materi jenazah

7
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Setiap orang yang bernafas pasti akan meninggal, dan setiap muslim memiliki kewajiban terhadap saudaranya yang meninggal dunia menyolati, dan memandikannya. Seperti orang yang hidup, jenazah pun harus dimandikan sebelum disholatkan dan dikuburkan. Memandikan jenazah merupakan bagian dari fardhu kifayah dalam mengurus jenazah. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa fardhu kifayah merupkan sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan, apabila tidak seorang pun yang melakukan hal tersebut maka seluruh kampong dan penduduk di sekitar kediaman jenazah tersebut akan berdosa. Oleh karena itu, memandikan jenazah merupakan keharusan yang mesti dikerjakan. Dan apabila hal tersebut telah dilaksanakan, maka putuslah kewajiban penduduk muslim setempat. Dalam makalah ini, akan membahas mengenai makalah yang berjudul “Tata cara Pelaksanaan Penyelenggaraan Jenazah”. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas perlu kiranya merumuskan masalah sebagai langkah awal untuk mengetahui apa yang dikaji dalam makalah ini. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut : 1. Apa pengertian jenazah? 2. Bagaimana tatacara pelaksanaan penyelenggaraan jenazah?

Upload: kemarau20

Post on 19-Feb-2017

296 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Setiap orang yang bernafas pasti akan meninggal, dan setiap

muslim memiliki kewajiban terhadap saudaranya yang meninggal dunia

menyolati, dan memandikannya. Seperti orang yang hidup, jenazah pun

harus dimandikan sebelum disholatkan dan dikuburkan. Memandikan

jenazah merupakan bagian dari fardhu kifayah dalam mengurus jenazah.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa fardhu kifayah merupkan

sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan, apabila tidak seorang pun

yang melakukan hal tersebut maka seluruh kampong dan penduduk di

sekitar kediaman jenazah tersebut akan berdosa.

Oleh karena itu, memandikan jenazah merupakan keharusan yang

mesti dikerjakan. Dan apabila hal tersebut telah dilaksanakan, maka

putuslah kewajiban penduduk muslim setempat.

Dalam makalah ini, akan membahas mengenai makalah yang

berjudul “Tata cara Pelaksanaan Penyelenggaraan Jenazah”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas perlu kiranya merumuskan

masalah sebagai langkah awal untuk mengetahui apa yang dikaji dalam

makalah ini. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian jenazah?

2. Bagaimana tatacara pelaksanaan penyelenggaraan jenazah?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Jenazah

Kata jenazah bila ditinjau dari segi bahasa (etimologi) berasal dari

bahasa arab dan menjadi turunan dari isim masdar yang diambil dari fi’il

madhi “janaza-yajnizu-janazatan”. Bila huruf jim dari kata tersebut dibaca

fathah (janazatan), kata ini berarti orang yang telah meninggal dunia.

Namun bila huruf jimnya dibaca kasroh, maka kata ini memiliki arti orang

yang mengantuk.

Lebih jauh kata jenazah menurut Hasan Sadiliy, memiliki makna

“seseorang yang telah meninggal dunia yang sudah terputus masa

kehidupannya dengan alam dunia ini.

Dalam kamus Al-Munawwir, kata jenazah diartikan sebagai

“seseorang yang telah meninggal dunia dan diletakkan dalam usungan.

Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata jenazah diartikan

sebagai badan atau tubuh orang yang sudah mati.

B. Tata cara pelaksanaan penyelenggaraan jenazah

Kewajiban kaum muslimin terhadap jenazah ada empat yaitu:

memandikan, mengkafani, mensholatkan dan mengkuburkan. Adapun

hukumnya adalah fardhu kifayah.

1. Memandikan mayat

Syarat jenazah yang harus dimandikan:

Mayat itu orang Islam.

Didapati tubuhnya walaupun sedikit.

Jenazah itu bukan mati sahid.

Cara memandikan mayat:

Mayat diletakkan pada tempat yang tinggi seperti balai-balai atau ranjang

dan ditempatkan yang sunyi, tidak banyak orang masuk atau keluar.

Siapkan air secukupnya. Disunahkan air dicampur dengan daun bidara atau

suatu yang dapat menghilangkan daki seperti sabun. Sebagian air dicampur

kapur barus untuk digunakan pada siraman terakhir.

Mayat diberi pakaian mandi yang tertutup auratnya sejauh tidak

menyulitkan orang yang memandikan.

Mengeluarkan kotoran dari dalam perutnya serta kotoran-kotoran dibagian

tubuh yang lain dengan cara yang halus dan sopan.

Membersikan mulut dan giginya,barulah dibasuh kepalanya seraya disisir

rambut dan jenggotnys jiks sds lslu di bsringksn ke sebelah kiri untuk

dibasuh kanannya, sesudah itu baringkan ke sebelah kanan untuk dibasuh

sebelah kirinya. Serangkaian pekerjaan tersebut dihitung satu kali basuhan

dan dipandang cukup, namun disunnahkan tiga kali atau lima kali.

Meratakan air keseluruhan badan jenazah dari atas kepala sampai ke kaki.

Mewujudkan jenazah.

Dikeringkan dengan kain handuk.

Orang yang berhak memandikan mayat

Suami atau istri mayat dan mahramnya.

Bila mahramnya tidak ada, maka bisa diserahkan kepada orang yang

mengerti dan dipercaya.

Jenis kelaminnya sejenis dan jika tidak ada mahramnya atau yang

sejenisnya dengan si mayat maka boleh ditayamumkan.

2. Mengkafani Mayat

Hukum mengkafani mayat adalah fardhu kifayah atas orang hidup.

Syarat mengkafani mayat

a. Sekurang-kurangnya satu lapis yang menutup seluruh tubuhnya.

b. Mengkafaninya sesudah dimandikan.

c. Diutamakan berwarna putih. Bagi laki-laki disunahkan tiga lapis yang

terdiri dari kain sarung dan dua lapis yang menutup seluruh tubuhnya.

Sedangkan bagi perempuan disunahkan lima lapis yaitu: kain basahan

(kain bawah), selembar kerudung (tutup kepala), selembar baju kurung dan

tiga lapis yang menutup seluruh tubuh.

Cara mengkafani mayat

- Jika mayatnya laki-laki, dihamparkan sehelai-sehelai dan ditaburkan di

atas tiap-tiap lapis itu harum-haruman seperti kapur barus dan

semacamnya, lalu mayat diletakkan di atasnya, sesudah diberi kapur barus

dan sebagainya kedua tangannya disedekapkan seperti sholat, kemudian

kain dibungkuskan lapis demi lapis pada bagian kaki, perut dan kepala

diberi ikat (tali) dari kain putih.

- Jika mayatnya perempuan, dilakukan seperti tersebut diatas hanya pada

tubuh mayat dipakaikan kain basahan (kain bawah), baju dan tutup kepala

(kerudung). Khusus bagi orang yang meninggal dalam keadaan ihrom haji

atau umroh tidak boleh diberi harum-haruman atau tutup kepala.

- Yang wajib menanggung kafan, diambil dari harta si mayat. Bila tidak

meninggalkan harta warisan maka dibebankan kepada orang yang

memelihara sewaktu hidup. Apabila mayat tidak ada yang menanggung

maka diambilkan dari baitul mal.

3. Mensholatkan mayat

Sholat jenazah ialah sholat yang dikerjakan sebanyak 4 takbir

dalam rangka mendo’akan orang muslim yang meninggal. Apabila

jenazahnya laki-laki imam hendaknya berdiri di depan kepalanya, dan

apabila jenazahnya perempuan hendaknya imam menghadap setengan

perut stsu punggungnya.

a) Syarat sholat jenazah

Semua yang menjadi syarat sholat seperti suci dari hadats besar/kecil,

menutup aurot dan lainnya.

Setelah jenazah itu dimandikan.

Jenazah diletakkan disebelah kiblat orang yang sholat kecuali bila sholat

diatas kubur dan sholat ghoib.

b) Rukun sholat jenazah

- Niat.

- Berdiri jika mampu.

- Takbir empat kali.

- Membaca surat al-Fatihah.

- Membaca sholawat Nabi SAW.

- Mendo’akan mayat setelah takdir ketiga dan ke empat.

- Member salam.

4. Menguburkan mayat

Cara menguburkan mayat

Membuat liang lahat yang tidak bisa di bongkar oleh binatang buas

atau dapat menimbulkan bau busuk.

Jenazah dimasukkan kedalam liang lahat dengan posisi miring

kekanan dan menghadap kiblat.

Tali-tali kain kafan dilepas, pipi kanan dan ujung kaki ditempatkan

pada tanah.

Setelah ditutup dengan bamboo atau papan kayu di atasnya ditimbun

dengan tanah sampai rata.

Mendo’akan dan memohon ampun kepada jenazah.

C. Takziah dan ziarah kubur

Takziah berasal dari kata “azza-yu’azzi artinya berduka cita atau

berbela sungkawa atas musibah yang menimpa. Dalam konteks muamalah

Islam, takziah adalah mendatangi keluarga orang yang meninggal dunia

dengan maksud menyabarkannya dengan ungkapan-ungkapan yang dapat

menenangkan perasaan dan menghilangkan kesedihan.

Orang yang melakukan takziah adalah orang yang mampu

merasakan kesedihan atau duka yang dialami saudaranya. Hal ini jelas

termasuk dalam katagori amar ma’ruf nahi munkar yang merupakan salah

satu fundamen ajaran Islam. Lebih dari itu, takziah adalah aplikasi dari

sikap saling menolong dan bekerja sama dalam kebaikan dan ketakwaan.

Allah SWT berfirman: “Dan saling menolonglah kamu sekalian dalam

kebaikan dan ketakwaan” (QS. Al-maidah: 2).

Dalam pandangan rasulullah SAW, takziah mempunyai nilai dan

keutamaan tinggi bagi yang melakukannya. Beliau bersabda, “Tidaklah

seorang mukmin yang melakukan takziah atas musibah yang menimpa

saudaranya, kecuali Allah akan memakaikan untuknya permata kemuliaan

pada hari kiamat. (HR. Ibnu Majah dan Al-Baihaqi).

Tak ada satupun manusia yang bisa menolak kematian. Singkatnya,

selain sebagai wujud hubungan baik antar manusia, takziah juga

merupakan media untuk mengingatkan manusia terhadap sesuatu yang

pasti, yaitu kematian. Dengan sering melakukan takziah, seseorang

terdorong untuk bermuhasabah atas semua aktivitas yang telah

dilakukannya. Semakin serring takziah dilakukan, semakin kuat pula

keyakinan akan datangnya kematian. Jika demikian, akan semakin tumbuh

semangat mengisi hidup dengan perbuatan baik dan amal shaleh.

Sedangkan ziarah kubur ialah mengunjungi makam seseorang

untuk memanjatkan do’a dan memintakan ampun dari Allah SWT, ziarah

kubur dengan maksud untuk mengambil pelajaran dan ingat akan

kehidupan akhirat, dengan syarat tidak mengucapkan kata-kata yang

mendatangkan murka Allah SWT.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kata jenazah bila ditinjau dari segi bahasa (etimologi) berasal dari

bahasa arab dan menjadi turunan dari isim masdar yang diambil dari fi’il

madhi “janaza-yajnizu-janazatan”. Bila huruf jim dari kata tersebut dibaca

fathah (janazatan), kata ini berarti orang yang telah meninggal dunia.

Namun bila huruf jimnya dibaca kasroh, maka kata ini memiliki arti orang

yang mengantuk.

Kewajiban kaum muslimin terhadap jenazah ada empat yaitu:

1. Memandikan mayat

2. Mengkafani Mayat

3. Mensholatkan mayat

4. Menguburkan mayat