pacing-histologi uterus (adnan, unm)
TRANSCRIPT
PENGARUH EKSTRAK NORMAL HEKSAN RIMPANG TUMBUHAN PACING (Costus speciosus, J.E Smith) TERHADAP STRUKTUR HISTOLOGI UTERUS
MENCIT(Mus musculus)
Adnan. 2004 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Makassar
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak n-heksan rimpang tumbuhan pacing terhadap struktur histologi uterus mencit. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri atas 4 kelompok perlakuan. Untuk kelompok kontrol tidak diberikan ekstrak rimpang tumbuhan pacing, sedangkan untuk 3 kelompok perlakuan masing-masing diberikan ekstrak n-heksan rimpang tumbuhan pacing dengan dosis 25, 50 dan 75 mg/kg berat badan. Jumlah mencit betina yang digunakan 20 ekor, setiap perlakuan tediri atas 5 ekor mencit. Ekstrak n-heksan rimpang tumbuhan pacing disuspensikan dalam CMC 0,1%. Pemberian ekstrak dilakukan secara oral dengan volume 0,5 cc/mencit selama 15 hari secara berturut-turut. Setelah 15 hari, mencit dari masing masing perlakuan dimatikan, dibedah, dan uterusnya diangkat unruk dibersihkan. Uterus dibersihkan dengan menggunakan NaCl fisiologis, dan selanjutnya dilakukan mikroteknik dengan menggunakan metode parafin. Uterus mencit disayat secara seri dengan ketebalan 7 um. Pewarnaan dilakukan dengan menggunakan pewarna hematoksilin-eosin (HE). Parameter yang diamati adalah tebal otot memanjang uterus, tebal otot melingkar uterus, tebal lamina propris, jumlah kelenjar endometrium, tinggi epitel lumen pada uterus, dan tebal epitel kubus pada kelenjar endometrium. Pengamatan dilaksanakan dengan menggunakan mikroskop cahaya merk Nikon, pembesaran 10 x 40 dengan teknik mikrometrik. Setiap mencit perlakuan diamati 10 preparat. Setiap preparat dimati sebanyak 5 kali bidang pandang. Data hasil pengamatan dianalisis secara infrensial dan secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ekstrak rimpang tumbuhan pacing (Costus speciosus) pada dosis 25 dan 50 mg/kg bb menyebabkan tebal otot melingkar, tebal otot memanjang, tinggi epitel uterus dan tebal epitel kelenjar menurun, namun pada dosis 75 mg/kg berat badan menyebabkan tebal otot melingkar, tebal otot memanjang, tinggi epitel uterus dan tebal epitel kelenjar meningkat. Ekstrak n-heksan rimpang tumbuhan pacing tidak berpengaruh terhadap jumlah kelenjar endometrium dan tebal lamina propria.
Kata kunci: Pacing, uterus, fertilitas, mencit *) Dosen Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengathauan Alam, Universitas Negeri
Makassar.
A. PENDAHULUAN
Estrogen dan progesteron merupakan bahan kontrasepsi yang hingga saat ini
banyak digunakan, namun keduanya tidak lepas dari efek samping. Penggunaan estrogen
dapat menimbulkan gangguan pada pembuluh darah berupa tromboemboli dan penyakit
jantung koroner, meningkatkan kemungkinan resiko menderita kanker endometrium dan
diabetes millitus (Setiabudy et al., 1990; Johnson dan Everiit, 1988). Penggunaan bahan
progestagenik dapat meningkatkan kemungkinan resiko menderita kanker payudara,
kanker leher uterus dan perdarahan transvagina (Johnson dan Everiit, 1988).
Estrogen, progesterone dan derivatnya termasuk dalam golongan steroid. Kini
sejumlah steroid telah dapat disintesis atau diekstraksi dari berbagai jenis hewan maupun
tumbuhan. Sejumlah hasil penelitian telah dilakukan menunjukkan bahwa senyawa
senyawa bioaktif yang berpotensi sebagai bahan antifertilitas antara lain senyawa-
senyawa golongan steroid, alkaloid, isoflavonoid, triterpenoid dan xanthon (Farnsworth
et al., 1975; Ghosal et al., 1981; Chattopadhyay et al., 1983; dan Chattopadhyay et al.,
1984).
Tumbuhan Pacing (Costus speciosus J. E Smith) merupakan salah satu jenis
tumbuhan dari famili zingiberales yang mengandung fitosterol. Rimpang dan bijinya
mengandung diosgenin (Sapogenin steroid), tigogenin, diosin, grasillin, sitosterol, metal
triakontan, 8-hidroksitriakontan-25-one, 5-alfa-strigmast-9,(11)-en-3-beta-ol. 24-
hidroksitriakontan-26-one, dan 24-hidroksihentriakonta-27-one. Kandungan kimia
tersebut adalah bahan baku obat kontrasepsi (anti hamil). Selain itu rimpang juga
mengandung saponin, flavonoida dan tanin (Wijayakusuma, 1994; Anonim, 2004).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak rimpang tumbuhan
pacing selama 18 hari secara berturut-turut dengan dosis 25, 50, dan 75 mg/kg berat
badan secara statistik nyata menurunkan berat testis, epididimis, dan vesikula seminalis
dan juga berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi sperma. Sedangkan daya konsepsi
mencit jantan setelah perlakuan mengalami penurunan yang sangat drastis. Dan aktifitas
antifertilitasnya pada semua dosis yang dicobakan mencapai 100%.. Dapat disimpulkan
bahwa ekstrak rimpang tumbuhan pacing bersifat anti fertilitas terhadap mencit jantan
(Adnan dan Halifah, 2000). Lebih lanjut ditemukan bahwa ekstrak n-heksan rimpang
tumbuhan pacing dengan dosis 15, 20, dan 25 mg/kg bb yang diberikan selama periode
pra implantasi dapat mengganggu kehamilan. Gangguan yang ditimbulkannya berupa
menurunnya persentase telur yang terimplantasi dan jumlah fetus hidup dan
meningkatkan persentase kehilangan gestasi. Ekstrak n-heksan rimpang tumbuhan
pacing dengan dosis 25 mg/kg bb bersifat sebagai anti implantasi (Adnan, 2001).
Implantasi merupakan salah satu tahapan dalam perkembangan embrio yang
berkembang secara intra uterus. Gangguan terhadap implantasi dapat berupa efek
langsung ekstrak rimpang tumbuhan pacing terhadap uterus, atau gangguan secara
hormonal yang berakibat fungsi uterus menjadi terganggu. Diduga gangguan terhadap
fungsi uterus merupakan konsekwensi dari terganggunya struktur uterus. Berdasarkan
uraian tersebut maka dilakukan penelitian dengan judul pengaruh ekstran n-heksan
rimpang tumbuhan pacing terhadap struktur histology uterus.
B. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini bahan yang diuji aktivitas biologisnya adalah ekstrak n-
heksan rimpang tumbuhan pacing. Rimpang tumbuhan pacing didapatkan dari kebun
percobaan biologi FMIPA UNM. Ekstraksi dilakukan di Laboratorium Biologi FMIPA
UNM. Sebagai pensuspensi digunakan larutan CMC 0,1%.
Hewan uji yang digunakan adalah mencit (Mus musculus) Swiss Webster betina
yang diperoleh dari rumah hewan biologi FMIPA UNM, berumur 21 hari. Pemeliharaan
mencit dilakukan di rumah rumah hewan biologi UNM dengan pencahayaan ruangan 12
jam gelap (pk. 18.00-06.00) dan 12 jam terang (pk 06.00-18.00) dan suhu ruangan
berkisar 22,5-24,50oC. Mencit dipelihara di dalam kandang plastik. Alas kandang
dilapisi sekam dengan tebal kurang lebih 2 cm dan diganti setiap tiga hari. Mencit beri
pakan anak babi, produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia dan air minum (air PAM) ad
libitum dan diganti setiap dua hari.
Mencit yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit yang berumur 10-11
minggu, dengan berat badan berkisar 25 - 30 g, dan memiliki siklus estrus yang teratur,
yaitu berkisar 4-5 hari.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap. Terdiri
atas 1 kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan (tabel 1)
Tabel 1 . Pengelompokan hewan uji percobaan berdasarkan dosis dan volume
Kelompok
perlakuan
Jumlah
hewan uji
Pemberian ekstrak rimpang tumbuhan pacing
Dosis (mg/kg berat badan) Volume (ml/ekor)
Po 5 0 0,5
P1 5 25 0,5
P2 5 50 0,5
P3 5 75 0,5
Pembuatan sediaan dilakukan setiap kali aplikasi. Pemberian sediaan dilakukan
secara oral setiap hari pada pukul 08.00-10.00, dengan menggunakan Feeding Tube no 3
ukuran (3,5) yang panjangnya ± 5 cm dari mulut spoit. Spoit yang digunakan berukuran
2,5 cc/ml. Pemberian sediaan dilakukan selama 15 hari. Pada hari ke 16 hewan uji
dimatikan dengan cara dislokasi leher, selanjutnya dilakukan pembedahan. Uterus
kemudian dilepaskan dan dibersihakan dengan larutan NaCl fisiologis. Lemak yang
menempel dilepaskan. Uterus yang telah bersih selanjutnya dimikroteknik dengan metode
parafin. Pengerjaan mikroteknik dilaksanakan di sub laboratorium mikroteknik biologi
FMIPA UNM. Penyayatan dilakukan secara seri, tebal sayatan 7 um. Pewarnaan
dilakukan dengan menggunakan pewarna hematoksilin-eosin.
Parameter yang diamati adalah tebal otot memanjang uterus, tebal otot melingkar
uterus, tebal lamina propris, jumlah kelenjar endometrium, tinggi epitel lumen pada
uterus, dan tebal epitel kubus pada kelenjar endometrium. Pengamatan dilakukan dengan
menggunakan 10 preparat perperlakuan. Setiap parameter diamati lima kali perpreparat.
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan pembesaran 10 x
40.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
. Hasil analisis statistik dengan uji F � 0,05 menunjukkan bahwa pemberian ekstrak
n-heksan rimpang pacing dengan dosis 25, 50 dan 75 mg/kg bb selama 15 hari
berpengaruh nyata terhadap tebal otot memanjang uterus, tebal otot melingkar uterus, ,
tinggi epitel lumen pada uterus, dan tebal epitel kubus pada kelenjar endometrium..
Hasil uji BNT � 0,05 pada masing-masing parameter ditunjukkan pada tabel 2
Tabel 2. Rata-rata tebal otot memanjang uterus mencit yang diperlakukan dengan ekstrak n-heksan rimpang tumbuhan pacing selama 15 hari
Dosis (mg/kg
bb)
Tebal otot memanjang (X±SEM)
Tebal otot melingkar (X±SEM
Tinggi epitel lumen uterus
(X±SEM)
Tebal epitel kubus kelenjar endometrium
(X±SEM) Kontrol 65,34 ± 4,64 b 54,78 ±10,98 b 15,18 ± 2,24 a 12,98 ± 2,44 a
25 48,62 ±12,81 a 33,66 ± 8,76 a 44,22 ± 3,36 b 12,10 ± 0,69 a
50 52,14 ± 4,89 a 53,46 ± 6,24 b 46,86 ± 8,19 b 12,10 ± 0,69 a
75 69,08± 9,89 b c 68,64± 3,23 b c 72,6 ± 13,36 c 16,5 0 ± 59,43 b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji BNT � 0,05.
P0 P1
P2 P3
Gamar 1. Struktur histologyi uterus mencit yang diberi perlakuan ekstrak n-heksan
rimpang pacing. ol = otot linkar om = otot memanjang.
P0 P1
P2 P3
Gambar 2. Penampilan epitel uterus mencit yang diberi perlakuan ekstrak n-heksan
rimpang pacing. ep = epitel, lm = lumen
D. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil bahwa perlakuan ekstrak pacing
meningkatkan ketebalan otot memanjang dan otot melingkar pada dosis 75 mg/kg bbe,
namun pada dosis 25 dan 50 mg/kg bb menyebabkan tebal otot lingkar dan memanjang
menjadi lebih tipis dibandingkan dengan kontrol. Kelihatannya bahwa ekstrak normal
heksan rimpang tumbuhan pacing mungkin merangsang terjadinya hyperplasia atau
hypertropi jaringan otot.. Menurut (Wijayakususma, 1994;Anonim 2004) tumbuhan
pacing mengandung senyawa aktif seperti diosgenin, tigogenin, dioesin, grasilin,
sitosterol, metiltriacontan- 25-one, 5 alfa-stigmagtat-9(11)en3beta-ol, 24-
hidroksitriacontan-26-one dan 24-hidroksitriacontan-27-one. Bahan-bahan tersebut
merupakan bahan kimia yang termasuk golongan steroid. Hormon steroid pada hewan,
termasuk mencit dapat merangasang proliferasi sel-sel sebagai akibat meningkatnya
sintesis RNA \dan protein (Turner dan Bagnara, 1976). Berdasarkan hasil analisa data,
terlihat adanya kecenderungan bahwa pada dosis yang tinggi dapat mempetebal otot
memanjang dan melingkar.
Hasil tersebut relevan dengan fenomena yang muncul pada jumlah kelenjar
uterus, tinggi epitel lamina propia, serta tebal epitel kubus pada kelenjar endometrium
yang meningkat . Makin tinggi dosis yang diberikan, maka semakin banyak jumlah
kelenjar endometrium. Seperti disebutkan sebelumnya bahwa ekstrak rimpang tumbuhan
pacing mengandung senyawa dari golongan steroid. Menurut (Junqueioro dan Carneiro,
1982), bahwa hormone steroid, khususnya estrogen dapat menginduksi terjadinya
perubahan struktur histology pada uterus kuhususnya endometrium, (lapisan lamina
propia). Menurut (Junqueiro dan Carniero, 1982 dalam Adnan 2004 ) bahwa selama fase
folikuler dari siklus estrus, kelenjar uterus sederhana dan sedikit cabang. Penampilan
kelenjar uterus ini menandakan untuk stimulasi hormon estrogen, dan selama fase luteal
progestron beraksi terhadap uterus, sehinnga endometrium bertambah tebal secara
mencolok, diameter dan panjang kelenjar meningkat secara cepat, menjadi bercabang-
cabang dan berkelok-kelok.
Menurut (Start dan Taggart, 1989) bahwa mekanisme hormone steroid diawali
dengan molekul hormone steroid berdifusi dari aliran darah menuju ke cairan sel,
selanjutnya berdifusi melalui membrane plasma sel target, kemudian bergerak menuju
inti dan terikat pada reseptor. Kompleks hormon reseptor mentigger (merangsang)
transkripsi gen-gen spesifik pada daerah DNA, dan transkripsi ditranslasi menjadi
produk gen di dalam sitoplasma. Hasil dari transkripsi gen ini yaitu produk protein yang
meningkatkan sintesa protein dan berpengaruh terhadap penebalan miometrium serta
endometrium pada otot uterus.
Dari hasil uji analisis statistik yang memperlihatkan bahwa pemberian ekstrak
pacing pada mencit yang sedang estrus dapat merangsang terjadinya penebalan otot serta
bertambahanya jumlah kelenjar pada uterus. Sehingga muncul sebuah asumsi awal jika
ekstrak ini diperlakukan pada masa sebelum kawin maka dapat merangsang induk betina
menjadi fertil sebab produksi hormon progesteron jumlahnya fluktuatif, sedangakan jika
diperlakukan pada saat bunting maka akan menyebabkan infertilitas. Hal ini dikarenakan
produksi hormon progersteron saat itu meningkat sehingga akan terjadi overdosis dan
berdampak pada berkurangnya jumlah anak
E. KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ekstrak rimpang tumbuhan pacing (Costus
speciosus) pada dosis 25 dan 50 mg/kg bb menyebabkan tebal otot melingkar, tebal otot
memanjang, tinggi epitel uterus dan tebal epitel kelenjar menurun, namun pada dosis 75
mg/kg berat badan menyebabkan tebal otot melingkar, tebal otot memanjang, tinggi
epitel uterus dan tebal epitel kelenjar meningkat. Ekstrak n-heksan rimpang
tumbuhanpacing tidak berpengaruh terhadap jumlah kelenjar endometrium dan tebal
laminapropria.
F. DAFTAR PUSTAKA
Adnan dan Djangi, M.J. 2004. Laporan Penelitian. Pengaruh Fitosterol Daun Lamun (Enhalus acoroides) terhadap Fungsi Reproduksi Mencit (Mus musculus) ICR
Betina. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Makassar. Makassar
Adnan. 2004. Reproduksi dan Embriologi . Jurusan Biologi FMIPA UNM. Makassar.
Adnan. 2003. Laporan Penelitian. Pengaruh ekstrak rimpang tumbuhan pacing (Costus specious J.E Smith) terhadap Spermatogenesis Mencit (Mus musculus ICR) Jurusan Biologi FMIPA UNM. Makassar.
Afriastini, J. J. 1994. Daftar Nama Tanamana. Penebar Swadaya. Jakarta. Anonim, 2003. Atasi Masalah Saluran Kemih dengan Pacing. http;/www.
Republika.co.id. Dasuki, U.H. 1991. Sistimatik Tumbuhan Tinggi. Pusat Antar Universitas-Institut
Teknologi Bandung. Bandung. Hartanto, H. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan.
Jakarta Jasin, M. 1996. Zoologi Vertebrata. Sinar Wijaya. Surabaya Junqueire, L.C. and Carnerio. J. 1980 (Alih Bahasa adji darma, 1982). Basic Histology.
Lange Medical Publ. Caliofornia. Mangkoewidjojo, S. 1988. Pemeliharaan dan Penggunaan Hewan Percobaan di
Daerah Tropis. Departement Of Education and Culture Directorate General Of Higher Education.
Rugh, R. 1967. The Mouse its reproduction and depelopment. Burgess Publishing
Company. Sastroamidjoyo, S. 1997. Obat Asli Indonesia. Dian Rakyat. Jakarta. Suntoro, H. 1983. Metode Pewarnaan Histologi dan histokimi . Barata Karya Aksara.
Jakarta Suhardiman, P. 1985. Pacing dan Tokokak bahan KB. Majalah. Trubus No 193 Tahun
XVI. Jakarta Turner, C.D dan Bagnara. J.T., 1988. Endokrinologi Umum. (Alih Bahasa: Harsojo)
Airlangga University Press, C.D dan Bagnara. J.T., 1988. Airlangga University Press Yogyakarta. Yogyakarta.
. Wijayakusuma, H. 2000. Tumbuhan Berkhasiat Obat Indonesia. Jilid I. Prestasi Insan
Indonesia. Jakarta
Widyastuti, S. 1997. Tanaman obat komersil. Trubus Anggota IKAPI. Jakarta.