penafsiran surah al-a’raf ayat 176repository.uinjambi.ac.id/3362/1/ut162623...
TRANSCRIPT
-
PENAFSIRAN SURAH AL-A’RAF AYAT 176
TELAAH KITAB TAFSIR AL-AYAT AL-KAUNIYYAH FI AL-QUR’AN AL-KARIM
KARYA ZAGHLUL AL-NAJJAR
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama
Oleh
ULFIA RAHMAH
NIM: UT. 162623
PROGRAM STUDI ILMU ALQUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2020
-
ii
-
iii
-
iv
-
v
MOTTO
َر ُأولُو اْْلَْلَباِب ] ب َُّروا آََيتِِه َولِيَ َتذَكَّ [ ٢٩ِكَتاٌب أَنَزْلَناُه ِإلَْيَك ُمَباَرٌك لَِِّيدَّ
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah
supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran
bagi orang-orang yang mempunyai fikiran”. (QS. Shaad: 29).
-
vi
PERSEMBAHAN
بسم هللا الر حمن الر حيم
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan karunia dan inayah-Nya. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan
tugas penulisan skripsi ini.
Ku persembahkan Skripsi ini kepada:
Abi (M. Hibban) dan Umi (Nursofiah) tercinta, yang telah berjasa mendidikku,
memberiku semangat dalam belajar serta doa yang tak pernah putus untuk putra-
putrinya.
Kakak, abang, adik, dan seluruh anggota keluarga lainnya yang terus memberi
semangat untuk terus berjuang dan pantang menyerah.
Sahabat-sahabatku Ani pertiwi, Nurmiah, Nurhasanah, Rusma, dan Nadya
Tunnisa yang terus memberiku motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
Teman-teman seperjuangan di jurusan IAT angkatan 2016, yang tak pernah
sungkan memberikan pertolongan dan sama-sama berjuang di UIN STS Jambi.
Terima kasih untuk semua…
Semoga jasa kalian dibalas oleh Allah SWT…
Aamiin Ya Robbal ‘Alamin…
-
vii
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keingin tahuan penulis terhadap
penafsiran Zaghlūl al-Najjār seorang ahli Geologi yang mencoba untuk
menafsirkan Al-Qur’an dengan menulis kitab Tafsīr al-Āyāt al-Kauniyyah Fī Al-
Qur’an al-Karīm yang berisikan ayat-ayat kauniyah di dalam Al-Qur’an. Skripsi
ini membahas tentang Penafsiran Zaghlūl terhadap surah Al-A’rāf ayat 176, serta
penjelasan sains terhadap keilmiahan yang terdapat di dalam ayat 176 ini.
Fokus pembahasan dari penelitian ini adalah bagaimana penafsiran
Zaghlūl terhadap surah Al-A’rāf ayat 176, serta bagaimana analisis terhadap
penafsiran tersebut. Penelitian yang penulis gunakan ialah penelitian Library
Research yang menggunakan metode tafsir Tahlili sebagai metodologi penelitian,
dengan sumber data primer yang berasal dari kitab tafsir al-Āyāt al-Kauniyyah Fī
Al-Qur’ān al-Karīm karya Zaghlūl al-Najjar dan sumber data pendukung berupa
tafsir, buku, jurnal, dan sumber-sumber lain yang sesuai dengan penelitian ini.
Analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriftif.
Adapun hasil penelitian ini adalah Zaghlūl menafsirkan bahwa surah Al-
A’rāf ayat 176 ini merupakan perumpamaan bagi orang yang diberikan ilmu oleh
Allah namun ia tidak mau memanfaatkan dan mengamalkannya. Perumpamaan
orang tersebut ialah seperti anjing yang terengah-engah dalam keadaan apapun ia
terus menjulurkan lidahnya.
Kata Kunci: Zaghlūl al-Najjār, Sains, QS. Al-A’rāf:176.
-
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis haturkan atas kehadirat
Allah SWT, yang telah memberikan nikmat dan karunianya berupa kesehatan,
kesempatan dan kekuatan lahir batin sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “Penafsiran Surah Al-A’raf Ayat 176 (Telaah Kitab
Tafsir Al-Ayat Al-Kauniyyah Fi Al-Qur’an Al-Karim Karya Zaghlul Al-
Najjar)”.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Baginda
Agung Nabi Muhammad Saw, seluruh keluarga beserta para sahabat beliau, yang
senantiasa istiqomah dalam memperjuangkan agama Islamn, semoga kita menjadi
hamba-hamba pilihan seperti mereka Amiin ya Rabbal ‘aalamin.
Selanjutnya penulis menyadari dalam proses penyelesaian skripsi ini,
penulis telah dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu
penulisan skripsi ini sampai selesai. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua, karena berkat kedua orang tualah,
dan karena do’a dari beliaulah penulis bisa sampai pada tahap ini dan keluarga
yang telah senantiasa mensupport serta mendoakan penulis sehingga karya ini
dapat disesaikan.
Dan pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Suaidi Asy’ari, MA., Ph.D selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Ibu Dr. Rofiqoh Ferawati, SE.M.EI, Bapak Dr. As’ad Isma, M.Pd, Bapak
Bahrul Ulum, S.Ag.,MA, selaku Wakil Rektor I, II, dan III Universitas Islam
Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Dr. Halim, S.Ag.,M.Ag selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi
Agama UIN STS Jambi.
4. Bapak Dr. Masiyan M.Ag selaku Wakil Dekan I bidang Akademik Fakultas
Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi. Bapak Dr. Edy Kusnaidi, M.
Fil.I. selaku Wakil Dekan 2 bidang Administrasi Umum Perencanaan dan
Keuangan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi. Bapak Dr.
M. Ied Al-Munir, M.Ag selaku Wakil Dekan 3 bidang Kemahasiswaan dan
bidang Kerjasama luar Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS
Jambi.
-
ix
5. Bapak Bambang Husni Nugroho, S.Th.I.,M.H.I selaku ketua jurusan Ilmu Al-
Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi.
6. Bapak H. Husin Abd. Wahab, Lc., MA, Ph.D selaku pembimbing I yang telah
banyak memberikan kontribusi dan waktu demi terselesaikannya Penulisan
Skripsi ini.
7. Ibu Sajida Putri, M. Hum Selaku Pembimbing II yang telah banyak
memberikan kontribusi dan waktu demi terselesaikannya Penulisan Skripsi
ini.
8. Para Dosen Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi, yang
telah senantiasa mendidik dan memberikan banyak ilmu, kepada semua
Mahasiswanya
9. Bapak Kepala Pusat Perpustakaan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
beserta staf-stafnya, terima kasih telah membantu, dan melayani secara baik
pinjaman buku-buku kepada penulis selama ini.
10. Ibu Ketua Perpustakaan Fakultas ushuluddin Dan Studi Agama beserta staf-
stafnya, terimakasih telah telah melayani pinjaman buku-buku kepada penulis
selama ini.
11. Seluruh teman-teman seangkatan 2016 jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Semoga Allah SWT, membalas segala kebaikan dan bantuannya kepada
penulis selama ini. Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna untuk itu penulis mengharapkan masukan serta saran dari pembaca.
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan pada umumnya
kepada seluruh pembaca.
Jambi 13 Mei 2020
Penulis
Ulfia Rahmah
UT. 162623
-
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i
NOTA DINAS ..................................................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI .................................................... iii
PENGESAHAN .................................................................................................................. iv
MOTTO .............................................................................................................................. v
PERSEMBAHAN ............................................................................................................... vi
ABSTRAK .......................................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... x
PEDOMAN TRANSLITERASI ....................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
C. Batasan Masalah ....................................................................................... 5
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 5
E. Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 6
G. Metodologi Penelitian ............................................................................... 7
F. Sistematika Penulisan ................................................................................ 9
BAB II BIOGRAFI ZAGHLUL AL-NAJJAR DAN PENGENALAN
KITAB TAFSIR AL-ĀYĀT AL-KAUNIYYAH FĪ AL-QUR’AN
AL-KARĪM
A. Biografi Zaghlul Al-Najjar ...................................................................... 11
1. Riwayat Hidup Zaghlul Al-Najjar ..................................................... 11
2. Pekerjaan dan Kegiatan Ilmiah .......................................................... 12
3. Karya-Karya ..................................................................................... 15
B. Deskripsi Kitab Tafsir Al-Ayat Al-Kauniyyah Fi Al-Qur’an Al-
Karim .....................................................................................................
1. Latar Belakang Penulisan Kitab ....................................................... 16
2. Sistematika Penulisan Kitab ............................................................. 17
3. Bentuk, Metode, dan Corak Penafsiran ............................................ 18
-
xi
BAB III PANDANGAN UMUM TERHADAP QS. AL-A’RAF AYAT 176
A. Deskripsi Surah Al-A’raf .......................................................................... 20
B. Asbab Al-Nuzul Surah Al-A’raf ayat 176 ................................................. 28
C. Munasabah Ayat ........................................................................................ 30
1. Munasabah dengan Surah sebelumnya ................................................ 31
2. Munasabah dengan Ayat sebelumnya .................................................. 32
3. Munasabah dengan Ayat sesudahnya................................................... 32
D. Penafsiran Para Ulama Terhadap Surah Al-A’raf Ayat 176 .................... 33
BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN ZAGHLUL AL-NAJJAR TERHADAP
QS. AL-A’RAF AYAT 176
A. Penjelasan Mengenai Konteks Ayat ......................................................... 40
B. Anjing dalam Persfektif Sains ................................................................... 41
C. Hakikat Ilmiah Mengenai Juluran Lidah Anjing ...................................... 45
D. Penjelasan Kebahasaan ............................................................................. 49
E. Hubungan Konteks Ayat dengan Penafsiran Zaghlul ............................... 51
1. Pengertian Amsal Al-Qur’an ................................................................ 51
2. Macam-Macam Amsal ......................................................................... 53
3. Kata-Kata yang Menunjukkan Amsal .................................................. 54
4. Kaitannya dengan Penafsiran Zaghlul .................................................. 57
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 59
B. Saran ........................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
CURRICULUM VITAE
-
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI1
A. Konsonan
Arab Indonesia Arab Indonesia
tidak اdilambangkan
ṭ ط
ẓ ظ b ب
‘ ع t ت
G غ ṡ ث
F ف j ج
Q ق ḥ ح
K ك kh خ
L ل d د
M م ż ذ
N ن r ر
W و z ز
H ه s س
’__ ء sy ش
Y ي ṣ ص
ḍ ض
B. Vokal, Harakat, Maddah dan
Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia
ā ـ ى Ā ـ ا a ا
1Disederhanakan dari Pedoman Tranliterasi Arab-Latin yang merupakan hasil keputusan
bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, tertanggal 22 Januari
1988 Nomor: 158/1987 dan Nomor: 05436/U/1987.
-
xiii
ai ى ي Ī ـ ي i ا
au ى و Ū ـ و u ا
Contoh:
ل Kaifa ك ي ف Haula ه و
ات م ى Māta م Ramā ر
ت Qīla ق ي ل و Yamūtu ي م
C. Tā’ Marbūṭah (ة)
Transliterasi untuk ta marbūṭah ada dua, yaitu: tā’ marbūṭah yang hidup
atau mendapat harakat fathah, kasrah dan dhammah, transliterasinya adalah (t).
Sedangkan ta marbuthah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya
adalah (h).
Jika pada kata yang berakhir dengan tā’ marbūṭah diikuti oleh kata yang
menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua itu terpisah, maka tā’ marbūṭah
itu ditransliterasikan dengan ha (h). Contoh:
ف ال ة اْل ط ض و Rauḍah al-Aṭfāl ر
ل ة ي ن ة ال ف اض د Al-Madīnah al-Fāḍilah ال م
ة كم Al-Ḥikmah ال ح
D. Syaddah (Tasydīd)
Syaddah atau Tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan
sebuah tanda tasydīd (ــّـ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan
huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah. Contoh:
بَّن ا ي ن ا Rabbanā ر Najjainā ن جَّ
ق ح ج Al-Ḥaqq ال ح Al-Ḥajj ال
م Aduww‘ ع د و Nu‘‘ima ن عّ
Jika huruf ya’ (ي) ber-tasydīd di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf
kasrah (ـ ي), maka ia ditransliterasikan seperti huruf maddah (ī). Contoh:
(Alī (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly‘ َعِلي ٌّ
(Arabī (bukan ‘Arabiyy atau ‘Araby‘ َعَربِي ٌّ
-
xiv
E. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf alif
lam ma’rifah (ال). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi
seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyyah maupun huruf
qamariyyah. Kata sandang tidang mengikuti bunyi huruf langsung yang
mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan
dihubungkan dengan garis mendatar (-). Contohnya:
Al-Syams (bukan الشَّْمس ٌّAsy-Syams)
اْلفَْلَسفَة ٌّAl-Falsafah
ْلَزلَة ٌّ الزَّAl-Zalzalah
(bukan Az-
Zalzalah)
اْلبََِلد ٌّAl-Bilād
F. Hamzah
Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi
hamzah yang terletak di tengah daan akhir kata. Bila hamzah terletak di awal kata,
ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif. Contohnya:
’Syai َشْيء ٌّ أ ِمْرت ٌّ
Umirtu
’Al-Nau النَّْوء ٌّْونٌَّ ر Ta’murūna تَأْم
G. Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dala bahasa Indonesia
Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasikan adalah kata, istilah
atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau
kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa
Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia tidak lagi
ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya kata al-Qur’an (dari al-
Qur’ān), Sunnah, khusus dan umum. Namaun, bila kata-kata tersebut menjadi
bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka mereka harus ditransliterasikan secara
utuh. Contoh: Fī Ẓilāl al-Qur’ān, al-Sunnah qabla al-Tadwīn, al-‘Ibārāt bi
‘Umūm al-Lafẓ lā bi Khuṣūṣ al-Sabab.
H. Lafẓ al-Jalālah (ّللاٰه)
Kata Allah yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau
-
xv
berkedudukan sebagai muḍāf ilaih (frasa nominal), ditransliterasikan tanpa huruf
hamzah. Contoh:
بِاّلٰلٌِّBillāh
ٌّّللٰاٌِّ ِدْين Dīnullāh
Adapun ta’ marbūṭah di akhir kata yang disandarkan kepada lafẓ al-jalālah
ditransliterasikan dengan huruf (t). Contoh:
ه ْمٌّفِْيٌَّرْحَمِةٌّّللٰاٌِّHum fī Raḥmatillāh
I. Huruf Kapital
Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam
transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf
kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf
kapital, misalnya digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang,
tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat.
Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan
huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata
sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang
tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku
untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik
ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK dan
DR). Contoh:
1. Inna awwala baitin wudi’a li al-nās lallaẓī bi Bakkah mubārakan
2. Syahr Ramaḍān al-laẓī unzila fīh al-Qur’ān
3. Wa mā Muḥammad illā rasūl
4. Al-Munqiz min al-Ḍalāl
5. Naṣīr al-Dīn al-Tusī
6. Abū Naṣr al-Farābī
7. Al-Gazā
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an secara harfiah berarti “bacaan sempurna” merupakan suatu nama
pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada satu bacaan pun sejak manusia
mengenal tulis-baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi Al-Qur’an,
bacaan sempurna lagi mulia itu.2
Al-Qur’an mempunyai fungsi utama sebagai petunjuk bagi seluruh umat
manusia baik dalam hubungannya dengan Tuhan, manusia, maupun alam semesta.
Dengan begitu yang dipaparkan Al-Qur’an tidak hanya masalah-masalah
kepercayaan (akidah), hukum, ataupun pesan-pesan moral, tetapi juga di
dalamnya terdapat isyarat-isyarat ilmiah yang menunjukkan kebesaran dan
kekuasaan Allah.
Al-Qur’an, berdasarkan penelitian Zaghlūl al-Najjār, seorang pakar geologi
muslim asal mesir, memuat kurang lebih 750-1000 ayat yang mengandung isyarat
ilmiah, sementara ayat-ayat hukum hanya berkisar 200-250 ayat.3 Sementara itu,
Thantawī al-Jauharī dalam tafsirnya, al-Jawahir, menyebutkan bahwa ayat
kauniyah (terkait semesta alam) berjumlah lebih dari 750 ayat, hal ini
menunjukkan bahwa ayat-ayat kauniyah mendapatkan porsi demikian besar dalam
Al-Qur’an.4
Pada masa kini mencuat model tafsir baru, yang disebut dengan istilah “Tafsir
ilmiah Al-Qur’an”. Yang dimaksudkan ialah tafsir yang di dalamnya dilibatkan
ilmu-ilmu kosmos modern, baik dari sisi hakikat dan teori-teorinya, untuk
menjelaskan tujuan dan menjelaskan makna-maknanya. Ilmu-ilmu kosmos di sini
ialah ilmu fisika, astronomi, geologi, kimia, biologi yang menyangkut hewan dan
2M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an (Bandung: Mizan, 2007), hal. 3. 3Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbag & Diklat Kementerian Agama RI
dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Hewan dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains
(Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2012), hal. xi. 4Ahsin Sakho Muhammad, Membumikan Ulumul Qur’an (Jakarta: PT Qaf, 2019), hal.
191.
-
tanaman, ilmu medis, anatomi, fungsi anggota tubuh, ilmu matematika, dan yang
sejenisnya.5
Tafsir ilmiah Al-Qur’an atau yang sering disebut dengan tafsir ilmi ialah
usaha seorang mufasir untuk menjelaskan maksud satu ayat atau hadits Nabi
sesuai dengan pendapat yang dipandang rajah oleh seorang mufasir dari teori-teori
ilmiah yang ada.6 Mafātīhul-Gaib karya ar-Razi dapat dibilang sebagai tafsir yang
pertama memuat secara panjang lebar penafsiran ilmiah terhadap ayat-ayat Al-
Qur’an.7
Para ulama berbeda pendapat mengenai tafsir ilmi ini, ada yang
menolaknya, seperti Imam Syatibi dalam al-Muwafaqat. Syatibi menganggap
bahwa bentuk penafsiran model ini telah melampaui batas penafsiran terhadap Al-
Qur’an. Alasan Syatibi ialah generasi awal ( para sahabat dan tabi’in) tidak
melakukan hal tersebut, padahal mereka adalah generasi paling memahami
kandungan kitab suci Al-Qur’an. Jika hal ini penting, bisa dipastikan pandangan
mereka akan sampai kepada kita, namun tidak ada. Al-Qur’an tidak bermaksud
menegaskan penemuan ilmiah sebagaimana dikemukakan kalangan tafsir ilmi. Al-
Qur’an hanyalah berbicara tentang takalif ( hukum-hukum yang wajib dilakukan
dan larangan ) dan persoalan akhirat.8
Ulama yang memperbolehkan di antaranya ialah al-Ghazali, Jalal al-Din
al-Suyuthi, Thantawi Jauhari, dan Muhammad Abduh. Dalam pandangan
pendukung tafsir ilmi, model penafsiran semacam ini memberi kesempatan yang
sangat luas bagi para mufasir untuk mengembangkan berbagai potensi keilmuan
yang telah dan akan dibentuk dalam/dari Al-Qur’an. Al-Qur’an tidak hanya
sebagai sumber ilmu-ilmu keagamaan yang bersifat i’tiqadiyah ( keyakinan ) dan
amaliah (perbuatan) atau al-‘ulum al-diniyyah al-i’tiqadiyah wa al-amaliyyah,
5Yusuf al-Qardhawi, Kaifa Nata’ammal ma’a al-Qur’an, diterjemahkan oleh Kathur
Suhardi, Bagaimana Berinteraksi dengan Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2000), hal. 421. 6Ahsin Sakho Muhammad, Membumikan Ulumul Qur’an, hal. 201. 7Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Hewan dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains,
hal. xxii. 8Ahsin Sakho Muhammad, Membumikan Ulumul Qur’an, hal. 195-196.
-
akan tetapi juga meliputi semua ilmu-ilmu keduniaan ( al-‘ulum al-dunya ) yang
beraneka macam jenis dan bilangannya.9
Ayat-ayat kauniyah yang terdapat di dalam Al-Qur’an di antaranya
menjelaskan tentang pergantian siang dan malam, proses terjadinya hujan,
pergerakan angin dan awan, api di bawah laut, dan tentang hewan-hewan.
Banyak hewan yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Sebagian darinya
dijadikan perumpamaan atau tamṡil dan sebagian lagi memberi sedikit penjelasan
mengenai kehidupannya. Penyebutan ini bertujuan agar manusia dapat memahami
pesan Allah dan mempelajarinya demi kepentingan manusia sendiri. Hewan-
hewan yang disebutkan dalam Al-Qur’an di antaranya adalah semut (An-
Naml/27:18), kera (Al-Baqarah/2:65), laba-laba (Al-Ankabut/29:41), anjing (Al-
A’raf/7:176), dan masih banyak lagi.10
Contoh nya di dalam surah Al-A’rāf ayat 176 :
َنا َلَرفَ ْعَناُه ِِبَا َولََِٰكنَُّه َأْخَلَد ِإََل اْْلَْرِض َوات ََّبَع َهَواهُ َفَمثَ ُلُه َكَمَثِل اْلَكْلِب ِإن ََتِْمْل َعَلْيِه يَ ْلَهْث أَْو َتْْتُْكُه ۚ َوَلْو ِشئ ْبُوا ِِبََيتَِنا ۚ يَ ْلَهث ِلَك َمَثُل اْلَقْوِم الَِّذيَن َكذَّ [ ١٧٦فَاْقُصِص اْلَقَصَص َلَعلَُّهْم يَ تَ َفكَُّروَن ] ۚ ذََّٰ
“Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya
dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa
nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu
menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia
mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah
itu agar mereka berfikir.” (QS.Al-A’rāf: 176)11
Ayat ini menegaskan betapa buruknya perumpamaan bagi mereka yang
mendustakan ayat-ayat Allah. Mereka disamakan dengan anjing baik karena
kesamaan kelemahan keduanya, yakni mereka tetap dalam kesesatan diberi
peringatan atau tidak diberi peringatan, atau karena kesamaan kebiasaan
keduanya. Anjing itu tidak memiliki cita-cita kecuali keinginan mendapatkan
makanan dan kepuasan. Siapa saja yang meninggalkan ilmu dan iman lalu
menjurus kepada hawa nafsu, maka dia serupa dengan anjing. Orang yang
9Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hal. 396. 10Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Hewan dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains,
hal. 25. 11Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Surakarta: Media Insani
Publishing, 2005), hal. 173.
-
demikian tidak siap lagi berfikir dan merenungkan tentang kebenaran. Orang yang
demikian itu sebenarnya menganiaya dirinya sendiri.12
Para mufassir memberikan berbagai pandangan tentang orang yang
diserupakan . Mayoritas dari mereka mengatakan bahwa yang diserupakan itu
adalah Bal’am bin Ba’aura’ konon ia adalah seorang alim dari Bani Israil yang
berasal dari bangsa al-Kan’aniyun. Ia dianugerahi ilmu pengetahuan dari sebagian
Kitabullah, tetapi dia menolak petunjuk dan mengesampingkan kitabullah di
belakang punggungnya. Maka setanpun mengikuti dan menjadi kawan baginya,
sehingga masuklah ia ke dalam golongan orang-orang sesat lagi kafir.13
Ibnu katsir menjelaskan bahwa orang-orang tersebut disamakan seperti
anjing dalam hal kesesatan dan kesinambungannya dalam kesesatan itu. Hal ini
karena di antara kebiasaan anjing ialah menjulurkan lidahnya, apakah ia itu
dihalau maupun tidak. Demikian pula dengan Bal’am, tidak lagi berguna baginya
adanya ajakan kepada keimanan maupun tiadanya ajakan itu. Dalam kedua hal itu
tidak berguna nasihat dan seruan kepada keimanan bagi Bal’am, atau tiadanya
nasihat dan seruan itu kepadanya.14
Kata yalhaṡ (يلهث ) terambil dari kata (لهث) lahaṡa, yaitu terengah-engah,
karena sulit bernafas seperti yang baru berlari cepat. Penggalan ayat ini
mengutarakan suatu fenomena, yaitu bahwa anjing selalu menjulurkan lidah, saat
dihalau maupun dibiarkan. Ini disebabkan karena anjing tidak memiliki kelenjer
keringat yang cukup dan yang berguna untuk mengatur suhu badan. Karena itulah
untuk membantu mengatur suhu badannya, anjing selalu menjulurkan lidah.
Sebab, dengan cara membuka mulut yang biasa dilakukan dengan menjulurkan
lidah, anjing dapat bernafas lebih banyak dari biasanya.15
Menurut Zaghlūl al-Najjār, seorang pakar geologi asal mesir yang
mencoba menafsirkan Al-Qur’an dengan menggunakan corak tafsir ilmi di dalam
12Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya:Edisi yang disempurnakan, Jilid III
(Jakarta: Lentera Abadi, 2010), hal. 525. 13Ja’far subhani, al-Amtsal fi al-Qur’an, diterjemahkan oleh Muhammad Ilyas, Wisata Al-
Qur’an (Jakarta: Al-Huda, 2007), hal. 180. 14M. Nasib Rifa’I, Ikhtisari Tafsir Ibnu Katsir, diterjemahkan oleh Syihabuddin,
Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 2 (Jakarta: Gema Insani, 2011), hal. 322. 15M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jilid 5 ( Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal. 310.
-
kitabnya al-Āyāt al-Kauniyyah fī al-Qurān al-Karīm alasan anjing menjulurkan
lidahnya karena pada saat itu yang dirasakannya ialah panas, haus, dan capek.
Anjing hanya bisa mengeluarkan sedikit keringat karena banyaknya bulu di
badannya, dan bulu-bulu tersebutlah yang membuat anjing kepanasan sehingga ia
menjulurkan lidahnya.16
Dari pemaparan di atas, tampak adanya perbedaan antara Zaghlūl dengan
mufassir lain terkait QS. Al-A’rāf ayat 176. Oleh karena itu, penulis akan
membahas tentang penafsiran Zaghlūl terhadap QS. Al-A’rāf ayat 176 beserta
penjelasan ilmiahnya dalam bentuk skripsi dengan judul “ Penafsiran Surah Al-
A’rāf Ayat 176 (Telaah Kitab Tafsir al-‘Āyāt al-Kauniyyah Fī al-Qurān al-
Karīm Karya Zaghlūl al-Najjār)”
B. Rumusan Masalah
Pokok masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah Bagaimana
Penafsiran QS. Al-A’rāf ayat 176 yang terdapat di dalam kitab Tafsir al-Āyāt al-
Kauniyah Fī al-Qurān al-Karīm? Pokok masalah ini lebih jauh dapat dirumuskan
dalam beberapa pertanyaan penelitian, yaitu:
1. Bagaimana penafsiran Zaghlūl al-Najjār terhadap QS. Al-A’rāf ayat 176 ?
2. Bagaimana analisis penafsiran Zaghlūl al-Najjār terhadap QS. Al-A’rāf ayat
176 ?
C. Batasan Masalah
Supaya penelitian ini lebih terfokus kepada permasalahan yang dibahas
dan untuk mencegah terjadinya ketidak seimbangan dalam penyelesaian masalah,
serta keterbatasan waktu dan kemampuan penulis, maka penulis hanya membahas
salah satu tema/ayat yang terdapat di dalam kitab Tafsir al-Āyāt al-Kauniyyah Fī
al-Qurān al-Karīm yakni QS. Al-A’rāf ayat 176.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui penafsiran Zaghlūl al-Najjār terhadap QS. al-A’raf ayat
176.
16Zaghlul al-Najjār, Tafsir al-Āyāt al-Kauniyyah fī al-Qur’an al-Karīm, jilid 1 (Kairo:
Maktabah al-Syurūq al-Dauliyyah, 2007), hal. 313.
-
2. Untuk mengetahui analisis Zaghlul al-Najjar terhadap QS. al-A’raf ayat 176.
Manfaat dari penelitian ini adalah: di bidang sains, adalah untuk dapat
digunakan sebagai wahana menambah kajian mengenai penjelasan ilmiah. Dalam
bidang pendidikan, manfaat penulisan skripsi ini adalah untuk dijadikan sebagai
salah satu sarana dan informasi bagi lembaga pendidikan dan sebagai kontribusi
dalam pengembangan suatu lembaga. Selain itu, skripsi ini diharapkan dapat
memperkaya khazanah keilmuan di Fakultas Ushuluddin, khususnya pada Prodi
Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Sedangkan bagi penulis dan pembaca, manfaat penulisan skripsi ini adalah
agar dapat dijadikan sebagai bahan kajian yang terkait dengan bentuk dan
kandungan Al-Qur’an. Sehingga dapat meningkatkan pemahaman, bahwa dibalik
alam semesta ada tanda-tanda kekuasaan Allah yang dapat dibuktikan secara
ilmiah.
E. Tinjauan Pustaka
Sejauh penelusuran yang dilakukan penulis, ada beberapa penelitian yang
terkait, diantaranya:
1. “Amtsal dalam Al-Qur’an” (Kajian Tafsir Tahlili Surat al-A’raf ayat 175-178)
karya Lilis Suryani jurusan Tafsir Hadits Universitas Islam Negeri Raden
Fatah Palembang. Skripsi ini membahas tentang penyebab-penyebab
diperumpamakannya orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dengan anjing.
Dapat penulis simpulkan bahwa skripsi ini lebih mendalam membahas tentang
amtsal yang terdapat di dalam surah Al-A’raf ayat 176 ini menurut pandangan
para mufassir dan hikmah dari perumpamaan tersebut.
2. “Telaah penafsiran Zaghlul al-Najjar tentang laut yang mendidih dalam kitab
tafsir al-Ayat al-Kauniyah fi al-Qur’an al-Karim (kajian tafsir temantik dan
sains)” karya Farhatul Muthi’ah jurusan Ilmu al-Qur’an dan tafsir Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini membahas tentang
penafsiran Zahglul al-Najjar tentang laut yang mendidih dan korelasinya
dengan teori ilmiah.
3. “Penafsiran Zaghlul al-Najjar tentang api di bawah laut dalam QS. Ath-Thur
ayat 6” karya Muh Nuha Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Universitas Islam
-
Negeri Walisongo semarang. Penelitian ini membahas bagaimana penafsiran
zaghlul al-Najjar terhadap QS. Ath-Thur ayat 6 serta relevansi penafsirannya
terhadap dinamika perkembangan sains modern.
4. Sebuah jurnal karya Ilma Fahmi Aziza yang berjudul “Metode cerita dalam
pendidikan perspektif surat al-A’raf 176 dan relevansinya dengan ilmu
Neurosains”. Fokus pembahasannya mengenai relevansi sains dan Islam
dengan menggunakan metode cerita dalam pendidikan yang terdapat di dalam
QS. al-A’raf ayat 176.
Berdasarkan beberapa literatur sebagaimana penulis paparkan di atas,
maka dapat dilihat perbedaan antara karya-karya terdahulu dengan skripsi yang
akan penulis teliti. Yang membedakan skripsi ini dengan karya-karya lainnya
adalah memfokuskan pembahasan terhadap penafsiran Zaghlul al-najjar terhadap
QS. Al-A’rāf ayat 176 dalam kitabnya al-Āyāt al-Kauniyyah Fī al-Qurān al-
Karīm.
F. Metodologi Penelitian
Metode mencakup tentang cara-cara orang memperoleh data dan
menganalisisnya dalam sebuah penelitian dan menyangkut masalah cara kerja
yaitu cara kerja untuk dapat memahami fokus kajian yang menjadi sasaran dari
ilmu yang bersangkutan.17
1. Jenis Penelitian
Pengumpulan data-data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan tafsir-tafsir, buku ilmiah, dan pendukung-pendukung yang
berkaitan dengan penelitian ini. Oleh karena itu, jenis penelitian ini adalah library
research.
2. Sumber Data
Dalam penelitian ini, mengambil dari literatur kepustakaan yang terdiri
atas data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang menjadi rujukan
pokok dalam penelitian ini, yaitu kitab tafsir karya Zaghlul al-Najjar yang
17Moh Soehadha, Metode Penelitian Sosial Kualitatif untuk Studi Agama (Yogyakarta:
Suka-Press UIN Sunan Kalijaga, 2012), hal. 63.
-
berjudul Tafsir al-Āyāt al-Kauniyyah Fī al-Qurān al-Karīm, dan juga kitabnya
yang berjudul Min Āyāt al-I’jāz al-Ilmī: Al-Hayawān Fī al-Qur’an al-Karīm.
Sedangkan sumber data sekunder adalah data yang materinya baik secara
langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan masalah yang
diungkapkan. Sumber data sekunder atau pendukung adalah keterangan yang
diperoleh dari pihak kedua, baik berupa tafsir, buku, majalah, jurnal, dan sumber-
sumber lain yang memiliki kesesuaian pembahasan dengan penelitian ini.
3. Metode
Metode untuk menafsirkan Al-Qur’an ada 4, yakni metode tahlili, metode
ijmali, metode muqaran, dan metode tematik. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan metode tahlili, yakni metode menafsirkan Al-Qur’an yang berusaha
menjelaskan kandungan ayat-ayat Al-Qur’an dari berbagai seginya, sesuai dengan
pandangan, kecendrungan, dan keinginan mufassirnya yang dihidangkan secara
runtut sesuai dengan perurutan ayat-ayat dalam mushaf.18
Langkah-langkah yang digunakan untuk menafsirkan Al-Qur’an dengan
metode tahlili adalah:
a. Penjelasan makna kata dalam Al-Qur’an
b. Penjelasan Asbab Al-Nuzul ayat.
c. Penjelasan munasabah antar ayat dan surah sebelumnya.
d. Penjelasan I’rab ayat dan macam-macam qiraat ayat.
e. Penjelasan kandungan balaghahnya dan keindahan susunan kalimatnya.
f. Penjelasan hukum fiqh yang diambil dari ayat jika ada.
g. Penjelasan makna umum dari ayat dan petunjuk-petunjuknya.19
Langkah-langkah ini bukan berarti harus berurutan seperti uraian di atas,
tetapi itu adalah langkah secara umum para ahli tafsir dalam metode tahlili.
Terkadang sebagian ahli tafsir tidak menggunakan salah satu dari langkah
18M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir (Tangerang: Lentera Hati, 2013), hal. 378. 19Syaeful Rokim, “Mengenal Metode Tafsir Tahlili”, Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir,
III, No.2 (2017), hal. 51.
-
tersebut, hal itu sesuai dengan yang dipandang penting oleh mufassir dalam
tafsirnya.20
4. Analisis Data
Setelah data-data terkumpul, maka penulis melakukan analisis data
dengan metode analisis deskriftif. Analisis deskriftif merupakan teknik penelitian
untuk memberikan data secara komprehensif. Metode ini berfungsi memberi
penjelasan dan memaparkan secara mendalam mengenai sebuah data.21 Dalam
skripsi ini metode ini digunakan untuk memaparkan bagimana penafsiran Zaghlul
al-Najjar terhadap surat al-A’raf ayat 176. Kemudian data-data tersebut dianalisis
untuk mendapatkan penjelasan terhadap fakta ilmiah yang terdapat di dalam surat
al-A’raf ayat 176.
G. Sistematika Penulisan
Agar penelitian ini dapat dikerjakan sesuai dengan metode yang
digunakan maka sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut:
Bab pertama, bab ini merupakan pendahuluan yang akan mengantarkan
pada bab-bab berikutnya. Dalam ini diuraikan beberapa hal, yakni latar belakang
masalah, permasalahan, batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan
kepustakaan, metode penelitian, serta sistematika penulisan.
Bab kedua, dalam bab ini penulis akan memaparkan pembahasan
mengenai biografi Zaghlul al-Najjar yang meliputi tentang riwayat hidupnya,
pekerjaan dan kegiatan ilmiahnya, serta karya-karyanya. Kemudian dilanjutkan
dengan deskripsi kitab tafsirnya al-Āyāt al-Kauniyyah Fī al-Qur’an al-Karim
yang meliputi latar belakang penulisan kitab, sistematika penulisan kitab, bentuk
penafsirannya, serta metode dan corak penafsiran kitabnya.
Bab ketiga, bab ini akan menjelaskan pandangan umum tentang QS. al-
A’raf ayat 176, yakni penjelasan mengenai deskripsi surah Al-A’rāf, asbāb al-
Nuzūl ayat 176, munasabah ayat, dan penafsiran para mufassir terkait surah Al-
A’rāf ayat 176.
20 Ibid. 21Anton Bakker dan Ahmad Haris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat (Yogyakarta:
Kanisius, 1994), hal. 70.
-
Bab keempat, bab ini akan memberi penjelasan mengenai penafsiran
Zaghlūl terhadap QS. Al-A’rāf ayat 176 dan analisis penulis mengenai penafsiran
Zaghlul pada surah Al-A’rāf ayat 176.
Bab kelima, merupakan bab terakhir yang berisikan penutup penelitian.
Pembahasan ini mengenai kesimpulan akhir penelitian, serta saran-saran penulis.
-
BAB II
BIOGRAFI ZAGLŪL AL-NAJJĀR DAN PENGENALAN KITAB TAFSIR
AL-ĀYĀT AL-KAUNIYYAH FĪ AL-QUR’AN AL-KARĪM
A. Biografi Zaghlūl Al-Najjār
1. Riwayat Hidup Zaghlūl Al-Najjār
Zaghlul Al-Najjar memiliki nama lengkap Dr. Zaghlul Raghib Muhammad
al-Najjar, Beliau lahir pada tanggal 17 November 1933, di desa Masyal, distrik
Basyun, provinsi al-Gharbiyyah.22 Beliau adalah seorang pakar geologi asal
Mesir, akademikus, sekaligus seorang da’i muslim yang fokus membahas
kemukijzatan ilmiah dalam Al- Qur’an dan hadits.
Zaghlul dibesarkan di keluarga yang religius, kakeknya adalah imam di
desanya dan ayahnya seorang penghafal Al-Qur’an. Zaghlul menceritakan bahwa
ketika ia melakukan kesalahan saat membaca Al- Qur’an, ayahnya membenarkan
bacaannya dalam keadaan tertidur.23 Ia sendiri mempelajari Al-Qur’an sejak kecil
di tempat pembelajaran Al-Qur’an (kuttab) di desanya dan juga di bawah didikan
ayahnya yang merupakan salah satu pengajar yang terkemuka.24 Ia selesai
menghafal Al-Qur’an pada usia 10 tahun. Kemudian ia pindah ke Kairo bersama
ayahnya dan masuk ke salah satu sekolah dasar. Lalu ia masuk ke Sekolah
Menengah Syubra pada tahun 1946 dan ia termasuk salah satu lulusan terbaik.25
Kepala sekolahnya pernah menyuruhnya mengikuti perlombaan bahasa
Arab karena kepandaiannya dalam hal tersebut. Namun ia malu untuk
melakukannya karena salah satu gurunya juga mengikuti perlombaan tersebut.
Tetapi kepala sekolahnya menentang alasan tersebut dan mengatakan bahwa
gurunya tidaklah mewakili sekolah. Zaghlul pun mengikuti lomba tersebut dan
berhasil meraih posisi pertama sementara gurunya di posisi 42.
22Zaghlul al-Najjār, Min Ayāt al-I’jaz al-‘Ilmi: al-Sama’ fī al-Qur’an al-Karīm (Beirut:
Dar al-Ma’rifah, 2007), hal. 5. 23Selamat Amir, “Epistemologi Penafsiran Saintifik Al-Qur’an: Tinjauan Terhadap
Pendekatan Zaghlul Al-Najjar Dalam Pentafsiran Ayat Al-Kawniyat”, Jurnal Perspektif, VII, No.
2 (2012), hal. 59. 24Zaghlul al-Najjar, Min Ayāt al-I’jāz al-‘Ilmi: al-Ardh fī al-Qur’an al-Karīm (Beirut:
Dar al-Ma’rifah, 2005), hal. 5. 25Nani,“Ayat-Ayat Kauniyah Tentang Menjaga Keseimbangan Ekologi”, Skripsi (Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah, 2017), hal. 46.
-
Setelah itu, ia masuk ke Fakultas Sains di Universitas Kairo, ia memilih
jurusan geologi yang baru dibuka saat itu. Ia menyelesaikan studinya pada tahun
1955 dan mendapat gelar Sarjana Muda Bidang Sains dengan yudisium Summa
Cum Laude.26 Sebagai lulusan terbaik, pihak universitas memberikannya
“Penghargaan Barakah” untuk kategori bidang geologi.27
Setelah lulus, Zaghlul pernah dipenjara karena campur tangannya di salah
satu demonstrasi politik dan persidangannya membuktikan ketidak bersalahannya.
Tetapi keputusan politik menolak ketetapannya untuk kembali ke universitas
karena sebab hubungannya dengan kelompok al-Ikhwan al-Muslimin.28 Ia
dianggap sebagai ancaman yang nyata untuk kekuasaan politik sekuler Mesir saat
itu, ia diasingkan dari Mesir pada awal tahun 1960 dan bisa kembali ke negaranya
pada tahun 1970.
Pada tahun 1963, ia mendapatkan gelar doktor (Ph.D) bidang geologi dari
Universitas Wales di Inggris, dan mendapat gelar mitra di sana. Selain itu, ia juga
mendapatkan Penghargaan Riset Robertson.29 Setelah itu, pada tahun 1972 ia
mendapatkan gelar guru besar (Profesor) ilmu geologi di Universitas Kuwait dan
di Universitas Qatar pada tahun 1978.30
2. Pekerjaan & Kegiatan Ilmiah
Zaghlul pernah mengajar di banyak universitas, seperti Universitas ‘Ain
Syams di Kairo, Universitas King Sa’ud di Riyadh, Universitas Wales di Inggris,
Universitas Kuwait, Universitas Qatar di Doha, Universitas Perminyakan dan
26Selamat Bin Amir, “Aplikasi Elemen Saintifik Dalam Tafsir Al-Qur’an:Satu
Pengamatan Awal Terhadap Manhaj Zaghlul al-Najjar”, Jurnal, No.2 (2012), hal. 132. 27Zaghlul al-Najjar, Min Ayāt al-I’jāz al-‘Ilmi: al-Ardh fī al-Qur’an al-Karīm (Beirut:
Dar al-Ma’rifah, 2005), hal 5. 28Wikipedia, “زغلول النجار”, diakses melalui alamat https://ar.wikipedia.org/wiki/ النجار
.tanggal 9 Januari 2020 .زغلول29Zaghlul al-Najjar, Min Ayāt al-I’jāz al-‘Ilmi: al-Ardh fī al-Qur’an al-Karīm, hal 5. 30Selamat Amir, “Epistemologi Penafsiran Saintifik Al-Qur’an: Tinjauan Terhadap
Pendekatan Zaghlul Al-Najjar Dalam Pentafsiran Ayat Al-Kawniyat”, Jurnal Perspektif, VII, No.
2 (2012), hal. 59.
-
Pertambangan King Fahd di Zhahran tahun 1978-1996. Ia juga beker ja sebagai
dosen tamu di Universitas California di Los Angeles pada tahun 1977-1978.31
Ia pernah bekerja di Perusahaan Petroleum Shahari, Pusat Riset Nasional
di Kairo, pertambangan fosfat di Lembah Nil, petambangan emas di al-
Barramiyyah (padang pasir di bagian timur Mesir) dan pertambangan batu bara di
Semenanjung Sinai.32
Ia pernah menjadi penasihat Pendidikan Tinggi Institut Pembangunan
Arab di Khabar, Kerajaan Arab Saudi pada tahun 1996-1999. Lalu menjadi rektor
Universitas al-Ahqaf di Yaman pada tahun 1999- 2000, rektor Institut Pendidikan
Tinggi Markfield di Inggris pada tahun 2000-2001, serta ketua Lajnah
Kemukjizatan Ilmiah Al-Qur’an di Dewan Tertinggi Urusan Keislaman Mesir
pada tahun 2001 sampai sekarang. Selain itu, ia juga guru besar di Universitas
Internasional Sains Islam di Amman, Yordania.33
Ia juga pernah menjadi penasihat sains untuk Lembaga Riset Robertson di
Britania, perusahaan Petroleum Arab di al-Khafji, Dubai Islamic Bank di Uni
Emirat Arab, dan penasihat ilmiah museum kebudayaan Islam di Swiss. Selain itu
ia juga ikut serta dalam pembentukan seluruh Dubai Islamic Bank, Faishal Islamic
Bank Mesir dan Bank al-Taqwa.34
Zaghlul juga memiliki beberapa kegiatan di luar pekerjaannya, Ia pernah
ikut serta dalam pembentukan jurusan geologi di Universitas King Sa’ud di
Riyadh pada tahun 1959-1967, Universitas Kuwait pada tahun 1967-1678 dan
Universitas Perminyakan dan Pertambangan King Fahd di Zhahran pada tahun
1979-1996.35
31Zaghlul al-Najjar, Shuwar Min Tasbih al-Kainat Lillah, diterjemahkan oleh Abdul
Hayyie al-Kattani, Dan Seluruh Alam pun Bertasbih Kepada-Nya (Jakarta: Gema Insani, 2006),
hal. 115. 32Zaghlul al-Najjar, Min Ayāt al-I’jāz al-‘Ilmi: al-Ardh fī al-Qur’an al-Karīm (Beirut:
Dar al-Ma’rifah, 2005), hal. 5. 33Wikipedia, “زغلول النجار”, diakses melalui alamat https://ar.wikipedia.org/wiki/ النجار
.tanggal 9 Januari 2020 .زغلول34Selamat Amir, “Epistemologi Penafsiran Saintifik Al-Qur’an: Tinjauan Terhadap
Pendekatan Zaghlul Al-Najjar Dalam Pentafsiran Ayat Al-Kawniyat”, Jurnal Perspektif, VII, No.
2 (2012), hal. 60. 35 Ibid.
-
Ia adalah anggota beberapa lembaga-lembaga ilmiah lokal dan
internasional, di antaranya ia terpilih sebagai anggota di Lembaga al-Muslim al-
Mu’ashir di Liechtenstein tahun 1975. Ia ikut serta dalam pembentukan Badan
Internasional Mukjizat Ilmiah Al-Qur’an dan Sunnah Nabawi, Rabithah al-‘Alam
al-Islami di Mekkah pada tahun 1981 dan terpilih sebagai anggota dewan
pengurusnya.36
Ia juga ikut serta dalam pembentukan Badan Amal Islam Internasional
sekaligus terpilih sebagai anggota dewan pengurusnya pada tahun 1986 serta
anggota dewan komisaris Lembaga Informasi Keislaman di London, Inggris.37
Ia terpilih sebagai anggota badan redaksi jurnal-jurnal ilmiah seperti
Journal of Foraminiferal Research yang diterbitkan di New York tahun 1966 dan
Journal of African Earth Sciences di Paris tahun 1981. Ia juga terpilih sebagai
penasihat ilmiah jurnal al-Muslim al-Mu’ashir di Washington tahun 1970, jurnal
al-Rayyan di Qatar dan jurnal Islamic Sciences di India tahun 1978, serta jurnal
al- Syari’ah wa al-Qanun yang diterbitkan Universitas Uni Emirat Arab.38
Selain itu, ia juga telah berkeliling dunia internasional sebagai pembicara
tentang Islam dan beragam masalah- masalah kaum muslimin secara umum, serta
secara khusus hal-hal terkait kemukjizatan ilmiah Al-Qur’an dan sunnah Nabi
yang disampaikan dengan bahasa Arab dan Inggris.39 Perjalanannya mulai dari
Kanada di Utara sampai Afrika Selatan dan Australia di Selatan, dari Amerika di
Barat hingga Asia Tengah di Timur.
Ia juga mengisi beberapa acara TV dan radio terkait keislaman,
kebudayaan yang bermacam-macam. Di antaranya acara Mukjizat Sosial dalam
Al-Qur’an dan Sunnah yang disiarkan selama bulan Ramadhan tahun 1429 di
saluran Iqra’.40
36Zaghlul al-Najjar, Tafsīr al-Āyāt al-Kauniyyah fī al-Qur’an al-Karīm, (Kairo: Maktabah
al-Syurūq al-Dauliyyah, 2007), hal. 10. 37Zaghlul al-Najjar, Min Ayāt al-I’jāz al-‘Ilmi: al-Ardh fī al-Qur’an al-Karīm (Beirut:
Dar al-Ma’rifah, 2005), hal. 6. 38Zaghlul al-Najjar, Tafsīr al-Āyāt al-Kauniyyah fī al-Qur’an al-Karīm, hal. 10-11. 39Zaghlul al-Najjar, Min Ayat al-I’jaz al-‘Ilmi: al-Sama’ fi al-Qur’an al-Karim, hal. 6. 40Wikipedia, “زغلول النجار”, diakses melalui alamat https://ar.wikipedia.org/wiki/ النجار
.tanggal 9 Januari 2020 .زغلول
-
3. Karya-karya
Zaghlul Al-Najjar telah memiliki karya lebih dari 150 artikel dan lebih dari 50
buah buku yang meliputi berbagai kajian ilmu di antaranya ilmu saintifik Islam,
Al-Qur’an Sains, sains dalam hadits, i’jaz ilmi, dan yang lainnya. Namun kajian
yang telah meningkatkan autoritas Zaghlul sebagai pakar sains Islam pada abad
modernini ialah kajian yang meliputi penemuan ilmiah dalam menginterpretasikan
ayat Al-Qur’an. Kebanyakan karya yang telah berhasil melalui kajian ini bukan
saja ditulis dalam Bahasa Arab, bahkan juga diterbitkan dalam Bahasa Inggris dan
Prancis.41 Beberapa karya Zaghlul, di antaranya :
a. Tafsir al-Ayat al-Kauniyyah fi al-Qur’an al-Karim.
b. Min Ayat al-I’jaz al-‘Ilmi: al-Sama’ fi al-Qur’an al-Karim.
c. Min Ayat al-I’jaz al-‘Ilmi: al-Ardh fi al-Qur’an al-Karim.
d. Min Ayat al-I’jaz al-‘Ilmi: al-Nabat fi al-Qur’an al-Karim.
e. Min Ayat al-I’jaz al-‘Ilmi: al-Hayawan fi al-Qur’an al-Karim.
f. Min Ayat al-I’jaz al-‘Ilmi: Khalq al-Insan fi al-Qur’an al-Karim.
g. Min Ayat al-I’jaz al-‘Ilmi: al-Insan min al-Milad ila al-Ba’ts fi al-Qur’an al-
Karim.
h. Min Ayat al-I’jaz al-Inba’i wa al-Tarikhi fi al-Qur’an al-Karim.
i. Madkhal ila Dirasah al-I’jaz al-‘Ilmi fi al-Qur’an al-Karim wa al-Sunnah al-
Nabawiyyah al- Muthahharah.
j. Qadhiyyah al-Takhalluf al-‘Ilmi wa al-Tiqni fi al-‘Alam al-Islami al-Mu’ashir.
k. Khawathir fi Ma’iyyah Khatim al-Anbiya’ wa al-Mursalin Sayyidina
Muhammad.
l. The Geological Concept of Mountains in the Qur’an.
m. Treasures in the Sunnah: A Scientific Approach.
Selain itu, ia juga menulis artikel mingguan di Surat Kabar al-
Ahram al-Mishriyyah tentang kemukjizatan ilmiah di dalam Al-Qur’an dengan
judul “Min Asrar Al-Qur’an” (Di Antara Rahasia- rahasia Al-Qur’an) yang
41Selamat Amir, “Epistemologi Penafsiran Saintifik Al-Qur’an: Tinjauan Terhadap
Pendekatan Zaghlul Al-Najjar Dalam Pentafsiran Ayat Al-Kawniyat”, Jurnal Perspektif, VII, No.
2 (2012), hal. 60.
-
hingga kini telah memuat lebih dari 250 artikel.42 Di surat kabar yang sama, ia
juga menulis 60 artikel mengenai kemukjizatan ilmiah dalam hadis Nabi selama
bulan Ramadhan dari tahun 1422 sampai 1424. Kemudian diterbitkan dalam
bentuk buku yang terdiri dua jilid dan telah diterjemahkan ke dalam Bahasa
Inggris.43
Ia juga menulis sederet artikel yang bermacam-macam di banyak jurnal
seperti al-Da’wah, al-I’jaz, al-Furqan, Qafilah al-Zait, al-Mujtami’, al-Risalah
dan yang lainnya. Ia juga memiliki sederet rekaman audio, video dan CD di
banyak majalah, salah satunya adalah jurnal al-Islam wa al-‘Ilm.44
B. Deskripsi Kitab Tafsir Al-Ayat Al-Kauniyah Fi Al-Qur’an Al-Karim
1. Latar Belakang Penulisan Kitab
Sejarah penulisan kitab ini tidak terlepas dari latar belakang pendidikan
Zaghlul, yakni seseorang yang ahli dalam bidang ilmu alam terutama dalam
bidang Geologi. Zaghlul memahami bahwa di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat
yang berisi tentang ajakan ilmiah yang berdiri di atas prinsip pembebasan akal
dari tahayul dan kemerdekaan berfikir.
Menurut Zaghlul, tidak kurang ada 1000 ayat yang secara tegas dan
ratusan lainnya yang tidak langsung terkait dengan fenomena alam semesta.
Zaghlul juga berpendapat bahwa ayat-ayat kauniyah itu tidak akan mungkin dapat
kita fahami secara sempurna jika hanya difahami dari sudut pandang bahasa arab
saja. Untuk mengetahui secara sempurna, maka perlu mengetahui hakikatnya
secara ilmiah.45
Sebagaimana yang telah Zaghlul sampaikan di dalam muqaddimah
kitabnya, Al-Qur’an adalah kitab yang memiliki mukjizat dari aspek bahasa dan
sastranya, akidah, ibadah, dan akhlaknya, informasi kesejarahannya, dan tak kalah
42Dwi Indah Sari, “Penafsiran Zaghlul al-Najjar tentang Black Hole dalam QS. At-Takwir
ayat 15-16”, Skripsi (Semarang: Universitas Islam Negeri Walisongo, 2019), hal. 39. 43Zaghlul al-Najjar, Min Ayāt al-I’jāz al-‘Ilmi: al-Ardh fī al-Qur’an al-Karīm (Beirut:
Dar al-Ma’rifah, 2005), hal. 6 44Wikipedia, “زغلول النجار “, diakses melalui alamat https://ar.wikipedia.org/wiki/ النجار
.tanggal 9 Januari 2020 .زغلول45Zaghlul al-Najjar, Tafsīr al-Āyāt al-Kauniyyah fī al-Qur’an al-Karīm, Jilid I (Kairo:
Maktabah al-Syurūq al-Dauliyyah, 2007), hal. 6.
-
pentingnya adalah dari sudut isyarat ilmiahnya. Kemukjizatan yang disebut
terakhir ini adalah keunggulan kitab ini yang memberikan informasi menakjubkan
dan akurat tentang hakikat alam semesta dan fenomenanya, tidak seorangpun
manusia pada saat diturunkannya Al-Qur’an dapat mengetahuinya kecuali setelah
berabad-abad diturunkannya Al-Qur’an.46
Dengan kepiawaiannya di bidang tafsir Al-Qur’an berbasis sains, beliau
rutin menulis artikel tetap di rubrik Min Asrar Al-Qur’an setiap hari senin di
harian al-ahram Mesir yang berjumlah tiga juta ekslempar setiap harinya. Hingga
kini telah dimuat lebih dari 250 artikel tentang kemukjizatan sains dalam Al-
Qur’an yang semua itu terangkum dalam kitab ini.47
2. Sistematika Penulisan Kitab
Kitab tafsir al-Āyāt al-Kauniyyah Fī Al-Qur’an al-Karīm terbitan
Maktabah al-Syuruq al-Dawliyyah diterbitkan pada tahun 2007, yang terdiri atas
4 jiid. Dari segi penyusunan, Zaghlul menyusunnya berdasarkan pada metode
penulisan klasikal dan modern.48 Beliau menyusun ayat atau surah mengikut
susunan seperti yang terdapat di dalam Al-Qur’an, yaitu dimulai dari Surah Al-
Baqarah hingga Surah Al-Qori’ah, namun kitab ini memfokuskan kepada ayat-
ayat kauniyah yang terdapat di dalam Al-Qur’an.
Hal ini berdasarkan bidang kepakaran utama Zaghlul yang meliputi
penemuan saintifik melalui dimensi alam semesta, penciptaan makhluk dan
kesehatan. Adapun yang menarik dalam penulisan tafsir ini adalah Zaghlul hanya
menafsirkan ayat-ayat tertentu saja, tidak membahas topik yang sama sekali tidak
berkaitan dengan sains natural. Maka tidak mengherankan jika tafsir ini
merangkum sebuah ensiklopedia tafsir penemuan saintifik qurani terkini.49
Jillid petama kitab ini dimulai dari surah Al-Baqarah hingga surah Al-Isra’
yang terdiri dari 56 pembahasan ayat. Jilid kedua, dimulai dari surah Al-Kahfi
hingga surah Luqman yang terdiri dari 42 pembahasan. Jilid ketiga, dimulai dari
46Ibid., Tafsir Al-Ayat Al-Kauniyah Fi Al-Qur’an Al-Karim, Jilid 1, hal. 26. 47Muh Ulin Nuha, “Penafsiran Zaghlul al-Najjar tentang api di bawah laut dalam QS.
Ath-Thur ayat 6”, Skripsi (Semarang: UIN Walisongo Semarang, 2016), hal. 81. 48Ibid. 49Nani, “Ayat-Ayat Kauniyah Tentang Menjaga Keseimbangan Ekologi”, Skripsi
(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2017), hal. 52.
-
surah Al-Sajadah hingga surah Al-Qamar yang terdiri dari 38 pembahasan. Pada
jilid keempat dimulai dari surah Al-Rahman hingga surah Al-Qari’ah yang terdiri
dari 40 pembahasan. Sehingga jumlah seluruh pembahasan yang terdapat dalam
kitab ini adalah 176 dalam 66 surah.
Pada setiap jilidnya selalu diawali dengan biografi Zaghlul dan
mukadimah. Adapun mukadimah tersebut berisi 4 pokok pembahasan, yaitu
definisi literasi I’jaz serta pembagiannya, sejarah perkembangan I’jaz dan metode
dalam menafsirkan ayat yang berdimensi saintifik, ajakan Zaghlul kepada para
ilmuwan islam khususnya para ahli tafsir untuk menafsirkan Al-Qur’an sesuai
dengan perkembangan masa, dan terakhir penjelasan penolakan sebagian
golongan yang menolak Al-Qur’an ditafsirkan berdasarkan penemuan saintifik.
3. Bentuk, Metode dan Corak Penafsiran
Bentuk penafsiran Zaghlul sudah sangat jelas bahwa penafsirannya
menggunakan penalaran atau Birra’yi. Metode penulisan tafsir ini adalah metode
Maudhu’i, yakni menafsirkan ayat-ayat tertentu berdasarkan tema dalam setiap
surah. Pemilihan ayat dalam tafsir ini lebih kepada ayat-ayat Al-Qur’an yang
berkaitan dengan alam semesta, hal ini karena berdasarkan latar belakang Zaghlul
yang ahli dalam bidang sains.50
Dalam menafsirkan ayat-ayat kauniyah, ada beberapa langkah yang
digunakan Zaghlul. Pada tahap pertama, Zaghlul memilih satu atau sepenggal ayat
sebagai headline, tanpa menyebutkan tema bahasan, ia hanya memberikan
pengantar, itupun tidak pada semua ayat. Selanjutnya Zaghlul menafsirkan ayat
dengan memaparkan pandangan secara umum yang berdasarkan tafsir lafdzi atau
yang berkaitan dengan kebahasaan. Kemudian ia akan menghadirkan dan
menjelaskan petunjuk ilmiah ayat dengan mengaitkan teori-teori sains dan
beberapa pendapat sains modern serta memperkuatnya dengan ayat Al-Qur’an dan
hadits-hadits. Pada setiap akhir penafsirannya ia beragumen mengenai prinsip dan
tujuan Islam khususnya pokok Al-Qur’an sebagai wahyu Allah yang diturunkan
sejak empat belas abad yang lalu mampu menghadirkan fakta-fakta ilmiah di abad
50Ibid., hal. 72.
-
modern. Di akhir pembahasan ia juga menyuguhkan dan memberi keterangan
dengan menggunakan gambar-gambar yang sesuai dengan pembahasan.
Diantaranya gambar tumbuhan, binatang, fenomena alami, dan sebagainya yang
bertujuan agar pembaca lebih mudah memahaminya.51
Adapun corak tafsir ini tergolong sebagai tafsir ilmi, sebab di dalam tafsir
ini membahas tentang ayat-ayat dengan menggunakan teori ilmu pengetahuan
modern dan hasil penelitian ilmiah untuk menjelaskan sebuah ayat.52
51Ibid. 52Ibid.
-
BAB III
PANDANGAN UMUM TERHADAP QS. AL-A’RĀF AYAT 176
A. Deskripsi Surah Al-A’rāf
Surah Al-A’rāf merupakan surah ke-7 di dalam Al-Qur’an, diturunkan di
kota Mekkah tergolong surah Makkiyah yang terdapat 206 ayat di dalamnya.
Surah ini termasuk surah-surah panjang di dalam Al-Qur’an dan secara umum
merupakan surah Makiyah yang paling panjang. Surah ini dinamakan Al-A’rāf
karena adanya penyebutan isyarat “Al-A’rāf”, yaitu dinding-dinding tinggi yang
dibuat antara surga dan neraka untuk menghalangi antara penghuni keduanya,
sebagai pemuliaan untuk penghuni surga dan sebagai penghinaan dan pelecehan
untuk penghuni neraka.53
Menurut Ridhai Isfahani, surah ini terdiri dari 3825 kata dan 13877 huruf.
Dari sisi urutan penurunan, surah Al-A’rāf ialah surah pertama yang huruf
muqata’ahnya lebih dari satu huruf, sebab surah-surah sebelumnya seperti surah
Qāf, surah Shād, dan surah Al-Qalam hanya dimulai dengan satu huruf.
Thabathaba’i meyakini bahwa dimulainya surah ini dengan huruf muqatha’ah Alif
Lam Mim Shad adalah untuk menunjukkan bahwa surah Al-A’rāf selain
mencakup kandungan surah-surah yang dimulai dengan huruf muqatha’ah Alif
Lam Mim, juga mencakup kandungan surah Shad.54
Seperti pembawaan surah-surah Makkiyah lainnya, surah ini berbicara
seputar perkara akidah Islam yang berdiri pada dasar-dasar tauhid yang murni
kepada Allah, hanya menyembah-Nya saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak pula
ada yang sepadan dengan-Nya, tidak ada yang menyaingi-Nya, dan juga tidak
memiliki istri dan anak. Surah ini juga terkait perkara iman yang sempurna pada
wahyu langit, ketundukan penuh pada perintah-perintah Allah yang diturunkan
pada zaman nabi dan rasul yang kemudian disempurnakan dan terjaga dalam Al-
Qur’an dan sunah Nabi.55
53Zaghlul Al-Najjar, Min Āyāt al-I’jāz al-‘Ilmī:Al-Hayawān fī Al-Qur’an al-Karīm
(Beirut: Dar al-Ma’rifah, 2006), hal. 344. 54Surah Al-A’raf, diakses melalui http://id.wikishia.net/view/surah_al-a%27raf pada
tanggal 20 April 2020. 55Ibid., Min Āyāt al-I’jāz al-‘Ilmī:Al-Hayawān fī Al-Qur’an al-Karīm , hal. 344.
http://id.wikishia.net/view/surah_al-a%27raf
-
Ini adalah akidah Islam yang membentuk kekokohan agama yang diridai
Allah dari hamba-hambanya dan yang tidak diridai sebagai agama selainnya,
akidah yang telah Allah ajarkan kepada Nabi Adam pada waktu penciptaannya.
Kemudian akidah ini diturunkan atas rangkaian para nabi dan rasul yang panjang
(yaitu 120.000 nabi dan 310-an rsul), lalu disempurnakan dan terjaga dalam
risalah terakhir yang diturunkan kepada penutup para nabi dan rasul, karenanya
Allah mengutus beliau sebagai saksi, pemberi kabar gembira dan pemberi
peringatan kepada seluruh manusia hingga hari pembalasan. Akidah yang dijaga
dengan penjagaan risalah-Nya pada nafas bahasa wahyu-Nya, yaitu bahasa Arab,
sehingg terpelihara selama 14 abad lebih, dan akan tetap terjaga hingga hari
kiamat sebagai pemenuhan janji Allah yang Dia nyatakan atau zat-Nya yang
tinggi.56 Sehinga Dia berfirman:
[٩َّنَّ ََنُْن نَ زَّْلَنا الذِِّْكَر َوِإَّنَّ َلُه ََلَاِفظُوَن ]إ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya
Kami benar-benar memeliharanya”. (QS. Al-Hijr: 9)57
Surah Al-A’rāf telah memperlihatkan akidah tauhid yang murni kepada
Allah pada tanggapan sejumlah nabi-nabi Allah dan rasul-rasul-Nya atas kaum-
kaum mereka dengan perkataan yang benar yang telah Al-Qur’an catatkan untuk
mereka,58 di mana mereka berkata:
.…ََي قَ ْوِم اْعُبُدوا اَّللََّ َما َلُكم مِّْن ِإلٍََٰه َغْْيُُه .…
“….Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-
Nya….". (QS. Al-A’rāf: 59).59
Perkataan yang tepat ini telah terulang sebanyak empat kali dalam surah
ini atas lidah seluruh nabi-nabi Allah, yaitu Nabi Nuh, Nabi Hud, Nabi Salih, dan
Nabi Syu’aib. Seruan ini selalu diikuti dengan peringatan dan teguran keras,60
56Ibid., Min Āyāt al-I’jāz al-‘Ilmī:Al-Hayawān fī Al-Qur’an al-Karīm , hal. 244-245. 57Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surakarta:MediaInsani
Publishing, 2005), hal. 262. 58Ibid., Min Āyāt al-I’jāz al-‘Ilmī:Al-Hayawān fī Al-Qur’an al-Karīm, hal. 344. 59Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surakarta:MediaInsani
Publishing, 2005), hal. 158. 60Ibid., Min Āyāt al-I’jāz al-‘Ilmī:Al-Hayawān fī Al-Qur’an al-Karīm, hal. 344.
-
seperti perkataan nabi Nuh kepada kaumnya ( ٍِاّنِّْ اخاُف عَليُكم عذاَب يوٍم عظيم )
“Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang dahsyat
(kiamat)”61 juga perkataan Nabi Hud kepada kaumnya ( افال تت ُِّقون ) “Maka mengapa
kamu tidak bertakwa?”62,serta seperti perkataan nabi Salih dan Syu’aib kepada
kaum mereka ( ربُِّكمْ قْدجا أتُكْم بَ يَِّنة ِمْن ) “Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti
yang nyata dari tuhanmu…”.63
Ada banyak ajaran akidah Islam yang diterangkan di dalam Surah Al-
A’rāf, di antarnya:
1. Keimanan kepada Al-Qur’an sebagai wahyu terakhir yang diturunkan Allah
kepada penutup para nabi dan rasul-Nya, urgensi dakwah untuk
mengimaninya, peringatan dari akibat menyembunyikan atau mencoba
mengingkarinya. Juga tanggungan setiap kesempitan untuk hal tersebut karena
ia seperti melawan semua bentuk kebatilan yang tersebar di seluruh bumi
dengan satu kebenaran yang tidak diridai Allah dari hamba-hamba-Nya
sebagai agama selainnya. Hal itu seperti menghadapi semua bentuk kekufuran,
kesyirikan, kesesatan, kezaliman, kerusakan, dan kesewenang-wenangan
dengan tauhid yang murni kepada Allah, rasa takut dan takwa kepada-Nya.
Penggantian sejumlah tatanan yang kejam, kondisi-kondisi yang rusak,
penyimpangan-penyimpangan dari manhaj Allah dalam komunitas-komunitas
manusia dengan menegakkan keadilan Allah di bumi serta membangun
pondasi-pondasi pengawasan Allah dan takwa kepada-Nya.
2. Pengakuan bahwa Allah Ta’ala suci dari segala sekutu, segala yang menyamai
dan menyaingi-Nya, istri serta anak, dan Allah suci dari segala sifat yang tidak
pantas dengan kemuliaan-Nya.
3. Keyakinan akan berbagai bentuk hukuman yang Allah Ta’ala turunkan
kepada para pelaku kemaksiatan dari tokoh-tokoh umat-umat terdahulu yang
disebutkan dalam kepastian kitab-Nya, serta pengakuan akan kepastian
pengabaran para rasul dan yang diutus kepada mereka.
61 Ibid., Al-Qur’an dan Terjemahnya, hal. 158. 62 Ibid. 63 Ibid., hal. 159.
-
4. Pembenaran akan kepastian kebangkitan, hisab/perhitungan dan balasan di
akhirat, kemudian kekelan di akhirat, baik surga ataupun neraka.
5. Pengakuan bahwa Allah lah yang berhak menerima rasa syukur yang terus
menerus atas kebesaran nikmat-nikmat-Nya, dan bahwa di antara bentuk-
bentuk rasa syukur tersebut adalah ketundukan kepada-Nya dengan menaati
dan menyembah-Nya seperti yang Dia perintahkan.
6. Keimanan kepada hakikat penciptaan dan bahwa Allah adalah al-Khāliq, al-
Bāri’, dan al-Musawwir. Pengakuan akan kemuliaan manusia selama taat
kepada perintah Raab-Nya, keyakinan akan permusuhan setan kepada manusia
dan upaya penyesatannya sebagaimana yang ia lakukan kepada nabi Adam
dan Hawa, yakin bahwa mereka telah bertaubat dan kembali dan Allah telah
menerima taubat keduanya. Juga keyakinan bahwa seoarang dari keturunan
mereka tidak menanggung dosa mereka sedikitpun yang mana secara umum
hal itu merupakan rekaan orang-orang yang berbuat kedustaan, pernyataan
sebagian orang-orang bodoh dari kalangan orang-orang musyrik. Serta
penegasan bahwa manusia senantiasa diseur akan kemaksiatan setan dan
peringatan dari penyesatannya.
7. Keyakinan bahwa Allah telah mengharamkan perbuatan keji yang tampak dan
tersembunyi, dosa dan perbuatan aniaya tanpa hak, sebagaimana Dia telah
mengharamkan kesyirikan kepada-Nya. Keyakinan bahwa perkataan hamba-
hamba terhadap Allah yang tidak mereka ketahui, dan Dia telah
mengharamkan perbuatan melampaui batas dan selainnya dari bentuk-bentuk
kerusakan di bumi.
8. Pengakuan bahwa ajal telah ditentukan, dan hal itu tidak dapat diubah oleh
satu makhluk pun.
9. Keimanan bahwa tidak ada rasa takutatas hamba-hamba Allah yang
Mukallaf,yang bertaqwa dan melakukan perbaikan, dan mereka juga tidak
bersedih. Keyakinan bahwa siapa pun di antara hamba-hamba Allah yang
mukallaf, yang mendustakan ayat-ayat Allah dan menyombongkan diri dari-
Nya, maka mereka itu adalah para penghuni neraka yang kekal di dalamnya,
-
karena hal tersebut termasuk bentuk kezaliman terhadapa diri yang paling
besar.
10. Keimanan akan gambaran kondisi-kondisi semua penghuni surga dan
penghuni neraka yang datang dalam kitab Allah yang terakhir.
11. Keyakinan bahwa berdo’a kepada Allah dengan merendahkan diri dan takut
termasuk ibadah-ibadah paling agung yang diterima Allah.
12. Keimanan akan seluruh rasul-rasul Allah dan risalah-risalahnya tanpa
sedikitpun membeda-bedakan, keyakinan akan kesatuan semua risalah-risalah
yang menyeru makhluk untuk mentauhidkan al-Khāliq tersebut dan untuk
mengimani bahwa bumi itu milik Allah, Dia mewariskannya kepada hamba-
hambanya yang Dia kehendaki, bahwa kesudahan yang baik bagi orang-orang
yang bertaqwa.
13. Pengakuan bahwa penutup para nabi dan rasul itu diutus untuk manusia
seluruhnya, penyebutannya telah datang dalam kitab-kitab terdahulu dari
kalangan ahli kitab dan jika para penyangkal memungkirinya.
14. Keimanan bahwa Allah memiliki nama-nama terbaik (asmaul husna) yang
tidak diperbolehkan berdo’a kecuali denganNya, dan orang-orang yang
mengingkari nama-namaNya akan dibalas apa yang mereka lakukan.
15. Keyakinan bahwa ilmu mengenai hari kiamat ada disisi Allah saja, tidak ada
yang mengetahuinya kecuali Dia, kiamat membebani langit dan bumi dan
kiamat tidak datang kepada manusia kecuali secara tiba-tiba.
16. Keimanan bahwa malaikat tidak menyombongkan diri dari menyembah Allah,
serta bahwa mereka bertasbih dan bersujud kepada-Nya.64
Manhaj surah ini di dalam membenahi akidah tidaklah dengan
memaparkan kisah akidah dalam sejarah manusia dan tidak memparkan
perjalanan manusia sejak kejadiannya yang pertama hingga kembalinya ke alam
akhirat nanti dengan semata-mata menggunakan metode narasi an sich. Tetapi ia
memaparkannya dalam bentuk peperangan dengan kejahiliahan.65
64Ibid., Min Āyāt al-I’jāz al-‘Ilmī:Al-Hayawān fī Al-Qur’an al-Karīm , hal. 245-247. 65Sayyid Quthb, Fi Zhilāl al-Qur’an, Jilid III (Kairo: Dar al-Syuruq, 2000), hal. 1245.
-
Oleh karena itu, surah ini memaparkannya dalam berbagai pemandangan
dan perhentian. Dengan pemandangan-pemandangan dan perhentian-perhentian
ini, ia menghadapi manusia yang hidup berhadapan dengan Al-Qur’an. Maka, Al-
Qur’an menghadapi mereka dengan mengemukakan kisah yang panjang itu, dan
berbicara kepada mereka dengan menyampaikan kalimat-kalimat yang ada di
dalamnya, untuk memberikan peringatan dan perhatian.66
Selain itu, di dalam surah Al-A’rāf juga terdapat banyak ayat-ayat
kauniyyah dan kesejarahan di antaranya :
1. Isyarat akan tibanya siksaan Allah, sebagaimana yang tampak dalam firman-
Nya:
[ ٤َناَها َفَجاَءَها ََبُْسَنا بَ َياًتا َأْو ُهْم قَائُِلوَن ]وََكم مِّن قَ ْريٍَة َأْهَلكْ
“Betapa banyaknya negeri yang telah Kami binasakan, maka datanglah siksaan
Kami (menimpa penduduk)nya di waktu mereka berada di malam hari, atau di
waktu mereka beristirahat di tengah hari”. (QS. Al-A’rāf: 4).67
2. Penegasan akan proses pembentukan tubuh setelah penciptaan, sebagaimana
firman-Nya:
َوَلَقْد َخَلْقَناُكْم ُُثَّ َصوَّْرََّنُكمْ .…
“Dan sungguh, Kami telah menciptakan kamu, kemudian membentuk
(tubuh)mu.....”. (QS. Al-A’rāf: 11)68
3. Gambaran penciptaan jin dari api, dan penciptaan manusia dari tanah, dalam
firman-Nya:
ٍر َوَخَلْقَتُه ِمن ِطنٍي ]ق [ ٧:١٢اَل َأََّن َخْْيٌ مِّْنُه َخَلْقَتِِن ِمن َّنَّ …
“.... (Iblis) menjawab, “Aku lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari
api, sedangkan dia engkau ciptakan dari tanah”. (QS. Al-A’rāf: 12).69
4. Penegasan hakikat permusuhan setan dan manusia serta kefanaan eksistensi
keduanya di bumi, dalam hal ini Allah Ta’ala berfirman:
66 Ibid., Fi Zhilal al-Qur’an, hal. 1245. 67Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surakarta:MediaInsani
Publishing, 2005), hal. 151. 68 Ibid. 69 Ibid., hal. 152.
-
[قَاَل ِفيَها ََتْيَ ْوَن َوِفيَها ٢٤َوَلُكْم ِف اْْلَْرِض ُمْستَ َقر َوَمَتاٌع ِإََلَٰ ِحنٍي ] ۚ قَاَل اْهِبطُوا بَ ْعُضُكْم لِبَ ْعٍض َعُدو َها ُُتَْرُجوَن ] [٢٥ََتُوتُوَن َوِمن ْ
“Allah berfirman, "Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh
bagi sebahagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan
kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang
telah ditentukan". Allah berfirman, "Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu
kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan”. (QS. Al-A’rāf:
24-25).70
5. Isyarat akan kecepatan rotasi bumi yang luar biasa di sekitar porosnya di muka
matahari pada awal penciptaan, dan bahwa seluruh benda-benda langit seperti
matahari, bulan, dan bintang-bintang tunduk dengan perintah Allah yang segala
penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya. Dalam firman-Nya:
ٍم ُُثَّ اْستَ َوىَٰ َعَلى اْلَعْرِش يُ ْغِشي اللَّْيَل الن ََّهاَر َيْطلُُبُه ِإنَّ َربَُّكُم اَّللَُّ الَِّذي َخَلَق السََّماَواِت َواْْلَْرَض ِف ِستَِّة َأَيَُّ َربُّ اْلَعاَلِمنَي ] ۚ َأََل َلُه اْْلَْلُق َواْْلَْمرُ ۚ َِبَْمرِهِ َحِثيثاا َوالشَّْمَس َواْلَقَمَر َوالنُُّجوَم ُمَسخَّرَاٍت [ ٧:٥٤تَ َباَرَك اَّللَّ
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan
bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan
malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya
pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada
perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah.
Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam”. (QS. Al-A’rāf: 54).71
6. Penegasan bahwa Allah lah yang mengirim angin, membentuk awan,
menurunkan hujan, serta mengeluarkan tumbuh-tumbuhan, pepohonan dan
buah-buahan. Allah kelak akan mengeluarkan segala yang mati seperti
mengeluarkan tumbuh-tumbuhan dari bumi. Firman-Nya:
َحَّتََّٰ ِإَذا أَقَ لَّْت َسَحاًبا ثَِقاَلا ُسْقَناُه لِبَ َلٍد مَّيٍِّت فَأَنزَْلَنا ِبِه اْلَماَء ۚ الَِّذي يُ ْرِسُل الرََِِّيَح بُْشراا َبنْيَ يََدْي َرْْحَِتهِ َوُهوَ ِلَك ُُنْرُِج اْلَمْوَتىَٰ َلَعلَُّكْم َتذَكَّ ۚ َفَأْخَرْجَنا بِِه ِمن ُكلِّ الثََّمرَاتِ [ ٧:٥٧ُروَن ] َكذََٰ
“Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum
kedatangan rahmat-Nya (hujan), hingga apabila angin itu telah membawa
awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan
hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai
macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang
telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran”. (QS.Al-A’rāf: 57).72
70 Ibid., Al-Qur’an dan Terjemahnya, hal. 153. 71 Ibid., hal. 157. 72 Ibid.
-
7. Isyarat bahwa negeri yang baik mengeluarkan tetumbuhannya dengan izin
Rabb-nya, sementara negeri yang buruk tidak mengeluarkan apapun kecuali
kesulitan. Firman-Nya:
ا ۚ َواْلبَ َلُد الطَّيُِّب ََيْرُُج نَ َباتُُه ِبِِْذِن رَبِّهِ ِلَك ُنَصرُِِّف اْْلََيِت لَِقْوٍم ۚ َوالَِّذي َخُبَث ََل ََيْرُُج ِإَلَّ َنِكدا َكذََٰ [ ٥٨َيْشُكُروَن ]
“Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin
Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh
merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi
orang-orang yang bersyukur”. (QS. Al-A’rāf: 58).73
8. Penyebutan sejumlah nabi dan rasul terdahulu atas diutusnya penutupmereka,
pemaparan pokok dakwah mereka kepada kaum-kaum mereka, reaksi mereka
terhadap dakwah tersebut dan gambaran sejumlah mukjizat yang dengannya
Allah meneguhkan para nabi dan rasul. Juga penunjukan sejumlah bentuk
hukuman yang Allah turunkan kepada orang-orang kafir dan musyrik dari
kaum-kaum tersebut,serta penemuan peninggalan berturut-turut yang
menegaskan kebenaran segala kandungan Al-Qur’an.
9. Penegasan bahwa pembawaan atas hati adalah menutup pendengaran.
10. Gambaran azab yang Allah turunkan kepada Fir’aun dan pengikutnya yang
berupa banjir bandang, belalang, kutu, katak, dan darah. Itu semua adalah azab
yang tidak mampu dilawan seorang makhluk pun kecuali yang Allah
kehendaki.
11. Isyarat bahwa bumi memiliki beberapa arah timur dan barat.
12. Penyebutan akan penaungan kaum nabi Musa dengan awan dan mereka adalah
orang-orang yang hilang dalam kesesatan ditengah semenanjung Sinai, isyarat
akan penurunan al-man dan al-salwa kepada mereka.
13. Penyebutan mukjizat perubahan bentuk beberapa orang munafik, musyrik dan
kafir dari Bani Israil menjadi kera dan babi.
14. Isyarat akan penghinaan para pelaku maksiat dari Bani Israil selama bertahun-
tahun, hingga hari kiamat, dengan perantaraan orang-orang yang menimpakan
mereka siksaan yang berat sebagai hukumanbagi mereka atas kekufurannya,
73 Ibid., Al-Qur’an dan Terjemahnya, hal. 158.
-
kesyirikan dan kerusakan yang mereka lakukan di bumi. Sementara Allah
sangat cepat siksaannya, dan Dia Maha Pengampun Maha Penyayang kepada
orang yang bertaubat dan kembali kepada-Nya.
15. Penegasan akan penyimpangan orang-orang Yahudi kepada Taurat yang
dibawa oleh nabi Musa, dalam firman-Nya:
َذا اْْلَْدََنَٰ َويَ ُقولُوَن َسيُ ْغَفُر لََنا َوِإن ََيِِْتِْم َعَرٌض مِّثْ ُلُه َفَخَلَف ِمن بَ ْعِدِهْم َخْلٌف َورِثُوا اْلِكَتاَب ََيُْخُذوَن َعَرَض هََٰاُر اْْلِخَرُة ۚ أَلَْ يُ ْؤَخْذ َعَلْيِهم مِّيثَاُق اْلِكَتاِب َأن َلَّ يَ ُقولُوا َعَلى اَّللَِّ ِإَلَّ اَلَْقَّ َوَدَرُسوا َما ِفيهِ ۚ ََيُْخُذوهُ َوالدَّ
[ ٧:١٦٩أََفاَل تَ ْعِقُلوَن ] ۚ َخْْيٌ لِِّلَِّذيَن يَ ت َُّقونَ “Maka datanglah sesudah mereka generasi (yang jahat) yang mewarisi Taurat,
yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan berkata: "Kami akan
diberi ampun". Dan kelak jika datang kepada mereka harta benda dunia
sebanyak itu (pula), niscaya mereka akan mengambilnya (juga). Bukankah
perjanjian Taurat sudah diambil dari mereka, yaitu bahwa mereka tidak akan
mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar, padahal mereka telah
mempelajari apa yang tersebut di dalamnya?. Dan kampung akhirat itu lebih
bagi mereka yang bertakwa. Maka apakah kamu sekalian tidak mengerti?”.
(QS. Al-A’rāf: 169).74
16. Isyarat akan hakikat dari kebenaran ilmu genetika, yaitu penciptaan seluruh
manusia dari jiwa yang satu, lalu Allah menjadikan istri darinya, dan kode-
kode genetika seluruh manusia terhimpun di tulang sulbi nabi Adam pada saat
penciptaannya. Juga isyarat bahwa Allah Ta’ala telah mempersaksikan
keturunan Adam di alam al-zarr (gen) dengan hakikat Rububiyyah,
Uluhiyyah, dan keesaan yang suci dari segala sifat yang tidak pantas dengan
kebesaran Allah.
17. Seruan kepada seluruh manusia untuk mengamati kerajaan langit dan bumi,
mengenali ciptaan Allah dan mengambil pelajaran dari itu semua.75
B. Asbāb al-Nuzūl Surah Al-A’rāf ayat 176
Ayat ini merupakan tamṡīl yang mengandung musyabbah (yang
diserupakan) dan musyabbah bihi (yang dijadikan penyerupa).76 Al-Qur’an tidak
74 Ibid, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hal. 172. 75 Zaghlul Al-Najjar, Min Āyāt al-I’jāz al-‘Ilmī:Al-Hayawān fī Al-Qur’an al-Karīm , hal.
248-250. 76Ja’far Subhani, Al-Amtsal fi al-Qur’an, diterjemahkan oleh Muhammad Ilyas, Wisata
Al-Qur’an (Jakarta: Al-Huda, 2007), hal. 180.
-
menyebutkan siapa nama orang yang dijadikan perumpamaan, dari bangsa apa
dan dari Negara mana. Begitu pula dalam hadits sahih, tidak ada keterangan
mengenai itu. Maka dalam memberi nasihat, kita tidak perlu menerangkan siapa
namanya, sekalipun dalam tafsir-tafsir bi al-ma’ṡur para perawinya banyak
meriwayatkan tentang siapa orang yang dimaksud.77
Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim mengeluarkan riwayat dari Ibnu Abbas ra.
Ia mengatakan, nahwa yang dimaksud ialah seorang laki-laki yang bernama
Bal’am dari Yaman.78 Dikisahkan bahwa ia memiliki suatu majelis dan pada
majelis tersebut terdapat dua puluh ribu alat tulis yang akan digunakan oleh
murid-muridnya untuk menulis setiap kata yang keluar dari mulutnya. Namun
sayangnya, di akhir hidupnya ia berpaling dari keimanan, dan ia juga menjadi
orang yang pertama kali menulis buku yang bertemakan “Alam ini tidak ada
penciptanya”.79Pada akhirnya, Al-Bustani dala Ensiklopedi Arabnya menceritakan
ringkasan kisah Bal’am, yang kemudian dia mengatakan bahwa sebagian mufasir
yang melakukan penelitian terhadap kisah Bal’am yang tertera dalam Kitab
Bilangan dari pasal 22 sampai 24 tidaklah otentik.
Beberapa riwayat menyebutkan bahwa ini adalah informasi tentang
seorang yang sholeh di Palestina (sebelum dimasuki oleh Bani Israil), kisah
penyimpangan dan penyelewengannya diriwayatkan secara rinci dan panjang,
yang tidak menutup kemungkinan bahwa ini adalah kisah yang dikenal dengan
Isra’illiyyat yang banyak disisipkan dalam kitab-kitab tafsir.80 Riwayat lain
mengatakan bahwa orang itu adalah seorang lelaki dari Palestina yang diktator.
Riwayat lain lagi mengatakan bahwa dia adalah Umayyah bin Abi Salt As-
Saqafi. Sebelum Rasulullah diutus Umayyah adalah orang yang dipandang
terkemuka dan disegani oleh kaumnya. Diapun benci kepada penyembah berhala,
dia seorang yang mengakui beragama hanif. Setelah Rasulullah di utus, ia
berangkat ke Bahrain dan di sana ia mengaku sebagai rasul utusan Tuhan dan
77Ahmad Mustafa al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, diterjemahkan oleh Bahrun Abu Bakar et.
al., Terjemah Tafsir Al-Maragi, Jilid 9 (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1994), hal. 204. 78Ibid. 79Hamka, Tafsir al-Azhar, Jilid 3 (Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd, 1990), hal. 158. 80Sayyid Quthb, Fi Zhilāl al-Qur’an, (Kairo: Dar al-Syuruq, 2000), Jilid III, hal. 1397.
-
tinggallah ia di sana selama delapan tahun. Suatu saat ia datang menemui
Rasulullah yang sedang berada di tengah sekelompok para sahabatnya. Maka
dipanggillah ia oleh Nabi lalu dibacakan kepadanya Surah Yāsin. Maka
melompatlah Umayyah sambil menyeret kedua kakinya yang diikuti oleh orang-
orang Quraisy. Mereka berkata, Apa yang kau katakan hai Umayyah? Ia
menjawab “ Saya bersaksi sesungguhnya dia ada pada jalan yang benar.” Apakah
kamu hendak menganutnya? Tanya orang-orang Quraisy. Ia menjawab
“Tunggulah sampai aku berfikir mengenai perkara dia.” Sesudah peristiwa itu,
Umayyah berangkat ke Syam dan datang lagi setelah terjadinya perang Badar
hendak masuk Islam. Namun setelah ia mendengar berita tentang siapa-siapa yang
terbunuh dalam perang Badar, dia batalkan niatnya untuk masuk Islam dan pulang
ke Taif lalu meninggal di sana.81
Adapula riwayat yang mengatakan bahwa dia seseorang yang sezaman
dengan masa diutusnya Rasulullah, yang bernama Abu Amir al-Fasik. Dan ada
pula riwayat yang mengatakan bahwa orang tersebut semasa dengan Nabi Musa
a.s. Ada lagi riwayat yang mengatakan bahwa dia hidup sepeninggal Musa, yaitu
sezaman dengan Yusya’ bin Nun yang memerangi para diktator Bani Israil
sesudah mereka kebingungan dan terkatung-katung di padang pasir selama empat
puluh tahun.82
Ada lagi yang berpendapat bahwa yang dimaksud adalah Nu’man al-
Zuraji yang bergelar Abu Amir bin Shaifi al-Rahib. Ia tadinya telah menganut
agama Kristen, kemudian mengaku mengikuti agama nabi Ibrahim. Tetapi ketika
nabi Muhammad di utus, ia menolak kenabian beliau dan akhirnya ikut bersama
kaum Musyrikin memerangi nabi Muhammad pada perang Hunain.83
C. Munasabah ayat
Munasabah dari segi bahasa bermakna kedekatan. Nasab adalah
kedekatan hubungan antara seseorang dengan yang lain disebabkan oleh
81Ahmad Mustafa al-Maragi, Tafsir Al-Maragi terj. Bahrun Abu Bakar et. al., Terjemah
Tafsir Al-Maragi Jilid 9 (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1994), hal. 205. 82Sayyid Quthb, Fi Zhilāl al-Qur’an, (Kairo: Dar al-Syuruq, 2000), Jilid III, hal. 1398. 83M. Quraish Shihab,
-
hubungan darah/keluarga. Ulama-ulama Al-Qur’an menggunakan kata
munasabah untuk dua makna. Pertama, hubungan kedekatan antara ayat atau
kumpulan ayat-ayat Al-Qur’an satu dengan lainnya. Kedua, hubungan makna satu
ayat dengan ayat lain, misalnya penghususannya atau penetapan syarat terhadap
ayat lain yang tidak bersyarat, dan lain-lain.84 Adapun munasabah dalam
penelitian ini:
1. Munasabah Surah Al-A’rāf dengan Surah Sebelumnya
a) Surah yang terletak sebelum surah Al-A’rāf adalah Surah Al-An’am. Kedua
surah ini sama-sama membicarakan pokok akidah agama. Dalam surah Al-
An’am dikemukakan garis-garis besar akidah-akidah itu, sedangkan surah Al-
A’rāf menjelaskannya.
b) Dalam surah Al-An’am diterangkan asal usul kejadian manusia, dari tanah
serta menjelaskan tentang beberapa generasi manusia yang telah dibinasakan
Allah, kemudian disinggung pula tentang para Rasul dengan menyebut
beberapa nama mereka dan kisahnya secara garis besar, sedangkan surah Al-
A’rāf menjelaskannya.
c) Bagian akhir surah Al-An’am menjelaskan bahwa Al-Qur’an adalah kitab
pedoman yang benar, maka manusia diperintahk