makalah pai kelas 1 a

19
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Arti Taubat Nashuha Makna Taubat menurut pengertian bahasa ialah kembali. Maksudnya ialah kembali pulang mengikuti jalan yang benar dengan meninggalkan jalan yang sesat. Allah SWT, berfirman yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan Taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukan kamu kedalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai”.(QS. At-Tahrim : 8) Ayat diatas merupakan seruan kepada orang-orang yang beriman agar kembali kepada Allah dari perbuatan- perbuatan dosa dengan Taubat yang benar-benar murni dan tulus, yaitu dengan niat sungguh-sungguh tidak mengulangi perbuatan maksiat itu kembali, sesudah menyesalatas perbuatan yang terlanjur dilakukan. Sebab Taubat yang Nashuha akan menghapus dosa dan memasukannya kedalam surga.

Upload: shofii-al-ghibsiy

Post on 26-Jun-2015

2.399 views

Category:

Spiritual


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah pai kelas 1 a

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1. Arti Taubat Nashuha

Makna Taubat menurut pengertian bahasa ialah kembali. Maksudnya

ialah kembali pulang mengikuti jalan yang benar dengan meninggalkan jalan yang

sesat. Allah SWT, berfirman yang artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan

Taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus

kesalahan-kesalahanmu dan memasukan kamu kedalam surga yang mengalir di

bawahnya sungai-sungai”.(QS. At-Tahrim : 8)

Ayat diatas merupakan seruan kepada orang-orang yang beriman agar

kembali kepada Allah dari perbuatan-perbuatan dosa dengan Taubat yang benar-

benar murni dan tulus, yaitu dengan niat sungguh-sungguh tidak mengulangi

perbuatan maksiat itu kembali, sesudah menyesalatas perbuatan yang terlanjur

dilakukan. Sebab Taubat yang Nashuha akan menghapus dosa dan memasukannya

kedalam surga.

Ubay bin Ka’ab Ra. Mengatakan, “Kami telah diberitahu bahwa akan

terjadi pada umat ini saat mendekati hari kiamat yaitu :

1. Orang yang berhubungan badan dengan istri atau budaknya pada dubur,

2. Pelacuran sesama wanita. Haram hukumnya dimurka oleh Allah dan Rasul-

Nya.

3. Pelacuran sesama laki-laki. Inipun haram hukumnya dimurka oleh Allah dan

Rasul-Nya.

Mereka ini tidak diterima shalatnya terkecuali dengan bertaubat yang

nashuha.

Page 2: Makalah pai kelas 1 a

Zir bertanya kepada Ubay bin Ka’ab, “Apakah taubat nashuha itu?”

Jawab Ubay, “Saya telah bertanya kepada Nabi SAW, dan beliau

bersabda, ‘menyesal atas dosa yang diperbuat, lalu meminta ampun kepada-Nya

dan tidak akan mengulangi perbuatan itu untuk selama-lamanya’.”

Ditanya Umar tentang taubat nashuha. Ia menjawab “Taubat Nashuha itu

adalah tidak kembali kepada perbuatan dosa sebagaimana tidak kembalinya air

susu pada payudara ibu yang menyusui anaknya”.

Para Ulama bersepakat, yang dimaksud Taubat Nashuha itu terdiri dari

tiga syarat, yaitu :

1. Menghentikan Maksiat.

2. Menyesal atas perbuatan yang terlanjur dilakukan.

3. Niat sungguh-sungguh tidak mengulangi perbuatan itu kembali. Dan

apabila dosa yang dilakukan berhubungan dengan manusia, maka

taubatnya ditambah dengan syarat keempat, yaitu :

4. Menyelesaikan urusan dengan orang yang berhak.

Salah satu nama surat dalam Al-Qur’an ialah At-Taubah (Pengampunan).

Surat kesembilan ini dikenal pula dengan nama Bara’ah, yang artinya berlepas

diri. Maksudnya, sebagian besar pokok pembicaraan surat ini tentang pernyataan

berlepas dirinya orang-orang yang beriman terhahadap orang-orang musyrik yang

diwujudkan dengan jihad melawan mereka sebagai bukti taubat yang nashuha.

Dan, disinilah tampak jelas bahwa hakikat taubat yang sebenarnya senantiasa

menuntut pelakunya berlepas diri secara totalitas terhadap segala sesuatu yang

mempersekutukan Allah SWT, sebagai akidah orang yang bertaubat.

2. Taubat Itu Hijrah

Keterkaitan Taubat dengan Hijrah adalah laksana ruh di dalam jasad.

Tiada arti ruh tanpa jasad dan tiada arti jasad tanpa ruh. Keberadaan keduanya

itulah hidup dan perpisahannya adalah maut.

Page 3: Makalah pai kelas 1 a

Arti Hijrah berasal dari bahasa Arab, yang artinya meninggalkan suatu

perbuatan, ataubberpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain. Adapun arti

Hijrah menurut syari’at ada tiga macam, yaitu :

Pertama : Hijrah dari semua perbuatan yang dilarang oleh Allah ke

perbuatan yang tidak dilarang oleh Allah. Hijrah ini adalah diharuskan dikerjakan

oleh tiap-tiap orang yang telah mengaku beragama islam. Nabi SAW telah

bersabda yang artinya : “Orang-orang yang berhijrah itu ialah orang yang

meninggalkan segala yang Allah telah melarang daripadanya.”(diriwayatkan Al-

Bukhary dan lainnya dari shahabat Abdullah bin Umar Ra.).

Jadi, siapa saja dari orang-orang Islam, telah meninggalkan semua

perbuatan yang dilarang oleh Allah, maka ia termasuk daripada orang yang

mengerjakan hijrah yang pertama.

Kedua : Hijrah (mengasingkan) diri dari pergaulan orang-orang musyrik atau

orang-orang kafir yang memfitnah orang-orang yang telah memeluk agama islam.

Maka hijrah ini adalah diharuskan juga dikerjakan tiap-tiap orang islam karena

untuk menjauhi fitnah-fitnah dari orang-orang musyrik dan kafir yang memusuhi

islam. Yang pada prinsipnya dapat dipergunakan untuk mengerjakan perintah-

perintahnya dan menjauhi larangan-larangannya. Dizaman Nabi SAW hijrah ini

pernah dikerjakan oleh kaum muslimin, yakni hijrah sebagian kaum Muslimin

diwaktu itu ke Negeri Habsyi sampai terjadi dua kali.

Ketiga : Hijrah (berpindah) dari negeri atau daerah orang-orang kafir atau

musyrik ke negeri atau daerah orang-orang muslimin. Seperti hijrah Nabi SAW

dan kaum Muslimin dari Makkah ke Madinah.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apa saja syarat-syarat Taubat Nashuha ?

2. Apa saja macam-macam Taubat

Page 4: Makalah pai kelas 1 a

BAB II

PEMBAHASAN

Empat Syarat Taubat Nashuha

1. Syarat Pertama : Menghentikan Maksiat

Untuk memenuhi syarat yang pertama ini sangat diperlukan sikap bara’ah

(sikap tegas yang disertai tindakan berlepas diri atau pemutusan hubungan dari

segala perkara yang dapat menimbulkan perbuatan maksiat). Karena mana

mungkin seseorang dikatakan telah bertaubat dengan sebenar-benarnya bila masih

bertoleransi dan berhubungan baik dengan kemaksiatan. Perbuatan semacam ini

merupakan pernyataan berloyalitas pada jalan-jalan syaitan dan syiar-syiarnya.

Bukan saja tertolak taubatnya, bahkan lambat laun menyeret pelakunya kepada

kekufuran. Diantara ciri-ciri orang yang menghentikan maksiat, ialah sebagai

berikut :

1. Mencampakan Sifat Sombong

Segala kemegahan dan kenikmatan dunia seringkali membuat orang lupa

dan sombong, hingga tercatatlah ia dalam golongan orang-orang yang sombong.

Allah SWT berfirman yang artinya :

“Dan apabila dikatakan kepadanya : ‘bertaqwalah kepada Allah’, bangkitlah

kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah

(balasannya) neraka Jahanam. Dan sesungguhnya neraka Jahanam itu tempat

tinggal yang seburuk-buruknya”. (QS. Al-Baqarah : 206)

“Tiga orang yang pada hari kiamat tidak akan diampuni dan tidak akan

dilihat dengan pandangan rahmat Allah dan untuk mereka tetap disediakan siksa

yang pedih. Pertama, orang tua renta yang berzina; kedua, raja pendusta; dan

ketiga, orang melarat yang sombong”. (Diriwayatkan Muslim)

Page 5: Makalah pai kelas 1 a

Untuk itu hendaklah setiap orang yang ingin bertaubat dengan sebenar-

benarnya mencampakan jauh-jauh sifat sombong. Tiada satu kemaksiatan pun

dapat dihentikan bila sifat ini masih ada di hati seorang muslim.

2. Hijrah

Taubat yang dapat menghentikan maksiat harus disertai dengan hijrah.

Simaklah berita dari Abu Said Al-Khudry Ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda

yang artinya :

“Dahulu pada umat-umat yang terdahulu, terjadi seseorang telah

membunuh sembilan puluh sembilan jiwa, kemudian ia ingin bertaubat, maka

mencari seorang alim, dan ditunjukan pada sorang pendeta, maka ia bertanya,

‘saya telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa, apakah ada jalan untuk

bertaubat ?’ Jawab pendeta,’ maka segera dibunuh pendeta itu, sehingga genap

seratus orang yang telah dibunuhnya. Kemudian mencari orang alim lainnya, dan

ketika telah ditunjukan maka ia menerangkan bahwa ia telah membunuh seratus

orang, apakah ada jalan untuk bertaubat ?Jawab si Alim, ya ada, dan siapakah

yang dapat menghalanginya untuk bertaubat ? pergilah ke dusun itu karena

disana banyak orang yang taat kepada Allah, maka berbuatlah sebagaimana

perbuatan mereka, dan jangan kembali ke negerimu ini, karena tempat penjahat’.

Maka pergilah orang itu. Tatkala dalam perjalanan ia meninggal dunia. Maka

bertengkarlah Malaikat Rahmat, ‘ia telah berjalan untuk bertaubat kepada Allah

dengan sepenuh hatinya’. Berkata Malaikat Siksa, ‘ia belum penah berbuat

kebaikan sama sekali’. Maka datanglah seorang malaikat berupa manusia dan

dijadikannya sebagai juri (hakim) diantara mereka. Maka ia berkata’. Ukur saja

antara dua dusun yang yang ditinggalkan dan yang dituju, maka ke mana ia lebih

dekat masukkanlah ia kepada golongan orang sana.’ Kemudian diukur, dan

didapatkan lebih dekat kepada dusun baik yang ditujunya, kira-kira sejengkal,

maka dipegang ruhnya oleh Malaikat Rahmat.” (Diriwayatkan Al-Bukhary dan

Muslim).

Dari hadits di atas, jelas bahwa hijrahnya si Pembunuh dari negerinya

yang penuh kemaksiatan dan orang-orangnya yang jahat ke dusun yang banyak

Page 6: Makalah pai kelas 1 a

orang-orang baik, menjadi jawaban diterima taubatnya si pembunuh tadi..

Sekalipun ia belum pernah berbuat kebaikan. Dan disini terlihat pula peran niat

ikhlas karena Allah sebagai Aqidah orang-orang yang bertaubat sekalipun

hijrahnya belum sampai kedusun yang dituju,- maka telah tetap pahalanya disisi

Allah.

3. Tidak Berputus Asa dari Rahmat Allah

Orang yang bertaubat tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah.

Semestinya orang yang bertaubat dan bertekad menghentikan kemaksiatannya

memiliki sikap optimis terhadap Allah SWT. Allah SWT, berfirman yang artinya :

“katakanlah : ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampui batas terhadap diri

mereka sendiri, jangan lah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya

Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha

Pengampun Lagi Maha Penyayang”. (QS. Az-Zumar : 53).

Dari Anas Ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda yang artinya :

“Telah berfirman Allah Ta’ala, ‘wahai Anak Adam ! Selagi engkau

meminta dan berharap daripada-Ku, maka Aku akan ampunkan apa-apa dosa

yang telah terlanjur dan tidak Aku perdulikan lagi. Wahai Anak Adam ! walaupun

sampai dosamu setinggi langit, kemudian engkau minta ampun kepada-Ku,

niscaya Aku beri ampunan kepadamu. Wahai Anak Adam ! Jika engkau datang

kepada-Ku dengan dosa sepenuh isi bumi, tetapi engkau tiada menyekutukan

yang lain dengan Aku, niscaya Aku datang padamu dengan ampunan sepenuh

bumi pula’.” (Diriwayatkan At-Tirmidzy dan ia berkata ini hadits hasan shahih).

Tapi banyak orang berkeyakinan bahwa dosanya tidak akan diampuni

oleh Allah dan dirinya hanya layak menjadi bahan bakar api neraka. Yang pada

akhirnya dia berputus asa untuk bertaubat dan melakukan perbuatan-perbuatan

maksiat.

4. Tidak berprasangka buruk kepada Allah

Page 7: Makalah pai kelas 1 a

Tidak mungkin dapat menghentikan kemaksiatan seseorang yang

berprasangka buruk kepada Allah. Karena sebagian prasangka adalah dosa yang

menjerumuskan kepada fitnah. Allah SWT berfirman yang artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,

sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu

mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian dari kamu

menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan

daging saudaranya yang sudah mati ? maka tentulah kamu merasa jijik

kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima

taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat : 12).

Bagaimana pula kiranya seseorang yang ingin bertaubat dan

menghentikan kemaksiatanya berprasangka buruk kepada Allah. Bukankah akan

tertolak taubatnya.

Dari jabir bin Abdillah Ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda yang

artinya : “janganlah mati salah satu dari kamu, melainkan dalam keadaan baik

sangka kepada Allah azza wa jalla.”

Sudah semestinya orang yang mau bertaubat dan menghentikan

kemaksiatannya berbaik sangka kepada Allah. Karena pada dasarnya sangka

Allah mengikuti sangka hamba-Nya.

Dari Abu Hurairah Ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda yang artinya :

“Allah telah berfirman, ‘Aku selalu mengikuti sangka hamba-Ku......’.”

(Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).

2. Syarat Kedua : Menyesal Atas Perbuatan Yang Terlanjur

Dilakukan

Ini adalah syarat taubat nashuha yang kedua. Bukan dinamakan taubat

bila rasa penyesalan atas suatu perbuatan dosa yang dilakukan saja tidak ada. Dan,

Page 8: Makalah pai kelas 1 a

bagaimana pula akan menghentikan kemaksiatan dan sadar untuk bertaubat ?

karena itu rasa penyesalan termasuk syarat taubat yang nashuha.

Adapun ciri-ciri orang yang menyesal atas kemaksiatan yang terlanjur

dilakukannya ialah sebagai berikut :

1. Melafadzkan Taubat dan Berdo’a

Penyesalan selain terletak di hati juga harus dilafadzkan dengan lisan.

Pelafadzan akan menguatkan hati dan memeliharanya dengan janji yang telah

diikrarkan dihadapan Allah. Dan Istighfar adalah lafadz bagi orang-orang

bertaubat yang berisikan do’a-do’a memohon ampunan kepada Allah Ta’ala.

Sedemikian pentingnya kedudukan pelafadzan istighfar sampai-sampai Rasulullah

setiap hari melakukan sebanyak tujuh puluh hingga seratus kali.

Dari Abu Hurairah Ra. Bahwa Rasulullah bersabda yang artinya :

“Demi Allah, sesungguhnya saya membaca istighfar dan bertaubat kepada

Allah tiap hari lebih dari tujuh puluh kali.” (Diriwayatkan Al-Bukhary).

2. Tidak Menangguhkan Taubat

Ciri lain orang yang menyesal atas kemaksiatan yang dilakukan ialah

tidak menangguhkan taubat, tapi menyegerakannya. Bila taubat ditangguhkan

terlihattiada kesungguhan. Penangguhan disebabkan oleh keraguan sedang

penyegeraan dikarenakan takut dan penyesalan. Allah SWT berfirman yang

artinya :

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga

yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang

bertaqwa.” (Ali Imran : 133).

3. Mengganti Keburukan Dengan Kebaikan

Page 9: Makalah pai kelas 1 a

Penyesalan baru terlihat nyata setelah si Pelakunya mengadakan

perbaikan. Sesal atas kemaksiata yang melekat di hati dan dikuatkan dengan

lafadz taubat, baru terbukti dengan praktek amal shaleh sebagai langkah

mengadakan perbaikan. Allah SWT berfirman yang Artinya :

“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal

shaleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan Allah

adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Furqan : 70).

3. Syarat Ketiga : Niat Sungguh-sungguh Tidak Mengulangi

Perbuatan Itu Kembali

Syarat ketiga taubat nashuha ini pun memiliki ciri-ciri yang menunjukan

bahwa seseorang berniat bersungguh-sungguh tidak mengulangi kemaksiatannya

setelah bertaubat. Diantara ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut :

1. Wara’ (berhati-hati)

Sikap berhati-hati termasuk perkara yang dapat membentengi taubat dari

kerusakan akibat mengulangi perbuatan maksiatnya kembali. Keberadaan wara’

bagi orang yang bertaubat menjadi pemelihara dan motor penggerak aktivitas-

aktivitas ibadah sebagai manifestasi taubat yang nashuha menuju tingkat

muttaqin. Dari Athiyah bin Urwah Assa’dy Ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda

yang artinya : “seorang hamba tidak dapat mencapai tingkat muttaqin, hingga

meninggalkan apa-apa yang tidak berdosa, karena khawatir terjerumus pada apa

yang berdosa.” (Diriwayatkan At-Tirmidzy).

2. Menganjurkan Kebaikan dan Mencegah Kemungkaran

Niat sungguh-sungguh tidak mengulangi perbuatan dosa, juga terlihat dari

adanya kemauan yang kuat dari orang yang bertaubat menganjurkan kebaikan dan

mencegah kemungkaran kepada orang lain. Ini adalah wujud pernyataan dirinya perang

secara terbuka terhadap segala kemungkaran yang ia penah terjerumus kedalamnya dan

telah merasakan langsung kemudharatannya. Kembalinya orang yang bertaubat ialah

dengan mengikuti jalan Allah.

Page 10: Makalah pai kelas 1 a

3. Menyadari Ujian Sebagai Peringatan Agar Bertaubat

Banyak orang-orang yang bertaubat cepat merasa puas dan menganggap

dirinya telah bersih. Mereka lupa bahwa syaitan tidak pernah berputus asa

menjerumuskan manusia ke lembah dosa hanya dengan menggunakan satu

umpan. Boleh jadi taubat seseorang atas suatu perbuatan dosa mencapai tingkat

nashuha dan tidak dilakukannya lagi; tetapi itu bukan berarti ia telah bebas

sepenuhnya dan lolos begitu saja dengan umpan-umpan syaitan lainnya dengan

tingkat godaan yang lebih berat. Taubat terakhir dari keimanan, sedang keimanan

tidak diakui sebelum mengalami ujian.

4. Syarat Keempat : Menyelesaikan Urusan dengan Orang Yang

Berhak

Syarat taubat keempat ini harus ditunaikan apabila perbuatan dosa yang

dilakukan melanggar hak manusia. Seperti mencuri barang milik orang lain,

berhutang yang tidak dilunasi, ghibah, mencaci maki, mengolok-olok, sumpah

palsu, ingkar janji, merusak nama baik orang, menyakiti badan, dan segala perkara

dosa yang terkait dengan hak manusia. Selain harus melakukan tiga syarat taubat

sebelumnya, maka orang yang melakukan perbuatan dosa yang berhubungan

dengan hak manusia harus melengkapi taubatnya dengan syarat keempat ini. Ada-

pun cara menyelesaikan urusan dengan orang yang dilanggar haknya adalah :

1. Mengembalikan Apa Yang Harus Dikembalikan

2. Meminta Ma’af Atau Halalnya Kepada Orang Yang Dilanggar

Haknya

Allah berfirman yang artinya :

“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubatlah

kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan

memberikan kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada

waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang

Page 11: Makalah pai kelas 1 a

mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka

sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.” (QS. Huud : 3)

Dari Abu Hurairah Ra, bahwa Rasulullah bersabda yang artinya :

“Siapa yang merusak nama baik atau harta benda orang lain, maka minta

ma’aflah kepadanya sekarang ini, sebelum datang hari dimana mata uang tidak

berlaku lagi. Kalau ia mempunyai amal baik, sebagian dari amal baiknya itu

akan diambil sesuai dengan kadar aniaya yang telah dilakukannya. Kalau ia tidak

mempunyai amal baik, maka dosa orang lain itu diambil dan ditambahkan kepada

dosanya.”*(Diriwayatkan Al-Bukhary) *(dosa orang yang dilanggar haknya akan

ditimpakan kepada orang yang melanggarnya).

Selain menunjukan pentingnya minta ma’af, hadits diatas berisikan pula

ancaman atas mereka yang enggan meminta ma’af atau halalnya orang yang telah

dilanggar haknya.

Macam-macam Taubat

Dalam hal ini Imam Ghazali membagi taubat menjadi tiga tingkatan yaitu :

1. Taubat Orang Awam, taubat ini dilakukan atas dosa-dosa yang nyata

atau kelihatan seperti dosa berzina, mencuri, korupsi, membunuh, minum-

minuman keras, dan lainnya.

2. Taubat Khusus, taubat ini dilakukan atas dosa-dosa batin atau tidak

kelihatan mata seperti dengki, riya’, ujub, takabur, dan lainnya. Sikap-

sikap ini secara langsung tidak diketahui oleh orang lain. Namun

demikian, akibat sikap ini bisa dirasakan oleh pihak lain.

3. Taubat Lebih Khusus, taubat ini dilakukan atas dosa/kasalahan lalai

mengingat Allah. Taubat inilah yang dimaksudkan dalam Sabda Nabi

Muhammad SAW yang menyatakan : “Aku beristighfar dan bertaubat

lebih dari 70 kali dalam sehari”. (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari).

Page 12: Makalah pai kelas 1 a

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Taubat merupakan ruh dan jasadnya adalah hijrah. Karena hijrah

manifestasi dari taubat.

2. Orang yang mengembalikan secara totalitas fitrah dirinya selaku insan

kepada Allah selaku pencipta, Al-Khalik. Dengan kata lain, tidak

mempersekutukan Allah dengan segala sesuatunya. Maka

konsekwensinya, ia akan menjadi hamba yang rela, puas, dan taat diatur

dengan aturan Allah dan Rasul-Nya. Sudah barang tentu ia pula yang

menjadipemelihara dan pembela bagi agama Allah yang setia

darigangguan apapun yang akan merusak fitrah manusia dari

penghambaan kepada Khaliknya.

Page 13: Makalah pai kelas 1 a

3. Hijrah adalah manifestasi taubat nashuha. Dengan hijrah hidup fitrah

dimulai, praktek-praktek amal shaleh didukung dan para pelanggarnya

ditindak dengan hukum Allah yang universal ditegakkan.

4. Niat ikhlas adalah syarat pokok semua ibadah yang diterima disisi Allah

SWT. tidak dikatakan seseorangf melakukan taubat yang nashuha bila

telah rusak niatnya.

5. Berniat yang bersungguh-sungguh tidak akan mengulangi maksiat yang

pernah dia lakukan.

6. Macam-macam Taubat menurut Imam Ghazali dibagi menjadi tiga

tingkatan yaitu, Pertama : Taubat Orang Awam, Kedua : Taubat Khusus,

Ketiga : Taubat Lebih Khusus.

Alhamdulillah, dengan pertolongan-Nya akhirnya penulisan makalah

yang berjudul “Taubat Nashuha” ini bisa selesai. Karena itu, diharapkan kita bisa

merealisasi diri dan bersegera bertaubat kepada allah Ta’ala sebelum terlambat.

Wassalam.

(Kelompok 3_kelas 1a_matematika)

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Mubin Ahmad.2002. “Empat Syarat Taubat Nashuha”.Jakarta :

Darul Falah.

Rahardjo, M. Dawan.2002. “Ensiklopedi Al-Qur’an”. Yogyakarta :

Paramadina.

Chalil, KH. Moenawar.1993. “Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad

Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam”. Jakarta : PT. Bulan Bintang.

Page 14: Makalah pai kelas 1 a

Al-Afifi, Thoha Abdullah.1994. “Tobat”. Surabaya : Risalah Gusti.

www.google.com