makalah proposal terbaru 2013

26
I. JUDUL : PEMANFAATAN LIMBAH PECAHAN BATU MARMER SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL PADA CAMPURAN ASPAL PANAS JENIS “ASPHALT TREAD BASE” (ATB) II PENDAHULUAN 2.1. Latar Belakang Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan- lapisan yang di letakkan di atas tanah dasar yang telah di padatkan. lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan mentebarkannya ke lapisan di bawahnya. beban kendaraan di limpahkan ke perkerasan jalan melalui bidang kontak roda berupa beban terbagi rata. beban tersebut diterima oleh lapisan permukaan yang disebarkan ke tanah dasar menjadi yang lebih kecil dari daya dukung tanah dasar. Aspal tread base (ATB) merupakan jenis campuran yang digunakan untuk jalan-jalan dengan lalu lintas sedang dan padat, dimana aspal tipe ini di gunakan sebagai pondasi sebelum lapisan atas.lapisan ini juga biasa di gunakan sebagai lapis sementara sebelum lapisan atas selesai dikerjakan. Lapis pondasi base course yaitu lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan pondasi bawah dan lapis permukaan yang di namakan lapis pondasi atas base course . Adapun fungsi dari pondasi atas antara lain: Marmer merupakan batuan hasil proses metamorfosa atau batuan yang berasal dari batuan lain dan telah berubah dari perwujudan susunannya yang semula (malihan) 1

Upload: cinyodtr

Post on 13-Aug-2015

362 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Proposal Terbaru 2013

I. JUDUL : PEMANFAATAN LIMBAH PECAHAN BATU MARMER

SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR TERHADAP

KARAKTERISTIK MARSHALL PADA CAMPURAN ASPAL PANAS

JENIS “ASPHALT TREAD BASE” (ATB)

II PENDAHULUAN

2.1. Latar Belakang

Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang di letakkan di

atas tanah dasar yang telah di padatkan. lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk

menerima beban lalu lintas dan mentebarkannya ke lapisan di bawahnya. beban

kendaraan di limpahkan ke perkerasan jalan melalui bidang kontak roda berupa

beban terbagi rata. beban tersebut diterima oleh lapisan permukaan yang disebarkan

ke tanah dasar menjadi yang lebih kecil dari daya dukung tanah dasar.

Aspal tread base (ATB) merupakan jenis campuran yang digunakan untuk

jalan-jalan dengan lalu lintas sedang dan padat, dimana aspal tipe ini di gunakan

sebagai pondasi sebelum lapisan atas.lapisan ini juga biasa di gunakan sebagai lapis

sementara sebelum lapisan atas selesai dikerjakan. Lapis pondasi base course yaitu

lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan pondasi bawah dan lapis permukaan

yang di namakan lapis pondasi atas base course. Adapun fungsi dari pondasi atas

antara lain:

Marmer merupakan batuan hasil proses metamorfosa atau batuan yang

berasal dari batuan lain dan telah berubah dari perwujudan susunannya yang semula

(malihan) dari batu gamping. Limbah pecahan batu marmer adalah sisa limbah yang

dihasilkan pada saat proses pengolahan batu marmer yang dibiarkan begitu saja dan

tidak ada penanganannya. Oleh karena itu,perlu dilakukan suatu usaha untuk dapat

mengubah limbah marmer menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat, salah satunya

digunakan sebagai bahan agregat kasar pengganti batu pada campuran laston

terhadap sifat Marshall.

Dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan

pembuangan limbah dari marmer yang dapat digunakan sebagai material alternatif

pengganti agregat kasar, memberi kontribusi untuk perkembangan ilmu dan

teknologi tentang material Laston.

1

Page 2: Makalah Proposal Terbaru 2013

Berdasarkan uraian diatas maka diadakan penelitian tentang “pemanfaatan

Limbah Pecahan Batu Marmer Sebagai Agregat Kasar pada Campuran Lapisan

tead Base (ATB) terhadap Karakteristik Marshall.

2.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh pemanfaatan limbah pecahan batu marmer sebagai

agregat kasar pada campuran lapisan aspal treade base (ATB) terhadap

karakteristik Marshall?

2. Berapa proporsi campuran yang sesuai untuk menghasilkan perkerasan yang

baik dengan menggunakan limbah pecahan batu marmer sebagai agregat kasar

pada campuran lapisan aspal tread base (ATB)?

2.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian tersebut adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan limbah pecahan batu Marmer

sebagai agregat kasar terhadap karakteristik Marshall pada campuran ATB.

2. Untuk mengetahui proporsi campuran yang sesuai pada campuran ATB dengan

menggunakan limbah pecahan batu marmer sebagai agregat kasar sehingga

dihasilkan perkerasan yang baik.

2.4 Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan, perlu dibatasi agar

penelitian dapat dilakukan secara efektif.

Adapun penelitian ini terbatas pada :

1. Tidak membahas analisis kimia dari limbah Marmer.

2. Tidak diperhitungkan tentang analisa ekonomi dan efektifitas pekerjaan

terhadap penggunaan limbah pecahan batu marmer.

2.5 Manfaat Penelitian

Untuk mengurangi ketergantungan terhadap batuan alam sehingga tidak harus

mendatangkan matrial dari daerah lain dengan memanfaatkan limbah pecahan batu

marmer, sehingga dapat mengurangi biaya pembangunan jalan terutama pada daerah

sekitar penghasil kerajinan marmer khususnya daerah Tulung Agung dan sekitarnya.

2

Page 3: Makalah Proposal Terbaru 2013

III TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Penelitian Terdahulu

Nurul Istikhomah pada tahun 2005, meneliti nilai kinerja campuran Laston

yang menggunakan limbah pecahan marmer. Penelitian skala laboratorium campuran

Laston yaitu dengan pengujian Marshall Standart dan Marshall Immersion tanpa

modifikasi dimana kadar aspal yang digunakan adalah 4,5%; 5%; 5,5% 6%; 6,5%;

7% dan 7,5% terhadap berat total agregat.Analisa Marshall yang telah dilakukan

didapatkan nilai kadar aspal optimum sebesar 6,85% untuk campuran Laston dengan

agregat halus limbah pecahan marmer sedangkan untuk campuran yang beragregat

batu pecah sebesar 6,9%.

3.2. Pengertian Perkerasan Jalan

Menurut Sukirman (2003) pembangunan jalan dimulai dari perkembangan

manusia yang selalu ingin mencari kebutuhan hidup dan berkomunikasi dengan

sesama. Dengan demikian perkembangan jalan saling berkaitan dengan

perkembangan umat manusia. Perkembangan teknik jalan seiring dengan

berkembangnya teknologi yang ditemukan umat manusia.

Pada umumnya pembangunan jalan berdasarkan bahan pengikat. Konstruksi

perkerasan jalan dapat dibedakan menjadi :

a. Konstruksi perkerasan lentur

Yaitu perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat.lapisan-

lapisannya bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar.

b. Kontruksi perkerasan kaku

Yaitu perkerasan yang menggunakan semen PC (Portland cement) sebagai

bahan pengikat. Plat beto dengan atau tanpa tulangan diletakan diatas tanah dasar

dengan atau tanpa lapisan pondasi bawah.

c. Kontruksi perkerasan komposit

Yaitu perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur,dapat

berupa perkerasan lentur diatas perkerasan kaku, atau perkerasan kaku diatas

perkerasan lentur.

Menurut Sukirman di Indonesia biasa menggunakan 2 jenis kontruksi

perkerasan yaitu kontruksi perkerasan lentur (flexible pavement) dan perkerasan kaku

(rigid pavement). Perkerasan jalan biak lentur maupun kaku mempunyai fungsi

3

Page 4: Makalah Proposal Terbaru 2013

struktur dan fungsional. Perbedaan dari dua jenis perkerasan ini dapat dilihat dalam

tabel 1

Tabel 1 Perbedaan antara Perkerasan Lentur dengan Perkerasan Kaku

KelakuanPerkerasan lentur (flexible

pavement)

Perkerasan kaku

(rigid pavement)

1. Bahan pengikat Aspal Semen

2. Repitisi bahan Akan timbul lendutan pada jalur

roda

Timbul retak pada

permukaan

3. Penurunan tanah dasar Jalur bergelombang (mengikuti

tanah dasar)

Bersifat sebagai balok

diatas perletakan

4. Perubahan temperature Modulus kekakuan berubah dan

timbul tegangan yang keci

Modulus kekakuan tidak

berubah timbul tegangan

dalam yang besar

Sumber: Sukirman (2003).

3.3. Bahan Penyusun Lapisan Perkerasan (ATB)

a. Aspal

Menurut Sukirman (2003), aspal didefinisikan sebagai material berwarna

coklat tua atau hitam, Aspal terbuat dari minyak mentah, melalui proses penyulingan

atau dapat ditemukan dalam kandungan alam sebagai bagian dari komponen alam

yang ditemukan bersama-sama material lain.

Menurut Departemen Pekerjaan UmumUji Laboratorium Bahan Jalan Untuk

Campuran Beraspal (2007), Fungsi aspal dalam campuran agregat aspal adalah

sebagai bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan agregat dan

sesama antara aspal pada saat penghamparan di lapangan sehingga mudah untuk

dipadatkan.

1).Jenis Aspal

Menurut Sukirman (2003), Berdasarkan tempat diperolehnya, aspal dapat

dibedakan atas:

a). Aspal alam, dapat dibedakan atas:

1. Aspal gunung (rock asphalt), contoh aspal dari buton. Aspal ini merupakan

campuran antara bitumen dengan bahan mineral lainnya dalam bentuk

batuan.

2. Aspal danau (lake asphalt), contoh aspal dari Bermudez, Trinidad.

4

Page 5: Makalah Proposal Terbaru 2013

b). Aspal Buatan

Aspal minyak (petroleum aspal), merupakan hasil dari penyulingan

minyakbumi. Aspal minyak dengan bahan dasar aspal dapat dibedakan atas:

1. Aspal keras / panas (asphalt cement, AC), adalah aspal digunakan dalam

keadaan cair dan panas.aspal ini berbentuk padat dalam penyimpanan

(temperetur ruang).

2. Aspal dingin / cair (cut back asphalt), adalah aspal yang digunakan dalam

keadaan cair dan dingin.

3. Aspal emulsi (emultion asphalt), adalah aspal yang disediakan dalam bentuk

emulsi. Dapat digunakan dalam keadaan dingin ataupun panas.

2). Sifat Aspal

Menurut Sukirman (2003), Aspal yang digunakan dalam kontruksi perkerasan

jalan berfungsi sebagai:

1. Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan agregat dan

antara aspal itu sendiri.

2. Bahan pengisi, mengisi antara butir-butir agregat dan pori-pori yang ada dari

agregat itu sendiri.

Sehingga aspal mempunyai sifat-sifat yaitu daya tahan (durability), adhesi,

kohesi, kepekaan terhadap temperatur dan kekerasan aspal.

3). Pemeriksaan Aspal

Menurut Sukirman (2003), aspal merupakan hasil produksi dari bahan-bahan

alam, sehingga sifat-sifat aspal harus diperiksa di laboratorium dan aspal yang

memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan dapat dipergunakan sebagai bahan

pengikat perkerasan lentur.

Fungsi kandungan aspal dalam campuran juga berperan sebagai selimut

penyelubung agregat dalam bentuk tebal aspal yang berperan menahan gaya geser

permukaan dan mengurangi kandungan pori udara yang lebih lanjut, juga berarti

mengurangi penetrasi air dalam campuran. Pemeriksaan aspal tersebut terdiri dari:

a). Pemeriksaan Penetrasi

Nilai penetrasi di dapat dari uji penetrasi dari alat penetrometer pada suhu

25° C dengan baban 100 gr selama 5 detik, dimana dilakukan sebanyak 5 kali.

(SNI 06-2456-1991)

5

Page 6: Makalah Proposal Terbaru 2013

b). Pemeriksaan Titik Lembek

Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengukur nilai temperatur

dimana bola – bola baja mendesak turun lapisan aspal yang ada pada cincin,

hingga aspal tersebut menyentuh dasar pelat yang terletak dibawah cincin pada

jarak 1 (inchi), sebagai akibat dari percepatan pemanasan tertentu. Berat bola baja

3,45 – 3,55 gr dengan diameter 9,53 mm. (SNI 06-2434-1991)

c). Pemeriksaan Titik Nyala

Pemeriksaan ini untuk menentukan suhu dimana diperoleh nyala pertama

diatas permukaan aspal dan menentukan suhu dimana terjadi terbakarnya pertama

kali diatas permukaan aspal. Dengan mengetahui nilai titik nyala dan titik bakar

aspal, maka dapat diketahui suhu maksimum dalam memanaskan aspal sebelum

terbakar. (SNI 06-2433-1991)

d). Pemeriksaan Kehilangan Berat

Pemeriksaan ini berguna dalam pelaksanaan pengujian kehilangan berat

minyak dan aspal dengan cara pemanasan dan tebal tertentu yang dinyatakan

dengan berat semula. (SNI 06-2440-1991)

e). Pemeriksaan Daktilitas Aspal

Tujuan dari pemeriksaan ini adalah mengukur jarak terpanjang yang dapat

ditarik pada cetakan yang berisi aspal sebelum putus pada suhu 25 ° C dengan

kecepatan tarik 5 cm/menit. Besarnya daktilitas aspal penetrasi 80/100 disyaratkan

minimal 100 cm. (SNI 06-2432-1991)

f). Pemeriksaan Berat Jenis Aspal

Berat jenis aspal merupakan perbandingan antara berat aspal dengan berat

air suling dengan volume yang sama. Persyaratan yang ditentukan untuk berat

jenis aspal adalah 1 gr/cc. (SNI 06-2441-1991)

Hasil pengujian dan persyaratan untuk aspal seperti yang tercantum dalam

Tabel.2.

6

Page 7: Makalah Proposal Terbaru 2013

Tabel 2 Pengujian dan Persyaratan Aspal Panas Pen. 80/100

NoSifat-sifat Metoda

Pen.80/100

SATUANMIN MAX

1

2

3

4

5

6

7

Penetrasi (25 °C,100 gr,5 detik)

Titik lembek (ring and ball test)

Titik nyala (clevland open cup)

Kehilangan berat (163°C,5 jam)

Kelarutan (CCl4)

Daktilitas (25°C,5 cm per menit)

Berat jenis (25 °C)

SNI 06-2456-1991

SNI 06-2434-1991

SNI 06-2433-1991

SNI 06-2440-1991

ASTM-D2042

SNI 06-2432-1991

SNI 06-2488-1991

89

46

225

-

99

100

1

99

64

0

0.6

-

-

-

0,1 mm

°C

°C

% berat

% berat

cm

gr/cm3

Sumber: Departemen Pekerjaan Umum, (2007).

b. Agregat

Menurut Sukiman (2003) agregat didefinisikan secara umum sebagai formasi

kulit bumi yang keras dan penyal (solid). ASTM (1974) mendefinisikan bantuan

sebagai suatu bahan yang terdiri dari mineral padat, berupa masa berukuran besar

ataupun berupa fragmen-fragmen. Agregat merupakan komponen utama dari lapisan

perkerasan jalan yaitu mengandung 90-95% agregat berdasarkan persentase berat 75-

85% agregat berdasarkan persentase volume. Dengan demikian daya dukung,

keawetan dan mutu perkerasan jalan ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil

campuran agregat dengan material lain. Sifat dan kualitas agregat menentukan

kemampuannya dalam memikul beban lalu lintas. Sifat agregat yang menentukan

kualitasnya sebagai bahan konstruksi perkerasan jalan dapat dikelompokkan menjadi

3 kelompok, yaitu:

1. Kekuatan dan keawetan (strength and durability) lapisan perkerasan dipengaruhi

oleh gradasi, ukuran maksimun, kadar lempung, kekerasa/ketahanan, bentuk

butiran dan tekstur permukaan.

2. Kemampuan dilapisi aspal dengan baik, dipengaruhi oleh porositas, kemungkinan

basah dan jenis agregat.

3. Kemudahan dalam pelaksanaan dan menghasilkan lapisan yang nyaman dan

aman, dipengaruhi oleh tahan geser (skid resistance) dan campuran yang

memberikan kemudahan dalam pelaksanaan (bituminous mix workability).

7

Page 8: Makalah Proposal Terbaru 2013

1). Agegat Kasar

Agregat kasar harus terdiri dari material yang bersih, keras, awet dan bebas

dari kotoran atau bahan yang tidak dikehendaki. Umumnya dipersyaratkan sebagai

berikut, keausan agregat yang diperiksa dengan mesin Los Angeles pada 500 putran

(PB 0206-76) harus mempunyai nilai maksimum 40%. Kelekatan terhadap aspal (PB

0205-76) harus lebih besar dari 95%. Indeks kepipihan agregat, maksimum 25%

(BS). Peresapan agregat terhadap air (PB 0202-76), maksimum 3%. Berat jenis

semu/ apparent agregat (PB 0202-76), minimum 2,50. Guplan lempung agregat

maksimum 0,25% dan bagian-bagian batu yang lunak dari agregat maksimum 5%.

2). Agregat Halus

Agregat halus terdiri dari partikel yang bersih, keras dan bebas dari

gumpalan lempung atau mineral lainnya yang tidak dikehendaki. Pada umumnya

dipersyaratkan sebagai berikut. Nilai Sand Equivalent (AASTHO T-76), minimum

50. Berat jenis semu/apperant (PB 003-76), minimum 2,50. Dari pemeriksaan

attarbeg (PB 0109-76), agregat haruslah non plastis. Peresapan agregat terhadap air

(PB 0202-76), maksimum 3%.

3). Bahan Pengisi (Filler)

Departemen Pekerjaan Umum, (2007), Agregat dan proses produksinya

Filler adalah material yang lolos saringan no.200 (0,075 mm) dan termasuk kapur

hidrat, abu terbang, Portland semen dan abu batu. Filler dapat berfungsi untuk

mengurangi kepekaan terhadap temperatur serta mengurangi jumlah rongga udara

dalam campuran, namun demikian jumlah filler harus dibatasi pada suatu batas yang

menguntungkan. Jenis pengujian dan persyaratan untuk agregat dan filler tercantum

dalam Tabel. 3

8

Page 9: Makalah Proposal Terbaru 2013

Tabel.3 Sifat, Jenis Pengujian Serta Persyaratan Agregat

Sifat Agregat Jenis Pengujian Syarat

Kekerasan - Crushing test

- Impact test

- Abration test

-

-

Maks 40%

Keausan - polishing test -

Kelekatan terhadap aspal- Kelekatan

- stabilitas rendaman

Min 95%

Min 75%

Pelapukan - Natriun dan magnesium sulfat -

Kontribusi terhadap kekuatan - Angularitas

- Flakiness dan engolation

- Gradasi

95/90

Maks 10

Lihat spek

Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, (2007).

3). Marmer

Marmer atau batu pualam terjadi sebagai hasil malihan batu gamping

karena suhu dan desakan atau kedua-duanya, strukturnya kompak mempunyai

gugusan Kristal yang sama dari halus sampai kasar. Marmer dinilai dari segi

warna,kuat desak derajat keausan ,hiasan-hiasan yang terdapat didalamnya

misalnya: kerang-kerangan, mineral dan guratan – guratan (Riyanto,1991).

Didesa Besole kecamatan Campur darat kabupaten Tulungagung terdapat

gunung marmer yang berjenis marmer trotol. Pecahan marmer mempunyai

kandungan kimia yang tercantum pada tabel 4.

Tabel.4 Jenis Kandungan kimia pecahan marmer.

NO UNSUR KIMIA ( % )

1 Silicon dioksida (SiO2) 0,13

2 Alumunium dioksida (AIO2) 0,31

3 Feri oksida (FeO ) 0.04

4 Kalsium oksida (CaO) 55,07

5 Magnesium oksida (MgO) 0,36

6 Potasium oksida (K2O) 0,01

7 Sulfur trioksida (SO3 ) 0,08

8 ( lol ) 44,00

9

Page 10: Makalah Proposal Terbaru 2013

Sumber : Tjangroe ,dkk ,jurnal design dan konstruksi 2006.

4). Perencanaan Campuran Aspal Tead Base

Asphalt Treated Base (ATB) adalah lapis pondasi yang terletak dibawah

lapis permukaan. Merupakan salah satu jenis dari konstruksi perkerasan lentur dan

bagian dari aspal beton campur panas. Jenis perkerasan ini merupakan campuran

agregat dan pengikat yang telah dipadatkan, memiliki gradasi terbuka (open

graded) yaitu tipe campuran yang gradasi agregatnya mempunyai rongga besar,

diletakkan diatas lapisan pondasi bawah yang dan berfungsi untuk mendukung dan

menyebarkan beban serta tempat untuk meletakkan lapisan permukaan. Selain

diformulasikan juga untuk meningkatkan keawetan dan ketahanan kelelehan.

Keawetan didefinisikan sebagai kekuatan bertahannya campuran

terhadap desintegrasi akibat beban lalu lintas dan akibat lain seperti air, udara, dan

cuaca. Sedangkan faktor yang mempengaruhi keawetan adalah kekerasan,

kelekatan, gradasi agregat, kualitas dan kadar aspal serta pemadatan. Ketahanan

kelelehan adalah ketahanan dari lapis aspal dalam menerima beban berulang tanpa

terjadinya kelelehan yang berupa alur (ruting) dan retak. Dan faktor yang

mempengaruhi kelelehan adalah kadar aspal.

Sebagai lapis pondasi bawah perkerasan jalan, Asphalt Treated Base

(ATB) mempunyai kriteria sebagai berikut:

1. Sebagai bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan

menyebarkan beban lapisan dibawahnya.

2. Sebagai lapisan peresapan untuk pondasi bawah.

3. Sebagai bantalan terhadap lapisan permukaan.

Campuran untuk ATB (Asphalt Treated Base) pada dasarnya terdiri dari

agregat kasar, agregat halus, filler, dan aspal. Masing-masing fraksi agregat terlebih

dahulu diperiksa gradasinya dan selanjutnya digabungkan menurut perbandingan

yang menghasilkan agregat campuran yang memenuhi persyaratan.

5). Pemilihan Agregat Dan Penentuan Sifat-Sifatnya

Langkah ini adalah untuk menentukan pilihan agregat yang akan dipakai

dalam merencanakan campuran. Parameter-parameter yang akan dipergunakan

dalam pembuatan rencana campuran adalah berat jenis dan absorpsi agregat dan

10

Page 11: Makalah Proposal Terbaru 2013

gradasi dari masing-masing kelompok agregat. (Departemen Pekerjaan Umum,

2007).

Hasil pengujian akan sangat baik jika hasil pengujian diringkas dalam suatu

formulir, sehingga hasilnya siap digunakan untuk tahapan selanjutnya pada proses

rencana. Gradasi butir dari masing-masing kelompok agregat yaitu, agregat kasar,

agregat sedang, dan agregat halus/pasir digambarkan pada amplop gradasi yang

telah ditetapkan.

6). Penentuan Campuran Nominal

Rencana campuran nominal diperlukan sebagai resep awal untuk campuran

percobaan dilabolatorium yang memenuhi persyaratan gradasi dan kadar aspal

seperti yang diberikan pada spesifikasi. Rencana campuran nominal ini diperlukan

sebagai berikut:

1. Saringan tingkat pertama, apakah agregat yang tersedia dapat dipergunakan

atau tidak.

2. Resep awal untuk campuran percobaan di labolatorium yang memenuhi

persyaratan gradasi campuran dan kadar aspal seperti yang diberikan pada

spesifikasi.

Komponen-komponen campuran agregat untuk campuran dinyatakan dalam

fraksi rencana sebagai berikut:

CA = fraksi agregat kasar = persen material yang tertahan saringan no. 8 terhadap

berat total berat campuran.

FA = fraksi agregat halus = persen berat material yang lolos saringan no.8 dan

tertahansaringan no.200 terhadap berat total campuran.

FF = fraksi bahan pengisi = persen berat material yang lolos saringan no.200

terhadap berat total campuran.

Persyaratan batas-batas komposisi fraksi rencana campuran tiap jenis

campuran dapat dilihat pada tabel 5

11

Page 12: Makalah Proposal Terbaru 2013

Tabel 5 Pedoman proporsi campuran nominal

Komponen campuranKomponen berat total campuran (%)

ATBFraksi agregat kasar (CA) > saringan # 8

40 - 60

Fraksi agregat halus (FA) # 8 saringan - # 200

26 – 49.5

Fraksi filler (FF) < saringan # 200

4.5    – 7.5

Sumber : SilviaSukirman (2003)

12

Page 13: Makalah Proposal Terbaru 2013

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini di lakukuan di Laboratorium Jalan Raya Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang.

4.2. Tahapan Studi

Adapun tahapan dari studi ini adalah sebagai berikut seperti pada gambar

13

Page 14: Makalah Proposal Terbaru 2013

Tidak

Ya

Gambar 4.1: Diagram Alur Metode Penelitian

14

Mulai

Pekerjaan Persiapan bahan dan peralatan

Memenuhi Sarat

Perencanaan Campuran dan pem.bendauji ATB

Pemeriksaan Bahan Agregat kasarAgregat kasar (marmer)Agregat kasar (batu) Pem. Keausan agregat dgn alat

Los Angeles Pem. Berat jenis & penyerapan

air Analisa saringan

Pemeriksaan Bahan Agregat Halus Pem. Sand equivalent Pem. Berat jenis & penyerapan

agregat halus Analisa saringan agregat

Pemeriksaan Bahan Aspal Pen. 80/100 Pem. Berat jenis Pem. Penetrasi Pem. Daktilitas Pem. Titik nyala Pem. Titik lembek Pem. Titik bakar aspal

Pengujian Campuran ATB

Kadar Aspal Optimum

Perencanaan Campuran pem.benda uji ATB dengan pecahan batu marmer

Pengujian Campuran ATB dengan pecahan batu Marmer

Pembahasan

Selesai

Studi pendahuluan

Kesimpulan dan Saran

Page 15: Makalah Proposal Terbaru 2013

4.3.Penyediaan Material dan Peralatan Penelitian

a. Material Penelitian

Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini antaralain;

1. Agregat kasar, halus, filler.

2. Menggunakan aspal Pertamina dengan Penetrasi 80/100.

3. Bahan limbah pecahan batu Marmer berasal dari Desa Besole Kecamatan

Campur darat Kabupaten Tulungangung.

b. Peralatan Penelitian

1). Alat Penguji Agregat Dan Filler

Alat yang digunakan untuk pengujian agregat antara lain, mesin Los

Angeles (tes abrasi), saringan standar (penyusunan gradasi agregat), alat

pengering (oven), timbangan berat, alat uji berat jenis (picnometer,

timbangan, pemanas), bak perendam dan tabung Sand Equivalent.

2). Alat Penguji Aspal

Alat yang digunakan untuk pengujian aspal antara lain; alat uji penetrasi,

alat uji titik lembek, alat uji titik nyala dan titik bakar, alat uji daktilitas, alat

uji berat jenis (picnometer dan timbangan), dan alat uji kelarutan.

3). Alat Pengujian Campuran Metode Marshall

Alat uji metode Marshall, meliputi;

1. Alat tekan Marshall yang terdiri dari kepala penekan berbentuk lengkung,

cincin penguji berkapasitas 3000 kg (6000 lbs) yang dilengkapi dengan arloji

pengukur kelelehan plastis (flow meter).

2. Alat cetak benda uji berbentuk silinder diameter 10,2 cm (4 in) dengan

tinggi 7,5 cm (3 in) untuk Marshall standard dan diameter 15,24 cm (6 in)

dengan tinggi 9,52 cm untuk Marshall modifikasi dan dilengkapi dengan

plat dan leher sambung.

3. Penumbuk manual yang mempunyai permukaan rata berbentuk silinder

dengan diameter 9,8 cm (3,86 inchi), berat 4,5 kg ( 10 lbs), dengan tinggi

jatuh bebas 45,7 cm (18 inchi) untuk Marshall standar.

4. Ejektor untuk mengeluarkan benda uji setelah dipadatkan.

5. Bak perendam (water bath) yang dilengkapi pengatur suhu.

15

Page 16: Makalah Proposal Terbaru 2013

6. Alat-alat penunjang meliputi panci pencampur, kompor pemanas,

termometer, kipas angin, sendok pengaduk, kaos tangan anti panas, sarung

tangan karet, kain lap, kaliper, spatula, timbangan dan spidol untuk

menandai benda uji.

c. Pemeriksaan Material

Pemeriksaan material adalah kegiatan untuk mengetahui kualitas material yang

kita pakai sebagai bahan penyusun campuran perkerasan. Jika secara kualitas

material tidak memenuhi syarat, maka material tersebut diganti dengan material lain

yang sesuai persyaratan campuaran aspal lain ATB. Material yang diperiksa adalah

agregat kasar, agregat halus, dan aspal. Pemeriksaan material meliputi:

1. Pemeriksaan agregat dengan mesin Los Angeles.

2. Pemeriksaan analisa saringan agregat.

3. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar.

4. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat halus.

Bila tidak memenuhi sarat kembali ke pekerjaan penyediaan material dan

peralatan.

4.4. Perencanaan Campuran dan Pembuatan Benda Uji (Campuran Normal)

Perhitungan pembuatan campuran ATB dilakukan dengan metode Matrix dan

dihasilkan variasi kadar aspal dalam campuran normal, Setiap variasi dibuat 15

benda uji untuk mendapatkan KAO.

4.5. Metode Pengujian

Sebelum dilakukan beberapa pengujian perlu diperhatikan kelayakan bahan -

bahan campuran yang digunakan untuk membuat benda uji serta kelayakan alat

Marshall Test untuk mendapatkan nilai stabilitas dan kelelehan benda uji.

1. Tahap Pembuatan Campuran Benda Uji.

2. Tahap Pemadatan Campuran Benda Uji.

3. Tahap Pengujian Campuran.

4.6. Perencanaan Campuran dan Pembuatan Benda Uji (Campuran Pecahan

Batu Marmer)

Perhitungan pembuatan campuran ATB dilakukan dengan metode Matrix dan

dihasilkan variasi kadar limbah pecahan batu marmer, KAO menyesuaikan dengan

hasil pengujian pada campuran normal, Setiap variasi dibuat 15 benda uji untuk

mendapatkan kadar marmer optimum.

16

Page 17: Makalah Proposal Terbaru 2013

.

4.7. Metode Pengujian

Sebelum dilakukan beberapa pengujian perlu diperhatikan kelayakan bahan -

bahan campuran yang digunakan untuk membuat benda uji serta kelayakan alat

Marshall Test untuk mendapatkan nilai stabilitas dan kelelehan benda uji.

1. Tahap Pembuatan Campuran Benda Uji.

2. Tahap Pemadatan Campuran Benda Uji.

3. Tahap Pengujian Campuran

4.8. Pembahasan

Dalam hal ini di jelaskan pengaruh agregat kasar dengan memanfaatkan limbah

pecahan batu marmer terhadap karakteristik marshall pada campuran (ATB).

17

Page 18: Makalah Proposal Terbaru 2013

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, (2001), Spesifikasi Baru Beton

Aspal Campuran Panas.

Direktorat Jendral Bina Marga, 2007a, Formula Campuran Kerja Asbuton

Campuran Beraspal Panas, Departemen Pekerjaan Umum.

Direktorat Jendral Bina Marga, 2007b, Uji Laboratorium Bahan Jalan Untuk

Campuran Beraspal, Departemen Pekerjaan Umum.

Istikomah, Nurul, 2005, Evaluasi Penggunaan Limbah Pecahan Marmer

Tulungagung Sebagai Agregat Halus Pada Campuran Laston, Tugas

Akhir Tidak Diterbitkan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik

Universitas Brawijaya Malang.

Sukirman, Silvia, (2003) Beton Aspal Campuran Panas. Nova, Bandung.

Setioningsih, R.2011. Pengaruh Pemanfaatan Limbah Batu Marmer Sebagai

Agregat Kuat Desak Beton. Jurnal teknik. Vol. 1 No. 2. 81-87.

Tjangroe, dkk, Juni (2006), Pecahan Marmer Sebagai pengganti Agregat Kasar

Self Compacting concrete (SCC), Jurnal Desain dn Kontruksi, Vol. 5, No.

1.

.

18