uji efektivitas ekstrak biji jarak pagar

29
UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK BIJI Jatropha curcas TERHADAP MORTALITAS Sitophilus zeamays PENDAHULUAN Tanaman jarak pagar (Jatropa curcas) merupakan tanaman tahunan yang tahan kekeringan. Tanaman ini mampu tumbuh dengan cepat dan kuat pada lahan yang beriklim panas, tandus, dan berbatu, serta cenderung menghindar dari wilayah yang basah. Jarak pagar atau jarak cina Pengembangan jarak pagar paling sesuai untuk lahan marginal atau lahan kritis Indonesia (Hambali.dkk.2002).nusa Tenggara Timur dengan kondisi iklim semi arid merupakan salah satu daerah yang berpotensi untuk mengembangkan Salah satu faktor rendahnya kualitas dan kuantitas produksi jagung adalah penanganan pascapanen. Penaanganan pascapanen yang kurang baik akan mengakibatkan terjadinyakehilangan dan kerusakan hasil sehingga dapat mengurangi jumlah dan mutu produk. Besarnya kehilangan dan kerusakan jagung setelah pemanenan mencapai 8,60 – 20,20 % termasuk yang terjadi selama penyimpanan yang disebabkan oleh serangan serangga, jamur dan tikus (Lando, dkk, 2001). Kehilangan hasil yang cukup besar tersebut terutama disebabkan oleh serangan kumbang bubuk Sitophilus zeamays yang bersifat polifag. Selain merusak jagung, kumbang bubuk tersebut juga merusak beras, biji kacang tanah dan gaplek (Kartasapoetra, 1991). ). Sutyoso

Upload: mario-donald-bani

Post on 19-Jun-2015

1.004 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Uji Efektivitas Ekstrak Biji Jarak Pagar

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK BIJI Jatropha curcas TERHADAP MORTALITAS

Sitophilus zeamays

PENDAHULUAN

Tanaman jarak pagar (Jatropa curcas) merupakan tanaman tahunan yang tahan kekeringan.

Tanaman ini mampu tumbuh dengan cepat dan kuat pada lahan yang beriklim panas, tandus, dan

berbatu, serta cenderung menghindar dari wilayah yang basah. Jarak pagar atau jarak cina

Pengembangan jarak pagar paling sesuai untuk lahan marginal atau lahan kritis Indonesia

(Hambali.dkk.2002).nusa Tenggara Timur dengan kondisi iklim semi arid merupakan salah satu

daerah yang berpotensi untuk mengembangkan

Salah satu faktor rendahnya kualitas dan kuantitas produksi jagung adalah penanganan

pascapanen. Penaanganan pascapanen yang kurang baik akan mengakibatkan

terjadinyakehilangan dan kerusakan hasil sehingga dapat mengurangi jumlah dan mutu produk.

Besarnya kehilangan dan kerusakan jagung setelah pemanenan mencapai 8,60 – 20,20 %

termasuk yang terjadi selama penyimpanan yang disebabkan oleh serangan serangga, jamur dan

tikus (Lando, dkk, 2001). Kehilangan hasil yang cukup besar tersebut terutama disebabkan oleh

serangan kumbang bubuk Sitophilus zeamays yang bersifat polifag. Selain merusak jagung,

kumbang bubuk tersebut juga merusak beras, biji kacang tanah dan gaplek (Kartasapoetra,

1991). ). Sutyoso (1964) dalam Kartasapoetra (1991) mengemukakan bahwa jagung dalam

simpanan di daerah Uganda selama 4 minggu telah mengalami pengurangan berat sekitar 20%.

Populasinya demikian hebat karena dalam setiap kuintal jagung simpanan, terdapat sekitar

32.000 ekor hama. Pakan (1997) menyataka bahwa serangan Sitophilus zeamays dapat

menyebabkan susut bobot 12,65 – 21,54 % setelah disimpan sekitar 4 bulan ditingkat petani di

Amarasi Kabupaten Kupang dengan rata – rata populasi imago Sitophilus zeamays adalah 250

ekor/Kg.

Melihat besarnya kehilangan hasil yang ditimbulkan mengisyaratkan perlunya perbaikan

teknik penyimpanan sehingga dapat menekan kehilangan hasil jagung ditingkat petani. Aspek

Page 2: Uji Efektivitas Ekstrak Biji Jarak Pagar

perbaikan teknik penyimpanan tersebut diharapkan dapat terjangkau oleh petani. Teknik

penyimpanan yang dimaksud ialah teknik pengendalian.

Penggunaan pestisida dalam pertanian telah menunjukkan kemampuan dalam

menanggulangi merosotnya hasil akibat serangan hama. Hal ini karena pestisida dapat menekan

hama dalam waktu singkat, relatif mudah di aplikasikan dan sudah diformulasikan dalam bentuk

yang sudah siap digunakan (Oka, 1995). Akan tetapi penggunaan pestisida yang kurang tepat

dapat menimbulkan resistensi hama, resurgensi hama, pencemaran lingkungan dan berdampak

pada kesehatan (Untung, 1993). Risiko kesehatan yang dapat timbul berupa keracunan akut dan

keracunan kronik dalam jangka waktu yang panjang. Keracunan akut terjadi karena kecerobohan

dan tidak mempertahankan aspek keamanan penggunaan bahan berbahaya. Keracunan kronik

akibat terpapar pestisida dapat dalam bentuk kerusakan hormone endokrin, system syaraf, dan

system pernapasan (Untung, 2006).

Untuk menekan pengeluaran petani serta mengurangi dampak yang merugikan di

lingkungan, maka pengaplikasian pestisida botanik merupakan salah satu cara yang efektif.

Di Nusa Tenggara Timur (NTT) terdapat beberapa tumbuhan lokal yang diperkirakan dapat

dipergunakan sebagai bahan nabati yang diharapkan dapat membantu petani dalam penghematan

biaya produksi. Jarak pagar (Jatropa curcas) merupakan salah satu tanaman yang berpotensi

menjadi pestisida botanik. Tanaman ini hampir tidak diserang hama karena sebagian besar

bagian tubuhnya beracun. Kandungan kimia dari tanaman jarak pagar adalah sebagai berikut :

triakontranol, alvamirin, kaem pasterol, beta sitosterol, 7-keto-beta sitosterol, stigmasterol,

stigma-5-en-3-beta-7-alfadiol, viteksin, isoviteksin dan asam sianida (HCN). Daun dan

batangnya mengandung saponin, flafonoida, tannin dan senyawa polyfenol. Getahnya

mengandung tannin 11 – 18 % sedangkan bijinya mengandung berbagai senyawa alkaloida,

saponin dan jenis protein beracun yang disebut kursin (Sinaga, 2006).

Merujuk dari hal tersebut, maka mahasiswa merasa perlu melakukan percobaan apakah

jarak pagar berpotensi mematikan hama bubuk Sitophilus zeamays atau tidak melalui kegiatan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan di Balai Benih Induk (BBI), Tarus.

Page 3: Uji Efektivitas Ekstrak Biji Jarak Pagar

1.1. Tujuan dan Kegunaan

1.1.1. Tujuan

1 Tujuan umum : untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa pada

bidang ilmu dan teknologi pertanian yang dilakukan dalam Praktek Kerja Lapangan

(PKL).

2. Tujuan khusus :untuk mengetahui pengaruh bahan nabati biji Jatropa curcas

terhadap perkembangan populasi kumbang bubuk Sitophilus zeamays dalam simpanan

jagung.

1.2.2. Kegunaan

1. Memberikan pengalaman dan keterampilan bagi mahasiswa

2. Dapat bermanfaat bagi pihak – pihak yang berkepentingan dan sabagai bahan informasi

mengenai pemanfaatan bahan nabati dalam simpanan jagung dalam kerangka penanganan

pasca panen jagung ditingkat petani.

Page 4: Uji Efektivitas Ekstrak Biji Jarak Pagar

II. METODE PELAKSANAAN PK L

Tempat dan Waktu

Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan bertempat di Balai Benih Induk (BBI) Tarus-

Kabupaten Kupang

Waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan berlangsung selama 3 bulan dari bulan

November 2007 – Januari 2008.

Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan yaitu 12 buah stoples, Kain, Label, Martil, Saringan/ayakan,

Timbangan dan alat tulis menulis.

Bahan yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah benih jagung,

kumbang bubuk Sitophilus zeamays, dan bahan nabati yang berbentuk tepung dari buah jarak

pagar Jatropa curcas

Pelaksanaan PKL

2.3.1. Persiapan bahan

Bahan nabati dari biji jarak pagar yang telah dikeringkan selanjutnya di tumbuk hingga halus

sampai menjadi tepung. Biji jarak pagar mengandung berbagai senyawa alkaloida, saponin dan

jenis protein beracun yang disebut kursin (Sinaga, 2006).

Biji jagung yang digunakan adalah biji jagung hasil panenan BBI yang sebelumnya disimpan

pada kadar air 10 – 11 %. Awalnya setelah pemanenan jagung tersebut diseragamkan kadar

airnya dengan cara penjemuran, kemudian benih jagung tersebut disortir untuk mendapatkan

benih jagung yang masih baik/utuh.

Untuk mendapatkan Sitophilus zeamays yang harus dilakukan ialah memilih biji jagung yang

berlubang atau terdapat bekas gigitan kumbang bubuk dimana dalam biji jagung tersebut diduga

terdapat telur dari kumbang bubuk. Biji jagung tersebut kemudian dibiarkan sampai beberapa

waktu hingga terdapat kumbang bubuk yang telah dewasa.

Page 5: Uji Efektivitas Ekstrak Biji Jarak Pagar

2.3.2. Metode pelaksanaan

1. Pembuatan Pestisida Nabati

Pestisida nabati yang digunakan untuk mengendalikan Sitophilus zeamays pada benih

jagung yaitu berasal dari biji jarak pagar.

Pembuatan pestisida nabati dilakukan dengan cara :

1. Mengambil biji Jatropa curcas yang sudah agak tua.

2. Membersihkan biji tersebut dan dikeringkan lalu dihaluskan dengan cara ditumbuk

hingga menjadi tepung lalu disaring atau diayak.

3. Menimbang tepung tersebut masing-masing 5 gr, 10 gr, dan 15 gr.

2. Uji Efektifitas Pestisida Nabati Jatropa curcas terhadap mortalitas Sitophilus zeamays.

Perlakuan yang di cobakan yaitu dosis pestisida nabati, yaitu dalam 3 perlakuan dan 3

ulangan :

A = Dosis 5 gr/200 gr biji jagung

B = Dosis 10 gr/200 gr biji jagung

C = Dosis 15 gr/200 gr biji jagung

D = Kontrol (tanpa perlakuan pestisida)

Langkah-langkah dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan toples sebanyak 12 buah. Tutupan toples dilubangi dan di lapisi dengan

kain kasa.

2. Memasukkan biji jagung yang diambil dari gudang penyimpanan kedalam masing-

masing toples sebanyak 200 gr.

3. Memasukkan tepung pestisida nabati dengan dosis masing-masing :

A = Dosis 5 gr/200 gr biji jagung

B = Dosis 10 gr/200 gr biji jagung

C = Dosis 15 gr/ 200 gr biji jagung

D = Kontrol (tanpa perlakuan pestisida)

Tepung pestisida nabati tersebut di campur dengan biji jagung hingga merata.

3. Memasukkan 10 ekor kumbang bubuk Sitophilus zeamays kedalam masing-masing toples

berisi biji jagung.

Page 6: Uji Efektivitas Ekstrak Biji Jarak Pagar

2.3.3. Pengamatan

Sampel yang diambil dilakukan pengamatan terhadap populasi kumbang bubuk (kumbang

bubuk yang mati), menurut Harini (2000) populasi kumbang bubuk dihitung menggunakan

rumus probit yaitu :

∑ serangga mati

% kematian = X 100%

∑ serangga mati + ∑ serangga hidup

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Gambaran umum Lembaga atau Instansi3.1.1. Sejarah Perkembangan Lembaga atau Instansi

Page 7: Uji Efektivitas Ekstrak Biji Jarak Pagar

Unit Pelaksana Teknis dan Dinas (UPTD) perbenihan merupakan salah satu UPTD yang

berada pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Nusa Tenggara

Timur (NTT). UPTD perbenihan ditetapkan berdasarkan peraturan daerah Nusa Tenggara

Timur Nomor 5 tahun 2001 tertanggal 11 juni 2001.

UPTD Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura mempunyai tugas menghasilkan benih

dengan kelas dasar dan benih pokok, menghasilkan pohon induk dan blok fondasi mata

sampel, memperbanyak verietas unggul lokal dalam rangka melestarikan plasma nutfah,

melayani kebutuhan benih untuk kebutuhan penakar berdasarkan kebijakan yang ditetapkan

oleh Gubernur.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, UPTD Perbenihan Dinas Tanaman Pangan dan

Hortikultura juga menpunyai fungsi yaitu :

a. Perbanyakkan benih penjenis sebagai benih dasar menjadi benih pokok.

b. Pelaksanaan pengembangan pohon pokok.

c. Pelaksanaan pelayanan benih untuk penakaran.

d. Perbanyakkan benih tanaman pangan dan hotikultura hasil pemurnian varietas.

e. Pelaksanaan pengkajian teknologi perbanyakan benih tanaman pangan dan hortikultura.

f. Pelaksanaan administrasi ketatausahaan yang meliputi urusan umum, perlengkapan

keuangan, kepegawaian dan pelaporan.

3.1.2. Keadaan Geografi Balai Benih Induk Palawija Tarus

Lokasi BBI Palawija terletak di Tarus desa Mata Air kecamatan Kupang Tengah, berjarak

13 km dari Kupang ibukota Propinsi NTT dan Kabupaten Kupang. Di wilayah BBI Palawija

Tarus sebagian besar bertemperatur 290C dengan rata-rata curah hujannya adalah 1200 mm,

serta jenis tanahnya yaitu isoptisol. Bersistem pengairan tadah hujan yang digunakan sebagai

lahan adalah milik PEMDA.

Page 8: Uji Efektivitas Ekstrak Biji Jarak Pagar

3.1.3. Struktur Organisasi dan Keadaan Tenaga Kerja

Adapun susunan orgnisasi UPTD Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi

yaitu 1 sub bagian tata usaha dan 3 seksi produksi benih yang terdiri atas seksi produksi

benih padi, seksi produksi benih palawija dan seksi produksi benih hortikultura dan aneka

tanaman.

Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan pada UPTD perbenihan khususnya

seksi produksi benih palawija berlokasi di Balai Benih Induk (BBI) Palawija Tarus Desa

Mata Air Kecamatan Kupang Tengah dimana tujuan dari BBI Palawija adalah

memperbanyak benih palawija terutama jagung dan kacang-kacangan.

Untuk seksi Produksi Benih Palawija dikepalai oleh Dominggus Aplugi, SP, sedangkan

kepala kebun pada BBI Palawija Tarus adalah Dominikus Berenahak, memiliki 18 tenaga

kerja yang terdiri dari PNS 13 orang dan tenaga honorer sebanyak 5 orang.

Kepala

Sub. Bagian Tata usaha

Seksi Produksi Benih Padi

Seksi Produksi Benih Palawija

Kelompok Jabatan Fungsional

Page 9: Uji Efektivitas Ekstrak Biji Jarak Pagar

Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas Perbenihan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Nusa Tenggara Timur

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Nusa Tenggara Timur (NTT).

3.1.4. Manfaat BBI Palawija Tarus Terhadap Masyarakat

Manfaat BBI palawija Tarus terhadap masyarakat adalah menyediakan benih unggul

bermutu tinggi (benih bersertifikat) dari kelas banih dasar dan benih pokok yang diperbanyak

demi varietas unggul.

3.2. Metode Penyimpanan Jagung

Masalah utama dalam penyimpanan hasil pertanian adalah bagaimana melakukan

penyimpanan agar produk yang disimpan tahan lama dan tidak mengalami kerusakan serta

tetap aman untuk dikonsumsi. Secara umum jagung dapat disimpan dalam beberapa cara

seperti di kemas, gantung dan penggunaan bahan kimia. Dari segi bentuknya dibedakan atas

bentuk pipilan, tongkol tanpa kelobot dan tongkol berkelobot. Cara penyimpanan yang

banyak dijumpai untuk biji – bijian di Indonesia, terutama di pedesaan, adalah cara

penyimpanan tradisional dan telah dilakukan turun temurun. Di Kupang penyimpanan jagung

secara tradisional dilakukan dalam bentuk tongkol. Jagung dalam bentuk tongkol diikat

masing – masing 10 tongkol, kemudian digantung di atas tungku dapur. Cara penyimpanan

Seksi Produksi Benih Hortikultura

dan Aneka Tanaman

Page 10: Uji Efektivitas Ekstrak Biji Jarak Pagar

tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi hingga waktu panen berikutnya dan

untuk penyimpanan benih serta penyimpanan sebelum bahan pangan dijual atau dikonsumsi

(Pakan, 1997).

Kartasapoetra (1991) mengemukakan bahwa produk – produk pertanian yang disimpan

dalam gudang yang kadar airnya tinggi sangat disukai oleh hama dan penyakit pascapanen.

Bagi sebagian besar hama dan penyakit dalam penyimpanan, batas terendah kadar air bahan

simpanan yang diperlukan bagi kehidupan normalnya sekitar 8 – 10 %.

3.3. Gambaran Umum Kumbang Bubuk Sitophylus zeamays

Taksonomi Sitophylus zeamays menurut Kalshoven (1981) diklasifikasikan sebagai

berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Coleoptera

Famili : Curculionidae

Genus : Sitophilus

Spesies : Sitophylus zeamays

3.3.1. Morfologi

Bubuk dewasa panjangnya 2,5 – 4,5 mm dan berwarna cokelat. Moncongnya sempit dan

panjang. Hama mempunyai antena yang menyiku (siku – siku. Larvanya putih gemuk dan

tidak berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam satu butir jagung (Pracaya, 2007).

3.3.2. Daur hidup

Daur hidup kumbang ini hampir sama dengan bubuk beras Sitophilus oryzae. Bedanya,

kumbang ini dapat terbang kuat tidak seperti bubuk beras yang kurang kuat. Oleh karena itu,

kumbang ini dengan mudah menyerbu biji – bijian jagung yang telah masak di lapangan

sehingga tongkol jagung berlubang – lubang, begitupun untuk biji – bijian jagung yang

berada di tempat penyimpanan. Setiap lubang yang di bor dimasuki satu butir telur,

kemudian ditutup dengan sekresi yang keras. Kumbang betina biasa bertelur sampai 300

butir dalam beberapa minggu. Larvanya makan dan berkembang dalam satu butir jagung dan

Page 11: Uji Efektivitas Ekstrak Biji Jarak Pagar

menjadi pupa di tempat tersebut. Setelah selesai menjadi pupa, kumbang keluar dari butir

jagung dan mulai memakan butiran jagung sehingga banyak yang rusak. Bubuk jagung ini

bias berumur sekitar 5 bulan. Dalam keadaan optimum, daur hidup dari telur sampai dewasa

kira – kira 30 hari (Pracaya, 2007).

3.3.3. Kerusakan Akibat Serangan Sitophilus zeamays

Serangan kumbang bubuk Sitophylus zeamays pada komoditi jagung menyebabkan susut

kualitatif dan kuantitatif. Imdad dan Nawangsih (1995) menyatakan bahwa susut kualitatif

adalah mengurangi mutu sekaligus menurunkan harga, sedangkan susut kuantitatif adalah

susut berat yang mengurangi jumlah produksi.

Sitophylus zeamays merupakan hama gudang, dimana serangannya dapat menimbulkan

kerusakan karena butir-butir jagung akan berlubang dan butiran tersebut cepat pecah dan

hancur seperti tepung. Kerusakan yang hebat dimulai sejak stadium larva sampai imago.

Sitophyllus zeamays setelah melubangi biji jagung, masing-masing lubang diletakkan satu

telur. Lubang bekas gerekan kemudian direkatkan kembali dengan air liur dan sisa

gerekannya (Kartasapoetra, 1991).

3.4. Gambaran Umum Jatropa curcas

Menurut Hambali et al (2006), sistematika tanaman jarak pagar adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Devisi : Spermatophyta

Sub Devisi : AngiospermaS

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Jatropa

Spesies : Jatropa curcas

Tanaman jarak pagar termasuk tanaman setahun berupa tanaman perdu yang dapat tumbuh di

dataran rendah sampai 800 m dari permukaan laut. Batangnya berkayu, berbentuk silindris,

Page 12: Uji Efektivitas Ekstrak Biji Jarak Pagar

bercabang, berkulit licin dan memiliki tonjolan-tonjolan bekas tangkai daun yang gugur.

Tanaman jarak pagar memiliki daun tunggal yang tumbuh berseling dan tersebar di sepanjang

batangnya. Daunnya lebar, berbentuk jantung atau bulat telur melebar dengan panjang lebar

hampir sama 5 - 15 cm. helai daun berlekuk bersudut 3 atau 5 (Hambali et al 2006).

Bunga tanaman jarak pagar adalah bunga majemuk, berbentuk malai, berwarna kuning

kehijauan, berkelamin tunggal, berumah satu ( putik dan benang sari dalam satu tanaman ).

Bunga betina 4 - 5 kali lebih banyak dari bunga jantan. Baik bunga jantan maupun bunga betina

tersusun dalam rangkaian berbentuk cawan yang tumbuh di ujung batang atau di ketiak daun

(Hambali et al 2006).

Buah tanaman jarak pagar berupa buah kotak berbentuk bulat telur, diameternya 2 - 4 cm,

panjangnya 2 cm dengan ketebalan ± 1 cm, berwarna hijau ketika masih muda dan kuning, abu-

abu kecoklatan atau kehitaman jika sudah masak. Buah terbagi menjadi 3 ruang, masing - masing

ruang berisi satu biji. Biji berbentuk bulat lonjong berwarna coklat kehitaman dan mengandung

banyak minyak (Hambali et al 2006)

Biji jarak pagar rata – rata berukuran 18 x 11 x 9 mm, berat 0,62 gram dan terdiri atas 58,1 %

biji inti berupa daging (kernel) dan 41,9 % kulit. Minyak jarak pagar berwujud cairan bening

berwarna kuning dan tidak menjadi keruh meskipun disimpan dalam waktu yang lama (Sinaga,

2006)

Produktivitas setiap pohon mencapai 2 – 2,5 kg biji jarak. Dalam 1 ha lahan dengan 2000

batang pohon akan menghasilkan 4 – 5 ton biji kering akan menghasilkan 200 – 300 Liter

minyak jarak pagar. Sehingga 1 ha lahan akan menghasilkan 1000 – 1500 Liter minyak jarak

pagar (Hambali et al 2006).

Selanjutnya Hambali et al (2006) mengemukakan bahwa di Indonesia tanaman jarak pagar

dapat ditanam diseluruh wilayah Karena tanaman ini tahan kekeringan dan dapat tumbuh di

tempat bercurah hujan 300 – 2380 mm pertahun, kisaran suhu yang cocok untuk tanaman jarak

pagar adalah 20 – 26°C. Tanaman jarak pagar mulai berbuah setelah berumur lima bulan dan

mencapai produktivitas penuh pada umur lima tahun.

Kandungan kimia dari tanaman jarak pagar adalah sebagai berikut : triakontranol, alvamirin,

kaem pasterol, beta sitosterol, 7-keto-beta sitosterol, stigmasterol, stigma-5-en-3-beta-7-alfadiol,

Page 13: Uji Efektivitas Ekstrak Biji Jarak Pagar

viteksin, isoviteksin dan asam sianida (HCN). Daun dan batangnya mengandung saponin,

flafonoida, tannin dan senyawa polyfenol. Getahnya mengandung tannin 11 – 18 % sedangkan

bijinya mengandung berbagai senyawa alkaloida, saponin dan jenis protein beracun yang disebut

kursin (Sinaga, 2006).

3.5. Pengendalian terhadap Sitophilus zeamays dalam Gudang Penyimpanan di BBI Palawija Tarus

Pengendalian Sitophilus zeamays yang dilakukan berdasarkan wawancara terhadap

pegawai, adalah terdiri atas tiga cara yaitu :

1) Secara fisik

Tujuan pengendalian ini adalah menciptakan lingkungan disekitar bahan-bahan

simpanan (benih jagung) sehingga tidak disukai oleh hama. Beberapa cara yang termasuk

dalam pengendalian fisik yaitu penjemuran dengan tujuan mengurangi kadar air dalam

bahan secara alami. Kadar air simpan benih pada BBI Tarus adalah 11 %.

2) Secara mekanik

Pengendalian secara mekanik dapat dilakukan dengan menggunakan drum

sebagai tempat penyimpanan. Berdasarkan pengamatan secara langsung pengendalian

dengan cara ini cukup berhasil, hal ini disebabkan karena tidak ada sirkulasi udara yang

mampu menekan pertumbuhan dan perkembangan serangga hama.

3). Secara sanitasi

Pengendalian secara sanitasi dilakukan yaitu untuk membersihkan gudang dengan

tujuan menghilangkan tempat bersarangnya Sitophilus zeamays.

4). Secara kimiawi

Penggunaan pestisida untuk mengatasi perkembangbiakan Sitophilus zeamays

dalam penyimpanan biasanya dilakukan dengan penyemprotan pestisida. Pestisida yang

Page 14: Uji Efektivitas Ekstrak Biji Jarak Pagar

digunakan untuk penyemprotan adalah Curacron 500 EC dan Dusban 20 EC,

penyemprotan dilakukan langsung pada karung yang berisi benih jagung.

Selain pestisida dalam bentuk cair, Balai Benih Induk Palawija Tarus juga

menggunakan pestisida dalam bentuk tepung dan tablet. Pestisida bentuk tepung

aplikasinya dilakukan dengan cara menabur pada permukaan karung plastik yang berisi

benih jagung kemudian ditutupi dengan plastik agar tidak menguap karena kondisi

gudang penyimpanan belum memenuhi persyaratan. Aplikasi pestisida bentuk tablet

dilakukan dengan cara meletakkan tablet diantara benih jagung lalu ditutupi dengan

plastik dan dibiarkan selama 24 jam dan ternyata hama Sitophilus zeamays dapat

dimusnahkan.

3.6. Pemanfaatan bahan nabati biji Jatropa curcas untuk mengendalikan Sitophilus zeamays

Pestisida botanik diartikan sebagai bahan yang berasal dari tumbuhan yang dipakai untuk

mematikan atau menekan aktifitas hama dan menahan pertumbuhan atau mematikan jamur atau

fungi sebagai patogen. Bahan yang dipakai sebagai pestisida botanik berupa bagian tumbuhan

yang mengandung zat – zat yang memiliki efek fungisidal, diduga diantaranya yang mengandung

alkaloid (Ahmed dan Grainge, 1980 dalam Widinugraheni (1996). Selain itu juga terdapat

senyawa polifenol yang bersifat fungisisdal. Tumbuhan yang mengandung senyawa polifenol

dicirikan olehnya rasanya yang sepat.

Mudita dan Widayanto dalam Widinugraheni (1996) menyatakan bahwa beberapa tumbuhan

lokal di NTT diperkirakan dapat digunakan sebagai pestisida botanik. Salah satu tumbuhan

diantaranya adalah tanaman jarak pagar yang diketahui bersifat racun.

Secara umum semua bagian dari tanaman jarak pagar mempunyai efek pestisida baik

terhadap serangga, cendawan, maupun nematode. Hasil penelitian Nath dan Duttta(1992)

membuktikan bahwa kandungan protein beracun yang disebut kursin adalah enzim proteolytic

yang terkandung dalam getahnya.

Page 15: Uji Efektivitas Ekstrak Biji Jarak Pagar

Tabel 1. Hasil Pengamatan Mortalitas Sitophilus zeamays Akibat Aplikasi Pestisida Nabati Jatropa curcas

Waktu

Pengamatan

(MSA)

Dosis

5 gr/200 gr

Jagung

10 gr/200 gr

Jagung

15 gr/200 gr

Jagung

Kontrol

I II III I II III I II III

1

08/12/2007

3 2 3 1 2 2 3 3 4 -

2

15/12/2007

5 4 6 4 6 5 6 7 8 * 2

3

22/12/2007

8 7 7 8 9 8 9 9 10 *4

mortalitas

8 + 7 + 7 = 22

Ekor

8 + 9 + 9 = 25

Ekor

9 + 9+ 10 = 28

Ekor

Keterangan : (-) = Tidak ada yang mati(*) = Penambahan populasi(MSA) = Minggu Setelah Aplikasi

3.7. Perhitungan Persen Mortalitas :

∑ serangga yang mati% Mortalitas = X 100 % ∑ serangga yang mati + ∑ serangga yang hidup

Page 16: Uji Efektivitas Ekstrak Biji Jarak Pagar

a) Dosis 5 gr/200 gr jagung

22% Mortalitas = X 100 %

30 = 73 %

b) Dosis 10 gr/200 gr jagung

25% Mortalitas = X 100 %

30 = 83 %

c) Dosis 15 gr/200 gr jagung

28% Mortalitas = X 100 %

30 = 93 %

d) Kontrol = Tidak ada yang mati.

3.8. Pembahasan

Hasil pengamatan terhadap Sitophilus zeamays dapat diperoleh setelah kurang lebih 3

minggu pengaplikasian bahan nabati Jatropa curcas.

Dalam kegiatan PKL digunakan 3 kali ulangan dalam beberapa dosis bahan nabati yaitu 5 gr

bahan nabati dengan 200 gr jagung yang diisi 10 ekor Sitophilus zeamays, 10 gr bahan nabati

dengan 200 gr biji jagung yang diisi 10 ekor Sitophilus zeamays dan 15 gr bahan nabati dengan

200 gr biji jagung yang diisi 10 ekor Sitophilus zeamays. Disamping ke-3 dosis tersebut juga

dibuat kontrol yaitu 200 gr biji jagung dengan 10 ekor Sitophilus zeamays tanpa bahan nabati.

Dari hasil pengamatan selama 3 minggu dapat diketahui bahwa bahan nabati Jatropa curcas

efektif dalam mengendalikan hama Sitophilus zeamays ditempat penyimpanan benih atau Balai

Page 17: Uji Efektivitas Ekstrak Biji Jarak Pagar

Benih Induk (BBI) Palawija Tarus. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengamatan dan perhitungan

yang dilakukan. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai mortalitas dari kumbang bubuk melebihi

50 % yaitu pada dosis 5 gr bahan nabati % mortalitasnya mencapai 73 %, pada dosis 10 gr

bahan nabati % mortalitasnya mencapai 83% dan pada dosis 15 gr bahan nabati % mortalitasnya

mencapai hampir 100 % yaitu 93 %, sedangkan pada kontrol tidak ada hama Sitophilus zeamays

yang mati, hal ini disebabkan karena pada kontrol tidak ada perlakuan bahan nabati Jatropa

curcas, selain itu terjadi penambahan populasi yaitu pada minggu II sebanyak 2 ekor dan minggu

III sebanyak 4 ekor.

Dari hasil tersebut maka dapat pula diketahui bahwa semakin tinggi dosis bahan nabati

Jatropa curcas yang diberikan maka akan semakin mempercepat atau mempertinggi mortalitas

dari serangga hama dalam hal ini Sitophilus zeamays.

Tingginya mortalitas dari serangga hama tersebut diakibatkan oleh karena zat – zat racun

yang terkandung dalam biji Jatropa curcas.

Page 18: Uji Efektivitas Ekstrak Biji Jarak Pagar

IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Melalui kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang telah dilaksanakan, dapat menambah

wawasan bagi mahasiswa dalam bidang ilmu pengetahuan dan keterampilan mengenai

keefektifan Jatropa curcas, proses pembuatan dan aplikasi sebagai pestisida nabati pada benih

jagung dipenyimpanan. Jenis tumbuhan tersebut diketahui sangat efektif sebagai pestisida nabati

karena mengandung zat - zat yang bersifat toksik terhadap Sitphilus zeamays. Zat – zat tersebut

ialah alkaloida, saponin dan jenis protein beracun yang disebut kursin (Sinaga, 2006). Selain itu,

cara pembuatan dan aplikasi pestisida ini dapat dilakukan dengan mudah ditingkat petani.

Tumbuhan ini dapat dibudidayakan di NTT, karena tumbuhan ini dapat tumbuh dengan baik

pada kondisi daerah tropis.

4.2. Saran

Mengingat hama kumbang bubuk Sitophilus zeamays sangat berbahaya dan merugikan

bagi petani maka pengetahuan tentang cara pengendaliannya sangatlah penting. Pengendalian

dengan penggunaan pestisida agar dikurangi dan digunakan pengendalian yang lebih aman bagi

petani dan lingkungannya.

Dari hasil kegiatan PKL ini juga diharapkan dapat dilakukan penelitian bagi pihak –

pihak yang berkepentingan dengan penambahan dosis bahan nabati Jatropa curcas atau

mengkombinasikan bahan nabati tersebut dengan bahan nabati lain dalam mengendalikan hama

Sitophilus zeamays.

Page 19: Uji Efektivitas Ekstrak Biji Jarak Pagar

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Nusa Tenggara Timur (NTT). 2007.

Hambali, E. dkk,. 2006. Jarak Pagar Tanaman Penghasil Biodisel. Penebar Swadaya. Jakarta.

Harini T. S. 2000. Penuntun Praktikum Pestisida dan Teknik Aplikasi. Fakultas Pertanian. Universitas Nusa Cendana. Kupang.

Imdad H. P. dan A.A. Nawangsih.1995. Menyimpan Bahan Pangan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kalshoven, L, G, E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. PT. Ichtiar Baru. Van Hoeve. Jakarta.

Kartasapoetra, A.G., 1991. Hama Hasil Tanaman dalam Gudang. Rineka Cipta, Jakarta.

Lando. I. M, Ramlah, Margaretha dan Djafar. 2001. Penyimpanan Jagung Skala Kecil untuk Tingkat Petani. Jurnal Litbang Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Serealia lain. Sulawesi Selatan.

Mudita. I. W. dan F. Alexander. 1999. Bahan Ajar Pengendalian Hayati dan Pengelolaan Habitat. Fakultas Pertanian. Universitas Nusa Cendana. Kupang. Tidak dipublikasikan.

Mudita. I. W. dan J. A. londingkene. 2003. Pengendalian Hayati, Pengendalian Hama, Patogen dan Gulma dengan menggunakan Musuh Alami. Fakultas Pertanian.. Universitas Nusa Cendana. Kupang. Tidak dipublikasikan.

Oka. I. N. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Pakan. S. 1997. Hama Pascapanen Jagung di Kabupaten Kupang. Buletin Leguminosae Vol 4. Fakultas Pertanian. Universitas Nusa Cendana. Kupang.

Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman (Edisi revisi). Penebar Swadaya. Jakarta

Sinaga. E. 2006. Jatropa curcas L. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tumbuhan UNHAS. Jakarta. Diakses dari internet http://iptek.apjii.or.id/artikel/ttg tanaman obat/jarak pagar

Suprapto, HS., 1992. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta.

Page 20: Uji Efektivitas Ekstrak Biji Jarak Pagar

Untung. K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Untung. K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu (Edisi revisi). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Warisno. 2001. Jagung Hibrida. Kanisius. Yogyakarta.

Widinugraheni, S. 1996. Pengaruh Ekstrak Daun Tumbuhan Pada Medium PSA terhadap Pertumbuhan Jamur Alternaria Sp. Asal Kubis, Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana. Kupang. Tidak dipublikasikan.