pengelolaan pembagian zakat terhadap 8 ashnaf...
TRANSCRIPT
PENGELOLAAN PEMBAGIAN ZAKAT TERHADAP 8 ASHNAF PENERIMA ZAKAT DI LEMBAGA AMIL ZAKAT INFAQ DAN
SHADAQAH MUHAMMADIYAH (LAZISMU) KOTA SALATIGA
SKRIPSI
Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
Khoirotun Nisak
21412031
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
MOTTO
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (Al-Hasyr:18)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
1. Kedua orang tuaku tercinta Bapak H. Muhammad Tohir dan Ibu Hj. Istiqamah yang
senantiasa memeberiku dukungan, semangat, dan do’a atas segalanya.
2. Pengasuh PPTI Al-Falah Salatiga K.H Zoemri RWS (Alm) serta Hj. Lathifah Zoemri
beserta keluarga.
3. Semua kakaku (Umi Mutmainah, Umroh, Syaiful Mujib, Farida Farichah, Irchamuddin,
Ali Chamdani) yang selalu memberiku semangat dalam kuliah dan adik-adikku tercinta
(Ema Nurrofiana, M. Luthfi Hakim)
4. Sahabat-sahabatku tercinta (Masadah, Dwi Astuti, Rahmatul Ummah, Fatikatul Malikah,
Fitrotul Ummah, Ani Maftuchah, Aisyatul Lailiyah, Fitriatuzahro, Titik Iva Mustakimah)
yang selalu memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam mengerjakan skripsi.
5. Almamater IAIN Salatiga dan Fakultas Syariah
6. Teman-teman tercinta S1 Hukum Ekonomi Syariah 2012
7. Keluarga besar Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Salatiga.
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kepada Allah SWT, karena berkat limpahan
rahmatNya penelitian ini dapat terselesaikan sesuai dengan yang diharapkan.
Shalawat dan salam selalu penulis panjatkan kehadirat Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa umat dari zaman kebodohan ke zaman yang tahu akan ilmu. Semoga selalu
mendapatkan Syafaat dari beliau di dunia maupun diakhirat nanti.
Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Program Studi S1 Hukum
Ekonomi Syariah yang berjudul “PENGELOLAAN PEMBAGIAN ZAKAT TERHADAP 8
ASHNAF PENERIMA ZAKAT DI LEMBAGA AMIL ZAKAT INFAQ DAN
SHADAQAH MUHAMMADIYAH (LAZISMU) KOTA SALATIGA”. Penulis menyadari
bahwa dalam menyelesaikan laporan ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor IAIN Salatiga Dr. Rahmat Hariyadi M.Pd
2. Dekan fakultas syariah Dra. Siti Zumrotun,. M.Ag
3. Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Evi Ariyani S.H,.M.H
4. Pembimbing skripsi Luthfiana Zahriani, S.H,.M.H. yang telah memberikan saran,
pengarahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan sesuai
yang diharapkan.
5. Bapak ibu dosen Fakultas Syariah yang telah memberikan ilmunya selama menempuh
pendidikan S1 Hukum Ekonomi Syariah.
6. Bapak H. Muhammad Tohir dan Ibu Hj. Istiqamah sebagai orang yang bersusah payah
dalam membiayai studi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di IAIN
Salatiga.
7. Kakaku Farida Farichah M. Pd yang selalu memberi segala dukungan.
8. Teman-teman S1 Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2012
Semoga Allah membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang lebih
dari yang mereka berikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna.Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi pembaca
pada umumnya.
Salatiga, 10 Januari 2017
Penulis
ABSTRAK
Nisak, Khoirotun. 2016. Pengelolaan Pembagian Zakat Terhadap 8 Ashnaf Penerima Zakat di Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Salatiga. Skripsi. Fakultas Syari’ah Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga (IAIN). Pembimbing Luthfiana Zahriani S.H. M.H.
Kata Kunci : Pengelolaan Pembagian Zakat, Delapan Ashnaf Penerima Zakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengelolaan pembagian zakat yang dilakukan oleh LAZISMU Kota Salatiga, untuk mengetahui bagaimana proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakat di LAZISMU Kota Salatiga dan untuk mengetahui bagaimana tinjauan hukum Islam dan Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat terhadap pengelolaan pembagian zakat dan proporsi pembagian zakat di LAZISMU Kota Salatiga.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan metode pengumpulan data, observasi, wawancara dan studi pustaka. Sifat penelitian yakni deskriptif analitik, sehingga tertuju pada pemecahan masalah dengan fakta-fakta yang ada.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat diketahui bahwa: 1)LAZISMU Kota Salatiga sudah membedakan hasil zakat, infak dan shadaqah dalam pengumpulan zakat tetapi dalam pembagian zakat LAZISMU Kota Salatiga menjadikan satu hasil zakat, infak dan shadaqah yang kemudian dana tersebut dibagi kepada empat ashnaf penerima zakat yaitu fakir, miskin, amil dan sabilillah. Dalam pengelolaan pembagian zakat LAZISMU Kota Salatiga belum memenuhi semua delapan ashnaf penerima zakat. 2) Proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakat di LAZISMU Kota Salatiga sudah sesuai dengan apa yang menjadi bagian dari setiap ashnaf. Dengan memberikan jatah kepada fakir miskin 60%, amil sebesar 10% dan sabilillah sebanyak 30%. 3) Dalam melakukan pengelolaan pembagian zakat dan proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakat, LAZISMU Kota Salatiga tidak bertentangan dengan hukum Islam dan Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat tetapi belum memenuhi semua delapan ashnaf penerima zakat. Karna zakat di LAZISMU Kota Salatiga hanya dibagikan kepada empat ashnaf penerima zakat diantaranya yaitu fakir, miskin, amil dan sabilillah.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................................................. ii
PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .....................................................................................iv
HALAMAN MOTO........................................................................................................................v
HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................................................vi
KATA PENGANTAR..................................................................................................................vii
ABSTRAK....................................................................................................................................ix
DAFTAR ISI........................................................................................................................……..x
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian................................................................................................................ 6
D. Kegunaan Penelitian........................................................................................................... 7
E. Penegasan Istilah................................................................................................................ 7
F. Tinjauan Pustaka................................................................................................................ 9
G. Metode Penelitian............................................................................................................. 13
H. Sistematika Penulisan....................................................................................................... 18
BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT
A. Zakat Menurut Fiqh.......................................................................................................... 20
1. Pengertian Zakat......................................................................................................... 20
2. Sebab, Syarat dan Rukun Zakat.................................................................................. 22
3. Dasar Hukum Zakat.................................................................................................... 26
4. Macam-macam Zakat.................................................................................................. 28
5. Barang-barang Yang Wajib Dizakati......................................................................... 29
6. Pembagian Zakat......................................................................................................... 35
7. Hikmah dan Tujuan Zakat.......................................................................................... 42
8. Penyaluran Zakat........................................................................................................ 46
B. Zakat Menurut UURI No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat……………….... 48
1. Pengertian Zakat......................................................................................................... 49
2. Dasar Hukum Zakat................................................................................................... 49
3. Asas dan Tujuan Zakat................................................................................................ 49
4. Macam-macam Zakat.................................................................................................. 50
5. Pengelolaan Zakat....................................................................................................... 51
6. Pengumpulan, Pendistribusian, Pendayagunaan, dan Pelaporan
Zakat........................................................................................................................... 52
7. Pembinaan dan Pengawasan Zakat............................................................................. 55
BAB III : HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Tentang Zakat...................................................................................... 56
1. Sejarah LAZISMU Kota Salatiga .............................................................................. 56
2. Visi dan Misi LAZISMU Kota Salatiga..................................................................... 61
3. Tujuan LAZISMU Kota Salatiga................................................................................ 61
4. Struktur Organisasi LAZISMU Kota Salatiga............................................................ 62
5. Produk Layanan LAZISMU Kota Salatiga................................................................. 63
B. Pengelolaan Pembagian Zakat di LAZISMU Kota Salatiga............................................ 65
C. Proporsi Pembagian Zakat di LAZISMU Kota Salatiga.................................................. 69
BAB IV : PEMBAHASAN
A. Analisis Pengelolaan Pembagian Zakat di LAZISMU Kota Salatiga.............................. 75
B. Analisis Proporsi Pembagian Zakat Terhadap 8 Ashnaf Penerima Zakat di LAZISMU
Kota Salatiga......................................................................................................................78
C. Tinjauan Hukum Islam dan Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Zakat Terhadap Pengelolan Pembagian Zakat dan Proporsi Pembagian Zakat di
LAZISMU Kota Salatiga...................................................................................................80
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................................................87
B. Saran..................................................................................................................................88
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN- LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zakat merupakan salah satu ibadah amaliah yang termasuk dalam
rukun Islam ketiga yang wajib dilaksanakan oleh umat muslim. Secara bahasa
kata zakat sendiri mempunyai arti tumbuh (numuww) dan bertambah
(ziyadah).Sedangkan menurut syara’ zakat berarti hak yang wajib
(dikeluarkan dari) harta (Al-Zuhaily, 1995:82-83). Sedangkan secara istilah
zakat adalah merupakan bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang
Allah SWTmewajibkan kepadapemiliknya, untuk diserahkan kepada yang
berhak menerimanya, dengan persyaratan yangtentu pula (Hafidhuddin,
2002:7).
Zakat bukanlah hanya sebatas urusan hamba dengan Allah SWT
(hablummin-Allah), namun merupakan ibadah yang berkaitan dengan harta
yang perlu diberdayakan secara optimal untuk memperbaiki ekonomi
masyarakat. Oleh karena itu setiap muslim yang mempunyai harta dan
memenuhi syarat-syarat tertentu diwajibkan mengeluarkan zakat untuk
diberikan fakir miskin atau mereka yang berhak dengan syarat-syarat yang
telah ditentukan.
Dalam surah at-Taubah:103 dijelaskan bahwa zakat itu diambil
(dijemput) dari orang-orang yang berkewajiban untuk berzakat (muzzaki)
untuk kemudian diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya
(mustahik). Yang mengambil dan menjemput tersebut adalah para petugas
(‘amil). Imam Qurthubi ketika menafsirkan ayat tersebut ketika menafsirkan
ayat tersebut (at-Taubah:60) menyatakan bahwa ‘amil itu adalah orang-orang
yang ditugaskan (diutus oleh imam/ pemerintah) untuk mengambil,
menuliskan, menghitung dan mencatatkan zakat yang diambilnya dari para
muzzaki kemudian diberikan kepada yang berhak menerimanya
(Hafidhuddin,2002:120).
Rasulullah saw pernah memperkerjakan seorang pemuda dari suku
Asad, yang bernama Ibnu Lutaibah, untuk mengurus urusan zakat Bani
sulaiman. Pernah pula mengutus Ali bin Abi Thalib ke Yaman untuk menjadi
‘amil zakat hingga akhirnya hal demikian telah dilakukan para khulafaurra-
rasidin (Hafidhuddin,2002:120).
Di Indonesia sendiri lembaga pengelola zakat telah mulai dikenal oleh
masyarakat luas dengan lahirlah dua lembaga pengelola zakat diantaranya
yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang telah
diatur pada Undang-undang No 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
Sebagai lembaga yang dibentuk untuk mengatur dan mengelola zakat sudah
seharusnya dalam pelaksanaan sesuai dengan aspek syariah dan aspek
manajerial. Maka dari itu Lembaga Amil Zakat harus manage segala yang
akan dilakukan agar tercapainya cita cita dari lembaga tersebut.
Menurut mazhab Hanbali, zakat adalah hak yang wajib (dikeluarkan)
dari harta yang khusus untuk kelompok yang khusus pula (Al-Zuhaily,
1995:84).Yang dimaksud kelompok khusus adalah delapan kelompok yang
disyariatkan oleh Allah swt yang terdapat dalam Al-qur’an surah at-Taubah
(10): 60:
Artinya:
Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan budak), orang-orang yang beruntung, untuk jalan Allah dan orng-orang yang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS at-Taubah:60).
Adapun dalam pembagiannya mazhab Syafi’i mengatakan, zakat wajib
dikeluarkan kepada delapan kelompok mustahik tersebut dengan dasar ayat
diatas yang menisbatkan bahwa kepemilikan semua zakat oleh kelompok-
kelompok itu dinyatakan dengan pemakaian huruf lam yang dipakai untuk
menyatakan kepemilikan, kemudian masing-masing kelompok memiliki hak
yang sama karena dihubungkan huruf wawu (salah satu kata sandang yang
berarti “dan”) yang menunjukkan kesamaan tindakan. Oleh karena itu semua
bentuk zakat adalah milik semua kelompok itu, dengan hak yang sama (Al-
Zuhaily, 1995:278).
Sedangkan mengenai besarnya para Fuqaha berselisih pendapat
terhadap besaran yang diberikan kepada faqir dan miskin. Mazhab Syafi’i dan
Hanbali mengatakan kita boleh memberikan zakat kepada masing-masing
orang fakir dan miskin sebesar keperluan yang memenuhi semua hajatnya,
atau sekedar memberikan sesuatu yang membuatnya dapat bekerja jika
mereka masih kuat, atau memberi barang-barang yang dapat diperdagangkan
oleh mereka meskipun hal ini memerlukan barang yang cukup banyak
sehingga membuatnya layak untuk melakukan perdagangan. Karna bahwa
sesungguhnya Allah SWT menetapkan zakat untuk mereka agar tercukupi
segala kebutuhannya dan dapat mengubah kondisi mereka kepada yang lebih
baik. Karena tujuan dikeluarkannya zakat adalah untuk mencukupi hajat hidup
orang fakir miskin (Al-Zuhaily:1995:291)
Disamping itu besaran zakat yang diberikan kepada pengurus (‘amil)
zakat, menurut kesepakatan fuqaha ialah sebesar yang diberikan oleh imam
berdasarkan pertimbangannya atas kerja yang telah dilakukan oleh panitia,
zakat atau sebesar biaya transportasi yang diperlukan olehnya selama
mengurus zakat. Akan tetapi, mazhab Hanafi memberika catatan bahwa
pemberian yang diberikan kepada panitia zakat hendaknya tidak melebihi
setengah dari bagian zakat yang telah dipungutnya (Al-Zuhaily:1995:291)
Tapi hal ini masih menjadi keraguan kepada masyarakat apakah
lembaga tersebut sudah mengatur pengelolan pembagian zakat dengan baik
dan bagaimana keadilan proporsi pembagian zakat terhadap delapan
ashnafpenerima zakat, dimana lembaga ‘amil zakat juga termasuk dalam
mustahik zakat yaitu delapan ashnaf yang berhak menerima zakat besar
kemungkinan ‘amil zakat mendapatkan bagian lebih besar diantara tujuh
ashnaf yang berhak menerima zakat tersebut. Dan karena pada hukum Islam
juga belum terdapat dalil yang menjelaskan secara rinci akan proporsi
terhadap delapan ashnaf penerima zakat.
Dengan adanya pernyataan diatas maka dari itu peneliti akan
melakukan penelitian yang berjudul “Pengelolaan Pembagian Zakat
Terhadap Delapan Ashnaf Penerima Zakat di Lembaga Amil Zakat
Infaq dan Shodaqoh Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Salatiga”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan pembagian dan
proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakat apakah
sudah sesuai dengan undang-undang dan hukum Islam.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini secara umum adalah bagaimana
pengelolaan pembagian zakat di LAZISMU yang dirinci sebagai berikut:
1. Bagaimana pengelolaan pembagian zakat yang dilakukan oleh LAZISMU
Kota Salatiga?
2. Bagaimana proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima
zakat di LAZISMU Kota Salatiga?
3. Bagaimana tinjauan hukum Islam dan Undang-undang Nomer 23 tahun
2011 tentang Pengelolaan Zakat terhadap pengelolaan pembagian zakat dan
proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakatdi
LAZISMU Kota Salatiga ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan penelitian yang
hendak dicapai adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengelolaan pembagian zakat yang dilakukan oleh
LAZISMU Kota Salatiga.
2. Untuk mengetahui proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf
penerima zakat di LAZISMU Kota Salatiga.
3. Untuk mengetahui tinjaun hukum Islam dan Undang-undang Nomer 23
tahun 2011 tentang Pengelola Zakat terhadap pengelolaan pembagian zakat
dan proporsi pembagian zakat di LAZISMU Kota Salatiga.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun penelitian atau pembahasan terhadap masalah diatas mempunyai
maksud agar berguna sebagai berikut:
1. Secara teoritis dapat menambah wawasan pengetahuan tentang pengelolaan
pembagian dan proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf
penerima zakat.
2. Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat dipergunakan sebagai
referensi atau landasan dalam hal yang berhubungan dengan pengelolaan
pembagian dan proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf
penerima zakat.
E. Penegasan Istilah
1. Pengelolaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun oleh Tim Penyusun
Kamus Pusat Bahasa pengelolaan mempunyai arti proses, cara, perbuatan
mengelola atau proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan
tenaga orang lain (2007:534).
2. Pembagian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun oleh W. J. S.
Poerwadarminto pembagian mempunyai arti cara (hal, pembuatan dsb)
membagi atau membagikan, hitungan membagi dengan bilangan besar-
besaran (1987:73).
3. Zakat
Secara bahasa kata zakat sendiri mempunyai arti tumbuh (numuww) dan
bertambah (ziyadah).Sedangkan menurut syara’ zakat berarti hak yang
wajib (dikeluarkan dari) harta (Al-Zuhayly, 1995:82-83).Sedangkan
secara istilah zakat adalah merupakan bagian dari harta dengan persyartan
tertentu, yang Allah swt mewajibkan kepada pemiliknya, untuk diserahkan
kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan yang tentu pula
(Hafidhuddin, 2002:7).
4. Delapan Ashnaf Penerima Zakat
Delapan ashnaf penerima zakat (mustahiqq al-zakat) yaitu orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan budak), orang-orang berhutang,
untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan (Al-
Zuhailyly, 1995: 280).
5. LAZISMU
Lembaga Zakat Infaq dan Sadaqah Muhammadiyyah (LAZISMU) adalah
lembaga zakat tingkat nasional yang berkhidmat dalam pemberdayaan
masyarakat melalui pendayagunaan secara produktif dana zakat, infaq,
shadaqah, wakaf dan dana kedermawaan lainnya baik dari perseorangan,
lembaga, perusahaan dan instansi lainnya.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_Zakat_Infaq_dan_Shadaqah_Muha
mmadiyah diakses pada tanggal 23 septemeber pukul 15.05)
F. Tinjauan Pustaka
Sejauh ini, telah banyak penelitian yang mengkaji pengelolaan
pembagian zakat penelitian yang dilakukan oleh Ancas Sulchantifa pribadi
SH yang berjudul Pelaksanaan Pengelolaan Zakat menurut Undang-Undang
No. 38 tahun 1999 Tentang Pengelolaan dalam penelitian ini lebih
menekankan pada bagaiman pelaksanaan pengelolaan zakat dan kendala-
kendala apa saja yang ditemui BAZ Kota Semarang serta bagaimanakah
upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut dari
hasil penelitian tersebut telah didapat kesimpulan bahwa pelaksanaan zakat di
BAZ Kota Semarang dilakukan dengan cara mengumpulkan zakat yang sudah
terkumpul di UPZ-UPZ yang ada ditiap-tiap instanti, kemudian disetorkan ke
BAZ kota Semarang untuk di distribusikan. Pendistribusian tersebut harus
memenuhi delapan ashnaf.Di BAZ Kota Semarang, pendayagunaan hasil
penerimaan zakat telah sesuai dengan ketentuan agama, yaitu telah memnuhi
delapan ashnaf. Kendala-kendala yang ditemui oleh BAZ kota Semarang
diantarnya kurangnya sosialisai mengenai Undang-Undang Pengelolaan
Zakat. Kurangnya pemahaman zakat pada masyarakat, adanya pembenturan
kepentingan, sikap kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap BAZ Kota
Semarang, keterbatasan dana, kurangnya keteladanan para tokoh
masyarakat/tokoh agama/pejabat pemerintah maupun swasta dalam membayar
zakat di BAZ Kota Semarang dan tidak adanya sanksi yang tegas. Untuk
menanggulangi kendala-kendala tersebut maka BAZ Kota Semarang telah
melakukan upaya-upaya diantaranya dengan mensosialisasikan Undang-
Undang Pengelolaan Zakat, mengadakan penyuluhan kepada masyarakat,
koordinasi dengan masjid-masjid, mengadakan sistem laporan terbuka,
mengadukan usulan kepada Bupati/Walikota untuk memesukkan masalah
zakat ke APBD, kesadaran para tokoh masyarakat/tokoh agama/pejabat
pemerintah maupun swasta untuk membayar zakat di BAZ Kota Semarang,
kesadaran masyarakat dalam membayar zakat(http://www.google.com di
akses pada tanggal 23 september 2016 pukul: 14.00).
Penelitian yang kedua dilaksanakan oleh Faizah Rina yang berjudul
Pelaksanaan dan Pengelolaan Zakat Profesi dalam tinjauan Fiqh dan
Perundang-undangan di Indonesia (Studi di Lazis PT PLN (Persero) APJ
Salatiga).Namun dalam penelitian ini lebih menekankan bagaimana teknik
pelaksanaan zakat profesi di PT PLN (Persero) APJ Salatiga dan bagaimana
pengelolaan dan pendayagunaan zakat profesi oleh Lazis PT PLN (Persero)
APJ Salatiga.dari penelitian ini telah didapat kesimpulan bahwa praktik
penghimpunan zakat diambil dari potongan gaji karyawan sebesar 2,5% dari
gaji bersih setiap bulan yang rata-rata pegawainya telah mencapai nishab
zakat. Hal ini telah sesuai dengan pendapat Yusuf Al-Qardhawi yang
menyatakan bahwa kadar zakat sebesar 2,5% dan diambil tiap bulan. Dalam
pengelolaan zakat profesi Lazis dilakukan bekerja sama bagian sumberdaya
manusia yaitu bagian perol/gaji dengan memotong zakat profesi dari
penghasilannya. Kemudian dana diserahkan kepada Lazis dan ditrisbusikan
sesuai dengan program-program yang sudah ada. Program pendayagunaan
diantanya bantuan dana terhadap proposal-proposal masuk, program
peningkatan mutu dan kualitas SDM terealisasi dengan adanya sekolah SMK
Nurul Barqi khusus jurusan mekatronika, terdapat pula program pelayanan
sosial dan kemanusiaan. Kinerja lazis sudah cukup profesional, zakat profesi
dikelola dengan optimal dan pendistribusiannyapun tepat sasaran.
(https://www.google.com di akses pada tanggal 25 september 2016 pukul:
14.00).
Penelitian yang dilakukan oleh Saifun Nicham yang berjudul
Pembagian Zakat Konsumtif dan Produktif bagi Mustahiq Zakat (Studi Kasus
Pembagian Zakat di Bapelurzam Daerah Kendal).Dalam penelitian ini lebih
menekankan bagaiman pembagian zakat konsumtif dan zakat produktif di
Bapelurzam Kabupaten Kendal dan bagaimana tinjauan hukum Islam
terhadap pembagian zakat di Bapelurzam Kabupaten Kendal.Dan dari
penelitian yang dilaksanakan tersebut mendapat kesimpulan bahwa
pembagian zakat konsumtif di Bapelurzam Kabupaten Kendal kurang
memiliki kesesuaian dengan esensi dari zakat konsumtif itu sendiri,
khususnya dalam aspek penentuan kelompok.Hal itu dapat terjadi karena
dalam pandangan Bapelurzam Kabupaten Kendal zakat konsumtif lebih
ditekankan pada aspek adanya jasa yang telah diberikan oleh orang-orang
yang dimasukkan dalam mustahik zakat. Pembagian zakat produktif secara
ruang lingkup telah memiliki kesesuaian kebutuhan umat islam, yakni dalam
aspek penguatan ekonomi dan penguatan serta peningkatan kualitas sumber
daya umat Islam. Namun dalam prakteknya, pemberian modal usaha dlam
jumlah kecil akan kurang maksimal. Hal itu akan dapat diselesaikan dengan
memberikan modal usaha secara kolektif. Pemberian modal usaha secara
kolektif dengan mendirikan unit usaha yang dikelola secara kolektif akan
lebih mudah memudahkan pengawasan, pelatihan dan juga pengelolaan
keuangan sehingga akan lebih cepat menghasilkan perubahan mustahik
menjadi muzzaki. Dan dalam tinjauan hukum Islam, praktek pembagian zakat
yang dilakukan oleh Bapelurzam Daerah Kendal tidak terkandung
pertentangan dengan nilai Islam.Bahkan sebaliknya praktek yang
dilaksanakan oleh Bapelurzam Daerah Kendal terkandung nilai kritik
membangun demi terciptanya pengelolaan zakat yang maksimal di Kabupaten
Kendal oleh lembaga zakat lainnya.Hal ini jika disandarkan pada perintah
Allah secara tidak langsung termasuk bentuk saling menasehati dalam
kebaikan sebagaimana disebutkan dalam Q.S. al-Ashr ayat 3.
(https://www.google.com di akses pada tanggal 25 september 2016 pukul
14.00).
Dalam penelitian ini penulis memilih obyek penelitian di Lazis
Muhammadiyah Kota Salatiga yang berjudul “Pengelolaan Pembagian
Zakat Terhadap Delapan Ashnaf Penerima Zakat di Lembaga Amil
Zakat Infaq dan Shadaqah (LAZISMU) Kota Salatiga” dengan tujuan
untuk mengetahui bagaimana pengelolaan pembagian zakat dan proporsi
pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakat yang dilakukan oleh
LAZISMU Kota Salatiga.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif yaitu penelitian
dengan mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan
mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia
sekitarnya (Nasution, 2002:5). Peneliti akan ikut serta dalam kegiatan
pengelolaan pembagian zakat di LAZISMU Kota Salatiga.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini penulis hadir dan ikut serta dalam kegiatan
pengelolaan dan pembagian zakat.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di LAZISMU Kota Salatiga.
4. Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber data yang dipakai meliputi sumber data
primer dan sumber data sekunder.
a. Sumber data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek
penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan
data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari
(Azwar, 2001:91). Sumber data primer yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sumber informasiyang berasal dari pengurus
LAZISMU Kota Salatiga.
b. Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak
langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya (Azwar,
2001:91). Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini
diantara dengan menggunakan dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan penelitian tentang zakat.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data guna mendapatkan keterangan yang jelas
mengenai obyek yang diteliti, maka penulis menggunakan metode-metode
berikut:
a. Wawancara (interview)
Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan
informan.Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab dalam
hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden
merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal (Gulo,
2002:119).Pada penelitian ini penulis akan mewawancarai pengurus
LAZISMU Kota Salatiga.
b. Pengamatan (Observasi)
Pengamatan (observasi) adalah metode pengumpulan data di mana
peneliti atau kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana yang
mereka saksikan selama penelitian (Gulo, 2002:116). Pada penelitian
ini penulis akan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh LAZISMU Kota Salatiga.
c. Dokumentasi (library research)
Metode atau teknik dokumenter adalah teknik pengumpulan data
dan informasi melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti.Metode
ini merupakan metode pengumpulan data yang berasal dari sumber
nonmanusia. Dimana dokumen-dokumen yang dikumpulkan
membantu peneliti akan memahami fenomena yang terjadi di lokasi
penelitian dan membantu dalam membuat interpretasi data. Selain itu,
dokumen dan data-data literer dapat membantu dalam menyusun teori
dan melakukan validasi data (Afifuddin, Saebani, 2012:141).
Dalam metode ini penulis menggunakan buku-buku, tulisan yang
berkaitan tentang zakat, perundang-undangan tentang zakat,
penelitian tentang zakat dan dokumen data yang ada di LAZISMU
Kota Salatiga.
6. Analisis Data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis
catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan
pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikan sebagai
temuan bagi orang lain (Muhadjir, 1989:171). Kegiatan analisis data ini
dilakukan dengan menelaah data, menata, membagi menajadi satuan-
satuan sehingga dapat dikelola yang akhirnya dapat ditemukan makna
yang sebenarnya sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan
(Saekan, 2010: 91).
Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan dianalisis secara
kualitatif dengan cara menjelaskan secara jelas dan mendalam.
Mengumpulkan informasi dari pihak LAZISMU Kota Salatiga dan pihak-
pihak yang terkait kemudian akan membandingkan antara informan satu
dengan informan yang lainnya mengenai kevalidan data. Dan dari data
yang diperoleh akan disimpulkan bagaimana pengelolaan pembagian zakat
dan proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakat
yang dilakukan oleh LAZISMU Kota Salatiga.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari
konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (realiblitas) menurut versi
positivisme dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan
pradigmanya sendiri (Moleong, 2011:321) dan untuk mendapatkan data
yang valid diperlukan suatu teknik untuk memeriksa keabsahan data.
Tringulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain dalam membandingkan data hasil pengamatan dengan
data hasil wawancara, membandingkan apa yang dikatakan orang di depan
orang umum dan apa yang dikatakannya secara pribadi, dan
membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan (Moleong, 2011:330).
8. Tahap-tahap penelitian
Tahap-tahap dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, yaitu:
a. Tahap sebelum lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan sebelum
melakukan penelitian seperti penulis menentukan topik penelitian,
mencari informasi tentang pengelolaan pembagian zakat dan proporsi
pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakat di
LAZISMU Kota Salatiga, pembuatan proposal penelitian, menetapkan
fokus penelitian dan sebagainya yang harus dipenuhi sebelum
melakukan penelitian
b. Tahap pekerjaan lapangan yaitu penulis terjun langsung kelapangan
untuk mencari data-data yang diperlukan seperti wawancara kepada
informan, melakukan observasi dan dokumentasi.
c. Tahap analisa data, apabila semua data telah terkumpul dan dirasa
cukup maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data-data tersebut
dan menggambarkan hasil penelitian sehingga bisa memberi arti pada
objek yang diteliti.
d. Tahap penulisan laporan yaitu apabila semua data telah terkumpul dan
dianalisis serta serta dikonsultasiaka kepada pembimbing maka yang
dilakukan penulis selanjutnya adalah menulis hasil penelitian tersebut
sesuai dengan pedeman penulisan yang telah ditentukan.
H. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan hasil laporan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Bab ini isinya meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan
Istilah, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika
Penulisan
BAB II Tinjaun tentang Zakat
Bab ini merupakan landasan teoritis yang memaparkan tentang
teori-teori tentang zakat. Bab ini berisikan tentang Pengertian
Zakat, Dasar Hukum Zakat, Rukun Zakat dan Syarat Zakat,
Klasifikasi Zakat, dan Mustahik Zakat.
BAB III Hasil Penelitian
Bab ini terdiri dari tiga sub bab yakni Gambaran Umum
LAZISMU Kota Salatiga, Pengelolaan Pembagian Zakat di
Lazis Muhammadiyah Kota Salatiga, Proporsi Pembagian
Zakat Terhadap Delapan Ashnaf Penerima Zakat di LAZISMU
Kota Salatiga.
BAB IV Pembahasan
Bab ini merupakan proses analisis penulis yang terdiri dari tiga
sub bab, yakni Analisis Pengelolaan Pembagian Zakat di
LAZISMU Kota Salatiga, Analisis Proporsi Pembagian Zakat
di LAZISMU Kota Salatiga, Tinjauan Hukum Islam dan
Undang-undang Nomer 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan
Zakat Terhadap Pengelolaan Pembagian Zakat dan Proporsi
Pembagian Zakat di LAZISMU Kota Salatiga.
BAB V Penutup
Bab ini isinya meliputi Kesimpulan dan Saran-saran mengenai
persoalan yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya.
Kemudian pada bagian akhir dari skripasi adalah daftar pustaka dan
lampiran-lampiran.
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT
A. Zakat Menurut Fiqh
1. Pengertian Zakat
Secara etimologi zakat berasal dari kata zaka yang berarti berkah,
tumbuh, bersih, suci, subur dan baik (Inoed dkk, 2005: 8).
Menurut Yusuf Qardawi secara bahasa zakat merupakan kata dasar
(masdar) dari zakat yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik.Sesuatu
ituzaka, berarti tumbuh dan berkembang, dan seorang itu zaka, berarti
orang itu baik (1988: 34).
Para ulama banyak yang mengartikan secara singkat arti zakat dengan
tumbuh atau suci, tetapi yang terkuat menurut Wahidi dan lain-lain, yang
dikutip oleh Yusuf Qardawi dalam Fiqh Zakat, yaitu kata dasar zaka
berarti bertambah dan tumbuh, sehingga bisa dikatakan, tanaman, tanaman
itu zaka, artinya tumbuh, sedangkan tiap sesuatu yang bertambah disebut
zakat artinya bertamabah. Bila satu tanaman tumbuh tanpa cacat, maka
kata zaka disini bersih (Qardawi, 1998:34).
Sedangkan menurut pengertian syara’ zakat mempunyai banyak
pemahaman, diantaranya:
a. Menurut Yusuf al-Qardhawi, zakat adalah sejumlah harta tertentu yang
diwajibkan oleh Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak.
b. Abdurrahman al-Jaziri berpendapat bahwa zakat adalah penyerahan
pemilikan tertentu kepada orang yang berhak menerimanya dengan
syarat- syarat tertentu pula.
c. Muhamad al-Jarjani dalam bukunya al-Ta’rifat mendefinisikan zakat
sebagai suatu kewajiban yang telah ditentukan Allah bagi orang-orang
Islam mengeluarkan sejumlah harta yang dimiliki (Inoed, 2005: 9)
Wahbah Al-Zuhayly (1995: 83) mendefinisikan zakat menurut syara’
adalah sebagai hak yang wajib (dikeluarkan dari) harta.Sedangkan
menurut terminologi para fuqoha zakat adalah sebagai “penunaian” hak
yang wajib yang terdapat harta.Zakat juga dimaksudkan sebagai bagian
harta tertentu dan yang diwajibkan oleh Allah untuk memberikan kepada
orang-oranag fakir.Zakat dinamakan sedekah karena tindakan itu akan
menunjukkan kebenaran (shidq) seorang hamba dalam beribadah dan
melakukan ketentuan kepada Allah swt (Al-Zuhayly, 1995:85).
Jadi zakat merupakan suatu harta yang wajib dikeluarkan oleh
seseorang yang telah dikenakan kewajiban oleh Allah swt untuk diberikan
kepada orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu,
syarat tertentu disini dimaksudkan yaitu kepada delapan ashnaf yang
berhak menerima zakat. Dengan mengeluarkan harta disini dimaksudkan
untuk mendapatkan keberkahan atas harta tersebut dimana harta tersebut
bertujuan untuk menutup kesenjangan sosial antara sikaya dan
simiskindalam masyarakat sehingga terciptalah masyarakat yang damai
dan penuh persaudaraan.
2. Sebab, Syarat dan Rukun Zakat
a. Sebab Zakat
Mazhab Hanafi berpendapat bahwa penyebab zakat ialah adanya
harta milik yang mencapai nishab dan produktif kendatipun
kemampuan produktifitas itu baru berupa perkiraan. Dengan syarat,
pemilikan harta tersebut telah berlangsung satu tahun, yakni tahun
qamariyah bukan tahun syamsyiyah, dan pemiliknya tidak memiliki
utang yang berkaitan dengan hak manusia. Syarat yang lainnya, harta
tersebut melebihi kebutuhan pokoknya (Al-Zuhayly,1995: 95).
Perlu dicatat bahwa sebab dan syarat merupakan tempat
bergantungnya wujud sesuatu. Hanya saja, kepada sebablah kewajiban
disandarkan, lain halnya dengan syarat. Dengan demikian, barang
yang siapa yang hartanya tidak mencapai nishab, dia tidak
berkewajiban mengeluarkan zakat. Tidak ada zakat dalam harta wakaf
karena wakaf tidak ada yang memiliki (Al-Zuhayly,1995: 95).
b. Syarat Zakat
Adapun syarat wajib dan syarat sah zakat diantaranya adalah:
1) Syarat wajib zakat
a) Merdeka
Zakat tidak wajib atas hamba sahaya karena hamba sahaya
tidak memiliki hak milik. Tuannya lah yang memiliki apa yang
ada ditangan hambanya.
b) Islam
Menurut ijma’, zakat tidak wajib atas orang kafir karena zakat
merupakan ibadah mahdhah yang suci sedangkan orang kafir
bukanlah orang yang suci.
c) Baligh dan berakal
Zakat tidak wajib diambil dari harta anak kecil dan orang gila
sebab keduanya tidak termasuk dalam ketentuan orang yang
wajib mengerjakan ibadah seperti shalat dan puasa.
d) Harta yang dikeluarkan adalah harta yang wajib dizakati,
disyaratkan produktif, yakni berkembang sebab salah satu
makna zakat adalah berkembang dan produktifitas tidak
dihasilkan kecuali dari barang-barang yang produktif.
e) Harta yang wajib dizakati telah mencapai nishab atau senilai
dengnnya, maksudnya ialah nisab yang ditentukan oleh
syara’sebagai tanda kayanya seseorang dan kadar-kadar berikut
yang mewajibkannya zakat.
f) Harta yang dizakati adalah milik penuh. Mazhab Hanafi
berpendapat bahwa yang dimaksud harta yang wajib dizakati
ialah harta yang dimiliki secara utuh dan berada di tangan
sendiri yang benar-benar dimiliki atau harta milik yang hak
pengeluarannya berada di tangan seseorang, atau harta yang
dimiliki secara asli.
g) Kepemilikan harta telah mencapai setahun atau telah sampai
pada jangka waktu yang mewajibkan seseorang mengeluarka
zakat misalnya yaitu pada masa panen.
h) Harta tersebut bukan merupakan harta hasil hutang.
Mazhab Hanbali berpendapat bahwa utang mencegah kewajiban
zakat untuk harta-harta yang tak terlihat (maksudnya emas,
perak, uang, dan barang-barang dagangan).
i) Harta yang akan dizakati melebihi kebutuhan pokok.
j) Menurut mazhab Hanafi harta yang wajib dizakati terlepas dari
utang dan kebutuhan pokok sebab orang yang sibuk mencari
harta untuk kedua hal ini sama dengan orang yang tidak
memiliki harta (Al-Zuhayly, 1995: 98-114).
2) Syarat sah zakat
a) Niat
Para fuqaha sepakat bahwa niat merupakan syarat pelaksanaan
zakat. Pendapat ini berdasarkan sabda Nabi saw berikut; “Pada
dasarnya, amalan-amalan itu dikerjakan dengan niat”.
Pelaksanaan zakat termasuk salah satu amalan. Ia merupakan
ibadah seperti halnya salat. Oleh karena itu, ia memerlukan
adanya niat untuk membedakan antara ibadah yang fardu
nafilah.
b) Tamlik (memindahkan kepemilikan harta kepada penerimanya)
Tamlik menjadi syarat sahnya pelaksanaan zakat yakni harta
zakat diberikan kepada mustahiqq. Dengan demikian, seseorang
tidak boleh memberikan makan (kepada mustahiqq), kecuali
dengan jalan tamlik (Al-Zuhayly, 1995:114-117).
c. Rukun Zakat
Rukun zakat ialah mengeluarkan sebagian dari nishab (harta),
dengan melepaskan kepemilikan tehadapnya, menjadikannya sebagai
milik orang fakir, dan menyerahkannya kepadanya atau harta tersebut
diserahkan kepada wakilnya yakni imam atau orang yang bertugas
untuk memungut zakat (Al-Zuhayly, 1995:97-98).
3. Dasar Hukum Zakat
Di dalam al-Quran dan hadist banyak ditemukan dalil-dalil yang
membahas tentang zakat. Kata zakat dalam bentuk ma’rifah (definisi)
disebut tiga puluh kali di dalam al-qur’an, diantaranya dua puluh tujuh
kali disebutkan dalam satu ayat bersama salat, dan hanya satu kali
disebutkan dalam konteks yang sama dengan salat tetapi tidak dalam satu
ayat (Qardawi, 1988:39)
Adapun ayat yang menjelaskan tentang kewajiban berzakat,
diantarannya:
1) Surah Al-Baqarah (1): 43
Artinya:
Dan dirikanlah sholat, tunaikan zakat, dan ruku’ lah beserta orang-orang yang ruku’ (Al-Baqarah: 43) (Depertemen Agama RI, 2008: 7)
Zakat diwajibkan di Madinah pada bulan Syawal tahun kedua
Hijri. Pewajibannya terjadi setelah pewajiban puasa Ramadhan dan
zakat fitrah (Al-Zuhayly,1995:89). Zakat adalah hukumnya wajib bagi
umat muslim yang mampu. Bagi orang yang melaksanakannya akan
mendapat pahala, sedangkan orang yang meninggalkannya akan
mendapat dosa. Zakat juga merupakan rukun islam yang ketiga dan
kedudukannya pun sama dengan rukun Islam yang lain.
2) Surah At-Taubah ayat (11):103
Artinya:
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa buat mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (At-Taubah:11) (Depertemen Agama RI, 2008: 203).
3) Surah Al-Hajj (17):41
Artinya:
(yaitu) orang-orang yang jika Kami beri kedudukan di bumi, mereka melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan menyuruh berbuat yang ma’ruf mencegah yang mungkar, dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.(Al-Hajj:41) (Depertemen Agama RI, 2008: 337).
4) Hadist Rasulullah SAW
االسالعلى مخس : شهادة بىن عن أبن عمررضى الّله عنهماقل رسوول الّله صلى الّله عليه وسلمان االاله االالّلهوان حممدارسوالّلهواقامااصالةوايتاءالزكاةوصومرمضان وحج البيت ملن استطاعاليه سبال
Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda Islam didirikan di atas lima dasar: mengikrarkan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, mendirikan
shalat, menunaikan zakat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan berhaji bagi siapa yang mampu (hadist muttafaq ‘alaih) (Qardawi, 1988: 73)
Adapun dalil berupa ijma’ telah dijelaskan oleh Wahbah Al-
Zuhayly dalam bukunya berjudul Zakat Kajian Berbagai Mazhab yang
menerangkan adanya kesepakatan antara semua (ulama) umat Islam
disemua negara kesepakatan bahwa zakat adalah wajib. Bahkan para
sahabat Nabi saw sepakat untuk memebunuh orang-orang yang enggan
mengeluarkan zakat. Dengan demikian barang siapa mengingkari
kefarduannya, berarti dia kafir atau jika sebelumnya dia merupakan
seorang Muslim yang dibesarkan di daearah Muslim, menurut kalangan
para ulama yaitu murtad. Tetapi barang siapa mengingkari kefarduan
zakat karena tidak tahu, baik karna memeluk Islam maupun karena dia
hidup di daerah yang jauh dari tempat ulama, hendaknya dia diberitahu
tentang hukumnya dan dia tidak dihukumi sebagai orang kafir sebab ia
memiliki uzur (1995: 90-91).
4. Macam-macam Zakat
Sebelum menguraikan lebih lanjut tentang barang-barang yang wajib
dizakati, perlu diperhatikan dua pembagian zakat secara garis besarnya
yaitu Zakat Fitrah dan Zakat Mal:
a. Zakat fitrah adalah kewajiban agama yang merata kepada setiap orang
Islam. Yang harus mengeluarkan zakat fitrah adalah kepala rumah
tangga dengan semua orang yang menjadi tanggungannya. Barang
yang digunakan zakat fitrah adalah makanan pokok yang kita makan
setiap hari. Jumlah yang harus dikeluarkan yaitu minimal sebanyak 2,5
kg atau 3,5 liter dan dpat diganti dengan uang senilai berapa banyak
yang akan kita keluarkan. Pembayaran zakat fitrah pada prinsipnya
mulai 1 Ramadhan sampai sehari sebelum hari raya, tidak boleh
melampaui waktu shalat ied. Hikmah dikeluarkannya zakat fitrah
diantaranya sebagai pembersih atau penyuci bagi orang yang berpuasa
dan zakat fitrah membantu orang miskin, agar mereka dapat makan
dan ikut bergembira di hari raya itu (Daradjat, 1996: 68-72)
b. Zakat mal (harta) adalah zakat yang dikeluarkan untuk menyucikan
harta, apabila harta itu telah memenuhi syarat-syarat wajib zakat.
Zakat mal terbagi menjadi beberapa klasifikasi berdasarkan jenis yang
dimiliki (Djuanda dkk, 2006: 18).
5. Barang-barang Yang Wajib Dizakati
Secara garis besar harta zakat dikelompokkan menjadi dua yaitu hasil
pendapatan dan apa-apa yang tumbuh dan keluar dari bumi (Syarifuddin,
2003: 40-41). Secara ekplisit dalam Al-qur’an yang menjadi wajib zakat
berikut nishabadalah:
a. Emas dan perak
Termasuk katagori emas dan perak adalah mata uang yang berlaku
pada waktu itu di masing-masing negara. Oleh karena itu segala
bentuk penyimpanan uang seperti tabungan, deposito, cek, saham atau
surat berharga lainnya, termasuk kedalam katagori emas dan perak,
sehingga penentuan nishab dan besarnya zakat disetarakan dengan
emas dan perak (Djuanda dkk, 2006: 19).
Menurut Gustian Djuanda, S.E.,M.M dkk, menyebutkan nishab
emas yaitu 20 dinar (85 gram emas murni) dan perak adalah 200
dirham (setara 672 gram perak). Artinya bila seseorang telah memiliki
emas sebesar 20 dinar atau perak 200 dirham dan sudah stahun, ia
telah terkena wajib zakat, yakni sebesar 2,5%. Perhiasan emas atau
yang lain tidak wajib dizakati kecuali selebihnya dari jumlah
maksimal perhiasan yang layak dipakai. Jika layaknya seseorang
memakai perhiasan maksimal 60 gram, yang wajib dizakati hanyalah
perhiasan yang selebihnya dari 60 gram (2006: 25-26).
b. Zakat perdagangan atau perniagaan
Menurut ulama-ulama fikih yang dimaksud harta benda
perdagangan (‘Arudz al-Tijara) adalah semua yang diperuntukkan
untuk dijual selain uang kontan dalam berbagai jenisnya, meliputi alat-
alat, barang-barang, pakaian, makanan, perhiasan dan lain-lain.
Sebagian ulama memberikan batasan tentang harta benda perdagangan
yaitu segala sesuatu yang dibeli atau dijual untuk tujuan memperoleh
keuntungan (Qardawi, 1988:298). Kewajiban zakat perdagangan ini
telah dijelaskan yaitu pada Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 267
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.(Al-Baqarah ayat 267) (Depertemen Agama RI, 2008: 45)
Adapun menurut mazhab Syafi’i, syarat wajib zakat perdagangan
ada enam yaitu:
1) Barang dagangan dimiliki melalui penukaran, seperti dengan
pembelian, bukan melalui hasil warisan.
2) Pedagang berniat melakukan perdagangan sejak dia membeli
barang-barang dagangan, atau masih berada ditempat pembelian.
3) Barang dagangan tidak dimaksudkan sebagai qunyah (yakni,
dimanfaatkan oleh diri sendiri dan tidak diperdagangkan).
4) Mencapai hawl terhitung sejak pemilikan barang dagangan atau
sejak pembelian.
5) Semua barang dagangan tidak menjadi uang yang jumlahnya
kurang dari nishab(Al-Zuhayly, 1995: 163-164).
Menurut Gustian Djuanda, S.E.,M.M dkk dalam bukunya yang
berjudul Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan nishab dari
harta perniagaan, baik yang bergerak dibidang perdagangan, industri,
agroindustri, ataupun jasa, dikelola secara individu maupun badan
usaha yaitu 20 dinar (setara dengan 85 gram emas murni). Artinya jika
suatu badan usaha pada akhir tahun (tutup buku) memiliki kekayaan
(modal kerja dan laba) lebih besar atau setara dengan 85 gram emas
(jika per gram Rp25.000,00 = Rp2.125.000,00, maka ia wajib
mengeluarkan zakat sebesar 2,5 % (2006: 26).
c. Binatang ternak
Adapun hewan ternak yang wajib dizakati antara lain: unta, sapi,
kerbau, kuda (kecuali kuda tunggangan), kambing domba , biri-biri,
kecuali hewan yang diharamkanmenurut agama. Adapun perhitungan
zakatnya sebagai berikut:
1) Sapi kerbau dan kuda
Nishab kerbau dan kuda disetarakan dengan nishab sapi yaitu 30
ekor. Artinya jika seseorang telah memiliki sapi (kerbau/kuda) ia
telah terkena wajib zakat.
2) Kambing/domba
Nishab kambing atau domba adalah 40 ekor, artinya bila seseorang
telah memiliki 40 ekor kambing/domba makaia telah terkena wajib
zakat.
3) Kuda
Untuk kuda tunggangan dan yang dipergunakan tidak dikenakan
zakat, sedangkan kuda yang diperjual-belikan, dianggap sebagai
aset perdagangan, maka termasuk pada zakat perdagangan 2,5%.
Adapun kuda yang diternak dengan maksud investasi, sebagian
ulama mengatakan tidak dikenai zakat. Imam Abu Hanifah
berpendapat dikenai zakat sebesar 1 dinar (4,25 gram emas)
dengan nishab 5 ekor jika kuda Arab, selain kuda Arab 2,5% dari
nilai kuda-kuda tersebut.
4) Unta
Nishab unta adalah 5 ekor, artinya bila seseorang telah memiliki 5
ekor unta, ia terkena kewajiban zakat. Selanjutnya zakat itu
bertambah, jika jumlah unta yang dimilikinya juga bertambah.
5) Ternak unggas (ayam, bebek, burung, dan lain-lain)
Nishab pada ternak unggas dan perikanan tidak diterapkan
berdasarkan jumlah (ekor), sebagaimana halnya sapi, dan kambing.
Akan tetapi dihitung berdasarkan skala usaha. Nishab ternak
unggas dan perikanan adalah setara dengan 20 Dinar (1 dinar=4,25
gram emas murni) atau sama dengan 85 gram emas. Artinya
apabila seorang beternak unggas atau perikanan, dan pada akhir
tahun (tutup buku) ia memiliki kekayaan yang berupa modal kerja
dan keuntungan lebih besar atau setara dengan 85 gram emas
murni, maka ia terkena kewajiban zakat sebesar 2,5% (Djuanda
dkk, 2006: 21-25).
d. Zakat hasil pertanian
Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang
bernilai ekonomis, seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-mayur,
buah-buahan, tanaman hias, dan lain-lain.Adapun nishab hasil
pertanian adalah 5 wasaq atau setara dengan 653 kg (gabah kering).
Hal tersebut berdasarkan riwayat dari Jabir, dari Rasulullah Saw.,
“…tidak wajib bayar kurma yang kurang dari 5 ausuq” (HR Muslim).
Ausuq adalah bentuk jamak (plural) dari wasaq, diman 1 wasaq=60
sha’, sedangkan 1 sha’=2,176 kg, maka 5 wasaq adalah
5*60*2,176=652,8 kg dibulatkan menjadi 653 kg. Kadar untuk zakat
untuk hasil pertanian, yang apabila diari dengan air hujan, atau
sungai/mata air adalah 10%, sedangkan apabila diari dengan
disirami/irigasi, maka zakatnya 5%(Djuanda dkk, 2006: I20-21). Hal
ini sesuai dengan sabda nabi Muhammad saw:
“Apa-apa yang disiram oleh langit (air hujan), harus dikeluarkan sepersepuluhnya sedangkan yang disiram dengan gharb (timba besar) atau daliyah (kincir yang digerakkan oleh air), maka zakatnya adalah seperdua puluh (Al-Zuhayly, 1995: 193).
e. Zakat barang tambang (ma’din) dan barang temuan (rikaz).
Para ulama sepakat menetapkan arti dari ma’din ialah segala yang
dikeluarkan dari bumi yang dijadikan Allah di dalamnya dan berharga,
seperti timah, besi dan sebagainya (Ash-Shiddieqy, 1984: 161).
Sedangkan rikaz adalah harta terpendam dari zaman terdahulu atau
biasa disebut dengan harta karun. Termasuk di dalamnya harta yang
ditemukan dan tidak ada yang mengaku sebagai pemiliknya (Djuanda,
2006: 20).
Menurut imam mazhab Hanafi dan Maliki zakat yang mesti
dikeluarkan dari harta barang tambang ialah seperlima (khumus),
sedangkan menurut mazhab Syafi’i dan Hanbali sebanyak seperempat
puluh. Mengenai zakat yang mesti dikeluarkan dari rikaz (barang
temuan), semua ulama mazhab sepakat bahwa zakatnya seperlima
(khumus). Semua ulama mazhab sepakat bahwa nisab menjadi syarat
dalam harta barang tambang. Tetapi nishab tidak menjadi, nishab
tidak menjadi syarat dalam rikaz (Al-Zuhayly,1995: 147-148).
6. Pembagian Zakat
Dalam al-Qur’an zakat telah dijelasakan secara ringkas bahkan lebih
ringkas lagi seperti halnya salat.Tetapi dalam pembagian belum dijelaskan
secara jelas terhadap kadarnya.Dasar pembagian zakat terdapat pada ayat
yang memerintahkan pembagian zakat sampai delapan golongan, tidaklagi
dua golongan sebagaimana dinyatakan dalam firmannya surah at-Taubah
ayat 60 yang berbunyi:
Artinya:
Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan budak), orang-orang yang beruntung, untuk jalan Allah dan orng-orang yang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS at-Taubah:60) (Depertemen Agama RI, 2008: 9).
Ayat tersebut menisbatkan bahwa kepemilikan semua zakat oleh
kelompok-kelompok itu dinyatakan dengan pemakaian huruf lam yang
dipakai untuk menyatakan kepemilikan, kemudian masing-masing
kelompok memiliki hak yang sama karena dihubungkan huruf wawu
(salah satu kata sandang yang berarti “dan”) yang menunjukkan
kesamaan tindakan. Oleh karena itu semua bentuk zakat adalah milik
semua kelompok itu, dengan hak yang sama (Al-Zuhaily, 1995: 278).
Dengan pernyataan tersebut semua kelompok mempunyai hak sama atas
pembagian zakat dimana delapan golongan penerima zakat telah
dijelaskan dalam surat At-Taubah ayat 60 dengan rincian sebagai berikut:
a. Orang fakir (al-Fuqara)
Menurut mazhab Syafi’i dan Hanbali al-fuqara adalah orang yang
tidak memiliki harta benda dan pekerjaan yang mampu mencukupi
kebutuhannya sehari-hari.Dia tidak memiliki suami, ayah-ibu, dan
keturunan yang dapat membiayainya, baik untuk membeli makanan,
pakaian, maupun tempat tinggal (AL-Zuhaily, 1995: 280).
Menurut buku yang diterbitkan oleh IAIN Raden Intan yang
berjudul Pengelolaan Zakat Mal Bagian Fakir Miskin menyebutkan
bahwa mazhab Syafi’i dan Hanbali berpendapat keadaan fakir lebih
buruk dari pada kondisi miskin, fakir dan miskin adalah dua kelompok
(bukan satu kelompok) yang masing-masing mempunyai eksistensi
tersendiri (1990: 62).
b. Orang miskin
Al-masakin adalah bentuk jama’ dari kata al-miskin.Orang miskin
ialah orang yang memilki pekerjaan, tetapi penghasilannya tidak dapat
dipakai untuk memenuhi hajat hidupnya.Atau dapat diartikan orang
msikin adalah orang yang orang yang memiliki pekerjaan atau mampu
bekerja, tetapi penghasilannya hanya memenuhi lebih dari sebagian
hajat kebutuhannya, tidak mencukupi seluruh hajat hidupnya. Yang
dimaksud cukup ialah dapat memenuhi dapat memenuhi kebutuhan
sehari-harinya , dari sisa terbesar umurnya. Mazhab Hanafi dan Maliki
mengatakan: “Orang miskin itu lebih sengsara daripada orang fakir”
(Al-Zuhayly, 1995: 281-282).
Mazhab Syfi’i dan Hanbali mengatakan;
“Kita boleh memberikan zakat kepada masing-masing orang fakir dan miskin sebesar keperluan yang dapat memenuhi semua hajatnya, atau sekedar memberikan sesuatu yang membuatnya dapat bekerja jika mereka masih kuat, atau memberi barang-barang yang dapat diperdagangkan oleh mereka.
Meskipun untuk kasus yang terakhir ini mereka memerlukan
barang yang cukup banyak sehingga membuatnya layak untuk
melakukan perdagangan.Sesungguhnya Allah swt menetapkan zakat
untuk mereka agar tercukupi segala kebutuhannya dan dapat
mengubah kondisi mereka kepada yang lebih baik karena tujuan
dikeluarkannya zakat ialah untuk menutupi hajat hidup orang fakir
miskin. Oleh karena itu fakir miskin bisa diberi hak yang dapat
mencukupi kebutuhannya selama satu tahun dan imam Malik
berpendapat bahwa boleh saja satu orang diberi bagian sebesar satu
nisab, berdasarkan ijtihad, karena sesungguhnya maksud zakat ialah
agar orang-orang yang fakir bisa menjadi kaya. Hal ini sesuai dengan
hadis Rasulullah saw yang mulia pernah bersabda dalam hadis
Qabishah yang dimuat oleh Muslim yang artinya: “Ketika dia berada
di dalam kesulitan, dia boleh diberi bagian yang mencukupi
kehidupannya” (AL-Zuhayly, 1995: 290).
c. Panitia zakat (Al-Amil)
Panitia zakat adalah orang-orang yang bekerja memungut
zakat.Panitia ini disyariatkan harus memiliki sifat kejujuran dan
menguasai hukum zakat. Yang boleh dikategorikan sebagai panitia
zakat adalah:
1) Orang yang ditugasi mengambil zakat sepersepuluh (al-‘asyir).
2) Penulis (al-kitab).
3) Pembagi zakat untuk para mustahiq-nya
4) Penjaga harta yang dikumpulkan (al-hasyir) (AL-Zuhayly,
1995:282-283).
Tugas ‘amil zakat yaitu melaksanakan pekerjaan pengumpulan
zakat, tugas mereka diantaranya melakukan sensus terhadap orang-
orang wajib zakat.Kemudian menagihnya dari para wajib zakat lalu
menyimpan dan menjaganya, untuk kemudian diserahkan kepada
pengurus pembagi zakat. Imam Nawawi berkata:
“Hendaklah imam dan pelaksana serta orang yang diserahi tugas membagikan zakat, melakukan pencatatan para mustahik serta mengetahui jumlah mereka dan besarnya kebutuhan mereka, sehingga seluruh zakat itu diselesaikan setelah diketahui jumlah zakat itu, agar segera diselesaikan hak mereka dan untuk menjaga terjadinya kerusakan barang yang ada padanya (Qardawi, 1998: 546-547).
Menurut kesepakatan fuqaha besarnya zakat yang diberikan kepada
pengurus (‘amil) zakat yaitu sebesar yang diberikan oleh imam
berdasarkan pertimbangannya atas kerja yang telah dilakukan oleh
panitia, zakat atau sebesar biaya transportasi yang diperlukan olehnya
selama mengurus zakat. Akan tetapi, mazhab Hanafi memberikan
catatan bahwa pemberian yang diberikan kepada panitia zakat
hendaknya tidak melebihi setengah dari bagian zakat yang telah
dipungutnya (Al-Zuhaily:1995:292).
d. Mu’allaf yang dibujuk hatinya
Yang dimaksud dengan golongan muallaf adalah mereka yang
diharapkan kecenderungan hatinya atau keyakinannya dapat bertambah
terhadap Islam, atau terhalangnya niat jahat mereka atas kaum
Muslimin, atau harapan akan adanya kemanfaatan mereka dalam
membela dan menolong kaum Muslimin dari musuh (Qardawi,
1988:563).
Dalam masalah pembagian zakat pada muallaf para ulama
berselisih pendapat tetapi menurut Dr. Yusuf Qardawi menjelaskan
bahwa jumhur ulama mazhab Hanafi berpendapat, bagian untuk
golongan muallaf telah ternasakh, karenanya hilanglah hak mereka
setelah Nabi saw wafat, dan demikian pula sekarang dan pendapat
tersebut dinyatakan sahih dalam al-Bada’I (1988:570).
e. Para budak (riqab)
Yang dimaksud riqab oleh ayat 60 dari surat At-Taubah yaitu
segala mereka yang hendak melepaskan dirinya dari ikatan riqab atau
perbudakan (Ash-Shiddieqy, 1984: 192). Pada ayat tentang sasaran
zakat, Allah berfirman:
“Dan dalam memerdekakan budak belian.” Artinya, bahwa zakat itu antara lain harus dipergunakan untuk memebebaskan budak belian dan menghilangkan segala bentuk perbudakan (Al-Qardawi, 1998: 587).
f. Orang yang memiliki utang (gharim)
Mereka adalah orang-orang yang memiliki utang, baik hutang itu
untuk dirinya sendiri maupun bukan, baik utang itu dipergunakan
untuk hal-hal yang baik maupun untuk melakukan kemaksiatan (Al-
Zuhayly, 1995: 286).Orang yang berutang karena kemaslahatan
dirinya harus diberi bagian sesuai dengan kebutuhannya yaitu
kebutuhannya untuk membayar utang. Dan jika ia diberi bagian, tetapi
tidak dibayarkan pada utangnya, atau orang lain yang membayar,
tetapi bukan dari harta zakat, maka dia harus mengembalikan
bagiannya itu, karena ia sudah tidak memerlukan bagiannya itu
(Qardawi, 1998: 566).
g. Orang yang berjuang di jalan Allah (Fi Sabilillah)
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah para pejuang yang
berperang dijalan Allah yang tidak digaji oleh markas komando
mereka karna yang mereka lakukan hanyalah berperang.Menurut
jumhur ulama, orang-orang yang berperang dijalan Allah diberi bagian
zakat agar dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka, meskipun
mereka itu kaya karena sesungguhnya orang-orang berperang itu
adalah untuk kepentingan orang banyak (Al-Zuhayly, 1995: 287-288).
h. Orang yang sedang dalam perjalanan (Ibnus Sabil)
Golongan terakhir yang berhak menerima zakat yaitu golongan
Ibnu sabil yaitu orang-orangyang bepergian (musafir) untuk
melaksanakan suatu hal yang baik (tha’ah) tidak termasuk maksiat
(Al-Zuhayly, 1995: 289).Adapun bagian yang diberikan
kepadakelompok orang yang sedang dalam perjalanan yaitu sebesar
keperluan biaya yang bisa dipakaiuntukkembali ke kampung
halamannya (Al-Zuhayli, 1995: 292).
7. Hikmah dan Tujuan Zakat
Dari dimensi sosial kemasyarakatan, zakat telah memberikan hikmah
yang besar dalam merealisasikan nilai harta umat Islam. Menurut al-
Kasani, seorang fiqh dari Mazhab Hanafi, yang dikutip dari Anwar
Ibrahim, mengatakan bahwa:
“Memberi sepersepuluh kepada orang fakir termasuk mensyukuri nikmat, membuat orang yang lemah menjadi mampu, memberikan kekuatan kepadanya melaksanakan kewajiban-kewajiban”.
Ia juga termasuk mensucikan jiwa dengan berkorban dan
mengeluarkan harta (Inoeddkk, 2005: 20). Secara khusus hikmah zakat
dapat juga dilihat dari beberapa sisi diantaranya yaitu:
a. Bagi para muzzaki (yang memberi)
1) Membersihkan jiwa dari sifat-sifat kikir dan bakhil (tamak)
2) Menanamkan perasaan cinta kasih terhadap golongan yang lemah.
3) Mengembangkan rasa dan semangat kesetakwanan dan kepedulian
sosial.
4) Membersihkan harta dari hak-hak (bagian kecil) para penerima
zakat (mustahik) dan merupakan perintah Allah swt.
5) Menumbuhkan kekayaan si pemilik, jika dalam memberikan zakat,
infak, sedekah tersebut dilandasi rasa tulus dan ikhlas.
6) Terhindar dari ancaman Allah swt dari siksaan yang amat pedih.
b. Bagi para mustahik (penerima)
1) Menghilangkan perasaan sakit hati, iri hati, benci dan dendam
terhadap golongan kaya yang hidup serba cukup dan mewah yang
tidak peduli dengan masyarakat bawah (grass root).
2) Menimbulkan dan menambah rasa syukur serta simpati atas
partisipasi golongan kaya terhadap kaum dhuafa.
3) Menjadi modal kerja untuk berusaha mandiri dan berupaya
mengangkat hidup.
c. Bagi umara (pemerintah)
1) Menunjang keberhasilan pelaksanaan program pembangunan
dalam meningkatkan kesejahteraan umat Islam.
2) Memberikan solusi aktif meretas kecemburuan sosial dikalangan
masyarakat (Inoed dkk, 2005: 20-23).
Tujuan Islam dari diaturnya zakat yang utama yaitu agar manusia lebih
tinggi nilainya daripada harta, sehingga ia menjadi tuannya harta bukan
menjadi budaknya. Dan kepentingan tujuan zakat terhadap si pemberi
sama dengan kepentingannya terhadap si penerima. Dalam al-Quran
tujuan zakat disimpulkan pada dua kalimat yang mengandung aspek yang
banyak dari rahasia-rahasia zakat dan tujuan-tujuan yang agung.Dua
kalimat tersebut diantaranya yaitu tathhir (membersihkan) dan tazhiriah
(mensucikan).Keduanya (tathir dan tazhiriah) meliputi segala bentuk
pembersihan dan pensucian, baik material dan spiritual, bagi pribadi
orang kaya dan jiwanya atau bagi harta dan kekayaanya (Qardawi, 1988:
848).
Dan untuk lebih jelasnya tujuan zakat diantaranya:
a. Zakat mensucikan jiwa dari sifat kikir
Zakat yang dikeluarkan si Muslim semata karena menurut perintah
Allah swt dan mencari ridhaNya, akan mensucikannya dari segala
kotoran.
b. Zakat mendidik berinfak dan memberi
Sebagaimana halnya zakat mensucikan jiwa si muslimdari sifat kikir,
iapun mendidik agar si muslim mempunyai rasa ingin memberi,
menyerahkan dan berinfak.
c. Berakhlak dengan akhlak Allah
Manusia apabila sudah suci dari kikir dan batil, dan sudah siap untuk
memberi dan berinfak, maka naiklah ia dari kotoran sifat kikirnya.
d. Zakat merupakan manifestasi rasa syukur atas nikmat Allah
Sebagaimana dimaklumi, dapat diterima oleh akal, diakui oleh fitrah
manusia, disertai oleh akhlak dan moral serta diperintahkan oleh
agama dan syari’at adalah bahwa pengakuan akan keindahan dan
syukur atas nikmat itu, merupakan sesuatu keharusan.
e. Zakat mengobati hati dari cinta dunia
Zakat dari segi lain, merupakan suatu peringatan terhadap hati akan
kewajibannya kepada tuhannya dan kepada akhirat serta merupakan
obat, agar hati jangan tenggelam kepada kecintaan akan harta dan
kepada dunia secara berlebih-lebihan.
f. Zakat mengembangkan kekayaan batin
Di antara tujuan pensucian jiwa yang dibuktikan oleh zakat, ialah
tumbuh dan berkembangnya kekayaan batin dan perasaan optimisme.
g. Zakat menarik rasa simpati atau cinta
Zakat mengikat antara orang kaya dengan mensyaratkannya, dengan
ikatan yang kuat, penuh dengan kecintaan, persaudaraan dan tolong
menolong.
h. Zakat mensucikan harta
Zakat sebagaimana membersihkan dan mensucikan harta jiwa juga ia
mensucikan dan mengembangkan harta orang kaya.
i. Zakat tidak mensucikan harta yang haram
j. Apabila kita menyatakan bahwa zakat itu mensucikan harta, dan
menjadi sebab bertambah banyak serta bertambah berkahnya harta
maka yang kami maksud adalah harta yang halal, yang sampe ke
tangan pemiliknya melalui cara yang dibenarkan agama.
k. Zakat mengembangkan harta
Zakat setelah hal-hal tersebut di atas, juga mengembangkan dan
memberkahkan harta (Qardawi, 1988: 848-865).
8. Penyaluran Zakat
Zakat yang dikumpulkan oleh lembaga pengelola zakat, harus segera
disalurkan kepada para mustahik sesuai dengan surah at-Taubah ayat 60.
Bentuk penyaluran zakat kepada orang-orang yang berhak menerimanya
menggunakan dua cara:
a. Penyeluran zakat konsumtif
Penyeluran zakat dalam bentuk konsumtif yaitu zakat yang di
salurkan kepada kelompok mustahik untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya seperti makan, tempat tinggal meneruskan perjalanan dan
lain-lain.Fungsi zakat ini adalah bentuk dari fungsi zakat yang
memberikan zakat dalam bentuk konsumtif (Hafidhuddin, 2002:133).
Sebagaimana dinyatakan dalam surah Al-Baqarah: 273 yang berbunyi:
Artinya:
(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah, mereka tidak dapat (berusaha) dimuka bumi, orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kayak arena memelihara diri dari meminta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak.Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui” (Depertemen Agama RI, 2008: 9).
b. Penyaluran zakat produktif
Penyaluran zakat dalam bentuk produktif adalah zakat yang
diberikan kepada fakir miskin dalam bentuk modal usaha atau lainya
yang dapat dikembangkan atau disedekahkan lagi dengan harapan
dapat meningkatkan taraf hidup mustahik dan para mustahik akan bisa
menjadi muzakki (Hafidhuddin, 2002:133).
B. Zakat Menurut UURI No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat
Zakat sebagai rukun Islam yang ketiga merupakan kewajiban setiap
muslim yang mampu untuk membayarkan dan diperuntukkan bagi mereka
yang berhak menerimanya. Dengan pengelolaan yang baik, zakat merupakan
sumber dana potensial yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan
kesejahteraan umum bagi seluruh masyarakat.
Melihat dari salah satu tujuan dari zakat yaitu untuk mengentaskan
kemiskinan dan menciptakan kesejahteraan umat maka sangat perlu adanya
pengelolaan zakat secara professional dan bertanggung jawab.Dalam
menciptakan hal tersebut sudah selayaknya peran masyarakat dan pemerinta
sangat dibutuhkan.Kewajiban pemerintah diantaranya yaitu memberikan
perlindungan, pembinaan, pelayanan kepada muzakki, mustahiq, dan
pengelola zakat. Untuk maksud tersebut, perlu adanya undang-undang tentang
pengelolaan zakat yang berasaskan iman dan taqwa dalam rangka
mewujudkan keadilan sosial, kemaslahatan, keterbukaan, dan kepastian
hukum sebagai pengamalan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
Undang-undang Pengelolaan Zakat juga mencakup pengelolaan infaq,
shadaqah dengan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan agar menjadi pedoman bagi muzakki dan mustahik, baik
perseorangan, maupun badan hukum dan atau badan usaha
Dengan dibentuknya undang-undang tentang Pengelolaan Zakat, dapat
ditingkatkan kesadaran muzakki untuk menunaikan kewajiban zakat dalam
rangka mensucikan diri terhadap harta yang dimilikinya, mengangkat
mustahiq, dan meningkatkan keprofesionalan pengelola zakat, yang
selamanya untuk mendapatkan ridho Allah.
1. Pengertian Zakat
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 23 tahun 2011
pasal 1 ayat 2 yang dimaksud dengan zakat adalah harta yang wajib
dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan
kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.
2. Dasar Hukum Zakat
Dasar hukum zakat pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomer
23 tahun 2011, terdapat pada pasal 1 ayat 5 yang berbunyi muzakki adalah
seorang muslim atau badan usaha yang berkewajiban menunaikan zakat.
3. Asas dan Tujuan Zakat
Asas dan tujuan zakat pada Undang-Undang Republik Indonesia
Nomer 23 tahun 2011, terdapat pada pasal 2, pasal 5 ayat (1), (2) yang
berbunnyi:
Pasal 2, pengelolaan zakat berasaskan syariat Islam, amanah,
kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas.
Pasal 5 pengelolaan zakat bertujuan:
a. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan
zakat
b. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.
4. Macam-macam Zakat
Macam-macam zakat yang terdapat pada Undang-Undang Republik
Indonesia Nomer 23 tahun 2011, pasal 4 ayat (1), (2), (4) adalah sebagai
berikut:
a. Zakat meliputi zakat mal dan zakat fitrah.
b. Zakat mal terdiri dari
1) Emas, perak, dan logam mulia lainya
2) Uang dan surat berharga lainya
3) Perniagaan
4) Pertanian, perkebunan, dan kehutanan
5) Peternakan dan perikanan
6) Pertambangan
7) Perindustrian
8) Pendapatan dan jasa
9) Rikaz
c. Syarat dan cara penghitungan zakat mal dan zakat fitrah dilaksanakan
sesuai dengan syariat Islam.
5. Pengelolaan Zakat
Pengelolaan zakat yang terdapat pada Undang-Undang Republik
Indonesia Nomer 23 tahun 2011, pasal 5 ayat (1), (2), dan (3) adalah
sebagai berikut:
a. Untuk melaksanakan pengelolaan zakat, pemerintah membentuk
BAZNAS
b. BAZNAS berkedudukan di ibu kota negara
c. BAZNAS merupakan lembaga pemerintah nonstuktural yang bersifat
mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui mentri.
Adapun penjelasan pengenai BAZNAS yaitu terdapat pada pasal 6
yang bebunyi bahwa BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang
melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional.
BAZNAS dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana pada pasal 6
BAZNAS dibantu oleh LAZ yang dijelaskan pada pasal 17, 18 yaitu:
Menurut pasal 17 menyebutkan untuk membantu BAZNAS dalam
melaksanakan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat,
masyarakat dapat membentuk LAZ.
Peraturan pembentukan LAZ diatur pada pasal 18 pada ayat (1), (2)
yang berbunyi:
a. Pembentukan LAZ wajib mendapat izin Menteri atau pejabat yang
ditunjuk oleh Menteri.
b. Izin hanya diberikan apabila memenuhi persyaratan paling sedikit:
1) Terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola
bidang pendidikan, dakwah, dan sosial.
2) Berbentuk lembaga berbadan hukum.
3) Mendapat rekomendasi dari BAZNAS.
4) Memiliki pengawas syariat.
5) Memiliki kemampuan teknis, administrative, dan keuangan untuk
melaksanakan kegiatannya.
6) Bersifat nirlaba.
7) Memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan
umat.
8) Bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala.
Pada pasal 19 menyebutkan bahwa LAZ wajib melaporkan
pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan, zakat
yang telah diaudit kepada BAZNAS secara berkala.
6. Pengumpulan, Pendistribusian, Pendayagunaan, dan Pelaporan Zakat
a. Pengumpulan
Pengumpulan zakat yang terdapat pada Undang-Undang Republik
Indonesia Nomer 23 tahun 2011, pasal 21 ayat (1), (2), pasal 22, dan
pasal 23 ayat (1), (2) sebagai berikut:
Dalam pasal 21 ayat (1), (2) menyebutkan:
1) Dalam rangka pengumpulan zakat, muzaki melakukan perhitungan,
sendiri atas kewajiban zakatnya.
2) Dalam hal tidak dapat menghitung sendiri kewajiban zakatnya,
muzaki dapat meminta bantuan BAZNAS.
Dalam pasal 22 menyebutkan zakat yang dibayarkan oleh muzaki
kepada BAZNAS atau LAZ dikurangkan dari penghasilan kena
pajak.
Dalam pasal 23 ayat (1), (2) menyebutkan:
1) BAZNAS atau LAZ wajib memberikan bukti setoran zakat
kepada setiap muzaki.
2) Bukti setoran zakat kepada setiap muzaki digunakan sebagai
pengurang penghasilan kena pajak.
b. Pendistribusian
Pendistribusian zakat yang terdapat pada Undang-Undang
Republik Indonesia Nomer 23 tahun 2011, pasal 25, 26 adalah sebagai
berikut:
Pada pasal 25 menyebutkan zakat wajib didistribusikan kepada
mustahik zakat sesuai dengan syariat Islam.
Adapun penjelasan dari pasal 25 diatas adalah sebagai berikut:
Mustahik delapan asnaf ialah fakir, miskin, amil, muallaf, riqab,
gharim,sabilillah, dan ibnussabil yang dalam aplikasinya dapat
meliputi orang-orang yang paling tidak berdaya secara ekonomi,
seperti anak yatim, orang jompo, penyandang cacat, orang yang
menuntut ilmu, pondok pesantren, anak terlantar, orang yang terlilit
utang, pengungsi yang terlantar dan korban bencana alam.
Pada pasal 26 menyebutkan pendistribusian zakat,
sebagaimana dimaksud dalam pasal 25, dilakukan berdasarkan skala
prioritas dengan memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan, dan
kewilayahan.
c. Pendayagunaan
Pendayagunaan zakat yang terdapat pada Undang-Undang
Republik Indonesia Nomer 23 tahun 2011, pasal 27 ayat (1), (2), (3)
adalah sebagai berikut:
1) Zakat dapat didayagunakan untuk usah produktif dalam rangka
penanganan fakir miskin dan peningkatana kualita umat.
2) Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila kebutuhan dasar
mustahik telah terpenuhi.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan zakat untuk usah
produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Mentri.
7. Pembinaan dan Pengawasan Zakat
Pembinaan dan pengwasan zakat yang terdapat pada Undang-Undang
RepublikIndonesia Nomer 23 tahun 2011, pasal 34 ayat (1), (2) adalah
sebagai berikut:
a. Memberi melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap
BAZNAS, BAZNAS provinsi, BAZNAS kabupaten/kota, dan LAZ.
b. Gubernur dan bupati/ walikota melaksanakan pembinaan dan
pengwasan terhadap BAZNAS provinsi, BAZNAS kabupaten/ kota,
dan LAZ sesuai dengan kewenangannya.
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum LAZISMU Kota Salatiga
1. Sejarah LAZISMU Kota Salatiga
LAZISMU adalah Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah nirlaba
tingkat nasional yang yang dibentuk oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah
dengan tugas mengelola dana zakat, infaq dan shadaqah (ZIS)dengan
pemberdayaan masyarakat melalui pendayagunaan secara produktif dana
zakat, infaq, wakaf dan dana kedermawanan lainnya baik dari
perseorangan, lembaga, perusahaan dan instansi lainnya untuk
didayagunakan melalui program-program sosial, pengembangan Sumber
Daya Manusia (SDM) dan berkhidmat dalam pemberdayaan masyarakat
tidak mampu. Sebagai organisasi dakwah Islam, Muhammadiyah
mendirikan berbagai amal usaha sosial seperti panti asuhan bagi anak
yatim piatu dan orang jompo, balai kesehatan dan sekolah yang
dimaksudkan untuk memberdayakan masyarakat dan memberikan
kemudahan pendidikan bagi anak-anak keluarga miskin. Muhammadiyah
memandang perlu adanya upaya untuk menanggulangi kemiskinan dan
mengoptimalkan penggalian dana zakat, infaq dan shadaqah guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berada dibawah kemiskinan
dan kesusahan.
LAZISMU didirikan pada tanggal 14 Juli 2002 yang ditandai dengan
penandatangan deklarasi oleh Prof. Dr. HA. Syafi’i Ma’arif, MA (Buya
Syafi’i) dan selanjutnya dikukuhkan oleh Menteri Agama Replublik
Indonesia sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) dengan
Surat Keputusan Nomer 457 tanggal 21 November 2002.
Latar belakang berdirinya LAZISMU terdiri atas dua faktor.Pertama,
fakta Indonesia yang berselimut dengan kemiskinan yang masih meluas,
kebodohan dan indeks pembangunan manusia yang sangat
rendah.Semuanya berakibat dan sekaligus disebabkan tatanan keadilan
sosial yang lemah.Kedua, zakat diyakini mampu bersumbangsih dalam
mendorong keadilan sosial, pembangunan manusia dan mampu
mengentaskan kemiskinan. Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar
di dunia, Indonesia memiliki potensi zakat, infaq dan wakaf yang terbilang
cukup tinggi. Namun, potensi yang ada belum dapat dikelola dan
didayagunakan secara maksimal sehingga tidak memberi dampak yang
signifikan bagi penyelesaian persoalan yang ada.
Berdirinya LAZISMU dimaksudkan sebagai institusi pengelola zakat
dengan manajemen modern yang dapat menghantarkan zakat menjadi
bagian dari penyelesai masalah (problem solver) sosial masyarakat yang
terus berkembang.Dengan budaya kerja amanah, profesional dan
transparan.
LAZISMU berusaha mengembangkan diri menjadi Lembaga Zakat
terpercaya.Dan seiring waktu, kepercayaan publik semakin
menguat.Dengan spirit kreatifitas dan inovasi, LAZISMU senantiasa
menproduksi program-program pendayagunaan yang mampu menjawab
tantangan perubahan dan problem sosial masyarakat yang berkembang.
Dalam operasional programnya, Lazismu didukung oleh Jaringan
Multi Lini, sebuah jaringan konsolidasi lembaga zakat yang tersebar di
seluruh provinsi (berbasis kabupaten/kota) yang menjadikan program-
program pendayagunaan LAZISMU mampu menjangkau seluruh wilayah
Indonesia secara cepat, terfokus dan tepat sasaran.
Dari latar belakang tersebut, berdirinya lembaga Amil Zakat, Infak dan
Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Slatiga juga tidak terlepas
dari perjuangan organisasi Muhammadiyah yang ada di Kota Salatiga
sebagai induk organisasi kemasyarakatan yang bersifat sosial, dakwah dan
pendidikan. Peran Muhammadiyah dalam mengembangkan potensi
warganya sangatlah besar.Hal ini terlihat melalui kegiatan sosial
kemasyarakatan, yang meliputi sektor pendidikan, dakwah maupun usaha
menciptakan pemberdayaan ekonomi warganya dengan kemandirian.
Berangkat dari kepercayaan masyarakat yang begitu besar terhadap
organisasi Muhammadiyah, maka Muhammadiyah dianggap mampu
untuk menghimpun dana masyarakat (yang meliputi zakat, infak dan
shadaqah) dan menyalurkannya kepada masyarakat yang berhak
menerimanya sesuai syariah. Kemudian dari pemikiran tersebut, pada
tahun 2002 Pimpinan Muhammadiyah Kota Salatiga berinisiatif untuk
mendirikan Lembaga Amil Zakat yang diberi nama Lembaga Amil Zakat
Infak dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Salatiga. Secara
legal formal, berdirinya LAZISMU Kota Salatiga menginduk kepada
LAZIS Muhammadiyah Pusat (PP. Muhammadiyah) sebagai LAZNAS
dengan SK Menteri Agama RI Nomer 457 tanggal 21 November 2002.
Namun secara structural berada di bawah naungan Pimpinan Daerah
Muhammadiyah Kota Salatiga.
Pada awal berdirinya, LAZISMU Kota Salatiga memiliki kantor
sekretariat di SD Muhammadiyah Plus Kota Salatiga, Jalan LMU
Adisucipto No. 13 Salatiga. Antara rentang waktu dari tahun 2002 sampai
dengan tahun 2010 merupakan masa transisi dari berdirinya LAZISMU
Kota Salatiga. Artinya kepengurusan LAZISMU Kota Salatiga, masih
menjadi satu dengan Pengurus Pimpinan Muhammadiyah Kota Salatiga
dan sekarang kantor kesekretariatan bertempat di Jalan Brigjen Sudiarto
Nomer 39 Salatiga.
Dalam pelaksanaan penghimpunan zakat, LAZISMU Kota Salatiga
hanya menerima zakat fitrah, zakat mal/uang, infak, shadaqah, dana
pembangunan, donator tetap dan fidyah. Seiring dengan adanya
kepercayaan masyarakat, maka secara tidak langsung mempengaruhi
program serta kegiatannya yang berusaha untuk memberdayakan
masyarakat sekitar dengan membekali pengetahuan melalui program-
program pendayagunaan zakat untuk kesejahteraan masyarakat. Adapun
program kerja LAZISMU Kota Salatiga sampai sekarang antara lain:
a. Santunan Fakir Miskin
b. Peduli Dhuafa
c. Beasiswa
d. Bantuan Usaha Ekonomi Produktif bagi Dhuafa
e. Bantuan Operasional Taman Pendidikan Al Quran
f. Pesantren Ramadhan
g. Kampung Binaan
h. Santunan Dana Kesehatan Masyarakat
i. Aksi Ramadhan (SantunanSabilillâh, Takjil Gratis, Buka Puasa
Bersama Anak Yatim, Bingkisan Lebaran untuk Dhuafa)
j. Pengajian Ahad Pagi
k. Tanggap Bencana Alam
l. Pengiriman Mubaligh
m. Ambulan Gratis
2. Visi dan Misi LAZISMU Salatiga
a. Visi
1) Visi lengkap
“Terwujudnya optimalisasi potensi dan pengelolaan Zakat, Infaq
dan Shadaqah dengan professional dan amanah untuk
pemberdayaan umat”
2) Visi sebagai Motto
“Mari tunaikan zakat, zakat itu wajib, mulia dan bermanfaat”
b. Misi
1) Optimalisasi kualitas pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS)
yang amanah, professional, dan transparan.
2) Optimalisasi pendayagunaan Zakat, Infaq dan Shadaqah(ZIS) yang
kreatif, inovatif dan produktif.
3) Optimalisasi pelayanan donator.
3. Tujuan LAZISMU Kota Salatiga
a. Membangkitkan motivasi untuk membantu sesama umat muslim
khususnya warga Muhammadiyah yang kurang mampu dari sisi
ekonomi.
b. Meningkatkan kualitas dakwah sosial Muhammadiyah agar lebih
terasa secara riil oleh masyarakat khususnya kaum dhuafa.
c. Menumbuhkan solidaritas gerakan beramal (zakat, infaq dan
Shadaqah) dikalangan warga Muhammadiyah.
d. Memaksimalkan potensi zakat, infaq dan shadaqah warga
Muhammadiyah khususnya dan Umat Islam pada umumnya untuk
dikelola secara professional dan cerdas pemanfaatannya dalam koridor
gerakan dakwah sosial.
e. Melakukan aksi sosial yang tepat sebagaimana visi misi
Muhammadiyah dan LAZISMU di Salatiga.
4. Struktur Organisasi LAZISMU Kota Salatiga
Adapun Struktur Organisasi Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah
Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Salatiga adalah sebagai berikut:
a. Dewan Pertimbangan
1) Prof. Dr. H.M. Muh. Zuhri, M.A
2) Dr. M. Zulfa, M.Ag.
3) Dr. Irfan Helmy, Lc., M.A.
b. Dewan Pengawas
1) H. Miftah Adlu Haq, M.M
2) Drs. H. Machasin
3) Amar Maruf Fakhrudin, S.Pd., M.M
c. Dewan Pelaksana
Ketua : Marijo, S.Pd.I, M.Pd.
Sekretaris : Muttaqin, M.Pd.I
Bendahara : Sholeh Mahfud, A.Ma.
Pentasyaruf : 1) Sutomo, M.Ag.
2) Muttaqin, M.PdI.
3) Agus Sofyan Hidayat, S.Pd., M.Hum.
Penarikan : 1) Fajar Kusyanuardi
2) Suko Wahyudi
3) Agung Setyawan
4) Riyadi, S.Pd.I
5) Kuncoro Broto
5. Produk Layanan LAZISMU Kota Salatiga
Bagi masyarakat yang ingin berpartisipasi mendukung program-
program LAZISMU Kota Salatiga yang meliputi program pendidikan,
dakwah dan sosial ekonomi dapat memilih beberapa produk pilihan antara
lain:
a. Zakat Beasiswa Pendidikan
Program untuk meningkatkan beban biaya sekolah bagi anak-anank
yang tidak mampu dengan sistem donator rutin tiap bulan atau tiap
semester mulai dari pendidikan dasar, menengah maupun tingkat
perguruan tinggi.
b. Zakat Peduli Dhuafa
Program ini untuk membantu meringankan beban biaya hidup bagi
para kaum dhuafa dengan sistem bulanan maupun triwulan.
c. Infak dan Shadaqah
LAZISMU Kota Salatiga juga menerima penyaluran kelebihan rezeki
berupa infak bentuk uang tunai maupun sedekah dalam bentuk lain,
dengan besaran yang tidak ditentukan dan bisa dimanfaatkan untuk
kemaslahatan umat
d. Kurban Berkah
LAZISMU Kota Salatiga dapat menerima dan menyalurkan hewan
kurban yang diprioritaskan pada daerah rawan pangan, rawan bencana
maupun rawan pemurtadan.Dapat diterima dalam bentuk uang tunai
maupun hewan kurban secara langsung.
e. Solidaritas Kemanusiaan
Program untuk meringankan beban saudara kita yang tertimpa musibah
bencana alam seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, dan lain-
lain.Bantuan dapat berupa uang tunai, sembako, pakaian pantas pakai,
obat-obatan, tenaga medis atau pengiriman relawan dilokasi bencana.
f. Zakat Fitrah
LAZISMU Kota Salatiga siap membantu muzakki untuk dapat
menyalurkan zakat fitrah maupun zakat malnya kepada yang berhak
sesuai dengan syariah. Adapun prosedur penghimpunan zakatnya
adalah muzakki dapat secara langsung datang ke kantor LAZISMU
Kota Salatiga di Jalan Brigjen Sudiarto Nomer 39 Salatiga 54714, telp.
(0298) 313552 dan mengisi formulir yang telah di sediakan ataupun
dapat memilih pembayarannya dengan cara:
1) Zakat diambil langsung oleh petugas LAZISMU Kota Salatiga,
dirumah atau dikantor sesuai dengan kehendak muzakki dan
muzakki bisa menentukan sendiri waktu pengambilannya.
2) Melalui transfer ke rekening resmi LAZISMU Kota Salatiga, yaitu
padaBank Muamalat Indonesia (BMI), di nomer rekening:
0104285318 atas nama
LAZISMU Kota Salatiga.
B. Pengelolaan Pembagian Zakat di LAZISMU Kota Salatiga
LAZISMU Kota Salatiga merupakan lembaga zakat, infaq dan shadaqah
nasional dimana dalam kepengurusan, pengurus mempunyai hak penuh dalam
penghimpunan, pengelolaan hingga pembagian zakat. Dalam melakukan
penghimpunan zakat LAZISMU Kota Salatiga melakukan pengumpulan zakat
terhadap seluruh penduduk Kota Salatiga yang terdiri dari kecamatan
Argomulyo, Kecamatan Tingkir, Kecamatan Sidomukti, Kecamatan Sidorejo
I, dan Kecamatan Sidorejo II dengan melakukan pengumpulan zakat
LAZISMU Kota Salatiga mempunyai daftar muzakkitetap yang akan
membayar zakat yang berasal dari empat kecamatan tersebut. Dalam
melakukan penerimaan zakat LAZISMU Kota Salatiga membedakan hasil
zakat, infaq dan shadaqah sedangkan dalam pembagian LAZISMU Kota
Salatiga menggabungkan hasil zakat, infaq dan shadaqah yang berasal dari
Kecamatan Argomulyo, Kecamatan Tingkir, Kecamatan Sidomukti,
Kecamatan Sidorejo I, Kecamatan Sidorejo II. Kemudian ditambah dengan
saldo pada bulan sebelumnya.Fakir, miskin, amil dan sabilillah merupakan
kelompok tetap yang mendapatkan bagian zakat sedangkan selain empat
golongan tersebut yaitu muallaf, para budak, gharim, dan ibnusabil tidak
mendapat bagian dari hasil zakat, infak dan shadaqah yang dihimpun oleh
pengurus LAZISMU Kota Salatiga.
Dasar hukum pelaksanaan pengelolaan pembagian zakat di LAZISMU
Kota Salatiga pada dasarnya bersumber dari satu dalil naqli yang sama yakni
Qur’an surah At-Taubah ayat 60 yang berbunyi:
Artinya:
Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan budak), orang-orang yang beruntung, untuk jalan Allah dan orng-orang yang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS at-Taubah:60).
Dari firman diatas dapat diketahui bahwa zakat tidak harus diberikan
kepada delapan ashnaf tetapi juga bisa diberikan kepada hanya sebagian
ashnaf.Dimana hal ini telah dilakukan oleh LAZISMU Kota Salatiga yang
melakukan pembagian zakat hanya kepada empat kelompok yang berhak
menerima zakat yaitu fakir, miskin, amil, dansabilillah.
Zakat dibagikan setiap akhir bulan dengan rincian bagian fakir miskin
diberikan kepada panti asuhan (panti asuhan Abu Hurairah dan panti asuhan
‘Aisyiah) dengan jumlah Rp 750.000,00/bulan, bantuan biaya hidup 23 dhuafa
dengan jumlah Rp 1.200.000,00/bulan yang setiap orangnya menadapatkan
sebesar Rp 50.000,00. Melalui beasiswa sebesar Rp 5.660.000,00/bulan dan
bantuan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dengan diberikan kepada setiap
proposal yang masuk ke LAZISMU Kota Salatiga. Bagian amil sebesar Rp
1.050.000,00/bulan yang diberikan kepada pegawai penarik zakat sebesar
Rp100.000,00 dan biaya transportasi petugas penarikan zakat. Sabilillah yang
diberikan sebagai bantuan operasional Taman Pendidikan AL-Qur’an (TPQ)
dengan jumlah setiap bulannya yang tidak menentu disesuaikan dengan situasi
dan kondisi.
Hal ini juga berdasarkan pada dalil naqli surat at-Taubah ayat 60. Dalam
dalil tersebut tidak hanya mengandung makna zakat dapat diberikan kepada
delapan golongan tetapi juga terkandung makna bahwa zakat juga dapat
diberikan kepada sebagian ashnaf.Artinya tidak seluruh mustahik di atas
diberikan zakat tetapi dapat juga beberapa mustahik saja yang diberikan zakat.
Hal ini di sampaikan oleh Ketua LAZISMU Kota Salatiga dengan sebab:
1. Untuk mempermudah dalam pengelolaan pembagian zakat.
2. Kelompok yang pasti ada disekitar Kota Salatiga adalah fakir, miskin,
amil dan sabilillah.
3. Fakir, miskin, amil dan sabilillah merupakan golongan paling mudah
dalam mengetahui kritria-kriterianya.
4. Dalam melakukan pembagian zakat di sesuaikan dengan situasi, kondisi
dan kebutuhan yang ada di sekitar Kota Salatiga (Hasil wawancara
dengan Bapak Marijo, Ketua pelaksana pengelolaan zakat LAZISMU
Kota Salatiga, tanggal 27 Oktober 2016).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa dasar pengelolaan
pembagian zakat di LAZISMU Kota Salatiga berpusat pada satu dalil yakni
Qur’an Surah at-Taubah ayat 60. Sedangkan untuk perbedaan pembagian
zakat terhadap empat golongan fakir, miskin, amil dan sabilillah lebih
ditekankan pada penafsiran dalil yang mana dalam tafsiran dalil tersebut,
sebab-sebab mustahik tidak hanya diposisikan sebagai sebab persamaan
bagian tetapijuga di dasarkan pada tujuan untuk menghilangkan aspek dalam
mustahik tersebut dengan berpijak pada kemampuan dan keadaan yang
dimiliki mustahik tersebut.
C. Proporsi Pembagian Zakat di LAZISMU Kota Salatiga
Dalam melaksanakan pengelolaan pembagian dana zakat LAZISMU
Kota Salatiga mempunyai sistem pengelolaan pembagian sendiri dengan cara
yaitu menjadikan satu dana zakat, infaq dan shadaqah. Pelaksana pengelolaan
zakat LAZISMU Kota Salatiga membagi zakat pada setiap akhir bulan
dimana seluruh dana zakat, infaq dan shadaqah yang terkumpul dari muzakki
dengan menambahka saldo yang setiap bulannya kemudian dibagikan kepada
amil, fakir, miskin dan sabilillah pada akhir bulan (Hasil wawancara dengan
Bapak Muttaqin, Sekretaris pelaksana pengelolaan zakat LAZISMU Kota
Salatiga, tanggal 15 November 2016).
Pada tahun 2014 zakat yang terkumpul di LAZISMU Kota Salatiga
dengan menambahkan saldo pada tahun 2013 dengan jumlah Rp
64.204.109,00 kemudian zakat dibagikan dengan rincian sebagai berikut:
(Laporan penerimaan dan pentasrufan zakat, infaq dan shadaqah LAZISMU
(LAZIM) PDM Kota Salatiga peride bulan Januari-Desember 2014)
No Tanggal Saldo+ Jumlah Zakat Pentasyaarufan Zakat
1 30-01-2014 Rp64.204.109,00+Rp13
.254.000=Rp77.458.10
9,00
Fakir miskin Rp7.610.000,00
Amil Rp1.050.000,00
Sabilillah Rp750.000,00
2 28-02-2014 Rp68.403.109+Rp13.01
4.000.00=Rp81.417.10
9,00
Fakir miskin Rp7.610.000,00
Amil Rp1.050.000,00
Sabilillah Rp.0
3 30-03-2014 Rp72.757.109,00+Rp9.
975.000,00=Rp
82.732.109,00
Fakir miskin Rp7.610.000,00
Amil Rp 1.050.000,00
Sablillah Rp 1.870.000,00
4 30-04-2014 Rp72.202.109+Rp10.12
0.000,00=Rp82.322.10
9,00
Fakir miskin Rp 7.610.000,00
Amil Rp 1.050.000,00
Sabilillah Rp 5.259.000,00
5 30-05-2014 Rp68.403.109+Rp10.55
0.000,00=Rp78.953.10
9,00
Fakir miskin Rp 7.610.000,00
Amil Rp 1.050.000,00
Sabilillah Rp.210.000,00
6 30-06-2014 Rp70.083.109,00+Rp10
.560.000,00=Rp80.943.
109,00
Fakir miskin Rp 7.610.000,00
Amil Rp1.050.000,00
Sabilillah Rp.4.500.000,00
7 30-07-2014 Rp67.483.109,00+Rp11
.680.000,00=Rp79.163.
109,00
Fakir miskin Rp 1.950.000,00
Amil Rp 1.050.000,00
Sabilillah Rp 3.2500.000,00
8 30-08-2014 Rp79.163.109+Rp14.23
5.000,00=Rp93.398.10
9,00
Fakir miskin Rp1.950.000,00
Amil Rp 1.050.000,00
Sabilillah Rp 50.000,00
9 30-09-2014 Rp72.928.109,00+Rp10
.215.000,00=Rp83.143.
109,00
Fakir miskinRp16.815.000,00
Amil Rp 1.050.000,00
Sabilillah Rp 3.750.000,00
10 30-10-2014 Rp61.528.109,00+Rp9.
250.000,00=Rp70.778.
109,00
Fakir miskin Rp1.950.000,00
Amil Rp 1.050.000,00
SabilillahRp 415.000,00
11 30-11-2014 Rp67.363.109,00+Rp9.
430.000,00=Rp76.793.
109,00
Fakir miskinRp 1.950.000,00
Amil Rp 1.050.000,00
Sabilillah Rp 415.000,00
12 30-12-2014 Rp73.378.109,00+Rp11
.740.000,00=Rp85.118.
109,00
Fakir miskin Rp6.500.000,00
Amil Rp 1.050.000,00
Sabilillah Rp 1.500.000,00
Dan pada tahun 2015 hasil zakat, infaq dan shadaqah yang terkumpul
di LAZISMU Kota Salatiga dengan saldo bulan Desember Rp 65.609.109,00
kemudian zakat di tasyarufkan kepada empat mustahik dengan rincian:
(Laporan penerimaan dan pentasrufan zakat, infaq dan shadaqah LAZISMU
(LAZIM) PDM Kota Salatiga periode bulan Januari-Desember 2015)
No Tanggal Saldo+Jumlah zakat Pentasyaarufan zakat
1 30-01-2015 Rp65.609.109,00+Rp10
.170.000,00=Rp
73.779.109,00
Fakir miskin Rp 6.500.000,00
Amil Rp 1.050.000,00
Sabilillah Rp 675.000,00
2 30-02-2015 Rp65.609.109,00+Rp10
.170.000,00=Rp
73.779.109,00
Fakir miskin Rp 6.500.000,00
Amil Rp 1.050.000,00
Sabilillah Rp 675.000,00
3 30-03-2015 Rp68.546.109,00+Rp13
.380.000,00=Rp81.926.
Fakir miskin Rp 6.450.000,00
Amil Rp 1.050.000,00
109,00 Sabilillah Rp 4.174.000,00
4 30-04-2015 Rp45.564.100,00+Rp9.
175.000=Rp
54.739.000,00
Fakir miskin Rp 6.450.000,00
Amil Rp 1.050.000,00
Sabilillah Rp 0
5 30-05-2015 Rp47.239.100,00+
Rp13.605.000,00=Rp60
.844.100,00
Fakir miskin Rp 7.435.000,00
Amil Rp 1.050.000,00
Sabilillah Rp 5.650,000,00
6 30-06-2015 Rp50.854.100+Rp6.955
.000,00=Rp
57.809.100,00
Fakir miskin Rp 24.254.000,00
Amil Rp 1.050.000,00
Sabilillah Rp 254.000,00
7 30-07-2015 Rp31.266.100,00+Rp9.
460.000,00=Rp
40.726.100,00
Fakir miskin Rp 2.100.000,00
Amil Rp 1.050.000,00
Sabilillah Rp 178.000,00
8 30-08-2015 Rp44.360.109,00+Rp53
.005.000,00=Rp97.365.
109,00
Fakir miskin Rp 14.752.000,00
Amil Rp 1.050.000,00
Sabilillah Rp 14.450.000
9 30-09-2015 Rp44.360.109,00+Rp6.
090.000,00=Rp50.450.1
09,00
Fakir miskin Rp 14.902.000,00
Amil Rp1.050.000,00
Sabilillah Rp14.450.000,00
10 30-10-2015 Rp20.048.109,00+Rp5.
575.000,00=Rp25.623.1
Fakir miskin Rp 2.100.000,00
Amil Rp 1.050.000,00
D
ari data diatas dapat dilihat bahwa zakat hanya diberikan kepada empat
kelompokashnaf penerima zakat (fakir, miskin, amil dan sabilillah) dengan
rata-rata prosentase tidak lebih dari yaitu fakir miskin 60%, amil 10%
danSabilillah 30% dan pada kasus-kasus tertentu tidak seperti itu.
Menurut data diatas bahwa bagian dari fakir miskin lebih besar daripada
amil dan sabilillah hal ini disebabkan karena:
1. Kota Salatiga merupakan kota yang masih banyaknya penduduk non
muslim maka dana zakat lebih dimayoritaskan sebagai pemberdaya
masyarakat fakir miskin agar fakir miskin tidak goyah imannya dengan
adanya bantuan yang diberikan oleh pengurus gereja.
2. Dengan memberikan bagian lebih besar pada fakir miskin (beasiswa)
diharapkan zakat dapat dijadikan sebagai media pembangunan
09,00 Sabilillah Rp 0
11 30-11-2015 Rp20.048.109,00+Rp6.
005.000,00=Rp26.053.1
09,00
Fakir miskin Rp 2.100.000,00
Amil Rp 1.050.000,00
Sabilillah Rp 0
12
30-12-2015 Rp53.002.825,00+Rp7.
695.000,00=60.697.825
,00
Fakir miskin Rp 3.100.000,00
Amil Rp 700.000,00
Sabilillah Rp 1.317.000,00
produktifitas generasi penerus bangsa dan agama diamana dengan adanya
beasiswa dapat meningkatkansumber daya manusia yang berkualitas yang
akan menjadikan generasi yang produktif.
3. Zakat lebih difungsikan sebagai langkah untuk merubah mustahik menjadi
muzakki (Hasil wawancara dengan Bapak Muttaqin, Sekretaris pelaksana
pengelolaan zakat LAZISMU Kota Salatiga, tanggal 10 November 2016).
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Analisis Pengelolaan Pembagian Zakat di LAZISMU Kota Salatiga
Zakat merupakan suatu harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang
yang dikenakan kewajiban zakatoleh Allah SWT untuk diberikan kepada yang
berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu, syarat tertentu disini
dimaksudkan yaitu kepada delapan ashnaf yang berhak menerima zakat.
Adapun hikmah dan tujuan zakat dapat dilihat dari dua sisi diantaranya
yaitu orang yang mengeluarkan zakat dan untuk orang yang menerima
zakat.Tujuan untuk orang yang mengeluarkan zakat diantaranya untuk
mensucikan jiwa dan harta bendanya sebagaimana yang diperintahkan Allah
SWT.
Sedangkan tujuan zakat dari orang yang menerimanya yaitu lebih
cenderung untuk meningkatkan kemampuan ekonomi dari penerima zakat,
secara tidak langsung zakat memiliki tujuan agar tercapainya pemerataan
ekonomi rakyat.
Menurut hasil penelitian Bab III dalam melakukan pengumpulan zakat
LAZISMU Kota Salatiga sudah membedakan hasil zakat, infaq dan shadaqah
tetapi dalam pengelolaan pembagian zakat dilakukan dengan menjadikan satu
hasil zakat, infaq dan shadaqah yang kemudian dibagikan kepada empat
kelompok mustahik zakat (fakir miskin, amil dan sabilillah).Hal ini dilakukan
oleh LAZISMU Kota Salatiga dengan alasan diantaranya yaitu:
1. Untuk mempermudah dalam melakukan pengelolaan pembagian zakat di
LAZISMU Kota Salatiga.
2. Kelompok yang pasti ada disekitar Kota Salatiga adalah fakir, miskin,
amil dan sabilillah.
3. Fakir, miskin, amil dansabilillah merupakan golongan paling mudah
dalam mengetahui kritria-kriterianya,
4. Dalam melakukan pembagian zakat di sesuaikan dengan situasi, kondisi
dan kebutuhan yang ada di sekitar Kota Salatiga.
Alasan yang diungkapkan oleh LAZISMU Kota Salatiga dalam
pengelolaan pembagian zakat seluruhnya tidak dapat disalahkan namun juga
tidak seluruhnya dapat dibenarkan. Tidak seluruhnya dapat dibenarkan karena
seharusnya pelaksana pengelolaanpembagian zakat LAZISMU Kota Salatiga
harus membedakan hasil zakat, infaq dan shadaqah yang kemudian hasil zakat
dikhususkan untuk kelompok yang berhak menerima zakat yaitu delapan
kelompok ashnafyang berhak menerima zakat (fakir, miskin, amil, muallaf,
sabilillah, budak, gharim dan ibnu sabil). Pendapat penulis ini tidak terlepas
dari pengertian zakat yang disampaikain oleh Wahbah Al-Zuhaily bahwa
zakat merupakan bagian harta tertentu dan yang oleh Allah SWT
untukdiberikan kepada fakir miskin (1995:85) dan pendapat Abdurrahman
diwajibkan al-Jaziri bahwa zakat adalah penyerahan pemilikan tertentu
kepada orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu pula
(Inoed, 2005: 9).
Menurut pendapat penulis dalam melakukan pembagian zakat LAZISMU
Kota Salatiga belum memenuhi semua delapan ashnaf penerima zakat karena
zakat hanya diberikan kepada empat ashnaf penerima zakat (fakir, miskin,
amil, sabilillah).Menurut pendapat penulis sebaiknya LAZISMU Kota
Salatiga membagi zakat kepada delapan ashnaf penerima zakat (Fakir, miskin,
amil, mu’allaf, riqab, gharim, sabilillah dan ibnu sabil) bukan hanya kepada
empat mustahiksaja (fakir, miskin, amil dansabilillah) karena zakat hanyalah
milik kedelapan kelompok tersebut. Pendapat penulis tidak terlepas dari yang
disampaikan Wahbah Al-Zuhaily bahwa dalam surah at-Taubah ayat 60
sebagai dasar pembagian zakat memerintahkan pembagian zakat sampai
delapan golongan, tidak lagi dua golongan (1995: 278).
Tidak semua dapat disalahkan karena dalam keadaan sekarang sangat sulit
untuk mengetahui kelompok muallaf, riqab (para budak), gharim (orang yang
memiliki utang), ibnu sabil (orang yang sedang dalam perjalanan). Menurut
Dr. Yusuf Qardawi bahwa jumhur ulama mazhab Hanafi berpendapat, bagian
untuk golongan muallaftelah ternasakh, dan karenanya hilanglah hak mereka
setelah Nabi SAW wafat, dan demikian pula sekarang dan pendapat tersebut
dinyatakan shahih dalam al-Bada’I (19988:570).
B. Analisis Proporsi Pembagian Zakat Terhadap 8Ashnaf Penerima Zakat
di LAZISMU Kota Salatiga
Zakat merupakan ibadah amaliah yang sebab, syarat dan rukun
pelaksanaannya telah dijelaskan dalam hukum Islam.Dimana zakat hukumnya
wajib bagi setiap umat Islam dan bagi orang yang melaksanakannya akan
mendapat pahala, sedangkan orang yang meninggalkannya akan mendapat
dosa. Telah dijelaskan dalam Surah at-Taubah ayat 60 bahwa golongan yang
berhak menerima zakat adalah orang-orang fakir, orang-orang miskin,
pengurus-pengurus zakat, para mu’allafyang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan budak), orang-orang yang beruntung, untuk jalan Allah dan
orang-orang yang dalam perjalanan. Dimana dalam surah at-Taubah ayat
60tersebut fakir miskin terdapat pada urutan yang pertama.Hal ini mempunyai
esensi bahwa sesungguhnya Allah SWT menetapkan zakat untuk mereka
(fakir miskin) agar tercukupi segala kebutuhannya dan dapat mengubah
kondisi mereka kepada yang lebih baik karena salah satu tujuan
dikeluarkannya zakat ialah untuk menutupi hajat hidup fakir miskin. Hal ini
dilakukan oleh LAZISMU Kota Salatiga dimana telah dilihat dari hasil
penelitian dalam laporan keuangan LAZISMU Kota Salatiga pada tahun
2014-2015, golongan fakir dan miskin mendapat bagian paling besar diantara
golonganamil dan sabilillah. Dengan rincian rata-rata bagian fakir miskin
60%, amil 10% dan sabilillah 30%.Dengan memberikan bagian 60% kepada
fakir miskin LAZISMU Kota Salatiga mempunyai alasan bahawa Kota
Salatiga merupakan kota yang masih banyaknya penduduk non muslim maka
dana Zakat lebih dimayoritaskan sebagai pemberdaya masyarakat fakir miskin
agar fakir miskin tidak goyah imannya dengan adanya bantuan yang diberikan
oleh pengurus gereja, Dengan memberikan bagian lebih besar pada fakir
miskin (beasiswa) diharapkan zakat dapat dijadikan sebagai media
pembangunan produktifitas generasi penerus bangsa dan agama diamana
dengan adanya beasiswa dapat meningkatkan sumber daya manusia yang
berkualitas yang akan menjadikan generasi yang produktif.
Tetapi menurut penulis dalam melakukan proporsi pembagian zakat pada
fakir miskin sebesar 60%, LAZISMU Kota Salatiga sebaiknya membedakan
bagian pada fakir dan miskinhal ini dikarenakan fakir dan miskin adalah
golongan yang berbeda, hal ini sesuai dengan pendapat mazhab Syafi’i dan
Hanbali yang menyatakan bahwa keadaan fakir lebih buruk dari pada kondisi
miskin, fakir dan miskin adalah dua kelompok (bukan satu kelompok) yang
masing-masing mempunyai eksistensi tersendiri ( IAIN Raden Intan, 1990:
62).
Sedangkan dalam bagian amil sebesar 10% telah sesuai dengan
kesepakatan fuqaha besarnya zakat yang diberikan kepada pengurus (‘amil)
zakat yaitu sebesar yang diberikan oleh imam berdasarkan pertimbangannya
atas kerja yang telah dilakukan oleh panitia, zakat atau sebesar biaya
transportasi yang diperlukan olehnya selama mengurus zakat. Akan tetapi,
mazhab Hanafi memberikan catatan bahwa pemberian yang diberikan kepada
panitia zakat hendaknya tidak melebihi setengah dari bagian zakat yang telah
dipungutnya (Al-Zuhaily:1995:292).
Dan pada bagiansabilillah sebesar 30% diberikan kepada bantuan
operasional Taman Pendidikan Qur’an (TPQ). Menurut pendapat penulis
dilihat dari hasil penelitian pada Bab III telah sesuai dengan apa yang yang
menjadi hak dari sabilillah, karena kelompok yang termasuk dalam sabilillah
adalah para pejuang yang berperang dijalan Allah yang tidak digaji yang
mereka lakukan hanyalah berperang. Menurut jumhur ulama, orang-orang
yang berperang dijalan Allah diberi bagian zakat agar dapat memenuhi
kebutuhan hidup mereka, meskipun mereka itu kaya karena sesungguhnya
orang-orang berperang itu adalah untuk kepentingan orang banyak (Al-
Zuhayly, 1995: 287-288).
C. Tinjauan Hukum Islam dan Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2011
Terhadap Pengelolaan Pembagian Zakat dan Proporsi Terhadap 8
Ashnaf Penerima Zakat di LAZISMU Kota Salatiga
1. Tinjauan hukum Islam terhadap Pengelolaan pembagian zakat dan proporsi
pembagian zakat di LAZISMU Kota Salatiga.
Zakat merupakan elemen ibadah wajib yang menjadi pilar Islam yang
memiliki dimensi dan tujuan ekonomi secara langsung.Akan tetapi tidak
serta merta umat Islam dapat menjadi penerima zakat secara sembarangan.
Ada ketentuan yang telah ditetapkan Allah SWT melalui salah satu firman-
Nya yakni surah At-Taubah ayat 60 yang mengatur siapa saja yang berhak
menerima zakat yang terdiri dari delapan kelompok yakni fakir, miskin,
amil, muallaf, budak, gharim, sabilillah dan ibnusabil. Apabila umat Islam
memenuhi kriteriasalah satu dari kedelapan kelompok tersebut, maka dia
berhak menerima zakat yang memang disediakan sebagai bagian dari hak
kedelapan kelompok tersebut.
Pembagian zakat pada sejarah perkembangannya hingga sekarang
telah mengalami perubahan.Pada awal perkembangan Islam, pemberian
zakat dilakukan hanya kepada dua golongan yaitu fakir miskin.Zakat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan fakir miskin.Tetapi sekarang ini,
telah mengalami perkembangan dimana zakat tidak hanya diberikan kepada
fakir miskin saja melainkan kepada delapan ashnaf penerima zakat (fakir,
miskin, amil, muallaf, budak, rikab, gharim, sabilillah) yang sesuai dengan
dalil sebagai dasar pembagian zakat yaitu pada surah at-Taubah ayat
60.Tapi pada LAZISMU Kota Salatiga melakukan pembagian zakat hanya
kepada empat kelompok ashnaf penerima zakat (fakir, miskin,amil, dan
sabilillah). Hal ini telah jelas bahwa pengelolaan pembagian zakat di
LAZISMU Kota Salatigabelum memenuhi semua delapan mustahik zakat,
sesuai dengan dalil yangmemerintahkan pembagian zakat sampai delapan
ashnaf, tidak lagi dua golongan sebagaimana yang dinyatakan dalam
firman-Nya surah at-Taubah ayat 60 yang berbunyi:
Artinya:
Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan budak), orang-orang yang beruntung, untuk jalan Allah dan orng-orang yang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS at-Taubah:60).
Dari ayat diatas telah jelas bahwa dalam pembagian zakat mazhab
Syafi’i mengatakan, zakat wajib dikeluarkan kepada delapan kelompok
mustahik tersebut dengan dasar ayat diatas yang menisbatkan bahwa
kepemilikan semua zakat oleh kelompok-kelompok itu dinyatakan dengan
pemakaian huruf lam yang dipakai untuk menyatakan kepemilikan,
kemudian masing-masing kelompok memiliki hak yang sama karena
dihubungkan huruf wawu (salah satu kata sandang yang berarti “dan”) yang
menunjukkan kesamaan tindakan. Oleh karena itu semua bentuk zakat
adalah milik semua kelompok itu, dengan hak yang sama (Al-Zuhaily,
1995: 278).
2. Tinjauan Undang-Undang Nomer 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
pada Pengelolaan Pembagian Zakat dan Proporsi Pembagian Zakat
terhadap Delapan Ashnaf penerima zakat di LAZISMU Kota Salatiga.
Undang-Undang Zakat yaitu Undang-undang Nomer 38 Tahun 1999
tentang Pengelolaan Zakat (selanjutnya disebut UUPZ) di sahkan di Jakarta
pada tanggal 23 September 1999 pada masa pemerintahan Presiden
Bacharuddin Jusuf Habibie yang kemudian di perbaiki dengan adanya
Undang-Undang Nomer 23 tahun 2011 tentang Penegelolaan Zakat.
Inilah Undang-undang yang mengatur kaitan antara zakat yang
dibayarkan masyarakat sebagai pelaksana kewajiban beragama dengan
pajak yang dibayarkan kepada negara yang merupakan kewajiban
kenegaraan bagi setiap warga negara.
Sebagai lembaga pertimbangannya adalah bahwa Republik Indonesia
yang menjamin kemerdekaaan tiap-tiap penduduk untuk beribadat menurut
agamanya masing-masing serta kepercayaannya itu, sehingga dalam
penunaian zakat sebagi kewajiban atas umat Islam yang mampu. Hasil
pengumpulan zakat merupakan sumber dana yang potensial bagi upaya
mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Sehingga dapat dikatakan bawa
zakat merupakan pranata keagamaan untuk mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia dengan memperhatikan rakyat yang kurang
mampu.
Menurut pasal 25, Undang-Undang Repubik Indonesia Nomer 23
tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat menyebutkan zakat wajib
didistribusikan kepada mustahik zakat sesuai dengan syariat Islam. Adapun
penjelasan dari pasal 25 tersebut yang dimaksud mustahik delapan ashnaf
adalah fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim,sabilillah, dan ibnusabil
yang dalam aplikasinya dapat meliputi orang-orang yang paling tidak
berdaya secara ekonomi, seperti anak yatim, orang jompo, penyandang
cacat, orang yang menuntut ilmu, pondok pesantren, anak terlantar, orang
yang terlilit utang, pengungsi yang terlantar dan korban bencana alam.
Menurut penjelasan dari pasal 25 telah jelas bahwa pembagian zakat di
LAZISMU Kota Salatiga belum memenuhi dengan apa yang dimaksud
oleh pasal 25, Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 23 tahun 2011
dimana pada LAZISMU Kota Salatiga membagikan zakat hanya kepada
empat ashnafpenerima zakat yaitu (fakir, miskin, amil dan sabilillah).
Sedangkan menurut pasal 26, Undang-undang Republik Indonesia
Nomer 23 tahun 2011 menyebutkan pendistribusian zakat dilakukan
berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan prinsip pemerataan,
keadilan, dan kewilayahan. Jika dilihat berdasarkan skala prioritas dengan
memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan dan kewilayahan telah jelas
bahwa LAZISMU Kota Salatiga dalam melakukan pembagian zakat sesuai
dengan apa yang dimaksud dengan pasal 26 Undang-Undang Nomer 23
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Hal ini dibuktikan bahwa dalam
prinsip pemerataan dan kewilayahan LAZISMU Kota Salatiga
membagikan zakat tidak pada satu wilayah tetapi pada beberapa wilayah
diantaranya Klaseman, Blotongan, Togaten, Banjaran, Tegalsari, Bancaan,
Sidomukti, Sidorejo, Argomulyo, Sidomukti, Tinkir, Togaten.
Sedangkanan untuk prinsip keadilan LAZISMU Kota Salatiga melihat dari
sisi kebutuhan dan keadan yang ada di sekitar Kota Salatiga yaitu dengan
memberikan bagian kepada fakir miskin sebesar 60%, amil 10% dan
sabilillah dengan jatah 30%. Dengan bagian fakir miskin lebih banyak dari
golongan yang lainnya hal ini menunjukkan bahwa LAZISMU Kota
Salatiga menerapkan apa yang menjadi tujuan zakat.
Sebagaimana pasal Pasal 5 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomer 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat mempunyai tujuan
sebagai berikut:
c. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan
zakat.
d. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.
Dari penjelasan di atas bahwa pengelolaan pembagian dan proporsi
pembagian zakat di LAZISMU Kota Salatiga sudah sesuai dengan hukum
Islam dan Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2011 tetapipembagiannya
belum memenuhi kepada semuamustahik zakat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan pada bagian-bagian sebelumnya, maka dapat
disimpulkan:
1. Bahwa pelaksana pengelolaan zakat LAZISMU Kota Salatiga dalam
melakukan pengumpulan zakat sudah membedakan hasil zakat, infak dan
shadaqah tetapi dalam pembagian zakat LAZISMU Kota Salatiga belum
membedakan hasil zakat, infak dan shadaqah. Hal ini dilakukan
LAZISMU Kota Salatiga dengan menggabungkan hasil zakat, infaq dan
shadaqah yang dijadikan satu kemudian dibagi kepada empat kelompok
ashnaf penerima zakat. LAZISMU Kota Salatiga dalam melakukan
pengelolaan pembagian zakat belum memenuhi semua mustahik zakat
karena zakat hanya dibagikan kepada empat ashnaf penerima zakat saja
yaitu fakir, miskin, amil dan sabilillah.
2. Pendistribusian zakat oleh LAZISMU Kota Salatiga dibagikan kepada
empat ashnaf penerima zakat dengan proporsi yaitu yang pertama untuk
fakir dan miskin sebesar 60%, kedua untuk amil dengan jatah 10%
danuntuk sabilillah sebanyak 30%.
3. Pengelolaan pembagian zakat di LAZISMU Kota Salatiga tidak
bertentangan dengan hukum Islam dan Undang-Undang No.23 Tahun
2011 tentang Pengelolaan Zakat tetapi juga belum memenuhi apa yang
menjadi dasar dari hukum Islam dan Undang-undang Nomer 23 tahun
2011 yaitu surah at-Taubah ayat 60. Dimana LAZISMU Kota Salatiga
hanya membagikan zakat kepada empat kelompok penerima zakat yaitu
fakir, miskin, amil dan sabilillah. Padahal mazhab Syafi’I mengatakan,
bahwa zakat wajib dikeluarkan kepada delapan kelompok mustahik dan
dalam surat at-Taubahayat 60 juga menjelaskan bahwa zakat merupakan
hak dari delapan golongan ashnaf yaitu fakir, miskin, amil, muallaf,
budak, gharim, sabilillah, ibnusabil. Dalam surat at-Taubah ayat 60
menisbatkan bahwa kepemilikan semua zakat oleh kelompok-kelompok
itu dinyatakan dengan pemakaian huruf lam yang dipakai untuk
menyatakan kepemilikan, kemudian masing-masing kelompok memiliki
hak yang yang menunjukkan kesamaan tindakan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, maka penulis
menyarankan:
1. Sebaiknya LAZISMU Kota Salatiga melakukan perbaikan terhadap
pengelolaan pembagian zakat dengan membedakan hasil zakat, infak, dan
shadaqah dengan mengkhususkan hasil zakat kepada delapan ashnaf
penerima zakat yaitu fakir, miskin, amil, muallaf, gharim, sabilillah,
budak dan ibnusabil.
2. Diharapkan LAZISMU Kota Salatiga mempunyai dasar pokok proporsi
pembagian zakat untuk menentukan proporsi pembagian zakat terhadap
delapan ashnaf penerima zakat.
3. Diharapkan pelaksana pengelolaan pembagian zakat mempelajar \i dan
memahami betul dengan apa yang dinisbatkan dalam surah at-Taubah ayat
60 dan mempelajari tentang Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat.
Salatiga, Februari 2017
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
Depertemen Agama RI. 2008. Al Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: Diponegoro
Buku
Afifuddin. Saebani dan Beni Ahmad. 2012. Metodelogi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Pustaka Setia
Al-Zuhayly, Wahbah. 1995. Zakat Kajian Berbagai Mazhab. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Ash-Shiddieqy, Hasbi. 1984. Pedoman Zakat. Jakarta: PT Bulan Bintang
Azwar, Saifudin. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Daradjat, Zakiah. 1996. Zakat Pembersih Harta dan Jiwa. Jakarta: Ruhama
Djuanda, Gustian dkk. 2006. Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hafidhuddin, Didin. 2002. Zakat Dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema
Insani
IAIN Raden Intan Lampung. 1990. Pengelolaan Zakat Mal Bagian Fakir Miskin.
Lampung: IAIN Raden Intan.
Inoed, Amiruddin dkk. 2005. Anatomi Fiqh Zakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Moleong, Lexy J. 2011. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Remaja
Rosdakarya
Noeng, Muhadjir 1989. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin
Pustaka Setia
Poerwadarminto. 1987. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Qardawi, Yusuf. 1988. Hukum Zakat. Jakarta: PT Pustaka Litera Antarnusa
S. Nasution. 2002. Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito
Saekan, Mukhamad. 2010. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Kudus: Nora Media
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta:Balai Pustaka
W. Gulo. 2010. Metodelogi Penelitian, Jakarta: PT Grasindo
Undang-undang
Undang-undang Nomer 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat
Website
https://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_Zakat_Infaq_dan_Shadaqah_Muhammadiyah
di akses pada tanggal 23 september 2016. pukul 15.05
https://www.google.com/search?q=skripsi+tentang+pengelolaan+pembagian+zakat di
akses pada tanggal 23 september 2016. Pukul 14.00
PANDUAN WAWANCARA
1. Sejak kapan LAZISMU Kota Salatiga berdiri?
2. Apa visi dan misi dari LAZISMU Kota Salaitiga?
3. Bagaimana struktur organisasi pada LAZISMUKota Salatiga?
4. Zakat apajakah yang dikelola oleh lembaga LAZISMU Kota Salatiga?
5. Dari mana saja sumber zakat LAZISMU Kota Salatiga?
6. Bagaimana cara pengelolaan pembagian zakat yang dilakukan oleh LAZISMU Kota Salatiga?
7. Apakah ada sistem proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakat di
LAZISMU Kota Salatiga?
8. Bagaimana proporsi pembagian zakat terhadap delapan ashnaf penerima zakat yang dilakukan
LAZISMU Kota Salatiga?
9. Siapa sajakah yang menjadi mustahik dalam LAZISMU Kota Salatiga?
HASIL WAWANCARA
Nama : Marijo S.Pdi. M.Pd
Jabatan : Ketua pelaksana zakat LAZISMU Kota Salatiga
Tanggal : Kamis, 27 Oktober 2016 pada pukul10:20 WIB
NS : Assalamu’alaikum Wr. Wb
MJ : Wa’alaikumsalam Wr. Wb
NS : Maaf pak, mengganggu waktunya sebentar
MJ : Iya ada apa mbak...??silahkan duduk
NS : Saya dari mahasiswi IAIN Salatiga jurusan Syariah prodi Hukum Ekonomi Syariah
akan melakukan penelitian di LAZISMU Kota Salatiga
MJ : Iya tentang apa mbak?
NS : Tentang pengelolaan pembagian zakat dan proporsi pembagian zakat di LAZISMU
Kota Slatiga?
MJ : Surat ijinnya sudah ada mbak?
NS : Iya ada pak,
MJ : Silahkan mbak apa yang mau ditanyakan
NS : Sejak kapan LAZISMU Kota Salatiga berdiri?
MJ : LAZISMU didirikan pada tanggal 14 Juli 2002 yang ditandai dengan penandatangan
deklarasi oleh Prof. Dr. HA. Syafi’i Ma’arif, MA (Buya Syafi’i) dan selanjutnya
dikukuhkan oleh Menteri Agama Replublik Indonesia sebagai Lembaga Amil Zakat
Nasional (LAZNAS) dengan Surat Keputusan Nomer 457 tanggal 21 November 2002
NS : Apa visi dan misi dari LAZISMU Kota Salatiga?
MJ : LAZISMU Kota Salatiga mempunyai visi dan misi diantaranya yaitu :
a. Visi lengkap
“Terwujudnya optimalisasi potensi dan pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah
dengan professional dan amanah untuk pemberdayaan umat”
b. Visi sebagai Motto
“Mari tunaikan zakat, zakat itu wajib, mulia dan bermanfaat”
c. Misi
1) Optimalisasi kualitas pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) yang
amanah, professional, dan transparan.
2) Optimalisasi pendayagunaan Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) yang kreatif,
inovatif dan produktif.
3) Optimalisasi pelayanan donator.
NS : Apa sajakah produk-produk dalam LAZISMU Kota Salatiga?
MJ : Produk-produk LAZISMU Kota Slatiga diantanya:
1. Zakat Beasiswa Pendidikan
Program untuk meningkatkan beban biaya sekolah bagi anak-anank yang tidak
mampu dengan sistem donator rutin tiap bulan atau tiap semester mulai dari
pendidikan dasar, menengah maupun tingkat perguruan tinggi.
2. Zakat Peduli Dhuafa
Program ini untuk membantu meringankan beban biaya hidup bagi para kaum
dhuafa dengan sistem bulanan maupun triwulan.
3. Infak dan Shadaqah
LAZISMU Kota Salatiga juga menerima penyaluran kelebihan rezeki berupa infak
bentuk uang tunai maupun sedekah dalam bentuk lain, dengan besaran yang tidak
ditentukan dan bisa dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat.
4. Kurban Berkah
LAZISMU Kota Salatiga dapat menerima dan menyalurkan hewan kurban yang
diprioritaskan pada daerah rawan pangan, rawan bencana maupun rawan
pemurtadan. Dapat diterima dalam bentuk uang tunai maupun hewan kurban secara
langsung.
5. Solidaritas Kemanusiaan
Program untuk meringankan beban saudara kita yang tertimpa musibah bencana
alam seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, dan lain-lain. Bantuan dapat
berupa uang tunai, sembako, pakaian pantas pakai, obat-obatan, tenaga medis atau
pengiriman relawan dilokasi bencana.
6. Zakat Fitrah
LAZISMU Kota Salatiga siap membantu muzakki untuk dapat menyalurkan zakat
fitrah maupun zakat malnya kepada yang berhak sesuai dengan syariah.
NS : Bagaimana prosedur penghimpunan zakat di LAZISMU Kota Salatiga?
MJ : Biasanya zakat diambil langsung oleh petugas penarik zkat LAZISMU Kota Salatiga,
dirumah atau dikantor sesuai dengan kehendak muzzaki dan muzzaki bisa menentukan
waktu pengambilannya. Atau bisa juga melalui transfer ke rekening resmi LAZISMU
Kota Slatiga yaitu pada Bank Muamalat Indonesia (BMI), di nomer
rekening:0104285318 atas nama LAZISMU Kota Salatiga.
NS : Begini pak, ini kan penelitian yang saya lakukan tentang pengelolaan pembagian zakat.
Yang saya tanyakan Bagaimanakah pelaksanaan pengelolaan pembagian zakat yang
dilakukan oleh LAZISMU Kota Salatiga?
MJ : Oh iya mb, LAZISMU Kota Salatiga kan merupakan Lembaga Amil Zakat Infaq dan
Shadaqah Nasional dimana lembaga pempunyai hak penuh atas penghimpunan,
pengelolaan dan pembagian zakat secara penuh dimana dalam pengumpulan zakat
LAZISMU Kota Salatiga menerima zakat dari empat kecamatan diantaranya yaitu
Kecamatan Argomulyo, Tingkir, Sidomukti, Sidorejo I dan Sidorejo 2 yang dilakukan
setiap bulan. Dana yang dikumpulkan berupa dana zakat, dana infaq dan shadaqoh.
NS : Untuk penerimaan zakat apakah LAZISMU Kota Salatiga sudah membedakan dana
zakat, infaq dan shadaqah pak?
MJ : Sudah mb. Dana yang berasal dari empat kecamatan yang telah di jelaskan di atas
kemudian di jadikan satu dengan membedakan hasil zakat dan hasil infak sama
shadaqah kemudian ifak dan shadaqah dijadikan satu karna zakat kan beda sama infak
dan shadaqah.
NS : Oh iya pak. Untuk pengelolaan pembagiannya bagaimana pak, apakah sudah di bedakan
juga?
MJ : Belum. Untuk pengelolaan pembagian zakat LAZISMU Kota Salatiga dilakukan
dengan cara menjadikan satu dana hasil penerimaan zakat, infak dan shadaqah yang
kemudian dana tersebut dibagikan kepada empat ashnaf penerima zakat yaitu fakir,
miskin, amil dan fisabilillah dengan rincian fakir miskin diberikan melalui Panti
Asuhan (P.A Abu Hurairah dan P. A Aisyah), Bantuan biaya hidup 23 dhuafa dan
beasiswa yang diberikan kepada siswa kurang mampu. Kemudian bagian amil setiap
bulannya telah di cantumkan dalam laporan penerimaan dan pengeluaran zakat
LAZISMU Kota Salatiga.Untuk bagian fisabilillah diberikan dengan pentasyarufan
kepada Taman Pendidikan Qur’an (TPQ).
NS : Mengapa dalam pengelolaan pembagian zakat LAZISMU Kota Salatiga menjadikan
satu dana zakat, infaq dan shadaqah pak?
MJ : Iya untuk mempermudah pengelolaan pembagian zakat mb, tapi mulai sekarang tahun
2016 LAZISMU Kota Salatiga sudah membedakan dana zakat, infaq dan shadaqah.
NS : Mengapa zakat hanya di berikan kepada empat ashnaf pak, kan pada surah at-Taubah
ayat 60 bahwa zakat hanyalah milik delapan ashnaf penerima pak?
MJ : Pada surah at-Taubah ayat 60 yaitu zakat boleh diberikan kepada sebagian ashnaf
penerima zakat tidak harus kesemua delapan ashnaf penerima zakat. Karena kempat
kelompok tersebut (fakir, miskin, amil dan fisabilillah) merupakan kelompok yang pasti
ada di sekitar Kota Salatiga dan paling mudah dalam mengetahui kriteria-kriterianya.
NS : Apakah ada sistem proporsi dalam melakukan pembagian zakat kepada setiap ashnaf?
MJ : Ada mb. Yaitu dengan memberikan jatah 60% kepada fakir miskin, amil sebesar 10%
dan fisabilillah sebanyak 30%
NS : Terima kasih atas waktu dan jawabannya pak. Waalaikumussalam Wr Wb.
MJ : Sama-sama mbak…Wa’alaikumusalam Wr Wb.
Salatiga, 27 Oktober 2016
Informan
Muttaqin S.Pdi. M.Pd.
Nama : Bapak Muttaqin S.Pd.
Jabatan : Sekretaris LAZISMU Kota Salatiga
Tanggal : Selasa, 15 November 2016
NK : Assalamu’alaikum r. Wb
MQ : Wa’alaikumsalam wr. wb
NK : Maaf mas menganggu waktunya sebentar
MQ : Iya ada apa mbak... ??silahkan duduk
NK : Saya ingin tanya-tanya mas
MQ : Iya tentang apa mbak ?
NK : Tentang pengelolaan pembagian zakat di LAZISMU Kota Salatiga pak?
: Bukankah kemarin sudah dijelaskan oleh pak muttaqin
MQ : Iya pak
NK : Silahkan mbak apa yang mau ditanyain
MQ : Bagaimana pengelolaan pembagian zakat di LAZISMU Kota Salatiga?
NK : Dalam melaksanakan pengelolaan pembagian dana zakat LAZISMU Kota
Salatiga mempunyai sistem pengelolaan pembagian sendiri dengan cara yaitu
menjadikan satu dana zakat, infaq dan shadaqah. Pelaksana pengelolaan zakat
LAZISMU Kota Salatiga membagi zakat pada setiap akhir bulan dimana
seluruh dana zakat, infaq dan shadaqah yang terkumpul dari muzakki dengan
menambahka saldo yang setiap bulannya kemudian dibagikan kepada amil,
fakir, miskin dan fisabilillah pada akhir bulan
NK : Kenapa hanya kepada empat ashnaf pak ?
MQ : Karna kelompok yang tetap dan pasti ada di Salatiga empat ashnaf tersebut mb
yaitu fakir, miskin, amil dan fisabilillah.
NK : Dasar apa yang digunakan dalam pengelolaan pembagian zakat di LAZISMU
Kota Salatiga pak?
MQ : Ya sama mb surah at-Taubah ayat 60.
NS : Kan pada surat at-Taubah menisbatkan delapan golongan pak?
MQ : Iya kan tidak harus delapan ashnaf dalam pembagiannya mb, karna yang ada
disekitar Salatiga menurut LAZISMU Kota empat ashnaf.
NS : Oh iyya pak. Untuk bagian fakir miskin kenapa 60% ?
MQ : Iya mb fakir miskin diberi jatah 60% karna begini mb alasannya:
1. Kota Salatiga merupakan kota yang masih banyaknya penduduk non
muslim maka dana Zakat lebih dimayoritaskan sebagai pemberdaya
masyarakat fakir miskin agar fakir miskin tidak goyah imannya dengan
adanya bantuan yang diberikan oleh pengurus gereja.
2. Dengan memberikan bagian lebih besar pada fakir miskin (beasiswa)
diharapkan zakat dapat dijadikan sebagai media pembangunan produktifitas
generasi penerus bangsa dan agama diamana dengan adanya beasiswa dapat
meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas yang akan
menjadikan generasi yang produktif.
3. Zakat lebih difungsikan sebagai langkah untuk merubah mustahik
menjadi muzakki
NS : Sudah cukup pak, terima kasih pak.Wassalamu’alaikum…
MQ : Iya sama-sama mbak.Wa’alaikumsalam Wr. Wb
Salatiga, 15 November 2015
Informan
Muttaqin S.Pd.
DOKUMENTASI
Pembagian beasiswa Bantuan bagi dhuafa
Pembagian bantuan Operasional TPQ Kegiatan penarikan ZIS di ruang kerja dr. Hj.Supartinah, Sp. THT. Oleh petugas Lazis
DAFTAR NILAI SKK
Nama :Khoirotun Nisak Fakultas : Syariah
NIM : 214-12-031 Progdi : Hukum Ekonomi Syari’ah
NO JENIS KEGIATAN WAKTU KEGIATAN
JABATAN NILAI
1. Sertifikat “Orientasi Peserta Akademik Dan Kemahasiswaan” (OPAK DEMA)
5-7/9/2012 Peserta 3
2. Sertifikat “Membangun Pribadi Mahasiswa Melalui Analisa Sosial ke-Syariah-an”(ORMAS)
8-9/9/2012 Peserta 3
3. Sertifkat “Membangun Karakter Keislaman Bertaraf Internasional di Era Globalisasi Bahasa”
10/9/2012 Peserta 2
4. Piagam Penghargaan” Explore Your Entrepreneurship Talent”
11/9/2012 Peserta 2
5. Sertifikat Achievment Motivation Training AMT”
12/9/2012 Peserta 2
6 Sertifikat” Library User Education (Pendidikan Pemakai Perpustakaan)
13/9/2012 Peserta 2
7 Sertifikat Seminar Nasional “Urgensi Media Dalam Pergulatan Politik”
29 /9/2012 Peserta 6
8 Sertifikat “Training Pembuatan Makalah”
13/10/2012 Peserta 2
9 Sertifikat “Membentuk Militansi Kader Menuju Mahasiswa yang Ideal”
5-7/10/ 2012 Peserta 3
10 Piagam Penghargaan “Satu Malam Meningkatkan Integritas Mahasiswa Syariah”
13-14/10/ 2012 Peserta 3
11 Sertifikat “English Friendship Camp and Social Work in Merbabu Foothill 2012”
19/10/2012 Peserta 3
12 Sertifikat Dialog Publik dan Silaturahim Nasional “Kemanakah
10/11/2012 Peserta 8
Arah Kebijakan BBM? Mendorong Subsidi BBM Untuk Rakyat”
13 Sertifikat Seminar Nasional “Peran Lembaga Perbankan Syariah dengan Adanya Otoritas Jasa Keuangan (UU No. 21 Tahun 2011 TENTANG OJK)
29/11/2012 Peserta 8
14 Piagam Penghargaan “Tafsir Tematik dalam Upaya Menjawab Persoalan Israel dan Palestina Landasan QS. Al-Fath:26-27”
1/12/2012 Peserta 2
15 Sertifikat Seminar “Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah dalam Prespektif Hukum Positif dan Syariah”
17/11/2012 Peserta 2
16 Sertifikat Seminar Kesehatan Wanita bersama AVAIL (Always Very Active In Life) Salatiga
13/1/2013 Peserta 2
17 Sertifikat Seminar Nasional “Perjuangan Kaum Perempuan dalam Kesetaraan Hukum Islam di Indonesia”
30/4/2013 Peserta 6
18 Sertifikat Seminar Nasional “Indonesia Will Grow and Shine With Sharia Economics”
04/6/2013 Peserta 8
19 Sertifikat Seminar Nasional dan Dialog Publik “Penyesuaian Harga BBM Bersubsidi”
27/6/2013 Peserta 8
20 Sertifikat “ Pesantren Sebagai Wadah Perkembangan Karakter Pemuda Islam yang Berakhlakul Karimah dan Bernalar Ilmiah”
30/6/2013 Panitia 2
21 Sertifikat Sosialisasi dan Silaturahim Nasional “Sosialisasi UU No. 1 Th 2013, Peran Serta Fungsi OJK dan Pemerintah Dalam Pengawasan LKM (Lembaga Keuangan Mikro)
30/9/2013 Peserta 6
22 Sertifikat Peserta Diklat Ekonomi Islam “Be Generation of Sharia Economics”
19-20/10/ 2013 Peserta 3
23 Sertifikat “Ciptakan Karakter Mahasiswa Berwawasan Nusantara dan Berakhlaq Mulia”
29-30/11/2013 Peserta 3
24 Sertifikat Pendidikan Anggota Dasar (PAD) Al-Khidmah Kampus Kota Salatiga “Menciptakan Karakter Mahasiswa Berwawasan Nusantara dan Berakhlak Mulia”
28-29/12/2013 Panitia 3
25 Sertifikat “Penulisan Karya Tulis Ilmiah KSEI STAIN Salatiga”
14/5/2014 Peserta 2
26 Sertifikat “ Level Basic 1 Atau Pendidikan Tingkat 1”
13/10/2014 Panitia 3
27 Sertifikat “Membangun Karakter Mahasiswa Islamic Entrepreneurship”
14/10/2014 Panitia 2
28 Seminar Nasional “Optimalisasi Daya Insani Terhadap Lembaga Keuangan Syariah”
14/10/2014 Panitia 8
29 Sertifikat “Menciptakan Generasi yang Berpegang Teguh Prinsip Ekonomi Syariah Untuk Kemajuan Perekonomian Indonesia”
22-23/11/2014 Panitia 3
30 Sertifikat Participant of Training and Toefl Tests.
8-9/11/2014 Peserta 3
31 Seminar Regional “Membangun Karakter Kepemimpinan KSEI dalam Akselerasi Pembumian Ajaran Islam di Bidang Ekonomi”
13/12/2014 Peserta 6
32 Sertifikat Seminar Nasional “Kesehatan Islami”
10/8/2015 Peserta 6
33 Sertifikat “Literasi Keuangan Syariah dan Kebijakan Mikroprudensial dalam Stabilitas Ekonomi”
12/10/2015 Peserta 2
34 Sertifikat Seminar Nasional “Peran Sistem Ekonomi Islam dalam Meningkatkan Stabilitas Ekonomi Global dengan Mensinergikan Sektor Rill dan Sektor Keuangan”
13/10/2015 Peserta 8
35 Seminar Nasional “Perbankan Syariah di Indonesia: Antara Teori dan Praktek”
4/11/2015 Peserta 8
36 Sertificat “The Exclusive One Day Workshop Become A Successful Etrepreneur
23/4/2016 Peserta 2
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:
Nama : Khoirotun Nisak
Tempat, Tanggal lahir : Grobogan, 14 Juli 1993
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Dsn. Krajan Ds. Putatsari RT 03/01, Kec. Grobogan, Kab.
Grobogan
Riwayat Pendidikan :
1. SD N 01 Putatsari, lulus tahun 2006
2. MTs. Yarobi Grobogan, lulus tahun 2009
3. SMA N 01 Grobogan, lulus tahun 2011
Demikian riwayat hidup ini dibuat sebenar-benarnya.
Salatiga, 10 Januari 2017
Penulis
Khoirotun Nisak