pengaruh pemberian ekstrak daun binahong (anredera...

88
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP REEPITALISASI KULIT PASCA LUKA BAKAR DERAJAT II TIKUS Sprague dawley Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH : RAISSA PRAMUDYA WARDHANI NIM : 1113103000067 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/ 2016 M

Upload: others

Post on 27-Oct-2019

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN

BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis)

TERHADAP REEPITALISASI KULIT PASCA LUKA

BAKAR DERAJAT II TIKUS Sprague dawley

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

Memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

RAISSA PRAMUDYA WARDHANI

NIM : 1113103000067

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/ 2016 M

Page 2: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli yang saya ajukan untuk

memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana kedokteran di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya, maka

saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Ciputat, Oktober 2016

Raissa Pramudya Wardhani

Page 3: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

ii

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN

BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis)

TERHADAP REEPITALISASI KULIT PASCA LUKA

BAKAR DERAJAT II TIKUS Sprague dawley

LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh

Raissa Pramudya Wardhani

NIM: 1113103000067

Pembimbing I Pembimbing II

Rr. Ayu Fitri Hapsari, M. Biomed. dr. Dyah Ayu Woro, M. Biomed

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H / 2016 M

Page 4: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

iii

LEMBAR PENGESAHAN Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) terhadap Reepitalisasi Kulit Pasca Luka Bakar Derajat II Tikus Sprague dawley yang diajukan oleh Raissa Pramudya Wardhani (NIM: 1113103000067), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada Rabu, 12 Oktober 2016. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter.

Ciputat, 12 Oktober 2016

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang

Rr. Ayu Fitri Hapsari, M. Biomed

Pembimbing 1

Rr. Ayu Fitri Hapsari, M. Biomed

Pembimbing 2

dr. Dyah Ayu Woro, M. Biomed

Penguji 1

dr. Lucky Brilliantina, M.Biomed

Penguji 2

dr. Rahmatina, Sp.KK

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK UIN SH Jakarta

Prof. Dr. H. Arief Sumantri, M.Kes

Kaprodi PSKPD FKIK UIN SH Jakarta

dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp. OT

Page 5: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullah Wabarokatuh,

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah subhanahu wata’ala. Sholawat

beserta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad

sholallahu’alaihi wasallam, kepada keluarga, para sahabatnya dan orang-orang

yang mengikuti beliau dengan baik hingga hari yang telah dijanjikan kelak, yaitu

hari kiamat.

Penulis bersyukur kepada Allah subhanahu wata’ala yang dengan

RahmatNya lah penelitian dan tulisan ini dapat diselesaikan sesuai dengan

harapan penulis. Rasa terimakasih tak lupa penulis sampaikan kepada seluruh

pihak yang telah membantu dan memberi dukungan materi maupun dukungan

moril sehingga penulisan Laporan Penelitian yang berjudul “Pengaruh

Pemberian Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis)

terhadap Reepitalisasi Kulit Pasca Luka Bakar Derajat II Tikus Sprague

dawley” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat

terselesaikan.

Oleh karena itu, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1) Prof. Dr. H. Arief Sumantri, M.Kes, selaku dekan FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2) dr. Achmad Zaki, Sp. OT, M.Epid, selaku ketua program studi

kedokteran dan profesi dokter

3) Rr. Ayu Fitri Hapsari, M.Biomed dan dr. Dyah Ayu Woro, M.Biomed

selaku dosen pembimbing, yang telah rela meluangkan banyak waktunya

untuk keberhasilan penulis, yang tak bosan-bosannya memotivasi penulis.

Terimakasih atas kebaikan pembimbing kami, sehingga penulis bisa

menyelesaikan laporan penelitian ini dengan baik. Semoga Allah

Membalas kebaikan guru-guru kami dengan kebaikan yang berlipat ganda.

Aamiin.

Page 6: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

v

4) dr. Lucky Brilliantina, M.Biomed dan dr. Rahmatina, Sp.KK selaku

penguji laporan penelitian yang telah meluangkan waktunya untuk

menguji laporan penelitian penulis dan memberikan arahan yang baik

dalam pengujian kelayakan laporan penelitian yang penulis buat.

5) Kepada dr. Flori Ratna Sari, PhD sebagai Pembimbing Akademik terbaik,

yang telah meluangkan banyak waktunya untuk mendengar keluh kesah

penulis. Semoga Allah Membalas kebaikannya dengan kebaikan yang

lebih baik.

6) Terimakasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada kedua orangtua

penulis, Ayahanda Ir. Wisnu Wardhana dan Ibunda Yulie Hartiningtyas,

S.Ip. yang telah memberikan dukungan yang tak terhingga jumlahnya,

hingga penulis dapat menjadi insan yang bermanfaat bagi bangsa dan

negara. Semoga Allah subhanahu wata’ala Membalas seluruh kebaikan

ayah dan ibu dengan surga tertinggiNya. Aamiin.

7) Kepada suami tercinta Muhammad Rizki Forest, ST. yang telah

memberikan banyak pelajaran hidup yang memotivasi penulis untuk terus

berusaha, sehingga penulis dapat sampai pada tahap ini.

8) Kepada Pemerintah Propinsi Riau yang telah memberikan beasiswa

pendidikan selama penulis menempuh pendidikan sarjana hingga penulis

dapat mencapai gelar Sarjana Kedokteran.

9) Teman-teman seperjuangan Riski Bastanta, Wildana Aqila, Fadli

Fajriansyah, Alfi Alfina, Zahrotu Romadhon, Muhammad Riski Dwi

Saputra dan tak lupa kepada saudara penulis, Tanjung Bismantara.

Terima kasih atas bantuan, kerjasama dan pengorbanan yang telah kalian

lakukan. Banyak cerita suka dan duka yang kita lalui bersama selama

proses ini. Pada akhirnya atas izin Allah, penulis dapat menyelesaikan

penulisan laporan penelitian ini. Semoga Allah subhanahu wata’ala

Membalas Kebaikan kalian.

10) Staf LIPI, BALITRO, iRATco, Laboratorium Patologi Anatomi Cito

Depok, Laboratorium Parasitologi FKIK UIN Jakarta, serta Laboratorium

Histologi FKIK UIN, yang telah membantu dalam proses penelitian.

11) Teman-teman PSKPD UIN angkatan 2013.

Page 7: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

vi

Harapan penulis, semoga penelitian ini dapat dimanfaatkan dengan baik,

dan dapat menjadi amal jariyah bagi kita semua. Penulis menyadari bahwa banyak

kekurangan dan kekhilafan yang penulis lakukan. Oleh karena itu penulis

berharap atas kritik dan saran yang membangun agar penelitian ini dapat menjadi

lebih baik lagi untuk kedepannya.

Wassalamu’alaikum Warohmatullah Wabarokatuh.

Ciputat, Oktober 2016

Penulis

Page 8: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

vii

ABSTRAK

Raissa Pramudya Wardhani. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) terhadap Reepitalisasi Kulit Pasca Luka Bakar Derajat II Tikus Sprague dawley. 2016

Pendahuluan: Kejadian luka bakar merupakan permasalahan yang tidak dapat diabaikan. Luka bakar menempati urutan ke-10 yang menjadi penyebab luka tersering di Indonesia. Sepuluh persen penyebab kematian disebabkan oleh luka bakar. Binahong dikenal memiliki khasiat dalam menyembuhkan penyakit ringan dan berat, termasuk penyembuhan luka. Adanya zat aktif yang terkandung dalam Binahong, seperti saponin, flavonoid, asam oleanolic, berperan dalam berbagai proses tersebut. Sehingga pada penelitian ini akan dilakukan pengkajian mengenai pengaruh pemberian ekstrak daun binahong terhadap pertumbuhan lapisan re-epitelisasi pasca luka bakar derajat II. Metode: Pengkajian dilakukan secara eksperimental, tikus dibagi menjadi 5 grup berdasarkan perlakuan yang akan diterapkan, yaitu perlakuan salep, oral, kombinasi perlakuan oral dan perlakuan salep, kontrol positif serta kontrol negatif. Setelah diberikan perlakuan selama 5 hari, kulit tikus diambil dan diolah menjadi preparat dengan pewarnaan HE dan dilihati hasilnya di bawah mikroskop dengan perbesaran 40x10. Hasil: Didapatkan hasil pengukuran rerata re-epitelisasi pada tiap perlakuan adalah P1 43.44 μm, P2 28.46 μm, P3 31.07 μm, K+ 34.51 μm, K- 41.13 μm, dengan p>0.05 pada tiap grup. Kesimpulan: Pemberian salep ekstrak daun binahong pada luka bakar derajat II tikus Sprague dawley menunjukkan hasil rerata re-epitelisasi lebih baik dibanding kelompok perlakuan lainnya, namun perbedaan antar kelompok tidak signifikan.

Kata kunci : Ekstrak daun binahong, salep daun binahong, suspensi daun

binahong, luka bakar derajat II, tikus Sprague dawley, Anredera cordifolia

(Tenore) Steenis, reepitelisasi

Page 9: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

viii

ABSTRACT

Raissa Pramudya Wardhani. Medical Education Departement, Faculty of

Medicine and Health Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic University of

Jakarta. The effect of giving the Binahong (Anredera cordifolia (Tenore)

Steenis) leaf Extract Against Re-epitelization in Skin with Second Degrees Burn

Wound on Sprague dawley Rats. 2016

Introduction: Burn wounds is a problem that cannot be ignored. Burn wounds occupies the tenth of the most common cause injuries in Indonesia. Ten percent causes of death caused by burns. Binahong known to have efficacy in healing mild and severe disease, including wound healing. The existence of the active substances contained in Binahong, like saponin, flavonoid, oleanolic acid, role in those process. So this research will analyze the effect of giving the binahong leaf extract, against re-epitelization in Sprague dawley’s skin with second degrees burn wound. Methods: Study done experimentally, rats were divided into 5 groups based on the treatments that will be applied, those are topical treatment, oral treatment and combantion of topical and oral treatment, also there are positive control and negative control. After five days treatment, the rat’s skin is taken to make preparations with HE staining, than the preparation will be analyzed under the microscope with 40x10 zoom. The result: We obtain the average of re-epithelization on each treatments are P1 43.44 μm, P2 28.46 μm, P3 31.07 μm, K+ 34.51 μm, K- 41.13 μm, with p>0.05 on each group. Conclusion: Apply binahong leaf extract on Sprague dawley with second degree burn wounds, shows better results in the average of re-epithelization than the other treatment groups, but the difference between groups is not significant.

Key Words : Binahong leaf extract,binahong ointment, binahong suspension,

second degrees burn wound, Sprague dawley rat, Anredera cordifolia (Tenore)

Steenis, re-epithelization

Page 10: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................................ vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii

DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv

BAB 1 ..................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan masalah ..................................................................................... 3

1.3 Hipotesis ................................................................................................... 3

1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3

1.4.1 Tujuan Umum : ................................................................................. 3

1.4.2 Tujuan Khusus : ................................................................................ 3

1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4

1.5.1 Bagi peneliti ...................................................................................... 4

1.5.2 Bagi Institusi ..................................................................................... 4

1.5.3 Bagi Keilmuan .................................................................................. 4

1.5.4 Bagi Masyarakat................................................................................ 4

BAB 2 ..................................................................................................................... 5

2.1 Landasan Teori ......................................................................................... 5

2.1.1 Binahong ........................................................................................... 5

2.1.2 Kulit .................................................................................................. 9

2.1.3 Lapisan dan komponen penyusun kulit ........................................... 10

2.1.4 Pertahanan kulit ............................................................................... 14

2.1.5 Luka Bakar ...................................................................................... 15

2.1.6 Epidemiologi Luka Bakar ............................................................... 15

2.1.7 Patofisiologi luka bakar................................................................... 16

2.1.8 Derajat Luka Bakar ......................................................................... 18

2.1.9 Penanganan Luka Bakar .................................................................. 22

2.1.10 Perawatan pada Luka Bakar ............................................................ 22

2.1.11 Penyembuhan Luka Bakar .............................................................. 23

Page 11: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

x

2.1.12 Krim Silver Sulfadiazin (AgSD) ..................................................... 27

2.1.13 Sediaan Topikal Salep Ekstrak Daun Binahong ............................. 28

2.1.14 Rute Penyerapan Obat Topikal ....................................................... 30

2.1.15 Sediaan Oral Larutan atau Solutions Daun Binahong..................... 31

2.1.16 Tikus Sprague Dawley .................................................................... 32

2.2 Kerangka Teori ....................................................................................... 33

2.3 Kerangka Konsep ................................................................................... 34

2.4 Identifikasi Variabel ............................................................................... 34

2.5 Definisi Operasional ............................................................................... 34

BAB 3 ................................................................................................................... 37

3.1 Desain Penelitian .................................................................................... 37

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 37

3.3 Bahan Uji ................................................................................................ 37

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................. 38

3.5 Besar Sampel .......................................................................................... 38

3.6 Kriteria Inklusi ....................................................................................... 39

3.7 Kriteria Eksklusi ..................................................................................... 39

3.8 Alat dan Bahan Penelitian ...................................................................... 39

3.9 Alur Kerja Penelitian .............................................................................. 41

3.10 Adaptasi dan Pemeliharaan Hewan Sampel ........................................... 42

3.11 Cara Kerja Penelitian .............................................................................. 42

3.11.1 Pembuatan Ekstrak Daun Binahong untuk Bahan Salep ................ 42

3.11.2 Pembuatan Suspensi Ekstrak Daun Binahong ................................ 44

3.11.3 Pembuatan Luka Bakar pada Tikus ............................................... 46

3.11.4 Cara Pemberian Salep dan Suspensi Ekstrak Daun Binahong ........ 47

3.11.5 Pengambilan Jaringan dan Pembuatan Sediaan Histopatologi ....... 47

3.11.6 Pengamatan Histopatologi .............................................................. 49

3.12 Manajemen Analisis Data Pembentukan Jaringan Epitel ....................... 50

3.13 Etika Penelitian ....................................................................................... 50

BAB 4 ................................................................................................................... 52

4.1 Hasil ........................................................................................................ 52

4.2 Pembahasan ............................................................................................ 55

Keterbatasan Penelitian ..................................................................................... 58

Page 12: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

xi

BAB 5 ................................................................................................................... 59

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 59

5.2 Saran ....................................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 60

LAMPIRAN .......................................................................................................... 66

Page 13: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Definisi Operasional .............................................................................. 34

Tabel 4.1 Data Rerata Ketebalan Re-epitelisasi ..................................................... 54

Tabel 4.2 Hasil Analisis Data dengan metode One Way Anova ............................ 55

Page 14: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Daun Binahong ..................................................................................... 6

Gambar 2.2 Daun Binahong ..................................................................................... 7

Gambar 2.3 Lima Lapisan Epidermis pada Kulit Tebal ........................................ 11

Gambar 2.4 Tiga Zona Respon Lokal Tubuh terhadap Luka Bakar ...................... 17

Gambar 2.5 Persentase tiap Bagian Tubuh pada Anak dan Dewasa Rule of Nine. 19

Gambar 2.6 Diagram Lund dan Browder untuk mengukur luas permukaan tubuh

atau TBSA ........................................................................................... 20

Gambar 2.7 Derajat Luka Bakar Berdasarkan Kedalamannya .............................. 21

Gambar 2.8 Tahap Penyembuhan Luka ................................................................. 24

Gambar 2.9 Tahap yang Dilalui Sediaan Topikal (Transdermal Patch) ............... 30

Gambar 3.1 Hasil Tes Homogenitas Salep Ekstrak Daun Binahong ..................... 44

Gambar 3.2 Keadaan Kulit Tikus Menjadi Kemerahan sesaat Setelah Dilakukan

Intervensi Plat Besi.............................................................................. 46

Gambar 4.1 Sediaan Luka Bakar Deajat II Perbesaran 10x ................................... 52

Gambar 4.2 Gambar mikroskopik P1, P2, P3, K+, K- perbesaran 40x ................ 53

Gambar 4.3 Grafik Rerata Ketebalan Re-epitelisasi P1, P2, P3, K+, K-

perbesaran 40x..................................................................................... 54

Page 15: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

xiv

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori ..................................................................................... 33

Bagan 2.2 Kerangka Konsep .................................................................................. 34

Bagan 3.1 Alur Penelitian ...................................................................................... 41

Page 16: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

xv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Surat Keterangan Hasil Determinasi/Identifikasi Bahan Uji ........ 66

LAMPIRAN 2 Suat Keterangan Ekstraksi Bahan Uji ........................................... 67

LAMPIRAN 3 Surat Profile Bahan Uji ................................................................. 68

LAMPIRAN 4 Dokumentasi Penelitian ................................................................ 69

LAMPIRAN 5 Riwayat Penulis ............................................................................. 72

Page 17: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luka bakar menempati urutan ke-10 dari beberapa jenis luka tersering

yang ditemukan di Indonesia. Hal ini menandakan bahwa luka bakar bukan

merupakan kejadian langka yang terjadi di negeri ini. Luka bakar yang sering

terjadi berdasarkan data dari Unit Luka Bakar RSCM pada bulan Januari

2011-Desember 2012 adalah disebabkan oleh kecelakaan kerja seperti

tersiram air panas dan juga disebabkan oleh suatu zat kimia yang bersifat

korosif .1

Secara detail, berdasarkan data yang dihimpun oleh Riskesdas 2013, 78%

peristiwa yang menyebabkan terjadinya kebanyakan luka bakar di Indonesia

adalah disebabkan oleh terpapar api secara langsung dan hal ini menjadi

penyumbang utama tingginya angka mortalitas pada korban luka bakar.

Urutan kedua terbanyak kejadian luka bakar adalah disebabkan oleh listrik

(14%) dan selanjutnya disebabkan oleh air panas (4%), bahan kimia (3%) dan

metal (1%). Kebanyakan luka bakar terjadi pada kelompok usia 1-4 tahun, dan

insidensi tertinggi terjadi di Papua (2%) dan terendah berada di Kalimantan

Timur.2

Kepercayaan turun temurun akan khasiat daun binahong dalam mengobati

luka merupakan contoh paradigma pengobatan herbal yang masih melekat

dalam kepercayaan masyarakat di Indonesia. Hal ini dibuktikan dalam

penelitian Yuzda, 2014 mengenai perilaku masyarakat di Gorontalo dalam

mengobati luka menggunakan daun binahong.3 Dalam mengobati luka,

biasanya daun binahong ditumbuk lalu ditempelkan pada tempat yang terluka

atau dapat juga dilakukan dengan membasuh luka tersebut dengan air rebusan

daun binahong.4

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Muhlisah, memang obat-obatan

tradisional yang berasal dari tumbuh-tumbuhan memiliki efek samping yang

lebih minim dibanding dengan obat-obatan kimia yang kita kenal sekarang.5

Selain itu, obat-obatan herbal juga dikenal relatif lebih murah, akan tetapi

Page 18: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

2

risiko dari pengolahan obat-obatan yang masih bersifat tradisionil dan tidak

menerapkan prinsip higienitas, dapat menimbulkan permasalahan baru berupa

infeksi.

Daun binahong diketahui bukan merupakan tanaman endemis Indonesia.

Penyebarannya meliputi Afrika, Eropa, Asutralia, Asia dan sebagian daerah di

Amerika. Binahong telah dipercaya akan manfaatnya sejak dahulu, terbukti

pada zaman perang Vietnam melawan Amerika, para tentara Vietnam

diwajibkan untuk mengonsumsi Binahong, karena mereka mempercayai

adanya manfaat di dalamnya6 dan penelitian di era modern telah

membenarkan adanya manfaat tersebut.

Binahong atau dalam bahasa latin disebut Anredera cordifolia (Tenore)

Steenis diketahui mempunyai khasiat dalam penyembuhan penyakit ringan

dan berat, termasuk khasiatnya dalam menyembuhkan luka. Kandungan zat

aktif berupa flavonoid, asam oleanolik, protein, saponin, dan asam askorbat

membantu proses hidroksilasi untuk pembetukan kolagen, sehingga dapat

mempercepat proses penyembuhan luka.7,8

Adanya zat-zat aktif yang terkandung dalam Binahong terutama berfungsi

dalam proses penyembuhan luka, membuat peneliti tertarik untuk meneliti

lebih lanjut mengenai khasiat tumbuhan ini. Oleh karena belum banyaknya

penelitian mengenai efek pemberian ekstrak daun binahong secara topikal

maupun oral dalam mengobati luka bakar,9 maka penelitian ini akan

difokuskan pada hal tersebut.

Luka bakar derajat II pada tikus Sprague dawley, akan diteliti ketebalan

reepiteliasasi kulitnya pasca pemberian perlakuan yang telah disebutkan

sebelumnya. Binahong yang dibuat dalam bentuk ekstrak, kemudian akan

diberikan dalam bentuk salep dan sediaan oral. Adanya kandungan minyak

dalam sediaan salep, serta sifatnya yang tidak mudah menguap, membuat

sediaan cenderung akan sukar untuk dieliminasi oleh air dan udara, dan akan

lebih tahan lama berada di atas kulit.10 Dengan demikan, diharapkan efek

terapetik yang terdapat dalam binahong dapat tercapai dengan lebih efektif.

Selain salep, peneliti akan mencoba untuk mengetahui efek daun binahong

terhadap penyembuhan luka bakar apabila ekstrak diberikan secara sistemik

Page 19: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

3

melalui oral. Pada dua penelitian yang dilakukan terpisah oleh Elin (2011) dan

Sukandar (2011) mengenai efek daun binahong yang diberikan secara oral

terhadap tikus yang diinduksi diabetes mellitus dan gagal ginjal, menunjukkan

adanya efek penyembuhan yang signifikan pada kelompok tikus yang

diintervensi dengan ekstrak binahong oral dibanding dengan kelompok

kontrol.11,12 Oleh karena itu peneliti berharap, pemberian binahong secara oral

juga dapat membantu mempercepat proses penyembuhan luka bakar.

1.2 Rumusan masalah

Apakah pemberian ekstrak daun binahong berpengaruh terhadap

reepitalisasi kulit pasca luka bakar derajat II tikus Sprague dawley?

1.3 Hipotesis

Ekstrak daun binahong berpengaruh terhadap reepitelisasi kulit pasca luka

bakar bakar derajat II tikus Sprague dawley

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum :

Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun binahong

terhadap reepitalisasi kulit pasca luka bakar derajat II tikus Sprague

dawley.

1.4.2 Tujuan Khusus :

1. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun binahong

melalui oral-salep dalam proses reepitalisasi kulit pasca luka

bakar derajat II tikus Sprague dawley

2. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun binahong

melalui oral dalam proses reepitalisasi kulit pasca luka bakar

derajat II tikus Sprague dawley

3. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun binahong

melalui salep dalam proses reepitalisasi kulit pasca luka bakar

derajat II tikus Sprague dawley

Page 20: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

4

4. Untuk mengetahui cara pemberian binahong yang paling

efektif dalam proses reepitalisasi kulit pasca luka bakar derajat

II tikus Sprague dawley

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi peneliti

Menambah pengetahuan penulis mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan luka bakar dan proses penyembuhannya

Peneliti dapat mengamati secara langsung proses penyembuhan

luka bakar baik secara mikroskopik maupun makroskopik

Menambah pengalaman penulis dalam bidang riset dan pembuatan

karya ilmiah

1.5.2 Bagi Institusi

Memperbanyak penelitian dan publikasi dalam bidang kedokteran

di bawah institusi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Meningkatkan rating universitas dalam bidang publikasi dan riset.

1.5.3 Bagi Keilmuan

Sebagai referensi atau data awal bagi peneliti selanjutnya yang

akan mengembangakan penelitian dalam bidang yang sama atau

bidang lainnya.

Menambah pengetahuan mengenai efek ekstrak daun binahong

terhadap penyembuhan luka bakar derajat II

1.5.4 Bagi Masyarakat

Menambah pengetahuan masyarakat mengenai efek dari

penggunaan binahong dalam bentuk salep dan sediaan minum

terhadap proses penyembuhan luka bakar derajat II

Memberikan alternatif pengobatan untuk luka bakar

Page 21: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Binahong

Morfologi dan Klasifikasi Tanaman

Tanaman binahong menurut Suseno, 2013 merupakan tumbuhan yang

berasal dari daratan Tiongkok, dikenal dengan nama asli dheng san chi.13 Ada

pula pendapat lain yang menyatakan bahwa binahong berasal dari daerah Brazil

dan dikenal dengan sebutan Madeira vine atau Mignonette vine.14

Tumbuhan ini

termasuk jenis tumbuhan menjalar yang dapat mencapai panjang 6 meter bahkan

bila keadaan tanah lembab dan subur, binahong dapat tumbuh hingga mencapai 40

meter.6,15 Rata-rata tanaman binahong memiliki umur panjang. Daun binahong

termasuk dalam jenis daun tunggal, memiliki bentuk yang khas seperti gambaran

jantung dengan panjang sekitar 5-10 cm dan lebar 3-7 cm, serta permukaan daun

yang licin. Daun binahong tidak beracun, dan dapat dimakan.15 Tanaman

binahong dapat tumbuh baik di daerah dengan kadar cahaya yang banyak,

sehingga tanaman binahong tumbuh subur di daerah tropis yang dikenal memiliki

intensitas penyinaran cahaya matahari yang cukup.6

Di daerah tropis, tanaman ini umumnya dimanfaatkan sebagai tanaman

rambat hias, dan sudah menjadi bahan yang dikonsumsi selama ribuan tahun oleh

masyarakat di Negara Cina, Korea dan Taiwan. Namun tanaman ini masih kurang

familiar penggunaannya di Indonesia, sedangkan di Vietnam, tanaman binahong

sudah menjadi tanaman yang dibutuhkan untuk bahan sayur-sayuran mereka.14

Page 22: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

6

Gambar 2.1 Daun Binahong

Sumber Badan POM RI. Taksonomi Koleksi Tanaman Obat Kebun Tanaman Obat Citeureup Jakarta Pusat: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia;

2008

Klasifikasi tanaman binahong16 adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Hamamelidae

Ordo : Caryophyllales

Famili : Basellaceae

Genus : Anredera

Spesies : Anredera cordifolia

Page 23: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

7

Manfaat dan Kandungan Daun Binahong

Daun binahong yang paling sering dimanfaatkan sebagai bahan obat

herbal, memiliki berbagai macam komponen aktif, seperti asam askorbat yang

berguna sebagai properti antioksidan dengan perannya dalam melindungi sel-sel

tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas serta membantu pembentukan kolagen.

Bagian daun juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit menular seksual

karena tingginya kandungan fenol yang dapat melawan bakteri Gram positif dan

Gram negatif. Adapula kandungan asam oleanolik yang berfungsi sebagai properti

antiinflamasi, sehingga dapat mengurangi rasa nyeri pada luka, contohnya pada

luka bakar. Selain itu, terdapat juga Saponin, yang menjadi senyawa aktif yang

paling tinggi kadarnya pada tanaman binahong. Senyawa ini didapatkan sebanyak

28.14±0.22 mg/gr di bagian daun, 3.65±011 mg/gr di bagian batang, 43.15±0.10

mg/gr di bagian umbi dan akar. Hal ini menyatakan bahwa bagian daun binahong,

mengandung banyak senyawa saponin dibanding senyawa lain.14

Gambar 2.2 Daun Binahong

Sumber : Badan POM RI. Taksonomi Koleksi Tanaman Obat Kebun Tanaman Obat Citeureup Jakarta Pusat: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia; 2008

Saponin, diketahui memiliki aktivitas sebagai antitumor, penurun

kolesterol, properti imun yang poten, antikanker, antioksidan, senyawa penurun

risiko penyakit jantung koroner dan juga dapat menstimulasi pembentukan

kolagen tertutama kolagen I, yaitu suatu protein yang berperan dalam proses awal

Page 24: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

8

penyembuhan luka. Selain fungsi-fungsi tersebut, saponin juga diketahui memiliki

aktivitas antimikroba (antibakteri dan antivirus). Masih banyak senyawa aktif

lainnya yang terdapat pada daun binahong, sehingga menjadikannya suatu pilihan

tepat yang berperan sebagai bahan pengobatan herbal terutama dalam pengobatan

luka.14

Manfaat dan kandungan dari bagian lain tumbuhan binahong tak hanya

dapat dirasakan pada bagian daunnya saja, namun dapat ditemukan pula pada

bunga, batang, maupun akar, yang masing-masingnya memiliki kandungan

senyawa fitokimia, yaitu senyawa aktif kimia yang terkandung di dalam tanaman.8

Senyawa fitokimia tersebut termasuk fenol, flavonoid, saponin, terpenoid, steroid,

alkaloid dengan saponin adalah senyawa yang paling banyak ditemukan

dibanding senyawa lainnya.14 Flavonoid bertanggung jawab dalam meningkatkan

kecepatan epitelisasi, sebagai zat antiinflamasi, yang menurunkan aktivitas sel

radang pada jejas atau luka sehingga nyeri berkurang, antioksidan yang

menangkal radikal bebas.17 Flavonoid teridentifikasi memiliki 8000 kandungan.

Flavonoid berjenis trimethoxyisoflavone (TMF) terbukti dapat menginduksi

migrasi keratinosit melalui jalur NOX2. Turunan TMF yaitu Dichloro-7-

methoxyisoflavone (DCMF) juga dapat merangsang migrasi keratinosit melalui

aktivasi kaskade sinyal Src/FAK, ERK, AKT dan p38 MAPK. Src berinteraksi

dengan focal adhesion kinase (FAK) untuk membentuk kompleks Src/FAK yang

mengaktivasi jalur sinyal yang dapat meregulasi migrasi dan perlekatan sel.

Dengan kemampuan DCMF yang dapat mengaktivasi berbagai jalur sinyal sel

kertibosit, DCMF mampu memacu penutupan luka dan re-epitelisasi pada tikus

secara in vivo, sehingga penyembuhan luka dapat terjadi lebih cepat.18

Saponin, fenol dan flavonoid masing-masing memiliki fungsinya sebagai

antibiotik. Aktivitasnya dapat setara dengan antibiotik tetrasiklin dan penisilin.19

Senyawa fenol dan flavonoid bekerja dengan menghancurkan sel dinding bakteri,

sedangkan saponin melakukan aktivitasnya di bagian permukaan. Beberapa

senyawa fitokimia yang telah disebutkan sebelumnya secara umum juga memiliki

aktivitas antioksidan.14 Dari senyawa-senyawa inilah binahong dapat menjalankan

fungsinya sebagai tanaman herbal.

Page 25: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

9

Diketahui juga bahwa bagian umbi binahong turut dapat dimanfaatkan

sebagai bagian dari pengobatan herbal, dikarenakan adanya kandungan protein

Ancordin. Protein ini berfungsi untuk menstimulasi pembentukan sistem imun dan

nitrit oksida yang dapat membantu melancarkan peredaran darah dan merangsang

produksi hormon pertumuhan. Adanya komponen-komponen tersebut, binahong

terbukti dapat mempercepat proses penyembuhan luka, diantaranya melalui proses

pembentukan kolagen dan aktivitasnya dalam mencegah terjadinya infeksi dengan

menghambat pertumbuhan bakteri.17

Kemampuan binahong yang tidak biasa, maka tidak heran tumbuhan ini

dikenal sebagai tanaman herbal yang berkhasiat untuk membantu mengobati

berbagai penyakit seperti, diabetes, hipertensi, kanker, infeksi, penyakit jantung

koroner, stroke, penyakit ginjal, hepatitis.14

2.1.2 Kulit

Kulit merupakan sawar terluar tubuh yang melindungi tubuh dari berbagai macam

gangguan eksternal yang berasal dari faktor fisika, kimia dan biologi.20 Selain

sebagai sawar, kulit juga menjalani fungsi-fungsi sebagai berikut :

1. Sensorik. Kulit memiliki ujung-ujung saraf yang berperan dalam

melakukan fungsi sensorik. Ujung-ujung saraf tersebut melakukan tugas

sesuai dengan bentuk rangsangan yang diterimanya, seperti Krause dan

Ruffini bertanggung jawab sebagai penghantar sinyal terhadap adanya

tekanan pada daerah dermis, korpuskel Meissner mendeteksi sentuhan

ringan yang berada di telapak kaki, telapak tangan dan ujung jari.

Korpuskel Pacini mendeteksi rangsang tekanan, sentuhan kasar, dan getar,

sedangkan ujung saraf bebas bertanggung jawab menghantarkan sinyal

nyeri, suhu tinggi dan rendah, rasa gatal. Dengan adanya fungsi ini, maka

tubuh dapat mendeteksi kondisi lingkungan sekitarnya dan melakukan

proses homeostasis atau penyesuaian diri.21

2. Termoregulatorik. Kulit menjalankan fungsinya sebagai pengatur suhu

melalui bantuan lapisan adipose yang termasuk dalam komponen insulator

yaitu komponen yang tidak menghantarkan panas, berfungsi menahan

pengeluaran panas dari tubuh, sehingga apabila lingkungan mengalami

Page 26: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

10

peristiwa penurunan suhu, tubuh tidak mudah menjadi hipotermi. Adanya

kelenjar keringat serta struktur kulit yang kaya akan mikrovaskular

memudahkannya untuk melakukan pengeluaran panas yang berlebihan,

sehingga tubuh tidak mengalami kerusakan.21

3. Metabolik. Kulit melakukan sintesis Vitamin D3 melalui bantuan sinar

UV yang diperlukan untuk membantu proses metabolisme kalsium. Fungsi

kulit lainnya dalam metabolik yaitu meregulasi kelebihan kadar elektrolit

di dalam tubuh dengan mengeluarkannya melalui keringat. Kadar lemak

yang tersimpan di dalam subkutan juga berperan dalam metabolisme

energi tubuh. 21

4. Kosmetis. Gambaran kulit seperti rambut, kadar pigmen sering menjadi

patokan visual kondisi kesehatan seseorang yang juga menjadi daya tarik

bagi lawan jenis pada semua jenis vertebrae termasuk manusia. 21

Berdasarkan berbagai fungsi ini, membuat kulit menjadi stuktur yang tidak

boleh luput dari perhatian disamping karena strukturnya yang paling terlihat

bila terjadi perubahan.

2.1.3 Lapisan dan komponen penyusun kulit

Secara umum, kulit terbagi menjadi tiga lapisan besar, lapisan dari luar ke dalam

yaitu Epidermis, Dermis dan Hipodermis atau subkutan.

Epidermis adalah lapisan terluar dari kulit yang memiliki fungsi khusus

yaitu sebagai sawar permeabilitas yang menjaga agar tidak terjadi pelepasan

cairan interstitial ke lingkungan dan proteksi terhadap sinar UV. Epidermis

manusia diperbarui tiap 15-30 hari dengan berbagai faktor yang dapat

mempengaruhi cepat atau lambatnya proses tersebut, diantaranya adalah faktor

usia, bagian tubuh, dan lainnya. Lapisan ini merupakan derivat pembentuk kuku,

kelenjar keringat serta kelenjar minyak dapat memiliki ketebalan dari 1.5 mm

hingga 4.0 mm bergantung di bagian tubuh mana lapisan ini berada. Secara

umum epitel tersusun oleh sel epitel pipih berkeratin yang disebut keratinosit

dengan porsi sebesar 80% dari seluruh jumlah sel yang ada di epidermis.

Keratinosit secara progresif berdiferensiasi dari bentuk sel basal yang proliferative,

yang kemudian melekat pada bagian membran basal epidermis dan pada akhirnya

Page 27: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

11

mencapai fase akhir diferensiasi dengan menjadikan stratum korneum

terkeratinisisasi.22 Sel lain yang dapat ditemukan di bagian epidermis adalah sel

melanosit, berfungsi sebagai produsen melanin, zat pigmen kulit yang menjadikan

kulit menjadi lebih gelap namun bermanfaat sebagai pelindung dari komponen

berbahaya sinar UV. Selain itu, terdapat juga sel Merkel atau sel taktil epithelial

yang terletak di lapisan basal epitel, berperan sebagai mekanoreseptor yang

memiliki sensitivitas taktil yang tinggi dalam menghantarkan sensasi sentuhan.21

Gambar 2.3 Lima Lapisan Epidermis pada kulit tebal

Sumber : Mescher AL. Histologi Dasar Junqueira Teks & Atlas Jakarta: EGC; 2011

Epidermis terdiri dari 5 lapisan yang diberi nama sesuai dengan posisi dan

komponen struktural dari sel penyusunnya. Lapisan tersebut dari dalam ke luar

adalah :

1. Stratum Basalis

Lapisan ini terletak di atas membran basal, terdiri dari selapis sel yang

berbentuk kubus (kuboid). Stratum basalis ditandai dengan tingginya aktivitas

mitosis, sehingga lapisan ini bertanggung jawab untuk mensuplai sel ke

lapisan-lapisan epidermis berikutnya, karena diketahui sel-sel yang diproduksi

oleh stratum basal ini akan bermigrasi disertai dengan penambahan kandungan

keratin pada sel tersebut. 21

2. Stratum Spinosum

Page 28: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

12

Lapisan paling tebal yang terdiri dari sel kuboid yang agak gepeng. Yang

menjadi keistimewaan lapisan ini adalah adanya struktur permukaan sel yang

menyerupai spina (duri). Struktur tersebut terbentuk akibat aktivitas sitoplasma

yang ditarik kedalam juluran sel pendek di sekitar tonofibril. Pada daerah yang

sering mengalami gesekan dan tekanan, seperti pada telapak kaki, lapisan ini

akan menjadi semakin tebal dan tersusun dengan banyak kumpulan berkas

filament (tonofibril) dan desmosom atau taut antar sel di dalamnya. 21

3. Stratum Granulosum

Lapisan yang tersusun atas 3-5 lapis sel yang berbentuk poligonal dan gepeng.

Disebut sebagai lapisan granulosum karena selnya yang mengandung granul

lamela yang diselubungi membran, berisi banyak lamel yang berasal dari

berbagai bahan lipid. Granula lamella akan melakukan eksositosis sehingga isi

sel tersebut keluar memenuhi ruang antar sel pada lapisan granulosum, hal

inilah yang berperan dalam fungsi epidermis sebagai sawar yang mencegah

hilangnya air dari kulit. Dengan adanya proses keratinisasi yang semakin

meningkat disertai dengan terbentuknya lapisan lipid ini, memungkinkan

lapisan granulosum untuk menjalankan fungsinya sebagai sawar terpenting

yang mencegah penetrasi sebagian besar benda asing.21

4. Stratum Lusidum

Lapisan ini hanya dijumpai pada kulit tebal, terdiri dari sel eosinofilik yang

sangat pipih yang tergambar translusen pada mikroskop cahaya. Pada bagian

ini, organel dan inti sel telah hilang. Hampir seluruh bagian dari sitoplasma

terdiri atas filamen keratin padat.21

5. Stratum Korneum

Disusun oleh 15-20 lapis sel gepeng berkeratin tanpa inti dengan sitoplasma

yang dipenuhi oleh filamen keratin. Sel-sel ini secara bertahap akan lepas dari

stratum korneum.21

Dermis merupakan batas antara lapisan epidermis dan dermis adalah taut

dermo-epidermal.22 Dermis sebagian besarnya terdiri dari jaringan ikat yang

berfungsi mengikat jaringan di atasnya yaitu epidermis dengan hipodermis serta

berperan sebagai jaringan penunjang epidermis. Gambaran dermis berupa

Page 29: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

13

permukaan yang irregular dan memiliki banyak tonjolan (papilla dermis)

difungsikan sebagai pengikat jaringan yang kuat bersama dengan rete ridge yaitu

penonjolan epidermis yang mengarah ke dermis, sehingga terbentuk taut dermis-

epidermis yang kuat. Pada daerah yang sering mengalami tekanan, papilla dermis

menjadi lebih banyak.21

Dermis tersusun atas dua lapisan yang tidak memiliki batas yang jelas.

Lapisan tersebut dibedakan berdasarkan komponen penyusunnya. Lapisan papilar,

merupakan lapisan tipis yang terdiri atas jaringan ikat longgar dan sel-sel jaringan

ikat seperti fibroblas, sel Mast dan makrofag. Adapula dijumpai leukosit yang

telah mengalami ekstravasasi. Lapisan kedua yang menjadi penyusun dermis

adalah lapisan retikular yang lebih tebal dan tersusun atas jaringan ikat yang padat

dan ireguler. Lapisan ini lebih banyak mengandung serat terutama kolagen tipe I

dibanding sel jaringan ikat. Ditemukan pula serat elastin yang berperan dalam

membentuk elastisitas kulit. 21

Pada lapisan dermis inilah dapat ditemukan derivat epidermis berupa

folikel rambut dan kelenjar. Kelenjar tersebut dibagi menjadi dua kelompok

berdasarkan produk yang dihasilkannya. Kelenjar sebasea atau penghasil minyak,

dapat ditemukan hampir pada seluruh permukaan tubuh, kecuali pada kulit tebal

yang tidak berambut (glabrosa) seperti pada telapak tangan dan telapak kaki.

Kelenjar ini memiliki muara akhir di folikel rambut. Produk yang dihasilkannya

berupa sebum yang merupakan campuran lipid berupa ester malam (wax), skualen,

kolesterol dan trigliserida. Sebum berfungsi untuk mempertahankan stratum

korneum dan rambut, serta memiliki aktivitas antibakteri dan antijamur yang

lemah. Sedangkan kelenjar sudorifera atau penghasil keringat memiliki dua

kelompok lagi yaitu kelenjar keringat ekrin dan apokrin. Kelenjar keringat ekrin

memiliki lumen seketorik yang lebih kecil dibanging kelenjar keringat apokrin.

Adapun fungsinya lebih condong sebagai termoregulator dengan memproduksi

cairan yang menguap pada permukaan tubuh dengan produksi sekret diatur

berdasarkan suhu lingkungan eksternal dan internal tubuh serta peran dari

persarafan kolinergik. Lain halnya dengan kelenjar keringat apokrin yang lebih

banyak mengeluarkan sekret yang kaya akan protein yang memiliki sifat-sifat

Page 30: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

14

feromon. Kelenjar ini diatur pengeluarannya oleh hormon-hormon sex dan

dipersarafi oleh serabut adrenergik. 21

Terdapat pula banyak serabut saraf. Saraf efektor berasal dari

pascaganglionik ganglia simpatis dan tidak terdapat persarafan parasimpatis

padanya. 21

Subkutan/ Hipodermis adalah lapisan yang terdiri dari jaringan ikat

longgar yang mengikat kulit secara longgar pada berbagai organ di bawah

hipodermis, sehingga memungkinkan kulit untuk bergeser. Pada lapisan subkutan,

sering ditemukan sel-sel lemak yang bervariasi jumlahnya bergantung pada

daerah tubuh dan status gizi seseorang. Lapisan ini kaya dengan suplai vaskular,

sehingga apabila melakukan penyuntikan obat pada bagian ini, maka obat-obatan

tersebut akan cepat beredar di dalam darah. 21

2.1.4 Pertahanan kulit

Kulit sebagai lapisan pelindung yang letaknya secara langsung terpapar

dengan lingkungan eksternal tubuh, harus memiliki sistem pertahanan yang kuat,

agar komponen berbahaya dan zat-zat patogen tidak berhasil untuk menginvasi

lebih dalam lagi.

Komponen melanosit yang terdapat di bagian basal epidermis berperan

melindungi kulit dari bahaya radiasi ultraviolet yang dapat memicu sel kanker

serta menurunkan jumlah sel Langerhans yang rentan terhadap pajanan sinar

UV.23 Melanosit bekerja dengan memproduksi melanin, akan menggelapkan

warna kulit. Ketika kulit terpajan oleh radiasi UV, keratinosit akan terangsang

untuk menyekresikan berbagai faktor parakrin yang menyebabkan melanosit aktif

menghasilkan melanin. Melanin yang terbentuk akan berformasi bagaikan tudung

supranuklear yang menyerap dan menyebar sinar matahari yang masuk ke dalam

kulit, sehingga DNA inti tidak terpapar langsung oleh UV. Apabila sinar UV

dapat secara langsung mengenai inti DNA, maka hal itu dapat mengubah struktur

nukleotida DNA, sehingga timbul sel yang bermutasi. 21

Kulit memiliki peran sebagai pelindung dari patogen dan zat asing dengan

adanya stuktur kelenjar dan sel imun yang menetap di jaringan seperti sel

Page 31: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

15

dendritik. Kelenjar keringat pada umumnya dan kelenjar minyak, menghasilkan

suatu produk yang mengandung bahan sangat toksik bagi bakteri. Sedangkan sel

dendritik bekerja sebagai antigen presenting cell, yang memberikan sinyal awal

kepada sel limfosit bahwa telah terjadi invasi zat berbahaya. Sel dendritik

membantu sel Thelper untuk mengenali antigen asing tersebut, sehingga dapat

segera dieradikasi bila terjadi penyerangan kembali. 23

2.1.5 Luka Bakar

Luka adalah hilangnya kontinuitas jaringan akibat rudapaksa atau dapat

juga merupakan sesuatu yang sengaja dibuat untuk tujuan tertentu.24 Sedangkan

luka bakar merupakan respons kulit dan jaringan subkutan terhadap trauma

suhu/thermal.25

2.1.6 Epidemiologi Luka Bakar

Menurut WHO, jumlah kematian akibat luka bakar yang dimuat dalam

katalog The Global Burden of Disease tahun 2012, sebanyak 267.000 orang

meninggal akibat luka bakar thermal, 30% merupakan pasien yang berumur di

bawah 20 tahun, terutama pada masa-masa balita dengan penyebab terbanyak

adalah akibat siraman dari air mendidih dan uap panas. Permasalahan luka bakar

ini tidak dapat diabaikan, karena merupakan urutan ke-11 dari penyebab kematian

terbanyak pada rentang usia 1-9 tahun dan 10% dari penyebab kematian akibat

kecelakaan disebabkan oleh luka bakar.26

Angka kematian akibat luka bakar pada daerah dengan income per kapita

rendah serta negara dan menengah memiliki tingkat kematian sebelas kali lebih

besar dibanding pada negara dengan income per kapita yang tinggi. Jumlah

kematian terbesar terjadi di negara miskin seperti Afrika dan Asia Tenggara,

jumlah menengah pada negara-negara Mediteranian timur sedangkan Amerika,

Eropa dan negara-negara di daerah Pasifik Barat yang tergolong negara dengan

pendapatan besar, memiliki tingkat kematian yang paling rendah.27

Kejadian Luka Bakar di Indonesia memiliki prevalensi sebesar 0.7% 2

dengan angka kejadian tertinggi terdapat di Papua. Data epidemiologi dari unit

luka bakar RSCM yang diperoleh dari tahun 2011-2012, terdapat 257 pasien luka

bakar, dengan etiologi tersering adalah api (54.9%), kemudian yang disebabkan

Page 32: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

16

air panas (29.2%), luka bakar listrik (12.8%) dan luka bakar akibat bahan kimia

(3.1%). Rata-rata lama rawat pasien luka bakar adalah 13.2 hari. Data mortalitas

pasien luka bakar masih tergolong tinggi. Didapatkan sebanyak 27.6% (2012)

pasien luka bakar yang meninggal di RSCM dan 26.41% (2012) pasien meinggal

di RS DR. Soetomo1 Dari data-data tersebut dapat kita ketahui bahwa luka bakar

menyebabkan peningkatan masa rawat pasien, kecacatan dan kematian.

2.1.7 Patofisiologi luka bakar

Pada saat terjadi luka bakar, maka selanjutnya akan timbul respon inflamasi tubuh

berupa respon lokal dan sistemik.

RESPON LOKAL

Respon lokal tubuh digambarkan dengan terbentuknya tiga zona yang

dideskripsikan oleh Jackson pada 1947 sebagai berikut :28

1. Zona Koagulasi

Terjadi pada bagian tubuh yang mengalami cedera thermal paling berat.

Kerusakan jaringan bersifat irreversible disebabkan karena adanya sumbatan

oleh protein konstituen, yang menghilangkan perfusi ke jaringan tersebut,

sehingga suplai berupa nutrisi dan oksigen tidak tersalurkan. Pada akhirnya,

terjadilah kematian jaringan atau nekrosis.

2. Zona Stasis

Secara klinis, akan tampak sebagai daerah yang terlihat pucat. Jaringan yang

terlibat masih mungkin untuk dilakukan upaya penyelamatan dengan

melakukan reperfusi jaringan melalui pemberian terapi cairan yang adekuat

sebelum terjadinya perburukan yang pada akhirnya membuat jaringan tersebut

tidak dapat diperbaiki kembali. Hal yang dapat memperburuk progresifitas

cedera jaringan pada zona ini adalah adanya hipotensi yang berkepanjangan,

infeksi dan edema.

3. Zona Hiperemia

Pada daerah ini, yaitu daerah yang terletak paling luar dari zona sebelumnya,

memiliki perfusi yang meningkat. Pada gambaran klinisnya terlihat sebagai

daerah yang paling merah. Jaringan yang ada pada zona ini, hampir selalu

dapat selamat kecuali pada keadaan sepsis berat dan hipoperfusi yang lama. 28

Page 33: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

17

Ketiga zona tersebut dipresentasikan dalam Gambar 2.4

Gambar 2.4 Tiga zona respon lokal tubuh. Terdapat zona nekrosis

sentral yang dikelilingi oleh zona stasis dan hiperemis.

Sumber : Shehan H PD. Pathophysiology and types of burns. BMJ. 2004;: p. 1427-

1429.

Respon Sistemik

Efek sistemik dari kejadian luka bakar, terjadi akibat pelepasan berbagai macam

sitokin dan mediator inflamasi lainnya. Sehingga mempengaruhi keadaan sistemik

tubuh pada luka bakar seluas 30% atau lebih. 28

Beberapa hal yang terjadi adalah

1. Nyeri

Cedera thermal yang terjadi pada jaringan, akan merangsang aktivitas sel Mast

dengan mengeluarkan produk-produk granul sel Mast, diantaranya berupa

histamin. Histamin nantinya akan merangsang badan saraf akhir perifer, yang

diteruskan melalui serabut C ke kornu dorsalis medulla spinalis, menuju otak yang

mengakibatkan seseorang akan merasakan nyeri.29,30

2. Edema jaringan

Adanya faktor XIIa, plasmin, tripsin dan toksin akan menyebabkan teraktivasinya

jalur kinin yang produk akhirnya berupa bradikinin. Bradikinin akan

menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskular, sehingga terjadi ekstravasasi

Page 34: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

18

cairan plasma menuju interstitial, yang menyebabkan pasien luka bakar

mengalami edema di bagian tubuh yang cedera.29,30

3. Bronkokonstriksi

Bronkokonstriksi dapat disebabkan oleh edema yang terjadi di saluran napas. Hal

tersebut dapat menyebabkan penyempitan saluran napas yang dapat berakhir pada

distress pernapasan. 29

4. Hipotensi dan hipoperfusi

Peningkatan ekstravasasi cairan yang terjadi pada luka bakar seluas 30% atau

lebih, dapat menurunkan volume intravaskular yang merangsang vasokontriksi

perifer dan mekanisme splaknik, pada akhirnya menyebabkan penurunan perfusi

pada jaringan-jaringan perifer sehingga akan tampak sebagai gambaran pucat pada

ujung-ujung ekstremitas. Pelepasan Tumor Necrosis Factor (TNF)-α yang

diproduksi oleh berbagai macam sel radang, terutamanya diproduksi oleh

makrofag, dapat terjadi pula pada luka bakar. Adanya TNF-α akan berakibat pada

penurunan aktivitas otot-otot jantung, sehingga memperburuk keadaan hipotensi

pasien.28

2.1.8 Derajat Luka Bakar

A. Berdasarkan Lokasi dan Luas Luka Bakar

Dihitung berdasarkan luas permukaan tubuh atau Total Body Surface Area

(TBSA), yang dapat dihitung dengan tiga metode :31

1. Metode Tangan Pasien (Patient’s Hand)

Metode ini adalah yang paling mudah untuk dipraktikkan. Paramedis

dapat melakukan pengukuran luas luka bakar dengan menggunakan

telapak tangan pasien. Satu telapak tangan pasien bernilai 1% .

2. Metode Aturan Angka Sembilan (Rule of Nine)

Disebut Rule of Nine karena metode ini membagi tubuh menjadi 9%

bagian atau penjumlahan dengan angka 9

Page 35: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

19

Gambar 2.5 Persentase tiap bagian tubuh pada anak dan dewasa metode Rule of

Nine

Sumber : Cline DM. Tintinalli's Emergency Medicine Manual 7th edition New York: Mc-Graw

Hill; 2012.

3. Metode Lund dan Browder

Dijelaskan pada diagram Lund dan Browder pada Gambar 2.6

Dengan menggunakan metode ini, perhitungan luas area tubuh akan lebih

akurat, yaitu dengan menyesuaikan usia pasien dan daerah yang terdapat

luka bakar, sehingga didapatkan hasil persentase luas tubuh yang

mengalami luka bakar untuk diberikan penanganan berupa pemberian

cairan yang perhitungannya akan lebih akurat.

Page 36: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

20

Gambar 2.6 Diagram Lund dan Browder untuk mengukur luas

permukaan tubuh atau TBSA

Sumber : Hans L. The ABC of Emergency Medicine 12th edition Toronto: University of

Toronto; 2012.

Dalam prakteknya, metode yang paling sering digunakan adalah Rule of Nine,

sedangkan pengukuran yang lebih akurat, terutama untuk mengukur luas luka

bakar yang terjadi pada anak, maka Metode Lund dan Browder lebih unggul.

Apabila luas luka bakar lebih kecil, maka dapat digunakan Metode Hand’s

Patient.32

Berikut adalah klasifikasi pasien luka bakar berdasarkan keparahannya :32

Derajat Ringan :

Dewasa (<15% TBSA dengan luka bakar derajat 2A)

Anak (<10% TBSA dengan luka bakar derajat 2A)

Dewasa atau anak dengan luka bakar grade 3 seluas <2% TBSA

Derajat Sedang :

Dewasa (15-25% TBSA dengan luka bakar derajat 2A atau 2B)

Anak (10-20% TBSA dengan luka bakar derajat 2A atau 2B)

Dewasa atau anak dengan luka bakar grade 3 seluas 2-10% TBSA

Derajat Berat :

Dewasa (>25% TBSA dengan luka bakar derajat 2A atau 2B)

Anak (>20% TBSA dengan luka bakar derajat 2A atau 2B)

Dewasa atau anak dengan luka bakar grade 3 seluas >10% TBSA

Page 37: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

21

Disertai atau tidak dengan luka bakar pada daerah wajah dan genital ; luka bakar

listrik ; luka bakar dengan cedera saluran napas ; luka bakar dengan trauma berat ;

luka bakar yang terjadi pada geriatri, pasien imunokompromais dan dengan

penyakit penyerta. 32

B. Berdasarkan Kedalaman Luka Bakar

Gambar 2.4 Derajat luka bakar berdasarkan kedalamannya.

Sumber : Mulholland MW MRea. Greenfield's Surgery Scientific Principles and Practice 4th

edition Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2006.

Kedalaman luka bakar ini dinilai berdasarkan penilaian histologis, yaitu :

Derajat I : Luka Bakar sebatas lapisan epidermis. Kulit memerah dan terasa

perih.Tidak ditemukan adanya bula. Biasanya disebabkan oleh paparan sinar

matahari yang terus-menerus sehingga membakar kulit. 32

Derajat II A (Superficial Second Degree) : Luka Bakar memasuki lapisan dermis

bagian superficial. Masih tampak adanya vaskularisasi dengan kulit yang tampak

merah. Dapat ditemukan bula dan luka terasa sangat nyeri. Biasanya disebabkan

oleh air yang mendidih. 32

Derajat II B (Deep Second Degree) : Luka Bakar mengenai lapisan dermis dalam

yang mengandung struktur kelenjar dan folikel rambut. Sudah tidak tampak

adanya vaskularisasi, dengan kulit berwana pucat. Dapat ditemukan bula dan luka

terasa sangat nyeri. Biasanya yang menjadi penyebabnya adalah cairan panas, uap

panas ataupun lidah api yang menyambar kulit secara langsung. 32

Derajat III (Full Thickness): Luka bakar mengenai seluruh bagian epidermis dan

dermis, kulit hangus dan mengerut. Biasanya pasien tidak lagi merasakan sakit.

Page 38: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

22

Ditemukan adanya jaringan kulit yang nekrosis. Kebanyakan disebabkan oleh

sengatan lidah api. 32

Derajat IV Kedalaman luka mencapai seluruh epidermis dan dermis hingga

menembus lemak, otot dan tulang. Penyebab terseringnya adalah api. 32

Secara skematik, penggambaran kedalaman luka bakar ditampilkan dalam

Gambar 2.4

2.1.9 Penanganan Luka Bakar

Pertolongan Pertama

Hal utama yang harus dilakukan adalah menjauhkan pasien dari sumber penyebab

dengan tidak mengabaikan keselamatan diri penolong. Lepaskan pakaian pasien.

Apabila luka bakar belum memasuki waktu 3 jam, lakukan irigasi dengan air yang

mengalir selama 20 menit dan segera bawa pasien ke pelayanan kesehatan

terdekat yang dilengkapi dengan ruang gawat darurat bila luka bakar cukup

parah.32

2.1.10 Perawatan pada Luka Bakar

Perawatan pada Fase Awal

1. Sebelumnya pastikan pasien sudah diberikan analgesik yang tepat sebelum

dilakukannya perawatan luka bakar. 32

2. Berikan profilaksis tetanus

3. Lakukan debridement pada jaringan yang nekrosis agar tidak menjadi

media bagi bakteri untuk tumbuh.

4. Setelah dilakukan debridement, luka dibersihkan dengan menggunakan

larutan klorheksidin 0.25%(2.5gr/L), atau larutan setrimid 0.1% (1gr/1L)

atau antiseptik lain yang berbahan dasar air

5. Jangan menggunakan cairan berbahan dasar alkohol untuk membersihkan

luka.

6. Perlahan lakukan gosokan pada luka, sehingga melepaskan jaringan-

jaringan nekrotik yang masih tersisa.

7. Aplikasikan selapis tipis krim antibiotik (silver sulfadiazin atau basitrasin)

8. Balut luka dengan menggunakan balutan kering yang cukup tebal untuk

mencegah terjadinya rembesan cairan plasma ke lapisan terluar.33

Page 39: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

23

Perawatan Harian

1. Lakukan penggantian balutan setidaknya dua kali dalam sehari untuk

mencegah merembesnya cairan melalui balutan luka.

2. Berikan antibiotik topical setiap hari. Dengan beberapa pilihan sebagai

berikut :

a. Salep silver sulfadiazin 1%

Digunakan pada balutan satu lapis. Dapat bekerja secara terbatas di

bagian eskar atau jaringan parut dan dapat menyebabkan neutropenia.

b. Salep Asam Mafenid 11%

Yang dapat digunakan pada luka tanpa balutan. Dapat melakukan

penetrasi pada eskar, namun menyebabkan asidosi.

c. Cairan Silver nitrate 5%

Merupakan bahan yang termurah, di aplikasikan pada balutan oklusif

(occlusive dressing). Tidak dapat menembus eskar. Dapat

menyebabkan penurunan elektrolit dan menyisakan noda.

3. Periksalah keadaan luka, perubahan warna atau perdarahan dapat

merupakan indikasi dari infeksi

4. Selulitis pada jaringan sekitar luka merupakan tanda yang hamper akurat

bahwa luka tersebut mengalami infeksi

5. Bila terjadi infeksi Streptococcus haemoliticus atau terjadi

septicemia,berikan antibiotik sistemik

6. Bia terindikasi adanya infeksi Pseudomonas aeruginosa yang dapat

menyebabkan septicemia dan kematian, berikan antibiotik aminoglikosida

sistemik. 33

2.1.11 Penyembuhan Luka Bakar

Luas dan kedalaman luka akan menentukan seberapa lama luka bakar tersebut

akan sembuh. Secara umum, pada luka bakar derajat I akan sembuh dalam waktu

7 hari, derajat II A sembuh dalam 14 hingga 21 hari tanpa membentuk skar,

derajat II B dapat sembuh dalam 3 hingga 8 minggu, dan dapat terbentuk skar

yang permanen, pada derajat III perlu waktu berbulan-bulan untuk sembuh

Page 40: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

24

bahkan pada beberapa keadaan, perlu adanya bantuan cangkok kulit untuk

mempercepat proses penyembuhan, apabila tidak ditangani dengan baik akan

terbentuk jaringan parut yang berlebihan, begitupula yang terjadi pada luka bakar

derajat IV dan biasanya membutuhkan penanganan multidisiplin yang meliputi

spesalis penyakit dalam, ortopedi dan lainnya.32

Proses penyembuhan luka

Secara umum, seluruh jenis luka akan mengalami fase yang sama dalam

penyembuhan. Tahapan yang akan dialami adalah sebagai berikut :

Gambar 2.6 Tahap-tahap penyembuhan luka.

Sumber : Rubin E. Essential of Rubin's Pathology 5th edition Philadelphia: Lippincott Williams &

Wilkins; 2009.

1. Fase inflamasi

Saat awal terjadinya luka, akan terjadi peradangan (inflamasi) yang pada

umumnya dapat berlangsung selama tiga hari.34 Pada fase inflamasi jaringan

akan terasa lebih hangat, memerah, bengkak dan nyeri. Hal tersebut terjadi

akibat adanya mediator kimia yang dilepaskan oleh sel-sel radang seperti

makrofag, sel Mast dan leukosit. Mediator kimia tersebut diantaranya adalah

Page 41: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

25

histamin dan serotonin, yang berperan dalam terjadinya vasodilatasi dan

peningkatan permeabilitas pembuluh darah. Vasodilatasi membuat jaringan

yang mengalami peradangan akan tampak memerah, sedangkan permeabilitas

vaskular memungkinkan terjadinya ekstravasasi cairan plasma ke lapisan

interstitial yang menyebabkan terjadinya pembengkakan.35

2. Fase proliferasi dan akumulasi matriks

Fase proliferasi dan akumulasi matriks biasanya berlangsung selama

kurang lebih 3 minggu.34 Pada tahap ini terjadi proses re-epitelisasi dan

neovaskularisasi yang secara makroskopik tergambar sebagai jaringan

granulasi yang merah dengan permukaannya yang memiliki granul-granul

pucat. Pada saat yang sama, sel fibroblast melakukan migrasi ke daerah yang

mengalami cedera oleh karena pengaruh dari platelet derived growth hormone

(PDGF) dan TGF-β yang disekresikan oleh makrofag akibat terjadinya

inflamasi di daerah tersebut. Pembentukan jaringan granulasi dan re-epitelisasi

terjadi secara simultan, dimulai dari beberapa jam setelah terjadi reaksi

inflamasi. Keratinosit yang berada di tepi luka dan pada sisa-sisa skin

appandages mulai melakukan migrasi pada bagian luka dan membentuk

keropeng. Pada fase ini, karakteristik keratinosit yang paling menonjol adalah

sangat hiper-proliferatif, sehingga membuatnya mampu merancang kembali

membran basal yang telah rusak dalam dua hari dari masa dimulainya luka.22

Selanjutnya, sel fibroblast yang terpanggil untuk menyekresikan berbagai

protein matriks seperti kolagen dan fibronektin, kemudian akan mencapai

puncak akumulasinya pada hari ke 5 hingga 7, sehingga terbentuklah suatu

struktur luka yang lebih stabil.36

Pembentukan pembuluh darah baru atau angiogenesis mengalami

regulasi yang ketat. Diawali dari cedera jaringan yang menyebabkan hilangnya

membran basal endotel kapiler, terjadinya pelepasan sitokin dan growth factor

setempat, menyebabkan aktivasi sel endotel, sel makrofag serta sel epidermal

pada daerah yang terluka untuk menghasilkan suatu produk vascular

endothelial growth factor (VEGF) dan basic fibroblast growt factor (bFGF),

yang keduanya mampu merangsang proses angiogenesis.36

Page 42: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

26

Pada tiap-tiap ujung jaringan yang terputus akibat luka, terdapat sisa

keratinosit yang akan menginisiasi pembentukan jembatan epitel di atas

matriks yang sebelumya telah terbentuk. Sementara sel-sel progenitor yang

berada pada membran basal, atau pada kelenjar keringat dan folikel rambut

yang berdekatan dengan lokasi cedera, mengalami mitosis, sehingga

menyebabkan lapisan epidermis menebal dan membesar. Keratinosit

memproduksi suatu protein matrix metalloproteinase (MMP) yang

memudahkannya untuk melakukan perlekatan dengan membran basal.

Rangsangan keratinosit untuk bermigrasi ini didasarkan dengan adanya

sinyal/chemotaxis yang berasal dari tingginya konsentrasi komponen matriks

disekitar daerah luka.36

3. Fase remodeling

Remodeling adalah suatu proses dalam upaya untuk mengembalikan

fungsi jaringan yang sudah menurun kepada fungsi awalnya. Fase remodeling

yang terjadi pada luka, bertujuan untuk mengganti jaringan granulasi yang

cenderung tidak stabil menjadi jaringan parut yang stabil. Pada awalnya,

jaringan granulasi mengandung matriks hialuronan, proteoglikan, glikoprotein

dan kolagen tipe III, akan tetapi kolagen tipe III tidak akan bertahan lama dan

akan segera digantikan oleh kolagen tipe I yang memiliki diameter fibril yang

lebih kuat dan lebih lentur. Sehingga pada akhirnya, jaringan akan didominasi

oleh kolagen tipe I dan hanya sekitar 15-20% diisi oleh kolagen tipe III.

Namun jaringan parut juga harus dikendalikan pembentukannya agar tidak

terbentuk jaringan parut yang berlebihan seperti pada hypertrophic scar atau

pun keloid. Pengendalian ini diperankan oleh adanya sekelompok enzim

metalloproteinase, disebut demikian karena adanya ketergantungan aktivitas

enzim terhadap kadar Zn (seng), dan hal inilah yang membedakannya dengan

enzim lain yang juga dapat memecah matriks seperti elastase neutrofil,

katepsin G, plasmin dan proteinase serin, namun semua enzim ini tidak

bergantung pada kadar seng tubuh sehingga tidak tergolong dalam

metalloenzyme.36

Beberapa enzim yang tergolong dalam metalloproteinase meliputi

kolagenase yang memecah fibril tipe I, II dan III; Gelatinase (kolagenase tipe

Page 43: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

27

IV) yang memecah kolagen amorf dan fibronektin; Stromelisin yang

menguraikan berbagai matriks ekstraseluler seperti proteoglikan, laminin,

fibronektin dan kolagen amorf. Enzim-enzim ini dapat dihasilkan oleh

makrofag, neutrofil, fibroblas, sel sinovial dan beberapa sel epitel. Sintesis dan

sekresi enzim-enzim ini diatur oleh sitokin seperti IL-1 dan TNF; faktor

pertumbuhan PDGF dan EGF; dan bahkan tekanan fisik. Sedangkan

penghambatannya diperankan oleh adanya TGF-β atau melalui intervensi

farmakologis berupa obat-obatan steroid serta sekresi TIMP (Tissue Inhibitor

of Metalloproteinase) oleh sebagian besar sel mesenkim.35,36

2.1.12 Krim Silver Sulfadiazin (AgSD)

Krim silver sulfadiazin dengan kadar satu persen dikenalkan pada tahun

1968. Pada waktu itu krim ini diposisikan sebagai alternatif dari penggunaan silfer

nirat 0.5% yang digunakan untuk mengobati luka bakar. Krim AgSD mempunyain

aktivitas antibakterial dengan menyerang dinding sel bakteri sehingga

menurunkan perkembangannya. Komponen sulfadazine dalam AgSD cepat

diekskresikan melalui urin, namun komponen perak (Ag) dibersihkan perlahan.

Kompnen perak dapat disimpan di kulit, hati, ginjal, konjungtiva, kornea dan

tempat lainnya.37

Silver sulfadiazin merupakan agen topikal dengan basis sulfonamid yang

memiliki aktivitas antibakteria dan antijamur. Cara kerja silver sulfadiazin adalah

dengan mengkombinasikan fungsi perak dan sulfadiazin. Ion perak akan

mengintervensi DNA bakteri sehingga terganggu replikasi dan transkripsinya.

Sebagai kompetitor para-amniobenzoic acid (PABA), sulfadiazin akan

menghambat metabolism asam folat dan akhirnya menghambat sintesis DNA

bakteri.38

Krim silver sulfadiazin masih digunakan dalam perawatan pasien. Dalam

guidline dan algoritma penanganan luka bakar yang dikeluarkan oleh Turki tahun

2015, Pasien yang mengalami luka bakar wajah seluas, dapat diberikan krim

silver sulfadiazin 1% sebagai terapi inisiasi.39 Indikasi lain pemberian krim silver

sulfadiazin adalah luka bakar dengan infeksi, eskar atau pada luka bakar yang luas.

Page 44: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

28

Pada pasien dengan luka bakar derajat II, krim siler sulfadiazin dapat diberikan

secara langsung atau dengan balutan kasa parafin.39

2.1.13 Sediaan Topikal Salep Ekstrak Daun Binahong

Sediaan topikal dapat terdiri dari cairan, lotion, gel, salep, bedak, krim,

lotion, linimen dan pasta. Masing-masing bahan ini memiliki perbedaan

komponen penyusun, sehingga mempengaruhi beberapa aspek seperti cara

pemakaian dan indikasinya. Sediaan topikal murni terdiri dari cairan, bedak dan

salep, sedangkan sediaan topikal dengan dua campuran atau lebih dapat berupa

lotion atau bedak kocok yang merupakan campuran air dan bedak; krim yaitu

campuran cairan dan salep; pasta yang berasal dari campuran salep dan bedak;

liminen atau pasta pendingin yaitu campuran cairan, bedak dan salep.40

Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit

atau selaput lendir.41

Formula umum salep adalah sebagai berikut :

R/Zat Aktif

Basis

Bahan Tambahan

Basis salep yang digunakan sebagai pembawa terbagi menjadi empat kelompok: 41

1. Basis Hidrokarbon

Didominasi oleh sifatnya yang berminyak sehingga sulit untuk dicuci dengan

air dan dapat mempertahankan kelembaban kulit. Kemampuannya yang dapat

mempertahankan kadar air dalam basis itu sendiri sehingga mampu

meningkatkan hidrasi kulit serta dapat meningkatkan absorbsi zat aktif secara

perkutan. Sifatnya yang inert memudahkan pencampurannya dengan berbagai

zat aktif. Kerugian dari penggunaan basis hidrokarbon yaitu sifatnya yang

berminyak dapat meninggalkan noda yang sulit dibersihkan yang terkadang hal

ini menjadi alasan menurunnya kepatuhan pasien. Contoh basis hidrokarbon

adalah soft paraffin, hard paraffin, liquid paraffin, vaselin putih, vaselin kuning.

41,42

Page 45: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

29

2. Basis Absorbsi

Bahan-bahan yang digunakan dalam basis absorbsi merupakan campuran dari

sterol-sterol binatang atau zat yang bercampur dengan senyawa hidrokarbon.

42Dasar salep serap dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok pertama

terdiri atas dasar salep yang bercampur dengan air membentuk emulsi air

dalam minyak seperti pada parafin hidrofilik dan lanolin anhidrat. Sedangkan

kelompok kedua terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur

dengan sejumlah air tambahan seperti pada lanolin. Basis absorbsi dapat pula

dimanfaatkan sebagai emolien.41

3. Basis yang dapat dicuci dengan air

Terdiri dari emulsi minyak dalam air yang biasa dikenal sebagai krim. Basis ini

mudah dicuci dari kulit atau gampang dieliminir dengan menggunakan lap

basah. 41

4. Basis yang larut dalam air

Basis ini juga disebut sebagai basis yang tak berlemak karena terdiri dari

konstituen yang larut air dan tidak mengandung bahan tak larut air seperti

parafin, lanolin anhidrat atau malam. Dasar ini biasa disebut sebagai gel.41

Pada sediaan topikal berupa salep yang umum dikenal, bahan dasar

sediaan terbuat dari lemak lanolin yang pada suhu kamar akan berkonsistensi

seperti mentega serta penambahan bahan inert berupa vaselin sebagai

emolien.40,43 Vaselin putih berasal dari minyak bumi yang dihilangkan

warnanya secara keseluruhan atau hampir keseluruhannya,41 merupakan basis

hidrokarbon yang digunakan karena sifatnya yang netral dan mampu menyebar

secara luas di permukaan kulit. Basis ini sulit untuk dihilangkan dari

permukaan kulit dengan penggunaan air biasa sehingga dengan kemampuannya

ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan yang dapat menjaga kelembaban kulit.43

Lanolin yang merupakan basis serap atau basis absorbsi dapat diperoleh

dari bulu domba adalah emulsi air dalam minyak sehingga yang mengandung

unsur air sebanyak 25% hingga 30%. Keuntungan penggunaan salep dengan

basis lanolin dan vaselin akan membuat sediaan lebih lama melekat di

permukaan kulit, sehingga penetrasi obat akan lebih maksimal.43,44

Page 46: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

30

2.1.14 Rute Penyerapan Obat Topikal

Pada saat sediaan topikal diaplikasikan pada permukaan kulit yang mengalami

gangguan, secara garis besar hal ini akan terjadi pada sediaan:

1. Pelepasan zat aktif dari zat pembawa

2. Penetrasi zat menembus lapisan kulit

3. Aktivasi respon farmakologi

Efektivitas tahapan di atas akan didukung oleh tiga faktor berikut, yaitu zat aktif

atau obat, zat pembawa dan kulit tempat diaplikasikannya sediaan.

Gambar 2.5 Tahap yang dilalui sediaan topikal (transdermal patch)

Sumber : Ansel H.C. PNG,ALV. Pharmaceutical Dosage From and Drug Delivery System

Malvern: Williams & Wilkins; 1995.

Gambar 2.5 menggambarkan perpindahan molekul obat menembus lapisan kulit.

Untuk memulai tahapan tersebut, obat haruslah dalam keadaan larut. Molekul

akan berdifusi melewati stratum korneum, setelah itu akan terbagi dalam partisi-

partisi untuk berdisfusi kembali melewatinya. Beberapa obat dapat berikatan pada

tempat penyimpanannya dan sisanya akan melanjutkan berpenetrasi sehingga

bertemu ke lapisan kulit berikutnya. Di dalam epidermis, terdapat enzim yang

Page 47: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

31

dapat memetabolisme obat atau obat tersebut berikatan pada reseptor yang sesuai.

Setelah dapat melewati epidermis dan memasuki dermis dan menuju kapiler

pembuluh darah selanjutnya akan memasuki peredaran sistemik untuk dilakukan

pembuangan. Beberapa sediaan juga dapat menembus lapisan terdalam dari otot

seperti pada OAINS. 44

Berikut syarat suatu obat untuk secara efektif menembus startum korneum : 44

1. Memiliki masa molekul yang rendah, yaitu kurang dari 600Da

2. Memiliki kelarutan yang tinggi pada minyak dan air sehingga gradien

konsentrasi pada membrane dapat meningkat

3. Memiliki koefisien partisi yang seimbang

4. Memiliki titik kelelehan yang rendah; hal ini berhubungan dengan kelarutan

yang ideal

2.1.15 Sediaan Oral Larutan atau Solutions Daun Binahong

Sediaan oral secara umum berdasarkan konsistensinya terbagi atas dua

sediaan yaitu sediaan padat seperti tablet dan kapsul serta sediaan cair berupa

suspensi, solusio dan emulsi.42

Tablet dibuat dengan kompresi campuran bahan obat atau bahan tambahan

lain. Tablet biasanya juga dilapisi lapisan pelindung (enteric coating) yang dapat

melindunginya dari faktor lingkungan termasuk keasaman lambung, sehingga

bentuknya tetap stabil sampai diserap oleh mukosa gastro intestinal.42

Kapsul adalah sediaan padat yang mengandung obat yang terbungkus dalam

cangkang gelatin keras atau halus. Kecepatan pelepasan obat dari kapsul lebih

cepat dibanding pada sediaan tablet.42

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut

yang terdispersi pada fase cair. Zat yang terkandung di dalam suspensi bila

didiamkan akan memadat di dasar botol, hal ini bila dibiarkan terlalu lama akan

mengakibatkan pengerasan pada suspensi sehingga sulit untuk terdispersi kembali.

Sehingga untuk mengatasi hal tersebut ditambahlah zat pengental berupa

surfaktan, poliol, polimer atau gula. Sebelum menggunakan suspensi, hal

Page 48: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

32

terpenting adalah mengocoknya terlebih dahulu agar partikel obat terdistribusi

dengan baik.41

Natrium karboksimetilselulosa (CMC-Na) berfungsi sebagai suspending

agent yaitu agen yang dapat mendispersikan partikel tidak larut. CMC-Na terdiri

atas garam natrium dari polikarboksimetil eter selulosa. Sebanyak 6,5%-9,5% dari

CMC-Na terdiri dari natrium (Na) terhadap zat yang telah dikeringkan.45

Larutan atau Solutions adalah sediaan cair yang mengandung satu atau

lebih zat kimia di dalamnya dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau

pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven air. Keuntungan pemberian

sediaan larutan adalah adanya jaminan keseragaman dosis karena molekul-

molekul zat kimia yang terkandung di dalamnya terdispersi secara merata. Larutan

yang mengandung kadar gula tinggi disebut sebagai Sirup, sedangkan sediaan

larutan yang mengandung etanol sebagai kosolven dinyatakan sebagai Eliksir.41

2.1.16 Tikus Sprague Dawley

Hewan percobaan tikus sering dijumpai dalam penelitian mengenai

penyembuhan luka bakar dan diteliti efikasinya dalam berbagai modalitas

pengobatan. Tikus dipilih sebagai hewan coba karena ketersediaannya, harga yang

relative terjangkau dan ukurannya yang tidak terlalu besar. Perlakuan biasanya

diterapkan pada bagian punggung tikus. Hal ini ditujukan agar tikus tidak dapat

mencapai daerah percobaan yang akan memanipulasi hasil penelitian. Pemilihan

tikus sebagai hewan coba dalam penelitian mengenai kulit, didasari oleh adanya

kemiripan karakteristik kulit yang dimiliki oleh tikus, yaitu adanya epidermis,

membran basal, folikel rambut dan dermis. Keuntungan yang didapatkan dalam

memilih tikus dalam percobaan di bidang penyembuhan luka, bahwa kulit tikus

yang mengalami luka memiliki kecepatan penyembuhan yang lebih cepat

dibanding manusia, sehingga penelitian tidak memerlukan waktu yang panjang

untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.46

Epitelisasi adalah respon primer dalam penyembuhan luka bakar, abrasi

dan luka dengan yang meliputi sebagian kedalaman kulit. Pada luka yang

menyebabkan hilangnya epitel dan permukaan dermis, sel epitel bergerak dengan

Page 49: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

33

cepat dari folikel rambut dan kelenjar keringat. Keduanya berasal dari dermis

yang masih tersisa di tepi luka. Pada luka yang mencapai seluruh kedalaman kulit

dan luka terbuka, epitelisasi hanya berasal dari tepi luka dan ketebalannya

bertambah 1-2 mm/hari.46

Dua jenis tikus outbred yang sering digunakan dalam penelitian adalah

Sprague–Dawley dan Wistar. Perbedaan antara keduanya adalah, Sprague–

Dawley memiliki proporsi tubuh yang lebih besar, namun keduanya tergolong

jinak sehinga memungkinkan untuk digunakan sebagai model penelitian.46

2.2 Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori

↑ Re-epitelisasi

kulit

Ekstrak Daun Binahong Mengandung zat

aktif

Saponin

28.14±0.22 mg/gr

Asam

Oleanat

Asam

Urosilic

Aktivasi

PPAR-α

Diferensiasi

keratinosit

Percepatan

migrasi

keratinosit

Proliferasi sel

epidermal

(+) Luka Bakar

Pengobatan luka

bakar Krim Silver Sulfadiazin mencegah

infeksi

Luka Bakar

derajat I, II, III

Penyembuhan

luka bakar Fase Prolifeasi

Re-epitelisasi, neovaskularisasi,

pembentukan kolagen

Page 50: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

34

2.3 Kerangka Konsep

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

2.4 Identifikasi Variabel

A. Variabel Bebas

Ekstrak daun binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) dengan

konsentrasi sebesar 40% yang dibuat dalam bentuk salep dan suspensi

ekstrak daun binahong.

B. Variabel Terikat.

Ketebalan lapisan re-epitelisasi pada kulit yang dikondisikan

mengalami luka bakar derajat II

2.5 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Alat Hasil Ukur Skala Ukur 1 Re-epitelisasi

kulit Proses pertumbuhan kembali sel-sel epitel di

Aplikasi ImageJ Mikrometer Numerik

Luka bakar derajat II tikus

Sprague dawley

Fase inflamasi Fase proliferasi

↑Migrasi keratinosit

↑Proliferasi, diferensiasi

keratinosit

Peningkatan ketebalan

lapisan re-epitelisasi

Salep dan suspensi ekstrak

daun binahong

Page 51: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

35

permukaan kulit

2 Salep ekstrak daun binahong

Sediaan setengah padat yang ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir yang mengandung zat aktif dalam hal ini berupa ekstrak daun binahong sebanyak 40%

Kategorik

3 Suspensi ekstrak daun binahong

Sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi pada fase cair dalam hal ini partikel padat adalah ekstrak daun binahong

Kategorik

4 Basis salep Bahan yang digunakan sebagai pembawa zat aktif

Kategorik

5 Krim Silver Sulvadiazine

Krim standar yang digunakan dalam pengobatan luka bakar,dapat mengandung zat aktif

Kategorik

Page 52: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

36

berupa silver dan sulfadiazin

6 Salep Kontrol Positif

Bahan standar yang digunakan dalam penanganan luka bakar secara topikal

Timbangan analitik farmasi

Kategorik

7 Salep Kontrol Negatif

Berisi basis salep (Adeps lanae dan Vaseline album) tanpa penambahan zat aktif

Timbangan analitik farmasi

Kategorik

Tabel 2.1 Tabel Definisi Operasional

Page 53: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

37

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain analitik eksperimental dan

studi potong lintang (cross sectional) melalui evaluasi histopatologi untuk

melihat pengaruh ekstrak daun binahong yang diberikan kepada tikus yang

mengalami luka bakar derajat II, baik secara oral maupun topikal dengan

salep, terhadap re-epitelisasi kulit pasca luka bakar

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada Senin, 25 April 2016 dan berakhir pada Kamis

30 Juni 2016. Determinasi tanaman dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI) Bogor, kemudian diekstraksi dalam bentuk cair di Balai

Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) Bogor dan dilakukan

pengeringan di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Jakarta Selatan.

Pembuatan salep dan sediaan oral ekstrak daun binahong dilakukan di

Laboratorium Biokimia FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembuatan

preparat dilakukan oleh staf ahli Laboratorium Patologi Anatomi Cito, Depok

dan pengamatan preparat dilakukan di Laboratorium Parasitologi FKIK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.3 Bahan Uji

Sebanyak 600 gr daun binahong kering dijadikan ekstrak 18 mg. Pohon dan

daun binahong didapat dari penjual tanaman di desa Cikopo, Kecamatan

Cisarua, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Daun didetermiasi terlebih

dahulu di LIPI Bogor, untuk memastikan keaslian sampel. Hasil determinasi

menunjukan bahwa sampel yang diuji benar adalah spesies Anredera

cordifolia (Tenore) Steenis. (Lampiran 1) Kemudian setelah memastikan

kebenaran sampel, daun binahong dibawa ke BALITRO Bogor untuk

dilakukan pembuatan ekstraksi, selanjutnya karena sediaan oral

membutuhkan sediaan ekstrak dalam satuan miligram per kilo maka ekstrak

Page 54: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

38

dibawa ke Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) untuk dilakukan proses

pengeringan ekstrak sehingga kandungan airnya menurun (Lampiran 2)

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah tikus strain Sprague dawley yang didapatkan

dari penyedia hewan coba (iRATCo) yang sudah disertakan dengan surat

keterangan sehat dari Rumah Sakit Hewan Fakultas Kedokteran Hewan,

Institut Pertanian Bogor (IPB). (Lampiran 3)

3.5 Besar Sampel

Pada peneltian ini terdapat 5 kelompok perlakuan. Dalam menentukan besar

sampel yang dibutuhkan pada setiap kelompok perlakuan, digunakan rumus

Frederer :

(N-1) (T-1) ≥15 , dengan N= Jumlah sampel dan T= jumlah kelompok.

Pada penelitian ini jumlah kelompok yang akan diuji sebanyak lima

kelompok, sehingga :

(N-1) (5-1) ≥ 15

(N-1) (4) ≥ 15

(N-1) ≥ 15/4

N -1 ≥ 3,75

N ≥ 4,75 (dibulatkan = 5)

Maka, berdasarkan perhitungan tersebut, diperlukan sebanyak lima sampel

tiap-tiap kelompok perlakuan dengan total sampel yang diperlukan adalah

sebanyak 25 sampel.

Secara rinci, 5 kelompok tikus pada penelitian ini akan dilakukan perlakuan

berupa :

1. Kelompok 1 (P1) adalah tikus yang diberikan salep ekstrak daun

binahong konsentrasi 40%

2. Kelompok 2 (P2) adalah tikus yang diberikan ekstrak daun binahong

secara oral

3. Kelompok 3 (P3) adalah tikus yang diberikan salep ekstrak daun

binahong konsentrasi 40% dan ekstrak daun binahong secara oral

Page 55: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

39

4. Kelompok 4 (K+) adalah kelompok yang diberikan salep silver

sulfadiazin

5. Kelompok 5 (K-) adalah kelompok yang diberikan salep yang hanya

mengandung basis salep berupa adeps lanae dan vaseline album tanpa

campuran ekstrak daun binahong.

3.6 Kriteria Inklusi

Tikus Sprague dawley jenis kelamin jantan, kondisi sehat, usia 12 minggu,

berat badan 150-250 gr.

3.7 Kriteria Eksklusi

Tikus Sprague dawley yang mengalami kecacatan di daerah pungung.

3.8 Alat dan Bahan Penelitian

A. Alat Penelitian

1. Kandang tikus

2. Tempat minum dan makanan tikus

3. Serbuk kayu untuk tikus

4. Sabun dan alat pembersih kandang tikus

5. Plat besi berukuran 4x2 cm dan benang kasur

6. Toples untuk anastesi

7. Alat bedah minor, pisau cukur dan krim penghilang bulu

8. Gelas dan alat pemanas air

9. Lumpang dan alu

10. Timbangan elektronik

11. Handscoen

12. Termometer

13. Mikroskop Olympus CX 41, Personal Computer (PC) dan DVD RW

14. Masker

15. Plastic Zipper Bag

16. Kompor

17. Panci

Page 56: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

40

18. Sonde

19. Magnetic stirrer

B. Bahan Penelitian

1. Ekstrak daun binahong

2. Adeps lanae

3. Vaseline album

4. Eter

5. Formalin

6. Air

7. CMC Na

8. Destilated Water

Page 57: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

41

3.9 Alur Kerja Penelitian

Bagan 3.1 Alur Penelitian

Determinasi tanaman di

LIPI Bogor

Ekstraksi cair daun

binahong di BALITRO,

Bogor

Pembuatan salep ekstrak

daun Binahong 40%, salep

kontrol (-) di Lab.

Biokimia FKIK UIN

Jakarta

Pengeringan ekstrak cair di

BATAN, Jakarta Selatan

Pembelian daun dan pohon

Anredera cordifolia (Ten.)

Steenis di pusat penjualan

tanaman Cikupa, Bogor

Pembuatan suspensi

ekstrak daun binahong di

Lab. Biokimia FKIK UIN

Jakarta

Persiapan bahan penelitian

Pembelian tikus Sprague

dawley di penyedia hewan

coba iRatco, Bogor

Pencukuran rambut dorsal

tikus dibantu dengan krim

penghilang bulu

Membuat luka bakar

dengan plat besi panas,

lama paparan 30 detik

Salep ekstrak daun

Binahong 40%, salep K-

dan salep K+ di

aplikasikan pada kulit

yang luka

Suspensi ekstrak daun

Binahong di masukkan

secara per oral dengan

sonde pada tikus yang

terluka

Aklimatisasi tikus Sprague

dawley selama 7 hari

Perlakuan selama 5 hari

Terminasi pada hari ke-

6 dan pengambilan

jaringan kulit

Pembuatan preparat

kulit di Lab. Patologi

Anatomi Cito, Depok

Pengamatan

histopatologi kulit

dengan Mikroskop

Olympus CX 41 di Lab.

Parasitologi FKIK UIN

Jakarta

Pengolahan data hasil

pengamatan preparat

jaringan kulit

menggunakan aplikasi

ImageJ v.1.50i dan

SPSS v.16.0

Penulisan laporan

penelitian

Page 58: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

42

3.10 Adaptasi dan Pemeliharaan Hewan Sampel

Setelah tikus strain Sprague dawley yang berasal dari penyedia hewan

coba (iRATCo) sampai di kampus FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tikus memerlukan masa untuk dia dapat beradaptasi dengan

lingkungannya yang baru, sehingga diperlukan masa aklimatisasi selama 7

hari47,48 di Animal House FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tikus

dipelihara dengan baik dengan memperhatikan kondisi kandangnya agar

selalu bersih dan tidak berbau. Makanan dan minuman diberikan secara

teratur dan tidak membedakan antar kelompok satu dengan lainnya, Air

dijernihkan dengan bantuan alat penjernih air

3.11 Cara Kerja Penelitian

3.11.1 Pembuatan Ekstrak Daun Binahong untuk Bahan Salep

a. Persiapan sampel

Daun binahong dibeli di pusat penjualan tanaman Cikupa, Bogor, Jawa

Barat

b. Determinasi sampel

Setelah daun binahong dibeli, selanjutnya daun dibawa ke LIPI, Bogor

untuk dilakukan determinasi dalam memastikan bahwa sampel benar

merupakan daun Anredera cordifolia (Tenore) Steenis atau binahong.

c. Pembuatan ekstrak cair

Setelah melakukan determinasi, selanjutnya daun dibawa ke

BALITRO, Bogor untuk dilakukan pembuatan ekstrak cair

d. Pembuatan salep

Ekstrak cair yang telah didapatkan, segera dibuat salep.

Formula standar basis salep adalah sebagai berikut :49

R/ Adeps Lanae 15 g

Vaselin Album 85 g

m.f salep 100 g

Sediaan salep yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas campuran

adeps lanae dan vaseline album (basis salep) dengan penambahan

Page 59: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

43

konsentrasi daun binahong sebanyak 40% yang di formulasikan

sebagai berikut :

R/ Ekstrak daun binahong 15 g

Basis salep 22.5 g

m.f salep 37.5 g

dan basis salep pada penelitian ini dibuat sebanyak 50 gram, sehingga

diformulasikan berdasarkan rumus berikut :

R/ Adeps lanae 7.5

Vaselin album 42.5 g

m.f ung 50 gr

Proses pembuatan salep ekstrak dilakukan di Laboratorium Biokimia,

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ekstrak daun binahong

pertama-tama panaskan lumpang dan alu didalam oven dengan suhu

500C agar panas dan meminimalisir adanya mikroorganisme yang

menempel pada lumpang dan alu.Kemudian keluarkan lumpang dan

alu dari oven. Masukkan adeps lanae terlebih dahulu kedalam lumpang

kemudian aduk secara perlahan sampai rata, kemudian tambahkan

vaselin album kedalam lumpang lalu diaduk secara perlahan dengan

gerakan tangan mengaduk secara konstan sehingga campuran adeps

lanae dan vaseline album homogen. Selanjutnya tambahkan ekstrak

daun binahong untuk membuat konsentrasi salep 40% dibutuhkan

perbandingan basis salep:ekstrak binahong adalah 60:40, kemudian

campurkan ketiga bahan tersebut sehingga homogen.

e. Pengujian Homogenitas Sediaan Salep

Setelah ketiga bahan telah dicampurkan, untuk meMastikan salep

dalam keadaan homogen dilakukan suatu cara dengan mengoleskan

sediaan di dinding wadah yang bening. Apabila seluruh permukaan

olesan memiliki warna yang sama, maka sediaan telah homogen. Hal

ini penting dilakukan untuk menjamin persamaan dosis yang didapat

saat mengaplikasikannya ke permukaan luka. Hasil uji tes homogenitas

terdapat pada Gambar 3.1

Page 60: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

44

Gambar 3.1 Hasil Tes Homogenitas Salep Ekstrak Daun Binahong

3.11.2 Pembuatan Suspensi Ekstrak Daun Binahong

Siapkan bahan-bahan berupa distilled water, Karboksimetil Seulosa-Na

(CMC-Na) dan ekstrak daun binahong. Fungsi dari CMC-Na dalam

pembuatan suspensi ekstrak daun binahong adalah sebagai bahan

pengental, penstabil suspensi dan bahan pengikat.50 Natrium

karboksimetilselulosa (CMC-Na) juga berfungsi sebagai suspending agent,

yaitu agen yang dapat mendispersikan partikel tidak larut.45

a. Penentuan dosis ekstrak binahong

Dosis efektif ekstrak binahong yang dapat diberikan adalah 50, 100,

150 hingga 200 mg/kgBB. Dalam hal ini dipilih dosis 100 mg/kgBB

ekstrak daun binahong. 11,12

b. Pembuatan CMC-Na 1%

Lakukan pencampuran CMC-Na dengan berat kering 1 gram dan

akuades 100ml yang kemudian dipanaskan hingga mencapai suhu 70oC

sambil dilakukan pengadukan menggunakan magnetic stirrer.50

c. Pencampuran Ekstrak Binahong

Setelah CMC-Na dan akuades tercampur, masukkan ekstrak daun

binahong sebanyak dosis yang dibutuhkan. Mengenai cara perhitungan

dosis dan kadar pencampuran Na-CMC dan ekstrak, akan dibahas pada

poin selanjutnya. Ekstrak hanya dicampurkan ke dalam larutan CMC-

Na beberapa saat sebelum diberikan kepada tikus. Dikhawatirkan bila

suspensi terlalu lama didiamkan akan mengubah stuktur dan stabilisasi

bahan aktif yang terkandung di dalamnya.

Page 61: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

45

d. Cara pemberian ekstrak daun binahong oral

1. Pada Kelompok Oral (P2)

Berat badan rata-rata tikus pada kelompok oral adalah 160.18 gram.

Sehingga pemberian dosis 100mg/kgBB adalah berdasarkan

perhitungan sebagai berikut :

Dosis pemberian = 100 mg/1000gramBB

= 1 mg/10gram

= 1 mg x 160.18/10gram

= 16.018 mg

Jadi, setiap tikus pada kelompok P2 akan mendapatkan ekstrak

daun binahong sebesar 16.018 mg.

Sebelum memberikan ekstrak, terlebih dahulu ekstrak daun

binahong dilarutkan dalam Na CMC agar terdispersi secara merata.

Na CMC dengan kadar 1% dicampurkan dengan ekstrak

berdasarkan formulasi berikut :

10 mg ekstrak = 0.1 ml Na CMC

16.018 mg ekstrak = 0.16 ml Na CMC

Sehingga pada akhirnya tikus akan diberikan sonde berisi 0.16 ml

cairan suspensi yang mengandung ekstrak daun binahong.

2. Pada Kelompok Salep-Oral (P3)

Berat badan rata-rata tikus pada kelompok salep-oral adalah 172.59

gram. Sehingga pemberian dosis 100mg/kgBB adalah berdasarkan

perhitungan sebagai berikut :

Dosis pemberian = 100 mg/1000gramBB

= 1 mg/10gram

= 1 mg x 172.59/10gram

= 17.26 mg

Jadi, setiap tikus pada kelompok P3 akan mendapatkan ekstrak

daun binahong sebesar 17.26 mg yang akan dicampur dengan Na

CMC 1% berdasarkan formulasi berikut :

10 mg ekstrak = 0.1 ml Na CMC

16.018 mg ekstrak = 0.17 ml Na CMC

Page 62: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

46

Sehingga tikus akan diberikan sonde berisi 0.17 ml cairan suspensi

mengandung ekstrak daun binahong.

3.11.3 Pembuatan Luka Bakar pada Tikus

Sebelum melakukan perlakuan pada tikus, tikus dianastesi terlebih dahulu,

melalui jalur inhalasi dengan memasukkan tikus ke dalam toples yang

tertutup rapat berisi eter, anestesi ditujukan agar tikus lebih mudah untuk

dilakukan perlakuan tanpa menyakitinya secara berlebihan. Tikus yang

telah teranastesi, kemudian dilakukan pencukuran rambut di daerah

punggung atau dorsal tikus.46 Rambut dicukur menggunakan pisau cukur

dengan dibantu pengolesan krim penghilang bulu agar pencukuran tidak

meninggalkan rambut-rambut yang dapat menghalangi proses pembuatan

luka bakar, serta dapat meminimalkan timbulnya iritasi kulit akibat

penggunaan pisau cukur yang terlalu dalam. Setelah rambut tikus pada

bagian punggung telah tercukur rata, selanjutnya tikus akan dianastesi

kembali dan berikutnya dilakukan pembuatan luka bakar. Plat besi panas

berukuran 4x2 cm yang sebelumnya telah dicelupkan ke dalam air panas

bersuhu 99oC selama 10 menit51 ditempelkan ke kulit tikus (Gambar 6.13)

dengan gaya tekanan yang seragam pada semua tikus. Diukur secara kasar

dengan menaruh tikus di atas timbagan dan melakukan penekanan

sehingga angka timbangan menunjukkan 1400 mg (Gambar 6.7). Hal ini

dilakukan untuk menghilangkan kerancuan perbedaan derajat luka akibat

perbedaan tekanan plat besi pada kulit tikus.

Gambar 3.2 Keadaan kulit tikus menjadi kemerahan sesaat setelah

dilakukan intervensi plat besi

Page 63: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

47

3.11.4 Cara Pemberian Salep dan Suspensi Ekstrak Daun Binahong

Setelah dilakukan pembuatan luka bakar pada bagian punggung tikus.

Selanjutnya bagian punggung tikus diberikan pemberian terapi yang sudah

ditentukan pemberiannya pada masing-masing kelompok. Pemberian

terapi salep dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari,

sedangkan pemberian terapi oral hanya diberikan sekali dalam sehari.

Keduanya dilakukan secara rutin selama 5 hari. Terapi topikal dioleskan di

daerah punggung yang mengalami luka. Sedangkan pemberian oral di

diberikan dengan memasukkan suspense ekstrak binahong ke dalam spuit

1 cc, kemudian mulut tikus dibuka sehingga sonde dapat dimasukkan

hingga mencapai tenggorokan tikus.

3.11.5 Pengambilan Jaringan dan Pembuatan Sediaan Histopatologi

Setelah tikus mendapatkan perlakuan pemberian terapi yang berbeda pada

masing-masing kelompok selama 5 hari, selanjutnya tikus diterminasi

dengan cara memasukan tikus ke dalam toples yang mengandung larutan

dan uap eter pekat. Setelah tikus telah diterminasi, bagian kulit tikus yang

mengalami perlakuan, akan diambil jaringan kulitnya dengan cara

memisahkan jaringan kulit yang mengalami perlakuan dengan kulit yang

masih sehat dengan menggunakan alat bedah minor. Setiap satu tikus,

dibuat satu sediaan kulitnya. (Lampiran 5) Setelah jaringan terambil, lalu

jaringan kulit tersebut dibentang di atas karton lalu disteples. Lalu

dimasukkan ke dalam plastic zipper bag yang berisi formalin 10% untuk

selanjutnya dilakukan pembuatan sediaan preparat HE di Laboratorium

Patologi Anatomi Cito, Depok. Pewaranaan HE ditujukan untuk melihat

lapisan epidermis lebih jelas. Langkah pembuatan sediaan preparat dengan

pewarnaan HE adalah sebagai berikut :

1. Proses fiksasi : sediaan direndam di dalam formalin 10% selama 24

jam

Page 64: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

48

2. Proses dehidrasi : merendam jaringan secara berkesinambungan dalam

urutan-urutan perendaman berikut ini :

a. Etanol 70% selama 2 jam

b. Etanol 80% selama 2 jam

c. Etanol 90% selama 2 jam

d. Etanol absolut selama 2 jam

e. Larutan Xylol selama 2 jam

f. Larutan Xylol selama 2 jam

Tujuan dari melakukan proses dehidrasi ini adalah untuk

menghilangkan kadar air yang terdapat dalam jaringan.

3. Proses embedding : jaringan direndam di dalam paraffin cair bersuhu

600C dan dimasukkan ke dalam wadah pencetak. Seluruh jaringan

haruslah terendam dalam paraffin, lalu paraffin dibiarkan membeku

sehingga setelah paraffin dikeluarkan dari cetakan, terbentuklah blok

paraffin yang selanjutnya disimpan dalam suhu -200C sebelum

dilakukan pemotongan.

Blok paraffin dipotong dengan menggunakan alat pemotong

microtome yang sudah diatur ketebalan pemotongannya adalah sebesar

3-4 μm. Setelah berhasil mendapatkan potongan yang sesuai, taruh

irisan tersebut di atas permukaan waterbath yang bersuhu 460C.

Setelah itu, irisan diletakkan di atas kaca objek yang sebelumnya

sudah diolesi albumin dan diletakkan pada suhu 600C.

Kaca objek yang sudah berisi irisan jaringan tadi, selanjutnya

dilakukan proses pewarnaan dengan merendam kaca objek secara

terus-menerus dalam larutan dengan urutan seabagai berikut :

a. Larutan Xylol selama 3 menit

b. Larutan Xylol selama 3 menit

c. Etanol absolut selama 3 menit

d. Etanol absolut selama 3 menit

e. Etanol 90% selama 3 menit

f. Etanol 80% selama 3 menit

g. Bilas dengan aquades selama 1 menit

Page 65: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

49

h. Larutan Hematoksilin sealama 6-7

i. Bilas dengan aquades selama 1 menit

j. Alkaline selama 1 menit

k. Aquades selama 1 menit

l. Larutan Eosin selama 1-5 menit

m. Bilas dengan aquades selama 1 menit

n. Etanol 80% 10 celupan

o. Etanol 90% 10 celupan

p. Etanol absolut pertama 10 celupan

q. Etanol absolut kedua selama 1 menit

r. Larutan Xylol selama 3 menit

s. Larutan Xylol selama 3 menit

t. Larutan Xylol selama 3 menit

Setelah itu kaca objek diangkat dan ditetes dengan Canada Balsam

kemudian ditutup dengan kaca penutup. Sediaan siap untuk diamati di

bawah mikroskop.52,53

3.11.6 Pengamatan Histopatologi

Setelah proses pembuatan sediaan preparat selesai, tahap selanjutnya

adalah pengamatan preparat untuk mengevaluasi pertumbuhan epitel

setelah dilakukannya berbagai perlakuan terhadap tiap-tiap kelompok.

Preparat diamati menggunakan mikroskop Olympus CX 41 dengan

perbesaran 40 kali lensa objektif dan dilakukan pemotretan sebanyak 10

lapang pandang pada tiap preparat. Setelah seluruh preparat sudah diambil

gambarnya kemudian dilakukanlah penghitungan dan pengamatan

terhadap Ketebalan lapisan epitel yang terbentuk. Pengamatan dilakukan

dengan aplikasi ImageJ dengan cara :

1. Buka aplikas ImageJ

2. Klik File pada menubar

3. Klik Open dan masukkan file foto yang ingin dievaluasi

4. Setelah file terbuka, klik tombol Straight pada menu di toolbar.

5. Buatlah garus lurus persis sepanjang penggaris yang terdapat pada

bagian kanan bawah foto preparat

Page 66: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

50

6. Klik Analyze pada menubar kemudian klik Set Scale

7. Ketik ukuran panjang penggaris yang terdapat pada foto preparat pada

kolom Known Distance, dalam penelitian ini adalah 40. Selanjutnya,

ketik satuannya dalam kolom Unit of Length, dalam penelitian ini

satuan yang digunakan adalah mikro meter.

8. Klik OK

9. Buatlah kembali garis lurus sepanjang ketebalan lapisan re-epitelisasi

epidermis yang hendak dievaluasi

10. Klik Analyze pada menubar kemudian pilih Measure

11. Kemudian akan muncul window baru dengan judul Result. Pada

penelitian ini data yang digunakan adalah yang terdapat pada kolom

Length

12. Lakukan langkah 1 s/d 11 setiap kali akan mengukur ketebalan lapisan

re-epitelisasi epidermis

13. Apabila diperlukan, halaman Result dapat disimpan dengan cara klik

File kemudian pilih Save

Pada penelitian ini perhitungan tebal lapisan re-epitelisasi dilakukan pada

sepuluh lapang pandang, yaitu pada masing-masing ujung luka, daerah

transisi (daerah dengan epitel dan tanpa epitel) dan pusat luka. Kemudian

dari sepuluh hasil tersebut akan dilakukan perhitungan reratanya.

3.12 Manajemen Analisis Data Pembentukan Jaringan Epitel

Dalam penelitian ini, dilakukan eksperimen langsung terhadap luka bakar

tikus Sprague dawley yang diberikan pemberian ekstrak daun binahong

(Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) secara topikal melalui salep

maupun per oral. Setelah dilakukan penghitungan nilai rata-rata dari

ketebalan re-epitelisasi, kemudian data diolah dengan menggunakan

program SPSS versi 16.0

3.13 Etika Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini telah disetujui oleh Komisi Etik Penelitian

Kesehatan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hewan coba sebanyak

32 ekor tikus Sprague dawley diberi perlakuan yang selayaknya dengan

Page 67: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

51

memberikan makan dan minum sesuai kebutuhnnya dan segera diisi ulang

bila ada salah satu atau keduanya habis. Hewan diletakkan di dalam

kandang. Satu kandang terdiri dari dua tikus yang diberi sekat antar

keduanya untuk menghindari adanya pertengkaran atau kerancuan

penelitian akibat berinteraksinya mereka satu sama lain. Setelah diberikan

perlakuan selama 5 hari, maka pada hari ke-6 dilakukan terminasi dengan

menggunakan eter. Terminasi dilakukan agar tikus tidak menderita saat

pengambilan jaringan dilakukan. Jaringan kulit yang berhasil diambil,

dibawa ke laboratorium Patologi Anatomi Cito, Depok untuk dilakukan

pembuatan preparat.

Page 68: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

52

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tikus yang telah diberikan intervensi plat besi panas yang suhunya

mencapai 99oC pada kulit punggung selama 30 detik, akan membentuk

luka bakar derajat II yang dibuktikan dengan GAMBAR 4.1

GAMBAR 4.1 Sediaan Luka Bakar Derajat II perbesaran10x

Luka Bakar derajat II atau partial thickness burn wound ditandai dengan

kedalaman luka bakar yang tidak mencapai hipodermis. Pada gambar 4.1 terlihat

struktur otot dan pembuluh darah masih utuh.

Luka bakar yang sudah terbentuk kemudian diberi perlakuan selama lima

hari dan dilakukan terminasi pada hari ke-enam untuk dapat dilakukan

pengambilan kulit. Kulit lalu dibuat menjadi sediaan preparat dan dipoles dengan

menggunakan pewarnaan Hematoksilin-Eosin dan dianalisa di bawah mikroskop,

sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :

Page 69: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

53

GAMBAR 4.2 Gambar mikroskopik P1, P2, P3, K+ dan K- dengan perbesaran 40x. Gambar panah adalah salah satu daerah pengukuran

Untuk mendapatkan data ketebalan lapisan re-epitelisasi digunakan

aplikasi imageJ v. 1.50i. Pengukuran ketebalan lapisan epitel dilakukan pada tepi

tiap luka dengan 13 titik pengukuran yang kemudian dirata-ratakan. Hasil

pengukuran ketebalan re-epitelisasi masing-masing perlakuan disajikan dalam

bentuk grafik sebagai berikut :

P2 P1

P3 K+

K-

Page 70: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

54

TABEL 4.1 Data Rerata Ketebalan Re-epitelisasi :

Keterangan :

P1 : Perlakuan 1, pemberian Salep Ekstrak Daun Binahong 40%

P2 : Perlakuan 2, pemberian Ekstrak Binahong Oral

P3 : Perlakuan 3, pemberian Salep Ekstrak Daun Binahong 40% dan Ekstrak

Binahong Oral

K+ : Kontrol Positif, pemberian Silver Sulfadiazin

K- : Kontrol Negatif, pemberian Basis Salep

Gambar 4.3 Grafik Rerata Ketebalan Re-epitelisasi P1, P2, P3, K+ dan K-

Berdasarkan data yang telah disajikan, didapatkan sebuah kesimpulan,

bahwa pada P1 atau perlakuan 1 yaitu perlakuan pemberian salep ekstrak daun

binahong konsentrasi 40% memiliki ketebalan re-epitelisasi paling tebal dengan

rata-rata ketebalanya adalah 43.45 μm. Sedangkan P2 atau perlakuan 2 yaitu

perlakuan pemberian ekstrak daun binahong secara oral memilki rata-rata

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

P1 P2 P3 K+ K-

Rerata Ketebalan epitel μm

Perlakuan

Rerata Re-epitelisasi Kulit

Perlakuan

PERLAKUAN N RERATA

P1 5 43.45 P2 5 28.46 P3 5 31.07 K+ 5 34.52 K- 5 41.13

Page 71: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

55

ketebalan lapisan re-epitelisasi terendah dengan rata-rata ketebalannya adalah

28.46 μm.

Data yang didapat dari hasil pengukuran dengan menggunakan ImageJ

kemudian dianalisa. Dalam uji homogenitas dengan metode Levene’s test

didapatkan angka sebesar 0.250 atau p > 0.05 yang berarti variasi populasi/data

adalah identik. Selanjutnya, dilakukan uji normalitas dengan menggunakan

metode Shapiro-Wilk dan didapatkan angka p > 0.05 yang bermakna bahwa

disribusi data dari kelima kelompok perlakuan adalah normal. Dari kedua hasil

tes tersebut, menyatakan bahwa data yang disajikan tergolong normal

distribusinya dan homogen, maka selanjutnya dilakukanlah uji One Way Anova

untuk menentukan kebermaknaan masing-masing kelompok perlakuan.

Tabel 4.2 Hasil Analisis Data dengan metode One Way Anova :

Perlakuan N Mean Standar Deviasi

(P Value 0.05 ; CI 95% )

P1 5 43.44 17.08 0.397 P2 5 28.46 3.85 P3 5 31.07 8.20 K+ 5 34.51 22.46 K- 5 41.13 9.06

Setelah dilakukan uji One Way Anova didapatkan angka sebesar 0.397 atau p >

0.050 yang artinya tidak terdapat perbedaan bermakna dari masing-masing

kelompok data.

4.2 Pembahasan

Pada penelitian ini didapatkan hasil, bahwa luka bakar yang dilakukan

intervensi dengan menggunakan salep ekstrak daun binahong menghasilkan

lapisan re-epitelisasi lebih tebal (rata-rata ketebalan re-epitelisasi = 43.44 μm)

dibandingkan dengan kelompok perlakuan lain (p>0.05). Hal ini disebabkan

karena adanya pengaruh zat aktif pada binahong, yang tidak terdapat pada

kelompok kontrol. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Astuti, 2011, senyawa

fitokimia terbanyak yang dapat ditemukan dalam tanaman binahong adalah

saponin, senyawa ini banyak ditemukan di bagian umbi dan daun.14 Pada

penelitian lain disebutkan bahwa saponin dapat merangsang proliferasi sel

Page 72: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

56

epidermal serta mempengaruhi percepatan migrasi keratinosit ke daerah yang

mengalami cedera. Hal ini tentu berpengaruh pada percepatan re-epitelisasi luka.54

Senyawa lain yang dapat mempengaruhi aktivasi keratinosit epidermis

adalah asam oleanat dan asam ursolic yang keduanya juga terdapat dalam tanaman

binahong. Kedua senyawa ini bekerja merangsang diferensiasi keratinosit melalui

aktivasinya terhadap PPAR (peroxisome proliferation-activated receptor)-α.55

Sehingga terbukti bahwa adanya zat aktif pada binahong membuatnya memiliki

kemampuan untuk mengoptimalisasikan proses re-epitelisasi luka.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa K- yaitu perlakuan pemberian

basis salep pada luka, menghasilkan hasil yang lebih baik (rata-rata ketebalan re-

epitelisasi = 41.13μm) dibandingkan dengan perlakuan K+ yang diberi basis krim

(rata-rata ketebalan re-epitelisasi = 34.51 μm). Hal ini disebabkan karena adanya

kandungan basis salep berupa Adeps lanae dan Vaselline. Keduanya berperan

dalam menjaga kelembaban kulit, dibanding krim yang mengandung lebih sedikit

minyak sehingga lebih mudah untuk dieliminasi dari permukaan kulit dengan

bantuan air. Vaselin putih berasal dari minyak bumi, sulit untuk dihilangkan dari

permukaan kulit dengan menggunakan air, sehingga vaselin dapat membantu

mempertahankan kelembaban permukaan kulit41,43 Adeps lanae atau Lanolin

merupakan basis serap yang terbuat dari bulu domba, terdiri dari emulsi air dalam

minyak yang mengandung unsur air sebanyak 25% hingga 30%. Kombinasi

antara adeps lanae dan lanolin akan menghasilkan suatu formula yang dapat

membantu menjaga hidrasi luka, sehingga luka terjaga kelembabannya41,42,43

Prinsip-prinsip kelembaban luka untuk membantu proses percepatan

penyembuhan luka sudah diterapkan dalam pembalutan luka / wound dressing.56

Keadaan lembab/ moist dibutuhkan dalam proses penyembuhan luka. Kelembaban

dapat merangsang berbagai growth factor yang terkandung dalam cairan luka

yang tertahan akibat kondisi lembab. Keuntungan dari menjaga keseimbangan

kelembaban luka diantaranya dapat mempermudah migrasi sel epidermal,

sehingga mempercepat proses epitelisasi. Hal ini disebabkan, cairan luka yang

dipertahankan dalam keadaan lembab dapat merangsang aktivitas keratinosit.

Pada K+ yaitu perlakuan pemberian krim Sulfadiazin, ketebalan lapisan re-

epitelisasi tidak sebaik sebagaimana yang ada pada K-. Hal ini disebabkan karena

Page 73: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

57

krim lebih mudah dieliminasi dengan air dibanding salep, karena krim lebih

banyak memiliki kandungan air dibanding salep yang kandungan minyaknya

mendominasi komposisinya. Selain itu, Silver sulfadiazin tidak memiliki suatu zat

aktif yang secara langsung mempengaruhi re-epitelisasi kulit.

Selanjutnya kelompok P3 mendapatkan hasil rata-rata ketebalan re-

epitelisasi adalah 31.07 μm. Kelompok P3 diberi perlakuan oral dan salep,

perlakuan ini mendapat urutan kedua diantara P1 dan P2. Senyawa fitokimia

terbanyak yang terdapat dalam binahong yaitu saponin dapat mempengaruhi

ketebalan re-epitelisasi pasca luka bakar, namun pada pemberian oral,

penyerapannya melalui saluran pencernaan kurang maksimal. Hal ini disebabkan

karena saponin memlikiki masa molekul yang besar (>500 Da), memiliki ikatan

yang kuat dengan hidrogen, serta fleksibilitas molekulnya yang tinggi (>10)

sehingga menyebabkan saponin impermiabel terhadap membran brush border.

Cepatnya eksresi oleh asam empedu juga merupakan faktor lain yang

menyebabkan rendahnya bioavailabilitas saponin.57 Namun beberapa jenis

saponin seperti ginsenosides Ra3, Rb1, Rc, and Rd, dan dioscin dieksresikan

perlahan oleh asam empedu, sehingga memiliki waktu paruh yang lebih baik (7-

25 jam pada tikus).57 Hal ini juga yang mejadi alasan, mengapa perlakuan P2

yaitu pemberian binahong melalui oral saja, tidak cukup baik untuk meningkatkan

ketebalan lapisan re-epitelisasi pasca luka bakar, ketebalan lapisan re-epitelisasi

P2 adalah 28.46 μm, terendah dibanding perlakuan P1 dan P3.

Hasil penelitian menujukkan hasil yang tidak signifikan antara pemberian

binahong melalui topikal (salep), oral atau keduanya, serta pada perlakuan kontrol.

Artinya, tidak terdapat perbedaan yang berarti pada pemberian binahong melalui

oral, salep atau oral dan salep sehingga berpengaruh terhadap ketebalan lapisan

re-epitelisasi pasca luka. Hal ini mungkin disebabkan karena ketidakseragaman

dalam volume pemberian sediaan topikal pada tikus.

Page 74: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

58

Keterbatasan Penelitian

1. Tidak meneliti jenis saponin yang terkandung di dalam binahong, apakah

termasuk saponin yang cepat diekskresikan atau tidak

2. Tidak memberikan volume pengolesan salep sama besar, sehingga menjadi

faktor bias pada penelitian ini

3. Luka bakar tidak dilakukan dressing sehingga tidak mengoptimalkan

perawatan luka bakar

Page 75: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

59

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada penelitian ini, kesimpulan yang diperoleh adalah :

1. Pemberian ekstrak daun binahong berpengaruh terhadap re-epitelisasi

kulit pasca luka bakar derajat II tikus Sprague dawley

2. Terdapat perbedaan yang tidak bermakna antar kelompok (p>0.05)

3. Kelompok yang hanya diberikan intervensi salep, memiliki rerata

tertinggi terhadap ketebalan lapisan re-epitelisasi dibanding kelompok

perlakuan yang diberikan kombinasi salep-oral

4. Pada pemberian ekstrak daun binahong melalui oral dengan dosis 100

mg/kgBB memiliki hasil ketebalan lapisan re-epitelisasi terendah dari

seluruh perlakuan.

5.2 Saran

1. Dapat dilakukan penelitian dosis ekstrak binahong oral yang efektif

untuk mempercepat pertumbuhan epitel pasca luka bakar

2. Peneliti selanjutnya dapat memberikan perawatan luka bakar yang

optimal dengan memberikan dressing pada luka bakar tikus

3. Selanjutnya dapat diteliti jenis saponin yang terkandung dalam

binahong

Page 76: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

60

DAFTAR PUSTAKA

1. Martina N, Wardhana A. Mortality Analysis of Adult Burn Patients. J Plast

Rekostruksi. 2013:96-100.

2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar

(RISKESDAS) 2013. Lap Nas 2013. 2013. doi:1 Desember 2013.

3. Salimi YK, Bialangi N. Kajian Senyawa Antioksidan Dan Antiinflamasi

Tumbuhan Obat Binahong (Andredera cordifolia(Ten.) Steenis) Asal

Gorontalo. J Chem Inf Model. 2014. doi:10.1017/CBO9781107415324.004.

4. Wahyuni NR. Uji efektivitas salep ekstrak etanol daun binahong (Anredera

cordifolia (Ten) Steenis) terhadap kesembuhan luka sayatan pada mencit

(Mus Musculus). IJMS. 2014;1(1).

5. Muhlisah F. Temu-Temuan Dan Empon-Empon Budidaya Dan

Manfaatnya. Yogyakarta: Kanisus; 2005.

6. Vivian-Smith G, Lawson BE, Turnbull I DP. The Biology of Australian

weeds 46. Anredera cordifolia (Ten.) Steenis. Plant Prot Q. 2007;22(1):2-

20.

7. Selawa W, Runtuwene MRJ CG. Kandungan flavonoid dan kapasitas

antioksidan total ekstrak etanol daun binahong [anredera

cordifolia(ten.)steenis]. J Ilm Farm. 2013;2.

8. Sri MA. Skrinning Fitokimia dan Uji Aktivitas Antibiotika Ekstrak Etanol

Daun, Batang, Bunga dan Umbi Tanaman Binahong (Anredera cordifolia

(Ten) Steenis). 2012.

9. Syifa QA. Pengaruh Salep Ekstrak Daun Binahong (Anredera Cordifolia

(Tenore) Steenis) Terhadap Pembentukan Jaringan Granulasi Pada Luka

Bakar Tikus Sprague Dawley (Studi Pendahuluan Lama Paparan Luka

Bakar 30 Detik Dengan Plat Besi). Tangerang Selatan; 2013.

10. Ansel CH. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Jakarta. UI-Press; 2008.

Page 77: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

61

11. Sukandar EY, Fidrianny I, Adiwibowo LF. Efficacy of ethanol extract of

anredera cordifolia (ten) steenis leaves on improving kidney failure in rats.

Int J Pharmacol. 2011;7(8):850-855. doi:10.3923/ijp.2011.850-855.

12. Sukandar EY, Qowiyyah A, Larasari, Lady. Effect of Methanol Extract

Hearleaf Madeiravine (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) Leaves on Blood

Sugar in Diabetes Mellitus Model Mice. J Med Planta. 2011;1(4).

13. Suseno M. Sehat Dengan Daun. Yogyakarta: Buku Pintar; 2013.

14. Astuti SM, Sakinah A.M M, Andayani B.M R, Risch A. Determination of

Saponin Compound from Anredera cordifolia (Ten) Steenis Plant

(Binahong) to Potential Treatment for Several Diseases. J Agric Sci.

2011;3(4):p224. doi:10.5539/jas.v3n4p224.

15. BPOM. Taksonomi Koleksi Tanaman Obat Kebun Tanaman Obat

Citeureup. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia; 2008.

16. Cronquist A. An Integrated System of Classification of Flowering Plants.

New York: Columbia Univesity Press; 1981.

17. Suci A, Lily L MFD. Khasiat daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.)

Steenis) terhadap pembentukan jaringan granulasi dan reepitelisasi

penyembuhan luka terbuka kulit kelinci. e-Biomedik (eBM). 2013;1:914-

919.

18. Sophors P, Kim YM, Seo GY, et al. A synthetic isoflavone, DCMF,

promotes human keratinocyte migration by activating Src/FAK signaling

pathway. Biochem Biophys Res Commun. 2016;472(2):332-338.

doi:10.1016/j.bbrc.2016.02.106.

19. Merk-Turk F. Saponins versus plant fungal pathogens. J Cell Mol Biol.

2006;5:13-17.

20. Silverthorn DU. Human Physiology an Integrated Approach. 5th ed. San

Francisco: Pearson Benjamin Cummings; 2010.

Page 78: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

62

21. Mescher AL. Histologi Dasar Junqueira Teks & Atlas. Jakarta: EGC; 2011.

22. Goldsmith LA. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th ed.

United States: Mc Graw Hill; 2012.

23. Sherwood L. Human Physiology from Cells to System. 7th ed. USA:

Cengange; 2010.

24. Doherty MG. Current Surgical Diagnosis and Treatment. 12th ed. USA:

Mc Graw Hill; 2003.

25. Grace PA. At a Glance Ilmu Penyakit Bedah. 3rd ed. Jakarta: Erlangga;

2006.

26. World Health Organization. Global Health Estimates 2014 Summary

Tables: Deaths by Cause, Age and Sex 2000-2012.

http://www.who.int/healthinfo/global_burden_disease/en/. Published 2014.

Accessed October 2, 2016.

27. World Health Organization W. World report on child injury prevention.

Geneva, Switz. 2008:1-212. doi:10.1136/ip.2007.018143.

28. Shehan H PD. Pathophysiology and types of burns. BMJ. 2004:1427-1429.

29. Silbernagl S, Lang F. Color Atlas of Pathophysiology. New York: Thieme;

2000. doi:10.1213/ANE.0b013e3181e627d4.

30. Netter FH, Craig J a, Perkins J. Atlas of Neuroanatomy and

Neurophysiology. Special. Entacapone tablets; 2002.

doi:10.1093/brain/awf218.

31. Hans L, Badali MA, Carr D, Cass D. The ABC’S of Emergency Medicine.

12th ed. Toronto: University of Toronto; 2012.

32. Cline DM. Tintinali’s Emergency Medicine Manual. 7th ed. New York: Mc

Graw Hill; 2012.

33. World Health Organization. WHO Surgical Care at the District Hospital

Page 79: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

63

Malta.; 2003.

34. Mulholland MW, Marier RV et al. Greenfield’s Surgery Scientific

Principles and Practice. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Williams &

Wilkins; 2006.

35. Kumar V. Buku Ajar Patologi Robbins. 7th ed. Jakarta: EGC; 2007.

36. Rubin E. Essential of Rubin’s Pathology. 5th ed. Philadelphia: Lippincott

Williams & Wilkins; 2009.

37. Fuller FW. The side effects of silver sulfadiazine. J Burn Care Res.

2009;(3):464-470. doi:10.1097/BCR.0b013e3181a28c9b.

38. PubChem Compound Database. [Online]. National Center for

Biotechnology Information.

https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/441244. Accessed September

26, 2016.

39. Yasti et al. Guideline and Treatment Algorithm for Burn Injuries. Ulus

Travma Acil Cerrahi Derg. 2015;21.

40. Hamzah M. Dermato-Terapi. In: Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. 7th ed.

Jakarta: Badan Penerbit FK UI; 2015:426-429.

41. Kementrian Kesehatan RI. Farmakope Indonesia. Jakarta: Kementrian

Kesehatan RI; 2014.

42. Aulton. Transdermal Drug Delivery. In: Pharmaceutics The Science of

Dosage Form Design. ; 2002.

43. Lachman. Teori Dan Praktek Farmasi Industri. 3rd ed. Jakarta: UI Press;

1994.

44. Ansel H.C., Popovic, N.G., Allen LV. Pharmaceutical Dosage From and

Drug Delivery System. 9th ed. Philadelphia: Williams & Wilkins; 2011.

45. Airf A SU. Farmakologi Dan Terapi Jakarta. Jakarta: UI Press; 1995.

Page 80: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

64

46. Conn PM. Source Book of Models for Biomedical Research. New Jersey:

Humana Press; 2008.

47. National Research Council of The National Academies. Guide for the Care

and Use of Laboratory Animals. Washington, DC: National Academy

Press; 2011.

48. Salasanti CD, Sukandar EY, Fidrianny I. Acute and sub chronic toxicity

study of ethanol extract of anredera cordifolia (Ten.) v. steenis leaves. Int J

Pharm Pharm Sci. 2014;6(5):348-352.

49. Paju N, Yamlean PVY, Kojong N. Uji efektivitas salep ekstrak daun

binahong ( Anredera cordifolia ( Ten .) Steenis ) pada kelinci ( Oryctolagus

cuniculus ) yang terinfeksi bakteri Staphylococcus aureus. J Ilm Farm -

UNSRAT. 2013;2(1):53-54.

50. Arum W, Khoiru U ST. Karakterisasi Karboksimetil Selulosa (CMC) dari

Enceng Gondok (Eichornia crassipes (Mart) Solms). Indo J Chem.

2005:228-231.

51. Danielle dos STP, Maria HM NT. Methodology Report Development of

Animal Model for Studying Deep Second-Degree Thermal Burns. J

Biomed Biotechnol. 2012.

52. Muntiha. Teknik Pembuatan Preparat Histopatologi Dari Jaringan Hewan

Dengan Pewarnaan Hematoksilin Dan Eosin. Bogor: Balai Penelitian

Veteriner; 2011.

53. Waheed U. Histotechniques Laboratory Techniques in Histopathology: A

Handbook for Medical Technologists. Saarbrücken: Lap Lambert

Academic Publ; 2012.

54. Kim YS, Cho I-H, Jeong M-J, et al. Therapeutic effect of total ginseng

saponin on skin wound healing. J Ginseng Res. 2011;35(3):360-367.

doi:10.5142/jgr.2011.35.3.360.

55. Lim Sk, Hong SP JS. Simultaneous effect of ursolic acid and oleanolic acid

Page 81: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

65

on epidermal permeability barrier function and epidermal keratinocyte

differentiation via peroxisome proliferator-activated receptor-α. J

Dermatol. 2007;34:625-634.

56. Johan PE, Junker RA. Clinical impact upon wound healing and inflamation

in moist, wet, and dry environments. Adv Wound Care. 2013;2:348-356.

57. Yu K CF. Absorbtion, disposition and pharmacokinetics of saponin from

Chinese medicinal herbs: what do we know and what do we need to know

more? Curr Drug Metab. 2012;1:577-598.

Page 82: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

66

LAMPIRAN

Lampiran 1

Surat Keterangan Hasil Determinasi/Identifikasi Bahan Uji

Gambar 6.1 Surat Keterangan Hasil Determinasi/Identifikasi Bahan Uji

Page 83: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

67

Lampiran 2

Surat Keterangan Eksraksi Bahan Uji

Gambar 6.2 Surat Keterangan Hasil Determinasi/Identifikasi Bahan Uji

Page 84: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

68

Lampiran 3

Surat Profile Bahan Uji

Gambar 6.3 Surat Profile Bahan Uji

Page 85: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

69

Lampiran 4

Dokumentasi Penelitian

Gambar 6.4

Pemberian ekstrak binahong secara oral

Gambar 6.5 Pemberian Salep Ekstrak Daun

Binahong

Gambar 6.6 Proses

Pencukuran Rambut Tikus

Gambar 6.7 Proses Pembuatan Luka Bakar dengan penekanan yang seragam (1400 mg)

Page 86: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

70

Gambar 6.8 Proses

Pengambilan Jaringan Kulit

Gambar 6.9 Preparat Kulit yang Siap untuk

Dianalisis

Gambar 6.10 Proses Analisa Preparat Jaringan Kulit dengan Mikroskop Olympus CX 41

Page 87: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

71

Gambar 6.11 Proses Homogensisai Aquades dengan

CMC Na

Gambar 6.12 Proses Homogensisai Basis Salep dengan Ekstrak Daun Binahong

Gambar 6.13 Proses Pembuatan Luka Bakar dengan Menggunakan plat

besi 4x2 di atas timbangan

Page 88: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34229/1/RAISSA... · Laporan penelitian berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak

72

Lampiran 5

Riwayat Penulis

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Raissa Pramudya Wardhani

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir : Pekanbaru, 02 Juni 1995

Agama : Islam

Alamat : Jalan Alpukat II C 17/d no. 1 Pandau Permai,

Kabupaten Kampar, Provinsi Riau

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan:

2001-2007 : SD Negeri 001 Sukajadi, Pekanbaru

2007-2010 : SMP Negeri 4 Pekanbaru

2010-2013 : SMA Negeri 1 Pekanbaru

2013 - sekarang : Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter,

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta