pedoman pengoperasian tpa landfill

Upload: ikahamidah

Post on 14-Oct-2015

360 views

Category:

Documents


66 download

TRANSCRIPT

  • 5/24/2018 Pedoman Pengoperasian TPA Landfill

    1/28

    D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M

    DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYADIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

    PPEEDDOOMMAANNPPEENNGGOOPPEERRAASSIIAANNDDAANNPPEEMMEELLIIHHAARRAAAANNTTEEMMPPAATTPPEEMMBBUUAANNGGAANNAAKKHHIIRR((TTPPAA))

    SSIISSTTEEMMCCOONNTTRROOLLLLEEDDLLAANNDDFFIILLLLDDAANNSSAANNIITTAARRYYLLAANNDDFFIILLLL

    Disiapkan oleh :

    Enri DamanhuriRia Ismaria

    Tri Padmi

    Teknik Lingkungan FTSL ITB

    VERSI FINAL

    September 2006

  • 5/24/2018 Pedoman Pengoperasian TPA Landfill

    2/28

    Draft 2 NSPM Teknik Lingkungan ITB Agustus 2006 Operasi Pemeliharaan TPA - 1

    DAFTAR ISI

    halaman

    DAFTAR ISI ............................................................................................................... 1

    DAFTAR TABEL ........................................................................................................ 2DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... 2

    BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 31.1 Ruang Lingkup ................................................................................ 31.2 Acuan Normatif................................................................................ 31.3 Istilah dan Definisi ........................................................................... 3

    BAB II KETENTUAN-KETENTUAN....................................................................... 52.1 Ketentuan Umum............................................................................. 52.2 Ketentuan Teknis............................................................................. 8

    2.2.1 Cakupan Pelaksanaan......................................................... 82.2.2 Koordinasi Tindak Rutin....................................................... 8

    BAB III CARA PELAKSANAAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN...................... 103.1 Pembagian Area Efektif Pengurugan .............................................. 103.2 Konstruksi Sistem Pelapis Dasar (Liner) ......................................... 113.3 Konstruksi Under-Drain Pengumpul Lindi (Leachate) ..................... 123.4 Pemasangan Sistem Penanganan Gas .......................................... 133.5 Penanganan Sampah yang Masuk ................................................. 153.6 Pengurugan Sampah pada Bidang Kerja ........................................ 163.7 Aplikasi Tanah Penutup................................................................... 173.8 Pengoperasian Unit Pengolahan Lindi (Leachate) .......................... 18

    3.9 Penggunaan dan Pemeliharaan Alat-alat Berat TPA ...................... 203.9.1 Penggunaan dan Pemeliharaan Alat Berat.......................... 203.9.2 Pemeliharaan Jalan, Drainase, dan Jembatan Timbang..... 213.9.3 Pemeliharaan Tanah Penutup ............................................. 233.9.4 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Lain.......................... 23

    3.10 Pemantauan Operasional................................................................ 233.11 Kontrol Pencemaran Air .................................................................. 243.12 Kontrol terhadap Kebakaran, Gas, dan bau .................................... 253.13 Kontrol Stabilitas Lereng ................................................................. 253.14 Kontrol Kualitas Lingkungan Lain .................................................... 263.15 Kegiatan Pasca Operasi.................................................................. 27

  • 5/24/2018 Pedoman Pengoperasian TPA Landfill

    3/28

    Draft 2 NSPM Teknik Lingkungan ITB Agustus 2006 Operasi Pemeliharaan TPA - 2

    DAFTAR TABEL

    halaman

    Tabel 1 : Perbedaan Controlled Landfilldan Sanitary Landfill........................ 6

    Tabel 2 : Baku Mutu Efluen IPL...................................................................... 19

    DAFTAR GAMBAR

    halaman

    Gambar 1 : Pembagian Area Efektif Pengurugan .............................................. 11Gambar 2 : Lapisan Dasar TPA ......................................................................... 12

    Gambar 3 : Konstruksi Sistem Pelapis Dasar (Liner) ......................................... 12Gambar 4 : Desain Pemasangan Pipa Drainase Lindi ....................................... 13Gambar 5 : Konstruksi Underdrain Pengumpul Lindi (Leachate) ....................... 13Gambar 6 : Sistem Penanganan Gas................................................................. 15Gambar 7 : Penanganan Sampah yang Masuk TPA ......................................... 16Gambar 8 : Pengurugan Sampah pada Bidang Kerja ........................................ 17Gambar 9 : Sistem Penutup pada Controlled Landfilldan Sanitary Landfill ....... 18Gambar 10 : Penutupan Tanah............................................................................ 18Gambar 11 : Pengolahan Lindi (Leachate) ........................................................... 20Gambar 12 : Contoh Alat Berat pada Operasional Landfilling.............................. 21Gambar 13 : Sarana Sistem Drainase TPA.......................................................... 22

  • 5/24/2018 Pedoman Pengoperasian TPA Landfill

    4/28

    Draft 2 NSPM Teknik Lingkungan ITB Agustus 2006 Operasi Pemeliharaan TPA - 3

    BBAABBIIPPEENNDDAAHHUULLUUAANN

    1.1 Ruang Lingkup

    Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapaitahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan,pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. Dengan semakin berkembangnyasuatu daerah akan semakin sulit pula untuk mendapatkan lahan TPA. Untuk itudiperlukan pemikiran untuk mencoba memperpanjang usia TPA, salah satunyadengan melakukan pengoperasian dan pemeliharaan TPA secara tepat.

    Mengacu pada PP 16/2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minumyang didalamya juga mengatur masalah persampahan (bagian ketiga pasal 19 pasal 22), bahwa :

    Penanganan sampah yang memadai perlu dilakukan untuk perlindungan air baku

    air minum TPA wajib dilengkapi dengan zona penyangga dan metoda pembuangan

    akhirnya dilakukan secara sanitary landfill (kota besar/metropolitan) dancontrolled landfill (kota sedang/kecil)

    Perlu dilakukan pemantauan kualitas hasil pengolahan leachate(efluen) secaraberkala.

    Ketentuan tersebut mulai berlaku pada tahun 2008. NSPM ini berisi pengertiandasar, ketentuan umum, dan ketentuan teknis tentang cara pengoperasian danpemeliharaan TPA dengan sistem controlled landfill dan sanitary landfill termasukcara pelaksanaan monitoring dan rencana setelah penutupan.

    1.2 Acuan Normatif

    a). UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan Dan Permukimanb). UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Airc). UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerahd). PP No. 16 Tahun 2004 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minume). Peraturan Menteri No. 294/PRT/M/2005 tentang Badan Pendukung

    Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minumf). SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah

    Perkotaang). SNI 19-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA.

    1.3 Istilah dan Defin isi

    Yang dimaksud dengan :1. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses

    alam yang berbentuk padat.2. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis dan

    berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.3. Penanganan sampah adalah upaya yang meliputi kegiatan pemilahan,

    pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan dan pemerosesanakhir sampah.

    4. Pemerosesan akhir adalah kegiatan untuk mengembalikan sampahdan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secaraaman.

  • 5/24/2018 Pedoman Pengoperasian TPA Landfill

    5/28

    Draft 2 NSPM Teknik Lingkungan ITB Agustus 2006 Operasi Pemeliharaan TPA - 4

    5. Penghasil sampah adalah setiap orang, usaha, dan/atau kegiatan yangmenghasilkan timbulan sampah.

    6. Tempat pemerosesan akhir adalah tempat untuk mengembalikan sampahke media lingkungan secara aman.

    7. Sanitary landfill merupakan sarana pengurugan sampah ke lingkungan yangdisiapkan dan dioperasikan secara sistematis, dengan penyebaran danpemadatan sampah pada area pengurugan, serta penutupan sampah setiap hari.

    8. Controlled landfil l merupakan sarana pengurugan sampah yang bersifatantara sebelum mampu melaksanakan operasi sanitary landill, dimana sampahyang telah diurug dan dipadatkan di area pengurugan dilakukan penutupandengan tanah penutup paling tidak setiap 7 hari.

    9. Open dumping atau pembuangan terbuka merupakan cara pembuangansederhana dimana sampah hanya dihamparkan pada suatu lokasi, dibiarkanterbuka tanpa pengamanan dan ditinggalkan setelah lokasi tersebut penuh.

    10.Area pengurugan dan penimbunan sampah merupakan susunan sel-selsampah yang disusun secara vertikal atau honzontal dengan ukuran tertentu.

    11. Lindi (Leachate) adalah cairan yang timbul sebagi limbah akibat masuknya air

    eksternal ke dalam urugan atau timbunan sampah, melarutkan dan membilasmateri terlarut, termasuk juga materi organik hasil proses dekomposisi biologis.

    12. Instalasi pengolah lindi (IPL) adalah sarana pengolahan lindi baik secarabiologis, maupun secara fisika, atau kimia ataupun gabungan, yang harusdioperasikan secara konsisten sesuai SOP agar efluen dari sarana ini memenuhibaku-mutu yang berlaku.

    13. Biogasadalah gabungan gas metan (CH4) dan gas karbon dioksida (CO2) yangmuncul akibat proses biodegradasi materi organik yang berada dalam kondisikurang atau tanpa oksigen (O2).

    14. Penambangan TPA (landfill mining)adalah upaya untuk mendapatkan kembalibahan bermanfaat dari urugan atau timbunan sampah yang sudah ditutup, yaitubahan berupa kompos atau berupa tanah penutup, dengan cara menggali

    sarana tersebut dan menyaring sampahnya.15. Kegiatan pasca-operasi adalah kegiatan yang sifatnya pemantauan dan

    pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana yang ada, sedemikian sehinggaupaya rehabilitasi ex-TPA dapat berjalan sesuai rencana, dan fasilitas ini tidakmendatangkan dampak negatif terhadap kesehatan dan keselamatan manusia,serta lingkungan.

  • 5/24/2018 Pedoman Pengoperasian TPA Landfill

    6/28

    Draft 2 NSPM Teknik Lingkungan ITB Agustus 2006 Operasi Pemeliharaan TPA - 5

    BBAABBIIIIKKEETTEENNTTUUAANNKKEETTEENNTTUUAANN

    2.1 Ketentuan Umum

    1). Visi regulasi dalam hal ini untuk mengatur perencanaan pembangunan TPA yangsesuai dengan kaidah lingkungan tanpa mengabaikan visi masyarakat untukmemperoleh manfaat dari keberadaan TPA dan terhindar dari dampak negatifyang ditimbulkannya.

    2). Beberapa informasi perencanaan teknis yang perlu selalu dievaluasi adalah :a). SNI tentang pengelolaan sampah hendaknya dimasukkan dalam Peraturan

    Daerah (Perda) terkait, sehingga SNI tersebut menjadi acuan dalamimplementasi Perda.

    b). Rencana Tata Ruang Wilayah/Kota (RTRW/K) terkait dengan luas daerahpelayanan, manajemen persampahan, tata guna lahan, dan pertumbuhanjumlah penduduk

    c). Estimasi jumlah dan fraksi sampah yang akan dilayanid). Kondisi fisik dan lingkungan, khususnya : struktur geologi tanah, hidrogeologi

    tanah, kestabilan geoteknik, iklim dan curah hujan, ketersediaan tanahpenutup, kondisi zone penyangga sekeliling TPA.

    4). Penyiapan lahan untuk dijadikan TPA harus melalui beberapa tahapan penting,yaitu :a). Pemilihan lokasi/site(site selection)b). Penyusunan DED (detailed engineering design)c). Pembangunan TPA sesuai spesifikasi DEDd). Penyusunan AMDAL (analisis mengenai dampak lingkungan).

    5). Tidak diizinkan membangun permukiman dan sarana lain yang tidak sesuaidengan tata-guna lahan pada area penyangga yang merupakan satu kesatuandengan lokasi TPA. Peruntukan sekitar lokasi TPA misalnya untuk pertanian,perkebunan, peternakan. Pemukiman dijinkan dibangun dengan radius minimal500 m sekeliling lokasi TPA. Dibutuhkan adanya buffer area(daerah penyangga).

    6). Ketentuan sampah yang ditangani di TPA :a). Sampah yang boleh masuk ke TPA adalah sampah yang berasal dari

    kegiatan rumah tangga, kegiatan pasar, kegiatan komersial, kegiatanperkantoran, institusi pendidikan, dan kegiatan lainnya yang menghasilkanlimbah sejenis sampah kota. Limbah yang berkategori B3 dilarang masuk keTPA

    b). Limbah B3 yang berasal dari kegiatan rumah tangga harus ditangani secarakhusus sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan TPA hanya

    berfungsi sebagai tempat penampungan sementara. Limbah B3 rumahtangga dikelola dengan mengaktifkan fungsi pewadahan di TPS untukkemudian diangkut ke tempat pemerosesan akhir limbah B3, lokasipenampungan juga disediakan di TPA untuk mengantisipasi limbah B3 yangterlanjur masuk ke TPA. Limbah B3 tidak diolah di TPA.

    c). Limbah yang dilarang diurug dalam sebuah TPA :

    Limbah cair yang berasal dari kegiatan rumah tangga

    Limbah yang berkatagori B3 menurut PP 18/99 jo PP85/99

    Limbah medis dari kegiatan medisd). Sampah yang masuk ke TPA tidak seluruhnya diurug ke dalam area

    pengurugan. Proses lainnya sangat dianjurkan seperti daur-ulang danpengomposan.

  • 5/24/2018 Pedoman Pengoperasian TPA Landfill

    7/28

    Draft 2 NSPM Teknik Lingkungan ITB Agustus 2006 Operasi Pemeliharaan TPA - 6

    7). Selalu memperhatikan kecocokan metode operasi TPA, apakah sanitary landfillatau controlled landfill, sesuai dengan kelayakan teknis dan pertimbangan sosial-ekonomis yang dikaitkan dengan besaran kota dan timbulan sampah kota.

    8). Controlled landfilldibedakan dengan sanitary landfillseperti Tabel 1 di bawah.

    Tabel 1 : Perbedaan Controlled Landfilldengan Sanitary Landfill

    No Parameter Controlled landfill Sanitary landfill

    A Proteksi terhadap lingkungan

    1 Dasar landfillmenujusuatu titik tertentu

    Tanah setempat dipadatkan,liner dasar dengan tanah

    permeabilitas rendah

    Tanah setempatdipadatkan, liner dengan

    tanah permeabilitas rendah,bila diperlukan gunakan

    geomembran

    2 Liner dasar Tanah dengan permeabilitasrendah dipadatkan 2 x 30

    cm, bila perlu gunakangeomembran HDPE

    Tanah denganpermeabilitas rendah

    dipadatkan 3 x 30 cm, bilaperlu gunakan

    geomembran HDPE

    4 Karpet kerikilminimum 20 cm

    Dianjurkan Diharuskan

    5 Pasir pelindungminimum 20 cm

    Dianjurkan Diharuskan

    6 Drainase / tanggulkeliling

    Diharuskan Diharuskan

    7 Drainase local Diharuskan Diharuskan

    8 Pengumpul lindi Minimal saluran kerikil Sistem saluran dan pipaperforasi

    9 Kolam penampunglindi

    Diharuskan Diharuskan

    10 Resirkulasi lindi Dianjurkan Diharuskan

    11 Pengolah lindi Kolam-kolam stabilisasi Pengolahan biologis, bilaperlu ditambah pengolahan

    kimia, dan landtreatment

    12 Sumur pantau Minimum 1 hulu dan 1 hilirsesuai arah aliran air tanah

    Minimum 1 hulu, 2 hilir dan1 unit di luar lokasi sesuai

    arah aliran air tanah

    13 Ventilasi gas Miminimum dengan kerikilhorizontal - vertikal

    Sistem vertikal denganberonjog kerikil dan pipa,karpet kerikil setiap 5 mlapisan, dihubungkan

    dengan perpipaan recoverygas

    14 Sarana Lab Analisa

    Air

    - Dianjurkan

    15 Jalur hijaupenyangga

    Diharuskan Diharuskan

    16 Tanah penutup rutin Minimum setiap 7 hari Setiap hari

    17 Sistem penutupantara

    Bila tidak digunakan lebihdari 1 bulan

    Bila tidak digunakan lebihdari 1 bulan, dan setiap

    mencapai ketinggianlapisan 5 m

    18 Sistem penutup final Minimum tanah kedap 20cm, ditambah sub-drainaseair-permukaan, ditambah

    top-soil

    Sistem terpadu denganlapisan kedap, sub-

    drainase air-permukaan,pelindung, karpet

    penangkap gas, bila perludengan geosintetis, diakhiridengan top-soil minimum

  • 5/24/2018 Pedoman Pengoperasian TPA Landfill

    8/28

    Draft 2 NSPM Teknik Lingkungan ITB Agustus 2006 Operasi Pemeliharaan TPA - 7

    No Parameter Controlled landfill Sanitary landfill

    60 cm

    19 Pengendali vektordan bau

    Diharuskan Diharuskan

    B Pengoperasian landfill

    1 Alat berat Dozer dan loader,

    dianjurkan dilengkapiexcavator

    Dozer, loader dan

    excavator

    2 Transportasi lokal Dianjurkan Diharuskan

    3 Cadangan bahanbaker

    Diharuskan Diharuskan

    4 Cadangan insktisida Diharuskan Diharuskan

    5 Pelataran unloadingdan manuver

    Diharuskan Diharuskan

    10 Jalan operasi utama Diharuskan Diharuskan

    11 Jalan operasi dalamarea

    Diharuskan Diharuskan

    12 Jembatan timbang Diharuskan Diharuskan

    13 Ruang registrasi Diharuskan, minimummanual Diharuskan, digital

    C Prasarana-Sarana

    1 Papan nama Diharuskan Diharuskan

    2 Pintu gerbang pagar

    Diharuskan Diharuskan

    3 Kantor TPA Minimum digabung denganpos jaga

    Diharuskan

    4 Garasi alat berat Diharuskan Diharuskan

    5 Gudang Dianjurkan Diharuskan

    6 Workshop danperalatan

    Dianjurkan Diharuskan

    7 Pemadam kebakaran Diharuskan Diharuskan

    8 Fasilitas toilet MCK Kamar mandi dan WCterpisah

    9 Cuci kendaraan Minimum ada faucet Diharuskan

    10 Penyediaan airbersih

    Diharuskan Diharuskan

    11 Listrik Diharuskan Diharuskan

    12 Alat komunikasi Diharuskan Diharuskan

    13 Ruang jaga Diharuskan Diharuskan

    14 Area khusus daur-ulang

    Diharuskan Diharuskan

    15 Area transit limbahB3 rumah tangga

    Diharuskan Diharuskan

    16 P3K Diharuskan Diharuskan17 Tempat ibadah Dianjurkan Diharuskan

    D Petugas TPA

    1 Kepala TPA Diharuskan, pendidikanminimal D3 teknik, atauyang berpengalaman

    Diharuskan, pendidikanminimal D3 teknik, atauyang berpengalaman

    2 Petugas registrasi Dianjurkan Diharuskan

    3 Pengawas operasi Diharuskan, minimaldirangkap Kepala TPA

    Diharuskan

    4 Supir alat berat Diharuskan Diharuskan

    5 Tehnisi Diharuskan Diharuskan

    6 Satpam Diharuskan Diharuskan

    9). Pengoperasian dan pemeliharaan TPA, baik dengan controlled landfillmaupunsanitary landfill, harus dapat menjamin fungsi :

  • 5/24/2018 Pedoman Pengoperasian TPA Landfill

    9/28

    Draft 2 NSPM Teknik Lingkungan ITB Agustus 2006 Operasi Pemeliharaan TPA - 8

    a). Sistem pengumpulan dan pengolahan leachateb). Penanganan gas metanc). Pemeliharaan estetika sekitar lingkungand). Pengendalian vektor penyakite). Pelaksanaan keselamatan pekerjaf). Penanganan tanggap darurat bahaya kebakaran dan kelongsoran.

    10). Dibutuhkan pengawasan dan pengendalian untuk meyakinkan bahwa setiapkegiatan yang ada di TPA dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telahditentukan. Data pemantauan di atas perlu dirangkum dengan baik menjadisuatu laporan yang dengan mudah memberikan gambaran mengenai kondisipengoperasian dan pemeliharaan TPA.

    2.2 Ketentuan Teknis

    2.2.1 Cakupan Pelaksanaan

    Cakupan pelaksanaan kegiatan operasi dan pemeliharaan TPA dalam petunjuk inimeliputi :a). Pembuatan rencana tindak rutin terhadap penanganan sampah dalam area

    pengurugan serta yang terkait dengan pengoperasian sarana dan prasarana lain(2.2.2).

    b). Kegiatan konstruksi dan pemasangan berjalan sistem pelapis dasar TPA, sistemventilasi gas (3.2).

    c). Konstruksi sistem pengumpul lindi (3.3).d). Pemasangan sistem penangkap gas (3.4).e). Pengaturan dan pencatatan sampah yang masuk ke TPA (3.5).f). Pengurugan sampah pada bidang kerja (3.6).g). Aplikasi tanah penutup (3.7).

    h). Pengoperasian unit pengolahan leachate(3.7).i). Pemeliharaan area/sel yang sudah dikerjakan (3.8)j). Pengoperasian dan pemeliharaan sarana, khususnya alat-alat berat, prasarana,

    sarana dan utilitas (3.9).k). Pemantauan lingkungan dan operasi sesuai ketentuan analisis dampak

    lingkungan (3.10).l). Pemantauan rutin terhadap berfungsinya sarana dan prasarana yang ada (3.11).

    2.2.2 Koordinasi Tindak Rutin

    a). Manajemen operasi dan pemeliharaan TPA meliputi penetapan organisasi danmanajemen operasi TPA, pelaksanaan monitoring, penyusunan dan

    pengendalian rencana tindak.b). Settingorganisasi dan manajemen TPA :

    Harus selalu dievaluasi secara periodik untuk menjamin bahwa kapasitas dandukungan sumber daya cukup memadai untuk melaksanakan operasi danpemeliharaan sesuai dengan disain dan periode pengoperasian

    Penyiapan dan pelaksanaan monitoring untuk memantau, mengukur danmencatat indikator-indikator operasi dan pemeliharaan, melaksanakan tindaktanggap darurat bila diperlukan demi keselamatan pekerja dan mitigasi untukmencegah dan meminimasi dampak negatif terhadap lingkungan.

    c). Secara periodik penanggung jawab TPA melakukan pertemuan teknis kepadastafnya untuk menggariskan rencana.

    d). Bila diperlukan, dilakukan pembuatan gambar kerja baru untuk memodivikasigambar kerja induk yang tersedia guna menyesuaikan dengan perkembangan dilapangan.

  • 5/24/2018 Pedoman Pengoperasian TPA Landfill

    10/28

    Draft 2 NSPM Teknik Lingkungan ITB Agustus 2006 Operasi Pemeliharaan TPA - 9

    e). Laksanakan pekerjaan konstruksi lapisan dasar TPA secara bertahap sesuaidengan rencana/urutan.

    f). Usahakan agar penetapan blok/zone aktif pertama adalah yang terdekat denganpengolah leachate.

    g). Penggunaan bahan dan pemasangannya dalam konstruksi berjalan harusdidasarkan atas desain, spesifikasi dan SOP yang telah dibuat dalam tahapdesain TPA tersebut.

    h). Bila apa yang dipasang tidak sesuai dengan gambar desain, maka perlu dibuatkembali as-built drawingdiserta informasi spesifikasi teknis lainnya.

    i). Pemilihan dan penetapan metode pengurugan dan pengerjaan sel sampah dapatdilakukan dengan berbagai cara. Spesifikasi teknis bahan yang digunakan untukpelaksanaan kegiatan konstruksi berjalan selama periode operasi danpemeliharaan adalah sesuai dengan spesifikasi teknis untuk pelaksanaanpembangunan menurut desain awal dari sarana ini, dan sesuai dengan metodeyang dipilih.

    j). Seperti halnya program pemeliharaan lazimnya maka sesuai tahapannya perludiutamakan kegiatan pemeliharaan yang bersifat preventif untuk mencegah

    terjadinya kerusakan dengan melaksanakan pemeliharaan rutin. Pemeliharaankorektif dimaksudkan untuk segera melakukan perbaikan kerusakan-kerusakankecil agar tidak berkembang menjadi besar dan kompleks.

    k). Informasi lengkap tentang dasar dan kriteria desain terdapat pada NSPM TataCara Perencanaan TPA.

  • 5/24/2018 Pedoman Pengoperasian TPA Landfill

    11/28

    Draft 2 NSPM Teknik Lingkungan ITB Agustus 2006 Operasi Pemeliharaan TPA - 10

    BBAABBIIIIIICCAARRAAPPEELLAAKKSSAANNAAAANNOOPPEERRAASSIIDDAANNPPEEMMEELLIIHHAARRAAAANN

    3.1 Pembagian Area Efektif Pengurugan

    a). Lahan efektif untuk pengurugan sampah dibagi menjadi beberapa area atauzone, yang merupakan penahapan pemanfaatan lahan, dibatasi dengan jalanoperasi atau penanda operasional lain, tanggul pembatas, atau sistempengumpul lindi. Zone operasi merupakan bagian dari lahan TPA yangdigunakan untuk jangka waktu panjang misal 1 3 tahun.

    b). Lahan efektif selanjutnya dapat dibagi dalam sub-area, atau sub-zone, atau blokoperasi dengan lebar masing-masing sekitar 25 m. Setiap bagian tersebut dibagimenjadi beberapa strip. Pengurugan sampah harian dilakukan pada strip yangditentukan, yang disebut working face. Setiap working face mempunyai lebarmaksimum 25 m, yang merupakan lebar sel sampah.

    c). Blok operasi merupakan bagian dari lahan TPA yang digunakan untuk

    penimbunan sampah selama periode operasi menengah misalnya 1 atau 2bulan. Luas blok operasi sama dengan luas sel dikalikan perbandingan periodeoperasi menengah dan pendek.

    d). Pengurugan sampah pada :

    Sanitary landfill : sampah disebar dan dipadatkan lapis per-lapis sampaiketebalan sekitar 1,50 m yang terdiri dari lapisan-lapisan sampah setebalsekitar 0,5 m yang digilas dengan steel wheel compactoratau dozer palingtidak sebanyak 4 sampai 6 gilasan, dan setiap hari ditutup oleh tanahpenutup setebal minimum 15 cm, sehingga menjadi sel-sel sampah. Setelahterbentuk 3 (tiga) lapisan, timbunan tersebut kemudian ditutup dengan tanahpenutup antara setebal minimum 30 cm. Tinggi tinggi lapisan setinggi sekitar5 m disebut sebagi 1 lift, dengan kemiringan talud sel maksimum 1 : 3.

    Controlled landfill : sampah disebar dan dipadatkan lapis per-lapis sampaiketebalan sekitar 4,50 m yang terdiri dari lapisan-lapisan sampah setebalsekitar 0,5 m yang digilas dengan steel wheel compactoratau dozerpalingtidak sebanyak 3 sampai 5 gilasan, sehingga menjadi sel-sel sampah.Setelah terbentuk ketinggian tersebut, timbunan kemudian ditutup dengantanah penutup antara setebal minimum 20 cm. Tinggi tinggi lapisan setinggisekitar 5 m disebut sebagi 1 lift.

    Di atas timbunan sampah dalam bentuk lift tersebut kemudian diurug sampahbaru, membentuk ketinggian seperti dijelaskan di muka. Bila pengurugansampah dilakukan dengan metode area, maka untuk memperkuat kestabilantimbunan, maka batas antara 2 lift tersebut dibuat terasering selebar 3 5 m.

    e). Lebar sel berkisar antara 1,5 3 lebar blade alat berat agar manuver alat beratdapat lebih efisien. Panjang sel dihitung berdasarkan volume sampah yang akandiurug pada hari itu (untuk sanitary landfill) dibagi dengan lebar dan tebal sel.Batas sel harus dibuat jelas dengan pemasangan patok-patok dan tali agaroperasi penimbunan sampah dapat berjalan dengan lancar.

    f). Guna memudahkan masuknya truk pengangkut sampah ke titik penuangan,maka dibuat jalan semi-permanen antar lift, dengan maksimum kemiringan jalan5%.

    g). Elevasi dan batas sub-zone maupun sel-sel urugan sampah tersebut harusdibuat jelas dengan pemasangan patok-patok atau cara lain agar operasipengurugan dan penimbunan sampah dapat berjalan dengan lancar.

    h). Untuk mencegah terjadinya erosi air permukaan, maka dibuat drainase pelindung

    penggerusan menuju titik di bawahnya.

  • 5/24/2018 Pedoman Pengoperasian TPA Landfill

    12/28

    Draft 2 NSPM Teknik Lingkungan ITB Agustus 2006 Operasi Pemeliharaan TPA - 11

    i). Pelapisan lahan diprioritaskan dimulai dari lembah (lajur utama pipa lindi).Pelapisan berikutnya adalah di bagian kemiringan dinding sesuai dengan naiknyalifttimbunan sampah.

    j). Kegiatan pengurugan sampah tersebut di atas harus didahului dengankonstruksi berjalan, yang secara garis besar terdiri dari :

    Pembuatan sistem pelapisan dasar Pemasangan sistem penangkap dan pengumpulan leachate

    Pemasangan sistem pengumpul dan penyalur gas.

    Denah TPA Area efektif pengurugan

    Gambar 1 : Pembagian Area Efektif Pengurugan

    3.2 Konstruksi Sistem Pelapis Dasar (Liner)

    a). Teliti kembali kedalaman muka air tanah pada musim hujan terhadap lapisandasar TPA yaitu minimum 3 meter sebelum tanah dasar dikupas dan dipadatkan.

    b). Padatkan tanah dasar dengan alat berat, dan arahkan kemiringan dasar menujusistem pengumpul leachate. Pelapis dasar hendaknya :

    Tidak tergerus selama menunggu penggunaan, seperti terpapar hujan danpanas

    Tidak tergerus akibat operasi rutin, khususnya akibat truk pengangkutsampah dan operasi alat berat yang lalu di atasnya

    Sampah halus tidak ikut terbawa ke dalam sistem pengumpul lindi, danmemungkinkan lindi mengalir dan terarah ke bawahnya.

    c). Bila menggunakan tanah liat, lakukan pemadatan lapis-perlapis minimum 2lapisan dengan ketebalan masing-masing minimal 250 mm, sampai mencapaikepadatan proctor 95%. Kelulusan minimal dari campuran tanah tersebutmempunyai kelulusan maksimum 1 x 10-7cm/det.

    d). Lakukan pengukuran kemiringan lapisan dasar TPA yaitu dengan kemiringanyang disyaratkan 1-2 % ke arah tempat pengumpulan/pengolahan leachate.

    Sanitary landfill, yang terdiri dari :o Lapisan tanah pelindung setebal minimum 30 cmo Di bawah lapisan tersebut terdapat lapisan penghalang dari geotekstil

    atau anyaman bambu, yang menghalangi tanah pelindung dengan mediapenangkap lindi

    o Media karpet kerikil penangkap lindi setebal minimum 15 cm, menyatu

    dengan saluran pengumpul lindi berupa media kerikil berdiameter 30 50mm, tebal minimum 20 cm yang mengelilingi pipa perforasi 8 mm dari

  • 5/24/2018 Pedoman Pengoperasian TPA Landfill

    13/28

    Draft 2 NSPM Teknik Lingkungan ITB Agustus 2006 Operasi Pemeliharaan TPA - 12

    Sampah

    Tanah Biasa, 30 cm, k = 10-4cm/det

    Geotekstil

    Kerikil, 15 cm

    Tanah Asli Dipadatkan, 15 cm, k = 10-7cm/det

    Tanah Liat, 25 cm

    Tanah Liat, 25 cm

    Tanah Asli Dipadatkan, k = 10-5cm/det

    Tanah Biasa, 30 cm

    PVC, berdiameter minimal 150 mm. Jarak antar lubang (prforasi) adalah 5cm. Di atas media kerikil.

    Controlled landfill, yang terdiri dari :o Lapisan tanah pelindung setebal minimum 30 cmo Di bawah lapisan tersebut terdapat lapisan penghalang dari anyaman

    bambu, yang menghalangi tanah pelindung dengan media penagkap lindio Media karpet kerikil penangkap lindi setebal minimum 15 cm, menyatudengan saluran pengumpul lindi berupa media kerikil berdiameter 30 50mm, tebal minimum 20 cm.

    e). Bila menurut desain perlu digunakan geosintetis seperti geomembran, geotekstil,non-woven, geonet, dan sebagainya, pemasangan bahan ini hendaknyadisesuaikan spesifikasi teknis yang telah direncanakan, dan dilaksanakan olehkontraktor yang berpengalaman dalam bidang ini.

    Gambar 2 : Lapisan Dasar TPA

    Pengupasan area pengurugan Pemasangan geomembran

    Gambar 3 : Konstruksi Sistem Pelapis Dasar (Liner)

    3.3 Konstruksi Under-Drain Pengumpul Lindi (Leachate)

    a). Teliti kembali pola pemasangan sistem under-drain tersebut sesuai dengandengan perencanaan, yaitu dapat berupa pola tulang ikan atau pola lurus.

    b). Teliti kembali dan kalau perlu revisi desain jaringan under-drain penangkap danpengumpulan leachate agar fungsinya tercapai. Susunan sistem pengumpulleachateseperti telah diuraikan pada 3.2 (d).

    c). Kemiringan saluran pengumpul lindi antara 1 - 2 % dengan pengaliran secara

    gravitasi menuju instalasi pengolah lindi (IPL)

  • 5/24/2018 Pedoman Pengoperasian TPA Landfill

    14/28

    Draft 2 NSPM Teknik Lingkungan ITB Agustus 2006 Operasi Pemeliharaan TPA - 13

    d). Sistem penangkap lindi diarahkan menuju pipa berdiamter minimum 150 mm,atau saluran pengumpul lindi. Pada sanitary landfill, pertemuan antar pipapenangkap atau antara pipa penangkap dengan pipa pengumpul dibuat bakkontrol (juction-box), yang dihubungkan sistem ventilisasi vertikal penangkapatau pengumpul gas.

    Gambar 4 : Desain Pemasangan Pipa Drainase Lindi dan Gas Vertikal

    Konstruksi sistem pengumpulan lindi Pipa drainase lindi

    Sistem pengumpul lindi Pengolahan lindi

    Gambar 5 : Konstruksi Underdrain Pengumpul Lindi (Leachate)

    3.4 Pemasangan Sistem Penanganan Gas

    a). Gas yang ditimbulkan dari proses degradasi di TPA harus dikontrol di tempat

    agar tidak mengganggu kesehatan pegawai, orang yang menggunakan fasilitasTPA, serta penduduk sekitarnya.

  • 5/24/2018 Pedoman Pengoperasian TPA Landfill

    15/28

    Draft 2 NSPM Teknik Lingkungan ITB Agustus 2006 Operasi Pemeliharaan TPA - 14

    b). Gas hasil biodegradasi tersebut dicegah mengalir secara literal dari lokasipengurugan menuju daerah sekitarnya.

    c). Setiap 1 tahun sekali dilakukan pengambilan sampel gas-bio pada 2 titik yangberbeda, dan dianalisa terhadap kandungan CO2dabn CH4.

    d). Pada sistem sanitary landfill, gasbio harus dialirkan ke udara terbuka melaluiventilasi sistem penangkap gas, lalu dibakar pada gas-flare. Sangat dianjurkanmenangkap gasbio tersebut untuk dimanfaatkan.

    e). Pada sistem controlled landfill, gasbio harus dialirkan ke udara terbuka melaluiventilasi sistem penangkap gas, sedemikian sehingga tidak berakumulasi yangdapat menimbulkan ledakan atau bahaya toksik lainnya.

    f). Pemasangan penangkap gas sebaiknya dimulai dari saat lahan-urug tersebutdioperasikan, dengan demikian metode penangkapannya dapat disesuaikan asiantara dua cara tersebut.

    g). Metode untuk membatasi dan menangkap pergerakan gas adalah :

    Menempatkan materi impermeabel pada atau di luar perbatasan landfill untukmenghalangi aliran gas

    Menempatkan materi granular pada atau di luar perbatasan landfill

    (perimeter) untuk penyaluran dan atau pengumpulan gas Pembuatan sistem ventilasi penagkap gas di dalam lokasi ex-TPA.

    j). Sistem penangkap gas dapat berupa :

    Ventilasi horizontal : yang bertujuan untuk menangkap aliran gas dalam darisatu sel atau lapisan sampah

    Vantilasi vertikal : merupakan ventilasi yang mengarahkan danmengalirkan gas yang terbentuk ke atas

    Ventilasi akhir : merupakan ventilasi yang dibangun pada saattimbunan akhir sudah terbentuk, yang dapatdihubungkan pada pembakar gas (gas-flare) ataudihubungkan dengan sarana pengumpul gas untukdimanfaatkan lebih lanjut. Perlu difahami bahwapotensi gas pada ex-TPA ini sudah mengecil sehinggamungkin tidak mampu untuk digunakan dalam operasirutin.

    k). Timbulan gas harus dimonitor dan dikontrol sesuai dengan perkiraan umurnya.l). Beberapa kriteria desain perpipaan vertikal pipa biogas :

    Pipa gas dengan casing PVC atau PE : 100 - 150 mm

    Lubang bor berisi kerikil : 50 - 100 cm

    Perforasi : 8 - 12 mm

    Kedalaman : 80 %

    Jarak atara ventilasi vertikal : 25 50 m.

    Penangkap gas pada lahan urug Pipa gas pada lahan urug

  • 5/24/2018 Pedoman Pengoperasian TPA Landfill

    16/28

    Draft 2 NSPM Teknik Lingkungan ITB Agustus 2006 Operasi Pemeliharaan TPA - 15

    Gas flarepada lahan urug Pembangkit listrik gasbio

    Gambar 6 : Sistem Penanganan Gas

    3.5 Penanganan Sampah yang Masuk

    a). Kegiatan operasi pengurugan dan penimbunan pada area pengurugan sampahsecara berurutan meliputi :

    Penerimaan sampah di pos pengendalian, dimana sampah diperiksa, dicatat

    dan diarahkan menuju area lokasi penuangan Pengangkutan sampah dari pos penerimaan ke lokasi sel yang dioperasikan

    dilakukan sesuai rute yang diperintahkan

    Pembongkaran sampah dilakukan di titik bongkar yang telah ditentukandengan manuver kendaraan sesuai petunjuk pengawas

    Perataan sampah oleh alat berat yang dilakukan lapis-per-lapis agar tercapaikepadatan optimum yang diinginkan

    Pemadatan sampah oleh alat berat untuk mendapatkan timbunan sampahyang cukup padat sehingga stabilitas permukaannya dapat menyanggalapisan berikutnya

    Penutupan sampah dengan tanah untuk mendapatkan kondisi operasisanitaryatau controlled landfill.

    b). Setiap truk pengangkut sampah yang masuk ke TPA membawa sampah harusmelalui petugas registrasi guna dicatat jumlah, jenis dan sumbernya sertatanggal waktu pemasukan. Petugas berkewajiban menolak sampah yang dibawadan akan diproses di TPA bila tidak sesuai ketentuan.

    c). Mencatat secara rutin jumlah sampah yang masuk dalam satuan volume (m3)dalam satuan berat (ton) per hari. Pencatatan dilakukan secara praktis dijembatan timbang/pos jaga dengan mengurangi berat truk masuk (isi) denganberat truk keluar TPA (kosong).

    d). Pemerosesan sampah masuk di TPA dapat terdiri dari :

    Menuju area pengurugan untuk diurug, atau

    Menuju area pemerosesan lain selain pengurugan, atau

    Menuju area transit untuk diangkut ke luar TPA.

    e). Pemulung ataupun kegiatan peternakan di lokasi TPA dan sekitarnya tidakdilarang, tetapi sebaiknya dikendalikan oleh suatu peraturan untuk ketertibankegiatan tersebut.

    Penimbangan kendaraan Daur ulang sampah di TPA

  • 5/24/2018 Pedoman Pengoperasian TPA Landfill

    17/28

    Draft 2 NSPM Teknik Lingkungan ITB Agustus 2006 Operasi Pemeliharaan TPA - 16

    Pengomposan sampah di TPA Penuangan sampah

    Gambar 7 : Penanganan Sampah yang Masuk TPA

    3.6 Pengurugan Sampah pada Bidang Kerja

    a). Sampah yang akan diproses dengan pengurugan atau penimbunan setelahdidata akan dibawa menuju tempat pengurugan yang telah ditentukan. Dilarangmenuang sampah di mana saja kecuali di tempat yang telah ditentukan oleh

    pengawas lapangan. Letak titik pembongkaran harus diatur dan diinformasikansecara jelas kepada pengemudi truk agar mereka membuang pada titik yangbenar sehingga proses berikutnya dapat dilaksanakan dengan efisien.

    b). Titik bongkar umumnya diletakkan di tepi sel yang sedang dioperasikan danberdekatan dengan jalan kerja sehingga kendaraan truk dapat dengan mudahmencapainya. Titik bongkar yang baik kadang sulit dicapai pada saat hari hujanakibat licinnya jalan kerja. Hal ini perlu diantisipasi oleh penanggung jawab lokasiagar tidak terjadi.

    c). Jumlah titik bongkar pada setiap sel ditentukan oleh beberapa faktor :

    Lebar sel

    Waktu bongkar rata-rata

    Frekuensi kedatangan truk pada jam puncak.d). Harus diupayakan agar setiap kendaraan yang datang dapat segera mencapai

    titik bongkar dan melakukan pembongkaran sampah agar efisiensi kendarandapat dicapai.

    e). Sampah yang dibawa ke area pengurugan kemudian dituangkan secara teratursesuai arahan petugas lapangan di area kerja aktif (working face area) yangtersedia.

    f). Pekerjaan perataan dan pemadatan sampah dilakukan dengan memperhatikanefisiensi operasi alat berat. Perataan dan pemadatan sampah dimaksudkan untukmendapatkan kondisi pemanfaatan lahan yang efisien dan stabilitas permukaanTPA yang baik.

    g). Pada TPA dengan intensitas kedatangan truk yang tinggi, perataan dan

    pemadatan perlu segera dilakukan setelah sampah menggunung sehinggapekerjaan perataannya akan kurang efisien dilakukan.h). Pada TPA dengan frekuensi kedatangan truk yang rendah maka perataan dan

    pemadatan sampah dapat dilakukan secara periodik, misalnya pagi dan siang.i). Setelah sebuah truk melaksanakan tugasnya, maka alat angkut tersebut dicuci,

    paling tidak dengan membersihkan bak dan roda truk agar sampah yang melekattidak terbawa ke luar lokasi operasi. Bilasan pencucian ini dialirkan menujupengolah lindi, atau dikembalikan ke urugan sampah.

  • 5/24/2018 Pedoman Pengoperasian TPA Landfill

    18/28

    Draft 2 NSPM Teknik Lingkungan ITB Agustus 2006 Operasi Pemeliharaan TPA - 17

    Pemadatan sampah dengan

    CompactorPengurugan, pemadatan, dan

    perataan sampah

    Gambar 8 : Pengurugan Sampah pada Bidang Kerja

    3.7 Apl ikasi Tanah Penutup

    a). Jenis, frekuensi, dan ketebalan tanah penutup reguler pada sel-selurugan/timbunan sampah seperti telah diuraikan bagian 3.1(b) di atas.

    b). Padatkan tanah penutup reguler dengan alat berat, dan arahkan kemiringandasar menuju pengumpul aliran drainase. Upayakan agar air run-off ini tidakbercampur dengan saluran penampung lindi yang keluar secara lateral.

    c). Penutupan sampah dengan tanah serta proses pemadatannya dilakukan secarabertahap sel demi sel, sehingga setelah sel lapisan pertama selesai maka dapatdilanjutkan dengan membuat lapisan selanjutnya di atasnya.

    d). Lapisan tanah penutup hendaknya :

    Tidak tergerus selama menunggu penggunaan, seperti tergerus hujan,tergerus akibat operasi rutin, khususnya akibat truk pengangkut sampah danoperasi alat berat yang lalu di atasnya

    Mempunyai kemiringan menuju titik pengumpulan.

    e). Sistem penutup akhir pada sanitary landfill terdiri atas beberapa lapis, yaituberturut-turut dari bawah ke atas :

    Di atas timbunan sampah : lapisan tanah penutup reguler (harian atauantara). Bila sel harian tidak akan dilanjutkan untuk jangka waktu lebih dari 1bulan, maka dibutuhkan penutup antara setebal 30 cm dengan pemadatan

    Lapisan karpet kerikil berdiameter 30 50 mm sebagai penangkap gashorizontal setebal 20 cm, yang berhubungan dengan perpipaan penangkapgas vertikal

    Lapisan tanah liat setabal 20 cm dengan permeabilitas maksimum sebesar 1x 10-7cm/det

    Lapisan karpet kerikil under-drain penangkap air infiltrasi terdiri dari mediakerikil berdiameter 30 50 mm setebal 20 cm, menuju sistem drainase.

    Bilamana diperlukan di atasnya dipasang lapisan geotekstil untuk mencegahmasuknya tanah di atasnya

    Lapisan tanah humus setebal minimum 60 cm.f). Sistem penutup akhir pada controlled landfill terdiri atas beberapa lapis, yaitu

    berturut-turut dari bawah ke atas :

    Di atas timbunan sampah : lapisan tanah penutup reguler (harian atau antara)

    Lapisan tanah liat setabal 20 cm dengan permeabilitas maksimum sebesar 1x 10-7cm/det

    Lapisan tanah humus setebal minimum 60 cme). Bila menurut desain perlu digunakan geotekstil dan sebagainya, pemasangan

    bahan ini hendaknya disesuaikan spesifikasi teknis yang telah direncanakan, dan

    dilaksanakan oleh kontraktor yang berpengalaman dalam bidang ini.g). Kemiringan tanah penutup akhir hendaknya mempunyai grading dengankemiringan maksimum 1 : 3 untuk menghindari terjadinya erosi.

  • 5/24/2018 Pedoman Pengoperasian TPA Landfill

    19/28

    Draft 2 NSPM Teknik Lingkungan ITB Agustus 2006 Operasi Pemeliharaan TPA - 18

    h). Kemiringan dan kondisi tanah penutup harus dikontrol setiap hari untukmenjamin peran dan fungsinya, bilamana perlu dilakukan penambahan danperbaikan pada lapisan ini.

    i). Dalam kondisi sulit mendapatkan tanah penutup, dapat digunakan reruntuhanbangunan, sampah lama atau kompos, debu sapuan jalan, hasil pembersihansaluran sebagai pengganti tanah penutup.

    j). Penutup akhir diaplikasikan pada setiap area pengurugan yang tidak akandigunakan lagi lebih dari 1 tahun. Ketebalan tanah penutup final ini paling tidak60 cm.

    k). Pada area yang telah dilaksanakan penutupan final diharuskan ditanami pohonyang sesuai dengan kondisi daerah setempat.

    Penutup (Cover) Controlled Landfill Penutup(Cover) Sanitary Landfill

    Gambar 9 : Sistem Penutup pada Controlled Landfilldan Sanitary Landfill

    Penutupan tanah harian Penutupan tanah akhir

    Gambar 10 : Penutupan Tanah

    3.8 Pengoperasian Unit Pengolahan Lind i (Leachate)

    a). Lakukan evaluasi rutin terhadap as-built drawing, spesifikasi teknik jaringanunder-drain pengumpul leachate, sistem pengumpul leachate, bak kontrol danbak penampung, pipa inlet ke instalasi, dan instalasi pengolah lindi (IPL) agarsistem yang ada sesuai dengan perkembangan sampah yang masuk.

    b). Pada pengolahan secara biologi, lakukan seeding dan aklimatisasi terlebih

    dahulu sesuai SOP IPL, sebelum dilakukan proses pengolahan leachatesesungguhnya. Langkah ini kemungkinan besar akan terus dibutuhkan, bila

  • 5/24/2018 Pedoman Pengoperasian TPA Landfill

    20/28

    Draft 2 NSPM Teknik Lingkungan ITB Agustus 2006 Operasi Pemeliharaan TPA - 19

    terjadi perubahan kualitas dan beban seperti akibat hujan atau akibat perubahansampah yang masuk, atau akibat tidak berfungsinya sistem IPL biologis ini,sehingga merusak mikrorganisme semula.

    c). Sebelum tersedianya baku-mutu efluen lindi dari sebuah landfill sampah kota,maka efluen IPL lindi harus memenuhi persyaratan seperti tercantum dalamTabel 2 berikut.

    Tabel 2 : Baku Mutu Efluen IPL

    Komponen Satuan Baku mutu

    Zat padat terlarut mg/L 4000

    Zat padat tersuspensi mg/L 400

    pH - 6 9

    N-NH3 mg/L 5

    N-NO3 mg/L 30

    N-NO2 mg/L 3

    BOD mg/L 150

    COD mg/L 300

    Bila efluen lindi dibuang ke badan air penerima untuk peruntukkan tertentu, makaefluen tersebut harus sesuai dengan baku mutu peruntukkan badan air penerima,misalnya badan air penerima diperuntukkan sebagai air baku air minum, makakualitas badan air penerima harus tetap memenuhi kualitas baku mutu airtersebut.

    d). Dianjurkan agar pada saat tidak hujan, sebagian lindi (leachate)yang ditampungdikembalikan ke timbunan sampah sebagai resirkulasi lindi. Lakukan pengecekansecara rutin pompa dan perpipaan resirkulasi leachate untuk menjamin sistemresirkulasi tersebut.

    e). Lakukan secara rutin dan periodik updating data curah hujan, temperatur dankelembaban udara, debit leachate, kualitas influen dan efluen hasil IPL, untukselanjutnya masuk ke informasi recording/pencatatan.

    f). Kolam penampung dan pengolah leachate seringkali mengalami pendangkalanakibat endapan suspensi. Hal ini akan menyebabkan semakin kecilnya volumeefektif kolam yang berarti semakin berkurangnya waktu tinggal, yang akanberakibat pada rendahnya efisiensi pengolahan yang berlangsung. Untuk itu,perlu diperhatikan agar kedalaman efektif kolam tetap terjaga.

    g). Lumpur endapan yang mulai tinggi melampaui dasar efektif kolam harus segeradikeluarkan. Gunakan excavatordalam pengeluaran lumpur ini. Dalam beberapahal dimana ukuran kolam tidak terlalu besar, dapat digunakan truk tinja untukmenyedot lumpur yang terkumpul yang selanjutnya dapat dibiarkan mengeringdan dimanfaatkan sebagai tanah penutup sampah.

    h). Resirkulasi lindi sangat dianjurkan untuk mempercepat proses stabilitas urugansampah. Resirkulasi dilakukan pada saat tidak turun hujan, dengan melakukanpemompaan dari penampungan lindi menuju pipa gas vertikal, atau menujulangsung pada timbunan sampah.

    i). Lateral drainage aliran lindi perlu disiapkan, khususnya bila timbunan sampahberada di atas tanah (above ground) agar lindi yang muncul dari sisi timbunansampah tidak bercampur dengan air permukaan (air run-off). Drainase yangterkumpul melalui drainase khusus ini dialirkan menuju pengolah lindi.

  • 5/24/2018 Pedoman Pengoperasian TPA Landfill

    21/28

    Draft 2 NSPM Teknik Lingkungan ITB Agustus 2006 Operasi Pemeliharaan TPA - 20

    Pengolahan lindi Proses aerasi pengolahan lindi

    Gambar 11 : Pengolahan Lindi (Leachate)

    3.9 Penggunaan dan Pemeliharaan Alat-Alat Berat TPA

    3.9.1 Penggunaan dan Pemeliharaan Alat Berat

    a). Kebutuhan alat berat untuk sebuah TPA akan bervariasi sesuai denganperhitungan desain dari sarana landfill ini.

    b). Alat berat yang digunakan untuk operasi pengurugan sampah hendaknya selalusiap untuk dioperasikan setiap hari. Katalog dan tata-cara pemeliharaan harustersedia di lapangan dan diketahui secara baik oleh petugas yang diberi tugas.

    c). Lakukan inventarisasi dan teliti kembali spesifikasi teknis dan fungsi alat-alatberat yang tersedia :o Loaderatau bulldozer(120 300 HP) atau landfill compactor(200 400 HP)

    berfungsi untuk mendorong, menyebarkan, menggilas/memadatkan lapisansampah. Gunakan blade sesuai spesifikasi pabrik guna memenuhi kebutuhankapasitas aktivitas

    o Excavator untuk penggalian dan peletakan tanah penutup ataupun

    memindahkan sampah dengan spesifikasi yang disyaratkan dengan bucket0,5 - 1,5 m3o Dump truck untuk mengangkut tanah penutup (bila diperlukan) dengan

    volume 8 12 m3.d). Penggunaan dan pemeliharaan alat-alat berat harus sesuai dengan spesifikasi

    teknis dan rekomendasi fabrik. Karena alat-alat berat tersebut pada dasarnyadigunakan untuk pekerjaan-pekerjaan teknik sipil, maka penggunaan padasampah akan mengakibatkan terjadinya korosi yang berlebihan ataubantalan/sepatu wheel atau bulldozer macet karena terselip potongan jenissampah tertentu yang diurug. Untuk mengurangi resiko tersebut, beberapa halyang perlu diperhatikan antara lain adalah :o Kedisiplinan pemanfaatan jalur track (traficability) pada lahan dan bidang

    kerja TPA yang telah disiapkan, jalan operasional dan tanah penutupo Instruksi yang jelas dan training bagi operator untuk menggunakan dan

    memelihara alat-alat berato Peningkatan management after-sales service system dengan alokasi dana

    yang memadai untuk melakukan pemeliharaan secara rutin dan periodik : Penyediaan garasi/bengkel beratap dan peralatan yang diperlukan Pembersihan dan pemeliharaan alat-alat berat harian Servis alat-alat berat bulanan Penyediaan minyak pelumas/oli Pembelian dan pemasangan spare-part(alokasi budgettahunan) Hubungan on-line dengan supplier/dealer alat-alat berat dan pelatihan

    diusahakan untuk operator/mechanic untuk pemahaman lebih lanjut

    mengenai spesifikasi teknis, penggunaan dan pelaksanaan perawatankendaraan secara rutin dan berkala

  • 5/24/2018 Pedoman Pengoperasian TPA Landfill

    22/28

    Draft 2 NSPM Teknik Lingkungan ITB Agustus 2006 Operasi Pemeliharaan TPA - 21

    Penyiapan record konsumsi bahan bakar, penggunaan minyak pelumas,dan data-data terkait dengan pemeliharaan rutin dan berkala.

    Bulldozer (Crawler) Wheel Loader

    Fungsi : perataan, pengurugan,dan pemadatan

    Fungsi : perataan dan pengurugan

    Excavator Landfill Compactor

    Fungsi : penggalian danpengurugan

    Fungsi : pemadatan timbunansampah pada lokasi datar

    Power Shovel (Drag-Line) Scraper

    Fungsi : penggalian, pengurugandan pembuatan pipa gas vertikal

    Fungsi : pengurugan tanah danperataan

    Gambar 12 : Contoh Alat Berat pada Operasi Landfilling

    3.9.2 Pemeliharaan Jalan, Drainase, dan Jembatan timbang

    a). Jalan merupakan sarana TPA yang harus selalu ada dalam desain danpekerjaan konstruksi. Sarana jalan di TPA umumnya adalah :

    Jalan masuk/akses, yang menghubungkan TPA dengan jalan umum yangtelah tersedia

    Jalan penghubung, yang menghubungkan antara satu zone dengan zone laindalam wilayah TPA

    Jalan operasi/kerja, yang diperlukan oleh kendaraan pengangkut menuju titikpembongkaran sampah

    Pada TPA dengan luas dan kapasitas pembuangan yang terbatas, biasanya

    jalan-jalan penghubung dapat juga berfungsi sekaligus sebagai jalankerja/operasi.

  • 5/24/2018 Pedoman Pengoperasian TPA Landfill

    23/28

    Draft 2 NSPM Teknik Lingkungan ITB Agustus 2006 Operasi Pemeliharaan TPA - 22

    b). Konstruksi jalan TPA cukup beragam disesuaikan dengan kondisi setempatseperti dengan konstruksi hotmix, beton,aspal, perkerasan sirtu, kayu.

    c). Pemeliharaan jalan di TPA umumnya dibutuhkan pada ruas jalan masuk dimanakondisi jalan bergelombang maupun berlubang yang disebabkan oleh beratnyabeban truk sampah yang melintasinya. Jalan yang berlubang/bergelombangmenyebabkan kendaraan tidak dapat melintasinya dengan lancar sehinggaterjadi penurunan kecepatan yang berarti menurunnya efisiensi pengangkutan, disamping lebih cepat ausnya beberapa komponen seperti kopling, rem, dan lain-lain.

    d). Bagian jalan lain yang juga sering mengalami kerusakan dan kesulitan adalahjalan kerja dimana kondisi jalan temporer tersebut memiliki faktor kestabilan yangrendah, khususnya bila dibangun di atas sel sampah. Kondisi jalan yang tidakbaik dapat menimbulkan kerusakan batang hidrolis pendorong bak pada dumptruck, terutama bila pengemudi memaksa membongkar sampah pada saat posisikendaraan tidak rata/horizontal.

    e). Jalan kerja dapat memiliki faktor kesulitan lebih tinggi pada saat hari hujan. Jalanyang licin menyebabkan truk sampah sulit bergerak dan harus dibantu oleh alat

    berat, sehinggga menyebabkan waktu operasi pengangkutan di TPA menjadilebih panjang dan pemanfaatan alat berat untuk hal yang tidak efisien.

    f). Lakukan pengawasan harian terhadap jalan akses/masuk dari kemungkinanterjadinya blokade jalan truk. Jalan masuk disyaratkan 2 arah, yaitu tipe jalankelas 3, dengan kecepatan rata-rata 30 km/jam. Pemeliharaan rutin danrehabilitasi jalan masuk termasuk saluran drainase TPA harus dilakukan tahunan.

    g). Drainase di TPA berfungsi untuk mengendalikan aliran limpasan air hujandengan tujuan memperkecil aliran yang masuk ke timbunan sampah. Semakinkecil rembesan air hujan yang masuk ke timbunan sampah, akan semakin kecilpula debit leachateyang dihasilkan

    h). Drainase utama dibangun di sekeliling blok atau zona penimbunan. Drainasedapat berfungsi sebagai penangkap aliran limpasan air hujan yang jatuh di atas

    timbunan sampah tersebut. Permukaan tanah penutup harus dijagakemiringannya mengarah pada saluran drainase.

    i). Lakukan pemeriksaan rutin setiap minggu khususnya pada musim hujan, untukmenjaga tidak terjadi kerusakan saluran yang serius.

    j). Saluran drainase dipelihara dari tanaman rumput atau semak yang mudah sekalitumbuh akibat tertinggalnya endapan tanah hasil erosi tanah penutup. TPA didaerah bertopografi perbukitan akan sering mengalami erosi akibat aliran airyang deras.

    k). Lapisan drainase dari pasangan semen yang retak atau pecah perlu segeradiperbaiki agar tidak mudah lepas oleh erosi air, sementara saluran tanah yangberubah profilnya akibat erosi perlu segera dikembalikan ke dimensi semula agardapat berfungsi mengalirkan air dengan baik.

    Gambar 13 : Sarana Sistem Drainase TPA

  • 5/24/2018 Pedoman Pengoperasian TPA Landfill

    24/28

    Draft 2 NSPM Teknik Lingkungan ITB Agustus 2006 Operasi Pemeliharaan TPA - 23

    3.9.3 Pemeliharaan Tanah Penutup

    a). Lakukan pemeliharaan secara rutin terhadap tanah penutup, terutama denganterbentuknya genangan (ponding) agar fungsi tanah penutup tetap seperti yangdiharapkan. Lapisan penutup TPA perlu dijaga kondisinya agar tetap berfungsidengan baik. Perubahan temperatur dan kelembaban udara dapat menyebabkantimbulnya retakan permukaan tanah yang memungkinkan terjadinya aliran gaskeluar dari TPA ataupun mempercepat rembesan air pada saat hari hujan.Retakan yang terjadi perlu segera ditutup dengan tanah sejenis.

    b). Proses penurunan permukaan tanah juga sering tidak berlangsung seragamsehingga ada bagian yang menonjol maupun melengkung ke bawah.Ketidakteraturan permukaan ini perlu diratakan dengan memperhatikankemiringan ke arah saluran drainase. Penanaman rumput dalam hal inidianjurkan untuk mengurangi efek retakan tanah melalui jaringan akar yangdimiliki.

    c). Pemeriksaan kondisi permukaan TPA perlu dilakukan minimal sebulan sekaliatau beeberapa hari setelah terjadi hujan lebat untuk memastikan tidak terjadinya

    perubahan drastis pada permukaan tanah penutup akibat erosi air hujan.d). Deposit (cadangan) tanah penutup harus tersedia untuk cadangan 1 minggu.

    Deposit ini dapat berasal dari tanah galian area pengurugan, tanah dari luar(borrowed materails) atau dari penyaringan sampah yang sudah diurug lebih dari3 tahun.

    3.9.4 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Lain

    a). Fasilitas penerimaan sampah dan jembatan timbang dimaksudkan sebagaitempat pemeriksaan sampah yang datang, pencatatan data, dan pengaturankedatangan truk sampah. Pada TPA besar yang melampaui 50 ton/hari,dianjurkan penggunaan jembatan timbang untuk efisiensi dan ketepatan

    pendataan. Lakukan pembersihan rutin dan kalibrasi secara periodik jembatantimbang pada pos jalan masuk (beban 5 ton).

    b). Lakukan pembersihan harian dan pemeliharaan secara periodik bangunankantor, gudang, pos jaga, bengkel/garasi, termasuk instalasi listrik danpenerangan, pompa/jaringan pipa air bersih dan sarana sanitasi.

    c). Peralatan bermesin lain seperti pompa air, aerator IPL sangat vital bagi operasiTPA sehingga kehandalan dan unjuk kerjanya harus dipelihara secara rutin.Pengoperasian dan pemeliharaannya harus selalu dijalankan dengan benar agarperalatan tersebut terhindar dari kerusakan.

    d). Kegiatan perawatan seperti penggantian minyak pelumas baik mesin maupuntransmisi harus diperhatikan sesuai ketentuan pemeliharaannya. Demikian puladengan pemeliharaan komponen seperti baterai, filter-filter, dan lain-lain tidakboleh dilalaikan ataupun dihemat seperti banyak dilakukan.

    3.10 Pemantauan Operasional

    a). Pemantauan dan pencatatan rutin hendaknya dilakukan secara baik, untukmencatat :

    Permasalahan operasional lapangan yang penting, pengaduan darimasyarakat atau kesulitan yang dijumpai selama operasi harian

    Sumber, jumlah, karakteristik dan komposisi sampah yang ditangani

    Secara rutin dilakukan pengukuran topografi ulang di atas timbunan sampahuntuk mengevaluasi sisa kapasitas lahan yang tersediaa

  • 5/24/2018 Pedoman Pengoperasian TPA Landfill

    25/28

    Draft 2 NSPM Teknik Lingkungan ITB Agustus 2006 Operasi Pemeliharaan TPA - 24

    Setelah area pengurugan ditutup karena penuh, suatu laporan rinci perludibuat, yang berisi catatan dan data yang penting, yang terkait denganmonitoring jangka panjang.

    b). Setiap awal operasi di pagi hari, pengawas lapangan melakukan peninjauanpada rencana lokasi penuangan sampah hari itu untuk mengevaluasi :

    Kondisi sekitar lahan operasi, khususnya erosi timbunan, settlement, fungsiinstalasi pengolah lindi dan pengendali biogas

    Kondisi drainase permukaan

    Kondisi jalan operasi

    Stok tanah penutup.c). Pada musim hujan, lakukan pengamatan rutin terhadap kemiringan tanah

    penutup harian, untuk menjamin pengaliran run-off dari atas lapisan penutupmengalir secara lancar menuju ke saluran drainase.

    d). Bila terdapat aktivitas recovery sampah dalam bentuk pemulungan sebelumpengurugan sampah, maka aktivitas ini hendaknya dimasukkan ke dalam tata-cara operasional rutin sehingga kegiatan-kegiatan tersebut berjalan secarasinergis dan saling menguntungkan.

    e). Timbunan sampah dalam landfill yang telah matang, sekitar 3-5 tahun, dapatdigali kembali untuk dimanfaatkan sebagai kompos atau tanah penutup. Setelahlandfill site ditata kembali, maka residu yang tidak dapat dimanfaatkan diurugkembali ke dalam tanah.

    f). Selama pengoperasian, permasalahan lingkungan yang biasanya muncul,hendaknya dipantau dan dikelola secara baik dan profesional. Persoalan utamayang perlu mendapat perhatian adalah :

    Evaluasi secara kualitatif dan kuantitatif terhadap dampak lingkungan,khususnya yang terkait dengan pengendalian lindi, gas, dan bau

    Upaya pengendalian bau dan kebakaran

    Upaya-upaya pengendalian binatang pengerat (vektor)

    Upaya-upaya pengendalian debu dan sampah ringan.

    3.11 Kontrol Pencemaran Air

    a). Setiap TPA harus menyiapkan rencana pemantauan dan pengontrolan kualitasair.Rencana kontrol kualitas air harus memuat :

    Kondisi badan air dan prediksi daerah yang berpotensi tercemar oleh lindi

    Elevasi dan arah aliran air tanah

    Lokasi dan tinggi muka air permukaan yang berdekatan

    Potensi hubungan antara lokasi pengurugan, akuifer setempat, dan airpermukaan yang didasarkan atas catatan historis serta informasi lain

    Kualitas air dari zone yang berpotensi terkena dampak sebelum pengurugan

    dilakukan

    Rencana penempatan sumur pemantau, stasiun sampling, serta programsampling

    Informasi tentang karakteristik tanah dan hidrogeologi di bawah lokasi lahan-urug (landfill) pada kedalaman yang cukup untuk memungkinkandilakukannya evaluasi peran tanah tersebut dalam melindungi air tanah

    Rencana kontrol run-offuntuk mengurangi infiltrasi air ke dalam urugan, sertakontrol erosi urugan dan persediaan bahan penutup

    Potensi timbulan lindi dan dan rencana sistem penanggulangannya untukmelindungi air tanah dan air permukaan.

    b). Lakukan pengecekan dan pemeriksaan secara rutin dan berkala terhadap

    kualitas air tanah di sumur-sumur monitoring, sumur penduduk di sekitar TPAdengan parameter utama pH, daya hantar listrik, khlorida, BOD, COD.

  • 5/24/2018 Pedoman Pengoperasian TPA Landfill

    26/28

    Draft 2 NSPM Teknik Lingkungan ITB Agustus 2006 Operasi Pemeliharaan TPA - 25

    c). Sampah dan lindi tidak boleh berkontak langsung dengan air tanah atau badanair yang digunakan sebagai sumber air minum. Sampling dan analisa air tanahyang digunakan sebagai sumber air minum dilakukan secara berkala, mengikutistandar kualitas air minum yang berlaku.

    d). Sampling dan analisa air sungai yang berjarak kurang dari 200 m dari batasterluar TPA dilakukan secara berkala sesuai peraturan yang berlaku, yaitusetiap6 bulan selama TPA tersebut dioperasikan. Pemantauan setelah penutupandilakukan setiap 2 tahun.

    3.12 Kontrol terhadap Kebakaran, Gas, dan Bau

    a). Pembakaran sampah tidak terkontrol (open burning) dilarang dilakukan di lokasiTPA.

    b). Sekeliling lokasi TPA hendaknya dikelilingi zone penyangga dari tanaman yangdapat menjadi penghalang dari adanya sampah beterbangan dan adanyapenampakan yang dapat mengganggu estetika. Dianjurkan adanya saranapenghalang sampah terbang yang dapat dipindah pindah sesuai kebutuhan.

    c). Kontrol terhadap timbulnya bau dan debu harus diadakan untuk melindungikesehatan serta keselamatan personel, penduduk sekitar, serta orang yangmenggunakan fasilitas TPA ini.

    d). Tingkat kebauan yang keluar dari TPA digolongkan pada bau yang berasal daribau campuran, dinyatakan sebagai ambang bau yang dapat dideteksi secarasensorik oleh lebih dari 50% anggota penguji yang berjumlah minimal 8 (delapan)orang.

    e). Kontrol bau dapat juga dilakukan dengan menggunakan fly-index denganmenggunakan standar kepadatan lalat yang biasa digunakan.

    f). Kontrol kebakaran yang muncul akibat pembakaran liar di lokasi, atau karenaterbakarnya bagian sampah yang mudah terbakar, serta tersedianya bahan

    bakar gasbio pada timbunan, dapat dihindari dengan menerapkan peraturanyang ketat (a) agar tidak membuang puntung rokok pada area timbunan sampah,dan (b) agar tidak membakar sampah pada timbunan sampah. Kebakaran yangterjadi pada area penimbunan sampah hanya dapat dipadamkan dengan aplikasitanah penutup secara merata agar udara tidak masuk ke dalam timbunansampah.

    3.13 Kontrol Stabilitas Lereng

    a). Lahan TPA, khususnya area pengurugan, hendaknya selalu dikontrol terhadapkemungkinan terjadinya kelongsoran akibat terjadinya ketidakstabilan terhadap

    keruntuhan geser, atau terganggunya kestabilan lerengb). Batasan nilai yang biasa digunakan agar material dalam timbunan tidak runtuhdikenal dengan sebagai faktor keamanan (safety factor atau SF). Syarat kriterianilai SF minimum 1,3 untuk kemiringan timbunan sementara dan 1,5 untukkemiringan yang permanen.

    c). Pada timbunan di landfillkestabilan akan ditentukan antara lain oleh :- Karakteristik dan kestabilan tanah dasar- Karakteristik dan berat sampah : tambah banyak plastik cenderung tambah

    tidak stabil, tambah tinggi timbunan cenderung akan tambah berat, dan akantambah tidak stabil. Sifat ini terkait erat dengan kuat geser sampah dalamtimbunan, yang akan tergantung pada sudut geser () dan daya lekat antarpartikel (nilai kohesi c)

  • 5/24/2018 Pedoman Pengoperasian TPA Landfill

    27/28

    Draft 2 NSPM Teknik Lingkungan ITB Agustus 2006 Operasi Pemeliharaan TPA - 26

    - Kandungan air dalam sampah dan dalam timbunan : tambah lembab sampahakan tambah tidak stabil, tambah banyak air di dasar timbunan, akan tambahtidak stabil timbunan tersebut

    - Kemiringan lereng : tambah kecil sudut kemiringan akan tambah stabil.Kemiringan yang baik bagi timbunan sampah adalah antara 20 30o

    - Penggunaan terassering pada ketinggian tertentu. Sebaiknya digunakanterasering selebar minimum 5 m untuk setiap ketinggian 5 m

    - Kepadatan sampah : tambah padat sampah, maka akan tambah mampumendukung timbunan sampah di atasnya. Kepadatan yang baik denganpenggunaan alat berat dozer akan dicapai bila dilakukan secara lapis-per-lapis

    - Jenis dan integrasi tanah penutup harian dan penutup antara : setiap jenistanah akan mempunyai sifat kestabilan tertentu, yang membutuhkaninformasi yang akurat sebelum digunakan, seperti nilai dan nilai c.

    3.14 Kontrol Kualitas Lingkungan Lain

    a). Penggunaan upaya rekayasa, seperti penahan aliran untuk memperlama run-offdigunakan bilamana perlu untuk mencegah adanya erosi akibat kecepatan run-off yang berlebihan.

    b). Kondisi pengurugan sampah harus dipertahankan agar tidak menarik minatbinatang, khususnya binatang pengerat yang tergolong penyebar penyakit,seperti tikus, untuk mencari makan dan berkembang biak.

    c). Kontrol terhadap stabilitas lereng dan reruntuhan sampah ke saluran drainaseperlu dilakukan secara rutin dengan menatur dan membenahi kembalikemiringan talud timbunan, dan memperbaiki tanah penutup reguler yang telahmengalami erosi dan telah mengalamim penurunan.

    d). Operasi pemulungan bila tidak dapat dihindari hendaknya memperhatikanmasalah estetika.

    e). Manual tentang tata-cara dan prosedur terhadap penyelamatan kecelakaanharus tersedia di lapangan untuk digunakan oleh pekerja.

    f). Setiap pekerja harus diinformasikan tentang cara-cara penyelenggaraankeselamatan kerja.

    g). Peralatan keselamatan kerja seperti sarung tangan, topi lapangan, kacamatapelindung, sepatu kerja harus disiapkan di lapangan.

    h). Tanda-tanda peringatan yang terkait dengan pencegahan kecelakaan, sepertipemadam kebakaran, dilarang merokok, dsb harus jelas terlihat dari kejauhan.

    i). Perkembangan lalat dapat terjadi dengan cepat yang umumnya disebabkan olehterlambatnya penutupan dampah dengan tanah sehingga tersedia cukup waktubagi telur lalat untuk berkembang menjadi larva dan lalat dewasa. Karenanya

    perlu diperhatikan dengan seksama batasan waktu paling lama untuk penutupantanah. Semakin pendek periode penutupan tanah akan semakin kecil pulakemungkinan perkembangan lalat.

    j). Pemantauan sanitasi lingkungan dengan indikator jumlah lalat. Apabila nilaipengamatan terakhir lebih besar dari sebelumnya, terdapat indikasi penurunankualitas lingkungan. Apabila di TPA terdapat tingkat kepadatan lalat lebih dari 20ekor per grill, maka perlu dilakukan pengendalian.

    k). Dalam hal lalat telah berkembang banyak, dapat dilakukan penyemprotaninsektisida dengan menggunakan mistblower. Tersedianya pepohonan dalam haiini sangat membantu pencegahan penyebaran lalat ke lingkungan luar TPA.

    l). Kebakaran/asap terjadi karena gas metan terlepas tanpa kendali dan bertemudengan sumber api. Terlepasnya gas metan seperti telah dibahas sebelumnya

    sangat ditentukan oleh kondisi dan kualitas tanah penutup. Sampah yang tidaktertutup tanah sangat rawan terhadap bahaya kebakaran karena gas tersebar di

  • 5/24/2018 Pedoman Pengoperasian TPA Landfill

    28/28

    Draft 2 NSPM Teknik Lingkungan ITB Agustus 2006 Operasi Pemeliharaan TPA - 27

    seluruh permukaan TPA. Untuk mencegah kasus ini perlu diperhatikanpemeliharaan lapisan tanah penutup TPA.

    m). Pencegahan pencemaran air di sekitar TPA perlu dilakukan dengan menjagaagar leachateyang dihasilkan dari TPA dapat : Terbentuk sesedikit mungkin, dengan mencegah rembesan air hujan melalui

    konstruksi drainase dan tanah penutup yang baik Terkumpul pada kolam pengumpul dengan lancar Diolah dengan baik pada kolam pengolahan yang kualitasnya secara periodik

    diperiksa.

    3.15 Kegiatan Pasca Operasi

    a). Pemanfaatan lahan TPA pasca operasi sangat dipengaruhi oleh metodepelapisan tanah penutup akhir. Agar lahan TPA pasca operasi dapatdimanfaatkan dengan baik, maka tanah penutup harus memenuhi persyaratansebagai tanah penutup akhir. Pola penutupan juga direncanakan sesuai denganlansekap akhir.

    b). Pada pasca operasi, pemantauan terhadap kualitas air tanah harus terusdilakukan secara rutin dan berkala mengingat masih ada potensi pencemarandari sampah yang telah diurug. Pada pemantauan pasca operasi, mensyaratkanbahwa minimum harus ada 2 sumur pantau (1 di hulu dan 1 di hilir sesuai arahaliran air tanah), dan dipasang sampai dengan zone jenuh.

    c). Bekas lahan TPA pasca operasi dapat digunakan antara lain untuk kegunaan :

    Rekreasi aktif area contoh golf courseatau atletik, dan rekreasi pasif

    Lahan penghijauan

    Taman

    Cagar alam

    Taman botani

    Lahan pertanian, tanaman jenis palawija Penggunaan sebagai lahan perumahan sederhana dapat dilakukan setelah

    kestabilan tercapai.d). Kegiatan pasca operasi TPA antara lain meliputi kegiatan :

    Inspeksi rutin

    Kegiatan revegetasi dan pemeliharaan lapisan penutup

    Penanaman dan pemeliharaan tanaman di TPA

    Pemeliharaan dan kontrol leachatedan gas

    Pembersihan dan pemeliharaan saluran-saluran drainase

    Pemantauan penurunan lapisan dan stabilitas lereng

    Pemantauan kualitas Lingkungan.

    e). Uraian lengkap tentang teknis pengelolaan pasca operasi TPA terdapat padaNSPM Tata-Cara Rehabilitasi dan Monitoring TPA.