uji efektivitas ekstrak biji jarak pagar
TRANSCRIPT
UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK BIJI Jatropha curcas TERHADAP MORTALITAS
Sitophilus zeamays
PENDAHULUAN
Tanaman jarak pagar (Jatropa curcas) merupakan tanaman tahunan yang tahan kekeringan.
Tanaman ini mampu tumbuh dengan cepat dan kuat pada lahan yang beriklim panas, tandus, dan
berbatu, serta cenderung menghindar dari wilayah yang basah. Jarak pagar atau jarak cina
Pengembangan jarak pagar paling sesuai untuk lahan marginal atau lahan kritis Indonesia
(Hambali.dkk.2002).nusa Tenggara Timur dengan kondisi iklim semi arid merupakan salah satu
daerah yang berpotensi untuk mengembangkan
Salah satu faktor rendahnya kualitas dan kuantitas produksi jagung adalah penanganan
pascapanen. Penaanganan pascapanen yang kurang baik akan mengakibatkan
terjadinyakehilangan dan kerusakan hasil sehingga dapat mengurangi jumlah dan mutu produk.
Besarnya kehilangan dan kerusakan jagung setelah pemanenan mencapai 8,60 – 20,20 %
termasuk yang terjadi selama penyimpanan yang disebabkan oleh serangan serangga, jamur dan
tikus (Lando, dkk, 2001). Kehilangan hasil yang cukup besar tersebut terutama disebabkan oleh
serangan kumbang bubuk Sitophilus zeamays yang bersifat polifag. Selain merusak jagung,
kumbang bubuk tersebut juga merusak beras, biji kacang tanah dan gaplek (Kartasapoetra,
1991). ). Sutyoso (1964) dalam Kartasapoetra (1991) mengemukakan bahwa jagung dalam
simpanan di daerah Uganda selama 4 minggu telah mengalami pengurangan berat sekitar 20%.
Populasinya demikian hebat karena dalam setiap kuintal jagung simpanan, terdapat sekitar
32.000 ekor hama. Pakan (1997) menyataka bahwa serangan Sitophilus zeamays dapat
menyebabkan susut bobot 12,65 – 21,54 % setelah disimpan sekitar 4 bulan ditingkat petani di
Amarasi Kabupaten Kupang dengan rata – rata populasi imago Sitophilus zeamays adalah 250
ekor/Kg.
Melihat besarnya kehilangan hasil yang ditimbulkan mengisyaratkan perlunya perbaikan
teknik penyimpanan sehingga dapat menekan kehilangan hasil jagung ditingkat petani. Aspek
perbaikan teknik penyimpanan tersebut diharapkan dapat terjangkau oleh petani. Teknik
penyimpanan yang dimaksud ialah teknik pengendalian.
Penggunaan pestisida dalam pertanian telah menunjukkan kemampuan dalam
menanggulangi merosotnya hasil akibat serangan hama. Hal ini karena pestisida dapat menekan
hama dalam waktu singkat, relatif mudah di aplikasikan dan sudah diformulasikan dalam bentuk
yang sudah siap digunakan (Oka, 1995). Akan tetapi penggunaan pestisida yang kurang tepat
dapat menimbulkan resistensi hama, resurgensi hama, pencemaran lingkungan dan berdampak
pada kesehatan (Untung, 1993). Risiko kesehatan yang dapat timbul berupa keracunan akut dan
keracunan kronik dalam jangka waktu yang panjang. Keracunan akut terjadi karena kecerobohan
dan tidak mempertahankan aspek keamanan penggunaan bahan berbahaya. Keracunan kronik
akibat terpapar pestisida dapat dalam bentuk kerusakan hormone endokrin, system syaraf, dan
system pernapasan (Untung, 2006).
Untuk menekan pengeluaran petani serta mengurangi dampak yang merugikan di
lingkungan, maka pengaplikasian pestisida botanik merupakan salah satu cara yang efektif.
Di Nusa Tenggara Timur (NTT) terdapat beberapa tumbuhan lokal yang diperkirakan dapat
dipergunakan sebagai bahan nabati yang diharapkan dapat membantu petani dalam penghematan
biaya produksi. Jarak pagar (Jatropa curcas) merupakan salah satu tanaman yang berpotensi
menjadi pestisida botanik. Tanaman ini hampir tidak diserang hama karena sebagian besar
bagian tubuhnya beracun. Kandungan kimia dari tanaman jarak pagar adalah sebagai berikut :
triakontranol, alvamirin, kaem pasterol, beta sitosterol, 7-keto-beta sitosterol, stigmasterol,
stigma-5-en-3-beta-7-alfadiol, viteksin, isoviteksin dan asam sianida (HCN). Daun dan
batangnya mengandung saponin, flafonoida, tannin dan senyawa polyfenol. Getahnya
mengandung tannin 11 – 18 % sedangkan bijinya mengandung berbagai senyawa alkaloida,
saponin dan jenis protein beracun yang disebut kursin (Sinaga, 2006).
Merujuk dari hal tersebut, maka mahasiswa merasa perlu melakukan percobaan apakah
jarak pagar berpotensi mematikan hama bubuk Sitophilus zeamays atau tidak melalui kegiatan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan di Balai Benih Induk (BBI), Tarus.
1.1. Tujuan dan Kegunaan
1.1.1. Tujuan
1 Tujuan umum : untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa pada
bidang ilmu dan teknologi pertanian yang dilakukan dalam Praktek Kerja Lapangan
(PKL).
2. Tujuan khusus :untuk mengetahui pengaruh bahan nabati biji Jatropa curcas
terhadap perkembangan populasi kumbang bubuk Sitophilus zeamays dalam simpanan
jagung.
1.2.2. Kegunaan
1. Memberikan pengalaman dan keterampilan bagi mahasiswa
2. Dapat bermanfaat bagi pihak – pihak yang berkepentingan dan sabagai bahan informasi
mengenai pemanfaatan bahan nabati dalam simpanan jagung dalam kerangka penanganan
pasca panen jagung ditingkat petani.
II. METODE PELAKSANAAN PK L
Tempat dan Waktu
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan bertempat di Balai Benih Induk (BBI) Tarus-
Kabupaten Kupang
Waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan berlangsung selama 3 bulan dari bulan
November 2007 – Januari 2008.
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan yaitu 12 buah stoples, Kain, Label, Martil, Saringan/ayakan,
Timbangan dan alat tulis menulis.
Bahan yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah benih jagung,
kumbang bubuk Sitophilus zeamays, dan bahan nabati yang berbentuk tepung dari buah jarak
pagar Jatropa curcas
Pelaksanaan PKL
2.3.1. Persiapan bahan
Bahan nabati dari biji jarak pagar yang telah dikeringkan selanjutnya di tumbuk hingga halus
sampai menjadi tepung. Biji jarak pagar mengandung berbagai senyawa alkaloida, saponin dan
jenis protein beracun yang disebut kursin (Sinaga, 2006).
Biji jagung yang digunakan adalah biji jagung hasil panenan BBI yang sebelumnya disimpan
pada kadar air 10 – 11 %. Awalnya setelah pemanenan jagung tersebut diseragamkan kadar
airnya dengan cara penjemuran, kemudian benih jagung tersebut disortir untuk mendapatkan
benih jagung yang masih baik/utuh.
Untuk mendapatkan Sitophilus zeamays yang harus dilakukan ialah memilih biji jagung yang
berlubang atau terdapat bekas gigitan kumbang bubuk dimana dalam biji jagung tersebut diduga
terdapat telur dari kumbang bubuk. Biji jagung tersebut kemudian dibiarkan sampai beberapa
waktu hingga terdapat kumbang bubuk yang telah dewasa.
2.3.2. Metode pelaksanaan
1. Pembuatan Pestisida Nabati
Pestisida nabati yang digunakan untuk mengendalikan Sitophilus zeamays pada benih
jagung yaitu berasal dari biji jarak pagar.
Pembuatan pestisida nabati dilakukan dengan cara :
1. Mengambil biji Jatropa curcas yang sudah agak tua.
2. Membersihkan biji tersebut dan dikeringkan lalu dihaluskan dengan cara ditumbuk
hingga menjadi tepung lalu disaring atau diayak.
3. Menimbang tepung tersebut masing-masing 5 gr, 10 gr, dan 15 gr.
2. Uji Efektifitas Pestisida Nabati Jatropa curcas terhadap mortalitas Sitophilus zeamays.
Perlakuan yang di cobakan yaitu dosis pestisida nabati, yaitu dalam 3 perlakuan dan 3
ulangan :
A = Dosis 5 gr/200 gr biji jagung
B = Dosis 10 gr/200 gr biji jagung
C = Dosis 15 gr/200 gr biji jagung
D = Kontrol (tanpa perlakuan pestisida)
Langkah-langkah dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan toples sebanyak 12 buah. Tutupan toples dilubangi dan di lapisi dengan
kain kasa.
2. Memasukkan biji jagung yang diambil dari gudang penyimpanan kedalam masing-
masing toples sebanyak 200 gr.
3. Memasukkan tepung pestisida nabati dengan dosis masing-masing :
A = Dosis 5 gr/200 gr biji jagung
B = Dosis 10 gr/200 gr biji jagung
C = Dosis 15 gr/ 200 gr biji jagung
D = Kontrol (tanpa perlakuan pestisida)
Tepung pestisida nabati tersebut di campur dengan biji jagung hingga merata.
3. Memasukkan 10 ekor kumbang bubuk Sitophilus zeamays kedalam masing-masing toples
berisi biji jagung.
2.3.3. Pengamatan
Sampel yang diambil dilakukan pengamatan terhadap populasi kumbang bubuk (kumbang
bubuk yang mati), menurut Harini (2000) populasi kumbang bubuk dihitung menggunakan
rumus probit yaitu :
∑ serangga mati
% kematian = X 100%
∑ serangga mati + ∑ serangga hidup
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Gambaran umum Lembaga atau Instansi3.1.1. Sejarah Perkembangan Lembaga atau Instansi
Unit Pelaksana Teknis dan Dinas (UPTD) perbenihan merupakan salah satu UPTD yang
berada pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Nusa Tenggara
Timur (NTT). UPTD perbenihan ditetapkan berdasarkan peraturan daerah Nusa Tenggara
Timur Nomor 5 tahun 2001 tertanggal 11 juni 2001.
UPTD Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura mempunyai tugas menghasilkan benih
dengan kelas dasar dan benih pokok, menghasilkan pohon induk dan blok fondasi mata
sampel, memperbanyak verietas unggul lokal dalam rangka melestarikan plasma nutfah,
melayani kebutuhan benih untuk kebutuhan penakar berdasarkan kebijakan yang ditetapkan
oleh Gubernur.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, UPTD Perbenihan Dinas Tanaman Pangan dan
Hortikultura juga menpunyai fungsi yaitu :
a. Perbanyakkan benih penjenis sebagai benih dasar menjadi benih pokok.
b. Pelaksanaan pengembangan pohon pokok.
c. Pelaksanaan pelayanan benih untuk penakaran.
d. Perbanyakkan benih tanaman pangan dan hotikultura hasil pemurnian varietas.
e. Pelaksanaan pengkajian teknologi perbanyakan benih tanaman pangan dan hortikultura.
f. Pelaksanaan administrasi ketatausahaan yang meliputi urusan umum, perlengkapan
keuangan, kepegawaian dan pelaporan.
3.1.2. Keadaan Geografi Balai Benih Induk Palawija Tarus
Lokasi BBI Palawija terletak di Tarus desa Mata Air kecamatan Kupang Tengah, berjarak
13 km dari Kupang ibukota Propinsi NTT dan Kabupaten Kupang. Di wilayah BBI Palawija
Tarus sebagian besar bertemperatur 290C dengan rata-rata curah hujannya adalah 1200 mm,
serta jenis tanahnya yaitu isoptisol. Bersistem pengairan tadah hujan yang digunakan sebagai
lahan adalah milik PEMDA.
3.1.3. Struktur Organisasi dan Keadaan Tenaga Kerja
Adapun susunan orgnisasi UPTD Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi
yaitu 1 sub bagian tata usaha dan 3 seksi produksi benih yang terdiri atas seksi produksi
benih padi, seksi produksi benih palawija dan seksi produksi benih hortikultura dan aneka
tanaman.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan pada UPTD perbenihan khususnya
seksi produksi benih palawija berlokasi di Balai Benih Induk (BBI) Palawija Tarus Desa
Mata Air Kecamatan Kupang Tengah dimana tujuan dari BBI Palawija adalah
memperbanyak benih palawija terutama jagung dan kacang-kacangan.
Untuk seksi Produksi Benih Palawija dikepalai oleh Dominggus Aplugi, SP, sedangkan
kepala kebun pada BBI Palawija Tarus adalah Dominikus Berenahak, memiliki 18 tenaga
kerja yang terdiri dari PNS 13 orang dan tenaga honorer sebanyak 5 orang.
Kepala
Sub. Bagian Tata usaha
Seksi Produksi Benih Padi
Seksi Produksi Benih Palawija
Kelompok Jabatan Fungsional
Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas Perbenihan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Nusa Tenggara Timur
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Nusa Tenggara Timur (NTT).
3.1.4. Manfaat BBI Palawija Tarus Terhadap Masyarakat
Manfaat BBI palawija Tarus terhadap masyarakat adalah menyediakan benih unggul
bermutu tinggi (benih bersertifikat) dari kelas banih dasar dan benih pokok yang diperbanyak
demi varietas unggul.
3.2. Metode Penyimpanan Jagung
Masalah utama dalam penyimpanan hasil pertanian adalah bagaimana melakukan
penyimpanan agar produk yang disimpan tahan lama dan tidak mengalami kerusakan serta
tetap aman untuk dikonsumsi. Secara umum jagung dapat disimpan dalam beberapa cara
seperti di kemas, gantung dan penggunaan bahan kimia. Dari segi bentuknya dibedakan atas
bentuk pipilan, tongkol tanpa kelobot dan tongkol berkelobot. Cara penyimpanan yang
banyak dijumpai untuk biji – bijian di Indonesia, terutama di pedesaan, adalah cara
penyimpanan tradisional dan telah dilakukan turun temurun. Di Kupang penyimpanan jagung
secara tradisional dilakukan dalam bentuk tongkol. Jagung dalam bentuk tongkol diikat
masing – masing 10 tongkol, kemudian digantung di atas tungku dapur. Cara penyimpanan
Seksi Produksi Benih Hortikultura
dan Aneka Tanaman
tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi hingga waktu panen berikutnya dan
untuk penyimpanan benih serta penyimpanan sebelum bahan pangan dijual atau dikonsumsi
(Pakan, 1997).
Kartasapoetra (1991) mengemukakan bahwa produk – produk pertanian yang disimpan
dalam gudang yang kadar airnya tinggi sangat disukai oleh hama dan penyakit pascapanen.
Bagi sebagian besar hama dan penyakit dalam penyimpanan, batas terendah kadar air bahan
simpanan yang diperlukan bagi kehidupan normalnya sekitar 8 – 10 %.
3.3. Gambaran Umum Kumbang Bubuk Sitophylus zeamays
Taksonomi Sitophylus zeamays menurut Kalshoven (1981) diklasifikasikan sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Famili : Curculionidae
Genus : Sitophilus
Spesies : Sitophylus zeamays
3.3.1. Morfologi
Bubuk dewasa panjangnya 2,5 – 4,5 mm dan berwarna cokelat. Moncongnya sempit dan
panjang. Hama mempunyai antena yang menyiku (siku – siku. Larvanya putih gemuk dan
tidak berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam satu butir jagung (Pracaya, 2007).
3.3.2. Daur hidup
Daur hidup kumbang ini hampir sama dengan bubuk beras Sitophilus oryzae. Bedanya,
kumbang ini dapat terbang kuat tidak seperti bubuk beras yang kurang kuat. Oleh karena itu,
kumbang ini dengan mudah menyerbu biji – bijian jagung yang telah masak di lapangan
sehingga tongkol jagung berlubang – lubang, begitupun untuk biji – bijian jagung yang
berada di tempat penyimpanan. Setiap lubang yang di bor dimasuki satu butir telur,
kemudian ditutup dengan sekresi yang keras. Kumbang betina biasa bertelur sampai 300
butir dalam beberapa minggu. Larvanya makan dan berkembang dalam satu butir jagung dan
menjadi pupa di tempat tersebut. Setelah selesai menjadi pupa, kumbang keluar dari butir
jagung dan mulai memakan butiran jagung sehingga banyak yang rusak. Bubuk jagung ini
bias berumur sekitar 5 bulan. Dalam keadaan optimum, daur hidup dari telur sampai dewasa
kira – kira 30 hari (Pracaya, 2007).
3.3.3. Kerusakan Akibat Serangan Sitophilus zeamays
Serangan kumbang bubuk Sitophylus zeamays pada komoditi jagung menyebabkan susut
kualitatif dan kuantitatif. Imdad dan Nawangsih (1995) menyatakan bahwa susut kualitatif
adalah mengurangi mutu sekaligus menurunkan harga, sedangkan susut kuantitatif adalah
susut berat yang mengurangi jumlah produksi.
Sitophylus zeamays merupakan hama gudang, dimana serangannya dapat menimbulkan
kerusakan karena butir-butir jagung akan berlubang dan butiran tersebut cepat pecah dan
hancur seperti tepung. Kerusakan yang hebat dimulai sejak stadium larva sampai imago.
Sitophyllus zeamays setelah melubangi biji jagung, masing-masing lubang diletakkan satu
telur. Lubang bekas gerekan kemudian direkatkan kembali dengan air liur dan sisa
gerekannya (Kartasapoetra, 1991).
3.4. Gambaran Umum Jatropa curcas
Menurut Hambali et al (2006), sistematika tanaman jarak pagar adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Devisi : Spermatophyta
Sub Devisi : AngiospermaS
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Jatropa
Spesies : Jatropa curcas
Tanaman jarak pagar termasuk tanaman setahun berupa tanaman perdu yang dapat tumbuh di
dataran rendah sampai 800 m dari permukaan laut. Batangnya berkayu, berbentuk silindris,
bercabang, berkulit licin dan memiliki tonjolan-tonjolan bekas tangkai daun yang gugur.
Tanaman jarak pagar memiliki daun tunggal yang tumbuh berseling dan tersebar di sepanjang
batangnya. Daunnya lebar, berbentuk jantung atau bulat telur melebar dengan panjang lebar
hampir sama 5 - 15 cm. helai daun berlekuk bersudut 3 atau 5 (Hambali et al 2006).
Bunga tanaman jarak pagar adalah bunga majemuk, berbentuk malai, berwarna kuning
kehijauan, berkelamin tunggal, berumah satu ( putik dan benang sari dalam satu tanaman ).
Bunga betina 4 - 5 kali lebih banyak dari bunga jantan. Baik bunga jantan maupun bunga betina
tersusun dalam rangkaian berbentuk cawan yang tumbuh di ujung batang atau di ketiak daun
(Hambali et al 2006).
Buah tanaman jarak pagar berupa buah kotak berbentuk bulat telur, diameternya 2 - 4 cm,
panjangnya 2 cm dengan ketebalan ± 1 cm, berwarna hijau ketika masih muda dan kuning, abu-
abu kecoklatan atau kehitaman jika sudah masak. Buah terbagi menjadi 3 ruang, masing - masing
ruang berisi satu biji. Biji berbentuk bulat lonjong berwarna coklat kehitaman dan mengandung
banyak minyak (Hambali et al 2006)
Biji jarak pagar rata – rata berukuran 18 x 11 x 9 mm, berat 0,62 gram dan terdiri atas 58,1 %
biji inti berupa daging (kernel) dan 41,9 % kulit. Minyak jarak pagar berwujud cairan bening
berwarna kuning dan tidak menjadi keruh meskipun disimpan dalam waktu yang lama (Sinaga,
2006)
Produktivitas setiap pohon mencapai 2 – 2,5 kg biji jarak. Dalam 1 ha lahan dengan 2000
batang pohon akan menghasilkan 4 – 5 ton biji kering akan menghasilkan 200 – 300 Liter
minyak jarak pagar. Sehingga 1 ha lahan akan menghasilkan 1000 – 1500 Liter minyak jarak
pagar (Hambali et al 2006).
Selanjutnya Hambali et al (2006) mengemukakan bahwa di Indonesia tanaman jarak pagar
dapat ditanam diseluruh wilayah Karena tanaman ini tahan kekeringan dan dapat tumbuh di
tempat bercurah hujan 300 – 2380 mm pertahun, kisaran suhu yang cocok untuk tanaman jarak
pagar adalah 20 – 26°C. Tanaman jarak pagar mulai berbuah setelah berumur lima bulan dan
mencapai produktivitas penuh pada umur lima tahun.
Kandungan kimia dari tanaman jarak pagar adalah sebagai berikut : triakontranol, alvamirin,
kaem pasterol, beta sitosterol, 7-keto-beta sitosterol, stigmasterol, stigma-5-en-3-beta-7-alfadiol,
viteksin, isoviteksin dan asam sianida (HCN). Daun dan batangnya mengandung saponin,
flafonoida, tannin dan senyawa polyfenol. Getahnya mengandung tannin 11 – 18 % sedangkan
bijinya mengandung berbagai senyawa alkaloida, saponin dan jenis protein beracun yang disebut
kursin (Sinaga, 2006).
3.5. Pengendalian terhadap Sitophilus zeamays dalam Gudang Penyimpanan di BBI Palawija Tarus
Pengendalian Sitophilus zeamays yang dilakukan berdasarkan wawancara terhadap
pegawai, adalah terdiri atas tiga cara yaitu :
1) Secara fisik
Tujuan pengendalian ini adalah menciptakan lingkungan disekitar bahan-bahan
simpanan (benih jagung) sehingga tidak disukai oleh hama. Beberapa cara yang termasuk
dalam pengendalian fisik yaitu penjemuran dengan tujuan mengurangi kadar air dalam
bahan secara alami. Kadar air simpan benih pada BBI Tarus adalah 11 %.
2) Secara mekanik
Pengendalian secara mekanik dapat dilakukan dengan menggunakan drum
sebagai tempat penyimpanan. Berdasarkan pengamatan secara langsung pengendalian
dengan cara ini cukup berhasil, hal ini disebabkan karena tidak ada sirkulasi udara yang
mampu menekan pertumbuhan dan perkembangan serangga hama.
3). Secara sanitasi
Pengendalian secara sanitasi dilakukan yaitu untuk membersihkan gudang dengan
tujuan menghilangkan tempat bersarangnya Sitophilus zeamays.
4). Secara kimiawi
Penggunaan pestisida untuk mengatasi perkembangbiakan Sitophilus zeamays
dalam penyimpanan biasanya dilakukan dengan penyemprotan pestisida. Pestisida yang
digunakan untuk penyemprotan adalah Curacron 500 EC dan Dusban 20 EC,
penyemprotan dilakukan langsung pada karung yang berisi benih jagung.
Selain pestisida dalam bentuk cair, Balai Benih Induk Palawija Tarus juga
menggunakan pestisida dalam bentuk tepung dan tablet. Pestisida bentuk tepung
aplikasinya dilakukan dengan cara menabur pada permukaan karung plastik yang berisi
benih jagung kemudian ditutupi dengan plastik agar tidak menguap karena kondisi
gudang penyimpanan belum memenuhi persyaratan. Aplikasi pestisida bentuk tablet
dilakukan dengan cara meletakkan tablet diantara benih jagung lalu ditutupi dengan
plastik dan dibiarkan selama 24 jam dan ternyata hama Sitophilus zeamays dapat
dimusnahkan.
3.6. Pemanfaatan bahan nabati biji Jatropa curcas untuk mengendalikan Sitophilus zeamays
Pestisida botanik diartikan sebagai bahan yang berasal dari tumbuhan yang dipakai untuk
mematikan atau menekan aktifitas hama dan menahan pertumbuhan atau mematikan jamur atau
fungi sebagai patogen. Bahan yang dipakai sebagai pestisida botanik berupa bagian tumbuhan
yang mengandung zat – zat yang memiliki efek fungisidal, diduga diantaranya yang mengandung
alkaloid (Ahmed dan Grainge, 1980 dalam Widinugraheni (1996). Selain itu juga terdapat
senyawa polifenol yang bersifat fungisisdal. Tumbuhan yang mengandung senyawa polifenol
dicirikan olehnya rasanya yang sepat.
Mudita dan Widayanto dalam Widinugraheni (1996) menyatakan bahwa beberapa tumbuhan
lokal di NTT diperkirakan dapat digunakan sebagai pestisida botanik. Salah satu tumbuhan
diantaranya adalah tanaman jarak pagar yang diketahui bersifat racun.
Secara umum semua bagian dari tanaman jarak pagar mempunyai efek pestisida baik
terhadap serangga, cendawan, maupun nematode. Hasil penelitian Nath dan Duttta(1992)
membuktikan bahwa kandungan protein beracun yang disebut kursin adalah enzim proteolytic
yang terkandung dalam getahnya.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Mortalitas Sitophilus zeamays Akibat Aplikasi Pestisida Nabati Jatropa curcas
Waktu
Pengamatan
(MSA)
Dosis
5 gr/200 gr
Jagung
10 gr/200 gr
Jagung
15 gr/200 gr
Jagung
Kontrol
I II III I II III I II III
1
08/12/2007
3 2 3 1 2 2 3 3 4 -
2
15/12/2007
5 4 6 4 6 5 6 7 8 * 2
3
22/12/2007
8 7 7 8 9 8 9 9 10 *4
∑
mortalitas
8 + 7 + 7 = 22
Ekor
8 + 9 + 9 = 25
Ekor
9 + 9+ 10 = 28
Ekor
Keterangan : (-) = Tidak ada yang mati(*) = Penambahan populasi(MSA) = Minggu Setelah Aplikasi
3.7. Perhitungan Persen Mortalitas :
∑ serangga yang mati% Mortalitas = X 100 % ∑ serangga yang mati + ∑ serangga yang hidup
a) Dosis 5 gr/200 gr jagung
22% Mortalitas = X 100 %
30 = 73 %
b) Dosis 10 gr/200 gr jagung
25% Mortalitas = X 100 %
30 = 83 %
c) Dosis 15 gr/200 gr jagung
28% Mortalitas = X 100 %
30 = 93 %
d) Kontrol = Tidak ada yang mati.
3.8. Pembahasan
Hasil pengamatan terhadap Sitophilus zeamays dapat diperoleh setelah kurang lebih 3
minggu pengaplikasian bahan nabati Jatropa curcas.
Dalam kegiatan PKL digunakan 3 kali ulangan dalam beberapa dosis bahan nabati yaitu 5 gr
bahan nabati dengan 200 gr jagung yang diisi 10 ekor Sitophilus zeamays, 10 gr bahan nabati
dengan 200 gr biji jagung yang diisi 10 ekor Sitophilus zeamays dan 15 gr bahan nabati dengan
200 gr biji jagung yang diisi 10 ekor Sitophilus zeamays. Disamping ke-3 dosis tersebut juga
dibuat kontrol yaitu 200 gr biji jagung dengan 10 ekor Sitophilus zeamays tanpa bahan nabati.
Dari hasil pengamatan selama 3 minggu dapat diketahui bahwa bahan nabati Jatropa curcas
efektif dalam mengendalikan hama Sitophilus zeamays ditempat penyimpanan benih atau Balai
Benih Induk (BBI) Palawija Tarus. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengamatan dan perhitungan
yang dilakukan. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai mortalitas dari kumbang bubuk melebihi
50 % yaitu pada dosis 5 gr bahan nabati % mortalitasnya mencapai 73 %, pada dosis 10 gr
bahan nabati % mortalitasnya mencapai 83% dan pada dosis 15 gr bahan nabati % mortalitasnya
mencapai hampir 100 % yaitu 93 %, sedangkan pada kontrol tidak ada hama Sitophilus zeamays
yang mati, hal ini disebabkan karena pada kontrol tidak ada perlakuan bahan nabati Jatropa
curcas, selain itu terjadi penambahan populasi yaitu pada minggu II sebanyak 2 ekor dan minggu
III sebanyak 4 ekor.
Dari hasil tersebut maka dapat pula diketahui bahwa semakin tinggi dosis bahan nabati
Jatropa curcas yang diberikan maka akan semakin mempercepat atau mempertinggi mortalitas
dari serangga hama dalam hal ini Sitophilus zeamays.
Tingginya mortalitas dari serangga hama tersebut diakibatkan oleh karena zat – zat racun
yang terkandung dalam biji Jatropa curcas.
IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Melalui kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang telah dilaksanakan, dapat menambah
wawasan bagi mahasiswa dalam bidang ilmu pengetahuan dan keterampilan mengenai
keefektifan Jatropa curcas, proses pembuatan dan aplikasi sebagai pestisida nabati pada benih
jagung dipenyimpanan. Jenis tumbuhan tersebut diketahui sangat efektif sebagai pestisida nabati
karena mengandung zat - zat yang bersifat toksik terhadap Sitphilus zeamays. Zat – zat tersebut
ialah alkaloida, saponin dan jenis protein beracun yang disebut kursin (Sinaga, 2006). Selain itu,
cara pembuatan dan aplikasi pestisida ini dapat dilakukan dengan mudah ditingkat petani.
Tumbuhan ini dapat dibudidayakan di NTT, karena tumbuhan ini dapat tumbuh dengan baik
pada kondisi daerah tropis.
4.2. Saran
Mengingat hama kumbang bubuk Sitophilus zeamays sangat berbahaya dan merugikan
bagi petani maka pengetahuan tentang cara pengendaliannya sangatlah penting. Pengendalian
dengan penggunaan pestisida agar dikurangi dan digunakan pengendalian yang lebih aman bagi
petani dan lingkungannya.
Dari hasil kegiatan PKL ini juga diharapkan dapat dilakukan penelitian bagi pihak –
pihak yang berkepentingan dengan penambahan dosis bahan nabati Jatropa curcas atau
mengkombinasikan bahan nabati tersebut dengan bahan nabati lain dalam mengendalikan hama
Sitophilus zeamays.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Nusa Tenggara Timur (NTT). 2007.
Hambali, E. dkk,. 2006. Jarak Pagar Tanaman Penghasil Biodisel. Penebar Swadaya. Jakarta.
Harini T. S. 2000. Penuntun Praktikum Pestisida dan Teknik Aplikasi. Fakultas Pertanian. Universitas Nusa Cendana. Kupang.
Imdad H. P. dan A.A. Nawangsih.1995. Menyimpan Bahan Pangan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kalshoven, L, G, E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. PT. Ichtiar Baru. Van Hoeve. Jakarta.
Kartasapoetra, A.G., 1991. Hama Hasil Tanaman dalam Gudang. Rineka Cipta, Jakarta.
Lando. I. M, Ramlah, Margaretha dan Djafar. 2001. Penyimpanan Jagung Skala Kecil untuk Tingkat Petani. Jurnal Litbang Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Serealia lain. Sulawesi Selatan.
Mudita. I. W. dan F. Alexander. 1999. Bahan Ajar Pengendalian Hayati dan Pengelolaan Habitat. Fakultas Pertanian. Universitas Nusa Cendana. Kupang. Tidak dipublikasikan.
Mudita. I. W. dan J. A. londingkene. 2003. Pengendalian Hayati, Pengendalian Hama, Patogen dan Gulma dengan menggunakan Musuh Alami. Fakultas Pertanian.. Universitas Nusa Cendana. Kupang. Tidak dipublikasikan.
Oka. I. N. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Pakan. S. 1997. Hama Pascapanen Jagung di Kabupaten Kupang. Buletin Leguminosae Vol 4. Fakultas Pertanian. Universitas Nusa Cendana. Kupang.
Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman (Edisi revisi). Penebar Swadaya. Jakarta
Sinaga. E. 2006. Jatropa curcas L. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tumbuhan UNHAS. Jakarta. Diakses dari internet http://iptek.apjii.or.id/artikel/ttg tanaman obat/jarak pagar
Suprapto, HS., 1992. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta.
Untung. K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Untung. K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu (Edisi revisi). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Warisno. 2001. Jagung Hibrida. Kanisius. Yogyakarta.
Widinugraheni, S. 1996. Pengaruh Ekstrak Daun Tumbuhan Pada Medium PSA terhadap Pertumbuhan Jamur Alternaria Sp. Asal Kubis, Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana. Kupang. Tidak dipublikasikan.