case obgyn (sc)

28
BAB I PENDAHULUAN Seksio sesarea (caesarean delivery) adalah satu cara melahirkan janin melalui sayatan dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerotomi). Kaisar Numa Pompilius dari kerajaan Romawi pada abad kedelapan SM mengesahkan undang-undang yang mengizinkan tindakan seksio sesarea segera pada ibu-ibu hamil tua yang baru saja meninggal untuk menyelamatkan janin. Diduga sejak terbitnya undang-undang tersebut, istilah “Caesarean Delivery” atau “Caesarean Section” atau seksio sesarea mulai dipakai untuk persalinan operatif melalui luka sayatan dinding abdomen (perut) dan dinding uterus (rahim). Di negara-negara sedang membangun, seksio sesarea adalah merupakan pilihan terakhir untuk menyelamatkan ibu dan janin pada saat kehamilan dan atau persalinan yang kritis. Seksio sesarea yang diputuskan mendadak, tanpa perawatan pre-operatif yang memadai, dan tanpa direncanakan sebelumnya disebut seksio sesarea emergensi. Akhir- akhir ini seksio sesarea juga sudah dilakukan atas permintaan ibu/keluarga tanpa indikasi obstetrik, atau dengan indikasi obstetric sebelum timbul tanda-tanda persalinan, atau dengan indikasi obstetric dengan perawatan pre-operatif yang baik. Seksio sesarea yang direncanakan dan sudah mendapat perawatan pre-operatif yang baik disebut seksio sesarea elektif. 1

Upload: aldiza-rena-pramudita

Post on 20-Jan-2016

87 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

aaa

TRANSCRIPT

Page 1: Case Obgyn (Sc)

BAB I

PENDAHULUAN

Seksio sesarea (caesarean delivery) adalah satu cara melahirkan janin melalui sayatan

dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerotomi). Kaisar Numa Pompilius dari

kerajaan Romawi pada abad kedelapan SM mengesahkan undang-undang yang mengizinkan

tindakan seksio sesarea segera pada ibu-ibu hamil tua yang baru saja meninggal untuk

menyelamatkan janin. Diduga sejak terbitnya undang-undang tersebut, istilah “Caesarean

Delivery” atau “Caesarean Section” atau seksio sesarea mulai dipakai untuk persalinan operatif

melalui luka sayatan dinding abdomen (perut) dan dinding uterus (rahim).

Di negara-negara sedang membangun, seksio sesarea adalah merupakan pilihan terakhir

untuk menyelamatkan ibu dan janin pada saat kehamilan dan atau persalinan yang kritis. Seksio

sesarea yang diputuskan mendadak, tanpa perawatan pre-operatif yang memadai, dan tanpa

direncanakan sebelumnya disebut seksio sesarea emergensi. Akhir-akhir ini seksio sesarea juga

sudah dilakukan atas permintaan ibu/keluarga tanpa indikasi obstetrik, atau dengan indikasi

obstetric sebelum timbul tanda-tanda persalinan, atau dengan indikasi obstetric dengan

perawatan pre-operatif yang baik. Seksio sesarea yang direncanakan dan sudah mendapat

perawatan pre-operatif yang baik disebut seksio sesarea elektif.

Angka morbiditas (kesakitan), angka mortalitas (kematian) maternal (ibu) dan neonatal

pada seksio sesarea erat kaitannya dengan komplikasi kehamilan, komplikasi persalinan, dan

indikasi seksio sesarea ; juga erat kaitannya dengan ketersediaan sarana dan fasilitas, termasuk

keterampilan tim operator.

1

Page 2: Case Obgyn (Sc)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Seksio Sesarea

Istilah seksio sesarea berasal dari perkataan Latin Caedere yang artinya memotong.

Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus

melalui dinding depan perut atau vagina. Seksio sesarea atau kelahiran sesarea adalah

melahirkan janin melalui irisan pada dinding perut (laparatomi) dan dinding uterus

(histerektomi). Definisi ini tidak termasuk melahirkan janin dari rongga perut pada kasus ruptura

uteri atau kehamilan abdominal (Pritchard dkk, 1991). Tindakan ini dilakukan untuk mencegah

kematian janin maupun ibu sehubungan dengan adanya bahaya atau komplikasi yang akan terjadi

bila persalinan dilakukan pervaginam.

Istilah

-     Seksio sesarea primer (efektif)

Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara seksio sesarea, tidak

diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul sempit (CV kecil dari 8 cm)

-     Seksio sesarea sekunder

Dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa (partus percobaan), bila tidak

ada kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal, baru dilakukan seksio sesarea.

- Seksiosesarea ulang (repeat caesarean section)

Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami seksio sesarea (previous caesarean section) dan

pada kehamilan selanjutnya dilakukan seksio sesarea ulang.

- Seksio sesarea histerektomi (caesarean section hysterectomy)

Adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan seksio sesarea, langsung

dilakukan histerektomi oleh karena sesuatu indikasi.

- Operasi Porro (Porro operation)

Adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (janin sudah mati), dan

langsung dilakukan histerektomi, misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat.

2

Page 3: Case Obgyn (Sc)

Indikasi Seksio Sesarea

Dalam persalinan ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan suatu persalinan

yaitu jalan lahir, janin, kekuatan ibu, psikologi ibu dan penolong. Apabila terdapat salah satu

gangguan pada salah satu faktor tersebut akan mengakibatkan persalinan tidak berjalan dengan

lancar bahkan dapat menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan ibu dan janin.

Operasi seksio sesarea dilakukan jika kelahiran per vaginam mungkin akan menyebabkan

resiko pada ibu ataupun pada janin. Adapun indikasi dilakukannya seksio sesarea adalah

persalinan berkepanjangan, malpresentasi atau malposisi, disproporsi sefalo-pelvis, distress

janin, prolaps tali pusat, plasenta previa, abrupsio plasenta, penyakit pada calon ibu, bedah

sesarea ulangan.

Seksio sesarea yang disertai histerektomi yaitu pengangkatan uterus setelah seksio

sesarea karena atoni uteri yang tidak dapat diatasi dengan tindakan lain, pada miomatousus yang

besar dan atau banyak atau pada ruptur uteri yang tidak dapat diatasi dengan jahitan. Seksio

sesarea vaginal yaitu pembedahan melalui dinding vagina anterior ke dalam rongga uterus.

Seksio sesarea ekstraperitoneal yaitu seksio yang dilakukan tanpa insisi peritoneum dengan

mendorong lipatan peritoneum ke atas dan kandung kemih ke bawah atau ke garis tengah

kemudian uterus dibuka dengan insisi di segmen bawah.

Menurut Kasdu (2003) indikasi seksio sesarea di bagi menjadi dua faktor :

Faktor Janin

1. Bayi terlalu besar

Berat bayi sekitar 4000 gram atau lebih, menyebabkan bayi sulit keluar

dari jalan lahir

2. Kelainan letak bayi

Ada dua kelainan letak janin dalam rahim yaitu letak sungsang dan

lintang. Malpresentasi atau malposisi dimana letak bayi dalam rahim tidak

menguntungkan untuk dilahirkan lewat vagina. Contoh malpresentasi adalah

posisi transversal, presentasi sungsang. Malposisi mencakup posisi oksiput

posterior yang persisten atau asinklitisme.

3. Ancaman gawat janin (Fetal Distres)

3

Page 4: Case Obgyn (Sc)

Gangguan pada janin melalui tali pusat akibat ibu menderita hipertensi

atau kejang rahim (eklamsi). Gangguan pada bayi juga diketahui adanya

mekonium dalam air ketuban. Apabila proses persalinan sulit melalui vagina

maka dilakukan operasi seksio sesarea.

Fetal distress dimana perubahan tertentu pada kecepatan denyut jantung

janin dapat menunjukkan adanya masalah pada bayi. Perubahan kecepatan

jantung ini dapat terjadi jika tali pusat tertekan atau berkurangnya aliran darah

teroksigenasi ke plasenta. Memantau respon kecepatan jantung janin terhadap

rangsang kulit kepala atau menggunakan pemantauan kejenuhan oksigen janin

dapat membantu pemberi perawatan mengetahui apakah bayi mengompensasi

keadaan ini dengan baik atau mulai mengalami efek kekurangan oksigen. Jika

bayi tidak mampu lagi mengompensasinya, perlu dilakukan bedah sesar

4. Janin abnormal

Janin abnormal misalnya kerusakan genetik dan hidrosephalus

5. Faktor plasenta

Ada beberapa kelainan plasenta yang menyebabkan keadaan gawat darurat

pada ibu dan janin sehingga harus dilakukan persalinan dengan operasi bila itu

plasenta previa dan solutio plasenta.

Plasenta previa dimana plasenta menutupi sebagian leher rahim. Saat

leher rahim melebar, plasenta terlepas dari rahim menyebabkan perdarahan yang

tidak sakit pada calon ibu. Hal ini dapat mengurangi pasokan oksigen ke janin.

Melahirkan lewat vagina yang aman tidak dimungkinkan pada plasenta previa,

karena plasenta akan keluar sebelum si bayi.

Abrupsio plasenta dimana plasenta secara dini terlepas dari dinding rahim.

Keadaan ini dapat menyebabkan perdarahan vagina atau perdarahan tersembunyi

dengan sakit perut yang spontan. Pemisahan ini merupakan pasokan oksigen ke

janin dan bergantung pada seberapa banyak plasenta yang terlepas, perlu

dilakukan bedah sesar.

6. Kelainan tali pusat

Ada dua kelainan tali pusat yang bisa terjadi yaitu prolaps tali pusat dan

terlilit tali pusat. Prolaps tali pusat dimana jika tali pusat turun melalui leher rahim

4

Page 5: Case Obgyn (Sc)

sebelum si bayi, kepala atau tubuh bayi dapat menjepit tali pusat tersebut dan

secara drastis mengurangi pasokan oksigen sehingga mengharuskan dilakukannya

melahirkan secara bedah sesar segera.

7. Multiple pregnancy

Tidak selamanya bayi kembar dilaksanakan secara operasi. Persalinan

kembar memiliki resiko terjadinya komplikasi misalnya lahir premature sering

terjadi preeklamsi pada ibu. Bayi kembar dapat juga terjadi sungsang atau letak

lintang. Oleh karena itu pada persalinan kembar dianjurkan dirumah sakit,

kemungkinan dilakukan tindakan operasi.

Faktor Ibu

1. Usia

Ibu yang melahirkan pertama kali diatas usia 35 tahun atau wanita usia 40

tahun ke atas. Pada usia ini seseorang memiliki penyakit yang beresiko misalnya

hipertensi jantung, kencing manis dan eklamsia.

2. Ibu dengan penyakit kronik

Penyakit pada calon ibu misalnya ibu mempunyai sakit jantung atau

kondisi medis lain yang serius, ibu mungkin tidak akan mampu menahan stress

persalinan dan melahirkan lewat vagina.

3. Tulang Panggul

Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu

tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin, dimanaukuran kepala bayi terlalu

besar. Atau dapat juga karena panggul sempit absolut.

4. Persalinan sebelumnya dengan operasi sehingga bisa berisiko untuk rupture uteri

iminens.

5. Partus lama (prolonged labour) partus tak maju (obstructed labour)

Persalinan berkepanjangan dimana kontraksi dengan kualitas rendah,

pembukaan yang tidak berkembang, bayi yang tidak turun meskipun sudah

dilakukan usaha untuk mengistirahatkan rahim atau merangsang kontraksi lebih

kuat.

6. Faktor hambatan jalan lahir

5

Page 6: Case Obgyn (Sc)

Gangguan jalan lahir terjadi adanya tumor atau myoma. Keadaan ini

menyebabkan persalinan terhambat atau tidak maju adalah distosia.

Adanya luka herpes pada atau di dekat vagina pada saat persalinan juga

merupakan indikasi untuk melahirkan sesar karena bayi akan tertular infeksi jika

dilahirkan melewati jalan lahir. Seorang ibu yang positif HIV akan dapat

mengurangi risiko penularan virus ke bayinya jika ia menjalani melahirkan sesar

yang sudah direncanakan

7. Ketuban pecah dini

Berdasarkan penelitian yang dilakukan sekitar 60-70% bayi yang

mengalami ketuban pecah dini akan lahir sendiri 2×24 jam. Apabila bayi tidak

lahir lewat waktu, barulah dokter akan melakukan tindakan operasi seksio sesarea

Klasifikasi Seksio Sesarea

Ada beberapa jenis seksio sesarea yaitu seksio sesarea klasik atau corporal yaitu insisi

pada segmen atas uterus atau korpus uteri. Pembedahan ini dilakukan bila segmen bawah rahim

tidak dapat dicapai dengan aman, bayi besar dengan kelainan letak terutama jika selaput ketuban

sudah pecah (Manuaba, 1999). Seksio sesarea ismika atau profundal (low servical dengan insisi

pada segmen bawah rahim) merupakan suatu pembedahan dengan melakukan insisi pada segmen

bawah uterus (Prawiroharjo, 2008). Hampir 99 % dari seluruh kasus seksio sesarea memilih

teknik ini karena memiliki beberapa keunggulan seperti kesembuhan lebih baik dan tidak banyak

menimbulkan perlekatan.

Seksio sesarea yang disertai histerektomi yaitu pengangkatan uterus setelah seksio

sesarea karena atoni uteri yang tidak dapat diatasi dengan tindakan lain, pada miomatousus yang

besar dan atau banyak atau pada ruptur uteri yang tidak dapat diatasi dengan jahitan (Manuaba,

1999). Seksio sesarea vaginal yaitu pembedahan melalui dinding vagina anterior ke dalam

rongga uterus (Manuaba, 1999). Seksio sesarea ekstraperitoneal yaitu seksio yang dilakukan

tanpa insisi peritoneum dengan mendorong lipatan peritoneum ke atas dan kandung kemih ke

bawah atau ke garis tengah kemudian uterus dibuka dengan insisi di segmen bawah (Manuaba,

1999).

6

Page 7: Case Obgyn (Sc)

Macam-macam seksio sesarea adalah:

1. Klasik / Corporal : insisi memanjang pada dinding anterior rahim

2. Transperitoneal Profunda : insisi pada SBR (yang paling sering)

3. Extraperitoneal : cavum peritonei tidak dibuka

4. Caesarian histerektomi : SC diikuti dengan histerektomi supravaginal

Indikasi : - Perdarahan hebat karena atonia uteri

- Placenta increta, percreta

- Infeksi intrauterine yang berat

Menurut Mochtar (1998), arah sayatan operasi seksio sesarea dibagi :

Seksio sesarea klasik (Corporal)

Seksio sesarea dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira –

kira 10 centimeter.

Jenis ini mempunyai kelebihan:

1. Mengeluarkan janin lebih cepat

2. Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik

3. Sayatan bisa di perpanjang proksimal atau distal

4. Teknik relatif lebih mudah

Sedang kekurangannya adalah :

1. Penyembuhan jaringan parut kurang baik (karena luka di daerah yang kontraktil dan

mobil waktu involusi)

2. Resiko infeksi lebih besar karena bekas insisi tak tertutup baikoleh peritoneum

3. Resiko perdarahn lebih banyak.

4. Banyak perlekatan jaringan sehingga:

SC berikutnya (bila diperlukan) lebih sulit

Gangguan kontraksi uterus pada partus berikutnya

5. Untuk persalinan selanjutnya kemungkinan terjadi rupture uteri lebih besar

Prosedur:

7

Page 8: Case Obgyn (Sc)

1. Mula-mula dilakukan desinfeksi pada dinding perut dan lapangan operasi dipersempit

dengan duk steril.

2. Pada dinding perut dibuat insisi mediana mulai dari atas simfisis sepanjang ± 12 cm

sampai dibawah umbilicus lapis demi lapis sehingga cavum peritoneal terbuka.

3. Dalam rongga perut disekitar rahim dilingkari dengan kassa laparotomi

4. Dibuat insisi secara tajam dengan pisau pada segme atas rahim (SAR), kemudian

diperlebar secara sagital dengan gunting

5. Setelah kavum uteri terbuka, selaput ketuban dipecahkan. Janin dilahirkan dengan

meluksir kepala dan mendorong fundus uteri. Setelah janin lahir seluruhnya, tali pusat

dijepit dan dipotong diantara kedua penjepit.

6. Plasenta dilahirkan secara manual. Disuntikkan oksitosin 10 unit ke dalam rahim secara

intra mural.

7. Luka insisi SAR dijahit kembali.

8. Setelah dinding rahim selesai dijahit, kedua adneksa dieksplorasi.

9. Rongga perut dibersihkan dari sisa-sisa darah dan akhirnya luka dinding perut dijahit.

Indikasi Seksio sesarea klasik:

1. Bila terjadi kesukaran dalam memisahkan kandung kencing untuk mencapai segmen

bawah rahim, misalnya karena adanya perlekatan-perlekatan akibat pembedahan seksio

sesarea yang lalu, atau adanya tumor-tumor di daerah segmen bawah rahim.

2. Janin besar dalam letak lintang

3. Plasenta previa dengan insersi plasenta di depan dinding depan segmen rahim.

Seksio sesarea Transperitoneal Profunda

Seksio sesarea dilakukan dengan membuat syatan melintang konkaf pada segmen bawah

rahim (Low Servic Transversal) kira – kira 10 centimeter.

Dengan kelebihan :

1. Penyembuhan jaringan parut lebih baik (karena tidak dipengaruhi daerah kontraktil dan

tidak dipengaruhi involusi)

2. Perdarahan sedikit

3. Resiko infeksi lebih sedikit

8

Page 9: Case Obgyn (Sc)

4. Perlengketan lebih sedikit

5. Kemungkinan rupture ¼ klasik (terutama saat persalinan)

Sedangkan kekurangannya :

1. Teknik lebih sulit

2. Kemungkinan trauma vesica urinaria – post op kencing warna merah.

Teknik pelaksanaan:

1. Mula-mula dilakukan desinfeksi pada dinding perut dan lapangan operasi dipersempit

dengan duk steril.

2. Pada dinding perut dibuat insisi mediana mulai dari atas simfisis sampai dibawah

umbilicus lapis demi lapis sehingga cavum peritoneal terbuka.

3. Dalam rongga perut disekitar rahim dilingkari dengan kassa laparotomi

4. Dibuat bladder-flap, yaitu dengan menggunting peritoneum kandung kencing (plika

vesikouterina) di depan segmen bawah rahim (SBR) secara melintang. Plika

vesikouterina ini disisihkan secara tumpul kea rah samping dan bawah, dan kandung

kening yang telah disisihkan kea rah bawah dan samping dilindungi dengan speculum

kandung kencing.

5. Dibuat insisi pada segmen bawah rahim 1 cm di bawah irisan plika vesikouterina tadi

secara tajam dengan pisau bedah ± 2 cm, kemudian diperlebar melintang secara tumpul

dengan kedua jari operator. Arah insisi pada segmen bawah rahim dapat melintang

(transversal) sesuai cara Kerr; atau meembujur (sagital) sesuai cara Kronig.

6. Setelah kavum uteri terbuka, selaput ketuban dipecahkan, janin dilahirkan dengan

meluksir kepalanya. Badan janin dilahirkan dengan mengait kedua ketiaknya. Tali pusat

dijepit dan dipotoong, plasenta dilahirkan secara manual. Ke dalam otot rahim intra mural

disuntikkan 10 unit oksitosin. Luka dinding rahim dijahit.

7. Setelah dinding rahim selesai dijahit, kedua adneksa dieksplorasi.

8. Rongga perut dibersihkan dari sisa-sisa darah dan akhirnya luka dinding perut dijahit.

9

Page 10: Case Obgyn (Sc)

Komplikasi Seksio Sesarea

Kelahiran sesarea bukan tanpa komplikasi, baik bagi ibu maupun janinnya. Morbiditas

pada seksio sesarea lebih besar jika dibandingakan dengan persalinan pervaginam. Ancaman

utama bagi wanita yang menjalani seksio sesarea berasal dari tindakan anastesi, keadaan sepsis

yang berat, serangan tromboemboli dan perlukaan pada traktus urinarius, infeksi pada luka

Demam puerperalis didefenisikan sebagai peningkatan suhu mencapai 38,5oC. Demam pasca

bedah hanya merupakan sebuah gejala bukan sebuah diagnosis yang menandakan adanya suatu

komplikasi serius. Morbiditas febris merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pasca

pembedahan seksio seksarea.

Perdarahan masa nifas post seksio sesarea didefenisikan sebagai kehilangan darah lebih

dari 1000 ml. Dalam hal ini perdarahan terjadi akibat kegagalan mencapai homeostatis di tempat

10

Page 11: Case Obgyn (Sc)

insisi uterus maupun pada placental bed akibat atoni uteri. Komplikasi pada bayi dapat

menyebabkan hipoksia, depresi pernapasan, sindrom gawat pernapasan dan trauma persalinan.

Menurut Mochtar (1998), komplikasi seksio sesarea sebagai berikut :

1. Infeksi peurperal (nifas). Kenaikan suhu beberapa hari merupakan infeksi ringan,

kenaikan suhu yang disertai dehidrasi serta perut kembung termasuk infeksi sedang.

Sedangkan peritonitis, sepsis serta ileus paralitik merupakan infeksi berat

2. Perdarahan dapat disebabkan karena pembuluh darah banyak yang terputus atau dapat

juga karena atonia uteri

3. Luka kandung kemih, emboli paru dan terluka kandung kemih bila repertonial terlalu

tinggi

4. Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang

Prognosis

Dulu angka morbiditas dan mortalitas untuk ibu dan janin tinggi. Pada masa sekarang,

oleh karena kemajuan yang pesat dalam teknik operasi, anestesi, penyediaan cairan dan darah,

indikasi dan antibiotika angka ini sangat menurun.

Angka kematian ibu pada rumah-rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik dan oleh

tenaga-tenaga yang cekatan adalah kurang dari 2 per 1000.

Nasib janin yang ditolong secara seksio sesarea sangat tergantung dari keadaan janin

sebelum dilakukan operasi. Menurut data dari negara-negara dengan pengawasan antenatal yang

baik dan fasilitas neonatal yang sempurna, angka kematian perinatal sekitar 4-7%.

11

Page 12: Case Obgyn (Sc)

BAB III

KASUS

I. IDENTITAS

Nama : Ny.R

Umur : 31 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Suku : Jawa

Alamat : Mranggen, Demak

II. ANAMNESA

Autoanamnesa tanggal 7 Maret 2012 pukul 20.00 WIB.

A. Keluhan Utama :

Pasien datang dengan keluhan kenceng-kenceng jarang sejak pukul 10.00 WIB.

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Sekitar 9 bulan yang lalu, pasien mengeluh terlambat haid dan payudaranya

terasa kencang. Lalu pasien memeriksakan dirinya ke bidan. Oleh bidan, pasien

disarankan untuk melakukan tes kehamilan dengan test pack dan hasilnya positif.

Pada bulan awal kehamilan, pasien mengaku mual-mual dan muntah tetapi tidak

sampai mengganggu aktivitas sehari-hari. Selanjutnya keluhan mual-mual dan

muntah dirasakan makin berkurang seiring bertambahnya usia kehamilan. Pada usia

kehamilan kira-kira 4 bulan, pasien merasakan gerak janin dalam perutnya, Pasien

mengaku rajin kontrol kehamilannya ke bidan setiap bulan.

Sejak tadi pagi sekitar jam 10.00 WIB, pasien mengeluhkan perutnya terasa

kenceng-kenceng jarang. Pasien juga mengatakan keluar darah dan lendir tadi pagi,

tetapi pasien menyangkal adanya cairan ngepyok. Gerakan janin juga masih dirasakan

aktif oleh pasien. Pasien kemudian memeriksakan diri ke bidan dan oleh bidan pasien

12

Page 13: Case Obgyn (Sc)

dirujuk ke RSUD Kota Semarang dengan adanya riwayat operasi SC 7 tahun yang

lalu pada anak pertama atas indikasi partus tak maju.

C. Riwayat Penyakit Dahulu

Asma : disangkal

Kencing manis : disangkal

Tekanan Darah Tinggi : disangkal

Alergi obat : disangkal

Penyakit Jantung : disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga

Asma : disangkal

Kencing manis : disangkal

Tekanan Darah Tinggi : disangkal

Alergi obat : disangkal

Penyakit Jantung : disangkal

E. Riwayat Menstruasi

Menarche : 12 tahun

Siklus : 28 hari, teratur, lama perdarahan 7 hari, banyak 3

pembalut, dismenorrhea ±

HPHT : 7 Juni 2011

HPL : 14 Maret 2012

F. Riwayat Perkawinan

Menikah 1x saat umur 23 tahun, dengan suami sekarang, usia perkawinan 6 tahun.

G. Riwayat Obstetri

I. 2004/Rumah Sakit/aterm/SC a.i PTM/dokter/♀ 3200 gram/sehat

II. 2012 / hamil ini

13

Page 14: Case Obgyn (Sc)

H. Riwayat Antenatal Care

Selama hamil, pasien selalu memeriksakan kehamilannya secara rutin ke bidan dan

disuntik TT sudah 2x.

I. Riwayat KB

Pasien mengaku sempat memakai kontrasepsi yaitu pil KB selama 8 bulan.

J. Riwayat Operasi

Pasien mengatakan pernah menjalani operasi Seksio Caesaria pada tahun 2004 di RS

atas indikasi partus tak maju.

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Generalis :

KU/Kesadaran : baik/compos mentis

Tanda Vital :

TD : 120/80mmHg

Nadi : 80 x/mnt

RR : 20 x/mnt

Suhu : 36,6oC

Berat Badan : 53 kg

Tinggi Badan : 154 cm

Kulit : Warna sawo matang, teraba hangat, tidak ikterik, turgor baik

Kepala : Normocephali, simetris

Mata : Conjungtiva anemis -/- , sklera ikterik -/- , pupil bulat isokor

Telinga : Normotia, simetris, tidak ada sekret, tidak nyeri tekan tragus

Hidung : Bentuk normal, deviasi septum (-)

Mulut : bentuk simetris, tidak sianosis, uvula letak di tengah, faring tidak

hiperemis

Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Thoraks :

Mammae : Simetris, kenyal, tidak ada benjolan, tidak ada retraksi puting

14

Page 15: Case Obgyn (Sc)

Jantung : S1-S2 murni, reguler, murmur (-), gallop(-)

Paru : sonor, vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

Abdomen : membuncit, nyeri tekan(-), bising usus (+) normal

Ekstremitas : oedem -/-, akral hangat +/+

B. Status Obstetrik :

Pemeriksaan Luar

Inspeksi : perut membuncit, striae gravidarum (+)

Palpasi :

Leopold I : teraba TFU 2 jari di bawah processus xiphoideus, teraba 1 bagian

besar, bulat, dan lunak. Kesan : bokong.

Leopold II : teraba tahanan memanjang di sebelah kiri, bagian-bagian kecil di

sebelah kanan. Kesan : punggung kiri.

Leopold III : teraba 1 bagian besar, bulat, keras dan melenting. Kesan : kepala

Leopold IV : divergen, bagian terendah janin sudah masuk pintu atas

panggul

Kesan : Janin intrauterine, presentasi kepala, punggung kiri, kepala sudah masuk

pintu atas panggul.

TFU : 29 cm ≈ TBJ : 2790 gram

His : 2x/10’/20’’

DJJ : 11-11-11 (132x/menit)

Pemeriksaan Dalam

Vaginal toucher : Ø 1 jari sempit, eff 10%, KK (+)

Bag bwh kep. ↓ H1

UUK belum dapat dinilai

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium (tangga7 Maret 2012)

Darah :

Hb = 12,9g/dl

15

Page 16: Case Obgyn (Sc)

Ht = 36,9 %

Leukosit = 9800ul

Trombosit = 228.000ul

V. RESUME

Pasien G2P1A0 umur 31 tahun hamil 39 minggu, datang ke RSUD Kota

Semarang dengan keluhan perut terasa kenceng-kenceng jarang sejak pukul 10.00 WIB.

Pasien masih merasakan gerak janin aktif. Pasien juga mengatakan adanya lender dan

darah, tetapi tidak ada cairan ngepyok sebelumnya. Pasien merupakan rujukan dari bidan.

Pasien dirujuk oleh bidan dengan riwayat operasi S 7 tahun sebelumnyaatas indikasi

partus tak maju.

Usia menarche 12 tahun, siklus 28 hari, lama 7 hari, HPHT 7 Juni 2012, HPL 14

Maret 2012.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran kompos

mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, suhu 36,6oC, frekuensi pernapasan

20x/menit, berat badan 53 kg, tinggi badan 154 cm. Pada pemeriksaan obstetrik

didapatkan TFU 29 cm, presentasi kepala, punggung kiri, bagian terendah janin (kepala)

sudah masuk pintu atas panggul. Taksiran berat janin 2790 gram, his 2x/10’/20’’, DJJ 11-

11-11 (132 x/menit).

Pada pemeriksaan dalam, vaginal toucher didapatkan Ø 1 jari sempit, eff 10%,

KK (+), Bagian bawah kepala ↓ H1. UUK belum dapat dinilai.

VI. DIAGNOSIS

G2P1A0 Usia 31 tahun Hamil 39 minggu

Janin I hidup intra uterine

Letkep sudah masuk PAP, puki

Observasi inpartu

Bekas SC 7 tahun yang lalu

16

Page 17: Case Obgyn (Sc)

VII. PENATALAKSANAAN

Rencana diagnosis

Akhiri persalinan dengan Sectio Caesaria jika dari hasil VT syarat forceps

ekstraksi tidak terpenuhi. (harus diperingan kala II)

Rencana terapi

Infus RL 500 cc 20 tpm

Rencana Monitoring

Observasi inpartu (Nadi, His, DJJ tiap 30 menit)

Pengawasan 10

Rencana edukasi

- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai keadaan ibu dan janinnya,

tindakan yang akan dilakukan dan komplikasi yang mungkin dapat terjadi.

- Memotivasi ibu dan suaminya untuk melakukan KB mantap.

VIII. PROGNOSIS

Ibu :dubia ad bonam

Anak :dubia ad bonam

17

Page 18: Case Obgyn (Sc)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dewasa ini, seksio sesaria bukan lagi sesuatu yang menakutkan. Apalagi operasi

Caesar tidak diidentikan dengan danya kelainan dan gangguan pada saat persalinan,misalnya

plasenta previa,bayi letak lintang, terlilit tali pusat,walupun dalam sejarahnya dilakukan

karena pertimbangan medis untuk menyelamatkan ibu dan bayinya. Beberapa ibu hamil

menginginkan kelahiran dengan cara operasi untuk menghindari rasa sakit yang harus

dilaluinya apabilapersalinannya berlangsung alami. Walaupun risiko persalinan dengan

operasi lebih besar dibandingkan dengan persalinan secara alami, tetapi dengan teknologi

kedokteran yang sudah maju dapat mengurangi risiko yang terjadi. Salah satu hal yang perlu

diketahui adalah operasi Caesar selalu dilakukan dengan pembiusan,baik regional maupun

umum. Pilihan pembiusan ini sangat tergantung pada penyebab atau hambatan persalinannya,

kondisi ibu, dan Dokter.

B. Saran dan Kritik

Jika memutuskan opersi tanpa pertimbangan medis, kemungkinan akan kehilangan

beberapa momen penting dalam kehidupan yang biasa dilalui jika persalinan dilakukan

secara alami. Pertama, ibu hamil akan merasakan”nikmatnya” tahapan-tahapan kelahiran

bayi sejak kontraksi sampai bayi lahir yang pada beberapa orang akan menyakitkan,tetapi

akan menguap begitu melihat bayinya lahir sempurna. Kedua,karena proses pembiusan,

terutama apabila bius total, ibu akan kehilangan saat-saat pertama melihat bayinya kedunia.

18

Page 19: Case Obgyn (Sc)

DAFTAR PUSTAKA

1. Williams Obstetrics. Cunningham F.G., Leveno, K.J., Bloom, S.L.; Hauth, J.C.;. Gilstrap

III LC, Wenstrom KD, editors, 22nd ed. McGraw Hill; pp 587–606.

2. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu Bedah Kebidanan. Ed. 1, Cet. 7.

Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2007.

3. Seksi Diktat Senat Mahasiswa. Dasar-Dasar Phantoom. Semarang: Fakultas Kedokteran

Universitas Diponegoro.

4. Mochtar R. Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jilid 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

1997.

5. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Peningkatan Angka Kejadian Seksio Sesarea : Suatu Fenomena Dalam Bidang Obstetri.

2010. Available at: http://med.unhas.ac.id/obgin/index.php?

option=com_content&task=view&id=89&Itemid=62. Accessed March 15, 2012.

6. Kasdu ,dini. Operasi Caesar masalah dan solusinya. 200. Jakarta : Puspa Swara.

19