omsk

44
BAB I PENDAHULUAN Otitis media supuratif kronik (OMSK) didalam masyarakat Indonesia dikenal dengan istilah congek, teleran atau telinga berair. Kebanyakan penderita OMSK menganggap penyakit ini merupakan penyakit yang biasa yang nantinya akan sembuh sendiri. Penyakit ini pada umumnya tidak memberikan rasa sakit kecuali apabila sudah terjadi komplikasi. Biasanya komplikasi didapatkan pada penderita OMSK tipe maligna seperti labirinitis, meningitis, abses otak dan dapat menyebabkan kematian. Perburukan penyakit dan komplikasi akibat OMSK harus dihindari, dengan demikian perlu ditegakkan diagnosis yang tepat dan dini pada penderita OMSK sehingga penatalaksanaan yang tepat pun dapat segera dilakukan. 1

Upload: eka-sahara

Post on 31-Oct-2014

35 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Omsk

BAB I

PENDAHULUAN

Otitis media supuratif kronik (OMSK) didalam masyarakat Indonesia dikenal dengan

istilah congek, teleran atau telinga berair. Kebanyakan penderita OMSK menganggap

penyakit ini merupakan penyakit yang biasa yang nantinya akan sembuh sendiri. Penyakit ini

pada umumnya tidak memberikan rasa sakit kecuali apabila sudah terjadi komplikasi.

Biasanya komplikasi didapatkan pada penderita OMSK tipe maligna seperti labirinitis,

meningitis, abses otak dan dapat menyebabkan kematian. Perburukan penyakit dan

komplikasi akibat OMSK harus dihindari, dengan demikian perlu ditegakkan diagnosis yang

tepat dan dini pada penderita OMSK sehingga penatalaksanaan yang tepat pun dapat segera

dilakukan.

1

Page 2: Omsk

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. ANATOMI TELINGA TENGAH

Telinga tengah terdiri dari:

1. Membran timpani. Bagian luar diliputi oleh epitel dari liang telinga dan bagian dalam

diliputi oleh mukosa dari cavum timpani.

2. Cavum timpani. Di sini terdapat tulang-tulang pendengaran yaitu Malleus, Inkus, dan

Stapes.

3. Prosessus Mastoideus dengan sellulae mastoid yang berhubungan dengan cavum

timpani.

4. Tuba eustachius yang menghubungkan cavum timpani dengan nasopharing.

1. Membran Tympani

Membran timpani terdiri dari 3 lapisan yaitu:

1. Stratum cutaneum yang berasal dari liang telinga / lateral

2. Stratum mukosum yang berasal dari cavum timpani / medial

3. Stratum fibrosum (lamina propia) yang letaknya antara stratum cutaneum dari stratum

mukosum.

2

Page 3: Omsk

Lamina propria terdiri dari 2 lapisan anyaman penyambung elstis yaitu:

Bagian dalam berbentuk sirkuler

Bagian luar berbentuk radier

Ke arah perifer, kedua bagian anyaman penyambung ini bersatu dan merupakan jaringan

padat yang dinamakan annulus fibrosis.

Gambaran dari membrana timpani yang Normal

Gambaran dari Membrana timpani yang mengalami perforasi

3

Page 4: Omsk

Membrana timpani secara anatomis dibagi pula menjadi 2 bagian yaitu:

1. Parstensa. Membrananya lebih tegang.

2. Pars falksida atau membrana sharpnell. Letak membrana ini di atas muka dan lebih

tipis dari pars tensa oleh karena tidak adanya lamina propria.

Pars tensa dan pars flaksida dibatasi oleh 2 lipatan yaitu:

1. Plika malleolaris anterior (depan)

2. Plika malleolaris posterior (belakang)

2. Cavum Tympani

Cavum timpani secara skematis merupakan kotak korek api dengan 6 dinding yaitu:

4

Page 5: Omsk

1. Dinding muka: Bagian atas berhubungan dengan nasofaring melalui tuba eustachius

(tuba faringo tympanica)

2. Dinding belakang: Bagian atas berhubungan dengan sellulae mastoid melalui aditus

ad antrum

3. Dinding lateral: Di sini terletak membran timpani akan tetapi tidak seluruh dinding

lateral ditutupi oleh membran timpani

4. Dinding atas / atap / tegmen timpani. Dinding ini hanya dibatasi oleh tulang tipis atau

adakalanya tidak ada tulang sama sekali atau dehisonansi. Di atasnya terdapat selaput

otak dan fossa cranii media.

5. Dinding bawah. Ini berbatasan dengan bulbus vena jugularis. Adakalanya antara

cavum timpani dengan bulbus ini, terdapat tulang yang tipis sekali atau tidak ada

5

Page 6: Omsk

tulang sama sekali sehingga infeksi pada cavum timpani mudah menjalar ke bulbus

vena jugularis.

6. Dinding medial. Dinding ini pada mesotimpanum menonjol ke arah cavum timpani.

Bagian ini dinamakan promontorium. Tonjolan ini disebabkan oleh karena di

dalamnya terdapat cochlea. Pada bagian belakang bawah dinding medial ini terdapat

lubang yang dinamakan fenestra cochlea atau foramen rotundum dan pada bagian

belakang atas terdapat fenestra vestibuli atau foramen rotundum dan pada bagian

belakang atas terdapat fenestra vestibuli atau foramen ovale. Pada fenestra ovale,

melekat stapes dengan perantaraan ligamentum anulare. Di atas fenestra ovele,

terdapat saluran yang agak menonjol ke dalam cavum timpani yang merupakan

tempat jalannya nervus fasialis (canalis falofii). Secara skematis, tampak pada gambar

di bawah ini:

Di dalam cacum timpani, terdapat tulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama

lainnya. Tulang-tulang ini menghubungkan membrana timpani dengan fenestra ovale.

Tulang-tulang ini terdiri dari:

1. Malleus yang melekat pada membran timpani yang letaknya lateral.

2. Inkus.

3. Stapes, yang melekat pada fenestra ovale.

6

Page 7: Omsk

1. Kaput malei2. Inkus3. Stapes4. Ligamentum malei superior5. Ligamen inkudis posterior6. Tendo muskulus tensor timpani7. Tendo muskulus stapedius

8. Isthmus timpani anterior9. Lipatan inkus superior10. Insisura tensoris11. Lipatan maleolus superior12. Lipatan inkus medialis13. Lipatan stapes plika

Pneumatisasi mastoid pada setiap orang tidaklah sama. Oleh karena itu, pneumatisasi

mastoideus dibagi dalam 3 derajat yaitu:

1. Prosessus mastoideus kompakta (sklerotis) di mana tidak ditemukan sel-sel.

2. Prosessus mastoidus spongiosa dimana tedapat sel-sel yang kecil.

3. Prosessus mastoideus dengan pneuatisasi yang luas dimana sel-selnya berukuran

besar.

7

Page 8: Omsk

3. Proses Mastoideus

Pneumatisasi mastoid pada setiap orang tidaklah sama. Oleh karena itu, pneumatisasi

mastoideus dibagi dalam 3 derajat yaitu:

1. Prosessus mastoideus kompakta (sklerotis) dimana tidak ditemukan sel-sel.

2. Prosessus mastoideus spongiosa dimana terdapt sel-sel yang kecil.

3. Prosessus mastoideus dengan pneumatisasi yang luas di mana sel-selnya berukuran

besar.

4. Tuba Eustachius

Tuba ini berbentuk huruf “S” dengan panjang 3,5 cm, berjalan dari osteum faringeum

tuba auditiva dalam epifaring ke cavum timpani. Tuba ini terdiri dari:

1. Bagian tulang: Bagian belakang yang pendek (1/3 bagian)

2. Bagian cartilago: Bagian muka yang panjang (2/3 bagian)

Antara 2 bagian ini ada yang menyempit dinamakan ithmus. Fungsi tuba adalah supaya

udara dapat masuk ke cavum tympani sehingga tidak ada perbedaan tekanan antara cavum

timpani dan udara di liang telinga.

Antara dua bagian ini, terdapat suatu bagian yang menyempit. Bagian ini dinamakan

isthmus.

8

Page 9: Omsk

Berikut adalah gambara hubungan antara telinga tengah dengan telinga luar dan telinga

bagian dalam:

Gambar Penampang Telinga

9

Page 10: Omsk

II.2. FISIOLOGI PENDENGARAN

Getaran suara di tangkap oleh daun telinga yang dialirkan keliang telinga dan

mengenai membrana timpani, sehingga membrana timpani bergetar. Getaran ini diteruskan

ketulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes

menggerakkan tingkap lonjong (foramen ovale) yang juga menggerakkan perilimf dalam

skala timpani, sehingga tangkap bundar (foramen rotundum) terdorong kearah luar.

Skala media yang menjadi cembung mendesak endolimf dan mendorong membaran

tarsal, sehingga menjadi cembung kebawah dan menggerakkan perilimf pada skala timpani.

Pada waktu istirahat ujung sel rambut berkelok-kelok dan dengan berubahnya membran basal

ujung sel rambut itu menjadi lurus. Rangsangan fisik tadi dirubah oleh adanya perbedaan ion

kalium dan natrium menjadi aliran listrik yang diteruskan kecabang-cabang nervus VIII,

yang kemudian meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik pendengan diotak (area 39-40)

melalui syaraf pusat yang ada di lobus temporalis.

II.3 DEFINISI

Suatu radang kronis telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat

keluarnya sekret dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang

timbul.1

II.4 EPIDEMIOLOGI

Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara. Secara umum, insiden OMSK

dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Misalnya, OMSK lebih sering dijumpai pada

orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak aborigin Australia dan orang kulit hitam di

Afrika Selatan. Walaupun demikian, lebih dari 90% beban dunia akibat OMSK ini dipikul

10

Page 11: Omsk

oleh negara-negara di Asia Tenggara, daerah Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah

minoritas di Pasifik. Kehidupan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh dan status

kesehatan serta gizi yang jelek merupakan faktor yang menjadi dasar untuk meningkatnya

prevalensi OMSK pada negara yang sedang berkembang.1

Survei prevalensi di seluruh dunia, yang walaupun masih bervariasi dalam hal definisi

penyakit, metode sampling serta mutu metodologi, menunjukkan beban dunia akibat OMSK

melibatkan 65–330 juta orang dengan telinga berair, 60% di antaranya (39–200 juta)

menderita kurang pendengaran yang signifikan. Secara umum, prevalensi OMSK di

Indonesia adalah 3,8% dan pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di

poliklinik THT rumah sakit di Indonesia.1

II.5 ETIOLOGI

Penyebab terbesar otitis media supuratif kronis adalah infeksi campuran bakteri dari

meatus auditoris eksternal , kadang berasal dari nasofaring melalui tuba eustachius saat

infeksi saluran nafas atas. Organisme-organisme dari meatus auditoris eksternal termasuk

staphylococcus, pseudomonas aeruginosa, B.proteus, B.coli dan aspergillus. Organisme dari

nasofaring diantaranya streptococcus viridans (Streptococcus A hemolitikus, streptococcus B

hemolitikus dan pneumococcus).2

II.6 PATOGENESIS

Banyak penelitian pada hewan percobaan dan preparat tulang temporal menemukan

bahwa adanya disfungsi tuba Eustachius, yaitu suatu saluran yang menghubungkan rongga di

belakang hidung (nasofaring) dengan telinga tengah (kavum timpani), merupakan penyebab

utama terjadinya radang telinga tengah ini (otitis media, OM).1

Pada keadaan normal, muara tuba Eustachius berada dalam keadaan tertutup dan akan

membuka bila kita menelan. Tuba Eustachius ini berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan

udara telinga tengah dengan tekanan udara luar (tekanan udara atmosfer). Fungsi tuba yang

belum sempurna, tuba yang pendek, penampang relatif besar pada anak dan posisi tuba yang

11

Page 12: Omsk

datar menjelaskan mengapa suatu infeksi saluran nafas atas pada anak akan lebih mudah

menjalar ke telinga tengah sehingga lebih sering menimbulkan OM daripada dewasa.1

Gambar 1. Anatomi tuba eustachius anak dan dewasa3

Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari nasofaring melalui

tuba Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan terjadinya infeksi dari telinga tengah.

Pada saat ini terjadi respons imun di telinga tengah. Mediator peradangan pada telinga tengah

yang dihasilkan oleh sel-sel imun infiltrat, seperti netrofil, monosit, dan leukosit serta sel

lokal seperti keratinosit dan sel mastosit akibat proses infeksi tersebut akan menambah

permiabilitas pembuluh darah dan menambah pengeluaran sekret di telinga tengah. Selain

itu, adanya peningkatan beberapa kadar sitokin kemotaktik yang dihasilkan mukosa telinga

tengah karena stimulasi bakteri menyebabkan terjadinya akumulasi sel-sel peradangan pada

telinga tengah.1

Mukosa telinga tengah mengalami hiperplasia, mukosa berubah bentuk dari satu

lapisan, epitel skuamosa sederhana, menjadi pseudostratified respiratory epithelium dengan

banyak lapisan sel di antara sel tambahan tersebut. Epitel respirasi ini mempunyai sel goblet

dan sel yang bersilia, mempunyai stroma yang banyak serta pembuluh darah. Penyembuhan

12

Page 13: Omsk

OM ditandai dengan hilangnya sel-sel tambahan tersebut dan kembali ke bentuk lapisan

epitel sederhana.1

II.7 KLASIFIKASI OMSK4,7

OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu :

1. Tipe tubotimpani = tipe banigna = tipe aman = tipe mukosa.

Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala

klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Beberapa faktor lain yang

mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi saluran nafas atas,

pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada pasien dengan daya tahan tubuh

yang rendah, disamping itu campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat

perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel skuamous. Sekret mukoid kronis

berhubungan dengan hiperplasia goblet sel, metaplasia dari mukosa telinga tengah pada

tipe respirasi dan mukosiliar yang jelek.

Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi atas:

Fase aktif

Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului oleh

perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah berenang

dimana kuman masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid sampai

mukopurulen. Ukuran perforasi bervariasi dari sebesar jarum sampai perforasi

subtotal pada pars tensa.

Fase tidak aktif / fase tenang

Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa

telinga tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan. Gejala

lain yang dijumpai seperti vertigo, tinitus, atau suatu rasa penuh dalam telinga.

Faktor predisposisi pada penyakit tubotimpani :

– Infeksi saluran nafas yang berulang, alergi hidung, rhinosinusitis kronis

13

Page 14: Omsk

– Pembesaran adenoid pada anak, tonsilitis kronis

– Mandi dan berenang dikolam renang, mengkorek telinga dengan alat yang

terkontaminasi

– Malnutrisi dan hipogammaglobulinemia

– Otitis media supuratif akut yang berulang

2. Tipe atikoantral = tipe maligna = tipe bahaya = tipe tulang

Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit atikoantral lebih

sering mengenai pars flasida dan khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi yang

mana bertumpuknya keratin sampai menghasilkan kolesteatom.

Kolesteatom adalah suatu massa amorf, konsistensi seperti mentega, berwarna putih,

terdiri dari lapisan epitel bertatah yang telah nekrotis. Kolesteatom dapat dibagi atas 2

tipe yaitu :

1. Kolesteatoma kongenital

Kriteria untuk mendiagnosa kolesteatoma kongenital, menurut Derlaki dan Clemis

(1965) adalah :

– Berkembang dibelakang dari membran timpani yang masih utuh.

– Tidak ada riwayat otitis media sebelumnya.

– Pada mulanya dari jaringan embrional dari epitel skuamous atau dari epitel

undiferential yang berubah menjadi epitel skuamous selama perkembangan.

Kongenital kolesteatom lebih sering ditemukan pada telinga tengah atau tulang

temporal, umumnya pada apeks petrosa. Dapat menyebabkan fasialis parese, tuli saraf

berat unilateral, dan gangguan keseimbangan.

2. Kolesteatoma akuisital/didapat.

a. Kolesteatoma akuisital primer

14

Page 15: Omsk

Kolesteatoma yang terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membrane

timpani. Kolesteatoma timbul akibat terjadi proses invaginasi dari membrane

timpani pars flaksida karena adanya tekanan negatif di telinga tengah akibat

gangguan tuba ( Teori Invaginasi).

b. Kolesteatoma akuisital sekunder

Kolesteatoma terbentuk setelah adanya perforasi membrane timpani.

Kolesteatoma terbentuk sebagai akibat dari masuknya epitel kulit dari liang

telinga atau dari pinggir perforasi membran timpani ketelinga tengah (Teori

migrasi) atau terjadi akibat metaplasi mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi

yang berlangsung lama (Teori metaplasia)

Pada teori implantasi dikatan bahwa kolesteatoma terjadi akibat implantasi

epitel kulit secara iatrogenic kedalam telinga tengah sewaktu operasi, setelah blust

injury, pemasangan pipa ventilasi atau setelah miringotomi

Kolesteatoma merupakan media yang baik untuk tempat pertumbuhan kuman, yang

paling sering adalah Proteus dan Pseudomonas aeruginosa. Sebaliknya infeksi dapat

memicu respons imun lokal yang mengakibatkan produksi berbagai mediator

inflamasi dan berbagai sitokin.

Massa pada kolesteatoma akan menekan dan mendesak organ di sekitarnya

serta menimbulkan nekrosis terhadap tulang. Terjadinya proses nekrosis pada tulang

diperhebat oleh karena pembentukan reaksi asam oleh pembusukan bakteri. Proses

nekrosis tulang ini mempermudah timbulnya komplikasi seperti labirinitis, meningitis

dan abses otak.

15

Page 16: Omsk

Gambar 2. Perjalanan Penyakit OMSK3

II.8 DIAGNOSIS5

II.8.1. Telinga berair (otorrhoe)

Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer) tergantung

stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas kelenjar sekretorik telinga

tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau

busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran

timpani dan infeksi. Keluarnya secret biasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret

dapat disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar setelah

mandi atau berenang.

16

Page 17: Omsk

Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Sekret yang

sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan produk

degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna putih, mengkilap. Pada OMSK

tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya

lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya

jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang

mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan

tuberkulosis.

II.8.2. Gangguan pendengaran

Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya dijumpai

tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan

sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat

menghambat bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli

konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik.

Kerusakan dan fiksasi dari rantai tulang pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran

lebih dari 30 db. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran

timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada

OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai tulang

pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara sehingga

ambang pendengaran yang didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati.

Penurunan fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan berulangnya infeksi

karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen rotundum) atau fistel labirin tanpa

terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat,

hantaran tulang dapat menggambarkan sisa fungsi koklea.

17

Page 18: Omsk

II.8.3. Otalgia ( nyeri telinga)

Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan suatu tanda

yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri

dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya

durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga

mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda

berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus

lateralis.

II.8.4. Vertigo

Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya. Keluhan

vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding labirin

oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang

mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena

perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang

oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan

vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum. Fistula merupakan temuan

yang serius, karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke

telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana mungkin berlanj ut menjadi

meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK dengan riwayat vertigo. Uji ini

memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif pada membran timpani, dengan demikian

dapat diteruskan melalui rongga telinga tengah.

TANDA KLINIS

Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna :

1. Adanya Abses atau fistel retroaurikular

2. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum timpani.

18

Page 19: Omsk

3. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom)

4. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatoma.

PEMERIKSAAN KLINIS

Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan klinik sebagai berikut :

1. Pemeriksaan Audiometri

Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif. Tapi

dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung besar dan letak

perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistim penghantaran suara ditelinga

tengah. Paparela, Brady dan Hoel (1970) melaporkan pada penderita OMSK ditemukan tuli

sensorineural yang dihubungkan dengan difusi produk toksin ke dalam skala timpani melalui

membran fenstra rotundum, sehingga menyebabkan penurunan ambang hantaran tulang

secara temporer/permanen yang pada fase awal terbatas pada lengkung basal kohlea tapi

dapat meluas kebagian apek kohlea. Gangguan pendengaran dapat dibagi dalam ketulian

ringan, sedang, sedang berat, dan ketulian total, tergantung dari hasil pemeriksaan

( audiometri atau test berbisik). Derajat ketulian ditentukan dengan membandingkan rata-rata

kehilangan intensitas pendengaran pada frekuensi percakapan terhadap skala ISO 1964 yang

ekivalen dengan skala ANSI 1969. Derajat ketulian dan nilai ambang pendengaran menurut

ISO 1964 dan ANSI 1969.

Derajat ketulian Nilai ambang pendengaran :

- Normal : 10 dB sampai 26 Db

- Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB

- Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB

- Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB

- Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB

- Tuli total : lebih dari 90 dB.

19

Page 20: Omsk

Evaluasi audimetri penting untuk menentukan fungsi konduktif dan fungsi koklea.

Dengan menggunakan audiometri nada murni pada hantaran udara dan tulang serta penilaian

tutur, biasanya kerusakan tulang-tulang pendengaran dapat diperkirakan, dan bisa ditentukan

manfaat operasi rekonstruksi telinga tengah untuk perbaikan pendengaran. Untuk melakukan

evaluasi ini, observasi berikut bisa membantu :

1. Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-20 dB

2. Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli konduktif 30-50

dB apabila disertai perforasi.

3. Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran dibelakang membran yang masih utuh

menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB.

4. Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli bagaimanapun keadaan

hantaran tulang, menunjukan kerusakan kohlea parah.

Pemeriksaan audiologi pada OMSK harus dimulai oleh penilaian pendengaran dengan

menggunakan garpu tala dan test Barani. Audiometri tutur dengan masking adalah

dianjurkan, terutama pada tuli konduktif bilateral dan tuli campur.

2. Pemeriksaan Radiologi.

Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis nilai

diagnostiknya terbatas dibandingkan dengan manfaat otoskopi dan audiometri. Pemerikasaan

radiologi biasanya mengungkapkan mastoid yang tampak sklerotik, lebih kecil dengan

pneumatisasi lebih sedikit dibandingkan mastoid yang satunya atau yang normal. Erosi

tulang, terutama pada daerah atik memberi kesan kolesteatom

Proyeksi radiografi yang sekarang biasa digunakan adalah :

1. Proyeksi Schuller, yang memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah

lateral dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi

sinus lateral dan tegmen. Pada keadaan mastoid yang skleritik, gambaran radiografi

ini sangat membantu ahli bedah untuk menghindari dura atau sinus lateral.

20

Page 21: Omsk

2. Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan

tampak gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui

apakah kerusakan tulang telah mengenai struktur-struktur.

3. Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang

lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis

semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan melintang

sehingga dapat menunjukan adanya pembesaran akibat kolesteatom.

4. Proyeksi Chause III, memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat

memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan

dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom, ada atau tidak

tulang-tulang pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula pada kanalis

semisirkularis horizontal. Keputusan untuk melakukan operasi jarang berdasarkan

hanya dengan hasil X-ray saja. Pada keadaan tertentu seperti bila dijumpai sinus

lateralis terletak lebih anterior menunjukan adanya penyakit mastoid.

II.9 PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan OMSK yang efektif harus didasarkan pada faktor-faktor penyebab

dan pada stadium penyakitnya. Dengan demikian haruslah dievaluasi faktor-faktor yang

menyebabkan penyakit menjadi kronis, perubahan-perubahan anatomi yang menghalangi

penyembuhan serta mengganggu fungsi, dan proses infeksi yang terdapat ditelinga. Bila

didiagnosis kolesteatom, maka mutlak harus dilakukan operasi, tetapi obat -obatan dapat

digunakan untuk mengontrol infeksi sebelum operasi.5

Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana pengobatan

dapat dibagi atas5 :

1. Konservatif

2. Operasi

21

Page 22: Omsk

OMSK BENIGNA TENANG

Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan mengorek

telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan segera berobat

bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan

operasi rekonstruksi (miringoplasti, timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta

gangguan pendengaran.5

OMSK BENIGNA AKTIF

Prinsip pengobatan OMSK benigna aktif adalah5 :

1. Membersihkan liang telinga dan kavum timpani (aural toilet)

Tujuan aural toilet adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk perkembangan

mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang baik bagi perkembangan

mikroorganisme.

Bagan 1. Pengerjaan aural toilet6

Cara pembersihan liang telinga (aural toilet)5 :

a. Aural toilet secara kering (dry mopping).

Telinga dibersihkan dengan kapas lidi steril, setelah dibersihkan dapat di beri

antibiotik berbentuk serbuk. Cara ini sebaiknya dilakukan di klinik atau dapat juga

22

Page 23: Omsk

dilakukan oleh anggota keluarga. Pembersihan liang telinga dapat dilakukan setiap hari

sampai telinga kering.

b. Aural toilet secara basah (syringing).

Telinga disemprot dengan cairan untuk membuang debris dan nanah, kemudian

dengan kapas lidi steril dan diberi serbuk antibiotik. Meskipun cara ini sangat efektif

untuk membersihkan telinga tengah, tetapi dapat mengakibatkan penyebaran infeksi ke

bagian lain dan ke mastod. Pemberian serbuk antibiotik dalam jangka panjang dapat

menimbulkan reaksi sensitifitas pada kulit. Dalam hal ini dapat diganti dengan serbuk

antiseptik, misalnya asam boric dengan Iodine.

c. Aural toilet dengan pengisapan (suction toilet)

Pembersihan dengan suction pada nanah, dengan bantuan mikroskopis operasi adalah

metode yang paling populer saat ini. Kemudian dilakukan pengangkatan mukosa yang

berproliferasi dan polipoid sehingga sumber infeksi dapat dihilangkan. Akibatnya terjadi

drainase yang baik dan resorbsi mukosa. Pada orang dewasa yang koperatif cara ini

dilakukan tanpa anastesi tetapi pada anak-anak diperlukan anastesi. Pencucian telinga

dengan H2O2 3% akan mencapai sasarannya bila dilakukan dengan “ displacement

methode” seperti yang dianjurkan oleh Mawson dan Ludmann.

2. Pemberian antibiotika/antimikroba topical

Terdapat perbedaan pendapat mengenai manfaat penggunaan antibiotika topikal

untuk OMSK. Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dengan secret yang

banyak tanpa dibersihkan dulu, adalah tidak efektif. Bila sekret berkurang/tidak progresif

lagi diberikan obat tetes yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid. Dianjurkan

irigasi dengan garam faal agar lingkungan bersifat asam dan merupakan media yang

buruk untuk tumbuhnya kuman. Selain itu dikatakan bahwa tempat infeksi pada OMSK

sulit dicapai oleh antibiotika topikal. Djaafar dan Gitowirjono menggunakan antibiotik

topikal sesudah irigasi sekret profus dengan hasil cukup memuaskan, kecuali kasus

23

Page 24: Omsk

dengan jaringan patologis yang menetap pada telinga tengah dan kavum mastoid.

Mengingat pemberian obat topikal dimaksudkan agar masuk sampai telinga tengah, maka

tidak dianjurkan antibiotik yang ototoksik misalnya neomisin dan lamanya tidak lebih

dari 1 minggu. Cara pemilihan antibiotik yang paling baik adalah dengan berdasarkan

kultur kuman penyebab dan uji resistensi. Obat-obatan topikal dapat berupa bubuk atau

tetes telinga yang biasanya dipakai setelah telinga dibersihkan dahulu.5

Bubuk telinga yang digunakan seperti5 :

a. Acidum boricum dengan atau tanpa iodine

b. Terramycin.

c. Acidum boricum 2,5 gram dicampur dengan khloromicetin 250 mg

Pengobatan antibiotika topikal dapat digunakan secara luas untuk OMSK aktif,

dikombinasi dengan pembersihan telinga, baik pada anak maupun dewasa. Neomisin

dapat melawan kuman Proteus dan Stafilokokus aureus tetapi tidak aktif melawan gram

negatif anaerob dan mempunyai kerja yang terbatas melawan Pseudomonas karena

meningkatnya resistensi. Polimiksin efektif melawan Pseudomonas aeruginosa dan

beberapa gram negatif tetapi tidak efektif melawan organisme gram positif. Seperti

aminoglikosida yang lain, Gentamisin dan Framisetin sulfat aktif melawan basil gram

negative. Tidak ada satu pun aminoglikosida yang efektif melawan kuman anaerob.5

Biasanya tetes telinga mengandung kombinasi neomisin, polimiksin dan hidrokortison,

bila sensitif dengan obat ini dapat digunakan sulfanilaid-steroid tetes mata.

Kloramfenikol tetes telinga tersedia dalam acid carrier dan telinga akan sakit bila

diteteskan. Kloramfenikol aktif melawan basil gram positif dan gram negative kecuali

Pseudomonas aeruginosa, tetapi juga efektif melawan kuman anaerob, khususnya.

Pemakaian jangka panjang lama obat tetes telinga yang mengandung aminoglikosida

akan merusak foramen rotundum, yang akan menyebabkan ototoksik.5

24

Page 25: Omsk

Antibiotika topikal yang sering digunakan pada pengobatan Otitis Media Supuratif

Kronik (OMSK) adalah6 :

Catatan:

Terapi topikal lebih baik dibandingkan dengan terapi sistemik. Tujuannya untuk

mendapatkan konsentrasi antibiotik yang lebih tinggi. Pilihan antibiotik yang memiliki

aktifitas terhadap bakterigram negatif, terutama pseudomonas, dan gram positifterutama

Staphylococcus aureus. Pemberian antibiotik seringkali gagal, hal ini dapat disebabkan

adanya debris selain juga akibat resistensi kuman. Terapi sistemik diberikan pada pasien

yang gagal dengan terapi topikal. Jika fokus infeksi di mastoid, tentunya tidak dapat

hanya dengan terapi topikal saja, pemberian antibiotik sistemik (seringkali IV) dapat

membantu mengeliminasi infeksi. Pada kondisi ini sebaiknya pasien di rawat di RS untuk

mendapatkan aural toilet yang lebih intensif. Terapi dilanjutkan hingga 3-4 minggu

setelah otore hilang.

25

Page 26: Omsk

3. Pemberian antibiotika sistemik

Pemilihan antibiotika sistemik untuk OMSK juga sebaiknya berdasarkan kultur

kuman penyebab. Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai

pembersihan sekret profus. Bila terjadi kegagalan pengobatan , perlu diperhatikan faktor

penyebab kegagalan yang ada pada penderita tersebut.5

Dalam penggunaan antimikroba, perlu diketahui daya bunuh antimikroba terhadap

masing- masing jenis kuman penyebab, kadar hambat minimal terhadap masing-masing

kuman penyebab, daya penetrasi antimikroba di masing-masing jaringan tubuh dan

toksisitas obat terhadap kondisi tubuh. Berdasarkan konsentrasi obat dan daya bunuh

terhadap mikroba, antimikroba dapat dibagi menjadi 2 golongan. Golongan pertama

antimikroba dengan daya bunuh yang tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar obat,

makin banyak kuman terbunuh, misalnya golongan aminoglikosida dan kuinolon.

Golongan kedua adalah antimikroba yang pada konsentrasi tertentu daya bunuhnya

paling baik. Peninggian dosis tidak menambah daya bunuh antimikroba golongan ini,

misalnya golongan beta laktam.5

Terapi antibiotik sistemik yang dianjurkan pada Otitis media kronik adalah5.

Antibiotika golongan kuinolon ( siprofloksasin dan ofloksasin) mempunyai aktifitas

anti pseudomonas dan dapat diberikan peroral. Tetapi tidak dianjurkan diberikan untuk anak

dengan umur dibawah 16 tahun. Golongan sefalosforin generasi III (sefotaksim, seftazidim

dan seftriakson) juga aktif terhadap pseudomonas, tetapi harus diberikan secara parenteral.

26

Page 27: Omsk

Terapi ini sangat baik untuk OMA sedangkan untuk OMSK belum pasti cukup, meskipun

dapat mengatasi OMSK. Metronidazol mempunyai efek bakterisid untuk kuman anaerob.

Metronidazol dapat diberikan pada OMSK aktif, dosis 400 mg per 8 jam selama 2 minggu

atau 200 mg per 8 jam selama 2-4 minggu.5

OMSK MALIGNA

Pengobatan yang tepat untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif

dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan

pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan

tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.5

Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK

dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain5 :

1. Mastoidektomi sederhana ( simple mastoidectomy)

2. Mastoidektomi radikal

3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi

4. Miringoplasti

5. Timpanoplasti

6. Pendekatan ganda timpanoplasti ( Combined approach tympanoplasty)

Bagan 2. Pembedahan pada tatalaksana OMSK6

27

Page 28: Omsk

Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran

timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang

lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.5

Pedoman umum pengobatan penderita OMSK adalah Algoritma berikut5 :

28

Page 29: Omsk

II.10 KOMPLIKASI OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

Komplikasi OMSK terjadi apabila sawar ( barrier ) pertahanan telinga tengah yang

normal dilewati, sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke struktur di sekitarnya.

Pertahanan pertama ini adalah mukosa kavum timpani yang juga seperti mukosa saluran

nafas, mampu melokalisasi infeksi. Bila sawr ini runtuh, masih ada sawr kedua, yaitu dinding

tulang kacum timpani dan sel mastoid. Bila sawar ini runtuh, maka struktur lunak

disekitarnya akan terkena. Runtuhnya periostium akan menyebabkan terjadinya abses

subperiosteal, suatu komplikasi yang relatif tidak berbahaya. Apabila infeksi mengarah ke

dalam, ke tulang temporal, maka akan menyebabkan paresis n.fasialis atau labirinitis. Bila ke

arah kranial, akan menyebabkan abses ekstradural, tromboflebitis sinus lateralis, meningitis

dan abses otak.

Peberapa penulis mengemukakan klasifikasi kompliksai otitis media yang berlainan, tetapi

dasarnya tetap sama.

Adam dkk mengemukakan klasifikasi sebagai berikut7 :

A. Komplikasi di telinga tengah :

1. Perforasi persisten

2. Erosi tulang pendengaran

3. Paralisis nervus fasial

B. Komplikasi telinga dalam

1. Fistel labirin

2. Labirinitis supuratif

3. Tuli saraf ( sensorineural)

29

Page 30: Omsk

C. Komplikasi ekstradural

1. Abses ekstradural

2. Trombosis sinus lateralis

3. Petrositis

D. Komplikasi ke susunan saraf pusat

1. Meningitis

2. Abses otak

3. Hindrosefalus otitis

30

Page 31: Omsk

BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Otitis media supuratif kronik ialah infeksi kronik di telinga tengah lebih dari

2 bulan dengan adanya perforasi membran timpani, sekret yang keluar dari telinga

tengah dapat terus menerus atau hilang timbul. Sekret bisa encer atau kental, bening

atau berupa nanah. Penyakit ini pada umumnya tidak memberikan rasa sakit kecuali

apabila sudah terjadi komplikasi. Biasanya komplikasi didapatkan pada penderita

OMSK tipe maligna seperti labirinitis, meningitis, abses otak dan dapat menyebabkan

kematian.

III.2 Saran

Perburukan penyakit dan komplikasi akibat OMSK harus dihindari dengan

menegakkan diagnosis secara tepat dan dini, diikuti dengan penatalaksanaan yang tepat

pada penderita OMSK.

31