lp post sc letsu

37
BAB I TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR POST PARTUM 1. Pengertian Nifas - Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi alat genital baru pulih kembali sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Sarwono. 2002 : 234) - Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Abdul Bari Saifuddin. 2002 : 122) - Masa nifas (puerperium) adalah masa pulihnya kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan seperti pra hamil. Lama masa nifas 6 – 8 minggu. (Rustam Mochtar. 1998 : 115) - Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. ( Kapita Selekta,2000) 2. Pembagian Masa Nifas 1. Nifas dibagi dalam 3 periode : a. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

Upload: cosmoxt

Post on 10-Aug-2015

262 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Without Patofis

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Post Sc Letsu

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR POST PARTUM

1. Pengertian Nifas

- Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah partus selesai,

dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi alat genital

baru pulih kembali sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan

(Sarwono. 2002 : 234)

- Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6

minggu (Abdul Bari Saifuddin. 2002 : 122)

- Masa nifas (puerperium) adalah masa pulihnya kembali, mulai

dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan seperti pra

hamil. Lama masa nifas 6 – 8 minggu. (Rustam Mochtar. 1998 :

115)

- Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah partus

selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. ( Kapita

Selekta,2000)

2. Pembagian Masa Nifas

1. Nifas dibagi dalam 3 periode :

a. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah

diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam,

dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat

genetika yang lamanya 6 – 8 minggu.

c. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk

pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau

waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat

sempurna bisa bermingu – minggu, bulanan, atau tahunan.

2. Pada masa ini terjadi perubahan – perubahan fisiologi yaitu :

Page 2: Lp Post Sc Letsu

1. Perubahan fisik

2. Involusi uterus dan pengeluaran lochea

3. Laktasi/ pengeluaran ASI

4. Perubahan system tubuh lainnya

5. Perubahan psikis

3. Tujuan Asuhan Masa Nifas

1 Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun

psilologis.

2 Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendekteksi

masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada

ibu maupun bayinya.

3 Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan

kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui,

pemberian imunisasi dan perawatan bayi sehat.

4 Memberikan pelayanan keluarga berencana.

5 Asuhan pada masa nifas diperlukan dalam periode ini karena

merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya diperkirakan

bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah

persalinan, 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam

pertama. Masa neonatus merupakan masa kritis dari kehidupan

bayi, 2/3 kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah

persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam

waktu 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan melekat dan

asuhan pada ibu dan bayi masa nifas dapat mencegah beberapa

kematian ini.

4. Involusi Alat-alat kandungan

1. Uterus

Secara berangsur – angsur menjadi kecil sehingga akhirnya kembali seperti sebelum

hamil.

Involusi Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus

Bayi lahir

Uri lahir

1 minggu

Setinggi pusat

2 jari bawah pusat

Pertengahan pusat

1000 gram

750 gram

500 gram

Page 3: Lp Post Sc Letsu

2 minggu

6 minggu

8 minggu

simfisis

Tidak teraba diatas

simfisis

Bertambah kecil

Sebesar normal

350 gram

50 gram

30 gram

2. Bekas Implantasi

Bekas involusi uteri pada bekas implantasi plasenta terdapat

gambaran sebagai berikut:

a. Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir

seluas 12 x 15 cm, permukaan kasar, dimana pembuluh dara

besar bermuara.

b. Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombose,

disamping pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot

rahim.

c. Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil pada minggu

ke 2 sebesar 6 – 8 cm, dan akhir puerperium sebesar 2 cm.

d. Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan

nekrosis bersama dengan lochen.

e. Kesembuhan sempurna pada saat akhir dari masa

puerperium.

3. Luka – luka ada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan

sembuh dalam 6 – 7 hari.

4. Lochea

Adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina

dalam masa nifas.

Lochea dibagi beberapa jenis.

a. Lochea rubra: berisi darah segar dan sisa-sisa selaput

ketuban, sel-sel desidua, verriks kaseasa, lanuga dan

mekoneum, selama 2 hari pasca persalinan.

b. Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah

dan lender hari ke 3-7 pasca persalinan.

c. Lochea serosa: berwarna merah kuning berisi darah dan

lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan.

Page 4: Lp Post Sc Letsu

d. Lochea alba : cairan putih kekuningan dan berisi selaput

lendir, leucocyten dan kuman penyakit yang telah mati,

setelah 12 minggu.

e. Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti

nanah berbau busuk.

f. Lochiostasis: lochea tidak lancar keluarnya.

5. Serviks

Setelah persalinan, bentuk serviks agak mengganggu

seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya

lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil.

Setelah bayi lahir tangan masih bisa masuk rongga rahim,

setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2 – 3 jari dan setelah 7 hari

hanya dapat dilalui 1 jari.

6. Ligamen – ligamen

Ligamen, fasia, dan diafragma peluis yang meregang pada

waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur

menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus

jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum

rotundum menjadi kendor.

5. Kebutuhan Dasar pada Ibu Nifas

1. Nutrisi dan cairan

a. Mengkonsumsi tambahan kalori 500 mg / hari

b. Makan dengan diet berimbang mudah dicerna

c. Minum 3 liter per hari

d. Fe selama 40 hari pasca salin

e. Minum kapsul vitamin A (200.000)

2. Ambulasi

a. Menggerakkan kaki miring ke kanan/miring ke kiri duduk.

b. Turun dari tempat tidur secepatnya sesuai kondisi ibu.

3. Eliminasi dan BAK / BAB

a. Buang air kecil secepatnya dapat dilakukan sendiri.

b. BAB harus ada dalam 3 hari postpartum.

4. Kebersihan diri/parineum

Page 5: Lp Post Sc Letsu

a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh

b. Anjurkan cara membersihkan vulva

c. Ganti pembalut 2 kali sehari

d. Cuci tangan sesudah dan sebelum cebok

e. Bila ada luka laserasi/epis. Sarankan pada ibu untuk tidak

menyentuh luka.

5. Istirahat

a. Anjurkan untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan

berlebihan.

b. Kembali melakukan kegiatan rumah tangga, tidur siang atau

beristirahat pada saat bayi tidur.

c. Bila kurang istirahat dapat menyebabkan :

a. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi

b. Memperlambat proses involusi

c. Depresi.

6. Seksual

a. Secara fisik dapat melakukan senggama begitu darah merah

berhenti dan ibu dapat memasukkan ½ jarinya kedalam

vagina tanpa rasa nyeri.

b. Banyak budaya, yang mempunyai tradisi menunda hubungan

suami istri sampai masa waktu tertentu misalnya setelah 40

hari atau 6 minggu setelah persalinan.

7. Latihan/senam nifas

a. Membantu memperlancar peredaran darah ibu

b. Menguatkan otot-otot rahim dan otot dasar panggul

c. Menguatkan otot organ seksual

d. Menguatkan otot perut

e. Menggurangi bengkak pada kaki

f. Mencegah inkontinensia urine dan retensio urine (mudah

ngompol dan sulit kencing)

g. Mencegah varises

h. Mencegah prolap uteri (kandungan melorot atau turun)

8. Laktasi

Page 6: Lp Post Sc Letsu

ASI mengandung semua bahjan yang diperlukan bayi,

mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu

segar, bersih, dan siap untuk diminum. Bila bayi mulai disusui,

isapan pada putting susu merupakan rangsangan psikis yang

secara reflek mengakibatkan oksitosia dikeluarkan oleh hipofise.

Sebagai efek positif adalah involusi uteri akan lebih sempurna.

(Sinopsis Jilid I.1998.116)

6. Program dan Kebijakan Teknis

1. 6 – 8 jam setelah persalinan

Tujuan : - Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia

uteri

- Mendektesi dan merawat penyebab lain

perdarahan : rujuk bila perdarahan berlanjut.

- Memberikan konseling pada ibu atau salah satu

anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan

masa nifas karena atonia uteri

- Pemberian ASI awal.

- Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

- Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah

hipotermia

- Jika petugas esehatan menolong persalinan, ia harus

tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam

pertama setelah kelahiran atau ibu dan bayi dalam

keadaan stabil.

2. 6 hari setelah persalinan

Tujuan : - Memastikan involusi uterus berjalan normal :

uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus,

tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.

- Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau

perdarahan abnormal.

- Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan,

cairan, dan istirahat.

Page 7: Lp Post Sc Letsu

- Memastikan ibu menyusuhi dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

- Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan

pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan

merawat bayi sehari-hari.

3. 2 minggu setelah persalinan

Tujuannya : Sama seperti diatas ( 6 hari setelah persalinan )

4. 6 minggu setelah persalinan

Tujuan : - Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit

yang ia atau bayi alami.

- Memberikan konseling untuk KB secara dini.

(Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal.2002.hal : 123)

B. KONSEP DASAR LETAK SUNGSANG

1. Definisi

- Letak sungsang dimana janin yang memanjang (membujur)

dalam rahim kepala di fundus (Mochtar, 1998, 1998 : 350)

- Letak sungsang pada persalinan justru kepala yang merupakan

bagian terbesar bayi akan lahir terakhir (Manuaba, 1998 : 360)

- Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong

sebagai bagian yang terendah (presentasi bokong).

Kejadiannya ± 3 %, pada kehamilan setelah 37 minggu,

didapatkan 5-7% letak sungsang, pada kehamian trimester ke-2

(21-24 minggu) 33%, pada awal trimester ke-3 (29-32 minggu)

14%.

2. Etiologi

Letak sungsang dapat terjadi akibat dari :

a. Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak

ada, misalnya pada panggul sempit, hidrosefalus, plasenta

previa, tumor – tumor pelvis dan lain – lain.

b. Janin mudah bergerak,seperti pada hidramnion, multipara, janin

kecil (prematur).

Page 8: Lp Post Sc Letsu

c. Gemeli (kehamilan ganda)

d. Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus ; bikornis, mioma uteri.

e. Janin sudah lama mati.

f. sebab yang tidak diketahui

g. Kehamilan prematur

h. Hidramnion , Oligohidramnion

i. Tumor panggul ( kista ovarium )

j. Plasentasi Previa

k. Grandemultipara

l. Panggul sempit

m. Lilitan tali pusat , tali pusat pendek

n. Hidrosepalus, anensepalus

3. Manifestasi Klinis

a. Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah

pusat dan ibu sering merasa benda keras (kepala) mendesak

tulang iga.

b. Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada

fundus uteri.

c. Punggung anak dapat teraba pada salat satu sisi perut dan

bagian-bagian kecil pada pihak yang berlawanan. Diatas

sympisis teraba bagian yang kurang budar dan lunak.

d. Bunyi jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi

pusat.

4. Jenis dan Klasifikasi

Jenis

a. Letak bokong murni : prensentasi bokong murni (Frank Breech).

Bokong saja yang menjadi bagian terdepan sedangkan kedua

tungkai lurus keatas.

b. Letak bokong kaki (presentasi bokong kaki) disamping bokong

teraba kaki (Complete Breech). Disebut letak bokong kaki

Page 9: Lp Post Sc Letsu

sempurna atau tidak sempurna kalau disamping bokong teraba

kedua kaki atau satu kaki saja.

c. Letak lutut (presentasi lutut)

d. Letak kaki (presentasi kaki)

Tergantung pada terabanya kedua kaki atau lutut atau hanya

teraba satu kaki atau lutut disebut letak kaki atau lutut

sempurna dan letak kaki atau lutut tidak sempurna. Dari letak-

letak ini letak bokong murni paling sering dijumpai. Punggung

biasanya terdapat di kiri depan. Frekuensi letak sungsang lebih

tinggi pada kehamilan muda dibandingkan dengan kehamilan

aterm dan lebih banyak pada multigravida daripada

primigravida (Sulaeman, 1984).

Letak sungsang merupakan keadaan dimana bokong janin atau

kaki berada di bagian bawah kavum uteri (rongga rahim)

(haryoga, 2008).

Klasifikasi

a. Letak bokong (Frank Breech) : Letak bokong dengan kedua

tungkai terangkat keatas (75%).

b. Letak sungsang sempurna (Complete Breech): Letak bokong

dimana kedua kaki ada disamping bokong (letak bokong kaki

sempurna/lipat kejang)

c. Letak Sungsang tidak sempurna (incomplete Breech) : Letak

sungsang dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki

dan lutut, terdiri dari :

- Kedua kaki : Letak kaki sempurna

- Satu kaki : Letak kaki tidak sempurna

- Kedua lutut : Letak lutut sempurna

- Satu lutut : Letak lutut tidak sempurna

Posisi bokong ditentukan oleh sakrum, ada 4 posisi :

- Left sacrum anterior (sakrum kiri depan)

- Right sacrum anterio (sakrum kanan depan)

- Left sacrum posterior (sakrum kiri belakang)

Page 10: Lp Post Sc Letsu

- Right sacrum posterior (sakrum kanan belakang)

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan foto rontgen : bayangan kepala di fundus

b. X-ray:

- Dapat membedakan dengan presentasi kepala dan

pemeriksaan ini penting untuk menentukan jenis presentasi

sungsang dan jumlah kehamilan serta adanya kelainan

kongenital lain

- Pemeriksaan radiologi yang menunjukkan adanya presentasi

sungsang dengan jenis Frank Breech.

c. Ultrasonografi:  Pemeriksaan USG yang dilakukan oleh operator

berpengalaman dapat menentukan :

- Presentasi janin

- Sikap

- Ukuran

- Jumlah kehamilan

- Lokasi plasenta

- Jumlah cairan amnion

- Malformasi jaringan lunak atau tulang janin

6. Penatalaksanaan

Sewaktu Hamil

Yang terpenting ialah usaha untuk memperbaiki letak sebelum

persalinan terjadi dengan versi luar. Tehnik :

a. Sebagai persiapan :

1) Kandung kencing harus dikosongkan

2) Pasien ditidurkan terlentang

3) Bunyi jantung anak diperiksa dahulu

4) Kaki dibengkokan pada lutu dan pangkal paha supaya

dinding perut kendor.

b. Mobilisasi : bokong dibebaskan dahulu

Page 11: Lp Post Sc Letsu

c. Sentralisasi : kepala dan bokong anak dipegang dan didekatkan

satusama lain, sehingga badan anak membulat dengan demikian

anak mudah diputar.

d. Versi : anak diputar sehingga kepala anak terdapat dibawah.

Arah pemutaran hendaknya kearah yang lebih mudah yang

paling sedikit tekanannya. Kalau ada pilihan putar kearah perut

anak supaya tidak terjadi defleksi. Setelah versi berhasil bunyi

jantung anak diperiksa lagi dan kalau tetap buruk anak diputar

lagi ketempat semula.

e. Setelah berhasil pasang gurita, observasai tensi, DJJ, serta

keluhan.

Sewaktu Persalinan

a. Cara berbaring :

- Litotomi sewaktu inpartu

- Trendelenburg

b. Melahirkan bokong :

- Mengawasi sampai lahir spontan

- Mengait dengan jari

- Mengaik dengan pengait bokong

- Mengait dengan tali sebesar kelingking.

c. Ekstraksi kaki

Ekstraksi pada kaki lebih mudah. Pada letak bokong janin dapat

dilahirkan dengan cara  vaginal atau abdominal (seksio sesarea)

Page 12: Lp Post Sc Letsu

C. KONSEP DASAR SECTIO CAESAREA

1. Definisi

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin

dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. (Sarwono ,

2005). Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan

membuat sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau

vagina. Atau disebut juga histerotomia untuk melahirkan janin dari

dalam rahim. (Mochtar, 1998).

2. Etiologi

Indikasi SC :

Indikasi klasik yang dapat dikemukakan sebagai dasar section

caesarea adalah :

a. Prolog labour sampai neglected labour

b. Ruptura uteri imminen

c. Fetal distress

d. Janin besar melebihi 4000 gr

e. Perdarahan antepartum

(Manuaba, I.B, 2001)

Sedangkan indikasi yang menambah tingginya angka persalinan

dengan sectio adalah :

a. Malpersentasi janin

1) Letak lintang : Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio

caesarea adalah jalan /cara yang terbaik dalam melahirkan

janin dengan segala letak lintang yang janinnya hidup dan

besarnya biasa. Semua primigravida dengan letak lintang

harus ditolong dengan sectio caesarea walaupun tidak ada

perkiraan panggul sempit. Multipara dengan letak lintang

dapat lebih dulu ditolong dengan cara lain.

2) Letak belakang : Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan

pada letak belakang bila panggul sempit, primigravida, janin

besar dan berharga.

Page 13: Lp Post Sc Letsu

b. Plasenta previa sentralis dan lateralis

c. Presentasi lengkap bila reposisi tidak berhasil

d. Gemeli menurut Eastman, sectio cesarea dianjurkan bila janin

pertama letak lintang atau presentasi bahu, bila terjadi interior

(looking of the twins), distosia karena tumor, gawat janin dan

sebagainya.

e. Partus lama

f. Partus tidak maju

g. Pre-eklamsia dan hipertensi

h. Distosia serviks

3. Tujuan

Tujuan melakukan sectio caesarea (SC) adalah untuk

mempersingkat lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya

robekan serviks dan segmen bawah rahim. Sectio caesarea

dilakukan pada plasenta previa totalis dan plasenta previa lainnya

jika perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi kematian bayi

pada plasenta previa, sectio caesarea juga dilakukan untuk

kepentingan ibu, sehingga sectio caesarea dilakukan pada placenta

previa walaupun anak sudah mati.

4. Klasifikasi

a. Abdomen (SC Abdominalis)

1) Sectio Caesarea Transperitonealis

- Sectio caesarea klasik atau corporal : dengan insisi

memanjang pada corpus uteri.

- Sectio caesarea profunda : dengan insisi pada segmen

bawah uterus.

2) Sectio caesarea ekstraperitonealis

Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum

parietalis dan dengan demikian tidak membuka kavum

abdominalis.

b. Vagina (sectio caesarea vaginalis)

Page 14: Lp Post Sc Letsu

Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat

dilakukan apabila :

1) Sayatan memanjang (longitudinal)

2) Sayatan melintang (tranversal)

3) Sayatan huruf T (T Insisian)

c. Sectio Caesarea Klasik (korporal)

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus

uteri kira-kira 10cm.

Kelebihan :

- Mengeluarkan janin lebih memanjang

- Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik

- Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal

Kekurangan :

- Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak

ada reperitonial yang baik.

- Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri

spontan.

- Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi

dibandingkan dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena

luka bekas SC klasik sudah dapat terjadi pada akhir

kehamilan, sedangkan pada luka bekas SC profunda biasanya

baru terjadi dalam persalinan.

Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan

supaya ibu yang telah mengalami SC jangan terlalu lekas

hamil lagi. Sekurang -kurangnya dapat istirahat selama 2

tahun. Rasionalnya adalah memberikan kesempatan luka

sembuh dengan baik. Untuk tujuan ini maka dipasang akor

sebelum menutup luka rahim.

d. Sectio Caesarea (Ismika Profunda)

Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada

segmen bawah rahim kira-kira 10cm

Kelebihan :

- Penjahitan luka lebih mudah

Page 15: Lp Post Sc Letsu

- Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik

- Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk

menahan isi uterus ke rongga perineum

- Perdarahan kurang

- Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri

spontan lebih kecil

Kekurangan :

- Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga

dapat menyebabkan arteri uteri putus yang akan

menyebabkan perdarahan yang banyak.

- Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.

5. Komplikasi

a. Infeksi Puerperalis

Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama

beberapa hari dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat,

misalnya peritonitis, sepsis dan lain-lain. Infeksi post operasi

terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala - gejala

infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan

predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah

ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi dapat

diperkecil dengan pemberian antibiotika, tetapi tidak dapat

dihilangkan sama sekali, terutama SC klasik dalam hal ini lebih

berbahaya daripada SC transperitonealis profunda.

b. Perdarahan

Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika

cabang arteria uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri

c. Komplikasi - komplikasi lain seperti :

a) Luka kandung kemih

b) Embolisme paru – paru

d. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang

kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan

Page 16: Lp Post Sc Letsu

berikutnya bisa terjadi ruptura uteri. Kemungkinan hal ini lebih

banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik.

6. Patofisiologi

Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang

menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan,

misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit,

disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama,

partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi

janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan

pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).

Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan

menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan

menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan

sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak

mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri

sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.

Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan,

dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas

pada pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan

dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga

menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah,

dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang

pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan

rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir,

daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila

tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah risiko

infeksi.

Page 17: Lp Post Sc Letsu

7. Pemeriksaaan Penunjang

a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan

dari kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah

pada pembedahan.

b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi

c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah

d. Urinalisis / kultur urine

e. Pemeriksaan elektrolit

8. Pentalaksanaan

a. Pemberian cairan

Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka

pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan

mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi,

atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa

diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara

bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila

kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.

b. Diet

Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah

penderita flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan

makanan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang

sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi,

berupa air putih dan air teh.

c. Mobilisasi

Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :

a) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah

operasi.

b) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur

telentang sedini mungkin setelah sadar.

c) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama

5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu

menghembuskannya.

Page 18: Lp Post Sc Letsu

d) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi

setengah duduk (semifowler).

e) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien

dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan

kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke 5

pasca operasi.

d. Kateterisasi

Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak

enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan

menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48

jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan

penderita.

e. Pemberian obat-obatan

1) Antibiotik : Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat

berbeda-beda setiap institusi.

2) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran

pencernaan

- Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam

- Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol

- Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila

perlu

3) Obat-obatan lain: Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan

umum penderita dapat diberikan caboransia seperti

neurobian I vit. C

b. Perawatan luka : Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post

operasi, bila basah dan berdarah harus dibuka dan diganti

c. Perawatan rutin : Hal-hal yang harus diperhatikan dalam

pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah, nadi,dan pernafasan.

(Manuaba, 1999)

D. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Page 19: Lp Post Sc Letsu

Dilakukan dengan mengumpulkan semua data baik data

subyektif maupun obyektif data subyektif disertai hari/tanggal dan

jam pada saat dilakukan pengkajian, tanggal masuk rumah sakit,

jam masuk rumah sakit, nomer register.

A. Data Subyektif

1. Biodata

a. Nama ibu dan suami

Nama ibu dan suami untuk mengenal, memanggil, dan

menghindari terjadinya kekeliruan (Cristina,2000:41)

b. Umur

Umur ibu menjadi faktor predisposisi dilakukannya suatu

tindakan

c. Suku Bangsa

Untuk mengetahui dari suku mana ibu berasal dan

menentukan cara pendekatan serta pemberian asuhan.

d. Agama

Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya

terhadap kebiasaan kesehatan pasien/klien. Dengan

diketahuinya agama pasien akan memudahkan bidan

melakukan pendekatan didalam melaksanakan asuhan

kebidanan. (Depkes RI,2002:14)

e. Pendidikan

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan sebagai dasar

dalam memeberikan asuhan.

f. Pekerjaan

Untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial

ekonomi klien dan apakah pekerjaan ibu/suami dapat

mempengaruhi kesehatan klien atau tidak.

g. Penghasilan

Untuk mengetahui status ekonomi penderita dan

mengetahui pola kebiasaan yang dapat mempengaruhi

kesehatan klien.

h. Alamat

Page 20: Lp Post Sc Letsu

Untuk mengetahui tempat tinggal klien, dan menilai

apakah lingkungan cukup aman bagi kesehatan.

2. Alasan Masuk Rumah Sakit

Apa alasan ibu sehingga datang ke Rumah Sakit.

3. Alasan Masuk Recoveri Room

Mengetahui penyebab apa yang menimbulkan ibu masuk

RR.

4. Keluhan Utama

Keluhan ibu yang dirasakan atau yang dialami pada masa nifas

dengan riwayat eklamsi dan histeriraphy et causa ruptura

uteri, terdapat keluhan antara lain :

- Ibu mengatakan nyeri pada luka bekas operasi.

- Ibu mengatakan perut ibu mules yang dikarenakan

involusi.

- Ibu mengatakan kepala ibu pusing yang diakibatkan dari

riwayat eklamsi.

5. Riwayat Kesehatan Yang Lalu

Ditanyakan untuk mengetahui riwayat penyakit darh tinggi

mungkin sebelum hamil ibu sudah mempunyai tekanan darah

tinggi atau darah tinggi yang disebabkan kehamilannya.

Sebab penyakit yang telah dialami ibu bisa timbul kembali

karena keadaan ibu yang lemah pada waktu nifas.

6. Riwayat Kesehatan Sekarang

Untuk mengetahui apakah ibu sekarang masih menderita

penyakit darah tinggi atau penyakit lain yang dapat

mempengaruhi masa nifasnya.

7. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ditanyakan mengenai latar belakang keluarga terutama :

- Anggota keluarga yang mempunyai penyakit tertentu

terutama penyakit menular seperti TBC, hepatitis.

- Penyakit keluarga yang diturunkan seperti kencing manis,

tekanan darah tinggi, asma.

8. Riwayat Haid

Page 21: Lp Post Sc Letsu

Ditanyakan mengenai :

a. Menarche adalah terjadi haid yang pertama kali.

Menarche terjadi pada usia pubertas, yaitu sekitar 12-16

tahun.

b. Siklus haid pada setiap wanita tidak sama. Siklus haid

yang normal/ dianggap sebagia siklus adalah 28 hari,

tetapi siklus ini bisa maju sampai 3 hari atau mundur

sampai 3 hari. Panjang siklus haid yang biasa pada wanita

adalah 25-32 hari

c. Lamanya haid, biasanya antara 2-5 hari, ada yang1-2 hari

diikuti darah sedikit-sedikit dan ada yang sampai 7-8 hari

pada wanita biasanya lama haid ini tetap

d. Banyaknya darah yang keluar dan konsistensinya encer

e. Disminore dapat terjadi pada saat menjelang menstruasi

atau pada saat menstruasi, dan pada saat setelah

menstruasi.

f. Hari pertama haid terakhir ditanyakan untuk mengetahui

usia kehamilan dan apakah tafsiran rersalinannya sudah

sesuai dengan keadaan klien. (Sarwono, 2007 : 103).

9. Riwayat Pernikahan

Ditanyakan tentang : Ibu menikah berpa kali, lamanya, umur

pertama kali menikah

a. Jika lama menikah ≥ 4 tahun tetapi belum hamil bisa

menyebabkan masalah pada kahamilannya pre eklamsi.

b. Lama menikah ≤ 2 tahun, sudah punya lebih dari 1 anak.

Bahanya perdarahan setelah bayi lahir karena kondisi ibu

masih lemah.

c. Umur pertama kali menikah < 18 tahun, pinggulnya belum

cukup pertumbuhan sehingga resiko pada waktu

melahirkan.

d. Jika hamil umur > 35 tahun bahanyanya bisa terjadi

hipertensi, pre eklamsi.

10. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu

Page 22: Lp Post Sc Letsu

- Ditanyakan pada ibu yang pernah hamil

Apakah kehamilan yang dulu keadaannya biasa sampai

saat anak dilahirkan ataukah pernah mengalami kelainan.

- Ditanyakan persalinan pada ibu tentang persalinan yang

pernah dialaminya.

Apakah persalinannya lancar, biasa atau tidak pernah

mengganggu keadaan umum ibu, apakah ibu tidak pernah

mengalami kelainan.

- Dinyatakan keadaan masa nifas yang dulu-dulu

Apakah masa nifas yang lau itu dalam keadaan normal

ataukah ada kelainan.

11. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Sekarang

- Untuk mengetahui perasaan ibu sekarang, apakah mual,

muntah, apakah pusing, badan lemas.

- Untuk mengethui kronologis persalinan yang pernah

dialami oleh ibu.

12. Riwayat KB

Untuk menngetahui apakah ibu cocok menggunakan jenis KB

yang dipilihnya sesuai dengan keadaan dan umur ibu, mulai

kapan menggunakan KB dan kapan lepasnya.

13. Pola Kebiasaan Sehari-hari

Untuk mengetahui kesenjangan atau perbedan jauh tidaknya

kebiasaan antara dirumah dan di rumah sakit sehingga

menimbulkan masalah :

a. Nutrisi (untuk mengetahui pola dan porsi makan ibu

apakah menurun atau tetap).

b. Eliminasi (untuk mengetahui output ibu, seberapa yang

keluar apakah seimbang dengan yang masuk).

c. Aktifitas (untuk mengetahui apa saja yang dilakukan ibu).

d. Kebiasaan (untuk mengetahui apakah kebiasaan ibu pada

dirinya sendiri).

e. Personal hygiene (untuk mengetahui tingkat kebersihan

pada dirinya sendiri).

Page 23: Lp Post Sc Letsu

14. Riwayat psikososial dan budaya

a. Psikososial : Untuk mengetahui apakh ibu menerima

kehamilan dan tindakan medis yang akan

dilakukan. Selain itu juga mengetahui siapa

saja yang nantinya merawat bayi dan ibunya

dirumah. Untuk mengetahui hubunga ibu

dengan lingkunga sekitar (keluarga dan

tetangga) dan dengan petugas kesehatan

dirumah sakit.

b. Budaya : Untuk mengetahui kebiasaan ibu dalam

kepercayaan yang dijalani ibu dan keluarga,

untuk meluruskan apa bila ada kebiasaan ibu

yang kurang baik dalam medis.

15. Pola spiritual

Untuk mengetahui kebiasaan ibu dan keluarga dalam

beribadah, untuk memudahkan petugas kesehatan dalam

pendekatan terapeutik.

B. Data Obyektif

1. Pemeriksaan Umum

- Keadaan umum : Baik

- Kesadaran : Composmentis

- Tanda-tanda vital :

Tekanan darah : 90/60 - 130/90mmHg

Nadi : 60 - 100 x/menit

Suhu : 36,1 - 37,6 oC

Pernafasan : 16 - 24 x/menit

2. Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi

-Kepala : Bersih, rambut tidak bercat, tidak

tampak ketombe dan tidak tampak kusam.

-Wajah : Ibu tampak menyeringai karena sakit

pada luka bekas operasi dan untuk

mengetahui muka pucat atau tidak,

Page 24: Lp Post Sc Letsu

odema/tidak, terdapat cloasma

gravidarum/tidak.

-Mata : Simetris/tidak, konjungtiva

anemis/tidak, skera kuning/tidak.

-Hidung : Simetris, bersih, tidak ada polip, tidak

ada perdarahan yang keluar dari hidung

dan tidak ada sekret.

-Mulut : Bibir tampak pucat/tidak sianosis/tidak

-Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen,

tidak terdapat perdarahan pada telinga

dan pendengaran baik.

-Leher : pada riwayat eklamsi ada pembesaran

kelenjar limfe, ada pembesaran kelenjar

tiroid/tidak.ada pembesaran vena

jugularus/tidak.

-Payudara : Sumetris/tidak, puting susu menonjol/

tidak, ada hiperpigmentasi pada areola

mama/tidak. Dan ASI sudah keluar/tidak.

-Abdomen : Luka bekas operasi dan drain apakah

bersih/tidak, apakah terdapat tanda-tanda

infeksi merah, panas, bengkak.

-Genetalia : Ada varises/tidak, ada/tidak cairan yang

abnormal.

-Ekstermitas :

Atas :Simetris/tidak, odema pada kedua

tangan/ sebagian, pucat pada kuku

jari/tidak.

Bawah :Simetris/tidak, odema pada kedua

tangan/ sebagian, pucat pada kuku

jari/tidak.

b. Palpasi

- Leher :Adanya pembesaran pada kelenjar limfe,

tiroid dan vena jugularis/tidak.

Page 25: Lp Post Sc Letsu

- Payudara :Tidak teraba benjolan abnormal, payudara

teraba kenyal, tidak ada nyeri tekan,

keluar colostrum (Tim PP-ASI 2001 : 17).

- Abdomen :TFU 2 jari dibawah pusat, nyeri tekan

pada daerah bekas luka operasi.

- Ekstremitas : Oedema pada ekstremitas atas dan

bawah.

c. Auskultasi

- Dada : Paru-paru terdengar wheezing, dan

ronchi atau tidak.

- Abdomen : Pada klien post Op hari ke-3 bising usus

+

d. Perkusi : Ada reflek patela.

3. Data Penunjang

a. Hasil Laboratorium :

Darah Lengkap :

- Hemoglobin bertujuan untuk mendeteksi adanya anemi,

penyakit ginjal. Terjadi peningkatan dapat

diindikasikan adanya dehidrasi, penyakit paru obtruksi

menahun, gagal jantung kongestif dll. (Praktek Klinik

Kebidanan.A. Aziz A.2002: 202)

- Hematokrit bertujuan untuk mengukur konsentrasi sel-

sel darah marah dalam darah, yang dapat mendeteksi

adanya anemia, kehilangan darah, gagl ginjal kronis,

defisiensi vitamin B dan C. Apabila terjadi peningkatan

kadar hematrokrit dapat diindikasikan adanya

dehidrasi, asidosis, trauma, pembedahan dll. (Praktek

Klinik Kebidanan.A. Aziz A.2002: 202)

- Trombosit bertujuan untuk mendeteksi adanya

trombositopenia yang berhubungan denagn

perdarahan, dan trombositosis yang menyebabkan

peningkatan pembekuan (Praktek Klinik Kebidanan.A.

Aziz A.2002: 202)

Page 26: Lp Post Sc Letsu

Kimia Darah :

- Albumin bertujuan untuk mendeteksi kemampuan

albumin yang disintesis oleh hepar. Pemeriksaan ini

digunakan untuk menentukan adanya gangguan hepar

seperti serosis, luka bakar, gangguan ginjal atau

kehilangan protein dalam jumlah yang banyak. (Praktek

Klinik Kebidanan.A. Aziz A.2002: 200)

b. Terapi Dokter : Pemberian advis dokter pada pasien untuk

memenuhi kebutuhan pasien.

c. Laporan Operasi : Menjelaskan kronologis dari operasi

d. Data Bayi : Bayi dalam keadaan sehat dengan

ditunjang data dari bayi.

b. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan otot dan

system saraf yang di tandai dengan keluhan nyeri, ekpresi wajah

menyeringai.

2) Gangguan eleminasi urine berhubungan dengan trauma

mekanik , manipulasi pembedahan adanya edema pada jaringan

sekitar dan hematom, kelemahan pada saraf sensorik dan

motorik.

3) Kurang pengetahuan tentang efek pembedahan dan

perawatan selanjutnya berhubungan dengan salah dalam

menafsirkan imformasi dan sumber imformasi yang kurang

benar.

4) Resiko Infeksi dengan faktor resiko luka post operasi.

c. Perencanaan

a) Intervensi keperawatan pada diagnose Nyeri berhubungan

dengan kerusakan jaringan otot dan system saraf. :

1) Kaji tingkat rasa tidak nyaman sesuai dengan tingkatan nyeri.

2) Beri posisi fowler atau posisi datar atau miring kesalah satu

sisi.

Page 27: Lp Post Sc Letsu

3) Ajarkan teknik releksasi seperti menarik nafas dalam,

bimbing untuk membayangkan sesuatu.Kaji tanda vital :

tachicardi,hipertensi, pernafasan cepat.

4) Motivasi klien untuk mobilisasi didni setelah pembedahan

bila sudah diperbolehkan.

5) Laksanakan pengobatan sesuai indikasi seperti analgesik

intravena.

6) Observasi efek analgetik (narkotik )

7) Obervasi tanda vital : nadi ,tensi, pernafasan, suhu.

b) Intervensi keperawatan pada diagnose keperawatan gangguan

eleminasi urine berhubungan dengan trauma mekanis,

manipulasi pembedahan, oedema jaringan setempat, hemaloma,

kelemahan sensori dan kelumpuhan saraf.

1) Catat poal miksi dan minitor pengeluaran urine

2) Lakukan palpasi pada kandung kemih , observasi adanya

ketidaknyamanan dan rasa nyeri.

3) Lakukan tindakan agar klien dapat miksi dengan pemberian

air hangat, mengatur posisi, mengalirkan air keran.

4) Jika memakai kateter, perhatikan apakah posisi selang

kateter dalam keadaan baik, monitor intake autput, bersihkan

daerah pemasangan kateter satu kali dalamsehari, periksa

keadaan selang kateter (kekakuan,tertekuk )

5) Perhatikan kateter urine : warna, kejernihan dan bau.

6) Kolaborasi dalam pemberian dalam pemberian cairan

perperental dan obat obat untuk melancarkan urine.

7) Ukur dan catat urine yang keluar dan volume residual urine

750 cc perlu pemasangan kateter tetap sampai tonus otot

kandung kemih kuat kembali.

c) Intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan Kurangnya

pengetahuan tentang perawatan luka operasi, tanda-tanda

Page 28: Lp Post Sc Letsu

komplikasi, batasan aktivitas, dan perawatan selanjutnya

berhubungan dengan terbatasnya imformasi.

1) Jelaskan bahwa tindakan seksio sesarea mempunyi

kontraindikasi yang sedikit tapi membutuhkan waktu yang

lama untuk pulih, mengguanakan anatesi yang banyak dan

memberikan rasa nyeri yang sangat setelah operasi.

2) Jelaskan dan ajarkan cara perawatan luka bekas operasi yang

tepat

3) Motivasi klien melakukan aktivitas sesuai kemampuan.

4) Jelaskan aktivitas yang tidak boleh dilakukan.

d) Intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan resiko

Infeksi dengan faktor resiko luka post operasi.

1) Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna,

dan bau dari luka operasi

2) Terangkan pada klien pentingnya perawatan luka selama

masa post operasi

3) Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart

4) Lakukan perawatan luka

5) Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi