik Dan Kemahasiswaan” (OPAK DEMA)

5-7/9/2012 Peserta 3

2. Sertifikat “Membangun Pribadi Mahasiswa Melalui Analisa Sosial ke-Syariah-an”(ORMAS)

8-9/9/2012 Peserta 3

3. Sertifkat “Membangun Karakter Keislaman Bertaraf Internasional di Era Globalisasi Bahasa”

10/9/2012 Peserta 2

4. Piagam Penghargaan” Explore Your Entrepreneurship Talent”

11/9/2012 Peserta 2

5. Sertifikat Achievment Motivation Training AMT”

12/9/2012 Peserta 2

6 Sertifikat” Library User Education (Pendidikan Pemakai Perpustakaan)

13/9/2012 Peserta 2

7 Sertifikat Seminar Nasional “Urgensi Media Dalam Pergulatan Politik”

29 /9/2012 Peserta 6

8 Sertifikat “Training Pembuatan Makalah”

13/10/2012 Peserta 2

9 Sertifikat “Membentuk Militansi Kader Menuju Mahasiswa yang Ideal”

5-7/10/ 2012 Peserta 3

10 Piagam Penghargaan “Satu Malam Meningkatkan Integritas Mahasiswa Syariah”

13-14/10/ 2012 Peserta 3

11 Sertifikat “English Friendship Camp and Social Work in Merbabu Foothill 2012”

19/10/2012 Peserta 3

12 Sertifikat Dialog Publik dan Silaturahim Nasional “Kemanakah

10/11/2012 Peserta 8

Arah Kebijakan BBM? Mendorong Subsidi BBM Untuk Rakyat”

13 Sertifikat Seminar Nasional “Peran Lembaga Perbankan Syariah dengan Adanya Otoritas Jasa Keuangan (UU No. 21 Tahun 2011 TENTANG OJK)

29/11/2012 Peserta 8

14 Piagam Penghargaan “Tafsir Tematik dalam Upaya Menjawab Persoalan Israel dan Palestina Landasan QS. Al-Fath:26-27”

1/12/2012 Peserta 2

15 Sertifikat Seminar “Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah dalam Prespektif Hukum Positif dan Syariah”

17/11/2012 Peserta 2

16 Sertifikat Seminar Kesehatan Wanita bersama AVAIL (Always Very Active In Life) Salatiga

13/1/2013 Peserta 2

17 Sertifikat Seminar Nasional “Perjuangan Kaum Perempuan dalam Kesetaraan Hukum Islam di Indonesia”

30/4/2013 Peserta 6

18 Sertifikat Seminar Nasional “Indonesia Will Grow and Shine With Sharia Economics”

04/6/2013 Peserta 8

19 Sertifikat Seminar Nasional dan Dialog Publik “Penyesuaian Harga BBM Bersubsidi”

27/6/2013 Peserta 8

20 Sertifikat “ Pesantren Sebagai Wadah Perkembangan Karakter Pemuda Islam yang Berakhlakul Karimah dan Bernalar Ilmiah”

30/6/2013 Panitia 2

21 Sertifikat Sosialisasi dan Silaturahim Nasional “Sosialisasi UU No. 1 Th 2013, Peran Serta Fungsi OJK dan Pemerintah Dalam Pengawasan LKM (Lembaga Keuangan Mikro)

30/9/2013 Peserta 6

22 Sertifikat Peserta Diklat Ekonomi Islam “Be Generation of Sharia Economics”

19-20/10/ 2013 Peserta 3

23 Sertifikat “Ciptakan Karakter Mahasiswa Berwawasan Nusantara dan Berakhlaq Mulia”

29-30/11/2013 Peserta 3

24 Sertifikat Pendidikan Anggota Dasar (PAD) Al-Khidmah Kampus Kota Salatiga “Menciptakan Karakter Mahasiswa Berwawasan Nusantara dan Berakhlak Mulia”

28-29/12/2013 Panitia 3

25 Sertifikat “Penulisan Karya Tulis Ilmiah KSEI STAIN Salatiga”

14/5/2014 Peserta 2

26 Sertifikat “ Level Basic 1 Atau Pendidikan Tingkat 1”

13/10/2014 Panitia 3

27 Sertifikat “Membangun Karakter Mahasiswa Islamic Entrepreneurship”

14/10/2014 Panitia 2

28 Seminar Nasional “Optimalisasi Daya Insani Terhadap Lembaga Keuangan Syariah”

14/10/2014 Panitia 8

29 Sertifikat “Menciptakan Generasi yang Berpegang Teguh Prinsip Ekonomi Syariah Untuk Kemajuan Perekonomian Indonesia”

22-23/11/2014 Panitia 3

30 Sertifikat Participant of Training and Toefl Tests.

8-9/11/2014 Peserta 3

31 Seminar Regional “Membangun Karakter Kepemimpinan KSEI dalam Akselerasi Pembumian Ajaran Islam di Bidang Ekonomi”

13/12/2014 Peserta 6

32 Sertifikat Seminar Nasional “Kesehatan Islami”

10/8/2015 Peserta 6

33 Sertifikat “Literasi Keuangan Syariah dan Kebijakan Mikroprudensial dalam Stabilitas Ekonomi”

12/10/2015 Peserta 2

34 Sertifikat Seminar Nasional “Peran Sistem Ekonomi Islam dalam Meningkatkan Stabilitas Ekonomi Global dengan Mensinergikan Sektor Rill dan Sektor Keuangan”

13/10/2015 Peserta 8

35 Seminar Nasional “Perbankan Syariah di Indonesia: Antara Teori dan Praktek”

4/11/2015 Peserta 8

36 Sertificat “The Exclusive One Day Workshop Become A Successful Etrepreneur

23/4/2016 Peserta 2

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:

Nama : Khoirotun Nisak

Tempat, Tanggal lahir : Grobogan, 14 Juli 1993

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Dsn. Krajan Ds. Putatsari RT 03/01, Kec. Grobogan, Kab.

Grobogan

Riwayat Pendidikan :

1. SD N 01 Putatsari, lulus tahun 2006

2. MTs. Yarobi Grobogan, lulus tahun 2009

3. SMA N 01 Grobogan, lulus tahun 2011

Demikian riwayat hidup ini dibuat sebenar-benarnya.

Salatiga, 10 Januari 2017

Penulis

Khoirotun Nisak