laporan resmi
TRANSCRIPT
1
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH
TANAH VERTISOL
Di susun oleh :
1. 1. Arif Nor Fauzi
2. 2. Esti Sulandari
3. 3. Fadlulloh
4. 4. Gilang Ramadani
5. 5. Restu Apriyanty
6. 6. Muhamad Yunus
7.
:
:
:
:
:
:
11011004
11011014
11011031
11011015
11011012
11011024
LABORATORIUM DASAR ILMU TANAH
PROGARAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
2012
2
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ini telah di terima sebagai salah satu persyaratan yang diperlukan
untuk mengikuti ujian mata kuliah DASAR ILMU TANAH Fakultas Agroindustri
Universitas Mercu Buana Yogyakarta,Tahun akademik 2012/2013
Mengetahui Yogyakarta, 24 Juli 2012
Asisten Pembimbing Penyusun
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan Taufiq-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
praktikum dan pembuatan laporan ini sebagai syarat mengikuti kuliah Dasar Ilmu
Tanah.
Laporan ini kami susun sebagai hasil analisis yang kami lakukan di
Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Agroindustri Universitas Mercu Buana
Yogyakarta. Hasil analisis ini kami susun dalam bentuk laporan tertulis.
Pada kesempatan ini pula kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. Warmanti Mildaryani, m.p, selaku Dosen Dasar Ilmu Tanah
2. Semua asisten, selaku asisten praktikum yang telah banyak membantu kelancaran
jalannya praktikum.
3. Staf Laboratorium Dasar Ilmu tanah Fakultas Agroindustri Universitas Mercu
Buana Yogyakarta.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna,untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca supaya bertambah sempurna dalam
penyusunan laporan yang akan datang.
Yogyakarta , 24 Juli 2012
Penyusun
4
DAFTAR ISI
Halaman Judul………………………………………………………………………
Halaman Pengesahan……………………………………………………………….
Kata Pengantar ...........................................................................................................
Daftar Isi.....................................................................................................................
BAB I. Pendahuluan…………………………………………………………..…01
A. Latar belakang……………………………………………………………01
B. Tujuan…………………………………………………………………….0
9
BAB II.Dasar Teori………………………………………………………………11
A. Pengambilan Contoh Tanah……………………………………………...11
B. Profil tanah……………………………………………………………….12
C. Kadar lengas tanah……………………………………………………….19
D. Bahan organik tanah……………………………………………………...21
E. Kadar kapur ekuivalen…………………………………………………...21
F. Tekstur tanah……………………………………………………………..22
G. Struktur tanah………………………………………………………….....26
H. PH Tanah…………………………………………………………………32
BAB III. Pelaksanaan Praktikum………………………………………………...35
3.1. Profil tanah dan pengambilan contoh tanah…………………………35
3.1.1. Bahan dan alat……………………………………………..35
3.1.2.Cara Kerja………………………………………………….36
3.2. Penetapan Kadar lengas……………………………………………..38
3.2.1. Bahan dan alat…………………………………………….39
3.2.2. Cara Kerja…………………………………………………39
3.3. Penetapan Kadar Bahan Organik (BO)……………………………..40
3.3.1. Bahan dan alat…………………………………………….40
3.3.2. Cara Kerja…………………………………………………41
5
3.4. Penetapan Tekstur …………………………………………………..45
3.4.1. Bahan dan alat……………………………………………..45
3.4.2. Cara Kerja…………………………………………………46
3.5. Penetapan struktur…………………………………………………..51
3.5.1. Bahan dan alat…………………………………………….51
3.5.2. Cara Kerja…………………………………………………52
3.6. Penetapan pH Tanah………………………………………………...55
3.6.1. Bahan dan alat…………………………………………….56
3.6.2. Cara Kerja…………………………………………………56
BAB IV. Hasil dan Pembahasan…………………………………………………57
BAB V. KESIMPULAN…………………………………………………………87
BAB VI. DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………92
Lampiran. ……………………………………………………………..93
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia yang hidup di permukaan bumi ini sangat bergantung pada tanah.
Tanah besar sekali manfaatnya bagi pertumbuhan dan perkembangan serta
kehidupan di dunia, termasuk kehidupan manusia dan berbagai kehidupan yang
menunjang kehidupan manusia. Namun, kerap kali manusia melupakan akan arti
pentingnya tanah bagi kelangsungan hidup manusia. Kurangnya perhatian
manusia pada tanah ini, mungkin disebabkan karena pengertian dan pandangan
manusia yang berlainan tentang hasil utama alam ini. Maka agar kita lebih dapat
mempelajari tanah, kita harus mempunyai perngertian yang sama tentang tanah.
Dalam pertanian, tanah diartikan lebih khusus yaitu sebagai media
tumbuhnya tanaman darat. Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur
dengan sisa-sisa bahan organik dan organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup
di atasnya atau di dalamnya. Selain itu di dalam tanah terdapat pula udara atau
air.
Dalam definisi ilmiahnya tanah adalah kumpulan dari benda alam di
permukaan bumi yang tersusun dari horizon-horizon terdiri dari campuran bahan
mineral, bahan organik, air dan udara yang merupakan media untuk tumbuhnya
tanaman.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembentukan
tanah. Tetapi hanya lima faktor yang dianggap paling penting yaitu iklim,
organisme, bahan induk, topografi, dan waktu.
Guna mengetahui beberapa sifat tanah, maka dilakukannya praktikum
Dasar-dasar ilmu tanah yang mencakup acara Pemgambilan contoh tanah,Profil
tanah,kadar lenggas tanah,bahan organik organik,kadar kapur ekuivalen atau
setara,tekstur ,struktur, dan penetapan pH tanah.
7
1.Profil Tanah Dan Contoh Pengambilan Tanah
Tanah adalah benda alam yang mempunyai tiga dimensi ruang yaitu
panjang, lebar, dan kedalaman. Setiap tanah mempunyai sifat-sifat yang khas (sets
of characteristic) yang merupakan hasil kerja faktor-faktor pembentuk tanah.
Akibat bekerjanya faktor-faktor pembentuk tanah ini, maka setiap jenis tanah akan
menampakkan profil yang berbeda. Ciri-ciri morfologi suatu tanah sangat berguna
untuk mengetahui jenis-jenis tanah dan tingkat kesuburan tanahnya. Tindakan
budidaya tanaman akan lebih tepat, bila didasarkan pada sifat morfologi tersebut.
Pengamatan profil meliputi (1) pengamatan dalam profil itu sendiri dan
(2) pengamatan faktor sekeliling yang mempengaruhi proses pembentukan tanah.
Termasuk faktor sekeliling antara lain : vegetasi, kedalaman air tanah, topografi,
usaha tani, ada tidaknya faktor penghambat seperti bahaya banjir, erosi, salinitas
keadaan berbatu dan sebagainya.
Untuk mengenal sustu jenis tanah, dilakukan praktikum pengenalan profil
di lapang. Profil tanah yang akan diamati ciri-cirinya harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut : (1) masih alami, (2) vertikal dan (3) bidang pengamatan profil
tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung.
Profil tanah merupakan penampang tegak tanah yang memperlihatkan
berbagai lapisan tanah. Pengamatan profil sangat penting dalam mempelajari
sifat-sifat tanah secara cepat dilapangan, terutama yang berkaitan dengan genetis
dan klasifikasi tanah. Sidik cepat beberapa sifat fisik, kimia dan biologi tanah juga
biasanya dilakukan dengan bersamaan dan merupakan bagian pengamatan profil
tanah. Evaluasi terhadap sifat-sifat tanah ini kemudian dilanjutkan secara lebih
rinci di laboratorium dengan menggunakan contoh tanah.
Contoh tanah dibedakan atas beberapa macam tergantung pada tujuan dan
cara pengambilan. Bila contoh tanah diambil pada setiap lapisan untuk
mempelajari perkembangan profil menetapkan jenis tanah maka disebut “contoh
tanah satelit”. Contoh tanah yang diambil dari beberapa tempat dan digabung
untuk menilai tingkat kesuburan tanah disebut “contoh tanah komposit”.
Pengambilan contoh tanah secara komposit dapat menghemat biaya analisis bila
dibandingkan dengan pengambilan secara individu ( Peterson dan calvin, 1986 ).
8
Adalagi contoh tanah yang diambil dengan pengambilan sampel (care) dan
disebut dengan contoh tanah utuh, yang biasanya digunakan untuk menetapkan
sifat tanah disebut contoh tanah utuh karena strukturnya asli seperti apa adanya di
lapangan sedangkan contoh tanah yang sebagian atau seluruh strukturnya telah
rusak disebut contoh tanah terganggu.
2. Kadar Lengas
Tanah merupakan tubuh alam yang tersusun atas mineral, bahan
organik,air, dan gas yang dicirikan dengan adanya horizon atau lapisan-lapisan
yang dapat d i b e d a k a n d a r i m a t e r i a l a w a l s e b a g a i h a s i l
p e n a m b a h a n , p e n g h i l a n g a n , pemindahan, dan t ransfo rmas i
energi dan mater ia l a tau kemampuan untuk mendukung perakaran
tanaman di lingkungan yang alami.Tanaman memerlukan media untuk
tumbuh, t anah merupakan media utama tempat tumbuh tanaman. Untuk
dapat tumbuh dengan baik, kebutuhan air dan mineral yang tersedia pada
tanah harus sesuai dengan kebutuhan tanamantersebut . Kebutuhan a i r
pada t anaman, da l am tanah t e rs impan dal am bentuk lengas.
Berdasarkan hal ini , perlu dilakukan perhitungan kadar lengas
dalam tanah pada berbagai macan jenis tanah agar dapat diketahui
macam tanah yang baik untuk digunakan sebagai lahan pertanian.
3. Kadar Bahan Organik
Kita membutuhkan tanah sebagai sumber kehidupan dan sebagai media
tumbuhnya tanaman. Sebagai media tumbuhnya media tanaman tanah harus dapat
menyediakan unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh. Salah satu
faktor yang harus ada adalah bahan organik tanah.
Bahan organik tanah merupakan timbunan binatang dan jasad renik yang
sebagian telah mengalami perombakan. Bahan organik ini biasanya berwarna
cokelat dan bersifat koloid yang dikenal dengan humus. Humus terdiri dari bahan
organik halus yang berasal dari hancuran bahan organik kasar serta senyawa-
senyawa baru yang dibentuk dari hancuran bahan organik tersebut melalaui suatu
9
kegiatan mikroorganisme di dalam tanah. Humus merupakan senyawa yang
resisten berwarna hitam / cokelat dan mempunyai daya menahan air dan unsur
hara yang tinggi.
Tanah yang mengandung banyak humus atau mengandung banyak bahan
organik adalah tanah-tanah lapisan atas atau tanah-tanah top soil. Bahan organik
tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yaitu sebagai granulator yang
berfungsi memperbaiki struktur tanah, penyediaan unsur hara dan sebagainya.
Yang mana nantinya akan mempengaruhi seberapa jauh tanaman memberikan
hasil produktifitas yang tinggi.
Berdasarkan hal inilah, maka dipandang penting untuk melaksanakan
praktikum bahan organik tanah.
4.Kadar Kapur Ekuivalen
Kapur dalam tanah memiliki asosiasi dengan keberadaan kalsium dan
magnesium tanah. Hal ini wajar, karena keberadaan kedua unsur tersebut sering
ditemukan berasosiasi dengan karbonat. Secara umum pemberian kapur ke tanah
dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah serta kegiatan jasad renik tanah.
Bila ditinjau dari sudut kimia, maka tujuan pengapuran adalah menetralkan
kemasaman tanah. Perlu diketahui bahwa tanah yang memiliki kandungan kapur
yang tinggi, belum tentu tanah tersebut juga memiliki tingkat kesuburan yang
tinggi. bisa terjadi suatu kapur itu menjadi racun karena kapur akan menyerap
unsur hara dari dalam tanah, dimana unsur hara tersebut dibutuhkan tanaman
untuk pertumbuhannya.
Perbedaan kadar kapur pada berbagai jenis tanah dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain komposisi bahan induk dan iklim. Kedua faktor ini
berhubungan dengan kadar lengas tanah, terbentuknya lapisan-lapisan tanah, dan
tipe vegetasi. Faktor-faktor ini merupakan komponen dalam perkembangan tanah.
Pada umumnya batuan kapur/ kwarstik lebih tahan terhadap perkembangan tanah.
Pelarutan dan kehilangan karbonat diperlukan sebagai pendorong dalam
pembentukan tanah pada batuan berkapur. Garam-garam yang mudah larut
(seperti Na, K, Ca, Mg-Klorida dan sulfat, NaCO3) dan garam alkali yang agak
10
mudah larut ( Ca, Mg ) memiliki karbonat yang akan berpindah bersama air, dan
bergantung besarnya air yang dapat mencapai kedalaman tanah tertentu. Hal ini
dapat menyebabkan terjadinya pengayaan garam/ kapur pada horison tertentu dan
besarnya sangat bervariasi. Karena terdapat perbedaan kelarutan dan mobilitas
tersebut maka yang terendapkan lebih dahulu adalah karbonat. Pada kondisi yang
ekstrem kerak garam dan kapur dapat terbentuk di permukaan tanah. Dari sini
menunjukan bahwa kadar kapur tanah dapat berbeda-beda.
Berdasarkan uraian diatas maka praktikum kadar kapur ekuivalen/setara
pada tanah untuk mengetahui seberapa besar kandungan kadar kapur dalam tanah.
5.Tekstur Tanah
Sifat fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan
sesuai dengan kemampuan yang dibebankan kepadanya. Kemampuan untuk
menjadi lebih keras dan menyangga kapasitas drainase, menyimpan air,
plastisitas, mudah untuk ditembus akar, aerase dan kemampuan untuk menahan
retensi unsur-unsur hara tanaman. Semuanya erat hubungannya dengan kondisi
fisik tanah. Salah satu sifat fisik tanah yang terpenting adalah tekstur tanah. .
Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena
terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang
terkandung pada tanah (Badan Pertanahan Nasional). dari ketiga jenis fraksi
tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 - 0.05
mm, debu dengan ukuran 0.05 - 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm
(penggolongan berdasarkan USDA). keadaan tekstur tanah sangat berpengaruh
terhadap keadaan sifat-sifat tanah yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas
tanah, porositas dan lain-lain (Anonim I, 2009).
Butir-butir yang paling kecil adalah butir liat, diikuti oleh butir debu (silt),
pasir, dan kerikil. Selain itu, ada juga tanah yang terdiri dari batu-batu. Tekstur
tanah dikatakan baik apabila komposisi antara pasir, debu dan liatnya hampir
seimbang. Tanah seperti ini disebut tanah lempung. Semakin halus butir-butir
tanah (semakin banyak butir liatnya), maka semakin kuat tanah tersebut
memegang air dan unsur hara. Tanah yang kandungan liatnya terlalu tinggi akan
11
sulit diolah, apalagi bila tanah tersebut basah maka akan menjadi lengket. Tanah
jenis ini akan sulit melewatkan air sehingga bila tanahnya datar akan cenderung
tergenang dan pada tanah berlereng erosinya akan tinggi. Tanah dengan butir-butir
yang terlalu kasar (pasir) tidak dapat menahan air dan unsur hara. Dengan
demikian tanaman yang tumbuh pada tanah jenis ini mudah mengalami
kekeringan dan kekurangan hara.
Dalam klasifikasi tanah (taksonomi tanah) tingkat famili, kasar halusnya
tanah ditunjukkan dalam sebaran besar butir (particle size distribution) yang
merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah dengan memperhatikan pula
fraksi tanah yang lebih besar / kasar dari pasar.
Berdasarkan uraian diatas maka praktikum penetapan tekstur tanah perlu
diadakan untuk mengetahui jenis tekstur tanah pada lapisan I, II, dan III pada
tanah Vertisol.
6.Struktur Tanah
Tanah memiliki beberapa sifat-sifat fisik. Salah satunya adalah struktur
tanah. Struktur tanah merupakan salah satu sifat morfologi tanah yang dapat
diamati secara langsung. Morfologi tanah adalah deskripsi tubuh tanah yang
menunjukkan kenampakan-kenampakan, ciri-ciri dan sifat-sifat umum dalam
suatu profil tanah.
Ciri-ciri morfologi tanah merupakan petunjuk dari proses-proses yang
pernah dialami sesuatu jenis tanah selama pelapukan, pembentukan dan
perkembangannya. Perbedaan faktor-faktor pembentuk tanah, akan meninggalkan
ciri dan sifat tanah yang berbeda pula pada suatu profil tanah.
Struktur tanah adalah susunan butir-butir primer tanah dan agregat-agregat
primer tanah secara alami menjadi bentuk tertentu yang dibatasi oleh bidang-
bidang yang disebut agregat. Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang
menggambarkan susunan ruangan partikel-partikel tanah yang bergabung satu
dengan yang lain membentuk agregat dari hasil proses pedogenesis. Struktur
tanah berhubungan dengan cara di mana, partikel pasir, debu dan liat relatif
disusun satu sama lain.
12
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukanlah praktikum struktur tanah
yang akan menganalisis bentuk, ukuran, perkembangan struktur tanah dan juga
kemantapan tanah.
8.Konsistensi Dengan Angka Atterberg
Ringan beratnya suatu tanah bukan saja berhuungan dengan mudah
tidahnya tanah diolah, namun juga berhubungan dengan gaya menahan air tanah,
infiltrasi, dan perkolasi.
Untuk menghindari faktor subyektif dalam mengklasifikasikan tanah berat
atau ringan, dipakai standar angka.
Atterberg menggunakan angka-angka konsistensi anah. Angka-angka ini
penting dalam menentukan tindakan pengolaha tanah., karena pengolahan tanah
akan sulit dilakukan kalau tanah terlalu kering ataupun terlalu basah.
Batas-batas konsistensinya antara lain :
1. Batas cair (liquid limit)
Batas cair adalah kadar air tanah, dimana diatas itu tanah akan mulai
melumpur apabila diaduk. Batas plastis adalah kadar air, dimana tanah akan
mulai menimbulkan tanda tanda remah dengan pembuatan pengeeilintiran dengan
diameter 3 mm.
Kandungan air diantara plastis dan batas cair disebut indeks plastisitas,
yang penting dalam pengolahan tanah. Apabila pengolahan tanah dilakukan pada
kandungan air dibawah batas plastis maka tanah akan bergumpal dan pecah.
Sebaliknya bila diolah diatas batas cair maka tanah akan bersifat seperti benda
cair.
2. Batas plastis (plastic limit)
Batas plastis adalah besar kadar air dimana tanah apabila digulung sampai
diameter 3.2 mm tanah akan retak-reatak.
3. Batas susut (shrinkage limit)
Batas susut adalah kadar air dimana tanah akan mengalir akibat berat sendiri.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap rendah dan tingginya indeks
plastisitas (Angka Atterberg) antara lain :
13
1. Komposisi butiran dari tanah.
Karena partikel liat dikelilingi oleh lapisan rangkap, yang terutama terdiri
dari air, maka dengan mudah saling bergerak. Hal ini berlawanan dengan partikel
pasir, tidak berkaitan satu dengan lainnya.
2. Pada kenyataan tipe mineral tanah juga penting.
Tanah Kaolinit akan menjadi plastis pada kair yang rendah disbanding
dengan montmorilonit.
3. Bentuk partikel.
Oleh karena liat terdiri dari lempeng-lempeng (laminer) yang dapat
berdekatan satu sama lain pada pengeringan, maka liat dapat berpengaruh
terhadap tenaga adhesi yang tinggi.berbeda dengan butiran pasir dengan bentuk
bentuk bundar dan tajam, tidak perperan yang penting.
4. Dengan adanya bahan organic, maka kadar air baik pada batas cair maupun
batas plastis terendah menjadi meningkat. Pada pengujian di laboratorium,
menggunakan batas-batas untuk mencirikan berat ringannya tanah yaitu Batas
Cair (Batas Mengalir = Liquid limit = BC), Batas Lekat (BL), Batas Gulung (BG)
dan Batas Berubah Warna (BBW).
9.Penetapan pH Tanah
Penetapan reaksi tanah (pH) tertentu yang terukur pada tanah ditentukan
oleh seperangkat faktor kimia tertentu. Oleh karena itu, penentuan pH tanah
adalah salah satu uji yang paling penting yang dapat digunakan untuk
mendiagnosa masalah pertumbuhan tanaman. Reaksi tanah atau pH tanah
menggambarkan status kimia tanah yang menunjukkan konsentrasi ion H+ dalam
larutan. Bila konsentrasi ion H+ bertambah maka pH turun, sebaliknya bila
konsentrasi ion H+ berkurang daan ion OH- bertambah, pH akan naik, status kimia
tanah mempengaruhi proses biologi seperti pertumbuhan tanaman.
Reaksi tanah menunjukkan kemasaman atau alkalinits tanah yang
dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion
hidrogen (H) dalam tanah. Nilai pH tanah sebenarnya dipengaruhi oleh sifat
14
dan ciri tanah yang komplit sekali, yang diantaranya adalah kejenuhan basa,
sifat isel dan macam kation yang diserap.
Reaksi tanah yang dapat dikategorikan menjadi tiga belas yaitu: masam,
netral, dan basa. Tanah pertanian yang masam jauh lebih luas masalahnya dari
pada tanah yang memiliki sifat alkalinitas. Tanah masam terjadi akibat tingkat
pelapukan yang lanjut dan curah hujan yang tinggi serta akibat bahan induk
yang masam pada tanah podsolik yang banyak terdapat di Indonesia,
mempunyai aspek kesuburan keracunan ion-ion terutama keracunan H+.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu untuk mengetahui gambaran
mengenai tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman, maka diperlukan
adanya pengetahuan tentang pH suatu tanah.
B. Tujuan Praktikum
Dari berbagai analisis dan pengamatan yang dilakukan di laboratorium
dasar ilmu tanah, mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Pengambilan contoh tanah, betujuan untuk mengetahui bagaimana carapengambilan contoh tanah dan untuk mengetahui perbedaan pengambilancontoh tanah yang disesuaikan dengan sifat-sifat tanah yang akan disidik.
2. Tujuan praktikum morfologi tanah adalah:Mengenal dan mengamati
bentuk profil tanah dan Menggambar suatu profil tanah.
3. Kadar lengas tanah, bertujuan untuk menetapkan kadar lengas contoh
tanah.
4. Kadar bahan Organik, bertujuan untuk menetapkan kadar bahan organik
tanah dan karbon.
5. Kadar kapur setara tanah, mempunyai tujuan untuk menetapkan kadar
CaCo3 secara tepat.
6. Tekstur tanah, bertujuan untuk menetapkan agihan zarah tanah [lembung,
debu, dan pasir] dan kelas tekstur tanah dengan segi tika tekstur USDA,
dan juga untuk menetapkan agihan [lempung dan debu] secara aktual.
7. Struktur tanah, bertujuan untuk menetapkan butir [BD] tanah, menetapkan
kerapatan massa [BV] tanah, menghitung porositas total [n] tanah, dan
menghitung nilai perbandingan dipersi [NPD] tanah.
15
8. Konsistensi tanah, bertujuan untuk menetapkan batas Cair [BC] tanah,
menetapkan Batas lekat [BL] tanah, menetapkan batas gulung [BG] tanah,
menetapkan batas berubah warna [BBW] tanah, menghitung jangka Olah
[JO] tanah, menghitung Indeks plastisitas [IP] tanah, dan menghitung
persediaan air maksimum [PAM] dalam t
9. Penetapan pH tanah ini ,bertujuan : menentukan pH tanah pada sampel
tanah yang digunakan praktikum sebelumnya dengan perbandingan
tertentu
16
BAB II
DASAR TEORI
PENGAMBILAN CONTOH TANAH
Contoh tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu
bagian tubuh tanah (horizon/ lapisan/ solum) dengan cara-cara tertentu
disesuaikan dengan sifat-sifat yang akan diteliti. Sifat-sifat fisika tanah, dapat kita
analisis melalui dua aspek, yaitu dispersi dan fraksinasi.
( Agus, Cahyono. 1998 ).
Contoh tanah adalah suatu volum massa tanah yang diambil dari suatu
bagian tubuh tanah (horizon/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu disesuaikan
dengan sifat-sifat yang akan diteliti secara lebih detail di laboratorium (Agus
et.al,2008).
Pengambilan contoh tanah dapat dilakukan dengan 2 teknik dasar yaitu
pengambilan contoh tanah secara utuh/tak terusik dan pengambilan contoh tanah
tak utuh atau terusik (Agus et.al,2008).
Fraksinasi adalah penganalisisan sifat-sifat fisika tanah dengan cara
memisahkan butir-butir primer tanah tersebut. Untuk mencari dan atau
mengetahui sifat fisik tanah, kita dapat menggunakan pengambilan contoh tanah
dengan tiga cara, yaitu : tidak terusik,terusik,agregat tidak
terusik(Soegiman,1982)
Untuk mencari dan atau mengetahui sifat fisik tanah, kita dapat
menggunakan pengambilan contoh tanah dengan tiga cara, yaitu :
- Contoh tanah tidak terusik, yang diperlukan untuk analisis penetapan berat isi
atau berat volume, agihan ukuran pori, dan untuk permeabilitas
- Contoh tanah terusik, yang diperlukan untuk penetapan kadar lengas, tekstur,
tetapan atterberg, kenaikan kapiler, sudut singgung, kadar lengas kritik, indeks
patahan, konduktivitas hidroulik tak jenuh, luas permukaan, erodibilitas tanah
menggunakan hujan tiruan.
17
- Contoh tanah dalam keadaan agregat tidak terusik, yang diperlukan untuk
penetapan agihan ukuran agregrat dan derajad kemantapan agregrat.
Contoh tanah tak terusik diperlukan untuk analisis penetapan berat jenis atau berat
volum,agihan ukuran pori dan permeabilitas (Agus et.al,2008).
Contoh tanah terusik diperlukan untuk penetapan kadar lengas, tekstur,
tetapan Atterberg, kenaikan kapiler, sudut singgung, kadar lengas kritik, indeks
patahan, konduktifitas hidroulik tak jenuh, luas permukaan, erodibilitas tanah
menggunakan hujan tiruan (Agus et.al,2008).
MORFOLOGI TANAH
1.Profil Tanah
Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat
dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan
kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan keadaan tanah dan keperluan
penelitian. Tekanan pori diukur relative terhadap tekanan atmosfer dianamakan
muka air tanah. Tanah yang diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya tidak
demikian karena ada rongga-rongga udara (Pasaribu, 2007).
Horizon Tanah adalah tanah terdiri dari lapisan berbeda horisontal, pada
lapisan yang disebut horizons. Mereka mulai dari kaya, organik lapisan atas
(humus dan tanah) ke lapisan yang rocky (lapisan tanah sebelah bawah, dan
regolith bedrock) (Anonim1, 2011).Horizon dan lapisan terbagi sesuai dengan
(Anonim2, 2011):
1. Horizon organik : horizon organik dari tanah mineral
a. Terbentuk pada bagian atas tanah mineral
b. Terdiri atas oleh bahan-bahan 30% jika berfrasi lempung.organik
segar/terurai sebagian 50%.
c. Berkadar BO 20% jika berfraksi bukan lempung
· O1 : horizon organik yang sebagian besar bagian-bagiannya masih jelas
menampakkan bentukasli.
· O2 : horizon organik yang sudah tidak tersidik bentuk asli asalnya.
18
2. Horizon mineral yang terdiri atas:
a. Horizon pengumpulan b.o yang terbentuk dekat permukaan
b. Lap yang telah kehilangan lempung, besi atau aluminium yang mengakibatkan
pengumpulan kwarsa atau mineral
c. Horizon yang dirajai (a) atau (b) tapi memperlihatkan sifat ke horison B
atau C dibawahnya.
A1 : terbentuk/sedang terbentuk pada/dekat muka tanah dengan penimbunan b.o.
Terhumofikasi yang berhubungan dengan fraksi mineralnya.
A2 : berciri pokok hilangnya lempung, besi atau aluminium sehingga terjadi
pemekatan residuil kwarsa.
A3 : horizon peralihan antara A dan B dan dirajai oleh sifat-sifat khas A1dan A2
yang menumpanginya, tapi mempunyai beberapa sifat tambahan dari horizon B di
bawahnya. AB : peralihan antara A dan B, yang bagian atas berciri utama sifat-
sifat A, dan bagian bawah seperti horizon B. Biasanya karena terlalu tipis, bila
tebal harus dipisahkan.
Keduanya tidak bisa dipisahkan menjadi A3 dan B1
* Ciri-ciri Utamanya
a. Pemekatan illuvial lempung silikat, besi, Al/humus baik sendiri-sendiri
maupun kombinasi.
b. Pemekatan residuil seskudesido atau lempung silikat dengan
pelarutan/penghilangan karbonat-karbonat/garam-garam mudah larut.
c. Terjadi pelarutan seskuidesida sehingga berwarna lebih tua, cemerlang atau
lebih merah tapi tak ada iluviasi besi.
d. Perobahan bahan dari keadaan aslinya yang mengaburkan struktur batuan
asli, yang membentuk lempung-lempung silikat, membebaskan desida-desida
atau keduanya dan membentuk struktur granuler, gumpal atau prismatik.
Menurut Hanafiah (2007), berdasarkan pembentukannya, bebatuan ini
dikelompokkan menjadi 3 golongan yaitu:
1. Batuan beku (igneous rock) yang merupakan bebatuan yang terbentuk dari
proses solidifikasi (pembekuan) magma cair. Apabila proses pembentukannya
19
terjadi jauh dibawah tanah, maka bebatuan yang terbentuk disebut plutonik
(batuan dalam), disebut intrusi (batuan gang) jika pembekuannya terjadi didalam
liang-liang menuju permukaan tanah, dan disebut ekstrusi (batuan vulkanik atau
lelehan) jika pembekuannya terjadi dipermukaan tanah.
2. Batuan sedimen (sedimentary rock) merupakan bebatuan yang terbentuk dari
proses konsolidassi (pemadatan) endapan-endapan partikel yang terbawa oleh
angina atau air dibawah permukaan bumi.
3. Batuan peralihan (metamorf) yang merupakan batuan beku atau batuan
sedimen yang telah mengalami transformasi (perubahan rupa) akibat adanya
pengaruh perubahan suhu, tekanan, cairan atau gas aktif.
Horizon O adalah lapisan teratas yang hampir seluruhnya mengandung bahan
organik. Tumbuhan daratan dan jatuhan dedaunan termasuk pada horizon ini. Juga
humus. Humus dari horizon O bercampur dengan mineral lapuk untuk
membentuk horizon A, soil berwarna gelap yang kaya akan bahan organik dan
aktivitas biologis, tumbuhan ataupun hewan. Dua horizon teratas ini sering
disebut topsoil.
Asam organik dan CO2 yang diproduksi oleh tumbuhan yang membusuk pada
topsoil meresap ke bawah ke horizon E, atau zona pencucian, dan membantu
melarutkan mineral seperti besi dan kalsium. Pergerakan air ke bawah pada
horizon E membawa serta mineral terlarut, juga mineral lempung berukuran halus,
ke lapisan di bawahnya. Pencucian (atau eluviasi) mineral lempung dan terlarut
ini dapat membuat horizon ini berwarna pucat seperti pasir (Hakim, 2007).
Material yang tercuci ke bawah ini berkumpul pada horizon B, atau zona
akumulasi. Lapisan ini kadang agak melempung dan berwarna merah/coklat karat
akibat kandungan hematit dan limonitnya. Kalsit juga dapat terkumpul di horizon
B. Horizon ini sering disebut subsoil. Pada horizon B, material Bumi yang masih
keras (hardpan), dapat terbentuk pada daerah dengan iklim basah di mana mineral
lepung, silika dan oksida besi terakumulasi akibat pencucian dari horizon E.
Lapisan hardpan ini sangat sulit untuk digali/dibor. Akar tumbuhan akan tumbuh
secara lateral di atasnya dan bukannya menembus lapisan ini; pohon-pohon
berakar dangkal ini biasanya terlepas dari akarnya oleh angin (Pairunan, 1985).
20
Horizon C ialah material batuan asal yang belum seluruhnya lapuk yang berada di
bawah horizon B. Material batuan asal ini menjadi subjek pelapukan mekanis
maupun kimiawi dari frost action, akar tumbuhan, asam organik, dan agen
lainnya. Horizon C merupakan transisi dari batuan asal (sedimen) di bawahnya
dan soil yang berkembang di atasnya (Buckman, 1992).
Contoh Tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu bagian
tubuh tanah (horison/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu disesuaikan dengan
sifat-sifat yang akan diteliti secara lebih detail di laboratorium. Pengambilan
contoh tanah dapat dilakukan dengan teknik dasar yaitu pengambilan contoh tanah
secara utuh dan pengambilan contoh tanah secara tidak utuh (Anonim1, 2011).
Menurut Anonim2 (2011), untuk penetapan sifat-sifat fisika tanah ada 3 macam
pengambilan contoh tanah yaitu:
· Contoh tanah tidak terusik (undisturbed soil sample) yang diperlukan untuk
analisis penetapan berat isi atau berat volume (bulk density), tagihan ukuran pori
(pore size distribution) dan untuk permeabilitas (konduktivitas jenuh).
·Contoh tanah dalam keadaan agregat tak terusik (undisturbed soil aggregate)
yang diperlukan untuk penetapan ukuran agregat dan derajad kemantapan agregat
(aggregate stability).
·Contoh tanah terusik (disturbed soil sample), yang diperlukan untuk penetapan
kadar lengas, tekstur, tetapan Atterberg, kenaikan kapiler, sudut singgung, kadar
lengas kritik, Indeks patahan (Modulus of Rupture:MOR), konduktivitas hidroulik
tak jenuh, luas permukaan (specific surface), erodibilitas (sifat ketererosian) tanah
menggunakan hujan tiruan.
Secara umum, analisis contoh tanah menurut (Anonim2, 2011) bertujuan
untuk:
a. Menentukan sifat fisik dan kimia tanah (status unsur hara tanah).
b. Mengetahui lebih dini adanya unsur-unsur beracun tanah.
21
Tanah Vertisol
Tanah Vertisol memiliki kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang
tinggi. Reaksi tanah bervariasi dari asam lemah hingga alkaline lemah; nilai pH
antara 6,0 sampai 8,0. pH tinggi (8,0-9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP yang
tinggi (Munir, 1996).
Vertisol menggambarkan penyebaran tanah-tanah dengan tekstur liat dan
mempunyai warna gelap, pH yang relatif tinggi serta kapasitas tukar kation dan
kejenuhan basa yang juga relatif tinggi. Vertisol tersebar luas pada daratan dengan
iklim tropis dan subtropis (Munir, 1996).
Dalam perkembangan klasifikasi ordo Vertisol, pH tanah dan pengaruhnya
tidak cukup mendapat perhatian. Walaupun hampir semua tanah dalam ordo ini
mempunyai pH yang tinggi, pada daerah-daerah tropis dan subtropis umumnya
dijumpai Vertisol dengan pH yang rendah. Dalam menilai potensi Vertisol untuk
pertanian hendaknya diketahui bahwa hubungan pH dengan Al terakstraksi
berbeda disbanding dengan ordo lainnya. pH dapat tukar nampaknya lebih tepat
digunakan dalam menentukan nilai pH Vertisol masam dibanding dengan
kelompok masam dari ordo-ordo lainnya. Perbedaan tersebut akan mempunyai
implikasi dalam penggunaan tanah ini untuk pertumbuhan tanaman. Batas-batas
antara antara kelompok masam dan tidak masam berkisar pada pH 4,5 dan sekitar
5 dalam air (Lopulisa, 2004).
Proses pembentukan tanah ini telah menghasilkan suatu bentuk
mikrotopografi yang khusus yang terdiri dari cekungan dan gundukan kecil yang
biasa disebut topografi gilgai. Kadang-kadang disebut juga topografi polygonal
(Hardjowigeno, 1993).
Koloid tanah yang memiliki muatan negetif besar akan dapat menjerap
sejumlah besar kation. Jumlah kation yang dapat dijerap koloid dalam bentuk
dapat tukar pH tertentu disebut kapasitas tukar kation. KTK merupakn jumlah
muatan negatif persatuan berat koloid yang dinetralisasi oleh kation yang muda
diganti (Pairunan,dkk,1997).
22
Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau dengan kadar liat
tinggi mempunyai KTK lebih tinggi dari pada tanah-tanah dengan kandungan
bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir. Jenis-jenis mineral liat juga
menentuka besarnya KTK tanah (Hakim,dkk,1986).
Pada umumnya Vertisol juga defisiensi P. Setelah N, unsure P merupakan
pembatas hara terbesar pada Vertisol. Kekurangan unsure P jika kandungan P
kurang dari 5 ppm. Ini berpengaruh pada pemupukan P yang cukup kecil jika
produksi tanaman pada musim berikutnya rendah. P menjadi nyata jika tanaman
yang tumbuh pada kondisi irigasi yang baik, jika produksinya tinggi maka
dianjurkan untuk mencoba menambah pemakaian pupuk N (Munir, 1996).
Kadar fosfor Vertisol ditentukn oleh banyak atau sedikitnya cadangan
mineral yang megandung fosfor dan tingkat pelapukannya. Permasalahan fosfor
ini meliputi beberapa hal yaitu peredaran fosfor di dalam tanah, bentuk-bentuk
fosfor tanah, dan ketersediaan fosfor (Pairunan, dkk, 1997).
Pada tanah Vertisol P tersedia adalah sangat tinggi pada Vertisol yang
berkembang dari batuan basik tetapi rendah pada tanah yang berkembang dari
bahan vulkanis. Pada segi lain vertisol yang berkembang dari bahan induk marl
atau napal, kandungan P total tersedia adalah rendah (Soepardi, 1979).
Vertisol adalah tanah yang memiliki KTK dan kejenuhan hara yang tinggi.
Rekasi tanah bervariasi dengan asam lemah hingga alkaline lemah, nilai pH antara
6,0 sampai 8,0, pH tinggi (8,0 – 9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP yang tinggi
dan Vertisol masam (pH 5,0 – 6,2) (Munir, 1996).
KTK tanah-tanah Vertisol umumnya sangat tinggi disbanding dengan
tanah-tanah mineral lainnya. Hal ini disebabkan oleh tingginya kandungan liat
yang terbungkus mineral Montmorillonit dengan muatan tetap yang tinggi.
Kandungan bahan organik sungguhpun tidak selalu harus tinggi mempunyai KTK
yang sangat tinggi. Katio-kation dapat tukar yang dominant adalah Ca dan
Mg sdan pengaruhnya satu sama lain sangat berkaitan dengan asal tanah
(Lopulisa, 2004).
23
Kejenuhan basa ynag tinggi, KTK yang tinggi, tekstur yang relative halus,
permeabilitas yang rendah dan pH yang relative tinggi dan status hara yang tidak
seimbang merupaka karakteristik Vertisol (Hardjowigeno, 1985).
Faktor- faktor yang mempengaruhi pembentukan soil
1. Kemiringan
Daerah dengan kemiringan terjal akan mengandung sedikit soil atau tidak
sama sekali, Hal ini disebabkan oleh gravitasi yang membuat air dan partikel soil
bergerak ke bawah. Vegetasi akan jarang sehingga akan sedikit akar tanaman
yang menyentuh batuan lapuk dan akan sangat jarang bahan organik yang
menyediakan nutrien. Kontras dengan yang tadi, daerah bottomland akan sangat
tebal, namun drainasenya kurang baik dan soil akan jenuh air.
2. Material Asal
Material asal adalah sumber dari mineral lapuk yang membentuk hampir
seluruh soil. Soil yang berasal dari granit lapuk akan menjadi pasiran karena
partikel kuarsa dan feldspar yang terlepas dari granit. Setelah butiran feldspar
lapuk, mineral lempung berukuran halus akan terbentuk. Soil yang terbentuk akan
memiliki variasi ukuran butir yang sangat baik untuk drainase dan kemampuan
menahan air.
Pembentukan soil dari basalt tidak akan menjadi pasiran, bahkan saat tahap awal
pembentukannya. Jika pelapukan kimiawi lebih prevalent dari pada mekanis,
butiran feldspar yang lapuk akan langsung menjadi mineral lempung halus.
Karena batuan asal tidak mengandung butiran kasardan kuarsa, soil yang
terbentuk akan kekurangan pasir. Soil seperti ini tidak akan terdrainase dengan
baik, walau bisa saja tetap subur.
3. Organisme Hidup
Fungsi utama organisme hidup adalah untuk menyediakan bahan organik
bagi soil. Humus akan menyediakan nutrien dan membantu menahan air.
Tumbuhan membusuk akan melepaskan asam organik yang meningkatkan
pelapukan kimiawi. Hewan penggali seperti semut, cacing, dan tikus membawa
partikel soil ke permukaan dan mencampur bahan organik dengan mineral.
24
Lubang-lubang yang dibuat akan membantu sirkulasi air dan udara, meningkatkan
pelapukan kimiawi dan mempercepat pembentukan soil. Mikroorganisme seperti
bakteri, jamur, dan protozoa membantu proses pembusukan bahan organik
menjadi humus.
4. Waktu
Karakter soil berubah seiring berjalannya waktu. Soil yang masih muda
masih mencerminkan struktur material asalnya. Soil yang sudah dewasa akan
lebih tebal. Pada daerah volkanik aktif, rentang waktu antarerupsi dapat
ditentukan dengan meneliti ketebalan soil yang terbentuk pada masing-masing
aliran ekstrusif. Soil yang telah terkubur dalam-dalam oleh aliran lava, debu
vulkanik, endapan glasial, atau sedimen lainnya disebut paleosol. Soil seperti ini
dapat dilacak secara regional dan dapat mengandung fosil. Maka dari itu, soil ini
sangat berguna untuk dating batuan dan sedimen, serta untuk menginterpretasi
iklim dan topografi lampau.
5. Iklim
Iklim barangkali merupakan faktor terpenting yang menentukan ketebalan dan
karakter soil. Material asal pada topografi yang sama dapat terbentuki menjadi
soil yang berbeda jika iklimnya berbeda. Temperatur dan curah hujan menentukan
pelapukan kimiawi atau mekaniskah yang paling dominan, dan akan berpengaruh
kepada laju dan kedalaman pelapukan. Iklim juga menentukan jenis organisme
yang dapat hidup di soil tersebut.
2. Kadar Lengas Tanah
Lengas tanah adalah air yang terdapat dalam tanah yang terikat oleh
berbagai kakas (matrik,osmosis, dan kapiler). Kakas ini meningkat sejalan dengan
peningkatan permukaan jenis zarah dan kerapatan muatan elektrostatik zarah
tanah. Tegangan lengas tanah juga menentukan beberapa banyak air yang dapat
diserap tumbuhan. Bagian lengas tanah yang tumbuhan mampu menyerap
dinamakan air ketersediaan (Notohadiprabowo,2006).
25
Keberadaan lengas tanah dipengaruhi oleh energi pengikat spesifik yang
berhubungan dengan tekanan air. Status energi bebas (tekanan) lengas tanah
dipengaruhi oleh perilaku dan keberadaannya oleh tanaman. Lengas tanah
dipengaruhi oleh keberadaan gravitasi dan tekanan osmosis apabila tanah
dilakukan pemupukan dengan konsentrasi tinggi (Bridges, 1979).
Di dalam tanah, air berada di dalam ruang pori diantara padatan tanah. Jika
tanah dalam keadaan jenuh air, semua ruang pori tanah terisi air. Dalam keadaan
ini jumlah tanah yang disimpan didalam tanah merupakan jumlah air maksimum
disebut kapasitas penyimpanan air maksimum. Selanjutnya jika tanah dibiarkan
mengalami pengeringan, sebagian ruang pori akan terisi udara dan sebagian
lainnya terisi air. Dalam keadaan ini tanah dikatakan tidak jenuh (Hillel,1983).
Di dalam tanah air dapat bertahan tetap berada di dalam ruang pori karena
adanya berbagai gaya yang yang bekerja pada air tersebut. Untuk dapat
mengambil air dari rongga pori tanah diperlukan gaya atau energi yang diperlukan
untuk melawan energi yang menahan air. Gaya – gaya yang menahan air hingga
bertahan dalam rongga pori berasal dari absorbsi molekul air oleh padatan tanah,
gaya tarik menarik antara molekul air, adanya larutan garam dan gaya kapiler
(Yong et al.,1975).
Jumlah air tanah yang bermanfaat untuk tanaman mempunyai batas –
bata tertentu. Seperti pada kekurangan air, kelebihan air dapat merupakan
kesukaran. Air yang kelebihan itu tidaklah beracun, akan tetapi kekurangan udara
pada tanah – tanah yang tergenanglah yang menyebabkan kerusakan. Tanaman
dapat ditanam dengan memuaskan dalam larutan air bila aerasi diberikan dengan
baik (Kelly,2002).
Dalam kaitanya dengan daya penyimpanan air, tanah pasiran mempunyai
daya pengikat terhadap lengas tanah yang relative rendah karena permukaan
kontak antara tanah pasiran ini didominasi oleh pori – pori mikro satu. Oleh
karena itu, air yang jatuh ketanah pasiran akan segera mengalami perkolasi dan air
kapiler akan mudah lepas karena evaporasi (Mukhid,2010).
26
3.Kadar Bahan Organik
Bahan organik adalah hasil-hasil peruaraian tubuh bekas jasad hidup
(tumbuhan dan binatang) sehingga menunjukkan perbedaan dalam ukuran,
bangun, komposisi, dan watak, fisiokimiawi dari aslinya, yang telah menyatu
dengan jarah-jarah penyusun tanah lainnya. Pemasok bahan organik adalah
tumbuhan dan binatang. Sreresah dan bangkai hewan yang berada di atas dandi
dalm tubuh tanah, akan segera diserang oleh binatang pencacah dan jasad renik
pengurai, yang menjadikan sumber energy(Arsyad,1989).
Komponen organik tanah berasal dari biomassa yang mencirikan suatu tanah
aktif. Komponen organik tak hidup terbentuk dari melalui pelapukan kimia dan
biologi, yang dipishkan ke dalam :
(1) bahan-bahan yang anatomi bahan aslinya masih tampak dan
(2) bahan-bahan yang telah terlapuk sempurna (Hardjowigeno,2003).
Bahan organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah karena
memiliki beberapa peranan kunci di tanah. Disamping itu bahan organic tanah
memiliki fungsi – fungsi yang saling berkaitan, sebagai contoh bahan organik
tanah menyediakan nutrisi untuk aktivitas mikroba yang juga dapat meningkatkan
dekomposisi bahan organik, meningkatkan stabilitas agregat tanah, dan
meningkatkan daya pulih tanah (Sutanto,2005).
4.Kadar kapur Ekuivalen
Kapur dalam tanah memiliki asosiasi dengan keberadaan kalsium dan
magnesium tanah. Hal ini wajar, karena keberadaan kedua unsur tersebut sering
ditemukan berasosiasi dengan karbonat. Secara umum pemberian kapur ke tanah
dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah serta kegiatan jasad renik tanah.
Bila ditinjau dari sudut kimia, maka tujuan pengapuran adalah menetralkan
kemasaman tanah. Perlu diketahui bahwa tanah yang memiliki kandungan kapur
yang tinggi, belum tentu tanah tersebut juga memiliki tingkat kesuburan yang
tinggi. bisa terjadi suatu kapur itu menjadi racun karena kapur akan menyerap
27
unsur hara dari dalam tanah, dimana unsur hara tersebut dibutuhkan tanaman
untuk pertumbuhannya.
Perbedaan kadar kapur pada berbagai jenis tanah dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain komposisi bahan induk dan iklim. Kedua faktor ini
berhubungan dengan kadar lengas tanah, terbentuknya lapisan-lapisan tanah, dan
tipe vegetasi. Faktor-faktor ini merupakan komponen dalam perkembangan tanah.
Pada umumnya batuan kapur/kwarstik lebih tahan terhadap perkembangan tanah.
Pelarutan dan kehilangan karbonat diperlukan sebagai pendorong dalam
pembentukan tanah pada batuan berkapur. Garam-garam yang mudah larut
(seperti Na, K, Ca, Mg-Klorida dan sulfat, NaCO3) dan garam alkali yang agak
mudah larut ( Ca, Mg ) memiliki karbonat yang akan berpindah bersama air, dan
bergantung besarnya air yang dapat mencapai kedalaman tanah tertentu. Hal ini
dapat menyebabkan terjadinya pengayaan garam/ kapur pada horison tertentu dan
besarnya sangat bervariasi. Karena terdapat perbedaan kelarutan dan mobilitas
tersebut maka yang terendapkan lebih dahulu adalah karbonat. Pada kondisi yang
ekstrem kerak garam dan kapur dapat terbentuk di permukaan tanah. Dari sini
menunjukan bahwa kadar kapur tanah dapat berbeda-beda.
5.Tekstur Tanah
Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat)
yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir,
fraksi debu dan fraksi liat (Hanafiah, 2008).
Tekstur merupakan sifat kasar-halusnya tanah dalam percobaan yang
ditentukan oleh perbandingan banyaknya zarah-zarah tunggal tanah dari berbagai
kelompok ukuran, terutama perbandingan antara fraksi-fraksi lempung, debu, dan
pasir berukuran 2 mm ke bawah (Notohadiprawito, 1978).
Tanah terdiri dari butir-butir yang berbeda dalam ukuran dan bentuk,
sehingga diperlukan istilah-istilah khusus yang memberikan ide tentang sifat
teksturnya dan akan memberikan petunjuk tentang sifat fisiknya. Untuk ini
digunakan nama kelas seperti pasir, debu, liat dan lempung. Nama kelas dan
klasifikasinya ini, merupakan hasil riset bertahun-tahun dan lambat laun
28
digunakan sebagai patokan. Tiga golongan pokok tanah yang kini umum dikenal
adalah pasir, liat dan lempung(Buckmandan Brady, 1992)
Pembagian kelas tektur yang banyak dikenal adalah pembagian 12 kelas
tekstur menurut USDA.Nama kelas tekstur melukiskan penyebaran butiran,
plastisitas, keteguhan, permeabilitas kemudian pengolahan tanah, kekeringan,
penyediaan hara tanah dan produktivitas berkaitan dengan kelas tekstur dalam
suatu wilayah geogtrafis (A.K. Pairunan, dkk, 1985).
Tekstur tanah dapat menentukan ssifat-sifat fisik dan kimia serta mineral
tanah. Partikel-partikel tanah dapat dibagi atas kelompok-kelompok tertentu
berdasarkan ukuran partikel tanpa melihat komposisi kimia, warna, berat, dan
sifat lainnya. Analisis laboratorium yang mengisahkan hara tanah disebut analisa
mekanis. Sebelum analisa mekanis dilaksanakan, contoh tanah yang kering udara
dihancurkan lebih dulu disaring dan dihancurkan dengan ayakan 2
mm. Sementara itu sisa tanah yang berada di atas ayakan dibuang. Metode ini
merupakan metode hidrometer yang membutuhkan ketelitian dalam
pelaksanaannya. Tekstur tanah dapat ditetapkan secara kualitatif dilapangan
(Hakim, 1986).
Tekstur tanah dibagi menjadi 12 kelas seperti yang tertera pada diagram
segitiga tekstur tanah USDA yang meliputi pasir, pasir berlempung, lempung
berpasir, lempung, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu, lempung berliat,
lempung berdebu, debu, liat berpasir, liat berdebu, dan liat (Lal, 1979).
Tanah terdiri dari butir-butir pasir, debu, dan liat sehingga tanah
dikelompokkan kedalam beberapa macam kelas tekstur, diantaranya kasar, agak
kasar, sedang, agak halus,dan hancur (Hardjowigeno, 1995).
Kasar dan halusnya tanah dalam klasifikasi tanah (taksnomi tanah) ditunjukkan
dalam sebaran butir yang merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah
dengan memperhatikan pula fraksi tanah yang lebih kasar dari pasir (lebih besar 2
mm), sebagian besar butir untuk fraksi kurang dari 2 mm meliputi berpasir
lempung, berpasir, berlempung halus, berdebu kasar, berdebu halus, berliat halus,
dan berliat sangat halus (Hardjowigeno, 1995).
29
a. Karakteristik tekstur tanah
Sifat-sifat fisik tanah banyak bersangkutan dengan kesesuaian tanah untuk
berbagai penggunaan. Kekuatan dan daya dukung, kemampuan tanah menyimpan
air, drainase, penetrasi, akar tanaman, tata udara, dan pengikatan unsur hara,
semuanya sangat erat kaitannya dengan sifat fisik tanah (Lal, 1979).
Karakteristik tekstur tanah terdiri atas fraksi pasir, fraksi debu dan fraksi liat.
Suatu tanah disebut bertekstur pasir apabila mengandung minimal 85% pasir,
bertekstur debu apabila berkadar minimal 80% debu dan bertekstur liat apabila
berkadar minimal 40% liat (Hanafiah, 2008).
Berdasarkan kelas teksturnya maka tanah dapat digolongkan menjadi tanah
bertekstur kasar atau tanah berpasir berarti tanah yang mengandung minimal 70%
pasir atau pasir berlempung (Nyakpa, 1989).
Tanah bertekstur halus atau tanah berliat berarti tanah yang mengandung
minimal 37,5% liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir (Nyakpa,
1989).
Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung terdiri dari tanah bertekstur
sedang tetapi agak kasar meliputi tanah yang bertekstur lempung berpasir atau
lempung berpasir halus. Tanah bertekstur sedang meliputi yang bertekstur
lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu atau debu. Tanah
bertekstur sedang tetapi agak halus mencakup lempung liat, lempung liat berpasir
atau lempung liat berdebu (Hakim, 1986).
Dalam penetapan tekstur tanah ada tiga jenis metode yang biasa digunakan
yaitu metode feeling yang dilakukan berdasarkan kepekaan indra perasa (kulit jari
jempol dan telunjuk), metode pipet atau biasa disebut dengan metode kurang teliti
dan metode hydrometer atau disebut dengan metode lebih teliti yang didasarkan
pada perbedaan kecepatan jatuhnya partikel-partikel tanah di dalam air dengan
asumsi bahwa kecepatan jatuhnya partikel yang berkerapatan sama dalam suatu
larutan akan meningkat secara linear apabila radius partikel bertambah secara
kuadratik (Hardjowigeno, 1995).
Tanah bertekstur kasar, tanpa rasa licin dan tanpa rasa lengket sera tidak bisa
membentuk gulungan atau lempengan continue sebaliknya jika partikel tanah
30
terasa halus lengket dan dapat dibuat gulungan maka berarti tanah bertekstur liat.
Tanah bertekstur debu akan mempunyai partikel-partikel yang terasa agak halus
dan licin tetapi tidak lengket serta gulungan yang terbentuk rapuh dan mudah
hancur. Tanah bertekstur lempung akan mempunyai partikel-partikel yang
mempunyai jenis ketiganya secara proporsional, apabila yang terasa lebih
dominan adalah sifat pasir maka berarti tanah bertekstur lempung berpasir dan
seterusnya (Buckmandan Brady, 1992).
b. Hubungan tekstur dengan pertumbuhan tanah
Pemahaman tanaman sebagai media tumbuh tanaman pertama kali
dikemukakan oleh Dr.H.L.Jones dari Cornell University Inggris
(Darmawijaya,1990), yang mengkaji hubungan tanah pada tanaman tingkat tinggi
untuk mendapatkan produksi pertanian yang seekonomis mungkin.
Kajian tanah dari aspek ini disebut edaphologi (edaphos=bahan tanah
subur), namun pada realitasnya kedua defenisi selalu terintegrasi.
Tanah pada masa kini sebagai media tumbuh tanaman didefenisikan sebagai
lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh
berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan penyuplai
kebutuhan air dan udara, secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai
hara atau nutrisi dan unsur-unsur esensial sedangkan secara biologis berfungsi
sebagai habitat biota yang berpatisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan
zat-zat adiktif bagi tanaman (Hanafiah, 2008).
Tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro,
tanah yang didominasi debu akan mempunyai pori-pori meso (sedang), sedangkan
didominasi liat akan banyak mempunyai pori-pori mikro. Hal ini berbanding
terbalik dengan luas permukaan yang terbentuk, luas permukaan mencerminkan
luas situs yang dapat bersentuhan dengan air, energi atau bahan lain, sehingga
makin dominan fraksi pasir akan makin kecil daya tahannya untuk menahan tanah
(Hakim, 1986).
Makin poreus tanah akan makin mudah akar untuk berpenetrasi, serta
makin mudah air dan udara untuk bersirkulasi tetapi makin mudah pula air untuk
31
hilang dari tanah dan sebaliknya, makin tidak poreus tanah akan makin sulit akar
untuk berpenetrasi serta makin sulit air dan udara untuk bersirkulasi. Oleh karena
itu, maka tanah yang baik dicerminkan oleh komposisi ideal dari kedua kondisi
ini, sehingga tanah bertekstur debu dan lempung akan mempunyai ketersediaan
yang optimum bagi tanaman, namun dari segi nutrisi tanah lempung lebih baik
ketimbang tanah bertekstur debu (Nyakpa, 1989).
Fraksi pasir umumnya didominasi oleh mineral kuarsa yang sangat tahan
terhadap pelapukan, sedangkan fraksi debu biasanya berasal dari mineral feldspar
dan mika yang cepat lapuk, pada saat pelapukannya akan membebaskan sejumlah
hara, sehingga tanah bertekstur debu umumnya lebih subur ketimbang tanah
bertekstur pasir (Hardjowigeno, 1993).
Pada tanah-tanah di daerah tropika nisbah debu liat merupakan kriteria
penting dalam mengevaluasi fenomena seperti migrasi liat, taraf pelapukan fisik,
dan umur bahan induk tanah serta klasifikasi tanah (Lal, 1979).
6. Struktur Tanah
Struktur tanah dapat dibagi dalam struktur makro dan mikro. Strukturmakro/struktur lapisan bawah tanah adalah penyusunan agregat-agregat tanah satudengan yang lainnya sedangkan struktur mikro adalah penyusunan butir-butirprimer tanah ke dalam butir-butir majemuk/agregat-agregat yang satu sama laindibatasi oleh bidang-bidang belah alami.
Struktur tanah menggambarkan cara bersatunya partikel-partikel primertanah (pasir, debu dan liat) menjadi butir-butir (agregat) tanah. Agregat yangterbentuk secara alami dinamakan ped. Struktur tanah dijelaskan dalam bentukukuran dan tingkatan perkembangan ped (Tim Asisten, 2010).
Menurut bentuk ped, struktur tanah dapat digolongkan dalam bentuklempeng (platy), prismatik, kolumnar, kubus menyudut, kubus membulat(subangular blocky), kersay (granular), dan remah (crumb). Tanah yang tidakmembentuk struktur dapat berupa butiran tunggal (single grain) atau massif(massa tanah tidak tidak menunjukkan bidang-bidang pemisah) (Tim Asisten,2010).
Klasifikasi struktur tanah (bukan klasifikasi tanah yang cocok untuk usahapertanian) sangat berkaitan dengan klasifikasi lapangan yang digunakan bagi
32
peelaahan morfologi tanah. Secara umum komponen pengklasifikasian tanahmeliputi (Kartaspoetra dan Mulyani, 1987):
1. Tipe struktur meliputi bentuk dan susunan agregat.
2. Kelas struktur meliputi ukuran
3. Derajat struktur yaitu kemantapan atau kekuatan agregat.
Terdapat beberapa bentuk struktur tanah diantaranya adalah (Tim Asisten,2010):
• Granular
• Platy
• Wedge
• Blocky (sub angular dan angular)
• Prismatic
• Columnar
Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalanstruktur ini terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain olehsuatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan (ketahanan yangberbeda-beda. Terdapat beberapa bentuk struktur tanah yaitu (Hardjowigeno,1987):1. Bentuk lempeng (platy)
Sumbu vertikal < sumbu horizontal. Ditemukan di horizon E atau padalapisan padas liat.
2. PrismaSumbu vertikal > sumbu horizontal, bagian atasnya rata. Ditemukan di
horizon B pada tanah daerah iklim kering.
3. Gumpal bersudut
Bentuknya menyerupai kubus dengan sudut-sudut tajam. Sumbu vertikal = sumbuhorizontal.
Ditemukan di horizon B pada tanah daerah iklim basah.
4. Gumpal membulat
33
Bentuknya menyerupai kubus dengan sudut-sudut membulat. Sumbu vertikal =sumbu horizontal. Terdapat pada tanah horizon B umumnya tanah pada daerahiklim basah.
5. Granuler
Berbentuk bulat dengan porous.
6. RemahBerbentuk bulat dengan sangat porous.
Struktur lempeng mempunyai ketebalan kurang dari 1 mm sampai lebih dari10 mm. Prisma dan tiang antara kurang dari 10 mm sampai lebih dari 100 mm.Gumpal antara kurang dari 100 mm sampai lebih dari 50 mm. Granuler kurangdari 5 mm sampai lebih dari 50 mm. Granuler kurang dari 1 mm sampai lebih dari10 mm. Remah kurang dari 1 mm sampai lebih dari 5 mm (Hardjowigeno, 1987).
Tingkat perkembangan struktur ditentukan berdasar atas kemantapan atauketahanan bentuk struktur tanah tersebut terhadap tekanan. Ketahanan strukturtanah dibedakan menjadi tingkat perkembangan lemah (butir-butir struktur tanahmudah hancur), tingkat perkembangan sedang (butir-butir struktur tanah agaksukar hancur), dan tingkat perkembangan kuat (butir-butir struktur tanah sukarhancur). Hal ini sesuai dengan jenis tanah dan tingkat kelembaban tanah. Tanah-tanah permukaan yang banyak mengandung humus biasanya mempunyai tingkatperkembangan yang kuat. Tanah yang kering umumnya mempunyai kemantapanyang lebih tinggi daripada tanah basah. Jika dalam mennetukan kemantapanstruktur tidak disebutkan kelembabannya, biasanya dianggap tanah dianggapdalam keadaan mendekati kering atau sedikit lembab, karena dalam keadaantersebut struktur tanah dalam keadaan yang paling baik (Hardjowigeno, 1987).Derajat struktur tanah dapat dibedakan menjadi (Kartaspoetra dan Mulyani, 1987):1. Yang tidak beragregat, yaitu pejal (jika berkoherensi dan butir tunggal) lepas-lepas (jika tidak berkoherensi).2. Yang derajat strukturnya lemah, jika tersentuh akan mudah hancur, derajatnyadapat dibedakan lagi menjadi sangat lemah dan agak lemah.3. Yang derajat strukturnya cukup, dalam hal ini agregatnya sudah jelas terbentukdan masih dapat dipecah-pecah4. Yang derajat strukturnya kokoh, agregatnya mantap dan jika dipecahkan(dipecah-pecah) agak liat (terasa ada ketahanannya), derajatnya dapat dibedakanlagi menjadi yang sangat kokoh dan yang cukup kokoh.Tanah dikatakan tidak berstruktur bila butir-butir tanah tidak melekat satu samalain (disebut lepas, misalnya tanah pasir) atau saling melekat menjadi satu satuan
34
yang padu (kompak) dan disebut massive atau pejal (Hardjowigeno, 1987).Tanah dengan struktur baik (granuler dan remah) mempunyai tata udara yangbaik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Struktur tanahyang baik adalah yang bentuknya membulat sehingga tidak dapat salingbetsinggungan dengan rapat. Akibatnya pori-pori tanah banyak yang terbentuk. Disamping itu, struktur tanah harus tidak mudah rusak (mantap) sehingga pori-poritanah tidak cepat tertutup bila terjadi hujan (Hardjowigeno, 1987).2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur TanahFaktor-faktor yang mempengaruhi struktur tanah antara lain adalah (Ariyanto,2010):1. Lempung dan ion tertukar2. Perekat-perekat organik3. Tanaman dan sisa tanaman4. Senyawa organik dan perekat5. Mikrobia6. Binatang dan udara
Tanah harus stabil, yakni agregat-agregatnya harus cukup tahan terhadapbenturan tetesan hujan dan air, kalau tidak demikan tanah akan menjadi hancurdan kompak, kurang dapat melalukan air, menyebabkan tanah cepat jenuh air(Tim Asisten, 2010).
Komponen-komponen tanah yang mengikat fraksi pasir dan debumembentuk struktur yang tersusun adalah liat, bahan organik, dan seskuioksida.Bila ikatan antara partikel-partikel tanah lemah, tenaga mekanik akan mudahmenceraiberaikan partikel-partikel tanah dan akibatnya pori-pori tanah tertutupdan kontinuitas pori-pori tanah terganggu (Tim Asisten, 2010).Tanah yang hancur menutupi pori-pori pada lapisan atas tanah akan mengurangikapasitas infiltrasi air pada tanah tersebut. Tanah yang kompak pada lapisanpaling atas tanah menyebabkan aerasi memburuk dan menimbulakan aliranpermukaan yang lebih besar sehingga resiko aerasi tanah menjadi lebih serius(Tim Asisten, 2010).
7. Konsistensi angka atterberg
Konsistensi tanah adalah sebagai suatu sifat tanah yang menunjukkan
derajat kohesi dan adhesi antara partikel- partikel tanah dan ketahanan massa
tanah terhadap perubahan bentuk disebabkan oleh tekanan.
Daya kohesi adalah daya yang terjadi antara partikel partikel tanah sendri,
sedangkan daya adhesi terjadi antara partikel partikel tanah dengan tekanan yang
berasal dari luar.
35
Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara
kualitatif dan kuantitatif atau diistilahkan dengan penentuan Angka Atterberg.
Prinsip penetapan konsistensi tanah secara kualitatif adalah penentuan ketahanan
massa tanah terhadap remasan, tekanan, atau pijatan tanah pada berbagai kadar air
tanah.
a. Konsistensi Basah
1. Kelekatan (Stickiness)
Yang menunjukkan derajad adhesi tanah, yang ditentukan dengan memijit
tanah antara ibu jari dan telunjuk. Melihat dari lekatnya dibagi menjadi beberapa
kelas :
a. Tidak melekat, bila kedua jari dilepaskan tidak ada tanah yang tertinggal.
b. Agak melekat, bila kedua jari dilepaskan sebagaian tanah ada yang tetinggal
pada salah satu jari.
c. Lekat, bila kedua jari direnggangkan, tanah tertinggal pada kedua jari.
d. Sangat lekat, bila kedua jari tangan direnggangkan tanah melekat sekali,
sehingga sukar untuk melepaskan kedua ibu jari.
2. Platisitas (Plasticity)
Menunjukkan derajad kohesi tanah, berubah bentuk tanpa retak bila dipirit
antara ibu jari dan telunjuk. Melihat dapat tidaknya dibuat gelintiran, mudah
tidaknya berubah bentuk dan sebagainya dapat dibagi menjadi beberapa kelas :
a. Tidak platis, tidak dapat berbentuk gelintiran tanah, massa tanah mudah
berubah bentuk.
b. Agak platis, terbentuk gelintiran tanah, massa tanah mudah berubah bentuk.
c. Sanggat plastis, dapat terbentuk gelintiran tanah, tahan terhadap tekanan.
b. Konsistensi Lembab
Dalam keadaan lembab, dimana kandungan air tanah berada diantara keadaan
kering (titik layu) dan kapasitas lapang, konsistensi ditentukan dengan meremas
massa tanah pada telapak tangan. Dengan mengetahui ketahanan tanah terhadap
remasan dikenal beberapa kelas konsistensi tanah :
36
a. Lepas, butir butir tanah terlepas satu dengan lainnya tidak terikat dan
melekat bila ditahan.
b. Sangat gembur, dengan sedikit tekanan mudah bercerai, bila digemgam
mudah bergumpal, melekat bila ditekan.
c. Gembur, bila diremas dapat bercerai, bila digenggam massa tanah
bergumpal, melekat bila ditekan.
d. Teguh, massa tanah tahan terhadap remasan, hancur dengan tekanan besar.
e. Sangat teguh, massa tanah tahan terhadap remasan, tidak mudah berubah
bentuk.
f. Sangat teguh, massa tanah sangat tahan terhadap remasan, bila digenggam
bentuk tidah berubah.
c. Konsistensi kering
Dalam keadaan kering, dimana kadar air kurang dari titik layu permanen,
konsistensi tanah ditentukan dengan meremas atau menekan massa tanah pada
telapak tangan. Dengan melihat daya tahan tanah terhadap remasan dan tekanan
telapak tangan, konsistensi tanah dalam keadaan kering dibagi beberapa kelas :
a. Lepas, butir butir tanah terlepas, satu dengan lainnya tidak terikat.
b. Lunak, dengan sedikit tekanan antara jari tangan, tanah mudah terurai
menjadi butir, kohesi kecil.
c. Agak keras, agat tahan terhadap tekanan, massa tanah rapuh.
d. Keras, tahan terhadap tekanan, massa tanah dapat dipatahkan dengan
tangan (tidak dengan jari- jari).
e. Sangat keras, tahan terhadap tekanan, massa tanah sukar dipatahkan dengan
tangan.
f. Sangat keras sekali, sangat tahan terhadap tekanan, massa tanah tidak dapat
dipecahkan dengan tangan.
Angka atterberg menunjukkan kadar air pada berbagai batas konsistensi, yakni
penetapan batas cair dan batas plastis suatu tanah, yang selanjutnya dipergunakan
untuk mengetahui indeks plastisitas suatu tanah.
Batas cair adalah kadar air tanah, dimana diatas itu tanah akan mulai melumpur
apabila diaduk. Batas plastis adalah kadar air, dimana tanah akan mulai
37
menimbulkan tanda tanda remah dengan pembuatan pengeeilintiran dengan
diameter 3 mm.
Kandungan air diantara plastis dan batas cair disebut indeks plastisitas, yang
penting dalam pengolahan tanah. Apabila pengolahan tanah dilakukan pada
kandungan air dibawah batas plastis maka tanah akan bergumpal dan pecah.
Sebaliknya bila diolah diatas batas cair maka tanah akan bersifat seperti benda
cair. Jadi pengolahan tanah yang paling tepat adalah kadar air tanah berada
diantara batas cair dan batas plastis.
Faktor factor yang berpengaruh terhadap rendah dan tingginya indeks plastisitas
(Angka Atterberg):
1. Komposisi butiran dari tanah. Karena partikel liat dikelilingi oleh lapisan
rangkap, yang terutama terdiri dari air, maka dengan mudah saling
bergerak. Hal ini berlawanan dengan partikel pasir, tidak berkaitan satu
dengan lainnya.
2. Pada kenyataan tipe mineral tanah juga penting. Tanah Kaolinit akan
menjadi plastis pada kair yang rendah disbanding dengan montmorilonit.
3. Bentuk partikel. Oleh karena liat terdiri dari lempeng-lempeng (laminer)
yang dapat berdekatan satu sama lain pada pengeringan, maka liat dapat
berpengaruh terhadap tenaga adhesi yang tinggi.berbeda dengan butiran
pasir dengan bentuk bentuk bundar dan tajam, tidak perperan
yang penting.
4. Dengan adanya bahan organic, maka kadar air baik pada batas cair
maupun batas plastis terendah menjadi meningkat.
8. Penetapan pH Tanah
Reaksi tanah merupakan salah satu sifat kimia dari tanah yang mencakup
berbagai unsur-unsur dan senyawa-senyawa kimia yang lengkap. Reaksi tanah
menunjukkan tentang keadaan atau status kimia tanah dimana status kimia tanah
merupakan suatu faktor yang mempengaruhi proses-proses biologis seperti pada
pertumbuhan tanaman. Reaksi atau pH yang ekstrim berarti menunjukkan keadaan
38
kimia tanah yang dapat disebutkan proses biologis terganggu (Pairunan,dkk,
1985).
Larutan tanah adalah air tanah yang mengandung ion-ion terlarut yang
merupakan hara bagi tanaman. Konsentrasi ion-ion terlalu sangat beragam dan
tergantung pada jumlah ion yang terlarut dan jumlah bahan pelarut. Pada musim
kemarau atau kering dimana air banyak yang menguap, maka konsentrasi garam
akan berubah drastis yang akan mempengaruhi pertumbuhan dari suatu tanaman
(Hakim,dkk, 1986).
Nilai pH tanah dipengaruhi oleh sifat misel dan macam katron yang
komplit antara lain kejenuhan basa, sifat misel dan macam kation yang
terserap. Semakin kecil kejenuhan basa, maka semakin masam tanah tersebut dan
pH nya semakin rendah. Sifat misel yang berbeda dalam mendisosiasikan ion H
beda walau kejenuhan basanya sama dengan koloid yang mengandung Na lebih
tinggi mempunyai pH yang lebih tinggi pula pada kejenuhan basa yang sama
(Pairunan,dkk, 1985).
Reaksi tanah secara umum dinyatakan dengan pH tanah. Kemasaman
tanah bersumber dari asam organik dan anorganik serta H+ dan Al3+ dapat
tukar pada misel tanah. Sedangkan tanah alkalis dapat bersumber dari hasil
hidroksil dari ion dapat tukar atau garam-garam alkalis seperti : Belerang dan
sebagainya (Hakim dkk, 1986).
pH tanah adalah logaritma dari konsentrasi ion H+ di dalam tanah, hal
ini dapat dilihat pada persamaan berikut: pH = - log (H+). Dilihat dari pHnya
lebih besar dari tanah mempunyai tiga sifat yaitu bersifat basa jika pHnya lebih
besar dari 7 dan bersifat netral apabila pHnya antara 6-7 serta jika tanah
memiliki pH di bawah 7 maka tanah akan dikatakan bersifat asam (Pairunan,
dkk, 1997).
Larutan mempunyai pH 7 disebut netral, lebih kecil dari 7 disebut
masam, dan lebih besar dari 7 disebut alkalis. Reaksi tanah ini sangat
menunjukkan tentang keadaan atau status kimia tanah. Status kimia tanah
mempengaruhi proses-proses biologik (Hakim, dkk, 1986).
39
pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan
tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung
berupa ion hidrogen sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu tersedianya
unsur-unsur hara tertentu dan adanya unsur beracun. Kisaran pH tanah mineral
biasanya antara 3,5–10 atau lebih. Sebaliknya untuk tanah gembur, pH tanah
dapat kurang dari 3,0. Alkalis dapat menunjukkan pH lebih dari
3,6. Kebanyakan pH tanah toleran pada yang ekstrim rendah atau tinggi,
asalkan tanah mempunyai persediaan hara yang cukup bagi pertumbuhan suatu
tanaman (Sarwono, 2003).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah unsur-unsur yang
terkandung dalam tanah, konsentrasi ion H+ dan ion OH-, mineral tanah, air hujan
dan bahan induk, bahwa bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi sesuai
dengan mineral penyusunnya dan asam nitrit yang secara alami merupakan
komponen renik dari air hujan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pH
tanah (Kemas, 2005), selain itu bahan organik dan tekstur. Bahan organik
mempengaruhi besar kecilnya daya serap tanah akan air. Semakin banyak air
dalam tanah maka semakin banyak reaksi pelepasan ion H+ sehingga tanah
menjadi masam. Tekstur tanah liat mempunyai koloid tanah yang dapat yang
dapat melakukan kapasitas tukar kation yang tinggi. tanah yang banyak
mengandung kation dapat berdisiosiasi menimbulkan reaksi masam.
40
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Profil Tanah dan pengambilan contoh tanah
Tingkat kebenaran hasil analisis tanah dilaboratorium sangat dipengaruhi oleh
cara pengambilan contoh tanah di lapangan. Metoda atau cara pengambilan
contoh tanah yang tepat sesuai dengan jenis analisis yang akan dilakukan
merupakan pernyataan penting yang perlu diperhatikan. Untuk nalisis tanah
khususnya mengenai sifat-sifat fisik tanah, ada empat cara pengambilan contoh
tanah yaitu:
1. Contoh tanah utuh (undisturbed soil sample), untuk penetapan-penetapan berat
volume (bulk density): porositas tanah, kurva pF dan permcabilitas.
2. Contoh tanah dengan agregat utuh (undisturbed soil agregat), untuk
penetapan-penetapan agregat dan nilai COLE (Coeffisient of linear
extensibility).
3. Contoh tanah terganggu atau tidak utuh (disturbed soil sample), untuk
penetapan-penetapan kadar air, tekstur, konsistensi dan batas-batas angka
atterberg, warna dan sebagainya.
4. Contoh tanah dari suatu profil, cara pengambilan contoh tanah ini, kombinasi
cara pengambilan nomor 1, 2 dan 3.
Pengangkutan contoh tanah khususnya untuk keperluan penetapan berat volume:
pF dan permcabilitas harus dilakukan dengan cara hati-hati. Jangan sampai ada
guncangan-guncangan yang dapat merusak struktur tanah.
1. Pengambilan Contoh Tanah Utuh
Alat dan Perlengkapan
a. Tabung kuningan (copper ring)
Alat ini harus memenuhi syarat Area ratio < 0,1 untuk menghindari
kerusakan (perubahan sifat fisik) tanah akibat tekanan-tekanan mendatar.
Nilai Area Ratio (AR) dapat diperoleh dari
41
AR = 2
22
DdDdDe
Dimana De = diameter lingkaran luar
Dd = diameter lingkaran dalam
Masing-masing tabung diberi tanda nomor dan dilengkapi dengan
sepasang penutup dari plastik. Tempat menyimpan tabung adalah peti
khusus yang bentuk dan ukurannya disesuaikan dengan ukuran dan jumlah
tabung.
b. Sekop, cangkul atau cetok
c. Pisau yang tajam dan tipis.
Cara Kerja
1. Ratakan dan bersihkan lapisan atas tanah yang akan diambil, kemudian
letakkan tabung tegak pada lapisan tanah tersebut. Nomor yang ada pada
tabung jangan sampai berbalik.
2. Gali tanah disekitar tabung dengan sekop atau cetok
3. Iris atau haluskan potongan tanah di sekitar tabung hingga mendekati
tabung
4. Tekan tabung hingga tiga per empat masuk ke dalam tanah
5. Letakkan tabung lain di atas tabung pertama
6. tekan lagi tabung tersebut sampai permukaan tabung pertama masuk ke
dalam tanah sekitar satu sentimeter.
7. Tabung beserta contoh tanah di dalamnya diambil (digantin) dengan sekop
atau cangkul
8. Pisahkan tabung kedua dari tabung pertama dengan hati-hati, kemudian
potonglah tanah kelebihan yang ada pada bagian atas dan bawah tabung
pertama hingga rata.
9. Tutuplah tabung yang berisi contoh tanah tersebut dengan plastik penutup
dan simpan ke dalam kotak (peti) khusus yang telah disediakan.
Pengambilan contoh tanah tersebut baik dilakukan pada waktu dalam keadaan
kapasitas lapang. Kalau tanah terlalu kering sebaiknya disiram dulu dengan air
secukupnya sehari sebelum pengambilan contoh. Selain itu yang perlu
42
diperhatikan jangan sampai menggunakan palu atau alat pemukul lainnya
untuk memasukkan tabung ke dalam tanah.
2. Pengambilan Contoh Tanah dengan Agregat Utuh
Alat Perlengkapan
a. Kotak yang kuat dan berukuran cukup untuk membawa (menyimpan) kira-
kira dua kilogram bongkah tanah dengan agregat utuh.
b. Cetok, sekop atai cangkul
c. Kantong plastik tempat contoh untuk penetapan-penetapan selain
penetapan struktural.
Cara Kerja
1. Gali tanah sampai kedalaman yang diinginkan untuk penetapan stabilitas
agregat biasanya cukup dengan mengambil lapisan yang sesuai dengan
kedalam perakaran.
2. Ambil gumpalan-gumpalan tanah yang dibatasi dengan belah-belah alami
(agregat utuh), lalu masukkan ke dalam kotak yang telah disediakan tadi.
Atau dapat juga menggunakan tempat lain andaikata kotak semacam itu
tidak ada. Asalkan dijaga agar selama dalam penganggkutan agregat-
agregat tanah tersebut tetap utuh.
3. Pengambilan Contoh Tanah Terganggu atau tidak Utuh
Alat Perlengkapan
a. Kantong plastik yang berukuran cukup untuk diisi kira-kira dua kilogram
contoh tanah, dan plastik kecil untuk label.
b. Label, spidol dan karet gelang untuk pengikat
c. Pisau belati, sekop atau cangkul
Cara Kerja
1. Gali tanah sampai kedalaman yang diinginkan
43
2. Ambil dan masukkan contoh tanah ke dalam kantong plastik. Beri tanda
(nomor dan kode) pada label. Bungkus label dengan plastik kecil,
masukkan ke dalam kantong plastik lalu diikat dengan karet gelang.
Pemberian tanda dapat juga pada plastik pembungkus tanah.
4. Pengambilan Contoh Tanah dari Suatu Profil
Cara Kerja
1. Gali lubang profil (lihat acara II)
2. Bersihkan dan ratakan tanah di atas sisi lubang yang telah di deskripsi
secukupnya.
3. Ambil contoh tanah utuh seperti cara pertama. Apabila diperlukan dapat
juga diambil contoh tanah dengan agregat utuh contoh tanah terganggu
atau tidak utuh.
4. Selesai pengambilan contoh-contoh tanah pada lapisan pertama, sisa
lapisan pertama dibuang sampai timbul lapisan kedua, demikian
seterusnya hingga lapisan terakhir (yang dikehendaki) dalam profil.
1.1. Penetapan Kadar Lengas
3.2.1 Bahan dan Alat :
a. Bor tanah
b. Sekop atau cangkul
c. Pisau belati
d. Altometer (observation log)
e. Mistar kayu/gulung
f. Buku warna tanah
g. Daftar pengamat
Khemikalia :
a. H2O2 30% b. HCl 0,1 N
3.2.2 Cara Kerja :
1. Pilih suatu tempat yang mewakili suatu kawasan/lahan, tentukan batas-
batasnya dengan pengeboran. Penentuan batas ini bertujuan untuk membuat
44
baku masing-masing satuan tanah (klasifikasi) sebagai pembanding terhadap
satuan tanah lainnya.
2. Gali lubang dengan ukuran dalam 1 m, lebar 1,5 m, dan panjang 2 m. Dinding
profil tanah dibuat menghadap ke utara, dan untuk masuk ke lubang dibuatkan
tangga.
3. Tentukan batas-batas horizon tanah, ketebalannya, dan amati masing-masing
horizon mengenai ciri-cirinya.
Catat pengamatan saudara dalam daftar pengamatan (observation log).
4. Catat pula ciri-ciri morphologi lahan di sekitar profil tanah, ukur tinggi tempat
dengan altimeter dan gambar penampang profil tanah yang diamati.
1.2. Kadar Lengas Tanah
3.2.1 Alat dan Bahan
a. 6 buah botol timbang kuningan
b. Timbangan analitis ( ketelitian 0.0002 gr)
c. Alat pengering ( oven )
d. Eksikator
Bahan
Contoh tanah kering angin gumpalan, halus (0,2mm) dan 0,5 mm
3.2.2 Cara kerja
1. Timbang botol timbangan kuningan kosong, bersih dan bertutup misal
beratnya a gram
2. Masukkan contoh tanah kedalam botol timbangan sampai separuh
penuh, timbang botol berisi tanah dan bertutup misal beratnya b gram
3. Dengan tutup terbuka masukkan botol timbangan berisi tanah kedalam
oven yang panasnya telah diatur antara 1050 C – 1100 C. biarkan di
45
dalam oven selama paling sedikit 4 jam, lebih lama lebih baik jangan
sampai kurang
4. Setelah 4 jam botol timbangan berisi tanah kembali ditutup serapat-
rapatnya keluarkan dari oven dan didingikan dalam eksikator selama
15 menit, kemudian ditimbang miasal beratnya c gram.
5. Lakukan langkah-langkah 1-4 untuk menetapkan kadar lengas contoh
tanah yang tersedia.
3.3 Kadar Bahan Organik
3.3.2 Alat Dan Bahan
a. Labu takar 50 ml
b. Pipet ukur 10 ml dan 5 ml
Gelas ukur 10 ml
c. Pipet teteas sampai 0,0002 gram
d. Botol pemancar air
e. Labu erlenmeyer 250 ml
f. Buret 50 ml
g. Timbangan analitis teliti
BAHAN
a. K2Cr2O7
b. H2SO4 pekat
c. H3PO4
d. FeSO2 0,1 N
e. Indikator Diphenylamine
f. Aqua destilata
46
3.3.1 CARA KERJA
1. Timbang contoh tanah kering udara sekitar 1 gram dengan alas gelas
arloji yang bersih dan kering yang telah diketahui beratnya
2. Masukkan ke dalam labu takar 50 ml dan tambahkan 10 ml K2Cr2O7
3. Tambahkan kemudian 10 ml H2SO4 pekat dengan gelas ukur
4. Kemudian dikocok dengan gerakan memutar dan mendatar
5. Warna harus tetap merah jingga, kalu warnanya menjadi hijau/ biru,
tambahkan lagi K2Cr2O7 dan H2SO4 pekat, dan jumlah penambahan
harus dicatat.
Diamkan kira-kira 30 menit sampai larutan menjadi dingin.
Penambahan blangko juga harus sama banyak.
6. Tambahkan 5 ml H3PO4 85% dan 1 ml indikator diphenylamine
7. Jadikan volume 50 ml dengan menambahkan air suling, hendaknya
memakai botol meancar air.
8. Kocok dengan cara membalik-balik labu takar sampai homogen dan
biarkan mengencap.
9. Ambil 5ml larutan jernih dengan pipet ukur, kemudian masukkan
kedalam labu erlenmayer 250ml dan tambahkan air suling 15 ml.
10. Kemudian dititrasi dengan larutan FeSO2 0,1 N hingga warnanya
menjadi kehijaua-hijauan.
11. Langkah-langkah ini diulang lagi tanpa contoh tanah untuk keperluan
analisa belangko.
Fungsi analisa blangko untuk koreksi alat, bahan atau reagensia
mengenal kemurniannya dan untuk mempermudah hitungan.
Jalannya reaksi
2 K2Cr2O7 + 8 H2SO4 2 K2SO4 + 2 Cr2 (SO4) 3 + 8 2O 8 + 3 O2 + x cal C
+ O CO2 + sisa indikator
K2Cr2O7 + 6 FeSO4 + 7 H2SO4 Cr2(SO4)3 indikator + 3 Fe (SO4)3 +
K2SO4+ 7 H2
47
3.4. Kadar Kapur Ekuivalen/Setara
3.4.1. Alat
a. Calcimeter ( alat CO2 Mohr)
b. Gelas arloji
c. Timbangan analitis teliti sampai 0.0002 gram
3.4.2. Bahan
Contoh tanah kering – udara diantara 2,0 mm
Khemikalia
HCl 2 N
3.4.1. Cara kerja
1. Timbang contoh tanah yang menggunakan gelas arloji yang bersih, kering,
sebanyak sekitar 15 gram ( misal a gram ). Untuk ini perlu diketahui
dahulu berat gelas arlojinya. Masukkan contoh tanah secara kuantitatif ke
dalam gelas piala 500ml, butir-butir tanah yang mungkin masih menempel
di gelas arloji dapat sedikit dibilas dengan air.
2. Tambahkan air sebanyak 50 ml, lalu 10 ml H2O2 30% ( semua diukur
dengan tabung ukur), gelas piala ditutp dengan gelas arloji yang bersih dan
kering, kemudian dibiarkan semalam. Tindakan ini dimaksudkan untuk
menghilangkan bahan organik yang ada di dalam tanah.
3. Keesokan harinya gelas piala tertutup dipanasi diatas pemanas air yang
telah menidih, dan diawasi betul-betul kalau ada bahaya pebuihan sampai
tanahnya meluap. Kalau perlu gelas pialanya diangkat dari penangas air.
Setelah reaksi pertama mereda ( setelah 5- 10 menit) tambahkan lagi
H2O230 % sebanyak 15 ml, tutup kembali dengan menggunakan gelas
arloji dan biarkan di penangas air selama 10 menit lagi. Setelah reaksinya
mereda, celupkan gelas pialanya kedalam air yang mendidih kedalam
48
penangas air selama 5 menit dalam keadaan tercelup. Tanah yang sudah
bersih dari bahan menjadi muda dan butir-butir pasir sudah kelihatan
bersih permukaannya. Untuk memastika, setelah larutan agak dingin diberi
lagi beberapa ml lagi H2O230 %. Kalau tidak timbul reaksi lagi, tidak
terjadi lagi gelembung-gelembung pemercikan, ini berarti bahan organik
telah betul-betul habis. Jika reaksi timbul, maka langkah yang terakhir tadi
dapat diulang secukupnya.
4. Butir-butir tanaha yang menempel digelas arloji dan didnding gelas piala
dibilas masuk dengan air bersih. Suspensi lalu diencerkan sampai kira-kira
150 ml dengan air suling, ditutup kembali, dan didihkan diatas api spritus
selama 5 menit. Dijaga jangan sampai membuih atau memericik dan
tumpah, setelah ini dibiarkan mendingin.
5. Seteleah dingin gelas arloji tertutup dan dinding gelas piala dibilas dengan
air sampai bersih.
Untuk membersihkan dinding, sambil membilas digosok-gosok dengan
batang kaca berujung karet. Tambahkan 25 ml HCl 2 N untuk
menghilangkan kapur, garam-garam lain dan kation- kation basa
beradsorbsi. Kalau tanah mengandung kapur berlebih dari 2 % maka untuk
setiap persenya ditambah lagi 2,5 ml HCl 2N. Encerkan suspensi sampai
volume kira-kira 250ml dengan air dan tanah digosok-gosok dengan
batang kaca berujung karet. Reaksi antara tanah dengan asam dibiarkan
berlangsung selama 1 jam dengan beberapa kali digosok-gosok dengan
batang kaca. Selama pekerja ini batang kaca tetap diletakkan dalam gelas
piala, dan jangan diletakan dimana-mana karena ujungnya ada tanah yang
menempel. Setelahwaktu ini dilampaui, larutan diatas endapan tanah
diperikasa keasamannya dengan secarik kertas lakmus biru. Kertas lakmus
biru harus berubah warnanya menjadi merah, yang menandakan bahwa
telah hilang semuanya. Kalau kertas lakmus tidak berubah warnanya,
berarti asamnya kurang dan perlu ditambah lagi kira-kira 10 ml. Tanahnya
diaduk-aduk lagi dan dibiarkan selama 1 jam. Periksa lagi apakah
sekarang audah ada kelebihan asam.
49
6. Pasang corong gelas 0,10 cm diatas tabung erlenmayer 750ml, lapisi
dengan kertas saring sedemikian rupa sehingga pinggiran kertas saring
terletak 5 mmdibawah bibir corong, kertas saring dibasahi supaya melekat
betul tanpa ada gelembung-gelembung udara diantaranya. Seringkali
suspensi tanah sampai semua tanah dipindahkan secara kuantitatif diatas
kertas saring. Dibantu dengan biasan air batang kaca, sambil dibilas bersih
ujung kaca yang bertanah tadi.
7. Tanah diatas kertas saring dicuci 4 kali dengan HCL 0,2N. Setiap kali
pencucian menggunakan 50ml.
Pendispersian :
8. Setelah selesai pencucian dan air terakhir telah menetes dari corong, kertas
saring dengan tanahnya sementara masih basah diangkat hati-hati dengan
corong, jangan sampai sobek dan paparkan diatas gelas arloji 0,10 cm
yang bersih.
Dengan memegang tepi gelas arloji dan kertas saring, jangan sampai
menjamah tanahnya, tanah dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu
erlenmayer 500ml dengan menggunakan corong yang dipakai menyaring
tadi. Untuk ini diperlukan pancaran air secukupnya jangan berlebihan.
Tanah yang masih menempel di dinding dakhil ( bagian dalam ) corong
juga dimasukkan kedalaam tanbung erlenmayer dengan pancaran air dan
kuas. Kemudian kuas dibersihkan dari butir-butir tanah yang menepel
padanya,
9. Tambahkan 10 ml larutan NaOH 1 N setepat mungkin dengan
menggunakan tabung ukur yang telah dicuci bersih dari menggunakan
tabung ukur yang telah dicuci bersih dari sisa-sisa H2O2 dan HCl.
Sumbatlah labu erlenmayer dengan sumbatan karet atau selembar plastik
serapat-rapanta, letakkan tegak dan kuat pada alat pengocok dan kocoklah
dengan kuat selama 15 menit untuk mendapatkan hasil pendispersian yang
baik.
50
3.5. Tekstur Tanah
3.5.1. Alat dan Bahan
a. 2 buah gelas arloji 0,8 dan 10 cm
b. Timbangan analisi teliti sampai 0,0002 gram
c. 2 buah corong gelas 10 dan 15 cm
d. Tabung sedimentasi 1000 ml dengan tutup karet atau plastik
e. Alat pipet dengan volume 25 ml
f. Stop-watch teliti sampai 0,1 detik
g. Batang kaca pengaduk berujung karet
h. Thermometer teliti sampai 0,10 C
i. 2 buah cawan penguap 8 cm
j. 2 buah labu erlenmeyer (bersumbat karet) 500 ml dan 250 ml
k. Kertas waring Watman No. 50
l. Kuas
m. Gelas piala 500 ml
n. Tabung ukur 25 ml
o. Penangas air
p. Lampu spiritus
q. Penumpu kaki tiga
r. Botol pemancar air
s. Piring seng
t. Alat pengering (oven)
u. Eksikatoe
v. Kertas lakmus biru
Khemikalia :
a. 25 ml H2O2 30%
b. 200 ml HCl 0,2 N
c. 20 ml HCl 2 N
d. 10 ml NaOH 1 N
51
Bahan :
Contoh tanah halus kering – udara 2,00 mm
3.5.2. Cara Kerja :
Pendispersian
1. Timbang contoh tanah yang mengunakan gelas arloji yang bersih, kering,
sebanyak sekitar 15 gram (misal a gram). Untuk ini perlu diketahui dahulu
berat gelas arlojinya.
Masukkan contoh tanah secara kuantitatif ke dalam gelas piala 500 ml,
butir-butir tanah yang mungkin masih menempel di gelas arloji dapat
sedikit dibilas dengan air.
2. Tambahkan air sebanyak 50 ml, lalu 10 ml H2O2 30% (semua diukur
dengan tabung ukur), gelas piala ditutup dengan gelas arloji dapat sedikit
dibilas dengan air.
3. Keesokan harinya gelas piala tertutup itu dipanasi di atas penangas air
yang telas mendidih, dan diawasi betul-betul kalau ada bahaya pebuihan
sampai tanahnya meluap. Kalau perlu gelas pialanya diangkat dari
penangas air. Setelah reaksi pertama mereda (5 – 10 menit) tambahkan
lagi H2O2 30% sebanyak 15 ml, tutup kembali dengan gelas arloji dan
biarkan di atas penangas air selama 10 menit lagi. Setelah reaksinya
mereda, celupkan gelas pialanya ke dalam air yang mendidih dalam
penangas air selama 5 menit dalam keadaan tercelup. Tanah yang sudah
bersih dari bahan menjadi muda dan butir-butir pasir sudah kelihatan
bersih permukaannya. Untuk memastikan, setelah larutan agak dingin
diberi beberapa ml H2O2 30%. Kalau tidak timbul reaksi lagi, tidak lagi
terjadi gelembung-gelembung percikan, ini berarti bahan organik betul-
betul telah habis. Jika reaksi masih timbul, maka langkah yang terakhir
tadi dapat diulang secukupnya.
4. Butir-butir tanah yang menempel di gelas arloji dan dinding gelas piala
dibilas masuk dengan air sampai bersih.
Suspensi lalu di encerkan sampai kira-kira 150 ml dengan air suling,
ditutup kembali, dan di didihkan di atas api spiritus hati-hati selama 5
52
menit. Dijaga sampai membuih atau memercik, dan tumpah. Setelah itu
dibiarkan mendingin.
5. Setelah dingin gelas arloji penutup dan dinding gelas piala dibilas dengan
air sampai bersih.
Untuk membersihkan dinding, sambil membilas digosok-gosok dengan
batang kaca ujung karet. Tambahkan 25 ml HCl 2 N untuk menghilangkan
kapur, garam-garam lain dan kation-kation basa beradsorbsi. Kalau tanah
mengandung kapur lebih dari 2% maka untuk setiap persennya ditambah
lagi 2,5 ml HCl 2 N. Encerkan suspensi sampai volume kira-kira 250 ml
dengan air dan tanah digosok-gosok dengan batang kaca berujung karet
sebaik-baiknya. Reaksi antara tanah dengan asam dibiarkan berlangsung
selama 1 jam dengan beberapa kali digosok-gosok dengan batang kaca.
Selama pekerjaan ini batang kaca tetap diletakan di dalam gelas piala, dan
jangan di letakkan dimana-mana karena ujungnya ada tanah yang
menempel. Setelah waktu ini di lampaui, larutan di atas endapan tanah
diperiksa keasamannya dengan secarik kertas lakmus biru. Kertas lakmus
biru harus berubah warnanya menjadi merah, yang menandakan bahwa
telah ada kelebihan asam dan kapurnya pasti telah hilang semuanya. Kalau
kertas lakmus tidak berubah warnanya, berarti asamnya berkurang dan
perlu ditambah lagi kira-kira 10 ml. Tanahnya di aduk-aduk lagi dan
biarkan selama 1 jam. Periksa lagi apakah sekarang sudah ada kelebihan
asam.
6. Pasang corong gelas 10 cm diatas tambung erlenmeyer 750 ml, lapisi
dengan kertas saring sedemikian rupa sehingga pinggiran kertas saring
terletak 5 mm dibawah bibir corong, kertas saring dibasahi supaya melekat
betul tanpa ada gelembung-gelembung udara diantaranya. Saringlang
suspensi tanah sampai semua tanah terpindahkan secara kuantitatif diatas
kertas saring. Dibantu dengan biasan air dan batang kaca, sampai dibilas
bersih ujung kaca yang bertanah tadi.
53
Ingat :setiap kali menuang jangan sampai permukaan cairan dalam
corong kurang dari 5 mm jaraknya dari tepi kertas saring dan
sebagian besar tanah jatuh ditengah corong.
7. Tanah diatas kertas saring dicuci 4 kali dengan HCl 0,2 N. Setiap kali
pencucian menggunakan 50 ml.
Sebelum pencucian berikutnya dikerjakan, biarkan cairan pencuci
diteruskan dengan air suling sampai filtrat yang menetes dari corong
bersifat netral, diuji dengan kertas lakmus biru. Air pencuci diberikan
dengan pancaran sambil membersihkan butir-butir tanah dibagikan atas
kertas saring dan mengaduk endapan tanah dengan pancaran airnya.
Pada setiap kalinya jangan menggunakan air terlalu banyak, biarkan airnya
mendrainase sempurna terlebih dahulu sebelum ditambahkan air lagi.
Biasanya pencucian cukup setelah 6 kali.
Pendipersian :
8. Setelah selesai pencucian dan air terakhir telah menetes dari corong, kertas
saring dengan tanahnya sementara masih basah diangkat hati-hati dengan
corong jangan sampai sobek dan paparkan diatas gelas arloji 10 cm yang
bersih.
Dengan memegang tepi gelas arloji dan kertas saring, jangan sampai
menjamah tanahnya, tanah dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu
erlenmeyer 500 ml dengan menggunakan corong yang dipakai menyaring
tadi. Untuk ini diperlukan pancaran air secukupnya, jangan berlebihan.
Tanah yang masih menempel di dinding-dakhil (bagian dalam) corong
juga dimasukan ke dalam tabung erlenmeyer dengan pancaran air dan
kuas. Kemudian kuas dibersihkan dari butir-butir tanah yang menempel
padanya dengan cara sebagai berikut :
Tuangkan air sedikit diatas gelas arloji 9 cm yang bersih dan kuas
dicelupkan dan digosokkan, air cucian ini lalu dituangkan ke dalam labu
erlenmeyer. Pekerjaan ini diulangi 2-3 kali sampai kuas bersih betul dan
akhirnya gelas arrloji dan corongnya dibilas juga dengan air. Pada saat
54
pemindahan tanah ini selesai volume suspensi dalam labu erlenmeyer
tidak boleh lebih dari 250 ml.
9. Tambahkan 100 ml larutan NaOH 1 N mungkin dengan menggunkan
tabung ukur yang telah dicuci bersih dari sisa-sisa H2O2 dan HCl.
Sumbatlah labu erlenmeyer dengan sumbat karet atau selembar plastik
serapat-rapatnya, letakkan tegak dan kuat pada alat pengocok, dan
kocoklah dengan kuat selama 15 menit untuk mendapatkan hasil
pendispersian yang baik.
10. Suspensi dimasukkan kedalam tabung sedimentasi dan tambahkan air
sampai tanda 1000 ml, siapkan alat pipet yang bersih dengan menghisap
dan memancarkan air bersih beberapa kali, dan alat diatur supaya
kecepatan penghisapannya 25 ml per 10-15 detik. Volume pipet 25 ml.
Ambil gelas piala, isi dengan air dan celupkan thermometer ke dalamnya
dan letakkan di samping alat pemimpet.
11. Pemimpet I : (lempung + debu) total
Tabung sedimentasi disumbar rapat dengan sumbat karet atau selembar
plastik, dapat dibantu dengan telapak tangan dan dibalik-balik teratur kira-
kira 15 kali dengan kecepatan 1 kali balik tiap 2 detik supaya suspensi
menjadi homogen. Jadi lamanya pemutar balikan kira-kira 30 detik.
Pada waktu tabung sedimentasi dibalik dengan harus dilihat jangan sampai
masih ada tanah yang melekat di dasarnya.
Kemudian diletakkan pelan-pelan dibawah pipet sedemikian rupa sehingga
kalau nantinya pipet dicelupkan dapat terletak di tengah-tengahnya. Segera
setelah tabung diletakkan waktu pengendapan mulai dihitung dengan
menggunakan stop-watch. Temperatur air dalam gelas piala diamati,
dianggap sebagai temperatur suspensi dan dari daftar yang tersedia dapat
dilihat bebrapa lama harus menunggu sebelum pemipetan dapat dilalkukan
pada temoeratur tersebut. Pemimpetan I dilakukan pada kedalaman 20 cm
dari permukaan suspensi. Beberapa detik sebelumnya, pipet diturun
kedalam suspensi dengan hati-hati jangan sampai merusak atau mengaduk
suspensi sehingga ujungnya terletak kedalam 20 cm dari permukaan
55
suspensi. Setelah tiba saatnya pemipetn dilakukan dengan kecepatan
mengisi 25 ml/10-15 detik. Kemudian pipet ditarik keluar dan isinya
dikosongkan dan berapa beratnya, dalam keadaan kosong dan bersih
(misal b gram).
Cawan dan sisinya dimasukkan kedalam dapur pengering untuk diluapkan
dan dikeringkan dalam temperatur 1050-1000C. Lamanya pengeringann
paling sedikit 4 jam setelah ini cawan dimasukan kedalam eksikator dan
setelah dingin ditimbang (misal c gram)
12. Pemimpetan II (lempung) total
Suspensi dalam tabung sedimentasi dihomogenkan lagi seperti dalam
langkah ke-11. Selanjutnya juga dikerjakan seperti lengkah ke-11, akan
tetapi pemipetan disini dilakukan pada kedalaman 5 cm.
Disini pengamatan temperatur untuk menentukan lamanya beberapa kali
untuk diambil rata-ratanya. Jadi berbeda dengan pemipetan I yang hanya
diadakan 1 kali saja. Hal ini tejadi karena waktu menunggunya lebih lama,
lebih dari 3 jam sehingga besar kemungkinan temperaturnya selama itu
akan berubah-ubah.
Pengamatan temperatur dilakukan sebagai berikut : segera setelah tabung
diletakkan, sehabis dihomogenkan suspensinya, mulai dilakukan
perhitungan waktu menunggu. Kemudian setelah lewat 1 jam, lewat 2 jam,
dan setelah beberapa lama waktu menunggunya, sedangkan diperoleh rata-
rata keempat pengamatan akan diperoleh angka koreksinya untuk
mendapatkan waktu menunggu yang difinitif. Setelah cawan penguap
kosong dan bersih ditimbang (misal d gram), hasil pemimpetan II
ditampung kedalamnya. Kemudian diuapkan dan dikeringkan dalam oven
dan ditimbang seperti langkah ke-11
56
3.6. Agihan (debu + lempung) aktual
3.6.1 Alat dan Bahan
Sama dengan yang dipergunakan dalam analisa granuler cara pipet
Bahan :
Contoh tanah kering yang digunakan dalam analisa granuler cara pipet
3.6.2. Cara kerja :
1. Seperti langkah ke-1 dalam acara granuler ( misal berta contoh tanah halus
a gram)
2. Miringkan gelas pialanya hingga contoh tanah menyebar sepanjang kira-
kira 4-5 cm pada dindingnya. Tambahkan air sedikit demi sedikit dengan
dialirkan lewat dinding gelas piala hingga tanah menjadi basah karena
kapilaritas dan bukan karena dituangi air.
3. Setelah tanah menjadi basah betul, tambahkan air sampai volume suspensi
mencapai kira-kira 250 ml. Juga disini penahanan air jangan dikenakan
langsung pada tanahnya.
Biarkan tanah mengurangi dengan sendirinya dalam air selama paling
sedikit 15 menit.
4. Tuangkan suspensi tanh secara kuantitatif kedalam tabung sedimentasi
dengan pertolongan pancaran air, membilasnya jangan langsung kena
tanahnya.
Tambahkan air sampai volume 1000 ml.
5. Seperti langkah ke-11dalam analisa granuler.
3.7. Struktur Tanah
Kerapatan Butir (BJ) Tanah
3.7.2. Alat dan Bahan
a. Piknometer
b. Kawat pengaduk halus
c. Thermometer teliti sampai 0,10C
d. Botol pemancar air
e. Corong gelas keciltol timbang untuk ditetapkan kadar
57
f. Timbangan analitis sampai teliti 0,0002 gram
g. Dapur pengering (oven)kan ditetapkan kadar lengasnya
h. Potongan kertas atau serbet. Volome botol timbang
Bahan :
Contoh tanah halus 2,0 mm kering-udara
3.7.2. Cara Kerja :
1. Timbang piknometer kosong, bersih dan bersumbat (misal a gram)
2. Isilah piknometer dengan air suling hingga penuh dengan
menggunakan pemancar air sampai batas garis tanda pada pipa
kapiler dalam sumbatnya. Kalau tidak ada garis batas/tanda, maka
sampai ujung atas pipa kapilernya.
Caranya : isilah piknometer sampai di atas leher, lalu sumbat
dipasang. Pemasangan sumbat harus teliti agar tidak terdapat
gelembung udara yang tertinggal dalam piknometer. Air akan naik
ke dalam pipa kapiler, dan menghisap kelebihan air. Bersihkan
dengam kertas tetes-tetes air yang mungkin masih menempel di
bagian luar piknometer.
3. Timbang piknometer penuh air (misal b gram). Kemudian ukur
temperatu air dalam piknometer dengan pembulatak kurang dari
0,50C dibulatkan ke bawah (misal t10C). Lihat dalam daftar yang
tersedia di labolatorium berupa BJ piknometer itu (misalnya BJ1)
4. Air dalam piknometer dibuang, bersihkan semua tetes-tetes air
yang mungkin ada di bagian luarnya dengan lap dan keringkan
baguab dakhilnya dengan cara sebagai berikut :
Tuangkan ke dalam sedikit alkohok, goyangkan piknometer sampai
semua tetes larut, lalu dibuang, sisa alkohol dibuang dengan eter
dengan cara seperti tadi, setelah dibuang biarkan sisa eter
menguap. Periksa dengan dibuai.
5. Isilah piknometer dengan contoh tanah seberat 5 gram. Dasar
piknometer tertutup selapis tanah setelah kira-kira 0,75 cm bila
58
memakai piknometer 25 ml. Pasang sumbatnya dan timbang
piknometer berisi tanah ini (misal c gram)
6. Piknometer diisi dengan air suling sampai kira-kira separuh penuh,
tanah diaduk-aduk kuat dengan pengaduk halus untuk
menghilangkan udara yang tersekap dalam tanah. Pengeluaran
gelembung-gelembung udara dapat dibantu dengan cara
mengguncang-guncangkan piknometer. Setelah ini, piknometer
sisinya dibiarkan semalam dengan sumbat terpasang sehingga tidak
kemasukan kotoran atau debu. Peringatan : sebelum kawat
pengaduk dicabut dari dalam piknometer perlu dibilas dengan
sedikit air untuk menghilangkan butiran-butiran tanah yang
menempel padanya, supaya tidak ada tanah yang terikut kawat
pengaduk.
7. Keesokan harinya penghilangan gelembung-gelembung udara yang
munngkin masih tertinggal diulangi lagi, kemudian dibiarkan
sebentar untuk mengendapkan sebagian besar tanahnya, lalu air
suling dengan hati-hati sampai penuh. Caranya seperti pada
langakah ke-2. Penaqmbahan air ini diusahakan agar tanah tidak
ikut teraduk untuk menjaga agar tidak ada butir-butir tanah yang
hilang berikut kelebihan air yang harus dihilangkan.
8. Timbang piknometer berisi tanah dan air penuh ini (misal d gram).
Setelah itu ukur temperatur dalam piknometer (misal t20C). Dari
daftar dapat diketahui beberapa BJ pada temperatur ini (misal BJ2)
59
3.8. Kerapatan Massa (BV) Tanah
3.8.2. Alat dan Bahan
a.Cawan pemanas lilin
b.Lampu spritus
c.Penumpu kaki tiga
d.Tabung ukur
e.Pipet ukur 10 ml ketelitian 0,1 ml
f.Timbangan analitis teliti sampai 0,0002 gram
g.Thermometer teliti sampai 0,10C
h.Kuas
i.2 botol timbangan kuningan
k.Dapur pengering
l.Eksikator
m.2 utas tali/ benang halus
n.Lilin
Bahan
Contoh tanah asli
3.8.1. Cara kerja
1. Timbang sebongkah tanah ( a gram)
1. Cairkan lilin sampai suhu 600C dan celupkan bongkah tanah tersebut yang
sebelumnya telah diberi tali.
2. Setelah lilin mengeras kemudian ditimbang ( b gram)
3. Isi tabung ukur sampai volum p ml dan bongkah tanah di celupkan. Sekarang
4. menggunakan pipet ukur air ditambahkan sampai permukaanya tepat tanda
garis tertentu q ml. Catat berapa ml air yang telah ditambahkan dari pipet r ml.
5. Ambil bongkah tanah lain yang sejenis dan teteapkan kadar lengasnya pada
acara kadar lengas tanah untuk mendapatkan berat tanah kering mutlak.
60
Porositas Tanah (n) Tanah
Yang disebut porositas. Total tanah adalah persentase volume pori-pori total tanah
yang ada dalam tanah terhadap volume total bongkah tanah.
Nilai Perbandingan Dispersi (NPD) tanah
Yang disebut dengan perbandingan tanah adalah hasil bagi antara ( debu +
lempung) aktual dengan ( debu+ lempung) aktual, dinyatakan dalam persen.
3.9. Penetapan ph Tanah
3.9.1. Alat dan Bahan
a. Beaker glass 50 ml
b. Pengaduk kaca
c. Alat pH meter dengan elektroda lengkap
d. Thermometer teliti 0,10C
e. Gelas ukur
f. Botol pemancar air
Khemikalia:
KCl 1 N
Bahan :
Contoh tanah asli gumpalan
3.9.2. Cara Kerja :
1. Ambil dan timbang contoh tanah asli gumpalan, kira-kira 10 gram.
Masukkan ke dalam beaker glass 50 ml dan tambahkan air suling
sebanyak 25 ml, lalu diaduk-aduk untuk melarutkan tanah selama jangka
waktu 30 menit dengan batang kaca pengaduk
2. Biarkan larutan tanah itu mengendap selama 30 menit
3. Setelah larutan mengendap, ukur pHnya dengan cara sebagai berikut :
Siapkan alat pH meter dengan menyambungkan elektrode pada
meternya
61
Siapkan elektrode pada larutan penyangga pH 7 dan tekan tombol
pada tanda “ON”, sesuaikan keadaan tombol “TEMP” pada angka
temeratur larutan penyangga pH 7 dan aturlah tombol “CALIB”
hingga terbaca angka 7,00 pada layar pH meter
Cuci elektrode dengan pancaran air suling di bagian ujungnya
sampai bersih
Celupkan elektrode pada larutan penyangga pH 4 dan tombol
“TEMP” agar sesuai dendan temperatur larutan penyangga pH 4,
kemudian aturlah tombol “SLOPE” hingga terbaca angka 4,00
pada layar pH meter
Cucilah lagi elektrode dengan air suling hingga bersih dengan
pancaran air
Dengan mengikuti langkah dari a sampai e, maka dengan begitu
pH meter telah terkalibrasi dan siap digunakan untuk mengukur pH
meter yang diteliti
4. Laksanakan langkah-langkah ke-1 sampai ke-2 dengan menggunakan
larutan KCl 1N sebanyak 25 ml untuk menentukan pH tanah yang sama
dengan tanah di atas tadi
62
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Kadar Lengas
a. Hasil
Ukuran Kode Berat botol
(a)
Berat botol+
tanah (b)
Berat setelah
di oven (c)
Gumpalan A1 17,191 29,312 28,037
A2 15,579 29,061 27,722
2 mm B1 18,080 28,546 27,534
B2 18,588 28,680 27,698
0,5mm C1 17,188 27,632 26,603
C2 22,193 32,008 31,056
b. Perhitungan
= −− 100%3.9.3. Tanah ukuran gumpalan= 29,312 − 28,03728,037 − 17,191 100% = 11,755 %
= 29,061 − 27,72227,722 − 15,579 100% = 11,026%− = 11,755% + 11,0262
= 11,3905%
3.9.4. Tanah ukuran 2 mm
63
= 28,546 − 27,53427,534 − 18,080 100% = 10,704 %= 28,680 − 27,69827,698 − 18,588 100% = 10,779 %
− 2 = 10,704% + 10,779%2= 10,7415%
3.9.5. Tanah 0,5mm
= 27,632 − 26,60326,603 − 17,188 100% = 10,929 %= 32,008 − 31,05631,056 − 22,193 100% = 10,835 %
− 0,5 = 10,929% + 10,835%2= 10,835%
64
4.2.Kadar Bahan Organik
Data
Berat tanah 1gr Data
VK2Cr207 10
VH2SO4 10
V blanko 11,6
V sampel 9,1
3.9.5.1.1. Perhitungan
= (C) 10058 × 100%( ) = ( − ) 4 3100100 + 10 10077 100%
( ) = (11,6 − 9,1)0,2 3100100 + 10,84 1000 10 10077 100%( ) = 1,5208,4 1,29( ) = , %
= (c) 10058 × 100%= (9,28) 10058 × 100%= 2,16%
65
4.3.Kadar Kapur Ekuivalen
a. Hasil
a.Calcimeter kosong = 75,173
b.Calcimeter + tanah = 80,550
c.Calcimeter + tanah+HCl = 101,482
d.Kekurangan berat = 100,687
b. Perhitungan
= ( − )44 100100100 + ( − ) 100%= (101,482 − 100,687)44 100100100 + 10,74 (80,550 − 75,177) 100%= 1,80681818245,80068143 100%= , %
1.5.Tektstur Tanah
a. Hasil
Diketahui
b = 47,054
c = 47,315
d = 36,945
e = 37,128
KL = 10,741
66
1. Kadar debu = – – − = × – γ%
= (47,315 − 47,054 − 37,128 − 36,945) × ( , , ) , %= 0,078 × ( , )( , )= 3,12 × 7,27= 22,6824 % (A)
2. Kadar Lempung = – − 0,01 × ( × ) %= (37,128 − 36,945 − 0,01) × ( , , ) ,= ( 0,173 ) 40 X 7,27
= 50,3084 % ( B )
3. Kadar Pasir = ( 100 – A – B )
= ( 100 – 22,6824 – 50, 3084 )
= 27,0092
Cawan penguap kosong (b) = 97,218
Cawan setelah dioven ( c ) = 98,250
a. Berat ( debu + lempung ) actual kering mutlak
= ××= ×× ,= ,= 1,396 gram
b. Berat (debu + lempung) actual kering mutlak
67
= ( − ) ×= (98,250 − 97,218) ×= 1,034 × 40 = 41,28
c. Kadar (lempung + debu) actual
= ( − ) × × %= (98,250 − 97,218) × 40 × ,= 41,28 × ,= 41,28 × 7,38= 304,64 %
1.6. Struktur Tanah
a. Hasil
a.Piknometer kosong = 15,480
b.Piknometer + aquades = 40,300
t1temperatur isi aquades = 270
bj1 = 0,9965
c.Piknometer + tanah = 20,109
d.Piknometer + tanah + aquades = 43,041
t2temperatur isi aquades = 290
bj2 = 0,9965
b. Perhitungan
A. Kerapatan butir (BJ) Tanah
3
12
21 cm/gr)cd(BJ)ab(BJ()KL100(
BJ.BJ.)ac(100
= ( , , ) × , × ,( , ) × , ( , , ) , × ( , , )= × , × ,( , ) × ( , × ) ( , × , )
68
= , ,= 2,043
B. Kerapatan Massa (BV) Tanah
A1 =
3cm/gram)ab()prq(87,0()KL100(
a.87
= × ,( , ){ , ( )| ( , )}= ,,= 1,609 gram / cm3
n1 = %100)BJBV1(
= %100)043,2609,11(
= ( 1 – 0,787 ) X 100%
= 21,3
A2
= 3cm/gram)ab()prq(87,0()KL100(
a.87
= 3/)54,0()4(87,0()39,11100(
666,5.87 cmgram
=48,327
942,492
= 1,505 gram / cm3
n2 = %100)BJBV1(
= %100)043,2505,11(
69
= 26,4
A3
= 3cm/gram)ab()prq(87,0()KL100(
a.87
= 3/)66,0()6(87,0()39,11100(
991,7.87 cmgram
=93,507
217,695
= 1,368 gram / cm3
n2 = %100)BJBV1(
= %100)043,2368,11(
= ( 1 – 0,669 ) X 100%
= 33,1
1.7. Penetapan pH tanah vertisol
a. perhitungan
A. berat tanah =10 gr
B. pH H2O 1= 6,34
70
PEMBAHASAN
PENGAMBILAN CONTOH TANAH
Contoh Tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu
bagian tubuh tanah (horison/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu disesuaikan
dengan sifat-sifat yang akan diteliti secara lebih detail di laboratorium.
Pengambilan contoh tanah dapat dilakukan dengan 2 teknik dasar yaitu
pengambilan contoh tanah secara utuh dan pengambilan contoh tanah secara tidak
utuh. Sebagaimana dikatakan dimuka bahwa pengambilan contoh tanah
disesuaikan dengan sifat-sifat yang akan diteliti. Untuk penetapan sifat-sifat fisika
tanah ada 3 macam pengambilan contoh tanah yaitu :
1. Contoh tanah tidak terusik (undisturbed soil sample) yang diperlukan
untuk analisis penetapan berat isi atau berat volume (bulk density), agihan ukuran
pori (pore size distribution) dan untuk permeabilitas (konduktivitas jenuh)
2. Contoh tanah dalam keadaan agregat tak terusik (undisturbed soil
aggregate) yang diperlukan untuk penetapan agihan ukuran agregat dan derajad
kemantapan agregat (aggregate stability)
3. Contoh tanah terusik (disturbed soil sample), yang diperlukan untuk
penetapan kadar lengas, tekstur, tetapan Atterberg, kenaikan kapiler, sudut
singgung, kadar lengas kritik, Indeks patahan (Modulus of Rupture:MOR),
konduktivitas hidroulik tak jenuh, luas permukaan (specific surface), erodibilitas
(sifat ketererosian) tanah menggunakan hujan tiruan (rainfall simulator)
Untuk penetapan sifat kimia tanah misalnya kandungan hara (N, P, K, dll),
kapasitas tukar kation (KPK), kejenuhan basa, dll digunakan pengambilan contoh
tanah terusik.
Salah satu sifat kimia tanah adalah keasaman atau pH (potensial of hidrogen),
pH adalah nilai pada skala 0-14, yang menggambarkan jumlah relatif ion H+
terhadap ion OH- didalam larutan tanah. Larutan tanah disebut bereaksi asam jika
nilai pH berada pada kisaran 0-6, artinya larutan tanah mengandung ion H+ lebih
71
besar daripada ion OH-, sebaliknya jika jumlah ion H+ dalam larutan tanah lebih
kecil dari pada ion OH- larutan tanah disebut bereaksi basa (alkali) atau miliki pH
8-14. Tanah bersifat asam karena berkurangnya kation Kalsium, Magnesium,
Kalium dan Natrium. Unsur-unsur tersebut terbawa oleh aliran air kelapisan tanah
yang lebih bawah atau hilang diserap oleh tanaman.
Ada 3 alasan utama nilai pH tanah sangat penting untuk diketahui :
1. Menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman, pada
umumnya unsur hara mudah diserap oleh akar tanaman pada pH tanah netral 6-7,
karena pada pH tersebut sebagian besar unsur hara mudah larut dalam air.
2. pH tanah juga menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi
tanaman. pada tanah asam banyak ditemukan unsur alumanium yang selain
bersifat racun juga mengikat phosphor, sehingga tidak dapat diserap oleh
tanaman. Pada tanah asam unsur-unsur mikro menjadi mudah larut sehingga
ditemukan unsur mikro seperti Fe, Zn, Mn dan Cu dalam jumlah yang terlalu
besar, akibatnya juga menjadi racun bagi tanaman.
3. pH tanah sangat mempengaruhi perkembangan mikroorganisme di dalam tanah.
Pada pH 5.57 bakteri jamur pengurai organik dapat berkembang dengan baik
Dari hasil praktikum ini dapat didefinisikan bahwa sebagai tubuh alam
yang memiliki sistem tiga fase yang mengandung air, udara, bahan-bahan mineral
dan bahan organik serta jasad-jasad hidup yang berpengaruh pada faktor
lingkungan terhadap permukaan bumi dan jangka waktu tertentu akan membentuk
berbagai hasil perubahan yang memiliki ciri yang khas tertentu, sehingga
memiliki peran sebagai tempat tumbuh bermacam-macam tanaman. Tanah
tersusun dari air, udara dan bagian padat yang terdiri dari bahan-bahan mineral
dan organik. Perbandingan air dan udara yang terkandung dalam tanah selalu
berubah-ubah, hal ini dipengaruhi iklim dan faktor lainnya. Tanah merupakan
sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan makluk hidup
yang ad di Bumi.
Tanah digunakan sebagai medium pertumbuhan tanaman yang mampu
72
menghasilkan makanan, sandang, obat-obatan serta keperluan lainnya yang
diperlukan oleh makluk hidup. Praktikum ini dilakukan didekat Kebun Percobaan
Umby.
73
MORFOLOGI
PROFIL TANAH
Profil tanah adalah irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke
batuan induk tanah.Profil dari tanah yang berkembang lanjut biasanya memiliki
horison-horison sebagai berikut: O-A-E-B-C-R
Solum tanah terdiri dari: O-A-E-B
Lapisan tanah atas meliputi : O-A
Lapisan tanah bawah meliputi: E-B
Keterangan :
O : Serasah/sisa-sisa tanaman (Oi) dan bahan organik tanah (BOT) hasil
dekomposisi serasah (Oa)
A : Horison mineral ber BOT sehingga berwarna agak gelap
E : Horison mineral yang telah tereluviasi (tercuci) sehingga kadar (BOT, liat
silikat, F dan Al rendah) tetapi pasir dan debu kuarsa (seskuoksida) dan mineral
resisten lainnya tinggi, berwarna terang
74
B : Horrison Illuvial atau horison tempat terakumulasinya bahan-bahan yang
tercuci dari horison diatasnya (akumulasi bahan eluvial)
C : Lapisan yang bahan penyususnnya masih sama dengan bahan induk (R) atau
belum terjadi perubahan
R : Bahan induk tanah
Kegunaan profil tanah :
(1) Untuk mengetahui kedalaman lapisan olah (Lapisan Tanah Atas = O-A) dan
solum (O-A-E-B)
(2) Untuk mengetahui kelengkapan atau differensiasi horison pada profil
(3) Untuk mengetahu warna tanah
Komponen Tanah
4 komponen penyusun tanah :
(1) Bahan Padatan berupa bahan mineral
(2) Bahan Padatan berupa bahan organik
(3) Air
(4) Udara
Bahan tanah tersebut rata-rata 50% bahan padatan (45% bahan mineral dan 5%
bahan organik), 25% air dan 25% udara
Pada pembahasan ini, dapat diuraikan dari hasil praktikum yang telah
dilakukan dilokasi daerah dekat Kebun Percobaan UMBY, tanaman atau
tumbuhan yang hidup diatasnya kebanyakan semak-semak . Horison yang
ditemukan pada praktikum ini ada 5 yaitu horison A1, A2 horison peralihan,
Horison B1, horison B2 serta horison B3. Pembahasan masing horison adalah
sebagai berikut :
Horison A1 ( 0 - 18 cm )
Merupakan horison di permukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan organik
dan bahan mineral dan horison eluviasi ( horison yang mengalami pencucian )
terhadap liat, Fe, Ai dan bahan organik. Horison ini memiliki kedalaman 0-18 cm
yang terletak atau batas horison atas dan jelas.
Warna tanah yang ditemukan pada horison ini adalah red (merah) artinya
75
kandungan bahan organiknya sedikit. Pada tanah ini drainasenya tidak begitu
baik. Tekstur tanah adalah liat berdebu. Struktur tanahnya : Granular, dimana
tingkat perkembangan tanah lemah ( butir struktur tanah mudah hancur ), bulat
dan porous. Konsentrasi tanah pada horison A1 bersifat agak pelastis, perakaran
80 % dengan batasan horizon yang jelas bergelombang.
Horison A2 (18-28 cm)
Merupakan horizon dipermukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan organic
dan mineral. Horison ini memiliki kedalaman 18-28 cm. Warna tanah yang
ditemukan adalah red (merah).
Konsistensi, remah artinya tanah ini konsistensinya baik sehingga mudah diolah,
tidak melekat pada alat pengolah tanah yang bersifat plastis. Perakaran 70 %
dengan batasan horizon yang jelas bergelombang.
Horison B1 (28-43 cm)
Merupakan horison iluviasi dari bahan yang tercuci diatasnya ( liat, Fe, Al, bahan
organik ). Peralihan dari horison A ke Bahan-bahan lebih menyerupai B. warna
tanah yellowish red. Teksturnya adalah liat berdebu yang cirinya adalah rasa
halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh dan mudah
digulung.
Strukturnya adalah gumpal tidak bersudut. Bahan-bahan dengan iklim basah.
Konsistensi gembur; mudah diolah, tingkat porositasnya relaitf tinggi. Perakaran
40 %.
Konsistensinya bersifat plastis dengan batas horizon yang tidak jelas
bergelombang.
Horison B2 (43-68 cm)
Merupakan horison peralihan dari B ke Horison C namun lebih menyerupai B.
warna tanah yellowish red.Teksturnya adalah liat artinya rasa halus dengan debu
Struktur tanahnya adalah gumpal tidak bersudut dengan perakaran 20 %.
Konsistensinya bersifat plastis dengan batasan horizon tidak jelas bergelombang
76
yang artinya bahwa akar tidak dapat menembus tanah.
Horison B3 ( > 68 cm)
Warna tanah yellowish red. Teksturnya adalah liat artinya rasa halus dengan debu.
Struktur tanahnya adalah gumpal bersudut dengan perakaran 10 %.
Konsistensinya bersifat sangat plastis dengan batasan horizon tidak jelas
bergelombang yang artinya bahwa akar tidak dapat menembus tanah.
KADAR LENGAS TANAH
Kadar lengas adalah kandungan uap air yang terdapat dalam pori tanah.
Manfaat kadar lengas adalah mengetahui kebutuhan air untuk persawahan dan
proses irigasi, mengetahui kemampuan jenis tanah mengenai daya simpan air ,
dan perhitungan Nilai Perbandingan Dispersi (NPD). Faktor yang mempengaruhi
kadar lengas tanah yaitu iklim, kandungan bahan organik, fraksi lempung tanah,
topografi, dan adanya bahan penutup tanah (organik maupun anorganik).
Kadar lengas tanah vertisol berdasarkan hasil percobaan menunjukkan
kadar lengas φ 0,5 mm adalah 10,835%, kadar lengas φ 2 mm adalah 10,7415%
dan kadar lengas bongkahan adalah 11,3905%. Tanah vertisol memiliki tekstur
halus yaitu berupa lempung dengan kandungan lempung > 50% sehingga
permukaan porinya lebih luas. Permeabilitasnya rendah dan agregasinya juga
lemah. Hal inilah yang menyebabkan tanah vertisol memiliki kemampuan
mengikat air yang tinggi. Kandungan lempung yang cukup besar menyebabkan
tanah vertisol memiliki daya simpan tanah terhadap air tinggi, begitu juga bahan
induk tanah vertisol adalah gamping sehingga daya rambat airnya tinggi. Oleh
karena kadar lengas yang tinggi ini, tanah vertisol memiliki potensi pertanian
yang cukup baik.
Tanah vertisol memiliki kadar lengas yang tinggi. Ini diakibatkan oleh pori
mikro yang dimilikinya. Kadar lengas yang dimiliki oleh tanah vertisol pada
setiap diameter contoh tanah berbeda. Semakin besar ukuran partikel contoh tanah
77
atau diameternya, maka kadar lengas yang dimilikinya juga semakin besar. Pada
contoh tanah vertisol kadar lengas contoh tanah sesuai diameternya adalah : KL
0,5/tanah diameter 0,5mm lebih kecil dari tanah diameter 2mm dan gumpalan.
Dan yang paling besar adalah tanah gumpaln. Kadar lengas maksimum yng
dimilikinya adalah sekitar 90 – 100%, itu artinya kemampuan tanah dalam
menyerap dan menyimpan air baik. Vertisol merupakan tanah yang memiliki sifat
khusus yakni mempunyai sifat vertik, hal ini disebabkan terdapat mineral liat tipe
2:1 yang relatif banyak. Karena itu dapat mengkerut jika kering dan mengembang
jika jenuh air. Vertisol merupakan tanah lempung berat (lempung >30%), kelap
kali bewarna gelap, di daerah dataran luas yang mempunyai musim kering tegas.
Selain itu tanah vertisol juga mempunyai ciri lain yaitu timbulan gilgai atau
cermin sesar pada suatu jeluk yang tidak terlalu dalam. Lempung dalam vertisol
merupakan lempung montmomilonit yang mengembang dan mengkerut. Kadar
bahan organik dalam Vertisol acap kali tidak lebih dari 0,5 atau 1 %. Tanah ini
sangat rentan terhadap erosi air. Vertisol memiliki pengikatan air yang tinggi pada
saat musiom hujan, namun sangat buruk pada musim kering.
KADAR BAHAN ORGANIK
Bahan organik merupakan akumulasi seresah tumbuhan dan hewan yang
telah mati dan telah terombakkan oleh jasad hidup tanah. Penentuan jumlah bahan
organik secara kualtatif yaitu dengan mengamati banyaknya percikan atau buih
yang timbul setelah massa tanah ditetesi dengan H2O2 10%. Dari hasil
pengamatan kandungan BO pada tanah vertisol adalah 2,16.Dari data tersebut
dapat diketahui bahwa pada proses pembentukan horizon, BO akan terakumulasi
di lapisan atas kemudian mengalami pencucian sehingga semakin ke bawah
kandungan BO semakin sedikit.
Bahan organik tanah berpengaruh terhadap sifat-sifat kimia, fisik, maupun
biologi tanah. Fungsi bahan organik di dalam tanah sangat banyak, baik terhadap
78
sifat fisik, kimia maupun biologi tanah, antara lain sebagai berikut (Stevenson,
1994):
1. Berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap ketersediaan hara.
Bahan organik secara langsung merupakan sumber hara N, P, S, unsur mikro
maupun unsur hara esensial lainnya. Secara tidak langsung bahan organik
membantu menyediakan unsur hara N melalui fiksasi N
dengan cara:
- menyediakan energi bagi bakteri penambat N
- membebaskan fosfat yang difiksasi secara kimiawi maupun biologi dan
menyebabkan pengkhelatan unsur mikro sehingga tidak mudah hilang dari zona
perakaran.
2. Membentuk agregat tanah yang lebih baik dan memantapkan agregat yang
telah terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas dan infiltrasi menjadi lebih baik.
Akibatnya adalah daya tahan tanah terhadap erosi akan meningkat.
3. Meningkatkan retensi air yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman.
4. Meningkatkan retensi unsur hara melalui peningkatan muatan di dalam tanah.
5. Mengimmobilisasi senyawa antropogenik maupun logam berat yang masuk ke
dalam tanah
6. Meningkatkan kapasitas sangga tanah
7. Meningkatkan suhu tanah
8. Mensuplai energi bagi organisme tanah
9. Meningkatkan organisme saprofit dan menekan organisme parasit bagi
tanaman.
79
Selain memiliki dampak positif, penggunaan bahan organik dapat pula
memberikan dampak yang merugikan. Salah satu dampak negatif yang dapat
muncul akibat dari penggunaan bahan organik yang berasal dari sampah kota
adalah meningkatnya logam berat yang dapat diasimilasi dan diserap tanaman,
meningkatkan salinitas, kontaminasi dengan senyawa organik seperti poli khlorat
bifenil, fenol, hidrocarburate polisiklik aromatic, dan asam-asam
organik (propionic dan butirik) (de Haan, 1981 dalam Aguilar et al., 1997) Faktor
yang mempengaruhi pembentukan tanah juga harus diperhatikan karena
mempengaruhi jumlah bahan organik. Miller et al. (1985) berpendapat bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah bahan organik dalam tanah adalah sifat
dan jumlah bahan organik yang dikembalikan, kelembaban tanah, temperatur
tanah, tingkat aerasi tanah, topografi dan sifat penyediaan hara.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dekomposisi bahan organik dapat
dikelompokkan dalam tiga grup, yaitu 1) sifat dari bahan tanaman termasuk jenis
tanaman, umur tanaman dan komposisi kimia, 2) tanah termasuk aerasi,
temperatur, kelembaban, kemasaman, dan tingkat kesuburan, dan 3) faktor iklim
terutama pengaruh dari kelembaban dan temperatur. Bahan organik secara umum
dibedakan atas bahan organik yang relatif sukar didekomposisi karena disusun
oleh senyawa siklik yang sukar diputus atau dirombak menjadi senyawa yang
lebih sederhana, termasuk di dalamnya adalah bahan organik yang mengandung
senyawa lignin, minyak, lemak, dan resin yang umumnya ditemui pada jaringan
tumbuh-tumbuhan; dan bahan organik yang mudah didekomposisikan karena
disusun oleh senyawa sederhana yang terdiri dari C, O, dan H, termasuk di
dalamnya adalah senyawa dari selulosa, pati, gula dan senyawa protein.
Dari berbagai aspek tersebut, jika kandungan bahan organik tanah cukup,
maka kerusakan tanah dapat diminimalkan, bahkan dapat dihindari. Jumlah bahan
organik di dalam tanah dapat berkurang hingga 35% untuk tanah yang ditanami
secara terus menerus dibandingkan dengan tanah yang belum ditanami atau belum
dijamah (Brady, 1990). Young (1989) menyatakan bahwa untuk mempertahankan
kandungan bahan organik tanah agar tidak menurun, diperlukan minimal 8 – 9 ton
80
per ha bahan organik tiap tahunnya. Hairah et al. (2000) mengemukakan beberapa
cara untuk mendapatkan bahan organik:
1. Pengembalian sisa panen. Jumlah sisa panenan tanaman pangan yang dapat
dikembalikan ke dalam tanah berkisar 2 – 5 ton per ha, sehingga tidak dapat
memenuhi jumlah kebutuhan bahan organik minimum. Oleh karena itu, masukan
bahan organik dari sumber lain tetap diperlukan.
2. Pemberian pupuk kandang. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan
peliharaan seperti sapi, kambing, kerbau dan ayam, atau bisa juga dari hewan liar
seperti kelelawar atau burung dapat dipergunakan untuk menambah kandungan
bahan organik tanah. Pengadaan atau penyediaan kotoran hewan seringkali sulit
dilakukan karena memerlukan biaya transportasi yang besar.
3. Pemberian pupuk hijau. Pupuk hijau bisa diperoleh dari serasah dan dari
pangkasan tanaman penutup yang ditanam selama masa bera atau pepohonan
dalam larikan sebagai tanaman pagar. Pangkasan tajuk tanaman penutup tanah
dari famili leguminosae dapat memberikan masukan bahan organik sebanyak 1.8
– 2.9 ton per ha (umur 3 bulan) dan 2.7 – 5.9 ton per ha untuk yang berumur 6
bulan.
81
KADAR KAPUR EKUIVALEN/SETARA
Kadar kapur (CaCO3) dalam tanah dapat ditentukan dengan cara menetesi
tanah dengan HCl 10%. Diukur secara relatif jelas tidaknya cara membuihnya
kapur di tanah dengan tetesan HCl tadi. Tanah vertisol adalah jenis tanah yang
neniliki kaondisi masam, itu disebabkan karena PHnya berada dibawah kisaran
normal namun, untuk mengurangi kemasaman tanah ini dapat dilakukan dengan
cara penambahan kapur pada tanah.Bahan organic yang dimiliki tanah vertisol
juga cenderung sedikit, karena tanah ini masih tergolong tanah muda. Karena
kadar bahan organic yang rendah, maka partikel tanah tisak begitu baik
membentukagregat tanah. Jenis tanan ini tidak begitu baik untuk dijadikan media
budidaya pertanian, selain karena kurang tersedianya unsure P pada tanah vertisol
sebagai unsure hara makro yang bermanfat bagi tanaman. Karena pHnya
mempengaruhi tingkat kelarutan unsure P pada tanah vertisol.
Kadar kapur yang dimiliki olen tanah vertisol jug tidak begitu besar
sehingga sulit untuk mengurangi tingkat kemasamannya, ini dapatdiubah dan
diperbaiki dengan pemberian kapur calsit (CaCO3 dan Dolomh)Dilihat dari
kemampuan tanah vertisol dalam mempertukarkan kation, tanah dengan diameter
lebih kecil memiliki KPK lebih tinggi, dan KPK ini mempengaruhi tekstur tanah.
Karena pH tanah vertisol tergolong masam maka KPK nya juga lebih rendah
namun setiap diameter tanah berbeda nilai KPK nya. Untuk meningkatkan KPK
tanah vertisol, dapat dilakukan penambahan bahan organic dan memperbaiki
tekstur dan struktur tanah vertisol itu sendiri.
Kapur dalam tanah memiliki asosiasi dengan keberadaan kalsium dan
magnesium tanah. Pengaruh kapur dalam tanah dapat meliputi proses
pembentukanagregat tanah, pengikatan hara oleh tanah, dan parameter tanah
lainyang berhubungan dengan kegiatan biologi dalam tanah.
82
TEKSTUR TANAH
Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif tiga fraksi – fraksi tanah
dalam suatu massa tanah, terutama perbandingan antara farksi liat, debu dan pasir.
Pengamatan tekstur tanah dengan mengunakan indera perasa yaitu dengan
membasahi sedikitkemudia tanah dibentuk bola dengan dikepal- kepal jika tidak
dapat berarti termasuk golongan pasir. Setelah itu tanah dibentuk pita ditekan-
tekan ibu jari dan telunjukpabila tidak dapat termasuk pasir geluh, jika dapat maka
termasuk kelas geluh (<2,5 cm), (2,5 – 5 cm) lempeng bergeluh, (> 5 cm) kelas
lempung. Tekstur tanah menentukan tata air tanah berupa kecepatan infiltrasi,
penetrasi dan kemampuan pengikatan air tanah. Semakin liat tekstur tanah maka
semakin semakin lambat dalam proses penyerapan air, begitu pula sebaliknya
semakin tinggi persentase pasir maka semakin besar pori daiantara partikel-
partikel tanah sehingga semakin memperlancar gerakan udara
Tanah Vertisol memilki tekstur liat karena cirinya rasa agak licin,
membentuk bola dalam keadaan kering, sukar dipijit, mudah digulung serta
melekat. Karena tanah ini dikembangkan dari bahan induk liat dimana ilkim
musim basah dan kering jelas (Foth,1988).
Dilihat dari teksturnya, tanah vertisol didominasi oleh fraksi lempung dan
tergolong ke dalam jenis tanah dengan kelas lempung berat. Karena partikel tanah
vertisol lumayan berat, maka kecepatannya juga dalam pengendapan lumayan
cepat. Lempung yang dimiliki tanah vertisol memiliki sifat mudah mengembang
saat hujan dan mengkerut saat kemarau. Itu menyebabkan pada saat musim
kemarau sering terbentuk rekahan tanah yang lebaar dan dalam. Untuk
menanggulanginya perlu penambahan bahan organikataupun penambahan bahan
mineral lain, untuk memperbaiki tekstur tanah vertisol.
83
STRUKTUR TANAH
Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan
ruangan partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk
agregat dari hasil proses pedogenesis.
Struktur tanah berhubungan dengan cara di mana, partikel pasir, debu dan liat
relatif disusun satu sama lain. Di dalam tanah dengan struktur yang baik, partikel
pasir dan debu dipegang bersama pada agregat-agregat (gumpalan kecil) oleh liat
humus dan kalsium. Ruang kosong yang besar antara agregat (makropori)
membentuk sirkulasi air dan udara juga akar tanaman untuk tumbuh ke bawah
pada tanah yang lebih dalam. Sedangkan ruangan kosong yang kecil ( mikropori)
memegang air untuk kebutuhan tanaman. Idealnya bahwa struktur disebut
granular.
Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap pertumbuhan tanaman terjadi
secara langsung. Struktur tanah yang remah (ringan) pada umumnya
menghasilkan laju pertumbuhan tanaman pakan dan produksi persatuan waktu
yang lebih tinggi dibandingkan dengan struktur tanah yang padat. Jumlah dan
panjang akar pada tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah remah
umumnya lebih banyak dibandingkan dengan akar tanaman makanan ternak yang
tumbuh pada tanah berstruktur berat. Hal ini disebabkan perkembangan akar pada
tanah berstruktur ringan/remah lebih cepat per satuan waktu dibandingkan akar
tanaman pada tanah kompak, sebagai akibat mudahnya intersepsi akar pada setiap
pori-pori tanah yang memang tersedia banyak pada tanah remah. Selain itu akar
memiliki kesempatan untuk bernafas secara maksimal pada tanah yang berpori,
dibandiangkan pada tanah yang padat. Sebaliknya bagi tanaman makanan ternak
yang tumbuh pada tanah yang bertekstur halus seperti tanah berlempung tinggi,
sulit mengembangkan akarnya karena sulit bagi akar untuk menyebar akibat
rendahnya pori-pori tanah. Akar tanaman akan mengalami kesulitan untuk
menembus struktur tanah yang padat, sehingga perakaran tidak berkembang
dengan baik. Aktifitas akar tanaman dan organisme tanah merupakan salah satu
faktor utama pembentuk agregat tanah.
84
Kedalaman atau solum, tekstur, dan struktur tanah menentukan besar
kecilnya air limpasan permukaan dan laju penjenuhan tanah oleh air. Pada tanah
bersolum dalam (>90 cm), struktur gembur, dan penutupan lahan rapat, sebagian
besar air hujan terinfiltrasi ke dalam tanah dan hanya sebagian kecil yang menjadi
air limpasan permukaan (longsor). Sebaliknya, pada tanah bersolum dangkal,
struktur padat, dan penutupan lahan kurang rapat, hanya sebagian kecil air hujan
yang terinfiltrasi dan sebagian besar menjadi aliran permukaan (longsor)
Pembentukan Agregat
Menurut Gedroits (1955) ada dua tingkatan pembentuk agregat tanah, yaitu:
1. Kaogulasi koloid tanah (pengaruh Ca2+) kedalam agregat tanah mikro
2. Sementasi (pengikat) agregat mikro kedalam agregat makro.
Teori pembentukan tanh berdasarkan flokulasi dapat terjadi pada tanah yang
berada dalam larutan, misal pada tanah yang agregatnya telah dihancurkan oleh
air hujan atau pada tanah sawah. Menurut utomo dan Dexter (1982) menyatakan
bahwa retakan terjadi karena pembengkakan dan pengerutan sebagai akibat dari
pembasahan dan pengeringan yang berperan penting dalam pembentukan agregat.
Dapat diambil kesimpulan bahwa agregat tanah terbentuk sebagai akibat adanya
interaksi dari butiran tunggal, liat, oksioda besi/ almunium dan bahan organik.
Agregat yang baik terbentuk karena flokuasi maupun oleh terjadinya retakan
tanah yang kemudian dimantapkan oleh pengikat (sementasi) yang terjadi secara
kimia atau adanya aktifitas biologi.
Faktor yang mempengaruhi pembentukan agregat
1. Bahan Induk
Variasi penyusun tanah tersebut mempengaruhi pembentukan agregat-agregat
tanah serta kemantapan yang terbentuk. Kandungan liat menentukan dalam
pembentukan agregat, karena liat berfungsi sebagai pengikat yang diabsorbsi pada
permukaan butiran pasir dan setelah dihidrasi tingkat reversiblenya sangat lambat.
Kandungan liat > 30% akan berpengaruh terhadap agregasi, sedangakan
kandungan liat < 30% tidak berpengaruh terhadap agregasi.
85
2. Bahan organik tanah
Bahan organik tanah merupakan bahan pengikat setelah mengalami pencucian.
Pencucian tersebut dipercepat dengan adanya organisme tanah. Sehingga bahan
organik dan organisme di dalam tanah saling berhubungan erat.
3. Tanaman
Tanaman pada suatu wilayah dapat membantu pembentukan agregat yang mantap.
Akar tanaman dapat menembus tanah dan membentuk celah-celah. Disamping itu
dengan adanya tekanan akar, maka butir-butir tanah semakin melekat dan padat.
Selain itu celah-celah tersebut dapat terbentuk dari air yang diserp oleh tnaman
tesebut.
4. Organisme tanah
Organisme tanah dapat mempercepat terbentuknya agregat. Selain itu juga mampu
berperan langsung dengan membuat lubang dan menggemburkna tanaman.Secara
tidak langsung merombak sisa-sisa tanaman yang setelah dipergunakan akan
dikeluarlan lagi menjadi bahan pengikat tanah.
5. Waktu
Waktu menentukan semua faktor pembentuk tanah berjalan. Semakin lama waktu
berjalan, maka agregat yang terbentuk pada tanah tersebut semakin mantap.
6. Iklim
Iklim berpengaruh terhadap proses pengeringan, pembasahan, pembekuan,
pencairan. Iklim merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
pembentukan agregat tanah.
Macam macam struktur tanah
1. Struktu tanah berbutir (granular): Agregat yang membulat, biasanya
diameternya tidak lebih dari 2 cm. Umumnya terdapat pada horizon A yang dalam
keadaan lepas disebut “Crumbs” atau Spherical.
2. Kubus (Bloky): Berbentuk jika sumber horizontal sama dengan sumbu vertikal.
Jika sudutnya tajam disebut kubus (angular blocky) dan jika sudutnya membulat
maka disebut kubus membulat (sub angular blocky). Ukuranya dapat mencapai 10
cm.
86
3. Lempeng (platy): Bentuknya sumbu horizontal lebih panjang dari sumbu
vertikalnya. Biasanya terjadi pada tanah liat yang baru terjadi secara deposisi
(deposited).
4. Prisma: Bentuknya jika sumbu vertikal lebih panjang dari pada sumbu
horizontal. Jadi agregat terarah pada sumbu vertikal. Seringkali mempunyai 6 sisi
dan diameternya mencapai 16 cm. Banyak terdapat pada horizon B tanah berliat.
Jika bentuk puncaknya datar disebut prismatik dan membulat disebut kolumner
Dari segi struktur, berat tanah vertisol lumayan stabil atau berada pada
kisaran berat volume tanah subur ataupun layak ditanami, yaitu antara 1 – 2 gr
cm3. berat jenisnya juga tergolong normal berada di bawah maksimal. Apabila
diamati dari segi kosistensinya, batas cair yang dimiliki, batas lekat, batas gulung
serta batas berubah warna yang dimilikinya juga baik, membuktikan tanah vertisol
mempunyai kemampuanyang baik dalam menyerap air. Namun, jangka olah
tanahnya sedikit rendah, sehingga cara pengolahan tanah ini semakin sulit,
disebabkan tanah dapt bersifat sangat jenuh dan kekurangan udara, sehingga tidak
begitu baik untuk ditanami satu jenis tanaman.
KONSISTENSI DENGAN ANGKA ATTERBERG
Johanes maupun Atterberg juga mengerjakan percobaan tentang kohesi.
Tanah yang plastik ( yang dapat melumpur ) dibasahi, dibuat briket, dikeringkan.
Kohesi briket tersebut diuji pada pelbagaitahap kekeringan, berupa liku A dan B.
Kohesi meningkat bila kadar lenggas merosot. Karena selanjutnya lenggas makin
tipis, maka tegangan makin meningkat sampai dengan tingkat patah. Kohesi yang
makin meningkat setelah titik patah, bukan karena selaput lengas, melainkan
karena kohesi molekuler tanah itu. Kedua titik patah liku A dan B merupakan
batas awal udara masuk ke pori, menyebabkan warna berubah dari gelap ke
terangdan mengerut. Disebut berturut-turut batas berubah warna ( BBW ) dan
derajat kerut ( DK ) tanah itu. ( Baver,1959).
ATTERBERG, CASAGRANDE, PUCHNER ( Baver, loc.cit. ) maupun
MOHR ( THORENAR, 1949 ; WIRJODIHARJO, II, 1953, diubah ) menguji dan
87
menetapkan “tetapan konsistensi tanah” berturut – turut yaitu Batas Cair ( BC ),
Batas Gulung ( BG ), Batas Lekat ( BL ), Batas Berubah Warna ( BBW ), Derajat
Kerut ( DK ), Derajat Berat ( DB ), Batas Pecah ( BPc ), Batas Patah ( BPt ) dan
nilai kisaran antara dua batas tertentu, yaitu indeks plastisitas (IP ) = BC – BG ;
Jangka Olah ( JO ) = BL – BG ; Surplus ( S ) = BL – BC ; persediaan air
maksimum atau tertinggi ( PAM, PAT ) = BC – BBW. BC, BL, BG, BBW disebut
“Tetapan Angka Atterberg”
( Notohadipoero, 1986 ).
Batas-batas Atterberg / batas-batas konsistensi adalah persen berat kadar
lengastanah yang menandai terjadinya perubahan konsistensi secara nyata dan
ditokrifkan jelas. Nilai-nilai ini terutama digunakan dalam pekerjaan rekayasa
teknik, maupun secaraterbatas juga digunakan dalam bidang pertanian
(Euroconsult, 1989).
DEFINISI ANGKA – ANGKA ATTERBERG
1. Batas Cair (BC) ialah kadar lengas yang menyebabkan tanah tepat dapat
menggelincir dibawah pengaruh standar getaran atau ketukan tertentu, disebut
pula batas allir atau batas plastisitas tanah tertinggi. Sedangkan pengertian lain
adalah jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah. Kalau air lebih banyak
tanah bersamaan air akan mengalir. Dalam hal ini tanah diaduk dulu dengan air
sehingga tanah bukan dalam keadaan alami. Hal ini berbeda dengan istilah
kapasitas lapang ( field capacity ) yang menunjukan jumlah air terbanyak yang
dapat ditahan oleh tanah dalam keadaan alami atau undisturbed ( Hardjowigeno,
2010 ).
Berdasrkan praktikum yang dilakukan, dapat diperoleh hasil :
Ulangan Ketukan
n ke-
Botol
timbang
kosong( a
gram )
a + Contoh
tanah (b gram )
b(setelah
dioven)
( c gram )
KA %
88
1 < 25 = 20 15,003 &
15,590
16,268 & 17,396 15,742 &
16,633
73,45
%
2 (10-
25)=22
18,093 &
18,667
19,389 &
20,736
18,834 &
19,838
75,7 %
3 >25 = 27 22,211 &
18,015
24,732 & 20,251 23,690&1
9,345
69,25
%
4 ( 10-25 )
= 30
17,196&1
7,205
20,106&20,923 18,951&1
9,446
65,85%
Pada saat dilakukan percobaan pertama yaitu dengan ketukan dibawah 20 , kami
berhasil mengamati pasta tanah yang telah diratakan di Casagrande dan telah di
beri lubang garis lurus sedalam 1 cm merapat pada ketukan ke – 22. Artinya
bahwa pada saat ketukan ke – 22 tanah yang kami amati yaitu vertisol telah
mencapai batas cair dengan dicirikanya kemampuan menahan air tanah. Tanah
vertisol mempunyai nilai batas cair 57,58, sesuai dengan harkat nilai batas cair
maka 57,58 berada daiantara 46 – 70 dan mempunyai arti memiliki kandungan
nilai BC TINGGI.
2. Batas Lekat (BL) tanah yang tidak plastik, misal pasir berkadar lengas lebih
kecil dari Bcnya. Sebaliknya pada tanah yang plastik misal lempung, akibatnya
tanah pasiran bersurplus ( S ) = BL – BC = positif, artinya mudah diterusi air.
Pada tanah yang plastik, S = negatif, sukar diterusi air. Tapal tanah yang kadar
lengasnya diupkan tahap demi tahap, bila ditusuk tepat tidak melekati si alat,
dikatakan tanah itu telah mencapai BL-nya. JO = BL – BG, bagi tanah pasiran
nilainya > JO tanah lempungan. Artinya tanah lempungan lebih sukar bila
dicangkul atau dibajak ( WIRJODIHARJO, loc.cit, diubah ).
Sedangkan menurut pengertian lain batas lekat adalah kadar air di mana tanah
mulai tidak dapat melekat pada benda lain. Bila kadar air lebih rendah dari batas
melekat, maka tanah tidak dapat melekat , tetapi bila kadar air lebih tinggi dari
batas melekat, maka tanah takkan mudah melekat pada benda lain. Karena itu
pada kadar air lebih tinggi dar batas melekat tanah sukar diolah. Bila tanah yang
89
telah mencapai batas mengalir atau batas melekat tersebut dapat membentuk
gulungan atau pita yang tidak mudah patah bila digolek-golekan lagi maka
dikatakan bahwa tanah itu plastis. Bila tanah tidak dapat dibentuk pita atau
gulungan ( selalu patah ) maka tanah itu disebut tidak plastis ( Hardjowigeno,
2010 ).
Berdasrkan praktikum yang dilakukan, dapat diperoleh hasil :
Ulangan Botol timbang
kosong (a)
a + contoh tanah
( b gram )
b ( setelah
dioven )
Kadar
lengas
1 17,191 22,032 20,369 52,36%
Jenis tanah Vertisol mempunyai Batas Lekat tanah 52,36%
3. Batas Gulung (BG) ialah kadar lengas yang memungkinkan tanah dapat
digulung-gulungkan menjadi batang kecil berukuran ½ mm serta yang mulai
retak-retak dan pecah ; disebut pula batas plastisitas terendah . tidak semua tanah
mempunyai BG ; pasir misalnya tak dapat digulung-gulungkan. Sebaliknya pada
lempung. IP = BC – BG. Pasir tidak ber - IP karena tidak ber – BG. Plastisitas itu
harus didukung oleh ketersediaan zarrah lempung yang berlempeng – lempeng (
Baver, 1959 ).
Sedangkan pengertian BG yang lain adalah kadar air dimana gulungan tanah
mulai tidak dapat digolek – golekan lagi. Kalau digolekan lagi tanah akan pecah –
pecah ke segala jurusan pada. Pada kadar air tanah lebih kecil dari batas
menggolek tanah sukar diolah
( Hardjowigeno, 2010 ).
Berdasrkan praktikum yang dilakukan, dapat diperoleh hasil :
Ulangan Botol timbang
kosong (a)
a + contoh tanah
( b gram )
b ( setelah
dioven )
Kadar
lengas
1 18,657 23,002 21,313 63,59%
90
Jenis tanah Vertisol mempunyai Batas Gulung 63,59%
4. Batas Berubah Warna (BBW) adalah tanah yang telah mencapai batas
menggolek/gulung, masih dapat terus kehilangan air, sehingga tanah lambat laun
menjadi kering dan pada suatu ketika tanah menjadi berwarna lebih terang. Titik
ini dinamakan titik batas ganti warna atau titk ubah. Batas ganti warna merupakan
batas terndah kadar air yang dapat diserap tanaman. Batas mengalir ( cair )
sebaliknya merupakan batas kadar air tertinggi yang bermanfaat bagi tanaman.
Perbedaan kadar air pada batas mengalir dengan kadar air pada batas ganti warna
merupakan jumlah air yang tersedia bagi tanaman. Penentuan air tersedia dengan
cara ini sekarang jarang digunakan lagi. Hal ini karena semua penetuan dilakukan
pada tanah dalam keadaan yang tidak alami lagi ( tanah diaduk terlebih dahulu
dengan air sampai menjadi pasta ), sehingga mekanisme penyerpan air dalam
tanah berbeda dengan keadaan almi dimana banyaknya dan ukuran pori tanah
memegang peranan penting. Penentuan jumlah air tersedia yang dianggap lebih
baik adalah dengan menghitung perbedaan kadar air pada tegangan 1/3 bar (
kapasitas lapang ) dengan kadar air pada 15 bar ( titik layu permanen ) (
Hardjowigeno, 2010 ).
Berdasrkan praktikum yang dilakukan, dapat diperoleh hasil :
Ulangan Botol timbang
kosong (a)
a + contoh tanah
( b gram )
b ( setelah
dioven )
Kadar
lengas
1 18,918 19,414 16,91 16,91
Jenis tanah Vertisol mempunyai Batas Berubah Warna adalah 16,91. Ini artinya
angka tersebut tidak berkisaran pada kisaran 31 – 45 yang mempunyai harkat
sangat rendah tidak sesuai dengan nilai harkat Batas Berubah Warna.
91
Harka Angka Atterberg :
Harkat Batas Mengalir Indeks
Plastisitas
Jangka Olah
( % kadar air )
Sangat rendah < 20 0 – 5 1 – 3
Rendah 20 – 30 6 – 10 4 – 8
Sedang 31 – 45 11 – 17 9 – 15
Tinggi 46 – 70 18 – 30 16 – 25
Sangat tinggi 71 – 100 31 – 43 26 – 40
Eksrim tinggi >100 >43 >40
( Hardjowigeno, 2010 )
PENETAPAN Ph TANAH
Pada tanah vertisol memiliki pH 6,00. Hal ini disebabkan karena
lapisan ini mengandung bahan organik yang cukup tinggi pada permukaan
tanah yang tercampur dengan bahan mineral tanah dan mengalami penguraian
oleh mikroba yang mengakibatkan terbentuknya asam sulfida dan asam nitrat.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim, dkk. (1986), bahwa rombakan organik
diserang oleh sebagian besar mikroorganisme yang diantara hasil metabolisme
akhirnya adalah asam organik dan bahan organik yang banyak. Bila asam ini
sampai kebagian mineral dalam tanah, mereka tidak memberikan H tetapi
menggantikan basa dan meningkatkan kemasaman tanah. Hal ini Juga
disebabkan jumlah ion H dalam tanah tersebut lebih banyak dibandingkan
jumlah OH. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno, S. (1992), bahwa
pH tanah yang rendah dan tinggi dipengaruhi oleh adanya perbedaan
kandungan ion H+ dan ion OH-, dimana jumlah ion H+ dan ion OH- juga
menentukan kemasaman suatu tanah. Jika jumlah ion H+ lebih tinggi dari
jumlah ion OH- maka tanah akan bersifat masam dan sebaliknya jika jumlah
ion OH- lebih besar daripada ion H+ maka tanah akan bersifat basa.
92
BAB V
KESIMPULAN
PENGAMBILAN CONTOH TANAH
Contoh Tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu
bagian tubuh tanah (horison/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu disesuaikan
dengan sifat-sifat yang akan diteliti secara lebih detail di laboratorium.
Berdasarkan hasil yang didapat tidak semua tanah memiliki nilai yang
sama karena tergantung pada struktur tanahnya juga. Dan bahan yang menyusun
tanah tersebut serta iklim yang membentuk tanah itu. Dari banyaknya sampel
tanah yang telah dilakukan, maka akan terdapat berbagai macam jenis tanah,
kandungan unsur hara yang terdapat di dalam tanah tersebut. Selain itu, dapat
dilakukan perbaikan unsur hara pada tanah, agar dapat ditanami berbagai jenis
tumbuhan.
Dari hasil pengamatan diperoleh dua macam sampel tanah yaitu sampel
tanah utuh dan sampel tanah terganggu.Untuk pengangkutan contoh tanah
khususnya untuk keperluan penetapan berat volume :pF dan permiabilitas garus
dilakukan dengan hati-hati.Jangan sampai ada guncangan-guncangan yang dapat
merusak struktur tanah.
MORFOLOGI TANAH
PROFIL TANAH
Profil tanah adalah irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke
batuan induk tanah .Profil tanah yang diamati mempunyai dua horizon dengan
masing-masing horizon terbagi menjadi dua lapisan tanah dengan ketegasan batas
antar lapisan tanah yang jelas.Perakaran yang terlihat dari atas ke bawah semakin
sedikit dengan ukuran yang halus, disebabkan derajat tanah yang semakin ke
bawahsemakin kuat sehingga sulit ditembus akar.
93
Profil tanah disusun oleh lapisan-lapisan tanah atau lebih dikenal dengan
horison-horison. Horison yang menyusun solum tanah adalah horison A ( A1, A2,
A3 ) dan horison Bahan-bahan ( B1, B2, B3 ) serta ditambah dengan horison C
dan horison Reaksi yang kedua horison ini tidak kami ketemukan dalam
praktikum dan tanah terdiri dari hasil pelapukkan batuan yang bercampur dengan
bahan organik.
Proses perkembangan atau penyusunan tanah yang berbeda akan
mengakibatkan perbedaan sifat-sifat tanah pada suatu daerah. Sifat fisik tanah
pada setiap lapisan / horison dipengaruhi oleh tekstur tanah, struktur tanah,
konsistensi tanah, porositas tanah, warna tanah, drainase tanah, Bulk density cole
serta keadaan perakaran dan lingkungan.
KADAR LENGAS TANAH
Kadar lengas merupakan kemampuan tanah untuk menyimpan uap air di
dalam pori-porinya. Perbedaan kadar lengas dipengaruhi oleh kandungan bahan
induk, tekstur dan strukturnya. Semakin besar pori-pori tanah, maka semakin
sedikit kandungan lengasnya.Tanah vertisol memiliki potensi sebagai lahan
pertanian yang cukup baik. Tanah vertisol memiliki Kadar Lengas maksimum
sebesar 11,3905 artinya tanah vertisol dapat menyerap dan menyiman air dengan
baik. Tanah dengan kadar lengas yang tinggi baik untuk lahan
pertanian. Manfaat kadar lengas dalam bidang pertanian anatara lain
pengetahuan kadar lengas tanah digunakan untuk mneduga kebutuhan air untuk
persawahan, menduga kebutuhan air selama proses irirgasi dan mengetahui
kemampuan suatu jenis tanah mengenai daya simpan lengas atau airnya.
KADAR BAHAN ORGANIK
Bahan organik merupakan akumulasi seresah tumbuhan dan hewan yang
telah mati dan telah terombakkan oleh jasad hidup tanah .Kadar bahan organic
tanah vertisol rendah, sehingga agregatnya tidak mantap dan kuat merekat. Karena
kadar bahan organic rendah artinya tanah vertisol belum bias langsung digunakan
94
dalam budidaya tanaman. Harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu supaya
semua unsure yang dibutuhkan tanaman terpenuhi.
KADAR KAPUR EKUIVALEN/SETARA
Kapur dalam tanah memiliki asosiasi dengan keberadaan kalsium dan
magnesium tanah. Kadar kapur tanah vertisol rendah, dipangaruhi oleh pH dan
bahan orginiknya. Karena pHnya masam maka kapur harus ditambahkan untuk
mengurangi kemasaman tanah berlebih.Karena kadar kapur yang dimiliki tanah
vertisol rendah, maka tanah vertisol belum bisa langsung digunakan dalam
budidaya tanaman. Harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu supaya semua
unsure yang dibutuhkan tanaman terpenuhi.
Pengaruh kapur terhadap tanah dapat meliputi proses pembentukan agregat
tanah, pengikatan hara oleh tanah, dan parameter tanah lain yang berhubungan
dengan kegiatan biologi dalam tanah.Analisis kadar kapur tanah secara kaulitatif
atau yang biasa dilakukandi lapangan, yaitu meneteskan contoh tanah dengan
larutan HCl 10 %.Apabila tanah mengandung kapur maka akan terjadi reaksi
ataupembuihan. Semakin banyak kandungan kapur dalam tanah makareaksi yang
terjadi semakin besar atau hebat
TEKSTUR TANAH
Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif tiga fraksi – fraksi tanah
dalam suatu massa tanah, terutama perbandingan antara farksi liat, debu dan pasir
Tekstur tanah erat hubunganya dengan struktur tanah, konsistensi tanah dan bahan
organik. Tanah vertisol didominasi oleh fraksi lempung dan tergolong ke dalam
jenis tanah dengan kelas lempung berat. Karena partikel tanah vertisol lumayan
berat, maka kecepatannya juga dalam pengendapan lumayan cepat. Lempung
yang dimiliki tanah vertisol memiliki sifat mudah mengembang saat hujan dan
mengkerut saat kemarau. Itu menyebabkan pada saat musim kemarau sering
terbentuk rekahan tanah yang lebaar dan dalam. Untuk menanggulanginya perlu
95
penambahan bahan organikataupun penambahan bahan mineral lain, untuk
memperbaiki tekstur tanah vertisol.
STRUKTUR TANAH
Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan
ruangan partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk
agregat dari hasil proses pedogenesis.Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap
pertumbuhan tanaman terjadi secara langsung.
Dari segi struktur, berat tanah vertisol lumayan stabil atau berada pada
kisaran berat volume tanah subur ataupun layak ditanami, yaitu antara 1 – 2 gr
cm3. berat jenisnya juga tergolong normal berada di bawah maksimal. Apabila
diamati dari segi kosistensinya, batas cair yang dimiliki, batas lekat, batas gulung
serta batas berubah warna yang dimilikinya juga baik, membuktikan tanah vertisol
mempunyai kemampuanyang baik dalam menyerap air. Namun, jangka olah
tanahnya sedikit rendah, sehingga cara pengolahan tanah ini semakin sulit,
disebabkan tanah dapt bersifat sangat jenuh dan kekurangan udara, sehingga tidak
begitu baik untuk ditanami satu jenis tanaman.
KONSISTENSI DENGAN ANGKA ATTERBERG
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan :
1. Batas cair merupakan air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah. Pada
perhitungan tanah vertisol diperoleh batas cairnya sebesar 14,395 .
2. Batas lekat adalah kadar air tanah, dimana tanah mulai tidak melekat pada
benda/alat yang mengenainya. Pada perhitungan tanah vertisol diperoleh
batas lekat sebesar 52,36 .
3. Batas gulung adalah kadar air tanah, dimana tanah tidak dapat
digulung/digolek-golek lagi. Pada perhitungan tanah vertisol diperoleh
batas gulung sebesar 63,59 .
4. Batas berubah warna adalah titik pada saat tanah menjadi terang. Pada
perhitungan tanah vertisol diperoleh batas berubah warna sebesar 16,91 .
96
PENETAPAN Ph TANAH
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan.Tanah vertisol memiliki
pH masam sekitar 5 – 6. sehingga, mempengaruhi kelarutan unsure P dan tingkat
KPK tanah vertisol itu sendiri.Dalam percobaan yang kami lakukan pH nya
adalah 6,34.Karena pH tanah vertisol termasuk rendah artinya tanah vertisol
belum bisa langsung digunakan dalam budidaya tanaman. Harus dilakukan
pengolahan terlebih dahulu supaya semua unsure yang dibutuhkan tanaman
terpenuhi
97
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1. Baver, LD. et al. (1976). Soil Physics 4th ed John Wiley, New York.
2. Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian UGM (1977) Petunjuk Praktikum
Ilmu Tanah Umum, Yayasan Pembina Fakultas Pertanian UGM.
3. Hardjo Wigeno (1989) Ilmu Tanah, Mediyatama Sarana Perkara, Jakarta.
4. Prawiro Wardoyo Suseno (1982) Analisa Kimia Tanah Departemen Ilmu
Tanah, Fakultas Pertanian UGM.
5. Sitorus Santun R.P dkk (1981) Penuntun Praktikum Fisika Tanah Departemen
Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
6. Sujadi M dkk (1971) Penuntut Analisa Tanah, Bagian Kesuburan Tanah,
Lembaga Penelitian Tanah Bogor.
7. Tan Kim H (1982). Principles of Soil Chemistry, Marcel Dekker Inc. New
York.
98
LAMPIRAN