laporan scl demo ro

14
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Radiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan energi pengion dan bentuk energi lainnya (non-pengion) dalam bidang diagnostik dan terapi. Radiasi adalah proses dikeluarkannya energi radiasi dalam bentuk gelombang (partikel) atau proses kombinasi dari pengeluaran dan pancaran energi radiasi. Pemeriksaan radiografi adalah salah satu pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosis suatu penyakit gigi dan mulut. Pemeriksaan radiografi yang dapat dilakukan adalah teknik intraoral dan ekstraoral. Pada teknik intraoral yang dapat digunakan adalah teknik periapikal, oklusal, dan bite wing. Pada teknik ekstraoral yang dapat digunakan adalah chefalometri dan panoramik. Gambaran yang dihasilkan dalam radiografi dapat berupa radiolusen dan radioopak. Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fisika di Univeristas Wurzburg, Jerman, pertama kali menemukan sinar roentgen pada tahun 1895 sewaktu melakukan eksperimen dengan sinar katoda. Tidak lama kemudian setelah penemuan sinar roentgen ditemukanlah sinar yang disebut sinar X. Penemuan roentgen ini merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran karena ternyata dengan hasil penemuan itu dapat diperiksa bagian-bagian tubuh manusia yang sebelumnya tidak pernah dapat dicapai dengan cara- cara pemeriksaan konvensional.

Upload: ikramullah-mahmuddin

Post on 27-Oct-2015

28 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Laporan SCL Demo Roentgen

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Scl Demo Ro

BAB I

PENDAHULUAN

I.1.Latar Belakang

Radiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan energi pengion

dan bentuk energi lainnya (non-pengion) dalam bidang diagnostik dan terapi. Radiasi

adalah proses dikeluarkannya energi radiasi dalam bentuk gelombang (partikel) atau

proses kombinasi dari pengeluaran dan pancaran energi radiasi. Pemeriksaan

radiografi adalah salah satu pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan

diagnosis suatu penyakit gigi dan mulut. Pemeriksaan radiografi yang dapat

dilakukan adalah teknik intraoral dan ekstraoral. Pada teknik intraoral yang dapat

digunakan adalah teknik periapikal, oklusal, dan bite wing. Pada teknik ekstraoral

yang dapat digunakan adalah chefalometri dan panoramik. Gambaran yang

dihasilkan dalam radiografi dapat berupa radiolusen dan radioopak.

Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fisika di Univeristas Wurzburg, Jerman,

pertama kali menemukan sinar roentgen pada tahun 1895 sewaktu melakukan

eksperimen dengan sinar katoda. Tidak lama kemudian setelah penemuan sinar

roentgen ditemukanlah sinar yang disebut sinar X. Penemuan roentgen ini

merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran karena ternyata dengan hasil

penemuan itu dapat diperiksa bagian-bagian tubuh manusia yang sebelumnya tidak

pernah dapat dicapai dengan cara-cara pemeriksaan konvensional.

Radiologi mempunyai manfaat dalam berbagai bidang. Dalam bidang kedokteran

gigi, radiologi berperan sebagai penunjang dalam pemeriksaan klinis pada bidang

orthodontik, konservasi, pedodontik, oral surgery, bedah mulut, dll. Seorang dokter

gigi harus mampu menginterpretasi hasil radiografi sebaik mungkin. Interpretasi

merupakan suatu proses membaca hasil pemaparan sinar X berdasarkan

pengamatan tanpa melihat informasi lain dan berperan untuk membantu diagnosa

sehingga dapat membantu suatu diagnosa klinis.

Page 2: Laporan Scl Demo Ro

I.2. Tujuan

Laporan ini bertujuan sebagai pengenalan awal bagian radiologi Kedokteran Gigi kepada mahasiswa dan menginterpretasikan hasil demo roentgen yang telah dilakukan.

Page 3: Laporan Scl Demo Ro

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Sinar X

Sinar X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan

gelombang radio, panas, cahaya, dan sinar ultraviolet, tetapi dengan panjang

gelombang yang sangat pendek. Sinar X bersifat heterogen, panjang gelombang

bervariasi dan tidak terlihat. Sifat fisik sinar X, yaitu :

1. Daya tembus

Sinar X dapat menembus bahan, dengan daya tembus sangat besar dan

digunakan dalam radiografi. Makin tinggi tegangan tabung yang digunakan,

makin besar daya tembusnya. Makin rendah berat atom atau kepadatan suatu

benda, makin besar daya tembus sinarnya.

2. Pertebaran

Apabila berkas sinar X melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas

tersebut akan bertebaran ke segala jurusan, menimbulkan radiasi sekunder

(radiasi hambur) pada bahan/zat yang dilaluinya. Hal ini akan mengakibatkan

terjadinya gambar radiograf dan pada fillm akan tampak pengaburan kelabu

secara menyeluruh. Untuk mengurangi radiasi hambur ini, maka di antara

subjek dengan film rontgen diletakkan grid. Grid terdiri atas potongan-potongan

timah tipis yang letaknya sejajar, masing-masing dipisahkan oleh bahan tembus

sinar.

3. Penyerapan

Sinar X dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat atom

atau kepadatan bahan/zat tersebut. Makin tinggi kepadatan/berat molekulnya,

makin besar penyerapannya.

4. Efek fotografik

Page 4: Laporan Scl Demo Ro

Sinar X dapat menghitamkan emulsi film (emulsi perak-bromida) setelah

diproses secara kimiawi di kamar gelap.

5. Pendar flluor (fluoresensi)

Sinar X menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium-tungstat atau zink-

sulfida memendarkan cahaya (luminisensi), bila bahan tersebut dikenai radiasi

sinar X. Luminisensi ada dua jenis, yaitu :

Fluoresensi, yaitu akan memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi sinar X

saja.

Fosforisensi: pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saat

walaupun radiasi sinar X sudah dimatikan (after-glow).

6. Ionisasi

Efek primer sinar X apabila mengenai suatu bahan atau zat akan menimbulkan

ionisasi partikel-partikel bahan atau zat tersebut.

7. Efek biologi

Sinar X akan menimbulkan perubahan-perubahan biologik pada jaringan.

II.2. Pengaturan kamar gelap

Syarat-syarat kamar gelap, antara lain:

1. Ukuran harus memadai dan proporsional dengan kapasitas dan beban kerja.

2. Terlindung dari radiasi, sinar matahari, da bahan-bahan kimia lain selain larutan

untuk pengolahan foto.

3. Sirkulasi dan suhu udara yang baik sekitar 16 – 20 oC.

4. Air yang bersih.

5. Dinding dan lantai yang tahan keropos.

6. Kelengkapan alat-alat kamar gelap yang memadai.

7. Lampu kamar gelap (safe light) yang aman dan tidak bocor.

Kamar gelap terdiri atas:

a. Daerah basah meliputi bak yang berisi air yang mengair, tanki pembangkit

(developer), tanki penetap (fixer).

Page 5: Laporan Scl Demo Ro

b. Daerah kering meliputi lemari untuk menyimpan film sinar X, kaset-kaset,

penggantung film (film hanger), dll.

II.3. Teknik Kesejajaran (Teknik Paralleling)

Pada teknik ini posisi film di dalam mulut penderita terhadap sumbu panjang

gigi adalah sejajar dan arah sinar tegak lurus terhadap bidang film, jadi tegak lurus

juga dengan sumbu panjang gigi.

Keuntungan dari teknik kesejajaran ini adalah :

gambar yang dihasilkan jauh lebih baik

gambar yang dihasilkan lebih mendekati kebenaran ukurannya dibandingkan

dengan teknik bidang-bagi

jika dipergunakan untuk pembuatan rontgen gigi molar atas, maka tidak terjadi

super impose dengan tulang zygomaticus dan dasar dari sinus maxillaris

Kerugian dari teknik kesejajaran ini adalah susah meletakkan alat yang cukup

besar ukurannya, terutama pada anak-anak dengan ukuran mulut yang kecil dan

palatum yang dangkal. Teknik ini pelaksanaannya cukup sulit, akan tetapi apabila

sudah cukup berpengalaman maka teknik ini bisa dihasilkan kualitas gambar yang

cukup memuaskan.

Untuk membuat keadaan film sejajar dengan sumbu panjang dari gigi

diperlukan alat penolong. Alat ini dapat sederhana atau alat yang sudah dipakai,

yang sederhana misalnya dari cotton roll dan balok gigit yang dibuat khusus. Alat

yang sudah siap pakai misalnya stabe bite block, XCT dengan ring localizing, snap

aray, dan hemostat.

Kedudukan film di dalam mulut:

1. Untuk gigi depan, dari gigi insisivus sampai gigi caninus sumbu panjang dari

film diarahkan vertikal

Page 6: Laporan Scl Demo Ro

2. Untuk gigi belakang, dari gigi premolar sampai gigi molar ketiga sumbu panjang

dari film diarahkan horizontal

3. Posisi kepala yang perlu diperhatikan yaitu bidang vertikal tegak lurus pada

bidang horizontal. Bidang oklusal sejajar dengan bidang horizontal.

4. Indikator konus digunakan di dalam klinik.

Indikator konus ada tiga macam :

- Untuk gigi depan

- Untuk gigi belakang kanan bawah dan untuk gigi belakang kiri atas

- Untuk gigi belakang kiri bawah dan untuk gigi belakang kanan atas

Arah konus diarahkan sesuai dengan indikator konus.

II.4. Proses pencucian, pengolahan dan Roentgen

Film Roentgen yang sudah disinari (di dalam kaset) dibawa ke kamar gelap.

Film kemudian dikeluarkan dan digantung pada film hanger yang sesuai dengan

ukuran film. Mula-mula film dimasukkan ke dalam cairan pembangkit (developer),

lalu film dicelupkan dalam

bak berisi air (H2O) pembilas dengan tujuan untuk mencuci alkali yang melekat

pada film. Setelah itu film dimasukkan ke dalam cairan penetap (fixer). Guna cairan

penetap ini adalah untuk mengikat secara kimiawi butiran-butiran perak-bromida

yang tidak terkena radiasi dan melepaskannya dari film. Pencucian film terakhir

setelah dikeluarkan dari cairan penetap, dicuci dalam bak air yang mengalir supaya

emulsi yang melekat pada film menghilang. Pengeringan film dilakukan di dalam

kamar yang bebas debu, dapat dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dengan

kipas angina tau dryer atau alat pengering khusus.

II.5. Cairan Pembangkit (Developer)

Developer dapat berupa bubuk atau cairan. Di bagian bawah tangki pembangkit

ditaruh bubuk pembangkit lalu ditaruh cairannya kemudian diaduk. Film dicelupkan

selam rata-rata empat menit. Waktu pembangkit mempunyai pengaruh terhadap

kontras film. Waktu pembangkit pada suhu 20oC adalah :

Page 7: Laporan Scl Demo Ro

Untuk screen film : 4-6 menit

Untuk nonscreen film : 5-8 menit

Untuk dental film : 5 menit

II.6. Cairan Penetap (fixer)

Cairan penetap ini berbentuk garam. Amonium thiosulphate yang lebih pekat

daripada garam penetap untuk film biasa karena lapisan perak bromide film

Roentgen lebih tebal. Setalah film dicuci dengan air pembilas selama 10 menit, lalu

film dimasukkan kedalam tangki penetap (fixer) selama 10 menit.

II.7. Radiolusen dan Radioopak

Daya tembus sinar X berbeda-beda sesuai dengan benda yang dilaluinya.

Benda-benda yang mudah ditembus sinar X akan memberi bayangan hitam atau

radiolusen. Benda-benda yang sukar ditembus sinar X memberi bayangan putih

atau radioopak. Diantaranya terdapat bayangan perantara yaitu tidak terlalu hitam

atau radiolusen sedang (moderately radiolucent) dan tidak terlalu putih atau

radioopak sedang (moderately radioopaque). Diantara radiolusen sedang dan

radioopak sedang terdapat bayangan keputih-putihan atau intermediate.

Berdasarkan mudah atau tidaknya ditembus sinar X, maka bagian tubuh

dibedakan atas

1. Radiolusen (HItam):

Gas

Udara

2. Radiolusen sedang:

Jaringan lemak

3. Keputih-putihan :

Jaringan ikat

Otot

Darah

Kartilago

Page 8: Laporan Scl Demo Ro

Epitel

Batu kolestrol

Batu asam urat

4. Radioopak sedang

Tulang

kalsium

5. Radioopak (putih):

Logam-logam berat

Page 9: Laporan Scl Demo Ro

BAB III

METODE PRAKTIKUM

III.1. Alat dan Bahan

a. Larutan developer

b. Air

c. Larutan fixer

d. Holder film

e. Film hanger

f. Dryer

g. Baju apron

h. Dental X-Ray Unit

i. Film

III.2. Prosedur Kerja

a. Pasien dipersilahkan duduk di kursi dekat alat radiografi.

b. Operator memakaikan baju timah (apron) kepada pasien. Apron ini digunakan

untuk melindungi pasien terhadap radiasi sebar.

c. Operator menyiapkan film yang dimasukkan ke dalam holder yang sesuai

dengan bagian gigi yang akan diroentgen.

d. Holder yang telah dipasangi film kemudian digigitkan kepada pasien.

e. Posisi film yang diletakkan pada gigi posterior harus horizontal (landscape)

dan sejajar dengan sumbu panjang gigi.

f. Pasien diminta menggigit ringan holder yang telah diletakkan di dalam mulut.

g. Operator mengatur cup sesuai dengan letak holder yang telah digigitkan

kepada pasien.

h. Operator berdiri di daerah yang aman atau dianggap aman dari jangkauan

sinar X, kemudian melakukan eksposi untuk menembakkan sinar kepada

pasien.

Page 10: Laporan Scl Demo Ro

i. Setalah dilakukan eksposi, operator mengeluarkan holder dari mulut pasien.

j. Operator megambil film pada holder kemudian dilakukan pencucian dalam

kamar gelap.

k. Pencucian dilakukan dalam tiga larutan, larutan pertama (developer), kedua

air, dan ketiga larutan fixer.

l. Setelah gambar pada film tampak, dilakukan pencucian dan pengeringan pada

film.

m. Film diletakkan di atas meja dengan cahaya di bawahnya dan siap untuk

diamati.

Page 11: Laporan Scl Demo Ro

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah dilakukan roentgen gigi pada pasien, diperoleh hasil radiografi seperti tampak pada gambar di bawah ini :

Pada gambar, tampak gigi permanen premolar kedua kiri, molar pertama kiri, dan molar kedua kiri yang normal tanpa adanya tanda kelainan. Akan tetapi, pada bagian permukaan gigi molar pertama terlihat gambar yang tampak radioopak dibandingkan dengan jaringan gigi di sekitarnya. Hal ini disebabkan karena sinar X tidak dapat menembus daerah tersebut. Daerah ini mempunyai struktur yang lebih padat dari jaringan sebelumnya sehingga daerah ini tidak dapat ditembus oleh sinar X. Kemungkinan daerah ini tampak radioopak disebabkan adanya tambalan pada gigi molar pertama permanen tersebut.

Page 12: Laporan Scl Demo Ro

BAB V

KESIMPULAN

Teknik periapikal merupakan salah satu teknik intraoral yang digunakan untuk

melihat keseluruhan mahkota dan akar gigi dan tulang pendukungnya. Dalam teknik ini

hasil foto roentgen gigi maksimal akan menampakkan empat gambar gigi Salah satu

teknik periapikal ialah teknik paralleling. Teknik paralleling ini lebih mudah dalam

penggunaannya dan menghasilkan foto roentgen yang lebih akurat. Berdasarkan hasil

pengamatan radiografi, terlihat gambaran radioopak dan radiolusen. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa tidak ada kelainan pada gigi, tetapi nampak restorasi amalgam

yang lebih radioopak dibandingkan dengan jaringan di sekitarnya. Hal ini diakibatkan

karena struktur dari logam yang lebih padat dibandingkan dengan struktur gigi maupun

tulang.