modul sib – 07 : pekerjaan tanah

74
MyDoc/Pusbin-KPK/Draft1 PEKERJAAN PELATIHAN SITE INSPECTOR OF BRIDGE (INSPEKTUR LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN) DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI (PUSBIN-KPK) MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH 2006

Upload: others

Post on 25-Oct-2021

35 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

MyDoc/Pusbin-KPK/Draft1

PEKERJAAN

PELATIHAN SITE INSPECTOR OF BRIDGE (INSPEKTUR LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN)

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA

PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI (PUSBIN-KPK)

MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

2006

Page 2: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) i

KATA PENGANTAR

Modul ini akan menguraikan prinsip-prinsip dasar pelaksanaan pekerjaan tanah

mencakup galian, timbunan dan penyiapan badan jalan.

Modul ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan kepada peserta

pembekalan/pengujian mengenai antara lain jenis galian, toleransi dimensi galian,

pengamanan pekerjaan galian, perbaikan terhadap pekerjaan galian yang tidak

memenuhi ketentuan, utilitas bawah tanah, jenis timbunan, pekerjaan yang tidak

termasuk bahan timbunan, toleransi dimensi timbunan, standar rujukan timbunan,

bahan timbunan, penghamparan dan pemadatan timbunan, jaminan mutu timbunan,

penyiapan badan jalan dan sebagainya.

Demikian mudah-mudahan modul ini dapat memberikan manfaat bagi yang

memerlukannya.

Page 3: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) ii

Page 4: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) iii

LEMBAR TUJUAN

JUDUL PELATIHAN : Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan

Jembatan (Site Inspector of Bridge)

MODEL PELATIHAN : Lokakarya terstruktur

TUJUAN UMUM PELATIHAN :

Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu melaksanakan pengawasan dan perlaporan

pekerjaan konstruksi jembatan untuk memastikan kesesuaian dengan rencana, metode kerja

dan dokumen kontrak.

TUJUAN KHUSUS PELATIHAN :

Pada akhir pelatihan ini peserta diharapkan mampu:

1. Mengawasi pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2. Membaca Data Geoteknik

3. Mengawasi penggunaan Bahan Jembatan

4. Membaca Gambar

5. Mengawasi penggunaan Alat-alat Berat

6. Mengawasi pelaksanaan Pengukuran dan Pematokan

7. Mengawasi pelaksanaan Pekerjaan Tanah

8. Mengawasi pelaksanaan Pekerjaan Beton

9. Mengawasi pelaksanaan Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan

Jembatan

10. Mengawasi pelaksanaan Pemeliharaan Jalan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas

11. Mengawasi pelaksanaan Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan

12. Membuat Laporan Pengawasan Pekerjaan

Page 5: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) iv

NOMOR : SIB-07

JUDUL MODUL : PEKERJAAN TANAH

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu mengimplementasikan modul ini untuk

pekerjaan jembatan dan oprit jembatan dengan sasaran memperoleh produk

pekerjaan yang efisien dengan mutu yang memenuhi standar persyaratan teknis.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Pada akhir pelatihan peserta mampu :

1. Mengawasi pekerjaan galian dalam rangka pelaksanaan pekerjaan jembatan dan

oprit jembatan dengan memperhatikan toleransi dimensi hasil pekerjaan, serta

bertanggungjawab untuk menjaga dan melindungi setiap utilitas bawah tanah yang

masih berfungsi seperti pipa, kabel, atau saluran bawah tanah lainnya atau struktur

yang mungkin dijumpai

2. Mengawasi pekerjaan timbunan dalam rangka pelaksanaan pekerjaan jembatan

dan oprit jembatan dengan memperhatikan toleransi dimensi hasil pekerjaan,

standar rujukan yang digunakan, bahan timbunan yang digunakan, metode

penghamparan dan pemadatan serta jaminan mutu hasil pekerjaan timbunan.

3. Mengawasi pekerjaan penyiapan badan jalan dalam rangka pelaksanaan

pekerjaan jembatan dan oprit jembatan dengan memperhatikan toleransi dimensi

hasil pekerjaan, standar rujukan yang digunakan, bahan yang digunakan untuk

pembuatan badan jalan dan sebagainya.

Page 6: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) v

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

LEMBAR TUJUAN ii

DAFTAR ISI iii

DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN (Site Inspector of Bridge) vii DAFTAR MODUL viii

PANDUAN PEMBELAJARAN ix

BAB I SIFAT-SIFAT DAN KLASIFIKASI TANAH

1.1 TEKSTUR TANAH

1.2 STRUKTUR TANAH

1.3 HORIZON TANAH

1.4 BAHAN INDUK

1.4.1 Batuan Sedimen 1.4.2 Batuan Beku 1.4.3 Batuan Metamorf

1.5 KOMPONEN TANAH

1.6 PADAT DAN UDARA DALAM TANAH

1.7 SIFAT-SIFAT DASAR TANAH

1.7.1 Kadar Air, Berat Jenis, Berat Isi, Angka Pori, Porositas Dan Derajat Kejenuhan

1.7.2 Permeabilitas 1.7.3 Elastisitas 1.7.4 Plastisitas 1.7.5 Kohesi dan Kekuatan Geser 1.7.6 Pemampatan (compressibility) 1.7.7 Penyusutan dan Pemuaian (shrinkage and swelling)

1.7.8 Aktifitas (activity) 1.7.9 Konsistensi Tanah Asli 1.7.10 Sensitifitas (sensitivity) 1.7.11 Daya kapiler (capillarity) dan pengisapan (suction)

1.7.12 Dilatansi

1.8 UDARA DALAM TANAH

1.9 AIR DALAM TANAH

1.9.1 Pengaruh air sebagai bahan cair terhadap sifat-sifat tanah

1.10 BAHAN PADAT DALAM TANAH

1.10.1 Bahan organik

I – 1 I - 1 I - 2 I - 3 I - 4 I - 5 I - 5 I - 6 I - 6 I - 6 I – 8

I - 9

I - 10 I - 11 I - 12 I - 12 I - 13 I - 14 I - 15 I - 16 I - 18 I - 18 I - 20 I - 20 I – 20

I - 20 I - 27 I - 27 I - 29 I - 32

Page 7: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) vi

1.10.2 Bahan anorganik 1.11 KLASIFIKASI TANAH

BAB II PEKERJAAN GALIAN

2.1 CAKUPAN PEKERJAAN

2.2 SASARAN PEKERJAAN GALIAN

2.3 JENIS GALIAN

2.4 TOLERANSI DIMENSI

2.5 PENGAMANAN PEKERJAAN GALIAN

2.6 PERBAIKAN TERHADAP PEKERJAAN GALIAN

YANG TIDAK MEMENUHI KETENTUAN

2.7 UTILITAS BAWAH TANAH

2.8 RETRIBUSI UNTUK BAHAN GALIAN

2.9 PENGEMBALIAN BENTUK DAN PEMBUANGAN

PEKERJAAN SEMENTARA

2.10 PROSEDUR PENGGALIAN

2.11 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

II – 1 II – 1 II – 1 II – 1 II – 2 II – 3

II – 4 II – 4 II – 5

II – 6 II – 7 II – 7

BAB III PEKERJAAN TIMBUNAN 3.1 CAKUPAN PEKERJAAN

3.2 PEKERJAAN YANG TIDAK TERMASUK BAHAN

TIMBUNAN

3.3 TOLERANSI DIMENSI

3.4 STANDAR RUJUKAN

3.5 BAHAN TIMBUNAN

3.6 PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN

TIMBUNAN

3.7 JAMINAN MUTU

3.8 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

III – 1 III – 1

III – 2 III – 2 III – 2 III – 3 III – 4 III – 7 III – 9

BAB IV PENYIAPAN BADAN JALAN

4.1 CAKUPAN PEKERJAAN

4.2 TOLERANSI DIMENSI

4.3 STANDAR RUJUKAN

4.4 BAHAN UNTUK BADAN JALAN

4.5 PELAKSANAAN PENYIAPAN BADAN JALAN

4.6 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

IV – 1 IV – 1 IV – 1 IV – 2 IV – 2 IV – 2 IV – 3

RANGKUMAN

DAFTAR PUSTAKA

HAND OUT

Page 8: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) vii

DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN

JEMBATAN (Site Inspector of Bridge)

1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Inspektor Lapangan

Pekerjaan Jembatan (Site Inspector of Bridge) dibakukan dalam Standar

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan

unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan

Jembatan (Site Inspector of Bridge) unit-unit tersebut menjadi Tujuan

Khusus Pelatihan.

2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing

Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang

menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari

setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan

kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan

kompetensi tersebut.

3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka

berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun

seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang harus

menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan

Jembatan (Site Inspector of Bridge).

Page 9: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) viii

DAFTAR MODUL

Jabatan Kerja : Inspektur Lapangan Pekerjaan Jembatan Site Inspector of Bridge (SIB)

Nomor Modul

Kode Judul Modul

1 SIB – 01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2 SIB – 02 Membaca Data Geoteknik

3 SIB – 03 Bahan Jembatan

4 SIB – 04 Membaca Gambar

5 SIB – 05 Alat Berat

6 SIB – 06 Pengukuran dan Pematokan

7 SIB – 07 Pekerjaan Tanah

8 SIB – 08 Pekerjaan Beton

9 SIB – 09 Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jembatan

10 SIB – 10 Pemeliharaan Jembatan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas

11 SIB – 11 Metode Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan

12 SIB – 12 Teknik Pelaporan

Page 10: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) ix

PANDUAN INSTRUKTUR

A. BATASAN

NAMA PELATIHAN : Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jembatan

(Site Inspector of Bridge)

KODE MODUL : SIB-07

JUDUL MODUL : PEKERJAAN TANAH

DESKRIPSI : Modul ini menguraikan pekerjaan galian, pekerjaan

timbunan dan penyiapan badan jalan dalam rangka

pelaksanaan pekerjaan jembatan dan oprit jembatan

dengan memperhatikan toleransi dimensi hasil pekerjaan,

standar rujukan yang digunakan, pemahaman terhadap

tanggungjawab untuk menjaga dan melindungi setiap

utilitas bawah tanah yang masih berfungsi (pipa, kabel,

saluran bawah tanah lainnya atau struktur yang mungkin

dijumpai bahan yang digunakan), metode penghamparan

dan pemadatan serta jaminan mutu hasil pekerjaan dan

lain sebagainya.

TEMPAT KEGIATAN : Ruangan Kelas lengkap dengan fasilitasnya.

WAKTU PEMBELAJARAN : 2 (Dua) Jam Pelajaran (JP) (1 JP = 45 Menit)

Page 11: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) x

B. RENCANA PEMBELAJARAN

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

1. Ceramah : Pembukaan

Menjelaskan tujuan instruksional (TIU & TIK)

Merangsang motivasi peserta dengan pertanyaan atau pengala-mannya dalam penerapan gambar pelaksanaan

Waktu : 5 menit

2. Ceramah : Pekerjaan Galian

Penjelasan tentang Pekerjaan Galian: Cakupan pekerjaan Sasaran pekerjaan galian Jenis galian Toleransi dimensi Pengamanan Pekerjaan Galian Utilitas bawah tanah Pengembalian bentuk dan

pembuangan pekerjaan sementara

Waktu : 30 menit

Bahan : Materi Serahan (Bab 1, Galian)

3. Ceramah : Pekerjaan Timbunan

Penjelasan tentang Pekerjaan Timbunan: Cakupan pekerjaan Pekerjaan yang tidak termasuk

bahan timbunan Toleransi dimensi Standar rujukan Bahan timbunan Penghamparan dan pemadatan

timbunan Jaminan mutu

Waktu : 30 menit

Bahan : Materi Serahan (Bab 2, Timbunan)

4. Ceramah : Penyiapan badan jalan

Penjelasan tentang pekerjaan penyiapan badann jalan:

Cakupan pekerjaan Toleransi dimensi Standar rujukan

Mengikuti penjelasan TIU dan TIK dengan tekun dan aktif

Mengajukan pertanyaan apabila kurang jelas.

Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif

Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila

perlu

Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif

Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila

perlu

Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif

Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila

perlu

OHT

OHT

OHT

OHT

Page 12: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Kata Pengantar

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) xi

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

Bahan untuk badan jalan Pelaksanaan penyiapan badan

jalan

Waktu : 25 menit

Bahan : Materi serahan (Bab 3, Penyiapan Badan Jalan)

5. Penutup

Waktu : 5 menit

Page 13: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-1

BAB I SIFAT-SIFAT DAN KLASIFIKASI TANAH

1.1 TEKSTUR TANAH

Tekstur, atau ukuran butir, seringkali mempunyai peranan yang penting dalam

pengklasifikasian tanah serta mempengaruhi sifat-sifat teknis tanah. Secara umum, tekstur

telah digunakan untuk membagi tanah menjadi dua kelompok besar, yaitu tanah berbutir

kasar dan tanah berbutir halus. Ukuran dan distribusi butir-butir mineral yang terdapat pada

suatu tanah tergantung pada banyak faktor, termasuk komposisi mineral, cuaca, lamanya

pelapukan dan cara pemindahan.

Sesuai dengan ukuran butirnya, tanah berbutir kasar dibagi menjadi bongkah (boulder),

kerikil (gravel) dan pasir. Sifat-sifat teknis tanah berbutir kasar seringkali sangat dipengaruhi

oleh tekstur dan gradasinya.

Tanah berbutir halus dibagi menjadi lanau dan lempung. Butir-butir yang membentuk lanau

dan lempung mempunyai ukuran yang sangat kecil sehingga tidak bisa dibedakan dengan

mata telanjang. Sifat-sifat teknis lanau dan lempung lebih dipengaruhi oleh kekuatan

permukaan dan kekuatan listrik butiran daripada oleh kekuatan gravitasi sebagaimana yang

berlaku pada tanah berbutir kasar. Oleh karena itu, tekstur tanah berbutir halus mempunyai

pengaruh yang lebih kecil terhadap sifat-sifat teknis daripada tekstur tanah berbutir kasar.

Lanau biasanya mempunyai plastisitas yang lebih rendah daripada lempung dan dalam

keadaan kering mempunyai kekuatan yang rendah atau sama sekali tidak mempunyai

kekuatan.

Sesuai dengan Klasifikasi Unified, ukuran tekstur tanah ditunjukkan pada Tabel 1.1.

Meskipun ukuran butir yang ditunjukkan pada Tabel 1.1 hanyalah pilihan, namun nilai-nilai

tersebut diusulkan dalam rangka menyeragamkan definisi. Perbedaan utama antara lanau

dengan lempung adalah plastisitasnya. Lanau pada dasarnya terbentuk melalui pelapukan

mekanis, sehingga sebagian besar sifat-sifatnya menyerupai sifat-sifat bahan induknya,

sedangkan lempung dihasilkan melalui pelapukan mekanis dan kimia dan pada dasarnya

berukuran koloidal.

Untuk membedakan lempung dari lanau di lapangan, terdapat beberapa pengujian

sederhana. Dalam keadaan kering, lanau mempunyai kekuatan yang sangat rendah,

sehingga segumpal lanau mudah dihancurkan dengan jari tangan. Di sisi lain, segumpal

lempung yang kering sulit dihancurkan dengan jari tangan. Apabila segumpal lanau yang

ditambah air ditempatkan pada telapak tangan dan digoyang-goyang, maka permukaan

lanau tersebut akan mengkilap (ada lapisan air) dan apabila lanau tersebut diremas

Page 14: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-2

(squeeze), maka lapisan air akan hilang. Pada lempung berair yang digoyang-goyang, air

tidak muncul ke permukaan sehingga permukaannya tidak mengkilap.

Tabel 1.1. Ukuran tekstur tanah (Sumber: Yoder, 1975)

TEKSTUR TANAH UKURAN

� Bongkah (cobbles) � Kerikil � Kerikil kasar � Kerikil halus

� Pasir � Pasir kasar � Pasir sedang � Pasir halus

� Tanah berbutir halus (lanau atau lempung)

Lebih besar dari 75 mm (3 in) 75 mm (3 in) sampai 4,76 mm (No. 4) 75 mm (3 inci) sampai 19 mm (¾ in) 19 mm (¾ in) sampai 4,476 mm (No. 4) 4,76 mm (No. 4) sampai 0,074 mm (No. 200) 4,76 mm (No. 4) sampai 2 mm (No.10) 2 mm (No. 10) sampai 0,42 mm (No. 40) 0,42 mm (No. 40) sampai 0,074 mm (No. 200) Lebih kecil dari 0,074 mm (No. 200)

1.2 STRUKTUR TANAH

Pola dimana individu butir dalam masa tanah tersusun disebut struktur primer (primary

structure). Untuk tanah berbutir kasar, struktur primer sering kali dapat dilihat dengan mata

telanjang atau dengan bantuan kaca pembesar (hand lens). Cara untuk mengamati struktur

tanah berbutir halus (lanau dan lempung) sejauh ini berkembang lambat. Namun demikian,

teknologi di bidang mikroskop elektron yang dikembangkan akhir-akhir ini memberi harapan

untuk memudahkan pengamatan struktur tanah berbutir halus.

Meskipun dalam banyak kasus struktur primer tidak dapat diamati dan mungkin sangat

bervariasi, namun para ahli telah berusaha menetapkan dan mengklasifikasikan berbagai

struktur primer tanah. Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.1, beberapa kelompok

struktur primer tersebut adalah:

a. Butir tunggal (single-grained).

b. Sarang lebah (honeycomb).

c. Flokulen (flocculent).

a. Butir tunggal b. Sarang lebah c. Flokulen

Gambar 1.1. Tiga jenis struktur primer tanah

Sering kali tanah menunjukkan struktur jenis yang lain, yang dikenal dengan struktur

sekunder. Istilah tersebut menggambarkan pola retak, patahan atau bentuk kerenggangan

lain yang terjadi pada formasi tanah.

Page 15: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-3

Baik struktur primer maupun struktur sekunder sering mempunyai pengaruh yang besar

terhadap sifat-sifat teknis tanah (permeabilitas, elastisitas, kompresibilitas, kekuatan geser).

1.3 HORIZON TANAH

Pedologi merupakan ilmu mengenai proses pelapukan tanah serta pembentukan profil tanah.

Faktor cuaca yang terutama mempengaruhi pembentukan profil tanah adalah tingkat aliran

permukaan (surface runoff) dan suhu.

Profil tanah merupakan hasil pelapukan alamiah yang merubah tanah induk. Profil tipikal

tanah, sebagaimana yang berlaku pada bidang teknik sipil, terdiri atas tiga lapis atau tiga

horizon sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.2.

Horizon paling bawah, disebut bahan induk (parent material) atau Horizon C, terdiri atas

tanah asli yang belum mengalami pelapukan. Horizon C dapat merupakan bahan pindahan

atau bahan endapan, sedangkan Horizon A dan B merupakan zona-zona yang telah

mengalami pelapukan. Horizon yang ditunjukkan pada Gambar 1.2 merupakan

penyederhanaan daripada horizon menurut pedologi (pedologi membagi horizon menjadi

horizon-horizon yang lebih kecil).

Gambar 1.2. Profil Tipikal Tanah (Sumber: Yoder, 1975)

Adanya profil tanah merupakan hasil penghancuran dan penempatan kembali komponen

tanah oleh air yang meresap (water seeping) ke dalam tanah. Dalam bentuk yang paling

sederhana, kandungan lempung pada Horizon A akan makin menurun, karena lempung dari

horizon tersebut akan terendapkan pada Horizon B. Oleh karena itu, Horizon A terutama

terdiri atas lanau nonplastis, sedangkan Horizon B terdiri atas lempung kelanauan atau

lempung.

Kedalaman dan karakter profil tanah sangat dipengaruhi oleh cuaca, topografi dan waktu.

Pada daerah-daerah yang curah hujannya rendah, terjadinya profil tanah kurang

berkembang, sebagaimana halnya pada lereng terjal. Kedalaman pelapukan sangat

dipengaruhi oleh umur dan topgrafi.

Perlu diingat bahwa profil yang disebutkan di atas hanya terjadi apabila air mengalir ke

bawah melalui tanah. Dalam hal tersebut, perkembangan karakter dan kedalaman profil

Horizon C –bahan induk (C horizon – parent material)

Pelapukan-dalam pada cekungan (deeper weathering in depressions)

Horizon A

Horizon B

Horizon A organik (Organic A horizon)

Page 16: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-4

tergantung pada jumlah air yang melewati tanah. Tanah muda dan tanah yang terjadi pada

lereng terjal akan membentuk profil yang dangkal, sedangkan tanah tua dan tanah yang

terjadi pada cekungan akan membentuk horizon yang dalam.

1.4 BAHAN INDUK

Dalam praktek rekayasa jalan raya dan lapang terbang, kegiatan dalam bidang geologi dan

pedologi tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Para ahli geologi dan pedologi biasanya telah

membuat peta daerah-daerah yang dapat memberikan informasi rinci mengenai jenis-jenis

tanah dan konsistensinya. Meskipun informasi yang diperoleh dari peta tanah menurut

geologi dan pertanian sering kali tidak memberikan gambaran yang tepat tentang kasus-

kasus rekayasa (engineering problems), namun apabila seseorang telah memiliki latar

belakang yang cukup tentang proses geologi dan mekanika pembentukan tanah, maka dia

dapat memperoleh data dengan cara menafsirkan informasi geologi dan pedologi. Tanah

yang berasal dari bahan induk yang identik serta di bawah pengaruh kondisi cuaca dan

pelapukan yang juga identik, akan terbentuk menjadi tanah yang sama. Namun demikian,

tanah yang terbentuk tersebut jangan diharapkan selalu seragam. Masing-masing kasus

hendaknya diselidiki secara rinci, dimana semua ketidakkonsistenan mengenai profil tanah,

muka air tanah dan jenis bahan induk harus diselidiki. Untuk keperluan tersebut, seseorang

harus memiliki pengetahuan tentang geologi serta memahami distribusi tanah dan kelompok

tanah.

Berdasarkan proses pembentukannya, bahan atau batuan induk dapat dibagi menjadi batuan

sedimen, batuan beku dan batuan metamorf.

1.4.1 BATUAN SEDIMEN

Batuan sedimen terbentuk melalui akumulasi sedimen (butir-butir halus) dalam air. Sedimen

dapat terdiri atas partikel-partikel atau fragmen mineral (sebagaimana pada kasus batu pasir

(sandstone) atau batu serpih (shale)), sisa-sisa binatang (beberapa batu kapur), sisa-sisa

tumbuhan (batu bara dan gambut), produk ahir proses kimia atau penguapan (garam,

gipsum), atau kombinasi bahan-bahan tersebut.

Disamping itu, batuan sedimen sering disebut juga batuan sedimen bersifat silika (siliceous)

atau gampingan (calcareous), dimana batuan sedimen bersifat silika adalah batuan yang

mengandung banyak silika. Batuan yang mengandung banyak kalsium karbonat (batu kapur)

disebut batuan bersifat gampingan.

Page 17: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-5

1.4.2 BATUAN BEKU

Batuan beku terdiri atas bahan cair (magma) yang telah mendingan dan memadat. Terdapat

dua jenis batuan beku, yaitu batuan ekstrusif dan batuan intrusif. Batuan beku ekstrusif

terbentuk dari magma yang tertumpah ke permukaan bumi pada saat letusan vulkanik atau

kegiatan geologi yang sejenis. Karena pada saat tumpah magma bersentuhan dengan

atmosfir yang memungkinkan cepat mendingin, maka batuan yang terbentuk mempunyai

penampilan dan struktur yang menyerupai kaca. Riolit, andesit dan basal merupakan contoh

batuan ekstrusif.

Batuan beku intrusif terbentuk jauh di bawah permukaan bumi. Karena terperangkap di

bawah permukaan, maka magma mendingin dan mengeras secara perlahan-lahan yang

memungkinkan terbentuknya struktur kristal. Oleh karena itu, batuan beku intrusif

mempunyai penampilan dan struktur sperti kristal; contoh, granit, diorit dan gabro. Akibat

proses pergerakan dan erosi kulit bumi, batuan beku intrusif dapat muncul ke permukaan

sehingga dapat ditambang.

1.4.3 BATUAN METAMORF

Batuan metamorf umumnya merupakan batuan sedimen atau batuan beku yang telah

mengalami perubahan akibat tekanan dan panas dalam bumi serta reaksi kimia. Karena

proses pembentukan tersebut kompleks, maka batuan metamorf sulit ditentukan secara pasti

asal kejadiannya.

Beberapa jenis batuan metamorf mempunyai ciri yang nyata, yaitu mineralnya tersusun

dalam bidang atau lapisan yang sejajar. Pemisahan batuan pada bidang tersebut akan lebih

mudah daripada pemisahan pada arah lain. Batuan metamorf yang mempunyai ciri tersebut

disebut batuan pipih (foliated); contoh, geneis (gneisses) dan sekis (schists) (terbentuk dari

batuan beku) dan slate (terbentuk dari batuan sedimen, yaitu batuan serpih). Tidak semua

batuan metamorf berbentuk pipih; marmer (terbentuk dari batu kapur) dan kuarsit (terbentuk

dari batu pasir) merupakan batuan metamorf tanpa proses pemipihan.

1.5 KOMPONEN TANAH

Tanah terdiri atas partikel-partikel padat yang membentuk struktur porus (mengandung pori-

pori). Tergantung pada kondisinya, pori-pori dapat berisi air atau udara atau kedua-duanya.

Dengan menggunakan grafik-segi tiga yang ditunjukkan pada Gambar 1.3, komposisi suatu

tanah dapat ditunjukkan oleh suatu titik, dimana koordinat titik tersebut menyatakan

persentase volume ketiga komponen. Dengan Gambar 1.3, dapat ditelusuri juga setiap

perubahan komposisi; Garis A menunjukkan perubahan komponen pada saat pengujian

Page 18: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-6

pemadatan, Garis B menunjukkan perubahan komponen pada saat pengujian penyusutan

(shrinkage test) dan Garis C menunjukkan perubahan komponen pada saat pengujian

konsolidasi.

Gambar 1.3. Grafik segi tiga untuk menyatakan komposisi tanah

(Sumber: TRRL, 1952)

Meskipun grafik pada Gambar 1.3 dapat menunjukkan komposisi tanah dalam persentase

volume, namun dalam praktek partikel mineral (bahan padat) dan air biasanya dinyatakan

dengan berat dalam suatu satuan volume, misal lb/ft3 atau gr/cm3, karena berat lebih mudah

diukur daripada volume. Berat bahan padat yang terkandung dalam satu satuan volume

tanah biasanya dikenal dengan kepadatan kering dan hal tersebut berbeda dengan volume

suatu berat tanah setelah dikeringkan. Kepadatan kering merupakan berat bahan padat yang

terdapat pada satuan volume tanah dimana setelah air secara hipotetis terbuang volume

tersebut tidak mengalami perubahan.

1.6 HUBUNGAN AIR, BAHAN PADAT DAN UDARA DALAM TANAH

Keberadaan struktur tanah sekunder yang luar biasa biasanya hanya dapat diditeksi melalui

pengamatan visual. Pada kasus struktur primer, pengamatan visual biasanya tidak cukup;

oleh karena itu, untuk mengevaluasi hal tersebut secara kasar telah dikembangkan cara tidak

langsung, dimana tanah dipandang selalu terdiri atas tiga komponen, yaitu bahan padat, air

dan udara.

VO

LU

ME

UD

AR

A (%

)

VO

LU

ME

PA

RTIK

EL M

INE

RA

L (%

)

VOLUME AIR (%)

0 503010 4020

0

50

30

10

40

20

100

50

70

90

60

80

A. PENGUJIAN PEMADATAN

B. PENGUJIAN PENYUSUTAN

C. PENGUJIAN KONSOLIDASI

Page 19: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-7

Meskipun dalam praktek tidak mungkin memisahkan ketiga bagian tanah, namun secara

diagram, ketiga bagian tanah tersebut ditunjukkan pada Gambar 1.4. Apabila tanah benar-

benar kering (misal setelah dikeringkan dalam oven), maka tanah hanya terdiri atas bahan

padat dan udara; sedangkan dalam keadaan jenuh, tanah hanya terdiri atas bahan padat dan

air.

Gambar 1.4. Diagram komponen tanah

Hubungan antara komponen-komponen tanah pada Gambar 1.4 yang telah dikembangkan

dalam mekanika tanah, tidak hanya untuk mendapatkan gambaran tidak langsung mengenai

struktur tanah, tetapi juga dapat digunakan untuk memperkirakan penurunan (settlement),

permeabilitas dan derajat kepadatan.

Beberapa hubungan antara komponen-komponen tanah yang dipandang penting adalah:

a. Kadar air (w), % = s

w

W

W x 100 ....................................................................... . 1.1

b. Kandungan udara (Va), % = x100V

Va ........................................................... . 1.2

c. Angka pori (e) = s

wa

s

v

V

VV

V

V ....................................................................... . 1.3

d. Porositas (n), % = x100V

VVx100

V

V wav .................................................... . 1.4

e. Derajat kejenuhan (Sr), % = x100V

V

v

w ............................................................ . 1.5

Secara umum, nilai-nilai di atas serta parameter-parameter lain tanah dapat diperoleh

dengan mengukur berat dan volume contoh tanah yang mewakili.

1.7 SIFAT-SIFAT DASAR TANAH

Bahan induk, komposisi mineral, kandungan bahan organik, cuaca, umur, cara perpindahan,

letak endapan, cara pemadatan dan derajat kepadatan, tekstur tanah, gradasi butir serta

struktur tanah merupakan faktor-faktor yang saling berhubungan dan mempunyai pengaruh

yang besar terhadap sifat-sifat dasar tanah. Namun demikian, sifat dasar tanah tidak hanya

Vv VW

BERAT VOLUME

Va

Vs Ws

UDARA

WW V W

0

BAHAN PADAT

AIR

Page 20: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-8

dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut, tetapi juga oleh kondisi pada saat pengujian

dilakukan.

Karena tanah merupakan bahan yang mempunyai karakteristik sangat heterogin, maka untuk

mendapatkan gambaran tentang “perilakunya” serta untuk memudahkan penanganannya,

terlebih dahulu perlu dipahami sifat-sifat dasar tanah. Beberapa sifat dasar tanah yang

dipandang penting adalah:

a. Kadar air.

b. Angka pori

c. Berat isi.

d. Berat Jenis.

e. Permeabilitas.

f. Elastisitas.

g. Plastisitas.

h. Delatansi

i. Sensitivitas

j. Kohesi dan kekuatan geser

k. Pemampatan (compressibility).

l. Penyusutan dan pemuaian (shrinkage

and swelling).

m. Aktifitas

n. Konsistensi

o. Daya kapiler

1.7.1 KADAR AIR, BERAT JENIS, BERAT ISI, ANGKA PORI, POROSITAS DAN DERAJAT KEJENUHAN

Kadar air, berat jenis, berat isi, angka pori, porositas dan derajat kejenuhan merupakan

parameter yang biasa digunakan untuk menunjukkan hubungan antara berat dengan volume

komponen-komponen tanah.

Sebagaimana telah ditunjukkan pada Persamaan 1.1, kadar air adalah perbandingan antara

berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat kering tanah yang biasa dinyatakan

dalam persen.

Di laboratorium, kadar air biasanya ditentukan dengan menempatkan contoh tanah dalam

wadah (container) dan kemudian menimbang contoh basah, mengeringkan dan menimbang

contoh kering tanah. Dengan demikian, maka berat contoh kering dan berat air (selisih antara

berat contoh basah dengan berat contoh kering). Pengeringan biasanya dilakukan dalam

tungku (oven) pada suhu 100-105 0C dalam waktu sampai berat contoh tetap.

Berat jenis tanah (biasa dinyatakan dengan simbol G) adalah perbandingan antara berat

bahan padat dengan berat air pada suhu tertentu (biasanya 4 0C), untuk volume yang sama.

Berat jenis tanah biasanya berkisar antara 2,60 sampai 2,80, dimana secara umum, nilai

yang rendah adalah untuk bahan berbutir kasar, sedangkan nilai yang tinggi adalah untuk

tanah berbutir halus. Meskipun demikian, kadang-kadang dijumpai jenis tanah yang

mempunyai berat jenis di luar rentang yang disebutkan, yaitu jenis tanah yang berasal dari

Page 21: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-9

batuan induk sangat ringan atau sangat berat. Penentuan berat jenis di laboratorium biasa

dlakukan dengan menggunakan piknometer.

Berat isi tanah didefinisikan sebagai berat masa tanah per satuan volume. Dalam teknik jalan

raya, dikenal istilah “berat isi basah”, yaitu satuan berat masa tanah yang mengandung

berbagai tingkat kadar air, serta “berat isi kering”, yaitu satuan berat masa tanah setelah

dikeringkan dalam tungku (tidak mengandung air). Berat isi kering dapat diperoleh dengan

membagi berat isi basah oleh kadar air.

Angka pori didefiniskan sebagai perbandingan antara volume rongga (udara dan air) dengan

volume bahan padat; porositas adalah istilah yang mirip dengan angka pori, yaitu

perbandingan antara volume rongga dengan volume total; sedangkan derajat kejenuhan

merupakan perbandingan antara volume air terhadap volume total (biasa dinyatakan dalam

persen).

Sebagaimana ditunjukkan pada Butir 1.7 dan pada butir-butir selanjutnya, antara parameter-

parameter di atas dapat dibuat hubungan, sehingga parameter yang satu dapat diperoleh

berdasarkan parameter lain yang diketahui.

1.7.2 PERMEABILITAS

Dalam teknik sipil, permeabilitas biasanya menunjukkan kemampuan (tingkat kemudahan

atau kesulitan) air untuk mengalir dalam pori-pori tanah, baik sebagai akibat pengaruh gaya

gravitasi maupun kekuatan lain. Tekstur, gradasi, derajat kepadatan dan struktur primer

tanah sangat mempengaruhi permeabilitas. Tanah berbutir kasar mempunyai permeabilitas

yang jauh lebih besar daripada tanah berbutir halus. Meskipun demikian, kandungan yang

rendah bahan halus atau bahan perekat pada tanah berbutir kasar serta retak, patahan dan

lubang pada tanah berbutir halus kadang-kadang merubah permeabilitas tersebut.

Permeabilitas tanah berbutir lebih kasar dapat ditentukan dengan cukup teliti melalui

pengujian, baik di laboratorium maupun di lapangan.

Dalam mekanika tanah, permeabilitas biasa dinyatakan dengan “koefisien permeabilitas”,

yang sering didefinisikan sebagai kecepatan aliran air melalui masa tanah di bawah

pengaruh satu satuan gradien hidrolik. Faktor-faktor yanag mempengaruhi koefisien

permeabilitas adalah sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi permeabilitas.

Pengujian permeabilitas di laboratorium dapat dilakukan dengan permeameter, baik yang

mempunyai inggi air berubah (falling-head permeater), maupun yang mempunyai tinggi air

tetap (constant-head permeameter).

Tanah berbutir kasar (misal pasir dan kerikil) mempunyai koefisien permeabilitas yang besar

dan dapat disebut sebagai tanah porus, sedangkan lempung dan tanah berbutir halus lain

mempunyai koefisien permeabilitas yang kecil dan dapat dikatakan sebagai tanah kedap.

Page 22: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-10

Pada Tabel 1.2 ditunjukkan perkiraan koefisien dan karaketristik drainase berbagai jenis

bahan.

Tabel 1.2. Perkiraan koefisien permeabilitas dan karakteristik drainase

(Sumber: Merrit, 1976)

JENIS TANAH KOEF. PERMEABILITAS

(cm/detik) KARAKETERISTIK

DRAINASE

Kerikil bersih

Pasir kasar bersih

Pasir medium bersih

Pasir halus bersih

Pasir dan kerikil kelanauan

Pasir kelanauan

Pasir kelempungan

Lempung kelanauan

Lempung

Lempung koloid

5-10 0,4-300

0,05-0,15 0,004-0,020

10-5-0,01 10-5-10-4 10-6-10-5

10-6 10-7 10-8

10-9

Baik Baik Baik Baik Jelek sampai baik Jelek Jelek Jelek Jelek Jelek Jelek

1.7.3 ELASTISITAS

Elastisitas menggambarkan kemampuan tanah untuk kembali ke bentuk aslinya setelah

tanah melendut akibat pembebanan singkat.

Deformasi elastis atau lendutan balik yang mengikuti pembebanan ringan merupakan akibat

dari deformasi elastis masing-masing partikel mineral dan sampai tingkat tertentu,

merupakan sumbangan dari deformasi elastis struktur tanah yang menyerupai busa karet

(“sponge rubber-like”). Pada sebagian besar tanah dan untuk sebagian besar keperluan

rekayasa, deformasi tersebut sangat kecil dan sering diabaikan. Namun demikian, dalam

rekayasa jalan raya, deformasi elastis disadari makin penting.

1.7.4 PLASTISITAS

Plastisitas mengandung arti kemampuan tanah untuk dirubah bentuknya tanpa retak atau

hancur serta setelah beban lepas, perubahan bentuk tersebut tetap dipertahankan.

Perubahan bentuk yang tidak kembali atau deformasi plastis kemungkinan merupakan

gabungan daripada sejumlah besar pergeseran kecil antara butir serta keruntuhan kecil

struktur lokal pada masa tanah. Menurut teori Goldschmidt, plastistas merupakan akibat

kehadiran partikel-partikel pada muatan elektro-magnetik, dimana molekul-molekul air

mempunyai sifat bi-polar yang mengatur dirinya mirip magnit-magnit kecil dalam daerah

magnetik yang berdampingan dengan permukaan butir-butir tanah. Pada jarak yang sangat

dekat dengan permukaan, air menjadi sangat kental dan apabila jaraknya bertambah, maka

viksositas air menurun sampai pada jarak tertentu menjadi air normal. Apabila air hadir dalam

Page 23: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-11

jumlah yang cukup, maka partikel-partikel tanah terpisahkan oleh tetes-tetes air kental yang

memungkinkan partikel bergeser satu sama lain ke posisi yang baru tanpa ada

kecenderungan untuk kembali ke posisi awal, tanpa ada perubahan pada rongga serta tanpa

mengganggu kohesi. Kebenaran teori Goldschmidt ditunjukkan oleh kenyataan bahwa

lempung tidak menjadi plastis apabila dicampur dengan cairan yang mempunyai molekul

tidak berpolarisasi, misal minyak tanah.

Dalam pekerjaan rekayasa jalan raya dan pondasi, deformasi plastis dapat menjadi faktor

yang besar dan penting. Mudah dipahami bahwa apabila deformasi plastis makin membesar

akibat pembebanan yang makin meningkat, maka butir-butir tanah mulai berorentasi kembali

pada suatu zona kritis di dalam masa tanah. Apabila beban cukup besar dan butir-butir tanah

(mungkin terorentasi sejajar satu sama lain) pada zona kritis jumlahnya cukup besar pula,

maka masa tanah akan mengalami keruntuhan geser. Pada atau dekat zona tersebut,

tahanan geser atau kekuatan tanah dapat dikatakan telah dilampaui.

1.7.5 KOHESI DAN KEKUATAN GESER

Telah diketahui bahwa apabila deformasi plastis dalam tanah berbutir halus menjadi lebih

besar akibat pembebanan yang makin besar, maka dalam zona kritis tertentu pada tanah

akan terjadi reorentasi butir. Apabila beban cukup besar dan butir-butir tanah (dengan jumlah

yang cukup) dalam zona kritis mengalami orentasi yang sejajar satu sama lain, maka pada

zona kritis tersebut, tanah akan mulai mengalami keruntuhan geser. Pada atau di dekat

daerah tersebut, tahanan geser atau kekuatan tanah dikatakan telah dilampaui.

Kekuatan geser tanah merupakan sumbangan dari friksi antara butir serta kohesi (kohesi

merupakan kekuatan geser di luar sumbangan friksi butir). Oleh karena itu, kohesi (dengan

demikian kekuatan geser) tidaklah tetap, tetapi berubah-ubah sesuai dengan perubahan

kadar air, tingkat dan lama pembebanan, tegangan tidak bebas (confining pressure) serta

beberapa faktor lain. Namun demikian, tanah yang dipadatkan pada kadar air optimum

biasanya mempunyai kekuatan geser yang lebih besar daripada tanah yang dipadatkan pada

kadar air di atas optimum. Kekuatan geser tanah merupakan persoalan yang rumit dan telah

banyak penelitian untuk merumuskan prosedur paling baik untuk menentukan sifat tersebut.

Menurut definisi, bahan yang mengalami deformasi akibat beban tanpa mengalami

perubahan volume mempunyai Angka Poisson sama dengan setengah; sedangan bahan

yang mengalami deformasi semata-mata akibat perubahan volume mempunyai Angka

Poisson sama dengan nol. Angka Poisson tanah yang dapat dipercaya, sejauh ini sulit

ditentukan. Namun demikian, Angka Poisson untuk sebagian besar tanah berkisar antara 0

dan 0,5. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa deformasi yang terjadi akibat

pembebanan terdiri atas dua bagian, yaitu deformasi elastis-plastis dan perubahan volume.

Page 24: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-12

1.7.6 PEMAMPATAN (COMPRESSIBILITY)

Karena butir-butir mineral dan air dalam masa tanah relatif tidak dapat memampat, maka

sebagian besar perubahan volume pada tanah merupakan akibat perubahan struktur tanah

yang diikuti dengan keluarnya (expulsion) air atau udara atau kedua-duanya dari masa

tanah. Pemampatan atau perubahan bentuk sebagai akibat keruntuhan geser tidak

dimasukkan dalam katagori ini. Istilah “konsolidisi” biasa digunakan untuk menyatakan porsi

deformasi perubahan volume yang semata-mata diakibatkan oleh keluarnya air pori;

sedangkan istilah “densifikasi” merupakan istilah yang sering digunakan untuk menyatakan

perubahan volume yang diakibatkan oleh keluarnya udara dari masa tanah.

Sehubungan dengan hal di atas, maka pemampatan sangat dipengaruhi oleh struktur tanah

dan sejarah tegangan yang pernah bekerja pada endapan. Endapan yang terjadi sebagai

akibat proses sedimentasi biasanya mempunyai pemampatan yang lebih besar daripada

tanah residual atau endapan yang dipindahkan oleh angin. Pemampatan pada sebagian

besar tanah telah dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa metoda pengujian di

laboratorium.

Deformasi atau perubahan volume sering kali terjadi pada masa tanah, meskipun tanpa

pemberian atau pelepasan beban luar. Hal tersebut dapat terjadi akibat sekurang-kurangnya

dua fenomena yang berbeda; yaitu, penurunan muka air tanah pada suatu daerah akan

mengakibatkan peningkatan tegangan tanah sehingga efektif untuk menimbulkan perubahan

volume pada lapisan kompresibel di bawah permukaan air tanah awal dan selanjutnya terjadi

penurunan (settlement) pada timbunan atau bangunan yang terletak pada atau dekat

permukaan. Pada kasus yang lain, perubahan volume dalam bentuk deformasi pada tanah

(tidak tergantung pada beban luar) dapat terjadi sebagai akibat fenomena penyusutan atau

pemuaian.

Dalam keadaan normalnya, semua jenis tanah dapat memampat. Namun demikian,

pemampatan pada tanah jenuh lebih merupakan akibat pengurangan volume rongga

daripada pemampatan butir-butir tanah dan air dalam rongga. Apabila tanah jenuh dibebani,

maka sebelum pemampatan terjadi, air yang mengisi rongga akan terlebih dulu harus

terdorong keluar. Besarnya pemampatan pada suatu jenis tanah tergantung pada berbagai

faktor, diantaranya adalah: besar beban, angka pori, struktur dan sejarah tanah; sedangkan

besarnya konsolidasi pada tanah jenuh merupakan fungsi permeabilitas.

1.7.7 PENYUSUTAN DAN PEMUAIAN (SHRINKAGE AND SWELLING)

Penyusutan dan pemuaian lebih nyata terjadi pada tanah berbutir halus, terutama lempung.

Penyusutan dan pemuaian terjadi sebagai akibat terbentuk dan terlepasnya tegangan tarik

Page 25: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-13

kapiler pada air pori tanah serta tingkat penyerapan air (thirst for water) oleh mineral lempung

yang terdapat pada tanah.

Apabila memungkinkan, penggunaan tanah yang mempunyai perubahan volume besar untuk

pembangunan jalan raya hendaknya dihindarkan. Pada kasus dimana penggunaan tanah

tersebut tidak dapat dihindarkan, maka perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengurangi

potensi pemuaian, atau mengurangi fluktuasi kandungan air. Lempung yang mempunyai

perubahan volume besar seringkali mempunyai batas cair dan indeks plastis yang tinggi.

Pengujian di laboratorium dapat membantu dalam mengidentifikasi dan menentukan

pemuaian tanah.

Istilah penyusutan dan pemuaian yang mempunyai pengertian berbeda dengan pengertian di

atas dikenal pula pada pekerjaan tanah. Pada pekerjaan tersebut, penyusutan dikaitkan

dengan volume tanah dalam keadan lepas dan volume tanah setelah dipadatkan, sedangkan

pemuaian diartikan dikaitkan dengan volume tanah dalam keadaan asli dan volume setelah

digali (dalam keadaan lepas).

1.7.8 AKTIFITAS (ACTIVITY)

Meskipun indeks plastis dan batas cair sangat bermanfaat dalam mendeskripsikan dan

mengklasifikasikan tanah berbutir halus serta mempunyai hubungan erat dengan sifat-sifat

dasar fraksi lempung, namun kegunaannya akan makin meningkat apabila menghubungkan

plastisitas dengan gradasi butir. Diketahui bahwa berbagai jenis lempung dengan jumlah

yang sama, mempunyai kemampuan yang berbeda untuk merubah tanah menjadi plastis;

misalnya, kaolin dan monmorilonit dalam takaran yang sama akan mempunyai peengaruh

yang berbeda. Demikian pula, dua tanah yang mempunyai indeks plastis dan batas cair

sama kemungkinan mempunyai kandungan lempung yang sangat berbeda, apabila aktifitas

secara fisikokimia daripada campuran lempung-air berbeda. Sebagai upaya mendapatkan

ukuran relatif tentang aktifitas lempung dalam tanah berbutir halus, Skempton (Krebs, 1971)

mendefinisikan aktifitas sebagai perbandingan antara indeks plastis dengan persentase berat

butir yang lebih kecil dari 0,002 mm. Aktifitas lempung berkisar mulai dari 0,4 untuk kaolin

sampai 5 untuk monmorilonit. Aktifitas lempung dapat dikelompokkan menjadi tiga kelas

sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1.3.

Dibandingkan dengan sifat-sifat yang lain, aktifitas merupakan konsep yang baru. Salah satu

penggunaanya adalah untuk mengidentifikasi lempung yang mempunyai potensi pemuaian

tinggi. Dengan diketahuinya aktifitas, maka dengan cepat akan dapat diketahui aktif-tidaknya

lempung, karena karakterisasi berdasarkan plastistas saja tidak cukup.

Page 26: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-14

Tabel 1.3. Klasifikasi aktifitas lempung*

AKTIVITAS KLASIFIKASI

< 0,75

0,75 – 1,25

>1,25

Lempung tidak aktif

Lempung norma

Lempung aktif

*Sumber: Krebs, 1971

1.7.9 KONSISTENSI TANAH ASLI

Tanah akan tetap dalam keadaan keseimbangan alami untuk beberapa lama, apabila

struktur yang telah terbentuk dan tersusun oleh air tidak diganggu. Tanah berbutir halus yang

dibebani, digeser, dimanipulasi atau dikerjakan akan terganggu, setidak-tidaknya sebagian.

Penggangguan dapat terjadi secara alami (misal longsor pada tanah tidak stabil), namun

demikian, sebagian besar tanah akan tetap dalam keadaan asli, sampai kegiatan manusia

merubahnya.

Meskipun sebagian besar pembangunan jalan menyangkut bahan terganggu, namun tanah

asli akan dijumpai pada galian dan sering digunakan sebagai pondasi bagi tanah dasar,

timbunan dan struktur (misal jembatan).

Apabila dikaitkan dengan tanah asli, konsistensi mengandung arti sebagai besar relatif

kohesi antara partikel-partikel tanah serta tahanan tanah terhadap gaya yang akan merubah

bentuk atau meruntuhkan tanah. Dengan perkataan lain, konsistensi dapat diartikan sebagai

sifat tanah yang menunjukkan kemudahan relatif untuk dirubah bentuknya. Istilah tersebut

biasa digunakan terhadap tanah berbutir halus. Contoh beberapa istilah yang dapat

digunakan konsistensi tanah adalah: lunak (soft), kokoh (firm), teguh (stiff), keras (hard).

Meskipun konsistensi sering dihubungkan dengan kuat tekan bebas, namun karena pada

saat pengujian, contoh biasanya terganggu, maka korelasi konsistensi dengan kuat tekan

bebas kurang dapat dipercaya. Disamping itu, hasil pengujian penetrasi standar (standard

penetratin test) juga dapat digunakan untuk menyatakan konsitensi. Cara lain untuk

memperkirakan konsistensi adalah berdasarkan perilakunya apabila dimanipulasi dengan

tangan.

Pada Tabel 1.4 ditunjukkan konsistensi tanah kohesif asli berdasarkan beberapa parameter

serta cara pengujian praktis. Pada setiap konsistensi, jumlah tumbukan adalah lebih kecil

untuk lempung plastisitas tinggi dan lebih besar untuk lempung kelanauan plastisitas rendah.

Page 27: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-15

Tabel 1.4. Konsistensi tanah kohesif asli dan cara pengujian praktis*

KONSISTENSI KUAT TEKAN

BEBAS (kg/cm2) PENETRASI

(TUMBUKAN/ft) PENGUJIAN PRAKTIS

Sangat lunak (very soft)

<0,27 0 – 1 Contoh (tinggi = 2 x diameter) melorot akibat berat sendiri.

Mudah ditembus kepal.

Lunak (soft) 0,27 – 0,55 2 – 4 Mudah dicuil dengan ibu jari dan telunjuk. Mudah ditembus beberapa cm dengan ibu

jari.

Teguh (medium firm)

0,55 – 1,09 5 – 8 Mudah digores oleh jari, atau Mudah ditembus ibu jari yang diberi

kekuatan moderat.

Kokoh (stiff) 1,09 – 2,19 09 – 15 Dapat digores jari, tapi dengan tenaga cukup besar.

Dapat ditembus dengan ibu jari, tapi dengan tenaga besar.

Sangat kokoh (very stiff)

2,19 – 4,38 16 – 30 Sulit digores dengan jari. Dapat ditembus dengan kuku.

Keras (hard) >4,38 >30 Tidak dapat digores jari. Dapat digores kuku ibu jari dengan susah.

*Sumber: Krebs, 1971

Untuk menunjukkan karakteristik kondisi husus yang dipandang penting, mungkin perlu

ditambah penjelasan (deskripsi) sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1.5. Hal tersebut

sangat berguna dalam melukiskan kondisi yang tidak biasa. Tanah berbutir halus dapat

terbentuk pada hampir semua tingkat konsistensi, tergantung pada modus pembentukannya,

sejarah geologi dan kadar air. Tanah keras dapat terbentuk melalui pemadatan, pengawetan

(desiccation), sementasi partikel, atau melalui pembebanan yang besar. Tanah sangat lunak

sering dijumpai pada sedimen baru yang terkait dengan muka air tinggi. Tanah residual

jarang mempunyai konsitensi lunak.

Tabel 1.5. Deskripsi khusus untuk konsistensi tanah berbutir halus*

DESKRIPSI KONDISI TANAH

Rapuh (brittle) Runtuh dengan sedikit deformasi. Merupakan karakteristik tanah tersementasi.

Sangat keras (indurated) Sangat keras; tersementasi sangat kuat; tidak lunak melalui pembasahan lama.

Membentuk lapisan yang disebut hardpan.

Mudah hancur (friable) Pada keadaan lembab, mudah dihancurkan ibu jari dan telunjuk dengan kekuatan lemah sampai moderat dan menyatu kembali bila ditekan bersama; bila kering, mudah dijadikan serbuk atau dihancurkan dengan tangan.

Sering berlaku pada tanah kohesif yang lekatannya kurang, bersifat seperti mika, atau mempunyai gugus struktur yang terbentuk akibat sementasi lemah dengan bahan organik.

Elastis (elastic) Bila beban dilepas, mudah melendut balik (rebound); kembali ke bentuk asal setelah dilendutkan kecil.

Merupakan karakteristik lanau dengan kandungan tinggi mika.

Keropos (spongy) Porus, lepas-lepas dan elastis, mempunyai kandungan tinggi bahan organik dan bahan berserat.

*Sumber: Krebs, 1971

Page 28: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-16

1.7.10 SENSITIFITAS (SENSITIVITY)

Tanah berbutir halus dapat kehilangan kekuatannya dan kekakuannya apabila diganggu dan

dibentuk kembali (remolded) pada kadar air dan kepadatan atau angka pori yang tetap,

terutama pada kadar air tinggi. Penomena tersebut disebut sensitivitas, dimana untuk

lempung, sensitifitas merupakan perbandingan antara kuat tekan bebas pada keadaan asli

dengan kuat tekan bebas setelah dibentuk kembali.

Sensitifitas biasa dikelompokkan menjadi beberapa kelas sebagaimana yang ditunjukkan

pada Tabel 1.6. Pada tabel tersebut terlihat bahwa lempung dapat kehilangan setengah

kekuatannya dan masih dikatagorikan sebagai lempung tidak sensistif, atau dapat kehilangan

hampir seluruh kekuatannya sehingga dikatagorikan sebagai lempung “hidup” (quick). Dalam

prkatek, lempung hidup akan menjadi encer apabila dibentuk kembali. Apabila lempung

sensitif diganggu, stabilitasnya dapat menurun yang diserta dengan deformasi geser

progresif yang kemudian diikuti dengan terjadinya longsor. Gangguan umumnya merupakan

ulah manusia. Sebagai prinsip dasar kiranya perlu diingat bahwa pelemahan progresif

bersama deformasi terjadi pada tanah berbutir halus yang basah. Hal tersebut

mengakibatkan sangat sulitnya rehabilitasi lereng galian dan timbunan, pondasi timbunan

dan tanah dasar setelah longsor.

Tabel 1.6. Klasifikasi sensitifitas lempung*

SENSITIFTAS KELAS

<2 2-4 4-8 8-16 16-32 32-64 >64

Tidak sensitif (insensitive) Sensitif moderat (moderate sensitive) Sensitif (sensitive) Sangat sensitif (very sensitive) Hidup ringan (slightly quick) Hidup medium (medium quick) Hidup (quick)

*Sumber: Krebs, 1971

1.7.11 DAYA KAPILER (CAPILLARITY) DAN PENGISAPAN (SUCTION)

Apabila tabung gelas bersih yang mempunyai lubang sangat kecil ditempatkan secara

vertikal pada permukaan air, maka akibat daya kapiler, air akan naik melalui tabung. Dengan

demikian, maka daya kapiler dalam tanah umumnya dikaitkan dengan naiknya air dari

permukaan air bebas, meskipun dalam kenyataan, pergerakan air dapat ke semua arah.

Dengan daya kapiler, pada tanah (terutama tanah berbutir halus) dapat terbentuk suatu zona

“jenuh secara kapiler” yang letaknya cukup jauh dari permukaan air bebas. Meskipun tanah

pada zona tersebut tidak perlu benar-benar jenuh, karena sejumlah udara kemungkinan akan

tetap mengisi rongga di sekitar partikel tanah, tetapi derajat kejenuhan yang tinggi akan

Page 29: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-17

bertahan untuk jangka waktu yang cukup lama. Di atas zona jenuh secara kapiler, tanah ada

kemungkinan jenuh sebagian.

Terjadinya air kapiler diakibatkan oleh dua penomena, yaitu pertama, gaya tarik antara

molekul-molekul air dimana pada perbatasan dengan udara, gaya tarik tersebut meningkat

(tegangan tarik membentuk meniskus); penomena yang ke dua adalah gaya tarik antara air

dengan dinding tabung sehingga terjadi pembasahan. Untuk air yang mempunyai suhu 15

0C, tegangan tarik permukaan adalah sekitar 0,075 gram/cm, dimana nilai tersebut akan

agak menurun sesuai dengan meningkatnya suhu air. Derajat pembasahan dapat dinyatakan

dengan istilah “sudut kontak” (contact angle). Sudut kontak 00 menunjukkan pembasahan

sempurna, sedangkan sudut kontak yang lebih besar dari 900 menunjukkan tidak terjadi

pembasahan, sebagaimana yang terjadi antara air raksa dengan dinding gelas.

Ditinjau dari segi pengaruh jelek air kapiler, kondisi paling kritis dijumpai pada lanau halus.

Meskipun lempung mempunyai kenaikan air kapiler yang lebih besar daripada lanau, namun

kenaikan air kapiler pada lempung berjalan jauh lebih lambat. Oleh karena itu, pembentukan

daerah kejenuhan tinggi pada lempung akan jauh lebih lama daripada pembentukan pada

lanau. Hasil percobaan (Krebs, 1971) menunjukkan bahwa kenaikan maksimum selama 24

jam terjadi pada contoh tanah yang mempunyai ukuran butir 0,02 mm.

Meskipun pemodelan daya kapiler berguna untuk memahami naiknya air, namun perlu

diingat bahwa tertahannya air dalam tanah (lempung) tidak semata-mata akibat penomena

tegangan tarik permukaan saja, tetapi merupakan cerminan daripada gabungan potensi daya

kapiler, penyerapan dan osmotik. Pengaruh tersebut sering disebut penyerapan (suction).

Oleh karena itu, pengaruh air terhadap sifat-sifat tanah yang lain sering dihubungkan pula

dengan pengisapan, disamping dengan daya kapiler.

Nilai tipikal kenaikan air kapiler untuk beberapa jenis tanah ditunjukkan pada Tabel 1.7.

Tabel 1.7. Beberapa nilai tipikal kenaikan air kapiler*

JENIS TANAH KENAIKAN AIR KAPILER

(cm)

Pasir kasar

Pasir

Pasir halus

Lanau

Lempung

2-5 12-35 35-70

70-150 200->400

*Sumber: Krebs, 1971

1.7.12 DILATANSI

Dilatansi merupakan sifat tanah dimana apabila contoh tanah diletakkan pada telapak tangan

dan kemudian diguncang-guncang (shaking), maka air yang terkandung pada contoh tanah

akan naik ke permukaan sehingga permukaan tersebut nampak mengkilap, dan apabila

contoh tanah ditekan (squeezed), maka air di permukaan akan hilang kembali dan pada

Page 30: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-18

contoh tanah dapat terjadi retak. Pengujian dilatansi sangat berguna untuk membedakan

lanau dari lempung.

1.8 UDARA DALAM TANAH

Meskipun udara dalam tanah penting bagi pertanian (karena diperlukan oleh tanaman),

namun untuk kepentingan rekayasa, sejauh mungkin udara perlu dikurangi (karena tidak

menyumbang apapun terhadap kekuatan tanah).

1.9 AIR DALAM TANAH

Air mempunyai pengaruh besar terhadap sifat-sifat fisik tanah. Sebagian besar studi klasik

dalam mekanika tanah, yaitu tentang konsolidasi, stabilitas dan pemadatan, menaruh

perhatian terhadap hubungan antara air dan bahan padat tanah. Air berperan juga sebagai

pelarut garam yang terdapat dalam tanah.

1.9.1 PENGARUH AIR SEBAGAI BAHAN CAIR TERHADAP SIFAT-SIFAT

TANAH

1.9.1.1 Pengaruh terhadap pemuaian (swelling)

Dampak daripada hidrasi partikel adalah pemuaian pada tanah lempung. Pada jarak yang

pendek dari permukaan partikel lempung, kekuatan pengorentasian dan penyerapan yang

bekerja pada molekul air adalah sangat kuat dan air dipandang lebih menyerupai bahan

padat daripada sebagai bahan cair (air serapan). Apabila lapis air serapan terbentuk pada

saat pembasahan lempung, maka volume efektif bahan padat (yang terkait dengan masing-

masing partikel) meningkat; apabila lapis air serapan berhubungan satu sama lain, maka

pemuaian masing-masing lapisan akan ditunjukkan dengan peningkatan volume total struktur

tanah.

Dalam praktek, tebal air serapan pada lempung akan makin tebal, sampai tekanan

penyerapan pada air sama dengan tekanan beban (overburden pressure) pada permukaan

tanah, baik sebagai akibat pembebanan tanah sendiri maupun akibat beban luar. Apabila

beban meningkat pada saat kesimbangan dicapai, maka tebal film air serapan berkurang

sehingga terjadi penurunan. Penomena tersebut disebut konsolidasi. Struktur yang terbentuk

dalam lempung mudah mengalami perubahan kadar air, bertambah atau berkurang,

tergantung pada kondisi perubahan kadar air tersebut.

Page 31: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-19

1.9.1.2 Pengaruh terhadap penyusutan (shrinkage)

Meskipun penyusutan pada lempung mungkin merupakan akibat dari beban luar

(konsolidasi), namun hal tersebut sering terkait dengan hilangnya air akibat penguapan atau

penyerapan oleh tumbuhan. Grafik tipikal yang menunjukkan hubungan antara volume tanah

dengan kadar air ditunjukkan pada Gambar 1.5.

Pada Gambar 1.5 terlihat bahwa grafik terdiri atas dua bagian; bagian pertama adalah garis

linear, sedangkan bagian ke dua adalah garis non-linear dimana untuk penurunan kadar air

yang sama dengan penurunan kadar air pada bagian pertama, penurunan volume adalah

lebih kecil.

Gambar 1.5. Hubungan volume dengan kadar air

(Sumber: TRRL, 1952)

Pada bagian pertama, penurunan volume tanah adalah ekivalen dengan volume air yang

hilang, namun tanah tetap dalam keadaan jenuh; sedangkan pada bagian ke dua, udara

mulai memasuki tanah sehingga penurunan volume tanah menjadi relatif kecil.

Apabila garis pertama diperpanjang sehingga memotong garis mendatar yang melewati titik

volume pada kadar air nol, maka kadar air pada perpotongan kedua garis tersebut dikenal

dengan batas susut (SL), yaitu kadar air dimana pada kadar air dibawahnya, tanah hanya

mengalami penyusutan yang kecil.

1.9.1.3 Pengaruh terhadap konsistensi

Pada saat suatu masa tanah diberi tegangan di atas batas elastisnya, maka tanah tersebut

akan berubah bentuk dan runtuh. Apabila tanah bersifat kohesif dan kadar airnya cukup

tinggi, maka terjadinya deformasi tidak diikuti dengan pemisahan struktur, tetapi akan diikuti

dengan pengaliran plastis. Dengan demikian, plastisitas merupakan karakteristik tanah

dimana hubungannya dengan sifat-sifat fisik dan kinerja mekanis sangat penting dalam

klasifikasi tanah.

70

65

60

55

50

45

40

VO

LU

ME

UN

TU

K 1

00 g

ram

TA

NA

H (

cm

3)

0 5 10 15 20 25

KADAR AIR (%)

BATAS SUSUT

Page 32: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-20

Terjadinya plastisitas tanah disebabkan oleh pengaruh pelumasan oleh film air terhadap

butir-butir tanah yang berdekatan. Oleh karena itu, plastistisitas tanah tergantung pada

faktor-faktor yang mempengaruhi luas dan tebal film air, yaitu ukuran dan bentuk masing-

masing butir serta sifat-sifat kimia permukaan butir-butir tersebut. Karena tebal film air

terutama tergantung pada kadar air, maka karakteristik plastisitas tanah biasanya diteliti

melalui penentuan kadar air yang diperlukan untuk menjadikan tanah dalam keadaan

berbagai tingkat plastisitas. Meskipun metoda penentuan kadar air tersebut berbeda untuk

setiap cabang teknologi tanah, namun metoda yang semula dikembangkan oleh Atterberg

untuk pertanian telah digunakan secara luas dalam rekayasa tanah.

Pengkajian sifat-sifat tanah yang dibentuk kembali dalam kaitannya dengan kadar air telah

menghasilkan hubungan antara konsitensi dengan kadar air yang menjadi dasar untuk

berbagai kepentingan yang terkait dengan tanah berbutir halus, yaitu klasifikasi, identifikasi,

pendeskripsian, pengecekan keseragaman persediaan bahan serta untuk penilaian

kecocokan penggunaan dan penanganan sebagai bahan jalan.

Konsistensi pada kondisi terganggu tegantung pada kadar air. Dengan penambahan air

secukupnya, lempung yang dalam keadaan aslinya kokoh (stiff) dapat dijadikan bubur

(melalui pengadukan). Apabila bubur tanah dikeringkan melalui penguapan, maka tanah

akan makin kental sampai pada suatu tingkat dimana sifat keencerannya hilang dan berubah

menjadi plastis. Dengan melanjutkan pengeringan, plastisitas tanah akan hilang, meskipun

tanah masih dapat dibentuk dengan jari tangan. Pengeringan lebih lanjut akan

mengakibatkan retaknya “benang” tanah pada saat digulung. Pada kondisi tersebut tanah

dalam keadaan semi padat dan pengeringan seterusnya menjadikan tanah dalam keadaan

kering dan padat (solid). Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.6, konsitensi tanah dapat

dibagi menjadi empat tingkat, yaitu cair, plastis, semi padat dan padat. Pada gambar tersebut

ditunjukkan bahwa melalui penambahan/pengurangan air dan pembentukan kembali, secara

perlahan-lahan tanah dapat berubah dari satu tingkat konsistensi ke tingkat konsistensi yang

lain.

Berdasarkan metoda pengujian standar, kadar air yang menjadi batas konsitensi perlu

ditentukan. Oleh karena itu, batas-batas kadar air yang ditetapkan adalah batas cair (kadar

air yang menjadi batas antara kondisi cair dan plastis dan batas plastis (kadar air yang

menjadi batas antara kondisi plastis dan semi padat). Disamping itu, terdapat kadar air di

bawah batas plastis dimana pengeringan mulai kadar air tersebut, penyusutan tanah

berhenti. Kadar air tersebut disebut batas susut, yaitu kadar air terendah dimana tanah masih

dalam keadaan semi padat. Pada batas susut, film air menghilang dari butir tanah sehingga

tanah menjadi kusam (tone). Perbedaan antara batas cair dengan batas plastis dikenal

dengan indeks plastis, sedangan batas cair dan batas plastis dikenal pula sebagai batas

Atterberg.

Page 33: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-21

Gambar 1.6. Konsistensi tanah yang dibentuk kembali

(Sumber: Kerbs, 1971)

Baik batas cair maupun batas plastis tergantung pada kandungan lempung dalam tanah.

Tanah yang mengandung banyak lempung biasanya mempunyai batas cair dan batas plastis

yang tinggi, sedangkan tanah kurang kohesif berpasir mempunyai batas cair dan batas

plastis yang lebih rendah. Sebagian besar lempung mempunyai batas cair yang berkisar

antara 50 sampai 90 persen. Batas cair yang nilainya lebih kecil dari 20 persen merupakan

batas cair yang luar biasa dan sulit ditentukan secara eksperimen. Tanah yang mengandung

banyak bahan organik mempunyai batas cair dan batas plastis yang lebih tinggi daripada

tanah yang sama tetapi tidak mengandung bahan organik, meskipun kedua tanah tersebut

mempunyai indeks plastis yang sama. Secara umum dapat dikatakan bahwa indeks plastis

merupakan fungsi kandungan lempung, sedangkan batas cair dan batas plastis merupakan

fungsi kandungan dan jenis lempung. Sehubungan dengan hal tersebut, apabila batas cair

dihubungkan dengan indeks plastis, perbedaan hubungan tersebut akan merupakan akibat

perbedaan jenis lempung, kecuali untuk tanah yang mengandung banyak bahan organik dan

tanah yang partikel-partikelnya porus dan berongga, dimana kedua jenis tanah tersebut

mempunyai batas cair yang relatif tinggi untuk indeks plastis tertentu.

Berdasarkan batas cairnya, tanah dapat dibagi menjadi lima kelompok sebagai berikut:

� Batas cair rendah : batas cair 20 – 25 persen

� Batas cair menengah : batas cair 25 – 50 persen

� Batas cair tinggi : batas cair 50 – 70 persen

� Batas cair sangat tinggi : batas cair 70 – 90 persen

� Batas cair ekstra tinggi : batas cair >90 persen

Untuk menyatakan plastisitas tanah kadang-kadang digunakan istilah gemuk (fat), kurus

(lean), plastis dan lunak (soft). Namun demikian sitilah tersebut kurang berguna apabila tidak

10 10020 30 40 50 60 70 80 900

400

300

200

100

KADAR AIR (%)

VO

LU

ME

(%

VO

LU

ME

KE

RIN

G)

BA

TA

S C

AIR

BA

TA

S P

LA

ST

IS

BA

TA

S S

US

UT

PADAT PLASTISKENTAL-

ENCER

SEMI

PADAT

Page 34: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-22

disertai dengan definisi yang jelas tentang cara mengukurnya. Meskipun sejauh ini tidak ada

standar, namun definisi plastisitas yang ditunjukkan pada Tabel 1.8 umum digunakan.

Prosedur tersebut sangat berguna terutama pada saat pencatatan (logged) contoh hasil

pemboran mungkin tidak sampai ke laboratorium.

Page 35: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-23

Tabel 1.8. Derajat plastisitas*

TINGKAT PLASTISITAS

INDEKS PLASTIS

KEKUATAN KERING PENGUJIAN LAPANGAN**

� Tidak plastis 0 – 5 Sangat rendah; terlekat lemah dan getas (fragile); mudah dihancurkan dengan ibu jari dan telunjuk.

Masa tanah mudah dirubah bentuk; bentuk bola sulit mempertahankan.

� Plastis moderat 05 – 15 Rendah sampai medium; dapat dihancurkan dengan tangan tanpa kesulitan, tetapi sulit dipecahkan dengan ibu jari dan telunjuk.

Untuk merubah bentuk diperlukan tekanan ringan; mempunyai kohesi moderat.

� Plastis 16 – 35 Medium sampai tinggi; dapat dipecahkan dengan tangan bertenaga; dapat dipecahkan di bawah telapak tangan yang dibebani dengan badan.

Untuk merubah bentuk diperlukan tekanan agak besar; bila digores dengan mata pisau atau kuku akan mengkilap; bila diremas-remas akan mengering secara perlahan-lahan.

� Sangat plastis >35 Sangat tinggi; tidak dapat dipecahkan di bawah telapak tangan.

Untuk merubah bentuk diperlukan tekanan besar; ulet; mempunyai kohesi tinggi; hilangnya air sangat lambat.

*Sumber: Kerbs, 1971 **kadar air contoh mendekati batas plastis

Meskipun indeks plastis tidak selalu berkorelasi langsung dengan sifat-sifat teknis tanah,

tetapi untuk tanah anorganik hal tersebut umumnya benar, yaitu indeks plastis yang makin

meningkat akan meningkatkan kekuatan geser pada batas plastis, pemampatan pada batas

cair dan potensi perubahan volume sesuai dengan perubahan kadar air.

Pengkajian hubungan antara batas plastis dengan batas cair telah memberikan gambaran

yang lebih baik tentang derajat plastisitas. Telah terbukti bahwa dengan bantuan grafik

plastisitas, beberapa sifat lempung dan lanau dapat dikorelasikan dengan batas Atterberg

sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1.9.

Tabel 1.9. Hubungan umum batas Atterberg, indeks plastis dan sifat-sifat teknis1)

KARAKTERISTIK PERBANDINGAN DUA KELOMPOK TANAH2)

PERBANDINGAN DUA KELOMPOK TANAH3)

� Pemampatan � Permeabilitas � Perubahan volume � Keuletan (toughness) dekat PL � Kekuatan kering

Kira-kira sama Menurun Meningkat Meningkat Meningkat

Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat

1) Sumber: Kerbs, 1971 2) Batas cair sama, indeks plastis meningkat; 3) Indeks plastis sama, batas cair meningkat

1.9.1.4 Pengaruh terhadap kepadatan

Sifat lain tanah yang dipengaruhi oleh pelumasan butir-butir tanah oleh air adalah kepadatan,

dimana butir-butir tanah merapat lebih dekat sebagai akibat keluarnya udara. Apabila tanah

dipadatkan (dengan menggunakan daya pemadatan tertentu) pada berbagai kadar air yang

Page 36: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-24

makin meningkat, maka kepadatan tanah akan mencapai nilai maksimum dan kemudian

menurun sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.7.

Apabila tanah kering dipadatkan, maka gesekan antara butir akan menahan pergeseran

antara butir-butir tersebut sehingga perubahn volume tanah menjadi kecil. Apabila

pemadatan dilakukan pada tanah yang telah ditambah air, maka air akan melumasi butir-butir

tanah sehingga butir-butir tersebut akan merapat lebih dekat dan tanah menjadi padat.

Apabila tanah terus ditambah air, maka mulai kadar air tertentu, tanah akan menjadi jenuh

sehingga pemadatan akan menghasilkan kepadatan yang lebih rendah.

Gambar 1.7. Hubungan kepadatan dengan kadar air

1.9.1.5 Pengaruh terhadap permeabilitas

Disamping penyerapan (suction), gaya hidrostatis lain mungkin akan timbul sebagai akibat

gravitasi, tekanan luar dan pembentukan es sehingga menambah pergerakan air dalam

tanah. Peningkatan pergerakan tersebut, sebagian tergantung pada besarnya ketiga gaya

yang telah disebutkan, sedangkan sebagian lagi tergantung pada tahanan tanah untuk

mengalirkan air, yaitu permeabilitas; dimana permeabilitas selanjunya mempengaruhi sifat-

sifat drainase dan konsolidasi.

1.10 BAHAN PADAT DALAM TANAH

Bahan padat dalam tanah terdiri atas campuran bahan yang dihasilkan dari pelapukan fisik

dan kimia batuan serta bahan organik yang terdiri atas hasil pembusukan sisa-sisa tumbuhan

atau binatang. Ditinjau dari asal kejadian dan sifatnya, kedua kelompok bahan tersebut

sangat berbeda sehingga perlu ditinjau secara terpisah.

KE

PA

DA

TA

N K

ER

ING

(gra

m/c

m3)

0 5 10 15 20 25 30

KADAR AIR (%)

1,95

1,90

1,85

1,70

1,65

1,60

GARIS JENUH (RONGGA = 0)

Page 37: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-25

1.10.1 Bahan organik

Bahan organik berasal dari tumbuhan atau binatang mati yang kemudian membusuk, baik

melalui proses kimia ataupun kegiatan bakteri. Fraksi yang berasal dari binatang volumenya

relatif sedikit dan cenderung tidak terakumulasi dalam tanah, karena sisa binatang cepat

membusuk dan hasil pembusukan merupakan makanan bagi tumbuhan yang masih hidup. Di

sisi lain, fraksi yang berasal dari tumbuhan volumenya besar dan tetap berada pada tanah

untuk jangka waktu yang panjang, karena proses pembusukannya memerlukan waktu yang

lama. Volume kedua jenis bahan organik dalam tanah tergantung pada pasokan dari

organisme yang mati serta produk pembusukan (yang mungkin dipindahkan).

Karena berasal dari organisme yang hidup pada atau dekat permukaan tanah, dalam kondisi

normal, bahan organik cenderung berkumpul pada bagian permukaan yang mempunyai tebal

2 sampai 12 inci (5 sampai 30 cm). Namun demikian, peluluhan pada tanah berpasir

kemungkinan akan mengakibatkan terendapkannya bahan organik di bagian yang lebih

dalam. Disamping itu, cacing tanah kemungkinan dapat menambah kedalaman lapis bahan

organik. Distribusi endapan organik seperti pit, lignit atau batu bara dikondisikan oleh faktor-

faktor geologi sehingga dapat terletak jauh di bawah permukaan.

Komposisi bahan organik tergantung pada kelebatan tumbuhan serta tingkat pembusukan.

Dengan demikian, pada tanah di hutan, sebagian besar bahan organik berasal dari ranting

dan daun, sedangkan pada tanah di padang rumput, bahan organik terutama berasal dari

daun dan akar rumput-rumputan. Pada beberapa kasus, bahan organik mungkin

mengandung sisa tumbuhan yang masih dapat dilihat, sedangkan pada kasus yang lain,

pembusukan telah terjadi sedemikian rupa sehingga struktur asli tumbuhan sudah lenyap

dan hanya meninggalkan bahan berwarna gelap yang disebut “humus”. Bahan organik dan

humus hasil pembusukan yang baru mempunyai karakteristik yang berbeda dengan bahan

organik kelompok pertama. Ditinjau dari fisik atau kimia, kelompok pertama (terdiri atas

partikel makro atau serat) masih dalam keadaan aslinya, sedangkan humus bersifat asam

dan koloidal serta mempunyai kapasitas yang besar untuk menukar basa dan menyerap air

sehingga dapat merubah volume yang sangat besar. Bahan organik yang ke dua tersebut

dipandang merupakan bahan kompleks yang berasal dari lignin dan protein tumbuhan

dimana komposisi rinci antara tanah yang satu dengan tanah yang lain berbeda.

Bahan organik mempunyai sifat teknis yang tidak menguntungkan, karena strukturnya yang

terbuka mirip busa serta bahannya yang secara mekanis lemah. Apabila dibebani atau kadar

airnya berubah, bahan tersebut mudah mengalami perubahan volume; kadar air aslinya juga

sangat tinggi (100 sampai 500 persen) sehingga stabilitas mekanisnya sangat rendah. Sifat

asam cenderung menimbulkan reaksi asam dengan air dan selanjutnya dapat menimbulkan

karat pada logam yang ditanam dalam tanah.

Page 38: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-26

Tanah yang mengandung banyak bahan organik perlu dibuang. Apabila hal tersebut tidak

memungkinkan (sebagaimana halnya terhadap endapan pit yang tebal) dan relokasi jalan

tidak mungkin dilakukan, maka cara mengatasinya pada pekerjaan jalan yang akan melayani

lalu-lintas ringan adalah dengan memasang karpet atau memilih bahan jalan yang ringan

sehingga jalan seolah-olah terapung.

Sejauh ini belum diketahui konsentrasi bahan organik yang mulai dapat mempengaruhi

karakteristik tanah. Pengaruh secara kimia telah ditunjukkan pada stabilisasi semen terhadap

tanah yang mengandung sekitar 0,5 persen berat bahan organik, tetapi karakteristik fisik

tanah biasanya tidak terpengaruh apabila kandungan bahan organiknya di bawah 2 sampai 4

persen.

Untuk mengetahui kandungan organik dalam tanah telah dikembangkan beberapa metoda,

baik yang didasarkan pada berat tanah setelah bahan organiknya dihilangkan atau yang

didasarkan pada persentase karbon organik dalam bahan organik (dianggap konstan, yaitu

sekitar 58 persen dari bahan organik).

1.10.2 . BAHAN ANORGANIK

Bahan anorganik atau komponen mineral biasanya merupakan bagian terbesar tanah. Bahan

tersebut berasal dari berbagai jenis batuan yang terbentuk pada kulit bumi, yaitu melalui

proses pembentukan tanah atau proses “pedogenik”, baik secara fiksik maupun kimia.

Pelapukan fisik atau pelapukan primer mencakup penghancuran batuan sebagai akibat

adanya perbedaan pemuaian dan penyusutan yang mengikuti perubahan suhu serta proses

glasial dan abrasi batuan oleh angin dan air sehingga menghasilkan partikel-partikel. Proses

pelapukan sekunder pada dasarnya berlangsung secara kimia yang terjadi melalui peluluhan

oleh air yang mengandung karbon dioksida sehingga terjadi pemindahan berbagai bahan

kimia ke berbagai zona tanah. Sifat bahan hasil proses pelapukan fisik dan kimia dipengaruhi

oleh beberapa faktor, yaitu batuan induk, cuaca, topografi, tumbuh-tumbuhan masa geologi.

Bahan mineral dalam tanah biasanya terjadi dalam bentuk berbagai jenis partikel padat,

dimana karakteristik fisik tanah yang didominasi oleh bahan anorganik merupakan

pencerminan daripada sifat-sifat partikel-partikel tersebut. Beberapa sifat penting daripada

partikel adalah ukuran, bentuk dan kandungan mineralnya.

Ukuran dan bentuk partikel sampai tingkat tertentu merupakan fungsi kandungan mineral,

misal, pada tanah yang mengandung mika, struktur partikel adalah laminar. Mineral yang

sangat keras (misal kwarsa) mempunyai bentuk butir yang kurang bulat dibandingkan

dengan bentuk butir mineral yang lebih lunak, meskipun di bawah kondisi pelapukan yang

sama. Mineral lempung almunium-silikat yang terdiri atas kaolin dan montmorilonit terjadi

hanya dalam ukuran yang halus, kemungkinan sebagai akibat modus pembentukannya.

Page 39: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-27

Sifat-sifat yang paling berpengaruh terhadap karakteristik fisik partikel adalah ukuran butir,

yang dievaluasi melalui distribusi butir. Karena tidak mungkin dilakukan untuk setiap butir,

maka penentuan ukuran butir dilakukan menurut voulme/berat butir yang ukurannya terletak

antara beberapa pasangan batas ukuran. Batas ukuran tersebut dinyatakan dengan istilah

“diameter butir ekivalen” (“equivalent particle diameters”) dimana butiran dianggap bulat.

Ukuran di antara dua batas disebut “fraksi” tanah dan diberi nama sesuai dengan jenis tanah,

yaitu pasir, lanau, lempung.

Berbagai sistem batasan ukuran butir telah dikembangkan oleh para ahli, sesuai dengan

keperluan berbagai cabang teknologi tanah, diantaranya adalah:

Fraksi kerikil – butiran berdiameter ekivalen antara 60 dan 2,0 mm.

Fraksi pasir – butiran berdiameter ekivalen antara 2,0 dan 0,06 mm.

Fraksi lanau – butiran berdiameter ekivalen antara 0,06 dan 0,002 mm.

Fraksi lempung – butiran berdiameter ekivalen lebih kecil dari 0,002 mm.

Untuk pasir dan lanau, fraksi di atas dapat dibagi lagi menjadi fraksi kasar, medium dan

halus.

Setiap fraksi mempunyai karakteristik spesifik dan sifat tersebut akan ditunjukkan oleh tanah

yang didominasi oleh fraksi yang terkait.

1.10.2.1 Kerikil

Kerikil terdiri atas partikel-partikel kasar sebagai hasil disintegrasi batuan. Di beberapa

daerah, kerikil sering dipindahkan oleh air dari lokasi asalnya sehingga akibat gesekan

antara butir, bentuknya menjadi bulat.

1.10.2.2 Pasir

Di beberapa wilayah di dunia, pasir biasanya terdiri atas partikel silika atau kwarsa, tetapi

beberapa pasir pantai mengandung kalsium karbonat dalam bentuk partikel-partikel kerang,

pasir glasial mengandung butir-butir halus mineral batuan. Butir-butir pasir dapat dilihat

dengan mata telanjang dan apabila diraba terasa berisik.

Sumbangan pasir terhadap stabilitas tanah adalah sebagai akibat interaksi mekanis antara

butir (gesekan internal). Antara butir-butir pasir dapat dikatakan tidak ada kohesi, karena

kecilnya pengaruh film air antara partikel atau efek permukaan dan butir-butir tersebut hanya

memberikan sumbangan yang kecil terhadap pengisapan (suction). Rendahnya penyerapan

air oleh permukaan butir menyebabkan pasir tidak mengalami pemuaian dan penyusutan.

Tanah yang mengandung banyak pasir biasanya mempunyai struktur yang terbuka sehingga

mudah mengalirkan air (permeabel). Pada tanah tersebut, konsolidasi adalah relatif kecil dan

apabila terdapat pada pondasi jalan, pasir tidak rawan kerusakan akibat pembekuan.

Page 40: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-28

1.10.2.3 Lanau

Secara fisik dan kimia, partikel lanau mirip partikel pasir, sedangkan perbedaan utamanya

adalah ukurannya. Sebagaimana halnya dengan pasir, sumbangan utama kekuatan dari

lanau adalah akibat gesekan internal, tetapi film air antara partikel menyumbangkan tingkat

tertentu kohesi pada tanah.

Tanah yang didominasi oleh lanau sangat rawan terhadap pembekuan. Hal tersebut

dipandang merupakan aspek penting bagi insinyur jalan raya. Karena permeabilitasnya yang

lebih tinggi, maka lanau mempunyai konsolidasi yang lebih kecil daripada lempung. Demikian

juga, lanau mempunyai pemuaian dan penyusutan yang lebih kecil daripada lempung.

1.10.2.4 Lempung

Butir pada fraksi lempung berbeda dari butir pada dua fraksi di atas, baik dalam hal

komposisi kimianya maupun sifat-sifat fisiknya. Secara kimia, butir lempung terdiri atas

almunium-silika terhidrasi yang terbentuk pada saat proses peluluhan partikel kasar mineral

batuan primer. Diantara mineral yang terbentuk dalam partikel lempung adalah kaolinit,

monmorilonit dan mika.

Secara fisik, perbedaan partikel lempung dengan partikel fraksi yang lebih kasar adalah

bentuknya yang pipih dan lonjong atau lamelar, sehingga per satuan berat mempunyai

permukaan yang lebih luas daripada partikel bulat atau mendekati kubus.

Bentuknya yang pipih merupakan faktor utama yang menyebabkan tanah menjadi plastis

pada saat dicampur air. Air yang terdapat dalam tanah mengakibatkan butir-butir terorentasi

secara sejajar dan kemudian mudah bergeser satu sama lain (lihat Gambar 1.8). Perubahan

orentasi butir dipandang sebagai penyebab adanya perbedaan perilaku antara contoh asli

dan contoh tidak asli lempung.

Gambar 1.8. Orentasi butir sehingga tanah menjadi plastis

(Baver dalam TRRL, 1952)

PARTIKEL TERORENTASI

FILM AIR

Page 41: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-29

Film air di sekeliling butir-butir lempung sangat penting, karena fraksi lempung mempunyai

permukaan spesifik yang besar sehingga kadar air lempung menjadi relatif besar. Partikel

lempung dikatakan dapat “terhidrasi”, yaitu partikel dapat menyerap air di sekitarnya.

Karena intensitas gaya penyerapan makin menurun sejalan dengan makin jauhnya jarak dari

permukaan partikel, maka kondisi kontak air dengan partikel juga berubah. Beberapa ahli

berpendapat bahwa air yang paling dekat ke permukaan partikel menempel sangat kuat

sehingga berbentuk bahan padat, sedangkan agak jauh dari permukaan partikel, air

berbentuk bahan cair murni. Pada titik di antara ke dua posisi tersebut, air mempunyai wujud

antara padat dan cair. Pengaruh air terserap tersebut sangat besar terhadap pengisapan,

pemuaian dan penyusutan pada lempung.

Kecilnya rongga antara butir lempung mengakibatkan permeabilitas lempung sangat rendah

sehingga lempung sulit mengalirkan air. Terhambatnya pengaliran air akan mengakibatkan

konsolidasi pada lempung berlangsung lama.

Sifat fraksi lempung adalah sedemikian rupa sehingga kehadirannya, sekalipun dalam kadar

yang relatif kecil, mempunyai pengaruh yang besar terhadap sifat-sifat tanah. Dengan

demikian, tanah yang mengandung banyak partikel pasir (70 sampai 80%) dapat bersifat

kohesif apabila tanah tersebut mengandung sekurang-kurangnya 10% lempung; sedangkan

agar tanah dapat benar-benar bersifat lempung, tanah tersebut cukup mengandung 40

sampai 50% partikel berukuran lempung.

1.11 KLASIFIKASI TANAH

Tujuan pengklasifikasian tanah adalah untuk membagi tanah menjadi kelompok-kelompok

sedemikian rupa sehingga tanah yang termasuk dalam suatu kelompok mempunyai

karakteristik yang sama serta pada situasi rekayasa tertentu menunjukkan kinerja yang

sama. Sistem pengklasifikasian juga merupakan media untuk pertukaran informasi dan

pengalaman. Namun demikian, sistem pengklasifikasian hendaknya dipandang sebagai

langkah pertama dalam mengevaluasi tanah karena pengujian untuk pengklasifikasian

(gradasi serta batas cair dan batas plastis) dilakukan terhadap contoh tidak asli dimana sifat-

sifat tanah dalam keadaan aslinya mungkin tidak benar-benar terwakili.

Pada sebagian besar kasus, tanah digunakan dalam keadaan aslinya di alam, tidak

sebagaimana halnya dengan bahan bangunan lain. Pada disain bangunan beton dan baja,

seseorang dapat menetapkan jenis bahan yang harus digunakan. Dalam hal tersebut,

pertama-tama dia dapat memilih bahan dan kemudian menetapkan kekuatan ijin bahan

tersebut, atau sebaliknya. Cara tersebut tidak mungkin dilakukan terhadap tanah, karena

seseorang harus mengidentifikasi tanah dan kemudian, jika memungkinkan, menarik

kesimpulan tentang data yang diperlukan untuk disain. Agar hal tersebut dapat dilakukan

Page 42: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-30

oleh setiap orang, maka tanah harus dideskripsikan secara rinci sesuai dengan sistem

klasifikasi standar.

Pengklasifikasian tanah yang tepat harus mendasar dan menunjukkan potensi penggunaan

tanah serta harus memenuhi beberapa ketentuan minimum.

Berikut ini diberikan tabel yang menunjukkan klasifikasi tanah menurut Sistem AASHTO

(Tabel 1.10 dan 1.11) dan Sistem Klasifikasi Unified (Tabel 1.12 dan 1.13).

Page 43: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-31

Page 44: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-32

Tabel 1.12. Sistem Klasifikasi Unified, termasuk identifikasi dan deskripsi

DIVISI UTAMA SIMBOL GRUP

NAMA TIPIKAL PROSEDUR IDENTIFIKASI DI LAPANGAN1)

(1) (2) (3) (4) (5)

TA

NA

H B

ER

BU

TIR

KA

SA

R (

LE

BIH

DA

RI 50%

TA

NA

H

BE

RU

KU

RA

N D

I A

TA

S S

AR

ING

AN

No.

200) 2

)

KE

RIK

IL

(Lebih

dari 5

0%

tanah

tert

ahan s

aringan N

o.

4) 3

) Kerikil bersih,

sedikit atau tanpa butir

halus

GW Kerikil atau campuran kerikil-pasir bergradasi menerus, sedikit atau

tanpa bahan halus

Butir mempunyai rentang ukuran yang lebar dan mengandung banyak butir berukuran

menengah

GP Kerikil atau campuran kerikil pasir

bergradasi jelek, sedikit atau tanpa bahan halus

Ukuran butir dominan seragam atau mempunyai rentang tetapi beberapa butir yang

berukuran menengah hilang

Kerikil mengan-

dung banyak butir

halus

GM Kerikil kelanauan atau campuran

kerikil-pasir-lanau Bahan halus non plastis atau plastisitas rendah

(prosedur identifikasi, lihat ML di bawah)

GC Kerikil kelempungan atau

campuran kerikil-pasir-lempung Bahan halus plastis (prosedur identifikasi, lihat

CL di bawah)

PA

SIR

(Lebih

dari

50%

ta

nah

lolo

s s

aringan N

o. 4) 3

)

Pasir bersih,

sedikit atau tanpa butir

halus

SW Pasir atau pasir kekerikilan

bergradasi menerus, sedikit atau tanpa bahan halus

Butir mempunyai rentang ukuran yang lebar dan mengandung banyak butir berukuran

menengah.

SP Pasir atau pasir kekerikilan

bergradasi jelek, sedikit atau tanpa bahan halus

Ukuran butir dominan seragam atau mempunyai rentang tetapi beberapa butir yang

berukuran menengah hilang

Pasir mengan-

dung banyak butir

halus

SM Pasir kelanauan atau campuran

pasir-lanau Bahan halus non plastis atau plastisitas rendah

(prosedur identifikasi, lihat ML di bawah)

SC Pasir kelempungan atau campuran pasir-lempung

Bahan halus plastis (prosedur identifikasi, lihat CL di bawah)

TA

NA

H B

ER

BU

TIR

HA

LU

S (

LE

BIH

DA

RI 50%

TA

NA

H B

ER

UK

UR

AN

DI

BA

WA

H S

AR

ING

AN

No. 200

2) )

PROSEDUR IDENTIFIKASI

untuk butiran yang lolos No. 40*

KEKUAT. KERING

DELATANSI KEULETAN

(TOUGHNESS)

LANAU DAN LEMPUNG

(Batas cair lebih kecil dari 50)

ML

Lanau anorganik dan pasir sangat halus, tepung batuan, pasir sangat halus kelanuan atau kelempungan, atau lanau kelempungan agak plastis

Tidak ada sampai rendah

Cepat sampai lambat

Tidak ada

CL

Lempung anorganik plastisitas rendah sampai medium, lempung kekerikilan, lempung kepasiran,

lempung kela-nauan atau lempung kurus

Medium sampai tinggi

Tidak ada sampai sangat

lambat Medium

OL Lanau organik dan lempung-lanau

organik plastisitas rendah

Rendah sampai medium

Lambat Rendah

LANAU DAN LEMPUNG

(Batas cair lebih besar dari 50)

MH Lanau anorganik, tanah kepasiran

halus atau kelanauan bersifat mika atau diatoma, lanau elastis

Rendah sampai medium

Lambat sampai tidak

ada

Rendah sampai medium

CH Lempung anorganik plastisitas

tinggi, lempung gemuk Tinggi sampai sangat tinggi

Tidak ada Tinggi

OH Lempung organik plastisitas

tinggi, lanau organik Medium

sampai tinggi

Tidak ada sampai sa-ngat lambat

Rendah sampai medium

Tanah mengandung banyak bahan organik

Pt Gambut dan tanah yang

mengandung banyak bahan organik

Dapat diidentifikasi berdasarkan warna, aroma, sifat seperti busa dan sering berdasarkan

tekstur serat

1) Tanpa butir yang lebih besar dari 3 inci (75 mm) dan fraksi didasarkan atas persentase berat; 2) Saringan 0,075 mm (No. 200) adalah kira-kira sama dengan ukuran butir yang dapat dilihat mata telanjang; 3) Untuk pengklasifikasian visual, ukuran 6 mm (¼ inci) dianggap setara dengan saringan 4,75 mm (No. 4). *Lihat “Prosedur identifikasi lapangan untuk tanah atau fraksi halus.

Page 45: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-33

Tabel 1.13. Sistem Klasifikasi Unified, termasuk identifikasi dan deskripsi (lanjutan) KRITERIA UNTUK PENGKLASIFIKASIAN DI LABORATORIUM

(7)

Gu

na

kan

ku

rva

gra

da

si d

ala

m m

en

gid

en

tifikasi fr

aksi se

ba

gaim

an

a d

iura

ika

n p

ad

a P

rose

dur

ide

ntifikasi la

pan

ga

n u

ntu

k tan

ah

ata

u

fra

ksi ha

lus

TA

NA

H B

ER

BU

TIR

KA

SA

R KE

RIK

IL

KE

RIK

IL

BE

RS

IH

GW

Te

ntu

ka

n p

ers

en

tase

ke

rikil

dan

pasir

da

ri g

rafik g

rad

asi.

Se

su

ai d

en

gan

pe

rse

nta

se

bah

an

ha

lus,

tan

ah

be

rbu

tir

kasar

dik

elm

po

kka

n s

eb

ag

ai be

riku

t:

Ku

ran

g d

ari

5%

:

GW

, G

P,

SW

, S

P

Le

bih

da

ri 1

2%

:

GM

, G

C,

SM

, S

C

An

tara

5%

dan

12

% :

Te

rmasuk p

era

liha

n y

ang

pe

rlu

me

ngg

una

kan

sim

bo

l ga

nda

Cu =

10

60

D

D>4

Cc =

6010

30

D D

D

x

2

antara 1 dan 3

GP Tidak memenuhi persyaratan gradasi GW

KE

RIK

IL +

BH

N

HA

LU

S GM

Batas Atterberg di bawah Garis-A atau PI<4

Di atas Garis-A dengan PI antara 4 dan 7 termasuk

kasus peralihan yang perlu menggunakan simbol

ganda GC

Batas Atterberg di atas Garis-A atau PI>7

PA

SIR

PA

SIR

BE

RS

IH

SW

Cu =

10

60

D

D>6

Cc =

6010

230

D D

D

xantara 1 dan 3

SP Tidak memenuhi persyaratan gradasi SW

PA

SR

+

BH

N

HA

LU

S SM

Batas Attreberg di bawah Garis-A atau PI<4

Batas-batas pada daerah yang diarsir dengan PI

antara 4 dan 7 merupakan kasus peralihan yang perlu menggunakan

simbol ganda

SC Batas Attreberg di atas Garis-

A atau PI>7

TA

NA

H B

ER

BU

TIR

HA

LU

S

LA

NA

U D

AN

LE

MP

UN

G

(BA

TA

S C

AIR

<5

0%

) ML

GRAFIK PLASTISITAS Untuk klasifikasi tanah berbutir halus di laboratorium

CL

OL

LA

NA

U D

AN

LE

MP

UN

G

(BA

TA

S C

AIR

>5

0%

) MH

CH

OH

Catatan (1) Klasifikasi perbatasan: tanah yang mempunyai karakteristik dua kelas ditunjukkan dengan

gabungan simbol kelompok; contoh, GW GC adalah campuran kerikil pasir bergradasi menerus mengandung lempung.

(2) Ukuran saringan yang ditunjukkan dalam tabel adalah menurut Standard Amerika Serikat. (3) Catatan lebih lanjut diuraikan di bawah.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

BATAS CAIR

0

10

20

30

40

50

60

IND

EK

S P

LA

ST

IS

&

- ML CL

OH MH

CL

CH Membandingkan tanah yang batas cairnya sama, maka keuletan dan kekuatan kering meningkat sejalan

dengan meningkatnya indeks plastis

ML OL

Garis - A

Page 46: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab I : Sifat-sifat & Klasifikasi Tanah

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) I-34

BAB I ............................................................................................................................................................. 1

SIFAT-SIFAT DAN KLASIFIKASI TANAH .................................................................................................... 1

1.1 TEKSTUR TANAH ...................................................................................................... 1

1.2 STRUKTUR TANAH ................................................................................................... 2

1.3 HORIZON TANAH ...................................................................................................... 3

1.4 BAHAN INDUK ........................................................................................................... 4

1.4.1 BATUAN SEDIMEN ....................................................................................... 4

1.4.2 BATUAN BEKU.............................................................................................. 5

1.4.3 BATUAN METAMORF ................................................................................... 5

1.5 KOMPONEN TANAH .................................................................................................. 5

1.6 HUBUNGAN AIR, BAHAN PADAT DAN UDARA DALAM TANAH .............................. 6

1.7 SIFAT-SIFAT DASAR TANAH .................................................................................... 7

1.7.1 KADAR AIR, BERAT JENIS, BERAT ISI, ANGKA PORI, POROSITAS DAN DERAJAT KEJENUHAN .................................................................................... 8

1.7.2 PERMEABILITAS .......................................................................................... 9

1.7.3 ELASTISITAS .............................................................................................. 10

1.7.4 PLASTISITAS .............................................................................................. 10

1.7.5 KOHESI DAN KEKUATAN GESER ............................................................. 11

1.7.6 PEMAMPATAN (COMPRESSIBILITY) ........................................................ 12

1.7.7 PENYUSUTAN DAN PEMUAIAN (SHRINKAGE AND SWELLING) ............. 12

1.7.8 AKTIFITAS (ACTIVITY) ............................................................................... 13

1.7.9 KONSISTENSI TANAH ASLI ....................................................................... 14

1.7.10 SENSITIFITAS (SENSITIVITY) .................................................................... 16

1.7.11 DAYA KAPILER (CAPILLARITY) DAN PENGISAPAN (SUCTION).............. 16

1.7.12 DILATANSI .................................................................................................. 17

1.8 UDARA DALAM TANAH ........................................................................................... 18

1.9 AIR DALAM TANAH ................................................................................................. 18

1.9.1 PENGARUH AIR SEBAGAI BAHAN CAIR TERHADAP SIFAT-SIFAT TANAH 18

1.10 BAHAN PADAT DALAM TANAH .............................................................................. 24

1.10.1 Bahan organik .............................................................................................. 25

1.10.2 . BAHAN ANORGANIK ............................................................................... 26

1.11 KLASIFIKASI TANAH ............................................................................................... 29

Page 47: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Galian

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II-1

BAB II PEKERJAAN GALIAN

2.1 CAKUPAN PEKERJAAN

Penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan tanah atau batu atau bahan

lain dari jalan atau sekitarnya yang diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam

kontrak.

2.2 SASARAN PEKERJAAN GALIAN

Pembuatan saluran air dan selokan.

Formasi galian atau pondasi pipa, gorong-gorong, pembuangan atau struktur lainnya.

Pembuangan bahan yang tak terpakai dan tanah humus.

Pekerjaan stabilisasi lereng.

Pembuangan bahan longsoran.

Galian bahan konstruksi.

Pembuangan sisa bahan galian.

Pengupasan dan pembuangan bahan perkerasan beraspal pada perkerasan lama.

Pembentukan profil dan penampang sesuai dengan Spesifikasi.

2.3 JENIS GALIAN

Galian Biasa

Mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasi sebagai galian batu,

galian struktur, galian sumber bahan (borrow excavation) dan galian

perkerasan beraspal.

Galian Batu

Mencakup galian bongkahan batu,

dengan volume 1 m3 atau lebih

dan seluruh batu atau bahan lainnya yang penggaliannya memerlukan

alat bertekanan udara atau pemboran, dan peledakan sesuai petunjuk

Direksi Pekerjaan.

Galian Struktur

Mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas pekerjaan yang

disebut atau ditunjukkan dalam Gambar untuk Struktur.

Page 48: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Galian

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II-2

Galian struktur terbatas untuk galian lantai pondasi jembatan, tembok

penahan tanah beton, dan struktur pemikul beban lainnya selain yang

disebut dalam Spesifikasi ini.

Pekerjaan galian struktur meliputi penimbunan kembali dengan bahan yang

disetujui oleh Direksi Pekerjaan, pembuangan bahan galian yang tidak

terpakai, semua keperluan drainase, pemompaan, penimbaan, penurapan,

penyokong, pembuatan tempat kerja atau cofferdam beserta

pembongkarannya.

Galian Perkerasan Beraspal

Mencakup galian pada perkerasan lama dan pembuangan bahan

perkerasan beraspal dengan maupun tanpa Cold Milling Machine seperti

yang ditunjukkan dalam Gambar atau diperintahkan oleh Direksi

Pekerjaan.

Pemanfaatan kembali bahan ini untuk daur ulang harus terlebih dahulu

mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan.

2.4 TOLERANSI DIMENSI

Untuk galian biasa, galian batu dan galian struktur

Kelandaian akhir, garis dan formasi sesudah galian tidak boleh lebih dari 2

Cm dari yang ditentukan dalam Gambar atau yang diperintahkan oleh

Direksi Pekerjaan pada setiap titik.

Untuk galian perkerasan beraspal

Kelandaian akhir, garis dan formasi sesudah galian tidak boleh lebih dari 2

Cm dari yang dipersyaratkan

Untuk galian biasa, galian batu

Jika galian telah selesai dan terbuka terhadap aliran air, permukaan harus

cukup rata dan harus memiliki cukup kemiringan untuk menjamin

pengaliran air yang bebas dari permukaan itu tanpa terjadi genangan.

2.5 PENGAMANAN PEKERJAAN GALIAN

Kontraktor harus memikul semua tanggung jawab dalam :

Menjamin keselamatan pekerja yang melaksanakan pekerjaan galian,

Menjamin keselamatan penduduk dan bangunan yang ada di sekitar lokasi

galian.

Selama pelaksanaan pekerjaan galian, kontraktor harus :

Page 49: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Galian

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II-3

Mempertahankan lereng sementara galian yang stabil agar tetap mampu

menahan pekerjaan, struktur atau mesin di sekitarnya,

Memasang penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) yang memadai untuk

menopang permukaan lereng galian yang mungkin tidak stabil.

Bilamana diperlukan, Kontraktor harus menyokong atau mendukung struktur

di sekitarnya, yang jika tidak dilaksanakan dapat menjadi tidak stabil atau

rusak oleh pekerjaan galian tersebut.

Untuk menjaga stabilitas lereng galian dan keamanan pekerja maka galian

tanah yang lebih dari 5 meter harus dibuat bertangga dengan teras selebar 1

meter atau sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan

Peralatan berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau keperluan lainnya

tidak diijinkan berada atau beroperasi lebih dekat 1,5 m dari tepi galian parit

untuk gorong-gorong pipa atau galian pondasi untuk struktur, terkecuali bilamana

pipa atau struktur lainnya yang telah terpasang dalam galian dan galian tersebut

telah ditimbun kembali dengan bahan yang disetujui Direksi Pekerjaan dan telah

dipadatkan.

Cofferdam, dinding penahan rembesan (cut off wall) atau cara lainnya untuk

mengalihkan air di daerah galian harus cukup kuat untuk menjamin bahwa

keruntuhan mendadak yang dapat membanjiri tempat kerja dengan cepat, tidak

akan terjadi.

Dalam setiap saat, bilamana pekerja atau orang lain berada dalam lokasi galian,

dimana kepala mereka, yang meskipun hanya kadang-kadang saja, berada di

bawah permukaan tanah, maka Kontraktor harus menempatkan seorang

pengawas keamanan di lokasi kerja yang tugasnya hanya memantau keamanan

dan kemajuan. Sepanjang waktu penggalian, peralatan galian cadangan (yang

belum dipakai) serta perlengkapan P3K harus tersedia pada tempat kerja galian.

Bahan peledak yang diperlukan untuk galian batu harus disimpan, ditangani,

dan digunakan dengan hati-hati dan di bawah pengendalian yang extra ketat

sesuai dengan Peraturan dan Perundang-undangan yang berlaku. Kontraktor

harus bertanggungjawab dalam mencegah pengeluaran atau penggunaan

yang tidak tepat atas setiap bahan peledak dan harus menjamin bahwa

penanganan peledakan hanya dipercayakan kepada orang yang

berpengalaman dan bertanggungjawab.

Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan penghalang (barikade)

yang cukup untuk mencegah pekerja atau orang lain terjatuh ke dalamnya, dan

setiap galian terbuka pada lokasi jalur lalu lintas maupun lokasi bahu jalan harus

diberi rambu tambahan pada malam hari berupa drum yang dicat putih (atau

Page 50: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Galian

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II-4

yang sejenis) beserta lampu merah atau kuning guna menjamin keselamatan

para pengguna jalan, sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.

Ketentuan yang disyaratkan dalam ketentuan tentang, Pemeliharaan Lalu Lintas

harus diterapkan pada seluruh galian di Daerah Milik Jalan.

2.6 PERBAIKAN TERHADAP PEKERJAAN GALIAN YANG TIDAK MEMENUHI KETENTUAN

Pekerjaan galian yang tidak memenuhi toleransi, sepenuhnya menjadi tanggung jawab

Kontraktor dan harus diperbaiki oleh Kontraktor sesuai dengan ketentuan yang

dipersyaratkan dalam Spesifikasi.

2.7 UTILITAS BAWAH TANAH

Kontraktor harus bertanggungjawab untuk memperoleh informasi tentang keberadaan

dan lokasi utilitas bawah tanah dan untuk memperoleh dan membayar setiap ijin atau

wewenang lainnya yang diperlukan dalam melaksanakan galian yang diperlukan dalam

Kontrak.

Kontraktor harus bertanggungjawab untuk menjaga dan melindungi setiap utilitas bawah

tanah yang masih berfungsi seperti pipa, kabel, atau saluran bawah tanah lainnya atau

struktur yang mungkin dijumpai dan untuk memperbaiki setiap kerusakan yang timbul

akibat operasi kegiatannya.

2.8 RETRIBUSI UNTUK BAHAN GALIAN

Bilamana bahan timbunan pilihan atau lapis pondasi agregat, agregat untuk campuran aspal

atau beton atau bahan lainnya diperoleh dari galian sumber bahan di luar daerah milik jalan,

Kontraktor harus melakukan pengaturan yang diperlukan dan membayar konsesi dan

retribusi kepada pemilik tanah maupun pihak yang berwenang untuk ijin menggali dan

mengangkut bahan-bahan tersebut.

Penggunaan dan Pembuangan Bahan Galian

Semua bahan galian tanah dan galian batu yang dapat dipakai dalam batas-

batas dan lingkup proyek, bilamana memungkinkan harus digunakan secara

efektif untuk formasi timbunan atau penimbunan kembali.

Bahan galian yang mengandung tanah yang sangat organik, tanah gambut

(peat), sejumlah besar akar atau bahan tetumbuhan lainnya dan tanah

kompresif yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan akan menyulitkan

Page 51: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Galian

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II-5

pemadatan bahan di atasnya atau yang mengakibatkan setiap kegagalan

atau penurunan (settlement) yang tidak dikehendaki, harus diklasifikasikan

sebagai bahan yang tidak memenuhi syarat untuk digunakan sebagai

timbunan dalam pekerjaan permanen.

Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan, atau tiap bahan

galian yang tidak disetujui oleh Direksi Pekerjaan untuk digunakan sebagai

bahan timbunan, harus dibuang dan diratakan oleh Kontraktor di luar Daerah

Milik Jalan (DMJ) seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.

Kontraktor harus bertanggungjawab terhadap seluruh pengaturan dan biaya

yang diperlukan untuk pembuangan bahan galian yang tidak terpakai atau

yang tidak memenuhi syarat untuk bahan timbunan, termasuk pembuangan

bahan galian (yang diuraikan dalam Pasal yang berkaitan dengan perbaikan

terhadap pekerjaan galian yang tidak memenuhi ketentuan), juga termasuk

pengangkutan hasil galian ke tempat pembuangan akhir dengan jarak tidak

melebihi yang disyaratkan (dalam Pasal yang berkaitan dengan pembuangan

dan penggantian dengan material yang cocok bagi material di permukaan

dasar hasil galian pada perkerasan aspal) dan perolehan ijin dari pemilik atau

penyewa tanah dimana pembuangan akhir tersebut akan dilakukan.

2.9 PENGEMBALIAN BENTUK DAN PEMBUANGAN PEKERJAAN

SEMENTARA

Kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, semua struktur sementara seperti

cofferdam atau penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) harus dibongkar oleh

Kontraktor setelah struktur permanen atau pekerjaan lainnya selesai. Pembongkaran

harus dilakukan sedemikian sehingga tidak mengganggu atau merusak struktur atau

formasi yang telah selesai.

Bahan bekas yang diperoleh dari pekerjaan sementara tetap menjadi milik Kontraktor

atau bila memenuhi syarat dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, dapat dipergunakan

untuk pekerjaan permanen dan dibayar menurut Mata Pembayaran yang relevan sesuai

dengan yang terdapat dalam Daftar Penawaran.

Setiap bahan galian yang sementara waktu diijinkan untuk ditempatkan dalam saluran air

harus dibuang seluruhnya setelah pekerjaan berakhir sedemikian rupa sehingga tidak

mengganggu saluran air.

Page 52: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Galian

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II-6

Seluruh tempat bekas galian bahan atau sumber bahan yang digunakan oleh Kontraktor

harus ditinggalkan dalam suatu kondisi yang rata dan rapi dengan tepi dan lereng yang

stabil dan saluran drainase yang memadai.

2.10 PROSEDUR PENGGALIAN

Penggalian harus mengikuti prosedur yang ditentukan dalam Spesifikasi, yang secara

garis besar dikelompokkan ke dalam 5 jenis prosedur sebagai berikut :

Prosedur Umum.

Prosedur penggalian pada tanah dasar perkerasan dan bahu jalan,

pembentukan berm, selokan dan talud.

Prosedur penggalian untuk struktur dan pipa.

Prosedur penggalian pada sumber bahan.

Prosedur penggalian pada perkeraan aspal yang ada.

2.11 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

Galian Yang Tidak Diukur Untuk Pembayaran

Sebagian besar pekerjaan galian dalam Kontrak tidak akan diukur dan dibayar

menurut ketentuan ini, pekerjaan tersebut dipandang telah dimasukkan ke dalam

harga penawaran untuk berbagai macam bahan konstruksi yang dihampar di

atas galian akhir, seperti pasangan batu (stone masonry) dan gorong-gorong

pipa. Jenis galian yang secara spesifik tidak dimasukkan untuk pengukuran

dalam ketentuan ini adalah :

Galian di luar garis yang ditunjukkan dalam profil dan penampang melintang

yang disetujui tidak akan dimasukkan dalam volume yang diukur untuk

pembayaran kecuali bilamana :

Galian diperlukan untuk membuang bahan yang lunak atau tidak

memenuhi syarat, atau untuk membuang batu atau bahan keras lainnya

seperti yang disyaratkan dalam Spesifikasi;

Galian diperlukan sebagai pekerjaan tambah, sebagai akibat dari

longsoran lereng atau struktur sementara penahan tanah atau air (seperti

penyokong, pengaku, atau cofferdam) yang sebelumnya telah diterima

oleh Direksi Pekerjaan secara tertulis.

Page 53: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Galian

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II-7

Pekerjaan galian untuk selokan drainase dan saluran air, kecuali untuk

galian batu, tidak akan diukur untuk pembayaran menurut ketentuan ini.

Pengukuran dan Pembayaran harus dilaksanakan menurut ketentuan dari

Spesifikasi.

Pekerjaan galian yang dilaksanakan untuk pemasangan gorong-gorong pipa,

tidak akan diukur untuk pembayaran, kompensasi dari pekerjaan ini

dipandang telah dimasukkan ke dalam berbagai harga satuan penawaran

untuk masing-masing bahan tersebut, sesuai dengan ketentuan dari

Spesifikasi.

Pekerjaan galian yang dilaksanakan dalam pengembalian kondisi

(reinstatement) perkerasan lama tidak akan diukur untuk pembayaran,

kompensasi untuk pekerjaan ini telah dimasukkan dalam berbagai harga

satuan penawaran yang untuk masing-masing bahan yang digunakan pada

operasi pengembalian kondisi sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi.

Galian untuk pengembalian kondisi bahu jalan dan pekerjaan minor lainnya,

kecuali untuk galian batu, tidak akan dibayar menurut ketentuan ini.

Pengukuran dan pembayaran akan dilaksanakan sesuai ketentuan dari

Spesifikasi.

Galian yang diperlukan untuk operasi pekerjaan pemeliharaan rutin tidak

akan diukur untuk pembayaran, kompensasi untuk pekerjaan ini telah

termasuk dalam harga penawaran dalam lump sum untuk berbagai operasi

pemeliharaan rutin yang tercakup dalam ketentuan dari Spesifikasi.

Pekerjaan galian yang dilaksanakan untuk memperoleh bahan konstruksi dari

sumber bahan (borrow pits) atau sumber lainnya di luar batas-batas daerah

kerja tidak boleh diukur untuk pembayaran, biaya pekerjaan ini dipandang

telah dimasukkan dalam harga satuan penawaran untuk timbunan atau

bahan perkerasan.

Pekerjaan galian dan pembuangan yang diuraikan dalam Spesifikasi ini

selain untuk tanah, batu dan bahan perkerasan lama, tidak akan diukur

untuk pembayaran, kompensasi untuk pekerjaan ini telah dimasukkan

dalam berbagai harga satuan penawaran yang untuk masing-masing

operasi pembongkaran struktur lama sesuai dengan ketentuan dari

Spesifikasi.

Page 54: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Galian

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II-8

Pengukuran Galian Untuk Pembayaran

Pekerjaan galian di luar ketentuan seperti di atas harus diukur untuk

pembayaran sebagai volume di tempat dalam meter kubik bahan yang

dipindahkan, setelah dikurangi bahan galian yang digunakan dan dibayar

sebagai timbunan biasa atau timbunan pilihan dengan faktor penyesuaian

berikut ini :

Bahan Galian Biasa yang dipakai sebagai timbunan harus dibagi dengan

penyusutan (shrinkage) sebesar 0,85.

Bahan Galian Batu yang dipakai sebagai timbunan harus dibagi dengan

faktor pengembangan (swelling) 1,2.

Dasar perhitungan ini haruslah gambar penampang melintang profil tanah

asli sebelum digali yang telah disetujui dan gambar pekerjaan galian akhir

dengan garis, kelandaian dan elevasi yang disyaratkan atau diterima.

Metode perhitungan haruslah metode luas ujung rata-rata, menggunakan

penampang melintang pekerjaan dengan jarak tidak lebih dari 25 meter.

Pekerjaan galian yang dapat dimasukkan untuk pengukuran dan

pembayaran menurut ketentuan ini akan tetap dibayar sebagai galian hanya

bilamana bahan galian tersebut tidak digunakan dan dibayar dalam ketentuan

lain dari Spesifikasi ini.

Bilamana bahan galian dinyatakan secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan

dapat digunakan sebagai bahan timbunan, namun tidak digunakan oleh

Kontraktor sebagai bahan timbunan, maka volume bahan galian yang tidak

terpakai ini dan terjadi semata-mata hanya untuk kenyamanan Kontraktor

dengan exploitasi sumber bahan (borrow pits) tidak akan dibayar.

Pekerjaan galian struktur yang diukur adalah volume dari prisma yang

dibatasi oleh bidang-bidang sebagai berikut :

Bidang atas adalah bidang horisontal seluas bidang dasar pondasi yang

melalui titik terendah dari terain tanah asli. Di atas bidang horisontal ini

galian tanah diperhitungkan sebagai galian biasa atau galian batu sesuai

dengan sifatnya.

Bidang bawah adalah bidang dasar pondasi.

Bidang tegak adalah bidang vertikal keliling pondasi.

Pengukuran volume tidak diperhitungkan di luar bidang-bidang yang

diuraikan di atas atau sebagai pengembangan tanah selama

Page 55: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Galian

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II-9

pemancangan, tambahan galian karena kelongsoran, bergeser, runtuh

atau karena sebab-sebab lain.

Pekerjaan galian perkerasan beraspal yang dilaksanakan di luar ketentuan

Pengembalian Kondisi (Reinstatement) Perkerasan Lama, harus diukur untuk

pembayaran sebagai volume di tempat dalam meter kubik bahan yang digali

dan dibuang.

Pembuangan dan penggantian dengan material yang cocok bagi material di

permukaan dasar hasil galian pada perkerasan beraspal yang lepas atau

rusak atau lunak atau tergumpal atau hal hal lain yang tidak memenuhi syarat

sebagaimana yang diuraikan pada artikel terkait, akan diukur dan dibayar

sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi yang terkait.

Pengangkutan hasil galian ke lokasi pembuangan akhir atau lokasi

timbunan sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dengan

jarak yang melebihi 5 km harus diukur untuk pembayaran sebagai volume

di tempat dalam kubik meter bahan yang dipindahkan per jarak tempat

penggalian sampai lokasi pembuangan akhir atau lokasi timbunan dalam

kilometer.

Dasar Pembayaran

Kuantitas galian yang diukur menurut ketentuan di atas, akan dibayar

menurut satuan pengukuran dengan harga yang dimasukkan dalam Daftar

Kuantitas dan Harga untuk masing-masing Mata Pembayaran yang terdaftar

di bawah ini.

Harga dan pembayaran tersebut merupakan kompensasi penuh untuk

seluruh pekerjaan termasuk cofferdam, penyokong, pengaku dan pekerjaan

yang berkaitan, dan biaya yang diper-lukan dalam melaksanakan pekerjaan

galian sebagaimana diuraikan dalam ketentuan ini.

Bilamana cofferdam, penyokong, pengaku dan pekerjaan yang berkaitan,

termasuk dalam Mata Pembayaran yang terdapat dalam Daftar Kuantitas dan

Harga, maka pekerjaan ini akan dibayar menurut Harga Penawaran dalam

lump sum sesuai dengan ketentuan berikut ini :

Pekerjaan ini mencakup penyediaan, pembuatan, pemeliharaan dan

pembuangan setiap dan semua cofferdam, penyokong, pengaku,

sumuran, penurapan, pengendali air (water control), dan operasi-operasi

lainnya yang diperlukan untuk diterimanya penyelesaian galian yang

termasuk dalam pekerjaan dari Pasal ini sampai suatu kedalaman yang

ditentukan.

Page 56: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Galian

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II-10

Tabel 2 : Nomor Mata Pembayaran, Uraian dan Satuan Pengukuran

Nomor Mata Pembayaran Uraian

Satuan Pengukuran

3.1.(1) Galian Biasa Meter Kubik 3.1.(2) Galian Batu Meter Kubik 3.1.(3) Galian Struktur dengan Kedalaman 0 - 2 M Meter Kubik 3.1.(4) Galian Struktur dengan Kedalaman 2 - 4 M Meter Kubik 3.1.(5) Galian Struktur dengan Kedalaman 4 - 6 M Meter Kubik 3.1.(6) Cofferdam, Penyokong, Pengaku dan Peker-

jaan yang berkaitan Lump Sum

3.1.(7) Galian Perkerasan Beraspal dengan Cold Milling Machine

Meter Kubik

3.1.(8) Galian Perkerasan Beraspal tanpa Cold Milling Machine

Meter Kubik

3.1.(9) Biaya Tambahan untuk Pengangkutan Hasil Galian dengan Jarak melebihi 5 km

Meter Kubik per Kilometer

Page 57: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab II : Pekerjaan Galian

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) II-11

BAB II ............................................................................................................................................................ 1

PEKERJAAN GALIAN ................................................................................................................................... 1

2.1 CAKUPAN PEKERJAAN ............................................................................................ 1

2.2 SASARAN PEKERJAAN GALIAN .............................................................................. 1

2.3 JENIS GALIAN ........................................................................................................... 1

2.4 TOLERANSI DIMENSI ................................................................................................ 2

2.5 PENGAMANAN PEKERJAAN GALIAN ...................................................................... 2

2.6 PERBAIKAN TERHADAP PEKERJAAN GALIAN YANG TIDAK MEMENUHI KETENTUAN ....................................................................................................................... 4

2.7 UTILITAS BAWAH TANAH ......................................................................................... 4

2.8 RETRIBUSI UNTUK BAHAN GALIAN ........................................................................ 4

2.9 PENGEMBALIAN BENTUK DAN PEMBUANGAN PEKERJAAN SEMENTARA ......... 5

2.10 PROSEDUR PENGGALIAN ....................................................................................... 6

2.11 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN .......................................................................... 6

Page 58: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab III : Pekerjaan Timbunan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III-1

BAB III PEKERJAAN TIMBUNAN

3.1 CAKUPAN PEKERJAAN

Pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah atau bahan

berbutir yang disetujui untuk :

pembuatan timbunan,

penimbunan kembali galian pipa atau struktur, dan

timbunan umum,

yang diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis,

kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui.

Timbunan yang dicakup oleh ketentuan ini harus dibagi menjadi tiga jenis, yaitu

timbunan biasa, timbunan pilihan dan timbunan pilihan di atas tanah rawa.

Timbunan pilihan akan digunakan untuk :

Lapis penopang (capping layer) guna meningkatkan daya dukung tanah dasar,

Material timbunan di daerah saluran air dan lokasi serupa dimana bahan yang

plastis sulit dipadatkan dengan baik.

Stabilisasi lereng atau

Pekerjaan pelebaran timbunan jika diperlukan lereng yang lebih curam karena

keterbatasan ruangan, dan

Pekerjaan timbunan lainnya dimana kekuatan timbunan adalah faktor yang

kritis.

Timbunan pilihan di atas tanah rawa akan digunakan untuk :

Melintasi daerah yang rendah dan selalu tergenang oleh air, yang menurut

pendapat Direksi Pekerjaan tidak dapat dialirkan atau dikeringkan dengan cara

yang diatur dalam Spesifikasi ini.

3.2 PEKERJAAN YANG TIDAK TERMASUK BAHAN TIMBUNAN

Bahan yang dipasang sebagai landasan untuk pipa atau saluran beton,

Bahan drainase porous yang dipakai untuk drainase bawah permukaan

atau untuk mencegah hanyutnya partikel halus tanah akibat proses

penyaringan.

Page 59: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab III : Pekerjaan Timbunan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III-2

3.3 TOLERANSI DIMENSI

Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi atau

lebih rendah 2 cm dari yang ditentukan atau disetujui.

Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan harus

cukup kelandaiannya, untuk menjamin aliran air permukaan yang bebas.

Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm dari

garis profil yang ditentukan.

Timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari 20

cm atau dalam lapisan dengan tebal padat kurang dari 10 cm.

3.4 STANDAR RUJUKAN

Standar Nasional Indonesia (SNI) : SNI 03-3422-1994 (AASHTO T 88 - 90)

: Metode Pengujian Analisis Ukuran Butir Tanah Dengan Alat Hidrometer.

SNI 03-1967-1990 (AASHTO T 89 - 90)

: Metode Pengujian Batas Cair dengan Alat Casagrande.

SNI 03-1966-1989 (AASHTO T 90 - 87)

: Metode Pengujian Batas Plastis.

SNI 03-1742-1989 (AASHTO T 99 - 90)

: Metode Pengujian Kepadatan Ringan Untuk Tanah.

SNI 03-1743-1989 (AASHTO T180 - 90)

: Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk Tanah.

SNI 03-2828-1992 (AASHTO T191- 86)

: Metode Pengujian Kepadatan Lapangan Dengan Alat Konus Pasir.

SNI 03-1744-1989 (AASHTO T193 - 81)

: Metode Pengujian CBR Laboratorium.

AASHTO : AASHTO T145 - 73 : Classification of Soils and Soil Aggregate Mixtures

for Highway Construction Purpose AASHTO T258 - 78 : Determining Expansive Soils and Remedial

Actions

3.5 BAHAN TIMBUNAN

Timbunan Biasa

Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri dari bahan

galian tanah atau bahan galian batu yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan

Page 60: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab III : Pekerjaan Timbunan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III-3

sebagai bahan yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam pekerjaan

ermanent seperti yang dipersyaratkan dalam Spesifikasi.

Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas tinggi,

yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut AASHTO M145 atau sebagai CH

menurut “Unified atau Casagrande Soil Classification System”. Bila penggunaan

tanah yang berplastisitas tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan tersebut harus

digunakan hanya pada bagian dasar dari timbunan atau pada penimbunan

kembali yang tidak memerlukan daya dukung atau kekuatan geser yang tinggi.

Tanah plastis seperti itu sama sekali tidak boleh digunakan pada 30 cm lapisan

langsung di bawah bagian dasar perkerasan atau bahu jalan atau tanah dasar

bahu jalan. Sebagai tambahan, timbunan untuk lapisan ini bila diuji dengan SNI

03-1744-1989, harus memiliki CBR 6 % setelah perendaman 4 hari bila

dipadatkan 100 % kepadatan kering maksimum (MDD) seperti yang ditentukan

oleh SNI 03-1742-1989.

Tanah sangat expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25, atau

derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T258 sebagai “very

high” atau “extra high”, tidak boleh digunakan sebagai bahan timbunan. Nilai aktif

adalah perbandingan antara Indeks Plastisitas / PI – (SNI 03-1966-1989) dan

persentase kadar lempung (SNI 03-3422-1994).

Timbunan Pilihan

Timbunan hanya boleh diklasifikasikan sebagai “Timbunan Pilihan” bila

digunakan pada lokasi atau untuk maksud dimana timbunan pilihan telah

ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan. Seluruh timbunan

lain yang digunakan harus dipandang sebagai timbunan biasa (atau drainase

porous bila ditentukan atau disetujui sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi).

Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari bahan

tanah atau batu yang memenuhi semua ketentuan di atas untuk timbunan biasa

dan sebagai tambahan harus memiliki sifat-sifat tertentu yang tergantung dari

maksud penggunaannya, seperti diperintahkan atau disetujui oleh Direksi

Pekerjaan. Dalam segala hal, seluruh timbunan pilihan harus, bila diuji sesuai

dengan SNI 03-1744-1989, memiliki CBR paling sedikit 10.% setelah 4 hari

perendaman bila dipadatkan sampai 100.% kepadatan kering maksimum sesuai

dengan SNI 03-1742-1989.

Bahan timbunan pilihan yang akan digunakan bilamana pemadatan dalam

keadaan jenuh atau banjir yang tidak dapat dihindari, haruslah pasir atau kerikil

atau bahan berbutir bersih lainnya dengan Indeks Plastisitas maksimum 6 %.

Page 61: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab III : Pekerjaan Timbunan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III-4

Bahan timbunan pilihan yang digunakan pada lereng atau pekerjaan stabilisasi

timbunan atau pada situasi lainnya yang memerlukan kuat geser yang cukup,

bilamana dilaksanakan dengan pemadatan kering normal, maka timbunan pilihan

dapat berupa timbunan batu atau kerikil lempungan bergradasi baik atau

lempung pasiran atau lempung berplastisitas rendah. Jenis bahan yang dipilih,

dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan akan tergantung pada kecuraman dari lereng

yang akan dibangun atau ditimbun, atau pada tekanan yang akan dipikul.

Timbunan Pilihan di atas Tanah Rawa

Bahan timbunan pilihan di atas tanah rawa haruslah pasir atau kerikil atau bahan

berbutir bersih lainnya dengan Index Plastisitas maksimum 6 %.

3.6 PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN TIMBUNAN

Penyiapan Tempat Kerja

Semua bahan yang tidak diperlukan harus dibuang sebagaimana diperintahkan

oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi.

Bilamana tinggi timbunan satu meter atau kurang, dasar pondasi timbunan harus

dipadatkan (termasuk penggemburan dan pengeringan atau pembasahan bila

diperlukan), sampai 15 cm bagian permukaan atas dasar pondasi memenuhi

kepadatan yang disyaratkan untuk timbunan yang ditempatkan diatasnya.

Bilamana timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau di atas timbunan

lama atau yang baru dikerjakan, maka lereng lama harus dipotong bertangga

dengan lebar yang cukup sehingga memungkinkan peralatan pemadat dapat

beroperasi menyiapkan timbunan yang dihampar horizontal lapis demi lapis.

Penghamparan Timbunan

Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar

dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal

lapisan yang disyaratkan dalam Spesifikasi. Bilamana timbunan dihampar lebih

dari satu lapis, lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga

sama tebalnya.

Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke

permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan.

Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan biasanya tidak diperkenankan,

terutama selama musim hujan.

Page 62: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab III : Pekerjaan Timbunan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III-5

Timbunan di atas atau pada selimut pasir atau bahan drainase porous, harus

diperhatikan sedemikian rupa agar kedua bahan tersebut tidak tercampur. Dalam

pembentukan drainase sumuran vertikal diperlukan suatu pemisah yang

menyolok di antara kedua bahan tersebut dengan memakai acuan sementara

dari pelat baja tipis yang sedikit demi sedikit ditarik saat pengisian timbunan dan

drainase porous dilaksanakan.

Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur harus dilaksanakan

dengan sistematis dan secepat mungkin segera setelah pemasangan pipa atau

struktur. Akan tetapi, sebelum penimbunan kembali, diperlukan waktu perawatan

tidak kurang dari 8 jam setelah pemberian adukan pada sambungan pipa atau

pengecoran struktur beton gravity, pemasangan pasangan batu gravity atau

pasangan batu dengan mortar gravity. Sebelum penimbunan kembali di sekitar

struktur penahan tanah dari beton, pasangan batu atau pasangan batu dengan

mortar, juga diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 14 hari.

Bilamana timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng timbunan lama harus

disiapkan dengan membuang seluruh tetumbuhan yang terdapat pada

permukaan lereng dan dibuat bertangga sehingga timbunan baru akan terkunci

pada timbunan lama sedemikian sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan.

Selanjutnya timbunan yang diperlebar harus dihampar horizontal lapis demi lapis

sampai dengan elevasi tanah dasar, yang kemudian harus ditutup secepat

mungkin dengan lapis pondasi bawah dan atas sampai elevasi permukaan jalan

lama sehingga bagian yang diperlebar dapat dimanfaatkan oleh lalu lintas

secepat mungkin, dengan demikian pembangunan dapat dilanjutkan ke sisi jalan

lainnya bilamana diperlukan.

Pemadatan Timbunan

Setiap lapis timbunan harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang

memadai dan disetujui Direksi Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang

disyaratkan dalam Spesifikasi.

Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan

berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar

air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada

kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai

dengan SNI 03-1742-1989.

Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal 20

cm dari bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung batu yang lebih besar

dari 5 cm serta mampu mengisi rongga-rongga batu pada bagian atas timbunan

Page 63: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab III : Pekerjaan Timbunan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III-6

batu tersebut. Lapis penutup ini harus dilaksanakan sampai mencapai kepadatan

timbunan tanah yang disyaratkan dalam Spsifikasi.

Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang disya-

ratkan, diuji kepadatannya dan harus diterima oleh Direksi Pekerjaan sebelum

lapisan berikutnya dihampar.

Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah

sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha

pemadatan yang sama. Bilamana memungkinkan, lalu lintas alat-alat konstruksi

dapat dilewatkan di atas pekerjaan timbunan dan lajur yang dilewati harus terus

menerus divariasi agar dapat menyebarkan pengaruh usaha pemadatan dari lalu

lintas tersebut.

Bilamana bahan timbunan dihampar pada kedua sisi pipa atau drainase beton

atau struktur, maka pelaksanaan harus dilakukan sedemikian rupa agar timbunan

pada kedua sisi selalu mempunyai elevasi yang hampir sama.

Bilamana bahan timbunan dapat ditempatkan hanya pada satu sisi abutment,

tembok sayap, pilar, tembok penahan atau tembok kepala gorong-gorong, maka

tempat-tempat yang bersebelahan dengan struktur tidak boleh dipadatkan secara

berlebihan karena dapat menyebabkan bergesernya struktur atau tekanan yang

berlebihan pada struktur.

Terkecuali disetujui oleh Direksi Pekerjaan, timbunan yang bersebelahan dengan

ujung jembatan tidak boleh ditempatkan lebih tinggi dari dasar dinding belakang

abutment sampai struktur bangunan atas telah terpasang.

Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin

gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak lebih

dari 15 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau timbris

(tamper) manual dengan berat minimum 10 kg. Pemadatan di bawah maupun di

tepi pipa harus mendapat perhatian khusus untuk mencegah timbulnya rongga-

rongga dan untuk menjamin bahwa pipa terdukung sepenuhnya.

Timbunan Pilihan di atas Tanah Rawa mulai dipadatkan pada batas permukaan

air dimana timbunan terendam, dengan peralatan yang disetujui oleh Direksi

Pekerjaan.

Penyiapan Tanah Dasar Pada Timbunan

Untuk penyiapan tanah dasar pada timbunan berlaku ketentuan terkait dengan

Penyiapan Badan Jalan.

Page 64: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab III : Pekerjaan Timbunan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III-7

3.7 JAMINAN MUTU

Pengendalian Mutu Bahan

Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal

mutu bahan akan ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi bagaimanapun juga

harus mencakup seluruh pengujian yang disyaratkan dalam Spesifikasi dengan

paling sedikit tiga contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, yang

dipilih mewakili rentang mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber bahan.

Setelah persetujuan mutu bahan timbunan yang diusulkan, menurut pendapat

Direksi Pekerjaan, pengujian mutu bahan dapat diulangi lagi agar perubahan

bahan atau sumber bahannya dapat diamati.

Suatu program pengendalian pengujian mutu bahan rutin harus dilaksanakan

untuk mengendalikan perubahan mutu bahan yang dibawa ke lapangan. Jumlah

pengujian harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi untuk

setiap 1000 meter kubik bahan timbunan yang diperoleh dari setiap sumber

bahan paling sedikit harus dilakukan suatu pengujian Nilai Aktif, seperti yang

disyaratkan dalam Spesifikasi.

Ketentuan Kepadatan Untuk Timbunan Tanah

Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah dasar harus

dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan

sesuai SNI 03-1742-1989. Untuk tanah yang mengandung lebih dari 10 % bahan

yang tertahan pada ayakan ¾”, kepadatan kering maksimum yang diperoleh

harus dikoreksi terhadap bahan yang berukuran lebih (oversize) tersebut

sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar

harus dipadatkan sampai dengan 100 % dari kepadatan kering maksimum yang

ditentukan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.

Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang

dipadatkan sesuai dengan SNI 03-2828-1992 dan bila hasil setiap pengujian

menunjukkan kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka Kontraktor harus

memperbaiki pekerjaan sesuai dengan Spesifikasi ini. Pengujian harus dilakukan

sampai kedalaman penuh pada lokasi yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan,

tetapi harus tidak boleh berselang lebih dari 200 m. Untuk penimbunan kembali di

sekitar struktur atau pada galian parit untuk gorong-gorong, paling sedikit harus

dilaksanakan satu pengujian untuk satu lapis penimbunan kembali yang telah

Page 65: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab III : Pekerjaan Timbunan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III-8

selesai dikerjakan. Untuk timbunan, paling sedikit satu rangkaian pengujian

bahan yang lengkap harus dilakukan untuk setiap 1000 meter kubik bahan

timbunan yang dihampar.

Kriteria Pemadatan Untuk Timbunan Batu

Penghamparan dan pemadatan timbunan batu harus dilaksanakan dengan

menggunakan penggilas berkisi (grid) atau pemadat bervibrasi atau peralatan berat

lainnya yang serupa. Pemadatan harus dilaksanakan dalam arah memanjang

sepanjang timbunan, dimulai pada tepi luar dan bergerak ke arah sumbu jalan, dan

harus dilanjutkan sampai tidak ada gerakan yang tampak di bawah peralatan berat.

Setiap lapis harus terdiri dari batu bergradasi menerus dan seluruh rongga pada

permukaan harus terisi dengan pecahan-pecahan batu sebelum lapis berikutnya

dihampar. Batu tidak boleh digunakan pada 15 cm lapisan teratas timbunan dan batu

berdimensi lebih besar dari 10 cm tidak diperkenankan untuk disertakan dalam

lapisan teratas ini.

Percobaan Pemadatan

Kontraktor harus bertanggungjawab dalam memilih metode dan peralatan untuk

mencapai tingkat kepadatan yang disyaratkan. Bilamana tidak sanggup mencapai

kepadatan yang disyaratkan, prosedur pemadatan berikut ini harus diikuti :

Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan peralatan

pemadat dan kadar air sampai kepadatan yang disyaratkan tercapai sehingga dapat

diterima oleh Direksi Pekerjaan. Hasil percobaan lapangan ini selanjutnya harus

digunakan dalam menetapkan jumlah lintasan, jenis peralatan pemadat dan kadar air

untuk seluruh pemadatan berikutnya.

3.8 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

Pengukuran Timbunan

Timbunan harus diukur sebagai jumlah kubik meter bahan terpadatkan yang

diperlukan, diselesaikan di tempat dan diterima. Volume yang diukur harus

berdasarkan gambar penampang melintang profil tanah asli yang disetujui atau

profil galian sebelum setiap timbunan ditempatkan dan gambar dengan garis,

kelandaian dan elevasi pekerjaan timbunan akhir yang disyaratkan dan diterima.

Metode perhitungan volume bahan haruslah metode luas bidang ujung, dengan

menggunakan penampang melintang pekerjaan yang berselang jarak tidak lebih

dari 25 m.

Page 66: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab III : Pekerjaan Timbunan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III-9

Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan penampang melintang yang

disetujui, termasuk setiap timbunan tambahan yang diperlukan sebagai akibat

penggalian bertangga pada atau penguncian ke dalam lereng lama, atau sebagai

akibat dari penurunan pondasi, tidak akan dimasukkan ke dalam volume yang

diukur untuk pembayaran kecuali bila :

Timbunan yang diperlukan untuk mengganti bahan yang tidak memenuhi

ketentuan atau bahan yang lunak sesuai dengan Spesifikasi ini, atau untuk

mengganti batu atau bahan keras lainnya yang digali menurut ktentuan dari

Spesifikasi ini.

Timbunan tambahan yang diperlukan untuk memperbaiki pekerjaan yang

tidak stabil atau gagal bilamana Kontraktor tidak dianggap bertanggung-

jawab menurut Spesifikasi ini.

Bila timbunan akan ditempatkan di atas tanah rawa yang dapat diperkirakan

terjadinya konsolidasi tanah asli. Dalam kondisi demikian maka timbunan

akan diukur untuk pembayaran dengan salah satu cara yang ditentukan

menurut pendapat Direksi Pekerjaan berikut ini :

Dengan pemasangan pelat dan batang pengukur penurunan (settlement)

yang harus ditempatkan dan diamati bersama oleh Direksi Pekerjaan

dengan Kontraktor. Kuantitas timbunan dapat ditentukan berdasarkan

elevasi tanah asli setelah penurunan (settlement). Pengukuran dengan

cara ini akan dibayar menurut Mata Pembayaran 3.2.(2) dan hanya akan

diperkenankan bilamana catatan settlement didokumentasi dengan baik.

Dengan volume gembur yang diukur pada kendaraan pengangkut

sebelum pembongkaran muatan di lokasi penimbunan. Kuantitas

timbunan dapat ditentukan berdasarkan penjumlahan kuantitas bahan

yang dipasok, yang diukur dan dicatat oleh Direksi Pekerjaan, setelah

bahan di atas bak truk diratakan sesuai dengan bidang datar horisontal

yang sejajar dengan tepi-tepi bak truk. Pengukuran dengan cara ini akan

dibayar menurut Mata Pembayaran 3.2.(3) dan hanya akan

diperkenankan bilamana kuantitas tersebut telah disahkan oleh Direksi

Pekerjaan.

Timbunan yang dihampar untuk mengganti tanah yang dibuang oleh Kontraktor

untuk dapat memasang pipa, drainase beton, gorong-gorong, drainase bawah

tanah atau struktur, tidak akan diukur untuk pembayaran dalam ketentuan ini,

dan biaya untuk pekerjaan ini dipandang telah termasuk dalam harga satuan

penawaran untuk bahan yang bersangkutan, sebagaimana disyaratkan menurut

ketentuan lain dari Spesifikasi ini. Akan tetapi, timbunan tambahan yang

Page 67: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab III : Pekerjaan Timbunan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III-10

diperlukan untuk mengisi bagian belakang struktur penahan akan diukur dan

dibayar menurut ketentuan ini.

Timbunan yang digunakan dimana saja di luar batas Kontrak pekerjaan, atau

untuk mengubur bahan sisa atau yang tidak terpakai, atau untuk menutup

sumber bahan, tidak boleh dimasukkan dalam pengukuran timbunan.

Drainase porous akan diukur menurut ketentuan dari Spesifikasi ini dan tidak

akan termasuk dalam pengukuran dari ketentuan ini.

Dasar Pembayaran

Kuantitas timbunan, dalam jarak angkut berapapun yang diperlukan, harus

dibayar untuk per satuan pengukuran dari masing-masing harga yang

dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk Mata Pembayaran terdaftar

di bawah.

Harga tersebut harus sudah merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan,

pemasokan, penghamparan, pemadatan, penyelesaian akhir dan pengujian

bahan, seluruh biaya lain yang perlu atau biasa untuk penyelesaian yang

sebagaimana mestinya dari pekerjaan yang diuraikan dalam ketentuan ini.

Tabel 3.1 : Nomor Mata Pembayaran, Uraian dan Satuan Pengukuran

Pekerjaan Timbunan

Nomor Mata Pembayaran

Uraian Satuan

Pengukuran

3.2.(1) Timbunan Biasa Meter Kubik 3.2.(2) Timbunan Pilihan Meter Kubik 3.2.(3) Timbunan Pilihan di atas Tanah Rawa

(diukur berdasarkan volume bak truk) Meter Kubik

Page 68: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab III : Pekerjaan Timbunan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) III-11

BAB III ........................................................................................................................................................... 1

PEKERJAAN TIMBUNAN ............................................................................................................................. 1

3.1 CAKUPAN PEKERJAAN ............................................................................................ 1

3.2 PEKERJAAN YANG TIDAK TERMASUK BAHAN TIMBUNAN ................................... 1

3.3 TOLERANSI DIMENSI ................................................................................................ 2

3.4 STANDAR RUJUKAN ................................................................................................. 2

3.5 BAHAN TIMBUNAN .................................................................................................... 2

3.6 PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN TIMBUNAN................................................... 4

3.7 JAMINAN MUTU ......................................................................................................... 7

3.8 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN ........................................................................ 8

Page 69: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab IV : Penyiapan Badan Jalan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV-

BAB IV PENYIAPAN BADAN JALAN

4.1 CAKUPAN PEKERJAAN

Mencakup penyiapan, penggaruan dan pemadatan permukaan tanah dasar atau

permukaan jalan kerikil lama atau Lapis Penetrasi Macadam yang rusak berat,

untuk penghamparan :

Lapis Pondasi Agregat,

Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal,

Lapis Pondasi Semen Tanah atau Lapis Pondasi Beraspal di daerah jalur

lalu lintas (termasuk jalur tempat perhentian dan persimpangan) yang

tidak ditetapkan sebagai Pekerjaan Pengembalian Kondisi.

Pembayaran tidak boleh dilakukan terhadap Pengembalian Kondisi

Perkerasan Lama yang diuraikan dalam ketentuan tentang hal tersebut

maupun Pengembalian Kondisi Bahu Jalan Lama pada Jalan Berpenutup

Aspal yang diuraikan dalam Spesifikasi.

Untuk jalan kerikil, pekerjaan dapat juga mencakup perataan berat dengan motor

grader untuk perbaikan bentuk dengan atau tanpa penggaruan dan tanpa

penambahan bahan baru.

Pekerjaan ini meliputi galian minor atau penggaruan serta pekerjaan timbunan

minor yang diikuti dengan pembentukan, pemadatan, pengujian tanah atau

bahan berbutir, dan pemeliharaan permukaan yang disiapkan sampai bahan

perkerasan ditempatkan diatasnya, yang semuanya sesuai dengan Gambar dan

Spesifikasi ini atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

4.2 TOLERANSI DIMENSI

Ketinggian akhir setelah pemadatan tidak boleh lebih tinggi atau lebih rendah

satu centimeter dari yang disyaratkan atau disetujui.

Seluruh permukaan akhir harus cukup halus dan rata serta memiliki kelandaian

yang cukup, untuk menjamin berlakunya aliran bebas dari air permukaan.

4.3 STANDAR RUJUKAN

Standar rujukan yang relevan adalah standar rujukan yang diberikan dalam

ketentuan dari Spesifikasi.

Page 70: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab IV : Penyiapan Badan Jalan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV-

4.4 BAHAN UNTUK BADAN JALAN

Tanah dasar dapat dibentuk dari Timbunan Biasa, Timbunan Pilihan, Lapis Pondasi

Agregat atau Drainase Porous, atau tanah asli di daerah galian. Bahan yang

digunakan dalam setiap hal haruslah sesuai dengan yang diperintahkan Direksi

Pekerjaan, dan sifat-sifat bahan yang disyaratkan untuk bahan yang dihampar dan

membentuk tanah dasar haruslah seperti yang disyaratkan dalam Spesifikasi untuk

bahan tersebut.

4.5 PELAKSANAAN PENYIAPAN BADAN JALAN

Penyiapan Tempat Kerja

Pekerjaan galian yang diperlukan untuk membentuk tanah dasar harus dilaksa-

nakan sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi.

Seluruh Timbunan yang diperlukan harus dihampar sesuai dengan Spesifikasi

ini.

Pemadatan Tanah Dasar

Tanah dasar harus dipadatkan sesuai dengan ketentuan yang diberikan dalam

Spesifikasi.

Ketentuan pemadatan dan jaminan mutu untuk tanah dasar diberikan dalam

Spesifikasi.

4.6 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

Pengukuran Untuk Pembayaran

Daerah jalur lalu lintas lama yang mengalami kerusakan parah, dimana operasi

pengembalian kondisi yang disyaratkan dalam ketentuan dari Spesifikasi ini

dipandang tidak sesuai, akan digolongkan sebagai daerah yang ditingkatkan dan

persiapan tanah dasar akan dibayar menurut ketentuan ini sebagai daerah yang

persiapan permukaan tanah dasarnya telah diterima oleh Direksi Pekerjaan.

Dasar Pembayaran

Kuantitas dari pekerjaan Penyiapan Badan Jalan, diukur seperti ketentuan di

atas, akan dibayar per satuan pengukuran sesuai dengan harga yang

Page 71: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab IV : Penyiapan Badan Jalan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV-

dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk Mata Pembayaran seperti

terdaftar di bawah ini.

Harga dan pembayaran tersebut sudah mencakup kompensasi penuh untuk

seluruh pekerjaan dan biaya lainnya yang telah dimasukkan untuk keperluan

pembentukan pekerjaan penyiapan tanah dasar seperti telah diuraikan dalam

ketentuan ini.

Tabel 4.1 : Nomor Mata Pembayaran, Uraian dan Satuan Pengukuran

Penyiapan Badan Jalan

Nomor Mata Pembayaran

Uraian Satuan

Pengukuran

3.3 Penyiapan Badan Jalan Meter Persegi

Page 72: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Bab IV : Penyiapan Badan Jalan

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV-

BAB IV ........................................................................................................................................................... 1

PENYIAPAN BADAN JALAN ........................................................................................................................ 1

4.1 CAKUPAN PEKERJAAN ............................................................................................ 1

4.2 TOLERANSI DIMENSI ................................................................................................ 1

4.3 STANDAR RUJUKAN ................................................................................................. 1

4.4 BAHAN UNTUK BADAN JALAN ................................................................................. 2

4.5 PELAKSANAAN PENYIAPAN BADAN JALAN ........................................................... 2

4.6 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN ........................................................................ 2

Page 73: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Rangkuman

Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) R - 1

RANGKUMAN

Dalam pekerjaan tanah seorang Inspektor Lapangan Pekerjaan Jembatan (Site

Inspector of Bridge) terlabih dahulu perlu mengetahui sifat-sifat dan klasifikasi tanah.

1. Mengawasi pekerjaan galian dalam rangka pelaksanaan pekerjaan jembatan dan

oprit jembatan dengan memperhatikan toleransi dimensi hasil pekerjaan, serta

bertanggungjawab untuk menjaga dan melindungi setiap utilitas bawah tanah yang

masih berfungsi seperti pipa, kabel, atau saluran bawah tanah lainnya atau struktur

yang mungkin dijumpai

2. Mengawasi pekerjaan timbunan dalam rangka pelaksanaan pekerjaan jembatan

dan oprit jembatan dengan memperhatikan toleransi dimensi hasil pekerjaan,

standar rujukan yang digunakan, bahan timbunan yang digunakan, metode

penghamparan dan pemadatan serta jaminan mutu hasil pekerjaan timbunan.

3. Mengawasi pekerjaan penyiapan badan jalan dalam rangka pelaksanaan

pekerjaan jembatan dan oprit jembatan dengan memperhatikan toleransi dimensi

hasil pekerjaan, standar rujukan yang digunakan, bahan yang digunakan untuk

pembuatan badan jalan dan sebagainya.

Page 74: MODUL SIB – 07 : PEKERJAAN TANAH

Modul SIB-07 : Pekerjaan Tanah Daftar Pustaka

Pelatihan Site Inspector of Bridge(SIB) DP-1

DAFTAR PUSTAKA

1. Hand Book Of Soil Mechanics, By Arpad Kezdi.

2. Contruction Planning, Equipment and Method, By R.L.Peurifoy.

3. Highway Enggineering Handbook, By Kenneth B Woods

4. Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi I & II, Oleh Imam Soekoto

5. Drainage Engineering, By James M Luthin.

6. Alat-alat Berat dan Penggunaannya, Oleh Ir. Rochmanhadi

7. Caterpilar Performance Handbook, Edition 29

8. Leaflets : Caterpillar, Komatsu, Fassi