panduan ap edit
DESCRIPTION
biologiTRANSCRIPT
PANDUAN ASSESMEN PASIEN
DI RSUD KELAS B MAJALAYA
RSUD KELAS B MAJALAYA KABUPATEN BANDUNG
Jl. Cipaku no. 87 Majalaya telp. ( 022) – 5950035 fax ( 022 ) 5950035 ext 107
KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSUD KELAS B MAJALAYA
NOMOR : 445 / .K/RSUD/ KLSB/ /
TENTANG
KEBIJAKAN PEMBERLAKUAN PEDOMAN DAN PANDUAN ASESMEN PASIEN DI RSUD KELAS B MAJALAYA
Menimbang a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutun pelayanan
RSUD Kelas B Majalaya, maka diperlukan adanya
asesmen pasien terhadap pasien yang berobat di
RSUD Kelas B Majalaya
b. Bahwa agar pelayanan Instalasi rawat inap dan rawat
jalan RSUD Kelas B Majalaya dapat terlaksana dengan
baik perlu adanya pemberlakuan asesmen pasien di
RSUD Kelas B Majalaya
c. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut diatas perlu
ditetapkan surat keputusan Direktur Utama RSUD
kelas B Majalaya, tentang pemberlakuan asesmen
pasien di RSUD Kelas B Majalaya
Mengingat 1. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun
2009 tentang Rumah Sakit.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor : 856/ Menkes/SK/IX/2009 tentang standar
instalasi rawat inap dan rawat jalan Rumah Sakit.
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 129/ Menkes/
SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/ Menkes/
Per/III/2008 tentang Rekam Medis
5. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun
2004 tentang praktik kedokteran
MEMUTUSKAN
Kesatu Keputusan Direktur Utama RSUD kelas B Majalaya
memutuskan tentang Pemberlakuan Pedoman Asesmen
Pasien
Kedua Keputusan Direktur Utama RSUD Kelas B Majalaya,
Memutuskan tentang pemberlakuan Panduan Asesmen
Pasien
Ketiga Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini,
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Majalaya
Pada tanggal : …………………….
Direktur Utama
RSUD Kelas B Majalaya
Kabupaten Bandung
Drg. Grace Mediana Purnami, M.Kes
NIP. 196212141988032004
Tembusan :
1. Ketua komite Medik
2. Ketua Panitia Akreditasi
3. Kepala Instalasi Rawat Inap
4. Kepala Instalasi Rawat Jalan
5. Kepala Rekam Medis
BAB I
DEFINISI
RSUD Kelas B Majalaya adalah organisasi yang berkiprah dalam bidang jasa
pelayanan kesehatan. Penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan pada pasien
rumah sakit didukung oleh banyak jenis keterampilan SDM baik dari tenaga medis
maupun non-medis yang bekerja secara terintegrasi.
Dalam menjalankan kegiatannya, RSUD Kelas B Majalaya menyadari bahwa
pelayanan yang diberikan kepada pasien dapat terjadi dalam berbagai macam asuhan
yang merupakan bagian kesatuan dari suatu sistem pelayanan yang terintegrasi
dengan para profesional di bidang pelayanan kesehatan. Diharapkan dengan adanya
pedoman ini, RSUD Kelas B Majalaya dapat menerapkan model pelayanan yang akan
membangun suatu kontinuitas pelayanan, menyelaraskan kebutuhan asuhan pasien
dengan pelayanan bermutu yang tersedia di rumah sakit, mengkoordinasikan
pelayanan pasien serta merencanakan pemulangan dan tindakan selanjutnya. Hasil
yang diharapkan adalah meningkatnya mutu asuhan pelayanan pasien dan
penggunaan sumber daya yang efisien yang tersedia di rumah sakit.
Setiap pasien yang datang ke RSUD kelas B Majalaya harus dijamin aksesnya
untuk mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan, terjamin pula kontinuitas pelayanan
yang didapat, serta mendapatkan pelayanan yang terkoordinasi dan terintegrasi dari
berbagai asuhan dari para profesional pemberi asuhan pasien. Sehingga diharapkan
hasil pelayanan yang efektif, efisien dan menjamin keselamatan pasien, yang akhirnya
bermuara pada kepuasan pasien dan pemenuhan hak pasien.
Beberapa hal penting yang harus dikelola oleh rumah sakit adalah mengenali
dengan baik kebutuhan pasien yang mana yang dapat dilayani oleh rumah sakit,
mengatur pemberian pelayanan yang efisien kepada pasien, dan melakukan rujukan ke
pelayanan yang tepat baik di dalam maupun keluar rumah sakit serta mengatur
pemulangan pasien yang tepat ke rumah.
RSUD kelas B Majalaya, adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
melalui penyelenggaraan pelayanan secara paripurna pada unit unit gawat darurat,
rawat jalan, rawat inap, ruang tindakan dan ruang perawatan khusus. Penyelenggaraan
pelayanan dilaksanakan oleh berbagai kelompok profesi . Profesional utama yang
memberikan asuhan kepada pasien di rumah sakit adalah staf medis baik dokter
maupun dokter spesialis, staf klinis keperawatan (perawat dan bidan), nutrisionis dan
farmasis yang rutin dan pasti selalu berkontak dengan pasien, akan tetapi tidak kalah
pentingnya profesional lain yang berfungsi melakukan asuhan penunjang berupa analis
laboratorium, penata rontgen, fisioterapis.
Secara garis besar ada empat kelompok Sumber daya Manusia ( SDM ) yang
mendukung jalannya rumah sakit yaitu kelompok medis memberikan pelayanan asuhan
medis, kelompok keperawatan memberikan pelayanan asuhan keperawatan, serta
kelompok keteknisian medis yang memberikan pelayanan penunjang medis, dan
akhirnya adalah kelompok administrasi yang memberikan pelayanan administrasi
manajemen.
Pedoman ini akan membahas pengaturan alur pasien sejak pasien
menginjakkan kakinya di rumah sakit sampai pasien dipulangkan kerumah atau dirujuk
ke sarana kesehatan lain. Pada semua alur perjalanan pasien ini telah ada standar
yang ditetapkan oleh Kemenkes dalam Peraturan Menteri Kesehatan No .... tahun
2013. Standar tersebut disebut standar pelayanan berfokus pasien, yang di antaranya
adalah Asesmen pasien.
Asesmen pasien merupakan langkah guna mengidentifikasi sejauh mana
kebutuhan pasien akan pelayanan kesehatan. Keputusan mengenai jenis pelayanan
yang paling tepat untuk pasien, bidang spesialisasi yang paling tepat, penggunaan
pemeriksaan penunjang diagnostik yang paling tepat, sampai penanganan perawatan,
gizi, psikologis dan aspek lain dalam penanganan pasien di rumah sakit merupakan
keputusan yang diambil berdasarkan asesmen.
RSUD kelas B Majalaya membuat kebijakan mengenai proses asesmen pasien
sebagai acuan standar dalam proses asesmen. Asesmen awal pasien adalah proses
pengidentifikasian kebutuhan dan jenis pelayanan pasien untuk memahami kebutuhan
pelayanan medis dan pelayanan keperawatan sehingga pelayanan dan pengobatan
dapat dimulai.
Rumah sakit menetapkan isi minimal dari asesmen awal medis dan
keperawatan serta asesmen lain. Dalam pengisian assesmen tersebut ada kerangka
waktu yang disyaratkan untuk menyelesaikan asesmen dan pendokumentasi asesmen
awal tersebut.
Semua asesmen ini harus terintegrasi dan kebutuhan pelayanan yang paling
urgen harus diidentifikasi / ditetapkan. Rencana asuhan pasien harus dibuat
berdasarkan data asesmen awal ini. Pada keadaan gawat darurat, asesmen awal
medis dan keperawatan, dapat dibatasi pada kebutuhan dan kondisi yang nyata.
BAB II
RUANG LINGKUP
I. Acuan
Pada pelaksanaannya dalam mengasesmen awal pasien dirumah sakit
dustira mengacu pada :
A. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit;
B. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Rawat Inap dan Rawat jalan
Rumah Sakit;
C. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 / Menkes / SK / II / 2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
D. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 / Menkes / Per / III / 2008 / tentang
Rekam Medis.
E. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 29 / 2004 tentang praktik
kedokteran
II. Tujuan
Tujuan utama dari asesmen awal adalah :
A. Untuk menetapkan alasan pasien perlu datang berobat kerumah sakit
B. Mengumpulkan informasi tentang identitas pasien, keluhan utama dan riwayat
perjalanan penyakit sekarang.
C. Untuk mengevaluasi hasil asesmen awal di rawat jalan / UGD
D. Untuk menentukan diagnosis awal pasien
E. Untuk menentukan kebutuhan pelayanan medis terhadap pasien sehingga
pelayanan dan pengobatan dapat dimulai
III. Jenis – jenis asesmen adalah sebagai berikut :
A. Asesmen awal
1. Seluruh pasien baik rawat inap maupun rawat jalan harus mendapat
asesmen awal sesuai standar profesi medik, keperawatan dan profesi lain
yang berlaku di RSUD kelas B Majalaya
2. Asesmen awal minimal meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik, serta
terdokumentasi dalam rekam medik.
3. Asesmen awal harus menghasilkan pemahaman tentang penanganan yang
sebelumnya telah diterima pasien, serta kebutuhan pasien saat dilakukan
asesmen, keputusan tentang pelayanan apa yang terbaik untuk pasien (best
setting of care) serta adanya diagnosis awal.
B. Asesmen lanjutan
1. Asesmen lanjutan dilakukan bertujuan untuk mengevaluasi respon terhadap
pengobatan dan penanganan yang diberikan.
2. Interval waktu asesmen lanjutan dilakukan tergantung kondisi pasien.
Misalnya pada pasien gawat, asesmen lanjutan yang bertujuan melihat
respon terapi dilakukan dalam hitungan menit, sedangkan asesmen lain
dapat dalam hitungan hari (misal melihat respon dari antibiotik), hal ini
ditetapkan dalam standar profesi medik dan standar profesi keperawatan di
RSUD Kelas B Majalaya.
3. Format Asesmen lanjut di RSUD kelas B Majalaya meliputi SOAP :
S (Subjective) merupakan keluhan pasien.
Ditulis di rekam medik keluhan yang relevan dengan terapi yang
diberikan, serta sebisa mungkin guna kepentingan evaluasi terapi harus
menunjukkan kuantifikasi (misalkan skala nyeri, mual sampai tidak bisa
makan, atau bisa makan tapi sedikit)
O (Objective) merupakan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik.
Ditulis di rekam medik hasil pemeriksaan fisik dan penunjang yang
relevan dalam diagnosis dan terapi yang diberikan saja.
A (Assessment) merupakan kesimpulan Asesmen.
Dituliskan di rekam medik hanya kesimpulan asesmen yang relevan
dengan rencana perubahan terapi (penambahan maupun pengurangan)
atau yang merupakan tindak lanjut dari Asesmen sebelumnya. Termasuk
perubahan diagnosis harus dituliskan.
P (Plan) merupakan kelanjutan rencana perawatan.
Dituliskan di rekam medik secara lengkap setiap perubahan terapi /
penanganan. Termasuk penambahan obat, pengurangan obat, perubahan
dosis obat, perubahan diit, konsultasi dengan spesialisasi lain, rencana
pemulangan, edukasi dan pelatihan pasien dan keluarga yang akan
dilakukan.
Huruf SOAP tidak perlu dituliskan dalam rekam medik, namun
komponen-komponen SOAP di atas harus dituliskan guna menjamin
kontinuitas penanganan, sekaligus justifikasi dari terapi yang diberikan
sehingga pada proses audit informasi yang diberikan lengkap dan
memenuhi aspek hukum.
Penulisan Asesmen harus jelas tanggal dan jam dilakukan Asesmen
dan tertulis / terdokumentasikan di rekam medik secara kronologis waktu.
C. Asesmen gawat darurat
Asesmen dilakukan di unit gawat darurat dan di seluruh unit yang
menemukan pasien dalam keadaan gawat.
1. Asesmen awal gawat darurat dilakukan oleh dokter di RSUD kelas B
Majalaya atau perawat yang terlatih dalam melakukan asesmen gawat
darurat.
2. Asesmen gawat darurat minimal harus meliputi : riwayat singkat kejadian
gawat darurat, kesadaran, Airway, Breathing, Circulation (ABC), dan tanda
vital yang meliputi tekanan darah, nadi, dan pernapasan.
3. Asesmen gawat darurat harus dilakukan maksimal dalam waktu 5 menit
sejak pasien tiba di RSUD kelas B Majalaya atau mengalami kejadian gawat
darurat di rumah sakit.
4. Hasil asesmen gawat darurat didokumentasikan di rekam medik dalam
kronologi waktu yang jelas, dan menunjang diagnosis kerja serta
penanganan yang dilakukan.
D. Asesmen Rawat Jalan
Asesmen Awal Medis Rawat Jalan.
Dilakukan oleh dokter umum dan dokter spesialis di unit rawat jalan RSUD
kelas B Majalaya.Asesmen medik rawat jalan didokumentasikan di rekam
medik sesuai ketentuan / kebijakan rekam medik dengan keterangan yang
jelas mengenai waktu pemeriksaan (tanggal dan jam), dan minimal
menuliskan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang relevan untuk
justifikasi diagnosis dan terapi.
E. Asesmen Awal Medis Rawat Inap
1. Asesmen awal pasien rawat inap dilakukan oleh dokter jaga sesaat sebelum
pasien masuk ke ruang rawat inap. Hasil Asesmen didokumentasikan di
Form ANAMNESA / PEMERIKSAAN FISIK dan dikonsulkan ke DPJP
spesialis. Asesmen medik rawat inap dilakukan oleh dokter penanggung
jawab pasien (DPJP) spesialis pada saat admission ( pasien masuk ruang
perawatan) sekaligus melakukan review hasil assesmen dokter jaga
a. Jika sebelum masuk rawat inap pasien telah mendapatkan Asesmen
DPJP spesialis yang akan merawat, pasien dilakukan assesmen kurang
dari 24 jam dan dalam keadaan tanpa kegawat daruratan medik dapat
langsung menjalani proses admission, sedangkan jika pasien dengan
kegawatdaruratan maka pasien harus menjalani Asesmen ulang di UGD
RSUD kelas B Majalaya.
b. Asesmen medik rawat inap didokumentasikan di rekam medik sesuai
ketentuan / kebijakan rekam medik, dan minimal terdiri dari anamnesis
dan pemeriksaan fisik (dan penunjang jika ada) yang relevan untuk
penetuan diagnosis dan terapi.
c. Dokter membubuhkan tanda tangan DAN nama atau inisialnya di akhir
dari penulisan di rekam medik.
d. Asesmen medik rawat inap oleh DPJP maksimal dilakukan 24 jam sejak
admission atau lebih cepat sesuai dengan kondisi pasien.
F. Asesmen Awal Keperawatan Rawat Inap
Asesmen keperawatan dilakukan oleh perawat yang memiliki SIP.
1. Asesmen awal keperawatan pasien rawat inap didokumentasikan dalam form
asuhan keperawatan secara lengkap, sesuai form ASESMEN
KEPERAWATAN dan dilakukan maksimal 24 jam sejak pasien masuk di
ruang rawat inap.
2. Asesmen ulang keperawatan pasien rawat inap dilakukan minimal 3 kali
sehari di mana masing-masing shift dilakukan sekali, kecuali ada perubahan
kondisi pasien. Asesmen ulang keperawatan rawat inap dilakukan sesuai
form PELAKSANAAN KEPERAWATAN
3. Asesmen keperawatan pasien intensif dan semi intensif dilakukan secara
kontinyu, dan didokumentasikan dalam chart minimal setiap interval satu jam,
sesuai form ASESMEN.
4. Asesmen awal pasien meliputi kebutuhan akan adanya perencanaan untuk
pemulangan pasien (Discharge Planning). Pada kondisi tertentu, pasien
memerlukan perencanaan pemulangan sedini mungkin, demi kepentingan
penanganan selanjutnya di rumah. Hal mana berhubungan dengan
kelanjutan pengobatan, kepatuhan minum obat, proses rehabilitasi, dan lain
sebagainya.
Asesmen perlu/tidaknya discharge planning harus setidaknya
meliputi : Siapa yang akan melanjutkan perawatan di rumah saat
pulang nantinya.
Bagaimana tingkat ketergantungan pasien setelah di rumah (dilihat
dari jenis dan berat ringannya penyakit yang diderita)
Pemahaman dari pasien / keluarga / yang merawat di rumah tentang
penyakit pasien dan rencana penanganan yang ada, termasuk obat-
obatan yang diberikan, serta Asesmen lain (pemeriksaan penunjang)
yang dilakukan.
5. Hasil akhir Asesmen cukup didokumentasikan sebagai PERLU / TIDAK
PERLU Discharge Planning.
6. Instruksi pelatihan maupun edukasi yang diperlukan, termasuk perencanaan
trasportasi didiskusikan oleh dokter maupun perawat dengan keluarga /
penanggung jawab pasien.
7. Perencanaan pemulangan pasien dilakukan pada pasien sebagai berikut :
- Pasien yang kondisi klinis setelah terapi mulai membaik.
- Pasien yang penyakitnya tidak akan sembuh total dan memerlukan
perawatan lanjutan di rumah atau di tempat lain.
- Pasien warga negara asing yang mungkin memerlukan pemulangan ke
negara asalnya.
G. Asesmen Peri Operatif
1. Asesmen peri operatif dilakukan oleh dokter operator utama atau dokter lain
dengan kompetensi sama yang telah mendapat pelimpahan tertulis dari
dokter operator utama.
2. Asesmen pre-operatif menghasilkan diagnosis pre-operatif, dan dokumentasi
di rekam medik yang minimal meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik
(serta penunjang jika standar profesi medik mengharuskan demikian) harus
menunjukkan justifikasi dari tindakan operatif yang akan dilakukan.
3. Asesmen pasca operasi dilakukan sesuai dengan standar profesi masing-
masing,dan didokumentasikan dalam rekam medik. Diagnosis pasca operasi
harus dituliskan, serta rencana penanganan pasca operasi (lihat ketentuan
Asesmen lanjutan)
4. Pasien tidak dilakukan tindakan pembedahan bilamana assesmen pasien
belum dilakukan dan didokumentasikan di rekam medik, termasuk proses
untuk mendapatkan persetujuan tindakan medik (informed-consent), dan
skrining dilakukan oleh unit kamar bedah.
H. Asesmen Peri Anestesi / Sedasi
1. Asesmen peri anaestesi meliputi :
a. Asesmen pre anestesi (dilakukan pada hari sebelum anestesi), untuk
operasi cito dapat digabungkan dengan Asesmen pre induksi.
b. Asesmen pre induksi (dilakukan saat pasien sudah di kamar operasi,
sesaat sebelum induksi dimulai)
c. Monitoring durante anestesi / sedasi
d. Asesmen pasca anestesi / sedasi
2. Asesmen peri anestesi dilakukan oleh dokter yang memiliki kompetensi
sesuai standar ikatan dokter anestesi indonesia (IDSAI).
3. Asesmen pre-sedasi dilakukan oleh dokter / perawat yang telah mendapat
pelatihan mengenai sedasi sesuai kebijakan pelayanan anestesi & sedasi
RSUD kelas B Majalaya.
Pelatihan terhadap dokter / perawat pelaksana sedasi harus sedikitnya
meliputi :
a. Jenis-jenis obat sedatif dan farmakologi singkatnya.
b. Pengenalan berbagai brand / variasi obat sedasi dan kemasannya.
c. Cara pemberian obat sedasi
d. Indikasi dan Kontra Indikasi obat sedasi.
e. Efek samping dan monitoring selama pemberian sedasi
f. Penanganan efek samping dan kegawatan sehubungan dengan obat
sedasi
g. Reversal agent dari obat sedasi
4. Dokter / perawat yang perlu mendapat sertifikasi pelaksana sedasi adalah :
a. Dokter ICU
b. Perawat Anestesi
5. Asesmen pre, durante dan post anestesi / sedasi dilakukan dan
didokumentasikan dalam rekam medik secara lengkap.
6. Pasien tidak dilakukan tindakan anestesi & sedasi bilamana Asesmen pasien
belum dilakukan dan didokumentasikan di rekam medik, termasuk proses
untuk mendapatkan persetujuan tindakan medik (informed-consent), dan
skrining dilakukan oleh unit kamar bedah atau unit lain yang melakukan
sedasi.
I. Asesmen Kemampuan Aktivitas Harian ( Asesmen Status Fungsional)
1. Asesmen kemampuan melakukan aktivitas harian dilakukan sebagai bagian
dari Asesmen awal pasien rawat inap oleh perawat.
2. Asesmen ini perlu meliputi
a. metode mobilitas yang paling nyaman untuk pasien
b. apakah kondisi ruang perawatan dan atau unit pelayanan yang
dibutuhkan pasien sudah sesuai dengan kondisi dan kemampuan pasien.
c. Apakah pasien memiliki pendamping atau penunggu yang sesuai dengan
tingkat ketergantungannya? Jika tidak, pastikan staf (dokter / perawat)
yang merawat pasien ini mengetahui kebutuhan pasien akan bantuan.
J. Asesmen Resiko Jatuh / Fall Risk Asesmen
1. Asesmen resiko jatuh didokumentasikan di form ASESMEN
KEPERAWATAN
2. Asesmen resiko jatuh dilakukan oleh perawat ketika pasien pertama datang
ke rumah sakit di unit rawat inap, unit gawat darurat dan unit-unit ambulatory
lainnya.
3. Asesmen ini dilanjutkan dengan tindak lanjut yang sesuai dengan tingkat
resiko jatuh dari pasien.
4. Asesmen resiko jatuh diulang bila :
a. Pasien jatuh
b. Pasien menerima obat yang meningkatkan resiko jatuh (termasuk pasien
post operatif maupun tindakan lainnya)
c. Pasien mengeluh pusing atau tanda gangguan keseimbangan lain.
K. Skrining & Asesmen Nyeri / Pain screening & assessment
1. Skrining nyeri dilakukan terhadap setiap pasien, baik rawat jalan, gawat
darurat maupun rawat inap
2. Skrining dilakukan dengan menanyakan apakah pasien merasakan nyeri /
sakit.
3. Jika hasil skrining positif (pasien merasakan nyeri), maka perawat yang
melakukan skrining melaporkan kepada dokter penanggung jawab pasien.
4. Dokter akan melakukan Asesmen nyeri terhadap pasien, dan melakukan
penanganan nyeri sesuai standar profesi.
5. Skrining nyeri pasien rawat jalan dilakukan untuk setiap kunjungan pertama
setiap harinya. Kunjungan kedua dan seterusnya tidak perlu diulang. (Bila
dalam sehari pasien mengunjungi lebih dari satu dokter / klinik)
6. Skrining nyeri pasien rawat inap diulang sedikitnya setiap 24 jam dan
didokumentasikan dalam catatan keperawatan.
7. Bila pasien mengalami nyeri atau sedang dalam terapi nyeri, maka Asesmen
dilakukan setiap sebelum pemberian obat nyeri, atau sesuai instruksi dokter.
8. Asesmen nyeri juga perlu diulang sebelum 24 jam bila :
Setelah menjalani tindakan pembedahan atau invasif lain
Jatuh
Mengeluh nyeri
L. Skrining & Asesmen Nutrisi
1. Skrining status nutrisi dilakukan oleh:
- Dokter
Perawat
Ahli gizi
2. Jika pada hasil skrining ditemukan pasien beresiko tinggi mengalami Protein
Energy Malnutrition (PEM), maka perawat atau ahli gizi yang melakukan
skrining melaporkan kepada dokter penanggung jawab pasien.
3. Dokter akan melakukan Asesmen nutrisi yang lebih lengkap.
4. Hasil Asesmen status nutrisi dan aspek-aspek lain terkait pola makan pasien
didokumentasikan dalam rekam medik.
5. Pendokumentasian juga meliputi diagnosis gizi serta rencana tindakan
terapetik berkaitan dengan status gizi pasien.
6. Terkait dengan kepercayaan atau budaya yang dimiliki pasien, untuk pasien
rawat inap perlu ditanyakan apakah ada pantangan atau pola makan khusus
yang dimiliki pasien sebagai bagian dari Asesmen.
M. Asesmen untuk korban penganiayaan
1. Korban penganiayaan adalah pasien yang mengalami tindak kekerasan fisik
diluar kemauannya
2. Kelompok yang rentan menjadi korban penganiayaan dapat anak-anak,
pasangan hidup, orang lanjut usia, dan lain lain orang yang secara sosio-
ekonomi budaya dan fisik tergantung kepada orang lain . Jika menjumpai
kelompok ini, petugasharus mewaspadai kemungkinan terjadinya
penganiayaan
3. Saat menerima kasus medik yang dicurigai merupakan korban
penganiayaan, maka di samping penanganan terhadap cederanya, maka
korban harus mendapat Asesmen lebih dalam dan penanganan khusus yang
meliputi :
a. Privasi pasien dari orang yang mengantar agar mereka dapat bicara
bebas.
b. Bila korban anak-anak, Asesmen mungkin perlu dilakukan terhadap orang
tuanya secara terpisah, atau keluarga lain di luar orang tuanya untuk
mendapat gambaran lebih lengkap mengenai kejadiannya
c. Untuk orang lanjut usia atau yang tidak mampu mengutarakan
keinginannya sendiri, Asesmen perlu dilakukan terhadap seluruh keluarga
yang ada, termasuk orang yang sehari-hari merawat korban.
d. Asesmen terhadap kemungkinan fraktur multipel dilakukan, terutama
pada korban yang tidak dapat mengeluhkan nyeri untuk dirinya sendiri
(anak kecil, bayi maupun orang tua atau dengan kecacatan /
keterbatasan)
N. Asesmen & penanganan pasien dengan kondisi terminal
1. Identifikasi pasien dengan kondisi terminal dilakukan diseluruh unit, baik
oleh dokter maupun oleh perawat.
2. Pada pasien terminal perlu dilakukan secara khusus Asesmen mengenai
kebutuhan unik dari pasien maupun keluarga dengan mengkaji :
Metode penyampaian berita buruk yang paling sesuai untuk pasien.
Dokter berunding dengan keluarga terlebih dahulu mengenai bagaimana
dan kapan waktu yang sesuai untuk menyampaikan berita buruk.
Kadang pasien tidak dalam kondisi sadar / mampu berkomunikasi, maka
langkah di atas mungkin pula diperlukan untuk keluarga pasien.
Ke-adekuatan (adequacy) dari obat-obatan paliatif yang diberikan
(terutama obat nyeri), serta Asesmen nyeri dan gejala lain yang mungkin
timbul pada pasien terminal.
BAB III
TATA LAKSANA
Dengan mengacu dan berpedoman pada ketentuan diatas, Direktur Utama RSUD
kelas B Majalaya dengan surat keputusannya : KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA
RSUD KELAS B MAJALAYA NOMOR : 445 / .K/RSUD/ KLSB/ / TENTANG
KEBIJAKAN PEMBERLAKUAN PEDOMAN DAN PANDUAN ASESMEN PASIEN DI
RSUD KELAS B MAJALAYA, memberlakukan standar prosedur operasional asesmen
awal dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSUD kelas B Majalaya, maka
diperlukan penyelenggaraan proses pemberian informasi di unit rawat inap dan rawat
jalan, pelayanan Instalasi rawat inap dan rawat jalan RSUD kelas B Majalaya dapat
terlaksana dengan baik.
Adapun tatacara dalam mengasesmen pasien awal sebagai berikut :
1. Dokter dan perawat menanyakan keluhan utama dan riwayat perjalanan
penyakit pasien, hal ini diperoleh dari pasien dan keluarganya dengan
menanyakan secara langsung.
2. Anamnesis meliputi : identitas pasien, alamat, keluhan utama, riwayat penyakit,
sosial ekonomi (pasien umum, bpjs, askes, dll).
3. Selanjutnya dokter dan perawat melakukan pemeriksaan fisik, psikologi,
pemeriksaan penunjang, status gizi, skala nyeri, resiko jatuh sesuai dengan
lembar assesmen yang telah disediakan pada rekam medik.
4. Kemudian dokter menyiapkan diagnosis, rencana penatalaksanaan (pengobatan
dan tindakan), meminta persetujuan tindakan bila diperlukan (informed consent)
agar kebutuhan dan jenis pelayanan pasien baik kebutuhan pelayanan medis
ataupun pelayanan keperawatan sehingga pelayanan pengobatan dapat dimulai.
5. Semua hasil temuan dari hasil assesmen termasuk apabila pasien perlu
pemantuan (observasi), konsultasi dengan bagian terkait, hasil pengobatan,dll
didokumentasikan pada rekam medis, cantumkan tanggal dan waktu
pemeriksaan serta disertai tanda tangan oleh dokter pemeriksa.
6. Kerangka waktu assesmen awal pasien :
6.1 Untuk kasus-kasus yang mengancam jiwa serta dapat menimbulkan
kerusakan organ, assesmen awal medis harus dilakukan dalam waktu
kurang dari 5 menit (respon time) dan untuk kasus-kasus yang tidak
mengancam jiwa assesmen awal medis dapat dilakukan paling lama
1x24jam setelah dirawat.
6.2 Kerangka waktu assesmen awal medis pada pasien rawat jalan ditetapkan
dalam waktu 15-30 menit.
6.3 Kerangka waktu assesmen awal medis pada pasien IGD dilakukan dalam
waktu 10-15 menit. Apabila diperlukakan pemeriksaan penunjang serta
konsultasi spesialistik maka assesmen dapat dilakukan maksimal 6 jam.
6.4 Respon time untuk assesmen awal medis di IGD adalah 5 (lima) menit
setelah pasien tiba di IGD.
6.5 Kerangka waktu assesmen dari luar rumah sakit sampai pasien dirawat :
1. Kurang dari 30 hari, bagian-bagian assesmen dapat diulang atau
diverifikasi (radiologi, laboratorium, perubahan kondisi pasien yang
bermakna) dan setiap perubahannya dicatat di rekam medis.
2. Lebih dari 30 hari harus diassesmen ulang.
6.6 DPJP (dokter penanggung jawab pasien) spesialis dapat memberikan
kewenangan untuk melakukan assesmen awal dan assesmen ulang pasien
dirawat inap kepada dokter jaga ruangan yang telah diatur sebelumnya.
6.7 Apabila DPJP spesialis berhalangan untuk melakukan assesmen awal
maupun assesmen ulang sesuai dengan kerangka waktu yang ditentukan,
maka dapat didelegasikan kepada sesama dokter spesialis atau dokter jaga
ruangan.
6.8 Dalam hal melakukan assesmen awal dan assesmen ulang medis yang
didelegasikan kepadanya, dokter jaga ruangan harus melaporkan hasil
assesmen pasien kepada DPJP spesialis terkait untuk diberikan
penatalaksaan selanjutnya oleh DPJP dan tertulis secara lengkap instruksi
yang diberikan pada rekam medis pasien.
6.9 Pada hari libur, assesmen awal medis pasien rawat inap dilakukan oleh
dokter jaga ruangan. Apabila pada kondisi tertentu dokter jaga ruangan
melaporkan atau mengkonsultasikan hasil pemeriksaan kepada DPJP
spesialis dan dituliskan secara lengkap pada rekam medis pasien.
7. Dokter umum yang bertugas baik di instalasi rawat jalan maupun rawat inap
RSUD Kelas B Majalaya merupakan asisten dari dokter spesialis.
8. Assesmen ulang medis dilakukan setiap hari pada pasien rawat inap.
9. Untuk assesmen yang membutuhkan pelayanan berbeda (lebih dari satu
spesialistik) masing-masing disiplin klinis memberikan pelayanan pasien masing-
masing sesuai dengan bidangnya.
10.Assesmen awal dan assesmen ulang medis dilakukan oleh DPJP apabila pasien
mungkin menjalani banyak jenis assesmen oleh berbagai unit kerja dan
pelayanan medis maka staf yang bertanggung jawab atas pasien bekerjasama
menganalisis temuan pada assesmen dan mengkombinasi informasi dalam
suatu gambaran komprehensif dari kondisi pasien.
11.Dalam assesmen awal medis pasien rawat jalan dan IGD, dokter menetapkan
apakah pasien memerlukan rawat inap, perawatan ICU, dirujuk ke fasilitas
kesehatan lainnya ataupun dapat dipulangkan.
12.Di dalam melaksanankan tugasnya di ICU/HCU, DPJP spesialis dibantu oleh
dokter umum yang telah memiliki sertifikat ACLS dan ATLS.
13.Tugas DPJP spesialis dan dokter jaga ruangan di ICU/HCU
a. Bertindak sebagai anggota tim pelayanan ICU/HCU.
b. Melaksanakan assesmen ulang pasien dan menentukan tindakan
selanjutnya kepada pasien.
c. Bertanggung jawab atas pelayanan program ICU/HCU.
14.Tugas perawat ICU/HCU :
a. Mengelola pelayanan dan asuhan keperawatan secara komprehensif meliputi
pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan keperawatan serta
evaluasi pada pasien.
b. Bertindak sebagai anggota tim ICU/HCU.
c. Melaksanakan program perawatan sesuai perencanaan keperawatan.
d. Melaksanakan assesmen ulang pasien serta mengusulkan program
keperawatan selanjutnya.
e. Bertanggung jawab melakukan program perawatan ICU/HCU kepada
koordinator penanggung jawab pelayanan ICU/HCU.
15.Setelah dokter menetapkan rencana penatalaksanaan terhadap pasien, dokter
harus menjelaskan tentang indikasi dan efek samping yang mungkin timbul dari
hasil pengobatan maupun tindakan.
16.Pendokumentasian hasil assesmen medis :
a. Untuk assesmen awal medis, semua hasil assesmen didokumentasikan pada
lembar assesman awal medis, sesuai dengan disiplin klinis masing-masing.
b. Untuk asesmen ulang medis didokumentasikan pada lembar terintegrasi
dengan ball-point tinta hitam.
17.Assesmen awal dan assesmen ulang keperawatan dilakukan oleh perawat di
unit ditetapkan secara tertulis, termasuk assesmen gawat darurat.
18.Pendokumentasian hasil assesmen keperawatan :
a. Untuk assesmen awal keperawatan rawat jalan didokumentasikan pada
lembar pengkajian awal rawat jalan dengan menggunakan ball-point tinta
biru.
b. Untuk assesmen awal keperawatan IGD didokumentasikan pada lembar
keperawatan IGD dengan menggunakan tinta biru.
c. Untuk assesmen awal dan ulang keperawatan rawat inap didokumentasikan
pada lembar asuhan keperawatan dan lembar terintegrasi dengan
menggunakan tinta biru.
d. Perawat mendokumentasikan assesmen ulang setiap harinya. Semua
instruksi dokter dan perubahan yang signifikan pada pasien
didokumentasikan pada lembar terintegrasi dan asuhan keperawatan
dibubuhi nama dana tanda tangan/ paraf perawat pemeriksa.
19.Assesmen awal keperawatan rawat jalan dilakukan dalam kerangka waktu
10-15 menit. Apabila jumlah pasien yang berobat ke poliklinik dalam jumlah
banyak maka assesmen awal disesuaikan dengan waktu kedatangan pasien
dan kondisi kegawat daruratan pasien.
20.Assesmen awal keperawatan IGD dilakukan dalam kerangka waktu 10-15
menit. Apabila jumlah pasien yang datang ke IGD dalam jumlah banyak dan
dalam waktu bersamaan, maka assesmen awal keperawatan disesuaikan
dengan kondisi kegawatdaruratan pasien.
21.Assesmen awal keperawatan pasien rawat inap dilakukan setelah pasien
masuk perawatan dengan kerangka waktu 15-30 menit.
22.Assesmen ulang keperawatan rawat inap dilakukan setiap hari oleh setiap
shift pergantian jaga perawat. Hasil assesmen didokumentasikan dilembar
integrasi, apabila ada hal-hal khusus misalnya perburukan harus dilakukan
assesmen segera dan dilaporkan kepada dokter jaga ruangan untuk tindakan
lebih lanjut.
23.Perawat memberikan pelayanan baik kepada pasien ataupun kepada
keluarganya diantaranya kebutuhan edukasi :
a. Managemen diagnosis
b. Obat-obatan
c. Nutrisi
d. Tindakan keperawatan
e. Rehabilitasi managemen nyeri
f. Hambatan dalam pendengeran, penglihatan, kognitif, fisik,dll.
24.Dalam melakukan tindakan, perawat harus menjelaskan indikasi yang
dilakukannya serta efek samping yang mungkin timbul akibat tindakan yang
ditimbulkan (pemasangan infus, NGT, kateter urin, pemberian obat, dsb).