munakahat

Download munakahat

If you can't read please download the document

Upload: muhammad-ibrahim

Post on 14-Jun-2015

3.275 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

just read ok

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pada prinsipnya perkawinan itu bertujuan utuk selama hidup dan umtuk mencapai kebahaiga yang kekal (abadi) bagi suami istri, sehingga Rasulullah meralang keras terjadinya percerai antara suami istri. Adapun ketidak senangan Nabi kepada percerai itu dilihatt dalam haditsnya dari Ibnu Umar menurut riwayat Abu Daud, Ibu Majal dan disahkan oleh hakim, sabda Nabi :

perbuata halal yan paling dibenci Allah adalah thalaq Suatu percerai yang terjadi antara suami istri secara yuridis memang mereka tidak mempunyai hak dan kewajiab diantar keduanya, terutam pada saat si istri sedang menjalani masa iddah. Se bagaiman firman Allah SWT. Dalam surat at- thalaq ayat 6 :1

dqZ3r& `B ]ym OGYs3y `iB N.`r` wur `dr!$? (#q)hG9 `kn=t 4 b)ur `. Ms9'r& 9@Hxq (#q)Rr's `kn=t 4Lym z`t `gn=Hxq 4 b*s z`|r& /3s9 `dq?$ts `duq_& ( (#rJs?&ur /3uZt/ 7$ro3 ( b)ur Ln| $ys? I|s &s! 3tz& Artinya : Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka1 Sabiq, Sayyid, Fiqih jilid VIII. Terj. Drs. Muh. Tholib, PT Al Maruf. Bandung. 1987

iv

perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya. Pada era globalisasi seperti sekarang ini banyak sekali permaslahanpermasalahan yang timbul, umumnya pada permaslahan perkawiana. Di pengadilan agama (PA) banyak pengajuan kasus perkawinan, khususnya dalam kasus penelesaian nafkah iddah dimana norma-norma yang mengatur maslah ini sudah dikesampingkan dan hukum yang mengatur hal ini seperti sudah lagi tidak diindahkan (diperdulikan) nlagi. Walaupun ini hanya terjadi di kota-kota besar. B.RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah bertitik tolak dari latar belakang tersebut diatas maka dapat dirumuskan beberapa poko permasalahan yang merupakan sentral pembahasan dalam makalah ini yaitu : 1. Bagaimana nafkah iddah menurut hukum Islam C.TUJUAN PENULISAN Adapun tujuan punulisan adalah : 1. Untuk mengetahui nafkah iddah menurut hukum Islam D.Metode Penulisan Adapun metode dalam penulisan malakah ini adalah Pengumpulan data a.Sumber data Data yang dikumpulkan yang menjadi sum ber pembahasan daslam makalah ini mencakup Al-Quran, Al-hadits dan buku-buku ilmiah y ang relevan dengan pembahasan makalah ini. b.T eknik mengumpulan data Adapun teknik pengumpulan yang dimaksud merupakan menifistasi yang telah dilaksanakn melalu pembmelajaran, membaca dan mentelaah megumpulkan beberapa reverensi yang relevan perpustakaan dengan

iv

dengan permasalahan makalah ini. c. Analisa data Setelah seluruh dta terkmpulakanmaka mbarulah langkah selanjutnya penyusun menentukan bentuk pengelolaan terhadap data-data tesebut antara lain : 1)Deduktif yaitu cara berfikir yang titik tolaknya dari kebenaran-kebenaran yang sifat umum menuju ke arah sifat yang khusus.

E.Sistematika PembahasanAdapun ini terdiri dari tiga bagian dan masing-masing bagian disusun tujuan pe nulisan metode penulisan dan sistematika penulisan Bab II berisi tentang tujuan umum tentang masa iddah yag meliputi antara lain : pengertian iddah, dasar hukum iddah, macam-macam iddah,hikmah disyariatkan iddah, dan kewajiban suami istri pada masa iddah. Bb III berisi tentang hasil analisa sehingga menjadi kesimpulan sebagai bagian penutup, bagian juga berisi tentang kesimpulan dan saran.

iv

BAB II PEMBAHASAN A.Kajian Dalil 1.Pengertian Iddah Untuk memudahkan pembhasan kita mengenai pengertian iddah ini, maka penulis mengungkapkan dan menyajikan dari dua segi yaitu segi bahasan da seg istilah. Dari segi bahasa sebelum kita mengkaji lebih lanjut tentag nafkah iddah terlebih dahulu penulis kemukakan arti iddah di tenjau dar segi bahasa, iddah berasal dari kata yang mempunyai arti bilangan ata hitungan. Dengan demikian, jika ditinjau dari segi bahasa, maka iddah adalah untuk menujukkan pengertian hari-hari haid atau hari suci pada wanita.2 Dari segi istilah para ulama telah merumuskan pengertian iddah dengna rumusan bahwa iddah adalah suatu tenggang waktu tertentu yang harus dijalani seorang perempuan sejak ia berpisah. Baik pisah thalaq ataupun di tinggal mati suami. Dalam hal ini wanita (istri) tidak boleh kawin dengan laki-laki lain sebelum habis masa iddahnya. Dengan demikian dapat diambil suatu pengertian bahwa iddah mempunyai beberapa unsur yaitu : a.Suatu tenggang waktu tertentu b.Wajib dijalani si bekas istri c.Karena dicearai atau ditinggal mati oleh suaminya. 2.Dasar Hukum Iddah Setelah membahas masalah iddah dari segi pengertian,maka dibawah ini penyusun bahasa dasar-dasar hukum iddah yang mencakup pada hukum naqli gun memper jelas tentang iddah itu sendiri. a.Dasar dari Al- Quran :

Ms)=sJ9$#ur

/utIt

`gRr'/

2 Basyir, Azhari, Hukum Perkawinan di Indonesia, cet. I, Yogyakarta. 1997

iv

spsWn=rO &r% 4 wur @ts `lm; br& z`JF3t $tB t,n=y{ !$# `gB%tnr& b) `. `Bs !$$/ Qqu9$#ur zFy$# 4 `kJs9q/ur ,ymr& `djt/ y79s b) (#r#ur& $[sn=) 4 `lm;ur @WB %!$# `kn=t $rpRQ$$/ 4 A$y_h=9ur `kn=t py_uy 3 !$#ur t L3ymArtinya : Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'[142]. tidak boleh mereka Menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya[143]. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.3 [142] Quru' dapat diartikan suci atau haidh. [143] Hal ini disebabkan karena suami bertanggung jawab terhadap keselamatan dan Kesejahteraan rumah tangga (Lihat surat An Nisaa' ayat 34). b.Dasar Hukum Perdata Undang-undang No. 1 tahun 1974 tenteng perkawinan menetapkan waktu tunggu bagi seorang wanita yang putus perkawinan. Selanjutnya atas dasar pasal 11 undang-undang no.1 tahun 1974 tentang perkawinan ditetapkan waktu tunggu yang termuatdalam undang-undang ayat (1) bagi seorang wanita yang putus perkawinannya berlaku jangka waktu tunggu, (2) tentang jangka waktu tunggu tersebut dalam ayat satu akan diatur oleh pemerintah lebih lanjut

3.Macam-Macam Iddah3 AL-Baqorah Ayat : 228

iv

Mengenai macam-macam iddah tau waktu tunggu menurut perundangundngan hukum indonesia. Khusus dsalam undang-undasng No 1 tahun 19974 dan kopilasi hukum islam. Sedangkan secara spesifikasi maka macam-macam iddah it ntara lain adalah: a.Iddah Perempuan yang Haid Jika perempuan bisa hasid maka iddahnya tga kali quru sebagaimana firman Allah :

Ms)=sJ9$#ur

/utIt

`gRr'/

spsWn=rO &r% 4Artinya : Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'.4

Dengan ayat tersebut diatas jelaslah bahw istri yang diceraikan oleh suaminya,sedangkan istri tersebut belum pernah disetubuhi oleh suaminya yang menthalaqnya, maka bagi istri tersebut tidsak mempuyai masa iddah. Sedangkan bagi istri yang ditinggal mati oleh suaminya dan pernah bersetubuh, maka harus beriddah sepertiorang yang disetubihi, hal itu berdasarkan firman Allah yang berbunyi sebagai berikut:

t%!$#ur tbquqtF N3ZB tbrxtur % [`urr& z`/utIt `gRr'/ spyt/r& 9kr& #Ztur ( #s*s z`n=t/ `gn=y_r& xs yy$oY_ /3n=t $yJ z`=ys `gRr& $ryJ9$$/ 3 !$#ur $yJ/ tbq=yJs? 6yzArtinya : Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah Para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh hari. kemudian apabila telah habis 'iddahnya, Maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka[147] menurut yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.54 AL-Baqorah Ayat : 228 5 AL-Baqorah Ayat : 234

iv

[147] Berhias, atau bepergian, atau menerima pinangan. Wajib iddah bagi istri tersebut dimaksudkan untuk meghormati

bekas suaminya. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh sayyid sabiq sebagai berikut: istri yang kematian suaminya wjib menjalani iddah meskipun belumpernah di setebuhi, hal in untuk menyempurnakan dan juga untukmenghargai hak suami meninggal dunia. Istri yang di cerai dalam keadaan masih haid harus menjalani masa iddah (waktu tunggu) selama tiga kali sucian dan bila di harikan minimal 90 hari hal ini yang i sebut dalam pasal 39 peraturan pememrintah nomor 9 tahun 1975, ayat 1 sub (b) yang berbunyi sebagai berikut: ppabila perkawinan putus krena perceraian, waktu tunggu bagi yang bersangkutan di tetapkan tiga kali sucian dengan sekurang-kurang 90 hari. b.Iddah Istri yang Tidak Haid Lagi Jika dicerai oleh suaminya atau ditinggal mati olleh suaminya maka mereka (istri) harus menjlani iddah tiga bulan. Kentuan ini berlaku buat perempuan yang belum baligh dan perempuan yang sudah tua akan tetapi tidak berhaid lagi, baik ia sama sekali tidak mengalami haid atau sebelumnya pernah berhaid akan tetapi putus haidnya. Hal ini berdasarkan pada firman Allah yang berbunyi sebagai berikut:

9$#ur z`t z`B syJ9$# `B /3!$|pS b) OF;s?$# `kEs psWn=rO 9gr& 9$#ur Os9 z`ts 4 Ms9'r&ur A$uHqF{$# `g=y_r& br& z`t `gn=Hxq 4 `tBur ,Gt !$# @ygs &! `B nDr& #Z

Artinya: Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), Maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu

iv

(pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. dan perempuanperempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.6 Sedangkan berdasarkan hukum perdata indonesia maka istri tersebut harus menjlani masa iddah selama 90 (sembilan puluh) hari. Ini sejalan dengan pasal 39 peraturan pemerintah No. 9 tahun 1975 ayat (1) c.Iddah Istri Yang Elah Disetubuhi Iddah istri yang telah disetubuhi adakalahnya dalam keadaan haid dan adakalahnya tidak berhaid lagi. Masa iddah yang masih dalam keadaan haid adalah tiga kali sucian. d.Iddah Perempuan Hamil Perempuan yang dicerai atauditinggalmati oleh suaminya dalam keadaan hamil maka iddahnya sampai ia melahirkan. Ahl ini di dasarkan pada firman Allah yang berbunyi sebagai berikut:

Ms9'r&ur A$uHqF{$# `g=y_r& br& z`t `gn=Hxq 4Artinya : Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan.7 Istri tersebut harus menjlani masa iddah sampai ia melahirkan bayinya. Ini sejalan dengan kompilasi hukum islam pasal 135, ayat (2), sub (c) yang berbunyi sebagai berikut : Apabila perkawinan putus karena perkawinan sedang janda tersebut dalam keadaan hamil waktu iddah ditetapkan sampai melahirkan. e.Iddah Perempuan Yang Suaminya Meninggal Dunia Iddah wanita yang ditinggal mati suaminya dan ia masiah dalam6 At-thalaq Ayat : 4 7 At-thalaq Ayat : 4

iv

keadaan

hamil maka iddahnya adalah 4 bulan sepuluh hari, ini

didasarkanpada firman Allah yang berbunyi :

t%!$#ur tbquqtF N3ZB tbrxtur %[`urr& z`/utIt `gRr'/ ) spyt/r& 9kr& #ZturArtinya : Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah Para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh hari. (QS. Al-baqoroh : 234)8 4.Hikam Di Syariatkannya Iddah Suatu keyakinan yang mesti menjadi pengangan umat islam ialah ajaran islam yang termuat di dalam al-Quran dan as sunnah merupakan petunjuk Allah yang harus menjadi pedoman bagi manusia yang khususnya kaum muslimin dan muslimat demi keselamatan hidupnya di dunia maupun di akhirat. Berbeda dengan ajaran-ajaran yang diturukan Allah sebelumnya. Dimana ajaran tersebut hanya diperuntukkan untuk kaum tertentu. Ajaran islamtidak hanya berlaku untuk kelompok atau kaum didalam masyarakat tertentu atau tidak pula terbatas pada masa tertentu pula. Akan tetapi ajaran islam sejak diturunkan telah sebagai pegangan darisemua kelompok dan kaum manusia pada berbagai tempat danwaktu sampai akhir masa (zaman). Demikian pula halnya dengan masalah iddah yang merupakan suatu syariat yang telah ada sejak zaman dahulu yang mana mereka tidak pernah meninggalkan kebiasaan ini tatkala islam datang, kebiasaan itu diakui dan dijalankan karenabanyak terdapat kebaikan dan faedah didalamnya. Para ulama telah mencoba menganalisa hikmah disyariatkannyaiddah secara global dapat disebutkan sebagai berikut: a)untuk mengetahu bersihnya rahim seorang perempuan, sehingga tidak bercampur anatara keturun seorang yang dengan yang lain, atau dengan kata agar tidak terjadi8 AL-Baqorah Ayat : 234

iv

percampuran dan kekacauan nasab. b)Memberi kesempatan kepada suami agar berpikir untuk kembali, apakah untuk ruju kembali akepada istrinya ataukah akan menerukan cerai tersebut jika hal tersebut dianggap lebih baik. c)Kebaikan perkawinan tidak dapt terwujud sebelum kedua sumi istri sama-sama hidup dalam ikatan aqadnya. Untuk lebih jelasa dan mendetailnya hikamh disyariatkanny. Iddah tersebut maka dapat dikemukakan seperti di bawah ini: 1)Sebagai Pembersih Rahim9 Kegegasan penisaban keturun dalam islam merupakan hal yang amat penting. Oleh karena itu ketentuan untukmenghindari terjadinya kekacauan nisab keturunan manusia ditetapka dalam Al-Quran dan as sunnah dengan tegas. Diatara ketentuan tersebut adalah larangan bagi wanita untukmenikah denga beberapa orang pria dalam waktu yang bersamaan. Dan disamping itu untuk menghilangkan keragu-raguan tentang kesucian perempuan rahim tersebut. Sehingga pada nantinya tidak ada lagi keragu-raguan tentang anak yang di kandungnya oleh perempuan itu, apabila ia sudah kawin lagi dengan laki-laki yang lain. 2)Kesempatan untuk berpikir Iddah khususnya dalam thalak raji merupakan suatu tenggang waktu yang memungkin tentang hubngan mereka. Dalam masa ini kedua belah pihak dapat mengintropeksi diri masing-masing guna mengambil langkah-langkahyang lebih baik. Terutama bila meraka mempunyai putra-putri yang membutuhkan kasiah sayang dan pendidkanyang baik dari kedua orang tuanya.9 Yanggo, Chuzaiman T. Dkk., Problematyika Hukum Islam Kontemporer, cet. I, PT. Pustaka Firdaus, Jakarta, 1994

iv

3)Kesempatan untuk bersuka cita Iddah khususnya dalam cerai mati, adalah masa duka atua bela sungkawan atas kematian suaminya.cerai mati merupakan musibah yang diluar kekuasaan manusia untuk membendungnya. Karena meraka berpisah secara Jadi apabila percerai lairiyah akan tetapi dalam teresebut karena suaminya hubungan batin mereka begitu akrab. meninggal dunia, maka rasa tidak senang dari keluarga suami yaang di tinggal mati, bila waktu itu istri menerima lamaran ataupun melangsungkan perkawinan dengan laki-laki lain. 4)Kesempatan untuk rujuk Apabila seorang istri di cerai karena talak, yang mana bekas suami tersebut massih berhak untuk ruujk kepada bekas istrinya. Maka masa iddah itu adalah untuk perpikir kembali bagi suami untuk kembali kepada istri sebagai suami istri. Apabila bekas suami berpendapat bahwa ia sanggup untuk mendayung kehidupan ruamh tangga kembali, maka ia oleh untuk merujuk kepada istrinya dalam masa iddah.10 Sebaliknya apabila suami berpendapat badhwa tidak mungkin melanjutkan rumah tangga kembali, ia harus melepas bekas istri untuk kawin lagi dengna laki-laki lain. Dengan demiakian tanpak jelas bahwaiddah it memiliki berbagai keutamaan di berbagai aspek, yang mana masingmasing mempunyai hubungan yang tidak dapta dipisahkan. Sehubungan dengan itu maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa: a.Perkembangn ilmu pengetahuan dan teknologi modern tidaklah dapat kasusmengubah ketentuan dalam

kasus yang sudah jelas di kemukakan10 Ali, Muh Daud, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, cet. 6, PT. Raja Grafindo, Pustaka Belajar, Jakarta

iv

dan ditetapkan dalam Al-Quran dan as-dunnah. Na mun hanya kasus wathsyubbhat dan dalam zina

perkembangn ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dimafaatkan, sebab hukum antar pria dan wanita dalam kasus ini hanya tekait pada iddah dhuhul yang menggunakan kesucian rahi. b.Meskipun dapat keyakinan bahwa rahim perempuan (istri) bersih siantar mereka (suami istri) tidak mungkin rujuk kembali, namun tidaklah dapat dibenarkan bagi perempuan tersebut (brekas istri) melanggar ketentuan iddah yang sudah ditentukan. c.Begitu pula sebaliknya tidak dapt dibenarkan nganiayaan untuk memperpanjang yang iddah yang dapat mengakibatkan pe maupun mendatangkan keuntugan baik, bagi bekas suami ataupun bagi bekas isri.

iv

5)Hak dan Kewajiban Suami Istri pada Masa Iddah a.Ha k istri pada masa iddah 1)Mendapatkan nafkah selama masa iddah 2)Mendapatkan masa iddah 3)Istri berhak memutuskan rujuk kewajiban kembali. istri adalah untuk masa Sedangkan perumahan selama

bergabung bila ia ditginggal mati oleh suaminya. b.Kewajiban pada istri 1)Suami wasjib memberikan nafkah pada isri 2)Suami 3)Suami B.Fenomena-fenomena yang Muncul a)Nafkah istri dalam iddah raj'ie Yang sering ditimbu dalam percerai, yang mana suami tidak melaksanakn kewajiabannya terhadap hak istri dan anak dalam masa iddah.setelah terjadi percerai pada hakikatnya suami harus memberikan minimal memberikan perumahan pada mantan istri dan anak.sedangkan di kalangan masyarakat banyka terjadi penyimpanga-penyimpangan yang terjadi, baik itu di kota maupun di desa. b)Nafkah istri dalam iddah ba'in wajib berhak memberikan merujuk perumahan pada istri untuk kembali atau tidak. suami masa iddah

iv

Begitu juga dengan nafkah iddah ba'in suami banyka melalaikan kewajibannya sehingga timbulberbagai macam permasalahan, contohnya si anak putus sekoalah. C.Analisa a.Berdasarkan kompilasi hukum islam dalam pasal 18 ayat 1 yang berbunyi "Suami wajib menyediakan tempatkediaman bagi istri dan anak-anaknya atau bagi istri yang sedang dalam masa iddah." b.Menurut undang-undang perkawianan No. 1 tahun 1974 tentang hak dan kewajbn suami istri pasal 34 menyatakan bahwa : suami wajib melindungi istri dan memberikan segala seuatu keperluanhidup berumah tangga sesuai dengan kewajiban. BAB III KESIMPULAN A.Kesimpulan Hendaklah orang yang mampu memberikan nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rizkinya hendaklah memberikan nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang allah berikan kepadanya, Allah t\kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. B.Saran-saran Penuhilah hak istrimu jika mereka dicerai ataupun dalam masa iddah segaimana kemampuanmu.

iv

DAFTAR PUSTAKA Sabiq, Sayyi, Fiqih Sunnah Jijid VIII Terj. Drs. Muh. Thalib,PT AI Ma'ruf Bandung, 1987 Sumiati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan, Cet. 1, Liberty, Jogjakarta, 1982 Undang-undang Perkawinan di Indonesia dan Peraturan Pelaksanaan. PT. Radya Pramita Jakarta, 1987 Ali, Muhammad Daud, Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan, Cet. 6 Pt. Raja Grafindo, Pustaka Pelajar Jakarta. Armojo, H. Arso. Hukum Perkawinan di Indonesia, Cet. 3 Bulan Bintang Jakarta 1981. Ashari, Hukum Perkawinan di Indonesia. Jokyakarta 1997

iv

KATA PENGANTAR O0 !$# `uHq9$# Om9$#Segala puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan taufiq hidayah-nya kepada kita semua. Dengan hidayahnya pulalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul nafkah wanita yang dalam masa iddah shalawat dan salam mudah-mudahan tetap tercurah limpahkan kepada jujungan kita Nabi Muhammad SAW. Keluarga beliu, sahabt dan pengikut beliu. Penulisan makalah ini kami lakukan dengan sungguh-sungguh, dengan motivasi dan dorongan dari semua pihak. Oleh karena itu dala m kesempatan yang baik ini izinkanlah penulis meng haturkan ucapan terima kasih kepada : 1.Ayah dan Bunda yang telah banyak memberikan sumbangan baik material ataupun moral. 2.KH. Muhammad Zuhri Zaini,BA selaku pengasuh pondok pesantren nurul jadid yang menjadi suri tauladan bagi kami. 3.Bapak Dr.KH. Muhlisin Sa'ad, MA selaku Rektor Nurul jadid yang selalu mendorong kami belajar dan introspeksi diri. 4.Bapak KH. Moh. Romzi Al-Amiri Mannan,SH. M. H.I selaku dosen kuliah hokum perkawinan islam yang telah membimbing kami daslam penulisan makalah ini. 5.Semua perpustakaan yang telah sudi memberikan pinjaman buku kepada kami. 6.semua teman-teman yang telah sudi meluangkan waktunya dan tenaganya dalam penulisan makalah ini,semoga Allah SWT. Memberika balasan dan kebaikan yang lebih besar atas segala jasa dan budi baiknya.

Tiada gading yang tak retak. Kami menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih juah dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan

iv

saran selalu kami terima dengan besar hati.

Paiton, 25 Januari 2009 Penulis,

MASHUDI NIM. 07221042

iv

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................................i KATA PENGANTAR.............................................................................................ii DAFTAR ISI...........................................................................................................iv BAB I : PENDAHULUAN......................................................................................1 A.Latar Belakang Masalah........................................................................1 B.Rumusan Masalah.................................................................................2 C.Tujuan Penulisan....................................................................................2 D.Metode Penulisan ..................................................................................2 E.Sistematika Penulisan............................................................................3 BAB II : PEMBAHASAN.......................................................................................4 A.Kajian-kajian Dalil.................................................................................4 1.Pengertian Iddah..............................................................................4 2.Dasar Hukum Iddah.........................................................................4 3.Macam-macam Iddah......................................................................6 4.Hikmah Disyariatkannya Iddah.......................................................9 5.Hak dan Kewajiban Suami Istri pada Masa Iddah.........................13 B.Fenomena-fenomena yang Muncul.....................................................13 1. Nafkah istri dalam iddah raj'ie.........................................................13 2. Nafkah istri dalam iddah raj'ie ........................................................ 13 C.Analisa.................................................................................................13 1. Menurut kompilasi hukum islam ....................................................13 2. Menurut undang-undang..................................................................13 BAB III : PENUTUP.............................................................................................14 A.Kesimpulan..........................................................................................14 B.Saran-saran...........................................................................................14 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

iv

iv

iv