pemulasaran jenazah

21
PEMULASARAN JENAZAH A. Perawatan Jenazah Perawatan jenazah adalah suatu tindakan medis melakukan pemberian bahan kimia tertentu pada jenazah untuk menghambat pembusukan serta menjaga penampilan luar jenazah supaya tetap mirip dengan kondisi sewaktu hidup. Perawatan jenazah dapat dilakukan langsung pada kematian wajar, akan tetapi kematian pada tidak wajar pengawetan jenazah baru boleh dilakukan setelah pemeriksaan jenazah atau otopsi dilakukan. Perawatan jenazah dilakukan karena ditundanya penguburan/kremasi, misalnya untuk menunggu kerabat yang tinggal jauh diluar kota/diluar negeri. Pada kematian yang terjadi jauh dari tempat asalnya terkadang perlu dilakukan pengangkutan atau perpindahan jenazah dari suatu tempat ketempat lainnya. Pada keadaan ini, diperlukan pengawetan jenazah untuk mencegah pembusukan dan penyebaran kuman dari jenazah ke lingkungannya. Jenazah yang meninggal akibat penyakit menular akan cepat membusuk dan potensial menular petugas kamar jenazah. Keluarga serta orang-orang disekitarnya. Pada kasus semacam ini, kalau pun penguburan atau kremasinya akan segera dilakukan tetap dilakukan perawatan jenazah 1

Upload: muchanakbae

Post on 19-Jul-2016

179 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

pemulasaran jenazah

TRANSCRIPT

Page 1: PEMULASARAN JENAZAH

PEMULASARAN JENAZAH

A. Perawatan Jenazah

Perawatan jenazah adalah suatu tindakan medis melakukan pemberian

bahan kimia tertentu pada jenazah untuk menghambat pembusukan serta menjaga

penampilan luar jenazah supaya tetap mirip dengan kondisi sewaktu hidup.

Perawatan jenazah dapat dilakukan langsung pada kematian wajar, akan tetapi

kematian pada tidak wajar pengawetan jenazah baru boleh dilakukan setelah

pemeriksaan jenazah atau otopsi dilakukan.

Perawatan jenazah dilakukan karena ditundanya penguburan/kremasi,

misalnya untuk menunggu kerabat yang tinggal jauh diluar kota/diluar negeri.

Pada kematian yang terjadi jauh dari tempat asalnya terkadang perlu dilakukan

pengangkutan atau perpindahan jenazah dari suatu tempat ketempat lainnya. Pada

keadaan ini, diperlukan pengawetan jenazah untuk mencegah pembusukan dan

penyebaran kuman dari jenazah ke lingkungannya.

Jenazah yang meninggal akibat penyakit menular akan cepat membusuk

dan potensial menular petugas kamar jenazah. Keluarga serta orang-orang

disekitarnya. Pada kasus semacam ini, kalau pun penguburan atau kremasinya

akan segera dilakukan tetap dilakukan perawatan jenazah untuk mencegah

penularan kuman atau bibit penyakit disekitarnya.

Perawatan jenazah penderita penyakit menular dilaksanakan dengan selalu

menerapkan kewaspadaan universal tanpa mengakibatkan tradisi budaya dan

agama yang dianut keluarganya. Setiap petugas kesehatan harus dapat menasihati

keluarga dan mengambil tindakan yangs sesuai agar penanganan jenazah tidak

menambah risiko penularan penyakit seperti halnya hepatitis B, AIDS, Kolera dan

sebagainya. Tradisi yang berkaitan dengan perlakuan terhadap jenazah tersebut

dapat diizinkan dengan memperhatikan hal yang telah disebut diatas, seperti

misalnya mencium jenasah sebagai bagian dari upacara penguburan. Perlu diingat

bahwa virus HIV hanya dapat hidup dan berkembang dalam manusia hidup, maka

beberapa waktu setelah penderita infeksi HIV meninggal, firus pun akan mati.

1

Page 2: PEMULASARAN JENAZAH

B. Tujuan Perawatan Jenazah

Adapun tujuan dari perawatan jenazah yaitu:

1. Untuk mencegah terjadinya pembusukan pada jenazah

2. Dengan menyuntikan zat-zat tertentu untuk membunuh kuman seperti

pemberian intjeksi formalin murni, agar tidak meningalkan luka dan membuat

tubuh menjadi kaku. Dalam injeksi formalin dapat dimasukan kemulut hidung

dan pantat jenazah.

C. Tindakan Diluar kamar jenazah

Adapun tindakan yang dilakukan diluar kamar jenazah yaitu:

1. Mencuci tangan sebelum memakai sarung tangan

2. Memakai pelindung wajah dan jubah

3. Luruskan tubuh jenazah dan letakan dalam posisi terlentang dengan tangan di

sisi atau terlipat di dada.

4. Tutup kelopak mata atau ditutup dengan kapas atau kasa, begitu pula mulut

dan telinga.

5. Beri alas kepala dengan kain handuk untuk menampung bila ada rembesan

darah atau cairan tubuh lainnya.

6. Tutup anus dengan kasa dan plester kedap air.

7. Lepaskan semua alat kesehatan dan letakan alat bekas tersebut dalam wadah

yang aman sesuai dengan kaidah kewaspadaan unifersal.

8. Tutup setiap luka yang ada dengan plester kedap air.

9. Bersihkan tubuh jenasah tutup dengan kain bersih untuk disaksikan

olehkeluarga

10. Pasang label identitas pada laki-laki

11. Beritahu petugas kamar jenazah bahwa jenazah adalah penderita penyakit

menular

12. Cuci tangan setelah melepas rarung tangan.

2

Page 3: PEMULASARAN JENAZAH

D. Tindakan di kamar jenazah

Adapun tidakan di kamar jenazah yaitu:

1. Lakukan prosedur baku kewaspadaan universal yaitu cuci tangan sebelum

mamakai sarung tangan.

2. Petugas memakai alat pelindung:

a. Sarung tangan karet yang panjang (sampai kesiku).

b. Sebaiknya memakai sepatu boot sampai lutut

c. Pelindung wajah (masker dan kaca mata)

d. Jubah atau celemek sebaiknya yang kedap air.

3. Jenazah dimadikan oleh petugas kamar jenazah yang telah memahami cara

membersihkan atau memandikan jenazah penderita penyakit menular

4. Bungkus jenazah dengan kain kafan atau kain pembungkus lain sesuai dengan

agama dan kepercayaan yang dianut.

5. Cuci tangan dengan sabun sebelum memakai sarung tangan dan sesudah

melepas sarung tangan

6. Jenazah yang telah dibungkus tidak boleh dibuka lagi.

7. Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik atau pengawetan kecauli oleh

petugas khusus yang telah mahir dalam hal tersebut.

8. Jenazah tidak boleh diotopsi, dalam hal tertentu, otosi dapat dilakukan setelah

mendapat persetujuan dari pimpinan rumah sakit dan dilaksanakan oleh

petugas rumah sakit yang telah mahir dalam hal tersebut.

E. Hal-hal yang diperhatikan dalam proses keperawatan

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses keperawatan yaitu:

1. Segera mencuci kulit dan permukaan lain dengan air mengalir bila tekena

darah atau cairan tubuh lain.

2. Dilarang memanipulasi alat suntik atau menyarungkan jarum suntik ke

tutupnya. Buang semua alat atau bendah tajam dalam wadah yang tahan

tusukan.

3

Page 4: PEMULASARAN JENAZAH

3. Semua permukaan yang terkena percikan atau tumpuahan darah atau cairan

tubuh lainnya segera dibersihkan dengancairan klorin 0,5 %.

4. Semua peralatan yang akan digunakan kembali harus diproses dengan urutan :

dekontaminasi, pembersihan, desinfeksi, atau sterilisai

5. Sampah dan bahan terkontaminasi lainnya ditempatkan dalam kantong plastik.

6. Pembuangan sampah dan bahan yang tercemar sesua pengolah sampah medis.

F. Pengawetan Jenazah

Dengan semakin tingginya mobilitas dan penyebaran penduduk ke seluruh

penjuru dunia, maka pada kematian salah seorang anggota keluarga ada

kemungkinan perlunya dilakukan penundaan penguburan/kremasi untuk

menunggu kerabat yang tinggal jauh di luar kota atau luar negeri. Pada kematian

yang terjadi jauh dari tempat asalnya, terkadang perlu dilakukan pengangkutan

jenazah dari satu tempat ke tempat lainnya. Pada kedua keadaan ini diperlukan

pengawetan jenazah untuk mencegah pembusukan dan penyebaran kuman dari

jenazah ke lingkungan.

Pada prinsipnya pengawetan jenazah adalah suatu tindakan medis

melakukan pemberian bahan kimia tertentu pada jenazah untuk menghambat

pembusukan serta menjaga penampilan luar jenazah supaya tetap mirip dengan

kondisi sewaktu hidup. Pengawetan jenazah dapat dilakukan langsung pada

kematian wajar, akan tetapi pada kematian tidak wajar pengawetan jenazah baru

boleh dilakukan setelah pemeriksaan jenazah atau autopsi selesai dilakukan.

Pengawetan jenazah perlu dilakukan pada keadaan:

1. Adanya penundaan penguburan atau kremasi lebih dari 24 jam: Hal ini

penting karena di Indonesia yang beriklim tropis, dalam 24 jam mayat

sudah mulai membusuk, mengeluarkan bau, dan cairan pembusukan yang

dapat mencemari lingkungan sekitarnya.

4

Page 5: PEMULASARAN JENAZAH

2. Jenazah perlu dibawa ke tempat lain: Untuk dapat mengangkut jenazah

dari suatu tempat ke tempat lain, harus dijamin bahwa jenazah tersebut

aman, artinya tidak berbau, tidak menularkan bibit penyakit ke sekitarnya

selama proses pengangkutan. Dalam hal ini perusahaan pengangkutan,

demi reputasinya dan untuk mencegah adanya gugatan di belakang hari,

harus mensyaratkan bahwa jenazah akan diangkut telah diawetkan secara

baik, yang dibuktikan oleh suatu sertifikat pengawetan.

3. Jenazah meninggal akibat penyakit menular: Jenazah yang meninggal

akibat penyakit menular akan lebih cepat membusuk dan potensial

menulari petugas kamar jenazah, keluarga serta orang-orang di sekitarnya.

Pada kasus semacam ini, walaupun penguburan atau kremasinya akan

segera dilakukan, tetap dianjurkan dilakukan pengawetan jenazah untuk

mencegah penularan kuman/ bibit penyakit ke sekitarnya.

4. Untuk mempertahankan bentuk dan penampilan: Anggota keluarga yang

berduka biasanya menginginkan almarhum diawetkan sedemikian rupa

sehingga penampilannya dipertahankan semirip mungkin dengan

keadaannya sewaktu hidup. Sayangnya pengawetan jenazah yang ada di

Indonesia saat ini pada umumnya masih kurang memperhatikan aspek

kosmetik ini sehingga hasil pengawetannya masih jauh dari sempurna.

Keluhan yang biasa muncul pada pengawetan jenazah cara konvensional

dengan formalin adalah muka yang hitam, kulit yang kaku, obat yang

perih dan meleleh dari mulut dan hidung. Dengan pengembangan metode

dan bahan kimia baru, pada saat ini telah berhasil dibuat pengawetan

jenazah yang tidak mengubah warna kulit, tekstur tidak keras, tidak

meleleh dan tidak perih, malahan dilengkapi dengan bau wangi yang dapat

dipilih jenisnya.

G. Teknik pengawetan jenazah

Adapun tata cara untuk pengawetan jenazah, antara lain:

1. Dalam mengawetkan jenazah, harus ditanamkan untuk menghormati setiap

tubuh jenazah yang akan diawetkan.

5

Page 6: PEMULASARAN JENAZAH

2. Cuci jenazah atau mandikan jenazah dengan larutan desinfektan.

3. Baringkan jenazah dalam posisi supine.

4. Buka pakaian dan semua perhiasan yang dipakai jenazah.

5. Hilangkan kaku mayat. Apabila ada kaku mayat, hal tersebut harus dilawan

untuk mengurangi ketegangan otot. Otot yang tegang maka akan

meningkatkan tekanan ekstravaskular sehingga akan terjadi pengalihan cairan

pengawet dari dalam pembuluh darah ke tempat yang tidak semestinya.

6. Atur lah posisi penampilan mayat, tutup mata dan mulut jenazah.

7. Buatlah campuran cairan pengawet. Biasanya dibutuhkan 3 liter cairan untuk

mengawetkan mayat. Faktor yang berpengaruh terhadap kebutuhan ini antara

lain : ukuran tubuh, adanya edema dan tahap pembusukan mayat sudah sampai

dimana. Biasanya 16 ons cairan dengan 1,5 galon air merupakan cairan

pengawet terbaik, ini akan menghasilkan larutan formalin sebesars 2-3%.

8. Pilih tempat suntikan. Tempat terbaik untuk menyuntikkan cairan pengawet

adalah pada vena femoralis, hal ini karena pada lokasi tersebut menyebabkan

tekanan yang diterima pada kepala sama pada kedua sisinya. Pada orang tua

sering mengalami sklerosing, maka tempat suntikan dilakukan pada pembuluh

karotis karena lebih dekan dengan pusat sirkulasi.

9. Tempat pengaliran cairan pengawet paling baik yaitu pada vena jugularis

interna, Karena lebih dekan dengan atrium kanan jantung yang merupakan

pusat pertemuan vena seluruh tubuh.

10. Masukkan kanul kedalam pembuluh darah kemudian dijepit dengan ligature

atau ika tidak ada ligature bias diikat pada kedua sisi pembuluh darah pada

kanul.

11. Hidupkan mesin pompa dengan tekanan 2-3 pon per inci persegi. Selama

pengaliran ini pastikan aliran cairan tedistribusi seluruhnya. Lakukan

pemijatan pada daerah yang kaku untuk melancarkan drainase.

12. Setelah drainase tersebut akan mucul tanda-tanda pada mayat seperti perut

semakin keras, keluarnya cairan dari saluran pencernaan dan mata menjadi

merah serta tekanan ocular yang tinggi, juga terjadi perubahan warna pada

tubuh mayat. Jika terdapat tanda-tanda tersebut, maka proses drainase dapat

6

Page 7: PEMULASARAN JENAZAH

dihentikan dan kanul dicabut secara hati-hati dan di ikat untuk mencegah

keluarnya cairan pengawet tersebut.

13. Bekas luka pada tempat penyuntikan dibersihkan dan dijahit kembali.

H. Aspek Medikolegal Pengawetan Jenazah.

Di Inggris pengawetan jenazah dilakukan oleh orang yang mempunyai

sertifikat sebagai embalmer setelah yang bersangkutan mengikuti pendidikan

selama 3 tahun. Kasus yang diawetkan adalah kasus kematian wajar dan kasus

kematian tidak wajar setelah dilakukan autopsi oleh dokter forensik. Di Indonesia,

sampai saat ini tidak ada institusi pendidikan yang khusus mendidik seorang

untuk menjadi embalmer. Dalam pendidikan S1 kedokteran tidak ada pelajaran

mengenai pengawetan jenazah, sehingga dokter pada umumnya tidak menguasai

tehnik melakukan pengawetan jenazah. Dalam pendidikan S2, spesialisasi

kedokteran forensik adalah satu-satunya program pendidikan yang mencantumkan

pelajaran mengenai pengawetan jenazah dalam kurikulumnya. Atas dasar itulah,

maka dalam konteks hukum di Indonesia, maka pengawetan jenazah sebaiknya

dilakukan oleh orang yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu, yaitu

dokter spesialis forensik. Adapun alasannya adalah sbb:

1. Karena Indonesia tidak menganut sistim koroner atau medical

examiner yang bertugas memilah kasus kematian wajar dan tidak

wajar, maka tugas memilah kasus seringkali justru ada pada embalmer

yang menjadi orang pertama yang memeriksa jenazah.

2. Embalmer di Indonesia, yang secara sengaja maupun tidak melakukan

pengawetan pada kasus kematian tidak wajar sebelum dilakukan

autopsi, dapat menyebabkan terjadinya kesulitan penyidikan karena

adanya bukti-bukti tindak pidana yang hilang atau berubah dan

karenanya dapat dikenakan sanksi pidana penghilangan benda bukti

berdasarkan pasal 233 KUHP. Jika pada kasus ini dilakukan juga

gugatan perdata, maka pihak Rumah Duka pun dapat saja ikut

dilibatkan sebagai turut tergugat.

7

Page 8: PEMULASARAN JENAZAH

3. Kewenangan dan keahlian untuk melakukan pengawetan jenazah ada

pada dokter spesialis forensik, berdasarkan pendidikannya.

Sertifikat pengawetan jenazah yang dibuat oleh dokter spesialis forensik

diterima di seluruh dunia. Pada prinsipnya sertifikat adalah tanda pengakuan

bahwa seseorang adalah ahli dan berwenang dan telah melakukan pengawetan

jenazah sesuai standar international dan berani menjamin bahwa pengawetannya

bagus dan ia siap untuk mempertanggungjawabkan hasil pekerjaannya. Atas dasar

itu tentu dapat dimengerti mengapa beberapa embalmer yang sebenarnya tidak

punya keahlian dan kewenangan untuk melakukan pengawetan berani melakukan

pengawetan tetapi tidak berani memberikan sertifikat. Dalam hal telah dilakukan

pengawetan tanpa sertifikat dan hasilnya jelek dan merugikan keluarga, maka

pihak Rumah Duka sebagai pihak yang memfasilitasi pengawetan tersebut dapat

turut digugat secara perdata berdasarkan pasal 1365 KUHPer.

I. Tata Cara Memandikan Jenazah

1. Alat dan bahan yang dipergunakan

Alat-alat yang dipergunakan untuk memandikan jenazah adalah sebagai

berikut:

a. Kapas

b. Dua buah sarung tangan untuk petugas yang memandikan

c. Sebuah spon penggosok

d. Alat penggerus untuk menggerus dan menghaluskan kapur barus

e. Spon-spon plastik

f. Shampo

8

Page 9: PEMULASARAN JENAZAH

g. Sidrin (daun bidara)

h. Kapur barus

i. Masker penutup hidung bagi petugas

j. Gunting untuk memotong pakaian jenazah sebelum dimandikan

k. Air

l. Pengusir bau busuk

m. Minyak wangi

2. Menutup aurat si mayit

Dianjurkan menutup aurat si mayit ketika memandikannya. Dan melepas

pakaiannya, serta menutupinya dari pandangan orang banyak. Sebab si mayit

barangkali berada dalam kondisi yang tidak layak untuk dilihat. Sebaiknya

papan pemandian sedikit miring ke arah kedua kakinya agar air dan apa-apa

yang keluar dari jasadnya mudah mengalir darinya.

3. Tata cara memandikan

9

Page 10: PEMULASARAN JENAZAH

Seorang petugas memulai dengan melunakkan persendian jenazah tersebut.

Apabila kuku-kuku jenazah itu panjang, maka dipotongi. Demikian pula bulu

ketiaknya. Adapun bulu kelamin, maka jangan mendekatinya, karena itu

merupakan aurat besar. Kemudian petugas mengangkat kepala jenazah hingga

hampir mendekati posisi duduk. Lalu mengurut perutnya dengan perlahan

untuk mengeluarkan kotoran yang masih dalam perutnya. Hendaklah

memperbanyak siraman air untuk membersihkan kotoran-kotoran yang keluar.

Petugas yang memandikan jenazah hendaklah mengenakan lipatan kain pada

tangannya atau sarung tangan untuk membersihkan jasad si mayit

(membersihkan qubul dan dubur si mayit) tanpa harus melihat atau menyentuh

langsung auratnya, jika si mayit berusia tujuh tahun ke atas.

4. Mewudhukan jenazah

Selanjutnya petugas berniat (dalam hati) untuk memandikan jenazah serta

membaca basmalah. Lalu petugas me-wudhu-i jenazah tersebut sebagaimana

wudhu untuk shalat. Namun tidak perlu memasukkan air ke dalam hidung dan

mulut si mayit, tapi cukup dengan memasukkan jari yang telah dibungkus

10

Page 11: PEMULASARAN JENAZAH

dengan kain yang dibasahi di antara bibir si mayit lalu menggosok giginya dan

kedua lubang hidungnya sampai bersih.

Selanjutnya, dianjurkan agar mencuci rambut dan jenggotnya dengan busa

perasan daun bidara atau dengan busa sabun. Dan sisa perasan daun bidara

tersebut digunakan untuk membasuh sekujur jasad si mayit.

5. Membasuh tubuh jenazah

Setelah itu membasuh anggota badan sebelah kanan si mayit. Dimulai dari sisi

kanan tengkuknya, kemudian tangan kanannya dan bahu kanannya, kemudian

belahan dadanya yang sebelah kanan, kemudian sisi tubuhnya yang sebelah

kanan, kemudian paha, betis dan telapak kaki yang sebelah kanan.

Selanjutnya petugas membalik sisi tubuhnya hingga miring ke sebelah kiri,

kemudian membasuh belahan punggungnya yang sebelah kanan. Kemudian

dengan cara yang sama petugas membasuh anggota tubuh jenazah yang

sebelah kiri, lalu membalikkannya hingga miring ke sebelah kanan dan

11

Page 12: PEMULASARAN JENAZAH

membasuh belahan punggung yang sebelah kiri. Dan setiap kali membasuh

bagian perut si mayit keluar kotoran darinya, hendaklah dibersihkan.

Setelah selesai dari memandikan jenazah ini, petugas mengelapnya

(menghandukinya) dengan kain atau yang semisalnya. Kemudian memotong

kumisnya dan kuku-kukunya jika panjang, serta mencabuti bulu ketiaknya

(apabila semua itu belum dilakukan sebelum memandikannya) dan diletakkan

semua yang dipotong itu bersamanya di dalam kain kafan. Kemudian apabila

jenazah tersebut adalah wanita, maka rambut kepalanya dipilin (dipintal)

menjadi tiga pilinan lalu diletakkan di belakang (punggungnya).

J. Tata Cara Mengkafani Jenazah

1. Kafan-kafan mesti sudah disiapkan setelah selesai memandikan jenazah dan

menghandukinya

Mengkafani jenazah hukumnya wajib dan hendaklah kain kafan tersebut dibeli

dari harta si mayit. Hendaklah didahulukan membeli kain kafannya dari

melunaskan hutangnya, menunaikan wasiatnya dan membagi harta

warisannya. Jika si mayit tidak memiliki harta, maka keluarganya boleh

menanggungnya.

2. Mengkafani jenazah

12

Page 13: PEMULASARAN JENAZAH

Dibentangkan tiga lembar kain kafan, sebagiannya di atas sebagian yang lain.

Kemudian didatangkan jenazah yang sudah dimandikan lalu diletakkan di atas

lembaran-lembaran kain kafan itu dengan posisi telentang. Kemudian

didatangkan hanuth yaitu minyak wangi (parfum) dan kapas. Lalu kapas

tersebut dibubuhi parfum dan diletakkan di antara kedua pantat jenazah, serta

dikencangkan dengan secarik kain di atasnya (seperti melilit popok bayi).

Kemudian sisa kapas yang lain yang sudah diberi parfum diletakkan di atas

kedua matanya, kedua lubang hidungnya, mulutnya, kedua telinganya dan di

atas tempat-tempat sujudnya, yaitu dahinya, hidungnya, kedua telapak

tangannya, kedua lututnya, ujung-ujung jari kedua telapak kakinya, dan juga

pada kedua lipatan ketiaknya, kedua lipatan lututnya, serta pusarnya. Dan

diberi parfum pula antara kafan-kafan tersebut, juga kepala jenazah.

Selanjutnya lembaran pertama kain kafan dilipat dari sebelah kanan dahulu,

baru kemudian yang sebelah kiri sambil mengambil handuk/kain penutup

auratnya. Menyusul kemudian lembaran kedua dan ketiga, seperti halnya

lembaran pertama. Kemudian menambatkan tali-tali pengikatnya yang

13

Page 14: PEMULASARAN JENAZAH

berjumlah tujuh utas tali. Lalu gulunglah lebihan kain kafan pada ujung kepala

dan kakinya agar tidak lepas ikatannya dan dilipat ke atas wajahnya dan ke

atas kakinya (ke arah atas). Hendaklah ikatan tali tersebut dibuka saat

dimakamkan. Dibolehkan mengikat kain kafan tersebut dengan enam utas tali

atau kurang dari itu, sebab maksud pengikatan itu sendiri agar kain kafan

tersebut tidak mudah lepas (terbuka).

K. Rukun Shalat Jenazah Ada 7

1. Niat

2. Takbir 4 kali

3. Berdiri bagi yang mampu

4. Membaca surah al-Fatihah

5. Membaca shalawat kepada Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam setelah

takbir kedua

6. Membaca do'a untuk mayyit setelah takbir ketiga

7. Mengucapkan salam 

L. Mengubur Jenazah

Paling sedikitnya menguburkan jenazah adalah cukup dengan lubang yang bisa

mencegah bau jenazah dan bisa melindungi dari binatang buas. Adapun

menguburkan jenazah yang sempurna adalah seukuran manusia berdiri ditambah

dengan acungan tangan ke atas, meletakkan pipi jenazah diatas tanah dan wajib

menghadapkan jenazah ke kiblat.

14