paper 2 b. indo
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa Melayu semenjak Kongres Pemuda 28Oktober 1928 telah diangkat
dan naik kedudukannya menjadi bahasa persatuan/nasional. Setelah kemerdekaan
Indonesia, bahasa Indonesia yang diangkat dan berasal dari bahasa Melayu, secara
resmi dijadikan bahasa negara sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang
Dasar 1945, Bab XV Pasal 36. Akan tetapi, hingga saat ini bahasa Indonesia oleh
masyarakat pemakainya masih banyak yang belum menuruti syarat-syarat
penggunaan bahasa yang baik dan benar, terutama media massa, baik media cetak
maupun media elektronik. Dengan kata lain, kesalahan dalam penggunan bahasa
Indonesia masih banyak kita temukan.
Era teknologi dan informasi saat ini telah mempermudah kita untuk
mendapatkan berbagai macam informasi yang kita perlukan. Dengan adanya
internet kita dapat mendapatkan informasi dalam hitungan detik. Namun, media
yang merupakan sarana belajar dan informasi masih banyak menggunakan bahasa
Indonesia yang tidak sesuai dengan kaidahnya. Kita dapat lihat di televisi, sebuah
tayangan stasiun swasta seperti MTV, dimana bahasa Indonesia telah
dicampuradukkan dengan bahasa asing, sehingga maksud dan maknanya sudah
tidak jelas lagi. Media cetak pun tak ketinggalan, banyak bahasa-bahasa slank
(pergaulan) yang menjadi bahasa pengantar dalam tiap rubrik ataupun kolom-
kolom yang ada pada media cetak tersebut.
Dengan latar belakang masalah tersebut, penulis mencoba untuk
mengamati kesalahan penggunaan bahasa Indonesia khususnya dalam media
cetak, dan penulis fokuskan kepada permasalahan pada aspek ejaan, yakni
pemakaian huruf kapital, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.
1.2 Tujuan dan Ruang Lingkup
Penelitian bertujuan meneliti kenyataan penggunaan bahasa Indonesia
dalam media massa oleh masyarakat kaum terpelajar dan kaum jurnalis. Sebagai
1
bahan penelitian diambil sebagai sample tajuk rencana Koran Republika, Kompas
dan Media Indonesia. Dengan batasan pada bulan juni 2007 yaitu edisi minggu
ke-3 tiap harinya. Sebagai dasar kajian saya dalam penelitian ini ialah kesalahan
penggunaan bahasa dalam aspek ejaan, antara lain :
a. Penggunaan huruf kapital;
b. Penulisan kata;
c. Dan penggunaan tanda baca.
1.3 Kerangka Teori
Bahasa (kata) berupa lambang dari rangkaian bunyi-bunyi yang
diartikulasikan. Kata adalah abstraksi dari benda-benda atau segala sesuatu yang
ada. Dengan demikian, bahasa erat hubungannya dengan berpikir. Menurut
Affandi (1971:218), bahasa dan berpikir berkembang bersama-sama sehingga
sukar memperkatakan soal bahasa tanpa menyebut soal berpikir dan pikiran. Hal
ini sesuai pula dengan pendapat Delakroi (dalam Chauchard (1976, XXVI, 2:36)
yang mengatakan bahwa “Pikiran membentuk bahasa dan membentuk diri
lantaran bahasa”.
Menurut Jakson, ada dua macam bentuk penggunaan bahasa, yakni
penggunaan bahasa dengan batas-batas tertentu dan penggunaan bahasa dengan
usaha sendiri (dalam Chauchard 1977, XXVI, 12:372). Yang dimaksud dengan
yang pertama ialah penguasaan bahasa dengan ekspresi otomatis yang telah
dipelajari dan dikuasai sejak kecil. Ekspresi ini sudah tersusun dalam pola-pola
dan formula-formula tertentu. Klisenya sudah ada dalam pikiran. Jenis
penguasaan seperti ini terdapat dalam penguasaan bahasa kebanyakan orang
dalam bahasa ibunya, dan sudah mendarah daging baginya.
Jenis yang kedua terdapat pada penguasaan bahasa yang dikehendaki dan
direkayasa yang sifatnya intelektual. Hal ini terlihat misalnya pada penggunaan
bahasa pada waktu mencipta suatu hasil karya, makalah dan sejenisnya. Dalam
menciptakan hasil karya itu orang dengan sengaja mencari, membentuk, dan
menemukan konstruksi frasa, dan mengkombinasikannya dengan frasa-frasa yang
2
telah terekam dalam benaknya sehingga dapat digunakan membentuk buah pikiran
yang luwes, jelas, dan terang, serta baik dan benar.
Namun, sering kali terjadi, baik pada media elektronik maupun media
cetak, secara tidak sadar pemakai bahasa atau kaum jurnalis menggunakan bahasa
yang memperlihatkan penyimpangan dan kesalahan tata bahasa. Penyimpangan
itu dapat terjadi pada struktur ejaan, misalnya penggunaan huruf kapital, penulisan
kata, dan penggunaan tanda baca. Kekurangcermatan berbahasa ini semua,
disamping disebabkan oleh kaum jurnalis banyak yang masih kurang terampil
berbahasa Indonesia yang baik dan benar, juga kurang berdisiplinan mereka dalam
menggunakan menggunakan bahasanya.
Bahkan kesalahan tersebut dapat terjadi secara berulang-ulang.
Pengulangan kesalahan terjadi karena kekurangsadaran dan kekurangtahuan si
penulis berita tersebut tentang kesalahan yang diperbuatnya. Dia kurang sadar
akan kesalahan tersebut karena frasa-frasa otomatis yang telah dikuasainya sejak
kecil dari bahasa ibunya lebih dominan dan terlalu mempengaruhi keadaan
berbahasanya. Dia kurang tahu dan kurang mengerti tentang kesalahan yang telah
diperbuatnya karena daya intelektual penguasaan bahasanya yang kurang
sehingga menyebabkan kegiatan berpikirnya dan berbahasa tidak sinkronis.
1.4 Metode dan Teknik Penelitian
Pendekatan yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini didahului
dengan studi pustaka dengan menelaah buku dan makalah yang berisi
tulisan/ulasan tentang bahasa pers dan hal-hal yang bersangkut-paut dengan
penggunaan bahasa Indonesia kaum jurnalistik. Sebelum tahap pengumpulan data,
akan diadakan pengamatan terhadap sumber data yang ada hubungannya dengan
topik yang akan diteliti. Data-data yang relevan dengan topik penelitian
dikumpulkan dan dicatat. Karena data yang dipilih untuk bahan analisis berupa
tajuk rencana dari koran, pengumpulan data dilakukan dengan cara mencatat
kalimat demi kalimat pada secarik kertas berupa slip. Slip-slip yang berisi data-
data, kemudian diklarifikasi sesuai dengan topik yang akan diteliti, yakni masalah
kesalahan ejaan, yakni pemakaian huruf kapital, penulisan kata, dan pemakaian
3
tanda baca. Data-data yang sudah terklarifikasi inilah yang menjadi bahan
analisis, baik secara deskrippsi, kualitatif maupun kuantitatif.
1.5 Sumber Data dan Pemilihan Sampel
Yang digunakan sbagai sumber data untuk bahan penelitian ini ialah
koran. Pemilihan koran sebagai sample dilakukan secara purposif berdasarkan
anggapan bahwa koran itu merupakan koran yang
a. Jumlah oplahnya besar dan jumlah pembacanya meliputi sebagian masyarakat;
b. Penggunaan bahasanya dapat dianggap baku;
c. Golongan pembacanya pada umumnya berasal dari lapisan masyarakat
golongan menegah ke atas.
Berdasarkan alasan-alasan di atas, harian yang dipilih sebagai sumber data
ialah harian Republika, harian Kompas, harian Media Indonesia, dan masing-
masing harian diambil dari terbitan minggu ke III bulan juni 2007, dari hari senin
sampai dengan minggu.
Adapun topik yang dipilih sebagai pencarian sumber data ialah tajuk
rencana. Rubrik tajuk rencana ini dianggap mempunyai tingkatan yang tinggi
dalam penggunaan bahasa Indonesia.
4
BAB 2
KESALAHAN PENGGUNAAN UNSUR EJAAN BAHASA INDONESIA
DALAM MEDIA MASSA CETAK
Media massa adalah salah satu sarana pengungkapan buah pikiran (ide),
kejadian, dan peristiwa sehari-hari dengan menggunakan alat komunikasi bahasa.
Namun, hingga saat ini ternyata masih terdapat kesalahan-kesalahan dalam
penggunaan bahasa tersebut. Seperti telah dikemukakan pada bagian pendahuluan,
hal itu diduga antara lain karena penulis berita atau redaktur media massa
merupakan individu-individu yang dwibahasawan.
Data menunjukkan bahwa terdapat kesalahan-kesalahan pada pemakaian
ejaan, bentuk dan pilihankata, dan struktur kalimat. Dalam bab ini akan disajikan
temuan tentang kesalahan pemakaian ejaan atau ketidaktaatan penerapan kaidah
ejaan, antara lain, tampak pada pemakaian huruf capital, penulisan kata, dan
pemakaian tanda baca. Berikut ini saya sajikan kasus-kasunya.
2.1 Pemakaian Huruf Kapital
Masalah pemakaian huruf kapital, antara lain, berkaitan dengan penulisan
kata pertama pada awal paragraf. Data memperlihatkan bahwa kata-kata pertama
sering ditulis seluruhnya dengan huruf kapital, baik pada Koran Kompas maupun
pada Koran Republika dan Media Indonesia. Misalnya :
LIBUR sekolah ajaran ini baru saja kita ketahui;
BELAJAR dari pengalaman tahun lalu, maka pengaturan lalu lintas untuk
pemudik dilakukan dengan lebih cermat;
TETAPI, kalau kita kaji lebih dalam sasaran perjuangan Kartini…….
Pemakaian huruf kapital pada penulisan semua kata awal paragraf itu
diduga berkaitan dengan penciptaan identitas surat kabar tersebut. Padahal,
sebagai media massa yang baik, seharusnya mereka tidak menciptakan sesuatu
yang terlalu menyimpang dari kaidah penulisan karena pemakaian huruf kapital
seluruhnya. Menurut kaidah EYD, huruf kapital dipakai pada huruf awal setiap
kata dalam judul tulisan, artikel, atau karangan berikutnya adalah pemakaian
5
huruf awal nama diri yang ditulis dengan nama kecil. Sebaliknya huruf awal nama
jenis ditulis dengan huruf kapital. Berikut ini adalah beberapa contoh kesalahan
tersebut.
(1) Sementara itu, perkiraan import beras alternatif dalam tahun anggaran
2007/2008 adalah sehitar 3,2 ton;
(2) …disaksikan oleh Direktur Pusat Informasi Perserikatan Bangsa-bangsa
(PBB),…;
(3) Mereka mengharapkan partai berlambang Banteng itu akan benar-benar
“mendengus”.
Salah satu butir kaidah ejaan menyatakan bahwa huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama
badan, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Pada
kalimat (2), unsur kedua pada bentuk ulang nama badan (Perserikatan Bangsa-
Bangsa) tidak ditulis dengan huruf kapital. Demikian juga bentuk tahun anggaran
pada contoh kalimat (1) seharusnya ditulis dngan hurf kapital karena tahun
anggaran yang dimaksud pada konteks tertentu (2007/2008) dan merupakan nama
diri. Sebaliknya, kata banteng pada contoh kalimat (3) adalah nama jenis yang
penulisannya seharusnya dengan huruf kecil saja. Berikut ini adalah contoh
penulisan yang benar.
(1a) Sementara itu, perkiraan import beras alternatif dalam Tahun Anggaran
2007/2008 adalah sehitar 3,2 ton;
(2a) …disaksikan oleh Direktur Pusat Informasi Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB),…;
(3a) Mereka mengharapkan partai berlambang banteng itu akan benar-benar
“mendengus”.
2.2 Penulisan Kata
Kesalahan penulisan kata, baik kata turunan maupun gabungan/kata masih
terdapat dalam media massa walaupun tidak telalu banyak. Hal ini disebabkan,
6
antara lain, oleh ketidakkonsistenan penerapan kaidah ejaan. Kesalahan penulisan
kata masih kita jumpai, seperti pada kalimat-kalimat berikut.
(1) Yang harus kita garisbawahi pada kesempatan ini adalah…
(2) Petugas polisi dan keamanan Australia sering kali bertingkah dan
bertindak…
Pada contoh kalimat (1) penulasn garisbawahi diserangkaikan, sedangkan
penulisan sering kali pada contoh kalimat (2) dipisahkan atau tidak
diserangkaikan. Sesuai dengan kaidah ejaan, penulisan bentuk dasar yang berupa
gabungan kata hanya jika pendapat awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan
kata yang langsung mengikutinya, sedangkan jika hanya mendapat akhiran saja
seperti kata garis bawahi harus ditulis terpisah. Lain halnya dengan bentuk sering
kali, bentuk ini harus ditulis serangkai dengan gabungan kata tersebut sudah
dianggap padu benar seperti halnya kata bagaimana, bilamana, padahal,
acapkali, manakala, dan barangkali. Dibawah ini adalah contoh penulisan yang
benar.
(1a) Yang harus kita garis bawahi pada kesempatan ini adalah…
(2a) Petugas polisi dan keamanan Australia seringkali bertingkah dan
bertindak…
Kekeliruan atau kesalahan penulisan kata depan atau preposisi masih juag
terdapat dalam media massa, seperti pada kalimat-kalimat berikut.
(3) … disamping harga minyak goreng yang naik di seluruh wilayah Indonesia
khususnya pulau jawa …
(4) Namun, dilain pihak, Presiden sebagai kepala pemerintahan …
(5) … di antaranya, menyangkut perihal …
Dalam contoh kalimat (3)–(5) bentuk di merupakan kata depan, bukan
awalan. Oleh karena itu, penulisan kata depan pada kata-kata dalam kalimat
tersebut harus dipisahkan dari kata yang mengikutinya. Jadi, penulisan yang benar
adalah sebagai berikut.
(3a) … di samping harga minyak goreng yang naik di seluruh wilayah Indonesia,
khususnya pulau jawa …
(4a) Namun, di lain pihak, Presiden sebagai kepala pemerintahan …
7
(5a) … di antaranya, menyangkut perihal …
2.3 Pemakaian Tanda Baca
Kesalahan atau kekeliruan pemakaian tanda baa, antara lain, meliputi
pemakaian tanda titik, tanda koma, dan tanda pisah. Dibawah ini adalah uraiannya
satu per satu.
2.3.1 Pemakaian Tanda Titik
Data menunjukkan bahwa kesalahan atau kekeliruan pemakain
tanda titik terdapat pada penulisan gelar akademik seperti pada kata-kata
berikut.
(1) … Senin lalu, Menteri Komunikasi dan Informatika DR. Muhammad
Nuh, M. SC mengigatkan kepada …
(2) Dalam Konteks ini, Menteri Hukum dan HAM Andi Mattalata, SH
menyatakan …
(3) Mimbar Dra Pia Alisjahbana dalam televisi belum lama ini …
Penulisan gelar akademik pada ketiga kalimat (1)—(3) tidak sesuai
dengan kaidah ejaan. Menurut kaidah, penulisan setiap unsur singkatan
gelar akademik harus dengan tanda titik dan antara satu gelar dengan gelar
lainnya diikuti spasi. Jadi, penulisan yang sesuai dengan kaidah ejaan
adalah sebagai berikut.
(3a) … Senin lalu, Menteri Komunikasi dan Informatika DR. Muhammad
Nuh, M. Sc. .mengigatkan kepada …
(4a) Dalam Konteks ini, Menteri Hukum dan HAM Andi Mattalata, S.H.
menyatakan …
(5a) Mimbar Dra. Pia Alisjahbana dalam televisi belum lama ini …
2.3.2 Pemakaian Tanda Koma
Kesalahan pemakaian tanda koma adalah kesalahan yang
cenderung tinggi ditemukan dalam data media cetak. Hal ini disebabkan,
8
antara lain, oleh ketidak konsistenan dalam penerapan kaidah tanda baca
atau sebagai akibat pengaruh ragam bahsa lisan.
Data yang ditemukan menunjukkan bahwa kesalahan tersebut
tampak pada pemakaian tanda koma untuk keterangan tambahan,
keterangan aposisi, bagian terakhir kalimat yang mengandung rincian,
ungkapan penghubung intrakalimat, dan ungkapan penghubung antar
kalimat. Setelah itu, kesalahan pemakaian tanda koma juga terdapat
didalam struktur kalimat majemuk, yaitu dua kalimat setara. Sebelum anak
kalimat dan sebagai penyulih konjungsi bahwa. Dibawah ini akan
paparkan kesalahan-kesalahan pemakaian tanda baca koma.
1.) Penghilangan Tanda Koma
A. Penghilangan Tanda Koma pada Keterangan Tambahan
Penghilangan tanda koma pada keterangan tambahan
seperti terdapat ada kalimat berikut.
(1) Impian panjang mereka selama 25 tahun kini menjadi nyata.
Selama 25 Tahun pada kalimat diatas merupakan frasa
keterangan tambahan. Menurut kaidah ejaan, penulisan frasa
keterangan tambahan seperti itu sebaiknya diapit oleh tanda koma
sehingga penulisannya tampak pada kalimat dibawah ini.
(1a) Impian panjang mereka selama 25 tahun kini menjadi nyata.
B. Penghilangan Tanda Koma pada Keterangan Aposisi
Penghilangan tanda koma pada keterangan aposisi, misalnya,
tampak pada kalimat berikut ini.
(2) Ketika itu, Bagir Manan Ketua Mahkamah Agung (MA)
melaporkan kepada Presiden …
Contoh tersebut adalah kalimat yang mengandung keterangan
aposisi, yaitu Ketua Mahkamah Agung (MA) menurut kaidah ejaan,
diapit oleh tanda koma. Perbaikannya seperti terlihat pada kalimat
dibawah ini.
9
(2a) Ketika itu Bagir Manan, Ketua Mahkamah Agung (MA)
melaporkan kepada Presiden …
C. Penghilangan Tanda Koma pada Ungkapan Penghubung
Antarkalimat
Kasus penghilangan tanda koma pada ungkapan
penghubung antarkalimat sangat tinggi frekuensi pemakaiannya di
dalam data. Berikut ini adalah contoh penghilangan tnda koma
pada ungkapan penghubung antarkalimat.
(3) Bahkan ada yang sama sekali tidak menghiraukan lagi …
Kalimat yang mengandung ungkapan penghubung
antarkalimat, yaitu bahkan yangdisajikan tanpa diikuti tanda koma.
Sesuai dengan kaidah ejaan, penulisan ungkapan penghubung antar
kalimat harus diikuti tanda koma. Berikut penulisan yang benar.
(3a) Bahkan, ada yang sama
sekali tidak menghiraukan lagi …
D. Penghilangan Tanda Koma pada Ungkapan Penghubung
Intrakalimat
Ketidakkonsistenan pemakaian tanda koma sebelum
ungkapan penghubung intrakalimat tamapak pada contoh berikut.
(4) Penampilan luarnya amat mengesankan tetapi mutu
akademiknya rendah.
Menurut kaidah ejaan, pemakaian ungkapan penghubung
intrakalimat, seperti tetapi terdapat pada kalimat majemuk setara
harus didahului oleh tada koma. Dalam contoh tersebut tidak ada
tanda koma sebelum penghubung intrakalimat tersebut. Oleh
karena itu, sesuai kaidah ejaan, sebelum kata tetapi diberi tanda
koma sehingga penulisan yang benar sebagai berikut.
(4a) Penampilan luarnya amat mengesankan, tetapi mutu
akademiknya rendah.
10
2.) Penambahan Tanda Koma
A. Penambahan Tanda Koma Sebelum Unsur Predikat
Data juga memperlihatkan bahwa penambahan tanda koma
di antara unsur subjek dan predikat merupakan masalah yang lain
pula sehubungan denagn tanda koma terutama apabila slah satu
atau kedua unsur tersebut berupa frasa nomina panjang.
(5) Bangsa Afganistan selalu berhasil mengusir pasukan
penduduk asing, justru sering gagal menata hubungan
harmonis diantara mereka sendiri.
Bangsa Afganistan selalu berhasil mengusir pasukan
penduduk asing pada contoh kalimat berfungsi sebagai subjek
kalimat yang berupa frasa nominal yang panjang. Penambahan
tanda koma di antara unsur subjek dan predikat, seperti pada
contoh, kemungkinan akibat pengaruh ragam bahsa lisan yang
dimaksud dengan tanda jeda. Menurut kaidah ejaan, pemakaian
tanda koma dalam konteks ini tidak benar (harus dibuang).
Penulisannya yang benar adalah sebagai berikut.
(5a) Bangsa Afganistan selalu berhasil mengusir pasukan
penduduk asing justru sering gagal menata hubungan
harmonis diantara mereka sendiri.
B. Penambahan Tanda Koma pada Dua Klausa Setara
Penambahan tanda koma di antar dua klausa setara terdapat
pada pemakaian bahasa Indonesia di media surat kabar; pada
contoh kalimat dan bagian kalimat berikut ini.
(6) Cara mengatasinya adalah dengan meninjau ulang semua
peraturan yang ada, dan memperbaikinya.
Contoh tersebut mengandung ungkapan penghubung
intrakalimat dan. Ungkapan penghubung itu berfungsi
menghubungkan dua klausa yang mengikutinya. Tanda koma
11
sebelum ungkapan penghubung dan tersebut sebaiknya dihilangkan
karena hanya ada dua klausa yang dihubungkan. Sebaliknya,
apabila terdapat lebih dari dua klausa yang dihubungkan, tanda
koma perlu dicantumkan. Denagn demikian, penulisan yang benara
adalah sebagai berikut.
(6a) Cara mengatasinya adalah dengan meninjau ulang semua
peraturan yang ada dan memperbaikinya.
C. Penambahan Tanda Koma Sebelum Anak Kalimat
Contoh data berikut merupakan contoh kasus yang lain
sehubungan dengan kesalahan pemakaian tanda koma. Kalimat
berikut merupakan kalimat majemuk bertingkat.
(7) MOU ini dipandang telah menguntungkan Indoesia, karena
Indonesia mendapat …
Contoh kalimat diatas berpola induk kalimat diikuti anak
kalimat. Menurut kaidah ejaan, tanda koma tidak dipakai untuk
memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu
mengikuti induknya. Dalam contoh terdapat pemakaian tanda
koma diantara anak kalimat karean Indonesia mendapat .... Jadi,
pemakaian atau penambahan tanda koma tersebut tidaklah sesuai
dengan kaidah ejaan. Oleh karena itu, tanda koma tersebut harus
disunting. Berikut ini adalah penulisan yang benar.
(7a) MOU ini dipandang telah menguntungkan Indoesia karena
Indonesia mendapat …
3.) Tanda Koma Sebagai Penyulih Konjungsi Bahwa
Didalam penelitian ini ditemukan pula pelesapan konjungsi
bahasa yang disulih dengan tanda koma. Data seperti itu sangat tinggi
frekuensi pemakaianny dalam media cetak. Perhatikan contoh berikut :
12
(8) Dalam keterangannya kepada pers, Menteri Sekretariat Negara
Hatta Rajasa mengemukakan. Presiden dengan tegas membantah
pendapat …
Presiden dengan tegas membantah pendapat … pada contoh
merupakan klausa anak kalimat dari bagian kalimat itu. Seperti yang
dinyatakan dalam buku pedoman ejaan, anak kalimat yang mengikuti
induk kalimat tidak dipisahkan tanda koma. Sehubungan dengan itu,
tanda koma yang terdapat pada contoh rupanya berfungsi sebagai
penyulih konjungsi bahwa pada anak kalimat tersebut. Sebagai kalimat
majemuk bertingkat, kehadiran konjungsi bahwa sebelum anak kalimat
justru wajib. Jadi, penulisannya yang benar adalah sebagai berikut.
(8a) Dalam keterangannya kepada pers, Menteri Sekretariat Negara
Hatta Rajasa mengemukakan bahwa Presiden dengan tegas
membantah pendapat …
2.3.3 Pemakaian Tanda Pisah
Kesalahan pemakaian tanda pisah yang bermakna ‘sampai dengan’
masih juga terdapat dalam media massa cetak walaupun jumlahnya masih
sedikit.
(0a) Rakernas itu berlangsung tanggal 21 – 23 Mei lalu di Jakarta dan …
(1a) … Peningkatan setiap tahunnya rata-rata 5,5% selama tahun 2006 -
2007 …
Contoh tersebut adalah bagian kalimat yang di dalamnya terdapat
tanda pisah. Maksud pemakaian tanda pisah tersebut sudah benar, yaitu
untuk diletakkan di antara dua bilangan yang bermakna ‘sampai dengan’.
Hanya saja, cara menyatakannya tidak benar. Sesuai dengan kaidah ejaan,
pengetikan tanda pisah dalam konteks itu harus dinyatakan dengan dua
buah tanda hubung, tanpa spasi sebelum dan sesudahnya. Dengan
demikian, kedua contoh bagian kalimat itu kekurangan satu buah tanda
hubung. Menurut kaidah pula tandapisah (--), yang panjangnya dua kali
13
tanda hubung, boleh dipakai untuk konteks makna ‘sampai dengan’. Oleh
karena itu, penulisan yang benar adalah sebagai berikut.
(1a) Rakernas itu berlangsung tanggal 21--23 Mei lalu di Jakarta dan …
(2a) … Peningkatan setiap tahunnya rata-rata 5,5% selama tahun 2006--
2007 …
2.3.4 Pemakaian Tanda Petik
Contoh di bawah ini mengandung kesalahan pemakaian tanda
petik.
(1) Pada kesempatan lainnya Ketua Komisi B DPRD DKI itu pernah
mengungkapkan, adalah keliru jika Perda DKI dalam hal ini
berhitung untung rugi …
(2) … bahwa pemerintah seakan-akan ingin “membuldoser” atau
mencekoki DPR dengan RUU-RUU yang diajukannya.
Pada contoh kalimat (1) terdapat kalimat langsung, tetapi
penyajiannya tidak menggunakan tanda petik. Kesalahan penyajian
kalimat langsung itu menimbulkan kesan seakan-akan kalimat itu
menjadikalimat tak langsung. Sesuai dengan kaidah ejaan, kalimat
langsung itu harus disajikan dengan menggunakan tanda petik seperti pada
perbaikan kalimat (1a). berikut dari segi pemakaian, terdapat kekeliruan
besar tidak tampilnya tanda petik tersebut karena hal itu dapat ditafsirkan
sebagai kalimat jurnalis (bukan kalimat narasumber).
Lain halnya dengan data pada contoh bagian kalimat (2), tanda
petik digunakan untuk mengapit kata asing buldoser. Di dalam bukum
pedoman ejaan dinyatakan bahwa tanda petik mengapit istilah ilmiah yang
kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Jadi, pemakaian
tanda petik pada bagian kalimat itu tidak benar. Penulisan yang benar
adalah menghilangkan tanda petik dan merangkaikan imbuhan mem-
14
dengan kata buldoser menjadi satu kata seperti pada perbaikan bagian
kalimat (2a) berikut.
(1a) Pada kesempatan lainnya Ketua Komisi B DPRD DKI itu pernah
mengungkapkan, “Adalah keliru jika Perda DKI dalam hal ini
berhitung untung rugi …”
(2a) … bahwa pemerintah seakan-akan ingin membuldoser atau
mencekoki DPR dengan RUU-RUU yang diajukannya.
15
BAB 3
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil temuan penelitian yang telah penulis lakukan pada
Koran Republika, Kompas, dan Media Indonesia, ternyata masih banyak
memperlihatkan kesalahan, pada aspek ejaan yang meliputi pemakaian huruf
kapital, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.
Berikut ini saya utarakan beberapa hal yang berupa kesimpulan dari
penelitian tersebut.
a. Penulisan kata pertama pada awal paragraph banyak ditulis dengan huruf
kapital seluruhnya. Diuga gaya penulisan yang salah ini berkaitan dengan
penciptaan identitas secara spesifik surat kabar bersangkutan. Padahal, sebagai
media massa yang baik, seharusnya mereka tidak menciptakan sesuatu yang
terlalu menyimpang dari kaidah penulisan karena penggunaan huruf kapital
seluruhnya yang tidak sesuai dengan kaidah ejaan bahasa Indonesia.
b. Huruf awal nama diri ada yang ditulis dengan kuruf kecil. Sebaliknya, huruf
awal nama jenis ditulis huruf kapital.
c. Pengetikan tanda pisah ditulis dengan hanya satu tanda hubung dan dengan
spasi.
d. Penulisan kalimat lansung ditulis seolah-olah kalimat tidak langsung, yani
dengan menghilangkan tanda petik pada awal dan akhir kalimat.
e. Tidak digunakan tanda koma sebagai pengapit keterangan sisipan.
f. Tidak digunakan tanda koma pada keterangan aposisi.
g. Penghilangan tanda koma juga sangat tinggi frekuensinya pada (sesudah)
ungkapan pengantar penghubung.
h. Hal yang sama juga terjadi (sebelum) kata ungkapan penghubung intrakalimat.
i. Penghilangan tanda koma terdapat juga pada (sebelum) rincian terakhir.
j. Sebaliknya, dari butir (h, e, i) terjadi penggunaan penggunaan tanda koma
yang salah pada kalimat sebelum unsur predikat.
16
k. Pembubuhan tanda koma yang salah terdapat diantara unsur subjek dan
predikat. Hal ini mungkin akibat pengaruh ragam bahasa lisan yang
disamakan dengan tanda jeda.
l. Pemakaian tanda koma yang salah terdapat juga pada (sebelum) anak kalimat.
m. Pemakaian tanda koma yang salah juga terdapat sebagai peyulih konjungsi
bahwa.
Mudah-mudahan kesimpulan penulis dapat memberikan manfaat untuk
perbaikan media massa cetak dalam penggunaan ejaan yang benar sesuai kaidah
bahasa Indonesia. Dan khususnya kita sebagai mahasiswa sebagai pengguna
sekaligus pemerhati penggunaan bahasa Indonesia untuk lebih disiplin dan kritis
dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sehingga kesalahan-
kesalahan serupa tidak terulang lagi.
17
DAFTAR PUSTAKA
Djabarudi, Slamet. 1991. Peningkatan Kualitas Bahas Media Massa. Jakarta :
Pusat Pembinaan dan PEngembangan Bahasa, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Susanto, Astrid S. 1978. Bahasa Indonesia sebagai Sarana Komunikasi. Jakarta :
Pusat Pembinaan dan PEngembangan Bahasa, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Umari, Darius. 1991. Pemakaian Bahasa Indonesia dalam Berita Radio. Jakarta :
Pusat Pembinaan dan PEngembangan Bahasa, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Dra. Rusmiati, M.Hum. 2007. Handout Mata Kuliah Bahasa Indonesia. Jakarta :
STIA LAN.
18