pengaruh pembarian ekstrak biji bengkuang …

107
PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG (Pachyrhizus erosus (L.)Urb) TERHADAP KELIMPAHAN KUTU DAUN (Aphis gossypii G.) PADA PERTANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.) UNTUK PENUNTUN PRAKTIKUM ENTOMOLOGI SKRIPSI OLEH EGA HASTUTI NURMA SARI NIM RRA1C416012 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI JULI, 2021

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG (Pachyrhizus

erosus (L.)Urb) TERHADAP KELIMPAHAN KUTU DAUN

(Aphis gossypii G.) PADA PERTANAMAN MENTIMUN

(Cucumis sativus L.) UNTUK PENUNTUN

PRAKTIKUM ENTOMOLOGI

SKRIPSI

OLEH

EGA HASTUTI NURMA SARI

NIM RRA1C416012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

JULI, 2021

Page 2: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

i

PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG (Pachyrhizus

erosus (L.)Urb.) TERHADAP KELIMPAHAN KUTU DAUN

(Aphis gossypii G.) PADA PERTANAMAN MENTIMUN

(Cucumis sativus L.) UNTUK PENUNTUN

PRAKTIKUM ENTOMOLOGI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Jambi

Untuk Memenuhi salah satu Persyaratan dalam Menyelesaikan

Program Sarjana Pendidikan Biologi

OLEH

EGA HASTUTI NURMA SARI

NIM RRA1C416012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

JULI, 2021

Page 3: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

ii

Page 4: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

iii

Page 5: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

iv

MOTTO

“Habiskan waktu untuk berusaha meraih sesuatu yang orang lain kagumi.”

Kupersembahkan skripsi ini untuk ayahanda dan ibunda tercinta dengan perjuangan

dan kerja kerasnya telah mendoakan saya untuk meraih ilmu dan terimakasih

keluarga serta orang-orang terkasih. Semoga saya menjadi orang yang selalu berbakti

dan rendah hati, sukses dan ilmu yang saya peroleh dapat bermanfaat.

Page 6: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

v

Page 7: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

vi

Page 8: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

vii

ABSTRAK

Sari, Nurma Hastuti Ega 2021. Pengaruh Pemberian Ekstrak Biji Bengkuang

(Pachyrhizus erosus (L.)Urb) terhadap Kelimpahan Kutu Daun (Aphis gossypii

G.) pada Pertanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) untuk Penuntun

Praktikum Entomologi: Skripsi, Jurusan Pendidikan Matematikan dan Ilmu

Pengetahuan Alam, FKIP Universitas Jambi, Pembimbing: (I) Prof. Dr. Dra.

Hj. Asni Johari, M.Si., (II) Dra. Hj. Muswita, M.Si.

Kata kunci: biji bengkuang, kelimpahan, kutu daun

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak biji

bengkuang terhadap kelimpahan kutu daun (A. gossypii) pada pertanaman mentimun

(C. sativus) dan untuk mengetahui konsentrasi ekstrak biji bengkuang (P. erosus)

yang efektif terhadap kelimpahan hama kutu daun pada pertanaman mentimun (C.

sativus).

Penelitian ini dilakukan di lahan pertanian masyarakat Telanaipura Kota Jambi,

Laboratorium Instrumen dan Tugas Akhir Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Jambi, dan Laboratorium Hama dan Penyakit Fakultas Pertanian Universitas Jambi.

Data penelitian diperoleh dengan cara mengumpulkan data secara langsung dan

menghitung keseluruhan kutu daun yang didapat pada tanaman yang telah diberikan

perlakuan. Parameter yang diamati ialah kelimpahan kutu daun yang terdapat pada

pertanaman mentimun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak biji bengkuang pada

pertanaman mentimun berpengaruh terhadap menurunkan kelimpahan individu A.

gossypii. Jumlah kelimpahan individu hama kutu daun yang didapat pada masing-

masing perlakuan yaitu P0(kontrol) dengan nilai rata-rata sebesar 6,5, P1(2%) 5,67,

P2(4%) 3,5, P3(6%) 3,33, P4(8%) 2,17, P5(10%) 1. Sedangkan ekstrak biji

bengkuang yang efektif terdapat pada konsentrasi 10% (P5) menunjukkan nilai rata-

rata kelimpahan paling rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Penurunan

kelimpahan tersebut dikarenakan insektisida nabati yang digunakan mempunyai

kandungan rotenon, yang bersifat racun tinggi untuk kutu daun, sehingga dapat

menyebabkan kematian karena efek farmakologis dari rotenon.

Dari hasil penelitian ini disarankan agar masyarakat dapat memanfaatkan ekstrak biji

bengkuang sebagai insektisida nabati dalam mengurangi kelimpahan hama tersebut.

Konsentrasi ekstrak biji bengkuang yang disarankan yaitu konsentrasi P5 (10%)

karena pada perlakuan ini sudah menunjukkan pengaruhnya terhadap kelimpahan

individu A. gosyypii. Di samping itu hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai penuntun praktikum pada mata kuliah entomologi.

Page 9: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

viii

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah meridhoi

dan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir menjadi skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Ekstrak Biji

Bengkuang (P. erosus) terhadap Kelimpahan Kutu Daun (A. gossypii) pada

Pertanaman Mentimun (C. sativus) untuk Penuntun Praktikum Entomologi”. Skripsi

ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan

biologi pada program studi pendidikan biologi jurusan PMIPA FKIP Universitas

Jambi.

Pada kesempatan kali ini penulis ucapkan terimakasih tiada terkira kepada Ibu

Prof. Dr. Dra. Hj. Asni Johari, M.Si selaku pembimbing akademik sekaligus

pembimbing I, Ibu Dra. Hj. Muswita, M.Si selaku pembimbing II penulis banyak

mendapat bimbingan, saran dan motivasi dengan penuh perhatian yang luar biasa

serta keikhlasan dan kesabarannya yang telah memberikan arahan untuk

menyelesaikan penulisan skripsi dan pendidikan ini.

Selama perkuliahan penulis banyak mendapat pengalaman berharga. Oleh

karena itu penulis menyampaikan rasa hormat dan mengucapkan terimakasih kepada

semua pihak yang telah membantu penyelesaikan skripsi ini, diantaranya Bapak Prof.

Dr. M. Rusdi, M.Sc., selaku Dekan FKIP Universitas Jambi, Ibu Dr. Dra. M. Dwi

Wiwik Ernawati, M. Kes selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Unversitas Jambi, Ibu

Dr. Upik Yelianti M.S. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi FKIP

Universitas Jambi.

Terimakasih untuk kritik saran dan motivasi yang telah diberikan Ibu Dr.

Upik Yelianti,M.S. selaku penguji I, Ibu Desfaur Natalia, S.Pd., M.Pd selaku penguji

II, dan Ibu Dra. Harlis, M.Si selaku penguji III yang telah memberikan arahan supaya

penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak dan Ibu dosen Program

Studi Pendidikan Biologi yang telah memberikan banyak ilmu, pengalaman serta

mengajarkan banyak hal dalam bidang akademik maupun non akademik kepada

penulis selama menuntut ilmu di FKIP Universitas Jambi.

Teristimewa ucapan terimakasih ini kepada kedua orang tua atas semua cinta,

kasih, dan sayang serta selalu mengirim doa selama penulis berjuang menuntut ilmu

dan menyelesaikan skripsi ini. selanjutnya terimakasih kepada teman-teman yang

Page 10: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

ix

Page 11: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN .................................................................... iii

MOTO ......................................................................................................... iv

ABSTRAK .................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ................................................................................ vi

DAFTAR ISI ............................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ................................................................... 5

1.3 Pembatasan Masalah .................................................................. 5

1.4 Rumusan Masalah ...................................................................... 5

1.5 Tujuan Penelitian ....................................................................... 6

1.6 Manfaat Penelitian ..................................................................... 6

BAB II KAJIAN TEORITIK

2.1 Kajian Teori dan Penelitian yang Relevan ................................. 8

2.1.1 Kutu Daun (Aphis gossypii G.) ......................................... 8

2.1.2 Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) ......................... 11

2.1.3 Insektisida Nabati .............................................................. 13

2.1.4 Tanaman Bengkuang (Pcachyrhizus erosus (L.)Urb.) ....... 14

2.1.5 Entomologi ........................................................................ 15

2.1.6. Penuntun ............................................................................ 18

2.1.7 Penelitian yang Relevan ..................................................... 19

2.2 Kerangka Berfikir ....................................................................... 20

2.3 Hipotesis ..................................................................................... 21

Page 12: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

xi

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 23

3.2 Desain Penelitian ........................................................................ 23

3.3 Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 23

3.4 Teknik Analisis Data .................................................................. 24

3.5 Prosedur Penelitian ..................................................................... 24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ........................................................................... 28

4.2 Pembahasan ................................................................................ 36

BAB V KESIMULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ................................................................................ 42

5.2 Implikasi ..................................................................................... 42

5.3 Saran ........................................................................................... 42

DAFTAR RUJUKAN ................................................................................. 44

LAMPIRAN ................................................................................................ 49

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... 95

Page 13: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Hasil Uji Normalitas ……………………………………………………… 31

4.2 Hasil Uji Homogenitas …………………………………………………… 31

4.3 Hasil Uji ANOVA ……………...……………………………………........ 34

4.4 Hasil Uji DMRT ………………….............................................................. 35

Page 14: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Morfologi Aphis gossypii G. …………………………………………….. 9

2.2 Serangan Aphis gossypii G. pada Tanaman Mentimun …...………......... 11

2.3 Morfologi Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) …………..………. 13

2.4 Tanaman Bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)Urb.) ………………...…. 17

2.5 Tabel Alur Kerangka Berfikir……………………………………….……. 21

Page 15: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Dokumentasi Penanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) .................... 50

2. Denah Penelitian ...................................................................................... 52

3. Dokumentasi Alat dan bahan untuk Penanaman Mentimun .................... 53

4. Dokumentasi Pembuatan Ekstrak Biji Bengkuang .................................. 54

5. Dokumentasi Alat dan Bahan Pemberian Ektrak biji Bengkuang ........... 56

6. Dokumentasi Alat dan Bahan untuk Pegamatan ...................................... 57

7. Dokumentasi Pembuatan Ekstrak Biji Bengkuang .................................. 58

8. Dokumentasi Pembarian Perlakuan ......................................................... 60

9. Dokumentasi Proses Pengamatan Morfologi Aphis gossypii G. ............. 61

10. Dokumentasi Uji T-Test ......................................................................... 63

10. Dokumentasi Uji ANOVA ..................................................................... 78

11. Dokumentasi Uji Normalitas, Homogenitas, ANOVA, dan Uji DMRT. 81

12. Desain Penuntun Praktikum Entomologi ................................................ 84

Page 16: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kutu daun (A. gossypii) merupakan serangga kecil penghisap getah tanaman.

Hidupnya secara bergerombol (kelompok) pada permukaan daun bagian bawah.

Serangga ini menyerang dengan cara menghisap jaringan tanaman yang masih

lunak (pucuk dan daun muda). Cairan di dalam tubuh tanaman diserap sehingga

tanaman layu, daun berkerut, pucuk mengeriting ,melingkar dan akhirnya

tanaman tersebut mati. Serangan berat terjadi pada awal musim kemarau, yaitu

saat udara panas, kering dan temperatur tinggi (Cahyono, 2003: 88).

Hama merupakan binatang perusak tanaman budidaya yang berguna untuk

kesejahteraan manusia. Tanaman yang rusak tersebut, diantaranya tanaman kol,

sawi, wortel, selada tomat, terong dan juga mentimun. Sementara itu, binatang

yang merusak atau hama, misalnya penggerek umbu, ulat trip, ulat titik tumbuh,

aphis, ulat jengkal, ulat bulu dan lembing (Pracaya, 2008:22).

Jenis hama yang merusak dan menginfeksi tanaman salah satunya adalah kutu

daun (A. gossypii). Hal ini perlu diwaspadai karena selain menggangu

pertumbuhan, juga dapat menurunkan hasil produksi pada tanaman budidaya

seperti sayuran. Banyak sekali ditemukan oleh petani tanaman sayuran yang

mengalami kerusakan sehingga menyebabkan gagal panen (Cahyono, 2003: 86).

Tanaman yang rentan terinfeksi dan diserang oleh hama salah satunya yaitu

tanaman mentimun (C. sativus). Menururut Nazaruddin, (1994: 148) mentimun

adalah jenis tanaman sayuran yang gampang tumbuh dan tak sulit dirawat. Tak

Page 17: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

2

heran bila masyarakat desa banyak yang menanam mentimun dipagar rumah atau

dirambatkan kebatang tanaman lain sebagai tanaman sampingan, tetapi juga

sering ditanam pada lahan pertanian untuk dijadikan tanaman budidaya oleh

masyarakat.

Mentimun merupakan jenis tumbuhan semusim yang bersifat menjalar atau

memanjat dengan perantara pemegang yang berbentuk pilin spiral. Mentimun

adalah jenis tanaman berbunga yang penyerbukannya banyak dibantu oleh

serangga (Alfiah, 2020: 2).

Salah satu kendala pada budidaya mentimun ialah adanya serangan hama

yang dapat menggagalkan panen. Upaya yang dilakukan oleh petani untuk

mengatasinya adalah dengan menggunakan insektisida sintetik. Praktik tersebut

jika terus dibiarkan akan menimbulkan dampak terhadap kesehatan petani,

lingkungan, dan terutama terhadap konsumen yang mengonkonsumsi buah

mentimun segar (Moekasan, 2014: 9). Dampak negative dari penggunaan

insektisida sintetik yang berlebihan dapat menimbulkan berbagai masalah mulai

dari residu, ledakan hama sekunder menjadi primer. Secara akut paparan

insektisida sintetik secara langsung dapat mengakibatkan kematian (Trisyono,

2014 :3).

Kehadiran berbagai jenis hama dan mikroorganisme penyebab penyakit telah

diketahui dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis pada usaha tani sayuran.

Oleh karena itu, pemahaman terhadap berbagai hama yang kerap menyerang

pertanaman mentimun perlu dimiliki oleh petani mentimun guna menghindari

hasil yang fatal (Zulkarnain, 2013:150).

Page 18: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

3

Menurut Glio, (2017: 8). Insektisida nabati merupakan suatu campuran bahan

alami yang diproses kemudian digunakan untuk mengendalikan dan membunuh

jasad pengganggu (hama/penyakit). Bahan alami tersebut diperoleh dari berbagai

jenis tanaman dan mikroorganisme. Untuk mengurangi timbulnya dampak negatif

penggunaan insektisida sintetik pada budidaya mentimun, maka perlu dicari jenis

insektisida ramah lingkungan dan tidak menimbulkan bahaya terhadap

pertumbuhan tanaman yaitu insektisida nabati. Insektisida ini bahan dasarnya

berasal dari tumbuh-tumbuhanan, mempunyai kandungan bahan aktif yang dapat

mengendalikan serangga hama.

Salah satu jenis tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai insektisida nabati

yaitu tanaman bengkuang. Umbinya dapat dimakan karena mengandung banyak

zat gizi dan penting bagi kesehatan terutama vitamin dan mineralnya. Walaupun

bisa dimakan, bagian tanaman bengkuang yang lain mengandung senyawa

rotenon, berbahaya sama seperti tuba. Racun ini sering dipakai untuk dapat

membunuh serangga, terutama pada biji bengkuangnya (Wongsowijoyo, 2014:

4).

Berdasarkan penelitian Rosba dan Catri (2015: 80) menunjukkan pengaruh

ekstrak biji bengkuang terlihat pada rata-rata waktu kematian imago walang

sangit (L.acuta Thunb) tersebut, yaitu pada perlakuan F(30 gr/L) dengan

konsentrasi ekstrak paling tinggi mengakibatkan imago walang sangit matinya

lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Berdasarkan penelitian Aisah, dkk (2013: 6) juga mengemukakan bahwa

Kenaikan konsentrasi ekstrak biji bengkuang diikuti dengan kenaikan jumlah

Page 19: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

4

mortalitas larva A. aegypti. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang terdapat di

dalam media, maka semakin banyak jumlah larva yang mati. Kematian tertinggi

pada konsentrasi 0,4% dan 0,5% dengan jumlah masing-masing 100%.

Menurut Mustika dkk, (2016: 70) penelitiannya juga menunjukkan bahwa

ekstrak biji bengkuang memiliki aktivitas sebagai larvasida terhadap L1. Ekstrak

dengan konsentrasi 0,25% memiliki aktifitas larvasida paling efektif dalam

membunuh 100% larva dalam waktu kurang dari 24 jam. Pada konsentrasi

lainnya menunjukkan semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi kematian

larvanya. Ilmu yang mempelajari tetang serangga yaitu entomologi.

Entomologi merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang

serangga. Entomologi adalah salah satu mata kuliah pilihan yang ada pada

Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Jambi. Mata kuliah ini mengkaji

secara mendetail yang meliputi tentang cara hidup serangga, morfologi dan

anatomi secara mendalam, serta membahas ekologi, fisiologi dan proses biokimia

serta sistem pada serangga. Dengan demikian, hasil penelitian tentang A.

gossypii G. sangat bermanfaat sebagai bahan penuntun praktikum entomologi.

Penuntun dibuat agar dapat memudahkan mahasiswa dalam memahami materi

mengenai kutu daun pada mata kuliah entomologi.

Bedasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti telah melakukan

penelitian yang berjudul ”Pengaruh Ekstrak Biji Bnegkuang (P. erosus)

Terhadap Kelimpahan Kutu Daun (A. gossypii) Pada Pertanaman Mentimun (C.

sativus) Untuk Penuntun Praktikum Entomologi.”

Page 20: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

5

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasi beberapa

permasalahan sebagai berikut :

1. Kutu daun (A. gossypii) merupakan hama yang terdapat pada tanaman

mentimun yang dapat menghambat pertumbuhan dan penurunan produksi

tanaman mentimun (C. sativus).

2. Ekstrak biji bengkuag (P. erosus) perlu diujikan terhadap hama kutu

daun.

1.3 Pembatasan Masalah

1. Objek yang diamati adalah individu A. gossypii.

2. Lokasi penelitian di lahan pertanian Telanaipura Kota Jambi.

3. Ekstrak biji bengkuang dibuat dari biji yang telah tua. Biji tersebut diperoleh

dari petani di Kasang Pudak Kabupaten Muara Jambi.

4. Kelimpahan dalam penelitian ini adalah jumlah individu A. gossypii pada

setiap perlakuan.

1.4 Rumusan Masalah

1. Apakah pemberian ekstrak biji (P. erosus) berpengaruh terhadap

kelimpahan kutu daun (A. gossypii) pada pertanaman mentimun (C.

sativus)?

2. Berapakah konsentrasi ekstrak biji bengkuang (P. erosus) yang efektif

terhadap kelimpahan kutu daun (A. gossypii) pada pertanaman mentimun

(C. sativus) ?

Page 21: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

6

1.5 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak biji bengkuang (P. erosus)

terhadap kelimpahan hama kutu daun (A. gossypii) pada pertanaman

mentimun (C. sativus).

2. Untuk mengetahui konsentrasi ekstrak biji bengkuang (P. erosus) yang

efektif terhadap kelimpahan kutu daun (Aphis gossypii G.) pada pertanaman

mentimun (C. sativus).

1.6 Manfaat Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini

diharapkan mempunyai manfaat atau kegunaan dalam penelitian baik secara

langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian adalah sebagai

berikut :

1. Manfaat Materi

Sebagai tambahan bahan ajar dan penuntun praktikum Entomologi untuk

mahasiswa Pendidikan Biologi.

2. Manfaat Praktis

Sebagai informasi bagi masyrakat untuk mengendalikan hama A. gossypii

G. pada tanaman mentimun.

Page 22: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

7

BAB II

KAJIAN TEORITIK

2.1 Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan

2.1.1 Kutu Daun (Aphis gossypii G.)

Kutu daun merupakan insekta yang termasuk kedalam family Aphididae.

Kata aphididae berasal dari bahasa Yunani artinya menghisap cairan. Hal ini

menunjukkan bahwa hama tersebut mempunyai kebiasaan menghisap cairan dari

tanaman untuk makanannya. Umumnya jenis serangga ini tidak bersayap, tetapi

yang dewasa terkadang memiliki sayap transparan (tebus cahaya). (Pracaya, 2008

: 92).

Menurut Utami (2018: 81) kutu daun terdiri atas beberapa spesies, yakni

Toxoptera citri cidus, T. aurantii, Myzus pericae, dan A. gossypii. Kutu daun

emiliki warna bervariasi yaitu hijau, coklat, hitam. Berukuran sangat kecil dan

panjangnya berkisar 1mm-2mm. Berperan ganda dalam ekosistem yaitu sebagai

hama dan vector (perantara) penyakit virus. Berkembangbiak dengan kawin dan

juga secara partenogenesis, sehingga kutu daun tersebut dapat berkembang

dengan pesat. (Rukmana, 2003: 42)

Tanaman yang terserang oleh kutu daun tersebut yaitu pada bagian pucuk

muda dan daun. Cairan pada daun tanaman tersebut dihisap oleh kutu daun

sehingga bagian sehingga mengakibatkan perubahan bentuk pada tumbuhan

tersebut seperti berkerut dan keriting s akhirnya mengering. Keberadaan ini

mudah dilihat karena hidupnya bergerombol dibawah daun (Prihmantoro &

Indriani, 2000: 90).

Page 23: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

8

Suklus hidup kutu daun ini stadium imago berlangsung sekitar 2-3 minggu.

Kutu daun betina menuju dewasa berumur sekitar 4-20 hari dan mampu

menghasilkan 20-140 ekor kutu muda. Stadium nimfa sekitar 7 hari berukuran

panjang 3mm dan bergerak lambat. Memiliki imago yang berukuran 3 mm,

berwarna hijau tua hingga kehitaman atau kuning kecoklatan. Hidupnya secara

berkelompok pada permukaan bawah daun. (Soemadi, 1997:27).

Menurut Pracaya, (2008: 93) Kutu daun berwarna hijau tua, hitam atau kuning

kecoklatan. Berkembngbiak secara parthenogenesis dan vivipara di tanaman

dikotil dan tangkai daun tanaman monokotil. Kutu ini sering dikunjungi oleh

semut yang mengharapkan embun madunya.

Ciri-ciri kutu betina memiliki badan yang bulat, transparan dan berwarna

kuning, hijau sampai abu-abu dengan garis tengah kurang lebih 1,8 mm.

Sedangkan yang jantan berbentuk oval dan berukuran lebih kecil dari betina.

Puncak serangan kutu daun (Surachman & Suryanto, 2007: 20). Morfologi A.

gossypii dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 1. (a) segerombol nimfa A. gossypii berwarna kuning kehijauan dan imago tak

bersayap Warna hijau muda sampai ke abu-abuan, (b) Imago tak bersayap A.

gossypii berwarna hijau tua dan, (c) Imago A. gossypii bersayap berwarna hijau tua

(Dokumentasi pribadi, 2020).

a b

c

Page 24: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

9

Klasifikasi kutu daun menurut Lilies, (1991: 89) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Kelas : Insekta

Ordo : Hemiptera

Family : Aphididae

Genus : Aphis

Spesies : Aphis gossypii Glosver.

Gejala serangan A. gossypii ini yaitu tunas atas dan daun-daun muda melilin

(menggulung), bahkan jika menyerang bunga dapat menggagalkan pembuahan.

Kutu ini juga dapat mengeluarkan cairan yang mengandung madu (manis),

sehingga mendatangkan semut dan pertumbuhan kapang jelaga berwarna hitam

menutupi permukaan daun (Rukmana, 2003: 42).

Apabila terjadi serangan dari kutu daun maka bagian tanaman yang terserang

akan layu atau mati. Baik nimfa maupun dewasa menghisap cairan tanaman dari

bagian permukaan bawah daun yang menyebabkan daun mengerut kebawah. bila

populasi tinggi maka daun yang masih muda dan pucuk tanaman akan

dikerumuni kutu daun ini. selain merusak tanaman, hama ini juga menjadi vector

penyakut virus (Sembel, 2018 : 126-128).

Menurut penelitian Anggraini (2018: 116-117) Gejala yang muncul akibat

serangan kutu daun umumnya yaitu pertumbuhan tanaman terganggu. Serangga

ini jenis ini melakukan aksinya dengan menusuk jaringan dan menghisap sel

daun yang ada pada tubuh tanaman. Sehingga mengganggu proses metabolisme

tanaman. Kutu ini tidak hanya menghisap nutrisi tanaman saja, tetapi juga dapat

menyebarkan virus pada tanaman. Tumbuhan yang terinfeksi virus mengalami

Page 25: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

10

perubahan bentuk seperti kerdil, daun mengeriting dan menggulung. Tanaman

yang terserang kutu daun dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2. (a) kutu daun yang menyerang tanaman mentimun , (b) daun yang terserang

(c) bercak kuning sampai daun menguning seluruhnya. pada daun mentimun, (d) bercak

kuning pada daun mentimun akibat serangan kutu daun (Dokumentasi pribadi, 2020).

2.1.2 Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.)

Asal-usul mentimun memiliki nama latin Cucumis sativus dan masuk

kedalam family Curcubitales. Pembudidayaan mentimun meluas di seluruh

dunia, baik daerah iklim tropis maupun beriklim subtropis. Mentimun juga

mempunyai nama khas di tiap daerah. Daerah jawa, mentimun disebut timun dan

bonteng di Jawa Barat. Madura biasa menyebutnya temon atau antemon.

Ktimun/animun di Bali dan hantimun di Lampung (Siti, 2020: 1-3).

Menurut catatan sejarah dijelaskan tanaman mentimun adalah salah jenis

sayuran dari keluarga labu-labuan yang sudah banyak dikenal berbagai Negara.

a a b

c d

Page 26: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

11

Selain itu tanaman ini berasal dari benua Asia. Manfaat tanaman mentimun yaitu

apabila mengkonsumsi buahnya selain dapat menambah cita rasa makan juga

mengandung gizi cukup tinggi untuk kesehatan tubuh. Disamping itu buah

mentimun sering dimanfaatkan juga untuk kecantikan, menjaga kesehatan tubuh,

juga dapat mengobati beberapa jenis penyakit. Selanjutnya buah mentimun

mudah dicerna dan memperlancar buang air kecil pada penderita penyakit darah

tinggi, keracunan saat hamil (Amin, 2015: 68).

Tanaman mentimun tergolong salah satu jenis sayuran buah yang sangat

dikenal dan diminati masyarakat. Mentimun dibudidayakan dimana-mana, baik

diladang, halaman rumah, atau rumah kaca. Tanaman ini tidak tahan terhadap

hujan yang terus menerus. Pertumbuhannya memerlukan kelembaban udara yang

tinggi, tanah subuh yang gembur dan mendapat sianar matahari penuh. Sayuran

mentimun adalah banyak dikonsumsi segar oleh masyarakat Indonesia.

Mentimun memiliki nilai gizi cukup baik sebagai mineral dan vitamin.

Kandungan nutrisi per 100 gr berupa 0,5 mg besi, 0,02 IU tiamin, 0,01 IU

riboflavin, 14mg asam, 0,45 IU vitamin A, 0,3 IU vitamin B1, dan 0,2 IU

vitamin B2 (Sutapradja, 2008)

Mentimun merupakan jenis tanaman yang batangnya kecil, lunak dan

menjalar kemana-mana. Penanaman tanaman ini dilakukan menjelang musim

kemarau. Tanaman ini dikembangbiakkan dengan biji. Mentimun merupakan

sayuran buahan yang sangat popular, panjang batang tanaman mentimun ini

0,5m-1,5m. Daunnya lebar berlekuk menjari dan dangkal, berwarna hijau muda

sampai hijau tua. Daunnya beraroma kurang sedap dan langau. Bulu tanaman ini

Page 27: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

12

tidak begitu tajam bunganya mentimun berwarna kuning dan berbentuk terompet.

Daun mahkota berwarna kuning menyala. Buah mentimun banyak sekali

mengandung seperti vitamin A, vitamin B, dan vitamin C (Sunarjono, 2004:

109).

Biji mentimun berwarna putih. Bentuk dan ukuran buahnya kerap berubah

menjadi silindris mulanya hijau dan berlilin, kemudian kuning kotor atau oranye,

dengan panjang 10-30cm dan mengandung air. Biasa dipanen ketika belum

masak benar untuk dijadikan sayuran atau penyegar misal sebagai acar,

tergantung jenisnya (Ekasari, 2018: 108). Morfologi tanaman mentimun dapat

dilihat pada gambar 2.3.

Gambar 3. Morfologi tanaman mentimun (a) batang mentimun, (b) bunga dan daun mentimun,

(c) buah mentimun (Dokumentasi pribadi, 2020).

a b c

Page 28: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

13

Menurut Tjitrosoepomo (2013: 381) klasifikasi tanaman mentimun (C.

sativus) sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Cucurbitales

Family : Cucurbitaceae

Genus : Cucumis

Spesies : Cucumis sativus L.

2.1.3 Insektisida Nabati

Insektisida nabati adalah jenis insektisida yang bahan aktifnya berasal dari

tumbuhan, seperti akar, batang, daun buah, dan biji. Bahan ini termasuk kedalam

insektisida biokimia, karena mengandung bahan kimia alami (ekstrak) yang

brsifat toksik (beracun) yang dapat mengendalikan hama dengancara non toksisk.

(Surahmaida & Umarudin, 2019:6-7).

Insektisida nabati merupakan insektisida alami yang berasal dari bahan–bahan

yang terdapat di alam disebut diekstraksi, diproses, atau dibuat menjadi

konsentrat dengan tidak mengubah struktur kimianya. Berbeda dengan pestisida

sintetis yang umumnya bersumber dari bahan dasar minyak bumi yang diubah

struktur kimianya untuk memperoleh sifat tertentu sesuai dengan keinginginan

(Novizan, 2002:6).

Page 29: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

14

2.1.4 Tanaman Bengkuang (Pachyrizhus erosus (L.)Urb.)

2.1.4.1 Morfologi Tanaman Bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)Urb.)

Bengkuang merupakan tanaman semak yang tumbuh membelit. Batang

berbentuk bulat, memiliki rambut akar pada umbi. Daun tunggal dan berbentuk

bulat telur, ujung umbi berbentuk runcing, dan pertulangan daunnya menyirip.

Permukaan daun berbulu, panjang 7-10 cm, lebar 5-9 cm, dan warna hijau.

bunga majemuk berbentuk tandan. Kepala putik berbulu dan mahkota bunga

gundul, warna hijau atau ungu kebiruan. Buah polong, Berbentuk lanset pipih,

warna hijau. Biji keras Berbentuk seperti ginjal, warna kuning kotor. Akar

tunggang berumbi. Kandungan kimia pada daun bengkuang mengandung

saponin dan flavonoid. Biji mengandung saponin, slavonoid, dan minyak astiri.

Umbi mengandung protein, Posfor, besi, vitamin A, B1, dan C (Adi, 2008: 44).

Bengkuang merupakan jenis tanaman yang berasal dari divisi Magnoliophyta

(tumbuhan sekerabat dengan magnolia) adalah kelompok terbesar tumbuhan

yang hidup di dataran. Namanya diambil dari cirinya yang paling khas, yaitu

menghasilkan organ reproduksi dalam bentuk bunga. Bunga sebenarnya adalah

modifikasi daun dan batang untuk mendukung sistem pembuahan tertutup.

Sehinga kelompok ini dikenal pula sebagai Angiospermae (berbiji

terbungkus/tertutup). Ciri yang terakhir ini membedakannya dari kelompok

tumbuhan berbiji (Spermatophyta).

Bengkuang adalah tumbuhan tahunan yang dapat panjangnya sekitar 4-5m,

sedangkan akarnya mencapai 2m. Menurut Wongsowijoyo (2014 : 2) morfologi

tanaman bengkuang yaitu batangnya menjalar dengan rambut-rambut halus yang

Page 30: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

15

mengarah kebawah. Daun majemuk menyirip dan beranak daun 3, bertangkai 8,5

hingga 16 cm, anak daun bundar belum melebar, dengan ujung runcing dan

bergigi besar, berambut dikedua belah sisinya, anak daun ujung paling besar,

bentuk belah ketupat, 7-21 x 6-20 cm.

Bunga bengkuang berkumpul diujung ketiak daun, sendiri atau berkelompok

2-4 tandan, panjang hingga 60cm, berambut cokelat. Tabung kelopak bentuk

lonjong, kecoklatan, panjang sekitar 0,5cm, bertajuh hingga 0,5cm. mahkota

putih ungu kebiru-biruan, gundul, panjang lingkar 2cm. Sedangkan tangkai sari

berwarna putih, dengan ujung sedikit menggulung, kepala putik berbentuk bola,

di bawah ujung tangkai putik. Biji berjumlah sekitar 4-12, berwarna coklat,

berdiameter lebih kurang 1cm dan berancun. Umbi bengkuang berdiameter

antara 5-30cm, kulit coklat muda, gading putih, dimakan mentah, berair dan

manis. Akarnya tunggang.

Menurut Gardjito (2015: 49) hasil utama tanaman bengkuang ini yakni umbi

yang berwarna putih berbentuk seperti gasing, berkulit, mudah dikupas, dan

dapat dimakan. Daun dan biji mengandung banyak minyak. Tanaman ini berasal

dari Amerika tropis. Pada abad ke-17 tanaman ini masuk ke Ambon melalui

Manila. Saat ini bengkuang banyak ditanam di Jawa, Madura, dan Padang.

Bengkuang dapat dipanen setelah tanaman berumur 6-11 bulan. Morfologi

tanaman bengkuang dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Page 31: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

16

Gambar 4. (a). Daun dan bunga tanaman bengkuang, (b). Polong muda tanaman bengkuang,

(c). Biji bengkuang (Dokumentasi pribadi, 2020).

Menurut Plantamor (2018), klasifikasi tanaman bengkuang (P. erosus) adalah

sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Fabales

Ordo : Fabaceae

Family : Faboideae

Genus : Pachyrhizus

Spesies : Pachyrhizus erosus (L.)Urb.

2.1.4.2 Bahan Aktif Biji Bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)Urb.)

Menurut Supari, (2016: 37). biji bengkuang mempunyai kandunga senyawa

aktif yang bersifat antibakteri seperti flavonoid, tanin, kuinon, saponin, alkaloid,

dan triterpenoid. Flavonoid ini merupakan senyawa metabolit sekunder yang

terdapat pada tanaman hijau. Flavonoid juga termasuk senyawa fenolik alam

yang potensial sebagai antioksidan dan mempunyai bioktivitas sebagai obat.

Biji bengkuang juga mengandung pachyrrhizid, pachyrrhizine, saponin, dan

lainnya yang bekerja secara sinergis sebagai insektisida dan juga akarisida.

a\

b\

c\

Page 32: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

17

Namun demikian yang banyak digunakan sebagai insektisida nabati adalah

bijinya (Adawiyah dan Pakki, 2018 : 781).

2.1.5 Entomologi

Menurut Busnia (2006 : 2) Entomologi merupakan ilmu yang mempelajari

tentang serangga. Entomologi berasal dari bahasa latin yaitu entomont artinya

serangga dan logos yaitu ilmu. Entomologi adalah bagian dari cabang zoology

(ilmu hewan). Entomologiwan atau entomologist (ahli serangga) adalah orang-

orang yang mempelajari tentang serangga. Di seluruh dunia ada ribuan

entomologiwan yang bekerja dengan serangga, sedangkan di Indonesia mungkin

hanya ada sekitar ratusan yang bekerja dengan serangga mereka terhimpun dalam

Perhimpunan Entomologi Indonesia (PEI).

Entomologi adalah ilmu mempelajari serangga (insekta). Ilmu ini merupakan

suatu studi yang terorganisasi untuk memahami fase kehidupan serangga dan

peranannya di alam. Sedangkan entomologi pertanian adalah ilmu yang

mempelajari serangga yang ada hubungannya dengan pertanian. Hubungan

dengan pertanian dapat bersifat menguntungkan dan sebaliknya, merigikan

(Jumar, 2000: 1).

2.1.6 Penuntun Praktikum

Penuntun praktikum merupakan buku yang memuat topic praktikum, tujuan

praktikum, dasar teori, alat daan bahan, prosedur praktikum, lembaran hasil

pengamatan serta soal-soal evaluasi yang dibuat berdasarkan tujuan praktikum.

Penuntun raktikum adalah salah satu sarana yang diperlukan untuk melancarkan

kegiatan belajar mengajar di laboratorium sehingga dapat memudahkan

Page 33: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

18

tercapainya tujuan pembalajaran dan memperkecil resiko kecelakaan. Pentingnya

pengembangan praktikum digunakan untuk mengaktifkan mahasiswa melalui

kegiatan yang ada pad penuntun tersebut yang telah dikembangkan. Penuntun

praktikum juga merupakan fasilitas yang diberikan oleh dosen agar mahasiswa

dapat belajar dan bekerja secara kontinu dan terarah (Prayitno, 2017: 36).

2.1.7 Penelitian yang Relevan

1. Berdasarkan penelitian Rosba dan Catri (2015: 80) menunjukkan bahwa

kematian imago walang sangit (L. Acuta Thunb) dipengaruhi oleh ekstrak

biji bengkuang yang digunakan. Pengaruh pemberian ekstrak biji

bengkuang tersebut terlihat pada rata-rata waktu kematian imago walang

sangit (L.acuta Thunb), yaitu pada perlakuan F (30 gr/L) dengan

konsentrasi ekstrak biji bengkuang paling tinggi mengakibatkan kematian

imago walang sangit (L.acuta Thunb) yang lebih cepat dibandingkan

perlakuan lainnya.

2. Berdasarkan penelitian Mustika, dkk (2016:72) ekstrak etanol biji

bengkuang dengan perlakuan 0,25% mempunyai aktifitas larvasida yang

paling efektif terhadap larva C. bezziana.

3. Berdasarkan penelitian Aisah, dkk (2013: 6) kematian larva A. aegypti

tertinggi terdapat pada konsentrasi 0,4% dan 0,5% dengan jumlah

kematiannya masing-masing 100%. Kenaikan konsentrasi ekstrak biji

bengkuang juga diikuti dengan kenaikan jumlah mortalitas larva A.

aegypti. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak biji bengkuang yang

diaplikasikan, maka semakin banyak pula jumlah kematian larva.

Page 34: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

19

2.2 Kerangka Berpikir

A. gossypii jenis serangga yang sering terlihat dihelai daun, ranting, cabang,

batang pada tanamn mentimun, dan berbagai jenis sayuran lainnya. Serangga

berwarna tubuh hijau, kuning dan cokelat kehitam, berkembangbiak tanpa kawin

dan biasanya hidup disela-sela daun yang terhindar dari sinar matahari, berkoloni

dibagian pucuk tunas.

Kutu daun menyerang tanaman dengan cara menusukkan stiletnya dan

mengisap cairan pada bagian daun, tangkai daun dan menyebabkan tepi tunas

menggulung dan melengkung, dan merusak pertumbuhan tanaman. Untuk

mengatasi serangan hama tersebut masyarakat banyak menggunakan insektisida

sintetik. Praktik tersebut jika terus dilakukan akan mangakibatkan dampak

negative terhadap kesehatan petani, lingkungan, terutama konsumen yang

mengkonsumsi buah mentimun segar.

Salah satu upaya untuk menguranginya adalah dengan menerapkan

penggunaan insektisida nabati, dimana produk ini adalah salah satu bahan alami

yang diproses dan digunakan untuk mengendalikan bahkan membunuh hama.

Tanaman alternatif yang dapat dijadikan sebagai bahan dasar insektisida nabati

adalah tanaman bengkuang. Biji bengkuang ini dapat dikembangkan sebagai

insektisida nabati karena mengandung toksik terhadap serangga. Insektisida ini

jika dimanfaatkan dapat membantu mengurangi kelimpahan hama kutu daun

pada suatu tanaman. Hasil penelitian ini akan dimanfaatkan untuk penuntun

praktikum entomologi. Kerangka berpikir yang diterapkan pada penelitian ini

dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Page 35: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

20

Gambar 5.Tabel Alur Kerangka Berfikir

2.3 Hipotesis

Berdasarkan pembahasan diatas diambil hipotesis untuk pengaruh ekstrak biji

bengkuang terhadap kelimpahan kutu daun.

H0 = Pemberian ekstrak biji bengkuang (P. erosus) tidak berpengaruh nyata

terhadap kelimpahan kutu daun (A. gossypii) pada pertanaman

mentimun (C. sativus).

Tanpa

menggunakan

ekstrak biji

bengkuang

Kondisi

awal

Pemberian ekstrak

biji bengkuang pada

pertanaman

mentimun

Pemberian ekstrak biji bengkuang dengan

konsentrasi 2%, 4%,

6%, 8%, dan 10%.

Terjadinya kelimpahan

hama kutu daun

A.gossypii, tanaman

rusak akibat A. gossypii

Penuntun praktikum

entomologi

Tindakan

Kondisi

akhir

Diduga dengan pemberian

ekstrak biji bengkuang

dapat mengurangi

kelimpahan kutu daun (A.

gossypii) pada

Pertanaman mentimun.

Page 36: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

21

H1= Pemberian ekstrak biji bengkuang (P. erosus) berpengaruh nyata

terhadap kelimpahan kutu daun (A. gossypii) pada pertanaman

mentimun.

Page 37: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

22

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lahan pertanian masyarakat Telanaipura Kota

Jambi, Laboratorium Instrumen dan Tugas Akhir Fakultas Sain dan Teknologi

Universitas Jambi, dan Laboratorium Hama dan Penyakit Fakultas Pertanian

Universitas Jambi. Penelitian dilakukan pada bulan Mei – Oktober 2019 dan

mempersiapkan area pengambilan sampel yaitu 4 x 5 meter. Lahan ini dapat

digunakan untuk menumbuhkan tanaman sayur mentimun (Cucumis sativus L.).

3.2 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode

eksperimental dan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri

dari 6 perlakuan dan 6 kali ulangan, sehingga diperoleh 36 unit percobaan.

Perlakuan diberikan ekstrak biji bengkuang dengan berbagai macam konsentrasi

yaitu: P0=kontrol, P1=2%, P2=4%, P3=6%, P4=8%, dan P5=10%. Tata letak

satuan percobaan serta hasil pengacakan dapat dilihat pada Lampiran 2.

3.3.Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpul secara langsung dengan menghitung keseluruhan kutu daun

yang didapat pada tanaman mentimun yang telah diberikan perlakuan. Parameter

yang diamati ialah kelimpahan individu A. gossypii pada pertanaman mentimun.

Page 38: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

23

3.4 Teknik Analisis Data

Pengaruh pemberian ekstrak biji bengkuang pada masing-masing perlakuan

terhadap kelimpahan kutu daun diketahui dengan menganalisis secara statistik

menggunakan sidik ragam (ANOVA) dengan aplikasi SPSS. Jika terdapat

pengaruh, maka dilanjutkan menggunakan uji Duncan Multiple Range Test

(DMRT) pada taraf α = 5% untuk mengetahui dan membandingkan tingkat

pengaruh tiap perlakuan.

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu botol specimen, gelas

piala 100 ml, gelas ukur 10 ml, timbangan analitik, rotary evapator, pipet tetes,

botol maserasi, oven, blender, mikroskop stereo, hand spreyer, selang air,

gunting, paku payung, dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu kutu daun, biji bengkuang, aquades, kertas saring, alcohol, pupuk kandang,

pupuk NPK, ajir, tissue, map plastik, 7 liter etanol dan detergen sebagai

pengemulsi.

3.5.2 Pembuatan Ekstrak Biji Bengkuang

Biji bengkuang yang diperoleh dari lapangan sebanyak 7kg dikeringkan

pada suhu 80o

C selama 48 jam. Biji bengkuang dihaluskan menggunakan

grinder namun tekstur biji bengkuang masih kasar. Biji bengkuang dihaluskan

lagi menggunakan blender setelah mendapat tekstur biji yang halus kemudian

diayak, serbuk biji bengkuang dimaserasi dengan methanol selama 48 jam.

Setelah itu disaring dengan kertas saring, ekstrak yang dihasilkan diuapkan

Page 39: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

24

dengan rotary evaporator pada suhu 500C sampai methanol benar-benar

menguap, sehingga diperoleh ekstrak kasar. Ekstrak kasar dilarutkan dalam

aquades yang sudah ditambahkan detergen sebanyak 1gram. Kemudian

diperoleh larutan kental. Setelah itu ekstrak di encerkan hingga konsentrasi

2%, 4%, 6%, 8%, dan 10%. Diagram alur pembuatan ekstrak biji bengkuang

dapat dilihat pada Gambar 3.1

Gambar 6. Diagram alur pembuatan ekstrak biji bengkuang

3.5.3 Penanaman Mentimun

Tanah yang digunakan terlebih dahulu dicangkul sedalam 30cm

kemudian diratakan. Kemudian dibuat lubang-lubang tanaman dengan jarak

antar lubang 60cm dan jarak antar bedeng adalah 75cm. Luas lahan percobaan

adalah 20m2 dengan panjang 5m dan lebar 4m. Penanaman ini dilakukan

7 kg Biji Bengkuang

Di oven pada suhu 800 C selama 48 jam

Dihaluskan menggunakan blender dan penggilingan hingga menjadi

serbuk

Di meserasi selama 48 jam

Disaring hasil meserasi menggunakan kertas saring

Diuapkan dengan rotary evaporator

Ekstrak biji bengkuang + aquades + deterjen

Diencerkan ekstrak dengan konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8%, 10%

Page 40: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

25

secara langsung, masing-masing lubang ditanam 2-3 biji mentimun kemudian

ditutup dengan tanah tipis-tipis.

3.5.4 Penyemprotan Ekstrak Biji Bengkuang

Penyemprotan ekstrak biji bengkuang dilakukan pada pertanaman

mentimun menggunakan hand spayer. Ekstrak biji bengkuang terlebih dahulu

diencerkan menjadi konsentrasi 0%, 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10%. Ekstrak

disemprotkan ke tanaman secara merata hingga mengenai semua tanaman.

Penyemprotan dilakukan setiap unit percobaan tiap 2 kali selama tanaman

mentimun tersebut masih dalam fase vegetatif.

3.5.5 Pengamatan kelimpahan dan karakteristik Aphis gossypii G.

Pengamatan dilakukan secara langsung pada tanaman mentimun yang

sudah disemprot ekstrak biji bengkuang. Pengamatan kelimpahan kutu daun

didapatkan dengan cara menghitung individu A. gossypii yang terdapat pada

tanaman mentimun tersebut. Kemudian setelah didapat datanya maka

dilakukannya pengujian statistik diantaranya uji normalitas, uji homogenitas,

uji ANOVA apabila terdapat pengaruh pada pemberian ekstrak biji bengkuang

maka dilakukannya uji lanjut DMRT dengan taraf keparcayaan 5%.

Sampel yang diamati karakteristik kutu daun pada tahap imago. Imago

kutu daun lebih besar dibandingkan pada fase nimfa. Sehingga memudahkan

peneliti untuk mengamati morfologi dari kutu daun tersebut. Pengamatan

yang dilakukan yaitu pada bagian tuberkel antenna, warna tubuh, ruas kaki

kornikel dan kauda. Pengambilan kutu daun yang lebih efektif pada pukul

11.00–14.00WIB.

Page 41: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

26

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan mei-oktober 2019. Lahan yang

digunakan terlebih dahulu dibersihkan dan dicangkul. Lalu digemburkan

tanah dan membuat bedeng-bedeng. Lahan yang akan digunakan dipagar

dengan jaring tujuannya agar tidak ada hama lain yang mengganggu tanaman

tersebut untuk tumbuh.

Gambar 7. Lahan Pertanian (a) Lahan yang sudah ditanami mentimun (b) tanaman berumur

1 bulan (c) tanaman mentimun berumur 2,5 bulan.

4.1.2 Variasi Warna dan Karakter Morfologi Aphis gossypii G.

Warna tubuh A. gossypii yang ditemukan di lapangan bervariasi yaitu

mulai dari kuning, hijau, hujau kekuningan, hingga hijau kehitaman. Bentuk

tubuh yang oval. Imago kutu daun ada yang bersayap dan tidak bersayap.

Ukuran antenanya lebih pendek dari panjang tubuh. Imago yang bersayap

memiliki kornikel hitam dari dasar sampai ujung, tuberkel kecil diantara

a

a b c

Page 42: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

27

antena dan tidak mempunyai tonjolan tambahan pada sisi dorsal abdomen

(Gambar 4.2).

Gambar 8. Pengamatan variasi warna A. gossypii dari fase nimfa sampai Imago

dengan perbesaran 1600x (a). Nimfa A. gossypii berwarna kuning, scale bar:0,33

mm, (b). Imago berwarna kuning kehijauan, scale bar: 0,46 mm, (c). Imago berwarna

hijau, scale bar:0,48 mm, (d). Imago bersayap warna hijau, scale bar:0,55 mm (e)

nimfa pada daun mentimun, scale bar: 0,32, (f). Imago pada daun mentimun

berwarna kuning dan hijau, scale bar:0,46.

Nimfa kutu daun berwarna kuning, scale bar:0,33 mm. Imago berwarna

kuning kehijauan, scale bar: 0,46 mm. Imago berwarna hijau, scale bar:0,48

mm. Imago bersayap warna hijau, scale bar:0,55 mm. Nimfa pada daun

a b c

d e f

Page 43: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

28

mentimun, scale bar: 0,32 mm. Imago pada daun mentimun berwarna kuning

dan hijau, scale bar:0,46.

Kutu daun yang didapatkan dari lapangan kemudian diamati morfologinya

lebih lanjut dengan menggunakan mikroskop fluoresensi. A. gossypii yang

digunakan untuk diamati morfologinya adalah A. gossypii pada tahap imago.

Secara umum morfologi dari A. gossypii yang diamati adalah bentuk

tuberkel, antena, kauda, kornikel dan ruas kaki.

Menurut Maharani (2018: 77) tubuh kutu daun berwarna kehitaman, hijau

gelap atau abu-abu (tidak terlalu kontras dengan warna sifunkuli) dengan

sifunkuli berwarna cokelat gelap atau hitam dan meruncing. Panjang tubuh

berkisar 0,9–1,8mm. Mata berwarna merah, kepala berwarna kuning, hijau

kekuningan sampai hijau gelap. Tuberkula antena tidak tampak jelas. Antena

berwarna kuning pucat dengan pangkal antena ruas terakhir berwarna cokelat

gelap. Kauda memiliki 4–7 helai rambut dan berwarna pucat. Karakter

morfologi kutu daun bagian dorsal dapat dilihat pada (Gambar 4.3).

a b c d

Page 44: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

29

Gambar 9. Pengamatan morfologi A. gossypii bagian dorsal dengan menggunakan

miksroskop digital perbesaran 1600x dan miksroskop flouresensi 10x/0.35 , (a).

Individu Aphis gossypii, (b). Ttuberkel antena, (c). Bagian mata, (d). Ruas kaki,

(e). Kauda, (f). Kornikel.

Kutu daun dewasa akan mendapatkan individu baru sampai 50 ekor

perminggu. Nimfa yang baru dilahirkan akan menjadi dewasa setelah berumur

6 hari. Hal ini dapat terjadi karena selama perkembanagan menjadi dewasa,

embrio dalam tubuh nimfa akan ikut berkembang.

Serangan A. gossypii biasanya terjadi pada musim kemarau, yaitu saat

udara kering dan suhu tinggi. Tanaman yang biasanya diserang adalah pucuk

dan daun muda. Serangan hama ini mengakibatkan daun akan melingkar serta

pucuk akan mengering dan sehingga pertumbuhan tanaman menjadi

a b c

d e f

Page 45: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

30

terganggu (Setiadi, 2006: 127). Karakter morfologi kutu daun bagian ventral

dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 10. Pengamatan morfologi A. gossypii bagian ventral dengan menggunakan

mikroskop digital dengan perbesaran 1600x (a). Stilet, scale bar: 0,33mm

(b). Tubuh berbentuk oval dengan ukuran 1,8mm.

4.1.3 Pengujian Hipotesis

Pengujian dilakukan menggunakan aplikasi SPSS versi 16, akan tetapi

untuk P4 (8%) data yang didapatkan tidak homogen dengan perlakuan lain

sehingga untuk P4 dianalisis secara deskriptif, dimana nilai rata-rata yang

didapat yaitu 22,17 untuk data tertinggi sebesar 6,5 dan untuk data terendah

yaitu 1.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk

mengetahui apakah data berasal dari populasi yang normal atau tidak. Data

dikatakan normal jika niai signifikasi ≥ 0,05. Pada penelitian ini uji normalitas

dilakukan dengan uji-ShapiroWilk menggunakan aplikasi Statistical Package

For The Social Sciences (SPSS) versi 16 karena sampel yang digunakan

a a b

Page 46: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

31

kurang dari 50. Tabel hasil perhitungan uji normalitas dengan menggunakan

uji ShapiroWilk terhadap data kelimpahan hama A. gossypii dapat dilihat pada

Tabel 4.2.

Tabel 2. Hasil Uji Normalistas Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Biji Bengkuang terhadap

Kelimpahan individu Aphis gossypii G. pada Pertanaman Mentimun di lahan

Pertanian Telanaipura Kota Jambi.

Perlakuan Shapiro-Wilk

Kelimpahan kutu daun

P0

P1

P2

P3

P5

Statistik Df Sig

.897

.983

.863

.702

.853

6

6

6

6

6

.357

.964

.201

.918

.167

Hasil tersebut membuktikan bahwa nilai signifikasi lebih besar dari 0,05

maka dapat disimpulkan bahwa data hasil kelimpahan hama kutu daun

berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh

homogen atau tidak. Data dikatakan homogen apabila nilai signifikan lebih

besar dari 0,05. Hasil uji homogenitas data penelitian ditampilkan pada Tabel

4.3 dibawah ini.

Tabel 3. Hasil uji homogenitas pengaruh konsentrasi ekstrak biji bengkuang terhadap

Kelimpahan individu Aphis gossypii G. pada pertanaman mentimun di lahan

pertanian Telanaipura Kota Jambi.

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.764 5 30 .151

Page 47: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

32

Pada diatas diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,151 hal tersebut

menunjukkan bahwa 0,151 ≥ 0,05 maka dapat dikatakan data berasal dari

populasi yang homogen.

4.1.5 Analysis Of Variance (ANOVA)

Hasil pengujian menunjukkan bahwa data yang digunakan terdistribusi

normal dan homogen, selanjutnya dilakukan analisis statistik ANOVA. Data

hasil uji ANOVA terhadap kelimpahan A. gossypii dapat dilihat pada Tabel 4.4

Tabel 4. Hasil uji ANOVA pengaruh konsentrasi pemberian ekstrak biji bengkuang

terhadap kelimpahan individu Aphis gossypii G. pada pertanaman mentimun di

lahan pertanian Telanaipura Kota Jambi.

Berdasarkan analisi uji ANOVA diperoleh Fhitung sebesar 7,559 dan Ftabel

sebesar 2,53 dengan nilai signifikasi yaitu se 0,000. Maka dapat disimpulkan

bahwa nilai Fhitung > Ftabel sehingga H1 diterima, dengan demikian pemberian

ekstrak biji bengkuang (P. erosus) berpengaruh terhadap kelimpahan individu

A. gossypii pada pertanaman mentimun pada taraf nyata kepercayaan 5%.

Sum of

Squares

Df Mean

Square

Fhitung Ftabel Sig.

Between Groups

Within Groups

Total

129.139

102.500

231. 639

5

30

35

25.828

3.417

7, 559 2,53 .000

Page 48: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

33

4.1.6 Perbedaan Beberapa Konsentrasi Ekstrak Biji Bengkuang terhadap

Kelimpahan Aphis gossypii G. pada Pertanaman Mentimun

Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji sidik ragam (ANOVA)

menunjukkan nilai Fhitung > Ftabel, sehingga dapat diambil kesimpulan

ekstrak biji bengkuang dinyatakan berpengaruh terhadap menurunkan

kelimpahan A. gossypii pada taraf 5% dan dapat uji lanjut DMRT.

Berdasarkan uji Duncan Mutiple Range Test (DMRT) dapat diketahui

perbedaan beberapa ekstrak biji bengkuang pada masing-masing konsentrasi

terhadap kelimpahan A. gossypii yang dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 5. Hasil uji DMRT perbedaan beberapa konsentrasi ekstrak biji bengkuang

terhadap kelimpahan hama kutu dau (Aphis gossypii G.) pada pertanaman

mentimun dilahan pertanian Telanaipura Kota Jambi.

No Kode Perlakuan Rata-rata Kelimpahan Individu Notasi

1 P5 Ekstrak 8% 1 a

2 P3 Ekstrak 6% 3,33 b

3 P2 Ekstrak 4% 3,5 bc

4 P1 Ekstrak 2% 5,67 cd

5 P0 Kontrol 6,5 d

Hasil uji DMRT pada Table 4.5 menunjukkan bahwa kelimpahan

A.gossyspii pada perlakuan P0 (kontrol) tidak berbeda nyata dengan perlakuan

P1 (2%) namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. P2 tidak berbeda

nyata dengan P1 (2%) dan P3 (6%) namun berbeda nyata dengan perlakuan

lainnya. P3(6%) berbeda nyata dengan P0 (kontrol) dan P5 (10%).

Page 49: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

34

4.2 Pembahasan

Hasil penelitian ini menujukkan bahwa ekstrak biji bengkuang

berpengaruh nyata terhadap kelimpahan hama kutu daun pada petanaman

mentimun, kemudian berdasarkan uji DMRT menujukkan bahwa nilai rata-rata

kelimpahan A. gossypii disetiap perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda-

beda.

Data kelimpahan kutu daun dibuat dalam bentuk grafik agar mudah

melihat perbandingan kelimpahan setiap perlakuannya. Grafik rata-rata

kelimpahan kutu daun pada setiap konsentrasi perlakuan dapat dilihat pada

Gambar 4.6.

Gambar 4.6 Grafik rata-rata kelimpahan A. gossypii pada tanaman mentimun dengan

masing-masing perlakuan P0(kontrol), P1(2%), P2(4%), P3(6%), P4(8%), dan

P5(10%).

0

1

2

3

4

5

6

7

P0(0%) P1(2%) P2(4%) P3(6%) P5(10%)

rat

a-r

ata

kelim

pah

an A

.go

ssyp

ii

konsentrasi ekstrak biji bengkuang

Kelimpahan Hama Kutu Daun

6,5

5,67

3,5 3,33

1

Page 50: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

35

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa terjadi penurunan

kelimpahan individu A. gossypii hal tersebut dikarenakan insektisida nabati

ekstrak biji bengkuang yang digunakan memiliki kandungan rotenone yang

menyebabkan penurunan kelimpahan kutu daun. Menurut Kardinan, (2004:22)

Rotenon merupakan bahan yang bersifat toksik yang terkandung dalam biji

bengkuang dan merupakan racun yang dapat menghambat metabolisme dan

sistem saraf yang berkerja secara perlahan.

Kelimpahan kutu daun yang paling banyak ditemukan yaitu pada

perlakuan P0(kontrol). Hal tersebut dipengaruhi oleh lingkungan, sumber

pakan maupun sumber daya lain yang tersedia pada lingkungan tersebut. Selain

itu juga diduga tidak ada senyawa aktif yang terkandung pada perlakuan ini.

Menurut Katili, (2020:28) pada penelitiannya menunjukkan bahwa pada

perakuan dengan konsentrasi 0,00% (kontrol) tidak ditemukan adanya kutu

beras yang mengalami kematian. Terjadinya mortalitas pada serangga

menandakan bahwa ekstrak biji bengkuang memiliki kemampuan sebagai

insektisida nabati dalam membunuh kutu beras (Sitophilus oryzae) terlihat

dengan adanya kesinambungan antara pemberian konsentrasi ekstrak dengan

mortalitas kutu beras.

P1 (2%) tidak berbeda nyata dengan P2 (4%) namun berbeda nyata dengan

perlakuan lainnya. Hal tersebut disebabkan senyawa aktif ekstrak biji

bengkuang pada konsentrasi tersebut daya kerjanya lambat dan pada

konsentrasi ini memiliki kandungan rotenon yang sedikit, Sehingga

menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Menurut penelitian sebelumnya

Page 51: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

36

yaitu penelitian yang dilakukan oleh Widia (2019:27). pemberian ekstrak biji

bengkuang pada perlakuan P1 (2%) tidak berbeda nyata dengan perlakuan

P2(4%), P3(6%), dan P4(8%). Hal ini diduga karena pada konsentrasi tersebut

insektisida nabati daya pengaruhnya lambat dan belum bekerja dengan baik,

sehingga menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dalam mengendalikan

kelimpahan A. gossypii.

Menurut Sari, dkk. (2013:563) juga menunjukkan bahwa pada perlakuan

P1 dan P7 yang mengandung senyawa golongan flavonoid menunjukkan hasil

yang tidak berbeda nyata. Hal ini membuktikan bahwa insektisida nabati

belum bekerja secara maksimal daya kerjanya lambat sehingga membutuhkan

waktu untuk menujukkan gejala keracunan.

P3(6%) tidak berbeda nyata dengan P2(4%) dan P1(2%) namun berbeda

nyata dengan perlakuan lainnya. Hal tersebut disebabkan oleh kemampuan A.

gossypii untuk menahan senyawa aktif dalam ekstrak biji bengkuang yang

masuk ke tubuhnya tersebut, sehingga masih dapat beradaptasi dan

menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada peningkatan konsentrasi

tersebut. Menurut Syahputra dan Endarto, (2012: 210) menyatakan bahwa

serangga pada fase imago umumya relative lebih tahan terhadap insektisida

dibandingkan dengan tahapan yang lebih muda. Berbagai faktor dapat

mempengaruhi keberhasilan suatu insektisida dalam menyebabkan kematian

serangga sasaran, diantaranya jenis insektisida, konsentrasi dan cara

aplikasinya, jenis serangga, fase perkembangan dan umur serangga serta faktor

lingkungan.

Page 52: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

37

Menurut penelitian Fadilah, dkk. (2018:26) juga membuktikan bahwa hasil

uji DMRT pada taraf 5% pengaruh perlakuan aplikasi insektisida nabati

terhadap intensitas serangan hama perusak daun pada tanaman kedelai pada

perlakuan P1 (nilai tengah 0,68) menunjukkan hasil tidak berbeda nyata

dengan perlakuan P2 (nilai tengah 0,59) dan P3 (nilai tengah 0,65). Hal ini

diduga karena kandungan senyawa bioaktif pada insektisida nabati belum

bekerja dengan baik sehingga belum cukup mengendalikan serangan hama

perusak daun pada tanaman kedelai.

Setiap perlakuan mampu mengurangi jumlah individu kutu daun (A.

gossypii) pada pertanaman mentimun namun yang paling efektif yaitu pada

perlakuan P5(10%) karena memiliki notasi yang berbeda dan grafik batang

yang paling rendah dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Perlakuan

P5(10%) berbeda nyata dengan P0(kontrol) dan P3(6%). Hal ini dikarenakan

ekstrak biji bengkuang mampu mengendalikan kelimpahan kutu daun.

Sehingga senyawa rotenon dalam ekstrak tersebut mampu bekerja secara

maksimal. Rotenone juga dapat mengakibatkan mortalitas tinggi dan bersifat

toksik terhadap beberapa jenis serangga (Martono, dkk. 2004:44-46). Menurut

Adawiyah dan Pakki (2018:775) mengatakan bahwa pada biji bengkuang yang

sudah matang, mengandung 30% minyak/lemak, 0,s-1% rotenon dan 0,-1%

rotenoid. Menurut Hutabarat, dkk (2015: 107-108) menyatakan bahwa rotenon

berfungsi sebagai penghambat pernafasan, sebagai antifeedant yang

menyebabkan serangga berhenti makan, dan insect growth regulator

(penghambat perkembangan serangga). Rotenon dapat meningkatkan

Page 53: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

38

mortalitas serangga karena memiliki toksisitas yang cukup tinggi. Gejala

keracunan yang disebabkan oleh rotenon adalah mulai tidak agresif, jalannya

melemah, cenderung diam walaupun masih dalam keadaan hidup.

Aplikasi penyemprotan insektisida nabati pada ekstrak biji bengkuang

pada tanaman mentimun berpengaruh terhadap kelimpahan A. gossypii. hal ini

disebabkan karena adanya kandungan rotenone yang bersifat repellent dengan

bau menyengat dan tidak disukai oleh serangga. Kutu daun memiliki organ

antena yang berfungsi untuk menerima setiap rangsangan seperti bau sehingga

tidak akan mendekati tanaman yang telah disempot insektisida. Rotenone juga

berfungsi sebagai antifeedant yang bersifat menghambat aktivitas makan

serangga tetapi tidak membunuh secara langsung. Menurut Shinta, (2012:68)

menyatakan bahwa mekanisme repellent yaitu saat zat kimia menguap, dimana

bau yang dilepaskan akan terdeteksi oleh reseptor kimia (chemoreceptor) yang

terdapat pada antenna serangga, setelah itu dilanjutkan ke implus saraf. Bau ini

tidak disukai serangga hal itulah yang kemudian diterjemahkan kedalam otak

serangga akan memberikan respon agar menghindar dari bau tersebut. Hal

tersebut menunjukkan semakin tinggi konsentrasi ekstrak biji bengkuang maka

semakin besar daya repellent untuk menolak kehadiran A. gossypii pada

tanaman mentimun.

Penyemprotan ekstrak biji bengkuang menyebabkan kematian pada kutu

daun, karena rotenone bekerja sebagai rancun kontak dan racun saraf pada A.

gossypii. Menurut Djojosumarto, (2000:42) mekanisme racun perut yang

masuk melalui saluran pencernaan makanan, kemudian diserap oleh dinding

Page 54: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

39

ventrikulus. Selanjutnya insektisida ditranslokasikan menuju pusat saraf

serangga akibatnya sistem saraf terganggu dan dapat menyebabkan kematia.

Serangga akan mati bersinggungan (kontak langsung) dengan insektisida

nabati. Menurut Hasibuan, (2015 : 34) juga mengemukakan bahwa racun

pernafasan insektisida yang masuk melalui sistem pernafasan serangga.

Insektisida pernafasan diformulasikan sedemikian rupa sehingga memiliki

bentuk partikel mikro yang melayang di udara. Serangga akan mati bila

menghirup partikel mikro insektisida tersebut dalam jumlah yang cukup.

Insektisida nabati ekstrak biji bengkuang tidak menyebabkan pencemaran

lingkungan karena paparan sinar matahari dapat merusak rotenone pada

ekstrak biji bengkuang sehingga aktifitas insektisida akan berkurang. Menurut

Hien, dkk. (2003:86) rotenone dapat didegradasi oleh tanah dan air dengan

demikian toksik rotenone kan hilang setelah 2-3 hari setelah kena sinar

matahari dan udara sehingga baik untuk lingkungan.

Tanaman mentimun yang terserang A. gossypii menyebabkan berbagai

kerusakan pada tanaman. Menurut zulkarnain (2016:16) tanaman yang

terserang menimbulkan daun berwarna kuning dan tanaman mengeriting,

batang berpilin, pertumbuhan tanaman tersebut tehambat sehingga tanaman

menjadi kerdil. Meilin (2014:9) menyatakan bahwa kutu daun ini dapat

mengeluarkan cairan manis. Sehingga menarik datangnya cendawan jelaga dan

semut. Adanya cendawa pada buah dapat menurunkan kualitas buah.

Page 55: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

40

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Pemberian ekstrak biji bengkuang (P. erosus) berpengaruh terhadap

menurunkan kelimpahan kutu daun (A. gossypii) pada tanaman mentimun

(C. sativus) di lahan pertanian Telanaipura Kota Jambi.

2. konsentrasi ekstrak biji bengkuang yang efektif pada pertanaman mentimun

untuk menekan kelimpahan hama kutu daun yaitu konsentrasi P5(10%).

5.2 Implikasi

a. Implikasi teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

penuntun praktikum pada matakuliah entomologi untuk mahasiswa

pendidikan biologi.

b. Implikasi praktis, hasil dari penelitian ini dapat memberi informasi bagi

institusi maupun masyarakat untuk mengendalikan hama kutu daun pada

pertanaman mentimun menggunakan insektisida nabati.

5.3 Saran

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai penuntun praktikum pada mata

kuliah entomologi.

2. Ekstrak biji bengkuang dapat digunakan sebagai insektisida nabati untuk

mengurangi kelimpahan kutu daun.

3. Konsentrasi yang efektif untuk mengurangi kelimpahan kutu daun adalah

konsentrasi P5(10%). Oleh karena itu perlu dilakukannya penelitian yang

lebih lanjut mengenai ekstrak biji bengkuang terhadap kelimpahan hama

Page 56: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

41

lainnya dengan menggunakan konsentrasi yang lebih tinggi.

Page 57: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

42

DAFTAR RUJUKAN

Adi, TL. 2008. Tanaman Obat & Jus Untuk mengatasi Penyakit Jantung, Hipertensi,

Kolestrol, dan Stroke. Jakarta. Penerbit: PT. AgroMedia Pustaka.

Aisah, S, Sulistyowati, E, Sari, A.D.Y. 2013. Potensi Ekstrak Biji Bnegkuang

(Pachyrhizus erosus (L.)Urb.) Sebagai Larvasida Aedes aegypti L. Instar III.

Jurnal Kaunia, Vol. IX, No. 1.

Anggraini, K, Yuliadhi, A.K, Widianingsih, D. 2018. Pengaruh Pupulasi Kutu daun

pada Tanaman Cabai Besar (Capsicum annum L.) terhadap Hasil Panen. E-

Jurnal Agroekoteknologi Tropika, Vol. 7, No.1.

Adawiyah, R & Pakki,T. 2018. Peranan Tanaman Bengkuang ( Pachyrhizus erosus

(L.)Urb.) Dalam Mendukung Sistem Pertanian Organik. Jurnal Biowallacea,

Vol. 5, No. 2.

Amin, R, A. 2015. Mengenal Budidaya Mentimun Melalui Pemanfaatan Media Informasi. Jurnal Andi Rusdayani Amin/Jupiter. Vol. XIV. No.1.

Allifah, AF. N.A, Bahalwan, F, Natsir, A.N. 2020. Keanekaragaman dan Kelimpahan

Serangga Polinator pada Perkebunan Mentimun ( Cucumis sativus L.) Desa

Waiheru Ambon. Jurnal Biologi Science & Education, V0l. 9, No. 1.

Busnia, M. 2006. Entomologi. Padang. Andalas University Press Kampus UNAND

Limau Manis.

Cahyono, B. 2003. Cabai Paprika Tekhnik Budidaya dan Analisis Usaha Tani.

Yogyakarta. Penerbit Kanisius.

Djojosumarto, P. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta. Kanisius.

Ekasari, W. 2018. Tanaman dan Kesehatan Terapi Alternatif 3 Penyakit Utama

dengan Bukti Ilmiah. Sudiarjo. Indonesia Pustaka.

Fadillah, A, Jumar, Aidawati, N. 2018. Pengaruh Pemberian Pestisida Nabati

Terhadap Serangga Hama Perusak Daun Tanaman Kedelai (Glycine max L

Merill) Dilapangan. Jurnal Proteksi Tanaman Tropika. Vol.1. No.2

Glio, T.M. 2017. Membuat Pestisida Nabati untuk Hidroponik, Akuaponik,

Vertikultur & Sayuran Organik. Jakarta Selatan. Penerbit: PT. AgroMedia

Pustaka.

Gardjito, M, Handayani, W, & Salfarino, R. 2015, Penanganan Segar Hortikultura

untuk Penyimpanan & Pemasaran. Jakarta. Penerbit: PrenadaMedia Group.

Page 58: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

43

Hasibuan, R. 2015. Insektisida Organik Sintetik dan Biorasional. Yogyakarta.

Penertbit: Plantaxia.

Hasnah, & Nasril. 2009. Efektivitas Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

Terhadap Mortalitas Plutella xylostella L. Pada Tanaman Sawi. Jurnal

Floratek. Vol.4. No.29-40.

Haryuningtyas, D, Yuningsih & Estuningsih,E.S. 2011. Efektitivitas Ekstrak Biji

Bengkuang (Pachyrhizus erosus) Dengan Pelarut Air dan Aseton Terhadap

Tungau (Sarcoptes scabiei) Secara Invitro. Jurnal Seminar Nasional

Teknologi Perternakan dan Veteriner.

Hutabarat, N.K., Oemry, S., Pinem, M.I. 2015. Uji Efektifitas Termisida Nabati

Terhadap Mortalitas Rayap (Coptotermes curvinagthus Holmgren) (Isoptera:

Rhinotermitidae) di Laboratorium. Jurnal Online Agroekoteknologi. 3 (1):

103-111.

Hien, PP., Gortnizka, H., dan Kraemer, R. 2003. Rotenon – Potential And Propect

For Suntainable Agricultur. Omonrice. 1 (1): 83-92.

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta. Penerbit PT Rineka Cipta.

Kanisius, 1992. Sayuran. Yogyakarta. Penerbit:Kanisius.

Katili, A.T. 2020. Uji Efektivitas Ekstrak Biji Bengkuang (Pachyrizus erosus (L.)

(Urb) Sebagai Insektisida Nabati Terhadap Mortalitas Kutu Beras

(Sitophilus oryzae). Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.1, No.1.

Kardinan, A. 2004. Pestisida Nabati: ramuan dan aplikasi. Jakarta: Penebar

Swadaya.

Lillies, 1991. Kunci Determinasi Serangga. Jakarta. Penerbit:Kanisius.

Lestari, F , & Rahmanto, B. 2020. Toksisitas Ekstrak Bahan Nabati Dalam

Pengendalian Hama Achatina fulica (Ferussac, 1821) Pada Tanaman Nyawai

(Fucus variegate (Blume)). Jurnal Wasian. Vol.7. No.1.

Moekesan, K.T , Prabaningrum, L , Adiyoga, W , Putter, D.H. 2014. Panduan Praktis

Budidaya Mentimun Berdasarkan Konsepsi Pengendalian Hama Terpadu

(PHT). Lembang. Projek Leader Knowledge Transfer vegIMPACT.

Mustika, A.A, Hadi, K.U, Wardhana, K.A, Rahminawati, M, Wientarsih, L. 2016.

Aktivitas Larvasida Biji Bengkuang Sebagai Insektisida Nabati terhadap

Page 59: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

44

Larva Lalat Crysomya Bezziana. Jurnal Acta Veterinaria Indonesia. Vol. 4.

No.2.

Meilin, A. 2014. Hama dan Penyakit Pada Tanaman Cabai dan Cara

Pengendaliannya. Jambi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi.

Martono, B. 2004. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Nazarudin, 1994. Pengaturan Panen Sayur Dataran Rendah. Jakarta. Penebar

Swadaya.

Nugrahaeni, F, Wijayanti, R & Notosandjojo, P.Y.V. 2012. Efektivitas Ekstrak Biji

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) dan Biji Bengkuang (Pachyrhizus

erosus) Dalam Pengendalian Hama Buah Kakao. Jurnal Biofarmasi. Vol. 11.

No.1.

Pracaya, 2008. Hama & Penyakit Tanaman. Jakarta. Penebar Swadaya.

Prihmantoro, H, & Indriani, H.Y. 2000. Paprika Hidroponik dan Non Hidroponik.

Jakarta. Penebar Swadaya.

Plantamor. 2018. Plantamor Situs Dunia Tumbuhan. Informasi Spesies Bengkuang

http://plantamor.com/species/info/pachyrhizus/erosus. Diakses tanggal 20

Juni 2020.

Prayitno, TA. 2017. Pengembangan Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Program Studi

Pendidikan Biologi. Jurnal.3(1) : 31-37.

Rosba, E, Catri, M. 2015. Pengaruh Ekstrak Biji Bengkuang Terhadap Walang Sengit

(Leptocorisa acuta Thunb.) Pada Tanaman Padi. e-Journal Penelitan

Pendidikan IPA. Vol. 1, No.2.

Rukmana, R, & Oesman, Y.Y. 2003. Usaha Tani Jeruk Purut dalam Pot dan di

Kebun. Yogyakarta. Penerbit Kanisius.

Sari, M., Lubis, L., dan Pangestiningsih, Y. 2013. Uji Efektivitas Beberapa

Insektisida Nabati Untuk Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

(Lepidoptera:Noctuidae) Di Laboratorium. Jurnal Online Agroekoteknologi. 1

(3): 560-569.

Syahputra, E., dan Endarto, O. 2012. Aktifitas Insektisida Ekstrak Tumbuhan

terhadap Diaphorina citri dan Toxoptera citricidus serta pengaruhnya

terhadap tanaman dan predator. Jurnal ilmu-ilmu Hayati dan Fisik. 14(3):

207-2014.

Page 60: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

45

Soemadi, W. 1997. Hama Tanaman Pangan dengan Mengenari Jenis Serangga

Hama, dll. Solo. Penerbit CV. Aneka (Anggota IKAPI).

Sembel, T.D. 2018. Hama-Hama Tanaman Hortikultura. Yogyakarta. Penerbit

LilyPublisher.

Shinta. 2012. Potensi Minyak Atsiri Daun Nilam (Pogostemon cablin B.), Daun

Babadotan (Ageratum conyzoides L), Bunga Kenanga (Cananga odorata hook

F & Thoms) dan Daun Rosemarry (Rosmarinus officinalis L) Sebagai

Repelan Terhadap Nyamuk Aedes aegypti L. Artikel Media Litbang

Kesehatan. 22 (2): 61-69.

Siti, N.A. & Tim Penerbit KBM Indonesia. 2020. Ensiklopedi Bengkuang (Deskripsi,

Filosofi, Manfaat, Budidaya, dan Peluang Bisnisnya). Penerbit Karya Bakti

Makmur (KBM) Indonesia.

Sunarjono, H. 2004. Bertanam 30 Jenis Sayur. Jakarta. Penebar Swadaya.

Soedarmo, S, & Mulyaningsih, S. 2014. Mudah Membuat Pestisida Nabati. Jakarta

Selatan. Penerbit: PT AgroMedia Pustaka.

Supari, H.I, Leman, A.M, Zuliari, K. 2016. Efektivitas Anti Bakteri Ekstrak Biji

Bengkuang (Pachyrrhizus erosus L. (Urb.) Terhadap Pertumbuhan

Streptococcuas mutans Secara In Vitro. Jurnal Ilmiah Farmasi. Vo. 5, No.3.

Setiawan, I.A. 1994. Sayuran Dataran Tinggi Budidaya Dan Pengaturan Panen.

Jakarta. Penerbit: PT Penebar Swadaya (Anggota IKAPI).

Sudarmo,S. 2005.Pestisida Nabati Pembuatan dan Pemanfaatan. Yogyakarta.

Penerbit: Kanisius (Anggota IKAPI).

Surachman, E, Suryanto, A.W. 2007. Hama Tanaman Pangan, Horikultura, dan

Perkebunan Masalah dan Solusinya. Yogyakarta. Penerbit Kanisius (Anggot

IKAPI).

Setiadi, 2006. Bertanam Cabai. Jakarta. Penerbit: Penebar Swadaya (Anggota

IKAPI).

Suyanto, A. 1994. Hama Sayur dan Buah. Jakarta. Penerbit: PT Penebar Swadaya

(Anggota IKAPI).

Tjitrosoepomo, G. 2007. Taksonomo Tumbuhan (Spermatophyta). Jakarta. PT Bumi

Aksara.

Page 61: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

46

Tuhuteru, S, Mahanani, U.A, Rumbiak, Y.E.R. 2019. Pembuatan Pestisida Nabati

Untuk Mengendalikan Hama dan Penyakit Pada Tanaman Sayuran di Distrik

Siepkosi Kabupaten Jawa Wijaya. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat.

Vol. 25, No.3.

Trisyono, 2014. Insektisida Pengganggu Pertumbuhan dan Perkembangan Serangga.

Yogyakarta. Penertbit: Gajah Mada University Press.

Utami, R, Pornomo, H, & Purwatiningsih. 2014. Keanekaragaman Hayati Serangga

Parasitoid Kutu Kebul (Bemisia Tabaci Genn) dan Kutu Daun (Aphid sp.)

pada Tanaman Kedelai. Jurnal Ilmu Dasar. Vol.15, No.2.

Wongsowijoyo, S. 2014. Umbu-Umbi Berkhasiat Obat. Yogyakarta. Penerbit: PT

Leutika Nouvalitera.

Zulkarnain, 2013. Budidaya Sayuran Tropis. Jakarta. Penerbit PT Bumi Aksara.

Page 62: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

47

Lampiran 1. Dokumentasi Penanaman Mentimun (Cucumis sativus L.)

Gambar 1. Dokumentasi penelitian. (a). Proses penanaman mentimun, (b). Lahan pertanaman

mentimun, (c). Benih mentimun mulai muncul, (d. Penyiraman tanaman mentimun setelah

penanaman, (e). Tanaman mentimun berumur 3minggu , (f). Tanaman timun yang berumur

2bulan.

a f b c

d ed

fd

Page 63: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

48

Lampiran 2. Denah Penelitian

Page 64: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

49

Gambar 2. denah penelitian

Keterang: n =1,2,3…6

P0n =Ekstrak biji bengkuang 0% tanaman ke-n

P2n = Ekstrak biji bengkuang 2% tanaman ke-n

P3n = Ekstrak biji bengkuang 4% tanaman ke-n

P4n = Ekstrak biji bengkuang 6% tanaman ke-n

P5n = Ekstrak biji bengkuang 10% tanaman ke-n

Page 65: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

50

Lampiran 3. Dokumentasi Alat dan Bahan yang digunakan untuk Penanaman

Mentimun (Cucumis sativus L.).

Gambar 3. (a). Cangkul, (b). Selang, (c). Paku paying, (d). Ember, (e). Gayung, (f). Biji

mentimun.

a b d e

a b c

d c e

Page 66: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

51

Lampiran 4. Dokumentasi Alat dan Bahan Yang Digunakan untuk Pembuatan

Ekstrak Biji Bengkuang (Pachyrhizus erosus (L)Urb).

a

e

b

c d

e f

Page 67: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

52

Gambar 4. (a). Mesin penggiling biji, (b). Timbangan analitik, (c). Gelas ukur dan

gelas piala, (d). Kertas saring, (e). Biji bengkuang, (f). Blender , (g).

Detergen, (h) . Rotary evavorator, (i). Metanol dan corong , (j). Oven.

g h

i j

Page 68: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

53

a

Lampiran 5. Dokumentasi Alat dan Bahan yang Digunakan pada Saat

Perlakuan Pemberian Ekstrak Biji Bengkuang.

Gambar 5. (a). Botol specimen, (b). Alat tulis, (c). Kertas label, (d). Botol spayer, (e). Camera, dan (f).

Ekstrak biji bengkuang dalam beberapa konsentrasi.

b ca

d f

b

d e f

Page 69: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

54

Lampiran 6. Dokumentasi Alat dan Bahan yang Digunakan untuk pengamatan

Aphis gossypii G.

Gambar 6. (a). Kaca objek. (b). Objek glass, (c). Pipet tetes, (d). Mikroskop fluorensensi, €. Mikroskop digital.

a b b

e

c

a b c

d e

Page 70: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

55

a

Lampiran 7 : Pembuatan Ekstrak Biji Bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)Urb.)

b c

d e f

g h i

Page 71: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

56

Gambar 7. (a). Biji bengkuang, (b). Pengovenan biji bengkuang (c). Penghalusan

biji bengkuang menggunakan blender, (d) biji bengkuang yang telah

dihaluskan, (e). Proses maserasi menggunakan metanol selama 48

jam, (f). Penyaringan setelah maserasi, (g). Hasil maserasi (h). Proses

evaporasi, (i). Ekstrak kasar dari hasil evaporasi, (k). Ekstrak halus

biji bengkuang dalam beberapa konsentrasi.

h

j

j

Page 72: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

57

Lampiran 8. Dokumentasi Pemberian perlakuan Ekstrak Biji Bnegkuang

Gambar 8. (a). Proses penyemprotan ekstrak biji bengkuang, (b). Tanaman yang telah disemprot

ekstrak biji bengkuang, (c). Contoh tanaman yang diberi tanda perlakuan

P0(control), (d). Contoh tanaman yang diberi tanda perlakuan P2 (4%).

a b

c d

Page 73: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

58

Lampiran 9. Dokumentasi Proses Pengamatan Morfologi Aphis gossypii G.

Page 74: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

59

Gambar 9. (a) – (b) Proses pengamatan A. gossypii pada miksroskop fluoresensi, (c). Mikroskop

fluoresensi. (e) - (h). Tubuh A. gossypii yang di amati di mikroskop fluoresensi.

e

Page 75: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

60

Lampiran 10. Uji T- Test

Group Statistics

perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

data 1 6 6.50 2.739 1.118

2 6 5.67 2.160 .882

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig.

(2-

taile

d)

Mean

Diffe

rence

Std.

Error

Differ

ence

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Up

per

dat

a

Equal

variances

assumed

.469 .509 .585 10 .571 .833 1.424 -2.340 4.0

06

Equal

variances not

assumed

.585 9.48

6

.572 .833 1.424 -2.363 4.0

30

Page 76: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

61

Group Statistics

perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

data 1 6 6.50 2.739 1.118

3 6 3.50 1.643 .671

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig.

(2-

tailed)

Mean

Differe

nce

Std.

Error

Differe

nce

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

da

ta

Equal

variances

assumed

1.712 .220 2.3

01

10 .044 3.000 1.304 .095 5.905

Equal

variances not

assumed

2.3

01

8.1

87

.050 3.000 1.304 .005 5.995

Page 77: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

62

Group Statistics

perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

data 1 6 6.50 2.739 1.118

4 6 3.33 1.751 .715

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig.

(2-

tailed

)

Mean

Differ

ence

Std.

Error

Differ

ence

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

d

at

a

Equal

variances

assumed

1.488 .251 2.3

86

10 .038 3.167 1.327 .210 6.124

Equal

variances not

assumed

2.3

86

8.5

03

.042 3.167 1.327 .138 6.196

Page 78: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

63

Group Statistics

perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

data 1 6 6.50 2.739 1.118

5 6 2.17 1.329 .543

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig.

(2-

tailed

)

Mean

Differ

ence

Std.

Error

Differ

ence

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lowe

r

Uppe

r

d

at

a

Equal

variances

assumed

3.107 .108 3.4

87

10 .006 4.333 1.243 1.564 7.102

Equal

variances

not assumed

3.4

87

7.2

32

.010 4.333 1.243 1.414 7.253

Page 79: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

64

Group Statistics

perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

data 1 6 6.50 2.739 1.118

6 6 1.00 .894 .365

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig.

(2-

tailed

)

Mean

Differ

ence

Std.

Error

Differ

ence

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Uppe

r

d

at

a

Equal

variances

assumed

6.328 .031 4.6

76

10 .001 5.500 1.176 2.879 8.121

Equal

variances

not assumed

4.6

76

6.0

55

.003 5.500 1.176 2.628 8.372

Page 80: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

65

Group Statistics

perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

data 2 6 5.67 2.160 .882

3 6 3.50 1.643 .671

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig.

(2-

tailed

)

Mean

Differ

ence

Std.

Error

Differ

ence

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Uppe

r

d

at

a

Equal

variances

assumed

.351 .567 1.9

55

10 .079 2.167 1.108 -.302 4.636

Equal

variances

not assumed

1.9

55

9.3

35

.081 2.167 1.108 -.326 4.660

Page 81: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

66

Group Statistics

perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

data 2 6 5.67 2.160 .882

4 6 3.33 1.751 .751

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig.

(2-

tailed

)

Mean

Differ

ence

Std.

Error

Differ

ence

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Uppe

r

d

at

a

Equal

variances

assumed

.294 .599 2.0

55

10 .067 2.333 1.135 -.196 4.863

Equal

variances

not assumed

2.0

55

9.5

90

.068 2.333 1.135 -.211 4.878

Page 82: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

67

Group Statistics

perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

data 2 6 5.67 2.160 .882

5 6 2.17 1.329 .543

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig.

(2-

tailed

)

Mean

Differ

ence

Std.

Error

Differ

ence

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lowe

r

Uppe

r

d

at

a

Equal

variances

assumed

1.144 .310 3.3

80

10 .007 3.500 1.035 1.193 5.807

Equal

variances

not assumed

3.3

80

8.3

11

.009 3.500 1.035 1.128 5.872

Page 83: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

68

Group Statistics

perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

data 2 6 5.67 2.160 .882

6 6 1.00 .894 .365

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig.

(2-

tailed

)

Mean

Differ

ence

Std.

Error

Differ

ence

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lowe

r

Uppe

r

d

at

a

Equal

variances

assumed

3.750 .082 4.8

89

10 .001 4.667 .955 2.540 6.793

Equal

variances

not assumed

4.8

89

6.6

65

.002 4.667 .955 2.386 6.947

Page 84: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

69

Group Statistics

perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

data 3 6 3.50 1.643 .671

4 6 3.33 1.751 .715

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig.

(2-

tailed

)

Mean

Differ

ence

Std.

Error

Differ

ence

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Uppe

r

d

at

a

Equal

variances

assumed

.000 1.000 .17

0

10 .868 .167 .980 -

2.018

2.351

Equal

variances

not assumed

.17

0

9.9

60

.868 .167 .980 -

2.019

2.352

Page 85: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

70

Group Statistics

perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

data 3 6 3.50 1.643 .671

5 6 2.17 1.329 .543

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig.

(2-

tailed

)

Mean

Differ

ence

Std.

Error

Differ

ence

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lowe

r

Uppe

r

d

at

a

Equal

variances

assumed

.348 .568 1.5

45

10 .153 1.333 .863 -.589 3.256

Equal

variances

not assumed

1.5

45

9.5

82

.155 1.333 .863 -.601 3.267

Page 86: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

71

Group Statistics

perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

data 3 6 3.50 1.643 .671

6 6 1.00 .894 .365

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig.

(2-

tailed

)

Mean

Differ

ence

Std.

Error

Differ

ence

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lowe

r

Uppe

r

d

at

a

Equal

variances

assumed

3.200 .104 3.2

73

10 .008 2.500 .764 .798 4.202

Equal

variances

not assumed

3.2

73

7.7

24

.012 2.500 .764 .728 4.272

Page 87: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

72

Group Statistics

perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

data 4 6 3.33 1.751 .715

5 6 2.17 1.329 .543

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig.

(2-

tailed

)

Mean

Differ

ence

Std.

Error

Differ

ence

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Uppe

r

d

at

a

Equal

variances

assumed

.243 .633 1.3

00

10 .223 1.167 .898 -.833 3.166

Equal

variances

not assumed

1.3

00

9.3

25

.225 1.167 .898 -.853 3.186

Page 88: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

73

Group Statistics

perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

data 4 6 3.33 1.751 .715

6 6 1.00 .894 .365

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig.

(2-

tailed

)

Mean

Differ

ence

Std.

Error

Differ

ence

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lowe

r

Uppe

r

d

at

a

Equal

variances

assumed

2.222 .167 2.9

07

10 .016 2.333 .803 .545 4.122

Equal

variances

not assumed

2.9

07

7.4

42

.021 2.333 .803 .458 4.209

Page 89: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

74

Group Statistics

perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

data 5 6 2.17 1.329 .543

6 6 1.00 .894 .365

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig.

(2-

tailed

)

Mean

Differ

ence

Std.

Error

Differ

ence

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Uppe

r

d

at

a

Equal

variances

assumed

2.148 .174 1.7

84

10 .105 1.167 .654 -.291 2.624

Equal

variances

not assumed

1.7

84

8.7

58

.109 1.167 .654 -.319 2.652

Page 90: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

75

Lampiran 11. Uji ANOVA

UJI ANOVA

1. Derajat bebas (Db)

Db total = N – 1

= 36 – 1

= 35

Db perlakuan = k – 1

= 6 – 1

= 5

Db galat = k (r –s)

= 6 (6 -1)

= 36 - 6

Ulangan Kelimpahan Kutu Daun Pada Masing-masing konsentrasi Total

P0

0%

P1

2%

P2

4%

P3

6%

P4

8%

P5

10%

1 4 9 5 6 3 2

2 4 6 6 4 3 2

3 11 5 3 4 1 1

4 5 4 3 2 3 1

5 7 7 2 3 3 0

6 8 3 2 1 0 0

Jumlah 39 34 21 20 13 6 133

Kuadrat 1.521 1.156 441 400 169 36 3.723

Rata-rata 6,5 5,67 3,5 3,33 2,17 1 22,17

Ulangan Jumlah Kuadrat

Total

P0 P1 P2 P3 P4 P5

1 16 81 25 36 9 4

2 16 36 36 16 9 4

3 121 25 9 16 1 1

4 25 16 9 4 9 1

5 49 49 4 9 9 0

6 64 9 4 1 0 0

Jumlah 291 216 87 82 37 10 723

Page 91: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

76

= 30

1. Faktor koreksi (Fk)

( )

( )

( )

2. Jumlah Kuadrat Total (JKT)

JKT = ( ) – FK = 723 – 491,361 = 231,639

3. Jumlah Kuadarat Perlakuan (JKP)

JKP = (

)

=

( )

4. Jumlah Kuadrat Galat (JKG)

JKG = JKT – JKP

= 231,639 – 490.750,5

= 259.111,5

5. Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP)

KTP =

=

6. Kuadrat Tengah Galat (KTG)

KTG =

7. Fhitung =

8. Kesimpulan

Ftabel = 0,731

Karena Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak. Dapat ditarik kesimpulan bahwa

terdapat pengaruh ekstrak biji bengkuang terhadap kelimphana hama kutu

daun pada pertanaman terung pada taraf kepercayaan 5%.

Page 92: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

77

9. Rangkuman

Uji ANOVA pengaruh ekstrak biji begkuang terhadap

kelimpahan kutu daun pada pertanaman mentimun.

Keragaman DB JK KT Fhitung Ftabel KET

Total 35 - - - - H1

DITERIMA Perlakuan 5 11,36 0,731

Galat 30 - -

Page 93: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

78

Lampiran 12. Uji Normalitas, Homogenitas, ANOVA, dan Uji

Lanjut DMRT.

Uji Normalitas

Perlakuan Shapiro-Wilk

Kelimpahan kutu daun

P0

P1

P2

P3

P5

Statistik Df Sig

.897

.983

.863

.702

.853

6

6

6

6

6

.357

.964

.201

.918

.167

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Uji Homogenitas

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.764 5 30 .151

Page 94: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

79

Uji ANOVA

Uji DMRT

KELIMPAHAN

Duncana

PERLAKUAN N Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

6.00 6 1.0000

5.00 6 2.1667 2.1667

4.00 6 3.3333

3.00 6 3.5000 3.5000

2.00 6 5.6667 5.6667

1.00 6 6.5000

Sig. .283 .248 .051 .441

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.

Sum of

Squares

Df Mean

Square

Fhitung Ftabel Sig.

Between Groups

Within Groups

Total

129.139

102.500

231. 639

5

30

35

25.828

3.417

7, 559 2,53 .000

Page 95: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

80

Lampiran 14. Desain Penuntun Praktikum Entomologi

Page 96: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

81

Page 97: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

82

A. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk menganalisis pengaruh setiap pemberian ekstrak biji bengkuang

0%, 2%,

4%, 6%, 8%, 10%., terhadap kelimpahan hama kutu daun pada

pertanaman mentimun (Cucumis sativus L.).

2. Untuk menganalisis konsentrasi ekstrak biji bengkuang ( Pachyrhizus

erosus Urb.) yang efektif terhadap kelimpahan hama kutu daun pada

tanaman mentimun (Cucumis sativis L.).

B. DASAR TEORI

Aphis gossypii G.

1. Pengenalan Aphis gossypii G.

Aphis gossypii G. merupakan jenis serangga kecil pemakan

getah tanaman. Kutu daun hidup secara bergerombol (kelompok) pada

permukaan daun bagian bawah. Aphis gossypii G. menyerang jaringan

tanaman yang masih lunak (pucuk tanaman dan daun muda). Cairan di

dalam tubuh tanaman diserap oleh kutu daun sehingga tanaman layu,

daun keriting dan berkerut, pucuk mengeriting dan melingkar, dan

akhirnya tanaman mati. Serangan berat hama kutu daun terjadi pada

awal musim kemarau, yaitu pada saat udara kering dan temperatur

tinggi (Cahyono, 2003: 88).

Page 98: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

83

Aphis gossypii G. termasuk kedalam famili Aphididae. Kata aphididae

berasal dari bahasa Yunani yang artinya menghisap cairan. Hal ini

menunjukkan bahwa hama ini mempunyai kebiasaan menghisap cairan dari

tanaman untuk makanannya. Umumnya Aphis gossypii G. tidak bersayap,

tetapi kadang yang dewasa mempunyai sayap yang transparan (tebus cahaya).

Perkembangbiakannya bisa dikatakan tidak dengan perkawinan

(parthenogenesis). Telurnya menetas didalam badan (vivipar=ovovipar). Ada

juga fase seksual yang membentuk jantan dan betina, sedangkan telurnya

menetas diluar badan (ovipar) (Pracaya, 2008 : 92).

1. Biologi Aphis gossypii G.

Aphis gossypii G. ini hampir sama dengan A. glycines. Warna imago hijau

pucat. Hama ini tersebar luas di Indonesia. Akibat dari serangan hama A.

gossypii ini adalah tanaman menjadi kerdil karena nimfa dan imago

menghisap cairan tanaman sehingga pertumbuhan tanaman terhambat

(Sembel, 2018 : 101).

2. Morfologi Aphis gossypii G.

Aphis gossypii G. berwarna hijau tua sampai hitam atau kuning kecoklatan.

Perkembangbiakannya dengan cara parthenogenesis dan vivipara di

tanaman dikotil dan tangkai daun tanaman monokotil. A. gossypii jarang

dijumpai berkembang biak atau menyerang tanaman rumput. A. gossypii

betina menjadi dewasa setelah berumur 4-20 hari dan menghasilkan aphis

muda sejumlah 20-140 aphis muda) hari. Hama ini sering dikunjungi

Page 99: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

84

bermacam-macam semut yang mengharapkan embun madunya (Pracaya,

2008: 93).

Ciri-ciri hama kutu daun (Aphis gossypii G.) ini adalah kutu betina bulat

datar, transparan dan berwarna putih sampai abu-abu dengan garis tengah

kurang lebih 1,8 mm. Kutu jantan berbentuk oval dan lebih kecil dari pada

yang betina. Kutu betina dapat menghasilkan telur 20-50 butir. Aktivitas

puncak dari hama Aphis gossypii ini terjadi pada musim kering ( Surachman

& Suryanto, 2007: 20).

Page 100: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

85

3. Klasifikasi Aphis gossypii G.

Menurut Lilies (1991: 89) Klasifikasi kutu daun adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Kelas : Insekta

Ordo : Hemiptera

Family : Aphididae

Genus : Aphis

Spesies : Aphis gossypii Glosver.

4. Siklus Hidup Kutu Daun

Menurut Utami (2018: 81) Aphis gossypii G. berkembang biak secara

kawin maupun partenogenesis, sehingga dalam waktu singkat Aphis gossypii

G. dapat berkembang secara pesat. Aphis gossypii G. banyak ditemukan

menyerang tanaman kedelai di Indonesia. Menurut Utami (2018: 81) Aphis

gossypii G. berkembang biak secara kawin maupun partenogenesis, sehingga

dalam waktu singkat Aphis gossypii G. dapat berkembang secara pesat. Aphis

gossypii G. banyak ditemukan menyerang tanaman kedelai di Indonesia.

5. Gejala serangan Aphis gossypii G.

Gejala serangan Aphis gossypii G. ini yaitu tunas atas dan daun-daun

muda melilin (menggulung), bahkan jika menyerang bunga dapat

menggagalkan pembuahan. Kutu daun juga mengeluarkan cairan yang

mengandung madu (manis), sehingga mengandung datangnnya semut dan

pertumbuhan kapang jelaga berwarna hitam menutupi permukaan daun

(Rukmana, 2003: 42).

Page 101: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

86

Menurut penelitian Anggraini (2018: 116-117) bahwa gejala yang

muncul akibat serangan Aphis gossypii G. umumnya dapat menyebabkan

pertumbuhan tanaman terganggu. Aphis gossypii menghisap cairan yang

terdapat pada tubuh tanaman, akibatnya metabolisme tanaman terganggu.

Aphis gossypii tidak hanya menghisap nutrisi tanaman, namun Aphis gossypii

G. juga dapat menyebarkan virus ke tanaman. Tanaman yang terinfeksi virus

dapat menunjukkan gejala seperti kerdil. Serangan Aphis gossypii G. dapat

mengakibatkan perubahan bentuk pada tanaman seperti pengurangan ukuran

bagian tumbuhan yaitu daun mengeriting dan menggulung. Pertumbuhan

tinggi tanaman salah satunya dipengaruhi oleh banyaknya populasi yang

menyerang tanaman.

A. ALAT DAN BAHAN

Alat yang dapat digunakan untuk pembuatan ekstrak biji bengkuang

adalah oven, timbangan analitik, blender, botol maserasi, rotary evaporator,

gelas ukur 10 ml, gelas piala 50 ml, dan corong. Dalam proses pengamatan

dapat digunakan botol specimen, mikroskop digital, kamera handphone,

mikroskop fluorensensi, kaca objek, cover glas, dan cawan petri.

Bahan untuk pembuatan ekstrak yaitu biji bengkuang yang telah tua

sebanyak 7 kg, metanol, kertas saring. Untuk pengamatan dibutuhkan

tanaman mentimun, hama kutu daun dan alkohol 70%.

Page 102: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

87

B. PROSEDUR KERJA

1. Penyiapan biji bengkuang yang akan dijadikan ekstrak

2. Pembuatan ekstrak biji bengkuang

3. Ekstrak yang telah jadi kemudian dibuat beberapa konsentrasi yaitu

2,4,6,8,dan 10%

4. Pengujian ekstrak biji bengkuang terhadap kelimpahan hama Kutu daun

dilakukan dengan menyemprot tanaman mentimun setiap 2 x seminggu

selama 1,2 bulan atau 6 x ulangan.

5. Kemudian penangkapan hama kutu daun dilakukan dalam 1 minggu

sekali disetiap 2 x penyemprotan ekstrak biji bengkuang terhadap

tanaman

6. Penangkapan kutu daun ini menggunakan botol specimen dan alkohol

7. Kutu daun yang sudah ditangkap dihitung dan diidentifikasi dibawah

mikroskop untuk dilihat morfologinya.

Page 103: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

88

C. HASIL PENELITIAN

Tabel Rata-rata kelimpahan hama kutu daun

No. Kode Perlakuan Rata-rata kelimpahan

spesies

1. P5 10%

2. P4 8%

3. P3 6%

4. P2 4%

5. P1 2%

6. P0 Kontrol

Page 104: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

89

C. PERTANYAAN

1. Bagaimana pengaruh setiap konsentrasi ekstrak biji bengkuang 0%, 2%,

4%, 6%, 8%, 10%, terhadap kelimpahan hama kutu daun pada pertanaman

mentimun (Cucumis sativus L.)?

2. Berapakah konsentrasi ekstrak biji bengkuang (Pachyrhizus erosus U.)

yang efektif terhadap kelimpahan hama kutu daun pada pertanaman

mentimun (Cucumis sativus L.)?

Page 105: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

90

Page 106: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

91

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, K, Yuliadhii, A,K, Widianingsih, D. 2018. Pengaruh Pupulasi Kutu daun

pada Tanaman Cabai Besar (Capsicum annum L.) terhadap Hasil Panen. E-

Jurnal Agroekoteknologi Tropika, Vol. 7, No.1.

Cahyono, B. 2003. Cabai Paprika Tekhnik Budidaya dan Analisis Usaha Tani.

Yogyakarta. Penerbit Kanisius.

Lillies, 1991. Kunci Determinasi Serangga. Jakarta. Penerbit:Kanisius.

Pracaya, 2008. Hama & Penyakit Tanaman. Jakarta. Penebar Swadaya.

Rukmana, R, & Oesman, Y.Y. 2003. Usaha Tani Jeruk Purut dalam Pot dan di

Kebun. Yogyakarta. Penerbit Kanisius.

Sembel, T.D. 2018. Hama-Hama Tanaman Hortikultura. Yogyakarta. Penerbit

LilyPublisher.Surachman & Suryanto, 2007: 2

Utami, R, Pornomo, H, & Purwatiningsih. 2014. Keanekaragaman Hayati Serangga

Parasitoid Kutu Kebul (Bemisia Tabaci Genn) dan Kutu Daun (Aphid sp.)

pada Tanaman Kedelai. Jurnal Ilmu Dasar. Vol.15, No.2.

Page 107: PENGARUH PEMBARIAN EKSTRAK BIJI BENGKUANG …

92

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Ega Hastuti Nurma Sari, lahir di Kabupaten Tanjung Jabung

Barat Provinsi Jambi pada 03 Maret 1999. Penulis merupakan

anak bungsu dari empat bersaudara dari pasangan Bapak

Syahrul Yasid dan Ibu Hafasah. Penulis menyelesaikan

pendidikan Sekolah Dasar di SDN 167/V Tanjung Tayas pada

tahun 2010 kemudian lanjut Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Atap Satu

Tungkal Ulu pada tahun 2011, Setelah itu melanjutkan sekolah di SMAN 1 Tungkal

Ulu yang kemudian pindah saat kenaikan kelas sebelas ke SMAN 11 Kota Jambi

hingga tamat pada tahun 2016. Pada tahun 2016 penulis mendaftar kuliah dan

kemudian diterima di Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universtas Jambi. Penulis telah melaksanakan Program Pengenalan

Lapangan Persekolahan (PLP) di SMAN 12 Kota Jambi pada September-November

2019 dengan nilai yang baik.