metode tajwid dengan syair rifqil halim

15
Metode Tajwid dengan Syair ... Rifqil Halim An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020 83 Metode Tajwid dengan Syair Melayu di Kampung Loloan Oleh: Rifqil Halim Dosen STIT Jembrana Abstrak Penggunaan Syair melayu dalam pembelajaran ilmu tajwid bukanlah sesuatu yang asing di Nusantara. Raja Haji Muhammad Said asal Riau, seumpamanya menulis karya “Syair Nazam Tajwid al -Qur’an”. Demikian juga Tuan Guru Muhammad Zainuddin Pancor, Lombok juga menulis “Nazam Batu Gompal” yang isinya mengulas hukum-hukum atau teori membaca al-Qur’an secara sistematis semacam diktat ilmu tajwid. Namun yang menarik dari Syair Tajwid yang digubah oleh Ahmad bin Dahlan ini adalah ia tidak dibuat untuk dijadikan diktat namun dijadikan sebagai metode holistik dalam pembelajaran ilmu tajwid yang dialogis antara guru dan murid sehingga belajar tajwid menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Oleh sebab itu, metode pembelajaran Tajwid dengan Syair Melayu ini perlu mendapatkan perhatian lebih jauh karena di satu sisi metode ini merupakan warisan Ulama Nusantara yang mengajarkan ilmu agama dengan mengapresiasi bahasa dan budaya masyarakat setempat sementara di sisi lain metode ini mampu mengintegrasikan teori dan praktek dalam mempelajari ilmu tajwid secara simultan. Kata Kunci: Syair Melayu, Ilmu Tajwid A. Pendahuluan Perkampungan muslim kuno Loloan sudah ada sejak abad XVII Masehi. Berdirinya perkampungan muslim ini tidak bisa dilepaskan dari kepentingan kerajaan Jembrana untuk membuka jalur perdagangan laut. Ketika itu, yang ahli dalam navigasi laut adalah orang-orang muslim dari suku bugis sehingga akhirnya pada tahun 1671 I Gusti Ngurah Pancoran membuka sebuah bandar yang diberinama Bandar Pancoran. Sedangkan orang-orang muslim yang mengelola perdagangan laut tersebut dibuatkan pemukiman di sebelah barat sungai Ijo Gading yang bernama kampung “Terusan”. Kemudian pada tahun 1676 I Gusti Ngurah Pancoran, Raja Kerajaan Jembrana, kembali membuka perkampungan muslim di sebelah timur sungai Ijo Gading yang bernama kampung “Timur

Upload: others

Post on 21-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Metode Tajwid dengan Syair Rifqil Halim

Metode Tajwid dengan Syair ... Rifqil Halim

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

83

Metode Tajwid dengan Syair Melayu di Kampung Loloan

Oleh: Rifqil Halim

Dosen STIT Jembrana

Abstrak Penggunaan Syair melayu dalam pembelajaran ilmu tajwid bukanlah sesuatu yang asing di Nusantara. Raja Haji Muhammad Said asal Riau, seumpamanya menulis karya “Syair Nazam Tajwid al-Qur’an”. Demikian juga Tuan Guru Muhammad Zainuddin Pancor, Lombok juga menulis “Nazam Batu Gompal” yang isinya mengulas hukum-hukum atau teori membaca al-Qur’an secara sistematis semacam diktat ilmu tajwid. Namun yang menarik dari Syair Tajwid yang digubah oleh Ahmad bin Dahlan ini adalah ia tidak dibuat untuk dijadikan diktat namun dijadikan sebagai metode holistik dalam pembelajaran ilmu tajwid yang dialogis antara guru dan murid sehingga belajar tajwid menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Oleh sebab itu, metode pembelajaran Tajwid dengan Syair Melayu ini perlu mendapatkan perhatian lebih jauh karena di satu sisi metode ini merupakan warisan Ulama Nusantara yang mengajarkan ilmu agama dengan mengapresiasi bahasa dan budaya masyarakat setempat sementara di sisi lain metode ini mampu mengintegrasikan teori dan praktek dalam mempelajari ilmu tajwid secara simultan. Kata Kunci: Syair Melayu, Ilmu Tajwid

A. Pendahuluan

Perkampungan muslim kuno Loloan sudah ada sejak abad XVII Masehi. Berdirinya perkampungan muslim ini tidak bisa dilepaskan dari kepentingan kerajaan Jembrana untuk membuka jalur perdagangan laut. Ketika itu, yang ahli dalam navigasi laut adalah orang-orang muslim dari suku bugis sehingga akhirnya pada tahun 1671 I Gusti Ngurah Pancoran membuka sebuah bandar yang diberinama Bandar Pancoran. Sedangkan orang-orang muslim yang mengelola perdagangan laut tersebut dibuatkan pemukiman di sebelah barat sungai Ijo Gading yang bernama kampung “Terusan”. Kemudian pada tahun 1676 I Gusti Ngurah Pancoran, Raja Kerajaan Jembrana, kembali membuka perkampungan muslim di sebelah timur sungai Ijo Gading yang bernama kampung “Timur

Page 2: Metode Tajwid dengan Syair Rifqil Halim

Metode Tajwid dengan Syair ... Rifqil Halim

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

84

Sungai”1. Orang-orang yang berada di kampung Terusan dan kampung Timur Sungai inilah yang kemudian dikenal dengan istilah orang-orang Loloan (orang-orang bandar). Saat ini, dua kawasan tersebut menjadi dua kelurahan yang bernama kelurahan Loloan Barat dan kelurahan Loloan Timur.

Perkampungan muslim kuno loloan memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan dengan perkampungan muslim kuno yang lain di Bali. Jika perkampungan muslim kuno di Bali umumnya menjadikan bahasa Bali sebagai bahasa ibu (mother tongue) seperti di perkampungan muslim kuno “Gelgel” di Kelungkung, “Kepaon” di Denpasar dan “Pegayaman” di Buleleng, maka orang-orang Loloan memilih menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa ibu yang menandai identitas keislaman mereka hingga saat ini.

Bahasa Melayu di perkampungan muslim kuno Loloan sebenarnya bukan karena orang-orang Loloan beretnis Melayu- mengingat asal-usul masyarakat Loloan berasal dari banyak pulau dan beragam etnis seperti suku Bajo, Mandar, Bugis, Makasar, Melayu, Madura, Jawa, Sumbawa dan suku-suku lainnya -, akan tetapi tetapi lebih mengacu pada lokalitas2. Namun proses disepakatinya bahasa Melayu sebagai identitas minoritas Muslim Loloan inikarena bahasa Melayudigunakan sebagai bahasa pengantar dalam dalam pembelajaran agama Islam sehingga dikenal juga sebagai “Bahasa Guru”.

Pengggunaan bahasa Melayu sebagai pengantar dalam belajar agama ini memposisikan bahasa Melayu menjadi bahasa yang superior sedangkan bahasa-bahasa lain menjadi bahasa inferior. Superioritas bahasa Melayu ini lambat laun menjadikan bahasa kedaerahan lain tidak dapat dipertahankan eksistensinya dan tidak digunakan lagi dalam kehidupan sosial hingga akhirnya bahasa Melayumenjadi bahasa tunggal sekaligus identitas komunitas muslim Loloan.3

1 A Damanhuri, Sejarah Kelahiran Kabupaten II Jembrana, Bahan Seminar Sejarah

Lahirnya Kabupaten Jembrana dan Kota Negara yang diselenggarakan pada tahun 1993 [Pada naskah tanggal dan Bulan tidak disebutkan],

2 Sumarsono, Guyup Minoritas Melayu Loloan di Bali dan Bahasanya: Sebuah Pengantar (Malang: FKIP Udayana, t.th), h. 23

3 Musaddad Johar, Wawancara, 30 Agustus 2020

Page 3: Metode Tajwid dengan Syair Rifqil Halim

Metode Tajwid dengan Syair ... Rifqil Halim

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

85

Sampai saat ini, kitab-kitab berbahasa Melayu masih digunakan di langgar, surau dan pesantren yang berada di Loloan dan daerah sekitarnya. Kitab-kitab berbahasa Melayu semisal Masa’ilal Muhtadin, Adabul Insan, Irsyadul Anam, Perukunan, Shifat Dua Puluh, Hidayatus Salikin, Perhiasan Bagus masih diajarkan di TPQ dan pesantren di Loloan. Bahkan ulama-ulama yang datang dari Jawa ketika mengembangkan dakwah ke perkampungan muslim Loloan harus mempelajari bahasa Melayudan menggunakan kitab-kitab berbahasa Melayu sebagai materi pembelajaran agama kendati sebelumnya mereka tidak menguasai bahasa Melayu seperti yang terjadi pada pendiri pondok pesantren tertua di Bali, Kyai Ahmad bin Dahlanal-Falaki (wafat 1976) atau yang di masa hidupnya lebih dikenal dengan sebutan “Datuk Haji Semarang”.

Menurut penuturan putri beliau, Nyai Hj. Musyarrafah, Ulama kelahiran kota Semarang ini sebenarnya bukanlah Ulama yang pandai berbahasa Melayu. Karena Ustadz Semarang ketika berkomunikasi dengan keluarga dan para santri selalu menggunakan bahasa Indonesia, tidak pernah menggunakan bahasa Melayu. Namun ketika menggubah syair-syair untuk kepentingan mengajarkan agama kepada masyarakat Loloan, ia selalu menggunakan bahasa Melayu agar mudah dipahami oleh masyarakat setempat4. Dandiantara syair yang paling populer di tengah-tengah masyarakat adalah Syair Tajwid.

Syair Tajwid berbahasa Melayu ini digunakan secara luas sebagai metode pembelajaran Tajwid di langgar, pesantren maupun TPQ-TPQ yang tersebar di Loloan.Metode ini juga digunakan oleh santri-santri Ustadz Semarang yang mengajar ngaji di daerah asal mereka seperti di Buleleng dan Denpasar. Bahkan ada juga santri beliau yang membawa metode ini ke kota Batu Malang. Metode ini dipandang memiliki keunggulan karena dapat mengajarkan teori dan praktek ilmu tajwid secara simultan dan dengan cara yang menyenangkan.

Sebenarnya, Penggunaan Syair Melayu dalam pembelajaran ilmu tajwid bukanlah sesuatu yang asing di Nusantara. Raja Haji Muhammad Said asal Riau, seumpamanya, menulis karya “Syair

4 https://arrahim.id/rizal/khr-ahmad-al-hadi-bin-dahlan-al-falaky-kitab-ilmu-tajwid-

dan-pendiri-pondok-pesantren-pertama-di-bali/

Page 4: Metode Tajwid dengan Syair Rifqil Halim

Metode Tajwid dengan Syair ... Rifqil Halim

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

86

Nazam Tajwid al-Qur’an”.5Demikian juga Tuan Guru Muhammad Zainuddin Pancor, Lombok juga menulis “Nazam Batu Gompal”6 yang isinya mengulas hukum-hukum atau teori membaca al-Qur’an secara sistematis. Semacam diktat ilmu tajwid. Namun yang menarik dari Syair Tajwid yang digubah oleh Ahmad bin Dahlan ini adalah ia tidak dibuat untuk dijadikan diktat namun dijadikan sebagai metode holistik dalam pembelajaran ilmu tajwid yang dialogis antara guru dan murid sehingga belajar tajwid menjadi lebih mudah dan menyenangkan.

Oleh sebab itu, metodepembelajaran Tajwid dengan Syair Melayu ini perlu mendapatkan perhatian lebih jauh karena di satu sisi metode ini ini merupakan warisan original Ulama Nusantara yang mengajarkan agama dengan bahasa dan budaya masyarakat sedangkan di sisi lain metode ini mampu mengintegrasikan teori dan praktek dalam mempelajari ilmu tajwid secara simultan.

B. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Diharapkan

pendekatan ini mampu menghasilkan suatuuraian mendalam tentang ucapan, tulisan, dan/atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan/atau suatuorganisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif dan holistik.7

Metode pengumpulan data pertama yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara sebagai teknik komunikasi langsung dengan subjek penelitian baik dengan situasi sebenarnya maupun dengan situasi buatan.8 Agar wawancara yang dilakukan bisa mendapatkan data secara maksimal penelitian ini mengedepankan depth interview (wawancara mendalam) yang tidak dilakukan hanya sekali dua kali akan tetapi dilakukan secara berulang-ulang dengan

5 https://jantungMelayu.com/2018/06/syair-nazam-tajwid-alquran-karya-raja-haji-

muhammad-said/ 6 https://sinar5news.com/nazham-batu-ngompal-syair-motivasi-mempelajari-tajwid-

al-quran-bagian-pertama/ 7 Sukidin dan Basrowi, Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro (Surabaya :

Insan Cendikia, 2002), h.1-2 8 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah (Bandung : Tarsito 1994), h. 162

Page 5: Metode Tajwid dengan Syair Rifqil Halim

Metode Tajwid dengan Syair ... Rifqil Halim

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

87

intensitas yang tinggi.9 Wawancara ini dipandang penting untuk mendapatkan informasi seputar sejarah dan metode pembelajaran Tajwid dengan Syair Melayu di kampung Loloan.

Disamping wawancara mendalam, teknik pengumpulan data selanjutnya adalah observasi atau pengamatan langsung untuk mendapatkan gambaran yang utuh tentang pelaksanaan metode pembelajaran Tajwid dengan Syair Melayu di kampung Loloan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Nasution, observasi dilakukan Untuk memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan dan Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan sosial yang sukar diperoleh dengan metode lain.10 Sedangkan Teknik pengumpulan data yang terakhir adalah dokumentasi dimana dalam penelitian ini, peneliti tidak mencari informasi dari orang sebagai nara sumber akan tetapi memperolehnya dari macam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada informan berupa peninggalan, karya seni dan karya fikir.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif yang meliputi; reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Sementara untuk menguji validitas data yang diperoleh dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi.

C. Sejarah Kampung Loloan Pada tahun 999 Saka [±XXI Masehi], di pesisir selatan

Jembrana telah dikenal seorang muslim yang disebutkan dalam literatur kuno Bali dengan nama tuan Alah [mungkin bernama Abdullah?] asal Jawa. Namun kedatangan muslim pertama yang terekam dalam tradisi sejarah masyarakat Hindu Bali ini tidak didukung oleh bukti-bukti yang menguatkan. Kalaupun benar, tuan Alah adalah seorang muslim yang datang ke Bali maka dapat dipastikan jika kedatangannya masih bersifat personal. Tidak ada keterangan lanjut yang menunjukkan apakah ia telah menyiarkan agama Islam atau membangun perkampungan muslim di Bali11.

9 Setya Yuwana Sudikan, Ragam Metode Pengumpulan Data (Jakarta : PT

RajaGrafindoPersada 2003), h. 62 10 S. Nasution, Metode Research Penelitian Ilmiah (Bandung : Jermais, 1991), h.144 11 Ahmad Damanhuri, wawancara, 5 Mei 2020

Page 6: Metode Tajwid dengan Syair Rifqil Halim

Metode Tajwid dengan Syair ... Rifqil Halim

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

88

Barulah pada pertengahan abad ke XV, tepatnya ketika daerah Jembrana yang berada di bawah pemerintahan Anak Agung Dimade Agung dari kerajaan Mengwi12, orang-orang Islam bersuku Bugis mulai memasuki pulau Bali. Ketika itu Anak Agung Dimade Agung, Raja Mengwi, mengangkat dua orang penguasa untuk mengatur Jembrana. Penguasa pertama bernama I Gusti Putu Tapa yang menguasai desa-desa sekitar Brangbang [selanjutnya menjadi kerajaan Brangbang]. Sementara raja muda kedua bernama I Gusti Ngurah Pancoran yang menguasai daerah Batu Agung, Danging Tukadayaan, Dauh Waru, Yeh Kuning, Perancak, Kawasan Loloan, Banyubiru, serta desa-desa lain [selanjutnya menjadi kerajaan Jembrana]13.

Di bawah otoritas Anak Agung Dimade Agung, tepatnya pada tahun 1653, orang-orang Bugis beragama Islam mulai memasuki wilayah kerajaan Jembrana melalui pantai selatan dan berlabuh di dekat desa Yeh Kuning. Mereka datang menggunakan perahu perang jenis “Lambo” dan “Pinisi” yang diperlengkapi senjata api, meriam, senjata tombak, badik dan keris. Sementara Awak kapal jenis Lambo dan Pinisi tersebut berasal dari berbagai kerajaan, seperti: Goa, Ternate, Sopeng, dan Bajo yang ketika itu sedang berperang melawan VOC [Vernidge Osthindische Compagne], sebuah kongsi dagang Belanda. Daerah permukiman muslim pertama ini kemudian diberi nama Air Kuning. Di sini juga didirikan masjid tertua di Bali [kini bernama masjid Pahlawan]14.

Kedatangan komunitas muslim bugis ini diterima oleh penguasa Jembrana dengan senang hati serta mendapatkan perlakuan yang layak. Di mata hukum kerajaan, para pendatang muslim sejajar dengan mayoritas rakyat Hindu Jembrana dalam hal mentaati undang-undang dan dikenai kewajiban membangun kerajaan Jembrana. Disamping itu, Komunitas muslim pertama di Bali ini juga mendapat kehormatan untuk memperkuat pertahanan kerajaan dengan memberikan persenjataan mereka menjadi milik kerajaan. Sebagian dari mereka juga diangkat menjadi prajurit yang

12 A. Damanhuri, Sejarah Kelahiran Kabupaten II Jembrana, Bahan Seminar Sejarah

Lahirnya Kabupaten Jembrana dan Kota Negara yang diselenggarakan pada tahun 1993 [Pada naskah tanggal dan Bulan tidak disebutkan], h. 3

13 A. Damanhuri, Sejarah Kelahiran Kabupaten II Jembrana, h.1 14 A. Damanhuri, Sejarah Kelahiran Kabupaten II Jembrana, h.4

Page 7: Metode Tajwid dengan Syair Rifqil Halim

Metode Tajwid dengan Syair ... Rifqil Halim

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

89

berfungsi sebagai laskar keamanan rakyat kerajaan Jembrana. Sementara perahu-perahu perang mereka diubah menjadi perahu dagang sebagai sarana perniagaan jalur laut.

Lambat laun, kehadiran orang-orang bugis ke dalam kerajaan Jembrana ini turut menyokong roda perekonomian rakyat dan kerajaan Jembrana, terutama yang kaitannya dalam hal perniagaan hasil bumi jalur laut. Keahlian orang-orang bugis dalam pelayaran mampu membawa hasil bumi Jembrana ke jalur perdagangan nusantara. Tak jarang juga perdagangan ini sampai ke Kalkuta [India] untuk mendistribusikan komoditas tertentu yang diminati di perdagangan internasional dengan harga yang bagus.

Melihat kemajuan demi kemajuan ekonomi yang saat itu masih sangat tergantung pada perniagaan jalur laut, maka I gusti Ngurah Pancoran, Penguasa Jembrana, memberikan prioritas yang tinggi terhadap orang-orang Islam awal ini. Maka demi efektifitas I Gusti ngurah pancoran mengerahkan rakyatnya, termasuk penduduk muslim, serta dua duta kerajaan Buleleng untuk membangun sebuah bandar di dekat pusat kerajaan15. Seiring dibangunnya bandar baru ini, aktifitas perdagangan jalur laut pun segera mengalami perpindahan dari Air Kuning ke bandar baru yang terletak di dekat pusat pemerintahan kerajaan.

Karena yang berperan besar dalam perdagangan jalur laut ini adalah komunitas muslim, maka setelah diresmikannya bandar baru, segera bermunculan perkampungan muslim di dekat bandar. Perkampungan muslim pertama berdiri pada tahun 1671 dan diberi nama kampung Terusan. Tiga tahun setelahnya, tepatnya pada 1674, I Gusti Ngurah Pancoran memberikan tempat pemukiman bagi warga muslim yang diberinama Banjar Pancoran (Saat ini Loloan Barat). Kemudian pada tahun 1675 didirikan pula banjar bagi umat Hindu, yang turut mendukung perekonomian sekitar bandar, dan diberinama Marta Sari. Sementara setahun setelah pendirian Banjar Martasari, tepatnya pada tahun 1676, berdiri pula perkampungan

15 Daerah yang berada di sekitar bandar ini kemudian disebut Loloan. Kata

"loloan" sendiri berarti lubuk atau daerah sungai yang memiliki kedalaman hingga batas tertentu sehingga biasa digunakan sebagai tempat berlabuh perahu-perahu berukuran besar.

Page 8: Metode Tajwid dengan Syair Rifqil Halim

Metode Tajwid dengan Syair ... Rifqil Halim

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

90

muslim yang bernama Timur Sungai (saat ini Loloan Timur)16. Pada tahun 1679, di kampung Timur Sungai juga berdiri

sebuah masjid yang diberinama Masjid Baitul Qadim17. Di masjid ini kegiatan syiar agama Islam Jembrana dipusatkan. Perwatakan Islam tradisional Nusantara yang diwarisi oleh orang-orang bugis menjadi daya tarik tersendiri bagi sejumlah rakyat Hindu untuk berpindah keyakinan memeluk ajaran Islam. Umumnya perpindahan agama dilakukan melalui perkawinan walaupun ada juga sejumlah umat Hindu yang berpindah agama karena ketertarikan mereka terhadap ajaran Islam yang dikenal melalui interaksi sosial mereka dengan umat Islam. Tidak ada unsur-unsur pemaksaan dalam proses ini. Semuanya berjalan dengan alamiah tanpa meninggalkan konflik pada tingkat masyarakat (sosial)

Namun setelah 26 tahun komunitas muslim bermukim di perkampungan Loloan, air di sungai Ijo Gading meluap. Telah terjadi banjir besar yang mengakibatkan rusaknya Puri Brangbang dan menggenangi perkampungan Loloan. Bencana ini membuat raja Mengwi memeberikan bantuan untuk melakukan restrukturisasi bangunan-bangunan yang rusak. Atas bantuan warga Banyubiru [asal Blambangan], berdirilah rumah-rumah panggung ala Bugis di perkampungan Loloan pada tahun 1700. Perkampungan-perkampungan yang didirikan sekitar bandar ini kemudian hari dikenal dengan Perkampungan Melayu-Bugis Loloan.

Dengan didirikannya perkampungan-perkampungan yang lebih bagus di sekitar bandar baru, pusat komunitas muslim Bali pun berpindah dari Air Kuning ke Loloan. Perpindahan yang diikuti oleh sebagian besar saudagar dan elit masyarakat muslim Air Kuning ini mengakibatkan perpindahan pusat kehidupan masyarakat muslim dari Air Kuning ke bandar yang terletak di dekat pusat pemerintahan kerajaan Jembrana. Sebuah perkembangan yang sebenarnya tidak lepas dari peran penguasa Brambang dan Jembrana yang memberikan kebebasan memeluk dan menjalankan kepercayaan agama kepada umat Islam.

Perkembangan komunitas muslim di sekitar bandar baru tidak

16 Saat ini kampung timur sungai menjadi kelurahan Loloan Timur sedangkan

kampung barat sungai menjadi kelurahan loloan barat 17 A. Damanhuri, Sejarah Kelahiran Kabupaten II Jembrana… h.10

Page 9: Metode Tajwid dengan Syair Rifqil Halim

Metode Tajwid dengan Syair ... Rifqil Halim

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

91

saja mendapatkan perhatian dari penguasa Jembrana, namun juga mengundang ketertarikan para ulama dari sejumlah kepulauan Nusantara untuk mengajar atau menetap sebagai guru di perkampungan muslim yang berada dekat Bandar Baru Jembrana. Pada tahun 1669 Shofi Siradjuddin [kemudian dikenal dengan nama Buyut Lebai], seorang ulama berkebangsaan melayu asal Serawak datang dari Batavia ke Loloan untuk mengajar agama Islam. Menyusul kemudian nama-nama lain seperti Syeikh Ahmad Fauzir dan puteranya yang bernama Datuk Ibrahim18, Datuk Syihabuddin asal Buleleng bersuku Bugis [berdakwah di Air Kuning] serta Datuk Haji Yasin (juga berasal dari Buleleng) yang berdakwah di Loloan Barat19.

Gelombang kedatangan ulama ke Loloan terus berlanjut hingga abad XIX. Beberapa ulama penting yang datang ke Loloan antara abad XVIII hingga abad XIX adalah adalah Tuan Syeikh Abdul Qadir Baraas (asal Yaman), Syeikh Muhammad bin Abdus Salam (asal Sumbawa), Datuk Ahmad bin Dahlan (asal semarang) dan Datuk Habib Ali bin Umar Bafaqih (asal Banyuwangi). Sejak masa datuk Ahmad bin Dahlan ini, sistem pendidikan pondok pesantren mulai di kenalkan di Bali untuk pertama kalinya. Dalam masa yang berdekatan berdirilah tiga pondok pesantren tertua di Bali antara lain Manba’ul Ulum (didirikan tahun 1930 oleh Datuk Ahmad Dahlan), Syamasul Huda (didirikan 1935 oleh Datuk Habib Ali Bafaqih) dan Darut Ta’lim (didirikan 1940 oleh Datuk Haji Abdurrahman).

D. Datuk Haji Semarang dan Syair Tajwid Berbahasa Melayu Keberadaan Metode Tajwid dengan syair melayu tidak bisa

dilepaskan dari nama Datuk Ahmad bin Dahlan (wafat 1976) yang dimasanya lebih populer dengan sebutan Datuk Haji Semarang (Selanjutnya disebut Datuk Haji Semarang). Menurut penuturan putranya, K.H. Fathur Rahim, ulama kelahiran semarang ini adalah putra dari ulama besar Semarang, Syeikh Dahlan al-Falaki bin Abdullah, menantu dari Mbah Sholeh Ndarat yang datang ke Bali

18 Datuk Ibrahim pindah ke Banyuwangi untuk mensyiarkan agama Islam di sana.

Makam beliau terletak di dekat pelabuhan ketapang dan menjadi tempat yang banyak dikunjungi para peziarah. Musaddad Johar, Wawancara, 1 Mei 2020

19 Musaddad Johar, Wawancara, 1 Mei 2020

Page 10: Metode Tajwid dengan Syair Rifqil Halim

Metode Tajwid dengan Syair ... Rifqil Halim

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

92

sekitar tahun 1928. Tak selang beberapa lama ia mendirikan pondok pesantren Manba’ul Ulum pada tahun 1930 yang menjadi pondok pesantren tertua di Bali20. Ulama yang pernah mengenyam pendidikan di Mekkah ini memiliki keahlian di berbagai disiplin ilmu keislaman mulai dari ilmu nahwu, sharraf, balaghah, tauhid, fiqh, tafsir, hadits, tajwid dan mewarisi kepiawaian ayahnya di bidang ilmu falak.

Dalam mengajarkan berbagai disiplin ilmu agama di pesantrennya, Datuk Ahmad bin Dahlan semula mengenalkan “kitab gundul”, sebutan untuk kitab-kitab berbahasa Arab yang tidak berharakat. Namun menurut pengakuan putrinya, Nyai Hj. Musyarrafah, jarang ada yang mampu memahami kitab-kitab tersebut karena persoalan kesenjangan bahasa. Hingga akhirnya, Datuk Ahmad bin Dahlan mulai menggunakan kitab-kitab berbahasa melayu yang telah diajarkan oleh ulama-ulama Loloan sebelumnya agar lebih mudah dipahami oleh masyarakat Loloan yang memiliki kultur melayu bahkan ia juga menggubah sejumlah syair berbahasa melayu yang diajarkan kepada murid-muridnya21.

Syair-syair berbahasa Melayu karya Datuk Ahmad bin Dahlan umumnya berisi ajaran agama, nasehat dan nasionalisme. Diantara syair berbahasa melayu karya Datuk Ahmad bin Dahlan yang saat ini masih banyak digunakan di tengah-tengah masyarakat Loloan adalah syair tauhid, syair taubat dan syair Tajwid yang digubah untuk kepentingan mengajarkan ilmu tajwid kepada murid-muridnya. Susunan syair ini jika dicermati lebih jauh bukanlah disusun secara serampangan, akan tetapi mengikuti kaidah ilmu arudh yang berasal dari gaya bahasa Arab yang memiliki wazan (timbangan dalam sastra) dan qawafi atau kesamaan bunyi akhir (serupa rima dalam sastra Indonesia). Adapun bahar yang digunakan dalam seluruh syair tajwid adalah bahar wafir22. Digunakannya bahar dalam syair dengan tujuan agar syair tersebut dapat dilagukan sehingga mudah dihafalkan.

20 K.H. Fathur Rahim, Wawancara, 8 Mei 2020 21 Nyai Hj. Musyarrafah, Wawancara, 13 Juni 2020 22 Bahar wafir adalah bahar yang mengikuti wazan mufa’ilatun mufailatun. Untuk

lebih jelasnya lihat Abdul Aziz Atiq, Ilm al-Arudh wa al-Qafiyah (Beirut: Dar al-Nahdhah al-Arabia, 1987), h.177

Page 11: Metode Tajwid dengan Syair Rifqil Halim

Metode Tajwid dengan Syair ... Rifqil Halim

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

93

Besar kemungkinan digunakannya bahar wafir karena bahar inilah yang digunakan oleh Hamzah Fansuri, salah seorang ulama besar asal Barus yang menjadi pelopor sastra melayu di Nusantara. Munurut Abdul Hadi WM, Fansuri merupakan sosok penyair yang sangat berpengaruh dalam perkembangan sastra melayu sejak abad ke-17 dan abad-abad setelahnya.23

E. Metode Pembelajran Tajwid dengan Syair Melayu Metode pembelajaran tajwid dengan bahasa Melayu ini lebih

bersifat praksis ketimbang teoritis karena dilakukan secara dialogis antar guru dan murid maupun murid dan murid. Biasanya metode pembelajaran tajwid dengan syair melayu ini dimulai dengan guru membaca al-Qur’an atau memerintahkan murid untuk membaca al-Qur’an. Ketika menjumpai salah satu bacaan yang mengandung hukum bacaan dalam disiplin ilmu tajwid yang ingin ia ajarkan, sang guru memerintahkan murid untuk berhenti dan mulai menanyakan hukum bacaannya. Muridpun menjawab hukum bacaan tersebut. Jika ia berhasil menjawab dengan benar, guru meminta murid untuk membacakan syair berbahasa melayu yang terkait dengan hukum bacaan tersebut. Untuk lebih jelasnya berikut contoh metode pembelajaran tahwid dengan sya’ir melayu yang dimaksud.

Ketika murid membacakan Q.S. Al-Baqarah (2): 2:

ذلك الكتاب لا ريب فيه هدى للمتقينGuru : “هدى” bacaan ape namenye? Murid : Idgham bila Ghunnah Guru : Berape banyaknye huruf idgham bila ghunnah Murid : Due Guru : Mane die Murid : Nun mati atau tanwin berjumpa lam atau ro’ Guru : Di sini Murid : Tanwin berjumpa ro’ Guru : Mana Syahid Murid : Idgham yang tidak ghunnah hurufnya # cumalah dua lam

ro’ namanya Guru : Ape arti idgham bila ghunnah?

23 Lihat, Abdul Hadi W.M., “Syair-syair Tasawwuf Hamzah Fansuri ddan

Pengaruhnya” dalam Jurnal al-Turats Vol 13, No.1, Januari 2007

Page 12: Metode Tajwid dengan Syair Rifqil Halim

Metode Tajwid dengan Syair ... Rifqil Halim

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

94

Murid : Idgham dengan tiade dengung

Setelah dialog selesai, murid pun kemudian melanjutkaan bacaannya hingga kemudian guru menghentikannya lagi dan untuk menanyakan hukum bacaan yang berbeda dan kemudian terjadi dialog serupa dialog di atas. Terkadang guru meminta jawaban kolektif namun terkadang juga meminta jawaban persoal untuk lebih meyakinkan seorang murid telah menguasai cara membaca al-Quran dengan baik dan teori ilmu tajwid dengan baik.

Dalam satu minggu, ada event yang disebut “Bongkaran” dimana murid-murid diadu kemampuan membaca al-Qur’an dan penguasaan ilmu tajwid yang sudah digubah ke dalam bahasa Melayu. Para murid dibariskan dua baris memanjang secara berhadap-hadapan. Satu baris murid-murid perempuan sedang barisan yang lain adalah murid laki-laki dengan posisi guru berada di tengahnya. Mereka diurutkan dengan urutan yang telah ditentukan, dimana murid yang paling dekat dengan guru sekaligus yang mendapat giliran membaca pertama kali adalah murid yang terpandai.

Ketika seorang murid sedang membaca al-Qur’an, murid yang persis berada di hadapannya akan mengoreksi bacaannya dan mengajukan pertanyaan sebagaimana pertanyaan dialogis yang dijelaskan di atas. Murid yang sedang membaca harus dapat mempertanggungjawabkan kebenaran kebenaran bacaannya dan harus dapat menjawab seluruh pertanyaan dengan tepat. Jika ia membaca dengan tidak benar dan atau tidak dapat memberikan jawaban dengan tepat maka ia akan dihitung memiliki satu kesalahan. Setelah murid tersebut membaca, maka selanjutnya ia yang akan mengoreksi teman yang sebelumnya mengoreksi bacaannya dengan cara yang sama.

Setiap kesalahan diberikan punishment oleh guru berupa celaan atas kesalahaan yang dilakukan dengan mengatakan “fulan tidak bisa karena kurang perhati” yang diikuti oleh seluruh murid yang ikut bongkaran. Punishment ini ditujukan agar murid yang akan bongkaran harus lebih mempersiapkan diri dan lebih memperhatikan bacaannya agar minggu depat tidak mengalami hal serupa. Punishment juga dilakukan dengan memundurkan ia dari urutan sebelumnya dalam barisan tersebut jika mengalami

Page 13: Metode Tajwid dengan Syair Rifqil Halim

Metode Tajwid dengan Syair ... Rifqil Halim

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

95

kekalahan telak sebanyak tiga kali berturut-turut. Dengan demikian, murid yang sebelumnya berada pada urutan setelah dirinya akan menggantikan posisinya sebagai bentuk reward atas kemampuannya membaca al-Qur’an dan penguasaannya terhadap ilmu tajwid.

Pembelajaran tajwid dengan syair melayu di kampung loloan ini merupakan sebuah metode yang tergolong progresif di masanya. Dimana bukan guru saja yang bisa mengoreksi bacaan murid, murid juga bisa mengoreksi bacaan murid lainnya. Bongkaran yang dilakukan setiap minggu juga turut andil dalam efek positif terhadap kesungguhan murid mempelajari cara membaca al-Qur’an dengan benar sekaligus menghafal syair melayu yang pada dasarnya berisi teori ilmu tajwid. Pendek kata, Pembelajaran tajwid dengan syair melayu ini memiliki keistimewaan dimana ia berhasil mengkombinasikan praktek dan teori membaca al-Qur’an secara simultan sekaligus dengan cara yang menyenangkan karena mengapresiasi bahasa dan budaya lokal melayu setempat.

F. Perkembangan Metode Tajwid dengan Syair Melayu Metode Tajwid dengan syair melayu ini awalnya hanya

digunakan di pondok pesantren Manba’ul Ulum yang didirikan oleh Datuk Haji Semarang. Kemudian metode ini disebarkan lewat para alumninya yang setelah pulang ke kampung halaman menjadi guru mengaji al-Qur’an. Karena metode ini dapat mempercepat murid menguasai cara baca dan teori baca al-Qur’an, santri-santri Manba’ul Ulum yang mengajar di tempat kelahirannya mendapatkan dukungan dari masyarakat. Hingga saat ini hampir seluruh pusat pendidikan membaca al-Qur’an tradisional yang berada di kelurahan Toloan Timur dan Loloan Barat menggunakan metode tajwid dengan syair melayu. Metode ini juga digunakan di desa-desa yang menjadi pemukiman muslim di jembrana seperti seluruh kecamatan yang berada di bawah administrasi pemerintahan kabupaten Jembrana. Bahkan menurut pengakuan Nyai Hj. Musyarrafah, putri Datuk Haji Semarang, metode ini juga dikembangkan di luar kabupaten Jembrana seperti di Kabupaten Buleleng dan Kota Denpasar. Ada juga alumni yang membaca metode ini ke tanah Jawa, tepatnya di kota Batu, Malang, dan mendapatkan dukungan dari masyarakat setempat24.

24 Nyai Hj. Musyarrafah, Wawancara, 15 Mei 2020

Page 14: Metode Tajwid dengan Syair Rifqil Halim

Metode Tajwid dengan Syair ... Rifqil Halim

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

96

Masih digunakannya metode tajwid dengan syair melayu hingga saat ini menunjukkan bahwa metode ini masih relevan dalam membantu murid-murid dalam menguasai cara baca dan teori membaca al-Qur’an walaupun saat ini metode membaca al-Qur’an sudah mengalami perkembangan dan mendapatkan publikasi dari media sosial secara terbuka. Disamping itu, metode ini seharusnya terus dikembangkan sebagai bentuk pelestarian karya ulama nusantara yang mengajarkan agama dengan identitas bahasa dan budaya masyarakat itu sendiri.

G. Penutup Setidaknya ada tiga hal yang dapat disimpulkan dalam

penelitian ini antara lain; Pertama, metode tajwid dengan syair melayu merupakan metode yang dilatarbelakangi oleh kesadaran untuk mempermudah masyarakat loloan yang mempelajari cara baca dan teori baca al-Qur’an dengan bahasa dan budaya mereka sendiri.Kedua, metode tajwid dengan syair melayu ini dapat mengintegrasikan praktek dan teori membaca al-Qur’an dengan cara yang mendidik dan menyenangkan dan ketiga, metode tajwid dengan syair melayu ini dapat diterima oleh masyarakat sehingga terus mengalami perkembangan hingga hari ini.

Daftar Pustaka

Abdul Aziz Atiq, Ilm al-Arudh wa al-Qafiyah (Beirut: Dar al-Nahdhah al-Arabia, 1987)

Abdul Hadi W.M., “Syair-syair Tasawwuf Hamzah Fansuri ddan Pengaruhnya” dalam Buletin Al-Turats Fakultas Adab And Humaniora UIN Jakarta Vol 13, No.1, Januari 2007

A Damanhuri, Sejarah Kelahiran Kabupaten II Jembrana, Bahan Seminar Sejarah Lahirnya Kabupaten Jembrana dan Kota Negara yang diselenggarakan pada tahun 1993 [Pada naskah tanggal dan Bulan tidak disebutkan]

Setya Yuwana Sudikan, Ragam Metode Pengumpulan Data (Jakarta : PT RajaGrafindoPersada 2003)

Sukidin dan Basrowi, Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro (Surabaya : Insan Cendikia, 2002)

Sumarsono, Guyup Minoritas Melayu Loloan di Bali dan Bahasanya: Sebuah Pengantar (Malang: FKIP Udayana, t.th), h. 23

Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah (Bandung : Tarsito 1994)

Page 15: Metode Tajwid dengan Syair Rifqil Halim

Metode Tajwid dengan Syair ... Rifqil Halim

An-Nahdlah, Vol. 6 No. 2 April 2020

97

https://arrahim.id/rizal/khr-ahmad-al-hadi-bin-dahlan-al-falaky-kitab-ilmu-

tajwid-dan-pendiri-pondok-pesantren-pertama-di-bali/ https://jantungMelayu.com/2018/06/syair-nazam-tajwid-alquran-karya-raja-

haji-muhammad-said/ https://sinar5news.com/nazham-batu-ngompal-syair-motivasi-mempelajari-

tajwid-al-quran-bagian-pertama/ K.H. Fathur Rahim, Wawancara, 8 Mei 2020 Nyai Hj. Musyarrafah, Wawancara, 15 Mei 2020 Musaddad Johar, Wawancara, 30 Juni 2020 Ahmad Damanhuri, wawancara, 5 Mei 2020