laporan resmi

98
1 LAPORAN RESMI PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH TANAH VERTISOL Di susun oleh : 1. Arif Nor Fauzi 2. Esti Sulandari 3. Fadlulloh 4. Gilang Ramadani 5. Restu Apriyanty 6. Muhamad Yunus : : : : : : 11011004 11011014 11011031 11011015 11011012 11011024 LABORATORIUM DASAR ILMU TANAH PROGARAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS AGROINDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA 2012

Upload: arif-nor-fauzi

Post on 27-May-2015

1.100 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan resmi

1

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH

TANAH VERTISOL

Di susun oleh :

1. 1. Arif Nor Fauzi

2. 2. Esti Sulandari

3. 3. Fadlulloh

4. 4. Gilang Ramadani

5. 5. Restu Apriyanty

6. 6. Muhamad Yunus

7.

:

:

:

:

:

:

11011004

11011014

11011031

11011015

11011012

11011024

LABORATORIUM DASAR ILMU TANAH

PROGARAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS AGROINDUSTRI

UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

2012

Page 2: Laporan resmi

2

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini telah di terima sebagai salah satu persyaratan yang diperlukan

untuk mengikuti ujian mata kuliah DASAR ILMU TANAH Fakultas Agroindustri

Universitas Mercu Buana Yogyakarta,Tahun akademik 2012/2013

Mengetahui Yogyakarta, 24 Juli 2012

Asisten Pembimbing Penyusun

Page 3: Laporan resmi

3

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan rahmat dan Taufiq-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan

praktikum dan pembuatan laporan ini sebagai syarat mengikuti kuliah Dasar Ilmu

Tanah.

Laporan ini kami susun sebagai hasil analisis yang kami lakukan di

Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Agroindustri Universitas Mercu Buana

Yogyakarta. Hasil analisis ini kami susun dalam bentuk laporan tertulis.

Pada kesempatan ini pula kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ir. Warmanti Mildaryani, m.p, selaku Dosen Dasar Ilmu Tanah

2. Semua asisten, selaku asisten praktikum yang telah banyak membantu kelancaran

jalannya praktikum.

3. Staf Laboratorium Dasar Ilmu tanah Fakultas Agroindustri Universitas Mercu

Buana Yogyakarta.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna,untuk itu kami

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca supaya bertambah sempurna dalam

penyusunan laporan yang akan datang.

Yogyakarta , 24 Juli 2012

Penyusun

Page 4: Laporan resmi

4

DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………………………………………

Halaman Pengesahan……………………………………………………………….

Kata Pengantar ...........................................................................................................

Daftar Isi.....................................................................................................................

BAB I. Pendahuluan…………………………………………………………..…01

A. Latar belakang……………………………………………………………01

B. Tujuan…………………………………………………………………….0

9

BAB II.Dasar Teori………………………………………………………………11

A. Pengambilan Contoh Tanah……………………………………………...11

B. Profil tanah……………………………………………………………….12

C. Kadar lengas tanah……………………………………………………….19

D. Bahan organik tanah……………………………………………………...21

E. Kadar kapur ekuivalen…………………………………………………...21

F. Tekstur tanah……………………………………………………………..22

G. Struktur tanah………………………………………………………….....26

H. PH Tanah…………………………………………………………………32

BAB III. Pelaksanaan Praktikum………………………………………………...35

3.1. Profil tanah dan pengambilan contoh tanah…………………………35

3.1.1. Bahan dan alat……………………………………………..35

3.1.2.Cara Kerja………………………………………………….36

3.2. Penetapan Kadar lengas……………………………………………..38

3.2.1. Bahan dan alat…………………………………………….39

3.2.2. Cara Kerja…………………………………………………39

3.3. Penetapan Kadar Bahan Organik (BO)……………………………..40

3.3.1. Bahan dan alat…………………………………………….40

3.3.2. Cara Kerja…………………………………………………41

Page 5: Laporan resmi

5

3.4. Penetapan Tekstur …………………………………………………..45

3.4.1. Bahan dan alat……………………………………………..45

3.4.2. Cara Kerja…………………………………………………46

3.5. Penetapan struktur…………………………………………………..51

3.5.1. Bahan dan alat…………………………………………….51

3.5.2. Cara Kerja…………………………………………………52

3.6. Penetapan pH Tanah………………………………………………...55

3.6.1. Bahan dan alat…………………………………………….56

3.6.2. Cara Kerja…………………………………………………56

BAB IV. Hasil dan Pembahasan…………………………………………………57

BAB V. KESIMPULAN…………………………………………………………87

BAB VI. DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………92

Lampiran. ……………………………………………………………..93

Page 6: Laporan resmi

6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia yang hidup di permukaan bumi ini sangat bergantung pada tanah.

Tanah besar sekali manfaatnya bagi pertumbuhan dan perkembangan serta

kehidupan di dunia, termasuk kehidupan manusia dan berbagai kehidupan yang

menunjang kehidupan manusia. Namun, kerap kali manusia melupakan akan arti

pentingnya tanah bagi kelangsungan hidup manusia. Kurangnya perhatian

manusia pada tanah ini, mungkin disebabkan karena pengertian dan pandangan

manusia yang berlainan tentang hasil utama alam ini. Maka agar kita lebih dapat

mempelajari tanah, kita harus mempunyai perngertian yang sama tentang tanah.

Dalam pertanian, tanah diartikan lebih khusus yaitu sebagai media

tumbuhnya tanaman darat. Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur

dengan sisa-sisa bahan organik dan organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup

di atasnya atau di dalamnya. Selain itu di dalam tanah terdapat pula udara atau

air.

Dalam definisi ilmiahnya tanah adalah kumpulan dari benda alam di

permukaan bumi yang tersusun dari horizon-horizon terdiri dari campuran bahan

mineral, bahan organik, air dan udara yang merupakan media untuk tumbuhnya

tanaman.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembentukan

tanah. Tetapi hanya lima faktor yang dianggap paling penting yaitu iklim,

organisme, bahan induk, topografi, dan waktu.

Guna mengetahui beberapa sifat tanah, maka dilakukannya praktikum

Dasar-dasar ilmu tanah yang mencakup acara Pemgambilan contoh tanah,Profil

tanah,kadar lenggas tanah,bahan organik organik,kadar kapur ekuivalen atau

setara,tekstur ,struktur, dan penetapan pH tanah.

Page 7: Laporan resmi

7

1.Profil Tanah Dan Contoh Pengambilan Tanah

Tanah adalah benda alam yang mempunyai tiga dimensi ruang yaitu

panjang, lebar, dan kedalaman. Setiap tanah mempunyai sifat-sifat yang khas (sets

of characteristic) yang merupakan hasil kerja faktor-faktor pembentuk tanah.

Akibat bekerjanya faktor-faktor pembentuk tanah ini, maka setiap jenis tanah akan

menampakkan profil yang berbeda. Ciri-ciri morfologi suatu tanah sangat berguna

untuk mengetahui jenis-jenis tanah dan tingkat kesuburan tanahnya. Tindakan

budidaya tanaman akan lebih tepat, bila didasarkan pada sifat morfologi tersebut.

Pengamatan profil meliputi (1) pengamatan dalam profil itu sendiri dan

(2) pengamatan faktor sekeliling yang mempengaruhi proses pembentukan tanah.

Termasuk faktor sekeliling antara lain : vegetasi, kedalaman air tanah, topografi,

usaha tani, ada tidaknya faktor penghambat seperti bahaya banjir, erosi, salinitas

keadaan berbatu dan sebagainya.

Untuk mengenal sustu jenis tanah, dilakukan praktikum pengenalan profil

di lapang. Profil tanah yang akan diamati ciri-cirinya harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut : (1) masih alami, (2) vertikal dan (3) bidang pengamatan profil

tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung.

Profil tanah merupakan penampang tegak tanah yang memperlihatkan

berbagai lapisan tanah. Pengamatan profil sangat penting dalam mempelajari

sifat-sifat tanah secara cepat dilapangan, terutama yang berkaitan dengan genetis

dan klasifikasi tanah. Sidik cepat beberapa sifat fisik, kimia dan biologi tanah juga

biasanya dilakukan dengan bersamaan dan merupakan bagian pengamatan profil

tanah. Evaluasi terhadap sifat-sifat tanah ini kemudian dilanjutkan secara lebih

rinci di laboratorium dengan menggunakan contoh tanah.

Contoh tanah dibedakan atas beberapa macam tergantung pada tujuan dan

cara pengambilan. Bila contoh tanah diambil pada setiap lapisan untuk

mempelajari perkembangan profil menetapkan jenis tanah maka disebut “contoh

tanah satelit”. Contoh tanah yang diambil dari beberapa tempat dan digabung

untuk menilai tingkat kesuburan tanah disebut “contoh tanah komposit”.

Pengambilan contoh tanah secara komposit dapat menghemat biaya analisis bila

dibandingkan dengan pengambilan secara individu ( Peterson dan calvin, 1986 ).

Page 8: Laporan resmi

8

Adalagi contoh tanah yang diambil dengan pengambilan sampel (care) dan

disebut dengan contoh tanah utuh, yang biasanya digunakan untuk menetapkan

sifat tanah disebut contoh tanah utuh karena strukturnya asli seperti apa adanya di

lapangan sedangkan contoh tanah yang sebagian atau seluruh strukturnya telah

rusak disebut contoh tanah terganggu.

2. Kadar Lengas

Tanah merupakan tubuh alam yang tersusun atas mineral, bahan

organik,air, dan gas yang dicirikan dengan adanya horizon atau lapisan-lapisan

yang dapat d i b e d a k a n d a r i m a t e r i a l a w a l s e b a g a i h a s i l

p e n a m b a h a n , p e n g h i l a n g a n , pemindahan, dan t ransfo rmas i

energi dan mater ia l a tau kemampuan untuk mendukung perakaran

tanaman di lingkungan yang alami.Tanaman memerlukan media untuk

tumbuh, t anah merupakan media utama tempat tumbuh tanaman. Untuk

dapat tumbuh dengan baik, kebutuhan air dan mineral yang tersedia pada

tanah harus sesuai dengan kebutuhan tanamantersebut . Kebutuhan a i r

pada t anaman, da l am tanah t e rs impan dal am bentuk lengas.

Berdasarkan hal ini , perlu dilakukan perhitungan kadar lengas

dalam tanah pada berbagai macan jenis tanah agar dapat diketahui

macam tanah yang baik untuk digunakan sebagai lahan pertanian.

3. Kadar Bahan Organik

Kita membutuhkan tanah sebagai sumber kehidupan dan sebagai media

tumbuhnya tanaman. Sebagai media tumbuhnya media tanaman tanah harus dapat

menyediakan unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh. Salah satu

faktor yang harus ada adalah bahan organik tanah.

Bahan organik tanah merupakan timbunan binatang dan jasad renik yang

sebagian telah mengalami perombakan. Bahan organik ini biasanya berwarna

cokelat dan bersifat koloid yang dikenal dengan humus. Humus terdiri dari bahan

organik halus yang berasal dari hancuran bahan organik kasar serta senyawa-

senyawa baru yang dibentuk dari hancuran bahan organik tersebut melalaui suatu

Page 9: Laporan resmi

9

kegiatan mikroorganisme di dalam tanah. Humus merupakan senyawa yang

resisten berwarna hitam / cokelat dan mempunyai daya menahan air dan unsur

hara yang tinggi.

Tanah yang mengandung banyak humus atau mengandung banyak bahan

organik adalah tanah-tanah lapisan atas atau tanah-tanah top soil. Bahan organik

tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yaitu sebagai granulator yang

berfungsi memperbaiki struktur tanah, penyediaan unsur hara dan sebagainya.

Yang mana nantinya akan mempengaruhi seberapa jauh tanaman memberikan

hasil produktifitas yang tinggi.

Berdasarkan hal inilah, maka dipandang penting untuk melaksanakan

praktikum bahan organik tanah.

4.Kadar Kapur Ekuivalen

Kapur dalam tanah memiliki asosiasi dengan keberadaan kalsium dan

magnesium tanah. Hal ini wajar, karena keberadaan kedua unsur tersebut sering

ditemukan berasosiasi dengan karbonat. Secara umum pemberian kapur ke tanah

dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah serta kegiatan jasad renik tanah.

Bila ditinjau dari sudut kimia, maka tujuan pengapuran adalah menetralkan

kemasaman tanah. Perlu diketahui bahwa tanah yang memiliki kandungan kapur

yang tinggi, belum tentu tanah tersebut juga memiliki tingkat kesuburan yang

tinggi. bisa terjadi suatu kapur itu menjadi racun karena kapur akan menyerap

unsur hara dari dalam tanah, dimana unsur hara tersebut dibutuhkan tanaman

untuk pertumbuhannya.

Perbedaan kadar kapur pada berbagai jenis tanah dipengaruhi oleh

beberapa faktor, antara lain komposisi bahan induk dan iklim. Kedua faktor ini

berhubungan dengan kadar lengas tanah, terbentuknya lapisan-lapisan tanah, dan

tipe vegetasi. Faktor-faktor ini merupakan komponen dalam perkembangan tanah.

Pada umumnya batuan kapur/ kwarstik lebih tahan terhadap perkembangan tanah.

Pelarutan dan kehilangan karbonat diperlukan sebagai pendorong dalam

pembentukan tanah pada batuan berkapur. Garam-garam yang mudah larut

(seperti Na, K, Ca, Mg-Klorida dan sulfat, NaCO3) dan garam alkali yang agak

Page 10: Laporan resmi

10

mudah larut ( Ca, Mg ) memiliki karbonat yang akan berpindah bersama air, dan

bergantung besarnya air yang dapat mencapai kedalaman tanah tertentu. Hal ini

dapat menyebabkan terjadinya pengayaan garam/ kapur pada horison tertentu dan

besarnya sangat bervariasi. Karena terdapat perbedaan kelarutan dan mobilitas

tersebut maka yang terendapkan lebih dahulu adalah karbonat. Pada kondisi yang

ekstrem kerak garam dan kapur dapat terbentuk di permukaan tanah. Dari sini

menunjukan bahwa kadar kapur tanah dapat berbeda-beda.

Berdasarkan uraian diatas maka praktikum kadar kapur ekuivalen/setara

pada tanah untuk mengetahui seberapa besar kandungan kadar kapur dalam tanah.

5.Tekstur Tanah

Sifat fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan

sesuai dengan kemampuan yang dibebankan kepadanya. Kemampuan untuk

menjadi lebih keras dan menyangga kapasitas drainase, menyimpan air,

plastisitas, mudah untuk ditembus akar, aerase dan kemampuan untuk menahan

retensi unsur-unsur hara tanaman. Semuanya erat hubungannya dengan kondisi

fisik tanah. Salah satu sifat fisik tanah yang terpenting adalah tekstur tanah. .

Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena

terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang

terkandung pada tanah (Badan Pertanahan Nasional). dari ketiga jenis fraksi

tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 - 0.05

mm, debu dengan ukuran 0.05 - 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm

(penggolongan berdasarkan USDA). keadaan tekstur tanah sangat berpengaruh

terhadap keadaan sifat-sifat tanah yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas

tanah, porositas dan lain-lain (Anonim I, 2009).

Butir-butir yang paling kecil adalah butir liat, diikuti oleh butir debu (silt),

pasir, dan kerikil. Selain itu, ada juga tanah yang terdiri dari batu-batu. Tekstur

tanah dikatakan baik apabila komposisi antara pasir, debu dan liatnya hampir

seimbang. Tanah seperti ini disebut tanah lempung. Semakin halus butir-butir

tanah (semakin banyak butir liatnya), maka semakin kuat tanah tersebut

memegang air dan unsur hara. Tanah yang kandungan liatnya terlalu tinggi akan

Page 11: Laporan resmi

11

sulit diolah, apalagi bila tanah tersebut basah maka akan menjadi lengket. Tanah

jenis ini akan sulit melewatkan air sehingga bila tanahnya datar akan cenderung

tergenang dan pada tanah berlereng erosinya akan tinggi. Tanah dengan butir-butir

yang terlalu kasar (pasir) tidak dapat menahan air dan unsur hara. Dengan

demikian tanaman yang tumbuh pada tanah jenis ini mudah mengalami

kekeringan dan kekurangan hara.

Dalam klasifikasi tanah (taksonomi tanah) tingkat famili, kasar halusnya

tanah ditunjukkan dalam sebaran besar butir (particle size distribution) yang

merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah dengan memperhatikan pula

fraksi tanah yang lebih besar / kasar dari pasar.

Berdasarkan uraian diatas maka praktikum penetapan tekstur tanah perlu

diadakan untuk mengetahui jenis tekstur tanah pada lapisan I, II, dan III pada

tanah Vertisol.

6.Struktur Tanah

Tanah memiliki beberapa sifat-sifat fisik. Salah satunya adalah struktur

tanah. Struktur tanah merupakan salah satu sifat morfologi tanah yang dapat

diamati secara langsung. Morfologi tanah adalah deskripsi tubuh tanah yang

menunjukkan kenampakan-kenampakan, ciri-ciri dan sifat-sifat umum dalam

suatu profil tanah.

Ciri-ciri morfologi tanah merupakan petunjuk dari proses-proses yang

pernah dialami sesuatu jenis tanah selama pelapukan, pembentukan dan

perkembangannya. Perbedaan faktor-faktor pembentuk tanah, akan meninggalkan

ciri dan sifat tanah yang berbeda pula pada suatu profil tanah.

Struktur tanah adalah susunan butir-butir primer tanah dan agregat-agregat

primer tanah secara alami menjadi bentuk tertentu yang dibatasi oleh bidang-

bidang yang disebut agregat. Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang

menggambarkan susunan ruangan partikel-partikel tanah yang bergabung satu

dengan yang lain membentuk agregat dari hasil proses pedogenesis. Struktur

tanah berhubungan dengan cara di mana, partikel pasir, debu dan liat relatif

disusun satu sama lain.

Page 12: Laporan resmi

12

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukanlah praktikum struktur tanah

yang akan menganalisis bentuk, ukuran, perkembangan struktur tanah dan juga

kemantapan tanah.

8.Konsistensi Dengan Angka Atterberg

Ringan beratnya suatu tanah bukan saja berhuungan dengan mudah

tidahnya tanah diolah, namun juga berhubungan dengan gaya menahan air tanah,

infiltrasi, dan perkolasi.

Untuk menghindari faktor subyektif dalam mengklasifikasikan tanah berat

atau ringan, dipakai standar angka.

Atterberg menggunakan angka-angka konsistensi anah. Angka-angka ini

penting dalam menentukan tindakan pengolaha tanah., karena pengolahan tanah

akan sulit dilakukan kalau tanah terlalu kering ataupun terlalu basah.

Batas-batas konsistensinya antara lain :

1. Batas cair (liquid limit)

Batas cair adalah kadar air tanah, dimana diatas itu tanah akan mulai

melumpur apabila diaduk. Batas plastis adalah kadar air, dimana tanah akan

mulai menimbulkan tanda tanda remah dengan pembuatan pengeeilintiran dengan

diameter 3 mm.

Kandungan air diantara plastis dan batas cair disebut indeks plastisitas,

yang penting dalam pengolahan tanah. Apabila pengolahan tanah dilakukan pada

kandungan air dibawah batas plastis maka tanah akan bergumpal dan pecah.

Sebaliknya bila diolah diatas batas cair maka tanah akan bersifat seperti benda

cair.

2. Batas plastis (plastic limit)

Batas plastis adalah besar kadar air dimana tanah apabila digulung sampai

diameter 3.2 mm tanah akan retak-reatak.

3. Batas susut (shrinkage limit)

Batas susut adalah kadar air dimana tanah akan mengalir akibat berat sendiri.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap rendah dan tingginya indeks

plastisitas (Angka Atterberg) antara lain :

Page 13: Laporan resmi

13

1. Komposisi butiran dari tanah.

Karena partikel liat dikelilingi oleh lapisan rangkap, yang terutama terdiri

dari air, maka dengan mudah saling bergerak. Hal ini berlawanan dengan partikel

pasir, tidak berkaitan satu dengan lainnya.

2. Pada kenyataan tipe mineral tanah juga penting.

Tanah Kaolinit akan menjadi plastis pada kair yang rendah disbanding

dengan montmorilonit.

3. Bentuk partikel.

Oleh karena liat terdiri dari lempeng-lempeng (laminer) yang dapat

berdekatan satu sama lain pada pengeringan, maka liat dapat berpengaruh

terhadap tenaga adhesi yang tinggi.berbeda dengan butiran pasir dengan bentuk

bentuk bundar dan tajam, tidak perperan yang penting.

4. Dengan adanya bahan organic, maka kadar air baik pada batas cair maupun

batas plastis terendah menjadi meningkat. Pada pengujian di laboratorium,

menggunakan batas-batas untuk mencirikan berat ringannya tanah yaitu Batas

Cair (Batas Mengalir = Liquid limit = BC), Batas Lekat (BL), Batas Gulung (BG)

dan Batas Berubah Warna (BBW).

9.Penetapan pH Tanah

Penetapan reaksi tanah (pH) tertentu yang terukur pada tanah ditentukan

oleh seperangkat faktor kimia tertentu. Oleh karena itu, penentuan pH tanah

adalah salah satu uji yang paling penting yang dapat digunakan untuk

mendiagnosa masalah pertumbuhan tanaman. Reaksi tanah atau pH tanah

menggambarkan status kimia tanah yang menunjukkan konsentrasi ion H+ dalam

larutan. Bila konsentrasi ion H+ bertambah maka pH turun, sebaliknya bila

konsentrasi ion H+ berkurang daan ion OH- bertambah, pH akan naik, status kimia

tanah mempengaruhi proses biologi seperti pertumbuhan tanaman.

Reaksi tanah menunjukkan kemasaman atau alkalinits tanah yang

dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion

hidrogen (H) dalam tanah. Nilai pH tanah sebenarnya dipengaruhi oleh sifat

Page 14: Laporan resmi

14

dan ciri tanah yang komplit sekali, yang diantaranya adalah kejenuhan basa,

sifat isel dan macam kation yang diserap.

Reaksi tanah yang dapat dikategorikan menjadi tiga belas yaitu: masam,

netral, dan basa. Tanah pertanian yang masam jauh lebih luas masalahnya dari

pada tanah yang memiliki sifat alkalinitas. Tanah masam terjadi akibat tingkat

pelapukan yang lanjut dan curah hujan yang tinggi serta akibat bahan induk

yang masam pada tanah podsolik yang banyak terdapat di Indonesia,

mempunyai aspek kesuburan keracunan ion-ion terutama keracunan H+.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu untuk mengetahui gambaran

mengenai tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman, maka diperlukan

adanya pengetahuan tentang pH suatu tanah.

B. Tujuan Praktikum

Dari berbagai analisis dan pengamatan yang dilakukan di laboratorium

dasar ilmu tanah, mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Pengambilan contoh tanah, betujuan untuk mengetahui bagaimana carapengambilan contoh tanah dan untuk mengetahui perbedaan pengambilancontoh tanah yang disesuaikan dengan sifat-sifat tanah yang akan disidik.

2. Tujuan praktikum morfologi tanah adalah:Mengenal dan mengamati

bentuk profil tanah dan Menggambar suatu profil tanah.

3. Kadar lengas tanah, bertujuan untuk menetapkan kadar lengas contoh

tanah.

4. Kadar bahan Organik, bertujuan untuk menetapkan kadar bahan organik

tanah dan karbon.

5. Kadar kapur setara tanah, mempunyai tujuan untuk menetapkan kadar

CaCo3 secara tepat.

6. Tekstur tanah, bertujuan untuk menetapkan agihan zarah tanah [lembung,

debu, dan pasir] dan kelas tekstur tanah dengan segi tika tekstur USDA,

dan juga untuk menetapkan agihan [lempung dan debu] secara aktual.

7. Struktur tanah, bertujuan untuk menetapkan butir [BD] tanah, menetapkan

kerapatan massa [BV] tanah, menghitung porositas total [n] tanah, dan

menghitung nilai perbandingan dipersi [NPD] tanah.

Page 15: Laporan resmi

15

8. Konsistensi tanah, bertujuan untuk menetapkan batas Cair [BC] tanah,

menetapkan Batas lekat [BL] tanah, menetapkan batas gulung [BG] tanah,

menetapkan batas berubah warna [BBW] tanah, menghitung jangka Olah

[JO] tanah, menghitung Indeks plastisitas [IP] tanah, dan menghitung

persediaan air maksimum [PAM] dalam t

9. Penetapan pH tanah ini ,bertujuan : menentukan pH tanah pada sampel

tanah yang digunakan praktikum sebelumnya dengan perbandingan

tertentu

Page 16: Laporan resmi

16

BAB II

DASAR TEORI

PENGAMBILAN CONTOH TANAH

Contoh tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu

bagian tubuh tanah (horizon/ lapisan/ solum) dengan cara-cara tertentu

disesuaikan dengan sifat-sifat yang akan diteliti. Sifat-sifat fisika tanah, dapat kita

analisis melalui dua aspek, yaitu dispersi dan fraksinasi.

( Agus, Cahyono. 1998 ).

Contoh tanah adalah suatu volum massa tanah yang diambil dari suatu

bagian tubuh tanah (horizon/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu disesuaikan

dengan sifat-sifat yang akan diteliti secara lebih detail di laboratorium (Agus

et.al,2008).

Pengambilan contoh tanah dapat dilakukan dengan 2 teknik dasar yaitu

pengambilan contoh tanah secara utuh/tak terusik dan pengambilan contoh tanah

tak utuh atau terusik (Agus et.al,2008).

Fraksinasi adalah penganalisisan sifat-sifat fisika tanah dengan cara

memisahkan butir-butir primer tanah tersebut. Untuk mencari dan atau

mengetahui sifat fisik tanah, kita dapat menggunakan pengambilan contoh tanah

dengan tiga cara, yaitu : tidak terusik,terusik,agregat tidak

terusik(Soegiman,1982)

Untuk mencari dan atau mengetahui sifat fisik tanah, kita dapat

menggunakan pengambilan contoh tanah dengan tiga cara, yaitu :

- Contoh tanah tidak terusik, yang diperlukan untuk analisis penetapan berat isi

atau berat volume, agihan ukuran pori, dan untuk permeabilitas

- Contoh tanah terusik, yang diperlukan untuk penetapan kadar lengas, tekstur,

tetapan atterberg, kenaikan kapiler, sudut singgung, kadar lengas kritik, indeks

patahan, konduktivitas hidroulik tak jenuh, luas permukaan, erodibilitas tanah

menggunakan hujan tiruan.

Page 17: Laporan resmi

17

- Contoh tanah dalam keadaan agregat tidak terusik, yang diperlukan untuk

penetapan agihan ukuran agregrat dan derajad kemantapan agregrat.

Contoh tanah tak terusik diperlukan untuk analisis penetapan berat jenis atau berat

volum,agihan ukuran pori dan permeabilitas (Agus et.al,2008).

Contoh tanah terusik diperlukan untuk penetapan kadar lengas, tekstur,

tetapan Atterberg, kenaikan kapiler, sudut singgung, kadar lengas kritik, indeks

patahan, konduktifitas hidroulik tak jenuh, luas permukaan, erodibilitas tanah

menggunakan hujan tiruan (Agus et.al,2008).

MORFOLOGI TANAH

1.Profil Tanah

Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat

dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan

kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan keadaan tanah dan keperluan

penelitian. Tekanan pori diukur relative terhadap tekanan atmosfer dianamakan

muka air tanah. Tanah yang diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya tidak

demikian karena ada rongga-rongga udara (Pasaribu, 2007).

Horizon Tanah adalah tanah terdiri dari lapisan berbeda horisontal, pada

lapisan yang disebut horizons. Mereka mulai dari kaya, organik lapisan atas

(humus dan tanah) ke lapisan yang rocky (lapisan tanah sebelah bawah, dan

regolith bedrock) (Anonim1, 2011).Horizon dan lapisan terbagi sesuai dengan

(Anonim2, 2011):

1. Horizon organik : horizon organik dari tanah mineral

a. Terbentuk pada bagian atas tanah mineral

b. Terdiri atas oleh bahan-bahan 30% jika berfrasi lempung.organik

segar/terurai sebagian 50%.

c. Berkadar BO 20% jika berfraksi bukan lempung

· O1 : horizon organik yang sebagian besar bagian-bagiannya masih jelas

menampakkan bentukasli.

· O2 : horizon organik yang sudah tidak tersidik bentuk asli asalnya.

Page 18: Laporan resmi

18

2. Horizon mineral yang terdiri atas:

a. Horizon pengumpulan b.o yang terbentuk dekat permukaan

b. Lap yang telah kehilangan lempung, besi atau aluminium yang mengakibatkan

pengumpulan kwarsa atau mineral

c. Horizon yang dirajai (a) atau (b) tapi memperlihatkan sifat ke horison B

atau C dibawahnya.

A1 : terbentuk/sedang terbentuk pada/dekat muka tanah dengan penimbunan b.o.

Terhumofikasi yang berhubungan dengan fraksi mineralnya.

A2 : berciri pokok hilangnya lempung, besi atau aluminium sehingga terjadi

pemekatan residuil kwarsa.

A3 : horizon peralihan antara A dan B dan dirajai oleh sifat-sifat khas A1dan A2

yang menumpanginya, tapi mempunyai beberapa sifat tambahan dari horizon B di

bawahnya. AB : peralihan antara A dan B, yang bagian atas berciri utama sifat-

sifat A, dan bagian bawah seperti horizon B. Biasanya karena terlalu tipis, bila

tebal harus dipisahkan.

Keduanya tidak bisa dipisahkan menjadi A3 dan B1

* Ciri-ciri Utamanya

a. Pemekatan illuvial lempung silikat, besi, Al/humus baik sendiri-sendiri

maupun kombinasi.

b. Pemekatan residuil seskudesido atau lempung silikat dengan

pelarutan/penghilangan karbonat-karbonat/garam-garam mudah larut.

c. Terjadi pelarutan seskuidesida sehingga berwarna lebih tua, cemerlang atau

lebih merah tapi tak ada iluviasi besi.

d. Perobahan bahan dari keadaan aslinya yang mengaburkan struktur batuan

asli, yang membentuk lempung-lempung silikat, membebaskan desida-desida

atau keduanya dan membentuk struktur granuler, gumpal atau prismatik.

Menurut Hanafiah (2007), berdasarkan pembentukannya, bebatuan ini

dikelompokkan menjadi 3 golongan yaitu:

1. Batuan beku (igneous rock) yang merupakan bebatuan yang terbentuk dari

proses solidifikasi (pembekuan) magma cair. Apabila proses pembentukannya

Page 19: Laporan resmi

19

terjadi jauh dibawah tanah, maka bebatuan yang terbentuk disebut plutonik

(batuan dalam), disebut intrusi (batuan gang) jika pembekuannya terjadi didalam

liang-liang menuju permukaan tanah, dan disebut ekstrusi (batuan vulkanik atau

lelehan) jika pembekuannya terjadi dipermukaan tanah.

2. Batuan sedimen (sedimentary rock) merupakan bebatuan yang terbentuk dari

proses konsolidassi (pemadatan) endapan-endapan partikel yang terbawa oleh

angina atau air dibawah permukaan bumi.

3. Batuan peralihan (metamorf) yang merupakan batuan beku atau batuan

sedimen yang telah mengalami transformasi (perubahan rupa) akibat adanya

pengaruh perubahan suhu, tekanan, cairan atau gas aktif.

Horizon O adalah lapisan teratas yang hampir seluruhnya mengandung bahan

organik. Tumbuhan daratan dan jatuhan dedaunan termasuk pada horizon ini. Juga

humus. Humus dari horizon O bercampur dengan mineral lapuk untuk

membentuk horizon A, soil berwarna gelap yang kaya akan bahan organik dan

aktivitas biologis, tumbuhan ataupun hewan. Dua horizon teratas ini sering

disebut topsoil.

Asam organik dan CO2 yang diproduksi oleh tumbuhan yang membusuk pada

topsoil meresap ke bawah ke horizon E, atau zona pencucian, dan membantu

melarutkan mineral seperti besi dan kalsium. Pergerakan air ke bawah pada

horizon E membawa serta mineral terlarut, juga mineral lempung berukuran halus,

ke lapisan di bawahnya. Pencucian (atau eluviasi) mineral lempung dan terlarut

ini dapat membuat horizon ini berwarna pucat seperti pasir (Hakim, 2007).

Material yang tercuci ke bawah ini berkumpul pada horizon B, atau zona

akumulasi. Lapisan ini kadang agak melempung dan berwarna merah/coklat karat

akibat kandungan hematit dan limonitnya. Kalsit juga dapat terkumpul di horizon

B. Horizon ini sering disebut subsoil. Pada horizon B, material Bumi yang masih

keras (hardpan), dapat terbentuk pada daerah dengan iklim basah di mana mineral

lepung, silika dan oksida besi terakumulasi akibat pencucian dari horizon E.

Lapisan hardpan ini sangat sulit untuk digali/dibor. Akar tumbuhan akan tumbuh

secara lateral di atasnya dan bukannya menembus lapisan ini; pohon-pohon

berakar dangkal ini biasanya terlepas dari akarnya oleh angin (Pairunan, 1985).

Page 20: Laporan resmi

20

Horizon C ialah material batuan asal yang belum seluruhnya lapuk yang berada di

bawah horizon B. Material batuan asal ini menjadi subjek pelapukan mekanis

maupun kimiawi dari frost action, akar tumbuhan, asam organik, dan agen

lainnya. Horizon C merupakan transisi dari batuan asal (sedimen) di bawahnya

dan soil yang berkembang di atasnya (Buckman, 1992).

Contoh Tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu bagian

tubuh tanah (horison/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu disesuaikan dengan

sifat-sifat yang akan diteliti secara lebih detail di laboratorium. Pengambilan

contoh tanah dapat dilakukan dengan teknik dasar yaitu pengambilan contoh tanah

secara utuh dan pengambilan contoh tanah secara tidak utuh (Anonim1, 2011).

Menurut Anonim2 (2011), untuk penetapan sifat-sifat fisika tanah ada 3 macam

pengambilan contoh tanah yaitu:

· Contoh tanah tidak terusik (undisturbed soil sample) yang diperlukan untuk

analisis penetapan berat isi atau berat volume (bulk density), tagihan ukuran pori

(pore size distribution) dan untuk permeabilitas (konduktivitas jenuh).

·Contoh tanah dalam keadaan agregat tak terusik (undisturbed soil aggregate)

yang diperlukan untuk penetapan ukuran agregat dan derajad kemantapan agregat

(aggregate stability).

·Contoh tanah terusik (disturbed soil sample), yang diperlukan untuk penetapan

kadar lengas, tekstur, tetapan Atterberg, kenaikan kapiler, sudut singgung, kadar

lengas kritik, Indeks patahan (Modulus of Rupture:MOR), konduktivitas hidroulik

tak jenuh, luas permukaan (specific surface), erodibilitas (sifat ketererosian) tanah

menggunakan hujan tiruan.

Secara umum, analisis contoh tanah menurut (Anonim2, 2011) bertujuan

untuk:

a. Menentukan sifat fisik dan kimia tanah (status unsur hara tanah).

b. Mengetahui lebih dini adanya unsur-unsur beracun tanah.

Page 21: Laporan resmi

21

Tanah Vertisol

Tanah Vertisol memiliki kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang

tinggi. Reaksi tanah bervariasi dari asam lemah hingga alkaline lemah; nilai pH

antara 6,0 sampai 8,0. pH tinggi (8,0-9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP yang

tinggi (Munir, 1996).

Vertisol menggambarkan penyebaran tanah-tanah dengan tekstur liat dan

mempunyai warna gelap, pH yang relatif tinggi serta kapasitas tukar kation dan

kejenuhan basa yang juga relatif tinggi. Vertisol tersebar luas pada daratan dengan

iklim tropis dan subtropis (Munir, 1996).

Dalam perkembangan klasifikasi ordo Vertisol, pH tanah dan pengaruhnya

tidak cukup mendapat perhatian. Walaupun hampir semua tanah dalam ordo ini

mempunyai pH yang tinggi, pada daerah-daerah tropis dan subtropis umumnya

dijumpai Vertisol dengan pH yang rendah. Dalam menilai potensi Vertisol untuk

pertanian hendaknya diketahui bahwa hubungan pH dengan Al terakstraksi

berbeda disbanding dengan ordo lainnya. pH dapat tukar nampaknya lebih tepat

digunakan dalam menentukan nilai pH Vertisol masam dibanding dengan

kelompok masam dari ordo-ordo lainnya. Perbedaan tersebut akan mempunyai

implikasi dalam penggunaan tanah ini untuk pertumbuhan tanaman. Batas-batas

antara antara kelompok masam dan tidak masam berkisar pada pH 4,5 dan sekitar

5 dalam air (Lopulisa, 2004).

Proses pembentukan tanah ini telah menghasilkan suatu bentuk

mikrotopografi yang khusus yang terdiri dari cekungan dan gundukan kecil yang

biasa disebut topografi gilgai. Kadang-kadang disebut juga topografi polygonal

(Hardjowigeno, 1993).

Koloid tanah yang memiliki muatan negetif besar akan dapat menjerap

sejumlah besar kation. Jumlah kation yang dapat dijerap koloid dalam bentuk

dapat tukar pH tertentu disebut kapasitas tukar kation. KTK merupakn jumlah

muatan negatif persatuan berat koloid yang dinetralisasi oleh kation yang muda

diganti (Pairunan,dkk,1997).

Page 22: Laporan resmi

22

Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau dengan kadar liat

tinggi mempunyai KTK lebih tinggi dari pada tanah-tanah dengan kandungan

bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir. Jenis-jenis mineral liat juga

menentuka besarnya KTK tanah (Hakim,dkk,1986).

Pada umumnya Vertisol juga defisiensi P. Setelah N, unsure P merupakan

pembatas hara terbesar pada Vertisol. Kekurangan unsure P jika kandungan P

kurang dari 5 ppm. Ini berpengaruh pada pemupukan P yang cukup kecil jika

produksi tanaman pada musim berikutnya rendah. P menjadi nyata jika tanaman

yang tumbuh pada kondisi irigasi yang baik, jika produksinya tinggi maka

dianjurkan untuk mencoba menambah pemakaian pupuk N (Munir, 1996).

Kadar fosfor Vertisol ditentukn oleh banyak atau sedikitnya cadangan

mineral yang megandung fosfor dan tingkat pelapukannya. Permasalahan fosfor

ini meliputi beberapa hal yaitu peredaran fosfor di dalam tanah, bentuk-bentuk

fosfor tanah, dan ketersediaan fosfor (Pairunan, dkk, 1997).

Pada tanah Vertisol P tersedia adalah sangat tinggi pada Vertisol yang

berkembang dari batuan basik tetapi rendah pada tanah yang berkembang dari

bahan vulkanis. Pada segi lain vertisol yang berkembang dari bahan induk marl

atau napal, kandungan P total tersedia adalah rendah (Soepardi, 1979).

Vertisol adalah tanah yang memiliki KTK dan kejenuhan hara yang tinggi.

Rekasi tanah bervariasi dengan asam lemah hingga alkaline lemah, nilai pH antara

6,0 sampai 8,0, pH tinggi (8,0 – 9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP yang tinggi

dan Vertisol masam (pH 5,0 – 6,2) (Munir, 1996).

KTK tanah-tanah Vertisol umumnya sangat tinggi disbanding dengan

tanah-tanah mineral lainnya. Hal ini disebabkan oleh tingginya kandungan liat

yang terbungkus mineral Montmorillonit dengan muatan tetap yang tinggi.

Kandungan bahan organik sungguhpun tidak selalu harus tinggi mempunyai KTK

yang sangat tinggi. Katio-kation dapat tukar yang dominant adalah Ca dan

Mg sdan pengaruhnya satu sama lain sangat berkaitan dengan asal tanah

(Lopulisa, 2004).

Page 23: Laporan resmi

23

Kejenuhan basa ynag tinggi, KTK yang tinggi, tekstur yang relative halus,

permeabilitas yang rendah dan pH yang relative tinggi dan status hara yang tidak

seimbang merupaka karakteristik Vertisol (Hardjowigeno, 1985).

Faktor- faktor yang mempengaruhi pembentukan soil

1. Kemiringan

Daerah dengan kemiringan terjal akan mengandung sedikit soil atau tidak

sama sekali, Hal ini disebabkan oleh gravitasi yang membuat air dan partikel soil

bergerak ke bawah. Vegetasi akan jarang sehingga akan sedikit akar tanaman

yang menyentuh batuan lapuk dan akan sangat jarang bahan organik yang

menyediakan nutrien. Kontras dengan yang tadi, daerah bottomland akan sangat

tebal, namun drainasenya kurang baik dan soil akan jenuh air.

2. Material Asal

Material asal adalah sumber dari mineral lapuk yang membentuk hampir

seluruh soil. Soil yang berasal dari granit lapuk akan menjadi pasiran karena

partikel kuarsa dan feldspar yang terlepas dari granit. Setelah butiran feldspar

lapuk, mineral lempung berukuran halus akan terbentuk. Soil yang terbentuk akan

memiliki variasi ukuran butir yang sangat baik untuk drainase dan kemampuan

menahan air.

Pembentukan soil dari basalt tidak akan menjadi pasiran, bahkan saat tahap awal

pembentukannya. Jika pelapukan kimiawi lebih prevalent dari pada mekanis,

butiran feldspar yang lapuk akan langsung menjadi mineral lempung halus.

Karena batuan asal tidak mengandung butiran kasardan kuarsa, soil yang

terbentuk akan kekurangan pasir. Soil seperti ini tidak akan terdrainase dengan

baik, walau bisa saja tetap subur.

3. Organisme Hidup

Fungsi utama organisme hidup adalah untuk menyediakan bahan organik

bagi soil. Humus akan menyediakan nutrien dan membantu menahan air.

Tumbuhan membusuk akan melepaskan asam organik yang meningkatkan

pelapukan kimiawi. Hewan penggali seperti semut, cacing, dan tikus membawa

partikel soil ke permukaan dan mencampur bahan organik dengan mineral.

Page 24: Laporan resmi

24

Lubang-lubang yang dibuat akan membantu sirkulasi air dan udara, meningkatkan

pelapukan kimiawi dan mempercepat pembentukan soil. Mikroorganisme seperti

bakteri, jamur, dan protozoa membantu proses pembusukan bahan organik

menjadi humus.

4. Waktu

Karakter soil berubah seiring berjalannya waktu. Soil yang masih muda

masih mencerminkan struktur material asalnya. Soil yang sudah dewasa akan

lebih tebal. Pada daerah volkanik aktif, rentang waktu antarerupsi dapat

ditentukan dengan meneliti ketebalan soil yang terbentuk pada masing-masing

aliran ekstrusif. Soil yang telah terkubur dalam-dalam oleh aliran lava, debu

vulkanik, endapan glasial, atau sedimen lainnya disebut paleosol. Soil seperti ini

dapat dilacak secara regional dan dapat mengandung fosil. Maka dari itu, soil ini

sangat berguna untuk dating batuan dan sedimen, serta untuk menginterpretasi

iklim dan topografi lampau.

5. Iklim

Iklim barangkali merupakan faktor terpenting yang menentukan ketebalan dan

karakter soil. Material asal pada topografi yang sama dapat terbentuki menjadi

soil yang berbeda jika iklimnya berbeda. Temperatur dan curah hujan menentukan

pelapukan kimiawi atau mekaniskah yang paling dominan, dan akan berpengaruh

kepada laju dan kedalaman pelapukan. Iklim juga menentukan jenis organisme

yang dapat hidup di soil tersebut.

2. Kadar Lengas Tanah

Lengas tanah adalah air yang terdapat dalam tanah yang terikat oleh

berbagai kakas (matrik,osmosis, dan kapiler). Kakas ini meningkat sejalan dengan

peningkatan permukaan jenis zarah dan kerapatan muatan elektrostatik zarah

tanah. Tegangan lengas tanah juga menentukan beberapa banyak air yang dapat

diserap tumbuhan. Bagian lengas tanah yang tumbuhan mampu menyerap

dinamakan air ketersediaan (Notohadiprabowo,2006).

Page 25: Laporan resmi

25

Keberadaan lengas tanah dipengaruhi oleh energi pengikat spesifik yang

berhubungan dengan tekanan air. Status energi bebas (tekanan) lengas tanah

dipengaruhi oleh perilaku dan keberadaannya oleh tanaman. Lengas tanah

dipengaruhi oleh keberadaan gravitasi dan tekanan osmosis apabila tanah

dilakukan pemupukan dengan konsentrasi tinggi (Bridges, 1979).

Di dalam tanah, air berada di dalam ruang pori diantara padatan tanah. Jika

tanah dalam keadaan jenuh air, semua ruang pori tanah terisi air. Dalam keadaan

ini jumlah tanah yang disimpan didalam tanah merupakan jumlah air maksimum

disebut kapasitas penyimpanan air maksimum. Selanjutnya jika tanah dibiarkan

mengalami pengeringan, sebagian ruang pori akan terisi udara dan sebagian

lainnya terisi air. Dalam keadaan ini tanah dikatakan tidak jenuh (Hillel,1983).

Di dalam tanah air dapat bertahan tetap berada di dalam ruang pori karena

adanya berbagai gaya yang yang bekerja pada air tersebut. Untuk dapat

mengambil air dari rongga pori tanah diperlukan gaya atau energi yang diperlukan

untuk melawan energi yang menahan air. Gaya – gaya yang menahan air hingga

bertahan dalam rongga pori berasal dari absorbsi molekul air oleh padatan tanah,

gaya tarik menarik antara molekul air, adanya larutan garam dan gaya kapiler

(Yong et al.,1975).

Jumlah air tanah yang bermanfaat untuk tanaman mempunyai batas –

bata tertentu. Seperti pada kekurangan air, kelebihan air dapat merupakan

kesukaran. Air yang kelebihan itu tidaklah beracun, akan tetapi kekurangan udara

pada tanah – tanah yang tergenanglah yang menyebabkan kerusakan. Tanaman

dapat ditanam dengan memuaskan dalam larutan air bila aerasi diberikan dengan

baik (Kelly,2002).

Dalam kaitanya dengan daya penyimpanan air, tanah pasiran mempunyai

daya pengikat terhadap lengas tanah yang relative rendah karena permukaan

kontak antara tanah pasiran ini didominasi oleh pori – pori mikro satu. Oleh

karena itu, air yang jatuh ketanah pasiran akan segera mengalami perkolasi dan air

kapiler akan mudah lepas karena evaporasi (Mukhid,2010).

Page 26: Laporan resmi

26

3.Kadar Bahan Organik

Bahan organik adalah hasil-hasil peruaraian tubuh bekas jasad hidup

(tumbuhan dan binatang) sehingga menunjukkan perbedaan dalam ukuran,

bangun, komposisi, dan watak, fisiokimiawi dari aslinya, yang telah menyatu

dengan jarah-jarah penyusun tanah lainnya. Pemasok bahan organik adalah

tumbuhan dan binatang. Sreresah dan bangkai hewan yang berada di atas dandi

dalm tubuh tanah, akan segera diserang oleh binatang pencacah dan jasad renik

pengurai, yang menjadikan sumber energy(Arsyad,1989).

Komponen organik tanah berasal dari biomassa yang mencirikan suatu tanah

aktif. Komponen organik tak hidup terbentuk dari melalui pelapukan kimia dan

biologi, yang dipishkan ke dalam :

(1) bahan-bahan yang anatomi bahan aslinya masih tampak dan

(2) bahan-bahan yang telah terlapuk sempurna (Hardjowigeno,2003).

Bahan organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah karena

memiliki beberapa peranan kunci di tanah. Disamping itu bahan organic tanah

memiliki fungsi – fungsi yang saling berkaitan, sebagai contoh bahan organik

tanah menyediakan nutrisi untuk aktivitas mikroba yang juga dapat meningkatkan

dekomposisi bahan organik, meningkatkan stabilitas agregat tanah, dan

meningkatkan daya pulih tanah (Sutanto,2005).

4.Kadar kapur Ekuivalen

Kapur dalam tanah memiliki asosiasi dengan keberadaan kalsium dan

magnesium tanah. Hal ini wajar, karena keberadaan kedua unsur tersebut sering

ditemukan berasosiasi dengan karbonat. Secara umum pemberian kapur ke tanah

dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah serta kegiatan jasad renik tanah.

Bila ditinjau dari sudut kimia, maka tujuan pengapuran adalah menetralkan

kemasaman tanah. Perlu diketahui bahwa tanah yang memiliki kandungan kapur

yang tinggi, belum tentu tanah tersebut juga memiliki tingkat kesuburan yang

tinggi. bisa terjadi suatu kapur itu menjadi racun karena kapur akan menyerap

Page 27: Laporan resmi

27

unsur hara dari dalam tanah, dimana unsur hara tersebut dibutuhkan tanaman

untuk pertumbuhannya.

Perbedaan kadar kapur pada berbagai jenis tanah dipengaruhi oleh beberapa

faktor, antara lain komposisi bahan induk dan iklim. Kedua faktor ini

berhubungan dengan kadar lengas tanah, terbentuknya lapisan-lapisan tanah, dan

tipe vegetasi. Faktor-faktor ini merupakan komponen dalam perkembangan tanah.

Pada umumnya batuan kapur/kwarstik lebih tahan terhadap perkembangan tanah.

Pelarutan dan kehilangan karbonat diperlukan sebagai pendorong dalam

pembentukan tanah pada batuan berkapur. Garam-garam yang mudah larut

(seperti Na, K, Ca, Mg-Klorida dan sulfat, NaCO3) dan garam alkali yang agak

mudah larut ( Ca, Mg ) memiliki karbonat yang akan berpindah bersama air, dan

bergantung besarnya air yang dapat mencapai kedalaman tanah tertentu. Hal ini

dapat menyebabkan terjadinya pengayaan garam/ kapur pada horison tertentu dan

besarnya sangat bervariasi. Karena terdapat perbedaan kelarutan dan mobilitas

tersebut maka yang terendapkan lebih dahulu adalah karbonat. Pada kondisi yang

ekstrem kerak garam dan kapur dapat terbentuk di permukaan tanah. Dari sini

menunjukan bahwa kadar kapur tanah dapat berbeda-beda.

5.Tekstur Tanah

Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat)

yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir,

fraksi debu dan fraksi liat (Hanafiah, 2008).

Tekstur merupakan sifat kasar-halusnya tanah dalam percobaan yang

ditentukan oleh perbandingan banyaknya zarah-zarah tunggal tanah dari berbagai

kelompok ukuran, terutama perbandingan antara fraksi-fraksi lempung, debu, dan

pasir berukuran 2 mm ke bawah (Notohadiprawito, 1978).

Tanah terdiri dari butir-butir yang berbeda dalam ukuran dan bentuk,

sehingga diperlukan istilah-istilah khusus yang memberikan ide tentang sifat

teksturnya dan akan memberikan petunjuk tentang sifat fisiknya. Untuk ini

digunakan nama kelas seperti pasir, debu, liat dan lempung. Nama kelas dan

klasifikasinya ini, merupakan hasil riset bertahun-tahun dan lambat laun

Page 28: Laporan resmi

28

digunakan sebagai patokan. Tiga golongan pokok tanah yang kini umum dikenal

adalah pasir, liat dan lempung(Buckmandan Brady, 1992)

Pembagian kelas tektur yang banyak dikenal adalah pembagian 12 kelas

tekstur menurut USDA.Nama kelas tekstur melukiskan penyebaran butiran,

plastisitas, keteguhan, permeabilitas kemudian pengolahan tanah, kekeringan,

penyediaan hara tanah dan produktivitas berkaitan dengan kelas tekstur dalam

suatu wilayah geogtrafis (A.K. Pairunan, dkk, 1985).

Tekstur tanah dapat menentukan ssifat-sifat fisik dan kimia serta mineral

tanah. Partikel-partikel tanah dapat dibagi atas kelompok-kelompok tertentu

berdasarkan ukuran partikel tanpa melihat komposisi kimia, warna, berat, dan

sifat lainnya. Analisis laboratorium yang mengisahkan hara tanah disebut analisa

mekanis. Sebelum analisa mekanis dilaksanakan, contoh tanah yang kering udara

dihancurkan lebih dulu disaring dan dihancurkan dengan ayakan 2

mm. Sementara itu sisa tanah yang berada di atas ayakan dibuang. Metode ini

merupakan metode hidrometer yang membutuhkan ketelitian dalam

pelaksanaannya. Tekstur tanah dapat ditetapkan secara kualitatif dilapangan

(Hakim, 1986).

Tekstur tanah dibagi menjadi 12 kelas seperti yang tertera pada diagram

segitiga tekstur tanah USDA yang meliputi pasir, pasir berlempung, lempung

berpasir, lempung, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu, lempung berliat,

lempung berdebu, debu, liat berpasir, liat berdebu, dan liat (Lal, 1979).

Tanah terdiri dari butir-butir pasir, debu, dan liat sehingga tanah

dikelompokkan kedalam beberapa macam kelas tekstur, diantaranya kasar, agak

kasar, sedang, agak halus,dan hancur (Hardjowigeno, 1995).

Kasar dan halusnya tanah dalam klasifikasi tanah (taksnomi tanah) ditunjukkan

dalam sebaran butir yang merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah

dengan memperhatikan pula fraksi tanah yang lebih kasar dari pasir (lebih besar 2

mm), sebagian besar butir untuk fraksi kurang dari 2 mm meliputi berpasir

lempung, berpasir, berlempung halus, berdebu kasar, berdebu halus, berliat halus,

dan berliat sangat halus (Hardjowigeno, 1995).

Page 29: Laporan resmi

29

a. Karakteristik tekstur tanah

Sifat-sifat fisik tanah banyak bersangkutan dengan kesesuaian tanah untuk

berbagai penggunaan. Kekuatan dan daya dukung, kemampuan tanah menyimpan

air, drainase, penetrasi, akar tanaman, tata udara, dan pengikatan unsur hara,

semuanya sangat erat kaitannya dengan sifat fisik tanah (Lal, 1979).

Karakteristik tekstur tanah terdiri atas fraksi pasir, fraksi debu dan fraksi liat.

Suatu tanah disebut bertekstur pasir apabila mengandung minimal 85% pasir,

bertekstur debu apabila berkadar minimal 80% debu dan bertekstur liat apabila

berkadar minimal 40% liat (Hanafiah, 2008).

Berdasarkan kelas teksturnya maka tanah dapat digolongkan menjadi tanah

bertekstur kasar atau tanah berpasir berarti tanah yang mengandung minimal 70%

pasir atau pasir berlempung (Nyakpa, 1989).

Tanah bertekstur halus atau tanah berliat berarti tanah yang mengandung

minimal 37,5% liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir (Nyakpa,

1989).

Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung terdiri dari tanah bertekstur

sedang tetapi agak kasar meliputi tanah yang bertekstur lempung berpasir atau

lempung berpasir halus. Tanah bertekstur sedang meliputi yang bertekstur

lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu atau debu. Tanah

bertekstur sedang tetapi agak halus mencakup lempung liat, lempung liat berpasir

atau lempung liat berdebu (Hakim, 1986).

Dalam penetapan tekstur tanah ada tiga jenis metode yang biasa digunakan

yaitu metode feeling yang dilakukan berdasarkan kepekaan indra perasa (kulit jari

jempol dan telunjuk), metode pipet atau biasa disebut dengan metode kurang teliti

dan metode hydrometer atau disebut dengan metode lebih teliti yang didasarkan

pada perbedaan kecepatan jatuhnya partikel-partikel tanah di dalam air dengan

asumsi bahwa kecepatan jatuhnya partikel yang berkerapatan sama dalam suatu

larutan akan meningkat secara linear apabila radius partikel bertambah secara

kuadratik (Hardjowigeno, 1995).

Tanah bertekstur kasar, tanpa rasa licin dan tanpa rasa lengket sera tidak bisa

membentuk gulungan atau lempengan continue sebaliknya jika partikel tanah

Page 30: Laporan resmi

30

terasa halus lengket dan dapat dibuat gulungan maka berarti tanah bertekstur liat.

Tanah bertekstur debu akan mempunyai partikel-partikel yang terasa agak halus

dan licin tetapi tidak lengket serta gulungan yang terbentuk rapuh dan mudah

hancur. Tanah bertekstur lempung akan mempunyai partikel-partikel yang

mempunyai jenis ketiganya secara proporsional, apabila yang terasa lebih

dominan adalah sifat pasir maka berarti tanah bertekstur lempung berpasir dan

seterusnya (Buckmandan Brady, 1992).

b. Hubungan tekstur dengan pertumbuhan tanah

Pemahaman tanaman sebagai media tumbuh tanaman pertama kali

dikemukakan oleh Dr.H.L.Jones dari Cornell University Inggris

(Darmawijaya,1990), yang mengkaji hubungan tanah pada tanaman tingkat tinggi

untuk mendapatkan produksi pertanian yang seekonomis mungkin.

Kajian tanah dari aspek ini disebut edaphologi (edaphos=bahan tanah

subur), namun pada realitasnya kedua defenisi selalu terintegrasi.

Tanah pada masa kini sebagai media tumbuh tanaman didefenisikan sebagai

lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh

berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan penyuplai

kebutuhan air dan udara, secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai

hara atau nutrisi dan unsur-unsur esensial sedangkan secara biologis berfungsi

sebagai habitat biota yang berpatisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan

zat-zat adiktif bagi tanaman (Hanafiah, 2008).

Tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro,

tanah yang didominasi debu akan mempunyai pori-pori meso (sedang), sedangkan

didominasi liat akan banyak mempunyai pori-pori mikro. Hal ini berbanding

terbalik dengan luas permukaan yang terbentuk, luas permukaan mencerminkan

luas situs yang dapat bersentuhan dengan air, energi atau bahan lain, sehingga

makin dominan fraksi pasir akan makin kecil daya tahannya untuk menahan tanah

(Hakim, 1986).

Makin poreus tanah akan makin mudah akar untuk berpenetrasi, serta

makin mudah air dan udara untuk bersirkulasi tetapi makin mudah pula air untuk

Page 31: Laporan resmi

31

hilang dari tanah dan sebaliknya, makin tidak poreus tanah akan makin sulit akar

untuk berpenetrasi serta makin sulit air dan udara untuk bersirkulasi. Oleh karena

itu, maka tanah yang baik dicerminkan oleh komposisi ideal dari kedua kondisi

ini, sehingga tanah bertekstur debu dan lempung akan mempunyai ketersediaan

yang optimum bagi tanaman, namun dari segi nutrisi tanah lempung lebih baik

ketimbang tanah bertekstur debu (Nyakpa, 1989).

Fraksi pasir umumnya didominasi oleh mineral kuarsa yang sangat tahan

terhadap pelapukan, sedangkan fraksi debu biasanya berasal dari mineral feldspar

dan mika yang cepat lapuk, pada saat pelapukannya akan membebaskan sejumlah

hara, sehingga tanah bertekstur debu umumnya lebih subur ketimbang tanah

bertekstur pasir (Hardjowigeno, 1993).

Pada tanah-tanah di daerah tropika nisbah debu liat merupakan kriteria

penting dalam mengevaluasi fenomena seperti migrasi liat, taraf pelapukan fisik,

dan umur bahan induk tanah serta klasifikasi tanah (Lal, 1979).

6. Struktur Tanah

Struktur tanah dapat dibagi dalam struktur makro dan mikro. Strukturmakro/struktur lapisan bawah tanah adalah penyusunan agregat-agregat tanah satudengan yang lainnya sedangkan struktur mikro adalah penyusunan butir-butirprimer tanah ke dalam butir-butir majemuk/agregat-agregat yang satu sama laindibatasi oleh bidang-bidang belah alami.

Struktur tanah menggambarkan cara bersatunya partikel-partikel primertanah (pasir, debu dan liat) menjadi butir-butir (agregat) tanah. Agregat yangterbentuk secara alami dinamakan ped. Struktur tanah dijelaskan dalam bentukukuran dan tingkatan perkembangan ped (Tim Asisten, 2010).

Menurut bentuk ped, struktur tanah dapat digolongkan dalam bentuklempeng (platy), prismatik, kolumnar, kubus menyudut, kubus membulat(subangular blocky), kersay (granular), dan remah (crumb). Tanah yang tidakmembentuk struktur dapat berupa butiran tunggal (single grain) atau massif(massa tanah tidak tidak menunjukkan bidang-bidang pemisah) (Tim Asisten,2010).

Klasifikasi struktur tanah (bukan klasifikasi tanah yang cocok untuk usahapertanian) sangat berkaitan dengan klasifikasi lapangan yang digunakan bagi

Page 32: Laporan resmi

32

peelaahan morfologi tanah. Secara umum komponen pengklasifikasian tanahmeliputi (Kartaspoetra dan Mulyani, 1987):

1. Tipe struktur meliputi bentuk dan susunan agregat.

2. Kelas struktur meliputi ukuran

3. Derajat struktur yaitu kemantapan atau kekuatan agregat.

Terdapat beberapa bentuk struktur tanah diantaranya adalah (Tim Asisten,2010):

• Granular

• Platy

• Wedge

• Blocky (sub angular dan angular)

• Prismatic

• Columnar

Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalanstruktur ini terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain olehsuatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan (ketahanan yangberbeda-beda. Terdapat beberapa bentuk struktur tanah yaitu (Hardjowigeno,1987):1. Bentuk lempeng (platy)

Sumbu vertikal < sumbu horizontal. Ditemukan di horizon E atau padalapisan padas liat.

2. PrismaSumbu vertikal > sumbu horizontal, bagian atasnya rata. Ditemukan di

horizon B pada tanah daerah iklim kering.

3. Gumpal bersudut

Bentuknya menyerupai kubus dengan sudut-sudut tajam. Sumbu vertikal = sumbuhorizontal.

Ditemukan di horizon B pada tanah daerah iklim basah.

4. Gumpal membulat

Page 33: Laporan resmi

33

Bentuknya menyerupai kubus dengan sudut-sudut membulat. Sumbu vertikal =sumbu horizontal. Terdapat pada tanah horizon B umumnya tanah pada daerahiklim basah.

5. Granuler

Berbentuk bulat dengan porous.

6. RemahBerbentuk bulat dengan sangat porous.

Struktur lempeng mempunyai ketebalan kurang dari 1 mm sampai lebih dari10 mm. Prisma dan tiang antara kurang dari 10 mm sampai lebih dari 100 mm.Gumpal antara kurang dari 100 mm sampai lebih dari 50 mm. Granuler kurangdari 5 mm sampai lebih dari 50 mm. Granuler kurang dari 1 mm sampai lebih dari10 mm. Remah kurang dari 1 mm sampai lebih dari 5 mm (Hardjowigeno, 1987).

Tingkat perkembangan struktur ditentukan berdasar atas kemantapan atauketahanan bentuk struktur tanah tersebut terhadap tekanan. Ketahanan strukturtanah dibedakan menjadi tingkat perkembangan lemah (butir-butir struktur tanahmudah hancur), tingkat perkembangan sedang (butir-butir struktur tanah agaksukar hancur), dan tingkat perkembangan kuat (butir-butir struktur tanah sukarhancur). Hal ini sesuai dengan jenis tanah dan tingkat kelembaban tanah. Tanah-tanah permukaan yang banyak mengandung humus biasanya mempunyai tingkatperkembangan yang kuat. Tanah yang kering umumnya mempunyai kemantapanyang lebih tinggi daripada tanah basah. Jika dalam mennetukan kemantapanstruktur tidak disebutkan kelembabannya, biasanya dianggap tanah dianggapdalam keadaan mendekati kering atau sedikit lembab, karena dalam keadaantersebut struktur tanah dalam keadaan yang paling baik (Hardjowigeno, 1987).Derajat struktur tanah dapat dibedakan menjadi (Kartaspoetra dan Mulyani, 1987):1. Yang tidak beragregat, yaitu pejal (jika berkoherensi dan butir tunggal) lepas-lepas (jika tidak berkoherensi).2. Yang derajat strukturnya lemah, jika tersentuh akan mudah hancur, derajatnyadapat dibedakan lagi menjadi sangat lemah dan agak lemah.3. Yang derajat strukturnya cukup, dalam hal ini agregatnya sudah jelas terbentukdan masih dapat dipecah-pecah4. Yang derajat strukturnya kokoh, agregatnya mantap dan jika dipecahkan(dipecah-pecah) agak liat (terasa ada ketahanannya), derajatnya dapat dibedakanlagi menjadi yang sangat kokoh dan yang cukup kokoh.Tanah dikatakan tidak berstruktur bila butir-butir tanah tidak melekat satu samalain (disebut lepas, misalnya tanah pasir) atau saling melekat menjadi satu satuan

Page 34: Laporan resmi

34

yang padu (kompak) dan disebut massive atau pejal (Hardjowigeno, 1987).Tanah dengan struktur baik (granuler dan remah) mempunyai tata udara yangbaik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Struktur tanahyang baik adalah yang bentuknya membulat sehingga tidak dapat salingbetsinggungan dengan rapat. Akibatnya pori-pori tanah banyak yang terbentuk. Disamping itu, struktur tanah harus tidak mudah rusak (mantap) sehingga pori-poritanah tidak cepat tertutup bila terjadi hujan (Hardjowigeno, 1987).2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur TanahFaktor-faktor yang mempengaruhi struktur tanah antara lain adalah (Ariyanto,2010):1. Lempung dan ion tertukar2. Perekat-perekat organik3. Tanaman dan sisa tanaman4. Senyawa organik dan perekat5. Mikrobia6. Binatang dan udara

Tanah harus stabil, yakni agregat-agregatnya harus cukup tahan terhadapbenturan tetesan hujan dan air, kalau tidak demikan tanah akan menjadi hancurdan kompak, kurang dapat melalukan air, menyebabkan tanah cepat jenuh air(Tim Asisten, 2010).

Komponen-komponen tanah yang mengikat fraksi pasir dan debumembentuk struktur yang tersusun adalah liat, bahan organik, dan seskuioksida.Bila ikatan antara partikel-partikel tanah lemah, tenaga mekanik akan mudahmenceraiberaikan partikel-partikel tanah dan akibatnya pori-pori tanah tertutupdan kontinuitas pori-pori tanah terganggu (Tim Asisten, 2010).Tanah yang hancur menutupi pori-pori pada lapisan atas tanah akan mengurangikapasitas infiltrasi air pada tanah tersebut. Tanah yang kompak pada lapisanpaling atas tanah menyebabkan aerasi memburuk dan menimbulakan aliranpermukaan yang lebih besar sehingga resiko aerasi tanah menjadi lebih serius(Tim Asisten, 2010).

7. Konsistensi angka atterberg

Konsistensi tanah adalah sebagai suatu sifat tanah yang menunjukkan

derajat kohesi dan adhesi antara partikel- partikel tanah dan ketahanan massa

tanah terhadap perubahan bentuk disebabkan oleh tekanan.

Daya kohesi adalah daya yang terjadi antara partikel partikel tanah sendri,

sedangkan daya adhesi terjadi antara partikel partikel tanah dengan tekanan yang

berasal dari luar.

Page 35: Laporan resmi

35

Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara

kualitatif dan kuantitatif atau diistilahkan dengan penentuan Angka Atterberg.

Prinsip penetapan konsistensi tanah secara kualitatif adalah penentuan ketahanan

massa tanah terhadap remasan, tekanan, atau pijatan tanah pada berbagai kadar air

tanah.

a. Konsistensi Basah

1. Kelekatan (Stickiness)

Yang menunjukkan derajad adhesi tanah, yang ditentukan dengan memijit

tanah antara ibu jari dan telunjuk. Melihat dari lekatnya dibagi menjadi beberapa

kelas :

a. Tidak melekat, bila kedua jari dilepaskan tidak ada tanah yang tertinggal.

b. Agak melekat, bila kedua jari dilepaskan sebagaian tanah ada yang tetinggal

pada salah satu jari.

c. Lekat, bila kedua jari direnggangkan, tanah tertinggal pada kedua jari.

d. Sangat lekat, bila kedua jari tangan direnggangkan tanah melekat sekali,

sehingga sukar untuk melepaskan kedua ibu jari.

2. Platisitas (Plasticity)

Menunjukkan derajad kohesi tanah, berubah bentuk tanpa retak bila dipirit

antara ibu jari dan telunjuk. Melihat dapat tidaknya dibuat gelintiran, mudah

tidaknya berubah bentuk dan sebagainya dapat dibagi menjadi beberapa kelas :

a. Tidak platis, tidak dapat berbentuk gelintiran tanah, massa tanah mudah

berubah bentuk.

b. Agak platis, terbentuk gelintiran tanah, massa tanah mudah berubah bentuk.

c. Sanggat plastis, dapat terbentuk gelintiran tanah, tahan terhadap tekanan.

b. Konsistensi Lembab

Dalam keadaan lembab, dimana kandungan air tanah berada diantara keadaan

kering (titik layu) dan kapasitas lapang, konsistensi ditentukan dengan meremas

massa tanah pada telapak tangan. Dengan mengetahui ketahanan tanah terhadap

remasan dikenal beberapa kelas konsistensi tanah :

Page 36: Laporan resmi

36

a. Lepas, butir butir tanah terlepas satu dengan lainnya tidak terikat dan

melekat bila ditahan.

b. Sangat gembur, dengan sedikit tekanan mudah bercerai, bila digemgam

mudah bergumpal, melekat bila ditekan.

c. Gembur, bila diremas dapat bercerai, bila digenggam massa tanah

bergumpal, melekat bila ditekan.

d. Teguh, massa tanah tahan terhadap remasan, hancur dengan tekanan besar.

e. Sangat teguh, massa tanah tahan terhadap remasan, tidak mudah berubah

bentuk.

f. Sangat teguh, massa tanah sangat tahan terhadap remasan, bila digenggam

bentuk tidah berubah.

c. Konsistensi kering

Dalam keadaan kering, dimana kadar air kurang dari titik layu permanen,

konsistensi tanah ditentukan dengan meremas atau menekan massa tanah pada

telapak tangan. Dengan melihat daya tahan tanah terhadap remasan dan tekanan

telapak tangan, konsistensi tanah dalam keadaan kering dibagi beberapa kelas :

a. Lepas, butir butir tanah terlepas, satu dengan lainnya tidak terikat.

b. Lunak, dengan sedikit tekanan antara jari tangan, tanah mudah terurai

menjadi butir, kohesi kecil.

c. Agak keras, agat tahan terhadap tekanan, massa tanah rapuh.

d. Keras, tahan terhadap tekanan, massa tanah dapat dipatahkan dengan

tangan (tidak dengan jari- jari).

e. Sangat keras, tahan terhadap tekanan, massa tanah sukar dipatahkan dengan

tangan.

f. Sangat keras sekali, sangat tahan terhadap tekanan, massa tanah tidak dapat

dipecahkan dengan tangan.

Angka atterberg menunjukkan kadar air pada berbagai batas konsistensi, yakni

penetapan batas cair dan batas plastis suatu tanah, yang selanjutnya dipergunakan

untuk mengetahui indeks plastisitas suatu tanah.

Batas cair adalah kadar air tanah, dimana diatas itu tanah akan mulai melumpur

apabila diaduk. Batas plastis adalah kadar air, dimana tanah akan mulai

Page 37: Laporan resmi

37

menimbulkan tanda tanda remah dengan pembuatan pengeeilintiran dengan

diameter 3 mm.

Kandungan air diantara plastis dan batas cair disebut indeks plastisitas, yang

penting dalam pengolahan tanah. Apabila pengolahan tanah dilakukan pada

kandungan air dibawah batas plastis maka tanah akan bergumpal dan pecah.

Sebaliknya bila diolah diatas batas cair maka tanah akan bersifat seperti benda

cair. Jadi pengolahan tanah yang paling tepat adalah kadar air tanah berada

diantara batas cair dan batas plastis.

Faktor factor yang berpengaruh terhadap rendah dan tingginya indeks plastisitas

(Angka Atterberg):

1. Komposisi butiran dari tanah. Karena partikel liat dikelilingi oleh lapisan

rangkap, yang terutama terdiri dari air, maka dengan mudah saling

bergerak. Hal ini berlawanan dengan partikel pasir, tidak berkaitan satu

dengan lainnya.

2. Pada kenyataan tipe mineral tanah juga penting. Tanah Kaolinit akan

menjadi plastis pada kair yang rendah disbanding dengan montmorilonit.

3. Bentuk partikel. Oleh karena liat terdiri dari lempeng-lempeng (laminer)

yang dapat berdekatan satu sama lain pada pengeringan, maka liat dapat

berpengaruh terhadap tenaga adhesi yang tinggi.berbeda dengan butiran

pasir dengan bentuk bentuk bundar dan tajam, tidak perperan

yang penting.

4. Dengan adanya bahan organic, maka kadar air baik pada batas cair

maupun batas plastis terendah menjadi meningkat.

8. Penetapan pH Tanah

Reaksi tanah merupakan salah satu sifat kimia dari tanah yang mencakup

berbagai unsur-unsur dan senyawa-senyawa kimia yang lengkap. Reaksi tanah

menunjukkan tentang keadaan atau status kimia tanah dimana status kimia tanah

merupakan suatu faktor yang mempengaruhi proses-proses biologis seperti pada

pertumbuhan tanaman. Reaksi atau pH yang ekstrim berarti menunjukkan keadaan

Page 38: Laporan resmi

38

kimia tanah yang dapat disebutkan proses biologis terganggu (Pairunan,dkk,

1985).

Larutan tanah adalah air tanah yang mengandung ion-ion terlarut yang

merupakan hara bagi tanaman. Konsentrasi ion-ion terlalu sangat beragam dan

tergantung pada jumlah ion yang terlarut dan jumlah bahan pelarut. Pada musim

kemarau atau kering dimana air banyak yang menguap, maka konsentrasi garam

akan berubah drastis yang akan mempengaruhi pertumbuhan dari suatu tanaman

(Hakim,dkk, 1986).

Nilai pH tanah dipengaruhi oleh sifat misel dan macam katron yang

komplit antara lain kejenuhan basa, sifat misel dan macam kation yang

terserap. Semakin kecil kejenuhan basa, maka semakin masam tanah tersebut dan

pH nya semakin rendah. Sifat misel yang berbeda dalam mendisosiasikan ion H

beda walau kejenuhan basanya sama dengan koloid yang mengandung Na lebih

tinggi mempunyai pH yang lebih tinggi pula pada kejenuhan basa yang sama

(Pairunan,dkk, 1985).

Reaksi tanah secara umum dinyatakan dengan pH tanah. Kemasaman

tanah bersumber dari asam organik dan anorganik serta H+ dan Al3+ dapat

tukar pada misel tanah. Sedangkan tanah alkalis dapat bersumber dari hasil

hidroksil dari ion dapat tukar atau garam-garam alkalis seperti : Belerang dan

sebagainya (Hakim dkk, 1986).

pH tanah adalah logaritma dari konsentrasi ion H+ di dalam tanah, hal

ini dapat dilihat pada persamaan berikut: pH = - log (H+). Dilihat dari pHnya

lebih besar dari tanah mempunyai tiga sifat yaitu bersifat basa jika pHnya lebih

besar dari 7 dan bersifat netral apabila pHnya antara 6-7 serta jika tanah

memiliki pH di bawah 7 maka tanah akan dikatakan bersifat asam (Pairunan,

dkk, 1997).

Larutan mempunyai pH 7 disebut netral, lebih kecil dari 7 disebut

masam, dan lebih besar dari 7 disebut alkalis. Reaksi tanah ini sangat

menunjukkan tentang keadaan atau status kimia tanah. Status kimia tanah

mempengaruhi proses-proses biologik (Hakim, dkk, 1986).

Page 39: Laporan resmi

39

pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan

tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung

berupa ion hidrogen sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu tersedianya

unsur-unsur hara tertentu dan adanya unsur beracun. Kisaran pH tanah mineral

biasanya antara 3,5–10 atau lebih. Sebaliknya untuk tanah gembur, pH tanah

dapat kurang dari 3,0. Alkalis dapat menunjukkan pH lebih dari

3,6. Kebanyakan pH tanah toleran pada yang ekstrim rendah atau tinggi,

asalkan tanah mempunyai persediaan hara yang cukup bagi pertumbuhan suatu

tanaman (Sarwono, 2003).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah unsur-unsur yang

terkandung dalam tanah, konsentrasi ion H+ dan ion OH-, mineral tanah, air hujan

dan bahan induk, bahwa bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi sesuai

dengan mineral penyusunnya dan asam nitrit yang secara alami merupakan

komponen renik dari air hujan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pH

tanah (Kemas, 2005), selain itu bahan organik dan tekstur. Bahan organik

mempengaruhi besar kecilnya daya serap tanah akan air. Semakin banyak air

dalam tanah maka semakin banyak reaksi pelepasan ion H+ sehingga tanah

menjadi masam. Tekstur tanah liat mempunyai koloid tanah yang dapat yang

dapat melakukan kapasitas tukar kation yang tinggi. tanah yang banyak

mengandung kation dapat berdisiosiasi menimbulkan reaksi masam.

Page 40: Laporan resmi

40

BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Profil Tanah dan pengambilan contoh tanah

Tingkat kebenaran hasil analisis tanah dilaboratorium sangat dipengaruhi oleh

cara pengambilan contoh tanah di lapangan. Metoda atau cara pengambilan

contoh tanah yang tepat sesuai dengan jenis analisis yang akan dilakukan

merupakan pernyataan penting yang perlu diperhatikan. Untuk nalisis tanah

khususnya mengenai sifat-sifat fisik tanah, ada empat cara pengambilan contoh

tanah yaitu:

1. Contoh tanah utuh (undisturbed soil sample), untuk penetapan-penetapan berat

volume (bulk density): porositas tanah, kurva pF dan permcabilitas.

2. Contoh tanah dengan agregat utuh (undisturbed soil agregat), untuk

penetapan-penetapan agregat dan nilai COLE (Coeffisient of linear

extensibility).

3. Contoh tanah terganggu atau tidak utuh (disturbed soil sample), untuk

penetapan-penetapan kadar air, tekstur, konsistensi dan batas-batas angka

atterberg, warna dan sebagainya.

4. Contoh tanah dari suatu profil, cara pengambilan contoh tanah ini, kombinasi

cara pengambilan nomor 1, 2 dan 3.

Pengangkutan contoh tanah khususnya untuk keperluan penetapan berat volume:

pF dan permcabilitas harus dilakukan dengan cara hati-hati. Jangan sampai ada

guncangan-guncangan yang dapat merusak struktur tanah.

1. Pengambilan Contoh Tanah Utuh

Alat dan Perlengkapan

a. Tabung kuningan (copper ring)

Alat ini harus memenuhi syarat Area ratio < 0,1 untuk menghindari

kerusakan (perubahan sifat fisik) tanah akibat tekanan-tekanan mendatar.

Nilai Area Ratio (AR) dapat diperoleh dari

Page 41: Laporan resmi

41

AR = 2

22

DdDdDe

Dimana De = diameter lingkaran luar

Dd = diameter lingkaran dalam

Masing-masing tabung diberi tanda nomor dan dilengkapi dengan

sepasang penutup dari plastik. Tempat menyimpan tabung adalah peti

khusus yang bentuk dan ukurannya disesuaikan dengan ukuran dan jumlah

tabung.

b. Sekop, cangkul atau cetok

c. Pisau yang tajam dan tipis.

Cara Kerja

1. Ratakan dan bersihkan lapisan atas tanah yang akan diambil, kemudian

letakkan tabung tegak pada lapisan tanah tersebut. Nomor yang ada pada

tabung jangan sampai berbalik.

2. Gali tanah disekitar tabung dengan sekop atau cetok

3. Iris atau haluskan potongan tanah di sekitar tabung hingga mendekati

tabung

4. Tekan tabung hingga tiga per empat masuk ke dalam tanah

5. Letakkan tabung lain di atas tabung pertama

6. tekan lagi tabung tersebut sampai permukaan tabung pertama masuk ke

dalam tanah sekitar satu sentimeter.

7. Tabung beserta contoh tanah di dalamnya diambil (digantin) dengan sekop

atau cangkul

8. Pisahkan tabung kedua dari tabung pertama dengan hati-hati, kemudian

potonglah tanah kelebihan yang ada pada bagian atas dan bawah tabung

pertama hingga rata.

9. Tutuplah tabung yang berisi contoh tanah tersebut dengan plastik penutup

dan simpan ke dalam kotak (peti) khusus yang telah disediakan.

Pengambilan contoh tanah tersebut baik dilakukan pada waktu dalam keadaan

kapasitas lapang. Kalau tanah terlalu kering sebaiknya disiram dulu dengan air

secukupnya sehari sebelum pengambilan contoh. Selain itu yang perlu

Page 42: Laporan resmi

42

diperhatikan jangan sampai menggunakan palu atau alat pemukul lainnya

untuk memasukkan tabung ke dalam tanah.

2. Pengambilan Contoh Tanah dengan Agregat Utuh

Alat Perlengkapan

a. Kotak yang kuat dan berukuran cukup untuk membawa (menyimpan) kira-

kira dua kilogram bongkah tanah dengan agregat utuh.

b. Cetok, sekop atai cangkul

c. Kantong plastik tempat contoh untuk penetapan-penetapan selain

penetapan struktural.

Cara Kerja

1. Gali tanah sampai kedalaman yang diinginkan untuk penetapan stabilitas

agregat biasanya cukup dengan mengambil lapisan yang sesuai dengan

kedalam perakaran.

2. Ambil gumpalan-gumpalan tanah yang dibatasi dengan belah-belah alami

(agregat utuh), lalu masukkan ke dalam kotak yang telah disediakan tadi.

Atau dapat juga menggunakan tempat lain andaikata kotak semacam itu

tidak ada. Asalkan dijaga agar selama dalam penganggkutan agregat-

agregat tanah tersebut tetap utuh.

3. Pengambilan Contoh Tanah Terganggu atau tidak Utuh

Alat Perlengkapan

a. Kantong plastik yang berukuran cukup untuk diisi kira-kira dua kilogram

contoh tanah, dan plastik kecil untuk label.

b. Label, spidol dan karet gelang untuk pengikat

c. Pisau belati, sekop atau cangkul

Cara Kerja

1. Gali tanah sampai kedalaman yang diinginkan

Page 43: Laporan resmi

43

2. Ambil dan masukkan contoh tanah ke dalam kantong plastik. Beri tanda

(nomor dan kode) pada label. Bungkus label dengan plastik kecil,

masukkan ke dalam kantong plastik lalu diikat dengan karet gelang.

Pemberian tanda dapat juga pada plastik pembungkus tanah.

4. Pengambilan Contoh Tanah dari Suatu Profil

Cara Kerja

1. Gali lubang profil (lihat acara II)

2. Bersihkan dan ratakan tanah di atas sisi lubang yang telah di deskripsi

secukupnya.

3. Ambil contoh tanah utuh seperti cara pertama. Apabila diperlukan dapat

juga diambil contoh tanah dengan agregat utuh contoh tanah terganggu

atau tidak utuh.

4. Selesai pengambilan contoh-contoh tanah pada lapisan pertama, sisa

lapisan pertama dibuang sampai timbul lapisan kedua, demikian

seterusnya hingga lapisan terakhir (yang dikehendaki) dalam profil.

1.1. Penetapan Kadar Lengas

3.2.1 Bahan dan Alat :

a. Bor tanah

b. Sekop atau cangkul

c. Pisau belati

d. Altometer (observation log)

e. Mistar kayu/gulung

f. Buku warna tanah

g. Daftar pengamat

Khemikalia :

a. H2O2 30% b. HCl 0,1 N

3.2.2 Cara Kerja :

1. Pilih suatu tempat yang mewakili suatu kawasan/lahan, tentukan batas-

batasnya dengan pengeboran. Penentuan batas ini bertujuan untuk membuat

Page 44: Laporan resmi

44

baku masing-masing satuan tanah (klasifikasi) sebagai pembanding terhadap

satuan tanah lainnya.

2. Gali lubang dengan ukuran dalam 1 m, lebar 1,5 m, dan panjang 2 m. Dinding

profil tanah dibuat menghadap ke utara, dan untuk masuk ke lubang dibuatkan

tangga.

3. Tentukan batas-batas horizon tanah, ketebalannya, dan amati masing-masing

horizon mengenai ciri-cirinya.

Catat pengamatan saudara dalam daftar pengamatan (observation log).

4. Catat pula ciri-ciri morphologi lahan di sekitar profil tanah, ukur tinggi tempat

dengan altimeter dan gambar penampang profil tanah yang diamati.

1.2. Kadar Lengas Tanah

3.2.1 Alat dan Bahan

a. 6 buah botol timbang kuningan

b. Timbangan analitis ( ketelitian 0.0002 gr)

c. Alat pengering ( oven )

d. Eksikator

Bahan

Contoh tanah kering angin gumpalan, halus (0,2mm) dan 0,5 mm

3.2.2 Cara kerja

1. Timbang botol timbangan kuningan kosong, bersih dan bertutup misal

beratnya a gram

2. Masukkan contoh tanah kedalam botol timbangan sampai separuh

penuh, timbang botol berisi tanah dan bertutup misal beratnya b gram

3. Dengan tutup terbuka masukkan botol timbangan berisi tanah kedalam

oven yang panasnya telah diatur antara 1050 C – 1100 C. biarkan di

Page 45: Laporan resmi

45

dalam oven selama paling sedikit 4 jam, lebih lama lebih baik jangan

sampai kurang

4. Setelah 4 jam botol timbangan berisi tanah kembali ditutup serapat-

rapatnya keluarkan dari oven dan didingikan dalam eksikator selama

15 menit, kemudian ditimbang miasal beratnya c gram.

5. Lakukan langkah-langkah 1-4 untuk menetapkan kadar lengas contoh

tanah yang tersedia.

3.3 Kadar Bahan Organik

3.3.2 Alat Dan Bahan

a. Labu takar 50 ml

b. Pipet ukur 10 ml dan 5 ml

Gelas ukur 10 ml

c. Pipet teteas sampai 0,0002 gram

d. Botol pemancar air

e. Labu erlenmeyer 250 ml

f. Buret 50 ml

g. Timbangan analitis teliti

BAHAN

a. K2Cr2O7

b. H2SO4 pekat

c. H3PO4

d. FeSO2 0,1 N

e. Indikator Diphenylamine

f. Aqua destilata

Page 46: Laporan resmi

46

3.3.1 CARA KERJA

1. Timbang contoh tanah kering udara sekitar 1 gram dengan alas gelas

arloji yang bersih dan kering yang telah diketahui beratnya

2. Masukkan ke dalam labu takar 50 ml dan tambahkan 10 ml K2Cr2O7

3. Tambahkan kemudian 10 ml H2SO4 pekat dengan gelas ukur

4. Kemudian dikocok dengan gerakan memutar dan mendatar

5. Warna harus tetap merah jingga, kalu warnanya menjadi hijau/ biru,

tambahkan lagi K2Cr2O7 dan H2SO4 pekat, dan jumlah penambahan

harus dicatat.

Diamkan kira-kira 30 menit sampai larutan menjadi dingin.

Penambahan blangko juga harus sama banyak.

6. Tambahkan 5 ml H3PO4 85% dan 1 ml indikator diphenylamine

7. Jadikan volume 50 ml dengan menambahkan air suling, hendaknya

memakai botol meancar air.

8. Kocok dengan cara membalik-balik labu takar sampai homogen dan

biarkan mengencap.

9. Ambil 5ml larutan jernih dengan pipet ukur, kemudian masukkan

kedalam labu erlenmayer 250ml dan tambahkan air suling 15 ml.

10. Kemudian dititrasi dengan larutan FeSO2 0,1 N hingga warnanya

menjadi kehijaua-hijauan.

11. Langkah-langkah ini diulang lagi tanpa contoh tanah untuk keperluan

analisa belangko.

Fungsi analisa blangko untuk koreksi alat, bahan atau reagensia

mengenal kemurniannya dan untuk mempermudah hitungan.

Jalannya reaksi

2 K2Cr2O7 + 8 H2SO4 2 K2SO4 + 2 Cr2 (SO4) 3 + 8 2O 8 + 3 O2 + x cal C

+ O CO2 + sisa indikator

K2Cr2O7 + 6 FeSO4 + 7 H2SO4 Cr2(SO4)3 indikator + 3 Fe (SO4)3 +

K2SO4+ 7 H2

Page 47: Laporan resmi

47

3.4. Kadar Kapur Ekuivalen/Setara

3.4.1. Alat

a. Calcimeter ( alat CO2 Mohr)

b. Gelas arloji

c. Timbangan analitis teliti sampai 0.0002 gram

3.4.2. Bahan

Contoh tanah kering – udara diantara 2,0 mm

Khemikalia

HCl 2 N

3.4.1. Cara kerja

1. Timbang contoh tanah yang menggunakan gelas arloji yang bersih, kering,

sebanyak sekitar 15 gram ( misal a gram ). Untuk ini perlu diketahui

dahulu berat gelas arlojinya. Masukkan contoh tanah secara kuantitatif ke

dalam gelas piala 500ml, butir-butir tanah yang mungkin masih menempel

di gelas arloji dapat sedikit dibilas dengan air.

2. Tambahkan air sebanyak 50 ml, lalu 10 ml H2O2 30% ( semua diukur

dengan tabung ukur), gelas piala ditutp dengan gelas arloji yang bersih dan

kering, kemudian dibiarkan semalam. Tindakan ini dimaksudkan untuk

menghilangkan bahan organik yang ada di dalam tanah.

3. Keesokan harinya gelas piala tertutup dipanasi diatas pemanas air yang

telah menidih, dan diawasi betul-betul kalau ada bahaya pebuihan sampai

tanahnya meluap. Kalau perlu gelas pialanya diangkat dari penangas air.

Setelah reaksi pertama mereda ( setelah 5- 10 menit) tambahkan lagi

H2O230 % sebanyak 15 ml, tutup kembali dengan menggunakan gelas

arloji dan biarkan di penangas air selama 10 menit lagi. Setelah reaksinya

mereda, celupkan gelas pialanya kedalam air yang mendidih kedalam

Page 48: Laporan resmi

48

penangas air selama 5 menit dalam keadaan tercelup. Tanah yang sudah

bersih dari bahan menjadi muda dan butir-butir pasir sudah kelihatan

bersih permukaannya. Untuk memastika, setelah larutan agak dingin diberi

lagi beberapa ml lagi H2O230 %. Kalau tidak timbul reaksi lagi, tidak

terjadi lagi gelembung-gelembung pemercikan, ini berarti bahan organik

telah betul-betul habis. Jika reaksi timbul, maka langkah yang terakhir tadi

dapat diulang secukupnya.

4. Butir-butir tanaha yang menempel digelas arloji dan didnding gelas piala

dibilas masuk dengan air bersih. Suspensi lalu diencerkan sampai kira-kira

150 ml dengan air suling, ditutup kembali, dan didihkan diatas api spritus

selama 5 menit. Dijaga jangan sampai membuih atau memericik dan

tumpah, setelah ini dibiarkan mendingin.

5. Seteleah dingin gelas arloji tertutup dan dinding gelas piala dibilas dengan

air sampai bersih.

Untuk membersihkan dinding, sambil membilas digosok-gosok dengan

batang kaca berujung karet. Tambahkan 25 ml HCl 2 N untuk

menghilangkan kapur, garam-garam lain dan kation- kation basa

beradsorbsi. Kalau tanah mengandung kapur berlebih dari 2 % maka untuk

setiap persenya ditambah lagi 2,5 ml HCl 2N. Encerkan suspensi sampai

volume kira-kira 250ml dengan air dan tanah digosok-gosok dengan

batang kaca berujung karet. Reaksi antara tanah dengan asam dibiarkan

berlangsung selama 1 jam dengan beberapa kali digosok-gosok dengan

batang kaca. Selama pekerja ini batang kaca tetap diletakkan dalam gelas

piala, dan jangan diletakan dimana-mana karena ujungnya ada tanah yang

menempel. Setelahwaktu ini dilampaui, larutan diatas endapan tanah

diperikasa keasamannya dengan secarik kertas lakmus biru. Kertas lakmus

biru harus berubah warnanya menjadi merah, yang menandakan bahwa

telah hilang semuanya. Kalau kertas lakmus tidak berubah warnanya,

berarti asamnya kurang dan perlu ditambah lagi kira-kira 10 ml. Tanahnya

diaduk-aduk lagi dan dibiarkan selama 1 jam. Periksa lagi apakah

sekarang audah ada kelebihan asam.

Page 49: Laporan resmi

49

6. Pasang corong gelas 0,10 cm diatas tabung erlenmayer 750ml, lapisi

dengan kertas saring sedemikian rupa sehingga pinggiran kertas saring

terletak 5 mmdibawah bibir corong, kertas saring dibasahi supaya melekat

betul tanpa ada gelembung-gelembung udara diantaranya. Seringkali

suspensi tanah sampai semua tanah dipindahkan secara kuantitatif diatas

kertas saring. Dibantu dengan biasan air batang kaca, sambil dibilas bersih

ujung kaca yang bertanah tadi.

7. Tanah diatas kertas saring dicuci 4 kali dengan HCL 0,2N. Setiap kali

pencucian menggunakan 50ml.

Pendispersian :

8. Setelah selesai pencucian dan air terakhir telah menetes dari corong, kertas

saring dengan tanahnya sementara masih basah diangkat hati-hati dengan

corong, jangan sampai sobek dan paparkan diatas gelas arloji 0,10 cm

yang bersih.

Dengan memegang tepi gelas arloji dan kertas saring, jangan sampai

menjamah tanahnya, tanah dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu

erlenmayer 500ml dengan menggunakan corong yang dipakai menyaring

tadi. Untuk ini diperlukan pancaran air secukupnya jangan berlebihan.

Tanah yang masih menempel di dinding dakhil ( bagian dalam ) corong

juga dimasukkan kedalaam tanbung erlenmayer dengan pancaran air dan

kuas. Kemudian kuas dibersihkan dari butir-butir tanah yang menepel

padanya,

9. Tambahkan 10 ml larutan NaOH 1 N setepat mungkin dengan

menggunakan tabung ukur yang telah dicuci bersih dari menggunakan

tabung ukur yang telah dicuci bersih dari sisa-sisa H2O2 dan HCl.

Sumbatlah labu erlenmayer dengan sumbatan karet atau selembar plastik

serapat-rapanta, letakkan tegak dan kuat pada alat pengocok dan kocoklah

dengan kuat selama 15 menit untuk mendapatkan hasil pendispersian yang

baik.

Page 50: Laporan resmi

50

3.5. Tekstur Tanah

3.5.1. Alat dan Bahan

a. 2 buah gelas arloji 0,8 dan 10 cm

b. Timbangan analisi teliti sampai 0,0002 gram

c. 2 buah corong gelas 10 dan 15 cm

d. Tabung sedimentasi 1000 ml dengan tutup karet atau plastik

e. Alat pipet dengan volume 25 ml

f. Stop-watch teliti sampai 0,1 detik

g. Batang kaca pengaduk berujung karet

h. Thermometer teliti sampai 0,10 C

i. 2 buah cawan penguap 8 cm

j. 2 buah labu erlenmeyer (bersumbat karet) 500 ml dan 250 ml

k. Kertas waring Watman No. 50

l. Kuas

m. Gelas piala 500 ml

n. Tabung ukur 25 ml

o. Penangas air

p. Lampu spiritus

q. Penumpu kaki tiga

r. Botol pemancar air

s. Piring seng

t. Alat pengering (oven)

u. Eksikatoe

v. Kertas lakmus biru

Khemikalia :

a. 25 ml H2O2 30%

b. 200 ml HCl 0,2 N

c. 20 ml HCl 2 N

d. 10 ml NaOH 1 N

Page 51: Laporan resmi

51

Bahan :

Contoh tanah halus kering – udara 2,00 mm

3.5.2. Cara Kerja :

Pendispersian

1. Timbang contoh tanah yang mengunakan gelas arloji yang bersih, kering,

sebanyak sekitar 15 gram (misal a gram). Untuk ini perlu diketahui dahulu

berat gelas arlojinya.

Masukkan contoh tanah secara kuantitatif ke dalam gelas piala 500 ml,

butir-butir tanah yang mungkin masih menempel di gelas arloji dapat

sedikit dibilas dengan air.

2. Tambahkan air sebanyak 50 ml, lalu 10 ml H2O2 30% (semua diukur

dengan tabung ukur), gelas piala ditutup dengan gelas arloji dapat sedikit

dibilas dengan air.

3. Keesokan harinya gelas piala tertutup itu dipanasi di atas penangas air

yang telas mendidih, dan diawasi betul-betul kalau ada bahaya pebuihan

sampai tanahnya meluap. Kalau perlu gelas pialanya diangkat dari

penangas air. Setelah reaksi pertama mereda (5 – 10 menit) tambahkan

lagi H2O2 30% sebanyak 15 ml, tutup kembali dengan gelas arloji dan

biarkan di atas penangas air selama 10 menit lagi. Setelah reaksinya

mereda, celupkan gelas pialanya ke dalam air yang mendidih dalam

penangas air selama 5 menit dalam keadaan tercelup. Tanah yang sudah

bersih dari bahan menjadi muda dan butir-butir pasir sudah kelihatan

bersih permukaannya. Untuk memastikan, setelah larutan agak dingin

diberi beberapa ml H2O2 30%. Kalau tidak timbul reaksi lagi, tidak lagi

terjadi gelembung-gelembung percikan, ini berarti bahan organik betul-

betul telah habis. Jika reaksi masih timbul, maka langkah yang terakhir

tadi dapat diulang secukupnya.

4. Butir-butir tanah yang menempel di gelas arloji dan dinding gelas piala

dibilas masuk dengan air sampai bersih.

Suspensi lalu di encerkan sampai kira-kira 150 ml dengan air suling,

ditutup kembali, dan di didihkan di atas api spiritus hati-hati selama 5

Page 52: Laporan resmi

52

menit. Dijaga sampai membuih atau memercik, dan tumpah. Setelah itu

dibiarkan mendingin.

5. Setelah dingin gelas arloji penutup dan dinding gelas piala dibilas dengan

air sampai bersih.

Untuk membersihkan dinding, sambil membilas digosok-gosok dengan

batang kaca ujung karet. Tambahkan 25 ml HCl 2 N untuk menghilangkan

kapur, garam-garam lain dan kation-kation basa beradsorbsi. Kalau tanah

mengandung kapur lebih dari 2% maka untuk setiap persennya ditambah

lagi 2,5 ml HCl 2 N. Encerkan suspensi sampai volume kira-kira 250 ml

dengan air dan tanah digosok-gosok dengan batang kaca berujung karet

sebaik-baiknya. Reaksi antara tanah dengan asam dibiarkan berlangsung

selama 1 jam dengan beberapa kali digosok-gosok dengan batang kaca.

Selama pekerjaan ini batang kaca tetap diletakan di dalam gelas piala, dan

jangan di letakkan dimana-mana karena ujungnya ada tanah yang

menempel. Setelah waktu ini di lampaui, larutan di atas endapan tanah

diperiksa keasamannya dengan secarik kertas lakmus biru. Kertas lakmus

biru harus berubah warnanya menjadi merah, yang menandakan bahwa

telah ada kelebihan asam dan kapurnya pasti telah hilang semuanya. Kalau

kertas lakmus tidak berubah warnanya, berarti asamnya berkurang dan

perlu ditambah lagi kira-kira 10 ml. Tanahnya di aduk-aduk lagi dan

biarkan selama 1 jam. Periksa lagi apakah sekarang sudah ada kelebihan

asam.

6. Pasang corong gelas 10 cm diatas tambung erlenmeyer 750 ml, lapisi

dengan kertas saring sedemikian rupa sehingga pinggiran kertas saring

terletak 5 mm dibawah bibir corong, kertas saring dibasahi supaya melekat

betul tanpa ada gelembung-gelembung udara diantaranya. Saringlang

suspensi tanah sampai semua tanah terpindahkan secara kuantitatif diatas

kertas saring. Dibantu dengan biasan air dan batang kaca, sampai dibilas

bersih ujung kaca yang bertanah tadi.

Page 53: Laporan resmi

53

Ingat :setiap kali menuang jangan sampai permukaan cairan dalam

corong kurang dari 5 mm jaraknya dari tepi kertas saring dan

sebagian besar tanah jatuh ditengah corong.

7. Tanah diatas kertas saring dicuci 4 kali dengan HCl 0,2 N. Setiap kali

pencucian menggunakan 50 ml.

Sebelum pencucian berikutnya dikerjakan, biarkan cairan pencuci

diteruskan dengan air suling sampai filtrat yang menetes dari corong

bersifat netral, diuji dengan kertas lakmus biru. Air pencuci diberikan

dengan pancaran sambil membersihkan butir-butir tanah dibagikan atas

kertas saring dan mengaduk endapan tanah dengan pancaran airnya.

Pada setiap kalinya jangan menggunakan air terlalu banyak, biarkan airnya

mendrainase sempurna terlebih dahulu sebelum ditambahkan air lagi.

Biasanya pencucian cukup setelah 6 kali.

Pendipersian :

8. Setelah selesai pencucian dan air terakhir telah menetes dari corong, kertas

saring dengan tanahnya sementara masih basah diangkat hati-hati dengan

corong jangan sampai sobek dan paparkan diatas gelas arloji 10 cm yang

bersih.

Dengan memegang tepi gelas arloji dan kertas saring, jangan sampai

menjamah tanahnya, tanah dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu

erlenmeyer 500 ml dengan menggunakan corong yang dipakai menyaring

tadi. Untuk ini diperlukan pancaran air secukupnya, jangan berlebihan.

Tanah yang masih menempel di dinding-dakhil (bagian dalam) corong

juga dimasukan ke dalam tabung erlenmeyer dengan pancaran air dan

kuas. Kemudian kuas dibersihkan dari butir-butir tanah yang menempel

padanya dengan cara sebagai berikut :

Tuangkan air sedikit diatas gelas arloji 9 cm yang bersih dan kuas

dicelupkan dan digosokkan, air cucian ini lalu dituangkan ke dalam labu

erlenmeyer. Pekerjaan ini diulangi 2-3 kali sampai kuas bersih betul dan

akhirnya gelas arrloji dan corongnya dibilas juga dengan air. Pada saat

Page 54: Laporan resmi

54

pemindahan tanah ini selesai volume suspensi dalam labu erlenmeyer

tidak boleh lebih dari 250 ml.

9. Tambahkan 100 ml larutan NaOH 1 N mungkin dengan menggunkan

tabung ukur yang telah dicuci bersih dari sisa-sisa H2O2 dan HCl.

Sumbatlah labu erlenmeyer dengan sumbat karet atau selembar plastik

serapat-rapatnya, letakkan tegak dan kuat pada alat pengocok, dan

kocoklah dengan kuat selama 15 menit untuk mendapatkan hasil

pendispersian yang baik.

10. Suspensi dimasukkan kedalam tabung sedimentasi dan tambahkan air

sampai tanda 1000 ml, siapkan alat pipet yang bersih dengan menghisap

dan memancarkan air bersih beberapa kali, dan alat diatur supaya

kecepatan penghisapannya 25 ml per 10-15 detik. Volume pipet 25 ml.

Ambil gelas piala, isi dengan air dan celupkan thermometer ke dalamnya

dan letakkan di samping alat pemimpet.

11. Pemimpet I : (lempung + debu) total

Tabung sedimentasi disumbar rapat dengan sumbat karet atau selembar

plastik, dapat dibantu dengan telapak tangan dan dibalik-balik teratur kira-

kira 15 kali dengan kecepatan 1 kali balik tiap 2 detik supaya suspensi

menjadi homogen. Jadi lamanya pemutar balikan kira-kira 30 detik.

Pada waktu tabung sedimentasi dibalik dengan harus dilihat jangan sampai

masih ada tanah yang melekat di dasarnya.

Kemudian diletakkan pelan-pelan dibawah pipet sedemikian rupa sehingga

kalau nantinya pipet dicelupkan dapat terletak di tengah-tengahnya. Segera

setelah tabung diletakkan waktu pengendapan mulai dihitung dengan

menggunakan stop-watch. Temperatur air dalam gelas piala diamati,

dianggap sebagai temperatur suspensi dan dari daftar yang tersedia dapat

dilihat bebrapa lama harus menunggu sebelum pemipetan dapat dilalkukan

pada temoeratur tersebut. Pemimpetan I dilakukan pada kedalaman 20 cm

dari permukaan suspensi. Beberapa detik sebelumnya, pipet diturun

kedalam suspensi dengan hati-hati jangan sampai merusak atau mengaduk

suspensi sehingga ujungnya terletak kedalam 20 cm dari permukaan

Page 55: Laporan resmi

55

suspensi. Setelah tiba saatnya pemipetn dilakukan dengan kecepatan

mengisi 25 ml/10-15 detik. Kemudian pipet ditarik keluar dan isinya

dikosongkan dan berapa beratnya, dalam keadaan kosong dan bersih

(misal b gram).

Cawan dan sisinya dimasukkan kedalam dapur pengering untuk diluapkan

dan dikeringkan dalam temperatur 1050-1000C. Lamanya pengeringann

paling sedikit 4 jam setelah ini cawan dimasukan kedalam eksikator dan

setelah dingin ditimbang (misal c gram)

12. Pemimpetan II (lempung) total

Suspensi dalam tabung sedimentasi dihomogenkan lagi seperti dalam

langkah ke-11. Selanjutnya juga dikerjakan seperti lengkah ke-11, akan

tetapi pemipetan disini dilakukan pada kedalaman 5 cm.

Disini pengamatan temperatur untuk menentukan lamanya beberapa kali

untuk diambil rata-ratanya. Jadi berbeda dengan pemipetan I yang hanya

diadakan 1 kali saja. Hal ini tejadi karena waktu menunggunya lebih lama,

lebih dari 3 jam sehingga besar kemungkinan temperaturnya selama itu

akan berubah-ubah.

Pengamatan temperatur dilakukan sebagai berikut : segera setelah tabung

diletakkan, sehabis dihomogenkan suspensinya, mulai dilakukan

perhitungan waktu menunggu. Kemudian setelah lewat 1 jam, lewat 2 jam,

dan setelah beberapa lama waktu menunggunya, sedangkan diperoleh rata-

rata keempat pengamatan akan diperoleh angka koreksinya untuk

mendapatkan waktu menunggu yang difinitif. Setelah cawan penguap

kosong dan bersih ditimbang (misal d gram), hasil pemimpetan II

ditampung kedalamnya. Kemudian diuapkan dan dikeringkan dalam oven

dan ditimbang seperti langkah ke-11

Page 56: Laporan resmi

56

3.6. Agihan (debu + lempung) aktual

3.6.1 Alat dan Bahan

Sama dengan yang dipergunakan dalam analisa granuler cara pipet

Bahan :

Contoh tanah kering yang digunakan dalam analisa granuler cara pipet

3.6.2. Cara kerja :

1. Seperti langkah ke-1 dalam acara granuler ( misal berta contoh tanah halus

a gram)

2. Miringkan gelas pialanya hingga contoh tanah menyebar sepanjang kira-

kira 4-5 cm pada dindingnya. Tambahkan air sedikit demi sedikit dengan

dialirkan lewat dinding gelas piala hingga tanah menjadi basah karena

kapilaritas dan bukan karena dituangi air.

3. Setelah tanah menjadi basah betul, tambahkan air sampai volume suspensi

mencapai kira-kira 250 ml. Juga disini penahanan air jangan dikenakan

langsung pada tanahnya.

Biarkan tanah mengurangi dengan sendirinya dalam air selama paling

sedikit 15 menit.

4. Tuangkan suspensi tanh secara kuantitatif kedalam tabung sedimentasi

dengan pertolongan pancaran air, membilasnya jangan langsung kena

tanahnya.

Tambahkan air sampai volume 1000 ml.

5. Seperti langkah ke-11dalam analisa granuler.

3.7. Struktur Tanah

Kerapatan Butir (BJ) Tanah

3.7.2. Alat dan Bahan

a. Piknometer

b. Kawat pengaduk halus

c. Thermometer teliti sampai 0,10C

d. Botol pemancar air

e. Corong gelas keciltol timbang untuk ditetapkan kadar

Page 57: Laporan resmi

57

f. Timbangan analitis sampai teliti 0,0002 gram

g. Dapur pengering (oven)kan ditetapkan kadar lengasnya

h. Potongan kertas atau serbet. Volome botol timbang

Bahan :

Contoh tanah halus 2,0 mm kering-udara

3.7.2. Cara Kerja :

1. Timbang piknometer kosong, bersih dan bersumbat (misal a gram)

2. Isilah piknometer dengan air suling hingga penuh dengan

menggunakan pemancar air sampai batas garis tanda pada pipa

kapiler dalam sumbatnya. Kalau tidak ada garis batas/tanda, maka

sampai ujung atas pipa kapilernya.

Caranya : isilah piknometer sampai di atas leher, lalu sumbat

dipasang. Pemasangan sumbat harus teliti agar tidak terdapat

gelembung udara yang tertinggal dalam piknometer. Air akan naik

ke dalam pipa kapiler, dan menghisap kelebihan air. Bersihkan

dengam kertas tetes-tetes air yang mungkin masih menempel di

bagian luar piknometer.

3. Timbang piknometer penuh air (misal b gram). Kemudian ukur

temperatu air dalam piknometer dengan pembulatak kurang dari

0,50C dibulatkan ke bawah (misal t10C). Lihat dalam daftar yang

tersedia di labolatorium berupa BJ piknometer itu (misalnya BJ1)

4. Air dalam piknometer dibuang, bersihkan semua tetes-tetes air

yang mungkin ada di bagian luarnya dengan lap dan keringkan

baguab dakhilnya dengan cara sebagai berikut :

Tuangkan ke dalam sedikit alkohok, goyangkan piknometer sampai

semua tetes larut, lalu dibuang, sisa alkohol dibuang dengan eter

dengan cara seperti tadi, setelah dibuang biarkan sisa eter

menguap. Periksa dengan dibuai.

5. Isilah piknometer dengan contoh tanah seberat 5 gram. Dasar

piknometer tertutup selapis tanah setelah kira-kira 0,75 cm bila

Page 58: Laporan resmi

58

memakai piknometer 25 ml. Pasang sumbatnya dan timbang

piknometer berisi tanah ini (misal c gram)

6. Piknometer diisi dengan air suling sampai kira-kira separuh penuh,

tanah diaduk-aduk kuat dengan pengaduk halus untuk

menghilangkan udara yang tersekap dalam tanah. Pengeluaran

gelembung-gelembung udara dapat dibantu dengan cara

mengguncang-guncangkan piknometer. Setelah ini, piknometer

sisinya dibiarkan semalam dengan sumbat terpasang sehingga tidak

kemasukan kotoran atau debu. Peringatan : sebelum kawat

pengaduk dicabut dari dalam piknometer perlu dibilas dengan

sedikit air untuk menghilangkan butiran-butiran tanah yang

menempel padanya, supaya tidak ada tanah yang terikut kawat

pengaduk.

7. Keesokan harinya penghilangan gelembung-gelembung udara yang

munngkin masih tertinggal diulangi lagi, kemudian dibiarkan

sebentar untuk mengendapkan sebagian besar tanahnya, lalu air

suling dengan hati-hati sampai penuh. Caranya seperti pada

langakah ke-2. Penaqmbahan air ini diusahakan agar tanah tidak

ikut teraduk untuk menjaga agar tidak ada butir-butir tanah yang

hilang berikut kelebihan air yang harus dihilangkan.

8. Timbang piknometer berisi tanah dan air penuh ini (misal d gram).

Setelah itu ukur temperatur dalam piknometer (misal t20C). Dari

daftar dapat diketahui beberapa BJ pada temperatur ini (misal BJ2)

Page 59: Laporan resmi

59

3.8. Kerapatan Massa (BV) Tanah

3.8.2. Alat dan Bahan

a.Cawan pemanas lilin

b.Lampu spritus

c.Penumpu kaki tiga

d.Tabung ukur

e.Pipet ukur 10 ml ketelitian 0,1 ml

f.Timbangan analitis teliti sampai 0,0002 gram

g.Thermometer teliti sampai 0,10C

h.Kuas

i.2 botol timbangan kuningan

k.Dapur pengering

l.Eksikator

m.2 utas tali/ benang halus

n.Lilin

Bahan

Contoh tanah asli

3.8.1. Cara kerja

1. Timbang sebongkah tanah ( a gram)

1. Cairkan lilin sampai suhu 600C dan celupkan bongkah tanah tersebut yang

sebelumnya telah diberi tali.

2. Setelah lilin mengeras kemudian ditimbang ( b gram)

3. Isi tabung ukur sampai volum p ml dan bongkah tanah di celupkan. Sekarang

4. menggunakan pipet ukur air ditambahkan sampai permukaanya tepat tanda

garis tertentu q ml. Catat berapa ml air yang telah ditambahkan dari pipet r ml.

5. Ambil bongkah tanah lain yang sejenis dan teteapkan kadar lengasnya pada

acara kadar lengas tanah untuk mendapatkan berat tanah kering mutlak.

Page 60: Laporan resmi

60

Porositas Tanah (n) Tanah

Yang disebut porositas. Total tanah adalah persentase volume pori-pori total tanah

yang ada dalam tanah terhadap volume total bongkah tanah.

Nilai Perbandingan Dispersi (NPD) tanah

Yang disebut dengan perbandingan tanah adalah hasil bagi antara ( debu +

lempung) aktual dengan ( debu+ lempung) aktual, dinyatakan dalam persen.

3.9. Penetapan ph Tanah

3.9.1. Alat dan Bahan

a. Beaker glass 50 ml

b. Pengaduk kaca

c. Alat pH meter dengan elektroda lengkap

d. Thermometer teliti 0,10C

e. Gelas ukur

f. Botol pemancar air

Khemikalia:

KCl 1 N

Bahan :

Contoh tanah asli gumpalan

3.9.2. Cara Kerja :

1. Ambil dan timbang contoh tanah asli gumpalan, kira-kira 10 gram.

Masukkan ke dalam beaker glass 50 ml dan tambahkan air suling

sebanyak 25 ml, lalu diaduk-aduk untuk melarutkan tanah selama jangka

waktu 30 menit dengan batang kaca pengaduk

2. Biarkan larutan tanah itu mengendap selama 30 menit

3. Setelah larutan mengendap, ukur pHnya dengan cara sebagai berikut :

Siapkan alat pH meter dengan menyambungkan elektrode pada

meternya

Page 61: Laporan resmi

61

Siapkan elektrode pada larutan penyangga pH 7 dan tekan tombol

pada tanda “ON”, sesuaikan keadaan tombol “TEMP” pada angka

temeratur larutan penyangga pH 7 dan aturlah tombol “CALIB”

hingga terbaca angka 7,00 pada layar pH meter

Cuci elektrode dengan pancaran air suling di bagian ujungnya

sampai bersih

Celupkan elektrode pada larutan penyangga pH 4 dan tombol

“TEMP” agar sesuai dendan temperatur larutan penyangga pH 4,

kemudian aturlah tombol “SLOPE” hingga terbaca angka 4,00

pada layar pH meter

Cucilah lagi elektrode dengan air suling hingga bersih dengan

pancaran air

Dengan mengikuti langkah dari a sampai e, maka dengan begitu

pH meter telah terkalibrasi dan siap digunakan untuk mengukur pH

meter yang diteliti

4. Laksanakan langkah-langkah ke-1 sampai ke-2 dengan menggunakan

larutan KCl 1N sebanyak 25 ml untuk menentukan pH tanah yang sama

dengan tanah di atas tadi

Page 62: Laporan resmi

62

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Kadar Lengas

a. Hasil

Ukuran Kode Berat botol

(a)

Berat botol+

tanah (b)

Berat setelah

di oven (c)

Gumpalan A1 17,191 29,312 28,037

A2 15,579 29,061 27,722

2 mm B1 18,080 28,546 27,534

B2 18,588 28,680 27,698

0,5mm C1 17,188 27,632 26,603

C2 22,193 32,008 31,056

b. Perhitungan

= −− 100%3.9.3. Tanah ukuran gumpalan= 29,312 − 28,03728,037 − 17,191 100% = 11,755 %

= 29,061 − 27,72227,722 − 15,579 100% = 11,026%− = 11,755% + 11,0262

= 11,3905%

3.9.4. Tanah ukuran 2 mm

Page 63: Laporan resmi

63

= 28,546 − 27,53427,534 − 18,080 100% = 10,704 %= 28,680 − 27,69827,698 − 18,588 100% = 10,779 %

− 2 = 10,704% + 10,779%2= 10,7415%

3.9.5. Tanah 0,5mm

= 27,632 − 26,60326,603 − 17,188 100% = 10,929 %= 32,008 − 31,05631,056 − 22,193 100% = 10,835 %

− 0,5 = 10,929% + 10,835%2= 10,835%

Page 64: Laporan resmi

64

4.2.Kadar Bahan Organik

Data

Berat tanah 1gr Data

VK2Cr207 10

VH2SO4 10

V blanko 11,6

V sampel 9,1

3.9.5.1.1. Perhitungan

= (C) 10058 × 100%( ) = ( − ) 4 3100100 + 10 10077 100%

( ) = (11,6 − 9,1)0,2 3100100 + 10,84 1000 10 10077 100%( ) = 1,5208,4 1,29( ) = , %

= (c) 10058 × 100%= (9,28) 10058 × 100%= 2,16%

Page 65: Laporan resmi

65

4.3.Kadar Kapur Ekuivalen

a. Hasil

a.Calcimeter kosong = 75,173

b.Calcimeter + tanah = 80,550

c.Calcimeter + tanah+HCl = 101,482

d.Kekurangan berat = 100,687

b. Perhitungan

= ( − )44 100100100 + ( − ) 100%= (101,482 − 100,687)44 100100100 + 10,74 (80,550 − 75,177) 100%= 1,80681818245,80068143 100%= , %

1.5.Tektstur Tanah

a. Hasil

Diketahui

b = 47,054

c = 47,315

d = 36,945

e = 37,128

KL = 10,741

Page 66: Laporan resmi

66

1. Kadar debu = – – − = × – γ%

= (47,315 − 47,054 − 37,128 − 36,945) × ( , , ) , %= 0,078 × ( , )( , )= 3,12 × 7,27= 22,6824 % (A)

2. Kadar Lempung = – − 0,01 × ( × ) %= (37,128 − 36,945 − 0,01) × ( , , ) ,= ( 0,173 ) 40 X 7,27

= 50,3084 % ( B )

3. Kadar Pasir = ( 100 – A – B )

= ( 100 – 22,6824 – 50, 3084 )

= 27,0092

Cawan penguap kosong (b) = 97,218

Cawan setelah dioven ( c ) = 98,250

a. Berat ( debu + lempung ) actual kering mutlak

= ××= ×× ,= ,= 1,396 gram

b. Berat (debu + lempung) actual kering mutlak

Page 67: Laporan resmi

67

= ( − ) ×= (98,250 − 97,218) ×= 1,034 × 40 = 41,28

c. Kadar (lempung + debu) actual

= ( − ) × × %= (98,250 − 97,218) × 40 × ,= 41,28 × ,= 41,28 × 7,38= 304,64 %

1.6. Struktur Tanah

a. Hasil

a.Piknometer kosong = 15,480

b.Piknometer + aquades = 40,300

t1temperatur isi aquades = 270

bj1 = 0,9965

c.Piknometer + tanah = 20,109

d.Piknometer + tanah + aquades = 43,041

t2temperatur isi aquades = 290

bj2 = 0,9965

b. Perhitungan

A. Kerapatan butir (BJ) Tanah

3

12

21 cm/gr)cd(BJ)ab(BJ()KL100(

BJ.BJ.)ac(100

= ( , , ) × , × ,( , ) × , ( , , ) , × ( , , )= × , × ,( , ) × ( , × ) ( , × , )

Page 68: Laporan resmi

68

= , ,= 2,043

B. Kerapatan Massa (BV) Tanah

A1 =

3cm/gram)ab()prq(87,0()KL100(

a.87

= × ,( , ){ , ( )| ( , )}= ,,= 1,609 gram / cm3

n1 = %100)BJBV1(

= %100)043,2609,11(

= ( 1 – 0,787 ) X 100%

= 21,3

A2

= 3cm/gram)ab()prq(87,0()KL100(

a.87

= 3/)54,0()4(87,0()39,11100(

666,5.87 cmgram

=48,327

942,492

= 1,505 gram / cm3

n2 = %100)BJBV1(

= %100)043,2505,11(

Page 69: Laporan resmi

69

= 26,4

A3

= 3cm/gram)ab()prq(87,0()KL100(

a.87

= 3/)66,0()6(87,0()39,11100(

991,7.87 cmgram

=93,507

217,695

= 1,368 gram / cm3

n2 = %100)BJBV1(

= %100)043,2368,11(

= ( 1 – 0,669 ) X 100%

= 33,1

1.7. Penetapan pH tanah vertisol

a. perhitungan

A. berat tanah =10 gr

B. pH H2O 1= 6,34

Page 70: Laporan resmi

70

PEMBAHASAN

PENGAMBILAN CONTOH TANAH

Contoh Tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu

bagian tubuh tanah (horison/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu disesuaikan

dengan sifat-sifat yang akan diteliti secara lebih detail di laboratorium.

Pengambilan contoh tanah dapat dilakukan dengan 2 teknik dasar yaitu

pengambilan contoh tanah secara utuh dan pengambilan contoh tanah secara tidak

utuh. Sebagaimana dikatakan dimuka bahwa pengambilan contoh tanah

disesuaikan dengan sifat-sifat yang akan diteliti. Untuk penetapan sifat-sifat fisika

tanah ada 3 macam pengambilan contoh tanah yaitu :

1. Contoh tanah tidak terusik (undisturbed soil sample) yang diperlukan

untuk analisis penetapan berat isi atau berat volume (bulk density), agihan ukuran

pori (pore size distribution) dan untuk permeabilitas (konduktivitas jenuh)

2. Contoh tanah dalam keadaan agregat tak terusik (undisturbed soil

aggregate) yang diperlukan untuk penetapan agihan ukuran agregat dan derajad

kemantapan agregat (aggregate stability)

3. Contoh tanah terusik (disturbed soil sample), yang diperlukan untuk

penetapan kadar lengas, tekstur, tetapan Atterberg, kenaikan kapiler, sudut

singgung, kadar lengas kritik, Indeks patahan (Modulus of Rupture:MOR),

konduktivitas hidroulik tak jenuh, luas permukaan (specific surface), erodibilitas

(sifat ketererosian) tanah menggunakan hujan tiruan (rainfall simulator)

Untuk penetapan sifat kimia tanah misalnya kandungan hara (N, P, K, dll),

kapasitas tukar kation (KPK), kejenuhan basa, dll digunakan pengambilan contoh

tanah terusik.

Salah satu sifat kimia tanah adalah keasaman atau pH (potensial of hidrogen),

pH adalah nilai pada skala 0-14, yang menggambarkan jumlah relatif ion H+

terhadap ion OH- didalam larutan tanah. Larutan tanah disebut bereaksi asam jika

nilai pH berada pada kisaran 0-6, artinya larutan tanah mengandung ion H+ lebih

Page 71: Laporan resmi

71

besar daripada ion OH-, sebaliknya jika jumlah ion H+ dalam larutan tanah lebih

kecil dari pada ion OH- larutan tanah disebut bereaksi basa (alkali) atau miliki pH

8-14. Tanah bersifat asam karena berkurangnya kation Kalsium, Magnesium,

Kalium dan Natrium. Unsur-unsur tersebut terbawa oleh aliran air kelapisan tanah

yang lebih bawah atau hilang diserap oleh tanaman.

Ada 3 alasan utama nilai pH tanah sangat penting untuk diketahui :

1. Menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman, pada

umumnya unsur hara mudah diserap oleh akar tanaman pada pH tanah netral 6-7,

karena pada pH tersebut sebagian besar unsur hara mudah larut dalam air.

2. pH tanah juga menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi

tanaman. pada tanah asam banyak ditemukan unsur alumanium yang selain

bersifat racun juga mengikat phosphor, sehingga tidak dapat diserap oleh

tanaman. Pada tanah asam unsur-unsur mikro menjadi mudah larut sehingga

ditemukan unsur mikro seperti Fe, Zn, Mn dan Cu dalam jumlah yang terlalu

besar, akibatnya juga menjadi racun bagi tanaman.

3. pH tanah sangat mempengaruhi perkembangan mikroorganisme di dalam tanah.

Pada pH 5.57 bakteri jamur pengurai organik dapat berkembang dengan baik

Dari hasil praktikum ini dapat didefinisikan bahwa sebagai tubuh alam

yang memiliki sistem tiga fase yang mengandung air, udara, bahan-bahan mineral

dan bahan organik serta jasad-jasad hidup yang berpengaruh pada faktor

lingkungan terhadap permukaan bumi dan jangka waktu tertentu akan membentuk

berbagai hasil perubahan yang memiliki ciri yang khas tertentu, sehingga

memiliki peran sebagai tempat tumbuh bermacam-macam tanaman. Tanah

tersusun dari air, udara dan bagian padat yang terdiri dari bahan-bahan mineral

dan organik. Perbandingan air dan udara yang terkandung dalam tanah selalu

berubah-ubah, hal ini dipengaruhi iklim dan faktor lainnya. Tanah merupakan

sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan makluk hidup

yang ad di Bumi.

Tanah digunakan sebagai medium pertumbuhan tanaman yang mampu

Page 72: Laporan resmi

72

menghasilkan makanan, sandang, obat-obatan serta keperluan lainnya yang

diperlukan oleh makluk hidup. Praktikum ini dilakukan didekat Kebun Percobaan

Umby.

Page 73: Laporan resmi

73

MORFOLOGI

PROFIL TANAH

Profil tanah adalah irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke

batuan induk tanah.Profil dari tanah yang berkembang lanjut biasanya memiliki

horison-horison sebagai berikut: O-A-E-B-C-R

Solum tanah terdiri dari: O-A-E-B

Lapisan tanah atas meliputi : O-A

Lapisan tanah bawah meliputi: E-B

Keterangan :

O : Serasah/sisa-sisa tanaman (Oi) dan bahan organik tanah (BOT) hasil

dekomposisi serasah (Oa)

A : Horison mineral ber BOT sehingga berwarna agak gelap

E : Horison mineral yang telah tereluviasi (tercuci) sehingga kadar (BOT, liat

silikat, F dan Al rendah) tetapi pasir dan debu kuarsa (seskuoksida) dan mineral

resisten lainnya tinggi, berwarna terang

Page 74: Laporan resmi

74

B : Horrison Illuvial atau horison tempat terakumulasinya bahan-bahan yang

tercuci dari horison diatasnya (akumulasi bahan eluvial)

C : Lapisan yang bahan penyususnnya masih sama dengan bahan induk (R) atau

belum terjadi perubahan

R : Bahan induk tanah

Kegunaan profil tanah :

(1) Untuk mengetahui kedalaman lapisan olah (Lapisan Tanah Atas = O-A) dan

solum (O-A-E-B)

(2) Untuk mengetahui kelengkapan atau differensiasi horison pada profil

(3) Untuk mengetahu warna tanah

Komponen Tanah

4 komponen penyusun tanah :

(1) Bahan Padatan berupa bahan mineral

(2) Bahan Padatan berupa bahan organik

(3) Air

(4) Udara

Bahan tanah tersebut rata-rata 50% bahan padatan (45% bahan mineral dan 5%

bahan organik), 25% air dan 25% udara

Pada pembahasan ini, dapat diuraikan dari hasil praktikum yang telah

dilakukan dilokasi daerah dekat Kebun Percobaan UMBY, tanaman atau

tumbuhan yang hidup diatasnya kebanyakan semak-semak . Horison yang

ditemukan pada praktikum ini ada 5 yaitu horison A1, A2 horison peralihan,

Horison B1, horison B2 serta horison B3. Pembahasan masing horison adalah

sebagai berikut :

Horison A1 ( 0 - 18 cm )

Merupakan horison di permukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan organik

dan bahan mineral dan horison eluviasi ( horison yang mengalami pencucian )

terhadap liat, Fe, Ai dan bahan organik. Horison ini memiliki kedalaman 0-18 cm

yang terletak atau batas horison atas dan jelas.

Warna tanah yang ditemukan pada horison ini adalah red (merah) artinya

Page 75: Laporan resmi

75

kandungan bahan organiknya sedikit. Pada tanah ini drainasenya tidak begitu

baik. Tekstur tanah adalah liat berdebu. Struktur tanahnya : Granular, dimana

tingkat perkembangan tanah lemah ( butir struktur tanah mudah hancur ), bulat

dan porous. Konsentrasi tanah pada horison A1 bersifat agak pelastis, perakaran

80 % dengan batasan horizon yang jelas bergelombang.

Horison A2 (18-28 cm)

Merupakan horizon dipermukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan organic

dan mineral. Horison ini memiliki kedalaman 18-28 cm. Warna tanah yang

ditemukan adalah red (merah).

Konsistensi, remah artinya tanah ini konsistensinya baik sehingga mudah diolah,

tidak melekat pada alat pengolah tanah yang bersifat plastis. Perakaran 70 %

dengan batasan horizon yang jelas bergelombang.

Horison B1 (28-43 cm)

Merupakan horison iluviasi dari bahan yang tercuci diatasnya ( liat, Fe, Al, bahan

organik ). Peralihan dari horison A ke Bahan-bahan lebih menyerupai B. warna

tanah yellowish red. Teksturnya adalah liat berdebu yang cirinya adalah rasa

halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh dan mudah

digulung.

Strukturnya adalah gumpal tidak bersudut. Bahan-bahan dengan iklim basah.

Konsistensi gembur; mudah diolah, tingkat porositasnya relaitf tinggi. Perakaran

40 %.

Konsistensinya bersifat plastis dengan batas horizon yang tidak jelas

bergelombang.

Horison B2 (43-68 cm)

Merupakan horison peralihan dari B ke Horison C namun lebih menyerupai B.

warna tanah yellowish red.Teksturnya adalah liat artinya rasa halus dengan debu

Struktur tanahnya adalah gumpal tidak bersudut dengan perakaran 20 %.

Konsistensinya bersifat plastis dengan batasan horizon tidak jelas bergelombang

Page 76: Laporan resmi

76

yang artinya bahwa akar tidak dapat menembus tanah.

Horison B3 ( > 68 cm)

Warna tanah yellowish red. Teksturnya adalah liat artinya rasa halus dengan debu.

Struktur tanahnya adalah gumpal bersudut dengan perakaran 10 %.

Konsistensinya bersifat sangat plastis dengan batasan horizon tidak jelas

bergelombang yang artinya bahwa akar tidak dapat menembus tanah.

KADAR LENGAS TANAH

Kadar lengas adalah kandungan uap air yang terdapat dalam pori tanah.

Manfaat kadar lengas adalah mengetahui kebutuhan air untuk persawahan dan

proses irigasi, mengetahui kemampuan jenis tanah mengenai daya simpan air ,

dan perhitungan Nilai Perbandingan Dispersi (NPD). Faktor yang mempengaruhi

kadar lengas tanah yaitu iklim, kandungan bahan organik, fraksi lempung tanah,

topografi, dan adanya bahan penutup tanah (organik maupun anorganik).

Kadar lengas tanah vertisol berdasarkan hasil percobaan menunjukkan

kadar lengas φ 0,5 mm adalah 10,835%, kadar lengas φ 2 mm adalah 10,7415%

dan kadar lengas bongkahan adalah 11,3905%. Tanah vertisol memiliki tekstur

halus yaitu berupa lempung dengan kandungan lempung > 50% sehingga

permukaan porinya lebih luas. Permeabilitasnya rendah dan agregasinya juga

lemah. Hal inilah yang menyebabkan tanah vertisol memiliki kemampuan

mengikat air yang tinggi. Kandungan lempung yang cukup besar menyebabkan

tanah vertisol memiliki daya simpan tanah terhadap air tinggi, begitu juga bahan

induk tanah vertisol adalah gamping sehingga daya rambat airnya tinggi. Oleh

karena kadar lengas yang tinggi ini, tanah vertisol memiliki potensi pertanian

yang cukup baik.

Tanah vertisol memiliki kadar lengas yang tinggi. Ini diakibatkan oleh pori

mikro yang dimilikinya. Kadar lengas yang dimiliki oleh tanah vertisol pada

setiap diameter contoh tanah berbeda. Semakin besar ukuran partikel contoh tanah

Page 77: Laporan resmi

77

atau diameternya, maka kadar lengas yang dimilikinya juga semakin besar. Pada

contoh tanah vertisol kadar lengas contoh tanah sesuai diameternya adalah : KL

0,5/tanah diameter 0,5mm lebih kecil dari tanah diameter 2mm dan gumpalan.

Dan yang paling besar adalah tanah gumpaln. Kadar lengas maksimum yng

dimilikinya adalah sekitar 90 – 100%, itu artinya kemampuan tanah dalam

menyerap dan menyimpan air baik. Vertisol merupakan tanah yang memiliki sifat

khusus yakni mempunyai sifat vertik, hal ini disebabkan terdapat mineral liat tipe

2:1 yang relatif banyak. Karena itu dapat mengkerut jika kering dan mengembang

jika jenuh air. Vertisol merupakan tanah lempung berat (lempung >30%), kelap

kali bewarna gelap, di daerah dataran luas yang mempunyai musim kering tegas.

Selain itu tanah vertisol juga mempunyai ciri lain yaitu timbulan gilgai atau

cermin sesar pada suatu jeluk yang tidak terlalu dalam. Lempung dalam vertisol

merupakan lempung montmomilonit yang mengembang dan mengkerut. Kadar

bahan organik dalam Vertisol acap kali tidak lebih dari 0,5 atau 1 %. Tanah ini

sangat rentan terhadap erosi air. Vertisol memiliki pengikatan air yang tinggi pada

saat musiom hujan, namun sangat buruk pada musim kering.

KADAR BAHAN ORGANIK

Bahan organik merupakan akumulasi seresah tumbuhan dan hewan yang

telah mati dan telah terombakkan oleh jasad hidup tanah. Penentuan jumlah bahan

organik secara kualtatif yaitu dengan mengamati banyaknya percikan atau buih

yang timbul setelah massa tanah ditetesi dengan H2O2 10%. Dari hasil

pengamatan kandungan BO pada tanah vertisol adalah 2,16.Dari data tersebut

dapat diketahui bahwa pada proses pembentukan horizon, BO akan terakumulasi

di lapisan atas kemudian mengalami pencucian sehingga semakin ke bawah

kandungan BO semakin sedikit.

Bahan organik tanah berpengaruh terhadap sifat-sifat kimia, fisik, maupun

biologi tanah. Fungsi bahan organik di dalam tanah sangat banyak, baik terhadap

Page 78: Laporan resmi

78

sifat fisik, kimia maupun biologi tanah, antara lain sebagai berikut (Stevenson,

1994):

1. Berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap ketersediaan hara.

Bahan organik secara langsung merupakan sumber hara N, P, S, unsur mikro

maupun unsur hara esensial lainnya. Secara tidak langsung bahan organik

membantu menyediakan unsur hara N melalui fiksasi N

dengan cara:

- menyediakan energi bagi bakteri penambat N

- membebaskan fosfat yang difiksasi secara kimiawi maupun biologi dan

menyebabkan pengkhelatan unsur mikro sehingga tidak mudah hilang dari zona

perakaran.

2. Membentuk agregat tanah yang lebih baik dan memantapkan agregat yang

telah terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas dan infiltrasi menjadi lebih baik.

Akibatnya adalah daya tahan tanah terhadap erosi akan meningkat.

3. Meningkatkan retensi air yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman.

4. Meningkatkan retensi unsur hara melalui peningkatan muatan di dalam tanah.

5. Mengimmobilisasi senyawa antropogenik maupun logam berat yang masuk ke

dalam tanah

6. Meningkatkan kapasitas sangga tanah

7. Meningkatkan suhu tanah

8. Mensuplai energi bagi organisme tanah

9. Meningkatkan organisme saprofit dan menekan organisme parasit bagi

tanaman.

Page 79: Laporan resmi

79

Selain memiliki dampak positif, penggunaan bahan organik dapat pula

memberikan dampak yang merugikan. Salah satu dampak negatif yang dapat

muncul akibat dari penggunaan bahan organik yang berasal dari sampah kota

adalah meningkatnya logam berat yang dapat diasimilasi dan diserap tanaman,

meningkatkan salinitas, kontaminasi dengan senyawa organik seperti poli khlorat

bifenil, fenol, hidrocarburate polisiklik aromatic, dan asam-asam

organik (propionic dan butirik) (de Haan, 1981 dalam Aguilar et al., 1997) Faktor

yang mempengaruhi pembentukan tanah juga harus diperhatikan karena

mempengaruhi jumlah bahan organik. Miller et al. (1985) berpendapat bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah bahan organik dalam tanah adalah sifat

dan jumlah bahan organik yang dikembalikan, kelembaban tanah, temperatur

tanah, tingkat aerasi tanah, topografi dan sifat penyediaan hara.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dekomposisi bahan organik dapat

dikelompokkan dalam tiga grup, yaitu 1) sifat dari bahan tanaman termasuk jenis

tanaman, umur tanaman dan komposisi kimia, 2) tanah termasuk aerasi,

temperatur, kelembaban, kemasaman, dan tingkat kesuburan, dan 3) faktor iklim

terutama pengaruh dari kelembaban dan temperatur. Bahan organik secara umum

dibedakan atas bahan organik yang relatif sukar didekomposisi karena disusun

oleh senyawa siklik yang sukar diputus atau dirombak menjadi senyawa yang

lebih sederhana, termasuk di dalamnya adalah bahan organik yang mengandung

senyawa lignin, minyak, lemak, dan resin yang umumnya ditemui pada jaringan

tumbuh-tumbuhan; dan bahan organik yang mudah didekomposisikan karena

disusun oleh senyawa sederhana yang terdiri dari C, O, dan H, termasuk di

dalamnya adalah senyawa dari selulosa, pati, gula dan senyawa protein.

Dari berbagai aspek tersebut, jika kandungan bahan organik tanah cukup,

maka kerusakan tanah dapat diminimalkan, bahkan dapat dihindari. Jumlah bahan

organik di dalam tanah dapat berkurang hingga 35% untuk tanah yang ditanami

secara terus menerus dibandingkan dengan tanah yang belum ditanami atau belum

dijamah (Brady, 1990). Young (1989) menyatakan bahwa untuk mempertahankan

kandungan bahan organik tanah agar tidak menurun, diperlukan minimal 8 – 9 ton

Page 80: Laporan resmi

80

per ha bahan organik tiap tahunnya. Hairah et al. (2000) mengemukakan beberapa

cara untuk mendapatkan bahan organik:

1. Pengembalian sisa panen. Jumlah sisa panenan tanaman pangan yang dapat

dikembalikan ke dalam tanah berkisar 2 – 5 ton per ha, sehingga tidak dapat

memenuhi jumlah kebutuhan bahan organik minimum. Oleh karena itu, masukan

bahan organik dari sumber lain tetap diperlukan.

2. Pemberian pupuk kandang. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan

peliharaan seperti sapi, kambing, kerbau dan ayam, atau bisa juga dari hewan liar

seperti kelelawar atau burung dapat dipergunakan untuk menambah kandungan

bahan organik tanah. Pengadaan atau penyediaan kotoran hewan seringkali sulit

dilakukan karena memerlukan biaya transportasi yang besar.

3. Pemberian pupuk hijau. Pupuk hijau bisa diperoleh dari serasah dan dari

pangkasan tanaman penutup yang ditanam selama masa bera atau pepohonan

dalam larikan sebagai tanaman pagar. Pangkasan tajuk tanaman penutup tanah

dari famili leguminosae dapat memberikan masukan bahan organik sebanyak 1.8

– 2.9 ton per ha (umur 3 bulan) dan 2.7 – 5.9 ton per ha untuk yang berumur 6

bulan.

Page 81: Laporan resmi

81

KADAR KAPUR EKUIVALEN/SETARA

Kadar kapur (CaCO3) dalam tanah dapat ditentukan dengan cara menetesi

tanah dengan HCl 10%. Diukur secara relatif jelas tidaknya cara membuihnya

kapur di tanah dengan tetesan HCl tadi. Tanah vertisol adalah jenis tanah yang

neniliki kaondisi masam, itu disebabkan karena PHnya berada dibawah kisaran

normal namun, untuk mengurangi kemasaman tanah ini dapat dilakukan dengan

cara penambahan kapur pada tanah.Bahan organic yang dimiliki tanah vertisol

juga cenderung sedikit, karena tanah ini masih tergolong tanah muda. Karena

kadar bahan organic yang rendah, maka partikel tanah tisak begitu baik

membentukagregat tanah. Jenis tanan ini tidak begitu baik untuk dijadikan media

budidaya pertanian, selain karena kurang tersedianya unsure P pada tanah vertisol

sebagai unsure hara makro yang bermanfat bagi tanaman. Karena pHnya

mempengaruhi tingkat kelarutan unsure P pada tanah vertisol.

Kadar kapur yang dimiliki olen tanah vertisol jug tidak begitu besar

sehingga sulit untuk mengurangi tingkat kemasamannya, ini dapatdiubah dan

diperbaiki dengan pemberian kapur calsit (CaCO3 dan Dolomh)Dilihat dari

kemampuan tanah vertisol dalam mempertukarkan kation, tanah dengan diameter

lebih kecil memiliki KPK lebih tinggi, dan KPK ini mempengaruhi tekstur tanah.

Karena pH tanah vertisol tergolong masam maka KPK nya juga lebih rendah

namun setiap diameter tanah berbeda nilai KPK nya. Untuk meningkatkan KPK

tanah vertisol, dapat dilakukan penambahan bahan organic dan memperbaiki

tekstur dan struktur tanah vertisol itu sendiri.

Kapur dalam tanah memiliki asosiasi dengan keberadaan kalsium dan

magnesium tanah. Pengaruh kapur dalam tanah dapat meliputi proses

pembentukanagregat tanah, pengikatan hara oleh tanah, dan parameter tanah

lainyang berhubungan dengan kegiatan biologi dalam tanah.

Page 82: Laporan resmi

82

TEKSTUR TANAH

Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif tiga fraksi – fraksi tanah

dalam suatu massa tanah, terutama perbandingan antara farksi liat, debu dan pasir.

Pengamatan tekstur tanah dengan mengunakan indera perasa yaitu dengan

membasahi sedikitkemudia tanah dibentuk bola dengan dikepal- kepal jika tidak

dapat berarti termasuk golongan pasir. Setelah itu tanah dibentuk pita ditekan-

tekan ibu jari dan telunjukpabila tidak dapat termasuk pasir geluh, jika dapat maka

termasuk kelas geluh (<2,5 cm), (2,5 – 5 cm) lempeng bergeluh, (> 5 cm) kelas

lempung. Tekstur tanah menentukan tata air tanah berupa kecepatan infiltrasi,

penetrasi dan kemampuan pengikatan air tanah. Semakin liat tekstur tanah maka

semakin semakin lambat dalam proses penyerapan air, begitu pula sebaliknya

semakin tinggi persentase pasir maka semakin besar pori daiantara partikel-

partikel tanah sehingga semakin memperlancar gerakan udara

Tanah Vertisol memilki tekstur liat karena cirinya rasa agak licin,

membentuk bola dalam keadaan kering, sukar dipijit, mudah digulung serta

melekat. Karena tanah ini dikembangkan dari bahan induk liat dimana ilkim

musim basah dan kering jelas (Foth,1988).

Dilihat dari teksturnya, tanah vertisol didominasi oleh fraksi lempung dan

tergolong ke dalam jenis tanah dengan kelas lempung berat. Karena partikel tanah

vertisol lumayan berat, maka kecepatannya juga dalam pengendapan lumayan

cepat. Lempung yang dimiliki tanah vertisol memiliki sifat mudah mengembang

saat hujan dan mengkerut saat kemarau. Itu menyebabkan pada saat musim

kemarau sering terbentuk rekahan tanah yang lebaar dan dalam. Untuk

menanggulanginya perlu penambahan bahan organikataupun penambahan bahan

mineral lain, untuk memperbaiki tekstur tanah vertisol.

Page 83: Laporan resmi

83

STRUKTUR TANAH

Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan

ruangan partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk

agregat dari hasil proses pedogenesis.

Struktur tanah berhubungan dengan cara di mana, partikel pasir, debu dan liat

relatif disusun satu sama lain. Di dalam tanah dengan struktur yang baik, partikel

pasir dan debu dipegang bersama pada agregat-agregat (gumpalan kecil) oleh liat

humus dan kalsium. Ruang kosong yang besar antara agregat (makropori)

membentuk sirkulasi air dan udara juga akar tanaman untuk tumbuh ke bawah

pada tanah yang lebih dalam. Sedangkan ruangan kosong yang kecil ( mikropori)

memegang air untuk kebutuhan tanaman. Idealnya bahwa struktur disebut

granular.

Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap pertumbuhan tanaman terjadi

secara langsung. Struktur tanah yang remah (ringan) pada umumnya

menghasilkan laju pertumbuhan tanaman pakan dan produksi persatuan waktu

yang lebih tinggi dibandingkan dengan struktur tanah yang padat. Jumlah dan

panjang akar pada tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah remah

umumnya lebih banyak dibandingkan dengan akar tanaman makanan ternak yang

tumbuh pada tanah berstruktur berat. Hal ini disebabkan perkembangan akar pada

tanah berstruktur ringan/remah lebih cepat per satuan waktu dibandingkan akar

tanaman pada tanah kompak, sebagai akibat mudahnya intersepsi akar pada setiap

pori-pori tanah yang memang tersedia banyak pada tanah remah. Selain itu akar

memiliki kesempatan untuk bernafas secara maksimal pada tanah yang berpori,

dibandiangkan pada tanah yang padat. Sebaliknya bagi tanaman makanan ternak

yang tumbuh pada tanah yang bertekstur halus seperti tanah berlempung tinggi,

sulit mengembangkan akarnya karena sulit bagi akar untuk menyebar akibat

rendahnya pori-pori tanah. Akar tanaman akan mengalami kesulitan untuk

menembus struktur tanah yang padat, sehingga perakaran tidak berkembang

dengan baik. Aktifitas akar tanaman dan organisme tanah merupakan salah satu

faktor utama pembentuk agregat tanah.

Page 84: Laporan resmi

84

Kedalaman atau solum, tekstur, dan struktur tanah menentukan besar

kecilnya air limpasan permukaan dan laju penjenuhan tanah oleh air. Pada tanah

bersolum dalam (>90 cm), struktur gembur, dan penutupan lahan rapat, sebagian

besar air hujan terinfiltrasi ke dalam tanah dan hanya sebagian kecil yang menjadi

air limpasan permukaan (longsor). Sebaliknya, pada tanah bersolum dangkal,

struktur padat, dan penutupan lahan kurang rapat, hanya sebagian kecil air hujan

yang terinfiltrasi dan sebagian besar menjadi aliran permukaan (longsor)

Pembentukan Agregat

Menurut Gedroits (1955) ada dua tingkatan pembentuk agregat tanah, yaitu:

1. Kaogulasi koloid tanah (pengaruh Ca2+) kedalam agregat tanah mikro

2. Sementasi (pengikat) agregat mikro kedalam agregat makro.

Teori pembentukan tanh berdasarkan flokulasi dapat terjadi pada tanah yang

berada dalam larutan, misal pada tanah yang agregatnya telah dihancurkan oleh

air hujan atau pada tanah sawah. Menurut utomo dan Dexter (1982) menyatakan

bahwa retakan terjadi karena pembengkakan dan pengerutan sebagai akibat dari

pembasahan dan pengeringan yang berperan penting dalam pembentukan agregat.

Dapat diambil kesimpulan bahwa agregat tanah terbentuk sebagai akibat adanya

interaksi dari butiran tunggal, liat, oksioda besi/ almunium dan bahan organik.

Agregat yang baik terbentuk karena flokuasi maupun oleh terjadinya retakan

tanah yang kemudian dimantapkan oleh pengikat (sementasi) yang terjadi secara

kimia atau adanya aktifitas biologi.

Faktor yang mempengaruhi pembentukan agregat

1. Bahan Induk

Variasi penyusun tanah tersebut mempengaruhi pembentukan agregat-agregat

tanah serta kemantapan yang terbentuk. Kandungan liat menentukan dalam

pembentukan agregat, karena liat berfungsi sebagai pengikat yang diabsorbsi pada

permukaan butiran pasir dan setelah dihidrasi tingkat reversiblenya sangat lambat.

Kandungan liat > 30% akan berpengaruh terhadap agregasi, sedangakan

kandungan liat < 30% tidak berpengaruh terhadap agregasi.

Page 85: Laporan resmi

85

2. Bahan organik tanah

Bahan organik tanah merupakan bahan pengikat setelah mengalami pencucian.

Pencucian tersebut dipercepat dengan adanya organisme tanah. Sehingga bahan

organik dan organisme di dalam tanah saling berhubungan erat.

3. Tanaman

Tanaman pada suatu wilayah dapat membantu pembentukan agregat yang mantap.

Akar tanaman dapat menembus tanah dan membentuk celah-celah. Disamping itu

dengan adanya tekanan akar, maka butir-butir tanah semakin melekat dan padat.

Selain itu celah-celah tersebut dapat terbentuk dari air yang diserp oleh tnaman

tesebut.

4. Organisme tanah

Organisme tanah dapat mempercepat terbentuknya agregat. Selain itu juga mampu

berperan langsung dengan membuat lubang dan menggemburkna tanaman.Secara

tidak langsung merombak sisa-sisa tanaman yang setelah dipergunakan akan

dikeluarlan lagi menjadi bahan pengikat tanah.

5. Waktu

Waktu menentukan semua faktor pembentuk tanah berjalan. Semakin lama waktu

berjalan, maka agregat yang terbentuk pada tanah tersebut semakin mantap.

6. Iklim

Iklim berpengaruh terhadap proses pengeringan, pembasahan, pembekuan,

pencairan. Iklim merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap

pembentukan agregat tanah.

Macam macam struktur tanah

1. Struktu tanah berbutir (granular): Agregat yang membulat, biasanya

diameternya tidak lebih dari 2 cm. Umumnya terdapat pada horizon A yang dalam

keadaan lepas disebut “Crumbs” atau Spherical.

2. Kubus (Bloky): Berbentuk jika sumber horizontal sama dengan sumbu vertikal.

Jika sudutnya tajam disebut kubus (angular blocky) dan jika sudutnya membulat

maka disebut kubus membulat (sub angular blocky). Ukuranya dapat mencapai 10

cm.

Page 86: Laporan resmi

86

3. Lempeng (platy): Bentuknya sumbu horizontal lebih panjang dari sumbu

vertikalnya. Biasanya terjadi pada tanah liat yang baru terjadi secara deposisi

(deposited).

4. Prisma: Bentuknya jika sumbu vertikal lebih panjang dari pada sumbu

horizontal. Jadi agregat terarah pada sumbu vertikal. Seringkali mempunyai 6 sisi

dan diameternya mencapai 16 cm. Banyak terdapat pada horizon B tanah berliat.

Jika bentuk puncaknya datar disebut prismatik dan membulat disebut kolumner

Dari segi struktur, berat tanah vertisol lumayan stabil atau berada pada

kisaran berat volume tanah subur ataupun layak ditanami, yaitu antara 1 – 2 gr

cm3. berat jenisnya juga tergolong normal berada di bawah maksimal. Apabila

diamati dari segi kosistensinya, batas cair yang dimiliki, batas lekat, batas gulung

serta batas berubah warna yang dimilikinya juga baik, membuktikan tanah vertisol

mempunyai kemampuanyang baik dalam menyerap air. Namun, jangka olah

tanahnya sedikit rendah, sehingga cara pengolahan tanah ini semakin sulit,

disebabkan tanah dapt bersifat sangat jenuh dan kekurangan udara, sehingga tidak

begitu baik untuk ditanami satu jenis tanaman.

KONSISTENSI DENGAN ANGKA ATTERBERG

Johanes maupun Atterberg juga mengerjakan percobaan tentang kohesi.

Tanah yang plastik ( yang dapat melumpur ) dibasahi, dibuat briket, dikeringkan.

Kohesi briket tersebut diuji pada pelbagaitahap kekeringan, berupa liku A dan B.

Kohesi meningkat bila kadar lenggas merosot. Karena selanjutnya lenggas makin

tipis, maka tegangan makin meningkat sampai dengan tingkat patah. Kohesi yang

makin meningkat setelah titik patah, bukan karena selaput lengas, melainkan

karena kohesi molekuler tanah itu. Kedua titik patah liku A dan B merupakan

batas awal udara masuk ke pori, menyebabkan warna berubah dari gelap ke

terangdan mengerut. Disebut berturut-turut batas berubah warna ( BBW ) dan

derajat kerut ( DK ) tanah itu. ( Baver,1959).

ATTERBERG, CASAGRANDE, PUCHNER ( Baver, loc.cit. ) maupun

MOHR ( THORENAR, 1949 ; WIRJODIHARJO, II, 1953, diubah ) menguji dan

Page 87: Laporan resmi

87

menetapkan “tetapan konsistensi tanah” berturut – turut yaitu Batas Cair ( BC ),

Batas Gulung ( BG ), Batas Lekat ( BL ), Batas Berubah Warna ( BBW ), Derajat

Kerut ( DK ), Derajat Berat ( DB ), Batas Pecah ( BPc ), Batas Patah ( BPt ) dan

nilai kisaran antara dua batas tertentu, yaitu indeks plastisitas (IP ) = BC – BG ;

Jangka Olah ( JO ) = BL – BG ; Surplus ( S ) = BL – BC ; persediaan air

maksimum atau tertinggi ( PAM, PAT ) = BC – BBW. BC, BL, BG, BBW disebut

“Tetapan Angka Atterberg”

( Notohadipoero, 1986 ).

Batas-batas Atterberg / batas-batas konsistensi adalah persen berat kadar

lengastanah yang menandai terjadinya perubahan konsistensi secara nyata dan

ditokrifkan jelas. Nilai-nilai ini terutama digunakan dalam pekerjaan rekayasa

teknik, maupun secaraterbatas juga digunakan dalam bidang pertanian

(Euroconsult, 1989).

DEFINISI ANGKA – ANGKA ATTERBERG

1. Batas Cair (BC) ialah kadar lengas yang menyebabkan tanah tepat dapat

menggelincir dibawah pengaruh standar getaran atau ketukan tertentu, disebut

pula batas allir atau batas plastisitas tanah tertinggi. Sedangkan pengertian lain

adalah jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah. Kalau air lebih banyak

tanah bersamaan air akan mengalir. Dalam hal ini tanah diaduk dulu dengan air

sehingga tanah bukan dalam keadaan alami. Hal ini berbeda dengan istilah

kapasitas lapang ( field capacity ) yang menunjukan jumlah air terbanyak yang

dapat ditahan oleh tanah dalam keadaan alami atau undisturbed ( Hardjowigeno,

2010 ).

Berdasrkan praktikum yang dilakukan, dapat diperoleh hasil :

Ulangan Ketukan

n ke-

Botol

timbang

kosong( a

gram )

a + Contoh

tanah (b gram )

b(setelah

dioven)

( c gram )

KA %

Page 88: Laporan resmi

88

1 < 25 = 20 15,003 &

15,590

16,268 & 17,396 15,742 &

16,633

73,45

%

2 (10-

25)=22

18,093 &

18,667

19,389 &

20,736

18,834 &

19,838

75,7 %

3 >25 = 27 22,211 &

18,015

24,732 & 20,251 23,690&1

9,345

69,25

%

4 ( 10-25 )

= 30

17,196&1

7,205

20,106&20,923 18,951&1

9,446

65,85%

Pada saat dilakukan percobaan pertama yaitu dengan ketukan dibawah 20 , kami

berhasil mengamati pasta tanah yang telah diratakan di Casagrande dan telah di

beri lubang garis lurus sedalam 1 cm merapat pada ketukan ke – 22. Artinya

bahwa pada saat ketukan ke – 22 tanah yang kami amati yaitu vertisol telah

mencapai batas cair dengan dicirikanya kemampuan menahan air tanah. Tanah

vertisol mempunyai nilai batas cair 57,58, sesuai dengan harkat nilai batas cair

maka 57,58 berada daiantara 46 – 70 dan mempunyai arti memiliki kandungan

nilai BC TINGGI.

2. Batas Lekat (BL) tanah yang tidak plastik, misal pasir berkadar lengas lebih

kecil dari Bcnya. Sebaliknya pada tanah yang plastik misal lempung, akibatnya

tanah pasiran bersurplus ( S ) = BL – BC = positif, artinya mudah diterusi air.

Pada tanah yang plastik, S = negatif, sukar diterusi air. Tapal tanah yang kadar

lengasnya diupkan tahap demi tahap, bila ditusuk tepat tidak melekati si alat,

dikatakan tanah itu telah mencapai BL-nya. JO = BL – BG, bagi tanah pasiran

nilainya > JO tanah lempungan. Artinya tanah lempungan lebih sukar bila

dicangkul atau dibajak ( WIRJODIHARJO, loc.cit, diubah ).

Sedangkan menurut pengertian lain batas lekat adalah kadar air di mana tanah

mulai tidak dapat melekat pada benda lain. Bila kadar air lebih rendah dari batas

melekat, maka tanah tidak dapat melekat , tetapi bila kadar air lebih tinggi dari

batas melekat, maka tanah takkan mudah melekat pada benda lain. Karena itu

pada kadar air lebih tinggi dar batas melekat tanah sukar diolah. Bila tanah yang

Page 89: Laporan resmi

89

telah mencapai batas mengalir atau batas melekat tersebut dapat membentuk

gulungan atau pita yang tidak mudah patah bila digolek-golekan lagi maka

dikatakan bahwa tanah itu plastis. Bila tanah tidak dapat dibentuk pita atau

gulungan ( selalu patah ) maka tanah itu disebut tidak plastis ( Hardjowigeno,

2010 ).

Berdasrkan praktikum yang dilakukan, dapat diperoleh hasil :

Ulangan Botol timbang

kosong (a)

a + contoh tanah

( b gram )

b ( setelah

dioven )

Kadar

lengas

1 17,191 22,032 20,369 52,36%

Jenis tanah Vertisol mempunyai Batas Lekat tanah 52,36%

3. Batas Gulung (BG) ialah kadar lengas yang memungkinkan tanah dapat

digulung-gulungkan menjadi batang kecil berukuran ½ mm serta yang mulai

retak-retak dan pecah ; disebut pula batas plastisitas terendah . tidak semua tanah

mempunyai BG ; pasir misalnya tak dapat digulung-gulungkan. Sebaliknya pada

lempung. IP = BC – BG. Pasir tidak ber - IP karena tidak ber – BG. Plastisitas itu

harus didukung oleh ketersediaan zarrah lempung yang berlempeng – lempeng (

Baver, 1959 ).

Sedangkan pengertian BG yang lain adalah kadar air dimana gulungan tanah

mulai tidak dapat digolek – golekan lagi. Kalau digolekan lagi tanah akan pecah –

pecah ke segala jurusan pada. Pada kadar air tanah lebih kecil dari batas

menggolek tanah sukar diolah

( Hardjowigeno, 2010 ).

Berdasrkan praktikum yang dilakukan, dapat diperoleh hasil :

Ulangan Botol timbang

kosong (a)

a + contoh tanah

( b gram )

b ( setelah

dioven )

Kadar

lengas

1 18,657 23,002 21,313 63,59%

Page 90: Laporan resmi

90

Jenis tanah Vertisol mempunyai Batas Gulung 63,59%

4. Batas Berubah Warna (BBW) adalah tanah yang telah mencapai batas

menggolek/gulung, masih dapat terus kehilangan air, sehingga tanah lambat laun

menjadi kering dan pada suatu ketika tanah menjadi berwarna lebih terang. Titik

ini dinamakan titik batas ganti warna atau titk ubah. Batas ganti warna merupakan

batas terndah kadar air yang dapat diserap tanaman. Batas mengalir ( cair )

sebaliknya merupakan batas kadar air tertinggi yang bermanfaat bagi tanaman.

Perbedaan kadar air pada batas mengalir dengan kadar air pada batas ganti warna

merupakan jumlah air yang tersedia bagi tanaman. Penentuan air tersedia dengan

cara ini sekarang jarang digunakan lagi. Hal ini karena semua penetuan dilakukan

pada tanah dalam keadaan yang tidak alami lagi ( tanah diaduk terlebih dahulu

dengan air sampai menjadi pasta ), sehingga mekanisme penyerpan air dalam

tanah berbeda dengan keadaan almi dimana banyaknya dan ukuran pori tanah

memegang peranan penting. Penentuan jumlah air tersedia yang dianggap lebih

baik adalah dengan menghitung perbedaan kadar air pada tegangan 1/3 bar (

kapasitas lapang ) dengan kadar air pada 15 bar ( titik layu permanen ) (

Hardjowigeno, 2010 ).

Berdasrkan praktikum yang dilakukan, dapat diperoleh hasil :

Ulangan Botol timbang

kosong (a)

a + contoh tanah

( b gram )

b ( setelah

dioven )

Kadar

lengas

1 18,918 19,414 16,91 16,91

Jenis tanah Vertisol mempunyai Batas Berubah Warna adalah 16,91. Ini artinya

angka tersebut tidak berkisaran pada kisaran 31 – 45 yang mempunyai harkat

sangat rendah tidak sesuai dengan nilai harkat Batas Berubah Warna.

Page 91: Laporan resmi

91

Harka Angka Atterberg :

Harkat Batas Mengalir Indeks

Plastisitas

Jangka Olah

( % kadar air )

Sangat rendah < 20 0 – 5 1 – 3

Rendah 20 – 30 6 – 10 4 – 8

Sedang 31 – 45 11 – 17 9 – 15

Tinggi 46 – 70 18 – 30 16 – 25

Sangat tinggi 71 – 100 31 – 43 26 – 40

Eksrim tinggi >100 >43 >40

( Hardjowigeno, 2010 )

PENETAPAN Ph TANAH

Pada tanah vertisol memiliki pH 6,00. Hal ini disebabkan karena

lapisan ini mengandung bahan organik yang cukup tinggi pada permukaan

tanah yang tercampur dengan bahan mineral tanah dan mengalami penguraian

oleh mikroba yang mengakibatkan terbentuknya asam sulfida dan asam nitrat.

Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim, dkk. (1986), bahwa rombakan organik

diserang oleh sebagian besar mikroorganisme yang diantara hasil metabolisme

akhirnya adalah asam organik dan bahan organik yang banyak. Bila asam ini

sampai kebagian mineral dalam tanah, mereka tidak memberikan H tetapi

menggantikan basa dan meningkatkan kemasaman tanah. Hal ini Juga

disebabkan jumlah ion H dalam tanah tersebut lebih banyak dibandingkan

jumlah OH. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno, S. (1992), bahwa

pH tanah yang rendah dan tinggi dipengaruhi oleh adanya perbedaan

kandungan ion H+ dan ion OH-, dimana jumlah ion H+ dan ion OH- juga

menentukan kemasaman suatu tanah. Jika jumlah ion H+ lebih tinggi dari

jumlah ion OH- maka tanah akan bersifat masam dan sebaliknya jika jumlah

ion OH- lebih besar daripada ion H+ maka tanah akan bersifat basa.

Page 92: Laporan resmi

92

BAB V

KESIMPULAN

PENGAMBILAN CONTOH TANAH

Contoh Tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu

bagian tubuh tanah (horison/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu disesuaikan

dengan sifat-sifat yang akan diteliti secara lebih detail di laboratorium.

Berdasarkan hasil yang didapat tidak semua tanah memiliki nilai yang

sama karena tergantung pada struktur tanahnya juga. Dan bahan yang menyusun

tanah tersebut serta iklim yang membentuk tanah itu. Dari banyaknya sampel

tanah yang telah dilakukan, maka akan terdapat berbagai macam jenis tanah,

kandungan unsur hara yang terdapat di dalam tanah tersebut. Selain itu, dapat

dilakukan perbaikan unsur hara pada tanah, agar dapat ditanami berbagai jenis

tumbuhan.

Dari hasil pengamatan diperoleh dua macam sampel tanah yaitu sampel

tanah utuh dan sampel tanah terganggu.Untuk pengangkutan contoh tanah

khususnya untuk keperluan penetapan berat volume :pF dan permiabilitas garus

dilakukan dengan hati-hati.Jangan sampai ada guncangan-guncangan yang dapat

merusak struktur tanah.

MORFOLOGI TANAH

PROFIL TANAH

Profil tanah adalah irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke

batuan induk tanah .Profil tanah yang diamati mempunyai dua horizon dengan

masing-masing horizon terbagi menjadi dua lapisan tanah dengan ketegasan batas

antar lapisan tanah yang jelas.Perakaran yang terlihat dari atas ke bawah semakin

sedikit dengan ukuran yang halus, disebabkan derajat tanah yang semakin ke

bawahsemakin kuat sehingga sulit ditembus akar.

Page 93: Laporan resmi

93

Profil tanah disusun oleh lapisan-lapisan tanah atau lebih dikenal dengan

horison-horison. Horison yang menyusun solum tanah adalah horison A ( A1, A2,

A3 ) dan horison Bahan-bahan ( B1, B2, B3 ) serta ditambah dengan horison C

dan horison Reaksi yang kedua horison ini tidak kami ketemukan dalam

praktikum dan tanah terdiri dari hasil pelapukkan batuan yang bercampur dengan

bahan organik.

Proses perkembangan atau penyusunan tanah yang berbeda akan

mengakibatkan perbedaan sifat-sifat tanah pada suatu daerah. Sifat fisik tanah

pada setiap lapisan / horison dipengaruhi oleh tekstur tanah, struktur tanah,

konsistensi tanah, porositas tanah, warna tanah, drainase tanah, Bulk density cole

serta keadaan perakaran dan lingkungan.

KADAR LENGAS TANAH

Kadar lengas merupakan kemampuan tanah untuk menyimpan uap air di

dalam pori-porinya. Perbedaan kadar lengas dipengaruhi oleh kandungan bahan

induk, tekstur dan strukturnya. Semakin besar pori-pori tanah, maka semakin

sedikit kandungan lengasnya.Tanah vertisol memiliki potensi sebagai lahan

pertanian yang cukup baik. Tanah vertisol memiliki Kadar Lengas maksimum

sebesar 11,3905 artinya tanah vertisol dapat menyerap dan menyiman air dengan

baik. Tanah dengan kadar lengas yang tinggi baik untuk lahan

pertanian. Manfaat kadar lengas dalam bidang pertanian anatara lain

pengetahuan kadar lengas tanah digunakan untuk mneduga kebutuhan air untuk

persawahan, menduga kebutuhan air selama proses irirgasi dan mengetahui

kemampuan suatu jenis tanah mengenai daya simpan lengas atau airnya.

KADAR BAHAN ORGANIK

Bahan organik merupakan akumulasi seresah tumbuhan dan hewan yang

telah mati dan telah terombakkan oleh jasad hidup tanah .Kadar bahan organic

tanah vertisol rendah, sehingga agregatnya tidak mantap dan kuat merekat. Karena

kadar bahan organic rendah artinya tanah vertisol belum bias langsung digunakan

Page 94: Laporan resmi

94

dalam budidaya tanaman. Harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu supaya

semua unsure yang dibutuhkan tanaman terpenuhi.

KADAR KAPUR EKUIVALEN/SETARA

Kapur dalam tanah memiliki asosiasi dengan keberadaan kalsium dan

magnesium tanah. Kadar kapur tanah vertisol rendah, dipangaruhi oleh pH dan

bahan orginiknya. Karena pHnya masam maka kapur harus ditambahkan untuk

mengurangi kemasaman tanah berlebih.Karena kadar kapur yang dimiliki tanah

vertisol rendah, maka tanah vertisol belum bisa langsung digunakan dalam

budidaya tanaman. Harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu supaya semua

unsure yang dibutuhkan tanaman terpenuhi.

Pengaruh kapur terhadap tanah dapat meliputi proses pembentukan agregat

tanah, pengikatan hara oleh tanah, dan parameter tanah lain yang berhubungan

dengan kegiatan biologi dalam tanah.Analisis kadar kapur tanah secara kaulitatif

atau yang biasa dilakukandi lapangan, yaitu meneteskan contoh tanah dengan

larutan HCl 10 %.Apabila tanah mengandung kapur maka akan terjadi reaksi

ataupembuihan. Semakin banyak kandungan kapur dalam tanah makareaksi yang

terjadi semakin besar atau hebat

TEKSTUR TANAH

Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif tiga fraksi – fraksi tanah

dalam suatu massa tanah, terutama perbandingan antara farksi liat, debu dan pasir

Tekstur tanah erat hubunganya dengan struktur tanah, konsistensi tanah dan bahan

organik. Tanah vertisol didominasi oleh fraksi lempung dan tergolong ke dalam

jenis tanah dengan kelas lempung berat. Karena partikel tanah vertisol lumayan

berat, maka kecepatannya juga dalam pengendapan lumayan cepat. Lempung

yang dimiliki tanah vertisol memiliki sifat mudah mengembang saat hujan dan

mengkerut saat kemarau. Itu menyebabkan pada saat musim kemarau sering

terbentuk rekahan tanah yang lebaar dan dalam. Untuk menanggulanginya perlu

Page 95: Laporan resmi

95

penambahan bahan organikataupun penambahan bahan mineral lain, untuk

memperbaiki tekstur tanah vertisol.

STRUKTUR TANAH

Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan

ruangan partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk

agregat dari hasil proses pedogenesis.Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap

pertumbuhan tanaman terjadi secara langsung.

Dari segi struktur, berat tanah vertisol lumayan stabil atau berada pada

kisaran berat volume tanah subur ataupun layak ditanami, yaitu antara 1 – 2 gr

cm3. berat jenisnya juga tergolong normal berada di bawah maksimal. Apabila

diamati dari segi kosistensinya, batas cair yang dimiliki, batas lekat, batas gulung

serta batas berubah warna yang dimilikinya juga baik, membuktikan tanah vertisol

mempunyai kemampuanyang baik dalam menyerap air. Namun, jangka olah

tanahnya sedikit rendah, sehingga cara pengolahan tanah ini semakin sulit,

disebabkan tanah dapt bersifat sangat jenuh dan kekurangan udara, sehingga tidak

begitu baik untuk ditanami satu jenis tanaman.

KONSISTENSI DENGAN ANGKA ATTERBERG

Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan :

1. Batas cair merupakan air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah. Pada

perhitungan tanah vertisol diperoleh batas cairnya sebesar 14,395 .

2. Batas lekat adalah kadar air tanah, dimana tanah mulai tidak melekat pada

benda/alat yang mengenainya. Pada perhitungan tanah vertisol diperoleh

batas lekat sebesar 52,36 .

3. Batas gulung adalah kadar air tanah, dimana tanah tidak dapat

digulung/digolek-golek lagi. Pada perhitungan tanah vertisol diperoleh

batas gulung sebesar 63,59 .

4. Batas berubah warna adalah titik pada saat tanah menjadi terang. Pada

perhitungan tanah vertisol diperoleh batas berubah warna sebesar 16,91 .

Page 96: Laporan resmi

96

PENETAPAN Ph TANAH

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat

keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan.Tanah vertisol memiliki

pH masam sekitar 5 – 6. sehingga, mempengaruhi kelarutan unsure P dan tingkat

KPK tanah vertisol itu sendiri.Dalam percobaan yang kami lakukan pH nya

adalah 6,34.Karena pH tanah vertisol termasuk rendah artinya tanah vertisol

belum bisa langsung digunakan dalam budidaya tanaman. Harus dilakukan

pengolahan terlebih dahulu supaya semua unsure yang dibutuhkan tanaman

terpenuhi

Page 97: Laporan resmi

97

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

1. Baver, LD. et al. (1976). Soil Physics 4th ed John Wiley, New York.

2. Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian UGM (1977) Petunjuk Praktikum

Ilmu Tanah Umum, Yayasan Pembina Fakultas Pertanian UGM.

3. Hardjo Wigeno (1989) Ilmu Tanah, Mediyatama Sarana Perkara, Jakarta.

4. Prawiro Wardoyo Suseno (1982) Analisa Kimia Tanah Departemen Ilmu

Tanah, Fakultas Pertanian UGM.

5. Sitorus Santun R.P dkk (1981) Penuntun Praktikum Fisika Tanah Departemen

Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

6. Sujadi M dkk (1971) Penuntut Analisa Tanah, Bagian Kesuburan Tanah,

Lembaga Penelitian Tanah Bogor.

7. Tan Kim H (1982). Principles of Soil Chemistry, Marcel Dekker Inc. New

York.

Page 98: Laporan resmi

98

LAMPIRAN