laporan praktikum teklab oven timbangan dan desikator

26
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK LABORATORIUM OVEN, TIMBANGAN DAN DESIKATOR  : BERAT BASAH DAN BERAT KERING  Disusun Oleh : Nama : PRAYOGI WASKITO NIM : F05112012 Kelompok : II ( DUA )  PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2013

Upload: christiannaftali1995

Post on 09-Oct-2015

505 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

ovennn

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK LABORATORIUM OVEN, TIMBANGAN DAN DESIKATOR : BERAT BASAH DAN BERAT KERING

Disusun Oleh :

Nama: PRAYOGI WASKITONIM: F05112012Kelompok: II ( DUA )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGIFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS TANJUNGPURAPONTIANAK2013OVEN, TIMBANGAN DAN DESIKATOR : BERAT BASAH DAN BERAT KERING

A. PENDAHULUAN1. Latar BelakangDalam laboratorium, sebuah kegiatan praktikum itu tentunya harus menggunakan alat-alat laboratorium guna mendukung jalannya kegiatan praktikum tersebut. Dimana tentu saja praktikan tidak dapat secara langsung menggunakan alat-alat tersebut tanpa mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk itu. Sebab, alat-alat tersebut memiliki prosedur-prosedur dalam penggunaannya. Misalnya peralatan-peralatan yang digunakan dalam pengeringan/pemanasan bahan dalam penentuan kadar air, berat basah maupun berat kering. Dalam hal ini alat-alat tersebut seperti oven, timbangan dan desikator. Maka dari itu, pengenalan alat-alat laboratorium oleh praktikan dirasa penting agar sebuah praktikum dapat berjalan sebagaimana mestinya. Namun tidak hanya dikenal begitu saja, praktikanpun seyogyanya mesti pula mengetahui fungsi dari masing-masing alat-alat tersebut.Dalam praktikum ini digunakan alat oven, timbangan dan desikator dalam hal penentuan berat basah dan berat kering suatu daun dan buah jambu biji. Untuk itu penggunaan peralatan-peralatan tersebut harus sesuai dengan prosedur penggunaannya.

2. Dasar TeoriPengeringan didefinisikan sebagai proses pengambilan air yang relatif kecil dari suatu zat padat atau dari campuran gas. Pengeringan meliputi proses perbindahan panas, massa dan momentum. Bahan yang akan dikeringkan dikontakkan dengan panas dari udara (gas) sehingga panas akan dipindahkan dari udara panas ke bahan basah tersebut, dimana panas ini akan menyebabkan air menguap ke dalam udara. Dalam pengeringan ini, dapat mendapatkan produk dengan satu atau lebih tujuan produk yang diinginkan, misalnya diinginkan bentuk fisiknya (bubuk, pipih, atau butiran), diinginkan warna, rasa dan strukturnya, mereduksi volume, serta memproduksi produk baru. Adapun dasar dari tipe pengering yaitu panas yang masuk dengan cara konveksi, konduksi, radiasi, pemanas elektrik, atau kombinasi antara tipe cara-cara tersebut (Mujumdar, 2004).Measuring moisture content accurately is of utmost importance to the food processing industry. Moisture is related to many properties that affect the quality and the shelf-life of the final food product, including bacterial growth and texture. This problem becomes even more acute when multi-domain foods are considered as the difference in water activity between the different domains can also result in moisture migration until an equilibrium is reached within the system ( Labuza T P and Hyman C R. 1998 ). Unwanted moisture migration can affect microbial stability, physical and sensory properties and the rate of chemical changes of a food system that essentially reduce its shelf-life. Measurement techniques using terahertz radiation have certain advantages that can be exploited for measuring the moisture content in food samples. As mentioned earlier, water strongly absorbs terahertz radiation, with typical absorbance values of the order of 250 cm-1 (Pickwell E and Wallace V P. 2006). Other constituents of food wafers such as proteins show typical absorption coefficients of the order of 2 cm-1 and fats and lipids present typical values of 15 cm-1 ( Ashworth P C and Reid C. 2007). Starch, which is the main constituent of wafer, has an absorption coefficient of 6 cm-1 in this part of the electromagnetic radiation spectrum (P. Parasoglou, et al. 2010 ). Mekanisme pengeringan dapat diterangkan dengan teori perpindahan massa dimana peristiwa lepasnya molekul air dari permukaan tergantung dari bentuk dan luas permukaan. Bila suatu bahan sangat basah/lapisan air yang menyelimuti bahan itu tebal, maka akan menarik molekul-molekul air dari permukaan datar. Bila pengeringan diteruskan, kecepatan penguapan air yang lepas dari molekul akan tetap sama. Setelah molekul-molekul air yang membentuk lapisan pada permukaan datar habis, luas permukaan akan naik karena titik-titik dari permukaan butir jadi rata yang akan memperluas permukaannya sehingga dalam pengeringan ada 2 macam mekanisme yaitu mekanisme penguapan dengan kecepatan tetap (constant rate period) dan mekanisme penguapan dengan kecepatan tidak tetap (falling rate period).Kecepatan pengeringan dapat didefinisikan : N = .

(Alan S. Foust dkk, 1960). Pengeringan juga didefinisikan sebagai proses pengeluaran air dari bahan sehingga tercipta kondisi dimana kapang, jamur, dan bakteri yang menyebabkan pembusukan tidak dapat tumbuh. Pengeringan adalah proses pengeluaran kadar air untuk memperoleh kadar air yang aman untuk penyimpanan. Tujuan Pengeringan adalah mengurangi kadar air bahan sampai batas dimana perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti. Proses pengeringan yang umumnya digunakan pada bahan pangan ada dua cara yaitu pengeringan dengan penjemuran dan pengeringan dengan alat pengering. Kelemahan dari penjemuran adalah waktu pengeringan lebih lama dan lebih mudah terkontaminasi oleh kotoran atau debu sehingga dapat mengurangi mutu akhir produk yang dikeringkan. Di sisi lain, pengeringan yang dilakukan dengan menggunakan alat pengering biayanya lebih mahal, tetapi mempunyai kelebihan yaitu kondisi sanitasi lebih terkontrol sehingga kontaminasi dari debu, serangga, burung dan tikus dapat dihindar. Pengeringan oven (Oven Drying) untuk produk pangan membutuhkan sedikit biaya investasi, dapat melindungi pangan dari serangan serangga dan debu, dan tidak tergantung pada cuaca (Winarno et al.,1980). Pada constant rate period, umumnya selama pengeringan berlangsung, bahan akan selalu basah dengan cairan sampai titik kritis. Titik kritis yaitu suatu titik dimana permukaan bahan sudah tidak sempurna basah oleh cairan. Setelah titik kritis tercapai, mulailah dengan periode penurunan kecepatan sampai cairan habis teruapkan. Pada proses ini hubungan antar moisture content dengan drying rate dapat berupa garis lurus atau garis lengkung yang patah. Kecepatan penguapan pada periode tidak tetap tergantung pada zat padatnya, juga cairannya. Pada permukaan zat padat, makin kasar pengeringannya akan semakin cepat jika dibandingkan dengan permukaan yang lebih halus (Suherman, Diktat Kuliah pengeringan).Oven adalah alat untuk memanaskan memanggang dan mengeringkan. Oven dapat digunakan sebagai pengering apabila dengan kombinasi pemanas dengan humidity rendah dan sirkulasi udara yang cukup. Kecepatan pengeringan tergantung dari tebal bahan yang dikeringkan. Penggunaan oven biasanya digunakan untuk skala kecil. Oven yang kita gunakan adalah elektrik oven yaitu oven yang terdiri dari beberapa tray didalamnya, serta memiliki sirkulasi udara didalamnya. Kelebihan dari oven adalah dapat dipertahankan dan diatur suhunya. Bahan yang akan dikeringkan diletakkan pada tray-traynya ( Horrison, 2000).Prinsip analisis kadar air dengan metode thermogravimetri atau pengeringan/pemanasan adalah menguapkan air dalam bahan dengan menggunakan energi panas kemudian ditimbang. Bahan yang akan ditetapkan kadar airnya, dipanaskan dengan oven pengering pada suhu tertentu (100 105 C). Kehilangan berat selama pemanasan merupakan jumlah air yang terdapat dalam bahan tersebut. Kelebihan metode ini adalah murah dan mudah. Kelemahannya adalah bahan-bahan selain air yang mudah menguap (seperti alkohol) juga akan terukur, bahan-bahan yang mengandung lemak atau minyak akan mengalami reaksi oksidasi, dan bahan yang berkadar gula tinggi akan mengalami reaksi karamelisasi. Pada penentuan kadar air dengan metode thermogravimetri, sampel dimasukkan ke dalam oven pengering sebaiknya tidak langsung suhu 100 105 C, namun bertahap. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya case hardening, yaitu suatu keadaan di mana bagian dalam bahan masih basah sedangkan bagian luar sudah mengeras. Bila keadaan ini terjadi, maka penguapan air dari dalam bahan akan terhambat (Baedhowi. 1983).Kadar air dapat dinyatakan dalam dalam wet basis (berat basah) atau dry basis (berat kering). Kadar air wet basis (wb) dihitung dengan perbandingan antara berat air yang diuapkan dengan berat bahan mula-mula (berat sebelum dikeringkan) dikalikan 100 %. Kadar air dry basis (db) dihitung berdasarkan perbandingan antara berat air yang diuapkan dengan berat kering bahan setelah dikeringkan, dikalikan dengan 100 %. Bila dalam penulisan kadar air tidak dicantumkan apakah kadar air tersebut wet basis atau dry basis, maka itu berarti kadar air tersebut dinyatakan dalam wet basis (Slamet. 1984).

B. TUJUANPraktikum ini bertujuan untuk mengetahui fungsi dari oven, timbangan dan desikator serta mengetahui berat basah dan berat kering dari buah dan daun jambu biji. Selain itu juga, bertujuan untuk mengetahui kadar air buah dan daun jambu biji serta mengetahui pengaruh luas permukaan terhadap kecepatan penguapan.

C. METODOLOGI1. Alat dan BahanPraktikum mengenai Oven, Timbangan dan Desikator : Berat basah dan Berat kering dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 30 Mei 2013 dimulai pada pukul 15.30 17.30 WIB. Praktikum ini dilaksanakan dalam ruang Laboratorium Biologi FKIP UNTAN. Adapun peralatan dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini cukup sederhana saja dan sering digunakan dalam setiap praktikum yaitu diantaranya termasuk pisau, cawan petri, kertas koran/kertas folio, jambu biji, daun jambu biji. Selain itu ada juga peralatan berkategori khusus yang digunakan yaitu oven.

2. Cara KerjaPada praktikum kali ini, hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan mendengarkan semua penjelasan yang akan disampaikan oleh asisten praktikum. Setelah itu, siapkan jambu biji beserta daunnya. Switch on oven yang telah diatur temperaturnya pada suhu 80 oC dan masukkan 1 termometer yang telah dikalibrasi. Percobaan pertama dengan daun jambu biji, potong daun jambu biji dengan ukuran 1x1 cm sebanyak 10 potong dan letakkan pada 1 cawan petri. Sebelum itu, timbang dahulu berat cawan petrinya, setelah itu timbang berat basah daun jambu biji. Kemudian buatlah tabel pengamatan berat basah dan berat kering daun jambu biji sertan masukkan hasil pengukuran sebelumnya. Buatlah 10 potong daun jambu biji kembali dengan ukuran yang sama dan letakkan masing-masing 10 potong daun pada 3 cawan petri. Langkah terakhir, simpan daun jambu biji pada 4 cawan petri dalam oven. Percobaan yang kedua, dengan buah jambu biji. Langkah pertama yang harus dilakukan ialah menyiapkan 1 buah jambu biji dan potong menjadi enam bagian serta buang bijinya. Selanjutnya, potong lagi enam bagian jambu biji tersebut dengan menggunakan 3 metode potongan (perlakuan). Pertama dua potong/bagian buah jambu diiris tipis-tipis dan letakkan kedalam cawan petri yang sudah ditimbang beratnya. Kemudian timbang dan catat berat basah irisan buah jambu ini sebelum dimasukkan kedalam oven. Kedua, dua potong/bagian buah jambu lainnya diiris dua (cross section) setiap bagiannya. Selanjutnya, timbang dan catat berat cawan petri serta berat basah jambu. Setelah itu letakkan jambu dalam cawan petri. Ketiga, dua potong sisanya diletakkan dalam cawan petri lainnya yang sudah ditimbang berat cawan petri dan berat basah jambu sebelumnya. Langkah selanjutnya, cek berat daun dan buah jambu biji pada setiap cawan mulai hari kedua sampai hari kelima setelah dikeringkan dalam oven. Kemudian timbanglah dan masukkan hasil pengukuran pada tabel pengamatan. Setelah itu, hitung berat kering dari daun dan buah jambu biji serta standar deviasi dari berat kering daun dengan menggunakan data kelompok. Terakhir, dengan menggunakan data kelas, hitung standar deviasi dari berat kering buah jambu biji pada tiga metode potong/iris (perlakuan) yang berbeda.

D. HASIL PENGAMATAN

1. Tabel Pengamatan Daun dan Buah Jambu Biji Selama 5 Hari

Tabel Pengamatan daun jambu biji

Ulangan

Berat basah daun (gr)Berat cawan petri (gr)Berat Kering Hari Ke-

12345

10,2156,880,210,100,080,060,03

20,2558,070,250,160,110,080,06

30,1757,430,170,100,040,020,01

40,1758,440,170,070,050,030,02

Tabel pengamatan buah jambu biji

Perlakuan

KelompokBerat basah daun (gr)

Berat Buah Ke-

IIIIIIIVV

Diiris Tipis136,2536,2534,0331,7028,3026,63

234,4434,4433,4132,8031,7629,63

344,3244,3241,6839,9034,6024,50

432,3132,31

30,5626,0025,7040,33

Dibelah dua141,9041,9036,5641,2032,9034,30

232,8132,8131,4432,9027,6026,03

331,1931,1929,0028,8020,6027,50

443,7343,73

39,1237,3034,5030,80

Tidak dibelah138,5638,5635,5431,0031,2029,93

233,3433,3431,4630,0029,1026,43

324,7224,7223,5322,0020,5020,13

445,3945,3936,7335,4033,7030,50

2. Tabel Standar Deviasi Daun Jambu biji

Hari pertama

xx -

(x - )2

0,210,20,010,0001

0,250,20,050,0025

0,170,2-0,030,0009

0,170,2-0,030,0009

= 0,8 = 0,0044

Hari Kedua

xx -

(x - )2

0,100,1075-0,00750,0000563

0,160,10750,05250,0027563

0,100,1075-0,00750,0000563

0,070,1075-0,03750,0014063

= 0,43 = 0,0042752

Hari Ketiga

xx -

(x - )2

0,080,070,010,0001

0,110,070,040,0016

0,040,07-0,030,0009

0,050,07-0,020,0004

= 0,28 = 0,003

Hari Keempat

xx -

(x - )2

0,060,04750,01250,0001563

0,080,04750,03250,0010563

0,020,0475-0,02750,0007563

0,030,0475-0,01750,0003063

= 0,19 = 0,0022752

Hari Kelima

xx -

(x - )2

0,030,0300

0,060,030,030,0009

0,010,03-0,020,0004

0,020,03-0,010,0001

= 0,12 = 0,0014

3. Tabel Standar Deviasi Buah Jambu Biji a. Tabel Standar Deviasi Buah Jambu Biji Yang Diiris Tipis

Hari Pertama

xx -

(x - )2

36,2536,83-0,580,3364

34,4436,83-2,395,7121

44,3236,837,4956,1001

32,3136,83-4,5220,4304

= 147,32 = 82,579

Hari Kedua

xx -

(x - )2

34,0334,92-0,890,7921

33,4134,92-1,512,2801

41,6834,926,7645,6976

30,5634,92-4,3619,0096

= 139,68 = 67,7794

Hari Ketiga

xx -

(x - )2

31,7032,6-0,90,81

32,8032,60,20,04

39,9032,67,353,29

26,0032,6-6,643,56

= 130,4 = 97,7

Hari Keempat

Xx -

(x - )2

28,3030,09-1,793,2041

31,7630,091,672,7889

34,6030,094,5120,3401

25,7030,09-4,3919,2721

= 120,36 = 45,6052

Hari Kelima

xx -

(x - )2

26,6330,2725-3,642513,2678

29,6330,2725-0,64250,0041

24,5030,2725-5,772533,3217

40,3330,272510,0575101,1533

= 121,09 = 147.7469

b. Tabel Standar Deviasi Buah Jambu Biji Yang Dibelah Dua

Hari Pertama

xx -

(x - )2

41,9034,40757,492556,1375

32,8134,4075-1,59752,5520

31,1934,4075-3,217510,3523

43,7334,40759,322586,9090

= 149.63 = 155,9508

Hari Kedua

xx -

(x - )2

36,5634,032,536,4009

31,4434,03-2,596,7081

29,0034,03-5,0325,3009

39,1234,035,0925,9081

= 136,12 = 64,318

Hari Ketiga

xx -

(x - )2

41,2035,056,1537,8225

32,9035,05-2,154,6225

28,8035,05-6,2539,0625

37,3035,052,255,0625

= 140,2 = 86,57

Hari Keempat

xx -

(x - )2

32,9028,9416

27,6028,9-1,31,69

20,6028,9-8,368,89

34,5028,95,631,36

= 115,6 = 117,94

Hari Kelima

xx -

(x - )2

34,3029,65754,642521,5528

26,0329,6575-3,627513,1587

27,5029,6575-2,15754,6548

30,8029,65751,14251,3053

= 118,63 = 40,6716

c. Tabel Standar Deviasi Buah Jambu biji Yang Tidak Dibelah

Hari Pertama

xx -

(x - )2

38,5635,50253,05759,3483

33,3435,5025-2,16254,6764

24,7235,5025-10,7825116,2623

45,3935,50259,887597,7626

= 142,01 = 228,0496

Hari Kedua

xx -

(x - )2

35,5431,8153,72513,8756

31,4631,815-0,3550,1260

23,5331,815-8,28568,6412

36,7331,8154,91524,1572

= 127,26 = 106,8

Hari Ketiga

xx -

(x - )2

31,0029,61,41,96

30,0029,60,40,16

22,0029,6-7,657,76

35,4029,65,833,64

= 118,4 = 93,52

Hari Keempat

xx -

(x - )2

31,2028,6252,5756,630

29,1028,6250,4750,225

20,5028,625-8,12566,015

33,7028,6255,07525,755

= 114,5 = 98,625

Hari kelima

xx -

(x - )2

29,9326,74753,182510,1283

26,4326,7475-0,31750,1008

20,1326,7475-6,617543,7913

30,5026,74753,752514,0812

= 106,99 = 68,1016

4. Perhitungana. Perhitungan daun jambu biji selama 5 hari Perhitungan daun jambu biji hari pertama Diketahui : n = 4 = 0,8 (x - )2= 0,0044 Ditanya : dan SD ? Penyelesaian : = = = 0,2 SD = = = = 0,038

Perhitungan daun jambu biji hari kedua Diketahui : n = 4 = 0,43 (x - )2= 0,0042752 Ditanya : dan SD ? Penyelesaian : = = = 0,1075 SD = = = = 0,037

Perhitungan daun jambu biji hari ketiga Diketahui : n = 4 = 0,28 (x - )2= 0,003 Ditanya : dan SD ? Penyelesaian : = = = 0,07 SD = = = = 0,03

Perhitungan daun jambu biji hari keempat Diketahui : n = 4 = 0,19 (x - )2= 0,0022752 Ditanya : dan SD ? Penyelesaian : = = = 0,0475 SD = = = = 0,0274

Perhitungan daun jambu biji hari kelima Diketahui : n = 4 = 0,12 (x - )2= 0,0014 Ditanya : dan SD ? Penyelesaian : = = = 0,03 SD = = = = 0,02

b. Perhitungan buah jambu biji yang diiris tipis Perhitungan buah jambu biji diiris tipis hari pertama Diketahui : n = 4 = 147,32 (x - )2= 82,579 Ditanya : dan SD ? Penyelesaian : = = = 36,83 SD = = = = 5,24

Perhitungan buah jambu biji diiris tipis hari kedua Diketahui : n = 4 = 139,68 (x - )2= 67,7794 Ditanya : dan SD ? Penyelesaian : = = = 34,92 SD = = = = 4,75

Perhitungan buah jambu biji diiris tipis hari ketiga Diketahui : n = 4 = 130,4 (x - )2= 97,7 Ditanya : dan SD ? Penyelesaian : = = = 32,6 SD = = = = 5,70

Perhitungan buah jambu biji diiris tipis hari keempat Diketahui : n = 4 = 120,36 (x - )2= 45,6052 Ditanya : dan SD ? Penyelesaian : = = = 30,09 SD = = = = 3,89

Perhitungan buah jambu biji diiris tipis hari kelima Diketahui : n = 4 = 121,09 (x - )2= 147,7469 Ditanya : dan SD ? Penyelesaian : = = = 30,2725 SD = = = = 7,01

c. Perhitungan buah jambu biji yang dibelah dua Perhitungan buah jambu biji dibelah dua hari pertama Diketahui : n = 4 = 149,63 (x - )2= 155,9508 Ditanya : dan SD ? Penyelesaian : = = = 34,4075 SD = = = = 7,20

Perhitungan buah jambu biji dibelah dua hari kedua Diketahui : n = 4 = 136,12 (x - )2= 64,318 Ditanya : dan SD ? Penyelesaian : = = = 34,03 SD = = = = 4,62

Perhitungan buah jambu biji dibelah dua hari ketiga Diketahui : n = 4 = 140,2 (x - )2= 86,57 Ditanya : dan SD ? Penyelesaian : = = = 35,05 SD = = = = 5,37

Perhitungan buah jambu biji dibelah dua hari keempat Diketahui : n = 4 = 115,6 (x - )2= 117,94 Ditanya : dan SD ? Penyelesaian : = = = 28,9 SD = = = = 6,26

Perhitungan buah jambu biji dibelah dua hari kelima Diketahui : n = 4 = 118,63 (x - )2= 40,6716 Ditanya : dan SD ? Penyelesaian : = = = 29,6575 SD = = = = 5,26

d. Perhitungan buah jambu biji yang tidak dibelah Perhitungan buah jambu biji tidak dibelah hari pertama Diketahui : n = 4 = 142,01 (x - )2= 228,0496 Ditanya : dan SD ? Penyelesaian : = = = 35,5025 SD = = = = 8,71

Perhitungan buah jambu biji tidak dibelah hari kedua Diketahui : n = 4 = 127,26 (x - )2= 106,8 Ditanya : dan SD ? Penyelesaian : = = = 31,815 SD = = = = 5,96

Perhitungan buah jambu biji tidak dibelah hari ketiga Diketahui : n = 4 = 118,4 (x - )2= 93,52 Ditanya : dan SD ? Penyelesaian : = = = 29,6 SD = = = = 5,58

Perhitungan buah jambu biji tidak dibelah hari keempat Diketahui : n = 4 = 114,5 (x - )2= 98,625 Ditanya : dan SD ? Penyelesaian : = = = 28,625 SD = = = = 5,73

Perhitungan buah jambu biji tidak dibelah hari kelima Diketahui : n = 4 = 106,99 (x - )2= 68,1016 Ditanya : dan SD ? Penyelesaian : = = = 26,7475 SD = = = = 5,26

5. Grafik

E. PEMBAHASAN Praktikum yang berjudul tentang peralatan oven, timbangan, dan desikator : berat basah dan berat kering ini bertujuan untuk mengetahui fungsi dari ketiga alat tersebut serta mengetahui berat basah dan berat kering dari buah dan daun jambu biji. Selain itu juga, bertujuan untuk mengetahui kadar air buah dan daun jambu biji serta mengetahui pengaruh luas permukaan terhadap kecepatan penguapan. Peralatan dan bahan yang digunakan kali ini ialah peralatan yang lebih kepada kategori peralatan khusus, seperti oven ialah alat yang digunakan untuk mengeringkan atau memanaskan suatu bahan. Kemudian, timbangan yang digunakan dalam praktikum kali ini ialah timbangan Ohauss atau digital, alat ini digunaka untuk menimbang massa suatu zat/benda. Yang terakhir ialah desikator, desikator berupa panci bersusun dua yang bagian bawahnya diisi bahan pengering, dengan penutup yang sulit dilepas dalam keadaan dingin karena dilapisi vaseline. Alat ini digunakan untuk menyimpan sementara sampel dari oven yang panas agar menjadi dingin tetapi berat bahan yang disimpan tersebut tidak mengalami penambahan berat yang berasal dari uap air karena adanya silika gel yang dapat menyerap uap air (eksikator bersifat kedap udara dan ruangan dalam eksikator kering). Selain itu juga digunakan untuk mengeringkan padatan. Pada penentuan kadar air dengan metode thermogravimetri, sampel dimasukkan ke dalam oven pengering sebaiknya tidak langsung suhu 100 105 C, namun bertahap. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya case hardening, yaitu suatu keadaan di mana bagian dalam bahan masih basah sedangkan bagian luar sudah mengeras. Bila keadaan ini terjadi, maka penguapan air dari dalam bahan akan terhambat. Kadar air dapat dinyatakan dalam dalam wet basis (berat basah) atau dry basis (berat kering). Kadar air wet basis (wb) dihitung dengan perbandingan antara berat air yang diuapkan dengan berat bahan mula-mula (berat sebelum dikeringkan) dikalikan 100 %. Kadar air dry basis (db) dihitung berdasarkan perbandingan antara berat air yang diuapkan dengan berat kering bahan setelah dikeringkan, dikalikan dengan 100 %. Bila dalam penulisan kadar air tidak dicantumkan apakah kadar air tersebut wet basis atau dry basis, maka itu berarti kadar air tersebut dinyatakan dalam wet basis.Pada praktikum ini dilakukan 2 percobaan, pertama percobaan dengan bahan daun jambu bii dan yang kedua percobaan dengan menggunakan bahan buah jambu biji. Prinsip percobaan yang dilakukan dalam hal ini ialah, jika menggunakan bahan daun jambu biji. Daun dipotong menjadi 10 bagian dengan ukuran 1x1 cm dan diletakkan dalam cawan petri dengan memperhitungkan berat basah dan berat kering daun. Berat basah adalah berat sebenarnya yang belum mendapatkan perlakuan pengeringan atau penghilangan kadar air pada suatu bahan (berat sampel/bahan mula-mula). Sedangkan berat kering ialah berat yang ditentukan dari hasil sisa pengeringan kadar air pada suatu bahan (berat sampel/bahan yang telah dikeringkan). Sedangkan prinsip percobaan yang dilakukan jika menggunakan buah jambu biji ialah dengan cara memotong buah jambu menjadi enam bagian dengan 3 metode potong/perlakuan pertam 2 bagian diiris tipis, 2 bagian dibelah dua dan 2 potong sisanya lagi tidak dibelah (langsung diletakkan dalam cawan petri). Kemudian perhitungkan berat basah dan berat keringnya (dengan dimasukkan dalam oven).Dalam percobaan dengan bahan daun dan buah jambu biji ini, nilai rata-rata hasil pengukuran dari hari pertama hingga hari kelima berdasarkan data dari kelompok pertama hingga kelompok 4 (ulangan 1 hingga 4). Pada percobaan menggunakan bahan daun jambu biji, karena berat basah dijadikan nilai pengukuran pertama untuk berat daun jambu, maka pengukuran selanjutnya dimulai dari hari kedua hingga hari kelima, dengan nilai kisaran rata-rata sebesar 0,2. Untuk pengukuran pada hari kedua hingga hari kelima didapatkan nilai kisaran rata-rata berat daun jambu biji berturut-turut ialah sebesar 0,1075, 0,07, 0,0475, dan 0,03. Ini membuktikan semakin rendah kadar air pada suatu bahan (daun jambu biji) semakin rendah pula berat daun. Terlihat pada hari pertama berat daun mula-mula sebesar 0,2 gr, semakin hari semakin berkurang berat daun. Hingga hari kelima dengan berat sebesar 0,03 gr.Pada percobaan selanjutnya ialah dengan menggunakan bahan buah jambu biji, seperti halnya daun jambu. Pada buah jambu biji metode pengukuran juga sama dilakukan seperti sebelumnya. Dalam hal ini, percobaan dengan buah jambu biji diberikan berupa 3 perlakuan yaitu diiris tipis, dibelah dua dan tidak dibelah (tidak dilakukan pemotongan). Pada perlakuan buah jambu biji yang diiris tipis, didapatkan nilai kisaran rata-rata hasil pengukuran mula-mula (yang dijadikan sebagai nilai pengukuran hari pertama) ialah sebesar 36,83 gr. Kemudian untuk hari kedua hingga hari kelima didapatkan nilai kisaran rata-rata hasil pengukuran berturut-turut ialah sebesar 34,92, 32,6, 30,09 dan 30,2725. Dalam perlakuan ini, berat buah pada hari kelima lebih tinggi dari hari sebelumnya dikarenakan akibat proses pengeringan/pemanasan pada oven sehingga terjadi proses penguapan dan timbul kelembaban pada buah hingga akhirnya tumbuh jamur. Selanjutnya pada perlakuan buah jambu biji yang dbelah dua, didapatkan nilai kisaran rata-rata hasil pengukuran mula-mula (yang dijadikan sebagai nilai pengukuran hari pertama) ialah sebesar 34,4075 gr. Kemudian untuk hari kedua hingga hari kelima didapatkan nilai kisaran rata-rata hasil pengukuran berturut-turut ialah sebesar 34,03, 35,05, 28,9 dan 29,6575. Yang terakhir perlakuan buah jambu biji yang tidak dilakukan pemotongan (tidak dibelah), didapat nilai kisaran rata-rata hasil pengukuran mula-mula (yang dijadikan sebagai nilai pengukuran hari pertama) ialah sebesar 35,5025. Selanjutnya untuk hari kedua hingga hari kelima, berturut-turut ialah sebesar 31,815, 29,6, 28,625 dan 26,7475. Untuk hari kedua dan hari kelima pada perlakuan buah jambu biji yang dibelah dua berat buah lebih besar 1 gr dari hari sebelumnya dikarenakan pada buah jambu tumbuh jamur, sehingga memungkinkan berat buah jadi bertambah. Pada praktikum ini tidak hanya memperhitungkan berat basah dan berat kering pada daun dan buah jambu biji tetapi juga standar deviasinya. Standar deviasi digunakan untuk membandingkan penyebaran atau penyimpangan dua kelompok data atau lebih. Apabila standar deviasinya kecil, maka hal tersebut menunjukkan nilai sampel dan populasi berkumpul atau mengelompok di sekitar nilai rata-rata hitungnya. Artinya karena nilainya hampir sama dengan nilai rata-rata, maka disimpulkan bahwa anggota sampel atau populasi mempunyai kesamaan. Sebaliknya, apabila nilai deviasinya besar, maka penyebarannya dari nilai tengah juga besar. Hal tersebut menunjukkan adanya nilai-nilai ekstrem baik yang tinggi maupun rendah. Standar deviasi yang besar juga menunjukkan adanya perbedaan jauh diantara anggota populasi. Oleh sebab itu, satandar deviasi yang tinggi biasanya dipandang kurang baik bila dibandingkan dengan standar deviasi rendah. Pada percobaan dengan menggunakan bahan daun jambu biji memiliki nilai standar deviasi dari hari pertama hingga hari kelima berturut-turut ialah sebesar 0,038, 0,037, 0,03, 0,0274 dan 0,02. Selanjutnya pada percobaan dengan menggunakan bahan buah jambu biji didapat nilai standar deviasinya pada 3 perlakuan. Perlakuan pertama buah jambu yang diiris tipis, berturut-turut ialah sebesar 5,24, 4,75, 5,70, 3,89 dan 7,01. Sedangkan pada perlakuan buah jambu yang dibelah dua, berturut-turut nilai standar deviasinya ialah sebesar 7,20, 4,62, 5,37, 6,26 dan 5,26. Jika dibandingkan dengan perlakuan buah jambu yang tidak dibelah nilai standar deviasinya lebih tinggi dari 2 perlakuan sebelumnya ialah berturut-turut sebesar 8,71, 5,96, 5,58, 5,73 dan 5,26. Dalam praktikum ini, membuktikan bahwa luas permukaan buah jambu biji berpengaruh terhadap kecepatan penguapan dan pengeringan kadar air. Semakin besar luas permukaan semakin lama proses pengeringan kadar air dan proses penguapan. Sebaliknya jika luas permukaan kecil maka semakin cepat proses penguapan terjadi dan kadar air (pengeringan kadar air tinggi ) semakin berkurang pula. Selain itu, Perbedaan kadar air dalam suatu bahan disebabkan karena perbedaan bahan, metode dan suhu serta proses penyimpanannya Selain itu perbedaan ini dapat disebabkan karena pengaruh alat-alatnya seperti timbangan analitik yang sulit stabil dan karena bahan yang digunakan sudah terkontaminasi dengan bahan lain ketika penyimpanan atau ketika berada dalam desikator.Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada 2 golongan, yaitu :1. Faktor yang berhubungan dengan udara pengeringYang termasuk golongan ini adalah:Suhu (Makin tinggi suhu udara maka pengeringan akan semakin cepat), Kecepatan aliran udara pengering (Semakin cepat udara maka pengeringan akan semakin cepat),Kelembaban udara (Makin lembab udara, proses pengeringan akan semakin lambat),Arah aliran udara (Makin kecil sudut arah udara terhadap posisi bahan, maka bahan semakin cepat kering)2. Faktor yang berhubungan dengan sifat bahanYang termasuk golongan ini adalah:Ukuran bahan(Makin kecil ukuran benda, pengeringan akan makin cepat),Kadar air(Makin sedikit air yang dikandung, pengeringan akan makin cepat).

Untuk mempercepat penguapan air serta menghindari terjadinya reaksi yang menyebabkan terjadinya air ataupun reaksi yang lain karena pemanasan maka dapat dilakukan pemanasan dengan suhu rendah dan tekanan vakum. Dengan demikian akan dihasilkan kadar air yang sebenarnya. Untuk bahan-bahan yang mengandung kadar gula tinggi maka pemanasan dengan suhu 100o C dapat mengakibatkan pergerakan pada permukaan bahan. Sehingga terlihat masih memiliki berat kering yang cukup tinggi (Winarno, 1980).

F. KESIMPULANBerdasarkan hasil pengamatan, pengukuran dan analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa oven, timbangan dan desikator adalah alat penunjang dalam praktikum yang efektif digunakan dalam penentuan berat basah dan berat kering. Berat basah ialah berat mula-mula bahan dan berat kering ialah berat hasil pengeringan berat basah suatu bahan (hilang kadar air). Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan berat daun jambu biji dari hari pertama hingga hari kelima terjadi pengurangan berat buah dikarenakan berkurangnya kadar air pada daun. Sedangkan pada buah jambu biji juga terdapat pengurangan kadar air. Terlihat berat buah jambu yang berjamur lebih berat daripada berat buah jambu tanpa jamur. Kandungan air yang tinggi akan lebih memudahkan pertumbuhan mikroba. Standar deviasi digunakan

DAFTAR PUSTAKA

Arun S. Mujumdar. 2004. Guide to Industrial Drying. Mumbai. India

Ashworth P C, Zeitler J A, Pepper M, and Wallace V P. 2007. "Terahertz spectroscopy of biologically relevant liquids at low temperatures". in IRMMW-THz 2006. 2006 Joint 31st International Conference on Infrared and Millimeter Waves and 14th International Conference on Terahertz Electronics. Shanghai, China: IEEE Baedhowi, M. dan Sri Pranggonowati. 1983. Petunjuk Praktek Pengawasan Mutu Hasil Pertanian I. Depdikbud. Jakarta.

Foust, Alan S.Wenzel,L A. Curtis,W C.Louis Maus. L Brice A. 1960. Principles of Unit Operations, 2nd ed, John wiley & Sons, New York

Horrison, Judy. 2000. Preserving Food: Drying fruit and vegetable. University of GeorgiaLabuza T P and Hyman C R. 1998. "Moisture migration and control in multi-domain foods". Trends in Food Science & Technology 9, 47-55,.P. Parasoglou, E P J Parrott, J A Zeitler, J Rasburn and H Powell, L F Gladden and M L Johns. 2010. Quantitative Water Content Measurements in Food Wafers Using Terahertz Radiation, Terahertz Science and Technology, ISSN 1941-7411, Vol.3, No.4, 172-182. Pickwell E and Wallace V P. 2006. "Biomedical applications of terahertz technology". Journal Of Physics D-Applied Physics 39, R301-R310Reid C, Gibson A P, Hebden J C, and Wallace V P. 2007. "An oil and water emulsion phantom for biomedical terahertz spectroscopy. in Medical Devices and Biosensors", 2007. ISSS-MDBS 2007. 4th IEEE/EMBS International Summer School and Symposium onSlamet Sudarmadji, Bambang Haryono dan Suhardi. 1984. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta.

Suherman. Diktat Kuliah pengeringan .Universitas Diponegoro.

Winarno, F.G. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta : Penerbit Gramedia