pengaruh pemberian salep ekstrak daun binahong … · 2015. 1. 29. · pengaruh pemberian salep...

70
PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI PADA LUKA BAKAR TIKUS Sprague dawley (Studi Pendahuluan Lama Paparan Luka Bakar 30 Detik dengan Plat Besi) Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH : FARAH NABILLA RAHMA NIM : 1111103000035 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

Upload: others

Post on 02-Nov-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN

BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis)

TERHADAPRE-EPITELISASI PADA LUKA BAKAR

TIKUS Sprague dawley (Studi Pendahuluan Lama Paparan Luka Bakar 30 Detik dengan

Plat Besi)

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

FARAH NABILLA RAHMA

NIM : 1111103000035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M

Page 2: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

ii

Page 3: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

iii

Page 4: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

iv

Page 5: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat dan salam semoga

selalutercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta para pengikutnya. Laporan

penelitian ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya karena adanya dukungan,

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr (hc). dr. M.K Tadjudin, Sp. And selaku Dekan FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Witri Ardini, M. Gizi, Sp.GK selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Dokter FKIKUN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Rr. Ayu Fitri Hapsari, M.Biomed selaku pembimbing 1yang telah meluangkan

waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing penulis dalam menyusun dan

menyelesaikan laporan penelitian ini.

4. dr. Dyah Ayu Woro, M. Biomed selaku pembimbing 2 yang telah

mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing penulis dalam

menyusun dan menyelesaikan laporan penelitian ini.

5. dr. Flori Ratnasari, Ph. D selaku penanggung jawab modul riset yang selalu

memberikan arahan dan mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan

penelitian ini.

6. Papa dan mama atas limpahan kasih sayang yang telah diberikan,

pengorbanan tanpa pamrih, dukungan yang tidak pernah putus, doa-doa yang

selalu dipanjatkan, serta dorongan dan semangat kepada penulis selama

melaksanakan penelitian. Terima kasih atas segala kebaikan dan pelajaran

hidup yang luar biasa hingga penulis telah beranjak dewasa.

7. Kakak Azka atas dukungan dan semangat yang selalu diberikan kepada

penulis, almarhum Aa Fikri yang telah menjadi teladan yang baik bagi penulis

selama hidupnya, serta Firda yang senantiasa menghibur penulis.

Page 6: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

vi

8. Pusat Konservasi Tumbuhan–Kebun Raya Bogor, Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI) yang telah bersedia membantu dalam hal determinasi

tumbuhan.

9. Balai Tanaman Obat dan Aromatik (BALITRO) yang telah membantu dalam

hal ekstraksi bahan.

10. iRatCo, Institut Pertanian Bogor yang telah membantu dalam hal penyediaan

hewan coba.

11. Ibu Nurlaely, M. Biomed, Ph. D selaku PJ Laboratorium Animal House, dr.

Ahmad Azwar Habibie selaku PJ Laboratorium Anatomi dan dr. Nurul

Hiedayati, Ph.D selaku PJ Laboratorium Farmakologi yang telah memberikan

izin penggunaan laboratorium.

12. Mbak Dina, Mas Rachmadi, Mas Pandji, Mas Manaf dan laboran-laboran lain

yang telah membantu penulis dalam pengambilan data.

13. Teman-teman satu kelompok penelitian, Syifa, Asmie, Seflan dan Audi.

Terimakasih atas kerja sama, semangat pantang menyerah, serta dukungan

selama ini. Senang sekali dapat bekerja bersama dengan kalian.

14. Sahabat-sahabat Cunteks, Rissa, Mada, Wulan, Anzak, Silmi, dan Riwi.

Terimakasih atas semangat, dukungan, perhatian, kebersamaan, serta kasih

sayang selama ini. Terimakasih karena selalu ada untuk penulis disaat senang

maupun sedih.

15. Teman-teman CIMIN, Adit, Bimo, Madina, Tiara, Fahreza, Hanindyo, Faris,

Andhika, Herlina, dan Adichita. Terimakasih atas pengalaman dan

kebersamaan yang tidak akan penulis lupakan.

16. Teman-teman lain yang penulis kenal namun tidak sempat tersebutkan.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan ritik dari berbagai

pihak. Demikian laporan penelitian ini penulis susun, semoga dapat

bermanfaaat dengan baik.

Ciputat, 16 September 2014

Penulis

Page 7: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

vii

PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG

(Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP RE-EPITELISASI

PADA LUKA BAKAR TIKUS Sprague dawley (STUDI PENDAHULUAN

LAMA PAPARAN LUKA BAKAR 30 DETIK DENGAN PLAT BESI)

(ABSTRAK)

Farah Nabilla Rahma

Latar Belakang : Daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis)

memiliki khasiat sebagai obat tradisional yang dapat mempercepat proses

penyembuhan luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

pemberian salep ekstrak daun binahong terhadap proses re-epitelisasi pada luka

bakar tikus Sprague dawley.Metodologi : Penelitian ini bersifat eksperimental

deskriptif analitik. Subjek penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih galur

Sprague dawley yang dibagi kedalam lima kelompok yaitu K (-), K (+), dan

kelompok perlakuan yaitu salep ekstrak daun binahong konsentrasi 10% (P1),

20% (P2), dan 40% (P3). Luka bakar dibuat dengan menempelkan plat besi panas

(ukuran 4x2 cm2) selama 30 detik pada bagian punggung bawah tikus. Pemberian

salep dilakukan dua kali sehari selama lima hari. Parameter histologi yang

digunakan adalah ketebalan lapisan re-epitelisasi epidermis yang diamati secara

mikroskopis. Hasil : Pada penelitian ini diperoleh rerata ketebalan lapisan re-

epitelisasi pada kelompok K(-) sebesar 17,33 µm, kelompok P1 sebesar 12,71 µm,

kelompok P2 sebesar 59,61 µm, kelompok P3 sebesar 22,80 µm, dan kelompok K

(+) sebesar 37,32 µm. Hasl uji statistik One Way ANOVA menunjukkan adanya

pengaruh yang bermakna dengan nilai p = 0,006 (p<0,050). Simpulan :

Kelompok pemberian salep ekstrak binahong konsentrasi 20% memberikan

pengaruh yang paling besar dalam meningkatkan ketebalan lapisan re-epitelisasi.

Kata Kunci : Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis), Luka Bakar,

Penyembuhan Luka, Re-epitelisasi

Page 8: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

viii

THE EFFECT OF BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) LEAF

EXTRACT OINMENT ON RE-EPITHELIALIZATION IN BURN WOUND

Sprague dawley RAT (PRELIMINARY STUDY WITH BURN WOUND

TIME EXPOSURE IN 30 SECONDS USING METAL PLATE)

(ABSTRACT)

Farah Nabilla Rahma

Background : Binahong leaf have efficacy as a traditional medicine that can

accelerate wound healing process. The aim of this research were to study the

effectivity of Binahong extract oinment on re-epithelialization in burn wound

Sprague dawley rat. Method : This research using experimental analytic

descriptive method. The subject in these research were 25 Sprague dawley rats

which divided into 5 groups, namely K (-), K (+), and treatment groups with

concentration 10% (P1), 20% (P2), and 40% (P3) of binahong leaf extract

oinment. Burn wound were made using hot plate (diameter 4x2 cm2) in 30

seconds over lower back. Then surface of wound covered by correspending

oinment twice a day in five days. Histologic parameter used in this research were

thickness of the re-epithelialization layer which miscroscopically examined.

Result : The data showed that average of the thickness of re-epithelialization

layer in group K (-) 17,33 µm, group P1 12,71 µm, group P2 59,61 µm, group P3

22,80 µm, and group K (+)37,32 µm. The results of the One Way ANOVA

statistical test showed a significant effect with p = 0,006 (p<0,050). Conclusion :

Concentration 20% of binahong leaf extract oinment give the highest effect on

enhancing the thickness of re-epithelialization layer.

Key word : Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis), Burn Wound,

Wound healing, Re-epithelialization

Page 9: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERYATAAN KEASLIAN KARYA....................................... ii

KATA PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... iv

KATA PENGANTAR.................................................................................. v

ABSTRAK..................................................................................................... vii

DAFTAR ISI................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL......................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xiv

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................. 15

1.1. Latar Belakang............................................................................. 15

1.2. Rumusan Masalah........................................................................ 17

1.3. Hipotesis...................................................................................... 17

1.4. Tujuan Penelitian......................................................................... 17

1.4.1. Tujuan Umum............................................................. 17

1.4.2. Tujuan Khusus............................................................ 17

1.5. Manfaat Penelitian....................................................................... 17

1.5.1. Bagi Peneliti................................................................ 17

1.5.2. Bagi Institusi............................................................... 18

1.5.3. Bagi Keilmuan............................................................ 18

1.5.4. Bagi Masyarakat......................................................... 18

1.6. Kerangka Teori............................................................................ 18

1.7. Kerangka Konsep......................................................................... 19

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 20

2.1. Landasan Teori............................................................................. 20

2.1.1. Kulit............................................................................. 20

2.1.2. Binahong..................................................................... 24

2.1.3. Luka Bakar.................................................................. 27

2.1.4. Proses Penyembuhan Luka.......................................... 32

Page 10: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

x

2.1.5. Silver Sulfadiazine...................................................... 39

2.1.6. Vaselin Album............................................................. 39

2.1.7. Adeps Lanae................................................................ 39

2.1.8. Tikus Sprague dawley................................................. 40

BAB 3 METODE PENELITIAN................................................................. 41

3.1. Desain Penelitian........................................................................ 41

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................... 41

3.3.Populasi dan Sampel................................................................... 42

3.4. Variabel Penelitian..................................................................... 42

3.4.1. Variabel Bebas............................................................ 42

3.4.2. Variabel Terikat........................................................... 42

3.5. Alur Penelitian........................................................................... 43

3.6. Cara Kerja Penelitian................................................................. 44

3.6.1. Pembuatan Ekstrak Daun Binahong............................ 44

3.6.2. Pembuatan Basis Salep................................................ 44

3.6.3. Pembuatan Konsentrasi Salep Ekstrak Daun

Binahong.....................................................................

45

3.6.4. Pengujian Sediaan Salep............................................. 45

3.6.5. Etika Penelitian........................................................... 46

3.6.6. Induksi Luka Bakar pada Tikus.................................. 46

3.6.7. Pemberian Sediaan Salep pada Tikus.......................... 47

3.6.8. Eksisi Jaringan Kulit Tikus......................................... 47

3.6.9. Pembuatan Preparat Histopatologi.............................. 47

3.6.10. Pengamatan Preparat Histopatologi............................ 47

3.6.11. Penghitungan Ketebalan Lapisan

Re-epitelisasi...............................................................

48

3.7. Managemen dan Analisis Data................................................... 49

3.8. Definisi Operasional................................................................... 49

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 51

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 60

Page 11: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

xi

LAMPIRAN................................................................................................... 64

DAFTAR RIWAYAT HIDUP..................................................................... 70

Page 12: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Hasil Analisis Data Ketebalan Lapisan Re-epitelisasi

Epidermis pada Semua Kelompok Perlakuan........................

54

Page 13: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Anatomi Kulit.................................................................... 21

Gambar 2.2. Tanaman Binahong............................................................ 27

Gambar 2.3. Derajat Luka Bakar........................................................... 33

Gambar 2.4. Proses Re-epitelisasi.......................................................... 37

Gambar 2.5. Proses Penyembuhan Luka................................................ 40

Gambar 4.1. Gambaran Makroskopik Luka Bakar pada

Kulit Tikus.......................................................................

52

Gambar 4.2. Sampel Jaringan Kulit dengan Pewarnaan HE pada

Pembesaran 100x..............................................................

53

Gambar 4.3. Grafik Rerata Ketebalan Lapisan Re-epitelisasi............... 53

Gambar 6.1. Surat Keterangan Tikus Sehat........................................... 64

Gambar 6.2. Surat Determinasi Tanaman Binahong.............................. 65

Gambar 6.3. Surat Ekstraksi Daun Binahong........................................ 66

Gambar 6.4. Pembuatan Salep Ekstrak Daun Binahong........................ 67

Gambar 6.5. Pencukuran Rambut pada Punggung Tikus....................... 67

Gambar 6.6. Proses Randomisasi........................................................... 67

Gambar 6.7. Pemanasan Plat Besi........................................................ 67

Gambar 6.8. Inhalasi Eter..................................................................... 67

Gambar 6.9. Induksi Luka Bakar......................................................... 67

Gambar 6.10. Tikus Setelah Diinduksi Luka Bakar............................... 68

Gambar 6.11. Pemberan Salep Ekstrak Daun Binahong........................ 68

Gambar 6.12. Gambaran Makroskopik Luka Bakar pada Tikus............ 68

Gambar 6.13. Eksisi Jaringan Kulit Tikus............................................. 68

Gambar 6.14. Fiksasi Jaringan Kulit Tikus menggunakan

Formalin 10%..................................................................

68

Gambar 6.15. Proses Pembuatan Preparat Histopatologi....................... 68

Gambar 6.16. Hasil Jadi Preparat Histopatologi.................................... 69

Gambar 6.17. Pengamatan Preparat Histopatologi................................ 69

Page 14: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Tikus Sehat................................................. 64

Lampiran 2 Surat Determinasi Tanaman Binahong................................... 65

Lampiran 3 Surat Ekstraksi Daun Binahong.............................................. 66

Lampiran 4 Proses Penelitian..................................................................... 67

Page 15: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

15

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Luka bakar sampai saat ini masih menjadi salah satu cedera yang

menimbulkan mordibitas dan mortilitas yang tinggi di masyarakat. Insidensi

nya paling tinggi terjadi di lingkungan rumah tangga dimana derajat II

menjadi yang paling sering terjadi,1 namun derajat III yang paling berpeluang

menimbulkan cacat yang lebih berat karena integritas kulit yang rusak lebih

parah bahkan bisa sampai membatasi aktivitas sosial penderitanya pasca

kejadian sehingga dapat menambah beban mental penderitanya. Di Indonesia

menurut data RSUPN Cipto Mangunkusumo pada tahun 1998 terdapat 107

kasus luka bakar atau 26,3% dari seluruh kasus bedah plastik yang dirawat.

Dari kasus tersebut terdapat lebih 40% merupakan luka bakar derajat II-III

dengan angka kematian 37,38%.1,2

Penanganan kasus luka bakar dibutuhkan sesegera mungkin untuk

mencegah terjadinya komplikasi yang ringan sampai yang berat seperti syok

hipovolemik dan sepsis. Namun sering kali pengobatan konvensional untuk

kasus luka bakar membutuhkan biaya yang cukup besar, sehingga selain

kerugian dari segi fisik dan mental, penderita luka bakar juga mengalami

kerugian dari segi materi.3

Untuk mengurangi beban materi untuk pengobatan penyakit tertentu,

di Indonesia kini sedang banyak berkembang pengobatan tradisional yang

memanfaatkan tanaman yang diyakini memiliki khasiat sebagai obat, termasuk

salah satunya pemanfaatan tanaman untuk pengobatan luka bakar. Kondisi

tersebut juga dipengaruhi oleh meningkatnya kesadaran masyarakat akan

pentingnya kembali ke alam (back to nature) dengan memanfaatkan bahan-

bahan alami. Selain itu, pemerintah melalui Departemen Kesehatan juga telah

mendukung pengembangan pengobatan tradisional menggunakan tanaman

Page 16: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

16

berkhasiat obat melalui dibentuknya Sentra Pengembangan dan Penerapan

Pengobatan Tradisional (Sentra P3T).4

Salah satu tanaman yang 5memiliki khasiat dalam pengobatan luka

bakar adalah Anredera cordifolia (Tenore) Steenis atau yang lebih dikenal

masyarakat dengan tanaman binahong. Menurut masyarakat selain dapat

menyembuhkan luka, tanaman binahong juga dapat digunakan untuk

menyembuhkan diabetes, pembengkakan hati, radang usus, dan

reumatik.Bagian tanaman binahong yang bermanfaat sebagai obat salah

satunya adalah bagian daun.5

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Abdi Nusa Persada et al

didapatkan hasil bahwa tingkat kesembuhan luka bakar derajat II dengan

pemberian topikal daun binahong tumbuk lebih tinggi dibandingkan hidrogel

pada gambaran makroskopis, namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan

pada gambaran mikroskopis.6

Penelitian lain yang dilakukan oleh Suci Ariani

et al didapatkan hasil bahwa pemberian topikal daun binahong tumbuk pada

luka terbuka kulit kelinci secara makroskopik luka menjadi terlihat lebih kecil

dan kering, sedangkan yang tidak diberi daun binahong terlihat luka masih

dalam dan kemerahan. Sedangkan secara mikroskopik pemberian daun

binahong pada luka membantu penyembuhan luka dengan pembentukan

jaringan granulasi yang lebih banyak dan reepitelisasi terjadi lebih cepat

dibandingkan dengan luka yang tidak diberi daun binahong.7

Berdasarkan uraian diatas serta didukung penelitian sebelumnya yang

menunjukkan adanya pengaruh bermakna pada pemberian daun binahong

topikal terhadap penyembuhan luka bakar, maka sangat menarik dilakukan

penelitian lebih lanjut yang lebih disempurnakan. Antara lain pada penelitian

ini menggunakan sediaan topikal ekstrak daun binahong dalam bentuk salep

untuk memudahkan aplikasinya di kulit dengan berbagi konsentrasi.

Kemudian pengamatan hasil penelitian dilakukan dengan lebih teliti yaitu

secara histopatologis menggunakan parameter kecepatan proses re-epitelisasi

lapisan epidermis dengan cara menilai ketebalannya. Hal tersebut dikarenakan

penyembuhan luka sangat dipengaruhi oleh proses re-epitelisasi, dimana

Page 17: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

17

semakin cepat proses re-epitelisasi maka semakin cepat luka tertutup,

sehingga semakin cepat pula penyembuhan luka terjadi.8

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh pemberian salep ekstrak daun binahong

(Anredera cordifolia(Tenore) Steenis)pada konsentrasi 10%, 20% dan 40%

terhadap proses re-epitelisasi pada luka bakar dengan lama paparan 30 detik

tikusSprague dawley?

1.3. Hipotesis

Terdapat pengaruh pada penyembuhan luka bakar dengan lama

paparan 30 detik tikus Sprague dawleyakibat pemberian salep ekstrak daun

binahong (Anredera cordifolia(Tenore) Steenis)pada konsentrasi 10%, 20%

dan 40% berupa peningkatan ketebalan lapisan re-epitelisasi.

1.4. Tujuan

1.4.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pemberian salep ekstrak daun

binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) terhadap proses re-

epitelisasi pada luka bakar dengan lama paparan 30 detik tikus Sprague

dawley.

1.4.2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui ketebalan lapisan re-epitelisasi pada luka bakar

dengan lama paparan 30 detik tikus Sprague dawley antara kelompok yang

diberi salep ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis)

pada konsentrasi 10%, 20% dan 40% .

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Peneliti

Menambah ilmu pengetahuan peneliti dalam hal pengaruh

pemberian ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia(Tenore)

Steenis) terhadap proses penyembuhan luka bakar.

Page 18: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

18

Mengaplikasikan ilmu mengenai penelitian ilmiah yang

sebelumnya telah dipelajari selama fase preklinik.

1.5.2. Bagi Insitusi

Memberikan kontribusi dalamkemajuan bidang penelitian

ilmiah Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.5.3. Bagi Keilmuan

Mendukung penelitian lain di bidang yang sama.

1.5.4. Bagi Masyarakat

Meningkatkan pemahaman masyarakat dan tenaga kesehatan

tentang manfaat daun binahong (Anredera cordifolia(Tenore)

Steenis) sebagai pengobatan alternatif untuk perawatan luka

bakar.

Menambah ilmu pegetahuan mahasiswa kedokteran lain dalam

hal pengaruh pemberian ekstrak daun binahong (Anredera

cordifolia (Tenore) Steenis) terhadap proses penyembuhan luka

bakar.

1.6. Kerangka Teori

Ekstrak daun

binahong

Saponin Flavonoid Asam oleanolik

↑ ekspresi

faktor-faktor

yang berperan

dalam

proliferasi sel

keratinosit

↑ kecepatan

migrasi sel

keratinosit

Menekan reaksi

inflamasi

Antioksidan

Mencegah

kerusakan

sel akibat

radikal bebas

↑ proses re-

epitelisasi

epidermis

Page 19: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

19

1.7. Kerangka Konsep

Salep ekstrak

daun binahong

Luka bakar

derajat III

Re-epitelisasi

epidermis

↑ migrasi

keratinosit

↑ proliferasi

keratinosit

↑ ketebalan lapisan

re-epitelisasi

epidermis

↑ kecepatan

penutupan luka

Proses penyembuhan

luka lebih cepat

terjadi

Page 20: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

20

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Kulit

2.1.1.1. Anatomi Kulit

Kulit adalah suatu organ yang membungkus seluruh permukaan

tubuh, merupakan organ terbesar dari tubuh manusia baik dari segi berat

maupun luas permukaannya. Pada orang dewasa, kulit menutupi area

dengan luas sekitar dua meter persegi dengan berat 4,5- 5 kg, yaitu sekitar

16% dari total berat tubuh. Ketebalannya juga bervariasi dari 0,5 mm yang

terdapat pada kelopak mata sampai 4,0 mm yang terdapat pada tumit.

Secara struktural kulit terdiri dari dua bagian utama, yaitu epidermis yang

terletak di superfisial dan terdiri atas jaringan epitelial, serta dermis yang

terletak lebih dalam dan terdiri dari jaringan penunjang yang tebal.9

Gambar 3.1. Anatomi Kulit

Sumber : Tortora, 2011

Page 21: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

21

Epidermis

Epidermis merupakan lapisan terluar kulit yang tipis dan avaskuler.

Terdiri atas epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk. Epidermis

memiliki empat tipe sel, yaitu sel keratinosit (90%), melanosit,

Langerhans, dan Merkel.9

Epidermis terdiri dari lima lapisan sel, dari yang terluar sampai

yang terdalam yaitu :

a. Stratum korneum

Terdiri dari beberapa lapisan sel-sel yang mati, tidak lagi memiliki

inti sel, dan banyak mengandung keratin. Lapisan ini secara terus-menerus

akan mengelupas dan digantikan oleh sel-sel dari lapisan kulit yang lebih

dalam. Lapisan-lapisan sel yang telah mati tersebut juga membantu

memberikan perlindungan pada lapisan yang kulit yang lebih dalam dari

trauma dan invasi mikroba.9

b. Stratum lusidum

Lapisan ini hanya terdapat pada daerah tertentu seperti ujung jari,

telapak tangan, telapak kaki. Terdiri dari tiga sampai empat lapisan sel

jernih serta banyak mengadung keratin.9

c. Stratum granulosum

Ditandai oleh 3-5 lapis sel poligonal gepeng yang intinya ditengah

dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula

keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel

Langerhans.10

d. Stratum spinosum

Terdapat berkas-berkas filamen yang dinamakan tonofibril,

filamen-filamen tersebut dianggap memegang peranan penting untuk

mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Stratum

basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malphigi. Terdapat

sel Langerhans.10

Page 22: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

22

e. Stratum basalis

Lapisan ini merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh

selapis sel kuboid atau kolumnar dengan kedudukan tegak lurus terhadap

permukaan dermis. Mengandung tonofilamen, stem cell untuk pembelahan

sel menghasilkan keratinosit baru, melanosit sebagai pembuat pigmen

melanin kulit serta sel Merkel.9

Di dalam lapisan ini sel-sel epidermis

bertambah banyak melalui mitosis dan sel-sel tadi bergeser ke lapisan-

lapisan lebih atas, akhirnya menjadi sel tanduk.11

Dermis

Dermis tersusun atas jaringan ikat kuat yang mengandung serat

kolagen dan elastin. Jaringan serat tersebut memiliki kekuatan meregang

yang kuat. Sel-sel yang terdapat pada dermis utamanya adalah fibroblas,

sedikit makrofag, dan adiposit didekat batasnya dengan lapisan subkutan.

Pembuluh darah, saraf, kelenjar, dan folikel rambut juga tertanam di

lapisan dermis.

Berdasarkan struktur jaringannya, dermis dapat dibagi menjadi

pars papiler yang letaknya superfisial dan pars retikuler yang letaknya

dalam. Lapisan papiler tersusun atas jaringan ikat longgar dengan serat

kolagen tipis dan serat elastin halus, serta terdapat reseptor taktil yang

disebut korpuskel Meissner dan ujung saraf bebas yang sensitif terhadap

sentuhan. Sedangkan pars retikuler tersusun atas fibroblas, kolagen, dan

serat elastin. Sel-sel adiposa, folikel rambut, saraf, kelenjar sebasea dan

sudorifera menempati ruang diantara serat-serat tersebut. Kombinasi

antara serabut kolagen dan elastin pada pars retikularis memberikan

kekuatan, ekstensibilitas, serta elastisitas pada kulit.9

Hipodermis

Kulit melekat ke jaringan di bawahnya (otot atau tulang) melalui

hipodermis, yang juga disebut dengan jaringan subkutis, suatu lapisan

jaringan ikat longgar. Sebagian besar sel adiposa terdapat di dalam

hipodermis, disebut sebagai jaringan adiposa.12

Page 23: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

23

2.1.1.2. Fisiologi Kulit

Termoregulasi

Kulit ikut serta dalam pengaturan termoregulasi tubuh melalui dua

mekanisme, yaitu dengan mengeluarkan keringat melalui permukaannya

dan mengatur aliran darah yang terdapat pada dermis. Pada keadaan suhu

yang meningkat, produksi keringat oleh kelenjar keringat akan meningkat

dimana penguapan keringat dari permukaan kulit membantu menurunkan

temperatur tubuh. Selain itu, pembuluh darah akan berdilatasi sehingga

aliran darah lebih banyak yang melalui dermis sehingga meningkatkan

jumlah pengeluaran panas dari tubuh. Sedangkan pada keadaan suhu yang

menurun, produksi keringat oleh kelenjar keringat menurun, membantu

dalam penyimpanan panas. Selain itu, pembuluh darah akan berkonstriksi

yang akan menurunkan aliran darah melalui kulit sehingga menurunkan

kehilangan panas dari tubuh.9

a. Proteksi

Kulit memberikan proteksi bagi tubuh melalui berbagai

mekanisme. Keratin melindungi jaringan dibawahnya dari mikroba, abrasi,

panas, dan bahan kimia. Lipid yang dilepaskan oleh granula lamellar

menghambat penguapan air dari permukaan kulit sehingga melindungi dari

dehidrasi, selain itu juga mencegah air melintasi permukaan kulit selama

mandi atau berenang. Minyak yang dihasilkan kelenjar sebasea menjaga

kulit dan rambut dari kekeringan dan mengandung zat bakterisidal yang

dapat membunuh bakteri. Pigmen melanin membantu melawan efek dari

sinar ultraviolet. Sel Langerhans merupakan sistem imun pada kulit untuk

mendeteksi adanya invasi mikroba dengan mengenali dan

menghancurkannya, sedangkan makrofag bertugas memfagosit bakteri dan

virus.9

b. Ekskresi dan absorbsi

Kulit ikut berperan dalam ekskresi zat dari dalam tubuh. Meskipun

bersifat waterproof, air masih dapat melakukan evaporasi melalui

permukaan, dimana sekitar 400 ml air terevaporasi. Selain itu, dengan

adanya kelenjar keringat, kulit mengekskresikan keringat yang

Page 24: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

24

mengandung garam, karbon dioksida, amonia, dan urea. Selain berfungsi

mengeluarkan zat sisa, berkeringat juga berperan dalam fungsi

termoregulasi tubuh.Sebum yang diproduksi oleh kulit juga berguna

untuk melindungi kulit karena lapisan sebum ini menahan air yang

berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering.9

Sedangkan fungsi absorpsi yang dimiliki kulit memfasilitasi

masuknya zat dari lingkungan eksternal menuju sel tubuh. Namun tidak

semua zat dapat masuk karena hanya zat tertentu yang larut dalam lemak,

misalnya vitamin A, D, E, K serta oksigen dan karbon dioksida. Selain

itu, zat yang bersifat toksik juga dapat terabsorpsi oleh kulit. Fungsi

absorpsi ini juga memungkinkan obat-obatan yang aplikasinya secara

topikal mampu masuk hingga bagian dermis kulit.9

c. Sintesis vitamin D

Epidermis membentuk vitamin D jika terdapat sinar urltaviolet

(UV) dari matahari. Jenis sel yang menghasilkan vitamin D belum

diketahui pasti. Vitamin D, yang berasal dari molekul prekursor yang

berkaitan erat dengan kolesterol, mendorong penyerapan Ca2+

dari

saluran cerna ke dalam darah.11

Hanya sedikit pajanan sinar sinar UV

yang dibutukan untuk sintesis vitamin D.9

d. Persepsi

Terdapat berbagai macam ujung saraf bebas dan reseptor yang

terdapat di kulit yang mampu mendeteksi sensasi taktil seperti sentuhan,

tekanan, dan getaran serta sensasi termal seperti rasa dingin atau panas.

Sensasi lain misalnya adalah nyeri yang merupakan indikasi sedang

terjadinya kerusakan jaringan.9

2.1.2. Binahong(Anredera cordifolia (Tenore) Steenis)

2.1.2.1. Klasifikasi

Menurut Badan POM RI, klasifikasi binahong adalah sebagai

berikut12

:

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Page 25: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

25

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Caryophyllales

Suku : Basellaceae

Marga : Anredera

Jenis : Anredera cordifolia (Tenore) Steenis

2.1.2.2. Nama Umum13

Indonesia : Binahong

Cina : Dheng San Chi

Inggris : Heartleaf madeiravine

Latin : Bassela rubra linn

2.1.2.3. Asal dan Habitat

Binahong merupakan tanaman yang konon berasal dari Amerika

Selatan. Binahong mudah tumbuh di dataran rendah dan dataran tinggi.

Banyak dibudidayakan sebagai taman hias atau obat herbal, di dalam

pot, halaman, pekarangan, atau kebun. Habitat tanaman binahong

adalah sebagai gulma dihutan, ditepi saluran air dan daerah tepi sungai,

kebun, taman, diantara tanaman perkebunan, dan dipinggir jalan, yang

beriklim basah, daerah tropis dan sub-tropis. Tanaman menjalar

memanjat pada batang tanaman pepohonan yang tumbuh lebih kuat dari

vegetasi lainnya hingga tinggi 30 meter, dan berumur panjang

(perenial).14

2.1.2.4. Morfologi

Bentuk tanaman binahong berupa tumbuhan menjalar, berumur

panjang lebih dari 6 meter. Memiliki batang yang lunak, silindris, saling

membelit, berwarna merah, bagian dalam solid, permukaan halus,

kadang membentuk semacam umbi yang melekat di ketiak daun dengan

bentuk tak beraturan dan bertekstur kasar. Memiliki daun tunggal,

bertangkai sangat pendek, tersusun berseling, berwarna hijau, bentuk

jantung, panjang 5-10 cm, lebar 3-7 cm, helaian daun tipis lemas, ujung

Page 26: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

26

runcing, pangkal berlekuk, tepi rata, permukaan licin, serta bisa

dimakan. Memiliki bunga majemuk berbentuk tandan, bertangkai

panjang, muncul di ketiak daun, mahkota berwarna krem keputih-

putihan berjumlah lima helai tidak berlekatan, panjang helai mahkota

0,5-1 cm, dan berbau harum. Akar berbentuk rimpang dan berdaging

lunak.12

Gambar 3.2. Tanaman Binahong

2.1.2.5. Perkembangbiakan

Perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara generatif atau

melalui biji, namun lebih sering diperbanyak atau dikembangbiakan

secara vegetatif melalui akar rimpangnya. Tanaman binahong lebih suka

tumbuh pada tanah dengan humus yang tebal, berpasir ringan, tanah liat

sedang, dengan drainase yang baik, serta toleran terhadap kekeringan.

Tanaman binahong tumbuh dengan baik pada kondisi setengah teduh

atau teduh.14

2.1.2.6. Zat Aktif dan Khasiat

Tanaman binahong mengandung fenol, flavonoid, saponin,

terpenoid, steroid dan alkaloid. Senyawa fenolik dan flavonoid dapat

berperan langsung sebagai antibiotika dengan mekanisme kerja

menghancurkan dinding sel bakteri, serta memiliki aktivitas sebagai

Page 27: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

27

antioksidan. Senyawa terpenoid adalah senyawahidrokarbon isometrik

yang membantu proses sintesa organik dan pemulihan sel-sel tubuh.

Saponin mempunyai fungsi menurunkan kolesterol karena mempunyai

aktivitas sebagi antioksidan. Kandungan saponin, fenolik dan flavonoid

dalam tanaman ini memiliki aktifitasantibiotik sebagaimana golongan

tetrasiklin dan penisilin.15

Daun binahong juga memiliki kandungan

asam askorbat dan total fenol yang cukup tinggi.5 Kandungan asam

askorbat dapat meningkatkan daya tahan terhadap infeksi, berfungsi

dalam pemeliharaan membran mukosa, serta mempercepat

penyembuhan.

2.1.3. Luka Bakar

2.1.3.1. Definisi

Luka bakar adalah kerusakan jaringan pada kulit akibat terpajan

panas tinggi, bahan kimiawi maupun arus listrik.Luka bakar merupakan

trauma yang sering terjadi dan dapat terjadi dimana saja,17

serta memiliki

tingkat morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan

penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut.1

2.1.3.2. Insidensi

Berdasarkan data statistik pada unit pelayanan khusus luka bakar

RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta pada tahun 1998 di laporkan

107 kasus luka bakar atau 26,3%dari seluruh kasus bedah plastik yang

dirawat. Dari kasus tersebut terdapat lebih 40% merupakan luka bakar

derajat II-III denganangka kematian 37,38%.1,2

Luka bakar merupakan salah satu insiden yang sering terjadi di

masyarakat khususnya rumah tangga dan yang terbanyak adalah luka

bakar derajat II.1

Insiden puncak luka bakar pada orang dewasa muda

terdapat pada usia 20-29 tahun, diikuti oleh anak umur 9 atau lebih muda.

Luka bakar jarang terjadi pada usia 80 tahun ke atas. Pada anak di bawah

usia 3 tahun, penyebab luka bakar paling umum adalah kecelakaan. Pada

usia 3-14 tahun, penyebab paling sering adalah dari nyala api yang

Page 28: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

28

membakar pakaian. Usia yang lebih dewasa sampai 60 tahun paling

sering disebabkan oleh kecelakaaan industri.17

2.1.3.3. Etiologi

Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi

menjadi19

:

a. Luka bakar karena api

b. Luka bakar karena air panas

c. Luka bakar karena bahan kimia

d. Luka bakar karena listrik, petir dan radiasi

e. Luka bakar karena sengatan sinar matahari

f. Luka bakar karena tungku panas atau udara panas

g. Luka bakar karena ledakan bom

2.1.3.4. Patofisiologi

Kerusakan jaringan akibat aliran panas saat terjadinya luka bakar

tergantung dari beberapa faktor, antara lain suhu sumber panas, lamanya

kontak dengan sumber panas serta jaringan tubuh yang terkena.20

Ketika jaringan kulit terpajan suhu tinggi, sel-sel dapat menahan

temperatur sampai 440C tanpa kerusakan bermakna. Antara 44

0-55

0 C,

kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap derajat kenaikan

temperatur . Diatas 510

C, protein terdenaturasi dan kecepatan kerusakan

jaringan sangat hebat. Temperatur diatas 700C menyebabkan kerusakan

selular yang sangat cepat dan hanya periode pemaparan yang sangat

singkat yang dapat ditahan oleh tubuh.17

Perubahan biokimia dan fisik yang mengakibatkan kematian sel

pada kerusakan jaringan akibat luka bakar belum diketahui, namun

diduga sebagai akibat denaturasi protein dan menurunnya aktivitas

enzim. Enzim-enzim tertentu terutama yang berperan dalam siklus Krebs

aktivitasnya menurun karena panas, mengakibatkan penurunan produksi

ATP sehingga terjadi kematian sel.19

Page 29: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

29

Luka bakar akan menyebabkan gangguan utamanya pada kulit,

pembuluh darah dan elemen darah, metabolisme dan hemodinak. Efek

luka bakar pada kulit yaitu menyebabkan kehilangan cairan tubuh serta

terganggunya sistem pertahanan terhadap invasi kuman. Evaporasi cairan

melalui permukaan tubuh akan meningkat pada luka bakar. Evaporasi

cairan pada luka bakar derajat II dan III akan disertai dengan

meningkatnya kehilangan panas tubuh. Tiap gram evaporasi cairan dari

permukaan tubuh akan disetai kehilangan panas sebesar 0,575 kkal.

Peningkatan kehilangan panas ini akan disertai dengan peningkatan

kebutuhan oksigen, dimana keadaan tersebut akan meningkatkan

metabolisme tubuh dan produksi energi untuk dapat mempertahankan

homeostasis panas tubuh.19

Luka bakar seringkali tidak steril, sehingga dapat menjadi

medium yang baik untuk pertumbuhan kuman yang akan mempermudah

terjadinya infeksi. Kuman penyebab infeksi tersebut dapat berasal dari

kulit pasien itu sendiri, kontaminasi kuman dari saluran napas atas atau

kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial ini

biasanya sangat berbahaya karena kumannya banyak yang sudah resisten

terhadap berbagai antibiotik. Infeksi akibat luka bakar menjadi sulit

diatasi karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler yang

mengalami trombosis.19

Efek luka bakar pada integritas pembuluh darah yaitu

meningkatnya permebilitas pembuluh darah dan kapiler sekitar luka.

Cairan dan protein dengan cepat akan meninggalkan pembuluh darah ke

jaringan interstisial sehingga terjadi edema. Awalnya cairan yang berada

di daerah luka bakar akan diresorbsi oleh sistem limfe, tetapi kemudian

kehilangan cairan akan bertambah berat karena melebihi kemampuan

resorbsi sistem limfe. Kehilangan cairan terutama terjadi dalam 24 jam

pertama, karena setelah 48 jam permeabilitas kapiler akan kembali

normal. Berkurangnya cairan kaya protein dari sirkulasi akan

menyebabkan syok hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti

gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah

Page 30: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

30

menurun dan produksi urin yang berkurang. Edema terjadi pelan-pelan,

maksimal terjadi setelah delapan jam.1,2

Berkurangnya volume plasma

akan diikuti berkurangnya volume sel darah merah, umumnya terjadi

pada 24 jam pertama.19

Luka bakar juga menyebabkan perubahan metabolisme dan

hemodinamik, yang terbagi kedalam 3 fase yaitu fase syok, katabolik,

dan restoratif. Perubahan hemodinamik ditandai dengan adanya takikardi,

hipotensi, perubahan kardiak output dan vasokonstriksi perifer.

Perubahan kardiak output terjadi pada tahap awal setelah trauma termal

yang merupakan akibat dari hipovolemi. Hipovolemi juga

mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah ginjal dan aktivitas

adrenergik dengan manifestasi klinik beruupa oliguria, penurunan GFR,

retensi Na, dan ekskresi K. Aktivitas hormon adrenal memegang peranan

penting pada fase syok. Peningkatan aktivitas korteks adrenal akan

merangsang hipotalamus dan hipofisis.19

Secara klinis defek metabolik yang jelas pada fase luka terbuka

adalah balans nitrogen negatif. Selama fase katabolik akan terjadi

kekurangan energi yang besar, keadaan ini berhubungan dengan

meningkatnya evaporasi cairan dan kehilangan panas melalui luka

bakar.19

2.1.3.5.Fase Luka Bakar

a. Fase Akut

Pada fase ini pasien terancam mengalami gangguan airway (jalan

nafas), breathing (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Pada

fase ini dapat terjadi juga gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan

elektrolit akibat cedera termal/panas yang berdampak sistemik.18

b. Fase Subakut

Luka yang terjadi pada fase akut dapat menyebabkan beberapa

masalah lain seperti Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS),

Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS) dan sepsis.18,19

Page 31: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

31

c. Fase Lanjut

Fase ini berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya

maturasi jaringan. Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari luka bakar

seperti parut hipertrofik, kontraktur dan deformitas lain.18,19

2.1.3.6. Derajat Luka Bakar

Kedalaman kerusakan jaringan akibat luka bakar tergantung pada

derajat panas sumber, penyebab dan lamanya kontak dengan tubuh

penderita.Kedalaman luka bakar diartikan sebagai derajat luka bakar, yang

dibagi menjadi :

a. Derajat I

Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis, kulit hiperemik berupa

eritem, tidak dijumpai bullae, edema lokal, dan terasa nyeri karena ujung-

ujung saraf sensorik teriritasi yang akan menghilang setelah 48 jam

kecuali bila luka bakar luas. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam 5 -

10 hari tanpa pengobatan khusus dan tanpa timbul jaringan ikat.18,19

b. Derajat II

Kerusakan meliputi seluruh epidermis dan sebagian dermis, berupa

reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Terdapat bullae, edema subkutan,

eritema, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.Dibedakan atas

dua bagian :

Derajat II dangkal/ superficial (IIA)

Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari

dermis. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa

terbentuk sikatriks, apabila terjadi infeksi sekunder maka proses

penyembuhan akan lebih lama.18,19

Derajat II dalam / deep (IIB)

Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa – sisa

jaringan epitel tinggal sedikitPenyembuhan terjadi lebih lama dan disertai

parut hipertrofi. Regenerasi epitel dengan granulasi vaskuler terjadi dalam

waktu 2 – 3 minggu.18,19

Page 32: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

32

c. Derajat III

Kerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih

dalam sampai mencapai jaringan subkutan, otot dan tulang. Tidak

dijumpai bullae, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan lebih pucat

sampai berwarna hitam kering. Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang

sensasi karena ujung – ujung sensorik rusak.Penyembuhan terjadi lama

karena tidak terjadi epitelisasi spontan seta akan meninggalkan jaringan

parut.18,19,20

Gambar 3.3. Derajat Luka Bakar

Sumber : Tortora, 2011

2.1.4. Proses Penyembuhan Luka

Setiap terjadi luka, mekanisme tubuh akan mengupayakan

mengembalikan komponen-komponen jaringan yang rusak tersebut dengan

membentuk struktur baru dan fungsional yang sama dengan keadaan

sebelumnya. Proses penyembuhan tidak hanya terbatas pada proses

regenerasi yang bersifat lokal, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor

endogen (seperti umur, nutrisi, imunologi, pemakaian obat-obatan, kondisi

metabolik).

Page 33: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

33

Proses penyembuhan luka terdiri atas 4 fase, yaitu :

a. Fase Inflamasi

Fase inflamasi dimulai setelah beberapa menit dan berlangsung

selama sekitar 3 hari setelah cedera. Fase inflamasi ditandai dengan

adanya respons vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan yang

terjadi pada jaringan kulit.

Pembuluh darah yang mengalami kerusakan akibat cedera akan

segera berkonstriksi. Konstriksi ini, atau spasme vaskular, memperlambat

darah mengalir melalui defek dan memperkecil kehilangan darah.

Mekanisme yang mendasari hal ini belum jelas tetapi diperkirakan

merupakan suatu respon intrinsik yang dipicu oleh suatu zat parakrin yang

dilepaskan secara lokal dari lapisan endotel pembuluh darah yang cedera.

Pembuluh darah yang cedera juga akan mengaktifkan trombosit oleh

kolagen yang terpajan, yaitu protein fibrosa di jaringan ikat di bawah

endotel. Setelah teraktifkan, trombosit akan cepat melekat ke kolagen dan

membentuk sumbat trombosit hemostatik di tempat cedera. Sumbat

trombosit tersebut secara fisik akan menambal kerusakan pembuluh darah

yang terjadi.21

Periode ini hanya berlangsung 5-10 menit, dan setelah itu akan

terjadi vasodilatasi kapiler oleh stimulasi saraf sensoris dan adanya

substansi vasodilator yaitu histamin, serotonin dan sitokin. Histamin selain

menyebabkan vasodilatasi juga mengakibatkan meningkatnya

permeabilitas vena, sehingga cairan plasma darah keluar dari pembuluh

darah dan masuk ke daerah luka dan secara klinis terjadi edema jaringan.

Sitokin yang teraktivasi meliputi Epidermal Growth Factor (EGF),

Insulin-likeGrowth Factor (IGF), Plateled-derived Growth Factor (PDGF)

dan TransformingGrowth Factor beta (TGF-β) yang berperan untuk

terjadinya kemotaksis netrofil, makrofag, mast sel, sel endotelial dan

fibroblas.10

Kemotaksis mengakibatkan terjadinya diapedesis leukosit.

Leukosit mengeluarkan enzim hidrolitik yang membantu mencerna bakteri

dan kotoran pada luka. Limfosit dan monosit kemudian akan muncul

Page 34: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

34

untuk melakukan fagositosis.20

Agregat trombosit juga akan mengeluarkan

mediatorinflamasi Transforming Growth Factor beta 1 (TGF β1) yang

juga dikeluarkanoleh makrofag. Adanya TGF β1 akan mengaktivasi

fibroblas untuk mensintesiskolagen.10

b. Fase Proliferasi

Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah

memperbaiki dan menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel.

Terdapat tiga proses utama dalam fase ini, antara lain pembenukan sawar

permeabilitas (re-epitelisasi), migrasi dan proliferasi fibroblas,

pembentukan pembuluh darah baru (angiogenesis), serta deposisi matriks

ekstraseluler.

Dalam 3 sampai 5 hari, terbentuk suatu jaringan khusus yang

mencirikan terjadinya penyembuhan, yang disebut jaringan granulasi.

Istilah jaringan granulasi berasal dari gambaran makroskopisnya yang

berwarna merah muda, lembut, dan bergranula. Gambaran histologisnya

ditandai dengan proliferasi fibroblas dan kapiler baru yang halus dan

berdinding tipis di dalam matriks ekstraseluler yang longgar.20

Jaringan

granulasi merupakan kombinasi dari elemen seluler termasuk fibroblast

dan sel inflamasi, yang bersamaan dengan timbulnya kapiler baru

tertanam dalam jaringan longgar ekstra seluler dari matriks kolagen,

fibronektin dan asam hialuronik.22

Rekrutmen dan stimulasi fibroblas dikendalikan oleh banyak faktor

pertumbuhan meliputi PDGF, bFGF, dan TGF-beta. Sumber dari berbagai

faktor ini antara lain dari endotel teraktivasi dan sel radang terutama

makrofag. Peran fibroblas sangat besar pada proses perbaikan, yaitu

bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur protein

yang akan digunakan selama proses rekonstruksi jaringan. Fibroblas akan

aktif bergerak dari jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian

akan berproliferasi serta mengeluarkan beberapa substansi seperti kolagen,

elastin, asam hialuronidase, fibronektin dan proteoglikan yang berperan

dalam merekonstruksi jaringan baru.20

Page 35: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

35

Angiogenesis suatu proses pembentukan pembuluh darah kapiler

baru didalam luka, mempunyai arti penting pada tahap proliferasi proses

penyembuhan luka. Jaringan vaskuler yang melakukan invasi kedalam

luka merupakan suatu respons untuk memberikan oksigen dan nutrisi yang

cukup di daerah luka karena biasanya pada daerah luka terdapat keadaan

hipoksik dan turunnya tekanan oksigen. Empat tahapan umum yang terjadi

di dalam perkembangan pembuluh darah kapiler baru adalah21

:

Degradasi proteolitik pada pembuluh darah induk membran basalis,

memungkinkan pembentukan suatu tunas kapiler.

Migrasi sel endotel dari kapiler asal menuju suatu rangsang

angiogenik.

Proliferasi sel endotel di belakang ujung terdepan sel yang bermigrasi.

Maturasi sel endotel dengan penghambatan pertumbuhan dan penataan

menjadi pembuluh kapiler; tahapan ini mencakup rekrutmen dan

proliferasi perisit dan sel otot polos untuk menyokong pembuluh

endotel dan untuk memberikan fungsi tambahan.

Beberapa sitokin yang menginduksi angiogenesistermasuk basic

fibroblast growth faktor (bFGF), asidic FGF (aFGF), transforming growth

factor α β (TGF α β) dan epidermal growth factor (eFGF). FGF pada

percobaan invivo merupakan subtansi poten dalam neovaskularisasi.22

Proses selanjutnya adalah re-epitelisasi, dimana fibroblas

mengeluarkan KGF (Keratinocyte Growth Factor) yang berperan dalam

stimulasi mitosis sel epidermal. Re-epitelisasi akan dimulai dari pinggir

luka dan akhirnya membentuk barrier yang menutupi permukaan luka.

Karakteristik proses re-epitelisasi pada penyembuhan luka yaitu terjadinya

perluasan secara progresif dari lapisan keratinosit yang diawali dari tepi

luka melintasi permukaan dermis yang terekspos.23

Secara umum, re-epitelisasi melibatkan beberapa proses, yaitu

migrasi keratinosit epidermal dari tepi luka, proliferasi keratinosit yang

digunakan untuk menambah epithelial tongue yang meningkat dan

bermigrasi, diferensiasi neo-epithelium menjadi epidermis yang berlapis,

pengembalian zona membran basal yang utuh yang menghubungkan

Page 36: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

36

epidermis dengan dermis di bawahnya, dan repopulasi sel-sel khusus yang

mengatur fungsi sensoris (sel Merkel), pigmentasi (melanosit), dan fungsi

imun (sel Langerhans).23

Stimulator reepitelisasi ini belum diketahui

secara lengkap. Faktor-faktor yang diduga berperan adalah EGF, TGFβ,

PDGF danIGF λ.22

Gambar 3.4. Proses Re-epitelisasi Epidermis

Sumber : Savagner, 2005

Migrasi keratinosit epidermal merupakan fase yang krusial dalam

proses re-epitelisasi pada penyembuhan luka. Keratinosit teraktivasi oleh

adanya reaksi inflamasi tahap awal, dimana terjadi perekrutan sitokin-

sitokin proinflamasi dan faktor pertumbuhan yang kemudian menginisiasi

pengaktifan sel-sel keratinosit di membran basal. Keratinosit kemudian

mengalami perubahan fenotip parsial yang mengakibatkan bentuknya

menjadi lebih datar dan motil, serta terputusnya sebagian besar desmosom

interseluler.28

Karena telah terjadi pemutusan ikatan hemidesmosom antara

membran basal dan epidermis, mengakibatkan sel-sel pada dermis dan

epidermis tidak lagi melekat satu sama lain sehingga memungkinkan

untuk terjadinya migrasi ke arah lateral dari sel-sel epidermal. Migrasi sel

terjadi secara aktif yang difasilitasi oleh adanya penonjolan sitoplasma

keratinosit yang disebut dengan filipodia dan lamellipodia.25

Satu sampai dua hari setelah terjadi luka, sel-sel epidermal pada

tepi luka mulai berproliferasi dibelakang sel-sel yang sedang bermigrasi

Page 37: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

37

aktif. Berbeda dengan tahap migrasi keratinosit epidermal yang

berlangsung secara migrasi aktif, pada tahap ini tergolong bersifat

translokasi pasif dari sel-sel marginal yang telah tebentuk sebelumnya

pada tahap migrasi epidermal. Stimulus proses migrasi dan proliferasi sel-

sel epidermal belum dapat ditentukan, namun terdapat beberapa

kemungkinan. Ketiadaannya sel-sel epidermal disekitar tepi luka

kemungkinan merupakan sinyal untuk terjadinya proses migrasi dan

proliferasi sel-sel epidermal. Pelepasan lokal dari faktor pertumbuhan dan

peningkatan ekspresi dari reseptor faktor pertumbuhan mungkin juga

menstimulasi proses tersebut.24

Setelah berlangsungnya proses re-epitelisasi, protein membran

basal kembali muncul dalam pola yang sangat teratur mulai dari tepi luka

bagian dalam membetuk seperti pola risleting. Sel-sel epidermal kemudian

kembali ke fenotip normalnya, kemudian kembali membuat ikatan yang

kuat antara membran basal dan dermis yang berada tepat dibawahnya.25

c. Fase Maturasi

Fase maturasi merupakan tahap akhir proses penyembuhan luka yang

memerlukan waktu lebih dari satu tahun, bergantung pada kedalaman dan

luas luka. Jaringan parut kolagen terus melakukan reorganisasi dan akan

menguat setelah beberapa bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah

menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan

penyembuhan yang kuat dan bermutu.

Scab atau keropeng akan lepas dari permukaan luka setelah lapisan

epidermis telah terbentuk kembali dengan ketebalan sama seperti kulit

yang sehat. Ketika proses penyembuhan mengalami kemajuan, jumlah

fibroblas yang berproliferasi dan pembuluh darah baru akan berkurang,

namun secara progresif fibroblas akan lebih mengambil fenotip sintesis

sehingga terjadi peningkatan deposisi matriks ekstraseluler. Terbentuk

asam hialuronidase dan proteoglikan dengan berat molekul besar berperan

dalam pembentukan matriks ekstraseluler dengan konsistensi seperti gel

dan membantu infiltrasi seluler.Kolagen berkembang cepat menjadi faktor

utama pembentuk matriks. Serat kolagen pada permulaan terdistribusi acak

Page 38: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

38

membentuk persilangan dan beragregasi menjadi bundel-bundel fibril yang

secara perlahan menyebabkan penyembuhan jaringan dan meningkatkan

kekakuan dan kekuatan ketegangan.22

Secara khusus, sintesis kolagen sangat penting untuk

perkembangan kekuatan pada tepat penyembuhan luka. Namun,

penumpukan kolagen yang sebenarnya tidak hanya bergantung pada

peningkatan sintesis, tetapi juga pada degenerasi kolagen. Pada akhirnya,

bangunan dasar jaringan granulasi berkembang menjadi suatu jaringan

parut yang sebagian besar terdiri atas fibroblas inaktif berbentuk

kumparan, kolagen padat, fragmen jaringan elastis, dan komponen matriks

ekstraseluler lainnya. Kekuatan dari jaringan parut akan mencapai

puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan.21

Remodeling kolagen selama pembentukan jaringan parut

tergantung pada proses sintesis dan katabolisme kolagen yang

berkesinambungan. Degradasi kolagen pada luka dikendalikan oleh enzim

kolagenase. Kecepatan tinggi sintesis kolagen mengembalikan luka ke

jaringan normal dalam waktu 6 bulan sampai 1 tahun. Remodeling aktif

jaringan parut akan terus berlangsung sampai 1 tahun dan tetap berjalan

dengan lambat seumur hidup.22

Saat jaringan parut menjadi matang, akhirnya regresi pembuluh

darah akan mengubah jaringan granulasi yang sangat banyak pembuluh

darahnya menjadi suatu jaringan parut yang pucat dan sangat avaskular.

Kolagen muda yang terbentuk pada fase proliferasi akan berubah menjadi

kolagen yang lebih matang, yaitu lebih kuat dan struktur yang lebih baik.21

Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan

kekuatan jaringan kulit mampu atau tidak lagi mengganggu untuk

melakukan aktivitas yang normal.

Page 39: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

39

Gambar 3.5. Proses Penyembuhan Luka. (a) Fase Inflamasi ; (b) Re-epitelisasi

dan Neovaskularisasi

Sumber : Singer, 1999

2.1.5. Silver Sulfadiazine

Sampai saat ini Silver Sulfadiazine masih digunakan sebagai obat

standar untuk pengobatan luka bakar terutama derajat II dan III. Krim ini

memliki dua komponen zat aktif yaitu silver dan sulfadiazine dengan kadar

1% yang terdispersi secara merata dalam bentuk butiran-butiran halus

dengan zat pembawa berbentuk krim dan bersifat hidrofilik. Bersifat

bakteriostatik dan mempunyai spektrum luas terhadap kuman Gram positif

maupun negatif. Komponen vehikulumnya berupa emulsi oil in water yang

larut dalam air. Pengemulsian ini berguna untuk meningkatkan kecepatan

absorbsi perkutan dan mempermudah penetrasi kedalam luka bakar.23

2.1.6. Vaselin Album

Vaselin album adalah golongan lemak mineral diperoleh dari

minyak bumi. Titik cair sekitar 10-50°C, mengikat 30% air, tidak berbau,

transparan, konsistensi lunak. Sifat dasar salep hidrokarbon ini sukar

dicuci, tidak mengering dan tidak berubah dalam waktu lama. Salep ini

digunakan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan

bertindak sebagai penutup (oklusif).26

(b) (a)

Page 40: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

40

2.1.7. Adeps Lanae

Adeps lanae ialah lemak murni dari lemak bulu domba, keras dan

melekat sehingga sukar dioleskan, mudah mengikat air. Adeps lanae

hydrosue atau lanolin ialah adeps lanae dengan akua 25-27%.Salep ini

dapat dicuci namun kemungkinan bahan sediaan yang tersisa masih ada

walaupun telah dicuci dengan air.28

2.1.8. Tikus Sprague dawley

Tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley merupakan

salah model tikus yang banyak digunakan dalam penelitian biomedik.

Tingkat reproduksinya sangat baik, mudah dalam penanganan karena

sifatnya yang tenang dan memiliki masa hidup tikus ini sekitar 2,5-3,5

tahun. Tikus ini memiliki rasio panjang ekor dengan panjang badan yang

lebih besar daripada galur Wistar. Berat badan dewasa pada betina adalah

250- 400 gram, sedangkan pada jantan adalah 450-520 gram.26

Page 41: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

41

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah penelitian eksperimental deskriptif

analitik.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Animal House, Laboratorium

Farmakologi, dan Laboratorium Histologi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada

bulan Januari sampai Agustus 2014.

3.3. Populasi dan Sampel

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih

(Rattus norvegicus) kelamin jantan galur Sprague dawley yang dibagi

dalam 5 kelompok secara random dengan cara pengundian.

Besar sampel yang digunakan sebanyak 25 ekor tikus putih,

dihitung berdasarkan rumus Federer yaitu (t-1) (n-1) ≥ 15 dimana t =

banyaknya kelompok tikus dan n = jumlah tikus tiap kelompok.29

(t-1) (n-1) ≥ 15

(5-1) (n-1) ≥ 15

4 (n-1) ≥ 15

4n – 4 ≥ 15

4n ≥ 19

n ≥ 4.75 (n=5)

Berdasarkan rumus diatas sampel yang digunakan tiap kelompok

percobaan adalah sebanyak 5 sampel sehingga memenuhi syarat dalam

banyaknya sampel yang digunakan. Jumlah kelompok yang digunakan

Page 42: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

42

adalah sebanyak 5 kelompok sehingga penelitian ini menggunakan 25 ekor

tikus putih dari populasi yang ada. Pembagian tersebut dilakukan secara

random dengan cara pengundian. Sampel pada penelitian ini ditentukan

dengan kriteria-kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi antara lain

tikus galur Sprague dawley, berbulu putih dan sehat, berjenis kelamin

jantan, berusia sekitar 3 bulan, serta memiliki rentang berat badan antara

300-400 gram. Sementara kriteria eksklusi antara lain mati selama

aklimatisasi, serta memiliki luka di daerah kulit punggung.

Kelima kelompok tersebut terdiri dari : kelompok K(-) adalah

kelompok kontrol negatif dimana luka diolesi basis salep; kelompok K(+)

adalah kelompok kontrol positif dimana luka diolesi salep Silver

Sulfadiazine; kelompok P1 adalah kelompok perlakuan dimana luka

diolesi salep ekstrak daun binahong konsentrasi 10%; kelompok P2 adalah

kelompok perlakuan dimana luka diolesi salep ekstrak daun binahong

konsentrasi 20%; serta kelompok P3 adalah kelompok perlakuan dimana

luka diolesi salep ekstrak daun binahong konsentrasi 40%.

3.4. Variabel Penelitian

3.4.1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah salep ekstrak daun

binahong dengan konsentrasi 10%, 20%, dan 40%, basis salep, serta krim

silver sulfadiazine.

3.4.2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah ketebalan lapisan re-

epitelisasi yang terjadi setelah hari kelima perlakuan yang diamati secara

mikroskopis.

Page 43: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

43

3.5. Alur Penelitian

Penyediaan daun

binahong segar

sebanyak 4kg

Dikeringkan

dibawah sinar

matahari

Determinasi di

LIPI Sertifikat

Ekstraksi dengan

etanol 96% di

BALITRO

Ekstrak

kental

Penyediaan

bahan basis

salep (vaselin

album dan adeps

lanae)

Pembuatan

basis salep dan

salep ekstrak

daun binahong

Penyediaan tikus

Sprague dawley

25 ekor

Pembuatan preparat di

Deparemen PA FKUI

Pengamatan preparat

histopatologi

Adaptasi tikus

selama 7 hari, 1

ekor per kandang,

makan dan minum

secara ad libitum

Pencukuran rambut

pada punggung tikus

menggunakan

gunting, pisau cukur,

dan krim cukur

Induksi luka bakar pada

punggung tikus menggunakan

plat besi panas selama 30

detik dengan penekanan

Randomisasi menjadi

5 kelompok

Aplikasi salep 2x

sehari selama 5 hari

Data ketebalan

lapisan re-epitelisasi

epidermis

Uji statistik

Penyediaan

krim Silver

Sulfadiazine

Eksisi jaringan

kulit tikus

Page 44: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

44

3.6. Cara Kerja Penelitian

3.6.1. Pembuatan Ekstrak Daun Binahong

Sampel berupa daun binahong segar didapatkan dari pusat

penjualan tanaman binahong di daerah Cisarua kemudian proses

pengeringan daun juga dilakukan disana. Tahapannya sebanyak 4 kg daun

binahong segar yang tidak terserang hama, penyakit, dan pencemar

lainnya dibersihkan dengan air mengalir, kemudian ditiriskan. Selanjutnya

dipotong menjadi bagian-bagian kecil dan dikeringkan dibawah sinar

matahari sampai sampel tersebut benar-benar kering, proses ini

membutuhkan waktu hingga tiga hari jika cuaca sedang tidak hujan.

Selanjutnya daun binahong kering sebanyak 530,6 gram dibawa ke

Balai Tamanan Obat dan Aromatik (BALITRO) untuk dilakukan ekstraksi

dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96% oleh tenaga

laboratorium disana. Hasil yang didapat berupa ekstrak kental daun

binahong sebanyak 26,2 gram. (Gambar lihat Lampiran 4).

3.6.2. Pembuatan Basis Salep

Pembuatan basis salep dilakukan sendiri oleh peneliti di

Laboratorium Farmakologi. Basis salep yang akan digunakan adalah basis

berlemak yaitu adeps lanae dan vaselin album. Sebelumnya adeps lanae

dan vaselin album dipanaskan agar melebur diatas air yang mendidih

menggunakan baker glass, cawan porselen, hot plate stirrer, dan spatula.

Kemudian, adeps lanae dan vaselin album dicampur menggunakan

lumpang dan alu yang sebelumnya disiram dengan menggunakan air panas

dengan suhu 500C. Setelah itu campuran tersebut diaduk dengan kecepatan

konstan hingga homogen dan terbentuk basis salep. Basis salep kemudian

disimpan dalam tabung plastik dan ditutup (Gambar lihat Lampiran 4).

Pemilihan sediaan berbentuk salep dengan vaselin album dan adeps

lanae sebagai basisnya adalah berdasarkan sifatnya yang dapat menutup

luka dengan baik serta dapat menyerap air dalam luka sehingga

Page 45: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

45

meningkatkan hidrasinya. Perawatan luka tertutup (occlusive dressing) dan

hidrasi yang baik dapat menciptakan lingkungan luka yang lembab

sehingga dapat memfasilitasi untuk mempercepat proses penyembuhan

luka (moist wound healing).30

3.6.3. Pengujian Sediaan Salep

Pengujian sediaan salep juga dilakukan sendiri oleh peneliti di

Laboratorium Farmakologi. Sediaan salep yang telah dibuat dilakukan uji

berupa tes homogenitas. Tes homogenitas dilakukan dengan cara

mengoleskan sediaan salep ekstrak daun binahong pada sekeping kaca

transparan dimana sediaan diambil bagian atas, tengah dan bawah.31

3.6.4. Pembuatan Konsentrasi Salep Ekstrak Daun Binahong

Formula standar dasar basis salep yang digunakan adalah31

:

R/ Adeps Lanae 15 g

Vaselin Album 85 g

m.f salep 100 g

Sediaan salep yang akan digunakan dalam penelitian ini memiliki

konsentrasi masing-masing yaitu 10%, 20%, 40% dibuat sebanyak 30 g

(Gambar lihat Lampiran 2).

Konsentrasi 10%

R/ Ekstrak daun binahong 3 g

Dasar salep 27 g

m.f salep 30 g

Konsentrasi 20%

R/ Ekstrak daun binahong 6 g

Dasar salep 24 g

m.f salep 30 g

Konsentrasi 40%

R/ Ekstrak daun binahong 12 g

Dasar salep 18 g

m.f salep 30 g

Page 46: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

46

3.6.5. Etika Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini telah disetujui oleh Komisi Etik

Penelitian Kesehatan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sebelum

diberikan perlakuan, terlebih dahulu 25 ekor tikus diadaptasikan dalam

lingkungan animal house selama tujuh hari, kemudian dilakukan

randomisasi dengan cara undian menjadi lima kelompok, dimana masing-

masing kelompok terdiri dari lima tikus. Tikus ditempatkan di kandang

yang sesuai dengan habitatnya. Setiap tikus dipisahkan dengan cara

memasang sekat kawat sehingga kontak fisik antar tikus dapat dihindari.

Bagian alas kandang diberi sekam kayu untuk menampung kotoran dan

urin tikus, kemudian ditutup dengan menggunakan sekat kawat agar

serbuk kayu tidak dapat mengkontaminasi luka pada pada punggung tikus.

Pembersihan kandang selama perlakuan dilakukan setiap dua hari sekali.

Selama percobaan, kelima kelompok tikus diberi makan pelet dan air

secara ad libitum

Setelah dilakukan perlakuan selama 5 hari, pada hari ke-6

dilakukan terminasi dengan menggunakan inhalasi eter. Selanjutnya

dilakukan pengambilan sampel jaringan kulit di bagian dorsal (Gambar

lihat Lampiran 4). Sampel jaringan kemudian dibawa ke Laboratorium

Patologi Anatomi FKUI. Bagian tubuh tikus yang tidak diambil untuk

sampel jaringan dikuburkan.

3.6.6. Induksi Luka Bakar pada Tikus

Sebelum dilakukan pencukuran, sediakan toples yang berisi tissue

yang telah diberi cairan eter sebagai anastesi. Masukkan tikus ke dalam

toples, lalu tunggu beberapa saat sampai efek inhalasi eter terlihat yakni

tikus akan terlihat melemas. Dibawah pengaruh anastesi, cukur bersih

bagian punggung tikus dengan menggunakan gunting, krim cukur, serta

pisau cukur untuk meminimalisir timbulnya iritasi pada kulit tikus.

Page 47: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

47

Tikus kembali dianastesi dengan dimasukkan kedalam toples berisi

eter sebelum dilakukan induksi luka bakar. Kemudian lakukan sterilisasi

dengan alkohol 70% pada daerah punggung tikus yang telah dicukur.

Induksi luka bakar pada tikus dilakukan menggunakan plat besi berukuran

4 x 2 cm2 yang dipanaskan dalam air mendidih (suhu ± 95

0C) selama 5

menit, lalu tempelkan plat besi pada kulit punggung tikus selama 30 detik.

(Gambar lihat Lampiran 4).32

3.6.7. Pemberian Salep Ekstrak Daun Binahong

Pemberian salep dilakukan dengan cara mengoleskan di bagian

luka pada punggung tikus dua kali sehari, yaitu di pagi dan sore hari,

selama 5 hari dari hari ke-1 sampai hari ke-5 setelah induksi luka bakar.

Sebagai pembanding digunakan kontrol negatif yaitu tikus yang diberi

basis salep saja tanpa kandungan ekstrak daun binahong dan kontrol

positif yang diberi Silver Sulfadiazine sebagai obat standar penanganan

sebagian besar luka bakar yang sampai saat ini masih digunakan secara

luas. (Gambar lihat Lampiran 4).

3.6.8. Eksisi Jaringan Kulit Tikus

Setelah 5 hari tikus diterminasi dengan menggunakan eter inhalasi.

Setelah itu dilakukan eksisi pada seluruh ketebalan jaringan kulit yang

diambil dari lokasi luka, kemudian difiksasi menggunakan larutan

formalin 10% dan disimpan dalam tabung organ (Gambar lihat Lampiran

4).25

3.6.9. Pembuatan Preparat Histologi Jaringan Kulit Tikus

Jaringan kulit tersebut kemudian dibuat preparat histopatologi

dengan metode blok paraffin denganpewarnaan Hemaktosilin-Eosin yang

dilakukan di departemen Patologi Anatomi FKUI (Gambar lihat Lampiran

4).

3.6.10. Pengamatan Preparat Histopatologi

Page 48: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

48

Preparathistopatologi diamati dengan menggunakan mikroskop

cahayaOlympus BX41 dengan perbesaran 100 kali kemudian difoto

dengan menggunakan kamera mikroskop Olympus DP25 serta software

Olympus DP2-BSW (Gambar lihat Lampiran 4). Data mikroskopis dalam

hal ini berkaitan dengan proses re-epitelisasi epidermis dengan parameter

yang digunakan adalah ketebalan lapisan re-epitelisasi epidermis. Dengan

demikian didapatkan file foto preparat yang akan dihitung ketebalan

lapisan re-epitelisasi epidermisnya menggunakan aplikasi ImageJ.

3.6.11. Penghitungan Ketebalan Lapisan Re-epitelisasi Epidermis

Penghitungan ketebalan lapisan re-epitelisasi epidermis dihitung

menggunakan aplikasi ImageJ. Tahapannya adalah sebagai berikut :

a. Buka aplikasi ImageJ.

b. Klik “File” pada menubar.

c. Klik “Open” dan masukkan file foto yang diinginkan.

d. Setelah file foto terbuka, klik “Straight” pada menu toolbar.

e. Buatlah garis lurus persis sepanjang penggaris yang terdapat pada

bagian kanan bawah foto preparat histopatologi.

f. Klik “Analyze” pada menubar kemudian klik “Set Scale”.

g. Ketik ukuran panjang penggaris yang terdapat pada foto preparat

histopatologi pada kolom “Known Distance”, dalam penelitian ini

adalah 100, kemudian satuannya dalam kolom “Unit of Length”,

dalam penelitian ini adalah µm.

h. Klik “OK”.

i. Buatlah kembali garis lurus sepanjang ketebalan lapisan re-

epitelisasi epidermis yang dikehendaki.

j. Klik “Analyze” pada menubar kemudian klik “Measure”.

k. Kemudian akan muncul halaman baru dengan judul “Result”, pada

penelitian ini data yang digunakan adalah yang terdapat pada kolom

“Length”.

l. Lakukan langkah a sampai k setiap kali akan mengukur ketebalan

lapisan re-epitelisasi epidermis.

Page 49: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

49

m. Apabila diperlukan, halaman “Result” dapat disimpan dengan cara

klik “File” kemudian klik “Save”.

Pada penelitian ini, penghitungan ketebalan lapisan re-epitelisasi

epidermis dilakukan pada kedua tepi luka yang diamati pada preparat

histopatologi. Pada masing-masing tepi luka diambil data ketebalan

lapisan re-epitelisasi epidermisnya pada lima titik secara berurutan

kemudian dihitung reratanya.

3.7. Managemen dan Analisis Data

Data histopatologis diolah dengan analisisOne WayANOVA.

Pengolahan data menggunakan SPSS versi 16.

3.8. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Alat

ukur

Cara

pengukuran Hasil ukur

Skala

ukur

1. Re-

epitelisasi

epidermis

Proses

pertumubuhan

kembali sel-sel

epitelial

Aplikasi

imageJ

Ketebalan

lapisan re-

epitelisasi

epidermis

yang diukur

adalah yang

terdapat pada

kedua tepi

luka yang

diamati pada

preparat

histopatologi

kemudian

dihitung

reratanya

Ketebalan

lapisan re-

epitelisasi

epidermis

dalam satuan

µm

Numerik

Page 50: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

50

2. Salep

ekstrak daun

binahong

Salep ekstrak

daun binahong

yang dibuat

dengan metode

maserasi

menggunakan

etanol 96%,

dengan

konsentrasi

10%, 20%, dan

40%

Kategorik

3. Basis salep Salep yang

berisi vaseline

album dan

adeps lanae

tanpa ekstrak

daun binahong

Kategorik

4. Krim Silver

Sulfadia-

zine

Krim yang

standar

digunakan pada

pengobatan luka

bakar,

mengandung

dua komponen

zat aktif yaitu

silver dan

sulfadiazine

Kategorik

Page 51: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

51

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan pengamatan secara makroskopis, pada hari pertama setelah

induksi luka bakar tampak luka yang eritem dan sedikit kecoklatan, serta

permukaan luka terlihat masih basah. Setelah hari ke lima, luka terlihat berupa

keropeng yang berwarna kecoklatan, kering, serta luas permukaan luka terlihat

semakin mengecil.

Gambar 4.1. Gambaran Makroskopik Luka Bakar dengan Lama Paparan

30 Detik pada Kulit Tikus.

(a) Hari ke-1 ; (b) Hari ke-5

Data hasil penelitian ini berupa ketebalan lapisan re-epitelisasi epidermis

dari pengamatan preparat histopatologi yang dipulas dengan pewarnaan

Hemaktosilin-Eosin. Pengamatan preparat histopatologi dilakukan menggunakan

mikroskop cahaya dengan pembesaran 100 kali. Ketebalan lapisan epidemis yang

dihitung adalahyang terdapat pada kedua tepi luka yang diamati pada preparat

histopatologi kemudian dihitung reratanya, dengan landasan teori bahwa proses

re-epitelisasi pada penyembuhan luka diawali dari tepi luka dengan cara migrasi

keratinosit secara aktif menuju ke bagian permukaan dermis yang terekspos.37

Gambaran mikroskopis penyembukan luka bakar dengan lama paparan 30

detik pada tikus pada masing-masing kelompok disajikan pada gambar berikut.

(b) (a)

Page 52: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

52

Gambar 4.1. Sampel jaringan kulit dengan pewarnaan HE pada pembesaran

100x.(a) Kontrol positif; (b) Kontrol negatif; (c) Perlakuan 1; (d) Perlakuan 2;

(e) Perlakuan 3

Hasil pengamatan ketebalan lapisan re-epitelisasi pada setiap kelompok

disajikan dalam bentuk grafik dibawah ini.

Gambar 4.3. Grafik Rerata Ketebalan Lapisan Re-epitelisasi

-

10

20

30

40

50

60

70

K (-) P1 P2 P3 K (+)

Ketebalan

Lapisan

Re-epitelisasi

(µm)

Kelompok Penelitian

Grafik Rerata Ketebalan Lapisan Re-epitelisasi

(c) (d) (e)

(a) (b)

Page 53: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

53

Data hasil penelitian diuji normalitasnya menggunakan uji Shapiro-Wilk.

Uji tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah sebaran data yang ada dalam

distribusi yang normal atau tidak. Dari hasil uji Shapiro-Wilk didapatkan hasil

bahwa nilai signifikansi untuk masing-masing kelompok semuanya adalah > 0,05,

maka dapat diambil kesimpulan bahwa distribusi kelima kelompok data adalah

normal.33

Selanjutnya dilakukan uji homogenitas menggunakan Levene’s test dan uji

One Way ANOVA. Pada uji homogenitas didapatkan nilai p = 0,872 atau p >

0,050, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan varians antar

kelompok yang dibandingkan atau dengan kata lain varians data sama. Karena

varians data sama, maka hasil uji One Way ANOVA yang didapatkan adalah

valid. Pada uji One Way ANOVA didapatkan p = 0,006 atau p < 0,050

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan ketebalan lapisan re-epitelisasi epidermis

yang bermakna pada minimal dua kelompok pada penelitian ini.

Tabel 4.1. Hasil Analisis Data Ketebalan Lapisan Re-epitelisasi

Kelompok

Perlakuan N Mean

Standar

Deviation P value

K (-) 5 17,3336 18,79839

0,006

P1 5 12,7136 13,61115

P2 5 59,6098 19,91269

P3 5 22,8042 18,76966

K (+) 5 37,3210 22,97679

Keterangan :

K- : Kelompok pemberian basis salep (kontrol negatif)

P1 : Kelompok pemberian salep ekstrak binahong konsentrasi 10%

P2 : Kelompok pemberian salep ekstrak binahong konsentrasi 20%

P3 : Kelompok pemberian salep ekstrak binahong konsentrasi 40%

K+ : Kelompok pemberian Silver Sulfadiazine (kontrol positif)

Page 54: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

54

Dari tabel 4.1. dan gambar 4.3. dididapatkan data bahwa rerata ketebalan

lapisan re-epitelisasi yang terbesar terjadi pada kelompok P2 yaitu kelompok

pemberian salep ekstrak daun binahong konsentrasi 20% dibandingkan dengan

keempat kelompok lainnya dengan nilai mean sebesar 59,6098 µm.

Kelompok P1 yaitu kelompok pemberian salep ekstrak daun binahong

konsentrasi 10% berdasarkan nilai mean yakni sebesar 12,7136 µm, dapat

disimpulkan bahwa pengaruhnya tidak lebih baik dari kontrol negatif yaitu

kelompok pemberian basis salep (nilai mean 17,3336 µm) dalam meningkatkan

ketebalan lapisan re-epitelisasi.

Kelompok P3 yaitu kelompok pemberiansalep ekstrak daun binahong

konsentrasi 40% berdasarkan nilai mean yakni sebesar 33,8042 µm, dapat

disimulkan bahwa pengaruhnya tidak lebih baik dari kontrol positif yaitu

kelompok pemberian krim Silver Sulfadiazine (nilai mean 37,3210 µm) maupun

kelompok pemberian salep ekstrak binahong konsentrasi 20% (nilai mean59,6098

µm) dalam meningkatkan ketebalan lapisan re-epitelisasi.

Dari data yang diperoleh berdasarkan nilai mean, dapat disimpulkan

bahwa pada penelitian ini kelompok yang paling besar pengaruhnya terhadap

peningkatan ketebalan rata-rata lapisan re-epitelisasi pada proses penyembuhan

luka adalah kelompok pemberian salep ekstrak daun binahong konsentrasi 20%

kemudian secara berturut-turut diikuti oleh kelompok pemberian salep Silver

Sulfadiazine, kelompok pemberian salep ekstrak daun binahong konsentrasi 40%,

kelompok pemberian basis salep, dan yang paling sedikit pengaruhnya adalah

kelompok pemberian ekstrak daun binahong konsentrasi 10%.

Pembentukan re-epitelisasi pada luka yang diberi ekstrak daun binahong

ditingkatkan oleh adanya zat aktif yang terkandung didalamya, antara lain

saponin, flavonoid, alkaloid, terpenoid, serta steroid.4

Saponin termasuk dalam golongan senyawa glikosida alami yang terikat

dengan steroid atau triterpena. Kandungan fruticesaponin B dalam beberapa jenis

saponin diketahui mempunyai aktivitas anti inflamasi yang sangat tinggi.

Diantaranya adalah mampu menginhibisi reaksi inflamasi pada fase-fase awal,

namun meningkat pada tahap selanjutnya.37

Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Choi Seongwon diketahui bahwa saponin dapat meningkatkan

Page 55: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

55

ekspresi dari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses proliferasi, termasuk

proliferasi sel-sel epidermal.36

Studi lain yang dilakukan oleh Kim YS et al juga telah menemukan bahwa

kecepatan migrasi sel-sel keratinosit pada proses re-epitelisasi lebih tinggi pada

kelompok pemberian saponin dibandingkan kelompok kontrol. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa saponin tidak hanya meningkatkan proliferasi sel epidermal

namun juga mampu mempercepat proses migrasi keratinosit yang berperan sangat

penting dalam proses re-epitelisasi.37

Pada studi yang sama didapatkan bahwa saponin mampu menekan reaksi

inflamasi pada tahap-tahap awal dibuktikan dengan sedikitnya jumlah sel-sel

radang, serta mampu mendorong sintesis kolagen melalui fosforilasi protein Smad

2.37

Efek-efek yang dimiliki oleh saponin tersebut membuktikan bahwa saponin

bermanfaat dalam mempercepat proses penyembuhan luka.

Kandungan lain yang terdapat dalam daun binahong adalah flavonoid.

Flavonoid merupakan senyawa yang terkandung dalam beberapa jenis tumbuhan.

Kemampuan flavonoid sebagai antioksidan belakangan telah banyak diteliti,

dimana flavonoid mampu mengurangi atau mengubah radikal bebas. Salah satu

caranya flavonoid akan dioksidasi oleh radika-radikal bebas, yang mengakibatkan

radikal bebas menjadi lebih stabil dan berkurang kereaktifannya.38

Diperlukan adanya antioksidan pada proses penyembuhan luka tidak lain

karena keberadaan radikal bebas dapat menghambat terjadinya proliferasi sel,

menghambat supresi reaksi inflamasi, serta menghambat kontraksi dari jaringan

kolagen yang terbentuk, yang keseluruhannya dapat menyebabkan terhambatnya

proses penyembuhan luka.31

Selain itu kandungan flavonoid pada daun binahong

diperkirakan juga dapat berfungsi sebagai penghancur mikroba terutama dari

golongan bakteri Gram negatif. Dengan demikian daun binahong juga tergolong

berkhasiat sebagai antibiotik.4

Penelitian ini didukung oleh penelitian lain yang dilakukan Suci Ariani

mengenai khasiat daun binahong terhadap pembentukan jaringan granulasi dan re-

epitelisasi peyembuhan luka terbuka pada kulit kelinci. Penelitian tersebut

menunjukkan bahwa pemberian daun binahong membantu penyembuhan luka

Page 56: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

56

dengan pembentukan jaringan granulasi yang lebih banyak dan re-epitelisasi yang

terjadi lebih cepat dibandingkan luka yang tidak diberi daun binahong.7

Pada penelitian lainnya yang dilakukan oleh MN Syuhar mengenai

perbandingan tingkat kesembuhan luka bakar derajat II antara pemberian madu

dan tumbukan daun binahong pada tikus putih galur Sprague dawley

menunjukkan bahwa secara makroskopis, kulit tikus pada kelompok perlakuan

yang diberikantumbukan daun binahong menunjukan tingkat kesembuhan yang

paling tinggi diantara semua kelompok, yaitu sebesar 69,96 %. Namun hal

tersebut tidak dibuktikan secara mikroskopis, dimana kelompok pemberian madu

memberikan hasil yang lebih baik.34

Penelitian lain yang dilakukan oleh Isnatin Maldiyah juga mendukung

penelitian ini, yaitu mengenai efek pemberian ekstrak daun binahong pada

penyembuhan luka eksisi pada marmut. Didapatkan hasil bahwa ekstrak daun

binahong secara signifikan mampu menyembuhkan luka pada marmut

dibandingkan dengan kontrol positif dan kontrol negatif. Lebih rinci bahwa pada

penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun

binahong, maka makin besar efek penyembuhannya, meskipun pada penelitian ini

hal tersebut tidak terlalu terlihat, dimana pemberian salep ekstrak daun binahong

konsentrasi 40% tidak menunjukkan pengaruh yang lebih besar dalam

meningkatkan ketebalan lapisan re-epitelisasi dibanding konsentrasi 20%.35

Salah satu penyebabnya kemungkinan karena dalam proses penyembuhan

luka dibutuhkan keadaan kelembaban tertentu. Manajemen luka terkini memiliki

tujuan salah satunya untuk menciptakan lingkungan luka yang lembab untuk

mempercepat penyembuhan luka (moist wound healing), yaitu dengan

merangsang pembentukan growth factor yang berperan pada re-epitelisasi

epidermis dan angiogenesis, dimana produksi komponen tersebut lebih cepat

terbentuk dalam lingkungan yang lembab. Growth factor tersebut antara lain

Epidermal Growth Factor (EGF), Fibroblast Growth Factor (FGF) dan

Interleukin 1 (IL-1).39

Konsep mengenai moist wound healing pertama kali

ditemukan oleh George Winter dimana pada penelitiannya didapatkan hasil

bahwa re-epitelisasi terjadi dua kali lebih cepat pada lingkungan luka yang

lembab dibandingkan dengan luka yang kering.39

Page 57: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

57

Sehingga pada penelitian ini peningkatan ketebalan lapisan re-epitelisasi

tidak hanya ditentukan oleh faktor banyaknya kandungan zat aktif yang

terkandung dalam berbagai sediaan salep yang digunakan, namun juga

dipengaruhi oleh faktor kemampuan menciptakan lingkungan luka yang lembab

oleh berbagai sediaan salep yang digunakan. Dimana pada penelitian ini,

kelembaban luka difasilitasi oleh penggunaan basis salep yang terdiri dari vaselin

album dan adeps lanae yang bersifat oklusif dan mampu meningkatkan hidrasi

sehingga dapat meningkatkan kelembaban pada permukaan luka.30

Pada penelitian ini pemberian salep ekstrak daun binahong konsentrasi

20% memberikan pengaruh yang paling besar dalam meningkatkan ketebalan

lapisan re-epitelisasi. Hal tersebut kemungkinan karena pada salep ekstrak daun

binahong konsentrasi 20% mengandung zat-zat aktif ekstrak daun binahong dalam

kadar yang memadai serta kelembaban yang dihasilkan optimal bagi proses

penyembuhan luka.

Pada penelitian ini salep ekstrak daun binahong konsentrasi 40%

menggunakan basis salep dengan jumlah yang paling sedikit pada saat pembuatan

sedian salep ekstrak daun binahong, sehingga kemumgkinan kemampuannya

menciptakan lingkungan luka yang lembab juga berkurang. Akibatnya, ketebalan

re-epitelisasi yang dihasilkan tidak sebaik pada pemberian salep ekstrak daun

binahong konsenrasi 20% meskipun kandungan zat aktif daun binahong yang

dikandungnya lebih banyak.

Pemberian salep ekstrak daun binahong konsenrasi 40% juga tidak

memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan pemberian krim Silver

Sulfadiazine. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian salep ekstrak daun

binahong konsentrasi 40% tetap berpengaruh positif dalam meningkatkan

ketebalan rata-rata lapisan re-epitelisasi epidermis pada proses penyembuhan luka,

dilihat dari nilai mean yang lebih besar dari kelompok kontrol negatif, namun

efektivitasnya tidak sebaik dengan pemberian salep Silver Sulfadiazine.

Pada salep ekstrak daun binahong 10% memang menggunakan basis salep

dengan jumlah yang lebih banyak dibanding konsentrasi 20% dan 40%, namun

karena kandungan zat aktif ekstrak daun binahong yang terkandung tergolong

rendah sehingga tidak menghasilkan ketebalan re-epitelisasi yang lebih baik.

Page 58: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

58

Bahkan efek penyembuhannya masih lebih rendah daripada kelompok pemberian

basis salep tanpa ekstrak daun binahong, hal tersebut menunjukkan bahwa

memang faktor kelembaban luka berperan cukup besar dalam mempercepat proses

penyembuhan luka.

Dengan adanya zat-zat seperti saponin dan flavonoid dalam kadar yang

cukup tinggi dalam daun binahong, serta zat-zat lain seperti alkaloid, terpenoid,

serta steroid diperkirakan yang memberikan pengaruh besar dalam mempercepat

proses penyembuhan luka. Selain itu juga kelembaban luka yang yang diciptakan

ternyata berpengaruh dalam mempercepat proses re-epitelisasi pada penyembuhan

luka. Namun kedepannya masih diperlukan pengujian lebih lanjut mengenai

kandungan zat apa dalam daun binahong yang perannya paling signifikan dalam

mempercepat proses penyembuhan luka serta pada kadar kelembaban luka yang

bagaimana yang mampu secara efektif mempercepat proses penyembuhan luka.

Page 59: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

59

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Pemberian salep ekstrak daun binahong pada konsentrasi 20% dan

40% memliliki pengaruh terhadap peningkatan ketebalan lapisan re-

epitelisasi pada proses penyembuhan luka, dimana kelompok pemberian

salep ekstrak daun binahong konsentrasi 20% memperlihatkan pengaruh

yang lebih besar daripada konsentrasi 40%. Sedangkan pada konsentrasi

10% tidak menunjukkan adanya pengaruh terhadap peningkatan ketebalan

lapisan re-epitelisasi pada proses penyembuhan luka.

5.2. Saran

1. Pada penelitian lebih lanjut disarankan pengambilan sampel untuk

pembuatan preparat histopatologi dilakukan secara serial yaitu pada

beberapa titik waktu, tidak hanya pada hari 5 setelah induksi luka

bakar agar pengaruhnya terhadap peningkatan ketebalan rata-rata

lapisan re-epitelisasi pada proses penyembuhan luka dapat diamati

dengan lebih baik.

2. Pada penelitian lebih lanjut perlu dilakukan pengamatan histopatologi

dengan pewarnaan yang lebih spesifik untuk mengamati proses re-

epitelisasi.

3. Pada penelitian lebih lanjut disarankan untuk memanfaatkan bagian

lain dari tanaman binahong selain daunnya, seperti bunga, batang,

maupun umbinya.

Page 60: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

60

DAFTAR PUSTAKA

1. Kristanto, H. Perbedaan efektifitas perawatan luka bakar derajat II dengan

lendir lidah buaya (aloe vera) dibandingkan dengan cairan fisiologis (normal

saline 0,9%) dalam mempercepat proses penyembuhan. [Skripsi]. Malang:

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya; 2005.

2. Moenadjat Y. Luka bakar : masalah dan tatalaksana edisi 4. Jakarta : Balai

Penerbit FKUI; 2003.

3. Syamsuhidajat R, Wim D J. Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC ; 2005.

4. Dalimartha S. Atlas tumbuhan obat Indonesia jilid 4. Jakarta : Puspa Swara;

2006.p. 3.

5. Fawzi A, Setyohadi R, Noorhamdani. Uji efektivitas ekstrak daun binahong

(anredera cordifolia(ten.) steenis) sebagai antimikroba terhadap bakteri

klebsiella pneumoniae secara in vitro. Malang : Universitas Brawijaya; 2010.

6. Persada AN, Windarti I, Fiana DN. Perbandingan tingkat kesembuhan luka

bakar derajat II antara pemberian topikal daun binahong (Anredera cordifolia

(Ten.) Steenis) tumbuk dan hidrogel pada tikus putih (rattus norvegicus) galur

Sprague dawley. Lampung : Universitas Lampung ; 2014.

7. Ariani S. Khasiat daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) terhadap

pembentukan jaringan granulasi dan reepitelisasi penyembuhan luka terbuka

kulit kelinci. Jurnal e-Biomedik Vol. 1 No. 2 ; Juli 2013 : 1-6.

8. Prasetyo BF, Wientarsih I, Priosoeryanto BP. Aktivitas sediaan gel ekstrak

batang pohon pisang ambon dalam proses penyembuhan luka pada mencit.

Jurnal Veteriner Vol. 11 No. 2; Juni 2010: 70-73.

9. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology 13th edition.

USA : John Willey & Sons Inc; 2011. Chapter 5; The Integumentary System;

p. 145-163.

10. Perdanakusuma DS. Anatomi fisiologi penyebuhan luka. Surabaya :

Departemen Bedah Plastik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga; 2007.

p. 1-8.

Page 61: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

61

11. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem edisi 6. Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran EGC; 2011. p. 485-487.

12. Napitupulu R, et al. Taksonomi koleksi tanaman obat kebun tanaman obat

citereup. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan; 2008. p. 10.

13. Anonim. Binahong. 2014 [cited 9 April 2014]. Available from :

http://id.wikipedia.org/wiki/Binahong

14. Anonim. Habitat dan perbanyakan tanaman herbal binahong. 2012. [cited 9

April 2014]. Available from :

http://pustakapertanianub.staff.ub.ac.id/2012/11/22/habitat-dan-perbanyakan-

tanaman-herbal-binahong/

15. Astuti SM. Skrining fitokimia dan uji aktivitas antibiotika ekstrak etanol daun,

batang, bunga dan umbi tanaman binahong (Anredera cordifolia(Ten.)

Steenis). Bogor : Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan

(BBPMSOH); 2011.

16. Nurdiana, Hariyanto T, Musfirah. Perbedaan kecepatan penyembuhan luka

bakar derajat II antara perawatan luka menggunakan virgin coconut oil (Cocos

nucifera) dan normal salin pada tikus putih (Rattus norvegicus) Strain Wistar.

Malang : Universitas Brawijaya; 2006.

17. Sabiston DC. Buku ajar bedah bagian 1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

EGC; 1995. Chapter luka bakar; p. 151-153.

18. Kartohatmodjo S. Luka bakar (combustio). Surabaya : Fakultas Kedokteran

Universitas Wijaya Kusuma Surabaya; 2007. p. 1-5.

19. Samiadji, S. Combustio. Semarang : Laboratorium Ilmu Bedah Fakultas

Kedokteran Universitas Diponegoro; 1996. p. 2-15.

20. Puteri AM. Presentasi Kasus Luka Bakar. Jakarta : Departemen Bedah

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009. p. 6-13.

21. Kumar V, Cotran RS, Stanley L. Buku ajar patlogi robbins volume 1 edisi 7.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.

22. Saragih RAC. Perbandingan histopatologis kolagen parut akne dengan terapi

kombinasi microneedling dan subsisi antara yang disertai platelet rich plasma

dengan disertai laruta salin fisiologis. [Tesis]. Medan : Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara; 2013.

Page 62: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

62

23. Widagdo TD. Perbandingan pemakaian aloe vera 30%, 40% dan silver

sulfadiazine 1% topikal pada penyembuhan luka bakar derajat II. Semarang :

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro ; 2004.

24. Singer AJ, Clark RA. Cutaneous wound healing. N Engl J Med Vol. 341 No.

10; September 1999: 738-746.

25. Esfahani SA, et al. Enhancement of fibroblast proliferation, vascularization

and collagen synthesis in the healing process of third-degree burn wound by

topical arnebia euchroma, a herbal medicine. Original article GMJ Vol. 1 No.

2 ; 2012 : 53-59.

26. Yanhendri, Yenny SW. Berbagai bentuk sediaan topikal dalam dermatologi.

CDK-194 Vol. 39 No. 6 ; Agutus 2012 : 423-430.

27. Aleeman CL, et al. Reference database of the main physiological parameters

in sprague-dawley rats from 6 to 32 months. Laboratory Animals Vol. 32;

1998: 457-466.

28. Savagner P, et al. Rise and fall of epithelial phenotype : concepts of epithelia-

mesenchymal transition. 2005. p. 112-115.

29. Federer WT. Experimental design : theory and application. New Delhi :

Oxford & IBH Publishing Co; 1967.

30. Gitarja WS. Perawatan luka diabetes : seri perawatan luka terpadu. Bogor:

Wocare Indonesia; 2008.

31. Paju N, Paulian VY, Kojong N. Uji efektivitas salep ekstrak daun binahong

Anredera coordifolia (Ten.) Steenis) pada kelinci (Oryctolagus cuniculus)

yang terinfeksi bakteri Staphylococcus aureus. Jurnal ilmiah farmasi

UNSRAT Vol. 2 No. 01: Februari 2013; 2302-2493.

32. Akhoondinasab MR, Akhoondinasab M, Saberi M. Comparison of healing

effect of Aloe vera extract and silver sulfadiazine in burn injuries in

experimental rat model. Original article Vol. 3 No. 1; 2014: 29-34.

33. Dahlan MS. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan : deskriptif, bivariat,

dan multivariat edisi 5. Jakarta : Salemba Medika : 2011.

Page 63: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

63

34. Syuhar MN. Perbandingan tingkat kesembuhan luka bakar derajat II antara

pemberian madu dengan tumbukan daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.)

Steenis) pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley.

Lampung : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung ; 2014.

35. Miladiyah I, Prabowo BR. Ethanolic extract of Anredera cordifolia (Ten.)

Steenis leaves improved wound healing in guinea pigs. Universa Medicina

Vol. 31 No. 1 ; Januari 2012 : 4-11.

36. Choi S. Epidermis proliferation effect of the panax ginseng ginsenoside rb2.

Arch Pharm Res Vol. 25 No. 1 ; Februari 2012 : 71-76.

37. Kim YS, et al. Therapeutic effect of total ginseng saponin on skin wound

healing. Journal of Ginseng Research Vol. 35 No. 3 ; September 2011 : 360-

367.

38. Nijveldt RJ, et al. Flavonoids : a review of probable mechanisms of actions

and potential applications. The American Journal of Clinical Nutrition Vol. 74

No. 4 ; Oktober 2011 : 418-425.

39. Winter GD. Formation of the scab and the rate of epithelization of superficial

wound in the skin of the young domestic pig. Nature Vol. 163 ; Januari 1962 :

293

Page 64: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

64

LAMPIRAN 1

Surat Keterangan Tikus Sehat

Gambar 6.1. Surat Keterangan Tikus Sehat

Page 65: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

65

LAMPIRAN 2

Surat Determinasi Tanaman Binahong

Gambar 6.2. Surat Determinasi Tanaman Binahong

Page 66: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

66

LAMPIRAN 3

Surat Ekstraksi Daun Binahong

Gambar 6.3. Surat Ekstraksi Daun Binahong

Page 67: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

67

LAMPIRAN 4

Proses Penelitian

Gambar 6.4. Pembuatan Salep Ekstrak Gambar 6.5. Pencukuran Rambut pada

Daun Binahong Punggung Tikus

Gambar 6.6. Randomisasi Gambar 6.7.Pemanasan Plat Besi

Gambar 6.8. Inhalasi Eter Gambar 6.9. Induksi Luka Bakar

Page 68: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

68

(lanjutan)

Gambar 6.10. Tikus Setelah Diinduksi Gambar 6.11. Pemberian Salep

Luka Bakar Ekstrak Daun Binahong

Gambar 6.12. Gambaran Luka Bakar Gambar 6.13. Eksisi Jaringan Kulit

pada Tikus pada Tikus

Gambar 6.14. Fiksasi Jaringan Kulit Gambar 6.15. Proses Pembuatan

Tikus menggubakan Formalin 10% Preparat Histopatologi

Page 69: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

69

(lanjutan)

Gambar 6.16. Hasil Jadi Preparat Gambar 6.17. Pengamatan Preparat

Histopatologi Histopatologi

Page 70: PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG … · 2015. 1. 29. · PENGARUH PEMBERIAN SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAPRE-EPITELISASI

70

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Farah Nabilla Rahma

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi, 22 September 1993

Agama : Islam

Alamat : Jalan Mawar 3 Blok CS 3 No. 37 RT 002/012,

Kranggan Permai, Jatisampurna, Bekasi, 17433

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

1998-2000 : TK Islam Terpadu Rabbani

2000-2006 : SD Negeri Pondok Ranggon 02 Pagi Jakarta

2006-2008 : SMP Islam PB. Soedirman Jakarta

2008-2011 : SMA Negeri 39 Jakarta

2011-sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta