laporan promethazine hcl 1

19
1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Alergi adalah suatu gangguan pada sistem imunitas terhadap benda yang dianggap asing oleh tubuh. Pada orang sehat, sistem imunitas berada dalam keadaan seimbang dengan perlindungan optimal dalam mengatasi gangguan bend-benda asing. Namun pada orang alergi, sistem imun menjadi tidak seimbang, sehingga menimbulkan reaksi yang berlebihan (Lucia E.W,2013). Dalam lingkungan kehidupan sehari-hari banyak ditemukan berbagai jenis hal yang dapat menyebabkan alergi. Oleh karena itu diperlukan adanya upaya untuk mengatasi munculnya alergi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada.Disisi lain,kita sebagai seorang farmasis dituntut untuk turut serta berpartisipasi dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat, salah satunya dengan cara memberi dukungan ataupun turut serta secara aktif dengan kegiatan dalam bidang teknologi dan formulasi sediaan farmasi, baik itu semisolida, solida, likuida ataupun ilmu dan teknologi lain agar dapat turut mengatasi munculnya suatu alergi. Untuk mengatasi alergi tersebut dibuatlah antihistamin. Antihistamin adalah golongan obat yang dapat menguangi atau menghilangkan kerja histamine dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing atau kompetitif pada sisi –H 1 , -H 2 , dan –H 3 . Histamin adalah senyawa endogen yang dirilis dari sel penyimpanan histamine seperti: - Sel mirip enterokhromafin yang terletak pada kelenjar oxyntic - Sel mastosit dan basofil yang terletak di lamina propia - Sel histaminosit dilambung - Neuron histaminergik di otak (Lucia E.W,2013) Sediaan yang dibuat hendaknya harus sesuai dengan kebutuhan konsumen. Dalam praktek pembuatan sediaan ini farmasis harus cekatan dan memperhatikan setiap bahan yang ditambahkan. Agar sediaan terlihat menarik, dalam pembuatannya dapat ditambahkan pewarna essence, pemanis dan lain-lain sehingga mempunyai penampilan, bentuk, yang baik dan menarik sehingga menimbulkan rasa nyaman pada pemakainya. Dalam praktikum kali ini, bentuk sediaan berupa sediaan likuida true solution. Sediaan likuida adalah sediaan cair yang dapat mengandung satu atau lebih bahan aktif yang dapat larut dalam pelarutnya. Dalam hal ini, sediaan yang dipilih adalah larutan per

Upload: stefani-eli

Post on 09-Jul-2016

529 views

Category:

Documents


30 download

DESCRIPTION

PROMETAZINE HCL

TRANSCRIPT

1    

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Alergi adalah suatu gangguan pada sistem imunitas terhadap benda yang dianggap

asing oleh tubuh. Pada orang sehat, sistem imunitas berada dalam keadaan seimbang

dengan perlindungan optimal dalam mengatasi gangguan bend-benda asing. Namun pada

orang alergi, sistem imun menjadi tidak seimbang, sehingga menimbulkan reaksi yang

berlebihan (Lucia E.W,2013).

Dalam lingkungan kehidupan sehari-hari banyak ditemukan berbagai jenis hal yang

dapat menyebabkan alergi. Oleh karena itu diperlukan adanya upaya untuk mengatasi

munculnya alergi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada.Disisi lain,kita

sebagai seorang farmasis dituntut untuk turut serta berpartisipasi dalam meningkatkan

kualitas hidup dan kesehatan masyarakat, salah satunya dengan cara memberi dukungan

ataupun turut serta secara aktif dengan kegiatan dalam bidang teknologi dan formulasi

sediaan farmasi, baik itu semisolida, solida, likuida ataupun ilmu dan teknologi lain agar

dapat turut mengatasi munculnya suatu alergi.

Untuk mengatasi alergi tersebut dibuatlah antihistamin. Antihistamin adalah golongan

obat yang dapat menguangi atau menghilangkan kerja histamine dalam tubuh melalui

mekanisme penghambatan bersaing atau kompetitif pada sisi –H1, -H2, dan –H3. Histamin

adalah senyawa endogen yang dirilis dari sel penyimpanan histamine seperti:

- Sel mirip enterokhromafin yang terletak pada kelenjar oxyntic

- Sel mastosit dan basofil yang terletak di lamina propia

- Sel histaminosit dilambung

- Neuron histaminergik di otak (Lucia E.W,2013)

Sediaan yang dibuat hendaknya harus sesuai dengan kebutuhan konsumen. Dalam

praktek pembuatan sediaan ini farmasis harus cekatan dan memperhatikan setiap bahan

yang ditambahkan. Agar sediaan terlihat menarik, dalam pembuatannya dapat

ditambahkan pewarna essence, pemanis dan lain-lain sehingga mempunyai penampilan,

bentuk, yang baik dan menarik sehingga menimbulkan rasa nyaman pada pemakainya.

Dalam praktikum kali ini, bentuk sediaan berupa sediaan likuida true solution.

Sediaan likuida adalah sediaan cair yang dapat mengandung satu atau lebih bahan aktif

yang dapat larut dalam pelarutnya. Dalam hal ini, sediaan yang dipilih adalah larutan per

2    

oral yang diharapkan mampu memberikan efek sistemik untuk pengobatan antihistamin

yang bekerja cepat dan efektif mengatasi reaksi dan gejala alergi.

1.2 Rumusan Masalah

- Bagaimana cara melakukan rancangan formula, manufaktur sediaan, evaluasi dan

rancangan kemasan sediaan sirup antihistamin untuk pengobatan ?

- Bagaimana hubungan karakteristik fisikokimia Promethazine HCl dengan pemilihan

bentuk sediaan dan bahan pembantu formula ?

- Bagaimana stabilitas kimia, cara penentuan dosis dan aturan pakai sediaan berdasarkan

bobot badan dan luas permukaan tubuh ?

1.3 Tujuan

- Untuk dapat merancang dan melaksanakan formulasi sediaan sirup antihistamin,

manufaktur sediaan, kemasan sediaan,serta mengevaluasi sediaan yang bekerja cepat dan

efektif mengatasi reaksi dan gejala alergi.

- Untuk memahami hubungan karakteristik fisikokimia Promethazine HCl dengan

pemilihan bentuk sediaan dan bahan pembantu formula

- Untuk memahami tentang stabilitas kimia, cara penentuan dosis dan aturan pakai sediaan

berdasarkan bobot badan dan luas permukaan tubuh.

1.4 Manfaat

- Memahami perancangan formula, manufaktur sediaan, kemasan sediaan,serta

mengevaluasi sediaan sediaan antihistamin sehingga memenuhi persyaratan mutu aman,

efektif, stabil dan dapat diterima.

- Memahami hubungan karakteristik fisikokimia Promethazine HCl dengan pemilihan

bentuk sediaan dan bahan pembantu formula.

- Memahami tentang stabilitas kimia, cara penentuan dosis dan aturan pakai sediaan

berdasarkan bobot badan dan luas permukaan tubuh.

3    

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Antihistamin

Antihistamin adalah golongan obat yang dapat menguangi atau menghilangkan kerja

histamine dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing atau kompetitif pada

sisi –H1, -H2, dan –H3.

Mekanisme kerja histamine

Reseptor H1 penting pada produksi kontraksi otot polos dan peningkatan

permeabilitas kapiler. Histamine menyebabkan vasodilatasi dengan menyebabkan

endothelium pembuluh darah melepaskan nitrogen oksida yang berdifusi ke dalam otot

polos pembuluh darah, yang menyebabkan vasodilatasi. Reseptor histamine H2

memperantai sekresi asam lambung.

• Reseptor H1

Ekskresi Eksokrin : Peningkatan produksi mucus bronkus dan nasal menyebabkan gejala-

gejala pernafasan.

Otot polos bronkus : konstriksi bronkiolus menyebabkan gejala-gejala asma, penurunan

kapasitas paru.

Otot polos intestimun : konstriksi meyebabkan kram usus dan diare.

Ujung saraf sensorik : menyebabkan gatal dan nyeri

• Reseptor H2

Lambung : rangsangan sekresi asam lambung.

• Reseptor H1 dan H2

Sistem kardiovaskuler : menurunkan tekanan darah sistemik dengan cara mengurangi

resistensi perifer. Menyebabkan kronotropisme positif (diperantai oleh reseptor H1 dan

H2). Kulit : dilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan protein dan

cairan bocor ke dalam jaringan. Di kulit menyebabkan respon tripel klasik-pembentuk lesi

urtikaria tipikal (wheal), kulit memerah akibat vasodilatasi local dan flare (halo).

4    

2.2 Pemilihan Bahan Aktif

No Bahan

Aktif

Efek Utama Efek

Samping

Indikasi Kontra

Indikasi

Kelebihan Kekurangan

1 Promethazine HCl

Anti-histamine dengan efek sedatif (martinedale ed 37 p. 641)

Mulut kering, penglihatan kabur, pusing (Remington ed 2)

Alergi, anti emetic

Ibu Hamil dan menyusui (martindale ed. 37 p. 641)

- Mudah diabsorpsi setelah pemberian oral atau intra-muskular - Dapat digunakan sebagai antiemetik untuk pencegahan dan pengobatan mual dan muntah serta vertigo - Mencapai puncak konsentrasi plasma < 20 menit dengan pemberian oral atau intra muskular

- Memberikan efek sedatif - Tidak cocok pada pasien dengan gangguan jantung

2 Loratadine Anti-histamine, non sedatif dengan aktivitas anti-muskarinik yang tidak signifikan, mengurangi gejala alergi seperti rhinitis dan urtikaria kronis. (martindale ed 37 p. 635)

Sakit kepala, mulut kering, retensi urin, konstipasi, peningkatan refluks gastric, mual, muntah, hidung tersumbat, diare, aritmia

Alergi Ibu hamil dan menyusui, gangguan pada hati (martindale ed. 37 p. 635)

- Tidak memberi efek sedative - Bekerja long acting - Mencapai puncak konsentrasi plasma setelah 1 jam

- Tidak boleh digunakan untuk ibu menyusui karena diekskresikan melalui ASI

3 Cetirizine HCl

Anti-histamine, non sedatif dengan aktivitas menstabilkan sel mast (martindale ed 37 p. 621)

Aritmia ventricular, terancam hepatitis, reaksi hipersensitivitas terhadap manifestasi dari urtikaria

Alergi Ibu hamil dan menyusui, gangguan pada hati (martindale ed. 37 p. 621)

- Tidak memberi efek sedative - Bekerja long acting - Mencapai puncak konsentrasi plasma < 1 jam

- Tidak dianjurkan untuk penggunaan dosis besar, pada penderita gangguan hati dan ginjal

Bahan aktif yang dipilih adalah Promethazine HCl karena :

- Cepat bekerja (mencapai puncak konsentrasi plasma <20menit)

- Bekerja efektif (efek utama = antihistamin)

- Efek samping yang ditimbulkan tidak banyak

- Mudah diabsorpsi

2.3 Karakteristik Bahan Aktif Terpilih

Karakteristik Fisika Karakteristik Kimia Stabilitas Fisika Kimia - serbuk Kristal putih, agak kekuningan

- tidak berbau

- sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam

alcohol, dan dichloromethan, praktis tidak larut dalam

eter, aseton, dan etil asetat

- Rumus Molekul = C17H20N2S,

HCl

- Berat molekul 320,9

- kelarutan

1 : 0,6 dalam air

1 : 2 dalam kloroform

- bila terpapar udara, teroksidasi jadi

biru (terjadi perubahan warna)

5    

2.4 Persyaratan Mutu Sediaan

a. Sediaan dibuat harus memenuhi persyaratan mutu yang setara dengan ketentuan dari

farmakope Indonesia IV/ USP dan memperhatikan kriteria pendaftaran obat jadi Dep.

Kes. RI.

b. Aman diartikan sebagai bermanfaat secara fisiologis dan psikologis tanpa efek

samping yang merugikan dengan efek samping yang telah dikendalikan, sehingga

tidak lebih toksik dari toksisitas bahan aktif sebelum diformulasi.

-kemurnian bahan

-kadar

c. Efektif diartikan sebagai jumlah partikel aktif yang mampu mencapai tempat kerja

(site of action) dan mampu melakukan aksi sebesar dan selama waktu yang

diperhitungkan.

- pH 4,0-5,0

- kadar 97,0%-101,5%

d. Stabil diartikan bahwa sediaan tetap mempunyai efek farmakologi toksikologi

sebagaimana awal pembuatan yang dicantumkan dalam tabel atau brosure

- B.J

- ukuran partikel

- laju endapan

- viskositas

- disolusi

e. Stabilitas kimia

f. Stabilitas mikrobiologi

g. Stabilitas toksikologi

h. Stabilitas farmakologi

2.5 Pemilihan Bahan Tambahan

1. Asam sitrat (FI ed III hal.50 ; HPE ed.6 p.181 )

a. Pemerian : hablur tidak berwarna atau serbuk putih, tidak berbau, rasa sangat

asam,agak higroskopis, merapuh dalam udara kering dan panas.

b. Kelarutan : larut dalam kurang dari 1 bagian air dan dalam 1,5 bagian etanol (95%),

sukar larut dalam eter p.

c. Fungsi : acidifying agent, antioksidan, buffering agent , flavour enhancer,chelating

agent.

6    

d. Penggunaan : larutan buffer 0,1% - 2%

pKa1 : 3,128 pada 25oC

pKa2 : 4,761 pada 25oC

pKa3 : 6,396 pada 25oC

2. Natrium fosfat (FI ed III hal.710)

a. Pemerian : hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa asam

dan asin.

b. Kelarutan : larut dalam 1 bagian air

c. Fungsi : buffering agent

3. Natrium benzoat ( FI ed IV p.584)

a. Pemerian : granul atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau praktis tidak bau, stabil

di udara.

b. Kelarutan : mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan lebih mudah

larut dalam etanol 95%.

c. Fungsi : zat pengawet.

4. Sukrosa ( FI ed IV p.762)

a. Pemerian : hablur putih atau tidak berwarna, massa hablur atau berbentuk kubus atau

serbuk hablur, tidak berbau, rasa manis, stabil di udara, larutan nya netral terhadap

lakmus.

b. Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih, sukar

larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.

c. Fungsi : sebagai pemanis dan pengental.

5. Rasberry colour

a. Fungsi : sebagai pewarna (coloring agent) untuk memenuhi acceptability dalam

kemasan.

6. Rasberry Flavour

a. Pemerian : cairan, merah muda.

b. Fungsi : sebagai perasa rasberry, untuk memenuhi acceptability dalam hal bau, dan

untuk menutupi bau yang tidak enak dan bahan aktif yang digunakan.

7. Air

Fungsi : sebagai pelarut.

7    

Perhitungan dapar sitrat – fosfat pH 4,6

Asam sitrat : 53,25 / 100 ml x 150 ml = 79,875 ml

21 g / 1000 ml x 79,875 ml = 1,677375 g

► 1,677375 g/ 150 ml x 100% = 1,12%

Na.Fosfat : 46,75 / 100 ml x 150 ml = 70,125 ml

35,6 g / 1000 ml x 70,125 ml = 2,49645 g

►2,49645 g / 150 ml x 100% = 1,66%

8    

BAB III

Kerangka Konseptual

9    

3.1 Perhitungan Dosis

Umur (tahun) Dosis Anak Terhadap Dosis Dewasa Dosis (mg)

3 33% 8.25

4 37.5% 9.31

5 41.50% 10.37

6 45.75% 11.44

7 50% 12.5

8 53.3% 13.33

9 56.6% 14.15

10 60% 15

11 67.5% 16.87

12 75% 18.75

13 77.5% 19.37

14 80% 20

15 85% 21.25

16 90% 22.5

>16 100% 25

3-7 tahun : sehari 2 x 1 takaran (5 ml = 10 mg)

8-12 tahun : sehari 2 x 1 ½ takaran (7,5 ml = 15 mg)

13-16 tahun : sehari 2 x 2 takaran (10 ml = 20 mg)

>16 tahun : sehari 2 x 2 ½ takaran (12,5 ml = 25 mg)

Ø Rencana Volume takaran terkecil adalah 1 sendok (5 ml)

Alasan :

- Dengan volume takaran terkecil 5 ml, seluruh bahan sudah dapat terlarutkan (kecuali

bahan aktif yang tidak dapat larut)

- Sendok untuk takaran terkecil 5 ml, seluruh bahan sudah dapat terlarutkan (kecuali

bahan aktif yang tidak dapat larut)

- Dengan volume takaran terkecil 5 ml, pengambilan dosis ½ nya (2,5 ml) masih dapat

diterima.

Ø Rencana Volume Kemasan

Ø 1 x minum 1 ½ takaran = 7,5 ml

Ø Pemakaian = 2 kali

Ø Jangka waktu terapi = 3 hari

Ø Volume kemasan = 7,5 ml x 2 kali x 3 hari = 45 ml = 50ml

25mg

10    

3.2. Formula awal

R/ Promethazine HCl 5 mg

Na. Fosfat 1,12 %

Asam sitrat 1,66 %

Sukrosa 20 %

Rasberry flavour, color qs

Na Banzoat 0,03 %

Aqua ad 5 ml

Mf sirup 50 ml

Tiap 5 ml mengandung 5 mg Promethazine HCl

11    

BAB IV

Metode Penelitian

4.1 Bahan dan Alat

4.1.1Bahan

4.1.2 Alat

- Beaker Glass - Pengaduk Kaca

- Timbangan Analitik - Kertas Perkamen

- Mortir dan Stamper - Pipet Tetes

- Viscotester - pH meter

- Piknometer - Viskometer Stormer

- Botol coklat 60 ml - Stirer

- Gelas ukur - Sudip

- Sendok tanduk

Nama Bahan Kadar dalam % Jumlah tiap takaran

terkecil (5 ml)

Jumlah tiap

kemasan (60 ml)

Jumlah skala lab

(150 ml)

Promethazine HCL 5 mg 50 mg 150 mg

Asam Sitrat 1.12 % 56 mg 560 mg 1.68 g

Natrium Fosfat 1.66 % 83 mg 830 mg 2.49 g

Natrium Benzoat 0.03 % 1.5 mg 15 mg 45 mg

Sukrosa

60g/100ml

20 % 1 ml 12 ml 30 ml

Raspberry flavor qs qs qs 1-2 tetes

Raspberry colour qs qs qs 1-2 tetes

Aqua 5 ml 50 ml 150 ml

12    

4.2 Kerangka Operasional

Tabel Cara Pembuatan Sediaan dalam Skala Laboratoriun

No Tahapan perlakuan Alat / equipment Catatan / hasil

1. Kalibrasi - Botol 50 ml, dan 150 ml

- beaker glass 10 ml, 130 ml, 140

ml

2. Buat dapar:

a. Timbang bahan Asam sitrat 1,68 g + air 10 ml Aduk ad larut

b. Timbang bahan Natrium fosfat 2,49 g + air 10 ml Aduk ad larut

c. Campur a+b

3. Timbang bahan aktif Promethazine HCl 150 mg + air 10 ml Aduk ad larut

4. Timbang bahan - Natrium benzoate 45 mg + air 10

ml

- Neraca analitik

5. 2+3 campur Ad homogen

6. 5+4 campur Ad homogen

7. Buat sirup simplex dengan cara:

a. Timbang bahan Sukrosa 60 gram

b. Ukur dan panaskan Air 100 ml dalam beaker glass Didihkan di api bebas

c. Masukkan (a) ke dalam (b) Aduk ad larut dan jernih

d. Saring (c) - Corong

- beaker glass

- Kertas saring + kapas

8. 5+6 campur ad homogen

9. Tambah pewarna Raspberry color q.s. + air 10 ml aduk ad larut

10. 7+8 campur ad homogen

11. Tambah perasa ke no.9 Raspberry flavor

12. Tambahkan ke no.10 Air 140 ml

13. Ambil no.11, cek pH No.11 sebanyak 10 ml jika pH<4,6 ; tambahkan

Na fosfat

jika pH>4,6 ; tambahkan

as.sitrat

konversikan penambahan

as.sitrat atau Na fosfat dari

10 ml ke 100 ml

14. Ambil dan masukkan - 50 ml sediaan Sisa 100 ml untuk evaluasi

- Botol

13    

14    

4.3 Metode Kerja

Rancangan Evaluasi Akhir untuk Mengetahui bahwa Sediaan Layak Produksi/ tidak

a. Macam-macam jenis tes

§ Organoleptis

§ Kadar bahan aktif

§ Kadar bahan pembantu yang

disyaratkan

§ Viskositas

§ Laju sedimentasi

§ Waktu rekonstitusi

§ Efek mikrobiologis

§ Laju disolusi

§ pH

§ B.J

§ Sifat alir

§ Ukuran partikel

§ Kandungan mikroba

§ Toksisitas

15    

b. Nama peralatan yang digunakan

§ pH sediaan

alat : pH-meter

Cara Kerja :

A. Kaliberasi pH meter

1. siapkan larutan buffer pH 4,0 dan 7,0

2. pasang elektroda kombinasi

3. tombol ditekan untuk menyalakan alat

4. elektroda dimasukkan pada buffer pH 4,0 sampai digital menunjukkan angka

4,0

5. elektroda dicuci setelah dikeluarkan dari buffer 4,0 dengan aquadem dan

keringkan

6. elektroda dimaksudkan pada buffer pH 7,0 kemudian diatur tombol kiri

sampai menunjukkan angka 7,0

7. elektroda dikeluarkan dari buffer 7,0 dicuci dengan aquadem; keringkan pH

meter siap dipakai.

B. Pengukuran pH sediaan

1. sirup dimasukkan dalam beaker glass q.s

2. elektroda dimasukkan dalam sirup

3. angka yang uncul pada digital dicatat

4. diulang sebanyak 3 kali sebelumnya, elektroda dibilas dahulu

§ Berat Jenis Sediaan

Alat : pikometer

Bahan : aquadest dan sediaan uji

Cara Kerja :

1. Timbang piknometer kosong pada tombangan analitik

2. Isi piknometer dengan sediaan sampai penuh kemudian ditimbang juga

dengan timbangan analitik

3. Bobot jenis sediaan yang dihitung

4. Hitung Bj relatif sediaan terhadap air

16    

§ Uji viskositas

Alat : Viskometer Stormer

Cara :

1. Catat suhu dan kelembaban udara

2. Letakkan viscometer pada posisi yang benar

3. Atur gelembung udara tepat ditengah lingkaran

4. Pilih spindle yang sesuai dengan viskositas bahan

5. Masukkan spindle kedalam sediaan, hubungkan dengan rotor dengan cara

mengencangkan uliran

6. Turunkan posisi spindle beserta rotornya sampai batas tanda tercelup pada

spindle

7. Tekan rem dan nyalakan putaran rotor, lepaskan rem perlahan-lahan,

biarkan sampai mencapai 3-5 kali putaran

8. Tekan rem, pada saat penunjuk tampak pada piringan matikan rotor

dengan rem tetap ditekan, baca skala pada piringan, catat dan lepaskan rem

4.4 Rancangan Kemasan Sekunder

17    

18    

BAB V

Hasil Penelitian dan Analisis Hasil Penelitian

A. Organoleptis

Sebelum rekonstitusi : Setelah rekonstritusi :

• Bentuk: serbuk Kristal - sirup simplex

• Warna: putih, putih sampai kekuningan - merah muda

• Bau: tidak berbau - rasberry

• Rasa: sangat pahit - manis sedikit pahit

B. pH Sediaan

• Spesifikasi pH yang diinginkan = 4,6

• pH sediaan awal = 3,59

akhir = 4,60

C. Berat Jenis

Berat piknometer dan isi = 23,61 gram

Berat piknometer kosong = 12,51gram-

11,1 gram

Volume piknometer 10 cm3

ρ = !"##"!"#$%&

ρ = !!,!  !"  

ρ = 1,11 g/ml

19    

BAB VI

Kesimpulan dan Saran

KESIMPULAN

- Promethazine HCl bekerja pada reseptor H-1. Promethazine HCl mudah

diabsorpsi pada pemberian oral atau intra-muskular. Dapat digunakan pada

reaksi-reaksi alergi akibat serangga dan tumbuh-tumbuhan, sebagai anti-

emetik untuk mencegah mual, muntah dan vertigo. Selain itu sebagai

sedativum pada batuk-batuk dan sukar tidur, terutama pada anak-anak.

Dapat menimbulkan efek samping mulut kering, penglihatan kabur,

pusing. Promethazine HCl tidak cocok digunakan pada pasien dengan

gangguan jantung.

- Sediaan yang di buat belum sesuai dengan kriteria yang di harapkan,

karena sediaan kurang kental dan kurang manis

SARAN

- Sebaiknya di beri pengental untuk meningkatkan viskositas seperti :

gliserin, tilose, propilen-glikol

- Selain sebagai pemanis, sukrosa juga berperan sebagai thickening agent

sehingga dapat ditingkatkan kadarnya dalam sediaan yang dibuat

BAB VII

Daftar Pustaka

Farmakope Indonesia ed III, Dep. Kes. RI, p.50

Farmakope Indonesia ed IV, Dep. Kes. RI, p.762

Farmakope Indonesia ed IV, Dep. Kes. RI, p.584

Farmakope Indonesia ed III hal.710

Handbook of Pharmaceutical Excipients ed.6, p.181

Martindale ed 37, p. 621

Martindale ed 37, p. 635

Martindale ed 37, p. 641

Remington ed 2