laporan sistem kebut semalam

30
1 “SISTEM KEBUT SEMALAM” DI KALANGAN MAHASISWA PSIKOLOGI UGM I. LATAR BELAKANG Mahasiswa sebagai bagian generasi muda dan sebagai manusia dewasa, pada umumnya dianggap sebagai panutan para pelajar, pemuda, masyarakat dan tumpuan harapan orangtua serta kelompok pembaharu (agent of change) tetapi seiring majunya era globalisasi masih saja ada gaya hidup mahasiswa yang suka menunda– nunda tugas. Pada umumnya kebiasaan menunda ini timbul karena menghindari melakukan hal yang tidak menarik, tidak menyenangkan atau tidak penting. Penudaan merupakan salah satu kebiasaan yang sering kali dilakukan mahasiswa dalam pengerjaan tugasnya. Kerap sekali mahasiswa menunda tugasnya untuk sesuatu yang tidak produktif dan tidak bermanfaat. Untuk menghilangkan kebiasaan ini perlu adanya perubahan sikap mengenai pentingnya dan tujuan diberikannya tugas kepada mahasiswa. Kadang – kadang kompleksitas dan ukuran tugas yang menjadi penyebab menghindari dan menunda

Upload: bisnani

Post on 26-Jun-2015

942 views

Category:

Documents


44 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN Sistem Kebut Semalam

1

“SISTEM KEBUT SEMALAM” DI KALANGAN MAHASISWA PSIKOLOGI

UGM

I. LATAR BELAKANG

Mahasiswa sebagai bagian generasi muda dan sebagai manusia dewasa,

pada umumnya dianggap sebagai panutan para pelajar, pemuda, masyarakat

dan tumpuan harapan orangtua serta kelompok pembaharu (agent of change)

tetapi seiring majunya era globalisasi masih saja ada gaya hidup mahasiswa

yang suka menunda–nunda tugas.

Pada umumnya kebiasaan menunda ini timbul karena menghindari

melakukan hal yang tidak menarik, tidak menyenangkan atau tidak penting.

Penudaan merupakan salah satu kebiasaan yang sering kali dilakukan

mahasiswa dalam pengerjaan tugasnya. Kerap sekali mahasiswa menunda

tugasnya untuk sesuatu yang tidak produktif dan tidak bermanfaat. Untuk

menghilangkan kebiasaan ini perlu adanya perubahan sikap mengenai

pentingnya dan tujuan diberikannya tugas kepada mahasiswa.

Kadang – kadang kompleksitas dan ukuran tugas yang menjadi

penyebab menghindari dan menunda mengerjakannya. Seharusnya dapat

dibagi-bagi tugas menjadi beberapa bagian yang dapat diselesaikan. Ada

kalanya penundaan terjadi karena takut mengalami kegagalan sehingga

menghindari untuk memulai mengerjakannya. Ada juga orang yang menunda

karena ingin memperoleh hasil yang sempurna dengan standar yang terlalu

tinggi untuk dicapai.

SKS alias Sistem Kebut Semalam ini seringkali menjadi alternatif

utama mahasiswa ketika menghadapi tugas. Mereka mengerjakan tugas hanya

ketika kdan mengerjakan tugas yang berjubel banyaknya. muncullah istilah

Sistem Kebut Semalam. Oleh karena itu saya tertarik untuk melakukan

Page 2: LAPORAN Sistem Kebut Semalam

pengamatan lebih lanjut pada mahasiswa yang menggunakan “Sistem Kebut

Semalam” tersebut.

II. TUJUAN

1. Mengetahui respon subjek saat mendapatkan tugas.

2. Mengetahui motivasi subjek dalan mengerjakan tugas.

3. Mengetahui cara – cara yang digunakan subjek untuk menyelesaikan

tugas.

4. Mengetahui pandangan subjek terhadap “Sistem Kebut Semalam”.

5. Mengetahui efek yang ditimbulkan dari “Sistem Kebut Semalam” pada

diri subjek.

III. DASAR TEORI

Gaya hidup (lifestyle) dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang

memiliki karakteristik, kekhususan, dan tata cara dalam kehidupan suatu

masyarakat tertentu. Gaya hidup menunjukkan bagaimana orang mengatur

kehidupan pribadinya, kehidupan masyarakat, perilaku di depan umum, dan

upaya membedakan statusnya dari orang lain melalui lambang-lambang

sosial. Gaya hidup dapat dipahami sebagai sebuah karakteristik seseorang

secara kasat mata, yang menandai sistem nilai, serta sikap terhadap diri sendiri

dan lingkungannya. Gaya hidup merupakan kombinasi dan totalitas cara, tata,

kebiasaan, pilihan, serta objek-objek yang mendukungnya, dalam

pelaksanaannya dilandasi oleh sistem nilai atau sistem kepercayaan tertentu

(Piliang, 2007).

Gaya hidup juga merupakan istilah yang digunakan Alfred Adler yang

mengacu pada warna kehidupan seseorang. Ini mencakup tujuan pribadi,

konsep diri, perasaan terhadap orang lain, dan sikap terhadap dunia. Gaya

hidup adalah produk dari interaksi hereditas, lingkungan, dan daya kreatif

pribadi (Feist, 2006).

2

Page 3: LAPORAN Sistem Kebut Semalam

Gaya Hidup dipengaruhi oleh:

a. Sikap

Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan

untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi

melalui pengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku.

Keadaan jiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan,

kebudayaan dan lingkungan sosialnya.

b. Pengalaman dan pengamatan

Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah

laku, pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya dimasa lalu dan

dapat dipelajari, melalui belajar orang akan dapat memperoleh

pengalaman. Hasil dari pengalaman sosial akan dapat membentuk

pandangan terhadap suatu objek.

c. Kepribadian

Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara

berperilaku yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu.

d. Konsep diri

Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep diri.

Bagaimana individu memandang dirinya akan mempengaruhi minat

terhadap suatu objek. Konsep diri sebagai inti dari pola kepribadian akan

menentukan perilaku individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya,

karena konsep diri merupakan frame of reference yang menjadi awal

perilaku.

e. Motif

Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk

merasa aman dan kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa contoh

tentang motif.

3

Page 4: LAPORAN Sistem Kebut Semalam

f. Persepsi

Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan

menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang

berarti mengenai dunia.

Menurut Susantoro, mahasiswa merupakan kalangan muda yang

berumur antara 19 sampai 28 tahun yang memang dalam usia tersebut

mengalami suatu peralihan dari tahap remaja ke tahap dewasa. Sosok

mahasiswa juga kental dengan nuansa kedinamisan dan sikap kenyataan

objektif, sistematik dan rasional.

Kartono (1985) menyebutkan bahwa mahasiswa merupakan anggotaa

masyarakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu antara lain:

1. Mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk belajar di perguruan

tinggi sehingga dapat digolongkan sebagai kaum intelegensia.

2. Mahasiswa diharapkan nantinya dapat bertindak sebagai pemimpin

masyarakat ataupun dalam dunia kerja.

3. Mahasiswa diharapkan dapat menjadi daya penggerak yang dinamis bagi

proses modernisasi.

4. Mahasiswa diharapkan dapat memasuki dunia kerja sebagai tenaga yang

berkualitas dan profesional.

Ditinjau dari kepribadian individu mahasiswa merupakan suatu

kelompok individu yang mengalami proses menjadi orang dewasa yang

dipersiapkan atau mempersiapkan diri dalam sebuah perguruan tinggi dengan

keahlian tertentu.

Berdasarkan tahap perkembangan mahasiswa termasuk dalam masa

dewasa awal atau dewasa dini karena secara umum seseorang yang

menyandang predikat mahasiswa berada dalam rentang usia antara 18 tahun

sampai habis masa studinya berdasarkan keahlian tertentu. Menurut Hurlock

(1999) masa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur

40 tahun. Masa dewasa awal merupakan metode penyesuaian diri terhadap

4

Page 5: LAPORAN Sistem Kebut Semalam

pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru maka tak jarang

kebanyakan mahasiswa terjerumus dalam pengambilan keputusan hidup yang

salah karena kurangnya kematangan pribadi dalam diri.

“Sistem Kebut Semalam” adalah suatu sistem dimana kita belajar atau

mengerjakan tugas semalam suntuk untuk ujian atau tugas hari besoknya.

“Sistem Kebut Semalam” menjadi cara yang belajar yang paling diminati.

Kita hanya belajar, bila esok hari ada ujian. Laksana air bah, otak dipaksa

menerjang penghalang dan rintangan. Laksana air bah, otak dipaksa

menyimpan seluruh materi dan persoalan (Kamdhi, 2001).

Teknik – teknik tertentu biasa digunakan dalam “Sistem Kebut

Semalam” ini misalnya : menyingkat, mengasosiasikan dengan benda/

kejadian yang akrab ditemui, membuat ringkasan sehingga bisa dapat

membuat kita hafal materi yang sedang kita pelajari. Cara belajar ini cocok

untuk materi – materi hafalan yang memiliki banyak istilah atau tanggal.

Untuk gampangnya, kita dapat menghafal tahun- tahun di mata pelajaran

sejarah dengan menyamakannya dengan tahun kelahiran nenek kita, atau

menghafal istilah – istilah yang sulit dalam Bahasa Inggris sambil mengingat

– ingat istilah yang sulit dalam lagu berbahasa asing favorit kita. Karena

hanya membantu kita menghafal, maka, bahan – bahan yang kita pelajari akan

“menguap” dengan cepat (Khalida, 2008).

Masyarakat kita sekarang telah banyak terkena ‘virus sikap’ penyakit

jalan pintas. Mahasiswa pun dalam belajar terkena virus “Sistem Kebut

Semalam”. Cara semacam ini sifatnya jangka pendek dan semu. “Sistem

Kebut Semalam” benar–benar sudah mendarah daging bagi seorang

mahasiswa. Mahasiswa dengan segudang aktivitas kampus, aktivitas di luar

kampus sehingga memanfaatkan sistem belajar ini. Bagi mahasiswa, belajar

dengan SKS terkadang menjadi solusi yang tepat untuk mata kuliah tertentu.

Tidak terkecuali Mahasiswa Psikologi UGM.

5

Page 6: LAPORAN Sistem Kebut Semalam

Penyebab seorang mahasiswa menggunakan sistem ini adalah karena

mahasiswa kurang mampu memahami tujuan pendidikan atau pembelajaran.

Biasanya, mereka menganggap bahwa tujuan pembelajaran hanyalah

mencapai nilai maksimal bukan menuntut ilmu. Selain itu, penyebab lain dari

penggunaan metode ini adalah mahasiswa cenderung sering menunda

mengerjakan tugas dan menunda belajar, sehingga tanpa disadari ujian sudah

di depan mata dan mau tidak mau harus belajar semalam suntuk untuk

mengerjakan tugas atau belajar. Perilaku mahasiswa yang suka menunda-

nunda untuk memulai mengerjakan atau menyelesaikan tugas disebut

Prokrastinasi (Nugrasanti,2006).

“Sistem Kebut Semalam” ini tidak pernah lepas dari prokrastinasi.

Berbagai hasil penelitian menemukan aspek-aspek pada diri individu yang

mempengaruhi seseorang untuk mempunyai suatu kecenderungan perilaku

prokrastinasi, antara lain rendahnya kontrol diri (self control), self consciuous,

rendahnya self esteem, self efficacy, dan kecemasan sosial. Setiap individu

memiliki suatu mekanisme yang dapat membantu mengatur dan mengarahkan

perilaku, yaitu kontrol diri (self control). Menurut Goldfried & Marbaum

dalam Muhid (2009), kontrol diri diartikan sebagai kemampuan untuk

menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang

dapat membawa ke arah konsekuensi positif. Self efficacy didefinisikan

sebagai suatu pendapat atau keyakinan yang dimiliki oleh seseorang mengenai

kemampuannya dalam menampilkan suatu bentuk perilaku dan hal ini

berhubungan dengan situasi yang dihadapi oleh seseorang tersebut dan

menempatkannya sebagai elemen kognitif dalam pembelajaran sosial

(Muhid,2009).

Akibat dari “Sistem Kebut Semalam” adalah tugas yang kita kerjakan

menjadi kurang maksimal, terkesan seadanya. Sedangkan untuk materi

pelajaran yang kita pelajari akan cepat “menguap” begitu saja, sehingga hasil

ujian pun menjadi kurang memuaskan.

6

Page 7: LAPORAN Sistem Kebut Semalam

IV. SUBJEK / RESPONDEN

a) Nama : Lembahnando PM

b) Usia : 21 tahun

c) Jenis Kelamin : Laki-Laki

d) Domisili : Yogyakarta

V. SETTING

a) Lokasi Observasi & Wawancara : Gg Argulo no. 4, Gejayan,

Yogyakarta

b) Waktu Observasi & Wawancara : Senin, 22 November 2010

21.00 – 22.30 WIB

VI. RANCANGAN WAWANCARA

a) METODE

Metode yang digunakan adalah wawancara tak terstruktur yaitu

metode yang dilakukan secara bebas, peneliti tidak menggunakan

pedoman wawancara secara sistematis. Pedoman yang digunakan hanya

garis – garis besar permasalahan dan peneliti belum mengetahui secara

pasti apa yang akan diperoleh sehingga peneliti lebih banyak

mendengarkan.

b) ASPEK

1. Respon subjek saat mendapatkan tugas.

2. Motivasi dalam mengerjakan tugas.

3. Cara – cara yang digunakan untuk menyelesaikan tugas.

4. Pandangan terhadap “Sistem Kebut Semalam.”

5. Efek yang ditimbulkan dari “Sistem Kebut Semalam.”

7

Page 8: LAPORAN Sistem Kebut Semalam

c) PERTANYAAN

1. Respon Subjek setelah mendapatkan tugas.

a. Bagaimana perasaan subjek setelah mendapatkan tugas?

b. Apa yang dipikirkan subjek setelah mendapatkan tugas?

c. Kapan subjek menyelesaikan tugasnya?

d. Apa yang dilakukan subjek setelah mendapatkan tugas?

e. Bagaimana ekspresi subjek setelah mendapatkan tugas?

2. Motivasi dalam mengerjakan tugas.

a. Bagaimana pandangan anda mendapat nilai bagus dalam tugas

tersebut?

b. Apakah ada target untuk mendapat skor/nilai yang baik dalam tugas

tersebut?

c. Apa yang membuat anda ingin menyelesaikan tugas tersebut?

d. Apa yang membuat anda menunda mengerjakan tugas tersebut?

e. Apa tugas tersebut menurut anda penting?

3. Cara-cara yang digunakan untuk menyelesaikan tugas

a. Apa planing yang akan anda lakukan untuk mengerjakan tugas

tersebut?

b. Bagaimana cara anda untuk menyelesaikan tugas agar tepat waktu

yang singkat?

c. Hal apa saja yang anda lakukan untuk mendukung menyeesaikan tugas

tersebut?

d. Bagaimana proses-proses yang anda lakukan dalam mengerjakan

tugas?

e. Hambatan apa yang anda hadapi dalam mengerjakan tugas?

4. Mengetahui pandangan subjek terhadap ”Sistem Kebut Semalam.”

a. Seberapa sering Anda mengerjakan tugas dengan SKS?

b. Apakah Anda setuju dengan SKS ? Mengapa?

8

Page 9: LAPORAN Sistem Kebut Semalam

c. Menurut Anda SKS ini lebih banyak segi positif atau negatifnya?

Mengapa?

d. Apakah SKS ini lebih efektif dari pada mengerjakan secara bertahap?

Mengapa?

e. Apakah SKS ini memberatkan Anda?

5. Efek yang ditimbulkan dari ”Sistem Kebut Semalam.”

a. Berapa lama jam tidur yang Anda korbankan untuk mengerjakan tugas

atau belajar dengan SKS?

b. Apakah SKS merubah siklus tidur Anda?

c. Apakah pengerjaan tugas dengan SKS Anda mempengaruhi kondisi

tubuh pada hari berikutnya?

d. Apakah SKS yang Anda lakukan berdampak pada kegiatan di esok

harinya?

e. Apakah perasaan Anda setelah tugas tersebut terselesaikan?

VII. RANCANGAN OBSERVASI

a) PERILAKU TARGET

1. Perilaku Molar

Mengerjakan tugas didepan laptop

2. Perilaku Molekular

Verbal

Mengucapkan kembali kata-kata yang dia baca pada tugasnya.

Subjek bertanya pada diri sendiri, ” hmm, kapan ya ini tugasnya kelar?”

Subjek mengeluh dan berkata ” ini tugas ko ribet banget deh????

Menggumam ”mmm....” Bingung dan mengatakan ”aduh, gimana ya ?” Berdecak ketika ada sesuatu yang salah menunjukkan

bahwa dia sedang kesal.

9

Page 10: LAPORAN Sistem Kebut Semalam

Non-verbal

Mengerutkan dahi

Melihat jam

Menguap

Garuk-garuk kepala

Mungucek-ucek mata

Berganti posisi tubuh

Senam Kepala

Merokok

b) METODE PENGAMATAN

Metode yang dilakukan dalam pengamatan ini adalah metode

event sampling. Dimana observasi hanya mengamati perilaku subjek

yang akan diobservasi.

c) METODE PENCACATAN

Hasil dari pengamatan tersebut dicatat dalam bentuk naratif yaitu

teknik pencacatan atau pengumpulan data oleh observer sesuai dengan

apa yang terjadi dan semua peristiwa dicatat lengkap.

VIII. HASIL WAWANCARA

1. Respon subjek saat mendapatkan tugas

Berdasarkan hasil wawancara, dapat diketahui bahwa subjek akan

mengerjakan tugas dengan sistem kebut semalam. Subjek akan

menyelesaikan tugasnya nanti malem karena esok harinya sudah

deadline.Hal ini dapat dilihat pada pernyataan sebagai berikut :

“Ya ntar malem, soalnya ntar malem ya ini baru selesai

setengahnya mau ga mau harus harus udah begadang kaya sih

lembur sampe besok pagi sampe selesainya.” (S1D1Q3)

Respon subjek atas perasaannya setelah mendapatkan tugas dari

dosennya adalah kesal hal ini bisa dilihat pada :

10

Page 11: LAPORAN Sistem Kebut Semalam

“Ya kalau yang praktikum ini sih untungnya ga terlalu ini sih,

ga terlalu berat tapi lumayan juga buat nyita waktu buat

ngerjainnya , soalnya harus ngerjainnya dari ngetesnya itu

kan juga menyita waktu, terus interpretasi terus ngerjain

laporannya. yaa bete juga sih tapi ya mau gimana lagi.”

(S1D1Q1)

Hal yang dipikirkan oleh subjek setelah mendapatkan tugas adalah

bagaimana cara menyelesaikan tersebut dengan singkat dalam keadaan

esok hari adalah deadline. Hal ini dapat kita lihat pada kalimat:

“ Kalo sekarang ya jelas lagi ini , gimana caranya buat

nyelesaiin tugasnya buat besok laporannya soalnya besok pagi

udah harus dikumpul.” (S1D1Q2)

Ekspresi yang ada pada diri subjek ketika mendapat tugas adalah

kaget, hal ini dapat dilihat pada pernyataan :

“Ya gmna ya? Ya maksudnya kalau lagi, pas tau ada tugas

tugas gitunya ya lumayan gini sih, ya lumayan kaget juga.

Kalo misalkan harus kaya gini kaya gini kaya gini soalnya

gambaran awalnya ga kaya gini.” (S1D1Q5)

Hal yang dilakukan subjek ketika mendapat tugas adalah biasanya

merencanakan kapan subjek akan mengerjakan tugas, jadi sujek

meyesuaikan antara tugas dan kegiatan yang subjek jalanin. Ini dapat

diketahui dari pernaytaan :

“Biasanya sih dari awal udah ku planningin buat kapan ya

bakal ngerjain nih, misalkan dari hari Kamis kira-kira aku ada

kegiatan apa, Jumat kira-kira bakal ada kegiatan apa ya cari-

cari waktu kosong buat ngerjain tugasnya.” (S1D1Q4)

11

Page 12: LAPORAN Sistem Kebut Semalam

2. Motivasi dalam mengerjakan tugas

Faktor yang menyebabkan subjek menunda untuk mengerjakan

tugasnya adalah ketika subjek banyak harus datang dan melaksanakan

banyak kegiatan:

Kalau tuk minggu minggu ini sih sebenernya, banyak kegiatan

sih maksudnya karena aku kan juga engga cuma di kuliah

apalagi kalau cuma gitu. Banyak kegiatan yang apa, yang

tugasnya banyak yang menyita waktu.” (S1D2Q4)

“Kalau saat ini sih, aaa selain kuliah ya itu ada di Palapsi, di

organisasi terus di posko relawan yang untuk merapi itu. Itu

juga kan butuh waktu terjun lapangannya banyak banget sama

ya kalo futsal itu sih selingan selingan aja sih buat olahraga.”

(S1D2Q4-1)

Berdasarkan hasil wawancara, dapat diketahui bahwa motivasi subjek

dalam mengerjakan tugas hanya dikarenakan nilai dan tidak ingin

mengulang karena dengan mengulang mata kuliah tersebut subjek merasa

waktunya akan tersita banyak, oleh karena itu subjek ingin nilainya agar

tetap bagus,, ini dapat dilihat dari:

“Kalo patokan sih ya untuk saat ini patokannya masih, yang

penting ga ngulang ibaratnya kasarannya ya gitu minimal B

lah soalnya apalagi ini praktikum gitu lo, praktikum tuh dapet

kuliahnnya ada , praktikumnnya ada juga ya jelas menyita

waktu banget kan . sayang banget kalo misalkan udah menyita

waktu kaya gitu harus ngulang jadi ya segimana cara mungkin

biar bisa tetep bagus sih nilainya.” (S1D2Q2; S1D2Q1)

12

Page 13: LAPORAN Sistem Kebut Semalam

Arti pentingnya tugas dalam sudut pandang subjek adalah penting, ini

dapat dilihat dari :

“Ya itu ya, kalo untuk ya praktikum ini ya jujur aja penting

banget soalnya ya itu yang tadi aku bilang yang tentang udah

praktikum itu loh kalau misalkan contohnya misalkan yang ga

praktikum aja, pasti ya ngerjainnya ya ga terlalu ngoyo kaya

yg skrg maksudnya ya kadang-kadang dikerjain kadang ya

tetep dikerjain tapi ga maksimal.” (S1Q2D5)

Subjek juga mengerjakan tugas karena ingin nilainya bagus dan ingin

bisa memanajemenkan waktunya dengan baik, hal ini diakui dalam

pernyataannya :

Kalo mengerjakan tugas itu motivasinya, ya jelas ya pengen

dapat nilai bagus ya soalnya udah semester akhir juga masa

udah banyak yang ngulang juga masa gini-gini aja nilainya ya.

Selain itu juga kalau motivasi lainnya juga belajar

memanajemenkan waktu soalnya kalau misalkan ntar udah

kerja kayanya juga bakal manajemen waktunya bakal serumit

ini.” (S1D2Q3)

3. Cara-cara yang digunakan untuk menyelesaikan tugas

Planning subjek untuk mengerjakan tugsanya ialah dengan cara handal

dalam membagi waktu, dengan cara mengerjakan tugas disela kegiatan-

kegiatan yang dilakukan subjek. Hal ini tertuang dalam:

“Biasanya sih ya pinter-pinter bagi waktu aja sih. Misalkan

biasanya lebih menyesuaikan tugasnya jadi diawal karena

mungkin kalo organisasi relawan gitu kan jadwalnya udah

tetap ya jam-jam segini ya hari ini harus berangkat harus ini

harus kesini jadi tugasnya biasanya menyesuaikan karena kan

tugas kadang –kadang dapat tugas kadang-kadang ga dapet

13

Page 14: LAPORAN Sistem Kebut Semalam

tugas jadi kan misalkan lagi bentrok sama kegiatan apa lagi di

posko lagi di apa ya tugasnya disampingin dulu dinanti-nanti

dulu mencari waktu lain yang mungkin waktu lagi kosong

ibaratnya kaya gitu, ya paling ya gini aja kaya sekarang gitu ,

kemarin-kemarin kan sibuk banget di Palapsi sama di posko ya

baru bisa ngerjainnya malem ini tugasnya. (S1D3Q1)

Cara yang digunakan oleh subjek untuk menyelesaikan tugas tepat

waktu adalah dengan lembur,begadang dan mengorbankan waktu tidur subjek.

Hal ini diakui subjek dalam pernyataan:

“Ya itu, mau ga mau sih, lembuuur begadang , berusaha

semaksimal mungkin ngorbanin waktu tidur.” (S1D3Q2)

Proses yang dilakukan oleh subjek dalam menghadapi tugas adalah

membuat planning terlebih dulu pada saat tugas tersebut dibagikan. Hal

tersebut dilakukan oleh subjek agar subjek sudah dapat mempertimbangkan

pembagian waktu yang akan digunakan untuk berorganisasi dan untuk

mengerjakan tugas:

“Biasanya sih dari awal udah ku planningin buat kapan ya bakal

ngerjain nih, misalkan dari hari kamis kira-kira aku ada kegiatan

apa , jumat kira-kira bakal ada kegiatan apa ya cari-cari waktu

kosong untuk ngerjain tugasnya.” (S1D3Q4)

Hambatan yang dialami subjek dalam mengerjakan tugas adalah waktu

yang terlalu sempit dan kondisi tubuh yang sudah lelah karena kegiatannya.

Dijelaskan dalam kalimat ini:

“ Biasanya sih, eeeee waktunya terlalu sempit jadi hambatannya

misalnya kegiatannya yang dilakuin lebih kearah lapangan

kan ya, jadi ya jelas cape fisik jadi udah waktunya mepet udah

gitu waktu waktunya istirahat seharusnya itu badannya juga

cape dan biasanya itu mengulur-ulur tugas dan biasanya ga

kegarap” (S1D3Q5)

14

Page 15: LAPORAN Sistem Kebut Semalam

4. Pandangan terhadap “Sistem Kebut Semalam”

Pandangan subjek terhadap SKS yang memberatkan dirinya adalah

ketika subjek memiliki kegiatan dalam organisasinya yang menguras banyak

tenaga fisik dan ketika pada saat yang sama tugas sudah mendekati deadline.

Penjelasan tersebut tercantum pada:

“Misalkan biasanya kebih menyesuaikan tugasnya jadi diawal

karena mungkin kalo organisasi relawan gitu kan jadwalnya

udah tetap ya jam-jam segini ya hari ini harus berangkat harus

ini harus kesini jadi tugasnya biasanya menyesuaikan karena

kan tugas kadang –kadang dapat tugas kadang-kadang ga dapet

tugas jadi kan misalkan lagi bentrok sama kegiatan apa lagi di

posko lagi di apa ya tugasnya disampingin dulu dinanti-nanti

dulu mencari waktu lain yang mungkin waktu lagi kosong

ibaratnya kaya gitu ya paling ya gini aja kaya sekarang gitu ,

kemarin-kemarin kan sibuk banget di palapsi sama di posko ya

baru bisa ngerjainnya malem ini tugasnya.” (S1D4Q5)

Subjek mengerjakan tugas dengan SKS tergolong cukup sering karena

kesibukannya dalam berorganisasi, hal ini terdapat dalam kutipan sebagai

berikut:

“Kalo SKS dibilang sering ya sering dibilang engga juga ya

engga tergantung tugas dan kegiatannya tadi . Soalnya kalo

misalnya sering biasanya tuh kalo misalkan organisasi

memang lagi banyak kegiatan, otomatis kan aku bilang

tugasnya fleksibel ya jadi menyesuaikan waktu kegiatan dan

biasanya SKS tuh gara-gara kegiatannya tuh banyak dan

waktunya bener-bener kesita kesana kondisi fisik juga kesita

kesana yang tadinya mau direncanain mau dikerjain hari ini,

15

Page 16: LAPORAN Sistem Kebut Semalam

terus badannya cape ga bisa dikerjain malam ini ya , jadinya

sehari sebelum dikumpulin.” (S1D4Q1)

Subjek tidak membenarkan apabila SKS adalah cara terbaik dalam

mengerjakan tugas, tapi kondisi yang menuntun untuk melakukan demikian,

ini dapat dilihat pada :

“Kalau dibilang setuju ya setuju engga ya engga soalnya aku

ngelakuin dua-duanya kadang emang dari awal melakukan

perancanaan melakukan tugas tapi kan biasanya perencaan

bisa gagal bisa engga , misalkan perecanaan itu gagal mau ga

mau tergantung penting atau engga tugasnya bakal ngelakuin

kebut semalem itu, kaya gini.” (S1D4Q2)

5. Efek yang ditimbulkan dari “Sistem Kebut Semalam”

Subjek mengakui bahwa siklus tidur subjek terganggu akibat

mengerjakan tugas dengan “Sistem Kebut Semalam”. Biasanya subjek

mengorbankan banyak waktu tidur untuk mengerjakan tugas yang diberikan.

Subjek hanya tidur 2-3 jam untuk mengerjakan tugas dengan “Sistem Kebut

Semalem” hal ini diakui dari pernyataan subjek :

“Heuh, jelas. Soalnya ya jam jam biasanya jam tidur jam 10

sampe jam 11 udah bisa tidur,bisa nyantai,bisa istirahat ya

misalkan tugas kaya gini tugas banyak banget ya, dikejar

semalem ya biasanya sih kalo ga ya ga tidur atau ya tidur

cuma 2 sampe 3 jam.” (S1D5Q1; S1D5Q2)

Pengerjaan tugas dengan menggunakan SKS bisa membuat fisik

subjek tidak fit dikemudian harinya. Akibat dari berkurangnya waktu istirahat.

Hal ini dijelaskan pada:

“ Jelas ya kalo misalkan besok pagi nih ada kuliah setengah

delapan, ibaratnya gitu, Cuma tidur dari subuh Cuma tidur 2

jam, ya jelas banget ngaruh soalnya aku kurang tidur pasti

16

Page 17: LAPORAN Sistem Kebut Semalam

dan aku ga bakal fokus nanti pada saat kuliahnya itu sih dan

selain itu misalkan emang besok banyak kegiatan yang bakal

dikerjain gue yakin misalnya selesai dari kegiatan itu bisa jadi

ngedrop fisiknya sakit atau segala macem itu.” (S1D5Q3)

Subjek mengatakan bahwa dengan SKS yang subjek lakukan

berdampak terhadap kegiatan yang harus subjek jalanin diesok harinya, hal ini

dapat dibuktikan dari pernyataan:

“Sangat sangat berdampak menurutku.” (S1D5Q4)

Perasaan yang dialami subjek ketika tugas terselesaikan adalah lega,

dapat dilihat dari kutipan berikut ini :

“ Ya lega banget sih maksudnya itukan dikerjainnya deng- udah

pake sistem gitu udah dilembur segala macem keliatan banget

kan mati-matiannya gimana ngerjain tugas , kalo tugasnya

udah selesai apalagi ee mudah-mudahan aja nilainya bagus ee

lega banget lah.“ (S1D5Q5)

IX. HASIL OBSERVASI

Observasi dilakukan selama subjek mengerjakan tugas yaitu tugas

laporan praktikum proyektif. Lama waktu observasi adalah 60 menit.

Pengerjakan tugas laporan praktikum ini oleh subjek dimulai pukul 21.30 –

22.30 WIB. Dari observasi yang dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut:

Dapat dilihat bahwa subjek menunjukkan perilaku Sistem Kebut

Semalam (SKS) dalam pengerjaan tugas mata kuliahnya. Subjek

menggunakan SKS dikarenakan dipenuhi oleh berbagai kesibukan sehingga

subjek suka menunda-nunda tugas yang harus dikerjakannya hingga waktu

yang deket dengan deadline. Karena observasi kali ini dilakukan dengan

metode event sampling, selama observasi dilakukan, observer hanya mencatat

perilaku subjek saja. Subjek menggunakan baju berwarna hitam polos dengan

celana jeans. Subjek duduk didepan laptop dengan posisi kaki menyila dan

17

Page 18: LAPORAN Sistem Kebut Semalam

posisi tubuh condong kedepan dan kepala subjek mendekati layar laptop. Pada

saat pengerjaan tugas, mata subjek lebih banyak fokus kepada laptop. Subjek

lebih banyak diam sembari mengerjakan tugas sambil merokok. Rokok yang

dihabiskan selama 1 jam berjumlah 4 batang. Disamping subjek terdapat

secangkir kopi panasdan hanya sekali diminum oleh subjek selama observasi.

Dari wajah subjek dapat diamati bahwa dahi subjek mengkerut dan kondisi

kedua mata subjek yang meredup sipit. Terkadang subjek melakukan senam

kepala. Selama observasi, subjek banyak terdiam dan menguap.

X. HASIL ANALISIS

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dengan observasi dan

wawancara didapatkan hasil yang sesuai antara perilaku dan ucapannya,

terdapat keselarasan antara observasi dan wawancara yang dilakukan. Tidak

ditemukan adanya faking.

Dari hasil observasi, subjek sedang melakukan SKS dikarenakan tugas

yang sedang dikerjakannya dikumpulkan esok hari. Subjek cenderung

melakukan SKS dikarenakan kebiasaan subjek menunda-nunda tugas

dikarenakan berbagai kesibukannya. Dalam pengerjaan tugas kali ini subjek

disibukkan di Palapsi dan Posko Relawan. Subjek terlihat duduk santai

sembari mengerjakan tugas. Subjek tidak mengeluarkan bahasa verbal apapun

tetapi lebih banyak gerakan non verbal seperti : mengerutkan dahi, melihat

jam, mneguap, garuk-garuk kepala, mengucek-ucek mata, berganti posisi

tubuh dan senam kepala.

Dari hasil wawancara mengenai subjek dengan SKS, respon subjek

saat mendapatkan tugas, subjek melakukan SKS karena mengesampingkan

tugas dan sibuk dilain hal, dan subjek merasa tugas harus menyesuaikan

dengan kegiatan. Subjek biasanya punya rencana untuk mengerjakan tugasnya

tetapi karena sering menunda-nunda akhirnya kondisi waktu dan keadaan

membuat subjek melakukan SKS. Motivasi subjek untuk melakukan tugas

18

13

Page 19: LAPORAN Sistem Kebut Semalam

hanya dikarenakan tidak ingin mengulang mata kuliahnya dan mendapatkan

nilai minimal B.Cara subjek mengerjakan tugas diwaktu yang mepet adalah

dengan lembur hingga pagi hari atau bahkan tidak tidur. Subjek tergolong

cukup sering melakukan SKS. Dikarenakan sering melakukan SKS, efek yang

ditimbulkan SKS itu sendiri adalah merubah pola tidur subjek dan kondisi

tubuh subjek dikeesokan harinya.

XI. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, dapat disimpulan :

Gaya hidup (lifestyle) dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang

memiliki karakteristik, kekhususan, dan tata cara dalam kehidupan suatu

masyarakat tertentu (Piliang, 2007). Mahasiswa sendiri merupakan kalangan

muda yang berumur antara 19 sampai 28 tahun. Sosok mahasiswa juga kental

dengan nuansa kedinamisan dan sikap kenyataan objektif, sistematik dan

rasional (Susantoro). Terdapat banyak gaya hidup dikalangan mahasiswa,

salah satunya adalah mengerjakan tugas dengan ”Sistem Kebut Semalam”.

Sistem Kebut Semalam” adalah suatu sistem dimana kita belajar atau

mengerjakan tugas semalam suntuk untuk ujian atau tugas hari besoknya

(Kamdhi, 2001). Telah ditemukan adanya perilaku ”Sistem Kebut Semalam”

dalam pengerjaan tugas subjek . Ini dapat dilihat dari cara dan proses subjek

dalam pengerjaan tugas, subjek positif melakukan ”Sistem Kebut Semalam”.

Mahasiswa yang melakukan SKS biasanya memulai perilakunya

dengan tujuan awal ingin melakukan tugasnya tepat waktu tetapi dikarena

banyak kegiatan dan hal lainnya seperti kegiatan yang menganggu, perilaku

tersebut terus berlanjut sehingga menjadi kebiasaan, sehingga sulit untuk

dihilangkan.

Motivasi yang digunakan dalam pengerjaan tugas hanya sekedar

mendapatkan nilai dengan cara yang sesederhana dan semudah mungkin.

19

Page 20: LAPORAN Sistem Kebut Semalam

“Sistem Kebut Semalam” tidak pernah lepas dari Prokrastinasi, antara lain

rendahnya kontrol diri (self control), self consciuous, rendahnya self esteem,

self efficacy, dan kecemasan sosial.

Mahasiswa yang telah terbiasa melakukan SKS, meskipun telah

mengetahui lebih banyak dampak negatif dari SKS, bahkan telah merasakan

sendiri dampak negatif tersebut pada dirinya, tetap saja mengerjakan tugas

dengan SKS. Kegiatan Organisasi yang cukup menyibukan merupakan faktor

yang memegang peranan penting subjek dalam hal pengerjaan ”Sistem Kebut

Semalam”.

Dikarenakan terbiasa menunda tugas subjek merasa SKS adalah opsi

terakhir yang mau ga mau harus dilakukan dalam pengerjaaan tugas. SKS

membawa dampak terhadap siklus tidur dan perubahan kondisi tubuh

dikesokkan harinya, tubuh terasa lelah dan kurangnya tidur mengganggu

kegiatan diesok harinya.

20