modul 6 (selesai)

62
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI – TOKSIKOLOGI PENGUJIAN AKTIVITAS ANALGETIKA-ANTIINFLAMASI Disusun oleh : Nama Kelompok : Zulia Erni Rahmawati (10060313141) Miss Hannan Mamu (10060313142) Miss Suraila Sato (10060313143) Dewi Sri Lestari N. (10060313144) Zidni Hadyarrahman (10060313145) Shift / Kelompok : D / 4 Tgl. Praktikum : Selasa, 20 Oktober 2015 Tgl. Laporan : Selasa, 27 Oktober 2015 Asisten Praktikum : Yuda Riansyah s.farm

Upload: zulia

Post on 08-Jul-2016

94 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

sa

TRANSCRIPT

Page 1: Modul 6 (Selesai)

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI – TOKSIKOLOGI

PENGUJIAN AKTIVITAS

ANALGETIKA-ANTIINFLAMASI

Disusun oleh :

Nama Kelompok : Zulia Erni Rahmawati (10060313141)

Miss Hannan Mamu (10060313142)

Miss Suraila Sato (10060313143)

Dewi Sri Lestari N. (10060313144)

Zidni Hadyarrahman (10060313145)

Shift / Kelompok : D / 4

Tgl. Praktikum : Selasa, 20 Oktober 2015

Tgl. Laporan : Selasa, 27 Oktober 2015

Asisten Praktikum : Yuda Riansyah s.farm

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT D

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2015

Page 2: Modul 6 (Selesai)

I. Pendahuluan

Nyeri

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak

menyenangkan. Sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda

pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang

tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang

dialaminya (yulrina,risa,ika ,2014).

Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman,

berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. keadaan psikis sangat

mempengaruhi nyeri, misalnya emosi dapat menimbulkan sakit (kepala)

atau memperhebatnya, tetapi dapat pula menghindarkan sensasi

rangsangan nyeri. nyeri merupakan suatu perasaan seubjektif pribadi dan

ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang. batas nyeri untuk

suhu adalah konstan, yakni pada 44-45oC (Tjay, 2007).

Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala

yang berfungsi melindungi tubuh. Nyeri harus dianggap sebagai isyarat

bahaya tentang adanya ganguan di jaringan, seperti peradangan, infeksi

jasad renik, atau kejang otot. Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan

mekanis, kimiawi atau fisis dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan.

Rangsangan tersebut memicu pelepasan zat-zat tertentu yang disebut

mediator nyeri. Mediator nyeri antara lain dapat mengakibatkan reaksi 3

radang dan kejang-kejang yang mengaktivasi reseptor nyeri di ujung saraf

bebas di kulit, mukosa dan jaringan lain. Nocireseptor ini terdapat

diseluruh jaringan dan organ tubuh, kecuali di SSP. Dari sini rangsangan

di salurkan ke otak melalui jaringan lebat dari tajuk-tajuk neuron dengan

amat benyak sinaps via sumsumtulang belakang, sumsum lanjutan, dan

otak tengah. Dari thalamus impuls kemudian diteruskan ke pusat nyeri di

otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri (Tjay, 2007).

Semua senyawa nyeri (mediator nyeri) seperti histamine, bradikin,

leukotrien dan prostaglandin merangsang reseptor nyeri (nociceptor) di

ujung-ujung saraf bebas di kulit, mukosa serta jaringan lain dan demikian

Page 3: Modul 6 (Selesai)

menimbulkan antara lain reaksi radang dan kejang-kejang. Nociceptor ini

juga terdapat di seluruh jaringan dan organ tubuh, terkecuali di SSP. Dari

tempat ini rangsangan disalurkan ke otak melalui jaringan lebat dari tajuk-

tajuk neuron dengan sangat banyak sinaps via sumsum-belakang, sumsum-

lanjutan dan otak-tengah. Dari thalamus impuls kemudian diteruskan ke

pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri.

Mediator nyeri penting adalah amin histamine yang

bertanggungjawab untuk kebanyakan reaksi alergi (bronchokonstriksi,

pengembangan mukosa, pruritus) dan nyeri. Bradikinin adalah polipeptida

(rangkaian asam amino) yang dibentuk dari protein plasma. Prostaglandin

mirip strukturnya dengan asam lemak dan terbentuk dariasam

arachidonat. Menurut perkiraan zat-zat ini meningkatkan kepekaan ujung-

saraf sensoris bagi rangsangan nyeri yang diakibatkan oleh mediator

lainnya. Zat-zat ini berkhasiat vasodilatasi kuat dan meningkatkan

permeabilitas kapiler yang mengakibatkan radang dan udema. Berhubung

kerjanya serta inaktivasinya pesat dan bersifat local, maka juga dinamakan

hormon lokal. Mungkin sekali zat-zat ini juga bekerja sebagai mediator

demam (Tjay , 2010).

Rangsangan yang diterima oleh reseptor nyeri dapat berasal dari

berbagaifaktor dan dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Rangsangan Mekanik : Nyeri yang di sebabkan karena pengaruh

mekanikseperti tekanan, tusukan jarum,irisan pisau danlain-lain.

2. Rangsangan Termal : Nyeri yang disebabkan karena pengaruh suhu

Rata-rata manusia akan merasakannyeri jikamenerima panas diatas 45

C, dimana mulai padasuhu tersebut jaringan akan mengalami

kerusakan.

3. Rangsangan Kimia : Jaringan yang mengalami kerusakan akanmembeb

askan zat yang di sebut mediator yangdapat berikatan dengan reseptor

nyeri

antaralain: bradikinin, serotonin, histamin, asetilkolindanprostaglandin.

Bradikinin merupaka zat yang paling berperan dalam menimbulkan

Page 4: Modul 6 (Selesai)

nyeri karena kerusakan jaringan. Zat kimia lain yang berperandalam

menimbulkan nyeri adalah asam, enzim proteolitik, Zat dan ionK+ (ion

K positif ).

Proses Terjadinya Nyeri

Reseptor nyeri dalam tubuh adalah ujung-ujung saraf telanjang

yangditemukan hampir pada setiap jaringantubuh. Impuls nyeri dihantarkan

keSistem Saraf Pusat (SSP) melalui dua sistem Serabut. Sistem

pertamaterdiridari serabut Aδ bermielin halus bergaris tengah 2-5 µm,

dengankecepatan hantaran 6-30 m/detik. Sistem keduaterdiri dari serabut C

tak bermielin dengan diameter 0.4-1.2 µm, dengan kecepatan hantaran 0,5-

2m/detik.Serabut Aδ berperan dalam menghantarkan "Nyeri cepat"

danmenghasilkan persepsi nyeri yang jelas, tajamdan terlokalisasi,

sedangkanserabut C menghantarkan "nyeri Lambat" dan menghasilkan

persepsi samar-samar, rasa pegal dan perasaan tidak enak.Pusat nyeri

terletak di talamus,kedua jenis serabut nyeri berakhir pada neuron traktus

spinotalamus lateraldanimpuls nyeri berjalan ke atas melalui traktus ini ke

nukleus posteromidaventral dan posterolateral dari talamus.Dari sini impuls

diteruskan ke gyrus post sentral dari korteks otak.

Analgetik

Analgetika adalah obat-obat yang dapat mengurangi atau

menghilangkanrasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Analgetika pada

umumnyadiartikan sebagai suatu obat yang efektif untuk menghilangkan

sakit kepala,nyeri otot, nyeri sendi, dan nyeri lain misalnya nyeri pasca

bedah dan pasca bersalin, dismenore (nyeri haid) dan lain-

lain sampai pada nyeri hebat yangsulit dikendalikan. Hampir semua

analgetik ternyata memiliki efek antipiretikdan efek anti inflamasi.

(anonim,2010)

Atas dasar kerja farmakologisnya, analgetika dibagi dalam dua kelompok

besar, yakni :

Page 5: Modul 6 (Selesai)

a. Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak

bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Analgetika antiradang termasuk

kelompok ini.

Contoh :

MorfinHCl

Kodein

Fentanil HCl

Petidin dan

Tramadol

b. analgetika narkotik khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat,

seperti pada fractura dan kanker (Tjay, 2007).

Contoh :

Aspirin

Asam mefanamat

Parasetamol

Mekanisme Kerja Obat Analgesik

a.Analgesik Nonopioid/Perifer(Non-Opioid Analgesics)

Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada enzim, yaitu

enzim siklooksigenase (COX). COX berperan dalam sintesis mediator nyeri,

salah satunya adalah prostaglandin. Mekanisme umum dari analgetik jenis ini

adalah mengeblok pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi

enzim COX pada daerah yang terluka dengan demikian mengurangi

pembentukan mediator nyeri . Mekanismenya tidak berbeda dengan NSAID

dan COX-2 inhibitors. Efek samping yang paling umum dari golongan obat ini

adalah gangguan lambung usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal

serta reaksi alergi di kulit. Efek samping biasanya disebabkan oleh

penggunaan dalam jangka waktu lama dan dosis besar.

Page 6: Modul 6 (Selesai)

Berdasarkan rumus kimianya analgesik perifer digolongkan menjadi :

1) Golongan salisilat Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal

atau aspirin. Obat ini diindikasikan untuk sakit kepala, nyeri otot, demam

dan lain-lain. Saat ini asetosal makin banyak dipakai karena sifat anti

plateletnya. Asetosal adalah analgetik antipiretik dan anti inflamasi yang

sangat luas digunakan dan digolongkan dalam obat bebas. Masalah efek

samping yaitu perangsangan bahkan dapat menyebabkan iritasi lambung

dan saluran cerna dapat dikurangi dengan meminum obat setelah makan

atau membuat menjadi sediaan salut enterik (enteric-coated). Karena

salisilat bersifat hepatotoksik maka tidak dianjurkandiberikan pada

penderita penyakit hati yang kronis.(annonim,2010).

2) Golongan para aminofenolTerdiri dari fenasetin dan asetaminofen

(parasetamol). Tahun-tahunterakhir penggunaan asetaminofen yang di

Indonesia lebih terkenaldengan nama parasetamol meningkat dengan

pesat.Efek analgesik golongan ini serupa dengan salisilat

yaitumenghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang, dan

dapatmenurunkan suhu tubuh dalam keadaan demam, dengan

mekanismeefek sentral. Fenasetin karena toksisitasnya terhadap hati dan

ginjal saatini sudah dilarang penggunaannya.Efek samping parasetamol

dan kombinasinya pada penggunaandosis besar atau jangka lama dapat

menyebabkan kerusakanhati.(anonim,2010).

3) Golongan pirazolon (dipiron)Fenilbutazon dan turunnya saat ini yang

digunakan adalah dipironsebagai analgetik antipiretik, karena efek

inflamasinya lemah. Efeksamping semua derivat pirazolon dapat

menyebabkan agranulositosis,anemia aplastik dan

trombositopenia.Dibeberapa negara penggunaannya sangat dibatasi

bahkan dilarangkarena efek samping tersebut, tetapi di Indonesia frekuensi

pemakaiandipiron cukup tinggi meskipun sudah ada laporan mengenai

terjadinyaagranulositosis, anemia aplastik dan trombositopeniaDibeberapa

negara penggunaanya sangat dibatasi bahkan dilarangkarena efek samping

tersebut, tetapi di Indonesia frekuensi pemakaiandipiron cukup tinggi

Page 7: Modul 6 (Selesai)

meskipun sudah ada laporan mengenai terjadinyaagranulositosis.

Fenilbutazon digunakan untuk mengobati arthritisrheumatoid

(anonim :2010).

4) Golongan antranilat (asam mefenamat)Digunakan sebagai analgesik

karena sebagai anti inflamasi kurangefektif dibanding dengan aspirin. Efek

samping seperti gejala iritasimukosa lambung dan gangguan saluran cerna

seringtimbul.(anonim,2010)

b.Analgesik Opioid/Analgesik Narkotika

Mekanisme kerja utamanya ialah dalam menghambat

enzimsikloogsigenase dalam pembentukan prostaglandin yang dikaitkan

dengankerja analgesiknya dan efek sampingnya. Kebanyakan analgesik

OAINSdiduga bekerja diperifer . Efek analgesiknya telah kelihatan

dalam waktusatu jam setelah pemberian per-oral. Sementara efek

antiinflamasi OAINStelah tampak dalam waktu satu-dua minggu pemberian,

sedangkan efekmaksimalnya timbul berpariasi dari 1-4 minggu.Setelah

pemberiannya peroral, kadar puncaknya NSAID didalam dicapai dalam

waktu 3 jam setelah pemberian, penyerapannya umumnya

tidak dipengaruhi olehadanya makanan. Volume distribusinya relatif kecil (<

0.2 L/kg) danmempunyai ikatan dengan protein plasma yang tinggi biasanya

(>95%).Waktu paruh eliminasinya untuk golongan derivat arylalkanot sekitar

2-5 jam, sementara waktu paruh indometasin sangat berpariasi diantara

individu yang menggunakannya, sedangkan piroksikam mempunyai waktu

paruh paling panjang (45 jam) (Gilang, 2010).Harus hati-hati menggunakan

analgesik ini karena mempunyai risiko besar terhadap ketergantungan obat

(adiksi) dan kecenderungan penyalahgunaan obat. Obat ini hanya dibenarkan 

untuk pengobatan insidentil pada nyeri hebat (trauma hebat, patah tulang,

nyeri infark jantung,kolik batu empedu/batu ginjal).Tanpa indikasi kuat, tidak

dibenarkan penggunaannya secara kronik, disamping untuk mengatasi nyeri 

hebat, penggunaan narkotik diindikasikan pada kanker stadium lanjut karena

dapat meringankan penderitaan. Fentanil dan alfentanil umumnya digunakan

sebagai pramedikasi dalam pembedahan karena dapat memperkuat

Page 8: Modul 6 (Selesai)

anestesiumum sehingga mengurangi timbulnya kesadaran selama anestesi

(anonim,2010).

Penggolongan analgesik-narkotik adalah sebagai berikut :

- Alkaloid alam : morfin, codein

- Derivat semi sintetis : heroin

- Derivat sintetik : metadon,fentanil

- Antagonis morfin : nalorfin, nalokson dan pentazocin.(anonim,2010)

Teknik uji analgetik

Persyaratan untuk setiap metode berbeda-beda, sesuai dengan hewan

percobaan yang digunakan. Beberapa metode uji daya analgetik antara lain :

a.   Metode induksi secara kimia (metode siegmund)

Pada metode ini obat uji dinilai kemampuannya dalam menekan atau

menghilangkan rasa nyeri yang di induksi secara kimia pada hewan percobaan

mencit. Rasa nyeri ini pada mencit diperlihatkan dalam bentuk respon gerakan

geliat, frekuensi ini dalam waktu tertentu menyatakan derajat nyeri yang

dirasakannya (anonim, 1990).

b.   Metode induksi nyeri cara panas (metode hot plate)

Hewan percobaan ditempatkan di atas lempeng panas dengan suhu tetap

sebagai stimulus nyeri, akan memberikan respon dalam bentuk mengangkat

atau menjilat telapak kaki dengan atau meloncat. Selang waktu antara

pemberian stimulus nyeri dan terjadinya respon disebut waktu reaksi, dapat

diperpanjang dengan oba-obat analgetik. Perpanjangan waktu raksi ini

selanjutnya dapat dijadikan sebagai ukuran dalam mengevaluasi aktivitas

analgetik.

Inflamasi

Inflamasi merupakan suatu respons protektif normal terhadap luka

jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak,atau

zat- zat mikrobiologik.Inflamasi juga adalah usaha tubuh untuk

menginaktivasi atau merusak organismeyang menyerang, menghilangkan

zat iritan, dan mengatur derajat perbaikan jaringan. Namun, kadang-

kadang inflamasi tidak bias dicetuskan oleh suatu zat yang tidak berbahaya

Page 9: Modul 6 (Selesai)

seperti tepung sari, atau oleh suatu respons imun, seperti asma atau artritis

rematoid. Pada kasus seperti ini, reaksi pertahanan mereka sendiri

mungkin menyebabkan luka jaringan progresif,dan obat-obat antiinflamas

mungkin diperlukan untuk memodulasi proses peradangan.

(Tjay dan Kirana, 2002)

Obat antiinflamasi

Obat-obat antiinflamasi adalah obat yang memiliki aktivitas

menekan atau mengurangi peradangan. Aktivitas ini dapat dicapai melalui

berbagai cara yaitu menghambat pembenrukan mediator radang

prostaglandin, menghambat migrasi sel-sel leukosit ke daerah radang,

menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-sel tempat pembentukannya.

Berdasarkan mekanisme kerjanya obat-obat antiinflamasi terbagi ke dalam

golongan:

a. Antiinflamasi steroid

Bekerja dengan cara menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-sel

sumbernya, termasuk golongan obat ini antara lain: hidrokartison,

prednison, prednisolon, metil prednisolon, triamsolon, deksametason,dan

betametason. (Bowman,1980)

b. Antiinflamasi non steroid

Bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi

asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu. Termasuk golongan obat ini

adalah: aspirin,ibuprofen, naproksen, fenoprofen, indometasin, sulindak,

tolmetin, fenilbutazon, piroksikam, asam mefenamat,diflunisal. Indikasi

obat ini adalah penyakit-penyakit yang disertai radang terutama penyakit

rematik yang disertai peradangan. Efek samping yang sering terjadi adalah

induksi tukak lambung atau tukak paptik yang kadang-kadang disertai

anemia sekunder akibat perdarahan saluran cerna.

Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) merupakan obat yang dapat

mengurangi inflamasi dan meredakan nyeri melalui penekanan

pembentukan prostaglandin (PG) dengan cara menghambat enzim

cyclooxygenase (COX). OAINS merupakan salah satu obat yang paling

Page 10: Modul 6 (Selesai)

banyak diresepkan. Berdasarkan survey yang dilakukan di Amerika

Serikat, dilaporkan bahwa OAINS digunakan oleh 17 juta orang setiap

hari. Di laporan tersebut juga dinyatakan bahwa telah terdapat 100 juta

resep OAINS yang ditulis dengan omset penjualan sebesar USD 2 miliar

setiap tahun. (Santoso, 2008)

Gejala inflamasi yaitu terjadinya panas (kolor), kemerahan( rubor),

bengkak (tumor), nyeri (dolor), gangguan fungsi (fungsio laesa). (Tjay

dan Kirana, 2002) Gejala-gejala ini merupakan akibat dari meningkatnya

permeabilitas kapiler dan migrasi leukosit ke daerah jaringan yang

mengalami inflamasi seperti histamin, serotonin, bradikinin dan

prostaglandin. (Tjay dan Kirana, 2002)

Infeksi atau radang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Trauma mekanis (khususnya benturan)

b. Radiasi (sinar UV)

c. Kerusakan kimia langsung (bahan kimia kaustik dan korosif)

d. Kerusakan kimia tidak langsung (bahan pengawet dan bahan pewarna

makanan)

e. Organism pengganggu(virus,bakteri dan parasit

(Bowman, 1980)

Mekanisme terjadinya inflamasi

Terjadinya inflamasi dimulai dengan adanya stimulus yang

merusak jaringan mengakibatkan sel mast pecah dan terlepasnya mediator-

mediator inflamasi. Terjadi vasodilatasi dari seluruh pembuluh darah pada

darah inflamasi sehingga aliran darah meningkat. Terjadinya perubahan

volume arah dalam kapiler dan venula, yaitu menyebabkan sel-sel endotel

pembuluh darah meregang dan terjadi kenaikan permeabilitas pembuluh

darah, protein keluar dari pembuluh,timbullah edema. Infiltrasi leukosit ke

tempat inflamasi, pada tingkat awal infiltrasi oleh neutrofil, selanjutnya

infiltrasi oleh sel monosit. Kedua jenis leukosit ini berasal dari pembuluh

darah, melengket pada dindingendotelium venula kemudian menuju daerah

Page 11: Modul 6 (Selesai)

inflamasi dan memfagositisit penyebab inflamasi. Secara kronologik jenis

inflamasi ini termasuk tipe inflamasi akut.

( Katzung,2002)

Kargenan

Karagenan merupakan suatu ekstrak kering ganggang laut merah

(Rhodopyceae) yang diperoleh dari spesies Chondrus crispus. Ekstrak

berwarna kuning kecoklatan sampai putih, sedikit berbau dan memberi

rasa berlendir pada lidah, larut sempurna dalam air panas yang bersifat

kental. Komposisi dari karagenan mengandung senyawa derivat

mukopolisakarida yaitu poligalaktosa sulfat.

Karagenan sebagai zat penginduksi inflamasi karena karagenan

merupakan zat yang paling banyak digunakan untuk menguji aktivitas anti

inflamasi dari suatu obat. Selain itu karagenan juga tidak menyebabkan

kerusakan jaringan pada kaki mencit.

Ada 3 fase pembentukan udem yang didinduksi oleh karagenan. :

- Fase pertama adalah pelepasan histamine dan serotonin yang berlngsung

hingga 90 menit.

- Fase kedua adalah pelepasan bradikinin yang terjadi pada 1,5 hingga 2,5

jam setelah induksi

- Fase ketiga adalah terjadi pelepasan prostaglandin pada 3 jam setelah

induksi,kemudian udem berkembang cepat dan bertahan pada volume

maksimal sekitar 5 jam setelah induksi.(Zubaidi,1975)

Metode carrageenin sebagai penginduksi udema pada tapak kaki

Mencit jantan galur ICR (18-25 gr) dipuasakan 24 jam sebelum

masa percobaan dengan tetap diberi minum. 50 µl suspensi 1% karagenan

dilarutkan dalam larutan salin dinjeksikan pada tapak kaki kanan

mencit.Sampel dan indometasin dilarukan dalam tween 80 plus 0.9% (w/v)

larutan salin. Konsentrasi final dari tween 80 tidak boleh lebih dari 5% dan

tidak menyebabkan inflamasi yng berarti. 2 jam sebelum dinduksi,

Page 12: Modul 6 (Selesai)

diberikan sampel dengan 2 tingkatan dosis secara oral. Indometasin (10

mg/kg ip)  diinjeksikan 90 menit sebelum induksi. Udema pada tapak kaki

segera dihitung setlah injeksi karagenan (interval waktu 1,2,3,4,5,6 jam)

dengan menggunakan pletismometer. Derajat udema dievaluasi dengan

rasio a/b

a= volume tapak kaki kanan setelh induksi karagenan

b= volume tapak kaki kanan sebelum induksi karagenan

metode induksi karagenan

induksi udem dilakukan pada kaki hewan uji,dalam hal ini tikus

disuntikkan suspensi karagenan secara subplantar.abat uji diberikan secara

oral.volume udem kaki diukur dengan menggunakan alat

plestismometer.aktivitas inflamasi obat uji ditunjukkan oleh kemampuan

obat uji mengurangi udem yang diinduksi pada telapak kaki hewan uji.

(Zubaidi,1975)

II. Tujuan

- Mengenal berbagai cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek

analgetika-antiinflmasi suatu obat

- Memahami dasar-dasar perbedaan efektivitas analgetika-antiinflamasi

suatu obat

III. Bahan dan Alat

Bahan :

- Asam asetat 1% (dilarutkan dalam Nacl fisiologis)

- Air panas

- Larutan Kargenan

- Parasetamol

- Asam mefenamat

- Piroksikam

- Aspirin

Page 13: Modul 6 (Selesai)

- Dexametason

- Tramadol

Alat :

- Alat suntik 1 mL

- Timbangan mencit

- Stopwatch

- Sonde oral

- Alat siegmund

- Pletysmometer

- Spidol

Hewan :

- Mencit, tikus putih sekelamin yang telah dipuasakan 18 jam tetapi tetap

diberi minum

-

IV. Prosedur Percobaan

A. Uji Aktivitas Analgetika dengan Metode Siegmund (Induksi Kimia)

Disiapkan 6 ekor mencit, setiap mencit diberikan sediaan yang berbeda

- Mencit 1 : kontrol (diberi suspensi CMC Na)

- Mencit 2 : diberi aspirin

- Mencit 3 : diberi parasetamol

- Mencit 4 : diberi asam mefenamat

- Mencit 5 : diberi piroksikam

- Mencit 6 : diberi tramadol

Semua hewan diberikan sediaan uji dengan rute oral, dengan kekuatan dosis

0,65 mL /20 gr BB mencit.

Page 14: Modul 6 (Selesai)

Setelah 30 menit, mencit diinduksi nyeri dengan menggunakan asam asetat

1% yang diberikan secara intra peritoneal sebanyak 0,5 mL/20 gr BB mencit.

Kemudian mencit ditempatkan dalam bejana pengamatan, untuk diamati

gerak geliatnya.

Jumlah geliat dicatat setiap 5 menit selama 60 menit. Nyeri ditunjukkan

dalam bentu minimum 1-2 geliatan, yaitu kedua pasang kaki kedepan dan

kebelakang serta perut menekan lantai yang muncul dalam waktu maksimum

10 menit setelah penyuntikan.

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel.

Daya proteksi setiap sediaan uji terhadap rasa nyeri dihitung dengan

persamaan berikut :

% P=100−⌊ JGuJGk

⌋×100 %

Keterangan :

% P = Daya proteksi dinyatakan dalam persen proteksi

Jgu = Jumlah geliat kelompok uji

JGk = Jumlah geliat kelompok kontrol

Selanjutnya dihitung evektivitas analgetik, masing-masing untuk parasetamol,

asam mefenamat dan piroksikam, dibandingkan terhadap aspirin dengan

persamaan berikut :

% E=(% Pu% Pa )× 100 %

Keterangan :

% E = Efektivitass analgetik dinyatakan dalam persen efektivitass

analgetik

Page 15: Modul 6 (Selesai)

Pu = Proteksi zat uji

PAAS = Proteksi aspirin

B. Uji aktivitas analgetika dengan metode jentik ekur (Induksi panas)

6 ekur mencit disiapkan, Diberikan sediaan berbeda bagi setiap mencit

Diberi sediaan rute oral bagi setiap hewan

Setelah 30 menit, Ekor mencit dimasukkan ke dalam penangas air pada

suhu 50 ˚c

Respon nyeri timbul berupa sentakan ekor keluar dari penangas air, Diukur

waktu yang diperlukan samapai ekor tersentak ke luar

Dilakukan setiap 10 menit selama 120 menit(bila selama 15 detik

pengujian tidak menunjukkan reaksi nyeri maka waktu pengamatan

dianggap 15 detik)

Parameter waktu yang teramati antarperlakuan dibandingkan untuk

membanding efek obat uji

C. Uji Aktivitas Antiinflamasi

Diberi tandai kaki mencit atau tikus yang akan diberi perlakuan secara

melingkar dengan spidol sebatas mata kaki

Page 16: Modul 6 (Selesai)

Ukur volume kaki normal dengan cara mencelupkan kaki hewan kedalam

air raksa pada pletysmometer sampai batas yang telah ditandai

Catat angka yang dicapai oleh air raksa pada skala (Vo)

2 ekor hewan yang digunakan dan masing-masing mendapat sediaan yang

berbeda:

Hewan 1 : diberi piroksikam

Hewan 2 : diberi deksametason

Setiap hewan diberi sediaan uji secara oral

Setelah 30 menit, hewan diinduksi inflamasi dengan menyuntikkan 0,05

mL (untuk mencit) atau 0,1 mL (untuk tikus) larutan karagenan 1 % secara

intraplantar (pada salah satu telapak kaki)

Diukurkan volume kaki kembali dengan mengunakan alat pletysmometer

sesaat setelah induksi

Catat volume kaki pada setiap waktu pengamatan

Diulang setiap 30 menit selama 2 jam (Vt)

Bandingkan nilai Vu pada setiap waktu pengamatan untuk membandingkan

efek antiinflamasi kedua sediaan uji

Page 17: Modul 6 (Selesai)

V. Hasil Pengamatan dan Pengolahan Data

Data pengamatan :

A. Uji aktivitas analgetika dengan metode siegmud (induksi kimia)

Konsentrasi obat : 0,65 mL/ 20 g bb

No hewan Bahan uji Bobot badan

(gram)

Volume pemberian

(mL)

1 Mencit 1 Kontrol (CMC-Na) 21 0,6825

2 Mencit 2 Aspirin 26 0,845

3 Mencit 3 Parasetamol 21 0,6825

4 Mencit 4 Asam mefenamat 22 0,4225

5 Mencit 5 Piroksikam 25 0,8125

6 Mencit 6 Tramadol 24 0,744

Perhitungan :

Mencit 1 (kontrol CMC-Na)

Volume pemberian = 21 gram20 gram

× 0,65 mL = 0,6825 mL

Mencit 2 (aspirin)

Volume pemberian = 26 gram20 gram

× 0,65 mL = 0,845 mL

Mencit 3 (parasetamol)

Volume pemberian = 21 gram20 gram

× 0,65 mL = 0,6825 mL

Mencit 4 (asam mefenamat)

Volume pemberian = 22 gram20 gram

× 0,65 mL = 0,4225mL

Mencit 5 (piroksikam)

Volume pemberian = 25 gram20 gram

× 0,65 mL = 0,8125 mL

Mencit 6 (tramadol)

Volume pemberian = 24 gram20 gram

×0,65 mL = 0,744 mL

Page 18: Modul 6 (Selesai)

No Bahan Uji Waktu (menit)

5 10 15 20

1 Kontrol CMC-Na 2 9 24 20

2 Aspirin 3 4 3 6

3 Parasetamol 19 11 6 6

4 Asam mefenamat 0 0 0 0

5 Piroksikam 14 24 6 6

6 Tramadol 9 7 5 2

No Bahan Uji Waktu (menit)

25 30 35 40

1 Kontrol CMC-Na 34 25 19 18

2 Aspirin 8 11 7 4

3 Parasetamol 6 3 3 4

4 Asam mefenamat 0 0 0 4

5 Piroksikam 4 5 5 3

6 Tramadol 3 4 7 2

No Bahan Uji Waktu (menit)

45 50 55 60

1 Kontrol CMC-Na 15 9 8 8

2 Aspirin 1 7 6 7

3 Parasetamol 4 5 3 3

4 Asam mefenamat 2 2 2 2

5 Piroksikam 3 1 2 1

6 Tramadol 1 3 2 3

Page 19: Modul 6 (Selesai)

Perhitungan Rata-rata

Rata−rata= Jumla h geiat5

- Kontrol

Rata−rata=895

¿17,8

- Aspirin

Rata−rata=255

¿4,8

- Parasetamol

Rata−rata=485

¿9,6

- Asam Mefenamat

Rata−rata=05

¿0

- Piroksikam

Rata−rata=545

¿10,8

- Tramadol

Rata−rata=265

¿5,2

Perhitungan Daya Proteksi (%P)

% P=100−⌊ JGuJGk

⌋×100 %

Page 20: Modul 6 (Selesai)

Keterangan :

% P = Daya proteksi dinyatakan dalam persen proteksi

Jgu = Jumlah geliat kelompok uji

JGk = Jumlah geliat kelompok kontrol

- Aspirin

% P=100−⌊ 4,817,8

⌋×100 %

¿100−0,2697

¿99,703

- Parasetamol

% P=100−⌊ 9,617,8

⌋×100 %

¿100−0,5393

¿99,4607

- Asam Mefenamat

% P=100−⌊ 017,8

⌋×100 %

¿100−0

¿100

- Piroksikam

% P=100−⌊ 10,817,8

⌋×100 %

¿100−0,6067

¿99,3933

- Tramadol

% P=100−⌊ 5,217,8

⌋×100 %

¿100−0,2921

¿99,7079

Perhitungan Efek Analgetik (%E)

% E=(% Pu% Pa )× 100 %

Keterangan :

Page 21: Modul 6 (Selesai)

% E = Efektivitass analgetik dinyatakan dalam persen

efektivitass analgetik

Pu= Proteksi zat uji

PAAS = Proteksi aspirin

- Parasetamol

% E=(% Pu% Pa )× 100 %

= 99,460799,703

= 0,9976

- Asam Mefenamat

% E=(% Pu% Pa )× 100 %

= 100

99,703

= 1,0094

- Piroksikam

% E=(% Pu% Pa )× 100 %

= 99,393399,703

= 0,9969

- Tramadol

% E=(% Pu% Pa )× 100 %

= 99,707999,703

= 1

Grafik

B. Uji aktivitas analgetika dengan metode jentik ekor (induksi panas)

Konsentrasi obat : 0,65 mL/ 20 g bb

No hewan Bahan uji Bobot badan Volume pemberian

Page 22: Modul 6 (Selesai)

(gram)

(mL)

1 Mencit 1 Kontrol (CMC-Na) 25 0,8125

2 Mencit 2 Aspirin 24 0,744

3 Mencit 3 Parasetamol 26 0,845

4 Mencit 4 Asam mefenamat 30 0,975

5 Mencit 5 Piroksikam 27 0,8775

6 Mencit 6 Tramadol 26 0,845

Perhitungan :

Mencit 1 (kontrol CMC-Na)

Volume pemberian = 25 gram20 gram

× 0,65 mL = 0,8125 mL

Mencit 2 (aspirin)

Volume pemberian = 24 gram20 gram

×0,65 mL = 0,744 mL

Mencit 3 (parasetamol)

Volume pemberian = 26 gram20 gram

× 0,65 mL = 0,845 mL

Mencit 4 (asam mefenamat)

Volume pemberian = 30 gram20 gram

× 0,65 mL = 0,975 mL

Mencit 5 (piroksikam)

Volume pemberian = 27 gram20 gram

× 0,65 mL = 0,8775 mL

Mencit 6 (tramadol)

Volume pemberian = 26 gram20 gram

× 0,65 mL = 0,845 mL

5 10 15 20 2505

10152025303540Grafik Perbandingan Waktu Terhadap Jumlah Geliat

Mencit

KontrolAspirinParasetamolAsam MefenamatPiroksikamTramaol

jum

lah

gelia

t (ka

li)

Page 23: Modul 6 (Selesai)

No Bahan Uji Waktu (menit)

10 20 30 40

1 Kontrol CMC-Na 4 3,5 3 2

2 Aspirin 4 4 2 4

3 Parasetamol 15 15 15 15

4 Asam mefenamat 15 12 13 10

5 Piroksikam 15 14 15 14

6 Tramadol 15 15 15 15

No Bahan Uji Waktu (menit)

50 60 70 80

1 Kontrol CMC-Na 3 2 3 3

2 Aspirin 2 5 4 3

3 Parasetamol 15 15 15 15

4 Asam mefenamat 9 11 15 7

5 Piroksikam 15 10 6 10

6 Tramadol 15 15 15 15

No Bahan Uji Waktu (menit)

90 100 110 120

1 Kontrol CMC-Na 2 3 2 3

2 Aspirin 2,5 5 4 1,5

3 Parasetamol 12 15 10 4

4 Asam mefenamat 14 8 4 4

5 Piroksikam 8 7 4 4

6 Tramadol 15 15 15 15

Page 24: Modul 6 (Selesai)

Grafik

T0 T20

T30

T40

T50

T60

T70

T80

T90

T100

T110

T120

0

2

4

6

8

10

12

14

16

kontrolaspirin parasetamolasam mefenamatpiroksikamtramadol

C. Uji aktivitas antiinflamasi

Konsentrasi obat : 1 mL/ 200 g bb

No Hewan Bahan uji Bobot badan

(gram)

Volume pemberian

(mL)

1 Tikus 1 Kontrol CMC-Na 304 1,52

2 Tikus 2 Dexametason 205 1,02

Perhitungan :

Tikus 1 (kontrol CMC-Na)

Volume pemberian = 304 gram200 gram

×1 mL = 1,52 mL

Pemberian secara oral volume pemberian maksimal 1 mL

Tikus 2 (dexametason)

Volume pemberian = 205 gram200 gram

× 1mL = 1,02 mL

Pemberian secara oral volume pemberian maksimal 1 mL

No Bahan uji Waktu

0 30 60 90 120

1 Kontrol CMC-Na 0,06 mL 0,08 mL 0,08 mL 0,09 mL 0,07 mL

2 Dexametason 0,07 mL 0,08 mL 0,07 mL 0,07 mL 0,07 mL

Page 25: Modul 6 (Selesai)

Grafik

T0 T30 T60 T90 T1200

0.010.020.030.040.050.060.070.080.09

0.1

kontroldeksametason

VI. Pembahasan

Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman,

berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. Rasa sakit atau nyeri

merupakan pertanda ada bagian tubuh yang bermasalah. Yang merupakan

suatu gejala, yang fungsinya adalah melindungi serta memberikan tanda

bahaya tentang adanya gangguan-gangguan di dalam tubuh seperti peradanga

(rematik, encok), infeksi kuman atau kejang otot. Rasa nyeri timbul karena

adanya rangsangan mekanis atau kimiawi, yang dapat menimbulkan kerusakan

pada jaringan dan melepaskan zat-zat tertentu yang disebut mediator (erantara)

nyeri seperti bradikinin, histamin, serotonin, dan prostaglandin.

Analgetik adalah bahan atau obatyang digunakan untuk menekan

ataumengurangi rasa sakit atau nyeri tanpamenyebabkan hilangnya kesadaran.

Obat analgetik dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu obat golongan opioid dan

NSAID. Golongan Opioid bekerja pada sistem saraf pusat, digunakan untuk

mengurangi rasa sakit yang sedang sampai berat. Sedangkan golongan NSAID

bekerja di reseptor saraf perier dan sistem saraf pusat, menghilangkan rasa

nyeri ringan sampai sedang.

Pada percobaan dilakukan pengujian aktivitas analgetika terhadap mencit,

dengan menggunakan berbagai macam sediaan uji yaitu aspirin, parasetamol,

asam mefenamat, piroksikam dan tramadol. Tujuan dari percobaan ini adalah

untuk mengetahui dan membandingkan daya analgetika dari obat

Page 26: Modul 6 (Selesai)

menggunakan metode siegmund (induksi kimia). Metode induksi kimia

digunakan berdasarkan atas rangsang nyeri yang ditimbulkan oleh zat-zat

kimia yang digunakan untuk penetapan daya analgetika. Alasan hewan yang

digunakan adalah mencit kaena mudah diperoleh, relatif murah, dan sering

digunakan untuk uji analgesik senyawa.Sebagai kontrol untuk uji aktivitas

analgesik digunakan suspensi CMC Na.

Semua hewan diberikan sediaan uji dengan secara oral tujuannya agar obat

larut dalam mulut dan menghasilkan efek sistemik setelah terjad absorbsi pada

berbagai permukaan sepanjang saluran cerna. Setelah 30 menit mencit

diinduksi nyeri dengan menggunakan asam asetat 1%, yang diberikan secara

intraperitoneal yaitu dengan cara disuntuikkan dalam rongga peritonium agar

cepat diabsorpsi, sehingga reaksi obat akan cepat terlihat. Pemberian

dilakukan secara intraperitoneal karena untuk mrncegah penguraian asam

asetat saat melewati jaringan fisiologik pada organ tertentu. Dan laruran asam

asetat dikhawatirkan dapat merusak jaringan tubuh jika diberikan melalui rute

lain, misalnya per oral, karena sifat kerongkongan cenderung bersifat tidak

tahan terhadap pengaruh asam.Larutan asam asetat diberikan setelah 30 menit,

ini bertujuan agar obat yang telah diberikan sebelumnya sudah mengalami fase

absorbsi untuk meredakan rasa nyeri.

Di gunakan asam asetat yang merupakan asam lemah yang pada dasarnya

bersifat mengiritasi dan dapat membuat luka yang dapat menimbulkan rasa

sakit/ nyeri, tetapi senyawa ini merusak jaringan lebih sedikit atau tidak

permanen bila dibandingkan dengan menggunakan asam atau basa kuat seperti

asam klorida, dan sebagainya.Tujuan pemberianasam asetat adalah untuk

menimbulkan rangsang nyeri melalui rangsang kimia. Pemberian bahan kimia

tertentu akan merusak jaringan sehinggan memicu keluarnya / terlepasnya

mediator- mediator nyeri seperti bradikinin, prostaglandin dari jaringan yang

rusak yang kemudian merangsang reseptor nyeri di ujung – ujung saraf perifer

yang selanjutnya diteruskan ke pusat nyeri di korteks serebri yang oleh saraf

sensoris melalui sumsum tulang belakang dan talamus yang kemudian berupa

rasa nyeri sebagai akibat dari rangsang otak tersebut.Asam asetat yang berupa

Page 27: Modul 6 (Selesai)

rangsangan kimiawi menyebabkan kerusakan membran sel, sehingga enzim

fosfolipase diaktifkan untuk mengubah fosfolipid dalam membran sel menjadi

asam arakidonat. Asam arakidonat selanjutnya mengalami perubahan melalui

beberapa jalur, yaitu: (1) siklooksigenase (COX), memperantarai

pembentukkan prostaglandin dan tromboxan, (2) lipoksigenase, memperantarai

pembentukkan leukotrin dan lipoksin.

Setelah diberikan asam asetat, selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap

gerak geliatnya ditandai dengan perut kejang dan kaki ditarik ke belakang.

Jumlah geliat mencit dihitung setiap 5 menit selama 60 menit. Prostaglandin

meyebabkan sensitisasi reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi

sehingga prostaglandin dapat menimbulkan keadaan hiperalgesia, kemudian

mediator kimiawi seperti bradikinin dan histamin merangsangnya dan

menimbulkan nyeri yang nyata, sehingga mencit akan menggeliatkan kaki

belakang saat efek dari penginduksi ini bekerja.

Jumlah geliat mencit 1 yang diberi kontrol yaitu suspensi CMC-Na

semakin meningkat sampai T25. Namun, pada waktu T30 – T60 jumlah geliat

mulai tidak berarturan, sehingga data waktu yang digunakan untuk seluruh

hewan uji hanya sampai T25. Volume pemberian yang diberikan adalah 0,682

mL yang dihitung berdasarkan berat badan mencit. Jumlah geliat rata-rata yang

diperoleh sampai T25 adalah 17,8. Grafik yang dihasilkan pada kontrol adalah

meningkat.

Jumlah geliat mencit 2 yang diberi aspirin mengalami peningkatan dan

penurunan, sehingga dapat dikatakan tidak stabil. Rata-rata jumlah geliatnya

adalah 4,8, %P yang dihasilkan 99,703% sehingga grafik yang dihasilkan

menjadi turun naik. Asam asetil salisilat (Aspirin) adalah obat analgetik anti

piretik dan antiinflamasi yang digolongkan dalam obat bebas. Salisilat

bermanfaat untuk mengobati nyeri yang tidak spesifik misalnyasakit kepala,

nyeri sendi, nyeri haid, neuralgia,dan mialgia. Intoksikasi salisilatsering

digunakan untuk mengobati segala keluhan ringan dan tidak berartisehingga

banyak terjadi penyalahgunaan (missue).Pada pemberian oral, sebagian

salisilat diabsorbsi dengan daya absorbsi 70%dalam bentuk utuh dalam

Page 28: Modul 6 (Selesai)

lambung, tetapi sebagian besar absorbsi terjadi dalam usus halus bagian atas.

Sebagian AAS dihidrolisa, kemudian didistribusikan ke seluruh

tubuh.SediaanOAINS memiliki aktivitas penghambat radang dengan

mekanisme kerjamenghambat biosintesis prostaglandin dari asam arakhidonat

melaluipenghambatan aktivitas enzim siklooksigenase. Berbeda dengan

OAINS lainnya, asam aseti salisilat merupakan inhibitor irreversibel

siklooksigenase (COX). Kerusakan yang terjadi pada sel dan jaringan karena

adanya noksi akan membebaskan berbagai mediator substansi radang. Asam

arakhidonat mulanyamerupakan komponen normal yang disimpan pada sel

dalam bentuk fosfolipiddan dibebaskan dari sel penyimpan lipid oleh asil

hidrosilase sebagai responadanya noksi . Asam arakidonat kemudian

mengalami metabolisme menjadi duaalur. Alur siklooksigenase yang

membebaskan prostaglandin, prostasiklin,tromboksan. Alur lipoksigenase yang

membebaskan leukotrien dan berbagaisubstansi seperti HPETE

(Hydroperoxieicosatetraenoic).Prostaglandin yang dihasilkan melalui jalur

siklooksigenase berperan dalamproses timbulnya nyeri, demam dan reaksi-

reaksi peradangan. Selain itu,prostaglandin juga berperanan penting pada

proses-proses fisiologis normal dan pemeliharaan fungsi regulasi berbagai

organ. Pada selaput lendir saluranpencernaan, prostaglandin berefek protektif

dengan meningkatkan resistensiselaput lendir terhadap iritasi mekanis, osmotis,

termis atau kimiawi. Karenaprostaglandin berperan dalam proses timbulnya

nyeri, demam, dan reaksiperadangan, maka AAS melalui penghambatan

aktivitas enzim siklooksigenasemampu menekan gejala-gejala tersebut.

Jumlah geliat mencit 3yang diberi parasetamol mengalami penurunan,

sehingga dapat dikatakan bahwa parasetamol memiliki daya analgetik. Rata-

rata jumlah geliatnya adalah 9,6, %P yang dihasilkan 99,4607% dan %E

0,9976 sehingga grafik yang dihasilkan menurun. Parasetamol (asetaminofen)

merupakan obat analgetik non narkotik dengan cara kerja menghambat sintesis

prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP). Parasetamol adalah

paraaminofenol yang merupakan metabolit fenasetin dan telah digunakan sejak

tahun 1893. Parasetamol (asetaminofen) mempunyai daya kerja analgetik,

Page 29: Modul 6 (Selesai)

antipiretik, tidak mempunyai daya kerja anti radang dan tidak menyebabkan

iritasi serta peradangan lambung. Hal ini disebabkan Parasetamol bekerja pada

tempat yang tidak terdapat peroksid sedangkan pada tempat inflamasi terdapat

lekosit yang melepaskan peroksid sehingga efek anti inflamasinya tidak

bermakna. Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai sedang, seperti

nyeri kepala, mialgia, nyeri paska melahirkan dan keadaan lain. Parasetamol,

mempunyai daya kerja analgetik dan antipiretik sama dengan asetosal,

meskipun secara kimia tidak berkaitan. Tidak seperti asetosal, parasetamol

tidak mempunyai daya kerja anti radang, dan tidak menimbulkan iritasi dan

pendarahan lambung.

Efek analgesik Parasetamol dan Fenasetin serupa dengan Salisilat yaitu

menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya

menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek

sentral seperti salisilat. Parasetamol menghambat siklooksigenase sehingga

konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu. Setiap obat

menghambat siklooksigenase secara berbeda. Parasetamol menghambat

siklooksigenase pusat lebih kuat dari pada aspirin, inilah yang menyebabkan

Parasetamol menjadi obat antipiretik yang kuat melalui efek pada pusat

pengaturan panas. Parasetamol hanya mempunyai efek ringan pada

siklooksigenase perifer. Inilah yang menyebabkan Parasetamol hanya

menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol

tidak mempengaruhi nyeri yang ditimbulkan efek langsung prostaglandin, ini

menunjukkan bahwa parasetamol menghambat sintesa prostaglandin dan bukan

blokade langsung prostaglandin. Obat ini menekan efek zat pirogen endogen

dengan menghambat sintesa prostaglandin, tetapi demam yang ditimbulkan

akibat pemberian prostaglandin tidak dipengaruhi, demikian pula peningkatan

suhu oleh sebab lain, seperti latihan fisik.

Jumlah geliat mencit 4yang diberi asam mefenamat tidak menghasilkan

respon geliat, sehingga dapat dikatakan bahwa asam mefenamat memiliki

aktivitas analgetik yang kuat. Rata-rata jumlah geliatnya adalah 0, %P yang

dihasilkan 100%, dan %E yang dihasilkan adalah 1,0094 sehingga grafik yang

Page 30: Modul 6 (Selesai)

dihasilkan konstan. Asam mefenamat merupakan kelompok antiinflamasi

nonsteroid bekerja dengan cara menghambat sintesa prostaglandin dalam

jaringan tubuh dengan menghambat enzyme siklooksignase sehingga

mempunyai efek analgesic, antiinflamasi, dan antipiretik. Berfungsi sebagai

penghilang rasa nyeri dari ringan sampai sedang dalam kondisi akut atau

kronik, terrmasuk nyeri karna trauma, nyeri sendi, nyeri otot, sakit sehabis

melahirkan dan oprasi, nyeri sewaktu haid, sakit kepala dan sakit gigi danjuga

sebagai antipiretik pada keadaan demam.

Jumlah geliat mencit 5 yang diberi piroksikam menghasilkan respon geliat

yang menurun, sehingga dapat dikatakan bahwa asam mefenamat memiliki

aktivitas analgetik. Rata-rata jumlah geliatnya adalah 10,8, %P yang dihasilkan

99,3933 % dan %E 0,9969 sehingga grafik yang dihasilkan menurun.

Piroksikam merupakan salah satu derivat oksikam, dan merupakan obat anti

inflamasi non steroid (AINS) yang berkhasiat sebagai antiinflamasi, analgesik

dan antipiretik, dengan gugus 4-hidroksi-1,2-benzotiazin karboksamida.

Piroksikam digunakan untuk pengobatan rematik, arthritis, gout akut,

spondilitis ankilosa serta menghilangkan rasa nyeri. Mekanisme piroksikam

sebagai AINS melalui inhibisi enzim siklooksigenase, sehingga proses inversi

asam arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu.

Jumlah geliat mencit 6 yang diberi tramadol tidak menghasilkan respon

geliat yang menurun, sehingga dapat dikatakan bahwa tramadol memiliki

aktivitas analgetik. Rata-rata jumlah geliatnya adalah 5,2, %P yang dihasilkan

99,7079%, dan %E yang dihasilkan adalah 1 sehingga grafik yang dihailkan

menurun. Tramadol merupakan analgetik yang bekerja di sentral yang

memiliki afinitas sedang pada reseptor mu(μ) dan afinitasnya lemah pada

reseptor kappa dan delta opioid.Obat golongan opioid sendiri telah banyak

digunakan sebagai obat anti nyeri kronis dan nyeri non-maligna.Tramadol

tergolong dalam opioid sintetik lemah, sehingga dapat berikatan dengan

reseptor morfin pada tubuh manusia. Obat ini memiliki efektifitas yang sama

dengan morfin atau miperidin walaupun reseptor tramadol berjumlah lebih

sedikit.Tramadol mengikat reseptor μ-opiod, sehingga menyebabkan potensi

Page 31: Modul 6 (Selesai)

kerja tramadol menjadi lebih rendah bila dibandingkan dengan morfin.

Reseptor opioid akan diaktifkan oleh peptide endogen dan juga eksogen ligand.

Reseptor-reseptor ini terdapat pada banyak organ, seperti thalamus, amygdala

dan juga ganglia dorsalis. Melalui pengikatan dengan neuron dopaminergik

maka akan memodulasi terjadinya hiperkarbia, hipoksemia, miosis dan juga

pengurangan motilitas pada saluran cerna. Di hati, obat ini akan mengalami

konversi menjadi O-dysmetil tramadol, yang merupakan metabolit aktif yang

memiliki pontensi kerja yang lebih besar dibandingkan dengan tramadol. Obat

ini dieksresi melalui ginjal. Dibandingan dengan analgesik NSAID, Tramadol

lebih aman untuk digunakan karena tidak memiliki efek yang serius terhadap

pencernaan, sistem koagulasi, dan ginjal.

Jadi dapat disimpulkan bahwa obat yang memiliki daya proteksi paling

baik adalah asam mefenamat dengan daya proteksi yang dihasilkan yaitu

100%, selanjutnya tramadol dengan daya proteksi 99,7079%, aspirin dengan

daya proteksi 99,703 %, parasetamol dengan daya proteksi 99,4607, dan

piroksikam dengan daya proteksi 99,3933%.

Setelah dilakukan percobaan didapatkan hasil bahwa urutan obat yang

memiliki efek analgetik paling tinggi atau kuat adalahasam mefenamat dengan

efek analgetik 1,0094, tramadoldengan efek analgetik 1, parasetamol dengan

efek analgetik 0,9976, dan piroksikam dengan efek analgetik 0,9969.

Namun hasil ini kurang sesuai dengan teori, karena yang seharusnya

memiliki efek analgetik yang lebih kuat adalah tramadol, bukan asam

mefenamat. Karena tamadol merupakan obat analgetika kuat yang merupakan

turunan dari salah satu senyawa golongan narkotika, bekerja pada reseptor

opiat. Seharusnya asam mefenamat memberikan efek analgetik yang lebih

ringan, karena disebabkan oleh sifat asam dan efek samping nyeri pada

lambung. Sehingga dengan sifat dan efek sampingnya ini justru dapat

meningkatkan nyeri pada lambung mencit.

Perbedaan hasil yang diperoleh dengan teori, dapat disebabkan beberapa

faktor, yaitu ketika sudah 30 menit setelah pemberian analgetik, tidak segera

disuntikan asam asatet sehingga efek obat analgetiknya sudah berkurang, faktor

Page 32: Modul 6 (Selesai)

fisiologis dari mencit, pada saat penyuntikan ada larutan yang tumpah sehingga

mengurangi dosis obat analgetik yang diberikan, pengambilan larutaan stock

yang tidak dikocokdahulu, sehingga dosis yang diambil tiap spuit berbeda,

karena larutan stock yang dibuat adalah bentuk sediaan suspensi, seharusnya

dalam pengambilan dikocok terlebih dahulu, agar bahan obat yang diambil,

bukan hanya larutannya.

Berdasarkan hasil percobaan pemberian obat analgetik yang berbeda pada

hewan uji mencit akan mempengaruhi frekuensi geliat mencit, sesuai dengan

efektivitas obat sebagai analgetik, yaitu asam mefenamat> tramadol >

paracetamol >piroksikam. Walaupun hasil tersebut tidak sesuai dengan teori.

Pada percobaan dilakukan pengujian aktivitas analgetika terhadap mencit

dengan metode jentik ekor. Yaitu dengan melihat refleks mencit menjentikan

ekornya dalam waktu kurang dari sama dengan 15 detik setelah diberikan

sediaan uji. Sediaan uji yang digunakan pada percobaan ini meliputi CMC-

Na, Aspirin, Parasetamol, Asam Mefenamat, Piroksikam dan Tramadol.

Alasan hewan yang digunakan adalah mencit kaena mudah diperoleh, relatif

murah dan sering digunakan untuk pengujian efek analgesik suatu senyawa.

Pertama, disiapkan 6 ekor mencit. Setiap mencit diberikan sediaan yang

berbeda, yaitu suspensi CMC-Na sebagai kontrol untuk mencit 1, Aspirin

untuk mencit 2, Parasetamol untuk mencit 3, Asam Mefenamat untuk mencit

4, Piroksikam untuk mencit 5 dan Tramadoluntuk mencit 6. Tujuan dari

pemberian sediaan uji yang berbeda adalah untuk mengetahui dan

membandingkan efek analgesik yang ditimbulkan. Semua mencit diberikan

sediaan uji diatas dengan rute oral dengan dosis yang disesuaikan dengan

berat badan mencit. Pemberian secara oral bertujuan untuk memberikan efek

sesuai sediaan. Kemudian ditunggu selama 30 menit. Tujuannya adalah untuk

memastikan bahwa sediaan yang diberikan kepada mencit telah terabsorbsi

secara keseluruhan pada tubuh mencit melalui sistem pencernaannya.

Selanjutnya setelah ditunggu selama 30 menit, ekor mencit dimasukkan ke

dalam penangas air dengan suhu 50ºC. Mencit diusahakan tidak bergerak

selama pengamatan. Tujuan dari memasukkan ekor mencit ke dalam

Page 33: Modul 6 (Selesai)

penangas air adalah untuk mengetahui kekuatan dari efek analgesik masing-

masing sediaan uji. Ekor mencit dimasukkan ke dalam penangas air dilakukan

tidak lebih dari 15 detik agar tidak menyebabkan kerusakan jaringan pada

ekor mencit. Mencit diusahakan tidak bergerak selama pengamatan bertujuan

agar jentikan ekor mencit yang terjadi merupakan indikasi dari rasa nyeri

yang dialami oleh mencit yang ditimbulkan dari paparan panas dari penangas

yang mengenai ekornya bukan karena gerakan secara sadar oleh mencit yang

meronta. Respon nyeri timbul berupa sentakan ekor mencit keluar penangas

air. Pengamatan dilakukan setiap 10 menit sekali pencelupan selama 120

menit. Tujuannya adalah untuk mengetahui kuatnya efek analgesik yang

ditimbulkan setelah pemberian sediaan uji.

Untuk sediaan suspensi CMC-Na sebagai kontrol didapatkan data waktu

yang dibutuhkan mencit untuk mencentikkan ekornya pada menit ke-10

adalah 4 detik, selanjutnya menit ke-20 adalah 3,5 detik dan diteruskan

dengan rata-rata waktu 3 detik. Pada menit ke-10 lebih lama daripada menit

ke-20 dan seterusnya, itu bisa dikarenakan mencit yang mengalami stress

sehingga refleks yang timbul lebih lambat. Atau bisa juga disebabkan karena

efek dari sediaan yang diberikan. Selanjutnya untuk menit ke-20 terjadi lebih

cepat daripada menit ke-10 namun masih sedikit lebih lambat dibandingkan

dengan menit ke-30 dan seterusnya. Itu bisa disebabkan karena mencit sudah

tidak stress dan menuju kepada keadaan mencit normal, atau efek dari sediaan

uji yang sudah berkurang. Untuk menit ke-30 dan seterusnya relatif konstan

dengan waktu rata-rata 3 detik. Itu dikarenakan efek normal mencit untuk

menjentukkan ekornya.

Untuk sediaan Aspirin dari menit ke-10 sampai menit ke-120 didapatkan

data sebagai berikut, yaitu 4; 4; 2; 4; 2; 5; 4; 3; 2,5; 5; 4 dan 1,5. Dari data

yang didapatkan dapat diambil kesimpulan bahwa Aspirin memberikan efek

analgesik. Dikarenakan Aspirin merupakan obat analgetika perifer golongan

salisilat. Selanjutnya untuk sediaan Parasetamol dari menit ke-10 sampai

menit ke-120 didapatkan data sebagai berikut, 15; 15; 15; 15; 15; 15; 15; 15;

12; 15; 10 dan 4. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa Parasetamol

Page 34: Modul 6 (Selesai)

memberikan efek analgesik yang lebih kuat daripada Aspirin pada menit ke-

10 sampai menit ke-1100. Dikarenakan waktunya yang lebih lama daripada

menit ke-120. Itu karena Parasetamol merupakan analgesik perifer golongan

aminofenol yang memberikan efek menghilangkan atau mengurangi nyeri

ringan sampai sedang. Sehingga waktu yang dibutuhkan mencit untuk

merasakan paparan panas lebih lama. Penurunan waktu pada menit ke-120

disebabkan karena mulai berkurangnya efek yang ditimbulkan dari

Parasetamol yang telah diberikan. Selanjutnya untuk sediaan Asam

Mefenamat didapatkan data dari menit ke-10 sampai menit ke-120 sebagai

berikut, 15; 12; 13; 10; 9; 11; 15; 7; 14; 8; 4 dan 4. Dari data tersebut dapat

disimpulkan bahwa Asam Mefenamat yang merupakan analgesik perifer

golongan antranilat ini memiliki efek analgesik yang lebih kuat daripada

Aspirin namun relatif lebih lemah daripada Parasetamol. Penurunan pada

menit ke-110 dan 120 juga disebabkan oleh mulai berkurangnya efek

analgesiknya. Selanjutnya Pirokikam yang merupakan golongan analgesik

opioid/narkotika didapatkan data dari menit ke-10 sampai menit ke-120

adalah sebagai berikut, 15; 14; 15; 14; 15; 10; 6; 10; 8; 7; 4 dan 4. Dari data

tersebut dapat disimpulkan bahwa Piroksikam memiliki efek analgesik yang

lebih kuat daripada Aspirin namun relatif lebih lemah daripada Asam

Mefenamat. Penurunan waktu juga terjadi karena efek analgesik dari

Piroksikam yang mulai berkurang. Selanjutnya dari sediaan Tramadol

didapatkan data dari menit ke-10 sampai menit ke-120 yang rata-ratanya

adalah 15. Itu mengindikasikan bahwa Tramadol memiliki efek analgesik

yang lebih kuat daripada Aspirin, Asam Mefenamat, Piroksikam maupun

Parasetamol. Dari hasil pengamatan uji efek analgesik diatas dapat

disimpulkan bahwa sediaan yang memberikan efek analgesik paling kuat dan

paling lama adalah Tramadol.

Percobaan pengujian efek inflamasi ini bertujuan untuk mengetahui

besarnya efektivitas obat antiinflamasi dapat menghambat udem pada hewan

percobaan yang telah diinduksi oleh karagenan. Sesuai dengan tujuan

percobaan, prinsip dasar yang melandasi percobaan ini adalah dengan

Page 35: Modul 6 (Selesai)

pemberian secara oral. Volume edem yang terjadi diukur dengan alat

pletysmometer dan dibandingkan terhadap volume udem yang tidak diberikan

obat. Aktivitas obat antiinflamasi dinilai dari proteksi yang diberikan

terhadap pengukuran udem.

Secara prosedural , tahapan-tahapan yang dilakukan dalam percobaan ini

akan dibahas lebih lanjut. Pertama-tama, sebelum percobaan dimulai masing-

masing tikus dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol

(CMC-Na) dan kelompok uji (dexsametason). Tikus kemudian ditimbang

bobot badanya menggunakan timbangan hewan dan diberikan tanda pengenal

pada bagian ekor berupa urutan agar mudah untuk diklasifikasikan dan

dibedakan. Selain itu, pada kaki belakang bagian kiri atau kanan diberikan

tanda batas setiap tikus dengan spidol, agar pemasukan kaki ke dalam air

raksa setiap kali selalu sama, sheingga analisis data yang dilalukan lebih

akurat dan sebagai batas masuknya kaki ke dalam air raksa. Hewan yang

digunakan dalam percobaan ini adalah tikus karena tikus memiliki luas

permukaan kaki yang lebih besar di bandingkan mencit, sehingga akan

mempermudah pengukuran, sedangkan jika digunakan mencit, kaki mencit

harus dipotong tiap kali diuji. Selain itu, tikus lebih resisten terhadap infeksi,

sehingga dapat diketahui obat uji yang berperan dalam efek antiinflamasi.

Menurut literature penggunaan tikus sebagai hewan uji mempunyai

keunggulan, antara lain : banyak gen nya tikus relative mirip denganmanusia,

sehingga jika pengujian dilakukan pada manusia , akan memberikan hasil

yang sama. Kemampuan berkembang biak tikus sangat tinggi, relative cocok

untuk digunakan dalam eksperimen missal. Tipe bentuk badan yikus kecil,

mudah dipelihara dan obat yang digunakan di badanya dapat relative cepat

termanifertai, sehingga efek yang dihasilkan dapat diteliti dan memiliki

akurasi yang tinggi.

Setelah proses ini, kaki belakang tikus dimasukkan sampai tanda batas ke

dalam air raksa yang telah diberi cairan metilen blue agar memudahkan dalam

membaca volume yang tersambung dengan alat plethysmometer. Kenaikan

volume air raksa yang terbaca pada alat dicatat dan dinyatakan sebagai

Page 36: Modul 6 (Selesai)

volume awal. Pada proses ini diusahakan agar air raksa tidak tumpah karena

akan mempengaruhi proses pembacaan volume air raksa. Selain itu, air raksa

jangan terlalu kontak dengan kulit, karena air raksa termasuk golongan logam

berat yang bisa merusak jaringan atau pigmen kulit, jadi proses yang

dilakukan harus hati-hati. Pengukuran volume ini menggunakan air raksa

sebagai cairannya karena air raksa memiliki sifat yang sensitive jika ada

pergerakan atau sedikit guncangan, shingga akurasi data dapat tercapai.

Selain itu, air raksa memiliki kohesi yang ebsar sehingga tidak menempel

pada kulit kaki tikus, semua kelebihan air raksa ini diharapkan dapat

meningkatkan keakuratan pembacaan volume pada alat.

Tahapan selanjutnya, tikus diberikan larutan kontrol berupa CMC-Na pada tikus 1, larutan dexsametason pada tikus 2 yang diberikan secara peroral dengan menggunakan sonde khusus untuk tikus yang lebih besar dibandingkan sonde untuk mencit. Tikus didiamkan selama 30 menit untuk mendistribusikan larutan kontrol dan uji ke sel target. Larutan dexsametason berperan sebagai obat antiinflamasi.pada tikus 2 terlebih dahulu diberikan deksametason Setelah 30 menit lalu diinduksi inflamasi dengan menyuntikkan kareganan 1 % secara intraplantar.

Mekanisme karagenan dalam menginduksi udem :

Page 37: Modul 6 (Selesai)

Mediator penting dalam peradangan akut adalah oksida nitrat (NO) yang diproduksi dalam kondisi patologis oleh tiga isoform berbeda oksida nitrat sintase (NOS): endotel NOS (eN OS), neuronal N OS (NN OS) dan diinduksi NOS (iNOS) . Karagenan menyebabkan produksi dan pelepasan NO di lokasi cedera. Karagenin adalah sulfat polisakarida bermolekul sebagai induktor inflamasi.Penggunaan karagenin sebagai penginduksi radang memiliki beberapa keuntungan antara lain: tidak meninggalkan bekas, tidak menimbulkan kerusakan jaringan, dan memberikan respon yang lebih peka terhadap obat anti inflamasi dibanding senyawa iritan lainnya. Zat yang digunakan untuk memicu terbentuknya udema ntara lain; mustard oil 5%, DEXTRAN 1%, egg white fresh undiluted, serotoninkreatinin sulfat, lamda karagenin 1% yang diinduksikan secara subplantar pada telapak kaki tikus. Karagenin ada beberapa tipe, yaitu lamda karagenin, iotakaragenin, dan kappa karagenin/ lamda karagenin ini dibandingkan dengan jenis lamda yang lain, lamda karagenin paling cepat menyebabkan inflamasi dan memiliki bentuk gel yang baik dan tidak keras. Pemeberian deksametason terlebih dahulu bertujuan agar obat tersebut

memberikan efek antiinflamasi baru setelah itu diberikan karagenan yang

menyebabkan bengkak. Kerja dari karagenan selama 6 jam sehingga

walaupun telah diberi obat antiinflamasi tidak akan reda secara keseluruhan

dan masih saja ada bengkak pada hewan uji. Terjadinya radang disebabkan

karena kareganan merupakan suatu zat asing(antigen) yang bila masuk

kedalam tubuh akan merangsang pelepasan mediator radang seperti histamine

sehingga menimbulkan radang akibat antibody tubuh bereaksi terhadap

antigen tersebut untuk melawan pengaruhnya dan karagenan tidak

menimbulkan efek sistemik.

Alat yang digunakan yatu pletysmometer yang bekerja berdasarkan hukum

Archimedes yang berbunyi “apabila sebuah benda, sebagian atau

seluruhnya terbenam kedalam air, maka benda tersebut akan mendapat

gaya tekan yang mengarah keatas yang besarnya sama dengan berat air

yang dipindahkan oleh bagian benda yang terbenam tersebut”. Sebagai

aintiinflamasi digunakan deksametason dan sebagai radang buatan digunakan

karagenan 1%.

Page 38: Modul 6 (Selesai)

Mekanisme radang diawali dari terjadi kerusakan membrane sel akibat

rangsangan mekanis, kimia dan fisika kemudain fosfolipida (membrane sel)

terdapat enzim fosfolipase yang akan mengeluarkan asama arikidonat.

Dengan adanya enzim siklooksigenase maka asam arakidonat akan dirubah

menjadi prostaglanadin. Sikooksigenase mensintesa siklik endoperoksida

yang akan di bagi menjadi dua produk COX 1 dan COX 2. COX 1 berisi

tromboksan, prostasiklik ( yang dapat menghambat produksi asam lambung).

COX 2 (asama meloksikam) berisi prostaglandin (penyebab peradangan).

Sedangkan lipooksigenase akan mengubah asam hiperoperoksida yang

merupakan precursor leukotrien LTA (senyawa yang dijumpai pada keadaan

antifilaksis) kemudian memperoduksi LBT 4 (penyebab peradangan) dan

LCT4, LTD4, dan LTE4.

Ciri-ciri terjadinya radang adanya rubor (rasa nyeri), kalor (panas), dolor

(kemerahan), tumor (bengkak) dan adanya keterbatasan gerak yang akan

menjadi semakin parah apabila tidak segera diobati. Obat antiinflamasi dibagi

mejadi steroid dan nonsteroid. Penggunaan obat nonsteroid lebih dianjurkan

untuk radang ringan baru setelah tidak ada penurunan di gunakan obat

steroid. Efek samping dari obat steroid lebih berbahasa dari nonsteroid karena

menyebabkan cushing (tensi cairan yang berlebih), osteoporosis, menghambat

pertumbuhan, immunosukresif dan moonface pada wajah, terjadi lisis

karbohidrat dan trigliserida yang menyebabkan hiperglikremia sehingga kadar

insulin meningkat.

Menurut literature penggunaan deksametason lebih baik memberikan efek

antiinflamasi yang lebih cepat karena aktivitas antiinflamasi deksametason

dengan jalan menekan atau mencegah respin jaringan terhadap proses

inflamasi dan menghambat akumulasi sel yang mengalamai inflamasi,

termasuk makrofag dan leukosit pada tempat inflamasi.

Page 39: Modul 6 (Selesai)

VII. Kesimpulan

1. Untuk mengevakuasi efek analgetika pada mencit dapat dilakukan

dengan metode siegmund (induksi kimia) yaitu dengan melihat respon

mencit tehadap asam asetat yang dapat menimbulkan respon menggeliat

dari mencit ketika menahan nyeri pada perut. Dari hasil percobaan

persen proteksi tramadol, aspirin, parasetamol, dan kontrol lebih besar

dibandingkan asam mefenamat dan piroksikam. Hal ini menunjukkan

bahwa tramdol termasuk analgetika kuat sedangkan sediaan lain

termasuk ke dalam analgetika ringan.

2. Untuk mengevaluasi efek analgetika pada mencit juga dapat dilakukan

dengan metode jentik ekor(induksi panas/fisika) yaitu dengan

memasukkan ekor mencit ke dalam penangas air dengan suhu 50◦C

setelah 30 menit pemberian larutanuji. Berdasarkan perbandingan data

pengamatan, hasilnya tidak sesuai dengan literature . literature

menyatakan bahwa tramadol adalah obat analgetika paling kuat dan

parasetamol yang paling lemah. Selain itu, seharusnya mencit kontrol

adalah yang paling tidak tahan panas karena zat CMC-Na bukan

merupakan golongan obat analgetika hanya golongan suspending agent

yang digunakan sebagai kontrol dalam percobaan ini.

3. Untuk uji aktivitas antiinflamasi yaitu dengan menghitung volume udem

pada tikus. Hasil percobaan menunjukkan bahwa penggunaan

piroksikam lebih baik dibandingkan deksametason. Sedangkan menurut

literature penggunaan deksametason lebih baik dibandingkan

piroksikam. Hali ini dimungkinkan karena pengukuran volume kaki

yang kurang tepat

Page 40: Modul 6 (Selesai)

VIII. Daftar Pustaka

Anonim. 2010. Farmakologi untuk SMK Farmasi. Jakarta: DEPKES RI.

Tjay, T. H. dan Kirana R. 2007.Obat-obat Penting . Jakarta: PT.

Gramedia.

Yulrina Ardhiyanti, Risa Pitriani, Ika Putri Damayanti. 2014.Panduan

lengkap Keterampilan Dasar Kebidanan I .Ed 1: Yogyakarta.

Bowman,WC.1980.Texbook of pharmacology 2 ed.London:Blackwell

setentific publication Oxford.

Katzung,G.B.2002.Farmakologi dasar dan klinik edisi 8.Jakarta:

Salemba medika

Santoso,S. 2008. Panduan lengkap menguasai SPPS 16. Jakarta: PT

Elexmedia Komputindo kelompok gramedia.

Ganiswara, Sulistia G (Ed), 1995, Farmakologi dan terapi, Edisis IV.

Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta