pengaruh dua sistem olah tanah dan aplikasi …digilib.unila.ac.id/21830/3/skripsi tanpa bab...

46
PENGARUH DUA SISTEM OLAH TANAH DAN APLIKASI HERBISIDA TERHADAP RESPIRASI TANAH PADA PERTANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz.) ( Skripsi) Oleh KEMAS MUHAMMAD FAHMI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

Upload: others

Post on 31-Dec-2019

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH DUA SISTEM OLAH TANAH DAN APLIKASIHERBISIDA TERHADAP RESPIRASI TANAH PADA PERTANAMAN

UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz.)

( Skripsi)

Oleh

KEMAS MUHAMMAD FAHMI

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2016

ABSTRAK

PENGARUH DUA SISTEM OLAH TANAH DAN APLIKASI HERBISIDATERHADAP RESPIRASI TANAH PADA PERTANAMAN UBI KAYU

(Manihot esculenta Crantz.)

Oleh

KEMAS MUHAMMAD FAHMI

Tanah sebagai salah satu sumberdaya alam yang sangat penting dan perlu mendapat

perhatian sungguh-sungguh agar terhindar dari kerusakan yang dapat menurunkan

produktivitasnnya. Banyak usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan

produktivitas tanah, salah satunya adalah melalui modifikasi cara dan intensitas

pengolahan tanah. Dengan adanya pengolahan tanah pada lahan pertanaman, maka

akan berpengaruh terhadap laju atau tingkat respirasi tanah. Pengolahan tanah serta

aplikasi herbisida diharapkan mampu meningkatkan aktivitas mikroorganisme di

dalam tanah. Penelitian bertujuan untuk menduga pengaruh sistem olah tanah dan

aplikasi herbisida terhadap aktivitas mikroorganisme tanah, dalam hal ini respirasi

tanah. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

Universitas Lampung pada bulan Juni 2014 – April 2015 dengan menggunakan

Rancangan Acak Kelompok (RAK) secara faktorial yang terdiri dari dua faktor, yaitu

sistem olah tanah dan aplikasi herbisida. Sistem olah tanah terdiri dari olah tanah

minimum (T0) dan olah tanah maksimum (T1), sedangkan aplikasi herbisida terdiri

dari non aplikasi herbisida (H0) dan aplikasi herbisida (H1). Data yang diperoleh diuji

homogenitas ragamnya dengan uji Barlett dan aditivitasnya dengan uji Tukey.

Kemas Muhammad Fahmi

Data dianalisis dengan ANARA dan dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara perlakuan sistem olah

tanah dan aplikasi herbisida terhadap respirasi tanah pada 3 dan 6 BST, tetapi tidak

pada 10 BST. Hasil respirasi tanah pada 3 BST, perlakuan olah tanah maksimum

lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan olah tanah minimum. Pada 6 BST

perlakuan herbisida memiliki nilai respirasi lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan

tanpa herbisida. Tidak terdapat korelasi antara respirasi tanah dengan C-organik

tanah, kadar air tanah, serta suhu tanah.

Kata kunci: Herbisida, Respirasi tanah, Sistem olah tanah.

PENGARUH DUA SISTEM OLAH TANAH DAN APLIKASI

HERBISIDA TERHADAP RESPIRASI TANAH PADA PERTANAMAN

UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz.)

Oleh

KEMAS MUHAMMAD FAHMI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 01 November 1993 sebagai anak

keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Kemas Romli dan Ibu

Masayu Iriani. Riwayat pendidikan penulis dimulai dari Pendidikan Taman

Kanak-kanak (TK) Cendrawasih yang diselesaikan pada tahun 1999, selanjutnya

menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Sawah

Lama pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 5 Bandar

Lampung pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Al-Azhar 3

Bandar Lampung pada tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis diterima di Jurusan

Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui seleksi Ujian

Mandiri (UM).

Penulis menjalani Praktik Umum (PU) di Balai Penelitian Tanaman Sayuran

(BALITSA) pada bulan Juli hingga Agustus tahun 2014 dan melaksanakan Kuliah

Kerja Nyata (KKN) di Desa Dente Makmur, Kecamatan Dente Teladas,

Kabupaten Tulang Bawang pada bulan Januari hingga Februari tahun 2015.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif pada organisasi yang ada di kampus.

Penulis menjadi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM-

FP) pada tahun periode 2012-2013, anggota Lembaga Studi Mahasiswa Pertanian

(LS-MATA) periode 2012-2013. Penulis juga aktif di organisasi luar kampus,

yaitu Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Pertanian Unila sebagai Departmen

Kepemudaan periode 2013-2014, Wasekum Bidang Hubungan Alumni

Komunikasi Umat periode 2014-2015, dan Sekretaris Umum periode 2015-2016.

Ketua bidang di Komunitas Integritas (KOIN) Universitas Lampung. Selama

kuliah, penulis dipercayai untuk membantu dosen sebagai asisten dosen, yaitu

pada mata kuliah Dasar Dasar Ilmu Tanah, Survey Tanah Evaluasi Lahan, dan

Fisiologi Tumbuhan.

“Berangkat dengan penuh keyakinanBerjalan dengan penuh keikhlasan

Istiqomah dalam menghadapi cobaanYAKIN, IKHLAS, ISTIQOMAH”.

(Kemas Fahmi, 2016)

“Sesuatu yang belum dikerjakan seringkali tampak mustahil, kita baruyakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik”.

(Evelyn Underhill)

“You’ll never change your life until you change something you dodaily. The secret of your success is found in your daily”.

(John C. Maxwell)

“Jenius adalah 1 % inspirasi dan 99 % keringat. Tidak ada yangmenggantikan kerja keras”.

(Anonim)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan berkat dah rahmat-Nya

skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis persembahkan karya sederhana buah perjuangan dan kerja keras kepada

Ayahanda tercinta Kemas Romli dan Ibunda tercinta Masayu Iriani yang telah

memberikan doa dan dukungan serta kasih sayang yang tidak ternilai. Kakak-

kakakku Nyimas Dewi Handayani, S.P., Kemas Muhammad Andri Kurniawan,

S.Pi., dan Kemas Muhammad Fahri, S.P. atas doa, kasih sayang, nasehat, dan

semangat yang tulus.

Almamaterku tercinta, Universitas Lampung

SANWACANA

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdullilahirabbil ‘alamin, segala puji hanya kepada Allah SWT, Rabb

semesta alam yang telah memberikan rahmat serta hidayah sehingga penulis dapat

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH DUA SISTEM

OLAH TANAH DAN APLIKASI HERBISIDA TERHADAP RESPIRASI

TANAH PADA PERTANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz.)”.

Shalawat teriring salam semoga selalu terlimpah kepada Nabi Muhammad S.A.W.

beserta keluarga, sahabat, dan para penerus risalahnya yang mulia.

Banyak pihak yang telah memberikan sumbangsih, bantuan, nasihat, serta saran-

saran yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini, karena itu dengan rendah

hati penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga nilainya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.S., M.Agr.Sc., selaku Dosen Pembimbing

Pertama atas bimbingan, saran, arahan, nasehat, dan motivasi yang diberikan.

2. Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Kedua atas

bimbingan, saran, arahan, nasehat, dan motivasi yang diberikan.

3. Dr. Ir. Henrie Buchari, M.Si., sebagai Dosen Penguji Skripsi, atas saran,

arahan dan nasehatnya.

4. Radix Suharjo, S.P., M.Agr., PhD., sebagai Dosen Pembimbing Akademik

atas bimbingan, saran, arahan, nasehat, dan motivasi yang diberikan.

5. Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., sebagai Ketua Jurusan Agroteknologi

atas segala masukan, arahan dan nasehatnya.

6. Pof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung atas semua bimbingan dan bantuan yang diberikan.

7. Seluruh karyawan di Jurusan Agroteknologi atas bantuannya.

8. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Kemas Romli, dan Ibunda Masayu

Iriani, serta Kakak – kakak saya Fahri, Andri, maci’ Dewi dan seluruh

keluarga besar yang telah memberikan kasih sayang, motivasi, dan doa yang

tiada henti-hentinya.

9. Sahabat-sahabatku Hafiz Luthfi, Breri Harisandro, Noval Ardiansyah,

Tandaditya A.A, Geraldo Sandy W, Shinta Fitrihanny, Wita Monica terima

kasih atas dukungan dan semangatnya.

10. Teman-teman angkatan 2011: Oki, Benny, Genadi, Heru, Akbar, Bayu, Arpin,

Andrestu, Gede, Susan, Sherly, Sasha, Uty, Getha, Husna, Indah, Shella,

Irene, Hiday, Mufli, Ucha dan seluruh teman-teman yang tidak dapat

disebutkan satu per satu, terimakasih atas kebersamaan dan semangatnya

selama ini.

11. Rekan-rekan mahasiswa/i Jurusan Agroteknologi angkatan 2009, 2010, dan

2012 terimakasih atas kebersamaannya.

12. Himpunan mahasisa islam (HmI) Cabang Bandarlampung Komisariat

Pertanian Unila sebagai tempat saya belajar yang nyaman serta kanda yunda

dan adinda atas kebersamaan, canda tawa, dan semangatnya.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan karya ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah

diberikan dan tetap menanamkan semangat untuk berbuat baik dalam diri kita.

Semoga karya kecil yang masih jauh dari kesempurnaan ini dapat memberikan

manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Penulis meminta maaf jika ada

kesalahan dan kepada Allah SWT penulis mohon ampun.

Bandar Lampung, April 2016Penulis,

Kemas Muhammad Fahmi

DAFTAR ISI

HalamanDAFTAR TABEL ....................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x

I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................. 4

1.3 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 4

1.4 Hipotesis ........................................................................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 7

2.1 Pengolahan Tanah ............................................................................ 7

2.2 Herbisida .......................................................................................... 9

2.3 Tanaman Ubi Kayu .......................................................................... 10

2.4 Respirasi Tanah ................................................................................ 11

III. BAHAN DAN METODE .................................................................... 15

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 15

3.2 Alat dan Bahan ................................................................................. 15

3.3 Rancangan Percobaan ...................................................................... 15

3.4 Sejarah Lahan Penelitian .................................................................. 16

3.5 Pelaksanaan Penelitian ..................................................................... 17

3.5.1 Penyiapan Lahan ................................................................... 173.5.2 Petak Percobaan .................................................................... 183.5.3 Pengukuran Respirasi Tanah ................................................. 18

vi

3.5.4 Analisis Laboratorium .......................................................... 193.5.5 Perhitungan Respirasi Tanah ................................................ 203.5.6 Variabel Pengamatan ............................................................ 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 22

4.1 Hasil Penelitian ............................................................................... 22

4.1.1 Respirasi Tanah ..................................................................... 224.1.2 Korelasi antara C-Organik Tanah, Kadar Air Tanah, dan

Suhu Tanah dengan Respirasi Tanah .................................... 26

4.2 Pembahasan .................................................................................... 27

V. KESIMPULAN ...................................................................................... 33

5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 33

5.2 Saran ............................................................................................... 33

PUSTAKA ACUAN .................................................................................... 34

LAMPIRAN ................................................................................................. 38-48

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman1. Tata letak percobaan .......................................................................... 18

2. Tata letak botol film dan sungkup yang beralaskan dan tidakberalaskan plastik ............................................................................... 28

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman1. Pengaruh dua sistem olah tanah dan aplikasi herbisida terhadap

respirasi tanah saat 3 BST pada pertanaman ubi kayu(Manihot esculenta Crantz.) ............................................................. 22

2. Pengaruh dua sistem olah tanah dan aplikasi herbisida terhadaprespirasi tanah saat 6 BST pada pertanaman ubi kayu(Manihot esculenta Crantz.) ............................................................. 23

3. Pengaruh dua sistem olah tanah dan aplikasi herbisida padapertanaman ubi kayu terhadap C-organik, kadar air tanah, dansuhu tanah ......................................................................................... 26

4. Uji korelasi antara respirasi tanah dengan C-organik, kadar air tanah,dan suhu tanah .................................................................................. 27

5. Hasil pengamatan pengaruh olah tanah dan aplikasi herbisidaterhadap respirasi tanah CO2-C (mg jam-1 m-2) pada 3 BST ............ 39

6. Hasil uji homogenitas respirasi tanah CO2-C (mg jam-1 m-2) pada3 BST ................................................................................................ 39

7. Hasil analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan aplikasiherbisida terhadap respirasi tanah CO2-C (mg jam-1 m-2)pada 3 BST ....................................................................................... 40

8. Hasil pengamatan pengaruh olah tanah dan aplikasi herbisidaterhadap respirasi tanah CO2-C (mg jam-1 m-2) pada6 BST ................................................................................................ 40

9. Hasil uji homogenitas respirasi tanah CO2-C (mg jam-1 m-2) pada6 BST ................................................................................................ 40

10. Hasil analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan aplikasiherbisida terhadap respirasi tanah CO2-C (mg jam-1 m-2)pada 6 BST ...................................................................................... 41

viii

11. Hasil pengamatan pengaruh olah tanah dan aplikasi herbisidaterhadap respirasi tanah CO2-C (mg jam-1 m-2) pada 10 BST ......... 41

12. Hasil uji homogenitas respirasi tanah CO2-C (mg jam-1 m-2) pada10 BST ............................................................................................ 42

13. Hasil analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan aplikasiherbisida terhadap respirasi tanah CO2-C (mg jam-1 m-2) pada10 BST ............................................................................................ 42

14. Pengaruh pengolahan tanah dan herbisida terhadap C-organiktanah (%) pada 3 BST ..................................................................... 43

15. Pengaruh pengolahan tanah dan herbisida terhadap suhu tanah (0C)pada 3 BST ...................................................................................... 43

16. Pengaruh pengolahan tanah dan herbisida terhadap kadar airtanah (%) pada 3 BST ..................................................................... 43

17. Pengaruh pengolahan tanah dan herbisida terhadap C-organiktanah (%) pada 6 BST ..................................................................... 44

18. Pengaruh pengolahan tanah dan herbisida terhadap suhu tanah (0C)pada 6 BST ...................................................................................... 44

19. Pengaruh pengolahan tanah dan herbisida terhadap kadar airtanah (%) pada 6 BST ..................................................................... 44

20. Pengaruh pengolahan tanah dan herbisida terhadap C-organiktanah (%) pada 10 BST ................................................................... 45

21. Pengaruh pengolahan tanah dan herbisida terhadap suhu tanah (0C)pada 10 BST .................................................................................... 45

22. Pengaruh pengolahan tanah dan herbisida terhadap kadar airtanah (%) pada 10 BST ................................................................... 45

23. Uji korelasi antara C-organik tanah (%) dengan respirasi tanah pada3 BST .............................................................................................. 46

24. Uji korelasi antara C-organik tanah (%) dengan respirasi tanah pada6 BST .............................................................................................. 46

25. Uji korelasi antara C-organik tanah (%) dengan respirasi tanah pada10 BST ............................................................................................ 46

26. Uji korelasi antara suhu tanah (0C) dengan respirasi tanah pada3 BST .............................................................................................. 46

ix

27. Uji korelasi antara suhu tanah (0C) dengan respirasi tanah pada6 BST .............................................................................................. 47

28. Uji korelasi antara suhu tanah (0C) dengan respirasi tanah pada10 BST ............................................................................................ 47

29. Uji korelasi antara kadar air tanah (%) dengan respirasi tanah pada3 BST .............................................................................................. 47

30. Korelasi antara kadar air tanah (%) dengan respirasi tanah pada6 BST .............................................................................................. 47

31. Korelasi antara kadar air tanah (%) dengan respirasi tanah pada10 BST ............................................................................................ 48

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah sebagai salah satu sumberdaya alam yang sangat penting dan perlu

mendapat perhatian sungguh-sungguh agar terhindar dari kerusakan yang dapat

menurunkan produktivitasnnya. Kerusakan tanah dapat terjadi karena kesalahan

dalam pengelolaannya. Banyak usaha yang dapat dilakukan untuk

mempertahankan produktivitas tanah, salah satunya adalah melalui modifikasi

cara dan intensitas pengolahan tanah (Yasin, 2007). Segala sesuatu yang

diperlakukan ke dalam tanah akan mempengaruhi sifat-sifat tanah, salah satu sifat

yang harus diperhatikan adalah sifat biologi tanah.

Respirasi tanah merupakan indikator penting pada suatu ekosistem, meliputi

seluruh aktivitas yang berkenaan dengan proses metabolisme di dalam tanah,

dekomposisi sisa tanaman dalam tanah, dan konversi bahan organik tanah menjadi

CO2. Respirasi tanah menggambarkan aktivitas mikroorganisme tanah. Respirasi

tanah adalah proses hilangnya CO2 dari tanah ke atmosfer, terutama yang

dihasilkan oleh mikroorganisme tanah dan akar tanaman. Hal ini dipengaruhi

tidak hanya oleh faktor biologis seperti vegetasi dan faktor lingkungan, antara lain

suhu, kelembaban, pH, tetapi juga lebih kuat oleh faktor buatan manusia

(Fang dkk., 1998). Respirasi tanah merupakan aliran karbon terbesar kedua di

2sebagian besar ekosistem setelah fotosintesis. Respirasi tanah yang meliputi akar

dan respirasi mikroba diperkirakan kontribusinya 60-90% dari total respirasi

ekosistem yang ada di lahan pertanian beriklim sedang (Goulden dkk., 1996).

Respirasi dapat dikaitkan dengan status kesehatan tanah. Laju respirasi tanah

dapat diukur dalam sistem dinamis maupun statis. Teknik pengukuran yang

canggih umumnya menggunakan IRGA (infra red gas analyser), tetapi teknik ini

masih relatif mahal. Untuk aplikasi yang lebih sederhana di lapangan, Tongway

dkk. (2003) menggunakan pengukuran larutan 0,5 N KOH yang dapat menjerap

CO2 dalam inverted box sebagai teknik pendekatan yang mudah diaplikasikan dan

relatif lebih murah.

Pengukuran emisi gas rumah kaca seperti CO2, CH4 dan N2O menjadi fokus

penelitian karena diduga berperan dalam perubahan iklim global. Peningkatan

konsentrasi gas CO2, CH4 dan N2O di atmosfer dapat disebabkan oleh emisi

antropogenik dari penggunaan bahan bakar fosil sebagai sumber energi dan

sebagian kecil dari perubahan penggunaan lahan. Karbon dioksida (CO2) adalah

salah satu dari gas rumah kaca penting yang mempengaruhi pemanasan global

(IPCC, 2013).

Pengolahan tanah dapat diartikan sebagai kegiatan manipulasi mekanik terhadap

tanah untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman.

Berbagai sistem olah tanah akan berpengaruh terhadap kadar bahan organik tanah

dan laju respirasi tanah. Handayani (1999), menyatakan bahwa sistem olah tanah

dapat mempengaruhi kuantitas CO2 dalam tanah. Sistem olah tanah maksimum

3membuat struktur tanah menjadi gembur, aerasi baik sehingga dapat

meningkatkan aktivitas mikroorganisme dan laju respirasi tanah, sehingga CO2

dilepas ke udara semakin tinggi.

Pengendalian gulma secara manual masih banyak dilakukan oleh petani di

Indonesia, namun hal tersebut tidak didukung oleh tenaga kerja yang profesional

atau paham cara olah tanah yang baik. Selain itu, permasalahan gulma menjadi

semakin besar karena umumnya petani mempersiapkan lahan dengan cara

mengolah tanah minimum. Pengendalian gulma secara manual akan menjadi

tidak efisien bila lahan pertanaman cukup luas, maka penggunaan herbisida

diharapkan dapat mengurangi tenaga kerja dan waktu yang relatif singkat.

Adapun cara kerja dari herbisida, herbisida yang langsung masuk ketanah dan

mematikan akar gulma. Oleh karena itu herbisida mampu menekan pertumbuhan

gulma (Listyobudi, 2011). Pengaruh gulma terhadap respirasi tanah yaitu dengan

tidak adanya gulma maka tingkat respirasi tanah akan lebih tinggi karena CO2

yang lebih bebas atau banyak menghilang ke atmosfer dibandingkan dengan

permukaan tanah yang terdapat gulma.

Ubi kayu yang merupakan tanaman penting di Provinsi Lampung dijadikan

sebagai tanaman indikator dalam aplikasi sistem olah tanah dan herbisida yang

akan diukur respirasi tanahnya. Perbedaan sistem olah tanah dan aplikasi

herbisida pada pertanaman ubi kayu akan mempengaruhi respirasi tanah,

dikarenakan tanah yang diolah, pelepasan CO2 ke atmosfer lebih banyak

dibandingkan pada tanah yang tidak diolah. Pada tanah yang telah diolah terjadi

proses pembalikan tanah yang akan memudahkan CO2 terlepas. Aplikasi

4herbisida yang bertujuan untuk mematikan gulma atau tanaman pengganggu

lainnya, gulma yang telah mati menjadi mulsa. CO2 akan lebih banyak terlepas

dibandingkan pada tanah yang ditumbuhi dengan gulma.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Untuk menduga respirasi tanah pada dua sistem pengolahan tanah pada

pertanaman ubi kayu.

2. Untuk menduga respirasi tanah pada lahan yang diaplikasikan dan tidak

diaplikasikan herbisida pada pertanaman ubi kayu.

3. Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara sistem olah tanah dan aplikasi

herbisida terhadap respirasi tanah pada pertanaman ubi kayu.

1.3 Kerangka Pemikiran

Respirasi tanah merupakan suatu proses yang terjadi karena adanya kehidupan

mikrobia yang melakukan aktivitas hidup dan berkembang biak dalam suatu

massa tanah. Sinukaban (1986), tingkat respirasi tanah dapat dilihat dari sistem

olah tanah yang dilakukan. Olah tanah maksimum salah satu olah tanah yang

dapat meningkatkan respirasi tanah, karena dalam olah tanah maksimum terjadi

proses pembalikan tanah yang dapat membuat aktivitas mikrobia lebih baik.

Mikrobia dalam setiap aktivitasnya membutuhkan O2 atau mengeluarkan CO2

yang dijadikan dasar untuk pengukuran respirasi tanah. Laju respirasi tanah

maksimum terjadi setelah beberapa hari atau beberapa minggu populasi

5maksimum mikrobia dalam tanah, karena banyaknya populasi mikrobia

mempengaruhi keluaran CO2 atau jumlah O2 yang dibutuhkan mikrobia.

Dengan adanya pengolahan tanah pada lahan pertanaman, maka akan berpengaruh

terhadap laju atau tingkat respirasi tanah. Larson dan Osbone (1982); Suwardjo

dkk.(1989), melaporkan tentang pengolahan tanah melepaskan CO2 yang sangat

tinggi ke atmosfer dalam beberapa minggu, hal itu disebabkan banyaknya ruang

oksigen dalam pori-pori tanah akibat pengolahan tanah. Hal ini dikarenakan CO2

yang terlepas dari tanah ke atmosfer dalam jumlah yang besar akibat dari proses

pembalikan tanah. Lain halnya pada lahan tanpa olah tanah, jumlah CO2 yang

terlepas akan lebih sedikit, tetapi selain faktor dari pengolahan tanah, CO2 akan

tetap terlepas atau hilang ke atmosfer dikarenakan ada aktivitas mikroba tanah.

Tujuan dari pengaplikasian herbisida ialah untuk menekan pertumbuhan dan

mematikan gulma. Salah satu cara untuk menanggulangi gulma, menggunakan

herbisida glifosat. Pemakaian atau pemberian herbisida glifosat pada saat yang

tepat, mengurangi dampak negatifnya. Herbisida glifosat selain menanggulangi

gulma, juga memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Dengan kita

menyemprotkan herbisida maka gulma akan mati, lambat laun terjadi pelapukan

dan menjadi bahan organik untuk tanah. Jumlah CO2 yang hilang akan lebih

besar, karena CO2 mudah terlepas dengan tidak adanya gulma atau tanaman

pengganggu lainnya diatas permukaan tanah. Tanah pada lahan yang tidak

ditumbuhi oleh tumbuhan, memiliki suhu yang lebih tinggi dibandingkan yang

ditumbuhi karena tidak adanya tanaman yang menaungi tanah. Kadar air tanah

6akan lebih sedikit, apabila kadar air tanah yang rendah maka tingkat respirasi akan

tinggi begitupun sebaliknya (Savary dkk., 1997 ; 2000).

Pemakaian campuran herbisida dapat meningkatkan spektrun pengendalian

menurunkan dosis herbisida, campuran herbisida dengan berbahan aktif glifosat

akan mematikan gulma dengan jalan menghambat jalur biosintesa asam amino,

sedangkan herbisida berbahan aktif 2,4 – D dapat menghambat pertumbuhan

gulma dengan mempercepat respirasi. Sehingga adanya ke dua bahan aktif

tersebut dapat lebih mempercepat kematian gulma.

1.4 Hipotesis

Berdasarkan uraian dan tujuan di atas dapat disimpulkan hipotesis, yaitu :

1. Respirasi tanah lebih tinggi pada tanah dengan olah tanah maksimum.

2. Respirasi tanah lebih tinggi pada tanah dengan aplikasi herbisida.

3. Terjadi interaksi antara sistem olah tanah dan aplikasi herbisida terhadap

respirasi tanah.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang

diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan

tanaman. Pada umumnya setiap tanah memiliki kandungan bahan organik yang

berbeda-beda sesuai dengan karakteristik tanahnya dan penggunaannya.

Perubahan vegetasi atau penggunaan lahan dan pola pengelolaan tanah

menyebabkan perubahan kandungan bahan organik tanah (Yasin, 2007).

Beberapa cara persiapan tanam yang baru diperkenalkan dan sudah memenuhi

kriteria pengolahan tanah konservasi yaitu pengolahan tanah minimum dan tanpa

olah tanah. Pengolahan tanah konservasi sangat efektif dalam menekan terjadinya

erosi dan aliran permukaan.

Pengelolaan lahan dengan olah tanah minimum merupakan usaha untuk dapat

menciptakan keadaan tanah yang baik. Dengan pengolahan tanah minimum

diharapkan dapat meningkatkan aerasi, menurunkan kepadatan tanah, untuk

meratakan lahan serta mematikan gulma (Ar-Riza, 2005). Pengolahan tanah dan

penggunaan herbisida suatu yang tepat untuk mengatasi kendala budidaya

tanaman ubi kayu. Aplikasi herbisida yang sesuai dapat merubah iklim mikro

tanah dan dapat menekan pertumbuhan gulma.

8Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan tanah secara intensif

menjadi penyebab utama terjadinya kerusakan tanah dan kekahatan bahan organik

tanah. Menurut Utomo (2006), pengolahan tanah yang dilakukan secara terus –

menerus dapat menimbulkan dampak negatif yaitu menyebabkan terjadinya

degradasi tanah, kerusakan struktur tanah, peningkatan terjadinya erosi tanah, dan

penurunan kadar bahan organik tanah yang berpengaruh terhadap keberadaan

biota bawah tanah.

Menurut Makalew (2008), untuk memperbaiki kerusakan tanah dalam upaya

meningkatkan produksi perlu dilakukan sistem olah tanah konservasi dalam

bentuk tanpa olah tanah (TOT) dan penambahan bahan organik ke dalam tanah.

Sistem olah tanah TOT dicirikan oleh persiapan lahan yang tidak melalui pengo-

lahan tanah, tanah yang terganggu tidak lebih dari 10 % dari permukaan, dan

residu tanaman sebelum pengolahan tanah berada di atas permukaan sebagai

pelindung tanah.

Tindakan olah tanah akan menghasilkan kondisi kegemburan tanah yang baik

untuk pertumbuhan akar, sehingga membentuk struktur dan aerasi tanah lebih

baik dibanding tanpa olah tanah. Namun, pengolahan tanah yang dilakukan secara

intensif dapat menurunkan kualitas tanah karena porositas tanah yang tinggi dan

kemantapan agregrat yang menurun.

Tanpa olah tanah populasi gulmanya lebih rendah dan menghasilkan kualitas

tanah yang lebih baik secara fisik maupun biologi (meningkatkan kadar bahan

organik tanah, kemantapan agregrat dan infiltrasi) serta hasil tanaman ubi kayu

yang relatif sama dibandingkan dengan perlakuan olah tanah intensif

9(Soekardi,1986). Dalam sistem tanpa olah tanah atau olah tanah minimum,

penggunaan herbisida untuk mengendalikan gulma tidak dapat dihindari.

2.2 Herbisida

Penurunan produksi yang diakibatkan oleh kehadiran gulma pada beberapa situasi

secara ekonomis lebih penting daripada penurunan produksi yang disebabkan oleh

insekta, cendawan, atau organisme pengganggu lainnya. Pengendalian gulma di

Indonesia umumnya dilakukan secara manual, namun hal tersebut tidak didukung

oleh tenaga kerja yang siap pada saat pengendalian gulma dilakukan sehingga

membuat pengendalian gulma terhambat. Pengendalian secara manual tersebut

akan menjadi tidak efisien bila lahan pertanaman cukup luas, maka penggunaan

herbisida diharapkan dapat mengurangi tenaga manusia, tepat waktu dan relatif

singkat (Yursida, 2013).

Gulma berpengaruh buruk terhadap tanaman karena dapat mengurangi hasil

produksi dan kualitas tanaman, disebabkan persaingan kebutuhan hidup seperti

unsur hara, air, cahaya, dan ruang tempat tumbuh. Keberadaan gulma di sekitar

tanaman budidaya tidak dapat dielakkan terutama apabila pertanaman tersebut

tidak dipelihara dengan baik. Herbisida adalah senyawa atau material yang

diaplikasikan pada lahan pertanian untuk menekan atau memberantas gulma yang

menyebabkan penurunan hasil produksi. Menurut Pane dan Jatmiko (2009)

faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam aplikasi herbisida di antaranya adalah

ketepat pemilihan herbisida, tepat jenis, tepat dosis, dan tepat waktu aplikasi.

Menurut Lystiobudi (2011) penggunaan jenis dan dosis herbisida yang tepat pada

lahan TOT dapat memberikan manfaat bagi petani, yaitu dapat mengendalikan

10gulma yang tumbuh seawal mungkin. Maka perlu adanya penelitian untuk

mengetahui macam dan dosis herbisida yang tepat untuk mengurangi pengaruh

buruk pada tanaman ubi kayu. Sehingga dapat menekan laju pertumbuhan gulma

dan memberi pengaruh terbaik terhadap hasil dan kualitas ubi kayu pada lahan

TOT.

2.3 Tanaman Ubi Kayu

Ubi kayu merupakan komoditas tanaman pangan potensial yang dibudidayakan

secara luas di Indonesia khususnya di Provinsi Lampung. Data luas panen,

produktivitas, dan produksi ubi kayu tahun 2008, menunjukkan bahwa Provinsi

Lampung merupakan penghasil utama ubi kayu di Indonesia dengan luas panen

318.969 ha, produktivitas 242,09 kwintal/ha, dan produksi ubi kayu 7.721.882 ton

(Hidayat dkk., 2006).

Tanaman Singkong merupakan tanaman yang memilki kandungan gizi yang

cukup lengkap. Kandungan zat dalam tanaman singkong ialah karbohidrat,

fosfor, kalsium, vitamin C, protein, zat besi dan vitamin B1. Seiring dengan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan tanaman singkong

berkembang sebagai bahan baku industri pangan. Secara umum, Singkong

merupakan jenis tanaman yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai

bahan baku industri pangan (Salim, 2011).

Ubi kayu atau banyak orang yang menyebutnya singkong adalah keluarga

tanaman Euphorbiaceae yang hidup tahunan di daerah tropika dan subtropika.

Singkong pertamakali dikenal di Amerika selatan, semenjak jaman manusia

11prasejarah. Spesies singkong modern yang sudah dikembangkan saat ini telah

banyak dibudidayakan bahkan dapat ditemukan tumbuh liar di daerah Brasil

selatan. Di Indonesia sendiri, tanaman ubi kayu ini banyak dibudidayakan baik

untuk konsumsi rumah tangga maupun untuk memenuhi kebutuhan industri.

Di Indonesia, singkong merupakan makanan pokok ke tiga setelah padi-padian

dan jagung (Chalil, 2003). Untuk mendapatkan hasil produksi ubi kayu yang

tinggi, perlu diperhatikan sistem pengolahan tanahnya. Manfaat dari olah tanah

ini sendiri untuk memperbaiki struktur tanah yang rusak dan menyediakan unsur

hara yang cukup. Apabila tanah yang digunakan gembur maka umbi ubi kayu

akan mudah untuk tumbuh dan sebaliknya apabila tanahnya keras maka akan

menyulitkan umbi tanaman untuk tumbuh.

2.4 Respirasi Tanah

Pengukuran respirasi tanah ditentukan berdasarkan hilangnya CO2 atau jumlah O2

yang dibutuhkan oleh mikroorganisme. Laju respirasi maksimum biasanya terjadi

setelah beberapa hari atau beberapa minggu populasi maksimum mikrobia. Oleh

karena itu pengukuran respirasi tanah lebih mencerminkan aktivitas metabolik

mikrobia dibandingkan jumlah, tipe atau perkembangan mikrobia tanah.

Respirasi mikroorganisme tanah mencerminkan tingkat aktivitas mikroorganisme

tanah. Pengukuran respirasi (mikroorganisme) tanah merupakan cara yang

pertama kali digunakan untuk menentukan tingkat aktivitas mikroorganisme

tanah.

12Pengukuran respirasi telah mempunyai korelasi yang baik dengan parameter lain

yang berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme tanah seperti bahan organik

tanah, transformasi N, hasil antara, pH, dan rata-rata jumlah mikroorganisme

(Anas, 1995). Cara pengukuran respirasi tanah merupakan yang pertama kali

digunakan untuk menentukan tingkat aktivitas mikroorganisme tanah. Penetapan

respirasi tanah adalah berdasarkan penetapan jumlah CO2 yang dihasilkan oleh

mikroorganisme tanah dan jumlah O2 yang digunakan oleh mikroorganisme tanah.

Metode pengukuran CO2 yang dihasilkan oleh mikroorganisme tanah dapat

digunakan untuk contoh tanah tidak terganggu maupun untuk contoh tanah

terganggu (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan, 2007).

Pengukuran respirasi di lapangan dilakukan dengan memompa udara tanah atau

dengan menutup permukaan tanah dengan tabung yang volumenya diketahui.

Selain itu, bisa juga dengan membenamkan tabung untuk mengambil contoh

udara di dalam tanah. Pengukuran di laboratorium meliputi penetapan CO2 yang

dihasilkan dari sejumlah contoh tanah yang kemudian diinkubasi dalam jangka

waktu tertentu. Tingkat respirasi tanah ditetapkan dari tingkat evolusi CO2.

Evolusi CO2 tanah dihasilkan dari dekomposisi bahan organik, dengan demikian,

tingkat respirasi adalah indikator tingkat dekomposisi bahan organik yang terjadi

pada selang waktu tertentu.

Metode yang mendasari pada pengukuran CO2 di dalam tanah pada periode waktu

tertentu, larutan KOH yang digunakan berfungsi sebagai penangkap CO2 dan

kemudian dititrasi dengan HCl. Jumlah HCl yang diperlukan untuk titrasi setara

dengan jumlah CO2 yang dihasilkan. Pelepasan CO2 sangat tergantung pada sifat

13fisik dan kimia tanah yang diteliti. Suhu dan kandungan air tanah mempengaruhi

kecepatan produksi CO2, kadar CO2 yang diukur pada dasarnya merupakan hasil

dari respirasi mikroba, binatang, akar tanaman, dan produksi CO2 abiotik. Dalam

pengukuran, perlu diusahakan agar struktur tanah tidak terganggu. Kondisi

lingkungan yang terganggu akan mempengaruhi populasi, keanekaragaman dan

aktivitas mikroba tanah (Hendri, 2014).

Ciri khas parameter aktivitas metabolik dari populasi mikroba tanah yang

berkorelasi positif dengan material organik tanah. Dengan meningkatnya laju

respirasi maka meningkatnya pula laju dekomposisi bahan organik yang

terakumulasi di tanah dasar, proses metabolisme yang menghasilkan produk sisa

berupa CO2 dan H2O dan pelepasan energi (Jauhiainen, 2012).

Menurut Kusyakov (2006), hasil dari proses dekomposisi sebagian digunakan

organisme untuk membangun tubuh, akan tetapi terutama digunakan sebagai

sumber energi atau sumber karbon utama, dimana proses dekomposisi dapat

berlangsung dengan aktifitas mikroorganisme, sehingga mikroorganisme

merupakan tenaga penggerak dalam respirasi tanah.

Penetapan CO2 yang berlangsung dengan KOH sebagai penangkap CO2, adalah

sebagai berikut:

KOH + CO2 → K2CO3 + H2O

K2CO3 + HCl → KCl + KHCO3

KHCO3 + HCl → KCl + H2O + CO2 (Alef, 1995).

14Lima kelompok utama mikroorganisme yang terdapat dalam tanah yaitu bakteri,

fungi, algae, protozoa, dan actynomicetes. Kondisi yang dapat mempengaruhi

jumlah bakteri dalam tanah yaitu kondisi pertumbuhannya, seperti temperatur,

kelembaban, aerasi, dan jumlah energi. Jumlah dan jenis bakteri dipengaruhi oleh

macam praktik pengelolaan (Alexander, 1977).

Organisme dalam tanah tidak menentu, baik jumlah ataupun aktivitasnya.

Adapun peran mikroorganisme tanah pada kesuburan tanah, Paul dan Clark

(1989) menerangkan bahwa mikroorganisme tanah merupakan faktor penting

dalam ekosistem tanah, karena berpengaruh terhadap siklus dan ketersediaan hara

tanaman serta stabilitas struktur tanah.

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2014 - April 2015 pada lahan percobaan

di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Analisis vegetasi dan sampel tanah dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah,

Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu ring sampel, cangkul, sabit, botol

film, timbangan, plastik, erlenmeyer, gelas ukur, pipet tetes, selotipe, kertas label,

buret, corong, dan penyungkup (toples). Sedangkan bahan yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu sampel tanah, KOH 0,1 N, penolptalin, aquades, HCl, metil

orange, dan aquades.

3.3 Rancangan Percobaan

Penelitian ini dirancang dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) secara

faktorial yang terdiri dari dua faktor yaitu sistem olah tanah dan aplikasi

herbisida. Sistem olah tanah terdiri dari olah tanah minimum (T0) dan olah tanah

16maksimum (T1). Sedangkan aplikasi herbisida terdiri dari non aplikasi herbisida

(H0) dan aplikasi herbisida (H1).

Dengan demikian terbentuk empat kombinasi perlakuan yaitu:

T0H0 = olah tanah minimum + non aplikasi herbisida

T0H1 = olah tanah minimum + aplikasi herbisida

T1H0 = olah tanah maksimum + non aplikasi herbisida

T1H1 = olah tanah maksimum + aplikasi herbisida

Setiap perlakuan diulang sebanyak empat kali, sehingga diperoleh 16 petak

percobaan.

Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam pada taraf 1% dan 5% yang

terlebih dahulu diuji homogenitas ragamnya dengan menggunakan Uji Bartlett

dan adivitasnya diuji dengan Uji Tukey. Rata-rata nilai tengah dari data diuji

dengan uji BNT pada taraf 1% dan 5%. Hubungan antara kelembaban, suhu

tanah, dengan respirasi tanah diketahui dengan uji korelasi.

3.4 Sejarah Lahan Penelitian

Lahan yang digunakan dalam penelitian ini terletak di Laboratorium Lapang

Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Perlakuan sistem olah tanah

dan aplikasi herbisida dimulai pada bulan Februari 2014, lahan ditanami jagung

yang panen pada Mei 2014. Pada bulan Juni 2014, dengan perlakuan yang sama

lahan ditanami dengan tanaman ubi kayu.

173.5 Pelaksanaan Penelitian

3.5.1 Penyiapan lahan

Persiapan lahan untuk petakan lahan yang diterapkan sistem olah tanah minimum

dan maksimum masing-masing terdiri dari dua bentuk, yaitu sistem olah tanah

minimum dengan aplikasi herbisida, sistem olah tanah minimum tanpa aplikasi

herbisida, sistem olah tanah maksimum dengan aplikasi herbisida dan sistem olah

tanah maksimum tanpa aplikasi herbisida. Persiapan lahan olah tanah minimum

dan maksimum dengan aplikasi herbisida diawali dengan penyemprotan herbisida

berbahan aktif isopropilamina glisofat + isopropilamina 2,4 D dengan dosis

160ml/l tangki (1 tangki= 16 liter), pemyemprotan herbisida dilakukan pada

waktu awal pertanaman, 3 BST, dan 6 BST. Pada lahan olah tanah minimum,

gulma yang telah mati dan serasah sisa tanaman jagung sebelumnya dibiarkan di

lahan sebagai mulsa. Tetapi pada lahan olah tanah maksimum dengan aplikasi

herbisida setelah dilakukan penyemprotan herbisida, kemudian lahan dicangkul

hingga bongkahan tanah menjadi gembur serta gulma dan sisa-sisa tanaman

pengganggu lainnya dibersihkan dari lahan.

Penanaman bibit ubi kayu dilakukan pada bulan Mei 2014. Bibit tanaman

ditanam dengan posisi tegak dengan jarak tanam 70 cm x 90 cm. Seminggu

setelah tanam dilakukan pemupukan dengan pupuk organik organonitrofos

sebanyak 5 t ha-1, pemupukan dilakukan dengan cara disebar. Setelah seminggu

kemudian dilakukan pemupukan kembali dengan pupuk kimia, yaitu Urea, TSP,

dan KCl. Masing-masing petakan lahan diberi pupuk dengan dosis 100 kg ha-1

18Urea, 300 kg ha-1 TSP, dan 200 kg ha-1 KCl dengan cara dilarik disisi tanaman ubi

kayu.

3.5.2 Petak Percobaan

Setelah dilakukan pengolahan tanah, selanjutnya dibuat petak percobaan sesuai

dengan perlakuan yang diterapkan.

Gambar 1. Tata letak percobaan

3.5.3 Pengukuran Respirasi Tanah

Beberapa metode telah dikembangkan untuk mengukur CO2 tanah, CO2 dari tanah

ke atmosfer dapat diukur dengan menggunakan metode ruang tertutup. Hendri

(2014) juga menggunakan metode ruang tertutup untuk pengukuran fluks CO2 dan

N2O dari tanah. Respirasi tanah menggambarkan aktivitas mikroorganisme

tanah, metode respirasi tanah masih sering digunakan karena cukup peka,

konsisten, sederhana, dan tidak memerlukan alat yang canggih dan mahal.

Langkah dalam pengambilan sampel untuk pengukuran CO2 atau respirasi tanah

yaitu botol film yang diisi 10 ml 0,1 N KOH, diletakkan di atas tanah dengan

keadaan terbuka di petak percobaan lalu ditutup dengan sungkup dan sungkup

tersebut dimasukkan ke dalam tanah sekitar 1 cm lalu pinggirnya dibunbun

Kelompok1 Kelompok 2 T0H0 T0H1 T1H0 T1H1

T0H0

T0H1 Kelompok 3 T1H0 T1H1 T0H0 T0H1

T1H0

T1H1 Kelompok 4 T0H1 T0H0 T1H1 T1H0

19dengan tanah agar tidak ada gas yang keluar dari sungkup. Hal yang sama

dilakukan untuk blanko KOH diletakkan di atas tanah yang telah dialasi dengan

plastik di sebelah KOH tanpa alas plastik.

Gambar 2. Tata letak botol film dan sungkup yang beralaskan dan tidakberalaskan plastik.

Setelah sungkup diletakkan, dibiarkan selama 2 jam. Setelah 2 jam, sungkupnya

dibuka dan botol yang berisi KOH langsung ditutup agar tidak terjadi kontaminan

dari gas CO2 dari lingkungan sekitarnya.

3.5.3 Analisis Laboratorium

Analisis dilaboratorium menggunakan metode Verstraete, sampel KOH yang telah

mengikat CO2 dari lapangan kemudian dianalisis di laboratorium dengan cara

dititrasi. Botol film (sampel) yang berisi KOH dimasukkan ke dalam erlenmeyer,

lalu dengan ditetesi 2 tetes penolptalin, dan kemudian dititrasi dengan 0,1 N HCl

hingga warna merah hilang. Volume HCl yang digunakan untuk titrasi tersebut

dicatat. Selanjutnya pada larutan tadi ditambah 2 tetes metyl orange, dan dititrasi

kembali dengan HCl sampai warna kuning berubah menjadi merah muda. Jumlah

20HCl yang digunakan pada tahap kedua ini berhubungan langsung dengan jumlah

CO2 yang difiksasi. Demikian juga dengan KOH dari sampel blanko dilakukan

prosedur yang sama dengan KOH sampel. Pengamatan respirasi dilakukan pada

pagi dan sore hari.

Reaksi kimia yang terjadi selama proses titrasi CO2 dan dilanjutkan dengan titrasi

menggunakan HCl adalah sebagai berikut :

1. Reaksi pengikatan CO2

CO2 + 2 KOH K2CO3 + H2O

2. Perubahan warna menjadi tidak berwarna (penolptalin)

K2CO3 + HCl KCl + KHCO3

3. Perubahan warna kuning menjadi merah muda (metyl orange)

KHCO3 +HCl KCl +H2O + CO2

3.5.5 Perhitungan Respirasi Tanah

Respirasi tanah dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

C − CO = (a − b) × t × 12T × π × rKeterangan :

C-CO2 = mg jam-1 m-2

a = ml HCl untuk sampel

b = ml HCl untuk blanko

t = normalitas (N) HCl

T = waktu ( jam)

r = jari-jari tabung toples (cm)

213.5.6 Variabel Penelitian

Variabel pengamatan pada penelitian ini diamati pada 3, 6, dan 10 BST (bulan

setelah tanam) meliputi :

1. Respirasi Tanah (Metode modifikasi Verstraete, Anas, 1987)

2. Kelembaban tanah

3. C-organik tanah

4. Suhu Tanah (oC)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perlakuan olah tanah tidak berpengaruh terhadap respirasi tanah.

2. Perlakuan aplikasi herbisida tidak berpengaruh terhadap respirasi tanah.

3. Terdapat interaksi antara sistem olah tanah dan aplikasi herbisida pada 3 dan 6

BST, tetapi tidak pada 10 BST terhadap laju respirasi tanah pada pertanaman

ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.). Perlakuan olah tanah maksimum dengan

herbisida menunjukkan respirasi paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan

lainnya.

5.2 Saran

Saran penulis agar dilakukan penelitian lanjutan pada tanaman yang berbeda dengan

perlakuan yang sama agar dapat mengetahui nyata atau tidaknya pengaruh dua sistem

olah tanah dan aplikasi herbisida terhadap respirasi tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Alef, K. 1995. Estimation of soil respiration. In K. Alef & P.Nannipieri (Eds.) Methods in Applied soil microbiology andBiochemistry. Academic Press. London, pp. 464-467.

Alexander, M. 1971. Introduction to Soil Microbiology. John Wiley and Sons.New York.

Anas, I. dan D.A. Santosa. 1995. Penggunaan Ciri Mikroorganisme dalamMengevaluasi Degradasi Tanah. Kongres Nasional VI HITI. Desember1995. Serpong, hal 12-15.

Ar-Riza, I. 2005. Pedoman Teknis Budidaya Padi di Lahan Lebak. Balittra.Puslibang Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian.

Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. 2007.Metode Analisis Biologi Tanah. Jawa Barat. Bogor.

Boyd, C.E. 1993. Shrimp Pond Bottom Soil and Sedimen Managemen. U.S.Wheat Assosiaties. Singapore, 255 p.

Chalil, D. 2003. Agribisnis Ubi Kayu di Propinsi Sumatera Utara. Jurusan SosialEkonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.Medan.

Fang, J., K. Zhao, dan S. Liu. 1998. Factors affecting soil respiration in referencewith temperature’s role in the global scale. Chinese Geograph Sci.8(3): 246-255.

Foth, H.D. 1995. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Erlangga, Jakarta. 374 hlm.

Goulden, M.L., J.W. Munger, S.M. Fan, B.C. Daube, dan S.C. Wofsy. 1996.Exchange of carbon dioxide by a deciduous forest: response to interannualclimate variability. Science 271: 1576–1578.

35Hakim, N., Y.M. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul, M.A. Dika,

G. Ban-Hong, dan H.H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah.Universitas Lampung. Jakarta. 488 hlm.

Handayani, I.P. 1999. Kuantitas Variasi Nitrogen Tersedia Pada Tanah SetelahPenebanga Hutan. J. Tanah Trop.V (8): 215-226.

Hidayat, B., Y.R. Widodo, dan C.U. Wirawati. 2006. Pengaruh Jenis Ubi Kayuterhadap Karakteristik Tepung Ubi Kayu (Cassava Flour) yangDihasilkan. Laporan Penelitian Hibah Kompetisi Pemda PropinsiLampung Tahun Anggaran 2006. Politeknik Negeri Lampung.

Hendri, J. 2014. Fluks CO2 Dari Penggunaan Lahan Hutan, dan HortikulturaPada Andisol Jawa Barat. Jawa Barat. Bogor.

IPCC [Intergovermental Panel on Climate Change]. 2013. ”Climate Change2013”The Physical Science Basis. T.F. Stocker, D. Qin, P. Gian-Kasper,M.B.T. Melinda, K.A. Simon, B. Judith, N. Alexander, Y. Xia, B. Vincent,dan M.M. Pauline. (Eds) Cambridge University Press, Cambridge, UK,1553 p.

Jauhiainen, J., A.Hooijer, dan S.E. Page. 2012. Carbon dioxide emissions from anAcacia plantation on peatland Sumatra, Indonesia. Biogeosciences 9: 617–630.

Kusyakov, Y. 2006. Sources of CO2 efflux from soil and review of partitioningmethods. Soil Biol. Biochem. 38: 425-448.

Larson, W.E. dan G.J. Osborne. 1982. Tillage Accomplishments and Potential inProducting Tillage Effect on Soil Physical Properties And Processes. ASAspecial publication No. 44 hlm.

Lystiobudi, R.V. 2011. Perlakuan Herbisida Pada Sistem Tanpa Olah TanahTerhadap Pertumbuhan, Hasil Dan Kualitas Hasil Tanaman JagungManis (Zea mays saccharata Sturt.). Universitas Pembangunan Nasional“Veteran”. Yogyakarta.

Makalew, A.D.N. 2008. Keanekaragaman Biota Tanah Pada AgroekosistemTanpa Olah Tanah (TOT). Makalah Falsafah Sains. IPB. 19 hlm.

Mulyani, M.S., A.G. Kartosapoetro, dan R.D.S. Sastroatmojo. 1991. MikrobiologiTanah. Rineka Cipta. Jakarta. 447 hlm.

36Notohadiprawiro, T. 2006. Twenty-Five Years Experience in Peatland

Development for Agriculture in Indonesia. Repro: Ilmu Tanah. UniversitasGadjah Mada.

Pane, H., dan S.Y. Jatmiko. 2009. Pengendalian Gulma Pada Tanaman Padi.Penelitian Dan Pengembangan Departemen Pertanian. Jakarta.

Paul, E.A. dan F.E. Clark. 1989. Soil Microbiology and Biochemistry. AcademicPress, Inc. London.

Salim, E. 2011. Mengolah Singkong Menjadi Tepung Mokaf. Lily Publisher,Jakarta.

Savary, S., R.K. Srivastava, H.M. Singh, dan F.A. Elazegui. 1997. ACharacterization of Rice Pests and Quantification of Yield Losses in theRice–Wheat System of India. Crop Protect. 16: 387-398.

Setyawan, D., R. Gilkes, dan D. Tongway. 2011. Nutrient cycling index inrelation to organic matter and soil respiration of rehabilitated mine sites inKelian, East Kalimantan. J. Trop. Soil 11(3): 209-214.

Sinukaban, N. 1986. Pengolahan tanah konservasi pada pertanian tanamanpangan. dalam prosiding lokakarya usahatani konservasi di lahan alang-alang, Podsolik merah kuning.Badan Litbangtan, Ditjen tanaman pangan,Ditjenbun Deptan, hal 1-15.

Suwardjo, H., A. Abdurachman, dan S. Abujamin. 1989. The use of crop residuemulch to minimize tillage frequency. Pemberitaan Penelitian Tanah danPupuk 8: 31 – 37.

Soekardi. 1986. Pembukaan Lahan dan Pengolahan Tanah. PenunjangPembangunan Nasional, Jakarta.

Tongway, D., N. Hindley, dan B. Seaborn. 2003. Indicators of ecosystemrehabilitation success. Stage two - verification of EFA indicators.Canberra: CSIRO Sustainable Ecosystems.

Utaminingsih, Suastika dan Hermaningsih. 1994. Pedoman Analisa Kualitas Airdan Tanah Sedimen Perairan Payau. Dirjen Perikanan, BBPBAP, Jepara.67 hlm.

37Utomo, M. 2006. Olah Tanah Konservasi. Pengelolaan Lahan Kering

Berkelanjutan. Universitas Lampung, Bandar Lampung. 25 hlm.

Xu, X., Y. Luo, dan J. Zhou. 2012. Carbon quality and the temperaturesensitivity of soil organic carbon decomposition in a tallgrass prairie. SoilBiol Biochem. 50: 142-148.

Yasin, S. 2007. Degradasi Lahan pada Kebun Campuran dan Tegalan. JurusanTanah Fakultas Pertanian Unand Padang. Padang.

Yursida. 2013. Efikasi Herbisida Penoksulam pada Budidaya Padi Sawah PasangSurut untuk Intensifikasi Lahan Suboptimal. Bogor.