pengaruh pemberian panas awal dengan pengelasan

Download PENGARUH PEMBERIAN PANAS AWAL DENGAN PENGELASAN

If you can't read please download the document

Upload: vothien

Post on 12-Jan-2017

228 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    i

    SKRIPSI

    PENGARUH PEMBERIAN PANAS AWAL DENGAN PENGELASAN

    SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) TERHADAP

    KETANGGUHAN IMPAK BAJA KEYLOS 50

    Oleh:

    Heru Saputro

    X 2506015

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSIAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2011

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ii

    SKRIPSI

    PENGARUH PEMBERIAN PANAS AWAL DENGAN PENGELASAN

    SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) TERHADAP

    KETANGGUHAN IMPAK BAJA KEYLOS 50

    Oleh :

    Heru Saputro

    X 25 06 015

    Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan

    gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Teknik Mesin

    Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2011

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iii

    PERSETUJUAN

    Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

    Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

    Surakarta.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iv

    SURAT PERNYATAAN

    Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak

    terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

    perguruan tinggi dan menurut sepengetahuan penulis juga tidak terdapat karya

    atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali

    mengacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

    Surakarta, 9 Juni 2011

    Penulis,

    Heru Saputro

    X 25 06 015

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    v

    PENGESAHAN

    Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

    Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

    untuk memenuhi persyaaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vi

    ABSTRAK

    Heru Saputro. PENGARUH PEMBERIAN PANAS AWAL DENGAN

    PENGELASAN SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING)

    TERHADAP KETANGGUHAN IMPAK BAJA KEYLOS 50. Skripsi,

    Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret

    Surakarta, Juni 2011.

    Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui sifat fisis dan mekanis

    Baja Keylos 50 dengan pemberian panas awal dan tanpa pemberian panas awal, (2)

    Mengetahui variasi suhu preheat yang memberikan perbedaan pengaruh terbesar

    terhadap sifat fisis dan mekanis Baja Keylos 50 setelah dilakukan pengelasan.

    Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Las Inlastek Pajang Surakarta

    sebagai tempat pengelasan benda uji. Uji komposisi kimia dalam penelitian ini

    dilakukan di Laboratorium Polman Ceper. Dan sebagai tempat pengujian impak

    dilakukan di Laboratorium Material Fakultas Teknik Mesin UNS Surakarta.

    Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi yang dipakai adalah

    Baja Keylos 50. Sampel diambil dengan teknik Purposive Sampling, dengan 15

    spesimen uji dan pengujian impak dilakukan tiga sampel untuk setiap variasi

    spesimen. Teknik analisis data pada penelitian ini adalah Uji Rerata (Uji Z).

    Hasil uji komposisi kimia menunjukkan bahwa ada perbedaan pada

    spesimen logam induk setelah mengalami preheat dengan prosentase sebesar

    0,504 % karbon, sedangkan pada spesimen logam las menunjukan prosentase

    sebesar 0,115 % karbon. Hasil uji rerata ( uji Z) menunjukan bahwa ada

    peningkatan ketangguhan bahan yang signifikan pada taraf signifikansi 1 % yaitu

    pada variasi temperatur preheat 2700C. Dapat dilihat pada hasil uji analisis data

    yang menyatakan bahwa Zobs = 57,4015 lebih besar daripada Ztabel = 4.541 (Zobs> -

    Zt). Peningkatan ketangguhan impak yaitu sebesar 0,51%.

    Hasil uji rerata (uji Z) adalah ada peningkatan ketangguhan bahan yang

    signifikan pada variasi perbedaan temperatur preheat dibandingkan nonpreheat.

    Dari hasil uji komposisi dan hasil uji ketangguhan impak yang telah dilakukan,

    terlihat terjadi perbedaan kadar kadar karbon (C) sebesar 0,504 % karbon pada

    Baja Keylos 50 setelah dilakukan preheat dan peningkatan ketangguhan impak

    spesimen benda uji setelah dilakukan preheat.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vii

    ABSTRACT

    Heru Saputro. BEGINNING HOT GIFT INFLUENCE WITH WELDING

    SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) TOWARDS STEEL

    IMPACT STRENGTH KEYLOS 50. Thesis, Faculty of Teacher Training and

    Education. Sebelas Maret University, July 2011.

    This watchfulness aim detects: (1) Detect character fisis and mechanical

    Steel Keylos 50 with beginning hot gift and without beginning hot gift, (2) Detect

    temperature variation preheat that give biggest influence difference towards

    character fisis and mechanical Steel Keylos 50 after done welding.

    This watchfulness is done at Laboratory welds Inlastek Pajang, Surakarta

    as place welding test thing. Chemical composition test in this watchfulness is

    done at Laboratory Polman Ceper. Dnd as impact testing place is done at Engine

    Faculty of Technique Materials Laboratory UNS Surakarta. This watchfulness

    uses experiment method. population that worn Steel Keylos 50. Sample is taken

    with technique purposive sampling, with 15 spesimen test and impact testing is

    done three samples to every variation specimen. data analysis technique in this

    watchfulness average test (test Z).

    Chemical composition test result shows that there is difference in

    spesimen raw material after experience preheat with prosentase as big as 0,504 %

    carbon, while in spesimen metal welds to demo prosentase as big as 0,115 %

    carbon. Average test result (test Z) demoes that there is ingredient strength

    enhanced significant in standard signifikansi 1 % that is in temperature variation

    preheat 2700 C. Visible in data analysis test result that declare that Zobs = 57,4015

    bigger than Ztabel = 4.541 (Zobs> -Zt). impact strength enhanced that is as big as

    0,51%.

    Average test result (Test Z) there ingredient strength enhanced significant

    in different temperature variation preheat compared nonpreheat. From

    composition test result and impact strength test result that done, seen to happen

    carbon degree degree difference (C) as big as 0,504 % carbon in Steel Keylos 50

    after done preheat and impact strength enhanced spesimen test thing after done

    preheat.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    viii

    MOTTO

    Ada obsebsi, ada jalan. (Penulis)

    Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena

    didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun

    kesempatan untuk berhasil. (Mario Teguh)

    Hai manusia, sesungguhnya hanya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali

    janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah

    syaiton yang pandai menipu,memperdayakan kamu tentang Allah. (QS. Fathir :2)

    (Ingatlah) ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabb-mu, lalu

    diperkenankannya bagimu. (QS. Al-Anfal :9)

    Kalau semua yang kita ingini harus kita miliki darimana kita belajar keikhlasan.

    Kalau semua yang kita mau harus terpenuhi darimana kita belajar kesabaran.

    Kalau doa kita dikabulkan dengan cepat darimana kita memaksimalkan

    kemampuan yang diberikan pada kita. Kalau kehidupan kita selalu bahagia dari

    mana kita mengenal Allah lebih dekat. (Arief Ramadhan)

    Manusia dinilai berdasarkan kadar lelahnya dan biarkan kelelahan lelah

    mengikuti kita. No pain, No again. (Wahyu AR)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ix

    PERSEMBAHAN

    Karya ini kupersembahkan kepada :

    Allah SWT, yang selalu melimpahkan kemudahan dan kelancaran

    Ibu dan Bapak serta keluargaku tersayang

    Teman- teman PTM 2006

    AD 4665 AK, yang selalu menemani perjalananku

    Almamaterku tercinta

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    x

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah

    memberikan Rahmat, Hidayah serta Innayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini

    dapat diselesaikan. Penulisan laporan ini untuk memenuhi sebagian persyaratan

    mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Mesin

    Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    Dalam penulisan laporan ini penulis banyak mengalami kesulitan dan

    hambatan, namun atas bantuan dari berbagai pihak penulis dapat mengatasi setiap

    kesulitan dan hambatan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih atas

    segala bentuk bantuannya kepada yang terhormat :

    1. Dekan FKIP UNS yang telah memberikan ijin menyusun skripsi.

    2. Ketua Jurusan PTK FKIP UNS yang telah memberikan ijin penyusunan

    skripsi ini.

    3. Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Mesin JPTK FKIP UNS, yang

    telah memberikan persetujuan atas penyusunan skripsi ini.

    4. Bapak Drs. Subagsono, M.T selaku Dosen Pembimbing I, yang telah

    membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi.

    5. Bapak Suharno.S.T,M.T selaku dosen pembimbing II, yang telah

    membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusu skripsi.

    6. Teman - teman mahasiswa Program Teknik Mesin angkatan tahun 2006.

    7. Ibu, Bapak dan Keluargaku tercinta yang telah memberikan semangat,

    dorongan dan sumbangan baik moril maupun materil.

    Dalam penulisan laporan ini, penulis menyadari bahwa masih banyak

    kekurangan. Dengan demikian skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat

    bagi penulis khususnya, serta bagi pembaca dan bagi perkembangan ilmu

    pengetahuan di masa sekarang dan yang akan datang.

    Surakarta, Juni 2011

    Penulis

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

    HALAMAN PENGAJUAN .................................................................... ii

    HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ iii

    HALAMAN SURAT PERNYATAAN .................................................. iv

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ v

    HALAMAN ABSTRAK ......................................................................... vi

    HALAMAN MOTTO ............................................................................. viii

    HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. ix

    KATA PENGANTAR ............................................................................ x

    DAFTAR ISI ........................................................................................... xii

    DAFTAR TABEL .................................................................................. xiv

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xv

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvi

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

    B. Identifikasi Masalah .............................................................. 4

    C. Pembatasan Masalah ............................................................... 4

    D. Perumusan Masalah ................................................................ 5

    E. Tujuan Penelitian .................................................................... 5

    F. Manfaat Penelitian ................................................................. 5

    BAB II LANDASAN TEORI

    A. Tinjauan Pustaka .................................................................... 6

    1. Pengertian Las ................................................................. 6

    2. Las SMAW ....................................................................... 6

    3. Las Busur Listrik .............................................................. 7

    4. Arus Pengelasan ............................................................... 8

    5. Elektroda ........................................................................... 9

    6. Pengelasan Baja Karbon ................................................... 10

    7. Daerah Pengaruh Panas (HAZ) ........................................ 10

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xii

    8. Kampuh V......................................................................... 11

    9. Preheat (Pemanasan Mula) ............................................... 11

    10. Ketangguhan Impak .......................................................... 12

    11. Baja Keylos 50.................................................................. 16

    12. Termokopel ....................................................................... 16

    B. Kerangka Pemikiran .............................................................. 17

    C. Hipotesis Penelitian ................................................................ 18

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 19

    B. Metode Penelitian ....................................................................... 20

    C. Populasi dan Sempel .................................................................. 20

    D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 21

    E. Desain Penelitian ......................................................................... 23

    F. Teknik Analisis Data .................................................................. 27

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil dan Pembahasan Uji Komposisi Kimia ............................. 31

    B. Hasil dan Pembahasan Uji Ketangguhan Impak ......................... 36

    C. Pembahasan Hasil Analisis Data ................................................. 42

    BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

    A. Kesimpulan ................................................................................. 44

    B. Implikasi ..................................................................................... 45

    C. Saran ............................................................................................ 46

    Daftar Pustaka ......................................................................................... 47

    LAMPIRAN

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Spesifikasi besar arus menurut tipe elektroda .................................... 8

    Tabel 2. Suhu Pemanasan Mula pada Baja Karbon Sedang dan Tinggi .......... 12

    Tabel 3. Hasil Pengujian Komposisi Kimia Baja Keylos 50 ........................... 31

    Tabel 4. Data komposisi kimia raw material Baja Keylos 50. ......................... 32

    Tabel 5. Hasil Pengujian Ketangguhan Impak ................................................. 37

    Tabel 6. Hasil pengujian nilai ketangguhan impak charpy .............................. 38

    Tabel 7. Hasil Uji Normalitas dengan Metode Liliefors .................................. 41

    Tabel 8. Hasil Ringkasan Hasil Uji Z .............................................................. 42

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Las Busur dengan Elektroda Terbungkus ............................. 8

    Gambar 2. Elektroda Las......................................................................... 9

    Gambar 3. Daerah Las dan Sekitarnya .................................................... 11

    Gambar 4. Kampuh V ............................................................................. 11

    Gambar 5. Metode Charpy (kiri) dan Metode Izod (kanan) ................... 13

    Gambar 6. Pengujian ketangguhan Charpy ............................................ 14

    Gambar 7. Termokopel ........................................................................... 16

    Gambar 8. Bagan Aliran Penelitian ........................................................ 23

    Gambar 9. Kampuh V terbuka ................................................................ 25

    Gambar 10. Histogram Hasil Uji Ketangguhan Impak

    Spesimen Benda Uji ............................................................. 39

    Gambar 11. Grafik Ketangguhan Impak Spesimen Benda Uji ............... 40

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Hasil Pengujian Komposisi Kimia Logam Las .................. 48

    Lampiran 2. Hasil Pengujian Komposisi Kimia Logam Induk ............... 49

    Lampiran 3. Hasil Uji Ketangguhan Impak ............................................ 50

    Lampiran 4. Setifikat Baja Keylos 50 ..................................................... 51

    Lampiran 5. Hasil Uji Pengelasan Nonpreheat ....................................... 52

    Lampiran 6. Hasil Uji Pengelasan Preheat 2700 C .................................. 53

    Lampiran 7. Hasil Uji Pengelasan Preheat 3000 C .................................. 54

    Lampiran 8. Hasil Uji Pengelasan Preheat 3300 C .................................. 55

    Lampiran 9. Pengajuan Judul Skripsi...................................................... 56

    Lampiran 10. Lembar Pengesahan Proposal Skripsi .............................. 57

    Lampiran 11. Presensi Seminar Skripsi .................................................. 58

    Lampiran 12 Surat Keputusan Dekan FKIP UNS ................................... 60

    Lampiran 13. Permohonan Ijin Menyusun Skripsi ................................. 61

    Lampiran 14. Permohonan Ijin Research di Lab. Inlastek Pajang .......... 62

    Lampiran 15. Permohonan Ijin Research di Lab. Teknik Mesin D3 UGM

    ........................................................................................... 63

    Lampiran 16. Permohonan Ijin Research ................................................ 64

    Lampiran 17. Data Hasil Pengukuran Ketangguhan Impak Setelah

    dilakukan Preheat .............................................................. 65

    Lampiran 18. Uji Normalitas Kolom A1 (Non Preheat) ......................... 66

    Lampiran 19. Uji Normalitas Kolom A2

    (Preheat dengan Suhu 2700 C) ........................................... 67

    Lampiran 20. Uji Normalitas Kolom A3

    (Preheat dengan Suhu 3000 C ............................................. 68

    Lampiran 21. Uji Normalitas Kolom A4

    (Preheat dengan Suhu 3300 C) ........................................... 69

    Lampiran 22. Analisis Rataan ................................................................. 70

    Lampiran 23. Uji Z dengan Suhu Preheat 2700 C .................................. 71

    Lampiran 24. Uji Z dengan Suhu Preheat 3000 C ................................... 72

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xvi

    Lampiran 25. Uji Z dengan Suhu Preheat 3300 C ................................... 73

    Lampiran 26. Tabel Distribusi Normal Baku .......................................... 74

    Lampiran 27. Tabel Nilai t ..................................................................... 75

    Lampiran 28. Tabel Nilai Kritik Uji Lilliefors........................................ 76

    Lampiran 29. Perhitungan Manual .......................................................... 77

    Lampiran 30. Dokumentasi Penelitian .................................................... 90

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Perkembangan zaman yang disertai perkembangan ilmu pengetahuan dan

    teknologi (IPTEK) yang pesat dewasa ini menciptakan era globalisasi dan

    keterbukaan yang menuntut setiap individu untuk ikut serta didalamnya, sehingga

    sumber daya manusia harus menguasai IPTEK serta mampu mengaplikasikannya

    dalam setiap kehidupan. Pengelasan merupakan bagian tak terpisahkan dari

    pertumbuhan peningkatan industri karena memegang peranan utama dalam

    rekayasa dan reparasi produksi logam. Hampir tidak mungkin pembangunan suatu

    pabrik tanpa melibatkan unsur pengelasan.

    Pada area industrialisasi dewasa ini teknik pengelasan telah banyak

    dipergunakan secara luas pada penyambungan batang-batang pada konstruksi

    bangunan baja dan konstruksi mesin. Luasnya penggunaan teknologi ini

    disebabkan karena bangunan dan mesin yang dibuat dengan teknik

    penyambungan menjadi ringan dan lebih sederhana dalam proses pembuatanya.

    Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam bidang konstruksi sangat luas,

    meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja, pipa saluran dan lain sebagainya. Di

    samping itu proses las dapat juga dipergunakan untuk reparasi misalnya untuk

    mempertebal bagian-bagian yang sudah aus dan lain-lain. Pengelasan bukan

    tujuan utama dari konstruksi, tetapi hanya merupakan sarana untuk mencapai

    tujuan ekonomi yang lebih baik, karena itu rancangan las dan cara pengelasan

    harus betul-betul memperhatikan kesesuaian antara sifat fisis dan mekanis dari

    logam las dengan kegunaan konstruksi serta keadaan di sekitarnya.

    Dalam memilih proses pengelasan harus dititikberatkan pada proses yang

    paling sesuai untuk tiap-tiap sambungan las yang ada pada konstruksi. Dalam hal

    ini dasarnya adalah efisiensi yang tinggi, biaya yang murah, penghematan tenaga

    dan penghematan energi sejauh mungkin. Mutu dari hasil pengelasan di samping

    tergantung dari pengerjaan lasnya sendiri dan juga sangat tergantung dari

    persiapan sebelum pelaksanaan pengelasan, karena pengelasan adalah proses

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    2

    penyambungan antara dua bagian logam atau lebih dengan menggunakan energi

    panas. Pada penelitian ini pengelasan yang digunakan las listrik dan asetilin. Hal

    ini sangat erat hubungannya dengan arus listrik, ketangguhan, cacat las, serta retak

    yang pada umumnya mempunyai pengaruh yang fatal terhadap keamanan dari

    konstruksi yang dilas.

    Pengelasan berdasarkan klasifikasi cara kerja dapat dibagi dalam tiga

    kelompok yaitu pengelasan cair, pengelasan tekan dan pematrian. Pengelasan cair

    adalah suatu cara pengelasan dimana benda yang akan disambung dipanaskan

    sampai mencair dengan sumber energi panas. Cara pengelasan yang paling banyak

    digunakan adalah pengelasan cair dengan busur (las busur listrik) dan gas. Jenis

    dari las busur listrik ada 4 yaitu las busur dengan elektroda terbungkus, las busur

    gas (TIG, MIG, las busur CO2), las busur tanpa gas, las busur rendam. Jenis dari

    las busur elektroda terbungkus salah satunya adalah las SMAW (Shielding Metal

    Arc Welding).

    Baja adalah logam paduan antara unsur Besi (Fe) dengan Karbon (C)

    dengan kadar karbon mencapai 2%. Disamping kedua unsur dalam baja terdapat

    pula unsur-unsur dalam jumlah kecil, seperti Mangan (Mn), Silicon (Si), Fosfor

    (P), Belerang (S). Dapat juga dipadu dengan unsur-unsur paduan seperti

    Chromium (Cr), Nikel (Ni), Wolfram (W), Molibden (Mo) dan sebagainya, dan

    dapat divariasi menurut kebutuhan. Baja dapat dibentuk melalui pengecoran,

    pencanaian atau penempaan.

    Dalam industri dikenal berbagai macam jenis baja. Jenis-jenis baja dapat

    dibedakan berdasarkan komposisi kimianya, proses pembuatan, penggunaannya

    atau berdasarkan salah satu sifat yang paling menonjol. Berdasarkan komposisi

    baja dapat dibagi, baja karbon dan baja paduan. Jenis baja paduan dibedakan

    menurut unsur paduannya. Baja mempunyai kekuatan tarik yang tinggi, antara

    40200 kg/mm.

    Disamping itu baja juga mempunyai sifat keras dan ulet. Dengan

    kombinasi sifat tersebut baja mempunyai kekuatan yang cukup tinggi. Sifat-sifat

    baja dapat diatur dengan cara pengaturan komposisi kimianya, terutama kadar

    Karbonnya. Semakin tinggi kadar karbon dalam baja, semakin tinggi kekuatannya

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    3

    serta kekerasannya, sementara keuletannya berkurang. Disamping itu sifat-sifat

    baja dapat diatur melalui proses perlakuan panas (heat treatment).

    Baja Keylos 50 ini adalah baja yang diproduksi oleh PT. TIRA

    AUSTENITE Tbk. Baja ini mempunyai komposisi kandungan (% berat) C 0,40%,

    Si 0,15%, Mn 0,50%. Baja ini banyak digunakan dalam pengerjaan permesinan

    misalnya pembuatan tanggem, bantalan mesin, konstruksi pada kapal. Baja ini

    merupakan baja karbon sedang yang mempunyai kekuatan tarik 970 N/mm2.

    Apabila baja ini diberi perlakuan panas yang tepat maka akan didapatkan

    kekerasan dan keuletan sesuai yang diinginkan.

    Untuk mengusahakan terhadap hasil pengelasan yang baik dan berkualitas

    maka perlu memperhatikan sifat-sifat bahan yang akan dilas. Penelitian tentang

    pengelasan sangat mendukung dalam rangka memperoleh hasil pengelasan yang

    baik. Terwujudnya standar-standar yang teknik pengelasannya akan membantu

    memperluas lingkup pemakaian sambungan las dan memperbesar ukuran

    bangunan konstruksi yang akan dilas. Untuk dapat mengetahui pengaruh hasil

    pengelasan las listrik dan asitilin pada pelat baja terhadap uji kekerasan, struktur

    mikro dan uji impact dari pengelasan maka perlu dilakukan pengujian terhadap

    benda uji hasil dari pengelasan.

    Dalam penelitian ini akan dilakukan pemberian pemanasan awal dari suatu

    logam sebagai variasi suhunya. Fungsi pemberian panas awal (Preheat) adalah

    untuk mencegah material yang akan dilas mengalami perubahan temperatur secara

    tiba-tiba yang akan mengakibatkan retak (crack) dan melebarnya daerah HAZ

    yang terkena api las. Jadi artinya bahan yang akan dilas minimal mempunyai

    temperatur yang sedikit mendekati panas api las dan siap menerima panas

    lanjutan. Kemudian akan dibandingkan dengan yang tidak dilakukan tanpa

    pemberian pemanasan awal. Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan

    penelitian dengan mengambil judul : Pengaruh Pemberian Panas Awal Dengan

    Pengelasan SMAW Terhadap Ketangguhan Impak Baja Keylos 50 .

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    4

    B. Identifikasi Masalah

    Penelitian ini dapat diidentifikasikan berbagai permasalahan yang

    timbul berkaitan dengan latar belakang yang telah disebutkan, antara lain:

    1. Karakteristik sifat fisis mencakup sifat bahan dan komposisi kimia.

    2. Karakteristik sifat mekanik yaitu ketangguhan impak.

    3. Semakin banyak variasi suhu (preheat) dalam pengelasan terhadap Baja

    Keylos 50 semakin baik hasil yang didapatkan.

    4. Untuk memperbaiki sifat mekanik baja khususnya Baja Keylos 50 dengan

    cara perlakuan panas berupa preheat.

    5. Pemberian panas awal dengan suhu pemanasan 2700C, 3000C, 3300C

    kemudian dilas dengan pengelasan SMAW terhadap ketangguhan impak

    Baja Keylos 50.

    6. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketangguhan impak dari sebuah

    struktur meliputi pengujian temperatur rendah, pembebanan lebih, dan laju

    regangan tinggi terhadap angin atau impak (benturan) dan efek dari

    konsentrasi tegangan seperti takikan dan retakan.

    C. Pembatasan Masalah

    Agar Penelitian ini tidak menyimpang dari permasalahan yang diteliti,

    maka akan dibatasi permasalahanya pada:

    1. Dilakukan pemberian panas awal (preheat) dengan suhu pemanasan 2700

    C, 3000 C, 330

    0 C, kemudian dilanjutkan dengan pengelasan jenis SMAW.

    2. Sifat fisis yang dibatasi pada pengamatan visual komposisi kimia dibagi

    menjadi 2 lokasi pengelasan yaitu pada weld metal (logam las) dan logam

    induk.

    3. Sifat mekanik yang dibatasi pada ketangguhan impak.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    5

    D. Perumusan Masalah

    Adapun masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

    1. Bagaimana sifat mekanis Baja Keylos 50 dengan pemberian panas awal

    dan tanpa pemberian panas awal?

    2. Pada suhu preheat berapakah yang memberikan pengaruh terbesar

    terhadap sifat mekanis Baja Keylos 50 setelah dilakukan pengelasan?

    E. Tujuan Penelitian

    Dari perumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan penelitian ini

    adalah untuk :

    1. Mengetahui sifat fisis dan mekanis Baja Keylos 50 dengan pemberian

    panas awal dan tanpa pemberian panas awal.

    2. Mengetahui variasi suhu preheat yang memberikan perbedaan pengaruh

    terbesar terhadap sifat fisis dan mekanis Baja Keylos 50 setelah dilakukan

    pengelasan.

    F. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat, sebagai berikut :

    1. Manfaat Teoritis

    a. Menambah Pengetahuan tentang kemajuan teknlogi di bidang metallurgi.

    b. Sebagai bahan pustaka di lingkungan Universitas Sebelas Maret Surakarta

    khususnya di program Pendidikan Tehnik Mesin.

    c. Sebagai bahan masukan atau referensi untuk penelitian selanjutnya.

    2. Manfaat Praktis

    a. Dapat mengetahui secara langsung perbedaan ketangguhan impak antara

    pengelasan dengan pemberian panas awal dan tanpa pemberian panas awal

    pada Baja Keylos 50.

    b. Mengetahui karakteristik sifat fisis dan mekanis Baja Keylos 50.

    c. Menumbuhkan motivasi bagi para peneliti metallurgy khususnya dalam

    pengelasan untuk mengoptimalkan penelitian-penelitian dibidang yang

    sama.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    6

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Tinjauan Pustaka

    1. Pengertian Las

    Las dalam bidang konstruksi sangat luas penggunaannya meliputi

    konstruksi jembatan, perkapalan, industri karoseri dan lain-lain. Disamping untuk

    konstruksi las juga dapat untuk mengelas cacat logam pada hasil pengecoran

    logam, mempertebal yang aus. Secara sederhana dapat diartikan bahwa

    pengelasan merupakan proses penyambungan dua buah logam sampai titik

    rekristalisasi logam baik menggunakan bahan tambah maupun tidak dan

    menggunakan energi panas sebagai pencair bahan yang dilas. Pengertian

    pengelasan adalah salah satu cara untuk menyambung benda padat dengan jalan

    mencairkannya melalui pemanasan. Berdasarkan definisi dari Deutche Industrie

    Normen (DIN) las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam

    paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair.

    Penyambungan dua buah logam menjadi satu dilakukan dengan jalan

    pemanasan atau pelumeran, dimana kedua ujung logam yang akan disambung di

    buat lumer atau dilelehkan dengan busur nyala atau panas yang didapat dari busur

    nyala listrik (gas pembakar) sehingga kedua ujung atau bidang logam merupakan

    bidang masa yang kuat dan tidak mudah dipisahkan (Arifin, 1997). Paling tidak

    saat ini terdapat sekitar 40 jenis pengelasan. Dari seluruh jenis pengelasan tersebut

    hanya dua jenis yang paling populer di Indonesia yaitu pengelasan dengan

    menggunakan busur nyala listrik (Shielded metal arc welding/ SMAW) dan las

    karbit (Oxy acetylene welding/OAW).

    2. Las SMAW (Shielded Metal Arc Welding)

    Pengelasan SMAW adalah las busur listrik terlindung dimana panas

    dihasilkan dari busur listrik antara ujung elektroda dengan logam yang akan dilas

    (Suharno, 2008 :24). Elektroda yang digunakan berupa kawat yang dibungkus

    pelindung berupa fluks. Elektroda ini selama pengelasan akan mengalami

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    7

    pencairan bersama dengan logam induk dan membeku bersama menjadi bagian

    kampuh las. Proses pemindahan logam elektroda terjadi pada saat ujung elektroda

    mencair dan membentuk butir-butir yang terbawa arus busur listrik yang terjadi.

    Bila digunakan arus listrik besar maka butiran logam cair yang terbawa menjadi

    halus dan sebaliknya bila arus kecil maka butirannya menjadi besar. Pola

    pemindahan logam cair sangat mempengaruhi sifat mampu las dari logam. Logam

    mempunyai sifat mampu las yang tinggi bila pemindahan terjadi dengan butiran

    yang halus. Pola pemindahan cairan dipengaruhi oleh besar kecilnya arus dan

    komposisi dari bahan fluks yang digunakan. Bahan fluks yang digunakan untuk

    membungkus elektroda selama pengelasan mencair dan membentuk terak yang

    menutupi logam cair yang terkumpul di tempat sambungan dan bekerja sebagai

    penghalang oksidasi.

    Dalam pengelasan SMAW proses pengoperasian terdiri dari busur

    elektroda terbungkus dan logam induk. Busur ini ditimbulkan oleh adanya

    sentuhan singkat elektroda pada logam dan panas yang ditimbulkan oleh busur

    akan meleleh pada permukaan logam induk untuk membentuk logam lelehan,

    kemudian akan membeku bersama.

    3. Las Busur Listrik

    Pengelasan dengan menggunakan las busur listrik memerlukan kawat las

    (elektroda) yang terdiri dari satu inti terbuat dari logam yang dilapisi lapisan dari

    campuran kimia. Fungsi dari elektroda sebagai pembangkit dan sebagai bahan tambah.

    Las busur listrik adalah proses penyambungan logam dengan pemanfaatan tenaga

    listrik sebagai sumber panasnya. Las busur listrik merupakan salah satu jenis las

    listrik dimana sumber pemanasan atau pelumeran bahan yang disambung atau di

    las berasal dari busur nyala listrik (Arifin, 1997). Las busur listrik dengan metode

    elektroda terbungkus adalah cara pengelasan yamg banyak di gunakan pada masa

    ini, cara pengelasan ini menggunakan elektroda logam yang di bungkus dengan

    fluks. Las busur listrik terbentuk antara logam induk dan ujung elektroda, karena

    panas dari busur, maka logam induk dan ujung elektroda tersebut mencair dan

    kemudian membeku bersama.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    8

    Gambar 1. Las busur dengan elektroda terbungkus

    (Sumber: Wiryosumarto dan Okumura, 1991)

    4. Arus Pengelasan

    Arus pengelasan adalah besarnya aliran atau arus listrik yang keluar dari

    mesin las. Besar kecilnya arus pengelasan dapat diatur dengan alat yang ada pada

    mesin las. Arus las harus disesuaikan dengan jenis bahan dan diameter elektroda

    yang di gunakan dalam pengelasan. Penggunaan arus yang terlalu kecil akan

    mengakibatkan penembusan atau penetrasi las yang rendah, sedangkan arus yang

    terlalu besar akan mengakibatkan terbentuknya manik las yang terlalu lebar dan

    deformasi dalam pengelasan

    Tabel 1. Spesifikasi besar arus menurut tipe elektroda.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    9

    5. Elektroda

    Pengelasan dengan menggunakan las busur listrik memerlukan kawat las

    (Elektroda) yang terdiri dari suatu inti terbuat dari suatu logam di lapisi oleh

    lapisan yang terbuat dari campuran zat kimia, selain berfungsi sebagai

    pembangkit, elektroda juga sebagai bahan tambah.

    Gambar 2. Elektroda las

    Elektroda terdiri dari dua jenis bagian yaitu bagian yang bersalut (fluks)

    dan tidak bersalut yang merupakan pangkal untuk menjepitkan tang las. Fungsi

    fluks atau lapisan elektroda dalam las adalah untuk melindungi logam cair dari

    lingkungan udara menghasilkan gas pelindung, menstabilkan busur, sumber unsur

    paduan. Pada dasarnya bila di tinjau dari logam yang di las, kawat elektroda

    dibedakan menjadi elektroda untuk baja lunak, baja karbon tinggi, baja paduan,

    besi tuang, dan logam non ferro. Bahan elektroda harus mempunyai kesamaan

    sifat dengan logam (Suharto, 1991). Pemilihan elektroda pada pengelasan baja

    karbon sedang dan baja karbon tinggi harus benar-benar diperhatikan apabila

    kekuatan las diharuskan sama dengan kekuatan material.

    Penggolongan elektroda diatur berdasarkan standar system AWS

    (American Welding Society) dan ASTM (American Society Testing Material).

    Elektroda jenis E7016 dapat dipakai dalam semua posisi pengelasan dengan arus

    las AC maupun DC. Rigi-rigi yang dihasilkan akan sangat halus maka terak yang

    ada akan mudah untuk di bersihkan dan busurnya dapat di kendalikan dengan

    mudah. Elektroda dengan kode E7016 untuk setiap huruf dan setiap angka

    mempunyai arti masing-masing yaitu:

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    10

    E = Elektroda untuk las busur listrik

    70 = Menyatakan nilai tegangan tarik minimum hasil pengelasan

    dikalikan dengan 1000 Psi

    1 = Menyatakan posisi pengelasan, 1 berarti dapat digunakan untuk

    pengelasan semua posisi

    6 = Elektroda dengan penembusan dangkal bahan dari selaput

    serbuk besi hydrogen rendah

    6. Pengelasan Baja Karbon

    Baja karbon sedang dan baja karbon tinggi mengandung banyak karbon

    dan unsur lain dapat memperkeras baja, karena itu daerah pengaruh panas atau

    HAZ pada baja ini mudah menjadi keras bila dibandingkan baja karbon rendah.

    Sifatnya yang mudah menjadi keras ditambah dengan adanya hydrogen difusi

    menyebabkan baja ini sangat peka terhadap retak las. Disamping itu pengelasan

    dengan menggunakan elektroda yang sama kuat dengan logam lasnya dengan

    pemanasan mula dan suhu pemanasan tergantung dari kadar karbon.

    7. Daerah Pengaruh Panas (HAZ)

    Tiga daerah hasil pengelasan yang akan kita temui bila kita melakukan

    pengelasan daerah yang pertama yaitu logam las adalah daerah dimana terjadi

    pencairan logam dan dengan cepat kemudian membeku. Daerah yang kedua yaitu

    daerah logam induk yang mengalami perubahan struktur atau susunan dari logam

    akibat panas dari tindakan pengelasan. Daerah yang kedua ini sering disebut

    dengan Heat Affected Zone (HAZ). Daerah yang ke tiga adalah daerah logam itu

    sendiri yang tidak mengalami perubahan struktur. Daerah HAZ merupakan daerah

    paling kritis dari sambungan las, karena selain berubah strukturnya juga terjadi

    perubahan sifat pada daerah ini. Secara umum struktur dan sifat daerah panas

    efektif di pengaruhi dari lamanya pendinginan dan komposisi dari logam induk itu

    sendiri.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    11

    Gambar 3. Daerah las dan sekitarnya

    8. Kampuh V

    Sambungan kampuh V dipergunakan untuk menyambung logam atau plat

    dengan ketebalan 6-15 mm. Sambungan ini terdiri dari sambungan kampuh V

    terbuka dan sambungan kampuh V tertutup. Sambungan kampuh V terbuka

    dipergunakan untuk menyambung plat dengan ketebalan 6-15 mm dengan sudut

    kampuh antara 600-80

    0, jarak akar 2 mm, tinggi akar 1-2 mm (Sonawan, 2004).

    Gambar 4. Kampuh V

    9. Pre Heated (Pemanasan Mula)

    Pemanasan mula adalah memanaskan sebagian atau seluruh logam yang

    akan dilas untuk mengurangi perbedaan suhu (gradient temperature) yang terjadi

    antara daerah pengelasan dan daerah lain benda kerja (Alip, 1989: 232).

    Pemanasan mula dapat dilakukan dengan nyala api oxy-gas, dapur tempa, dan

    oven. Temperatur pemanasan awal ditentukan dengan kadar karbon logam induk

    dan telah dikembangkan alat untuk menghitung temperatur pemanasan mula oleh

    Lincoln Elektric.Temperatur suhu pemanasan mula baja karbon dapat dilihat pada

    Tabel 2. Suhu pemanasan mula pada baja karbon sedang dan tinggi berikut:

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    12

    Tabel 2. Suhu pemanasan mula pada baja karbon sedang dan tinggi

    Sumber : Wiryosumarto Harsono dan Okumura Toshie. 1991. Teknologi

    Pengelasan Logam. Jakarta: Pradnya Paramita: 92

    Pemanasan mula dilakukan sampai baja memerah dan tidak mencapai titik

    kritis serta harus uniform diikuti dengan pendinginan yang merata pula, bila

    pemanasan mula melebihi titik kritis maka akan terjadi perubahan karakteristik

    bahan. Menyinggung masalah kegunaan preheating terhadap lasan tentu tidak

    akan melebihi peruntukannya antara lain:

    1. Mencegah terjadinya retak dingin

    2. Menurunkan kekerasan pada HAZ

    3. Menurunkan residual stress

    4. Menurunkan distorsi

    Terjadinya retak dapat dihindari dengan pemanasan mula dengan suhu

    yang sangat tergantung pada kadar karbon atau harga ekivalen karbon. Pada tabel

    diatas telah ditunjukan pemanasan mula yang dianjurkan. Untuk mengurangi

    hydrogen difusi yang juga menyebabkan terjadinya retak las, harus digunakan

    elektroda hydrogen rendah.

    10. Ketangguhan Impak

    Ketangguhan adalah tahanan bahan terhadap beban tumbukan atau kejutan

    (takikan yang tajam secara drastis menurunkan ketangguhan). Tujuan utama dari

    pengujian impak adalah untuk mengukur kegetasan atau keuletan bahan terhadap

    beban tiba-tiba dengan cara mengukur energi potensial sebuah palu godam yang

    dijatuhkan pada ketinggian tertentu. Pengujian impak adalah pengujian dengan

    menggunakan beban sentakan (tiba-tiba). Ada dua macam pengujian impak yaitu

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    13

    dengan metode charpy dan izod. Perbedaan charpy dengan izod adalah peletakan

    spesimen. Pengujian dengan menggunkan charpy lebih akurat karena pada izod,

    pemegang spesimen juga turut menyerap energi, sehingga energi yang terukur

    bukanlah energi yang mampu di serap material seutuhnya. Metode yang sering

    digunakan adalah metode Charpy dengan menggunakan benda uji standar. Pada

    pengujian pukul takik (impact test) digunakan batang uji yang bertakik (notch).

    Pada metode Charpy, batang uji diletakkan mendatar dan ujung-ujungnya ditahan

    kearah mendatar oleh penahan yang berjarak 40 mm. Bandul akan berayun

    memukul batang uji tepat dibelakang takikan. Untuk pengujian ini akan

    digunakan sebuah mesin dimana sebuah batang dapat berayun dengan bebas. Pada

    ujung batang dipasang pemukul yang diberi pemberat. Batang uji diletakkan di

    bagian bawah mesin dan takikan tepat pada bidang lintasan pemukul.

    Gambar 5. Metode Charpy (kiri) dan Metode Izod (kanan)

    Kerja yang dilakukan untuk mematahkan benda kerja adalah

    EGesek = m.g.l ( Cos 1 Cos )

    EPatah = m.g.l ( Cos 2 Cos )

    ESerap = EPatah - EGesek

    keterangan :

    m = massa ( 9,5 kg )

    g = percepatan gravitasi ( 9,8 m/s2)

    l = panjang charpy ( 0,83 m )

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    14

    Cos 1 = sudut ayun tanpa specimen

    Cos 2 = sudut ayun dengan specimen

    Setelah diketahui rumus Eserap maka dapat ditentukan tingkat ketangguhan

    specimen dengan rumus sebagai berikut :

    K(ketangguhan) =

    keterangan :

    A = luas spesimen dibawah takikan (mm2) = a x t

    a = tinggi dibawah takikan (mm)

    t = lebar specimen (mm)

    Eserap = Energi serap (Joule)

    Gambar 6. Pengujian ketangguhan Charpy

    Prinsip pengujian impak ini adalah menghitung energi yang diberikan

    oleh beban(pendulum) dan menghitung energi yang diserap oleh spesimen.

    Pada saat beban dinaikkan pada ketinggian tertentu, beban memiliki energi

    potensial maksimum, kemudian saat akan menumbuk spesimen energi kinetik

    mencapai maksimum. Energi kinetik maksimum tersebut akan diserap sebagian

    oleh spesimen hingga spesimen tersebut patah.Bentuk patahan spesimen akan

    menimbulkan dua jenis patahan, yaitu patahan ulet dan patahan getas. Factor-

    faktor yang mempengaruhi bentuk dua patah tersebut dipengaruhi oleh beberapa

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    15

    hal. Yaitu:

    a. Temperatur

    Pada temperatur yang sangat rendah, spesimen dapat bersifat getas.

    Hal tersebut disebabkan butiran-butiran atom spesimen berotasi lebih cepat dan

    bervibrasi sehingga lebih leluasa untuk melakukan slip sistem.

    b. Jenis material

    Jenis material yang atom-atomnya membentuk struktur FCC cenderung

    lebih ulet dibandingkan yang membentuk struktur BCC. Hal tersebut terjadi karena

    atom-atom pada struktur FCC lebih banyak melakukan slip sistem sehingga banyak

    menyerap energi ketika dilakukan uji impak.

    c. Arah butiran spesimen

    Arah butiran spesimen yang tegak lurus dengan arah pembebanan

    menyebabkan harga impak suatu specimen lebih tinggi daripada arah spesimen yang

    sejajar dengan arah pembebanan. Hal tersebut terjadi karena pembebanan

    memerlukan energi lebih untuk memecah butiran-butiran spesimen tersebut.

    d. Kecepatan pembebanan

    Pembebanan yang terlalu cepat menyebabkan spesimen mempunyai lebih

    sedikit waktu yang diperlukan untuk menyerap energi sehingga hal tersebut

    mempunyai pengaruh harga impak yang berbeda pada kecepatan yang berbeda.

    e. Tegangan triaxial

    Tegangan triaxial adalah tegangan tiga arah yang hanya terjadi di

    takikan(notch). Tegangan pada specimen akan berpusat pada takikan tersebut

    sehingga bentuk takikan akan mempengaruhi nilai harga impak yang didapat.

    Patah ulet disebabkan oleh tegangan geser dengan ciri-ciri antara

    lain: berserat, permukaanya kasar, gelap, dan terlihat sempat terjadi deformasi

    palstis. Hal tersebut terjadi disebabkan oleh kekuatan butir yang lebih kuat dari

    kekuatan batas butir sehingga jalur patahan terletak pada batas butir. Patah

    getas disebabkan oleh tegangan normal dengan ciri-ciri antara lain: tidak

    berserat, permukaannya halus, mengkilap, dan tidak terlihat adanya deformasi plastis.

    Hal tersebut disebakan oleh kekuatan batas butir yang lebih kuat dari kekuatan

    butir sehingga jalur patahan membelah butir-butir pada specimen tersebut.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    16

    11. Baja Keylos 50

    Baja Keylos 50 ini dapat dikatakan setara dengan baja EMS 45. Baja

    Keylos 50 merupakan baja paduan dengan komponen-komponen paduan terdiri

    dari kadar Karbon (C) 0,40%; Silicon (Si) 0,15%; Mangan (Mn) 0,50% (Catalog).

    Baja ini mengaju pada standar Deutche Industrie Normen (DIN) 50049/EN

    10204/2.3. Sifat baja karbon sangat tergantung pada kadar karbon oleh karena itu

    baja karbon di kelompokkan berdasarkan kadar karbonnya. Baja dengan kadar

    karbon kurang dari 0,3% disebut baja karbon rendah, baja dengan kadar karbon

    0,3%-0,7% disebut dengan baja karbon sedang dan baja dengan kadar karon

    0,7%-1,5% disebut dengan baja karbon tinggi.

    12. Termokopel

    Pada dunia elektronika, termokopel adalah sensor suhu yang banyak

    digunakan untuk mengubah suhu dalam benda menjadi perubahan tegangan listrik

    (voltase). Termokopel yang sederhana dapat dipasang, dan memiliki jenis

    konektor standar yang sama, serta dapat mengukur temperatur dalam jangkauan

    suhu yang cukup besar dengan batas kesalahan pengukuran kurang dari 1 C.

    Gambar 7. Termokopel

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    17

    a. Penggunaan Termokopel

    Termokopel paling cocok digunakan untuk mengukur rentangan suhu yang

    luas, hingga 1800 Kelvin. Sebaliknya, kurang cocok untuk pengukuran dimana

    perbedaan suhu yang kecil harus diukur dengan akurasi tingkat tinggi, contohnya

    rentang suhu 0--100 C dengan keakuratan 0.1 C. Untuk aplikasi ini, Termistor

    dan RTD lebih cocok. Contoh Penggunaan Termokopel yang umum antara lain :

    1. Industri besi dan baja

    2. Pengaman pada alat-alat pemanas

    3. Untuk termopile sensor radiasi

    4. Pembangkit listrik tenaga panas radioisotop, salah satu aplikasi termopile.

    B. Kerangka Pemikiran

    Pengelasan merupakan upaya penyambungan dua buah logam dengan

    jalan mencairkannya dengan pemansan. Untuk pemanasannya dibutuhkan dengan

    suhu tinggi untuk mencairkan logam, oleh karena itu dalam proses pengelasan

    terjadi pemanasan setempat yang mengakibatkan deformasi atau perubahan

    bentuk diikuti dengan tegangan dan regangan termal pada logam yang dikenai las.

    Tegangan-tegangan termal yang bersifat menetap biasannya disebut dengan

    tegangan sisa yang berpengaruh jelek terhadap ketangguhan hasil lasan.

    Kekuatan logam tergantung pada dimensi butiran yang menyusunnya,

    semakin besar dan kasar maka semakin rapuh logam tersebut, begitu pula

    sebaliknya semakin kecil dan halus maka semakin tangguh logam tersebut.

    kualitas butiran ini sangat dipengaruhi oleh perubahan suhu, hal ini berkaitan erat

    dengan pengerjaan las yang merupakan proses penyambungan dengan

    memanfaatkan energi panas sebagai sumbernya.

    Penyambungan logam dengan teknik pengelasan akan menghasilkan 3

    daerah struktur yaitu daerah logam induk yang tidak mengalami perubahan

    struktur, daerah bahan tambah dan daerah pengaruh panas (HAZ) yaitu logam

    induk yang mengalami perubahan struktur. Daerah yang rawan mengalami

    kerusakan adalah daerah pengaruh panas (HAZ) karena pada daerah ini terjadi

    perubahan struktur logam karena pengaruh panas dari loganm cair serta elektroda.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    18

    Perubahan suhu mempengaruhi butiran kristal logam induk di sekitar daerah

    pengelasan, apabila perubahan suhu ekstrim maka akan meningkatkan tegangan

    dalam dan dimensi logam yang kasar sehingga menghasilkan sambungan yang

    kurang baik (rapuh), untuk mencegah hal tersebut maka dibutuhkan perlakuan

    panas.

    Perlakuan panas yang biasa dilakukan adalah pemanasan pendahuluan atau

    awal ( Preheated), pemanasan pada saat pengelasan dan pemanasan akhir.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui pengaruh pemanasan pendahuluan atau

    awal terhadap sifat fisis (pengamatan komposisi kimia) dan sifat mekanis

    (ketangguhan impak) Baja Keylos 50, sehingga didapat data suhu pemanasan

    pendahuluan yang tepat.

    C. Hipotesis Penelitian

    Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

    penelitian, dimana rumusan masalh penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

    kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2010: 96).

    Dalam penelitian ilmiah, hipotesis bertujuan untuk menjawab pertanyaan

    yang bersifat sementara sehingga perlu dibuktikan dengan kebenaran ilmiah.

    Untuk itu perlu diajukan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

    1. Ada perubahan sifat fisis dan mekanis Baja Keylos 50 yang signifikan

    dengan pemberian panas awal dan tanpa pemberian panas awal.

    2. Pengaruh terbesar terhadap sifat fisis dan mekanis Baja Keylos 50

    diperoleh dengan variasi suhu preheat terendah.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    19

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian

    1. Tempat Penelitian

    Tempat penelitian merupakan lokasi dimana informasi diperoleh untuk

    menyatakan kebenaran penelitian. Kegiatan eksperimen dilakukan dibulan

    September 2010 tempat yang digunakan adalah sebagai berikut:

    a. Pemotongan spesimen untuk pengelasan dilakukan di Lab. Teknik Mesin

    D3 UGM Yogyakarta.

    b. Pengujian komposisi kimia di Politeknik Manufaktur Polman Ceper.

    c. Proses pengelasan dilakukan di Lab Inlastek Pajang.

    d. Pembentukan spesimen sesuai dengan standar dilaksanakan di bengkel

    Inlastek Pajang.

    e. Pengujian impak dilakukan di Lab Material Fakultas Teknik Mesin UNS

    Surakarta.

    Tempat tersebut dipilih dengan alasan bahwa proses konsultasi dan

    pengujian dapat dilakukan dengan baik sehingga apabila dikaitkan dengan pokok

    permasalahan yang akan diteliti telah memenuhi syarat.

    2. Waktu Penelitian

    Penelitian ini direncanakan kurang lebih 6 bulan, dari bulan Agustus 2010

    sampai bulan Januari 2011. Adapun jadual pelaksanaan kegiatan sebagai berikut :

    a. Pengajuan judul : 25 Juli 2 Agustus 2010

    b. Pembuatan proposal : 6 Agustus 3 Oktober 2010

    c. Seminar proposal : 20 Oktober 2010

    d. Revisi Proposal : 25 Oktober 30 Oktober 2010

    e. Perijinan : 1 5 November 2010

    f. Penelitian : 14 Maret 13 April 2011

    g. Analisis data : 15 April 12 Mei 2011

    h. Penulisan laporan : 16 31 Mei 2011

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    20

    B. Metode Penelitian

    Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode eksperimen.

    Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan

    manipulasi terhadap obyek penelitian serta adanya kontrol.

    Metode eksperimen yang digunakan adalah metode eksperimen desain

    acak sempurna model tetap eksperimen faktorial. Desain acak sempurna adalah

    desain ini dimana perlakuan dilakukan sepenuhnya secara acak kepada unit unit

    eksperimen atau sebaliknya. Dimana syarat yang harus dipenuhi dalam desain ini

    adalah mempunyai data yang homogen. (Sujana, 1996 : 15). Desain model tetap

    yaitu desain yang digunakan apabila peneliti hanya mempunyai a buah taraf

    faktor A dan b buah faktor B dan semuanya digunakan dalam eksperimen yang

    dilakukan. (Sujana, 1996 : 116). Eksperimen faktorial adalah eksperimen yang

    semua (hampir semua) taraf sebuah faktor tertentu dikombinasikan atau

    disilangkan dengan semua (hampir semua) taraf tiap faktor lainnya yang ada

    dalam eksperimen itu. (Sujana, 1996 : 190).

    Pada penelitian ini untuk pengukuran tingkat ketangguhan digunakan

    desain eksperimen faktorial 1 x 3. Terhadap satu variabel bebas yang kemudian

    pada desain eksperimen ini disebut faktor. Faktor itu mempunyai tiga taraf yaitu

    variasi suhu preheat 270C, 300C dan 330C. Sehingga pada eksperimen ini

    diperoleh desain eksperimen faktorial 1 x 3. Dengan demikian diperlukan 3

    kondisi eksperimen atau 3 kombinasi perlakuan yang berbeda beda. Pada

    masing masing perlakuan dilakukan 1 kali replikasi dan di ambil 3 spesimen

    pengujian ketangguhan, sehingga total data yang diperoleh 12 data. Kemudian

    ditambah lagi 3 pengujian ketangguhan pada specimen raw material sehingga

    jumlah total data yang diperoleh 15 data.

    C. Populasi dan Sampel

    1. Populasi Penelitian

    Populasi menurut Sugiyono (2010 :117) menyatakan bahwa Populasi

    adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai

    kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan peneliti untuk di pelajari dan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    21

    kemudian di tarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah semua

    hasil penelitian yaitu Baja Keylos 50 yang tidak dan yang mengalami perlakuan.

    2. Sampel Penelitian

    Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

    populasi (Sugiyono;2010:118). Sampel dalam penelitian ini adalah hasil

    pengaruh suhu pemanasan awal (Preheat) dan tanpa pemanasan awal pada Baja

    Keylos 50 terhadap sifat fisis dan mekanis. Jumlah sampel 4 buah yang terdiri dari

    1 buah untuk pengelasan tanpa pemberian panas awal dan 3 buah lainnya untuk

    pengelasan dengan pemberian panas awal. Spesimen dilas dan dipanaskan dengan

    suhu 2700 C, 300

    0 C, 330

    0 C.

    D. Teknik Pengumpulan Data

    1. Identifikasi Variabel

    Variabel dalam penelitian ini ada 3 variabel yaitu variabel bebas, variabel

    terikat, variabel control.

    a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah suhu pemanasan awal sebesar

    2700 C, 300

    0 C, 330

    0 C.

    b. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah ketangguhan impact, uji

    komposisi kimia dari pengelasan Baja Keylos 50.

    c. Variabel kontrol yang dimaksud disini adalah semua faktor yang

    mempengaruhi hasil pengelasan dan pemanasan. Adapun variabel kontrol

    tersebut antara lain :

    1) Prosedur pengelasan yaitu cara-cara pengelasan yang baik dan

    benar sehingga diharapkan mendapatkan hasil pengelasan yang

    berkualitas.

    2) Bahan yang sama untuk semua penelitian yaitu Baja Keylos 50.

    3) Elektroda yang digunakan harus sama jenis dan ukurannya yaitu

    menggunakan elektroda E 7016 dengan diameter 3,2 mm.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    22

    2. Sumber Data

    Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode

    dokumentasi, observasi dan eksperimen langsung yaitu metode pengumpulan data

    penelitian yang dengan sengaja dan secara sistematis mengadakan perlakuan atau

    tindakan pengamatan terhadap suatu variabel. Dilakukan dengan cara pengujian

    tanpa pemanasan awal dan dengan pemanasan awal (Preheat) pada Baja Keylos

    50.

    3. Pelaksanaan Eksperimen

    a. Bahan Penelitian

    Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah :

    1. Plat dari jenis Baja Keylos 50 dengan tebal 15 mm

    2. Elektroda las yang digunakan E 7016 dengan diameter 3,2 mm

    3. Arus yang digunakan adalah 130 A dengan posisi pengelasan datar

    4. Kampuh yang digunakan adalah kampuh V terbuka dengan jarak antar plat

    2 mm, tinggi ujung kampuh 2 mm dan sudut kampuh 700

    b. Alat Penelitian

    Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah :

    1. Mesin gergaji

    2. Mesin las listrik AC/DC

    3. Sikat baja

    4. termokopel

    5. Kikir

    6. Tang penjepit

    7. Perlengkapan keselamatan kerja

    8. Palu

    9. Ampere meter

    10. Alat uji komposisi kimia milik Politeknik Manufaktur Polman Ceper.

    11. Mesin uji ketangguhan impak Lab. Material Fakultas Teknik Mesin UNS

    Surakarta.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    23

    E. Desain Penelitian

    1. Tahap Eksperimen

    Gambar 8. Bagan Aliran Penelitian

    Start

    Non Preheat Preheat

    2700 C 300

    0 C 330

    0 C

    Bahan Baja Keylos 50

    Preparasi

    Pengelasan jenis SMAW

    Kesimpulan

    Analisis Data

    Pengujian

    1. Komposisi Kimia 2. Ketangguhan Impak

    I : 130 A

    E : E 7016, diameter

    3,2 mm

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    24

    2. Penyiapan Bahan

    Langkah-langkah Persiapan Spesimen

    a. Pembuatan bahan dasar

    Langkahlangkah yang dilakukan dalam proses pemotongan

    bahan adalah:

    1) Membuat sket bahan dasar dengan alat ukur dan penitik di material

    dengan ukuran 200 mm x 100 mm x 15 mm sejumlah 2 buah.

    2) Memasang material pada ragum mesin gergaji pita (saw band),

    selanjutnya nyalakan mesin dengan menekan tombol on/off dan

    lakukan pemotongan pada garis pemotongan yang telah ditentukan

    dengan perlahan - lahan dan hati hati.

    3) Lakukan langkah tersebut sesuai dengan garis pemotongan yang

    telah dibuat hingga terbentuk sesuai ukuran.

    4) Membuat kampuh V terbuka dengan ukuran yang telah ditentukan

    menggunakan mesin frais sesuai prosedur pengoperasian mesin.

    5) Meratakan sisi sisi pemotongan dengan kikir agar rapi dan tidak

    membahayakan.

    b. Pengelasan Standar pengelasan yang digunakan dalam pembuatan bahan

    adalah sebagai berikut :

    1) Pengelasan posisi datar.

    2) Elektroda jenis E 7016 dengan diameter 3,2 mm.

    3) Arus listrik yang digunakan sebesar 130 A.

    4) Pendinginan dengan udara ruangan

    5) Kampuh yang digunakan adalah kampuh V terbuka dengan jarak

    antar plat 2 mm, tinggi ujung kampuh 2 mm, dan sudut kampuh

    700. Secara detail

    dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    25

    Gambar 9. Kampuh V terbuka

    1. Pelaksanaan Preheat pada Proses Pengelasan

    Langkahlangkah yang dilakukan dalam proses pengelasan bahan adalah:

    a. Menyetel amperemeter yang digunakan untuk mengukur arus pada posisi

    angka nol, kemudian salah satu penjepitnya dijepitkan pada kabel yang

    digunakan untuk menjepit elektroda. Mesin las dinyalakan dan elektroda

    digoreskan ke massa sampai jarum pada amperemeter menujuk angka 130

    A. Selanjunya memulai pengelasan untuk spesimen pengelasan

    nonpreheated.

    b. Memanaskan bahan dasar dengan nyala api oxy-gas sampai 2700C,

    kemudian diukur dengan thermokopel, kemudian lakukan pengelasan

    untuk spesimen pengelasaan dengan preheated 2700C.

    c. Memanaskan bahan dasar dengan nyala api oxy-gas sampai 3000C

    kemudian diukur dengan thermokopel, kemudian lakukan pengelasan

    untuk spesimen pengelasaan dengan preheated 3000C.

    d. Memanaskan bahan dasar dengan nyala api oxy-gas sampai 3300C

    kemudian diukur dengan thermokopel, kemudian lakukan pengelasan

    untuk spesimen pengelasaan dengan preheated 3300C.

    2. Pengujian Komposisi

    Pengujian raw material komposisi Baja Keylos 50 ini sudah diketahui dari

    katalog produk PT. Tira Austenite Tbk. Namun untuk mengetahui perbedaan

    komposisi Baja Keylos 50 yang mengalami Preheat perlu diadakan kembali

    pengujian komposisi kimia. Pengujian komposisi digunakan untuk mengetahui

    jumlah persen karbon yang nantinya akan digunakan untuk menentukan suhu

    pemanasan yang efektif. Pengujian komposisi ini dilakukan di Politeknik

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    26

    Manufaktur Ceper dimana nantinya akan dilakukan 4 burn di titik-titik yang akan

    dicari komposisi bahan spesiment tersebut.

    Adapun Langkah pengujian komposisi kimia adalah sebagai berikut:

    1. Menyiapkan alat uji komposisi kimia, Spectrometer.

    2. Memasang benda uji diatas landasan. Benda uji harus menutupi lubang

    pada alat uji minimal diameter 14 mm, bila terjadi kebocoran maka mesin

    uji tidak bekerja dengan benar, karena pada waktu penembakan gas argon

    akan terjadi kebocoran.

    3. Menghidupkan mesin. Pada tahap ini terjadi penyemburan gas berupa gas

    argon dengan temperatur 4000C - 8000 C selama kurang dari 30 detik.

    4. Hasil pembakaran berupa cahaya yang berwarna yang kemudian menuju

    optik dan dibiaskan berupa warna unsur dan ditangkap oleh detektor dalam

    jumlah persen.

    5. Melihat pada layar komputer hasil dari penembakan dan bisa dicetak pada

    kertas yang sudah disediakan.

    3. Pengujian Ketangguhan Impak

    Eksperimen untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan ketangguhan antara

    bahan yang mengalami perlakuan pengelasan dengan logam induk. Hasil dari

    pengujian ketangguhan impak berupa tenaga yang diserap (W) dalam satuan Joule

    dan nilai pukul takik (K) dalam satuan Joule/mm2. Hasil perhitungan ketangguhan

    impak didapat dari rumus :

    EGesek = m.g.l ( Cos 1 Cos )

    EPatah = m.g.l ( Cos 2 Cos )

    ESerap = EPatah - EGesek

    keterangan :

    m = massa (9,5 kg)

    g = gaya gravitasi (9,8 m/s2)

    l = panjang charpy (0,83 m)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    27

    Cos 1 = sudut ayun tanpa specimen

    Cos 2 = sudut ayun dengan specimen

    Setelah diketahui rumus Eserap maka dapat ditentukan tingkat ketangguhan

    specimen dengan rumus sebagai berikut :

    K(ketangguhan) =

    keterangan :

    A = luas spesimen dibawah takikan (mm2) = a x t

    a = tinggi dibawah takikan (mm)

    t = lebar specimen (mm)

    Eserap = Energi serap (Joule)

    Prosedur dan pembacaan hasil dari pengujian ketangguhan adalah sebagai

    berikut:

    1. Siapkan peralatan mesin Impak Charpy

    2. Menyiapkan benda uji yang akan dilakukan pengujian sesuai standar

    ukuran yang telah ditetapkan.

    3. Meletakan benda uji pada anvil dengan posisi takikkan membelakangi

    arah ayunan palu charpy.

    4. Menaikan palu charpy pada kedudukan 900 (sudut ) dengan menggunakan

    handle pengatur kemudian dikunci.

    5. Putar jarum penunjuk sampai berimpit pada kedudukan 900.

    6. Lepaskan kunci sehingga palu Charpy berayun membentur benda uji.

    7. Memperhatikan dengan mencatat sudut dan nilai tenaga patah.

    F. Teknik Analisis Data

    Analisis data hasil pengujian pemberian panas awal dibandingkan dengan

    spesimen tanpa pemberian panas awal dilakukan pada penelitian ini adalah

    sebagai berikut :

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    28

    1. Analisis Komposisi kimia

    Uji komposisi dilakukan dengan alat Spectrometer. Pengujian ini dapat

    memberikan informasi mengenai komposisi kimia material Baja Keylos 50 secara

    makro. Diameter jejak pengujian ini sekitar 1,2 cm 1,4 cm. Hasil pengujian ini

    menjadi dasar kesimpulan komposisi dasar material Baja Keylos 50 tersebut.

    Selanjutnya, dari komposisi tersebut ditentukan material standar yang

    dipergunakan sebagai bahan tersebut. Dalam hal ini pengujian komposisi

    digunakan untuk mengetahui jumlah persen karbon yang nantinya akan digunakan

    untuk menentukan suhu pemanasan yang efektif dipengujian komposisi Baja

    Keylos 50 ini sudah diketahui dari katalog produk PT. Tira Austenite Tbk.

    Namun untuk mengetahui perbedaan komposisi Baja Keylos 50 yang mengalami

    preheat perlu diadakan kembali pengujian komposisi kimia. Untuk itu dilakukan

    lagi pengujian komposisi kimia pada specimen yang telah mengalami preheat

    yaitu pada daerah logam las dan daerah logam induk.

    2. Analisis Ketangguhan Impak

    Eksperimen untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan ketangguhan antara

    bahan yang mengalami perlakuan pengelasan dengan logam induk. Hasil dari

    pengujian ketangguhan impak berupa tenaga yang diserap (W) dalam satuan Joule

    dan nilai pukul takik (K) dalam satuan Joule/mm2. Hasil perhitungan ketangguhan

    impak didapat dari rumus :

    EGesek = m.g.l ( Cos 1 Cos )

    EPatah = m.g.l ( Cos 2 Cos )

    ESerap = EPatah - EGesek

    keterangan :

    m = massa (9,5 kg)

    g = gaya gravitasi (9,8 m/s2)

    l = panjang charpy ( 0,83 m )

    Cos 1 = sudut ayun tanpa specimen

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    29

    Cos 2 = sudut ayun dengan specimen

    Setelah diketahui rumus Eserap maka dapat ditentukan tingkat ketangguhan

    specimen dengan rumus sebagai berikut :

    K(ketangguhan) =

    keterangan :

    A = luas spesimen dibawah takikan (mm2) = a x t

    a = tinggi dibawah takikan (mm)

    t = lebar specimen (mm)

    Eserap = Energi serap (Joule)

    Digunakan analisis data secara statistik untuk mengetahui ada tidaknya

    perbedaan dan peningkatan ketangguhan antara bahan yang mengalami perlakuan

    preheat dengan logam induk nonpreheat. Dalam penelitian ini dilakukan tiga

    variasi suhu preheat untuk didapatkan ketangguhan yang tinggi. Untuk

    mengetahui ada atau tidaknya peningkatan ketangguhan bahan pada keadaan

    nonpreheat dibandingkan dengan preheat maka dilakukan uji Z (analisis rataan).

    Rumus yang digunakan dalam uji Z, yaitu :

    =X

    0

    / n~N(0,1)

    (Sumber: Budiyono, 2004 :151)

    X = rataan sampel

    0

    = rataan populasi

    =n Yi

    2 Yi 2

    n(n 1)

    = standar deviasi populasi

    n = banyak sampel

    DK = {Z | Z < - Z}

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    30

    DK = {Z | Z < - 4,541}

    Z0,01 = 4,541

    Kesimpulan :

    Bila harga Zobs < -Ztabel dalam taraf 1% maka hipotesis nihil (H0) diterima dan

    hipotesis kerja (H1) ditolak, kemudian sebaliknya bila Zobs > -Ztabel maka hipotesis

    kerja diterima dan hipotesis nihil (H0) ditolak.

    1. Uji Persyaratan Analisis Data

    a. Uji Normalitas

    Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah data pada variabel-variabel

    penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, Uji

    normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas Liliefors (S).

    Adapun prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut :

    1) Tentukan hipotesis

    H0 = Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.

    H1 = Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal.

    2) Tentukan taraf nyata = 0,01

    3) Menentukan harga S dengan rumus :

    Keteranagan :

    SD : Simpangan baku atau Deviasi Standar

    n : Jumlah baris

    Xi2 : Jumlah keseluruhan kolom pangkat dua

    Xi2 : Hasil pangkat dua Xi

    2 kemudian dijumlahkan keseluruhan

    4) Pengamatan X1, X2, ., Xn dijadikan bilangan Z1, Z2, ., Zn dengan

    menggunakan rumus : Zi =

    1nn

    XXnSD

    2

    i

    2

    i2

    SD

    XX i

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    31

    5) Statistik uji yang digunakan L = Maks.

    Dengan F(Zi) = P(Z Zi); Z ~ N(0,1);

    6) Daerah kritik uji DK = {LL > L;n}

    H0 ditolak apabila L0 mak > L tabel.

    H1 diterima apabila L0 mak < L tabel.

    (Sumber: Budiyono, 2004:151)

    ZiSZiF

    n

    ZiZZZZbanyaknyaZiS N

    ,,, 321

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    32

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Uji Komposisi Kimia

    Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui kandungan unsur penyusun

    material Baja Keylos 50 yang mengalami pengelasan dengan Preheat. Pada

    pengujian ini menggunakan alat spectrometer merk hilger di Laboratorium

    Pengujian Logam POLMAN CEPER. Pengujian ini dilakukan dengan

    penembakan gas argon pada 4 titik yaitu pada daerah logam las dan daerah logam

    induk. Pengujian dilakukan dengan standar komposisi non ferro dengan maksud

    agar logam-logam selain ferro dapat terdeteksi secara maksimum.

    No Unsur

    Hasil Pengujian

    Metal Weld

    (Logam Las)

    Raw Material

    (Logam Induk)

    1 Fe 97,5 97,7

    2 C 0,115 0,504

    3 Si 0,704 0,339

    4 Mn 0,837 0,774

    5 P 0,0254 0,0264

    6 S 0,0089 0,0050

    7 Cr 0,0257 0,0331

    8 Mo 0,0451 0,0438

    9 Ni 0,0684 0,0685

    10 Al 0,0121 0,0310

    11 Co 0,0262 0,0276

    12 Cu 0,168 0,0304

    13 Nb 0,0397 0,0360

    14 Ti 0,0256 0,0177

    15 V 0,0264 0,0217

    16 W 0,271 0,302

    17 Pb 0,0104 0,0121

    18 Ca 0,0002 0,0001

    19 Zr 0,0212 0,0191

    Tabel 3. Hasil Pengujian Komposisi Kimia Baja Keylos 50

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    33

    Hasil uji komposisi kimia dilakukan pada dua daerah yaitu pada daerah

    logam las dan daerah logam induk Baja Keylos 50. Pengujian pada specimen ini

    dilakukan dengan standar steel carbon karena pada dasarnya Baja Keylos 50 ini

    terindikasi adalah baja karbon yang bersifat magnetis. Berdasarkan data dari

    catalog produk PT. Tira Austenite Baja Keylos 50 komposisi kimia dapat dilihat

    dalam tabel 4.

    Tabel 4. Data komposisi kimia raw material Baja Keylos 50.

    Unsur C Si Mn P S Cr Ni Mo Sn

    Berat % 0,40 0,15 0,50 - - - - - -

    (Sumber : Katalok Produk PT. Tira Austenite)

    Dari hasil uji tersebut ada beberapa unsur yang tidak terdeteksi dengan

    jelas. Pada raw material Baja Keylos 50 unsur Fe, P, S, Cr, Ni, Mo, Sn tidak

    terdeteksi dengan jelas. Namun lain halnya dengan Baja Keylos 50 yang telah

    mengalami preheat unsur-unsur yang tidak terdeteksi akan terdeteksi dengan jelas

    pada masing-masing daerah yaitu daerah logam las dan daerah logam induk

    seperti pada tabel 4. Dari kesemua unsur tambahan yang terdeteksi dengan jelas

    tersebut memiliki persen yang sangat sedikit sekali sehingga dianggap bahwa

    komposisi tambahan yang terdeteksi tersebut tidak mempengaruhi terhadap

    ketangguhan bahan.

    Komposisi bahan yang sangat mempegaruhi ketangguhan bahan dari

    penelitian diatas adalah besi (Fe) dan karbon (C). Parameter persen yang sangat

    diperhatikan adalah jumlah persen karbon yang masuk dalam komposisi besi (Fe).

    Hasil komposisi diatas menunjukkan bahwa keduanya memiliki persen komposisi

    yang berbeda-beda. Pada raw material Baja Keylos 50 kandungan karbon 0.40 %

    sehingga dapat diklasifikasikan bahwa baja tersebut merupakan baja karbon yang

    masuk dalam klasifikasi baja karbon sedang. Sangat berbeda sekali dengan

    komposisi pada Baja Keylos 50 yang mengalami preheat, yaitu pada daerah

    logam las memiliki persen besi (Fe) 97.5 % dan karbon (C) 0.115%, jika dilihat

    dari komposisi karbon maka baja tersebut termasuk baja dalam golongan rendah

    yaitu antara 0,05 % - 0,30% C. Sedangkan pada daerah logam induk memiliki

    persen besi (Fe) 97.7 % dan karbon (C) 0,504 %, jika dilihat dari komposisi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    34

    karbon maka baja tersebut termasuk baja dalam golongan sedang yaitu antara

    0,20 % - 0,50 % C. Melihat dari komposisi jumlah karbon dari keduanya dapat

    dilihat kualitas dari raw material dan logam las serta logam induk Baja Keylos 50

    tersebut. Komposisi yang paling ideal dan bagus terdapat pada logam induk Baja

    Keylos 50 yang telah mengalami preheat, jika dibandingkan raw material Baja

    Keylos 50.

    Pada hasil komposisi diatas memiliki berbagai macam unsur yang

    terbentuk dan membentuk menjadi sebuah kesatuan yang memiliki sifat tersendiri.

    Sifat yang paling dominan adalah kandungan antara Fe-C, sifat Karbon (C) dapat

    meningkatkan kekerasan dan kekuatan tetapi dapat menurunkan kemampuan

    tempa dan keliatan. Baja pada dasarnya ialah besi (Fe) dengan tambahan unsur

    Karbon ( C ) sampai dengan 1.67% (maksimal). Bila kadar unsur karbon ( C)

    lebih dari 1.67%, maka material tersebut biasanya disebut sebagai besi cor (Cast

    Iron). Makin tinggi kadar karbon dalam baja, maka akan mengakibatkan hal- hal

    sebagai berikut :

    1. Kuat leleh dan kuat tarik baja akan naik,

    2. Keliatan / elongasi baja berkurang,

    3. Semakin sukar dilas.

    Oleh karena itu adalah penting agar kita dapat menekan kandungan karbon

    pada kadar serendah mungkin untuk dapat mengantisipasi berkurangnya keliatan

    dan sifat sulit dilas diatas.

    Kelebihan karbon (C) antara lain tahan terhadap efek yang di sebabkan

    suhu yang tinggi hal ini karena sifat karbon mampu menahan suhu yang tinggi

    sampai 3000C, kepadatan rendah, karbon lebih ringan dibanding logam paduan

    umumnya, hal tersebut memudahkan adaptasi dengan gerakan permukaan yang

    tidak beraturan, tidak terjadi penyatuan logam pada kondisi yang sama, jika logam

    menyatu sama lainnya disebabkan panas dengan suhu tertentu. Kandungan karbon

    pada baja dapat mempengaruhi sifat-sifat baja tersebut terutama dalam proses

    kimia.

    Untuk kandungan paduan pada hasil komposisi kedua specimen (tabel 3)

    sedikit sekali untuk mempengaruhi ketangguhan namun dapat diidentifikasi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    35

    seberapa besar ketangguhan yang berpengaruh. Kandungan unsur paduan seperti

    Cromium (Cr) pada logam induk lebih tinggi dari pada kandungan Cromium (Cr)

    pada logam las Baja Keylos 50 mengakibatkan meningkatnya ketangguhan

    terhadap beban kejut. Chromium (Cr) merupakan salah satu komponen unsur

    paduan yang mampu mengendalikan carbide secara stabil serta mengatasi

    pengaruh buruk unsur silikon (Si).

    Unsur Chromium juga dapat memberikan pengaruh yang besar terutama

    dalam proses kimia pada saat proses pemanasan yaitu terjadinya peristiwa

    sensitasi pada baja sehingga mengakibatkan peningkatan kwalitas Baja Keylos 50

    tersebut, hal ini terjadi karena unsur Chromium dapat mendukung terbentuknya

    karbida dan kadar Chromium dalam spesimen dapat juga mendorong terbentuknya

    fasa martensit sehingga spesimen ini mempunyai struktur martensit. Pada daerah

    logam induk sangat mudah sekali untuk memiliki struktur martensit karena

    memiliki kandungan Chromium yang lebih tinggi dari pada daerah logam las

    yang mencapai 0,0331 % untuk logam induk dan 0,0257 % untuk logam las.

    Molibdenum (Mo) mempunyai fungsi utamanya adalah untuk

    mempromosikan pengerasan pada grafit atau perlit, untuk meningkatkan

    ketahanan terhadap temperatur yang tinggi. Penambahan kecil (0,25-0,75%) dari

    molibdenum untuk baja dapat meningkatkan ketahanan permukaan. Molybdenum

    (Mo) sangat berperan dalam pembentukan carbide. Molybdenum meningkatkan

    kekuatan,dan batas mulur baja, terutama terhadap pembebanan yang continue.

    Unsur Silikon (Si) dalam spesimen uji mempunyai pengaruh yang

    signifikan. Pada baja karbon sebagian dari Si juga akan membentuk karbida

    (silikonkarbid), sehingga secara umum bila dibandingkan dengan unsur karbon, Si

    hampir tidak memiliki pengaruh terhadap perubahan struktur baja. Pada baja

    dengan kandungan Si tinggi, atom-atom yang menyusun unit sel akan tertata

    secara merata dan membentuk struktur jenuh yang memiliki karakteristik

    seragam. Tatanan ini akan meningkatkan sifat hantar listrik serta sekaligus juga

    tingkat kerapuhan bahan sehingga proses pengerjaan dingin hanya mungkin

    dilakukan terhadap baja dengan kandungan Si maksimum 3%, bahkan pada

    kandungan Si lebih dari 7%, proses pengerjaan panaspun hanya dapat dilakukan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    36

    dengan hasil yang buruk. Pada kandungan Si diatas 10%, paduan sudah

    kehilangan kemampuan bentuknya. Kandungan Silikon yang lebih banyak pada

    logam las mengakibatkan baja ini mudah memiliki karbida yang lebih tinggi

    daripada logam induk.

    Unsur lain yang cukup berpengaruh untuk meningkatkan kekerasan

    spesimen uji adalah mangan (Mn), dalam jumlah diatas 0,5 % akan bereaksi

    dengan belerang membentuk sulfida mangan. Ikatan ini rendah bobot jenisnya

    dan dapat larut dalam terak. Mangan merupakan unsur deoksidasi dan khususnya

    sebagai pengikat unsur belerang (S), pemurni sekaligus meningkatkan fluiditas,

    kekuatan dan kekerasan baja. Akibat dari persenyawaannya dengan unsur

    belerang (S) menjadi mangansulfida (MnS) yang memiliki temperatur lebur

    tinggi, baja dengan kandungan Mn tinggi tidak mudah patah pada temperatur

    tinggi. Bila kadarnya semakin besar dalam baja maka kemungkinan meningkatkan

    terbentuk ikatan kompleks dengan karbon. Dari data hasil pengujian diperoleh

    kandungan unsur tersebut mencapai 0,837 % untuk logam las dan 0,774 % untuk

    logam induk pada baja Keylos 50. Unsur kandungan dari logam las memiliki

    kandungan paduan yang lebih tinggi dari logam induk.

    Unsur belerang (S) pada sebagian besar baja hanya memiliki kandungan S

    sangat rendah. Maksimum sampai 0,06%. Namun bahaya terjadinya kerapuhan

    tetap harus diwaspadai, terutama bila baja hanya mengandung unsur Mn yang

    sangat rendah. Belerang (S) memiliki kecenderungan untuk segregasi sebagai

    segregasi blok maupun gas. Hal ini akan terjadi terutama apabila proses peleburan

    khususnya baja dilakukan secara tidak cermat serta terjadi banyak sekali gejolak.

    Dengan demikian unsur ini juga dimasukan dalam golongan unsur yang tidak

    dikehendaki. Mn (0,5% 0,9%) merupakan unsur yang ditambahkan untuk

    mencegah efek buruk yang disebabkan oleh S.

    Unsur Fosfor (P) pada baja paduan baja-karbon, kandungan P umumnya

    adalah 0,06%. Hanya pada beberapa baja khusus saja yang memiliki kandungan P

    sampai 0,3%. Karena pada temperatur kamar P dapat larut sampai 0,6% didalam

    besi , maka sampai dengan kandungan ini tidak akan menghasilkan fasa-fasa

    khusus didalam baja. P juga menjadi penyebab perapuhan baja pada keadaan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    37

    dingin yang ditunjukkan dengan peningkatan kekuatan namun dengan demikian

    menurunkan kemampuan takiknya pada ketangguhan impak.

    Kandungan wolfram (W) tinggi akan menaikkan kekerasan baja dan

    dengan sendirinya menaikkan kemampuan potong dan bahan tahan aus.

    Wolfram memperhalus struktur butiran yang akan menaikkan temperature

    tempering.

    B. Pembahasan Data Hasil Pengujian

    1. Analisis Hasil Pengujian Ketangguhan Impak

    Eksperimen untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan ketangguhan antara

    bahan yang mengalami perlakuan pengelasan dengan logam induk. Hasil dari

    pengujian ketangguhan impak berupa tenaga yang diserap (W) dalam satuan Joule

    dan nilai pukul takik (K) dalam satuan Joule/mm2. Hasil perhitungan ketangguhan

    impak didapat dari rumus :

    EGesek = m.g.l ( Cos 1 Cos )

    EPatah = m.g.l ( Cos 2 Cos )

    ESerap = EPatah - EGesek

    keterangan :

    m = massa (9,5 kg)

    g = percepatan gravitasi (9,8 m/s2)

    l = panjang charpy (0,83 m)

    Cos 1 = sudut ayun tanpa specimen

    Cos 2 = sudut ayun dengan specimen

    Setelah diketahui rumus Eserap maka dapat ditentukan tingkat ketangguhan

    specimen dengan rumus sebagai berikut :

    K(ketangguhan) =

    keterangan :

    A = luas spesimen dibawah takikan (mm2) = a x t

    a = tinggi dibawah takikan (mm)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    38

    t = lebar specimen (mm)

    Eserap = Energi serap (Joule)

    Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini :

    Tabel 5. Hasil Pengujian Ketangguhan Impak

    No. Parameter Tenaga Patah (J) Ketangguhan Impak

    (J/mm2)

    1 Raw Material 46,44 J 0,0945

    2 44,27 J 0,0883

    3 39,79 J 0,0794

    Rata-rata 0,0874

    1 Non Preheat 73,02 J 0,1470

    2 73,02 J 0,1470

    3 73,02 J 0,1472

    Rata-rata 0,1471

    1 Preheat T=2700 C 74,57 J 0,1521

    2 74,26 J 0,1514

    3 73,49 J 0,1530

    Rata-rata 0,1522

    1 Preheat T=3000 C 71,63 J 0,1444

    2 71,63 J 0,1475

    3 73,49 J 0,1499

    Rata-rata 0,1473

    1 Preheat T=3300 C 72,1 J 0,1451

    2 72,56 J 0,1531

    3 72,56 J 0,1514

    Rata-rata 0,1499

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    39

    Dari data tabel hasil ketangguhan impak diatas dapat diketahui nilai

    ketangguhan pada tiap spesimen yang mengalami preheat dan non preheat dengan

    pengelasan SMAW. Hasil pengujian diperoleh dari alat penguji ketangguhan

    dengan menggunakan metode ketangguhan impak Charpy pada benda uji

    menunjukkan bahwa Baja Keylos 50 (raw material) rata-rata nilai ketangguhan

    impaknya sebesar 0.0874 kg/mm. Pada specimen uji dengan proses Nonpreheat

    pada spesimen rata-rata nilai ketangguhan impaknya sebesar 0.1471 kg/mm.

    Sedangkan pada proses Preheat dengan suhu 2700

    C pada spesimen uji

    ketangguhan menunjukan nilai rata-rata ketangguhan impaknya sebesar 0.1522

    kg/mm. Dan pada proses Preheat 3000

    C pada spesimen uji ketangguhan

    menunjukan rata-rata nilai ketangguhan impaknya sebesar 0.1473 kg/mm. Serta

    pada proses Preheat 3300

    C pada spesimen uji ketangguhan menunjukan rata-rata

    nilai ketangguhan impaknya sebesar 0.1499 kg/mm.

    Pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa data pengaruh ketangguhan impak

    pada proses non preheat dan preheat disusun berdasarkan kolom, dan penggunaan

    sumber varian disusun berdasarkan baris. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel

    di bawah ini.

    Tabel 6. Hasil pengujian nilai ketangguhan impak charpy

    Ketangguhan impak (Joule/mm2)

    Raw Material

    Non Preheat

    Preheat

    2700 C 300

    0 C 300

    0 C

    Rata-rata 0,0874 0.1471 0.1522 0.1473 0.1499

    Dari tabel di atas didapat bahwa nilai rata-rata ketangguhan impak untuk

    raw material yaitu sebesar 0,0874 kg/mm sedangkan nilai rata-rata ketangguhan

    impak paling tinggi terjadi pada preheat 2700 C yaitu sebesar 0,1522 kg/mm

    sedangkan rata-rata nilai ketangguhan impak paling rendah terjadi pada preheat

    3000 C yaitu sebesar 0,1473 kg/mm.

    Dan dapat dilihat juga ketangguhan impak spesimen benda uji tanpa

    dilakukan preheat (non preheat) mempunyai nilai yang paling rendah yaitu

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    40

    0,1471 J/mm2. Variasi suhu preheat 300

    0 C ketangguhan impak spesimen benda

    uji naik sebesar 0,019% dari non preheat, Variasi suhu preheat 3300 C

    ketangguhan impak spesimen benda uji naik sebesar 0,28% dari non preheat,

    sedangkan kanaikan ketangguhan impak spesimen benda uji paling tinggi adalah

    pada Variasi suhu preheat 2700 C yaitu mengalami kenaikan sebesar 0,51% dari

    non preheat.

    Maka untuk lebih jelas dalam pembacaan hasil nilai ketangguhan

    dibuatlah diagram batang histogram, seperti terlihat pada gambar diagram

    dibawah ini :

    Gambar 10. Histogram hasil uji ketangguhan impak spesimen benda uji.

    Dari hasil pengujian ketangguhan tersebut bahwa dengan preheat

    sebagian besar dapat merubah nilai ketangguhan impaknya pada spesimen benda

    uji. Dan dari data diatas nilai ketangguhan tertinggi setelah dirata-rata terjadi pada

    preheat 270C = 0,1