mekanika-kanonik

21
1 BAB VI TRANSFORMASI KANONIK DAN TEORI HAMILTON-JACOBI V1.1 Transformasi Kanonik Pilihan koordinat umum q sebenarnya tidak ada pembatasan; dan mereka dapat berupa s besaran yang secara tunggal menentukan kedudukan system dalam ruang..Dalam hal ini persamaan Lagrange sama sekali tak bergantung pada pilihan koordinat, atau dengan kata lain persamaan Lagrange bersifat invariant (tak berubah) terhadap transformasi kumpulan q 1, q 2 ,q 3 ,…ke koordinat lain yang bebas Q 1 ,Q 2 ,Q 3 ,….Kumpulan koordinat Q yang baru ini adalah merupakan fungsi q yang secara eksplisit bergantung pula pada waktu t sehingga: Q i =Q i (q,t) yang dikenal sebagai transformasi titik Karena persamaan Lagrange tak berubah dibawah transformasi titk, maka persamaan Hamilton juga demikian. Akan tetapi untuk persamaan Hamilton sesungguhnya dimungkinkan rangkuman yang lebih luas. Ini disebabkan karena dalam persamaan Hamilton, perlakuan terhadap momentum p juga merupakan perubah yang sama kedudukannya dengan koordinat q. Oleh karena itu transformasi titik buat persamaan Hamilton, dapat diperluas hingga meliputi 2s perubah bebas p dan q. Jadi kedua-duanya harus ditransformasikan menurut: ) , , ( ) , , ( t p q P P p t p q Q Q q i i i i i i i i i i (V1.1.1) Mulai sekarang p dan P adalah momentum umum dan variabel Q dan P disebut variabel kanonik. Perluasan ini adalah merupakan keuntungan menggunakan sajian Hamilton. Akan tetapi tidak semua transformasi (V1.1.1) dapat mempertahankan bentuk kanonik persamaan Hamilton. Untuk keperluan ini, syarat yang harus dipenuhi sehingga persamaan gerak Hamilton dalam perubah baru Q, P, yakni bila ada fungsi Hamilton yang baru ) , , ( t P Q K K sehingga:

Upload: wahyu-nur-achmadin

Post on 31-Dec-2015

354 views

Category:

Documents


41 download

DESCRIPTION

pelajaran mekanika kanonik sangatlah bermanfaat dalam meninjau persamaan gerak yang terjadi pada mikroskopik maupun makroskopik.

TRANSCRIPT

Page 1: Mekanika-Kanonik

1

BAB VI

TRANSFORMASI KANONIK DAN TEORI HAMILTON-JACOBI

V1.1 Transformasi Kanonik

Pilihan koordinat umum q sebenarnya tidak ada pembatasan; dan mereka dapat berupa

s besaran yang secara tunggal menentukan kedudukan system dalam ruang..Dalam hal ini

persamaan Lagrange sama sekali tak bergantung pada pilihan koordinat, atau dengan kata lain

persamaan Lagrange bersifat invariant (tak berubah) terhadap transformasi kumpulan

q1,q2,q3,…ke koordinat lain yang bebas Q1,Q2,Q3,….Kumpulan koordinat Q yang baru ini

adalah merupakan fungsi q yang secara eksplisit bergantung pula pada waktu t sehingga:

Qi=Qi (q,t)

yang dikenal sebagai transformasi titik

Karena persamaan Lagrange tak berubah dibawah transformasi titk, maka persamaan

Hamilton juga demikian. Akan tetapi untuk persamaan Hamilton sesungguhnya dimungkinkan

rangkuman yang lebih luas. Ini disebabkan karena dalam persamaan Hamilton, perlakuan

terhadap momentum p juga merupakan perubah yang sama kedudukannya dengan koordinat q.

Oleh karena itu transformasi titik buat persamaan Hamilton, dapat diperluas hingga meliputi

2s perubah bebas p dan q. Jadi kedua-duanya harus ditransformasikan menurut:

),,(

),,(

tpqPPp

tpqQQq

iiiii

iiiii

(V1.1.1)

Mulai sekarang p dan P adalah momentum umum dan variabel Q dan P disebut variabel

kanonik. Perluasan ini adalah merupakan keuntungan menggunakan sajian Hamilton. Akan

tetapi tidak semua transformasi (V1.1.1) dapat mempertahankan bentuk kanonik persamaan

Hamilton.

Untuk keperluan ini, syarat yang harus dipenuhi sehingga persamaan gerak Hamilton

dalam perubah baru Q, P, yakni bila ada fungsi Hamilton yang baru ),,( tPQKK sehingga:

Page 2: Mekanika-Kanonik

2

dt

dP

P

K

dt

dQ

Q

K

dt

dK

(V1.1.2a)

Q

KP

P

KQ

; (V1.1.2b)

Jika ini dipenuhi maka transformasi (V1.1.1) disebut kanonik dan persamaan (V1.1.2b) bisa

diperoleh dari prinsip aksi..

Untuk merumuskan transformasi kanonik kita meninjau kembali prinsip variasi, yakni:

02

1

dtHqp

t

t i

ii (V1.1.3)

yang pada uraian lalu telah digunakan menurunkan persamaan gerak Hamilton. Menurut

keterangan di atas, variasi ini berlaku untuk sembarang system koordinat dan momentum.

Oleh karena itu, buat perubah baru P dan Q juga harus memenuhi asas variasi pada persamaan

(V1.1.3) agar persamaan Hamilton (V1.1.2b) dapat diturunkan dari:

02

1

dtKQP

t

t i

i (V1.1.4)

Kedua variasi (V1.1.3) dan (V1.1.4) hanya akan setara bila integrannya sama terlepas dari

pada perbedaan dengan diferensial total suatu fungsi F terhadap koordinat, momentum dan

waktu.

Dengan demikian menurut uraian di atas, dari kedua persamaan (V1.1.3) dan (V1.1.4)

haruslah dipenuhi syarat:

t

FKQPHqp iiii

(V1.1.5)

Page 3: Mekanika-Kanonik

3

dimana :

F adalah fungsi sembarang yang punya turunan kedua yang kontinu

adalah konstanta skala yang selalu dapat dibuat sama dengan satu

dengan melakukan transformasi yang tepat.

Bila hubungan antara P,Q dengan p,q sebagai P=p, Q=q dan K=H, maka:

Ppq

H

Q

K

Qqp

H

P

K

Transformasi skala bersifat kanonik jika:

HqpHqp iii (V1.1.6a)

Karena itu selalu dipilih =1, maka:

dt

dFKQPHqp iiii (V1.1.6b)

Jadi setiap transformasi kanonik ditandai dengan suatu fungsi tertentu F yang disebut fungsi

generator transformasi.

Berdasarkan persamaan (V1.1.6b) di atas dapat pula dituliskan sebagai:

dtHKdQPdqpdF iiii )( (V1.1.7)

Sehingga segera kita melihat bahwa:

t

FHK

Q

FP

q

Fp

i

i

i

i

;; (V1.1.8)

Page 4: Mekanika-Kanonik

4

Berdasarkan persamaan ini, maka kita dapat melihat bahwa F adalah merupakan fungsi dari

perubah koordinat lama dan baru serta waktu; yakni ),,( tQqFF . Fungsi pembangkit ini

dikenal sebagai fungsi pembangkit jenis pertama . Dengan demikian transformasi ini bersifat

kanonik karena hubungan persamaan (V1.1.8) dan fungsi pembangkit ini memenuhi

persamaan transformasi dari Lagrangian, yakni:

),,(),,(),,( tQqFdt

dtQQLtqqL (V1.1.9)

Contoh 1: Dengan menggunakan fungsi pembangkit tipe pertama, carilah syarat agar

persamaan suatu osilator harmonic 1-dimensi bersifat kanonik

Jawab: Hamiltonian osilator harmonic 1-dimensi adalah:

)(2

1

2

1

2

222222

qmpm

kqm

pH (1)

Bentuk jumlah kuadrat memberi ide:

Q

m

Pfq

Qpfp

sin)(

cos)(

(2)

Dengan mesubstitusi ini ke dalam Hamiltonian di atas, maka diperoleh:

Km

PfH

2

)(2

(3)

f(P) harus dipilih supaya transformasinya bersifat kanonik. Dengan membagi p dengan q,

maka:

Page 5: Mekanika-Kanonik

5

q

FQqmpQm

q

p

1cotcot (4)

sehingga

QqmF cot2

1 2

1 (5)

Selanjutnya untuk:

Qm

Pq

Q

qm

Q

FP 22

2

2

sin2

sin2

1

(6)

atau

Qm

Pq sin

2

(7)

Jadi transformasi akan bersifat kanonik bila:

PmPf 2)( (8)

Hasil transformasinya adalah:

E

P sehingga2

)(2

EPm

PfK

0QtQP

KQ

Jadi )sin(2

)sin(2

020 Qtm

EQt

m

Pq

(9)

Dapat pula lebih menguntungkan bila fungsi generator itu bukannya dinyatakan dalam

perubah (q,Q,t) melainkan dalam perubah (q,P,t). Kadang-kadang fungsi generator tipe I,

penyelesaian transformasinya tidak dapat diperoleh sehingga perlu dicobakan fungsi generator

F2= F2(q,P,t) dengan menuliskan dalam bentuk sebagai berikut:

Page 6: Mekanika-Kanonik

6

i

iiPQtPqFF ),,(2 (V1.1.10)

Bila ini disubstitusikan ke dalam syarat transformasi kanonik, maka:

i

i

i

i

i

i

i

i

i

i

i

i

ii

i

i

i

i

ii

i

i

QPt

FP

P

Fq

q

FK

QPQPdt

dFKQP

dt

dFKQPHqp

222

2 (V1.1.11a)

atau

0222

t

FHKP

P

FQq

q

Fp i

i i

ii

i i

i

(V1.1.11b)

karena q,P dianggap bebas, maka:

t

FHK

P

FQ

q

Fp

i

i

i

i

222 ;; (V1.1.12)

Untuk generator tipe III:

F3=F3(p,Q,t)

i

ii pqtQpFF ),,(3 (V1.1.13a)

Dengan cara yang sama, akan diperoleh:

t

FHK

p

Fq

q

FP

i

i

i

i

333 ;; (V1.1.13b)

Page 7: Mekanika-Kanonik

7

Selanjutnya untuk generator tipe IV, yakni:

F4=F4(p,P,t)

Transformasi generatornya diberikan oleh:

i

ii

i

ii PQpqtPpFF ),,(4 (V1.1.14a)

dan diperoleh:

t

FHK

P

FQ

p

Fq

i

i

i

i

444 ;; (V1.1.14b)

Daftar fungsi pembangkit persamaan kanonik

),,(1 tQqF ),,(2 tPqF ),,(3 tQpF ),,(4 tPpF

q

Fp

1

q

Fp

2

p

Fp

3

p

Fp

4

Q

FP

1

P

FQ

2

Q

FP

3

P

FQ

4

t

FHK

1

t

FHK

2

t

FHK

3

t

FHK

4

VI.2 Beberapa Gambaran Tentang Transformasi Kanonik

Perlu dikemukakan bahwa transformasi kanonik dalam sajian Hamiltonian memiliki

banyak sekali kemungkinan yang tidak mengubah arti perubah lama dan keperubah baru.

Dalam hal ini karena transformasi pada persamaan (V1.1.1) menghubungkan besaran P,Q

terhadap q dan p, maka perubah Q kiranya tidak lagi mesti sebagai perubah yang berhubungan

dengan ruang. Sebagai contoh, akan diberikan beberapa transformasi khusus dan

generatornya yakni:

Page 8: Mekanika-Kanonik

8

1. Transformasi Qi=pi , Pi=-qi dengan fungsi generator i

i

iQqF sama sekali tak

mengubah persamaan kanonik Hamilton. Hal ini dapat dilihat, karena F tak

bergantung pada waktu secara eksplisit maka:

i

i

i

i

i

i

qQ

FP

Qq

Fp

1

1

Dalam hal ini, tidak penting yang mana koordinat dan yang mana momentum

karena bersifat kanonik.

2. Fungsi generator i

i

iPqF 2

HK

qP

Pq

P

FQ

PPq

q

q

Fp

i

i

i

i

i

i

i

ii

i i

i

i

i

2

2

Ini adalah transformasi identitas

3. Fungsi generator ini

i

i PtqqfF ),,......(2

),,...,( 212

2

tqqqfP

FQ

Pq

f

q

Fp

nj

j

j

i

i j

i

j

j

Transformasi ini adalah transformasi koordinat.

VI.3 Kurung Poisson

Misalkan f(q,p,t) suatu fungsi terhadap koordinat, momentum dan waktu. Turunan

totalnya terhadap waktu adalah:

Page 9: Mekanika-Kanonik

9

k

k

k

k

k

pp

fq

q

f

t

f

dt

df (VI.3.1)

Dengan memasukkan harga kk pq dan dari persamaan Hamilton pada persamaan (V.5.7), kita

dapat menyatakan :

fHt

f

dt

df,

(VI.3.2a)

dengan

k kkkk p

f

q

H

q

f

p

HfH , (VI.3.2b)

Pernyataan (VI.3.2b) dikenal sebagai “ kurung Poisson” (Poisson bracket) besaran H dan f.

Kita melihat dari persamaan (VI.3.2a), bila suatu besaran; katakanlah f disini

merupakan integral gerak, maka df/dt=0. Ini berarti 0,

fH

t

f. Kalau integral gerak itu

tak bergantung secara eksplisit terhadap waktu, maka:

0, fH (VI.3.3)

yang menunjukkan bahwa kurung Poisson H dan f haruslah lenyap.

Sesuai denga analogi persamaan (VI.3.2b), maka kurung Poisson bagi besar g dan f

didefinisikan berdasarkan sangkutan:

k kkkk p

f

q

g

q

f

p

gfg, (VI.3.4)

Dapat pula ditunjukkan bahwa kurung Poisson memenuhi sifat-sifat sebagai berikut:

gffg ,, (VI.3.5)

tetapansuatuCCf ,0, (VI.3.6)

Page 10: Mekanika-Kanonik

10

gfgfgff ,,, 2121 (VI.3.7)

gffgffgff ,,, 122121 (VI.3.8)

Kalau persamaan (VI.3.4) diambil turunan parsialnya terhadap waktu, maka akan:

t

gfg

t

fgf

t,,, (VI.3.9)

Jika salah satu dari f atau g adalah koordinat atau momentum, maka dipenuhi sangkutan:

k

kp

fqf

, (VI.3.10)

k

kq

fpf

, (VI.3.11)

Dengan menggunakan persamaan (VI.3.10) dan (VI.3.11), maka dapat pula ditunjukkan

bahwa:

ikkikiki qpppqq ,,0,, (VI.3.12)

Contoh 2: Tentukan kurung Poisson terhadap komponen Cartesian momentum linear p

dengan momentum sudut L=r x p

Jawab. Dengan menggunakan persamaan (VI.3.11), dan menyatakan momentum sudut

sebagai pxL maka:

zyzyx pzpypy

pL

,

yyzzx pzpyp

zpL

,

zzxxy pxpzpx

pL

,

Page 11: Mekanika-Kanonik

11

zxzxzy pxpzpz

pL

,

0,,, zzyyxx pLpLpL

Selanjutnya perubahan p dan q dalam sajian Hamiltonian sering disebut perubah yang

berpasangan secara konjugat kanonis. Syarat yang menghubungkan perubah yang

berkonjugasi secara kanonis adalah kurung Poisson. Dalam hubungan ini jika [f,g]pq

merupakan kurung Poisson bagi besaran f dan g terhadap p dan q. Sementara [f,g]P,Q sebagai

kurung Poisson bagi besaran yang sama terhadap sebagai kurung Poisson bagi besaran yang

sama terhadap peubah P,Q, maka akan dipenuhi hubungan, yakni:

QPqp gfgf ,, ,, (V1.3.13)

Hal ini dapat ditunjukkan secara langsung dengan menggunakan transformasi (V1.1.12).

Dalam hal ini:

i

i

i

i

i iiii

i i

i

ii

i

ii

i

ii

i

i

i iiii

QP

P

p

Q

q

p

g

q

f

q

g

p

f

P

p

p

g

Q

q

q

f

Q

q

q

g

P

p

p

f

P

g

Q

f

Q

g

P

fgf ,,

(V1.3.14)

Bahwa persamaan (V1.3.13) dipenuhi, tinggal menunjukkan bahwa

i

i

i

i

P

p

Q

q=1. Ini dapat

diperlihatkan karena menurut persamaan (V1.1.12), iii

i

iii

i

qPq

Qdan

qPP

p

22

sehingga

nyata

i

i

i

i

P

p

Q

q=1. Karena dipenuhinya rumus (VI.3.12) dan (V1.3.13) , maka juga berlaku:

Page 12: Mekanika-Kanonik

12

ikqpki

qpkiqpki

PQ

PPQQ

,

,,

,

0,,

(V1.3.15)

Inilah syarat yang harus dipenuhi suatu transformasi QPqp ,, bila dinyatakan

dalam kurung Poisson bersifat kanonik

Contoh 3: Perlihatkan bahwa transformasi berikut ini kanonik:

ptqPptqQ sin)exp(2,cos)exp(2

Jawab: Dengan menggunakan kurung Poisson sebagai syarat kanonik, 1, PQ , maka:

1

sincos

sin)exp(2.)2(2

1.sin)exp(2

cos)exp(2cos)exp(2.)2(2

1

,

22

2

1

2

1

pp

ptqptq

ptqptq

q

P

p

Q

p

P

q

QPQ

Contoh 4: Perlihatkan secara langsung bahwa transformasi berikut:

pqPpq

Q cot,)sin1

log(

adalah kanonik.

Jawab: Dengan menggunakan metode simplektif sebagai syarat kanonik, yakni:

P

q

p

Qii

p

P

Q

qi

)

)

Page 13: Mekanika-Kanonik

13

Tinjau

pQp

ppQpqP

pQqpq

Q

cos)exp(sin

cossin)exp(cot

sin)exp(sin1

log

qpQp

P

qpQQ

q

sin)exp(

sin)exp(

Dengan demikian transformasi di atas adalah kanonik, karena:

qp

P

Q

q

Contoh 5: Persamaan transformasi antara dua koordinat adalah:

pqQpqpqP

pqQpqQ

cos1)exp(sin)cos1(2

cos1)exp()cos1log(

2

1

2

1

2

1

2

1

2

1

Jawab: Dengan menggunakan metode simplektif sebagai syarat kanonik, yakni

P

q

p

Qii

p

P

Q

qi

)

)

p

qQ

pqp

Q

p

Q

p

e

Q

q

p

eq

Q

Q

cos

)exp(2

coscos

)exp(2

cos

)exp(

cos

12

cos

1

2

1

2

1

2

2

Page 14: Mekanika-Kanonik

14

pQQ

pp

Qp

p

Q

pqpqP

tan1)exp()exp(2

sin.cos

1)exp(cos.

cos

1)exp(12

sincos12 2

1

2

1

p

qQ

p

Qpq

p

QQQ

p

P

cos

)exp(2

cos

)exp(.cos2

cos

)exp(1)exp()exp(2

2

1

22

1

2

Jadi transformasi di atas adalah kanonik, karena:

p

qQ

p

P

Q

q

cos

)exp(2 2

1

Sedangkan fungsi pembangkitnya (diberikan ),(33 QpFF ) adalah:

ppfpp

f

p

f

pee

p

e

p

f

pee

p

Fq

pfpee

pdQeeF

pQQQ

FP

QQQ

QQ

QQ

QQ

tan)(;cos

1

cos

12

cos

1

cos

12

)(tan2

12

tan2

tan1)exp()exp(2

2

2

2

2

2

23

2

2

3

3

Dengan demikian fungsi pembangkitnya adalah:

Page 15: Mekanika-Kanonik

15

pQ

pQQF

tan1)exp(

tan1)exp(2)2exp(

2

3

V.4 Persamaan Hamilton-Jacobi

Pada uraian yang lalu besaran aksi telah diketahui sebagai fungsi dari koordinat dan

waktu. Dalam hal ini, menurut persamaan integral aksi, perubahan aksi dari suatu lintasan ke

lintasan lain, adalah:

dttt

Lq

q

Lq

q

LI

t

t

2

1

(VI.4.1a)

Dan jika Lagrangian tidak bergantung waktu secara eksplisit, maka 0

t

Lsehingga:

dtqq

Lq

q

LI

t

t

2

1

(VI.4.1b)

Karena prinsip Hamilton menyatakan bahwa “ perubahan system dari keadaan t1 ke keadaan

t2 yang membuat integral aksi stasioner/ekstremum”, sehingga:

2

1

2

1

0

t

ti

i

t

t i ii

qq

Ldtq

q

L

dt

d

q

LI

(VI.4.2)

Jika pada suku ke 2 (dua) pada ruas kanan, dengan mengambil 0)( 1 tq dan menandai

qtq )( 2 dan mengganti pq

L

, maka diperoleh qpI . Jadi terlihat bahwa turunan

parsial aksi terhadap koordinat adalah merupakan momentum, yaitu:

Page 16: Mekanika-Kanonik

16

pq

I

(VI.4.3)

Dengan demikian aksi dapat dipandang secara eksplisit merupakan fungsi waktu dan

koordiant dengan meninjau lintasan yang bermula pada saat t1 pada kedudukan q1.

Jadi

qpt

Iq

q

I

t

I

dt

dI

(VI.4.4)

Selanjutnya dari aksi diperoleh Ldt

dI , maka:

qpLt

Iqp

t

IL

atau, (VI.4.5)

Disisi lain );,();,( i tqqLpqtpqH iii

i

ii , maka akan diperoleh persamaan buat aksi I(q,t)

yang ditentukan oleh:

0);,(

tpqH

t

I (VI.4.6)

Sementara pq

I

, maka dengan mengganti dari dalam Hamiltonian diperoleh:

0;,...,,,,,,21

21

t

q

I

q

I

q

IqqqH

t

I

n

n (VI.4.7)

yang menentukan besaran aksi I(q,t). Persamaan diferensial parsial orde satu terhadap waktu

ini dikenal sebagai persaman Hamilton-Jacobi. Seperti halnya persamaan Lagrange dan

Page 17: Mekanika-Kanonik

17

persamaan kanonik Hamilton, maka juga persamaan Hamilton-Jacobi adalah merupakan

adalah basis dalam menentukan metode umum mengintegralkan persamaan gerak.

Sebelum mengupas metode di atas, perlu dikemukakan kenyataan bahwa setiap

persamaan diferensial parsial orde satu memiliki penyelesaian yang hanya bergantung pada

satu fungsi sembarang. Dalam penerapan mekanisme integral umum persamaan Hamilton-

Jacobi kurang penting dibanding dengan integral lengkap, yang mengandung tetapan bebas

sebanyak perubah bebas.

Untuk perubah bebas dalam persamaan Hamilton-Jacobi terdiri atas perubah waktu

dan koordinat . Untuk system dengan n buah derajat kebebasan, integral lengkapnya hruslah

mengandung n+1 buah tetapan integrasi. Karena fungsi aksi I terpaut dalam persamaan

melalui turunan, maka satu diantara tetapan itu haruslah bersifat menjumlah, sehingga integral

lengkap persamaan Hamilton-Jacobi akan dapat disajikan sebagai:

tqqqfI nn ;,...,,;,...,, 21;21 (VI.4.8)

Untuk menentukan hubungan integral lengkap persamaan Hamilton-Jacobi dengan

penyelesaian persamaan gerak yang dicari, maka dalam transformasi kanonik dari perubah p,q

ke perubah yang baru, kita pilih f(t,q,) sebagai fungsi generator dengan 1, …,nsebagai

perubah momentum baru. Misalkan koordinat baru itu adalah 1,…, n , dan mengingat fungsi

generator adalah merupakan fungsi koordinat lama dengan momentum baru, maka:

1). i

iq

fp

2) i

i

f

3) t

fHH

Akan tetapi karena f juga mengikuti persamaan Hamilton-Jacobi, maka Hamiltonian baru

0

t

IH

t

fHH . Ini berarti 0H , akibatnya 0,0

i

i

i

i

HH

,

sehingga i=tetap, i=tetap.

Page 18: Mekanika-Kanonik

18

Selanjutnya persamaan Hamilton-Jacobi akan mengambil bentuk yang lebih sederhana

bila H tidak bergantung pada waktu secara eksplisit; yaitu bila system konservatif.

Ketergantungan aksi terhadap waktu ditentukan oleh suku –Et, sehingga aksi akan dapat

dinyatakan sebagai:

EtqItqI )(),( 0 (VI.4.9)

yang dikenal sebagai solusi umum persamaan Hamilton-Jacobi

Contoh 6: Tinjaulah osilator harmonic dimana Hamiltoniannya adalah:

2222222

2

1

2

1

2qmp

mqm

m

pH (1a)

dengan

m

k (1b)

Persamaan Hamilton-Jacobi

0);,(

tpqH

t

I

0)(2

1 2222

qm

q

I

mt

I (2)

dimana telah digunakan pq

I

.

Kalau I diketahui, maka p=p(t) dan q=q(t) dapat dicari. Andaikan solusinya:

EtqItqI )(),( 0

Jika diderensialkan terhadap q maka akan diperoleh:

q

I

q

I

0 (3)

Page 19: Mekanika-Kanonik

19

sehingga:

02

1 222

2

0

t

Iqm

q

I

m (4)

karena Ht

I

, dimana H tiada lain adalah energi total osilator (H=T+V) karena

dibangkitkan oleh gaya konservatif. Dengan menandai H=E , maka:

mEqmq

I2222

2

0

(5)

atau dqqmmEI 2

1

222

0 2 (6a)

atau dqqm

EmI

2

1

2

20

2

(6b)

sehinga:

Etdqqm

EmtqI

2

1

2

2

2),(

(7)

Transformasi kanonik dari perubah q,p ke perubah baru, yakni:

E

I

P

IQ

E

Ip

maka:

tdqqm

E

Em

E

I

2

1

2

2

2

(8)

atau

Page 20: Mekanika-Kanonik

20

2

2

2

1

2

22

12

qm

E

dqdqq

m

E

Emt

(9)

Selanjutnya dengan menggunakan sifat integral:

a

xarc

xa

dxsin

22

maka

dengant

m

E

q

atau

m

E

qarct

sin2

,2

sin1

2

2 (10)

Akhirnya diperoleh solusi osilator harmonic, yakni:

tm

Etq sin

2)(

2 (11)

Soal latihan:

1. Transformasi berikut:

cossin

sincos

pqP

pqQ

a. Tunjukkan bahwa transformasi ini adalah kanonik untuk semua harga .

b. Dapatkan generatornya (gunakan tipe II)

2. Carilah syarat agar transformasi berikut:

2, xPx

pQ

dimana dan adalah konstan, merepresentasikan sebuah transformasi kanonik untuk

system satu derajat kebebasan.

3. Persamaan transformasi:

Page 21: Mekanika-Kanonik

21

122222

21

2211

2

11

2sin,sec

cos2

2cos,

qpPpqQ

pq

qppPqQ

adalah kanonik. Tentukan fungsi generatornya.

4. Jika Lagrangian ),,( tqqL diganti oleh:

dt

tqdFtqqLtqqL

),(),,(),,(

dimana F(q,t) adalah sebuah fungsi tetapan, persamaan gerak Lagrange akan invariant.

Buktikan bahwa transformasi ini kanonik dan carilah fungsi generator yang berkaitan

dengan transformasi ini.