laporan sistem sensorii

54
I. TUJUAN PERCOBAAN a. Menentukan daerah penyebaran reseptor rasa pada lidah b. Menentukan pengaruh suhu terhadap kepekaan reseptor pengecap pada lidah c. Mengetahui tingkat kepekaan seseorang terhadap rangsangan bau d. Mengetahui waktu adaptasi reseptor pada indera pembau e. Mengetahui pengaruh bau terhadap kesan pengecapan f. Mengetahui banyaknya reseptor panas dan dingin g. Mengetahui pengaruh suhu terhadap rasa sakit/ nyeri h. Mengetahui letak kepekaan terhadap santuhan dari bagian kulit i. Menentukan jarak benda yang bayangannya jatuh pada bintik buta j. Mengetahui refleks pupil terhadap intensitas dan warna cahaya k. Mengetahui refleks pupil terhadap akomodasi mata II. DASAR TEORI Sebagai organisme hidup, hewan harus memiliki kemampuan menanggapi rangsang berupa informasi yang dapat datang dari lingkungan di luar maupun di dalam tubuhnya. Rangsang yang datang dari lingkungan luar tubuh hewan dapat berupa salinitas (kadar garam), suhu udara, kelembapan, dan cahaya, sedangkan rangsang dari lingkungan di dalam tubuh antara lain suhu tubuh, keasaman (pH) darah/cairan tubuh, kadar gula darah, dan kadar

Upload: mala-miely-mulue

Post on 24-Oct-2015

378 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

I. TUJUAN PERCOBAAN

a. Menentukan daerah penyebaran reseptor rasa pada lidah

b. Menentukan pengaruh suhu terhadap kepekaan reseptor pengecap pada lidah

c. Mengetahui tingkat kepekaan seseorang terhadap rangsangan bau

d. Mengetahui waktu adaptasi reseptor pada indera pembau

e. Mengetahui pengaruh bau terhadap kesan pengecapan

f. Mengetahui banyaknya reseptor panas dan dingin

g. Mengetahui pengaruh suhu terhadap rasa sakit/ nyeri

h. Mengetahui letak kepekaan terhadap santuhan dari bagian kulit

i. Menentukan jarak benda yang bayangannya jatuh pada bintik buta

j. Mengetahui refleks pupil terhadap intensitas dan warna cahaya

k. Mengetahui refleks pupil terhadap akomodasi mata

II. DASAR TEORI

Sebagai organisme hidup, hewan harus memiliki kemampuan menanggapi rangsang

berupa informasi yang dapat datang dari lingkungan di luar maupun di dalam tubuhnya.

Rangsang yang datang dari lingkungan luar tubuh hewan dapat berupa salinitas (kadar garam),

suhu udara, kelembapan, dan cahaya, sedangkan rangsang dari lingkungan di dalam tubuh

antara lain suhu tubuh, keasaman (pH) darah/cairan tubuh, kadar gula darah, dan kadar kalsium

dalam darah. Alat penerima rangsang pada hewan disebut reseptor, sedangkan alat penghasil

tanggapan dinamakan efektor. Reseptor bekerja secara khusus, yaitu reseptor tertentu hanya

akan menerima rangsang jenis tertentu (Isnaeni, 2006).

Berdasarkan strukturnya, reseptor dibedakan menjadi dua, yaitu reseptor saraf dan bukan

saraf. Struktur reseptor saraf paling sederhana dan hanya berupa ujung dendrite dari suatu sel

saraf (tidak memiliki selubung mielin), dapat ditemukan pada reseptor nyeri nosiseptor.

Reseptor khusus dan bukan saraf dapat ditemukan dalam organ pendengaran vertebrata (berupa

sel rambut) dan pada organ penglihatan (berupa sel batang dan sel kerucut) (Isnaeni, 2006).

Deteksi dan pemrosesan informasi sensoris dan pembangkitan kekuatan motorik

memberikan dasar fisiologis bagi semua aktivitas hewan (Campbell et al, 2010). Reseptor

sensoris umumnya terletak pada organ panca indra mulai dari indra peraba, pembau, perasa,

penglihat dan pendengaran. Sel sensoris biasanya hanya memiliki satu tipe reseptor tunggal

yang spesifik untuk rangsangan tertentu sehingga reseptor sensoris selanjutnya dapat

diklasifikasikan dalam 5 kelompok berdasarkan sifat rangsangan yang ditransduksi yaitu

mekanoreseptor, kemoreseptor, termoreseptor, reseptor nyeri dan reseptor elektromagnetik

serta fotoreseptor (Campbell et al, 2010).

1. Mekanoreseptor

Mekanoreseptor merupakan reseptor yang mengindra deformasi fisik yang diakibatkan

oleh bentuk-bentuk energi mekanis seperti tekanan, sentuhan, gerakan dan suara

(Campbellet al, 2010).Pada manusia, sentuhan biasa dideteksi oleh reseptor yang berada

dekat permukaan kulit, yang mana reseptor sentuhan ini tidak disebarkan secara merata di

seluruh permukaan tubuh (Kimball, 1996). Contoh reseptor yang termasuk dalam

mekanoreseptor adalah korpuskel pacini, yang terletak di kulit serta organ dalam dan

menjadi reseptor untuk stimulus yang berupa tekanan.

2. Kemoreseptor

Pada proses penerimaan rangsang kimia (kemoresepsi), terjadi interaksi antara bahan

kimia dengan kemoreseptor membentuk kompleks bahan kimia-kemoreseptor. Kompleks

tersebut mengawali proses pembentukan potensial generator pada reseptor, yang akan

segera menghasilkan potensial aksi pada sel saraf sensoris dan sel berikutnya sehingga

akhirnya timbul tanggapan (Villee, 1999).

3. Termoreseptor

Merupakan reseptor yang mendeteksi suhu baik panas maupun dingin.Termoreseptor

terletak di kulit dan hipotalamus anterior.Sel-sel reseptornya mengirimkan informasi ke

thermostat tubuh yang terletak di hipotalamus posterior (Campbell, 2010). Yang termasuk

dalam termoreseptor adalah pada Dermis, terdapat reseptor ruffini’s yaitu reseptor

panas, Reseptor end Krause, yaitu reseptor untuk mendeteksi dingin (Shidarta et al, 2010).

4. Fotoreseptor

Reseptor yang mendeteksi stimulus berupa cahaya. Tanpa adanya cahaya kehidupan akan

gelap gulita. Ini sama pentingnya dengan keberadaan indra untuk menangkap cahaya. Mulai

mikroorganisme dan makroorganisme ternyata juga dapat mendeteksi cahaya. Struktur

fotoreseptor bervariasi, dari yang paling sederhana berupa eye-spot hingga struktur yang

rumit dan terorganisasi dengan baik seperti yang dimiliki vertebrata. Sel tubuh yang

termasuk dalam tipe reseptor ini adalah sel batang dan sel kerucut yang ada di mata

(Dellmann & Esther, 1992)..

5. Reseptor nyeri dan electromagnet.

Alat indra adalah alat-alat tubuh yang berfungsi mengetahui keadaan luar. Alat indra

manusia sering disebut panca indra, karena terdiri dari lima indra yaitu indra penglihat (mata),

indra pendengar (telinga), indra pembau/pencium (hidung), indra pengecap (lidah) dan indra

peraba (kulit) (Campbell, 2004).

Adapun contoh-contoh organ sensori yaitu

1. Lidah

Lidah adalah suatu organ otot kompak yang ditutupi oleh lapisan pelindung dari epitel

skuamosa berlapis. Lidah memiliki peran yang penting dalam proses penelanan, pengecapan

dan bicara. Dorsum lidah mempunyai banyak tonjolan-tonjolan mukosa yang membentuk

papila-papila.

2. Telinga

Telinga merupakan organ pendengaran dan juga memainkan peran penting dalam

mempertahankan keseimbangan (Watson, 2002).

3. Mata

Mata merupakan indera penglihat.Kita memiliki sepasang mata yang Terbentuk seperti

bola. Bola mata bergaris tengah kurang lebih dua Setengah centimeter. Cahaya memasuki

mata melalui pupil.Lensa mata mengarahkan cahaya sehingga benda jatuh pada

retina.Kemudian ujung saraf penerima yang ada di retina menyampaikan bayangan benda itu

ke otak.Setelah diproses di otak kita dapat melihat benda itu (Seeley, R.R., 2003).

4. Kulit

Kulit adalah alat indera kita yang mampu menerima rangsangan

temperatur suhu, sentuhan, rasa sakit, tekanan, tekstur, dan lain

sebagainya.  Pada kulit terdapat reseptor yang peka terhadap rangsang

fisik (mekanoreseptor). Kulit berfungsi sebagai alat pelindung bagian

dalam, misalnya otot dan tulang; sebagai alat peraba dengan dilengkapi

bermacam reseptor yang peka terhadap berbagai rangsangan; sebagai

alat ekskresi; serta pengatur suhu tubuh.

5. Hidung

Hidung adalah indera yang kita gunakan untuk mengenali lingkungan

sekitar atau sesuatu dari aroma yang dihasilkan. Serabut-serabut saraf

penciuman terdapat pada bagian atas selaput lendir hidung. Serabut-

serabut  olfaktori berfungsi mendeteksi rangsang zat kimia dalam bentuk

gas di udara (kemoreseptor).

III. ALAT, BAHAN DAN METODE KERJA

a. Pengecap

1. Alat dan bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah cotton bud, cawan petri, gelas

kimia, sapu tangan, tissue/ kapas, dan stopwatch.

Bahan yang digunakan adalah larutan garam, larutan asam, larutan gula (manis), larutan

kopi tanpa gula (pahit), larutan masako/ royco (gurih), air putih, dan es batu

2. Metode kerja

Reseptor rasa pada lidah

Sebelumnya gusi dan lidah dibersihkan dari sisa- sisa makanan dengan berkumur,

kemudian lidah dibersihkan dengan tissue/ kapas agar tidak basah oleh air ludah. Cairan

dituangkan pada cawan petri dan cotton bud direndam pada tiap larutan.   Mata praktikan

ditutup, agar praktikan tidak mengetahui larutan apa yang dipergunakan. Cotton bud

disentuhkan pada beberapa daerah lidah. Waktu yang diperlukan untuk merasakan rasa

dicatat. Ditanyakan rasa pa yang dirasakan. Bila jawaban praktikan sesuai dengan larutan

yang dicobakan, maka pada gambar lidah diberi tanda + dan bila tidak sesuai diberi tanda –.

Intensitas rasa ditentukan pada setiap daerah lidah yang diuji dengan tanda – (tidak terasa),

+ (kurang terasa), ++ (terasa), dan +++ (sangat terasa). Percobaan diulangi dengan cotton

bud yang lai sesuai larutannya. Percobaan diulangi pada orang lain dengan cotton bud yang

berbeda. Kemudian dibandingkan hasilnya. Peta rasa pada lidah dibuat sesuai dengan

pecobaan yang dilakukan dengan menandai daerah- aerah yang paling sensitive terhadap

rasa- rasa tertentu.

Pengaruh suhu pada kepekaan reseptor rasa.

Cotton bud yang telah direndam dalam larutan rasa disentuhkan pada tempat tertentu

dilidah. Dicatat waktu yang diperlukan untuk merasakan rasa.  Kumur-kumur dengan air

putih. Ambil es batu dan kulum selama 5 detik. Cotton bud disentuhkan pada tempat yang

sama , dicatat waktu yang diperlukan untuk merasakan rasa tersebut. Percobaan diulangi

dengan rasa yang berbeda, kemudian dibandingkan hasilnya. Setelah selesai, percobaan

diulangi menggunakan air hangat.

b. Pembau

1. Alat dan bahan

Alat yang digunakan adalah syringe 2,5 ml, sapu tangan, kapas, stopwatch.

Bahan yang digunakan adalah minyak angina, parfum dan minyak cengkeh.

2. Metode kerja

Praktikan tidak boleh flu/ pilek. Aktivitas dilakukan secara berpasangan: salah satu

sebagai subjek dan yang lainnya mencatat waktu dan hasil. Bahan uji dituang pada botol

flakon secukupnya. Lubang hidung sebelah kiri ditutup, bahan ditempatkan kurang lebih 30

cm dari hidung praktikan. Tutup flakon dibuka dan tangan dikibaskan. Saatmembaui bahan

uji melalui lubang hidung yang terbuka, bernafaslah dengan tenang pada keadaan mulut

tertutup. Waktu dicatat sejak dimulainya proses membaui hingga bau bahan tersebut tidak

lagi terasa [olfactory fatigue times (OFT)]. Botol flakon ditutup dan diulangilangkah

mengibaskan tangan dan membaui bahan uji segera setelah OFT untuk bahan pertama

tercapai. Waktu saat hidung dapat membaui kembali dicatat [ olfactory recovery times

(ORT)]. Pecobaan diulangi hingga diperoleh 3x ulangan, kemudian dihitung rata- rata OFT

dan ORF. Setelah tercapai OFT untuk semua bahan, praktikan diminta untuk membuka

lubang hidung. Secara berurutan dari bahan pertama hingga ketiga , tangan dikibaskan dan

tanyakan apakah praktikan kesulitan untuk mencium bau. Kemudian hasil pengamatan

dicatat.

c. Hubungan Pembau Dan Pengecap

1. Alat dan bahan

Alat yang digunakan adalah tusuk gigi, pisau, kapas/ tissue, dan sapu tangan.

Bahan yang digunakan adalaha pisang, melon, apel, dan air putih.

2. Metode kerja

Mata dan hidung praktikan ditutup dengan sapu tangan.lidah dibersihkan dengan kapas

atau tissue. Bahan diletakkan bergantian. Tanyakan, apa yang dirasakan setiap kali bahan

diletakkan di lidah, dan ditanyakan juga apakah ia dapat membau atau mengecap. Percobaan

diulangi tetapi pada keadaan hidung terbuka. Percobaan diulangi hingga diperoleh 2x

ulangan.

d. Reseptor Panas Dan Dingin

1. Alat dan bahan

Alat yang digunakan adalah penggaris, jarum pentul, gelas kimia, dan pulpen/ spidol.

Bahan yang digunakan adalah air panas dan air dingin.

2. Metode kerja

Tangan bagian dorsal dibuat kotak sepanjang 28 mm dan dibagi menjadi 64 kotak. Jarum

dimasukkan dalam gelas kimia yang berisi air panas dan jarum lain pada air dingin.

Ditunggu 5 menit, kemudian disentuhkan sebentar masing- masing jarum ke dalam kotak

bujur sangkar pada praktikan secara berurutan. Untuk mempertahankan suhu jam, masukkan

lagi jarum ke gelas kimia. Hasil dicatat, tanda + untuk kotak yang merasakan dan tanda –

untuk kotak yang tidak merasakan. Percobaan diulangi untuk tanga bagian ventral pada

praktikan yang sama.

e. Pengaruh Suhu Terhadap Rasa Sakit

1. Alat dan bahan

Alat yang digunakan adalah jam/ stopwatch, kapas dan tissue.

Bahan yang digunakan adalah es batu dan air hangat.

2. Metode kerja

Praktikan duduk dan telapak tangannya mendatar di atas meja. Telapak tangan dicubit

dengan intensitas sedang hingga mulai sakit. Cubitan dihentikan an waktu yang diperlukan

hingga praktikan tidak lagi merasakan sakit dicatat. Cubitan diulangi pada tempat yang sama

setelah dibiarkan bebeerapa saat. Es diusapkan dengan gerakan memutar sekitar daerah itu

dan dikeringkan dengan tissue. Waktu dicatat begitu peaktikan tidak merasakan sakit.

Cubitan diulangi pada tempat yang tadi setelah membiarkan praktikan beberapa saat. Es

diusap pada daerah terdekat dengan area cubitan tadi. Waktu dicatat behitu praktikan tidak

merasakan sakit. Dilakukan yang sama pada telapak tangan yang lain. Percobaan diulangi

pada pungung telapak tangan. Jeda waktu diberikan hingga praktikan pulih, kemudian

percobaan diulangi menggunakan kapas yang dicelup ke air hangat sebagai pengganti es

batu.

f. Kepekaan Sentuhan

1. Alat dan bahan

Alat yang digunakan adalah sapu tangan, spidol, penggaris dan jangka.

2. Metode kerja

Mata praktikan ditutup dengan sapu tangan dan salah satu tangan diletakkan di atas meja.

Kaki jangka diletakkan pada jarak 3 cm dan disentuhkan dengan tekanan ringan kedua kaki

jangka sacara bersama- sama pada bagian ventral lengan bawah praktikan. Jika praktikan

merasakan dua titik, jarak antara kedua kaki jangka diperkecil, sebaliknya jika praktikan

merasakan satu titik, jarak antara kedua kaki jangka diperbesar. Jarak antara dua kaki jangka

diperkecil sedikit demi sedikit hingga diperoleh jarak terpendek yang masih dirasakan dua

titik oleh praktikan. Data yang diperoleh dicatat. Kegiatan diulangi pada lengan bawah

bagian dorsal, telapak tangan bagian ventral dan dorsal, ujung jari tangan kiri dan kanan,

dahi pipi, tengkuk dan bibir.

g. Bintik Buta

1. Alat dan bahan

Alat yang digunakan adalah uang logam 5 buah, kertas A4 dan penggaris.

2. Metode kerja

5 buah mata uang logam disusun berdiri lurus ke belakang dengan jarak masing- masing

8 mm. lokasi uang logam ditandai pada kertas. Salah satu mata praktikan ditutup dengan

karton tebal. Sedangkan mata yang satunya tertuju pada bagian tengah uang logam yang

terdepan. Ditanyakan, berapa banyak uang logam yang tampak? Uang logam mana yang

tidak terlihat? Jarak uang logam yang tidak terlihat ke mata merupakan jarak benda yang

bayangannya jatuh pada bintik buta. Jarak antar mata uang logam diubah (

diperbesar/diperkecil). Setiap posisi uang logam pada kertas ditandai. Hasilnya

dibandingkan. Diujikan pada mata yang sebelah lagi.

h. Refleks Pupil Terhadap Intensitas Dan Warna Cahaya

1. Alat dan bahan

Alat yang digunakan adalah penggaris, sapu tangan, senter dan stopwatch.

2. Metode kerja

Pada keadaan ruangan terang, diameter pupil praktikan diukur dan dicatat, dengan

meletakkan penggaris dibawah salah satu matanya. Praktikan diminta untuk memejamkan

mata, posisi penggaris tetap sama. Secara mendadak praktikan diminta membuka mata dan

diameter pupil mata diukur. Dibandingkan hasilnya. Pada keadaan ruangan gelap, praktikan

diminta untuk memejamkan mata, posisi penggaris tetap sama. Beri tanda pada praktikan

untuk membuka mata, dan bersamaan dengan membukanya mata, terangi mata dengan

senter. Diameter pupil diukur dan dibandingkan hasilnya dengan hasil percobaan

sebelumnya. Senter ditutup dengan sapu tangan putih agar cahaya lebih redup, kemudian

diulangi menutup mata pada ruangan gelap dan membuka mata dengan diterangi senter.

Senter ditutup dengan plastic mika berwarna sehingga diperoleh warna cahaya yang

berbeda, kemudian mata ditutup pada ruangan gelap dan dibuka bersamaan dengan cahaya

senter, diameter pupil diukur. Cahaya lampu senter diarahkan sesaat ke mata praktikan.

Keadaan pupil diperhatikan. Dicatat seberapa cepat pupil melebar dan seberapa cepat pupil

kembali ke keadaan semula. Langkah menutup senter dengan plastic mika diulangi hingga

diperoleh 3x ulangan. Hasil dibandingkan.

i. Refleks Pupil Terhadap Akomodasi Mata

1. Alat dan bahan

Alat yang digunakan adalah penggaris.

2. Metode kerja

Diameter pupil praktikan pada keadaan normal diukur dengan meletakkan penggaris di

bawah salah satu matanya. Praktikan diminta untuk melihat benda- benda yang jauh

letaknya, dimater pupil diukur. Praktikan diminta melihat benda- benda yang dekat letaknya,

diameter pupil diukur. Pada jarak benda yang sama, percobaaan diulangi pada praktikan

yang memiliki mata minus dan hasilnya dibandingkan. Pengujian dilakukan tanpa

menggunakan kacamata.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Pengecap

Hasil

1. Rata- rata reseptor rasa pada lidah

Letak/Rasa Pahi

t

Manis Asam Asin Gurih

Ujung + + + + + + + + + +

Tengah + + + + +++

Tepi kanan + + + + + +++ + +

Tepi kiri + + + + + +++ + +

Pangkal + + + + + + + +

2. Rata- rata pengaruh suhu terhadap kepekaan (satuan dalam sekon)

Pahit Manis Asam Asin Gurih

Tanpa Es 4 11 7 4 3

Es 4 5 4 4 5

Pembahasan

Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan daerah penyebaran reseptor rasa pada

lidah dan menentukan pengaruh suhu terhadap kepekaan reseptor pengecap rasa pada lidah.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh didapatkan kesesuaian daerah penyebaran reseptor

berbagai rasa dengan lima sensasi kecap primer, yaitu rasa manis pada daerah ujung depan

lidah, rasa asin pada pinggir depan lidah, rasa asam di sepanjang samping/tepi kanan kiri

lidah, rasa pahit belakang lidah, dan rasa gurih (umami) pada tengah lidah. Rasa- rasa

tersebut hanya dapat dirasakan pada bagian tertentu indera pengecap karena permukaan

lidah terbagi menjadi beberapa daerah yang peka terhadap manis, asam, asin, pahit dan

gurih. Hal ini karena lidah mempunyai lapisan mukosa yang menutupi bagian atas lidah dan

terdapat papilla pada permukaan lidah yang terdapat reseptor untuk membedakan rasa

makanan. Jika tidak ada papilla pada lidah, maka lidah tidak akan sensitif terhadap rasa. Sel

reseptor pengecap adalah sel epitel yang termodifikasi dengan banyak lipatan permukaan

atau mikrovili. Membran plasma mikrovili mengandung reseptor yang berikatan secara

selektif dengan molekul zat kimia. Hanya zat kimia dalam larutan atau zat padat yang telah

larut dalam air liur yang dapat berikatan dengan sel reseptor. Terdapat 4 jenis papilla, yaitu:

1. Papilla filiformis, terdapat pada bagian posterior ; 2. Papilla fungiformis, pada bagian

anterior ; 3. Papilla foliata, pada pangkal lidah bagian lateral ; dan 4. Papilla sirkumfalata,

melintang pada pangkal lidah.

Praktikan dapat mengetahui rasa dari bahan yang digunakan setelah disentuh cotton bud

yang telah dicelupkan pada larutan dengan berbagai rasa. Hal ini karena zat kimia yang

terdapat pada larutan tersebut mengenai reseptor pengecap yang terdapat pada permukaan

lidah yang berupa tonjolan kecil melalui pori pengecap. Dan seperti yang dijelaskan

sebelumnya bahwa reseptor akan mudah menangkap zat kimia dalam larutan/ zat padat yang

terlarut. Sensasi rasa pengecap timbul akibat deteksi zat kimia oleh resepor khusus di ujung

sel pengecap (taste buds) yang terdapat dipermukaan lidah dan palatum molle.Sel pengecap

tetap mengalami perubahan pada pertumbuhan, mati dan regenerasi. Proses ini bergantung

pada pengaruh saraf sensoris karena jika saraf tersebut dipotong maka akan terjadi

degenerasi pada pengecap (Jati, 2007). Hubungan yang terpenting dengan pengecap adalah

kecenderungan indera pengecap untuk merasakan sensasi utama tertentu yang terletak di

daerah khusus. Pada praktikan, satu rasa masih bisa dirasakan pada semua daerah lidah,

misal rasa manis dapat dirasakan sebagian besar pada ujung lidah dan ada sedikit bagian

pada samping lidah yang masih bisa merasakan rasa manis. Begitu juga dengan rasa-rasa

yang lain. Rasa-rasa tersebut masih bisa dirasakan pada bagian yang tidak seharusnya

merasakan rasa tersebut akan tetapi hanya sedikit yang bisa dirasakan pada bagian diluar

bagian rasa yang seharusnya. Ketiga rasa tersebut tetap dominan pada bagian lidah yang

bertugas untuk merasakan masing-masing rasa tersebut. Rasa manis dan asin terutama

terletak pada ujung lidah, rasa asam pada dua pertiga bagian samping lidah, dan rasa pahit

pada bagian posterior lidah dan palatum molle (Kimball, 1992). Rasa asin dibentuk oleh

garam terionisasi yang kualitas rasanya berbeda-beda antara garam yang satu dengan yang

lain karena garam juga membentuk sensasi rasa lain selain rasa asin. Garam akan

menimbulkan rasa ketika ion natrium (Na+) masuk melalui kanal ion pada mikrovili bagian

apikal (atas), selain masuk lewat kanal pada lateral (sisi) sel rasa.

Suhu berpengaruh terhadap kepekaan reseptor pengecap, karena suhu panas/dingin akan

membuat reseptor pada lidah tidak peka, sehingga membutuhkan waktu untuk bisa kembali

merasakan rasa pada lidah. Pada saat lidah terkena suhu dingin/ panas, maka yang dirasakan

lidah hanyalah rasa hambar. Suhu yang terlalu panas akan merusak sel- sel taste buds,

namun keadaan ini akan berlangsung cepat karena sel yang rusak akan segera regenerasi.

Suhu yang terlalu dingin akan membius lidah sehingga sensitivitas berkurang.

Jawaban diskusi:

a. Pada permukaan lidah terdapat banyak papila yang terdiri dari banyak reseptor, ketika

makanan masuk ke dalam mulut dan menempel pada papilla lidah maka reseptor akan

mengirimkan sinyal ke otak dan otak akan menerjemahkan sinyal dan reseptor akan

dikirimkan oleh efektor.

Sistem saraf yang bekerja : sistem saraf pusat, sistem saraf sadar.

b. Tidak, karena tiap bagian lidah mempunyai jumlah reseptor yang berbeda-beda sehingga

tiap bagian lidah mempunyai sensitifitas rasa yang berbeda-beda

c. Tingkat kesukaan pada rasa tertentu disebabkan karena banyaknya reseptor yang

terdapat. Daerah yang memiliki banyak reseptor rasa akan lebih peka untuk merasakan. Hal

ini juga bergantung pada sensitivitas reseptor (test bud), apabila test bud terlalu sensitive

terhadap suatu rasa yang menyebabkan rasa enek atau tidak tahan terhadap rasa maka rasa

tersebut tidak disukai, tapi apabila sebaliknya test bud tahan dengan rasa tersebut, maka

akan cenderung menyukai rasa itu.

d. Waktu sensasi reseptor setiap orang adalah berbeda-beda, hal tersebut terjadi akibat

sensitivitas taste bud dalam menerima impuls dari zat kimia serta perbedaan genetis setiap

orang. Setiap orang memiliki lokasi reseptor yang berbeda-beda. Secara umum kuncup

kecap ditemukan pada seluruh permukaan lidah tetapi untuk rasa manis didominasi di

daerah ujung lidah, rasa asin di tepi depan lidah, rasa asam di tepi belakang lidah dan untuk

rasa pahit di bagian pangkal tengah lidah.

Tingkat sensitivitas lidah seseorang mempengaruhi kemampuannya mengecap suatu rasa.

Sensitivitas disebabkan struktur dari lidah itu sendiri yang rusak atau tidak bagus akibat dari

pola makan seseorang

e. Setiap orang mempunyai sensasi receptor yang berbeda-beda karena perbedaan genetic

sehingga jumlah kuncup pengecap di permukaan lidah masing-masing orang berbeda.

Tingkat sensitivitas lidah juga mempengaruhi kemampuan pengecap rasa, faktornya karena

struktur dari lidah itu rusak atau tidak bagus akibat dari pola makan seseorang. Selain itu

proses penghantaran rasa dari lidah ke otak terganggu sedikit pada orang dalam kondisi

tubuh lemah atau sakit (daya tanggap terhadap rangsang terganggu). Sensasi rasa

dipengaruhi oleh saliva karena saliva melarutkan dan mengatalis zat yang masuk ke dalam

mulut sehingga apabila konsentrasi saliva terlalu rendah dibutuhkan waktu yang lebih lama

untuk mengatalis zat tersebut sehingga responnya lebih lama. Selain itu orang yang berusia

lanjut mengalami fungsi transmisi rasa sehingga mengurangi sensasi rasa.

f. Faktor yang mempengaruhi tingkat kepekaan terhadap rasa:

Usia

Suhu makanan

Penyakit

Hal- hal lain yang dapat menghalangi identifikasi rasa pasa taste buds,

misalnya kebiasaan merokok, kebiasaan menyirih.

g. Suhu yang terlalu panas akan merusak sel- sel taste buds, namun keadaan ini akan

berlangsung cepat karena sel yang rusak akan segera regenerasi. Suhu yang terlalu dingin

akan membius lidah sehingga sensitivitas berkurang. Mekanisme :

Suhu terlalu panas/ dingin => taste buds rusak => nervus facial (VII) ,nervus

glossopharyngeal (IX) , nervus vagus (X) => medulla oblongata=> thalamus

h. Berbeda, karena setiap reseptor juga berbeda untuk setiap rasa. Sensitifitas tiap rasa

berbeda maka waktu pulihnya kepekaan rasa juga berbeda. Daerah yang memiliki kepekaan

rasa yang kuat akan lebih cepat pulih dibandingkan dengan daerah yang memiliki intensitas

kepekaan rasa yang kurang.

b. Pembau

Hasil

Rata-rata OFT & ORT

A E D

OFT ORT OFT ORT OFT ORT

Minyak tawon 5.7 5.4 3.47 2.73 3.76 3.76

Minyak angin 5.86 6.4 4.68 3.4 3.65 3.63

Minyak wangi 6.03 4.2 4.23 4.4 3.27 3.5

Pembahasan

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepekaan seseorang terhdap

rangsangan baud an mengetahui waktu adaptasi reseptor pada indera pembau.Berdasarkan hasil

percobaan yang telah dilakukan, diketahui bahwa reseptor pembau yang paling peka (sensitif)

terhadap kepekaan subjek adalah minyak tawon, karena rata-rata OFT dan ORT yang

diperoleh dari hasil percobaan paling rendah dibandingkan dengan bahan lain dan waktu yang

diperlukan untuk dapat membau sangat singkat dan cepat .

Pada saat stimulus berupa minyak tawon, minyak angin, dan minyak wangi mengenai

reseptor olfaktori sedikit mengalami hambatan karena lubang hidung tertutup 1, sehingga

impuls agak lama diteruskan ke pusat pembau di otak melalui saraf olfaktori, itulah mengapa

waktu yang dibutuhkan sampai bau tidak tercium lagi juga relatif lama. Selanjutnya saraf

olfaktori di otak respon terhadap stimulus bau tersebut sehingga praktikan dapat mengetahui

bahwa stimulus bau tersebut merupakan bau minyak tawon. Dari ke tiga bahan, bau yang

paling tajam tercium oleh praktikan yaitu minyak tawon karena menyengat sehingga lebih

pekat saat mengenai reseptor olfaktori. Bau yang menyengat lebih sukar hilang dan

membutuhkan waktu yang lebih lama bagi indera pembau untuk tidak membau gas dari

minyak tawon.

Adapun waktu yang diperlukan praktikan sampai tidak dapat membau lagi (OFT) lebih

besar dibanding waktu yang diperlukan praktikan sampai dapat membau kembali (ORT). Hal

ini sebagai akibat stimulus yang diberikan, yakni minyak tawon sudah diterima oleh saraf

olfaktori yang ada di otak dan telah memberi respon bahwa bau tersebut merupakan minyak

tawon serta untuk menghilangkan bau tersebut akan butuh waktu yang lebih lama dibanding

pada saat mengenali kembali bau tersebut.

Jawaban Diskusi

a) Rangsang (bau) lubang hidung epitelium olfaktori mukosa olfaktori saraf

olfaktori talamus hipotalamus otak daerah olfaktori hipotalamus (korteks

serebrum) .

Reseptor untuk indera penciuman merupakan saraf khusus yang terdapat dalam bagian

kecil di membran mukosa di bagian atas dari tulang hidung kita, tepat dibawah mata.

Jutaan reseptor di setiap rongga hidung bertemu dengan molekul kimia yang terdapat

pada udara. Ketika individu menghirup udara, individu menarik molekul-molekul ini ke

dalam rongga hidung, namun udara ini dapat masuk melalui mulut, berjalan mealui

kerongkongan seperti asap pada sebuah cerobong asap. Molekul- molekul ini mendorong

munculnya respon-respon di reseptor yang terkombinasi menjadi bau yang khas. Sinyal

dari reseptor ini kemudian dibawa ke bulbus olfaktori di otak oleh saraf-saraf olfaktori,

yang terbuat dari akson-akson reseptor. Dari bulbus olfaktori, sinyal-sinyal tersebut

kemudian dikirimkan ke bagian yang lebih tinggi dari otak.

Sistem saraf yang bekerja sel saraf olfaktori

b) Dari percobaan yang telah dilakukan ternyata yang mudah menimbulkan stimulus adalah

minyak tawon.Karena rata-rata OFT dan ORT yang diperoleh dari hasil percobaan,

minyak tawon karena memiliki nilai rata-rata paling rendah dibandingkan dengan bahan

lain dan waktu yang diperlukan untuk dapat membau sangat singkat dan cepat dan

mungkin minyak tawon memiliki bau yang sangat tajam dibandingkan bahan lainnya.

c) Perbandingan antara OFT dan ORT antar tiap bahan dari uji ke tiga dapat diketahui

bahwa rata-rata ORT memiliki waktu yang lebih singkat dibandingkan OFT.Mungkin

setiap orang memiliki waktu yang berbeda-beda dalam menerima rangsang bau sampai

kehilangan kemampuan membau OFT ini disebabkan karena adanya perubahan pada

saraf olfaktori

d) Ya, karena dengan membuka kedua hidung akan lebih cepat dalam menimbulkan

stimulus, karena saraf yang bekerja pada indera penciuman bekerja secara

sempurna,tetapi kalu hidungnya ditutup sebelah itu hanya sebagai fungsi perlakukan

untuk menetralkan reseptor pembau/olfaktori

e) Dari hasil percobaan perbandingan OFT dan ORT pada setiap individu memiliki

perbedaan, dari percobaan ORT memiliki rata-rata waktu yang lebih singkat

dibandingkan dengan OFT. Kalau sesuai teori jenis kelamin sangat

mempengaruhi ,karena jumlah sel reseptor pada sel olfaktori pada wanita lebih banyak

dibandingkan dengan pria sehingga wanita lebih sensitif akan bau dan rasa dibandingkan

dengan pria.

f) faktor yang dapat mempengaruhi kepekaan terhadap indra penciuman diantaranya faktor

gen

hidung tersumbat karena pilek

flu

selaput lendir hidung kering,basah atau membengkak

cedera kepala

c. Hubungan Pengecap Dan Pembau

Hasil

Cara Kerja Rasa

Pembau

YA TIDAK

Melon Pisang Apel Melon Pisang Apel

1.

1.1 Mata

ditutup,

hidung

ditutup

a. manis; manis-sepet;

asam-sepet

(melon; pisang;

apel)

b. asam-sepet; manis;

sedikit hambar

(apel; pisang;

melon)

1.2 Mata

ditutup,

hidung

dibuka

a. manis; manis; manis

(melon; apel;

pisang)

b. manis; manis;

sedikit hambar

(apel; pisang;

melon)

2.

2.1 Mata

ditutup,

hidung

ditutup

a. manis; manis;

sedikit hambar

(apel; pisang;

melon)

b. manis; manis;

sedikit hambar &

sedikit asam

(pisang; apel;

melon)

2.2 Mata

ditutup,

hidung

dibuka

a. manis; manis;

sedikit hambar

(apel; pisang;

melon)

b. manis; manis;

hambar

(pisang; apel;

melon)

Pembahasan

Berdasarkan percobaan, dapat diketahui bahwa indera pengecap dan indera pembau

berkaitan satu sama lain. Hubungan antara indera pengecap dengan pembau dapat diketahui

dengan cara menutup mata menggunakan slayer dan hidung ditutup dengan cara

memencetnya dengan menggunakan tangan dan lidah dibersihkan menggunakan tissue agar

tidak terdapat sisa-sisa makanan pada lidah.

Pada saat mata terbuka dan hidung tertutup, kedua praktikan bisa merasakan semua rasa

bahan yang diberikan dan tidak bisa merasakan bau. praktikan juga mampu merasakan rasa

masing-masing bahan yang diberikan, tetapi respon dalam merasakan dan membedakan rasa

bahan yang diberikan relatif lebih lama dibandingkan dengan perlakuan yang tanpa menutup

hidung. Untuk perlakuan tanpa menutup hidung, dalam hitungan detik sudah mampu

menerka rasa bahan, sedangkan untuk perlakuan dengan menutup hidung membutuhkan

waktu hampir 1 menit untuk dapat menerka rasa bahan yang diujikan.

Praktikan dapat merasakan semua rasa bahan, yakni buah melon, pisang, apel dan air

putih, dikarenakan adanya papila pengecap yang memiliki fungsi utama yaitu sebagai indera

pengecapan. Papila pengecap terdiri ± 50 sel epitel yang telah mengalami modifikasi. Setiap

papila pengecap biasanya hanya merespons terhadap satu dari empat substansi primer. Pada

saat bahan masuk ke dalam mulut, impuls dari ujung pengecap lidah akan melewati tiga

syaraf yang berbeda. Impuls itu akan berjalan pada serat-serat di syaraf glosofaringeal

menuju batang otak, dilanjutkan membawa sensori menuju ke lobus parietal. Dari sanalah

impuls akan diterjemahkan oleh otak. Ujung syaraf pada indera pembau memiliki selaput

lendir yang berfungsi sebagai pelembab. Syaraf ini akan membawa impuls menuju otak di

bagian pusat pembau. Di impuls pusat pembau otak akan diterjemahkan dari impuls yang

telah diterima. Selaput lender ini diekskresikan oleh sel-sel pembau yang sel-sel ini juga

akan menerima rangsang (Guyton, 1988). Pembau dan pengecap saling bekerja sama, sebab

rangsangan bau dari makanan dalam rongga mulut dapat mencapai rongga hidung dan

diterima oleh reseptor olfaktori. Sebagian rasa makanan merupakan kombinasi dari indera

perasa dan pembau.

Jawaban diskusi:

a. Indera pembau dan indera pengecap bekerja sama sebab rangsangan bau dari makanan

dalam rongga mulut dapat mencapai rongga hidung dan diterima oleh reseptor olfaktori.

Keadaan ini akan terganggu ketika seseorang menderita sakit pilek, maka makanan terasa

hambar rasanya dan kita tidak dapat mencermati bau dengan baik, dimana hubungan

antara rongga hidung dan rongga mulut terganggu sehingga uap makanan dari makanan

di mulut tidak dapat mencapai seakan-akan kehilangan rasanya. Aroma makanan yang

berada di rongga dalam hidung tidak dapat tercium karena serabut saraf di situ tertutup

oleh lendir pilek.

Ciri rasa tidak hanya bergantung pada persepsi pengecap, tetapi merupakan gabungan

antara rasa pengecap, bau, tekstur, dan suhu.

b. Ada

Untuk reaksi indera pengecap, pemberian rasa pada pnegecap mungkin tergantung

hanya pada satu sandi yang terdiri atas pola serabut silang, yaitu: tiap reseptor

memberi respon pada lebih dari satu jenis zat kimia tetapi tidak ada dua reseptor

yang benar-benar sama, sehingga jumlah pola pesan yang dikirim ke otak untuk

tiap-tiap cairan berbeda.

Untuk reaksi indera penciuman, terdapat banyak jenis sel rasa yang berbeda-beda,

masing-masing untuk zat kimia tertentu. Beberapa orang dapat sama sekali tidak

mempunyai citra bau atau dapat mencium beberapa zat, tetapi zat lain tidak dapat

diciumnya.

d. Reseptor Panas Dan Dingin

Hasil

PRAKTI

KAN

DINGIN PANAS

TANGAN

BAGIAN

DORSAL

TANGAN

BAGIAN

VENTRAL

TANGAN

BAGIAN

DORSAL

TANGAN

BAGIAN

VENTRAL

+ - + - + - + -

1 50 14 59 5 36 28 61 3

2 38 26 54 10 36 28 52 12

3 47 17 62 2 49 15 58 6

4 47 17 59 5 59 5 46 8

5 49 15 50 14 54 10 52 12

Pembahasan

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pemgaruh bau terhadap kesan

pengecapan.Berdasarkan data yang diperoleh, reseptor dingin lebih banyak terdapat pada

tangan bagian vebtral, ini berarti tangan bagian ventral memiliki reseptor dingin lebih peka

dan sensitif. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya tanda + pada tangan bagian ventral

daripada tangan bagia dorsal. Sedangkan reseptor terhadap panas juga terdapat pada tangan

bagain ventral yang ditunnukkan dengan banyaknya tanda + pada tangan bagian ventral

daripada tangan bagian dorsal. Dari data tersebut juga dapat diketahui bahwa tangan bagian

ventral ternyata memiliki lebih banyak reseptor dingin dan panas dibandingkan dengan

tangan bagian dorsal.

Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui

pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis

arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa

yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi

panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan

radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh.

Kulit sebagai organ pengatur panas. Suhu tubuh seseorang adalah tetap, meskipun terjadi

perubahan suhu lingkungan. Hal ini dipertahankan karena penyusaian antara panas yang

hilang dan panas yang dihasilkan, yang diatur oleh pusat pengatur panas. Pusat ini segera

menyadari bila ada perubahan pada panas tubuh, karena suhu darah yang mengalir melalui

medulla oblongata. Suhu normal ( sebelah dalam ) tubuh, yaiti suhu visera dan otak adalah

36-37C. Suhu kulit sedikit lebih rendah.

Jawaban diskusi :

a. Mekanisme kerja reseptor

Suhu panas dan dingin direspon oleh termoreseptor. Termoreseptor berperan dalam

mengatur fungsi tubuh dengan cara mendeteksi suhu permukaan pada bagian dalam

tubuh. Adapun saraf yang bekerja pada bagian epidermis dan dermis meliputi :

1. Korpuskula Ruffini, merupakan ujung saraf yang merespon rangsangan panas.

2. Korpuskula Krause, merupakan ujung saraf penerima respon rangsangan dingin.

Letak saraf ini tidak tersebar merata di dalam kulit kita. Oleh karenanya, kemungkinan

bagian tubuh yang satu kemungkinan akan lebih peka terhadap rangsangan tertentu

dibandingkan bagian lainnya.

Mekanisme reseptor panas:

Sentuhan jarum panas pada kulit (stimulus)

Rangsangan diterima oleh ujung-ujung syaraf peraba

(Ruffini)

Mekanisme reseptor dingin:

b. Perbandingan jumlah reseptor panas dan dingin

Kelompok Panas Dingin Lebih banyak

1 97 109 Dingin

2 88 92 Dingin

3 107 109 Dingin

4 105 106 Dingin

5 106 99 Panas

Rangsangan diteruskan ke otak

(saraf sensori)

Otak memproses informasi (Saraf pusat)

Rangsangan diteruskan ke efektor (saraf motorik)

Kulit dapat merasakan panas (efektor)

Sentuhan jarum dingin pada kulit (stimulus)

Rangsangan diterima oleh ujung-ujung syaraf peraba

(Krause)

Rangsangan diteruskan ke otak

(saraf sensori)

Otak memproses informasi (Saraf pusat)

Rangsangan diteruskan ke efektor (saraf motorik)

Kulit dapat merasakan dingin (efektor)

c. Perbandingan panas dan dingin pada daerah kulit yang berbeda : dorsal ventral

-

>Perbandingan Dorsal

Panas : Dingin

3 : 2

Dorsal lebih sensitive terhadap rangsang panas

->Perbandingan Ventral

Panas :Dingin

2 : 3

Ventral lebih sensitive terhadap rangsang dingin

d. Perbandingan reseptor dan panas tiap individu

e. Pengaruh suhu terhadap rasa sakit

Hasil

Praktika Kanan Kiri

Kelompo

k

Dorsal Ventral

Panas Dingin Panas Dingin

1

3

4

5

6

Kelompok Panas Dingin

1 97 109

2 88 92

3 107 109

4 105 106

5 106 99

n dorsal Ventral Dorsal Ventral

Normal rendah Normal rendah Normal Rendah Normal Rendah

1 4.20 3.73 3.00 1.98 4.43 2.26 3.60 2.55

2 4.67 2.99 3.26 3.17 4.48 3.42 3.94 3.53

3 5.48 3.98 3.26 3,17 2.32 2.09 5.65 3.09

4 2.89 2.31 2.33 1.43 2,32 1.43 3.00 2.27

5 3.55 2.65 4.27 3.70 3.38 2.94 3.98 3.55

Pembahasan

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh suhu terhadap rasa sakit

atau nyeri. Percobaan ini dilakukan dengan membandingkan hasil antara pemberian stimulus

(cubitan) tanpa menggunakan es dengan pemberian cubitan menggunakan es. Pemberian es

pada percobaan ini dilakukan dengan cara, es yang sudah disediakan diletakkan ditelapak

tangan selama beberapa menit kemudian diberi stimulus berupa cubitan. Hal ini dilakukan

untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk merasakan rasa sakit akibat stimulus yang

diberikan.

Berdasarkan tabel hasil percobaan, didapat perbedaan waktu yang dibutuhkan untuk

merasakan rasa sakit sebelum dan sesudah diberi es. Hal ini membuktikan bahwa pengaruh

suhu terutama suhu dingin dapat menghambat rasa sakit yang diakibatkan oleh cubitan.

Dingin berkontribusi untuk menghilangkan rasa sakit. Ini disebabkan karena sensasi tersebut

dapat diakibatkan oleh stimulasi jaring-jaring serabut saraf kulit yang tidak melekat pada

detektor stimulus khusus, dengan demikian tidak bereaksi terhadap stimulus itu kecuali

sangat kuat. Sebaliknya, nyeri itu dapat dirasakan sebagai akibat dari suatu perubahan dalam

frekuensi dan pola isyarat menuju ke sistem saraf pusat melalui reseptor kulit yang khusus

untuk perasa dingin, yaitu pada ujung saraf korpuskulus gelembung.

Jawaban diskusi :

a. Pengaruh suhu terhadap rasa sakit

Dorsal: waktu merasakan sakit lebih pendek pada saat tubuh dikenai es batu

dibandingkan dengan suhu normal (tidak dikenai es batu).

Ventral: waktu merasakan sakit lebih pendek pada saat tubuh dikenai es batu

dibandingkan dengan suhu normal.

Jadi, pengaruh suhu rendah terhadap rasa sakit yaitu memperpendek waktu

merasakan sakit (mempercepat penyembuhan rasa sakit).

b. Pebandingan pengaruh suhu normal dan rendah terhadap rasa sakit

Jika dibandingkan antara suhu normal dan rendah, pada kulit sakit yang diberi suhu

rendah (diberi es) lebih cepat waktu penyembuhannya (waktu tidak merasa kan sakit

lagi).

c. Perbandingan respon terhadap rasa sakit pada daerah tubuh yang berbeda yaitu bagian

tangan dorsal yang paling lama merasakan sakit.

f. Kepekaan sentuhan

Hasil

PRAKTIKANB : LD : LV : TTV : TTD : PIPI : DAHI : UJKA : UJKI

1 2 : 3,7 : 3 : 2,1 : 2 :3,2 : 1,2 : 1,2: 1,9

2 0,5 : 0,5 : 1,5 : 1 : 2 : 1,5 : 1,5 : 0,5 :0,5

3 0,5 : 0,8 : 0,5 : 1: 0,4 : 0,8 : 1,4 : 0,5 : 0,2

4 - : 1,2 : 1,2 : 0,7 : 0,7 : - : 0,5 : 0,2 : 1,2

5 1 : 1 : 3 : 2 : 4 : 3: 3: 1: 1

Pembahasan

Percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui letak kepekaan terhadap sentuhan dari

bagian kulit dan melatih kepekaan terhadap sentuhan. Mekanisme kerja saraf kulit untuk

merespon suatu sentuhan atau rangsangan dari benda adalah dengan meneruskan rangsangan

dari ujung-ujung saraf pada kulit (reseptor Markel untuk sentuhan ringan, saraf peraba

(Meissner) untuk sentuhan biasa, dan saraf paccinian untuk rangsangan tekanan, Krause untuk

rasa dingin, dan Ruffini untuk rasa panas) dan selanjutnya rangsangan tersebut diteruskan ke

otak. Otak akan mengolah rangsang tersebut sehingga kulit dapat menentukan tekstur maupun

suhu dari benda tersebut. Mekanisme rangsangan dua titik sentuh ini terjadi karena adanya

perbedaan persepsi pada kulit yang menyebabkan sensor saraf sensorik yang dikirim ke otak

menjadi satu titik yang diakibatkan terjadinya perbedaan tekanan pada kulit dan struktur kulit

(Guyton ,1991).

Mekanisme respon saraf pada kulit diawali dari turgo reseptor yang terdapat pada lapisan

dermis. Rangsang yang diterima oleh reseptor tersebut kemudian diteruskan menuju neuron

sensorik dan menuju ke otak. Otak menerima informasi mengenai jenis rangsang (tekanan,

sentuhan, panas, dan dingin). Setelah menerima informasi tersebut impuls kemudian diteruskan

oleh saraf motorik hingga akhirnya probandus dapat mengatakan mengenai rasa sentuhan yang

dialami (Campbell et al, 2010).

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa daerah bibir memiliki kepekaan sentuhan

yang paling sensitif jika dibandingkan dengan daerah lain. Hal ini dikarenakan bibir memiliki

struktur kulit yang lebih tipis dan reseptor di daerah tersebut lebih banyak.

Jawaban diskusi :

a. alasan pada jarak tertentu tubuh merasakan sentuhan pada dua titik sebagai sentuhan pada satu

titik, Karena pada kulit terdapat reseptor yang merupakan dendrit dari neuron sensori yang

banyak .Pada jarak tertentu pada daerah tubuh tertentu kemungkinan terdapat banyak reseptor

tekanan sehingga lebih sensitive dan merasakan adanya 1 sentuhan tekanan padahal

kenyataannya ada dua tekanan.

b. perbandingan kepekaan sentuhan pada anggota badan yang berbeda memiliki perbedaan,

karena setiap tempat/ anggota badan memiliki reseptor dan syaraf berbeda- beda. Contohnya

dapat dilihat pada tabel hasil praktikum, pada table terlihat jelas perbedaan dan perbandingan

kepekaan sentuhan pada anggota badan yang berbeda.

c. Perbandingan kepekaan sentuhan antar individu juga berbeda. Perbandingan kepekaan

sentuhan satu individu pada anggota badan yang berdeda hasilnya sudah berbeda, apalagi

kalau antar individu yang berbeda.

g. Bintik buta

Hasil

No. Perlakuan Jumlah uang logam yang

terlihat

Jumlah uang logam

yang tidak terlihat

1. Mata kiri ditutup 5 = 3(+++), 2(++) -

2. Mata kanan ditutup 5 = 1(+++), 4(++) -

3. Jarak uang logam diperjauh, mata

kiri ditutup

5 = 1(+++), 4(++) -

4. Jarak uang logam diperjauh, mata

kanan ditutup

5 = 1(+++), 4(++) -

Keterangan: +++ terlihat jelas

++ kabur

Pembahasan

Percobaan ini bertujuan untuk menentukan jarak benda yang bayangannya jatuh pada

bintik buta. Bintik buta merupakan suatu bagian dari mata yang berfungsi sebagai daerah

tempat saraf optik meninggalkan bagian dalam bola mata dan tidak mengandung sel konus dan

batang. Saat kita tidak dapat melihat suatu obyek pada jarak tertentu, maka itulah jarak titik

buta. Setiap individu mempunyai jarak bintik buta yang berbeda dengan individu lainnya saat

melihat obyek. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa semua impuls saraf yang

dibangkitkan oleh batang dan kerucut. Sel batang dan kerucut merupakan bagian retina yang

mampu menerima rangsang sinar tak berwarna (sel batang) dan mampu menerima rangsang

sinar kuat dan berwarna (sel kerucut).Sel batang dan kerucut ini berjalan kembali ke otak

melalui neuron dalam saraf optik, oleh karena itu obyek dapat ditebak bentuknya. Tidak

terlihatnya obyek dengan jarak tertentu disebabkan karena pada bagian retina terdapat suatu

titik tempat kira-kira satu juta neuron bertemu pada saraf optik, tidak terdapat sel batang dan

kerucut. Titik inilah yang disebut titik buta, dimana seseorang tidak dapat melihat obyek pada

jarak tertentu.

Dalam percobaan ini diperoleh hasil: saat mata kiri ditutup, jumlah uang logam yang

terlihat jelas ada 3, yang terlihat kabur ada 2, saat jarak diperjauh uang logam yang terlihat

jelas hanya 1 dan yang terlihat kabur 4. Saat mata kanan ditutup jumlah uang logam yang

terlihat jelas ada 1 , yang terlihat kabur ada 4, saat jarak diperjauh uang logam yang terlihat

jelas ada 1 dan yang terlihat kabur ada 4. Dari percobaan ini dapat kita ketahui bahwa bintik

buta terletak pada suatu jarak tertentu, apabila jarak semakin ditambah seharusnya koin yang

terlihat semakin sedikit, namun pada percobaan mata kanan jumlah antara koin yang terlihat

jelas saat mata dibuka dan jarak yang ditambah tidak mengubah jumlahbuang logam yang

terlihat jelas. Kemungkinan praktikan mengalami gangguan pada mata kanan.

Adanya cahaya yang masuk ke mata yang tidak ditutup melalui kornea akan diproyeksikan

oleh lensa tepat pada retina. Sebelum mencapai fotoreseptor, cahaya akan melewati lapisan

bipolar dan lapisan ganglion. Akson sel-sel ganglion akan merambat pada permukaan dalam

retina dan akan mengumpul menjadi satu pada bagian belakang bola mata, membentu saraf

penglihatan di bintik buta. Sehingga bayangan uang logam akhirnya akan jatuh tepat pada

retina dan impuls akan disampaikan ke pusat saraf penglihatan pada lobus osipitalis untuk

diinterpretasikan.

Sedangkan untuk mata kiri atau kanan yang ditutup, berarti cahaya tidak dapat masuk ke

mata. Nmun, hal ini tidak berpengaruh pada bintik buta karena pada tempat ini tidak ada

fotoreseptornya. Hal ini, akan berakibat bayangan dari uang logam yang disusun lurus dari

depan ke belakang dengan jarak tertentu dari mata tidak tepat jatuh pada retina sehingga mata

hanya dapat melihaat bayangan uang logam yang jatuh pada bintik buta.

Jawaban Diskusi:

a. Mekanisme reseptor penglihatan

Proses melihat terjadi karena adanya cahaya yang menyinari objek tertentu sebagai

stimulusnya. Bila mata melihat sebuah objek, maka cahaya akan masuk melalui kornea,

kemudian melewati celah pupil pada iris yang akan mengatur banyaknya sinar yang

masuk, lalu melewati lensa yang memipih dan mencembung sehingga sinar dapat

difokuskan ke bintik kuning yang berada di retina. Setelah sampai di retina cahaya tadi

diteruskan sebagai impuls saraf soleh nervus opticus. Kedua nervus opticus saling

bersilangan sehingga membentuk chiasma nervus opticus. Setelah itu terdapat Tractus

opticus yang sebagian berakhir pada colliculus superior dan sebagian lagi pada corpus

geneculatum lateral yang membentuk neuron baru yang pergi ke korteks pada dinding

fissure calcarina melalui capsula interna. Pada dinding tersebutlah terdapat pusat

penglihatan sehingga objek dapat dilihat.

b. Bintik buta atau yang juga dikenal dengan sebutan BLIND SPOT adalah suatu daerah di

retina mata yang merupakan jalur syaraf penglihatan menuju ke otak, dan tepat di jalur

keluar tersebut tidak terdapat sel peka cahaya, sehingga bila bayangan benda jatuh tepat

di bintik buta, maka otak tidak akan mendapatkan sinyal dari mata karena bayangan itu

jatuh tidak pada sel-sel yang peka cahaya, maka benda yang sebenarnya ada di depan kita

tidak akan diindentifikasi keberadaannya oleh mata. Bintik buta akan terdeteksi ketika

salah satu dari mata ditutup karena ketika salah satu mata ditutup, maka ada

kecenderungan mata untuk bergeser ke sisi nasal atau sisi temporal.

c. Perbandingan jarak dan posisi bintik buta

Jarak bintik buta pada mata kanan kiri manusia rata-rata adalah sama. Bayangan benda

tidak terlihat pada jarak tertentu, karena pembiasan cahaya dari benda tersebut jatuh di

bagian bintik buta pada retina karena cahaya yang jatuh pada bagian ini tidak mengenai

sel-sel batang dan kerucut sehingga tidak ada impuls yang diteruskan ke saraf optik yang

akhirnya menyebabkan tidak terjadinya kesan melihat. Sebaliknya, jika pembiasan

cahaya dari suatu benda tersebut jatuh di bagian bintik kuning pada retina, maka

bayangan benda akan terlihat

d. bagaimana perbandingan jarak dan posisi titik buta antar individu?

perbandingan jarak dan posisi titik buta antar individu berbeda-beda dikarenakan

beberapa hal, jarak mata dengan objek pada saat bayangan objek yang dilihat jatuh pada

bintik buta di setiap orang bisa berbeda, karena ukuran bola mata, kecembungan lensa

mata dan jarak lensa ke retina pada tiak orang berbeda-beda. Hal ini yang menyebabkan

perbedaan jarak penglihatan bintik buta tersebut.

h. Refleks pupil terhadap intensitas dan warna cahaya

Hasil

No Kategori Diameter pupil (mm) Keterangan

1 2 3 Rata

2

1 Ruangan terang 0,4 0,4 0,4 0,4

2 Tutup-buka mata, ruangan 0,5 0,5 0,5 0,5 Begitu membuka mata,

terang pupil membesar

3 Tutup-buka mata, ruangan

gelap, mata diterangi

cahaya terang (senter)

0,5 0,4 0,4 0,43 Begitu membuka mata,

pupil mengecil

4 Tutup-buka mata, ruangan

gelap, mata diterangi

cahaya redup (senter

ditutup sapu tangan putih)

0,4 0,4 0,3 0,37 Begitu membuka mata,

pupil mengecil

5 Tutup-buka mata, ruangan

gelap, mata diterangi

cahaya biru

0,4 0,4 0,3 0,37 Begitu membuka mata,

pupil mengecil

6 Tutup-buka mata, ruangan

gelap, mata diterangi

cahaya merah

0,4 0,3 0,3 0,33 Begitu membuka mata,

pupil mengecil

Pembahasan

Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui refleks pupil ketika ada cahaya yang

masuk yang dilakukan oleh dua orang praktikan dengan menggunakan senter. Percobaan

diawali dengan mengukur diameter awal pupil dengan meletakkan penggaris dibawah salah

satu matanya kemudian meminta praktikan untuk memejamkan mata kemudian dengan

mendadak meminta praktikan membuka mata dan mengukur diameter pupil kembali dan

yang terakhir adalah secara mendadak menerangi mata dengan senter dan mengukur diameter

pupil. Berdasarkan hasil percobaan, pada praktikan didapatkan nilai diameter pupil awal 0,4

cm. Saat praktikan disuruh memejamkan mata kemudian dibuka, didapatkan nilai diameter

pupilnya menjadi 0,5. Tetapi saat pupil disinari cahaya dengan intensitas cahaya tertentu

diperoleh nilai diameter pupil menjadi 0,43 cm. Sedangkan pada saat mata disinari cahaya

redup diameter pupil menjadi 0,37cm, sedangkan saat disinari cahaya biru diameter pupil

menjadi 0,37 cm, saat disinari cahaya merah diameter pupil menjadi 0,33 cm. Hal ini

menunjukkan bahwa banyak sediktnya intensitas cahaya yang masuk dapat mempengaruhi

besar kecilnya diameter pupil. Ditempat yang sangat terang dimana intensitas cahayanya

cukup tinggi atau besar maka pupil akan mengecil, agar cahaya lebih sedikit masuk ke mata.

Jawaban Diskusi:

1. Pada percobaan tentang refleks cahaya akan dilihat bagaimana respon pupil mata ketika

cahaya senter dijatuhkan pada pupil. Ternyata repon yang terjadi berupa kontriksi pupil

homolateral dan kontralateral. Jalannya impuls cahaya sampai terjadi kontriksi pupil

adalah berasal dari pupil kemudian stimulus diterima oleh N.Opticus, lalu masuk ke

mesencephalon, dan kemudian melanjutkan ke N .Oculomotoris dan sampai ke spingter

pupil.Refleks cahaya ini juga disebut refleks pupil. Pada percobaan refleks cahaya, pupil

mata mengalami pengecilan. Cahaya yang berlebihan yang masuk kedalam mata

membuat pupil mata menjadi kecil.

2. Mengecilnya pupil karena cahaya ialah lebarnya pupil diatur oleh iris sesuai dengan

intensitas cahaya yang diterima oleh mata. Ditempat yang gelap dimana intensitas

cahayanya kecil maka pupil akan membesar, agar cahaya dapat lebih banyak masuk

kemata. Ditempat yang sangat terang dimana intensitas cahayanya cukup tinggi atau

besar maka pupil akan mengecil, agar cahaya lebih sedikit masuk kemata untuk

menghindari mata agar tidak selalu, bila mata diarahkan kesalah satu mata pupil akan

berkontraksi, kejadian tersebut dinamakan refleks pupil atau refleks cahaya pupil.

3. Perbandingan warna cahaya terhadap refleks pupil untuk setiap warna pada umumnya

sama. Hal ini disebabkan karena penglihatan warna telah diatur oleh sel kerucut, dimana

sel kerucut tersebut sangat dipengaruhi oleh tiga macam pigmen (merah, hijau, biru)

i. Refleks pupil terhadap akomodasi mata

Hasil

No. Perlakuan Mata normal Mata minus

1. Mata melihat jarak normal 0,8 cm 0,9 cm

2. Mata melihat benda jauh 0,6 cm 0,5 cm

3. Mata melihat benda dekat 0,8 cm 1 cm

Pembahasan

Pada percobaan ini bertujuan untuk mengerahui refleks pupil terhadap akomodasi mata.

Akomodasi mata berpengaruh pada diameter pupil. Dengan kondisi ini, maka pupil mata

dapat berubah-ubah bentuk menjadai mngembung atau memipih. Kemampuan lensa mata

untuk mencembung dan memipih disebut daya akomodasi mata. Hal tersebut dapat terlihat

ketika seseorang melihat benda jauh ataupun dekat.

Pada percobaan kali ini diperoleh hasil terdapat perbedaan diameter pupil antara orang

normal dan orang bermata minus. Diameter pupil mata normal dalam melihat jarak normal

0,8 cm, sedangkan diameter pupil mata minus sebesar 0,9 cm, lebih besar dari mata normal.

diameter pupil mata normal melihat benda jauhh sebesar 0,6 cm, sedangkan diameter mata

minus 0,5 cm, lebih kecil dari diameter pupil mata normal. diameter mata normal melihat

benda dekat 0,8 cm, sedangkan diameter pupil mata minus 1 cm, lebih besar dari mata

normal.

Pada organ penglihatan terdapat retina yang sangat peka terhadap cahaya. Retina

berhubungan dengan sel-sel saraf yang serabutnya membentuk urat saraf optik yang

memanjang sampai ke otak. Pada retina ini bayangan benda akan terbentuk sehingga dapat

melihat suatu benda, tapi jarak antara lensa mata dan retina selalu tetap, sehingga dalam

melihat benda-benda pada jarak tertentu perlu mengubah kelengkungan lensa mata.

Mengubah kelengkungan lensa mata berarti mengubah jarak titik fokus lensa. Untuk

mengubah kelengkungan lensa mata dilakukan oleh otot siliar. Hal ini dimaksudkan agar

bayangan yang dibentuk oleh lensa mata selalu jatuh di retina. Pada saat mata melihat dekat

lensa mata harus lebih cembung (otot-otot siliar menegang) dan pada saat melihat jauh lensa

harus lebih pipih (otot-otot siliar mengendor). Mencembung dan menipisnya lensa mata ini

lah yang disebut dengan akomodasi. Daya akomodasi mata diatur melalui syaraf

parasimpatis, perangsangan syaraf parasimpatis menimbulkan kontraksi otot siliaris yang

selanjutnya kan mengendurkan gligamen lensa dan meningkatkan daya bias. Dengan

meningkatkan daya bias, mata mampu melihat objek lebih dekat dibanding waktu daya

biasnya rendah. Akibatnya dengan mendekatnya objek kearah mata frekuensi impuls

parasimpatis kedotsiliaris progresif ditingkatkan agar objek tetap dilihat dengan jelas (Pearce,

2002).

Kemampuan akomodasi mata akan meningkat bila mata melihat kabur atau jauh dan

pada waktu melihat dekat. Bila benda tersebut didekatkan maka bayangan akan bergeser ke

belakang retina. Akibat benda ini didekatkan penglihatan menjadi kabur, maka mata akan

berakomodasi dengan mencembungkan lensa. Semakin dekat benda yang akan dilihat maka

benda akan berakomodasi semakin kuat hingga batas maksimum. Pada dasarnya baik melihat

benda dari jarak jauh maupun jarak dekat maka akan mempengaruhi kerja pupil dalam

merefraksikan cahaya untuk menghasilkan titik yang tajam pada retina agar obyek terlihat

jelas, sehingga hal ini berpengaruh terhadap meningkat atau menurunnya diameter pupil.

Cahaya dibiaskan jika melewati konjungtiva kornea. Cahaya dari obyek yang dekat

membutuhkan lebih banyak pembiasan untuk pemfokusan dibandingkan obyek yang jauh.

Cahaya dari obyek yang jauh difokuskan oleh lensa tipis panjang, sedangkan cahaya dari

obyek yang dekat difokuskan dengan lensa yang tebal dan pendek. Perubahan bentuk lensa

ini akibat kerja otot siliari (Kimball, 1992).

Jawaban Diskusi:

1. Akomodasi mata merupakan kemampuan menyesuaikan kekuatan lensa sehingga, baik

sumber cahaya dekat maupun jauh dapat difokuskan di retina sebagai akomodasi,

kekuatan lensa bergantung pada bentuknya, yang diatur oleh otot silindris, bentuk lensa

juga dipengaruhi oleh jumlah intensitas cahaya yang diterimanya.

Daya akomodasi mata diatur melalui saraf parasimpatik, perangsangan saraf parasimpatik

menimbulkan kontraksi otot siliaris yang selanjutnya akan mengendurkan gligament

lensa dan meningkatkan daya bias. Dengan meningkatnya daya bias, reflek pupil mata

mampu melihat object lebih dekat dibandingkan waktu daya biasnya rendah.

2. Ukuran pupil pada penderita miopi lebih besar dari pada ukuran pupil mata normal, pupil

berfungsi untuk membatasi jumlah cahaya yang masuk dan memperjelas gambar. Pada

miopi bayangan obyek jauh tidak tepat jatuh pada retina, disebabkan sinar jatuh sebelum

mengenai retina, menyebabkan gambar tidak jelas. Sedangkan pada kondisi jarak obyek

dekat, mata tidak melakukan akomodasi layaknya mata normal. Adanya gangguan miopi

pada mata, berpengaruh pada refleks pupil terhadap akomodasi mata.

V. KESIMPULAN

a. Daerah penyebaran reseptor indra pengecap dari lima sensasi kecap primer, yaitu rasa

manis pada ujung lidah, rasa asam pada tepi depan lidah, rasa asin pada tepi lidah

belakang, rasa pahit pada pangkal lidah dan rasa gurih pada tengah lidah.

b. Berdasarkan data dan analisis, diketahui bahwa pada subjek minyak tawon reseptor

pembau yang paling peka (sensitif). Waktu yang diperlukan praktikan sampai tidak dapat

membau lagi (OFT) lebih lama jika dibandingkan dengan waktu yang diperlukan

praktikan sampai dapat membau kembali (ORT).

c. Indera Pembau dan pengecap saling saling berhubungan, sebab rangsangan bau dari

makanan dalam rongga mulut dapat mencapai rongga hidung dan diterima oleh reseptor

olfaktori.

d. Bagian tangan ventral lebih peka terhadap panas dan dingin karena memiliki banyak

reseptor panas dan dingin.

e. Suhu Dingin dapat berpengaruh dalam menghambat rasa sakit/nyeri yang di alami oleh

saat diberikan stimulus berupa rasa sakit (cubitan).Rasa sakit itu merupakan akibat

perubahan frekuensi dan pola isyarat yang menuju ke sistem saraf pusat melalui reseptor

kulit pada ujung saraf Krause.

f. Bagian kulit satu dengan bagian kulit yang lain memiliki tingkat kepekaan yang berbeda-

beda dan terlihat jelas kulit memiliki kepekaan sangat tinggi terhadap sentuhan. Bagian

kulit yang paling peka terhadap sentuhan adalah bibir.

g. jarak benda dapat mempengaruhi bayangan yang jatuh pada bintik buta dan jumlah mata

uang yang tampak dan tidak tampak dipengaruhi jarak benda yang jatuh pada titik buta.

h. Intensitas cahaya berpengaruh terhadap refleks pupil, diameter pupil akan membesar jika

dalam keadaan yang gelap dan diameter pupil akan mengecil jika terkena cahaya.

i. Ukuran pupil mata akan berubah-ubah ketika fokus benda atau letak/jarak benda beruba-

ubah.terdapat perbedaan diameter pupil mata normal dan mata minus saat melihat benda

dekat dan jauh.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Campbell, NA dan JB. Reece. 2004. Biology Edisi 5 Jilid 3. Jakarta : Erlangga.

Campbell, NA dan JB. Reece. 2010. Biology Edisi 8 Jilid 3. Jakarta : Erlangga.

Dellmann, Dieter & Esther M. Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner.

Ed ke-3. Terjemahan Hartono. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Guyton, D. C. 1993. Fisiologi Hewan, Edisi 2. Jakarta: EGC.

Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta:Kanisius.

Kimball, John W. 1992. Biologi Edisi kelima. Jakarta : Erlangga.

Pearce ,Evelyn C. 1990. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia.

Roger Watson. 1995. Anatomy and physiology for nurses 10th edition. London : Bailliere

Tindall.

Seeley, R.R., T.D. Stephens, P. Tate. 2003. Essentials of Anatomy and Physiology  fourth

edition.McGraw-Hill Companies

Villee, Claude A., dkk. 1999. Zoologi Umum. Jilid I. Ed ke-6. Terjemahan

Nawangsari sugiri.Erlangga. Jakarta.

Wijaya, Jati. 2007. Aktif Biologi 2A. Jakarta : Penerbit Ganeca Exact

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

SISTEM SENSORI

Nama : Shofwatul mala

NIM :11680054

Kelompok : 8

Asisten :

LABORATORIUM TERPADU PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2013