penafsiran surah al-a’raf ayat 176repository.uinjambi.ac.id/3362/1/ut162623...

80
PENAFSIRAN SURAH AL-A’RAF AYAT 176 TELAAH KITAB TAFSIR AL-AYAT AL-KAUNIYYAH FI AL-QUR’AN AL-KARIM KARYA ZAGHLUL AL-NAJJAR SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Oleh ULFIA RAHMAH NIM: UT. 162623 PROGRAM STUDI ILMU ALQUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2020

Upload: others

Post on 30-Jan-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENAFSIRAN SURAH AL-A’RAF AYAT 176

    TELAAH KITAB TAFSIR AL-AYAT AL-KAUNIYYAH FI AL-QUR’AN AL-KARIM

    KARYA ZAGHLUL AL-NAJJAR

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

    Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

    Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama

    Oleh

    ULFIA RAHMAH

    NIM: UT. 162623

    PROGRAM STUDI ILMU ALQUR’AN DAN TAFSIR

    FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

    2020

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

    MOTTO

    َر ُأولُو اْْلَْلَباِب ] ب َُّروا آََيتِِه َولِيَ َتذَكَّ [ ٢٩ِكَتاٌب أَنَزْلَناُه ِإلَْيَك ُمَباَرٌك لَِِّيدَّ

    “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah

    supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran

    bagi orang-orang yang mempunyai fikiran”. (QS. Shaad: 29).

  • vi

    PERSEMBAHAN

    بسم هللا الر حمن الر حيم

    Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah

    memberikan karunia dan inayah-Nya. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan

    tugas penulisan skripsi ini.

    Ku persembahkan Skripsi ini kepada:

    Abi (M. Hibban) dan Umi (Nursofiah) tercinta, yang telah berjasa mendidikku,

    memberiku semangat dalam belajar serta doa yang tak pernah putus untuk putra-

    putrinya.

    Kakak, abang, adik, dan seluruh anggota keluarga lainnya yang terus memberi

    semangat untuk terus berjuang dan pantang menyerah.

    Sahabat-sahabatku Ani pertiwi, Nurmiah, Nurhasanah, Rusma, dan Nadya

    Tunnisa yang terus memberiku motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

    Teman-teman seperjuangan di jurusan IAT angkatan 2016, yang tak pernah

    sungkan memberikan pertolongan dan sama-sama berjuang di UIN STS Jambi.

    Terima kasih untuk semua…

    Semoga jasa kalian dibalas oleh Allah SWT…

    Aamiin Ya Robbal ‘Alamin…

  • vii

    ABSTRAK

    Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keingin tahuan penulis terhadap

    penafsiran Zaghlūl al-Najjār seorang ahli Geologi yang mencoba untuk

    menafsirkan Al-Qur’an dengan menulis kitab Tafsīr al-Āyāt al-Kauniyyah Fī Al-

    Qur’an al-Karīm yang berisikan ayat-ayat kauniyah di dalam Al-Qur’an. Skripsi

    ini membahas tentang Penafsiran Zaghlūl terhadap surah Al-A’rāf ayat 176, serta

    penjelasan sains terhadap keilmiahan yang terdapat di dalam ayat 176 ini.

    Fokus pembahasan dari penelitian ini adalah bagaimana penafsiran

    Zaghlūl terhadap surah Al-A’rāf ayat 176, serta bagaimana analisis terhadap

    penafsiran tersebut. Penelitian yang penulis gunakan ialah penelitian Library

    Research yang menggunakan metode tafsir Tahlili sebagai metodologi penelitian,

    dengan sumber data primer yang berasal dari kitab tafsir al-Āyāt al-Kauniyyah Fī

    Al-Qur’ān al-Karīm karya Zaghlūl al-Najjar dan sumber data pendukung berupa

    tafsir, buku, jurnal, dan sumber-sumber lain yang sesuai dengan penelitian ini.

    Analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriftif.

    Adapun hasil penelitian ini adalah Zaghlūl menafsirkan bahwa surah Al-

    A’rāf ayat 176 ini merupakan perumpamaan bagi orang yang diberikan ilmu oleh

    Allah namun ia tidak mau memanfaatkan dan mengamalkannya. Perumpamaan

    orang tersebut ialah seperti anjing yang terengah-engah dalam keadaan apapun ia

    terus menjulurkan lidahnya.

    Kata Kunci: Zaghlūl al-Najjār, Sains, QS. Al-A’rāf:176.

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis haturkan atas kehadirat

    Allah SWT, yang telah memberikan nikmat dan karunianya berupa kesehatan,

    kesempatan dan kekuatan lahir batin sehingga penulis dapat menyelesaikan

    skripsi ini dengan judul “Penafsiran Surah Al-A’raf Ayat 176 (Telaah Kitab

    Tafsir Al-Ayat Al-Kauniyyah Fi Al-Qur’an Al-Karim Karya Zaghlul Al-

    Najjar)”.

    Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Baginda

    Agung Nabi Muhammad Saw, seluruh keluarga beserta para sahabat beliau, yang

    senantiasa istiqomah dalam memperjuangkan agama Islamn, semoga kita menjadi

    hamba-hamba pilihan seperti mereka Amiin ya Rabbal ‘aalamin.

    Selanjutnya penulis menyadari dalam proses penyelesaian skripsi ini,

    penulis telah dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan

    rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu

    penulisan skripsi ini sampai selesai. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih

    yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua, karena berkat kedua orang tualah,

    dan karena do’a dari beliaulah penulis bisa sampai pada tahap ini dan keluarga

    yang telah senantiasa mensupport serta mendoakan penulis sehingga karya ini

    dapat disesaikan.

    Dan pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan rasa terima kasih

    yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Prof. Dr. H. Suaidi Asy’ari, MA., Ph.D selaku Rektor Universitas Islam

    Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

    2. Ibu Dr. Rofiqoh Ferawati, SE.M.EI, Bapak Dr. As’ad Isma, M.Pd, Bapak

    Bahrul Ulum, S.Ag.,MA, selaku Wakil Rektor I, II, dan III Universitas Islam

    Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

    3. Bapak Dr. Halim, S.Ag.,M.Ag selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi

    Agama UIN STS Jambi.

    4. Bapak Dr. Masiyan M.Ag selaku Wakil Dekan I bidang Akademik Fakultas

    Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi. Bapak Dr. Edy Kusnaidi, M.

    Fil.I. selaku Wakil Dekan 2 bidang Administrasi Umum Perencanaan dan

    Keuangan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi. Bapak Dr.

    M. Ied Al-Munir, M.Ag selaku Wakil Dekan 3 bidang Kemahasiswaan dan

    bidang Kerjasama luar Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS

    Jambi.

  • ix

    5. Bapak Bambang Husni Nugroho, S.Th.I.,M.H.I selaku ketua jurusan Ilmu Al-

    Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi.

    6. Bapak H. Husin Abd. Wahab, Lc., MA, Ph.D selaku pembimbing I yang telah

    banyak memberikan kontribusi dan waktu demi terselesaikannya Penulisan

    Skripsi ini.

    7. Ibu Sajida Putri, M. Hum Selaku Pembimbing II yang telah banyak

    memberikan kontribusi dan waktu demi terselesaikannya Penulisan Skripsi

    ini.

    8. Para Dosen Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi, yang

    telah senantiasa mendidik dan memberikan banyak ilmu, kepada semua

    Mahasiswanya

    9. Bapak Kepala Pusat Perpustakaan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

    beserta staf-stafnya, terima kasih telah membantu, dan melayani secara baik

    pinjaman buku-buku kepada penulis selama ini.

    10. Ibu Ketua Perpustakaan Fakultas ushuluddin Dan Studi Agama beserta staf-

    stafnya, terimakasih telah telah melayani pinjaman buku-buku kepada penulis

    selama ini.

    11. Seluruh teman-teman seangkatan 2016 jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

    Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    Semoga Allah SWT, membalas segala kebaikan dan bantuannya kepada

    penulis selama ini. Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kata

    sempurna untuk itu penulis mengharapkan masukan serta saran dari pembaca.

    Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan pada umumnya

    kepada seluruh pembaca.

    Jambi 13 Mei 2020

    Penulis

    Ulfia Rahmah

    UT. 162623

  • x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i

    NOTA DINAS ..................................................................................................................... ii

    SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI .................................................... iii

    PENGESAHAN .................................................................................................................. iv

    MOTTO .............................................................................................................................. v

    PERSEMBAHAN ............................................................................................................... vi

    ABSTRAK .......................................................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR ........................................................................................................ viii

    DAFTAR ISI ....................................................................................................................... x

    PEDOMAN TRANSLITERASI ....................................................................................... xii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5

    C. Batasan Masalah ....................................................................................... 5

    D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 5

    E. Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 6

    G. Metodologi Penelitian ............................................................................... 7

    F. Sistematika Penulisan ................................................................................ 9

    BAB II BIOGRAFI ZAGHLUL AL-NAJJAR DAN PENGENALAN

    KITAB TAFSIR AL-ĀYĀT AL-KAUNIYYAH FĪ AL-QUR’AN

    AL-KARĪM

    A. Biografi Zaghlul Al-Najjar ...................................................................... 11

    1. Riwayat Hidup Zaghlul Al-Najjar ..................................................... 11

    2. Pekerjaan dan Kegiatan Ilmiah .......................................................... 12

    3. Karya-Karya ..................................................................................... 15

    B. Deskripsi Kitab Tafsir Al-Ayat Al-Kauniyyah Fi Al-Qur’an Al-

    Karim .....................................................................................................

    1. Latar Belakang Penulisan Kitab ....................................................... 16

    2. Sistematika Penulisan Kitab ............................................................. 17

    3. Bentuk, Metode, dan Corak Penafsiran ............................................ 18

  • xi

    BAB III PANDANGAN UMUM TERHADAP QS. AL-A’RAF AYAT 176

    A. Deskripsi Surah Al-A’raf .......................................................................... 20

    B. Asbab Al-Nuzul Surah Al-A’raf ayat 176 ................................................. 28

    C. Munasabah Ayat ........................................................................................ 30

    1. Munasabah dengan Surah sebelumnya ................................................ 31

    2. Munasabah dengan Ayat sebelumnya .................................................. 32

    3. Munasabah dengan Ayat sesudahnya................................................... 32

    D. Penafsiran Para Ulama Terhadap Surah Al-A’raf Ayat 176 .................... 33

    BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN ZAGHLUL AL-NAJJAR TERHADAP

    QS. AL-A’RAF AYAT 176

    A. Penjelasan Mengenai Konteks Ayat ......................................................... 40

    B. Anjing dalam Persfektif Sains ................................................................... 41

    C. Hakikat Ilmiah Mengenai Juluran Lidah Anjing ...................................... 45

    D. Penjelasan Kebahasaan ............................................................................. 49

    E. Hubungan Konteks Ayat dengan Penafsiran Zaghlul ............................... 51

    1. Pengertian Amsal Al-Qur’an ................................................................ 51

    2. Macam-Macam Amsal ......................................................................... 53

    3. Kata-Kata yang Menunjukkan Amsal .................................................. 54

    4. Kaitannya dengan Penafsiran Zaghlul .................................................. 57

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ................................................................................................ 59

    B. Saran ........................................................................................................... 60

    DAFTAR PUSTAKA

    CURRICULUM VITAE

  • xii

    PEDOMAN TRANSLITERASI1

    A. Konsonan

    Arab Indonesia Arab Indonesia

    tidak اdilambangkan

    ṭ ط

    ẓ ظ b ب

    ‘ ع t ت

    G غ ṡ ث

    F ف j ج

    Q ق ḥ ح

    K ك kh خ

    L ل d د

    M م ż ذ

    N ن r ر

    W و z ز

    H ه s س

    ’__ ء sy ش

    Y ي ṣ ص

    ḍ ض

    B. Vokal, Harakat, Maddah dan

    Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia

    ā ـ ى Ā ـ ا a ا

    1Disederhanakan dari Pedoman Tranliterasi Arab-Latin yang merupakan hasil keputusan

    bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, tertanggal 22 Januari

    1988 Nomor: 158/1987 dan Nomor: 05436/U/1987.

  • xiii

    ai ى ي Ī ـ ي i ا

    au ى و Ū ـ و u ا

    Contoh:

    ل Kaifa ك ي ف Haula ه و

    ات م ى Māta م Ramā ر

    ت Qīla ق ي ل و Yamūtu ي م

    C. Tā’ Marbūṭah (ة)

    Transliterasi untuk ta marbūṭah ada dua, yaitu: tā’ marbūṭah yang hidup

    atau mendapat harakat fathah, kasrah dan dhammah, transliterasinya adalah (t).

    Sedangkan ta marbuthah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya

    adalah (h).

    Jika pada kata yang berakhir dengan tā’ marbūṭah diikuti oleh kata yang

    menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua itu terpisah, maka tā’ marbūṭah

    itu ditransliterasikan dengan ha (h). Contoh:

    ف ال ة اْل ط ض و Rauḍah al-Aṭfāl ر

    ل ة ي ن ة ال ف اض د Al-Madīnah al-Fāḍilah ال م

    ة كم Al-Ḥikmah ال ح

    D. Syaddah (Tasydīd)

    Syaddah atau Tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan

    sebuah tanda tasydīd (ــّـ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan

    huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah. Contoh:

    بَّن ا ي ن ا Rabbanā ر Najjainā ن جَّ

    ق ح ج Al-Ḥaqq ال ح Al-Ḥajj ال

    م Aduww‘ ع د و Nu‘‘ima ن عّ

    Jika huruf ya’ (ي) ber-tasydīd di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf

    kasrah (ـ ي), maka ia ditransliterasikan seperti huruf maddah (ī). Contoh:

    (Alī (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly‘ َعِلي ٌّ

    (Arabī (bukan ‘Arabiyy atau ‘Araby‘ َعَربِي ٌّ

  • xiv

    E. Kata Sandang

    Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf alif

    lam ma’rifah (ال). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi

    seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyyah maupun huruf

    qamariyyah. Kata sandang tidang mengikuti bunyi huruf langsung yang

    mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan

    dihubungkan dengan garis mendatar (-). Contohnya:

    Al-Syams (bukan الشَّْمس ٌّAsy-Syams)

    اْلفَْلَسفَة ٌّAl-Falsafah

    ْلَزلَة ٌّ الزَّAl-Zalzalah

    (bukan Az-

    Zalzalah)

    اْلبََِلد ٌّAl-Bilād

    F. Hamzah

    Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi

    hamzah yang terletak di tengah daan akhir kata. Bila hamzah terletak di awal kata,

    ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif. Contohnya:

    ’Syai َشْيء ٌّ أ ِمْرت ٌّ

    Umirtu

    ’Al-Nau النَّْوء ٌّْونٌَّ ر Ta’murūna تَأْم

    G. Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dala bahasa Indonesia

    Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasikan adalah kata, istilah

    atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau

    kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa

    Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia tidak lagi

    ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya kata al-Qur’an (dari al-

    Qur’ān), Sunnah, khusus dan umum. Namaun, bila kata-kata tersebut menjadi

    bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka mereka harus ditransliterasikan secara

    utuh. Contoh: Fī Ẓilāl al-Qur’ān, al-Sunnah qabla al-Tadwīn, al-‘Ibārāt bi

    ‘Umūm al-Lafẓ lā bi Khuṣūṣ al-Sabab.

    H. Lafẓ al-Jalālah (ّللاٰه)

    Kata Allah yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau

  • xv

    berkedudukan sebagai muḍāf ilaih (frasa nominal), ditransliterasikan tanpa huruf

    hamzah. Contoh:

    بِاّلٰلٌِّBillāh

    ٌّّللٰاٌِّ ِدْين Dīnullāh

    Adapun ta’ marbūṭah di akhir kata yang disandarkan kepada lafẓ al-jalālah

    ditransliterasikan dengan huruf (t). Contoh:

    ه ْمٌّفِْيٌَّرْحَمِةٌّّللٰاٌِّHum fī Raḥmatillāh

    I. Huruf Kapital

    Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam

    transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf

    kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf

    kapital, misalnya digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang,

    tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat.

    Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan

    huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata

    sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang

    tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku

    untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik

    ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK dan

    DR). Contoh:

    1. Inna awwala baitin wudi’a li al-nās lallaẓī bi Bakkah mubārakan

    2. Syahr Ramaḍān al-laẓī unzila fīh al-Qur’ān

    3. Wa mā Muḥammad illā rasūl

    4. Al-Munqiz min al-Ḍalāl

    5. Naṣīr al-Dīn al-Tusī

    6. Abū Naṣr al-Farābī

    7. Al-Gazā

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Al-Qur’an secara harfiah berarti “bacaan sempurna” merupakan suatu nama

    pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada satu bacaan pun sejak manusia

    mengenal tulis-baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi Al-Qur’an,

    bacaan sempurna lagi mulia itu.2

    Al-Qur’an mempunyai fungsi utama sebagai petunjuk bagi seluruh umat

    manusia baik dalam hubungannya dengan Tuhan, manusia, maupun alam semesta.

    Dengan begitu yang dipaparkan Al-Qur’an tidak hanya masalah-masalah

    kepercayaan (akidah), hukum, ataupun pesan-pesan moral, tetapi juga di

    dalamnya terdapat isyarat-isyarat ilmiah yang menunjukkan kebesaran dan

    kekuasaan Allah.

    Al-Qur’an, berdasarkan penelitian Zaghlūl al-Najjār, seorang pakar geologi

    muslim asal mesir, memuat kurang lebih 750-1000 ayat yang mengandung isyarat

    ilmiah, sementara ayat-ayat hukum hanya berkisar 200-250 ayat.3 Sementara itu,

    Thantawī al-Jauharī dalam tafsirnya, al-Jawahir, menyebutkan bahwa ayat

    kauniyah (terkait semesta alam) berjumlah lebih dari 750 ayat, hal ini

    menunjukkan bahwa ayat-ayat kauniyah mendapatkan porsi demikian besar dalam

    Al-Qur’an.4

    Pada masa kini mencuat model tafsir baru, yang disebut dengan istilah “Tafsir

    ilmiah Al-Qur’an”. Yang dimaksudkan ialah tafsir yang di dalamnya dilibatkan

    ilmu-ilmu kosmos modern, baik dari sisi hakikat dan teori-teorinya, untuk

    menjelaskan tujuan dan menjelaskan makna-maknanya. Ilmu-ilmu kosmos di sini

    ialah ilmu fisika, astronomi, geologi, kimia, biologi yang menyangkut hewan dan

    2M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an (Bandung: Mizan, 2007), hal. 3. 3Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbag & Diklat Kementerian Agama RI

    dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Hewan dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains

    (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2012), hal. xi. 4Ahsin Sakho Muhammad, Membumikan Ulumul Qur’an (Jakarta: PT Qaf, 2019), hal.

    191.

  • tanaman, ilmu medis, anatomi, fungsi anggota tubuh, ilmu matematika, dan yang

    sejenisnya.5

    Tafsir ilmiah Al-Qur’an atau yang sering disebut dengan tafsir ilmi ialah

    usaha seorang mufasir untuk menjelaskan maksud satu ayat atau hadits Nabi

    sesuai dengan pendapat yang dipandang rajah oleh seorang mufasir dari teori-teori

    ilmiah yang ada.6 Mafātīhul-Gaib karya ar-Razi dapat dibilang sebagai tafsir yang

    pertama memuat secara panjang lebar penafsiran ilmiah terhadap ayat-ayat Al-

    Qur’an.7

    Para ulama berbeda pendapat mengenai tafsir ilmi ini, ada yang

    menolaknya, seperti Imam Syatibi dalam al-Muwafaqat. Syatibi menganggap

    bahwa bentuk penafsiran model ini telah melampaui batas penafsiran terhadap Al-

    Qur’an. Alasan Syatibi ialah generasi awal ( para sahabat dan tabi’in) tidak

    melakukan hal tersebut, padahal mereka adalah generasi paling memahami

    kandungan kitab suci Al-Qur’an. Jika hal ini penting, bisa dipastikan pandangan

    mereka akan sampai kepada kita, namun tidak ada. Al-Qur’an tidak bermaksud

    menegaskan penemuan ilmiah sebagaimana dikemukakan kalangan tafsir ilmi. Al-

    Qur’an hanyalah berbicara tentang takalif ( hukum-hukum yang wajib dilakukan

    dan larangan ) dan persoalan akhirat.8

    Ulama yang memperbolehkan di antaranya ialah al-Ghazali, Jalal al-Din

    al-Suyuthi, Thantawi Jauhari, dan Muhammad Abduh. Dalam pandangan

    pendukung tafsir ilmi, model penafsiran semacam ini memberi kesempatan yang

    sangat luas bagi para mufasir untuk mengembangkan berbagai potensi keilmuan

    yang telah dan akan dibentuk dalam/dari Al-Qur’an. Al-Qur’an tidak hanya

    sebagai sumber ilmu-ilmu keagamaan yang bersifat i’tiqadiyah ( keyakinan ) dan

    amaliah (perbuatan) atau al-‘ulum al-diniyyah al-i’tiqadiyah wa al-amaliyyah,

    5Yusuf al-Qardhawi, Kaifa Nata’ammal ma’a al-Qur’an, diterjemahkan oleh Kathur

    Suhardi, Bagaimana Berinteraksi dengan Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2000), hal. 421. 6Ahsin Sakho Muhammad, Membumikan Ulumul Qur’an, hal. 201. 7Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Hewan dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains,

    hal. xxii. 8Ahsin Sakho Muhammad, Membumikan Ulumul Qur’an, hal. 195-196.

  • akan tetapi juga meliputi semua ilmu-ilmu keduniaan ( al-‘ulum al-dunya ) yang

    beraneka macam jenis dan bilangannya.9

    Ayat-ayat kauniyah yang terdapat di dalam Al-Qur’an di antaranya

    menjelaskan tentang pergantian siang dan malam, proses terjadinya hujan,

    pergerakan angin dan awan, api di bawah laut, dan tentang hewan-hewan.

    Banyak hewan yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Sebagian darinya

    dijadikan perumpamaan atau tamṡil dan sebagian lagi memberi sedikit penjelasan

    mengenai kehidupannya. Penyebutan ini bertujuan agar manusia dapat memahami

    pesan Allah dan mempelajarinya demi kepentingan manusia sendiri. Hewan-

    hewan yang disebutkan dalam Al-Qur’an di antaranya adalah semut (An-

    Naml/27:18), kera (Al-Baqarah/2:65), laba-laba (Al-Ankabut/29:41), anjing (Al-

    A’raf/7:176), dan masih banyak lagi.10

    Contoh nya di dalam surah Al-A’rāf ayat 176 :

    َنا َلَرفَ ْعَناُه ِِبَا َولََِٰكنَُّه َأْخَلَد ِإََل اْْلَْرِض َوات ََّبَع َهَواهُ َفَمثَ ُلُه َكَمَثِل اْلَكْلِب ِإن ََتِْمْل َعَلْيِه يَ ْلَهْث أَْو َتْْتُْكُه ۚ َوَلْو ِشئ ْبُوا ِِبََيتَِنا ۚ يَ ْلَهث ِلَك َمَثُل اْلَقْوِم الَِّذيَن َكذَّ [ ١٧٦فَاْقُصِص اْلَقَصَص َلَعلَُّهْم يَ تَ َفكَُّروَن ] ۚ ذََّٰ

    “Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya

    dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa

    nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu

    menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia

    mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang

    mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah

    itu agar mereka berfikir.” (QS.Al-A’rāf: 176)11

    Ayat ini menegaskan betapa buruknya perumpamaan bagi mereka yang

    mendustakan ayat-ayat Allah. Mereka disamakan dengan anjing baik karena

    kesamaan kelemahan keduanya, yakni mereka tetap dalam kesesatan diberi

    peringatan atau tidak diberi peringatan, atau karena kesamaan kebiasaan

    keduanya. Anjing itu tidak memiliki cita-cita kecuali keinginan mendapatkan

    makanan dan kepuasan. Siapa saja yang meninggalkan ilmu dan iman lalu

    menjurus kepada hawa nafsu, maka dia serupa dengan anjing. Orang yang

    9Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hal. 396. 10Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Hewan dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains,

    hal. 25. 11Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Surakarta: Media Insani

    Publishing, 2005), hal. 173.

  • demikian tidak siap lagi berfikir dan merenungkan tentang kebenaran. Orang yang

    demikian itu sebenarnya menganiaya dirinya sendiri.12

    Para mufassir memberikan berbagai pandangan tentang orang yang

    diserupakan . Mayoritas dari mereka mengatakan bahwa yang diserupakan itu

    adalah Bal’am bin Ba’aura’ konon ia adalah seorang alim dari Bani Israil yang

    berasal dari bangsa al-Kan’aniyun. Ia dianugerahi ilmu pengetahuan dari sebagian

    Kitabullah, tetapi dia menolak petunjuk dan mengesampingkan kitabullah di

    belakang punggungnya. Maka setanpun mengikuti dan menjadi kawan baginya,

    sehingga masuklah ia ke dalam golongan orang-orang sesat lagi kafir.13

    Ibnu katsir menjelaskan bahwa orang-orang tersebut disamakan seperti

    anjing dalam hal kesesatan dan kesinambungannya dalam kesesatan itu. Hal ini

    karena di antara kebiasaan anjing ialah menjulurkan lidahnya, apakah ia itu

    dihalau maupun tidak. Demikian pula dengan Bal’am, tidak lagi berguna baginya

    adanya ajakan kepada keimanan maupun tiadanya ajakan itu. Dalam kedua hal itu

    tidak berguna nasihat dan seruan kepada keimanan bagi Bal’am, atau tiadanya

    nasihat dan seruan itu kepadanya.14

    Kata yalhaṡ (يلهث ) terambil dari kata (لهث) lahaṡa, yaitu terengah-engah,

    karena sulit bernafas seperti yang baru berlari cepat. Penggalan ayat ini

    mengutarakan suatu fenomena, yaitu bahwa anjing selalu menjulurkan lidah, saat

    dihalau maupun dibiarkan. Ini disebabkan karena anjing tidak memiliki kelenjer

    keringat yang cukup dan yang berguna untuk mengatur suhu badan. Karena itulah

    untuk membantu mengatur suhu badannya, anjing selalu menjulurkan lidah.

    Sebab, dengan cara membuka mulut yang biasa dilakukan dengan menjulurkan

    lidah, anjing dapat bernafas lebih banyak dari biasanya.15

    Menurut Zaghlūl al-Najjār, seorang pakar geologi asal mesir yang

    mencoba menafsirkan Al-Qur’an dengan menggunakan corak tafsir ilmi di dalam

    12Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya:Edisi yang disempurnakan, Jilid III

    (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), hal. 525. 13Ja’far subhani, al-Amtsal fi al-Qur’an, diterjemahkan oleh Muhammad Ilyas, Wisata Al-

    Qur’an (Jakarta: Al-Huda, 2007), hal. 180. 14M. Nasib Rifa’I, Ikhtisari Tafsir Ibnu Katsir, diterjemahkan oleh Syihabuddin,

    Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 2 (Jakarta: Gema Insani, 2011), hal. 322. 15M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jilid 5 ( Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal. 310.

  • kitabnya al-Āyāt al-Kauniyyah fī al-Qurān al-Karīm alasan anjing menjulurkan

    lidahnya karena pada saat itu yang dirasakannya ialah panas, haus, dan capek.

    Anjing hanya bisa mengeluarkan sedikit keringat karena banyaknya bulu di

    badannya, dan bulu-bulu tersebutlah yang membuat anjing kepanasan sehingga ia

    menjulurkan lidahnya.16

    Dari pemaparan di atas, tampak adanya perbedaan antara Zaghlūl dengan

    mufassir lain terkait QS. Al-A’rāf ayat 176. Oleh karena itu, penulis akan

    membahas tentang penafsiran Zaghlūl terhadap QS. Al-A’rāf ayat 176 beserta

    penjelasan ilmiahnya dalam bentuk skripsi dengan judul “ Penafsiran Surah Al-

    A’rāf Ayat 176 (Telaah Kitab Tafsir al-‘Āyāt al-Kauniyyah Fī al-Qurān al-

    Karīm Karya Zaghlūl al-Najjār)”

    B. Rumusan Masalah

    Pokok masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah Bagaimana

    Penafsiran QS. Al-A’rāf ayat 176 yang terdapat di dalam kitab Tafsir al-Āyāt al-

    Kauniyah Fī al-Qurān al-Karīm? Pokok masalah ini lebih jauh dapat dirumuskan

    dalam beberapa pertanyaan penelitian, yaitu:

    1. Bagaimana penafsiran Zaghlūl al-Najjār terhadap QS. Al-A’rāf ayat 176 ?

    2. Bagaimana analisis penafsiran Zaghlūl al-Najjār terhadap QS. Al-A’rāf ayat

    176 ?

    C. Batasan Masalah

    Supaya penelitian ini lebih terfokus kepada permasalahan yang dibahas

    dan untuk mencegah terjadinya ketidak seimbangan dalam penyelesaian masalah,

    serta keterbatasan waktu dan kemampuan penulis, maka penulis hanya membahas

    salah satu tema/ayat yang terdapat di dalam kitab Tafsir al-Āyāt al-Kauniyyah Fī

    al-Qurān al-Karīm yakni QS. Al-A’rāf ayat 176.

    D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian adalah :

    1. Untuk mengetahui penafsiran Zaghlūl al-Najjār terhadap QS. al-A’raf ayat

    176.

    16Zaghlul al-Najjār, Tafsir al-Āyāt al-Kauniyyah fī al-Qur’an al-Karīm, jilid 1 (Kairo:

    Maktabah al-Syurūq al-Dauliyyah, 2007), hal. 313.

  • 2. Untuk mengetahui analisis Zaghlul al-Najjar terhadap QS. al-A’raf ayat 176.

    Manfaat dari penelitian ini adalah: di bidang sains, adalah untuk dapat

    digunakan sebagai wahana menambah kajian mengenai penjelasan ilmiah. Dalam

    bidang pendidikan, manfaat penulisan skripsi ini adalah untuk dijadikan sebagai

    salah satu sarana dan informasi bagi lembaga pendidikan dan sebagai kontribusi

    dalam pengembangan suatu lembaga. Selain itu, skripsi ini diharapkan dapat

    memperkaya khazanah keilmuan di Fakultas Ushuluddin, khususnya pada Prodi

    Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    Sedangkan bagi penulis dan pembaca, manfaat penulisan skripsi ini adalah

    agar dapat dijadikan sebagai bahan kajian yang terkait dengan bentuk dan

    kandungan Al-Qur’an. Sehingga dapat meningkatkan pemahaman, bahwa dibalik

    alam semesta ada tanda-tanda kekuasaan Allah yang dapat dibuktikan secara

    ilmiah.

    E. Tinjauan Pustaka

    Sejauh penelusuran yang dilakukan penulis, ada beberapa penelitian yang

    terkait, diantaranya:

    1. “Amtsal dalam Al-Qur’an” (Kajian Tafsir Tahlili Surat al-A’raf ayat 175-178)

    karya Lilis Suryani jurusan Tafsir Hadits Universitas Islam Negeri Raden

    Fatah Palembang. Skripsi ini membahas tentang penyebab-penyebab

    diperumpamakannya orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dengan anjing.

    Dapat penulis simpulkan bahwa skripsi ini lebih mendalam membahas tentang

    amtsal yang terdapat di dalam surah Al-A’raf ayat 176 ini menurut pandangan

    para mufassir dan hikmah dari perumpamaan tersebut.

    2. “Telaah penafsiran Zaghlul al-Najjar tentang laut yang mendidih dalam kitab

    tafsir al-Ayat al-Kauniyah fi al-Qur’an al-Karim (kajian tafsir temantik dan

    sains)” karya Farhatul Muthi’ah jurusan Ilmu al-Qur’an dan tafsir Universitas

    Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini membahas tentang

    penafsiran Zahglul al-Najjar tentang laut yang mendidih dan korelasinya

    dengan teori ilmiah.

    3. “Penafsiran Zaghlul al-Najjar tentang api di bawah laut dalam QS. Ath-Thur

    ayat 6” karya Muh Nuha Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Universitas Islam

  • Negeri Walisongo semarang. Penelitian ini membahas bagaimana penafsiran

    zaghlul al-Najjar terhadap QS. Ath-Thur ayat 6 serta relevansi penafsirannya

    terhadap dinamika perkembangan sains modern.

    4. Sebuah jurnal karya Ilma Fahmi Aziza yang berjudul “Metode cerita dalam

    pendidikan perspektif surat al-A’raf 176 dan relevansinya dengan ilmu

    Neurosains”. Fokus pembahasannya mengenai relevansi sains dan Islam

    dengan menggunakan metode cerita dalam pendidikan yang terdapat di dalam

    QS. al-A’raf ayat 176.

    Berdasarkan beberapa literatur sebagaimana penulis paparkan di atas,

    maka dapat dilihat perbedaan antara karya-karya terdahulu dengan skripsi yang

    akan penulis teliti. Yang membedakan skripsi ini dengan karya-karya lainnya

    adalah memfokuskan pembahasan terhadap penafsiran Zaghlul al-najjar terhadap

    QS. Al-A’rāf ayat 176 dalam kitabnya al-Āyāt al-Kauniyyah Fī al-Qurān al-

    Karīm.

    F. Metodologi Penelitian

    Metode mencakup tentang cara-cara orang memperoleh data dan

    menganalisisnya dalam sebuah penelitian dan menyangkut masalah cara kerja

    yaitu cara kerja untuk dapat memahami fokus kajian yang menjadi sasaran dari

    ilmu yang bersangkutan.17

    1. Jenis Penelitian

    Pengumpulan data-data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

    mengumpulkan tafsir-tafsir, buku ilmiah, dan pendukung-pendukung yang

    berkaitan dengan penelitian ini. Oleh karena itu, jenis penelitian ini adalah library

    research.

    2. Sumber Data

    Dalam penelitian ini, mengambil dari literatur kepustakaan yang terdiri

    atas data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang menjadi rujukan

    pokok dalam penelitian ini, yaitu kitab tafsir karya Zaghlul al-Najjar yang

    17Moh Soehadha, Metode Penelitian Sosial Kualitatif untuk Studi Agama (Yogyakarta:

    Suka-Press UIN Sunan Kalijaga, 2012), hal. 63.

  • berjudul Tafsir al-Āyāt al-Kauniyyah Fī al-Qurān al-Karīm, dan juga kitabnya

    yang berjudul Min Āyāt al-I’jāz al-Ilmī: Al-Hayawān Fī al-Qur’an al-Karīm.

    Sedangkan sumber data sekunder adalah data yang materinya baik secara

    langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan masalah yang

    diungkapkan. Sumber data sekunder atau pendukung adalah keterangan yang

    diperoleh dari pihak kedua, baik berupa tafsir, buku, majalah, jurnal, dan sumber-

    sumber lain yang memiliki kesesuaian pembahasan dengan penelitian ini.

    3. Metode

    Metode untuk menafsirkan Al-Qur’an ada 4, yakni metode tahlili, metode

    ijmali, metode muqaran, dan metode tematik. Dalam penelitian ini penulis

    menggunakan metode tahlili, yakni metode menafsirkan Al-Qur’an yang berusaha

    menjelaskan kandungan ayat-ayat Al-Qur’an dari berbagai seginya, sesuai dengan

    pandangan, kecendrungan, dan keinginan mufassirnya yang dihidangkan secara

    runtut sesuai dengan perurutan ayat-ayat dalam mushaf.18

    Langkah-langkah yang digunakan untuk menafsirkan Al-Qur’an dengan

    metode tahlili adalah:

    a. Penjelasan makna kata dalam Al-Qur’an

    b. Penjelasan Asbab Al-Nuzul ayat.

    c. Penjelasan munasabah antar ayat dan surah sebelumnya.

    d. Penjelasan I’rab ayat dan macam-macam qiraat ayat.

    e. Penjelasan kandungan balaghahnya dan keindahan susunan kalimatnya.

    f. Penjelasan hukum fiqh yang diambil dari ayat jika ada.

    g. Penjelasan makna umum dari ayat dan petunjuk-petunjuknya.19

    Langkah-langkah ini bukan berarti harus berurutan seperti uraian di atas,

    tetapi itu adalah langkah secara umum para ahli tafsir dalam metode tahlili.

    Terkadang sebagian ahli tafsir tidak menggunakan salah satu dari langkah

    18M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir (Tangerang: Lentera Hati, 2013), hal. 378. 19Syaeful Rokim, “Mengenal Metode Tafsir Tahlili”, Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir,

    III, No.2 (2017), hal. 51.

  • tersebut, hal itu sesuai dengan yang dipandang penting oleh mufassir dalam

    tafsirnya.20

    4. Analisis Data

    Setelah data-data terkumpul, maka penulis melakukan analisis data

    dengan metode analisis deskriftif. Analisis deskriftif merupakan teknik penelitian

    untuk memberikan data secara komprehensif. Metode ini berfungsi memberi

    penjelasan dan memaparkan secara mendalam mengenai sebuah data.21 Dalam

    skripsi ini metode ini digunakan untuk memaparkan bagimana penafsiran Zaghlul

    al-Najjar terhadap surat al-A’raf ayat 176. Kemudian data-data tersebut dianalisis

    untuk mendapatkan penjelasan terhadap fakta ilmiah yang terdapat di dalam surat

    al-A’raf ayat 176.

    G. Sistematika Penulisan

    Agar penelitian ini dapat dikerjakan sesuai dengan metode yang

    digunakan maka sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut:

    Bab pertama, bab ini merupakan pendahuluan yang akan mengantarkan

    pada bab-bab berikutnya. Dalam ini diuraikan beberapa hal, yakni latar belakang

    masalah, permasalahan, batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan

    kepustakaan, metode penelitian, serta sistematika penulisan.

    Bab kedua, dalam bab ini penulis akan memaparkan pembahasan

    mengenai biografi Zaghlul al-Najjar yang meliputi tentang riwayat hidupnya,

    pekerjaan dan kegiatan ilmiahnya, serta karya-karyanya. Kemudian dilanjutkan

    dengan deskripsi kitab tafsirnya al-Āyāt al-Kauniyyah Fī al-Qur’an al-Karim

    yang meliputi latar belakang penulisan kitab, sistematika penulisan kitab, bentuk

    penafsirannya, serta metode dan corak penafsiran kitabnya.

    Bab ketiga, bab ini akan menjelaskan pandangan umum tentang QS. al-

    A’raf ayat 176, yakni penjelasan mengenai deskripsi surah Al-A’rāf, asbāb al-

    Nuzūl ayat 176, munasabah ayat, dan penafsiran para mufassir terkait surah Al-

    A’rāf ayat 176.

    20 Ibid. 21Anton Bakker dan Ahmad Haris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat (Yogyakarta:

    Kanisius, 1994), hal. 70.

  • Bab keempat, bab ini akan memberi penjelasan mengenai penafsiran

    Zaghlūl terhadap QS. Al-A’rāf ayat 176 dan analisis penulis mengenai penafsiran

    Zaghlul pada surah Al-A’rāf ayat 176.

    Bab kelima, merupakan bab terakhir yang berisikan penutup penelitian.

    Pembahasan ini mengenai kesimpulan akhir penelitian, serta saran-saran penulis.

  • BAB II

    BIOGRAFI ZAGLŪL AL-NAJJĀR DAN PENGENALAN KITAB TAFSIR

    AL-ĀYĀT AL-KAUNIYYAH FĪ AL-QUR’AN AL-KARĪM

    A. Biografi Zaghlūl Al-Najjār

    1. Riwayat Hidup Zaghlūl Al-Najjār

    Zaghlul Al-Najjar memiliki nama lengkap Dr. Zaghlul Raghib Muhammad

    al-Najjar, Beliau lahir pada tanggal 17 November 1933, di desa Masyal, distrik

    Basyun, provinsi al-Gharbiyyah.22 Beliau adalah seorang pakar geologi asal

    Mesir, akademikus, sekaligus seorang da’i muslim yang fokus membahas

    kemukijzatan ilmiah dalam Al- Qur’an dan hadits.

    Zaghlul dibesarkan di keluarga yang religius, kakeknya adalah imam di

    desanya dan ayahnya seorang penghafal Al-Qur’an. Zaghlul menceritakan bahwa

    ketika ia melakukan kesalahan saat membaca Al- Qur’an, ayahnya membenarkan

    bacaannya dalam keadaan tertidur.23 Ia sendiri mempelajari Al-Qur’an sejak kecil

    di tempat pembelajaran Al-Qur’an (kuttab) di desanya dan juga di bawah didikan

    ayahnya yang merupakan salah satu pengajar yang terkemuka.24 Ia selesai

    menghafal Al-Qur’an pada usia 10 tahun. Kemudian ia pindah ke Kairo bersama

    ayahnya dan masuk ke salah satu sekolah dasar. Lalu ia masuk ke Sekolah

    Menengah Syubra pada tahun 1946 dan ia termasuk salah satu lulusan terbaik.25

    Kepala sekolahnya pernah menyuruhnya mengikuti perlombaan bahasa

    Arab karena kepandaiannya dalam hal tersebut. Namun ia malu untuk

    melakukannya karena salah satu gurunya juga mengikuti perlombaan tersebut.

    Tetapi kepala sekolahnya menentang alasan tersebut dan mengatakan bahwa

    gurunya tidaklah mewakili sekolah. Zaghlul pun mengikuti lomba tersebut dan

    berhasil meraih posisi pertama sementara gurunya di posisi 42.

    22Zaghlul al-Najjār, Min Ayāt al-I’jaz al-‘Ilmi: al-Sama’ fī al-Qur’an al-Karīm (Beirut:

    Dar al-Ma’rifah, 2007), hal. 5. 23Selamat Amir, “Epistemologi Penafsiran Saintifik Al-Qur’an: Tinjauan Terhadap

    Pendekatan Zaghlul Al-Najjar Dalam Pentafsiran Ayat Al-Kawniyat”, Jurnal Perspektif, VII, No.

    2 (2012), hal. 59. 24Zaghlul al-Najjar, Min Ayāt al-I’jāz al-‘Ilmi: al-Ardh fī al-Qur’an al-Karīm (Beirut:

    Dar al-Ma’rifah, 2005), hal. 5. 25Nani,“Ayat-Ayat Kauniyah Tentang Menjaga Keseimbangan Ekologi”, Skripsi (Jakarta:

    UIN Syarif Hidayatullah, 2017), hal. 46.

  • Setelah itu, ia masuk ke Fakultas Sains di Universitas Kairo, ia memilih

    jurusan geologi yang baru dibuka saat itu. Ia menyelesaikan studinya pada tahun

    1955 dan mendapat gelar Sarjana Muda Bidang Sains dengan yudisium Summa

    Cum Laude.26 Sebagai lulusan terbaik, pihak universitas memberikannya

    “Penghargaan Barakah” untuk kategori bidang geologi.27

    Setelah lulus, Zaghlul pernah dipenjara karena campur tangannya di salah

    satu demonstrasi politik dan persidangannya membuktikan ketidak bersalahannya.

    Tetapi keputusan politik menolak ketetapannya untuk kembali ke universitas

    karena sebab hubungannya dengan kelompok al-Ikhwan al-Muslimin.28 Ia

    dianggap sebagai ancaman yang nyata untuk kekuasaan politik sekuler Mesir saat

    itu, ia diasingkan dari Mesir pada awal tahun 1960 dan bisa kembali ke negaranya

    pada tahun 1970.

    Pada tahun 1963, ia mendapatkan gelar doktor (Ph.D) bidang geologi dari

    Universitas Wales di Inggris, dan mendapat gelar mitra di sana. Selain itu, ia juga

    mendapatkan Penghargaan Riset Robertson.29 Setelah itu, pada tahun 1972 ia

    mendapatkan gelar guru besar (Profesor) ilmu geologi di Universitas Kuwait dan

    di Universitas Qatar pada tahun 1978.30

    2. Pekerjaan & Kegiatan Ilmiah

    Zaghlul pernah mengajar di banyak universitas, seperti Universitas ‘Ain

    Syams di Kairo, Universitas King Sa’ud di Riyadh, Universitas Wales di Inggris,

    Universitas Kuwait, Universitas Qatar di Doha, Universitas Perminyakan dan

    26Selamat Bin Amir, “Aplikasi Elemen Saintifik Dalam Tafsir Al-Qur’an:Satu

    Pengamatan Awal Terhadap Manhaj Zaghlul al-Najjar”, Jurnal, No.2 (2012), hal. 132. 27Zaghlul al-Najjar, Min Ayāt al-I’jāz al-‘Ilmi: al-Ardh fī al-Qur’an al-Karīm (Beirut:

    Dar al-Ma’rifah, 2005), hal 5. 28Wikipedia, “زغلول النجار”, diakses melalui alamat https://ar.wikipedia.org/wiki/ النجار

    .tanggal 9 Januari 2020 .زغلول29Zaghlul al-Najjar, Min Ayāt al-I’jāz al-‘Ilmi: al-Ardh fī al-Qur’an al-Karīm, hal 5. 30Selamat Amir, “Epistemologi Penafsiran Saintifik Al-Qur’an: Tinjauan Terhadap

    Pendekatan Zaghlul Al-Najjar Dalam Pentafsiran Ayat Al-Kawniyat”, Jurnal Perspektif, VII, No.

    2 (2012), hal. 59.

  • Pertambangan King Fahd di Zhahran tahun 1978-1996. Ia juga beker ja sebagai

    dosen tamu di Universitas California di Los Angeles pada tahun 1977-1978.31

    Ia pernah bekerja di Perusahaan Petroleum Shahari, Pusat Riset Nasional

    di Kairo, pertambangan fosfat di Lembah Nil, petambangan emas di al-

    Barramiyyah (padang pasir di bagian timur Mesir) dan pertambangan batu bara di

    Semenanjung Sinai.32

    Ia pernah menjadi penasihat Pendidikan Tinggi Institut Pembangunan

    Arab di Khabar, Kerajaan Arab Saudi pada tahun 1996-1999. Lalu menjadi rektor

    Universitas al-Ahqaf di Yaman pada tahun 1999- 2000, rektor Institut Pendidikan

    Tinggi Markfield di Inggris pada tahun 2000-2001, serta ketua Lajnah

    Kemukjizatan Ilmiah Al-Qur’an di Dewan Tertinggi Urusan Keislaman Mesir

    pada tahun 2001 sampai sekarang. Selain itu, ia juga guru besar di Universitas

    Internasional Sains Islam di Amman, Yordania.33

    Ia juga pernah menjadi penasihat sains untuk Lembaga Riset Robertson di

    Britania, perusahaan Petroleum Arab di al-Khafji, Dubai Islamic Bank di Uni

    Emirat Arab, dan penasihat ilmiah museum kebudayaan Islam di Swiss. Selain itu

    ia juga ikut serta dalam pembentukan seluruh Dubai Islamic Bank, Faishal Islamic

    Bank Mesir dan Bank al-Taqwa.34

    Zaghlul juga memiliki beberapa kegiatan di luar pekerjaannya, Ia pernah

    ikut serta dalam pembentukan jurusan geologi di Universitas King Sa’ud di

    Riyadh pada tahun 1959-1967, Universitas Kuwait pada tahun 1967-1678 dan

    Universitas Perminyakan dan Pertambangan King Fahd di Zhahran pada tahun

    1979-1996.35

    31Zaghlul al-Najjar, Shuwar Min Tasbih al-Kainat Lillah, diterjemahkan oleh Abdul

    Hayyie al-Kattani, Dan Seluruh Alam pun Bertasbih Kepada-Nya (Jakarta: Gema Insani, 2006),

    hal. 115. 32Zaghlul al-Najjar, Min Ayāt al-I’jāz al-‘Ilmi: al-Ardh fī al-Qur’an al-Karīm (Beirut:

    Dar al-Ma’rifah, 2005), hal. 5. 33Wikipedia, “زغلول النجار”, diakses melalui alamat https://ar.wikipedia.org/wiki/ النجار

    .tanggal 9 Januari 2020 .زغلول34Selamat Amir, “Epistemologi Penafsiran Saintifik Al-Qur’an: Tinjauan Terhadap

    Pendekatan Zaghlul Al-Najjar Dalam Pentafsiran Ayat Al-Kawniyat”, Jurnal Perspektif, VII, No.

    2 (2012), hal. 60. 35 Ibid.

  • Ia adalah anggota beberapa lembaga-lembaga ilmiah lokal dan

    internasional, di antaranya ia terpilih sebagai anggota di Lembaga al-Muslim al-

    Mu’ashir di Liechtenstein tahun 1975. Ia ikut serta dalam pembentukan Badan

    Internasional Mukjizat Ilmiah Al-Qur’an dan Sunnah Nabawi, Rabithah al-‘Alam

    al-Islami di Mekkah pada tahun 1981 dan terpilih sebagai anggota dewan

    pengurusnya.36

    Ia juga ikut serta dalam pembentukan Badan Amal Islam Internasional

    sekaligus terpilih sebagai anggota dewan pengurusnya pada tahun 1986 serta

    anggota dewan komisaris Lembaga Informasi Keislaman di London, Inggris.37

    Ia terpilih sebagai anggota badan redaksi jurnal-jurnal ilmiah seperti

    Journal of Foraminiferal Research yang diterbitkan di New York tahun 1966 dan

    Journal of African Earth Sciences di Paris tahun 1981. Ia juga terpilih sebagai

    penasihat ilmiah jurnal al-Muslim al-Mu’ashir di Washington tahun 1970, jurnal

    al-Rayyan di Qatar dan jurnal Islamic Sciences di India tahun 1978, serta jurnal

    al- Syari’ah wa al-Qanun yang diterbitkan Universitas Uni Emirat Arab.38

    Selain itu, ia juga telah berkeliling dunia internasional sebagai pembicara

    tentang Islam dan beragam masalah- masalah kaum muslimin secara umum, serta

    secara khusus hal-hal terkait kemukjizatan ilmiah Al-Qur’an dan sunnah Nabi

    yang disampaikan dengan bahasa Arab dan Inggris.39 Perjalanannya mulai dari

    Kanada di Utara sampai Afrika Selatan dan Australia di Selatan, dari Amerika di

    Barat hingga Asia Tengah di Timur.

    Ia juga mengisi beberapa acara TV dan radio terkait keislaman,

    kebudayaan yang bermacam-macam. Di antaranya acara Mukjizat Sosial dalam

    Al-Qur’an dan Sunnah yang disiarkan selama bulan Ramadhan tahun 1429 di

    saluran Iqra’.40

    36Zaghlul al-Najjar, Tafsīr al-Āyāt al-Kauniyyah fī al-Qur’an al-Karīm, (Kairo: Maktabah

    al-Syurūq al-Dauliyyah, 2007), hal. 10. 37Zaghlul al-Najjar, Min Ayāt al-I’jāz al-‘Ilmi: al-Ardh fī al-Qur’an al-Karīm (Beirut:

    Dar al-Ma’rifah, 2005), hal. 6. 38Zaghlul al-Najjar, Tafsīr al-Āyāt al-Kauniyyah fī al-Qur’an al-Karīm, hal. 10-11. 39Zaghlul al-Najjar, Min Ayat al-I’jaz al-‘Ilmi: al-Sama’ fi al-Qur’an al-Karim, hal. 6. 40Wikipedia, “زغلول النجار”, diakses melalui alamat https://ar.wikipedia.org/wiki/ النجار

    .tanggal 9 Januari 2020 .زغلول

  • 3. Karya-karya

    Zaghlul Al-Najjar telah memiliki karya lebih dari 150 artikel dan lebih dari 50

    buah buku yang meliputi berbagai kajian ilmu di antaranya ilmu saintifik Islam,

    Al-Qur’an Sains, sains dalam hadits, i’jaz ilmi, dan yang lainnya. Namun kajian

    yang telah meningkatkan autoritas Zaghlul sebagai pakar sains Islam pada abad

    modernini ialah kajian yang meliputi penemuan ilmiah dalam menginterpretasikan

    ayat Al-Qur’an. Kebanyakan karya yang telah berhasil melalui kajian ini bukan

    saja ditulis dalam Bahasa Arab, bahkan juga diterbitkan dalam Bahasa Inggris dan

    Prancis.41 Beberapa karya Zaghlul, di antaranya :

    a. Tafsir al-Ayat al-Kauniyyah fi al-Qur’an al-Karim.

    b. Min Ayat al-I’jaz al-‘Ilmi: al-Sama’ fi al-Qur’an al-Karim.

    c. Min Ayat al-I’jaz al-‘Ilmi: al-Ardh fi al-Qur’an al-Karim.

    d. Min Ayat al-I’jaz al-‘Ilmi: al-Nabat fi al-Qur’an al-Karim.

    e. Min Ayat al-I’jaz al-‘Ilmi: al-Hayawan fi al-Qur’an al-Karim.

    f. Min Ayat al-I’jaz al-‘Ilmi: Khalq al-Insan fi al-Qur’an al-Karim.

    g. Min Ayat al-I’jaz al-‘Ilmi: al-Insan min al-Milad ila al-Ba’ts fi al-Qur’an al-

    Karim.

    h. Min Ayat al-I’jaz al-Inba’i wa al-Tarikhi fi al-Qur’an al-Karim.

    i. Madkhal ila Dirasah al-I’jaz al-‘Ilmi fi al-Qur’an al-Karim wa al-Sunnah al-

    Nabawiyyah al- Muthahharah.

    j. Qadhiyyah al-Takhalluf al-‘Ilmi wa al-Tiqni fi al-‘Alam al-Islami al-Mu’ashir.

    k. Khawathir fi Ma’iyyah Khatim al-Anbiya’ wa al-Mursalin Sayyidina

    Muhammad.

    l. The Geological Concept of Mountains in the Qur’an.

    m. Treasures in the Sunnah: A Scientific Approach.

    Selain itu, ia juga menulis artikel mingguan di Surat Kabar al-

    Ahram al-Mishriyyah tentang kemukjizatan ilmiah di dalam Al-Qur’an dengan

    judul “Min Asrar Al-Qur’an” (Di Antara Rahasia- rahasia Al-Qur’an) yang

    41Selamat Amir, “Epistemologi Penafsiran Saintifik Al-Qur’an: Tinjauan Terhadap

    Pendekatan Zaghlul Al-Najjar Dalam Pentafsiran Ayat Al-Kawniyat”, Jurnal Perspektif, VII, No.

    2 (2012), hal. 60.

  • hingga kini telah memuat lebih dari 250 artikel.42 Di surat kabar yang sama, ia

    juga menulis 60 artikel mengenai kemukjizatan ilmiah dalam hadis Nabi selama

    bulan Ramadhan dari tahun 1422 sampai 1424. Kemudian diterbitkan dalam

    bentuk buku yang terdiri dua jilid dan telah diterjemahkan ke dalam Bahasa

    Inggris.43

    Ia juga menulis sederet artikel yang bermacam-macam di banyak jurnal

    seperti al-Da’wah, al-I’jaz, al-Furqan, Qafilah al-Zait, al-Mujtami’, al-Risalah

    dan yang lainnya. Ia juga memiliki sederet rekaman audio, video dan CD di

    banyak majalah, salah satunya adalah jurnal al-Islam wa al-‘Ilm.44

    B. Deskripsi Kitab Tafsir Al-Ayat Al-Kauniyah Fi Al-Qur’an Al-Karim

    1. Latar Belakang Penulisan Kitab

    Sejarah penulisan kitab ini tidak terlepas dari latar belakang pendidikan

    Zaghlul, yakni seseorang yang ahli dalam bidang ilmu alam terutama dalam

    bidang Geologi. Zaghlul memahami bahwa di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat

    yang berisi tentang ajakan ilmiah yang berdiri di atas prinsip pembebasan akal

    dari tahayul dan kemerdekaan berfikir.

    Menurut Zaghlul, tidak kurang ada 1000 ayat yang secara tegas dan

    ratusan lainnya yang tidak langsung terkait dengan fenomena alam semesta.

    Zaghlul juga berpendapat bahwa ayat-ayat kauniyah itu tidak akan mungkin dapat

    kita fahami secara sempurna jika hanya difahami dari sudut pandang bahasa arab

    saja. Untuk mengetahui secara sempurna, maka perlu mengetahui hakikatnya

    secara ilmiah.45

    Sebagaimana yang telah Zaghlul sampaikan di dalam muqaddimah

    kitabnya, Al-Qur’an adalah kitab yang memiliki mukjizat dari aspek bahasa dan

    sastranya, akidah, ibadah, dan akhlaknya, informasi kesejarahannya, dan tak kalah

    42Dwi Indah Sari, “Penafsiran Zaghlul al-Najjar tentang Black Hole dalam QS. At-Takwir

    ayat 15-16”, Skripsi (Semarang: Universitas Islam Negeri Walisongo, 2019), hal. 39. 43Zaghlul al-Najjar, Min Ayāt al-I’jāz al-‘Ilmi: al-Ardh fī al-Qur’an al-Karīm (Beirut:

    Dar al-Ma’rifah, 2005), hal. 6 44Wikipedia, “زغلول النجار “, diakses melalui alamat https://ar.wikipedia.org/wiki/ النجار

    .tanggal 9 Januari 2020 .زغلول45Zaghlul al-Najjar, Tafsīr al-Āyāt al-Kauniyyah fī al-Qur’an al-Karīm, Jilid I (Kairo:

    Maktabah al-Syurūq al-Dauliyyah, 2007), hal. 6.

  • pentingnya adalah dari sudut isyarat ilmiahnya. Kemukjizatan yang disebut

    terakhir ini adalah keunggulan kitab ini yang memberikan informasi menakjubkan

    dan akurat tentang hakikat alam semesta dan fenomenanya, tidak seorangpun

    manusia pada saat diturunkannya Al-Qur’an dapat mengetahuinya kecuali setelah

    berabad-abad diturunkannya Al-Qur’an.46

    Dengan kepiawaiannya di bidang tafsir Al-Qur’an berbasis sains, beliau

    rutin menulis artikel tetap di rubrik Min Asrar Al-Qur’an setiap hari senin di

    harian al-ahram Mesir yang berjumlah tiga juta ekslempar setiap harinya. Hingga

    kini telah dimuat lebih dari 250 artikel tentang kemukjizatan sains dalam Al-

    Qur’an yang semua itu terangkum dalam kitab ini.47

    2. Sistematika Penulisan Kitab

    Kitab tafsir al-Āyāt al-Kauniyyah Fī Al-Qur’an al-Karīm terbitan

    Maktabah al-Syuruq al-Dawliyyah diterbitkan pada tahun 2007, yang terdiri atas

    4 jiid. Dari segi penyusunan, Zaghlul menyusunnya berdasarkan pada metode

    penulisan klasikal dan modern.48 Beliau menyusun ayat atau surah mengikut

    susunan seperti yang terdapat di dalam Al-Qur’an, yaitu dimulai dari Surah Al-

    Baqarah hingga Surah Al-Qori’ah, namun kitab ini memfokuskan kepada ayat-

    ayat kauniyah yang terdapat di dalam Al-Qur’an.

    Hal ini berdasarkan bidang kepakaran utama Zaghlul yang meliputi

    penemuan saintifik melalui dimensi alam semesta, penciptaan makhluk dan

    kesehatan. Adapun yang menarik dalam penulisan tafsir ini adalah Zaghlul hanya

    menafsirkan ayat-ayat tertentu saja, tidak membahas topik yang sama sekali tidak

    berkaitan dengan sains natural. Maka tidak mengherankan jika tafsir ini

    merangkum sebuah ensiklopedia tafsir penemuan saintifik qurani terkini.49

    Jillid petama kitab ini dimulai dari surah Al-Baqarah hingga surah Al-Isra’

    yang terdiri dari 56 pembahasan ayat. Jilid kedua, dimulai dari surah Al-Kahfi

    hingga surah Luqman yang terdiri dari 42 pembahasan. Jilid ketiga, dimulai dari

    46Ibid., Tafsir Al-Ayat Al-Kauniyah Fi Al-Qur’an Al-Karim, Jilid 1, hal. 26. 47Muh Ulin Nuha, “Penafsiran Zaghlul al-Najjar tentang api di bawah laut dalam QS.

    Ath-Thur ayat 6”, Skripsi (Semarang: UIN Walisongo Semarang, 2016), hal. 81. 48Ibid. 49Nani, “Ayat-Ayat Kauniyah Tentang Menjaga Keseimbangan Ekologi”, Skripsi

    (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2017), hal. 52.

  • surah Al-Sajadah hingga surah Al-Qamar yang terdiri dari 38 pembahasan. Pada

    jilid keempat dimulai dari surah Al-Rahman hingga surah Al-Qari’ah yang terdiri

    dari 40 pembahasan. Sehingga jumlah seluruh pembahasan yang terdapat dalam

    kitab ini adalah 176 dalam 66 surah.

    Pada setiap jilidnya selalu diawali dengan biografi Zaghlul dan

    mukadimah. Adapun mukadimah tersebut berisi 4 pokok pembahasan, yaitu

    definisi literasi I’jaz serta pembagiannya, sejarah perkembangan I’jaz dan metode

    dalam menafsirkan ayat yang berdimensi saintifik, ajakan Zaghlul kepada para

    ilmuwan islam khususnya para ahli tafsir untuk menafsirkan Al-Qur’an sesuai

    dengan perkembangan masa, dan terakhir penjelasan penolakan sebagian

    golongan yang menolak Al-Qur’an ditafsirkan berdasarkan penemuan saintifik.

    3. Bentuk, Metode dan Corak Penafsiran

    Bentuk penafsiran Zaghlul sudah sangat jelas bahwa penafsirannya

    menggunakan penalaran atau Birra’yi. Metode penulisan tafsir ini adalah metode

    Maudhu’i, yakni menafsirkan ayat-ayat tertentu berdasarkan tema dalam setiap

    surah. Pemilihan ayat dalam tafsir ini lebih kepada ayat-ayat Al-Qur’an yang

    berkaitan dengan alam semesta, hal ini karena berdasarkan latar belakang Zaghlul

    yang ahli dalam bidang sains.50

    Dalam menafsirkan ayat-ayat kauniyah, ada beberapa langkah yang

    digunakan Zaghlul. Pada tahap pertama, Zaghlul memilih satu atau sepenggal ayat

    sebagai headline, tanpa menyebutkan tema bahasan, ia hanya memberikan

    pengantar, itupun tidak pada semua ayat. Selanjutnya Zaghlul menafsirkan ayat

    dengan memaparkan pandangan secara umum yang berdasarkan tafsir lafdzi atau

    yang berkaitan dengan kebahasaan. Kemudian ia akan menghadirkan dan

    menjelaskan petunjuk ilmiah ayat dengan mengaitkan teori-teori sains dan

    beberapa pendapat sains modern serta memperkuatnya dengan ayat Al-Qur’an dan

    hadits-hadits. Pada setiap akhir penafsirannya ia beragumen mengenai prinsip dan

    tujuan Islam khususnya pokok Al-Qur’an sebagai wahyu Allah yang diturunkan

    sejak empat belas abad yang lalu mampu menghadirkan fakta-fakta ilmiah di abad

    50Ibid., hal. 72.

  • modern. Di akhir pembahasan ia juga menyuguhkan dan memberi keterangan

    dengan menggunakan gambar-gambar yang sesuai dengan pembahasan.

    Diantaranya gambar tumbuhan, binatang, fenomena alami, dan sebagainya yang

    bertujuan agar pembaca lebih mudah memahaminya.51

    Adapun corak tafsir ini tergolong sebagai tafsir ilmi, sebab di dalam tafsir

    ini membahas tentang ayat-ayat dengan menggunakan teori ilmu pengetahuan

    modern dan hasil penelitian ilmiah untuk menjelaskan sebuah ayat.52

    51Ibid. 52Ibid.

  • BAB III

    PANDANGAN UMUM TERHADAP QS. AL-A’RĀF AYAT 176

    A. Deskripsi Surah Al-A’rāf

    Surah Al-A’rāf merupakan surah ke-7 di dalam Al-Qur’an, diturunkan di

    kota Mekkah tergolong surah Makkiyah yang terdapat 206 ayat di dalamnya.

    Surah ini termasuk surah-surah panjang di dalam Al-Qur’an dan secara umum

    merupakan surah Makiyah yang paling panjang. Surah ini dinamakan Al-A’rāf

    karena adanya penyebutan isyarat “Al-A’rāf”, yaitu dinding-dinding tinggi yang

    dibuat antara surga dan neraka untuk menghalangi antara penghuni keduanya,

    sebagai pemuliaan untuk penghuni surga dan sebagai penghinaan dan pelecehan

    untuk penghuni neraka.53

    Menurut Ridhai Isfahani, surah ini terdiri dari 3825 kata dan 13877 huruf.

    Dari sisi urutan penurunan, surah Al-A’rāf ialah surah pertama yang huruf

    muqata’ahnya lebih dari satu huruf, sebab surah-surah sebelumnya seperti surah

    Qāf, surah Shād, dan surah Al-Qalam hanya dimulai dengan satu huruf.

    Thabathaba’i meyakini bahwa dimulainya surah ini dengan huruf muqatha’ah Alif

    Lam Mim Shad adalah untuk menunjukkan bahwa surah Al-A’rāf selain

    mencakup kandungan surah-surah yang dimulai dengan huruf muqatha’ah Alif

    Lam Mim, juga mencakup kandungan surah Shad.54

    Seperti pembawaan surah-surah Makkiyah lainnya, surah ini berbicara

    seputar perkara akidah Islam yang berdiri pada dasar-dasar tauhid yang murni

    kepada Allah, hanya menyembah-Nya saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak pula

    ada yang sepadan dengan-Nya, tidak ada yang menyaingi-Nya, dan juga tidak

    memiliki istri dan anak. Surah ini juga terkait perkara iman yang sempurna pada

    wahyu langit, ketundukan penuh pada perintah-perintah Allah yang diturunkan

    pada zaman nabi dan rasul yang kemudian disempurnakan dan terjaga dalam Al-

    Qur’an dan sunah Nabi.55

    53Zaghlul Al-Najjar, Min Āyāt al-I’jāz al-‘Ilmī:Al-Hayawān fī Al-Qur’an al-Karīm

    (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 2006), hal. 344. 54Surah Al-A’raf, diakses melalui http://id.wikishia.net/view/surah_al-a%27raf pada

    tanggal 20 April 2020. 55Ibid., Min Āyāt al-I’jāz al-‘Ilmī:Al-Hayawān fī Al-Qur’an al-Karīm , hal. 344.

    http://id.wikishia.net/view/surah_al-a%27raf

  • Ini adalah akidah Islam yang membentuk kekokohan agama yang diridai

    Allah dari hamba-hambanya dan yang tidak diridai sebagai agama selainnya,

    akidah yang telah Allah ajarkan kepada Nabi Adam pada waktu penciptaannya.

    Kemudian akidah ini diturunkan atas rangkaian para nabi dan rasul yang panjang

    (yaitu 120.000 nabi dan 310-an rsul), lalu disempurnakan dan terjaga dalam

    risalah terakhir yang diturunkan kepada penutup para nabi dan rasul, karenanya

    Allah mengutus beliau sebagai saksi, pemberi kabar gembira dan pemberi

    peringatan kepada seluruh manusia hingga hari pembalasan. Akidah yang dijaga

    dengan penjagaan risalah-Nya pada nafas bahasa wahyu-Nya, yaitu bahasa Arab,

    sehingg terpelihara selama 14 abad lebih, dan akan tetap terjaga hingga hari

    kiamat sebagai pemenuhan janji Allah yang Dia nyatakan atau zat-Nya yang

    tinggi.56 Sehinga Dia berfirman:

    [٩َّنَّ ََنُْن نَ زَّْلَنا الذِِّْكَر َوِإَّنَّ َلُه ََلَاِفظُوَن ]إ

    “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya

    Kami benar-benar memeliharanya”. (QS. Al-Hijr: 9)57

    Surah Al-A’rāf telah memperlihatkan akidah tauhid yang murni kepada

    Allah pada tanggapan sejumlah nabi-nabi Allah dan rasul-rasul-Nya atas kaum-

    kaum mereka dengan perkataan yang benar yang telah Al-Qur’an catatkan untuk

    mereka,58 di mana mereka berkata:

    .…ََي قَ ْوِم اْعُبُدوا اَّللََّ َما َلُكم مِّْن ِإلٍََٰه َغْْيُُه .…

    “….Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-

    Nya….". (QS. Al-A’rāf: 59).59

    Perkataan yang tepat ini telah terulang sebanyak empat kali dalam surah

    ini atas lidah seluruh nabi-nabi Allah, yaitu Nabi Nuh, Nabi Hud, Nabi Salih, dan

    Nabi Syu’aib. Seruan ini selalu diikuti dengan peringatan dan teguran keras,60

    56Ibid., Min Āyāt al-I’jāz al-‘Ilmī:Al-Hayawān fī Al-Qur’an al-Karīm , hal. 244-245. 57Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surakarta:MediaInsani

    Publishing, 2005), hal. 262. 58Ibid., Min Āyāt al-I’jāz al-‘Ilmī:Al-Hayawān fī Al-Qur’an al-Karīm, hal. 344. 59Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surakarta:MediaInsani

    Publishing, 2005), hal. 158. 60Ibid., Min Āyāt al-I’jāz al-‘Ilmī:Al-Hayawān fī Al-Qur’an al-Karīm, hal. 344.

  • seperti perkataan nabi Nuh kepada kaumnya ( ٍِاّنِّْ اخاُف عَليُكم عذاَب يوٍم عظيم )

    “Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang dahsyat

    (kiamat)”61 juga perkataan Nabi Hud kepada kaumnya ( افال تت ُِّقون ) “Maka mengapa

    kamu tidak bertakwa?”62,serta seperti perkataan nabi Salih dan Syu’aib kepada

    kaum mereka ( ربُِّكمْ قْدجا أتُكْم بَ يَِّنة ِمْن ) “Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti

    yang nyata dari tuhanmu…”.63

    Ada banyak ajaran akidah Islam yang diterangkan di dalam Surah Al-

    A’rāf, di antarnya:

    1. Keimanan kepada Al-Qur’an sebagai wahyu terakhir yang diturunkan Allah

    kepada penutup para nabi dan rasul-Nya, urgensi dakwah untuk

    mengimaninya, peringatan dari akibat menyembunyikan atau mencoba

    mengingkarinya. Juga tanggungan setiap kesempitan untuk hal tersebut karena

    ia seperti melawan semua bentuk kebatilan yang tersebar di seluruh bumi

    dengan satu kebenaran yang tidak diridai Allah dari hamba-hamba-Nya

    sebagai agama selainnya. Hal itu seperti menghadapi semua bentuk kekufuran,

    kesyirikan, kesesatan, kezaliman, kerusakan, dan kesewenang-wenangan

    dengan tauhid yang murni kepada Allah, rasa takut dan takwa kepada-Nya.

    Penggantian sejumlah tatanan yang kejam, kondisi-kondisi yang rusak,

    penyimpangan-penyimpangan dari manhaj Allah dalam komunitas-komunitas

    manusia dengan menegakkan keadilan Allah di bumi serta membangun

    pondasi-pondasi pengawasan Allah dan takwa kepada-Nya.

    2. Pengakuan bahwa Allah Ta’ala suci dari segala sekutu, segala yang menyamai

    dan menyaingi-Nya, istri serta anak, dan Allah suci dari segala sifat yang tidak

    pantas dengan kemuliaan-Nya.

    3. Keyakinan akan berbagai bentuk hukuman yang Allah Ta’ala turunkan

    kepada para pelaku kemaksiatan dari tokoh-tokoh umat-umat terdahulu yang

    disebutkan dalam kepastian kitab-Nya, serta pengakuan akan kepastian

    pengabaran para rasul dan yang diutus kepada mereka.

    61 Ibid., Al-Qur’an dan Terjemahnya, hal. 158. 62 Ibid. 63 Ibid., hal. 159.

  • 4. Pembenaran akan kepastian kebangkitan, hisab/perhitungan dan balasan di

    akhirat, kemudian kekelan di akhirat, baik surga ataupun neraka.

    5. Pengakuan bahwa Allah lah yang berhak menerima rasa syukur yang terus

    menerus atas kebesaran nikmat-nikmat-Nya, dan bahwa di antara bentuk-

    bentuk rasa syukur tersebut adalah ketundukan kepada-Nya dengan menaati

    dan menyembah-Nya seperti yang Dia perintahkan.

    6. Keimanan kepada hakikat penciptaan dan bahwa Allah adalah al-Khāliq, al-

    Bāri’, dan al-Musawwir. Pengakuan akan kemuliaan manusia selama taat

    kepada perintah Raab-Nya, keyakinan akan permusuhan setan kepada manusia

    dan upaya penyesatannya sebagaimana yang ia lakukan kepada nabi Adam

    dan Hawa, yakin bahwa mereka telah bertaubat dan kembali dan Allah telah

    menerima taubat keduanya. Juga keyakinan bahwa seoarang dari keturunan

    mereka tidak menanggung dosa mereka sedikitpun yang mana secara umum

    hal itu merupakan rekaan orang-orang yang berbuat kedustaan, pernyataan

    sebagian orang-orang bodoh dari kalangan orang-orang musyrik. Serta

    penegasan bahwa manusia senantiasa diseur akan kemaksiatan setan dan

    peringatan dari penyesatannya.

    7. Keyakinan bahwa Allah telah mengharamkan perbuatan keji yang tampak dan

    tersembunyi, dosa dan perbuatan aniaya tanpa hak, sebagaimana Dia telah

    mengharamkan kesyirikan kepada-Nya. Keyakinan bahwa perkataan hamba-

    hamba terhadap Allah yang tidak mereka ketahui, dan Dia telah

    mengharamkan perbuatan melampaui batas dan selainnya dari bentuk-bentuk

    kerusakan di bumi.

    8. Pengakuan bahwa ajal telah ditentukan, dan hal itu tidak dapat diubah oleh

    satu makhluk pun.

    9. Keimanan bahwa tidak ada rasa takutatas hamba-hamba Allah yang

    Mukallaf,yang bertaqwa dan melakukan perbaikan, dan mereka juga tidak

    bersedih. Keyakinan bahwa siapa pun di antara hamba-hamba Allah yang

    mukallaf, yang mendustakan ayat-ayat Allah dan menyombongkan diri dari-

    Nya, maka mereka itu adalah para penghuni neraka yang kekal di dalamnya,

  • karena hal tersebut termasuk bentuk kezaliman terhadapa diri yang paling

    besar.

    10. Keimanan akan gambaran kondisi-kondisi semua penghuni surga dan

    penghuni neraka yang datang dalam kitab Allah yang terakhir.

    11. Keyakinan bahwa berdo’a kepada Allah dengan merendahkan diri dan takut

    termasuk ibadah-ibadah paling agung yang diterima Allah.

    12. Keimanan akan seluruh rasul-rasul Allah dan risalah-risalahnya tanpa

    sedikitpun membeda-bedakan, keyakinan akan kesatuan semua risalah-risalah

    yang menyeru makhluk untuk mentauhidkan al-Khāliq tersebut dan untuk

    mengimani bahwa bumi itu milik Allah, Dia mewariskannya kepada hamba-

    hambanya yang Dia kehendaki, bahwa kesudahan yang baik bagi orang-orang

    yang bertaqwa.

    13. Pengakuan bahwa penutup para nabi dan rasul itu diutus untuk manusia

    seluruhnya, penyebutannya telah datang dalam kitab-kitab terdahulu dari

    kalangan ahli kitab dan jika para penyangkal memungkirinya.

    14. Keimanan bahwa Allah memiliki nama-nama terbaik (asmaul husna) yang

    tidak diperbolehkan berdo’a kecuali denganNya, dan orang-orang yang

    mengingkari nama-namaNya akan dibalas apa yang mereka lakukan.

    15. Keyakinan bahwa ilmu mengenai hari kiamat ada disisi Allah saja, tidak ada

    yang mengetahuinya kecuali Dia, kiamat membebani langit dan bumi dan

    kiamat tidak datang kepada manusia kecuali secara tiba-tiba.

    16. Keimanan bahwa malaikat tidak menyombongkan diri dari menyembah Allah,

    serta bahwa mereka bertasbih dan bersujud kepada-Nya.64

    Manhaj surah ini di dalam membenahi akidah tidaklah dengan

    memaparkan kisah akidah dalam sejarah manusia dan tidak memparkan

    perjalanan manusia sejak kejadiannya yang pertama hingga kembalinya ke alam

    akhirat nanti dengan semata-mata menggunakan metode narasi an sich. Tetapi ia

    memaparkannya dalam bentuk peperangan dengan kejahiliahan.65

    64Ibid., Min Āyāt al-I’jāz al-‘Ilmī:Al-Hayawān fī Al-Qur’an al-Karīm , hal. 245-247. 65Sayyid Quthb, Fi Zhilāl al-Qur’an, Jilid III (Kairo: Dar al-Syuruq, 2000), hal. 1245.

  • Oleh karena itu, surah ini memaparkannya dalam berbagai pemandangan

    dan perhentian. Dengan pemandangan-pemandangan dan perhentian-perhentian

    ini, ia menghadapi manusia yang hidup berhadapan dengan Al-Qur’an. Maka, Al-

    Qur’an menghadapi mereka dengan mengemukakan kisah yang panjang itu, dan

    berbicara kepada mereka dengan menyampaikan kalimat-kalimat yang ada di

    dalamnya, untuk memberikan peringatan dan perhatian.66

    Selain itu, di dalam surah Al-A’rāf juga terdapat banyak ayat-ayat

    kauniyyah dan kesejarahan di antaranya :

    1. Isyarat akan tibanya siksaan Allah, sebagaimana yang tampak dalam firman-

    Nya:

    [ ٤َناَها َفَجاَءَها ََبُْسَنا بَ َياًتا َأْو ُهْم قَائُِلوَن ]وََكم مِّن قَ ْريٍَة َأْهَلكْ

    “Betapa banyaknya negeri yang telah Kami binasakan, maka datanglah siksaan

    Kami (menimpa penduduk)nya di waktu mereka berada di malam hari, atau di

    waktu mereka beristirahat di tengah hari”. (QS. Al-A’rāf: 4).67

    2. Penegasan akan proses pembentukan tubuh setelah penciptaan, sebagaimana

    firman-Nya:

    َوَلَقْد َخَلْقَناُكْم ُُثَّ َصوَّْرََّنُكمْ .…

    “Dan sungguh, Kami telah menciptakan kamu, kemudian membentuk

    (tubuh)mu.....”. (QS. Al-A’rāf: 11)68

    3. Gambaran penciptaan jin dari api, dan penciptaan manusia dari tanah, dalam

    firman-Nya:

    ٍر َوَخَلْقَتُه ِمن ِطنٍي ]ق [ ٧:١٢اَل َأََّن َخْْيٌ مِّْنُه َخَلْقَتِِن ِمن َّنَّ …

    “.... (Iblis) menjawab, “Aku lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari

    api, sedangkan dia engkau ciptakan dari tanah”. (QS. Al-A’rāf: 12).69

    4. Penegasan hakikat permusuhan setan dan manusia serta kefanaan eksistensi

    keduanya di bumi, dalam hal ini Allah Ta’ala berfirman:

    66 Ibid., Fi Zhilal al-Qur’an, hal. 1245. 67Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surakarta:MediaInsani

    Publishing, 2005), hal. 151. 68 Ibid. 69 Ibid., hal. 152.

  • [قَاَل ِفيَها ََتْيَ ْوَن َوِفيَها ٢٤َوَلُكْم ِف اْْلَْرِض ُمْستَ َقر َوَمَتاٌع ِإََلَٰ ِحنٍي ] ۚ قَاَل اْهِبطُوا بَ ْعُضُكْم لِبَ ْعٍض َعُدو َها ُُتَْرُجوَن ] [٢٥ََتُوتُوَن َوِمن ْ

    “Allah berfirman, "Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh

    bagi sebahagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan

    kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang

    telah ditentukan". Allah berfirman, "Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu

    kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan”. (QS. Al-A’rāf:

    24-25).70

    5. Isyarat akan kecepatan rotasi bumi yang luar biasa di sekitar porosnya di muka

    matahari pada awal penciptaan, dan bahwa seluruh benda-benda langit seperti

    matahari, bulan, dan bintang-bintang tunduk dengan perintah Allah yang segala

    penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya. Dalam firman-Nya:

    ٍم ُُثَّ اْستَ َوىَٰ َعَلى اْلَعْرِش يُ ْغِشي اللَّْيَل الن ََّهاَر َيْطلُُبُه ِإنَّ َربَُّكُم اَّللَُّ الَِّذي َخَلَق السََّماَواِت َواْْلَْرَض ِف ِستَِّة َأَيَُّ َربُّ اْلَعاَلِمنَي ] ۚ َأََل َلُه اْْلَْلُق َواْْلَْمرُ ۚ َِبَْمرِهِ َحِثيثاا َوالشَّْمَس َواْلَقَمَر َوالنُُّجوَم ُمَسخَّرَاٍت [ ٧:٥٤تَ َباَرَك اَّللَّ

    “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan

    bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan

    malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya

    pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada

    perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah.

    Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam”. (QS. Al-A’rāf: 54).71

    6. Penegasan bahwa Allah lah yang mengirim angin, membentuk awan,

    menurunkan hujan, serta mengeluarkan tumbuh-tumbuhan, pepohonan dan

    buah-buahan. Allah kelak akan mengeluarkan segala yang mati seperti

    mengeluarkan tumbuh-tumbuhan dari bumi. Firman-Nya:

    َحَّتََّٰ ِإَذا أَقَ لَّْت َسَحاًبا ثَِقاَلا ُسْقَناُه لِبَ َلٍد مَّيٍِّت فَأَنزَْلَنا ِبِه اْلَماَء ۚ الَِّذي يُ ْرِسُل الرََِِّيَح بُْشراا َبنْيَ يََدْي َرْْحَِتهِ َوُهوَ ِلَك ُُنْرُِج اْلَمْوَتىَٰ َلَعلَُّكْم َتذَكَّ ۚ َفَأْخَرْجَنا بِِه ِمن ُكلِّ الثََّمرَاتِ [ ٧:٥٧ُروَن ] َكذََٰ

    “Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum

    kedatangan rahmat-Nya (hujan), hingga apabila angin itu telah membawa

    awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan

    hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai

    macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang

    telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran”. (QS.Al-A’rāf: 57).72

    70 Ibid., Al-Qur’an dan Terjemahnya, hal. 153. 71 Ibid., hal. 157. 72 Ibid.

  • 7. Isyarat bahwa negeri yang baik mengeluarkan tetumbuhannya dengan izin

    Rabb-nya, sementara negeri yang buruk tidak mengeluarkan apapun kecuali

    kesulitan. Firman-Nya:

    ا ۚ َواْلبَ َلُد الطَّيُِّب ََيْرُُج نَ َباتُُه ِبِِْذِن رَبِّهِ ِلَك ُنَصرُِِّف اْْلََيِت لَِقْوٍم ۚ َوالَِّذي َخُبَث ََل ََيْرُُج ِإَلَّ َنِكدا َكذََٰ [ ٥٨َيْشُكُروَن ]

    “Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin

    Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh

    merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi

    orang-orang yang bersyukur”. (QS. Al-A’rāf: 58).73

    8. Penyebutan sejumlah nabi dan rasul terdahulu atas diutusnya penutupmereka,

    pemaparan pokok dakwah mereka kepada kaum-kaum mereka, reaksi mereka

    terhadap dakwah tersebut dan gambaran sejumlah mukjizat yang dengannya

    Allah meneguhkan para nabi dan rasul. Juga penunjukan sejumlah bentuk

    hukuman yang Allah turunkan kepada orang-orang kafir dan musyrik dari

    kaum-kaum tersebut,serta penemuan peninggalan berturut-turut yang

    menegaskan kebenaran segala kandungan Al-Qur’an.

    9. Penegasan bahwa pembawaan atas hati adalah menutup pendengaran.

    10. Gambaran azab yang Allah turunkan kepada Fir’aun dan pengikutnya yang

    berupa banjir bandang, belalang, kutu, katak, dan darah. Itu semua adalah azab

    yang tidak mampu dilawan seorang makhluk pun kecuali yang Allah

    kehendaki.

    11. Isyarat bahwa bumi memiliki beberapa arah timur dan barat.

    12. Penyebutan akan penaungan kaum nabi Musa dengan awan dan mereka adalah

    orang-orang yang hilang dalam kesesatan ditengah semenanjung Sinai, isyarat

    akan penurunan al-man dan al-salwa kepada mereka.

    13. Penyebutan mukjizat perubahan bentuk beberapa orang munafik, musyrik dan

    kafir dari Bani Israil menjadi kera dan babi.

    14. Isyarat akan penghinaan para pelaku maksiat dari Bani Israil selama bertahun-

    tahun, hingga hari kiamat, dengan perantaraan orang-orang yang menimpakan

    mereka siksaan yang berat sebagai hukumanbagi mereka atas kekufurannya,

    73 Ibid., Al-Qur’an dan Terjemahnya, hal. 158.

  • kesyirikan dan kerusakan yang mereka lakukan di bumi. Sementara Allah

    sangat cepat siksaannya, dan Dia Maha Pengampun Maha Penyayang kepada

    orang yang bertaubat dan kembali kepada-Nya.

    15. Penegasan akan penyimpangan orang-orang Yahudi kepada Taurat yang

    dibawa oleh nabi Musa, dalam firman-Nya:

    َذا اْْلَْدََنَٰ َويَ ُقولُوَن َسيُ ْغَفُر لََنا َوِإن ََيِِْتِْم َعَرٌض مِّثْ ُلُه َفَخَلَف ِمن بَ ْعِدِهْم َخْلٌف َورِثُوا اْلِكَتاَب ََيُْخُذوَن َعَرَض هََٰاُر اْْلِخَرُة ۚ أَلَْ يُ ْؤَخْذ َعَلْيِهم مِّيثَاُق اْلِكَتاِب َأن َلَّ يَ ُقولُوا َعَلى اَّللَِّ ِإَلَّ اَلَْقَّ َوَدَرُسوا َما ِفيهِ ۚ ََيُْخُذوهُ َوالدَّ

    [ ٧:١٦٩أََفاَل تَ ْعِقُلوَن ] ۚ َخْْيٌ لِِّلَِّذيَن يَ ت َُّقونَ “Maka datanglah sesudah mereka generasi (yang jahat) yang mewarisi Taurat,

    yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan berkata: "Kami akan

    diberi ampun". Dan kelak jika datang kepada mereka harta benda dunia

    sebanyak itu (pula), niscaya mereka akan mengambilnya (juga). Bukankah

    perjanjian Taurat sudah diambil dari mereka, yaitu bahwa mereka tidak akan

    mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar, padahal mereka telah

    mempelajari apa yang tersebut di dalamnya?. Dan kampung akhirat itu lebih

    bagi mereka yang bertakwa. Maka apakah kamu sekalian tidak mengerti?”.

    (QS. Al-A’rāf: 169).74

    16. Isyarat akan hakikat dari kebenaran ilmu genetika, yaitu penciptaan seluruh

    manusia dari jiwa yang satu, lalu Allah menjadikan istri darinya, dan kode-

    kode genetika seluruh manusia terhimpun di tulang sulbi nabi Adam pada saat

    penciptaannya. Juga isyarat bahwa Allah Ta’ala telah mempersaksikan

    keturunan Adam di alam al-zarr (gen) dengan hakikat Rububiyyah,

    Uluhiyyah, dan keesaan yang suci dari segala sifat yang tidak pantas dengan

    kebesaran Allah.

    17. Seruan kepada seluruh manusia untuk mengamati kerajaan langit dan bumi,

    mengenali ciptaan Allah dan mengambil pelajaran dari itu semua.75

    B. Asbāb al-Nuzūl Surah Al-A’rāf ayat 176

    Ayat ini merupakan tamṡīl yang mengandung musyabbah (yang

    diserupakan) dan musyabbah bihi (yang dijadikan penyerupa).76 Al-Qur’an tidak

    74 Ibid, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hal. 172. 75 Zaghlul Al-Najjar, Min Āyāt al-I’jāz al-‘Ilmī:Al-Hayawān fī Al-Qur’an al-Karīm , hal.

    248-250. 76Ja’far Subhani, Al-Amtsal fi al-Qur’an, diterjemahkan oleh Muhammad Ilyas, Wisata

    Al-Qur’an (Jakarta: Al-Huda, 2007), hal. 180.

  • menyebutkan siapa nama orang yang dijadikan perumpamaan, dari bangsa apa

    dan dari Negara mana. Begitu pula dalam hadits sahih, tidak ada keterangan

    mengenai itu. Maka dalam memberi nasihat, kita tidak perlu menerangkan siapa

    namanya, sekalipun dalam tafsir-tafsir bi al-ma’ṡur para perawinya banyak

    meriwayatkan tentang siapa orang yang dimaksud.77

    Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim mengeluarkan riwayat dari Ibnu Abbas ra.

    Ia mengatakan, nahwa yang dimaksud ialah seorang laki-laki yang bernama

    Bal’am dari Yaman.78 Dikisahkan bahwa ia memiliki suatu majelis dan pada

    majelis tersebut terdapat dua puluh ribu alat tulis yang akan digunakan oleh

    murid-muridnya untuk menulis setiap kata yang keluar dari mulutnya. Namun

    sayangnya, di akhir hidupnya ia berpaling dari keimanan, dan ia juga menjadi

    orang yang pertama kali menulis buku yang bertemakan “Alam ini tidak ada

    penciptanya”.79Pada akhirnya, Al-Bustani dala Ensiklopedi Arabnya menceritakan

    ringkasan kisah Bal’am, yang kemudian dia mengatakan bahwa sebagian mufasir

    yang melakukan penelitian terhadap kisah Bal’am yang tertera dalam Kitab

    Bilangan dari pasal 22 sampai 24 tidaklah otentik.

    Beberapa riwayat menyebutkan bahwa ini adalah informasi tentang

    seorang yang sholeh di Palestina (sebelum dimasuki oleh Bani Israil), kisah

    penyimpangan dan penyelewengannya diriwayatkan secara rinci dan panjang,

    yang tidak menutup kemungkinan bahwa ini adalah kisah yang dikenal dengan

    Isra’illiyyat yang banyak disisipkan dalam kitab-kitab tafsir.80 Riwayat lain

    mengatakan bahwa orang itu adalah seorang lelaki dari Palestina yang diktator.

    Riwayat lain lagi mengatakan bahwa dia adalah Umayyah bin Abi Salt As-

    Saqafi. Sebelum Rasulullah diutus Umayyah adalah orang yang dipandang

    terkemuka dan disegani oleh kaumnya. Diapun benci kepada penyembah berhala,

    dia seorang yang mengakui beragama hanif. Setelah Rasulullah di utus, ia

    berangkat ke Bahrain dan di sana ia mengaku sebagai rasul utusan Tuhan dan

    77Ahmad Mustafa al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, diterjemahkan oleh Bahrun Abu Bakar et.

    al., Terjemah Tafsir Al-Maragi, Jilid 9 (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1994), hal. 204. 78Ibid. 79Hamka, Tafsir al-Azhar, Jilid 3 (Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd, 1990), hal. 158. 80Sayyid Quthb, Fi Zhilāl al-Qur’an, (Kairo: Dar al-Syuruq, 2000), Jilid III, hal. 1397.

  • tinggallah ia di sana selama delapan tahun. Suatu saat ia datang menemui

    Rasulullah yang sedang berada di tengah sekelompok para sahabatnya. Maka

    dipanggillah ia oleh Nabi lalu dibacakan kepadanya Surah Yāsin. Maka

    melompatlah Umayyah sambil menyeret kedua kakinya yang diikuti oleh orang-

    orang Quraisy. Mereka berkata, Apa yang kau katakan hai Umayyah? Ia

    menjawab “ Saya bersaksi sesungguhnya dia ada pada jalan yang benar.” Apakah

    kamu hendak menganutnya? Tanya orang-orang Quraisy. Ia menjawab

    “Tunggulah sampai aku berfikir mengenai perkara dia.” Sesudah peristiwa itu,

    Umayyah berangkat ke Syam dan datang lagi setelah terjadinya perang Badar

    hendak masuk Islam. Namun setelah ia mendengar berita tentang siapa-siapa yang

    terbunuh dalam perang Badar, dia batalkan niatnya untuk masuk Islam dan pulang

    ke Taif lalu meninggal di sana.81

    Adapula riwayat yang mengatakan bahwa dia seseorang yang sezaman

    dengan masa diutusnya Rasulullah, yang bernama Abu Amir al-Fasik. Dan ada

    pula riwayat yang mengatakan bahwa orang tersebut semasa dengan Nabi Musa

    a.s. Ada lagi riwayat yang mengatakan bahwa dia hidup sepeninggal Musa, yaitu

    sezaman dengan Yusya’ bin Nun yang memerangi para diktator Bani Israil

    sesudah mereka kebingungan dan terkatung-katung di padang pasir selama empat

    puluh tahun.82

    Ada lagi yang berpendapat bahwa yang dimaksud adalah Nu’man al-

    Zuraji yang bergelar Abu Amir bin Shaifi al-Rahib. Ia tadinya telah menganut

    agama Kristen, kemudian mengaku mengikuti agama nabi Ibrahim. Tetapi ketika

    nabi Muhammad di utus, ia menolak kenabian beliau dan akhirnya ikut bersama

    kaum Musyrikin memerangi nabi Muhammad pada perang Hunain.83

    C. Munasabah ayat

    Munasabah dari segi bahasa bermakna kedekatan. Nasab adalah

    kedekatan hubungan antara seseorang dengan yang lain disebabkan oleh

    81Ahmad Mustafa al-Maragi, Tafsir Al-Maragi terj. Bahrun Abu Bakar et. al., Terjemah

    Tafsir Al-Maragi Jilid 9 (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1994), hal. 205. 82Sayyid Quthb, Fi Zhilāl al-Qur’an, (Kairo: Dar al-Syuruq, 2000), Jilid III, hal. 1398. 83M. Quraish Shihab,

  • hubungan darah/keluarga. Ulama-ulama Al-Qur’an menggunakan kata

    munasabah untuk dua makna. Pertama, hubungan kedekatan antara ayat atau

    kumpulan ayat-ayat Al-Qur’an satu dengan lainnya. Kedua, hubungan makna satu

    ayat dengan ayat lain, misalnya penghususannya atau penetapan syarat terhadap

    ayat lain yang tidak bersyarat, dan lain-lain.84 Adapun munasabah dalam

    penelitian ini:

    1. Munasabah Surah Al-A’rāf dengan Surah Sebelumnya

    a) Surah yang terletak sebelum surah Al-A’rāf adalah Surah Al-An’am. Kedua

    surah ini sama-sama membicarakan pokok akidah agama. Dalam surah Al-

    An’am dikemukakan garis-garis besar akidah-akidah itu, sedangkan surah Al-

    A’rāf menjelaskannya.

    b) Dalam surah Al-An’am diterangkan asal usul kejadian manusia, dari tanah

    serta menjelaskan tentang beberapa generasi manusia yang telah dibinasakan

    Allah, kemudian disinggung pula tentang para Rasul dengan menyebut

    beberapa nama mereka dan kisahnya secara garis besar, sedangkan surah Al-

    A’rāf menjelaskannya.

    c) Bagian akhir surah Al-An’am menjelaskan bahwa Al-Qur’an adalah kitab

    pedoman yang benar, maka manusia diperintahk