panduan pendataan kemiskinan partisipatif
TRANSCRIPT
Page i
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
PENGANTAR
TKP2KD KABUPATEN KEBUMEN
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, Buku Pedoman Pendataan
Penduduk Miskin Selesai disusun.
Percepatan penanggulangan kemiskinan merupakan salah satu
upaya yang terus dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kebumen dalam
rangka pengentasan kemiskinan. Terbitnya Peraturan Daerah Kabupaten
Kebumen Nomor 20 Tahun 2012 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan serta Peraturan Bupati Nomor 31 Tahun 2014 yang
mengatur Kriteria dan Tata Cara Pendataan Penduduk Miskin
menunjukkan keseriusan dan tingginya perhatian Pemerintah
Kabupaten Kebumenterhadap isu kemiskinan.
Berdasarkan data dari BPS, selama 5 (lima) tahun terakhir ini
tingkat kemiskinan di Kabupaten Kebumen tergolong tinggi. Sehingga
perlu dilakukan langkah-langkah yang strategis dan terintegrasi untuk
menanggulangi dan mengurangi kemiskinan di Kabupaten Kebumen.
Salah satu hal pokok dalam upaya pengentasan kemiskinan adalah
tersedianya data yang valid serta akurat. Hal ini karena data tersebut
akan menjadi dasar bagi proses perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan program penanggulangan kemiskinan.
Untuk memperoleh data yang valid dan reliable diperlukan
mekanisme dan instrument yang benar-benar mampu mengukur tingkat
kemiskinan masyarakat sesuai kondisi dan indikatornya. Oleh karena
itu perlu disusun instrument pendataan penduduk miskin, penjelasan
serta mekanisme pendataannya dalam sebuah buku yaitu Pedoman
Pendataan Penduduk Miskin di Kabupaten Kebumen.
Diharapkan Pedoman Pendataan Penduduk Miskin Kabupaten
Kebumen Tahun Anggaran 2014 ini dapat dijadikan pedoman pada
setiap tahap pelaksanaan pendataan, sehingga data yang diperoleh
merupakan data yang valid, akurat dan benar-benar dapat mengukur
tingkat kemiskinan masyarakat. Ucapan terima kasih kami sampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya buku
pedoman ini.
Kebumen, … Juli 2014
Ketua TKP2KD Kabupaten Kebumen
Djuwarni, Amd.Pd
Page ii
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
PENGANTAR
FORD FOUNDATION
Kabupaten Kebumen merupakan sebuah contoh keberhasilan
penanggulangan kemiskinan melalui upaya kolaboratif antara
pemerintah pusat (Kementerian Koordinasi Kesejahteraan Rakyat –
Kemenkokesra), pemerintah daerah (Pemda Kabupaten Kebumen dan
pemerintah desa), lembaga donor (Ford Foundation), NGO di tingkat
nasional (Komite Kemitraan Indonesia untuk Penanggulangan
Kemiskinan – KKIPK) dan daerah (LP2M/FORMASI), dan komunitas akar
rumput di daerah pedesaan dan perkotaan. Upaya-upaya kolaboratif
yang difasilitasi oleh Strategic Alliance for Poverty Alleviation ( SAPA -
Aliansi Strategis untuk Penanggulangan Kemiskinan) di Kebumen sejak
tahun 2010 secara tidaka langsung ikut menyumbang pada percepatan
penanggulangan kemiskinan di kabupaten tersebut. SAPA sendiri adalah
kolaborasi antara Kemenkokesra, Ford Foundation, sekitar 20 NGO
nasional dan daerah, dan 32 kabupaten dan kota di 9 provinsi untuk
mendorong transparansi, partisipasi, akuntabilitas dan efektivitas
program-program penanggulangan kemiskinan.
Tabel 1. Capaian kuantitatif penanggulangan kemiskinan dan
ketimpangan di Kebumen, 2006-2012
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Angka
kemiskinan
(%)
32.49 30.25 27.87 25.73 22.70 24.06 22.40
P1 5.97 4.77 7.05 4.87 3.68 3.94 3.35
P2 1.66 1.15 2.05 1.34 0.92 0.96 1.00
Sumber: BPS, diolah oleh Sekratariat Strategic Alliance for Poverty
Reduction, SAPA.
Data dalam Tabel 1 menunjukkan bahwa sejak tahun 2006 telah
terjadi tren penurunan kemiskinan yang cukup cepat di Kebumen.
Dalam periode enam tahun, dari tahun 2006 sampai 2012, angka
kemiskinan di Kebumen berhasil diturunkan dari 32,49% menjadi
22,40%. Artinya, dalam periode enam tahun tersebut, angka kemiskinan
di Kebumen mengalami penurunan rata-rata 1.63% per tahunnya. Laju
penurunan angka kemiskinan di atas 1,5% per tahun tersebut cukup
tinggi. Bahkan, dalam periode 2006-2010, penurunan angka kemiskinan
di Kebumen selalu di atas 2%, dan mencapai 3,03% di tahun 2010. Akan
tetapi karena angka kemiskinan di Kebumen pada tahun 2011
mengalami kenaikan, laju penurunan angka kemiskinan untuk tahun
2011 dan 2012 juga mengalami pelambatan.
Page iii
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Cukup tingginya laju penurunan angka kemiskinan di Kebumen
masih ditambah lagi dengan keberhasilan kabupaten tersebut
menurunkan angka kesenjangan ekonomi, seperti yang bisa dilihat
dalam penurunan angka P1 (Indeks Kedalaman Kemiskinan) dan P2
(Indeks Keparahan Kemiskinan). P1 turun dari 5,97 di tahun 2006
menjadi 3,35 di tahun 2012, sedang P2 dari 1,66 menjadi 1. Data-data
tersebut menunjukkan bahwa bukan saja telah terjadi penurunan
jumlah orang miskin di Kebumen, tapi kesenjangan ekonomi di Kebumen
juga mengalami penurunan secara berarti. Penurunan angka
kemiskinan dan ketimpangan menunjukkan bahwa telah terjadi
peningkatan kesejahteraan di kalangan masyarakat miskin di Kebumen
dalam kurun waktu enam tahun terakhir.
Keberhasilan Kebumen dalam menurunkan angka kemiskinan dan
pada saat yang sama menurunkan ketimpangan ekonomi tidak bisa
dilepaskan dari upaya-upaya pembenahan kebijakan dan kelembagaan.
Tabel 2 menunjukkan bahwa upaya-upaya kolaboratif tersebut di atas
berhasil membenahi TKPKD menjadi bersifat multi-stakeholders dan
aktif menjalankan peran koordinasi program-program penanggulangan
kemiskinan. Regulasi perencanaan dan penganggaran yang pertisipatif
juga berhasil digolkan di Kebumen, disertai dengan implementasi UU
Keterbukaan Informasi Publik yang membuat masyarakat bisa
mengakses data dan informasi mengenai anggaran daerah. Ditambah
dengan pembenahan yang dilakukan terhadap iiiystem dan mekanisme
Musrenbang, termasuk keberhasilan Kebumen menerapkan kuota
kecamatan untuk membiayai program-program yang direncanakan
melalui Musrenbangdes, maka semakin banyak program yang diusulkan
oleh masyarakat yang memperoleh alokasi pendanaan dari APBD.
Dengan berhasilnya integrasi perencanaan PNPM dengan iiiystem
perencanaan daerah, semakin banyak dana PNPM yang semakin tepat
sasaran sehingga menyumbang pada penurunan angka kemiskinan dan
ketimpangan.
Tabel 2. Capaian kebijakan dan kelembagaan dalam penanggulangan
kemiskinan dan ketimpangan di Kebumen, 2013
Lembaga dan kebijakan Capaian
Tim Koordinasi
Penanggulangan
Kemiskinan Daerah (TKPKD)
Keanggotaan TKPKD adalah multi-
stakeholders, ada alokasi dana dari APBD
Regulasi Percepatan
Penanggulangan
Kemiskinan Daerah
Ada Perda Nomor 20 Tahun 2012
Regulasi Perencanaan dan Ada: Peraturan Bupati Nomor 117 Tahun
Page iv
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Penganggaran 2011
Setiap tahun diterbitkan SE Bupati
sebagai petunjuk tehnis
Penerapan Regulasi
Keterbukaan Informasi
Publik secara konsisten
Tercapai. Perda Nomor 53 Tahun 2004
Sistem dan metode
penyelenggaraan
Musrenbang partisipatif
Sistem dan metode terbentuk dan
terlaksana melalui kuota kecamatan
Kapasitas Pemda,
masyarakat dan DPRD
dalam perencanaan dan
penganggaran
Terjadi peningkatan kapasitas yang
signifikan, terutama partisipasi kelompok
marjinal
Integrasi perencanaan PNPM
dengan system perencanaan
daerah
Tercapai. Peraturan Bupati Nomor 117
Tahun 2011. Setiap tahun diterbitkan SE
Bupati untuk Musrenbang integrasi
Peningkatan alokasi
anggaran penanggulangan
kemiskinan untuk
pemenuhan hak dasar
Terjadi peningkatan alokasi anggaran
signifikan. Mulai APBD 2014 sekurang-
kurangnya 10% dari total belanja
langsung untuk belanja spesifik
kemiskinan
Sumber: Kemenkokesra, Satuan Unit Kerja Pengelola Program Strategic
Alliance for Poverty Alleviation, “Capaian Program SAPA dan Upaya
Mendorong Percepatan Penanggulangan Kemiskinan”, hasil assessment
daerah SAPA, 2013.
Pembenahan kelembagaan dan kebijakan sehingga menjadi lebih
berpihak kepada kalangan miskin dan marjinal tersebut berhasil
memberikan kewenangan yang lebih besar terhadap desa dan
masyarakatnya untuk lebih pro aktif dalam setiap pengambilan
keputusan. Keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pengambilan
kebijakan telah terbukti meningkatkan ketepatan sasaran program.
Akan tetapi para pihak yang terlibat dalam penurunan angka
kemiskinan dan ketimpangan ekonomi di Kebumen tidak boleh berpuas
diri dengan capaian-capaian tersebut. Harus tetap diingat bahwa pada
tahun 2011 angka kemiskinan di Kebumen meningkat dari 22,70% di
tahun sebelumnya menjadi 24,06%. Bukan itu saja. Pada tahun tersebut
angka Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) naik dari 3,68 menjadi 3,94,
dan angka Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) naik dari 0,92 menjadi
0,96. Meskipun angka kemiskinan dan angka P1 di tahun 2012 kembali
menurun, angka P2 terus meningkat menjadi 1,0 di tahun 2012. Karena
itu para pihak yang terlibat dalam upaya-upaya penanggulangan
kemiskinan di Kebumen terus berkolaborasi untuk mengembangkan
Page v
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
solusi-solusi baru yang diharapkan akan bisa membantu menekan
angka kemiskinan menjadi di bawah 10% dalam lima tahun mendatang.
Tujuan tersebut hanya akan bisa tercapai apabila dalam waktu lima
tahun mendatang, angka kemiskinan di Kebumen mengalami penurunan
rata-rata di atas 2% per tahun.
Dalam dua tahun terakhir ini ada dua kelembagaan dan sistem
baru di tingkat desa yang dikembangkan untuk membantu ketepatan
pandataan orang miskin di desa dan kebutuhan mereka. Pembentukan
Tim Koordinasi Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Desa
(TKP2KDes) dan Sistem Informasi Desa (SID) yang di dalamnya memuat
data rumah tangga miskin di desa, merupakan wujud keseriusan Pemda
Kebumen dalam memajukan kebijakan penanggulangan kemiskinan.
Upaya pembenahan pendataan di tingkat desa ini diprioritaskan karena
mayoritas penduduk miskin di Kebumen tinggal di daerah pedesaan.
Kebijakan tentang pendataan penduduk miskin, dimana indikator, bobot
dan pelaksanaan pendataannya dilakukan sendiri oleh desa secara
partisipatif diharapkan akan bisa meningkatkan ketepatan sasaran
program-program penanggulangan kemiskinan. Tidak banyak daerah di
Indonesia yang memiliki keberanian untuk berinovasi dalam soal
kebijakan penanggulangan kemiskinan karena hal tersebut dianggap
sepenuhnya otoritas pemerintah pusat.
Diterbitkannya dua buku yang berjudul “Kedaulatan Desa atas
Data Kemiskinan” sebagai panduan pendataan penduduk miskin dan
buku “Gerakan Desa Melawan Kemiskinan” sebagai panduan TKP2KDes
diharapkan akan memberikan informasi dan panduan bagi para
pemangku pemerintahan desa sampai kabupaten/kota, para pegiat desa
dan pemberdayaan masyarakat. Apalagi pada tahun 2015 nanti UU Desa
akan diberlakukan dan desa akan menerima tambahan dana yang tidak
sedikit. Tantangannya adalah bagaimana supaya tambahan dana
tersebut bisa berdampak pada penurunan angka kemiskinan dan
ketimpangan ekonomi di daerah pedesaan.
Kedua buku ini diharapkan akan memberikan dukungan awal bagi
seluruh elemen masyarakat di Kebumen yang memiliki kepekaan dalam
mengawal keberdayaan desa. Kunci keberhasilan yang paling
menentukan adalah sejauh mana para pembaca akan mampu
membangun kolaborasi yang lebih produktif untuk menghasilkan
kebijakan yang lebih pro poor, pro job, pro growth dan pro environment.
Atas nama Ford Foundation kami mengucapkan banyak terima
kasih, khususnya kepada Bupati Kebumen, Wakil Bupati selaku Ketua
TKP2KD, dan seluruh jajaran pemerintahan Kebumen atas kerjasama
yang telah memberikan inspirasi terbangunnya pola kerjasama
Page vi
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
kemitraan yang saling menguntungkan dengan rekan-rekan di
FORMASI/LP2M. Kepada rekan-rekan FORMASI kami ucapkan terima
atas kerjasama selama ini. Demikian juga kepada 10 desa di Kebumen
yang menjadi percontohan program FORMASI/LP2M-Ford Foundation.
Mudah-mudahan buku ini bisa ikut mendorong munculnya kebijakan
dan praktek penanggulangan kemiskinan di tingkat desa. Terima kasih.
Alexander Irwan
Senior Program Officer
Transparent, Effective and Accountable Government
Page vii
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
PENGANTAR
FORUM MASYARAKAT SIPIL
Desa dan Kemiskinan.... itulah yang langsung tergambar ketika
membicarakan posisi desa sebagai bagian dari negara yang paling bawah
dan dekat dengan rakyatnya. Problem kemiskinan identik dengan
problem yang dialami oleh mayoritas masyarakat yang tinggal di wilayah
desa. Sementara kewenangan desa untuk mengurus persoalan
kemiskinan “hampir pasti” tidak memiliki kekuasaan apapun. Desa
hanya berposisi sebagai pihak yang diwajibkan untuk menerima
kebijakan soal kemiskinan tanpa boleh mengajukan “protes” manakala
terjadi permasalahan di desa. Kebijakan penanggulangan kemiskinan
masih sangat centralistic dari pemerintah pusat. Kedudukan pemerintah
daerah masih sebatas mediator bahkan ada yang hanya “tukang
nomboki” karena diwajibkan menyediakan cost sharing pendanaan dan
program.
Salah satu permasalahan yang paling sering muncul dan
menimbulkan “konflik sosial” adalah soal data rumah tangga miskin
atau penduduk miskin. Apalagi ketika hasil pendataan harus 100%
dijadikan dasar untuk pemberian bantuan bagi masyarakat miskin.
Hampir dipastikan, data yang diperintahkan dari atas untuk kemudian
dipergunakan oleh desa, sudah menjadi rahasia umum selalu membawa
dampak negativ yakni ketidakpercayaan antara pemerintah desa dengan
masyarakatnya. Pemerintah desa sering menerima tuduhan bahwa
proses pendataan tidak terbuka, tidak valid bahkan
nepotisme/mengutamakan keluarga dan orang-orang dekatnya. Kondisi
paling parah ketika ketidakpercayaan masyarakat dilampiaskan dengan
cara-cara yang kurang terkendali dan sudah jauh keluar dari nilai-nilai
kemasyarakatan di desa.
Muncul pertanyaan, apakah dengan kejadian tersebut masyarakat
yang mencoba peduli, kritis dan melakukan protes kepada pemerintahan
desa begitu saja akan dipersalahkan ? Sementara para aparatur
pemerintah desa sendiri tidak mengetahui harus memberikan jawaban
bagaimana, karena memang pemerintah desa sama sekali tidak memiliki
otoritas apapun soal hasil pendataan. Bahkan proses pendataannyapun
pemerintah desa tidak tahu menahu. Tentunya, tidak segampang yang
dibayangkan ketika pemerintah desa harus bersikap menghadapi
tuntutan masyarakatnya. Sistem pemerintahan desa yang senantiasa
berupaya mengayomi rakyatnya tidak gampang dihilangkan begitu saja,
meskipun permasalahan itu ditimbulkan dari kebijakan pemerintah
lebih atas. Pemerintah desa sekuat tenaga akan mencoba melindungi
Page viii
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
meskipun tidak sedikit yang kemudian berdampak pada persoalan
hukum.
Diberlakukan Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 20
Tahun 2012 Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Daerah. Pada
Pasal 8, Pemerintahan desa diberikan kewenangan untuk melaksanakan
pendataan penduduk miskin secara partisipatif dan hasil pendataan
diolah dalam sistem informasi desa. Mandat tersebut merupakan
kebijakan yang inovatif, berani dan progresif guna memberikan proteksi
terhadap kewenangan desa dalam hal pendataan penduduk miskin.
Penilaian demikian tidaklah berlebihan, karena memang tidak banyak
daerah yang memiliki keberanian terutama soal kebijakan pendataan
kemiskinan partisipatif, apalagi sampai memberikan kewenangan
terhadap desa
Progresifitas pemerintah Kabupaten Kebumen manakala
dihubungkan dengan kewenangan desa yang tercantum dalam Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, ibarat peribahasa “tumbu
dapat tutup”. Artinya apa yang dimandatkan dalam perda juga
diperintahkan dalam Undang-Undang Desa, dan tidak ada yang
bertentangan. Kehadiran Undang-Undang Desa hakikatnya memang
memberikan semua jawaban atas ketidakberdayaan desa menjadi lebih
berdaya dan memiliki otoritas yang sebelumnya tidak diatur.
Semoga buku ini memberikan manfaat bagi desa agar lebih
mempunyai kesiapan menyongsong implementasi Undang-Undang Desa,
terutama menuju pembangunan yang lebih berkeadilan untuk semua,
terutama kelompok miskin dan perempuan marjinal.
Yusuf Murtiono Dewan Presidium FORMASI
Page ix
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
DAFTAR ISI
PENGANTAR FORD FOUNDATION ........................................................................ ii
PENGANTAR FORUM MASYARAKAT SIPIL ....................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... ix
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG .................................................................................... 1
B. PENGERTIAN ............................................................................................... 2
C. MAKSUD DAN TUJUAN ........................................................................... 3
D. DASAR HUKUM .......................................................................................... 4
BAB II ANALISIS KEMISKINAN PARTISIPATIF ................................................. 6
A. LATAR BELAKANG .................................................................................... 7
B. TAHAPAN AKP ............................................................................................. 8
C. KELUARAN AKP ........................................................................................ 13
BAB III VARIABEL INDIKATOR DAN KRITERIA PENDUDUK MISKIN ..... 15
A. VARIABEL INDIKATOR PENDUDUK MISKIN ................................. 15
B. KRITERIA PENDUDUK MISKIN ........................................................... 20
C. PENGGOLONGAN PENDUDUK MISKIN DAN NON MISKIN ...... 23
BAB IV PENGORGANISASIAN PENDATAAN ..................................................... 24
A. PENGERTIAN PENGORGANISASIAN PENDATAAN ...................... 24
B. TUJUAN PENGORGANISASIAN PENDATAAN ................................ 24
C. PIHAK YANG BERPERAN DALAM PENDATAAN ............................ 24
BAB V PENDATAAN PENDUDUK MISKIN ........................................................ 29
A. ALUR MEKANISME PENDATAAN ....................................................... 29
Page x
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
B. SOSIALISASI & PEMBENTUKAN TIM PENDATAAN ..................... 30
C. PEMBEKALAN TIM PENDATAAN ........................................................ 32
D. PENENTUAN POPULASI PENDUDUK MISKIN SEMENTARA .... 32
E. PENENTUAN PENDUDUK MISKIN ..................................................... 35
BAB VI ETIKA DAN INSTRUMEN PENDATAAN ............................................... 37
A. ETIKA PENDATAAN ................................................................................. 37
B. INSTRUMEN/ FORMULIR PENDATAAN ........................................... 39
Page xi
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
DAFTAR SINGKATAN
AKP : Analisis Kemiskinan Partisipatif
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBDesa : Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
Bappeda : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
BPD : Badan Permusyawaratan Desa
BPS : Badan Pusat Statistik
Kades : Kepala Desa
KK : Kartu Keluarga
KTP : Kartu Tanda Penduduk
Musdes : Musyawarah Desa
Musdus : Musyawarah Dusun
NIK : Nomor Induk Keluarga
Perbup : Peraturan Bupati
Perda : Peraturan Daerah
Perdes : Peraturan Desa
PNPM : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
PP : Peraturan Pemerintah
PPA : Participatory Poverty Assessment
PPLS : Program Pendataan Perlindungan Sosial
PRA : Participatory Rural Appraisal
RKPDesa : Rencana Kerja Pemerintah Desa
RPJMDesa : Rencana Pembangunan Jangkah Menengah Desa
RT : Rukun Tetangga
RTM : Rumah Tangga Miskin
RW : Rukun Warga
SID : Sistem Informasi Desa
SPPKD : Strategi Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
Daerah
SRTPK : Strategi Rencana Tindak Penanggulangan Kemiskinan
SNPK : Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan
TKP2KD : Tim Koordinasi Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan Daerah
TKP2KDes : Tim Koordinasi Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan Desa
UU : Undang-Undang
Page xii
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Perda Nomor 20 Tahun 2012 tentang
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
…… 59
Lampiran 2 : Perbup Nomor 31 Tahun 2014 tentang
Kriteria dan Tata Cara Pendataan
Penduduk Miskin
…… 79
Lampiran 3 : Contoh Keputusan Kepala Desa/ Lurah
tentang Tim Koordinasi Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan Desa/
Kelurahan
…… 91
Lampiran 4 : Contoh Keputusan Kepala Desa/ Lurah
tentang Tim Pendataan Penduduk Miskin
Desa/ Kelurahan
…… 97
Lampiran 5 : Contoh Keputusan Kepala Desa/
Kelurahan tentang Daftar Rumah Tangga
Miskin Desa/ Kelurahan
…… 101
Lampiran 6 : Contoh Berita Acara Musyawarah RT …… 105
Lampiran 7 : Contoh Berita Acara Musyawarah Dusun …… 107
Lampiran 8 : Contoh Berita Acara Musyawarah Desa/
Kelurahan
…… 109
Lampiran 9 : Contoh Daftar Rumah Tangga Miskin
Sementara RT
…… 111
Lampiran 10 : Contoh Daftar Rumah Tangga Miskin
Sementara Dusun
…… 112
Lampiran 11 : Contoh Daftar Rumah Tangga Miskin
Sementara Desa/ Kelurahan
…… 113
Lampiran 12 : Formulir Pendataan Penduduk Miskin …… 114
Lampiran 13 : Kode Kecamatan dan Desa/Kelurahan …… 117
Page 1
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penanggulangan kemiskinan merupakan salah satu terjemahan
dari cita-cita bangsa Indonesia, hal tersebut termaktub dalam
pembukaan UUD 1945, "Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan
Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan
selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu
gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur". Cita-cita adil dan makmur harus
menjadi nafas setiap pembangunan di Indonesia. Kenapa kemiskinan
dapat menjadi terjemahan dari adil dan makmur karena kemiskinan
itu timbul dari berbagai kesenjangan sehingga tidak terpenuhinya
hak-hak dasar manusia yang bermartabat.
Di sisi lain, kemiskinan adalah masalah yang bersifat
multidimensi dan multisektor dengan beragam karakteristiknya dan
merupakan kondisi yang harus segera diatasi untuk
mempertahankan dan mengembangkan kehidupan manusia
bermartabat. Kemiskinan disebut sebagai masalah yang multidimensi
dikarenakan begitu banyak penyebab dan permasalahan yang saling
berkaitan. Dengan demikian permasalahan kemiskinan perlu
penanganan yang serius dari berbagai pihak.
Pemerintah Kabupaten sendiri menegaskan dalam
penanggulangan kemiskinan perlu langkah-langkah strategis dan
terintegrasi yang dituangkan dalam Perda No 1 Tahun 2010 tentang
RPJPD (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah) Tahun
2005-2025. Cita-cita Kabupaten Kebumen selama 20 tahun yang
tertuang dalam RPJPD Kemudian diterjemahkan menjadi langkah-
langkah strategis untuk mencapai cita-cita tersebut. Salah satunya
adalah dengan adanya Perda No 20 Tahun 2012 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan. Hal tersebut merupakan bentuk
keseriusan Pemerintah Kabupaten Kebumen dalam upaya
penanggulan kemiskinan yang selama ini dianggap kurang efektif.
Dari berbagai upaya penanggulangan kemiskinan, data memiliki
peran yang sangat penting karena data merupakan pijakan dalam
perumusan kebijakan penanggulangan kemiskinan. Dengan data
yang valid, diharapkan akan meningkatkan kualitas kebijakan publik
dan rasa keadilan rakyat. Dengan pertimbangan tersebut maka
disusunlah Perbup Nomor 31 Tahun 2014 tentang Kriteria dan Tata
Cara Pendataan Penduduk Miskin yang merupakan penjabaran dari
Page 2
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Perda No 20 Tahun 2012 tentang Percepatan Penanggulanagn
Kemiskinan. Pendataan penduduk miskin ini dilaksanakan secara
partisipatif sebagai wujud demokrasi permusyawaratan yang
merupakan identitas demokrasi Indonesia dan Pemerintah Kabupaten
Kebumen khususnya.
Selain memuat tentang 36 indikator kemiskinan, dalam Perbup
tersebut juga diamanatkan untuk melakukan pendataan penduduk
miskin di tingkat desa setiap tahun yang pelaksanaannya
dikoordinasikan oleh TKP2KDes (Tim Koordinasi Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan Desa). TKP2KDes sendiri merupakan
wadah koordinasi lintas sektor dan lintas pemangku kepentingan
untuk percepatan penanggulangan kemiskinan di desa.
Dalam rangka melaksanakan pendataan penduduk miskin di
tingkat desa sesuai amanat Perbup Nomor 31 Tahun 2014, TKP2KD
Kabupaten Kebumen perlu menyusun Buku Pedoman Pendataan
Penduduk Miskin. Buku pedoman ini diharapkan dapat menjadi
acuan dalam mentransformasikan pemahaman dan teknis
pelaksanaan pendataan di tingkat desa/ kelurahan, sehingga data
yang diperoleh valid dan akurat.
B. PENGERTIAN
1. Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang dan/atau
sekelompok orang, baik laki-laki maupun perempuan tidak
terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupannya yang bermartabat.
2. Penduduk Miskin adalah seseorang atau kelompok orang yang
tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya.
3. Hak dasar adalah hak masyarakat yang harus dilindungi oleh
Pemerintah Daerah dalam rangka mempertahankan dan
mengembangnkan kehidupan yang
bermartabat terutama hak ekonomi,
sosial dan budaya.
4. Musyawarah Desa atau yang disebut
dengan nama lain adalah musyawarah
antara Badan Permusyawaratan Desa,
Pemerintah Desa, dan unsur
masyarakat yang diselenggarakan
oleh Badan Permusyawaratan Desa
untuk menyepakati hal yang bersifat
strategis.
Page 3
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
5. Rumah Tangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang
mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik atau sensus dan
umumnya tinggal bersama serta makan dari satu dapur.
6. Rumah Tangga Miskin adalah Rumah Tangga yang tidak mampu
memenuhi hak-hak dasarnya
7. Rumah Tangga Miskin Sementara adalah rumah tangga miskin
hasil musyawarah desa dan olah komputer sebelum menjadi
rumah tangga miskin tetap.
8. Rumah Tangga Miskin Tetap adalah rumah tangga setelah
melalui proses sanggahan.
9. Pendataan Penduduk Miskin adalah pendataan penduduk miskin
berdasarkan kriteria penduduk miskin yang dilaksanakan dengan
metode sensus dan partisipatif.
10. Penanggulangan Kemiskinan adalah kebijakan dan program
Pemerintah, Pemerintah Daerah, yang dilakukan secara
sistematis, terencana, dan bersinergi dengan dunia usaha dan
masyarakat untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dalam
rangka meningkatkan derajat kesejahteraan rakyat.
11. Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang
dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dunia usaha,
serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat,
pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil serta program lain
dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.
12. Kriteria penduduk miskin adalah kriteria yang menunjukkan
karakteristik penyebab kemiskinan penduduk yang terdiri dari
Kriteria penduduk miskin daerah dan Kriteria penduduk miskin
klaster.
13. Kriteria penduduk miskin daerah adalah kriteria penduduk
miskin di tingkat kabupaten.
14. Kriteria penduduk miskin klaster adalah kriteria penduduk
miskin di tingkat klaster.
15. Klaster adalah pengelompokan wilayah kecamatan berdasarkan
kondisi topografi, letak geografis, mata pencaharian, dan
kondisi ekonomi sosial budaya.
C. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Menyusun data kemiskinan (data tunggal
kemiskinan di desa).
2. Mendapatkan data penduduk miskin agregat
baik tingkat kabupaten, kecamatan maupun
desa.
Page 4
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
3. Mendapatkan data penduduk miskin yang sesuai dengan kondisi
daerah dan klaster.
4. Mendorong responsifitas baik pemerintah desa maupun
pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan.
5. Meningkatkan partisipasi dan koordinasi program penanggulangan
kemiskinan.
6. Mendorong keterbukaan informasi di desa terutama berkait data
dan program kemiskinan.
7. Menjadi dasar penyusunan program dan kegiatan percepatan
penanggulangan kemiskinan baik di tingkat kabupaten maupun
desa.
D. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa
Tengah;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional;
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah;
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;
5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial;
6. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga;
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan;
8. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan
Fakir Miskin;
9. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa ;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan
Mulai Berlakunya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950
tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam
Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah;
Page 5
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial;
15. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan,
Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-
undangan;
16. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan;
17. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan;
18. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 53 Tahun 2004
tentang Partisipasi Masyarakat dalam Proses Kebijakan Publik;
19. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 2 Tahun 2007
tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah;
20. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 11 Tahun 2008
tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan
Pemerintahan Daerah;
21. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 1 Tahun 2010
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Kabupaten Kebumen Tahun 2005-2025;
22. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 17 Tahun 2010
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Kabupaten Kebumen Tahun 2010 - 2015;
23. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 20 Tahun 2012
tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan;
24. Peraturan Bupati Nomor 31 Tahun 2014 tentang Kriteria dan
Tata Cara Pendataan Penduduk Miskin
Page 6
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
BAB II
ANALISIS KEMISKINAN PARTISIPATIF
Sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa upaya
mengentaskan kemiskinan tidak mudah serta membutuhkan strategi
yang terpadu, karena persoalan kemiskinan bersifat multi dimensi.
Salah satu problem besar setiap ada peluncuran program bantuan
kemiskinan, adalah selalu menimbulkan banyak protes dari masyarakat
disebabkan data penduduk/rumah tangga miskin diaggap tidak valid.
Pendataan kemiskinan yang pada dasarnya ditujukan untuk
memperoleh data base rumah tangga atau penduduk miskin di desa
sesuai dengan variabel yang disepakati di desa itu sendiri. Selain itu,
pendataan kemiskinan juga diharapkan dapat membantu masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya secara lebih layak.
Beberapa persoalan yang selalu muncul dalam pelaksanaan
pendataan penduduk miskin adalah pertama soal objektifitas atau
belum sesuai dengan ketentuan indikator kemiskinan lokal desa. Kedua,
tidak adanya ruang sedikitpun partisipasi masyarakat selama ini dalam
pelaksanaan pendataan. Ketiga, lemahnya jaminan hukum terhadap
produk data kemiskinan yang dilaksanakan dan dikelola sendiri oleh
desa ataupun kabupaten. Sehingga semua produk hasil pendataan versi
lokal dianggap tidak legal, tidak sah dipergunakan untuk publik. Dan
persoalan pelaksanaan pendataan ketika kewenangannya diberikan
kepada desa dan kabupaten adalah tentang kesiapan sumber daya
manusia pendata dan pengolah data di desa.beserta metodologi yang
dipergunakan. Serta sikap masyarakat yang dianggap kurang jujur
dalam memberikan informasi terhadap keadaan rumahnya sehingga
sulitnya petugas untuk mendata.
Lemahnya akurasi dan validasi data penduduk miskin serta
tertutupnya ruang partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan proses
pendataan hendaknya mampu diatasi secara bersama-sama. Dalam
konteks validasi dan akurasi data kemiskinan, paling tidak sistem
pembaharuan data harus dilaksanakan setiap tahun. Sedangkan dalam
konteks partisipasi, maka pelibatan masyarakat tidak sekedar hanya
menjadi responden, tetapi bagaimana dapat terlibat sejak dalam proses
sosialisasi pendataan, pembentukan tim pendataan, pelaksanaan sampai
dengan evaluasi akhir hasil pendataan. Karenanya, sebelum melakukan
pendataan perlu dirumuskan secara partisipatif
berbagai persoalan yang berkait dengan variabel
indikator, Kriteria sampai dengan perencanaan
Page 7
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
strategis untuk penyusunan program dan kegiatan penanggulangan
kemiskinan.
A. LATAR BELAKANG
Analisis Kemiskinan Partisipatif yang disingkat AKP dilakukan
untuk memahami suara masyarakat miskin baik laki-laki maupun
perempuan tentang masalah kemiskinan yang mereka hadapi dan
mengakomodasikan suara masyarakat miskin dalam perumusan
kebijakan. Artinya bahwa AKP bisa dikembangkan sebagai media
diagnosis kemiskinan, yakni sebuah instrumen untuk
mengakomodasi pandangan orang miskin terhadap kemiskinan dan
memformulasikan strategi penanggulangan kemiskinan dalam
kebijakan publik.
AKP tidak sekedar alat analisis, tetapi mempunyai peran penting
dalam menyediakan ruang bagi masyarakat miskin untuk
menganalisis masalahnya, menyuarakan kepentingannya, dan
memutuskan solusi terhadap masalah yang mereka hadapi, tetapi
hasil analisa kemiskinan partisipatif bisa diperkuat dengan informasi
dan data kuantitatif yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik dan
berbagai sumber data yang digunakan sebagai dasar melakukan
diagnosis kemiskinan.
Berdasarkan presentasi kerangka kerja AKP P2TPD, 20 Maret
2003, definisi Kerja Analisis Kemiskinan Partisipatif (AKP) adalah
proses assesmen, konsultasi, dan analisis partisipatif atas persoalan
kemiskinan kabupaten, serta penyusunan strategi dan rencana
tindak pengurangan kemiskinan, sampai dengan
institusionalisasinya. Sebagai proses yang partisipatif, maka
pelaksanaan pendataan dengan menggunakan AKP harus dilakukan
secara bersama antara masyarakat dengan pemerintah secara
serentak pada waktu yang telah ditentukan.
Salah satu hal penting dalam penerapan AKP adalah untuk
mengembangkan penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan
Daerah (SPKD) dengan memahami kondisi kemiskinan yang
sebenarnya. Upaya pengentasan kemiskinan harus dilandasi adanya
pemahaman menyeluruh mengenai karakteristik sosial, budaya, dan
ekonomi penduduk miskin akan dapat membantu proses
perencanaan dan pelaksanaannya sehingga akan memberikan hasil
lebih baik. Pada intinya bahwa AKP merupakan serangkaian kegiatan
analisis kemiskinan yang mulai dari perencanaan, pelaksanaan
sampai monitoring dan evaluasi akses, partisipasi, kontrol
masyarakat mendapatkan proporsi yang memadahi.
Page 8
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Sedangkan untuk penerapan AKP di Kabupaten Kebumen telah
dimulai sejak tahun 2003 pada saat penyusunan Strategi Rencana
Tindak Penanggulangan Kemiskinan ( SRTPK ) tahun 2003-2007.
Dimana dalam proses penentuan indikator dan program kegiatan
didasarkan pada kondisi kewilayah geografis pada tingkat kecamatan
yang dikenal dengan sebutan klaster.
Klaster adalah pengelompokan wilayah kecamatan berdasarkan
kondisi topografi, letak geografis, mata pencaharian, dan kondisi
ekonomi sosial budaya. Dari 26 Kecamatan di Kabupaten Kebumen.
Klaster dikelompokkan menjadi 5 klaster, yaitu:
1. Klaster Perkotaan meliputi Kecamatan Prembun, Kecamatan
Kutowinangun, Kecamatan Kebumen, Kecamatan Pejagoan,
Kecamatan Sruweng, Kecamatan Karanganyar, dan Kecamatan
Gombong;
2. Klaster Pesisir meliputi Kecamatan Mirit, Kecamatan Ambal,
Kecamatan Buluspesantren, Kecamatan Klirong, Kecamatan
Petanahan dan Kecamatan Puring;
3. Klaster Pesisir Bergunung meliputi Kecamatan Ayah dan
Kecamatan Buayan;
4. Klaster Pegunungan meliputi Kecamatan Padureso, Kecamatan
Poncowarno, Kecamatan Karangsambung, Kecamatan Sadang,
Kecamatan Karanggayam, Kecamatan Sempor, Kecamatan
Rowokele dan Kecamatan Alian; dan
5. Klaster Bonorawan meliputi Kecamatan Bonorowo, Kecamatan
Adimulyo dan Kecamatan Kuwarasan.
B. TAHAPAN AKP
Tahapan pelaksanaan AKP ketika awal-awal akan
menyusun dokumen SRTPK atau SPKD cukup detail dan
panjang. Dimulai dari penentuan desa sasaran assessmen
dengan menggunakan metode PPA/PRA, diskusi
hasil sementara assessment desa-desa dalam satu
kecamatan, kemudian FGD perwakilan desa
masing-masing kecamatan dalam satu klaster
(beberapa kecamatan), FGD antar klaster dalam satu
kabupaten, konsultasi publik, dan seterusnya. Dimana
hasil dari proses AKP diatas disamping menghasilkan variabel,
indikator, bobot kemiskinan juga lengkap dengan bahan untuk
menyusun dokumen SPKD/SRTPK. Sebuah dokumen yang memuat
lengkap tentang strategi, program dan kegiatan penanggulangan
kemiskinan selama kurun waktu 3 tahun.
Page 9
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Tetapi untuk penerapan AKP yang akan dibahas dalam pokok
bahasan ini dibatasi pada pelaksanaan AKP untuk menentukan
variabel dan indikator serta bobot pada masing-masing klaster.
Kemudian dilanjutkan konsultasi publik di tingkat kabupaten untuk
kemudian dijadikan dasar penyusunan Peraturan Bupati Kebumen
tentang Kriteria dan indikator penduduk miskin.
Adapun beberapa tahapan AKP yang telah dilaksanakan di
kabupaten Kebumen, selengkapnya sebagai berikut:
1. Persiapan
Sebelum melakukan analisa kemiskinan bersama masyarakat
khususnya masyarakat miskin ada beberapa persiapan yang
dilakukan, diantaranya adalah:
a. Pembentukan dan Penguatan Tim AKP
Pembentukan Tim AKP dilakukan ditingkat Kabupaten yang
difasilitasi oleh TKP2KD. Masing-masing tim beranggotakan 5
orang (L=3; P=2) yang berasal dari unsur Bappeda, LSM, dan
PNPM. Tim AKP mempunyai tugas untuk memfasilitasi proses
AKP di masing-masing wilayah klaster. Adapun penentuan
klaster di Kebumen telah dipetakan sejak tahun 2003, yakni
terdiri dari Klaster Perkotaan, Klaster Pegunungan, Klaster
Pesisir Bergunung, Klaster Pesisir, dan Klaster Bonorawan.
1) Koordinasi dan Penguatan Kapasitas Tim, yang bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tim,
sehingga benar-benar memahami konsep dasar AKP, Proses
dan tehnik fasilitasi kepada masyarakat.
2) Peserta pembekalan yang diharuskan aktif adalah semua
anggota tim AKP
3) Pembekalan difasilitasi oleh TKP2KD
4) Materi pembekalan adalah:
Sosialisasi peraturan perundangan tentang
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
Konsep Dasar AKP
Mekanisme dan Tahapan AKP
Tehnik Pendataan Partisipatif
Tehnik Fasilitasi Partisipatif
b. Penyusunan Rencana Kerja AKP
Perencanaan kerja yang bersifat tentatif harus disusun terlebih
dan disepakati terlebih dahulu oleh seluruh anggota tim dan
jika dimungkinkan disosialisasikan kepada masyarakat.
Page 10
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Rencana kerja (workplan) disesuaikan masing-masing klaster
dan sedikitnya memuat :
1) Waktu pelaksanaan AKP
2) Tempat pelaksanaan AKP
3) Nama kegiatan
4) Tujuan kegiatan
5) Output yang diharapkan
6) Peserta yang akan diundang
7) Perlengkapan yang dibutuhkan
2. Assessment dan Analisis Indikator Kemiskinan
Kegiatan assessment dan analisis data dan indikator kemiskinan
bertujuan mendapatkan beberapa data kemiskinan beserta
indikatornya yang dipergunakan oleh BPS maupun beberapa SKPD
yang telah menerapkan program kemiskinan.
a. Assessment dan Analisa Data Sekunder
1) Assessment merupakan kegiatan tim yang dimaksudkan
untuk mengumpulkan beberapa data kemiskinan dan
indikator dari BPS berupa PPLS, Dinas Kesehatan, BKKBN
Dinas Pendidikan, PNPM dan daftar desa tertinggal. Dari
data tersebut kemudian dijadikan sebagai bahan awal untuk
melakukan analisis selanjutnya.
2) Analisa hasil assessment dapat dilaksanakan dalam
beberapa bentuk kegiatan, seperti FGD internal tim, diskusi
antara tim dengan pemangku data program kemiskinan/
SKPD untuk membandingkan indikator kemiskinan yang
dipergunakan dalam mengimplementasikan program
kegiatan masing-masing SKPD. Selanjutnya disepakati
adanya data kemiskinan beserta indikator awal yang telah
dipadukan dari beberapa SKPD dengan menjadikan
indikator BPS sebagai rujukan pokok. Hasil analisis tersebut
kemudian dijadikan dasar oleh tim pada masing-masing
klaster untuk dikembangkan sesuai kondisi local klaster
dalam bentuk kegiatan FGD.
b. FGD tingkat Klaster
Focus group discussion atau FGD tingkat klaster merupakan
kegiatan diskusi terfokus yang melibatkan beberapa unsur dari
perwakilan masyarakat miskin, pemerintahan desa dan
kecamatan dalam satu klaster. FGD dilaksanakan di 5 klaster
yaitu klaster Pegunungan, Pesisir Bergunung, Pesisir,
Perkotaan dan Bonorawan.
Secara detail teknis sebagai berikut :
Page 11
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
1) Penanggungjawab
Sebagai penanggungjawab penyelenggara sekaligus
berkewajiban mengundang seluruh peserta FGD adalah
TKP2KD, dalam hal ini adalah Bappeda sebagai sekretaris
TKP2KD.
2) Kepanitiaan
Kepanitiaan bertugas menyiapkan tempat, konsumsi dan
perlengkapan FGD sepenuhnya diserahkan kepada
pemerintahan desa yang terpilih menjadi tempat FGD.
3) Fasilitator
Fasilitator adalah bagian dari Tim AKP yang telah ditentukan
dan bertugas memfasilitasi seluruh proses FGD sampai
dengan penyusunan laporan akhir FGD.
4) Peserta
Peserta FGD yang diundang adalah beberapa elemen baik
dari masyarakat maupun unsur pemerintahan. Peserta
harus merepresentasikan unsur:
Perwakilan kecamatan
Perwakilan Pemerintahan desa
Tokoh Masyarakat
Tokoh Agama
Keterwakilan Perempuan
Warga miskin
Dunia usaha
Pemangku kepentingan lainnya 5) Keluaran (Out put)
Gambaran /definisi kemiskinan klaster
Indikator kemiskinan klaster
Bobot indikator setiap klaster
Ciri/faktor pembeda setiap klaster
Metodologi pendataan penduduk miskin
c. FGD Integrasi
FGD integrasi merupakan kegiatan
diskusi terfokus yang diselenggarakan di
tingkat kabupaten untuk mendapatkan
kesepakatan variabel indikator dan Kriteria kemiskinan tingkat
daaerah/ kabupaten dengan cara mengintegrasikan hasil FGD
masing-masing klaster.
Secara detail teknis pelaksanaan FGD integrasi sebagai berikut:
1) Penanggungjawab dan Kepanitiaan
Page 12
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Penanggungjawab penyelenggara sekaligus berperan panitia
penyelenggaran yang berkewajiban mengundang seluruh
peserta, menyiapkan tempat, konsumsi dan perlengkapan
FGD adalah TKP2KD, dalam hal ini adalah Bappeda sebagai
sekretaris TKP2KD.
2) Fasilitator
Fasilitator berasal dari koordinator tim AKP tingkat
kabupaten atau yang disepakati oleh tim dan dibantu satu
orang penulis bertindak sebagai notulen, dan bertugas
memfasilitasi seluruh proses FGD integrasi sampai dengan
penyusunan laporan akhir FGD.
3) Peserta
Peserta FGD yang diundang adalah beberapa elemen baik
dari masyarakat maupun unsur pemerintahan dari beberapa
kecamatan dalam satu klaster. Peserta harus
merepresentasikan unsur:
Delegasi kecamatan dari masing-masing klaster
Delegasi Pemerintahan desa dari masing-masing klaster
Delegasi masyarakat miskin dan perempuan dari masing-
masing klaster.
Unsur Perguruan Tinggi, LSM dan Media tingkat
kabupaten
BPS, dan SKPD terkait data kemiskinan
PNPM terkait data kemiskinan
4) Keluaran (Out put )
Gambaran/definisi kemiskinan daerah
Indikator kemiskinan daerah
Bobot indikator setiap daerah
Ciri/faktor pembeda setiap daerah
Metodologi pendataan penduduk miskin daerah
d. Konsultasi Publik
Setelah seluruh proses FGD dilakukan dan mendapatkan
gambaran berkait dengan
definisi kemiskinan daerah, indikator, bobot
dan metodologi pendataan, selanjutnya
dilaksanakan uji publik untuk
mendapatkan masukan dari
berbagai elemen di tingkat
kabupaten. Kegiatan konsultasi
publik merupakan forum diskusi
besar yang memberikan
kesempatan seluas-luasnya
Page 13
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
kepada seluruh pemangku kepentingan memberikan masukan
guna penyempurnaan akhir sebelum dijadikan draft peraturan
bupati. Detail kegiatan konsultasi publik digambarkan sebagai
berikut:
1) Peserta konsultasi publik lebih kurang 150 orang terdiri dari:
1. Perwakilan anggota DPRD
2. BPS, dan SKPD terkait data kemiskinan
3. Delegasi kecamatan dari masing-masing klaster
4. Delegasi Pemerintahan desa dari masing-masing klaster
5. Delegasi masyarakat miskin dan perempuan dari masing-
masing klaster.
6. Unsur Perguruan Tinggi, LSM dan Media tingkat
kabupaten
7. PNPM terkait data kemiskinan
2) Penanggunggjawab
Penanggungjawab penyelenggara sekaligus berperan panitia
penyelenggaran yang berkewajiban mengundang seluruh
peserta, menyiapkan tempat, konsumsi dan perlengkapan
konsultasi publik adalah TKP2KD, selaku Sekretaris TKP2KD
Kabupaten Kebumen
3) Fasilitator
Fasilitator sekaligus moderator berasal dari koordinator tim
AKP tingkat kabupaten atau yang disepakati oleh tim dan
dibantu satu orang penulis bertindak sebagai notulen, dan
bertugas memfasilitasi seluruh proses konsultasi publik
sampai dengan penyusunan laporan akhir.
C. KELUARAN AKP
Keluaran (out put) dari AKP pada setiap tahapan proses yang
telah dibahas di atas tidak serta merta diterapkan untuk pelaksanaan
pendataan. Akan tetapi hasil akhir dari kesepakatan yang dihasilkan
melalui konsultasi publik sepenuhnya menjadi masukan (input)
dalam penyusunan Peraturan Bupati Kebumen tentang Kriteria dan
Tata Cara Pendataan Penduduk Miskin. Meskipun demikian, bukan
berarti ruang-ruang partisipasi masyarakat telah selesai. Justru
pengawalan masyarakat harus lebih diperkuat dalam penyusunan
rancangan peraturan dimaksud. Hasil akhir dari regulasi yang ada
diharapkan tidak keluar dari kesepakatan yang telah dibangun
melalui proses yang sangat panjang.
Yang dimaksud keluaran AKP pada bahasan disini adalah
gambaran/definisi kemiskinan, indikator, Kriteria dan metodologi
serta tahapan pendataan penduduk miskin yang semuanya menjadi
satu dokumen sebagai input utama Rancangan Peraturan Bupati
Page 14
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
tentang Kriteria dan Tata Cara Pendataan Penduduk Miskin yang
secara detail akan dibahas pada bab-bab berikutnya. Adapun output
AKP selengkapnya meliputi : Gambaran Umum/Definisi Kemiskinan
Daerah; Variabel Indikator Penduduk Miskin Daerah; Variabel
Indikator penduduk Miskin Klaster; Bobot dan Kriteria Penduduk
Miskin Daerah; Bobot dan Kriteria Penduduk Miskin Klaster;
Pengorganisasi Pendataan Penduduk Miskin; dan Tahapan Pendataan
Penduduk Miskin.
Page 15
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
BAB III
VARIABEL INDIKATOR DAN KRITERIA PENDUDUK MISKIN
A. VARIABEL INDIKATOR PENDUDUK MISKIN
Variabel indikator dan kriteria penduduk miskin yang ada di
Kabupaten Kebumen merupakan hasil dari Analisa Kemiskinan
Partisipatif (AKP) yang difasilitasi oleh TKP2KD Kabupaten Kebumen
dan melibatkan semua pihak baik SKPD, pemerintahan desa dan
masyarakat, pelaku program penanggulangan kemiskinan (seperti,
PNPM), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan pemangku
kepentingan lainnya. Melalui AKP dihasilkan dua variabel indikator
penduduk miskin, yaitu variabel indikator penduduk miskin daerah
dan variabel indikator penduduk miskin klaster.
1. Variabel Indikator Penduduk Miskin Daerah
Indikator penduduk miskin daerah adalah indikator penduduk
miskin tingkat kabupaten yang penentuannya dihasilkan melalui
penggabungan indikator klaster yang telah disepakati melalui FGD
integrasi. Indikator penduduk miskin daerah terdiri 36, meliputi:
17. Jenis tempat pembuangan akhir tinja;
18. Jarak tempat pembuangan akhir tinja dengan sumber air minum;
19. Kepemilikan aset (selain tanah, bangunan dan emas)
20. Kepemilikan tanah; 21. Kepemilikan emas; 22. Cara memperoleh aset; 23. Kepemilikan sarana telekomunikasi; 24. Pendidikan yang ditamatkan kepala
keluarga; 25. Ketrampilan yang dimiliki; 26. Jenis pekerjaan Kepala Keluarga; 27. Kepemilikan usaha 28. Jarak terhadap pelayanan publik
dasar; 29. Tingkat kesulitan terhadap
pelayanan publik dasar 30. Akses pemasaran; 31. Membeli lebih dari satu stel pakaian
baru bagi setiap anggota keluarga dalam satu tahun;
32. Intensitas terhadap bencana; 33. Terdapat anggota keluarga
berkebutuhan khusus (difabel); 34. Terdapat anggota keluarga yang
menderita penyakit kronis; 35. Dukungan saluran irigasi pertanian; 36. Pemanfaatan waktu luang.
1. Pendapatan Perkapita Perbulan Keluarga; 2. Mendapatkan program/bantuan dari
pemerintah; 3. Rata-rata makan per hari; 4. Kemampuan membeli
daging/unggas/susu/ikan dalam satu minggu;
5. Pelayanan kesehatan yang bisa diakses untuk berobat;
6. Penggunaan/Pemakaian alat KB; 7. Status penguasaan bangunan tempat
tinggal yang ditempati; 8. Jumlah keluarga dalam 1 (satu) rumah
tangga; 9. Luas lantai bangunan tempat tinggal per
anggota keluarga; 10. Jenis lantai tempat tinggal terluas (60%
lebih); 11. Jenis dinding tempat tinggal terluas (60%
lebih); 12. Jenis atap tempat tinggal terluas (60%
lebih); 13. Sumber penerangan utama; 14. Sumber air minum; 15. Bahan bakar/energi utama untuk
memasak; 16. Penggunaan fasilitas tempat buang air
besar;
Page 16
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
2. Variabel Indikator Penduduk Miskin Klaster
Variabel indikator penduduk miskin klaster memiliki perbedaan
yang cukup variatif dan benar-benar sesuai dengan karakter
penduduknya. Hal ini menunjukkan bahwa penyebab kemiskinan
pada masing-masing wilayah berbeda-beda termasuk urutan
prioritas penyebab kemiskinan tersebut. Suatu misal, jika
peringkat pertama penyebab kemiskinan di perkotaan adalah
pendapatan, maka di klaster pesisir penyebab peringkat pertama
adalah pendidikan yang ditamatkan. Demikian untuk klaster yang
lain juga memiliki perbedaan yang cukup menarik untuk dipahami
lebih jauh.
2.1. Klaster Perkotaan
Klaster perkotaan sering disebut sebagai wilayah tengah
yang dilalui jalan utama antar kota yang membentang mulai
dari barat (Kec.Gombong ) sampai timur wilayah Kebumen (Kec.
Prembun). Meskipun demikian,
masih ada beberapa kecamatan
yang masuk klaster perkotaan
tetapi memiliki banyak desa-desa
wilayah pegunungan, seperti Kec.
Sruweng, Pejagoan, dan Prembun.
Pada klaster perkotaan diperoleh
sebanyak 15 variabel indikator
penduduk miskin dan merupakan klaster paling sedikit
dibanding klaster yang lain.
Selengkapnya sebagai berikut :
1. Pendapatan perkapita perbulan
2. Jenis pekerjaan Kepala keluarga
3. Status penguasaan bangunan tempat tinggal yang
ditempati
4. Kepemilikan tanah
5. Jenis lantai tempat tinggal terluas (60% lebih)
6. Jenis dinding tempat tinggal terluas (60% lebih)
7. Jenis atap tempat tinggal terluas (60% lebih)
8. Pendidikan yang ditamatkan
9. Jumlah keluarga dalam rumah tangga
10. Pelayanan kesehatan yang bisa diakses untuk berobat
11. Penggunaan fasilitas tempat buang air besar
12. Sumber air minum
13. Sumber penerangan utama
14. Dalam satu minggu mampu membeli
daging/unggas/susu/ikan
Page 17
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
15. Rata-rata makan per hari
2.2. Klaster Pesisir
Klaster pesisir bagi masyarakat Kebumen cukup dikenal
dengan sebutan Urut Sewu, yaitu kecamatan-kecamatan yang
secara kewilayahan memiliki wilayah pantai bagian dari laut
selatan. Meski demikian, tidak semua desa pada wilayah
kecamatan tersebut berada pada wilayah pantai. Artinya masih
banyak desa diwilayah urut sewu seluruhnya persawahan.
Pada klaster pesisir diperoleh sebanyak 25 varaibel indikator
kemiskinan, sebagai berikut :
2.3. Klaster Pesisir Bergunung
Klaster pesisir bergunung merupakan klaster yang hanya
terdiri dari 2 kecamatan, yakni Kecamatan Ayah dan Buayan.
Klaster ini paling sedikit kecamatannya dibanding klaster-
klaster yang lain. Meskipun demikian, klaster yang notabennya
memiliki potensi wisata besar dengan Goa Jatijajar di Kec. Ayah
dan Pantai Karangbolong serta Sarang Burung Walet yang
dahulu pernah menjadi primadona Kab. Kebumen sekaligus
9. Kepemilikan asset 10. Cara memperoleh asset 11. Jenis lantai tempat tinggal terluas
(60% lebih) 12. Rata-rata makan per hari 13. Jenis atap tempat tinggal terluas
(60% lebih) 14. Penggunaan / Pemakaian Alat KB 15. Membeli lebih dari satu stel
pakaian baru bagi setiap anggota keluarga dalam satu tahun
16. Sumber penerangan utama 17. Mendapatkan program/bantuan 18. Sumber air minum 19. Kepemilikan sarana telekomunikasi 20. Jika memiliki tanah, berapa
luasannya 21. Jika memiliki emas, berapa gram
kepemilikan emas 22. Bahan bakar/energi utama untuk
memasak 23. Penggunaan fasilitas tempat buang
air besar 24. Tempat pembuangan akhir tinja 25. Jarak tempat pembuangan akhir
tinja dari sumber air minum
1. Pendidikan yang ditamatkan 2. Pendapatan perkapita perbulan 3. Status penguasaan bangunan
tempat tinggal yang ditempati 4. Pelayanan kesehatan yang bisa
diakses untuk berobat 5. Jumlah keluarga dalam rumah
tangga 6. Luas lantai bangunan tempat
tinggal 7. Jenis dinding tempat tinggal
terluas (60% lebih) 8. Dalam satu minggu mampu
membeli daging/unggas/susu ikan
Page 18
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
memberikan sumbangan PAD yang cukup besar, memiliki 24
variabel indikator kemiskinan, sebagai berikut:
2.4. Klaster Pegunungan
Klaster pegunungan memiliki istilah wilayah cincinnya
Kabupaten Kebumen, karena berada pada wilayah pinggiran
yang membentang mulai dari barat (Kec.Rowokele) wilayah
paling utara sampai dengan wilayah timur (Kec. Padureso).
Klaster ini tingkat kemiskinannya rata-rata cukup tinggi,
bahkan paling tinggi, seperti Kecamatan Karanggayam. Pada
klaster pegunungan diperoleh 26 variabel indikator kemiskinan,
dan selengkapnya sebagai berikut :
1. Pendapatan perkapita perbulan
2. Status penguasaan bangunan tempat tinggal yang
ditempati
3. Kepemilikan aset (selain tanah, bangunan dan emas)
4. Jenis lantai tempat
tinggal terluas (60%
lebih)
5. Jumlah keluarga dalam
rumah tangga
15. Kepemilikan asset 16. Cara memperoleh asset 17. Pelayanan kesehatan yang bisa
diakses untuk berobat 18. Kepemilikan tanah 19. Penggunaan fasilitas tempat buang
air besar 20. Tempat pembuangan akhir tinja 21. Jarak tempat pembuangan akhir
tinja dari sumber air minum 22. Kepemilikan sarana tekekomunikasi 23. Jika memiliki emas, berapa gram
kepemilikan emas 24. Mendapatkan program/bantuan
1. Status penguasaan bangunan tempat tinggal yang ditempati
2. Pendapatan perkapita perbulan 3. Luas lantai bangunan tempat
tinggal 4. Jumlah keluarga dalam rumah
tangga 5. Jenis lantai tempat tinggal terluas
(60% lebih) 6. Membeli lebih dari satu stel
pakaian baru bagi setiap anggota keluarga dalam satu tahun
7. Jenis atap tempat tinggal terluas (60% lebih)
8. Jenis dinding tempat tinggal terluas (60% lebih)
9. Rata-rata makan per hari 10. Sumber air minum 11. Pendidikan yang ditamatkan 12. Dalam satu minggu mampu
membeli daging/unggas/susu ikan 13. Bahan bakar/energi utama untuk
memasak 14. Sumber penerangan utama
Page 19
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
6. Luas lantai bangunan tempat tinggal
7. Jenis dinding tempat tinggal terluas (60% lebih)
8. Jenis atap tempat tinggal terluas (60% lebih)
9. Rata-rata makan per hari
10. Membeli lebih dari satu stel pakaian baru bagi setiap
anggota keluarga
11. Pelayanan kesehatan yang bisa diakses untuk berobat
12. Sumber air minum
13. Bahan bakar/energi utama untuk memasak
14. Sumber penerangan utama
15. Penggunaan fasilitas tempat buang air besar
16. Dalam satu minggu mampu membeli daging/unggas/susu/
ikan
17. Jika memiliki tanah, berapa luasannya
18. Jika memiliki emas, berapa gram kepemilikan emas
19. Cara memperoleh asset
20. Kepemilikan Usaha
21. Pendidikan yang ditamatkan
22. Mendapatkan program/bantuan
23. Tempat pembuangan akhir tinja
24. Jarak tempat pembuangan akhir tinja dari sumber air
minum
25. Kepemilikan sarana telekomunikasi
26. Penggunaan/Pemakaian alat KB
2.5. Klaster Bonorawan
Wilayah Bonorawan merupakan wilayah yang daratannya
berada di bawah permukaan laut. Sehingga setiap musim
hujan tiba banjir selalu menggenangi persawahan bahkan
sampai menimbulkan gagal tanam, dan apabila musim
kemarau tiba, maka kekeringan yang dihadapi bahkan tidak
bisa tanam apapun. Klaster Bonorawan
merupakan klaster yang memiliki 27 variabel
indikator kemiskinan, paling banyak
dibanding klaster lain, sebagaimana
dibawah ini :
1. Pendapatan
Perkapita/Perorang
2. Jika memiliki tanah, berapa luasannya
3. Intensitas terhadap bencana
4. Dukungan saluran irigasi pertanian
Page 20
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
5. Status penguasaan bangunan tempat tinggal yang
ditempati
6. Jenis atap tempat tinggal terluas (60% lebih)
7. Jenis dinding tempat tinggal terluas (60% lebih)
8. Jenis lantai tempat tinggal terluas (60% lebih)
9. Luas lantai bangunan tempat tinggal
10. Jenis pekerjaan Kepala Keluarga
11. Rata-rata makan per hari
12. Sumber air minum
13. Membeli lebih dari satu stel pakaian baru bagi setiap
anggota keluarga
14. Penggunaan fasilitas tempat buang air besar
15. Tempat pembuangan akhir tinja
16. Jarak tempat pembuangan akhir tinja dari sumber air
minum
17. Pelayanan kesehatan yang bisa diakses untuk berobat
18. Penggunaan/Pemakaian alat KB
19. Sumber penerangan utama
20. Cara memperoleh asset
21. Kepemilikan sarana tekekomunikasi
22. Jika memiliki emas, berapa gram kepemilikan emas
23. Kepemilikan asset
24. Jumlah keluarga dalam rumah tangga
25. Tingkat kesulitan terhadap pelayanan publik dasar
26. Bahan bakar/energi utama untuk memasak
27. Dalam satu minggu mampu konsumsi daging / unggas /
susu/ikan
B. KRITERIA PENDUDUK MISKIN
Kriteria penduduk miskin merupakan hasil pembobotan dan
penilaian dari seluruh variabel indikator kemiskinan dengan tetap
mempertimbangkan kondisi masing-masing klaster. Hasil akhir
pembobotan dan penilaian dikelompokkan menjadi 5 kriteria
penduduk miskin, yang meliputi : Penduduk Sangat Miskin (SM),
Miskin (M), Hampir Miskin (HM), Rentan Miskin (RM), dan Tidak
Miskin (TM). Kriteria penduduk miskin di Kabupaten Kebumen dibagi
menjadi 2 kelompok besar, yaiitu kriteri penduduk miskin daerah dan
kriteria penduduk miskin klaster.
1. Kriteria Penduduk Miskin Daerah
Kriteria penduduk miskin daerah merupakan kriteria penduduk
miskin yang akan dipergunakan untuk mengelompokkan kriteria
kemiskinan di tingkat kabupaten. Hasil pengelompokkan menjadi
Page 21
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
data base kemiskinan Kabupaten Kebumen yang kemudian
dijadikan pedoman oleh Bupati dalam merumuskan kebijakan
penanggulangan kemiskinan daerah. Adapun kriteria penduduk
miskin daerah sebagai berikut :
2. Kriteria Penduduk Miskin Klaster
Kriteria penduduk miskin klaster merupakan
kriteria penduduk miskin yang akan dipergunakan
untuk mengelompokkan kriteria kemiskinan
tingkat klaster. Hasil pengelompokkan menjadi
data base kemiskinan masing-masing desa
yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala
Desa. Kemudian oleh masing-masing desa
dikirim kepada Bupati untuk dijadikan dasar
penyusunan data penduduk miskin kabupaten.
Adapun kriteria penduduk miskin klaster adalah
sebagai berikut:
2.1. Kriteria Penduduk Miskin Klaster Perkotaan
a. Kriteria penduduk sangat miskin, dengan bobot nilai 0,18
sampai dengan kurang dari 0,34;
b. Kriteria miskin, dengan bobot nilai 0,34 sampai dengan
kurang dari 0,51;
c. Kriteria hampir miskin, dengan bobot nilai 0,51 sampai
dengan kurang dari 0,67;
d. Kriteria rentan miskin, dengan bobot nilai 0,67 sampai
dengan kurang dari 0,84;
e. Kriteria penduduk tidak miskin, dengan bobot nilai lebih
dari 0,84.
2.2. Kriteria Penduduk Miskin Klaster Pesisir
a. Kriteria penduduk sangat miskin, dengan bobot nilai 0,20
sampai dengan kurang dari 0,36;
b. Kriteria miskin, dengan bobot nilai 0,36 sampai dengan
kurang dari 0,52;
a. Kriteria penduduk sangat miskin, dengan bobot nilai 0,22 sampai dengan kurang dari 0,38;
b. Kriteria miskin, dengan bobot nilai 0,38 sampai dengan kurang dari 0,53;
c. Kriteria hampir miskin, dengan bobot nilai 0,53 sampai dengan kurang dari 0,69;
d. Kriteria rentan miskin, dengan bobot nilai 0,69 sampai dengan kurang dari 0,84;
e. Kriteria tidak miskin, dengan bobot nilai lebih dari 0,84.
Page 22
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
c. Kriteria hampir miskin, dengan bobot nilai 0,52 sampai
dengan kurang dari 0,68;
d. Kriteria penduduk rentan miskin, dengan bobot nilai 0,68
sampai dengan kurang dari 0,84;
e. Kriteria penduduk tidak miskin, dengan bobot nilai lebih
dari 0,84.
2.3. Kriteria Penduduk Miskin Klaster Pesisir Bergunung
a. Kriteria penduduk sangat miskin, dengan bobot nilai 0,20
sampai dengan kurang dari 0,36;
b. Kriteria miskin, dengan bobot nilai 0,36 sampai dengan
kurang dari 0,52;
c. Kriteria hampir miskin, dengan bobot nilai 0,52 sampai
dengan kurang dari 0,68;
d. Kriteria rentan miskin, dengan bobot nilai 0,68 sampai
dengan kurang dari 0,84;
e. Kriteria penduduk tidak miskin, dengan bobot nilai lebih
dari 0,84.
2.4. Kriteria Penduduk Miskin Klaster Pegunungan
a. Kriteria penduduk sangat miskin, dengan bobot nilai 0,20
sampai dengan kurang dari 0,36;
b. Kriteria penduduk miskin, dengan bobot nilai 0,36 sampai
dengan kurang dari 0,52;
c. Kriteria penduduk hampir miskin, dengan bobot nilai 0,52
sampai dengan kurang dari 0,68;
d. Kriteria penduduk rentan miskin, dengan bobot nilai 0,68
sampai dengan kurang dari 0,84;
e. Kriteria penduduk tidak miskin, dengan bobot nilai lebih
dari 0,84.
2.5. Kriteria Penduduk Miskin Klaster Bonorawan
a. Kriteria penduduk sangat miskin, dengan bobot nilai 0,21
sampai dengan kurang dari 0,37;
b. Kriteria penduduk miskin, dengan bobot nilai 0,37 sampai
dengan kurang dari 0,53;
c. Kriteria penduduk hampir miskin, dengan bobot nilai 0,53
sampai dengan kurang dari 0,68;
d. Kriteria penduduk rentan miskin, dengan bobot nilai 0,68
sampai dengan kurang dari 0,84;
e. Kriteria penduduk tidak miskin, dengan bobot nilai lebih
dari 0,84
Page 23
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Jumlah Data Penduduk
Miskin
Jumlah Data Penduduk Non
Miskin
DATA AGREGAT
Kriteria Penduduk
Hampir Miskin
Kriteria Penduduk
Rentan Miskin
Kriteria Penduduk Tidak
Miskin
PENDUDUK NON MISKIN
Kriteria Penduduk
Sangat Miskin
Kriteria Penduduk
Miskin
PENDUDUK MISKIN
C. PENGGOLONGAN PENDUDUK MISKIN DAN NON MISKIN
Penggolongan penduduk miskin merupakan pengelompokkan dari 5
kriteria penduduk miskin yang telah diolah melalui aplikasi yang
telah diprogram dalam komputer. Sumber data yang dipergunakan
adalah formulir pendataan yang telah diperoleh melalui wawancara
masing-masing kepala rumah tangga dari hasil pendataan pada
formulir. Adapun penggolongan penduduk miskin dibagi menjadi 2 ,
yaitu Penduduk Miskin dan Penduduk Non Miskin. Selengkapnya
penggolongan penduduk miskin sebagaimana dibawah ini.
Golongan
penduduk
miskin terdiri
dari kriteria
penduduk
sangat miskin,
dan kriteria
penduduk
miskin.
Sedangkan
Penduduk Non
Miskin terdiri
dari kriteria,
penduduk
hampir miskin,
penduduk
rentan miskin
dan penduduk tidak miskin.
Masing-masing golongan selanjutnya dibuat data agregat yang
menggambarkan jumlah keseluruhan penduduk miskin desa dan
jumlah penduduk non miskin desa.
Page 24
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
BAB IV
PENGORGANISASIAN PENDATAAN
A. PENGERTIAN PENGORGANISASIAN PENDATAAN
Pengorganisasian pendataan penduduk miskin diartikan sebagai
sebuah upaya membangun hubungan antar pelaku pendataan baik
secara posisi maupun tugas yang ada pada organisasi atau kelompok
tertentu dalam mencapai keberhasilan pendataan penduduk miskin.
Pengorganisasi memegang peranan penting terhadap kelancaran dan
keberhasilan pendataan. Karenanya perencanaan sebelum memulai
pelaksanaan pendataan dengan cara memberikaan kejelasan tugas,
kewenangan dan sistem kerja merupakan kebutuhan yang tidak bisa
dilewatkan begitu saja. Tanpa adanya perencanaan yang matang,
dikhawatirkan hasil akhir pendataan tidak akan berubah dari
kebiasaan buruk pendataan yang selama ini banyak dikeluhkan.
B. TUJUAN PENGORGANISASIAN PENDATAAN
1. Meningkatkan efektifitas pola koordinasi pendataan penduduk
miskin dari tingkat desa sampai kabupaten
2. Mengintegrasikan sistem pendataan penduduk miskin
3. Mengimplementasikan pendataan penduduk miskin secara
partisipatif dan sesuai dengan tahapan
4. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pendataan
penduduk miskin
C. PIHAK YANG BERPERAN DALAM PENDATAAN
1. Pengorganisasian di Tingkat Kabupaten
Pengorganisasian di tingkat kabupaten,
sebagaimana dimandatkan dalam Perda
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan,
maka Bupati memiliki kewenangan
sebagai penanggungjawab sekaligus
menetapkan/ mengesahkan data
penduduk miskin daerah. Dalam
pelaksanaan pendataan yang memiliki
kewenangan mengkordinasikan adalah
TKP2KD. Sementara Camat mempunyai tugas dan fungsi
mengkoordinasikan hasil pendataan penduduk miskin dari desa-
desa dalam satu wilayah kecamatan.
Page 25
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
2. Pengorgansasian di Tingkat Desa
Setiap desa memiliki kewajiban melaksanakan pendataan
penduduk miskin dengan terlebih dahulu membentuk Tim
Koordinasi Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan
Desa (TKP2KDes) dengan
Keputusan Kepala Desa.
Selanjutnya TKP2KDes sesuai
kewenangannya memfasilitasi
pembentukan tim pendataan
dengan melibatkan seluruh unsur
Pengurus RT, dan Kepala Dusun.
Secara lebih rinci pengorganisasi
pendataan penduduk miskin di tingkat desa terdiri dari Kepala
Desa sebagai penanggungjawab, BPD sebagai penanggungjawab
pelaksana musyawarah desa, TKP2KDes sebagai pihak yang
bertanggungjawab mengkoordinasikan pendataan mulai
perencanaaan sampai pertanggungjawaban dan pelaporan,
kemudian Kepala Dusun dan Ketua RT sebagai pelaksana
musyawarah RT dan musyawarah Dusun. Sedangkan tim
pendataan adalah pihak yang paling bertanggungjawab dalam
penggalian data dan informasi. Adapun tugas dan kewenangan
masing pihak akan dibahas lebih rinci berikutnya.
TUGAS DAN KEWENANGAN
1. Bupati
Tugas
a. Bertanggung jawab di dalam Pendataan Penduduk Miskin
yang di koordinasikan oleh TKP2KD.
b. Melakukan koordinasi dengan TKP2KD.
c. Membuat Keputusan Bupati tentang Data Penduduk Miskin
Kabupaten Kebumen.
Kewenangan
a. Meminta pertanggungjawaban kepada TKP2KD tentang
pendataan penduduk miskin di Kabupaten Kebumen.
b. Memberikan atau tidak memberikan permohonan data
penduduk miskin yang terkait dengan hak-hak pribadi.
2. TKP2KD
Tugas
a. Mengkoordinasikan pendataan penduduk miskin di
Kabupaten Kebumen
Page 26
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
b. Mengelola data penduduk miskin dalam sistem informasi
manejemen kemiskinan daerah.
c. Melaporkan hasil pendataan penduduk miskin kepada
Bupati.
Kewenangan
a. Melakukan pembinaan kepada tim pendataan dan
TKP2KDes dalam hal pendataan.
b. Merekomendasikan atau tidak permohonan data yang di
ajukan kepada Bupati.
3. Camat
Tugas
a. Mengkoordinasikan pendataan penduduk miskin yang ada
di Kecamatan.
b. Melaporkan kegiatan pendataan penduduk miskin kepada
Bupati cq TKP2KD.
Kewenangan
a. Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan pendataan
penduduk miskin di wilayahnya.
b. Pembinaan kepada Kepala Desa dan TKP2KDes.
4. Kepala Desa
Tugas
a. Bertanggung jawab dalam Pendataan
Penduduk Miskin di Desa yang di
koordinasikan oleh TKP2KDes.
b. Melakukan koordinasi dengan
TKP2KDes.
c. Melaporkan hasil pendataan penduduk
miskin kepada Bupati melalui Camat.
Kewenangan
a. Menetapkan Keputusan Kepala Desa tentang Data
Penduduk Miskin Desa.
b. Menetapkan Keputusan Kepala Desa tentang TKP2KDes.
c. Menetapkan Keputusan Kepala Desa tentang Tim
Pendataan.
5. TKP2KDes
Tugas:
a. Mengkoordinasikan pendataan penduduk miskin di desa.
b. Memfasilitasi proses musyawarah baik Musyawarah RT,
Dusun, dan Musyawarah Desa.
c. Mengumumkan Daftar Calon Rumah Tangga Miskin
Sementara, Daftar Rumah Tangga Miskin Sementara dan
Daftar Rumah Tangga Miskin.
Page 27
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
d. Memverifikasi sanggahan Daftar Rumah Tangga Miskin
Sementara dari masyarakat
e. Melaporkan hasil pendataan penduduk miskin kepada
Kepala Desa.
Kewenangan:
a. Mengendalilkan pendataan
penduduk miskin di desa.
b. Membentuk Tim Pendataan di
desa
c. Melibatkan semua pihak di
desa untuk turut
mensukseskan pendataan
penduduk miskin.
6. BPD (Badan Permusyawaratan Desa)
Tugas BPD adalah menyelenggarakan musyawarah desa untuk
menentukan Daftar Rumah Tangga Miskin Sementara.
Kewenangan BPD adalah melakukan pengawasan atas
penyelenggaraan pendataan penduduk miskin di desa.
7. Kepala Dusun
Tugas Kepala Dusun adalah menyelenggarakan musyawarah
dusun
Kewenangan Kepala Dusun adalah mengusulkan daftar rumah
tangga miskin di wilayahnya untuk dibawa dalam musyawarah
desa
8. Rukun Tetangga
Tugas RT adalah menyelenggarakan musyawarah Rukun
Tetangga
Kewenangan RT adalah mengusulkan daftar rumah
tangga miskin di wilayahnya untuk
dibawa dalam musyawarah dusun.
9. Tim Pendataan
Tugas:
a. Mengikuti pembekalan pendataan
penduduk miskin
b. Melaksanakan interview terhadap
seluruh responden dari daftar
Rumah Tangga Miskin Sementara
hasil musyawarah setelah tidak ada
sanggahan dari masyarakat;
c. Melaksanakan entri data ke dalam sistem aplikasi komputer;
Page 28
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
d. Melaksanakan olah data dengan keluarannya adalah daftar
Rumah Tangga Miskin berdasarkan kriteria, serta data
agregat penduduk miskin.
Kewenangan Tim Pendataan adalah melaksanakan tugas sesuai
dengan panduan umum.
Page 29
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
BAB V
PENDATAAN PENDUDUK MISKIN
Pendataan penduduk miskin merupakan satu rangkaian kegiatan
pendataan baik yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten sampai
dengan pemerintah desa. Secara garis besar tanggungjawab pendataan
dibagi dalam tiga tahap. Pertama, tahap persiapan, Kedua, tahap
pelaksanaan pendataan dan, Ketiga tahap penetapan dan paloparan.
Pada tahap persiapan pemerintah kabupaten mensosialisasikan regulasi
dan pedoman pendataan kepada desa dan kecamatan serta memberikan
pelatihan tata cara pendataan penduduk miskin. Kemudian tahap
kedua, seluruh desa melakukan pendataan yang dimulai dari sosialisasi
dan pembentukan tim sampai dengan pengolahan data kemiskinan. Dan
pada tahap ketiga, masing-masing pemerintahan desa melaporkan hasil
pendataan kepada Bupati untuk kemudian ditetapkan menjadi data
kemiskinan daerah melalui Keputusan Bupati. Sebagaimana bagan alur
dibawah ini.
A. ALUR MEKANISME PENDATAAN
Pelaksanaan pendataan dilakukan melalui masing-masing kepala
rumah tangga melalui beberapa tahapan yang diharapkan dapat
memberikan hasil akhir lebih valid dan dapat
dipertanggungjawabkan. Seluruh proses dan tahapan yang dibangun
mengutamakan prinsip-prinsip transparansi dan partisipatif.
Sehingga metodologi partisipatif dalam AKP konsisten bisa diterapkan
mulai tahap awal sosialisasi sampai selesai pengolahan data
penduduk miskin. Hal penting yang harus dihindari dalam setiap
tahapan proses pendataan adalah melakukan manipulasi sumber
data maupun partisipasi warga yang seharusnya dilibatkan serta
PERSIAPAN
•Sosialisasi Regulasi & pedoman Kabupaten/TKP2KD kepada Desa dan Kecamatan
•Pelatihan TKP2KDes dan TKP2K Kecamatan tentang tata cara pendataan
PELAKSANAAN
• Sosialisasi dan Pembentukan Tim Pendataan
• Pembekalan Tim Pendataan
• Pengumpulan sumber data sekunder
• Pelaksanaan Pendataan
• Entri hasil pendataan
• verifikasi atas sanggahan
•penyempurnaan hasil pendataan sesuai hasil verifikasi
• Pembuatan dokumen data base kemiskinan desa
PELAPORAN
•Penetapan hasil pendataan oleh Kepala Desa
•Melaporkan hasil pendataan kepada Bupati melalui TKP2KD
Page 30
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
memunculkan dominasi-dominasi pihak-pihak tertentu dalam
musyawarah.
Hal terpenting yang harus dipegang dan dipahami oleh semua pihak
adalah alur mekanisme pendataan penduduk miskin yang telah
disusun secara partisipatif. Setiap tahapan maupun kebutuhan data
dan informasi yang ada merupakan satu rangkaian yang saling
mendukung. Sehingga satu sama lain tidak bisa begitu saja
dihilangkan. Karena itu mengawal kepatuhan terhadap alur
mekanisme pendataan menjadi hal penting. Adapun alur mekanisme
pendataan penduduk miskin selengkapnya di bawah ini.
Gambar 1. Bagan Alur & Mekanisme
Pendataan Penduduk Miskin
B. SOSIALISASI & PEMBENTUKAN TIM PENDATAAN
a. Pengertian
Sosialisasi yang dimaksudkan di sini adalah upaya pemerintah
desa untuk menyampaikan informasi berkait seluk beluk
pendataan penduduk miskin, mulai dari pengertian, tujuan,
manfaat sampai dengan tatacara pendataan serta
pelaporan dan pertanggungjawaban maupun
pihak-pihak yang terlibat. Selain itu, sosialisasi
juga dimaksudkan mendapatkan respon balik dari
masyarakat sehingga pada saat pelaksanaan
Page 31
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
mendapat dukungan penuh karena masyarakat sudah memiliki
pemahaman. Sosialisasi juga dipergunakan sebagai forum untuk
memilih dan membentuk tim pendataan yang nantinya akan
mempunyai tugas melakukan pendataan secara langsung kepada
masyarakat desa.
b. Tujuan
Adanya pemahaman tentang pentingnya data kemiskinan yang
akurat, valid yang disusun secara partisipatf.
Warga masyarakat memahami tentang pengertian pendataan,
dasar hukum, tujuan dan manfaat serta hak dan kewajiban
masing-masing pihak.
Warga masyarakat memahami tahapan, mekanisme, metode,
pihak yang harus terlibat, tim yang akan memfasilitasi proses
serta perkiraan waktu yang diperlukan dalam pendataan
penduduk miskin
c. Metode
Ceramah dan Tanya Jawab
d. Keluaran
Peserta benar-benar memahami seluk beluk pendataan mulai
dari awal sampai akhir yang berupa data kemiskinan desa
selanjutnya memberikan dukungan penuh terhadap setiap
tahapan pelaksanaan pendataan.
Terbentuknya Tim Pendataan sesuai kebutuhan dan ditetapkan
dengan Keputusan Kepala Desa. Tim Pendataan diharapkan
memenuhi kriteria minimal mempunyai kemauan, pengalaman,
kejujuran, komitmen dan integritas
Adanya kesepakatan awal rencana kegiatan pendataan
Dokumen Proses, meliputi : Undangan, Daftar yang diundang,
Daftar Hadir, Notulen, Berita Acara dan Foto Kegiatan
e. Peserta
Pemerintah Desa
BPD
Lembaga Kemasyarakatan Desa
Tokoh Agama
Tokoh Masyarakat
Keterwakilan Perempuan
Masyarakat/Warga Miskin
Dunia usaha
Pemangku kepentingan lainnya
f. Narasumber
Kepala Desa
TKP2KD
Page 32
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Camat
Lembaga Swadaya Masyarakat
g. Panitia dan Fasilitator
Panitia penyelenggara adalah Pemerintah Desa
Fasilitator adalah TKP2KDes
C. PEMBEKALAN TIM PENDATAAN
a. Pembekalan bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan Tim
Pendataan dalam pengumpulan data penduduk miskin dan
memasukkan data kedalam sistem aplikasi komputer.
b. Peserta pembekalan adalah tim Pendataan
c. Pembekalan diselenggarakan oleh pemerintah desa
d. Pembekalan difasilitasi oleh TKP2KDes
e. Narasumber pembekalan adalah :
Kepala Desa
TKP2KD
Camat
Lembaga Swadaya Masyarakat
f. Materi pembekalan adalah :
Perbup Tentang Kriteria dan
Tata Cara Pendataan Penduduk
Miskin
Mekanisme dan Tahapan Pendataan
Penduduk Miskin
Teknik Wawancara
Form kuesioner pendataan penduduk miskin
Entri data
Tugas dan kewenangan Tim Pendataan
D. PENENTUAN POPULASI PENDUDUK MISKIN SEMENTARA
a. Penentuan populasi penduduk miskin sementara dilakukan dengan
membuat Daftar Calon Rumah Tangga Miskin Sementara yang
diperoleh dari data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS)
tahun terakhir oleh BPS ditambah usulan baru dari masyarakat
secara partisipatif.
b. Daftar Calon rumah Tangga Miskin Sementara, dimusyawarahkan
dengan masyarakat dan dilakukan secara berjenjang mulai dari
tingkat RT, Dusun, Desa.
1. Musyawarah RT
a. Musyawarah RT dilaksanakan dalam rangka menentukan
daftar calon rumah tangga miskin sementara di tingkat RT
b. Musyawarah RT diselenggarakan oleh ketua/pengurus RT
Page 33
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
c. Musyawarah RT difasilitasi oleh TKP2KDes
d. Peserta musyawarah RT terdiri dari
unsur:
Tokoh Masyarakat
Tokoh Agama
Keterwakilan Perempuan
Warga miskin
Dunia usaha
Pemangku kepentingan
lainnya
e. Keluaran/ output dari
Musyawarah RT adalah Daftar Calon
Rumah Tangga Miskin Sementara Tingkat RT
f. Hasil Musyawarah RT dituangkan dalam Berita Acara
2. Musyawarah Dusun
a. Musyawarah Dusun dilaksanakan dalam rangka
memusyawarahkan hasil musyawarah RT penentuan Daftar
Calon Rumah Tangga Miskin Sementara
b. Musyawarah Dusun diselenggarakan oleh Kepala Dusun
c. Musyawarah Dusun difasilitasi oleh TKP2Kdes
d. Peserta musyawarah dusun terdiri dari unsur:
Tokoh Masyarakat
Tokoh Agama
Keterwakilan Perempuan
Warga miskin
Dunia usaha
Pemangku kepentingan lainnya
e. Keluaran/ output dari Musyawarah Dusun adalah Daftar
Calon Rumah Tangga Miskin Sementara tingkat Dusun
f. Hasil Musyawarah Dusun dituangkan dalam Berita Acara
3. Musyawarah Desa
a. Musyawarah Desa dilaksanakan dalam rangka
memusyawarahkan hasil musyawarah
dusun penentuan Daftar Calon
Rumah Tangga Miskin
Sementara
b. Musyawarah Desa
diselenggarakan oleh Badan
Permusyawaratan Desa
c. Musyawarah Desa
difasilitasi oleh TKP2KDes
Page 34
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
d. Peserta musyawarah desa terdiri dari unsur:
Pemerintah desa
BPD
Lembaga Kemasyarakatan Desa
Tokoh Masyarakat
Tokoh Agama
Keterwakilan Perempuan
Warga miskin
Dunia usaha
Pemangku kepentingan lainnya
e. Keluaran/ output dari Musyawarah Desa adalah Daftar Calon
Rumah Tangga Miskin Sementara Tingkat desa
f. Hasil Musyawarah Desa dituangkan dalam Berita Acara
4. Publikasi Hasil Musyawarah Desa
a. Hasil Musyawarah Desa berupa Daftar Calon Rumah Tangga
Miskin Sementara dipublikasikan selama 7 hari untuk
mendapatkan tanggapan/sanggahan dari masyarakat
b. Publikasi Hasil Musyawarah Desa dapat dilakukan dalam
bentuk:
Papan Pengumuman
Selebaran/pamphlet/poster
Forum musyawarah formal/ non formal
Dll
c. Publikasi Daftar Calon Rumah Tangga Miskin Sementara
dilaksanakan oleh TKP2KDes dengan memperhatikan hak-
hak pribadi yang dilindungi Undang-Undang
5. Verifikasi dan Penetapan Daftar Rumah Tangga Miskin
Sementara
a. Masa sanggah terhadap Daftar Calon Rumah Tangga Miskin
Sementara adalah 7 (tujuh) hari sejak musyawarah desa.
b. Apabila terdapat sanggahan, maka dilakukan verifikasi oleh
TKP2KDes dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari sejak
sanggahan diterima.
c. Apabila selama masa sanggah
tidak ada sanggahan, maka Daftar
Calon Rumah Tangga Miskin
Sementara ditetapkan sebagai
Daftar Rumah Tangga Miskin
Sementara dan digunakan
sebagai acuan Pendataan.
Page 35
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
E. PENENTUAN PENDUDUK MISKIN
Penentuan Penduduk miskin, didasarkan pada isian formulir
pendataan yang dilakukan pada populasi rumah tangga miskin
sementara yang sudah diolah dengan menggunakan aplikasi berbasis
komputer dan sudah melalui proses sanggahan, baik setelah
musyawarah RT, musyawarah dusun maupun musyawarah desa.
Setiap sanggahan akan dilakukan verifikasi oleh TKP2KDes sesuai
dengan materi sanggahan yang diterima.
1. Pendataanan Penduduk Miskin
a. Basis pendataan penduduk miskin adalah Daftar Rumah
Tangga Miskin Sementara.
b. Pendataan dilaksanakan oleh petugas Pendataan
c. Pendataan dilaksanakan dengan cara petugas pendataan
datang ke setiap rumah tangga miskin sementara atau dengan
mengumpulkan ± 10 rumah tangga miskin sementara dan
mengisi kuesioner pendataan penduduk miskin.
2. Entri dan Pengolahan Data Pendataanan Penduduk Miskin
a. Entri data hasil Pendataan menggunakan sistem aplikasi
komputer
b. Entri data hasil Pendataan dilaksanakan oleh Tim Pendataan
c. Sistem aplikasi komputer mengelola data hasil Pendataan,
keluarannya berupa Data Agregat dan Daftar
Rumah Tangga dengan kriteria:
1. Kriteria Sangat Miskin
2. Kriteria Miskin
3. Kriteria Hampir Miskin
4. Kriteria Rentan Miskin
5. Kriteria Tidak Miskin
d. Dari hasil entri dan pengolahan data
tersebut, di buat Daftar Rumah Tangga Miskin,
Daftar Rumah Tangga Non Miskin dan Data Agregat.
3. Publikasi Hasil Entri dan Pengolahan Data
a. TKP2KDes mempublikasikan Daftar Rumah Tangga Miskin,
Daftar Rumah Tangga Non Miskin dan Data Agregat.
b. Publikasi dapat dilakukan dalam bentuk:
Papan pengumuman
Selebaran/pamphlet/poster
Forum musyawarah formal/ non formal
Dll
c. Publikasi Daftar Rumah Tangga Miskin,
Daftar Rumah Tangga Non Miskin dan Data
Page 36
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Agregat dilaksanakan oleh TKP2KDes dengan memperhatikan
hak-hak pribadi yang dilindungi Undang-Undang
4. Verifikasi dan Penetapan Data Penduduk Miskin
a. Masa sanggah terhadap Daftar Rumah Tangga Miskin, Daftar
Rumah Tangga Tidak Miskin dan Data Agregat adalah 7 hari
sejak diumumkan
b. Apabila terdapat sanggahan, maka dilakukan verifikasi oleh
TKP2KDes dalam waktu paling lama 3 hari sejak sanggahan
diterima.
c. Apabila selama masa sanggah tidak ada sanggahan, maka
Daftar Rumah Tangga Miskin ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Desa tentang Daftar Rumah Tangga Miskin Desa.
Page 37
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
BAB VI
ETIKA DAN INSTRUMEN PENDATAAN
Pengumpulan data dilakukan dengan mengunjungi rumah tangga
sebagai objek pendataan atau dengan mengumpulkan beberapa rumah
tangga sesuai dengan petunjuk yang diberikan dalam buku pedoman ini.
A. ETIKA PENDATAAN
1. Etika Bertamu
Etika bertamu menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan
dalam sebuah pendataan, sehingga nara sumber/responden
merasa nyaman saat petugas pendataan berkunjung untuk
melakukan wawancara. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
pada saat bertamu atau melakukan
kunjungan, diantaranya sebagai
berikut:
Buatlah janji atau pemberitahuan
kunjungan pendataan kepada
nara sumber/responden.
Hindari waktu-waktu istirahat
atau waktu yang terlalu
pagi/malam saat melakukan kunjungan kepada
nara sumber/responden.
Gunakan pakaian yang pantas dan sopan saat mengunjungi
nara sumber/responden.
Mengucapkan salam dan mengetuk pintu sebelum masuk ke
dalam rumah
Jangan masuk/menikmati hidangan sebelum dipersilahkan
oleh nara sumber/responden sebagai pemilik rumah.
Sebelum menyampaikan maksud kedatangan, bangun rapport
(hubungan baik) dengan pemilik rumah. Misal: menanyakan
kabar dll.
Sampaikan maksud kunjungan dengan kata yang sopan dan
tidak menyakiti nara sumber/responden sebagai pemilik
rumah.
Beperilaku dan bertutur kata dengan sopan saat melakukan
kunjungan.
Gunakan intonasi yang sewajarnya saat berbicara/bertanya.
Perhatikan jangka waktu saat berkunjung untuk melakukan
wawancara, usahakan jangan terlalu lama saat berkunjung
Berpamitanlah dan mengucapkan terima kasih kepada nara
sumber/responden sebelum meninggalkan rumah
Page 38
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
2. Etika Wawancara
Etika wawancara adalah sebuah metode untuk melakukan
wawancara dengan cara yang baik. Dengan berpegang pada etika
wawancara, nara sumber akan lebih terbuka dalam proses
wawancara sehingga maksud
dan tujuan wawancara bisa
tercapai.
Agar mendapatkan hasil
wawancara yang baik, ada
beberapa hal yang perlu
diperhatikan, diantaranya
adalah:
Lakukan persiapan sebelum melaksanakan wawancara.
Persiapan tersebut menyangkut outline wawancara,
penguasaan materi wawancara, pengenalan mengenai
karakter/sifat/kebiasaan orang yang akan diwawancarai dan
sebagainya.
Taatilah norma-norma yang berlaku di tempat pelaksanaan
wawancara.
Dalam melakukan wawancara, tim pendataan boleh didampingi
oleh TKP2KDes dan atau/ RT setempat.
Wawancara dimulai dengan memperkenalkan diri dan
menjelaskan maksud kedatangan Saudara sebagai petugas
pendataan.
Sampaikan pertanyaan dengan bahasa yang mudah dipahami
oleh nara sumber/responden, dimulai dari petanyaan-
pertanyaan yang mudah.
Hindari menyampaikan pertanyaan yang umum, sampaikan
pertanyaan yang bersifat khusus. Hal ini sangat membantu
untuk memfokusan jawaban nara sumber/responden.
Hindari pengajuan dua pertanyaan atau lebih dalam satu kali
bertanya.
Dengar dan perhatikanlah saat nara sumber/responden
menjawab pertanyaan.
Boleh menyela apabila jawaban nara sumber/responden lari
dari topik, selalah nara sumber/responden dengan sopan.
Boleh melakukan pendalaman terhadap jawaban nara
sumber/responden dengan menyampaikan beberapa
pertanyaan tambahan.
Janganlah memberikan tanggapan/kesan yang tidak baik
terhadap jawaban yang diberikan nara sumber/responden.
Page 39
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Janganlah mendebat jawaban yang disampaikan nara
sumber/responden.
Perhatikan komunikasi dengan nara sumber/responden agar ia
tidak merasa segan untuk memberi jawaban yang tepat dan
benar.
Dalam melakukan pendataan, petugas pendata akan menemui
berbagai macam sikap tuan rumah/responden. Gunakan
kecakapan, kesabaran dan keramahan agar wawancara
berhasil.
Jika tuan rumah/responden membelokkan percakapan ke hal-
hal yang menyimpang dari tujuan pendataan, kembalikanlah
pembicaraan secara bijaksana ke arah instrumen pendataan
Setelah selesai melakukan pendataan jangan lupa ucapkan
terima kasih atas bantuan tuan rumah/responden. Sampaikan
kepada tuan rumah/responden bahwa ada kemungkinan
petugas akan datang kembali bila ada keterangan yang masih
diperlukan ataupun untuk melakukan verifikasi data.
Bila dibutuhkan bisa menggunakan alat bantu berupa alat
rekam, kamera dll.
3. Etika Pengisian Instrumen/Formulir Pendataan
Sebelum pada tata cara pengisian Instrumen/Formulir pendataan,
perlu diperhatikan etika pengisian Instrumen/Formulir pendataan
terlebih dahulu. Ada beberapa etika pengisian Instrumen/Formulir
pendataan yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut:
Dalam pengisian instrumen pendataan tidak boleh melenceng
dari instruksi yang ada dalam formulir pendataan.
Menuliskan sesuai dengan jawaban nara sumber/responden
Usahakan tidak memperlihatkan Instrumen/Formulir
pendataan kepada responden
Mengisi dengan alat tulis yang mudah digunakan oleh pendata
Jangan membuat kesan bahwa jawaban nara
sumber/responden sedang di tulis oleh anda, sehingga nara
sumber/responden dapat dengan leluasa menceritakan apa
yang anda tanyakan.
B. INSTRUMEN/ FORMULIR PENDATAAN
Instrumen/ formulir adalah sebuah lembar yang berisi
beberapa pertanyaan formal yang harus diisi.
Pertanyaan formal yang dimaksud dalam
formulir ini adalah pertanyaan yang
berhubungan dengan indikator dan variabel
Page 40
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
kemiskinan di kabupaten Kebumen
Dalam pengisian instrumen pendataan, perlu diperhatikan aturan
yang berlaku pada setiap rincian ataupun pertanyaan tertentu. Pada
dasarnya, cara pengisian rincian atau pertanyaan dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Menuliskan nama/keterangan di tempat yang tersedia kemudian
membubuhkan kode yang sesuai dengan nama/keterangan yang
dimaksud pada kotak yang tersedia
2. Memberi tanda silang ( X ) atau melingkari ( ) pada kode
jawaban.
3. Memberi tanda silang ( X ) melingkari ( ) pada kode jawaban,
kemudian menuliskan isian pada formulir.
4. Apabila ada tambahan informasi dapat menuliskan di kuesioner
atau lembar tersendiri
Instrumen/formulir pendataan sebagaimana terlampir bertujuan
untuk memperoleh keterangan/informasi mengenai data penduduk
berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan.
BLOK I : KETERANGAN ALAMAT (Diisi sesuai Kartu Keluarga)
Blok ini bertujuan untuk mengetahui lokasi rumah tangga yang
menjadi obyek pendataan
Rincian 1 dan 2 : sudah jelas
Rincian 3 s.d 5 : Kecamatan, Desa/Kelurahan dan Dusun
Tuliskan nama Kecamatan, Desa/Kelurahan dan Dusun. Pada kolom
Kecamatan dan Desa/Kelurahan, coret salah satu yang tidak perlu.
Tulis Kode untuk rincian Kecamatan dan Desa/Kelurahan pada
kolom yang tersedia. Data kode wilayah Kecamatan dan
Desa/Kelurahan terlampir.
Rincian 6 : RT/RW
Tuliskan nomor Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) dengan
angka, masing-masing dua digit pada kotak yang tersedia.
Contoh untuk rumah tangga yang tinggal di RT
01/RW IV maka ditulis Rt = 01 dan RW =
04.
Rincian 7 : No. Kartu Keluarga
Tuliskan Nomor Kartu Keluarga
sebagaimana yang tercantum pada Kartu
Keluarga pada kotak yang tersedia. Jika
terdapat lebih dari satu keluarga, maka
tuliskan Nomor Kartu Keluarga Kepala Rumah Tangga.
Page 41
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Rincian 8 : Klaster
Tuliskan klaster desa tersebut sesuai dengan ketentuan klaster yang
ada di Kabupaten Kebumen. Klaster terdiri dari 5, yaitu:
1. Klaster Perkotaan, meliputi Kecamatan Prembun, Kecamatan
Kutowinangun, Kecamatan Kebumen, Kecamatan Pejagoan,
Kecamatan Sruweng, Kecamatan Karanganyar, dan Kecamatan
Gombong
2. Klaster Pesisir, meliputi Kecamatan Mirit, Kecamatan Ambal,
Kecamatan Buluspesantren, Kecamatan Klirong, Kecamatan
Petanahan dan Kecamatan Puring
3. Klaster Pesisir Bergunung, meliputi Kecamatan Ayah dan
Kecamatan Buayan;
4. Klaster Pegunungan, meliputi Kecamatan Padureso, Kecamatan
Poncowarno, Kecamatan Karangsambung, Kecamatan Sadang,
Kecamatan Karanggayam, Kecamatan Sempor, Kecamatan
Rowokele dan Kecamatan Alian
5. Klaster Bonorawan, meliputi Kecamatan Bonorowo, Kecamatan
Adimulyo dan Kecamatan Kuwarasan
BLOK II : KETERANGAN SOSIAL EKONOMI ANGGOTA RUMAH
TANGGA
Blok ini ditujukan untuk mengetahui
keterangan dan kondisi Sosial dan
Ekonomi anggota rumah tangga
sebagai obyek pendataan.
Kolom (1) : Nomor Urut Anggota
Rumah Tangga
Tuliskan nomor urut anggota rumah tangga
mulai nomor 1 dari kepala rumah tangga hingga hingga nomor
terakhir untuk anggota terakhir. Banyaknya baris yang terisi
menunjukkan banyaknya jumlah anggota rumah tangga.
Kolom (2) : Nama Anggota Rumah Tangga
Tuliskan secara lengkap nama setiap anggota rumah tangga urut
mulai dari kepala rumah tangga, suami/istri, anak, menantu, cucu,
anggota rumah tangga lain dan lainnya.
Gambar 1. Kuesioner Blok I
Page 42
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Anggota Rumah Tangga adalah semua orang yang biasanya tinggal
disuatu rumah tangga, baik yang berada di rumah pada waktu
pencacahan maupun sementara tidak ada (de jure). Anggota rumah
tangga yang bepergian 6 bulan atau lebih, dan anggota rumah tangga
yang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan
pindah/akan meninggalkan rumah 6 bulan atau lebih, tidak dianggap
sebagai angggota rumah tangga. Tamu yang telah tinggal di rumah
tangga selama 6 bulan atau lebih maupun kurang dari 6 bulan tetapi
berniat akan bertempat tinggal 6 bulan atau lebih, dianggap sebagai
anggota rumah tangga (de facto).
Kolom (3) : Nomor Induk Kependudukan (NIK)
Tuliskan Nomor Induk Kependudukan (NIK) pada kotak yang sudah
disediakan bagi anggota rumah tangga yang sudah memiliki NIK
sesuai dengan yang tercantum pada dokumen administrasi
kependudukan (KK/ Akte Kelahrian/ KTP)
Kolom (4) : Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga
Isikan kode hubungan setiap anggota rumah tangga dengan kepala
rumah tangga.
Keterangan kode kolom (4) Hubungan dengan Kepala
Rumah Tangga:
1. Kepala RT 2. Istri/ Suami
3. Anak 4. Menantu
5. Cucu 6. Orang Tua/
Mertua 7. Famili Lain 8. Lainnya
Kolom (5) : Hubungan dengan Kepala Keluarga
Isikan kode hubungan setiap anggota rumah tangga dengan kepala
keluarga.
Keterangan kode kolom (5) Hubungan dengan Kepala Keluarga:
1. Kepala Keluarga 2. Istri/ Suami 3. Anak
4. Menantu
5. Cucu 6. Orang Tua/
Mertua
7. Famili Lain 8. Lainnya
Catatan: Jika terdapat lebih dari satu keluarga dalam satu rumah
tangga, maka terdapat lebih dari satu Kepala Keluarga.
Kolom (6) : Jenis Kelamin
Isikan kode 1 untuk anggota rumah tangga berjenis kelamin laki-laki
dan isikan kode 2 untuk anggota rumah tangga berjenis kelamin
perempuan.
Page 43
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Kolom (7) : Bulan dan tahun lahir
Isikan bulan lahir setiap anggota rumah tangga dengan angka dua
digit pada kotak yang tersedia Isikan dua digit terakhir tahun lahir
untuk setiap anggota rumah tangga pada kotak yang tersedia.
Kolom (8) : Status Perkawinan
Isikan kode status perkawinan masing-masing anggota rumah tangga.
Keterangan kode kolom (8).
1. Belum Kawin 2. Kawin
3. Cerai Hidup 4. Cerai Mati
Keterangan:
Kawin adalah seseorang yang mempunyai istri (bagi laki-laki) atau
suami (bagi perempuan) pada saat pendataan, baik tinggal bersama
maupun terpisah, mencakup mereka yang kawin sah secara hukum
maupun agama dan adat.
Cerai hidup adalah status dari mereka yang hidup berpisah sebagai
suami istri karena bercerai dan belum kawin lagi.
Cerai mati adalah status dari mereka yang di tinggal mati oleh
suami/istrinya dan belum kawin lagi.
Kolom (9) : Kepemilikan Kartu Identitas
Isikan kode Kepemilikan Kartu Identitas masing-masing anggota
rumah tangga:
1. Tidak memiliki kartu
identitas
2. Hanya memiliki KTP
3. Hanya memiliki SIM
4. Memiliki KTP dan SIM
Kolom (10) : Status Kependudukan
Isikan kode 1 jika anggota rumah tangga adalah penduduk tetap dan
kode 2 jika anggota rumah tangga adalah penduduk pendatang.
Keterangan:
Penduduk tetap adalah penduduk yang secara administrasi
kependudukan terdaftar sebagai penduduk wilayah tersebut dengan
dibuktikan kartu identitas setempat atau administrasi lainnya.
Penduduk Pendatang adalah penduduk yang secara administrasi
kependudukan tidak terdaftar sebagai penduduk wilayah
tersebut.
Kolom (11) : Jenis Cacat
Kolom 11 ditujukan untuk mengetahui apakah
terdapat anggota rumah tangga yang menderita
cacat fisik atau mental. Isikan kode kolom (11)
pada kotak yang tersedia.
Page 44
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Kode Kolom (11) Jenis Cacat:
0. Tidak cacat 1. Tuna Daksa/Cacat Tubuh 2. Tuna Netra/Buta 3. Tuna Rungu 4. Tuna Wicara 5. Tuna Rungu dan Wicara 6. Tuna Netra dan Cacat
Tubuh
7. Tuna Netra, Rungu dan Wicara 8. Tuna Rungu, Wicara dan Cacat Tubuh 9. Tuna Tungu, Wicara, Netra dan Cacat
tubuh 10. Cacat Mental Retardasi 11. Mantan Penderita Gangguan Jiwa 12. Cacat Fisik dan Mental
Tuna daksa adalah bentuk kelainan atau kecacatan pada sistem
otot, tulang, persendian dan saraf yang disebabkan oleh penyakit,
virus, dan kecelakaan baik yang terjadi sebelum lahir, saat lahir dan
sesudah kelahiran.
Cacat Mental Retardasi atau yang biasa disebut keterbelakangan
mental adalah keadaan dengan tingkat kecerdasan di bawah rata-rata
atau kurangnya kemampuan mental dan keterampilan yang
diperlukan dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari.
Cacat Fisik dan Mental adalah keadaan seseorang yang
menyandang dua jenis kecacatan sekaligus, yaitu kecacatan yang
mengakibatkan gangguan pada fungsi tubuh, antara lain gerak
tubuh, penglihatan, pendengaran, dan kemampuan bicara dan
kelainan mental dan/atau tingkah laku, baik cacat bawaan maupun
akibat dari penyakit.
Kolom (12) : Penyakit Kronis/ Menahun
Kolom 12 ditujukan untuk mengetahui
apakah terdapat anggota keluarga yang
menderita penyakit kronis/menahun.
Isikan kode yang sesuai dengan kondisi
masing-masing anggota keluarga pada kotak yang tersedia.
Kode kolom (12) Penyakit Kronis/ Menahun:
1. Tidak ada
2. Hipertensi (tekanan darah tinggi)
3. Rematik 4. Asthma 5. Masalah Jantung
6. Tuberculosis (TBC)
7. Stroke 8. Kanker atau Tumor Ganas
9. Lainnya (gagal ginjal, paru-paru, flek, HIV dll)
10. Diabetes (kencing manis)
Kolom (13) : Pendidikan dalam KK
Isikan kode tingkat pendidikan masing-masing anggota rumah tangga
sebagaimana yang tercantum dalam Kartu Keluarga
Kode Kolom (13) Pendidikan dalam KK.
0. Tidak/Belum Sekolah 1. Tidak Tamat
SD/Sederajat
5. Diploma I/ II 6. Akademi/ Diploma III/ Sarjana
Muda
Page 45
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
2. Tamat SD/Sederajat 3. Tamat SLTP/Sederajat
4. Tamat SLTA/Sederajat
7. Diploma IV/ Strata I 8. Strata II
9. Strata III
Kolom (14) : Pendidikan yang Sedang
Ditempuh
Isikan kode tingkat pendidikan terakhir
masing-masing anggota rumah tangga yang
sedang dijalani saat ini.
Kode Kolom (14) Pendidikan yang Sedang
Ditempuh:
0. Tidak/Belum Sekolah 1. Sedang TK/ Kelompok Bermain
2. Tidak Pernah Sekolah 3. Sedang Tamat SD/Sederajat 4. Sedang SD/Sederajat
5. Sedang SLTP/Sederajat
6. Sedang SLTA/Sederajat 7. Sedang Diploma I
8. Sedang Diploma II 9. Sedang Strata I 10. Sedang Strata II
11. Sedang Strata III
Kolom (15) : Pendidikan Yang Telah Ditempuh
Isikan kode tingkat pendidikan terakhir masing-masing anggota
rumah tangga yang telah ditempuh atau ijazah terakhir yang dimiliki.
Kode kolom (15) sama dengan kode kolom (13)
Kolom (16) : Apakah bekerja dalam seminggu yang lalu?
Isikan kode 1 pada kotak yang tersedia jika dalam seminggu yang lalu
bekerja, dan selanjutnya isikan pada dua kotak disebelahnya, berapa
jam dalam waktu seminggu itu bekerja.
Isikan kode 2 jika dalam seminggu yang lalu untuk sementara tidak
bekerja dan isikan kode 3 jika sudah tidak bekerja, dan selanjutnya
kosongkan dua kotak disebelahnya.
Kolom (17) : Lapangan Usaha dari Pekerjaan Utama
Kolom 17 ditujukan untuk mengetahui jenis lapangan usaha untuk
pekerjaan utama yang dijalani oleh setiap anggota rumah tangga yang
bekerja. Isikan kode yang sesuai untuk jenis pekerjaannya. Kode
Lapangan Usaha dari Pekerjaan Utama :
Kode kolom (17): Lapangan Usaha dari Pekerjaan Utama
0. Tidak/ Belum Bekerja 1. Pertanian Tanaman Padi &
Palawija 2. Hortikultura
3. Perkebunan 4. Perikanan Tangkap 5. Perikanan Budidaya
6. Peternakan
Page 46
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
7. Kehutanan & Pertanian lainnya 8. Pertambangan/Penggalian
9. Industri Pengolahan 10. Listrik dan Gas
Hortikultura merupakan salah satu metode budidaya pertanian yang
menggunakan teknik kultur jaringan biasanya dilakukan dengan cara
pembibitan seperti pembibitan tanaman buah, tanaman bunga,
tanaman sayuran, tanaman obat-obatan, dan taman.
Kolom (18) : Status Kedudukan dalam Pekerjaan Utama
Isikan kode sesuai dengan status pekerjaan utama anggota rumah
tangga.
Kode kolom (18) status kedudukan dalam pekerjaan utama :
1. Berusaha sendiri
2. Berusaha dibantu buruh tidak tetap/tidak dibayar 3. Berusaha dibantu buruh tetap/dibayar 4. Buruh/karyawan/pegawai swasta
5. PNS/TNI-POLRI/BUMN/BUMD, Anggota Legislatif 6. Pekerja Bebas
7. Pekerja keluarga/tidak dibayar
BLOK III : KETERANGAN POKOK RUMAH TANGGA
Blok ini ditujukan untuk mengetahui kondisi pokok rumah tangga
sebagai obyek pendataan. Melalui proses pengolahan blok ini akan
diperoleh 5 (lima) kriteria yaitu:
1. Penduduk sangat miskin
2. Penduduk miskin
3. Penduduk hampir miskin
4. Penduduk rentan miskin
5. Penduduk tidak miskin
Gambar 2. Kuesioner Blok II
Page 47
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Rincian 1 : Pendapatan Rumah Tangga per Kapita per Bulan
Pendapatan perkapita per bulan adalah besarnya pendapatan rata-
rata setiap anggota rumah tangga per bulan.
Pendapatan perkapita diperoleh dari hasil
pembagian dari total pendapatan rumah tangga
dengan jumlah anggota rumah tangga.
Lingkari atau beri tanda silang pada kode jawaban
yang sesuai dengan pendapatan rumah tangga per
kapita per bulan
Kode 1 : lebih dari 1 juta Kode 2 : lebih dari 750 ribu s/d 1 juta
Kode 3 : lebih dari 500 ribu s/d 750 ribu Kode 4 : 500 ribu atau kurang
Rincian 2 : Mendapatkan Program/Bantuan dari Pemerintah
Lingkari atau beri tanda silang pada kode jawaban yang sesuai
dengan pilihan, mendapatkan atau tidak mendapatkan
program/bantuan, jika mendapatkan program/bantuan dari
pemerintah maka sebutkan sesuai dengan program/bantuan yang
diperoleh.
Kode 1 : Tidak mendapatkan Program/ Bantuan
Kode 2 : Mendapatkan Program/ Bantuan, sebutkan a. PKH (Program Keluarga Harapan)
b. Raskin c. Jamkesmas/Jamkesda/JKN d. Bantuan Siswa Miskin (BSM)
e. BLT/ BLSM
f. Pemugaran Rumah
g. Program Lainnya
Rincian 3 : Rata-rata Makan per Hari
Lingkari atau beri tanda silang pada kode jawaban yang sesuai
dengan rata-rata makan per hari setiap anggota rumah tangga
Kode 1 : makan 3 kali sehari atau lebih Kode 2 : makan 2 kali sehari atau kurang
Rincian 4 : Dalam Satu Minggu Mampu Membeli
Daging/Unggas/Susu/Ikan
Lingkari atau beri tanda silang pada kode jawaban yang sesuai
dengan kemampuan membeli daging/unggas/susu/ikan dalam satu
minggu.
Kode 1 : Mampu dan untuk dikonsumsi
Kode 2 : Mampu tetapi tidak dikonsumsi, berikan alasan Kode 3 : Tidak mampu
Rincian 5 : Pelayanan Kesehatan
yang Bisa Diakses untuk Berobat
Lingkari atau beri tanda silang pada
kode jawaban yang sesuai dengan
Page 48
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
pelayanan kesehatan yang bisa diakses untuk berobat.
Kode 1 : Rumah Sakit Umum Kelas VVIP, VIP, Kelas 1 dan 2 Kode 2 : Klinik
Kode 3 : Mantri/Bidan Kode 4 : Rumah Sakit Umum Kelas 3 Kode 5 : Puskesmas
Kode 6 : Pustu (Puskesmas Pembantu) Kode 7 : PKD (Pelayanan Kesehatan Dasar)
Kode 8 : Alternatif
Pembagian ruangan/ kelas pada Rumah Sakit didasarkan pada
pembedaan fasilitas dan pelayanan. Secara umum pembagian kelas
pada Rumah Sakit adalah Kelas VVIP, Kelas VIP, Kelas I, Kelas 2 dan
Kelas 3.
Rincian 6 : Penggunaan/Pemakaian Alat KB
Lingkari atau beri tanda silang pada kode jawaban yang sesuai
dengan penggunaan/pemakaian alat KB.
Kode 1 : KB Mandiri Kode 2 : KB Subsidi
Kode 3 : Program KB
KB Mandiri
KB Subsidi
Program KB
:
:
:
Adalah kesadaran untuk mengikuti program KB
secara mandiri dan dengan biaya sendiri/ orang
yang tidak menggunakan Alat KB karena bukan
alasan ekonomi.
Adalah program KB yang mendapatkan subsidi
Merupakan program pelayanan KB dan alat
kontrasepsi bagi keluarga miskin
Rincian 7 : Status Penguasaan Bangunan Tempat Tinggal yang
Ditempati
Lingkari atau beri tanda silang pada kode jawaban yang sesuai
dengan status penguasaan bangunan tempat tinggal yang ditempati
Kode 1 : Milik Sendiri Kode 2 : Kontrak
Kode 3 : Sewa Kode 4 : Bebas sewa Kode 5 : Milik orang tua/sanak/saudara
Kontrak
Sewa
Bebas sewa
:
:
:
Dengan perjanjian yang bersifat formal dan
menunjukkan kepastian jangka waktu tertentu
Cenderung non formal dan lebih kepada unsur
kepercayaan antar kedua belah pihak
Menempati milik orang lain selain orang
tua/sanak/saudara tanpa uang sewa
Page 49
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Rincian 8 : Jumlah Keluarga dalam Rumah
Tangga
Lingkari atau beri tanda silang pada kode
jawaban yang sesuai dengan jumlah keluarga
dalam rumah tangga
Kode 1 : satu keluarga Kode 2 : lebih dari satu keluarga
Rincian 9 : Luas Lantai Bangunan Tempat
Tinggal
Lingkari atau beri tanda silang pada kode jawaban yang sesuai
dengan luas lantai bangunan tempat tinggal.
Kode 1 : Luas bangunan 8 m2 per orang atau lebih Kode 2 : Luas bangunan kurang dari 8 m2 per orang.
Dicari dengan cara = total luas bangunan (m2) dibagi jumlah anggota
rumah tangga. Jika hasilnya 8 m2 per orang atau lebih isikan kode 1.
Jika hasilnya kurang dari 8 m2 per orang isikan kode 2.
Rincian 10 : Jenis Lantai Tempat Tinggal Terluas
Lingkari atau beri tanda silang pada kode jawaban yang sesuai
dengan jenis lantai tempat tinggal terluas/paling
banyak terbuat dari:
Kode 1 : Marmer/batu alam
Kode 2 : Keramik Kode 3 : Tegel Kode 4 : Semen/plur
Kode 5 : Bata Kode 6 : Tanah
Rincian 11 : Jenis Dinding
Tempat Tinggal Terluas
Lingkari atau beri tanda
silang pada kode jawaban yang
sesuai dengan jenis dinding tempat tinggal terluas/paling banyak
terbuat dari
Kode 1 : Tembok diplester
Kode 2 : Tembok setengah diplester Kode 3 : Tembok tidak diplester
Kode 4 : Kayu kualitas tinggi Kode 5 : Kayu kualitas rendah Kode 6 : Gipsum/triplek
Kode 7 : Bambu/gedek
Tembok diplester
Tembok setengah
diplester
Tembok tidak diplester
:
:
:
Minimal 60% tembok rumah diplester
Minimal 30% tembok rumah diplester
Kurang dari 30% tembok diplester
Page 50
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Kayu kualitas tinggi
Kayu kualitas rendah
:
:
Minimal 60% tembok terbuat dari
kayu kualitas tinggi (jati, mahoni,
kruing, laban, nangka dan sejenisnya)
dan atau diperoleh dari pohon sendiri
Minimal 60% tembok terbuat dari
kayu kualitas rendah (albasia, jabon,
akasia, walikonang dan sejenisnya)
Rincian 12 : Jenis Atap Tempat Tinggal Terluas
Lingkari atau beri tanda silang pada kode jawaban yang sesuai
dengan jenis atap tempat tinggal terluas/paling banyak terbuat dari:
Kode 1 : Beton kualitas tinggi tinggi Kode 2 : Beton kualitas rendah Kode 3 : Genteng kualitas tinggi
Kode 4 : Genteng kualitas rendah Kode 5 : Seng kualitas tinggi Kode 6 : Asbes kualitas
Kode 7 : Seng kualitas rendah
Kode 8 : Asbes kualitas rendah
Kode 9 : Ijuk/rumbia/welid/alang-alang
Beton kualitas tinggi Beton kualitas rendah Genteng kualitas tinggi
Genteng kualitas rendah
Seng kualitas tinggi Asbes kualitas tinggi
Seng kualitas rendah Asbes kualitas rendah
Ijik/rumbia/welid/alang-alang
: : :
:
: :
: :
:
Beton pabrikan/mesin Beton manual (adukan) Genteng kodok, morando, magas
atau sejenisnya Genteng plenthong dan
sejenisnya Multiroof atau sejenisnya Asbes Kerang atau
sejenisnya/asbes tebal Seng biasa/seng dombrang Asbes biasa
atap yang terbuat dari bahan tanaman (daun, pelepah)
Rincian 13 : Sumber Penerangan Utama
Lingkari atau beri tanda silang pada kode jawaban yang sesuai
dengan sumber penerangan utama yang digunakan
Kode 1 : Listrik PLN lebih dari 2.200 Watt Kode 2 : Listik PLN antara 900 – 2.200 Watt Kode 3 : Listrik PLN kurang dari 900 Watt
Kode 4 : Listrik PLN tanpa meteran Kode 5 : Listrik non PLN Kode 6 : Petromak/aladin
Kode 7 : Pelita/sentir/obor/lilin/damar
Page 51
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Rincian 14 : Sumber Air Minum Utama
Lingkari atau beri tanda silang pada kode jawaban yang sesuai
dengan sumber air minum utama
yang digunakan
Kode 1 : Air kemasan bermerk Kode 2 : Air isi ulang
Kode 3 : Ledeng Meteran Kode 4 : Ledeng eceran Kode 5 : Sumur bor/pompa
Kode 6 : Sumur terlindung Kode 7 : Sumur tak terlindung Kode 8 : Mata air terlindung
Kode 9 : Mata air tak terlindung Kode 10 : Air hujan
Ledeng meteran : sumber air minum dari PDAM Ledeng eceran : sumber air minum selain PDAM Sumur terlindung : sumur yang disemen atau beratap
Sumur tak terlindung : sumur yang tidak disemen dan tidak beratap Mata air terlindung : mata air yang yang sudah dikelola
menggunakan bak penampungan Mata air tak terlindung : mata air yang dikelola secara tradisional
Rincian 15 : Bahan Bakar/Energi Utama Untuk Memasak
Lingkari atau beri tanda silang pada kode jawaban yang sesuai
dengan bahan bakar/energi utama yang
digunakan untuk memasak
Kode 1 : Listrik
Kode 2 : Gas/Elpiji Kode 3 : Briket/batubara Kode 4 : Minyak tanah
Kode 5 : Kayu bakar Kode 6 : Sekam/merang
Rincian 16 : Penggunaan Fasilitas Tempat Buang Air Besar
Lingkari atau beri tanda silang pada kode jawaban yang sesuai
dengan penggunaan fasilitas tempat buang air besar
Kode 1 : Sendiri Kode 2 : Bersama (digunakan oleh rumah tangga)
Kode 3 : Umum (digunakan secara umum) Kode 4 : Tidak ada
Bersama : Fasilitas tempat buang air besar
yang digunakan oleh beberapa rumah tangga
Umum : Fasilitas tempat buang air besar
yang digunakan secara umum
Page 52
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Rincian 17 : Tempat Pembuangan Akhir Tinja
Lingkari atau beri tanda silang pada kode jawaban yang sesuai
dengan tempat pembuangan akhir tinja yang digunakan.
Kode 1 : Tangki/SPAL Kode 2 : Kolam/sawah
Kode 3 : Sungai/Laut Kode 4 : Lubang tanah/pantai/tanah lapang/kebun
Rincian 18 : Jarak Tempat Pembuangan Akhir Tinja dari Sumber
Air Minum Utama
Lingkari atau beri tanda silang pada kode jawaban kode yang sesuai
dengan jarak tempat pembuangan akhir tinja dari sumber air minum
Kode 1 : berjarak 10 m atau lebih
Kode 2 : berjarak kurang dari 10 m Kode 3 : jika tidak tahu berapa jaraknya
Rincian 17 : Tempat Pembuangan Akhir Tinja
Lingkari atau beri tanda silang kode jawaban yang sesuai dengan
tempat pembuangan akhir tinja yang digunakan
Kode 1 : Tangki/SPAL Kode 2 : Kolam/sawah
Kode 3 : Sungai/Laut Kode 4 : Lubang tanah/pantai/tanah lapang/kebun
Rincian 18 : Jarak Tempat Pembuangan Akhir Tinja Dari Sumber
Air Minum
Lingkari atau beri tanda silang pada kode jawaban yang sesuai
dengan jarak tempat pembuangan akhir tinja dari sumber air minum
Kode 1 : berjarak 10 m atau lebih Kode 2 : berjarak kurang dari 10 m
Kode 3 : jika tidak tahu berapa jaraknya
Rincian 19 : Kepemilikan Aset (selain tanah, bangunan, emas)
Lingkari atau beri tanda silang pada kode jawaban yang sesuai
dengan kepemilikan aset yang dimiliki selain tanah, bangunan dan
emas
Kode 1 : lebih dari 30 juta Kode 2 : lebih dari 20 juta sampai dengan 30 juta
Kode 3 : lebih dari 10 juta sampai dengan 20 juta Kode 4 : lebih dari 5 juta sampai dengan 10 juta Kode 5 : 5 juta atau kurang
Rincian 20 : Kepemilikan Tanah (selain yang
ditempati)
Lingkari atau beri tanda silang pada kode
jawaban yang sesuai dengan luas tanah yang
dimiliki selain yang ditempati.
Kode 1 : lebih dari 75 ubin (1050 m2 ) Kode 2 : lebih 35 ubin – 75 ubin (490 – 1050 m2 )
Page 53
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Kode 3 : 8 ubin – 35 ubin (112 – 490 m2 ) Kode 4 : 8 ubin (112 m2 ) atau kurang
Kode 5 : tidak punya
Rincian 21 : Kepemilikan Emas
Lingkari atau beri tanda silang pada kode jawaban yang sesuai
dengan banyaknya kepemilikan emas.
Kode 1 : 10 gram atau lebih Kode 2 : kurang dari 10 gram Kode 3 : tidak punya
Rincian 22 : Cara Memperoleh Aset (Paling Banyak)
Lingkari atau beri tanda silang pada kode jawaban yang sesuai
dengan cara memperoleh aset (paling banyak)
Kode 1 : membeli tunai Kode 2 : membeli kredit
Kode 3 : bantuan/hibah/warisan Kode 4 : bagi hasil
Rincian 23 : Kepemilikan Sarana Telekomunikasi
Lingkari atau beri tanda silang pada kode jawaban yang sesuai
dengan kepemilikan sarana telekomunikasi
Kode 1 : Telepon rumah kabel paralel Kode 2 : Telepon rumah kabel tunggal
Kode 3 : memiliki lebih dari 4 HP Kode 4 : memiliki 4 HP atau kurang
Rincian 24 : Pendidikan yang Ditamatkan
oleh Kepala Rumah Tangga
Lingkari atau beri tanda silang pada kode
jawaban kode yang sesuai dengan
Pendidikan yang ditamatkan oleh Kepala
Rumah Tangga
Kode 1 : Sarjana (D4, S1, S2, S3) Kode 2 : Diploma (D1, D2, D3)
Kode 3 : SLTA Sederajat Kode 4 : SLTP Sederajat Kode 5 : SD Sederajat
Kode 6 : Tidak tamat SD Kode 7 : Pesantren Salaf (tanpa kurikulum pendidikan formal) Kode 8 : Tidak pernah sekolah
Rincian 25 : Ketrampilan yang Dimiliki Kepala Rumah Tangga
(selain ketrampilan yang menjadi mata pencaharian utama)
Lingkari atau beri tanda silang pada kode jawaban yang sesuai
dengan ketrampilan yang dimiliki oleh Kepala Rumah Tangga selain
(selain ketrampilan yang menjadi mata pencaharian utama)
Kode 1 : Punya, sebutkan jenis ketrampilannya
Page 54
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Kode 2 : Tidak punya
Rincian 26 : Jenis Pekerjaan Kepala Rumah Tangga
Lingkari atau beri tanda silang pada kode jawaban yang sesuai
dengan Jenis pekerjaan kepala rumah tangga yang menjadi mata
pencaharian utama:
Kode 1 : Tetap Kode 2 : Kontrak
Kode 3 : Buruh harian lepas Kode 4 : Tidak bekerja
Rincian 27 : Kepemilikan Usaha dalam Rumah Tangga
Lingkari atau beri tanda silang pada kode jawaban yang sesuai
dengan jenis kepemilikan usaha
Kode 1 : Sendiri
Kode 2 : Keluarga Kode 3 : Patungan/bagi hasil/kemitraan Kode 4 : Tidak punya
Rincian 28 : Jarak Rumah terhadap Pelayanan Publik Dasar
Lingkari atau beri tanda silang pada kode jawaban yang sesuai
dengan jarak rumah terhadap pelayanan publik dasar (pendidikan,
kesehatan, pemerintahan, pasar dsb)
Kode 1 : Dekat jika jarak kurang dari 1 km
Kode 2 : sedang jika jarak lebih dari 1 km sampai dengan 3 km Kode 3 : Jauh jika jarak lebih dari 3 km
Rincian 29 : Tingkat Kesulitan Rumah
Tangga Terhadap Akses Pelayanan Publik
Dasar
Lingkari atau beri tanda silang pada kode
jawaban yang sesuai dengan tingkat
kesulitan terhadap akses pelayanan publik
dasar
Kode 1 : Mudah jika kurang dari 10 menit Kode 2 : Sedang jika 10 menit sampai 30 menit Kode 3 : Sulit jika lebih dari 30 menit
Rincian 30 : Tingkat Kesulitan Rumah Tangga Terhadap Akses
Pemasaran Hasil Produksi Rumah Tangga
Lingkari atau beri tanda silang pada kode jawaban yang sesuai
dengan mudah tidaknya terhadap 3 (jalan, transportasi dan pasar)
jenis akses pemasaran hasil produksi rumah tangga.
Kode 1 : Mudah jika tersedia 3 (tiga) jenis akses
Kode 2 : Sedang jika tersedia 2 (dua) diantara 3 (tiga) jenis akses
Kode 3 : Sulit jika tersedia hanya 1 (satu) diantara 3 (tiga) jenis akses
Page 55
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Rincian 31 : Membeli lebih dari Satu Stel Pakaian Baru bagi
Setiap Anggota Rumah Tangg Dalam Satu Tahun
Lingkari atau beri tanda silang pada kode jawaban yang tersedia
dengan kode 1 jika dalam satu tahun membeli lebih dari satu stel
pakaian baru bagi setiap anggota keluarga dan kode 2 jika dalam satu
tahun membeli tidak lebih dari satu stel pakaian baru bagi setiap
anggota keluarga.
Rincian 32 : Intensitas Rumah terhadap Bencana
Lingkari atau beri tanda silang pada kode jawaban yang sesuai
dengan intensitas rumah/ tempat tinggal terhadap bencana (banjir,
kebakaran, kekeringan, longsor, dll)
Kode 1 : Rendah jika mengalami bencana sebanyak satu kali atau kurang dalam setahun
Kode 2 : Sedang jika mengalami bencana sebanyak dua sampai tiga
kali dalam setahun Kode 3 : tinggi jika mengalami bencana lebih dari tiga kali dalam
setahun
Rincian 33 : Terdapat Anggota Rumah Tangga yang Berkebutuhan
Khusus (Difabel)
Lingkari atau beri tanda silang pada jawaban yang tersedia dengan
kode 1 jika tidak terdapat anggota rumah tangga yang berkebutuhan
khusus dan isikan kode 2 jika terdapat anggota keluarga yang
berkebutuhan khusus.
Rincian 34 : Terdapat Anggota Rumah Tangga yang Menderita
Penyakit Kronis/Menahun
Lingkari atau beri tanda silang pada jawaban yang tersedia dengan
kode 1 jika tidak terdapat anggota rumah tangga yang menderita
penyakit kronis/menahun dan isikan kode 2 jika terdapat anggota
keluarga yang menderita penyakit kronis/menahun.
Rincian 35 : Dukungan Saluran Irigasi
Lingkari atau beri tanda silang pada kode jawaban yang sesuai
dengan dukungan saluran irigasi terhadap pertanian
Kode 1 : Teknis Kode 2 : Setengah teknis
Kode 3 : Ada saluran pembuangan Kode 4 : Tadah hujan Kode 5 : Tidak ada saluran pembuangan
Rincian 36 : Pemanfaatan Waktu Luang Kepala Rumah Tangga
Lingkari atau beri tanda silang pada kode jawaban yang sesuai
dengan pemanfaatan waktu luang kepala rumah tangga
kode 1 : jika pemanfaatan waktu luang untuk sesuatu yang bersifat produktif, sebutkan.
Page 56
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
kode 2 : jika pemanfaatan waktu luang sesuatu yang bersifat tidak poduktif, sebutkan.
Produktif : kegiatan yang berdampak langsung terhadap peningkatan
nilai ekonomi. Contoh: nyambi dodolan, mancing yang mendapatkan
ikan
Tidak produktif : kegiatan yang tidak berdampak langsung terhadap
peningkatan nilai ekonomi.
BLOK IV : KETERANGAN PETUGAS PENCACAH, PEMERIKSA
(TKP2KDes) & RESPONDEN
Blok ini bertujuan untuk mengetahui bahwa interview menggunakan
formulir pendataan sudah dilaksanakan sesuai dengan prosedur.
Rincian 1 : Tanggal Pencacahan
Isikan tanggal, bulan dan tahun pelaksanaan pencacahan pada
rumah tangga yang menjadi objek pendataan pada kotak yang
tersedia.
Rincian 2 : Nama Petugas Pencacah
Isikan nama lengkap petugas pencacah yang melakukan pencacahan
terhadap rumah tangga yang menjadi objek pendataan.
Rincian 3 : Tanda Tangan Petugas Pencacah
Bubuhkan tanda tangan petugas pencacah yang melakukan
pencacahan terhadap rumah tangga yang menjadi objek pendataan.
Rincian 4 : Tanggal Pemeriksaan
Isikan tanggal, bulan dan tahun pelaksanaan pemerikasaan pada
formulir pendataan yang sudah diisikan oleh petugas pencacah pada
kotak yang tersedia.
Rincian 5 : Nama pemeriksa
Isikan nama lengkap petugas pemeriksa yang melakukan
pemerikasaan pada formulir pendataan yang sudah diisikan oleh
petugas pencacah.
Rincian 6 : Tanda Tangan Petugas Pemeriksa
Bubuhkan tanda tangan petugas pemeriksa yang melakukan
pemerikasaan pada formulir pendataan yang sudah diisikan oleh
petugas pencacah.
Rincian 7 : Nama dan Tanda Tangan Responden
Isikan nama responden yang menjadi narasumber pada saat
pencacahan dan mintakan tanda tangan kepada responden tersebut
sebagai pernyataan bahwa responden telah memberikan informasi
Page 57
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
yang sebenar-benarnya dan informasi tersebut dapat dipergunakan
untuk keperluan pemerintah
Gambar 3. Kuesioner Blok IV
Page 58
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Page 59
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Lampiran 1
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN
NOMOR 20 TAHUN 2012
TENTANG
PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KEBUMEN,
Menimbang : a. bahwa kemiskinan adalah masalah yang bersifat
multidimensi dan multisektor dengan beragam
karakteristiknya dan merupakan kondisi yang
harus segera diatasi untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan manusia bermartabat;
b. bahwa untuk mencapai target penurunan angka
kemiskinan sebagaimana tercantum dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Kabupaten Kebumen Tahun 2005-2025 perlu
dilakukan langkah-langkah strategis dan
terintegrasi berbagai program penanggulangan
kemiskinan;
c. bahwa untuk mengatasi masalah kemiskinan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
mencapai target penurunan angka kemiskinan
sebagaimana dimaksud dalam huruf b, perlu
dilakukan percepatan penanggulangan kemiskinan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c,
perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam
Page 60
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Lingkungan Propinsi Jawa Tengah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 42);
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3209);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4235);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4421);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4438);
8. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang
Pengesahan International Covenant On Economic,
Social And Cultural Rights (Kovenan Internasional
tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya)
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4557);
9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang
Pengesahan International Covenant On Civil and
Page 61
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Politic Right (Kovenan Internasional tentang Hak-
hak Sipil dan Politik) (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 119, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4558);
10. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4846);
11. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4967);
12. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5038);
13. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 161, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5080);
14. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
15. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang
Penanganan Fakir Miskin (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 83,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5235);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950
tentang Penetapan Mulai Berlakunya Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam
Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;
17. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983
tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara
Page 62
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3258) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 90,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5145);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988
tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3373);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4578);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005
tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4587);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008
tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4817);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2010
tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Page 63
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5149);
24. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5294);
25. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007
tentang Pengesahan, Pengundangan dan
Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan;
26. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010
tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan;
27. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II
Kebumen Nomor 3 Tahun 1989 tentang Penyidik
Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Daerah Tingkat II Kebumen (Lembaran
Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Kebumen
Tahun 1989 Nomor 7);
28. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 53
Tahun 2004 tentang Partisipasi Masyarakat dalam
Proses Kebijakan Publik (Lembaran Daerah
Kabupaten Kebumen Tahun 2004 Nomor 64);
29. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 2
Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten
Kebumen Tahun 2007 Nomor 2, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 1);
30. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 11
Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang
Menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah
(Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Tahun
2008 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Kebumen Nomor 22);
31. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 1
Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah Kabupaten Kebumen
Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten
Kebumen Tahun 2010 Nomor 1, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 36);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KEBUMEN
Page 64
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
dan
BUPATI KEBUMEN
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERCEPATAN
PENANGGULANGAN KEMISKINAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Kebumen.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat
Daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah.
3. Bupati adalah Bupati Kebumen.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang
selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kebumen.
5. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas-batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan
adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati
dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia
6. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan
Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan desa.
7. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya
disingkat BPD adalah lembaga yang merupakan
perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan desa.
8. Penduduk adalah penduduk Kabupaten Kebumen
9. Masyarakat adalah perseorangan, keluarga,
kelompok, dan organisasi sosial dan/atau
organisasi kemasyarakatan.
10. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat
yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan
anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan
anaknya.
Page 65
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
11. Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang dan/atau
sekelompok orang, baik laki-laki maupun perempuan tidak
terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupannya yang bermartabat
12. Penduduk miskin adalah seseorang atau kelompok orang yang
tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya.
13. Rumah Tangga Miskin adalah seseorang atau sekelompok
orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik atau
sensus dan umumnya tinggal bersama serta makan dari satu dapur
yang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya.
14. Penanggulangan Kemiskinan adalah kebijakan dan program
Pemerintah, Pemerintah Daerah, yang dilakukan secara
sistematis, terencana, dan bersinergi dengan dunia usaha dan
masyarakat untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dalam
rangka meningkatkan derajat kesejahteraan rakyat.
15. Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang
dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dunia usaha, serta
masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin
melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan
usaha ekonomi mikro dan kecil serta program lain dalam rangka
meningkatkan kegiatan ekonomi.
16. Hak dasar adalah hak masyarakat yang harus dilindungi oleh
Pemerintah Daerah dalam rangka mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat terutama hak
ekonomi, sosial dan budaya.
17. Pelayanan dasar adalah jenis pelayanan publik yang mendasar
dan mutlak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
kehidupan sosial, ekonomi, dan pemerintahan.
18. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD
adalah perangkat daerah pada Pemerintah Daerah selaku pengguna
anggaran dan/atau pengguna barang.
19. Strategi Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Daerah, yang
selanjutnya disingkat SPPKD adalah dokumen strategi percepatan
penanggulangan kemiskinan daerah sebagai rancangan kebijakan
pembangunan daerah di bidang penanggulangan kemiskinan untuk
periode 5 (lima) tahun.
20. Tim Koordinasi Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Daerah
yang selanjutnya disingkat TKP2KD adalah wadah koordinasi lintas
sektor dan lintas pemangku kepentingan untuk percepatan
penanggulangan kemiskinan di Daerah.
21. Tim Koordinasi Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Desa yang
selanjutnya disingkat TKP2KDes adalah wadah koordinasi lintas
sektor dan lintas pemangku kepentingan untuk percepatan
Page 66
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
penanggulangan kemiskinan di desa.
22. Pemangku kepentingan adalah pihak yang langsung atau tidak
langsung mendapatkan manfaat atau dampak dari kebijakan
program penanggulangan kemiskinan.
BAB II
ASAS, TUJUAN, SASARAN DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2
(1) Percepatan penanggulangan kemiskinan dilaksanakan berdasarkan
asas keadilan, keterbukaan, partisipasi, akuntabilitas,
pemberdayaan, keberlanjutan dan keterpaduan.
(2) Percepatan penanggulangan kemiskinan bertujuan untuk :
a. meningkatkan kapasitas dan mengembangkan kemampuan
dasar serta kemampuan berusaha masyarakat miskin;
b. memperkuat peran masyarakat miskin dalam pengambilan
keputusan kebijakan publik yang menjamin penghargaan,
perlindungan, dan pemenuhan hak dasar;
c. mewujudkan kondisi dan lingkungan ekonomi, politik, dan sosial
yang memungkinkan masyarakat miskin dapat memperoleh
kesempatan seluas- luasnya dalam pemenuhan hak dasar dan
peningkatan taraf hidup secara berkelanjutan; dan
d. memberikan rasa aman bagi kelompok masyarakat miskin dan
rentan.
(3) Sasaran percepatan penanggulangan kemiskinan adalah penurunan
angka kemiskinan pada rumah tangga miskin.
(4) Ruang lingkup dari percepatan penanggulangan kemiskinan adalah :
a. perlindungan terhadap hak dasar penduduk miskin;
b. keselarasan dan keterpaduan program-program penanggulangan
kemiskinan; dan
c. membangun kemitraan percepatan penanggulangan kemiskinan.
BAB III
HAK DAN TANGGUNG JAWAB
Bagian Kesatu
Hak dan Tanggung Jawab Penduduk Miskin
Pasal 3
Penduduk miskin berhak :
a. memperoleh kecukupan pangan, sandang, dan perumahan;
Page 67
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
b. memperoleh pelayanan kesehatan;
c. memperoleh pendidikan yang dapat meningkatkan martabatnya;
d. mendapatkan perlindungan sosial dalam membangun,
mengembangkan, dan memberdayakan diri dan keluarganya sesuai
dengan karakter budayanya;
e. mendapatkan pelayanan sosial melalui jaminan sosial,
pemberdayaan sosial, dan rehabilitasi sosial dalam membangun,
mengembangkan, serta memberdayakan diri dan keluarganya;
f. memperoleh derajat kehidupan yang layak;
g. memperoleh lingkungan hidup yang sehat;
h. meningkatkan kondisi kesejahteraan yang berkesinambungan;
i. memperoleh pekerjaan dan kesempatan berusaha.
Pasal 4
Penduduk miskin bertanggung jawab meningkatkan taraf hidupnya
dalam upaya percepatan penanggulangan kemiskinan.
Bagian Kedua
Tanggung Jawab Pemerintah Daerah
Pasal 5
(1) Pemerintah Daerah bertanggung jawab untuk :
a. melindungi hak dasar penduduk miskin;
b. menyelaraskan dan memadukan program-program
penanggulangan kemiskinan; dan
c. membangun kemitraan.
(2) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didukung
oleh DPRD, Pemerintah Desa dan BPD.
(3) Ketentuan mengenai tata cara membangun kemitraan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diatur dengan
Peraturan Bupati.
BAB IV
KRITERIA DAN PENDATAAN
Pasal 6
(1) Penentuan kriteria penduduk miskin berdasarkan kriteria
lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
statistik
Page 68
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria penduduk miskin
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Bupati.
Pasal 7
(1) Pendataan penduduk miskin dilaksanakan secara partisipatif.
(2) Hasil pendataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Keputusan Bupati.
(3) Data penduduk miskin dengan data terpilah menjadi dasar
penyusunan program penanggulangan kemiskinan dan diperbaharui
setiap tahun.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendataan penduduk
miskin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Bupati.
Pasal 8
(1) Pemerintah desa bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
pendataan penduduk miskin di tingkat desa dengan berpedoman
pada Peraturan Bupati.
(2) Hasil pendataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Keputusan Kepala Desa dan menjadi dasar penyusunan
data penduduk miskin Daerah.
Pasal 9
Setiap orang dilarang memalsukan data penduduk miskin.
BAB V
KEBIJAKAN, STRATEGI DAN PROGRAM
Pasal 10
Kebijakan percepatan penanggulangan kemiskinan Daerah berpedoman
pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah.
Pasal 11
(1) Strategi percepatan penanggulangan kemiskinan di Daerah
dilakukan dengan:
a. mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin;
Page 69
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
b. meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin;
c. mengembangkan dan menjamin keberlanjutan usaha
ekonomi mikro dan kecil; dan
d. mensinergikan kebijakan dan program penanggulangan
kemiskinan.
(2) Untuk melaksanakan strategi percepatan penanggulangan
kemiskinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun SPPKD.
(3) SPPKD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
Peraturan Bupati sebagai pedoman dalam perencanaan
pembangunan dan penganggaran Daerah.
Pasal 12
(1) Program percepatan penanggulangan kemiskinan merupakan
penjabaran dari kebijakan dan strategi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 dan Pasal 11.
(2) Program percepatan penanggulangan kemiskinan terdiri dari :
a. kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga,
bertujuan untuk melakukan pemenuhan hak dasar,
pengurangan beban hidup, dan perbaikan kualitas hidup
masyarakat miskin;
b. kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis
pemberdayaan masyarakat, bertujuan untuk mengembangkan
potensi dan memperkuat kapasitas kelompok masyarakat
miskin untuk terlibat dalam pembangunan yang didasarkan
pada prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat;
c. kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis
pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, bertujuan untuk
memberikan akses dan penguatan ekonomi bagi pelaku usaha
berskala mikro dan kecil; dan
d. program-program lainnya yang baik secara langsung ataupun
tidak langsung dapat meningkatkan kegiatan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat miskin.
BAB VI
KOORDINASI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Pasal 13
(1) Koordinasi percepatan penanggulangan kemiskinan menjadi
tanggung jawab seluruh pemangku kepentingan di Daerah dan
Desa.
Page 70
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
(2) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
dalam rangka mensinergikan program dan ketepatan sasaran.
(3) Untuk melaksanakan fungsi koordinasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) dibentuk TKP2KD dan TKP2KDes.
Pasal 14
(1) Di Daerah dibentuk TKP2KD yang keanggotaannya terdiri dari
unsur Pemerintah Daerah, masyarakat, dunia usaha dan pemangku
kepentingan lainnya yang mengakomodir paling sedikit 30% (tiga
puluh persen) keterwakilan perempuan dan ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
(2) TKP2KD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas :
a. melakukan koordinasi penanggulangan kemiskinan di Daerah;
dan
b. mengendalikan pelaksanaan penanggulangan kemiskinan di
Daerah.
(3) TKP2KD dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada
Bupati.
Pasal 15
(1) Di Desa dibentuk TKP2KDes yang keanggotaannya terdiri dari
unsur pemangku kepentingan dalam musyawarah desa yang
mengakomodir paling sedikit 30% (tiga puluh persen) keterwakilan
perempuan dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
(2) TKP2KDes sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas
mengkoordinasikan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan pengendalian program penanggulangan kemiskinan di tingkat
Desa.
(3) TKP2KDes dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab
kepada Kepala Desa.
Pasal 16
Uraian tugas, susunan keanggotaan, kelompok kerja, sekretariat dan
pembiayaan TKP2KD ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Pasal 17
Uraian tugas, susunan keanggotaan, kelompok kerja, sekretariat dan
pembiayaan TKP2KDes ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
Pasal 18
Page 71
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
(1) Rapat koordinasi TKP2KD dan TKP2KDes dilaksanakan paling
sedikit 4 (empat) kali dalam 1 (satu) tahun.
(2) Rapat koordinasi di Daerah dipimpin oleh Ketua TKP2KD dan di
desa dipimpin oleh Ketua TKP2KDes.
BAB VII
PENGAWASAN, MONITORING DAN EVALUASI
Pasal 19
(1) Dalam rangka pengawasan pelaksanaan penanggulangan
kemiskinan, Pemerintah Daerah membangun sistem monitoring dan
evaluasi yang terpadu.
(2) TKP2KD melakukan pengawasan, monitoring dan evaluasi serta
menyusun laporan pelaksanaan penanggulangan kemiskinan
secara berkala.
(3) TKP2KD melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Bupati
dan TKPK Provinsi paling sedikit 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun.
(4) TKP2KDes melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada
Kepala Desa dan TKP2KD paling sedikit 2 (dua) kali dalam 1 (satu)
tahun.
BAB VIII
PEMBIAYAAN
Pasal 20
(1) Pembiayaan bagi pelaksanaan program percepatan
penanggulangan kemiskinan bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Provinsi, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa dan sumber pendanaan lain yang
tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Seluruh pembiayaan program penanggulangan kemiskinan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dalam dokumen
tersendiri.
(3) Pembiayaan program percepatan penanggulangan kemiskinan
yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa sekurang-kurangnya
8% (delapan persen) dari total Belanja Langsung.
Page 72
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
BAB IX
PARTISIPASI MASYARAKAT
Pasal 21
(1) Partisipasi Masyarakat dilakukan mulai dari tahapan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian
serta pengawasan program penanggulangan kemiskinan.
(2) Partisipasi Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berbentuk tenaga, pikiran dan/atau dana.
BAB X
PENYIDIKAN
Pasal 22
(1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah
Daerah diberi wewenang khusus untuk melakukan penyidikan
tindak pidana terhadap pelanggaran Peraturan Daerah ini sesuai
dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah mempunyai wewenang :
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang mengenai
adanya tindak pidana atas pelanggaran Peraturan Daerah;
b. melakukan tindakan pertama dan pemeriksaan di tempat
kejadian;
c. menyuruh berhenti seseorang dan memeriksa tanda pengenal
diri tersangka;
d. melakukan penyitaan benda atau surat;
e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
f. memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pemeriksaan perkara;
h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat
petunjuk dari penyidik bahwa tidak terdapat cukup bukti atau
peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan
selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut
kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya; dan
i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan
Page 73
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya
kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara
Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.
BAB XI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 23
(1) Setiap orang yang memalsukan data penduduk miskin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pelanggaran
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 24
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Kabupaten Kebumen.
Ditetapkan di Kebumen
pada tanggal 20 Juni 2012 BUPATI KEBUMEN,
ttd.
BUYAR WINARSO
Diundangkan di Kebumen pada
tanggal 20 Juni 2012 Plt. SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN KEBUMEN ASISTEN EKONOMI, PEMBANGUNAN DAN
KESEJAHTERAAN RAKYAT,
ttd. DJATMIKO
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2012 NOMOR 20
Page 74
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BAGIAN HUKUM
SETDA KABUPATEN KEBUMEN,
AMIN RAHMANURRASJID, S.H., M.H
Pembina
NIP. 19720723 199803 1 006
Page 75
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN
NOMOR 20 TAHUN 2012
TENTANG
PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
I. UMUM
Bahwa kemiskinan adalah masalah yang bersifat
multidimensi dan multisektor dengan beragam karakteristiknya dan
merupakan kondisi yang harus segera diatasi untuk
mempertahankan dan mengembangkan kehidupan manusia
bermartabat.
Dalam upaya percepatan penanggulangan kemiskinan, maka
perlu dilakukan langkah-langkah koordinasi secara terpadu lintas
pelaku dalam penyiapan perumusan dan penyelenggaraan
kebijakan penanggulangan kemiskinan.
Untuk melakukan percepatan penanggulangan kemiskinan
diperlukan upaya penajaman yang meliputi penetapan sasaran,
perancangan dan keterpaduan program, monitoring dan evaluasi,
efektifitas anggaran, serta penguatan kelembagaan di tingkat
Daerah yang menangani penanggulangan kemiskinan.
Dalam rangka memberikan pedoman penanggulangan
kemiskinan di Kabupaten Kebumen, maka dipandang perlu
menetapkan Peraturan Daerah tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan asas “keadilan” adalah dalam
penyelenggaraan penanggulangan kemiskinan harus
Page 76
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
menekankan pada aspek pemerataan, tidak diskriminatif
dan keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Yang dimaksud dengan asas “partisipasi” adalah dalam
setiap penyelenggaraan penanggulangan kemiskinan
harus melibatkan seluruh komponen masyarakat.
Yang dimaksud dengan asas “akuntabilitas” adalah dalam
setiap penyelenggaraan penanggulangan kemiskinan
harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Yang dimaksud dengan asas “pemberdayaan” adalah
dalam penyelenggaraan penanggulangan kemiskinan
harus dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan
kapasitas sumber daya manusia untuk meningkatkan
kemandirian.
Yang dimaksud dengan asas “keberlanjutan” adalah
dalam menyelenggarakan penanggulangan kemiskinan
dilaksanakan secara berkesinambungan, sehingga
tercapai kemandirian.
Yang dimaksud dengan asas “keterpaduan” adalah dalam
penyelenggaraan penanggulangan kemiskinan harus
mengintegrasikan berbagai komponen yang terkait
sehingga dapat berjalan secara terkoordinir dan sinergis.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Page 77
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Ayat (1)
Untuk kepentingan perencanaan pembangunan nasional,
kriteria penduduk miskin yang digunakan adalah
kriteria dari lembaga yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang statistik. Sedangkan untuk
pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di
Daerah kriteria yang digunakan adalah kriteria lembaga
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
statistik dan disesuaikan dengan kearifan lokal apabila
terjadi force majour.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Ayat (1)
Peraturan Bupati yang menjadi pedoman dalam
pelaksanaan pendataan penduduk miskin di tingkat desa
adalah Peraturan Bupati yang mengatur tentang Kriteria
Penduduk Miskin dan Tata Cara Pendataan Penduduk
Miskin.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Page 78
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 93
Page 79
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Lampiran 2
BUPATI KEBUMEN
PROVINSI JAWA TENGAH
PERATURAN BUPATI KEBUMEN
NOMOR 31 TAHUN 2014
TENTANG
KRITERIA DAN TATACARA PENDATAAN PENDUDUK MISKIN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KEBUMEN,
Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 ayat (2) dan Pasal 7 ayat (4) Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 20 Tahun 2012 tentang
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, perlu diatur mengenai kriteria dan tatacara pendataan penduduk miskin;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan
Peraturan Bupati tentang Kriteria dan Tatacara Pendataan Penduduk Miskin;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam
Lingkungan Propinsi Jawa Tengah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 42);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4421); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
Page 80
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 6. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5080);
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
8. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5235);
9. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5495); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950
tentang Penetapan Mulai Berlakunya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam
Lingkungan Propinsi Jawa Tengah; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4578); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Page 81
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008
tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5294); 15. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang
Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan;
16. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan; 17. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang
Jaminan Kesehatan;
18. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 53 Tahun 2004 tentang Partisipasi Masyarakat dalam
Proses Kebijakan Publik (Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2004 Nomor 64);
19. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 2
Tahun 2007 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten
Kebumen Tahun 2007 No. 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 1);
20. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 11
Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Tahun
2008 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 22);
21. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Kebumen
Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2010 Nomor 1, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 36); 22. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 17
Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2010 - 2015 (Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2010 Nomor 17);
23. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 20 Tahun 2012 tentang Percepatan Penanggulangan
Page 82
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Kemiskinan (Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2012 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 93);
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG KRITERIA DAN
TATACARA PENDATAAN PENDUDUK MISKIN.
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Kebumen. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3. Bupati adalah Bupati Kebumen. 4. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal-usul dan/ atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.
6. Penduduk adalah penduduk Kabupaten Kebumen yang sudah dan/atau akan tinggal di Kabupaten Kebumen, paling singkat 6 (enam) bulan dan dibuktikan dengan KTP (Kartu Tanda Penduduk).
7. Masyarakat adalah perseorangan, keluarga, kelompok, dan organisasi sosial dan/atau organisasi kemasyarakatan.
8. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari
suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
9. Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang dan/atau sekelompok orang, baik laki-laki maupun perempuan tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan
kehidupannya yang bermartabat. 10. Penduduk miskin adalah seseorang atau kelompok orang yang tidak
mampu memenuhi hak-hak dasarnya. 11. Rumah Tangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang
mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik atau sensus dan
umumnya tinggal bersama serta makan dari satu dapur. 12. Penanggulangan kemiskinan adalah kebijakan dan program
Pemerintah, Pemerintah Daerah, yang dilakukan secara sistematis,
terencana, dan bersinergi dengan dunia usaha dan masyarakat
Page 83
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dalam rangka meningkatkan derajat kesejahteraan rakyat.
13. Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dunia usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin
melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil serta program lain dalam rangka
meningkatkan kegiatan ekonomi. 14. Hak dasar adalah hak masyarakat yang harus dilindungi oleh
Pemerintah Daerah dalam rangka mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat terutama hak ekonomi, sosial dan budaya.
15. Pelayanan dasar adalah jenis pelayanan publik yang mendasar dan
mutlak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan pemerintahan.
16. Strategi Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Daerah, yang selanjutnya disingkat SPPKD adalah dokumen strategi percepatan penanggulangan kemiskinan daerah sebagai rancangan kebijakan
pembangunan daerah di bidang penanggulangan kemiskinan untuk periode 5 (lima) tahun.
17. Tim Koordinasi Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Daerah
yang selanjutnya disingkat TKP2KD adalah wadah koordinasi lintas sektor dan lintas pemangku kepentingan untuk percepatan
penanggulangan kemiskinan di daerah. 18. Tim Koordinasi Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Desa yang
selanjutnya disingkat TKP2KDes adalah wadah koordinasi lintas
sektor dan lintas pemangku kepentingan untuk percepatan penanggulangan kemiskinan di desa.
19. Pemangku kepentingan adalah pihak yang langsung atau tidak langsung mendapatkan manfaat atau dampak dari kebijakan program penanggulangan kemiskinan.
20. Kriteria penduduk miskin adalah kriteria yang menunjukkan karakteristik penyebab kemiskinan penduduk yang terdiri dari kriteria penduduk miskin daerah dan kriteria penduduk miskin
klaster. 21. Kriteria penduduk miskin daerah adalah kriteria penduduk miskin di
tingkat kabupaten. 22. Kriteria penduduk miskin klaster adalah kriteria penduduk miskin di
tingkat klaster.
23. Klaster adalah pengelompokan wilayah kecamatan berdasarkan kondisi topografi, letak geografis, mata pencaharian, dan kondisi
ekonomi sosial budaya. 24. Pendataan penduduk miskin adalah pendataan penduduk miskin
berdasarkan kriteria penduduk miskin yang dilaksanakan dengan
metode sensus dan partisipatif. 25. Kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur budaya yang menjadi
kekhasan daerah dan menjadi tradisi secara turun temurun.
Page 84
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
BAB II MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Maksud disusunnya Peraturan Bupati ini adalah sebagai pedoman dalam pendataan penduduk miskin.
Pasal 3
Tujuan disusunnya Peraturan Bupati ini adalah untuk memperoleh data penduduk miskin yang sesuai dengan kondisi daerah dan kearifan lokal yang menjadi dasar penyusunan program percepatan penanggulangan
kemiskinan.
BAB III KRITERIA PENDUDUK MISKIN
Pasal 4
(1) Penentuan indikator penduduk miskin berdasarkan indikator
lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistik.
(2) Dalam rangka mendapatkan indikator penduduk miskin yang sesuai dengan kondisi daerah dan kearifan lokal, indikator sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipadukan dengan indikator berdasarkan
kearifan lokal. (3) Penentuan indikator penduduk miskin berdasarkan kearifan lokal
dikoordinasikan oleh TKP2KD. (4) Indikator berdasarkan kearifan lokal sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dirumuskan melalui pendekatan partisipatif berbasis klaster
yang terdiri dari klaster perkotaan, klaster pesisir, klaster pesisir bergunung, klaster pegunungan, dan klaster bonorawan.
Pasal 5
Pengelompokan klaster sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (4) adalah sebagai berikut : a. Klaster perkotaan meliputi Kecamatan Prembun, Kecamatan
Kutowinangun, Kecamatan Kebumen, Kecamatan Pejagoan, Kecamatan Sruweng, Kecamatan Karanganyar, dan Kecamatan
Gombong; b. Klaster pesisir meliputi Kecamatan Mirit, Kecamatan Ambal,
Kecamatan Buluspesantren, Kecamatan Klirong, Kecamatan
Petanahan dan Kecamatan Puring; c. Klaster pesisir bergunung meliputi Kecamatan Ayah dan Kecamatan
Buayan;
d. Klaster pegunungan meliputi Kecamatan Padureso, Kecamatan Poncowarno, Kecamatan Karangsambung, Kecamatan Sadang,
Page 85
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Kecamatan Karanggayam, Kecamatan Sempor, Kecamatan Rowokele dan Kecamatan Alian; dan
e. Klaster bonorawan meliputi Kecamatan Bonorowo, Kecamatan Adimulyo dan Kecamatan Kuwarasan.
Pasal 6
Indikator penduduk miskin daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 adalah sebagai berikut : a. Pendapatan perkapita perbulan keluarga;
b. Mendapatkan program/bantuan dari pemerintah; c. Rata-rata makan per hari; d. Kemampuan membeli daging/unggas/susu/ikan dalam satu
minggu; e. Pelayanan kesehatan yang bisa diakses untuk berobat;
f. Penggunaan/pemakaian alat kontrasepsi; g. Status penguasaan bangunan tempat tinggal yang ditempati; h. Jumlah keluarga dalam 1 (satu) rumah tangga;
i. Luas lantai bangunan tempat tinggal per anggota keluarga; j. Jenis lantai tempat tinggal terluas (60% lebih); k. Jenis dinding tempat tinggal terluas (60% lebih);
l. Jenis atap tempat tinggal terluas (60% lebih); m. Sumber penerangan utama;
n. Sumber air minum; o. Bahan bakar/energi utama untuk memasak; p. Penggunaan fasilitas tempat buang air besar;
q. Jenis tempat pembuangan akhir tinja; r. Jarak tempat pembuangan akhir tinja dengan sumber air minum;
s. Kepemilikan aset (selain tanah, bangunan dan emas); t. Kepemilikan tanah; u. Kepemilikan emas;
v. Cara memperoleh aset; w. Kepemilikan sarana telekomunikasi; x. Pendidikan yang ditamatkan kepala keluarga;
y. Ketrampilan yang dimiliki; z. Jenis pekerjaan kepala keluarga;
aa. Kepemilikan usaha; bb. Jarak terhadap pelayanan publik dasar; cc. Tingkat kesulitan terhadap pelayanan publik dasar;
dd. Akses pemasaran; ee. Kemampuan membeli lebih dari satu stel pakaian baru bagi setiap
anggota keluarga dalam satu tahun; ff. Intensitas terhadap bencana; gg. Terdapat anggota keluarga berkebutuhan khusus (difabel);
hh. Terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit kronis; ii. Dukungan saluran irigasi pertanian; dan jj. Pemanfaatan waktu luang.
Page 86
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Pasal 7
(1) Kriteria penduduk miskin daerah ditentukan berdasarkan indikator sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan ditentukan dengan melakukan pembobotan dan penilaian pada masing-masing
indikator. (2) Kriteria penduduk miskin klaster ditentukan berdasarkan indikator
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan ditentukan dengan melakukan pembobotan dan penilaian pada indikator yang sesuai dengan kondisi masing-masing klaster;
(3) Ketentuan kriteria penduduk miskin daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut : a. Kriteria penduduk sangat miskin, dengan bobot nilai 0,31
sampai dengan kurang dari 0,45; b. Kriteria penduduk miskin, dengan bobot nilai 0,45 sampai
dengan kurang dari 0,59; c. Kriteria penduduk hampir miskin, dengan bobot nilai 0,59
sampai dengan kurang dari 0,72;
d. Kriteria penduduk rentan miskin, dengan bobot nilai 0,72 sampai dengan kurang dari 0,86; dan
e. Kriteria penduduk tidak miskin, dengan bobot nilai lebih dari
0,86. (4) Ketentuan kriteria penduduk miskin untuk masing-masing klaster
sebagaimana dimaksud ayat (2) adalah sebagai berikut : a. Klaster perkotaan
1. Kriteria penduduk sangat miskin, dengan bobot nilai 0,18
sampai dengan kurang dari 0,34; 2. Kriteria penduduk miskin, dengan bobot nilai 0,34 sampai
dengan kurang dari 0,51; 3. Kriteria penduduk hampir miskin, dengan bobot nilai 0,51
sampai dengan kurang dari 0,67;
4. Kriteria penduduk rentan miskin, dengan bobot nilai 0,67 sampai dengan kurang dari 0,84;
5. Kriteria penduduk tidak miskin, dengan bobot nilai lebih dari
0,84. b. Klaster pesisir
1. Kriteria penduduk sangat miskin, dengan bobot nilai 0,21 sampai dengan kurang dari 0,37;
2. Kriteria penduduk miskin, dengan bobot nilai 0,37 sampai
dengan kurang dari 0,53; 3. Kriteria penduduk hampir miskin, dengan bobot nilai 0,53
sampai dengan kurang dari 0,68; 4. Kriteria penduduk rentan miskin, dengan bobot nilai 0,68
sampai dengan kurang dari 0,84;
5. Kriteria penduduk tidak miskin, dengan bobot nilai lebih dari 0,84.
c. Klaster pesisir bergunung
1. Kriteria penduduk sangat miskin, dengan bobot nilai 0,20 sampai dengan kurang dari 0,36;
Page 87
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
2. Kriteria penduduk miskin, dengan bobot nilai 0,36 sampai dengan kurang dari 0,52;
3. Kriteria penduduk hampir miskin, dengan bobot nilai 0,52 sampai dengan kurang dari 0,68;
4. Kriteria penduduk rentan miskin, dengan bobot nilai 0,68
sampai dengan kurang dari 0,84; 5. Kriteria penduduk tidak miskin, dengan bobot nilai lebih dari
0,84. d. Klaster pegunungan
1. Kriteria penduduk sangat miskin, dengan bobot nilai 0,20
sampai dengan kurang dari 0,36; 2. Kriteria penduduk miskin, dengan bobot nilai 0,36 sampai
dengan kurang dari 0,52;
3. Kriteria penduduk hampir miskin, dengan bobot nilai 0,52 sampai dengan kurang dari 0,68;
4. Kriteria penduduk rentan miskin, dengan bobot nilai 0,68 sampai dengan kurang dari 0,84;
5. Kriteria penduduk tidak miskin, dengan bobot nilai lebih dari
0,84. e. Klaster bonorawan
1. Kriteria penduduk sangat miskin, dengan bobot nilai 0,20
sampai dengan kurang dari 0,36; 2. Kriteria penduduk miskin, dengan bobot nilai 0,36 sampai
dengan kurang dari 0,52; 3. Kriteria penduduk hampir miskin, dengan bobot nilai 0,52
sampai dengan kurang dari 0,68;
4. Kriteria penduduk rentan miskin, dengan bobot nilai 0,68 sampai dengan kurang dari 0,84;
5. Kriteria penduduk tidak miskin, dengan bobot nilai lebih dari 0,84.
BAB IV PENDATAAN
Pasal 8 Tim Pendataan Penduduk Miskin
(1) Pendataan penduduk miskin dilaksanakan secara partisipatif
dengan basis data rumah tangga.
(2) Untuk pelaksanaan pendataan penduduk miskin dibentuk Tim Pendataan oleh TKP2KDes.
(3) Tim Pendataan mempunyai tugas melakukan interviu, entri data dan pengolahan data terhadap responden dari daftar Rumah Tangga Miskin Sementara.
(4) Dalam melaksanakan tugas, Tim Pendataan bertanggung jawab kepada TKP2KDes.
(5) Untuk mendukung pelaksanaan tugas, Tim Pendataan
mendapatkan bimbingan teknis dari TKP2KD.
Page 88
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Pasal 9 Daftar Rumah Tangga Miskin Sementara
(1) Daftar Calon Rumah Tangga Miskin Sementara diperoleh dari
pendataan Program Perlindungan Sosial tahun terakhir oleh Badan
Pusat Statistik ditambah usulan baru dari masyarakat secara partisipatif.
(2) Daftar Calon Rumah Tangga Miskin Sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimusyawarahkan dengan masyarakat secara berjenjang mulai dari tingkat Rukun Tetangga, dusun,
hingga tingkat desa/kelurahan, dan dituangkan dalam berita acara. (3) Daftar Calon Rumah Tangga Miskin Sementara hasil musyawarah
di tingkat desa/kelurahan selanjutnya dipublikasikan untuk
mendapatkan tanggapan atau sanggahan dari masyarakat. (4) Masa sanggah terhadap daftar Calon Rumah Tangga Miskin
Sementara adalah 7 (tujuh) hari sejak musyawarah desa. (5) Dalam hal terdapat sanggahan, maka dilakukan verifikasi oleh
TKP2KDes dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari sejak sanggahan
diterima. (6) Dalam hal tidak terdapat sanggahan, maka daftar Calon Rumah
Tangga Miskin Sementara ditetapkan sebagai daftar Rumah Tangga
Miskin Sementara dan dijadikan responden untuk pendataan penduduk miskin.
Pasal 10
Pelaksanaan Pendataan Penduduk Miskin
Pelaksanaan Penduduk Miskin sebagai berikut:
a. Tim pendataan melaksanakan interviu terhadap seluruh responden dari daftar Rumah Tangga Miskin Sementara hasil musyawarah setelah tidak ada sanggahan dari masyarakat.
b. Tim pendataan melaksanakan entri data ke dalam sistem aplikasi komputer.
c. Tim pendataan melaksanakan olah data dengan keluarannya
adalah daftar Rumah Tangga Miskin berdasarkan kriteria sebagaimana dimaksud pada Pasal 7, serta data agregat penduduk
miskin.
Pasal 11
Legalisasi Data Penduduk Miskin
(1) TKP2KDes bertanggung jawab untuk mengumumkan hasil pendataan Rumah Tangga Miskin dan data agregat penduduk miskin.
(2) Masa sanggah terhadap daftar Rumah Tangga Miskin adalah 7 (tujuh) hari sejak diumumkan, dan sanggahan yang diterima adalah berkaitan dengan olah data;
Page 89
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
(3) Dalam hal terdapat sanggahan, maka dilakukan verifikasi oleh TKP2KDes dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari sejak sanggahan
diterima. (4) Dalam hal tidak terdapat sanggahan, maka daftar Rumahtangga
Miskin ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
(5) TKP2KD bertanggung jawab untuk melakukan kompilasi data rumahtangga miskin dan atau penduduk miskin dari desa melalui
TKPKDes untuk selanjutnya dijadikan dasar penyusunan data penduduk miskin daerah.
(6) Data penduduk miskin daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Pasal 12
Pemeliharaan Data
(1) Pendataan penduduk miskin dilaksanakan setiap tahun pada bulan Juli sampai dengan September.
(2) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikecualikan
apabila terjadi situasi dan kondisi tertentu yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kemiskinan dan ditetapkan melalui Keputusan Kepala Desa.
(3) Data penduduk miskin pada tahun berjalan dilakukan pendataan ulang pada tahun berikutnya dengan memasukkan dalam daftar
Calon Rumah Tangga Miskin Sementara. (4) Dalam hal terdapat penambahan data penduduk miskin baru pada
tahun berjalan, akan dimasukkan dalam daftar Calon Rumah
Tangga Miskin Sementara pada tahun berikutnya. (5) Dalam hal terdapat data baru hasil pendataan Program
Perlindungan Sosial oleh Badan Pusat Statistik, maka data tersebut dijadikan data awal dan dimasukkan dalam daftar Calon Rumah Tangga Miskin Sementara.
Pasal 13
Pembiayaan
Pembiayaan bagi pelaksanaan pendataan penduduk miskin bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dan sumber pendanaan lain yang tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Page 90
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
BAB V PENUTUP
Pasal 14
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Kebumen.
Ditetapkan di Kebumen pada tanggal
BUPATI KEBUMEN,
BUYAR WINARSO
Diundangkan di Kebumen
pada tanggal SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN KEBUMEN,
ADI PANDOYO
BERITA DAERAH KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2014 NOMOR ...
Page 91
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Lampiran 3
KEPUTUSAN KEPALA DESA/ LURAH ......
NOMOR : ......./ .........
TENTANG
TIM KOORDINASI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
DESA / KELURAHAN ............
PERIODE TAHUN ......... s/d .........
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA / LURAH ............,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 13 ayat (3) Peraturan Daerah Nomor
12 Tahun 2012 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan, maka di Desa/ Kelurahan dibentuk Tim
Koordinasi Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Desa/
Kelurahan sebagai upaya meningkatkan koordinasi percepatan
penanggulangan kemiskinan di Kabupaten;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a maka perlu menetapkan Keputusan Kepala Desa
tentang Tim Koordinasi Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan Desa/ Kelurahan .....;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa
Tengah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor
42);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
Page 92
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4438);
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
5. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5494);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan
Mulai Berlakunya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4593);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5539);
11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010
tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan;
12. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 2 Tahun 2004
tentang Pengaturan Kewenangan Desa;
13. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 7 Tahun 2004
tentang Peraturan Desa dan Keputusan Kepala Desa;
14. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 41 Tahun 2004
tentang Kewenangan Daerah Kabupaten Kebumen;
15. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 53 Tahun 2004
tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Kebijakan Publik
Page 93
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
(Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2004 Nomor
64);
16. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 2 Tahun 2007
tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah
(Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2007 Nomor
2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Nomor
1);
17. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 3 Tahun 2007
tentang Sumber Pendapatan Desa (Lembaran Daerah
Kabupaten Kebumen Tahun 2007 Nomor 3, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 2);
18. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 11 Tahun 2008
tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan
Pemerintah Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen
Tahun 2008 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Kebumen Nomor 22);
19. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 1 Tahun 2010
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Kabupaten Kebumen Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah
Kabupaten Kebumen Tahun 2010 Nomor 1, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 36);
20. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 20 Tahun 2012
tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (Lembaran
Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2012 Nomor 20,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 93).
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KESATU : Membentuk Tim Koordinasi Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan Desa/ Kelurahan ......
KEDUA : Tim Koordinasi Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Desa/
Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU terdiri
dari Ketua, Sekretariat dan Kelompok Kerja dengan susunan
keanggotaan sebagaimana tersebut dalam Lampiran Keputusan ini.
KETIGA : Tim Koordinasi Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Desa/
Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU
mempunyai tugas :
1. melakukan koordinasi percepatan penanggulangan kemiskinan
di Desa/ Kelurahan;
2. mengendalikan pelaksanaan percepatan penanggulangan
kemiskinan di Desa/ Kelurahan ...... ; dan
3. melakukan pendataan penduduk miskin di Desa/ Kelurahan
KEEMPAT : Tim Koordinasi Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Desa/
Page 94
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Kelurahan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Diktum KESATU menyelenggarakan fungsi :
1. pengkoordinasian penyusunan Strategi Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan sebagai dasar penyusunan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa/ Rencana
Srategis Kelurahan Tahun ... di bidang penanggulangan
kemiskinan;
2. pengkoordinasian evaluasi pelaksanaan perumusan dokumen
rencana pembangunan desa/ kelurahan bidang penanggulangan
kemiskinan;
3. pengkoordinasian pendataan penduduk miskin secara periodik;
4. penyusunan hasil pemantauan pelaksanaan program dan atau
kegiatan program penanggulangan kemiskinan secara periodik;
5. pengendalian evaluasi pelaksanaan program dan atau kegiatan
penanggulangan kemiskinan;
6. pengendalian penanganan pengaduan masyarakat bidang
penanggulangan kemiskinan; dan
7. pelaporan pelaksanaan dan pencapaian program
penanggulangan kemiskinan kepada Bupati dan Tim
Koordinasi Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
Kabupaten.
KELIMA : Ketua sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEDUA bertugas
bertanggungjawab pada setiap kebijakan program dan atau
kegiatan penanggulangan kemiskinan di Desa/ Kelurahan.
KEENAM : Sekretariat sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEDUA terdiri
dari:
1. Kepala Sekretariat;
2. Bidang Data dan Informasi;
3. Bidang Perencanaan; dan
4. Bidang Keuangan.
KETUJUH : Sekretariat sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEENAM
menjalankan tugas membangun dan mengelola database
kemiskinan, serta memberikan dukungan administrasi teknis dan
dukungan bahan kebijakan kepada Tim.
KEDELAPAN : Kelompok Kerja sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEDUA
terdiri dari :
1. Kelompok Kerja Perlindungan sosial dan kesejahteraan
masyarakat;
2. Kelompok Kerja Pemberdayaan Perempuan dan warga Miskin;
dan
3. Kelompok Kerja Pemberdayaan Ekonomi.
KESEMBILAN : Kelompok Kerja sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KEDELAPAN mempunyai tugas mengkoordinasikan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian
program penanggulangan kemiskinan di tingkat Desa/
Page 95
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Kelurahan.sesuai dengan masing-masing bidang.
KESEPULUH : Tim Koordinasi Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Desa/
Kelurahan dalam Diktum KESATU dalam melaksanakan tugasnya
bertanggungjawab kepada Kepala Desa/ Lurah.
KESEBELAS : Segala biaya yang timbul sebagai akibat ditetapkannya Keputusan
ini dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa/
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah serta sumber dana lain
yang sah dan tidak mengikat.
KEDUABELAS : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di ....................................
pada tanggal .....................................
KEPALA DESA/ LURAH ..............,
(NAMA)
TEMBUSAN : disampaikan kepada Yth. :
1. Bupati Kebumen;
2. Wakil Bupati selaku Ketua Tim Koordinasi Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
Kabupaten,
3. Kepala Bappeda Kabupaten Kebumen selaku Sekretaris Tim Koordinasi Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten;
4. Inspektur Kabupaten Kebumen;
5. Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Kebumen;
6. Kepala Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Kebumen;
7. Anggota Tim Koordinasi Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Desa/ Kelurahan.
Page 96
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA DESA/ LURAH
......................................................................
NOMOR : ......................................
TANGGAL : ......................................
SUSUNAN KEANGGOTAAN
TIM KOORDINASI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
DESA/ KELURAHAN …………
PERIODE TAHUN ……… s/d ………
NO. NAMA
JENIS
KELA-
MIN
(L/P)
UNSUR KEDUDUKAN DALAM
TIM KET
1 Ketua
2 Kepala Sekretariat
3 Bidang Data dan Informasi
4 Bidang Perencanaan
5 Bidang Keuangan
6
Koord. Pokja Perlindungan
Sosial dan Kesejahteraan
Masyarakat
7
Anggota Pokja
Perlindungan Sosial dan
Kesejahteraan Masyarakat
8
Koord. Pokja
Pemberdayaan Perempuan
dan Masyarakat Miskin
9
Anggota Pokja
Pemberdayaan Perempuan
dan Masyarakat Miskin
10
Koord. Pokja
Pemberdayaan Ekonomi
11
Anggota Pokja
Pemberdayaan Ekonomi
Ditetapkan di ....................................
pada tanggal .....................................
KEPALA DESA/ LURAH ..............,
(NAMA)
Page 97
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Lampiran 4
KEPUTUSAN KEPALA DESA/ LURAH .................
NOMOR : …… / ……
TENTANG
TIM PENDATAAN PENDUDUK MISKIN DESA/ KELURAHAN ………
TAHUN …..
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA/ LURAH ..........................,
Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 Peraturan Bupati
Kebumen Nomor 31 Tahun 2014 tentang Kriteria dan Tata Cara
Pendataan Penduduk Miskin;
b. bahwa untuk maksud sebagaimana tersebut dalam huruf a, perlu
menetapkan Keputusan Kepala Desa tentang Tim Pendataan
Penduduk Miskin Desa.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa
Tengah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor
42);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Page 98
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
5. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan
Mulai Berlakunya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4578);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4593);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539);
11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010
tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan;
12. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 2 Tahun 2004
tentang Pengaturan Kewenangan Desa;
13. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 7 Tahun 2004
tentang Peraturan Desa dan Keputusan Kepala Desa;
14. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 41 Tahun 2004
tentang Kewenangan Daerah Kabupaten Kebumen;
15. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 53 Tahun 2004
tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Kebijakan Publik
(Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2004 Nomor 64);
16. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 2 Tahun 2007
tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran
Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2007 Nomor 2, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 1);
17. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 3 Tahun 2007
tentang Sumber Pendapatan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten
Kebumen Tahun 2007 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Kebumen Nomor 2);
Page 99
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
18. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 11 Tahun 2008
tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan
Pemerintah Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen
Tahun 2008 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Kebumen Nomor 22);
19. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 1 Tahun 2010
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten
Kebumen Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten
Kebumen Tahun 2010 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Kebumen Nomor 36);
20. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 20 Tahun 2012
tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (Lembaran
Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2012 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 93);
21. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor …… Tahun …
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun
Anggaran …… ;
22. Peraturan Desa Nomor …… Tahun …… tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa Tahun Anggaran …….
MEMUTUSKAN :
KESATU : Membentuk Tim Pendataan Penduduk Miskin Desa/ Kelurahan
………… dengan susunan keanggotaan sebagaimana tersebut dalam
Lampiran Keputusan ini.
KEDUA : Tim Pendataan sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU
bertugas mengikuti pembekalan, melakukan pendataan/ wawancara
kepada responden, serta melakukan entri dan olah data hasil
pendataan/ wawancara.
KETIGA : Segala biaya yang timbul sebagai akibat ditetapkannya Keputusan ini
dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa/
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah serta sumber dana lain
yang sah dan tidak mengikat.
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan berakhir
sampai 31 Desember 2014.
Ditetapkan di ....................................
pada tanggal .....................................
KEPALA DESA/ LURAH ..............,
(NAMA)
Page 100
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA DESA/ LURAH
......................................................................
NOMOR : ......................................
TANGGAL : ......................................
SUSUNAN KEANGGOTAAN
TIM PENDATAAN PENDUDUK MISKIN DESA/ KELURAHAN …………
TAHUN ………
NO. NAMA
JENIS
KELA-
MIN
(L/P)
ALAMAT KEDUDUKAN
DALAM TIM KET
1 Anggota
2 Anggota
3 Anggota
4 Anggota
5 Anggota
dst
Ditetapkan di ....................................
pada tanggal .....................................
KEPALA DESA/ LURAH ..............,
(NAMA)
Page 101
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Lampiran 5
KEPUTUSAN KEPALA DESA/ LURAH .................
NOMOR : …… / ……
TENTANG
DAFTAR RUMAH TANGGA MISKIN DESA/ KELURAHAN ………
KECAMATAN ……… KABUPATEN KEBUMEN
TAHUN 2014
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA/ LURAH ..........................,
Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 11 Peraturan Bupati
Kebumen Nomor 31 Tahun 2014 tentang Kriteria dan Tata Cara
Pendataan Penduduk Miskin;
b. bahwa untuk maksud sebagaimana tersebut dalam huruf a dan b,
perlu menetapkan Keputusan Kepala Desa tentang Data Rumah
Tangga Miskin .
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa
Tengah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor
42);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Page 102
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
5. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan
Mulai Berlakunya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4578);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4593);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539);
11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010
tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan;
12. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 2 Tahun 2004
tentang Pengaturan Kewenangan Desa;
13. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 7 Tahun 2004
tentang Peraturan Desa dan Keputusan Kepala Desa;
14. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 41 Tahun 2004
tentang Kewenangan Daerah Kabupaten Kebumen;
15. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 53 Tahun 2004
tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Kebijakan Publik
(Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2004 Nomor
64);
16. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 2 Tahun 2007
tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran
Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2007 Nomor 2, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 1);
17. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 3 Tahun 2007
Page 103
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
tentang Sumber Pendapatan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten
Kebumen Tahun 2007 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Kebumen Nomor 2);
18. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 11 Tahun 2008
tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan
Pemerintah Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen
Tahun 2008 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Kebumen Nomor 22);
19. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 1 Tahun 2010
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Kabupaten Kebumen Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah
Kabupaten Kebumen Tahun 2010 Nomor 1, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 36);
20. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 20 Tahun 2012
tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (Lembaran
Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2012 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 93);
21. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor …… Tahun …
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun
Anggaran …… ;
22. Peraturan Bupati Kebumen Nomor 31 Tahun 2014 tentang
Kriteria dan Tata Cara Pendataan Penduduk Miskin;
23. Peraturan Desa Nomor …… Tahun …… tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa Tahun Anggaran …….
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
KESATU
:
:
Menetapkan Daftar Rumah Tangga Miskin Desa/ Kelurahan …….
Kecamatan ………. Tahun …… sebagaimana tersebut dalam
Lampiran Keputusan ini.
KEDUA : Daftar Rumah Tangga Miskin sebagaimana dimaksud pada diktum
KESATU dijadikan data penduduk miskin daerah.
KETIGA
:
Segala biaya yang timbul akibat dari keputusan ini, dibebankan
kepada APBDesa Tahun Anggaran 2014.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan berakhir sampai
ditetapkannya Daftar Rumah Tangga Miskin Desa/ Kelurahan tahun
berikutnya.
Ditetapkan di ....................................
pada tanggal .....................................
KEPALA DESA/ LURAH ..............,
(NAMA)
Page 104
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA DESA/ LURAH
......................................................................
NOMOR : ......................................
TANGGAL : ......................................
DAFTAR RUMAH TANGGA MISKIN DESA …….
KECAMATAN ……… KABUPATEN KEBUMEN
TAHUN 2014
No. Nama Kepala
Rumah Tangga
Jenis
Kelamin
(L/P)
Alamat
Jumlah
Anggota
Rumah
Tangga
Kriteria
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Ditetapkan di .............................
Pada tanggal ..............................
KEPALA DESA ......................,
…………………
Page 105
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Lampiran 6
BERITA ACARA
MUSYAWARAH RT
Pada hari ini, …… tanggal …… bulan …… tahun …… bertempat di ……,
telah dilaksanakan musyawarah RT…… RW…. dalam rangka pendataan
penduduk miskin desa …… kecamatan …… Kabupaten Kebumen tahun
2014.
Musyawarah RT dihadiri oleh unsur Pemerintah Desa, BPD, TKP2KDes
dan masyarakat (sebagaimana daftar hadir terlampir) dengan materi
pokok pembahasan sebagai berikut:
A. Materi atau Topik
Menentukan Daftar Calon Rumah Tangga Miskin Sementara di RT …
RW… Dusun .......... Desa ................... berdasarkan data dari PPLS
dan masukan serta usulan langsung dari warga masyarakat.
B. Unsur Pimpinan Rapat, Narasumber dan Fasilitator
Pemimpin Rapat : ...........................................
Sekretaris/Notulis : ...........................................
Narasumber : 1. ........................................
2. ........................................
3. ........................................
Fasilitator : TKP2KDes
Setelah dilakukan pembahasan dan diskusi terhadap materi atau topik
di atas, maka disepakati Daftar Calon Rumah Tangga Miskin Sementara
RT … RW … Dusun ……….. Desa …………
Demikian berita acara ini dibuat dan disahkan dengan penuh tanggung
jawab agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Desa........................, 2014
Ketua RT
( ……………………… )
Sekretaris RT
( ……………………… )
Cap RT
Page 106
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Mengetahui,
TKP2KDes
( ……………………… )
Menyetujui,
Wakil dan Peserta Musyawarah RT
No Nama
Jenis
Kelamin
(L/P)
Unsur Tanda Tangan
1.
2.
3.
4.
5.
Page 107
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Lampiran 7
BERITA ACARA
MUSYAWARAH DUSUN
Pada hari ini, …… tanggal …… bulan …… tahun …… bertempat di ……,
telah dilaksanakan musyawarah dusun …… dalam rangka pendataan
penduduk miskin desa …… kecamatan …… Kabupaten Kebumen tahun
2014.
Musyawarah dusun dihadiri oleh unsur Pemerintah Desa, BPD,
TKP2KDes, Tokoh masyarakat, Tokoh Agama dan Masyarakat Dusun
…… (sebagaimana daftar hadir terlampir) dengan materi pokok
pembahasan sebagai berikut:
C. Materi atau Topik
Menentukan Daftar Calon Rumah Tangga Miskin Sementara di
Dusun .......... Desa ................... berdasarkan data dari Musyawarah
RT dan masukan serta usulan langsung dari warga masyarakat.
D. Unsur Pimpinan Rapat, Narasumber dan Fasilitator
Pemimpin Rapat : ...........................................
Sekretaris/Notulis : ...........................................
Narasumber : 1. ........................................
2. ........................................
3. ........................................
Fasilitator : TKP2KDes
Setelah dilakukan pembahasan dan diskusi terhadap materi atau topik
di atas maka disepakati Daftar Calon Rumah Tangga Miskin Sementara
Dusun ….. Desa ……
Demikian berita acara ini dibuat dan disahkan dengan penuh tanggung
jawab agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Desa........................, 2014
Mengetahui,
Kepala Dusun ………
( ……………………… )
TKP2KDes
( ……………………… )
Page 108
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Menyetujui,
Wakil dan Peserta Musyawarah Dusun
No Nama
Jenis
Kelamin
(L/P)
Alamat Tanda Tangan
1.
2.
3.
4.
5.
Page 109
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Lampiran 8
BERITA ACARA
MUSYAWARAH DESA
Pada hari ini, …… tanggal …… bulan …… tahun …… bertempat di ……,
telah dilaksanakan musyawarah desa dalam rangka pendataan
penduduk miskin desa …… kecamatan …… Kabupaten Kebumen tahun
2014.
Musyawarah dusun dihadiri oleh unsur Pemerintah Desa, BPD,
TKP2KDes, Tokoh masyarakat, Tokoh Agama dan Masyarakat Desa ……
(sebagaimana daftar hadir terlampir) dengan materi pokok pembahasan
sebagai berikut:
E. Materi atau Topik
Menentukan Daftar Calon Rumah Tangga Miskin Sementara di Desa
................... berdasarkan data dari Musyawarah Dusun dan
masukan serta usulan langsung dari warga masyarakat.
F. Unsur Pimpinan Rapat, Narasumber dan Fasilitator
Pemimpin Rapat : ...........................................
Sekretaris/Notulis : ...........................................
Narasumber : 1. ........................................
2. ........................................
3. ........................................
Fasilitator : TKP2KDes
Setelah dilakukan pembahasan dan diskusi terhadap materi atau topik
di atas maka disepakati Daftar Calon Rumah Tangga Miskin Sementara
Desa ……
Demikian berita acara ini dibuat dan disahkan dengan penuh tanggung
jawab agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Desa........................, 2014
Ketua BPD
( ……………………… )
Kepala Desa
( ……………………… )
Cap BPD Cap Kepala
Desa
Page 110
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Menyetujui,
Wakil dan Peserta Musyawarah Desa
No Nama
Jenis
Kelamin
(L/P)
Unsur Tanda Tangan
1.
2.
3.
4.
5.
Page 111
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Lampiran 9
DAFTAR RUMAH TANGGA MISKIN SEMENTARA
RT ……… RW ……… DUSUN ………
DESA ……………………… KECAMATAN ………………………
KABUPATEN KEBUMEN
TAHUN 2014
No Nama Kepala
Rumah Tangga
Jenis
Kela-
min
(L/P)
Alamat
Jumlah
Anggota
Rumah
Tangga
Jumlah
Keluarga Ket
1
2
3
4
5
dst
Page 112
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Lampiran 10
DAFTAR RUMAH TANGGA MISKIN SEMENTARA
DUSUN ……… DESA ………………………
KECAMATAN ………………………
KABUPATEN KEBUMEN
TAHUN 2014
No Nama Kepala
Rumah Tangga
Jenis
Kela-
min
(L/P)
Alamat
Jumlah
Anggota
Rumah
Tangga
Jumlah
Keluarga Ket
1
2
3
4
5
dst
Page 113
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Lampiran 11
DAFTAR RUMAH TANGGA MISKIN SEMENTARA
DESA ……………………… KECAMATAN ………………………
KABUPATEN KEBUMEN
TAHUN 2014
No Nama Kepala
Rumah Tangga
Jenis
Kela-
min
(L/P)
Alamat
Jumlah
Anggota
Rumah
Tangga
Jumlah
Keluarga Ket
1
2
3
4
5
dst
Page 114
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Lampiran 12
Formulir Pendataan Penduduk Miskin
Page 115
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Page 116
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Page 117
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
Lampiran 13
KODE WILAYAH
KECAMATAN DAN DESA/KELURAHAN
KABUPATEN KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH
NO N A M A
K O D E KECAMATAN KELURAHAN D E S A
1 Ayah 33 05 01
1 1 Argopeni 33 05 01 001
1 2 Karangduwur 33 05 01 002
1 3 Srati 33 05 01 003
1 4 Pasir 33 05 01 004
1 5 Jintung 33 05 01 005
1 6 Banjararjo 33 05 01 006
1 7 Argosari 33 05 01 007
1 8 Watukelir 33 05 01 008
1 9 Kalibangkang 33 05 01 009
1 10 Tlogosari 33 05 01 010
1 11 Kalipoh 33 05 01 011
1 12 Ayah 33 05 01 012
1 13 Candirenggo 33 05 01 013
1 14 Mangunweni 33 05 01 014
1 15 Jatijajar 33 05 01 015
1 16 Demangsari 33 05 01 016
1 17 Bulurejo 33 05 01 017
1 18 Kedungweru 33 05 01 018
2 Buayan 33 05 02
2 1 Karangbolong 33 05 02 001
2 2 Jladri 33 05 02 002
2 3 Adiwarno 33 05 02 003
2 4 Rangkah 33 05 02 004
2 5 Wonodadi 33 05 02 005
2 6 Geblug 33 05 02 006
2 7 Rogodadi 33 05 02 007
2 8 Pakuran 33 05 02 008
2 9 Buayan 33 05 02 009
2 10 Sikayu 33 05 02 010
2 11 Karangsari 33 05 02 011
2 12 Rogodono 33 05 02 012
2 13 Banyumudal 33 05 02 013
2 14 Tugu 33 05 02 014
2 15 Nogoraji 33 05 02 015
Page 118
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
NO N A M A
K O D E KECAMATAN KELURAHAN D E S A
2 16 Mergosono 33 05 02 016
2 17 Semampir 33 05 02 017
2 18 Jogomulyo 33 05 02 018
2 19 Purbowangi 33 05 02 019
2 20 Jatiroto 33 05 02 020
3 Puring 33 05
3 1 Tambakmulyo 33 05 03 001
3 2 Surorejan 33 05 03 002
3 3 Waluyorejo 33 05 03 003
3 4 Sidoharjo 33 05 03 004
3 5 Puliharjo 33 05 03 005
3 6 Purwosari 33 05 03 006
3 7 Arjowinangun 33 05 03 007
3 8 Krandegan 33 05 03 008
3 9 Kaleng 33 05 03 009
3 10 Tukinggedong 33 05 03 010
3 11 Purwoharjo 33 05 03 011
3 12 Banjarejo 33 05 03 012
3 13 Wetonkulon 33 05 03 013
3 14 Pasuruan 33 05 03 014
3 15 Wetonwetan 33 05 03 015
3 16 Kedaleman Kulon 33 05 03 016
3 17 Kedaleman Wetan 33 05 03 017
3 18 Srusuhjurutengah 33 05 03 018
3 19 Sitiadi 33 05 03 019
3 20 Bumirejo 33 05 03 020
3 21 Madurejo 33 05 03 021
3 22 Sidobunder 33 05 03 022
3 23 Sidodadi 33 05 03 023
4 Petanahan 33 05 04
4 1 Karangrejo 33 05 04 001
4 2 Karanggadung 33 05 04 002
4 3 Tegalretno 33 05 04 003
4 4 Ampelsari 33 05 04 004
4 5 Munggu 33 05 04 005
4 6 Kewangunan 33 05 04 006
4 7 Karangduwur 33 05 04 007
4 8 Petanahan 33 05 04 008
4 9 Kebonsari 33 05 04 009
4 10 Grogolpenatus 33 05 04 010
4 11 Grogolbeningsari 33 05 04 011
4 12 Jogomertan 33 05 04 012
Page 119
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
NO N A M A
K O D E KECAMATAN KELURAHAN D E S A
4 13 Tanjungsari 33 05 04 013
4 14 Sidomulyo 33 05 04 014
4 15 Grujugan 33 05 04 015
4 16 Kritig 33 05 04 016
4 17 Nampudadi 33 05 04 017
4 18 Tresnorejo 33 05 04 018
4 19 Podourip 33 05 04 019
4 20 Jatimulyo 33 05 04 020
4 21 Banjarwinangun 33 05 04 021
5 Klirong - 33 05 05
5 1 Jogosimo 33 05 05 001
5 2 Tanggulangin 33 05 05 002
5 3 Pandanlor 33 05 05 003
5 4 Tambakprogaten 33 05 05 004
5 5 Gebangsari 33 05 05 005
5 6 Klegenrejo 33 05 05 006
5 7 Bendogarap 33 05 05 007
5 8 Kedungsari 33 05 05 008
5 9 Jerukagung 33 05 05 009
5 10 Klegenwonosari 33 05 05 010
5 11 Klirong 33 05 05 011
5 12 Kaliwungu 33 05 05 012
5 13 Jatimalang 33 05 05 013
5 14 Karangglondong 33 05 05 014
5 15 Ranterejo 33 05 05 015
5 16 Wotbuwono 33 05 05 016
5 17 Tambakagung 33 05 05 017
5 18 Sitirejo 33 05 05 018
5 19 Gadungrejo 33 05 05 019
5 20 Dorowati 33 05 05 020
5 21 Bumiharjo 33 05 05 021
5 22 Kebadongan 33 05 05 022
5 23 Podoluhur 33 05 05 023
5 24 Kedungwinangun 33 05 05 024
6
Buluspesantren
33 05 06
6 1 Ayamputih 33 05 06 001
6 2 Setrojenar 33 05 06 002
6 3 Brecong 33 05 06 003
6 4 Banjurpasar 33 05 06 004
6 5 Indrosari 33 05 06 005
6 6 Buluspesantren 33 05 06 006
6 7 Banjurmukadan 33 05 06 007
Page 120
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
NO N A M A
K O D E KECAMATAN KELURAHAN D E S A
6 8 Waluyo 33 05 06 008
6 9 Bocor 33 05 06 009
6 10 Maduretno 33 05 06 010
6 11 Ambalkumolo 33 05 06 011
6 12 Rantewringin 33 05 06 012
6 13 Tambakrejo 33 05 06 013
6 14 Sangubanyu 33 05 06 014
6 15 Arjowinangun 33 05 06 015
6 16 Ampih 33 05 06 016
6 17 Jogopaten 33 05 06 017
6 18 Kloposawit 33 05 06 018
6 19 Sidomoro 33 05 06 019
6 20 Tanjungrejo 33 05 06 020
6 21 Tanjungsari 33 05 06 021
7 Ambal
33 05 07
7 1 Entak 33 05 07 001
7 2 Plembukan Kembaran
33 05 07 002
7 3 Kenoyojayan 33 05 07 003
7 4 Ambalresmi 33 05 07 004
7 5 Kaibonpetangkuran 33 05 07 005
7 6 Kaibon 33 05 07 006
7 7 Sumberjati 33 05 07 007
7 8 Blengor Wetan 33 05 07 008
7 9 Blengor Kulon 33 05 07 009
7 10 Bener Wetan 33 05 07 010
7 11 Bener Kulon 33 05 07 011
7 12 Ambal Kliwonan 33 05 07 012
7 13 Pasarsenen 33 05 07 013
7 14 Pucangan 33 05 07 014
7 15 Ambalkebrek 33 05 07 015
7 16 Gedonglegi 33 05 07 016
7 17 Banjarsari 33 05 07 017
7 18 Lajer 33 05 07 018
7 19 Singosari 33 05 07 019
7 20 Sidoluhur 33 05 07 020
7 21 Sinungrejo 33 05 07 021
7 22 Ambarwinangun 33 05 07 022
7 23 Peneket 33 05 07 023
7 24 Sidorejo 33 05 07 024
7 25 Sidomulyo 33 05 07 025
7 26 Sidomukti 33 05 07 026
Page 121
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
NO N A M A
K O D E KECAMATAN KELURAHAN D E S A
7 27 Prasutan 33 05 07 027
7 28 Kradenan 33 05 07 028
7 29 Pagedangan 33 05 07 029
7 30 Surobayan 33 05 07 030
7 31 Dukuhrejosari 33 05 07 031
7 32 Kembangsawit 33 05 07 032
8 Mirit 33 05 08
8 1 Miritpetikusan 33 05 08 001
8 2 Tlogodepok 33 05 08 002
8 3 Mirit 33 05 08 003
8 4 Tlogopragoto 33 05 08 004
8 5 Lembupurwo 33 05 08 005
8 6 Wiromartan 33 05 08 006
8 7 Rowo 33 05 08 007
8 8 Singoyudan 33 05 08 008
8 9 Wergonayan 33 05 08 009
8 10 Selotumpeng 33 05 08 010
8 11 Sitibentar 33 05 08 011
8 12 Karanggede 33 05 08 012
8 13 Kertodeso 33 05 08 013
8 14 Patukrejomulyo 33 05 08 014
8 15 Patukgawemulyo 33 05 08 015
8 16 Mangunranan 33 05 08 016
8 17 Pekutan 33 05 08 017
8 18 Wirogaten 33 05 08 018
8 19 Winong 33 05 08 019
8 20 Ngabean 33 05 08 020
8 21 Sarwogading 33 05 08 021
8 22 Krubungan 33 05 08 022
9 Prembun 33 05 09
9 1 Tersobo 33 05 09 001
9 2 Prembun 33 05 09 002
9 3 Kabekelan 33 05 09 003
9 4 Tunggalroso 33 05 09 004
9 5 Kedungwaru 33 05 09 005
9 6 Bagung 33 05 09 006
9 7 Sidogede 33 05 09 007
9 8 Sembirkadipaten 33 05 09 008
9 9 Kedungbulus 33 05 09 009
9 10 Mulyosri 33 05 09 010
9 11 Pesuningan 33 05 09 011
9 12 Pecarikan 33 05 09 012
Page 122
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
NO N A M A
K O D E KECAMATAN KELURAHAN D E S A
9 13 Kabuaran 33 05 09 013
10 Kutowinangun 33 05 10
10 1 Pakunden 33 05 10 001
10 2 Tanjungmeru 33 05 10 002
10 3 Kuwarisan 33 05 10 003
10 4 Kutowinangun 33 05 10 004
10 5 Lundong 33 05 10 005
10 6 Mekarsari 33 05 10 006
10 7 Babadsari 33 05 10 007
10 8 Ungaran 33 05 10 008
10 9 Mrinen 33 05 10 009
10 10 Pejagatan 33 05 10 010
10 11 Triwarno 33 05 10 011
10 12 Korowelang 33 05 10 012
10 13 Jlegiwinangun 33 05 10 013
10 14 Lumbu 33 05 10 014
10 15 Tanjungsari 33 05 10 015
10 16 Kaliputih 33 05 10 016
10 17 Tanjungseto 33 05 10 017
10 18 Pesalakan 33 05 10 018
10 19 Karangsari 33 05 10 019
11 Alian 33 05 11
11 1 Bojongsari 33 05 11 001
11 2 Surotrunan 33 05 11 002
11 3 Kambangsari 33 05 11 003
11 4 Jatimulyo 33 05 11 004
11 5 Tanuharjo 33 05 11 005
11 6 Karangtanjung 33 05 11 006
11 7 Kemangguhan 33 05 11 007
11 8 Kalijaya 33 05 11 008
11 9 Karangkembang 33 05 11 009
11 10 Seliling 33 05 11 010
11 11 Tlogowulung 33 05 11 011
11 12 Kaliputih 33 05 11 012
11 13 Wonokromo 33 05 11 013
11 14 Sawangan 33 05 11 014
11 15 Kalirancang 33 05 11 015
11 16 Krakal 33 05 11 016
12 Kebumen 33 05 12
12 1 Muktisari 33 05 12 001
12 2 Muktirejo 33 05 12 002
Page 123
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
NO N A M A
K O D E KECAMATAN KELURAHAN D E S A
12 3 Depokrejo 33 05 12 003
12 4 Mengkowo 33 05 12 004
12 5 Gesikan 33 05 12 005
12 6 Kalibogor 33 05 12 006
12 7 Argopeni 33 05 12 007
12 8 Jatisari 33 05 12 008
12 9 Kalirejo 33 05 12 009
12 10 Selang 33 05 12 010
12 11 Adikarso 33 05 12 011
12 12 Tamanwinangun 33 05 12 012
12 13 Panjer 33 05 12 013
12 14 Kembaran 33 05 12 014
12 15 Sumberadi 33 05 12 015
12 16 Wonosari 33 05 12 016
12 17 Roworejo 33 05 12 017
12 18 Tanahsari 33 05 12 018
12 19 Bandung 33 05 12 019
12 20 Candimulyo 33 05 12 020
12 21 Kalijirek 33 05 12 021
12 22 Candiwulan 33 05 12 022
12 23 Kawedusan 33 05 12 023
12 24 Kebumen 33 05 12 024
12 25 Kutosari 33 05 12 025
12 26 Bumirejo 33 05 12 026
12 27 Gemeksekti 33 05 12 027
12 28 Karangsari 33 05 12 028
12 29 Jemur 33 05 12 029
13 Pejagoan 33 05 13
13 1 Logede 33 05 13 001
13 2 Kewayuhan 33 05 13 002
13 3 Kedawung 33 05 13 003
13 4 Pejagoan 33 05 13 004
13 5 Kebulusan 33 05 13 005
13 6 Aditirto 33 05 13 006
13 7 Karangpoh 33 05 13 007
13 8 Jemur 33 05 13 008
13 9 Prigi 33 05 13 009
13 10 Kebagoran 33 05 13 010
13 11 Pengaringan 33 05 13 011
13 12 Peniron 33 05 13 012
13 13 Watulawang 33 05 13 013
14 Sruweng 33 05 14
Page 124
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
NO N A M A
K O D E KECAMATAN KELURAHAN D E S A
14 1 Menganti 33 05 14 001
14 2 Trikarso 33 05 14 002
14 3 Sidoarjo 33 05 14 003
14 4 Giwangretno 33 05 14 004
14 5 Jabres 33 05 14 005
14 6 Sruweng 33 05 14 006
14 7 Karanggedang 33 05 14 007
14 8 Purwodeso 33 05 14 008
14 9 Klepusanggar 33 05 14 009
14 10 Tanggeran 33 05 14 010
14 11 Karangsari 33 05 14 011
14 12 Karangpule 33 05 14 012
14 13 Pakuran 33 05 14 013
14 14 Pengempon 33 05 14 014
14 15 Kejawang 33 05 14 015
14 16 Karangjambu 33 05 14 016
14 17 Sidoagung 33 05 14 017
14 18 Penusupan 33 05 14 018
14 19 Donosari 33 05 14 019
14 20 Pandansari 33 05 14 020
14 21 Condongcampur 33 05 14 021
15 Adimulyo 33 05 15
15 1 Sugihwaras 33 05 15 001
15 2 Tambakharjo 33 05 15 002
15 3 Tepakyang 33 05 15 003
15 4 Sidomulyo 33 05 15 004
15 5 Wajasari 33 05 15 005
15 6 Candiwulan 33 05 15 006
15 7 Adikarto 33 05 15 007
15 8 Adimulyo 33 05 15 008
15 9 Temanggal 33 05 15 009
15 10 Joho 33 05 15 010
15 11 Adiluhur 33 05 15 011
15 12 Tegalsari 33 05 15 012
15 13 Sekarteja 33 05 15 013
15 14 Kemujan 33 05 15 014
15 15 Mangunharjo 33 05 15 015
15 16 Banyuroto 33 05 15 016
15 17 Meles 33 05 15 017
15 18 Caruban 33 05 15 018
15 19 Bonjok 33 05 15 019
15 20 Arjomulyo 33 05 15 020
Page 125
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
NO N A M A
K O D E KECAMATAN KELURAHAN D E S A
15 21 Arjosari 33 05 15 021
15 22 Pekuwon 33 05 15 022
15 23 Sidomukti 33 05 15 023
16 Kuwarasan
33 05 16
16 1 Kamulyan 33 05 16 001
16 2 Sidomukti 33 05 16 002
16 3 Tambaksari 33 05 16 003
16 4 Kalipurwo 33 05 16 004
16 5 Purwodadi 33 05 16 005
16 6 Pondokgebangsari 33 05 16 006
16 7 Kuwarasan 33 05 16 007
16 8 Harjodowo 33 05 16 008
16 9 Lemahduwur 33 05 16 009
16 10 Madureso 33 05 16 010
16 11 Mangli 33 05 16 011
16 12 Gandusari 33 05 16 012
16 13 Ori 33 05 16 013
16 14 Serut 33 05 16 014
16 15 Banjarejo 33 05 16 015
16 16 Gumawang 33 05 16 016
16 17 Wonoyoso 33 05 16 017
16 18 Gunungmujil 33 05 16 018
16 19 Kuwaru 33 05 16 019
16 20 Bendungan 33 05 16 020
16 21 Jati Mulyo 33 05 16 021
16 22 Sawangan 33 05 16 022
17 Rowokele
33 05 17
17 1 Redisari 33 05 17 001
17 2 Kalisari 33 05 17 002
17 3 Pringtutul 33 05 17 003
17 4 Rowokele 33 05 17 004
17 5 Bumiagung 33 05 17 005
17 6 Jatiluhur 33 05 17 006
17 7 Kretek 33 05 17 007
17 8 Sukomulyo 33 05 17 008
17 9 Giyanti 33 05 17 009
17 10 Wonoharjo 33 05 17 010
17 11 Wagirpandan 33 05 17 011
18 Sempor
33 05 18
18 1 Sidoharum 33 05 18 001
18 2 Selokerto 33 05 18 002
Page 126
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
NO N A M A
K O D E KECAMATAN KELURAHAN D E S A
18 3 Kalibeji 33 05 18 003
18 4 Jatinegoro 33 05 18 004
18 5 Bejiruyung 33 05 18 005
18 6 Pekuncen 33 05 18 006
18 7 Kedungjati 33 05 18 007
18 8 Semali 33 05 18 008
18 9 Bonosari 33 05 18 009
18 10 Sempor 33 05 18 010
18 11 Tunjungseto 33 05 18 011
18 12 Sampang 33 05 18 012
18 13 Donorejo 33 05 18 013
18 14 Kedungwringin 33 05 18 014
18 15 Kenteng 33 05 18 015
18 16 Somagede 33 05 18 016
19 Gombong
33 05 19
19 1 Kalitengah 33 05 19 001
19 2 Kemukus 33 05 19 002
19 3 Banjarsari 33 05 19 003
19 4 Panjangsari 33 05 19 004
19 5 Patemon 33 05 19 005
19 6 Kedungpuji 33 05 19 006
19 7 Wero 33 05 19 007
19 8 Gombong 33 05 19 008
19 9 Wonokriyo 33 05 19 009
19 10 Semondo 33 05 19 010
19 11 Semanding 33 05 19 011
19 12 Sidayu 33 05 19 012
19 13 Wonosigro 33 05 19 013
19 14 Klopogodo 33 05 19 014
20 Karanganyar 33 05 20
20 1 Sidomulyo 33 05 20 001
20 2 Panjatan 33 05 20 002
20 3 Karanganyar 33 05 20 003
20 4 Jatiluhur 33 05 20 004
20 5 Candi 33 05 20 005
20 6 Giripurno 33 05 20 006
20 7 Plarangan 33 05 20 007
20 8 Karangkemiri 33 05 20 008
20 9 Wonorejo 33 05 20 009
20 10 Grenggeng 33 05 20 010
20 11 Pohkumbang 33 05 20 011
Page 127
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
NO N A M A
K O D E KECAMATAN KELURAHAN D E S A
21 Karanggayam 33 05 21
21 1 Karanggayam 33 05 21 001
21 2 Kajoran 33 05 21 002
21 3 Karangtengah 33 05 21 003
21 4 Karangmojo 33 05 21 004
21 5 Penimbun 33 05 21 005
21 6 Kalirejo 33 05 21 006
21 7 Pagebangan 33 05 21 007
21 8 Clapar 33 05 21 008
21 9 Logandu 33 05 21 009
21 10 Kebakalan 33 05 21 010
21 11 Karangrejo 33 05 21 011
21 12 Wonotirto 33 05 21 012
21 13 Kalibening 33 05 21 013
21 14 Gunungsari 33 05 21 014
21 15 Ginandong 33 05 21 015
21 16 Binangun 33 05 21 016
21 17 Glontor 33 05 21 017
21 18 Selogiri 33 05 21 018
21 19 Giritirto 33 05 21 019
22 Sadang 33 05 22
22 1 Pucangan 33 05 22 001
22 2 Seboro 33 05 22 002
22 3 Wonosari 33 05 22 003
22 4 Sadangkulon 33 05 22 004
22 5 Cangkring 33 05 22 005
22 6 Sadangwetan 33 05 22 006
22 7 Kedunggong 33 05 22 007
23 Bonorowo 33 05 23
23 1 Patukrejo 33 05 23 001
23 2 Ngasinan 33 05 23 002
23 3 Pujodadi 33 05 23 003
23 4 Balorejo 33 05 23 004
23 5 Rowosari 33 05 23 005
23 6 Tlogorejo 33 05 23 006
23 7 Bonorowo 33 05 23 007
23 8 Sirnoboyo 33 05 23 008
23 9 Bonjok Kidul 33 05 23 009
23 10 Bonjok Lor 33 05 23 010
23 11 Mrentul 33 05 23 011
24 Padureso 33 05 24
Page 128
K e d a u l a t a n D e s a a t a s D a t a K em i s k i n a n
P a n d u a n P e n d a t a a n P e n d u d u k M i s k i n
NO N A M A
K O D E KECAMATAN KELURAHAN D E S A
24 1 Pejengkolan 33 05 24 001
24 2 Belingasal 33 05 24 002
24 3 Merden 33 05 24 003
24 4 Kalijering 33 05 24 004
24 5 Kaligubug 33 05 24 005
24 6 Sidototo 33 05 24 006
24 7 Rahayu 33 05 24 007
24 8 Sendangdalem 33 05 24 008
24 9 Padureso 33 05 24 009
25 Poncowarno 33 05 25
25 1 Jatipurus 33 05 25 001
25 2 Lerepkebumen 33 05 25 002
25 3 Blater 33 05 25 003
25 4 Poncowarno 33 05 25 004
25 5 Tegalrejo 33 05 25 005
25 6 Jembangan 33 05 25 006
25 7 Kedungdowo 33 05 25 007
25 8 Karangtengah 33 05 25 008
25 9 Tirtomoyo 33 05 25 009
25 10 Soka 33 05 25 010
25 11 Kebapangan 33 05 25 011
26 Karangsambung 33 05 26
26 1 Widoro 33 05 26 001
26 2 Seling 33 05 26 002
26 3 Pencil 33 05 26 003
26 4 Kedungwaru 33 05 26 004
26 5 Kaligending 33 05 26 005
26 6 Plumbon 33 05 26 006
26 7 Pujotirto 33 05 26 007
26 8 Wadasmalang 33 05 26 008
26 9 Tlempok 33 05 26 009
26 10 Kalisana 33 05 26 010
26 11 Langse 33 05 26 011
26 12 Banioro 33 05 26 012
26 13 Karangsambung 33 05 26 013
26 14 Totogan 33 05 26 014