pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan nitrogen …digilib.unila.ac.id/55931/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMUPUKAN NITROGENJANGKA PANJANG TERHADAP LAJU INFILTRASI TANAH PADA
TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TAHUN KE-29 DI LAHANPOLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
WAHYU KURNIAWAN
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
ABSTRAK
PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMUPUKAN NITROGENJANGKA PANJANG TERHADAP LAJU INFILTRASI TANAH PADA
TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TAHUN KE-29 DI LAHANPOLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Oleh
WAHYU KURNIAWAN
Pengolahan tanah dan pemupukan akan berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah
yang salah satunya dicirikan oleh ketersediaan bahan organik tanah. Ketersediaan
bahan organik salah satunya dapat meningkatkan infiltrasi tanah. Tujuan
penelitian untuk mengetahui pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan nitrogen
terhadap laju infiltrasi tanah, serta untuk mengetahui interaksi antara sistem olah
tanah dan pemupukan nitrogen terhadap laju infiltrasi tanah. Faktor pertama
adalah sistem olah tanah yaitu T1 = olah tanah intensif, T2 = olah tanah minimum,
T3 = tanpa olah tanah, dan faktor kedua adalah pemupukan nitrogen yaitu
N0 = 0 kg N ha-1 dan N1= 200 kg N ha-1. Data laju infiltrasi akhir diperoleh dari
nilai laju infiltrasi akhir yang tertera pada borang isian laju infiltrasi. Setelah laju
infiltrasi dari setiap perlakuan didapatkan, masing-masing laju infiltrasi
ditentukan klasifikasinya yang didasarkan pada klasifikasi laju infiltrasi tanah.
Nilai sorptivitas diperoleh dari jumlah air yang ditambahkan sebelum mencapai
titik laju infiltrasi konstan. Nilai sorptivitas sesuai teori diperoleh dengan
persamaan sebagai berikut : Sorptivitas (S) = Porositas (η) – Kadar Air awal.
Untuk mengetahui tingkat kepercayaan data dalam setiap ulangan digunakan
interval kepercayaan (CI) 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa olah tanah
konservasi cenderung meningkatkan laju infiltrasi dibanding olah tanah intensif.
Kombinasi pemupukan nitrogen 200 kg N ha-1 dengan tanpa olah tanah (N1T3)
cenderung meningkatkan laju infiltrasi lebih tinggi dibanding olah tanah intensif.
Namun demikian, kelas laju infiltrasi tanah pada setiap kombinasi perlakuan
sistem olah tanah dan pemupukan nitrogen termasuk ke dalam kelas sedang-cepat.
Kata kunci : infiltrasi tanah, pemupukan nitrogen, sistem olah tanah
Wahyu Kurniawan
PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMUPUKAN NITROGENJANGKA PANJANG TERHADAP LAJU INFILTRASI TANAH PADA
TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TAHUN KE-29 DI LAHANPOLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
Oleh
Wahyu Kurniawan
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan AgroteknologiFakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Wahyu Kurniawan, dilahirkan pada 28 Februari 1996 di
Majapahit, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah. Penulis adalah
anak pertama dari pasangan Bapak Ismail dan Ibu Sarwini.
Penulis menyelesaikan pendidikan di MI An-Nuur GUPPI Majapahit pada 2007,
MTs GUPPI 03 Astomulyo pada 2010, dan SMA Negeri 1 Punggur pada 2013.
Pada 2013, penulis melanjutkan pendidikan di Jurusan Agroteknologi, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SBMPTN).
Pada Juli sampai Agustus 2016 Penulis melaksanakan kegiatan Praktik Umum
(PU) di BALITTANAH KP Taman Bogo. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di Kampung Tanjung Anom, Kecamatan Terusan Nunyai,
Kabupaten Tulang Bawang Barat Pada Januari sampai Februari 2017. Penulis
pernah menjadi asisten dosen mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Tanah pada Tahun
2015/2016, Klimatologi Pertanian pada Tahun 2015/2016. Penulis juga menjadi
tutor BBQ Fakultas Pertanian. Penulis juga aktif di organisasi internal kampus
yaitu UKMF Forum Studi Islam Fakultas Pertanian menjadi Ketua Umum pada
tahun 2015/2016, UKMU Bina Rohani Islam Mahasiswa menjadi kepala
departemen kaderisasi pada tahun 2016 dan ketua umum pada tahun 2017, Badan
Semi Otonom Bimbingan Baca Qur’an menjadi ketua pada tahun 2018. Selain
itu, pada tahun 2016 penulis menjadi ketua Badan Pengurus Kampus Ikatan
Mahasiswa Muslim Pertanian Indonesia Universitas Lampung, tahun 2017-2019
penulis menjadi ketua Pusat Komunikasi Daerah Forum Silaturahmi Lembaga
Dakwah Kampus Provinsi Lampung. Penulis juga pernah aktif dalam PERMA
AGT (Persatuan Mahasiswa Agroteknologi) dan menjadi anggota biasa di tahun
2014/2015.
PERSEMBAHAN
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhAlhamdulillahirabbil’alamin... Alhamdulillahirabbil’alamin...
Alhamdulillahirabbil’alamin...
Segala puji dan syukur,Kupersembahkan karya sederhanaku ini kepada ayah dan ibuku tercinta yang
telah mencurahkan kasih sayang dan dukungan yang tiada hentinya. Bapak Prof.Dr. Ir. Muhajir Utomo, M.Sc., Dr. Ir. Afandi, M.P., dan Dr. Ir. Tamaluddin Syam,
M.S selaku pembimbing dan pembahas skripsi saya yang telah memberibimbingan selama penyusunan skripsi saya.
SertaAlmamater tercinta Universitas Lampung,
Semoga karya ini bermanfaat bagi banyak orang.Aamiin
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
MOTTO
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Diaakan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”
(QS. Muhammad : 7)
“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat,dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang
demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”
(QS. At-Taubah : 41)
“The Show Must Go On”
SANWACANA
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan seluruh proses penelitian
yang dituangkan dalam karya ilmiah (Skripsi) dengan judul “Pengaruh Sistem
Olah Tanah dan Pemupukan Nitrogen Jangka Panjang Terhadap Laju
Infiltrasi Tanah Pada Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Tahun Ke-29 di Lahan
Politeknik Negeri Lampung”
Selama melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak
mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini dengan kerendahan hati, penulis ingin menghaturkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung,
3. Ibu Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.S., M.Agr.Sc., selaku Ketua Bidang Ilmu
Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Lampung,
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo, M. Sc., selaku pembimbing pertama,
yang selalu sabar membimbing, memberi motivasi, masukan, saran, kritik,
arahan dalam penyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi,
5. Bapak Dr. Ir. Afandi, M.P., selaku pembimbing kedua, yang selalu sabar
membimbing, memberikan saran, kritik, masukan, dan motivasi dalam
menyelesaikan penulisan skripsi,
6. Bapak Dr. Ir. Tamaluddin Syam, M.S. selaku penguji atas segala saran dan
nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
7. Bapak Ir. Herry Susanto, M.P., selaku dosen pemimbing akademik atas
segala bimbingan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan studi di
Jurusan Agroteknologi Universitas Lampung.
8. Ayah dan Ibu serta adik-ku tercinta yang selalu memberikan motivasi,
limpahan kasih sayang, dan dukungan kepada penulis,
9. Saudaraku Pimpinan FOSI Fakultas Pertanian periode 2015/2016 : Adi,
Muhammad Ikhwan Alrasyid, Sofyan, David, Izza, Rindang Wicaksono,
Galang Indrajaya, Yogi, Andi, Aje, Diana, Dina, Desti, Nisa, Widya, Resti
Farida, Resti Puspa Kartika Sari, Ayu, Ema, Silfi, dan Syarifa.
10. Saudaraku Pimpinan Birohmah Kabinet Dihati : Dani, Rian, Hanif, Hamid,
Umar, Wicak, Galang, Erig, Triban, Teh Rizky, Uut, Ama, Dinati, Nisa,
Ajeng, Dini, Ayu, Hunaifi, Suci, dan Rova.
11. Saudaraku Pimpinan Birohmah Kabinet Siap Siaga : Dedi, Dona, Herwan,
Hilmi, Umar, Ridwan, Irvan, Adam, Alif, Affifah, Rifa, Syarifa, Dinati,
Qudwah, Resti, Riska, Citra, Eka, dan Bella.
12. Saudaraku BPH Puskomda Lampung 2017/2018 : Dedi, Herwan, Alif, Irvan,
Rian, Ridwan, Dona, Alrasyid, Ayu, Dinati, Retno, Melita, Teh Rizky,
Devisa, Affifah, Himmah, Khadijah, Pina, Ajeng, Ika, dan Endah.
13. Saudaraku sahabat asrama etos : Muhammad Ikhwan Alrasyid, Rizki Rian
Toni Tambunan, S.T., dan Rindang Wicaksono, S.P.
14. Saudaraku sobat hijrah 13 : Edius, Suhendri, Ridho, Rahmad, Triban, Arief,
Herwin, Fatkhul, Agus, Trio, Oki, Cahya, Haves, Zainuri, Wahyudi, Agum,
dan seluruh sobat hijrah 13.
15. Kakak-kakakku E5 crew : Ka Ridwan, Ka Debi, Ka Seta, Ka Yasin, Ka Putra,
Ka Rizki, Ka Sakban, Ka Imam, dan Ka Irham yang telah banyak
memberikan motivasi dan semangatnya.
16. Adik-adikku penerima manfaat beastudi etos Lampung 2018 : Wahyudi,
Amiza, Dendi, Rendi, Sahrul, Rifa’i, Rican, Khozin, Soni, dan Hilmi.
17. Sahabat-sahabatku Novita, Ratna, dan Siti Nurrohmah atas segala dukungan
dan kebersamaannya selama melaksanaan penelitian,
18. Teman-teman Agroteknologi angkatan 2013, atas dukungan dan kebersamaan
selama menjalani perkuliahan,
Semoga Allah SWT dapat membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada
penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pembaca. Aamiin
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Bandar Lampung,18 Februari 2019Penulis,
Wahyu Kurniawan
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR ISI........................................................................................................ i
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................vii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang dan Masalah..................................................................... 11.2. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 41.3. Kerangka Pemikiran.................................................................................. 41.4. Hipotesis ................................................................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Budidaya Tanaman Jagung ....................................................................... 92.2. Sistem Olah Tanah..................................................................................102.3. Pemupukan Nitrogen ..............................................................................122.4. Infiltrasi Tanah........................................................................................142.5. Pendugaan Infiltrasi ................................................................................162.6. Sorptivitas ...............................................................................................172.7. Model Persamaan Philip .........................................................................182.8. Nilai Perkiraan Rata-Rata, Standar Deviasi, dan Koefisien Variasi
untuk Sepuluh Sifat Tanah......................................................................18
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................213.2. Alat dan Bahan........................................................................................213.3. Metode Penelitian ...................................................................................223.4. Pelaksanaan Penelitian............................................................................223.5. Pengamatan
3.5.1. Variabel Utama ...........................................................................243.5.2. Variabel Pendukung ....................................................................26
3.6. Analisis Data ...........................................................................................27
ii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Laju Infiltrasi ..........................................................................................284.2. Klasifikasi Laju Infiltrasi ........................................................................304.3. Diagram rata-rata Laju Infiltrasi dengan Confidence Interval................334.4. Sorptivitas ...............................................................................................344.5. Rekapitulasi Analisis Ragam Variabel Pendukung Penelitian ...............37
4.5.1.Karbon Organik Tanah ..................................................................384.5.2.Berat Volume Tanah dan Porositas Tanah ....................................40
V. SIMPULAN DAN SARAN5.1. Simpulan .................................................................................................435.2. Saran .......................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................44
LAMPIRAN..................................................................................................47Tabel 14 – 51 ............................................................................................ 48-66
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Klasifikasi laju Infiltrasi Kohnke .....................................................................16
2. Nilai perkiraan rata-rata, standar deviasi, dan koefisien variasi untuksepuluh sifat tanah. ...........................................................................................18
3. Contoh Borang Pengisian Laju Infiltrasi ..........................................................26
4. Laju infiltrasi konstan pada setiap perlakuan ...................................................28
5. Hasil klasifikasi laju infiltrasi pada setiap perlakuan .......................................30
6. Tekstur tanah pada kedalaman 0--20 cm dan 20--40 cm .................................32
7. Jumlah air yang ditambahkan sebelum mencapai laju infiltrasi konstant ........34
8. Nilai sorpsivitas berdasarkan persamaan Philip ...............................................36
9. Rekapitulasi analisis ragam pengaruh sistem olah tanah dan pemupukanN terhadap sifat tanah.......................................................................................37
10. Pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan N terhadap Karbon OrganikTanah..............................................................................................................38
11. Berat volume tanah dan porositas tanah akibat penerapan berbagaisistem olah tanah dan pemupukan Nitrogen pada kedalaman 5 cm ..............41
12. Uji BNT pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan nitrogen jangkapanjang terhadap bulk density ........................................................................41
13. Uji BNT pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan nitrogen jangkapanjang terhadap porositas.............................................................................42
14. Rekapitulasi pengisian laju infiltrasi pada perlakuan 0 Kg N ha-1
+ olah tanah intensif (Kelompok 1) ...............................................................48
iv
Tabel Halaman
15. Rekapitulasi pengisian laju infiltrasi pada perlakuan 0 Kg N ha-1
+ olah tanah intensif (Kelompok 2) ...............................................................48
16. Rekapitulasi pengisian laju infiltrasi pada perlakuan 0 Kg N ha-1
+ olah tanah intensif (Kelompok 3) ...............................................................49
17. Rekapitulasi pengisian laju infiltrasi pada perlakuan 0 Kg N ha-1
+ olah tanah intensif (Kelompok 4) ...............................................................49
18. Rekapitulasi pengisian laju infiltrasi pada perlakuan 0 Kg N ha-1
+ olah tanah minimum (Kelompok 1)............................................................50
19. Rekapitulasi pengisian laju infiltrasi pada perlakuan 0 Kg N ha-1
+ olah tanah minimum (Kelompok 2)............................................................50
20. Rekapitulasi pengisian laju infiltrasi pada perlakuan 0 Kg N ha-1
+ olah tanah minimum (Kelompok 3)............................................................51
21. Rekapitulasi pengisian laju infiltrasi pada perlakuan 0 Kg N ha-1
+ olah tanah minimum (Kelompok 4)............................................................51
22. Rekapitulasi pengisian laju infiltrasi pada perlakuan 0 Kg N ha-1
+ Tanpa olah tanah (Kelompok 1) .................................................................52
23. Rekapitulasi pengisian laju infiltrasi pada perlakuan 0 Kg N ha-1
+ Tanpa olah tanah (Kelompok 2) .................................................................52
24. Rekapitulasi pengisian laju infiltrasi pada perlakuan 0 Kg N ha-1
+ Tanpa olah tanah (Kelompok 3) .................................................................53
25. Rekapitulasi pengisian laju infiltrasi pada perlakuan 0 Kg N ha-1
+ Tanpa olah tanah (Kelompok 4) .................................................................53
26. Rekapitulasi pengisian laju infiltrasi pada perlakuan 200 Kg N ha-1
+ olah tanah intensif (Kelompok 1) ..............................................................54
27. Rekapitulasi pengisian laju infiltrasi pada perlakuan 200 Kg N ha-1
+ olah tanah intensif (Kelompok 2) ..............................................................54
28. Rekapitulasi pengisian laju infiltrasi pada perlakuan 200 Kg N ha-1
+ olah tanah intensif (Kelompok 3) ..............................................................55
29. Rekapitulasi pengisian laju infiltrasi pada perlakuan 200 Kg N ha-1
+ olah tanah intensif (Kelompok 4) ..............................................................55
v
Tabel Halaman
30. Rekapitulasi pengisian laju infiltrasi pada perlakuan 200 Kg N ha-1
+ olah tanah minimum (Kelompok 1)...........................................................56
31. Rekapitulasi pengisian laju infiltrasi pada perlakuan 200 Kg N ha-1
+ olah tanah minimum (Kelompok 2)...........................................................56
32. Rekapitulasi pengisian laju infiltrasi pada perlakuan 200 Kg N ha-1
+ olah tanah minimum (Kelompok 3)...........................................................57
33. Rekapitulasi pengisian laju infiltrasi pada perlakuan 200 Kg N ha-1
+ olah tanah minimum (Kelompok 4)...........................................................57
34. Rekapitulasi pengisian laju infiltrasi pada perlakuan 200 Kg N ha-1
+ Tanpa olah tanah (Kelompok 1) ................................................................58
35. Rekapitulasi pengisian laju infiltrasi pada perlakuan 200 Kg N ha-1
+ Tanpa olah tanah (Kelompok 2) ................................................................58
36. Rekapitulasi pengisian laju infiltrasi pada perlakuan 200 Kg N ha-1
+ Tanpa olah tanah (Kelompok 3) ................................................................59
37. Rekapitulasi pengisian laju infiltrasi pada perlakuan 200 Kg N ha-1
+ Tanpa olah tanah (Kelompok 4) ................................................................59
38. Data kadar air, bulk density, dan kadar air volumetrik ..................................60
39. Data kadar air volumetrik, Porositas, dan nilai sorptivitas ............................60
40. Nilai interval kepercayaan dari setiap perlakuan ...........................................61
41. Data bulk density akibat penerapan berbagai sistemolah tanah dan pemupukan Nitrogen kedalaman 5 cm ..................................61
42. Bulk density akibat penerapan berbagai sistemolah tanah dan pemupukan Nitrogen pada kedalaman 5 cm..........................62
43. Uji bartlett bulk density akibat penerapan berbagai sistemolah tanah dan pemupukan Nitrogen pada kedalaman 5 cm..........................62
44. Analisis ragam bulk density akibat penerapan berbagai sistemolah tanah dan pemupukan Nitrogen pada kedalaman 5 cm..........................63
45. Data porositas tanah akibat penerapan berbagai sistem olah tanah danpemupukan Nitrogen pada kedalaman 5 cm ..................................................63
vi
Tabel Halaman
46. Porositas tanah akibat penerapan berbagai sistem olah tanahdan pemupukan Nitrogen pada kedalaman 5 cm ...........................................64
47. Uji bartlett porositas tanah akibat penerapan berbagai sistem olahtanah dan pemupukan Nitrogen pada kedalaman 5 cm..................................64
48. Analisis ragam porositas tanah akibat penerapan berbagai sistemolah tanah dan pemupukan Nitrogen pada kedalaman 5 cm..........................65
49. C-organik tanah akibat penerapan berbagai sistem olah tanahdan pemupukan Nitrogen ...............................................................................65
50. Uji bartlett C-organik tanah akibat penerapan berbagai sistemolah tanah dan pemupukan Nitrogen pada kedalaman 5 cm.........................66
51. Analisis ragam C-organik tanah akibat penerapan berbagai sistemolah tanah dan pemupukan Nitrogen pada kedalaman 5 cm..........................66
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Double ring infiltrometer .............................................................................25
2. Diagram rata-rata laju infiltrasi dan selang kepercayaanpada setiap perlakuan ...................................................................................33
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Jagung merupakan komoditas pangan setelah padi yang memiliki peranan cukup
penting di Indonesia. Hal ini ditunjukan oleh tingginya produksi jagung di
Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2014 mecatat produksi jagung
di Indonesia sebesar 19,0 juta ton. Peningkatan produksi mulai terjadi pada tahun
2015 menjadi 19,6 juta ton. Pada tahun 2016 produksi jagung masih melanjutkan
tren peningkatan dengan capaian produksi sebesar 23,6 juta ton. Puncaknya, pada
tahun 2017 produksi jagung sudah mencapai 28,9 juta ton (BPS,2015).
Jagung merupakan komoditas strategis sebagai sumber karbohidrat kedua setelah
beras dan juga sebagai bahan baku pakan ternak, yang berarti jagung mempunyai
peran penting dalam penyediaan protein hewani. Jagung menjadi salah satu
tanaman pangan yang berkontribusi dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi
nasional. Hal tersebut yang menyebabkan permintaan jagung terus meningkat,
sehingga kapasitas produksi jagung harus ditingkatkan untuk memenuhi
permintaan pasar (Chafid, 2016).
Faktor-faktor yang meliputi sifat atau karakter agroklimat, intensitas dari jenis
hama dan penyakit, varietas yang ditanam, umur panen serta teknologi usaha tani
2
menjadi tantangan dalam upaya peningkatan produktivitas jagung petani.
Intensifikasi usaha tani menjadi salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan produktivitas jagung petani.
Salah satu intensifikasi usaha tani untuk meningkatkan produktivitas lahan adalah
pengolahan tanah yang tepat. Proses ini perlu dilakukan mengingat tanah-tanah di
Indonesia tergolong tanah suboptimal yang membutuhkan pengolahan tanah yang
baik dan tepat. Teknologi pengolahan tanah merupakan salah satu dari
pengelolaan tanah dalam pertanian. Pengolahan tanah dapat diartikan sebagai
kegiatan manipulasi mekanik terhadap tanah (Rachman A. dkk,2004). Meskipun
pekerjaan mengolah tanah secara teratur dianggap penting, tetapi pengolahan
tanah intensif dapat menyebabkan kerusakan struktur tanah, mempercepat erosi
dan menurunkan kadar bahan organik di dalam tanah.
Atas dasar hal tersebut diatas, diperlukan sistem pengolahan tanah yang baik yaitu
pengolahan tanah yang tidak menyebabkan kerusakan tanah secara signifikan
serta dapat meningkatkan produksi tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan
yang terdapat pada pasal 7 UU RI no. 12 Tahun 1992 tentang sistem budidaya
tanaman, bahwa pengelolaan lahan wajib mengikuti tata cara yang dapat
mencegah timbulnya kerusakan lingkungan hidup dan pencemaran lingkungan
berdasarkan azas manfaat, lestari, dan berkelanjutan.
Selain pengolahan tanah yang baik, usaha untuk meningkatkan produksi tanaman
jagung juga dapat dilakukan dengan pemupukan. Pemupukan merupakan kegiatan
yang dilakukan untuk menambahkan unsur hara kedalam tanah yang dapat
meningkatkan pertumbuhan dan hasil produksi tanaman. Unsur hara yang
3
dibutuhkan tanaman ada yang dibutuhkan dalam jumlah besar (makro) dan dalam
jumlah kecil (mikro). Unsur hara makro terdiri atas unsur hara makro primer (N,
P, dan K), dan unsur hara makro sekunder (Ca, Mg, dan S). Diantara unsur hara
tersebut, nitrogen merupakan salah satu unsur hara yang penting bagi tanaman.
Menurut Utomo dkk (2016) nitrogen adalah unsur mineral yang dibutuhkan
tanaman dalam jumlah besar. Nitrogen berfungsi sebagai konstituen dari banyak
komponen sel tumbuhan,termasuk asam amino dan asam nukleat. Oleh karena
itu, pasokan nitrogen dalam tanah merupakan faktor yang sangat penting dalam
kaitannya dengan pemeliharaan atau peningkatan kesuburan tanah yang akan
mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Pengolahan tanah dan pemupukan akan berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah
yang salah satunya dicirikan oleh ketersediaan bahan organik tanah. Menurut
Utomo dkk. (2016) bahan organik tanah merupakan komponen penyusun tanah
penting yang mempengaruhi sifat biologi, fisika, dan kimia tanah. Bahan organik
tanah terdiri dari bahan organik mati dan bahan organik hidup. Termasuk ke
dalam bahan organik hidup adalah organisme yang ada di dalam tanah, seperti
akar tanaman, fauna makro dan meso, protista, fungi, dan monera. Bahan organik
mati adalah bahan organik di dalam tanah yang telah mengalami dekomposisi.
Aktivitas biota tanah mendekomposisi bahan organik menghasilkan asam-asam
organik dan senyawa organik lain termasuk senyawa humik yang digolongkan
sebagai bahan organik mati. Bahan organik khususnya asam organik termasuk
senyawa humik berperan dalam pembentukan agregat tanah, sehingga sangat
mempengaruhi pembentukan struktur tanah. Perbaikan struktur tanah akibat
4
penambahan bahan organik selanjutnya menurunkan bobot isi, meningkatkan
porositas, infiltrasi, aerasi, dan permeabilitas tanah.
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini dapat dirumuskan dalam
pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah sistem pengolahan tanah mampu mempengaruhi laju infiltrasi ?
2. Apakah aplikasi pupuk N mampu mempengaruhi laju infiltrasi ?
3. Apakah terjadi interaksi antara sistem olah tanah dan aplikasi pupuk N
terhadap laju infiltrasi ?
1.2 Tujuan
Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka
tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh sistem pengolahan tanah terhadap laju infiltrasi.
2. Mengetahui pengaruh aplikasi pupuk N terhadap laju infiltrasi.
3. Mengetahui pengaruh interaksi antara sistem olah tanah dan aplikasi pupuk N
terbaik terhadap laju infiltrasi.
1.3 Kerangka Pemikiran
Jagung merupakan komoditas strategis sebagai sumber karbohidrat kedua setelah
beras dan juga sebagai bahan baku pakan ternak, yang berarti jagung mempunyai
peran penting dalam penyediaan protein hewani. Jagung menjadi salah satu
tanaman pangan yang berkontribusi dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi
nasional. Hal tersebut yang menyebabkan permintaan jagung terus meningkat,
5
sehingga kapasitas produksi jagung harus ditingkatkan untuk memenuhi
permintaan pasar (Chafid, 2016).
Peningkatan produksi jagung per satuan lahan dapat dilakukan dengan pengolahan
tanah yang tepat dan pemupukan. Pengolahan tanah merupakan satu rangkaian
penting dalam setiap proses budidaya tanaman. Tujuannya adalah untuk
mencampur dan menggemburkan tanah, mengontrol tanaman pengganggu,
mencampur sisa tanaman dengan tanah, dan menciptakan kondisi kegemburan
tanah yang baik untuk pertumbuhan akar (Gill and Vanden Berg, 1967 dalam
Rachman A. dkk,2004).
Jagung dapat tumbuh pada lahan dengan sistem olah tanah intensif (OTI) maupun
olah tanah konservasi (OTK). Menurut Utomo (2015), dalam olah tanah secara
intensif tanah diolah minimal dua kali, permukaan tanah bersih dari rerumputan
dan mulsa, dan lapisan tanah diusahakan cukup gembur agar perakaran tanaman
dapat berkembang dengan baik. Permukaan lahan yang bersih dan gembur
memang memudahkan penanaman benih, tetapi tidak mampu menahan laju aliran
air permukaan yang mengalir deras, sehingga banyak partikel tanah yang
mengandung humus dan hara tergerus dan terbawa oleh air ke hilir. Kegemburan
tanah pada olah tanah intensif ini dapat memudahkan laju penyerapan air ke
dalam tanah.
Olah tanah konservasi merupakan teknologi penyiapan lahan yang berwawasan
lingkungan. Utomo (2015) mendefinisikan olah tanah konservasi (OTK)
merupakan langkah memanipulasi tanah seminimal mungkin, bahkan kalau
mungkin tanah tidak diolah sama sekali. Persiapan lahan dan manajemen mulsa
6
merupakan kegiatan budidaya OTK penting karena yang menentukan berhasil
atau tidaknya budidaya ini dalam meningkatkan konservasi tanah dan
produktivitas lahan. Olah tanah konservasi (OTK) meliputi olah tanah minimum
(OTM) dan tanpa olah tanah (TOT).
Pengolahan tanah minimum adalah pengolahan tanah yang dilakukan terbatas atas
seperlunya saja menurut kontur, misalnya sekitar lubang penanaman dan frekuensi
pengolahan tanah sedikit. Kegunaan utama adalah untuk mengurangi erosi tanah
(Jayasumarta, 2012). Sedangkan pada sistem tanpa olah tanah, permukaan tanah
dibiarkan tidak terganggu kecuali alur kecil atau lubang tugalan untuk
penempatan benih. Sebelum tanam, gulma dikendalikan dengan herbisida layak
lingkungan, yaitu yang mudah terdekomposisi dan tidak menimbulkan kerusakan
tanah dan sumberdaya lingkungan lainnya (Utomo, 2015). Kedua sistem olah
tanah ini mempertahankan struktur tanah salah satunya yaitu kepadatan tanah
yang tetap karena tanah tidak diolah sama sekali. Oleh karena kemampuan tanah
dalam menyerap air pun rendah.
Sistem olah tanah juga berpengaruh terhadap laju mineralisasi N tanah, potensial
N organik termineralisasi dan net N termineralisasi (Fuady,2010). Pengolahan
tanah yang tidak mengindahkan kaidah konservasi tanah dan air akan memicu
pencucian hara. Penelitian jangka panjang di Lampung membuktikan bahwa OTI
sebagai cara persiapan yang banyak dilakukan petani justru memicu pencucian
nitrat 9,7% lebih besar dibandingkan dengan olah tanah konservasi (OTK).
Sedangkan dalam olah tanah konservasi proses manipulasi tanah dikurangi,
sehingga dengan hal tersebut proses mineralisasi hara pada tanah OTK dapat
7
dikurangi sehingga peluang terjadinya pencucian hara akan berkurang. Selain itu,
dengan adanya mulsa residu tanaman dan gulma, proses aliran permukaan dan
perlokasi juga diperlambat, sehingga erosi dan pencucian hara termasuk nitrat
dapat dikurangi. Lebih rendahnya pencucian nitrat pada OTK disebabkan oleh
lebih rendahnya laju nitrifikasi amonium menjadi nitrat akibat tidak diolahnya
permukaan tanah, sehingga produksi nitrat tidak berkelebihan dan peluang
tercucinya nitrat makin sedikit (Utomo dkk, 2016).
Pengolahan tanah dan pemupukan akan berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah
yang salah satunya dicirikan oleh ketersediaan bahan organik tanah. Pemupukan
nitrogen dapat meningkatkan efisiensi penyerapan C dalam tanah. Hal ini
ditunjukkan pada penelitian Gang li dkk (2017) pemupukan N mengurangi
dekomposisi bahan organik tanah dan meningkatkan efisiensi penyerapan C dalam
tanah melalui porsi residu tanaman yang tidak terurai. Unsur hara C merupakan
salah satu komponen penyusun bahan organik.
Menurut Utomo dkk. (2016) bahan organik tanah merupakan komponen penyusun
tanah penting yang mempengaruhi sifat biologi, fisika, dan kimia tanah. Bahan
organik khususnya asam organik termasuk senyawa humik berperan dalam
pembentukan agregat tanah, sehingga sangat mempengaruhi pembentukan
struktur tanah. Perbaikan struktur tanah akibat penambahan bahan organik salah
satunya dapat menurunkan bobot isi dan meningkatkan infiltrasi. Infiltrasi tanah
merupakan laju masuknya air ke dalam tanah. Jika cukup air, maka air infiltrasi
akan bergerak terus ke bawah yaitu ke dalam profil tanah. Laju infiltrasi
didefinisikan sebagai volume air yang melewati tanah per unit luas per unit waktu,
8
laju infiltrasi memiliki dimensi kecepatan, LT-1, di mana L = panjang dan T =
waktu. Beberapa perbedaan aliran mungkin terjadi ketika bagian depan
pembasahan bergerak ke bawah melalui tanah; dan, dalam beberapa kondisi,
bahkan dengan cincin atau baskom besar, aliran yang berbeda tidak dapat
diabaikan (Johnson, 1963).
Oleh karena itu kajian terhadap perbedaan sistem olah tanah dan pemupukan
nitrogen jangka panjang di pertanaman jaung (Zea mays L) terhadap laju infiltrasi
penting dilakukan.
1.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dibuat maka disusun hipotesis
sebagai berikut:
1. Laju infiltrasi tanah pada sistem olah tanah intensif (OTI) lebih tinggi
dibandingkan dengan sistem olah tanah konservasi.
2. Laju infiltrasi tanah pada dosis pupuk N1 (200 kg ha-1) lebih tinggi
dibandingkan N0 (0 kg ha-1).
3. Terdapat interaksi antara sistem olah tanah dan pemberian pupuk nitrogen
jangka panjang terhadap laju infiltrasi tanah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Budidaya Tanaman Jagung
Jagung selain untuk keperluan pangan, juga digunakan untuk bahan baku industri
pakan ternak, maupun ekspor. Teknologi produksi jagung sudah banyak
dihasilkan oleh lembaga penelitian dan pengkajian lingkup Badan Litbang
Pertanian maupun Perguruan Tinggi, namun belum banyak diterapkan di
lapangan. Penggunaan pupuk urea misalnya ada yang sampai 600 kg ha-1 jauh
lebih tinggi dari kisaran yang seharusnya diberikan yaitu 350-400 kg ha-1.
Teknologi pasca panen yang masih sederhana mengakibatkan kualitas jagung di
tingkat petani tergolong rendah sehingga harganya menjadi rendah. hal ini
dikarenakan petani pada umumnya menjual jagungnya segera setelah panen. Cara
pengeringan yang banyak dilakukan, yaitu pengeringan di pohon sampai kadar air
23-25% baru dipanen dan langsung dipipil yang selanjutnya dijual (Balai
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008).
Tanaman jagung toleran terhadap tanah yang memiliki tingkat kemasaman pada
kisaran pH 5,6–7,5 dengan ketinggian 1000–1800 m dpl. Namun ketinggian
tempat yang optimum untuk budidaya jagung antara 50–600 m dpl. Untuk
tumbuh dengan optimal, jagung menghendaki penyinaran matahari yang penuh,
jika di tempat yang teduh pertumbuhan jagung akan merana dan tidak mampu
10
membentuk buah. Tanaman jagung membutuhkan air sekitar 100–140 mm/bulan.
Oleh sebab itu penanaman dilakukan dengan memperhatikan curah hujan dan
penyebarannya.Suhu yang dikehendaki tanaman jagung untuk pertumbuhan
terbaiknya antara 21°C–34°C (Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian
Aceh, 2009).
Pengolahan tanah untuk penanaman jagung dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu
olah tanah sempurna (OTS) dan tanpa olah tanah (TOT) bila lahan gembur.
Namun bila tanah berkadar liat tinggi sebaiknya dilakukan pengolahan tanah
sempurna (intensif). Pada lahan yang ditanami jagung dua kali setahun,
penanaman pada musim penghujan (rendeng) tanah diolah sempurna dan pada
musim tanam berikutnya (musim gadu) penanaman dapat dilakukan dengan tanpa
olah tanah untuk mempercepat waktu tanam (Balai Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008).
2.2 Sistem Olah Tanah
Teknologi pengolahan tanah merupakan salah satu dari pengelolaan tanah dalam
pertanian. Pengolahan tanah dapat diartikan sebagai kegiatan manipulasi mekanik
terhadap tanah (Rachman A. dkk,2004). Dengan mengolah tanah diharapkan
aerasi tanah meningkat dan pertumbuhan gulma menurun, sehingga ketersediaan
unsur hara meningkat, yang akhirnya tanaman akan tumbuh dan berproduksi
dengan baik (Utomo, 2015).
Menurut Utomo (2015), dalam olah tanah secara intensif tanah diolah minimal
dua kali, permukaan tanah bersih dari rerumputan dan mulsa, dan lapisan tanah
11
diusahakan cukup gembur agar perakaran tanaman dapat berkembang dengan
baik. Permukaan lahan yang bersih dan gembur memang memudahkan
penanaman benih, tetapi tidak mampu menahan laju aliran air permukaan yang
mengalir deras, sehingga banyak partikel tanah yang mengandung humus dan hara
tergerus dan terbawa oleh air ke hilir. Sebaliknya pada musim kemarau, oleh
karena laju evaporasi cukup tinggi maka lapisan olah tanah yang tanpa ditutupi
mulsa tersebut tidak mampu menahan aliran uap air ke atas sehingga tanaman
mengalami kekeringan dan produktivitas lahan menurun. Selain itu, karena
adanya pengolahan tanah aerasi meningkat sehingga pelapukan bahan organik
tanah yang menghasilkan gas CO2 pun meningkat.
Olah tanah konservasi merupakan teknologi penyiapan lahan yang berwawasan
lingkungan. Utomo (2015) mendefinisikan olah tanah konservasi (OTK)
merupakan langkah memanipulasi tanah seminimal mungkin, bahkan kalau
mungkin tanah tidak diolah sama sekali. Persiapan lahan dan manajemen mulsa
merupakan kegiatan budidaya OTK penting karena yang menentukan berhasil
atau tidaknya budidaya ini dalam meningkatkan konservasi tanah dan
produktivitas lahan. Olah tanah konservasi (OTK) meliputi olah tanah minimum
(OTM) dan tanpa olah tanah (TOT).
Sistem tanpa olah tanah adalah suatu sistem olah tanah yang bertujuan untuk
menyiapkan lahan agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi optimum, dengan
tetap memperhatikan konservasi tanah dan air. Teknologi tanpa olah tanah (TOT)
merupakan rumpun teknologi olah tanah konservasi (OTK) paling ekstrem.
Permukaan tanah pada sistem TOT dibiarkan tidak terganggu kecuali alur kecil
12
atau lubang tugalan untuk penempatan benih. Sebelum tanam, gulma
dikendalikan dengan herbisida layak lingkungan, yaitu yang mudah
terdekomposisi dan tidak menimbulkan kerusakan tanah dan sumberdaya
lingkungan lainnya (Utomo, 2015). Manfaat tanpa olah tanah untuk mengurangi
risiko pemadatan dan meningkatkan kualitas struktural meningkat dalam jangka
panjang. Manajemen tanpa olah tanah dapat memiliki efek positif pada sifat fisik
tanah dengan tergantung pada tingkat kelas tekstur tanah dan durasi manajemen
(Blanco-Canqui dkk, 2018).
Pada metode TOT ini manfaat lain yang didapatkan adalah pengurangan atau
pencegahan erosi tanah dan pemeliharaan kesuburan tanah. Selain itu, ada
penghematan yang pasti dalam investasi dan waktu mesin diperlukan untuk
persiapan persemaian. Sistem pertanian konservasi ini mungkin juga mengurangi
polusi dari lahan pertanian (Lal, 1985).
Pengolahan tanah minimum adalah pengolahan tanah yang dilakukan terbatas atas
seperlunya saja menurut kontur, misalnya sekitar lubang penanaman dan frekuensi
pengolahan tanah sedikit. Kegunaan utama adalah untuk mengurangi erosi tanah
(Jayasumarta, 2012).
2.3 Pemupukan Nitrogen
Nitrogen adalah unsur mineral yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar.
Nitrogen berfungsi sebagai konstituen dari banyak komponen sel tumbuhan,
termasuk asam amino dan asam nukleat. Oleh karena itu, kekurangan nitrogen
sangat menghambat pertumbuhan tanaman. Jika kekurangan tersebut berlanjut,
13
sebagian besar akan menunjukkan gejala klorosis (daun menguning), terutama
pada daun tua bagian bawah tanaman. Nitrogen dapat diserap tanaman dalam
tanah dalam bentuk organik atau anorganik. Tetapi konsentrasi senyawa ini tidak
semua dapat diukur dengan cara analisis tanah rutin. Tanaman menyerap nitrogen
dari dalam larutan tanah dalam bentuk kation amonium (NH4+) dan anion nitrat
(NO3) (Utomo dkk, 2016).
Sumber nitrogen berasal dari proses mineralisasi yang dilakukan oleh
mikroorganisme tanah. Sumber nitrogen lain yang tersedia untuk tanaman adalah
dari pupuk N yang tersisa di dalam tanah dari aplikasi pupuk sebelumnya
(residual ntrogen), yang mungkin ada dalam bentuk nitrogen anorganik, atau sisa
tanaman dan biomassa mikroba tanah. Selain sisa nitrogen yang terdapat dalam
tanah dari pertanaman sebelumnya, nitrogen juga didapat dari pemberian pupuk
rekomendasi untuk tanaman yang didasarkan pada kebutuhan tanaman akan
nitrogen untuk mendapatkan hasil yang diharapkan (Utomo dkk, 2016).
Hasil penelitian Wen dkk (2017) mengungkapkan bahwa mineralisasi N organik
adalah proses dominan yang menopang jumlah tanah yang disuplai N,
memberikan kontribusi 81,51-121,54 kg N hm-2a di bawah pola pemanfaatan
lahan yang berbeda. Proses seperti pengendapan N atmosfer, dekomposisi serasah
dan limpasan permukaan dapat mempengaruhi jumlah tanah yang disuplai N juga.
Secara rinci, deposisi N atmosfer berkontribusi 11,88–27,79 kg N hm-2a ke tanah
yang dipasok N. Pembusukan serasah di hutan konifer, berdaun lebar dan
campuran memberikan 57,31-59,26 kg N hm-2a ke tanah yang disuplai N, yang
menyumbang lebih dari setengah dari N disediakan oleh mineralisasi N organik.
14
Limpasan permukaan mengurangi tanah yang disuplai N sekitar 14,78% (73,57 kg
N hm-2a) di hutan semak. Kapasitas pasokan N tanah di bawah berbagai jenis
penggunaan lahan berkisar antara 1,43 hingga 8,30, yang mengindikasikan
kesuburan yang cukup untuk pertumbuhan tanaman dan permintaan yang terus-
menerus untuk pengelolaan N tanah.
2.4 Infiltrasi Tanah
Infiltrasi sebagai masuknya air ke bawah ke tanah, dan laju infiltrasi (kapasitas
infiltrasi) sebagai tingkat maksimum di mana tanah akan menyerap air yang
tertampung di permukaan pada kedalaman yang dangkal. Laju infiltrasi
didefinisikan sebagai volume air yang melewati tanah per unit luas per unit waktu,
laju infiltrasi memiliki dimensi kecepatan, LT-1, di mana L = panjang dan T =
waktu. Beberapa perbedaan aliran mungkin terjadi ketika bagian depan
pembasahan bergerak ke bawah melalui tanah; dan, dalam beberapa kondisi,
bahkan dengan cincin atau baskom besar, aliran yang berbeda tidak dapat
diabaikan (Johnson, 1963).
Kecepatan infiltrasi, yang dikenal juga sebagai laju asupan, telah ditentukan
sebagai volume air bergerak ke bawah ke permukaan tanah per unit luas per unit
waktu dan memiliki dimensi kecepatan. Kecepatan infiltrasi maksimum setara
dengan laju infiltrasi. Karena definisi ini tidak melibatkan batasan pada area
aplikasi atau perbedaan aliran dalam tanah, deskripsi metode pengukuran harus
ditentukan. Dalam pekerjaan tanah, laju infiltrasi atau kecepatan biasanya
dilaporkan dalam inci per jam atau sentimeter per jam. Kadang-kadang mereka
dilaporkan dalam kaki per tahun atau kaki per hari (Johnson, 1963).
15
Hasil penelitian de Almeida dkk (2017) infiltrasi air ke dalam tanah lebih
dipengaruhi oleh tutupan vegetasi, tergantung pada tipe penggunaan lahan,
daripada oleh sistem pengolahan tanah. Kami menemukan bahwa pada awalnya,
pengolahan tanah menyebabkan perubahan yang lebih besar pada infiltrasi air
daripada efek tutupan vegetasi, seperti yang diverifikasi di tanah kosong dan
kedelai dengan sistem pengolahan tanah konvensional. Selain itu, infiltrasi air
cenderung lebih kecil di daerah di bawah tanah gundul daripada di daerah di
bawah sistem konservasi tanah.
Zhipeng dkk (2017) mengatakan tipe penggunaan lahan juga secara signifikan
mempengaruhi tidak hanya nilai-nilai karakteristik infiltrasi tetapi juga variabilitas
spasial keseluruhan dan skala spesifik mereka. Olah tanah ditemukan memiliki
dampak besar pada karakteristik infiltrasi. Faktor yang mendominasi karakteristik
infiltrasi adalah skala dan spesifik juga bervariasi dengan tipe penggunaan lahan.
Besarnya laju infiltrasi yang terjadi pada suatu tempat akan berbeda-beda dengan
tempat lain dan begitu juga dengan waktu. Hal ini sangat dipengaruhi oleh: (a)
faktor tanah seperti; tekstur, struktur, jenis mineral klei, stabilitasi agregat,
pemadatan tanah, kadar air tanah, dan ketebalan serta komposisi lapisan atau
horizon penyusun profil tanah; (b) faktor tanaman, seperti kanopi, batang dan
sistem perakaran tanaman; (c) kelerengan, terutama kapasitas infiltrasi konstan;
(d) temperatur yang mempengaruhi kekentalan (viscosity) air; dan (e) perubahan
musim dan tataguna tanah (Utomo dkk, 2016).
16
Johnson (1963) mengungkapkan faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi.
Infiltrasi tergantung pada kondisi kimia-fisik sedimen dan karakteristik hidraulik
chenciical dari air dalam sedimen tersebut, yang keduanya dapat berubah seiring
waktu. Tingkat infiltrasi dipengaruhi oleh tekstur dan struktur sedimen (tanah),
kondisi permukaan sedimen, distribusi kelembaban tanah atau tegangan
kelembaban tanah, sifat kimia dan fisik air, kepala air yang diaplikasikan,
kedalaman ke air tanah, lamanya waktu aplikasi air, aktivitas biologis, suhu air
dan sedimen, persentase udara yang terperangkap dalam sedimen, tekanan
atmosfer, dan jenis peralatan atau metode yang digunakan.
Laju infiltrasi di klasifikasikan oleh Kohnke (Sumber : Kohnke 1968 dalam
Sofyan, 2006) seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi laju Infiltrasi Kohnke
KelasLaju Infiltrasi Konstant
(mm jam-1)Laju Infiltrasi Konstant
(cm jam-1)Sangat Lambat 1 0,1Lambat 1 - 5 0,1 – 0,5Sedang-Lambat 5 - 20 0,5 – 2Sedang 20 - 65 2 – 6,5Sedang-Cepat 65 - 125 6,5 – 12,5Cepat 125 – 250 12,5 – 25Sangat Cepat >250 >25
2.5 Pendugaan Infiltrasi
Laju infiltrasi dapat diukur di lapangan dengan mengukur curah hujan, aliran
permukaan, dan menduga faktor-faktor lain dari siklus air, atau menghitung laju
infiltrasi dengan analisis hidrograf. Mengingat cara tersebut memerlukan biaya
yang relatif mahal, maka penetapan infiltrasi sering dilakukan pada luasan yang
17
sangat kecil dengan menggunakan suatu alat yang dinamai infiltrometer. Ada
beberapa macam infiltrometer yang dapat digunakan untuk menetapkan laju
infiltrasi, yaitu: (1) ring infiltrometer (single atau double/concentric-ring
infiltrometer); (2) wells, auger hole permeameter; (3) pressure infiltrometer; (4)
closed-top permeameter; (5) crust test; (6) tension and disc infiltrometer; (7)
driper; dan (8) rainfall (Dariah dkk, 2006).
Keunggulan dari penggunaan ring infiltrometer dibandingkan dengan beberapa
alat lainnya adalah relatif murah, mudah untuk menggunakan dan menganalisis
datanya, serta tidak memerlukan keterampilan yang tinggi dari penggunanya.
Kelemahan dari alat ini adalah peluang untuk terjadinya gangguan terhadap tanah
relatif tinggi (Dariah dkk, 2006).
2.6 Sorptivitas
Sorptivitas didefinisikan sebagai konstanta proporsionalitas infiltrasi kumulatif
dan diatur oleh sifat fisik permukaan tanah seperti tekstur, derajat agregasi dan
stabilitas agregat (Shaver dkk, 2012).
Aribisala (2007) menyampaikan sorptivitas adalah parameter tunggal yang dapat
digunakan untuk mengukur air yang masuk ke dalam tanah pada waktu tertentu,
memprediksi resapan air tanah dan erosi tanah, menentukan konduktivitas hidrolik
jenuh serta memprediksi difusivitas air tanah.
18
2.7 Model Persamaan Philip
Beberapa contoh model estimasi laju infiltrasi dalam kondisi kesetimbangan
(steady state) dikemukakan oleh Philips yaitu sebagai berikut:
dimana: i = kumulatif infiltrasi; S=S (θo, θi) adalah sorptivity, merupakan fungsi
dari kadar air boundary dan kadar air awal. Cara sederhana untuk mengukur
sorptivity adalah dengan menetapkan kemiringan dari I (laju infiltari) versus t1/2
pada saat awal (initial values dari t); Ks= konduktivitas hidrolik dalam keadaan
jenuh atau steady infiltrability.
dimana: f = kapasitas infiltrasi atau laju maksimum infiltrasi pada suatu saat (cm
jam-1); fc = kapasitas infiltrasi pada saat infiltrasi telah konstan (steady state); fo
= laju infiltrasi awal; k = konstanta yang menggambarkan fungsi; dan t adalah
waktu (Dariah dkk, 2006).
2.8 Nilai Perkiraan Rata-Rata, Standar Deviasi, dan Koefisien Variasi UntukSepuluh Sifat Tanah.
Tabel. 2 Nilai Perkiraan Rata-Rata, Standar Deviasi, dan Koefisien VariasiUntuk Sepuluh Sifat Tanah.
Parameter MeansStandarddeviasi
KoefisienVariasi
Sumber
Varaisi Rendah
1. Bulk density(g/cm3)
1,3 0,09 6,9
Gumaa (1978), 5combined depthson 64 cores.Arizona, with 15hectares,
19
contained 5series, each a“typictorrifluvent.”
1,4 0,095 6,8
Nielsen et al.(1973), combineddata for 6 depths.California,Panoche, 20 siteswithin 150 ha(had additionalreplicates).
1,5 0,11 7,3
Cassel and Bauer(1975) 30-60 cmdepth, NorthDakota,Maddocksandy loamwithin 1,3 ha.
2. Kadar Air (%)pada tegangannol (cm3/cm3)
40/45 4,5/4,8 11/11 Nielsen et al., 30cm depth andcombined depthsCameron (1978),15-30 cm depthSaskatchewan,Bainsville, 225m2
47 4,8 10
Variasi Sedang
3. Pasir/debu/liat(%)
53/28/19
15/9.1/6.8 28/32/36Gumaa,30 cm, 64sites
59/29/12
22/18/6.4 37/62/53Gumaa,5 depths,at 64 sites
26/27/47
11/6/8 42/22/17Nielsen et al., 30-45 depths
24/30/45
14/8/10 58/27/22Nielsen et al., 12combined depth
4. 0,1/15 bar 27/9.5 5.4/3.1 20/33Gumaa, 30 cmdepth
(% kadar air, g/g) 23/7.5 9.2/3.8 40/51Gumaa,5combined depth
0.2 bar (cm3/ cm3) 32 5.4 17Nielsen et al., 30cm depth
32 7.7 24Nielsen et al.,combined depth
2.2 bar cm3/ cm3) 34 4.1 12Cameron, 15-30cm depth
15 bar (g/g) 4.5 1.4 31Cassel and bauer,30-60 depth
Variasi tinggi
20
5. Konduktivitashidrolik jenuh(cm/jam)
14 26 190Gumaa, 5combined depthson 64 cores
Konduktivitashidrolik jenuh(cm/hari)
20 22 110Nielsen et al., 30cm depth
35 30 86Nielsen et al.,combined depth
Konduktivitashidrolik jenuh(in/jam)
0.62 0.64 100
Willardson andHurst (1965),calif., 0-90 cmdepth, GilaVinton, 330values, scatteredarea
6. Konduktivitashidrolik takjenuh(cm/hari)(kejenuhan90% dan 60%)
0.63/0.0026
1.75/0.011 280/420Nielsen et al., 30cm depth
4.9/0.12
8.1/0.47 170/400Nielsen et al.,combined depth
7. Koefisiendifusi nyata(cm2/hari)
370 (2.4)(10)6 (6.5)(10)6
BiggarandNielsen(1976), all depths,150 hectarepnoche site
8. Kecepatan airpori (cm/hari)(dari air danzat terlarut)
44/407300/4400
(1.7)(10)4/(1.1)(10)4
Bigger andNielsen, alldepths.
9. Konduktivitaslistrik dalamµmho/cmuntuk 1:1ekstrak danekstrakeksternal
3200/3100
8100/3900
250/130
Wagenet andjurinak (1978),7.5-15 cm depth,Utah, MancosShale, within 777km2
10.Log skalakoefisien(tidak ada unit)
-0.136 0.512 380
Warrick et al.(1977), Panochecombined depths.From Nielsen etal., above
Sumber : Hillel (1980)
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan bulan Oktober 2016 sampai dengan bulan Januari
2017. Penelitian yang merupakan penelitian jangka panjang tahun ke-29 dengan
penerapan olah tanah konservasi dan perlakuan pemupukan N jangka panjang
yang berlangsung sejak tahun 1987 ini dilakukan di kebun percobaan Politeknik
Negeri Lampung. Pada musim ke-38 (tahun 2008) lahan diberakan selama satu
tahun. Analisis contoh tanah dilakukan di Laboratorium Jurusan Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah : double ring
infiltrometer, sekop, cangkul, gayung, kayu/papan, palu karet, ember, drum,
penggaris, plastik, meteran, stopwatch, ring sampel, oven, dan timbangan elektrik.
Sedangkan bahan yang diperlukan diantaranya sampel tanah dan larutan Calgon
untuk menentukan tekstur tanah (metode hydrometer), air untuk menentukan laju
infiltrasi dan benih jagung Pioneer 27.
22
3.3 Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
yang disusun secara faktorial dengan 4 ulangan. Faktor pertama adalah sistem
olah tanah jangka panjang yaitu T1 = Olah Tanah Intensif (OTI), T2 = Olah
Tanah Minimum (OTM), T3 = Tanpa Olah Tanah (TOT), dan faktor kedua adalah
pemupukan nitrogen jangka panjang yaitu N0 = 0 kg N ha-1 dan N1 = 200 kg N
ha-1. Dengan demikian terbentuk 6 kombinasi perlakuan dengan 4 kelompok
sehingga diperoleh 24 satuan percobaan. Adapun kombinasi perlakuan yang
diterapkan adalah sebagai berikut :
N0T1 = 0 kg N ha-1 + olah tanah intensif
N0T2 = 0 kg N ha-1 + olah tanah minimum
N0T3 = 0 kg N ha-1 + tanpa olah tanah
N1T1 = 200 kg N ha-1 + olah tanah intensif
N1T2 = 200 kg ha-1 + olah tanah minimum
N1T3 = 200 kg ha-1 + tanpa olah tanah
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Pengolahan tanah
Pada petak tanpa olah tanah (TOT) tanah tidak diolah sama sekali, gulma yang
tumbuh dikendalikan dengan menggunakan herbisida Roundup dengan dosis 3 - 5
liter ha-1 dan Lindomin dengan dosis 0,5 - 1 liter ha-1 pada dua minggu sebelum
tanam dan gulmanya digunakan sebagai mulsa. Pada petak olah tanah minimum
(OTM) gulma yang tumbuh dibersihkan dari petak percobaan menggunakan koret,
23
kemudian gulma digunakan sebagai mulsa. Pada petak olah tanah intensif (OTI)
tanah dicangkul setiap awal tanam dan gulma dibuang dari petak percobaan.
3.4.2 Pembuatan petak percobaan dan penanaman
Lahan dibagi menjadi 24 petak percobaan dengan ukuran tiap petaknya 4 m x 6 m
dan jarak antar petak percobaan yaitu 0,5 m. Penanaman benih jagung varietas
Pioneer 27 dengan cara membuat lubang tanam dengan jarak 25 cm x 75 cm,
setelah itu ditanami 1 benih jagung per lubang tanam.
3.4.3 Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan cara larikan di sisi barisan tanaman jagung
(banding). Sebagai pupuk dasar SP-36 dengan dosis 100 kg ha-1 dan KCl dengan
dosis 50 kg ha-1 diberikan pada saat jagung berumur satu minggu setelah tanaman.
Sedangkan pupuk urea sebagai perlakuan dengan dosis 0 kg N ha-1 dan
200 kg N ha-1 diberikan dua kali yaitu sepertiga dosis pada saat jagung berumur
satu minggu setelah tanam dan dua pertiga dosis pada saat jagung memasuki fase
vegetatif maksimum yakni delapan minggu setelah tanam.
3.4.4 Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi penyulaman, penyiangan, serta pengendalian hama dan
penyakit. Penyulaman dilakukan pada lubang tanam yang tidak tumbuh benih
jagung dan dilaksanakan lima hari setelah tanam. Penyiangan dilakukan
dengan mencabut dan mengoret gulma yang tumbuh di petak percobaan yang
dilaksanakan delapan minggu setelah tanam.
24
3.4.5 Panen
Panen dilakukan saat tanaman jagung berumur ±104 HST atau setelah tongkol
masak dengan cara mengupas kelobot jagung kemudian memotong tongkol dari
batang. Ciri-ciri tongkol masak yaitu klobot telah mengering dan berwarna
kuning, biji mengkilap, kering, keras dan tidak membekas bila ditekan dengan
kuku.
3.4.6 Pengambilan Contoh Tanah
Penentuan lokasi pengambilan contoh tanah untuk pengamatan berat isi dan kadar
air dilakukan sebelum melakukan pemasangan alat double ring infiltrometer.
Pengambilan contoh tanah di sekitar tabung infiltrometer diambil pada kedalaman
0-20 cm dengan menggunakan ring sampel.
3.4.7 Analisis Tanah
Analisis tanah pendukung dianalisis di Laboratorium Fisika tanah Jurusan Ilmu
Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, yang meliputi kadar air tanah,
ruang pori tanah total, dan kerapatan isi.
3.5 Pengamatan
3.5.1 Variabel Utama
Variabel utama dalam penelitian ini adalah perhitungan laju infiltrasi air pada 6
perlakuan sistem olah tanah dengan menggunakan alat double ring infiltrometer
yang ditunjukkan pada Gambar 1.
25
Gambar. 1 Double ring infiltrometer
Menurut Dariah (2006) dalam buku sifat fisik tanah dan metode analisisnya
prosedur yang digunakan untuk mengukur laju infiltrasi tanah adalah sebagai
berikut :
a. Ring pengukur dibenamkan secara vertical ke dalam tanah sedalam 10 cm dan
ring penyangga sedalam 5 cm menggunakan balok kayu. Setelah dibenamkan
maka kedalaman ring cukup untuk membuat ring kuat berdiri, diameter ring
yang digunakan yaitu ring dalam 28 cm dan ring luar 55,5 cm. Pada double
ring infiltrometer yang digunakan, maka ring pengukur dibenamkan terlebih
dahulu sebelum ring penyangga.
b. Ring pengukur digenangi dengan tingkat kedalaman yang konstan, dan diukur
kecepatan masuknya air kedalam tanah pada ring pengukur.
c. Tinggi genangan air berkisar antara 10 cm. Cara yang paling sederhana adalah
dengan menambahkan air secara manual. Untuk mengetahui kapan air harus
ditambahkan, diperlukan penunjuk/pointer (yang paling sederhana adalah
26
penggaris). Ketika permukaan air dalam ring pengukur turun dan sampai pada
titik penunjuk (pointer), maka dilakukan penambahan air sampai permukaan air
dalam ring kembali pada titik awal. Rata-rata laju infiltrasi dihitung dari
volume penambahan air dan interval waktu penambahan.
d. Aliran air yang konstan diasumsikan terjadi ketika kecepatan penurunan air di
dalam ring menjadi konstan, dilihat dari perhitungan waktu dan penurunan air
pada ring tidak mengalami perubahan atau penurunan lagi.
e. Kadar air dari setiap plot juga diukur untuk keakuratan data infiltrasi.
f. Data hasil pengukuran laju infiltrasi diisikan ke dalam borang pengisian laju
infiltrasi yang mengikuti tata cara FAO (1987). Contoh borang laju infiltrasi
seperti terlihat pada Tabel 3.
Tabel. 3 Contoh borang pengisian laju infiltrasi
3.5.2 Variabel Pendukung
Variable pendukung yang diamati dalam penelitian ini yaitu :
a. Bulk density (kerapatan isi) (g cc-1)
b. Kadar air (%)
c. Ruang pori tanah (%)
d. Bahan Organik Tanah
27
3.6 Analisis Data
Data laju infiltrasi yang diperoleh dianalisis dengan cara sebagai berikut :
a. Laju Infiltrasi akhir
Laju infiltrasi akhir diperoleh dari nilai laju infiltrasi akhir yang tertera pada
borang isian laju infiltrasi.
b. Menentukan klasifikasi laju infiltrasi
Setelah laju infiltrasi dari setiap perlakuan didapatkan, masing-masing laju
infiltrasi ditentukan klasifikasinya yang didasarkan pada klasifikasi laju
infiltrasi tanah Kohnke (Kohnke, 1968 dalam Sofyan, 2006).
c. Sorpsivitas
Nilai sorpsivitas diperoleh dari jumlah air yang ditambahkan sebelum
mencapai titik laju infiltrasi konstant. Dan untuk mengcroscheck nilai
sorpsivitas sesuai teori diperoleh dengan persamaan sebagai berikut :
Sorpsivitas (S) = Porositas (η) – Kadar Air awal
d. Untuk mengetahui tingkat kepercayaan data dalam setiap ulangan digunakan
selang kepercayaan (CI) 95%.
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Olah tanah konservasi cenderung meningkatkan laju infiltrasi dibanding olah
tanah intensif. Namun demikian,.
2. Kombinasi pemupukan nitrogen 200 kg N ha-1 dengan tanpa olah tanah
(N1T3) cenderung meningkatkan laju infiltrasi lebih tinggi dibanding olah
tanah intensif.
3. Kelas laju infiltrasi tanah pada setiap kombinasi perlakuan sistem olah tanah
dan pemupukan nitrogen termasuk kedalam kelas sedang-cepat.
5.2. Saran
Melakukan pengamatan laju infiltrasi pada jenis tanah yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Aribisala, J.O. 2007. Soil-Water Sorpsivity Estimation for Some Nigerian Soils.Journal of Engineering and Applied Science 2 (1) : 219-221.
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.2008. TeknologiBudidaya Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianLampung. 22 hlm.
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian Aceh.2009. Budidaya TanamanJagung. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.Nangroe Aceh Darussalam.20 hlm.
BPS (Badan Pusat Statistik). 2015. Produksi Jagung (ton). http://bps.go.id. diakses21 Januari 2019 pukul 17.00.
Blanco-Canqui, H, Sabrina J. Ruis. 2017. No-tillage and soil physicalenvironment. Geoderma 326 (2018) : 164–200.
Chafid, M. 2016. Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Jagung. PusatData dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian. Jakarta.82 hlm.
Dariah, Ai., Undang kurnia, Fahmudin Agus, Abdurrachman Adimihardja danAchmad Rachman. 2006. Pengukuran Infiltrasi. Dalam: Sifat Fisik Tanahdan Metode Analisisnya. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan PertanianBadan Penelitian dan Pengembangan Pertanian : Departemen Pertanian.239-250.
De almedia, W.S., Elói Panachukib, Paulo Tarso Sanches de Oliveirac,Roniedison da Silva Menezesb, Teodorico Alves Sobrinhoc, Daniel Fonsecade Carvalhod. 2018. Effect of soil tillage and vegetal cover on soil waterinfiltration. Soil & Tillage Research 175 : 130–138.
FAO – Food and Agriculture Organization of The United Nations. 1987.Irrigation Water Management Training Manual No 5: Iriigation Methods.Va Delle Terme Di Caracalla, 00100 Rome, Italy. 140 hlm
45
Fuady, Z. 2010. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Residu TanamanTerhadap Laju Mineralisasi Nitrogen Tanah. Jurnal Ilmiah Sains DanTeknologi Vol. 10 : 94-101.
Gang Li, Xiao., Bin Jia, Jieting Lv, Qiujin Ma, Yakov Kuzyakov, Feng-min Li.2017. Nitrogen fertilization decreases the decomposition of soil organicmatter and plant residues in planted soils. Soil Biology & Biochemistry 11247-55.
Hillel, D. 1980. Applications of Soil Physics. Academic Press: New York LondonToronto Sydney. 413 hlm.
Jayasumarta, D. 2012. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pupuk P TerhadapPertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merril).Agrium.Volume 17 No 3 : 149-154.
Johnson, A.I. 1963. A Field Method for Measurement of Infiltration. United StatesGovernment Printing Office. Washington. 25 hlm.
Lal, R. 1985. A Soil Suitaility Guide For Different Tillage System In The Trofic.Soil and Tillage Research. Elsevier Science Publisher. Amsterdam. 5: 179-196.
Mulyani, M. 2003. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.174 hlm.
Rachman, A., Ai Dariah, Edi Husein. 2004. Olah Tanah Konservasi. PusatPenelitian dan Penelitian Tanah dan Agroklimat (Puslitbangtanak). Bogor.282 hlm.
Shaver, T.M., G.A. Peterson, L.R. Ahuja, D.G. Westfall. 2012. Soil sorptivityenhancement with crop residue accumulation in semiarid drylandno-till agroecosystems. Soil sorptivity enhancement with crop residueaccumulation in semiarid dryland no-till agroecosystems. Geoderma 192254–258.
Sofyan, M. 2006. Pengaruh Berbagai Penggunaan Lahan terhadap Laju InfiltrasiTanah. Skripsi. Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian IPB. Bogor.34 hlm.
Utomo, M. 2015. Tanpa Olah Tanah: Teknologi Pengelolaan Pertanian LahanKering. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung.157 hlm.
Utomo, M., Sudarsono, Bujang Rusman, T. Sabrina, J. Lumbanraja, Wawan.2016. Ilmu Tanah : Dasar-dasar dan Pengelolaan. Jakarta: PrenadamediaGroup. 434 hlm.
46
Wen, Xu., Cai Yanpeng , Yin Xinana, Hao Yana, Zhang Lic. 2017. Soil nitrogensupply capacity as an indicator of sustainable watershed management in theupper basin of Miyun Reservoir. Ecological Indicators. 147-160.
Yunus, K. 2017. Pengaruh olah tanah dan pemupukan nitrogen jangka panjangterhadap kemantapan agregat pada pertanaman padi gogo (Oryza sativa L.)di lahan POLINELA Bandar Lampung. Skripsi. Fakultas Pertanian.Universitas Lampung. 46 hlm.
Zhipeng, Liu., Ma Donghaob, Hu Weic, Li Xuelina. 2018. Land use dependentvariation of soil water infiltration characteristics and their scale-specificcontrols. Soil & Tillage Research 178 (2018) : 139–149.